PRO DAN KONTRA BITCOIN: ANALISIS PENGARUH …digilib.unila.ac.id/55125/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PRO DAN KONTRA BITCOIN: ANALISIS PENGARUH …digilib.unila.ac.id/55125/3/SKRIPSI TANPA BAB...
PRO DAN KONTRA BITCOIN: ANALISIS PENGARUH
PERKEMBANGAN BITCOIN, PERFORMA FIAT MONEY DAN SISTEM
KELOLA NEGARA
(Skripsi)
Oleh
RIA AULIA MEDIANA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PRO DAN KONTRA BITCOIN: ANALISIS PENGARUH
PERKEMBANGAN BITCOIN, PERFORMA FIAT MONEY DAN SISTEM
KELOLA NEGARA
Oleh
RIA AULIA MEDIANA
Bitcoin memiliki sistem peer to peer yang bertolak belakang dengan
sistem keuangan dengan menghilangkan pihak ketiga dalam transaksi. Negara-
negara di dunia memiliki posisi yang berbeda-beda atas Bitcoin, ada negara yang
menerima, menolak atau tidak keduanya sehingga dibutuhkan pemahaman yang
lebih mendalam terhadap faktor-faktor yang menentukan posisi negara atas
Bitcoin. Penelitian ini bertujuan mencari pengaruh perkembangan Bitcoin,
performa fiat money dan sistem kelola negara-negara di dunia dalam menentukan
posisinya terhadap legalitas Bitcoin. Teori dan konsep yang digunakan di dalam
penelitian ini adalah sistem keuangan internasional dan sistem kelola negara;
dengan pendekatan kuantitatif serta analisis regresi logistik multinomial yang
didukung dengan data sekunder. Hasil analisa dalam penelitian ini
mengungkapkan bahwa dari sembilan faktor mempengaruhi posisi negara atas
Bitcoin; hanya saja signifikansinya berbeda. Faktor-faktor yang berpengaruh
signifikan dalam menentukan posisi negara atas Bitcoin merupakan faktor-faktor
politik dan faktor-faktor ekonomi justru tidak signifikan berpengaruh. Sehingga
dapat dikatakan bahwa penerimaan negara atas Bitcoin cenderung dikarenakan
alas an politik dibandingkan dengan ekonomi, padahal Bitcoin itu sendiri berada
pada aspek ekonomi. Jika penerimaan Bitcoin di legalkan, maka negara-negara di
dunia tetap harus menyertai peran pemerintah sebab Bitcoin dinilai tidak memiliki
aturan yang jelas dan berpotensi merugikan orang lain.
Kata Kunci: Bitcoin, Fiat Money, Cryptocurrency, Sistem Kelola Negara,
Sistem Keuangan Internasional
ABSTRACT
THE PROS DAN CONS OF BITCOIN: INFLUENCE ANALYSIS OF
BITCOIN EVOLUTION, FIAT MONEY PERFORMACE AND STATE
MANAGEMENT SYSTEM
By
RIA AULIA MEDIANA
Bitcoin has a peer to peer system that contradicted with financial system by
eliminating the third parties in the transaction. Countries in the world have
different positions on the legality of acceptance of Bitcoin, there are countries that
accept, reject or have no position yet; so that a deeper understanding of the factors
that determine the position of the state of Bitcoin is needed. This study aims to
find out the effect of the Bitcoin development, the performance of fiat money and
the management systems from each countries in the world in determining its
position on the legality of Bitcoin. The theory and concepts used in this study are
the international financial system and the state management system; with a
quantitative approach and multinomial logistic regression analysis supported by
secondary data. The results of this study reveals that nine factors in this study able
to affected the country's position on Bitcoin; in the other hand the significances
are different. The factors that have a significant effect in determining country’s
position on Bitcoin are mostly political factors and economic factors are actually
not significantly influential. So it can be said that country’s acceptance on Bitcoin
tend to be due to political reasons than the economics, even though Bitcoin itself
is in the economic aspect. If Bitcoin acceptance is legalized, then the countries in
the world still need the role of the government because Bitcoin is considered not
to have a clear rules and has the potential to harm other people in the future.
Key Words: Bitcoin, Fiat Money, Cryptocurrency, Sistem Kelola Negara,
Sistem Keuangan Internasional
PRO DAN KONTRA BITCOIN: ANALISIS PENGARUH
PERKEMBANGAN BITCOIN, PERFORMA FIAT MONEY DAN SISTEM
KELOLA NEGARA
Oleh
RIA AULIA MEDIANA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA HUBUNGAN INTERNASIONAL
Pada
Program Sarjana Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bandar Lampung, pada tanggal 10 Juli
1996 sebagai anak keempat dari empat bersaudara. Buah
hati dari pasangan Bapak Hazwari Achmad dan Ibu Elida.
Penulis mengawali pendidikan formal di Taman Kanak-
kanak (TK) Taruna Jaya tahun 2001-2002, melanjutkan
pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Al-Azhar 2 Bandar
Lampung tahun 2002 – 2008, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1
Bandar Lampung pada tahun 2008 dan lulus di tahun 2011, Sekolah Menengah
Atas Negeri (SMAN) 1 Bandar Lampung pada tahun 2011 dan lulus di tahun
2014.
Penulis melanjutkan pendidikan ke perguruaan tinggi dengan terdaftar
sebagai mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung pada tahun 2014. Selama menjadi mahasiswa,
penulis aktif dalam beberapa kegiatan seperti menjadi panitia dalam acara
Lokakarya Kurikulum Jurusan Hubungan Internasional; FUNCAMP dan Panita
Khusus dalam Musyawarah Besar di Jurusan Hubungan Internasional. Pada
Agustus tahun 2017 penulis berkesempatan melakukan kegiatan magang di
Kementerian Luar Negeri, Direktorat Kerjasama Intrakawasan dan Antarkawasan
Amerika dan Eropa; dan berkesempatan untuk menjadi bagian dari perencaan
berlangsungnya ASEM Transport Ministers’ Meeting (TMM) ke 4 di Bali pada
September 2017 yang dihadari oleh menteri transportasi dari negara-negara di
kawasan Asia dan Eropa.
MOTTO
“If something is destined for you, never in million years it will be for
somebody else.”
Melewati hidup ini adalah pertama kalinya bagi kita semua. Semua orang
punya cerita yang berbeda-beda, tidak perlu membandingkan diri kita
dengan orang lain. Terkadang hidup tak sesuai yang diharapkan, tapi jangan
pernah menyerah atas apapun dan teruslah mencoba. Just love your life by
living it to the fullest, and life will love you back eventually.
- Ria Aulia Mediana -
SANWACANA
Puji Syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi dengan judul “Pro dan
Kontra Bitcoin: Analisis Perkembagan Bitcoin, Performa Fiat Money dan
Sistem Kelola Negara” adalah salah satu syarat untuk memeperoleh gelar sarjana
Hubungan Internasional di Universitas Lampung. Dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung
2. Bapak Drs. Aman Toto Dwijono, M.H. selaku pembimbing pertama skripsi
dan Ketua Jurusan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Lampung. Terima kasih atas jasa, ilmu, saran, masukan, serta
dukungan moril yang sangat berguna terhadap pengembangan diri penulis.
Mohon maaf penulis haturkan jika terdapat tindakan tercela ataupun proses
bimbingan yang memakan waktu sangat lama akibat kelalaian yang dilakukan
penulis. Doa dan dukungan Bapak sangat berguna bagi penulis sebagai bekal
untuk masa depan.
3. Bapak Dr. Suripto, S.Sos., M.A.B selaku dosen pembahas yang selalu
memberikan saran dan membantu membangun logika penulis dalam
penulisan skirpsi. Terima kasih bapak selalu memberikan semangat dan doa
agar penulis sukses dalam segala hal. Mohon maaf jika terdapat perkataan
ataupun tidakan yang tercela, baik secara sadar ataupun tidak.
4. Mas Fahmi Tarumanegara, S.IP., M.Si., M.B.A selaku pembimbing skripsi
dan pembimbing akademik yang selama ini senantiasa membimbing penulis
dalam berbagai aspek baik perkuliahan, kehidupan dan masa depan. Terima
kasih telah menjadi kakak yang sangat baik, yang penuh perhatian dan
pengetahuan sehingga selalu menjawab apapun yang penulis tanyakan.
Terima kasih selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil yang
sangat berguna bagi penulis dan senantiasa mengingatkan, mengarahkan dan
membantu penulis dalam segala hal. Tidak lupa penulis ucapkan maaf yang
sebesar-besarnya jika selama menjadi mahasiswi dan anak bimbingan skripsi
yang dalam proses bimbingan memakan waktu cukup lama akibat kelalaian
yang dilakukan penulis. Mohon maaf penulis ucapkan sebagai adik jika
terdapat perbuatan atau perkatan yang tidak mengenakan baik perkataan yang
sengaja maupun tidak sengaja.
5. Bapak Hazwari Achmad dan Ibu Elida selaku kedua orang tua yang sangat
penulis sayangi dan selalu ingin penulis banggakan. Terima kasih sudah
menunggu dengan sabar sampai penulis dapat menyelesaikan studi ini.
Terima kasih atas segala yang sudah dilakukan untuk penulis serta dukungan
yang diberikan baik moril dan materil serta doa-doa yang selalu dipanjatkan
untuk penulis. Mohon maaf dari lubuk hati yang paling dalam jika selama ini
telah mengecewakan mama dan papa serta selalu menyusahkan, dan maaf
jika penulis pernah membuat mama dan papa sedih atas perkataan maupun
perbuatan baik yang sengaja maupun tidak sengaja, sungguh penulis tidak
pernah bermaksut untuk menyakiti hati mama dan papa.
6. Ray Felizio Harisman selaku keponakan yang penulis sayangi. Terima kasih
sudah menjadi anak yang baik, cerdas dan ceria. Terima kasih sudah
menemani hari-hari aunty dalam menulis skripsi ini, yang selalu menjadi
penghibur dan penyemangat aunty untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
7. Rico Frans Saputra, Rengga Ade Mahendra, Robby Andrean, Feblisa dan
Purwanti selaku kakak- kakak yang penulis sayangi. Terima kasih selama ini
sudah menjadi kakak yang baik, yang selalu menjaga dan membantu penulis
dan selalu memenuhi keinginan penulis serta menyediakan apapun yang
penulis butuhkan. Terima kasih atas dukungan dan doa yang selalu
dipanjatkan. Maaf jika penulis sering tidak nurut dan menunda jika disuruh.
8. Fadia Rasyqa Fitri, Hani Regina Sari, Sarah Atika Putri selaku sahabat
penulis sejak bangku SMP. Terima kasih sudah menjadi sahabat yang baik,
yang selalu ada untuk penulis yang menjadi partner makan dan liburan.
Terima kasih selalu mendengarkan keluh kesah dan selalu bersedia
membantu penulis. Terima kasih atas dukungan dan doa yang selama ini
dipanjatkan. Maaf jika selama kita bersahabat penulis pernah melakukan
perbuatan maupun perkataan yang menyakiti hati baik sengaja maupun tidak
sengaja.
9. Hayjamanahazzahwa Putri A, Wilma Dewasuti, Sheila Magdalena, Novinka
Dian Malino, dan Luky Kurniawati selaku teman baik penulis di bangku
perkuliahan. Terima kasih kalian selalu membantu penulis dalam
melaksanakan seminar-seminar. Terima kasih selalu menghibur penulis
dengan hal-hal kecil yang sederhana tapi mampu memberikan kebahagiaan.
Terima kasih untuk selalu ada dan memikirkan penulis serta bersedia untuk
penulis repotkan. Mohon maaf jika selama ini penulis pernah melakukan
perbuatan ataupun perkataan yang tidak mengenakan baik itu sengaja
maupun tidak sengaja, sungguh penulis tidak bermaksut demikian. Terima
kasih atas segala hal yang telah kalian lakukan, tanpa kalian kehidupan
perkuliahan penulis tidak akan berkesan.
10. Riski Putri Aprlia selaku teman baik sejak kecil hingga sekarang. Terima
kasih sudah menjadi teman yang selalu menemani dalam perjalanan dari
awal kuliah hingga tidak ada kuliah lagi. Terima kasih sudah berbagai tawa
dan cerita. Maaf jika penulis selama ini belum menjadi teman yang baik dan
tidak bisa selalu ada ketika dibutuhkan.
11. Anika Ayu Puspita selaku saudara dan partner pertarung skripsi. Terima
kasih selalu bersedia membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih selalu menemani penulis untuk bimbingan dan mengurus
segala hal bersama. Maaf jika selama ini penulis selalu merepotkan dan
menyusahkan.
12. Andika, Dimas dan Eris selaku teman-teman yang unggul dalam akademis
namun tetap mau berteman dengan penulis. Terima kasih selama ini selalu
membantu penulis dalam menjalani perkuliahan dan selalu bersedia untuk
penulis repotkan. Maaf jika selama ini penulis pernah mengatakan ataupun
melakukan hal yang tidak mengenakan.
13. Hani, Dean dan Tata selaku adik-adik yang penulis sayangi. Terima kasih
atas saran yang diberikan kepada penulis. Terima kasih juga selalu
memberikan tawa dan cerita-cerita yang menghibur dan juga selalu bersedia
mendengarkan curahan hati penulis. Maaf jika selama ini belum banyak
membantu kalian dan mungkin ada perbuatan maupun perkataan yang tidak
mengenakan.
14. Teman-teman seperbimbingan Masterpiece Squad I-III dari angkatan 2013
hingga 2015. Terima kasih khussusnya kepada Masterpiece Squad II: Dimas
Dwi Santoso, Andika Prasetya, Rima Silviana, Nurika Amalia yaitu teman-
teman seperbimbingan yang selalu bersama-sama menanamkan budaya saling
mendukung, membantu dan memberi baik itu ilmu ataupun masukan-masukan
yang berguna bagi perkembangan skripsi ataupun mentalitas sesama keluarga.
15. Staff Jurusan, Dekanat, Universitas terima kasih telah berperan dan membantu
penulis dalam segala urusan administrasi yang diperlukan.
16. Dosen-dosen Jurusan Hubungan Internasional terima kasih atas seluruh ilmu
yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir dengan lancar.
17. Caffe Tegar Tv selaku tempat yang selalu penulis kunjungi selama proses
skiripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan atas dukungan berupa penyediaan
tempat untuk penulis dalam menulis skripsi ini hingga selesai.
18. Aditya Mahardika selaku teman sebangku SMA dan sahabat yang selalu
bersedia membantu penulis. Terima kasih sudah selalu bersedia untuk
direpotkan demi menunjang visualisasi terbaik yang penulis inginkan. Maaf
jika selama ini selalu menyusahkan.
19. Muhammad Azwan, Mevi Maharani, Cindy Amalia, Belinda Apriliani
selaku sahabat sedari SMA. Terima kasih atas dukungan, doa dan cemoohan
yang selama ini diberikan kepada penulis. Maaf jika selama ini kita sedikit
sekali bersilaturahmi semoga kedepannya kita akan lebih sering untuk
bertemu.
20. Debby Sintia, Vindy Vivid, Putri Sekar selaku teman sedari lahir. Terima
kasih atas dukungan dan doa yang selama ini dipanjatkan. Terima kasih telah
menjadi teman yang baik yang bersedia menghibur penulis dan selalu
menyusahkan penulis.
21. Teman-teman Hubungan Internasional angkatan 2014. Terima kasih sudah
menjadi bagian dari perjalanan perkuliahan penulis. Terima kasih sudah
berbagai tawa, cerita dan kesulitan bersama. Maaf jika selama ini penulis
pernah melakukan perbuatan maupun perkataan yang kurang mengenakan,
sungguh penulis tidak bermaksut demikian.
22. Untuk orang-orang yang belum disebutkan dan tidak mungkin untuk
disebutkan. Penulis mengucapkan terima kasih atas semuanya, yang pernah
terjadi dahulu telah membuat penulis menjadi pribadi yang lebih baik lagi
dan memberikan pembelajaran yang sangat bermakna bagi penulis. Maaf
atas kesalahan yang pernah penulis lakukan di masa itu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari
kata kesempurnaa, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi semua. Amin.
Bandar Lampung, 27 Desember 2018
Penulis,
Ria Aulia Mediana
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ...................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................... 9
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 10
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 11
2.1. Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 12
2.2. Sistem Keuangan Internasional ...................................................................... 23
2.2.1. Fiat Money System ............................................................................... 26
2.2.2. Cryptocurrency .................................................................................... 33
2.3. Sistem Kelola Negara .................................................................................... 36
2.3.1 Sistem Pemerintahan ............................................................................. 36
2.3.2 Sistem Ekonomi .................................................................................... 39
2.3.3 Rezim Demokrasi ................................................................................. 41
2.4 Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 43
III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 45
3.1. Jenis Penelitian .............................................................................................. 45
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................... 45
3.2.1. Variabel Penelitian ............................................................................. 45
3.2.2. Definisi Operasional ............................................................................ 46
3.3. Sumber Data .................................................................................................. 48
3.4. Teknis Pengumpulan Data ............................................................................ 48
3.4.1. Stratified Random Sampling ............................................................... 49
3.5. Teknik Analisis Data ..................................................................................... 49
3.5.1. Uji Simultan ........................................................................................ 50
3.5.2. Uji Parsial ........................................................................................... 51
3.6. Realisasi Jadwal Penelitian ........................................................................... 52
3.7. Sistematika Penelitian ................................................................................... 52
IV. GAMBARAN UMUM ................................................................................. 54
4.1. Fenomena Bitcoin ........................................................................................ 55
4.2. Perkembangan Bitcoin ................................................................................. 61
4.2.1. Nodes Bitcoin .................................................................................... 61
4.2.2. Volume Bitcoin .................................................................................. 63
4.2.3. Perdagangan Bitcoin .......................................................................... 65
4.2.4. Korelasi Ketiga Faktor Perkembangan Bitcoin ................................. 67
4.3. Performa Fiat Money ................................................................................... 69
4.3.1. Jumlah Uang Beredar ......................................................................... 69
4.3.2. Inflasi ................................................................................................. 71
4.3.3. Sistem Nilai Tukar ............................................................................. 73
4.4.4. Korelasi Ketiga Faktor Performa Fiat Money .................................... 74
4.4. Sistem Kelola Negara-Negara Dunia ............................................................ 77
4.4.1. Sistem Pemerintahan Negara-Negara Dunia ...................................... 77
4.4.2. Sistem Ekonomi Negara-Negara Dunia ............................................. 79
4.4.3. Rezim Demokrasi Negara-Negara Dunia ........................................... 81
4.4.4. Korelasi Ketiga Sistem Kelola Negara-Negara Dunia ....................... 82
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 86
5.1. Hasil Uji Hipotesis Regresi Logistik Multinomial ...................................... 86
5.1.1. Hasil Uji Simultan ............................................................................. 86
5.1.2. Hasil Klasifikasi ................................................................................ 89
5.1.3. Hasil Uji Parsial ................................................................................. 90
5.2. Hasil Interpretasi ......................................................................................... 97
5.2.1. Probabilitas Sistem Pemerintahan terhadap Posisi Negara atas
Bitcoin .............................................................................................. 97
5.2.2. Probabilitas Sistem Ekonomi terhadap Posisi Negara atas Bitcoin .. 98
5.2.3. Probabilitas Rezim Demokrasi terhadap Posisi Negara atas
Bitcoin ............................................................................................... 99
5.2.4. Probabilitas Sebaran Nodes terhadap Posisi Negara atas Bitcoin..... 101
5.2.5. Probabilitas Volume Bitcoin terhadap Posisi Negara atas Bitcoin .. 102
5.2.6. Probabilitas Perdagangan Bitcoin terhadap Posisi Negara atas
Bitcoin ............................................................................................... 103
5.2.7. Probabilitas Sistem Nilai Tukar terhadap Posisi Negara atas
Bitcoin .............................................................................................. 104
5.2.8. Probabilitas Uang Beredar terhadap Posisi Negara atas Bitcoin ..... 105
5.2.9. Probabilitas Inflasi terhadap Posisi Negara atas Bitcon ................... 106
5.3. Hadirnya Bitcoin dan Bergesernya Sistem Keuangan Internasinoal ....... ...107
VI. PENUTUP ..................................................................................................116
6.1. Kesimpulan .................................................................................................116
6.2. Saran dan Rekomendasi ..............................................................................117
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................118
LAMPIRAN .......................................................................................................121
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1. Perbandingan Bitcoin dengan cryptocurrency lain ................................... 2
2.1. Komparasi Penelitian Terdahulu ............................................................... 21
2.2. Perbandingan Sistem Pemerintahan Negara ............................................. 38
2.3. Perbandingan Sistem Ekonomi Negara .................................................... 41
3.1. Definisi Operasional ................................................................................. 47
3.2 Sampling ................................................................................................... 49
3.3 Jadwal Penelitian ..................................................................................... 52
4.1 Tingkat Legalitas Negara berdasarakan Nodes Bitcoin ............................ 62
4.2 Tingkat Legalitas Negara bedasarkan Volume Bitcoin ............................ 64
4.3 Legalitas Negara berdasarakan Tingkat Perdagangan Bitcoin ................. 66
4.4 Tingkat Legalitas Negara berdasarkan Jumlah Uang Beredar ................. 71
4.5 Legalitas Negara berdasarkan Tingkat Inflasi .......................................... 72
4.6 Tingkat Legalitas Negara berdasarkan Sistem Nilai Tukar ...................... 74
4.7 Legalitas Bitcoin berdasarkan Sistem Pemerintahan ................................. 78
4.8 Legalitas Bitcoin berdasarkan Sistem Ekonomi ........................................ 80
4.9 Legalitas Bitcoin berdasarkan Rezim Demokrasi Negara ......................... 82
4.10 Komparasi Sistem Pemerintahan dengan Sistem Ekonomi ...................... 83
4.11 Komparasi Sistem Pemerintahan dengan Rezim Demokrasi ................... 84
4.12 Komparasi Sistem Ekonomi dengan Rezim Demokrasi ........................... 85
5.1 Goodness of Fit Test ................................................................................. 87
5.2 Model Fitting Infromation ........................................................................ 87
5.3 Pseduo R-Square ....................................................................................... 89
5.4 Klasifikasi ................................................................................................. 90
5.5 Uji Parsial ................................................................................................. 91
5.6 Estimasi Parameter .................................................................................. 94
5.7 Nilai Estimasi Probabilitas ....................................................................... 96
5.8 Perubahan Kondisi Struktur Pasar Keuangan Internasional ................... 109
5.9 Perubahan Kinerja Sistem Keuangan Internasional ............................... 111
5.10 Perubahan Aktor Sistem Keuangan Internasional .................................. 113
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Perkembangan Bitcoin sejak Kemunculan hingga Sekarang .................. 3
2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................................ 44
4.1 Nodes di Negara-Negara Dunia ................................................................ 62
4.2 Volume Bitcoin di Negara-Negara Dunia ................................................ 64
4.3 Perdagangan Bitcoin di Negara-Negara Dunia ......................................... 65
4.4 Ketiga Faktor Perkembangan Bitcoin ....................................................... 68
4.5 Jumlah Uang Beredar Negara-Negara ....................................................... 70
4.6 Tingkat Inflasi Negara-Negara ................................................................. 72
4.7 Sistem Nilai Tukar Negara-Negara Dunia ................................................ 73
4.8 Korelasi Uang Beredar dengan Sistem Nilai Tukar ................................. 75
4.9 Korelasi Inflasi dengan Sistem Nilai Tukar .............................................. 76
4.10 Korelasi Inflasi dengan Uang Beredar ...................................................... 76
4.11 Sistem Pemerintahan Negara-Negara Dunia ............................................ 78
4.12 Sistem Ekonomi Negara-Negara Dunia .................................................... 79
4.13 Rezim Demokrasi Negara-Negara Dunia ................................................. 81
DAFTAR SINGKATAN
AS : Amerika Serikat
IBRD : Internasional Bank for Reconstruction and Development
IMF : International Monetary Fund
P2P : Peer-to-Peer
SOWT : Strenght, Weaknesses, Opportunities, Threats
UNESCO : United Nation Educational, Scientific and Cultral Organization
IP Address : Internet Protocol Address
HAM : Hak Asasi Manusia
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. DATA SET PENELITIAN ...................................................121
1.A. Perkembangan Bitcoin ...........................................................121
1.B. Performa Fiat Money ..............................................................122
1.C. Sistem Kelola Negara ............................................................123
LAMPIRAN 2. OUTPUT UJI REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL 124
2.A. Case Processing Summary ....................................................124
2.B. Model Fitting Information .....................................................124
2.C. Goodness of Fit Test ...............................................................124
2.D. Pseduo R-Square ....................................................................125
2.E. Classification .........................................................................125
2.F. Parameter Estimate ................................................................126
2.G. Observed and Predicted Frequencies ....................................128
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem keuangan internasional di tahun 2008 telah mengalami gangguan
akibat terjadinya krisis global yang dirasakan di hampir seluruh negara dengan
skala yang berbeda-beda. Sebuah ide baru muncul pada saat bersamaan mengenai
format sistem keuangan internasional, yaitu lahirnya sistem cryptocurrency yang
merupakan penggunaan mata uang digital dengan konsep kriptografi atau kode
rahasia sebagai sistem keamanannya. Bitcoin sebagai bentuk cryptocurrency
pertama yang muncul, telah berkembang di tengah keberadaan sistem keuangan
konvesional. Kemunculan Bitcoin kemudian menimbulkan pro dan kontra atas
kontrol dan penerimaan negara-negara dunia.
Ide awal Bitcoin dalam sejarahnya lahir dari jurnal yang ditulis oleh Satoshi
Nakamoto pada tahun 2008 dengan judul Bitcoin: A peer-to-peer Electronic Cash
System. Jurnal tersebut memuat ide mengenai konsep Bitcoin yang muncul pada
tahun 2009 ketika Satoshi Nakamoto membuat perangkat lunak (software) dan
mulai menyebarluaskan Bitcoin di tahun yang sama. Bitcoin sejak diliris pada
transaksi pertamanya di tahun 20101, telah menjadi isu konterversial karena
1 Benjamin Wallace. 2011. The Rise and Fall of Bitcoin. Wired magazine. Diakses melalui
https://www.wired.com/2011/11/mf_bitcoin/ pada tanggal 11 Januari 2018 pukul 18.56.
2
sepenuhnya terdesentralisasi atau tidak ada otoritas negara atau lembaga baik
domestik maupun internasional yang mengatur peredaran Bitcoin.
Bitcoin saat ini bukan merupakan satu-satunya bentuk cryptocurrency yang
ada di dunia. Terdapat 1500 bentuk cryptocurrency lainnya: seperti Litecoin,
Dogecoin, Ripple dan lain sebagainya.2 Atas hal ini, Bitcoin merupakan
cryptocurrency pertama sekaligus yang paling populer. Berikut perbandingan
Bitcoin dengan cryptocurrency lainnya:
Tabel 1.1 Perbandingan Bitcoin dengan cryptocurrency lain
Cryptocurrency Capitalization (USD) Number of
Units Price (USD)
Reward Per
Block (USD)
Bitcoin $ 187.502.654.752 16.823.775 $ 14.530 $ 139.219
Ethereum $ 99.267.006.445 97.183.394 $ 1.021 $ 4.098
Ripple $ 51.545.528.642 38.739.142 $ 1,33 $ -
Litecoin $ 9.785.944.278 54.900.108 $ 178,25 $ 4.321
Stellar $ 9.536.180.618 17.867.953 $ 0,533703 $ -
DASH $ 5.950.618.640 7.837.393 $ 759,26 $ 2.602
Dogcoin $ 788.851.810 112.909.741 $ 0,006987 $ 64
Zcash $ 1.392.953.994 3.127.331 $ 445,41 $ 5.123
Bitcore $ 271.129.786 10.893.909 $ 24,89 $ -
Monero $ 4.881.391.578 15.640.473 $ 312,10 $ 1.621
Total/Rerata $ 370.922.260.543,00 375.923.219 $ 1.727,28 $ 15.705
Sumber : www.coinmarketcap.com3
Bitcoin bukan hanya berbeda, namun relatif lebih unggul dari
cryptocurrency lain. Tabel di atas menunjukkan perbandingan yang cukup
signifikan antara Bitcoin dengan cryptocurrency lainnya, termasuk karena
popularitasnya, dimana kapitalisasi pasarnya menguasai 49% total keseluruhan
cryptocurrency dunia. Nilai Bitcoin juga merupakan yang tertinggi di antara
cryptocurrency lain atau setara dengan 81% dari keseluruhan nilai cryptocurrency
2 Jenis Cryptocurrency antara lain Ethereum, Ripple, Litecoin, Stellar, Dash, Zcash, Dogecoin, Bytecoin,
BitShares, MaidSafeCoin, NXT, BanxShares, Cardano, EOS, NEO, Monero, IOTA, NEM, TRON, RaiBlocks.
Data diperoleh dari https://coinmarketcap.com/all/views/all/ yang diakses pada tanggal 12 Januari 2018 pukul
11.30 WIB. 3 Data diperoleh dari http://coinmarketcap.com/all/views/all diakses pada tanggal 12Januari 2018 pukul 23.57
WIB.
3
yang ada. Posisi Bitcoin yang jauh berada di atas cryptocurrency lainnya dan
berpotensi mendominasi pasar cryptocurrency, karena potensi penerimaannya
secara luas untuk menyingkirkan cryptocurrency lain dari pasar keuangan.
Bitcoin selain unggul dalam posisinya juga mengalami perkembangan pesat
di berbagai aspek. Bitcoin yang diciptakan saat terdapat ketidakpercayaan terhadap
otoritas pemerintah ditamabah terjadinya krisis keuangan internasional; telah
mengalami perkembangan baik di lingkup masyarakat (pengguna), level bisnis,
maupun pemerintah negara. Perkembangan Bitcoin yang juga terlihat pada
peningkatan nilai tukarnya. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.2 di bawah.
Gambar 1.1 Perkembangan Bitcoin Sejak Kemunculan Hingga Sekarang
Sumber : www.coindesk.com
Nilai tukar Bitcoin di tahun 2013 yang hanya sebesar 91 Dollar Amerika (US$), di
2014 bergerak naik sebesar 829% menjadi US$ 846 per satu Bitcoin.4 Pada tahun
2015 meski nilainya mengalami penurunan 68,8% ke posisi US$ 265 per unit,
namun nilai Bitcoin kembali naik diawal tahun 2016, hingga pada Desember 2017
4 Bitcoin Price Index, Desember 2017. Diakses melalui https://www.coindesk.com/price/ pada tanggal 5
Januari 2018 pukul 16.25.
0
2
4
6
8
10
12
14
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Th
ou
san
d U
S$
Tahun
4
nilai tukarnya tercatat mencapai US$ 19.000 per satu Bitcoin.5 Nilai tersebut juga
merupakan pertumbuhan tertinggi sebuah cryptocurrency dengan kenaikan hampir
sebesar 2.000 persen sejak diciptakannya.6 Data tersebut menunjukkan bahwa
Bitcoin telah semakin berkembang dan diterima.
Perkembangan Bitcoin yang didasarakan supply dan demand para
penggunanya, tidak serta merta membuat Bitcoin terus diproduksi meskipun
tingginya transaksi perhari. Bitcoin sejak kemunculannya telah di program hanya
berjumlah 21 juta7, dengan peredaran baru sebanyak 16 juta unit diseluruh dunia.8
Total transaksi Bitcoin mencapai 292 juta transaksi, dimana terdapat 498 ribu
transaksi terjadi setiap harinya.9 Uniknya jumlah transaksi Bitcoin ini tetap tinggi
ditengah kontroversi yang ada, yang juga menandakan Bitcoin mampu bertahan
meskipun adanya dukungan dan penolakan terhadapnya.
Dukungan atas Bitcoin saat ini tidak lepas dari banyaknya penerimaan
Bitcoin dalam dunia bisnis global, yang mengadopsi Bitcoin sebagai alternatif alat
pembayaran. Setidaknya saat ini terdapat lebih dari 100 perusahaan yang menerima
Bitcoin seperti: situs perbelanjaan online Overstock.com dan eBay yang tercatat
memiliki lebih dari 168 ribu pengguna,10 situs Expedia dan Virgin Galatic yang
merupakan situs pemesanan perjalanan liburan dan perjalanan luar angkasa yang
mengadopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran,11 serta Microsoft sebagai perusahaan
5 Ibid. 6 Ibid. 7 Nakamoto, Satoshi. ”Bitcoin: A peer-to-peer Electronic Cash System”. Diakses melalui
https://bitcoin.org/bitcoin.pdf pada tanggal 28 November 2017 pukul 19.56 WIB. 8 Ibid. 9 Bitcoin Chart. Diakses melalui https://charts.bitcoin.com/#cat-market pada tanggal 1 Desember 2017 pukul
13.15 WIB. 10 Number of Ebay Bitcoin Users. Diakses melalui http://www.statista.com/statistics/242235/number-of-ebays-
bitcoin-users/ pada tanggal 26 Januari 2018 pukul 15.15 WIB. 11 Haley Moore. 2017. Major Companies That Accept Bitcoin: (Updated) September 2017. Coin Review.
Diakses melalui https://coinreviews.io/companies-that-accept-bitcoin-august-2017/ pada tanggal 2 Desember
2017 pukul 21.45 WIB.
5
teknologi terbesar di dunia yang menerima Bitcoin sebagai salah satu sistem
pembayarannya dalam pembelian aplikasi dan software windows serta game
Xbox.12 Beberapa contoh perusahaan besar yang melibatkan Bitcoin tersebut,
secara tidak langsung memperlihatkan dukungan dunia bisnis terhadap
perkembangan Bitcoin.
Bitcoin tidak hanya digunakan dalam ranah bisnis online, namun nyatanya
juga hadir dan dipergunakan dalam kehidupan masyarakat dunia. Bitcoin saat ini
telah menjadi alat pembayaran sekolah oleh Switzerland’s Lucerne University
Swiss yang menerima Bitcoin sebagai alat pembayaran biaya pendidikan.13 Bitcoin
di Jepang juga digunakan untuk membayar gaji karyawan pada sebuah perusahaan
bernama GMO Internet Group.14 Di perusahaan tersebut karyawan bahkan
menerima bonus jika bersedia digaji menggunakan Bitcoin. Perusahaan mobil
mewah Lamborghini juga menerima Bitcoin sebagai alat pembayarannya, dimana
pada tahun 2011 seseorang bernama Saddington membeli sebuah mobil
Lamborghini seharga US$ 115 juta dengan menggunakan Bitcoin.15 Hal-hal di atas
menandakan bahwa Bitcoin semakin banyak diterima secara luas oleh masyarakat
baik dalam dunia maya maupun dunia nyata. Hal tersebut sekaligus
mengindikasikan bahwa Bitcoin bukan hanya sebuah mata uang online, namun
12 Tom Warren. 2014. Microsoft now accepts Bitcoin as a Payment. The Verge. Diakses melalui
https://www.theverge.com/2014/12/11/7375771/microsoft-supports-bitcoin-payments pada tanggal 2
Desember 2014 pukul 22.05 WIB. 13 Wolfie Zhao. 2017. Swiss Public University Begins Accepting Bitcoin. Diakses melalui
https://www.coindesk.com/swiss-public-university-begins-accepting-bitcoin/ pada tanggal 11 Januari 2018
pukul 23.34 WIB. 14 Steve Dent. 2017. Japanese Company will pay part of workers’ salaries in Bitcoin. Diakses melalui
https://www.engadget.com/2017/15/japanese-company-gmo-internet-paying-salaries-bitcoin/ pada tanggal 11
Januari 2018 pukul 22.40 WIB. 15 Akshay Makadiya. 2017. This Guy Bought a Lamborghini With Bitcoin. Diakses melalui
https://www.bitsonline.com/lamborghini-bitcoin-saddington/ pada tanggal 2 Desember 2017 pukul
22.23 WIB.
6
telah menjadi alat tukar yang bersanding dengan uang konvensional yang saat ini
digunakan oleh masyarakat secara umum.
Bitcoin seiring perkembangannya justru mengalami pergeseran fungsi,
dimana yang awalnya sebagai sebuah alat pembayaran namun saat ini umumnya
digunakan sebagai sebuah aset. Hal tersebut disebabkan adanya ketidaksamaan
informasi atas Bitcoin, serta minimnya penerimaan pembayaran melalui Bitcoin.
Sehingga penggunaan Bitcoin sebagai aset dinilai paling aman.
Penerimaan Bitcoin serta sambutan baik dari masyarakat dan dunia bisnis,
ternyata tidak sejalan dengan respon pemerintah negara-negara dunia. Kehadiran
Bitcoin justru menimbulkan pro dan kontra dalam hubungan antar negara, maupun
kehidupan domestik negara. Pemerintah negara-negara di dunia melalui bank
sentralnya memiliki posisi beragam atas penerimaan Bitcoin, bahkan cenderung
melarang dan belum memandang Bitcoin sebagai sebuah mata uang. Atas pro dan
kontra tersebut, di tahun 2017 setidaknya terdapat 68 negara yang melegalkan
Bitcoin; dimana 15 negara diposisi menentang, dan 19 negara masih belum
merespon adanya Bitcoin.16
Beberapa contoh negara yang melegalkan Bitcoin sebagai mata uang sah
diantaranya adalah Jepang dan Australia. Keberadaan Bitcoin di Jepang berada
dalam pengawasan the Japan Financial Services Agency.17 Jepang saat ini menjadi
negara dengan perdagangan Bitcoin terbesar yaitu sebayak 60,51% dari total
keseluruhan perdagangan Bitcoin dunia.18 Di sisi lain terdapat beberapa negara
16 Bitlegal Tracks the envolving regulatory landscape of cryptocurrency. Diakses melalui http://bitlegal.io/ pada
tanggal 1 Desember 2017 pukul 00.15 17 David Meyer. 2017. Japan’s Regulators Are Putting Bitcoin Exchanges Under Heavy Surveillance. Diakses
melalui https://www.fortune.com/2017/09/25/japan-bitcoin-exchanges-fsa-financial-regulation/ pada tanggal
11 Januari 2018 pukul 21.45 18 Diakses melalui https://www.cryptocompare.com/coins/btc/analysis/USD pada tanggal 14 April 2018 pukul
23.57 WIB
7
didunia uang menentang Bitcoin. Islandia merupakan salah satu negara yang
melarang transaksi Bitcoin karena bank sentral Islandia melalukan kontrol ketat
terhadap pergerakan modal pasca krisis keuangan global tahun 2008.19 Lain halnya
di Tiongkok, pemerintah Tiongkok tidak melarang penggunaan Bitcoin bagi
masyarakat, namun tidak untuk bank-bank ataupun institusi keuangan.20 Sedangkan
Indonesia Bitcoin bukan tergolong alat pembayaran yang sah, namun pemerintah
belum memberikan sikap resmi terkait Bitcoin, atau masih dalam tahap
mengevaluasi regulasi transaksi Bitcoin.21 Perbedaan pandangan antara masyarakat
dan pemerintah negara menjadikan negara-negara belum menyusun regulasi yang
kongkrit dan resmi terkait Bitcoin, baik di level domestik maupun internasional.
Kemunculan dan perkembangan Bitcoin serta pro dan kontra negara-negara
memperlihatkan bahwa mata uang ini mulai masuk dalam perdebatan sistem
keuangan internasional, yang sebelumnya di dominasi sistem fiat money22 ala
Amerika Serikat. Dominasi Amerika Serikat terhadap sistem keuangan
internasional ditandai dengan lahirnya Sistem Bretton Woods, yaitu sistem
keuangan yang muncul menggantikan sistem standar emas. Sistem ini lahir dari
pertemuan yang berlangsung di Bretton Woods pada tahun 1944 yang dihadiri oleh
44 negara,23 sebagai awal kelahiran lembaga ekonomi internasional yaitu
19 Mara Leseman. 2017. Is Bitcoin legal in the US. Di akses melalui
https://www.investopedia.com/ask/answers/121515/bitcoin-legal-us.asp pada tanggal 30 November
2017 pukul 19.56 20 Ibid. 21 Dob, Daniel. 2017. Indonesia’s Central Bank Bans Bitcoin as Method of Payment. Diakses
melalui https://themerkle.com/indonesias-central-bank-bans-bitcoin-as-method-of-payment/ pada
tanggal 6 Januari 2018 pukul 23.56 22 Fiat money adalah uang yang nilainya berasal dari regulasi atau keputusan pemerintah. Uang ini
termasuk uang kertas atau uang yang saat ini digunakan oleh mayoritas masyarakat dunia dengan
sistem yang berdasarakan atas kepercayaan terhadap pemerintah, dengan kata lain uang ini tidak
memiliki nilai instrintik. 23 Iskandar Simorangkir Suseno. Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar. Seri Kebanksentralan No. 12.
Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK). Jakarta: Bank Indonesia
8
International Monetary Fund (IMF) serta International Bank for Reconstruction
and Development (IBRD) atau biasa dikenal dengan World Bank.24 Sistem Bretton
Woods yang digagas AS membuka kesempatan kepada AS untuk mengontrol mata
uang dunia, yang didasari kesepakatan bahwa setiap negara yang terlibat harus
menentukan kurs mata uang negaranya pada standar tukar Dollar Amerika (USD).25
Meskipun sistem Bretton Woods hanya mampu bertahan sekitar 30 tahun, hingga
hancurnya sistem ini karena terjadinya krisis kepercayaan terhadap AS yang mana
telah mencetak dolarnya melebihi candangan emas yang dimiliki, namun supremasi
fiat money dan kontrol bank sentral atas mata uang negara terus berlangsung.
Uniknya sistem fiat money yang mengusung konsep liberal dan pasar bebas,
nyatanya tidak sejalan dengan adanya dominasi dan kontrol sistem Bretton Woods
oleh AS, maupun bank sentral negara-negara atas pasar.
Kemunculan Bitcoin di tengah dominasi fiat money justru membawa ide
sistem baru yang dikontrol oleh pasar. Bitcoin dalam hal ini justru sesuai dengan
logika pasar bebas, karena nilai dan ketersediaan Bitcoin didasarkan supply dan
demand pasar tanpa adanya intervensi dari negara maupun lembaga keuangan.
Bitcoin di tengah kenyataan tersebut uniknya mengalami pertentangan yang tidak
hanya hadir dari negara-negara yang mengontrol pemerintahannya namun juga dari
negara yang justru pro akan pasar bebas. Sehingga hal tersebut menyebabkan
ketidaksamaan kondisi dan tidak adanya kecenderungan negara-negara dunia dalam
memposiskan diri atas Bitcoin.
24 Ibid. 25 G. Hall, Stephen. 2010. Bretton-Woods systems, old and new, and the rotation of exchange-rate
regimes. Bank of Greece : Economic Research Department – Special Studies Division
9
1.2 Rumusan Masalah
Sejarah negara modern menjadi wujud nyata lemahnya sistem keuangan
internasional fiat money dan dominasi Amerika Serikat dengan pengaruh dolar AS
khususnya pasca berakhirnya krisis global dan runtuhnya sistem Bretton Woods.
Bitcoin yang merupakan fenomena baru terus mengalami pertumbuhan dan
mendapat dukungan dari dunia bisnis serta masyarakat secara umum, namun di sisi
lain justru tidak sejalan dengan dukungan dari negara-negara dunia khususnya
institusi keuangan negara.
Kehadiran Bitcoin menimbulkan pro dan kontra di negara-negara dunia.
Ada negara yang menolak juga ada negara yang menerima, namun negara yang
menolak tidak cenderung merupakan negara-negara yang memiliki kontrol penuh
atas negaranya melainkan juga ada negara yang mendukung pasar bebas pun
menolak Bitcoin, hal ini juga terjadi pada negara-negara yang menerima Bitcoin.
Hal tersebut menunjukkan negara-negara dunia memiliki kondisi yang beragam
dalam menyikapi Bitcoin. Sistem yang dianut sebuah negara juga tidak menjadi
penyebab sebuah negara menerima atau menolak Bitcoin.
Ketidaksamaan kondisi atas penolakan dan penerimaan Bitcoin menjadikan
penelitian ini mencari faktor yang melandasi penerimaan dan penolakan negara atas
Bitcoin. Berdasarkan penjabaran di atas, penelitian ini merumuskan sebuah
pertanyaan yaitu: Apakah kekuatan fiat money, perkembangan Bitcoin dan
sistem kelola negara mempengaruhi posisi negara-negara dunia dalam
penerimaan Bitcoin?
10
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini disusun sebagai dasar arahan analisis lebih lanjut guna
menjawab pertanyaan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun tujuan
penelitian ini adalah:
1) Mendeskripsikan perkembangan Bitcoin, performa fiat money dan sistem
kelola negara di negara-negara dunia.
2) Mendeskripsikan pengaruh perkembangan Bitcoin terhadap posisi negara.
3) Medeskripsikan pengaruh performa fiat money terhadap posisi negara.
4) Mendeskripsikan pengaruh sistem kelola negara terhadap posisi negara.
5) Menjelaskan kemunculan Bitcoin dalam sistem keuangan internasional.
1.4 Manfaat Penelitian
Di akhir penelitian setelah pengujian dan analisis terlaksana guna menjawab
semua pertanyaan serta tercapai tujuan, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat
untuk:
1) Bidang keilmuan agar dapat dapat mengisi kekosongan teori terkait
faktor-faktor yang melandasi dukungan dan penolakan suatu negara atas
sistem keuangan internasional, khususnya sistem keuangan berbasis
cryptocurrency. Penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya
kajian Hubungan Internasional terkait era baru dalam keuangan
internasional.
2) Bidang praktis diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi para pembuat kebijakan negara di dunia untuk
menentukan posisi diri atas keberadaan Bitcoin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi serangkaian penelitian terdahulu, landasan konseptual dan
kerangka pemikiran dengan dasar perspektif neoliberalisme sebagai salah satu
pendekatan yang berfokus pada bidang ekonomi dan pasar global,26 serta digunkaan
untuk melihat perkembangan sistem keuangan internasional. Neoliberalisme
memiliki asumsi bahwa negara merupakan kunci dalam Hubungan Internasional
tetapi bukan sebagai aktor utama, sebab bagi neoliberalisme institusi dan organisasi
internasional juga memiliki peran yang sama pentingnya dengan negara.27
Liberalisme yang memandang optimis kondisi sistem dunia, maka
neoliberal justru mengakui adanya sistem internasional yang anarki. Menurut kaum
neoliberalis, maka sistem atau struktur dunia yang anarki akan mendorong dan
menciptakan peluang untuk melakukan kerjasama demi kepentingan negara,
dimana kerjasama internasional merupakan solusi utama atas sistem yang anarki.
Neoliberalisme menekankan pencapaian dalam kerjasama internasional yaitu
absolute gains, artinya bahwa kerjasama yang dibentuk akan memperoleh
keuntungan atau membagi kerugian dengan sama rata.
26 Gilpin, Robert. 2001. Global Political Economy: Understanding the International Economic
Order. New Jersey: Priceton University Press. 27 Ibid.
12
Kemunculan Bitcoin yang mendapat pro dan kontra pada level
pemerintahan maupun masyarakat, menjadikan neoliberalisme dinilai mampu
memberikan solusi atas ketidaksamaan kondisi ini. Tujuan neoliberal untuk
mengedepakan kerjasama yang saling menguntungkan adalah untuk menekan
konflik, karenanya pemerintah dan masyarakat harus bekerjasama untuk menyikapi
keberadaan Bitcoin sehingga tidak saling merugikan.
2.1 Penelitian Terdahulu
Sebelum membangun kerangka pemikiran, penelitian ini mencoba
melakukan tinjauan pustaka mendalam dengan memaparkan beberapa penelitian
terdahulu guna memberikan gambaran mengenai fenomena Bitcoin dan
perkembangannya, sehingga dapat membantu pembangunan kerangka pemikiran.
Berbagai penelitian dengan tema Bitcoin dilibatkan yang telah dilakukan oleh
Thomas Alcorn, Adam Eagle dan Ethan Sherbondy; Samantha Douma; Matthew
Kien; dan Daniela Sonderegger.
Pertama adalah penelitian yang ditulis oleh Thomas Alcorn, Adam Eagle
dan Ethan Sherbondy yang berjudul “Legitimizing Bitcoin: Policy
Recommendations”.28 Penelitian tersebut berangkat dari munculnya fenomena
Bitcoin yang merepresentasikan sebuah inovasi teknologi pada mata uang. Bitcoin
berpotensi membawa keuntungan ekonomi bagi siapapun yang dapat
memanfaatkannya dengan baik. Teknologi Bitcoin sama halnya dengan teknologi
baru pada umumnya, juga mengalami ketidakpastian serta mendapat hambatan
akibat kurangnya pemahaman dan kepercayaan dari masyarakat. Hal ini diperparah
28 Thomas Alcorn. 2013. Legitimizing Bitcoin: Policy Recommendations. Ethics and Law on the
Electronic Frontier. Cambridge : MIT Computer Science and Artificial Intelligence Laboratory.
13
dengan belum adanya legalitas yang diberikan oleh pemerintah negara-negara
terhadap teknologi Bitcoin.
Penelitian tersebut mencoba menganalisis dan memberikan rekomendasi
kebijakan terkait Bitcoin. Rekomendasi tersebut dilakukan dengan melihat apa saja
kelebihan serta kekurangan yang dimiliki Bitcoin dibandingkan dengan fiat
currency yang selama ini dominan digunakan dalam transaksi keuangan. Bitcoin
memiliki kelebihan yang menutupi kekurangan mata uang konvensional yang tinggi
biaya transaksinya serta tidak efisien, dengan membebaskan biaya transaksi serta
menghadirkan transparansi. Bitcoin disisi lain juga memiliki kelemahan seperti
belum adanya legatimasi yang jelas, tingkat kepercayaan masyarakat yang masih
rendah, serta tingkat kemanan dan perlindungan konsumen yang belum terbukti.
Alcorn dalam penelitiannya menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode analisis SWOT (Strenght, Weaknesses, Opportunities, Threats). Konsep
yang digunakan dalam jurnal tersebut meliputi: cryptocurrency dan kebijakan, yang
digunakan untuk melihat Bitcoin sebagai sebuah cryptocurrency serta perumusan
kebijakan terkait Bitcoin. Data yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah
data sekunder dengan metode pengumpulan data studi kepustakaan. Penelitan
tersebut menyimpulkan bahwa Bitcoin merupakan sebuah inovasi keuangan yang
harus dipertimbangkan, sebab Bitcoin dianggap sebagai teknologi yang mampu
membentuk kembali pandangan dan penggunaan baru atas uang.
Alcorn menghasikan beberapa rekomendasi kebijakan terkait Bitcoin, yaitu:
(1) Pemerintah harus mengakui Bitcoin sebagai harta benda dan menetapkannya
dalam hukum serta melibatkan para pendukung Bitcoin dan stakeholders dalam
pembuatan regulasi terkait Bitcoin. (2) Butuhnya pengaturan pasar dan bisnis
14
terkait Bitcoin untuk melindungi masyarakat dalam menggunakkan Bitcoin serta
bekerja sama dengan para ahli Bitcoin untuk memerangi pasar ilegal yang banyak
menggunakan Bitcoin dalam transaksinya. (3) Bitcoin butuh dipertahankan sebagai
cadangan untuk membantu menstabilkan mata uang.29
Penelitian karya Alcorn secara tidak langsung memodelkan bahwa
pertimbangan atas perkembangan cryptocurrency (Bitcoin) mempengaruhi
rumusan rekomendasi kebijakan yang dalam hal ini berupa pelegalan Bitcoin,
khususnya terkait penetapan hukum serta aturan pasar dan bisnis Bitcoin. Penelitian
ini juga menyimpulkan bahwa terdapat aspek lain yang dapat mempengaruhi
kebijakan sebuah negara seperti aspek masyarakat, aspek pasar dan lain sebagainya.
Penelitian Kedua ditulis oleh Samantha Douma dengan judul “Bitcoin: The
Pros and Cons of Regulations”.30 Penelitian tersebut berangkat dari konterversi
kemunculan Bitcoin yaitu ketika pemerintah negara-negara dunia mengambil sikap
yang berbeda terkait penggunaan Bitcoin. Perbedaan tersebut terkait kebijakan,
peraturan dan metode perpajakan yang sering kali menimbulkan kekeliruan serta
masalah hukum terhadap kebijakan Bitcoin.
Saat ini pemerintah negara-negara dunia belum mengambil langkah
substansial terkait regulasi Bitcoin, sehingga konsumen dan produsen menghadapi
resiko seperti aktivitas kriminal dan volatilitas dalam valuasi Bitcoin. Latar
belakang penelitian tersebut berangkat dari asumsi bahwa Bitcoin dapat menyaingi
Euro dan mengganggu ekonomi Eropa jika tidak diatur dengan tepat.31
29 Ibid. 30 Samantha Douma. 2016. Master Tesis. Bitcoin : The Pros and Cons of Regulation. International
Relation (Master). Leiden: Leiden Univerisity. 31 Ibid.
15
Douma menggunakan pendekatan kualitatif dengan melibatkan teori
moneter dari Austrian School of Economics guna menjelaskan kaitan nilai yang ada
pada mata uang sebagai media pertukaran, yang berguna untuk mengetahui nilai
yang ditempatkan pada Bitcoin. Douma dalam penelitiannya menggunakan data
primer dan data sekunder, yang diperoleh dari laporan asli yang dipublikasi oleh
European Central Bank, United States Congress, European Banking Authority, dan
International Monetary Fund (IMF), serta artikel yang ditulis oleh organisasi berita
serta wartawan yang sudah tersertifikasi.
Penelitian Douma menemukan bahwa aturan yang mungkin diadopsi Uni
Eropa adalah menyangkut transparansi, otoritas pusat, dan perpajakan dari Bitcoin.
Uni Eropa lebih baik menerima Bitcoin dengan juga memberlakukan regulasi yang
membuatnya lebih transparan, sehingga mengurangi potensi penggunaan Bitcoin
dalam aktivitas kriminal dan teroris.32 Douma menambahkan bahwa Bitcoin jika
tidak diatur maka akan berdampak negatif pada perekonomian negara.
Penelitian karya Douma berkontribusi terhadap penelitian ini guna
membangun kerangka pemikiran mengenai logika persaingan antara Bitcoin dan
fiat money dalam mempengaruhi kebijakan keuangan negara. Logika atas hadirnya
pengaruh tersebut merujuk pada penjelasan Douma atas kaitan nilai pada mata uang
sebagai media pertukaran untuk mengetahui nilai yang ada pada Bitcoin.
Keberlangsungan Bitcoin karenanya butuh ditetapkan jika ingin dipergunakan,
serta secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap penentuan kebijakan
keuangan negara. Kebijakan keuangan negara penting dirumuskan untuk
menciptakan stabilitas perekonomian suatu negara, sehingga dalam
32 Ibid.
16
implementasinya negara seharusnya mengambil keputusan atas penggunaan atau
tidaknya suatu currency. Logika yang dikemukakan oleh Douma tersebut kemudian
diadopsi dalam penelitian ini sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi posisi
negara dalam penerimaan Bitcoin.
Penelitian ketiga adalah penelitian yang ditulis oleh Matthew Kien dengan
judul ”Coining Bitcoin’s “Legal-Bits”: Examining the Regulatory Framework
for Bitcoin and Virtual Currencies”33. Penelitian tersebut berangkat dari fenomena
kemunculan virtual currency dan Bitcoin yang baru-baru ini menyita perhatian
media dan para pembuat kebijakan negara. Atas kehadiran fenomena tersebut,
masih banyak masyarakat yang belum memahami apa dan bagaimana cara kerja
virtual currency termasuk Bitcoin.
Penelitian tersebut mencoba menjelaskan bahwa saat ini masyarakat dunia
terdorong menggunakan Bitcoin karena kelebihan-kelebihan yang dimilikinya
yaitu berupa anonimitas, transparansi, kemudahan dalam transaksi, serta minimnya
biaya transaksi hingga memungkinkan untuk tidak adanya biaya. Objek penelitian
Kien difokuskan pada regulasi pemerintah Amerika Serikat khususnya respon
pemerintah terkait isu-isu penggunaan Bitcoin untuk aktifitas ilegal. Di sisi lain,
Kien juga menyebutkan bahwa regulasi yang diterapkan akan berdampak kepada
aktor dalam sistem Bitcoin pada dimensi: bisnis penukaran, pembelian dan
penjualan Bitcoin, pedagang yang menerima Bitcoin sebagai alternatif pembayaran,
pengguna Bitcoin, serta penambang Bitcoin.
33 Matthew Kien. 2014. Coining Bitcoin’s “Legal-Bits: Examining the Regulatory Framework for
Bitcoin and Virtual Currencies. Harvard Journal of Law & Technology Vol. 27.Cambridge: Harvard
Law School.
17
Kien dalam penelitiannya menggunakan pendekatan kualitatif dan
memaparkan penelitian secara deskriptif dengan melibatkan beberapa konsep
seperti: virtual currency dan tata kelola (governance). Metode pengambilan data
yang digunakan adalah analisis data sekunder yang bersumber dari dokumen atau
laporan hasil penelitian lainya.
Penelitan Kien menyimpulkan bahwa perkembangan Bitcoin secara global
mengindikasikan bahwa mata uang tersebut tidak lagi dapat diabaikan
keberadaannya. Adanya perkembangan regulasi terkait Bitcoin menunjukkan
bahwa pemerintah mulai memahami keberadaan cryptocurrency, menariknya
upaya pemerintah tersebut berpotensi memunculkan efek berupa adanya legitimasi
mata uang virtual dan mendorong pasar untuk mengadopsinya. Kien dalam
penelitiannya menyatakan agar pemerintah lebih berhati-hati atas peraturan yang
berlebihan, sebab hal tersebut dapat menghambat pengembangan dan inovasi
teknologi Bitcoin.
Penelitian Kien juga menghasilkan beberapa kerangka hukum untuk
dijadikan referensi oleh pemerintah dalam pengambilan kebijakan untuk mengatur
Bitcoin dan mata uang virtual, yaitu: (1) The Bank Secrecy Act; (2) Securities
Regulations; (3) the Stamps Payments Act; (4) the Electronic funds Transfer Act;
dan (5) the Uniform Commercial Code. Kelima kerangka tersebut membangun
rekomendasi utama bahwa Undang-Undang Kerahasiaan Bank (The Bank Secrecy
Act) merupakan yang paling relevan untuk mengatur Bitcoin, sebab anonimitas
Bitcoin rentan membuka peluang pencucian uang serta transaksi di pasar gelap.
18
Penelitian karya Kien ini berkontribusi terhadap penelitian ini sebagai
landasan dalam perumusan model kerangka pemikiran. Penelitian ini mengadopsi
konsep yang digunakan dalam penelitian Kien yaitu berupa konsep virtual currency
serta konsep tata kelola. Kien dalam penelitiannya berasumsi bahwa virtual
currency dan konsep tata kelola menjadi dasar pertimbangan kebijakan pemerintah
Amerika Serikat khususnya pada aspek hukum dan legalitas Bitcoin. Sedangkan
penelitian ini justru hanya berfokus pada kebijakan terkait posisi penerimaan atau
penolakan negara terhadap Bitcoin.
Penelitian keempat yang ditulis oleh Daniela Sonderegger dengan judul “A
Regulatory and Economic Perplexity: Bitcoin Needs Just a Bit of Regulation”.34
Penelitian tersebut berangkat dari pemikiran bahwa terdapat perubahan pada sistem
keuangan dunia, yang mana otoritas pusat tidak lagi mennjadi satu-satunya pihak
yang berperan dalam pergerakan nilai mata uang, tapi juga atas keberadaan
masyarakat dalam sistem tersebut. Sonderegger mengemukakan bahwa Bitcoin
bukan hanya sekedar teknologi baru, lebih dari itu juga merupakan tawaran sistem
keuangan baru yang tidak terpusat sebagaimana mata uang konvensional lainnya.35
Bitcoin adalah sistem pembayaran yang memungkinkan transaksi internasional
berlangsung di saat yang bersamaan, dimanapun dan dengan biaya yang sangat
rendah. Di sisi lain, Bitcoin dianggap sebagai kemenangan bagi individu yang
mencari transaksi pembayaran tanpa hambatan dan pengawasan. Secara politis
Bitcoin berusaha memisahkan uang dari kewenangan negara.36 Hal tersebut
34 Daniela Sonderegger. 2015. A Regulatory and Economic Perplexity: Bitcoin Needs Just a Bit of
Regulation. Journal of Law & Policy Volume 47. United State: Washington University School of
Law. 35 Ibid. Hal 176. 36 Ibid. Hal 177.
19
membuat kehadiran Bitcoin kini menimbulkan dilema bagi pemerintahan di seluruh
dunia, bahkan memunculkan ancaman yang didasari atas teknologi Bitcoin.
Penelitian Sonderegger mencoba menganalisis potensi keberadaan Bitcoin,
serta mengusulkan solusi jangka pendek atas peraturan Bitcoin. Tujuan penelitian
tersebut juga untuk menjembatani keberadaan Bitcoin dan otoritas pusat (di
masing-masing negara). Hal ini dikarenakan secara logis pemerintah ingin
mengatur Bitcoin, namun mengingat dasar ideologis serta peran dan fungsi negara,
membuat keberadaan Bitcoin dan kontrol negara menjadi bergesekkan.
Sonderegger menggunakan pendekatan kualitatif dengan logika berfikir
historis, dimana peneliti mengumpulkan berbagai konteks sejarah dari penggalian
informasi yang relevan dengan realita di lapangan. Konsep yang digunakan adalah
konsep self regulation untuk memaparkan sistem Bitcoin. Sementara metode
pengambilan data menggunakan studi literatur dengan berfokus pada pengambilan
informasi dari sumber data sekunder seperti dokumen penelitian sebelumnya,
artikel atau berita terkait lainnya.
Penelitian Sonderegger menemukan bahwa Bitcoin idealnya diizinkan
dalam kerangka hukum yang tidak ketat guna mendukung perkembangannya
sekaligus meminimalisir intervensi pemerintah. Lebih lanjut, Sonderegger
memberikan solusi agar menetapkan Bitcoin sebagai komoditas yang mampu
membantu pemerintah dalam mengontrol, menjadikan harga, dan menstabilkan
penggunaan Bitcoin menjadi stabil dalam beberapa waktu. Solusi tersebut
merupakan solusi jangka pendek yang setidaknya memungkinkan Bitcoin dan
pemerintah memiliki fleksibilitas untuk pengembangan di masa depan.
Sonderegger juga berpendapat bahwa regulasi yang tepat tidak akan menghambat
20
inovasi tetapi memungkinkan sistem Bitcoin untuk mengatur diri sendiri dalam
kerangka peraturan yang ditetapkan secara samar, selain itu disebutkan bahwa
aturan terkait Bitcoin pada akhirnya akan efektif jika dunia bersatu untuk
menentukan status dan regulasi atasnya.
Penelitian karya Sonderegger ini memposisikan Bitcoin yang didominasi
oleh level bisnis dan fiat money yang dikuasi oleh pemerintah, dimana terdapat
persaingan diantara dua hal tersebut. Sonderegger berpendapat bahwa Bitcoin dan
fiat money tidak secara bersamaan saling mempengaruhi, namun disebutkan bahwa
negara secara ideologi menginginkan untuk memberi aturan atas Bitcoin. Penelitian
ini juga mengadopsi model pemikiran tersebut, dengan mengasumsikan bahwa
performa fiat money dan perkembangan cryptocurrency dapat memberikan
pengaruh terhadap posisi negara atas penerimaan Bitcoin, sebagaimana dibangun
dari penelitian-penelitian sebelumnya.
Keempat penelitian terdahulu yang telah dipaparkan di atas, kemudian
dirangkum kedalam sebuah tabel komprasi untuk melihat inti sari serta perbedaan
dari keempat penelitian terdahulu secara komprehensif yang telah dipilih oleh
peneliti dan digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian ini, sekaligus
untuk memudahkan dalam melihat perbedaan keempat penelitian terdahulu dengan
penelitian ini. Berikut tabel komperasi keempat penelitian terdahulu tersebut:
21
Tabel 2.1 Komparasi Penelitian Terdahulu
Jurnal 1
Thomas Alcorn
Jurnal 2
Samantha Douma
Jurnal 3
Matthew Kien
Jurnal 4
Daniela Sonderegger T
op
ik
Pen
elit
ian
Rekomendasi kebijakan
terkait kemunculan
Bitcoin sebagai sebuah
inovasi keuangan baru
dengan pemetaan
SWOT sebagai
acuannya
Kemunculan Bitcoin
yang berpotensi
menyaingi Euro serta
perbedaan sikap negara-
negara dunia terkait
penggunaan Bitcoin
Regulasi pemerintah
Amerika Serikat
sebagai respon terkait
aturan dalam
penggunaan Bitcoin
untuk aktivitas ilegal
Hadirnya Bitcoin
membawa perubahan
bagi sistem keuangan
dunia, sehingga perlu
dianalisis terhadap
potensi keberadaannya
Teo
ri /
Ko
nse
p
Konsep Kebijakan
Publik
Teori Moneter
Teori Austrian School
of Economics
Konsep virtual currency
Konsep Pemerintah Konsep self-regulation
Met
od
e Pendekatan : Kualitatif
Sumber data : Sekunder
Metode data : Studi
Literatur
Pendekatan : Kualitatif
Sumber Data : Primer
dan Sekunder
Metode data : Studi
Literatur
Pendekatan : Kualitatif
Sumber data : Sekunder
Metode data : Studi
Literatur
Pendekatan : Kualitatif
Sumber Data: Sekunder
Metode Data : Studi
Pustaka
Fo
ku
s In
ti
Kekurangan yang
dimiliki Bitcoin
merupakan
kelebihannya, keduanya
dianalisis untuk
merekomendasikan
kebijakan yang tepat
dan sesuai terkait
Bitcoin.
Mengetahui bentuk
peraturan yang dapat
diadopsi oleh Uni
Eropa, serta langkah
yang tepat untuk
mengatasi resiko yang
muncul di masa depan
terkait Bitcoin agar
tidak menyaingi euro
dan menghancurkan
ekonomi Eropa.
Respon negara-negara
pemerintah terkait
dengan isu-isu tentang
Bitcoin seperti soal
penggunaannya dalam
aktivitas ilegal
Bitcoin merupakan
sebuah teknologi baru
di antara ideologi
politik dan reformasi
keuangan, dimana
fondasi yang mendasari
sistem keuangan dan
ekonomi mulai
dipertanyakan
Kes
imp
ula
n
Bahwa Bitcoin unggul
sebagai teknologi mata
uang yang telah
membuktikan sebuah
teknologi yang mampu
membentuk pandangan
baru atas uang dan
penggunaanya, dimana
kekurangannya adalah
minimnya kepercayaan,
keamanan dan
perlindungan pengguna.
Bentuk peraturan yang
memungkinkan untuk
diadopsi Uni Eropa
yaitu: transparansi,
otoritas pusat, dan
perpajakan.
Pemerintah Amerika
Serikat mengambil
tindakan berupa
membentuk panduan
tentang mata uang
virtual yang dibuat oleh
FinCEN; mengirim
surat penolakan melalui
lembaga-lembaga
keuangan California
kepada perusahaan
Bitcoin; serta menyita
dan menahan aset
Bitcoin.
Dengan semakin
berkembangnya
Bitcoin, maka perlu
untuk lebih
memahaminya.
Aktivitas Bitcoin perlu
dikontrol oleh
pemerintah mengingat
potensi gangguan yang
mungkin ditimbulkan
oleh Bitcoin.
Po
sisi
Ju
rna
l t
erh
ad
ap
Pen
elit
ian
Jurnal 1 memodelkan
pertimbangan kekuatan
cryptocurrency yang
mempengaruhi
kebijakan yang dalam
hal ini terkait penetapan
hukum serta aturan
pasar dan Bisnis
Bitcoin. Penelitian ini
kemudian memiliki
posisi bahwa terdapat
hal lain seperti aspek
masyarakat dan pasar
turut mempengaruhi
kebijakan.
Jurnal 2 memunculkan
logika bahwa Bitcoin
dan fiat money dapat
mempengaruhi
kebijakan keuangan
negara, kemudian
penelitian ini
mengadopsi logika
tersebut sebagai salah
satu aspek dalam
mempengaruhi posisi
negara atas Bitcoin.
Jurnal 3 ini sebagai
landasan awal dalam
merumuskan model
kerangka pemikiran,
dimana penelitian ini
mengadopsi konsep
yang digunakan yaitu
konsep virtual currency
dan konsep tata kelola
yang mempengaruhi
posisi negara dalam
penerimaan Bitcoin.
Jurnal 4 memposisikan
Bitcoin yang di
dominasi oleh level
bisnis dan fiat money
dikuasi pemerintah
yang juga ingin
menguasai Bitcoin.
Sehingga penelitian ini
sependapat bahwa
performa fiat money
dan perkembangan
cryptocurrency
berpengaruh terhadap
penentuan posisi
negara atas Bitcoin.
Sumber: Diolah oleh peneliti
22
Keempat penelitian terdahulu yang telah dipaparkan di atas umumnya fokus
pada perumusan regulasi Bitcoin, yang masing-masing menjelaskan
pertimbangannya atas keuntungan dan kelemahan Bitcoin ataupun respon
pemerintah negara dilihat dari potensi serta tantangan Bitcoin yang ada. Penelitan-
penelitan terdahulu juga memberikan hasil rekomendasi kebijakan yang cenderung
mirip satu sama lain sehingga rekomendasi kebijakan terkait Bitcoin tidak variatif.
Lingkup objek penelitian yang digunakan juga lebih kepada urusan domestik
negara dibandingkan pandangan internasional, sehingga hasil penelitian dinilai
kurang relevan untuk diterapkan di berbagai negara, sebab Bitcoin merupakan
fenomena global sehingga objek penelitian idealnya harus menggunakan objek
dengan lingkup yang besar. Penelitian ini juga mencoba mengambil fokus yang
berbeda, yaitu akan mambahas posisi negara dalam menerima Bitcoin, sehingga
tidak hanya fokus pada kelemahan dan keunggulan serta regulasi-regulasi yang
direkomendasikan kepada negara terkait Bitcoin. Penelitian ini tidak hanya
menjadikan Bitcoin sebagai objek yang akan diteliti, tetapi negara sebagai objek
penelitian.
Penelitian ini diharapkan membawa pembaharuan yang tidak terdapat di
penelitian sebelumnya, berupa pemetaan posisi negara dalam penerimaan Bitcoin.
Penelitian ini akan dimulai dengan membuat kategorisasi posisi negara dalam
penerimaan Bitcoin, dimana akan dibagi kedalam tiga kategori yaitu: (1) negara
yang menerima Bitcoin; (2) negara yang menolak Bitcoin; dan (3) negara yang
tidak menolak pun tidak menerima (abstain). Hal tersebut sejauh ini belum pernah
dilakukan oleh para peneliti terdahulu yang lebih fokus pada kelebihan dan
kekurangan Bitcoin serta merekomendasikan berbagai regulasi atasnya.
23
2.2 Sistem Keuangan Internasional
Sistem keuangan internasional didefinisikan oleh Yuriy Kozak sebagai
gabungan dari pasar dan institusi-institusi keuangan yang terkait dengan hukum dan
pajak bisnis internasional.37 Sistem keuangan internasional juga didefinisikan oleh
C.M. Adam sebagai struktur pasar dimana organisasi dan perdagangan yang
dilakukan oleh individu mendukung komitmen ekonomi yang dilakukan melewati
batas-batas nasional.38 Berdasarkan definisi di atas dapat diambil garis besar bahwa
sistem keuangan internasional merupakan sebuah sistem yang mengacu pada
institusi keuangan serta pelaku di dalamnya yang mengatur prosedur dan hukum
terkait kegiatan keuangan internasional yang berdasarkan atas kesepakatan dari
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Dalam perjalanan suatu sistem keuangan internasional, terdapat beberapa
beberapa elemen di dalamnya berupa sekumpulan subsistem utama ekonomi dunia
yang mana berdampak pada penentuan ekonomi nasional dan global. Elemen-
elemen tersebut terdiri dari:39
1) Sistem moneter internasional - ditandai oleh komponen seperti mata
uang nasional dan cadangan, mata uang kolektif internasional, kondisi
konvertibilitas bersama, paritas mata uang, nilai tukar, serta mekanisme
aturan nilai tukar nasional dan internasional.
2) Pasar keuangan internasional - termasuk mata uang, pinjaman dan
sekuritas oleh instrumen keuangan tertentu.
37 Kozak, Yuriy. 2015 . International Finance: Training Manual, 5th Edition, revised and enlarged.
New York: Ministry of Education and Science of Ukraine. Hal. 19 38 C.M. Adam. 2011. The Globalization of The International Financial System. International
Economics, Finance and Trade Vol 2. Sydney : University of Sydney. 39 Kozak, Yuriy. 2015. Op.Cit. Hal. 12 dan 19.
24
3) Sektor keuangan virtual - yaitu internet banking, online shopping,
digital currency, e-money; Kredit khusus dan Institusi keuangan
(seperti dana asuransi pensiun dan kumpulan investor).
4) Perdagangan ekonomi – berupa bursa saham dan komoditas
internasional.
5) Pelaku ekonomi – terdiri dari negara-negara, bank-bank, perusahaan-
perusahaan, TNC dan TNB; yang melakukan operasi untuk menarik
investasi asing sebagai sumber modal untuk membiayai investasi
mereka berupa penjualan saham atau pinjaman di pasar modal
internasional.
Elemen-elemen di atas menjadi sebuah kesatuan dan berjalan bersamaan sebagai
penggerak sistem keuangan internasional. Dalam penelitian ini, kelima elemen
tersebut digunakan untuk melihat posisi cryptocurrency sehingga dapat diketahui
apakah cryptocurrency termasuk dalam sistem keuangan internasional.
Sistem keuangan internasoinal dengan begitu melibatkan beberapa aktor
utama yang menengahi sebagian besar arus keuangan internasional yaitu aktor
negara seperti: perusahaan, bank serta pemerintah.40 Selain itu juga terdapat aktor
non-negara seperti: perusahaan internasional, perusahaan multinasional, bank
internasional, lembaga keuangan dan institusi keuangan internasional.41 Aktor-
aktor tersebut memiliki perannya masing-masing seperti penyedia jasa layanan
serta pengawas di dalam berlangsungnya sistem keuangan internasional.
Penelitian ini hanya fokus pada aktor dan kebijakan negara karena
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui legalitas Bitcoin sebagai mata uang.
40 Ibid. Hal 19 41 Ibid.
25
Alasannya dikarenakan yang berhak untuk memberikan legalitas penggunaan
Bitcoin adalah aktor negara. Berlangsungnya sistem keuangan tidak lepas dari
Peran aktor tersebut dalam mendukung kinerja sistem keuangan tersebut dapat
diukur, dari:42
1) Competition (persaingan) - pasar keuangan menjadi tempat persaingan
untuk menyediakan berbagai macam layanan keuangan dari para
penyedia layanan. Hal ini sekaligus memberi kemudahan masyarakat
untuk memilih layanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Adapun
indikator-indikator dalam sektor persaingan ini yaitu: jumlah lembaga
keuangan, perubahan saham, kemudahan masuknya investasi asing,
harga layanan dan lain sebagainya.
2) Concentration (pemusatan) - banyaknya persaingan pada pasar
keuangan mendorong terjadinya pemusatan kekuasaan dimana
pemusatan kekuasaan ini dilihat dari sejauh mana sektor keuangan
dikendalikan oleh institusi terbesar di pasar internasinoal. Indikator
pemusatan dihitung dari jumlah kuadrat dari saham-saham semua
perusahaan pada suatu sektor, dengan nilai indeks yang lebih tinggi
mengindikasikan pemusatan pasar yang lebih besar.
3) Efisiensi - kemampuan sektor keuangan untuk menyediakan produk
dan layanan berkualitas tinggi dengan biaya yang rendah. Persaingan
dan efisiensi dalam sistem keuangan sebagian besar saling berkaitan
karena sistem yang lebih kompetitif selalu berubah menjadi lebih
efisien. Indikator untuk menilai efisiensi sebuah sistem keuangan
42 World Bank; International Monetary Fund. 2005. Financial Sector Assessment : A Handbook.
Washington, DC. World Bank.
26
adalah persentase total aset (biaya operasioanal, pajak, keuntungan
bersing dan lain sebagainya) serta penyebaran suku bunga.
Ketiga indikator di atas merupakan sebuah kinerja dalam proses sistem
keuangan internasional, dimana ketika sistem tersebut berlangsung maka ketiga
sektor itu akan muncul sebagai pendukung berjalannya sistem keuangan
internasional. Indikator-indikator tersebut menjadi acuan dalam siklus sistem
keuangan internasional, yang hal ini digunakan untuk melihat apakah
cryptocurrency telah memenuhi ketiga sektor tersebut.
Akt orNasional
Akt or I nt er-
nasional
Kinerj a Sist em
KeuanganI nt ernasional
Monet er I nt ernasional
Pasar Keuangan
I nt ernasional
Bursa Saham dan Kom odit as
Sekt o rKeuangan
Virt ual
Negara,Bank,TNC
Compet it ion
Consent rat ion
Ef iciency
Gambar 2.1 Model Sistem Keuangan Internasional Sumber: Gambar diolah dari deskripsi sebelumnya
Model di atas menggambarkan bagaimana arus sebuah sistem keuangan
internasional berlangsung. Aktor-aktor yang terlibat masuk dalam setiap elemen-
elemen yang ada pada sistem keuangan internasional, kemudian mereka
menggerakan semua elemen tersebut sehingga sistem keuangan internasional dapat
berjalan. Ketika hal itu berlangsung maka muncul sifat berupa persaingan,
pemusatan, dan efisiensi, dalam sistem keuangan internasional. Sifat-sifat tersebut
menjadi indikator dalam sistem keuangan internasional.
2.2.1. Sistem Fiat Money
Sistem uang fiat merupakan sistem keuangan yang didasarkan pada
mandat pemerintah bahwa mata uang yang dicetak merupakan alat
27
pembayaran yang sah dalam melakukan transaksi keuangan.43 Legalitas
uang fiat kini tidak lepas dari kepercayaan masyarakat kepada pemerintah
yang telah memberikan keputusan akan penggunaannya sebagai media
penyimpanan dan alat tukar. Uang fiat yang berupa uang kertas dan uang
koin, merupakan uang yang memiliki nilai nominal yang lebih besar
dibandingkan dengan nilai instrinsiknya (harga kertas dan biaya cetak).
Rekening giro serta cek juga merupakan bentuk lain dari uang fiat, dimana
semua itu merupakan representasi dari nilai sebuah aset.
Sistem dan nilai pada uang fiat rentan terhadap inflasi. Inflasi
merupakan cerminan kestabilan nilai sebuah mata uang. Sistem keuangan
dunia saat ini dikuasi fiat money yang nilainya sangat fluktuasi. Domanasi
fiat money berdampak pada perekonomian dunia yang senantiasa
mengalami “pasang surut”. Robet A Mundell seorang peraih nobel ekonomi
menyebutkan bahwa ketika masyarakat dunia menggunakan fiat money,
maka konsekuensinya dunia memasuki tahapan ekonomi baru yaitu regime
of permanent inflation atau inflasi abadi.44 Hal tersebut menandakan bahwa
fiat money merupakan sistem mata uang yang sangat mudah menyebabkan
inflasi. Seperti yang dikatakan oleh Mishkin bahwa uang memiliki pengaruh
besar pada inflasi, siklus binis dan suku bunga, dimana ketiga hal tersebut
penting bagi kesehatan perekonomian.45
43 Angela Redish. 1993. Anchors Aweigh: The Transitioin form Commodity Money to Fiat Money
in Western Economies. The Canadian Journal of Economics/Revue canadienne d’Economique,
Vol.26, No.4. Canada: The University of British Colombia. 44 A. Riawan Amin. 2008. Mengendalikan atau Menghilangkan Inflasi. Jurnal Ekonomi Islam. 45 Frederic S. Mishkin. 2016. The Economics of Money, Banking, and Financial Markets, 11th
Edition. England: Pearson Education Limited.
28
Dua pernyataan di atas uniknya merepersentasikan bahwa fiat money
bukan hanya mempengaruhi inflasi tetapi juga dapat mempengaruhi
kebijakan negara. Inflasi yang terjadi tersebut kemudian dapat berpengaruh
pada perekonomian negara, sehingga secara logika pemerintah akan
membuat kebijakan untuk menjaga stabilitas perekonomiannya.
Konsep fiat money system digunakan dalam penelitian ini untuk
melihat bagaimana performa uang fiat sebagai mata uang konvensional
yang sejak lama digunakan di berbagai negara dunia. Konsep ini dijadikan
sebagai faktor dalam mengindentifikasi pengaruh performa uang fiat yang
digunakan negara dalam menentukan posisi penolakan atau penerimaannya
Bitcoin. Dalam mengukur performa fiat money, penelitian ini menggunakan
tiga indikator yaitu: uang beredar yang dikemukakan oleh David Ricardho,
stabilitas mata uang oleh Alex Lebed serta sistem nilai tukar menurut
Sebastian Edward.
Indikator pertama adalah jumlah uang beredar. Definisi uang beredar
berdasarkan laporan yang dirilis oleh Bank Indonesia dibagi menjadi dua
yaitu dalam arti sempit (narrow money) dan dalam arti luas (broad
money).46 Uang beredar dalam arti sempit adalah daya beli yang digunakan
langsung untuk pembayaran berupa: uang kartal dan uang giro yang
dipegang oleh masyarakat. Sedangkan definisi dalam arti luas adalah uang
kartal dan uang giro, ditambah dengan uang kuasi yang berupa deposito
berjangka, tabungan, giro dalam valuta asing dan surat berharga.
46 Diakses melalui https://www.bi.go.id/id/publikasi/perkembangan/Default.aspx pada tanggal 15
Juni 2018 jam 06.08 WIB
29
Menurut David Ricardho jumlah uang beredar berpengaruh signifikan
terhadap harga barang dan turunnya nilai mata uang. Semakin banyak
jumlah uang beredar yang tidak sejalan dengan jumlah barang yang ada,
maka secara otomatis akan meningkatkan permintaan terhadap barang
tersebut yang kemudian berakibat pada kenaikan harga barang.47 Penelitian
ini berdasarkan konsep tersebut berasumsi bahwa uang yang beredar harus
dikontrol agar tidak terjadi inflasi berlebih yang akan berdampak pada
ekonomi. Dengan kata lain uang beredar merupakan aspek penting dalam
performa fiat money sebab jumlah uang beredar akan berdampak pada aspek
lainnya seperti: harga barang, pertumbuhan ekonomi, serta nilai mata uang.
Pemerintah memiliki kontrol penuh atas uang fiat baik dalam
pencetakan, pendistribusian, serta kontrol atas transaksinya. Pemerintah
dalam mengontrol uang fiat menetapkan sebuah sistem nilai tukar. Hal
tersebut dikarenakan adanya pasar bebas yang melibatkan berbagai negara
dengan jenis mata uang yang berbeda-beda; sehingga perlu ditentukan nilai
tukar mata uang tiap negara yang biasa disebut dengan kurs. Penetapan kurs
tersebut dilakukan guna mencegah kerugian dalam transaksi perdagangan
internasional.
Indikator kedua untuk mengukur performa fiat money dalam
penelitian ini digunakan indikator sistem nilai tukar mata uang. Sistem nilai
tukar adalah kebijakan yang digunakan oleh suatu negara terkait tingkat
nilai mata uang saat ditukarkan dengan mata uang negara lain.48 Negara-
47 Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter Edisi 1. Yogyakarta: BPFE. 48 Sebastian Edwards. 2003. Exchange Rate Regimes. Economic and Financial Crises in Emerging
Market Economies. Chicago: University of Chicago Press.
30
negara dunia memiliki sistem nilai tukar yang berbeda. Definisi nilai tukar
mata uang menurut Mankiw adalah harga dari mata uang yang digunakan
oleh penduduk sebuah negara yang digunakan untuk saling bertransaksi
dalam perdagangan dengan negara lainnya.49 Sedangkan menurut Krugman
dan Maurice dalam buku Thomas Oatley, menambahkan bahwa nilai tukar
mata uang merupakan harga sebuah mata uang suatu negara yang
dinyatakan dalam mata uang lainnya.50 Berdasarkan dua definisi tersebut
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai tukar mata uang adalah harga
mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain yang digunakan
untuk melakukan transaksi perdagangan internasional.
Mata uang suatu negara dapat ditukarkan dan diperjualbelikan dengan
mata uang negara lain sesuai dengan nilai tukar mata uang yang berlaku di
pasar mata uang atau biasa disebut dengan pasar valuta asing. Nilai tukar
mata uang suatu negara dengan negara lain dapat berubah seiring perubahan
ekonomi, sosial dan politik di dalam negara tersebut. Perubahan nilai tukar
mata uang suatu negara dengan begitu tidak lepas dari intervensi
pemerintah, dalam hal ini bank sentral memiliki kebijakan untuk menaikkan
dan menurunkan nilai tukar mata uang nasional intervensi ini dilakukankan
sebagai langkah penyesuasian dengan nilai mata uang suatu negara yang
terdapat dalam pasar valuta asin atau pasar internasional.51
49 N. Gregory Mankiw. 2007. Macroeconomics 7th Edition. New York: Worth Publishers. 50 Thomas Oatley. 2015. International Political Ecoonomy 5th Edition. New York: Routledge. 51 Jeff Madura. 2008. International Financial Management. Florida:
31
Jeff Madura menjelaskan bahwa nilai tukar mata uang berdasarkan
tingkat pengendaliannya yang diterapkan sebuah negara, dapat digolongkan
menjadi empat kategori, yaitu:
1. Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange Rate System)
Sistem nilai tukar tetap adalah sistem nilai tukar mata uang
domestik terhadap mata uang asing yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, dalam sistem ini intervensi pemerintah sangat besar.
Hal tersebut disebakan adanya permintaan dan penawaran dapat
menyebabkan berubahanya nilai tukar. Ketika nilai tukar
bergerak terlalu tajam di luar batas yang ditetapkan, maka
pemerintah akan melakukan intervensi sehingga nilai tukar tetap
bertahan dalam batas-batas yang telah dikehendaki.
2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (Free Floating Exchange
Rate System)
Sistem nilai tukar mengambang bebas adalah sistem nilai tukar
mata uang domestik terhadap mata uang asing yang ditentukan
atas kehendak pasar tanpa adanya campur tangan pemerintah.
Pergerakan nilai tukar ditentukan atas permintaan dan penawaran,
ketika permintaan tinggi maka nilai tukar akan naik, sebaliknya
ketika permintaan menurun maka nilai tukar juga akan
mengalami penurunan; sehingga sistem ini bersifat fluktuasi
mengikuti mekanisme pasar. Sistem ini lebih lanjut mendorong
keseimbangan dicapainya dengan menemuhi permintaan yang
ditawarkan.
32
3. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Manage Float
Exchange Rate System)
Sistem nilai tukar mengambang terkendali merupakan sistem
yang terdiri dari gabungan atas nilai tukar tetap dan nilai tukar
mengambang bebas. Pada sistem ini tinggi rendahnya nilai mata
uang ditentukan oleh mekanisme pasar, namun pemerintah bisa
melakukan intervensi untuk menjaga supaya nilai mata uang
untuk tidak berubah terlalu banyak dan tetap dalam arah tertentu.
4. Sistem Nilai Tukar Terikat (Pegged Exchange Rate System)
Sistem nilai tukar terikat adalah mata uang domestik yang
nilainya dikaitkan dengan sebuah mata uang asing yang nilai
tukarnya cenderung stabil terhadap mata uang negara partner
dagang utama. Nilai mata uang domestik dalam hal ini bergerak
mengikuti mata uang yang dijadikan ikatan tersebut. Dengan kata
lain, mata uang domestik akan mengalami fluktuasi mengikuti
mata uang yang dikaitkannya. 52
Secara garis besar sistem nilai tukar yang umum digunakan di
negara-negara dunia dikelompokan menjadi dua yaitu sistem nilai tukar
tetap (fixed exchange rates) dan sistem nilai tukar mengambang (floating
exchange rates). Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk memelihara
kestabilan nilai mata uang baik terhadap barang dan jasa serta kestabilannya
terhadap mata uang negara lain untuk menghindari kemungkinan yang dapat
mengganggu perekonomian negara.
52 Jeff Madura. 2008. International Financial Management. Mason: Thomson South Western.
33
Kestabilan nilai mata uang sangat penting untuk mendukung
pembangunan ekonomi berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Maka dari itu indikator ketiga dalam penelitian ini adalah stabilitas
mata uang. Stabilitas mata uang adalah keberhasilan mata uang dalam
menjalankan fungsinya sebagai alat tukar dan penyimpanan nilai karena
daya beli dan jualnya yang stabil.53 Nilai uang yang stabil dapat
menumbuhkan kepercayaan masyarakat dan dunia usaha dalam melakukan
berbagai aktivitas ekonominya, baik konsumsi maupun investasi, sehingga
dapat mendorong pertumbuhan perekonomian nasional. Dengan kata lain,
secara logis maka pemerintah akan merumuskan berbagai kebijakan agar
dapat tetap menjaga stabilitas nilai mata uang.
2.2.2. Cryptocurrency
Cryptocurrency merupakan sebuah teknologi baru dalam sistem
keuangan. Cryptocurrency merupakan aset digital yang berfungsi sebagai
media pertukaran dengan menggunakan kriptografi sebagai sistem
keamananya.54 Dikatakan digital karena cryptocurrency tidak memiliki
bentuk fisik, namun mata uang ini tetap memiliki nilai karena dapat
digunakan sebagai alat pembayaran. Lebih lanjut, cryptocurrency juga
didefinisikan sebagai sebuah revolusi baru dari jenis mata uang yang serupa
seperti: mata uang lainnya yang memiliki nilai karena orang
menganggapnya bernilai.
53 Alex Lebed. 2018. StableUnit: A low-volatility p2p Electronic Cash System. Stable Unit
Whitepaper. 54 Usman W. Chohan, MBA. Cryptocurrencies: A Brief Thematic Review. 4 Agustus 2017.
University of New South Wales, Canberra.
34
Berdasarkan definisi-definisi yang telah disebutkan dapat dimaknai
bahwa cryptocurrency adalah mata uang yang tidak memiliki wujud nyata
dan hanya terdapat di dunia maya, dimana cryptocurrency merupakan
sebuah jenis mata uang digital yang menggunakan prinsip kriptografi55 yang
nilainya ditentukan oleh supply dan demand para penggunanya. Konsep
cryptocurrency dalam penelitian ini akan digunakan untuk mengukur
perkembangan cryptocurrency khususnya Bitcoin guna melihat
pengaruhnya terhadap kontroversi di negara-negara dunia. Penelitian ini
berasumsi bahwa perkembangan cryptocurrency di suatu negara akan
mempengaruhi posisinya menentukan legalitas atas Bitcoin.
Terdapat beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur
perkembangan cryptocurrency. Pertama - jumlah transaksi cryptocurrency,
dimana tiap negara memiliki jumlah transaksi yang berbeda-beda.
Banyaknya transaksi di sebuah negara sejalan dengan seberapa banyak
pengguna di negara tersebut, sehingga semakin banyak pengguna maka
jumlah transaksinyapun akan semakin tinggi.
Indikator kedua – pengguna cryptocurrency yang menjadi penentu
terhadap pergerakan nilainya yang secara logika semakin banyak pengguna
maka akan semakin banyak permintaan dan penawaran. Jumlah pengguna
cryptocurrency di tiap negara berbeda-beda, banyaknya pengguna di suatu
negara maka dapat diindikasikan bahwa cryptocurrency di negara tersebut
semakin diterima.
55 Kriptografi adalah alat yang diperluakan untuk melindungi informasi dala sistem komputasi.
Kriptografi digunakan oleh miliaran orang diseluruh dunia setiap hari untuk melindungi data-data
mereka. Dikutip dari Dan Boneh. 2015. A Graduate Course in Applied Cryptography.
35
Indikator ketiga dalam penelitian ini yaitu perdagangan
cryptocurrency. Penerimaan cryptocurrency di sebuah negara tidak lepas
dari tingginya perdagangan cryptocurrency, yang merupakan aktifitas
penukaran cryptocurrency terhadap mata uang domestik atau sebaliknya.
Aktivitas tersebut berlangsung di pasar cryptocurrency yang menjadi tempat
dimana cryptocurrency ditukarkan dengan cryptocurrency lainnya atau
bahkan dengan uang fiat.56 Tingginya perdagangan nilai mata uang
domestik terhadap cryptocurrency atau sebaliknya tidak lepas dari jumlah
pengguna dan jumlah transaksi cryptocurrency disuatu negara, dimana
semakin banyak jumlah pengguna dan jumlah transaksi maka akan
berdampak pada tingginya perdagangan.
Indikator keempat dalam penelitian ini adalah harga cryptocurrency
(Bitcoin). Pada pasar bursa cryptocurrency terdapat harga yang nilainya
dapat dengan mudah berbubah. Harga tersebut secara logis dipengaruhi oleh
penerimaan dan penawaran pasar. Harga cryptocurrency merupakan nilai
yang harus dibayarkan untuk mendapat satu unit cryptocurrency. Menurut
Hyadumadha perbedaan harga cryptocurrency (Bitcoin) disebabkan
penentuan harga berdasarkan nilai mata uang suatu negara serta
penggunanya, sehingga harga cryptocurrency di suatu negara akan berbeda
dengan di negara lainnya mengikuti nilai mata uang negara tersebut, selain
56 Peter M. Krafft, et.al.,2018. An Experimental Study of Cryptocurrency Market Dynamics. Journal
for Social and Behavioral Science: Economic. Canada. ACM: Montreal.
36
itu harga yang berlaku juga tidak lepas dari pengaruh jumlah pengguna
cryptocurrency.57
2.3 Sistem Kelola Negara
United Nation Development Program (UNDP) mendefinisikan tata kelola
negara sebagai pelaksanaan otoritas politik, ekonomi dan adminsitratrif untuk
mengelola urusan negara di semua tingkatan.58 Konsep governance lebih dipahami
sebagai tata kelola pemerintah dalam mengelola jalannya pemerintahan. Tiap
negara memiliki pola pemerintahan yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi
negaranya. Sistem kelola negara yang diterapkan di tiap negara diindikasikan
memiliki pengaruh terhadap penentuan posisi negara dalam menanggapi fenomena
global. Konsep sistem kelola negara dalam penelitian ini akan digunakan untuk
mengelompokan negara berdasarkan sistem yang dianutnya, Rowland Pasaribu
berpendapat yang termasuk dalam tata kelola negara adalah sistem pemerintahan,
sistem ekonomi, dan sistem demokrasi.59
2.3.1 Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan merupakan sistem yang dibentuk dan
dijalankan oleh regulator negara guna mencapai tujuan pemerintahan.
Mahfud MD pernah mengemukakan bahwa sistem pemerintahan
merupakan sebuah sistem hubungan serta aturan kerja antar lembaga-
lembaga negara dalam menjalankan pemerintahan.60 Secara garis besar
57 Hyadumadha. 2017. “Pasar Bursa Cryptocurrency”. Cryptolocho. Diakses melalui
http://cryptolocho.com/2017/09/11/apa-saja-pasar-bursa-cryptocurrency/ pada tanggal 15 April
2018 pukul 22.43 WIB. 58 Rowland B.F. Pasaribu. 2011. Tata Kelola Pemerintahan. 59 Ibid. 60 Moh. Mafud MD. 2001. Dasar & Struktur Ketatanegaraan Indonesia. Jakarta: Renika Ciptra.
Halaman 74.
37
terdapat dua sistem pemerintahan yang dianut oleh negara-negara di dunia,
yaitu sistem parlementer dan sistem presidensial, namun seiring berjalannya
waktu ada negara-negara yang mulai mengadopsi gabungan kedua sistem.
1) Sistem Parlementer - adalah sistem yang menekankan parlemen
sebagai subjek pemerintahan dan memiliki peran penting dalam
pemerintahan.61 Parlemen dipilih langsung oleh rakyat melalui
pemilu, sehingga partai yang memenangkan pemilu akan berpotensi
menguasai parlemen. Di sistem ini pemerintahan dipimpin oleh
perdana menteri yang dipilih oleh parlemen dan bertanggung jawab
kepada parlemen, sehingga setiap kebijakan pemerintah yang dibuat
tidak boleh menyimpang dari apa yang dikehendaki oleh parlemen.
2) Sistem Presidensial - merupakan sistem dimana kepala
pemerintahan dan kepala negara dipegang oleh presiden yang dipilih
langsung oleh rakyat.62 Sistem presidensial menempatkan eksekutif
dan legislatif sama, sehingga presiden tidak dapat diberhentikan dari
jabatannya oleh legislatif, sebab presiden tidak dipilih langsung oleh
parlemen tatapi presiden dipilih langsung oleh rakyat melalui
pemilu.63 Dalam menjalankan tugasnya presiden memilih dan
mengangkat menteri-menteri sebagai pembantu presiden. Menteri-
menteri (kabinet) bertanggung jawab langsung kepada presiden yang
telah memilih dan mengangkatnya.
61 Op.cit. Moh.Mahfud MD. 2001. 62 Moh Kusnardi dan Harmaily Ibrahim. 1993. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta:
Sinar Bakti. 63 Sarundajang. 2012. Babak Abru Sistim Pemerintahan. Jakarta: Kata Hasta Pustaka. Halaman 35.
38
3) Sistem Pemerintahan Campuran - merupakan sistem pemerintahan
yang menggabungkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh
sistem parlementer dan sistem presidensil. Dalam sistem ini presiden
tetap sebagai kepala pemerintahan sekaligus kepala negara. Namun
dalam kepala pemerintahan terdapat perdana menteri yang sama
berkuasa seperti presiden sehingga menimbulkan dua kekuasaan.64
Kabinet yang terdiri dari Perdana Menteri dan para menteri dipilih
oleh presiden, namun di saat yang bersamaan kabinet juga harus
mendapat kepercayaan dari parlemen. Perdana Menteri yang
memegang kekuasan eksekutif dapat tetap memegang jabatan jika
parlemen tidak beroposisi terhadap mereka.65 Berikut merupakan
perbandingan ketiga sistem pemerintahan negara:
Tabel 2.2 Perbandingan Sistem Pemerintahan Negara
Sistem
Parlementer Sistem Campuran
Sistem
Presidensil
Kepala
Pemerintahan
Perdana
menteri
Presiden dan perdana
menteri Presiden
Pemilihan Menteri Parelemen Parlemen Presiden
Sistem Pemilihan
Perdana
menteri dipilh
oleh parlemen
Presiden dipilih
langsung oleh rakyat,
sedangkan perdana
menteri dipilih oleh
parlemen
Presiden dipilih
langsung oleh
rakyat melalui
pemilihan
umum
Pusat Kekuasaan Parlemen Presiden dan parlemen Presiden
Lama Masa
Jabatan Eksekutif
Tidak
menentuk
bergantung
pada parlemen
Ditentukan dalam
konstitusi
Ditentukan
jangka waktu
Sumber: Diolah oleh Peneliti
64 Saldi Isra. 2010. Pergeseran Fungsi Legislatif: Menguatnya model Legislasi Parlementer Dalam
Sistem Presidensial Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers. 65 Maurice Duverger. 1995. Model Sistem Politik Baru: Pemerintahan Semi-Presidensial. Jakarta:
Rajawali Pers.
39
2.3.2 Sistem Ekonomi
Pengertian sistem ekonomi menurut Gilarso adalah keseluruhan
sistem yang mengatur perilaku masyarakat baik itu produsen, konsumen,
pemerintah dan lain sebagainya dalam menjalankan kegiatan ekonomi.66
Sistem ekonomi adalah kegiatan dan aturan yang ada dalam menjalankan
perekonomian untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kesejahteraan.
Kegiatan ekonomi menciptakan dan memberikan kekayaan yang dapat
dimanfaatkan oleh individu dan masyarakat secara luas untuk mencapai
tujuan sosial dan material yang berbeda, sehingga dapat dikatakan bahwa
ekonomi adalah aspek pokok pada perkembangan manusia. Saat ini terdapat
beberapa sistem ekonomi yang diberlakukan oleh negara-negara dunia,
yaitu:
1) Sistem Ekonomi Liberal - merupakan sistem yang seluruh kegiatan
ekonomi diserahkan kepada pasar baik itu produksi, distribusi, dan
konsumsinya. Dalam sistem ini peran pemerintah sangat minim,
dimana pemerintah hanya sebagai pengawas jalannya
perekonomian. Pasar dengan begitu menjadi penentu harga serta
modal yang memegang peran penting dalam berlangsungnya
perekonomian.67 Kepemilikan individu dalam sistem ini diakui, serta
masyarakat diberikan kebebasan untuk bersaing dalam melakukan
usaha, sehingga dapat mendorong setiap individu untuk bekerja
lebih giat lagi sehingga kemakmuran dapat ditingkatkan.
66 Dicky Sumarsono. 2016. Sistem Perekonomian Negara-Negara di Dunia. Jurnal Akutansi dan
Pajak Vol. 16 No. 2. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AAS Surakarta. 67 Ibid.
40
2) Sistem Ekonomi Sosialis - merupakan sebuah sistem ekonomi yang
menghendaki adanya campur tangan pemerintah, dimana seluruh
kegiatan ekonomi diatur oleh negara68, sehingga peran negara sangat
dominan. Seluruh sumber daya dan kegiatan ekonomi diatur dan
dikuasi oleh negara, baik itu produksi hingga penyaluran barang
serta harga.69 Dalam sistem ini masyarakat tidak diberi kebebasan
dalam menjalankan perekonomian, namun sistem ini memiliki
tujuan untuk kemakmuran masyarakat secara merata sehingga tidak
adanya penindasan.
3) Sistem Ekonomi Campuran - merupakan gabungan dari kedua
sistem diatas. Dalam sistem ini baik pemerintah maupun pihak
swasta bersama-sama dalam menjalankan perekonomian.
Pemerintah memiliki campur tangan dalam perekonomian, namun
tidak membatasi kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh swasta.70
Sistem ekonomi campuran melahirkan ekonomi pasar bebas, yang
memungkinkan persaingan secara bebas tetapi tidak saling
mematikan. Campur tangan pemerintah diperlukan untuk
menstabilkan perekonomian, mencegah adanya pemusatan yang
terlalu besar di pihak swasta, dan membantu golongan ekonomi
lemah. Dalam sistem ini transaksi ekonomi dilakukan dengan
mekanisme pasar, namun pemerintah dapat melakukan intervensi
dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan.71
68 Opcit. Dicky Sumarsono. 69 Ibid. 70 Opcit. Rowland B.F. Pasaribu. 71 Ibid.
41
Berikut merupakan rincian perbandingan ketiga sistem
ekonomi negara:
Tabel 2.3 Perbandingan Sistem Ekonomi Negara Ekonomi Liberal Ekonomi Campuran Ekonomi Sosialis
Mekanisme
Pasar Diatur oleh Pasar
Pemerintah dan Pasar
(Pihak Swasta)
Diatur oleh
Negara
Peran
Pemerintah
Sangat Minim
Hanya Sebagai
Pengawas
Jalannya Pasar
Seimbang dengan
Peran Pasar dalam
Mengatur Jalannya
Perekonomian
Sangat Dominan
Sebagai Pengatur
Seluruh Kegiatan
Ekonomi
Kepemilikan
Individu Diakui Diakui Tidak Diakui
Pembagian
Aset Negara
Masyarakat
diizinkan untuk
memiliki aset
negara
Aset negara yang
berupa hajat hidup
orang banyak dikuasi
oleh negara, namun
masyarkat dapat
memiliki aset yang
lain
Negara
merupakan
penguasa tunggal
atas aset negara
Sumber: Diolah oleh Peneliti
2.2.3 Sistem Demokrasi
Sistem demokrasi adalah mekanisme pemerintah negara untuk
mewujudkan kedaulatan rakyat atas negara untuk dijalankan oleh
pemerintah negara.72 Pengertian demokrasi berdasarkan bahasa adalah
bentuk pemerintahan dimana keputusan pemerintah baik langsung ataupun
tidak langsung didasarkan atas kesepakatan mayoritas yang diberikan secara
bebas dari rakyat dewasa.73 Dalam demokrasi kekuasaan dan tanggung
jawab sebagai warga negara dilaksanakan oleh semua warga negara dewasa
secara langsung atau melalui perwakilan mereka yang dipilih secara
bebas.74
Michael J. Sodaro menjelaskan bahwa dalam demokrasi maka
rakyat memilih untuk menentukan siapa yang mengaturnya dengan
72 Siti Witianti. 2016. Demokrasi dan Pembangunan. Jurnal Wacana Politik – Junral Ilmiah
Dapertemen Ilmu Politik. Vol.1. N0.1. Bandung: Dapertemen Ilmu Politik FISIP Universitas
Padjajaran. 73 Catatan perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan. 74 Laporan projek yang ditulis oleh Uni Eropa dengan judul Concepts and Principples of Democratic
Governance and Accountability; A Guide for Peer Educators. 2011.
42
memberlakukan batasan hukum pada otoritas pemerintah dengan menjamin
hak-hak dan kebebasan tertentu kepada warganya.75 Dari definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa sistem demokrasi merupakan sistem yang dinilai
sangat pro terhadap rakyat.
Demokrasi saat ini telah menjadi dasar negara yang digunakan oleh
sebagian besar negara-negara di dunia. Suatu penelitian yang dilakukan oleh
UNESCO pada tahun 1949 menjelaskan bahwa mungkin untuk pertama kali
dalam sejarah demokrasi dinyatakan sebagai sistem yang paling baik untuk
semua sistem organisasi politik dan sosial.76
Berdasarkan The Economist bahwa demokrasi negara-negara dunia
diklasifikasikan dalam 4 jenis rezim berdasarkan indeks demokrtasinya
yaitu:77
1) Rezim demokrasi sempurna - negara tidak hanya menghormati
kebebasan politik dan kebebasan rakyat, tetapi juga diperkuat
dengan budaya politik yang kondusif bagi perkembangan prinsip-
prinsip demokrasi. Negara-negara dengan sistem ini memiliki check
dan balance pemerintah yang valid, pemerintah yang berfungsi
dengan baik, serta memiliki media yang beragam dan independen.
2) Rezim demokrasi tidak sempurna - negara melaksanakan pemilu adil
dan bebas menghormati kebebasan rakyat tetapi cenderung
membatasi kebebasan pers. Negara yang tergolong dalam rezim ini
memiliki masalah dalam aspek demokrasi lainnya seperti budaya
75 David F.J. Campbell. 2008. The Basic Concept for the Democracy Ranking of the Quality of
Democracy. Vienna: Democracy Ranking. 76 Prof. Marian Budiardjo. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: CV Prima Grafika. 77 Democracy Index 2017: Free Speech Under Attack. The Economist Intelligence Unit.
43
politik yang belum berkembang, minimnya tingkat partisipasi
masyarakat dalam politik, serta masalah dalam fungsi pemerintahan.
3) Rezim campuran - negara dalam melaksanakan pemilu cenderung
tidak bersikap adil dan bebas. Negara-negara yang dikategorikan
dalam rezim ini umumnya memiliki pemerintah yang korup. Aturan
dan pemberlakukan hukum yang buruk, budaya politik yang belum
berkembang dan rendahnya partisipasi masyarakat dalam politik.
4) Rezim otoriter - negara sangat membatasi kebebasan rakyat dan
kebebasan politik. Negara-negara yang termasuk dalam rezim ini
mungkin memiliki institusi demokrasi yang perannya sangat kecil
sehingga meskipun pemilu dilakukan maka akan berjalan tidak adil
dan bebas, selain itu media seringkali dikendalikan oleh negara dan
kelompok-kelompok yang berkuasa dan banyak terjadi penakanan
kepada para pengecam pemerintah.
Berdasarkan keempat rezim di atas, penelitian ini hanya akan menggunakan
tiga rezim yaitu rezim demokrasi sempurna, rezim demokrasi tidak
sempurna dan rezim campuran. Hal itu disebabkan ketiga rezim tersebut
cenderung erat kaitannya terhadap liberalisme, sedangkan rezim otoriter
sangat berseberangan dengan paham liberlisme.
2.4 Kerangka Pemikiran
Dari berbagai konsep yang telah dipaparkan sebelumnya dibangun kerangka
pemikiran penelitian ini: bahwa sistem kelola negara, performa fiat money dan
perkembangan cryptocurrency dianggap dapat mempengaruhi posisi negara dalam
penerimaan atau penolakan Bitcoin. Penelitian ini memilih faktor dan indikator
44
yang digunakan sebagai analisa penelitian berdasarkan latar belakang serta sumber
data yang diperoleh. Secara garis besar, kerangka pemikiran yang akan dianalisis
oleh peneliti terangkum dalam gambar berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian
Sumber: Diolah oleh Peneliti
- Jumlah Nodes
- Volume Bitcoin
- Perdagangan Bitcoin
Perkembangan
Cryptocurrency
Posisi
Negara
dalam
Legalitas
Bitcoin
Menerima
- Sistem Pemerintahan
- Sistem Ekonomi - Sistem Demokrasi
- Sistem Nilai Tukar - Uang Beredar
- Inflasi
Sistem Kelola
Negara
Performa Fiat
Money
Menolak
Tidak
Keduanya
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang erat dengan alur
logika deduktif. Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan
menjaga proses penelitian secara terstruktur dan sistematis. Bob Matthews dan Liz
Ross menjelaskan penelitian kuantitatif berkaitan dengan pengumpulan data dan
analisis data yang terstruktur serta dinyatakan secara numerik.78 Data-data yang
dikumpulkan dengan begitu dapat berupa nilai atau kategori yang disajikan secara
numerik, kemduain dipresikan dalam pengujian guna memecahkan masalah
penelitian. Penelitian ini juga menggunakan sampling sehingga peneliti dapat
melihat performa masing-masing variabel pada negara secara umum dengan lebih
objektif dan terukur.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.2.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan karakteristik yang menjelaskan suatu
objek. Variabel penelitian adalah faktor-faktor yang berperan dalam
78 Bob Matthews dan Liz Ross. 2010. Research Methods, A practical guide for the social sciences. London:
Pearson Education. Halaman 141.
46
peristiwa yang diteliti.79 Pada penelitian kuantitatif variabel merupakan ide
utama. Variabel dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan posisi
dalam rantai kausalitas yaitu; variabel independen dan variabel dependen.80
Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan terjadinya
perubahan atas variabel lain, sedangkan variabel dependen adalah variabel
yang merespons perubahan atas variabel independen.81 Penelitian ini
melibatkan empat variabel, yang terdiri dari tiga variabel indepeden serta
satu varibael dependen. Variabel tersebut yaitu:
1) Variabel independen: Sistem Kelola Negara, Perkembangan
Cryptocurrency dan Performa Fiat Money.
2) Variabel dependen: Posisi Negara dalam Penerimaan Bitcoin.
3.2.2 Definisi Operasional
Menurut Nachmias definisi opersional adalah seperangkat petunjuk
yang menggambarkan definisi pengukuran suatu variabel.82 Definisi
operasional sebagai sebuah buku pegangan yang berisi petunjuk bagi
peneliti, dimana diperlukan untuk membantu peneliti dalam menganalisis
sebuah konsep yang tidak dapat secara langsung diobservasi. Definisi
operasional singkatnya memberikan batasan atau arti suatu variabel dengan
merinci hal-hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur
variabel, sehingga akan mengurangi kesahalan pengukuran dan
79 Sumadi Suryabrata. 2000. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Halaman 72. 80 Ibid. 81 Dr. Ulber Silalahi, MA. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung. PT. Refika Aditama. Halaman 132 – 133. 82 David Nachmias & Chava Nachmias.1987. Research Methods in the Soscial Science, 3rd Edition. New York:
St,. Martin’s Press. Halaman 14-15.
47
pengamatan. Deskripsi operasional dalam penelitian ini terangkum dalam
tabel berikut :
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Elemen Definisi Indikator
Sistem Kelola
Negara
(Independen)
Sistem Ekonomi
Jenis sistem yang dianut
negara dalam
menjalanakn
perekonomian
Skala Nominal
Kategori:
1. Sosialis
2. Campuran
3. Kapitalis
Sistem Pemerintahan Jenis pemerintahan yang
diadposi negara
Skala Nominal
Kategori:
1. Presidensil
2. Campuran
3. Parlementer
Sistem Demokrasi Jenis demokrasi yang
diterapkan di negara
Skala Nominal
Kategori:
1. Sempurna
2. Campuran
3. Tidak Sempurna
Perkembangan
Cryptocurrency
(Independen)
Pengguna Bitcoin
Jumlah orang-orang yang
memiliki dan
menggunakan Bitcoin di
suatu negara
Skala Ordinal
Kategori:
1. Banyak
2. Sedang
3. Sedikit
Volume Bitcoin Jumlah Bitcoin yang
beredar di suatu negara
Skala Ordinal
Kategori:
1. Tinggi
2. Sedang
3. Rendah
Perdagangan Bitcoin
Total pertukaran Bitcoin
dari mata uang nasional
negara
Skala Ordinal
Kategori:
1. Tinggi
2. Sedang
3. Rendah
Performa Fiat
Money
(Independen)
Sistem Nilai Tukar
Sistem yang diterapkan
sebuah negara untuk
bertransaksi dengan
negara lain
Skala Nominal
Kategori:
1. Tetap
2. Mengambang
Uang Beredar Jumlah uang yang beredar
di masyarkat
Skala Ordinal
Kategori:
1. Banyak
2. Sedang
3. Sedikit
Inflasi Data tingkat inflasi
negara-negara dunia
Skala Ordinal
Kategori:
1. Tinggi
2. Sedang
3. Rendah
Posisi Negara
dalam legalitas
Bitcoin
(Dependen)
Pro Kontra Negara
atas Penerimaan
Bitcoin
Posisi penerimaan Bitcoin
di negara-negara dunia
Skala Nominal
Kategori:
1. Menerima
2. Menolak
3. Tidak Keduanya
Sumber: Diolah oleh peneliti
48
3.3 Sumber Data
Data sebuah penelitian dapat dikumpulkan dari berbagai sumber. Sumber
data adalah infromasi yang dikumpulkan guna menjawab pertanyaan serta
mendukung kualitas penelitian. Sumber data dibedakan menjadi dua yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data terdekat dari sebuah peristiwa
yang telah diamati, dialami dan dicatat secara aktual, data tersebut diperoleh
melalui individu, kelompok maupun laporan resmi; sedangkan data sekunder
adalah data primer yang diartikan oleh sumber-sumber lain, data tersebut dapat
berupa argumen, artikel dalam surat kabar maupun hasil penelitian terdahulu.83
Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder dari berbagai dokumen
online, laporan, dan data-data dari peneliti sebelumnya, lembaga serta bank data
dari organisasi internasional seperti: World Bank, IMF, CIA, Bitcoin dan lainnya.
Penelitian ini akan berfokus untuk mengkaji posisi negara-negara dunia terkait
kontroversi Bitcoin.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan bagian penting dari suatu rancangan
penelitian. Data yang dikumpulkan digunakan untuk menjawab pertanyaan atau
menguji hipotesis dan mencapai tujuan penelitian.84 Oleh karena itu, data dan
kualitas data merupakan pokok penting dalam penelitian karena menentukan
kualitas hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data
sekunder yaitu data yang bersumber dari situs dan laporan resmi telah dilakukan
pengutipan dan penyesuaian dengan data yang dibutuhkan.
83 Op. Cit. Dr. Ulber Silalahi, MA. 2010. Halaman 289 – 291. 84 Ibid. Halaman 280.
49
3.4.1 Stratified Random Sampling
Penelitian ini menggunakan metode sampling untuk memperoleh
sampel yang representatif terhadap negara-negara yang menerima dan
menolak Bitcoin. Sampel yang diambil merupakan representasi dari
populasi sejumlah 102 negara. Adapun deskripsi sampling pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Sampling
Klasifikasi Negara Populasi Sampel
Jumlah Persen Jumlah Persen
Legal 68 66,7 % 34 66,7%
Netral 19 18,6 % 9 18,6%
Ilegal 15 14,7 % 6 14,7%
Jumlah 102 100% 50 100%
Sumber: Diolah oleh Peneliti
Untuk memudahkan penelitian, maka jumlah dari perhiungan di atas
dapat dibulatkan menjadi negara legal sebanyak 33 negara, negara netral
sebanyak 9 negara dan negara ilegal sebanyak 8 negara. Sehingga ukuran
sampel yang digunakan dalam penelitian ini mencapai 50 negara, dengan
convidence interval 10. Pengambilan sample dilakukan secara acak
(random) menggunakan rumus pada excel.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data dan penyajian data dengan
mengelompokkannya dalam suatu bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasi.85
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
logistik multinomial. Analisis tersebut digunakan saat variabel dependen
mempunyai skala yang bersifat polichotomuous atau variabel respon lebih dari dua
kategori. Penelitian ini memiliki variabel respon berskala nominal dengan tiga
85 Ibid. Halaman 332.
50
kategori. Model yang digunakan pada regresi logistik multinomial adalah sebagai
berikut:
Logit P(Y=1) = ∝+𝛽1𝑋1+𝛽2𝑋2+ …+ 𝛽𝑛𝑋𝑛
Dengan menggunakan transformasi logit didapatkan fungsi logit,
𝑃1(𝑥) = ln [𝑃 (𝑌=1)1 | 𝑥
𝑃 (𝑌=1)0 | 𝑥]
= β10 + β11X11 + β12X2 + ….. + β1nXn
= x1β1
𝑃1(𝑥) = ln [𝑃 (𝑌=1)2 | 𝑥
𝑃 (𝑌=1)0 | 𝑥]
= β20 + β21X1 + β22X2 + ….. + β1nXn
= x1β1
Berdasarkan kedua fungsi logit tersebut maka didapatkan model regresi logistik
multinomial sebagai berikut:
𝜋0 (𝑥) = 1
1 + 𝑒𝑥𝑝 𝑃1(𝑥) + 𝑒𝑥𝑝 𝑃2 (𝑥)
𝜋1 (𝑥) = 𝑒𝑥𝑝 𝑃1 (𝑥)
1 + 𝑒𝑥𝑝 𝑃1(𝑥) + 𝑒𝑥𝑝 𝑃2 (𝑥)
𝜋2 (𝑥) = 𝑒𝑥𝑝 𝑃2 (𝑥)
1 + 𝑒𝑥𝑝 𝑃1(𝑥) + 𝑒𝑥𝑝 𝑃2 (𝑥)
Model regresi logistik mulitnomial di atas akan digunakan sebagai rumus
menghitung probabilitas kondisi lain di luar penelitian ini, sehingga dapat
memudahkan untuk memprediksi kejadian serupa di masa akan datang. Rumus
tersebut dapat digunakan atau dijadikan acuan menghitung probabiltas sebuah
negara masuk pada kategori penerimaan Bitcoin.
3.5.1 Uji Simultan
Uji simultan dilakukan untuk menguji keseluruhan model dengan
menggunakan seluruh variabel bebas, dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara keseluruhan.
51
Penelitian ini menggunakan tiga uji simultan yaitu: Pertama, Goodness of
Fit-Test; uji ini dilakukan untuk mengetahui kecocokan antara data,
variabel independen, dan model sehingga diketahui apakah model yang
dibuat layak untuk diujikan. Hal tersebut dapat dipenuhi dengan kondisi: H0
= model layak digunakan. H0 diterima jika: P-Value ≥ α = 0,05; H1 = model
tidak layak digunakan. H1 diterima jika: P-Value ≤ α = 00,05. Kedua,
Model Fitting Information; uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
antara variabel independen yang diujikan bersamaan terhadap variabel
dependen. Hal tersebut dapat dipenuhi dengan kondisi: H0 = tidak ada
pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. H0 dapat
diterima jika: P-Value ≥ α = 0,05; H1 = ada pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen. H1 diterima jika: P-Value ≤ α =
00,05. Ketiga, Pseduo R-Square; uji ini dilakukan untuk mengetahui
kekuatan model yang dibangun dalam menjelaskan fenomena
3.5.2 Uji Parsial
Uji parsial digunakan untuk menguji tiap variabel independen
terhadap variabel dependen, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
setiap variabel independen dalam model secara parsial. Hipotesis yang
digunakna adalah: H0 = tidak ada pengaruh antara faktor terhadap variabel
dependen. H0 dapat diterima jika: P-Value ≥ α = 0,05; H1 = ada pengaruh
antara faktor terhadap variabel dependen. H1 diterima jika: P-Value ≤ α =
00,05.
52
3.6 Realisasi Jadwal Penelitian
Dalam menyusun penelitian ini, peneliti telah mentapkan jadwal penelitian
sebagai acuan agar penelitian ini dapat berlangsung sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Adapun jadwal penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian
Aktivitas
Waktu (Minggu ke)
Januari –
Juni 2018 Juli 2018
Agustus
2018 Sept 2018 Okt 2018 Nov 2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pra riset
Pembuatan
proposal
penelitian
Bimbingan
proposal
Seminar usul
penelitian
Pengumpulan
data
Kelola data
Analisis data
Bimbingan hasil
Seminar hasil
Penyusunan
naskah skripsi
Bimbingan
skripsi
Sumber: Diolah oleh Peneliti
3.7 Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini terdapat enam bab yang secara sistematis dan setiap
bab-nya mengandung penjabaran masing-masing terkait penelitian ini secara
keseluruhan. Ke-enam bab tersebut kemudian memiliki subbab-nya asing-masing
sebagai berikut:
Bab I (Pendahuluan), bab ini berisi uraian latar belakang terkait penelitian ini.
Dalam bab ini di uraikan terkait fenomena Bitoin yang semakin mengglobal sebagai
salah satu alternatif dalam sistem keuangan internasional. Bab ini juga berisi
rumusan masalah dan tujuan penelitian yang sesuai dengan permasalahan tersebut.
Selain itu, dalam bab ini terdapat manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini
53
baik manfaat keilmuan sebagai informasi tambahan atas faktor-fakor yang
melandasi penentuan posisi negara dan sebagai referensi keilmuan Hubungan
Internasional serta manfaat praktis sebagai bahan pertimbangan bagi pembuat
kebijakan negara.
Bab II (Tinjauan Pustaka), bab ini berisi beberapa penelitian terdahulu yang
terkait dengan Bitcoin yang dapat memperkaya peneliti dalam menyusun penelitian
ini. Selain itu, dalam bab ini juga terdapat konsep-konsep yang menjadi landasan
penelitian dan disertai dengan kerangka pemikiran penelitian.
Bab III (Metedelogi Penelitian), dalam bab ini berisi metode dan langkah-
langkah peneliti dalam menyusun penelitian ini. Bab ini terdiri atas: jenis penelitian,
variabel penelitian dan definisi operasional, sumber data, teknik pengumpulan data,
teknik analisa data, jadwal penelitian dan sistematika penulisan dalam penelitian.
Bab IV (Gambaran Umum), bab ini berisis paparan data-data yang akan
digunakan dalam analisis penelitian, yaitu berupa perkembangan Bitcoin, kekuatan
fiat money, serta sistem kelola negara yang ada di negara-negara dunia. Hal ini
sebagai bentuk pemaparan data yang layak dalam segi jenis, bentuk dan sumber
sehingga akurat dan sesuai untuk diuji dan dianalisis.
Bab V (Pembahasan), bab ini berisi uraian analisis sesuai dengan tujuan penelitian
yang telah ditetapkan. Dimana fokus pada dua sub-bab terakhir yaitu: paparan
pengaruh faktor terhadap posisi negara atas Bitcoin dan kemungkinan Bitcoin
masuk ke dalam siste keuangan internasional.
Bab VI (Penutup), bab ini berisi kesimpulan atas hasil penelitian yang telah
dilakukan, serta saran yang diberikan untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan.
BAB IV
GAMBARAN UMUM
Metode dan variabel yang telah ditetapkan digunakan untuk membantu
memaparkan data aktual dan gambaran keseluruhan penelitian. Pada bab ini juga
akan di paparkan performa masing-masing variabel penelitian guna memberikan
gambaran aktual atas kondisi yang terjadi.
4.1 Fenomena Bitcoin
Penggunaan mata uang fiat memang masih menjadi alat utama dalam
transaksi keuangan. Namun seiring perkembangan digital, saat ini telah banyak
jenis sistem pembayaran di dunia, dimana banyak diantaranya berbasis internet,
penyimpanan digital bahkan melalui handphone, contohnya adalah PayPal,
Alipay, Apple Pay, Go-Pay dan lain sebagainya. Di tengah kemajuan teknologi,
nyatanya terdapat pertumbuhan penggunaan mata uang digital yang lebih cepat,
lebih fleksibel dan lebih inovatif dalam sistem pembayaran serta pembiayaan
barang dan jasa. Hal tersebut melahirkan sebuah inovasi baru di bidang keuangan
seperti munculnya virtual currency hingga cryptocurrency, yang tidak bisa
disamakan dengan mata uang fiat.
Cryptocurrency pertama yang lahir di dunia adalah Bitcoin, meskipun saat
ini tidak lagi menjadi satu-satunya jenis yang ada. Bitcoin diciptakan oleh Satoshi
Nakamoto di tahun 2008 dan pada tahun yang sama transaksi pertama Bitcoin
55
dilakukan ditandai dengan kemunculan 50 Bitcoin yang dikenal dengan sebutan
Genesis Block yang ditambang sendiri oleh Satoshi Nakamoto.1 Setahun setelah
kemunculannya, Bitcoin semakin terkenal di kalangan masyarakat. Sejarah
transaksi pertama Bitcoin di dunia nyata adalah pada tahun 2010, yang pertama
kali digunakan untuk membeli Pizza oleh Laszlo Hanyecs seorang programer,
dimana saat itu dua Pizza dihargai sebesar 10,000 BTC setara dengan US$ 25.2
Itulah menjadi awal mula penggunaan Bitcoin di dunia nyata.
Bitcoin kerap disebut sebagai emas digital,3 sebab layaknya emas yang ada
di dunia nyata, cara menghasilkan Bitcoin adalah dengan menambangnya
(mining). Menambang yang dimaksud bukan dengan menggunakan kapak yang
besar dan harus masuk kedalam gua, tapi dilakukan dengan komputer
berspesifikasi tinggi. Para penambang yang disebut sebagai miner melakukan
proses mining dengan memecahkan angka-angka matematis (alogaritma) atau
komputasi dengan menggunakan hardware dan software khusus. Seperti halnya
emas, semakin banyak orang yang menambang Bitcoin, maka jumlahnya semakin
sedikit sehingga semakin sulit untuk ditemukan.
Transaksi Bitcoin menggunakan E-wallet4 yaitu sebuah dompet elektronik
yang disimpan dalam komputer maupun handphone ataupun perangkat
penyimpanan lainnya yang dapat diunduh secara gratis melalui internet. Fungsi E-
wallet sebagai tempat menyimpan Bitcoin, serta melakukan transaksi Bitcoin
1 Julia Finch, ―From Silk Road to ATMs: the history of bitcoin‖, The Guardian, 14 September
2017. Di akses melalui https://www.theguardian.com/technology/2017/sep/13/from-silk-road-to-
atms-the-history-of-bitcoin pada tanggal 28 November 2017. 2 Benjamin Wallace, ―The Rise and Fall of Bitcoin‖. Wired magazine, 23 September 2011.
Diakses melalui https://www.wired.com/2011/11/mf_bitcoin/ pada tanggal 11 Januari 2018 3 Oscar Dernawan. 2014. Bitcoin Mata Uang Digital Dunia. Jasakom. Hlm 33.
4 Ibid. Hlm 34.
56
sekaligus menyimpan identitas pengguna, layaknya dompet sebagai tempat
menyimpan uang dan identitas.
Keamanan sebuah e-wallet dimiliki oleh masing-masing pengguna Bitcoin
dimana keamanan tersebut memiliki kode enkripsi5 yang disebut dengan private
key dan public key6 dengan fungsi berbeda. Private key merupakan password yang
digunakan oleh pengguna Bitcoin untuk membuka e-walletnya yang mana hanya
diketahui oleh pengguna tersebut, sedangkan public key merupakan kode-kode
yang terdiri dari huruf dan angka acak yang digunakan untuk identitas pengguna
Bitcoin dalam melakukan transaksi sesama pengguna Bitcoin lainnya. Dimana
privet dan public key merupakan hal terpenting dalam transaksi Bitcoin guna
memverivikasi transaksi yang terjadi.
Dalam Bitcoin terdapat satuan atau besaran yang digunakan dalam
transaksi Bitcoin. Satuan atau besaran Bitcoin disebut dengan BTC yang
merupakan singkatan dari Bitcoin. Terdapat 5 jenis satuan Bitcoin yaitu, BTC
sebagai satuan dengan unit terbesar, centibitcoin (bitcent), milibitcoin (mbit),
microbitcoin (microbit) dan SAT (Satoshi yang merpakan unit terkecil dari
Bitcoin).7 Sejak kemunculannya nilai satu Bitcoin pernah tercatat hingga US$
19,000 atau jika dirupiahkan sekitar 285 juta rupiah (kurs 15.000) per unitnya,
sedangkan saat ini nilainya berada di kisaran US$ 7,000.8
Bitcoin berkembang pesat dan menjadi perbincangan di dunia sejak lima
tahun terakhir dan saat ini telah menjadi pusat perhatian bagi para investor dunia.
5 Enkripsi merupakan proses dengan mengamankan suatu informasi yang tidak dapat dibaca tanpa
bantuan khusus, sehingga data informasi dikodekan sedemikian rupa sehingga keamanannya
terjaga. 6 Ibid. Hlm 42.
7 Ibid. Hlm 34.
8 Bitcoin Price. Diakses melalui https://www.coindesk.com/price/ pada tanggal 08 Oktober 2018
pukul 13.35 WIB.
57
Bitcoin membuka kesempatan untuk menanamkan investasi karena Bitcoin
dibandingkan mata uang konvensional, nilainya cukup besar dan sangat fluktuatif
sehingga membuat para user-nya berlomba untuk melakukan jual-beli Bitcoin dan
mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut. Bitcoin dibandingkan dengan
uang fiat yang selama ini digunakan juga memiliki kelebihan karena tidak ada
lembaga yang mengatur dan mengontrol peredarannya.
Tidak adanya otoritas pusat yang bertanggung jawab atas jumlah Bitcoin
yang beredar menjadikan tidak ada lembaga keuangan internasional atau negara
yang terlibat dalam transaksi Bitcoin. Pengguna melakukan setiap langkah-
langkah transaksinya sendiri, dalam proses transaksi yang dilakukan antara dua
pihak yang terlibat, serta semua aturan serta kesepakatan dilakukan oleh pihak-
pihak tersebut tanpa dicampuri oleh pihak lain, atau dilakukan atas persetujuan
pihak yang melakukan transaksi. Bitcoin juga terbuka untuk umum sehingga
sangat tidak memungkinkan untuk memalsukan transaksi Bitcoin, sebab semua
transaksi yang terjadi akan tercatat secara langsung dan transparan, kemudian
akan disebarkan ke jutaan server pengguna Bitcoin.
Transaksi Bitcoin yang tercatat hanyalah perputaran Bitcoin yang
dihasilkan dan digunakan meskipun tidak diketahui siapa pemilik dari masing-
masing Bitcoin tersebut. Tidak seperti Bank yang mencatat semua aktivitas
penggunaan uang dan siapa nasabah yang terdaftar sehingga Bank dapat
memantau semua transaksi keuangan yang ada. Sistem Bitcoin menggunakan
jaringan peer to peer untuk semua yang terlibat dalam membuat dan memperjual-
belikan Bitcoin sebagai proses dan validasi semua transaksi.
58
Selain memiliki kelebihan berupa anonimitas, biaya transaksi yang minim
serta tidak adanya campur tangan dari pihak ketiga, nyatanya seperti teknologi
pada umumnya Bitcoin juga memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan Bitcoin
adalah kelebihan dari Bitcoin itu sendiri yaitu pertama tidak adanya regulator
yang mengatur nilai Bitcoin sehingga nilainya cenderung sangat berfluktuasi.
Kedua, anonimitas yang dimiliki Bitcoin berpotensi untuk disalah gunakan oleh
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk dijadikan sebagai alat
pencucian uang, pendanaan kriminal, pembelian barang-barang ilegal dan lain
sebagainya. Ketiga, transaksinya yang ―Irreversible Transaction” atau tidak dapat
dikembalikan atau dibatalkan bila sudah diserahkan kepada pengguna lain.9
Bitcoin yang sudah dicuri oleh para peretas tidak akan bisa kembali apalagi untuk
melacak kemana hilangnya, ditambah tidak adanya lembaga pihak ketiga yang
mampu melindungi pengguna Bitcoin dari para peretas.
Hilangnya pihak ketiga dalam transaksi keuangan pada kemunculan
Bitcoin menimbulkan pro dan kontra di level negara, ada negara yang menolak
namun juga ada yang menerimanya. Pro dan kontra tersebut tidak hanya terdapat
pada level negara. Lembaga keuangan seperti bank-bank sentral dan bank swasta
yang ada di negara-negara juga memiliki ketidaksamaan suara. Tercatat sebanyak
10 bank10
yang telah menerima transaksi Bitcoin, dimana bank-bank tersebut
menerima transaksi kartu kredit untuk pembelian Bitcoin dan para pengguna di
9 Rahma Novita Pura. 2015. Cybercrime Melalui Bitcoin. Surabaya: ADLN Perpustakaan
Universitas Airlangga. 10
Bank-bank tersebut adalah Fidor Bank; Change Bank; Worldcore Bank, Bankera Bank; USAA
Bank, Goldman Sachs Bank, Toronto-Dominon Bank; Royal Bank of Canada; National Bank of
Canada; dan Simple Bank.
59
izinkan untuk membeli langsung Bitcoin melalui bank-bank tersebut.11
Uniknya
bank yang melegalkan Bitcoin berada di negara-negara maju. Hal itu menjadi
salah satu kemajuan pada Bitcoin ditengah pro dan kontranya.
Pro dan kontra yang hadir ditengah keberadaan Bitcoin dan
perkembangannya membuat mata uang ini dapat mempertahankan keberadaanya,
serta penggunaanya tersebar secara luas di berbagai penjuru dunia termasuk di
Indonesia. Telah banyak perusahaan-perusahaan yang bergerak terkait jasa
Bitcoin, baik itu penjualan, pembelian, atau penukaran Bitcoin dari atau ke mata
uang fiat. Saat ini terdapat 67 perusahaan yang menangani transaksi Bitcoin,12
bahkan saat ini telah didirikan ATM (Automated Teller Machine) khusus untuk
Bitcoin. Tercatat terdapat sebanyak 3984 ATM Bitcoin yang tersebar di negara-
negara dunia, meskipun hampir 70% berada di negara Amerika Serikat.13
Di Indonesia terdapat satu perusahaan jasa Bitcoin bernama Indodex (atau
sebelumnya Bitcoin.co.id) yang merupakan perusahaan Bitcoin terbesar di
Indonesia. Indodax melayani transaksi penjual, pembelian, dan penukaran Bitcoin
ke dalam rupiah. Perusahaan ini terdapat di tiga kota besar di Indonesia yaitu:
Jakarta, Surabaya, dan Bali; yang merupakan kota yang dinilai memiliki
penerimaan yang cukup baik atas Bitcoin sebagaimana terlihat dari banyaknya
store yang menerima pembayaran melalui Bitcoin. Pemerintah Indonesia di sisi
lain melalui Bank Indonesia telah mengeluarkan pernyataan bahwa Bitcoin bukan
merupakan alat pembayarana yang sah, sehingga segala resiko terkait dengan
11
William McKown. 2018. Know Which Banks Accept Bitcoin. Diaksese melalui
https://www.banks.com/articles/cryptocurrency/banks-that-accept-bitcoin/ pada tanggal 21
September 2018 pukul 07.49 WIB. 12
Bitcoin Exchanges. Diakses melalui https://bitcoin.org/en/exchanges pada tanggal 21 September
2018 pukul 08.56 WIB. 13
Bitcoin ATM Map. Diakses melalui https://coinatmradar.com/ pada tanggal 21 September 2018
pukul 15.22 WIB.
60
penggunaan dan kepemilikan Bitcoin ditanggung oleh pengguna atau pemilik
Bitcoin dan virtual currency lainnya.14
Sejak diciptakan Bitcoin telah dirancang hanya akan terdapat sebanyak 21
juta di seluruh dunia dan saat ini telah ada sebanyak 17 juta Bitcoin yang berhasil
ditambang.15
Semakin lama Bitcoin akan semakin mengurangi jumlah
peredarannya dan diprediksi akan berhenti di tahun 2140, dimana setiap 4 tahun
sekali akan berkurang dari setengah jumlahnya. Hal tersebut bertujuan untuk
mempertahankan nilai Bitcoin sehingga dengan demikian tidak akan terjadi over
supply terhadap Bitcoin yang beredar di masyarakat. Data statistik Coindance
menyebutkan bahwa pengguna Bitcoin 90% adalah laki-laki dengan mayoritas
berumur 25 – 34 tahun yang merupakan kelompok orang-orang yang berkaitan
dengan jasa keuangan atau investasi.16
Sehingga dari data tersebut terlihat bahwa
para pengguna Bitcoin merupakan orang-orang dengan umur yang produktif dan
memiliki pemahaman terkait teknologi dan keuangan.
Kondisi yang telah disebutkan di atas memperlihatkan bahwa Bitcoin saat
ini masih terus mengalami perkembangan dan masih menjadi salah satu
cryoptocurrency yang memiliki nilai yang tinggi dibandingkan dengan jenis
lainnya, sehingga meskipun masih mengalami pro dan kontra tidak membuat
eksistensinya menjadi hilang. Potensi Bitcoin semakin berkembang dan
bersanding dengan fiat money yang selama ini telah digunakan oleh masyarakat
dan dunia.
14
Diakses melalui http://www/bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Pages/sp_160614.aspx pada
tanggal 23 OKtober 2018, pukul 09.30 WIB. 15
Bitcoin statistic. Diakses melalui https://coin.dance/stats pada tanggal 11 September 2018 pukul
21.54 WIB. 16
Ibid.
61
4.2 Perkembangan Bitcoin
Bitcoin sejak kemunculannya di tahun 2009 hingga saat ini telah
mengalami perkembangan yang cukup pesat baik nilai maupun kapitalisasi
pasarnya. Perkembangan Bitcoin memiliki karakteristik yang berbeda-beda di
setiap negara, baik itu ketersediaan Bitcoin, pengguna, maupun transaksinya.
Perbedaan tersebut kemudian dijadikan sebagai indikator untuk mengukur
perkembangan Bitcoin di negara-negara dunia, sehingga dapat dilihat sejauh mana
perkembangan Bitcoin di suatu negara.
4.2.1 Nodes Bitcoin
Anonimitas yang disediakan Bitcoin bagi para penggunanya
menjadikan data terkait jumlah pengguna Bitcoin sangat terbatas.
Sehingga untuk mengetahui banyaknya pengguna Bicoin di sebuah negara
dapat diketahui melalui seberapa banyak nodes yang ada di negara
tersebut. Nodes merupakan kumpulan setiap perangkat yang digunakan
untuk mengakses Bitcoin dalam sebuah jaringan.17
Nodes merupakan
kumpulan Internert Protocol Address (IP Address) perangkat para
pengguna Bitcoin, sehingga banyaknya IP Address dianggap cukup
merepresentasikan jumlah pengguna Bitcoin di sebuah negara, dimana
satu nodes diindikasikan berisi beberapa IP Address pengguna Bitcoin.
Berikut merupakan grafik tingkat nodes di negara-negara dunia.
17
Mariem Hammami. 2017. Bitcoin and Blockchain Mechanism. Université de Neuchâtel
62
Gambar 4.1 Nodes di Negara-Negara Dunia
Sumber: Diolah oleh Peneliti
Dari 50 sampel negara ditemukan bahwa jumlah pengguna Bitcoin
berdasarkan tingkat nodesnya masih termasuk dalam ketegori rendah.
Sebanyak 46% negara dengan kategori tersebut 18% diantaranya berada di
kawasan Asia. Sedangkan negara-negara dengan jumlah nodes yang tinggi
hingga sangat tinggi hanya sebanyak 16%. Negara-negara dengan tingkat
nodes tinggi umumnya merupakan kelompok negara-negara maju dan
sebaliknya negara-negara berkembang memiliki jumlah nodes yang
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa kemajuan sebuah negara memiliki
hubungan dengan jumlah pengguna yang cenderung tinggi. Data secara
keseluruhan menunjukkan bahwa pengetahuan terkait Bitcoin belum
cukup tersebar luas di seluruh dunia, yang terlihat dari belum banyaknya
para pengguna Bitcoin. Berikut merupakan grafik legalitas negara-negara
dunia atas Bitcoin.
Tabel 4.1 Tingkat Legalitas Negara berdasarkan Nodes Bitcoin
Legalitas Nodes
Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Legal 22% 34% 14% 70%
Netral 14% 4% 0% 18%
Ilegal 10% 0% 2% 12%
Jumlah 46% 38% 16% 100%
Sumber: Diolah oleh Peneliti
0%
10%
20%
30%
40%
50%
Rendah Sedang Tinggi
Eropa
Australia
Asia
Amerika
Afrika
63
Negara-negara dunia memiliki posisi yang berbeda-beda dalam
menanggapi keberadaan Bitcoin. Berdasarkan berbagai pertimbangan
negara-negara, ada yang menerima dan ada juga negara yang memilih
untuk menolak penggunaan Bitcoin di negaranya. Dari 50 sampel negara,
terlihat bahwa dari 70% negara yang melegakan Bitcoin 34% diantaranya
memiliki jumlah nodes yang sedang, sedangkan 22% dengan jumlah nodes
yang rendah dan jumlah nodes yang tinggi hanya terdapat 14% negara.
disisi lain, terdapat 12% negara-negara yang melarang penggunaan Bitcoin
dimana 10% diantaranya memiliki tingkat nodes yang rendah. Uniknya
ada satu negara yang melarang penggunaan Bitcoin namun memiliki
tingkat nodes yang sangat tinggi seperti negara Tiongkok
4.2.2 Volume Bitcoin
Ketersediaan Bitcoin yang hanya dibatasi sebanyak 21 juta unit di
dunia. Saat ini telah terdapat 17 juta lebih unit Bitcoin yang berhasil
ditambang dan telah tersebar di negara-negara dunia. Setiap negara
memiliki volume Bitcoin yang berbeda-beda, yang dapat dijadikan
merepresentasikan perkembangan Bitcoin di sebuah negara. Semakin
banyak volume Bitcoin di suatu negara diindikasikan tingginya
perkembangan Bitcoin di negara tersebut, sebab mencerminkan tingginya
penggunaan Bitcoin. Berikut merupakan grafik volume Bitcoin di negara-
negara dunia.
64
Gambar 4.2 Volume Bitcoin di Negara-Negara Dunia
Sumber: Diolah oleh Peneliti
Dari 50 sampel negara ditemukan bahwa volume Bitcoin masih
tergolong rendah. Sejumlah 68% negara memiliki volume Bitcoin dengan
kategori tersebut dan 28% memiliki volume dengan kategori sedang.
Volume Bitcoin yang sangat tinggi hanya dimiliki oleh dua negara yaitu
Inggris dan Amerika Serikat. Negara-negara dengan volume Bitcoin yang
rendah mayoritas merupakan negara-negara maju yaitu sebanyak 18
negara. Hal tersebut menunjukkan bahwa persediaan Bitcoin masih
terbatas di dunia. Berikut merupakan tingkat legalitas Bitcoin terhadap
volume ketersediaanya.
Tabel 4.2 Tingkat Legalitas Negara berdasarkan Volume Bitcoin
Legalitas Volume Bitcoin
Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Legal 48% 18% 4% 70%
Netral 12% 6% 0% 18%
Ilegal 8% 4% 0% 12%
Jumlah 68% 28% 4% 100%
Sumber: Diolah oleh Peneliti
Perbedaan pandangan negara-negara dunia atas Bitcoin menjadikan
adanya perbedaan sikap negara-negara. Berdasarkan volume Bitcoin maka
terlihat bahwa negara-negara dengan tingkat Bitcoin yang rendah
cenderung merupakan negara-negara yang justru melegalkan Bitcoin atau
0%
20%
40%
60%
80%
Rendah Sedang Tinggi
Eropa
Australia
Asia
Amerika
Afrika
65
sebanyak 48% negara, meskipun ada juga negara yang memiliki volume
Bitcoin yang tinggi namun melegalkan Bitcoin. Sedangkan negara-negara
yang melarang Bitcoin yaitu sebanyak 12% negara memiliki volume
Bitcoin yang cenderung rendah. Sedangkan negara-negara yang bersikap
netral sebanyak 12% memiliki volume Bitcoin yang rendah. Hal ini juga
menunjukkan bahwa legalitas negara terhadap volume Bitcoin dinilai
belum cukup memperlihatkan pengaruh terhadap tingginya volume
Bitcoin di suatu negara.
4.2.3 Perdagangan Bitcoin
Perdagangan Bitcoin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
banyaknya pertukaran Bitcoin ke dalam mata uang domestik negara-
negara dunia. Setiap negara memiliki mata uangnnya masing-masing
dengan nilai yang berbeda-beda, dimana setiap pengguna Bitcoin dari
berbagai dunia pernah menukarkan Bitcoinnya ke dalam mata uang
domestik negaranya. Tingkat pertukaran tersebut menjadi ukuran
perkembangan Bitcoin di sebuah negara. Berikut merupakan grafik
perdagangan Bitcoin.
Gambar 4.3 Perdagangan Bitcoin di Negara-Negara Dunia
Sumber: Diolah oleh Peneliti
0%
15%
30%
45%
60%
75%
Rendah Sedang Tinggi
Eropa
Australia
Asia
Amerika
Afrika
66
Terdapat dua negara yang paling dominan dalam perdagangan
Bitcoin yaitu Amerika Serikat dan Jepang. Kedua negara tersebut
menguasai hampir 50% total pertukaran Bitcoin ke dalam mata uang
domestik. Dari 50 sample negara ditemukan bahwa tingkat perdagangan
Bitcoin di negara-negara dunia masuk kedalam kategori sedang, dimana
lebih dari setengahnya atau sebanyak 60% negara masuk dalam kategori
tersebut. Sedangkan 24% negara lainnya memiliki perdangangan Bitcoin
yang rendah, serta 16% lainnya merupakan kategori yang tinggi.
Tingkat perdagangan Bitcoin uniknya memiliki persentase yang
relatif rata antara negara yang maju dan negara berkembang. Sedangkan
perdagangan dengan tingkatan tinggi umumnya dimiliki oleh negara maju
begitupun dengan tingkatan rendah yang mayoritas merupakan negara
berkembang. Meski demikian, hal tersebut tidak mengartikan bahwa status
negara maju ataupun tidak, bukanlah menjadi sebuah acuan tingginya
tingkat perdagangan Bitcoin ke dalam mata uang domestik sebuah negara.
Berikut merupakan grafik legalitas negara terhadap tingkat perdagangan
Bitcoin.
Tabel 4.3 Legalitas Negara berdasarkan Tingkat Perdagangan Bitcoin
Legalitas Perdagangan Bitcoin
Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Legal 16% 38% 16% 70%
Netral 6% 12% 0% 18%
Ilegal 2% 10% 0% 12%
Jumlah 24% 60% 16% 100%
Sumber: Diolah oleh Peneliti
Legalitas Bitcoin dilihat dari tingkat perdagangannya
memperlihatkan bahwa negara yang melegalkan, melarang, maupun
bersikap netral secara keseluruhan memiliki tingkat perdagangan yang
67
cenderung sedang. Dari sebanyak 70% negara yang melegakan Bitcoin,
tercatat 38% negara memiliki tingkat perdagangan Bitcoin yang sedang,
dan sisanya tersebar rata dalam kategori tinggi dan rendah.
Negara-negara yang melegalkan Bitcoin dengan tingkat
perdagangan tinggi mayoritas merupakan negara maju. Terdapat satu
negara berkembang yang masuk dalam kategori tersebut yaitu Turki yang
merupakan negara dengan urutan ke lima terbesar sebagai negara paling
banyak melakukan pertukaran Bitcoin ke dalam mata uang domestiknya.
Negara-negara yang memiliki sikap netral tercatat sebanyak 12% yang
memiliki tingkat perdagangan yang sedang. Sedangkan sebanyak 12%
negara yang melarang Bitcoin umumnya merupakan negara-negara
berkembang, namun Tiongkok menjadi satu-satunya negara maju yang
malarang Bitcoin di dalam negaranya.
Dari deskripsi yang telah disebutkan di atas, menunjukkan bahwa
legalitas negara cenderung minim hubungannya terhadap tingkat
perdagangan Bitcoin ke dalam mata uang domestik. Legalitas Bitcoin
disebuah negara tidak menjelaskan tingginya tingkat perdagangan Bitcoin
ke dalam mata uang domestik di negara tersebut, begitupun dengan negara
yang melarang Bitcoin juga tidak menjadikan tingkat perdagangan Bitcoin
menjadi rendah.
4.2.4 Korelasi Ketiga Faktor Perkembangan Bitcoin
Faktor pembentuk perkembangan Bitcoin yaitu sebaran nodes, jumlah
volume Bitcoin dan perdagangan Bitcoin menunjukkan gejala yang berbeda-
68
beda. Meski begitu ketiganya secara bersamaan menunjukkan hubungan. Berikut
merupakan grafik ketiga faktor tersebut.
Perdagangan
69
Gambar 4.4 Ketiga Faktor Perkembangan Bitcoin Sumber: Diolah oleh Peneliti
Ketiga grafik diatas menunjukkan korelasi antara ketiga faktor dimana
antara nodes dengan volume Bitcoin yang memperlihatkan apabila semakin
banyak nodes jumlah volume Bitcoin pun cenderung tinggi, hal ini menunjukkan
bahwa banyaknya nodes diindikasikan mampu meningkatkan volume Bitcoin.
Selain itu, antara nodes dengan perdagangan Bitcoin menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat perdagangan sejalan dengan banyaknya nodes yang ada,
sehingga hal tersebut memperlihatkan bahwa keberadaan nodes berpotensi untuk
meningkatkan perdagangan Bitcoin ke dalam mata uang domestik. Kemudian
antara volume Bitcoin dan perdagangan juga cenderung mengalami hal serupa
dimana tingginya volume Bitcoin yang ada berbanding lurus dengan tingginya
perdagangan Bitcoin. Secara keseluruhan ketiga faktor ketika dilihat secara
hampir bersamaan cenderung memiliki korelasi satu sama lain.
4.3 Performa Uang Fiat
Penggunaan mata uang fiat telah berlangsung sejak runtuhnya sistem
Bretton Woods dimana saat itu penggunaan uang fiat diberlakukan sebab terjadi
krisis kepercayaan terhadap mata uang Amerika Serikat. Setiap negara memiliki
mata uang yang berbeda-beda yang digunakan untuk melakukan transaksi
ekonomi di dalam negaranya. Uang fiat dikontrol penuh oleh pemerintah, baik itu
peredaraannya maupun pencetakkanya. Hal ini justru berlawanan dengan Bitcoin
dimana tidak ada campur tangan pihak ketiga, termasuk pemerintah dalam
transaksinya maupun peredaraanya. Dari itulah muncul pro dan kontra Bitcoin
Perdagangan
70
dari pemerintah yang mengindikasikan pemerintah belum dapat mengontrol
Bitcoin itu sendiri. Kemunculan Bitcoin berpotensi menyaingi keberadaan uang
fiat yang selama ini digunakan, sehingga dalam penelitian ini juga akan melihat
performa uang fiat untuk melihat potensi tersebut.
4.3.1 Jumlah Uang Beredar
Pemerintah di setiap negara melalui bank sentralnya melalukan
kontol atas uang yang beredar di negaranya, khususnya di dalam
masyarakat. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menjaga nilai
mata uang serta menjaga stablitias perekonomiannya. Jumlah uang beredar
menjadi faktor penting dalam performa uang fiat sebuah negara, sebab jika
jumlah uang yang beredar terlalu banyak dapat berdampak pada performa
mata uang negara. Berikut merupakan grafik jumlah uang beredar negara-
negara dunia.
Gambar 4.5 Jumlah Uang Beredar Negara-Negara Sumber: Diolah oleh Peneliti
Dari 50 sample negara ditemukan bahwa hampir setengah negara-
negara tersebut memiliki jumlah uang beredar yang tergolong sedang,
dimana tercatat sebanyak 58% negara masuk kedalam kategori tersebut.
Negara yang memiliki jumlah uang beredar yang tinggi tercatat sebanyak
0%
20%
40%
60%
Rendah Sedang Tinggi
Eropa
Australia
Asia
Amerika
Afrika
71
8 negara (16%), uniknya negara-negara yang memiliki jumlah uang
beredar yang tinggi berada di kawasan Asia, sedangkan negara dengan
jumlah uang beredar yang rendah justru berasal dari kawasan Eropa dan
Amerika. Negara-negara di kawasan tersebut merupakan kawasan yang
memiliki banyak negara maju. Keunikan lain terlihat dimana dari sejumlah
54% negara maju hanya 14% diantaranya yang memiliki jumlah uang
beredar yang tinggi, sedangkan 16% menempati kategori rendah. Hal
tersebut memperlihatkan bahwa maju atau berkembangnya sebuah negara
tidak secara langsung berhubungan dengan tinggi rendahnya jumlah uang
beredar di negara tersebut. Berikut merupakan grafik tingkat legalitas
negara terhadap jumlah uang beredar.
Tabel 4.4 Tingkat Legalitas Negara berdasarkan Jumlah Uang Beredar
Legalitas Jumlah Uang Beredar
Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Legal 16% 42% 12% 70%
Netral 8% 10% 0% 18%
Ilegal 2% 6% 4% 12%
Jumlah 26% 58% 16% 100%
Sumber: Diolah oleh Peneliti
Pro dan kontra negara—negara yang pada kategori legal, ilegal,
maupun netral umumnya memiliki jumlah uang beredar yang cenderung
sedang. Negara-negara yang melegalkan Bitcoin memiliki jumlah uang
beredar dengan kategori sedang tercatat sebanyak 42% negara. Hanya 12%
negara yang memiliki jumlah uang beredar yang tinggi. Sedangkan dari
18% negara netral tidak ada satupun yang memiliki jumlah uang beredar
yang tinggi. Uniknya dari 12% negara yang melarang Bitcoin, terdapat
dua negara yang memiliki jumlah uang beredar yang tinggi yaitu negara
72
Tiongkok dan India. Tiongkok menempati urutan pertama sebagai negara
dengan jumlah uang beredar tertinggi yaitu sebanyak 24 juta triliun dollar
Amerika mengalahkan jumlah uang beredar yang dimiliki Amerika
Serikat.
4.3.2 Inflasi
Inflasi merupakan salah satu aspek penting dalam keuangan
interanasional. Ketika inflasi terjadi maka berpotensi mengganggu
stabilitas perekonomian negara, sehingga tingkat inflasi harus selalu
dijaga. Inflasi juga digunakan sebagai salah satu indikator dalam melihat
kestablian mata uang sebab banyaknya uang yang beredar menjadi salah
satu faktor yang menyebabkan inflasi. Setiap negara setidaknya pernah
mengalami inflasi meskipun dengan tingkat yang berbeda-beda. Berikut
merupakan grafik tingkat inflasi negara-negara dunia.
Gambar 4.6 Tingkat Inflasi Negara-Negara Sumber: Diolah oleh Peneliti
Dari 50 sample negara ditemukan bahwa hampir setengah dari
negara-negara tersebut memiliki tingkat inflasi yang sedang atau tercatat
sebanyak 54% negara. Hanya sejumlah 14% negara yang memiliki tingkat
inflasi tinggi, dan sebanyak 32% negara memiliki tingkat inflasi rendah.
0%
15%
30%
45%
60%
Rendah Sedang Tinggi
Eropa
Australia
Asia
Amerika
Afrika
73
Negara-negara maju dan berkembang umumnya memiliki tingkat inflasi
yang cenderung rendah. Uniknya terdapat dua negara maju yang memiliki
tingkat inflasi yang tinggi yaitu Argentina dan Ukraine dimana tingkat
inflasi negara tersebut mencapai 30%. Hal ini menunjukkan bahwa
kemajuan sebuah negara tidak serta menjadikan tingkat inflasi negara
tersebut rendah.
Tabel 4.5 Legalitas Negara berdasarkan Tingkat Inflasi
Legalitas Tingkat Inflasi
Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Legal 28% 32% 10% 70%
Netral 2% 12% 4% 18%
Ilegal 2% 10% 0% 12%
Jumlah 32% 54% 14% 100%
Sumber: Diolah oleh Peneliti
Legalitas negara atas Bitcoin dilihat dari tingkat inflasi negara
menunjukkan bahwa umumnya negara yang melegalkan Bitcoin memiliki
tingkat inflasi yang sedang atau tercatat sebanyak 32%. Tingkat inflasi
yang sedang mayoritas dimiliki oleh negara-negara yang melegalkan,
melarang ataupun netral terhadap Bitcoin. Uniknya negara-negara yang
melagalkan Bitcoin memiliki tingkat inflasi yang paling tinggi, dimana
sebanyak 10% negara dalam kategori tersebut. Keunikan lain terlihat
dimana terdapat satu negara yang melarang Bitcoin namun memiliki
tingkat inflasi yang rendah yaitu Morroco, dengan 2,1% inflasi di
negaranya. Tidak ada satupun negara yang melarang Bitcoin namun
memiliki tingkat inflasi yang tinggi.
4.3.3 Sistem Nilai Tukar
74
Setiap negara memiliki mata uangnya tersendiri yang digunakan
untuk menjalankan ekonomi dan transaksi perdagangan maupun keuangan.
Di era globalisasi saat ini setiap negara saling melakukan kegiatan
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan negaranya sehingga diperlukan
sebuah sistem untuk mengatur pertukaran mata uang suatu negara dengan
negara lainnya. Terdapat berbagai jenis sistem nilai tukar namun dalam
penelitian ini akan dikelompokkan menjadi dua sistem nilai tukar yaitu
sistem nilai tukar mengambang dan sistem nilai tukar tetap.
Gambar 4.7 Sistem Nilai Tukar Negara-Negara Dunia
Sumber: Diolah oleh Peneliti
Dari 50 sampel negara ditemukan bahwa umumnya negara
menggunakan sistem nilai tukar mengambang terlepas dari mengambang
bebas ataupun mengambang terkendali. Tercatat sebanyak 80% negara
menggunakan sistem tersebut, dimana mayoritas merupakan negara maju.
Sedangkan sistem nilai tukar tetap hanya di gunakan oleh 20% negara
yang terdistribusi rata, baik itu negara maju maupun negara berkembang.
0%
20%
40%
60%
80%
Mengambang Tetap
Eropa
Australia
Asia
Amerika
Afrika
75
Berikut merupakan tabel tingkat legalitas negara-negara terhadap sistem
nilai tukar.
Tabel 4.6 Tingkat Legalitas Negara berdasarkan Sistem Nilai Tukar
Legalitas Sistem Nilai Tukar
Mengambang Tetap Jumlah
Legal 60% 10% 70%
Netral 12% 6% 18%
Ilegal 8% 4% 12%
Jumlah 80% 20% 100%
Sumber: Diolah oleh Peneliti
Berdasarkan sistem nilai tukar yang diadopsi sebuah negara terlihat
bahwa sebanyak 60% negara yang melegalkan Bitcoin merupakan negara-
negara yang menganut sistem nilai tukar mengambang. Sedangkan negara-
negara yang menganut sistem nilai tukar tetap yang melegalkan Bitcoin
hanya terdapat lima negara (10%). Dari data tersebut terlihat bahwa
banyaknya negara yang menganut sistem nilai tukar mengambang,
berhubungan dengan sistem tersebut baik itu dalam ketegori negara yang
melegalkan, melarang, ataupun negara yang bersikap netral.
4.3.4 Korelasi Ketiga Faktor Performa Fiat Money
Ketiga faktor perfoma fiat money yaitu jumlah uang beredar,
inflasi, serta sistem nilai tukar yang digunakan dilihat secara hampir
bersamaan menunjukkan bahwa hubungan ketiga faktor tersebut memiliki
gejala yang hampir serupa. Berikut merupakan grafik korelasi antara uang
beredar dengan sistem nilai tukar:
76
Gambar 4.8 Korelasi Uang Beredar dengan Sistem Nilai Tukar
Sumber: Diolah oleh Peneliti
Sistem nilai tukar yang dianut sebuah negara dengan uang yang
beredar, menunjukkan bahwa mayoritas negara yang menganut sistem
nilai tukar mengambang cenderung memiliki jumlah uang beredar yang
rendah hingga ke sedang. Negara yang menganut sistem nilai tukar
mengambang atau sejumlaj 42% negara memiliki jumlah uang beredar
yang sedang, dimana negara-negara tersebut umumnya berada di kawasan
Eropa, Asia, dan Amerika serta mayoritas merupakan negara maju.
Sedangkan negara-negara yang menganut sistem nilai tukar tetap juga
umumnya memiliki jumlah uang beredar dalam kategori sedang. Tidak ada
satupun negara dengan sistem nilai tukar tersebut yang memiliki jumlah
uang beredar yang rendah. Uniknya terdapat dua negara yang
menggunakan sistem nilai tukar tetap yang memiliki jumlah uang beredar
yang tinggi yaitu Tiongkok dan Hongkong yang merupakan 10 besar
negara yang memiliki jumlah uang beredar yang tinggi. Selanjutnya dilihat
juga korelasi antara inflasi dengan sistem nilai tukar yang digunakan
negara-negara dunia, berikut merupakan grafiknya.
0%
20%
40%
60%
80%
Rendah Sedang Tinggi
Tetep
Mengambang
77
Gambar 4.9 Korelasi Inflasi dengan Sistem Nilai Tukar
Sumber: Diolah oleh Peneliti
Negara-negara cenderung memili tingkat Inflasi yang tergolong
sedang dimana dari 27 negara hampir 80% merupakan negara yang
menganut sistem nilai tukar mengambang. Negara-negara yang
mengadopsi sistem nilai tukar mengambang memang cenderung
memiliki tingkat inflasi yang sedang bahkan rendah. Sedangkan negara-
negara yang menganut sistem nilai tukar tetap sebanyak 50% negara-
negara tersebut memiliki tingkat inflasi yang sedang. Negara-negara
yang menggunakan sistem nilai tukar ini 30% negara bahkan memiliki
tingkat inflasi yang tinggi. Meski demikian belum dapat dipastikan
hubungan sebuah sistem nilai tukar terhadap terjadinya inflasi di sebuah
negara, sebab perlu dilihat faktor-faktor pendukung lainnya.
Gambar 4.10 Korelasi Inflasi dengan Uang Beredar
Sumber: Diolah oleh Peneliti
0%
20%
40%
60%
Rendah Sedang Tinggi
Tetep
Mengambang
78
Semakin banyaknya uang yang beredar dapat menimbulkan
terjadinya inflasi di negara tersebut, karenanya negara-negara berupaya
untuk mengotrol peredaraan uang agar tidak terjadi inflasi. Hal tersebut
sesuai dengan toeri yang dikemukakan oleh David Ricardo bahwa
jumlah uang yang beredar dapat berpengaruh pada tingkat harga.18
Jika
jumlah uang beredar meningkat, maka harga barang dan jasa akan naik
pula, begitupun sebaliknya, sehingga ketika hal tersebut terus terjadi
maka akan berpotensi untuk terjadinya inflasi. Dari grafik diatas
menunjukkan bahwa tingginya uang beredar cenderung menjadikan
tingkat inflasi negara juga tinggi, meskipun terdapat beberapa negara
yang memiliki uang beredar yang rendah namun tingkat inflasi yang
tergolong sedang. Uniknya terdapat negara yang memiliki jumlah uang
beredar yang tinggi justru memiliki tingkat inflasinya yang cenderung
sedang bahkan rendah.
4.4 Sistem Kelola Negara-Negara Dunia
Negara dalam menjalankan pemerintahan memiliki sebuah sistem untuk
mengelola urusan negara dan berbeda-beda; baik itu sistem ekonomi,
pemerintahan, maupun sistem demokrasinya, yang disesusaikan dengan kondisi
negara. Penelitian ini akan melihat sistem kelola negara yang diterapkan oleh
negara-negara dunia guna melihat kecenderungan sistem yang mayoritas
digunakan.
4.4.1 Sistem Pemerintahan Negara-Negara Dunia
18
Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter Edisi 1. Yogyakarta: BPFE. Hal. 56-57.
79
Penyelanggaraan pemerintahan memerlukan sebuah sistem guna
mengatur jalannya pemerintahan agar tujuan-tujuan pemerintahan tercapai.
Di dunia ini setidaknya terdapat tiga jenis sistem pemerintahan yang
digunakan oleh negara-negara dunia, seperti sistem pemerintahan
presidensil, parlementer dan campuran. Berikut merupakan grafik ketiga
jenis sistem pemerintahan yang dianut negara-negara dunia.
Gambar 4.11 Sistem Pemerintah Negara-Negara Dunia
Sumber: Diolah oleh Peneliti
Data yang terkumpul memperlihatkan bahwa dari 50 sampel
negara, sejumlah 44% merupakan negara yang menganut sistem
pemerintahan presidensil, dengan 22% diantaranya merupakan negara-
negara di kawasan Eropa. Sistem presidensil paling banyak digunakan di
kawasan Amerika, dimana sebanyak 11 negara di kawasan tersebut
menganut sistem ini. Tercatat sebanyak 28% negara yang mengadopsi
sistem parlementer merupakan negara maju, sedangkan 36% lainnya
merupakan negara-negara berkembang yang mengadopsi sistem
presidensil.
Tabel 4.7 Legalitas Bitcoin berdasarkan Sistem Pemerintahan
Legalitas Sistem Pemerintahan
Presidensil Parlementer Campuran Otoriter Jumlah
Legal 30% 32% 6% 2% 70%
Netral 4% 8% 2% 4% 18%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
Presidensil Parlementer Campuran Otoriter
Eropa
Australia
Asia
Amerika
Afrika
80
Ilegal 6% 4% 0% 2% 12%
Jumlah 40% 44% 8% 8% 100%
Sumber: Diolah oleh Peneliti
Saat ini tercatat sebanyak 35 negara (70%) telah melegalkan
Bitcoin, dengan 32% diantaranya merupakan negara-negara yang
mengadopsi sistem pemerintahan parlementer, sedangkan hanya 30%
negara yang melegalkan Bitcoin dengan sistem presidensil. Uniknya dari
12% negara yang melarang Bitcoin setengahnya merupakan negara dengan
sistem pemerintahan presidensil, dan hanya satu negara saja yang
mengadopsi sistem pemerintahan otoriter serta melarang Bitcoin yaitu
Vietnam. Terdapat negara-negara yang bersikap netral dimana negara-
negara tersebut tidak melarang namun juga tidak mengeluarkan statment
legalitas atas Bitcoin. Tercatat 18% negara mengambil sikap netral dimana
hampir terdistribusi rata di setiap jenis sistem pemerintahan.
4.4.2 Sistem Ekonomi Negara-Negara Dunia
Perekonomian merupakan salah satu aspek penting sebuah negara,
sehingga sistem ekonomi diperlukan untuk mengatur jalannya
perekonomian. Sistem inilah yang akan memberi arahan terkait
perkembangan ekonomi suatu negara. Setidaknya terdapat tiga jenis sistem
ekonomi yang digunakan oleh negara-negara dunia yaitu sistem ekonomi
sosialis, liberalis dan campuran. Berikut merupakan grafik ketiga jenis
sistem ekonomi yang dianut negara-negara dunia.
81
Gambar 4.12 Sistem Ekonomi Negara-Negara Dunia
Sumber: Diolah oleh Peneliti
Dari data yang diolah ditemukan bahwa tercatat 48% dari 50
sampel negara merupakan negara yang menganut sistem ekonomi
campuran, dimana 16% negara berada di kawasan Asia. Hal ini
menunjukkan bahwa negara-negara cenderung menggunakan sistem
ekonomi campuran daripada sistem ekonomi liberal. Tercatat pula 36%
negara menganut sistem ekonomi liberal, padahal negara-negara dunia saat
ini banyak yang mendukung adanya pasar bebas, tetapi hal tersebut belum
nampak dari data yang telah dikumpulkan. Sedangkan hanya 16% negara
yang menganut sistem ekonomi sosialis. Dari banyaknya negara yang
menganut sistem ekonomi campuran sejumlah 36% diantaranya
merupakan negara berkembang, sedangkan negara maju justru cenderung
menggunakan sistem ekonomi liberal yang terlihat dari 22% negara yang
menganut sistem ekonomi tersebut. Sistem ekonomi yang dianut sebuah
negara meskipun demikian belum dapat dikatakan sebagai faktor
kemajuan sebuah negara. Sistem ekonomi juga dapat disesuaikan dengan
kondisi sebuah negara dan masih terdapat faktor pendukung lain dalam
kemajuan sebuah negara.
Tabel 4.8 Legalitas Bitcoin berdasaekan Sistem Ekonomi
0%
20%
40%
60%
Liberal Sosialis Campuran
Eropa
Australia
Asia
Amerika
Afrika
82
Legalitas Sistem Ekonomi
Liberal Sosialis Campuran Jumlah
Legal 26% 8% 36% 70%
Netral 6% 8% 4% 18%
Ilegal 4% 0% 8% 12%
Jumlah 36% 16% 48% 100%
Sumber: Diolah oleh Peneliti
Seiring berjalannya waktu semakin banyak negara-negara yang
melegalkan Bitcoin. Dari data yang diperoleh, tercatat sebanyak 36%
negara dengan sistem ekonomi campuran, negara dengan sistem ekonomi
liberal hanya terdapat 26% negara yang melegalkan Bitcoin. Uniknya
sebanyak 12% negara yang melarang Bitcoin merupakan negara-negara
yang menganut sistem ekonomi campuran dan liberal dan tidak ada negara
dengan sistem ekonomi sosialis yang mengilegalkan Bitcoin. Negara-
negara dengan sistem ekonomi sosialis justru bersikap netral bahkan ada
juga yang melegalkan Bitcoin.
4.4.3 Rezim Demokrasi Negara-Negara Dunia
Kebebasan individu atau Hak Asasi Manusia (HAM) saat ini telah
menjadi perhatian bagi masyarakat di seluruh dunia. Adanya transparansi,
kebebesan berpendapat, berkeyakinan dan berorganisasi merupakan hak
yang dapat diperoleh semua orang.
Demokrasi merupakan representasi dari adanya kebebasan individu
di sebuah negara, meskipun rezim demokrasi yang diterapkan disetiap
negara berbeda. Terdapat tiga rezim demokrasi yang saat ini digunakan
oleh negara-negara dunia yaitu: rezim demokrasi penuh, tidak sempurna,
dan campuran. Berikut merupakan grafik rezim demokrasi yang digunakan
negara-negara.
83
Gambar 4.13 Rezim Demokrasi Negara-Negara Dunia
Sumber: Diolah oleh Peneliti
Dari data yang diolah ditemukan bahwa 48 % dari 50 sample
negara menganut rezim demokrasi tidak sempurna. Uniknya, rezim
demokrasi penuh dan rezim otoriter masing-masing memiliki persentase
yang sama yaitu sejumlah 20% negara, dimana rezim demokrasi penuh
12% negara berada di kawasan Eropa, sedangkan rezim otoriter banyak
diadopsi oleh negara-negara di kawasan Asia dengan jumlah 14% negara.
Selain itu dari sejumlah 38% negara maju, 18% diantaranya merupakan
negara yang menganut rezim demokrasi penuh, sedangkan dari 62%
negara berkembang 32% diantaranya menganut rezim demokrasi tidak
langsung.
Tabel 4.9 Legalitas Bitcoin berdasarkan Rezim Demokrasi Negara
Legalitas
Rezim Demokrasi
Penuh Tidak
Langsung Campuran Otoriter Jumlah
Legal 12% 36% 10% 12% 70%
Netral 4% 6% 2% 6% 18%
Ilegal 4% 6% 0% 2% 12%
Jumlah 20% 48% 12% 20% 100%
Sumber: Diolah oleh Peneliti
Seperti halnya dengan dua sistem kelola negara lainnya, keunikan
muncul dari negara-negara yang melegalkan Bitcoin, dimana justru negara
0%
20%
40%
60%
Penuh Tidak
Langsung
Campuran Otoriter
Eropa
Australia
Asia
Amerika
Afrika
84
dengan rezim demokrasi tidak langsung yang paling banyak melegalkan
Bitcoin atau sebesar 36% negara, sedangkan negara-negara dengan rezim
demokrasi penuh hanya sejumlah 18% negara yang melagalkan Bitcoin.
Negara-negara yang mengilegalkan Bitcoin sejumlah 12% negara, dimana
setengahnya merupakan negara dengan rezim otoriter.
4.4.4 Korelasi Ketiga Sistem Kelola Negara-Negara Dunia
Ketiga sistem kelola negara yang dianut oleh negara-negara dunia
ketika dilihat secara keseluruhan menunjukkan bahwa sebuah sistem
kelola tersebut memiliki keunikan-keunikan dimana suatu negara bisa
mengadopsi sistem pemerintahan, sistem ekonomi dan rezim demokrasi
yang berbeda. Berikut merupakan tabel perbandingan sistem pemerintahan
dan sistem ekonomi negara-negara
Tabel 4.10 Komparasi Sistem Pemerintahan dengan Sistem Ekonomi
S
u
mber: Diolah oleh Peneliti
Dari 50 sampel negara yang menggunakan sistem parlementer
umumnya menggunakan sistem ekonomi liberal. Setidaknya terdapat 50%
negara dari jumlah negara-negara yang menganut kedua sistem tersebut,
dan 20% negara diantaranya tergolong dalam negara maju. Sedangkan
negara-negara yang menganut sistem ekonomi presidensil lebih dominan
mengadopsi sistem ekonomi campuran. Tercatat 50% lebih negara yang
Sistem
Pemerintahan
Sistem Ekonomi
Liberal Sosialis Campuran Jumlah
Presidensil 8% 8% 24% 40%
Parlementer 22% 4% 18% 44%
Campuran 4% 2% 2 % 8%
Otoriter 2% 2% 4% 8%
Jumlah 36% 16% 48% 100%
85
menganut kedua sistem tersebut, dan 22% negara merupakan negara
berkembang. Uniknya, seluruh jumlah negara-negara yang mengadopsi
sistem pemerintahan otoriter justru 50% mengadopsi sistem ekonomi yang
campuran bukan sistem ekonomi sosisalis. Hal tersebut menunjukkan
bahwa negara yang menganut sebuah sistem pemerintahan belum tentu
mengadopsi sistem ekonomi dengan karakteristik yang sama dengan
sistem pemerintahannya.
Selain sistem ekonomi, negara juga memiliki rezim demokrasi,
berikut adalah data terkait sistem pemerintahan dengan rezim demokrasi
sebuah negara:
Tabel 4.11 Komparasi Sistem Pemerintah dengan Rezim Demokrasi
Sistem
Pemerintahan
Rezim Demokrasi
Demokrasi
Penuh
Demokrasi
Tidak
Sempurna
Demokrasi
Campuran Otoriter Jumlah
Presidensil 2% 28 % 4% 6% 40%
Parlementer 18% 16% 6% 4% 44%
Campuran 0% 4% 2% 2% 8%
Otoriter 0% 0% 0% 8% 8%
Jumlah 20% 48% 12% 20% 100%
Sumber: Diolah oleh Peneliti
Tabel di atas merupakan tabel perbandingan antara sistem pemerintahan
dengan rezim demokrasi negara-negara dunia. Data tersebut menunjukkan
bahwa dari 50 sampel negara, sejumlah 14 negara diantarnya (28%)
meganut sistem presidensil dengan rezim demokrasi tidak sempurna,
dimana mayoritas merupakan negara berkembang. Sedangkan rezim
demokrasi penuh dan otoriter memiliki persantase yang sama yaitu 20%,
namun negara-negara dengan rezim otoriter mengisi setiap jenis sistem
pemerintahan. Sejumlah 8% negara yang menganut jenis sistem
86
pemerintahan yang otoriter, dimana jumlah itu merupakan jumlah tertinggi
dalam rezim tersebut. Data yang dikumpulkan juga menunjukkan dari 38%
negara maju, sejumlah 18% diantaranya merupakan negara yang menganut
sistem pemerintahan parlementer dengan rezim demokrasi penuh.
Selain itu juga akan dilihat terkait perbandingan sistem ekonomi
negara dengan rezim demokrasi yang dianutnya. Berikut merupakan tabel
perbadinga antara sistem ekonomi dengan rezim demokrasi:
Tabel 4.12 Komparasi Sistem Ekonomi dengan Rezim Demokrasi
Sistem
Ekonomi
Rezim Demokrasi
Demokrasi
Penuh
Demokrasi
Tidak
Sempurna
Demokrasi
Campuran Otoriter Jumlah
Liberal 16% 16% 0% 4% 36%
Sosialis 0% 8% 4% 4% 16%
Campuran 4% 24% 8% 12% 48%
Jumlah 20% 48% 12% 20% 100%
Sumber: Diolah oleh Peneliti
Tabel di atas merupakan tabel perbandingan antara sistem ekonomi
dengan rezim demokrasi negara-negara dunia. Dari data 50 sampel negara
menunjukkan bahwa sebanyak 48% negara menganut sistem ekonomi
campuran dengan rezim demokrasi tidak sempurna, dimana 16%
diantaranya merupakan negara berkembang. Sedangakan dari 36% negara
yang menganut sistem ekonomi liberal, 16% menganut sistem demokrasi
penuh dan tidak sempurna, uniknya terdapat 4% negara menganut rezim
otoriter. Hal ini menunjukkan bahwa rezim yang diadopsi sebuah negara
belum tentu menjadi acuan bagi sebuah negara untuk mengadopsi sistem
ekonomi yang bertentangan dengan rezim yang dianutnya.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa performa fiat money,
perkembangan Bitcoin dan sistem kelola negara mempengaruhi penentuan
posisi negara dalam penerimaan Bitcoin, baik legal, netral ataupun ilegal.
Hasil ini diperkuat dengan hasil uji yang menyatakan bahwa model layak
digunakan (Goodness of Fit Test dengan nilai sig = 1,000), serta memiliki
pengaruh (Model Fitting Information dengan nilai sig = 0,000) terhadap
variabel dependen, dan mampu menjelaskan kekuatan fenomena (nilai
Nagelkarke 0,974) atau sebesar 97,4 persen.
Adapun secara parsial tujuh faktor berpengaruh membedakan
yaitu: Sistem Ekonomi (0,000); Sistem Pemerintahan (0,001); Volume
Bitcoin (0,000); Uang Beredar (0,000); Sistem Nilai Tukar (0,000); Rezim
Demokrasi (0,006); dan Perdaganan Bitcoin (0,007). Sedangkan dua faktor
lain diinilai tidak berpengaruh, yaitu: Nodes (0,977) dan Inflasi (0,313).
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi adalah faktor-
faktor yang berkaitan dengan sistem kelola negara dan erat aspek politik,
sedangkan faktor-faktor terkait perkembangan Bitcoin dan performa uang
fiat dinilai kurang dalam memberikan pengaruh dalam membedakan
117
negara untuk melegalkan atau mengilegalkan Bitcoin. Dalam kondisi ini
negara akan cenderung bergerak untuk melegalkan Bitcoin yang pada
akhirnya dapat menggeser peran pemerintah, bank dan masyarakat
6.2 Saran dan Rekomendasi
Penelitian ini merekomendasikan bagi negara-negara dalam
mempertimbangkan posisinya atas Bitcoin harus memperhatikan faktor-
faktor terkait sistem kelola negara serta kondisi fiat money dan
perkembangan Bitcoin, juga terkait pergeseran kondisi keuangan
internasional. Sistem keuangan konvensional (fiat money) memiliki
karakteristik yang tidak hadir dalam cryptocurrency, dimana perbedaan
karakteristik itu harus menjadi instrumen penelitian mata uang jenis baru
tersebut. Sehingga disarankan bagi para akademisi untuk memperbaharui
konsep keuangan internasional khususnya yang berbasis cryptocurrency.
Penelitian ini juga memberikan saran dan rekomendasi untuk
peneliti selanjutnya, bahwa penelitian ini sudah menggunakan sampel
yang cukup memadai, namun dengan instrumen yang sangat kategoristik.
Sehingga diharapkan untuk dapat melibatkan skala lainnya yang tidak
kategoristik sehingga analisa yang dilakukan lebih rinci dan mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Baldwin, David A.. 1993. Neorealism and Neoliberalism: The
Contemporary Debate. New York: Columbia University Press.
Budiardjo, Prof. Marian. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: CV
Prima Grafika.
Chohan, Usman W. Cryptocurrencies: A Brief Thematic Review. 4
Agustus 2017. Canberra: University of New South Wales.
C.M. Adam. 2011. The Globalization of The International Financial
System. International Economics, Finance and Trade Vol 2. Sydney :
University of Sydney
Duverger, Maurice. 1995. Model Sistem Politik Baru: Pemerintahan Semi-
Presidensial. Jakarta: Rajawali Pers.
Field, Andy. 2009. Discovering Statistic Using SPSS 3rd Edition. London:
Sage Publication.
Gilpin, Robert. 2001. Global Political Economy: Understanding the
International Economic Order. New Jersey: Priceton University Press.
Isra, Saldi. 2010. Pergeseran Fungsi Legislatif: Menguatnya model
Legislasi Parlementer Dalam Sistem Presidensial Indonesia. Jakarta:
Rajawali Pers.
Jackson, Robert and Georg Sorense. 2013. Introduction to International
Relations: theories and approaches. 5th ed. New York: Oxford
University Press.
119
Kusnardi, Moh. dan Harmaily Ibrahim. 1993. Pengantar Hukum Tata
Negara Indonesia. Jakarta: Sinar Bakti.
Kozak, Yuriy. 2015 . International Finance: Training Manual, 5th
Edition, revised and enlarged. New York: Ministry of Education and
Science of Ukraine
Madura, Jeff. 2008. International Financial Management. Mason:
Thomson South Western.
Mafud MD, Moh. 2001. Dasar & Struktur Ketatanegaraan Indonesia.
Jakarta: Renika Ciptra.
Mankiw, N. Gregory. 2007. Macroeconomics 7th Edition. New York:
Worth Publishers.
Matthews, Bob dan Lizz Ross. 2010. Research Methods, A practical guide
for the social sciences. London: Pearson Education.
Mishkin, Frederic S. 2016. The Economics of Money, Banking, and
Financial Markets, 11th Edition. London: Pearson Education Limited.
Nachmias, David & Chava Nachimas. 1987. Research Methods in the
Social Science, 3rd Edition. New York: St. Martin’s Press
Neuman, W. Laurence. 2014. Social Research Methods: Qualitative and
Quantitative Approaches, 7th edition. Edinburgh: Pearson.
Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter Edisi 1. Yogyakarta: BPFE.
Oatley, Thomas. 2015. International Political Ecoonomy 5th Edition. New
York: Routledge
Pasaribu, Rowlan B.F. 2011. Tata Kelola Pemerintahan. Yogyakarta:
Penerbit ANDI.
Sarundajang. 2012. Babak Abru Sistim Pemerintahan. Jakarta: Kata Hasta
Pustaka
120
Silalahi, Dr. Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Suryabrata, Sumadi. 2000. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
B. Jurnal dan Penelitian
Alcorn, Thomas. 2013. Legitimizing Bitcoin: Policy Recommendations.
Ethics and Law on the Electronic Frontier. Cambridge: MIT
Computer Science and Artificial Intelligence Laboratory.
Bixho, Tomi. 2016. Theories of Money Supply: The Relationship of
Money Supply in a Period of Time. European Journal of
Multidisciplinary Studies. Vol. 1 No.1. Rottenburg: EUSER, INSOC.
Douma, Samantha. 2016. Master Tesis. Bitcoin : The Pros and Cons of
Regulation. International Relation (Master). Leiden: Leiden
Univerisity.
Edwards, Sebastian. 2003. Exchange Rate Regimes. Economic and
Financial Crises in Emerging Market Economies. Chicago: University
of Chicago Press
Kien, Matthew. 2014. Coining Bitcoin’s “Legal-Bits: Examining the
Regulatory Framework for Bitcoin and Virtual Currencies. Harvard
Journal of Law & Technology Vol. 27. United State : Harvard Law
School.
Krafft, Peter M., et.al.2018. An Experimental Study of Cryptocurrency
Market Dynamics. Journal for Social and Behavioral Science:
Economic. ACM: Montreal, Canada.
Lebed, Alex. 2018. StabelUnit: A Low-Volatility P2P Electronic Cash
System. Stable Unit Whitepaper.
121
Redish, Angela. 1993. Anchors Aweigh: The Transitioin form Commodity
Money to Fiat Money in Western Economies. The Canadian Journal
of Economics/Revue canadienne d’Economique, Vol.26. No.4.
Vancouver: The University of British Colombia.
Sumarsono, Dicky. 2016. Sistem Perekonomian Negara-Negara di Dunia.
Jurnal Akutansi dan Pajak Vol. 16 No. 2. Solo: Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi AAS Surakarta.
Sonderegger, Daniela. 2015. A Regulatory and Economic Perplexity.
Washington University Journal of Law & Policy.St.Louis:
Washington University.
World Bank; International Monetary Fund. 2005. Financial Sector
Assessment : A Handbook. Washington DC: World Bank.
Witianti, Siti. 2016. Demokrasi dan Pembangunan. Jurnal Wacana Politik
– Junral Ilmiah Dapertemen Ilmu Politik. Vol.1. No.1. Bandung:
Dapertemen Ilmu Politik FISIP Universitas Padjajaran
C. Situs Internet Resmi dan Publikasi
Bitcoin : https://bitcoin.org/
Chart Bitcoin : http://www.charts.bitcoin.com/
Real Time Bitcoin Price : http://www.coinmarketcap.com/
: http://www.coindesk.com/
IMF : https://www.imf.org
World Bank : https://www.worldbank.org
CIA : https://www.cia.gov
Perkembangan Penerimaan Bitcoin : https://coinreviews.io/
: https://www.theverge.com/
: https://www.engadget.com/
: https://www.bitsonline.com/
: http://bitlegal.io/
: https://www.fortune.com/
: https://themerkle.com/
: https://statista.com/
: https://www.cryptocompare.com/
: https://investopedia.com/