PRIOR'S Editorial
Transcript of PRIOR'S Editorial
PRIOR'S Editorial
celezeot clout PeTtaafficado E4040.14:
Pelambatan ekonomi yang terjadi sejak
awal pemerintahan Joko Widodo, telah direspon
dengan kebijakan publik berupa rangkaian paket
kebijakan ekonomi. Respon ini pada dasarnya
merupakan upaya sengaja menstimulasi
terjadinya perubahan melalui kebijakan-
kebijakan dalam bentuk peraturan perundang-
undangan. Begitulah kodratnya hukum selain
ditempatkan menjadi sarana perubahan (law as a tool of social enginering), juga
sering kali berperan sebagai suporting bagi perkembangan peradaban masyarakat
yang dibangun melalui kebiasaan-kebiasaan (living law) yang diformalkan melalui
putusan pengadilan. Secara alamiah hukum selalu tertinggal oleh peristiwa-peristiwa
utamanya peristiwa ekonomi. Demikian halnyakepesatan komunikasi dalam kehidupan
yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, hukum kerapkali juga
menemui kesulitan dalam mengantisipasinya.
Bagi bidang keperdataan barangkali bukan merupakan persoalan yang terlampau
rumit, mengingat hukum yang menjadi acuan adalah kebebasan yang dituangkan
dalam kesepakatan (party autonomy), namun dalam skala yang makro party autonomy
akan bergantung pada penegakan hukum secara keseluruhan. Pertanyaannya, cukup
efektifkah paket kebijakan publik yang dikeluarkan pemerintah merespon terjadinya
pelambatan ekonomi?
Ada korelasi yang erat antara sistem penegakan hukum dengan pertumbuhan
ekonomi, transaksi yang efisien di pasar ideal akan terjadi manakala didukung oleh
rule of law yang dilaksanakan oleh sebuah pemerintahan dengan tata kelola yang
baik. Stephan Hagggard mengemukakan empat komponen rule of law yang dapat
mendukung pertumbuhan ekonomi antara lain: pertama, keamanan individu (Security
of Person), yang bermakna para pelaku ekonomi harus bebas dari segala bentuk
hambatan, gangguan, dan ancaman, baik yang bersifat fisik dan atau kejiwaan dari
1 Stephan Hagggard, The Rule Of Low and Economic Growth: Where are We ?,pg 4, Presentation at The University of Texas School Of Law, Comference on Measuring The Rule of Law, March 25-26, 2010.
Jurnal Ilukum PRIORIS, Vol . 5 No. I, Tahun 2015 I
Prioris Editorial
pihak mana pun dalam melakukan transaksi. Perlindungan hak atas kekayaan dan
kebebasan berkontrak yang mendasari transaksi di pasar akan sia-sia bila tidak
ada keamanan individu.Kedua, pengakuan dan penghargaan hak atas kekayaan
dan hak atas kebebasan berkontrak (Property and Contracting Rights). Dua hak
ini dapat memberi insentif bagi orang-orang berinvestasi dan berniaga. Dengan
begitu is akan mendorong pertumbuhan ekonomi asalkan negara melalui institusi
hukumnya mampu menghormati dan menegakkan hak-hak perdata tersebut. Hak
atas kekayaan dan hak atas kebebasan berkontrak adalah HAM yang termaktub
dalam UUD 1945. Namun, perlindungan dan pemajuannya oleh negara tampaknya
belum cukup meyakinkan pasar.
Ketiga, hadirnya lembaga politik dan hukum yang menjalankan fungsi
pengawasan dan keseimbangan (Checks on Government), seperti pemerintah,
parlemen, dan pengadilan yang independen. Fungsi check and balance ini
memungkinkan pencegahan dan pengendalian berbagai bentuk penyalahgunaan
kekuasaan, baik dari institusi politik maupun hukum penghambat pertumbuhan
ekonomi. Keempat, konsistensi tindakan pencegahan dan pemberantasan
korupsi(Corruption and the Rule of Law).Berbagai studi tentang korupsi dan
pertumbuhan ekonomi menunjukkan tingginya korupsi sebagaimana diukur oleh
berbagai survei para investor dikaitkan dengan rendahnya investasi dan pertumbuhan.
Berbagai studi macro berkenaan dengan pengalaman nyata para investor berinteraksi
dengan aparat negara menegaskan korupsi sebagai penyebab lesunya investasi
dan rendahnya pertumbuhan ekonomi.
Empat komponen yang diuraikan Haggard tersebut saling bergantung dan
melengkapi satu sama lain membentuk sistem kompleks rule of law sebagai salah
satu penentu (determinan) pertumbuhan ekonomi nasional. Di Republik ini, kita
menjumpai empat komponen itu, tetapi belum membentuk kompleks rule of law
yang bagian-bagiannya menyadari sifat komplementer dan saling bergantung satu
sama lain dalam koordinasi dan orkestrasi demi pertumbuhan dan pemerataan
kesejahteraan. Kita semua bertanggung jawab mewujudkan orkestrasi itu, karena
keberhasilan mengelola dan mengendalikan empat komponen tersebut akan
melahirkan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi nasional sebagai
prasyarat pemerataan kesejarteraan bangsa.
Jurnal hukum Prioris Fakultas Hukum Universitas Trisakti menempatkan diri
sebagai bagian dari upaya sengaja yang terus menerus menyirami kesadaran
intelektual ditengah pragmatisme kehidupan, dengan selalu berharap dapat
mempengaruhi perkembangan pemikiran dan atmosfir penegakan hukum di
ii I Jurnal Hukum PRIORIS, Vol . 5 No. 1, Tahun 2015
Prioris Editorial
republik tercinta ini. Terbitan nomor ini menampilkan tiga artikel konseptual dan
tiga artikel penelitian dari praktisi, peneliti dan pengajar dari beberapa universitas
disamping dari Fakultas Hukum Universitas Trisakti sendiri dengan ekspektasi
dapat memenuhi kebutuhan referensi akademis maupun praktis.
Pembentukan ASEAN Economic Community didasari pada adanya kepentingan
bersama negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi
ekonomi yang dimotivasi oleh kebutuhan menjadikan wilayah ASEAN sebagai
kawasan ekonomi yang menarik bagi investor asing maupun dalam negeri. Dalam
rangka itu ASEAN melaksanakan kebijakan liberalisasi sesuai dengan prinsip-
prinsip ekonomi yang terbuka, berwawasan ke luar, inklusif, dan berorientasi pada
pasar. Hal ini senada dengan aturan-aturan multilateral (GATT/WTO) dan aturan
hukum yang telah disepakati bersama anggota ASEAN agar pemenuhan dan
implementasi komitmen-komitmen liberalisasi ekonomi dapat berjalan dengan
efektif.Permasalahannya adalah bagaimana mewujudkan pertumbuhan ekonomi
yang merata di kawasan ASEAN, utamanya yang berkaitan dengan pengembangan
UKM, mengingat kemampuan daya saing negara-negara anggota ASEAN sangat
berbeda? Berkaitan dengan hal inilah dibutuhkan adanya kebijakan pemerintah
untuk melindungi dan memberdayakan UKM melalui peningkatan daya saing
produk, khususnya produk-produk unggulan. Dr.ROSDIANA SALEH, SH., MH
Dosen Fakultas Hukum Universitas Trisakti menggali lebih jauh melalui penelitian
yang bertajuk Kebijakan Hukum Untuk Meningkatkan Daya Saing Produk UKM
Unggulan Indonesia Dalam Rangka Asean Economic Community.
Potensi sumberdaya alam dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi
perekonomian negara yang tujuan alchirnya mensejahterakan rakyat. Sumber daya
mineral dan batu-bara tanpa pengelolaan yang baik tidak akan berarti apa-apa.
Indonesia sebagai negara sedang berkembang, dihadapkan pada sejumlah masalah
internal diantaranya keterbatasan teknologi, sumber dana maupun sumberdaya
manusia. Kendala inilah yang menjadi persoalan besar dalam pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya alam oleh negara. Untuk itu kerjasama dengan investor
dalam pengelolaan sumberdaya alam yang dituangkan dalam suatu konsep
kerjasama dikenal dengan Kontrak Karya. Perkembangan menarikUndang-Undang
Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara yaitu adanya
kewajiban Divestasi sebagai suatu persyaratan dalam sebuah Kontrak Karya.
Dr. MERCY MARIA MAGDALENA SETLIGHT, SH.,MH Dosen Fakultas
Hukum Universitas Samratulangi Manado membahasnya dalam artikel yang
berjudul Divestas Sebuah Langkah Progresif Dalam Kontrak Karya Di Indonesia.
Jurnal Hukum PRJORIS. Vol . 5 No. 1, Tahun 2015 I iii
Prioris Editorial
KUHPerdata pada dasarnya berisikan norma-norma hukum perdata barat
termasuk di dalamnya pengaturan tentang kontrak, merupakan refleksi budaya
masyarakat bercirikan law-minded. Dalam kaitannya dengan kontrak, pada
masyarakat yang bercirikan non-law minded dan berbasis oral tradition, seringkali
eksistensi kontrak akan diabaikan karena dianggap bukan sebagai norma (hukum)
yang harus dipatuhi.Dalam konsepsi sistem hukum Lawrence M. Friedman,
pengabaian terhadap kontrak merupakan refleksi dari budaya hukum masyarakat
yang berpengaruh terhadap pelaksanaan hukum itu sendiri. Hukum bisa mati
karena masyarakat tidak menerimanya karena dianggap bukan bagian dari norma
yang harus dipatuhi, sehingga sebaik apapun kontrak dibuat, bahkan sekalipun
dibuat dalam format baku (perjanjian baku), kontrak akan tetap diabaikan karena
dianggap bukan sebagai norma (hukum) yang relevan yang hams dipatuhi. Lebih
jauh kontrak akan dianggap sebagai suatu notulen semata dari kesepakatan lisan
yang berdampak bagi eksistensi kontrak hanya berada pada tataran tekstual dan
kehilangan maknanya secara kontekstual. Lebih jauh Dr. NATASYA YUNITA
SUGIASTUTI, SH, MH Dosen Fakultas Hukum Universitas Trisakti Jakarta
membahasnya dalam artikel bertajuk Esensi Kontrak Sebagai HukumVs. Budaya
Masyarakat Indonesia Yang Non-Law Minded Dan Berbasis Oral Tradition.
Bertambahnya angkatan kerja di satu sisi tidak terimbangi oleh jumlah
lapangan kerj a. Keterbatasanini memerlukan penyelesaian dan penanganan yang
serius dari Pemerintah. Dibutuhkan perubahan pola pikir dan pandangan terhadap
definisi dan kriteria bekerja.Keterbatasan ini juga menuntut kreativitas pemahaman
bahwa bekerja bukan hanya untuk mencari sesuap nasi dan hanya menggantungkan
diri pada orang lain dengan bekerja sebagai buruh atau pekerja, akan tetapi bekerja
dapat berarti pula berwirausaha dan bahkan membuka lapangan pekerjaan bagi
para pekerja lainnya. Tumbuhnya pemahaman ini dan menjadi trend pada sebagian
besar peserta magang luar negeri Indonesia setelah pulang dari pelatihan kerja
magang di perusahaan-perusahaan yang ada di negara Jepang. Perubahan sikap
& pola perilaku dalam bekerja dan berbudaya telah membawa pengaruh terhadap
etos kerjanya. Perbedaan yang signifikan antara uang saku, fasilitas dan bonus
yang diterima oleh mereka yang magang di Jepang dengan di Indonesia, telah
mendorong sebagian besar peserta magang Indonesia yang pulang dari negara
tersebut untuk bekerja dengan membuka lapangan pekerjaan itu sendiri.
Sejauh mana peraturan perundang-undangan termasuk Undang-undang Nomor
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Menteri Tenaga Kerj a dan
Transmigrasi Nomor 08 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan dan
iV I Jurnal flukton PRIORIS, Vol. 5 No. 1, Tahun 2015
Prioris Editorial
Penyelenggaraan Program Pemagangan di Luar Negeri,telah memberikan dasar
dan memfasilitasi keberhasilan praktek program pemagangan ke luar negeri
khususnya negara Jepang. Lebih jauh Dr. ANDARI YURIKOSARI, SH., MH
Dosen Fakultas Hukum Universitas Trisakti Jakarta mengelaborasinya melalui
penelitian yang bertajuk Review Pemagangan LuarNegeri Dalam Rangka
Penempatan (Studi Mengenai Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor 08 Tahun 2008).
Sejarah perkembangan hukum praktek kedokteran berkembang beriringan
dengan hukum tentang kesehatan yang dipicu oleh banyaknya muncul peristiwa
malpraktek dalam dunia kedokteran. Sesungguhnya aturan praktek kedokteran
dan kesehatan sudah ada sejak zaman kolonial (Staatblaad 1882 No.79), namun
istilah hukum kedokteran itu barn dikenal pada era 1980an. Beberapa ketentuan
yang berkaitan sudah termuat baik dalam KUHPidana maupun KUHPerdata
khususnya yang berkaitan dengan pertanggung jawaban kontrak medis dan kerugian
yang timbul dari hubungan dokter-pasien. Tonggak sejarah dan perkembangan
hukum kedokteran ditandai dengan lahirnya undang-undang No.29 Tahun 2004
tentang Praktek Kedokteran dan Undang-undang No. 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan yang menjadi amber penting bagi berkembangnya hukum kedokteran
dan hukum kesehatan di Indonesia. UU ini pada dasarnya bertujuan membangun
praktek kedokteran yang baik dan menghindarkan malparktek. MUH ENDRYO
SUSILA, SH., MH Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadyah Yogyakata
mengurai lebih jauh tentang sejarah dan perkembangan hukum kedokteran
Indonesia dalam artikel yang diberi judul Medical Law In Indonesia: Its History
And Development.
Peran dan fungsi pers pasca reformasi atau setelah lahirnya Undang-Undang
No. 40 Tahun 1999 tentang Pers memperlihatkan perubahan yang signifikan,
mengingat sebelumnya pers sepertinya terbelenggu oleh kekuasaan, bahkan pada
waktu yang lalu dalam kamus pers nasional dikenal istilah "bredel" alias dilarang
terbit. Peran dan fungsi pers pada waktu lalu tidak dilaksanakan maksimal termasuk
dibatasinya kebebasan pers. Peralihan kekuasaan pemerintahan dan Soeharto yang
identik dengan pelaksanaan demokrasi semu, kepada rezim reformasi membawa
angin segar bagi dunia pers. Perkembangan jumlah dan jenis media (cetak maupun
elektronik) pada waktu itu betul-betul dibatasi dengan penerbitan SIUPP yang
sangat ketat, sehingga peran media dalam masyarakat tidak begitu besar. Kini
persberperan maksimal baik dalam penyebaran informasi maupun sebagai alat
Jurnal Hukum PRIORIS, Vol . 5 No. 1, Tahun 2015 I V
Prioris Editorial
kontrol dalam masyarakat dan negara. Lebih jauh artikel MUHAMAD DAHLAN
SURBAKTI, SH., MH. Dosen Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara Jakarta
mengulasnya dalam artikel Peran dan Fungsi Pers Menurut Undang-undang Pers
Tahun 1999 serta Perkembangannya.
Akhirul kalam, terlepas dari segala kekurangannya, kami berharap penerbitan
Jurnal ini akan mampu menjadi inspirasi dan memberikan kontribusi yang
mencerahkan. Atas nama seluruh ponggawa redaksi, kami mengucapkan terima
kasih kepada Mitra Bebestari yang terlibat aktif serta seluruh pihak yang mendukung
penerbitan Jurnal ini. Selamat Membaca dan selamat berkarya!
(AFH- [email protected])
VI I Jurnal Hukum PRIOR1S, Vol. 5 No. 1, Tahun 2015