PRINT2
-
Upload
nila-khurinin -
Category
Documents
-
view
8 -
download
2
Transcript of PRINT2
PENDAHULUAN
Pancasila sebagai dasar negara mempunyai kedudukan yang sangat
penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila menjadi pedoman
hidup, sebagai sumber dari segala hukum dan lain sebagainya harus dapat
dipahami oleh seluruh elemen masyarakat Indonesia. Hal tersebut sangatlah
penting , karena tanpa pemahaman yang menyeluruh tentang nilai – nilai
Pancasila maka fungsi dan tujuan dariPancasila tidak berguna. Apabila seluruh
elemen masyarakat mengetahui secara menyeluruh isi kandungan /nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila termasuk butir-butirnya, maka dapat dipastikan
kehidupan berbangsa dan bernegara akan berjalan dengan lancar . Namun apabila
nilai – nilai dari pancasila tidak dapat dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat
Indonesia maka sebuah tujuan Negara Indonesia tidak dapat
terwujud,dikarenakan oleh Pancasila telah dijadikan dasar Negara kita.
Sampai saat ini banyak dari masyarakat Indonesia yang melupakan nilai –
nilai Pancasila, sehingga tidak mengamalkan seluruh isinya dengan benar. Salah
satu sila pancasila yaitu sila ketiga, merupakan sila yang penting untuk
mengamalkan persatuan dan kesatuan yang dapat diartikan sebagai upaya untuk
membuat satu, yang akan menuju persatuan dan kesatuan. Sila ini merupakan
bukti bahwa Pancasilaadalah alat pemersatu bangsa Indonesia, maka dari itu kita
harus menjaganya bersama. Disebutkan bahwa sila ketiga yang merupakan Arti
dan makna sila persatuan nasionalisme, cinta bangsa dan tanah air, menggalang
persatuan dan kesatuan Indonesia, menghilangkan penonjolan kekuatan atau
kekuasaan, keturunan dan perbedaan warna kulit, dan menumbuhkan rasa senasib
dan sepenanggungan.
Sila Persatuan Indonesia, menempatkan manusia Indonesia pada
persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan Bangsa dan Negara di
atas kepentingan pribadi dan golongan. Menempatkan kepentingan negara dan
bangsa di atas kepentingan pribadi, berarti manusia Indonesia sanggup dan rela
berkorban untuk kepentingan Negara dan Bangsa, bila diperlukan. Sikap rela
1
berkorban untuk kepentingan negara dan Bangsa, maka dikembangkanlah rasa
kebangsaan dan bertanah air Indonesia, dalam rangka memelihara ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Persatuan dikembangkan tas dasar Bhineka Tunggal Ika, dengan memajukan
pergaulan demi kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia. Namun pada
kenyataannya, banyak sekali kasus yang terjadi di Indonesia yang merupakan
bentuk penyimpangan dari sila tersebut. Salah satu kasus yang patut untuk dibahas
lebih lanjut adalah kasus Papua yang ingin keluar dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pada bab selanjutnya akan dibahas mengenai kasus penyimpangan
tersebut.
2
PEMBAHASAN
Zaman yang terus berkembang memasuki era globalisasi, tidak menutup
kemungkinan adanya budaya luar yang masuk ke dalam negara ini dan melebur
dalam kebudayaan bangsa. Hal itu juga merupakan ancaman tersendiri bagi suatu
negara untuk menghadapi suatu konflik perpecahan di dalam negara itu, selain
permasalahan dalam tubuh negara majemuk itu sendiri. Terbukti sekarang banyak
budaya Indonesia yang sudah mulai terlupakan di kalangan muda. Tanpa disadari
mereka lebih banyak menggunakan budaya asing dalam kehidupannya, dan gaya
hidupnya.
Oleh karena itu, sebaiknya bangsa Indonesia tetap menjaga persatuan yang
ada dalam negara ini. Walaupun banyak perbedaan tetapi tetaplah satu kesatuan
dalam Negara Indonesia. Perlu untuk memulihkan kesadaran dari makna sila
ketiga “persatuan Indonesia” dalam pribadi masyarakat Indonesia agar masyarakat
Indonesia menyadari betapa pentingnya persatuan dalam suatu kehidupan
berbangsa dan bernegara. Demi tetap menjaga persatuan dalam Negara ini.
Pada dasarnya manusia diciptakan berbagai macam suku, budaya, dan
bangsa, adalah satu kenyataan yang tidak bisa dibantah oleh siapapun juga.
Termasuk bangsa Indonesia yang terdiri dari beberapa pulau-pulau yang terpisah
oleh lautan luas, sehingga terjadi beraneka macam keanekaragaman di Indonesia.
Berdasarkan fakta ini harus diakui adanya bangsa dan kebangsaan. Untuk
mencapai tujuan demi keadilan social, bangsa Indonesia harus menggalang
persatuan dan kesatuan bangsa dalam keberagaman suku dan budaya yang kita
miliki. Bung Karno sering menegaskan bahwa Pancasila adalah satu-satunya alat
pemersatu bangsa Indonesia, terutama sila ketiga yaitu persatuan Indonesia.
Dalam fakta sejarah, selama 350 tahun Negara Indonesia dijajah dan
dieksploitasi segala sumber dayanya, sumber daya alam maupun sumber daya
3
manusianya. Perjuangan bangsa Indonesia yang dulu bersifat kedaerahan ternyata
tidak membuahkan hasil sama sekali. Bahkan menjadikan perpecahan antar
bangsa di Indonesia. Kemudian bangkitlah kesadaran bangsa Indonesia, terutama
pemuda-pemuda Indonesia untuk saling bersatu dan melawan penjajah bersama-
sama. Sehingga teraihlah kemerdekaan Indonesia yang dapat dinikmati hingga
sekarang ini.
Melihat sejarah dalam mencapai kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari
rasa cinta tanah air dan persatuan bangsa, maka hal itulah yang menjadikan
persatuan Indonesia menjadi salah satu pondasi terkuat berdirinya bangsa
Indonesia dan landasan untuk bangsa Indonesia dalam menjalankan pemerintahan,
memajukan bangsa, dan menghadapi ancaman sekalipun. Keberagaman suku dan
budaya di Indonesia juga perlu disatukan oleh suatu landasan pemersatu yang
kuat. Sehingga dalam Pancasila sebagai dasar negara Indonesia terdapat sila
ketiga yaitu Persatuan Indonesia.
Nilai yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia tidak dapat
dipisahkan dengan keempat sila lainnya karena seluruh sila merupakan suatu
kesatuan yang bersifat sistematis. Sila Persatuan Indonesia didasari dan dijiwai
oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
serta mendasari dan dijiwai sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan dan Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.
Sila ke -3 ini mempunyai maksud mengutamakan persatuan atau
kerukunan bagi seluruh rakyat Indonesia yang mempunyai perbedaan agama,
suku, bahasa, dan budaya. Sehingga dapat disatukan memlalui sila ini berbeda-
beda tetapi tetep satu atau disebut dengan Bhineka Tunggal Ika.
Persatuan Indonesia mengutamakan kepentingan dan keselamatan negara
ketimbang kepentingan golongan pribadi atau kelompok seperti partai. Hal yang
dimaksudkan adalah sangat mencintai tanah air Indonesia dan bangga
4
mengharumkan nama Indonesia. Sila ini menanamkan sifat persatuan untuk
menciptakan kerukunan kepada rakyat Indonesia.
Sila yang mempunyai lambang pohon beringin ini bermaksud memelihara
ketertiban yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Persatuan Indonesia adalah satu untuk Indonesia walaupun keadaan
dimasyrakat sangat penuh perbedaan tetapi harus menjadi satu darah Indonesia
dan rela mengorbankan kepentingan golongan demi negara Indonesia. Walaupun
sangat kental dengan berbagai budaya yang berbeda tetap harus rukun menjaga
kedamaian Bhineka Tunggal Ika.
Dalam nilai Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah
sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhluk
individu dan makhluk social. Negara merupakan suatu persekutuan hidup bersama
diantara elemen-elemen yang membentuk negara yang berupa suku, ras,
kelompok, golongan, maupun kelompok agama. Oleh karena itu perbedaan adalah
merupakan bawaan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas elemen-elemen
yang membentuk Negara. Konsekuensinya negara adalah beraneka ragam tetapi
satu, mengikatkan diri dalam suatu persatuan yang dilukiskan dalam suatu seloka
Bhineka Tunggal Ika. Perbedaan bukannya untuk diruncingkan menjadi konnflik
dan permusuhan melainkan diarahkan pada suatu sintesa yang saling
menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan
tujuan bersama.
Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras, individu,
maupun golongan agama. Mengatasi dalam arti memberikan wahana atas
tercapainya harkat dan martabat seluruh warganya. Negara memberikan
kebebasan atas individu, golongan, suku, ras, maupun golongan agama untuk
merealisasikan seluruh potensinya dalam kehidupan bersama yang bersifat
integral. Oleh karena itu tujuan negara dirumuskan untuk melindungi segenap
warganya dan seluruh tumpah darahnya, memajukan kesejahteraan umum
5
(kesejahteraan seluruh warganya) mencerdaskan kehidupan warganya, serta
kaitannya dengan pergaulan dengan bangsa-bangsa lain di dunia untuk
mewujudkan suatu ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan social.
Nilai persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang
Maha Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Hal itu terkandung nilai
bahwa bahwa nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme religious yaitu
nasionalisme yang bermoral Ketuhanan Ynag Maha Esa. Nasionalisme yang
humanitik yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
Tuhan. Oleh karena itu nilai-nilai nasionalisme ini harus tercermin dalam segala
aspek penyelenggaraan Negara termasuk dalam era reformasi dewasa ini. Proses
reformasi tanpa mendasarkan pada moral ketuhanan, kemanusiaan, dan
memegang teguh persatuan dan kesatuan maka bukan tidak mungkin akan
membawa kehancuran bagi bangsa Indonesia seperti halnya telah terbukti pada
bangsa lain.
Pada kenyataannya, yang terjadi saat ini adalah memudarnya rasa
persatuan dan kesatuan yang terjadi pada generasi penerus bangsa Indonesia.
Semestinya semua warga masyarakat harus dapat mengembangkan rasa cinta
tanah air dan bangsa. Namun memang, sesuai berjalannya waktu, membela tanah
air tidak harus selalu identik dengan hal yang berbau peperangan. Kita masih bisa
mengamalkan sila ketiga ini dengan cara kita sendiri sesuai dengan profesi kita
masing-masing. Nilai persatuan indonesia mengandung makna usaha ke arah
bersatu dalam kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan
menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki bangsa
Indonesia. Dalam kasus yang akan diuraikan dibawah ini akan diuraikan kasus
keluarnya Papua dari Negara kesatuan Republik Indonesia yang bisa jadi
merupakan indikator lemahnya persatuan dan kesatuan bangsa dan menunjukkan
adanya separatisme diantara warga Indonesia. Berikut adalah sepenggal berita
tersebut.
6
Papua Keluar dari NKRI
Jakarta, PelitaOnline – KETUA Solidaritas Kemanusiaan untuk Papua,
Frans Tomoki meminta agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
bertanggung jawab atas pelanggaran HAM di Papua. Jika Pemerintahan SBY-
Boediono ini tidak bertanggung jawab, maka ia mengancam akan keluar dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Kami ingin Papua berdiri di atas kakinya sendiri untuk menantukan nasib
rakyatnya. Kalau pemerintah tidak memperhatikan kami, biarkan kami keluar dari
NKRI,” kata Frans saat jumpa pers di Kontras, Jakarta, Selasa (1/11).
Menurutnya, para anggota militer yang ada di Papua, hanya bisa membuat
rakyat Papua menjadi tidak aman lantaran terlalu represif dalam bertindak demi
kepentingan PT Freeport Indonesia. Militer, kata dia, juga tidak membawa
kesejahteraan bagi rakyat di Bumi Cendrawasih.
“Militer terlalu diskriminatif untuk warga Papua. Seharusnya berlaku adil.
Kami hanya ingin mandiri,” pintanya tegas.
Dia menjelaskan, Kapolsek Mulia Papua, Dominggus Awes, yang
ditembak di bandara merupakan jaringan Organisasi Papua Merdeka (OPM)
gadungan yang dipelihara oleh militer.
“Itu OPM gadungan, yang memang sengaja dipelihara oleh militer untuk
mengalihkan isu, terkait meninggalnya buruh Freeport yang menuntut kenaikan
gaji,” jelas dia.
Dia mengakui bahwa warga Papua mendapatkan perlakuan diskriminatif
dari negeri ini. Padahal Papua merupakan bagian dari NKRI.
7
“Bagi Bangsa Papua, sudah jelas untuk menentukan nasib. Bagi saya lebih
baik Papua menentukan nasibnya sendiri.
Kasus diatas menggambarkan betapa lemahnya jiwa pancasila khususnya
rasa persatuan dan kesatuan antar warga negara. Tiap warga negara harusnya
mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan sesuai dengan butir pancasila sila ketiga. Namun, dari kasus tersebut
terlihat adanya pembeda antara satu golongan dengan golongan yang lain, ras satu
dengan yang lain. Tentu saja hal itu tidak mencerminkan adnya rasa ingin
mengembangkan cinta kepada tanah air dan bangsa apalagi mengembangkan
persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
Dahulunya pernah terjadi kasus serupa yang menyangkut organisasi yang
dibentuk diasana yang dinamakan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Organisasi
Papua Merdeka adalah sebuah gerakan nasionalis yang didirikan tahun 1965 yang
bertujuan untuk mewujudkan kemerdekaan Papua bagian barat dari pemerintahan
Indonesia. Sebelum era reformasi, provinsi yang sekarang terdiri atas Papua dan
Papua Barat ini dipanggil dengan nama Irian Jaya.
OPM merasa bahwa mereka tidak memiliki hubungan sejarah dengan
bagian Indonesia yang lain maupun negara-negara Asia lainnya. Penyatuan
wilayah ini ke dalam NKRI sejak tahun 1969 merupakan buah perjanjian antara
Belanda dengan Indonesia dimana pihak Belanda menyerahkan wilayah tersebut
yang selama ini dikuasainya kepada bekas jajahannya yang merdeka, Indonesia .
Perjanjian tersebut oleh OPM dianggap sebagai penyerahan dari tangan satu
penjajah kepada yang lain.
Persoalan Papua tidak sekadar dipandang hanya separatis. Lebih dari itu
Papua dijadikan medan perebutan dalam hal ekonomi, politik, dan geografis.
Indonesia sebagai pemilik sah Papua digugat baik dari dalam negeri maupun luar
negeri. Pihak dalam negeri berupa separatis dan pejabat yang korup. Adapun dari
luar negeri tekanan politik yang mengatasnamakan HAM, kebebasan, dan
8
demokrasi. Asing menggunakan isu Papua sebagai bentuk penjajahan kepada
Indonesia. Maka Papua bergejolak Indonesia terkoyak. Namun reaksi warga yang
berada di pulau-pulau lain terutama reaksi pemerintahan seolah tidak peduli akan
persoalan itu. Mereka semua seolah bertindak separatis terhadap warga Papua.
Separatis muncul merupakan bukti bahwa negara gagal melindungi dan
menyejahterakan rakyat. Kegagalan itu akibat negara kalah sejak awal dengan
menyerahkan kekayaan alam kepada asing. Kegagalan dalam memberikan
kemakmuran, pendidikan, kesejahteraan dijadikan alasan untuk membangkang.
Hal ini pun dimanfaatkan orang asli papua yang mereka termasuk jutawan untuk
menyuap rakyat Papua. Tujuannya rakyat diberikan uang agar muncul protes
terhadap pemerintah. Sungguh ironis, keterbelakangan rakyat Papua dimanfaatkan
untuk perbuatan separatis. Selain itu pula karena kemiskinan yang mereka alami.
Mereka menerima saja dana itu. Apalagi dananya dari orang Papua asli.
Sementara itu rakyat juga dalam kondisi miskin.
Dari kasus perpecahan diatas memang harus dilakukan tindakan tegas dari
pihak berwenang. Dalam kasus keluarnya papua seharusnya pemerintah dapat
menghimbau kepada seluruh menteri-menterinya untuk menciptakan kondisi yang
mendukung komitmen, kesadaran dan kehendak untuk bersatu dan membiasakan
diri untuk selalu membangun konsensus, menghilangkan kesempatan untuk
berkembangnya primodialisme sempit pada setiap kebijaksanaan dan kegiatan,
agar tidak terjadi KKN,dan juga menumpas setiap gerakan separatis secara tegas
dan tidak kenal kompromi. Seharusnya pemerintah lebih tergerak untuk
melakukan sesuatu dan melakukan perubahan bagi kehidupan warga di Papua.
Pemerintah terjun langsung memberikan bantuan kepada masyarakat di daerah
tersebut supaya tidak ada oknum yang ingin memanfaatkannya. Pemerintah juga
harus melakukan pemerataan pembangunan, transportasi, pendidikan, kesehatan
dan lainnya di pedesaan, tidak hanya di kota-kota besar. Bila setiap warga sadar
akan nilai persatuan dan kesatuan, seharusnya mereka membantu warga negara
Papua untuk mengatasi persoalan yang begitu rumit terkait dengan ekonomi,
pembangunan, sosial yang menyangkut hidup mereka. Karena semua warga
9
negara Indonesia adalah satu kesatuan yang utuh dan tak dapat terpisahkan.
Bayangkan apabila Papua benar-benar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia,
apa bisa warga negara lain yang misalnya tinggal di pulau-pulau lain, daerah lain
disebut manusia atau warga yang mengamalkan pancasila?
Seharusnya sebagai warga negara Indonesia yang berjiwa pancasila, tiap
warga harusnya mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.Ada peribahasa lebih baik hujan batu di negri sendiri dari
pada hujan emas di negri tetangga, artinya walaupun di negri kita memiliki
banyak masalah tidak seharusnya kita pindah menjadi warga negara lain karena
kita melihat di negara lain tampaknya dengan kemampuan yang kita miliki kita
dapat hidup lebih layak dibanding di negara sendiri, mestinya kita harus lebih
menyikapi hal dengan berbuat sesuatu demi Indonesia dengan apa yang kita punya
bukan malah meninggalkannya.
Selain itu, kita harus sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan
negara dan bangsa apabila diperlukan. Contohnya yang sering kita lihat dilakukan
oleh angkatan bersenjata kita, mereka rela ditempatkan di daerah daerah yang
mengancam keutuhan negara termasuk pada kasus yang terjadi di Papua.
Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa juga harus
ditanamkan sejak dini. Jangan selalu menggunakan produk asing dan trend atau
gaya dari luar, kita harus lebih bangga dengan apa yang negara ini miliki
contohnya seperti mengenakan batik dan belajar tari tarian daerah. Selai itu,
mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia,
mencintai tanah air, bangga menjadi bangsa Indonesia, indonesia sangat kaya dan
terkenal dengan keindahan alamnya, untuk itu kita harus menjaga keletarian bumi
Indonesia ini dengan menjaga kebersihan, tidak melakukan pembalakan liar dan
sebagainya.
Tiap warga harusnya mampu memelihara ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Contohnya
10
dengan menjadi relawan PBB yang siap dikirim keluar untuk menjaga perdamaian
dunia. Lalu, yang terpenting adalah mengembangkan persatuan Indonesia atas
dasar Bhinneka Tunggal Ika. Dengan tidak membedakan seorang dari suku ras
dan agamanya. Seperti pada kasus Papua tersebut, harusnya kita tidak membeda-
bedakan orang berdasatkan ras, suku, maupun agama. Seharusnya pemerintah dan
warga tidak memandang sebelah mata dari kasus tersebut. Dan yang terakhir,
warga negara harus memiliki rasa ingin ,emajukan pergaulan demi persatuan dan
kesatuan bangsa. Contohnya dengan mau bergaul dengan setiap kalangan tanpa
memandang dari suku atau agama apa sehingga tercipta persatuan.
Perwujudan atau realisasi pancasila Sila Ketiga dalam bidang Pendidikan,
Budaya, Ekonomi, dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dapat dilakukan untuk
menguatkan jiwa pancasila dalam tiap warga negara.
a. Bidang Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu piranti untuk membentuk kepribadian.
Penanaman kepribadian yang baik harus dilakukan sejak dini. Terutama
penanaman rasa cinta tanah air dan rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa
Indonesia. Kepribadian yang baik para penerus bangsa akan menentukan nasib
dan kemajuan Indonesia di masa mendatang.
Nilai-nilai pancasila harus ditanamkan kuat pada generasi-generasi
penerus bangsa. Menurut Notonegoro (1973), perlu disusun sistem ilmiah
berdasarkan Pancasila tentang ajaran, teori, filsafat, praktek, pendidikan nasional,
yang menjadi dasar tunggal bagi penyelesaian masalah-masalah pendidikan
nasional. Dengan begitu diharapkan tujuan pendidikan nasional dapat terwujud
dengan mudah. Tujuan pendidikan nasional adalah menciptakan manusia yang
beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
demokratis, dan bertanggung jawab.
Rasa cinta tanah air dan persatuan yang tinggi akan memacu semangat
belajar para peserta didik. Dengan menanamkan rasa persatuan Indonesia pada
peserta didik, maka pikiran mereka tidak lagi berorientasi bahwa persaingan
11
prestasi adalah untuk menjadi yang lebih unggul dan menjatuhkan lawan. Namun
lebih ke rasa cinta tanah air yaitu bersaing menjadi yang terbaik untuk satu tujuan
bersama. Menuntut ilmu dengan saling bekerjasama dan bertukar pikiran antar
pelajar guna menjadikan Indonesia lebih baik dari sekarang. Karena pelajar
merupakan benih-benih pejuang bangsa, yang akan menentukan nasib bangsa
Indonesia di masa mendatang.
Penerapan Pancasila sila ketiga dalam bidang pendidikan bagi peserta
didik antara lain dengan diadakannya pertukaran pelajar antar sekolah di
Indonesia, diadakannya lomba-lomba antar sekolah, upacara bersama, perayaan
hari ulang tahun kemerdekaan bersama-sama. Dengan upaya penerapan persatuan
tersebut maka peserta didik akan mengenal sekolah lain di luar sekolahnya
sendiri, sekolah satu dan lainnya akan saling mengisi, serta memupuk rasa
persatuan antar pelajar Indonesia.
Rasa persatuan dan kesatuan tidak hanya ditanamkan pada peserta didik
saja, namun bagi para pendidik rasa saling bersatu juga harus tertanam kuat. Guna
bekerja sama untuk menciptakan penerus bangsa yang unggul. Serta
mempersiapkan tombak-tombak bangsa yang akan berperang melawan persaingan
dunia dan kecaman jahat yang mengancam bangsa Indonesia di masa mendatang.
Salah satu penerapan persatuan di dunia pengajar adalah di bentuknya PGRI
(Persatuan Guri Republik Indoonesia).
b. Bidang Budaya
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
moral, hukum, adat-istiadat dan lain kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Soerjono Soekanto, 2005:
172).
Dalam sila Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah
sebagai penjelmaan sifat kodrat manuasia monodualis yaitu sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Negara adalah suatu persekutuan hidup bersama
diantara elemen-elemen yang membentuk negara yang berupa, suku, ras,
12
kelompok, golongan maupun kelompok agama. Oleh karena perbedaan
merupakan bawaan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas elemen-elemen
yang membentuk negara. Konsekuensinya negara adalah beranekaragam tetapi
satu, mengikatkan diri dalam suatu persatuan yang diliukiskan dalam Bhineka
Tunggal Ika. Perbedaan bukan untuk diruncingkan menjadi konflik dan
permusuhan melainkan diarahkan pada suatu sintesa yang saling menguntungkan
yaitu persatuan dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan bersama.
Sehingga penanaman pengamalan persatuan Indonesia sangat berperan penting
dan harus ditanam pada setiap individu. Pembudayaan Pancasila tidak hanya pada
kulit luar budaya misalnya hanya pada tingkat propaganda, pengenalan serta
pemasyarakatan akan tetapi sampai pada tingkat kemampuan mental kejiwaan
manusia yaitu sampai pada tingkat akal, rasa dan kehendak manusia (Kaelan,
1996: 193).
Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras, indvidu,
maupun golongan agama. Mengatasi dalam arti memberikan wahana atas
tercapainya harkat dan martabat seluruh warganya. Negara memberikan
kebebasan atas individu, golongan, suku, ras, maupun golongan agama untuk
merealisasikan seluruh potensinya dalam kehidupan bersama yang bersifat
integral. Oleh karena itu tujuan negara dirumuskan untuk melindungi segenap
warganya dan seluruh tumpah darahnya, memajukan kesejahteraan umum
(kesejahteraan seluruh warganya) mencerdaskan kehidupan warganya serta dalam
kaitannya dengan pergaulan dengan bangsa-bangsa lain di dunia untuk
mewujudkan suatu ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Kebinekaan yang kita miliki harus dijaga sebaik mungkin. Kebhinekaan
yang kita inginkan adalah kebhinekaan yang bermartabat, yang berdiri tegak di
atas moral dan etika bangsa kita sesuai dengan keragaman budaya kita sendiri.
Untuk menjaga kebhinekaan yang bermartabat itulah, maka berbagai hal yang
mengancam kebhinekaan mesti ditolak, pada saat yang sama segala sesuatu yang
mengancam moral kebhinekaan mesti diberantas. Karena kebhinekaan yang
13
bermatabat di atas moral bangsa yang kuat pastilah menjunjung eksistensi dan
martabat manusia itu sendiri.
c. Bidang Ekonomi
Ekonomi yang berdasarkan Pancasila tidak dapat dilepaskan dari sifat
dasar individu dan sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang
lain untuk memenuhi semua kebutuhanya. Tetapi manusia juga mempunyai
kebutuhan dimana orang lain tidak diharapkan ada atau turut campur. Ekonomi
menurut pancasila adalah berdasarkan asas kebersamaan, kekeluargaan artinya
walaupun terjadi persaingan namun tetap dalam kerangka tujuan bersama
sehingga tidak terjadi persaingan bebas yang mematikan (Kaelan, 1996: 193).
Dengan demikian pelaku ekonomi di Indonesia dalam menjalankan usahanya
tidak melakukan persaingan bebas, meskipun sebagian dari mereka akan
mendapat keuntungan yang lebih besar dan menjanjikan.
Rasa persatuan dan kesatuan yang tertanam kuat pada diri mereka sebagai
bangsa Indonesia akan menumbuhkan kecintaan terhadap tanah air. Pertumbuhan
ekonomi di Indonesia akan berjalan baik jika antar pelaku ekonomi saling bersatu
dan mendukung, karena tujuan mereka bukanlah menjadi penguasa ekonomi dan
menjatuhkan lawannya, namun bekerja sama bersama-sama guna kemajuan
ekonomi di Indonesia. Jadi interaksi antar pelaku ekonomi sama-sama
menguntungkan dan tidak saling menjatuhkan sehingga usaha-usaha kecil dapat
berkembang dan mendukung perekonomian Indonesia menjadi kuat.
d. Ilmu pengetahuan dan teknologi
Iptek harus memenuhi etika ilmiah, yang paling berbahaya adalah yang
menyangkut hidup mati, orang banyak, masa depan, hak-hak manusia dan
lingkungan hidup. Di samping itu Ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia
harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila karena Iptek pada dasarnya adalah untuk
kesejahteraan umat manusia. Nilai-nilai Pancasila sila ketiga bilamana dirinci
14
dalam etika yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, adalah
sebagai berikut (T. Jacob, 1996: 195):
1. Sumber ilmiah sebagai sumber nasional bagi warga negara seluruhnya.
Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tenologi harus mendahulukan kepentingan
bangsa dan negara.
2. Alokasi pemerataan sumber dan hasilnya.
3. Pentingnya individualitas dan kemanusiaan dalam catur darma ilmu
pengetahuan, yaitu penelitian, pengajaran, penerapan, dsan pengamalannya.
Persaingan IPTEK tidak untuk saling menjatuhkan satu sama lain. Namun
penemuan – penemuan baru yang membantu kegiatan manusia dan mempermudah
pekerjaan manusia adalah untuk satu tujuan yakni guna kemajuan Negara
Indonesia.
15
DAFTAR PUSTAKA
Razif N,Muhamad. 2011. Nilai Pancasila Sila Ketiga dalam Kemajemukan
Budaya Indonesia. (online),
(http://research.amikom.ac.id/index.php/STI/article/download/5639/4742.html),
diakses pada 24 Februari 2011.
Rochwil C.Muhammad. 2011. Penerapan Pancasila Sila Ketiga dalam
Bidang kebudayaan. (online),
(http://research.amikom.ac.id/index.php/STI/article/download/5639/4742.html),
diakses pada 24 Februari 2011.
Soerjono Soekanto. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
16