PRINSIP Prinsp Fasilitasi

8
PRINSIP-PRINSIP DASAR FASILITASI PENGERTIAN FASILITASI Bagi mereka yang bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat istilah fasilitasi adalah sering digunakan . Sayangnya istilah ini sering digunakan dalam berbagai situasi yang berbeda dengan pengertian yang berbeda pula . dalam pembahasan ini fasilitasi diartikan sebagai “ proses mempermudah sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu”. Atau bisa juga diartikan “ melayani dan memperlancar sustu kegiatan untuk mencapai tujuan” . Sedangkan orang yang mempermudah, melayani, dan memperlancar itu disebut ” fasilitator” NILAI-NILAI DALAM MEMFASILITASI DEMOKRASI : Nilai utama yang harus dalam pikiran seorang fasilitator adalah demokratis dalam melaksanakan setiap fasilitasi. Dalam hal ini seorang fasilitator memiliki asumsi setiap orang memiliki hak dan kesempatan dan perlakuan yang sama. Tanpa adanya prasangka dan diskriminatif . Perencanaan yang dibuat dilakukan secara bersama dan dirancang sedemikian rupa untuk kebutuhan peserta. Perencanaan dan rancangan yang telah dibuat masih terbuka peluang untuk dilakukan perubahan sepanjang sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan peserta . Dalam proses memfasilitasi interaksi antara fasilitator dengan peserta bukan struktuir yang hirarki

description

PELATIHAN

Transcript of PRINSIP Prinsp Fasilitasi

PRINSIP-PRINSIP DASAR FASILITASI

PRINSIP-PRINSIP DASAR FASILITASI PENGERTIAN FASILITASIBagi mereka yang bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat istilah fasilitasi adalah sering digunakan . Sayangnya istilah ini sering digunakan dalam berbagai situasi yang berbeda dengan pengertian yang berbeda pula . dalam pembahasan ini fasilitasi diartikan sebagai proses mempermudah sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Atau bisa juga diartikan melayani dan memperlancar sustu kegiatan untuk mencapai tujuan . Sedangkan orang yang mempermudah, melayani, dan memperlancar itu disebut fasilitator

NILAI-NILAI DALAM MEMFASILITASI

DEMOKRASI : Nilai utama yang harus dalam pikiran seorang fasilitator adalah demokratis dalam melaksanakan setiap fasilitasi. Dalam hal ini seorang fasilitator memiliki asumsi setiap orang memiliki hak dan kesempatan dan perlakuan yang sama. Tanpa adanya prasangka dan diskriminatif . Perencanaan yang dibuat dilakukan secara bersama dan dirancang sedemikian rupa untuk kebutuhan peserta. Perencanaan dan rancangan yang telah dibuat masih terbuka peluang untuk dilakukan perubahan sepanjang sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan peserta . Dalam proses memfasilitasi interaksi antara fasilitator dengan peserta bukan struktuir yang hirarki tetapi fasilitator merupakan b agian yang setara dengan yang lain dalam mencapai suatu tujuan TANGGUNGJAWAB : Pada prinsipnya setiap orang bertangguyngjawab kewajiban peran yang dibebankan kepadanya, termasuk perilaku dan pengalaman-pengalaman hidupnya. Fasilitator memiliki peran dan kewajiban terhadap rencana yang telah disusun dan tujuan yang hendak dicapai dalam suatu pertemuan. Harapan peran tersebut hanya mungkin dapat terealisasijika adanya komitmen yang kuat dan nilai tanggun gjawab yang tinggi dalam kegiatan fasilitasi ini

KERJASAMA : suatu kegiatan yang melibatkan banyak orang dalam proses pelaksanaannya hanya mungkin dapat terealisasi jika adanya kerjasama yang solid di antara sesama pelaku kegiatan tersebut. Aaaaaini berarti nilai kerjasama berperan utama dalam suatu proses fasilitasi

KEJUJURAN : fasilitator harus memiliki nilai-nilai kejujuran dalam dirinya termasuk atas pikiran, perasaan , keprihatinan dan prioritas dalam mencapai tujuan. Artinya fasilitator harus jujur terhadap peserta dan terhadap dirinya sendiri terutama yang menyangkut kemampuan dan kelemahan yang dia miliki. Fasilitator harus mewakili dirinya sendiri secara adil dan tidak berusaha berbuat terlalu jauh diluar kemampuannya.

KESAMAAN DERAJAT : Setiap orang pada dasarnya memiliki potensi diri yang mungkin dapat disumbangkan kepada orang lain untuk itu setiap peserta harus diberikan kesempatan yang adil tanpa haruis mempertimbangkan status yang dimilikinya. Fasilitator harus menyadari bahwa dia dapat saja belajar dari peserta sebagaimana pesewrta dapat belajar dari pengetahuan , ketrampilan dan pengalaman yang dimilikinya. SIKAP FASILITATOR

Sikap fasilitator sangat berpengaruh besar bagi peserta daripada tujuan, dan tehnik fasilitasi itu sendiri. Sikap mental dan sikap tubuh salaing mempengaruhi. Aaasikap mental seseorang tercermin daripada sikap tubuhnya. Orang yang sikap mentalnya sombong biasanya kelihatan dari sikap dan gerak tubuhnya. Seorang fasilitator harus memiliki sejumlah sikap mental dan sikap tubuh yang dianggap ideal dalam suatu proses fasilitasi :

SIKAP MENTAL

EMPATI : Suatu sikap membiarkan diri sendiri mengalami atau menyatu dalam pengalaman peserta, merenungkan makna dari pengalaman itu sambil menekan penilaian sendiri. Bersikap manusiawi tidak bereaksi hanya berdasarkan apa yang dilihat atau memahami masalah peserta logika dan intelektual belaka.

KEWAJARAN : Bersikap jujur, apa adanya, terus terang , konsisten, mengungkapkan perasaan secara konkrit dan merespon secara tulus

RESPEK : Memiliki pandangan positif terhadap peserta, mengkomunikasikan kehangatan, perhatian , pengertian, menghargai orang lain dengan penghargaan penuh, menghargai perasaan, pengalaman dan kemampuan orang lain

KOMITMEN : Menghadirkan diri secara penuh, siap bersama kelompok dampingan dalam segala keadaan

MENGAKUI KEHADIRAN ORANG LAIN : Mengakui adanya orang lain , tidak menonjolkan diri, memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengungkapkan dirinya, bergaul dengan mereka, menunjukkan kepada mereka bahwa kita sadar akan kehadirannya, mengakui setiap peserta adalah mahkluk yang bebas yang memiliki hak dan tangguyng jawab masing-masing.

MEMBUKA DIRI : Keterbukaan mempunyai 2 segi (1) Menerima keterbukaan orang lain tanpa menilai dengan ukuran, konsep dan pengalaman kita sendiri , setiap saat bersedia merubah konsep dan pengalaman kita sendiri , setiap saat bersedia merubah konsep dan pendapat sendiri dan tidak bersikap ngotot ( 2) Secara aktif mengungkapkan diri kepada orang lain, mengenalkan diri pada kelompok, apa yang kita rasakan, apa harapan kita, bagaimana pandangan kita, suka dan duka kita, mau mengambil resiko kalau terjadi kekeliruan TIDAK MENGGURUI : Sikap menggurui dapat dirasakan kelompok dampingan sebagai meremehkan. Ucapan seperti Anda salah, mestinya begini, membuat orang merasa diserang. Di dalam hati ia dapat berkata, bahkan yang agresif dapat saja mengucapkan secara terbuka. Itukan kata anda, tetapi saya seribu kali melakukan begitu dengan hasil baik. Lebih bijaksana untuk mengatakan memang anda melakukan begitu, tetapi baik kita pikirkan kemungkinan dengan cara lain , yakni ...... Sebab nada ucapan terakhir itu bukan mempersalahkan , tetapi membuka alternatif, bukan menggurui melainkan menawarkan cara lain. TIDAK MENJADI AHLI : maksudnya tidak terpancing untuk menjawab setiap pertanyaan, seakan-akan terkesan kita ahli dalam segala bidang . Peserta sebenarnya akan senang kalau fasilitator sekali-sekali tidak langsung menjawab pertanyaan, melainkan melontarkan kepada peserta . Apakah diantara kita ada yang dapat menjawab pertanyaan kawan kita ? silahkan. Kalau ada yang bisa menjawab dia kan puas, karena dihargai. Kalau tidak ada, setelah sejenak mendapatkan kesempatan berpikir , fasilitator dapat memberikan jawaban. Bahkan sama sekali tidak menurunkan gengsi fasilitator

TIDAK MEMUTUS BICARA : Pada saat peserta bertanya, atau mengemukakan pandangannya, pembimbing tidak memutus hanya kebetulan ia merasa tidak sabar. Apabila memang penanya bertele-tele, atau pembicara mengemukakan sesuatu yang tidak relevan , dan peserta lain nampak mulai gelisah , maka fasilitator dapat membantu dengan mengatakan kawan-kawan sudah ingin mengetahui inti pertanyaan anda, atau Apa yang anda kemukakan memang baik, tapi mungkin kita bicarakan pada kesempatan lain, karena itu tidak berhubungan dengan hal yang kita bahas TIDAK BERDEBAT : Apabila pertanyaan peserta telah dijawab, dan penanya menyanggah kembali, maka bahaya terlihat dalam debat mulai terbuka. Bijaksana untuk pembimbing mengalihkannya menjadi diskusi umum dengan melontarkannya pada seluruh kelompok. Bersoal jawab dengan satu orang saja di depan sekian banyak peserta dapat menimbulkan kebosanan dan kejengkelan.

TIDAK DISKRIMINATIF : Peserta biasanya heterogen, dalam jenis kelamin, dalam usia, dalam dasar pendidikan, dalam latar belakang kebudayaan, dalam budaya, dalam agama, dalam pengalaman, dalam kecerdasan. Ada pula yang aktif dan dinamis, agresif, ada juga yang pendiam, dan lamban. Diantara peserta wanita ada pula yang menonjol cantiknya, ada pula yang termasuk jelek. Baik kalau fasilitator berusaha untuk memberikan pelatihan kepada semua peserta secara merata, bukan hanya kepada satu dua peserta yang secara pribadi disukainya.

SIKAP FISIK

VARIASI : Bagi peserta dewasa tidak mudah memusatkan perhatian pada suatu kegiatan yang monoton. Fasilitator yang duduk terus menerus atau berdiri di satu titik saja lebih cepat membuyarkan konsentrasi peserta. Duduk terus apalagi di belakang meja, mengurangi rasa akrab dengan peserta. Sebaiknya fasilitator duduk , berdiri dan berjalan secara silih berganti.

PANDANGAN : Tiada yang lebih membosankan daripada memusatkan perhatian pada penceramah yang membaca catatan tanpa pernah atau jarang memandang para peserta. Peliharalah kontak pandangan dengan para peserta. Hindari memandang peserta tertentu terus menerus, apalagi yang mempunyai kelebihan dalam kedudukan atau fisik. Pandangan yang menyapu dari ujung ke ujung lain , menyinggahi sebanyak mungkin peserta adalah yang terbaik, fasilitator sendiri dapat menangkap umpan balik berupa komunikasi non verbal seperti anggukan, kerut dahi, cibir-cibir dan sebagainya. Hindari memandang langit-langit ruangan atau titik di dinding melampaui kepala peserta, secara terus menerus. TANGAN : Sama hal dengan seorang aktor film baru belajar, fasilitator baru juga suka tidak tahu mesti berbuat apa dengan tangannya. Akan nampak sebagai tanda kegelisahan kalau pembimbing meremas-remas kapur, tangan tidak henti-hentinya membetulkan kacamata atau kemeja. Tolak pinggang dan tangan dalam saku celana ditafsirkan sebagai kenagkuhan dan kesombongan.

LANGKAH : Melangkah mundur maju, kekiri dan kekanan tanpa perlu memberi kesan ketegangan. Melangkahlah dengan cara yang meyakinkan pada suatu titik, kalau perlu tanpa mengesankan keraguan

SENYUM : Modal yang paling berharga bagi seorang fasilitator adalah senyumnya. Bukan senyum dibuat-buat, tapi senyum yang terpancar dari jiwa keramahan dan keakraban dengan peserta. Wajah yang bengis mungkin menimbulkan rasa takut.

PAKAIAN : Perlu diperhatikan juga masalah pakaian yang dikenakan fasilitator. Biasanya peserta senang melihat fasilitator mengenakan pakaian yang tidak jauh berbeda dengan peserta, sehingga bisa cukup akarb untuk memotivasi keterbukaan, kerapian sangat dihargai, kemewahan tidak perlu, malah dihindari dalam lingkungan yang miskin