PRESPOINT 20 (M & I) - bigcms.bisnis.combigcms.bisnis.com/file-data/1/1883/4f186bb1_Des16...Kamis,...

1
Bisnis Indonesia, 16 Februari 2017

Transcript of PRESPOINT 20 (M & I) - bigcms.bisnis.combigcms.bisnis.com/file-data/1/1883/4f186bb1_Des16...Kamis,...

21Kamis, 16 Februari 2017

SINERGI DATA INFORMASI

Direktur Utama PTTaspen (Persero) Iqbal Latanro (kiri) bersamaDirektur Utama PTPefindo Biro KreditRonald T. Andi Kasimbersiap menandatangani perjanjian kerja samatentang PemanfaatanAkses Data Peserta danInformasi Perkreditan diJakarta, Selasa (14/2). Dalam kerja sama terse-but disepakati sinergi data yang dimiliki yaitu data peserta Taspen dan data informasi perkre-ditan yang dihasilkanoleh Pefindo.

BATAS KEPEMILIKAN ASING

Financial Technology Ditenggat 2 Tahun

JAKARTA — Otoritas Jasa Keuanganmemberikan batas waktu 2 tahun kepada para pelaku usaha layanan jasa keuang-an berbasis teknologi atau fi ntech untuk

memenuhi ketentuan tentang batas kepemi-likan saham oleh asing.

Fitri Sartina Dewifi [email protected]

Ketentuan mengenai batasminimum kepemilikan asingpada perusahaan financialtechnology (fi ntech) tertuang dalam Peraturan OJK atau POJK No.77/2016 tentang LayananPinjam Meminjam Uang Ber-basis Teknologi Informasi.

Pasal 3 peraturan itu menye-butkan, kepemilikan saham pe-nyelenggara oleh warga negara asing atau badan hukum asing baik secara langsung maupuntidak langsung paling banyak 85%.

Deputi Komisioner Peng-awas Industri Keuangan NonBank Otoritas Jasa Keuangan (IKNB OJK) Dumoly F. Pardedemengatakan saat ini regulatormasih melakukan klasifi kasidan identifi kasi 157 perusahaanfi ntech yang nama perusaha-

annya telah tercatat di OJK untukmengetahui jenis usaha yangdijalankan, besaran permodalan,serta kepemilikan perusahaantersebut.

“Ketika mendaftar pelaku usa-ha fi ntech masih menggunakan nama perusahaan, jadi belum terungkap. Namun, potensinya ada sekitar 50% perusahaandengan kepemilikan asing daritotal fi ntech yang ada,” KataDumoly, Rabu (14/2).

Menurutnya, apabila dari hasil klasifi kasi dan identifi kasi ditemukan perusahaan fi ntech yang kepemilikan asingnya di atas ketentuan, maka OJKakan mendorong untuk segera disesuaikan. Akan tetapi, untuk

tetap menjaga pertumbuhan industri yang baru berkembang ini, pihaknya akan memberikan kelonggaran dengan memberi-kan tenggat penyesuaian selama 1 tahun— 2 tahun.

“Tidak bisa kita minta lang-sung diturunkan saat itu juga porsi kepemilikan asingnya, nanti tidak baik untuk industri. Rencananya kami akan terbitkan surat edaran untuk mengatur batas minimum kepemilikanasingnya,” ujarnya.

ATURAN TURUNANSelain berencana menerbitkan

surat edaran mengenai batas ke-pemilikan asing, Dumoly meng-ungkapkan saat ini pihaknya tengah menyusun beberapa suratedaran lainnya sebagai aturanturunan dari POJK No.77/2016.

Berbagai aturan turunan da-lam bentuk surat edaran yangsedang disiapkan antara lainaturan mengenai pemberian pinjaman, aturan tentang peru-bahan batas maksimal pinjaman, aturan mengenai kerja sama fi ntech, serta aturan mengenaitanda tangan elektronik.

“Berbagai rancangan aturan itu masih dalam tahap fi nalisasi,kami usahakan aturannya sudah bisa diterbitkan pada kuartal pertama tahun ini.”

Sementara itu, Wakil KetuaUmum Bidang Jasa Keuangan

Asosiasi Fintech Indonesia Ad-rian Asharyanto Gunadi meng-apresiasi kelonggaran yang di-berikan regulator kepada pelaku industri fi ntech terkait tenggat penyesuaian batas minimum kepemilikan asing.

Dia menilai, tenggat yang diberikan regulator selama 1tahun—2 tahun kepada perusa-haan fi ntech yang kepemilikan asingnya di atas 85% sudah cukup memadai.

Adrian yang juga menjabat sebagai Co-founder dan CEO Investree ini pun mendukung kebijakan OJK untuk membatasikepemilikan asing pada peru-sahaan fi ntech yang beroperasidi Indonesia.

“Hal itu tidak lain sejalan dengan visi bahwa indonesiafi ntech harus jadi tuan rumah di negara sendiri, dan sejauhini aturan yang diterbitkan OJK masih sesuai dengan aspirasipelaku industri, karena dariawal kami dilibatkan dalam penyusunannya,” ujar Adrian.

Sementara itu, Kepala Ekseku-tif Pengawas IKNB OJK Firdaus Djaelani menyatakan dari sekitar 157 perusahaan fi ntech yang tercatat di OJK, baru ada satuperusahaan yang mengantongipersetujuan pendaftaran dari OJK. Saat ini masih ada dua perusahaan fi ntech lainnya yangmendaftar ke OJK.

Bisnis/Endang Muchtar

Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan (BPJSTK) Agus Susanto (dari kiri) bersama Ketua Umum Ikatan Notaris Indonesia (INI) Yualita Widyadhari, dan Sekretaris Umum Tri Firdaus Akbarsyah, menandatangani naskah kerja sama diJakarta, Selasa (14/2). BPJSTK akan memberikan perlindungan jaminan sosial kepada anggota INI.

'Kami Menutup Knowledge Gap'

Bagaimana dampak kehadir-an POJK No. 14/2015 bagi industri asuransi?

Di satu sisi, POJK ini, dengan segala kebaikannya tentu membe-rikan potensi yang sangat besar. Bahkan, bisa memberi peningkat-an premi hingga triliunan rupiah.

Tidak bisa dimungkiri juga, di sisi lain, POJK itu menimbulkan knowledge gap karena sejak 2015 hingga 2020 [saat POJK itudicabut] kan aturan itu mengu-rangi keikutsertaan reasuransi internasional dalam kegiatanperusahaan asuransi dalamnegeri. Jadi, [asuransi nasional] seperti terisolasi dengan kemajuanpengetahuan internasional dalam lima tahun.

Padahal, pada 2020 denganterbukanya Masyarakat Ekonomi Asean, asuransi lain di kawasanregional Asia Tenggara, ter-utama dari Malaysia, Singapura,Thailand, dan Vietnam, sudah semakin maju, baik knowledge danteknologinya, dan bisa masuk ke pasar lokal. Knowledge dan tekno-loginya, mereka mulaibisa jualan di sini.

Ini yang sebenarnyaharus disadari reasu-ransi lokal. Ini harusditutup oleh reasuransi nasional. Sebagai, perusahaan reasuransi nasional kami punya kewajibanuntuk menutup gap ini. Itu baru namanya perusahaan reasuransi yang bertanggung jawab.

Bagaimana langkah konkretIndonesia Re untuk menjalan-kan kewajiban itu?

Untuk menuju ke world class company, kami mempersiapkan diri untuk memeroleh rating in ter -nasional. Ini sangat penting baik untuk kepentingan pasar do mestik maupun untuk me wu judkan targetIndonesia Re men jadi reasuransiNo. 1 di kawasan regional.

Rating minimal untuk reasuran-si skala internasional adalah A-. Walaupun di dalam negeri, kamisudah meningkatkan rating dariAA- ke AA dengan outlook stabil. Kami belum puas, sehingga sejak2016 kami mempersiapkan diri sehingga meraih rating internasio-nal pada kuartal II/2017.

Itu [POJK No. 14/2015]sebenarnya menimbulkan masalah bagi joint venture (perusahaan asuransi patungan) sebab sesuaidengan aturan perusahaan mereka rata-rata mereka tidak bolehmenempatkan ke perusahaan asuransi yang tidak memenuhi syarat rating internasional. Pada-hal, belum ada reasuransi dalam negeri yang mendapatkan itu.

Hanya karena regulasi di negaraini mewajibkan mereka, makanyamereka menempatkan ke perusa-haan reasuransi lokal. Kalau POJK itu ditarik, dan mereka meng-ikuti standar GCG [good corporate governance], mereka tidak menem-patkan [reasuransi] di sini.

Selain itu, apa lagi yang dipersiapkan Indonesia Re untuk mengisi gap knowlede?

Sepanjang 2016 kami jugamelengkapi operasional kami de-ngan alat dan sarana berstandar internasional, misalnya capital mo delling, cat modelling, dan price modelling.

Teknologi informasi kamirombak semua. Kami sudah me- -miliki database yang berskalanasional, sejak 1992 yang nama-nya BPPDAN (Badan Pengelola Pusat Data Asuransi Nasional).De ngan alat baru kami, nantinyaIndonesia Re tidak hanya sekadar merangkum dan mempresentasi-kan data atau hanya deksriptif, tetapi lebih prediktif denganmengolah data yang dipresentasi-kan dengan kesimpulan-kesimpul-an. Satu langkah lebih maju.

Kami juga rekrut orang-orangterbaik untuk membangun

kompetensi di semuadisiplin yang diperlu-kan.

Selain itu, pada akhir 2016 kamisudah mendirikan Reindo Institute yang sekarang operasional-nya sedang disiapkan. Reindo Institute padaawalnya berfokus pada pengetahuan asuransijiwa sehingga akanberkolaborasi dengan

universitas dan lembaga penelitian atau riset untuk bersama-samamembangun pengetahuan untuk risiko-risiko tropis dan kritis.

Dengan hasil pengetahuan baru itu, Reindo Institute akan bekerja sama dengan direktorat jiwa diIndonesia Re yang akan menjadipenghubung dengan perusahaan asuransi jiwa. Di sinilah kami mengisi knowledge gap.

Risiko internasional yang berkembang kami pelajari melaluiReindo Institute dan kami bagik-an ke pelaku industri nasional.

Satu lagi yang akan kamidirikan pada 2017 adalah Reindo Survey. Lembaga ini akan melak-sanakan survei bersama pelaku asuransi. Fungsi pertama, asuransiakan menyumbang database dariberbagai macam risiko besar de-ngan nilai pertanggungan besar dan bersifat shopisticated, sepertikilang minyak dan powerplant.

Fungsi kedua, Reindo Surveymelakukan risk improvement. Di sini kami bisa melakukan kos-tumisasi polis atau melakukan penyesuaian polis standar sebab ada sifat khusus dari risiko yang telah dikembangkan. Ini berpenga-ruh pada pricing sehingga pelaku asuransi bisa berkomptensi dengan harga yang memang dilatarbela-kangi penilaian risiko yang proper.

Inilah cara kami membangunindustri asuransi ke depan untukmampu bersaing pasca MEAmenuju industri yang knowledge based.

Pewawancara: Oktaviano D.B. Hana

PERLINDUNGAN JAMINAN SOSIAL

Regulator masih melakukan klasifi kasidan identifi kasi 157perusahaan fi ntech.

Bisnis/Dedi Gunawan

Frans Y. Sahusilawane

JAKARTA — Kehadiran Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.14/2015 tentang Retensi Sendiri dan Dukungan Reasuransi DalamNegeri terbukti mendongkrak kinerja industri reasuransi nasional.

Ketentuan itu mewajibkan perusahaan asuransi dan perusa-haan asuransi syariah untuk memperoleh dukungan reasuransi 100% dari resuradur dalam negeri untuk pertanggungan risikoyang sederhana. Namun, di sisi lain keberadaan regulasi tersebutdibayangi oleh potensi terjadinya knowledge gap atau ketimpanganpengetahuan akibat semakin terbatasnya interaksi dengan industriasuransi internasional.

PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re,sebagai perusahaan reasuransi nasional yang dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah No.77/2015 untuk menjadi giant reinsurer, bertekad menutup gap tersebut. Bisnis mewawancarai Direktur Utama Indonesia Re Frans Y. Sahusilawane belum lama ini.Berikut pe tikannya:

A S U R A N S I & P E M B I AYA A N

Bisnis Indonesia, 16 Februari 2017