presentasi lingkungan

23
LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN HUKUM LINGKUNGAN DI INDONESIA Deklarasi STOCKHOLM (1972) Deklarasi RIO DE JANEIRO (1992) GBHN 1973 GBHN 1993, PROPENAS 2000 UU No. 4 Tahun 1982 UU No. 23 Tahun 1997 (UUPLH) Pengaturan ECO-SUSTAINABLE DEVELOPMENT 1. Pemanfaatan SDA secara rasional 2. Pembangunan tanpa merusak (Eco-Development) 3. Keterpaduan pengelolaan (Integrated Policy) 4. Keadilan ANTAR dan INTER GENERASI

description

Prinsip-prinsip hukum lingkungan internasional

Transcript of presentasi lingkungan

Page 1: presentasi lingkungan

LATAR BELAKANG PEMBENTUKANHUKUM LINGKUNGAN DI INDONESIA

LATAR BELAKANG PEMBENTUKANHUKUM LINGKUNGAN DI INDONESIA

Deklarasi STOCKHOLM

(1972)

Deklarasi RIO DE JANEIRO

(1992)

GBHN 1973GBHN 1993, PROPENAS 2000

UU No. 4 Tahun 1982 UU No. 23 Tahun 1997

(UUPLH)

Pengaturan ECO-SUSTAINABLE DEVELOPMENT1. Pemanfaatan SDA secara rasional2. Pembangunan tanpa merusak (Eco-Development)3. Keterpaduan pengelolaan (Integrated Policy)4. Keadilan ANTAR dan INTER GENERASI

Page 2: presentasi lingkungan

KONVENSI/PERJANJIAN INTERNASIONAL

INTERNATIONAL SOFT LAW & HARD LAW

SOFT LAW merupakan satu bentuk HI yang tidak secara langsung mengikat negara, tetapi dia harus dipedomani untuk membentuk hukum masa datang.Contoh: Deklarasi Stockholm 1972

Deklarasi Rio de Janeiro 1992 Agenda 21

HARD LAW adalah satu bentuk HI yang mempunyai kekuatan mengikat (binding power) terhadap negara peserta (contracting parties) secara langsung sesuai dengan asas pacta sunt servanda.Contoh:

Konvensi CLC 1969, CITES 1973, Konvensi Wina 1985, dsb.

Page 3: presentasi lingkungan

KONSERVASI ALAM

Didasarkan pada anggapan atau teori tentang kelangkaan atau keterbatasan kekayaan alam di

bumi ( resource scarcity ) sehingga perlu penggunaan yang bijaksana ( wise use ) atau anjuran untuk menciptakan teknik pengelolaan yang effisien

( techniques of efficient management )

Page 4: presentasi lingkungan

Hukum Internasional untuk perlindungan keanekaragaman hayati terdapat di dalam beberapa konvensi internasional, antara lain :

• 1. CITES 1973,

• 2. Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention of Biodiversity)

• 3. Rancangan Protokol Keamanan Hayati.

• 4. Deklarasi Yokohama 1991.

• 5. Kongres Kehutanan Sedunia X, Paris 1991.

• 6. World Conservation Strategy, 1980

• 7. Kongres Taman Nasional dan Kawasan Lindung Sedunia III di Bali, 1982.

• 8. Kongres Taman Nasional dan Kawasan Lindung Sedunia IV di Caracas, 1992

• 9. Kongres Taman Nasional Sedunia V di Durban Afsel, 2003

Page 5: presentasi lingkungan

CITES 1973The Convention on International Trade in Endangered

Spesies 1973 (Diratifikasi Keppres 43/1978)

þ Konvensi ini bertujuan untuk melindungi keanekaragaman hayati melalui pelarangan perdagangan spesies tertentu (binatang dan tumbuhan langka) secara internasional.

þ Perlindungan terhadap spesies dibagi ke dalam 3 kategori yang ter-muat dalam 3 Appendix-nya. Appendix I berisi semua spesies yang terancam punah karena dampak perdagangan internasional dan untuk itu dilarang untuk diperdagangkan. Appendix II berisi daftar yang mungkin akan terancam punah bila tidak diatur tegas dan boleh di-perdagangkan selama tidak berakibat merusak pada survival spesies. Appendix III berisi spesies yang perlu dicegah dan dibatasi eksploitasi melalui kerjasama antar negara/internasional.

þ Perlunya pengetatan izin ekspor dan impor terhadap spesies yang diperdagangkan.

Page 6: presentasi lingkungan

KONVENSI KEANEKARAGAMAN HAYATI 1992

The UN Convention on Biological Diversity 1992(Diratifikasi UU No. 5 Tahun 1994)

þ Mengatur perlindungan keanekaragaman hayati baik secara ex situ dan in situ, serta equal sharing antara sesama negara anggota.

þ Setiap negara mempunyai sovereign right atas SDA-nya, tetapi juga harus menjamin bahwa kegiatannya tidak merusak lingkungan baik di dalam maupun di luar wilayah negara.

þ Dijaminnya pelestarian dan pendayagunaan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan dan berbagai keuntungan secara adil dan merata dari hasil pemanfaatan sumber genetika, alih teknologi yang relevan, serta pembiayaan yang cukup dan memadai.

Page 7: presentasi lingkungan

• Rancangan Protokol Keamanan Hayati• Merupakan pelaksanaan dari Convention on Biodiversity

Mengatur perpindahan, penanganan, dan penggunaan dari Living Modified Organism, LMOs dengan maksud agar tidak menimbulkan dampak bagi lingkungan/alam, sosial ekonomi dan kesehatan manusia.

Adanya issue liability dan compensation Upaya pengamanan dengan menggunakan sistem strict liability

Page 8: presentasi lingkungan

• Deklarasi Kehutanan Yokohama 1991• Berisi delapan butir issue pokok dalam deklarasi antara lain :

Perlunya pengelolaan hutan tropis secara lestari, baik untuk kepentingan industri perkayuan, pemanfaatan hasil hutan nonkayu, konservasi keanekaragaman hayati, nilai-nilai lingkungan dan kemanusian, serta pengakuan akan pentingnya keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan yang lestari untuk pembangunan pedesaan.

Page 9: presentasi lingkungan

• Kongres Kehutanan Sedunia X, Paris 1991

• Menghasilkan sembilan butir keputusan, antara lain : Pengendalian emisi gas polutan dan emisi rumah kaca Pengembangan perdagangan sesuai kesepakatan GATT Kerjasama tingkat politik untuk penanganan hutan dan pengelolaan DAS utama. Pelatihan dan tukar menukar informasi Penguatan koordinasi antar lembaga Internasional Dsb.

Hasil kesepakatan ini dibawa dan dipadukan dengan rekomendasi-rekomendasi lain dalam UNCED ( United Nation Conference on Environtment and Development) di Rio tahun 1992.

Page 10: presentasi lingkungan

• World Conservation Strategy,1980• Dipakari oleh 3 lembaga dunia yaitu UNEP (United Nations Environment

Programme), IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources), WWF (World Wildlife Fund)

• ( Diratifikasi UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya)

Terdapat 3 tujuan pokok : 1. Memelihara proses-proses ekologi yang esensial dan sistem penyangga kehidupan. 2. Pelestarian keragaman genetik 3. Terjaminnya pemanfaatan spesies dan ekosistem secara lestari.

Page 11: presentasi lingkungan

• Kongres Taman Nasional dan Kawasan Lindung Sedunia III di Bali, 1982.

Menghimbau perlunya perluasan jaringan taman nasional dan kawasan konservasi lainnya baik nasional, regional maupun Internasional.

Perlunya melakukan upaya peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Page 12: presentasi lingkungan

• Kongres Taman Nasional dan Kawasan Lindung Sedunia IV di Caracas, 1992

• Dengan tema “Park for Live”• Mengidentifikasi perubahan-perubahan mendasaryang dihadapi

oleh kawasan konservasi, tentang :– 1. Perubahan titik pandang kawasan konservasi dari kepualauan menjadi

jaringan kerja– 2. Kawasan konservasi menjadi pertimbangan utama dalam perumusan

kebijakan publik bagi kawasan-kawasan lainnya.– 3. Kawasan konservasi dapat dikelola oleh masyarakat serta bersama

masyarakat bukan memandang masyarakat sebagai lawan atau masalah.– 4. Membangun kapasitas secara terus menerus untuk mencapai standar

pengelolaan.

Page 13: presentasi lingkungan

• Kongres Taman Nasional Sedunia V di Durban Afsel, 2003

• Mengemukakan bahwa keberadaan kawasan konservasi tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ekonomi dan masyarakat sekitarnya.

Beberapa aspek yang menjadi perhatian dan prioritas penanganan yaitu berkaitan dalam hal :

a. Peranan kawasan konservasi dalam pelestarian keanekaragaman hayati

b. Peranan kawasan konservasi dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan.

c.sistem kawasan konservasi dalam kaitan dengan kondisi bentang alam daratan dan perairan laut disekitarnya.

d. Perbaikan kualitas, efektivitas dan pelaporan pengelolaan kawasan konservasi.

Page 14: presentasi lingkungan

• PENCEMARAN

• Bagaimana menetapkan telah terjadinya pencemaran, berapa ukurannya, dan tingkat kualitas serta kuantitas zat pencemar yang

terkandung di dalamnya telah dapat membahayakan kesehatan, lingkungan atau

fungsi ekosistemnya, hanyalah beberapa masalah yang harus ditangani.

Page 15: presentasi lingkungan

KONVENSI CLC 1969International Convention on Civil Liability for Oil Pollution

Damage 1969 (Diratifikasi Keppres 18/1978)

Konvensi ini mengatur tentang ganti kerugian pencemaran minyak di laut yang bersumber dari kapal. Kapal dalam konvensi ini dibatasi: Kapal yang mengangkut minyak dalam bulk sebagai cargo; Minyak yang diangkut adalah kategori persistent oil seperti: crude oil, fuel oil, heavy diesel oil, lubricating oil, dan whale oil.

þ Pemilik kapal bertanggung jawab secara mutlak (strict liability) atas kerugian yang diakibatkan sebesar 2.000 francs (US$ 134) per ton dengan jumlah maks 210.000.000 francs (US$ 14,4 juta). Jumlah ini telah diamandemen dengan Protocol tahun 1992.

þ Diwajibkan bagi kapal yang mengangkut >2.000 ton minyak untuk menutup ASURANSI atau jaminan keuangan lainnya (dibuktikan dengan sertifikat dan dibawa di kapal).

Page 16: presentasi lingkungan

• Rekomendasi OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development)

tentang

Principle Concerning Transfrontier Pollution

1. Adanya prinsip equitable balance of their right and obligation, yang memberikan kewajiban negara terkait dalam hal :

a. Memberikan batasan dari baku mutu lingkungan.

b. Mendorong terbentuknya pedoman tata guna tanah yang berwawasan lingkungan.

c. Membuat peta keadaan pencemaran disertai dengan upaya mencegah buangan limbahnya.

Page 17: presentasi lingkungan

• 2. Adanya Penerapan Prinsip Nondiskriminasi• 3. Adanya Penerapan Prinsip Sistem

Pemberitahuan Secara Dini.• 4. Adanya Prinsip Saling Mengadakan

Pertukaran Data Ilmiah.• 5. Dispute Settlement• 6. Adanya Prinsip Persamaan

Page 18: presentasi lingkungan

• PERUBAHAN IKLIM

Page 19: presentasi lingkungan

KONVENSI TENTANG PERUBAHAN IKLIM 1992

The UN Framework Convention on Climate Change 1992(Diratifikasi UU No. 6 Tahun 1994)

þ Memuat kesediaan negara-negara maju untuk membatasi emisi gas rumah kaca dan melaporkan secara terbuka mengenai kemajuan yang diperolehnya.

þ Kesepakatan negara-negara maju untuk membantu negara-negara berkembang dengan sumber daya dan teknologi dalam upaya negara berkembang untuk memenuhi kewajiban dalam konvensi.

þ Prinsip-prinsip: (1) kewajiban melindungi sistem iklim atas dasar keadil-an, kemampuan, dan tanggung jawab bersama; (2) Kewajiban mengambil tindakan pencegahan & mengurangi penyebab dari perubah-an iklim, serta meringankan akibat yang merugikan.

Page 20: presentasi lingkungan

KONVENSI WINA 1985The Vienna Convention for the Protection of the Ozone

Layer 1985 (Diratifikasi Keppres 23/1992)

þ Lahir sebagai respon kesadaran masyarakat internasional atas ancaman yang sedang timbul terhadap atmosfir dunia. Isu utamanya meliputi pengendalian produksi dan penggunaan berbagai zat yang merusak ozon (ozone depleting substances). þ Ditindaklanjuti dengan Protokol Montreal 1997, Protokol London, 1990, Protokol Kopenhagen 1992 yang berisi angka-angka dan standar serta jadwal (hard rules) yang harus dicapai negara-negara anggota.

þ Indonesia pengguna CFC pada tingkatan 0,02 kg/kapita/tahun (di bawah 0,3 ditoleransi menggunakan sampai tahun 2010), namun di-wajibkan menetapkan kebijakan: mencatat penggunaan, mengontrol impor, mengawasi ijin-ijin operasional industri.

Page 21: presentasi lingkungan

KONVENSI WARISAN CAGAR BUDAYA 1972Convention Concerning the Protection of the World Cultural and Natural Heritage 1972 (Diratifikasi Keppres 26/1989))

þ Konvensi ini disetujui oleh Konferensi Umum UNESCO dan secara efektif berlaku sejak 1975 dan menjelang 1992, 123 negara menyatakan ingin berpartisipasi dalam konvensi tersebut.

þ Dari sekian banyak warisan budaya Nasional Indonesia, beberapa telah dikukuhkan sebagai cagar alam dan budaya dunia, yaitu: (1) Candi Borobudur; (2) Candi Prambanan; (3) Cagar Alam Ujung Kulon; (4) Taman Nasional Komodo; dan (5) Kawasan Cagar Budaya Sangiran.

þ Bukti betapa besarnya perhatian dunia terhadap masalah proteksi peninggalan sejarah, purbakala, dan warisan budaya (cultural heritage/ property).

Page 22: presentasi lingkungan

KONVENSI BASEL 1989Basel Convention on the Control of Transboundary

Movements of Hazardous Wastes and Their Disposal 1989(Diratifikasi Keppres 61/1993)

þ Konvensi ini dibuat untuk mengatur tentang pelarangan perdagangan dan perpindahan limbah B3 dari suatu negara anggota ke negara anggota lainnya. Pada prinsipnya dilarang, kecuali untuk keperluan daur ulang atau untuk bahan baku industri tertentu dengan suatu syarat bahwa negara asal bersedia menerima kembali sisa limbah B3 bila dari pemakaiannya masih tersisa.

þ Konvensi juga bertujuan memperkecil jumlah limbah B3 dengan cara pengelolaan berwawasan lingkungan, menunjang kerjasama inter-nasional, dan memberi bantuan kepada negara-negara berkembang dalam mengelola limbah B3-nya.

Page 23: presentasi lingkungan

HUKUM/KESEPAKATAN REGIONAL

Beberapa Kesepakatan Regional tentang PENGENDALIAN PENCE-MARAN LAUT:

Perjanjian Tripatit (Indonesia, Malaysia, dan Singapura) mengenai Kontrol Lingkungan Laut di Selat Malaka dan Singapura (IMCO Res. A.3759X)

Traffic Separation Scheme Selat Malaka & Singapura, diadakan untuk mencegah terulangnya malapetaka “Showa Maru” (1975)

TSS memuat ketentuan Under Keel Clearance (UKC).

PROGRAM LINGKUNGAN ASEAN (ASEP): Bangkok (1978-1983), Kuala Lumpur (1983-1988), Jakarta (1988-1992), Manila (1992-1997) dibentuk untuk meningkatkan kerjasama Regional antar negara di lingkungan ASEAN.