PRESENTASI KASUS I citra anak BA.docx
-
Upload
azzahra-azmi -
Category
Documents
-
view
93 -
download
0
Transcript of PRESENTASI KASUS I citra anak BA.docx
PRESENTASI KASUS I
Idiopatik Trombositopenik Purpura
Pembimbing :
Dr. Meiharty BZ, SpA
Penyusun :
Citra vicindika R.R.L
030.07.052
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
PERIODE 12 NOVEMBER 2012 – 20 JANUARI 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
1
STATUS PASIEN KEPANITERAAN KLINIK FK TRISAKTI
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
Nama Mahasiswa : Citra vicindika RRL Pembimbing : Dr. Meiharty BZ, Sp.A
NIM : 030.07.052 Tanda Tangan :
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : An.C Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 3 tahun 5 bulan Suku bangsa : Jawa
Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 12 juli 2009 Agama : Islam
Alamat : Mampang,kuningan barat, Jakarta selatan
Orang Tua / Wali
Ayah Ibu
Nama : Tn. A Nama : Ny. S
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : Mampang,kuningan barat, Alamat : idem
Jakarta selatan
Pekerjaan : buruh bangunan Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Penghasilan : Rp. + 1.500.000/bulan Penghasilan : Rp. 0 /hari
Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa
Hubungan dengan orang tua : pasien merupakan anak kandung
2
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. ANAMNESIS
Dilakukan secara Alloanamnesis dengan ibu dan ayah kandung pasien
Lokasi : Bangsal lantai IX, kamar 914
Tanggal / waktu : 21 November 2012 / jam 11.00
Tanggal Masuk : 20 November 2012
Keluhan Utama: Bercak-bercak merah di seluruh tubuh sejak 1 hari Sebelum masuk Rumah
Sakit (SMRS)
Keluhan tambahan: Batuk, Pilek, demam sejak 4 hari
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang diantar orangtua ke IGD RSUD Budhi Asih dengan keluhan Bercak-
bercak merah di seluruh tubuh sejak 1 hari Sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS). Bintik-
bintik berawal dari wajah lalu menyebar ke lengan atas dan tungkai. Bintik-bintik tidak
hilang dengan penekanan,berwarna merah dan timbul secara tiba- tiba. Orang tua pasien juga
mengatakan jika pasien jatuh sering mengalami biru-biru pada lengan dan kaki. Perdarahan
pada gusi,bibir dan mimisan disangkal pasien.
4 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami batuk dan pilek disertai demam.
Batuk berdahak,berwarna putih,kental,namun tidak tedapat darah pada dahak. Demam
dirasakan naik turun ,naik pada malam hari dan turun pada siang hari, suhu cukup tinggi dari
perabaan, kejang tidak dirasakan pasien. Pasien sudah berobat ke puskesmas dan mendapat
obat penurun panas namun keluhan masih muncul.
2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien terlihat lemas dan tidak napsu makan,mual
juga dirasakan namun pasien tidak muntah. Buang air besar lancar 2x sehari, konsistensi
padat, warna kecoklatan,lendir dan darah tidak didapatkan. Buang air kecil lancar, jernih,
tidak ada nyeri ketika buang air kecil.
B. RIWAYAT KEHAMILAN/ KELAHIRAN
KEHAMILAN Morbiditas kehamilan Tekanan darah tinggi saat
hamil,perdarahan dan ketuban pecah
dini disangkal ibu pasien
3
Perawatan Antenatal Kontrol ke bidan
KELAHIRAN Tempat persalinan Rumah bersalin
Penolong Persalinan Bidan
Cara persalinan Spontan
Dengan tindakan : -
Atas indikasi : -
Penyulit Kelahiran : tidak ada
Tindakan : -
Masa Gestasi Cukup bulan
Keadaan Bayi Berat lahir : 2800 gram
Panjang lahir : 49 cm
Lingkar Kepala : (tidak tahu)
Langsung menangis
Pucat ( - ) Biru ( - ) Kuning ( - )
Kejang ( - )
Kelainan Bawaan : tidak ada
Kesimpulan Riwayat Kehamilan / Kelahiran: Baik, tidak ada kelainan
C. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi : 6 bulan
Psikomotor
Tengkurap : 2 bulan Berjalan : 11 bulan (1-2
langkah)
Duduk : 8 bulan Bicara : 12 bulan (1-2 kata)
Berdiri : 10 bulan Membaca dan menulis : 36 bulan
Perkembangan pubertas
Rambut pubis : - bulan
Payudara : - bulan
Menarche : - bulan
Gangguan perkembangan mental / emosi
Bila ada, jelaskan : (tidak ada)
4
Kesimpulan Riwayat Perkembangan : Baik
D. RIWAYAT MAKANAN
Umur
(Bulan)
ASI / PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
0 – 2 ASI - - -
2 – 4 ASI - - -
4 – 6 ASI - - -
6 – 8 ASI + PASI (√) (√)
Usia 7 bulan
Merk SGM
-
10 – 12 ASI + PASI (√) (√) (√)
Keterangan : Pengganti ASI yang digunakan adalah susu formula dengan Merk SGM 6x per
hari sebanyak 120 cc – 200 cc per kali minum
Umur di atas 1 Tahun
Jenis Makanan Frequensi dan Jumlah
Nasi / Pengganti ½ piring / 3x sehari
Sayur ½ mangkok / 1x sehari
Daging 1 potong / 1x seminggu
Telur 1 butir / 3x seminggu
Ikan 1 potong / 1x seminggu
Tahu 1 potong / 3x seminggu
Tempe 1 potong / 3x seminggu
Susu (merk / takaran) SGM 3 / 3 botol sehari
Lain – lain -
Kesimpulan Riwayat Makanan : Gizi cukup
E. RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin Dasar (umur) Ulangan (umur)
5
BCG 2 bulan - - - - -
DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan -
POLIO 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -
CAMPAK 9 bulan - - - - -
HEPATITIS
B
0 bulan 1 bulan 6 bulan - - -
MMR - - - - - -
TIPA - - - - - -
Kesimpulan Riwayat Imunisasi : imunisasi lengkap
F. RIWAYAT KELUARGA
a. Corak Reproduksi
No
.
Tanggal Lahir Jenis
kelamin
Hidup Lahir
Mati
Abortus Mati (Sebab) Keterangan
kesehatan
1. 20 Oktober 2003 Laki (√) - - - sehat
2. 12 juli 2009 Perempuan (√) - - - Pasien
b. Riwayat Pernikahan
Ayah / Wali Ibu / Wali
Nama Tn. A Ny. S
Perkawinan Ke- 1 1
Umur Saat Menikah 18 tahun 15 tahun
Pendidikan Terakhir Tamat SMP Tamat SMP
Agama Islam Islam
Suku Bangsa Jawa Jawa
Keadaan Kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas - -
Penyakit, bila ada Tidak ada Tidak ada
Kesimpulan Riwayat Keluarga : keduanya sehat.
c. Riwayat Keluarga Orang Tua Pasien : Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan
seperti pasien.Tidak ada riwayat alergi, DM / kencing manis, penyakit jantung, penyakit paru,
6
penyakit ginjal, serta penyakit kronis lainnya pada anggota keluarga. Bapak dari bapak pasien
meninggal karena Asthma.
d. Riwayat Anggota Keluarga Lain yang Serumah : Nenek pasien dalam kondisi sehat
G. RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN
Perumahan : Kontrakan
Keadaan Rumah : Satu rumah dihuni oleh 5 orang. tinggal bersama ayah, ibu, kakak,
dan nenek dari ayah. Rumah 1 lantai terdiri dari 3 kamar tidur,
Pencahayaan dan aliran udara dengan adanya jendela di depan dan
belakang rumah yang dibuka setiap pagi. Memiliki 1 kamar mandi
dengan kloset duduk, dengan bak mandi yang dibersihkan 2 minggu
sekali.sumber air dari sumur dan lingkungan cukup padat.
Daerah / Lingkungan : Pembersihan lingkungan oleh tetangga sekitar rumah setiap hari.
Kesimpulan Keadaan Lingkungan : Riwayat keadaan lingkungan cukup baik.
H. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi ( - ) Difteria ( - ) P. jantung ( - )
Cacingan ( - ) Diare 1 tahun P. ginjal ( - )
Demam Berdarah ( - ) Kejang ( - ) Radang Paru ( - )
Otitis ( - ) Morbili ( - ) TBC ( - )
Parotis ( - ) Operasi ( - ) Lain – lain ( - )
Pasien pernah mengalami diare pada usia 1 tahun dirawat 2 hari dan diperbolehkan
pulang karena sudah sembuh. Tidak ada riwayat trauma, tidak ada riwayat pengobatan lama,
dan tidak ada alergi. ada riwayat lebam sebelumnya jika pasien terjatuh. Ibu tidak mengetahui
jika anaknya bila berdarah luka lama keringnya.
Kesimpulan Riwayat Penyakit Dahulu : baik,tidak ada penyakit kronis sebelumnya
II. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal : 21 November 2011 Pukul: 11.45)
Keadaan Umum :
Kesan Sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Kesan Gizi : Cukup
Keadaan Lain : Anemis ( - ) Ikterik ( - ) Sianosis ( - ) Dyspnoe ( - )
7
Data Antropometri
Berat badan : 12 kg Lingkar Kepala : 49 cm
Tinggi Badan : 94 cm Lingkar Dada : - cm
Lingkar lengan Atas : 170 cm
Status Gizi
BB/U = 12/15 x 100% = 80% gizi kurang
TB/U = 94/95 x 100% = 98,9 %
BB/ TB = 12/14 x 100% = 85 %
Tanda Vital
Frekuensi Nadi : 128 x/menit, cukup, sama kanan dan kiri, regular
Tekanan Darah : 100/70
Frekuensi Napas : 24 x/menit, teratur, tipe abdominal
Suhu Tubuh : 36,5 C, suhu axilla
KEPALA : Normocephali, wajah simetris saat statis dan menangis, ubun ubun besar sudah
menutup
RAMBUT : rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
MATA :
Visus : Tidak dapat dinilai Bercak bitot : - / -
Ptosis : - / - Sklera ikterik : - / -
Lagofthalmus : - / - Konjungtiva anemis : - / -
Exophthalmus : - /- Kornea jernih : + / +
Strabismus : - / - Lensa jernih : + / +
Pupil : bulat isokor
Refleks cahaya : langsung + / +
Tidak langsung + / +
TELINGA :
Bentuk : normotia Tuli : tidak dinilai
8
Nyeri tarik aurikula :-/- Nyeri tekan tragus : - / -
Lubang : sempit Selaput pendengaran : sulit dinilai
Serumen : - / - Cairan : - / -
HIDUNG :
Bentuk : simetris konka eutrophy : tidak dinilai
Napas cuping hidung : - / - sekret : - / -
Deviasi septum : sulit dinilai mukosa hiperemis : -/-
BIBIR : simetris saat diam, merah muda, kering ( - ), keilosis ( - ), sianosis (-) ptechie (+)
MULUT :
Trismus : - Bau pernapasan : -
Langit-langit : normal Mukosa : kering
Gigi geligi : -
LIDAH : normoglossia, tremor ( - ), coated tongue ( - )
TONSIL dan FARING : dinding faring licin, berwarna kemerahan
Post Nasal Drip (-) Kriptus -/- Detritus - / -
TENGGOROKAN : sulit dinilai
LEHER :
Kelenjar Tiroid : tidak membesar
Kelenjar Limfe : tidak membesar
THORAKS :
Bentuk : retraksi sela iga (-)
Pergerakan : simetris saat statis dan dinamis
Buah dada : dalam batas normal
Ptechie (+)
9
JANTUNG :
Inspeksi Ictus cordis tidak tampak
Palpasi Teraba ictus cordis pada sela iga 4 dari medial garis midklavikularis kiri
Thrill ( - )
Perkusi Sulit ditentukan
Auskultasi Bunyi jantung 1 dan 2 normal, reguler. Murmur ( - ), gallop ( - )
PARU :
Inspeksi Simetris saat statis dan dinamis, retraksi ( - )
Palpasi Fokal fremitus sulit ditentukan
Perkusi Sonor di kedua hemithoraks
Auskultasi Suara napas vesikuler. Rhonki -/ -. Wheezing - / -
ABDOMEN :
Inspeksi datar, hernia umbilicalis ( - )
Palpasi Supel, nyeri tekan ( - ), turgor baik, Hati dan lien tidak teraba. ginjal :
Ballotement kanan dan kiri (-)
Perkusi Timpani pada ke-empat kuadran, Shifting dullness (-), undulasi (-)
Auskultasi BU (+) 2x/menit
GE NITALIA : perempuan
KGB :
Preaurikuler : tidak teraba membesar - / -
Postaurikuler : tidak teraba membesar - / -
Submandibula : tidak teraba membesar - / -
Submental : tidak teraba membesar - / -
Supraclavicula : tidak teraba membesar - / -
Ketiak : tidak teraba membesar - / -
ANGGOTA GERAK :
Ekstremitas : akral hangat
10
Tangan Kanan Kiri
Otot Tonus : normotonus normotonus
Sendi : aktif aktif
Kekuatan : +5 +5
Waters hand : (-) (-)
Lain-lain : oedem (-), CRT < 2’’, ptechie +/+
Kaki Kanan Kiri
Luka : tidak ada tidak ada
Varises : tidak ada tidak ada
Otot tonus : Normotonus Normotonus
Sendi : aktif aktif
Kekuatan : +5 +5
Oedem : (-) (-)
Lain-lain : oedem (-), CRT < 2’’, ptechie +/+
TULANG BELAKANG :
Lordosis ( - ), kifosis ( - ), skoliosis ( - ), spina bifida ( - ), nyeri tekan ( - ) lebam
sepanjang vetebra (+)
SUSUNAN SARAF :
Kejang ( - ), tremor ( - ), korea ( - ), parese ( - )
Refleks Kanan Kiri
Bisep + +
Trisep + +
Patella + +
Archiles + +
Refleks patologis
- Babinski
- Brudzinski I
- Brudzinski II
_
_
_
_
_
_
_
_
11
- Kerniq
- Laseq
- Openheim
- Gordon
- Schaeffer
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
KULIT : warna sawo matang merata, tidak sianosis, tidak pucat, tidak ikterik, turgor kulit
baik, lembab. Ptechiae pada wajah, dada, dan keempat ekstrimitas dengan sebaran terbanyak
pada kedua ekstrimitas bawah.tampak ekimosis pada kaki dan tangan.
III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN RONTGEN
Hasil Laboratorium tanggal 20 November 2012
Darah Tepi
Hb : 14 g/dL
Leukosit : 15.400/ul
Hematokrit : 42 %
Trombosit : 17.000 /ul ↓
Pemeriksaan Lab ulang tgl 20/11/2012
Hb : 12,9 g/dL
Leukosit : 12.800/ul
Hematokrit : 40 %
Trombosit : 10.000 /ul ↓
IGG anti dengue : negatif
IGM anti dengue : negatif
IV. RINGKASAN
Pasien An.C, usia 3 tahun 5 bulan datanng dengan keluhan Bercak-bercak merah di
seluruh tubuh sejak 1 hari Sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS). Bintik-bintik berawal dari
wajah lalu menyebar ke lengan atas dan tungkai. Bintik-bintik tidak hilang dengan
penekanan,berwarna merah dan timbul secara tiba- tiba. Orang tua pasien juga mengatakan
jika pasien jatuh sering mengalami biru-biru pada lengan dan kaki.4 hari sebelum masuk
rumah sakit pasien mengalami batuk dan pilek disertai demam. Batuk berdahak,berwarna
putih,kental,namun tidak tedapat darah pada dahak. Demam dirasakan naik turun ,naik pada
malam hari dan turun pada siang hari, suhu cukup tinggi dari perabaan, kejang tidak
12
dirasakan pasien. Pasien sudah berobat ke puskesmas dan mendapat obat penurun panas
namun keluhan masih muncul. 2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien terlihat lemas dan
tidak napsu makan,mual juga dirasakan namun pasien tidak muntah.
Pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital stabil, ditemukan ptechie pada muka,
mukosa mulut, tangan, dada, dan kaki,ekimosis pada tangan dan kaki.
Pemeriksaan penunjang ditemukan trombositopenia.
V. DIAGNOSIS BANDING
A. Trombositopenia
1. Idiopatik Trombositopenik purpura Akut
2. Dengue Haemmorhagic Fever
3. Drug Induced Trombositopenik
4. Disseminated Intravascular Coagulation
VI. DIAGNOSIS KERJA
1. Idiopatik Trombositopenik purpura Akut
VII. ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah
a. Darah lengkap
b. Sediaan Apus Darah Tepi
2. Feses lengkap
3. Urine lengkap
4. PT / APTT
VIII. PENATALAKSANAAN
MEDIKAMENTOSA
o Kortikosteroid : Prednison 4 mg/kg BB/hari/po atau iv selama 7 hari,
kemudian tappering of dalam periode 7 hari.
Pada perdarahan emergensi: 8-12 mg metilprednisolon/kg BB/iv atau
0,5-1,0 mg deksametason/kg BB/iv atau po, bersama-sama dengan
IVIG atau transfusi trombosit.
o Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin
per IV.
13
o IVIG : Dosis inisial 0,8 g/kg BB, 1 kali pemberian. Diulang dengan dosis yang
sama jika jumlah trombosit < 30 x 109/l pada hari ke-3 (72 jam setelah infus
pertama).
Pada perdarahan emergensi: 0,8 g/kg BB, 1-2 kali pemberian, bersama-
sama dengan kortikosteroid dan transfusi trombosit
NON-MEDIKAMENTOSA
o Bedrest
o Edukasi orang tua untuk menjaga anak agar tidak terlalu aktif bergerak
o Edukasi orang tua tentang ITP. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung
pada tipe dan beratnya ITP. Tujuannya untuk memberikan dasar pengetahuan
sehingga keluarga / pasien dapat membuat pilihan yang tepat.
o Jelaskan bahwa darah yang diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak
akan memperburuk ITP
o Konsul Spesialis Hematologi
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad Functionam : bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
FOLLOW UP
TGL Subjektif Objektif Assesment Penatalaksanaan
21/11
2012
Demam hari ke
5, demam naik
turun masih
dirasakan,mual
+,muntah -,
Bintik
kemerahan +
KU: TSS/ CM
Tanda vital
TD : 100/70
S : 36,5 C
P : 24x/menit
N: 120x/menit
Kulit :
Ptechie (+) muka, dada,
tangan, kaki
Ekimosis pada tangan dan
ITP Akut IVFD Asering
5cc/kgbb/jam
PCT 3x 200 mg (k/p)
Metilprednisolon
3x8mg IV
Inj.ranitidin 2x10mg
IV
Transfusi TC 2x4
unit
14
kaki (+)
Lab tgl 21/11/2012
Hb : 12,5 g/dl
Ht: 36%
Trombo : 14.000
Leuko: 9.600
Saran :
Darah rutin post
transfusi
22/11
2012
Demam hari ke
6, bebas
demam hari
1,mual
-,muntah -,
Bintik
kemerahan
berkurang
KU: TSS, CM
Tanda Vital
TD : 110/70
S : 36,6 C
RR: 20x
N: 124x/menit
Ptechie (+) muka, dada,
tangan, kaki
Berkurang dada dan tangan
Ekimosis pada tangan dan
kaki (+)
Lab tgl 22/11/2012
Hb : 12,1 g/dl
Ht: 36%
Trombo : 13.000
Leuko: 12.300
Hasil pemeriksaan feses dan
urin dalam batas normal
ITP Akut IVFD Asering
5cc/kgbb/jam
PCT 3x 200 mg (k/p)
Metilprednisolon
3x8mg IV
Inj.ranitidin 2x10mg
IV
Pantau perdarahan
23/11
2012
Demam hari ke
7,bebas
demam hari
2,mual
-,muntah -
Bintik merah
berkurang
KU: TSS, CM
Tanda Vital
TD : 110/80
S : 36,6 C
RR: 18x
N: 124x/menit
Ptechie (+) muka, dada,
tangan, kaki
Berkurang dada dan tangan
Ekimosis pada tangan dan
ITP Akut dengan
perbaikan
IVFD Asering
2cc/kgbb/jam
PCT 3x 200 mg (k/p)
Metilprednisolon
3x16 mg oral
Inj.ranitidin 2x10mg
IV
Pantau perdarahan
15
kaki (+)
24/11
2012
Demam
dirasakan
karena plebitis,
Bintik
kemerahan
banyak
berkurang
KU: TSR, CM
TD : 100/70
S : 38C
RR: 34x
N: 138x/menit
BB: 6,6 kg
Ptechie (+) muka, dada,
tangan, kaki
Berkurang pada tangan
Hilang pada dada
Lab tgl 24/11/2012
Hb : 12,5 g/dl
Ht: 36%
Trombo : 10.000
Leuko: 23.100
ITP Akut dengan
perbaikan
IVFD Asering
2cc/kgbb/jam
PCT 3x 200 mg (k/p)
Metilprednisolon
3x16 mg oral
Inj.ranitidin 2x10mg
IV
Pantau perdarahan
Darah rutin ulang
26/11
2012
Demam tidak
dirasakan lagi,
Bintik
kemerahan
banyak
berkurang
KU: TSR, CM
TD : 100/60
S : 36,2C
RR: 18x
N: 100x/menit
Ptechie (+) muka, dada,
tangan, kaki
Berkurang pada tangan
Hilang pada dada
Lab tgl 26/11/2012
Hb : 12,0 g/dl
Ht: 36%
Trombo : 13.000
Leuko: 11.400
ITP Akut dengan
perbaikan
PCT 3x 200 mg (k/p)
Metilprednisolon
3x16 mg oral
Inj.ranitidin 2x10mg
IV
Makan lunak dan
susu
Pantau perdarahan
27/11
2012
Demam tidak
dirasakan lagi,
Bintik
kemerahan
KU: TSR, CM
TD : 90/60
S : 36,4C
RR: 18x
ITP Akut dengan
perbaikan
PCT 3x 200 mg (k/p)
Metilprednisolon
3x16 mg oral
Inj.ranitidin 2x10mg
16
banyak
berkurang
N: 96x/menit
Ptechie (+) muka, tangan,
kaki
Berkurang pada tangan
Hilang pada dada
IV
Makan lunak dan
susu
Pantau perdarahan
Cek ulang darah rutin
28/11
2012
Demam tidak
dirasakan lagi,
Bintik
kemerahan
banyak
berkurang
KU: TSR, CM
TD : 90/60
S : 36,2C
RR: 18x
N: 98x/menit
Ptechie (+) muka, tangan,
kaki
Berkurang pada tangan
Hilang pada dada
ITP Akut dengan
perbaikan
PCT 3x 200 mg (k/p)
Metilprednisolon
3x16 mg oral
Inj.ranitidin 2x10mg
IV
Makan lunak dan
susu
Pantau perdarahan
Cek ulang darah rutin
17
TINJAUAN PUSTAKA
PURPURA TROMBOSITOPENIK IMUN
1. DEFINISI4
Purpura trombositopenik imun atau ITP adalah suatu penyakit perdarahan yang
didapat sebagai akibat dari penghancuran trombosit yang berlebihan, ditandai dengan ;
trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3), Purpura , gambaran darah tepi yang umumnya
normal dan tidak ditemukan penyebab trombositopenia yang lainnya. Pada pengamatan
diketahui bahwa seorang ibu yang menderita ITP baik aktif maupun sedang dalam masa
remisi sering melahirkan anak yang kemudian menderita ITP, keadaan ini kemudian
menimbulkan dugaan bahwa adanya faktor humoral dari ibu yang masuk kedarah bayi.
Penemuan terbaru menyebutkan bahwa penyebab dari dari ITP telah diketahui dimana
etiologinya lewat mekanisme imun, maka ITP disebut sebagai pupura trombositopenik imun.
Istilah purpura merujuk pada perdarahan di kulit ataupun pada selaput lendir.
Diagnosis morfologi purpura dibuat berdasarkan 3 P yaitu apakah lesinya purpuric,
primer, dan palpable. Dikatakan purpuric bila warna menunjukkan suatu perdarahan—
biasanya gradasi merah, biru atau ungu—dan warnanya tidak hilang bila kulit setempat
ditekan. Selanjutnya menentukan apakah lesi ini primer ialah dengan memperhatikan apakah
terdapat penyebab eksogen seperti bekas gigitan serangga atau tidak. Bila terdapat bekas
gigitan serangga maka ini bukan purpura. Pada perabaan purpura biasanya rata dengan
permukaan kulit walau dapat teraba menonjol bila terjadi proses inflamasi setempat.
ITP merupakan suatu keadaan perdarahan yang diperlihatkan dengan timbulnya
petekie atau ekimosis di kulit ataupun mukosa dan adakalanya terjadi pada berbagai jaringan
dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui. Selain itu saat ini
sudah berkembang pendapat bahwa ITP merupakan respon imun yang tidak diketahui
sebabnya terhadap trombosit yang memicu peningkatan destruksi trombosit dan
menyebabkan defisiensi trombosit.4
2. INSIDEN4,5
PTI diperkirakan merupakan salah satu penyebab kelainan perdarahan yang didapat
yang dapat ditemukan oleh dokter anak, dengan insiden penyakit simtomatik berkisar 3
sampai 8 per 100.000 anak pertahun.dibagian ilmu kesehatan anak RSU Dr. Soetomo
terdapat 22 pasien baru pada tahun 2000. Delapan puluh hingga 90% anak dengan PTI
18
menderita episode perdarahan akut yang akan pulih dalam beberapa hari atau minggu dan
sesuai dengan namanya (akut) akan sembuh dalam 6 bulan. Pada PTI akut tidak ada
perbedaan insidens laki-laki maupun perempuan dan akan mencapai puncak pada usia 2 -5
tahun. 7-28% anak-anak dengan PTI akut berkembang menjadi kronik 15-20%5.Hampir
selalu ada riwayat infeksi bakteri atau virus ataupun imunisasi 1 – 6 minggu sebelum
terjadinya penyakit ini. Perdarahan sering terjadi saat trombosit dibawah 20.000/mm3. PTI
rekuren didefisinikan sebagai adanya episode trombositopenia > 3 bulan dan terjadi 1 – 4%
anak dengan PTI.4
Insidensi PTI kronis pada anak diperkirakan 0,46 per 100.000 anak pertahun.
Insidensi PTI kronis dewasa adalah 58-66 kasus baru persatu juta populasi pertahun (5,8-6,6
per 100.000) di Amerika dan serupa yang ditemukan di inggris. Purpura Trombositopenia
idiopatik (PTI) kronik pada umumnya terdapat pada orang dewasa dengan median rata-rata
usia 40-45 tahun. Rasio antara perempuan dan laki-laki 1:1 pada pasien akut sedangkan pada
PTI kronik adalah 2-3:1.5
3. Mortalitas / Morbiditas 6,7,8,9
Penyebab utama jangka panjang morbiditas dan kematian pada pasien dengan
idiopatik thrombocytopenic purpura (ITP) adalah perdarahan.6 Perdarahan intracranial, yang
paling sering menjadi penyebab kematian pada ITP baik spontan atau sengaja. Sebagian
besar kasus perdarahan intrakranial terjadi pada pasien yang menghitung trombosit kurang
dari 10 X 10 7 / L (<10 x 10 3 / μL). 8 situasi ini terjadi pada 0,5-1% anak-anak dan dapat
fatal. Dalam sebuah studi , 17% anak-anak mengalami pendarahan besar. 9
Morbiditas yang berhubungan dengan pengobatan: Untuk mempertahankan jumlah
platelet dalam kisaran yang aman pada pasien dengan pengobatan kronis resisten ideopatik
thrombocytopenic purpura (ITP), jangka panjang tentu saja dari kortikosteroid, obat-obatan
imunosupresif lainnya, atau mungkin diperlukan splenektomi. Pada pasien dengan idiopatik
thrombocytopenic purpura (ITP), morbiditas dan kematian dapat dikaitkan dengan
pengobatan, yang mencerminkan komplikasi terapi dengan kortikosteroid atau splenektomi.
4. PATOFISIOLOGI10
Sebelum membahas ITP lebih jauh, sebaiknya kita harus memiliki pemahaman
mengenai perdarahan, pembekuan darah dan kelainan perdarahan (diatesis hemoragik) karena
manifestasi klinis gangguan perdarahan dapat hampir serupa satu dengan lainnya.10
1. Perdarahan, Pembekuan Darah, dan Diatesis Hemoragik
19
Perdarahan ialah keluarnya darah dari salurannya yang normal (arteri, vena
atau kapiler) ke dalam ruangan ekstra vaskulus oleh karena hilangnya kontinuitas
pembuluh darah. Rangkaian peristiwa pada hemostasis pada lokasi jejas vaskular
secara umum antara lain;
Setelah jejas awal terjadi , terjadi periode vasokonstriksi arteriol yang singkat,
yang sebagian besar disebabkan oleh mekanisme neurogenik dan diperkuat oleh
sekresi lokal faktor, seperti endotelin (vasokonstriksi kuat yang berasal dari
endotel). Namun efeknya berlangsung sesaat dan perdarahan akan terjadi kembali
karena efek ini tidak dimaksudkan untuk mengaktitivasi trombosit dan sistem
pembekuan.
Sumber 1
Jejas endotel juga membongkar matriks ekstraseluler (ECM) subendotel yang
sangat trombogenik yang memungkinkan trombosit menempel dan menjadi aktif
yaitu mengalami suatu perubahan bentuk dan melepaskan granula sekretoris.
Dalam beberapa menit, produk yang disekresikan telah merekrut trombosit
tambahan (agregasi) untuk membentuk sumbatan hemostatik; kejadian ini
merupakan proses hemostasis primer.
20
Sumber 1
Faktor jaringan, suatu faktor prokoagulan dilapisi membran yang disintesis oleh
endotel, juga dilepaskan pada lokasi jejas. Faktor ini bekerja sama dengan faktor
trombosit yang disekresikan untuk mengaktifkan kaskade koagulasi dan
berpuncak pada aktivasi trombin. Selanjutnya trombin akan memecahkan
fibrinogen dalam sirkulasi menjadi fibrin tidak terlarut, menghasilkan suatu
deposisi anyaman fibrin. Trombin juga menginduksi rekrutmen trombosit dan
pelepasan granula lebih lanjut. Rangkaian hemostasis sekunder ini memerlukan
waktu lebih lama dibandingkan dengan pembentukan sumbatan trombosit awal.
Sumber 1
Fibrin terpolimerasi dan agregat trombosit membentuk suatu sumbat permanen
yang keras untuk mencegah perdarahan lebih lanjut. Pada tahapan ini mekanisme
21
kontra-regulasi (misalnya aktivator plasminogen jaringan [t-PA]) digerakkan
untuk membatasi sumbatan hemostasik pada lokasi jejas
Sumber 1
Selama hemostasis, pembuluh darah yang terluka akan menkonstriksikan
dirinya agar darah mengalir lebih lambat dan pembekuan darah dapat berlangsung.
Pada saat yang sama, penumpukan darah di luar pembuluh darah (hematoma) akan
menekan balik pembuluh darah sehingga membantu mencegah perdarahan lebih
lanjut. Segera setelah dinding pembuluh darah rusak, trombosit dalam darah akan
teraktivasi (berubah bentuk dan membentuk spina) dan melekat di tempat cedera.
Fungsi trombosit ialah:
1. Menutup luka dengan membentuk gumpalan trombosit pada tempat
kerusakan pembuluh darah.
2. Membuat faktor pembekuan yaitu faktor trombosit dan trombostenin
untuk memperkuat gumpalan trombosit di samping fibrin.
3. Mengeluarkan serotonin untuk kontraksi pembuluh darah dan ADP
(adenosine diphosphate) untuk mempercepat pembentukan gumpalan
trombosit.
“Lem” yang mempertahankan trombosit dalam pembuluh darah ialah faktor
von Willebrand, suatu protein yang dihasilkan oleh sel-sel pada dinding pembuluh
darah. Setelah trombosit melekat di tempet cedera dan menumpuk membentuk suatu
gumpalan trombosit yang longgar, sebuah proses pembekuan bernama kaskade
koagulasi darah terinisiasi. Mekanisme pembekuan darah dibagi dalam 3 tahap dasar,
yaitu :
22
1. Pembentukan tromboplastin plasma intrinsik (tromboplastogenesis),
dimulai dengan pekerjaan trombosit, terutama TF3 (faktor trombosit 3)
dan faktor pembekuan lain (IV, V, VIII, IX, X, XI, XII kemudian III dan
VII) pada permukaan asing atau pada sentuhan dengan kolagen.
2. Perubahan protrombin menjadi trombin yang dikatalisasi oleh
tromboplasyin, faktor IV, V, VII dan X. Trombin berperan pada tahap
autokatalitik yang cepat, menyebabkan trombosit labil sehingga mudah
melepas TF dan meninggikan aktivitas tromboplastin.
3. Perubahan fibrinogen menjadi fibrin dengan katalisator trombin, TF1 dan
TF2
Mekanisme diatas tergambar dalam bagan berikut ini, yaitu:
Sumber 6
Hemostasis sebenarnya merupakan proses yang dinamis sehingga setelah
terbentuk bekuan darah, faktor pembekuan tertentu akan teraktivasi agar
memperlambat proses pembekuan. Proses fibrinolisis mulai berlangsung sehingga
bekuan darah lenyap saat daerah luka sembuh. Fibrinolisis terjadi akibat aktivasi
plasminogen menjadi plasmin oleh faktor XII. Plasmin tidak terdapat dalam peredaran
darah normal karena dengan cepat akan dinon-aktifkan oleh inhibitor dalam plasma
23
(antiplasmin). Substrat normal untuk plasmin ialah fibrin degradation product (FDP)
yang merupakan antikoagulansia dan akan menghambat reaksi trombin-fibrinogen.
Gangguan atau kelainan perdarahan (diatesis hemoragik) ialah suatu
kecenderungan untuk mengalami pembekuan darah dan perdarahan yang abnormal.
Gangguan perdarahan dapat merupakan hasil dari (1) abnormalitas trombosit
kualitatif ataupun kuantitatif, (2) abnormalitas faktor pembekuan kualitatif maupun
kuantitatif, (3) abnormalitas vaskuler, atau (4) fibrinolisis yang dipercepat.
Perdarahan mukosa yang berlebihan sugestif ke gangguan trombosit, penyakit
von Willebrand, disfibrinogenemia atau vaskulitis. Perdarahan kedalam otot atau
sendi dapat dikaitkan dengan abnormalitas faktor pembekuan darah. Kelainan
perdarahan ini dapat bersifat kongenital atau didapat. Berikut ini merupakan tabel
berisi contoh abnormalitas pada gangguan perdarahan.
Kelainan Kongenital Akuisita
Vaskuler Telangiektasi hemoragika
(Osler-Weber-Rendu)
Sindrom Ehler-Danlos
Purpura anafilaktoid (purpura
Henoch-Schönlein)
Panvaskulitis
Trombosit Anemia Fanconi
Sindrom Wiskott-Aldrich
Trombositopeni dengan
radii absens.
Anemia aplastik
ITP
Defisiensi B12 dan asam folat
Obat-obatan (quinine, sulfa,
antibiotik, aspirin, AINS)
Penyakit tertentu (HIV, SLE,
leukemia, hipersplenisme, sirosis
hepatis, RDS)
Faktor
Pembekuan
Hemofilia A (defisiensi
faktor VIII)
Penyakit von Willebrand
Defisiensi faktor
pembekuan lain
Gangguan fungsi hepar
Defisiensi vitamin K
Terapi keganasan
Obat antikoagulan seperti warfarin
atau heparin
Disseminated intravascular
coagulation (DIC)
24
Kerusakan trombosit pada PTI melibatkan autoantibodi terhadap glikoprotein yang
terdapat pada membran trombosit. Penghancuran terjadi terhadap trombosit yang diselimuti
antibodi (antibody – coated platelets) tersebut dilakukan oleh makrofag yang terdapat pada
limpa dan organ retikuloendotelial lainnya. Adanya perbedaan secara klinis maupun
epidemiologis antara PTI akut maupun PTI kronis menimbulkan dugaan adanya perbedaan
mekanisme patofisologis terjadinya trombositopenia diantara keduanya. Pada PTI akut telah
dipercaya bahwa penghancuran trombosit meningkat karena adanya antibodi yang terbentuk
saat terjadi respon imun terhadap infeksi bakteri atau virus atau pada imunisasi, yang bereaksi
silang dengan antigen dari trombosit. Mediator-mediator lain yang meningkat selama
terjadinya respon imun terhadap infeksi dapat berperan dalam terjadinya penekanan terhadap
produksi trombosit, disamping itu juga terjadi aktivasi dan fiksasi komplemen C 5 – 9 pada
permukaan trombosit yang menyebabkan lisisnya trombosit 11 sedangkan pada PTI kronis
mungkin telah terjadi gangguan dalam regulasi sistem imun seperti pada autoimun lainnya,
yang berakibat terbentuknya antibodi spesifik terhadap trombosit.
Saat ini telah diidentifikasi beberapa jenis glikoprotein (GP) permukaan trombosit
pada PTI, diantaranya GP Iib – Iia, GP Ib, dan GP V. Namun bagaimana antibodi
antitrombosit meningkat pada PTI, perbedaan secara pasti patofisiologi PTI akut dan kronis,
serta komponen yang terlibat dalam regulasinya masih belum diketahui.
Hal tersebut diatas yang menjelaskan mengapa beberapa cara pengobatan terbaru
yang digunakan dalam penatalaksanaan PTI memiliki efektifitas terbatas , disebabkan mereka
gagal mencapai target spesifik jalur imunologis yang bertanggung jawab pada perubahan
produksi dan destruksi dari trombosit.4
25
Harrington (1951) menyimpulkan bahwa kerusakan trombosit disebabkan adanya
Humoral antiplatelet factor di dalam tubuh yang saat ini dikenal sebagai PAIgG atau Platelet
Associated IgG Court dan kawan-kawan telah membuktikan bahwa PAIgG meningkat pada
PTI, sedangkan Lightsey dan kawan-kawan menemukan PAIgG lebih tinggi pada PTI akut
dibanding bentuk kronik. Hal ini menunjuk-kan bahwa terdapat perbedaan mekanisme
kerusakan trombosit pada bentuk akut dan kronik. PAIgG diproduksi oleh limpa dan sumsum
tulang. Kenaikan produksi PAIgG adalah akibat adanya antigen spesifik terhadap trombosit
dan megakariosit dalam tubuh.
Sumber 8
Mekanisme terjadinya trombositopenia pada PTI.
Pada bentuk akut antigen spesifik diduga bersumber dari infeksi virus yang terjadi 1-6
minggu sebelumnya. Antigen ini bersama PAIgG membentuk kompleks antigen-antibodi,
dan selanjutnya melekat di permukaan trombosit. Perlekatan ini menyebabkan trombosit akan
mengalami kerusakan akibat lisis atau penghancuran oleh sel-sel makrofag di RES yang
terdapat di hati, limpa, sumsum tulang dan getah bening. Kerusakan yang demikian cepat dan
jumlah yang besar menyebabkan terjadinya trombositopenia yang berat diikuti manifestasi
perdarahan.
Bentuk PTI kronik bisa merupakan kelanjutan dari bentuk akut. Pada bentuk kronik
ini ternyata PAIgG tetap tinggi walaupun kompleks antigen-antibodi dikeluarkan dari tubuh,
meskipun tidak setinggi pada bentuk akut. Keadaan demikian diduga ber-hubungan erat
dengan konstitusi genetik yang spesifik dari sistim immunologik penderita, dimana
peninggian PAIgG disebabkan adanya autoantigen pada membrana trombosit atau oleh
antigen spesifik yang melekat pada permukaan trombosit. 2, 3, 5, 12, 13.
26
Sumber 14
5.Klasifikasi ITP
Primer
- Menurut perjalanan klinisnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut 11
ITP akut
Pada anak – anak dan dewasa muda
Tidak ada predileksi jenis kelamin
Riwayat infeksi virus atau bakteri 1 – 3 minggu sebelumnya
Gejala perdarahan bersifat mendadak
Lama penyakit 2 – 6 minggu, jarang lebih, remisi spontan pada kasus 80 %
kasus
ITP kronis
Terjadi pada wanita muda sampai pertengahan
Jarang ada infeksi sebelumnya
Gejala perdarahan bersifat menyusup, pada wanita biasanya berupa
menomethtroragi
Lama penyekit beberapa bulan sampai tahun
27
Jarang terjadi remisi spontan
Akut Kronik
Usia terbanyak
Predileksi kelamin
Infeksi terdahulu
Permulaan serangan
Lama sakit
Remisi Spontan
2-8 tahun
Sama
(+), 1-3 minggu sebelumnya
Tiba-tiba
2-6 minggu
80% kasus
Dewasa
Wanita lebih banyak
Jarang
Tersembunyi
Berbulan atau bertahun
Jarang
- Menurut permulaan tampilnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut
ITP perinatal
ITP anak – anak
ITP dewasa
ITP kehamilan
Sekunder
Terjadi akibat adanya kelainan/ penyakit lain seperti
1. Induksi obat atau bahan kimia
2. Kelainan limfoproliferatif
3. Kanker
4. Infeksi
5. Penyakit autoimun lainnya
6.MANIFESTASI KLINIS
o Fase prodromal berupa keletihan, demam.
o Epistaksis, perdarahan gusi , menometroraghi, hematuri dan melena.
o Mudah memar.
o Perdarahan intrakranial merupakan penyulit berat, terjadi pada 1 % kasus. Terutama
pada pasien dengan trombosit < 5000 mm3.
o Perdarahan trauma (cabut gigi, operasi).
o Tidak ada limfadenopati.
o Splen normal atau Splenomegali ringan 11
7.Pemeriksaan Laboratorium
28
o Trombosit (sering < 20.000 - 30.000/mcL) dan sel-sel darah normal.
o Masa Perdarahan (BT, Bleeding Time) memanjang
o Masa Protrombin (PT, Prothrombin Time): normal
o Masa Protrombin Partial (PTT, Partial PT): normal
o Pemeriksaan penghapusan darah tepi:
- Lekosit, Hb dalam keadaan normal kecuali ada perdarahan.
- Trombosit lebih besar (lebih muda), tidak ada kumpulan trombosit
o Pemeriksaan sumsum :
- Hasil: Megakariosit normal atau bertambah pada ITP akut
o Pemeriksaan antibodi terhadap glikoprotein trombosit, misalnya dengan modified
antigen-capture enzyme linked immunosorbent assay (MACE) dan monoclonal
antibody-specific immobilization of platelet antigens (MAIPA).
Untuk kasus ITP kronis:
o Trombosit biasanya 20.000 - 70.0000
o Perlu memeriksa ANA, Anti DNA Ab, LED, tes Coombs & retikulosit
8.DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis. Untuk menentukan diagnosis maka perlu dilakukan anamnesis
(mengenai gejala, riwayat penyakit, ada tidaknya trauma, obat yang diminum dll),
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Gejala klinis berupa riwayat perdarahan
secara akut atau spontan, baik pada kulit, petekiae, purpura atau perdarahan mukosa hidung
(epistaksis) dan perdarahan mukokutaneus lainnya, biasanya gejala tersebut didahului dengan
infeksi virus/ bakteri 1-6 minggu sebelumnya atau pasca imunisasi. Sedangkan pada
pemeriksaan fisik bisa ditemukan adanya tanda – tanda perdarahan seperti yang disebutkan
diatas, kadang didapatkan pembesaran splenomegali namun dalam hal kita harus tetap
memikirkan kemungkinan penyakit lain.4
Khusus dalam hal ini adalah pemeriksaan untuk mengetahui fungsi hemostasis.
Pemeriksaan tersebut antara lain Hitung darah dan pemeriksaan hapus darah, Uji skrining
pembekuan darah (masa protrombin(protrombin time, PT), masa tromboplastin parsial
aktivasi, masa trombin(TT) ), Pemeriksaan khusus faktor pembekuan (metode kimiawi,
kromogenik, dan imunologik, serta uji kelarutan bekuan dalam urea khusus untuk mengetahui
aktivitas faktor XIII), Uji fungsi trombosit serta uji terhadap fibrinolisis.
29
Dari pemeriksaan laboratorium berupa trombositopenia, retikulositosis ringan, anemia
bila terjadi perdaran kronis, waktu perdarahan memanjang, pada sumsum tulang dijumpai
banyak megakariosit agranuler atau tidak mengandung trombosit
Antibodi monoklonal untuk mendeteksi glikoprotein spesifik pada membran trombosit
mempunyai spesifitas 85 %, belum digunakan secara luas. Namun secara prinsip untuk
mendiagnosis PTI adalah kita harus menyingkirkan kemungkinan penyebab trombositopenia
yang lain.4
Ada dua bentuk ITP : ITP akut , sering terjadi pada anak-anak ( 2-8 thn), sembuh
dalam 6 bulan; ITP kronik, sering pada orang dewasa, trombositopenik menetap lebih dari 6
bulan, sebagian besar dapat hidup dengan perdarahan ringan pada kulit.
ITP kronik adalah sensitisasi trombosit oleh autoantibodi (biasanya IgG)
menyebabkan disingkirkannya trombosit secara prematur dari sirkulasi oleh makrofag sistem
retikuloendotelial, khususnya limpa. Pada banyak kasus, antibodi tersebut ditujukan terhadap
tempat-tempat antigen pada glikoprotein IIb-IIIa atau kompleks Ib. Masa hidup normal untuk
trombosit adalah sekitar 7 hari tetapi pada ITP masa hidup ini memendek menjadi beberapa
jam.
Massa megakariosit total dan perputaran (turnover) trombosit meningkat secara
sejajar menjadi sekitar lima kali normal.
ITP akut paling sering terjadi anak. Pada sekitar 75% pasien, episode tersebut terjadi
setelah vaksinasi atau infeksi seperti cacar air atau mononukleosis infeksiosa. Sebagian besar
kasus terjadi akibat perlekatan respon imun non spesisfik. Remisi spontan lazim terjadi tetapi
5-10% kasus tersebut menjadi kronis (berlangsung > 6 bulan).Untungnya, angka morbiditas
dan mortalitas pada ITP akut sangat rendah.
Pada kasus ditemukan riwayat penyakit sebelumnya, yaitu panas disertai pilek dan
diberikan penatalakasanaan amoxyllin. Dari daftar obat yang sering menyebabkan ITP
sebagaimana telah penulis lampirkan pada tinjauan pustaka ditemukan penicilin dan
turunannya. Hal ini mengindikasikan bahwa anak tersebut kemungkinan menderita ITP yang
diinduksi obat. Untuk penegakkan diagnosis dilakukan pemeriksaan lab antara lain Hitung
trombosit ( <100000/mm3), sediaan hapus darah tepi ( megatrombosit sering ditemukan ),
waktu perdarahan (memanjang), waktu pembekuan (normal), aspirasi sumsum tulang
30
( peningkatan megakaryosit dan agranuler / tidak mengandung trombosit ), pemeriksaan
Imunoglobulin ( PAIgG ).2,3.
9.Diagnosis banding PTI 4
Diagnosis banding trombositopenia
Kelainan Gambaran klinis Laboratorium
Penurunan produksi trombosit
Kongenital
Trombositopenia absent
radius (TAR) syndrome
- Tidak adanya tlg radius
saat lahir
- Ada kelainan skeletal
yang lain
- Adanya penyakit
jantung bawaan(1/3
kasus)
Hitung trombosit 15.000
Anemia fanconi - Perawakan pendek
- Hiperpigmentasi kulit
- Hipoplasia ibu jari dan
radius
- Kelainan ginjal
- Mikrosefali
- Mikroftalmi
Pansitopenia karena
anemia aplastik
Thrombositopenia
amegakariositik
Tidak kelainan skeletal
seperti sindrom TAR
Trombositopenia pada
episode neonatal
Didapat
Leukimia - Riwayat kelelahan,
demam, berat badan
turun, pucat , nyeri
tulang
- Limfadenopati
- Splenomegali
- Hepatomegali(mungkin)
Leukosit meningkat
Anemia
Sel blas pada hapusan darah
tepi (leukoeritroblastosis)
31
Anemia aplastik - Riwayat kelelahan,
perdarahan atau infeksi
berulang
- Pemeriksaan fisik non
spesifik
- Tidak ada hepatomegali
Pamsitopenia
Neurotropenia
Hitung retilkulosit rendah
Neuroblastoma - Massa diabdomen
- Sindrom pananeoplastik
- Gejala neurolik dari
korda spinalis
Trombositopenia karena
metastasis ke sumsum
tulang
Defisiensi nutrisi - Riwayat nutrisi buruk
atau diet khusus
- Pucat lemah dan lelah
- Defisit neurologi karena
defisiensi vitamin B12
Anemia megaloblastik
Hipersegmentasi neutrofil
Retikulosit rendah
Kadar vit B12 dan asam
folat rendah
Obat-obatan Riwayat penggunaan obat-
obatan atau perubahan dosis
obat
Peningkatan destruksi
trombosit
Imun
Neonatal alloimune
trombositopenia
Petekiae meyeluruh
beberapa jam setelah lahir
Hitung trombosit ibu
normal
Obat-obatan Riwayat penggunaan obat-
obatan atau perubahan dosis
obat
Infeksi HIV Gejal dan tanda infeksi
sistemik HIV
Kelainan sebagian atau
seluruh deret sel
Konfirmasi diagnostik
serologi HIV
Purpura pasca tranfusi Riwayat trnfusi trombosit
dalam beberapa jam
sebelumnya
Trombositipenia akut
Penyakit kolagen Gejala sistemik, termasuk Ada anemia karena
32
vaskular/autoimun nyeri/pembengkakan sendi penyakit kronik
Leukosit kadang abnormal
10.PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan PTI pada anak meliputi tindakan suportif dan terapi farmakologis.
Tindakan suportif merupakan hal penting dalam penatalaksanaan PTI pada anak, diantaranya:
Membatasi aktifitas fisik
Mencegah perdarahan akibat trauma
Menghindari obat yang dapat menekan produksi trombosit atau merubah fungsinya
o Obat yang berhubungan dengan penurunan produksi trombosit:
Kemoterapi
Diuretik thiazide
Alkohol
Estrogen
Kloramfenikol
Radiasi terionisasi
o Obat-obatan yang berhubungan dengan destruksi trombosit
Sulfonamid
Quinidine
Kinina
Karbamazepin
Asam valproat
Heparin
digoksin
o Obat –obatan berhubungan dengan perubahan fungsi trombosit
Aspirin
Dipirodamol
33
Memberikan pengertian kepada pasien dan atau orang tua tentang penyakitnya. Diskusikan
kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya ITP. Memberikan dasar
pengetahuan sehingga keluarga / pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Jelaskan bahwa
darah yang diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak akan memperburuk ITP.
Sebagian besar (80%) pasien biasanya dapat sembuh sempurna secara spontan dalam waktu
kurang dari 6 bulan. Pada beberapa kasus PTI pada anak didapatkan perdarahan kulit yang
menetap , perdarahan mukosa atau perdarahan internal yang mengancam jiwa yang
memerlukan tindakan atau pengobatan segera. Tranfusi trombosit jarang dilakukan dan
biasanya tidak efektif karena trombosit yang ditransfusikan langsung dirusak.
Tindakan farmakologis
a. ITP Akut
Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.
Jika trombcosit 30.000-50.000 :berikan prednison atau tidak diterapi.
Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka berikan
kortikosteroid.
Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per IV.
Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit.
Transfusi trombosit , Imunoglobulin intravena (1g/kg/hari atau 2-3 hari), Metilprednisolon
(1g/hari atau 3 hari),
b. ITP Menahun
Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
Contohnya: prednison 2 – 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon terhadap
kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV).
Imunosupressan: 6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral.
- Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.
- Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral.
Kontra indikasi:
Anak usia sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap infeksi belum dapat diambil alih oleh
alat tubuh yang lain (hati, kelenjar getah bening dan thymus). 2, 18, 19.
Kortikosteroid peroral10, 11
Sebelum era IVIG, kortikosteroid peroral merupakan pengobatan utama pada PTI
karena dipercaya capat menghambat penghancuran trombosit dalam sistem
retikuloendotelial dan mengurangi pembentukan antibodi terhadap trombosit serta
42
mempunyai efek stabilisasi kapiler yang mengurangi perdarahan.dosis 1- 2mg/kgBB/hari
dalam dosis terbagi atau ekuivalensinyan terindikasi. Sartorius 1984, pada penelitian yang
lebih besar menyimpulkan waktu yang diperlukan untuk meningkatkan jumlah trombosit
menjadi > 30.000/mm3 dan > 100.0000/mm3, serta uji tourniquet yang normal ternyata
secara bermakna lebih pendek pada kelompok prednison, meskipun parameter perdarahan
klinis tidak di evaluasi pada penelitian ini.
Imunoglobulin intravena (IVIG)
Dengan munculnya terapi IVIG beberapa penelitian menunjukkan peningkatan yang
cepat jumlah trombosit dengan efek samping yang minimal pada pengobatan dengan
tranfusi IVIG, seperti kortikosteroid IVIG juga menyebabkan blokade pada sistem
retikuloendotelial. IVIG dapat meningkatkan jumlah trombosit dalam waktu cepat
(umumnya 48 jam), sehingga pengobatan pilihan untuk PTI dengan perdarahan yang serius
(berat secara klinis) menurut penelitian terbaru menunjukkan lebih baik dan murah
menggunakan dosis yang lebih rendah yaitu dosis tunggal 0,8 gram/KgBB atau 0,25-0,5
gram/KgBB selama 2 hari dan memberikan efek samping yang lebih kecil pula.
Preparat Immunoglobulin yang digunakan mengandung lebih dari 95% gamma-
globulin dalam bentuk monomerik. Meskipun kesimpulan akhir mekanisme kerjanya belum
terungkap, tetapi ada beberapa pendapat yang telah dikemukakan yaitu :
1. Melindungi permukaan trombosit, membungkusnya dengan Immunoglobulin non
spesifik, sehingga PAIgG, antigen spesifik, ataupun antigen-antibodi tidak dapat
melekat pada permukaan trombosit
2. Menurunkan produksi PAIgG
3. Memblokade Fc reseptor di RES
4. Dapat mengatasi penekanan trombopoetik yang disebabkan oleh kortikosteroid apabila
pengobatan konservatif sebelumnya telah menggunakan preparat ini
Indikasi:
1) PTI kronik atau berulang pada anak(10,11)
2) PTI kronik dengan indikasi-kontra splenektomi.
3) Penderita PTI yang telah menjalani splenektomi, ataupun pengobatan konservatif
dimana remisi sempuma tidak tercapai
4) Sebagai persiapan pra bedah terutama bila sebelumnya didapati perdarahan berat.
Dalam hal ini diberikan ± 3 minggu sebelum splenektomi dilaksanakan
5) Dapat diberikan pada penderita berobat jalan
42
Di samping indikasi di atas ternyata Immunoglobulin ini juga bermanfaat pada kasus
PTI akut dan Isoitnmune Neonatal Thrombocytopenia
Indikasi-kontra: sampai saat ini belum diperoleh laporan tentang indikasi kontra
penggunaan Immunoglobulin. 3
Anti-D untuk pasien dengan rhesus D positif
Pengobatan dengan imunoglobulin anti-D efektif pada anak dengan rhesus positif
dan memiliki keuntungan berupa suntikan tunggal dalam waktu singkat. Namun selain
mahal , dilaporkan adanya hemolisis dan anemia yang memerlukan tranfusi darah setelah
dilakukan pengobatan ini.17
Splenektomi
Tindakan tersebut jarang dilakukan pada anak dengan PTI dan hanya dianjurkan
pada perdarahan hebat yang tidak memberikan respons terhadap pengobatan dan dilakukan
setelah menjadi PTI kronis (> 6 bulan).
1) Mekanisme kerja: Seperti telah diketahui, limpa merupakan salah satu organ pembentuk
PAIgG, dan sebaliknya juga merupakan tempat penghancuran PAIgG tersebut. Dengan
diangkatnya limpa diharapkan pembentukan PAIgG berkurang, dan penghancuran PAIgG
atau trombosit di limpa tidak ada lagi; akibatnya trombosit meningkat, dan permeabilitas
kapiler mengalami perbaikan
2) Indikasi:
a) PTI kronik yang sedang dan berat
b) PTI kronik yang diobati secara konservatif ternyata gagal mencapai remisi setelah 6-
12 bulan, atau mengalami relaps 23 kali dalam setahun, atau tidak memberi respons
terhadap pengobatan konservatif
3) Indikasi-kontra
a) Penderita PTI kronik yang juga menderita penyakit akut atau berat lainnya.
b) Penderita PTI kronik disertai penyakit jantung atau hal lain yang merupakan indikasi-
kontra bagi setiap tindakan bedah.
c) Usia kurang dari 2 tahun, sebab kemungkinan terjadinya infeksi berat atau sepsis
sangat besar.
4) Pasca splenektomi:
42
a) Penilaian terhadap basil splenektomi menurut perbaikan klinis dan hitung trombosit
dilakukan 6-8 minggu kemudian. Dan basil yang diperoleh ternyata ± 80% mengalami
remisi sempurna
b) Penyulit pasca splenektomi: Pada masa kurang dari 2 minggu berupa sepsis dan
perdarahan, sedangkan lebih dari 2 minggu berupa penyakit infeksi berat. 3
Beberapa pengobatan lainnya yang pernah dilaporkan bisa diberikan pada anak dengan PTI
adalah : Gamma interferon, tranfusi tukar plasma dan protein A _ immunoadsoption,
alkaloid Vinca (vincristin dan vinblastin), danazol, vitamin C dan siklofosfamid.
Pada beberapa keadaan tertentu seperti adanya gejala neurologis , perdarahan internal atau
pembedahan darurat memerlukan intervensi segera. Metilprednisolon (30 mg /KgBB/hr
maksimal 1 gr/hr selama 2-3 hari) sebaiknya diberikan secara intravena dalam waktu 20-30
menit bersamaan dengan IVIG (1 gr/KgBB/hr selama 2-3 hari) dan tranfusi trombosit 2 – 3
kali lipat dari jumlah yang biasa diberikan.
Pengobatan- pengobatan tersebut diatas potensial memberikan efek samping yang serius,
sehinggga penting bagi kita untuk mempertimbangkan resiko-resiko tersebut agar tidak merugikan
pasien (“primum no necere”). Oleh karena itu pengobatan pada anak yang menderita PTI sebagian
besar tetap berdasarkan pengalaman pribadi , pendekatan filosofi dan pertimbangan – pertimbangan
praktis. Ditambahlagi pengobatan-pengobatan tersebut hanya untuk meningkatkan jumlah
trombosit yang rendah tapi tidak mengobati penyakit yang mendasari. Sehingga kekambuhan sering
terjadi.
Ringkasan pengobatan PTI pada anak
Intravenous
immunoglobulin
(IVIG)
Dosis inisial 0,8 g/kg BB, 1 kali pemberian. Diulang dengan dosis
yang sama jika jumlah trombosit < 30 x 103gr/dl pada hari ke-3 (72
jam setelah infus pertama).
Pada perdarahan emergensi: 0,8 g/kg BB, 1-2 kali pemberian,
bersama-sama dengan kortikosteroid dan transfusi trombosit.
Pada PTI kronis : 0,4 g/kg BB/x, setiap 2-8 minggu.
Kortikosteroid
4 mg prednison/kg BB/hari/po atau iv selama 7 hari, kemudian
tappering of dalam periode 7 hari.
Pada perdarahan emergensi: 8-12.00 mg metilprednisolon/kg BB/iv
atau 0,5-1,0 mg deksametason/kg BB/iv atau po, bersama-sama
dengan IVIG atau transfusi trombosit.
42
Anti-R(D) antibody 10-25 lg/kg BB/ hari selama 2-5 hari, intravena dalam 50 cc NaCl
0,9% dan habis dalam 30 menit.
a-interferon 3 x 106 unit subkutan, 3 kali per minggu selama 4 minggu
Siklosporin 3-8 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2-3 dosis
Azatioprin 50-300 mg/m2 per os/hari selama > 4 bulan
Sumber 6
13. Pendekatan Pengobatan ITP
Beberapa obat yang dipakai dalam pengobatan ITP merusak clereance autoantibody platelet
oleh Fc (gamma) reseptor yang diekspresikan pada jaringan makrofag. Splenektomi bekerja
sebagian oleh mekanisme ini, tetapi dapat juga mengganggu interaksi antara sel T dan sel B yang
terlibat dalam sintesis antibodi pada beberapa pasien (1). Kortikosteroid juga dapat meningkatkan
produksi platelet dengan menghambat kemampuan makrofag dalam sumsum tulang untuk
menghancurkan platelet, dan thrombopoietin dan agen thrombopoietic merangsang megakaryocyte
progenitor (2). Banyak agen imunosupresif nonspesifik, seperti azathioprine dan siklosforin, yang
bertindak pada tingkat sel T (3). Sebuah monoklonal antibodi terhadap CD154 yang masih dalam
42
penyelidikan klinis, menargetkan sebuah costimulatory molekul yang diperlukan untuk optimasi T-
sel-macrophage dan T-sel-sel B-interaksi yang terlibat dalam produksi antibodi (4). Imunoglobulin
intravena mungkin berisi antiidiotypic antibodi yang akan menurunkan produksi autoantibody.
Sebuah antibodi monoklonal yang mengenali CD20 diekspresikan pada sel B menyebabkan
penipisan tersebut(5). Plasmapheresis transiently menghilangkan autoantibody dari plasma (6).
Transfusi platelet digunakan untuk mengobati pendarahan parah dalam keadaan darurat (7). 7
14. KOMPLIKASI
Anemia karena perdarahan hebat.
Perdarahan otak (intrakranial) untungnya jarang terjadi (1%). Setelah anak jatuh (rudapaksa
pada kepala).
Sepsis pasca splenektomi. 2, 20.
15.PROGNOSIS
Anak-anak biasanya sembuh secara spontan, bahkan dari trombositopenia berat,
dalam beberapa minggu ke bulan. Pada orang dewasa, remisi spontan jarang terjadi.
Namun, pada beberapa orang memiliki penyakit ringan dan stabil (misalnya, jumlah
trombosit di atas 30.000 μ L); kasus seperti itu mungkin lebih umum daripada yang diduga
sebelumnya. 21
Sebagian besar (80%) pasien biasanya dapat sembuh sempurna secara spontan
dalam waktu kurang dari 6 bulan. Pada beberapa kasus PTI pada anak didapatkan
perdarahan kulit yang menetap , perdarahan mukosa atau perdarahan internal yang
mengancam jiwa yang memerlukan tindakan atau pengobatan segera. 4
Perdarahan spontan berat dan pendarahan intrakranial (1%) penderita biasanya
terbatas pada awal fase penyakit ini. Sesudah fase akut inisial, manifestasi spontan
cenderung menurun. Kira-kira 90% dari anak yang terkena telah mencapai hitung trombosit
normal 9-12 bulan setelah awitan dan relaps merupakan hal yang tidak biasa. 20
16.PENCEGAHAN:
Idiopatik trombositopeni purpura (ITP) tidak dapat dicegah, tetapi dapat dicegah
komplikasinya. Menghindari obat-obatan seperti aspirin atau ibuprofen yang dapat
mempengaruhi platelet dan meningkatkan resiko pendarahan.
42
Orang tua dari seorang anak dengan kelainan perlu menyadari tentang bagaimana mencegah
cedera dan berdarah.: Pertimbangkan hal berikut: 22
- Dalam berolahraga, naik sepeda, dan permainan lain yang dapat menyebabkan trauma
mungkin perlu dibatasi.
- Lindungi dari luka yang dapat menyebabkan memar atau pendarahan, lakukan terapi yang
benar untuk infeksi yang mungkin dapat berkembang. Konsultasi ke dokter jika ada
beberapa gejala infeksi, seperti demam. Hal ini penting bagi pasien dewasa dan anak-
anak dengan ITP yang sudah tidak memiliki limfa. 5
DAFTAR PUSTAKA
1. Dr. Rusepno Hasan, Dr. Husein Alatas. Penyakit perdarahan. IIdiopathic
Thromobocytopenic Purpura.. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Jakarta:
Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005. 457-459, 479-482.
42
2. Purwanto Ibnu. purpura trombositopenia idiopatik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II
Edisi IV. Jakarta: Penerbitan FKUI. 2007. hal 659-664.
3. Siregar Charles Darwin. purpura trombositopenik idiopatik khronik anak
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/12PenggunaanImunoglobin086.pdf/
12PenggunaanImunoglobin086.html 27 Oktober 2010
4. Permono bambang . H, sutaryo, ugrasena .IDG, windiastuti endang, abdulsalam maria,
purpura trombositopenik imun, buku ajar Hematologi-onkologi Anak, Edisi 2, jakarta :
Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2005.
Hal 133-143.
5. Corrigan James J. kelainan trombosit dan pembuluh darah. Ilmu kesehatan Anak Nelson.
Edisi 2. Jakarta; Balai penerbit buku kedokteran EGC: 2000. hal 1747.
6. Danese MD, Lindquist K, Gleeson M, Deuson R, Mikhael J. Biaya dan kematian yang
berhubungan dengan rawat inap pada pasien dengan kekebalan thrombocytopenic purpura.
Am J Hematology. 16 Juli 2009.
7. Bromberg Michael E., Immune Thrombocytopenic Purpura — The Changing Therapeutic
Landscape. The New England Journal of Medicine. October 19 2006 (online 27 oktober
2010) Volume 355:1643-1645, Avalaible from:
URL : http://content.nejm.org/cgi/content/full/355/16/1643.
8. Butros LJ, Bussel JB. Intracranial hemorrhage in immune thrombocytopenic purpura: a
retrospective analysis. J Pediatric Hematology Oncology Aug 2003;25(8):660-4.
9. Medeiros D, Buchanan GR. Major hemorrhage in children with idiopathic
thrombocytopenic purpura: immediate response to therapy and long-term outcome. J
Pediatr . Sep 1998; hal 133(3):334-9.
10. Mitchell Richard N, Cotran Ramzi S, Robbins Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Gangguan
Hemodinamik, Tombosis dan Syok, Jakarta: penerbit EGC. 2007. Hal 91 - 96
11. Haribowo Sulistyo Andi. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem
Hematologi Purpura Trombositopenik Idiopatik, Jakarta: penerbit Salemba Medika: 2008.
Hal 131-134
12. Mansjoer Arif. purpura trombositopenia idiopatik. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 1. Jilid
1. Jakarta; Media Aesculapius FKUI: 2001. hal 556-8.
42
42