PRDSIDINGrepo-nkm.batan.go.id/9062/1/3. SKN 2017 (Nurman) jg.pdf · 2019-06-20 · PRDSIDING...

19
PRDSIDING Seminar Keselamatan Nuklir TEMA: Pengembangan Pengawasan Ketenaganukliran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Publik BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR Jl. Gajah Mada Na. B Jakarta Pusat IDI20 lelp. (+62-21) G38582G3/7D, Fax. (+62-21) 63858275 AWWWWWWWWW

Transcript of PRDSIDINGrepo-nkm.batan.go.id/9062/1/3. SKN 2017 (Nurman) jg.pdf · 2019-06-20 · PRDSIDING...

PRDSIDING

Sem inar Keselamatan Nuklir

TEMA:

Pengembangan Pengawasan Ketenaganukliran Berbasis Teknologi Informasi dan

Komunikasi Publik

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIRJl. Gajah Mada Na. B Jakarta Pusat IDI20

le lp . (+62-21) G38582G3/7D, Fax. (+62-21) 63858275

AW

WW

WW

WW

WW

ISSN: 1412-3258

PRDSIDING

Sem inar Keselamatan Nuklir

/ x x\TtMA:Pengembangan Pengawasan Ketenaganukliran

Berbasis Teknologi Informasi danr ,, y A . „ » . X

Komunikasi Publik

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIRi\. Gajah Mada No. 8 Jakarta Pusat 10120

Telp. (+02-21) 03858209/70. Fax. (+02-21) 03858275*— j J 1 ' -i Jf ! f i

Seminar Keselamatan Nuklir 2 0 1 7

KATA PENGANTAR

Dr. Syahrir, M.Sc Ketua Panitia

Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan berkat, rahmat dan kesehatan yang diberikan, sehingga prosiding Seminar

Keselamatan Nuklir ini dapat terselesaikan dengan baik. Prosiding ini berisi kumpulan makalah-makalah dari para

penyaji yang telah dipresentasikan dan didiskusikan pada acara Seminar Keselamatan Nuklir BAPETEN Tahun 2017

yang bertemakan “Pengembangan Pengawasan Ketenaganukliran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi

Publik”

Seminar ini terselenggara atas keijasama Badan Pengawas Tenaga Nuklir dan program studi Ilmu Komputer FMIPA

Universitas Gadjah Mada, yang diadakan pada tanggal 1 Agustus 2017 bertempat di Auditorium FMIPA Universitas

Gadjah Mada Yogyakarta. Seminar dihadiri oleh pemangku kepentingan dari seluruh daerah di Indonesia baik dari

berbagai universitas maupun instansi pemerintah terkait. Pada seminar ini hadir juga pembicara utama yaitu Susanna

Loof sebagai salah satu pakar komunikasi publik dari IAEA.

Makalah yang disajikan dalam prosiding sebanyak 68 dari 99 makalah yang masuk. Makalah dibagi menjadi 3

kelompok yaitu Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif dengan 12 makalah oral dan 15 makalah poster, Instalasi dan

Bahan Nuklir dengan 9 makalah oral dan 21 makalah poster, dan Umum dengan 7 makalah oral dan 4 makalah poster.

Kami menyadari bahwa prosiding ini tentu saja tidak luput dari kekurangan, untuk itu segala saran dan kritik kami

harapkan demi perbaikan prosiding pada terbitan tahun-tahun yang akan datang. Akhirnya kami berharap prosiding ini

semoga dapat menjadi sumber informasi bermanfaat bagi yang memerlukan.

Jakarta, 24 November 2017

ii

Seminar Keselamatan Nuklir f 2017

SAMBUTAN

Prof. Dr. Ir. Jazi Eko Istiyanto, M.Sc, IPU Kepala BAPETEN

Selamat pagi, Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahi kita semua dengan kesehatan dan

kesempatan sehingga pada pagi yang berbahagia ini kita dapat menghadiri Seminar Keselamatan Nuklir 2017

BAPETEN, yaitu seminar yang diselenggarakan untuk mengakomodasi segenap perkembangan ilmiah guna

meningkatkan kualitas pengawasan ketenaganukliran di Indonesia.

Tenaga nuklir dapat memberikan manfaat kepada masyarakat, tetapi pada sisi yang lain mempunyai risiko bila tidak

dilakukan pengawasan dengan baik, untuk mengurangi terjadinya potensi resiko tersebut maka diperlukan pengawasan

yang ketat dengan berdasar pada aspek safety, security, dan safeguards (3S). Pemanfaatan tenaga nuklir harus

memenuhi tingkat keselamatan dan keamanan serta seifgard sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku.

Sesuai dengan Seminar kali ini yang bertema “Pengembangan Pengawasan Ketenaganukliran Berbasis Teknologi

Informasi dan Komunikasi Publik”. Perkembangan teknologi informasi dan semakin perlu dibukanya porsi

keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan sangat diperlukan untuk mencapai pengawasan ketenaganukliran

yang efektif. Kedua hal ini akan menjadi pokok bahasan oleh para pembicara kunci kita.

Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, salah satu tujuan pengawasan adalah untuk menjamin

keselamatan pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup. Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup mensyaratkan keterlibatan masyarakat dalam izin lingkungan untuk suatu kegiatan

dengan risiko tinggi. Selain itu efektivitas pengawasan meningkat seiring besarnya partisipasi publik di dalamnya.

Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu adanya komunikasi antara BAPETEN, stakeholder dan masyarakat. Melalui

komunikasi diharapkan akan terbangun kesepahaman dalam mencapai tujuan pengawasan. Komunikasi Publik ini

dimaksudkan agar masyarakat luas mengerti dan memahami dengan baik akan tugas dan fungsi lembaga dalam

mengemban tugas, sesuai UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, sekaligus dinamisasi regulasi seiring

perkembangan kemajuan zaman dan semakin pesatnya pertumbuhan pemanfaatan tenaga nuklir di tanah air.

Melihat perkembangan pemanfaatan tenaga nukir yang semakin pesat saat ini, BAPETEN tidak lagi hanya

menitiberatkan pada 3 pilar pengawasan yaitu peraturan, perizinan dan inspeksi, tetapi juga melibatkan teknologi

informasi dan komunikasi publik. Masalah keamanan nuklir juga mengemuka sebagai akibat dampak perkembangan

digital salah satunya berupa cyber attacks maupun pemanfaatannya dengan teknologi lainnya seperti senjata pemusnah.

Seiring dengan itu, pemanfaatan teknologi informasi pada pengawasan ketenaganukliran juga berkembang dengan pesat

dan telah diaplikasikan di BAPETEN. Hal ini akan dibahas lebih lanjut pada pembicaraan saya nanti.

iii

Seminar Keselamatan Nuklir | 2017

Untuk meningkatkan penguatan pengawasan ketenaganukliran untuk kesejahteraan dan kemandirian bangsa,

BAPETEN akan terus menggalang keijasama dengan berbagai pihak yang menjadi stakeholder BAPETEN, seperti

BATAN, KEMENKES, organisasi profesi, organisasi masyarakat, perguruan tinggi, dan sebagainya.

Dem ikian hal ini kami sampaikan, Selanjutnya dengan mengucap Bismillahirrahmaanirrahiim, Seminar Keselamatan

Nuklir BAPETEN 2017 ini resmi dibuka.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

iv

Seminar Keselamatan Nuklir 2017

SUSUNAN PANITIA

SEMINAR KESELAMATAN NUKLIR 2017

PENGARAH Prof. Dr. Jazi Eko Istiyanto, M.Sc., IPU BAPETEN

Dr. Khoirul Huda, M.Eng BAPETEN

Drs. Hendriyanto Hadi Tjahyono, M.Si BAPETEN

Prof. Dr. Triyono, S.U. UGM

PENANGGUNGJAWAB Dr. Eng. Yus Rusdian Akhmad BAPETEN

Drs. Edi Winarko, M.Sc., P.hD UGM

PENYELENGGARA

Ketua : Dr. Syahrir, M.Sc BAPETEN

Wakil Ketua 1. Dra. Leily Savitri BAPETEN

2. Nurul Hidayat, M.Kom. UGM

Sekretariat : 1. Iswandarini BAPETEN

2. Intanung Syafitri, S.Si BAPETEN

3. Diella Ayudhya Susanti, MIL BAPETEN

4. Nurhandiansyah, ST BAPETEN

5. Hani Febri Mustika, S.Kom. UGM

Sie Persidangan

Koordinator : Rini Suryanti, M.Si BAPETEN

Anggota 1. Zalfy Hendry Eka Putra, MT BAPETEN

2. Endang Kunarsih, M.Si BAPETEN

3. Indah Annisa, M.Si BAPETEN

4. Lia Farhatuaini, S.Kom UGM

5. Putu Sugiartawan, M.Cs. UGM

6. Muh Amin Nurrohmat, S.Kom. UGM

Sie Perlengkapan

Koordinator : Sugeng Rahatjo UGM

Anggota 1. Ardi Susanto, S.Kom UGM

2. Noviazida, SE BAPETEN

3. Samsuri BAPETEN

4. Ardhiantoro S. Pumomo, SST BAPETEN

5. Kuspriyanto, SE BAPETEN

Sie Dokumentasi Ilmiah dan

Prosiding

Koordinator Dias Aziz Pramudita, S.Pd. UGM

Anggota 1. Rusmanto, M.Si BAPETEN

2. Wawan Susanto, SST BAPETEN

v

Seminar Keselamatan Nuklir 2 0 1 7

4. PENILAI MAKALAH

Koordinator merangkap

Anggota Penilai

Anggota Penilai

3. Eny Erawati, ST BAPETEN

4. Moekhamad Alfiyan, ST BAPETEN

5. Sudarto, M.Eng BAPETEN

6. Werdi Putra Daeng Beta, MKKK BAPETEN

7. Fuad Fauzi, S.Kom. UGM

8. Prih Haryanta, S.E., M.T. UGM

Ishak, M.Si BAPETEN

1. Dr. Ing. Sihana UGM

2. Dr. rer.nat. M Farchani Rosyid UGM

3. Dr. Agfianto Eko Putra, M.Si UGM

4. Supriyanto A. Pawiro UI

5. Dra. Elisabeth Supriyatni MAppSc BATAN

6. Dra. Azhar, M.Sc BAPETEN

7. Ir. Budi Rochman M.Sc. BAPETEN

8. Dr. Azizul Khakim BAPETEN

9. Drs. Reno Alamsyah, M.Sc BAPETEN

vi

Seminar Keselamatan Nuklir 2017

JADWAL ACARA

SEMINAR KESELAMATAN NUKLIR 2017

WAKTU ACARA KETERANGAN

08.00 — 08.30 Registrasi Panitia

08.30-09.00 Menyanyikan lagu Indonesia Raya, Doa dan Safety Induction Aula UGM

UGM

Tarian Pembuka UGM

09.00 - 09.40 Sambutan dan Pembukaan1. Laporan Ketua Panitia2. Sambutan Rektor UGM3. Sambutan Kepala BAPETEN4. Pembukaan Staf Ahli Menristekdikti Bidang

Infrastruktur (dengan memukul gong) didampingi Kepala BAPETEN, Rektor UGM dan Ketua Panitia

5. Foto Sesi

1. Dr. Syahrir, M.Sc2. ProflrPanutMulyono, M.Eng, D.Eng3. Prof. Dr. Jazi Eko Istiyanto, M.Sc, IPU4. Ir. Hari Purwanto, M.Sc. DIC

09.40- 10.00 Pembicara Kunci Ir. Hari Purwanto, M.Sc. DICStaf Ahli Menteri Riset, Teknologi danPendidikan Tinggi Bidang Infrastruktur

10.00- 10.15 REHAT KOPIPresentasi POSTER sesi 1 (tayangkan slide abstrak)

10.15-10.45 Pembicara 1: Public Communication Ms. Susanna Loof, IAEA

Moderator Pembicara 1: Dra. Taruniyati Handayani, M.ScSekre Sidang: Abdul Qohhar T.E.P, MT

10.45-11.00 DISKUSI SESI t

11.00 - 11.30 Pembicara 2 : Prof. Dr. Jazi Eko Istiyanto, M.Sc, IPU Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir

11.30 - 12.00 Pembicara 3 : Prof. Dr. Kusminarto Universitas Gadjah Mada

Moderator Sesi 2: Drs. Edi Winarko, M.Sc., P.hD Sekre Sidang: Endang Kunarsih, M.Si

12.00- 12.15 DISKUSI SESI 2

12.15-13.30 ISHOMAPresentasi POSTER sesi 1 (tayangkan slide abstrak)

13.30- 15.45 Presentasi ORAL Kelas FRZR 1Moderator: Zainal Arifin, MT Sekre sidang: Rini Suryanti dan Samsuri

Presentasi ORAL Kelas IBN/1T/KPModerator: Dr. Djoko Hari NugrohoSekre sidang: Zalfy dan Sudarto

Presentasi ORAL Kelas Umum Moderator: Dra. Dahlia C Sinaga, MTSekre sidang: Eni Erawati dan Beta

OA1 - Azhar OB 1 - Eri Hiswara OC1 - Yus Rusdian

OA2 - Rini Suryanti OB2 - Nanang Triagung EH OC2 - Reno Alamsyah

OA3 - Endang Kunarsih OB3 - Farid Noor J Diskusi

Diskusi Diskusi OC3 - Susilo W

OA4 - Sunarya OB4 - Arief Isnaeni OC4 - Nazaroh

OA5 - Lailatul M OB5 - Azizul Hakim OC5 - Arifin M

vii

Seminar Keselamatan Nuklir ! 2017

OA6 - Yudi Meidiansyah OB6 - Dewi Prima M Diskusi

Diskusi Diskusi OC6 - M. Mamat

OA7 - Haendra Subekti OB7 - Rahmat Edi H OC7 - Dewi Apriliani

OA8 - Wawan Susanto OB8 - Rahmat Nurcahyo Diskusi

OA9 - Chrisantus Aristo OB9 - Rahmat Edi H

Diskusi Diskusi

15.45-16.15 REHAT KOPIPresentasi POSTER sesi 2 (tayangkan slide abstrak)

16.15-17.00 OA10 - Mukhlisin

OA11 - AssefF

OA12 - Nurhuda

Diskusi

17.00- 17.30 1. Penghargaan kepada 5 (lima) makalah terbaik, 3 (tiga) penyaji oral terbaik dan 3 (tiga) penyaji poster terbaik

2. Perumusan3. Penutupan

Pembagian Sertifikat

1. Ketua Panitia2. Ketua Panitia3. Dr. Eng. Yus Rusdian Akhmad (Deputi

Pengkajian Keselamatan Nuklir BAPETEN)

viii

Seminar Keselamatan Nuklir f 2017

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

K ATA PEN G A N TA R U

SAMBUTAN iii

SUSUNAN PANITIA SKN 2017 v

JADWAL ACARA vii

DAFTAR ISI ix

MAKALAH PENYAJI ORAL FRZR

BEBERAPA IMPLIKASI NILAI BATAS DOSIS BARU LENSA MATA Azhar i

TANTANGAN DALAM PEMBERLAKUAN PEMANTUAN DOSIS LENSA MATA UNTUK PEKERJA RADIASI DAN STRATEGI PENYELESAIANNYA Rini Suryanti, Iswandarini

6

PENETAPAN PEMBATAS DOSIS DAN PERANANNYA DALAM UPAYA OPTIMISASI PROTEKSI RADIASI BAGI PEKERJA RADIASI DI FASILITAS KEDOKTERAN NUKLIR Endang Kunarsih

12

OPTIMISASI PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI PADA RADIOLOGI ANAK Leily Savitri, Sunarya 17

PROFIL DOSIS RADIASI PADA PROSEDUR KARDIOLOGI INTERVENSIONAL ANAK DALAM MEMPERKIRAKAN RESIKO TERJADINYA EFEK STOKASTIK : STUDI AWAL Lailatul Muqmiroh, Soegardo IP,Risalatul Latifah, Rusmanto,Anggraini DS, 1 Ketut Alit U

23

PENGEMBANGAN APLIKASI REKAM DOSIS UNTUK PEMERIKSAAN PAYUDARA DENGAN PESAWAT SINAR-X MAMOGRAFI BERBASIS WEB SERVICE Yudi Meidiansyah, Zaenal Arifin, Muhammad Izzuddin Shofar

28

PERANAN ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN DALAM MENJAMIN MUTU HASIL UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOGRAFI MOBILE Endang Kunarsih, Haendra Subekti

35

PENENTUAN SETTING PENYINARAN PESAWAT SINAR-X UNTUK MENDAPATKAN KUALITAS CITRA TINGGI DENGAN DOSIS RENDAH PADA RADIOGRAFI DADA MENGGUNAKAN NTLAI RASIO CNR Wawan Suscinto

42

TINJAUAN PERSYARAN PERSONIL IRADIATOR DENGAN ZAT RADIOAKTIF KATEGORI I DAN IRADIATOR DENGAN PEMBANGKIT RADIASI PENGION KATEGORI I SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN IRADIATOR Chrisantus Aristo Wirawan Dwipayana

48

VERIFIKASI PAPARAN RADIASI TERHADAP DESAIN PERISAI RADIASI TOMOTERAPIHELIKAL HI-ARTMukhlisi n, Asep Saefulloh Hermawan

55

PENENTUAN DOSIS SERAP AIR BERKAS RADIASI Co-60 PESAWAT PISAU GAMMA LEKSELL PERFEXION NO. SERI 6428Assef Fimando Firmansyah, Sri Inang Sunaryati, Nurman Rajagukguk, Gatot Wurdiyanto

63

PERFORMA PRODUKSI RADIOFARMAKA POSITRON EMISSION TOMOGRAPHY (PET) SCAN UNTUK PENEGAKAN DIAGNOSA DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMATS Nurhuda, Listiawadi. Astarina, lsmuha, Kardinah

67

ix

Seminar Keselamatan Nuklir 2 0 1 7

MAKALAH PENYAJI ORAL IBN/IT/KP

PLTN DAN PENDAPAT PUBLIK Eri Hiswara 71

STRATEGI PENGUATAN LANDASAN HUKUM PERSYARATAN KEAMANAN DUNIA MAYA (CYBER SECURITY) D A L A M PEM A N FA A TA N TENAG A NUKLIR UNTUK MENDUKUNG KEAMANAN NUKLIR NASIONAL Nanang Triagung Edi Hermawan

78

INTEGRASI KESELAMATAN DAN KEAMANAN PADA SIKLUS HIDUP SISTEM YANG PENTING UNTUK KESELAMATAN BERBASIS KOMPUTER Farid Noor Jusuf, Catur Febriyanto Sutopo

83

PERHITUNGAN REAKTIVITAS LEBIH REAKTOR KARTTNI MENGGUNAKAN PROGRAM KOMPUTER SCALE Arif lsnaeni

89

KARAKTERISTIK NEUTRONIK SISTEM SAMOP (SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MO-99 PRODUCTION)Azizul Khakim, Syarip dan Suharyana

96

TINJAUAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA UNTUK PETUGASINSTALASI DAN BAHAN NUKLIRDewi Prima Meiliasari, Bambang Eko Aryadi, Yudi Pramono

103

STUDI KARAKTERISTIK TAPAK ASPEK METEOROLOGI DI KAWASAN SERPONG Rahmat Edhi Harianto, Supyana, Tino Sawaldi AN 108

ANALISIS KEANDALAN KOMPONEN SISTEM PROSES PENDINGIN SEKUNDER REAKOR RISET G.A. SIWABESSYRahmat Nurcahyo, Winda Sarmita, M. Dachyar, Edison

113

ANALISIS NUMERIK SIMULASI KEBAKARAN PADA FASILITAS HDR T-51 MENGGUNAKAN GAS PROPAN DENGAN PROGRAM KOMPUTER SYLVIA Rahmat Edhi Harianto

PENYAJI ORAL UMUM

120

RANCANGAN PENERAPAN PRINSIP JUSTIFIKASI PROTEKSI RADIASI BERBASIS REKOMENDASI IAEA UNTUK PENGAWASAN PEMANFAATAN NUKLIR DI INDONESIA Yus Rusdian Akhmad

126

PENINGKATAN INFRASTRUKTUR KESELAMATAN NUKLIR DI INDONESIA MELALUI KESERTAAN SEBAGAI NEGARA PIHAK KONVENSI KESELAMATAN NUKLIR Reno Alamsyah, Bintoro Aji, Djoko Hari Nugroho

134

PENERAPAN KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN DALAM REGULASI KETENAGANUKLIRAN Susilo Widodo

145

PENGARUH SINAR-X/FOTON PADA RENTANG ENERGI (12,7- 661,6) keV TERHADAP RESPON TLD BARC (CaS04:Dy) DAN ALGORITMA UNTUK EVALUASI RESPON TLD Nazaroh, Rofiq Syaifudin, C. Tuti Budiantari

153

PENGAWASAN DOSIS PEKERJA RADIASI MENGGUNAKAN BALIS PENDORA (PENCATATAN DOSIS PEKERJA RADIASI) SEBAGAI NATIONAL RADIATION WORKER DOSE REGISTRY (NRWDR)Arifin Muhammad Wibowo, Fajariadi

162

KAJIAN REVISI PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG KESIAPSIAGAAN DAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN NUKLIR Mohamad Mamat, Bambang Eko Atyadi

166

TELAAH PERATURAN KEPALA BAPETEN NO.l TAHUN 2010 TERHADAP PERSYARATAN IAEA SAFETY STANDARD SERIES NO. GSR PART 7 Dewi Apriliani

173

x

Seminar Keselamatan Nuklir j 2017

MAKALAH PENYAJI POSTER FRZR

KAJIAN PENERIMAAN DOSIS RADIASI TAHUN 2014 - 2016 PEKERJA RADIASI BIDANG TEKNOLOGI RADIOFARMAKA PTRR BATAN R r. Djarwanti RPS, Fath Priyadi, Didik Setiaji, Yono Sugiharto

182

K AJIAN PE N G A W A SA N RADIO AK TIVITAS ALA M LUM PUR SIDOARJO

Moekhammad Alfiyan 186

PERBEDAAN INDIKATOR NILAI DOSIS RADIASI (CTDIw) DAN IMAGE NOISE PADA TEKNIK SEKUENS DAN SPIRAL PADA COMPUTED TOMOGRAPHY FACE BONE (STUDI PADA MODALITAS CT SCAN MERK SIEMENS 6 SLICE)Yeti Kartikasari, Sri Mulyati, Bachtiar Arif Nugroho

190

KAJIAN PROGRAM JAMINAN MUTU RADIOTERAPI TEKNIK LANJUT AKSELERATOR LINEAR BERBASIS AAPM TASK GROUP NO. 142 Ahmad Maulana, Mukhlis in

195

ANALISA PENERIMAAN DOSIS SERAP ORGAN REPRODUKSI PADA PEMERIKSAAN RADIOGRAFI ABDOMEN ANTARA PENGGUNAAN TEKNIK kV RENDAH DAN TEKNIK kV TINGGIRini Indrati, Rika Sumala, Sudiyono, Siti Daryati

203

DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA DENGAN SCANOGRAM SEJAJAR INFRA ORBITAL MEATAL LINE (IOML) DAN MODIFIKASI SUPRA ORBITAL ME AT AL LINE (SOML)Darmini, J. Dahjono, Bagus Dwi Handoko, Dwi Rochmayanti

208

PENINGKATAN KUALITAS PERATURAN KEPALA BAPETEN MELALUI IMPLEMENTASI ISO9001:2015Satria Prahara

212

PERUBAHAN-PERUBAHAN PADA REVISI PERATURAN KEPALA BAPETEN NO. 9 TAHUN 2011 TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONALSawiyah, Soegeng Rahadhy

216

TANTANGAN PENERAPAN OPTIMISASI PADA PEMANFAATAN PESAWAT SINAR-X CT SCAN BERDASARKAN HASIL INSPEKSI Ida Bagus Manuaba, Bambang Riyono

220

TTNJAUAN PENGELOLAAN DISUSED SEALED RADIOACTIVE SOURCES (DSRS) DART PERSPEKTIF PENGATURAN Soegeng Rahadhy

227

DAFTAR PEMERIKSAAN UJI KOMISIONING IRADIATOR DENGAN ZAT RADIOAKTIF KATEGORI IVChrisantus Aristo Wirawan Dwipayana

231

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PADA PESAWAT TELETERAP1 DI INDONESIA DAN ASPEK KESELAMATANNYAAssef Fimando Firmansyah, Sri Inang Sunatyati, Nurman Rajagukguk, Gatot Wurdiyanto

238

PENILAIAN DOSIS ORANG REPRESENTATIF DARI DISPERSI ATMOSFERIK LEPASAN RADIOAKTIVITAS DI KAWASAN NUKLIR SERPONG MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CROMDiella Ayudhya Susanti, Moekhammad Alfiyan

243

PROSES DAUR ULANG ZAT TERBUNGKUS CESTUM-137 YANG SUDAH TIDAK DIGUNAKAN BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 2013 Suhaedi Muhammad, R.r. Djarwanti,RPS

MAKALAH PENYAJI POSTER IBN/TT/KP

248

KAJIAN PERATURAN DAN STANDAR SISTEM INSTRUMENTASI DAN KENDALI PADA PLTN Liliana Yetta Pandi, Mohammad TharilAzis, Sri Budi Utami

252

PERANAN CLEARINGHOUSE DALAM PENGAWASAN KETENAGANUKLIRAN Catur Febriyanto

259

xi

Seminar Keselamatan Nuklir I 2017

LEPASAN RADIASI DARI PENGOPERASIAN REAKTOR SERBA GUNA GA SIWABESSY KE LINGKUNGANLiliana Yetta Pandi, Veronica Tuka

264

KOMPETENSI DASAR UNTUK PETUGAS PERAWATAN INSTALASI NUKLIR NON REAKTOR (INNR)lmron, Ardiyani Eka Patriasari, Supyana

268

PENGEMBANGAN PERATURAN MENGENAI KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAY A Angga Kautsar, Dwihardjo Rushartono, Yudi Pramono 273

TINJAUAN PENERAPAN ASPEK KESELAMATAN PADA INSTALASI ELEMEN BAHAN BAKAR EKSPERIMENTAL BERDASAR IAEA-TECDOC 1221 Nudia Barenzani, Sjafruddin

277

MANAJEMEN DESAIN DALAM PEMBANGUNAN TNSTALASI NUKLIR Arijin Muhammad Susanto 283

MANAJEMEN RISIKO DALAM KONSTRUKSI INSTALASI NUKLIR/PLTN DAN PERATURAN YANG BERLAKU DI INDONESIA Arijin Muhammad Susanto

291

KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL KESELAMATAN NUKLIR DAN RADIASI Donni Taufiq 298

ANALISIS SPEKTRUM NEUTRON ELEMEN BAKAR TRIGA 2000 BANDUNG AKIBAT PERUBAHAN TEMPERATUR Hidayati Amar, MT.

303

KONSEP PENGEMBANGAN PENGATURAN PROTEKSI FISIK INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR SERTA PENGANGKUTAN BAHAN NUKLIR Suci Prihastuti, Zuljiandri

309

KESELAMATAN PENANGANAN DAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR BEKAS REAKTOR BERPENDINGIN GAS / HIGH TEMPERATURE GAS REACTOR (HTGR) DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, LEGAL, DAN KEBIJAKAN STRATEGI NASIONAL Pandu Dewanto dan Agus Yudhi Pristianto

KAJIAN NEUTRONIK PERANGKAT SUBKRITIK UNTUK PRODUKSI MO-99 (SAMOP) Diah Hidayanti Sukamo 321

PENERAPAN NILAI BATAS LEPASAN RADIOAKTIVITAS ATMOSFERIK DI KAWASAN NUKLIR SERPONGArifYuniarto, Syahrir, Untara, Chevy Cahyana

327

EVALUASI KESELAMATAN REAKTOR DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN PADA SISTEM SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR 99Mo PRODUCTION (SAMOP)Yunita Anggraini, Riyatun, Suharyana, Azizul Khakim

334

KAJIAN KESELAMATAN ASPEK LEPASAN BAHAN BERBAHAYA ETILEN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ALOHA Nur Siwhan

339

EVALUASI KESELAMATAN HTR-10 KETIKA TERJADI KECELAKAAN KOMPAKSI BAHANBAKAR DENGAN KODE MVPUswatun Chasanah, Riyatun, Suharyana, Azizul Khakim

343

ANALISIS KONSENTRASI UDARA AKIBAT KECELAKAAN REAKTOR KARTINI DITINJAU DARI VARIASI BAHAN BAKAR YANG MELELEH DENGAN SOFTWARE PC-COSYMA Hanifah Nur Syafitri, Suharyana, Diah Hidayanti

348

PERHITUNGAN DETERMINISTIK DAMPAK RADIOLOGI KECELAKAAN REAKTOR KARTINI TERHADAP KONSENTRASI RADIONUKLIDA DI TANAH MENGGUNAKAN SOFTWARE PC- COSYMADesintha Fachrunnisa, Diah Hidayanti, Suharyana

353

DESKRIPSI KONDISI AT ONE STUCK ROD HTR-10 DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN Rizki Budi Rahayu, Riyatun, Suharyana, Azizul Khakim

358

PERHITUNGAN DAMPAK RADIOLOGI AKIBAT PENGOPERASIAN HTGR DENGAN PROGRAM KOMPUTER CROM Agus Waluyo

363

xii

Seminar Keselamatan Nuklir ! 2017

MAKALAH PENYAJI POSTER UMUM

KAJIAN PENATALAKSANAAN KESEHATAN PEKERJA RADIASI YANG MENERIMA DOSIS RADIASI BERLEBIH 368Suhaedi Muhammad, R. r. Djarwanti, RPS, Susyati

KOPERASI SEB AG AI PELA K SA N A DI DA LAM U N D A N G -U N D A N G NO M OR 10 T AH UN 1997 ^Dewi Prima Meiliasari, Dwihardjo Rushartono, Yudi Pramono

PENGEMBANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR MENGENAI LABORATORIUM ANALISIS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN 377Hermawan Puji Yuwana

TINJAUAN INTEGRATED NUCLEAR SECURITY SUPPORT PLAN (INSSP)DALAM IMPLEMENTASI KEAMANAN NUKLIR DI INDONESIA 383Indah Annisa

LAMPIRAN

Lampiran A. MAKALAH PEMBICARA KUNCI

Lampiran B. TANYA JAWAB PRESENTASI ORAL DAN POSTER

Lampiran C. TANYA JAWAB SIDANG PLENO PEMBICARA KUNCI

Lampiran D. PENGHARGAAN

xiii

P E R K E M B A N G A N T E K N O L O G I P A D A P E SA W A T T E L E T E R A P I DI IN D O N E SIADAN ASPEK KESELAMATANNYA

Assef Firnando Firmansyah1, Sri Inang Sunaryati2, Nurman Rajagukguk3, Gatot Wurdiyanto4Pusat Teknologi Keselamatan danM etrologi Radiasi - BATAN e-mail: fim ando3154@ gm ail.com

ABSTRAKMakalah ini menguraikan perkembangan teknologi dari pesawat teleterapi yang masuk ke Indonesia sejak tahun 1927 sampai sekarang.dimulai dengan pesawat sinar-X ortovoltage sampai dengan pesawat pemercepat linier medik yang dapat memancarkan berkas foton tanpa menggunakan flattening filter dan berkas elektron dengan laju dosis tinggi. Diuraikan juga aspek keselamatan dari pesawat teleterapi tersebut serta peran laboratorium dosimetri standar sekunder dalam menjembatani ketertelusuran penentuan dosis serap air dari pesawat terapi antara rumah sakit dan laboratorium standar primer.

Kata Kunci : Pesawat teleterapi, aspek keselamatan, pesawat sinar-X orthovoltage, pesawat pisau gamma Leksell, pesawat tomoterapi

ABSTRACTThis paper presents the development o f technology in the teletherapy machines used in Indonesia since 1927 until now started with the orthovoltage X-ray machine and the use o f flattening filter free photon and high dose rate electron beams producedfrom a medical linear accelerator machine. The radiation safety aspects o f the machines and the role o f the secondary standard dosimetry laboratory to bridge the measurement traceability from the users to the primary standard dosimetri laboratory were also described.

I. PENDAHULUANDibutuhkan waktu 32 tahun sejak invensi

sinar-X oleh W.C Rontgen pada tahun 1895 ', teknologidi bidang radioterapi masuk ke Indonesia. Penggunaan radiasi pengion untuk penatalaksanaan radioterapi inidiawali di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangun Kusumo, Jakarta pada tahun 1927 yang pada waktu itu dikenal dengan nama Centrale Burgelijke Ziekenhuis (CBZ) dengan adanya penggunaan pesawat sinar-X Orthovoltage, dilanjutkan pada tahun 1958 dengan pesawat teleterapi Co-60, tahun 1964 dengan pesawat Cs-137 dan pada tahun 1982 dengan pesawat pemercepat linier medik 2. Rentang waktu antara tahun 1927 sampai dengan tahun 2008 bisa disebut sebagai era kilo voltage dan dilanjutkan dengan era megavoltage yang pada tahun 2003 sudah menggunakan teknik 3D conformal radioterapi seiring dengan perkembangan penggunaan komputer dalam perencanaan radioterapi. Pesawat sinar-X orthovoltage, Co-60 dan pemercepat linier dapat dilihat pada Gambar 1,2 dan 3 [dokumentasi RSCM],

Gambar 1. Pesawat sinar-X Orthovoltage Monogil buatan pabrik Gilardoni

Dalam perkembangannya selanjurnya beberapa pesawat teleterapi seperti sinar-X orthovoltage dan Cs - 137 tidak digunakan lagi karena beberapa pertimbangan antara lain: fungsinya dapat digantikan oleh pesawat pemercepat linier medik yang dapat memancarkan berkas elektron dan foton dengan kualitas radiasi yang bervariasi mulai energi rendah sampai dengan tinggi, sedangkan untuk pesawat terapi Cs-137 penggunaannya sudah tidak direkomendasikan karena penumbranya yang terlalu besar.

Sampai dengan awal tahun 2017 terdapat 29 buah ramah sakit yang memiliki pesawat teleterapi dengan jumlah total 61 buah yang terdiri dari 38 pesawat pemercepat linier medik dan 23 pesawat

238

Seminar Keselamatan Nuklir j 2 0 1 7

teleterapi Co-60. Dari jumlah tersebut 75 % dimiliki oleh beberapa rumah sakit di Pulau Jawa, sedangkan sisanya tersebar di beberapa pulau besar. Jumlah ini dipastikan akan meningkat terus karena penderita kanker di Indonesia jumlahnya cukup tinggi yang tersebar di beberapa pulau, sedangkan layanan yang diberikan masih jauh dari memadai dengan jumlah yang tidak lebih dari 10 % dari total penderita kanker dan layanannya masih terpusat pada beberapa rumah sakit di Pulau Jawa. Faktor lain yang turut berperan dalam peningkatan ini adalah adanya program asuransi kesehatan BPJS yang memicu rumah sakit yang sudah memiliki pesawat untuk menambah sumber radiasi terapinya, sedangkan yang belum memiliki fasilitas radioterapi berusaha untuk membangun fasilitas tersebut

Meskipun jumlah tersebut relatif banyak dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya, tetapi dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dengan pertambahan pasien kanker yang cukup tinggi pertahunnya, kebutuhan pesawat teleterapi

Gambar 2. Pesawat teleterapi Co-60 Picker (a) dan pesawat pemercepat linier medik Mevatron (b) yang

pertama di Indonesia yang dimiliki oleh RSUP Nasional Dr. Cipto Mangukusumo, Jakarta.

Tulisan ini menguraikan secara ringkas perkembangan teknologi penggunaan radiasi pengion di bidang kesehatan khususnya radioterapi di Indonesia sejak tahun 1927 sampai dengan saat ini. Perkembangan ini dimulai dengan penggunaan sumber radiasi pesawat sinar-X Orthovoltage, pesawat teleterapi Co-60 dan Cs- 137 dilanjutkan dengan pesawat pemercepat linier medik, pesawat pisau gamma (Gamma Knife) sampai dengan penggunaan pesawat helical tomo terapi Hi Art di beberapa rumah sakit.

Penekanan pada tulisan ini adalah pada keunggulan teknologi masing-masing pesawat dibandingkan dengan pesawat sebelumnya. Diuraikan juga aspek keselamatan radiasi khususnya pada beberapa pesawat teleterapi yang mutakhir serta tantangan yang dihadapi oleh Laboratorium Dosimetri Standar Sekunder PTKMR-BATAN dalam melaksanakan perannya sebagai institusi yang menjembatani ketertelusuran hasil pengukuran dosis dari pesawat teleterapi tersebut antara rumah sakit dan laboratorium dosimetri standar primer.

II. INTENSITY MODULATED RADIOTHERAPY (IMRT)

Seiring dengan perkembangan teknologi dalam pesawat pemercepat linier medik yang memungkinkan intensitas berkas foton selama penyinaran dimodifikasi dengan bantuan komputer, maka dimulailah era yang dikenal dengan teknik Intensity Modulated

Radiotherapy yang penyempurnaan teknologi IMRT ini memungkinkan waktu penyinaran dikurangi melalui dynamic arc therapy. Teknik IMRT ini dimulai di Indonesia pertama kali menggunakan pesawat pemercepat linier medik Elekta Synergy S .

m . PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK ELEKTA SYNERGY S

Pada tahun 2008 Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta melengkapi fasilitas radioterapinya dengan sebuah pesawat pemercepat linier medik Synergy S buatan pabrik Elekta yang dapat memancarkan berkas foton 6 dan 10 MV serta berkas elektron dengan energi nominal 4, 6, 9, 12, 15 dan 18 MeV. Berbeda dengan pesawat pemercepat linier medik pada umumnya, pesawat Synergy S ini dilengkapi dengan pesawat sinar-X kilovoltage dan Electronic Portal Imaging Device (EPID). Dengan demikian pesawat ini memiliki kemampuan untuk membuat pencitraan dari tumor sesaat sebelum pasien mendapatkan penyinaran radiasi. Keunggulan lain lain adalah penggunaan Multileaf Collimator (MLC). Dengan Multileaf Collimator ini, maka lapangan radiasi yang terbentuk. akan dapat menyesuaikan dengan bentuk tumor. Dengan perangkat yang dimilikinya maka pesawat Synergy S ini dapat digunakan untuk beberapa teknik antara lain: teknik Intensity Modulation Radiation Therapy (IMRT), Intensify Guided Radiation Therapy (IGRT), Stereotactic Radiotherapy (SRT)/Stereotactic Radiosurgery (SRS).

Teknik Intensity Modulation Radiation Therapy (IMRT) adalah suatu teknik untuk menyinari tumor dengan dosis tinggi tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti pada jaringan normal yang berada di sekitarnya. Dengan penggunaan M ultileaf Colimattor ini, lapangan radiasi penyinaran akan berubah sesuai dengan bentuk tumor dari arah penyinaran.

Teknik Intensify Guide Radiation Therapy (IGRT) atau gambar pemandu radiasi adalah teknologi moderen untuk mematikan kanker dan mengurangi paparan ke jaringan normal. IGRT menggunakan image atau gambar tubuh pasien pengidap kanker ketika treatment berlangsung untuk menentukan pengaturan pengiriman treatment atau dosis pada pasien tersebut secara akurat dan tepat. Dengan teknik IGRT ini gerakan organ setiap kali radiasi diberikan dapat dipantau. Tujuannya, untuk menghasilkan data yang akurat tentang perubahan posisi tumor

Stereotactic Radiosurgery adalah suatu bentuk radiasi eksternal yang menggunakan dosis radiasi tinggi dalam satu kali penyinaran untuk menghancurkan tumor yang terdapat dalam tubuh. Stereotactic radiosurgery' ini dapat juga diberikan secara fiaksi pada beberapa kali penyinaran. Penatalaksanaan ini disebut Stereotactic Radioterapi. SRS/SRT ini digunakan untuk menangani tumor dengan ukuran yang kecil dan secara teknis tidak dapat dilakukan operasi.

Pesawat Pemercepat linier medik Synergy S dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.

239

Gambar 3. Pesawat pemercepat linier medik Synergy S buatan pabrik Elekta milik RSUP Nasional dr. Cipto

Mangunkusumo, Jakarta4.

IV. PESAWAT PEMERCEPAT LINIER VARIAN TRILOGYTeknik Intensity Modulated Radiation Therapy

(IMRT) membutuhkan waktu penyinaran yang cukup lama karena banyaknya arah penyinaran disamping itu juga Monitor Unit bertambah. Untuk itu Varian System mengembangkan teknik yang disebut Volumetric Modulation Arc Therapy (VMAT) melalui pesawat pemercepat linier medik Varian Trilogy. Dengan teknologi Rapid Arc. maka waktu penyinaran lebih singkat karena penyinaran tetap beijalan selama gantri berputar.sehingga dapat mencegah perubahan posisi pasien. Lapangan radiasi dapat dibentuk sesuai dengan organ yang diradiasi. Bisa dikatakan kalau teknik VMAT ini merupakan teknik IMRT untuk satu putaran gantri 3. Pesawat pemercepat linier medik Varian Trilogy dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Pesawat pemercepat linier medik Varian Trilogy milik Rumah Sakit MRCCC .

V. Pesawat Pisau Gamma Leksell (Leksell Gamma Knife)

Pada tahun 2012 Gamma Knife Center Indonesia (GKCI) Rumah Sakit Siloam Karawaci mengoperasikan sebuah pesawat Pisau Gamma Leksell model Perfexion dan ini merupakan pesawat pisau Gamma yang pertama di Indonesia, sedangkan yang kedua dioperasikan oleh Unit Bedah Saraf Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta tahun 2017.Pesawat Pisau Gamma Leksell ini dikembangkan oleh Prof. Leksell dari Swedia. Penggunaan pisau gamma ini khusus untuk tumor kecil yang berada di bagian kepala

Seminar Keselamatan

dan tidak mungkin dilakukan pembedahan. Kemampuan pesawat ini mampu menyinari tumor untuk lapangan radiasi berdiameter 16 mm, 8 mm dan 4 mm.

Pasien berbaring di atas meja dengan kepala terkunci pada penyangga (Frame), setelah melalui proses awal, kemudian pasien digerakkan ke dalam unit pesawat untuk penyinaran. Pesawat ini terdiri dari sumber radiasi Co-60 berjumlah 192 buah. Pesawat Pisau Gamma Leksell Perfexion dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah in is.

Nuklir S 2 0 1 7

Gambar 5. Pesawat Pisau Gamma Leksell Perfexion milik Rumah Sakit Siloam Karawaci

VI. Pesawat Helical TomoterapiSalah satu teknologi dalam pesawat radioterapi mutakhir yang masuk ke Indonesia adalah pesawat tomoterapi Hi-Art yang dipasang di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada bulan Agustus 2016 yang saat ini merupakan satu satunya di Indonesia.

Pesawat helikal tomoterapi ini merupakan kombinasi antara pesawat sinar-X CT-Scan dan Intensity Modulated Radiation Therapy yangdikembangkan oleh Professor Thomas Rockwell Mackie, PhD dan pertama kali digunakan untuk penyinaran pasien pada tahun 2002 di Universitas Wisconsin 6. Sumber radiasi dari pesawat tomoterapi ini adalah pesawat pemercepat linier medik dengan berkas radiasi foton 6 MV. Perbedaannya dengan pesawat pemercepat linier medik konvensional adalah antara lain : tidak menggunakan flattening filter, jarak sumber radiasi ke permukaan tidak 100 cm, melainkan 85 cm dan lapangan radiasi yang digunakan tidakmemungkinkan 10 cm x 10 cm, melainkan 5 cm x 10 cm, 5 cm x 20 cm dan seterusnya sampai dengan 5 cm x 40 cm. Pesawat ini mempunyai kemampuan untuk berputar 360° selama penyinaran. Istilah helical digunakan untuk menunjukkan bahwa gantri dan meja pasien bergerak selama penyinaran pasien berlangsung, sementara itu pesawat pemercepat linier medik konvensional yang beigerak hanya gantri sedangkan meja pasien pada posisi tetap. Dengan penggunaan pesawat helical tomoterapi ini maka radiasi yang diterima pasien adalah slice per slice (tomo) dan berbentuk spiral. Pesawat Tomoterapi Hi-Art dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.

240

Seminar Keselamatan Nuklir 2 0 1 7

Gambar 6. Penulis di depan pesawat Tomoterapi Hi Art

VII. PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK ELEKTA VERSA HD

Pada bulan Juni tahun 2017 Rumah Sakit Mumi Teguh, Medan mengoperasikan pesawat pemercepat linier medik Elekta Versa HD yang merupakan pesawat pertama di Indonesia. Keunggulan pesawat ini dibandingkan dengan pesawat pemercepat linier medik konvensional adalah berkas fotonnya dapat diperoleh menggunakan filter perata (flattening filter) dan juga tanpa filter perata (flattening filter free). Dengan berkas foton yang diperoleh tanpa flattening filter ini akan dihasilkan berkas foton dengan laju dosis serap air yang tiga kali lebih tinggi dari pesawat pemercepat linier medik konvensional. Dengan penggunaan pesawat ini, maka waktu penyinaran dapat dikurangi sebesar 57 %.

Untuk berkas elektron dengan energi nominal 6 dan 10 MeV, pesawat Versa HD ini dapat memancarkan beikas elektron dengan laju dosis serap air 10 kali lebih tinggi daripada pesawat konvensional. Keunggulan lain dari pesawat Elekta Versa HD ini adalah gerakan multileaf collimatomya 2 kali lebih cepat dibandingkan dengan pesawat generasi sebelumya. Pesawat ini menggunakan 160 bilah MLC dengan ketebalan 5 mm. Sebagai perbandingan generasi Elekta sebelumnya menggunakan 80 bilah MLC dengan ketebalan 10 mm, sedangkan pada pesawat generasi terakhir dari Linac Varian yaitu True Beam, jumlahnya 120 bilah 7

Pesawat ini dapat digunakan untuk teknik stereotactic radioterapi (SRT), stereotactic radiosurgery (SRS ) dan volumetric arc therapy ( VMAT). Pesawat pemercepat linier medik versa HD dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Pesawat Pemercepat Linier Medik Elekta Versa HD milik Rumah Sakit Mumi Teguh, Medan

VIII. ASPEK KESELAMATAN DARI PESAWATTELETERAPI

Prinsip kerja dari radioterapi adalah memberikan dosis radiasi pada target tumor semaksimal mungkin dan menghindari seminimal mungkin terpaparnya jaringan normal pada pasien. Sudah tentu disamping pasien, keselamatan pekeija radiasi dan masyarakat harus menjadi prioritas. Perkembangan teknologi dalam pesawat radioterapi yang diuraikan di atas tetap memerhatikan aspek keselamatan semua pihak.

Pada pesawat Pisau Gamma Leksell, helm (helmet) pesawat yang terbuat dari bahan Tungsten dengan ketebalan tertentu, lapangan radiasi yang relatif kecil (maksimal 16 mm), jarak penyinaran yang relatif dekat (60 cm) dan berkas radiasi yang mengarah pada satu titik di pusat helm, menyebabkan berkas radiasi tidak menghambur ke segala arah. Untuk aspek keselamatan ini Pabrik Elekta menyajikan bahwa setiap fitur dari pesawat Pisau Gamma Leksell Perfexion ini merefleksikan keselamatan dan kenyamanan pasien dan staf rumah sakit. Bahkan pabrik pesawat ini mengklaim perisai radiasinya 100 kali lebih baik daripada teknologi lain. Dengan tingkat radiasi di dalam ruang pesawat yang rendah, maka hanya diperlukan ruang berukuran normal serta dimungkinkan adanya jendela untuk mengamati keadaan di dalam ruang penyinaran.

Pada pesawat helikal tomoterapi, karena didesain eksklusif sebagai pesawat IMRT, maka perisai radiasi ekstra ditempatkan pada Head pesawat untuk melindungi pasien dari paparan radiasi yang tidak diinginkan dan untuk mengurangi kebocoran pesawat. Sebagai tambahan, untuk mengurangi berkas primer menjadi seperseratusnya, maka pada gantri dipasang perisai Pb (timbal) setebal 13 cm sebagai Beam Stopper.

Dimensi waktu sangat penting dalam penyinaran target tumor. Dengan laju dosis yang tinggi pada pesawat pemercepat linier medik Versa HD akan mempersingkat waktu penyinaran. Dengan demikian mengurangi kesalahan penyinaran yang disebabkan adanya gerakan tubuh pasien dan gerakan tumor yang disebabkan pemapasan dan lain-lain.

Pada umumnya pesaw'at pemercepat linier medik yang diuraikan di atas memancarkan beikas foton 6 dan 10 MV, hanya satu yang dapat memancarkan berkas foton 15 MV. Beberapa referensi menguraikan perlunya diukur neutron untuk berkas foton 10 MV ke atas yang disebabkan reaksi gamma neutron ( y,rj) pada target, flattening filter, kolimator, wedge dan lain-lain yang berada pada Head pesawat8.

Tidaklah sederhana mengukur neutron secara akurat yang teijadi pada Head pesawat pemercepat linier medik. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain: energi neutron, waktu paruh, respon energi dan dosis detektor, ketidakpastian kalibrasi detektor yang besar, hamburan neutron yang besar di dalam mangan yang kecil, kontribusi gamma yang terdeteksi dan lain-lain. Dengan demikian diperlukan kajian yang lebih mendalam tentang masalah ini agar pihak - pihak terkait yang berkepentingan memperoleh informasi yang akurat.

241

Seminar Keselamatan Nuklir 2 0 1 7

IX. PERAN LABORATORIUM DOSIMETRI STANDAR SEKUNDER

Laboratorium Dosimetri Standar Sekunder PTKMR-BATAN mempunyai peran yang sangat vital untuk menjembatani ketertelusuran penentuan dosis serap air dari pesawat terapi antara rumah sakit dan laboratorium standar primer. Perkembangan teknologi penggunaan radiasi pengion dalam bidang radioterapi yang begitu cepat baik secara kuantitas maupun kualitas teknologinya menuntut kesiapan laboratorium dalam memberikan layanan yang prima agar keselamatan pasien yang merupakan tujuan akhir dari penggunaan teknologi dapat terpenuhi.

Uraian di atas menunjukkan bahwa jenis radiasi, jarak penyinaran, lapangan radiasi dan pergerakan sumber radiasi terapi yang digunakan berbeda satu sama lain. Dengan demikian diperlukan detektor yang sesuai baik dengan jenis radiasinya maupun lapangan radiasi yang digunakan. Demikian juga dengan perangkat penunjangnya seperti fantom yang digunakan untuk menempatkan detektor.Beberapa langkah yang harus diambil oleh laboratorium adalah merevitalisasi peralatannya terutama sumber radiasi kalibrasi dan peralatan dosimetri serta pendukungnya. Hal lain yang tak kalah penting adalah peningkatan kuantitas dan kualitas personil laboratorium

X. PENUTUPUraian di atas menunjukkan bahwa

perkembangan teknologi di bidang radioterapi yang menggunakan radiasi pengion begitu pesat. Dari sekian banyak modalitas tersebut hanya beberapa modalitas pesawat teleterapi yang belum masuk ke Indonesia seperti Cyberknife.Diperlukan kajian yang mendalam mengenai kontribusi neutron yang teijadi pada head pesawat pemercepat linier medik untuk memberikan kepastian pada pihak- pihak yang berkepentingan

Laboratorium Dosimetri Standar Sekunder harus terus meningkatkan kemampuannya untuk mengantisipasi perkembangan teknologi penggunaan radiasi pengion dalam radioterapi di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA[1] Underwood E. Ashworth, Wilhelm Condar

Rontgen and The Early Development of Radiology, 1945

[2] https;//www,youtube.com/watch?v=I 1 oGpen9fH0, Radiotherapy RSCM - TomoTherapy & 3D Brachytherapy (HD)

[3] RINA TAURISIA, MD, Rapid Arc optimization & verfication, MRCCC Radiotherapy Workshop, 2012.

[4] Foto Dokumentasi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo

[5] https://www.elekta.com/, brochure - Elekta[6] Amarjit and Maththew K West, Commissioning

experience and quality assurance of helical tomotherapy machines, Journal of Medical Physics.

[7] Ganesh Narayanasamy, Daniel Saenz, Wilbert Cruz, Chul S. Ha, Niko Papanikolaou and Sotirios Stathakis, Commissioning an Elekta Versa HD Linier Accelerator. 2015.

[8] H.R. Vega Carrillo, L.H. PerezLanderos, Electroneutrons around a 12 MV LINAC

242