PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan...

165
KETERBACAAN TEKS CERITA CEKAK NGUNDHUH WOHING PAKARTI PADA SISWA SEKOLAH DASAR SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Nurul Khotimah NIM : 2102407190 Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Jurusan : Bahasa dan Sastra Jawa FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011

Transcript of PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan...

Page 1: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

KETERBACAAN TEKS CERITA CEKAK

NGUNDHUH WOHING PAKARTI

PADA SISWA SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Nama : Nurul Khotimah NIM : 2102407190 Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Jurusan : Bahasa dan Sastra Jawa

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011

Page 2: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

 

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul Keterbacaan Teks Cerita Cekak Ngundhuh Wohing

Pakarti pada Siswa sekolah Dasar telah disetujui oleh pembimbing untuk

diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi.

Semarang, Agustus 2011

Pembimbing I Pembimbing II

Yusro Edy Nugroho, S.S.,M.Hum. Drs. Agus Yuwono M.Si. NIP 196512251994021001 NIP 196812151993031003

Page 3: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

 

iii

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul Keterbacaan Teks Cerita Cekak Ngundhuh Wohing Pakarti pada Siswa Sekolah Dasar telah dipertahankan di hadapan panitia ujian skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.

Pada Hari : Jumat

Tanggal : 12 Agustus 2011

Panitia Ujian Skripsi:

Ketua Panitia Sekretaris

Drs. Januarius Mujianto, M.Hum Ermi Dyah Kurnia, S.S., M.Hum.

NIP 195312131983031002 NIP 197805022008012025

Penguji I

Dra. Endang Kurniati, M.Pd.

NIP 196111261990022001

Penguji II Penguji III

Drs. Agus Yuwono, M.Si. Yusro Edy Nugroho, S.S., M.Hum.

NIP 196812151993031003 NIP 196512251994021001

Page 4: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

 

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau

dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2011

Nurul Khotimah

Page 5: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

 

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

Dari semua kekurangan yang dimiliki manusia, Tuhan selalu melengkapi kita dengan kelebihan

Man jadda wa jadda

Saya tidak dapat memastikan bahwa perubahan akan memperbaharui sesuatu, tetapi saya dapat memastikan bahwa untuk menjadi lebih baik sesuatu harus berubah (George C. Linctenberg)

PERSEMBAHAN:

Karya kecil ini kupersembahkan untuk:

Kedua orang tuaku tercinta

“Bapak Paimin dan Ibu Siti Fatimah”

Adikku tersayang Yuli Lindawati

Seorang yang nanti menjadi pendamping hidupku

Sahabat dan teman-teman munthul bersaudara

Rekan-rekan Bahasa Jawa Unnes

Almamaterku

Page 6: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

 

vi

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan

karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan Teks Cerita Cekak

Ngundhuh Wohing Pakarti pada Siswa Sekolah Dasar dapat penulis selesaikan.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan dan bantuan yang

berarti dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Yusro Edy Nugroho, S.S.,M.Hum. sebagai pembimbing I dan Drs. Agus

Yuwono M.Si. sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan

serta pengarahan kepada penulis selama penulisan skripsi hingga dapat

terselesaikan dengan baik;

2. Dra. Endang Kurniati, M.Pd. selaku dosen penelaah yang telah memberikan

saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini;

3. Rektor Universitas Negeri Semarang selaku pimpinan Universitas Negeri

Semarang;

4. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah

memberi kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini;

5. Bapak dan Ibu dosen jurusan Bahasa dan Sastra Jawa yang telah

menanamkan ilmu sebagai bekal yang sangat bermanfaat bagi penulis;

Page 7: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

 

vii

6. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Paimin dan Ibu Siti Fatimah, yang selama

ini menjadi tempatku bernaung dalam susah maupun senang, terimakasih atas

lantunan doa yang senantiasa dipanjatkan;

7. Adikku tersayang Yuli Lindawati karena menjadi adik yang manis;

8. Kakak-kakakku tersayang mbak Hanis, mbak Kiki, dan mbak Ima yang selalu

menjadi kakak terbaik buatku.

9. Sahabatku Lily dan “munthul bersaudara” (Yudi, Iin, Faris, Aan, Adji, Inti,

Dian, Laspar, Tyas) yang selalu berbagi dalam setiap kebersamaan;

10. Teman-teman terbaikku kost “Griya Kusuma” (Ratih, Maya, Nunuk, Dyah)

yang selalu berbagi semangat dan dukungan;

11. Teman-teman seperjuangan PBSJ angkatan 2007;

12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari

sempurna. Penulis tidak menutup diri apabila ada kritik dan saran dari pembaca

demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca,

khususnya para pecinta pendidikan sastra.

Semarang, Agustus 2011

Penulis

Page 8: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

 

viii

ABSTRAK

Khotimah, Nurul. 2011. Keterbacaan Teks Cerita Cekak Ngundhuh Wohing Pakarti pada Siswa Sekolah Dasar. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Yusro Edy Nugroho, S.S., M.Hum., Pembimbing II: Drs. Agus Yuwono, M.Si.

Kata kunci: tingkat keterbacaan, teks

Buku bacaan yang berkualitas penting sekali dalam menunjang kegiatan pembelajaran. Salah satu kriteria buku bacaan yang berkualitas adalah jika keterbacaan buku tersebut sesuai dengan tingkat usia siswa. Teks yang terlalu mudah, akan menyebabkan siswa mudah bosan membacanya. Begitu sebaliknya teks yang terlalu sulit, akan berakibat pula pada kesulitan siswa memahami isi yang terkandung dalam teks. Mudah dan sulitnya suatu teks berpengaruh pada minat baca siswa. Mengingat minat baca siswa yang masih rendah, maka diperlukan bacaan yang sesuai dengan usia siswa. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya meningkatkan minat baca siswa demi tercapainya tujuan pendidikan. Untuk mengetahui suatu bacaan cocok atau tidak tingkat keterbacaannya dengan tingkatan siswa tertentu, maka diperlukan penelitian keterbacaan terhadap bacaan tersebut.

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat keterbacaan teks dan bagaimana pengembangan perbaikan teks yang tidak sesuai dalam buku Ngundhuh Wohing Pakarti? Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui keterbacaan teks buku bacaan dan mengetahui pengembangan perbaikan teks yang tidak sesuai dalam buku bacaan Ngundhuh Wohing Pakarti. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini diambil dari buku bacaan Ngundhuh Wohing Pakarti. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi dan teknik analisis data menggunakan teknik kualitatif. Pemaparan hasil analisis data disajikan secara formal dan informal.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 17 teks yang diukur keterbacaannya menggunakan grafik Raygor, sebanyak 11 teks atau setara dengan 64,7% teks dalam buku Ngundhuh Wohing Pakarti sesuai dengan tingkatan siswa sekolah dasar dengan perincian 8 teks masuk dalam tingkatan level kelas VI (enam), 2 wacana masuk pada tingkat kelas IV (empat) dan 1 wacana masuk pada tingkat kelas V (lima). Sisanya yakni 6 teks atau setara dengan 35,3% teks dalam buku Ngundhuh Wohing Pakarti tidak sesuai tingkatannya dengan siswa sekolah dasar. Teks-teks yang tidak sesuai tersebut

Page 9: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

 

ix

disesuaikan keterbacaannya agar sesuai dengan tingkatan siswa sekolah dasar. Perbaikan keterbacaan disesuaikan dengan tingkat keterbacaan terdekat. Teks-teks yang diperbaiki tersebut adalah Ngundhuh Wohing Pakarti, Cakra Manggilingan, Sapa Sembrana Bakal Cilaka, Aja Dumeh, Sapa Eling Bakal Beja, Beda Papan Beda Aturan.

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian bahwa buku Ngundhuh Wohing Pakarti sebaiknya digunakan pada tingkatan sekolah dasar terutama kelas VI. Adapun teks-teks yang tingkat keterbacaannya tidak sesuai dengan kelas tersebut, disesuaikan dengan kelas yang dimaksud. Saran bagi calon peneliti agar dapat melakukan penelitian mengenai buku bacaan lain atau buku pelajaran lain dilihat dari aspek yang berbeda.

Page 10: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

 

x

SARI

Khotimah, Nurul. 2011. Keterbacaan Teks Cerita Cekak Ngundhuh Wohing Pakarti pada Siswa Sekolah Dasar. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa. Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Yusro Edy Nugroho, S.S, M. Hum., Pembimbing II Drs. Agus Yuwono, M. Si.

Tembung Pangrunut: tingkat keterbacaan, teks

Buku wacan sing apik, wigati banget kanggo nunjang kegiatan pasinaonan. Salah sawijining kriteria buku wacan sing apik yaiku yen keterbacaan buku kasebut jumbuh karo umure siswa. Wacan sing gampang banget, ndadekake siswa cepet bosen anggone maca. Semana uga sewalike, wacan sing angel benget, bisa ndadekake siswa kengelan mengerteni isi sing dikandhut wacan mau. Gampang angele wacan ana gegayutane karo minat maca siswa. Ngelingi minat maca siswa sing isih kurang, mula diperlukake wacan sing trep kanggo umure siswa tertamtu. Mula prelu dianakake panaliten ngengingi keterbacaan teks.

Perkara kang dibabar ana ing panaliten iki yaiku kepriye tingkat keterbacaan teks lan kepriye ndandani teks kang kurang trep kang ana ing buku teks Ngundhuh Wohing Pakarti. Panaliten iki nduweni ancas kanggo mangerteni tingkat keterbacaan teks lan mangerteni pengembangan wacan kang didandani yaiku wacan kang ora trep kang ana ing buku wacan Ngundhuh Wohing Pakarti. Panaliten iki nggunakake pendekatan deskriptif kualitatif. Sumber data panaliten iki dijipuk saka buku wacan Ngundhuh wohing Pakarti. Data dikumpulake nganggo metode dokumentasi. Teknik analisis data nggunakake teknik kualitatif . Asil analisis data dibabar kanthi cara formal lan informal.

Asil panaliten nuduhake tingkat keterbacaan saka 17 teks kang ditaliti, 11 teks utawa pada karo 64,7% teks kang ana ing buku Ngundhuh Wohing Pakarti wis trep karo siswa sekolah dasar kanthi rincian 8 teks ana ing level kelas VI (enem), 2 teks ing kelas IV (papat) lan sisane sawacan ana ing kelas V (lima). 6 teks utawa 35,3% teks kang ora trep karo tingkat sekolah dasar dijumbuhake supaya trep karo siswa sekolah dasar. 6 wacan mau dijumbuhake karo level keterbacaan paling cedhak. Teks-teks kang dijumbuhake iku yaiku Ngundhuh Wohing Pakarti, Cakra Manggilingan, Sapa Sembrana Bakal Cilaka, Aja Dumeh, Sapa Eling Bakal Beja, Beda Papan Beda Aturan.

Adhedasar asil ing dhuwur mau, saran kang bisa diwenehake yaiku prayogane buku Ngundhuh wohing Pakarti luwih trep digunakake ing level kelas IV SD. Kanggo calon panaliti supaya bisa nerusake panaliten ngengingi buku wacan liya nganggo aspek kang beda.

Page 11: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

 

xi

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... ii

PENGESAHAN .................................................................................... iii

PERNYATAAN .................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHA ........................................................ v

PRAKATA ............................................................................................ vi

ABSTRAK ............................................................................................. viii

SARI ...................................................................................................... x

DAFTAR ISI ......................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 6

1.4 Manfaat penelitian ........................................................................ 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS ......... 8

2.1 Kajian Pustaka .............................................................................. 8

2.2 Landasan Teoretis ......................................................................... 10

2.2.1 Wacana ......................................................................................... 11

2.2.1.1 Pengertian Wacana ................................................................... 11

Page 12: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

 

xii

2.2.1.2 Jenis-jenis Wacana .................................................................... 12

2.2.2 Membaca ...................................................................................... 15

2.2.2.1 Pengertian Membaca .................................................................. 15

2.2.2.2 Tujuan Membaca ........................................................................ 18

2.2.3 Keterbacaan .................................................................................. 19

2.2.3.1 Pengertian Keterbacaan .............................................................. 19

2.2.3.2 Alat Ukur Keterbacaan ............................................................... 21

2.2.3.3 Grafik Raygor ............................................................................. 24

2.2.4 Bahan Ajar Membaca ................................................................... 27

2.2.4.1 Pengertian Bahan Ajar Membaca ............................................... 27

2.2.4.2 Prinsip Pengembangan Bahan Ajar ............................................ 28

2.2.4.3 Pemilihan Wacana Sebagai Bahan Ajar ..................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................... 31

3.1 Pendekatan Penelitian ................................................................... 31

3.2 Data dan Sumber Data ................................................................. 32

3.3 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 32

3.4 Instrumen Penelitian ..................................................................... 33

3.5 Teknik Analisis Data ................................................................... 35

3.6 Teknik Pemaparan Hasil Analisis Data ........................................ 35

BAB IV KETERBACAAN TEKS CERITA CEKAK

NGUNDHUH WOHING PAKARTI PADA SISWA

SEKOLAH DASAR .................................................................... 37

4.1 Tingkat Keterbacaan Teks ........................................................... 37

Page 13: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

 

xiii

4.1.1 Tingkat Keterbacaan Masing-masing Teks Dalam Buku Bacaan

Ngundhuh Wohing Pakarti ........................................................... 37

4.1.1.1 Teks Cerkak yang Sesuai Dengan Keterbacaan Siswa Sekolah

Dasar ............................................................................................. 38

4.1.1.2 Teks Cerkak yang Tidak Sesuai Dengan Keterbacaan Siswa

Sekolah Dasar ............................................................................... 44

4.2 Rata-rata Tingkat Keterbacaan Teks Buku Ngundhuh Wohing

Pakarti .......................................................................................... 47

4.3 Perbaikan Teks yang Tidak Sesuai................................................ 49

BAB V PENUTUP ................................................................................ 145

5.1 Simpulan ................................................................................... 145

5.2 Saran ............................................................................................. 146

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 147

Page 14: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

 

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 keterbacaan teks cerkak Sapa Jujur Bakal Mujur............................ 38

Tabel 4.2 keterbacaan teks cerkak Melik Nggendhong Lali............................. 39

Tabel 4.3 keterbacaan teks cerkak Nyolong Pethek......................................... 39

Tabel 4.4 keterbacaan teks cerkak Ngoyak Uceng Kelangan Dheleg.............. 40

Tabel 4.5 keterbacaan teks cerkak Rukun Agawe Santosa............................... 40

Tabel 4.6 keterbacaan teks cerkak Weweh Tanpa Kelangan............................ 41

Tabel 4.7 keterbacaan teks cerkak Ngguroni Weteng Tanpa Petung............... 41

Tabel 4.8 keterbacaan teks cerkak Becik Ketitik Ala Ketara............................ 42

Tabel 4.9 keterbacaan teks cerkak Tekek Mati Marga Ulane........................... 42

Tabel 4.10 keterbacaan teks cerkak Landheping Lidhah.................................. 43

Tabel 4.11 keterbacaan teks cerkak Nabok Nyilih Tangan.............................. 43

Tabel 4.12 keterbacaan teks cerkak Ngundhuh Wohing Pakarti...................... 44

Tabel 4.13 keterbacaan teks cerkak Cakra Manggilingan............................... 44

Tabel 4.14 keterbacaan teks cerkak Sapa Sembarana Bakal Cilaka................ 45

Tabel 4.15 keterbacaan teks cerkak Aja Dumeh............................................... 45

Tabel 4.16 keterbacaan teks cerkak Sapa Eling Bakal Bekja........................... 46

Tabel 4.17 keterbacaan teks cerkak Beda Papan Beda Aturan........................ 47

Page 15: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

 

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyebaran informasi melalui media cetak dewasa ini makin

mendapat perhatian, baik dari kalangan masyarakat intelektual maupun dari

kalangaan masyarakat biasa. Kemampuan memperoleh informasi melalui

media cetak semakin penting karena media cetak adalah salah satu sarana

yang berperan aktif dalam penyebaran informasi tesebut. Melalui media

cetak, masyarakat akan mendapatkan pengetahuan dan informasi yang sedang

berkembang sehingga secara tidak langsung media cetak turut berperan dalam

memajukan masyarakat dalam hal ilmu pengetahuan.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi

atau pesan melalui media tulis atau cetak adalah sejauh mana pesan itu dapat

ditangkap, dimengerti, dan dipahami oleh pembaca. Hal itu perlu karena

pesan yang penting dan bermanfaat akan menjadi sia-sia kalau penerima

pesan atau pembaca tidak dapat menangkap apa isi pesan tersebut. Mengingat

ternyata separuh hidup manusia digunakan untuk membaca, apalagi jika

seseorang berada dalam lingkungan pendidikan, minat dan kegemaran

membaca diperlukan dalam membangun masyarakat sekolah khususnya

siswa.

Di lingkungan sekolah khususnya dalam proses pembelajaran, buku

merupakan sarana yang penting dalam upaya mencerdaskan bangsa. Guru,

pemerintah, dan semua pihak yang terkait dalam bidang pendidikan berusaha

Page 16: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

2  

untuk bisa memenuhi kebutuhan siswa akan adanya buku pendamping dalam

proses belajar. Buku teks maupun buku bacaan lainnya seperti majalah,

pamflet, ataupun buku bacaan seperti cerkak, puisi, ataupun novel sebagai

salah satu sarana yang diberikan oleh guru untuk menambah pengetahuan

siswa. Informasi dalam buku dapat dibaca berulang kali, direnungkan,

dibedah, dan didiskusikan. Untuk meningkatkan fungsi buku sebagai sumber

informasi, pesan yang disampaikan melalui buku perlu dirancang, disusun

dan disajikan dalam bentuk yang tidak saja menarik secara visual tetapi juga

mudah dimengerti sehingga akan menumbuhkan minat dan kegemaran

membaca. Salah satu hambatan dalam menumbuhkembangkan minat dan

kegemaran membaca ialah keterbacaan bahan bacaan. Kesulitan memahami

bacaan memperlemah dan kadang-kadang mematikan motivasi membaca.

Antara minat baca dan keterbacaan wacana terdapat hubungan timbal

balik. Ketiadaan minat baca menyebabkan keengganan membaca bagi

pembaca. Salah satu faktor yang menyebabkan keengganan membaca itu

adalah faktor keterbacaan wacana. Apabila sebuah wacana memiliki tingkat

keterbacaan yang tinggi maka wacana tersebut mudah dipahami oleh

pembaca. Sebaliknya, semakin rendah tingkat keterbacaan sebuah wacana,

semakin sulit pula dipahami oleh pembacanya. Tinggi rendahnya tingkat

keterbacaan sebuah wacana berpengaruh terhadap minat baca pembacanya.

Untuk pengajaran membaca, persoalan penyediaan bahan ajar

membaca tidaklah terikat oleh ketentuan buku paket atau buku teks tertentu.

Dalam kenyataan yang sesungguhnya dalam kehidupan di lingkungan

Page 17: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

3  

sekolah, keragaman bahan bacaan untuk konsumsi baca ini terasa sangat

kental. Bahan bacaan tersebut dapat berupa buku teks, buku ilmiah, surat

kabar, majalah, pamplet-pamplet, dan lain-lain. Kesemua bahan bacaan

tersebut berpeluang untuk dijadikan bahan ajar membaca atau mungkin untuk

tugas membaca. Masalahnya, apakah semua bahan bacaan yang tersedia serta

mudah didapat tersebut layak untuk konsumsi baca siswa kita? Bagaimana

kita dapat menentukan kriteria kelayakan dimaksud? Seberapa jauh peran

guru dalam memilihkan bahan bacaan yang layak baca untuk para siswanya?

Guru-guru dipandang perlu untuk memiliki kemahiran dalam

memperkirakan tingkat kesulitan materi, sebab bagaimanapun salah satu

faktor pendukung keberhasilan belajar anak adalah tersedianya sumber ilmu

yang dapat diperoleh dan dicerna anak dengan mudah.

Buku memegang peranan penting dalam lingkungan belajar siswa.

Banyak hal yang dapat dipelajari dari buku. Bahkan dapat dikatakan bahwa

hampir semua segi kehidupan siswa direkam didalam buku.

Wagiran (2006) menemukan bahwa “buku adalah guru yang baik

tanpa harus bertatap muka”, “buku adalah guru yang tak pernah jemu”. “buku

adalah jendela dunia”, dan “buku menjadi sasaran pokok untuk menyimpan

dan menyebarluaskan khasanah ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, dan

seni”. Semboyan-semboyan tersebut menunjukkan bahwa betapa pentingnya

buku sebagai sarana belajar.

Untuk mendapatkan informasi dari suatu buku, tidak ada cara lain

selain dengan membaca isinya. Membaca merupakan salah satu keterampilan

Page 18: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

4  

berbahasa, disamping keterampilan berbahasa lainnya, yaitu menulis,

berbicara, dan mendengarkan. Keterampilan membaca ini lebih sering

digunakan setelah seseorang mengenal huruf (fonem) dan kata. Selain untuk

menggali informasi, kegiatan membaca juga dimaksudkan untuk

mendapatkan hiburan.

Akan tetapi, pada kenyataannya, kebiasaan membaca siswa masih

rendah. Rendahnya kebiasaan membaca siswa, bukan disebabkan masih

rendahnya kesejahteraan, tetapi karena minat bacanya yang masih rendah.

Salah satu penyebab rendahnya minat baca dalam kegiatan membaca adalah

sulitnya suatu bacaan untuk dipahami. Hal ini dapat disebabkan oleh jenis

bacaan yang tidak sesuai dengan tingkat pendidikan seseorang misalnya

bacaan untuk anak-anak, remaja, dan dewasa. Terlebih lagi jika yang

merasakan adalah seorang pelajar yang dapat mengganggu kepemahaman

tentang materi suatu buku pelajaran ataupun buku bacaan.

Salah satu standar kualitas buku adalah tingkat keterbacaan suatu

wacana teks. Tingkat keterbacaan ini sangat berpengaruh pada kepemahaman

siswa terhadap isi wacana yang merupakan penjabaran dari materi. Sama

halnya dengan psikologi perkembangan dalam dunia pendidikan, tingkat

keterbacaan suatu wacana teks akan berbanding lurus dengan kepemahaman

siswa terhadap isi wacana teks tersebut. Artinya tingkat keterbacaan teks

wacana tersebut harus sesuai dengan perkembangan siswa, tidak mengurangi

tuntutan perkembangannya maupun melebihi tuntutan perkembangannya

(Hariyadi 2003).

Page 19: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

5  

Pada dasarnya, tingkat keterbacaan merupakan deskripsi pesan yang

disajikan dengan menarik, mudah, jelas, tepat sasaran, tidak menimbulkan

makna ganda dan lazim dalam komunikasi lisan atau tulis. Maksudnya teks

bacaan yang mengandung informasi atau pesan tersebut harus disajikan

secara komunikatif dan tidak menimbulkan makna ganda.

Oleh karena itu, tingkat keterbacaan bahasa perlu disesuaikan dengan

tingkat keterbacaan menurut objek yang menggunakan bacaan tersebut dalam

hal ini peserta didik. Tingkat keterbacaan bahasa atau teks dapat dilihat dari

panjang kalimat, panjang kata, dan diksi (kelaziman sesuai dengan

perkembangan bahasa peserta didik) perlu sesuai dengan jenjang pendidikan

dan usia peserta didik pada umumnya. Standar kesesuaian diukur dengan

instrumen baik grafik Raygor maupun grafik Fry. (Sibi, www.Sibi.or.id).

Sama halnya dalam penelitian ini, grafik Raygor digunakan untuk

mengukur tingkat keterbacaan teks. Teks yang akan diteliti adalah teks

wacana kumpulan cerkak yang berisi 17 cerkak yang termuat dalam buku

bacaan berjudul Ngundhuh Wohing Pakarti untuk siswa sekolah dasar. Aspek

yang akan dikaji adalah tingkat keterbacaan teks dan penyesuaiannya sesuai

dengan tingkatan kelas siswa berdasarkan grafik Raygor, sehingga akan

diketahui kesesuain keterbacaan buku dengan siswa tingkat kelas tertentu.

Sebelumnya telah dilakukan pengamatan terhadap penelitian-

penelitian terdahulu. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa masih ada

wacana yang tingkat keterbacaannya belum sesuai dengan jenjang pendidikan

siswa. Hal ini akan menimbulkan kebosanan maupun kesulitan terhadap

Page 20: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

6  

siswa dalam memahami isi atau materi buku tersebut. Maka dari itu, tingkat

keterbacaan teks wacana perlu disesuaikan.

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini terbatas pada tingkat

keterbacaan wacana dan penyesuaiannya dengan jenjang atau tingkatan kelas

siswa. Oleh karena itu, judul dari penelitian ini adalah “Keterbacaan Teks

Cerkak Ngundhuh Wohing Pakarti pada Siswa Sekolah Dasar”.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalahnya adalah

sebagai berikut.

1) Bagaimana tingkat keterbacaan teks cerkak Ngundhuh Wohing Pakarti

pada tingkatan siswa sekolah dasar berdasarkan Grafik Raygor?

2) Bagaimana perbaikan teks cerkak Ngundhuh Wohing Pakarti sebagai

bahan ajar agar sesuai dengan tingkat siswa sekolah dasar?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Untuk mendeskripsikan tingkat keterbacaan wacana berbentuk prosa pada

teks cerita cekak Ngundhuh Wohing Pakarti berdasarkan garafik Raygor.

2) Untuk mengetahui perbaikan teks cerkak agar sesuai sebagai bahan ajar

siswa sekolah dasar dengan cara memperbaiki teks yang kurang sesuai

agar menjadi sesuai.

Page 21: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

7  

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1) Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah untuk menambah

pengetahuan tentang tingkat keterbacaan wacana proses dalam buku

teks cerita cekak Ngundhuh Wohing Pakarti pada tingkatan siswa

sekolah dasar.

2) Manfaat Praktis

Bagi guru sebagai bahan pertimbangan ataupun bahan rujukan

bagi para tenaga pengajar dalam menentukan bahan atau buku ajar

agar sesuai dengan tingkat keterbacaan siswa sehingga ilmu atau

pengetahuan yang diberikan dapat terserap dengan baik.

Bagi penulis untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang

tingkat keterbacaan teks.

Bagi penerbit adalah sebagai bahan pertimbangan untuk memilih

dan menentukan wacana prosa yang sejenis yang nantinya disesuaikan

dengan keterbacaan pada tingkatan jenjang sekolah untuk terbitan

selanjutnya.

Page 22: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

 

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian mengenai tingkat keterbacaan buku teks menunjukkan hasil

yang berbeda-beda. Penelitian-penelitian tersebut dapat dijadikan rujukan

penelitian yang akan peneliti lakukan. Penelitian yang berkaitan dengan tingkat

keterbacaan buku diantaranya adalah penelitian yang dilakukan (1) Larasati

(2008); (2) Nofianti (2009); (3) Dewi (2010). Hasil penelitian yang sudah

dilakukan akan dijabarkan sebagai berikut.

Larasati (2008) melakukan penelitian yang berjudul Penyesuaian Tingkat

Keterbacaan Berdasarkan Grafik Fry Terhadap Teks Bacaan Buku Bahasa dan

Sastra Indonesia SMP Terbitan Erlangga. Dalam penelitian tersebut

dikemukakan bahwa tingkat keterbacaan teks-teks bacaan buku bahasa dan sastra

Indonesia SMP terbitan Erlangga tersebut masih ada yang belum sesuai dengan

tingkatan kelas atau pendidikan siswa yang mempergunakan. Ada teks bacaan

yang memiliki tingkat keterbacaan yang lebih tinggi daripada tingkat kelas yang

bersangkutan. Akan tetapi ada pula teks bacaan yang memiliki tingkat keterbacaan

yang lebih rendah daripada tingkatan kelas.

Antara penelitian yang dilakukan oleh Larasati (2008) dengan penelitian

ini terdapat perbedaan dan persamaan. Perbedaan tersebut terletak pada populasi

dan sampel serta instrumen penelitian. Pada penelitian Larasati (2008)

menggunakan sampel berupa teks wacana bahasa dan sastra Indonesia kelas VII,

Page 23: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

9  

VIII, dan IX SMP terbitan Erlangga sebanyak 3 jilid (buku), selain itu instrumen

yang digunakan dalam penelitian larasati (2008) adalah grafik Fry sedangkan

dalam penelitian ini menggunakan Grafik Raygor sebagai instrumennya.

Sementara itu persamaan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat

keterbacaan teks wacana.

Penelitian keterbacaan wacana berbahasa Jawa dengan grafik Fry oleh

Nofiyanti (2009) dengan judul Kualitas Buku Pelajaran Trampil Basa Jawi Kelas

X terbitan Aneka Ilmu ( Kajian Keterbacaan dan Kosakata Sulit dalam wacana)

menunjukkan bahwa tingkat keterbacaan wacana buku pelajaran Trampil Basa

Jawa kelas X terbitan Aneka Ilmu kurang sesuai untuk tingkat usia siswa kelas X .

Hal ini dapat dilihat dari hasil pengukuran dengan Grafik Fry yang mencapai

55%.

Penelitian yang dilakukan Nofiyanti (2009) memiliki perbedaan dengan

penelitian ini. Dalam hal formula keterbacaan yang digunakan, penelitian

Nofiyanti (2009) menggunakan Grafik Fry. Selain formula keterbacaan juga

wacana yang diteliti. Nofiyanti (2009) berupa wacana bahasa Jawa pada buku teks

Trampil Basa jawi Kelas X Terbitan Erlangga sedangkan penelitian ini

menggunakan wacana teks kumpulan cerkak Ngundhuh Wohing Pakarti untuk

siswa tingkat usia sekolah dasar. Persamaan penelitian ini dengan penelitian

Nofiyanti adalah wacana yang diteliti sama-sama berbahasa Jawa.

Penelitian terbaru dilakukan oleh Dewi (2010) yang menganalisis tingkat

keterbacaan wacana dalam penelitian yang berjudul Tingkat Kekomunikatifan

Wacana Pada Buku Teks Aruming Basa Jawi 1 Kelas VII Di SMP Negeri 3

Page 24: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

10  

Purworejo Klampok. Dewi (2010) mengemukakan bahwa tingkat keterbacaan

buku teks Aruming Basa Jawi 1 kelas VII di SMP Negeri 3 Purworejo

berdasarkan grafik Raygor memiliki tingkat keterbacaan hanya 30% . Tingkat

keterbacaan wacana pada buku teks dapat dikategorikan wacana yang tidak sesuai

untuk siswa kelas VII. Secara keseluruhan kekomunikatifan wacana dalam buku

teks mencapai 52,31%.

Perbedaan penelitian Dewi (2010) dengan penelitian ini adalah terletak

pada objek kajian. Pada penelitian Dewi (2010) mengkaji tingkat keterbacaan

wacana pada buku teks Aruming Basa Jawa 1 kelas VII di SMP Negeri 3

Purworejo sedangkan objek kajian pada penelitian ini adalah wacana cerita cekak

Ngundhuh Wohing Pakarti pada tingkat sekolah dasar. Adapun persamaan

penelitian Dewi (2010) dengan penelitian ini adalah sama-sama mengukur tingkat

keterbacaan teks wacana dengan menggunakan grafik Raygor.

2.2 Landasan Teoretis

Teori yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu teori wacana,

teori membaca, teori keterbacaan, dan teori bahan ajar membaca. Teori wacana

akan dijelaskan tentang pengertian wacana dan jenis-jenis wacana. Teori

membaca akan dijelaskan pengertian membaca dan tujuan membaca sedangkan

dalam teori keterbacaan akan dijelaskan tentang pengertian keterbacaan, alat ukur

keterbacaan dan grafik Raygor. Teori untuk bahan ajar membaca akan dijelaskan

tentang pengertian bahan ajar membaca, prinsip pengembangan bahan ajar

Page 25: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

11  

membaca dan pemilihan wacana sebagai bahan ajar membaca. Tiap-tiap teori

tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

2.2.1 Wacana

Uraian ini akan dijelaskan tentang pengertian wacana dan jenis-jenis

wacana yang masing-masing akan diuraikan sebagai berikut.

2.2.1.1 Pengertian wacana

Istilah wacana berasal dari bahasa Sansekerta wac/wak/vak, artinya

‘berkata’, ‘berucap’, (Douglas dalam Mulyana 2005:3). Kata tersebut mengalami

perubahan menjadi wacana. Bentuk ana yang muncul dibelakang adalah sufiks

(akhiran), yang bermakna ‘membendakan’ (nominalisasi ). Jadi, kata wacana

dapat diartikan sebagai ‘perkataan’ atau ‘tuturan’.

Moeliono (dalam Mulyana 2005:5) mengatakan bahwa wacana adalah

rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu

dengan lainnya dalam kesatuan makna. Wacana dapat direalisasikan dalam bentuk

kata, kalimat, paragraf, atau karangan utuh (buku), yang membawa amanat

lengkap (Harimurti Kridalaksana, 1984:208).

Senada dengan pendapat di atas, Tarigan (dalam Mulyana:6)

mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang yang paling lengkap,

lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik,

mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan

secara lisan atau tertulis .

Page 26: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

12  

Sama halnya dengan Tarigan, Sumarlam (2008:15) mendefinisikan

wacana adalah sebagai satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan

seperti pidato, ceramah, khotbah, dan dialog, atau secara tertulis seperti cerpen,

novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lainnya (dari

segi bentuk) bersifat kohesif, saling terkait dan dari struktur batinnya (dari segi

makna) bersifat koheren, terpadu.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pengertian atau batasan wacana adalah Satuan bahasa terlengkap baik lisan

ataupun tertulis yang saling terkait dan memiliki makna dan struktur yang jelas

serta memiliki amanat yang jelas pula.

2.2.1.2 Jenis-Jenis Wacana

Wacana dapat diklasifikasikan menjadi berbagai jenis. Menurut Sumarlam

(2008) wacana diklasifikasikan menjadi empat macam. Pengklasifikasian tersebut

didasarkan pada bahasa yang dipakai, berdasarkan media, berdasarkan bentuk,

dan berdasarkan cara pemaparannya. Sejalan dengan pendapat Sumarlam,

Mulyana (2005) mengklasifikasikan jenis-jenis wacana kedalam enam kategori.

Pengklasifikasian tersebut didasarkan pada bentuk, media penyampaian, jumlah

penutur, sifat, isi, dan berdasarkan gaya dan tujuan. Tiap-tiap klasifikasi akan

diuraikan berikut ini.

Berdasarkan bahasa yang dipakai sebagai sarana untuk mengungkapkannya,

wacana dapat diklasifikasikan menjadi:

a. wacana bahasa nasional (Indonesia)

Page 27: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

13  

b. wacana bahasa lokal atau daerah (bahasa Jawa, Bali, Sunda, Madura, dan

sebagainya)

c. wacana bahasa internasional (Inggris)

d. wacana bahasa lainnya, seperti bahasa Belanda, Jerman, Perancis, dan

sebagainnya.

Berdasarkan media yang digunakan wacana dapat dibedakan menjadi

wacana tulis dan wacana lisan. Wacana tulis adalah wacana yang disampaikan

dengan bahasa tulis atau dengan melalui media tulis. Untuk dapat menerima atau

memahami wacana tulis maka sang penerima harus membacanya. Wacana lisan

berarti wacana yang disampaikan dengan bahasa lisan atau media lisan. Untuk

dapat memahami wacana lisan maka ang penerima harus menyimak atau

mendengarkannya.

Berdasarkan bentuknnya Sumarlam (2008:17) wacana dapat

diklasifikasikan menjadi tiga yakni wacana prosa, puisi, dan drama. Wacana prosa

yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa (Jawa: gancaran). Contoh

wacana yang berbentuk prosa adalah novel, cerita pendek (cerpen), cerita

bersambung (cerbung), artikel, dll. Wacana puisi merupakan jenis wacana yang

dituturkan atau disampaikan dalam bentuk puisi. Wacana drama adalah jenis

wacana yang disampikan dalam bentuk drama. Pola yang digunakan biasanya

berbentuk percakapan atau dialog. Dalam bukunya Mulyana (2005) wacana prosa,

puisi, dan drama masuk dalam contoh wacana fiksi. Wacana fiksi sendiri

merupakan penjabarkan wacana berdasarkan sifat. Selain wacana fiksi juga ada

wacana non fiksi. Wacana nonfiksi disebut juga wacana ilmiah. Jenis wacana ini

Page 28: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

14  

disampaikan dengan pola dan cara-cara ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya. Beberapa contoh wacana nonfiksi, antara lain adalah laporan

penelitian, buku materi perkuliahan, dan sebagainya.

Berdasarkan cara pemaparannya, wacana diklasifikasikan menjadi lima

macam, yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

Wacana narasi wacana narasi adalah wacana yang banyak dipergunakan

untuk menceritakan suatu kisah. Wacana narasi ini berorientasi pada pelaku dan

seluruh bagiannya diikat secara kronologis. Jenis wacana narasi pada umumnya

terdapat pada berbagai fiksi.

Wacana deskripsi yaitu wacana yang bertujuan melukiskan,

menggambarkan sesuatu menurut apa adanya. Sedangkan wacana eksposisi yaitu

wacana yang tidak mementingkan waktu dan pelaku. Wacana ini berorientasi pada

pokok pembicaraan, dan bagian-bagiannya diikat secara logis.

Wacana argumentasi adalah wacana yang berisi ide atau gagasan yang

dilengkapi dengan data-data sebagi bukti, dan bertujuan meyakinkan pembaca

akan kebenaran ide atau gagasannya. Dan wacana yang terakhir adalah wacana

persuasi yaitu wacana yang isinya bersifat ajakan atau nasihat, biasanya ringkas

dan menarik serta bertujuan untuk mempengaruhi secara kuat pada pembaca atau

pendengar agar melakukan nasihat atau ajakan tersebut.

Berdasarkan jumlah penuturnya, wacana dapat dikelompokkan menjadi

dua, yaitu wacana monolog dan wacana dialog. Wacana monolog adalah jenis

wacana yang dituturkan oleh satu orang. Beberapa bentuk wacana monolog antara

lain pidato, pembacaan puisi, khotbah Jumat, pembacaan berita, dan sebagainya.

Page 29: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

15  

Wacana dialog adalah jenis wacana yang dituturkan oleh dua orang atau lebih.

Bentuk dari wacana dialog ini diantaranya adalah dialog skenario, dialog

kethoprak, lawakan, dan sebagainya.

Berdasarkan isinya, wacana dapat dipilahmenjadi: wacana politik, wacana

sosial, wacana ekonomi, wacana budaya, wacana militer,wacana hukum, dan

wacana kriminalitas. Berdasarkan gaya dan tujuan, wacana hanya digolongkan ke

dalam satu macam yakni wacana iklan.

Dalam penelitian ini, kumpulan cerita cekak Ngundhuh Wohing Pakarti

termasuk ke dalam jenis wacana prosa tulis jika dilihat berdasarkan bentuknya.

Berdasarkan cara pemaparannya termasuk kedalam wacana narasi.

2.2.2 Membaca

Pada sub bab ini akan diuraikan tentang pengertian membaca dan tujuan

membaca yang masing-masing akan dijelaskan berikut ini.

2.2.2.1 Pengertian Membaca

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa, di samping

keterampilan menyimak, berbicara, dan menulis. Keempat keterampilan ini

merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dawson (dalam Tarigan

2008:1) menyatakan bahwa keterampilan ini merupakan keterampilan catur

tunggal, artinya empat tetapi satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

Hodgson (dalam Tarigan 2008:7) menyatakan bahwa membaca adalah

suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh

Page 30: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

16  

pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa

tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakkan suatu

kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara

individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat

dan yang tersirat tidak akan terungkap atau dipahami, dan proses membaca itu

tidak terlaksana dengan baik.

Sementara itu Nababan (1993:94) menyatakan bahwa membaca adalah

suatu aktifitas yang rumit dan kompleks karena bergantung pada ketrampilan

berbahasa pelajar, dan pada tingkat penalarannya. Membaca merupakan kegiatan

memaknai lambang-lambang bunyi atau lambang ortografis tertulis dalam

kegiatan berbahasa. Pemaknaan ini akan dapat diwujudkan jika seseorang terlebih

dahulu memahami fonologis dari lambang tersebut dan memahami makna

morfologis dalam kaitan untaian kata pada suatu tata kalimat.

Mendukung pendapat-pendapat di atas, Tarigan (2008:8) menambahkan

bahwa membaca pun dapat diartikan sebagai suatu metode yang kita pergunakan

untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain

yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada ambang-

lambang tertulis. Membaca merupakan suatu proses untuk memahami yang

tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata

yang tertulis.

Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa membaca

adalah merupakan suatu ketrampilan berbahasa dimana di dalamnya terdapat

Page 31: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

17  

proses memahami pesan yang disampaikan penulis melalui media tulis atau

tulisan sehingga pesan yang tersurat dan yang tersirat akan dapat dipahami.

Secara hierarkis keterampilan membaca dimiliki seseorang bertolak dari

keterampilan dasar lain, yaitu menyimak dan berbicara. Keterampilan membaca

dibangun oleh kerangka pemahaman aspek kebahasaan yang diperolehnya dari

aktivitas menyimak yang dilakukan. Kadar kemampuan ini dibangun pula oleh

aktivitasnya dalam berbicara, sehingga fondasi awal tersebut bertemali secara erat

dalam membentuk keterampilan membaca seseorang. Namun demikian, terdapat

aspek yang sangat dominan dalam menentukan keterampilan membaca seseorang,

yaitu pembelajaran memaknai lambang-lambang. Seseorang yang tidak

mengalami pembelajaran memaknai lambang-lambang akan bertumpu pada

kemampuan menyimak dan berbicara, sebagai bagian dari pemerolehan bahasa.

Seseorang memiliki kemampuan membaca sangat beragam. Kemampuan

tersebut bergantung pada pemahaman aspek kebahasaan dan ditentukan pula oleh

usia pendidikan, aktivitas, pengalaman, dan motivasi dalam melakukan kegiatan

membaca. Dalam pandangan ini maka membaca merupakan interaksi antara

kemampuan membaca seseorang dengan bacaan. Bacaan akan memantulkan

makna dan pembaca akan memaknai bacaan atas dasar latar belakang pembaca

yang dipengaruhi oleh aspek-aspek yang berhubungan dengan pembaca.

Pembaca akan memaknai bacaan sesuai dengan pemahaman kata dan

maknanya atau bergantung pada pengenalan kosakata (word recognition) yang

dimilikinya. Dengan demikian, pembaca akan melakukan pengenalan kosakata

(word recognition) pada saat melakukan kegiatan membaca yang dipengaruhi

Page 32: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

18  

oleh latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang dimilikinya. Oleh

karena itu, dalam kegiatan membaca seseorang bukan hanya harus memiliki

kapasitas mengerti makna konseptual dari tulisan atau lambang bunyi, melainkan

harus memiliki pula kemampuan berpartisipasi aktif secara penuh dalam

menerapkan pemahaman sosial dan intelektual yang merupakan background

knowledge seseorang. Suherli

(http://argumenapbi.blogspot.com/2009/02/pembelajaran‐membaca‐berbasis‐

teks.html).

Bacaan merupakan hasil berpikir seseorang dalam berkomunikasi yang

dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Suatu bacaan secara kasat mata merupakan

suatu kumpulan penggunaan kata, proses dekoding fonem-grafem, dan

penggunaan unsur sintaksis. Bacaan selalu mengusung pesan hasil berpikir

seseorang untuk dikomunikasikan kepada pembaca. Ketika pembaca memberikan

pemaknaan terhadap lambang fonem-grafem berdasarkan word recognition dan

background knowledge maka pemaknaan tersebut akan ditentukan pula oleh

keadaan bacaan tersebut.

2.2.2.2 Tujuan Membaca

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh

informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan (Tarigan 2008: 9).Sementara

Nababan (1993:64) mengemukakan bahwa tujuan membaca adalah adalah sebagai

berikut.

Page 33: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

19  

1. Untuk mengerti atau memahami isi/pesan yang terkandung dalam suatu

bacaan seefisien mungkin.

2. Untuk mencari informasi yang:

a. kognitif dan intelektual, yakni yang digunakan seseorang untuk

menambah keilmiahannya sendiri;

b. referensial dan faktual, yakni yang digunakan seseorang untuk

mengetahui fakta-fakta yang nyata di dunia ini; dan

c. afektif dan emosional, yakni yang digunakan seseorang untuk mencari

kenikmatan dalam membaca.

2.2.3 Keterbacaan

Setiap teks bacaan tentu memiliki tingkat keterbacaan yang menunjukkan

pada tingkatan kelas tertentu. Tingkat keterbacaan inilah yang menentukan

keterbacaan bagi para pembaca terhadap teks yang dibacanya.

2.2.3.1 Pengertian Keterbacaan

Keterbacaan merupakan alih bahasa dari readibility. Bentuk readibility

merupakan kata turunan yang dibentuk dari kata dasar readable yang artinya

dapat dibaca atau terbaca.

Keterbacaan (readability) merupakan ukuran tentang sesuai tidaknya suatu

bacaan bagi pembaca tertentu dilihat dari segi tingkat kesulitan atau kemudahan

teks wacananya (Hardjasujana 1997:106).

Page 34: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

20  

Mendukung dari pendapat di atas, Siahaan (1987:64) mendefinisikan

keterbacaan sebagai tingkat kualitas bahan bacaan yang memungkinkan bahan

tersebut dapat dipahami oleh pembaca pada tingkat atau usia tertentu.

Ada beberapa formula keterbacaan yang lazim digunakan untuk

memperkirakan tingkat kesulitan sebuah teks wacana. Formula-formula

keterbacaan yang terdahulu, memang bersifat kompleks dan menuntut

pemakainya untuk memiliki kecermatan menghitung berbagai variable.

Penelitian-penelitian terdahulu membuktikan bahwa ada dua faktor yang

berpengaruh terhadap keterbacaan, yakni panjang-pendek kalimat dan tingkat

kesulitan kata.

Deskripsi yang lain tentang tingkat keterbacaan teks wacana, yakni pesan

yang disajikan dengan menarik, mudah, jelas, tepat sasaran, tidak menimbulkan

makna ganda dan lazim dalam komunikasi lisan atau tulis (Sibi 2008). Informasi

atau pesan yang terdapat dalam teks wacana tersebut harus jelas dengan

menggunakan bahasa yang komunikatif.

Faktor tingkat keterbacaan yakni tingkat mudah-sulitnya bacaan bagi

peringkat pembaca tertentu yang mempengaruhi kecepatan baca seseorang

(Geocities 2011). Semakin tinggi tingkat keterbacaan teks wacana, maka

kecepatan membaca seseorang akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan oleh

tingkat kesulitan teks wacana yang berdampak pada cepat lambatnya

kepemahaman seseorang tentang isi teks tersebut.

Selain itu antara minat baca dan keterbacaan wacana terdapat hubungan

timbal-balik. Keterbacaan wacana yang tinggi relatif lebih mudah dibaca.

Page 35: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

21  

Sebaliknya, teks wacana yang memiliki tingkat keterbacaan yang rendah relatif

sulit dibaca.

Williams (dalam Geocities 2011), mengemukakan bahwa materi bacaan

yang disuguhkan dengan bahasa yang sulit menyebabkan bacaan itu sulit

dipahami dan mengakibatkan frustasi bagi pembacanya. Hal ini akan menurunkan

minat baca, yang pada akhirnya akan menyebabkan keengganan membaca pada

pembacanya.

Tingkat keterbacaan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk peringkat

kelas. Dengan melakukan pengukuran keterbacaan sebuah wacana, maka akan

dapat mengetahui kesesuaian materi bacaan tersebut dengan peringkat kelas

tertentu, misalnya peringkat enam, peringkat empat, peringkat sepuluh, dan lain-

lain (Hardjasujana 1997:107).

Dari uraian di atas, dapat diambil simpulan bahwa tingkat keterbacaan

suatu teks bacaan sangat berpengaruh pada kepemahaman pembaca. Maka dari

itu, tingkat kesulitan sebuah teks atau wacana harus disesuaikan dengan tingkat

pembacanya.

2.2.3.2 Alat Ukur Keterbacaan

Kesulitan baca sebuah teks dapat diukur menggunakan alat yang disebut

Readable Formula. Gray dan Leary dalam Indiatmoko (1997:9) mengidentifikasi

adanya 298 faktor yang mempengaruhi keterbacaan, 20 faktor diantaranta sangat

signifikan. Penelitian yang terakhir menunjukkan bahwa ada faktor utama yang

berpengaruh terhadap keterbacaan, yaitu (1) panjang kalimat dan (2) kesulitan

Page 36: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

22  

kata. Pada umumnya semakin panjang suatu kalimat dan kata, semakin sulit bahan

bacaan tersebut. Sebaliknya semakin pendek kalimat dan kata, bacaan tersebut

semakin mudah. Bacaan yang sesuai dengan tingkatan siswa akan memberikan

semangat dan minat baca siswa. Sedangkan bacaan yang terlalu sulit akan

menurunkan minat baca siswa.

Menurut Hardjasujana dalam Indiatmoko (1997:10), ada keterbatasan

pemakaian pada rumus-rumus keterbacaan. Keterbatasan pertama adalah rumus-

rumus tersebut tidak memperhatikan konsep-konsep yang dikandung teks. Kedua,

rumus-rumus keterbacaan tidak memperhatiakan slank, satir, dan makna ganda,

serta minat pembaca. Hal tersebut menyebabkan formula keterbacaan tidak dapat

digunakan untuk menghitung tingkat keterbacaan puisi yang struktur kalimatnya

berbeda dengan kalimat-kalimat pada buku teks atau novel.

Dewasa ini formula-formula keterbacaan yang digunakan untuk mengukur

tingkat keterbacaan berdasar pada panjang pendeknya kalimat dan kesulitan kata.

Pada umumnya, semakin panjang kalimat dan semakin panjang kata-kata maka

bahan bacaan yang dimaksud semakin sulit. Begitu pula sebaliknya, semakin

pendek kalimat dan kata-kata maka wacana yang dimaksud tergolong wacana

mudah. Dua faktor tersebut merupakan hasil penelitian terakhir para ahli yang

meneliti faktor yang berpengaruh terhadap keterbacaan suatu wacana.

Formula-formula keterbacaan yang mengacu pada kedua faktor tersebut

diantaranya: formula keterbacaan yang dibuat Space, Dale dan Chall, Fry, dan

Raygor. Formula keterbacaan dari Spache biasa digunakan untuk mengukur

wacana di kelas-kelas rendah. Formula tersebut dibuat pada tahun 1953. Formula

Page 37: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

23  

ini sudah diuji keabsahan dan keterpercayaannya untuk memperkirakan tingkat

keterbacaan wacana melalui berbagai pengkajian. Namun, formula ini cukup

kompleks dan memerlukan banyak waktu dalam penggunaannya.

Pada tahun 1947, Dale dan Chall memperkenalkan rumus baru untuk

mengetahui tingkat keterbacaan suatu wacana. Rumus ini sering digunakan di

kelas empat sampai kelas enam belas. Sama halnya dengan Space, rumus ini juga

cukup kompleks dan menghabiskan banyak waktu dalam penggunaannya

(Nofiyanti 2009)

Dari uraian di atas, dapat dilihat kelemahan dua faktor tersebut. Oleh

sebab itu, Grafik Fry muncul untuk menyederhanakan teknik penentuan tingkat

keterbacaan wacana. Faktor panjang pendeknya kalimat dan kata-kata sulit masih

tetap digunakan. Namun, kesulitan kata diperkirakan dengan cara melihat jumlah

suku katanya. Setelah diteliti oleh Fry, formula ini memiliki korelasi 0,90 dengan

formula Space dan 0,94 dengan formula Dale dan Chall. Angka ini menunjukkan

adanya keajegan rumus-rumus dan keterbacaan penggunaan alat ukur yang

diciptakannya (Harjasujana dan Mulyati 1997:113).

Satu masalah muncul kembali. Grafik Fry biasa digunakan untuk wacana

bahasa Inggris. Seperti yang telah diketahui bahwa jumlah kosakata bahasa

Inggris dengan bahasa Indonesia/bahasa Jawa menunjukkan selisih yang cukup

signifikan. Oleh karena itu, Raygor memperkenalkan formula baru yang mirip

dengan prinsip grafik Fry. Kemudian formula ini dikenal dengan grafik Raygor.

Formula ini lebih efisien dalam hal waktu penggunaannya karena jika dalam

grafik Fry, peneliti harus menghitung jumlah suku kata per seratus kata, maka

Page 38: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

24  

menghitung jumlah kata sulit yakni kata yang dibentuk oleh enam huruf atau

lebih.

2.2.3.3 Grafik Raygor

Formula keterbacaan Raygor pertama kali dibuat oleh Alton Raygor,

kemudian dikenal sebagai formula Raygor. Grafik ini menilai keterbacaan

berdasarkan faktor panjang kalimat dan kata. Teorinya menyatakan bahwa pada

umumnya lebih panjang suatu kalimat, akan lebih sulit dibaca oleh tingkat

kemampuan pembaca tertentu, demikian juga dengan panjang kata. Berikut ini

Grafik yang digunakan untuk menghitung tingkat keterbacaan menggunakan

formula Raygor.

Grafik Raygor (wikipedia.org)

Page 39: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

25  

Keterangan:

average number of sentences per 100 words: rata-rata jumlah kalimat per 100 kata

average number of 6+ character world per 100 word: rata-rata jumlah kata sulit

Penggunaan grafik Raygor ini hampir sama dengan penggunaan Grafik

Fry. Angka 3.2, 3.4, 3.6 dan seterusnya menunjukkan rata-rata panjang kalimat.

Angka 4, 8, 12, dan seterusnya menunjukkan rata-rata jumlah kata sulit. Angka-

angka yang ada di bagian tengah grafik dan berada diantara garis-garis penyekat

dari grafik tersebut menunjukkan perkiraan peringkat keterbacaan wacana yang

diukur. Angka tiga menunjukkan wacana tersebut cocok untuk pembaca pada

tingkat kelas tiga sekolah dasar. Angka empat menunjukkan wacana tersebut

cocok untuk pembaca pada tingkat kelas empat. Begitu seetrusnya hingga kelas

profesional yang ditunjukkan dengan angka 14. Daerah dibawah level tiga dan di

atas level profesional merupakan daerah invalid.

Grafik Fry lebih cocok untuk mengukur keterbacaan teks berbahasa

Inggris yang pada umumnya bersuku kata satu. Formula Raygor dinilai lebih tepat

untuk mengukur keterbacaan teks tulis yang pada umumnya mempunyai pola

suku kata dua, sehingga peneliti menggunakan formula Raygor dalam penelitian

ini. Selain itu, grafik Raygor mempunyai kelebihan dalam efisiensi waktu.

Pengukuran keterbacaan teks dengan grafik Raygor lebih cepat daripada

melakukan pengukuran keterbacaan menggunakan grafik Fry. Oleh karena itu,

dalam penelitian ini peneliti menggunakan grafik Raygor untuk menentukan

tingkat keterbacaan teks cerkak.

Page 40: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

26  

Grafik Raygor seperti tampak terbalik jika dibandingkan dengan grafik

Fry. Garis-garis penyekat peringkat kelas dalam grafik Raygor tampak memancar

menghadap ke atas. Posisi yang demikian itu sesuai dengan penempatan urutan

data jumlah kalimat yang berlawanan pula sisi tempat jumlah suku kata digunakan

untuk menunjukkan kata-kata panjang yang dinyatakan “jumlah kata sulit”, yakni

kata yang dibentuk oleh enam buah huruf atau lebih.

Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mengukur tingkat

keterbacaan wacana menggunakan grafik Raygor adalah sebagai berikut.

Langkah pertama memilih penggalan yang representatif dari teks yang

hendak diukur tingkat keterbacaannya dengan mengambil 100 buah kata

daripadanya. Kata adalah sekelompok lambang yang kiri dan kanannya

berpembatas. Penggalan wacana yang representatif artinya memilih wacana

sampel yang benar-benar mencerminkan teks bacaan, yaitu wacana tanpa gambar,

grafik, tabel, rumus, maupun kekosongan halaman.

Langkah kedua menghitung rata jumlah kalimat sample pada per sepuluh

terdekat.

Langkah ketiga menghitung rata-rata jumlah kata sulit per seratus buah

perkataan, yaitu kata-kata yang dibentuk oleh enam huruf atau lebih. Kriteria

tingkat kesulitan sebuah kata didasari oleh panjang pendeknya kata. Kata yang

termasuk dalam kategori sulit adalah kata yang tersusun atas enam huruf atau

lebih.

Langkah keempat mencari titik temu hasil yang diperoleh dari langkah

kedua dan ketiga tersebut ke dalam grafik Raygor.

Page 41: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

27  

Kelebihan dari penggunaan grafik Raygor, yakni dalam hal efisiensi

waktu, pengukuran keterbacaan wacana dengan grafik Raygor ternyata jauh lebih

cepat daripada melakukan pengukuran keterbacaan dengan menggunakan grafik

Fry.

2.2.4 Bahan Ajar Membaca

Dalam kajian bahan ajar membaca ini, dipaparkan teori-teori yang

berkaitan dengan pengertian bahan ajar membaca, prinsip pengembangan bahan

ajar membaca.

2.2.4.1 Pengertian Bahan Ajar Membaca

Menurut Munib (2004:50), yang termasuk isi pendidikan ialah segala

sesuatu yang oleh pendidik langsung di berikan kepada peserta didik dan

diharapkan untuk dikuasai peserta didik dalam rangka mencapai tujuan

pendidikan. Berdasarkan pengertian diketahui bahwa bahan ajar merupakan sesutu

yang diberikan guru secara langsung kepada siswanya untuk membantu mereka

dalam rangka menguasai suatu kompetensi tertentu dalam pendidikan.

Bahan ajar atau materi pembelajaran (intructional material) secara garis

besar terdiri dari pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa

dalam rangka mencapai standar kompetensi yang harus dipelajari siswa dalam

rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan (Depdiknas 2006:4).

Definisi ini membatasi pengertian bahan ajar pada isi dari bahan ajar tersebut.

Bahan ajar harus memuat pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang harus

Page 42: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

28  

dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah di

tentukan.

Berdasarkan kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar

bahasa atau isi pendidikan bahasa (intructional maerials) adalah segala sesuatu

yang oleh guru langsung diberikan kepada peserta didik yang secara garis besar

berisi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap bahasa yang harus dipelajari siswa dan

diharapkan untuk dikuasai siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang

telah ditentukan.

2.2.4.2 Prinsip Pengembangan Bahan Ajar

Menurut Siahaan (1987:81), ada beberapa prinsip dasar dalam mendesain

bahan ajar atau materi intruksional bahasa yang berdasarkan pendekatan

komunikatif. Prinsip-prinsip tersebut adalah 1) materi harus terdiri dari bahasa

sebagai alat komuinikasi, 2) desain materi harus lebih menekankan proses belajar

dan bukan pokok bahasan, dan 3) materi harus memberi dorongan pada pelajar

untuk berkomunikasi secara wajar. Ketiga prinsip dasar tersebut dapat dijabarka

sebagai berikut.

Pertama, materi harus terdiri dari bahasa sebagai alat komunikasi. Prinsip

ini mengandung arti bahwa mengetahui sesuatu tidak cukup apabila seseorang

tidak mampu untuk mengadakan pengetahuan itu secara aktif. Berkomunikasi

juga berarti mempunyai kemahiran komunikatif untuk menerapkan pengetahuan

bahasa dan untuk menambah atau mengubah pengetahuan itu. Yang dimaksud

disini ialah bahwa dalam tindakan komunikatif, penutur dan pendengar keduanya

Page 43: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

29  

harus mampu saling menginterpretasikan arti-arti yang diungkapkan melalui

bentuk-bentuk bahasa, mengungkapkan arti-arti sendiri melalui medium yang

sama dan membicarakan arti-arti itu diantara mereka.

Kedua, desain materi harus lebih menekankan proses belajar mengajar dan

bukan pokok bahasan. Materi yang berdasarkan proses, pada dasarnya merupakan

garis-garis besar panduan atau kerangka konsep untuk dipakai pelajar dalam

penambahan pengetahuan dan ketrampilannya dalam belajar.

Ketiga, materi harus mendorong pelajar untuk berkomunikasi. Bahan ajar

harus mendorong pelajar untuk menerapkan ketrampilan-ketrampilan yang sudah

dipelajarinya dalam situasi-situasi yang baru dengan cara membicarakan hal ihwal

diri sendiri serta perasan-perasaan dan ide-ide pikirannya.

2.2.4.3 Pemilihan Wacana Sebagai Bahan Ajar

Pemilihan dan penentu bahan ajar wacana yang akan digunakan sebagai

bahan ajar dalam memilih bahan bacaan harus memperhatikan (1) kebermaknaan

dan kemenarikan teks bacaan, (2) isi budaya dalam pengertian yang luas, dan (3)

derajat kesulitan teks sesuai dengan jenjang pengetahuan siswa (Parera 1996:136).

Pertama, kebermaknaan dan kemenarikan teks bacaan. Bacaan yang

bermakna dan berguna akan menarik untuk dibaca. Sebaliknya kita akan tertarik

untuk membaca sesuatu yang berguna bagi kita sebagai pembaca. Siswa akan

lebih cepat memahami materi teks bacaan yang berguna dan menarik bagi mereka.

Kedua, isi budaya. Isi budaya teks bacaan menggambarkan persepsi

penulis dan persepsi bangsa yang bersangkutan. Isi budaya teks bacaan

Page 44: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

30  

merefleksikan minat penulis dan harapan bangsa. Di indonesia, isi budaya secara

umum dikatakan harus sesuai dengan budaya dan kepribadian bangsa, tidak

bertentangan dengan pancasila dan tidak boleh menggambarkan dan menimbulkan

bias SARA (suku, agama, ras, dan keturunan). Tambahan pula isi budaya teks

bacaan harus bersifat mendidik dan membangun bangsa.

Ketiga, keterbacaan dan tingkat kesulitan. Pembahasan lebih jelas tentang

keterbacaan ini, telah dijelaskan pada subbab keterbacaan di atas.

Page 45: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

 

31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan ini menggunakan pendekatan diskriptif kualitatif. Pendekatan

kualitatif digunakan karena data-data yang diteliti berupa kata-kata yang terangkai

dalam wacana bukan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Moleong

(2002:6) yang mengemukakan bahwa pendekatan kualitatif adalah pendekatan

yang berkaitan dengan data yang tidak berupa angka-angka tetapi berupa kualitas

bentuk-bentuk data yang berwujud tuturan. Data yang dihasilkan berupa kata-kata

tertulis atau lisan tentang individu, keadaan, gejala dari kelompok tertentu yang

diamati. Laporan penelitian kualitatif berupa kutipan-kutipan data untuk memberi

gambaran penyajian laporan tersebut.

Data dalam penelitian ini berupa dokumen yang berupa buku bacaan yang

berisi kumpulan cerita cekak untuk anak-anak sekolah dasar. Buku tersebut

berjudul Ngundhuh Wohing Pakarti terbitan Pustaka Baru.

Syamsuddin (2006:73) mengemukakan data yang dikumpulkan dari

penelitian kualitatif memungkinkan untuk dianalisis melalui penghitungan. Berarti

tidak ada larangan jika dalam penelitian kualitatif menggunakan angka-angka

dalam menganalisis data. Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini diterapkan

pada saat menghitung tingkat keterbacaan wacana dengan grafik Raygor.

Pendekatan deskriptif adalah pendekatan yang bertujuan untuk mendeskripsikan

suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya (Sukmadinata 2008:18).

Page 46: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

32  

Pendekatan deskriptif digunakan dalam penelitian ini karena semata-mata untuk

menggambarkan tingkat keterbacaan dan kesesuaiannya dengan tingkatan kelas

siswa dalam buku kumpulan cerkak Ngundhuh Wohing Pakarti terbitan Pustaka

Baru.

3.2 Data dan Sumber Data

Wujud data dalam penelitian ini adalah teks cerkak pada kumpulan cerkak

Ngundhuh Wohing Pakarti. Keseluruhan cerkak yang ada didalam buku dijadikan

data dalam penelitian ini. Data yang akan diteliti berjumlah 17 cerita cerkak.

Sumber data diperoleh dari buku kumpulan cerkak Ngundhuh Wohing Pakarti.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan

metode dokumentasi. Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya

barang-barang tertulis (Arikunto 2006:158). Di dalam melaksanakan metode

dokumentasi, menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,

dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Hal

ini sesuai dengan penelitian yang ingin dianalisis yakni menggunakan data tertulis

dalam buku.

Data yang berupa cerita cekak dalam buku Ngundhuh Wohing Pakarti

berjumlah 17 cerkak. Tiap-tiap cerkak diambil 100 kata yang representatif dari

cerkak tersebut. Dari 100 kata yang diambil, dihitung jumlah kalimat dan jumlah

Page 47: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

33  

kata sulit (kata yang terdiri dari 6 huruf atau lebih) kemudian dimasukkan

kedalam grafik untuk diketahui tingkat keterbacaannya.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah Grafik Raygor dan cara memperbaiki

teks yang tidak sesuai. Grafik Raygor digunakan untuk mengukur tingkat

keterbacaan wacana. Langkah pertama dalam menentukan tingkat keterbacaan

menggunakan grafik raygor, yaitu menentukan teks yang akan diukur tingkat

keterbacaannya. Kemudian menentukan paragraf secara acak sekitar tiga sampai

lima paragraf dalam teks tersebut. Langkah ketiga adalah menghitung kata dari

awal paragraf hingga mencapai seratus kata, kemudian beri tanda // untuk

memudahkan dalam penghitungan.

Dari seratus kata yang telah ditentukan, dihitung jumlah kalimat dengan

skor desimal, misalnya 5,0 atau 5,3. Angka di belakang koma menunjukkan

bahwa kata pada kalimat terakhir belum selesai. Misalnya dalam satu kalimat

terdiri dari tujuh kata, sedangkan yang masuk dalam hitungan 100 kata hanya ada

dua kata, dua kata dari 7 kata jika dijadikan kedalam angka desimal adalah 0,3

maka angka dibelakang koma adalah tiga. Setelah menentukan hitungan seratus

kata dan jumlah kalimat, langkah selanjutnya adalah memberikan tanda pada kata-

kata sulit yang telah diperoleh menggunakan grafik Raygor, misalnya jumlah kata

5,3 dan jumlah kata sulit 25 maka bacaan tersebut sesuai untuk siswa kelas VII.

Langkah-langkah menghitung tingkat keterbacaan digunakan untuk bacaan

tingkat kelas terendah yaitu kelas tiga sampai kelas profesional.

Page 48: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

34  

Setelah diketahui tingkat keterbacaan tersebut menggunakan formula

Raygor, wacana yang kurang sesuai dengan jenjang kelas sekolah dasar, maka

dikembangkan kesesuaiannya dengan kelas tertentu. Penyesuaian dilakukan

setelah menentukan jenjang kelas terlebih dahulu, kemudian wacana diperbaiki

agar sesuai dengan kelas yang dimaksud. Perbaikan wacana dapat dilakukan

melalui langkah-langkah sebagai berikut.

Langkah-langkah dalam memperbaiki teks bacaan yang tingkat

keterbacaannya lebih sulit adalah sebagi berikut: (1) mengubah kalimat panjang

atau kalimat majemuk menjadi kalimat pendek atau tunggal, (2) mengganti kata-

kata panjang dengan kata-kata lain yang lebih pendek dan maknanya sepadan

dengan kata-kata yang diganti, (3) menggabungkan dua kalimat yang dapat

digabung menjadi satu dengan mengatur penyusunan kata hingga menjadi kalimat

baru yang mudah dipahami. Begitu pula sebaliknya apabila tingkat keterbacaan

teks lebih mudah, maka cara memperbaiki teks tersebut adalah: (1) mengubah

kalimat pendek atau tunggal menjadi kalimat panjang atau kalimat majemuk, (2)

mengganti kata-kata yang pendek dengan kata-kata yang lebih panjang atau pun

sulit tetapi memiliki makna yang sepadan dengan kata-kata yang diganti.

Setelah mampu mengubah dan menyesuaikan panjang kalimat, maka

langkah selanjutnya adalah menulis kembali teks perbaikan dengan kata-kata dan

kalimat yang baru. Kemudian, untuk dapat membuktikan apakah tingkat

keterbacaan teks tersebut telah sesuai dengan tingkatan kelas yang ditentukan,

maka perlu diukur kembali dengan formula keterbacaan pada grafik Raygor.

Page 49: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

35  

Cara lain yang dapat digunakan untuk menyesuaikan tingkat keterbacaan

teks dengan tingkatan kelas pembaca, adalah sebagai berikut: (1) carilah kata-kata

sulit yang lebih panjang dalam teks. Biasanya kata-kata yang lebih panjang, lebih

sulit dibaca, yaitu kata-kata multisilabik atau berhuruf enam buah atau lebih,

merupakan kata-kata sulit, (2) gantilah kata-kata sulit dengan kata-kata yang lebih

mudah. Upayakan agar kata-kata sulit itu dapat diganti dengan sinonim yang lebih

mudah, (3) bacalah kalimat-kalimat dalam teks tersebut untuk mengetahui

kemungkinan memerdekakannya dengan jalan menjadikannya dua atau tiga buah

kalimat, (4) tulislah kembali teks tersebut dengan menggunakan kata-kata yang

lebih mudah dan kalimat-kalimat yang lebih pendek, (5) ukurlah kembali tingkat

keterbacaan teks yang baru itu dengan mengetahui penurunannya.

3.5 Teknik Analisi Data

Penelitian ini menggunakan teknik kualitatif untuk menganalisis data.

Teknik kualitatif digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan hasil data

yang telah diolah dengan angka-angka. Berawal dari tujuan penelitian ini, yakni

mengetahui tingkat keterbacaan teks bacaan sebuah buku untuk mengetahui

kesesuaian tingkat keterbacaan teks dalam buku dengan tingkatan kelas atau

jenjang pendidikan siswa.

3.6 Teknik Pemaparan Hasil Analisis Data

Hasil analisis data dipaparkan secara formal dan informal. Pemaparan

hasil analisis data secara formal digunakan untuk menyajikan analisis data yang

Page 50: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

36  

berupa tabel. Pemaparan secara informal yaitu dengan memberi uraian terhadap

analisis data yang dihasilkan dalam penelitian tersebut.

Page 51: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

 

37

BAB IV

KETERBACAAN TEKS CERITA CEKAK NGUNDHUH

WOHING PAKARTI PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Hasil penelitian ini memaparkan tentang tingkat keterbacaan teks dan

pengembangan perbaikan teks yang tidak sesuai dengan tingkatan siswa sekolah

dasar dalam buku bacaan berjudul Ngundhuh Wohing Pakarti. Setelah melakukan

penelitian ini diperoleh data-data sebagai berikut.

4. 1. Tingkat Keterbacaan Teks

Tingkat keterbacaan suatu buku bacaan dapat diketahui setelah

menganalisis satu persatu teks yang dijadikan sampel. Hasil analisis masing-

masing sampel tersebut kemudian diakumulasikan untuk selanjutnya dicari rata-

ratanya. Tingkat keterbacaan teks dalam buku bacaan tercermin dari hasil rata-rata

keterbacaan semua teks sampel.

4.1.1 Tingkat Keterbacaan Masing-masing Teks Cerkak dalam Buku

Bacaan Ngundhuh Wohing Pakarti

Penelitian ini mengambil seratus sampel perkataan per teks cerkak karena

teks dalam buku ini keseluruhannya berupa cerita cekak. Teks cerkak hanya

diambil sampel yang mencerminkan suatu teks utuh. Hal ini dikarenakan banyak

bagian-bagian cerkak yang berupa dialog-dialog tokoh yang sangat singkat.

Adapun hasil dari analisis akan dijabarkan sebagai berikut.

Page 52: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

38  

Langkah pertama adalah memilih penggalan teks yang representatif dari

teks yang hendak diukur dengan mengambil 100 buah kata daripadanya. Langkah

kedua adalah menghitung rata jumlah kalimat sampel pada per sepuluh terdekat.

Jumlah kalimat dihitung dengan sekor desimal, misalnya 5,0 atau 5,3. Angka

dibelakang koma menunjukkan bahwa kata dalam kalimat terakhir belum selesai.

Misalnya dalam satu kalimat terdiri dari tujuh kata, sedangkan yang masuk dalam

hitungan 100 kata hanya dua kata, maka angka di belakang koma adalah tiga.

Langkah berikutnya adalah menghitung jumlah kata-kata sulit yaitu kata

yang terdiri dari 6 huruf atau lebih. Langkah terakhir adalah mencari titik temu

antara jumlah kalimat dan jumlah kata sulit ke dalam grafik Raygor. Untuk

memudahkan dalam perhitungan maka digunakan tabel.

Dari 17 cerkak yang ada setelah dianalisis dengan grafik Raygor, maka

diperoleh hasil antara teks yang sesuai dan teks yang tidak sesuai. Tiap-tiap

kesesuaian dan ketidaksesuaian akan diuraikan sebagai berikut

4.1.1.1 Teks Cerkak yang Sesuai dengan Keterbacaan Siswa Sekolah Dasar

Teks-teks cerita cerkak yang sesuai dengan tingkat keterbacaan siswa

sekolah dasar berdasarkan grafik Ragor masing-masing akan dijelaskan seperti

dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.1 Keterbacaan teks cerkak Sapa Jujur Bakal Mujur

Jumlah kalimat 9,2

Jumlah ≥ 6 huruf 20

Tingkat keterbacaan 4

Page 53: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

39  

Teks bacaan cerkak Sapa Jujur Bakal Mujur sudah sesuai jika digunakan

sebagai bahan bacaan ataupun bahan ajar membaca tingkat sekolah dasar.

Berdasarkan grafik Raygor, tingkat keterbacaannya berada pada tingkat 4 atau

setara dengan siswa kelas 4 sekolah dasar. Hal ini berarti bahwa teks tersebut

tidak terlalu sulit untuk ukuran siswa sekolah dasar.

Tabel 4.2 keterbacaan teks cerkak Melik Nggendhong Lali

Jumlah kalimat 10,3

Jumlah ≥ 6 huruf 29

Tingkat keterbacaan 6

Teks bacaan cerkak Melik Nggendhong Lali sudah sesuai jika digunakan

sebagai bahan bacaan ataupun bahan ajar membaca tingkat sekolah dasar.

Berdasarkan grafik Raygor, tingkat keterbacaan teks ini berada pada tingkat 6

atau setara dengan kelas 6 sekolah dasar. Hal ini menunjukkan teks tersebut tidak

terlalu sulit untuk siswa sekolah dasar.

Tabel 4.3 keterbacaan teks cerkak Nyolong Pethek

Jumlah kalimat 8,3

Jumlah ≥ 6 huruf 29

Tingkat keterbacaan 6

Teks bacaan cerkak Nyolong Pethek, sudah tepat jika digunakan sebagai

bahan bacaan atau bahan ajar membaca untuk tingkat sekolah dasar. Berdasarkan

Page 54: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

40  

grafik Raygor, tingkat keterbacaannya berada pada tingkat 6 atau setara dengan

siswa kelas 6 sekolah dasar. Hal ini berarti teks ini tidak terlalu mudah ataupun

terlalu sulit untuk anak tingkat sekolah dasar.

Tabel 4.4 keterbacaan teks cerkak Ngoyak Uceng Kelangan Dheleg

Jumlah kalimat 7,8

Jumlah ≥ 6 huruf 24

Tingkat keterbacaan 6

Teks bacaan cerkak Ngoyak Uceng Kelangan Dheleg sudah sesuai jika

digunakan sebagai bahan bacaan atau bahan ajar mengajar membaca siswa

sekolah dasar. Berdasarkan Grafik Raygor, teks ini berada pada tingkat 6 atau

setara dengan siswa kelas 6 sekolah dasar. Hal ini berarti teks ini tidak terlalu

sulit untuk tingkat sekolah dasar.

Tabel 4.5 keterbacaan teks cerkak Rukun Agawe Santosa

Jumlah kalimat 8

Jumlah ≥ 6 huruf 27

Tingkat keterbacaan 6

Teks bacaan cerkak Rukun Agawe Santosa sudah sesuai jika digunakan

sebagai bahan bacaan atau bahan ajar mengajar membaca siswa sekolah dasar.

Berdasarkan Grafik Raygor, teks ini berada pada tingkat 6 atau setara dengan

Page 55: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

41  

siswa kelas 6 sekolah dasar. Hal ini berarti teks ini tidak terlalu sulit untuk tingkat

sekolah dasar.

Tabel 4.6 keterbacaan teks cerkak Weweh Tanpa Kelangan

Jumlah kalimat 7,8

Jumlah ≥ 6 huruf 26

Tingkat keterbacaan 6

Teks bacaan cerkak Weweh Tanpa Kelangan sudah sesuai jika digunakan

sebagai bahan bacaan atau bahan ajar mengajar membaca siswa sekolah dasar.

Berdasarkan Grafik Raygor, teks ini berada pada tingkat 6 atau setara dengan

siswa kelas 6 sekolah dasar. Hal ini berarti teks ini tidak terlalu sulit untuk tingkat

sekolah dasar.

Tabel 4.7 keterbacaan teks cerkak Ngguroni Weteng Tanpa Petung

Jumlah kalimat 8,4

Jumlah ≥ 6 huruf 20

Tingkat keterbacaan 4

Teks bacaan cerkak Ngguroni Weteng Tanpa Petung sudah sesuai jika

digunakan sebagai bahan bacaan ataupun bahan ajar membaca tingkat sekolah

dasar. Berdasarkan grafik Raygor, tingkat keterbacaannya berada pada tingkat 4

atau setara dengan siswa kelas 4 sekolah dasar. Hal ini berarti bahwa teks

tersebut tidak terlalu sulit untuk ukuran siswa sekolah dasar.

Page 56: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

42  

Tabel 4.8 keterbacaan teks cerkak Becik Ketitik Ala Ketara

Jumlah kalimat 11,2

Jumlah ≥ 6 huruf 26

Tingkat keterbacaan 5

Teks bacaan cerkak Becik Ketitik Ala Ketara sudah sesuai jika digunakan

sebagai bahan bacaan ataupun bahan ajar membaca tingkat sekolah dasar.

Berdasarkan grafik Raygor, tingkat keterbacaannya berada pada tingkat 5 atau

setara dengan siswa kelas 5 sekolah dasar. Hal ini berarti bahwa teks tersebut

tidak terlalu mudah ataupun terlalu sulit untuk ukuran siswa sekolah dasar.

Tabel 4.9 keterbacaan teks cerkak Tekek Mati Margo Ulone

Jumlah kalimat 10,8

Jumlah ≥ 6 huruf 23

Tingkat keterbacaan 4

Teks bacaan cerkak Tekek Mati Margo Ulane sudah sesuai jika digunakan

sebagai bahan bacaan ataupun bahan ajar membaca tingkat sekolah dasar.

Berdasarkan grafik Raygor, tingkat keterbacaannya berada pada tingkat 4 atau

setara dengan siswa kelas 4 sekolah dasar. Hal ini berarti bahwa teks tersebut

tidak terlalu mudah ataupun terlalu sulit untuk ukuran siswa sekolah dasar.

Page 57: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

43  

Tabel 4.10 keterbacaan teks cerkak Landheping Lidah

Jumlah kalimat 11,6

Jumlah ≥ 6 huruf 28

Tingkat keterbacaan 6

Teks bacaan cerkak Landheping Lidhah sudah sesuai jika digunakan

sebagai bahan bacaan atau bahan ajar mengajar membaca siswa sekolah dasar.

Berdasarkan Grafik Raygor, teks ini berada pada tingkat 6 atau setara dengan

siswa kelas 6 sekolah dasar. Hal ini berarti teks ini tidak terlalu sulit untuk tingkat

sekolah dasar.

Tabel 4.11 keterbacaan teks cerkak Nabok Nyilih Tangan

Jumlah kalimat 8,5

Jumlah ≥ 6 huruf 28

Tingkat keterbacaan 6

Teks bacaan cerkak Nabok Nyilih Tangan sudah sesuai jika digunakan

sebagai bahan bacaan atau bahan ajar mengajar membaca siswa sekolah dasar.

Berdasarkan Grafik Raygor, teks ini berada pada tingkat 6 atau setara dengan

siswa kelas 6 sekolah dasar. Hal ini berarti teks ini tidak terlalu sulit untuk tingkat

sekolah dasar.

Page 58: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

44  

4.1.1.2 Teks Cerkak yang Tidak Sesuai dengan Keterbacaan Siswa Sekolah

Dasar

Teks-teks cerita cerkak yang tidak sesuai dengan tingkat keterbacaan siswa

sekolah dasar berdasarkan grafik Ragor masing-masing akan dijelaskan seperti

dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.12 keterbacaan teks cerkak Ngundhuh Wohing Pakarti

Jumlah kalimat 8,2

Jumlah ≥ 6 huruf 29

Tingkat keterbacaan 7

Teks bacaan ini kurang tepat jika digunakan sebagai bahan bacaan untuk

siswa sekolah dasar. Berdasarkan grafik Raygor, tingkat keterbacaannya berada

pada kelas VII. Hal ini menunjukkan bahwa teks bacaan tersebut terlalu sulit

untuk siswa sekolah dasar. Jumlah kata sulit yakni kata yang terdiri dari 6 huruf

atau lebih dalam bagian 100 kata terlalu banyak. Untuk menyesuaikan tingkat

keterbacaan teks tersebut, jumlah kata-kata sulit harus dikurangi.

Tabel 4.13 keterbacaan teks cerkak Cakra Manggilingan

Jumlah kalimat 13,8

Jumlah ≥ 6 huruf 29

Tingkat keterbacaan invalid

Teks bacaan tersebut tidak tepat jika digunakan sebagai bahan bacaan

ataupun sebagai bahan ajar membaca siswa tingkat sekolah dasar. Berdasarkan

Page 59: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

45  

grafik Raygor, tingkat keterbacaannya berada pada daerah invalid. Ini berarti teks

ini tidak sesuai dengan kelas manapun. Hal ini menunjukkan bahwa teks bacaan

ini terlalu sulit bagi siswa sekolah dasar. Dari 100 sampel perkataan yang diambil,

jumlah kalimat terlalu banyak dan jumlah kata sulit juga terlalu banyak.

Tabel 4.14 teks cerkak Sapa Sembrana Bakal Cilaka

Jumlah kalimat 9,5

Jumlah ≥ 6 huruf 32

Tingkat keterbacaan invalid

Teks bacaan cerkak Sapa Sembrana Bakal Celaka tidak sesuai jika

digunakan sebagai bahan bacaan ataupun bahan ajar membaca tingkat sekolah

dasar. Berdasarkan Grafik Raygor, teks ini berada pada tingkat keterbacaan 8

atau setara dengan kelas VIII SMP. Hal ini menunjukkan teks tersebut terlalu

sulit untuk siswa sekolah dasar. Jumlah kalimat dalam bagian 100 kata sebenarnya

tidak terlalu banyak tetapi jumlah kata sulit yakni kata yang lebih dari 6 huruf

yang terlalu banyak. Untuk menyesuaikan tingkat keterbacaannya agar sesuai

dengan tingkatan sekolah dasar maka jumlah kata sulit harus dikurangi.

Tabel 4.15 keterbacaan teks cerkak Aja Dumeh

Jumlah kalimat 9,8

Jumlah ≥ 6 huruf 32

Tingkat keterbacaan 8

Teks bacaan cerkak Aja Dumeh tidak sesuai jika digunakan sebagai bahan

bacaan ataupun bahan ajar membaca siswa tingkat sekolah dasar. Berdasarkan

Page 60: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

46  

grafik Raygor, teks ini berada pada tingkat 8 atau setara dengan siswa kelas VIII

SMP. Hal ini menunjukkan bahwa bacaan ini terlalu sulit untuk siswa sekolah

dasar. Jumlah kalimat dalam 100 sampel perkataan sebenarnya sudah cukup yakni

tidak terlalu panjang tetapi jumlah kata sulit atau kata yang terdiri dari 6 huruf

atau lebih terlalu banyak. Untuk menyesuaikan tingkat keterbacaannya, harus

mengurangi jumlah kata sulit dengan mengganti kata-kata sulit itu dengan kata

yang lebih mudah yakni kata-kata yang terdiri tidak lebih dari 5 huruf atau

kurang.

Tabel 4.16 keterbacaan teks cerkak Sapa Eling Bakal Beja

Jumlah kalimat 13,5

Jumlah ≥ 6 huruf 32

Tingkat keterbacaan invalid

Teks bacaan cerkak Sapa Eling Bakal Beja tidak sesuai jika digunakan

sebagai bahan bacaan ataupun sebagai bahan ajar membaca siswa tingkat sekolah

dasar. Berdasarkan grafik Raygor, tingkat keterbacaannya berada pada daerah

invalid. Ini berarti teks ini tidak sesuai dengan kelas manapun. Hal ini

menunjukkan bahwa teks bacaan ini terlalu sulit bagi siswa sekolah dasar. Dari

100 sampel perkataan yang diambil, jumlah kalimat terlalu banyak dan jumlah

kata sulit juga terlalu banyak. Untuk menyesuaikan teks bacaan agar sesuai

dengan tingkatan sekolah dasar jumlah kalimat harus dikurangi dan jumlah kata

Page 61: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

47  

sulit juga harus dikurangi diganti dengan kata yang lebih mudah yakni kata yang

terdiri kurang dari 6 huruf.

Tabel 4.17 keterbacaan teks cerkak Beda Papan Beda Aturan

Jumlah kalimat 5,6

Jumlah ≥ 6 huruf 31

Tingkat keterbacaan 9

Teks bacaan cerkak Beda Papan Beda Aturan tidak tepat jika digunakan

sebagai bahan bacaan ataupun bahan ajar membaca siswa tingkat sekolah dasar.

Berdasarkan grafik Raygor, teks ini berada pada tingkat atau setara dengan siswa

kelas IX SMP. Hal ini menunjukkan bahwa bacaan ini terlalu sulit untuk siswa

sekolah dasar. Jumlah kalimat dalam 100 sampel perkataan terlalu sedikit

sehingga kalimatnya terlalu panjang. Jumlah kata sulit atau kata yang terdiri dari 6

huruf atau lebih juga terlalu banyak. Untuk menyesuaikan tingkat keterbacaannya,

harus mengurangi jumlah kata sulit dengan mengganti kata-kata sulit itu dengan

kata yang lebih mudah yakni kata-kata yang terdiri tidak lebih dari 5 huruf atau

kurang dan mengganti kalimat yang panjang menjadi kalimat yang lebih pendek

dan sederhana.

4.2 Rata-rata Tingkat Keterbacaan Teks Buku Ngundhuh Wohing Pakarti

Setelah dianalisis masing-masing teks cerkak maka selanjutnya dicari

kesimpulan tingkat keterbacaannya dengan memprosentasekan keseluruhan data

yang nantinya dihasilkan kesimpulan apakah buku tersebut layak sebagai bahan

Page 62: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

48  

bacaan sekolah dasar berdasarkan tingkat keterbacaannya atau tidak. Dari hasil

analisis akan dijelaskan sebagai berikut.

Judul teks cerkak keterbacaan

Teks-teks yang sesuai

dengan tingkat

keterbacaan siswa SD

1. Sapa Jujur Bakal Mujur

2. Melik Nggendhong Lali

3. Nyolong Pethek

4. Ngoyak Uceng Kelangan

Dheleg

5. Rukun Agawe Santosa

6. Weweh Tanpa Kelangan

7. Ngguroni Weteng Tanpa

Petung

8. Becik Ketitik Ala Ketara

9. Tekek Mati Marga Ulane

10. Landheping Lidhah

11. Nabok Nyilih Tangan

4

6

6

6

6

6

4

5

4

6

6

Teks-teks yang tidak

sesuai dengan tingkat

keterbacaan siswa SD

1. Ngundhuh Wohing Pakarti

2. Cakra Manggilingan

3. Sapa Sembrana Bakal

Cilaka

4. Aja Dumeh

5. Sapa Eling Bakal Bekja

6. Beda Papan Beda Aturan

7

Invalid

8

8

Invalid

9

Page 63: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

49  

Dari tujuh belas teks yang dianalisis terdapat 6 teks yang tidak sesuai

dengan tingkat keterbacaan siswa sekolah dasar dan 11 teks yang sesuai. Jika

diprosentasekan sebanyak 64.7% teks dalam buku Ngundhuh Wohing Pakarti

sesuai dengan tingkat keterbacaannya untuk bahan bacaan ataupun bahan ajar

membaca siswa sekolah dasar. Dan sisanya sebanyak 35.3% tidak sesuai.

4.3 Perbaikan Teks yang Tidak Sesuai

Teks-teks yang perlu diperbaiki adalah teks teks yang tidak sesuai dengan

tingkat keterbacaannya untuk siswa sekolah dasar. Berdasar analisis yang

dilakukan sebelumnya, terdapat enam teks yang tidak sesuai dari keseluruhan

teks yang berjumlah 17 teks . Teks -teks tersebut adalah Ngundhuh Wohing

Pakarti, Cakra Manggilingan, Sapa Sembrana Bakal Cilaka, Aja Dumeh, Sapa

Eling Bakal Beja, Beda Papan Beda Aturan.

Teks-teks yang tidak sesuai tersebut akan disesuaikan tingkat

keterbacaannya dengan siswa sekolah dasar dengan cara memperbaiki teks

tersebut. Teks-teks tersebut akan diperbaiki keseluruhannya tidak hanya

mengambil sebagiannya saja seperti halnya dalam mengukur tingkat keterbacaan.

Perbaikan teks-teks tersebut akan diuraikan seperti berikut.

1. Teks cerkak “Ngundhuh Wohing Pakarti”

Teks awal (bagian 1):

“Wis ora bisa kaetung maneh akehe prajurit kang dadi korban perang gedhe kang uga sinebut Perang Baratayuda iku,” mangkono mbah Marto miwiti caritane.

Page 64: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

50  

Bagus kang lungguh ana sacedhake, sila methekis. Tangane loro diselehake ana pangkone, ketara banget anggone arep nggatekake caritane embah kakunge.

“ana kang nemahi tiwas, ana kang nandang tatu lan bakal nyandhang cacat salawase urip. Embuh akehe bocah-bocah kang kelangan bapa, lan wong wadon kang bakal dadi randha. Arusing getih kang amis tur banger, ngebaki Tegal Kurusetra. Sawise mangerteni wadyabalane kasoran ing jurit lan ora duwe bala maneh, Prabu Duryudono oncat saka madyaning peperangan. Dheweke rumangsa giris.//...

Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 8 dan

jumlah kata sulit 34. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan 9 sehingga

teks di atas terlalu sulit dan tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD.

Ketidaksesuaian disebabkan karena jumlah kata sulit (kata yang terdiri dari

6 huruf atau lebih) terlalu banyak sehingga untuk menyesuaikannya harus

mengganti kata-kata sulit tersebut dengan kata yang lebih mudah (kurang

dari 6 huruf) tetapi tidak mengurangi arti kata yang diganti tersebut.

Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Mengganti kata “ketara” menjadi “katon”

Teks awal : Tangane loro diselehake ana pangkone, ketara

banget anggone arep nggatekake caritane embah

kakunge.

Teks perbaikan : Tangane loro diselehake ana pangkone, katon

banget anggone arep nggatekake caritane embah

Page 65: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

51  

kakunge.

b. Mengganti kata “mangerteni” menjadi “ngerti”

Teks awal : Sawise mangerteni wadyabalane kasoran ing jurit

lan ora duwe bala maneh, Prabu Duryudana oncat

saka madyaning paperangan.

Teks perbaikan : Sawise ngerti wadyabalane kasoran ing jurit lan ora

duwe bala maneh, Prabu Duryudana oncat saka

madyaning paperangan.

c. Mengganti kata “kasoran” menjadi “kalah”

Teks awal : Sawise ngerti wadyabalane kasoran ing jurit lan ora

duwe bala maneh, Prabu Duryudana oncat saka

madyaning paperangan

Teks perbaikan : Sawise ngerti wadyabalane kalah ing jurit lan ora

duwe bala maneh, Prabu Duryudana oncat saka

madyaning paperangan.

d. Mengganti kata “madyaning” menjadi “tengah”

Teks awal : Sawise ngerti wadyabalane kalah ing jurit lan ora

duwe bala maneh, Prabu Duryudana oncat saka

Page 66: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

52  

madyaning paperangan

Teks perbaikan : Sawise ngerti wadyabalane kalah ing jurit lan ora

duwe bala maneh, Prabu Duryudana oncat saka

tengah paperangan.

e. Mengganti kata “rumangsa” menjadi “krasa”

Teks awal : Dheweke rumangsa giris

Teks perbaikan : Dheweke krasa giris.

f. Mengganti kata “kelangan bapa” menjadi “lola”

Teks awal : Embuh akehe bocah-bocah kang kelangan bapa, lan

wong wadon kang bakal dadi randha.

Teks perbaikan : Embuh akehe bocah-bocah kang dadi lola, lan wong

wadon kang bakal dadi randha.

g. Mengganti kata “tangane” menjadi “tangan”

Teks awal : Tangane loro diselehake ana pangkone, ketara

banget anggone arep nggatekake caritane embah

kakunge.

Teks perbaikan : Tangan loro diselehake ana pangkone, ketara banget

Page 67: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

53  

anggone arep nggatekake caritane embah kakunge.

Teks yang telah diperbaiki:

“Wis ora bisa kaetung maneh akehe prajurit kang dadi korban perang gedhe kang uga sinebut Perang Baratayuda iku,” mangkono mbah Marto miwiti caritane.

Bagus kang lungguh ana sacedhake, sila methekis. Tangan loro diselehake ana pangkone, katon banget anggone arep nyemak caritane embah kakunge.

“ana kang nemahi tiwas, ana kang nandang tatu lan bakal nyandhang cacat salawase urip. Embuh akehe bocah-bocah kang dadi lola, lan wong wadon kang bakal dadi randha. Arusing getih kang amis tur banger, ngebaki Tegal Kurusetra. Sawise ngerti wadyabalane kalah ing jurit lan ora duwe bala maneh, Prabu Duryudono oncat saka tengah peperangan. Dheweke rumangsa giris.//...

Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor,

teks cerkak Ngundhuh Wohing Pakarti yang telah diperbaiki di atas

berada pada tingkat enam dengan jumlah kalimat 8 dan jumah kata sulit

sebanyak 27. Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat

keterbacaan untuk siswa kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 2):

Bagus unjal ambegan ladhung. Atine rumangsa lega lan bungah. Sebab nyumurupi paraga wayang kang banget disenengi menang ing yuda. Bagus pancen seneng banget marang wayang kang aran Werkudara. Sebab Werkudara mono duwe watak jujur, blaka, adhil, pinter, seneng bekti marang kabecikan, ngabekti marang wong tuwa, bekti marang guru, lan tresna asih marang sedulur. Kajaba saka iku, uga duwe rasa prikamanungsan kang gedhe lan ngayomi marang para kawulane. Katilik

Page 68: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

54  

saka pawakane, kang gagah prakosa, mratandhani yen dheweke iku pancen prajurit kang pilih tandhing. Bagus seneng banget manawa nonton utawa ngrungokake crita wayang kang lakone gegayutan karo raden Werkudara. Kaya ta: lakon//.........

Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kata-kata sulit yakni

kata yang terdiri dari ≥ 6 huruf terlalu banyak sehingga tidak sesuai dengan

keterbacaan siswa SD. Untuk memperbaiki teks tersebut, maka jumlah-kata-

kata sulit harus dikurangi dengan cara mengganti kata-kata sulit tersebut

dengan kata sepadan yang lebih mudah yakni kata-kata yang terdiri kurang

dari 6 huruf. Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Mengganti kata “landhung” menjadi “dawa”

Teks awal : Bagus unjal ambegan landhung.

Teks perbaikan : Bagus unjal ambegan dawa.

b. Mengganti kata “rumangsa” menjadi “krasa”

Teks awal : Atine rumangsa lega lan bungah

Teks perbaikan : Atine krasa lega lan bungah

Teks teks yang telah diperbaiki:

Bagus unjal ambegan dawa. Atine krasa lega lan bungah. Sebab nyumurupi paraga wayang kang banget disenengi menang ing yuda. Bagus pancen seneng banget marang wayang kang aran

Page 69: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

55  

Werkudara. Sebab werkudara mono duwe watak jujur, blaka adhil, pinter, seneng bekti marang kabecikan, ngabekti marang wong tuwa, bekti marang guru, lan tresna asih marang sedulur. Kajaba saka iku, uga duwe rasa prikamanungsan kang gedhe lan ngayomi marang para kawulane. Katilik saka pawakane, kang gagah prakosa, mratandhani yen dheweke iku pancen prajurit kang pilih tandhing. Bagus seneng banget manawa nonton utawa ngrungokake crita wayang kang lakone gegayutan karo raden Werkudara. Kaya ta: lakon//.........

Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor,

teks Ngundhuh Wohing Pakarti yang telah diperbaiki di atas berada

pada tingkat enam dengan jumlah kalimat 8.2 dan jumah kata sulit

sebanyak 27. Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat

keterbacaan untuk siswa kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 3)

“Lajeng para Pandhawa kados pundi, Mbah?” pitakone Bagus kang isih terus nggatekake embahe anggone carita. “Punapa lajeng madosi?”

“Mesthi wae para Pandhawa kang direwangi Prabu Kresna padha nggoleki Prabu Duryudana ing Tegal Kurusetra kono. Prasasat nganti tepung gelang anggone padha ngupadi. Sawise ora ketemu, anggone nggoleki dibacutake menyang alas ing sakiwa tengene. Wekasane tekan kedhung panggonane Prabu Duryudana umpetan.”

“Sasampunipun kepanggih, tamtu lajeng kadadosan perang tandhing, nggih Mbah?” pitakone Bagus.

“Bener, Gus,” ngandikane mengkono Mbah Marto ngelus-elus sirahe putune.

“Mbah marto banget anggone tresna marang putune kang cilik dhewe iku. Bagus kuwi putra tunggal anak wuragile mbah Marto. Gandheng//...

Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 10,2 dan

jumlah kata sulit 33. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan 8 sehingga

Page 70: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

56  

teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak sesuaian

disebabkan karena jumlah kata sulit terlalu banyak sehingga untuk

menyesuaikannya harus mengganti kata-kata sulit tersebut dengan kata yang

lebih mudah tetapi tidak mengurangi arti kata yang diganti tersebut.

Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks

a. Mengganti kata “nggatekake” menjadi “nyemak”

Teks awal : “Lajeng para Pandhawa kados pundi, Mbah?”

pitakone Bagus kang isih terus nggatekake

embahe anggone carita.

Teks perbaikan : “Lajeng para Pandhawa kados pundi, Mbah?”

pitakone Bagus kang isih terus nyemak embahe

anggone carita.

b. Mengganti kata “mangkono” menjadi “ngono”

Teks awal : “ Bener, Gus,” ngandika mangkono Mbah Marto

ngelus-elus sirahe putune.

Teks perbaikan : “Bener, Gus,” ngandika ngono Mbah Marto

ngelus-elus sirahe putune.

c. Mengganti kata “putune” menjadi “Bagus”

Teks awal : “Bener, Gus,” ngandika ngono Mbah Marto

ngelus-elus sirahe putune.

Teks perbaikan : “Bener, Gus,” ngandika ngono Mbah Marto

Page 71: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

57  

ngelus-elus sirahe Bagus.

d. Mengganti kata “wuragile” menjadi “ragil”

Teks awal : Bagus kuwi putra tunggal anak wuragile Mbah

Marto.

Teks perbaikan : Bagus kuwi putra tunggal anak ragil Mbah Marto

Teks teks yang telah diperbaiki:

“Lajeng para Pandhawa kados pundi, Mbah?” pitakone Bagus kang isih terus nyemak embahe anggone carita. “Punapa lajeng madosi?” “Mesthi wae para Pandhawa kang direwangi Prabu Kresna padha nggoleki Prabu Duryudana ing Tegal Kurusetra kono. Prasasat nganti tepung gelang anggone padha ngupadi. Sawise ora ketemu, anggone nggoleki dibacutake menyang alas ing sakiwa tengene. Wekasane tekan kedhung panggonane Prabu Duryudana umpetan.” “Sasampunipun kepanggih, tamtu lajeng kadadosan perang tandhing, nggih Mbah?” pitakone Bagus. “Bener, Gus,” ngandika ngono Mbah Marto ngelus-elus sirahe Bagus. “Mbah marto banget anggone tresna marang putune kang cilik dhewe iku. Bagus kuwi putra tunggal anak ragil Mbah Marto. Gandheng//... Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor, teks

Ngundhuh Wohing Pakarti yang telah diperbaiki di atas berada pada tingkat

enam dengan jumlah kalimat 10,2 dan jumah kata sulit sebanyak 29. Ini

berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat keterbacaan untuk siswa

kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 4)

“Mengsahipun Prabu Duryudana sinten sinten, Mbah?” “Gandheng dheweke iku gedhe dhuwur gagah prakosa, mula lawan tandhinge ya Pandhawa kang dedeg piyadege imbang karo dheweke . Coba batangen kira-kira sapa?”

Page 72: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

58  

“Nggih ...anu, Mbah, tamtunipun Raden Werkudara. Makaten, Mbah?” ature Bagus. “Wah, pancen pinter putuku,” Mbah Marto ngalem putune. Nuli mbacutake caritane. “Sabanjure wong sakloron mau padha perang gada. Loro-lorone padha rosane , padha digdayane lan padha prigele. Ora mokal,wong pancen padha-padha siswane Prabu Baladewa.” “O, makaten nggih, Mbah?” Bagus nyelani caritane embahe. “Dados ing babagan olah gada, sanes Pandhita Durna gurunipun. Kula nembe mangertos. Lajeng ingkang mimpang sinten, Mbah?” “Saya suwe//... Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 13,2 dan

jumlah kata sulit 34. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan 9 sehingga

teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak sesuaian

disebabkan karena jumlah kata sulit terlalu banyak sehingga untuk

menyesuaikannya harus mengganti kata-kata sulit tersebut dengan kata yang

lebih mudah tetapi tidak mengurangi arti kata yang diganti tersebut. Selain

itu jumlah kalimat juga terlalu banyak sehingga harus dikurangi dengan cara

menyederhanakannya yakni menggabungkan dua atau tiga kalimat menjadi

satu kalimat. Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Mengganti kata “batangen” menjadi “mbok bethek”

Teks awal : Coba batangen, kra-kira sapa?

Teks perbaikan : Coba mbok bethek kira-kira sapa?

b. Mengganti kata “makaten” menjadi “nggih”

Teks awal : “Nggih...anu, Mbah, tamtunipun raden Werkudara,

Mekaten, Mbah?” ature Bagus.

Page 73: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

59  

Teks perbaikan : “Nggih...anu, Mbah, tamtunipun raden Werkudara,

nggih, Mbah?” ature Bagus.

c. Mengganti kata “putune” menjadi “Bagus”

Teks awal : “Wah, pancen pinter putuku,” Mbah Marto ngelem

putune.

Teks perbaikan : “Wah pancen punter putuku,” Mbah Marto ngelem

Bagus.

d. Mengganti kata “sakloron” menjadi “loro”

Teks awal : Sabanjure wong sakloron mau padha perang gada.

Teks perbaikan : Sabanjure wong loro mau padha perang gada.

e. Mengganti kata “embahe” menjadi “Mbah Marto”

Teks awal : “O, mekaten mggih mbah?” Bagus nyelani caritane

embahe.

Teks perbaikan : “O, ngaten nggih, Mbah?” Bagus nyelani caritane

Mbah Marto.

f. Menggabungkan dua kalimat yang terlalu pendek menjadi satu kalimat

Kalimat awal “Wah, pancen pinter putuku,” Mbah Marto

ngelem Bagus.

Nuli mbacutake critane

Kalimat perbaikan “ Wah, pancen pinter putuku,” Mbah Marto ngelem

Bagus nuli mbacutake caritane.

Kalimat awal Kula nembe mengertos.

Page 74: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

60  

Lajeng ingkang mimpang sinten, Mbah?

Kalimat perbaikan “Kula nembe mangertos lajeng ingkang mimpang

sinten, Mbah?”

Teks yang telah diperbaiki:

“Mengsahipun Prabu Duryudana sinten sinten, Mbah?” “Gandheng dheweke iku gedhe dhuwur gagah prakosa, mula lawan tandhinge ya Pandhawa kang dedeg piyadege imbang karo dheweke . Coba mbok bethek kira-kira sapa?” “Nggih ...anu, Mbah, tamtunipun Raden Werkudara, nggih, Mbah?” ature Bagus. “Wah, pancen pinter putuku,” Mbah Marto ngalem Bagus Nuli mbacutake caritane. “Sabanjure wong loro mau padha perang gada. Loro-lorone padha rosane , padha digdayane lan padha prigele. Ora mokal,wong pancen padha-padha siswane Prabu Baladewa.” “O, ngaten nggih, Mbah?” Bagus nyelani caritane Mbah Marto. “Dados ing babagan olah gada, sanes Pandhita Durna gurunipun. Kula nembe mangertos lajeng ingkang mimpang sinten, Mbah?” “Saya suwe//... Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor, teks

Ngundhuh Wohing Pakarti yang telah diperbaiki di atas berada pada tingkat

enam dengan jumlah kalimat 11,2 dan jumlah kata sulit sebanyak 29. Ini

berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat keterbacaan untuk siswa

kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 5)

“Amargi prabu Duryudana sampun gugur, pramila perang Baratayuda ugi rampung, nggih Mbah?” pitakone Bagus. “Bener. Wekasane nagara Astina lan Amarta kang maune dikukup dening Kurawa, bali dadi darbeke Pandhawa.” Ing batine Bagus tuwuh pitakonan, mula enggal-enggal diaturaken marang embahe.

Page 75: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

61  

“Nyuwun pangepunten nggih, Mbah. Ingkang kula mangertosi Astina menika negarinipun Kurawa. Amarta negarinipun Pandhawa. Lajeng kala wau Embah ngandikakaken manawi nagari kalih kasebat kagunganipun Pandhawa. Larah-larahipun kados pundi, Mbah?” “Wah, wah, wah, pancen pinter tenan putuku sing bagus dhewe iki. Apa mbesuk kepingin dadi dhalang to le?” Pangaleme Mbah Marto. “Boten kok, Mbah. Swanten kula awon. Kula kepingin dados//... Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 11,8 dan

jumlah kata sulit 32. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan invalid

sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak

sesuaian disebabkan karena jumlah kata sulit terlalu banyak sehingga untuk

menyesuaikannya harus mengganti kata-kata sulit tersebut dengan kata yang

lebih mudah tetapi tidak mengurangi arti kata yang diganti tersebut.

Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Mengganti kata “pramila” menjadi “mila”

Teks awal : “Amargi Prabu Duryudana sampun gugur, pramila

Perang Baratayuda ugi rampung, nggih Mbah?”

pitakone Bagus.

Teks perbaikan : “Amargi Prabu Duryudana sampun gugur, mila

Perang Baratayuda ugi rampung, nggih Mbah?”

pitakone Bagus

b. Mengganti kata “embahe” menjadi “Mbah Marto”

Teks awal : Ing batine Bagus tuwuh pitakonan, mula enggal-

enggal diaturake marang embahe.

Page 76: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

62  

Teks perbaikan : Ing batine Bagus tuwuh pitakonan, mula enggal-

enggal diaturake marang Mbah Marto.

c. Mengganti kata “kepingin” menjadi “pingin”

Teks awal : Kula kepingin dados....

Teks perbaikan : Kula pingin dados....

Teks yang telah diperbaiki:

“Amargi prabu Duryudana sampun gugur, mila perang Baratayuda ugi rampung, nggih Mbah?” pitakone Bagus. “Bener. Wekasane nagara Astina lan Amarta kang maune dikukup dening Kurawa, bali dadi darbeke Pandhawa.” Ing batine Bagus tuwuh pitakonan, mula enggal-enggal diaturaken marang Mbah Marto. “Nyuwun pangepunten nggih, Mbah. Ingkang kula mangertosi Astina menika negarinipun Kurawa. Amarta negarinipun Pandhawa. Lajeng kala wau Embah ngandikakaken manawi nagari kalih kasebat kagunganipun Pandhawa. Larah-larahipun kados pundi, Mbah?” “Wah, wah, wah, pancen pinter tenan putuku sing bagus dhewe iki. Apa mbesuk pingin dadi dhalang to le?” Pangaleme Mbah Marto. “Boten kok, Mbah. Swanten kula awon. Kula kepingin dados//... Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor, teks

Ngundhuh Wohing Pakarti yang telah diperbaiki di atas berada pada tingkat

enam dengan jumlah kalimat 11,8 dan jumlah kata sulit sebanyak 29. Ini

berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat keterbacaan untuk siswa

kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 6):

“Ya, ya. Gegayuhan mono waton ora nalingsir saka dalan kang bener iku apik bae. Embahmu iki mung bisa njurung pangestu. Dakbacutake caritaku, ya?” “inggih, Mbah.”

Page 77: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

63  

“Ngene, dakjujug saka sejarahe nagara Astina kang gegayutan langsung karo dumadine Perang Baratayuda. Sadurunge Duryudana jumeneng nata, wis akeh atu kang tau ngratoni negara iku. Kalebu Prabu Kresna Dwipayana utawa ing mengkone jejuluk Abiyasa. Dheweke duwe putra telu. Kang pembarep aran Drestarastra, nomer lorone Pandhu, lan nomer telune Yamawidura. Sabanjure, Drestarastra duwe anak satus cacahe kang kinaran Kurawa. Pandhu duwe anak cacah lima kang sinebut Pandhawa. Sawise Prabu Kresna Dwipayana lengser keprabon, nagara dipasrahake marang//...

Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 12,8 dan

jumlah kata sulit 38. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan invalid

sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak

sesuaian disebabkan karena jumlah kata sulit terlalu banyak dan jumlah

kalimat yang terlalu banyak pula sehingga untuk menyesuaikannya harus

mengganti kata-kata sulit tersebut dengan kata yang lebih mudah tetapi tidak

mengurangi arti kata yang diganti tersebut. Untuk mengurangi jumlah

kalimat, maka dapat dilakukan dengan cara menggabungkan dua kalimat

atau lebih menjadi satu kalimat. Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut

ini.

Perbaikan teks:

a. Mengganti kata “nalingsir” menjadi “oncat”

Teks awal : Gegayuham mono waton ora nalingsir saka dalan

kang bener iku apik wae.

Teks perbaikan : Gegayuhan mono waton ora oncat saka dalan kang

bener iku apik wae.

b. Mengganti kata “njurung” menjadi “paring”

Page 78: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

64  

Teks awal : Embahmu iki mung bisa njurung pangestu

Teks perbaikan : Embahmu iki mung bisa paring pangestu

c. Mengganti kata “jumeneng nata” menjadi “dadi raja”

Teks awal : Sadurunge Duryudana jumeneng nata, wis akeh ratu

kang tau ngratoni negara iku.

Teks perbaikan : Sadurunge Duryudana dadi raja, wis akeh ratu kang

tau ngratono negara iku.

d. Mengganti kata “jejuluk” menjadi “aran”

Teks awal : Kalebu Prabu Kresna Dwipayana utawa ing

mengkone jejuluk Abiyasa.

Teks perbaikan : Kalebu Prabu Kresna Dwipayana utawa ing

mengkone aran Abiyasa.

e. Mengganti kata “pembarep” menjadi “nomer siji”

Teks awal : Kang pambarep aran Drestarastra, nomer lorone

Pandhu, lan nomer telune Yamawidura.

Teks perbaikan : Kang nomer siji aran Drestarastra, nomer lorone

Pandhu, lan nomer telune Yamawidura.

f. Mengganti kata “kinaran” menjadi “aran”

Teks awal : Sabanjure, Drestarastra duwe anak satus cacahe

kang kinaran Kurawa.

Teks perbaikan : Sabanjure, drestarastra duwe anak satus cacahe

kang aran Kurawa.

g. Mengganti kata “dumadine” menjadi “mula buka”

Page 79: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

65  

Teks awal : “Ngene, dakjujug saka sejarahe nagara Astina kang

gegayutan langsung karo dumadine Perang

Baratayuda.

Teks perbaikan : “Ngene, dakjujug saka sejarahe nagara Astina kang

gegayutan langsung karo mula buka Perang

Baratayuda.

h. Mengganti kata “lorone” menjadi “loro”

Teks awal : “Kang nomer siji aran Drestarastra, nomer lorone

Pandhu, lan nomer telune Yamawidura.

Teks perbaikan : “Kang nomer siji aran Drestarastra, nomer loro

Pandhu, lan nomer telune yamawidura.

i. Mengganti kata “telune” menjadi “telu”

Teks awal : “Kang nomer siji aran Drestarastra, nomer loro

Pandhu, lan nomer telune yamawidura.

Teks perbaikan : “Kang nomer siji aran Drestarastra, nomer loro

Pandhu, lan nomer telu yamawidura.

j. Mengganti kata “satus cacahe” menjadi “cacah satus”

Teks awal : Sabanjure, Drestarastra duwe anak satus cacahe.

Teks perbaikan : Sabanjure, Drestarastra duwe anak cacah satus.

k. Menggabungkan dua kalimat menjadi satu kalimat.

Kalimat awal Dheweke duwe putra telu.

Kang nomer siji aran Drestarastra, nomer loro

Page 80: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

66  

Pandhu, lan nomer telu Yamawidura.

Kalimat perbaikan Dheweke duwe putra telu, kang nomer siji aran

Drestarastra, nomer loro Pandhu, lan nomer telu

Yamawidura.

Teks yang telah diperbaiki:

“Ya, ya. Gegayuhan mono waton ora oncat saka dalan kang bener iku apik bae. Embahmu iki mung bisa paring pangestu. Dakbacutake caritaku, ya?”

“inggih, Mbah.” “Ngene, dakjujug saka sejarahe nagara Astina kang gegayutan

langsung karo mula buka Perang Baratayuda. Sadurunge Duryudana dadi raja, wis akeh atu kang tau ngratoni negara iku. Kalebu Prabu Kresna Dwipayana utawa ing mengkone aran Abiyasa. Dheweke duwe putra telu, kang nomer siji aran Drestarastra, nomer loro Pandhu, lan nomer telu Yamawidura. Sabanjure, Drestarastra duwe anak cacah satus kang aran Kurawa. Pandhu duwe anak cacah lima kang sinebut Pandhawa. Sawise Prabu Kresna Dwipayana lengser keprabon, nagara dipasrahake marang//...

Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor, teks

Ngundhuh Wohing Pakarti yang telah diperbaiki di atas berada pada tingkat

enam dengan jumlah kalimat 10,8 dan jumlah kata sulit sebanyak 28. Ini

berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat keterbacaan untuk siswa

kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 7):

“Lajeng Puntadewa saged kagungan negari Amarta menika sejarahipun kados pundi, Mbah?” “Gandheng Duryudana ora gelem masrahake negara Astina, mula Pandhawa diwenehi alas gung liwang-liwung, yaiku alas wanamarta. Para pandhawa didhawuhi mbabat alas mau kanggo yasa nagara dhewe. Kanthi

Page 81: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

67  

katekunane Pandhawa, wekasane alas bisa kababat saengga bisa dadi negara kang kinaran Amarta.” “O, mekaten. Sapunika Kurawa gadhah nagari Astina, dene Pandhawagadhah Amarta. Sasampunipun mekaten, kok lajeng Kurawa saged nguwaosi Amarto? Punapa anggenipun nguwaosi kanthi sarana paperangan? Ing sapangertosan kula, kok dereng nate kurawa punika mimpang perang kaliyan Pandhawa.” “Bisane amarta dikukup dening Kurawa sebab saka kajuligane Sengkuni. Kanthi pratikele//... Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 10,2 dan

jumlah kata sulit 34. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan invalid

sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak

sesuaian disebabkan karena jumlah kata sulit terlalu banyak sehingga untuk

menyesuaikannya harus mengganti kata-kata sulit tersebut dengan kata yang

lebih mudah tetapi tidak mengurangi arti kata yang diganti tersebut.

Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Mengganti kata “kinaran” menjadi “aran”

Teks awal : “Kanthi katekunane Pandhawa, wekasane alas bisa

kababat saengga bisa dadi nagara kang kinaran

Amarta.”

Teks perbaikan : “Kanthi katekunane Pandhawa, wekasane alas bisa

kababat saengga bisa dadi nagara kang aran

Amarta.”

Page 82: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

68  

b. Mengganti kata “paperangan” menjadi “perang”

Teks awal : Punapa anggenipun nguwaosi kanthi sarana

paperangan?

Teks perbaikan : Punapa anggenipun nguwaosi kanthi sarana

perang?

c. Mengganti kata “bisane Amarta” menjadi “Amarta bisa”

Teks awal : Bisane Amarta dikukup dening Kurawa sebab saka

kajuligane Sengkuni.

Teks perbaikan : Amarta bisa dikukup dening Kurawa sebab saka

kajuligane Sengkuni.

d. Mengganti kata “kajuligane” menjadi “ulahe”

Teks awal : Amarta bisa dikukup dening Kurawa sebab saka

kajuligane Sengkuni.

Teks perbaikan : Amarta bisa dikukup dening Kurawa sebab saka

ulahe Sengkuni

e. Mengganti kata “mekaten” menjadi “ngaten”

Teks awal : O, mekaten.

Teks perbaikan : O, ngaten.

Teks yang telah diperbaiki:

“Lajeng Puntadewa saged kagungan negari Amarta menika sejarahipun kados pundi, Mbah?”

“Gandheng Duryudana ora gelem masrahake negara Astina, mula Pandhawa diwenehi alas gung liwang-liwung, yaiku alas wanamarta. Para pandhawa didhawuhi mbabat alas mau kanggo yasa nagara dhewe. Kanthi katekunane Pandhawa, wekasane alas bisa kababat saengga bisa dadi negara kang aran Amarta.”

Page 83: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

69  

“O, ngaten. Sapunika Kurawa gadhah nagari Astina, dene Pandhawagadhah Amarta. Sasampunipun mekaten, kok lajeng Kurawa saged nguwaosi Amarto? Punapa anggenipun nguwaosi kanthi sarana perang? Ing sapangertosan kula, kok dereng nate kurawa punika mimpang perang kaliyan Pandhawa.”

“Amarta bisa dikukup dening Kurawa sebab saka ulahe Sengkuni. Kanthi pratikele//...

Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor, teks

Ngundhuh Wohing Pakarti yang telah diperbaiki di atas berada pada tingkat

enam dengan jumlah kalimat 10,2 dan jumlah kata sulit sebanyak 29. Ini

berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat keterbacaan untuk siswa

kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 8)

“Lajeng Pandhawa kawon, Mbah? Mila Amarta saged dipunrengkuh kaliyan Kurawa?” pitakone Bagus sajak ora sabar ngenteni babaring lelakon.

“Bener. Karana kajuligan lan apus kramane Sengkuni, Pandhawa kalah lan kudu nglakoni ukuman kaya isi prajanjen. Pandhawa wusanane bisa kasil anggone nglakoni paukuman, nanging Duryudana selak. Sebab miturut pretungane dheweke, Pandhawa durung jangkep 13 taun anggone nglakoni nebus kalahe.”

“Sasampunipun makaten, lajeng kadadosan perang mbah?” “Ora, maune Pandhawa njaluk kanthi sarana alus. Dikirimake

dhuta menyang Astina. Sepisan prabu Drupada. Kapindhone Prabu Kresna. Nanging loro-lorone gagal. Banjur dadi perang gedhe iku,” Mbah Marto mungkasi caritane.

Ngerti yen unjukane embahe meh entek, bagus njupuk//... Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 13,5 dan

jumlah kata sulit 36. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan invalid

sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak

sesuaian disebabkan karena jumlah kata sulit terlalu banyak dan jumlah

Page 84: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

70  

kalimat yang terlalu banyak pula. Sehingga untuk menyesuaikannya harus

mengganti kata-kata sulit tersebut dengan kata yang lebih mudah tetapi

tidak mengurangi arti kata yang diganti tersebut. Untuk mengurangi jumlah

kalimat, dengan cara menggabungkan dua atau lebih kalimat menjadi satu

kalimat. Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut ini.

2. Teks cerkak “Cakra Manggilingan”

Teks awal (bagian 1)

Wis kawentar ing dhaerah kono menawa Pak Mulya mono pancen uripe pancen mulya. Sugih bandha, sugih arta. Omahe gandheng telu wis ditembok mubeng. Pagere wesi sadedeg wong dhuwure. Sawahe amba tur subur. Yen pinuju panen, gabahe atusan karung akehe. Sapine loro, lemu-lemu. Punuke sakendhil-kendhil gedhene.

Nanging kuciwane, Pak Mulya duwe sifat kang kurang prayoga. Cethil lan seneng menakake dhuwet. Babar pisan ora tau gelem tetulung marang tangga teparo. Luwih-luwih marang wong liya, lha karo sedulure dhewe kang tunggal wadhah bae babar pisan ora gelem. Mangkono uga watake sing wadon. Wong sajodho iku kene diumpamakake tumbu kang antuk//....

Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 13,5 dan

jumlah kata sulit 36. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan invalid

sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak

sesuaian disebabkan karena jumlah kata sulit terlalu banyak dan jumlah

kalimat yang terlalu banyak pula. Sehingga untuk menyesuaikannya harus

mengganti kata-kata sulit tersebut dengan kata yang lebih mudah tetapi

tidak mengurangi arti kata yang diganti tersebut. Untuk mengurangi

Page 85: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

71  

jumlah kalimat, dengan cara menggabungkan dua atau lebih kalimat

menjadi satu kalimat. Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Mengganti kata “prayoga” menjadi “becik”

Teks awal : Nanging kuciwane, Pak Mulya duwe sifat kang

kurang prayoga.

Teks perbaikan : Nanging kuciwane, Pak Mulya duwe sifat kang

kurang becik.

g. Mengganti kata “menawa” menjadi “yen”

Teks awal : Wis kawentar ing dhaerah kono menawa pak

Mulya mono pancen uripe pancen mulya.

Teks perbaikan : Wis kawentar ing dhaerah kono yen pak mulya

mono uripe pancen mulya.

c. Menggabungkan dua kalimat menjadi satu.

- Omahe gandheng telu wis ditembok mubeng.

- Pagere wesi sadedeg wong duwure.

Menjadi

Omahe gandheng telu wis ditembok mubeng, pagere wesi sadedeg

wong dhuwure.

Page 86: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

72  

- Sapine loro, lemu-lemu.

- Punuke sakendhil-kendhil gedhene.

Menjadi

Sapine loro lemu-lemu lan punuke sakendhil-kendhil gedhene.

- Cethil lan seneng manakake dhuwit.

- Babar pisan ora tau gelem tetulung marang tangga teparo.

Menjadi

Cethil lan seneng manakake dhuwit, babar pisan ora tau gelem tetulung

marang tangga teparo.

- Mangkono ugo watake sing wadon.

- Wong sajodho iku kena diumpamakake tumbu kang antuk....

Menjadi

Mangkono ugo watake bojone, wong sajodho iku kena diumpamakake

tumbu kang antuk.....

h. Mengubah kalimat menjadi kalimat yang sederhana tanpa mengubah

arti.

Kalimat awal : Sugih Bandha, sugih arta.

Kalimat perbaikan : Sugih bandha donya.

Teks cerkak yang telah diperbaiki:

Wis kawentar ing dhaerah kono yen Pak Mulya mono uripe pancen mulya. Sugih bandha donya. Omahe gandheng telu wis ditembok mubeng, pagere wesi sadedeg wong dhuwure. Sawahe amba tur subur. Yen pinuju panen, gabahe atusan karung akehe. Sapine loro, lemu-lemu lan Punuke sakendhil-kendhil gedhene.

Page 87: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

73  

Nanging kuciwane, Pak Mulya duwe sifat kang kurang becik. Cethil lan seneng menakake dhuwet, babar pisan ora tau gelem tetulung marang tangga teparo. Luwih-luwih marang wong liya, lha karo sedulure dhewe kang tunggal wadhah bae babar pisan ora gelem. Mangkono uga watake sing wadon, wong sajodho iku kena diumpamakake tumbu kang antuk//....

Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya

adalah mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik

Raygor, teks cerkak Cakra Manggilingan yang telah diperbaiki di atas

berada pada tingkat enam dengan jumlah kalimat 9.8 dan jumlah kata

sulit sebanyak 27. Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat

keterbacaan untuk siswa kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 2)

“Kersane Kang Mulya kados pundi?” pitakone Pak Noto rumangsa durung bisa nggagapi apa kang dikarepake kakange.

“Ngene, yen kira-kira ora kuwat, ngragati anak, yo ora usah disekolahake dhuwur-dhuwur. Yen bisamu ngragati mung kuwat tekan SMP, ya ora usah disekolahake nganti SMEA barang. Apa ora malah ngabot-aboti pikiran?

“Nanging rak nembe menika ta Kang kula pados sambetan kangge mbayar SPPnipun Wisnu? Menika kemawon karana arta ingkang kula cepakaken kangge mbayar SPP, kula angge mbayar rekening listrik rumiyin,”wangsulane Pak Nata kanthi ati sing disabar-sabarake.

“Dhek emben aku rak yo wis ngomong nalika kowe arep pasang listrik kae//...

Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 6,8 dan

jumlah kata sulit 25. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan 7 sehingga

teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak sesuaian

disebabkan karena jumlah kalimat terlalu sedikit. Untuk menambah jumlah

kalimat dengan cara memerdekakan atau menjadikan kalimat yang panjang

Page 88: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

74  

menjadi dua atau tiga kalimat. Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut

ini.

Perbaikan teks:

a. Menjadikan kalimat yang terlalu panjang menjadi dua kalimat.

Kalimat awal “Kersane kang Mulya kados pundi?” pitakone

pak Noto rumangsa durung bisa nggagapi apa

kang dikarepake kakange.

Kalimat perbaikan “Kersane Kang Mulya kados pundi?”

pitakonane Pak Noto marang kakangane.

Dheweke rumangsa durung bisa nggagapi

apa kang dikarepake Pak Mulya.

Teks yang telah diperbaiki:

“Kersane Kang Mulya kados pundi?” pitakone Pak Noto marang kakangane. Dheweke rumangsa durung bisa nggagapi apa kang dikarepake Pak Mulya

“Ngene, yen kira-kira ora kuwat, ngragati anak, yo ora usah disekolahake dhuwur-dhuwur. Yen bisamu ngragati mung kuwat tekan SMP, ya ora usah disekolahake nganti SMEA barang. Apa ora malah ngabot-aboti pikiran?

“Nanging rak nembe menika ta Kang kula pados sambetan kangge mbayar SPPnipun Wisnu? Menika kemawon karana arta ingkang kula cepakaken kangge mbayar SPP, kula angge mbayar rekening listrik rumiyin,”wangsulane Pak Nata kanthi ati sing disabar-sabarake.

“Dhek emben aku rak yo wis ngomong nalika//... Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor, teks

cerkak Cakra Manggilingan yang telah diperbaiki di atas berada pada

tingkat enam dengan jumlah kalimat 7,6 dan jumlah kata sulit sebanyak 25.

Page 89: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

75  

Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat keterbacaan untuk

siswa kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 3)

“Nggih sampun. Pareng!” Pak Nata ngadeg nyat, saka panggonane lungguh. Tanpa salaman,

tanpa nolah-noleh dheweke metu saka omahe sedulure lanang. Ing batin dheweke netepake ati, ora bakal dipindho maneh njaluk

tulung marang kakangane.cukup sepisan iki bae, batine Pak Noto. Sadawe dalan ora uwis-uwis anggone mbanget-mbangetake panemune kakange. Apa ora eling nalika dhek jaman cilikane mbiyen, nalika isih digulawenthah wong tuwane. Prasasat ana segara saemplokan dipangan bareng, ana sambel sedulit dianggo lawuh bareng. Lha, tumekaningg tuwa kaya-kaya tega marang patine sedulur. Apa marga wis kepenaken keceh bandha, nganti dheweke lali marang purwa duksina? Mangkono panggrenenge Pak//....

Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 10,8 dan

jumlah kata sulit 32. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan 7 sehingga

teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak sesuaian

disebabkan karena jumlah kata sulit terlalu banyak sehingga untuk

menyesuaikannya harus mengganti kata-kata sulit tersebut dengan kata yang

lebih mudah tetapi tidak mengurangi arti kata yang diganti tersebut.

Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Mengganti kata “sedulure lanang” menjadi “Pak Cahyo”

Teks awal : Tanpa salaman, tanpo nolah-noleh dheweke metu

saka omahe sedulure lanang.

Teks perbaikan : Tanpa salaman, tanpa tolah-toleh dheweke metu

saka omahe Pak Mulya.

Page 90: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

76  

b. Mengganti kata “sepisan” menjadi “pisan”

Teks awal : Cukup sepisan iki wae, batine Pak Nata.

Teks perbaikan : Cukup pisan iki wae, batine Pak Nata.

Teks yang telah diperbaiki:

“Nggih sampun. Pareng!” Pak Nata ngadeg nyat, saka panggonane lungguh. Tanpa salaman, tanpa nolah-noleh dheweke metu saka omahe Pak Mulya. Ing batin dheweke netepake ati, ora bakal dipindho maneh njaluk tulung marang kakangane.cukup pisan iki bae, batine Pak Noto. Sadawe dalan ora uwis-uwis anggone mbanget-mbangetake panemune kakange. Apa ora eling nalika dhek jaman cilikane mbiyen, nalika isih digulawenthah wong tuwane. Prasasat ana segara saemplokan dipangan bareng, ana sambel sedulit dianggo lawuh bareng. Lha, tumekaningg tuwa kaya-kaya tega marang patine sedulur. Apa marga wis kepenaken keceh bandha, nganti dheweke lali marang purwa duksina? Mangkono panggrenenge Pak//.... Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor, teks

cerkak Cakra Manggilingan yang telah diperbaiki di atas berada pada

tingkat enam dengan jumlah kalimat 10,8 dan jumlah kata sulit sebanyak 30.

Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat keterbacaan untuk

siswa kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 4)

Wiwit saka kadadadeyan iku, sadulur loro mau saya adoh. Ora tau sambang sinambang. Yen kebeneran ketemu, ketara anggone klewa-klewa. Sawetara wektu sabubare kedadeyan iku, cahyo, anake pak Mulya nemahi kacilakan. Mobile Suzuki carry, sing lagi seminggu anggone nukokake wong tuwane tabrakan karo truk. Larah-larahe mengkene. Bu Mulya kepingin nggedekake gelang lan kalunge menyang kutha. Ngiras pantes arep nganyari mobile. Cahyo kang nyopiri, dheweke lungguh ana sandhinge. Ya jenenge bocah kurang

Page 91: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

77  

deduga mono, cahyo anggone nglakokake mobil banter banget. Nalika dheweke arep nyalip bis kang ana ngarepe, dilalah saka ngarep uga ana truk kang uga ngebut. Cahyo ora bisa ngendhani setire//... Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 11,8 dan

jumlah kata sulit 34. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan invalid

sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak

sesuaian disebabkan karena jumlah kata sulit terlalu banyak sehingga untuk

menyesuaikannya harus mengganti kata-kata sulit tersebut dengan kata yang

lebih mudah tetapi tidak mengurangi arti kata yang diganti tersebut.

Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Mengganti kata “dheweke” menjadi “Cahya”

Teks awal : Nalika dheweke arep nyalip bis kang ana ngarepe,

dilalah saka ngarep uga ana truk kang lagi ngebut.

Teks perbaikan : Nalika Cahyo arep nyalip bis kang ana ngarepe,

dilalah saka ngarep uga ana truk kang lagi ngebut.

b. Mengganti kata “nukokake” menjadi “tuku”

Teks awal : Mobil Suzuki Carry, sing lagi seminggu anggone

nukokake wong tuwane tabrakan karo truk.

Teks perbaikan : Mobil Suzuki Carry, sing lagi seminggu anggone

nukokake wong tuwane tabrakan karo truk.

c. Mengganti kata “kepingin” menjadi “pingin”

Teks awal : Bu Mulya kepingin nggedhekake gelang lan kalunge

Page 92: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

78  

menyang kutha.

Teks perbaikan : Bu Mulya pingin nggedhekaake gelang lan kalunge

menyang kutha.

d. Mengganti kata “ngglakokake” menjadi “nyopir”

Teks awal : Ya jenenge bocah kurang deduga mono, Cahyo

anggone nglakokake mobil banter banget.

Teks perbaikan : Ya jenenge bocah kurang deduga mono, Cahyo

anggone nyopir mobil banter banget.

Teks yang telah diperbaiki:

Wiwit saka kadadadeyan iku, sadulur loro mau saya adoh. Ora tau sambang sinambang. Yen kebeneran ketemu, ketara anggone klewa-klewa.

Sawetara wektu sabubare kedadeyan iku, cahyo, anake pak Mulya nemahi kacilakan. Mobile Suzuki carry, sing lagi seminggu anggone tuku wong tuwane tabrakan karo truk. Larah-larahe mengkene. Bu Mulya pingin nggedekake gelang lan kalunge menyang kutha. Ngiras pantes arep nganyari mobile. Cahyo kang nyopiri, dheweke lungguh ana sandhinge. Ya jenenge bocah kurang deduga mono, cahyo anggone nyopir mobil banter banget. Nalika Cahyo arep nyalip bis kang ana ngarepe, dilalah saka ngarep uga ana truk kang uga ngebut. Cahyo ora bisa ngendhani setire//... Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor, teks

cerkak Manggilingan Cakra yang telah diperbaiki di atas berada pada

tingkat enam dengan jumlah kalimat 11,8 dan jumlah kata sulit sebanyak 30.

Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat keterbacaan untuk

siswa kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 5)

Page 93: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

79  

Luwih-luwih angger eling manawa anake lanang kang ontang-anting, kang digegadhang, kang dikudhang-kudhang bisaa ing tembe mburi nambahi mulyaning urip, saiki lagi ngathang-ngathang lan ora bisa diarep-arep maneh. Nganti kaya umup sirahe Pak Mulya ngrasakake kabeh panandange. Timtrime wengi dikagetake dening panjerite Yu Jikem, rewange Pak Mulya. “Tulung! Tulung! Kobongan! Tulung!” Ora sawetara suwe, pet. Listrik mati. Sateruse kukus kumendheng lan geni mangalat-alat sawise keprungu bledosan benter banget. Jlegur! Tanggga teparo padha nungsung arep sabiyantu mateni geni. Nanging kepiye, wong pagere pak Mulya dhuwur banget, lan ditembok temu gelang, arep menek pager wesi, pucuke pating//... Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 10,6 dan

jumlah kata sulit 31. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan 7 sehingga

teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak sesuaian

disebabkan karena jumlah kata sulit terlalu banyak sehingga untuk

menyesuaikannya harus mengganti kata-kata sulit tersebut dengan kata yang

lebih mudah tetapi tidak mengurangi arti kata yang diganti tersebut.

Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Mengganti kata “menawa” menjadi “yen”

Teks awal : Luwih-luwih angger eling manawa anake lanang

kang ontang-anting, kang digegadhang, kang

dikudhang-kudhang bisaa ing tembe mburi nambahi

mulyaning urip, saiki lagi ngathang-ngathang lan

ora bisa diarep-arep maneh

Teks perbaikan : Luwih-luwih angger eling yen anake lanang kang

Page 94: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

80  

ontang-anting, kang digegadhang, kang dikudhang-

kudhang bisaa ing tembe mburi nambahi mulyaning

urip, saiki lagi ngathang-ngathang lan ora bisa

diarep-arep maneh

b. Mengganti kata “sawetara” menjadi “let”

Teks awal : Ora sawetara suwe, pet, listrik mati.

Teks perbaikan : Ora let suwe, pet, listrik mati.

Teks yang telah diperbaiki:

Luwih-luwih angger eling manawa anake lanang kang ontang-anting, kang digegadhang, kang dikudhang-kudhang bisaa ing tembe mburi nambahi mulyaning urip, saiki lagi ngathang-ngathang lan ora bisa diarep-arep maneh. Nganti kaya umup sirahe Pak Mulya ngrasakake kabeh panandange.

Timtrime wengi dikagetake dening panjerite Yu Jikem, rewange Pak Mulya.

“Tulung! Tulung! Kobongan! Tulung!” Ora sawetara suwe, pet. Listrik mati. Sateruse kukus kumendheng

lan geni mangalat-alat sawise keprungu bledosan benter banget. Jlegur! Tanggga teparo padha nungsung arep sabiyantu mateni geni.

Nanging kepiye, wong pagere pak Mulya dhuwur banget, lan ditembok temu gelang, arep menek pager wesi, pucuke pating//...

Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor, teks

cerkak Cakra Manggilingan yang telah diperbaiki di atas berada pada

tingkat enam dengan jumlah kalimat 10,8 dan jumlah kata sulit sebanyak 29.

Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat keterbacaan untuk

siswa kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 6)

Page 95: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

81  

Nanging wis rada kasep. Omah pawon wis dadi areng Mung kari tembok kang warnane dadi ireng. Tujune omah liyane bisa dislametake. Pangamuke geni bisa enggal diasorake.

Miturut ature Yu Jikem marang pulisi, geni wiwit kobar saka panggonan kanggo nyimpen lenga patra. Sabanjure drum kang kanggo wadah lenga mau mbledos. Lenga campur geni muncrat, agawe kobaran kang luwih gedhe. Dene sumbere geni, miturut katrangan sawetara saka konslete listrik jalaran ana kabel kanh moncek marga dikreketi tikus.

Gusti Allah iku yen bakal maringi pacoban marang titah-E ora kekurangan dalan, lan ora ana samubarang kang bisa ngalang-alangi. Bandha sagunung anakan akehe bisa//...

Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 10,5 dan

jumlah kata sulit 34. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan invalid

sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak

sesuaian disebabkan karena jumlah kata sulit terlalu banyak sehingga untuk

menyesuaikannya harus mengganti kata-kata sulit tersebut dengan kata yang

lebih mudah tetapi tidak mengurangi arti kata yang diganti tersebut.

Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Mengganti kata “miturut” menjadi “manut”

Teks awal : Miturut ature Yu Jikem marang pulisi, geni wiwit

kobar saka panggonan kanggo wadhah lenga mau

mbledos.

Teks perbaikan : Manut ature Yu Jikem marang pulisi, geni wiwit

kobar saka panggonan kanggo wadhah lenga mau

mbledos.

b. Mengganti kata “panggonan” menjadi “papan”

Page 96: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

82  

Teks awal : Manut ature Yu Jikem marang pulisi, geni wiwit

kobar saka panggonan kanggo wadhah lenga mau

mbledos.

Teks perbaikan : Manut ature Yu Jikem marang pulisi, geni wiwit

kobar saka papan kanggo wadhah lenga mau

mbledos.

c. Mengganti kata “sumbere” menjadi “sumber”

Teks awal : Dene sumbere geni, manut katrangan sawetara saka

konslete listrik jalaran ana kabel kang moncek

marga dikreketi tikus.

Teks perbaikan : Dene sumber geni, manut katrangan sawetara saka

konslete listrik jalaran ana kabel kang moncek

marga dikreketi tikus

d. Mengganti kata “maringi” menjadi “paring”

Teks awal : Gusti Allah iku yen bakal maringi pacoban marang

titah-E ora kekurangan dalan, lan ora ana

samubarang kang bisa ngalang-alangi.

Teks perbaikan : Gusti Allah iku yen bakal paring pacoban marang

titah-E ora kekurangan dalan, lan ora ana

samubarang kang bisa ngalang-alangi

Teks yang telah diperbaiki:

Nanging wis rada kasep. Omah pawon wis dadi areng Mung kari tembok kang warnane dadi ireng. Tujune omah liyane bisa dislametake. Pangamuke geni bisa enggal diasorake.

Page 97: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

83  

Manut ature Yu Jikem marang pulisi, geni wiwit kobar saka papan kanggo nyimpen lenga patra. Sabanjure drum kang kanggo wadah lenga mau mbledos. Lenga campur geni muncrat, agawe kobaran kang luwih gedhe. Dene sumber geni, manut katrangan sawetara saka konslete listrik jalaran ana kabel kang moncek marga dikreketi tikus.

Gusti Allah iku yen bakal paring pacoban marang titah-E ora kekurangan dalan, lan ora ana samubarang kang bisa ngalang-alangi. Bandha sagunung anakan akehe bisa//...

Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor, teks

cerkak Cakra Manggilingan yang telah diperbaiki di atas berada pada

tingkat enam dengan jumlah kalimat 10,5 dan jumlah kata sulit sebanyak 30.

Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat keterbacaan untuk

siswa kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 7)

Njaluk tulung marang sedulur? Mokal yen adhine gelem sabiyantu. Dheweke banjur nganam-anam ati, nalusuri lelakon kang wis kepungkur. Babar pisan durung tau cilik ngutangi, gedhene menehi dhuwit marang adhine.

“Jebule aku ora bisa urip dhewekan ing alam donya,”batine. “Ngertia yen bakal kaya ngene, tumindakku biyen ora bakal kaya ngana,” panggetune Pak Mulya.

Nyumurupi kahanane kakange kang kaya ngana, Pak Noto kang pancen duwe sipat ora tegelan iku ora mentala. Arepa panguripane dhewe durung bisa diarani cukup, lan wis bola-bali ditatoni atine dening kakange, nanging rasa tresna marang sedulur ora luntur saka atine. Dheweke duwe karep pengin ngedol//...

Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 8,3 dan

jumlah kata sulit 29. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan 7 sehingga

teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak sesuaian

disebabkan karena jumlah kata sulit terlalu banyak sehingga untuk

Page 98: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

84  

menyesuaikannya harus mengganti kata-kata sulit tersebut dengan kata yang

lebih mudah tetapi tidak mengurangi arti kata yang diganti tersebut.

Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Mengganti kata “sedulur” menjadi “adhine lanang”

Teks awal : Njaluk tulung marang sedulur?

Teks perbaikan : Njaluk tulung marang adhine lanang?

b. Mengganti kata “kepungkur” menjadi “wingi-wingi”

Teks awal : Dheweke banjur nganam-anam ati, nalusuri

lelakon kang wis kepungkur.

Teks perbaikan : Dheweke banjur nganam-anam ati, nalusuri

lelakon kang wis wingi-wingi.

c. Mengganti kata “Dheweke” menjadi “Pak Nata”

Teks awal : Dheweke duwe karep pengin ngedol//....

Teks perbaikan : Pak Nata duwe karep pengin ngedol//...

Teks yang telah diperbaiki:

Njaluk tulung marang adhine lanang? Mokal yen adhine gelem sabiyantu. Dheweke banjur nganam-anam ati, nalusuri lelakon kang wis wingi-wingi. Babar pisan durung tau cilik ngutangi, gedhene menehi dhuwit marang adhine.

“Jebule aku ora bisa urip dhewekan ing alam donya,”batine. “Ngertia yen bakal kaya ngene, tumindakku biyen ora bakal kaya ngana,” panggetune Pak Mulya.

Nyumurupi kahanane kakange kang kaya ngana, Pak Noto kang pancen duwe sipat ora tegelan iku ora mentala. Arepa panguripane dhewe durung bisa diarani cukup, lan wis bola-bali ditatoni atine dening kakange, nanging rasa tresna marang sedulur ora luntur saka atine. Pak Nata duwe karep pengin ngedol//...

Page 99: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

85  

Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor, teks

cerkak Cakra Manggilingan yang telah diperbaiki di atas berada pada

tingkat enam dengan jumlah kalimat 8,3 dan jumlah kata sulit sebanyak 26.

Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat keterbacaan untuk

siswa kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 8)

“Boten! Kula ingkang mboten sarujuk. Kangge punapa? Mendha anggenipun madosaken pakan kemawon rekaos boten mekakat, malah sasampunipun ageng badhe disade kangge tiyang ingkang sampun cetha wela-wela ngina dhumateng brayat kita. Pak, epindhah malih, kula boten sarujuk!” Wisnu ketara banget gethinge marang Pakdhene.

“Ya ora ngono ta, Le. Dheweke iku sedulurku lanang. Lan upamane aku ora ana, dheweke bisa koanggep bapa,” Pak Noto nyoba ngedhem atine anake.

“Punika panci leres, Pak. Nanging kula badhe nyuwun pirsa. Punapa rikala piyambakipun boten nyambeti arta kangge mbayar SPP kula punika, inggih nganggep kula anakipun?” swarane Wisnu kaya ngondok-ondok.

“Le, pancen pakdhemu wis//... Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 11,5 dan

jumlah kata sulit 30. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan invalid

sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak

sesuaian disebabkan karena jumlah kata sulit terlalu banyak sehingga untuk

menyesuaikannya harus mengganti kata-kata sulit tersebut dengan kata yang

lebih mudah tetapi tidak mengurangi arti kata yang diganti tersebut.

Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Mengganti kata “boten mekakat” menjadi “sanget”

Page 100: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

86  

Teks awal : Mendha anggenipun madosaken pakan kemawon

rekaos boten mekakat, malah sasampunipun ageng

badhe disade kangge tiyang ingkang sampun cetha

wela-wela ngina dhumateng brayat kita.

Teks perbaikan : Mendha anggenipun madosaken pakan kemawon

rekaos sanget, malah sasampunipun ageng badhe

disade kangge tiyang ingkang sampun cetha wela-wela

ngina dhumateng brayat kita.

b. Mengganti kata “ketara” menjadi “katon”

Teks awal : Wisnu katara benget gethinge marang Pakdhene.

Teks perbaikan : Wisnu katon benget gethinge marang Pakdhene.

c. Menggabungkan dua kalimat menjadi satu kalimat.

Kalimat awal Ya ora ngono ta, Le.

Pak Mulya iku sedulurku lanang.

Kalimat perbaikan Ya ora ngono ta , Le, Pak Mulya iku sedulurku

lanang.

Teks yang telah diperbaiki:

“Boten! Kula ingkang mboten sarujuk. Kangge punapa? Mendha anggenipun madosaken pakan kemawon rekaos sanget, malah sasampunipun ageng badhe disade kangge tiyang ingkang sampun cetha wela-wela ngina dhumateng brayat kita. Pak, sepindhah malih, kula boten sarujuk!” Wisnu katon banget gethinge marang Pakdhene.

“Ya ora ngono ta, Le, Pak Mulya iku sedulurku lanang. Lan yen aku ora ana, dheweke bisa koanggep bapa,” Pak Noto nyoba ngedhem atine anake.

“Punika panci leres, Pak. Nanging kula badhe nyuwun pirsa. Punapa rikala piyambakipun boten nyambeti arta kangge mbayar SPP kula

Page 101: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

87  

punika, inggih nganggep kula anakipun?” swarane Wisnu kaya ngondok-ondok.

“Le, pancen pakdhemu wis//... Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor, teks

cerkak Cakra Manggilingan yang telah diperbaiki di atas berada pada

tingkat enam dengan jumlah kalimat 10,5 dan jumlah kata sulit sebanyak 28.

Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat keterbacaan untuk

siswa kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 9)

“Halah. Niku nek piyambakipun nggih gadhah pemanggih mekaten. Cobi, napa patut ing atase dados tiyang mblegedhu diutangi sedulure lanang malah muwus sing boten-boten? Pokokipun, menawi Bapak mundhut pamanggih kula, kula kinten boten wonten ginanipun manawi Bapak badhe sabiyantu piyambakipun. Boten sisah, Pak. Kersanipun dipunraosaken. Kula mboten sedhih yen namung kecalan sedherek kados pakdhe menika,” banget sora wuwuse Wisnu. Raine mbrabak. Dheweke ngadeg nyat, saka palungguhane.

“Wisnu!” panyentake Pak Noto. Wisnu mandhek anggone arep njangkah. “Lungguh!” Pak Noto nudingi kursi karo mencerengi anake. Miturut pamawase, panemune Wisnu wis mlenceng adoh saka

bebener. Kudu enggal didandani. Dipencerengi bapake, Wisnu menceret. Alon dheweke//... Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 15,2 dan

jumlah kata sulit 41. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan invalid

sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak

sesuaian disebabkan karena jumlah kata sulit terlalu banyak sehingga untuk

menyesuaikannya harus mengganti kata-kata sulit tersebut dengan kata yang

lebih mudah tetapi tidak mengurangi arti kata yang diganti tersebut. Selain

Page 102: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

88  

itu jumlah kalimat juga terlelu banyak. Untuk memperbaiki kesesuaiannya

dengan cara menggabungkan dua atau tiga kalimat menjadi satu kalimat.

Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Mengganti kata “piyambake” menjadi “Pak Mulya”

Teks awal : Niku nek piyambake nggih gadhah pemanggih

mekaten.

Teks perbaikan : Niku nek Pakn Mulya nggih gadhah pemanggih

mekaten.

b. Mengganti kata “mekaten” menjadi “ngaten”

Teks awal :  Niku nek Pak Mulya nggih gadhah pemanggih

mekaten.

Teks perbaikan : Niku nek Pak Mulya nggih gadhah pemanggih

ngaten.

c. Mengganti kata “mblegedhu” menjadi “sugih”

Teks awal : Cobi, napa patut ing atase dados tiyang mblegedhu

diutangi sedulure lanang malah muwus sing boten-

boten?

Teks perbaikan : Cobi, napa patut ing atase dados tiyang sugeh

diutangi sedulure lanang malah muwus sing boten-

boten?

d. Mengganti kata “sedulure” menjadi “adhine”

Page 103: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

89  

Teks awal : Cobi, napa patut ing atase dados tiyang sugeh

diutangi sedulure lanang malah muwus sing boten-

boten?

Teks perbaikan : Cobi, napa patut ing atase dados tiyang sugeh

diutangi adhine lanang malah muwus sing boten-

boten?

e. Mengganti kata “mbrabak” menjadi “abang ireng”

Teks awal : Raine mbrabak

Teks perbaikan : Raine abang ireng

f. Mengganti kata “njangkah” menjadi “mlaku”

Teks awal : Wisnu mandheg anggone arep njangkah.

Teks perbaikan : Wisnu mandheg anggone arep mlaku.

g. Mengganti kata “miturut” menjadi “manut”

Teks awal : Miturut pamawase, panemune Wisnu wis mlenceng

adoh saka bebener.

Teks perbaikan : Manut pamawase, panemune Wisnu wis mlenceng

adoh saka bebener.

h. Mengganti kata “mlenceng” menjadi “geseh”

Teks awal : Manut pamawase, panemune Wisnu wis mlenceng

adoh saka bebener.

Teks perbaikan : Manut pamawase, panemune Wisnu wis geseh adoh

saka bebener.

i. Mengganti kata “menceret” menjadi “wedi”

Page 104: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

90  

Teks awal : Dipencerengi bapake, Wisnu menceret.

Teks perbaikan : Dipencerengi bapake, Wisnu wedi.

j. Mengganti kata “pemanggih” menjadi “raos”

Teks awal : Niku nek Pak Mulya nggih gadhah pemanggih

ngaten.

Teks perbaikan : Niku nek Pak Mulya nggih gadhah raos ngaten.

k. Mengganti kata “palungguhane” menjadi “kursi”

Teks awal : Dheweke ngadeg nyat, saka palungguhe.

Teks perbaikan : Dheweke ngadeg nyat, saka kursi.

l. Menggabungkan dua kalimat menjadi satu kalimat.

Kalimat awal Halah.

Niku nek Pak Mulya nggih gadhah raos

ngaten.

Kalimat perbaikan Halah, niku nek Pak Mulya nggih gadhah raos

ngaten.

Kalimat awal Boten sisah, Pak.

Kersanipun dipunraosaken.

Kalimat perbaikan Boten sisah, Pak, kersanipun dipunraosaken.

Kalimat awal Raine mbrabak.

Dheweke ngadeg nyat, saka kursi.

Kalimat perbaikan Raine mbrabak, dheweke ngadeg nyat, saka kursi.

Kalimat awal Manut pamawase, panemune Wisnu wis

Page 105: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

91  

geseh adoh saka bebener.

Kudu enggal didandani.

Kalimat perbaikan Manut pamawase, panemune Wisnu wis geseh

adohaka bebener lan kudu enggal didandani.

Teks yang telah diperbaiki:

“Halah, niku nek Pak Mulya nggih gadhah raos ngaten. Cobi, napa patut ing atase dados tiyang sugih diutangi adhine lanang malah muwus sing boten-boten? Pokokipun, menawi Bapak mundhut pamanggih kula, kula kinten boten wonten ginanipun manawi Bapak badhe sabiyantu Pak Mulya. Boten sisah, Pak, kersanipun dipunraosaken. Kula mboten sedhih yen namung kecalan sedherek kados pakdhe menika,” banget sora wuwuse Wisnu. Raine mbrabak, dheweke ngadeg nyat, saka kursi.

“Wisnu!” panyentake Pak Noto. Wisnu mandhek anggone arep mlaku. “Lungguh!” Pak Noto nudingi kursi karo mencerengi anake. Manut pamawase, panemune Wisnu wis mlenceng adoh saka

bebener, kudu enggal didandani. Dipencerengi bapake, Wisnu wedi. Alon dheweke//... Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor, teks

cerkak Cakra Manggilingan yang telah diperbaiki di atas berada pada

tingkat enam dengan jumlah kalimat 11,2 dan jumlah kata sulit sebanyak 29.

Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat keterbacaan untuk

siswa kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 10)

Sawise Wisnu lungguh, Pak Nata ngatur napase. Kanthi rasa asih ngandika marang anake.

“Wisnu, dakkandhani ya, Le. Panemumu iku ora apik. Panemumu iku uga salah miturut pawulang agama. Arepa atine awake dhewe wis tau ketaton, nanging aja nganti rasa prikamanungsan luntur saka jroning ati. Aja nganti rasa serik iku njalari wutaning ati,” Pak Nata leren sedhele anggone nuturi anake.

Page 106: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

92  

Wisnu tetep tumungkul. Atine kebak ing pangrasa. “Tumindak ala aja diwales ala. Tumindak ‘balas dendam’ iku ora

apik. Aja ngguroni uruping napsu. Rasa prikamanungsan kudu ditengahake.”

Ora krasa mripate wis kembeng-kembeng. Atine trenyuh. Ing atase bapake kang mung lulus//...

Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 14,3 dan

jumlah kata sulit 31. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan invalid

sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak

sesuaian disebabkan karena jumlah kata sulit terlalu banyak sehingga untuk

menyesuaikannya harus mengganti kata-kata sulit tersebut dengan kata yang

lebih mudah tetapi tidak mengurangi arti kata yang diganti tersebut. Selain

itu jumlah kalimat juga terlalu banyak. Untuk memperbaiki kesesuaiannya

dengan cara menggabungkan dua atau tiga kalimat menjadi satu kalimat.

Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Mengganti kata “miturut” menjadi “manut”

Teks awal : Panemumu iku, uga salah miturut piwulang agama.

Teks perbaikan : Panemumu iku, uga salah manut piwulang agama.

b. Mengganti kata “piwulang” menjadi “ilmu”

Teks awal : Panemumu iku, uga salah manut piwulang agama.

Teks perbaikan : Panemumu iku, uga salah manut ilmu agama.

c. Mengganti kata “luntur” menjadi “ilang”

Teks awal : Arepa atine awake dhewe wis tau ketaton, nanging

aja nganti rasa prikamanungsan luntur saka jroning

Page 107: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

93  

ati

Teks perbaikan : Arepa atine awake dhewe wis tau ketaton, nanging

aja nganti rasa prikamanungsan ilang saka jroning

ati

d. Mengganti kata “jroning” menjadi “njero”

Teks awal : Arepa atine awake dhewe wis tau ketaton, nanging

aja nganti rasa prikamanungsan ilang saka jroning

ati

Teks perbaikan : Arepa atine awake dhewe wis tau ketaton, nanging

aja nganti rasa prikamanungsan ilang saka njero ati

e. Menggabungkan tiga kalimat menjadi satu kalimat

Kalimat awal Wisnu, dakkandhani ya, Le.

Panemumu iku ora apik.

Panemumu iku uga salah manut ilmu agama.

Kalimat perbaikan Wisnu, dakkandhani ya Le, panemumu iku ora

apik, panemumu iku uga salah manut ilmu agama.

f. Menggabungkan dua kalimat menjadi satu

Kalimat awal Wisnu tetep temungkul

Atine kebak ing pangrasa

Kalimat perbaikan Wisnu tetep temungkul lan ing atine kebak

pangrasa

Kalimat awal Atine trenyuh.

Page 108: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

94  

Ing atase bapake kang mung lulus//..

Kalimat perbaikan Atine trenyuh, ing atase bapake kang mung

lulus//...

Teks yang telah diperbaiki:

Sawise Wisnu lungguh, Pak Nata ngatur napase. Kanthi rasa asih ngandika marang anake.

“Wisnu, dakkandhani ya, Le, panemumu iku ora apik, panemumu iku uga salah manut ilmu agama. Arepa atine awake dhewe wis tau ketaton, nanging aja nganti rasa prikamanungsan ilang saka njero ati. Aja nganti rasa serik iku njalari wutaning ati,” Pak Nata leren sedhele anggone nuturi anake.

Wisnu tetep tumungkul. Atine kebak ing pangrasa. “Tumindak ala aja diwales ala. Tumindak ‘balas dendam’ iku ora

apik. Aja ngguroni uruping napsu. Rasa prikamanungsan kudu ditengahake.”

Ora krasa mripate wis kembeng-kembeng. Atine trenyuh, ing atase bapake kang mung lulus//...

Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor, teks

Cakra Manggilingan yang telah diperbaiki di atas berada pada tingkat enam

dengan jumlah kalimat 11,3 dan jumlah kata sulit sebanyak 28. Ini berarti

teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat keterbacaan untuk siswa kelas 6

sekolah dasar.

3. Teks cerkak “Sapa Sembrana Bakal Cilaka”

Teks awal (bagian 1)

Esuk uthuk-uthuk, sawise salat subuh, kaya padatan Anto nyandhak bukune. Mbukak-bukak sedhela, sebab Pak Sidhik bakal nganakake ulangan lisan. Sawise padhang, dheweke nyekel sapu. Latar lan pekarangan disaponi. Godhong-godhong kang rontok dikumpulake banjur diguwang ing jugangan kang wis disiapake dening bapake. Besuk menawa

Page 109: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

95  

gegodhongan iku wis bosok arep ditanduri wit gedhang. Anto arep mraktekake piwulang kang ditampa ana sekolahan. Rampung adus lan salin sandhangan, Anto sarapan, banjur mangkat menyang sekolahan kang ora pati adoh saka omahe. Ing sekolahan wis akeh kanca-kancane. Kang antuk bagean reresik wis padha rampung ngayahi kewajibane. Kanggo nunggu bel mlebu, bocah-bocah//.... Perbaikan teks

a. Mengganti kata “menawa” menjadi “yen”

Teks awal : Besuk menawa gegodhongan iku wis bosok, arep

ditanduri wit gedhang.

Teks perbaikan : Besuk yen gegodhongan iku wis bosok, arep

ditanduri wit gedhang.

b. Mengganti kata “sawise” menjadi “bubar” dan kata “padatan” menjadi

“biasa”

Teks awal : Esuk uthuk-uthuk, sawise salat subuh, kaya padatan

Anto Nyandhak bukune.

Teks perbaikan : Esuk uthuk-uthuk, bubar salat subuh, kaya biasa

Anto nyandhak bukune.

c. Mengganti kata “dheweke” menjadi “Anto”

Teks awal : Sawise padhang, dheweke nyekel sapu.

Teks perbaikan : Sawise padhang, Anto nyekel sapu.

d. Mengganti kata “reresik” menjadi “piket”

Teks awal : Kang antuk bagean reresik wis padha rampung

ngayahi kewajibane.

Teks perbaikan : Kang antuk bagean piket wis padha rampung

Page 110: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

96  

ngayahi kewajibane.

Teks teks yang telah diperbaiki:

Esuk uthuk-uthuk, sawise salat subuh, kaya padatan Anto nyandhak bukune. Mbukak-bukak sedhela, sebab Pak Sidhik bakal nganakake ulangan lisan. Sawise padhang, Anto nyekel sapu. Latar lan pekarangan disaponi. Godhong-godhong kang rontok dikumpulake banjur diguwang ing jugangan kang wis disiapake dening bapake. Besuk menawa gegodhongan iku wis bosok arep ditanduri wit gedhang. Anto arep mraktekake piwulang kang ditampa ana sekolahan.

Rampung adus lan salin sandhangan, Anto sarapan, banjur mangkat menyang sekolahan kang ora pati adoh saka omahe. Ing sekolahan wis akeh kanca-kancane. Kang antuk bagean piket wis padha rampung ngayahi kewajibane. Kanggo nunggu bel mlebu, bocah-bocah//....

Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor, teks

Sapa Sembrana Bakal Cilaka yang telah diperbaiki di atas berada pada

tingkat enam dengan jumlah kalimat 9.5 dan jumlah kata sulit sebanyak 28.

Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat keterbacaan untuk siswa

kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 2)

Pak Sidhik mlebu kelas. “Siap grak! Berdoa mulai!” ketua kelas menehi aba-aba lan

mimpin donga. “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,” Pak Sidik

paring salam. “Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,” bocah-bocah

semaur bareng. Sabanjure Pak shidik paring pangandikan. “Kaya kang wis kosaguhi minggu kepungkur, dina iki aku bakal

nganakake ulangan lisan. Kabeh buku ditutup lan dilebokake laci!” Ora ana sing nyuwara. Kang keprungu mung kumreseke buku-

buku kang ditutup lan dilebokake laci. Bocah-bocah banjur lungguh sedheku. Kabeh musatake pikiran marang apa kang ditakokake Pak Sidhik.

“Sapa pahlawan nasional kita kang asale saka Sulawesi, Budhi?” “Sultan Hasannudin, Pak,”//..

Page 111: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

97  

Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 13,5 dan

jumlah kata sulit 32. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan invalid

sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak

sesuaian disebabkan karena jumlah kata sulit terlalu banyak sehingga untuk

menyesuaikannya harus mengganti kata-kata sulit tersebut dengan kata yang

lebih mudah tetapi tidak mengurangi arti kata yang diganti tersebut. Selain itu

jumlah kalimat juga terlalu banyak. Untuk memperbaiki kesesuaiannya

dengan cara menggabungkan dua atau tiga kalimat menjadi satu kalimat.

Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Mengganti kata “kepungkur” menjadi “wingi”

Teks awal : “Kaya kang wis kosaguhi minggu kepungkur, dina

iki aku bakal nganakake ulangan lisan.

Teks perbaikan : “Kaya kang wis kosaguhi minggu wingi, dina iki aku

bakal nganakake ulangan lisan.

b. Mengganti kata “nganakake” menjadi “ana”

Teks awal : “Kaya kang wis kosaguhi minggu wingi, dina iki aku

bakal nganakake ulangan lisan

Teks perbaikan : “Kaya kang wis kosaguhi minggu wingi, dina iki

bakal ana ulangan lisan

c. Mengganti kata “kumreseke” menjadi “swara”

Teks awal : Kang keprungu mung kumreseke buku-buku kang

Page 112: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

98  

ditutup lan dilebokake laci.

Teks perbaikan : Kang keprungu mung swara buku-buku kang ditutup

lan dilebokake laci

d. Menggabungkan dua kalimat menjadi satu

Kalimat awal Ora ana sing nyuwara.

Kang keprungu mung swara buku-buku kang

ditutup lan dilebokake laci.

Kalimat perbaikan Ora ana sing nyuwara, kang keprungu mung swara

buku-buku kang ditutup lan dilebokake laci.

Kalimat awal Bocah-bocah banjur padha lungguh sedheku.

Kabeh musatake pikiran marang apa kang

bakal ditakokake Pak Sidhik.

Kalimat perbaikan Bocah-bocah padha lungguh sedheku, kabeh

musatake pikiran marang apa kang bakal

ditakokake Pak Shidik.

Teks yang telah diperbaiki:

Pak Sidhik mlebu kelas. “Siap grak! Berdoa mulai!” ketua kelas menehi aba-aba lan

mimpin donga. “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,” Pak Sidik

paring salam. “Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,” bocah-bocah

semaur bareng. Sabanjure Pak shidik paring pangandikan. “Kaya kang wis kosaguhi minggu wingi, dina iki bakal ana

ulangan lisan, kabeh buku ditutup lan dilebokake laci!” Ora ana sing nyuwara, kang keprungu mung kumreseke buku-buku

kang ditutup lan dilebokake laci. Bocah-bocah banjur lungguh sedheku, kabeh musatake pikiran marang apa kang ditakokake Pak Sidhik.

“Sapa pahlawan nasional kita kang asale saka Sulawesi, Budhi?”

Page 113: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

99  

“Sultan Hasannudin, Pak,”//.. Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor, teks

Ngundhuh Wohing Pakarti yang telah diperbaiki di atas berada pada tingkat

enam dengan jumlah kalimat 11,5 dan jumlah kata sulit sebanyak 29. Ini

berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat keterbacaan untuk siswa

kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 3)

“Sapa pahlawan wanita saka Saka aceh kang pasareane ana Jawa Barat, Toni?”

Deg! Atine Toni krasa mak tratab. Gorokane ujug-ujug kaya garing. Dheweke ora ngira babar pisan oleh pitakonan kaya ngono. Atine bingung sebab ora bisa atur wangsulan. Mripate plirak-plirik, sedhela tumungkul ngingeti meja, sedhela ngingeti pyan.

Bocah sakelas wing pating brekuh, sebab Pak Shidik mesthi bakal duka.

Tangane Toni grayak-grayak laci arep mbukak buku. “Ora mbukak buku!” Pak Sidhik ngendika sora. Gragap. Toni kaget lan ndhingkluk. Rumangsa isin wis konangan

luwih dhisik. Pak Shidik terus anggone maspadakake dheweke. Atine Toni saya ciut.

“Cut...,” Wanto kang lungguh ana//... Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 14,7 dan

jumlah kata sulit 27. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan invalid

sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak

sesuaian disebabkan karena jumlah kalimat terlalu banyak. Untuk

memperbaiki kesesuaiannya dengan cara menggabungkan dua atau tiga

kalimat menjadi satu kalimat. Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

Page 114: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

100  

a. Menggabungkan dua kalimat menjadi satu kalimat

Kalimat awal Gragap, Toni kaget lan ndhingkluk.

Rumangsa isin wis konangan luwih dhisik.

Kalimat perbaikan Gragap, Toni kaget lan ndhingkluk, rumangsa isin

wis konangan luwih dhisik.

Kalimat awal Pak Shidik terus anggone maspadakake

dheweke.

Atine Toni saya ciut.

Kalimat perbaikan Pak Shidik terus anggone maspadakake dheweke,

atine Toni saya ciut.

Kalimat awal Gorokane ujug-ujug kaya garing.

Dheweke ora ngira babar pisan oleh

pitakonan kaya ngono.

Kalimat perbaikan Gorokane ujug-ujug kaya garing, dheweke ora

ngira babar pisan oleh pitakonan kaya ngono.

Teks yang telah diperbaiki:

“Sapa pahlawan wanita saka Saka aceh kang pasareane ana Jawa Barat, Toni?”

Deg! Atine Toni krasa mak tratab. Gorokane ujug-ujug kaya garing, dheweke ora ngira babar pisan oleh pitakonan kaya ngono. Atine bingung sebab ora bisa atur wangsulan. Mripate plirak-plirik, sedhela tumungkul ngingeti meja, sedhela ngingeti pyan.

Bocah sakelas wing pating brekuh, sebab Pak Shidik mesthi bakal duka.

Tangane Toni grayak-grayak laci arep mbukak buku. “Ora mbukak buku!” Pak Sidhik ngendika sora.

Page 115: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

101  

Gragap, Toni kaget lan ndhingkluk, rumangsa isin wis konangan luwih dhisik. Pak Shidik terus anggone maspadakake dheweke, atine Toni saya ciut.

“Cut...,” Wanto kang lungguh ana//... Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor, teks

Sapa Sembrana bakal Cilaka yang telah diperbaiki di atas berada pada

tingkat enam dengan jumlah kalimat 10,7 dan jumlah kata sulit sebanyak 27.

Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat keterbacaan untuk siswa

kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 4)

“Dakganti pitakonku. Sapa asmane pahlawan wanita saka jawa barat kang kagungan gegayuhan njejerake drajating wanita klawan priya?”

Rumangsa bisa, Toni banjur semaur. “R.A. Kartini, Pak!” Bocah sakelas ora bisa ngampet guyune maneh. Kelas dadi rame.

Pak Sidhik ora bisa nahan dukane maneh. “Dher! Dher! Dher!” meja guru disabet kanggo kayu. “Sing

nganggep kelas padha karo alas metu1 kowe seneng duwe kanca sing ora bisa mangsuli pitakonan? Iya?”

Cep klakep, kaya orong-orong kepidak bocah sakelas meneng. Kabeh padha sedheku, prasasat arep obah wae ora wani. Pasuryane Pak Shidik abang ireng tandha yen panjenengane banget anggone duka.

Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 13,5 dan

jumlah kata sulit 28. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan invalid

sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak

sesuaian disebabkan karena jumlah kalimat terlalu banyak. Untuk

memperbaiki kesesuaiannya dengan cara menggabungkan dua atau tiga

kalimat menjadi satu kalimat. Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

Page 116: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

102  

a. Menggabungkan dua kalimat menjadi satu kalimat

Kalimat awal Kelas dadi rame.

Pak Shidik ora bisa nahan dukane maneh.

Kalimat perbaikan Kelas dadi rame lan Pak Shidik ora bisa nahan

dukane maneh.

Kalimat awal Lan kowe, Toni.

Apa gaweanmu//...

Kalimat perbaikan Lan kowe, Toni, apa gaweanmu//...

Teks yang telah diperbaiki:

“Dakganti pitakonku. Sapa asmane pahlawan wanita saka jawa barat kang kagungan gegayuhan njejerake drajating wanita klawan priya?”

Rumangsa bisa, Toni banjur semaur. “R.A. Kartini, Pak!” Bocah sakelas ora bisa ngampet guyune maneh. Kelas dadi rame

lan Pak Sidhik ora bisa nahan dukane maneh. “Dher! Dher! Dher!” meja guru disabet kanggo kayu. “Sing

nganggep kelas padha karo alas metu. Kowe seneng duwe kanca sing ora bisa mangsuli pitakonan? Iya?”

Cep klakep, kaya orong-orong kepidak bocah sakelas meneng, Kabeh padha sedheku, prasasat arep obah wae ora wani. Pasuryane Pak Shidik abang ireng tandha yen panjenengane banget anggone duka.

“Lan kowe, Toni, apa gaweanmu//... Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor, teks

Sapa Sembrana Bakal Cilaka yang telah diperbaiki di atas berada pada

tingkat enam dengan jumlah kalimat 10,6 dan jumlah kata sulit sebanyak 28.

Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat keterbacaan untuk siswa

kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 5)

Page 117: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

103  

Toni ora wangsulan. Raine katon pucet. “ing atase kelas 6, sedhela maneh arep EBTA, lha kok pitakonan

kaya ngono bae wangsulanmu lonyo-lonyo kaya bocah ora sekolah. Aja nyepelekake sekolah. Kowe kuwi disekolahake wong tuwamu supaya pinter. Bisaa ing besuke kepinteran mau koanggo labuh marang negara. Elinga marang lelabuhane wong tuwamu, sing saiki lagi padha kuyu-kuyu adus kringet saperlu golek srana kanggo nyekolahake kowe. Dosa gedhe yen kowe nganggep sepele marang lelabuhane wong tuwa!” ngendikane Pak Shidik akeh-akeh.

Bocah-bocah ora ana kang wani namatake pasuryane gurune. “Theng!” Keprungu bel ganti wulangan. Bocah-bocah sakelas katon lega. “Jam ngaso mengko Toni menyang kantor nemoni aku!”

ngendikane//... Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 12,6 dan

jumlah kata sulit 28. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan invalid

sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak

sesuaian disebabkan karena jumlah kalimat terlalu banyak. Untuk

memperbaiki kesesuaiannya dengan cara menggabungkan dua atau tiga

kalimat menjadi satu kalimat. Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Menggabungkan dua kalimat menjadi satu kalimat

Kalimat awal Toni ora wangsulan

Raine katon pucet

Kalimat perbaikan Toni ora wangsulan, raine katon pucet

Kalimat awal Keprungu bel ganti wulangan.

Bocah sekelas katon lega.

Kalimat perbaikan Keprungu bel ganti wulangan, bocah sekelas

katon lega.

Page 118: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

104  

Teks yang telah diperbaiki:

Toni ora wangsulan, raine katon pucet. “ing atase kelas 6, sedhela maneh arep EBTA, lha kok pitakonan kaya ngono bae wangsulanmu lonyo-lonyo kaya bocah ora sekolah. Aja nyepelekake sekolah. Kowe kuwi disekolahake wong tuwamu supaya pinter. Bisaa ing besuke kepinteran mau koanggo labuh marang negara. Elinga marang lelabuhane wong tuwamu, sing saiki lagi padha kuyu-kuyu adus kringet saperlu golek srana kanggo nyekolahake kowe. Dosa gedhe yen kowe nganggep sepele marang lelabuhane wong tuwa!” ngendikane Pak Shidik akeh-akeh. Bocah-bocah ora ana kang wani namatake pasuryane gurune. “Theng!” Keprungu bel ganti wulangan, bocah-bocah sakelas katon lega. “Jam ngaso mengko Toni menyang kantor nemoni aku!” ngendikane//... Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor, teks

Sapa Sembrana Bakal Cilaka yang telah diperbaiki di atas berada pada

tingkat enam dengan jumlah kalimat 10,6 dan jumlah kata sulit sebanyak 28.

Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat keterbacaan untuk siswa

kelas 6 sekolah dasar.

4. Teks cerkak “Aja Dumeh”

Teks awal

Kanggo mahargya pengetan dina kamardhikan bangsa utawa lumrah disebut pitulasan, arep dianakake tetandingan-tetandingan olah raga. Kayata bal-balan, SKJ (Senam Kesegaran Jasmani), bulu tangkis lan tenis meja. Saben sekolah wis padha milihi jago-jagone. Saben sore katon padha mempeng anggone gladhen. Apa ta sebabe? Karana kabeh kepingin nggayuh juwara siji, saengga kajaba bisa antuk bebungah kang wis disumadyakake uga bisa nambahi kuncaraning sekolah.

Semono uga kahanan ing SMP Kridha Siswa. Saben sore jago-jago kang pinilih dadi wakiling sekolah katon sengkut anggone gladen. Kang bal-

Page 119: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

105  

balan, gladen ana lapangan. Kang SKJ ana latar sekolahan, uga kang main bulu tangkis lan kang tenis meja ana//....

Perbaikan teks:

a. Mengganti kata “tetandingan” menjadi “lomba”

Teks awal : Kanggo mahargya pengetan dina kamardikaning

bangsa utawa lumrah sinebut pitulasan, arep

dianakake tetandingan-tetandingan olah raga.

Teks perbaikan : Kanggo mahargya pengetan dina kamardikaning

bangsa utawa lumrah sinebut pitulasan, arep

dianakake lomba-lomba olah raga.

b. Mengganti kata “kepingin” menjadi “pingin” dan kata “nggayuh” menjadi

“antuk”

Teks awal : Karana kabeh kepengin nggayuh juwara siji,

saengga kajaba bisa antuk bebungah kang wis

disumadyakake uga bisa nambahi kuncaraning

sekolah.

Teks perbaikan : Karana kabeh pingin antuk juwara siji, saengga

kajaba bisa antuk bebungah kang wis

disumadyakake uga bisa nambahi kuncaraning

sekolah.

c. Mengganti kata “wakiling” menjadi “wakil”

Teks awal : Saben sore jago-jago kang pinilih dadi wakiling

Page 120: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

106  

sekolah katon sengkot anggone gladhen.

Teks perbaikan : Saben sore jago-jago kang pinilih dadi wakil sekolah

katon sengkot anggone gladhen.

Teks teks yang telah diperbaiki:

Kanggo mahargya pengetan dina kamardhikan bangsa utawa lumrah disebut pitulasan, arep dianakake lomba-lomba olah raga. Kayata bal-balan, SKJ (Senam Kesegaran Jasmani), bulu tangkis lan tenis meja. Saben sekolah wis padha milihi jago-jagone. Saben sore katon padha mempeng anggone gladhen. Apa ta sebabe? Karana kabeh pingin antuk juwara siji, saengga kajaba bisa antuk bebungah kang wis disumadyakake uga bisa nambahi kuncaraning sekolah.

Semono uga kahanan ing SMP Kridha Siswa. Saben sore jago-jago kang pinilih dadi wakil sekolah katon sengkut anggone gladen. Kang bal-balan, gladen ana lapangan. Kang SKJ ana latar sekolahan, uga kang main bulu tangkis lan kang tenis meja ana//....

Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor,

teks Aja Dumeh yang telah diperbaiki di atas berada pada tingkat enam

dengan jumlah kalimat 9.8 dan jumlah kata sulit sebanyak 28. Ini berarti

teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat keterbacaan untuk siswa kelas 6

sekolah dasar.

Teks awal (bagian 2)

Yudi kang taun wingi kasil nggayuh juwara siji babagan tenis meja, taun iki isih dipercaya mandhegani kanca-kancane. Ya ora maido, wong pancen dheweke apik banget maine. Bal service-e kajaba banter uga angel diwaca parane. Cemesane tajem. Upama mbalekake bal, mungsuhe kerep kapusan. Kaya-kaya bal dicemes, jebule mung ditamplek plik, lan mung tiba ing cedhak net. Pokoke yen mung jago sekolah ing laladan kecamatan kono wae durung ana kang bisa ngasorake. Katitik

Page 121: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

107  

taun wingi mungsuh-mungsuh kasil dikalahake rong set langsung. Lan bijine ora ana nganti angka limalas. Coba apa ora ngedap-edapi?

Ora mokal bab kang//...

Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 10,4 dan

jumlah kata sulit 32. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan invalid

sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak

sesuaian disebabkan karena jumlah kata sulit terlalu banyak sehingga

untuk menyesuaikannya harus mengganti kata-kata sulit tersebut dengan

kata yang lebih mudah tetapi tidak mengurangi arti kata yang diganti

tersebut. Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut ini.

a. Mengganti kata “mandhegani” menjadi “dadi wakil”

Teks awal : Yudi kang taun wingi kasil nggayuh juwara siji

babagan tenis meja, taun iki isih dipercaya

mandhegani kanca-kancane.

Teks perbaikan : Yudi kang taun wingi kasil nggayuh juwara siji

babagan tenis meja, taun iki isih dipercaya dadi

wakil kanca-kancane.

b. Mengganti kata “dheweke” menjadi “Yudi”

Teks awal : Ya ora maido, wong pancen dheweke apik banget

maine.

Teks perbaikan :Ya ora maido, wong Yudi apik banget maine.

c. Mengganti kata “nggayuh” menjadi “antuk”

Page 122: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

108  

Teks awal : Yudi kang taun wingi kasil nggayuh juwara siji

babagan tenis meja, taun iki isih dipercaya dadi

wakil kanca-kancane

Teks perbaikan : Yudi kang taun wingi kasil antuk juwara siji

babagan tenis meja, taun iki isih dipercaya dadi

wakil kanca-kancane

Teks yang telah diperbaiki:

Yudi kang taun wingi kasil antuk juwara siji babagan tenis meja, taun iki isih dipercaya mandhegani kanca-kancane. Ya ora maido, wong pancen Yudi apik banget maine. Bal service-e kajaba banter uga angel diwaca parane. Cemesane tajem. Upama mbalekake bal, mungsuhe kerep kapusan. Kaya-kaya bal dicemes, jebule mung ditamplek plik, lan mung tiba ing cedhak net. Pokoke yen mung jago sekolah ing laladan kecamatan kono wae durung ana kang bisa ngasorake. Katitik taun wingi mungsuh-mungsuh kasil dikalahake rong set langsung. Lan bijine ora ana nganti angka limalas. Coba apa ora ngedap-edapi?

Ora mokal bab kang//... Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor,

teks Aja Dumeh yang telah diperbaiki di atas berada pada tingkat enam

dengan jumlah kalimat 10,4 dan jumlah kata sulit sebanyak 30. Ini berarti

teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat keterbacaan untuk siswa kelas 6

sekolah dasar.

Teks awal (bagian 3)

Wektu kang ditetepake kanggo tetandhingan saya cedhak. Kabeh saya sengkut anggone gegladhen. Kang diajab mung siji, bisaa ngasorake mungsuh kang diadhepi. Kabeh padha percaya: kanthi tekat kang temen, sedya mesthi katekan.

Sawijining sore, Yudi, Bimo, Widhi, Yekti, Wening, lan Santi padha gladhen ana sekolahan. Kang lagi nengahi gladhen Yudi karo Widhi.

Page 123: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

109  

Liyane wis padha rampung. Kringete katon isih gembrobyos. Sinambi ngesis padha nonton tetandhingane bocah loro mau. Katon Yudi pancen luwih unggul tinimbang Widhi. Widhi katon kethetheran lan wusanane kasoran.

“Piye, jarene pengin dadi juwara?” Yudi ngece Widhi. Kang diece ora nyaulani. “Pengin dadi juwara kok mung kasil entuk biji//... Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 13,5 dan

jumlah kata sulit 28. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan invalid

sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak

sesuaian disebabkan karena jumlah kalimat terlalu banyak sehingga untuk

menyesuaikannya dengan cara menggabungkan dua kalimat atau lebih

menjadi satu kalimat. Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Menggabungkan dua kalimat menjadi satu kalimat.

kalimat awal Liyane wis padha rampung.

Kringete katon isih gembrobyos.

kalimat perbaikan Liyane wis padha rampung, kringete katon isih

gembrobyos.

Kalimat awal Sinambi ngesis padha nonton tetandhingane

bocah loro mau.

Katon Yudi pancen luwih unggul ketimbang

Widhi.

Kalimat perbaikan Sinambi ngesis padha nonon tetandhingane bocah

loro mau, katon Yudi pancen luwih unggul

Page 124: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

110  

tinimbang Widhi.

Teks yang telah diperbaiki:

Wektu kang ditetepake kanggo tetandhingan saya cedhak. Kabeh saya sengkut anggone gegladhen. Kang diajab mung siji, bisaa ngasorake mungsuh kang diadhepi. Kabeh padha percaya: kanthi tekat kang temen, sedya mesthi katekan. Sawijining sore, Yudi, Bimo, Widhi, Yekti, Wening, lan Santi padha gladhen ana sekolahan. Kang lagi nengahi gladhen Yudi karo Widhi. Liyane wis padha rampung, kringete katon isih gembrobyos. Sinambi ngesis padha nonton tetandhingane bocah loro mau, katon Yudi pancen luwih unggul tinimbang Widhi. Widhi katon kethetheran lan wusanane kasoran. “Piye, jarene pengin dadi juwara?” Yudi ngece Widhi. Kang diece ora nyaulani. “Pengin dadi juwara kok mung kasil entuk biji//... Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor,

teks Aja Dumeh yang telah diperbaiki di atas berada pada tingkat enam

dengan jumlah kalimat 11,5 dan jumlah kata sulit sebanyak 28. Ini berarti

teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat keterbacaan untuk siswa kelas 6

sekolah dasar.

5. Teks cerkak “Sapa Eling Bakal Beja”

Teks awal (bagian 1)

Usum panen wis rampung. Pari kang ana ing pategalan wis diusung mulih. Gabahe malah wis disimpen. Damen kang garing uga wis ditumpuk kanggo pasediyan pakan sapi. Tanduran palawija, bangsane kacang lan kedhele uga wis padha thukul ana alas. Samubarang kang gegayutan karo pakaryan tegal wis lerem. Ana wektu kang longgar sinambi nunggu usum dhedharingan.

Kaya padatan, wektu-wektu kaya ngono iku dianakake bersih desa. Diarani bersih desa, sebab ing wektu iku wong sadesa padha ngresiki desane. Suket-suket kang njembrung ing lingkungan kono padha diresiki.

Page 125: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

111  

Kabeh rereget padha disaponi. Klaras-klaras garing digantholi. Resak-resak diobongi. Pokoke sesawangan ing lingkungan desa//....

Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 16,8 dan

jumlah kata sulit 28. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan invalid

sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak

sesuaian disebabkan karena jumlah kalimat terlalu banyak dan jumlah

kata sulit juga terlalu banyak sehingga untuk memperbaikinya dengan

cara manggabungkan dua kalimat atau lebih menjadi satu kalimat. Untuk

jumlah kata sulit yang terlalu banyak dapat diperbaiki dengan cara

mengurangi jumlah kata sulit tersebut dengan cara mengganti kata-kata

yang dianggap sulit dengan kata yang lebih mudah. Perbaikan teks dapat

dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Mengganti kata “bangsane” menjadi “kaya”

Teks awal : Tanduran palawija, bangsane kacang lan

kedhele uga wis padha thukul ana alas.

Teks perbaikan : Tanduran palawija, kaya kacang lan kedhele

uga wis padha thuluk ana alas.

b. Mengganti kata “longgar” menjadi “sela”

Teks awal : Ana wektu kang longgar sinambi nunggu usum

dhedharingan.

Page 126: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

112  

Teks perbaikan : Ana wektu kang sela sinambi nunggu usum

dhedharingan.

c. Mengganti kata “padatan” menjadi “biasa”

Teks awal : Kaya padatan, wektu-wektu kaya ngono iku

dianakake bersih desa.

Teks perbaikan : Kaya biasa, wektu-wektu kaya ngono iku

dianakake bersih desa.

d. Mengganti kata “njembrung” menjadi “raket”

Teks awal : Suket-suket kang njembrung ing lingkungan

kono padha diresiki.

Teks perbaikan : Suket-suket kang raket ing lingkungan kono

padha diresiki.

e. Menggabungkan 2 kalimat atau lebih menjadi 1 kalimat majemuk.

- Gabahe malah wis disimpen.

- Damen kang garing uga wis ditumpuk kanggo pasediyan pakan

sapi.

Menjadi

Gabahe malah wis disimpen lan Damen kang garing wis ditumpuk

kanggo pasediyan pakan sapi.

- Kabeh rereget disaponi.

- Klaras-klaras garing digantholi.

Page 127: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

113  

- Resak-resak diobongi.

Menjadi

Kabeh rereget disaponi, klaras-klaras garing digantholi, lan resak-

resak diobongi.

Teks teks yang telah diperbaiki:

Usum panen wis rampung. Pari kang ana ing pategalan wis diusung mulih. Gabahe malah wis disimpen lan Damen kang garing wis ditumpuk kanggo pasediyan pakan sapi. Tanduran palawija, kaya kacang lan kedhele uga wis padha thukul ana alas. Samubarang kang gegayutan karo pakaryan tegal wis lerem. Ana wektu kang sela sinambi nunggu usum dhedharingan. Kaya biasa, wektu-wektu kaya ngono iku dianakake bersih desa. Diarani bersih desa, sebab ing wektu iku wong sadesa padha ngresiki desane. Suket-suket kang raket ing lingkungan kono padha diresiki. Kabeh rereget padha disaponi, klaras-klaras garing digantholi lan Resak-resak diobongi. Pokoke sesawangan ing lingkungan //.... Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor,

teks Sapa Eling bakal Bekja yang telah diperbaiki di atas berada pada

tingkat enam dengan jumlah kalimat 10.3 dan jumlah kata sulit

sebanyak 28. Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat

keterbacaan untuk siswa kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 2)

“Ana bab kang arep dakomongake,” Bowo mrepengi kancane sakloron.

Bambang lan Bagus pandeng-pendengan, durung bisa nggagapi apa kang bakal diomongake Bowo. Sadurunge ngetokake apa kang ana jeron atine, Bowo ngajak kekarone lungguh.

“Kaya kang wis padha dimangerteni, telung dina maneh perthandhingan final bakal kaleksanan. Mau bengi, sawise salat Isya ana wong loro nemoni aku. Ngakune saka dhusun Gunungsari,” Bowo mandeng kancane baka siji.

Page 128: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

114  

“Gunungsari rak calon lawane awake dhewe ta? Ana perlu apa nemoni kowe?’ pitakone Bagus.

“Ana sing dirundhingake karo aku,” Bowo mandheg sedhela anggone ngomong. Sajake ragu arep mbacutake. Sawise unjal ambegan dawa, banjur celathu.

“Ngene.//... Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 11 dan

jumlah kata sulit 30. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan invalid

sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak

sesuaian disebabkan karena jumlah kata sulit terlalu banyak sehingga

untuk menyesuaikannya harus mengganti kata-kata sulit tersebut dengan

kata yang lebih mudah tetapi tidak mengurangi arti kata yang diganti

tersebut. Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Mengganti kata “sakloron’ menjadi “wong loro”

Teks awal : “Ana bab kang arep dakomongake,” Bowo

mrepengi kancane sakloron.

Teks perbaikan :  “Ana bab kang arep dakomongake,” Bowo

mrepengi kancane wong loro.

b. Mengganti kata “nggagapi” menjadi “bethek”

Teks awal : Bambang lan Bagus pandeng-pendengan, durung

bisa nggagapi apa kang bakal diomongake Bowo.

Teks perbaikan : Bambang lan Bagus pandeng-pendengan, durung

bisa bethek apa kang bakal diomongake Bowo.

c. Mengganti kata “celathu” menjadi “ngomong”

Page 129: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

115  

Teks awal : Sawise unjal ambegan dawa, banjur celathu.

Teks perbaikan : Sawise unjal ambegan dawa, banjur ngomong.

Teks yang telah diperbaiki:

“Ana bab kang arep dakomongake,” Bowo mrepengi kancane wong loro.

Bambang lan Bagus pandeng-pendengan, durung bisa bethek apa kang bakal diomongake Bowo. Sadurunge ngetokake apa kang ana jeron atine, Bowo ngajak kekarone lungguh.

“Kaya kang wis padha dimangerteni, telung dina maneh perthandhingan final bakal kaleksanan. Mau bengi, sawise salat Isya ana wong loro nemoni aku. Ngakune saka dhusun Gunungsari,” Bowo mandeng kancane baka siji.

“Gunungsari rak calon lawane awake dhewe ta? Ana perlu apa nemoni kowe?’ pitakone Bagus.

“Ana sing dirundhingake karo aku,” Bowo mandheg sedhela anggone ngomong. Sajake ragu arep mbacutake. Sawise unjal ambegan dawa, banjur ngomong.

“Ngene.//... Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur uh Wohikembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik

Raygor, teks cerkak Sapa Eling Bakal Bekja yang telah diperbaiki di atas

berada pada tingkat enam dengan jumlah kalimat 11 dan jumlah kata sulit

sebanyak 27. Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat

keterbacaan untuk siswa kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 3)

Bowo banthuk-mathuk karo mesem. Dheweke banjur mandeng Bagus.

“Yen kowe piye, Gus?” “macan mati ninggalake lulang, gajah mati ninggalake gadhing.

Manungsa mati bisaa ninggalake amal kabecikaan. Rembug salimah, laku sajangkah kudu dipikir kanthi premana. Sepisan manungsa tumindak candhala, salawase urip bisa ora dipercaya. Mangkono prasetyaku,” wangsulane Bagus mantep.

Page 130: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

116  

“pokoke aku ora bakal kepencut ing godha. Dikaya ngapa aku bakal netepi tekat kawitan sing wis diikrarake, yaiku bakal nggondhol juwara maneh!” mangkono tekate Bambang.

“Semono uga aku Mbang,” Bagus nyengkuyung. “Embuh yen Bowo. Miliha miturut krenteking atimu!”

“Kanca-kancaku, tanpa njaluk tetimbangan karo sliramu, bengi iku aku wis nampik tembunge//...

Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 13,7 dan

jumlah kata sulit 38. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan invalid

sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak

sesuaian disebabkan karena jumlah kata sulit terlalu banyak sehingga

untuk menyesuaikannya harus mengganti kata-kata sulit tersebut dengan

kata yang lebih mudah tetapi tidak mengurangi arti kata yang diganti

tersebut. Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Mengganti kata “kabecikan” menjadi “becik”

Teks awal : Manungsa mati bisaa ninggalake amal kabecikan.

Teks perbaikan : Manungsa mati bisaa ninggalake amal becik.

b. Mengganti kata “premana” menjadi “tenan”

Teks awal : Rembug saklimah, laku sajangkah kudu dipikir

kanthi premana.

Teks perbaikan : Rembug saklimah, laku sajangkah kudu dipikir

kanthi tenan.

c. Mengganti kata “sepisan” menjadi “pisan”

Teks awal : Sepisan manungsa tumindak candhala, salawase

Page 131: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

117  

urip bisa ora dipercaya.

Teks perbaikan : Pisan manungsa tumindak candhala, salawase urip

bisa ora dipercaya.

d. Mengganti kata “candhala” menjadi “ala”

Teks awal : Pisan manungsa tumindak candhala, salawase urip

bisa ora dipercaya

Teks perbaikan : Pisan manungsa tumindak ala, salawase urip bisa

ora dipercaya

e. Mengganti kata “mangkono” menjadi “iku”

Teks awal : Dikaya ngapa aku bakal netepi tekat kawitan sing

wis diikrarake, yaiku bakal nggondhol juwara

maneh!” mangkono tekate Bambang.

Teks perbaikan : Dikaya ngapa aku bakal netepi tekat kawitan sing

wis diikrarake, yaiku bakal nggondhol juwara

maneh!” iku tekate Bambang.

f. Mengganti kata “juwara” menjadi “nomer”

Teks awal : Dikaya ngapa aku bakal netepi tekat kawitan sing

wis diikrarake, yaiku bakal nggondhol juwara

maneh!” iku tekate Bambang.

Teks perbaikan : Dikaya ngapa aku bakal netepi tekat kawitan sing

wis diikrarake, yaiku bakal nggondhol nomer

maneh!” iku tekate Bambang.

g. Mengganti kata “nggondhol” menjadi “antuk”

Page 132: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

118  

Teks awal : Dikaya ngapa aku bakal netepi tekat kawitan sing

wis diikrarake, yaiku bakal nggondhol nomer

maneh!” iku tekate Bambang.

Teks perbaikan : Dikaya ngapa aku bakal netepi tekat kawitan sing

wis diikrarake, yaiku bakal antuk nomer maneh!”

iku tekate Bambang.

h. Mengganti kata “miturut” menjadi “manut”

Teks awal : Miliha miturut krenteking atimu!

Teks perbaikan : Miliha manut krenteking atimu!

i. Menggabungkan dua kalimat menjadi satu kalimat

Kalimat awal macan mati ninggalake lulang, gajah mati

ninggalake gadhing.

Manungsa mati bisaa ninggalake amal becik.

Kalimat perbaikan macan mati ninggalake lulang, gajah mati

ninggalake gadhing, manungsa mati bisaa

ninggalake amal becik.

Kalimat awal sepisan manungsa tumindak candhala,

salawase urip bisa ora dipercaya.

“Mangkono prasetyaku,” wangsulane Bagus

mantep

Kalimat perbaikan "Pisan manungsa tumindak ala, salawase urip

bisa ora dipercaya, mangkono prasetyaku,”

Page 133: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

119  

wangsulane Bagus mantep.

Teks yang telah diperbaiki:

Bowo banthuk-mathuk karo mesem. Dheweke banjur mandeng Bagus.

“Yen kowe piye, Gus?” “Macan mati ninggalake lulang, gajah mati ninggalake gadhing,

manungsa mati bisaa ninggalake amal becik. Rembug salimah, laku sajangkah kudu dipikir kanthi tenan. Pisan manungsa tumindak candhala, salawase urip bisa ora dipercaya, mangkono prasetyaku,” wangsulane Bagus mantep.

“pokoke aku ora bakal kepencut ing godha. Dikaya ngapa aku bakal netepi tekat kawitan sing wis diikrarake, yaiku bakal antuk nomer maneh!” iku tekate Bambang.

“Semono uga aku Mbang,” Bagus nyengkuyung. “Embuh yen Bowo. Miliha manut krenteking atimu!”

“Kanca-kancaku, tanpa njaluk tetimbangan karo sliramu, bengi iku aku wis nampik tembunge//...

Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor,

teks cerkak Sapa Eling bakal Bekja yang telah diperbaiki di atas berada

pada tingkat enam dengan jumlah kalimat 11,7 dan jumlah kata sulit

sebanyak 28. Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat

keterbacaan untuk siswa kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 4)

Bambang sing biasane bisa gawe pandhange swasana mikir-mikir sedhela.

“Ngene....Ayo bab iki diaurake marang pak Santosa. Upamane sesuk ana kurang bejane kesebelasane awake dhewe, panjenengane ora bakal kagungan rasa piye-piye karo awake dhewe. Lan uga bisa paring keterangan marang wong liya, kalebu marang kanca-kancane dhewe.”

Rampung latihan, bocah telu mau banjur matur Pak Santosa, guru olah raga SD Bayemsari, kang dipercaya dadi pelatihe bocah-bocah. Pak Santosa banget anggone ngalembana Bambang, Bowo lan Bagus, marga wis duwe kekarepan kang becik.

Page 134: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

120  

Dina minggu kang ditetepake kanggo pertandhingan final wis tumeka. Ing lapangan wis andher kang padha arep//...

Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 7,8 dan

jumlah kata sulit 27. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan 7

sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak

sesuaian disebabkan karena jumlah kalimat terlalu sedikit sehingga untuk

memperbaikinya dengan cara membagi kalimat yang terlalu panjang

menjadi dua atau tiga kalimat. Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut

ini.

Perbaikan teks:

a. Membagi satu kalimat panjang menjadi dua kalimat

Kalimat awal Rampung latihan, bocah telu mau banjur matur

Pak Santosa, guru olah raga SD Bayemsari,

kang dipercaya dadi pelatihe bocah-bocah.

Kalimat perbaikan Rampung latihan, bocah telu mau banjur

matur Pak Santosa.

Pak santosa iku, guru olah raga SD

Bayemsari kang dipercaya dadi pelatihe

bocah-bocah.

Teks yang telah diperbaiki:

Bambang sing biasane bisa gawe pandhange swasana mikir-mikir sedhela.

“Ngene....Ayo bab iki diaurake marang pak Santosa. Upamane sesuk ana kurang bejane kesebelasane awake dhewe, panjenengane ora bakal kagungan rasa piye-piye karo awake dhewe. Lan uga bisa paring keterangan marang wong liya, kalebu marang kanca-kancane dhewe.”

Page 135: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

121  

Rampung latihan, bocah telu mau banjur matur Pak Santosa. Pak Santoso iku guru olah raga SD Bayemsari, kang dipercaya dadi pelatihe bocah-bocah. Pak Santosa banget anggone ngalembana Bambang, Bowo lan Bagus, marga wis duwe kekarepan kang becik.

Dina minggu kang ditetepake kanggo pertandhingan final wis tumeka. Ing lapangan wis andher kang padha arep//...

Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor,

teks cerkak Sapa Eling Bakal Bekja yang telah diperbaiki di atas berada

pada tingkat enam dengan jumlah kalimat 8,8 dan jumlah kata sulit

sebanyak 27. Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat

keterbacaan untuk siswa kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 5)

Wong kang nyoba nyogok KTB, isih kepengin ngglembuk. Nanging sadurunge ketekan karepe, Pak Santosa wis ngalang-alangi.

“Wonten napa Kang?” pitakone Pak Santoso. “Anu, Mas Guru. Anu...boten wonten napa-napa,” wangsulane

gugup. “Kula sampun ngertos kekajengan sampeyan. Sampeyan ta sing

nyobi nyogok lan ngglembuk lare-lare kula?” “Ah, boten kok. Boten leres niku, Mas Guru,” wong mau selak. “kang...bok nggih sampun ngaten niku. Atine lare-lare niku taksih

polos. Taksih murni. Taksih resik. Sampun diregeti ngangge bab-bab kang awon. Mesakaken piyambakipun. Nggih, ta?” ngandikane Pak Santosa pratitis.

Para pemain kang arep padha adu keprigelan wis mlayu-mlayu//... Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 16,8 dan

jumlah kata sulit 28. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan invalid

sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD.

Ketidaksesuaian disebabkan karena jumlah kalimat terlalu banyak

sehingga untuk menyesuaikannya dengan cara menggabungkan dua atau

Page 136: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

122  

tiga kalimat menjadi satu kalimat. Perbaikan teks dapat dilihat seperti

berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Menggabungkan dua kalimat menjadi satu kalimat.

Kalimat awal Wong kang nyoba nyogok KTB, isih kepengin

ngglembuk.

Nanging sadurunge ketekan karepe, Pak

Santoso wis ngalang-alangi.

Kalimat perbaikan Wong kang nyoba nyogok KTB, isih kepingin

ngglembuk, nanging sadurunge katekan karepe,

Pak Santoso wis ngalang-alangi.

Kalimat awal Ah, mboten kok.

Boten leres niku, Mas Guru.

Kalimat perbaikan Ah, mboten kok, boten leres niku, Mas Guru.

b. Menggabungkan lima kalimat menjadi satu kalimat.

Kalimat awal Atine lare-lare niku taksih polos.

Taksih murni.

Taksih resik.

Sampun diregeri ngangge bab-bab kang awon.

Mesakaken piyambakipun.

Kalimat perbaikan Atine lare-lare niku aksih polos, taksih murni,

taksih resik, sampun diregeti ngangge bab-bab

Page 137: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

123  

kang awon, mesakaken piyambakipun.

Teks yang telah diperbaiki:

Wong kang nyoba nyogok KTB, isih kepengin ngglembuk, nanging sadurunge ketekan karepe, Pak Santosa wis ngalang-alangi.

“Wonten napa Kang?” pitakone Pak Santoso. “Anu, Mas Guru. Anu...boten wonten napa-napa,” wangsulane

gugup. “Kula sampun ngertos kekajengan sampeyan. Sampeyan ta sing

nyobi nyogok lan ngglembuk lare-lare kula?” “Ah, boten kok, boten leres niku, Mas Guru,” wong mau selak. “kang...bok nggih sampun ngaten niku. Atine lare-lare niku taksih

polos, taksih murni, taksih resik, sampun diregeti ngangge bab-bab kang awon, mesakaken piyambakipun. Nggih, ta?” ngandikane Pak Santosa pratitis.

Para pemain kang arep padha adu keprigelan wis mlayu-mlayu//...

Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor,

teks cerkak Sapa Eling Bakal Bekja yang telah diperbaiki di atas berada

pada tingkat enam dengan jumlah kalimat 10,8 dan jumlah kata sulit

sebanyak 28. Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat

keterbacaan untuk siswa kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 6)

Wasit ngunekake sempritane. Pertandhingan bakal kawiwitan. Bayensari ana kidul, lan Gunungsari ana lor. Wiwit dhetik kapisanan pertandhingan wis rame banget. Panyerangan gilir gumanti. Kabeh padha ngotote. Meh ora ana wektu bal mandheg. Kridhane kang padha main pancen ngedap-edapi. Saya maneh ketambahan surake kang padha nonton. Nanging nganti setengah mainan, durung ana kang bisa njebolake gawange mungsuh.

Babak loro kawiwitan. Kaya kang diprintahake Pak Santoso, bocah bayemsari luwih mempeng anggone nyerang. Mula tandhange kaya alun segara. Meh kabeh pemain ngebyuk marang dhaerah Gunungsari. Ngerti dhaerah dibyuki mungsuh, bocah Gunungsari narik mundur pemaine. Sing ana ngarep mung kari Hendro, penyerang tengah//...

Page 138: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

124  

Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 15,8 dan

jumlah kata sulit 32. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan invalid

sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak

sesuaian disebabkan karena jumlah kalimat terlalu banyak dan jumlah kata

sulit juga terlalu banyak sehingga untuk memperbaikinya dengan cara

manggabungkan dua kalimat atau lebih menjadi satu kalimat. Untuk

jumlah kata sulit yang terlalu banyak dapat diperbaiki dengan cara

mengurangi jumlah kata sulit tersebut dengan cara mengganti kata-kata

yang dianggap sulit dengan kata yang lebih mudah. Perbaikan teks dapat

dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Mengganti kata “surake” menjadi “surak-surak”.

Teks awal : Saya maneh ketambahan surake kang padha

nonton.

Teks perbaikan : Saya maneh ketambahan surak-surak kang padha

nonton.

b. Mengganti kata “gawange” menjadi “gawang”.

Teks awal : Nanging nganti setengah mainan, durung ana kang

bisa njebolake gawange mungsuh.

Teks perbaikan : Nanging nganti setengah mainan, durung ana kang

bisa njebolake gawang mungsuh.

c. Mengganti kata”kang diprentahake” menjadi “ature”.

Page 139: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

125  

Teks awal : Kaya kang diprintahake Pak Santoso, bocah

bayemsari luwih mempeng anggone nyerang

Teks perbaikan : Kaya ature Pak Santoso, bocah bayemsari luwih

mempeng anggone nyerang

d. Mengganti kata “mungsuh” menjadi “lawan”

Teks awal : Nanging nganti setengah mainan, durung ana kang

bisa njebolake gawange mungsuh.

Teks perbaikan : Nanging nganti setengah mainan, durung ana kang

bisa njebolake gawange mungsuh.

e. Menggabungkan dua kalimat menjadi satu kalimat.

Kalimat awal Kridhane kang padha main pancen ngedap-

edapi.

Saya maneh ketambahan surake kang padha

nonton.

Kalimat perbaikan Kridhane kang padha main pancen ngedap-edapi,

saya maneh ketambahan surake kang padha

nonton.

Kalimat awal Kaya kang diprentahake Pak santoso, bocah

Bayemsari luwih mempeng anggone nyerang.

Mula tandhange kaya alun segara.

Kalimat perbaikan Kaya kang diprentahake Pak Santoso, bocah

Bayemsari luwih mempeng anggone nyerang,

Page 140: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

126  

mula tandhange kaya alun segara.

Kalimat awal Wasit ngunekake sempritane.

Pertandhingan bakal kawiwitan.

Kalimat perbaikan Wasit ngunekake sempritane tandha

pertandhingan bakal kawiwitan.

Kalimat awal Panyerangan gilir gumanti.

Kabeh padha ngotote.

Kalimat perbaikan Panyerangan gilir gumanti, kabeh padha ngotote.

Teks yang telah diperbaiki:

Wasit ngunekake sempritane tandha pertandhingan bakal kawiwitan. Bayensari ana kidul, lan Gunungsari ana lor. Wiwit dhetik kapisanan pertandhingan wis rame banget. Panyerangan gilir gumanti, kabeh padha ngotote. Meh ora ana wektu bal mandheg. Kridhane kang padha main pancen ngedap-edapi, saya maneh ketambahan surake kang padha nonton. Nanging nganti setengah mainan, durung ana kang bisa njebolake gawang lawan. Babak loro kawiwitan. Kaya kang diprintahake Pak Santoso, bocah bayemsari luwih mempeng anggone nyerang, mula tandhange kaya alun segara. Meh kabeh pemain ngebyuk marang dhaerah Gunungsari. Ngerti dhaerah dibyuki lawan, bocah Gunungsari narik mundur pemaine. Sing ana ngarep mung kari Hendro, penyerang tengah//... Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya

adalah mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik

Raygor, teks cerkak Sapa Eling Bakal Bekja yang telah diperbaiki di

atas berada pada tingkat enam dengan jumlah kalimat 28 dan jumlah

kata sulit sebanyak 11,8. Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan

tingkat keterbacaan untuk siswa kelas 6 sekolah dasar

Page 141: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

127  

Teks awal (bagian 7)

Sawijining wektu, Bowo kasil ngrebut bal saka sikile mungsuh. Bal terus digiring. Bagus lan Bambang golek posisi sing penak. Bowo ngoperake bal dhuwur marang Bambang. Bal ditampani nganggo sirahe. Nanging dheweke uga ngerti yen Bagus manggon ana dhaerah kang bebas. Mula bal enggal dioperake. Bal kang sareh tekane iku diendheg sedela dening Bowo, banjur ditendhang sarosane. Kaya panah kang lumepas saka gandhewa playune bal tumuju gawang. Eman, bal isih nyenggol tiang gawang, lan wekasane bisa dicandhak kiper Gunungsari.

Solahe suporter Bayemsari kang padha kuciwa maneka warna. Ana kang gedrug-gedrug. Ana kang ngeplak bathuke dhewe sakemenge. Ana kang ngantem epek//...

Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 13,7 dan

jumlah kata sulit 35. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan invalid

sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak

sesuaian disebabkan karena jumlah kalimat terlalu banyak dan jumlah kata

sulit juga terlalu banyak sehingga untuk memperbaikinya dengan cara

manggabungkan dua kalimat atau lebih menjadi satu kalimat. Untuk

jumlah kata sulit yang terlalu banyak dapat diperbaiki dengan cara

mengurangi jumlah kata sulit tersebut dengan cara mengganti kata-kata

yang dianggap sulit dengan kata yang lebih mudah. Perbaikan teks dapat

dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Mengganti kata “lumepas” menjadi “ucul”

Teks awal : Kaya panah kang lumepas saka gandhewa playune

bal tumuju gawang.

Teks perbaikan : Kaya panah kang ucul saka gandhewa playune bal

Page 142: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

128  

tumuju gawang.

b. Mengganti kata “kuciwa” menjadi “getun”

Teks awal : Solahe suporter Bayemsari kang padha kuciwa

maneka warna.

Teks perbaikan : Solahe suporter Bayemsari kang padha getun

maneka warna.

c. Mengganti kata “sikile” menjadi “sikil”

Teks awal : Sawijining wektu, Bowo kasil ngrebut bal saka

sikile mungsuh.

Teks perbaikan : Sawijining wektu, Bowo kasil ngrebut bal saka sikil

mungsuh.

d. Mengganti kata “mungsuh” menjadi “lawan”.

Teks awal : Sawijining wektu, Bowo kasil ngrebut bal saka

sikile mungsuh.

Teks perbaikan : Sawijining wektu, Bowo kasil ngrebut bal saka sikil

lawan.

e. Mengganti kata “sarosane” menjadi “kuwat-kuwat”

Teks awal : Bal kang sareh tekane iku diendheg sedela dening

Bowo, banjur ditendhang sarosane.

Teks perbaikan : Bal kang sareh tekane iku diendheg sedela dening

Bowo, banjur ditendhang kuwat-kuwat.

f. Mengganti kata “maneka warna” menjadi “aneh-aneh”

Page 143: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

129  

Teks awal : Solahe suporter Bayemsari kang padha getun

maneka warna.

Teks perbaikan : Solahe suporter Bayemsari kang padha getun

aneh-aneh.

g. Menggabungkan tiga kalimat menjadi satu kalimat.

Kalimat awal Ana kang gedrug-gedrug.

Ana kang ngeplak bathuke dhewe sakemenge.

Ana kang ngantem epek//...

Kalimat perbaikan Ana kang gedrug-gedrug, ana kang ngeplak

bathuke dhewe sakemenge, ana kang ngantem

epek//....

h. Menggabungkan dua kalimat menjadi satu kalimat.

Kalimat awal Nanging dheweke uga ngerti yen Bagus

manggon ana dhaerah kang bebas.

Mula, bal enggal dioperake

Kalimat perbaikan Nanging dheweke uga ngerti yen Bagus manggon

ana dhaerah kang bebas, mula bal enggal

dioperake.

Kalimat awal Bowo ngoperake bal dhuwur marang

bambang.

Bal ditampani nganggo sirahe.

Kalimat perbaikan Bowo ngoperake bal dhuwur marang Bambang

Page 144: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

130  

lan ditampani nganggo sirahe.

Teks yang telah diperbaiki:

Sawijining wektu, Bowo kasil ngrebut bal saka sikil lawan. Bal terus digiring. Bagus lan Bambang golek posisi sing penak. Bowo ngoperake bal dhuwur marang Bambang lan ditampani nganggo sirahe. Nanging dheweke uga ngerti yen Bagus manggon ana dhaerah kang bebas, mula bal enggal dioperake. Bal kang sareh tekane iku diendheg sedela dening Bowo, banjur ditendhang kuwat-kuwat. Kaya panah kang ucul saka gandhewa playune bal tumuju gawang. Eman, bal isih nyenggol tiang gawang, lan wekasane bisa dicandhak kiper Gunungsari. Solahe suporter Bayemsari kang padha getun aneh-aneh. Ana kang gedrug-gedrug ana kang ngeplak bathuke dhewe sakemenge, ana kang ngantem epek//... Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya

adalah mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik

Raygor, teks cerkak Sapa Eling Bakal Bekja yang telah diperbaiki di

atas berada pada tingkat enam dengan jumlah kalimat 29 dan jumlah

kata sulit sebanyak 9,8. Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan

tingkat keterbacaan untuk siswa kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 8)

Bocah-bocah Bayemsari saya mempeng. Nanging amarga kesenengen anggone nyerang, pertahanane lena. Sawise bisa nyandhak bal kop-kopane Bowo, Agus – kiper Gunungsari -, nendhang bal sakuwate ngarah marang Hendro. Hendro ngoyak bal, terus digiring. Bek Bayemsari uga ngoyak, nanging kalah cepet karo playune Hendro. Saiki dheweke mung kari nelukake kiper Bayemsari kang nyoba nutup gerakane. Pating brengok surake suporter Gunungsari. Atine Hendro saya gedhe. Ing ngarep mripate wis gemawang wewayangan sepatu bal anyar kang dijanjekake dening Pak Kadhuse. Kepingin gawe pangeram-eram bal diulik banjur ditendhang. Nanging amarga konsentrasine pecah, playune bal kurang ngarah. Bal mung kira-kira sekilan mleset saka//...

Page 145: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

131  

Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 11,7 dan

jumlah kata sulit 32. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan invalid

sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak

sesuaian disebabkan karena jumlah kalimat terlalu banyak dan jumlah kata

sulit juga terlalu banyak sehingga untuk memperbaikinya dengan cara

manggabungkan dua kalimat atau lebih menjadi satu kalimat. Untuk

jumlah kata sulit yang terlalu banyak dapat diperbaiki dengan cara

mengurangi jumlah kata sulit tersebut dengan cara mengganti kata-kata

yang dianggap sulit dengan kata yang lebih mudah. Perbaikan teks dapat

dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Mengganti kata “surake” menjadi “surak-surak”

Teks awal : Pating brengok surake suporter Gunungsari.

Teks perbaikan : Pating brengok surak-surak suporter Gunungsari

b. Mengganti kata “gemawang” menjadi “mbayang”

Teks awal : Ing ngarep mripate wis gemawang wewayangan

sepatu bal anyar kang dijanjekake dening Pak

Kadhuse

Teks perbaikan : Ing ngarep mripate wis mbayang wewayangan

sepatu bal anyar kang dijanjekake dening Pak

Kadhuse

c. Mengganti kata “kepingin” menjadi “pingin”

Page 146: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

132  

Teks awal : Kepingin gawe pangeram-eram bal diulik banjur

ditendhang.

Teks perbaikan : Pingin gawe pangeram-eram bal diulik banjur

ditendhang.

d. Mengganti kata “nyandhak” menjadi “nyekel”

Teks awal : Sawise bisa nyandhak bal kop-kopane Bowo, Agus

– kiper Gunungsari -, nendhang bal sakuwate

ngarah marang Hendro.

Teks perbaikan : Sawise bisa nyekel bal kop-kopane Bowo, Agus –

kiper Gunungsari -, nendhang bal sakuwate

ngarah marang Hendro.

e. Menggabungkan dua kalimat menjadi satu kalimat.

Kalimat awal Bocah-bocah Bayemsari saya mempeng.

Nanging, amarga kesenengen anggone

nyerang, pertahanane lena.

Kalimat perbaikan Bocah-bocah Bayemsari saya mempeng, nanging

amarga kesenengen anggone nyerang,

pertahanane lena.

Teks yang telah diperbaiki:

Bocah-bocah Bayemsari saya mempeng, nanging amarga kesenengen anggone nyerang, pertahanane lena. Sawise bisa nyekel bal kop-kopane Bowo, Agus – kiper Gunungsari -, nendhang bal sakuwate ngarah marang Hendro. Hendro ngoyak bal, terus digiring. Bek Bayemsari uga ngoyak, nanging kalah cepet karo playune Hendro. Saiki dheweke mung kari nelukake kiper Bayemsari kang nyoba nutup gerakane. Pating brengok surak-surak suporter Gunungsari. Atine

Page 147: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

133  

Hendro saya gedhe. Ing ngarep mripate wis mbayang wewayangan sepatu bal anyar kang dijanjekake dening Pak Kadhuse. Kepingin gawe pangeram-eram bal diulik banjur ditendhang. Nanging amarga konsentrasine pecah, playune bal kurang ngarah. Bal mung kira-kira sekilan mleset saka//...

Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya

adalah mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik

Raygor, teks cerkak Sapa Eling Bakal Bekja yang telah diperbaiki di atas

berada pada tingkat enam dengan jumlah kalimat 28 dan jumlah kata sulit

sebanyak 10,7. Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat

keterbacaan untuk siswa kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 9)

Ramene kang padha surak mbata rubuh. Blek lan slompret diunekake sinambi jejogetan ana pinggir lapangan. Wong-wong padha ngalem akal lan ukile Bambang kang wis kasil gawe gol. Pak Santoso disalami Pak Kadus. Bambang kang mlayu karo ngacungake tangane dioyak lan dirangkul kanca-kancane. Puncaking kabagyan kacipta sawise wasit ngunekake sempritan tandha perthandhingan wis rampung.

Pak santoso mlayu mlebu lapangan. Bambang dirangkul terus digendhong. Kanca-kancane ngarak ngubengi lapangan. Bocah cilik-cilik ngetutake ana burine karo jejogetan. Kabeh padha ngesokake gumbiraning ati.

“kita wis kasil menangake perthandhingan,” celathune Bagus marang Bambang lan Bowo nalika acara panyerahan piala bakal kawiwitan.

“Nanging//... Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 12,2 dan

jumlah kata sulit 33. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan invalid

sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak

sesuaian disebabkan karena jumlah kalimat terlalu banyak dan jumlah kata

sulit juga terlalu banyak sehingga untuk memperbaikinya dengan cara

Page 148: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

134  

manggabungkan dua kalimat atau lebih menjadi satu kalimat. Untuk

jumlah kata sulit yang terlalu banyak dapat diperbaiki dengan cara

mengurangi jumlah kata sulit tersebut dengan cara mengganti kata-kata

yang dianggap sulit dengan kata yang lebih mudah. Perbaikan teks dapat

dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Mengganti kata “ngubebengi” menjadi “mubeng”

Teks awal : Kanca-kancane ngarak ngubengi lapangan.

Teks perbaikan : Kanca-kancane ngarak mubeng lapangan.

b. Mengganti kata “sinambi” menjadi “karo”

Teks awal : Blek lan slompret diunekake sinambi jejogetan ana

pinggir lapangan.

Teks perbaikan : Blek lan slompret diunekake karo jejogetan ana

pinggir lapangan.

c. Mengganti kata “rampung” menjadi “purna”

Teks awal : Puncaking kabagyan kacipta sawise wasit

ngunekake sempritan tandha perthandhingan wis

rampung.

Teks perbaikan : Puncaking kabagyan kacipta sawise wasit

ngunekake sempritan tandha perthandhingan wis

purna.

d. Mengganti kata “ngetutake” menjadi “melu”

Page 149: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

135  

Teks awal : Bocah cilik-cilik ngetutake ana burine karo

jejogetan.

Teks perbaikan : Bocah cilik-cilik melu ana burine karo jejogetan.

e. Menggabungkan dua kalimat menjadi satu kalimat.

Teks awal Pak Santoso mlayu mlebu lapangan.

Bambang dirangkul terus digendhong.

Teks perbaikan Pak Santoso mlayu mlebu lapangan, Bambang

dirangkul terus digendhong.

Kalimat awal Kanca-kancane ngarak ngubengi lapangan.

Bocah cilik-cilik melu ana burine karo

jejogetan.

Kalimat perbaikan Kanca-kancane ngarak ngubengi lapangan, lan

bocah cilik-cilik melu ana burine karo jejogetan.

Teks yang telah diperbaiki:

Ramene kang padha surak mbata rubuh. Blek lan slompret diunekake karo jejogetan ana pinggir lapangan. Wong-wong padha ngalem akal lan ukile Bambang kang wis kasil gawe gol. Pak Santoso disalami Pak Kadus. Bambang kang mlayu karo ngacungake tangane dioyak lan dirangkul kanca-kancane. Puncaking kabagyan kacipta sawise wasit ngunekake sempritan tandha perthandhingan wis purna.

Pak santoso mlayu mlebu lapangan Bambang dirangkul terus digendhong. Kanca-kancane ngarak mubeng lapangan, lan bocah cilik-cilik melu ana burine karo jejogetan. Kabeh padha ngesokake gumbiraning ati.

“kita wis kasil menangake perthandhingan,” celathune Bagus marang Bambang lan Bowo nalika acara panyerahan piala bakal kawiwitan.

“Nanging//...

Page 150: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

136  

Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik Raygor,

teks cerkak Sapa Eling Bakal Bekja yang telah diperbaiki di atas berada

pada tingkat enam dengan jumlah kalimat 29 dan jumlah kata sulit

sebanyak 10,2. Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan tingkat

keterbacaan untuk siswa kelas 6 sekolah dasar.

6. Teks cerkak “Beda Papan Beda Aturan”

Teks awal (bagian 1)

Kanggo ngisi liburan panjang, anggota penggalang putra gugus dhepan SMP-ne Wasis bakal nganakake perkemahan. Mesthi wae bocah-bocah mau luwih dhisik nyuwun palilahe Bapak Kepala Sekolah minangka Kamabagus lan Kak Parman minangka Pembina putra. Kajaba saka ikuuga njaluk idin bapak lurah sing mengku panggonan kang bakal kanggo lokasi perkemahan.sadina sadurunge bocah-bocah bidhal, Kak Parman wis maringi ular-ular utawa pitutur apa kang kudu ditindakake bocah-bocah lan apa kang ora kena ditindakake. Sing wigati, anggota Pramuka mono kudu bisa ngamalake isine Dasa dharma ing sadhengah panggonan.

Wis sawetara wektu kendharaan kang nggawa bocah-bocah mau ninggalake//....

Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 16,8 dan

jumlah kata sulit 28. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan invalid

sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa SD. Ketidak

sesuaian disebabkan karena jumlah kalimat terlalu banyak dan jumlah

kata sulit juga terlalu banyak sehingga untuk memperbaikinya dengan

cara manggabungkan dua kalimat atau lebih menjadi satu kalimat. Untuk

jumlah kata sulit yang terlalu banyak dapat diperbaiki dengan cara

Page 151: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

137  

mengurangi jumlah kata sulit tersebut dengan cara mengganti kata-kata

yang dianggap sulit dengan kata yang lebih mudah. Perbaikan teks dapat

dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. mengganti kata “panjang” menjadi ‘dawa”

Teks awal : Kanggo ngisi wektu liburan panjang, anggota

penggalangputra gugus dhepan SMP-ne Wasis

bakal nganakake perkemahan.

Teks perbaikan : Kanggo ngisi wektu liburan dawa, anggota

penggalang gugus dhepan SMP-ne wasis bakal

nganakake perkemahan.

b. Mengganti kata “maringi” menjadi “paring”

Teks awal : Sadina sadurunge bocah-bocah budhal, Kak

Parman wis maringi ular-ular utawa pitutur apa

kang kudhu ditindhakake bocah-bocah lan apa

kang ora kena ditindakake.

Teks perbaikan : Sadina sadurunge bocah-bocah budhal, Kak

parman is paring ular-ular utawa pitutur apa

kang kudhu ditindakake bocah-bocah lan apa

kang ora kena ditindakake.

c. Mengganti kata “wigati” menjadi “utama”

Page 152: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

138  

Teks awal : Sing wigati, anggota Pramuka mono kudu bisa

ngamalake isine Dasa Dharma ing sadhengah

panggonan

Teks perbaikan : Sing utama, anggota Pramuka mono kudu bisa

ngamalake isine Dasa Dharma ing sadhengah

panggonan.

d. Mengubah kalimat yang panjang menjadi 2 kalimat yang lebih

pendek.

Kalimat sebelum:

Mesthi wae bocah-bocah mau luwih dhisik nyuwun palilahe Bapak

kepala Sekolah minangka Kamabagus lan Kak Parman minangka

Pembina Putra.

Menjadi:

- Mesthi wae bocah-bocah mau luwih dhisik nyuwun palilahe Bapak

Kepala Sekolah lan Kak Parman.

- Bapak Kepala Sekolah iku minangka Kamabagus lan Kak Parman

minangka Pembina Putra.

Kalimat awal:

Sadina sadurunge bocah-bocah budhal, kak Parman wis paring ular-

ular utawa pitutur apa kang kudu ditindakake bocah-bocah lan apa

kang ora kena ditindakake.

Page 153: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

139  

Menjadi:

- Sadina sadurunge budhal, Kak Parman wis paring ular-ular utawa

pitutur.

- Isine pitutur yaiku apa kang kudu ditindakake lan apa kang ora

kena ditindakake.

e. Mengubah atau menyederhanakan kalimat panjang menjadi kalimat

yang lebih pendek tanpa mengubah arti atau makna.

Kalimat awal:

Kajaba saka iku uga njaluk idin bapak lurah sing mengku panggonan

kang bakal kanggo lokasi perkemahan.

Menjadi:

Kajaba iku, uga njaluk idin bapak lurah sing mengku panggonan

lokasi perkemahan

Kalimat awal:

Sing utama, anggota Pramuka mono kudu bisa ngamalake isine Dasa

Dharma ing sadhengah papan

Kalimat perbaikan:

Sing utama, anggota Pramuka mono kudu bisa ngamalake isine Dasa

Dharma ing papan ngendi wae.

Teks teks yang telah diperbaiki:

Kanggo ngisi liburan dawa, anggota penggalang putra gugus dhepan SMP-ne Wasis bakal nganakake perkemahan. Mesthi wae bocah-bocah mau luwih dhisik nyuwun palilahe Bapak Kepala Sekolah lan Kak Parman. Bapak Kepala Sekolah iku minangka

Page 154: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

140  

Kamabagus lan Kak Parman minangka Pembina putra. Kajaba iku uga njaluk idin bapak lurah sing mengku panggonan kang lokasi perkemahan. Sadina sadurunge budhal, Kak Parman wis paring ular-ular utawa pitutur. Pitutur yaiku apa kang kudu ditindakake lan apa kang ora kena ditindakake. Sing utama, anggota Pramuka mono kudu bisa ngamalake isine Dasa dharma ing papan ngendi wae.

Wis sawetara wektu kendharaan kang nggawa bocah-bocah mau ninggalake//....

Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya

adalah mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik

Raygor, teks Beda papan Beda Aturan yang telah diperbaiki di atas

berada pada tingkat enam dengan jumlah kalimat 7.8 dan jumlah kata

sulit sebanyak 25. Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan

tingkat keterbacaan untuk siswa kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 2)

“Bener. Bener. Saiki seje sing dirembug, “ Wasis munggel pacelathon sawetara.

“Kaya kang wis kapacak ana daftar iki, saben wengi kudu ana sing jaga. Jadwale iki. Dakjaluk kabeh kudu gelem nuhoni kewajibane. Dene acara bakti masyarakat sesuk, aku mau wis matur pak lurah bakal ngresiki sakiwa tengene masjid lan kantor kalurahan. Kabeh kudu melu, kajaba sing tugas masak.”

“Sing tugas masak sapa, Sis?” pitakone Jarot. “Supaya ora iren, piye yen dilotre?” Tejo usul. “Setuju....,” wangsulane liyane. “ya, yen kabeh sarujuk ayo dilotre!” celathune Wasis. Dheweke banjur ngetokake rek jres saka kanthongane.

Isine disuntak, banjur dheweke njupuk 13, padha karo cacake anggota regu.//

Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 13

dan jumlah kata sulit 33. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan

Page 155: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

141  

invalid sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa

SD. Ketidak sesuaian disebabkan karena jumlah kalimat terlalu

banyak dan jumlah kata sulit juga terlalu banyak sehingga untuk

memperbaikinya dengan cara manggabungkan dua kalimat atau lebih

menjadi satu kalimat. Untuk jumlah kata sulit yang terlalu banyak

dapat diperbaiki dengan cara mengurangi jumlah kata sulit tersebut

dengan cara mengganti kata-kata yang dianggap sulit dengan kata

yang lebih mudah. Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Mengganti kata “sakiwa” menjadi “kiwa”

Teks awal : Dene acara bakti masyarakat sesuk, aku mau

wis matur pak lurah bakal ngresiki sakiwa

tengene masjid lan kantor kalurahan.

Teks perbaikan : Dene acara bakti masyarakat sesuk, aku mau

wis matur pak lurah bakal ngresiki kiwa

tengene masjid lan kantor kalurahan.

b. Mengganti kata “tengene” menjadi “tengen”

Teks awal : Dene acara bakti masyarakat sesuk, aku mau

wis matur pak lurah bakal ngresiki kiwa

tengene masjid lan kantor kalurahan.

Page 156: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

142  

Teks perbaikan : Dene acara bakti masyarakat sesuk, aku mau

wis matur pak lurah bakal ngresiki kiwa

tengen masjid lan kantor kalurahan.

c. Mengganti kata “dheweke” menjadi “Wasis”

Teks awal : Dheweke banjur ngetokake rek jres saka

kanthongane.

Teks perbaikan : Wasis banjur ngetokake rek jres saka

kanthongane.

d. Mengganti kata “kanthongane” menjadi “sake”

Teks awal : Dheweke banjur ngetokake rek jres saka

kanthongane.

Teks perbaikan : Dheweke banjur ngetokake rek jres saka sake.

e. Menggabungkan tiga kalimat menjadi satu kalimat.

Kalimat awal Bener.

Bener.

Saiki seje sing dirembug.

kalimat perbaikan Bener bener saiki seje sing dirembug.

f. Menggabungkan dua kalimat menjadi satu kalimat.

Kalimat awal Dene acara bakti masyarakat sesuk, aku

mau wis matur Pak Lurah bakal ngresiki

sakiwa tengene masjid lan kantor

kelurahan.

Page 157: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

143  

kabeh kudu melu, kajaba sing tugas

masak.

Kalimat perbaikan Dene acara bakti masyarakat sesuk, aku mau

wis matur Pak Lurah bakal ngresiki sakiwa

tengene masjid lan kantor kelurahan, kabeh

kudu melu, kajaba sing tugas masak.

Kalimat awal Wasis banjur ngetokake rek jres saka

kanthongane.

Isine disuntak, banjur dheweke

Kalimat perbaikan Wasis banjur ngetokake rek jres saka

kanthongane, isine disuntak, banjur dheweke

njupuk 13, padha karo cacahe anggota regu.

Teks yang telah diperbaiki:

“Bener. Bener. Saiki seje sing dirembug, “ Wasis munggel pacelathon sawetara.

“Kaya kang wis kapacak ana daftar iki, saben wengi kudu ana sing jaga. Jadwale iki. Dakjaluk kabeh kudu gelem nuhoni kewajibane. Dene acara bakti masyarakat sesuk, aku mau wis matur pak lurah bakal ngresiki sakiwa tengene masjid lan kantor kalurahan. Kabeh kudu melu, kajaba sing tugas masak.”

“Sing tugas masak sapa, Sis?” pitakone Jarot. “Supaya ora iren, piye yen dilotre?” Tejo usul. “Setuju....,” wangsulane liyane. “ya, yen kabeh sarujuk ayo dilotre!” celathune Wasis. Dheweke banjur ngetokake rek jres saka kanthongane.

Isine disuntak, banjur dheweke njupuk 13, padha karo cacake anggota regu.//

Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya

adalah mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik

Page 158: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

144  

Raygor, teks cerkak Beda Papan Beda Aturan yang telah diperbaiki di

atas berada pada tingkat enam dengan jumlah kalimat 29 dan jumlah

kata sulit sebanyak 9. Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan

tingkat keterbacaan untuk siswa kelas 6 sekolah dasar.

Teks awal (bagian 3)

“Muliha kana! Njaluk dulang ibumu! Ana kene mundhak mung gawe perkara!” Yadi orabisa ngampet mangkele.

“Her!” celathune Wasis. “ Kowe kena mulih, ning kedadeyan iki bakal dekaturake Kak Parman.”

“Aja... aja!” Heri kaweden. “Yen pengin ora dakaturake, kowe kudu tetep ana kene!

Piye?” Heri manthuk. “Nanging sarate, Kowe kudu gelem nyambut gawe

bebarengan.” “Umpamane aku Ora bisa?” “Kudu gelem latihan. Perkemahan mono kalebu sarana

supaya aku lan kowe duwe rasa tanggung jawab ngayahi kuwajiban. Saengga bisa urup mandhiri. Pakulinan kang ana ngomah, aja digawa ing papan perkemahan kene. Ing kene ora ana laden-ladenan. Beda papan beda aturan. Bisa mangerteni//...

Dari teks awal di atas diketahui bahwa jumlah kalimat 17,4

dan jumlah kata sulit 30. Ini berarti sama dengan tingkat keterbacaan

invalid sehingga teks di atas tidak sesuai dengan keterbacaan siswa

SD. Ketidak sesuaian disebabkan karena jumlah kalimat terlalu

banyak dan jumlah kata sulit juga terlalu banyak sehingga untuk

memperbaikinya dengan cara manggabungkan dua kalimat atau lebih

menjadi satu kalimat. Untuk jumlah kata sulit yang terlalu banyak

dapat diperbaiki dengan cara mengurangi jumlah kata sulit tersebut

Page 159: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

145  

dengan cara mengganti kata-kata yang dianggap sulit dengan kata

yang lebih mudah. Perbaikan teks dapat dilihat seperti berikut ini.

Perbaikan teks:

a. Mengganti kata “mangkele” menjadi “nesu”

Teks awal : Yadi ora bisa ngampet mangkele.

Teks perbaikan : Yadi ora bisa ngampet nesu.

b. Mengganti kata “upamane” menjadi “yen”

Teks awal : Upamane aku ora bisa?

Teks perbaikan : Yen aku ora bisa?

c. Menggabungkan dua kalimat menjadi satu kalimat.

Kalimat awal Muliha kana!

Njaluk dulang ibumu!

Kalimat perbaikan Muliha kana, njaluk dulang ibumu!

Kalimat awal “Her!” celathune Wasis.

“Kowe kena mulih, ning kedadeyan iki

bakal dakaturake Kak Parman.”

Kalimat perbaikan “Her, kowe kena mulih, ning kedadeyan iki

bakal dakaturake Kak Parman,” celathune

Wasis.

Kalimat awal Perkemahan mono kalebu sarana supaya

aku lan kowe duwe rasa tanggung jawab

ngayahi kuwajiban.

Page 160: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

146  

Saengga bisa urip mandhiri.

Kalimat perbaikan Perkemahan mono kalebu sarana supaya aku

lan kowe duwe rasa tanggung jawab ngayahi

kuwajiban, saengga bisa urip mandhiri.

Kalimat awal Ing kene ora ana laden-ladenan.

Beda papan beda aturan.

Kalimat perbaikan Ing kene ora ana laden-ladenan, beda papan

beda aturan.

Teks yang telah diperbaiki:

“Muliha kana, njaluk dulang ibumu! Ana kene mundhak mung gawe perkara!” Yadi ora bisa ngampet nesu.

“Her, kowe kena mulih, ning kedadeyan iki bakal dekaturake Kak Parman,” celathune Wasis.

“Aja... aja!” Heri kaweden. “Yen pengin ora dakaturake, kowe kudu tetep ana kene!

Piye?” Heri manthuk. “Nanging sarate, Kowe kudu gelem nyambut gawe

bebarengan.” “Yen aku ora bisa?” “Kudu gelem latihan. Perkemahan mono kalebu sarana

supaya aku lan kowe duwe rasa tanggung jawab ngayahi kuwajiban, saengga bisa urup mandhiri. Pakulinan kang ana ngomah, aja digawa ing papan perkemahan kene. Ing kene ora ana laden-ladenan, beda papan beda aturan. Bisa mangerteni//...

Setelah perbaikan teks dilakukan maka langkah selanjutnya

adalah mengukur kembali tingkat keterbacaannya. Berdasarkan grafik

Raygor, teks cerkak Beda Papan Beda Aturan yang telah diperbaiki di

atas berada pada tingkat enam dengan jumlah kalimat 12,4 dan jumlah

Page 161: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

147  

kata sulit sebanyak 28. Ini berarti teks tersebut sudah sesuai dengan

tingkat keterbacaan untuk siswa kelas 6 sekolah dasar.

Page 162: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

 

148

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Dari penelitian yang dilakukan terhadap teks dalam buku kumpulan cerkak

berjudul Ngundhuh Wohing Pakarti berkaitan dengan masalah keterbacaan, dapat

diambil simpulan sebagai berikut.

1. Teks cerita cekak dalam buku Ngundhuh Wohing Pakarti berjumlah 17

cerkak. Berdasarkan perhitungan dengan grafik raygor, dari 17 teks

tersebut, 64,7% atau sebanyak 11 teks sesuai dengan tingkatan sekolah

dasar dan sisanya yakni sebanyak 35,3% atau 6 teks tidak sesuai dengan

tingkatan siswa sekolah dasar. Dari 11 teks yang sesuai, sebanyak 8 teks

menunjukkan tingkat keterbacaan pada level kelas VI (enam), 1 teks pada

level kelas V (lima) dan 2 wacana pada level kelas IV (empat).

2. Sebanyak 6 teks yang tidak sesuai tersebut, disesuaikan agar menjadi

sesuai dengan tingkatan siswa sekolah dasar. Perbaikan teks disesuaikan

dengan tingkat keterbacaan terdekat. Penyesuaikan dilakukan dengan

mengganti kata-kata sulit dan menambah jumlah kalimat dengan cara

membagi kalimat yang terlalu panjang kedalam dua kalimat atau lebih.

Sedangkan jumlah kalimat yang terlalu banyak dalam 100 perkataan,

diperkecil jumlahnya dengan menggabungkan dua atau tiga kalimat

menjadi satu kalimat. Teks-teks yang disesuaikan tersebut adalah

Ngundhuh Wohing Pakarti, Cakra Manggilingan, Sapa Sembrana Bakal

Cilaka, Aja Dumeh, Sapa Eling Bakal Beja, Beda Papan Beda Aturan.

Page 163: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

149

5.2 Saran

1. Berdasarkan hasil penelitian, buku bacaan Ngundhuh Wohing Pakarti

sebaiknya digunakan sebagai bahan ajar membaca untuk siswa kelas VI

sekolah dasar.

2. Untuk peneliti yang akan melakukan penelitian dengan tema yang sama,

dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk membandingkan tingkat

keterbacaan wacana pada buku pelajaran bahasa jawa lainnya.

Page 164: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

150

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas. 2006. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta. Dewi, Ratna Kartika. 2010. Tingkat Kekomunikatifan Wacana pada Buku Teks

Aruming Basa Jawi 1 Kelas VII Di SMP Negeri 3 Purworejo Klampok. Skripsi PBSJ.

Geocities. http://daudp65.byethost4.com/baca2/reading-mater-readability4.htm.

diunduh selasa, 15 maret 2011. Hardjasujana dan Yeti Mulyati. 1997. Membaca 2. Jakarta: Depdikbud Hariyadi, Sugeng. 2003. Psikologi Perkembangan. Semarang: UPT MKDK

Unnes. Indiatmoko, Bambang. Dkk.1997. Kesejajaran Antara Tingkat Keterbacaan

Dengan Kemampuan Membaca dan Menyesuaikan Tingkat Keterbacaan Untuk Bahan Ajar di Sekolah. Makalah Disajikan Dalam Seminar Lokakarya Guru-Guru SD, SMP, dan SMA, Pekalongan, 5-7 Desember.

Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. Jakararta: Gramedia. Larasati, Noer Sunyi L N. 2008. Penyesuaian Tingkat Keterbacaan Berdasarkan

Grafik Fry Terhadap Teks Bacaan Buku Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Terbitan Erlangga. Skripsi PBSI.

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. Mulyana. 2005. Kajian Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana. Munib, Achmad. dkk. 2004. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT MKK

Unnes. Nababan dan Sri Utari Subyakto. 1993. Metode Pengajaran Bahasa. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama. Nofianti. 2009. Kualitas Buku Pelajaran Trampil basa Jawi Kelas X Terbitan

Aneka Ilmu (Kajian Keterbacaan dan Kosakata sulit Dalam Wacana). Skripsi PBSJ.

Page 165: PADA SISWA SEKOLAH DASARlib.unnes.ac.id/9062/1/6693.pdfvi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Keterbacaan

151

Parera, Jos Daniel. 1996. Pedoman Kegiatan Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: ITB.

Siahaan, Bistok. A. 1987. Pengembanangan Materi Pengajaran Bahasa FPS 626.

Jakarta: Depdikbud. Sumarlam, dkk. 2008. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka

Cakra. Suherli. 2009. http://argumen-apbi.blogspot.com/2009/02/pembelajaran-

membaca-berbasis-teks.html. Diunduh Sabtu, 5 Maret 2011. Sukmadinata, Nana Syaodah. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya. Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. 2006. Metode Penelitian Pendidikan.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tarigan, Hanry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa Bandung. Wagiran. 2006. Penulisan Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

(Makalah). Semarang: FBS Unnes. www. Sibi. or.id. www. Wikipedia.org