PRANCANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN KESEHATAN …

12
1 PRANCANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN MEMANFAATKAN RADIO FREQUENCY IDENTIFICATION (RFID) READER BERBASIS E-KTP Riky Abdul Gani Anwar 1 , Kartarina 2 , Miftahul Madani 3 1,2 ,3 Universitas Bumigora Artikel Info ABSTRAK Kata-kata kunci Untuk mendapatkan pelayanan pada Puskesmas Sakra Kabupaten Lombok Timur, pengunjung puskesmas harus daftar di loket, yang kemudian melakukan antrean di poli tujuan, walaupun pasien merupakan pasien terdaftar, sehingga setiap kunjungan, maka staf puskesmas memastikan apakah pasien terdaftar atau tidak, hal tersebut menjadikan pelayanan masyarakat di puskesmas menjadi lama. Dari permasalahan tersebut penulis mencoba membuat sistem antrean tunggu dengan memanfaatkan teknologi RFID dengan media e- KTP. Dengan memindai e-KTP akan memberikan informasi data pengunjung puskesmas, sehingga petugas tidak perlu mendata ulang pengunjung tiap kali kunjungan, pendataan hanya dilakukan untuk pengunjung pasien baru, antrean loket kunjungan menjadi lebih cepat karena satu fase dapat dikurangi dalam sistem antrean yang dirancang. Metodologi pengembangan perangkat lunak menggunakan Guidelines for Rapid Application Engineering (GRAPPLE) agar dapat menghasilkan sistem berorientasi objek tanpa mengurangi kualitas sistem yang dibangun. Mempunyai lima tahapan yaitu, Requirement Gathering, Analysis, Design, Development, dan Deployment. Penelitian ini memanfaatkan e-KTP untuk membangun sistem informasi antrean yang dapat memberikan kemudahan pasien untuk mendapatkan pelayanan secara mudah dan efisien dan petugas kesehatan dalam mengelola data. Sistem Informasi dapat dibuat dan dioperasikan dengan mikrokontroler ESP8266 sebagai pusat kendali rangkaian, RFID reader yang mampu membaca kartu RFID konvensional dengan jarak toleransi 5 cm tanpa media penghalang, untuk media penghalang plastik 2 mm RFID reader mampu membaca dengan jarak 4,5 cm, pada e-KTP mampu membaca dengan jarak 2,5 cm tanpa media penghalang dan pada media penghalang plastik ketebalan 2 mm mampu membaca dengan jarak toleransi 2 cm jadi jarak baca di pengaruhi oleh media penghalang seperti plastik, dan berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada staf Puskesmas Sakra dan masyarakat umum, sistem informasi yang layak untuk di implementasikan. Internet of Things, RFID, e-KTP, rekam medis, sistem antrean Article Info ABSTRAC Keywords To get services at the Sakra Primary Health Care, East Lombok district, visitors must register at the counter, then queues at the specialist doctor that they need. Although the patient is a registered one, in each visit the staff makes sure whether the patient is registered or not, which makes the service at the primary health care takes a long time. From these problems, the authors tried to create a waiting-queue system by utilizing RFID technology with Indonesia's Electronic ID card (e-KTP). Scanning the e-KTP will provide information on visitors to the officers so they do not need to re-record visitors every time they visit. The data collection is only be done for new patients, so the queue for visiting counters becomes faster because one phase can be reduced in the designed queue system. The software development methodology uses the Guidelines for Rapid Application Engineering (GRAPPLE) to produce object-oriented systems without reducing the quality of the system built. It has five stages, namely, Requirements Gathering, Analysis, Design, Development, and Deployment. This study utilizes e-KTP to build a queue information system that can make it easy for patients to get services easily and efficiently for health workers in managing data. Information systems can be created and operated with the ESP8266 microcontroller as a circuit control center. While the RFID reader is capable of reading the RFID card conventional with a tolerance distance of 5 cm without barrier media, for barrier media 2 mm plastic RFID reader can read at a distance of 4.5 cm. It capable read e-KTP at a distance of 2.5 cm without barrier media and on plastic barrier media 2 mm thickness, it can read with a tolerance distance of 2 cm so the reading distance is affected by barrier media such as plastic, and based on the results of the questionnaire given to the staff of Puskesmas Sakra and the general public, the information system is feasible to be implemented. Internet of Things, RFID, e-KTP, medical records, waiting-queue system

Transcript of PRANCANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN KESEHATAN …

Page 1: PRANCANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN KESEHATAN …

1

PRANCANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN KESEHATAN

MASYARAKAT DENGAN MEMANFAATKAN RADIO FREQUENCY

IDENTIFICATION (RFID) READER BERBASIS E-KTP

Riky Abdul Gani Anwar1 , Kartarina2, Miftahul Madani3

1,2 ,3Universitas Bumigora

Artikel Info ABSTRAK

Kata-kata kunci Untuk mendapatkan pelayanan pada Puskesmas Sakra Kabupaten Lombok Timur,

pengunjung puskesmas harus daftar di loket, yang kemudian melakukan antrean di poli

tujuan, walaupun pasien merupakan pasien terdaftar, sehingga setiap kunjungan, maka staf

puskesmas memastikan apakah pasien terdaftar atau tidak, hal tersebut menjadikan pelayanan masyarakat di puskesmas menjadi lama. Dari permasalahan tersebut penulis mencoba

membuat sistem antrean tunggu dengan memanfaatkan teknologi RFID dengan media e-

KTP. Dengan memindai e-KTP akan memberikan informasi data pengunjung puskesmas,

sehingga petugas tidak perlu mendata ulang pengunjung tiap kali kunjungan, pendataan hanya dilakukan untuk pengunjung pasien baru, antrean loket kunjungan menjadi lebih cepat

karena satu fase dapat dikurangi dalam sistem antrean yang dirancang.

Metodologi pengembangan perangkat lunak menggunakan Guidelines for Rapid

Application Engineering (GRAPPLE) agar dapat menghasilkan sistem berorientasi objek tanpa mengurangi kualitas sistem yang dibangun. Mempunyai lima tahapan yaitu,

Requirement Gathering, Analysis, Design, Development, dan Deployment.

Penelitian ini memanfaatkan e-KTP untuk membangun sistem informasi antrean

yang dapat memberikan kemudahan pasien untuk mendapatkan pelayanan secara mudah dan efisien dan petugas kesehatan dalam mengelola data.

Sistem Informasi dapat dibuat dan dioperasikan dengan mikrokontroler ESP8266

sebagai pusat kendali rangkaian, RFID reader yang mampu membaca kartu RFID

konvensional dengan jarak toleransi 5 cm tanpa media penghalang, untuk media penghalang plastik 2 mm RFID reader mampu membaca dengan jarak 4,5 cm, pada e-KTP mampu

membaca dengan jarak 2,5 cm tanpa media penghalang dan pada media penghalang plastik

ketebalan 2 mm mampu membaca dengan jarak toleransi 2 cm jadi jarak baca di pengaruhi

oleh media penghalang seperti plastik, dan berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada staf Puskesmas Sakra dan masyarakat umum, sistem informasi yang layak untuk di

implementasikan.

Internet of Things,

RFID, e-KTP, rekam

medis, sistem antrean

Article Info ABSTRAC

Keywords To get services at the Sakra Primary Health Care, East Lombok district, visitors must

register at the counter, then queues at the specialist doctor that they need. Although the patient

is a registered one, in each visit the staff makes sure whether the patient is registered or not,

which makes the service at the primary health care takes a long time. From these problems, the authors tried to create a waiting-queue system by utilizing RFID technology with

Indonesia's Electronic ID card (e-KTP). Scanning the e-KTP will provide information on

visitors to the officers so they do not need to re-record visitors every time they visit. The data

collection is only be done for new patients, so the queue for visiting counters becomes faster because one phase can be reduced in the designed queue system.

The software development methodology uses the Guidelines for Rapid Application

Engineering (GRAPPLE) to produce object-oriented systems without reducing the quality of

the system built. It has five stages, namely, Requirements Gathering, Analysis, Design,

Development, and Deployment.

This study utilizes e-KTP to build a queue information system that can make it easy

for patients to get services easily and efficiently for health workers in managing data.

Information systems can be created and operated with the ESP8266 microcontroller as a circuit control center. While the RFID reader is capable of reading the RFID card

conventional with a tolerance distance of 5 cm without barrier media, for barrier media 2 mm

plastic RFID reader can read at a distance of 4.5 cm. It capable read e-KTP at a distance of 2.5 cm without barrier media and on plastic barrier media 2 mm thickness, it can read with a

tolerance distance of 2 cm so the reading distance is affected by barrier media such as plastic, and based on the results of the questionnaire given to the staff of Puskesmas Sakra and the

general public, the information system is feasible to be implemented.

Internet of Things,

RFID, e-KTP, medical

records, waiting-queue

system

Page 2: PRANCANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN KESEHATAN …

2

1. PENDAHULUAN

Seiring dengan pertambahan penduduk yang semakin pesat di Indonesia sekarang ini mengharuskan kita

semua untuk membudayakan antre, terutama tempat padat akan aktivitas masyarakat. Antrean merupakan

aktivitas menunggu untuk dilayani oleh satu orang atau lebih untuk mendapatkan pelayanan yang diinginkan,

Fenomena ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara yang dilayani dan pelayanannya, sehingga

menimbulkan kerugian pada badan usaha atau lembaga tersebut.

Mendapatkan pelayanan kesehatan susah ditentukan jumlah trafik, karena kita tidak tahu kapan orang

sakit atau membutuhkan layanan kesehatan[1]. Hal ini tentu sangat mempengaruhi jumlah antrean pada pelayanan

kesehatan. Dalam kunjungan ke pelayanan kesehatan pengunjung biasanya akan di berikan kartu berobat, kartu

tersebut berupa identitas pasien sebagai bukti pendaftaran, sering kali kartu tersebut rusak atau pasien tidak

membawa, untuk mendapatkan pelayanan pada Puskesmas Sakra kabupaten Lombok Timur, pengunjung

puskesmas harus melakukan antrean loket terlebih dahulu untuk melakukan pendaftaran atau pendataan ulang,

kemudian melakukan antrean di poli tujuan, walaupun pasien merupakan pasien terdaftar pasien tetap harus

melalui antrean loket, sehingga setiap kunjungan, maka staf puskesmas memastikan apakah pasien terdaftar atau

tidak, hal tersebut menjadikan pelayanan menjadi lebih lama. Dari permasalahan tersebut penulis mencoba

membuat sistem antrean tunggu dengan memanfaatkan teknologi RFID dengan media e-KTP. Dengan memindai

e-KTP akan memberikan informasi data pengunjung puskesmas, sehingga petugas tidak perlu mendata ulang

pengunjung tiap kali kunjungan, pendataan hanya dilakukan untuk pengunjung pasien baru, antrean loket

kunjungan menjadi lebih cepat karena satu fase dapat dikurangi dalam sistem antrean yang dirancang.

Teknologi RFID (Radio Frequency Identification) merupakan teknologi yang dapat melakukan many-to-

many communication artinya banyak reader dapat membaca satu tag, maupun satu reader dapat membaca banyak

tag [2]. Sistem RFID merupakan sistem yang digunakan untuk mengirimkan data dari Piranti portabel yang

disebut tag dan dibaca oleh RFID reader, kemudian dilakukan pemrosesan oleh komputer yang telah disiapkan

database. Data yang dipancarkan dan dikirimkan dapat berisi beragam informasi. RFID memiliki beberapa

keunggulan seperti kecepatan proses deteksi, tidak membutuhkan kontak fisik, tidak memerlukan peletakan secara

presisi dengan reader, dan harga yang relatif lebih murah [3].

Dari permasalahan tersebut penulis mencoba membuat sistem antrean tunggu dengan memanfaatkan

teknologi RFID dengan menggunakan elektronik Kartu Tanda Penduduk (e-KTP) digunakan sebagai RFID tag

dikarenakan dalamnya terdapat sebuah chip yang menyimpan kode unik. Sistem informasi ini memanfaatkan kode

unik tersebut sebagai identitas pasien jadi cukup memindai e-KTP maka secara langsung memberikan informasi

pasien sehingga petugas tidak perlu memastikan kembali status pasien setiap kali kunjungan. Selain itu sistem

antrean yang dirancang dapat mengurangi fase antrean dimana pasien tidak harus melalui antrean loket terlebih

dahulu sehingga proses pelayanan menjadi lebih cepat.

2. METODOLOGI

2.1 Pengumpulan Data

Beberapa metode yang akan digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi dalam menganalisis

masalah yang berguna sebagai penunjang dalam pembuatan sistem informasi sebagai berikut :

a. Studi Literatur

pengumpulan informasi yang berkaitan dengan penelitian ,baik melalui buku maupun jurnal dan website

yang berisi informasi terkait penelitian.

b. Observasi

Observasi atau survei lapangan dilakukan di Puskesmas Sakra, dengan mengamati langsung sistem

informasi yang sudah berjalan dan mengoperasikan sistem bertujuan agar sistem yang dibuat sesuai dengan

sistem yang sudah ada.

c. Wawancara

Tahap wawancara yang dilakukan penulis bertujuan untuk mendapatkan data dari pihak yang bersangkutan

terkait dengan sistem informasi Puskesmas Sakra, wawancara dengan narasumber Soni Hariawan Akbar

selaku Koordinator SARPRAS (Sarana dan Prasarana Alkes) Puskesmas Sakra.

2.2. Metode Pengembangan Perangkat Lunak

Dalam pengembangan sistem ini menggunakan metodologi Guidelines for Rapid application Engineering

(GRAPPLE). Metode ini bertujuan untuk menghasilkan sistem berorientasi objek dalam waktu yang singkat tanpa

mengurangi kualitas sistem yang dibangun [4]. Dalam GRAPPLE setiap segmen tidak disusun dalam bentuk yang

statis sehingga setiap tahap dapat dikerjakan berulang tanpa harus memperhatikan urutan yang ada[5]. Metode

GRAPPLE terdiri atas lima tahapan yaitu requirement gathering, analysis, design, development, dan deployment.:

1) Requirement Gathering

Tahap ini melakukan analisis terhadap suatu masalah, fungsi dan komponen produk yang akan di

buat. Adapun permasalahan di Puskesmas Sakra masih menggunakan sistem antrean manual belum menggunakan

sistem antrean dengan komputerisasi, membuat sebagian pelanggan terasa lelah menunggu antrean sebagian juga

Page 3: PRANCANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN KESEHATAN …

3

tidak tahu akan informasi antrean selanjutnya karena belum adanya sistem informasi, dan juga bagi staf harus

menyiapkan nomor urut antrean setiap harinya dan memastikan sesuai urutan.

2) Analysis

Berdasarkan tahap Requirement Gathering maka dilanjutkan dengan menganalisis kebutuhan sistem baik

hardware dan software dan menganalisis dampak positif yang dihasilkan dari sistem. Antrean Puskesmas Sakra

saat ini menggunakan struktur antrean Multi Channel - Multi Phase fasilitas pelayanan dengan pelayanannya lebih

dari satu phase [7], dimana pasien akan melakukan tahap pendaftaran melalui salah satu loket, kemudian

melakukan antrean ke poli tujuan, walaupun pasien merupakan pasien terdaftar, pasien tetap harus melewati

antrean loket terlebih dahulu kemudian ke poli tujuan. Adapun Gambaran dari sistem antrean yang berjalan di

Puskesmas Sakra dapat dilihat dalam Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Sistem antrean Puskesmas Sakra

Maka dari itu peneliti ingin memaksimalkan antrean tersebut dengan mengurangi fase antrean loket untuk

pasien terdaftar dengan memanfaatkan teknologi RFID, bagi pasien terdaftar dapat secara langsung melakukan

pendaftaran mandiri ke poli tujuan melalui Kiosk tanpa harus melewati antrean loket, cukup dengan memindai e-

KTP. Model antrean yang akan dibangun adalah First In First Out artinya pelayanan di berikan berdasarkan pasien

yang datang akan dilayani terlebih dahulu [1], gambaran umum dari sistem antrean yang akan di buat dapat dilihat

pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Sistem antrean yang di buat

3) Design

Pada tahap desain dilakukan pembuatan rancangan Use Case, Activity Diagram , Blok Diagram dan User

Interface yang dibutuhkan dalam pembuatan sistem informasi.

a. Use Case

Use case diagram digunakan untuk mengetahui fungsi apa saja yang ada di dalam sistem informasi dan siapa

saja yang berhak menggunakan fungsi-fungsi tersebut [8]. Adapun salah satu use case diagram dapat dilihat di

Gambar 2.3

Gambar 2.3. Use Case Diagram

Page 4: PRANCANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN KESEHATAN …

4

Aktor pasien dapat melakukan pendaftaran ke poli tujuan dengan memindai e-KTP atau menginput nomor rekam

medis, jika identitas pasien terdaftar maka pasien dapat memilih poli tujuan, namun sebaliknya jika tidak pasien

harus melakukan pendaftaran rekam medis terlebih dahulu ke bagian loket kemudian melakukan antrean ke poli

tujuan. aktor staf dapat mengelola data pasien, mengelola data pendaftaran, mengelola data laporan, dan

mengelola data antrean, data antrean yang akses staf di sesuaikan dengan hak akses berdasarkan departemen dan

konter yang di berikan, artinya data akan di tampilkan sesuai dengan hak akses tersebut, sedangkan aktor admin

dapat mengelola keseluruhan sistem tanpa batasan akses.

b. Activity Diagram

Activity Diagram dilakukan untuk menggambarkan aktivitas atau langkah – langkah proses kerja yang terjadi

di dalam sistem, dapat menggambarkan alur dari sebuah sistem secara keseluruhan [9].

Gambar 2.4. Pendaftaran antrean melalui Kiosk

Gambar diatas menjelaskan pasien melakukan pemilihan antrean melalui Kiosk secara mandiri, di mana

dalam Kiosk tersebut sudah terbuka halaman antrean, yang berisi form dengan inputan no. rekam medis dan

tombol oke, jika pasien melakukan antrean loket maka cukup menekan tombol oke maka secara otomatis Kiosk

akan mencetak antrean loket dan nomor antrean akan di tampilkan pada halaman display, namun jika tujuan pasien

adalah poli maka pasien harus mengisi no. rekam medis, jika nomor rekam medis terdaftar dalam sistem, maka

akan di alihkan ke halaman pemilihan antrean, jika pasien memilih salah satu pilihan antrean maka sistem akan

secara otomatis melakukan cetak nomor antrean yang di pilih dan menampilkan nomor antrean di halaman

display, dan data kunjungan akan terdaftar secara otomatis di sistem rekam medis.

c. ERD (Entity Relationship Diagram)

ERD dirancang berdasarkan kebutuhan basis data dari aplikasi sesuai dengan kebutuhan sistem, Untuk

menghubungkan antara sistem yang di buat dengan sistem rekam medis puskesmas maka penulis menggunakan

teknik multi database, dikarenakan belum adanya web service dari sistem aplikasi rekam medis Puskesmas.

Penulis juga menggunakan teknik Eloquent ORM dalam mengonversi data dari database relasional untuk

memudahkan dalam pengembangan aplikasi tanpa merubah basis data dari sistem rekam medis, Eloquent ORM,

merupakan penerapan PHP lanjutan menyediakan metode internal dari pola “active record” yang mengatasi

masalah pada hubungan objek database [10]. Adapun rancangan ERD dapat di lihat pada Gambar 2.5.

Page 5: PRANCANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN KESEHATAN …

5

Gambar 2.5. Entity Relationship Diagram

d. Rangkaian RFID reader

Gambar 2.6. Rancangan Rangkaian RFID reader

Gambar di atas merupakan rangkaian pada RFID reader, terdiri dari DFPlayer, ESP8266, LCD 2x16 + 12C

adapter, Speaker Audio 0,5 Watt 8 Ohm, resistor 10K, push button dan RFID RC522. Dalam rangkaian tersebut

yang berfungsi sebagai modul utama adalah RFID RC522 yang berfungsi sebagai pembaca tag dihubungkan

dengan mikrokontroler dengan komunikasi SPI (Serial Peripheral Interface) sebuah antarmuka bus yang biasa

digunakan untuk mengirim data antara mikrokontroler dan perangkat kecil [11], rangkaian tersebut berfungsi

untuk akan membaca atau mengubah informasi yang tersimpan di dalam tag melalui frekuensi radio [12] dan

mengirimkannya ke sistem informasi.

e. Diagram Blok

Diagram Blok adalah suatu pernyataan pada suatu rangkaian alat yang akan dirancang. Setiap diagram blok

memiliki fungsinya masing-masing berguna untuk memperlihat hubungan antara sub sistem yang satu dengan sub

sistem yang lain [13]. Berikut blok diagram dari RFID reader dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7. Blok Diagram

Page 6: PRANCANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN KESEHATAN …

6

1) Blok Input

Pada bagian ini terdapat push button dan modul RFID RC522 , Modul RFID RC522 berfungsi untuk

membaca RFID tag (E-KTP dan sejenisnya), kemudian data tersebut di kirim oleh ESP8266. Sedangkan

Push button berfungsi untuk mengubah mode antrean ke mode pendaftaran dengan output berupa

indikator LED.

2) Blok process

Blok input yang sudah di terima kemudian akan di proses oleh ESP8266 untuk mengambil keputusan

apakah mengirim kode unik RFID dengan mode pendaftaran atau metode antrean.

3) Blok Output

Pada bagian blok output terdiri dari LCD 2x16, DFPlayer, Speaker dan LED, ketika modul RFID RC522

membaca tag kemudian ESP mengirim kode unik yang di baca oleh RFID RC522 melalui http request

,maka akan di tampilkan pesan indikator berdasarkan http request tersebut ke layar LCD 2x16 dan

memutar suara melalui DFPlayer, dan mengirimkannya ke speaker.

4) Development

Setelah di lakukan tahap desain, kemudian pada tahap ini dilakukan tahap pengembangan untuk membangun

kode program, user interface dan pengujian. Pembuatan sistem ini penulis menggunakan kerangka kerja Laravel

yang menggunakan bahasa pemrograman PHP, dengan menggunakan fitur pendukung dari Laravel seperti

komunikasi realtime websockets, Multi database, dan Eloquent ORM.

5) Deployment

Tahap terakhir yaitu proses deployment, tahap ini merupakan tahap penyebaran aplikasi. Penulis melakukan

penyebaran aplikasi dengan melakukan instalasi pada server Puskesmas Sakra, dikarenakan hasil akhir berupa

sebuah web application yang bersifat privat artinya hanya pihak puskesmas dan pasien yang berkunjung ke

puskesmas yang dapat mengakses website tersebut.

3. PEMABAHASAN

3.1. Implementasi Sistem

1) Implementasi rangkaian RFID reader

Adapun hasil implementasi rangkaian berdasarkan skematik yang di buat pada tahap desain berjalan

sesuai dengan keinginan, alat mampu membaca e-KTP dan mengirimkan data ke sistem informasi. Hasil

implementasi rangkaian dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Hasil implementasi rangkaian RFID reader

2) Implementasi halaman utama (Kiosk)

Merupakan halaman awal dari sistem informasi, halaman ini di akses melalui Kiosk yang di peruntukan

bagi pasien sebelum melakukan pemilihan antrean, halaman ini berisi form dengan inputan nomor rekam

medis dan tombol oke, jika pasien merupakan pasien baru cukup menekan tombol oke maka secara otomatis

sistem akan mencetak antrean loket dan menampilkan nomor antrean di halaman display, namun jika pasien

merupakan pasien tetap atau sudah pernah terdaftar di sistem rekam medis, maka pasien mengisi nomor

rekam medis terlebih dahulu atau tap kartu RFID (e-KTP) , jika nomor rekam medis terdaftar atau kartu

RFID terdaftar dalam sistem, maka akan di alihkan ke halaman pemilihan antrean, namun jika gagal akan

menampilkan pesan eror. Adapun hasil implementasi dapat di lihat pada Gambar 3.2.

Page 7: PRANCANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN KESEHATAN …

7

Gambar 3.2. Hasil implementasi halaman Kiosk

3) Implementasi halaman informasi antrean (Kiosk)

Halaman ini merupakan halaman lanjutan dari halaman awal, jika pasien mengisi nomor rekam medis

dengan benar atau tap e-KTP terdaftar dalam sistem maka akan menampilkan halaman pemilihan antrean,

Halaman ini berisi daftar pilihan antrean yang berisi informasi poli dan dokter penanggung jawab. Jika tujuan

antrean status open atau menerima antrean maka saat di pilih sistem akan otomatis mencetak nomor antrean

yang dipilih dan otomatis terdaftar dalam sistem rekam medis puskesmas, jika status poli adalah close atau

tutup maka tidak dapat dilakukan antrean. Adapun hasil implementasi dapat di lihat pada

Gambar 3.3. Halaman dashboard panggil antrean

4) Implementasi halaman dashboard panggil antrean

Halaman ini digunakan untuk pemanggilan antrean dan melihat data antrean yang belum dilayani,

terdapat 3 button yang berfungsi sebagai trigger untuk menjalankan suara antrean, jika salah satu tombol

next di tekan maka status antrean pasien yang bersangkutan akan berubah menjadi dilayani, dan di hapus

dalam daftar antrean yang belum dilayani, dan tombol recall akan menjadi aktif, kemudian di halaman

display akan tampil informasi nomor antrean tersebut. Kemudian jika tombol Next (hijau) di tekan maka

secara otomatis akan tersimpan ke riwayat kunjungan namun jika tombol next (merah) maka riwayat

kunjungan tidak akan di simpan. Tombol recall berfungsi untuk memanggil ulang nomor antrean yang

bersangkutan. Adapun hasil implementasi dapat di lihat pada Gambar 4.9.

Gambar 3.4. Halaman dashboard panggil antrean

3.2. Hasil Pengujian Sistem

1) Alpha Test

Pada tahap ini dilakukan pengujian di ruang lingkup pengembangan atau dari sisi penulis untuk

melakukan evaluasi sebanyak mungkin agar produk yang di hasilkan sesuai dengan rancangan awal, penulis

melakukan pengujian pada tahap ini dengan metode black box, dengan tujuan mengetahui apakah fungsi-

fungsi pada aplikasi telah berjalan sesuai dengan fungsinya dan mengevaluasi kesesuaian aplikasi dengan

Page 8: PRANCANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN KESEHATAN …

8

kebutuhan pengguna [14]. Adapun hasil pengujian jarak baca RFID reader pada 10 percobaan e-KTP dan 2

kartu RFID konvensional pada media penghalang plastik ketebalan 2mm maupun tanpa media penghalang.

a) Pengujian Jarak Baca RFID tanpa media penghalang

Pengujian e-KTP

Tabel 3.1. Pengujian jarak baca RFID reader tanpa media penghalang pada e-KTP

Pengujian kartu RFID konvensional

Tabel 3.2. Pengujian jarak baca RFID reader tanpa media penghalang pada kartu RFID konvensional

No Card ID Jarak Deteksi (cm)

1,0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5

1 11d9c61c berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil gagal

2 7b7b322 berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil gagal

Presentase 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 0%

b) Pengujian Jarak Baca RFID dengan media penghalang plastik ketebalan 2 mm

Pengujian e-KTP

Tabel 3.3. Pengujian jarak baca RFID reader dengan media penghalang pada e-KTP

No Card ID

Jarak Deteksi (cm)

1,0 1.5 2.0 2.5 3.0

1 48581eaa16280 berhasil berhasil berhasil berhasil gagal

2 45f8c2a9a2c80 berhasil berhasil berhasil berhasil gagal

3 41439cae72e80 berhasil berhasil berhasil berhasil gagal

4 43a3e12d82a80 berhasil berhasil berhasil berhasil gagal

5 4744a4a162b80 berhasil berhasil berhasil berhasil gagal

6 4561bc2cf2e80 berhasil berhasil berhasil berhasil gagal

7 448dea455a80 berhasil berhasil berhasil berhasil gagal

8 4536d8a564a80 berhasil berhasil berhasil berhasil gagal

9 472f42f45780 berhasil berhasil berhasil berhasil gagal

10 43860aae36a80 berhasil berhasil berhasil berhasil gagal

Persentase 100% 100% 100% 100% 0%

No Card ID

Jarak Deteksi (cm)

1,0 1.5 2.0 2.5 3.0

1 48581eaa16280 berhasil berhasil berhasil gagal gagal

2 45f8c2a9a2c80 berhasil berhasil berhasil gagal gagal

3 41439cae72e80 berhasil berhasil berhasil gagal gagal

4 43a3e12d82a80 berhasil berhasil berhasil gagal gagal

5 4744a4a162b80 berhasil berhasil berhasil gagal gagal

6 4561bc2cf2e80 berhasil berhasil berhasil gagal gagal

Page 9: PRANCANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN KESEHATAN …

9

Pengujian kartu RFID konvensional

Tabel 3.4. Pengujian jarak baca RFID reader dengan media penghalang pada kartu RFID konvensional

No Card ID

Jarak Deteksi (cm)

1,0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5

1 11d9c61c berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil gagal

2 7b7b322 berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil gagal

Persentase 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 0%

2) Beta Test

Setelah di lakukan pengujian mandiri dengan metode black box kemudian penulis melakukan

pengujian aplikasi ke pengguna, kuesioner offline diberikan kepada staf sedangkan Pasien menggunakan

kuesioner online, untuk staf peneliti memberikan sedikit demonstrasi terkait sistem kemudian staf diminta

mengoperasikan sistem, sedangkan bagi pasien berupa kuesioner online berupa video demonstrasi kemudian

pengguna diminta untuk memberikan respons terkait dengan sistem melalui google form. Skenario kuesioner

di dasarkan pada usability yang meliputi learnability, Efficiency, Memorability, errors dan Satisfaction [15].

dengan jumlah responden staf sebanyak 8 orang sedangkan masyarakat umum sebanyak 80 orang.

a) Hasil Kuesioner Staf

Tabel 3.5. Hasil kuesioner staf

No. Pertanyaan

SKOR

SS S CS TS STS

1 Aplikasi sistem informasi antrean rekam medis menggunakan

e-KTP yang di buat mudah digunakan tanpa mengalami

kesulitan?

0 8 0 0 0

2 Apakah sistem yang di buat dapat menghemat waktu antrean

serta membantu Puskesmas dalam manajemen antrean? 1 6 1 0 0

3 Aplikasi sistem informasi antrean menggunakan e-KTP

mudah di pelajari dan mudah diingat? 0 8 0 0 0

4 Aplikasi sistem informasi antrean menggunakan e-KTP sudah

mampu menampilkan seluruh interface (tampilan) aplikasi

tanpa ada kendala eror ?

0 5 3 0 0

5 Aplikasi sistem informasi antrean sudah memberikan

kepuasan kepada pengguna? 0 5 3 0 0

Jumlah 1 32 7 0 0

Jumlah Skor 5 128 21 0 0

∑Skor 154

Persentase 77%

Jumlah skor observasi adalah jumlah dari skor masing-masing butir pernyataan hasil observasi yang

dikalikan bobot skor menurut skala Likert. Skor maksimal adalah skor maksimal pada skala Likert yang

dikalikan dengan jumlah butir soal, sehingga 5 x 5 = 25. Jumlah Skor yang diharapkan adalah skor maksimal

yang dikalikan dengan jumlah responden, sehingga 8 x 25 = 200. Perhitungan persentase kelayakan Tabel

3.5 menggunakan rumus sebagai berikut:

7 448dea455a80 berhasil berhasil berhasil gagal gagal

8 4536d8a564a80 berhasil berhasil berhasil gagal gagal

9 472f42f45780 berhasil berhasil berhasil gagal gagal

10 43860aae36a80 berhasil berhasil berhasil gagal gagal

Persentase 100% 100% 100% 100% 0%

Page 10: PRANCANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN KESEHATAN …

10

Jumlah Skor semuanya

∑𝑆𝑘𝑜𝑟𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 = (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑆𝑆) + (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑆) + (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟𝐶𝑆)

+(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑇𝑆) + (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑆𝑇𝑆)

∑ 𝑆𝑘𝑜𝑟𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖

= (1𝑥 5) + (32 𝑥 4) + (21 𝑥 3) + (0𝑥 2) + (0𝑥 1)

∑ 𝑆𝑘𝑜𝑟𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖

= 154

Persentase kelayakan Staf Puskesmas adalah sebagai berikut :

𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛 = 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑂𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖

𝑠𝑘𝑜𝑟𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛𝑥100%

𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛 = 154

200𝑥100%

𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛 = 77%

Menentukan Interval Kelayakan

𝐼 = 100 / 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 (𝐿𝑖𝑘𝑒𝑟𝑡) 𝐼 = 100 / 5 = 20 𝐼 = 20

Berikut kriteria interpretasi skornya berdasarkan interval:

Angka 0% – 19,99% = Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali)

Angka 20% – 39,99% = Tidak setuju / Kurang baik)

Angka 40% – 59,99% = Cukup / Netral

Angka 60% – 79,99% = (Setuju/Baik/suka)

Angka 80% – 100% = Sangat (setuju/Baik/Suka)

Karena nilai Indeks yang dapatkan dari perhitungan adalah 77%, maka dapat disimpulkan bahwa dari 8

responden “Rancang Bangun Sistem Informasi Pusat Layanan Kesehatan Masyarakat Menggunakan RFID

Reader Berbasis e-KTP” disimpulkan “BAIK”.

b) Hasil Kuesioner Masyarakat Umum Tabel 3.6. Hasil kuesioner masyarakat umum

No. Pertanyaan SKOR

SS S CS TS STS

1 Apakah tampilan aplikasi dan alat mudah digunakan ? 34 35 10 0 1

2

Dengan menggunakan Sistem Informasi Pusat layanan

Kesehatan Masyarakat Menggunakan RFID Reader

Berbasis E-KTP dapat membantu dalam mendaftar

untuk periksa rawat jalan?

44 24 10 1 1

3 Aplikasi sistem informasi antrean menggunakan e-KTP

mudah di pelajari dan mudah diingat? 38 33 6 2 1

4

Aplikasi sistem informasi antrean menggunakan e-KTP

sudah mampu menampilkan seluruh interface

(tampilan) aplikasi tanpa ada kendala eror ? (tampilan)

aplikasi tanpa ada kendala eror ?

31 26 18 4 1

5 Aplikasi sistem informasi antrean sudah memberikan

kepuasan kepada pengguna? 33 28 16 2 1

Jumlah 180 146 60 9 5

Jumlah Skor 900 584 180 18 5

∑Skor 1687

Persentase 84.35

Page 11: PRANCANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN KESEHATAN …

11

Jumlah skor observasi adalah jumlah dari skor masing-masing butir pernyataan hasil observasi yang

dikalikan bobot skor menurut skala Likert. Skor maksimal adalah skor maksimal pada skala Likert yang

dikalikan dengan jumlah butir soal, sehingga 5 x 5 = 25. Jumlah Skor yang diharapkan adalah skor maksimal

yang dikalikan dengan jumlah responden, sehingga 80 x 25 = 2000. Perhitungan persentase kelayakan dari

pasien atau masyarakat umum Tabel 3.6 menggunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah Skor semuanya

∑𝑆𝑘𝑜𝑟𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 = (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑆𝑆) + (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑆) + (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟𝐶𝑆)

+(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑇𝑆) + (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑆𝑇𝑆)

∑ 𝑆𝑘𝑜𝑟𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖

= (180 𝑥 5) + (146 𝑥 4) + (60 𝑥 3) + (9 𝑥 2) + (5 𝑥 1)

∑ 𝑆𝑘𝑜𝑟𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖

= 1687

Persentase kelayakan pasien adalah sebagai berikut :

𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛 = 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑂𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖

𝑠𝑘𝑜𝑟𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛𝑥100%

𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛 = 1687

2000𝑥100%

𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛 = 84,35%

Menentukan Interval Kelayakan

𝐼 = 100 / 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 (𝐿𝑖𝑘𝑒𝑟𝑡)

𝐼 = 100 / 5 = 20

𝐼 = 20

Berikut kriteria interpretasi skornya berdasarkan interval:

Angka 0% – 19,99% = Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali)

Angka 20% – 39,99% = Tidak setuju / Kurang baik)

Angka 40% – 59,99% = Cukup / Netral

Angka 60% – 79,99% = (Setuju/Baik/suka)

Angka 80% – 100% = Sangat (setuju/Baik/Suka)

Karena nilai Indeks yang dapatkan dari perhitungan adalah 84,35%, maka Rancang Bangun Sistem

Informasi Pusat Layanan Kesehatan Masyarakat Menggunakan RFID Reader Berbasis e-KTP “SANGAT

BAIK”.

4. KESIMPULAN

Sistem Informasi Pusat Layanan Kesehatan Masyarakat Menggunakan RFID Reader Berbasis e-KTP

dapat dibuat dan dioperasikan dengan mikrokontroler ESP8266 sebagai pusat kendali rangkaian dan di

program menggunakan bahasa pemrograman PHP dengan kerangka kerja LARAVEL. dengan bantuan fitur

Multi Database yang memudahkan dalam sinkronisasikan sistem Rekam Medis yang belum memiliki

webservice,

RFID reader mampu membaca kartu RFID konvensional dengan jarak toleransi 5 cm tanpa media

penghalang sedangkan pada media penghalang plastik ketebalan 2 mm RFID reader mampu membaca

dengan jarak 4,5 cm dengan persentase keberhasilan masing-masing 100% pada 2 percobaan, pada e-KTP

RFID reader mampu membaca dengan jarak 2,5 cm tanpa media penghalang dan pada media penghalang

plastik ketebalan 2 mm mampu membaca dengan jarak toleransi 2 cm dengan persentase keberhasilan

masing-masing 100% pada 10 percobaan, jadi dapat disimpulkan jarak baca dipengaruhi oleh media

penghalang seperti plastik.

Sistem yang dirancang berjalan sesuai rancangan penulis setelah dilakukannya tahap pengujian alpha

test dan beta test dimana alfha test di lakukan pada lingkup pengebangan dengan metode blackbox, sedangkan

pada tahap beta test di lakukan di lingkup pengguna dengan menggunakan metode kuesioner, dari hasil

pengujian tersebut sistem informasi yang di bangun dapat di katakan layak untuk di implementasikan.

Page 12: PRANCANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN KESEHATAN …

12

UCAPAN TERIMAKASIH

Dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada:

1) Orang tua yang telah memberikan dukungan moral maupun materi.

2) Ibu Kartarina, S.Kom., M.Kom. dan Bapak Miftahul Madani M.Kom selaku Dosen Pembimbing dalam

mengerjakan skripsi ini.

3) Teman-teman Liqolabs yang telah memberikan support.

4) Dr. Ir. Anthony Anggrawan, M.T., Ph.D., selaku Rektor Universitas Bumigora.

5) Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu selama dalam perkuliahan.

6) Bapak, ibu dan semua keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan dukungan materi.

7) Teman-teman kampus yang turut serta mendampingi selama perkuliahan berlangsung.

REFRENSI

[1] P. Ayu, R. Suryadhi, and N. J. Manurung, “Model Antrian Pada Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit,”

Maj. Ilm. Teknol. Elektro, vol. 8, no. 2, 2009.

[2] E. B. Setiawan and B. Kurniawan, “Perancangan Sistem Absensi Kehadiran Perkuliahan dengan

Menggunakan Radio Frequency Identification ( RFId ),” J. CoreIT J. Has. Penelit. Ilmu Komput. dan

Teknol. Inf., vol. 1, no. 2, pp. 44–49, 2015.

[3] A. Jadid, “Rancang Bangun Sistem Absensi Perkuliahan Auto ID Berbasis RFID yang Terintegrasi

dengan Database Berbasis WEB,” J. Karya Ilm. Tek. Elektro, vol. 2, no. 2, pp. 59–69, 2017.

[4] A. Sucipto, R. H. Kusumodestoni, A. K. Zyen, and M. Husen, “Penerapan Aplikasi Mobile Information

Karimun Island Menggunakan Ionic Framework,” JTET (Jurnal Tek. Elektro Ter., vol. 7, pp. 1–10, 2018.

[5] A. Dwiutomo, P. Putra, and R. Sari, “Aplikasi Mobile Housekeeping Asisten Rumah Kita ( ARUMI )

Berbasis iOS,” MULTINETICS J. Multimed. Netw. Informatics, vol. 3, no. 2, pp. 57–63, 2017.

[6] Kartarina, P. Irfan, and C. Satria, “Sistem Informasi Pemasaran Produk Desa,” Ilk. J. Ilm., vol. 11, no. 28,

pp. 214–221, 2019.

[7] A. Firdaus, “Analisis Model Antrian Pada Pelayanan Pelanggan (Studi Kasus Pengisian Bahan Bakar

Pada SPBU Kota Jambi),” J-MAS (Jurnal Manaj. dan Sains), vol. 1, no. 1, pp. 1–7, 2016.

[8] A. Hendini, Pemodelan UML Sistem Informasi Monitoring Penjualan dan Stok Barang (Studi Kasus :

Distro Zhezha Pontianak), vol. IV, no. 2. 2016.

[9] A. Gutama, A. Arwan, and L. Fanani, “Pengembangan Kakas Bantu Pembangkitan Kasus Uji pada

Model-Based Testing Berdasarkan Activity Diagram,” J. Pengemb. Teknol. Inf. dan Ilmu Komput., vol.

3, no. 9, pp. 8325–8334, 2019.

[10] F. Abdussalaam and S. A. Saputra, “PERANCANGAN SISTEM INFORMASI COMPLAINT

MANAGEMENT,” J. E-Komtek, vol. 2, no. 2, pp. 54–68, 2018.

[11] S. Suhaeb, Y. Djawad, H. Jaya, Ridwansyah, Sabran, and A. Raisal, Mikrokontroler dan Interface.

Makasar: Universitas Negeri Makasar, 2017.

[12] D. Saputra, D. Cahyadi, and A. Kridalaksana, “Sistem Otomasi Perpustakaan Dengan Menggunakan

Radio Frequency Identification ( RFID ),” Inform. Mulawarman J. Ilm. Ilmu Kompute, vol. 5, no. 3, pp.

1–11, 2010.

[13] R. Siregar, Nurliana M; Muhammad, Hanif; Wicaksono, “Locker Dengan RFID MFRC522 Berbasis

Arduino UNO,” AUTOCRACY J. Otomasi, Kendali, dan Apl. Ind., vol. 3, pp. 1–9, 2016.

[14] W. N. Cholifah, Yulianingsih, and Sagita. Sri Melati, “Pengujian Black Box Testing Pada Aplikasi Action

& Strategy Berbasis Android,” STRING (Satuan Tulisan Ris. dan Inov. Teknol., vol. 3, no. 2, pp. 206–

210, 2018.

[15] W. Handiwidjojo and L. Ernawati, “Pengukuran Tingkat Ketergunaan ( Usability ) Sistem Informasi

Keuangan Studi Kasus : Duta Wacana Internal Transaction ( Duwit ),” J. Inform. dan Sist. Inf., vol. 02,

no. 01, 2016.