Praktikum V_crossmatch part 2.docx

23
PRAKTIKUM IV PEMERIKSAAN UJI SILANG SERASI (CROSSMATCHING) Tanggal Praktikum : 15 April 2013 I. TUJUAN I.1 TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM 1) Untuk dapat mengetahui cara melakukan pemeriksaan uji silang serasi (crossmatching). I.2 TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1) Untuk dapat melakukan pemeriksaan uji silang serasi (crossmatching). 2) Untuk dapat mengetahui kecocokan antara darah donor dengan darah OS. II. METODE Metode yang digunakan pada praktikum pemeriksaan uji silang serasi (crossmatching) adalah metode aglutinasi. III. PRINSIP Antibodi yang terdapat dalam serum atau plasma, bila direaksikan dengan antigen pada sel darah merah, melalui inkubasi pada suhu 37 0 C dan dalam waktu tertentu, dan dengan penambahan anti monoglobulin akan terjadi reaksi aglutinasi. IV. DASAR TEORI : 1

Transcript of Praktikum V_crossmatch part 2.docx

Page 1: Praktikum V_crossmatch part 2.docx

PRAKTIKUM IV

PEMERIKSAAN UJI SILANG SERASI (CROSSMATCHING)

Tanggal Praktikum : 15 April 2013

I. TUJUAN

I.1 TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

1) Untuk dapat mengetahui cara melakukan pemeriksaan uji silang serasi

(crossmatching).

I.2 TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

1) Untuk dapat melakukan pemeriksaan uji silang serasi (crossmatching).

2) Untuk dapat mengetahui kecocokan antara darah donor dengan darah OS.

II. METODE

Metode yang digunakan pada praktikum pemeriksaan uji silang serasi (crossmatching)

adalah metode aglutinasi.

III. PRINSIP

Antibodi yang terdapat dalam serum atau plasma, bila direaksikan dengan antigen pada

sel darah merah, melalui inkubasi pada suhu 370C dan dalam waktu tertentu, dan dengan

penambahan anti monoglobulin akan terjadi reaksi aglutinasi.

IV. DASAR TEORI :

Transfusi darah adalah proses mentransfer darah atau darah berbasis produk dari

satu orang ke dalam sistem peredaran darah orang lain. Transfusi darah dapat

menyelamatkan jiwa dalam beberapa situasi, seperti kehilangan darah besar karena

trauma, atau dapat digunakan untuk menggantikan darah yang hilang selama operasi

( Anonim, 2010 ).

Sebelum melakukan transfusi darah perlu dilakukan reaksi silang (crossmatch =

compatibility-test untuk melihat apakah darah penderita sesuai dengan darah donor.

Pengertian crossmatch adalah reaksi silang in vitro antara darah pasien dengan darah

1

Page 2: Praktikum V_crossmatch part 2.docx

donornya yang akan di transfusikan. Reaksi ini dimaksudkan untuk mencari tahu atau

apakah darah donor akan ditranfusikan itu nantinya akan dilawan oleh serum pasien

didalam tubuhnya, atau adakah plasma donor yang turut ditransfusikan akan melawan sel

pasien didalam tubuhnya hingga akan memperberat anemia, disamping kemungkinan

adanya reaksi hemolytic transfusi yang biasanya membahayakan pasien ( Anonim,

2012 ).

Maka dapat disimpulkan tujuan Crossmacth sendiri yaitu mencegah reaksi

hemolitik tranfusi darah bila darah didonorkan dan supaya darah yang ditrafusikan itu

benar-benar ada manfaatnya bagi kesembuhan pasien .Prinsip crossmatch ada dua yaitu

Mayor dan Minor, yang penjelasnya sebagai berikut ( Anonim, 2012 ):

Mayor crossmatch adalah serum penerima dicampur dengan sel donor. Maksudnya

apakah sel donor itu akan dihancurkan oleh antibodi dalam serum pasien.

Minor crossmatch adalah serum donor dicampur dengan sel penerima. Yang dengan

maksud apakah sel pasien akan dihancurkan oleh plasma donor.

Jika pada reaksi tersebut golongan darah A,B dan O penerima dan donor sama,

baik mayor maupun minor test tidak bereaksi berarti cocok. Jika berlainan, misalnya

donor golongan darah O dan penerima golongan darah A maka pada test minor akan

terjadi aglutinasi atau juga bisa sebaliknya berarti tidak cocok ( Anonim, 2012 ).

Mayor Crossmatch merupakan tindakan terakhir untuk melindungi keselamatan

penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian sehingga Complete Antibodies

maupun incomplete Antibodies dapat ditemukan dengan cara tabung saja. Cara dengan

objek glass kurang menjaminkan hasil percobaan. Reaksi silang yang dilakukan hanya

pada suhu kamar saja tidak dapat mengesampingkan aglutinin Rh yang hanya bereaksi

pada suhu 37 derajat Celcius. Lagi pula untuk menentukan anti Rh sebaiknya digunakan

cara Crossmatch dengan high protein methode. Ada beberapa cara untuk menentukan

reaksi silang yaitu reaksi silang dalam larutan garam faal dan reaksi silang pada objek

glass ( Anonim, 2012 ).

Serum antiglobulin meningkatkan sensitivitas pengujian in vitro. Antibodi kelas

IgM yang kuat biasanya menggumpalkan erythrosit yang mengandung antigen yang

relevam secara nyata, tetapi antibodi yang lemah sulit dideteksi. Banyak antibodi kelas

IgG yang tak mampu menggumpalkan eritrosit walaupun antibodi itu kuat. Semua

2

Page 3: Praktikum V_crossmatch part 2.docx

pengujian antibodi termasuk uji silang tahap pertama menggunakan cara sentrifugasi

serum dengan eritrosit. Sel dan serum kemudian diinkubasi selama 15-30 menit untuk

memberi kesempatan antibodi melekat pada permukaan sel, lalu ditambahkan serum

antiglobulin dan bila pendertita mengandung antibodi dengan eritrosit donor maka terjadi

gumpalan. Uji saring terhadap antibodi penting bukan hanya pada transfusi tetapi juga ibu

hamil yang kemungkinan terkena penyakit hemolitik pada bayi baru lahir ( Anonim,

2012 ).

V. ALAT DAN BAHAN:

V.1ALAT

1. Tabung serologis / tabung reaksi uk. 12x75 mm

2. Rak tabung

3. Serofuge

4. Inkbator 370C

5. Labu semprot

6. Tempat Buangan

V.2BAHAN

1. Serum pasien / OS

2. Plasma donor / DN

3. Sel 5% donor

4. Sel 5% OS

5. Reagen

a. Bovine albumin 22%

No. Batch :101112

Expired Date : Nopember 2013

Suhu penyimpanan : 2 – 8oC

b. Coomb’s serum

Expired Date : Agustus 2013

Suhu penyimpanan : 2 – 8oC

c. Coomb’s Control Cell (CCC)

3

Page 4: Praktikum V_crossmatch part 2.docx

Expired Date : April 2013

Suhu penyimpanan : 2 – 8oC

d. Nacl 0,9%

VI. PROSEDUR KERJA :

VI.1 Phase Saline

1. 3 buah tabung serologis disiapkan dan dimasukkan kedalam masing-masing

tabunga:

4

Page 5: Praktikum V_crossmatch part 2.docx

Mayor

Minor

Auto Control

2. Campuran dihomogenkan dan kemudian dicentrifugasi dengan kecepatan 3000

rpm selama 15 detik.

3. Reaksi hemolisis dan aglutinasi dibaca secara makroskopis.

VI.2 Phase Bovine Albumin

1. Kedalam masing-masing tabung ditambahkan 2 tetes bovine albumin 22% lalu

dihomogenkan.

2. Tabung diinkubasi pada suhu 370C selama 15 menit.

3. Setelah selesai inkubasi, tabung dicentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama

15 detik.

4. Reaksi hemolisis dan aglutinasi dibaca secara makroskopis. Bila hasil negatif

dilanjutkan ke phase Coomb’s Serum.

VI.3 Phase Coomb’s Serum

1. Sel darah merah dalam tabung dicuci sebanyak 3 kali dengan saline.

2. Masing-masing tabung ditambahkan 2 tetes Coomb’s Serum.

3. Tabung dicentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 detik.

4. Reaksi hemolisis dan aglutinasi dibaca secara makroskopis. Bila hasil negatif

dilanjutkan ke uji validitas.

VI.4 Uji Validitas

1. Tabung yang memberikan hasil coomb’s test negatif, ditambahkan 1 tetes CCC.

2. Tabung diputar di serofuge dengan kecepatan 3.000rpm selama 15 detik.

3. Reaksi hemolisis dan aglutinasi dibaca secara makroskopis

5

2 tetes serum OS1 tetes sel 5% donor

2 tetes serum donor1 tetes sel 5% OS

2 tetes serum OS1 tetes sel 5% OS

Page 6: Praktikum V_crossmatch part 2.docx

Positif : Reaksi Silang Valid

Negatif : Reaksi Silang Tidak Valid

INTERPRETASI HASIL :

Bila reaksi silang Mayor dan Minor fase 1 sampai fase 3 tidak menunjukkan reaksi

aglutinasi dan atau hemolisis , hasil diinterpretasikan kompatibel (cocok) à darah

dapat keluar

Bila reaksi silang Mayor dan Minor fase 1 sampai fase 3 menunjukkan adanya

reaksi aglutinasi dan atau hemolisis , hasil diinterpretasikan inkompatibel (tidak

cocok) à darah tidak dapat keluar

VII. HASIL PENGAMATAN :

VII.1 Gambar Reagensia

NO

.

GAMBAR KETERANGAN

1. Serum Pasien

Fungsi: untuk dicocokkan dengan

suspensi sel donor pada crossmatching

test Mayor

2. Suspensi Sel pasien 5%

6

Page 7: Praktikum V_crossmatch part 2.docx

Fungsi: untuk dicocokkan dengan

plasma donor pada crossmatching test

minor

3. Plasma Donor

Fungs: untuk dicocokkan dengan sel

pasien pada crossmatching test minorr

4. Suspensi sel sonor 5%

Fungsi: untuk dicocokkan dengan

serum resipien pada crossmatching test

Mayor

5. Biovine Albumine 22%

No Batch : 101112

Expired Date : Nop’13

Suhu Penyimpanan : 2 – 8oC

Fungsi : Digunakan untuk

crossmatching fase II ( Inkubasi 37oC

pada medium Bovine Albumin 22% )

7

Page 8: Praktikum V_crossmatch part 2.docx

6. Coomb’s serum

Expired Date : Agustus 2013

Suhu Penyimpanan : 2 – 8oC

Fungsi : Digunakan untuk

crossmatching fase III ( Indirect

Coomb’s Test )

7. Coomb’s Control Cell

Expired Date : April 2013

Suhu Penyimpanan : 2 – 8oC

Fungsi : Digunakan untuk

crossmatching pada uji validitas

VII.2 Gambar Hasil Pengamatan

Phase I ( Inkubasi suhu ruang dalam medium saline)

- Tabung I ( Mayor ) : Positif ( + ) Terjadi Aglutinasi

- Tabung II ( Minor ) : Negatif ( - ) Tidak Terjadi Aglutinasi

- Tabung III ( Auto Control ) : Negatif ( - ) Tidak Terjadi Aglutinasi

Phase II ( Inkubasi 37oC dalam medium Bovine Albumin 22% )

8

Mayor Minor Auto Control

Page 9: Praktikum V_crossmatch part 2.docx

Setelah dilakukan pengataman secara makroskopis, didapat hasil :

- Tabung I ( Mayor ) : Positif ( + ) Terjadi Aglutinasi

- Tabung II ( Minor ) : Negatif ( - ) Tidak Terjadi Aglutinasi

- Tabung III ( Auto Control ) : Negatif ( - ) Tidak Terjadi Aglutinasi

Phase III ( Indirect Coomb’s Test )

Setelah dilakukan pengataman secara makroskopis, didapat hasil :

- Tabung I ( Mayor ) : Positif ( + ) Terjadi Aglutinasi

- Tabung II ( Minor ) : Negatif ( - ) Tidak Terjadi Aglutinasi

- Tabung III ( Auto Control ) : Negatif ( - ) Tidak Terjadi Aglutinasi

9

Mayor Minor Auto Control

Mayor Minor Auto Control

Page 10: Praktikum V_crossmatch part 2.docx

Uji Validitas

- Tabung II ( Minor ) :

Positif ( + ) Terjadi Aglutinasi, dengan derajat aglutinasi +2

- Tabung III ( Auto Control ) :

Positif ( + ) Terjadi Aglutinasi, dengan derajat aglutinasi +1

VIII. PEMBAHASAN :

Uji silang serasi adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui kecocokan

antara darah donor dengan darah pasien, sebelum darah donor ditransfusikan kepada pasien. Tes

ini sangat penting dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan golongan darah dan rhesus. Karena,

walaupun seseorang memiliki golongan darah yang sama, ada faktor – faktor yang lain yang

dapat menyebabkan darah donor tidak cocok / incompatible terhadap darah pasien.

Uji silang serasi (Crossmatch) digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya antibodi, baik

antibodi komplet (IgM) maupun antibodi inkomplet (IgG) yang terdapat dalam serum atau

plasma pasien (resipien) maupun dalam plasma donor, memastikan bahwa transfusi darah yang

diberikan sesuai atau kompatibel dan tidak menimbulkan reaksi apapun pada pasien serta sel-sel

darah dapat mencapai masa hidup maksimum setelah diberikan serta cek akhir uji kecocokan

golongan darah ABO. Pemeriksaan ini dilakukan dalam tiga fase serta dilakukan pula uji

validitas. Fase I ini dapat mendeteksi antibodi komplet (IgM /Antibodi dingin), seperti : anti- A,

10

Minor ( + 2 )

Auto Control ( +1 )

Page 11: Praktikum V_crossmatch part 2.docx

anti-B (ketidakcocokan pada penetapan golongan darah ABO serta adanya antibodi komplet

lain seperti: anti-M,anti-Lewis,anti-N, anti-P1, anti-A1,anti-H, anti-I). Pada fase II, antibodi

inkomplet dapat mengikat sel darah merah ,sehingga pada fase III dengan bantuan penambahan

Coombs serum terjadi reaksi positif, contohnya : anti-D, anti-E, anti-e, anti-C, anti-c, anti-Kell,

anti-Kidd, anti-S. Pada fase III, semua antibodi inkomplet yang terikat pada sel darah merah di

fase II akan beraglutinasi(positip) setelah penambahan Anti Human Globulin (Coomb’s serum),

contoh : anti-Fya , anti-Fyb, anti -Kell, anti- Rhesus.

Uji ini berlangsung secara berkelanjutan, dimana hasil negative dari fase I baik pada test

Mayor maupun minor akan dilanjutkan ke fase II dan begitu terus selanjutnya sampai ke uji

validitas. Untuk tiap uji ini, bila ada hasil yang menunjukkan hasil positif ( terjadi aglutinasi )

pada test mayor maupun minor, maka pemeriksaan pada fase berikutnya tidak dilanjutkan dan

dianjurkan untuk melakukan pengambilan darah terhadap orang lain atau donor yang baru.

Berikut akan dijelaskan pemeriksaan dari masing – maing tahapan crossmatching :

Fase I ( Fase inkubasi suhu kamar dalam medium saline )

Fase inkubasi dalam suhu kamar ini menggunakan media saline / NaCl 0,9 %.

Fase I ini disebut fase saline karena dalam pembuatan suspensi sel darah digunakan

NaCl, 0,9% ( saline ). . Fase ini dapat mendeteksi antibodi komplet yang bersifat IgM

(antibodi dingin), misalnya: Ketidakcocokan pada penetapan golongan darah dan

adanya antibodi komplet seperti: anti-M, anti-Lewis, anti-N, anti-P1, anti-A1, anti-H.

Pada fase ini disiapkan 3 buah tabung yaitu Tabung I ( Mayor Test ) yang berisi 2

tetes serum pasien yang akan menerima darah donor dan 1 tetes suspense sel donor

5%, Tabung II ( minor test ) yang berisi 2 tetes plasma donor dan 1 tetes suspensi sel

pasien / OS 5%, sedangkan tabung III adalah autocontrol yang berisi 2 tetes serum

pasien dan 1 tetes suspensi sel pasien 5 %. Setelah itu dilakukan sentrifugasi dengan

serofuge pada kecepatan 3000 rpm selama 15 detik. Setelah itu dibaca hasilnya.

Untuk pembacaan hasilnya dilakukan dengan 2 cara yaitu mengamati adanya

hemolisis dan aglutinasi. Adanya hemolisis dapat terlihat ketika pada tabung sel darah

tidak ada yg menggumpal setelah centrifugasi atau dengan kata lain sel darah

mengalami lisis sehingga cairan akan berwarna kemerahan. Sedangkan adanya

aglutinasi dapat diamati dengan jalan mengocok tabung secara perlahan sambil

diamati apakah gumpalan yang dihasilkan bercampur atau tidak, jika bercampur maka

11

Page 12: Praktikum V_crossmatch part 2.docx

negatif, jika tidak maka positi. Pembacaan dimulai dari tabung III, yaitu autocontrol.

Ini dimaksudkan untuk mengetahui bahwa kita telah bekerja sesuai dengan prosedur.

Bila hasilnya negative, tidak ada hemolisis atau aglutinasi maka dapat dilanjutkan

dengan membaca mayor test dan minor test. Bila hasilnya positif, maka sebaiknya

dilakukan pemeriksaan ulang.

Dari hasil pemeriksaan didapat bahwa pada pada ketiga tabung tidak terdapat

hemolisis. Sedangkan pada pengamatan ada atau tidaknya aglutinasi didapatkan hasil

Mayor test positif terjadi aglutinasi, sedangkan pada minor test dan autocontrol tidak

terjadi aglutinasi. Bila terdapat hasil positif pada Mayor test maupun minor test, test

masih dapat dilanjutkan pada fase III untuk konfirmasi.

Fase II ( Fase Inkubasi 37oC dalam medium Bovine Albumin 22%)

Pada phase 2 ini dapat mendeteksi beberapa antibodi sistem Rhesus seperti: anti-

D, anti-E, anti-c dan antibodi lainnya seperti anti-Lewis. Pada fase ini antibodi

inkomplet dapat mengikat sel darah merah, sehingga pada fase 3 dengan bantuan

penambahan Coombs serum terjadi reaksi positif . Antibodi inkomplet adalah anti-D,

anti-E, anti-e, anti-C, anti-c, anti-Duffy, anti-Kell, anti-Kidd, anti-S dan lain-lain.

Pada fase ini caranya hampir sama dengan pada fase I, hanya saja medium yang

digunakan adalah medium Bovine Albumin 22% dan dilakukan inkubasi pada suhu

37oC selama 15 menit. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada antibody yang

hangat yang terdapat dalam darah donor maupun pasien. Hal ini mengingat bahwa

darah akan ditransfusikan ke tubuh pasien, sehingga suhu darah akan mengikuti suhu

tubuh yang cenderung hangat ( 37oC ), sehingga bila ada antibody yang hangat yang

kemungkinan menimbulkan aglutinasi dapat segera diketahui.

Pada fase ini didapat hasil bahwa pada Mayor test didapat hasil positif,

sedangakan pada minor test dan autocontrol didapat hasil negative. Namun hasil ini

belum boleh di simpulkan incompatible karena darah donor dan darah pasien harus

melewati 3 phase agar memperoleh hasil yang valid. Selanjutnya dilanjutkan

pemeriksaan ke fase III dengan penambahan Coomb’s serum.

Fase III ( Indirect Coomb’s Test )

Pada fase ini dilakukan pencucian sel darah merah dengan saline. Pencucian ini

dilakukan sebanyak 3 kali. Dan pada saat membuang bagian supernatant dilakukaan

12

Page 13: Praktikum V_crossmatch part 2.docx

secara cepat dan dilakukan hanya sekali penuangan. Pencucian disini sangat

mempengaruhi hasil pemeriksaan sehingga pencucian harus dilakukan dengan baik.

Semua antibodi inkomplet yang terikat pada sel darah merah di fase II akan

beraglutinasi (positip) setelah penambahan coombs serum. Uji silang dapat

memberikan hasil positip (inkompatibel) selain karena adanya antibodi inkomplet juga

dapat terjadi karena auto antibodi dalam serum pasien dan adanya antibodi yang tidak

termasuk dalam sistem golongan darah. setelah ditambahkan coomb serum ,tabung di

centrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm 15 detik. Hasil yang diperoleh menunjukan

bahwa memang benar pada tabung mayor terjadi aglutinasi karena setelah dilakukan

pengocokan yang pelan dan lama tabung mayor tetap menggumpal (aglutinasi).

Sedangkan pada autocontrol dan minor test didapat hasil negative. Dari hasil ini

sebaikanya dilakukan pengambilan darah ulang dengan donor yang baru karena

setelah dilakukan konfirmasi test Mayor tetap menunjukkan hasil yang positif. Ini

menunjukan incompatible, yaitu ketidakcocokan antara darah donor dengan darah

pasien / OS. Namun pada praktikum ini, hasil pemeriksaan kami lanjutlkan ke fase

berikutnya. Jika ada hasil negative dari fase ini dilanjutkan ke uji validitas.

Uji Validitas

Untuk memastikan bahwa hasil yang diperoleh valid atau tidak, dilanjutkan

dengan uji validitas. Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah reaksi silang

yang kita lakukan valid atau tidak. Bila reaksi silang yang kita lakukan valid, maka

akan terjadi positif aglutinasi, sehingga hasil dari reaksi silang ini benar – benar valid

da dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Pada uji validitas ini dilakukan dengan penambahan Coomb’s Control Cell,

selnjutnya dilakukan sentrifugasi dan dilihat agultinasinya. Untuk melihat

aglutinasinya, dilakukan dengan cara mengocoknya secara perlahan dan hati – hati,

dan cara mengocoknyapun tidak sekuat saat melihat hasil pada fase I, II, III. Hal ini

dikarenakan kekuatan aglutinasinya rendah dan tidak sekuat yang dihasilkan pada tiap

fase. Dan dari hasil uji validitas, didapat bahwa pada minor test didapat hasil positif

aglutinasi ( +2 ) dengan terdapat butiran – butiran sedang yang tersuspensi dan pada

autocontrol didapat hasil positif ( +1 ) dengan terdapat butiran – butiran halud dan

tipis. Hal ini menunjukan bahwa reaksi silang yang kita lakukan valid.

13

Page 14: Praktikum V_crossmatch part 2.docx

Karena pada phase 1 , 2, dan 3 didapatkan hasil Mayor (+) , Minor (-) , dan autocontrol

(-) maka yang perlu dilakukan :

1. Periksa sekali lagi Golongan Darah OS apakah sudah sama dengan donor, apabila

golongan darah OS memang sudah sesuai, maka pemeriksaan dilanjutkan. Lakukan

DCT(Direct Coombs Test) pada sel donor untuk memastikan reaksi positif pada mayor

bukan berasal dari donor, apabila DCT sel donor negatif, artinya ada irregular antibodi

padaserum OS.

2. Ganti darah donor, lakukan crossmatch lagi sampai didapat hasil Cross negatif pada

mayor dan minor.

3. Apabila tidak ditemukan hasil Crossmatch yang kompatibel meskipun darah donor telah

diganti maka harus dilakukan skrining dan identifikasi antibodi pada serum OS dalam hal

ini sampel darah dikirim ke UTD Pembina terdekat.

Dari hasil pemeriksaan uji silang, didapat hasil INCOMPATIBLE / ketidakcocokan

antara darah donor dengan darah pasien. Dikarenakan terdapat hasil positif terjadi aglutinasi

pada Mayor Test. Sehingga darah donor tidak dapat dikeluarkan dan ditransfusikan kepada

pasien. Dalam uji silang serasi dapat memberikan hasil negatif palsu, oleh karena itu harus

diperhatikan yaitu :

NaCl 0,9%(saline) harus jernih, tidak berwarna dan tidak terkontaminasi dengan

serum

Temperature incubator harus 37oC

Waktu inkubasi harus tepat

Pencucian sel darah merah harus bersih

Hasil negative harus dikontrol dengan menggunakan CCC (Combs control cells)

IX. KESIMPULAN :

Dari hasil pemeriksaan uji silang serasi ( crossmatching ), didapat hasil

INCOMPATIBLE / ketidakcocokan antara darah donor dan darah pasien.

14

Page 15: Praktikum V_crossmatch part 2.docx

X. DAFTAR PUSTAKA :

Anonim . 2010 . Transfusi Darah . http://en.wikipedia.org/wiki/Transfusi-darah. Diakses

tanggal 10 April 2013

Anonim . 2012 . Crossmatching. http://en.wikipedia.org/wiki/Cross-matching. Diakses

tanggal 10 April 2013

XI. LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, 20 April 2013

1. Madya Mas Cista Hwardani ( )

2. I Wayan Sritama Satya Nugraha ( )

3. Putu Yulia Anggreni ( )

4. Ni Putu Riski Maya Dewi ( )

5. Pande Agus Jordy Sutanaya ( )

15

Page 16: Praktikum V_crossmatch part 2.docx

LAPORAN PRAKTIKUM

TRANSFUSI DARAH

“ Pemeriksaan Uji Silang Serasi ( Crossmatching ) ”

KELOMPOK 4

1. Madya Mas Cista Hwardani P07134011008

2. I Wayan Sritama Satya Nugraha P07134011016

3. Putu Yulia Anggreni P07134011024

4. Ni Putu Riski Maya Dewi P07134011032

5. Pande Agus Jordy Sutanaya P07134011040

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

16

Page 17: Praktikum V_crossmatch part 2.docx

JURUSAN DIII ANALIS KESEHATAN

2013

17