Praktikum sublimasi

25
LAPORAN PRAKTIKUM PEMISAHAN KIMIA Nama Praktikan : YULIANA NIM :111810301008 Kelas/No. Urut : A Fak./Jurusan : MIPA/KIMIA Nama Asisten : Mazia Ulfa LABORATORIUM KIMIA ANALITIK JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PEMISAHAN ASAM LEMAK DALAM MINYAK KELAPA MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI KOLOM

Transcript of Praktikum sublimasi

Page 1: Praktikum sublimasi

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMISAHAN KIMIA

Nama Praktikan : YULIANA

NIM :111810301008

Kelas/No. Urut : A

Fak./Jurusan : MIPA/KIMIA

Nama Asisten : Mazia Ulfa

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS JEMBER

TAHUN 2012

PEMISAHAN ASAM LEMAK DALAM MINYAK KELAPA MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI KOLOM

Page 2: Praktikum sublimasi

PERCOBAAN V

PEMISAHAN ASAM LEMAK DALAM MINYAK KELAPA MENGGUNAKAN

METODE KROMATOGRAFI KOLOM

I. Tujuan Percobaan

1. Mempraktekkan metode pemisahan dengan kromatografi kolom

2. Memahami prinsip dasar dalam kromatografi kolom

II. Tinjauan Pustaka

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran dalam berbagai wujud, baik

padat, cair maupun gas. Dasar kromatografi adalah pemisahan senyawa atas komponen-

komponennya berdasarkan perbedaan distribusi masing-masing komponen diantara dua

fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Bila fasa diam berupa zat padat yang aktif, maka

disebut kromatografi adsorbsi, namun bila fasa diam berupa zat cair disebut

kromatografi partisi. Fase diam dapat berupa pembentukan kolom dimana fase gerak

dibiarkan untuk mengalir (kromatografi kolom) atau berupa pembentukan lapis tipis

dimana fase gerak dibiarkan untuk naik berdasarkan kapilaritasnya (kromatografi lapis

tipis). Pemisahan dalam kromatografi terjadi dengan memanipulasi sifat-sifat fisik

senyawa atau molekul meliputi kelarutan, adsorbsi atau daya serap, dan volatilitas atau

penguapan molekul.

Ada empat jenis kromatografi yang dapat dimasukkan dalam kromatografi

kolom, yaitu kromatografi adsorpsi, kromatografi partisi, kromatografi penukaran ion,

dan kromatografi filtrasi gel. Pada kromatografi adsorbsi, komponen yang akan

dipisahkan secara selektif teradsorbsi pada permukaan adsorben yang dipakai untuk

bahan isian kolom. Pada kromatografi partisi, komponen yang akan dipisahkan secara

selektif mengalami partisi antara lapisan cairan tipis pada penyangga padat (fasa diam)

dan eluen yang bertindak sebagai fasa gerak. Kromatografi pertukaran ion memisahkan

komponen yang berbentuk ion yang komponennya terikat pada penukar ion (fasa diam)

secara selektif akan terelusi oleh fase geraknya. Pada kromatografi filtrasi gel, kolom

Page 3: Praktikum sublimasi

diisi gel permeable sebagai fasa diam. Pemisahan berlangsung seperti proses pengayakan

yang didasarkan atas ukuran molekul dari komponen yang dipisahkan.

Kromatografi kolom termasuk kromatografi serapan (adsorbsi) yang tidak boleh

larut dalam fasa gerak dan ukuran partikel fasa diam harus seragam. Prinsip kerjanya

yaitu komponen – komponen dalam campuran harus mempunyai afinitas yang berbeda

terhadap adsorben dalam kolom. Kromatografi kolom bertujuan untuk mengisolasi

komponen- komponen senyawa dari campurannya. Campuran yang akan dipisahkan

ditempatkan pada situasi dinamik dengan mengalirkan pelarut agar terjadi pelarutan,

absorbsi ataupun penguapan. Konsep penting kromatografi kolom adalah mengusahakan

volume pelarut berada antara penyerap dan detektor atau fraksinator sekecil mungkin

untuk mencegah pencampuran kembali fraksi-fraksi setelah terpisahkan.

Kolom kromatografi dapat berupa pipa gelas (sebagai penunjang fasa diam) yang

dilengkapi dengan kran (untuk pengatur aliran elusi) dan gelas penyaring di dalamnya.

Bagian dasar kolom berbentuk sedemikian rupa agar fasa diam tetap dalam keadaan

statis. Ukuran kolom tergantung pada banyaknya zat yang akan dipisahkan. Ukuran

partikel dari adsorben sangat berpengaruh pada bagaimana eluen bergerak melewati

kolom. Partikel yang lebih kecil digunakan untuk kromatografi kolom tekanan sedangkan

adsorben dengan ukuran partikel lebih besar digunakan untuk komatografi kolom

gravitasi. Untuk menjaga agar bahan isian tidak bergerak, bagian atas maupun bawah

dibatasi dengan glass woll atau kapas. Pengisian kolom harus dilakukan secara seragam.

Setelah adsorben dimasukkan dapat diseragamkan kepadatannya dalam kolom dengan

menggunakan vibrator atau dengan plunger. Selain itu dapat dikerjakan dengan

memasukkan adsorben kedalam bentuk larutan dan partikelnya dibiarkan mengendap.

Pengisian kolom yang tidak seragam akan menghasilkan rongga-rongga ditengah kolom

yang dapat memperburuk pemisahan.

Fasa gerak (eluen) berupa pelarut yang membawa komponen begerak,

sedangkan padatan yang menyerap komponen disebut fasa diam (adsorben). Syarat eluen

yaitu harus dapat melarutkan semua komponen dan dapat mengalir (berupa cairan atau

Page 4: Praktikum sublimasi

gas inert) misalnya pelarut tunggal atau campuran seperti ester murni, alkohol 50 % atau

pelarut polar dan nonpolar. Umumnya, senyawa nonpolar dengan  berat molekul lebih

tinggi cepat meninggalkan fasa diam. Adsorben dapat berupa zat padat polar (bahan

anorganik seperti Alumina, Charcoal ( arang ), Silica gel, MgCO3, CaCO3, Sukrosa, dan

serbuk pati ).

Cara kerja kromatografi kolom yaitu sampel yang akan dipisahkan dilarutkan

dalam pelarut, kemudian diletakkan di bagian atas kolom yang diisi oleh fasa diam.

Kemudian fasa gerak yang telah disiapkan dialirkan pelan – pelan secara kontinyu dan

dibiarkan mengalir melalui kolom berisi sampel yang telah diadsorpsikan oleh fase diam

sampai pelarut habis. Fasa gerak akan membawa komponen campuran ke bawah dengan

kecepatan berbeda karena daya serap padatan terhadap komponen tidak sama, sehingga di

dalam kolom terjadi kesetimbangan dinamis antara komponen teradsorbsi pada fasa diam

dengan komponen yang terlarut dalam fasa gerak.

Tingkat adsorpsi komponen tergantung pada polaritas molekul, aktivitas

adsorben, dan polaritas fasa gerak cair. Umumnya, senyawa dengan gugus fungsional

lebih polar akan teradsorp lebih kuat pada permukaan fasa padatan. Aktivitas adsorben

tergantung komposisi kimianya, ukuran partikel, dan pori-pori partikel. Urutan kenaikan

tingkat polaritas pelarut yaitu karbon tetraklorida, benzena, kloroform, dietil eter, etil

asetat, aseton, etanol, methanol, dan air. Urutan elusi senyawa meningkat dari

hidrokarbon tak jenuh, alkena, hidrokarbon aromatic, eter, aldehida, keton, ester, alkohol,

dan asam karboksilat. Pemilihan pelarut eluen tergantung pada jenis adsorben ( umum

digunakan alumina dan silica gel) dan kemurnian senyawa yang dipisahkan. Pelarut harus

mempunyai kemurnian yang tinggi, keberadaan pengganggu seperti air, alkohol, atau

asam pada pelarut yang kurang polar akan mengganggu aktivitas adsorben. Pelarut yang

mampu menjalankan elusi terlalu cepat tidak akan mampu mengadakan pemisahan yang

sempurna. Sebaliknya elusi yang terlalu lambat akan menyebabkan waktu retensi yang

terlalu lama. Sistem pelarut dengan kepolaran yang bertingkat sering juga digunakan

adalah pelarut mengelusi kolom. Pelarut yang pertama kali digunakan adalah pelarut non

Page 5: Praktikum sublimasi

polar untuk mengelusi komponen yang kurang polar kemudian pelarut yang lebih polah

ditambahkan untuk mengelusi komponen yang lebih polar juga.

Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung

bergerak lebih lambat dibanding molekul yang berikatan lemah. Komponen –komponen

lainnya akan dielusi menurut urutan afinitasnya terhadap adsorben, sehingga terjadi

pemisahan komponen – komponen campuran tersebut. Semakin lama proses mengalir

semakin jauh jarak antar komponen, maka semakin sempurna pemisahan meskipun

diperlukan tabung panjang serta eluen dan adsorben yang banyak. Komponen satu

dengan yang lain dapat dipisahkan dengan mendorong adsorben keluar dan dipotong

berdasarkan komponennya setelah memisah, Kemudian dikumpulkan berupa fraksi

ketika keluar dari alas kolom yang disebut eluat. Eluat dimasukkan ke dalam pelarut dan

disaring untuk memisahkan adsorben sehingga didapat larutan yang mengandung satu

komponen. Dengan ini, berbagai macam- macam molekul dapat dipisahkan berdasarkan

pergerakan pada kolom.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemisahan dengan kromatografi kolom

adalah fasa diam yang digunakan, kepolaran pelarut (fase diam), ukuran kolom (diamter

dan panjang kolom), dan kecepatan alir elusi

Pemisahan dengan kromatografi kolom baik untuk memisahkan campuran

dalam jumlah besar ( lebih dari 1 gram) sedangkan komponen yang  jumlahnya sangat

kecil digunakan kromotografi gas atau kromatografi kinerja tinggi. Beberapa hal yang

dalam kromatografi kolom yaitu adsorben yang lebih kecil dan luas, tekanan pompa

untuk mendorong pelarut, detektor untuk analisis (kualitatif dan kuantitatif) senyawa-

senyawa yang terelusi, dan pengemasan baru adsorben dalam kolom.

Berikut ini adalah informasi bahan- bahan yang digunakan dalam praktikum uni:

1. Silica gel

Silica gel mempunyai afinitas besar terhadap air dan digunakan secara luas

sebagai pengering (desikan). Silica gel digunakan sebagai adsorben penopang

Page 6: Praktikum sublimasi

padat untuk menahan air dalam kromatografi kolom karena kolom yang dibentuk

memiliki area permukaan yang sangat luas, tekstur dan struktur yang kompak dan

teratur berbentuk tetrahedral raksasa berikatan kuat dan rapat sehingga mampu

menghasilkan proses pemisahan yang lebih optimal. Permukaan silica gel

mengandung gugus silanol yang berpotensi membentuk ikatan hirogen yang kuat

dengan senyawa yang dipisahkan, terutama dengan donor H seperti alkohol,

fenol, amina, amida, dan asam. Semakin kuat ikatan hidrogennya, maka semakin

kuat tertahan oleh silica gel. Silika gel digunakan untuk identifikasi kelas-kelas

lipida. Pemisahan didasarkan pada interaksi (ikatan hidrogen, gaya van der waal,

dan ikatan ionik) antara molekul lipida dan silika gel.

Silica gel dapat menimbulkan iritasi jika kontak dengan tangan dan mata

dan berbahaya jika terhirup apalagi tertelan. Sifat fisiknya yaitu bentuk padat,

berwarna putih, tidak berbau dan rasa hambar .Sifat kimia silica gel yaitu

higroskopik, rusak pada suhu diatas 23ºC, tidak larut dalam air dingin dan etanol

tapi larut di KOH panas dan larutan NaOH, tidak stabil pada dengan HF,OF2, ClF3

dan XeF6.

2. Minyak kelapa

Minyak kelapa merupakan senyawa netral, larut dalam pelarut organik tapi

tidak larut dalam air. Minyak kelapa adalah ester dari gliserol dengan berbagai

asam monokarboksilat berantai lurus (asam lemak). Asam lemak dibedakan

menjadi dua berdasarkan strukturnya yaitu asam lemak jenuh (tidak memiliki

ikatan rangkap) dan asam lemak tidak jenuh(memiliki ikatan rangkap). Sifat tidak

larut dalam air disebabkan oleh adanya asam lemak berantai karbon panjang dan

tidak adanya polar. Komponen utama minyak kelapa adalah asam lemak.

Hidrolisis mudah terjadi dalam asam lemak rendah yaitu asam lemak dengan

asam karbon < C 14. Minyak kelapa termasuk dalam golongan asam lemak rantai

karbon sedang, jika dihidrolisis dapat menurunkan mutu/kualitas minyak.

3. Kloroform

Kloroform sering digunakan sebagai reagen analis dan pelarut. Kloroform

bersifat karsinogenik, menyebabkan iritasi kulit dan kerusakan organ melalui

eksposur yang lama dan berulang. Sifat fisik kloroform antara lain: berbentuk

Page 7: Praktikum sublimasi

cair, tidak berwarna, baunya manis, titik lebur sekitar -63ºC, titik didih sebesar

61ºC. Sifat kimianya antara lain: kelarutan dalam air sebesar 8 g/L pada 20ºC,

hindari pemanasan kuat, Peka terhadap guncangan, beresiko meledak dengan

logam basa , logam alkali tanah, alkohol, senyawa nitro organik, amonia dan NO,

bereaksi hebat dengan logam dan senyawa hidrogen nonlogam.

4. Asam asetat

Bahaya asam asetat adalah timbul iritasi jika kontak dengan mata dan

kulit, pencernaan tidak nyaman jika tertelan serta iritasi pada saluran pernapasan

jika terhirup. Sifat fisik asam asetat antara lain: cairan tak berwarna, bau

menyengat, titik leleh 16.7ºC, titik didih 118.1ºC, dan bercampur dengan air. Sifat

kimianya yaitu hindari panas, sumber pengapian, logam, oksidator, alkali kuat,

amina, sianida, sulfida, asam kromat, asam nitrat, hidrogen peroksida, dan

karbonat.

5. NaOH

NaOH banyak digunakan dalam industri pembuatan pulp dan kertas ,

tekstil , air minum , sabun dan deterjen. Bahaya NaOH yaitu menyebabkan mata

dan kulit terbakar jika terjadi kontak langsung, iritasi saluran pernapasan parah

dengan kemungkinan luka bakar jika tertelan , pneumonitis kimia dan edema paru

jika terhirup. Sifat fisik NaOH yaitu berbentuk padatan putih, titik lebur 318 °C,

titik didih 1388 °C. Sifat kimianya antara lain: pH tinggi/ sangat basa,

higroskopis, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur, mudah larut dalam

air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter, mudah terionisasi membentuk ion

natrium dan hidroksida pada kondisi murninya. Kontak dengan logam seperti

aluminium dan seng menyebabkan pembentukan gas hidrogen mudah terbakar.

III. Metodologi Percobaan

III.1Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Kolom Kromatografi

Beaker glass

Pengaduk gelas

Page 8: Praktikum sublimasi

Neraca analitik

III.1.2 Bahan

Minyak kelapa

Silica gel 60

Kloroform

Asam asetat

Akuades

Kapas

NaOH 0,1N

Indikator pp

Campuran alkohol : benzena ( 7:3)

III.2 Skema kerja

III.2.1 Penyiapan kolom

- Disuspensi 5 gram dalam 30 mL kloroform-asam asetat

( 100:1 )

- Dimasukkan suspensi kedalam kolom gelas berdiameter 2,2

cm dan tinggi 30 cm yang bagian dasarnya telah diberi kapas

- Didiamkan selama 24 jam untuk mendapatkan distribusi

adsorben yang seragam ( tinggi adsorben 5 cm )

Silica gel 60

Hasil

Page 9: Praktikum sublimasi

III.2.2 Pemisahan dengan kromatografi kolom

- Dimasukkan sebanyak 0,1 g pada kolom

- Dielusi dengan kloroform - asetat ( 100:1 ) dengan kecepatan

alir 1 mL/menit

- Ditampung eluat yang didapat, 2 mL/fraksi

III.2.3 Identifikasi asam lemak

- Ditambah dengan larutan alkohol-benzena ( 7:3 ) sebanyak

1,5 mL

- Dipanaskan sambil diaduk sampai timbul gelembung kecil

- Diberi 3 tetes indikator pp setelah terbentuk campuran

homogen

- Dititrasi dengan NaOH 0,1 N

- Dicatat volume NaOH yang diperlukan

- Ditentukan jumlah asam lemak bebas

- Dilakukan duplo

Sample

Eluat

Hasil

Hasil

Page 10: Praktikum sublimasi

IV. Hasil dan Pembahasan

IV.1 Hasil Percobaan

Keterangan V eluat V NaOHawal V NaOHakhir V NaOH yang dibutuhkan

Fraksi 1 3,5 mL 0 mL 0 mL 0,1 mL

Fraksi 2 3,5 mL 0,1 mL 0,2 mL 0,1 mL

IV.2 Pembahasan

Kromatografi kolom merupakan suatu teknik pemisahan campuran

berdasarkan adsorbsi (daya serap) komponen-komponen campuran dengan

afinitas yang berbeda-beda terhadap permukaan adsorbennya sebagai fasa diam.

Komponen campuran yang memiliki ikatan yang kuat dengan adsorben akan

cenderung bergerak lebih lambat melewati kolom dibandingkan molekul yang

berikatan lemah, sehingga masing- masing komponen dapat dipisahkan

berdasarkan pergerakan pada kolom.

Berdasarkan mekanismenya, kromatografi kolom termasuk

kromatografi adsorbsi pada kromatografi cair – padat (KCP) kolom terbuka

karena penggunaan adsorben (padat) dan eluennya (cair). Kolom kromatografi

berupa pipa gelas (sebagai penunjang fasa diam) yang dilengkapi dengan kran

(untuk pengatur aliran elusi) dan glass woll atau kapas di dalamnya sebagai

penyaring. Bagian dasar kolom berbentuk sedemikian rupa agar fasa diam tetap

dalam keadaan statis dan labu erlenmeyer sebagai penampung eluat. Penyiapan

kolom dalam praktikum ini menggunakan cara basah yaitu adsorben (silica gel)

disuspensi menjadi bubur terlebih dahulu menggunakan pengelusi (kloroform-

asetat 100: 1) untuk fasa gerak, kemudian dimasukkan kedalam kolom melalui

dinding secara kontinyu sedikit demi sedikit, sambil kran kolom dibuka. Eluen

Page 11: Praktikum sublimasi

dialirkan hingga silika gel mapat, lalu dibiarkan mengalir sampai batas adsorben

dan kran ditutup.

Fasa diam berupa adsorben yang tidak larut dalam fasa gerak dan

ukurannya harus seragam. Adanya pengotor dalam fasa diam dapat menyebabkan

adsorbsi tidak reversible. Fasa gerak dapat berupa pelarut tunggal atau campuran

beberapa pelarut dengan komposisi tertentu. Pelarut dapat polar atau non polar

dengan berat molekul kecil lebih cepat meninggalkan fasa diam. Ukuran kolom

yang digunakan tergantung banyaknya zat yang akan dipindahkan. Secara umum

ukuran kolom yang digunakan memiliki perbandingan panjang dan diameter

sebesar 8 : 1, sedangkan jumlah penyerapannya adalah 25-30 kali berat bahan

yang akan dipisahkan.

Adsorben yang digunakan dalam praktikum ini adalah silica gel. Silika

gel merupakan bentuk silika yang dihasilkan melalui penggumpalan sol natrium

silikat (NaSiO2). Sol mirip agar – agar ini dapat didehidrasi sehingga menjadi

padatan (butiran mirip kaca) yang bersifat tidak elastis sehinga silica gel

dimanfaatkan sebagai zat penyerap, pengering dan penopang katalis. Silica gel

yang siap digunakan berwarna biru namun setelah menyerap banyak kelembaban,

warnanya berubah menjadi pink (merah muda). Untuk itu perlu dilakukan

regenerasi dengan memanaskannya didalam oven karena panas dapat

mengeluarkan kelembaban sehingga warnanya menjadi biru dan kembali bisa

digunakan.

Pelarut yang digunakan adalah kloroform- asam asetat (100 :1) untuk

mengelusi sampel agar bergerak turun melewati kolom dan pada bagian atas

kolom akan terjadi kesetimbangan baru antara adsorben, komponen campuran,

dan eluen. Kesetimbangan dikatakan tetap jika komponen yang satu dengan yang

lain bergerak turun ke bagian kolom dengan waktu atau kecepatan yang berbeda-

beda hingga terjadi pemisahan antar komponen. Alasan penggunaan kloroform-

asam asetat sebagai fasa gerak karena persamaan sifat non polar antara eluen dan

Page 12: Praktikum sublimasi

adsorbennya sehingga terjadi reaksi kesetimbangan yang akhirnya dapat

memisahkan beberapa komponen dalam campuran.

Sampel dimasukkan ke kolom lalu ditampung fraksinya. Eluat yang

telah didapat sebanyak 3,5 mL/ fraksi, selanjutnya ditambahkan larutan alkohol-

benzena (7:3) yang berfungsi untuk menghidrolisis minyak kelapa (lemak)

menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini dilakukan dengan cara pemanasan

sampai fraksi berubah warna dari kuning pucat menjadi kuning tua jernih

(homogeny) dan timbul gelembung kecil saat diaduk.

Minyak kelapa adalah minyak nabati dari daging buah kelapa (segar

maupun kopranya) yang diproses basah karena ada penambahan air untuk

mengekstraksi. Minyak kelapa merupakan lemak, senyawa netral yang larut dalam

pelarut minyak (kloroform, benzena, atau eter) namun tidak larut dalam air karena

adanya asam lemak berantai karbon panjang dan tidak adanya struktur polar.

Minyak kelapa adalah ester dari asam karboksilat rantai panjang dengan alkohol

(gliserol) dengan berbagai asam monokarboksilat berantai lurus (asam lemak).

Hidrolisis sangat mudah terjadi dalam lemak yang mengandung asam lemak

rendah yaitu asam lemak dengan asam karbon kurang dari < C 14 seperti minyak

kelapa yang tergolongan asam lemak rantai karbon sedang.

Asam lemak merupakan asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat

tinggi (rantai C lebih dari 6). Asam lemak mengandung C genap sekitar 18 – 20

tiap molekul, variasi jumlah C sekitar 4 – 40 dan struktur tidak bercabang.

Berdasarkan struktur kimianya, asam lemak dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

a. Asam lemak jenuh (saturated fatty acids=SFAs) yaitu asam lemak yang

tidak memiliki ikatan rangkap. Contohnya lemak hewani, ASI (asam

laurat) dan minyak kelapa.

b. Asam lemak tidak jenuh (unsaturated fatty acids) yaitu asam lemak yang

memiliki ikatan rangkap. Asam lemak tidak jenuh dibedakan lagi menjadi

dua yaitu:

Page 13: Praktikum sublimasi

1. Monounsaturated fatty acids (MUFAs) hanya terdapat satu ikatan

rangkap dalam strukturnya. Contohnya lemak nabati, asam oleat.

2. Polyunsaturated fatty acids (PUFAs) terdapat lebih dari satu ikatan

rangkap dalam strukturnya. Jenis PUFAs yaitu asam lemak Omega-6

Cis dan asam lemak Omega-3 Cis (berdasarkan letak ikatan

rangkapnya pada ikatan karbon nomor dari gugus omega ). Contohnya

asam linoleat.

3. Eikosanoid yaitu senyawa yang berasal dari asam lemak

eikosapolienoat seperti prostanoid (prostaglandin, prostasiklin dan

tromboxan) dan leukotrien.

Gambar 1. Struktur asam lemak jenuh

Gambar 2. Struktur asam lemak tidak jenuh

STRUKTUR ASAM LEMAK TAK JENUH

Page 14: Praktikum sublimasi

Asam lemak merupakan asam lemah yang terdisosiasi sebagian di dalam

air. Umumnya berfase cair atau padat pada suhu ruang (27° Celsius). Semakin

panjang rantai C penyusunnya, semakin mudah membeku dan juga semakin sukar

larut. Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi) daripada

asam lemak tak jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh mudah bereaksi

dengan oksigen (mudah teroksidasi) membentuk hidrokarbon, alkanal, keton,

serta sedikit epoksi dan alkohol (alkanol) sehingga muncul bau tengik.

Keberadaan ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh menjadikannya memiliki

dua bentuk yaitu cis (pada asam lemak nabati) dan trans (pada sisa metabolisme

atau dibuat secara sintetis.

Lemak akan terhidrolisis jika dididihkan dengan asam atau basa.

Hidrolisis trigliserida oleh basa kuat (KOH atau NaOH) akan menghasilkan

campuran sabun K+ atau Na+ dan gliserol sedangkan dengan asam akan

menghasilkan gliserol dan asam-asam lemak penyusunnya. Dalam praktikum

digunakan asam lemak sebagai pengganti trigliserida sehingga dihasilkan air

sebagai produk samping. Persamaana reaksi yang terjadi yaitu:

C18H36COOH + NaOH C18H36COONa +

H2O Asam Lemak Natrium Hidroksida Sabun Air

Selanjutnya, larutan ditambah 3 tetes indikator pp dan dititrasi

menggunakan NaOH 0,1 N. Fungsi penambahan indikator pp adalah sebagai

indikator asam basa agar titrasi dapat dihentikan saat mencapai titik akhir titrasi,

karena dalam titrasi terjadi reaksi antara asam lemah dan basa kuat. Indikator pp

memiliki trayek pH sebesar 8,0-9,6 yang dapat mendeteksi sifat basa hasil reaksi

berupa C18H36COONa sehingga berubah warna menjadi merah saat dicapai titik

ekivalennya. Dari dua fraksi yang diperoleh, membutuhkan voleme NaOH yang

sama saat titrasi sebesar 0,1 mL sehingga dapat diidentifikasi asam lemak dalam

minyak kelapa 0,1 g sebesar 2,85 x 10-3 M.

Page 15: Praktikum sublimasi

Percobaan kromatografi kolom terdapat beberapa istilah yang mirip

namun berbeda arti seperti elusi, eluen, dan eluat. Elusi merupakan proses

pengaliran zat pelarut, dimana yang dimaksud zat pelarut adalah eluen. sedangkan

zat yang dihasilkan dari proses pengaliran zat pelarut yang melewati sebuah

kolom disebut eluat.

Dari percobaan yang dilakukan terdapat beberapa hal yang meragukan

seperti saat proses titrasi menggunakan NaOH, larutan eluat 1 yang telah berubah

warna menjadi merah muda kembali menjadi kuning setelah dibiarkan beberapa

menit. Hal ini dimungkinkan karena larutan eluat masih panas tapi langsung

dititrasi sehingga basa cepat dideteksi oleh indikator PP di keadaan awal. Pada

fraksi 2, larutan eluat didinginkan lalu dititrasi. Saat mencapai titik ekivalen

titrasi, larutan berubah warna menjadi merah muda tapi bentuk larutan tidak

bercampur, tapi warna tidak hilang saat dibiarkan beberapa waktu.

V. Kesimpulan dan Saran

V.1Kesimpulan

Dari percobaan pemisahan asam lemak dalam minyak kelapa

menggunakan metode kromatografi kolom, disimpulkan bahwa prinsip pemisahan

kolom didasarkan pada adsorbsi komponen-komponen campuran dengan afinitas

yang berbeda-beda terhadap adsorbennya sehingga masing- masing komponen

mencapai dasar kolom dengan kecepatan berbeda, beberapa komponen dalam

campuran berhasil dipisahkan.

V.2Saran

Sebelum dilaksanakan praktikum, asisten dan praktikan sebaiknya

memahami terlebih dahulu materi praktikum terkait agar terjadi simulasi kerja

sama yang baik saat pelaksanaan praktikum.

Page 16: Praktikum sublimasi

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Mochamad. 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan.

Yogyakarta : Penerbit ANDI

Gritter, Roy J, dkk. 1991. Pengantar Kromatografi Edisi Kedua. Bandung : ITB

Hendayana, Sumar. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press

Hostettmann, Marston. 1995. Cara Kromatografi Preparatif. Bandung: ITB

Jhonson, Edward dan R. Stevenson. 1991. Dasar Kromatografi Cair. Bandung: ITB

Tim Penyusun. 2010. Penuntun Praktikum Pemisahan Kimia. Jember : FMIPA

Universitas Jember.

Underwood, A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga

Page 17: Praktikum sublimasi

LAMPIRAN PERHITUNGAN

N NaOH = 0,1 N

N NaOH = M NaOH

ek

0,1 N = M NaOH

1

M NaOH = 0, 1 M

Penentuan Kadar Asam Lemak dalam Minyak Kelapa

C18H36COOH + NaOH C18H36COONa + H2O

n NaOH = M NaOH x V NaOH

= 0,1 M x 0,1. 10-3 L

= 1,0 . 10-5 mol (fraksi 1= fraksi 2)

n Asam Lemak = 11

x 1,0 . 10-5 mol

= 1,0. 10-5 mol

M Asam lemak = 1,0.× 10−5 mol

3,5 ×10−3 L

= 2,85 x 10-3 M

M rata2 Asam lemak = 2,85 x 10 -3 + 2,85 x 10 -3 M

2

= 5,7 x 10 -3 M

2

= 2,85 x 10-3 M