Praktikum Pengaruh Sikap Dan Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah Blok 8

11
Praktikum Pengaruh Sikap dan Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah OLEH : KELOMPOK D3 Hilda Melisa Lumban Batu (102010062) Sim Nabilah Tanjung (102012123) Yessicha Bella (102012364) Jeremia Andryanto (102013015) Meyselina Iwan (102013054) Luciana (102013159) Anna Gracia (102013189) Evialy Hady (102013287) Jessy Maria Joltuwu (102013348) Welly Surya (102013368) Maria Angelika Irena.T (102013467) Zain Aiman Bin Mohd Zain (102013523) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA SEMESTER 2 BLOK 8 2013/2014

description

aw

Transcript of Praktikum Pengaruh Sikap Dan Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah Blok 8

Page 1: Praktikum Pengaruh Sikap Dan Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah Blok 8

Praktikum Pengaruh Sikap dan Kerja Fisik

Terhadap Tekanan Darah

OLEH :KELOMPOK D3

Hilda Melisa Lumban Batu (102010062)Sim Nabilah Tanjung (102012123)

Yessicha Bella (102012364)Jeremia Andryanto (102013015)

Meyselina Iwan (102013054)Luciana (102013159)

Anna Gracia (102013189)Evialy Hady (102013287)

Jessy Maria Joltuwu (102013348)Welly Surya (102013368)

Maria Angelika Irena.T (102013467)Zain Aiman Bin Mohd Zain (102013523)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

SEMESTER 2 BLOK 8

2013/2014

JAKARTA

Page 2: Praktikum Pengaruh Sikap Dan Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah Blok 8

ALAT YANG DIPERLUKAN

1. Sfigmomanometer

2. Stetoskop

I. PENGUKURAN TEKANAN DARAH A. BRAcHIALIS PADA SIKAP

BERBARING , DUDUK DAN BERDIRI

Berbaring Telentang

1. Suruhlah orang percobaan (OP) berbaring terlentang dengan tenang selama 10 menit.

2. Selama menunggu, pasanglah manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas orang

percobaan.

3. Carilah dengan palpasi denyut a. brachialis pada fossa cubiti dan denyut a. radialis

pada pergelangan tangan kanan orang percobaan.

4. Setelah OP berbaring 10 menit, tetapkanlah kelima fase Korotkoff dalam pengukuran

tekanan darah OP tersebut.

5. Ulangilah pengukuran sub. 4 sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan

catatlah hasilnya.

Duduk

6. Tanpa melepaskan manset, OP disuruh duduk. Setelah ditunggu 3 menit, ukurlah lagi

tekanan darah a.brachialisnya dengan cara yang sama. Ulangilah pengukuran sebanyak

3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.

Berdiri

7. Tanpa melepaskan manset OP disuruh berdiri. Setelah ditunggu 3 menit ukurlah lagi

tekanan darah a.brachialisnya dengan cara yang sama. Ulangilah pengukuran sebanyak

3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.

8. Bandingkan hasil pengukuran tekanan darah OP pada ketiga sikap yang berbeda diatas.

II. PENGUKURAN TEKANAN DARAH SESUDAH KERJA OTOT

Page 3: Praktikum Pengaruh Sikap Dan Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah Blok 8

1. Ukurlah tekanan darah a. brachialis OP dengan penilaian menurut metode baru pada

sikap duduk ( OP tak perlu yang sama seperti pada sub I )

2. Tanpa melepaskan manset, suruhlah OP berlari di tempat dengan frekuensi ± 120

loncatan / menit selama 2 menit. Segera setelah selesai, OP disuruh duduk dan ukurlah

tekanan darahnya.

3. Ulangilah pengukuran tekanan darah ini tiap menit sampai tekanan darahnya kembali

seperti semula. catatlah hasil pengukuran tersebut.

III. PENGUKURAN TEKANAN DARAH A. BRAcHIALIS DENGAN cARA

PALPASI

1. Ukurlah tekanan darah a.brachialis OP pada sikap duduk dengan cara auskultasi

(sub I)

2. Ukurlah tekanan darah a. brachialis OP pada sikap yang sama dengan cara palpasi.

HASIL PER c OBAAN

Hasil percobaan I:

SIKAP

BAcAAN

(mmHg)

BERBARING

P1 P2 P3 R

DUDUK

P1 P2 P3 R

BERDIRI

P1 P2 P3 R

FASE I110 120 120 117 120 110 120 117 110 110 110 110

FASE II 90 100 90 93 100 100 100 100 100 100 100 100

FASE III 80 80 80 80 90 90 90 90 90 90 90 90

FASE Iv 70 70 70 70 80 80 80 80 80 80 80 80

FASE V 60 60 60 60 70 70 70 70 60 60 60 60

Hasil percobaan II:

Page 4: Praktikum Pengaruh Sikap Dan Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah Blok 8

Tekanan darah normal: 140 / 70 mmHg

Setelah melakukan aktivitas (berlari di tempat):

1. 160 / 70 mmHg

2. 140 / 70 mmHg (kembali normal)

Hasil percobaan III:

Tekanan darah dengan cara palpasi: 80 mmHg ( tekanan diastolik)

Tekanan darah dengan cara auskultasi: 110/ 80 mmHg

PEMBAHASAN

Pada percobaan pertama, tujuan utama yang mahu diuji ialah adakah perubahan

sikap berbaring, duduk, dan berdiri dapat mempengaruhi tekanan darah secara fisiologis.

Tekanan darah arteri adalah kekuatan darah ke didinding pembuluh darah yang

menampung , mengakibatkan tekanan ini berubah-ubah pada setiap siklus jantung.

Tekanan darah dinilai dalam 2 nilai, sebuah tekanan tinggi sistolik yang menandakan

kontraksi maksimal jantung dan tekanan rendah diastolik atau tekanan istirahat.

Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan, kecuali pada lengan

tersebut terdapat cedera. Tekanan ini dapat ditentukan dengan menggunakan

sfigmomanometer dan stetoskop. Pada titik tekanan sistolik dalam arteri tepat melampaui

tekanan manset, semburan darah melewatinya pada tiap denyut jantung, dan secara sikron

dengan tiap denyut bunyi detakan didengar di bawah manset. Tekanan manset pada

waktu bunyi pertama terdengar adalah tekanan sistolik. Dengan menurunnya tekanan,

suara menjadi lebih keras, kemudian tidak jelas dan menutupi dan akhirnya pada

kebanyakan individu menghilang (bunyi Korotkoff). Bunyi Korotkoff dihasilkan oleh

arus turbulen dalam arteri brachialis. Arus laminar dalam arteri yang tidak berkonstriksi

adalah tidak bersuara, tetapi bila arteri menyempit, kecepatan kritis dan terjadilah arus

turbulen.1 Bunyi Korotkoff dapat dibagi dalam empat fase yang berbeda :

Fase I : timbulnya dengan tiba-tiba suatu bunyi mengetuk yang jelas dan makin lama

makin keras sewaktu tekanan menurun 10-14 mmHg berikutnya. Ini disebut pula nada

letupan.

Page 5: Praktikum Pengaruh Sikap Dan Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah Blok 8

Fase II : bunyi berubah kualitasnya menjadi bising selama penurunan tekanan 15-20

mmHg berikutnya.

Fase III : bunyi sedikit berubah dalam kualitas, tetapi menjadi jelas dan keras selama

penurunan tekan 5-7 mmHg berikutnya.

Fase IV : bunyi meredam (melemah) selama penurunan 5-6 mmHg berikutnya. Setelah

itu bunyi menghilang.

Fase V : titik dimana bunyi menghilang.

Permulaan dari fase I yaitu dimana bunyi mula-mula terdengar merupakan

tekanan sistolis. Permulaan fase IV atau fase V merupakan tekanan diastolis. Pada

percobaan ini, hasil yang diperoleh bagi tekanan darah orang percobaan ketika baring

117/60 mmHg dan meningkat ketika duduk menjadi 117/70 mmHg dan ketika berdiri

menjadi 110/60 mmHg. Peningkatan ini menunjukkan bahwa posisi tubuh berpengaruh

terhadap tekanan darah. Peningkatan tekanan darah ini terjadi karena adanya gaya

grafitasi yang mempengaruhi tekanan pompa jantung lain halnya pada saat berbaring

letak ekstremitas atas dan bawah sejajar dengan jantung sehingga kecepatan aliran darah

standar. Tapi bila dalam keadaan berdiri bagian ekstermitas atas dan kepala lebih tinggi

dari jantung sehingga agar supaya darah dapat sampai ke tempat yang dituju dengan

pasokan yang sama dengan pada waktu berbaring, maka diperlukan tekanan pompa yang

besar sehingga curah meningkat kemudian aliran balik vena meningkat dan selanjutnya

meningkatkan tekanan darah.2 Sehingga darah akan terlokalisir pada suatu tempat.

Pengisian atrium kanan jantung akan berkurang sehingga pada posisi berdiri akan terjadi

penurunan sementara. Setelah beberapa menit kemudian tekanan darah akan kembali

normal karena sudah mulai beradaptasi dengan perubahan posisi tubuh. Hal ini karena

adanya baroresptor yang menjaga tekanan arteri di kepala dan tubuh bagian atas tetap

konstan. Karena tekanan arteri meningkat, baroreseptor sinus karotis dan lengkung aorta

meningkatkan kecepatan pembentukan potensial aksi di neuron aferen.

Setelah mendapatkan informasi bahwa tekanan arteri terlalu tinggi oleh

peningkatan potensial tersebut, pusat kontrol kardiovaskuler berespons dengan

mengurangi aktivitas simpatis dan meningkatkan aktivitas parasimpatis ke sistem

kardiovaskuler. Sinyal-sinyal eferen ini menurunkan kecepatan denyut jantung,

Page 6: Praktikum Pengaruh Sikap Dan Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah Blok 8

menurunkan volume sekuncup, dan menimbulkan vasodilatasi arteriol dan vena, yang

pada gilirannya menurunkan curah jantung dan resistensi perifer total, sehingga tekanan

darah kembali ke tingkat normal.1

Pada percobaan kedua pula, adalah meguji pengaruh kerja otot pada tekanan darah.

Pada percobaan ini didapatkan tekanan darah orang coba sebelum dan sesudah

melakukan aktivitas adalah sama. Akan tetapi, secara fisiologis tekanan darah setelah

melakukan aktivitas seharusnya meningkat. Hal ini mungkin disebabkan karena ketidak

akuratan alat atau orang coba sering berolahraga sehingga tekakan darahnya tidak segera

mengalami perubahan dibandingkan orang-orang yang tidak sering berolahraga.

Ketika kita beraktivitas maka otot-otot akan saling berkontraksi. Dalam proses kontraksi,

otot memerlukan suplai oksigen yang banyak untuk memenuhi kebutuhan akan energi.

Darah sebagai media yang bertujuan untuk menyuplai O2 harus segera memenuhinya.

Oleh karena itu, curah jantung akan ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan darah

tersebut dan selanjutnya akan meningkatkan aliran darah. Selain itu, perangsangan implus

simpatis menyebabkan vasokonstriktor pembuluh darah pada tubuh kecuali pada otot

yang aktif, terjadi vasodilatasi. Hal inilah yang menyebabkan tekanan darah akan

meningkat setelah melakukan aktivitas fisik. Selain itu, sewaktu otot-otot itu

berkontraksi, otot-otot tersebut menekan pembuluh darah di seluruh tubuh. Akibatnya

terjadi pemindahan darah dari pembuluh perifer ke jantung dan paru. Dengan demikian

akan meningkatkan curah jantung yang selanjutnya meningkatkan tekanan darah.

Percobaan yang teakhir ialah mengukur tekanan darah secara palpasi. Cara

palpasi hanya dapat menentukan tekanan diastole dimana pada percobaan ini tekanan

diastole didapatkan 80 mmHg. Palpasi dilakukan sebelum melakukan auskultasi karena

dari pengukuran palpasi kita akan mendapatkan nilai standar patokan untuk mengukur

tekanan darah dengan cara auskultasi. Cara auskultasi dilakukan untuk mendengar bunyi

pada stetoskop dalm hal ini untuk menentukan tekanan darah orang coba dan didapatkan

tekanan sistole yang sama dengan cara palpasi yaitu 110/80 mmHg. Timbulnya bunyi

pada pemeriksaan terutama disebabkan oleh semburan darah yang melewati pembuluh

yang mengalami hambatan parsial. Semburan darah ini menimbulkan aliran turbulen di

Page 7: Praktikum Pengaruh Sikap Dan Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah Blok 8

dalam pembuluh yang terletak di luar area manset, dan keadaan ini akan menimbulkan

getaran yang terdengar melalui stetoskop yang dikenal dengan bunyi Korotkoff.2

KESIMPULAN

Cara-cara pengukuran tekanan darah arteri adalah dengan cara palpasi dan auskultasi.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah secara fisiologis

adalah karena istirahat, perubahan sikap, dan kerja otot. Selain itu, meningkatnya tekanan

darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara diantaranya yaitu jantung

memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya,

arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, dan bertambahnya cairan dalam

sirkulasi

Daftar Pustaka

1. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. In : Novrianti A, Dany F,

Resmisari T, Rachman LY, Muttaqin H, Nugroho AW, et al. Jaringan Peka-

Rangsangan : Otot. 22nd ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ; 2008. P.562-65.

2. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. In : Setiawan I. Kontraksi dan

Eksitensi Otot Polos. 11th ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2007.

P.182.