Praktikum maserasi

4
Praktikum maserasi Dari hasil praktikum ekstrasi simplisia daun salam dengan metode maserasi yang telah dilakukan didapatkan hasil colatur 1-3 berwarna hijau muda tanpa perubahan. Hal ini tidak sesuai karena seharusnya warna colatur bebeda. Seharusnya colatur 1 warnanya lebih gelap daripada colatur selanjutnya. Cairan penyari yang digunakan pada praktikum ini adalah etanol yang berfungsi mengikat senyawa polar yang terdapat pada daun salam. Pada saat kolatur pertama dibuat masih banyak terdapat kandungan di dalam simplisia daun salam. Sedangkan pada colatur 2 dan 3 kandungan zat di dalam daun salam telah berkurang akibat telah terikat dengan penyari dari colatur 1 dan cairannya telah disaring. Kemungkinan warna yang tidak berubah tiap kolatur disebabkan perbedaan dalam cara mengaduk, lama mengaduk, dan jumlah etanol yang diberikan pada tiap kolatur. Pada colatur 1 didapatkan 125mL cairan ekstrak dari 180mL etanol yang diberikan. Sedangkan colatur 2 mendapatkan cairan ekstrak yang tetap yaitu 200mL dan colatur 3 mendapatkan 150mL dari 180mL larutan etanol yang diberikan. Perbedaan ini dapat terjadi karena pada colatur 1, simplisia daun salam masih dalam keadaan kering, sehingga etanol terserap masuk ke dalam simplisia dan ketika disaring terdapat kehilangan jumlah hasil cairan ekstrak yang mungkin juga terserap pada kain flanel. Pada colatur 2 hasil penyaringan tetap 200mL seperti jumlah etanol yang diberikan karena simplisia telah basah karena perlakuan pada colatur 1. Untuk colatur 3 didapatkan perbedaan 30mL jumlah cairan. Perbedaan ini kemungkinan dapat disebabkan karena terdapat simplisia dan hasil ekstraksi yang tumpah ketika disaring, selain itu perbedaan dalam cara memeras hasil simplisia juga dapat berpengaruh. Simplisia merupakan bahan alam yang digunakan sebagai obat, tetapi belum mengalami pengolahan apapun atau telah diolah secara sederhana. Simplisia dapat berupa daun, bunga, kulit kayu, akar, buah dan sebagainya. (Setiawan Dalimartha. 1001 Resep herbal. Penebar Swadaya.Jakarta.2008) Ekstraksi adalah penarikan zat aktif keluar dari simplisia tanpa mengubah khasiatnya. Adapun macam-macam cairan penyari yaitu air, etanol, gliserin, eter, kloroform, aseton, dsb. Pada penelitian ini yang digunakan sebagai penyari adalah larutan etanol 70%. Keuntungan penggunaan pelarut etanol 70% adalah tidak beracun dan tidak berbahaya, selain itu etanol mempunai

description

maserasi daun salam

Transcript of Praktikum maserasi

Page 1: Praktikum maserasi

Praktikum maserasi

Dari hasil praktikum ekstrasi simplisia daun salam dengan metode maserasi yang telah dilakukan didapatkan hasil colatur 1-3 berwarna hijau muda tanpa perubahan. Hal ini tidak sesuai karena seharusnya warna colatur bebeda. Seharusnya colatur 1 warnanya lebih gelap daripada colatur selanjutnya. Cairan penyari yang digunakan pada praktikum ini adalah etanol yang berfungsi mengikat senyawa polar yang terdapat pada daun salam. Pada saat kolatur pertama dibuat masih banyak terdapat kandungan di dalam simplisia daun salam. Sedangkan pada colatur 2 dan 3 kandungan zat di dalam daun salam telah berkurang akibat telah terikat dengan penyari dari colatur 1 dan cairannya telah disaring. Kemungkinan warna yang tidak berubah tiap kolatur disebabkan perbedaan dalam cara mengaduk, lama mengaduk, dan jumlah etanol yang diberikan pada tiap kolatur.

Pada colatur 1 didapatkan 125mL cairan ekstrak dari 180mL etanol yang diberikan. Sedangkan colatur 2 mendapatkan cairan ekstrak yang tetap yaitu 200mL dan colatur 3 mendapatkan 150mL dari 180mL larutan etanol yang diberikan. Perbedaan ini dapat terjadi karena pada colatur 1, simplisia daun salam masih dalam keadaan kering, sehingga etanol terserap masuk ke dalam simplisia dan ketika disaring terdapat kehilangan jumlah hasil cairan ekstrak yang mungkin juga terserap pada kain flanel. Pada colatur 2 hasil penyaringan tetap 200mL seperti jumlah etanol yang diberikan karena simplisia telah basah karena perlakuan pada colatur 1. Untuk colatur 3 didapatkan perbedaan 30mL jumlah cairan. Perbedaan ini kemungkinan dapat disebabkan karena terdapat simplisia dan hasil ekstraksi yang tumpah ketika disaring, selain itu perbedaan dalam cara memeras hasil simplisia juga dapat berpengaruh.

Simplisia merupakan bahan alam yang digunakan sebagai obat, tetapi belum mengalami pengolahan apapun atau telah diolah secara sederhana. Simplisia dapat berupa daun, bunga, kulit kayu, akar, buah dan sebagainya. (Setiawan Dalimartha. 1001 Resep herbal. Penebar Swadaya.Jakarta.2008) Ekstraksi adalah penarikan zat aktif keluar dari simplisia tanpa mengubah khasiatnya. Adapun macam-macam cairan penyari yaitu air, etanol, gliserin, eter, kloroform, aseton, dsb. Pada penelitian ini yang digunakan sebagai penyari adalah larutan etanol 70%. Keuntungan penggunaan pelarut etanol 70% adalah tidak beracun dan tidak berbahaya, selain itu etanol mempunai kemampuan penyari dengan polaritas yang lebar mulai dari senyawa non polar sampai dengan polar. Maserasi adalah proses ekstraksi yang dilakukan pada suhu kamar, memungkinkan untuk pelarut menembus struktur seluler pada tumbuhan dan melarutkan senyawa aktif (Supriiyatna. Prinsip obat herbal: Sebuah pengantar untuk fitoterapi. Yogyakarta.2014.deepublish) Metode maserasi termasuk metode ektraksi dengan cara dingin karena menggunakan temperatur pada suhu kamar. Selain metode maserasi, terdapat metode perkolasi yang termasuk metode ekstraksi cara dingin. Metode ekstraksi cara panas merupakan metode ekstraksi yang berkebalikan dengan cara dingin karena sesuai dengan namanya metode ini menggunakan temperatur 40-90C. Yang termasuk metode cara panas yaitu metode refluks, metode sokletasi, metode infundasi dan metode dekoktasi. Setiawan Dalimartha.Atlas tumbuhan obat indonesia jilid 2. Jakarta. Trubus Agriwidya, 2000

Tanaman Salam atau Syzygium polyanthum (Wight.) Walp. Merupakan tanaman dari suku Myrtaceae. Tanaman ini tumbuh di daerah sumatra dan jawa. Pohon salam dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1800 m dan banyak tumbuh di hutan maupun rimba belantara. Daun salam memiliki kandungan tanin, flavonoid, triterpenoid, polifenol, alkaloid, saponin, karbohidrat, lakton, steroid, sitral dan minyak atsiri. Tanaman Salam lebih dikenal sebagi bumbu masakan, karena aromanya yang khas. Tetapi tanaman salam juga merupakan salah satu alternatif obat tradisional. Kegunaan tanaman salam menurut bagiannya yaitu kayu digunakan untuk bahan bangunan, kulitnya untuk

Page 2: Praktikum maserasi

menyamak jala, akarnya untuk obat gatal dan daun digunakan untuk pengobatan kolesterol tinggi, kencing manis (diabetes mellitus), tekanan darah tinggi (hipertensi), sakit maag (gastritis), diare dan asam urat. Kandungan zat tanin, minyak asiri dan flavonoid memberikan efek hipoglikemik. (Nia Kurniawati.2010.Sehat dan cantik alami berkat:khasiat bumbu dapur.Mizan Pustaka.Bandung)

Hasil praktikum skrining fitofarmaka untuk skrining alkaloida ditemukan adanya kekeruhan pada kedua tabung uji yang berarti ekstrak positif mengandung senyawa alkaloid. Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik alkaloid sering kali beracun pada manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Umumnya alkaloid tidak berwarna, bersifat optis aktif dan sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar.

Pada hasil skrining glikosida saponin didapatkan hasil adanya buih di permukaan yang berarti ekstrak positif mengandung senyawa saponin. Sedangkan untuk reaksi warna pada tes libermann burchard didapatkan perubahan warna menjadi hijau yang berarti ekstrak positif mengandung saponin steroid dan pada tes Salkowski terjadi perubahan warna menjadi merah-jingga yang berarti mengandung steroid tak jenuh. Saponin merupakan suatu glikosida alamiah yang terikat dengan steroid atau triterpena.Senyawa ini aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuan membentuk busa bila dikocok dan efeknya yang dapat menghemolisis sel darah.

Skrining glikosida jantung didapatkan warana larutan ekstrak yang coklat muda ketika ditambah 3mL FeCl3 berubah menjadi hijau kehitaman dan setelah ditambah 1mL asam sulfat pekat warna berubah menjadi jingga tua dan terbentuk endapan coklat. Hal ini berarti larutan ekstrak tidak mengandung gula 2 deoksi. Triterpenoid/steroid adalah senyawa tanpa warna, berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik, dapat dibagi atas 4 kelompok senyawa yaitu triterpen sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung.

Skrining tanin dan senyawa polifenol didapatkan hasil saringan berwarna kuning kecoklatan berubah menjadi hijau kehitaman setelah diberi 5 tetes FeCl3. Artinya larutan ekstraksi memiliki kandungan tanin tipe katekol. Tanin merupakan salah satu senyawa yang termasuk ke dalam golongan polifenol yang terdapat dalam tumbuhan dan mempunyai rasa sepat. Tanin dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu tanin terkondensasi (tanin katekol) yang mempunyai 2 gugus fenol dan tanin terhidrolisi (pirogalol) yang mempunyai 3 gugus fenol.

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu diantaranya  bergerak  secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan di dalamnya zat-zat itumenunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya pembedaan dalam adsorpsi, partisi,kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul, atau kerapatan muatan ion.Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampelyang ingin di deteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan fisika-kimia denganfase gerak (larutan pengembang yang cocok), dan fase diam (bahan berbutir) yang diletakkan pada penyangga berupa plat gelas atau lapisan yang cocok. Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan) lalu hasil pengembangan di deteksi. Zat yang memilikikepolaran yang sama dengan fase diam akan cenderung tertahan dan nilai Rf-nya palingkecil. Kromatografi lapis tipis digunakan untuk memisahkan komponen-komponen atas dasar perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam di bawah gerakan pelarut pengembang.Pada identifikasi noda atau penampakan noda, jika noda sudah berwarna dapatlangsung diperiksa dan ditentukan harga R f . Rf merupakan nilai dari Jarak relative

Page 3: Praktikum maserasi

pada pelarut. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jaraktempuh oleh eluen (fase gerak) untuk setiap senyawa.Rf  juga  menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam. Karena itu Rf  juga disebut factor referensi.Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapisan tipis yang juga mempengaruhi harga Rf yaitu Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan.dan Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya. Pada penelitian yang dilakukan Djoko, dkk dengan mengunakan uji KLT pada ekstrak daun salam didapatkan kandungan terbesar yang terdeteksi adalah flavonoid.Cairns,Donald.Jakarta.EGC.2008.Intisari kimia farmasi ed.2