Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

download Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

of 24

Transcript of Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

  • 8/17/2019 Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

    1/24

     

    LAPORAN PRAKTIKUM

    KIMIA PRODUK ALAM

    JALUR SIKIMAT

    Disusun Oleh:

     Nama : Fera Maharani (FA/09636)

    Sausanzahra A. (FA/09637)

    Shella Syafira W. (FA/09638)

    Golongan/Kelompok : BII/5

    Tanggal Praktikum : Senin, 20 April 2015

    LABORATORIUM KIMIA PRODUK ALAM 

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    2015

  • 8/17/2019 Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

    2/24

    PERCOBAAN IV

    JALUR SIKIMAT

    I. 

    TUJUAN1.  Mahasiswa diharapkan mampu memahami prinsip pemisahan dan identifikasi

    senyawa dengan metode Kromatografi Lapis Tipis.

    2.  Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan memisahkan senyawa-senyawa yang

    dihasilkan dari jalur Sikimat dari suatu produk alam menggunakan teknik

    Kromatografi Lapis Tipis.

    II.  ALAT DAN BAHAN

    1.  ALAT

    a.  Lempeng KLT

     b. 

    Kertas Toyo

    c. 

    Bejana KLT

    d. 

    Sinar UV 254nm dan 366nm

    e. 

    Kompor listrik

    f. 

    Pipa kapiler

    g. 

    Alat penyemprot

    h. 

    Pinset

    2.  BAHAN

    a. 

    Larutan pembanding

      Sinamaldehid

      Kumarin

      Kurkuminoid

      Kuersetin , Rutin

     b.  Larutan uji

      Cinnamomum

      Mengkudu

     

    Temulawak

      Ketela pohon

    c.  Fase gerak

     Toluene : etil asetat (93:7)

     Eter : toluene : asam asetat 10% (55:45:0,8)

     Kloroform : methanol (98:2 v/v)

     Asam asetat 30%

    d. 

    Fase diam : silica gel F254 dan kertas Toyo No.51e.  Pereaksi Semprot

  • 8/17/2019 Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

    3/24

      Vanillin –  asam sulfat

      KOH 5% etanolik

      Sitroborat

    III. 

    CARA KERJA

    Disiapkan larutan uji dan larutan pembanding (oleh laboran)

    Dijenuhkan bejana (oleh laboran)

    Disiapkan 3 plat KLT dan 1 kertas Toyo

    Prosedur KLT:

    Ditotolkan sebanyak 2 kali penotolan larutan uji dan 1 kali penotolan larutan

     pembanding dengan pipa kapiler pada lempeng KLT (jarakpenotolan 1.0 cm

    dari tepi bawah lempeng)

    Ditotolkan sebanyak 3 kali penotolan larutan uji ( ketela pohon ) dan 1 kali

     penotolan larutan pembanding pada kertas toyo

    Dibiarkan sampai kering

    Ditetapkan jarak rambat 5 cm dari t itik penotolan dan ditandai dengan pensil

     pada tepi atas

    Dimasukkan lempeng KLT dan kertas toyo pada bejana yang sudah dijenuhi

    fase gerak dengan hati-hati

    Disandarkan lempeng KLT dan kertas toyo pada dinding bejana hingga bagian

     bawah lempeng tercelup fase gerak

    Ditutup bejana dengan rapat dan dipastikan bahwa totolan tidak tercelup fase

    gerak dan fase gerak bergerak keatas secara bersama-sama (membentuk garis

    horizontal lurus)

  • 8/17/2019 Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

    4/24

     

    Dibiarkan fase gerak bergerak keatas pada permukaan lempeng KLT dan

    kertas Toyo hingga mencapai batas jarak rambat yang sudah ditetapkan

    Dikeluarkan lempeng dan kertas Toyo dan dikeringkan di udara

    Diamati bercak pada sinar tampak, sinar UV gelombang pendek (254nm), dan

    sinar UV gelombang panjang (366nm)

    Didokumentasikan dan dihitung harga Rf dari bercak-bercak senyawa hasil

     pemisahan dan disbanding kan dengan senyawa pembanding

    Plat KLT disemprot dengan pereaksi vanillin - asam sulfat (untuk sampel

    sinamaidehid), KOH 5% etanolik (untuk sampel kumarin), dan sitroborat (

    untuk samel flavonoid )

    Dipanaskan sebentar di atas kompor listrik hingga Nampak bercak pada plat

    KLT (sampel kumarin)

    Diamati bercak pada sinar tampak dan sinar UV gelombang panjang (366nm)

    Didokumentasikan dan dihitung harga Rf dari bercak-bercak senyawa hasil

     pemisahan dan dibandingkan dengan senyawa pembanding.

    IV. HASIL PERCOBAAN

    1.  Sampel : Cinnamomum Cortex

    Pembanding : Sinamaldehid

    Fase diam : Silica gel F 254

    Fase gerak : Toluen –  Etil asetat ( 93:7 )

    Penotolan sampel : 2 kali penotolan

    Jarak elusi : 5 cm

    Deteksi : Vanilin –  Asam sulfat

  • 8/17/2019 Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

    5/24

    a.  Sebelum disemprot

    1)  Sinar tampak 2) UV 254 3) UV 366

     b.  Setelah disemprot

    1)  Sinar tampak 2) UV 366

    PSPS PS

    PS S P

  • 8/17/2019 Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

    6/24

    c.  Tabel Rf

     No.

    Sebelum disemprot Setelah disemprot

    Tampak UV 254 UV 366 Tampak UV 366

    S P S P S P S P S P

    a 0,48 0,78 0,56 0,08 0,7 0,6

     b 0,42 0,32 0,36 0,34

    c 0,12 0,18

    d 0,1

    e

    f

    g

    Analisis:

    Untuk menganalisa senyawa pada suatu sampel, perlu diamati harga Rf danwarna bercak sampel dan pembanding. Sampel dikatakan mengandung senyawa

     pembanding apabila harga Rf dan warna bercaknya sama.

    Berdasarkan hasil percobaan, pada semua perlakuan tidak terdapat harga Rf

    dan warna yang sama antara sampel dengan pembanding. Dapat disimpulkan

     bahwa sampel Cinnamomum Cortex tidak mengandung senyawa pembanding

    sinamaldehid.

    2.  Sampel : Mengkudu

    Pembanding : Kumarin

    Fase diam : Silica gel F 254

    Fase gerak : Eter : Toluen : Asam asetat 10% ( 55 : 45 : 0,8 )

    Penotolan sampel : 2 kali

    Jarak elusi : 5 cm

    Deteksi : KOH 5% etanolik

  • 8/17/2019 Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

    7/24

    PS

    a.  Sebelum disemprot

    1)  Sinar tampak 2) UV 254 3) UV 366

     b.  Setelah disemprot

    1) 

    Sinar tampak 2) UV 366

    PS

    PS

    PS

    PS

  • 8/17/2019 Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

    8/24

  • 8/17/2019 Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

    9/24

    Tabel Rf

     No. Tampak UV 254 UV 366

    S P S P S P

    a 0,96 0,05 0,96 0,5 0,96 0,5

     b 0,84 0,82 0,82

    c 0,5 0,5 0,5

    d 0,24 0,34 0,26

    e 0,1

    f

    g

    Analisis:

    Berdasarkan hasil percobaan, sampel temulawak disimpulkan mengandung

    senyawa pembanding kurkumin karena memiliki harga Rf yang sama yaitu 0,5

    dengan warna bercak yang sama (kuning) yang terlihat di bawah sinar UV 254 serta

    harga Rf yang sama yaitu 0,5 dengan warna bercak biru yang terlihat di bawah sinar

    UV 366.

    4.  Sampel : Ketela Pohon

    Pembanding : Rutin, Kuersetin

    Fase diam : Kertas Toyo No.51

    Fase gerak : Asam asetat 30%Penotolan sampel : 2 kali penotolan

    Jarak elusi : 8 cm

    Deteksi : Sitroborat

    a.  Sebelum disemprot

    1)  Sinar tampak 2) UV 254 3) UV 366

    PS PS PS

  • 8/17/2019 Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

    10/24

     

     b.  Setelah disemprot

    1)  Sinar tampak 2) UV 366

    Foto Pengamatan Plat KLT

    1.  Cinnamomum Cortex

    a.  Sebelum disemprot

    Tampak UV 254 UV 366

    PS PS

  • 8/17/2019 Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

    11/24

     b.  Setelah disemprot

    Tampak UV 366

    2. 

    Mengkudu

    a. 

    Sebelum disemprot

    Tampak UV 254 UV 366

  • 8/17/2019 Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

    12/24

     

     b.  Setelah disemprot

    Tampak UV 366

    3. 

    Temulawak

    Tampak UV 254 UV 366

  • 8/17/2019 Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

    13/24

     

    4.  Ketela Pohon

    a.  Sebelum disemprot

    Tampak UV 254 UV 366

     b.  Setelah disemprot

    Tampak UV 366

  • 8/17/2019 Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

    14/24

    V.  PEMBAHASAN

    Percobaan ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami prinsip pemisahan dan

    identifikasi senyawa dengan metode Kromatografi Lapis Tipis serta mengidentifikasi dan

    memisahkan senyawa-senyawa yang dihasilkan dari jalur Sikimat dari suatu produk alam

    menggunakan teknik Kromatografi Lapis Tipis.

    Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah prosedur analisis yang cukup sederhana,

    cepat, dan murah sehingga dapat digunakan untuk mengetahui komponen dalam suatu

    campuran dengan waktu yang relatif singkat. KLT juga dapat digunakan untuk

    mendukung identitas senyawa dalam campuran ketika Rf senyawa dibandingkan dengan

    Rf senyawa yang dikenal. Sebuah plat KLT biasanya dibuat dari lembaran kaca, logam,

    atau plastic dengan ukuran tertentu dan permukaan yang rata yang dilapisi dengan fase

    diam berupa lapisan tipis adsorben padat (biasanya silica atau alumina).

    Pada Kromatografi Lapis Tipis, sampel yang akan dianalisis dilarutkan pada pelarut

    yang sesuai kemudian sampel dan pembanding ditotolkan dalam bentuk titik atau pita

     pada permukaan fase diam. Setelah penotolan, sebaiknya plat diamati di bawah sinar UV

    untuk mengetahui apakah sampel dan pembanding yang ditotolkan sudah dapat diamati.

    Plat KLT kemudian dicelupkan pada fase gerak di dalam chamber tertutup. Perlu

    diperhatikan agar totolan sampel tidak ikut tercelup dalam fase gerak karena hal ini akan

    menyebabkan sampel dan pembanding dapat terlarut pada fase gerak dan tidak terjadi

     pemisahan. Fase gerak atau eluen perlahan-lahan akan bergerak ke atas plat KLT

    mengikuti gaya kapiler hingga batas elusi yang telah ditentukan. Prinsip pemisahan

    komponen pada teknik KLT didasarkan atas perbedaan kekuatan interaksi masing-masingkomponen dengan fase gerak dan fase diam. Suatu komponen yang kepolarannya lebih

    sama dengan fase diam akan berinteraksi lebih kuat dengan fase diam sehingga memiliki

    kecepatan migrasi yang lebih lambat. Akibatnya, jarak migrasi senyawa tersebut lebih

     pendek. Jika kepolaran komponen lebih sama dengan fase gerak, komponen tersebut akan

    lebih kuat interaksinya dengan fase gerak sehingga lebih mudah terbawa dan

    menghasilkan kecepatan migrasi yang lebih cepat serta jarak migrasi yang lebih panjang.

    Ketika fase gerak telah mencapai batas yang ditentukan, plat diangkat dari ruang elusidasi

    kemudian diangin-anginkan sebentar di udara. Senyawa hasil identifikasi divisualisasikan

    dengan detector yang sesuai (UV, sinar tampak, pereaksi kimia). Jika senyawa merupakan

    senyawa yang berwarna, visualisasi cukup dilakukan dengan sinar tampak. Namun

    kebanyakan senyawa organik yang diidentifikasi merupakan senyawa tidak berwarna,

    sehingga perlu dilakukan visualisasi lebih lanjut dengan menggunakan lampu UV baik

     pada gelombang pendek maupun gelombang panjang.

    Pada percobaan ini, senyawa yang digunakan sebagai sampel adalah golongan

    senyawa jalur sikimat yaitu Cinnamomum Cortex, mengkudu, temulawak, dan ketela

     pohon. Senyawa pembanding untuk sampel Cinnamomum Cortex yaitu sinamaldehid

    (suatu fenilpropanoid), untuk sampel mengkudu yaitu kumarin (suatu fenilpropanoid),

    untuk temulawak yaitu kurkumin (metabolit sekunder dari jalur kombinasi fenilpropandengan poliketida), dan untuk ketela pohon yaitu kuersetin dan rutin (suatu flavonoid)

  • 8/17/2019 Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

    15/24

     

    Metode pemisahan yang dapat digunakan pada teknik KLT diantaranya adalah

    metode pemisahan secara adsorpsi dan partisi. Pada metode pemisahan secara partisi

    digunakan campuran fase gerak yang salah satunya adalah air. Air akan melapisi

     permukaan fase diam, sehingga senyawa pada sampel akan terpartisi pada fase gerakmaupun fase diam. Sedangkan metode yang digunakan pada percobaan ini adalah metode

     pemisahan secara adsorpsi di mana senyawa pada sampel akan teradsorpsi oleh fase diam

    yaitu silica gel F 254.

    Pada percobaan ini digunakan tiga buah plat silica gel F254 untuk ketiga sampel yaitu

    Cinnamomum Cortex, mengkudu, dan temulawak. Sedangkan elusi sampel ketela pohon

    menggunakan kertas Toyo No.51. Masing-masing plat dan kertas toyo ditandai

    titik/tempat totolan serta batas akhir elusi. Untuk sampel Cinnamomum Cortex,

    temulawak, dan mengkudu, jarak elusi yang digunakan yaitu 5 cm sedangkan untuk

    ketela pohon digunakan jarak elusi 8 cm.

    Setelah penyiapan plat, masing-masing sampel dan pembanding ditotolkan pada

    masing-masing plat. Sampel ditotolkan sebanyak tiga kali penotolan sedangkan

     pembanding satu kali penotolan. Tiap kali penotolan sampel, ditunggu hingga penotolan

    sebelumnya kering terlebih dahulu, baru dilakukan penotolan selanjutnya. Penotolan yang

    dilakukan sebaiknya menghasilkan titik yang sekecil mungkin agar bercak tidak melebar.

    Pelebaran bercak dapat menyebabkan pelebaran puncak sehingga dapat mengurangi

    derajat pemisahan. Selain itu, bercak yang melebar lebih memungkinkan terjadinya

    overlap antarpuncak sehingga menghasilkan pemisahan dengan resolusi yang rendah.Setelah penotolan sampel, bercak pada plat diamati di bawah sinar UV 254 dan 366 nm

    untuk mengetahui apakah bercak sudah dapat diamati. Pada percobaan ini pembanding

    kumarin tidak terlihat bercaknya sehingga dilakukan penotolan pembanding kumarin

    kembali pada plat.

    Setelah semua sampel dan pembanding ditotolkan, plat dimasukkan ke dalam bejana

     berisi fase gerak untuk dilakukan proses elusi. Pada percobaan ini fase gerak yang

    digunakan untuk mengelusi sampel Cinnamomum Cortex yaitu campuran toluene:etil

    asetat (93:7), untuk sampel mengkudu yaitu eter:toluene:etil asetat (55:45:0,8), untuk

    sampel temulawak yaitu kloroform:methanol (98:2 v/v), serta untuk sampel ketela pohon

    digunakan fase gerak asam asetat 30%. Campuran fase gerak yang digunakan pada

     percobaan ini menggunakan dominasi fase gerak nonpolar karena pada teknik

    kromatografi dengan KLT pada umumnya menggunakan metode normal phase yang

     berarti digunakan fase diam polar dan fase gerak nonpolar. Adanya perbedaan kepolaran

    kedua fase memungkinkan terjadinya pemisahan komponen-komponen yang terdapat

     pada sampel yang dianalisis.

    Sebelum digunakan untuk proses elusi, bejana KLT terlebih dahulu dijenuhkan

    dengan uap fase gerak. Hal ini bertujuan untuk menyamakan tekanan uap pada masing-

    masing bagian pada bejana sehingga fase gerak dapat mengelusi bercak sampel secara

  • 8/17/2019 Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

    16/24

     bersama-sama. Hal ini dapat ditandai dengan melihat arah gerak eluen yang membentuk

    garis horizontal pada plat KLT. Jika arah gerak eluen bergelombang maka kecepatan fase

    gerak dalam mengelusi bercak tidak sama sehingga akan menghasilkan jarak migrasi fase

    gerak yang berbeda pula. Penjenuhan dilakukan dengan cara meletakkan kertas saring

    dengan posisi disandarkan pada dinding dalam bejana kemudian bejana ditutup rapat.Bejana dikatakan telah jenuh oleh uap fase gerak apabila kertas saring telah terbasahi

    seluruhnya oleh fase gerak. Pada percobaan ini penjenuhan bejana dilakukan oleh

    laboran.

    Pemasukan plat KLT maupun kertas Toyo pada bejana harus dilakukan dengan

    segera. Bejana yang terbuka terlalu lama dapat menjadi tidak lagi jenuh oleh uap eluen,

    sehingga bejana harus segera ditutup kembali. Plat dimasukkan secara hati-hati dan

     bercak tidak boleh tercelup ke dalam fase gerak karena akan menyebabkan terlarutnya

    senyawa sampel dan pembanding pada fase gerak sehingga pemisahan tidak dapat terjadi

    dengan baik. Setelah plat dimasukkan ke dalam bejana dan bejana telah ditutup, ditunggu

     proses elusi hingga mencapai batas yang telah ditandai. Elusi yang terjadi adalah elusi

    menaik. Eluen bergerak ke atas karena adanya gaya kapiler. Eluen bergerak pada plat dan

    membentuk ikatan dengan senyawa pada bercak yang mulanya berikatan dengan fase

    diam. Maka senyawa yang kepolarannya lebih mirip dengan fase gerak akan terlepas

    ikatannya dengan fase diam sehingga lebih mudah terelusi oleh fase gerak. Dengan cara

    inilah pemisahan antarsenyawa dapat terjadi.

    Setelah fase gerak mencapai batas elusi, plat diambil dan dikeringkan di udara. Pada

     proses menunggu plat kering ini ternyata elusi sampel ketela pohon pada plat masih berlanjut meskipun sudah dikeluarkan dari eluen, hal ini dikarenakan plat KLT yang

    digunakan merupakan kertas sehingga eluen tidak langsung kering dan masih terjadi

    elusi. Oleh karena itu jarak elusi menjadi lebih dari batas, yang mana menjadikan

     perhitungan Rf mengikuti jarak elusi yang baru yaitu 8.5 cm.

    Setelah plat kering, diamati bercak yang terjadi pada sinar tampak, sinar UV 254 dan

    UV 366. Dari percobaan yang telah dilakukan, pengamatan dengan sinar tampak

    didapatkan hasil yaitu tidak terlihat adanya bercak sampel maupun pembanding pada plat

    yang mengandung sampel Cinnamomum Cortex. Namun bercak sampel terlihat jelas

     pada sampel temulawak yang kebanyakan berwarna kuning. Pada sampel mengkudu,

    hanya terlihat satu bercak sampel sedangkan bercak pembanding sama sekali tidak

    terlihat. Sedangkan pada sampel ketela pohon hanya terlihat bercak memanjang yang

     berwarna coklat pada sampel. Untuk meningkatkan kemampuan visualisasi serta

    mendapatkan informasi tentang warna bercak, dilakukan juga pengamatan plat di bawah

    sinar UV 366 dan 254 nm yang dimaksudkan agar dapat menampakan senyawa sebagai

     bercak yang berwarna gelap (UV 254 nm) dan untuk menampakkan bercak yang

     berfluorosensi sehingga pada pengamatan terlihat bercak berpendar (UV 366 nm).

    Keuntungan menggunakan sinar UV untuk memvisualisasikan bercak adalah sinar UV

    tidak merusak senyawa yang dideteksi. Dengan cara ini bercak-bercak sampel

    Cinnamomum Cortex dan mengkudu yang semula tidak terlihat mulai nampak di bawah

  • 8/17/2019 Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

    17/24

    sinar UV. Sedangkan pada ketela pohon yang terlihat hanya bercak memanjang pada

    sampel berwarna biru. Bercak memanjang ini menandakan terjadinya tailing karena

    konsentrasi senyawa sampel yang terlalu banyak. Dengan pengamatan di bawah sinar UV

    254 dan 366, bercak sampel daapat terlihat lebih banyak namun pada plat Cinnamomum

    Cortex, mengkudu, dan ketela pohon, bercak pembanding tidak muncul. Tidak terlihatnya bercak pembanding ini diindikasikan karena eluen yang digunakan kurang tepat sehingga

    tidak dapat membuat bercak terlihat.

    Setelah masing-masing plat diamati, dicatat jarak migrasi masing-masing bercak

    untuk keperluan mencari nilai Rf. Kemudian visualisasi dilanjutkan dengan jalan

    mereaksikan senyawa-senyawa pada plat dengan pereaksi semprot yang khas untuk

    masing-masing senyawa. Pereaksi semprot untuk sampel Cinnamomum Cortex yaitu

    vanillin-asam sulfat. Pereaksi penampak vanillin-asam sulfat LP akan membentuk bercak

     biru, violet biru, atau kadang-kadang kekuningan bila diamati pada sinar biasa. (Anonim,

    1987). Pereaksi semprot yang digunakan untuk sampel mengkudu yaitu KOH etanolik

    5%. Bila kumarin dibuat alkalis dengan adanya KOH, maka cincin lakton akan terbuka

    dan terbentuk anion asam kumarinat kemudian terjadi siklisasi menjadi lakton. Dengan

    adanya sinar UV, maka anion asam kumarinat akan mengalami isomerisasi menjadi

     bentuk trans yaitu asam-o-kumarat. Bercak dengan adanya asam-o-kumarat terlihat

     berfluoresensi hijau, hijau biru, kuning, atau coklat di bawah sinar UV 366. (Machek,

    1972). Sedangkan sampel temulawak tidak diberi perlakuan dengan pereaksi semprot

    karena bercak sudah terlihat jelas tanpa perlakuan tambahan.

    Pada sampel mengkudu setelah disemprot dengan pereaksi KOH etanolik 5%, platdipanaskan sebentar di atas kompor listrik. Hal ini bertujuan untuk mempercepat proses

    reaksi antara senyawa pada sampel dengan senyawa pereaksi sehingga bercak lebih cepat

    terbentuk dan menghasilkan warna yang lebih jelas. Namun plat tidak boleh kontak

    langsung dengan sumber api karena akan menyebabkan rusaknya senyawa.

    Sedangkan sampel ketela pohon pada kertas Toyo disemprot menggunakan sitroborat lalu

    dipanaskan juga di atas kompor listrik.

    Setelah diberi perlakuan dengan pereaksi semprot, masing-masing plat kembali

    diamati pada sinar tampak serta di bawah sinar UV 366. Hasil percobaan yang diperoleh

    yaitu bercak yang terjadi pada plat semakin banyak. Namun pada sampel ketela pohon,

     pada pengamatan dengan sinar tampak yang terlihat masih sama, yaitu bercak memanjang

    sampel namun dengan warna bercak berubah menjadi kuning. Sedangkan pada

     pengamatan di bawah sinar UV 366 nm bercak sampel dan pembanding terlihat

    semuanya. Pada pengamatan terlihat berkas pembanding quersetin berada di bawah,

    sampel berada di tengah dan rutin berada di atas. Perbedaan letak pembanding ini

    dikarenakan memiliki kepolaran yang berbeda antara satu senyawa dengan senyawa lain.

    Pada flavonoid, terdapat bagian gula dan non gula yang merupakan dasar perbedaan

    kepolaran. Senyawa gula ini merupakan quercetin yang memiliki kepolaran besar

    sehingga elusinya tertahan leh fase diam sehingga hasilnya berada di bawah. Sedangkan

  • 8/17/2019 Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

    18/24

    Rutin yang merupakan bagian non gula merupakan senyawa non polar sehingga elusinya

     berjalan cepat dan berada di atas.

    Setelah pengamatan, dilakukan perhitungan terhadap jarak migrasi masing-masing

     bercak kemudian dibandingkan dengan jarak migrasi fase gerak, sehingga didapatkannilai Rf. Nilai Rf sampel yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai Rf

     pembanding untuk mengetahui apakah sampel mengandung senyawa pembanding.

    Apabila harga Rf sampel dan pembanding sama, dapat dikatakan bahwa kedua senyawa

    tersebut memiliki kepolaran yang sama, sehingga memiliki kekuatan interaksi yang sama

    dengan fase diam dan fase gerak, namun belum dapat disimpulkan bahwa sampel

    mengandung senyawa pembanding. Sampel dikatakan mengandung senyawa pembanding

    apabila warna bercak sampel dan pembanding sama pada harga Rf yang sama. Harga Rf

     bukan merupakan konstanta fisik karena akan berubah sesuai kondisi percobaan. Hasil

     percobaan yang diperoleh, sampel Cinnamomum Cortex dan mengkudu disimpulkan

    tidak mengandung senyawa pembanding karena tidak terdapat harga Rf dan warna bercak

    yang sama antara senyawa sampel dengan senyawa pembanding pada semua perlakuan.

    Sedangkan sampel temulawak disimpulkan mengandung senyawa pembanding kurkumin

    karena memiliki warna bercak yang sama dengan pembanding yaitu kuning pada harga Rf

    yang sama yaitu 0,5 yang diamati di bawah sinar UV 254. Selain itu teramati juga warna

     bercak yang sama antara sampel dengan pembanding yaitu warna biru pada harga Rf

    yang sama yaitu 0,5 yang dilihat di bawah sinar UV 366. Sedangkan harga Rf pada ketela

     pohon tidak dapat dicari karena terjadinya tailing pada proses elusi. Karena tidak dapat

    dihitung nilai Rf, perbandingan antara sampel dan pembanding didasarkan pada warna

     bercak yang sama dan letak bercak. Dimana di sini terlihat sampel memiliki kesamaanwarna bercak dan letak bercak bila dibandingkan dengan pembanding.

    Hasil percobaan kemudian dibandingkan dengan literatur. Berdasarkan literatur,

    sampel Cinnamomum Cortex seharusnya mengandung sinamaldehid. Cinnamomum

    Cortex adalah simplisia kulit batang dari spesies tumbuhan Cinnamomum (family

    Lauraceae) yang memiliki kandungan antara lain 2-hidroksil sinamaldehid, kumarin,

    sinamaldehid, serta 2-metoksi sinamaldehid. (Zhongguo Z and Yao Za Zhi, 2012)

    Struktur sinamaldehid:

    Cinnamomum dalam bidang farmasi digunakan sebagai antibakteri, antidiabetik,

    antifungi, antioksidan, antirematik, antitrombotik, serta memiliki aktivitas antitumor. (Al-

    Dhubiab, 2012)

  • 8/17/2019 Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

    19/24

    Sedangkan sampel mengkudu seharusnya mengandung kumarin. Senyawa yang

    terkandung di dalam mengkudu atau  Morinda citrifolia ( family Rubiaceae) antara lain

    glikosida, polisakarida, alkaloid, lignin, ester asam lemak, antrakuinon, scopoletin (suatu

    kumarin), morindin, vitamin, serta mineral. Mengkudu memiliki aktivitas antioksidan

    dengan melawan radikal bebas, mencegah kerusakan oksidatif pada biomolekul mayorserta memiliki proteksi melawan kerusakan oksidatif. (Srinivasahan and Durairaj, 2014)

    Struktur scopolamine:

    Temulawak berdasarkan literatur mengandung kurkumin. Temulawak (Curcuma

     xantorrhiza) termasuk ke dalam famili Zingiberaceae memiliki kandungan senyawa

    antara lain kurkumin, demetoksikurkumin, serta bisdemetoksikurkumin yang berefek

    sebagai antioksidan serta memiliki aktivitas inhibisi kuat terhadap copper-mediated

    oxidation of LDL. (Jantan and Buang, 2012)

    Struktur kurkumin:

    Ketela pohon berdasarkan literatur mengandung senyawa rutin maupun kuersetin.

    Rutin adalah flavonoid yang ditemukan di buah dan sayuran tertentu. Rutin digunakan

    untuk mencegah efek samping dari pengobatan kanker yaitu mucositis. Sedangkan

    quersetin adalah bioflavanoid yang dapat ditemukan di sayur dan buah. Seperti banyak

     bioflavanoid, quercetin memiliki kandungan antioksidan, antiarterogenik dan

    antikarsinogenik. Quercetin juga merupaan neuroctive, dengan kemampuan sama seperti

    kafein namun lebih tidak poten. Quercetin dipercaya dapat melindungi tubuh dari

     beberapa jenis peyakit degenerative dengan cara menjegah terjadinya proses peroksidasi

    lemak. Quersetin uga memperlihatkan kemampuan mencegah oksidasi dari LDL (Low

    Density Lipoproteins) dengan cara menangkap radikal bebas dan menghelat ion logam

    transisi.

    Dari percobaan yang telah dilakukan, hasil yang sesuai teori hanya sampel temulawak

    serta ketela pohon sedangkan sampel Cinnamomum Cortex dan mengkudu tidak sesuai

    teori. Hasil yang tidak sesuai teori kemungkinan besar disebabkan oleh kesalahan dalam

  • 8/17/2019 Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

    20/24

     pengamatan bercak karena warna bercak tidak cukup tegas dan sulit diamati dengan teliti.

    Penyebab lain kemungkinan karena penotolan sampel yang kurang tepat serta

     penyemprotan pereaksi warna yang belum sempurna sehingga ikatan antara gugus pada

    sampel dengan pereaksi warna belum terbentuk dengan sempurna dan menyebabkan

    visualisasi tidak maksimal.

    VI. KESIMPULAN

    1. 

    Dari hasil percobaan, sampel Cinnamomum Cortex tidak mengandung senyawa

     pembanding sinamaldehid dan sampel mengkudu tidak mengandung senyawa

     pembanding kumarin. Hasil tidak sesuai teori.

    2.  Sampel temulawak mengandung senyawa pembanding kurkumin karena memiliki

    warna bercak yang sama dengan senyawa pembanding yaitu kuning di bawah

    sinar UV 254 serta warna biru di bawah sinar UV 366 pada harga Rf yang samayaitu 0,5. Hasil sesuai teori.

    3.  Sampel ketela pohon mengandung senyawa flavonoid yaitu quercetin dan rutin.

    Hasil sesuai teori.

    4. 

    Terjadinya tailing pada deteksi kertas Toyo yang berisi sampel ketela pohon

    karena penotolan yang terlalu banyak sehingga konsentrasi sampel terlalu besar.

    5.  Metode pemisahan yang digunakan pada percobaan ini adalah pemisahan secara

    adsorpsi.

    VII. 

    DAFTAR PUSTAKA

    Al-Dhubiab, B.E., 2012, Pharmaceutical Applications and Phytochemical Profile

    of Cinnamomum burmanii,

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3459454/, diakses 25 April

    2015.

    Anonim, 2015, RUTIN, http://www.webmd.com, diakses 25 April 2015.

    Anonym, 2015, Quercetine, http://www.examine.com, diakses 25 April 2015.

    Jantan, I., Fhataheya Buang, 2012, Correlation Between Chemical Composition of

    Curcuma domestica and Curcuma xantorrhiza and Their Antioxidant

    Effect on Human Low-Density Lipoprotein Oxidation, Drug and Herbal

    Research Center University Kebangsaan Malaysia, Kuala Lumpur.

    Srinivasahan, V., Brindha Durairaj, 2014, Antioxidant and Free Radical

    Scavenging and Effect of Morinda citrifolia Fruit Extract, Departemen of

    Biochemistry PSG College of Arts Science, Tamil Nadu.

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3459454/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3459454/http://www.webmd.com/http://www.webmd.com/http://www.webmd.com/http://www.webmd.com/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3459454/

  • 8/17/2019 Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

    21/24

    Zhongguo, Z., Yao Za Zhi, 2012, Study on Fingerprints of Chemical Constituents

    of Cinnamomi Ramulus and Cinnamomi Cortex,

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23270234, diakses 25 April 2015.

    Yogyakarta, 26 April 2015

    Praktikan

    Fera Maharani (09636)

    Sausanzahra A. (09637)

    Shella Syafira W. (09638)

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23270234http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23270234http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23270234

  • 8/17/2019 Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

    22/24

    JAWABAN PERTANYAAN

    1. 

    Gambarkan struktur kimia pembanding yang digunakan dalam praktikum ini

    Jawab:

    (Sinamaldehid)

    (kurkumin)

    (Rutin)

  • 8/17/2019 Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

    23/24

      (quersetin)

    (Kumarin)

    2.  Carilah masing-masing 2 contoh simplisia yang mengandung lignan dan fenilpropan

    sederhana beserta struktur kimianya

    a. 

    Fenilpropan sederhana

    -  Myristicae Semen (kandungan: miristisin)

    (Miristisin)

    -  Apium graveolens Folium (kandungan: psoralen)

    (Psoralen)

  • 8/17/2019 Praktikum Kimia Produk Alam Jalur Sikimat

    24/24

     b.  Lignan

    Podophyllii Rhizoma (kandungan: Podophyllotoxin)

    (Podophyllotoxin)

    -  Cucumidis Semen (kandungan: pinoresinol)

    (Pinoresinol)