Praktikum Ilwil
-
Upload
rifayanifadhilah -
Category
Documents
-
view
229 -
download
3
description
Transcript of Praktikum Ilwil
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui, bentuk permukaan bumi tidaklah rata. Ada yang
berupa gunung, pegunungan, dan bukit. Adapula yang berupa lembah, daratan
tinggi dan daratan rendah. Pada daratan rendah pun bentuk permukaannya tidak
selalu rata, ada yang sedikit naik maupun turun. Maka dari itu dalam hal
perencanaan seperti pembangunan jalan, bangunan, saluran air , dan sebagainya,
tidak hanya data permukaan wilayah secara horisontal saja yang dibutuhkan,
namun juga membutuhkan data permukaan wilayah secara vertikal.
Menyipat ukur datar profil memanjang adalah suatu proses penentuan elevasi
sederetan titik-titik baik membentuk suatu garis lurus atau hanya membentuk
suatu jalur dimana letak titik-titik tersebut berada pada setiap perubahan bentuk
lahan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui profil suatu lahan.
Menyipat ukur datar profil memanjang dapat dilakukan dengan tiga cara,
yaitu menempatkan alat diantara titik-titik yang diukur, di salah satu titik yang
diukur atau diluar jalur titik yang diukur.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilaksanakan praktikum kali ini agar mahasiswa:
1. Mampu memahami dan melakukan pengukuran sifat datar memanjang
dengan benar dan teliti.
2. Mampu menentukan beda tinggi atau ketinggian pada titik yang
ditentukan menggunakan cara sifat ukur datar profil dengan baik, teliti dan
benar.
3. Mampu menilai tingkat ketelitian dari hasil pengukuran sesuai dengan
penilaian baku.
4. Mampu menentukan titik-titik yang dapat memberikan gambaran profil
dari lahan yang diukurnya.
1.3 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah:
1. Waterpass, untuk mengukur beda tinggi.
2. Jalon, untuk menandakan titik akhir yang jauh.
3. Rambu Ukur, untuk mengetahui perbedaan tinggi yang telah diukur.
4. Kaki tiga/Tripod, untuk tempat menyimpan waterpass saat membidik.
5. Patok, untuk menandakan tempat yang sudah atau yang akan diukur.
6. Unting-unting, sebagai titik tempat bidikan waterpas.
7. Alat tulis, untuk mencatat dan menggambar data yang didapatkan.
1.4 Pelaksanaan Praktikum
1.4.1 Lokasi
Lokasi yang digunakan sebagai wilayah yang akan dibuat pengukuran beda
tinggi dengan sifat ukur datar profil memanjang adalah denah memanjang yang
berada di lahan kosong sekitar gedung dekanat FTIP UNPAD Jatinangor.
1.4.2 Prosedur Kerja
1. Alat didirikan di titik I (ditengah antara rambu belakang (bidikan awal)
dan rambu muka (bidikan berikutnya));
2. Tinggi alat diukur lalu dicatat.
3. BA, BT, BB, ke benchmark (BM) dibidik kemudian dicatat hasilnya dan
dijadikan bacaan belakang;
4. Saat benchmark dibidik, atur lingkaran horizontal berskala ke sudut 0°;
5. Jarak dari titik alat ke bacaan belakang dihitung;
6. Dirikan jalon di titik akhir;
7. Jalon divisir sampai waterpass lurus dengan jalon, lalu sudutnya dicatat.
8. Rambu didirikan di tiap titik dimana terjadi perubahan bentuk lahan yang
searah lurus dengan jalon;
9. Rambu depan dibidik dan dicatat BA, BT, BB, dan dijadikan bacaan
muka;
10. Prosedur 8 dilakukan hingga BA, BT dan BB sudah tidak terbaca;
11. Saat BA, BT dan BB sudah tidak terbaca, alat dipindahkan ke titik akhir
yang sudah dibidik;
12. Setiap perpindahan alat, tinggi alat diukur dan dicatat.
13. Rambu didirikan di titik sebelum titik akhir yang sudah dibidik, lalu
dicatat BA, BT, BB, dan dijadikan bacaan belakang;
14. Lingkaran horizontal berskala diatur kembali menjadi 0°;
15. Alat diputar hingga membentuk sudut 180°;
16. Rambu didirikan di tiap titik dimana terjadi perubahan bentuk lahan yang
searah lurus dengan alat;
17. Rambu depan dibidik dan dicatat BA, BT, BB, dan dijadikan bacaan
muka;
18. Prosedur 8-17 dilakukan hingga titik yang telah ditandai jalon (titik
terakhir);
19. Data yang harus dicari dilengkapi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengukuran Profil Memanjang
Pengukuran menyipat datar dimaksudkan untuk menentukan beda tinggi
antara duatitik. Bila dua titik tentu itu terletak jauh dengan jarak yang lazimnya
dibuat kira-kira 2km, maka beda tinggi antara dua titik itu ditentukan dengan
mengukur beda tinggi titik-titik penolong yang dibuat antara dua titik yang tentu
itu.Salah satu cara yang digunakan pada pengukuran sipat datar memanjang
adalah caramenyipat datar dari tengah-tengah. Maksudnya adalah, alat ukur
penyipat datar ditempatkan antara titik A dan B, sedang di titik A dan B
ditempatkan dua mistar. Jarak antara alat penyipat datar dan kedua mistar kirakira
diambil jarak yang sama. Cara inimemberi hasil paling teliti, karena kesalahan
yang mungkin masih ada pada pengukurandapat saling memperkecil. Dengan cara
ini dapat disimpulkan bahwa beda antara pembacaan mistar belakang dan mistar
muka akan menjadi beda tinggi
Gambar 1. Sipat ukur datar profil memanjang
2.2 Beda Tinggi
Pengukuran beda tinggi dilakukan dengan menggunakan alat sipat datar
(waterpass). Alat didirikan pada suatu titik yang diarahkan pada dua buah rambu
yang berdiri vertical. Maka beda tinggi dapat dicari dengan menggunakan
pengurangan antara bacaan muka dan bacaan belakang.
Rumus beda tinggi antara dua titik :
BT = BTB – BTA
Keterangan : BT = beda tinggi
BTA = bacaan benang tengah A
BTB = bacaan benang tengah B
Sebelum mendapatkan beda tinggi antara dua titik, diperlukan dulu pembacaan
benang tengah titik tersebut, dengan menggunakan rumus :
BT = BA + BB / 2
Keterangan : BT = bacaan benang tengah
BA = bacaan banang atas
BB = bacaan benang bawah
Untuk mencari jarak optis antara dua titik dapat digunakan rumus sebagai
berikut :
J = (BA – BB) x 100
Keterangan : J = jarak datar optis
BA = bacaan benang atas
BB = bacaan benang bawah
100 = konstanta pesawat
2.3 Waterpass
Waterpass (penyipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan
untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan. Beda tinggi
tersebut ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu teropong) horizontal yang
ditunjukan ke rambu-rambu ukur yang vertical.
Gambar 2. Waterpass
Sedangkan pengukuran yang menggunakan alat ini disebut dengan
Levelling atau Waterpassing. Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka penentuan
tinggi suatu titik yang akan ditentukan ketiggiannya berdasarkan suatu system
referensi atau bidang acuan.
2.4 Unting- unting
Unting unting atau sering juga disebut dengan bandul, adalah salah satu
alat tukang yang biasanya dipergunakan untuk mengukur ketegakan suatu benda
atau bidang. Alat ini cukup sederhana dimana terbuat dari bahan besi dengan
permukaan berwarna besi putih, kuningan dan juga besi biasa, bentuknya
biasanya berbentuk prisma dengan ujung lainnya dibuatkan penempatan benang
kait. Namun dapat juga dijumpai dalam berbagai bentuk lainnya daimana salah
satu ujung nya tetap dibuat runcing.
Pemakaian Unting – unting
Beberapa pemakaian yang sering dijumpai dalam pekerjaan bangunaan
adalah untuk pengukuran ketegakan bekisting, ketegakan kayu saat setting kusen
pintu dan jendela, pembuatan benang horizontal pemasangan dinding bata,
penarikan titik pusat suatu jarak dan beberapa jenis pekerjaan lainnya.
Pemakaian unting unting adalah sangat mudah, dengan mengikatkan pada
kaitan besi bandul maka alat ini sudah bisa dipergunakan. Misalnya kita ingin
mengukur ketegakan suatu tiang, langkah pertama yang kita lakukan adalah
membuat paku ikatan pada salah satu ujung atas dari balok (dianjurkan jarak dari
bawah tidak terlalu dekat, diusahakan diujung atas tiang). Kemudaian benang
diikatkan pada balok dan unting unting diturunkan secara perlahan. Tunggu
posisi unting unting sampai pada posisi diam. Untuk mengukur ketegakan adalah
menchek jarak benang atas ke tiang dan kemudian membandingkan jarak benang
(as unting-unting ) ke tembok. Jika ukuran jarak atas dan bawah sudah sama maka
tiang sudah benar benar tegak.
2.5 Jalon
Jalon adalah tiang atau tongkat yang akan ditegakkan pada kedua ujung
jarak yang diukur. Jalon terbuat dari kayu, pipa besi, dan merupakan tongkat
berpenampang bulat. Agar jalon dapat terlihat dari jarak jauh terang dan dapat
dilihat dari jauh maka jalon biasanya diberi warna merah-putih yang mencolok,
dan selang-seling merah-putih sekitar 25 cm-50 cm.
2.6 Ketelitian Pengukuran Sipat Datar
Untuk menentukan baik buruknya pengukuran menyipat datar, sehingga
pengukuran harus diulang atau tidak, maka akan ditentukan batas harga kesalahan
terbesar yang masih dapat diterima.
Bila pengukuran dilakukan pulang pergi, maka selisih hasil pengukuran
pulang pergi tidak boleh lebih besar dari pada:
k1 = ± (2,0 √ Skm) mm untuk pengukuran tingkat pertama (First Order Levelling)
k2 = ± (3,0 √Skm) mm untuk pengukuran tingkat kedua (Second Order Levelling)
k3 = ± (4,0 √Skm) mm untuk pengukuran tingkat ketiga (Third Order Levelling)
Untuk pengukuran menyipat datar yang diikat oleh dua titik yang telah
diketahui tingginya sebagai titik-titik ujung pengukuran, maka beda tinggi yang
didapat dari tinggi titik-titik ujung tertentu itu tidak boleh mempunyai selisih lebih
besar dari pada:
k1 = ± (2,0 ± 2,0 √ Skm) mm untuk pengukuran tingkat pertama
k2 = ± (2,0 ± 3,0 √Skm) mm untuk pengukuran tingkat kedua
k3 = ± (2,0 ± 6,0 √Skm) mm untuk pengukuran tingkat ketiga
Pada rumus-rumus Skm berarti jarak pengukuran yang dinyatakan dalam
kilometer.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
I.1 Hasil
Tem
pat
Tin
ggi
Tit
ik
Bac
aan
Bel
akan
g
Bac
aan
Muk
a
Sud
ut
Jara
k
Bed
a
Ala
t
Ala
t
Bid
ikan
BA
BT
BB
BA
BT
BB
Hor
izon
tal
(m)
Tin
ggi (
m)
Ele
vasi
(m)
I
173
BM
I
85 74 63 0° 22
806
1
135,
5
132
128,
5
120° 7
-0,5
8
805,
42
2
158
154
150
120° 8 -0,8
805,
2
3
146
141,
5
137
120° 9
-0,6
75
805,
325
4
166,
5
160,
5
154,
5
120° 12
-0,8
65
805,
135
5 179
172,
5
166
120° 13
-0,9
85
805,
015
6 178
171,
5
165
120° 13
-0,9
75
805,
025
6 120 5
65,5
59 52,5 0° 13
805,
6
7
197
191,
5
186
180° 11
-1,3
25
804,
275
8
232,
5
226
219,
5
180° 13 -1
,67
803,
93
9
277,
5
268,
5
259,
5
180° 18
-2,0
95
803,
505
9 118 8 81 78,5
76 0° 5
803,
93
10
236,
5
230,
5
224,
5
180° 12 -1
,52
802,
41
11
253,
5
246
238,
5
180° 15
-1,6
75
802,
225
12
275
267
259
180° 16
-1,8
85
802,
045
13 257
248,
5
240
180° 17 -1,7
802,
25
14 267
257,
5
248
180° 19 -1
,79
802,
14
14 131
13
122,
5
121,
5
120,
5
0° 2
802,
25
15 129
128
127
180° 2
-0,0
65
802,
185
16
192,
2
190
188,
7
180°
3,5
-0,6
86
801,
563
17 119
116,
3
113,
6
180°
5,4
0,05
2
802,
302
18 167
162
157
180° 10
-0,4
05
801,
845
19 170
161,
5
153
180° 17 -0,4
801,
85
19 141
18 139
135,
5
132
0° 7
801,
845
20 166
162,
25
158,
5
180°
7,5
-0,2
67
801,
583
21
188,
5
180,
5
172,
5
180° 16 -0
,45
801,
395
21 107
20 91,5
87,7
5
84 0° 7,5
801,
583
22
203,
2
202,
9
202,
6
180°
0,6
-1,1
51
800,
432
23
247,
1
244,
8
242,
5
180°
4,5
-1,5
70
800,
013
24 244
240,
8
237,
6
180°
6,4
-1,5
30
800,
053
BM
269,
3
265,
5
261,
7
180°
7,6
-1,7
77
799,
806
Tabel1.Catatan Lapangan
1.2 Perhitungan
Perhitungan
Perhitungan Jarak :
Jarak = C (BA-BB) = 100 (BA-BB) ; BA dan BB dalam satuan m
Pada Tempat Alat (I) :
Titik bidikan BM :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (85 – 63) = 22 m
Titik bidikan 1 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (135,5-128,5) = 7 m
Titik bidikan 2 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (158-150) = 8 m
Titik bidikan 3 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (146-137) = 5.7 m
Titik bidikan 4 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (166,5-154,5) = 12 m
Titik bidikan 5 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (179-166) = 13 m
Titik bidikan 6 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (178-165) = 13 m
Pada Tempat Alat II
Titik bidikan ke tempat Alat I pada titik bidikan ke-6:
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (65,5-52,5) = 10 m
Titik bidikan 7 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (197-186) = 11 m
Titik bidikan 8 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (232,5-219,5) = 13 m
Titik bidikan 9 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (277,5-259,5) = 18 m
Pada Tempat Alat III
Titik bidikan ke Tempat Alat II pada titik bidikan ke-9 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (81-76) = 5 m
Titik bidikan 10 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (236,5-224,5) = 12 m
Titik bidikan 11 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (253,5-238,5) = 15 m
Titik bidikan 12 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (275-259) = 16 m
Titik bidikan 13 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (257-240) = 17 m
Titik bidikan 14 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (267-248) = 19 m
Pada Tempat Alat IV
Titik bidikan ke Tempat Alat III pada titik bidikan ke-14 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (122,5-120,5) = 2 m
Titik bidikan 15 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (129-127) = 2 m
Titik bidikan 16 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (192,2-188,7) = 3.5 m
Titik bidikan 17 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (119-113,6) = 5.4 m
Titik bidikan 18 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (167-157) = 10 m
Titik bidikan 19 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (170-153) = 17 m
Pada Tempat Alat V
Titik bidikan ke Tempat Alat IV pada titik bidikan ke-19 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (139-132) = 7 m
Titik bidikan 20 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (166-158,5) = 7.5 m
Titik bidikan 21 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (188,5-172,5) = 16 m
Pada Tempat Alat VI
Titik bidikan ke Tempat Alat V pada titik bidikan ke-21 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (91,5-84) = 7,5 m
Titik bidikan 22 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (203,2-202,6) = 0.6 m
Titik bidikan ke BM 23 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (247,1-242,5) = 4.6 m
Titik bidikan 24 :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (244-237,6) = 6.4 m
Titik bidikan BM II :
Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (269,3-261,7) = 7.6 m
Perhitungan Beda Tinggi
Pada Tempat Alat I
1. BT (Bacaan Belakang) BM I – BT (Bacaan Muka) / 100
74 – 132 /100 = -0,58 m
2. BT titik BM – BT titik kedua / 100
74 – 154 / 100 = -0.8 m
3. BT titik BM – titik ketiga / 100
74 – 141,5 / 100 = -0.675 m
4. BT titik BM – titik keempat / 100
74 – 160,5 / 100 = -0.865 m
5. BT titik BM – titik kelima / 100
74 – 172,5 / 100 = -0.985 m
6. BT titik BM – titik keenam / 100
74 – 171,5 / 100 = -0.975 m
Pada Tempat Alat II
1. BT (Bacaan Belakang) titik 6 – BT (Bacaan Muka) /100
59-191,5 / 100 = -1.325
2. BT titik 6 – BT titik 8 / 100
59-226 /100 = -1,67
3. BT titik 6 – BT titik 9 / 100
59-268.5 /100 = - 2.095
Pada Tempat Alat III
1. BT (Bacaan Belakang) Titik 9 – BT (Bacaan Muka) / 100
78,5-230,5 /100 = -1,52
2. BT titik 9 – BT titik 11/ 100
78,5-246 / 100 = -1.675
3. BT titik 9 – BT titik 12/ 100
78,5-267 / 100 = -1.885
4. BT titik 9 – BT titik 13/ 100
78,5-248,5 / 100 = -1.7
5. BT titik 9 – BT titik 14/ 100
78,5-257,5 / 100 = -1,79
Pada Tempat Alat IV
1. BT (Bacaan Belakang) Titik 14 – BT (Bacaan Muka) / 100
121,5-128 / 100 = -0,065
2. BT titik 14 – BT titik 16 / 100
121,5-190 / 100 = -0,685
3. BT titik 14 – BT titik 17 / 100
121,5-116,3 / 100 = 0,052
4. BT titik 14 – BT titik 18 / 100
121,5-162 / 100 = -0,405
5. BT titik 14 – BT titik 19 / 100
121,5-161,5 / 100 = -0,4
Pada Tempat Alat V
1. BT (Bacaan Belakang) Titik 19 – BT (Bacaan Muka) / 100
135,5 – 162,25 / 100 = -0,2675
2. BT Titik 19 – BT Titik 21 / 100
135,5 – 180,5 / 100 = -0,45
Pada Tempat Alat VI
1. BT (Bacaan Belakang) Titik 21 – BT (Bacaan Muka) / 100
87,75 – 202,9 / 100 = -1,1515
2. BT 21 – BT Titik 23 / 100
87,75 – 244,8 / 100 = -1,5705
3. BT 21 – BT Titik 24 / 100
87,75 – 240,8 / 100 = -1,5305
4. BT 21 – BT Titik BM II / 100
87,75 – 265,5 / 100 = -1,7775
Perhitungan Elevasi
Elevasi pada BM1 sebenarnya adalah 806 mpdl
Pada Tempat Alat I
1. Elevasi sebenarnya - Beda tinggi titik pertama
806– 0,58 = 805,42 m
2. Elevasi titik pertama - Beda tinggi titik kedua
805,42 – 0,8 = 805,2 m
3. Elevasi titik kedua - Beda tinggi titik ketiga
805,2 – 0,675 = 805,325 m
4. Elevasi titik ketiga - Beda tinggi titik keempat
805,325 – 0,865 = 805,135 m
5. Elevasi titik keempat - Beda tinggi titik kelima
805,135 – 0,985 = 805,015 m
6. Elevasi titik kelima - Beda tinggi titik keenam
805,015 – 0,075 = 805,025 m
Pada Tempat Alat II
1. Elevasi titik 5 - Beda tinggi titik 7
805,015 –1,325 = 804,275 m
2. Elevasi titik 7 - Beda tinggi titik 8
804,275 – 1,67 = 803.93 m
3. Elevasi titik 8 - Beda tinggi tititk 9
803.93 –2,095 = 803,505 m
Pada Tempat Alat III
1. Elevasi titik 8 - Beda tinggi titik 10
803.93 – 1,52 = 802,41 m
2. Elevasi titik 10- Beda tinggi titik 11
802,41 – 1,675 = 802,225 m
3. Elevasi titik 11 - Beda tinggi titik 12
802,225 –1,885 = 802,045 m
4. Elevasi titik 12 - Beda tinggi titik 13
802,045 –1,7 = 802,25 m
5. Elevasi titik 13 - Beda tinggi titik 14
802,25 –1,79 = 802,14 m
Pada Tempat Alat IV
1. Elevasi titik 13 - Beda tinggi titik 15
802,25 – 0,065 = 802,185 m
2. Elevasi titik 15 - Beda tinggi titik 16
802,185 –0,6865 = 801,5635 m
3. Elevasi titik 16 - Beda tinggi titik 17
801,5635 + 0,052= 802.302 m
4. Elevasi titik 17 - Beda tinggi titik 18
802.302 - 0.405 = 801,845 m
5. Elevasi titik 18 - Beda tinggi titik 19
801,845 - 0.4 = 801,85 m
Pada Tempat Alat V
1. Elevasi titik 18 - Beda tinggi titik 20
802.348 – 0,2675 = 801,5835 m
2. Elevasi titik 20 - Beda tinggi titik 21
801,5835 – 0,45 = 801,395 m
Pada Tempat Alat VI
1. Elevasi titik 20 - Beda tinggi titik 22
801,5835 –1,1515 = 800,432 m
2. Elevasi titik 22 - Beda tinggi titik 23
800,432 –1,5705= 800,013 m
3. Elevasi titik 23 - Beda tinggi titik 24
800,013 – 1,5305 = 800,053 m
4. Elevasi titik 24 - Beda tinggi titik BM II
800,053 –1,7775 = 799,806 m
Siti Patimah240110130057
3.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas tentang
pengukuran beda tinggi dan sipat ukur datar profil memanjang.
Asdos telah menyiapkan satu patok sebagai titik acuan,hal yang
pertama kali dilakukan yaitu mendirikan kaki tiga, waterpass dan
unting-unting. Kemudian bidik jalon menggunakan visir sebagai
titik acuan terakhir, lalu catat BA,BT,BB serta sudut
horizontalnya. Kemudian lakukan pematokan dari titik-titik pada
jalur yang akan diukur disertai pengukuran jarak dan arah
diantara patok-patok tersebut. Pematokan dilakukan dari titik 1
sampai titik 5 kemudian alat dipindahkan ditempat terakhir patok
yang di bidik.
Dengan banyaknya jumlah titik pada kelompok kami, merasa kesulitan dan
mengejar kelompok lain yang titiknya rata-rata 6. Kelompok kami paling banyak
titiknya karena kondisi medan. Keadaan lokasi (angin) sangat berpengaruh pada
proses pengukuran. Dalam pengukura ini, kondisi alat yang digunakan sedikit
kurang baik, Pencatatan data ukuran juga harus memerhatikan kerapian, karena
seringkali terjadi kebingungan dalam pembacaan data hasil ukuran.
Siti Patimah240110130057
M. Rizky Ramanda240110130064
3.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan pengukuran untuk
menentukan nilai-nilai dari elevasi pada suatu garis lurus di disetiap deretan titik
yang di tentukan oleh praktikan pada tempat praktikum. Keberhasilan praktikum
kali ini dapat dilihat berdasarkan nilai dari elevasi akhir yang didapatkan
berdasarkan perhitungan yang didapatkan dari praktikum dengan nilai dari elevasi
yang diberikan oleh assisten. Apabila nilai dari elevasi yang didapat dari
praktikum sama dengan elevasi yang didapatkan dari assisten, maka praktikum
bisa dikatakan 100% berhasil, dan juga sebaliknya.
Berdasarkan data yang didapatkan dari praktikum, praktikan mendapatkan
total jarak sepanjang 285,5m. jarak tersebut merupakan jarak antara BM1 sampai
BM2. Setelah dilakukan perhitungan, praktikan medapatkan elevasi akhir dengan
nilai 799,806mdpl. Nilai tersebut tidak sesuai dengan yang diberikan oleh
assisten, yakni sebesar 799mdpl, sehingga praktikan dapat mengetahui bahwa
nilai kesalahan yang dilakukan praktikan adalah sebesar 0,806mdpl atau hampir
sebesar 1mdpl.
Ada beberapa faktor kesalahan dalam melakukan praktikum kali ini seperti
kurangnya ketelitian dalam pembacaan BA, BT dan BB, kurang tepat dalam
pembacaan fisir diwaterpass sehingga jarak antara BM I dengan BM II meleceng
menjadi 3°, banyaknya lubang atau cekungan diwilayah pengukuran kelompok
praktikan sehingga banyaknya perhitungan yang tidak tepat, dan kecerobohan
praktikan karena mencabut patok di titik 19 sehingga perhitungan dimulai dari
tengah-tengah sehingga kurang akurat dan mengulur waktu menjadi lama.
Setelah data sudah didapat, praktikan kemudian menggambar sketsa
gambar praktikum tadi berapa jarak patok, dititik mana saja patok ditancapkan
dan berapa sudut yang melenceng saat praktikum. Setelah menggambar seketsa,
praktikan menggambar grafik agar mengetahui bentuk yang ada diwilayah
praktikum.
Rifayani Fadhilah240110130068
3.2 Pembahasan
Pada percobaan menyipat ukur datar profil memanjang ini praktikan
melakukan pengukuran beda tinggi di tiap titik dimana bentuk lahan berubah
seperti tanjakan, turunan, lubang dan sebagainya. Alat ukur yang digunakan
adalah waterpass. Pengukuran dilakukan di satu jalur atau garis lurus, fungsinya
adalah untuk mengetahui beda tinggi dan profil lahan tersebut, karena jika
pengukuran dilakukan tidak dalam satu jalur atau garis lurus, maka profil lahan
tidak akan didapat dengan akurat.
Pada praktikum kali ini, terjadi beberapa kendala, yang pertama adalah tidak
terbacanya jalon karena tempat alat didirikan terlalu tinggi, sehingga praktikan
harus memasang kaki tiga serendah mungkin, sehingga jalon yang terlihat hanya
ujungnya saja, hal ini membuat praktikan tidak yakin dengan lurusnya arah
bidikan. kendala yang kedua terjadi saat alat dipindahkan untuk pertama kalinya,
jarak alat dengan titik bacaan belakang terlalu dekat, sehingga BA, BT dan BB
tidak dapat terbidik karena lensanya yang tidak bisa fokus. Namun masalah ini
dapat diatasi dengan membidik titik I (tempat alat pertama kali didirikan) sebagai
bacaan belakang. Hal ini berdampak buruk pada perhitungan elevasi, apabila kita
menggunakan titik bacaan belakang yang melewati titik bacaan belakang terdekat,
maka cara menghitung elevasinya adalah selisih bacaan tengah dan tinggi alat
ditambah elevasi tempat rambu ukur didirikan. Kendala yang terakhir adalah
praktikan melakukan kesalahan dengan mencabut patok bacaan belakang saat alat
didirikan di titik 19, sehingga letak rambu yang didirikan di titik 18 sebagai
bacaan belakang, tidak sama persis di tempat saat titik 18 dijadikan bacaan muka.
Dampaknya adalah jalur bacaan yang melenceng sebesar 3°. Melencengnya jalur
ini mungkin bukan hanya karena kesalahan praktikan saat mencabut patok di titik
18, tapi bisa juga kesalahan praktikan saat melihat visir kearah jalon.
Cara mengetahui gambar dari profil lahan adalah dengan membuat grafik
dari data yang kita dapat setelah melakukan pengukuran, dengan sumbu y sebagai
elevasi dan sumbu x sebagai jarak antar optis.
Luthfie Hafidz Imaduddin240110130071
3.2 Pembahasan
Pada praktikum keenam ilmu ukur wilayah kali ini adalah melakukan
pengukuran beda tinggi dengan sipat ukur datar profil memanjang dengan
menggunakan waterpass. Waterpass adalah alat ukur sipat datar, yaitu alat yang
digunakan untuk memperoleh pandangan mendatar, sehingga dapat mengetahui
titik yang sama tingginya atau membedakan ketinggian antara kedua titik atau
lebih. Sipat datar adalah suatu cara pengukuran beda tinggi antara dua titik diatas
permukaan tanah, dimana penentuan selisih tinggi antara titik yang berdekatan.
Sedangkan menyipat ukur datar profil memanjang adalah suatu proses penentuan
elevasi sederetan titik-titik hanya membentuk suatu jalur di mana letak titik-titik
tersebut berada pada setiap perubahan bentuk lahan.
Praktikum pengukuran kali ini berbeda dengan praktikum sebelumnya
yang mengharuskan perpindahan jarak yang harus sama dengan bacaan belakang.
Dalam praktikum kali ini masih banyak terdapat kesalahan (error) yang
menyebabkan munculnya kesalahan hasil praktikum sebesar 3o. Keslahan tersebut
dapat disebabkan oleh tiga faktor utama. Faktor faktor dimana sumber kesalahan
atau permasalahan dalam menggunakan waterpass antara lain :
a. Kesalahan yang bersumber dari mahasiswa
Sulitnya mencapai pandangan yang benar-benar lurus saat memvisir jalon.
Hali ini disebabkan oleh kurangnya ketelitian mahasiswa dalam memvisir,
sehingga pandangan yang telah dianggap lurus, sebenarnya belum 100%
lurus. Selain itu kurangnya ketelitian mata dalam pembacaan alat
waterpass, yaitu pembacaan benang atas, benang bawah, dan benang
tengah juga dapat mempengaruhi hasil praktikum.Selain itu pemegangan
rambu ukur pun masih ada yang tidak lurus atau miring. Faktor lainnya
yaitu emosi internal setiap praktikan yang mempengaruhi kerja praktikan
di lapangan. Dalam praktikum kali ini terjadi suatu insiden dimana salah
satu praktikan tanpa sengaja mencabut patok bacaan belakang, sehingga
jaraknya tidak dapat diukur. Hal ini menyebabkan kesalahan dalam
perhitungan hasil praktikum.
b. Kesalahan yang bersumber dari alat
Jalon yang kurang jelas warna catnya, cukup sulit terlihat dari jarak yang
Luthfie Hafidz Imaduddin240110130071
jauh, hal ini menyebabkan pandangan saat memvisir menjadi tidak
sepenuhnya lurus.
c. Kesalahan yang bersumber dari alam
Adanya cuaca yang panas membuat konsentrasi mahasiswa kurang dan
adanya angin yang membuat rambu ukur terkena hembusan angin,
sehingga tidak dapat berdiri dengan tegak.
Siti Patimah240110130057
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Menyipat ukur datar profil memanjang adalah suatu proses
penentuan elevasi sederatan titik-titik baik membentuk
suatu garis lurus atau hanya membentuk suatu jalur (trase)
dimana letak titik-titik tersebut berada pada setiap
perubahan bentuk lahan.
2. Beda tinggi adalah jarak vertical antara 2 titik atau jarak
antara 2 bidang datar / nivo yang melalui kedua titik
tersebut.
4.2 Saran
Adapun saran pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut :
1. Hendaknya Pemasangan titik harus diperhatikan kondisi keamananya, karena
unuk kelompok kami, terjadi kehilangan titik, dan harus mengukur ulang pada
tahap pengukuran jarak.
2. Hendaknya dalam melakukan pengukuran, ketelitian harus diutamakan,
terutama dalam hal membaca skala ukuran, baik jarak maupun sudut.
Siti Patimah240110130057
M. Rizky Ramanda240110130064
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dalam praktikum yang dilakukan
kali ini adalah:
1. Waterpass merupakan alat penyipat datar yan gpada praktikum kali ini
digunakan untuk mengukur beda tinggi suatu titik dengan titik yang
lainnya, dengan beda tinggi yang dimaksud adalah beda tinggi antara
bidang nivo bacaan belakang dan bacaan depan.
2. Setiap titik praktikum memiliki perbedaan ketinggian.
3. Apabila nivo waterpass tidak benar-benar terletak ditengah-tengah, maka
data yang didapat kurang akurat.
4. Apabila terdapat kesalahan pada satu data dalam praktikum ini, maka akan
mempengaruhi hasil keseluruhan (nilai keseluruhan juga akan menjadi
kurang tepat).
5. Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi proses berjalannya praktikum.
6. Berdasarkan data yang didapat, praktikan belum bisa melakukan
praktikum secara sempurna.
7. Jangan ceroboh sehingga tidak menyulitkan praktikan yang lain.
4.2 Saran
1. Praktikan harus mampu menguasai materi yang dijadikan dasar teori
dalam praktikum kali ini untuk mendapatkan hasil yang maksimal
2. Praktikan harus mampu menggunakan alat-alat dan membaca data secara
tepat supaya tidak terjadi kesalahan pencatatan data.
3. Praktikan harus fokus dan teliti, serta tidak melupakan satupun data yang
harus diukur, apabila praktikan melupakan salah satu data, maka
praktikum harus dimulai dari awal.
4. Kerjasama kelompok diperlukan untuk memaksimalkan hasil praktikum.
M. Rizky Ramanda240110130064
5. Alat-alat yang digunakan harus dalam keadaan layak pakai, karena
walaupun praktikan mampu melakukan pengukuran secara tepat, apabila
alatnya tidak layak pakai, maka data yang didapat akan tetap salah.
6. Harus ada komunikasi yang baik antara praktikan dan asisten
Rifayani Fadhilah240110130068
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari praktikum pengukuran beda tinggi dengan sipat ukur datar profil
memanjang ini dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengukuran sipat datar profil memanjang dilakukan untuk mengetahui profil
lahan seperti turunan, tanjakan, lubang dan sebagainya.
2. Pengukuran sipat datar profil memanjang dilakukan dengan cara
menghitung beda tinggi di tiap perubahan bentuk lahan sepanjang garis
lurus.
4.2 Saran
Saran untuk praktikan saat melakukan pengukuran beda tinggi dengan sipat
ukur datar profil memanjang adalah :
1. Praktikan harus teliti dan berhati-hati guna mencapai hasil yang akurat.
2. Usahakan agar tidak gugup dan tergesa-gesa saat melakukan percobaan,
karena gugup sangat berpengaruh pada proses dan hasil percobaan.
3. Praktikan harus bersikap konsisten dalam melakukan hal yang prosesnya
berulang, guna mencapai hasil yang akurat.
Luthfie Hafidz Imaduddin240110130071
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat diambil kesimpulan diantaranya:
1. Pengukuran beda tinggi dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah
satunya adalah dengan cara sipat ukur datar profil memanjang.
2. Sipat ukur datar profil memanjang merupakan pengukuran beda tinggi
dengan membuat suatu jalur lurus dengan titik-titik yang berada pada
setiap perubahan bentuk lahan.
3. Kendala utama dalam praktikum kali ini adalah saat memvisir jalon dari
ujung atas lapangan ke ujung bawah lapangan yang jaraknya sangat jauh.
4.2 Saran
Saran untuk pelaksanaan praktikum kali ini dan selanjutnya adalah:
1. Praktikan dianjurkan untuk membaca modul terlebih dahulu agar paham;
2. Praktikan dianjurkan untuk lebih teliti saat melakukan praktikum
sehingga tidak akan terjadi kekeliruan
3. Praktikan harus mempersiapkan jiwa dan raga agar praktikum yang
memakan banyak waktu, tenaga, dan ketelitian dapat berlangsung lancar
4. Keadaan alat diusahakan dalam kondisi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Aird, Forbes. 1999. Mechanic's guide to precision measuring tools. Osceola, WI: MBI Pub. Co.
American Society of Civil Engineers. 1891. Transactions of the American Society of Civil Engineers. American Society of Civil Engineers
Basuki, S. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Frick, H. 1979. Ilmu dan Alat Ukur Tanah. Yogyakarta : Kanisius.
Hakim.2007.Alat Ukur Teknik Sipil. Universitas Lampung. Lampung.
Muda, Iskandar, 2008, Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 1, Jakarta : Direktorat Pembinaan џSekolah Menengah Kejuruan.
Pratomo, Danar Guruh. 2004. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Teknis Pengukuran dan Pemetaan Kota. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh September.
Wongsocitro, S. 1974. Ilmu Ukur Tanah. Jakarta : Swada.
Ferdian, Feri. 2014. Waterpass. Terdapat pada http://www.academia.edu/3790480/Waterpass (Diakses pada tanggal 29 September 2014 pukul 21.28 WIB)