Praktikum Ilwil

42
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang kita ketahui, bentuk permukaan bumi tidaklah rata. Ada yang berupa gunung, pegunungan, dan bukit. Adapula yang berupa lembah, daratan tinggi dan daratan rendah. Pada daratan rendah pun bentuk permukaannya tidak selalu rata, ada yang sedikit naik maupun turun. Maka dari itu dalam hal perencanaan seperti pembangunan jalan, bangunan, saluran air , dan sebagainya, tidak hanya data permukaan wilayah secara horisontal saja yang dibutuhkan, namun juga membutuhkan data permukaan wilayah secara vertikal. Menyipat ukur datar profil memanjang adalah suatu proses penentuan elevasi sederetan titik-titik baik membentuk suatu garis lurus atau hanya membentuk suatu jalur dimana letak titik-titik tersebut berada pada setiap perubahan bentuk lahan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui profil suatu lahan. Menyipat ukur datar profil memanjang dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu menempatkan alat diantara titik-titik yang diukur, di salah satu titik yang diukur atau diluar jalur titik yang diukur. 1.2 Tujuan

description

4

Transcript of Praktikum Ilwil

Page 1: Praktikum Ilwil

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui, bentuk permukaan bumi tidaklah rata. Ada yang

berupa gunung, pegunungan, dan bukit. Adapula yang berupa lembah, daratan

tinggi dan daratan rendah. Pada daratan rendah pun bentuk permukaannya tidak

selalu rata, ada yang sedikit naik maupun turun. Maka dari itu dalam hal

perencanaan seperti pembangunan jalan, bangunan, saluran air , dan sebagainya,

tidak hanya data permukaan wilayah secara horisontal saja yang dibutuhkan,

namun juga membutuhkan data permukaan wilayah secara vertikal.

Menyipat ukur datar profil memanjang adalah suatu proses penentuan elevasi

sederetan titik-titik baik membentuk suatu garis lurus atau hanya membentuk

suatu jalur dimana letak titik-titik tersebut berada pada setiap perubahan bentuk

lahan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui profil suatu lahan.

Menyipat ukur datar profil memanjang dapat dilakukan dengan tiga cara,

yaitu menempatkan alat diantara titik-titik yang diukur, di salah satu titik yang

diukur atau diluar jalur titik yang diukur.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari dilaksanakan praktikum kali ini agar mahasiswa:

1. Mampu memahami dan melakukan pengukuran sifat datar memanjang

dengan benar dan teliti.

2. Mampu menentukan beda tinggi atau ketinggian pada titik yang

ditentukan menggunakan cara sifat ukur datar profil dengan baik, teliti dan

benar.

3. Mampu menilai tingkat ketelitian dari hasil pengukuran sesuai dengan

penilaian baku.

4. Mampu menentukan titik-titik yang dapat memberikan gambaran profil

dari lahan yang diukurnya.

1.3 Alat dan Bahan

Page 2: Praktikum Ilwil

Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah:

1. Waterpass, untuk mengukur beda tinggi.

2. Jalon, untuk menandakan titik akhir yang jauh.

3. Rambu Ukur, untuk mengetahui perbedaan tinggi yang telah diukur.

4. Kaki tiga/Tripod, untuk tempat menyimpan waterpass saat membidik.

5. Patok, untuk menandakan tempat yang sudah atau yang akan diukur.

6. Unting-unting, sebagai titik tempat bidikan waterpas.

7. Alat tulis, untuk mencatat dan menggambar data yang didapatkan.

1.4 Pelaksanaan Praktikum

1.4.1 Lokasi

Lokasi yang digunakan sebagai wilayah yang akan dibuat pengukuran beda

tinggi dengan sifat ukur datar profil memanjang adalah denah memanjang yang

berada di lahan kosong sekitar gedung dekanat FTIP UNPAD Jatinangor.

1.4.2 Prosedur Kerja

1. Alat didirikan di titik I (ditengah antara rambu belakang (bidikan awal)

dan rambu muka (bidikan berikutnya));

2. Tinggi alat diukur lalu dicatat.

3. BA, BT, BB, ke benchmark (BM) dibidik kemudian dicatat hasilnya dan

dijadikan bacaan belakang;

4. Saat benchmark dibidik, atur lingkaran horizontal berskala ke sudut 0°;

5. Jarak dari titik alat ke bacaan belakang dihitung;

6. Dirikan jalon di titik akhir;

7. Jalon divisir sampai waterpass lurus dengan jalon, lalu sudutnya dicatat.

8. Rambu didirikan di tiap titik dimana terjadi perubahan bentuk lahan yang

searah lurus dengan jalon;

9. Rambu depan dibidik dan dicatat BA, BT, BB, dan dijadikan bacaan

muka;

10. Prosedur 8 dilakukan hingga BA, BT dan BB sudah tidak terbaca;

11. Saat BA, BT dan BB sudah tidak terbaca, alat dipindahkan ke titik akhir

yang sudah dibidik;

Page 3: Praktikum Ilwil

12. Setiap perpindahan alat, tinggi alat diukur dan dicatat.

13. Rambu didirikan di titik sebelum titik akhir yang sudah dibidik, lalu

dicatat BA, BT, BB, dan dijadikan bacaan belakang;

14. Lingkaran horizontal berskala diatur kembali menjadi 0°;

15. Alat diputar hingga membentuk sudut 180°;

16. Rambu didirikan di tiap titik dimana terjadi perubahan bentuk lahan yang

searah lurus dengan alat;

17. Rambu depan dibidik dan dicatat BA, BT, BB, dan dijadikan bacaan

muka;

18. Prosedur 8-17 dilakukan hingga titik yang telah ditandai jalon (titik

terakhir);

19. Data yang harus dicari dilengkapi.

Page 4: Praktikum Ilwil

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran Profil Memanjang

Pengukuran menyipat datar dimaksudkan untuk menentukan beda tinggi

antara duatitik. Bila dua titik tentu itu terletak jauh dengan jarak yang lazimnya

dibuat kira-kira 2km, maka beda tinggi antara dua titik itu ditentukan dengan

mengukur beda tinggi titik-titik penolong yang dibuat antara dua titik yang tentu

itu.Salah satu cara yang digunakan pada pengukuran sipat datar memanjang

adalah caramenyipat datar dari tengah-tengah. Maksudnya adalah, alat ukur

penyipat datar ditempatkan antara titik A dan B, sedang di titik A dan B

ditempatkan dua mistar. Jarak antara alat penyipat datar dan kedua mistar kirakira

diambil jarak yang sama. Cara inimemberi hasil paling teliti, karena kesalahan

yang mungkin masih ada pada pengukurandapat saling memperkecil. Dengan cara

ini dapat disimpulkan bahwa beda antara pembacaan mistar belakang dan mistar

muka akan menjadi beda tinggi

Gambar 1. Sipat ukur datar profil memanjang

2.2 Beda Tinggi

Pengukuran beda tinggi dilakukan dengan menggunakan alat sipat datar

(waterpass). Alat didirikan pada suatu titik yang diarahkan pada dua buah rambu

yang berdiri vertical. Maka beda tinggi dapat dicari dengan menggunakan

pengurangan antara bacaan muka dan bacaan belakang.

Rumus beda tinggi antara dua titik :

Page 5: Praktikum Ilwil

BT = BTB – BTA

Keterangan : BT = beda tinggi

BTA = bacaan benang tengah A

BTB = bacaan benang tengah B

Sebelum mendapatkan beda tinggi antara dua titik, diperlukan dulu pembacaan

benang tengah titik tersebut, dengan menggunakan rumus :

BT = BA + BB / 2

Keterangan : BT = bacaan benang tengah

BA = bacaan banang atas

BB = bacaan benang bawah

Untuk mencari jarak optis antara dua titik dapat digunakan rumus sebagai

berikut :

J = (BA – BB) x 100

Keterangan : J = jarak datar optis

BA = bacaan benang atas

BB = bacaan benang bawah

100 = konstanta pesawat

2.3 Waterpass

Waterpass (penyipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan

untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan. Beda tinggi

tersebut ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu teropong) horizontal yang

ditunjukan ke rambu-rambu ukur yang vertical.

Gambar 2. Waterpass

Page 6: Praktikum Ilwil

Sedangkan pengukuran yang menggunakan alat ini disebut dengan

Levelling atau Waterpassing. Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka penentuan

tinggi suatu titik yang akan ditentukan ketiggiannya berdasarkan suatu system

referensi atau bidang acuan.

2.4 Unting- unting

Unting unting atau sering juga disebut dengan bandul, adalah salah satu

alat tukang yang biasanya dipergunakan untuk mengukur ketegakan suatu benda

atau bidang. Alat ini cukup sederhana dimana terbuat dari bahan besi dengan

permukaan berwarna besi putih, kuningan dan juga besi biasa, bentuknya

biasanya berbentuk prisma dengan ujung lainnya dibuatkan penempatan benang

kait.  Namun dapat juga dijumpai dalam berbagai bentuk lainnya daimana salah

satu ujung nya tetap dibuat runcing.

Pemakaian Unting – unting

Beberapa pemakaian yang sering dijumpai dalam pekerjaan bangunaan

adalah untuk pengukuran ketegakan bekisting, ketegakan kayu saat setting kusen

pintu dan jendela, pembuatan benang horizontal pemasangan dinding bata,

penarikan titik pusat suatu jarak dan beberapa jenis pekerjaan lainnya.

Pemakaian unting unting adalah sangat mudah, dengan mengikatkan pada

kaitan besi bandul maka alat ini sudah bisa dipergunakan. Misalnya kita ingin

mengukur ketegakan suatu  tiang, langkah pertama yang kita lakukan adalah

membuat paku ikatan pada salah satu ujung atas dari balok (dianjurkan jarak dari

bawah tidak terlalu dekat, diusahakan diujung atas tiang). Kemudaian benang

diikatkan pada balok dan  unting unting diturunkan secara perlahan. Tunggu

Page 7: Praktikum Ilwil

posisi unting unting sampai pada posisi diam. Untuk mengukur ketegakan adalah

menchek jarak benang atas ke tiang dan kemudian membandingkan jarak benang

(as unting-unting ) ke tembok. Jika ukuran jarak atas dan bawah sudah sama maka

tiang sudah benar benar tegak. 

2.5 Jalon

Jalon adalah tiang atau tongkat yang akan ditegakkan pada kedua ujung

jarak yang diukur. Jalon terbuat dari kayu, pipa besi, dan merupakan tongkat

berpenampang bulat. Agar jalon dapat terlihat dari jarak jauh terang dan dapat

dilihat dari jauh maka jalon biasanya diberi warna merah-putih yang mencolok,

dan selang-seling merah-putih sekitar 25 cm-50 cm.

2.6 Ketelitian Pengukuran Sipat Datar

Untuk menentukan baik buruknya pengukuran menyipat datar, sehingga

pengukuran harus diulang atau tidak, maka akan ditentukan batas harga kesalahan

terbesar yang masih dapat diterima.

Bila pengukuran dilakukan pulang pergi, maka selisih hasil pengukuran

pulang pergi tidak boleh lebih besar dari pada:

k1 = ± (2,0 √ Skm) mm untuk pengukuran tingkat pertama (First Order Levelling)

Page 8: Praktikum Ilwil

k2 = ± (3,0 √Skm) mm untuk pengukuran tingkat kedua (Second Order Levelling)

k3 = ± (4,0 √Skm) mm untuk pengukuran tingkat ketiga (Third Order Levelling)

       Untuk pengukuran menyipat datar yang diikat oleh dua titik yang telah

diketahui tingginya sebagai titik-titik ujung pengukuran, maka beda tinggi yang

didapat dari tinggi titik-titik ujung tertentu itu tidak boleh mempunyai selisih lebih

besar dari pada:

k1 = ± (2,0 ± 2,0 √ Skm) mm untuk pengukuran tingkat pertama

k2 = ± (2,0 ± 3,0 √Skm) mm untuk pengukuran tingkat kedua

k3 = ± (2,0 ± 6,0 √Skm) mm untuk pengukuran tingkat ketiga

      Pada rumus-rumus Skm berarti jarak pengukuran yang dinyatakan dalam

kilometer.

Page 9: Praktikum Ilwil

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

I.1 Hasil

Tem

pat

Tin

ggi

Tit

ik

Bac

aan

Bel

akan

g

Bac

aan

Muk

a

Sud

ut

Jara

k

Bed

a

Ala

t

Ala

t

Bid

ikan

BA

BT

BB

BA

BT

BB

Hor

izon

tal

(m)

Tin

ggi (

m)

Ele

vasi

(m)

I

173

BM

I

85 74 63       0° 22  

806

    1      

135,

5

132

128,

5

120° 7

-0,5

8

805,

42

    2      

158

154

150

120° 8 -0,8

805,

2

    3      

146

141,

5

137

120° 9

-0,6

75

805,

325

4

166,

5

160,

5

154,

5

120° 12

-0,8

65

805,

135

5 179

172,

5

166

120° 13

-0,9

85

805,

015

6 178

171,

5

165

120° 13

-0,9

75

805,

025

6 120 5

65,5

59 52,5       0° 13  

805,

6

Page 10: Praktikum Ilwil

    7      

197

191,

5

186

180° 11

-1,3

25

804,

275

    8      

232,

5

226

219,

5

180° 13 -1

,67

803,

93

9

277,

5

268,

5

259,

5

180° 18

-2,0

95

803,

505

9 118 8 81 78,5

76       0° 5  

803,

93

    10      

236,

5

230,

5

224,

5

180° 12 -1

,52

802,

41

    11      

253,

5

246

238,

5

180° 15

-1,6

75

802,

225

    12      

275

267

259

180° 16

-1,8

85

802,

045

13 257

248,

5

240

180° 17 -1,7

802,

25

14 267

257,

5

248

180° 19 -1

,79

802,

14

14 131

13

122,

5

121,

5

120,

5

0° 2

802,

25

    15 129

128

127

180° 2

-0,0

65

802,

185

Page 11: Praktikum Ilwil

    16

192,

2

190

188,

7

180°

3,5

-0,6

86

801,

563

17 119

116,

3

113,

6

180°

5,4

0,05

2

802,

302

18 167

162

157

180° 10

-0,4

05

801,

845

19 170

161,

5

153

180° 17 -0,4

801,

85

19 141

18 139

135,

5

132

0° 7

801,

845

20 166

162,

25

158,

5

180°

7,5

-0,2

67

801,

583

21

188,

5

180,

5

172,

5

180° 16 -0

,45

801,

395

21 107

20 91,5

87,7

5

84 0° 7,5

801,

583

22

203,

2

202,

9

202,

6

180°

0,6

-1,1

51

800,

432

23

247,

1

244,

8

242,

5

180°

4,5

-1,5

70

800,

013

24 244

240,

8

237,

6

180°

6,4

-1,5

30

800,

053

Page 12: Praktikum Ilwil

BM

269,

3

265,

5

261,

7

180°

7,6

-1,7

77

799,

806

Tabel1.Catatan Lapangan

1.2 Perhitungan

Perhitungan

Perhitungan Jarak :

Jarak = C (BA-BB) = 100 (BA-BB) ; BA dan BB dalam satuan m

Pada Tempat Alat (I) :

Titik bidikan BM :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (85 – 63) = 22 m

Titik bidikan 1 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (135,5-128,5) = 7 m

Titik bidikan 2 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (158-150) = 8 m

Titik bidikan 3 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (146-137) = 5.7 m

Titik bidikan 4 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (166,5-154,5) = 12 m

Titik bidikan 5 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (179-166) = 13 m

Titik bidikan 6 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (178-165) = 13 m

Pada Tempat Alat II

Titik bidikan ke tempat Alat I pada titik bidikan ke-6:

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (65,5-52,5) = 10 m

Titik bidikan 7 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (197-186) = 11 m

Titik bidikan 8 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (232,5-219,5) = 13 m

Page 13: Praktikum Ilwil

Titik bidikan 9 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (277,5-259,5) = 18 m

Pada Tempat Alat III

Titik bidikan ke Tempat Alat II pada titik bidikan ke-9 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (81-76) = 5 m

Titik bidikan 10 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (236,5-224,5) = 12 m

Titik bidikan 11 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (253,5-238,5) = 15 m

Titik bidikan 12 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (275-259) = 16 m

Titik bidikan 13 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (257-240) = 17 m

Titik bidikan 14 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (267-248) = 19 m

Pada Tempat Alat IV

Titik bidikan ke Tempat Alat III pada titik bidikan ke-14 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (122,5-120,5) = 2 m

Titik bidikan 15 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (129-127) = 2 m

Titik bidikan 16 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (192,2-188,7) = 3.5 m

Titik bidikan 17 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (119-113,6) = 5.4 m

Titik bidikan 18 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (167-157) = 10 m

Titik bidikan 19 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (170-153) = 17 m

Pada Tempat Alat V

Page 14: Praktikum Ilwil

Titik bidikan ke Tempat Alat IV pada titik bidikan ke-19 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (139-132) = 7 m

Titik bidikan 20 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (166-158,5) = 7.5 m

Titik bidikan 21 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (188,5-172,5) = 16 m

Pada Tempat Alat VI

Titik bidikan ke Tempat Alat V pada titik bidikan ke-21 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (91,5-84) = 7,5 m

Titik bidikan 22 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (203,2-202,6) = 0.6 m

Titik bidikan ke BM 23 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (247,1-242,5) = 4.6 m

Titik bidikan 24 :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (244-237,6) = 6.4 m

Titik bidikan BM II :

Jarak = 100 (BA-BB) = 100 (269,3-261,7) = 7.6 m

Perhitungan Beda Tinggi

Pada Tempat Alat I

1. BT (Bacaan Belakang) BM I – BT (Bacaan Muka) / 100

74 – 132 /100 = -0,58 m

2. BT titik BM – BT titik kedua / 100

74 – 154 / 100 = -0.8 m

3. BT titik BM – titik ketiga / 100

74 – 141,5 / 100 = -0.675 m

4. BT titik BM – titik keempat / 100

74 – 160,5 / 100 = -0.865 m

5. BT titik BM – titik kelima / 100

74 – 172,5 / 100 = -0.985 m

6. BT titik BM – titik keenam / 100

Page 15: Praktikum Ilwil

74 – 171,5 / 100 = -0.975 m

Pada Tempat Alat II

1. BT (Bacaan Belakang) titik 6 – BT (Bacaan Muka) /100

59-191,5 / 100 = -1.325

2. BT titik 6 – BT titik 8 / 100

59-226 /100 = -1,67

3. BT titik 6 – BT titik 9 / 100

59-268.5 /100 = - 2.095

Pada Tempat Alat III

1. BT (Bacaan Belakang) Titik 9 – BT (Bacaan Muka) / 100

78,5-230,5 /100 = -1,52

2. BT titik 9 – BT titik 11/ 100

78,5-246 / 100 = -1.675

3. BT titik 9 – BT titik 12/ 100

78,5-267 / 100 = -1.885

4. BT titik 9 – BT titik 13/ 100

78,5-248,5 / 100 = -1.7

5. BT titik 9 – BT titik 14/ 100

78,5-257,5 / 100 = -1,79

Pada Tempat Alat IV

1. BT (Bacaan Belakang) Titik 14 – BT (Bacaan Muka) / 100

121,5-128 / 100 = -0,065

2. BT titik 14 – BT titik 16 / 100

121,5-190 / 100 = -0,685

3. BT titik 14 – BT titik 17 / 100

121,5-116,3 / 100 = 0,052

4. BT titik 14 – BT titik 18 / 100

121,5-162 / 100 = -0,405

Page 16: Praktikum Ilwil

5. BT titik 14 – BT titik 19 / 100

121,5-161,5 / 100 = -0,4

Pada Tempat Alat V

1. BT (Bacaan Belakang) Titik 19 – BT (Bacaan Muka) / 100

135,5 – 162,25 / 100 = -0,2675

2. BT Titik 19 – BT Titik 21 / 100

135,5 – 180,5 / 100 = -0,45

Pada Tempat Alat VI

1. BT (Bacaan Belakang) Titik 21 – BT (Bacaan Muka) / 100

87,75 – 202,9 / 100 = -1,1515

2. BT 21 – BT Titik 23 / 100

87,75 – 244,8 / 100 = -1,5705

3. BT 21 – BT Titik 24 / 100

87,75 – 240,8 / 100 = -1,5305

4. BT 21 – BT Titik BM II / 100

87,75 – 265,5 / 100 = -1,7775

Perhitungan Elevasi

Elevasi pada BM1 sebenarnya adalah 806 mpdl

Pada Tempat Alat I

1. Elevasi sebenarnya - Beda tinggi titik pertama

806– 0,58 = 805,42 m

2. Elevasi titik pertama - Beda tinggi titik kedua

805,42 – 0,8 = 805,2 m

3. Elevasi titik kedua - Beda tinggi titik ketiga

805,2 – 0,675 = 805,325 m

4. Elevasi titik ketiga - Beda tinggi titik keempat

805,325 – 0,865 = 805,135 m

5. Elevasi titik keempat - Beda tinggi titik kelima

805,135 – 0,985 = 805,015 m

Page 17: Praktikum Ilwil

6. Elevasi titik kelima - Beda tinggi titik keenam

805,015 – 0,075 = 805,025 m

Pada Tempat Alat II

1. Elevasi titik 5 - Beda tinggi titik 7

805,015 –1,325 = 804,275 m

2. Elevasi titik 7 - Beda tinggi titik 8

804,275 – 1,67 = 803.93 m

3. Elevasi titik 8 - Beda tinggi tititk 9

803.93 –2,095 = 803,505 m

Pada Tempat Alat III

1. Elevasi titik 8 - Beda tinggi titik 10

803.93 – 1,52 = 802,41 m

2. Elevasi titik 10- Beda tinggi titik 11

802,41 – 1,675 = 802,225 m

3. Elevasi titik 11 - Beda tinggi titik 12

802,225 –1,885 = 802,045 m

4. Elevasi titik 12 - Beda tinggi titik 13

802,045 –1,7 = 802,25 m

5. Elevasi titik 13 - Beda tinggi titik 14

802,25 –1,79 = 802,14 m

Pada Tempat Alat IV

1. Elevasi titik 13 - Beda tinggi titik 15

802,25 – 0,065 = 802,185 m

2. Elevasi titik 15 - Beda tinggi titik 16

802,185 –0,6865 = 801,5635 m

3. Elevasi titik 16 - Beda tinggi titik 17

801,5635 + 0,052= 802.302 m

4. Elevasi titik 17 - Beda tinggi titik 18

802.302 - 0.405 = 801,845 m

Page 18: Praktikum Ilwil

5. Elevasi titik 18 - Beda tinggi titik 19

801,845 - 0.4 = 801,85 m

Pada Tempat Alat V

1. Elevasi titik 18 - Beda tinggi titik 20

802.348 – 0,2675 = 801,5835 m

2. Elevasi titik 20 - Beda tinggi titik 21

801,5835 – 0,45 = 801,395 m

Pada Tempat Alat VI

1. Elevasi titik 20 - Beda tinggi titik 22

801,5835 –1,1515 = 800,432 m

2. Elevasi titik 22 - Beda tinggi titik 23

800,432 –1,5705= 800,013 m

3. Elevasi titik 23 - Beda tinggi titik 24

800,013 – 1,5305 = 800,053 m

4. Elevasi titik 24 - Beda tinggi titik BM II

800,053 –1,7775 = 799,806 m

Page 19: Praktikum Ilwil

Siti Patimah240110130057

3.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini membahas tentang

pengukuran beda tinggi dan sipat ukur datar profil memanjang.

Asdos telah menyiapkan satu patok sebagai titik acuan,hal yang

pertama kali dilakukan yaitu mendirikan kaki tiga, waterpass dan

unting-unting. Kemudian bidik jalon menggunakan visir sebagai

titik acuan terakhir, lalu catat BA,BT,BB serta sudut

horizontalnya. Kemudian lakukan pematokan dari titik-titik pada

jalur yang akan diukur disertai pengukuran jarak dan arah

diantara patok-patok tersebut. Pematokan dilakukan dari titik 1

sampai titik 5 kemudian alat dipindahkan ditempat terakhir patok

yang di bidik.

Dengan banyaknya jumlah titik pada kelompok kami, merasa kesulitan dan

mengejar kelompok lain yang titiknya rata-rata 6. Kelompok kami paling banyak

titiknya karena kondisi medan. Keadaan lokasi (angin) sangat berpengaruh pada

proses pengukuran. Dalam  pengukura ini, kondisi alat yang digunakan sedikit

kurang baik,  Pencatatan data ukuran juga harus memerhatikan kerapian, karena

seringkali terjadi kebingungan dalam pembacaan data hasil ukuran.

Page 20: Praktikum Ilwil

Siti Patimah240110130057

Page 21: Praktikum Ilwil

M. Rizky Ramanda240110130064

3.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan pengukuran untuk

menentukan nilai-nilai dari elevasi pada suatu garis lurus di disetiap deretan titik

yang di tentukan oleh praktikan pada tempat praktikum. Keberhasilan praktikum

kali ini dapat dilihat berdasarkan nilai dari elevasi akhir yang didapatkan

berdasarkan perhitungan yang didapatkan dari praktikum dengan nilai dari elevasi

yang diberikan oleh assisten. Apabila nilai dari elevasi yang didapat dari

praktikum sama dengan elevasi yang didapatkan dari assisten, maka praktikum

bisa dikatakan 100% berhasil, dan juga sebaliknya.

Berdasarkan data yang didapatkan dari praktikum, praktikan mendapatkan

total jarak sepanjang 285,5m. jarak tersebut merupakan jarak antara BM1 sampai

BM2. Setelah dilakukan perhitungan, praktikan medapatkan elevasi akhir dengan

nilai 799,806mdpl. Nilai tersebut tidak sesuai dengan yang diberikan oleh

assisten, yakni sebesar 799mdpl, sehingga praktikan dapat mengetahui bahwa

nilai kesalahan yang dilakukan praktikan adalah sebesar 0,806mdpl atau hampir

sebesar 1mdpl.

Ada beberapa faktor kesalahan dalam melakukan praktikum kali ini seperti

kurangnya ketelitian dalam pembacaan BA, BT dan BB, kurang tepat dalam

pembacaan fisir diwaterpass sehingga jarak antara BM I dengan BM II meleceng

menjadi 3°, banyaknya lubang atau cekungan diwilayah pengukuran kelompok

praktikan sehingga banyaknya perhitungan yang tidak tepat, dan kecerobohan

praktikan karena mencabut patok di titik 19 sehingga perhitungan dimulai dari

tengah-tengah sehingga kurang akurat dan mengulur waktu menjadi lama.

Setelah data sudah didapat, praktikan kemudian menggambar sketsa

gambar praktikum tadi berapa jarak patok, dititik mana saja patok ditancapkan

dan berapa sudut yang melenceng saat praktikum. Setelah menggambar seketsa,

praktikan menggambar grafik agar mengetahui bentuk yang ada diwilayah

praktikum.

Page 22: Praktikum Ilwil

Rifayani Fadhilah240110130068

3.2 Pembahasan

Pada percobaan menyipat ukur datar profil memanjang ini praktikan

melakukan pengukuran beda tinggi di tiap titik dimana bentuk lahan berubah

seperti tanjakan, turunan, lubang dan sebagainya. Alat ukur yang digunakan

adalah waterpass. Pengukuran dilakukan di satu jalur atau garis lurus, fungsinya

adalah untuk mengetahui beda tinggi dan profil lahan tersebut, karena jika

pengukuran dilakukan tidak dalam satu jalur atau garis lurus, maka profil lahan

tidak akan didapat dengan akurat.

Pada praktikum kali ini, terjadi beberapa kendala, yang pertama adalah tidak

terbacanya jalon karena tempat alat didirikan terlalu tinggi, sehingga praktikan

harus memasang kaki tiga serendah mungkin, sehingga jalon yang terlihat hanya

ujungnya saja, hal ini membuat praktikan tidak yakin dengan lurusnya arah

bidikan. kendala yang kedua terjadi saat alat dipindahkan untuk pertama kalinya,

jarak alat dengan titik bacaan belakang terlalu dekat, sehingga BA, BT dan BB

tidak dapat terbidik karena lensanya yang tidak bisa fokus. Namun masalah ini

dapat diatasi dengan membidik titik I (tempat alat pertama kali didirikan) sebagai

bacaan belakang. Hal ini berdampak buruk pada perhitungan elevasi, apabila kita

menggunakan titik bacaan belakang yang melewati titik bacaan belakang terdekat,

maka cara menghitung elevasinya adalah selisih bacaan tengah dan tinggi alat

ditambah elevasi tempat rambu ukur didirikan. Kendala yang terakhir adalah

praktikan melakukan kesalahan dengan mencabut patok bacaan belakang saat alat

didirikan di titik 19, sehingga letak rambu yang didirikan di titik 18 sebagai

bacaan belakang, tidak sama persis di tempat saat titik 18 dijadikan bacaan muka.

Dampaknya adalah jalur bacaan yang melenceng sebesar 3°. Melencengnya jalur

ini mungkin bukan hanya karena kesalahan praktikan saat mencabut patok di titik

18, tapi bisa juga kesalahan praktikan saat melihat visir kearah jalon.

Cara mengetahui gambar dari profil lahan adalah dengan membuat grafik

dari data yang kita dapat setelah melakukan pengukuran, dengan sumbu y sebagai

elevasi dan sumbu x sebagai jarak antar optis.

Page 23: Praktikum Ilwil

Luthfie Hafidz Imaduddin240110130071

3.2 Pembahasan

Pada praktikum keenam ilmu ukur wilayah kali ini adalah melakukan

pengukuran beda tinggi dengan sipat ukur datar profil memanjang dengan

menggunakan waterpass. Waterpass adalah alat ukur sipat datar, yaitu alat yang

digunakan untuk memperoleh pandangan mendatar, sehingga dapat mengetahui

titik yang sama tingginya atau membedakan ketinggian antara kedua titik atau

lebih. Sipat datar adalah suatu cara pengukuran beda tinggi antara dua titik diatas

permukaan tanah, dimana penentuan selisih tinggi antara titik yang berdekatan.

Sedangkan menyipat ukur datar profil memanjang adalah suatu proses penentuan

elevasi sederetan titik-titik hanya membentuk suatu jalur di mana letak titik-titik

tersebut berada pada setiap perubahan bentuk lahan.

Praktikum pengukuran kali ini berbeda dengan praktikum sebelumnya

yang mengharuskan perpindahan jarak yang harus sama dengan bacaan belakang.

Dalam praktikum kali ini masih banyak terdapat kesalahan (error) yang

menyebabkan munculnya kesalahan hasil praktikum sebesar 3o. Keslahan tersebut

dapat disebabkan oleh tiga faktor utama. Faktor faktor dimana sumber kesalahan

atau permasalahan dalam menggunakan waterpass antara lain :

a. Kesalahan yang bersumber dari mahasiswa

Sulitnya mencapai pandangan yang benar-benar lurus saat memvisir jalon.

Hali ini disebabkan oleh kurangnya ketelitian mahasiswa dalam memvisir,

sehingga pandangan yang telah dianggap lurus, sebenarnya belum 100%

lurus. Selain itu kurangnya ketelitian mata dalam pembacaan alat

waterpass, yaitu pembacaan benang atas, benang bawah, dan benang

tengah juga dapat mempengaruhi hasil praktikum.Selain itu pemegangan

rambu ukur pun masih ada yang tidak lurus atau miring. Faktor lainnya

yaitu emosi internal setiap praktikan yang mempengaruhi kerja praktikan

di lapangan. Dalam praktikum kali ini terjadi suatu insiden dimana salah

satu praktikan tanpa sengaja mencabut patok bacaan belakang, sehingga

jaraknya tidak dapat diukur. Hal ini menyebabkan kesalahan dalam

perhitungan hasil praktikum.

b. Kesalahan yang bersumber dari alat

Jalon yang kurang jelas warna catnya, cukup sulit terlihat dari jarak yang

Page 24: Praktikum Ilwil

Luthfie Hafidz Imaduddin240110130071

jauh, hal ini menyebabkan pandangan saat memvisir menjadi tidak

sepenuhnya lurus.

c. Kesalahan yang bersumber dari alam

Adanya cuaca yang panas membuat konsentrasi mahasiswa kurang dan

adanya angin yang membuat rambu ukur terkena hembusan angin,

sehingga tidak dapat berdiri dengan tegak.

Page 25: Praktikum Ilwil

Siti Patimah240110130057

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :

1. Menyipat ukur datar profil memanjang adalah suatu proses

penentuan elevasi sederatan titik-titik baik membentuk

suatu garis lurus atau hanya membentuk suatu jalur (trase)

dimana letak titik-titik tersebut berada pada setiap

perubahan bentuk lahan.

2. Beda tinggi adalah jarak vertical antara 2 titik atau jarak

antara 2 bidang datar / nivo yang melalui kedua titik

tersebut.

4.2 Saran

Adapun saran pada praktikum kali ini adalah sebagai

berikut :

1.       Hendaknya Pemasangan titik harus diperhatikan kondisi keamananya, karena

unuk kelompok kami, terjadi kehilangan titik, dan harus mengukur ulang pada

tahap pengukuran jarak.

2.      Hendaknya dalam melakukan pengukuran, ketelitian harus diutamakan,

terutama dalam hal membaca skala ukuran, baik jarak maupun sudut.

Page 26: Praktikum Ilwil

Siti Patimah240110130057

Page 27: Praktikum Ilwil

M. Rizky Ramanda240110130064

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dalam praktikum yang dilakukan

kali ini adalah:

1. Waterpass merupakan alat penyipat datar yan gpada praktikum kali ini

digunakan untuk mengukur beda tinggi suatu titik dengan titik yang

lainnya, dengan beda tinggi yang dimaksud adalah beda tinggi antara

bidang nivo bacaan belakang dan bacaan depan.

2. Setiap titik praktikum memiliki perbedaan ketinggian.

3. Apabila nivo waterpass tidak benar-benar terletak ditengah-tengah, maka

data yang didapat kurang akurat.

4. Apabila terdapat kesalahan pada satu data dalam praktikum ini, maka akan

mempengaruhi hasil keseluruhan (nilai keseluruhan juga akan menjadi

kurang tepat).

5. Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi proses berjalannya praktikum.

6. Berdasarkan data yang didapat, praktikan belum bisa melakukan

praktikum secara sempurna.

7. Jangan ceroboh sehingga tidak menyulitkan praktikan yang lain.

4.2 Saran

1. Praktikan harus mampu menguasai materi yang dijadikan dasar teori

dalam praktikum kali ini untuk mendapatkan hasil yang maksimal

2. Praktikan harus mampu menggunakan alat-alat dan membaca data secara

tepat supaya tidak terjadi kesalahan pencatatan data.

3. Praktikan harus fokus dan teliti, serta tidak melupakan satupun data yang

harus diukur, apabila praktikan melupakan salah satu data, maka

praktikum harus dimulai dari awal.

4.  Kerjasama kelompok diperlukan untuk memaksimalkan hasil praktikum.

Page 28: Praktikum Ilwil

M. Rizky Ramanda240110130064

5. Alat-alat yang digunakan harus dalam keadaan layak pakai, karena

walaupun praktikan mampu melakukan pengukuran secara tepat, apabila

alatnya tidak layak pakai, maka data yang didapat akan tetap salah.

6. Harus ada komunikasi yang baik antara praktikan dan asisten

Page 29: Praktikum Ilwil

Rifayani Fadhilah240110130068

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari praktikum pengukuran beda tinggi dengan sipat ukur datar profil

memanjang ini dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengukuran sipat datar profil memanjang dilakukan untuk mengetahui profil

lahan seperti turunan, tanjakan, lubang dan sebagainya.

2. Pengukuran sipat datar profil memanjang dilakukan dengan cara

menghitung beda tinggi di tiap perubahan bentuk lahan sepanjang garis

lurus.

4.2 Saran

Saran untuk praktikan saat melakukan pengukuran beda tinggi dengan sipat

ukur datar profil memanjang adalah :

1. Praktikan harus teliti dan berhati-hati guna mencapai hasil yang akurat.

2. Usahakan agar tidak gugup dan tergesa-gesa saat melakukan percobaan,

karena gugup sangat berpengaruh pada proses dan hasil percobaan.

3. Praktikan harus bersikap konsisten dalam melakukan hal yang prosesnya

berulang, guna mencapai hasil yang akurat.

Page 30: Praktikum Ilwil

Luthfie Hafidz Imaduddin240110130071

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari praktikum kali ini dapat diambil kesimpulan diantaranya:

1. Pengukuran beda tinggi dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah

satunya adalah dengan cara sipat ukur datar profil memanjang.

2. Sipat ukur datar profil memanjang merupakan pengukuran beda tinggi

dengan membuat suatu jalur lurus dengan titik-titik yang berada pada

setiap perubahan bentuk lahan.

3. Kendala utama dalam praktikum kali ini adalah saat memvisir jalon dari

ujung atas lapangan ke ujung bawah lapangan yang jaraknya sangat jauh.

4.2 Saran

Saran untuk pelaksanaan praktikum kali ini dan selanjutnya adalah:

1. Praktikan dianjurkan untuk membaca modul terlebih dahulu agar paham;

2. Praktikan dianjurkan untuk lebih teliti saat melakukan praktikum

sehingga tidak akan terjadi kekeliruan

3. Praktikan harus mempersiapkan jiwa dan raga agar praktikum yang

memakan banyak waktu, tenaga, dan ketelitian dapat berlangsung lancar

4. Keadaan alat diusahakan dalam kondisi yang baik.

Page 31: Praktikum Ilwil

DAFTAR PUSTAKA

Aird, Forbes. 1999. Mechanic's guide to precision measuring tools. Osceola, WI: MBI Pub. Co.

American Society of Civil Engineers. 1891. Transactions of the American Society of Civil Engineers. American Society of Civil Engineers

Basuki, S. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Frick, H. 1979. Ilmu dan Alat Ukur Tanah. Yogyakarta : Kanisius.

Hakim.2007.Alat Ukur Teknik Sipil. Universitas Lampung. Lampung.

Muda, Iskandar, 2008, Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 1, Jakarta : Direktorat Pembinaan џSekolah Menengah Kejuruan.

Pratomo, Danar Guruh. 2004. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Teknis Pengukuran dan Pemetaan Kota. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh September.

Wongsocitro, S. 1974. Ilmu Ukur Tanah. Jakarta : Swada.

Ferdian, Feri. 2014. Waterpass. Terdapat pada http://www.academia.edu/3790480/Waterpass (Diakses pada tanggal 29 September 2014 pukul 21.28 WIB)