PRAKTIKA 2

37
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY. B DENGAN KOLIK ABDOMEN DI RUANG BOUGENVIL RSD DR. H. KOESNADI BONDOWOSO Oleh : Christanto Try Yudha Ary Prawira 08 1101 1020 PROGRAM STUDI PROFESI NERS

description

i

Transcript of PRAKTIKA 2

BAB 1

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN Ny. B DENGAN KOLIK ABDOMENDI RUANG BOUGENVIL RSD dr. H. KOESNADI BONDOWOSO

Oleh :Christanto Try Yudha Ary Prawira

08 1101 1020PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2013

Lembar Persetujuan

Proposal Proyek Inovasi Praktika Senior dengan Program Optimalisasi Pendidikan Kesehatan Tentang Gangguan Sistem Pencernaan dilaksanakan di RSD Kalisat Jember telah diperiksa dan disetujui.Jember, Nopember 2013

Mengetahui

Pembimbing Akademik

Pembimbing Akademik

Ns. Nikmatur Rohmah, S.Kep., M.Kes Ns. Sasmiyanto, S.Kep., M.Kes NIP. 1972 06262005012001

NIDN. 07 16 4 7903Pembimbing Akademik

Ns. Moh. Ali Hamid, S.Kep., M.KesNIDN. 07 07 088101Pembimbing Klinik

Ns. Arif Candra G, S.Kep

NIP. 19810825200801 1 012

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangMasa nifas adalah suatu masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psikologis terhadap proses melahirkan yang lamanya kurang lebih 6 minggu. Selain itu pengertian nifas adalah masa mulainya persalinan sampai pulihnya alat-alat dan anggota badan yang berhubungan dengan kehamilan atau persalinan (Ramli, Ahmad, 1989). Masa nifas juga erat kaitannya dengan kematian maternal.WHO melaporkan sekitar 99 % kematian ibu terjadi di negara berkembang. Pada tahun 1994 dari 95.866 persalinan terdapat 67 kematian ibu (69,9 / 100.000 kelahiran hidup). Jumlah kematian diluar rumah sakit sangat tinggi 73,3 % dan di dalam rumah sakit 26,7 %. Di Jawa Timur tahun 2000 angka kematian ibu 396 / 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 1997; 4). Sedangkan kematian maternal menurut WHO itu sendiri dapat didefinisikan sebagai berikut kematian seorang wanita waktu hamil atau 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. (Sarwono, 1996).Beberapa faktor telah diidentifikasi dapat menyebabkan kematian maternal, diantaranya adalah masalah yang terjadi pada masa nifas seperti perdarahan post partum, infeksi masa nifas , kurangnya pengetahuan dan keterampilan ibu dalam rangka pemeliharaan kesehatan masa nifas. Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu menghasilkan air susu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya secara penuh tanpa makanan tambahan. Selama enam bulan pertama. Bahkan ibu yang gizinya kurang baikpun sering dapat menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan selama tiga bulan pertama.

Hasil penelitian yang dilakukan di Biro Konsultasi Anak di Rumah Sakit UGM Yogyakarta tahun 2005 menunjukkan bahwa anak yang disusui sampai dengan satu tahun 50,6%. Sedangkan data dari survei Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 1991 bahwa ibu, yang memberikan ASI pada bayi 0-3 bulan yaitu 47% diperkotaan dan 55% dipedesaan (Depkes 1992) dari laporan SKDI tahun 1994 menunjukkan bahwa ibu-ibu yang memberikan ASI EKSLUSIF kepada bayinya mencapai 47%.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr.Moh. Efendi di R.S. Umum Dr. Kariadi Semarang tahun 2006 didapatkan pemberian ASI setelah umur 2 bulan 31,6%, ASI + Susu botol 15,8% dan susu botol 52,6%. Sedangkan sebelumnya yaitu pada umur 1 bulan masih lebih baik yaitu 66,7% ASI dan 33,3% susu botol, dalam hal ini tampaknya ada pengaruh susu botol lebih besar.

Juga hasil penelitian Dr. Parma dkk di Rumah Sakit Umum Dr. M. Jamil Padang tahun 2006 di dapatkan bahwa lama pemberian ASI saja sampai 4-6 bulan pada ibu yang karyawan adalah 12,63% dan pada ibu rumah tangga sebanyak 21,27%. Apabila dilihat dari pendidikannya ternyata 75% dari ibu-ibu yang berpendidikan tamat SD telah memberikan makanan pendamping ASI yang terlalu dini pada bayi.

Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu mengapa keliru dalam pemanfaatan ASI secara Eksklusif kepada bayinya, antara lain adalah produksi ASI kurang, kesulitan bayi dalam menghisap, keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang, ibu bekerja, keinginan untuk disebut modern dan pengaruh iklan/promosi pengganti ASI dan tdak kalah pentingnya adalah anggapan bahwa semua orang sudah memiliki pengetahuan tentang manfaat ASI .

Berdasarkan studi pendahuluan wawancara penulis di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember menyebutkan bahwa 6 dari 10 ibu yang melahirkan secara normal tidak dapat memberikan asinya karena berbagai macam alasan yaitu asinya tidak keluar, putting susu tidak keluar dan tidak dirawat jadi satu dengan bayinya.Sistem pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang turut bertanggungjawab untuk mencegah masalah diatas. Salah satunya adalah meningkatkan pelayanan keperawatan terhadap ibu nifas. Agar pelayanan keperawatan menjadi optimal tentunya dibutuhkan suatu standar praktek keperawatan.Dengan pendekatan ini penyusunan standar praktek asuhan keperawatan nifas digunakan pendekatan proses keperawatan meliputi ; Pengkajian, Diagnosa keperawatan, Identifikasi hasil yang diharapkan, Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi (ANA, 1991)Teori keperawatan yang digunakan adalah teori Self Care Deficit yang dikemukakan oleh Dorothea Orem. Filosofi Orem dikatakan bahwa manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan dalam merawat dirinya sendiri. Yang dimaksud dengan self care(perawatan mandiri) adalah aktivitas seseorang untuk menolong dirinya sendiri dalam mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraan. Teori keperawatan ini digunakan sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan nifas. Perawat profesional bertanggung jawab dalam membantu klien dan keluarga untuk mencapai kemandiriannya. Kemandirian ibu nifas bisa tercapai bila kegiatan asuhan keperawatan didasari adanya kerjasama yang baik antara perawat dalam memberikan pengetahuan dan motivasi kepada ibu nifas dalam memenuhi kebutuhan klien ibu nifas. Beberapa keuntungan dalam teori bagi ibu nifas yaitu pengetahuan akan meningkat dan akhirnya ibu dan keluarga akan mandiri dalam pemeliharaan kesehatannya. Kemandirian pada ibu nifas sangatlah penting karena setelah pulang, keluarga harus mampu merawat untuk mempertahankan kesehatan dan kesejahteraannya.Melihat fenomena diatas maka penulis mengambil judul laporan ini Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Partum dengan Persalinan normal di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember.B. Tujuan

1. Tujuan UmumMendapatkan gambaran secara nyata dan mengembangkan pola pikir ilmiah dalam memberikan asuhan keperawatan klien post partum dengan masalah proses laktasi tidak efektif pada persalinan normal di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember sesuai dengan standart keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan2. Tujuan Khususa. Mahasiswa mampu menganalisis pengkajian data keperawatan klien dengan masalah keperawatan istirahat tidur pada persalinan normal di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember.b. Mahasiswa mampu menetapkan perencanaan keperawatan klien post partum dengan masalah proses laktasi tidak efektif pada persalinan normal di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember.c. Mahasiswa mampu melaksanakan tidakan keperawatan klien post partum dengan masalah proses laktasi tidak efektif pada persalinan normal di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember.d. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan klien post partum dengan masalah proses laktasi tidak efektif pada persalinan normal di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember.e. Mahasiswa mampu mendokumentasikan pelaksanaan asuhan keperawatan klien post partum dengan masalah proses laktasi tidak efektif pada persalinan normal di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember.BAB II

TINJAUAN PUSTAKAA. KONSEP ISTIRAHAT DAN TIDUR

1. Pengertian Tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan periodik (Lanywati, 2001)Istirahat merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan (ansietas). (Narrow, 1967: 1645) mengemukakan 6 (enam) ciri-ciri yang dialami seseorang berkaitan dengan istirahat.

Sebagian besar orang dapat istirahat sewaktu mereka:

a. Merasa bahwa segala sesuatu dapat diatasib. Merasa diterima

c. Mengetahui apa yang sedang terjadi

d. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan

e. Mempunyai rencana-rencana kegiatan yang memuaskan

f. Mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan2. Tujuan Tidur Secara jelas tujuan tidur tidak diketahui, namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental emosional dan kesehatan. Selam tidur seseorang akan mengulang (review) kembali kejadian-kejadian sehari-hari, memproses dan menggunakan untuk masa depan.

3. Tanda Tidur Secara Umum Secara umum tidur ditandai dengan aktivitas fisik minimal, tingkatan kesadaran yang bervariasi, perubahan-perubahan proses fisiologis tubuh dan penurunan respon terhadap rangsangan dari luar. Secara detail tanda-tanda tidur ini akan dibahas pada macam / pola tidur.4. Proses Fisiologis TidurHipotalamus mempunyai pusat-pusat pengendalian untuk beberapa jenis kegiatan tak-sadar dari badan, yang salah satu diantaranya menyangkut tidur dan bangun. Cedera pada hipotalamus dapat mengakibatkan seseorang tidur dalam jangka waktu yang luar biasa panjang atau lama.Formasi retikuler terdapat dalam pangkal otak. Formasi itu menjulang naik menembus medulla, pons, otak bagian tengah, dan lalu ke hipotalamus. Formasinya tersusun dari banyak sel syaraf dan serat syaraf . Serat-seratnya mempunyai hubungan-hubungan yang meneruskan impuls-impuls ke kulit otak dan ke tali sumsum tulang belakang. Formasi retikular itu memungkinkan terjadinya gerakan-gerakan refleks serta yang disengaja dengan mudah, maupun kegiatan-kegiatan kortikal yang bertalian dengan keadaan waspada.

Di waktu tidur, sistem retikular mendapat hanya sedikit rangsangan dari korteks serebral (kulit otak) serta permukaan luar tubuh. Keadaan bangun terjadi apabila sistem retikular dirangsang dengan rangsangan-rangsangan dari korteks serebral dan dari organ-organ serta sel-sel pengindraan di kulit. Umpamanya saja, jam wekker membangunkan kita dari tidur menjadi keadaan sadar apabila kita menyadari bahwa kita harus bersiap-siap untuk pergi bekerja. Perasaan-perasaan yang diakibatkan oleh kenyerian, kebisingan dan sebagainya, akan membuat orang tidak dapat tidur lewat organ-organ serta sel-sel di kulit badan. Maka keadaan tidak dapat tidur di timbulkan oleh kegiatan kulit otak serta apa yang dirasakan oleh badan; di waktu tidur, rangsangan-rangsangan menjadi minimal.

Diduga penyebab tidur adalah proses penghambatan aktif. Ada teori lama yang menyatakan bahwa area eksitatori pada batang otak bagian atas, yang disebut sistem aktivasi retikular, mengalami kelelahan setelah seharian terjaga dan karena itu, menjadi inaktif. Keadaan ini disebut teori pasif dari tidur. Percobaan penting telah mengubah pandangan ini ke teori yang lebih baru bahwa tidur barangkali disebabkan oleh proses penghambatan aktif. Hal ini terbukti dari suatu percobaan dengan cara melakukan pemotongan batang otak setinggi regio midpontil, dan berdasarkan perekaman listrik ternyata otak tak pernah tidur. Dengan kata lain, ada beberapa pusat yang terletak dibawah ketinggian midpontil pada batang otak, diperlukan untuk menyebabkan tidur dengan cara menghambat bagian-bagian otak lainnya.

Perangsangan pada beberapa daerah spesifik otak dapat menimbulkan keadaan tidur dengan sifat-sifat yang mendekati keadaan tidur alami. Daerah-daerah tersebut adalah:

a. Nuklei rafe, yang terletak di separuh bagian bawah pons dan medula

b. Nukleus traktus solitarius, yang merupakan regio sensorik medula dan pons yang dilewati oleh sinyal sensorik viseral yang memasuki otak melalui syaraf-syaraf vagus dan glossofaringeus, juga menimbulkan keadaan tidur.c. Beberapa regio diensefalon, yaitu bagian rostral hipotalamus, terutama area suprakiasma dan adakalanya suatu area di nuklei difus pada talamus.5. Macam/Pola/Tahapan Tidur Sejak adanya alat EEG (Elektro Encephalo Graph), maka aktivitas-aktivitas di dalam otak dapat direkam dalam suatu garafik . Alat ini juga dapat memperlihatkan fluktuasi energi (gelombang otak) pada kertas grafik. Penelitian mengenai mekanisme tidur mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam 10 tahun terakhir, dan bahkan sekarang para ahli telah berhasil menemukan adanya 2 (dua) pola/macam/tahapan tidur, yaitu:

a. Pola tidur biasa atau NREM Pola / tipe tidur biasa ini juga disebut NREM (Non Rapid Eye Movement = Gerakan mata tidak cepat). Pola tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam tidur gelombang pendek karena gelombang otak selama NREM lebih lambat daripada gelombang alpha dan beta pada orang yang sadar atau tidak dalam keadaan tidur (lihat gambar).Tanda-tanda tidur NREM adalah :

1) Mimpi berkurang

2) Keadaan istirahat (otot mulai berelaksasi)3) Tekanan darah turun

4) Kecepatan pernafasan turun

5) Metabolisme turun

6) Gerakan mata lambat

Fase NREM atau tidur biasa ini berlangsung 1 jam dan pada fase ini biasanya orang masih bisa mendengarkan suara di sekitarnya, sehingga dengan demikian akan mudah terbangun dari tidurnya. Tidur NREM ini mempunyai 4 (empat) tahap yang masing-masing-masing tahap di tandai dengan pola gelombang otak.

a) Tahap I Tahap ini merupakan tahap transisi, berlangsung selama 5 menit yang mana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Seseorang merasa kabur dan relaks, mata bergerak ke kanan dan ke kiri, kecepatan jantung dan pernafasan turun secara jelas. Gelombang alpha sewaktu seseorang masih sadar diganti dengan gelombang betha yang lebih lambat. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat di bangunkan dengan mudah.

b) Tahap IITahap ini merupakan tahap tidur ringan, dan proses tubuh terus menurun. Mata masih bergerak-gerak, kecepatan jantung dan pernafasan turun dengan jelas, suhu tubuh dan metabolisme menurun. Gelombang otak ditandai dengan sleep spindles dan gelombang K komplek. Tahap II berlangsung pendek dan berakhir dalam waktu 10 sampai dengan 15 menit.

c) Tahap IIIPada tahap ini kecepatan jantung, pernafasan serta proses tubuh berlanjut mengalami penurunan akibat dominasi sistem syaraf parasimpatik. Seseorang menjadi lebih sulit dibangunkan. Gelombang otak menjadi lebih teratur dan terdapat penambahan gelombang delta yang lambat.d) Tahap IVTahap ini merupakan tahap tidur dalam yang ditandai dengan predominasi gelombang delta yang melambat. Kecepatan jantung dan pernafasan turun. Seseorang dalam keadaan rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan. (mengenai gambar grafik gelombang dapat dilihat dalam gambar). Siklus tidur sebagian besar merupakan tidur NREM dan berakhir dengan tidur REM.

b. Pola Tidur Paradoksikal atau REMPola / tipe tidur paradoksikal ini disebut juga (Rapid Eye Movement = Gerakan mata cepat). Tidur tipe ini disebut Paradoksikal karena hal ini bersifat Paradoks, yaitu seseorang dapat tetap tertidur walaupun aktivitas otaknya nyata. Ringkasnya, tidur REM / Paradoks ini merupakan pola/tipe tidur dimana otak benar-benar dalam keadaan aktif. Namun, aktivitas otak tidak disalurkan ke arah yang sesuai agar orang itu tanggap penuh terhadap keadaan sekelilingnya kemudian terbangun. Pola/tipe tidur ini, ditandai dengan:

1) Mimpi yang bermacam-macam

Perbedaan antara mimpi-mimpi yang timbul sewaktu tahap tidur NREM dan tahap tidur REM adalah bahwa mimpi yang timbul pada tahap tidur REM dapat diingat kembali, sedangkan mimpi selama tahap tidur NREM biasanya tak dapat diingat. Jadi selama tidur NREM tidak terjadi konsolidasi mimpi dalam ingatan.

2) Mengigau atau bahkan mendengkur 3) Otot-otot kendor (relaksasi total)

4) Kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur, sering lebih cepat

5) Perubahan tekanan darah

6) Gerakan otot tidak teratur

7) Gerakan mata cepat

8) Pembebasan steroid

9) Sekresi lambung meningkat

10) Ereksi penis pada pria

Syaraf-syaraf simpatik bekerja selama tidur REM. Dalam tidur REM diperkirakan terjadi proses penyimpanan secara mental yang digunakan sebagai pelajaran, adaptasi psikologis dan memori (Hayter, 1980:458). Fase tidur REM (fase tidur nyenyak) ini berlangsung selama 20 menit. Dalam tidur malam yang berlangsung selama 6 8 jam, kedua pola tidur tersebut (REM dan NREM) terjadi secara bergantian sebanyak 4 6 siklus.

BAB IIISTUDI KASUS

KASUS ITn. S, Umur 43 tahun, suku/bangsa Madura/Indonesia, pendidikan SD, Agama Islam, Pekerjaan Petani, Istri Ny. S umur 40 tahun, suku/bangsa Madura/Indonesia, pendidikan SD, Agama Islam, Pekerjaan Tani, Alamat Sumber Pinang Kalisat Jember.Keluhan utama: Klien mengatakan nyeri pada perut. Riwayat penyakit sekarang: Klien mengatakan mulai hari Senin, tanggal 18 Nopember 2013 jam 18.00 WIB setelah makan bersama dengan keluarga klien merasa mual dan muntah disertai dengan nyeri pada perut, nyeri bertambah berat saat bergerak dan hilang dengan diam atau beristirahat, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada perut bagian bawah menjalar ke seluruh dinding perut, skala nyeri sedang (5-6), nyeri dirasakan hilang timbulkemudian oleh keluarga dibawa ke RSD Kalisat Jember. Klien MRS di RSD Kalisat Jember tanggal 18 Nopember 20113 jam 20.00 WIB, dan MRS di Ruang Interna jam 20.45 WIB. Riwayat penyakit dahulu: Klien mengatakan mempunyai sakit magh yang sering kambuh, tidak mempunyai penyakit DM, hipertensi, penyakit jantung. Riwayat kesehatan keluarga: keluarga klien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit seperti klien. Pola persepsi dan tatalaksana kesehatan: Klien mengatakan selama sakit atau merasa tidak enak badan selalu memeriksakan kesehatannya ke mantri atau bidan terdekat. Pola nutrisi dan metabolism: Selama dirumah atau sebelum sakit klien sering telat makan dan makanan yang dimakan bersifat asam atau pedas. Pola aktivitas: Selama dirumah atau saat sebelum sakit klien bekerja sebagai petani. Pola istirahat tidur: sebelum sakit klien dalam sehari tidur 8-9 jam/hari, saat sakit klien dalam sehari tidur 6-7 jam dan sering terbngun pada malam hari. Pola eliminasi: Selama dirumah klien tidak pernah mengalami gangguan dalam BAK dan BAB begitu juga saat d RS. Pola persepsi sensori: Selama dirumah atau sebelum sakit klien tidak mengalami gangguan persepsi sensori. Pola konsep diri: Klien tidak merasa malu dengan penyakit yang dideritanya sekarang. Pola hubungan dan peran: Hubungan dengan keluarga harmonis, istri dan saudara hadir bergantian selama pasien di rumah sakit. Pola reproduksi dan seksual:Klien mempunyai 3 orang anak, tidak pernah menderita penyakit seksual menular. Pola penanggulangan stres/koping Toleransi stress: Jika ada stess atau ada masalah klien keluar rumah untuk jalan-jalan. Riwayat penggunaan kontrasepsi: Klien selama ini tidak menggunakan kontrasepsi KB.Keadaan umum; cukup, kesadaran compos mentis, GCS 4-5-6, wajah tampak tegang terutama saat bergerak, meringis, dan klien tampak berhati-hati saat bergerak. Tanda-tanda vital; suhu 360c, denyut nadi 88 x/mnt, tekanan darah 130/90 mmHg, Respirasi 26x/mnt, TB/BB 160cm /58 kg. Kepala dan leher; rambut bersih, tebal, warna hitam, tidak mudah dicabut, konjungtiva tidak anemis, sclera putih, tidak terdapat edema palpebra, muka; tidak sembab, tidak berjerawat, telinga; simetris, tidak keluar cairan, dan tidak ada keluhan, hidung; tidak ada polip, tidak keluar cairan, mulut; bersih mukosa bibir lembab, tidak terdapat sariawan, tidak ada karies, gigi utuh, leher; tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada tanda-tanda peradangan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan peningkatan tekanan vena jugularis. Thorak/dada; bentuk normal, gerakan nafas simetris, tidak terlihat iktus kordis, ekspansi dada optimal, fremitus raba normal, teraba iktus kordis di ICS 5 mid klavikula kiri, sonor diseluruh lapang paru, tidak ada pembesaran jantung, suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-, S1-S2 tunggal. Abdomen; bentuk cembung, bising usus 15x/mnt, dinding abdomen supel, hepar dan lien tidak teraba, timpani. Genetalia; bersih terawat. Punggung; struktur sesuai anatomis. Ekstremitas; CRT < 2 detik, tidak ada varises, kekuatan otot , Integumen: tidak ada jejas, elastisitas kulit baik. Diagnosa keperawatan yang muncul

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peningkatan peristaltik pencernaan2. Gangguan istirahat tidur b/d nyeri.

3. Intoleransi aktifitas b/d nyeri.Rencana tindakan

Kaji tingkat nyeri pasien. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi. Berikan kompres hangat pada daerah nyeri. Kaji pola tidur klien dan penyebab gangguan tidur klien. Diskusikan dengan klien tentang cara alternatif yang biasa dilakukan klien jika sulit tidur. Berikan diet rendah serat. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgesic. Pantau: vital sign. . Pelaksanaan

Mengkaji tingkat nyeri pasien (skala nyeri pasien 5/ sedang). Mengajarkan tehnik distraksi dan relaksasi kepada klien (klien bisa menerapkan tehnik distraksi nafas dalam dan mempraktekan saat nyeri). Mengajarkan kepada klien dan keluarga klien dalam mengatasi nyeri dengan cara kompres hangat. Mendiskusikan dengan klien cara alternatif agar dapat tidur dengan nyeyak (klien memberikan masukan tentang kebiasaannya saat dirumah jika sulit tidur, yakni mendengarkan musik atau tidur dengan menutup mata menggunakan sapu tangan atau kain). Memberikan penkes kepada klien tentang diet khusus untuk penyakit gastritis yang dialaminya (diet rendah serat/bubur halus). Melaksanakan hasil kolaborasi dokter tentang pemberian analgesic (injeksi Novaldo). Pantau: vital sign (T: 120/80mmHg, N: 84x/mnt, RR: 22x/mnt, t: 36,5C). Evaluasi

S: Pasien mengatakan perutnya masih nyeri, pasien masih sering terbangun dari tidurnya saat malam hari.O: Nyeri tekan (+) pada abdomen di regio epigatrik, pasien bisa menerapkan tehnik distraksi nafas dalam dan mempraktekan saat nyeri, T: 120/80mmHg, N: 84x/mnt, RR: 22x/mnt, t: 36,5C, klien tampak tidak rileks, klien tampak mengantukA: Masalah belum teratasiP : Rencana tindakan dilanjutkanKASUS II

Tn. S, Umur 51 tahun, suku/bangsa Madura/Indonesia, pendidikan SD, Agama Islam, Pekerjaan Petani, Istri Ny. S umur 42 tahun, suku/bangsa Madura/Indonesia, pendidikan SD, Agama Islam, Pekerjaan Tani, Alamat Patumpuran Kalisat Jember.Keluhan utama: Klien mengatakan mual dan muntah. Riwayat penyakit sekarang: Klien mengatakan mulai hari Jumat, tanggal 22 Nopember 2013 jam 15.00 WIB setelah makan siang setelah bekera di sawah klien merasa mual dan muntah disertai dengan nyeri pada perut nyeri pada perut, muntah dua kali cair, nyeri bertambah berat saat bergerak dan hilang dengan diam atau beristirahat, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada perut bagian bawah menjalar ke seluruh dinding perut, skala nyeri sedang (5-6), nyeri dirasakan hilang timbul. kemudian oleh keluarga dibawa ke RSD Kalisat Jember. Klien MRS di RSD Kalisat Jember tanggal 22 Nopember 20113 jam 18.00 WIB, dan MRS di Ruang Interna jam 18.45 WIB. Riwayat penyakit dahulu: Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit DM, hipertensi, penyakit jantung. Riwayat kesehatan keluarga: keluarga klien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit seperti klien. Pola persepsi dan tatalaksana kesehatan: Klien mengatakan selama sakit atau merasa tidak enak badan selalu memeriksakan kesehatannya ke mantri atau bidan terdekat. Pola nutrisi dan metabolism: Selama dirumah atau sebelum sakit klien sering telat makan dan makanan yang dimakan bersifat asam atau pedas. Pola aktivitas: Selama dirumah atau saat sebelum sakit klien bekerja sebagai petani. Pola istirahat tidur: sebelum sakit klien dalam sehari tidur 8-9 jam/hari, saat sakit klien dalam sehari tidur 6-7 jam dan sering terbngun pada malam hari. Pola eliminasi: Selama dirumah klien tidak pernah mengalami gangguan dalam BAK dan BAB begitu juga saat d RS. Pola persepsi sensori: Selama dirumah atau sebelum sakit klien tidak mengalami gangguan persepsi sensori. Pola konsep diri: Klien tidak merasa malu dengan penyakit yang dideritanya sekarang. Pola hubungan dan peran: Hubungan dengan keluarga harmonis, istri dan saudara hadir bergantian selama pasien di rumah sakit. Pola reproduksi dan seksual: Klien mempunyai 3 orang anak, tidak pernah menderita penyakit seksual menular. Pola penanggulangan stres/koping Toleransi stress: Jika ada stess atau ada masalah klien keluar rumah untuk jalan-jalan. Riwayat penggunaan kontrasepsi: Klien selama ini tidak menggunakan kontrasepsi KB.

Keadaan umum; cukup, kesadaran compos mentis, GCS 4-5-6, wajah tampak tegang terutama saat bergerak, meringis, dan klien tampak berhati-hati saat bergerak. Tanda-tanda vital; suhu 360c, denyut nadi 88 x/mnt, tekanan darah 130/90 mmHg, Respirasi 26x/mnt, TB/BB 160cm /58 kg. Kepala dan leher; rambut bersih, tebal, warna hitam, tidak mudah dicabut, konjungtiva tidak anemis, sclera putih, tidak terdapat edema palpebra, muka; tidak sembab, tidak berjerawat, telinga; simetris, tidak keluar cairan, dan tidak ada keluhan, hidung; tidak ada polip, tidak keluar cairan, mulut; bersih mukosa bibir lembab, tidak terdapat sariawan, tidak ada karies, gigi utuh, leher; tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada tanda-tanda peradangan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan peningkatan tekanan vena jugularis. Thorak/dada; bentuk normal, gerakan nafas simetris, tidak terlihat iktus kordis, ekspansi dada optimal, fremitus raba normal, teraba iktus kordis di ICS 5 mid klavikula kiri, sonor diseluruh lapang paru, tidak ada pembesaran jantung, suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-, S1-S2 tunggal. Abdomen; bentuk cembung, bising usus 15x/mnt, dinding abdomen supel, hepar dan lien tidak teraba, timpani. Genetalia; bersih terawat. Punggung; struktur sesuai anatomis. Ekstremitas; CRT < 2 detik, tidak ada varises, kekuatan otot , Integumen: tidak ada jejas, elastisitas kulit baik.

Diagnosa keperawatan yang muncul

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peningkatan peristaltik pencernaan

2. Gangguan istirahat tidur b/d nyeri.3. Resiko defisit volume cairan b/d output berlebihRencana tindakan

Kaji tingkat nyeri pasien. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi. Berikan kompres hangat pada daerah nyeri. Kaji pola tidur klien dan penyebab gangguan tidur klien. Diskusikan dengan klien tentang cara alternatif yang biasa dilakukan klien jika sulit tidur. Berikan diet rendah serat. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgesik dan anti emetik. Anjurkan kepada klien untuk banyak minum. Pantau: vital sign. Pelaksanaan

Mengkaji tingkat nyeri pasien (skala nyeri pasien 5/ sedang). Mengajarkan tehnik distraksi dan relaksasi kepada klien (klien bisa menerapkan tehnik distraksi nafas dalam dan mempraktekan saat nyeri). Mengajarkan kepada klien dan keluarga klien dalam mengatasi nyeri dengan cara kompres hangat. Mendiskusikan dengan klien cara alternatif agar dapat tidur dengan nyeyak (klien memberikan masukan tentang kebiasaannya saat dirumah jika sulit tidur, yakni mendengarkan musik atau tidur dengan menutup mata menggunakan sapu tangan atau kain). Memberikan penkes kepada klien tentang diet khusus untuk penyakit gastritis yang dialaminya (diet rendah serat/bubur halus). Melaksanakan hasil kolaborasi dokter tentang pemberian analgesic dan anti emetic (injeksi Novaldo dan Ranitidin). Pantau: vital sign (T: 120/80mmHg, N: 84x/mnt, RR: 22x/mnt, t: 36,5C). Evaluasi

S: Pasien mengatakan perutnya masih nyeri, pasien masih sering terbangun dari tidurnya saat malam hari.

O: Nyeri tekan (+) pada abdomen di regio epigatrik, pasien bisa menerapkan tehnik distraksi nafas dalam dan mempraktekan saat nyeri, Mual (-), muntah (-), T: 120/80mmHg, N: 84x/mnt, RR: 22x/mnt, t: 36,5C, klien tampak tidak rileks, klien tampak mengantuk

A: Masalah teratasi sebagianP: Rencana tindakan dilanjutkanKASUS IIINy. S, Umur 38 tahun, suku/bangsa Madura/Indonesia, pendidikan SD, Agama Islam, Pekerjaan Petani, Istri Tn. S umur 43 tahun, suku/bangsa Madura/Indonesia, pendidikan SD, Agama Islam, Pekerjaan Tani, Alamat Mayang Jember.Keluhan utama: Klien mengatakan nyeri pada perut. Riwayat penyakit sekarang: Klien mengatakan mulai hari rabu, tanggal 27 Nopember 2013 jam 09.00 WIB setelah sarapan bersama dengan keluarga klien merasa nyeri pada perut nyeri bertambah berat saat bergerak dan hilang dengan diam atau beristirahat, nyeri dirasakan seperti dibakar terasa panas, nyeri pada perut bagian bawah menjalar ke seluruh dinding perut, skala nyeri sedang (5-6), nyeri dirasakan hilang timbul kemudian oleh keluarga dibawa ke RSD Kalisat Jember. Klien MRS di RSD Kalisat Jember tanggal 27 Nopember 20113 jam 12.00 WIB, dan MRS di Ruang Interna jam 12.45 WIB. Riwayat penyakit dahulu: Klien mengatakan mempunyai sakit magh yang sering kambuh, tidak mempunyai penyakit DM, hipertensi, penyakit jantung. Riwayat kesehatan keluarga: keluarga klien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit seperti klien. Pola persepsi dan tatalaksana kesehatan: Klien mengatakan selama sakit atau merasa tidak enak badan selalu memeriksakan kesehatannya ke mantri atau bidan terdekat. Pola nutrisi dan metabolism: Selama dirumah atau sebelum sakit klien sering telat makan dan makanan yang dimakan bersifat asam atau pedas. Pola aktivitas: Selama dirumah atau saat sebelum sakit klien bekerja sebagai petani. Pola istirahat tidur: sebelum sakit klien dalam sehari tidur 8-9 jam/hari, saat sakit klien dalam sehari tidur 6-7 jam dan sering terbngun pada malam hari. Pola eliminasi: Selama dirumah klien tidak pernah mengalami gangguan dalam BAK dan BAB begitu juga saat d RS. Pola persepsi sensori: Selama dirumah atau sebelum sakit klien tidak mengalami gangguan persepsi sensori. Pola konsep diri: Klien tidak merasa malu dengan penyakit yang dideritanya sekarang. Pola hubungan dan peran: Hubungan dengan keluarga harmonis, istri dan saudara hadir bergantian selama pasien di rumah sakit. Pola reproduksi dan seksual:Klien mempunyai 3 orang anak, tidak pernah menderita penyakit seksual menular. Pola penanggulangan stres/koping Toleransi stress: Jika ada stess atau ada masalah klien keluar rumah untuk jalan-jalan. Riwayat penggunaan kontrasepsi: Klien selama ini tidak menggunakan kontrasepsi KB.

Keadaan umum; cukup, kesadaran compos mentis, GCS 4-5-6, wajah tampak tegang terutama saat bergerak, meringis, dan klien tampak berhati-hati saat bergerak. Tanda-tanda vital; suhu 360c, denyut nadi 88 x/mnt, tekanan darah 130/90 mmHg, Respirasi 26x/mnt, TB/BB 160cm /58 kg. Kepala dan leher; rambut bersih, tebal, warna hitam, tidak mudah dicabut, konjungtiva tidak anemis, sclera putih, tidak terdapat edema palpebra, muka; tidak sembab, tidak berjerawat, telinga; simetris, tidak keluar cairan, dan tidak ada keluhan, hidung; tidak ada polip, tidak keluar cairan, mulut; bersih mukosa bibir lembab, tidak terdapat sariawan, tidak ada karies, gigi utuh, leher; tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada tanda-tanda peradangan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan peningkatan tekanan vena jugularis. Thorak/dada; bentuk normal, gerakan nafas simetris, tidak terlihat iktus kordis, ekspansi dada optimal, fremitus raba normal, teraba iktus kordis di ICS 5 mid klavikula kiri, sonor diseluruh lapang paru, tidak ada pembesaran jantung, suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-, S1-S2 tunggal. Abdomen; bentuk cembung, bising usus 15x/mnt, dinding abdomen supel, hepar dan lien tidak teraba, timpani. Genetalia; bersih terawat. Punggung; struktur sesuai anatomis. Ekstremitas; CRT < 2 detik, tidak ada varises, kekuatan otot , Integumen: tidak ada jejas, elastisitas kulit baik.

Diagnosa keperawatan yang muncul

4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peningkatan peristaltik pencernaan

5. Gangguan pola tidur b/d nyeri.

6. Intoleransi aktifitas b/d nyeri.Rencana tindakan

Kaji tingkat nyeri pasien. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi. Berikan kompres hangat pada daerah nyeri. Kaji pola tidur klien dan penyebab gangguan tidur klien. Diskusikan dengan klien tentang cara alternatif yang biasa dilakukan klien jika sulit tidur. Berikan diet rendah serat. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgesic. Pantau: vital sign. . Pelaksanaan

Mengkaji tingkat nyeri pasien (skala nyeri pasien 5/ sedang). Mengajarkan tehnik distraksi dan relaksasi kepada klien (klien bisa menerapkan tehnik distraksi nafas dalam dan mempraktekan saat nyeri). Mengajarkan kepada klien dan keluarga klien dalam mengatasi nyeri dengan cara kompres hangat. Mendiskusikan dengan klien cara alternatif agar dapat tidur dengan nyeyak (klien memberikan masukan tentang kebiasaannya saat dirumah jika sulit tidur, yakni mendengarkan musik atau tidur dengan menutup mata menggunakan sapu tangan atau kain). Memberikan penkes kepada klien tentang diet khusus untuk penyakit gastritis yang dialaminya (diet rendah serat/bubur halus). Melaksanakan hasil kolaborasi dokter tentang pemberian analgesic. Pantau: vital sign (T: 120/80mmHg, N: 84x/mnt, RR: 22x/mnt, t: 36,5C). Evaluasi

S: Pasien mengatakan perutnya masih nyeri, pasien masih sering terbangun dari tidurnya saat malam hari.

O: Nyeri tekan (+) pada abdomen di regio epigatrik, pasien bisa menerapkan tehnik distraksi nafas dalam dan mempraktekan saat nyeri, T: 120/80mmHg, N: 84x/mnt, RR: 22x/mnt, t: 36,5C, klien tampak tidak rileks, klien tampak mengantuk

A: Masalah belum teratasi

P: Rencana tindakan dilanjutkanBAB IV

PEMBAHASAN

KASUS I

KASUS II

KASUS IIIBAB V

KESIMPULAN DAN SARANA. KESIMPULAN 1. Faktor yang menyebabkan proses laktasi tidak efektif adalah ibu tidak menyusui bayinya karena terpaksa (faktor psikis), baik karena faktor intern dari ibu seperti terjadinya bendungan ASI yang mengakibatkan ibu merasa sakit sewaktu bayinya menyusu, luka-luka pada putting susu yang sering menyebabkan rasa nyeri, kelainan pada putting susu. Disamping itu juga karena faktor dari pihak bayi seperti bayi lahir sebelum waktunya (prematur) atau bayi lahir dengan berat badan yang sangat rendah yang mungkin masih telalu lemah abaila mengisap ASI dari payudara ibunya, serta bayi yang dalam keadaan sakit.

2. Rencana keperawatan pada pasien post patum fisiologis dengan masalah proses laktasi tidak efektif adalah perawtan payudara, pemberian nutrisi yang adekuat dan support system dari keluarga dan petugas kesehatan.3. Perawatan fisik payudara masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan mengurut payudara. Pengurutan tersebut diharapkan apablia terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar. Terapi lainnya, seperti pijat, juga terbukti baik untuk mengatasi depresi, baik bagi anak maupun ibu. Tapi, ini pun harus dengan pengawasan dari dokter, serta pemberian diit TKTP untuk peningkatan produksi asi.4. Setalah dilakukan tidakan keperawatan pada ketiga pasien, motifasi untuk memberikan asi pada bayinya meningkat dan akan melaksanakan saran yang diberiakan petugas.5. Dokumentasi palaksanaan asuhan keperawatan dimulai dari tinjauan pustaka, pengakajian sampai dengan evaluasi serta kesimpulan dan saran.B. SARAN

1. Perlu peningkatan penyuluhan kesehatan secara umum khususnya tentang ASI dan menyusui kepada masyarakat, khususnya kepada ibu hamil tentang gizi dan perawatan payudara selama masa kehamilan, sehingga produksi ASI cukup.

2. Perlu ditingkatkan peranan tenaga kesehatan baik di rumah sakit, klinik bersalin, Posyandu di dalam memberikan penyuluhan atau petunjuk kepada ibu hamil, ibu baru melahirkan dan ibu menyusui tentang ASI dan menyusui.

5555 5555

5555 5555

5555 5555

5555 5555

5555 5555

5555 5555