PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

75
PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA SAWIT MENURUT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM (Studi Kasus Di Desa Bulian Jaya Kecamatan Maro Sebo Ilir Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi) Skripsi RIZKI AULIA HARAHAP NIM: SHE151824 PEMBIMBING: Dr. H. Bahrul Ma’ani, M.Ag Abdul Razak, S.HI., M.IS PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

Transcript of PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

Page 1: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA

SAWIT MENURUT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM

(Studi Kasus Di Desa Bulian Jaya Kecamatan Maro Sebo Ilir

Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi)

Skripsi

RIZKI AULIA HARAHAP

NIM: SHE151824

PEMBIMBING:

Dr. H. Bahrul Ma’ani, M.Ag

Abdul Razak, S.HI., M.IS

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2019

Page 2: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …
Page 3: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …
Page 4: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …
Page 5: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

MOTTO

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jangan lah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan

yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah

kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu”.1

1 An-Nisa‟ [4] : 29.

Page 6: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahimi...

Yang utama dari segalanya...

Sembah sujud syukur kepada Allah SWT yang telah memberikanku

kekuatan, nikmat umur, nikmat sehat, nikmat pendidikan, dan segala

nikmat yang tidak bisa saya hitung dari lahir hingga detik ini terkhusus

atas karunia dan kemudahan yang ALLAH SWT. berikan, skripsi yang

sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan

kepad Nabi Muhammad Saw.

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kusayangi dan

kucintai:

Keluarga besar Ibu Saidah Sipahutar dan Bpk. Mukti Harahap

Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga

kupersembahkan karya kecil ini untuk keluarga besarku khususnya mamak

dan ayak yang sudah sangat berperan dalam membesarkanku, terutama

dalam memberikan pendidikan terbaik kepadaku dengan segala dukungan,

motivasi dan cinta kasih yang tiada tara. Trimaaaaa kaaasihhhh banyak..

yaaak, maaaakkk.. maaf karena selama ini jika saya belum bisa

membahagiakan kalian berdua sehat trus ya mak, ya yak. I Love You ...

Sahabat-sahabatku...

Keluarga besar Hukum Ekonomi Syariah khususnya keluarga besar HES B

Angkatan 2015, Irfan Sukri S.Pd, Fiffriends (Putri, Siti, Muna, Mala)

maupun pihak-pihak yang telah membantu yang tidak bisa saya sebutkan

satu per satu.

Page 7: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

ABSTRAK

Rizki Aulia Harahap; SHE.151824; Praktik Penimbangan Dalam Jual Beli Buah

Kelapa Sawit Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Ekonomi Islam (Studi Kasus di

Desa Bulian Jaya, Kecamatan Maro Sebo Ilir, Kabupaten Batang Hari, Provinsi

Jambi).

Penduduk desa Bulian Jaya sebagian besar adalah petani sawit, maka dari itu

timbul kecurangan terhadap transaksi jual beli buah kelapa sawit. Kecurangan ini

dilakukan dalam mengurangi timbangan yang beragam, sesuai keinginan petani

yang dapat merugikan pembeli (toke). Berdasarkan latar belakang masalah maka

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktik penimbangan buah kelapa sawit

di desa Bulian Jaya kecamatan Maro Sebo Ilir kabupaten Batang Hari Provinsi

Jambi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan

menggunakan jenis penelitian lapangan (field research), pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan yuridis empiris dan dua sumber data, yaitu data

primer dan data sekunder dengan metode pengumpulan data melalui observasi,

wawancara (interview) dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

diperoleh hasil dan kesimpulan sebagai berikut: dalam melakukan transaksi jual

beli sawit tardapat suatu kecurangan yang dilakukan oleh para petani itu sendiri

yaitu dalam proses penimbangan buah kelapa sawit di mana tidak sedikit para

petani yang melakukan kecurangan dengan cara mengurangi timbangan buah

kelapa sawit itu sendiri, dari hasil pembahasan diatas dapat kita pahami bahwa

didalam ketidak jujuran (tindak kecurangan) didalam transaksi penimbangan buah

kelapa sawit adalah suatu tindakan yang tidak terpuji, dan tidak sesuai dengan

nilai-nilai syariat Islam serta menurut pandangan hukum Islam praktik tersebut

adalah haram dan berdosa untuk dilakukan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk

memberikan pengetahuan dalam bermuamalah khususnya dalam jual beli buah

kelapa sawit di desa Bulian Jaya, Jambi.

Kata Kunci: Praktik, Jual Beli, kecurangan, Penimbangan.

Page 8: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

KATA PENGANTAR

بِسْــــــــــــــــــمِ الِله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Alhamdulillah wasyukurillah, senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah

SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat kepada semua hamba-Nya,

sehingga sampai saat ini kita masih mendapatkan ketetapan iman dan Islam.

Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang

banyak memberikan keteladanan dalam berfikir dan bertindak.

Skripsi ini berjudul “Praktik Penimbangan Dalam Jual Beli Buah Kelapa

Sawit Menurut Perspektif Hukum Ekonomi Islam (Studi Kasus di Desa Bulian

Jaya, Kecamatan Maro Sebo Ilir, Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi)” dapat

terselesaikan guna memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan

Program Sarjana Strata Satu (S.1) Program Studi Hukum Ekonomi Syariah pada

Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Semoga apa yang penulis sajikan dalam skripsi ini merupakan rangkaian

ikhtiar penulis yang ditujukan kepada kita semua sebagai muslim terutama kepada

para pelaku bisnis yang berusaha menjadikan aktivitas pekerjaan bisnis sebagai

wujud amal ibadah dalam rangka menjalankan fungsi hidup yang sebenarnya

yakni hanya beribadah kepada Allah SWT.

Diharapkan dengan tersusunya skripsi ini menjadi bagian yang

terintegrasikan dalam menemukan bentuk sistem bisnis didalam system ekonomi

yang Islami yang secara ideal berorientasi pada keadilan dan kesejahteraan

bersama sebagai bukti bahwa ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad

Page 9: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

SAW membawa rahmat bagi seluruh alam semesta, yang dalam hal ini melalui

bisnis yang Islami.

Patut kiranya penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak

dalam memberikan bantuan sehingga tersusunnya skripsi ini seperti yang

dihadapan pembaca, terutama sekali kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA, selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi.

2. Bapak Dr. A. A. Miftah, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah UIN Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi.

3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc., M.HI., Ph.D, selaku Wakil Dekan I bidang

Akademik Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

4. Ibu Dr. Rahmi Hidayati, M.HI, selaku Wakil Dekan II bidang Administrasi

Umum, Perencanaan dan Keuangan Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

5. Ibu Dr. Yuliatin, S.Ag., M.HI, selaku Wakil Dekan III bidang

Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

6. Ibu Dr. Maryani, S.Ag., M.HI dan Ibu Pidayan Sasnifa, SH., M.Sy, selaku

Ketua dan Sekertaris Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah UIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

7. Bapak Dr. H. Bahrul Ma‟ani, M.Ag dan Bapak Abdul Razak, SHI,.M.IS

selaku Pembimbing I dan Pembimbing II skripsi ini.

Page 10: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

8. Bapak dan Ibu dosen, dan seluruh karyawan/karyawati Fakultas Syariah UIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung

maupun tidak langsung.

Namun disamping itu, penulis berkeyakinan bahwa tak ada gading yang

tak retak. Begitu juga dengan skripsi ini niscaya masih ada kekurangan dan masih

dirasa belum sempurna. Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk

dapat memberikan kontribusi pemikiran maupun saran demi kesempurnaan skripsi

ini.

Page 11: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................ iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................................................... iv

MOTTO ...................................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ....................................................................................................... vi

ABSTRAK .................................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8

C. Batasan Masalah ................................................................................... 8

D. Tujuandan Kegunaan Penelitian ........................................................... 8

E. Kerangka Teori ..................................................................................... 9

F. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 28

BAB II METODE PENELITIAN

A. Tempat dan waktu Penelitian .............................................................. 31

B. Pendekatan Penelitian ........................................................................... 31

C. Jenis Dan Sumber Data ........................................................................ 31

D. Populasi dan Sampel............................................................................. 32

E. Instrumen Pengumpulan Data .............................................................. 32

F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 33

G. Sistematika Penulisan ........................................................................... 33

H. Jadwal Penelitian .................................................................................. 35

BAB III GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

A. Sejarah dan geografis Desa Bulian Jaya ............................................... 36

Page 12: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

B. Jumlah penduduk, pekerjaan penduduk, dan Struktur Organisasi

Desa Bulian Jaya ................................................................................. 38

C. Keadaan Sosial dan Budaya Masyarakat Desa Bulian Jaya ................. 41

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Praktik Penimbangan Jual Beli Buah Kelapa Sawit di Desa Bulian

Jaya Kecamatan Maro Sebo Ilir ........................................................... 43

B. Praktik Penimbangan Jual Beli Buah Kelapa Sawit di Desa Bulian

Jaya Kecamatan Maro Sebo Ilir Menurut Perspektif Hukum

Ekonomi Islam...................................................................................... 48

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 56

B. Saran ..................................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

Page 13: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan suatu sistem dan pedoman hidup (way of life). Sebagai

suatu pedoman hidup, ajaran Islam terdiri atas aturan-aturan yang mencakup

keseluruhan sisi kehidupan manusia. Secara garis besar, aturan-aturan tersebut

dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu aqidah, akhlaq, dan syariah. Aqidah dan

Akhlak bersifat konstan, sedangkan syariah selalu berubah sesuai dengan

kebutuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Islam merupakan agama yang

lengkap dan sempurna karena didalamnya terdapat kaidah-kaidah dasar dan aturan

dalam semua sisi kehidupan manusia baik dalam ibadah maupun muamalah.2

Islam merupakan sistem kehidupan yang bersifat komprehensif, yang mengatur

semua aspek, baik dalam sosial, ekonomi, dan politik maupun kehidupan yang

bersifat spiritual.3

Sebagai muslim yakin bahwa Al-Qur‟an dan Sunah telah mengatur jalan

kehidupan ekonomi, dan untuk mewujudkan kehidupan ekonomi, sesungguhnya

Allah telah menyediakan sumber daya-Nya dan mempersilahkan manusia untuk

memanfaatkannya. Maka sebagai muslim, dituntut untuk menerapkan

keislamannya dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk aspek ekonomi.

Skema syariah terdiri dari bidang muamalah (sosial) dan ibadah (ritual).

Ibadah merupakan sarana manusia untuk berhubungan dengan sang pencipta

2Abdul Kadir, Skripsi Analisis Penerapan Peraturan Perundang-undangan Tentang

Perlindungan Konsumen Dalam Jual Beli Online, Institut Agama Islam Negeri Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi, 2017.

3 Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam., Cet.2, (Jakarta: Kencana,

2007), hlm.1.

Page 14: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

(hablum minallah,) sedangkan muamalah merupakan sarana berhubungan dengan

sesama manusia (hablum minannas), yang digunakan sebagai aturan main

manusia dalam berhubungan dengan perkembangan kehidupan yang selalu

berubah.

Kehidupan manusia tidak cukup hanya keperluan rohani saja. Manusia juga

membutuhkan kebutuhan jasmani, seperti makan, minum, pakaian, tempat tinggal,

dan yang lainnya. Maka untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya, ia harus

berhubungan dengan sesama dan alam sekitarnya. Inilah yang disebut dengan

muamalah. Untuk menghindari kesewenang-wenangan dalam bermuamalah,

agama mengatur sebaik-baiknya masalah ini.

Firman Allah Ta‟ala:

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan

bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada

orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan

janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya

Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.4

Ayat tersebut menegaskan bahwa setiap orang harus berbuat baik terhadap

sesama, tolong menolong, bantu-membantu dalam kesempitan dan kesukarelaan.

Konsep muamalah merupakan suatu konsep yang mengatur hubungan

antara sesama manusia dengan tujuan menjaga hak-hak manusia, merealisasikan

4Al-Qashash [28] : 77.

Page 15: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

kemaslahatan dan menjauhkan segala kemudharatan yang akan terjadi. Salah

satunya adalah dalam hal jual beli. Jual beli merupakan salah satu bukti bahwa

manusia sebagai makhluk sosial karena di dalam akad jual beli menunjukkan

bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhannya tidak dapat terlepas dari manusia

yang lain. Jual beli adalah suatu perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang

mempunyai nilai secara sukarela di antara kedua belah pihak, yang satu menerima

berbeda-beda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau

ketentuan yang telah dibenarkan oleh syara‟ dan disepakati.5 Dalam aktivitas jual

beli, pihak yang melakukan jual beli harus bersikap jujur dan adil. Bukti kejujuran

dan keadilan dalam jual beli yaitu adanya nilai timbangan dan ukuran yang tepat

dan standar benar-benar harus diutamakan.6

Neraca merupakan lambang keadilan dan kebenaran, seperti halnya di dalam

Al-Qur‟an yang memerintahkan supaya menakar dan menimbang dengan jujur

menggunakan takaran yang benar dan neraca yang betul.7 Dengandemikian, di

dalam jual beli harus menerapkan keadilan salah satunya denganmenyempurnakan

takaran dan timbangan, tidak mengurangi takaran ataupuntimbangan. Terdapat

perintah tegas dalam al-Qur‟an maupun Hadis mengenai timbangan yang

sepenuhnya dan keadilan dalam menakar, di antaranya terdapat dalam al-Qur‟an

yang berbunyi:

5 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 68-69.

6 Neni Sri Imaniyati, Hukum Ekonomi dan Ekonomi Islam dalam Perkembangan,

(Bandung, Mandar Maju, 2002), hlm. 169.

7 Fachruddin, Ensiklopedia al-Qur‟an, Cet. 2, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm. 229.

Page 16: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

Artinya: “Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu

mengurangi neraca itu”.8

Kedzaliman bermaksud meletakkan suatu perkara (benda) ditempat yang

bukan sebenarnya. Sebaliknya, keadilan bermaksud meletakkan suatu perkara

(benda) di tempat yang sebenarnya. Definisi yang penting ini selanjutnya

membentuk sifat yang luas dan positif tentang ide keadilan dalamIslam.9 Salah

satu kegiatan ekonomi yang diatur dalam Islam adalahperniagaan atau jual beli.

Perdagangan atau jual beli menurut bahasa berarti al-Ba‟i, al-Tijarah dan al-

Mubadalah. Dalam jual beli hendaknya disertai rasa jujur sehingga ada nilai

manfaatnya. Apabila penjual dan pembeli saling tipu menipu atau merahasiakan

tentang apa yang seharusnya dikatakan maka tidak ada nilai manfaat.10

Islam sangat menghargai sikap kejujuran dan melarang sikap khianat. Oleh

sebab itu, seorang muslim yang menjadi pelaku bisnis hendaknya taat pada janji

dan amanat. Dilarang berkhianat pada siapapun, apalagi kepada mitra bisnis

termasuk pelanggan atau konsumen. Islam juga melarang manusia melakukan

kebohongan, termasuk kebohongan dalam berbisnis. Peringatan ini sangat aktual,

jika kita melihat berbagai kebohongan dalam praktek bisnis dalam keseharian.

Selanjutnya Allah SWT mengingatkan kecenderungan terjadinya kecurangan

dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk masyarakat dunia usaha. Allah

mengingatkan sikap ini dengan kebiasaan buruk manusia untuk meminta haknya

8 Ar-Rahman [55]: 9.

9 Akhmad Mudjahidin, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007), hlm. 10.

10Ahmad Mudjab Mahallf, Ahmad Rodh Hasbulloh, Hadis-hadis Muttafaq „Alaih,

(Jakarta: Kencana, 2004), Edisi Pertama, hlm. 97.

Page 17: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

tetapi terbiasa mengurangi hak orang lain. Kita juga sering menyaksikan atau

mungkin mengalami rasa tidak puas karena pelayanan pada kita sebagai

konsumen tidak seperti yang kita harapkan. Perilaku berdagang, berbisnis,

ataupun berusaha seperti yang digambarkan di atas bukan saja terjadi antara

penjual dan pembeli, namun dapat terjadi antara penjual dengan penjual, atau jika

ingin lebih luas lagi antara produsen dengan produsen.

Artinya: “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan

berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir

sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan

dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah

diberikan kepada Kami dahulu", mereka diberi buah-buahan yang serupa

dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka

kekal di dalamnya”.11

Ayat tersebut dikatakan bahwa, kelak para penghuni surga ketika memakan

buah-buahan surga akan mengatakan bahwa “mereka di dunia juga pernah

mencicipi buah buahan yang serupa”. Ini menunjukan bahwa pedagang yang

jujurpun, satu diantara yang akan masuk di surga, tidak hanya akan mendapatkan

pahala akhirat tetapi bahkan kenikmatan dunia.12

Sebagian masyarakat Indonesia menyandarkan kebutuhan ekonomi pada

sektor perkebunan. Khususnya di desa Bulian Jaya, Kecamatan Maro Sebo Ilir,

yang mayoritas masyarakatnya menggantungkan perekonomian dari sektor

11

Al-Baqarah [2] : 25. 12

Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), Edisi Ke-1,

Cet. Ke-1, hlm. 137.

Page 18: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

perkebunan buah kelapa sawit. Perkebunan buah kelapa sawit merupakan salah

satu sumber mata pencaharian masyarakat desa Bulian Jaya. Oleh sebab itu

sebagian besar pekerjaan penduduknya adalah sebagai petani. Hal ini dipilih

masyarakat karena berbagai alasan, diantaranya adalah karena usia produktif

perkebunan kelapa sawit lebih lama dibandingkan dengan komoditas lainnya dan

pemeliharaannya tidak memakan biaya besar.

Pelaksanaan jual beli buah kelapa sawit di desa ini, pembeli (toke)

menyediakan timbangan sebagai alat untuk menimbang buah kelapa sawit,

sedangkan penjual (petani) menyediakan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH).

Namun dalam praktiknya, petani sering melakukan penimbangan tanpa

didampingi oleh toke disebabkan oleh banyaknya pelanggan yang harus dilayani

dan petani yang mendesak untuk segera menimbang sawit miliknya. Dengan

modal kepercayaan, maka toke sering kali mempersilahkan petani untuk

menimbang sendiri.Dalam hal ini banyak para petani sawit yang mengambil

kesempatan dengan melakukan kecurangan dalam penimbangan kelapa sawit

miliknya dengan cara menaikkan timbangan yang ada, misalnya berat buah kelapa

sawit milik petani adalah 1 ton 500 kg, tetapi laporan ke toke sebesar 1 ton 800

kg, tentu hal ini dapat merugikan pihak si toke sebagai pembeli.

Menurut keterangan pembeli (toke sawit) ia sering menemukan tindak

kecurangan ini, bahkan ketika toke membeli buah kelapa sawit dari si petani

ternyata setelah ditimbang oleh pembeli (toke), hasil timbangan yang dilakukan

oleh petani tidak sesuai dengan hasil yang dikatakannya. Menurut keterangan

pembeli (toke), kecurangan-kecurangan seperti ini sudah sangat sering sekali

Page 19: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

terjadi, terkadang dalam penimbangan itu toke dirugikan dua bahkan sampai lima

kuintal. Dalam hal ini tentu sudah melewati batas, si pembeli (toke) juga tidak

tinggal diam. Ia juga menegur tindakan tak terpuji yang dilakukan si petani hal ini

untuk menghindari tindak kecurangan terus menerus yang dilakukan oleh si

petani.

Penulis sangat prihatin atas perilaku yang sering terjadi dikehidupan kita.

Kejujuran sudah tidak lagi dijunjung tinggi. Semua cara bisa dilakukan, hanya

demi mendapat kesenangan di dunia tanpa memikirkan pertanggungjawaban yang

akan ditanggung kelak di akhirat. Maka dari itu penulis terinspirasi untuk

membahas mengenai proses penimbangan dalam bentuk karya ilmiah dalam

bentuk skripsi dengan judul:

“Praktik Penimbangan Dalam Jual Beli Buah Kelapa Sawit Menurut Perspektif

Hukum Ekonomi Islam (Studi Kasus di Desa Bulian Jaya, Kecamatan Maro Sebo

Ilir, Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis dapat

merumuskan permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimana praktik penimbangan dalam jual beli buah kelapa sawit di desa

Bulian Jaya, kecamatan Maro Sebo Ilir, kabupaten Batang Hari, provinsi

Jambi?

Page 20: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

2. Bagaimana tinjauan hukum ekonomi Islam terhadap praktik penimbangan

dalam jual beli buah kelapa sawit?

C. Batasan Masalah

Penelitian ini supaya lebih terarah dan memperoleh hasil penelitian yang

lebih mendalam, maka perlu diadakan pembatasan masalah. Maka penulis akan

berfokus pada praktik penimbangan buah kelapa sawit di desa Bulian Jaya,

kecamatan Maro Sebo Ilir, kabupaten Batang Hari, provinsi Jambi.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Secara Akademis

1. Untuk mengetahui praktik pelaksanaan penimbangan dalam jual beli buah

kelapa sawit di desa Bulian Jaya.

2. Untuk mengetahui tinjauan hukum ekonomi Islam terhadap praktik

penimbangan dalam jual beli buah kelapa sawit.

b. Secara Praktis

1. Untuk memberi sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan dibidang

muamalah.

2. Untuk memenuhi persyaratan akademis untuk merih gelar Strata Satu (S1)

khususnya dibidang Hukum Ekonomi Syariah di Universitas Islam Negeri

Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara Akademis

Page 21: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

1. Dapat menambah khazanah keilmuan yang dapat berguna bagi

pengembangan ilmu hukum Islam dalam bidang yang berkaitan dengan

muamalah.

2. Sebagai pedoman untuk penelitian serupa dimasa yang akan datang serta

dapat dikembangkan lebih lanjut demi mendapatkan hasil yang sesuai

dengan perkembangan zaman.

b. Secara Praktis

1. Dapat memberikan jawaban atas permasalahan yang akan diteliti mengenai

konsep praktik penimbangan dalam jual beli buah kelapa sawit.

2. Memberikan masukan, pemikiran kepada pihak yang terkait langsung

dengan objek penelitian maupun masyarakat luas dalam rangka

memperbaiki sistem yang tidak sesuai dengan tata aturan dan cara

menyikapi hal-hal tentang muamalah khususnya jual beli yang tidak sesuai

dengan hukum Islam.

E. Kerangka Teori

Teori merupakan serangkaian pernyataan sistematik yang bersifat abstrak

tentang subjek tertentu. Subjek itu dapat berupa pemikiran, pendapat, nilai-nilai,

norma-norma, pranata-pranata sosial, peristiwa-peristiwa, dan perilaku manusia.13

Agar penelitian ini lebih tepat dan terarah, maka penulis menganggap perlu

kerangka teori sebagai landasan berpikir guna mendapatkan konsep yang benar

dan tepat dalam penyusunan skripsi. Untuk itu penulis memberikan definisi

mengenai istilah-istilah yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini, yaitu:

13

Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, Edisi Revisi, (Jambi: Syariah Press, 2014),

hlm. 25.

Page 22: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

1. Jual Beli

a. Pengertian Jual Beli

Menurut Prof. Dr. Wahbah Zuhaili, jual beli secara etimologis adalah tukar-

menukar sesuatu, yang terkandung di dalamnya penjual dan pembeli.14

Adapun

menurut terminologis, jual beli adalah tukar-menukar harta yang dimaksudkan

untuk suatu kepemilikan, yang ditunjukkan dengan perkataan dan perbuatan.15

Menurut Syekh Abdurrahman as-Sa‟di, jual beli adalah tukar-menukar harta

dengan harga untuk memiliki dan memberi kepemilikan. Menurut sebagian ulama

memberi pengertian tkar-menukar harta meskipun masih ada dalam tanggungan

atau kemanfaatan yang mubah dengan sesuatu yang semisal dengan keduanya,

untuk memberikan secara tetap.

Jual beli dalam istilah syara‟ terdapat beberapa definisi yang dikemukakan

oleh ulama mazhab. Menurut Hanafiah, sebagaimana dikemukakan oleh Ali Fikri,

menyatakan bahwa jual beli memiliki dua arti:

1. Arti khusus, yaitu jual beli adalah menukar benda dengan dua mata uang (emas

dan perak) dan semacamnya, atau tukar-menukar barang dengan uang atau

semacamnya menurut cara khusus.

2. Arti umum, yaitu jual beli adalah tukar menukar harta dengan harta menurut

cara yang khusus, harta mencakup zat (barang) atau uang.

14Ibid., hlm. 83.

15Abdullah bin Abdurrahman Ali Bassam, Taisiru Al-„Allam Syarh Umdah Al-Ahkam,

Syarah Hadis Pilihan Bukhari-Muslim, Terj. Kathur Suhardi, (Jakarta: Darul Falah, cet ke VII,

1429 H/2008), hlm. 578.

Page 23: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

Menurut Malikiyah, seperti halnya Hanafiah, menyatakan bahwa jual beli

mempunyai dua arti, yaitu:

1. Arti khusus, yaitu jual beli adalah akad mu‟awadhah (timbal balik) atas selain

manfaat dan bukan pula untuk menikmati kesenangan, bersifat mengalahkan

salah satu imbalannya bukan emas dan bukan perak, objeknya jelas dan utang.

2. Arti umum, yaitu jual beli adalah akad mu‟awadhah (timbal balik) atas selain

manfaat dan bukan pula untuk menikmati kesenangan.

Definisi tersebut dapat dipahami bahwa jual beli adalah akad mu‟adhah, yakni

akad yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu penjual dan pembeli, yang objeknya

bukan manfaat, yakni benda, dan bukan untuk kenikmatan seksual.

Menurut Syafi‟iyah memberikan definisi jual beli yaitu, suatu akad yang

mengandung tukar menukar harta dengan harta dengan syarat yang akan diuraikan

nanti untuk memperoleh kepemilikan atas benda atau manfaat untuk waktu

selamanya.

Menurut Hanabilah, jual beli menurut syara‟ adalah tukar-menukar harta

dengan harta, atau tukar-menukar manfaat yang mubah dengan manfaat yang

mubah untuk waktu selamanya, bukan riba dan bukan utang.

b. Dasar Hukum Jual beli

Jual beli merupakan akad yang dibolehkan berdasarkan Al-Qur‟an, sunnah,

dan ijma‟ para ulama. Dilihat dari aspek hukum, jual beli hukumnya mubah

kecuali jual beli yang dilarang oleh syara‟, adapun dasar hukumnya antara lain:

Page 24: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

1. Al-Qur’an:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan

yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah

kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu”.16

Sehubungan dengan ayat tersebut Allah SWT telah menjelaskan pokok-

pokok muamalah kehartabendaan yang adil dan diperbolehkan dalam Al-Qur‟an.

Adapun dasar yang dijadikan prinsip dalam muamalah kehartabendaan, yaitu

melarang memakan makanan yang batil dan saling merelakan.17

2. Sunnah

عَهْ رِفَاعَةَ بْهِ رَافِع رَضِيَ الُله عَنْهُٱَنَّ اننَّبِيَّ صَمَّ الُله عَهَيْوِ وَسَهَّمَ سُهَٱَيُّ انكَسْبِٱَطْيَبُ

حَّحَوُ انحَاكِمُ()رَوَاهُ انبَزَّ وَصَقَاَل عَمَمُ انرَّجُمِ بِيَدِهِ وَكُمَّ بَيْعٍ مَبْرُوْرٍ

Artinya: “Dari Rif‟ah bin Rafi‟ bahwa Nabi Saw pernah ditanya, “pekerjaan

apakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “pekerjaan yang dilakukan

seseorang dengan usahanya sendiri, dan setiap jual beli yang baik.”

(Riwayat Al-Bazzar, Hadits ini sahih menurut Al-Hakim).18

Nabi yang mengatakan, “suatu ketika Nabi Muhammad SAW, ditanya tentang

mata pencaharian yang baik. Beliau menjawab, yaitu seseorang yang bekerja

16

An-Nisa‟ [4] : 29.

17 Muhammad Abu Zahra, Ushul Fiqh, Alih Bahasa Saefullah dkk, cet.11, (Jakarta: Pustaka

Firdaus, 2008), hlm. 129.

18Imam Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-„Asqalany, Bulughul Maram, Cet. 1, (Jakarta: Noura,

2017), hlm.456.

Page 25: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur”. Mabrur dalam hadits adalah

jual beli tidak ada unsur tipu menipu dan merugikan orang lain.

3. Ijma’

Ijma‟ adalah salah satu dalil syara‟ yang memiliki tingkat kekuatan

argumentatif setingkat dibawah dalil-dalil nash (Al-Qur‟an dan Hadits). Ia

merupakan dalil pertama setelah al-Qur‟an dan Hadits, yang dapat dijadikan

pedoman dalam menggali hukum-hukum syara‟.19

Ulama telah bersepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa

manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa bantuan orang

lain. Namun demikian bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya

itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.20

Para ulama fiqh mengambil suatu kesimpulan, bahwa jual beli itu hukumnya

mubah (boleh), namun menurut Imam Asy-Syatibi (ahli madzab Imam Maliki)

hukumnya bisa berubah menjadi wajib dalam situasi tertentu. Sebagai contoh

dikemukakan, bila suatu waktu terjadi suatu ikhtikar, yaitu penimbunan barang,

sehingga persediaan atau stok hilang dari pasar dan harga melonjak naik. Apabila

terjadi praktik semacam itu maka pemerintah boleh memaksa para pedagang

menjual barang-barang sesuai dengan harga pasar sebelum terjadi pelonjakan

harga barang itu.

19

Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, hlm. 307.

20 Rachmat Syafe‟i, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm.75.

Page 26: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

Mengenai hak dan kewajiban yang akan dihubungkan hanyalah hukum

Islam dan hukum Barat. Dalam sistem hukum Islam kewajiban lebih diutamakan

dari hak, sedang dalam hukum Barat hak didahulukan dari kewajiban.21

Berdasarkan beberapa sandaran sebagai dasar hukum yang telah disebutkan

diatas membawa kita dalam suatu kesimpulan bahwa jual beli adalah suatu yang

disyariatkan dalam Islam. Maka secara pasti dalam praktik ia tetap dibenarkan

dengan memperhatikan persyaratan yang terdapat dalam jual beli itu sendiri.

4. Qiyas

Artinya: “ Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut

oleh lidahmu secara Dusta "Ini halal dan ini haram", untuk mengada-

adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang

mengada-adakan kebohongan terhadap Allah Tiadalah beruntung ”.22

Setelah Allah SWT menjelaskan hal-hal yang halal dan haram, maka

seharusnya kita memegang teguh penjelasan itu. Jangan sekali-kali berani

membuat hukum halal haram berdasarkan pendapat pribadi dan dengan seenaknya

mengatakan ini boleh, dan ini dilarang. Dengan perbuatan itu berarti kalian telah

mendustakan Allah SWT dan menyandakan kepada-NYA sesuatu yang tidak

pernah dikatan oleh-Nya.

5. Urf’

21

Muhammad Daud Ali, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), edisi-6 cet ke-10, hlm. 200.

22An-Nahl [16]: 116.

Page 27: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

Para ulama telah sepakat bahwa urf‟ adalah sesuatu yang dipandang baik

dan diterima oleh akal sehat. Sesuatu yang tidak asing lagi bagi satu masyarakat

karena telah menjadi kebiasaan dan menyatu dengan kehidupan mereka baik

berupa perbuatan atau perkataan.23

3. Rukun dan Syarat Jual Beli

Rukun dan syarat jual beli adalah merupakan suatu kepastian. Tanpa adanya

rukun dan syarat tentulah tidak akan terlaksana menurut hukum, karena rukun dan

syarat tidak bisa dikesampingkan dari suatu perbuatan dan juga termasuk bagian

dari perbuatan tersebut.Dalam menentukan rukun jual beli, terdapat perbedaan

pendapat ulama Hanafiyah dengan jumhur ulama. Rukun jual beli menurut ulama

Hanafiyah hanya satu, yaitu ijab (ungkapan pembeli dari pembeli) dan qabul

(ungkapan menjual dan penjual). Menurut mereka yang menjadi rukun dalam jual

beli itu hanyalah kerelaan (rida/tara‟dhi) kedua belah pihak untuk melakukan

transaksi jual beli.24

Menurut ulama Hanafiyah, orang yang berakad, barang yang

dibeli, dan nilai tukar barang termasuk kedalam syarat-syarat jual beli, bukan

rukun jual beli. Adapun menurut jumhur ulama rukun jual beli ada 4, yaitu:

1. Penjual,

2. Pembeli,

3. Shighat, dan

4. Ma‟qud‟alaih (objek akad).25

23

Satria Effendi dan M. Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2008 ), hlm. 153.

24 Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama,2007), hlm. 115.

25 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah), hlm. 180.

Page 28: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

Empat syarat yang harus dipenuhi dalam akad jual beli, yaitu:

1. Syarat in‟iqad (terjadinya akad),

2. Syarat sahnya akad jual beli,

3. Syarat kelangsungan jual beli (syarat nafadz),

4. Syarat luzum (syarat mengikat).26

Syarat-syarat ini tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya perselisihan

diantara manusia, menjaga kemaslahatan pihak-pihak yang melakukan akad,

menghilangkan sifat gharar (penipuan). Apabila syarat in‟iqad (terjadinya akad)

rusak (tidak terpenuhi) maka akad menjadi batal. Apabila syarat sah tidak

terpenuhi maka menurut Hanafiah, akad menjadi fasid. Apabila syarat nafadz

(kelangsungan akad) tidak terpenuhi maka akad menjadi mauquf (ditangguhkan),

dan apabila syarat luzum (mengikat) yang tidak terpenuhi, maka akad menjadi

mukhayyar (diberi kesempatan memilih) antara diteruskan atau dibatalkan.27

4. Syarat Sah Jual Beli

Syarat sah jual beli dibagi menjadi dua bagian, yaitu syarat sah umum dan

syarat sah khusus. Syarat umum yaitu syarat yang harus ada pada setiap jual beli

agar setiap jual beli tersebut dianggap sah menurut syara‟. Secara umum akad jual

beli harus terhindar dari enam macam „aib:

1. Ketidakjelasan (jahalah);

Ketidakjelasan disini mendatangkan perselisihan yang sulit untuk

diselesaikan, terdiri dari empat macam yaitu:

26

Ibid., hlm. 186.

27Ibid., hlm. 187.

Page 29: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

a. Ketidakjelasan dalam barang yang dijual, baik jenisnya, macamnya atau

kadarnya menurut pandangan pembeli;

b. Ketidakjelasan harga;

c. Ketidakjelasan masa (tempo), seperti dalam harga yang diangsur, atau dalam

khiyar syarat. Dalam hal ini waktu harus jelas, apabila tidak jelass maka akad

batal;

d. Ketidakjelasan dalam langkah-langkah penjaminan. Misalnya penjual

mensyaratkan diajukannya seorang kafil (penjamin). Dalm hal ini penjamin

tersebut harus jelas. Apabila tidak jelas maka akad jual beli menjadi batal.

2. Pemaksaan (al-ikrah);

Pemaksaan adalah mendorong orang lain (yang dipaksa) untuk melakukan

suatu perbuatan yang tidak disukainya. Paksaan ini ada dua macam:

a. Paksaan absolut, yaitu paksaan dengan ancaman yang sangat berat, seperti akan

dibunuh, atau dipotong anggota badannya;

b. Paksaan relatif, yaitu paksaan dengan ancaman yang lebih ringan, seperti

dipukul. Keduanya menurut jumhur Hanafiah jual beli tersebut menjadi fasid

dan mauquf menurut Zufar.

3. Pembatasan dengan waktu (at-tauqit);

Jual beli ini dibatasi dengan waktu, contoh “Saya jual baju ini kepadamu

untuk selama satu bulan atau satu tahun”. Jual beli semacam ini hukumnya fasid,

karena kepemilikan atas suatu barang, tidak bisa dibatasi waktunya.

4. Penipuan (gharar);

Page 30: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

Penipuan (gharar) dalam sifat barang. Contoh, seseorang menjual sapi

dengan pernyataan bahwa sapi itu air susunya sehari sepuluh liter, padahal

kenyataannya paling banyak dua liter. Akan tetapi apabila ia menjualnya dengan

pernyataan bahwa air susunya lumayan banyak tanpa menyebutkan kadarnya

maka termasuk syarat yang shahih. Akan tetapi, apabila gharar (penipuan) pada

wujud (adanya) barang maka ini membatalkan jual beli.

5. Kemudaratan (dharar);

Kemudaratan ini terjadi apabila penyerahan barang yang dijual tidak

mungkin dilakukan kecuali dengan memasukkan kemudaratan kepada penjual,

dalam barang selain objek akad. Seperti seseorang menjual baju (kain) satu meter,

yang tidak bisa dibagi dua. Dalam pelaksanaannya terpaksa baju (kain) tersebut

dipotong, walaupun hal itu merugikan penjual. Dikarenakan kerusakan ini untuk

menjaga hak perorangan, bukan hak syara‟ maka para fuqaha menetapkan, apabila

penjual melaksanakan kemudaratan atas dirinya, dengan cara memotong baju

(kain) dan menyerahkannya kepada pembeli maka akad berubah menjadi shahih.

6. Syarat-syarat yang merusak.28

Adapun syarat-syarat khusus yang berlaku untuk beberapa jenis jual beli

adalah sebagai berikut:

a. Barang harus diterima

b. Mengetahui harga pertama apabila jual belinya berbentuk murabahah,

tauliyah, wadhi‟ah, atau isyrak.

28

Ibid., hlm. 190.

Page 31: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

c. Saling menerima (taqabudh) penukaran, sebelum berpisah,apabila jual belinya

jual beli sharf (uang).

d. Terpenuhinya syarat-syarat salam, apabila jual belinya jual beli salam

(pesanan).

e. Harus sama dalam penukaran, apabila barangnya barang ribawi.

f. Harus diterima dalam utang piutang yang ada dalam perjanjian, seperti muslam

fih dan modal salam, dan menjual sesuatu dengan utang kepada selain penjual.

Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari segi hukumnya, jual

beli ada dua macam, jual beli yang sah menurut hukum dan batal menurut hukum,

dari segi objek jual beli dan segi pelaku jual beli. Ditinjau dari segi benda yang

dijadikan objek jual beli dapat diketahui:

a. Jual beli benda yang kelihatan.

Sewaktu melakukan akad jual beli benda atau barang yang diperjualbelikan

ada didepan penjual dan pembeli. Hal ini lazim dilakukan masyarakat banyak dan

boleh dilakukan, seperti membeli beras di pasar.

b. Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam janji.

Jual beli salam (pesanan). Menurut kebiasaan para pedagang, salam adalah

untuk jual beli yang tidak tunai (kontan), salam pada awalnya meminjamkan

barang atau sesuatu yang seimbang dengan harga tertentu, maksudnya adalah

perjanjian yang penyerahan barang-barangnya ditangguhkan hingga masa tertentu,

sebagai imbalan harga yang telah ditetapkan ketika akad.

c. Jual beli benda yang tidak ada

Page 32: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

Jual beli yang dilarang oleh agama Islam karena barangnya tidak tentu atau

masih gelap sehingga dikhawatirkan barang tersebut diperoleh dari curian atau

barang titipan yang akibatnya dapat menimbulkan kerugian salah satu pihak.

Ditinjau dari segi pelaku akad (subjek), jual beli terbagi menjadi tiga bagian,

dengan lisan, dengan perantara dan dengan perbuatan.Akad jual beli yang

dilakukan dengan lisan adalah akad yang dilakukan kebanyakan orang. Sedangkan

bagi orang bisu diganti dengan isyarat karena isyarat merupakan pembawaan

alami dalam menampakan kehendak. Hal yang dipandang dalam akad adalah

maksud atau kehendak dan pengertian, bukan pembicaraan dan pernyataan.

Jual beli dengan perbuatan (saling memberikan) atau dikenal dengan istilah

mu‟athah yaitu mengambil dan memberikan barang tanpa ijab dan kabul, seperti

seorang yang mengambil rokok yang sudah bertuliskan label harganya, dibandrol

oleh penjual dan kemudian diberikan uang pembayaran kepada penjual. Jual beli

dengan cara demikian dilakukan tanpa sighat ijab kabul antara penjual dan

pembeli, menurut sebagian syafi‟iyah tentu hal itu dilarang sebab ijab kabul

sebagai rukun jual beli. Tetapi sebagian Syafi‟iyah lainnya, seperti Imam Nawawi

membolehkan jual beli barang kebutuhan sehari-hari dengan cara yang demikian,

yakni tanpa ijab qabul terlebih dahulu.Selain pembelian di atas, jual beli ada yang

dibolehkan dan ada yang dilarang, jual beli yang dilarang juga ada yang batal ada

pula yang terlarang tapi sah.

Allah SWT mensyari‟atkan suatu jual beli sebagai kebebasan dan kekuasaan

bagi para hambanya. Hal ini terutama disebabhkan bahwa manusia mempunyai

kebutuhan berupa sandang, pangan, papan dan lainnya. Kebutuhan ini tidak akan

Page 33: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

pernah berakhir, selama yang bersangkutan masih berkelangsungan hidup. Tidak

seorangpun yang dapat memenuhi kebutuhan ekonomi hidupnya secara mandiri,

melainkan dia harus berhubungan dengan pelaku ekonomi yang lainya. Dalam hal

ini, perputaran harta dengan syari‟at Islam merupakan suatu aspek pentingdari

ekonomi Islam untuk memenuhi kebutuhan manusia.

2. Etika Bisnis Islam

a. Etika Dalam Jual Beli

Beberapa konsep dasar yang berhubungan dengan etika. Masing-masing

konsep tersebut memiliki arti berbeda, yaitu: Etika adalah norma manusia harus

berjalan, bersikap sesuai nilai/norma yang ada. Moral merupakan aturan dan nilai

kemanusiaan (human conduct dan value), seperti sikap, perilaku, dan nilai. Etiket

adalah tata krama/sopan santun yang dianut oleh suatu masyarakat dalam

kehidupannya. Nilai adalah penetapan harga sesuatu sehingga sesuatu itu

memiliki nilai yang terukur. Moralitas adalah aturan yang berhubungan dengan

apakah sumber hukum selalu sesuai dengan moral? Hukum adalah ketentuan

tentang apakah kegiatan yang tidak dilarang oleh hukum selalu sesuai dengan

moral?

Etika tak lepas dari asli kata ethos dalam bahasa Yunani yang berarti

kebiasaan (custom) atau karakter (caracter). Dalam kata lain seperti dalam

pemaknaan dan kamus Webster berarti “the distinguishing character, sentiment,

moral nature, or guiding belieft of a person, group, or institution” (karakter

Page 34: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

istimewa, sentimen, tabiat moral, atau keyakinan yang membimbing sseorang,

kelompok atau institusi).29

Makna yang lebih tegas, yaitu kutipan dalam buku Kuliah Etika

mendefinisikan etika secara terminologis yang artinya bahwa etika merupakan

studi sistematis tentang tabiat konsep nilai, baik, buruk, harus, benar, salah, dan

lain sebagainya dan prinsip-prinsip umum yang membenarkan kita untuk

mengaplikasikannya atas apa saja. Disini etika dapat dimaknai sebagai dasar

moralitas seseorang dan disaat bersamaan juga sebagai filsufnya dalam

berperilaku. Dalam arti lain etika bisnis berarti sepernagkat prinsip dan norma di

mana para pelaku bisnis harus komit padanya dalam bertransaksi, berperilaku dan

berelasi guna mencapai „daratan atau tujuan-tujuan dengan selamat.

Etika bagi seseorang terwujud dalam kesadaran moral (moral

consciounsness) yang memuat keyakinan „benar dan tidak‟ sesuatu. Perasaan yang

muncul bahwa ia akan salah bila melakukan sesuatu yang diyakininya tidak benar

berangkat dari norma-norma moral dan perasaan self-respect (menghargai diri)

bila ia meninggalkannya. Tindakan yang diambil olehnya harus ia

pertanggungjawaban pada diri sendiri. Begitu juga dengan sikapnya terhadap

orang lain bila pekerjaan tersebut mengganggu atau sebaliknya mendapatkan

pujian.30

Etika sebagai praktis berarti nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh

dipraktikkan atau justru tidak dipraktikkan, walaupun seharusnya dipraktikkan.

Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral. Dalam etika sebagai refleksi kita

29

Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), hlm.

5. 30

Ibid., hlm. 6.

Page 35: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

berfikir tentang apa yang dilakukan khususnya tentang apa yang harus dilakukan

atau tidak boleh dilakukan. Secara filosofi etika memiliki arti yang luas sebagai

pengkajian moralitas. Terdapat tiga bidang dengan fungsi dan perwujudannya

yaitu etika deskriptif dalam konteks ini secara normatif menjelaskan pengalaman

moral secara deskriptif berusaha untuk mengetahui motivasi, kemauan dan tujuan

sesuatu tindakan dalam tingkah laku manusia. Kedua, etika normatif (normative

ethics), yang berusaha menjelaskan mengapa manusia bertindak seperti yang

mereka lakukan, dan apakah prinsip-prinsip dari kehidupan manusia. Ketiga,

metaetika (metaethich), yang berusaha untuk memberikan arti istilah dan bahasa

yang dipakai dalam pembicaraan etika, serta cara berfikir yang dipakai untuk

membenarkan pernyataan-pernyataan etika. Metaetika mempertanyakan makna

yang dikandung oleh istilah-istilah kesusilaan yang dipakai untuk membuat

tanggapan-tanggapan kesusilaan.

Istilah yang paling dekat dengan istilah etika di dalam Al-Qur‟an adalah

khuluq. Al-Qur‟an juga mempergunakan sejumlah istilah lain untuk

menggambrakan konsep tentang khayr (kebaikan), birr (kebenaran), qist

(persamaan), „adl (kesetaraan dan keadilan), haqq (kebenaran dan kebaikan),

ma‟ruf (mengetahui dan menyetujui), dan taqwa (ketakwwaan).31

Secara normatif, etika dalam al-Qur‟an belum memperlihatkan sebagai

suatu struktur yang berdiri sendiri dan terpisah dari struktur lainnya, sebagaimana

terpahami dari ilmu akhlak struktur etika dalam Al-Qur‟an lebih banyak

menjelaskan tentang nilai-nilai kebaikan dan kebenaran baik pada tataran niat atau

31

Muhammad, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan, 2002), hlm.

38.

Page 36: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

ide hingga perilaku dan perangai. Hal ini lebih tegas lagi bila dilihat dari

penggambaran sikap dan perilaku Nabi Muhammad yang disebut al-Qur‟an

sebagai yang memiliki akhlak yang agung. Keberadaan nilai-nilai ini bersifat

terbuka, menjelajah memasuki semua garis bidang kehidupan. Dengan demikian

etika bisnis dalam al-Qur‟an dari sudut pandang ini, tidak hanya dapat dilihat dari

aspek etika secara persial, karena bisnispun dalam pandangan al-Qur‟an telah

menyatu dengan nilai-nilai etika itu sendiri. Al-Qur‟an secara jelas

menggambarkan perilaku-perilaku bisnis yang tidak etis, yang dapat ditelusuri

dari muara kebatilan dalam bisnis.32

Aktivitas bisnis yang terlarang dalam syariah:

1. Menghindari transaksi bisnis yang diharamkan agama Islam. Seorang muslim

harus komitmen dalam berinteraksi dengan hal-hal yang dihalalkan oleh Allah

SWT. Seorang muslim tidak boleh melakukan kegiatan bisnis dalam hal-hal

yang diharamkan oleh syariah, dan seorang muslim dituntut untuk selalu

melakukan usaha yang mendatangkan kebaikan di masyarakat.

2. Menghindari cara memperoleh dan menggunakan harta secara yang tidak halal.

Praktik riba yang menyengsarakan agar dihindari, Islam melarang riba dengan

ancaman berat (QS. Al-Baqarah: 275-279).

3. Persaingan yang tidak fair sangat dicela oleh Allah sebagaimana disebutkan

dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 188: “janganlah kamu memakan

sebagian harta sebagian kamu dengan cara yang batil”.

32

Ibid., hlm. 40.

Page 37: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

4. Pemalsuan dan penipuan. Islam sangat melarang memalsu dan menipu karena

dapat menyebabkan kerugian, kezaliman, serta dapat menimbulkan

permusuhan dan percekcokan. Allah berfirman dalam QS. Al-Isra: 35 “Dan

sempurnakanlah takaran ketika kamu menakar dan timbanglah dengan neraca

yang benar”. Nabi Bersabda “Apabila kamu menjual maka jangan menipu

orang dengan kata-kata manis”.

Beberapa ciri khas etos kerja Islami yang dapat diakomodir dari

implementasi nilai Islam dalam Al-Qur‟an dan hadits, seperti menghargai waktu,

ikhlas, jujur, komitmen kuat, istikomah, disiplin dalam kerja, konsekuen dan

berani menghadapi tantangan, kreatif, percaya diri dan ulet, bertanggungjawab,

bahagia karena melayani, memiliki harga diri, memiliki jiwa kepemimpinan,

berorientasi pada masa depan, hidup hemat, jiwa wirausaha, insting bertanding

dalam kompetisi kebaikan, keinginan mandiri, selalu belajar, orientasi pada

produktivitas, perkaya jaringan silaturahmi, semangat perantauan dan semangat

perubahan.33

b. Prinsip Ekonomi Islam

Ekonomi Islam adalah suatu ilmu yang multidimensi/interdisiplin,

komprehensif, dan saling integrasi, meliputi ilmu Islam yang bersumber dari Al-

Qur‟an dan sunah, serta ilmu rasional (hasil pemikiran dan pengalaman manusia),

dengan ilmu ini manusia dapat mengatasi masalah-masalah keterbatasan sumber

daya untuk mencapai falah (kebahagiaan).

33

Ibid., hlm. 145.

Page 38: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

Falah (kebahagiaan) yang dimaksud adalah mencakup keseluruhan aspek

kehidupan manusia, yang meliputi aspek spiritualitas, moralitas, ekonomisosial,

dan budaya, serta politik baik yang dicapai di dunia maupun di akhirat. Ekonomi

Islam adalah ekonomi yang memiliki empat nilai utama, yaitu rabbaniyah,

akhlak, kemanusiaan, dan pertengahan, di mana nilai-nilai ini menggambarkan

kekhasan atau keunikan yang utama bagi ekonomi Islam. Nilai-nilai ekonomi

Islam itu adalah:

1. Ekonomi Ilahiyyah, karena titik awalnya dari Allah, tujuannya mencari ridho

Allah dan cara-caranya tidak bertentangan dengan syariat-Nya.

2. Ekonomi akhlak, bahwa ekonomi Islam memadukan antara ilmu dan akhlak,

karena akhlak adalah daging dan nadi kehidupan Islami.

3. Penimbangan

a. Pengertian Timbangan

Timbangan diambil dari kata imbang yang artinya banding, imbangan,

timbalan, bandingan.34

Menimbang (wazanu sayyia).35

Dari pengertian tersebut

dapat diambil pemahaman bahwa penimbangan adalah perbuatan menimbang

sedangkan untuk melaksanakanya kita perlu alat itulah yang disebut timbangan.

Timbangan adalah alat untuk menentukan apakah suatu benda sudah sesuai

(banding) beratnya dengan berat yang dijadikan standar. Timbangan

mencerminkan keadilan. Apalagi hasil penunjukan akhir dalam praktek timbangan

menyangkut hak manusia.

34

Peter Salim-Yeny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Moderen

English, Pers, 1991), Cet Ke-1, hlm.1614.

35Atabaiq Ali, Kamus Kontemporer Arab- Indonesia, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika

2003), hlm. 1706.

Page 39: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

b. Dasar Hukum Penimbangan Dalam Islam

Kebebasan individu dalam melaksanakan ekonomi terikat oleh ketentuan-

ketentuan agama Islam yang ada dalam al-Qur‟an dan al-Hadits. Jual beli sebagai

salah satu kegiatan dalam aktivitas perekonomian sangat dianjurkan berlaku jujur

dan adil didalam kegiatan tersebut. Allah telah menciptakan langit dan bumi

dengan kebenaran dan keadilan, itulah sebabnya Allah SWT berfirman “Dan

tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca

itu, akan tetapi timbanglah dengan benar dan adil.36

Pengertian ayat di atas

menunjukan bahwa dalam berdagang kita tidak boleh berbuat curang dengan

mengurangi takaran, ukuran atau timbangan. Setiap dalil di atas menyatakan

hukum yang wajib bagi kita untuk menegakan timbangan, ukuran dengan benar.

Kecurangan dalam menakar dan menimbang mendapat perhatian khusus

dalam Al-Qur‟an karena praktik seperti ini telah merampas hak orang lain. Selain

itu, praktek seperti ini juga menimbulkan dampak yang sangat vital dalam dunia

perdagangan yaitu timbulnya ketidak percayaan pembeli terhadap pedagang yang

curang atau sebaliknya. Oleh karena itu, pedagang maupun petani yang curang

pada saat menakar dan menimbang mendapat ancaman siksa di akhirat. Allah

berfirman:

36

Muhammad Nasib ar-Rifa‟I, Taisiru al-Aliyyal Qadir Li Ikhtiisari Tarsir Ibnu Katsir,

Penerjemah: Syihabuddin, (Depok: Gema Insani, 2008), hlm. 540.

Page 40: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

Artinya: “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang

yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi,

dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka

mengurangi. tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa Sesungguhnya

mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari

(ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam”.37

F. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka perlu dilakukan untuk menambah wawasan peneliti

sebelum peneliti melangkah lebih jauh dalam permasalahan yang ditemukan.

Namun dalam penelitian ini, saya belum menemukan pembahasan seperti apa

yang ingin saya teliti, tetapi ada beberapa penelitian yang mendekati seperti yang

pernah dibuat oleh Edi Muamar Mahasiswa Universitas Agama Islam Negeri

(UIN) Sunan Ampel tahun 2018 dalam skripsi yang berjudul “Tinjauan hukum

terhadap praktik jual beli bawang merah dilimpahna di desa Tanjung Sari,

kecamatan Wanasari, kabupaten Brebes, Jawa Tengah”.38

Dalam skripsi ini

menjelaskan tentang jual beli bawang merah yang belum berumur masa panen,

setelah dijual bawang merah dirawat kembali oleh pembelinya hingga panen.

Perbedaannya adalah petani atau penjual tidak memiliki modal ekstra untuk

37

Q.S. Al-Muthaffifin (83) Ayat 1-6.

38 Digilib.uinby.ac.id, 14 Oktober 2018, pukul 20.13 Wib.

Page 41: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

membiayai tanamannya hingga panen. Sedangkan dalam penelitian penulis,

masing-masing pihak berada dalam ruang lingkupnya masing-masing.

Skripsi yang kedua yaitu yang dibuat oleh M. Mujiburrohman Mahasiswa

Universitas Islam Negeri (UIN) Wali Songo Semarang tahun 2015 dalam skripsi

yang berjudul “Tinjauan hukum Islam terhadap jual beli tembakau dengan sistem

pengurangan timbangan (Studi kasus di desa Pitrosari, kecamatan Wonoboyo,

kabupaten Temanggung)”. Skripsi ini menjelaskan tentang pengurangan berat

timbangan dalam transaksi jual beli tembakau yang tidak melalui kesepakatan

bersama.39

Perbedaan skripsi ini dengan penelitian penulis ialah kecurangan yang

dilakukan oleh kedua belah pihak, di mana pihak pembeli selalu melakukan

pengurangan timbangan yang telah menjadi kebiasaan. Sedangkan pihak penjual

atau petani melakukan kecurangan dengan mencampur gula kedalam tembakau

agar berat timbangan tembakau bisa bertambah.

Skripsi ketiga yang dibuat oleh Siti Nur‟aini Mahasiswi Universitas Islam

Negeri Raden Intan Lampung tahun 2018 “Tinjauan hukum Islam tentang

potongan timbangan dalam sistem jual beli getah karet (Studi kasus di desa Jati

Indah, kecamatan Tanjung Bintang)”.40

Skripsi ini menjelaskan tentang

pemotongan timbangan dalam sistem jual beli getah karet menurut hukum Islam.

Perbedaan skripsi ini dengan penelitian penulis adalah pihak yang dirugikan

adalah petani karena harus menanggung beban potongan yang besar.

Penulis mengangkat sebuah skripsi yang berjudul “Praktik penimbangan

dalam jual beli buah kelapa sawit Menurut perspektif hukum ekonomi Islam

39

Eprints.walisongo.ac.id, 14 Oktober 2018, pukul 21.35 Wib.

40 Repository.radenintan.ac.id. 16 Oktober 2018, pukul 09.00 Wib.

Page 42: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

(Studi kasus di desa Bulian Jaya kecamatan Maro Sebo Ilir kabupaten Batang Hari

provinsi Jambi)”, dalam skripsi ini menjelaskan tentang tindak kecurangan dalam

proses penimbangan buah kelapa sawit oleh para petani kepada toke (pedagang

sawit).

Page 43: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di desa Bulian Jaya Kecamatan Maro Sebo Ilir

kabuputen Batang Hari provinsi Jambi yang berlokasi di desa Bulian Jaya.

Penelitian ini dimulai tanggal 12 November 2018 - 12 Februari 2019.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris.

Pendekatan yuridis empiris dalam penelitian ini maksudnya adalah bahwa dalam

menganalisis permasalahan dilakukan dengan cara memadukan bahan-bahan

hukum seperti Al-Qur‟an, buku-buku, jurnal-jurnal, kamus, ensiklopedia, dan

sebagainya yang berkaitan dengan penelitian ini dan dengan data primer yang

diperoleh dari lapangan yaitu dokumen-dokumen, foto-foto, maupun narasumber

di Desa Bulian Jaya, Jambi yang berhubungan langsung dengan penelitian ini.

Jenis penelitian tersebut adalah deskriptif kualitatif. Jenis penelitian ini

menggambarkan tentang keadaan masyarakat maupun lingkungan Desa Bulian

Jaya yang berhubungan langsung mengenai penelitian ini.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer yang termasuk dalam penelitian ini adalah peristiwa-peristiwa

yang berkenaan dengan praktik jual beli buah kelapa sawit di desa Bulian Jaya

kecamatan Maro Sebo Ilir.

b. Data Sekunder

Page 44: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

Data sekunder ini diperoleh melalui sejumlah buku, jurnal, dan bacaan

lainnya yang ada hubungannya dengan judul skripsi ini, yang dapat memberikan

informasi atau data tambahan yang dapat memperkuat data pokok.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah orang atau narasumber yaitu

pedagang (toke), petani buah kelapa sawit, kepala desa, tokoh masyarakat, dan

tokoh agama desa Bulian Jaya, Jambi.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani kelapa sawit dan toke di

Desa Bulian Jaya Kecamatan Maro Sebo Ilir Kabuaten Batang Hari Berjumlah

193 orang.

2. Dari populasi yang ada penulis mengambil sampel 19 orang petani dari jumlah

populasi. Perolehan sampel hasil dari 193 : 100 = 19.

E. Instrumen Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis. Dalam hal ini

penulis mengobservasi praktik jual beli buah kelapa sawit menurut perspektif

hukum ekonomi Islam (Studi kasus di Desa Bulian Jaya Kecamatan Maro Sebo

Ilir Kabupaten Batang Hari).

2. Wawancara

Page 45: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

Penulis melakukan pertemuan dengan toke dan petani maupun masyarakat

sekitar desa Bulian Jaya untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,

sehingga dapat terkontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

3. Dokumentasi,

Dokumentasi adalah cara untuk menggali data yang bersumber dari dokumen-

dokumen, catatan-catatan, foto-foto serta laporan-laporan lain mengandung

petunjuk-petunjuk tertentu yang dibituhkan untuk menunjang penelitian ini.

Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip

dan dokumen yang berada di Desa Bulian Jaya Kecamatan Maro Sebo Ilir. Dalam

melaksanakan tekhnik dokumentasi, peneliti menelaah secara tekun dan mencatat

data yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti seperti buku-buku, makalah,

dokumen, dan lain-lain.

F. Tekhnik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deduktif, berdasarkan data

yang diperoleh dari lapangan, dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi

maka penulis mengangkat fakta-fakta yang umum, peristiwa konkret kemudian

ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, hal ini dilakukan untuk menyelesaikan

masalah yang ada mengenai praktik penimbangan dalam jual beli buah kelapa

sawit menurut perspektif hukum ekonomi Islam (studi kasus di desa Bulian Jaya

kecamatan Maro Ilir kabupaten Batang Hari provinsi Jambi).

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing

memperlihatkan titik berat yang berbeda namun dalam satu kesatuan yang saling

Page 46: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

mendukung dan melengkapi. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

BAB I Merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latarbelakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

kerangka teori, dan tinjauan pustaka.

BAB II Pada bab ini dipaparkan metode penelitian yang mencakup tempat

dan waktu penelitian, pendekatan penelitian, jenis dan sumber data,

populasi dan sampel, instrument pengumpulan data, teknik analisis

data, sistematika penulisan dan jadwal penelitian.

BAB III Pada bab ini memberikan gambaran umum tempat penelitian,

sejarah dan geografis, jumlah penduduk, pekerjaan penduduk,

struktur organisasi, keadaan sosial dan budaya masyarakat desa

Bulian Jaya, kecamatan Maro Sebo Ilir, kabupaten Batang Hari,

provinsi Jambi.

BAB IV Merupakan analisa terhadap praktik penimbangan buah kelapa

sawit di Desa Bulian Jaya, Kecamatan Maro Sebo Ilir, Kabupaten

Batang Hari, Provinsi Jambi dan penimbangan buah kelapa sawit

menurut perspektif hukum ekonomi Islam.

BAB V Merupakan akhir dari penulisan skripsi yang mana didalamnya

mencakup kesimpulan dari hasil penelitian dan juga saran.

Page 47: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

H. Jadwal penelitian

No

Kegiatan

2018-2019

Ap

ril

Sep

temb

er

No

vem

ber

Desem

ber

Mei-Ju

ni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan

judul

X

2 Pembuatan

proposal

X

3 Perbaikan

proposal dan

seminar

X

4 Surat izin

riset

X

5 Pengumpulan

data

X

6 Pengolahan

data

X

7 Pembuatan

laporan

X

8 Bimbingan

dan

perbaikan

X

9 Agenda dan

ujian

skripsi

X

10 Perbaikan

dan

penjilidan

X

Page 48: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

BAB III

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

A. Sejarah dan Geografis Desa Bulian Jaya

Desa Bulian Jaya adalah desa ekstransmigrasi unit pemukiman transmigrasi

Bulian I (UPT) di bawah pembinaan Departemen Transmigrasi dalam

pembangunan pemerintah kabupaten Batang Hari, di mana transmigrasi adalah

program pemerintah pusat, dalam pelaksanaan 20% penduduk lokal dan 80%

penduduk pendatang dari Pulau Jawa.

Transmigrasi di UPT Bulian I adalah tahun 1992 , bulan Januari 80% dan

Februari 20%. Pencarian pokok masyarakat yang terdiri dari berbagai macam

suku, penduduk desa Bulian Jaya jumlah Kepala Keluarga (KK) nya adalah 350.

Kepemimpinan pemerintah desa Bulian Jaya adalah Pjs Drs. Yanuar (1992-

1994), kepemimpinan pemerintah desa Bulian Jaya yang kedua adalah Tri

Haryadi (1994-2001), kepemimpinan pemerintah desa Bulian Jaya yang ketiga

adalah Ahmad Fauzi (2001-2003), kepemimpinan pemerintah desa Bulian Jaya

yang keempat adalah Rizal (2002-2005), kepemimpinan pemerintah desa Bulian

Jaya yang kelima adalah Pjs Badawi HK (2005-2007), kepemimpinan pemerintah

desa Bulian Jaya yang kelima adalah Jayin (2007-03), kepemimpinan pemerintah

desa Bulian Jaya yang keenam adalah Pjs. Rizal (2013-2014), kepemimpinan

pemerintah desa Bulian Jaya yang ketujuh adalah Jayin (2014-sekarang).41

Luas wilayah desa Bulian Jaya seluas 921 Ha terdiri dari 175 lahan

pekarangan 10 Ha TKD desa dan 730 Ha Fu. Desa Bulian Jaya resmi bernaung

41

Dokumentasi Desa Bulian Jaya, 15 November 2018.

Page 49: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

dibawah pemerintah kabupaten Batang Hari sejak tanggal 1 Juli 1996 dalam

kecamatan Muara Bulian dan tahun 2003 menjadi kecamatan Maro Sebo Ilir.42

Secara geografis, desa Bulian Jaya merupakan salah satu desa di kecamatan

Maro Sebo Ilir, kabupaten Batang Hari, provinsi Jambi memiliki luas 1,555 km2.

Secara geografis desa Bulian Jaya berbatasan dengan wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara, berbatasan dengan desa Bukit Sari

2. Sebelah Timur, berbatasan dengan desa Singoan

3. Sebelah Selatan, berbatasan dengan desa Terusan

4. Sebelah Barat, berbatasan dengan desa Danau Embat.

Secara administratif, wilayah desa Bulian Jaya terdiri 05 dusun, 0 Rukun

Warga, dan 15 Rukun Tetangga. Secara umum tipologi desa Bulian Jaya terdiri

dari perkebunan kelapa sawit dan kebun karet. Topografis desa Bulian Jaya

diklasifikasikan kepada Daerah (dataran rendah (0-100 m dpl) dataran sedang

(>100-500 m dpl).43

42

Dokumentasi Desa Bulian Jaya.

43 Dokumentasi Desa Bulian Jaya.

Page 50: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

B. Jumlah Penduduk, Pekerjaan

dan Struktur Organisasi

Tabel 3.1: Jumlah penduduk desa Bulian Jaya44

NO DESA NAMA

DUSUN RT

JUMLAH

PENDUDUK

1 2 3 4 5

1

BULIAN JAYA

KADUS 1

RT 01 135

2 RT 02 200

3 RT 09 124

4

KADUS 2

RT 06 115

5 RT 07 92

6 RT 08 126

7

KADUS 3

RT 10 191

8 RT 14 200

9 RT 15 193

10

KADUS 4

RT 03 88

11 RT 04 176

12 RT 05 150

13

KADUS 5

RT 11 201

14 RT 12 230

15 RT 13 167

JUMLAH TOTAL PENDUDUK 2388

44

Dokumentasi desa Bulian Jaya.

Page 51: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

Tabel 3.2: Pekerjaan penduduk desa Bulian Jaya45

45

Dokumentasi desa Bulian Jaya.

Pekerjaan RT.

01

RT.

02

RT

. 03

R

T.

04

R

T.

05

R

T.

06

R

T.

07

R

T.

08

R

T.

09

R

T.

10

R

T.

11

R

T.

12

RT.

13

RT.

14

RT.

15

J

U

M

L

A

H

PNS - 1 - 4 - 1 - - - - 1 - - - 2 9

TNI, Polisi - - - - - - - - 1 - - - - - - 1

Wiraswasta,

karyawan 14 - - 5 - - - - - 30 - 2 - 54 84 189

Pedagang 4 7 - 10 8 - - 3 1 4 5 6 3 - 8 59

TANI 23 22 24 21 30 22 20 21 9 - -

- 1 - 193

Pertukangan 1 2

4 1 - - 1 - - - - - - - 9

Pensiunan - - - - - - - - - - 1 - - - - 1

Nelayan - - - - - - - - - - - - - - - 0

Pemulung - - - - - - - - 1

- - - - - 1

Jasa 7 3 - 2 6 2 2 4 2 2 4 11 1 - 4 50

BUMN - - - 1 - - - - - - - - - - - 1

Buruh - 6 10 18 20 18 8 19 24 - 52 89 59 - - 323

Guru - -

7 - 2 1 - - - 2 - 2 2 5 21

Honor 2 2 1 6 2 5 1 4 - 3 1 2 - - - 29

Mahasiswa 3 3 4 7 - 5 - 1 2 5 2 5

3 3 43

Pelajar 35 42 22 23 37 27 21 27 33 42 61 63 42 43 25 543

URT 24 43 19 36 53 26 27 25 31 30 41 62 48 45 53 563

Belum/tdk

bekerja 17 41 2 23 8 11 14 18 14 43 33 14 28 40 33 339

JUMLAH 130 172 86 16

7

16

5

11

9 94

12

3

11

8

15

9 203

25

4 183 188 217 2378

Page 52: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

Gambar: STRUKTUR ORGANISASI DESA BULIAN JAYA

BPD Kepala Desa

SAYUTI JAYIN

Sekretaris

Joko Toni

Bendahara Administrasi

Selvian Yoko Adi Saputra

Kaur Kaur Kaur Kaur

Umum Pemerintahan Pembangunan Ekonomi

Rulisa Sri Mujayanti Atok Maliki Wahyu Sri Septyani

KADUS I KADUS II KADUS III KADUS IV KADUS V

Muranto Kabul Budiono Yusnaidi Hapipullah Dian Andriana

Dari struktur organisasi tersebut, maka jelas terlihat pembagian tugas

dalam pengelolaan administrasi desa, yang memudahkan kepala desa dalam

mengkoordinir tata kelola pemerintahan.46

46

Dokumentasi Desa Bulian Jaya.

Page 53: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

Tabel 3.3: Ketua Rukun Tetangga (RT) desa Bulian Jaya

No Nama Ketua

1 Kerimulyo RT 01

2 Sutarman RT 02

3 Jamaris RT 03

4 Suryanto RT 04

5 Ahmadi RT 05

6 Hendrik RT 06

7 Muhtadi RT 07

8 Aceh Sulaiman RT 08

9 Sulaiman RT 09

10 Irwan RT 10

11 Suwono RT 11

12 Gunardi RT 12

13 A. Efendi Rambe RT 13

14 Yusnaidi RT 14

15 Miftahul Jannah RT 15

C. Keadaan Sosial dan Budaya Masyarakat Desa Bulian Jaya

Desa Bulian Jaya merupakan salah satu desa di Maro Sebo Ilir. Masyarakat

desa ini sebagian besar pekerjaannya adalah bertani dan berkebun.

Masyarakat Bulian Jaya ini terdiri dari bermacam suku seperti suku Jawa,

suku Batak, suku mandailing, dan suku Melayu. Sebagian besar masyarakat

ini beragama Islam, namun ada pula yang beragama kristen. Akan tetapi

mereka sangat menghargai dan menghormati satu dengan yang lain. Selain

itu mereka juga sangat menjunjung tinggi adat istiadat.

Masyarakat ini juga mempunyai nilai kekeluargaan yang sangat erat,

misalnya disaat ada diantara mereka yang tertimpa musibah, mereka juga

akan merasakan hal yang sama dan memberikan bantuan suka rela. Disaat

ada acara pernikahan, syukuran, merayakan hari besar Islam dan sebagainya

mereka saling tolong menolong dalam bergotong royong.

Desa Bulian Jaya juga memiliki fasilitas untuk berolahraga, seperti bola

volly, dan futsal. Baik para pemuda, ibu-ibu dan bapak-bapak selalu

memanfaatkan waktu sore mereka untuk berolahrga. Maka tidak heran jika

masyarakat ini sering mendapatkan gelar juara dari olahraga yang digemari

tersebut. Sedangkan anak-anak setiap sore sekolah madrasah kemudian

malamnya mereka belajar mengaji, baik itu di masjid maupun datang ke

rumah pengajarnya.

Kondisi wilayah desa Bulian Jaya cukup maju karena di desa ini sudah

berada di kemajuan teknologi seperti memiliki sinyal yang cukup kuat untuk

Page 54: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

berkomunikasi, dialiri oleh Persaluran Listrik Negara (PLN), memiliki

pembangunan seperti PAUD, TK, SD, SMP, Madrasah, Pasar, kantor, dan

sebagainya. Pemukiman yang dimiliki oleh masyarakat pun layak untuk

ditinggali. Namun,kondisi jalan yang cukup memprihatinkan disebabkan

oleh jalan yang sudah berlubang akibat pembangunan jalan aspal yang

sudah lama dan rusak tidak diperbarui sehingga banyak kendaraan

khususnya angkutan sawit yang sering terpuruk dan terbalik saat hujan

datang. Saat kemarau debu jalanan pun membuat kita sulit bernafas.47

Tabel 3.5: Sarana dan Prasarana48

No Jenis Prasarana Jumlah Kondisi

1. Kantor Prasarana 1 Baik

2. Taman Kanak-kanak (TK) 2 Baik

3. Pendidikan Al-Qur‟an 2 Baik

4. Sekolah Dasar (SD) 2 Baik

5. Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 Baik

6. Posyandu 2 Baik

8. Pasar Desa 1 Baik

8. Sarana Ibadah/masjid 2 Baik

9. Musholla 6 Baik

10. Gereja 1 Baik

11. Prasarana umum 4 Baik

12. Balai Pertemuan 1 Baik

47

Wawancara dengan bapak Arif, Tokoh Masyarakat, 20 November 2018. 48

Dokumentasi Desa Bulian Jaya.

Page 55: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Praktik Penimbangan Jual Beli Buah Kelapa Sawit Di Desa Bulian Jaya

Kecamatan Maro Sebo Ilir

Kegiatan muamalah ataupun jual beli merupakan kegiatan yang tidak bisa

terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Hampir setiap hari manusia melakukan

kegiatan jual beli. Perhatikanlah semua barang kebutuhan sehari-hari, mulai dari

bahan makanan, pakaian, elektronik, kebutuhan kamar mandi dan lain

sebagainya.49

Semua itu merupakan kebutuhan pokok manusia yang mesti

terpenuhi demi kelangsungan hidup mereka. Namun dalam hal ini bukan berarti

manusia harus mengabaikan nilai-nilai luhur kepercayaan, yaitu dalam nilai-nilai

syariah. Dalam syariah juga diatur mengenai tata cara dalam bertransaksi mulai

dari akad dan lain sebagainya sehingga transaksi pun terlaksana secara baik dan

benar tanpa harus merugikan bagi orang lain.

Begitu pula halnya dengan mayoritas masyarakat Desa Bulian Jaya, dimana

masyarakat desa tersebut mayoritas berprofesi sebagai petani sawit yang

kesehariannya tidak terlepas dari transaksi jual beli antara si penjual (petani) dan

sipembeli (toke sawit), namun didalam transaksi tersebut peneliti menemukan

kejanggalan dalam proses penimbangan buah kelapa sawit tersebut. Di mana

dalam proses penimbangan tersebut peneliti menemukan tindak kecurangan yang

dilakukan oleh para petani, tidak sedikit petani yang melakukan kecurangan hanya

untuk mengambil keuntungan yang lebih besar, berbagai macam cara yang

mereka gunakan demi mendapatkan hasil yang banyak diantaranya yaitu dengan

49

Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, Edisi Revisi,

(Bandung:Alfabeta, 2014), hal. 142.

Page 56: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

mengurangi timbangan dalam buah kelapa sawit. Tindakan tak terpuji ini

dilakukan oleh para petani seolah mereka tidak merasa berdosa terhadap apa yang

mereka lakukan.

Hal ini berdasarkan wawancara secara langsung oleh peneliti terhadap

Kepala Desa Bulian Jaya sebagai berikut:

Masyarakat Desa Bulian Jaya yang mayoritas berprofesi sebagai petani

sawit, mereka dalam kesehariannya memang tak terlepas dari transaksi-

transaksi penjualan buah kelapa sawit setiap hari mereka melakukan

aktifitas mulai di pagi hari sampai siang dan terkadang hinggga sampai sore

hari, namun dalam proses transaksi jual beli mereka makukan dengan cara

yang baik, meskipun sebenarnya ada beberapa persoalan di dalam transaksi

itu yaitu dalam proses penimbangan buah itu sendiri, tidak sedikit sih para

toke menemukan tindak kecungan yang dilakukan si petani (penjual buah

kelapa sawit) sehingga banyak toke yang bahkan mengalami kerugian yang

berujung kepada kebangkrutan (gulung tikar).50

Selain daripada itu peneliti juga melakukan wawancara terhadap salah

seorang toke sawit yaitu sebagai berikut:

Dalam transaksi jual beli buah kelapa sawit ini memang banyak para petani

(si penjual) melakukan kecurangan terhadap kami para toke diantaranya

yaitu dengan cara mengurangi timbangan buah kelapa sawit, sehingga dalam

proses transaksi tersebut tidak sedikit diantara kami para toke yang merasa

dirugikan dan bahkan memang sampai ada yang bangkrut (gulung tukar)

akibat perbuatan para petani yang tidak terpuji.51

Peneliti juga melakukan wawancara dengan salah seorang petani mengenai

tindak kecurangan yang sering kali dilakukan olehnya sebagai berikut:

Sebenarnya kami para petani ini adalah orang-orang kecil yang hanya ingin

mencari sesuap nasi saja nak! Namun demi terpenuhinya kebutuhan hidup

maka kami mau tidak mau enak tidak enak maka kami harus melakukan

tindakan yang tak terpuji ini, tapi terkadang kami juga merasa berat untuk

50

Wawancara dengan Bapak Jayin, Kepala Desa Bulian Jaya, 14 November 2018. 51

Wawancara dengan Bapak Mukti, Pembeli/toke kelapa sawit, 16 November 2018.

Page 57: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

melakukannya, kayak mana lagi lah nak, lah sudah dalam mendesak yah

gitulah keadaanya.52

Tentunya ini tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam, dalam prinsip

syariat Islam dikenal dengan prinsip tidak boleh merugikan diri sendiri dan orang

lain dimana dalam setiap transaksi dan hubungan perdata (muamalat) dalam Islam

tidak boleh menimbulkan kerugian kepada diri sendiri dan orang lain. Hal ini

berdasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu

Majah, Ad-daruquthni, dan lain-lain dari Abi Sa‟id al-Khadri bahwa

Rasulullahllah Saw bersabda, لاضر ر ولا ضرار yang artinya janganlah engkau

membahayakan dan saling merugikan.53

Berdasarkan prinsip dan hadis Nabi Muhammad SAW di atas transaksi yang

dilakukan oleh petani Bulian Jaya tentu tidak sesuai dengan nilai-nilai syariat

Islam. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan salah seorang toke

buah kelapa sawit di desa Bulian Jaya yang menjadi korban kecurangan dalam

penimbangan buah kelapa sawit bahwa ia menceritakan kejadian dimana dalam

berat timbangan buah kelapa sawit di tempat penimbangan buah (TPH) dan berat

buah kelapa sawit di pabrik meleset jauh berbeda :

Saya pernah membeli buah kelapa sawit langsung kepada petani, di tempat

penimbangan buah (TPH) dan buah kelapa sawit tersebut sudah di timbang

secara langsung oleh si petani, jadi saya datang langsung mengangkut buah

kelapa sawit ke mobil truk yang saya bawa tanpa harus menunggu si petani

menimbang buah lagi karena sebelum saya sampai kelokasi Tempat

Penimbangan Buah (TPH), buah tersebut sudah di timbang dan siap untuk

di antar ke pabrik, namun diluar dugaan, setelah saya sampai di pabrik dan

52

Wawancara dengan bapak Kusni, petani sawit, 22 November 2018.

53 [Ibnu Majah no. 234, Daruqquthni no. 4/228, Imam Malik (Muwaththo 2/746)]

coretantanpakertas.wordpress.com/2010/06/24/hadits-ke32-tidak-melakukan-perbuatan-

merugikan-orang-lain/, akses 9 Januari 2019, 10.26 Wib.

Page 58: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

melakukan penimbangan,buah yang saya angkut tadi jauh meleset dari

laporan hasil penimbangan pak petani, tentunya saya mendapatkan kerugian

yang besar dalam penjualan buah kelapa sawit ke pabrik pengolahan saya

tidak dapat berbuat apa-apa lagi, hanya saja saya akan lebih berhati-hati

dalam membeli buah kelapa sawit.54

Perbuatan tak terpuji ini memang sering terjadi di kalangan para petani, hal

ini dilakukan dengan dalih kebutuhan hidup yang begitu tinggi sehingga mau

tidak mau petani harus melakukan tindakan tak terpuji ini, hal ini berdasarkan

wawancara peneliti dengan salah seorang tokoh masyarakat di desa Bulian Jaya.

Beberapa faktor penyebab yang terjadi sehingga para petani melakukan

tindak kecurangan ini, diantaranya yaitu:

1. Tingkat kebutuhan yang tinggi

Di desa kami mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani kelapa

sawit. Juga tiada berbeda hal nya dengan para masyarakat lain. Mereka juga

mempunyai banyak tanggungan hidup, sehingga mau tidak mau mereka

harus memenuhi tanggungan itu secara baik. Hal inilah yang menjadi

bumerang dalam benak para petani, ada sebagian petani yang mempunyai

tanggungan diluar kemampuan penghasilan mereka sehingga hasil dari buah

kelapa sawit yang mereka miliki tidak mencukupi kebutuhan hidup dalam

keluarga mereka. Itulah sebabnya mengapa para petani banyak yang

melakukan tindak kecurangan didalam melakukan transaksi penjualan buah

kelapa sawit.

2. Tingkat pendidikan

Di desa kami ini rata-rata penduduknya adalah orang-orang imigran dari

berbagai daerah yang ada di Indonesia ini, ada yang dari Medan, Jawa,

Kerinci dan lain sebagainya, sehingga pada awal permulaan mereka datang

ke desa ini mereka hanya sibuk dengan urusan pertanian saja tanpa

memikirkan tingkat pendidikan yang ada dalam dirinya banyak diantara

mereka memilih berprofesi sebagai petani, ketimbang melanjutkan studinya

masing-masing dengan dalih masa depan lebih jelas didepan mata, karena

semakin banyak lahan yang meraka buka maka semakin banyak pulalah

penghasilan yang akan mereka peroleh di masa yang akan datang. Hal ini

tentu sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat Bulian Jaya

dalam melakukan transaksi jual beli khususnya dalam praktik penimbangan

seperti yang nak Aulia bilang tadi. Banyak diantara mereka yang tidak

mengetahui tatacara dan perbuatan-perbuatan yang tidak dibolehkan dalam

54

Wawancara dengan bapak Porada, toke kelapa sawit, 23 November 2018.

Page 59: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

masalah penimbangan yang sesuai dengan syariah Islam khususnya.

Sehingga dalam diri mereka hanya tertanam sebuah prinsip yang penting

buah laku timbangan berat dan dapat banyak uang yang didapat. Itulah nak

Aulia disini memang rata-rata masyarakatnya tamat SD (Sekolah Dasar)

saja dan tidak sedikit pula kita jumpai yang Sekolah Dasar (SD) nya pun tak

tamat.

3. Tingkat sosial

Kebanyakan para petani di desa kami akan sangat mudah sekali

berhubungan akrab dengan para toke-toke yang ada sehingga tidak sedikit

diantara mereka yang menganggap keluarga antara satu sama lain hal ini

bertujuan supaya didalam menjalin sebuah hubungan kekeluargaan tidak

hanya sebatas antara si penjual dan si pembeli saja. Sehingga banyak

diantara para toke yang memepercayakan secara penuh dalam proses

transaksi kepada para petani diantaranya dalam penimbangan sehingga para

petanipun merasa terlena dengan apa yang diberikan oleh si toke sawit

tersebut. Tulah sebabnya mengapa tindak kecurangan sering terjadi.55

Penjelasan diatas dapat diketahui bahwa dalam hal ini tentu sudah

menyalahi dalam prinsip-prinsip muamalah dimana dalam prinsip muamalah

tersebut dikenal dengan asas kesukarelaan antara dua belah pihakyaitu penjual dan

pembeli.56

Selain daripada itu di dalam melakukan transaksi harus bersih dari

kedzaliman dan kebatilan. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur‟an :

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan

yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah

kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu”.57

55

Wawancara dengan bapak Rizal, tokoh masyarakat, 20 November 2018.

56 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 5.

57 An-Nisa‟ (4) : 29.

Page 60: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

Ayat lain Allah SWT. juga telah berfirman bahwa manusia diperintahkan

memakan makanan yang halal lagi baik untuk dikonsumsi hal ini dijelaskan oleh

Allah SWT didalam firman-Nya:

Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang

terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah

syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata

bagimu”.58

Allah SWT juga tidak mengizinkan seseorang bekerja dengan cara yang

haram walaupun tujuan akhirnya baik dan terpuji, seperti mengambil riba untuk

mendirikan masjid, sekolah yatim piatu, madrasah tahfidz al-Quran, atau

mendirikan rumah sakit bagi orang-orang yang tidak mampu. Islam juga tidak

membenarkan slogan dengan tujuan menghalalkan segala cara. Sebaliknya, Islam

adalah agama yang berusaha keras untuk bersih dalam cara dan sarana

sebagaimana bersih dalam tujuan.59

B. Praktik Penimbangan Jual Beli Buah Kelapa Sawit Menurut Perspektif

Hukum Ekonomi Islam

Ekonomi suatu bangsa akan baik, jika akhlak masyarakatnya juga baik.

Antara akhlak dan ekonomi memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan.

Akhlak yang baik berdampak pada terbangunnya muamalah atau kerjasama

ekonomi yang baik. Rasullallah Saw. diutus untuk menyebarluaskan akhlak mulia,

58

Al-Baqarah : 168.

59 Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insan Press, 1997),

hlm. 38.

Page 61: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

baik akhlak berucap maupun bertingkah laku. Dengan akhlak yang mulia tersebut

maka setiap manusia akan mampu mendekatkan diri serta beriman dengan

sebenar-benarnya kepada Allah Swt.60

Menurut Abdul Manan mendefinisikan ekonomi Islam sebagai ilmu

pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang

diilhami oleh nilai-nilai Islam.61

Tujuan akhir ekonomi Islam adalah mencapai

kebahagiaan didunia dan diakhirat melalui suatu tata kehidupan yang baik.

Berikut beberapa definisi ekonomi Islam menurut para pakar:

1. Menurut Hasanuzzaman, ekonomi Islam adalah ilmu dan aplikasi petunjuk dan

aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam memperoleh dan

menggunakan sumber daya material agar memenuhi kebutuhan manusia dan

agar dapat menjalankan kewajibannya kepada Allah dan masyarakat.

2. Menurut Nejatullah Ash-Shidiqi, ekonomi Islam adalah tanggapan pemikir-

pemikir muslim terhadap tantangan ekonomi pada zamannya. Di mana dalam

upaya ini mereka dibantu oleh Al-Qur‟an dan Sunnah disertai dengan

argumentasi dan pengalaman empiris.

3. Menurut Khan, ekonomi Islam adalah suatu upaya memusatkan perhatian pada

studi tentang kesejahteraan manusia yang dicapai dengan menggorganisasikan

sumber daya dibumi atas kerja sama dan partisipasi.

60

Ibid.,hlm.170.

61 Muhammad Abdul Manan, Teori dan Praktik Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Dana

Bakti Prima Yasa, 1997), hlm. 83.

Page 62: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

4. Menurut Khurshid Ahmad, ekonomi Islam adalah suatu upaya sistematis untuk

memahami masalah ekonomi dan perilaku manusia yang berkaitan dengan

masalah itu dari perspektif Islam.62

Pada dasarnya, buah kelapa sawit merupakan objek muamalah yang

memenuhi syarat sah jual beli, karena tidak termasuk ke dalam barang yang

dilarang oleh syara‟. Bagian sebelumnya sudah dipaparkan bahwa praktik jual beli

buah kelapa sawit antara toke dengan petani adalah aktivitas yang sering

dilakukan oleh masyarakat desa Bulian Jaya ketika panen, karena ini merupakan

salah satu mata pencaharian masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup

mereka. Islam telah mengatur tata cara jual beli dengan sebaik-baiknya agar tidak

terjadi kecurangan, penipuan, dan pemaksaan. Namun pada kenyataannya praktik

jual beli buah kelapa sawit yang dilakukan oleh toke dengan petani masih banyak

terdapat kesenjangan dari ajaran agama Islam. Dalam menjalani profesinya

sebagai petani, banyak praktik yang tidak sesuai dengan konsep Islam yang

mengacu pada Al-Qur‟an dan Sunnah, seperti adanya penipuan (kecurangan)

dalam hal penimbangan buah kelapa sawit di desa ini. Hal ini diterangkan

berdasarkan firman Allah SWT di dalam Al-Qur‟an:

Artinya: “Dan Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu

mengurangi neraca itu”.63

62

Veithzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Economics, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009),

hlm.11.

63 Ar-Rahman [55] : 9.

Page 63: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

Kecurangan dalam menakar atau menghitung dapat diperhatikan khusus

dalam Al-Qur‟an karena praktik seperti ini telah merampas hak orang lain.

Sebagaimana firman Allah dalam ayat berikut:

Artinya: “Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan

dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak

mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan

membuat kerusakan”.64

Selain itu, praktik seperti ini juga menimbulkan dampak yang buruk dalam

dunia perdagangan, yaitu timbulnya ketidakpercayaannya pembeli terhadap para

pedagang yang curang. Oleh karena itu, pedagang yang curang pada saat menakar

dalam menimbang dapat ancaman siksa akhirat sebagaimana firman Allah dalam

ayat berikut:

Artinya: “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang

yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi,,

dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka

mengurangi, tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa Sesungguhnya

mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari

(ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam”.65

64

Hud [11] : 85.

65 Mutaffifin [83] : 1-6.

Page 64: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

Ayat ini memberikan peringatan keras kepada para pedagang yang curang,

mereka dinamakan mutaffifin dalam bahasa Arab berasal dari kata tatfin atau

tafafah yang berarti pinggir atau bibir sesuatu. Pedagang yang curang itu

dinamakan mutaffifin karena ia menimbang atau menakar sesuatu hanya sampai

bibir timbangan tidak sampai penuh hingga permukaan. Dalam ayat diatas pelaku

kecurangan dipandang kecurangan moral yang sangat besar, pelaku diancam

hukuman berat yaitu neraka wail.

Adapun hadits nabi yang berbunyi: “Apabila engkau menjual sesuatu, maka

katakanlah: “tidak ada tipuan didalamnya”. (HR.Bukhari [No.1974] dan Muslim

[2826] dari Abdullah bin Umar Ra).

Islam sepenuhnya memiliki sistem tersendiri. Pelaku bisnis dalam Islam

harus konsisten menjalankan perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya

serta bertanggung jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Dalam

Islam Allah Swt. adalah maha segalanya, dampaknya Allah Swt. tidak butuh

dengan amalan yang telah dilakukan manusia, tetapi manusialah yang sangat

membutuhkan Allah Swt. dalam segala hal termasuk dalam kesuksesan berbisnis.

Jika dalam sistem ekonomi konvensional prinsip transaksional dan pragmatis

selalu menjadi spirit dalam menjalankan bisnis, tetapi dalam konsistensi

komitmen dan tanggung jawab kepada Allah Swt. adalah prinsip dasar yang

melekat pada hati dan pikiran pelaku bisnis.

1. Prinsip Bisnis dalam Islam

Setiap pelaku bisnis dalam Islam harus memiliki prinsip yang kuat sejalan

dengan syariah Islam. Prinsip inilah yang menjadikan seseorang menjadi tangguh,

Page 65: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

kuat dan tidak mudah terpengaruh dengan isu-isu disekitarnya. Setiap orang yang

memilih profesi atau aktivitas di dunia bisnis harus punya prinsip yang kuat demi

meraih kesuksesan. Meski makhluk hidup di bumi sudah mendapat jaminan rezeki

dari Allah, namun kemalasan tidak punya tempat dalam Islam. Fatalisme atau

nasib tidak dikenal dalam Islam. Firman Allah:

..

Artinya: “...maka carilah rezeki di sisi Allah, kemudian beribadah dan

bersyukurlah kepada Allah. Hanya kepada Allah kamu akan

dikembalikan”.66

Prinsip perdagangan (bisnis) yang diajarkan Al-Qur‟an antara lain:

1. Setiap perdagangan harus didasarkan pada prinsip saling rela, tidak saling

mendzalimi.

2. Menegakkan prinsip keadilan dalam dalam hal takaran, timbangan, ukuran

mata uang (kurs) dan pembagian keuntungan.

3. Prinsip melarang riba

4. Memiliki jiwa kasih sayang, tolong menolong dan persaudaraan.

5. Tidak melakukan investasi pada bisnis yang diharamkan agama, usaha yang

merusak mental dan masyarakat.

6. Komoditas yang diperdagangkan memenuhi kaidah halal dan thayyib

(barang/jasa yang berkualitas, suci dan memiliki dimensi keindahan).

7. Terhindar dari praktik spekulasi, gharar, tadlis, dan maysir.

66

Al-Ankabut [29] : 17.

Page 66: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

8. Perdagangan tidak boleh menjadikan manusia lalai dalam beribadah, termasuk

zakat.

9. Dalam perdagangan baik seara kredit maupun cash hendaknya selalu dicatat.67

Sementara Husnaini mengemukakan prinsip etos kerja yang diajarkan

Rasullallah Saw yang dikutip dari riwayat Al-Baihaqindan „Syu‟bul Iman‟ terdiri

dari 4 (empat) prinsip:

1. Bekerja secara halal (thalaba ad-dunya halalan).

Halal dari segi substansi pekerjaan sekaligus cara menjalankannya. Antonim

dari hukum halal adalah haram, yang dalam terminologi fikih terbagi menjadi

„haram lighairihi‟ (segala sesuatu yang diharamkan karena adanya „illat atau

bisa juga dikatakan sesuatu yang bisa jadi haram dan bisa jadi halal, misalnya

memperoleh keuntungan melalui bisnis itu halal tetapi jika dilakukan dengan

jalan penimbunan maka hasilnya menjadi haram) dan „haram lidzatihi‟ (segala

sesuatu yang diharamkan karena memang sudah asalnya haram).

2. Bekerja demi menjaga diri supaya tidak menjadi beban hidup orang lain

(ta‟affufan an al mas‟alah). Kaum beriman dilarang menjadi benalu bagi orang

lain. Rasullallah Saw bersabda, “Sesungguhnya orang yang mau membawa tali

atau kapak kemudian mengambil kayu bakar dan memikulnya diatas punggung

lebih baik dari orang yang mengemis kepada orang kaya, diberi atau ditolak.”

(HR Bukhari dan Muslim).

3. Bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga (sa‟yan ala iyalihi). Mencukupi

kebutuhan keluarga hukumnya fardlu ain. Tidak dapat diwakilkan, dan

67

Nur Asnawi dan Muhammad Asnan Fanani, Pemasaran Syariah: Teori, Filosofi, dan

Isu-isu Kontemporer, (Depok: Rajawali Pers, 2017), hlm. 104.

Page 67: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

menunaikannya termasuk kategori jihad. Sabda Rasullallah Saw.,”Tidaklah

seseorang memperoleh hasil terbaik melebihi yang dihasilkan tangannya. Dan

tidaklah sesuatu yang dinafkahkan seseorang kepada diri, keluarga, anak, dan

pembantunya kecuali dihitung sebagai sedekah” (HR Ibnu Majah). Tegasnya

seseorang yang memerah keringat dan membanting tulang demi keluarga akan

dicintai Allah Swt dan Rasullallah Saw. Sebagaimana Rasullallah Saw pernah

berkata tentang tangan Muadz yang kasar akibat setiap hari dipakai bekerja

untuk keluarga, Rasullallah Saw memujinya seraya bersabda, “Tangan seperti

inilah yang dicintai Allah dan Rasulnya”.

4. Bekerja untuk meringankan beban hidup tetangga (ta‟athhufan ala jarihi).

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa prinsip yang harus ada dalam bisnis

menurut Islam meliputi terpenuhinya prinsip halal dan thayyib, saling rela,

menghindari hal yang dilarang dan terakhir adalah sebagai bukti ketaatan

(ibadah) kepada Allah Swt. setelah memenuhi prinsip tersebut, nilai sebuah

pekerjaan akan diukur dari kualitas niat (shahihatun fi an-niat) dan

pelaksanaannya (shahihatun fi at-tahshil) termasuk aktivitas bisnis sekalipun.

Itulah pekerjaan yang bernilai ibadah dan kelak akan mengantarkan pelakunya

ke pintu surga.

Page 68: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis menguraikan skripsi ini maka penulis menarik sebuah

kesimpulan sebagai berikut:

1. Praktik penimbangan yang dilakukan oleh masyarakat desa Bulian Jaya yaitu

dengan mengurangi jumlah timbangan buah kelapa sawit miliknya. Misalnya

saja jumlah sebenarnya adalah 1 ton 500 Kg, petani melaporkan kepada

pembeli 1 ton 800. hal ini ketahuan ketika pembeli menjual buah kelapa sawit

petani ke pabrik, karena jumlah timbangan menyusut. Tentu hal ini

mendzalimi pihak pembeli.

2. Islam telah mengatur tata cara jual beli dengan sebaik-baiknya agar tidak

terjadi kecurangan, penipuan, dan pemaksaan. Hal ini berdasarkan Al-Qur‟an,

Sunnah, Ijma‟, Qiyas, dan Urf‟.

B. Saran

Saran-saran yang akan penulis berikan kepada para masyarakat Desa Bulian

Jaya Kec. Maro Sebo Ilir Kab. Batang Hari adalah:

1. Hendaknya Kepala Desa memberikan sosialisasi tentang pentingnya

kejujuran dan keterbukaan dalam bertransaksi jual beli buah kelapa sawit

khususnya dalam proses penimbangan dan memberikan sanksi moral maupun

materil kepada pelanggar.

2. Hendaknya dalam proses penimbangan disaksikan oleh kedua belah pihak

dalam hal ini penjual (petani) dan pembeli (toke).

Page 69: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir, Skripsi Analisis Penerapan Peraturan Perundang-undangan

Tentang Perlindungan Konsumen Dalam Jual Beli Online, Institut Agama

Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi, 2017.

Abdullah bin Abdurrahman Ali Bassam, Taisiru Al-„Allam Syarh Umdah Al-

Ahkam, Syarah Hadis Pilihan Bukhari-Muslim, Terj. Kathur Suhardi,

Jakarta: Darul Falah, cet ke VII, 1429 H/2008.

Ahmad Mudjab Mahallf, Ahmad Rodh Hasbulloh, Hadis-hadis Muttafaq „Alaih,

Jakarta: Kencana, 2004.

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Jakarta: Amzah.

Akhmad Mudjahidin, Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007.

Atabaiq Ali, Kamus Kontemporer Arab- Indonesia, Yogyakarta: Multi Karya

Grafika 2003.

Buchari Alma dan Donni Juna Priansa, Menajemen Bisnis Syariah, menanamkan

nilai dan praktik syariah bisnis kontemporer, Bandung: Alfabeta, Cv,

2014.

Digilib.uinby.ac.id, 14 Oktober 2018, pukul 20.13 Wib.

Eprints.walisongo.ac.id, 14 Oktober 2018, pukul 21.35 Wib.

Fachruddin, Ensiklopedia al-Qur‟an, Cet. 2, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.

Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007.

Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta: Kencana, 2006, Edisi pertama,

Cet. Ke-1.

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.

Page 70: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

https://id.scribd.com/document/329398499/pengertian-penelitian-yuridis-

empiris, akses 12 Februari 2018.

Literatur

Mardani, Hukum Perikatan Syariah Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika.

Muhammad Abdul Manan, Teori dan Praktik Ekonomi Islam, Yogyakarta: PT

Dana Bakti Prima Yasa, 1997.

Muhammad Nasib ar-Rifa‟I, Taisiru al-Aliyyal Qadir Li Ikhtiisari Tarsir Ibnu

Katsir, Penerjemah: Drs. Syihabuddin, M.A, Depok: Gema Insani. 2008.

Muhammad, Etika Bisnis Islami, Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan, 2002.

Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam., Cet.2, Jakarta:

Kencana, 2007.

Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama,2007.

Neni Sri Imaniyati, Hukum Ekonomi dan Ekonomi Islam dalam Perkembangan,

Bandung, Mandar Maju, 2002.

Nur Asnawi dan Muhammad Asnan Fanani, Pemasaran Syariah: Teori, Filosofi,

dan Isu-isu Kontemporer, Depok: Rajawali Pers, 2017.

Peter Salim-Yeny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta:

Moderen Engglish, Pers, 1991.

Repository.radenintan.ac.id. 16 Oktober 2018, pukul 09.00 Wib.

Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, Edisi Revisi, Jambi: Syariah Press, 2014.

Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insan Press,

1997.

Page 71: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

Dokumentasi Penelitian

Staff Kantor Kepala desa

Bersama bapak Kepala desa Bulian Jaya

Bersama Toke Sawit

Page 72: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …

Petani

Page 73: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …
Page 74: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …
Page 75: PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI BUAH KELAPA …