Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

29
Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014 103 Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum Keluarga di Kabupaten Banjar dan Hulu Sungai Utara (Studi Eksploratif Mengenai Motivasi, Bentuk dan Tata Cara) Syaugi Mubarak Seff H. Badrian Zulpa Makiah Abstraks Hiyal adalah melakukan amalan yang pada lahirnya diperbolehkan untuk membatalkan hukum syara dan menggantinya secara formal dengan hukum yang lain. Kebanyakan ulama memandang hiyal dapat digunakan ketika metode ini semata-mata berupa pemanfaatan hukum secara cerdas untuk mencapai tujuan-tujuan yang sahih. Bentuk-bentuk praktik hiyal di bidang fikih ibadah, muamalah, dan hukum keluarga pada masyarakat di Kabupaten Banjar dan Hulu Sungai Utara adalah: (a) Hilah pembayaran fidyah orang meninggal, dalam tradisi Banjar dilakukan untuk membayar utang shalat, puasa, dan zakat orang yang wafat kepada beberapa orang dengan imbalan uang; (b) Hilah zakat adalah seorang muzaki mengeluarkan zakat harta atau hasil pertanian secara formal diserahkan kepada seorang ulama yang berfungsi menerimanya, kemudian diserahkan kembali kepada muzaki untuk dibagikan; (c) Jual sanda dan sewa sanda, menurut orang Banjar, si penerima gadailah yang berhak atas hasil atau manfaat barang yang digadainya.; dan (e) Hilah waris hidup (hibah), dalam tradisi Banjar kedua orang tua sebelum meninggal, mereka membagi hartanya secara adil (bagi sama) antara anak laki-laki dan perempuan. Kata Kunci : Hiyal, fidyah, zakat, waris, jual hidup. Dalam aspek ini asy-Syatibi menegaskan bahwa seluruh manusia, baik orang-orang yang berilmu maupun kalangan awam, seluruh peristiwa, baik yang bisa diidentifikasi ataupun tidak serta seluruh kondisi, baik zahir maupun batin, semuanya harus tunduk kepada hukum- hukum syariat dan menjalankannya (Syatibi Vol.II, h. 131). Tujuan memasukkan manusia ke dalam “naungan” hukum-hukum syariah, lanjut asy-Syatibi, adalah untuk mengeluarkannya dari penghambaan terhadap hawa nafsu dan egoisme yang menjadikannya tercela, sehingga bisa menjadi hamba Allah secara suka rela dan penuh keyakinan. Mengikuti hawa nafsu hanyalah merupakan jalan menuju perbuatan tercela, sekalipun dibingkai dalam sebuah perbuatan yang terpuji (Syatibi Vol.II, h.132-133) Salah satu contohnya adalah dengan memanfaatkan loopholes atau celah-celah yang terdapat dalam ketentuan atau hukum-hukum syariat untuk meng- hindari maksud dari ketentuan tersebut tanpa melanggar materi ketentuannya atau yang dikenal dengan hiyal. Dalam wacana pemikiran hukum Is- lam, hiyal dianggap sebagai sebuah metode atau strategi khusus yang semata-mata menggunakan landasan pendekatan formalistik, dalam pengertian adanya perhatian lebih besar pada bentuk ekternal prilaku daripada maksud asli para pelaku. Harus diakui, kadang-kadang memang sulit untuk diputuskan apakah strategi khusus atau hiyal dilakukan hanya untuk mengatasi ketidaknyamanan dalam hukum

Transcript of Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Page 1: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014 103

Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah danHukum Keluarga di Kabupaten Banjar dan HuluSungai Utara (Studi Eksploratif Mengenai Motivasi,Bentuk dan Tata Cara)

Syaugi Mubarak SeffH. BadrianZulpa Makiah

Abstraks

Hiyal adalah melakukan amalan yang pada lahirnya diperbolehkan untuk membatalkan hukum syara danmenggantinya secara formal dengan hukum yang lain. Kebanyakan ulama memandang hiyal dapat digunakanketika metode ini semata-mata berupa pemanfaatan hukum secara cerdas untuk mencapai tujuan-tujuan yangsahih. Bentuk-bentuk praktik hiyal di bidang fikih ibadah, muamalah, dan hukum keluarga pada masyarakatdi Kabupaten Banjar dan Hulu Sungai Utara adalah: (a) Hilah pembayaran fidyah orang meninggal, dalamtradisi Banjar dilakukan untuk membayar utang shalat, puasa, dan zakat orang yang wafat kepada beberapaorang dengan imbalan uang; (b) Hilah zakat adalah seorang muzaki mengeluarkan zakat harta atau hasilpertanian secara formal diserahkan kepada seorang ulama yang berfungsi menerimanya, kemudian diserahkankembali kepada muzaki untuk dibagikan; (c) Jual sanda dan sewa sanda, menurut orang Banjar, si penerimagadailah yang berhak atas hasil atau manfaat barang yang digadainya.; dan (e) Hilah waris hidup (hibah),dalam tradisi Banjar kedua orang tua sebelum meninggal, mereka membagi hartanya secara adil (bagi sama)antara anak laki-laki dan perempuan.

Kata Kunci : Hiyal, fidyah, zakat, waris, jual hidup.

Dalam aspek ini asy-Syatibimenegaskan bahwa seluruh manusia, baikorang-orang yang berilmu maupunkalangan awam, seluruh peristiwa, baik yangbisa diidentifikasi ataupun tidak sertaseluruh kondisi, baik zahir maupun batin,semuanya harus tunduk kepada hukum-hukum syariat dan menjalankannya(Syatibi Vol.II, h. 131).

Tujuan memasukkan manusia kedalam “naungan” hukum-hukum syariah,lanjut asy-Syatibi, adalah untukmengeluarkannya dari penghambaanterhadap hawa nafsu dan egoisme yangmenjadikannya tercela, sehingga bisamenjadi hamba Allah secara suka rela danpenuh keyakinan. Mengikuti hawa nafsuhanyalah merupakan jalan menujuperbuatan tercela, sekalipun dibingkai dalam

sebuah perbuatan yang terpuji (SyatibiVol.II, h.132-133) Salah satu contohnyaadalah dengan memanfaatkan loopholes ataucelah-celah yang terdapat dalam ketentuanatau hukum-hukum syariat untuk meng-hindari maksud dari ketentuan tersebuttanpa melanggar materi ketentuannya atauyang dikenal dengan hiyal.

Dalam wacana pemikiran hukum Is-lam, hiyal dianggap sebagai sebuah metodeatau strategi khusus yang semata-matamenggunakan landasan pendekatanformalistik, dalam pengertian adanyaperhatian lebih besar pada bentuk ekternalprilaku daripada maksud asli para pelaku.Harus diakui, kadang-kadang memang sulituntuk diputuskan apakah strategi khususatau hiyal dilakukan hanya untukmengatasi ketidaknyamanan dalam hukum

Page 2: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014104

ataukah benar-benar merusak tujuannya.Kebanyakan ulama memandang hiyal dapatdigunakan ketika metode ini semata-mataberupa pemanfaatan hukum secara cerdasuntuk mencapai tujuan-tujuan yang sahih.Misalnya, seseorang yang ingin terhindardari riba tidak langsung membartergandum miliknya kepada orang lain yangmemiliki kualitas gandum yang berbedadengan takaran yang tidak sama, tetapiterlebih dahulu menjual gandum miliknyatersebut, lalu dengan uang hasil penjualantersebut ia membeli gandum yangdiinginkannya. Namun hiyal jenis lainmerupakan upaya pengelabuan terang-terangan terhadap aturan dasar dan prinsiphukum tersebut. Contoh yang terkenaladalah jual beli ‘inah. Dalam transaksi ini,seseorang menjual barang dagangannyakepada pembeli secara tempo atau angsurandengan harga yang lebih tinggi, kemudiansebelum pembeli melunasi pembayarannya,ia menjual kembali barang tersebut kepadapenjual dengan harga yang lebih rendah.Ahli hukum mazhab berbeda pandanganmengenai strategi licik ini, pendapat-pendapat mereka bervariasi sebagai berikut:mazhab Hanafi dan Syafi’i seringmenyatakannya sah meskipun tidakbermoral, tetapi mazhab Maliki, dan secaralebih konsisten mazhab Hanbali, mengutuksemua jenis strategi ini (Wahbah al-Zuhayli1989 h. 468-469).

Persoalan hiyal memang cukupmenarik untuk dikaji secara lebih intens.Tim peneliti dari Fakultas Syariah IAINAntasari merasa ada hal-hal yang cukupmenarik dari hiyal untuk ditampilkankepermukaan. Secara spesifik adalahbentuk-bentuk hiyal yang sudah menjadipraktik yang lazim atau sudah mentradisipada sebagian masyarakat di KalimantanSelatan, terutama masyarakat di KabupatenBanjar dan Hulu Sungai Utara, bukan hanyamenyangkut persoalan ibadah, tetapi jugadi bidang muamalat dan hukum keluarga.Persoalannya adalah apakah praktik-praktikhiyal tersebut dilakukan dimaksudkansemata-mata untuk menghindari beban

hukum yang terlalu berat untuk dialihkankepada beban hukum yang lebih ringan danlebih efektif dalam penerapannya, atauhanya dimaksudkan untuk mentolerirkebiasaan setempat atau fenomena umum,sementara nash hukum tidak mengenalnyamaupun melarangnya, atau bahkan hiyalmemang digunakan sebagai trik ataurekayasa manipulatif untuk menghindarikewajiban hukum secara formal?

Dari hasil survey sementara di lapangantim peneliti menemukan adanya beberapapraktik hiyal yang terjadi di KabupatenBanjar dan Hulu Sungai Utara. Di bidangibadah, misalnya hilah zakat. Hilah zakat inidilakukan diduga untuk menghindariaturan zakat yang dirasa cukup rumit.

Bentuk hiyal lainnya adalah hilah or-ang mati yang banyak terdapat diKabupaten Banjar dan Hulu Sungai Utara.Hiyal ini diduga dilakukan untukmenghindari beban hukum yang terlaluberat bagi ahli waris, yakni membayarkaffarat sebagai pengganti kemungkinanalmarhum meninggalkan kewajibanagamanya, seperti salat dan zakat, yangsecara moral dan tradisi menjadi tanggungjawab ahli waris.

Di bidang muamalah dan hukumkeluarga juga terjadi praktik hiyal. DiKabupaten Hulu Sungai Utara, misalnya,terdapat apa yang disebut “jual hidup” dan“sewa sanda”. Hiyal jenis ini dilakukanadalah untuk menyiasati aturan syara’mengenai gadai yang tidak mengizinkanpenerima gadai memakai barang gadaian.

Dalam beberapa hal, hiyal dilakukansecara massif oleh masyarakat, khususnyadi Kabupaten Banjar dan Hulu SungaiUtara. Dalam perspektif tim peneliti adamaqasid syariah atau substansi fikih yangterabaikan dalam persoalan hiyal. Olehkarena itu, tim peneliti tertarik untukmengeksplorasi lebih lanjut praktik hiyaltersebut, baik dari bentuk-bentuk hiyal,motivasi pelaku, dan tata cara hiyal. Hasilnyadiharapkan menjadi sebuah produkberpikir kritis dan analitis dalam

Praktik Hiyal

Page 3: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014 105

pengembangan wacana dan pemecahanmasalah hukum, baik secara akademismaupun praktis.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuanuntuk mengetahui, mendeskripsikan, danmemetakan praktik hilah yang terjadi padamasyarakat di Kabupaten Banjar dan HuluSungai Utara, Kalimantan Selatan. Secarakhusus penelitian ini akan meneliti bentukbentuk hiyal, motivasi pelaku, dan tata cara-cara pelaksanaan hiyal.

2. Kegunaan PenelitianPenelitian ini diharapkan berguna:

a. untuk memetakan prilaku kebera-gamaan dalam rangka pengembangandakwah dan pembelajaran fikih berbasissosial kultur/tradisi masyarakat IslamBanjar atau fikih ala Banjar (fikih lokal).

b. sebagai produk berpikir kritis dalampengembangan wacana dan pemecahanmasalah hukum secara akademis danpraktis.

c. untuk dijadikan bahan penelitian lebihlanjut bagi pihak yang berminat dariaspek yang berbeda.

Rumusan MasalahAgar penelitian lebih terarah, maka

masalah yang akan diteliti difokuskanuntuk umenjawab hal-hal berikut:1. Bagaimana bentuk-bentuk praktik hiyal

di bidang fikih ibadah, muamalah, danhukum keluarga pada masyarakat diKabupaten Banjar dan Hulu SungaiUtara?

2. Apa motivasi dan pijakan hukum(landasan syar’i) yang melatarbelakangiterjadinya praktik hiyal pada masyarakatdi Kabupaten Banjar dan Hulu SungaiUtara?

3. Bagaimana tata-cara pelaksanaan hiyal dibidang fikih ibadah, muamalah, dan

hukum keluarga pada masyarakat padamasyarakat di Kabupaten Banjar danHulu Sungai Utara?

Tinjauan Pustaka dan KerangkaBerpikir1. Tinjauan Pustaka

Kajian tentang hiyal sebenarnya sudahpernah dilakukan, baik oleh ulama klasikmaupun penulis kontemporer. Sumbertertua yang mengupas tentang hilah adalah“al-Makharij fi al-Hiyal” ditulis oleh al-Syaibani. Kitab ini berbicara tentangpersoalan-persoalan hiyal hukum dalampandangan ahli hukum mazhab Hanafi. (al-Syaibani1999).

Karya ilmiah yang membahaspersoalan hiyal secara spesifik tentang hiyaladalah sebuah buku yang berasal daridisertasi Muhòammad »Abd al-WahhabBuhòayri yang berjudul “al-Hiyal fi al-Syari’ah al-Islamiyah wa-Syarh Ma Waradafiha min al-Ayat wa al-Hadits”. Tulisan initampaknya lebih menekankan uraianmengenai hiyal dalam segi pemaknaan.Menurut Buhayri, kata hiyal, baik secaraleksikal maupun terminologi jika ditinjaudari sudut bahasa mengandung arti yangparadoks. Setelah mengurai danmenganalisis makna hiyal denganpendekatan kebahasaan, Buhayri akhirnyaberkesimpulan bahwa hiyal bisa sajadibenarkan dan pada persoalan lainnya bisasaja dilarang (Buhòayri 1974).

Karya ilmiah lainnya tentang hiyaladalah tulisan salah seorang mahasiswaFakultas Studi Tinggi Jurusan HukumPidana Akademi Nayef al-Arabiyyah li al-‘Ulum Riyadh Saudi Arabia dengan judul“al-Hiyal wa Atsaruha fi al-‘Uqubat al-Muqaddarah (al-Hudud wa al-Qishash)”.Tesis magister yang ditulis oleh Shaleh binAbdullah Seff ini sebagaimana tergambardari judulnya membatasi pembahasanpersoalan hiyal hanya dalam bidang hukumpidana saja, yakni persoalah hudud danqishash (Shaleh bin Abdullah Seff 1422-1423 H).

Praktik Hiyal

Page 4: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014106

Selain itu, terdapat beberapa makalahyang membahas tentang hiyal seperti tulisanMuhammad Garamullah al-Faqih yangberjudul “al-Hiyal al-Fiqhiyyah” ( al-Faqih,Jeddah Teacher’s College Universitas KingAbdulaziz) dan tulisan Rafiq Yunus al-Mishridengan judul “al-Hiyal al-Fiqhiyyah baynal-Buthi wa Ibn Qayyim al-Jauziyyah”(al-Mishri 2009). Tulisan lainnya yang patutdisebutkan di sini adalah tulisanMuhammad Hasyim Kamali tentang “Hilahdalam Perspektif Sejarah Sosial Hukum Is-lam” yang dimuat pada jurnal Pesantren.Hiyal juga dibahas oleh asy-Syatibi dalamal-Muwafaqat, Ibn Qayyim al-Jauziyyahdalam I’lam al-Muwaqi’in (Ibn Qayyim1991). Dan Subhi Mahmassani dalam ThePhilosophy of Jurisprudensi in Islam(Mahmassani 1981) sebagai salah satu subbahasan dalam karya mereka. Semualiteratur-literatur yang disebutkan di sinipada umumnya hanya menguraikanpersoalan hiyal dari sudut pandangannormatif, filosofis, dan historis, tidakberorientasi untuk mengeksplorasi bentuk,motivasi dan tata cara praktik hiyal yangterjadi di lapangan sebagaimanadikehendaki oleh penelitian ini.

Seluruh literatur tentang hiyal yangtelah disebutkan akan menjadi masukanbagi penelitian yang akan dilakukan olehtim peneliti dari Fakultas Syariah.

Kerangka BerpikirHiyal bentuk plural dari hilah secara

harfiah berarti kecerdikan, tipu daya,muslihat, siasat, dan alasan-alasan yangdicari untuk melepaskan diri dari suatubeban/tanggung jawab. (Dahlan 1996, h.553-554)

Secara terminologi hiyal adalahMenurut al-Syatibi hiyal adalah melakukanamalan yang pada lahirnya diperbolehkanuntuk membatalkan hukum syara danmenggantinya secara formal dengan hukumyang lain (asy-Syatibi h. 145).

Dalam wacana pemikiran hukum Is-lam, hiyal termasuk dalam konteks produk

perkembangan pemikiran hukum Islam.Menurut Kamali, ide hiyal dikembangkanoleh kalangan ahli hukum Hanafisesungguhnya lebih bersifat fungsional,yaitu: Pertama, hiyal dimaksudkan untukmenghindari beban hukum yang terlaluberat untuk dialihkan kepada beban hukumyang lebih ringan dan lebih efektif dalampenerapannya. Hal ini terjadi karenamanusia terkadang menghadapi kesulitandalam berbagai bidang kehidupan, baikdalam lapangan hukum keluarga(munakahat), maupun dalam bidangmuamalat. Kedua, hiyal dimaksudkanuntuk menolerir kebiasaan setempat ataufenomena umum, sementara nash hukumtidak mengenalnya atau bahkanmelarangnya. Ketiga, hiyal direkayasadengan cara menutup kesempatan kepadaorang lain untuk mendapatkan hak secaraterselubung, karena alasan tertentu yangmengandung kebaikan. (Kamali1991, h. 66).

Jadi, hiyal tampaknya dimunculkanlebih bersifat teknis metodologis dalammenghadapi tuntutan hukum masyarakatyang berkembang. Karena bersifat teknismetodologi, maka wajar melahirkan sikappro dan kontra, dan pada perkembanganselanjutnya sikap menerima ataumenentang itu bisa saja mengalami trendyang semakin meluas dan menyempit.

Berangkat dari satu asumsi bahwasetiap produk hukum sebagai sebuahfenomena sosial merupakan produk sejarahtidak terlepas dari keadaan kultur danlingkungan sosialnya, maka hiyal yangmerupakan sebuah produk hukum Islamsebagai fenomena yang terjadi dimasyarakat tentu tidak bisa dilepaskandengan situasi sosio-kultural lingkunganmasyarakat muslim yang mendukungterciptanya praktik hiyal tersebut. Karenaitu, pendekatan yang digunakan dalampenelitian hukum ini tidak menggunakanpendekatan normatif an sich, tetapi perludidukung pendekatan lainnya untukmempelajari mengenai pola-pola prilakukeagamaan masyarakat muslim.

Praktik Hiyal

Page 5: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014 107

Metode PenelitianPendekatan Penelitian.

Pendekatan yang dilakukan dalampenelitian ini adalah pendekatan hukummasyarakat (law in society approach) danpendekatan konseptual (conceptual ap-proach). Pendekatan hukum masyarakat(law in society approach) dipakai untukmengetahui living law atau hukum yanghidup dan berkembang di masyarakat,dalam hal ini adalah hiyal yang telahdipraktikkan oleh masyarakat yang ada diKabupaten Banjar dan Hulu Sungai Utara.Sedangkan pendekatan konseptual (concep-tual approach) beranjak dari pandangan-pandangan atau doktrin-doktrin tentanghiyal yang berkembang di dalam fikih.Dengan mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin tentanghiyal yang ada di dalam fikih, peneliti akanmenemukan ide-ide yang melahirkanpengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yangrelevan dengan praktik hiyal yang terjadipada masyarakat di Kabupaten Banjar danHulu Sungai Utara.

Lokasi Penelitian.Penelitian ini mengambil lokasi di dua

tempat, yakni di Kabupaten Banjar danKabupaten Hulu Sungai Utara. Dipilihnyadua lokasi tersebut dengan pertimbanganbahwa kasus praktik hiyal banyakditemukan pada masyarakat di duakabupaten tersebut.

Populasi dan Pengambilan SampelPenelitian tentang praktik hiyal

difokuskan pada masyarakat yang ada didua kabupaten, yaitu Kabupaten Banjar danKabupaten Hulu Sungai Utara. Karenabanyaknya populasi di dua kabupatentersebut, maka perlu pembatasan dengantujuan bahwa praktik hiyal yang dilakukanoleh masyarakat yang ada di KabupatenBanjar dan Kabupaten Hulu Sungai Utarayang pada dasarnya memiliki substansiyang sama. Untuk mendapatkan sampel

guna mendapatkan data untuk memecah-kan permasalahan penelitian, makadigunakan teknik random sampling.

Data dan Sumber DataUntuk memecahkan isu hukum dan

sekaligus memberikan preskripsi mengenaiapa yang seyogyanya, maka diperlukansumber-sumber penelitian. Dalampenelitian hukum sosiologis, yang ditelitipada awalnya adalah data sekunder, untukkemudian dilanjutkan dengan penelitianterhadap data primer di lapangan, atauterhadap masyarakat (Soekanto 2008, h. 52).Sumber data yang digunakan dalampenelitian ini adalah data sekunder (second-ary data) dan data primer (primary data).Data sekunder adalah data yang diperolehdari penelitian kepustakaan dan dokumen,yang merupakan hasil penelitian danpengolahan orang lain, yang sudah tersediadalam bentuk buku-buku atau dokumenyang ada di perpustakaan atau milik pribadi.Sedang Data primer adalah data yangdiperoleh langsung dari masyarakat(Soekanto dan Mamudji 2001 h. 12).

Teknik Pengumpulan Data.Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalahwawancara (interview). Terhadap datalapangan dikumpulkan dengan teknikwawancara tidak terarah (non-directive in-terview)1 atau tidak terstruktur (free flowinginterview), yaitu dengan mengadakankomunikasi langsung kepada respondendengan menggunakan pedoman wawancara(interview guide) guna mencari jawaban ataspraktik hiyal bagi masyarakat yang ada diKabupaten Banjar dan Kabupaten Hulu

1 Ciri yang utama dari teknik wawancara tidak terarah(non-directive interview) adalah bahwa seluruhwawancara tidak didasarkan pada daftar pertanyaanyang telah disusun lebih dahulu. Pewawancara tidakmemberikan pengarahan yang tajam, tetapi diserahkanpada yang diwawancarai untuk memberikan penjelasanmenurut kemauannya sendiri. Lihat Ronny HanitijoSoemitro, 1994), h. 59-60.

Praktik Hiyal

Page 6: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014108

Sungai Utara. Teknik pengumpulan datayang dikenal adalah studi kepustakaan,pengamatan (observasi), wawancara (inter-view), dan daftar pertanyaan (kuesioner).Sesuai dengan sumber data seperti tersebut,maka pengumpulan data dalam penelitianini dilakukan dengan cara studi kepustakaandan wawancara (interview). Untuk studikepustakaan, maka terhadap data sekunderdikumpulkan dengan cara mencari danmengumpulkan serta mengkaji al-Qur’andan al-Hadis sebagai sumber utama hukumIslam, kitab-kitab fikih, hasil penelitian,jurnal ilmiah, dan artikel ilmiah yang terkaitdengan masalah hiyal.

Analisis DataData yang diperoleh akan dianalisis

secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptifkualitatif, yaitu metode analisis data yangmengelompokkan dan menyeleksi datayang diperoleh dari penelitian lapanganmenurut kualitas dan kebenaran, kemudiandihubungkan dengan teori-teori, kaidah-kaedah, asas-asas dan konsep-konsephukum yang diperoleh dari studikepustakaan sehingga diperoleh jawabanatas permasalahan yang dirumuskan.

Deskripsi Lokasi PenelitianKabupaten BanjarGeografi dan Keadaan Wilayah

Kabupaten Banjar merupakan salahsatu Kabupaten di Kalimantan Selatan yangberibukota di Martapura, secara geografisterletak antara 2°49’55 - 3°43’38 LintangSelatan dan 114°30’20" - 115°35’37" BujurTimur. Sebutan kota intan dan kota serambiMekkah telah mengharumkan nama kotaMartapura sebagai ibukota KabupatenBanjar.2

Luas wilayah daerah ini adalah 4.668,50Km2, merupakan wilayah terluas ketiga diProvinsi Kalimantan Selatan setelahKabupaten Kotabaru dan Tanah Bumbu,

berbatasan dengan Kabupaten Tapin danHulu Sungai Selatan di utara; berbatasandengan Kabupaten Tanah Laut dan KotaBanjarbaru di selatan; berbatasan denganKabupaten Kotabaru dan Tanah Bumbu ditimur; berbatasan dengan Kabupaten BaritoKuala dan Kota Banjarmasin di barat.3

Secara administratif, Kabupaten Banjarterbagi menjadi 20 kecamatan yaitu:4

1. Simpang Empat2. Aluh Aluh3. Aranio4. Astambul5. Beruntung Baru6. Cintapuri Darussalam7. Gambut8. Karang Intan9. Kertak Hanyar10. Martapura11. Martapura Barat12. Martapura Timur13. Mataraman14. Paramasan15. Pengaron16. Sambung Makmur17. Sungai Pinang18. Sungai Tabuk19. Telaga Bauntung20. Tatah Makmur

Di daerah ini kaya dengan sumber dayaalam baik berupa bahan tambang maupunbahan galian seperti batubara, intan, emas,biji besi, dan lain-lain yang sudahdieksplorasi dan dieksploitasi.5

Secara topografis wilayah KabupatenBanjar merupakan daratan dan pegununganyang ketinggiannya dari permukaan laut

2 http://siak-banjar.webs.com/ diakses pada tanggal 8Oktober 2013.

3 http://id3.banjarkab.go.id/profil-2/gambaran-umum-wilayah-kab-banjar/, diakses pada tanggal 8 Oktober2013.

4 http://siak-banjar.webs.com/ diakses pada tanggal 8Oktober 2013.

5 Op.cit.

Praktik Hiyal

Page 7: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014 109

bervariasi berkisar antara 0-1,878 meter.Ketinggian ini merupakan salah satu faktoryang menentukan letak kegiatan penduduk,maka ketinggian juga dipakai sebagaipenentuan batas wilayah tanah usaha, dimana 35 % berada di ketinggian 0 7 m dpl,55,54 % ada pada ketinggian 50 300 m dpl,sisanya 9,45 % lebih dari 300 m dpl.Rendahnya letak Kabupaten Banjar daripermukaan laut menyebabkan aliran airpada permukaan tanah menjadi kuranglancar. Akibatnya sebagian wilayah selalutergenang (29,93%), sebagian lagi (0,58%)tergenang secara periodik.6

Pada umumnya tanah di wilayah inibertekstur halus (77,62%) yaitu meliputitanah liat, berlempung, berpasir danberdebu, sementara 14,93 % bertekstursedang yaitu jenis lempung, berdebu, liatberpasir, sisanya 5,39 % bertekstur kasar,yaitu pasir berlempung, pasir berdebu.Komoditi unggulan Kabupaten Banjar yaitusektor pertanian dan jasa. Sektor pertaniankomoditi unggulannya adalah sub sektortanaman perkebunan dengan komoditiKelapa Sawit, Karet, Kopi, Kelapa, Aren,Cengkeh, jambu Mete, kapok, Kayu Manis,Kemiri, dan Lada, Sub sektor Pertaniankomoditi yang diunggulkan berupa Jagung,Jeruk Siam, Kacang Hijau, Kacang Tanah,Padi , Pisang, Ubi Jalar dan Ubi Kayu. subsektor jasa Pariwisatanya yaitu wisata alamdan budaya.7

Agama dan Tempat IbadahAgama yang dianut masyarakat

Kabupaten Banjar mayoritas adalah agamaIslam, yakni sebanyak 463,488 orang (99,69%), Kristen sebanyak 325 orang (0,07%),Katolik sebanyak 232 orang (0,05 %), Hindusebanyak 232 orang (0,05 %), Budhasebanyak 98 orang (0,02 %), Khonghucu

sebanyak 123 orang (0,03 %), sedangkanpenganut agama/kepercayaan lainnyatercatat sebanyak 443 orang (0,10 %). http://kalsel.kemenag.go.id/file/file/pembimas/ythz1351649453.pdf, diakses pada tanggal 8Oktober 2013.

Di Kabupaten Banjar terdapat beberapabuah tempat ibadah, yaitu 314 buah mesjid,976 buah langgar/mushalla, 1 buah tempatibadah penganut agama Hindu berupasanggah/balai, dan tidak ada catatan yangmenunjukkan adanya tempat-tempatibadah bagi umat lainnya.8

PendidikanDi bidang pendidikan secara terus

menerus dilaksanakan kegiatan untukmeningkatkan APK, APM, PerbandinganAntara Jenjang Pendidikan, Rasio Antara(sekolah, kelas, guru, dan siswa), AngkaMelanjutkan, Tingkat Pelayanan Sekolahsecara kualitas dan kuantitas. Beberapa pro-gram dan kegiatan yang telah dilaksanakanbanyak menghasilkan pencapaian-penca-paian di bidang pendidikan. Dukunganuntuk peningkatan kualitas dan kuantitaspendidikan masyarakat dapat dilihat dariuraian sebagai berikut :a. Pemberian insentif guru TK honor

yayasan dan guru daerah terpencil.b. Operasional TK/SD Bertaraf

Internasional.c. BOPD SD/MI/Sederajat, SMP/MTs/

Sederajat, SMA/MA/sederajat.d. Uang Saku Siswa SD Berprestasi dan

Pendamping ke tingkat Propinsi.e. Pengembangan sekolah berbasis

keunggulan lokal (Life Skill SMP).f. Beasiswa Utusan Daerah maupun

Beasiswa Bakat Prestasi Siswa MA/SMKmaupun.

g. Program Sekolah Adiwiyata9

6 http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/displayprofil.php?ia=630, diakses pada tanggal 8Oktober 2013.

7 http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/displayprofil.php?ia=630, diakses pada tanggal 8Oktober 2013.

8 http://kalsel .kemenag.go.id/fi le/f i le/pembimas/xros1351661421.pdf.

9 http://id3.banjarkab.go.id/profil-2/gambaran-umum-pendidikan/, diakses pada tanggal 8 Oktober 2013.

Praktik Hiyal

Page 8: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014110

Untuk tingkat pendidikan yangditamatkan penduduk usia 5 tahun keatasyang tidak punya ijazah (tidak sekolah dantidak/belum tamat SD sederajat)persentasenya cukup besar, yaitu sekitar8,08 persen yang tidak pernah sekolah dan32,09 persen tidak/belum tamat SDsederajat. Persentase penduduk KabupatenBanjar yang menamatkan SD sederajat padatahun 2011 sekitar 29,32 persen dan yang menamatkan SMP sederajat sekitar 15,57persen. Untuk tingkat SMA sederajatsebesar 12,03 persen dan untukmenamatkan pendidikan diatas SMAsekitar 2,91 persen.Kondisi pendidikanpenduduk Kabupaten Banjar pada tahun2011 ini hampir sama jika dibandingkankondisi pada tahun sebelumnya.10

Angka Partisipasi Murni (APM) adalahperbandingan antara jumlah siswakelompok umur yang relevan denganjumlah penduduk usia sekolah jenjangtertentu. APM merupakan salah satu tolokukur yang digunakan MDGs dalammengukur pencapaian kesetaraan genderdibidang pendidikan. APM mengukurproporsi anak yang bersekolah tepat waktu,yang dibagi dalam tiga kelompok jenjangpendidikan yaitu SD untuk penduduk usia7 - 12 tahun, SMP untuk penduduk usia 13- 15 tahun, dan SMA untuk penduduk usia16 - 18 tahun.11

Pada tahun 2011 APM tingkat SekolahDasar (SD) mencapai 89,04 persen, untukAPM tingkat SMP sebesar 53,42 persen, danAPM jenjang pendidikan SMA sebesar34,16 persen. Kondisi pada tahun 2011 inilebih baik jika dibandingkan dengan tahunsebelumnya di mana terjadi peningkatan

diketiga jenjang pendidikan tersebut danyang terbesar berada dijenjang SMP/Tsanawiyah.12

Kabupaten Banjar tercatat memiliki 654sekolah negeri/swasta yang terdiri dari 476buah SD/MI, 130 buah SMP/MTs, 41 buahSMU/MA, dan 7 buah SMK. Rasio guru danmurid untuk SD/MI adalah 1:11, untuktingkat SMP/MTs adalah 1:9, untuk tingkatSMA/MA adalah 1:7, dan untuk tingkatSMK adalah 1:9. Dengan demikian rasioguru dan murid di Kabupaten Banjir masihcukup ideal.13

Di Kabupaten Banjar terdapatsejumlah pesantren, baik yang becoraksalafi, modern, maupun kombinasikeduanya, yaitu :14 pada lampiran.

Kabupaten Hulu Sungai UtaraGeografi dan Keadan Wilayah

Kabupaten Hulu Sungai Utara denganibukota Amuntai secara geografis terletakpada koordinat 2° 1’ 37" - 2° 35’ 58" LintangSelatan dan 144° 50’ 58" - 115° 50’ 24" BujurTimur, dengan luas wilayah Kabupaten HuluSungai Utara sebesar 892,7 km² atau hanyasekitar 2,38% dibandingkan dengan luaswilayah Provinsi Kalimantan Selatan.15

Wilayah ini memiliki sejumlah wilayahadmnistrasi desa/ kelurahan sebanyak 219desa/kelurahan, berbatasan denganKabupaten Barito Selatan, Kabupaten BaritoTimur Provinsi Kalimantan Tengah, danKabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan

1 0 h t t p : / / b a n j a r k a b . b p s . g o . i d /index.php?option=com_content&view=article&id=209%3Apendidikan-dan-kesehatan-kabupaten-banjar2011&catid =47%3Aartike l-sumbanganItemid =1, diakses pada tanggal11 Oktober 2013.

1 1 h t t p : / / b a n j a r k a b . b p s . g o . i d /index.php?option=com_content&view=article&id=209%3Apendidikan-dan-kesehatan-kabupaten-banjar2011&catid =47%3Aartike l-sumbanganItemid =1, diakses pada tanggal11 Oktober 2013.

1 2 h t t p : / / b a n j a r k a b . b p s . g o . i d /index.php?option=com_content&view=article&id=209%3Apendidikan-dan-kesehatan-kabupaten-banjar2011&catid =47%3Aartike l-sumbanganItemid =1, diakses pada tanggal11 Oktober 2013.

1 3 h t t p : / / b a n j a r k a b . b p s . g o . i d /index.php?option=com_content&view=article&id=209%3Apendidikan-dan-kesehatan-kabupaten-banjar2011&catid = 47%3Aartike l-sumbanganItemid =1, diakses pada tanggal11 Oktober 2013.

1 4 h t t p : / / w i k i . a s w a j a n u . c o m /Pesantren_di_Propinsi_Kalimantan_Selatan, diaksespada tanggal 8 Oktober 2013.

1 5 http://www.hulusungaiutarakab.go.id/index.php/sekilas/letak-geografis, diakses pada tanggal 8 Oktober2013.

Praktik Hiyal

Page 9: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014 111

Selatan di utara; berbatasan denganKabupaten Barito Selatan ProvinsiKalimantan Tengah dan Kabupaten BaritoKuala Provinsi Kalimantan Selatan di barat;berbatasan dengan Kabupaten Hulu SungaiSelatan, Kabupaten Tapin dan Hulu SungaiTengah di selatan; berbatasan denganKabupaten Kabupaten Balangan danKabupaten Hulu Sungai Tengah di timur.16

Secara administratif, sejak tahun 2007,Kabupaten Hulu Sungai Utara terbagimenjadi 10 kecamatan dengan 219 desa.Kecamatan Paminggir merupakankecamatan terluas yang mencakup 23,81persen dari luas wilayah Kabupaten HuluSungai Utara. Sedangkan kecamatan yangmemiliki luas terkecil adalah KecamatanSungai Tabukan yang luasnya 17,50 km2atau hanya 1,91 persen dari luas wilayahKabupaten Hulu Sungai Utara.17 10kecamatan tersebut adalah :18 padalampiran.

Secara morfologi, seluruh kecamatan diKabupaten Hulu Sungai Utara berada padakemiringan 0-2 % dan di kelas ketinggian0-7 m dari permukaan air laut. TopografiKabupaten Hulu Sungai Utara setelahpemekaran hanya berupa hamparandataran rendah/daerah rawa dengan sedikitdaerah yang berbukit kecil di daerahKecamatan Amuntai Utara. Daerah HuluSungai Utara dilalui oleh cukup banyaksungai. Sungai yang mendominasi keadaanhidrologi daerah tersebut adalah SungaiTabalong dan Balangan yang bertemu diSungai Nagara. Sementara itu, dari daerahTabalong mengalir sungai kecil yangmelewati Sungai Haur Gading terus keDanau Panggang/Paminggir dan menujuSungai Barito. Sebagian sungai-sungai

tersebut masih digunakan sebagai saranatransportasi air.19

Berdasarkan peta topografi/rupa bumidengan skala 1 : 50.000, lahan tertinggimencapai 21 meter dpl terletak di desa AirTawar Kecamatan Amuntai Utara,sedangkan daerah rawa terendah padaketinggian 0 meter dpl. Selain itu, kawasanrawa Hulu Sungai Utara merupakan bagiandari sinklinorium. Proses-proses pelipatanmenyebabkan permukaan tanah mineralmenjadi tidak sama tinggi. Sedimen liattersier menutupi bagian-bagian tertentudaerah rawa sebelah barat laut daerah rawadan bagian hulu sampai paminggir. Keadaanini mengubah pula keadaan lahan/bentuklahan secara keseluruhan.20

Jika diamati dari segi pemanfaatanlahan, maka sebagian besar wilayah HuluSungai Utara masih berupa hutan rawayaitu seluas 28.986 Ha (31,73 persen) danpersawahan 25.492 Ha (27,91 persen).Sedangkan yang dimanfaatkan sebagaipemukiman tempat tinggal baru seluas4.285 Ha (4,69 persen). Selebihnya, 32.587Ha (35,67 persen) atau lebih dari sepertigaluas wilayah Hulu Sungai Utara berupakebun campuran, hamparan rumput rawa,danau dan lainnya.21 Jadi, dari total luaswilayah yang ada di Kabupaten HuluSungai Utara, sebagian besar terdiri atasdataran rendah yang digenangi oleh lahanrawa baik yang tergenang secara monotonmaupun yang tergenang secara periodik.Kurang lebih 89 % adalah merupakan lahanrawa dan sebagian besar belum terman-faatkan secara optimal.22 Data penggunaantanah pada tahun 2005 di wilayahKabupaten Hulu Sungai Utara, yaitu:

1 6 http://www.hulusungaiutarakab.go.id/index.php/sekilas/letak-geografis, diakses pada tanggal 8 Oktober2013.

1 7 http://www.hulusungaiutarakab.go.id/index.php/sekilas/topografi, diakses pada tanggal 8 Oktober 2013)

1 8 http://www.hulusungaiutarakab.go.id/index.php/pemerintah/kecamatan, diakses pada tanggal 8 Oktober2013.

1 9 http://www.hulusungaiutarakab.go.id/index.php/sekilas/topografi, diakses pada tanggal 8 Oktober 2013.

2 0 http://www.hulusungaiutarakab.go.id/index.php/sekilas/topografi, diakses pada tanggal 8 Oktober 2013.

2 1 http://www.hulusungaiutarakab.go.id/index.php/sekilas/topografi, diakses pada tanggal 8 Oktober 2013

2 2 http://www.hulusungaiutarakab.go.id/index.php/sekilas/letak-geografis, diakses pada tanggal 8 Oktober2013.

Praktik Hiyal

Page 10: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014112

a. Kampung seluas 4.283 hab. Sawah seluas 23.853 hac. Kebun campuran 1.859 had. Hutan rawa 29.711 hae. Rumput rawa 22.768 haf. Danau seluas 1.800 hag. Penggunaan lainnya seluas 1.224 ha

Jumlah penduduk Kabupaten HuluSungai Utara berdasarkan hasil SensusPenduduk Indonesia 2010 adalah 209.037jiwa tersebar di 219 kelurahan/desa. Kabu-paten dengan luas wilayah 892,7 km² inimemiliki kepadatan penduduk (populationdensity) 220 jiwa per km² dan rata-rata setiapkeluarga terdiri dari 4 orang. Laju pertum-buhan penduduk Hulu Sungai Utara antaratahun 2000–2010 sebesar 0,61% danmerupakan urutan terendah untukkabupaten/kota di Kalimantan Selatan.23

Menurut Data BPS Hulu Sungai Utara 2011jumlah penduduk Kabupaten Hulu SungaiUtara meningkat menjadi 211.699 jiwa.24

Agama dan Tempat IbadahPembangunan bidang agama, sosial

dan budaya diarahkan untuk terciptanyasumberdaya manusia yang religius,berbudaya, yang memiliki karakter danidentitas diri berdasarkan nilai-nilaitradisional dan kearifan sehingga dapatmendorong untuk terciptanya kondisi yangkondusif bagi terlaksananya pembangunanserta kehidupan sosial sehari-hari.

Agama yang dianut masyarakatKabupaten Hulu Sungai Utara mayoritasadalah agama Islam, yakni sebanyak231.855 orang (99,96 %), Kristen sebanyak46 orang (0,02%), Katolik sebanyak 23 or-ang (0,01 %), Hindu sebanyak 12 orang (0,01

%), Budha sebanyak 5 orang (0,00 %).25 DiKabupaten Hulu Sungai Utara terdapatbeberapa buah tempat ibadah bagi umatIslam, yaitu 109 buah mesjid, 614 buahlanggar/mushalla, dan tidak ada catatanyang menunjukkan adanya tempat-tempatibadah bagi pemeluk agama lainnya.26

PendidikanStrategi dan arah kebijakan

pembangunan pendidikan KabupatenHulu Sungai Utara tahun 2013-2017dirumuskan berdasarkan pada visi, misi,tujuan strategis Dinas PendidikanKabupaten Hulu Sungai Utara sertamengacu kepada RPJMD 2013-2017 yangdisusun untuk memberikan arah danpedoman dengan cara-cara yang diperlukanuntuk mencapai sasaran-sasaran strategisyang menggambarkan tujuan-tujuanstrategis.27

Misi pertama adalah meningkatkan ketersediaan dan jangkauan layananpendidikan. Tujuannya agar tersedia danterjangkaunya layanan pendidikan formal,informal dan nonformal, dan sasarannyaadalah tuntasnya wajib belajar 12 tahun,dengan strategi penyediaan sarana prasaranapendidikan dan pemerataan aksespendidikan. Kebijakan yang diambil, yaitu:(1) Menyediakan sarana pendidikan yanglebih bermutudan memadai, (2)Menyediakan pendidikan gratis untuk SD/sederajat, SMP/sederajat, dan khusus untukSMU/sederajat berasal dari keluarga kurangmampu, (3) Membangun SMU/SMK disetiap kecamatan secara bertahap.28

2 3 h t t p : / / i d . w i k i p e d i a . o r g / w i k i /Kabupaten_Hulu_Sungai_Utara, diakses pada tanggal8 Oktober 2013.

2 4 http://www.hulusungaiutarakab.go.id/index.php/sekilas/demografi, diakses pada tanggal 8 Oktober 2013.

2 5 http://kalsel .kemenag.go.id/fi le/f i le/pembimas/ythz1351649453.pdf, diakses pada tanggal 8 Oktober2013.

2 6 http://kalsel .kemenag.go.id/fi le/f i le/pembimas/xros1351661421.pdf, diakses pada tanggal 8 Oktober2013.

2 7 http://disdik.hulusungaiutarakab.go.id/index.php/strategi-kebijakan, diakses pada tanggal 8 Oktober2013.

2 8 http://disdik.hulusungaiutarakab.go.id/, diakses padatanggal 8 Oktober 2013.

Praktik Hiyal

Page 11: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014 113

Misi kedua adalah meningkatkan mutudan daya saing pendidikan. Tujuan yangingin dicapai adalah untuk meningkatkankualitas dan kuantitas output lembagapendidikan. Sasarannya adalah meningkat-kan kualitas tenaga pendidik dankompetensi siswa dalam penguasaan IPTEK.Strategi yang dilakukan adalah peningkatanmutu dan layanan pendidikan formal daninformal. Kebijakan yang ditempuh, yaitu:(1) Meningkatkan kualitas dan profesiona-litas tenaga kependidikan serta peningkatankesejahteraan tenaga pendidik yang bertu-gas diwilayah terpencil, (2) Mengembang-kan minat dan bakat siswa.29

Misi ketiga adalah menyediakan laya-nan informasi publik bidang pendidikan.Tujuannya untuk meningkatkan layananpendidikan kepada masyarakat. Sasarannyameningkatkan layanan informasi lembagapendidikan formal dan informal. StrategiStrategi yang dilakukan adalah: (1) Mem-berikan informasi perencanaan, kegiatan,keuangan dan kinerja instansi sebagaibentuk keterbukaan, (2) Memanfaatkanperkembangan teknologi dalam penyeba-ran informasi pendidikan, (3) Menyebarkaninformasi pendidikan kepada masyarakat(terutama warga sekolah). KebijakanStrategi yang ditempuh: (1) Melakukankerjasama dengan pihak terkait (TELKOM)dalam memberikan layanan akses internetuntuk sekolah-sekolah yang belummemiliki akses internet, (2) Membangundan memanfaatkan website resmi dinaspendidikan secara optimal dalam penye-baran informasi pendidikan, (3) Menghim-bau kepada sekolah yang mempunyai aksesinternet untuk membangun website resmisekolah yang bersangkutan, dan (4)Menerbitkan bulletin pendidikan30 PadaTahun 2009 jumlah sekolah yang berada dibawah Dinas Pendidikan dan KebudayaanKabupaten Hulu Sungai Utara sebanyak

389 buah, dengan rincian TK 85 buah, SD185 buah, SMP 30 buah, SMA 5 buah danSMK 3 buah. Jumlah siswa 28.256 orang danjumlah guru mencapai 2.562 orang.Sedangkan sekolah yang berada di bawahDepartemen Agama Kabupaten HuluSungai Utara berjumlah 186 buah, yangterdiri dari RA/BA 62 buah, MI 80 buah,MTs29 buah dan MA 15 buah. Dengan jumlahsiswa 22.828 orang dan jumlah guru 2.459orang.31

Di Kabupaten Hulu Sungai Utaraterdapat sejumlah pesantren, baik yangbercorak/tipe salafi, modern, maupunkombinasi keduanya, yaitu:32 padalampiran.

Data Dan Analisis DataHiyal di Bidang Fikih Ibadat1. Hilah Pembayaran Fidyah Orang

MeninggalDi beberapa daerah di Kalimantan

Selatan, terutama di Kabupaten Banjardan Kabupaten Hulu Sungai Utara yangmenjadi lokasi penelitian, praktik hilahpembayaran fidyah bagi orang yangmeninggal dunia paling seringdilakukan sebagai salah satu ritualkematian dan dilakukan secara massif.Hal ini karena hilah jenis ini sudahmenjadi tradisi di masyarakat padasebagian besar wilayah di keduakabupaten ini. Bahkan pada masyarakattertentu, di desa Lok Bangkai HuluSungai Utara misalnya, ada semacamsanksi sosial ketika terdapat pihak yangtidak melaksanakan hilah mati setelahkematian keluarga mereka sebagai halyang ganjil dan menyalahi kebiasaan

2 9 http://disdik.hulusungaiutarakab.go.id/, diakses padatanggal 8 Oktober 2013.

3 0 http://disdik.hulusungaiutarakab.go.id/, diakses padatanggal 8 Oktober 2013.

3 1 h t t p : / / h u l u s u n g a i u t a r a k a b . b p s . g o . i d /?set=viewDataDetail&flag_template2=1&id_sektor=31&idsubsektor= 31.1&id=63, diakses pada tanggal 11 Oktober2013.

3 2 h t t p : / / w i k i . a s w a j a n u . c o m /Pesantren_di_Propinsi_Kalimantan_Selatan dan http:// h u l u s u n g a i u t a r a k a b . b p s . g o . i d /?set=viewDataDetail&flag_template2=1&id_sektor=31&id_subsektor=31.1&id=65,diakses pada tanggal 8 Oktober 2013.

Praktik Hiyal

Page 12: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014114

atau tradisi. Namun, Tim Peneliti tidakmendapat informasi yang jelas sejakkapan tradisi ini muncul dan siapa yangpertama kali memperkenalkannya.Sampai saat ini para mu’allim dan tuanguru masih terlibat aktif mengajarkanhilah kepada masyarakat pada pengajianatau ceramah mereka.

Dari penjelasan para informan, TimPeneliti tidak menemukan perbedaanmencolok antara praktik hilah mati yangdilakukan di Kabupaten Banjar danKabupaten Hulu Sungai Utara, kecualiterdapat beberapa varian upacara,tergantung kitab yang digunakan atautradisi yang berjalan. Praktik hilah fid-yah orang meninggal, baik di KabupatenBanjar maupun di Kabupaten HuluSungai Utara biasanya dilaksanakan dirumah almarhum atau ahli warisnya.Hilah ada yang dilaksanakan sebelumprosesi penyelenggaraan jenazah. Adajuga yang melaksanakannya setelahmayit dikuburkan, atau bahkan bebera-pa hari setelahnya. Tetapi, kebanyakanupacara hilah sedapat mungkin dilak-sanakan sebelum prosesi penyeleng-garaan jenazah, atau dilakukan sebelummayit dimandikan, kecuali jika kondisiatau biaya tidak memungkinkanbarulah ditunda setelah penguburan.Alasannya karena motivasi atau tujuanpelaksanaan hilah itu sendiri sebagaiupaya memberikan “pertolongan tera-khir” bagi si mayit untuk melepaskandosa si mayit sehingga terhindar darisiksa kubur dan siksa di akherat kelakakibat kemungkinan si mayit telahmelalaikan kewajibannya sebagaiseorang muslim, seperti kewajiban salat,puasa, zakat, haji, nadzar dan lain-lain,atau setidaknya sebagai sikap kehati-hatian dari kemungkinan kurangsempurnanya amal ibadah si mayit ataubahkan tidak diterima oleh Allah swt.,sehingga apabila mayit telah masuk alamkubur dan ditanya tentang kewajiban-nya, ia sudah terlepas dari beban ini.Risalah kecil tentang hilah yang ditulis

oleh Muhammad Ardani danMuhammad Sarni berjudul “I’anatulMawta”,33 berarti pertolongan bagi or-ang mati cukup menggambarkan tujuanpelaksanaan hilah ini.

Pada pelaksanaan acara hilahbiasanya diundang beberapa orang yangmengerti tentang pelaksanaan hilah.Biasanya jumlah orang yang diundangtidak kurang dari sebelas orang.Kesebelas orang ini biasanya terdiri dariorang-orang yang dianggap alim ataumengerti tentang pelaksanaan hilah.34

Menurut keterangan informan jumlahsebelas orang ini diperlukan karena hilahyang dilaksanakan kebanyakantermasuk pembayaran salah satu jenishilah yang wajib dibayarkan kepadasekurang-kurangnya, selain imam tentusaja, sepuluh fakir miskin.35

Sebelum upacara dilaksanakan,keluarga almarhum terlebih dahulumenyiapkan beras fidyah yang akan

3 3 Tim Peneliti di lapangan menemukan beberapa buahbuku/naskah yang ditulis ulama lokal/jawi yangmenjelaskan tata cara ber-hilah, antara lain: MuhammadArdani dan Muhammad Sarni, I’anah al-Mawta, Cet.II, (t.tp: tp, 1978), Muhammad Khalid, al-Fa’idhah al-Ilahiyyah bagi Isqath al-Shalah, Cet. I, (Singapura: al-Ahmadiyah, 1935), Muhammad Mukhtar bin Atharidal-Jawi al-Betawi, al-Risalah al-Wahbah al-Ilahiyyah,(Mekkah: al-Taraqi al-Majidiyah al-Utsmaniyah, 1330H), Abd al-‘Aziz Syarbayni, Dhiya al-Din al-Islami,(Kandangan: Sahabat, t.th), Abu Daudi,Penyelenggaraan Jenazah, Cet. I, (Martapura: YayasanPendidikan Islam Dalam Pagar, 1997).

3 4 Orang-orang alim ini karena dianggap memenuhi syaratuntuk menerima fidyah dan kaffarat berdasarkanpendapat ahli hukum Hanafi, yaitu fakir atau miskin,baligh, berakal, bukan hamba sahaya, orang beriman,dan mengerti ijab-kabul dengan niat memberi danmenerima dengan sungguh-sungguh. Lihat Abd al-‘AzizSyarbayni, Dhiya al-Din al-Islami, h. 263.

3 5 Berdasarkan Q.S. al-Maidah (5) ayat 89 kaffarat sumpahadalah memberi makan sepuluh orang miskin. TimPeneliti tidak mendapat informasi yang jelas mengapahanya sepuluh orang saja yang diundang, padahalkaffarat zhihar berdasarkan Q.S. al-Mujadilah (38) ayat4, termasuk kaffarat bersenggama bulan Ramadhan dankaffarat pembunuhan adalah memberi makan enam puluhorang fakir miskin. Wahbah al-Zuhayli, al-Fiqh al-Islamiwa Adillatuh, Vol. II, h. 684.

Praktik Hiyal

Page 13: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014 115

dibagikan biasanya asbah atau ahli wariscukup menyediakan fidyah berupaemas yang dikenal dengan istilah ungkal.Biasanya ungkal ini dibungkus dandiletakkan di sebuah nampan ataupiring yang berisi sedikit beras sebagaiperlambang bahwa emas tersebut adalahpengganti beras. Emas atau ungkal inibiasanya milik si mayit atau ahli warisalmarhum. Tetapi, menurut penjelasaninforman emas ini boleh berupapinjaman dari orang lain. Mengingatfidyah menurut mazhab Syafi’i wajibdalam bentuk beras, pelaku hilahmelakukan talfiq, dengan bertaklidkepada mazhab Hanafi.36

Untuk memulai acara, asbah atau ahliwaris meminta/menunjuk Tuan Guruatau Mu’allim untuk mewakili ahli warisdan memimpin pelaksanaan hilah yangdikenal dengan istilah imam atau wakil,dengan mengatakan,” Tuan guru ataumu’allim sampian (engkau) ulun (aku)wakili buat membayarkan fidyah qadhasembahyang fardhu dan qadha puasafardhu dan apa-apa yang dituntut lagimenjadi patut dibayarkan daripadakaffarat bagi ruh ...dengan qadar yangmukallaf umurnya... dan ini harta sebagaipembayarannya”, seraya menyerahkanhartanya berupa ungkal emas. Orang yangditunjuk sebagai wakil itu pun lalu meng-qabadh (menerima) harta itu serayamengatakan, “aku terima wakil engkau.”

Imam atau wakil ini kemudianmengalkulasi besaran fidyah yang harusdibayarkan sesuai dengan besaranungkal yang diterima.37 Dari keterangan

informan dan sejumlah literatur yangkami peroleh, setidaknya ada 18 jenisfidyah yang harus dibayarkan, yaitu: 1.Salat fardhu, 2. Puasa fardhu, 3. Haji danumrah, 4. Hewan Kurban (Udhiyah), 5.Ibadah sunat yang dirusaknya dan tidakdi-qadha, 6. Sujud tilawah, 7. ZakatMaliyah dan badaniah, 8. Kaffaratnadzar, 9. Hak-hak orang lain yang tidakdiketahui siapa pemiliknya, 10. Jinayatterhadap hewan, 11. Sedekah nadzar, 12.Nafkah wajib, 13. I’tikaf nadzar, 14.Seluruh kewajiban si mayyit, 15. Kaffa-rat sumpah, 16. Kaffarat bersenggamabulan Ramadhan, 17. Kaffarat Zhihar,dan 18. Kaffarat pembunuhan.(Khalid,h. 107 dan al-Syarbayni h. 264).

Untuk sekali salat, misalnya, fidyahyang harus dikeluarkan sebanyaksetengah sha’.38 Jadi, fidyah yang wajibdibayarkan untuk sehari salat limawaktu ditambah salat witir yangdiwajibkan dalam mazhab Hanafi adalahsebanyak 3 sha’, untuk sebulan sebanyak90 sha’, dan untuk setahun sebanyak1080 sha’.39

Adapun fidyah untuk hari puasaadalah ½ sha’. Jadi, untuk satu kaliRamadhan dalam setahun, yakni ½ sha’dikali 30, adalah sebanyak 15 sha’. Selainitu, dalam membayar fidyah qadhapuasa ini ada tambahan denda akibatmelalaikan pembayaran yang disebut

3 6 Biasanya tuan rumah atau asbah berniat dalam hatiatau dituntun oleh imam berniat taklid kepada ImamHanafi dengan lafaz, “Aku bertaqlid kepada ImamHanafi yang membolehkan/mengharuskan membayarfidiyah qadha Ramadhan sembahyang dan fidiyah qadhapuasa dengan jalan helah.”

3 7 Penghitungan besaran fidyah ini sebagian besar sudahdilakukan oleh tuan guru atau mu’allim sebelumpelaksanaan hilah, yakni pada saat ahli waris atas asbahmenanyakan mengenai besaran ungkal yang harusdisediakan ahli waris sekaligus meminta kesediaannyasecara informal untuk menjadi imam.

3 8 Satu sha’ ukurannya sama dengan 5,5 rithl yang setaraberatnya dengan 675,7 Dirham atau menurut alat ukursekarang setara dengan 2,75 liter atau 2175 grammenurut ukuran ahli hukum Syafi’i. Sedangkan menurutahli Hukum Hanafi 1 sha’ setara dengan 8 rithl atau3800 gram. Wahbah al-Zuhayli, al-Fiqh al-Islami Vol.I, h. 75.

3 9 Tim Peneliti menemukan adanya variasi mengenaikonversi ukuran 1080 sha’. Menurut H. Khamsi HarusanTelaga dan H. Kafrawi Padang Tanggul Hulu SungaiUtara, jumlah fidyah qadha salat di wilayah Hulu SungaiUtara umumnya adalah sebanyak 360 blek. DiKecamatan Gambut Kabupaten Banjar sebanyak 180blek. Menurut informasi para informan jumlah fidyah initidak berbeda antara mayit berjenis kelamin laki-laki.Tetapi, menurut penjelasan Guru Muadz MartapuraKabupaten Banjar fidyah salat untuk mayit perempuandipotong masa haid dalah 155 blek.

Praktik Hiyal

Page 14: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014116

mud fawat sebanyak ½ sha’.40 Dengandemikian, apabila melalaikan pemba-yaran sebulan puasa dalam satu tahun,maka mud fawatnya adalah ½ sha’ X 30hari = 15 sha’. Apabila dilalaikan selamaselama 2 tahun, maka mud fawat-nyasebanyak ½ sha’ x (30 hari x 2)= 30 sha’ditambah denda ramadhan sebelumnyasehingga berjumlah 45 sha’ danseterusnya denda ini akan terus berlipatganda. Jadi, pembayaran fidyah puasauntuk mayit selama 5 tahun adalah 15sha’ x 5 tahun = 75 sha’ ditambah mudfawat sebanyak 150 sha’, sehinggajumlah keseluruhan fidyah yang harusdibayar adalah 225 sha’. Jika almarhumberumur 37 tahun, maka umur tersebutlebih dahulu dikurangi usia baligh,yakni 12 tahun untuk mayit laki-laki41

dan sembilan tahun untuk mayitperempuan, sehingga jumlah fidyahyang wajib dibayar adalah selama 35tahun saja, yakni sebesar 7.950 sha’.Tetapi, di sebagian besar lokasipenelitian, Tim Peneliti tidakmenemukan pelaksanaan penambahanmud fawat atau denda fidyah Ramadhan,

kecuali dari penjelasan Ustadz AbuDaudi Dalam Pagar Kabupaten Banjar.

Dengan demikian, jumlah fidyahuntuk salat dan puasa Ramadhan sajasebanyak 45.750 gantang beras, dan inibelum termasuk pembayaran berbagaimacam fidyah atau kaffarat lainnya.Mengingat jumlah beras yang terlalubanyak dan cukup merepotkanbiasanya harga beras dinilai denganuang, kemudian jumlah uangnyadikonversi dengan emas. Emas yangdijadikan fidyah ini dikenal denganistilah ungkal. Sebatas pada persoalan inimasih belum terjadi praktik hilah. Hilahkemudian muncul ketika emas yangdimiliki ahli waris tidak cukup untukpembayaran sejumlah fidyah yang harusdikeluarkan. Untuk mengatasi hal iniemas atau ungkal yang telah diserahkankepada penerima, kemudian diberikankembali kepada pemberi ungkal, yangkemudian ungkal tersebut diberikankepada penerima yang lain dandiberikan kembali kepada pemberiungkal dan seterusnya sampai jumlahfidyah dan kaffarat yang menjadikewajiban si mayit terbayar. Untukmemulai acara hilah ini, imam atau wakilbiasanya memberitahukan kepada ha-dirin tentang tujuan mereka diundang,yakni untuk membayar fidyahsembahyang fardhu, puasa fardhu sertafidyah dan kaffarat lainnya denganmenyebut nama dan umur almarhum.Pada sebagian kecil kasus imam atauwakil memohon kepada hadirin agarberkenan memberikan kembali hartatersebut setelah menjadi milik mereka.Tetapi, diingatkan kepada pembayarfidyah bahwa wajib berniatmembayarkan fidyah secara sungguh-sungguh, bukan secara zhahir atauformalitas saja, begitu juga orangmenerima dengan niat menerima secarasungguh-sungguh, kemudian memberi-kan kembali juga secara sungguh-sungguh.

4 0 Terdapat perbedaan pendapat di antara ahli hukum Is-lam mengenai mud fawat atau denda keterlambatanmeng-qadha Ramadhan sampai tiba bulan ramadhanberikutnya. Ahli hukum Syafi’i menetapkan dendasebanyak satu mud atas kerterlambatan ini dengankewajiban membayar satu mud setiap tahunnya danterus bertambah setiap tahunnya, sedangkan menurutahli hukum Hanafi, Maliki, dan Hanbali dendaketerlambatan ini tidak ada sama sekali. Wahbah al-Zuhayli, al-Fiqh al-Islami Vol. II, h. 688-689.

4 1 Tim Peneliti menemukan adanya perbedaan mengenaiusia baligh bagi mayit laki-laki. Menurut penjelasanGuru H. Kafrawi di Padang Tanggul Hulu Sungai Utaradan Guru Salahuddin Gambut Kabupaten Banjar usiabaligh adalah 12 tahun, sedangkan menurut penjelasanUstadz Abu Daudi Dalam Pagar Kabupaten Banjar danUstadz Alfian Noor Alabio Hulu Sungai Utara usiabaligh mayit laki-laki adalah 15 tahun, sedangkan usiabaligh mayit perempuan tidak terdapat perbedaan, yaitu9 tahun. Talfiq seringkali menimbulkan kerancuan dalampersoalan hilah ini. Persoalan menentukan usia balighdan adanya mud fawat fidyah puasa adalah contohnya.Menurut ahli hukum Syafi’i usia baligh laki-laki adalah15 tahun, sedangkan usia menurut ahli hukum Hanafiadalah 12 tahun.

Praktik Hiyal

Page 15: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014 117

Mengingat tidak semua undanganyang mengerti tentang pelaksanaanfidyah -termasuk golongan fakir-miskin,padahal syarat penerima fidyah adalahorang fakir miskin, maka disiasati (hilah)dengan cara menjadikan dirinya sebagaiseorang yang fakir atau miskin sebelumpelaksanaan hilah, yakni dengan jalanmenyedekahkan atau menghibahkanseluruhnya harta miliknya kepada anakatau cucu-cucunya terlebih dahulu,sehingga mereka menjadi fakir ataumiskin. Sedekah atau hibah inidinyatakan kepada para hadirin yanghadir pada saat itu sebelum acarapembayaran fidyah dimulai, dan hartayang telah disedekahkan ataudihibahkan tersebut dinyatakan ditarikkembali setelah pelaksanaan fidyahselesai.

Kemudian imam atau wakilmemulai pelaksanaan pembayaranfidyah dengan menyerahkan ungkalkepada penerima pertama serayamengucapkan:

Ungkal pun lalu diterima olehpenerima pertama, serayamengucapkan:

Setelah meng-qabad (menerima)disertai dengan thuma’ninah, penerimapertama memberikan kembali ungkalyang menjadi miliknya kepada imamatau wakil. Kemudian imammenyerahkan kembali ungkal kepadapenerima selanjutnya sampai jumlahfidyah yang wajib diserahkan terpenuhi.Setiap kali penyerahan ungkal sipenerima wajib meng-qabad (mene-rima) dengan thuma’ninah sebentarsebelum memberikan kembali ungkaltersebut kepada imam.

Setelah pembayaran fidyah salatfardhu selesai kemudian dilanjutkan

dengan pembayaran fidyah puasafardhu. Imam atau wakil menyerahkanungkal kepada penerima pertama serayamengucapkan:

Ungkal pun lalu diterima oleh penerimapertama, seraya mengucapkan:

Setelah meng-qabad (menerima) disertaidengan thuma’ninah, penerima pertamamemberikan kembali ungkal yangmenjadi miliknya kepada imam atauwakil dan seterusnya sebagaimanapelaksanaan fidyah salat fardhusebelumnya.

Menurut informasi yang TimPeneliti dapatkan bahwa sebagian ahliwaris ada yang merasa cukupmelaksanakan pembayaran hanya padadua jenis fidyah ini, tetapi sebagian besarmelanjutkannya dengan pelaksanaankeenambelas fidyah lainnya yang telahkami sebutkan sebelumnya yang tatacaranya tidak jauh berbeda.42

Pelaksanaan kedua belas fidyah dankaffarat ini ada yang dilakukan satupersatu dengan redaksi ijab kabuldiucapkan sesuai dengan jenis fidyahatau kaffarat yang akan dibayarkan.Tetapi, ada juga yang melakukan ijabkabul kedua belas fidyah dan kaffarat inisekaligus menjadi satu (secara umum).

Seluruh rangkaian pelaksanaanpembayaran fidyah dan kaffarat ditutupdengan pembacaan surah al-Fatihah,surah al-Ikhlash, surah al-Falaq, surahan-Naas, dan diakhiri dengan doa.

4 2 Menurut Penjelasan Guru Muadz Martapura KabupatenBanjar, ijab kabul pelaksanaan hilah hanya meliputi limamacam, yaitu 1) fidyah salat fardhu, 2) fidyah puasafardhu, 3) fidyah kaffarat sumpah, 4) fidyah yangberkaitan dengan hak-hak manusia (Bani Adam), dan5) fidyah yang berkaitan dengan hak-hak makhluk yangfardhu.

Praktik Hiyal

Page 16: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014118

Setelah acara selesai, Imam mengem-balikan ungkal yang dipergunakan tadikepada asbah atau ahli waris almarhum.Sebagai ucapan terima kasih ataspartisipasi para undangan yang terlibatacara hilah ini, asbah memberikanhadiah uang sekedarnya selainmenyediakan hidangan ala kadarnya.

Hilah ZakatZakat merupakan salah satu kewajiban

yang harus dibayar oleh orang-orang kayadengan syarat-syarat tertentu. Zakatbersama-sama dengan mengucapkansyahadat (dan meyakininya), mengerjakansalat, berpuasa di bulan ramdhan, danmengerjakan haji, termasuk lima kewajibanyang mendasar bagi penganut Islam.

Di kalangan masyarakat Banjarpembayaran zakat dilaksanakan dalamsuatu acara yang bersifat ritual, dan kadangseremonial. Zakat-zakat yang biasadibayarkan ialah zakat fitrah, zakat padi,zakat ternak sapi, kambing, dan kerbau,zakat emas, dan zakat barang-barang yangdiperniagakan, yang terakhir ini seringdinamakan zakat dagang. Biasanya zakat-zakat ini diserahkan langsung oleh pemberizakat kepada orang-orang yang berhakmenerimanya.

Di Kabupaten Banjar dan KabupatenHulu Sungai Utara lokasi penelitian inidilakukan terdapat fenomena menariktentang zakat, yaitu apa yang dikenaldengan istilah hilah zakat. Tim Peneliti jugamendapat informasi bahwa praktik inisangat umum terjadi di beberapa daerah diKalimantan Selatan, bukan hanya di keduakabupaten tersebut. Untuk mengeluarkanzakat dagang atau pun zakat padi biasanyabeberapa orang diundang untuk menghadiriacara selamatan. Dalam undangan ini,sudah termasuk beberapa orang, biasanyadua sampai enam orang, yang agak alim,yang berfungsi sebagai penerima zakattersebut. Setelah undangan hadir semua, situan rumah menyampaikan maksudnyakepada salah seorang yang alim tadi tentang

akan mengeluarkan zakat, denganmenunjukkan barang atau sejumlah uangyang akan dikeluarkan sebagai zakat.

Tata cara mengeluarkan zakat tersebutadalah sebagai berikut: si tuan rumah ataupemberi zakat terlebih dahulu berniatuntuk bertaklid kepada Imam Ahmad binMusa bin ‘Ujayl untuk menunaikan zakat.Setelah itu, pemberi zakat melafazkan niatmengeluarkan zakat, sambil memegang,atau meniup, atau mengaduk-aduk hartayang akan dibayarkan sebagai zakat.Adakalanya si tuan rumah atau pemberizakat perlu dituntun ketika melafazkankedua macam niat, bertaklid danmengeluarkan zakat, oleh orang alimtersebut.43 Zakat kemudian secara formaldiserahkan kepada orang-orang yang ber-fungsi menerimanya tadi, yang berwujudkata-kata penyerahan dari pemberi zakatdan dibalas dengan kata-kata penerimaandari para penerima zakat tersebut secaraserentak, diiringi dengan doa:

Zakat tersebut kemudian dikembalikankepada tuan rumah atau pemberi zakatdengan pesan agar disampaikan kepada or-ang-orang yang pantas menerimanya. Acaradilanjutkan dengan pembacaan doa danmenyantap hidangan yang telah disediakantuan rumah. Sebagian zakat itu dibagikankepada para undangan yang hadir padaacara tersebut atau diantarkan kemudian.Tetapi, banyak juga orang yang berzakatdatang sendiri secara langsung kepada tuanguru atau orang yang dianggap alim untukmelaksanakan zakat tersebut tanpakehadiran penerima zakat lainnya. Tidakberbeda dengan tata cara di atas, biasanya

4 3 Kitab perukunan Abdurrahman memberikan contoh caraberniat taklid mengeluarkan zakat sebagai berikut,“Sahajaku bertaklid masuk mengikuti Imam Ahmad binMusa bin ‘Ujayl yang mengharuskan membayar zakatharta (fitrah) kepada seorang mustahaq yang kurangdaripada orang delapan.” Abdurrahman bin MuhammadAli, Risalah Rasam Parukunan (Amuntai: Maktabahal-Rahmaniyah, t.th), h. 26.

Praktik Hiyal

Page 17: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014 119

setelah menjelaskan maksud kedatangan-nya, pemberi zakat terlebih dahulumelafalkan niat untuk bertaklid kepadaImam Musa bin ‘Ujayl untuk menunaikanzakat, dan dilanjutkan melafalkan niatmengeluarkan zakat, atau melafalkannyadengan dituntun oleh orang alim tersebut.Pemberi zakat kemudian menyerahkanzakatnya kepada tuan guru atau orang alimtersebut dan diterima si tuan guru denganucapan doa:

Setelah secara formal menerima zakatyang diberikan, orang alim tersebutmengatakan, “Harta ini hartaku dan kamutidak berhak lagi terhadap harta ini. Karenaharta ini hartaku, maka sesuka hatiku untukmenggunakannya”. “Ya”, kata wajib zakat.Beberapa saat kemudian tuan guru atau or-ang alim tersebut menyerahkan kembaliharta zakat tersebut kepada pemberi zakatdengan ucapan, “Harta ini kuserahkankembali kepadamu dan saya minta saudaramemberikan kepada orang yangmenghajatkan bantuan”. Sebagian zakat itukemudian dibagikan kepada si tuan guruatau orang alim tersebut, dan sebagian lagidiberikan kepada orang-orang tertentu yangdikehendakinya antara lain diberikankepada orang-orang terdekat sepertikeluarga dan lain-lain atau bagi maksud-maksud lain, seperti digunakan untuk danaperbaikan langgar atau mesjid, perbaikangedung sekolah, atau tujuan sosial lainnya.

Dari penjelasan para informan bahwaalasan atau tujuan pelaksanaan hilah ini padadasarnya adalah karena adanya kesulitanuntuk membayarkan harta zakat sebagai-mana ketentuan dalam mazhab Syafi’i,mazhab yang berkembang di masyarakat,yang mewajibkan harta zakat diberikankepada seluruh delapan golongan yangberhak menerimanya dan adanya ketentuanlarangan pendistribusian zakat ke luardaerah.44 Karena itu, untuk memudahkan

pelaksanaan zakat mereka bertaklid kepadaAhmad bin Musa bin Ujail45 yang mem-bolehkan pemberi zakat mendistribusikanzakat keluar daerah dan membolehkanzakat diserahkan kepada seorang saja. Disamping itu, menurut para informan,adanya kesulitan untuk menentukan paramustahiq (yang berhak menerima) zakat, dankekhawatiran harta zakat tersebut jatuh ketangan orang yang tidak berhak meneri-manya, atau si penerima zakat adalah orangyang suka berbuat maksiat, sedangkan tuanguru atau orang alim dalam pandanganmereka memiliki kategori yang jelas sebagaisabilillah, tanpa dibedakan apakah tuanguru atau orang alim tersebut termasuk or-ang yang mampu secara finansial atau tidak.

Praktik hilah ini, tampaknya, cukupberkembang di masyarakat dan telahmenjadi adat kebiasaan di kalanganmasyarakat tertentu di Kabupaten Banjardan Kabupaten Hulu Sungai Utara. Tidakjelas kapan tradisi ini tersebut muncul ditengah masyarakat dan siapa yang pertamakali mengajarkan dan melakukannya.Praktik hilah ini dilakukan kebanyakan

4 4 Menurut ahli-ahli hukum Syafi’i, zakat, baik zakat fitrahatau zakat harta, wajib diserahkan kepada delapan

kategori (golongan) penerima zakat seluruhnyaberdasarkan surah at-Tawbah ayat 60. Pada ayat inidigunakan huruf athaf ‘waw’ atau kata sambung yangbermakna mengumpulkan secara keseluruhan, danmasing-masing kategori minimal tiga orang karenakategori-kategori yang disebutkan menggunakan katajamak yang berarti minimal tiga orang, sementara ahli-ahli hukum Islam lainnya, selain ahli hukum Syafi’i,seperti ahli-ahli hukum Hanafi, Maliki, dan Hanbali,memperbolehkan zakat kepada satu golongan tertentusaja. Tetapi, keempat mazhab, sepakat tidakmemperbolehkan pendistribusian harta zakat ke luardaerah di mana harta zakat tersebut diperoleh. Wahbahal-Zuhayli, al-Fiqh al-Islami, Vol. II, h. 867-868 dan 892.

4 5 Menurut penjelasan Abu Bakar Syata, Ibnu ‘Ujayl,tampaknya, salah seorang ahli hukum bermazhab Syafi’iberasal dari Yaman yang mengemukakan tiga persoalanzakat yang berbeda dengan mazhab yang dianutnya,yaitu persoalan pendistribusian zakat ke luar daerah,zakat dari seseorang kepada seseorang, dan zakat hanyakepada satu golongan. Konon fatwa ini muncul berkaitandengan pertanyaan orang-orang Nusantara (Jawi) yangingin memberikan sebagian zakatnya kepada kaum fa-kir miskin di Mekkah dan Madinah. Lihat Abu BakarSyata, Hasyiyah I’anah al-Thalibin, Vol. II, (Beirut: Daral-Fikri, t.th), h. 197.

Praktik Hiyal

Page 18: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014120

semata-mata untuk tujuan yang shahih,yakni untuk menghindari aturan zakatdalam mazhab Syafi’i yang dianggap sulitdilaksanakan, tetapi dalam beberapa kasusada yang digunakan untuk pembayaranzakat secara formal saja tanpa memper-hatikan lagi aturan-aturan syara mengenaikreteria orang yang berhak menerima zakat.

Hiyal di Bidang Fikih MuamalatDi dalam kitab-kitab fikih ditegaskan

bahwa gadai (rahn) atau sanda dalam bahasaBanjar adalah semata-mata merupakanjaminan atas utang, seperti juga berlakudalam hukum Barat.46 Dengan demikian,hak atas hasil atau manfaat dari barang yangdigaikan tetap berada pada pemiliknya(rahin ‘pegadai’), dan penerima gadai(murtahin ‘penggadai’) sama sekali tidakdapat menggunakan atau menarik manfaatdari barang gadai tersebut. Sebaliknya,menurut adat kebiasaan yang terjadi diKalimantan Selatan, termasuk di KabupatenBanjar dan Kabupaten Hulu Sungai Utara,si penerima gadailah yang berhak atas hasilatau manfaat barang yang digadainya. Jadiseseorang yang meminjamkan uang denganjaminan perhiasan boleh memakai per-hiasan itu, dan yang menggadai (penggadai)sawah boleh mengerjakan sawah tersebutatau menyuruh orang lain mengerjakannya(atas dasar bagi hasil atau sewa) untukkeuntungannya sendiri, atau seseorangyang menggadai sapi betina menjadipemelihara sapi itu dan memiliki semuayang dihasilkan sapi itu selama dalampemeliharaannya, sesuatu yang tidak bisadilakukan jika masyarakat mendasarkanperbuatan mereka secara konsekuen padaketentuan-ketentuan fikih atau HukumPerdata Barat (BW). Ini memperlihatkanbagaimana hal itu di atas dalam bentuk hilaholeh sebagian kalangan masyarakat, baik diKabupaten Banjar maupun Kabupaten Hulu

Sungai Utara, sehingga mereka tidak perlumerasa berdosa karena telah melanggarketentuan fikih.

Dengan memanfaatkan ketentuanbahwa sesuatu transaksi berlaku sesuaidengan akad yang diucapkan oleh keduabelah pihak, terlepas dari apa pun yangtersurat dalam hati pihak-pihak yangterlibat, transaksi gadai biasanya disamarkandengan akad jual beli. Dalam hal inibiasanya pihak pihak sangat memerlukansekali untuk mengucapkan ijab dan kabulsecara sempurna, seperti ditemukan dilapangan, jika transaksi itu berkenaan de-ngan sawah atau kebun. Guna membeda-kannya dengan transaksi jual beli dan gadaibiasa di Kabupaten Banjar digunakan istilahjual hidup47, dan di Kabupaten Hulu SungaiUtara digunakan istilah jual sanda.48

Menurut penjelasan informan, TimPeneliti menemukan ada beberapa persa-maan dan perbedaan antara transaksi gadaidan jual hidup/jual sanda. Persamaannyaadalah: a) Kedua belah pihak sama-samatidak boleh memindahtangankan barangkepada pihak ketiga, b)Salah satu pihaksama-sama mendapatkan uang, sementarapihak lain menerima barang, dan c). Jikasalah satu pihak sudah mengembalikanuang pada saat jatuh tempo, maka pihakyang lain berkewajiban mengembalikanbarang. Sedangkan perbedaannya adalah: a)

4 6 Lihat aturan mengenai gadai dan hipotik pada BW.Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-undangHukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), (Jakarta: PT.Pradnya Paramita, t.th), h. 248-283.

4 7 Di masyarakat dikenal ada dua istilah berkaitan denganjual beli ini, yaitu jual putus dan jual hidup. Disebut jualhidup karena jual beli ini belum selesai atau terusberlanjut, di mana kedua belah pihak berkewajibanmemenuhi janji yang telah disepakati, yaitu penjualmengembalikan uang seharga barang yang dijual, danpembeli berkewajiban mengembalikan barang tersebut,sedangkan jual beli putus adalah jual beli biasa yangberakhir setelah kedua belah pihak selesai bertransaksi.

4 8 Sebagian besar ahli hukum mazhab Hanafimemperbolehkan transaksi semacam jual hidup/jualsanda ini dengan alasan bahwa traksaksi ini telahmemenuhi sebagian aturan jual beli, yakni pembeli dapatmemanfaatkan barang yang dibeli. Jual beli denganperjanjian seperti ini telah menjadi ‘urf di masyarakatdan mereka lakukan untuk menghindari riba, dan merekamenyebutnya dengan istilah bay’ al-wafa. Ibn Abidin,Radd al-Mukhtar ‘ala Durr al-Mukhtar, Vol. V, h. 279.

Praktik Hiyal

Page 19: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014 121

pada transaksi gadai status aset tetap milikpegadai (orang yang menggadaikan,sedangkan pada transaksi jual hidup/jualsanda status aset menjadi milik pembeliselama jangka waktu yang disepakati, b)pada transaksi gadai barang gadaian tidakboleh dimanfaatkan penggadai (orang yangmenerima gadaian), kecuali hewan yangmemerlukan biaya, sedangkan padatransaksi jual hidup/jual sanda barang yangsudah dibeli bebas dimanfaatkan pembeliselama jangka waktu yang disepakati, c)pada transaksi gadai biaya pemeliharaanbarang gadaian menjadi tanggung-jawabpemilik barang, sedangkan pada transaksijual hidup/jual sanda biaya yang diperlukanuntuk pemeliharaan barang menjaditanggung-jawab pembeli, dan d) padatransaksi gadai apabila barang gadaian rusakmenjadi tanggung-jawab murtahin ataupenggadai, sedangkan pada transaksi jualhidup/jual sanda apabila barang rusaksedikit akad tetap berlangsung, kecualikerusakan parah atau rusak total.

Mazhab Syafi’i, mazhab yang umum-nya dianut oleh masyarakat, baik masyara-kat Kabupaten Banjar maupun KabupatenHulu Sungai Utara, menolak praktik hilahsemacam ini dan mengganggapnya sebagaitransaksi yang terlarang (haram) dan jenistransaksi yang tidak sah (fasid)49, dengandua alasan: (Kementerian Wakaf dan IslamKuwait, Vol. IX, h. 260)a. Perjanjian yang mengharuskan pembeli

mengembalikan barang yang dibeli bilapenjual telah mengembalikan uangseharga barang yang dijual adalahbertentangan dengan aturan danhukum jual beli, yakni kepemilikan

pembeli terhadap objek yang dibelibersifat tetap dan permanen.

b. Akad bukan hanya dilihat dari sudutpandang legal formal, namun padamaksud dan tujuannya (

). Jual beli dengan carabay’ al-wafa bukanlah dimaksudkanuntuk jual beli dalam pengertian yangsesungguhnya, namun hanyalah upayamanipulatif untuk menghindari ribayang diharamkan, yakni meminjamkanuang secara bertempo dan mengambilmanfaatnya berupa pemanfaatanterhadap harta sebagai imbalannya.50

Abu Syuja, Ali al-Sugdy, Abu al-HasanMaturidi ahli hukum mazhab Hanafimengatakan bahwa jual hidup termasukrahn, bukan jual beli, sehingga terkenaaturan gadai di mana pembeli bukanpemilik barang, sehingga tidak berhakmemanfaatkan barang gadaian.51

Selain itu, di Kertak Hanyar KabupatenBanjar, Tim Peneliti mendapat penjelasandari informan bahwa selain praktik hilahjual hidup, terdapat hilah gadai lainnya,yakni apa yang dikenal dengan istilah sewasanda. Tidak jauh berbeda dengan jualhidup, sewa sanda juga dengan memanfaat-kan ketentuan bahwa sesuatu transaksiberlaku sesuai dengan akad yang diucapkanoleh kedua belah pihak, terlepas dari apapun yang tersurat dalam hati pihak-pihakyang terlibat, transaksi gadai biasanyadisamarkan dengan akad sewa, terutamajika transaksi itu berkenaan dengan barang-barang yang dapat dipakai sehari-hari,seperti rumah, kenderaan bermotor, atauperhiasan. Dalam sewa sanda yang digu-

4 9 Meskipun umumnya ahli hukum Syafi’i berpendapatbahwa traksaksi semacam jual hidup/jual sandaterlarang, namun Tim Peneliti mendapat penjelasan GuruHanafiyah bahwa salah seorang ulama terkenal diMartapura Kabupaten Banjar mengatakan jual beli hidupdibolehkan dan valid berdasarkan Kitab Bugyah al-Musytarsidin, salah satu kitab yang beredar di kalanganahli hukum Syafi’i, yang menyebutnya dengan istilahbay’ al-‘Uhdah. Lihat Abdurrahman Ba’alawi, Bugyahal-Mustarsyidin, (Beirut: Dar al-Fikr,1994), h. 218.

5 0 Hasil keputusan Konferensi ke-7 Majma al-Fiqh al-Islamy di Jeddah Saudi Arabia Tahun 1992 Nomor: 68/4/7 menetapkan bahwa bay’ al-wafa sebagaimanapandangan mayoritas ulama pada hakikatnya adalahutang dengan menarik manfaat sebagai trik untukmenghindari riba, dan majma berpandangan bahwa akadini tidak diperbolehkan oleh syara’. Konferensi Majmaal-Fiqh al-Islami ke-7 di Jeddah, Majallat Majma al-Fiqh al-Islami, Vol. VII, h. 1398.

5 1 Ibid.

Praktik Hiyal

Page 20: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014122

nakan tetap akad gadai, tetapi kemudiandiiringi dengan perjanjian sewa menyewaantara penerima gadai dan orang yangmenggadaikan, yang tentu saja harga sewatersebut jauh dari harga pasar. Dengandemikian, secara formal penerima gadaidapat menggunakan barang gadaiantersebut melalui skema sewa-menyewa.

Hilah di Bidang Hukum Keluargaa . Hilah pada Akad Nikah

Ajaran Islam merupakan bagian in-tegral dari berbagai aspek kehidupankeluarga masyarakat Banjar. Syarat-syarat dan prosedur pernikahan samasekali berdasarkan ajaran fikih, dandemikian pula halnya dengan cara-caraperceraian. Berbagai kegiatan ritualpernikahan diambil dari ajaran Islam,dan berbagai kegiatan ritual yangmungkin asli masyarakat Banjar telahmemperoleh isi yang terambil dari ajaranIslam. Oleh karena itu, pelaksanaan akadnikah pada masyarakat Banjar dilakukandengan kehati-hatian yang penuh agarmemenuhi persyaratan formal yangditentukan oleh Fikih.

Hukum Islam menghendaki agarijab-kabul atau akad nikah dilaksanakansendiri oleh ayah si gadis, selaku walinikah, dan mempelai laki-laki, dihadapan dua orang saksi. Penghulu se-benarnya hanyalah bertugas mengawasidan mencatat peristiwa dalammasyarakat, karena yang seharusnyamengucapkan ijab adalah wali nikah,yakni ayah si gadis atau kerabat lainnyasesuai urut-urutan yang ditentukan olehaliran Syafi’i dalam hukum Islam. Tetapi,sudah menjadi kebiasaan dalam masya-rakat Banjar, termasuk di KabupatenBanjar dan Kabupaten Hulu SungaiUtara, wali nikah mewakilkan tugasnyaitu kepada penghulu.52

Dalam hukum Islam bermazhabSyafi’i, wali, termasuk penghulu yangbertindak sebagai wakil, dan dua orangsaksi wajib memenuhi syarat-syarattertentu, yaitu Islam, laki-laki, baligh,berakal, merdeka dan ‘adil (KementerianWakaf dan Islam Kuwait, Vol. IX, h. 260).Yang dimaksud dengan ‘adil adalahbahwa wali dan dua orang saksibukanlah seorang pendosa (fasiq) atauorang yang melakukan dosa besar ataumelakukan dosa-dosa kecil yangmerulang-ulang. Menurut penjelasanpara informan yang Tim Peneliti temui,konsep adil merupakan hal yang sangatsulit didefinisikan atau dinilai secarapasti, kecuali hanya dengan melihat si-kap lahiriah kesalehahan dan beraga-maan seseorang sehari-hari. Namun,masalahnya tetap saja terletakbagaimana mendefinisikan perbuatmaksiat yang membedakan fasik de-ngan adil, perbuatan yang merupakanurusan Tuhan, bukan manusia.53

Oleh karena itu, perlu jalan keluarhukum (hilah) untuk mengatasiketentuan hukum ini, yaitu denganpengucapan syahadat dan istighfarsebelum akan nikah dilangsungkan.Bagaimana pun, akad nikah adalah

5 2 Alfani Daud, Islam dan Masyarakat Banjar: Diskripsidan Analisa Kebudayaan Banjar, (Jakarta: PtRajaGrafindo), 1997. Menurut penjelasan seoranginforman, Masran Musjiono, S.Ag. salah seorang kepala

Kantor Urusan Agama, biasanya sebelum walimewakilkan tugasnya kepada penghulu, si gadisbiasanya meminta kepada wali untuk menikahkandirinya, dengan ucapan, “Bapak nikahkan ulun denganlaki-laki bernama...bin...dengan mahar sekian, yangdijawab,”ya” oleh sang wali. Setelah itu wali kemudianmewakilkan kepada penghulu untuk bertindak sebagaiwakil dengan ucapan, “Pian ulun wakili atau izini untukmenikahkan anak ulun bernama...dengan seorang laki-laki bernama...bin...dengan mahar sekian”, dan penghulumenjawab, “ulun terima”. Sebelum prosesi calonmempelai perempuan meminta izin nikah dengan walidan wali mewakilkan kepada penghulu terlebih dahulumaka calon mempelai perempuan, wali dan penghulusecara bersama-sama mengucapkan syahadat, istighfar,dan salawat atas Nabi.

5 3 Menurut penjelasan seorang informan, MasranMusjiono, S.Ag. bahwa ia pernah tidak bisa menolakketika salah satu saksi yang diajukan dalam prosesiakad nikah diketahuinya sering berjudi sabung ayam.Pengucapan istighfar, menurutnya, salah satu cara untukmengatasi hal ini secara formal.

Praktik Hiyal

Page 21: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014 123

peristiwa sakral yang menghalalkanhubungan suami istri yang sebelumnyatidak diperbolehkan. Menurut penjela-san para informan, pengucapan syahadatdan istighfar bukan hanya sekedar untukihtiyath (sikap kehati-hatian), tetapimemang merupakan syarat formaluntuk memenuhi ketentuan fikihmengenai wali dan saksi. Pengucapansyahadat untuk memastikan seluruhpihak yang terlibat langsung dalam akad,baik calon mempelai laki-laki, keduasaksi, dan wali atau penghulu sebagaiwakil wali, adalah seorang muslim,sedangkan pengucapan istighfardiharapkan agar dosa-dosa diampunisehingga keadilan yang dipersyaratkansecara formal sudah terpenuhi.

Sudah menjadi tradisi di kalanganmasyarakat Banjar, termasuk diKabupaten Banjar dan kabupaten HuluSungai Utara, orang-orang yang terlibatlangsung dalam prosesi akad nikah, baikmempelai laki-laki, kedua saksi, dan waliatau penghulu yang mewakilinya secarabersama-sama mengucapkan syahadatdan istighfar sebelum akad nikahdilaksanakan, dan adakalanya calonmempelai laki-laki dan kedua saksidituntun oleh penghulu untukmengucapkannya. Setelah syahadat danistighfar diucapkan baru kemudian ijabkabul dilangsungkan. Praktik hilahlainnya di bidang fikih munakahat atauperkawinan adalah untuk mengatasipersoalan wali ‘adhal. Menurut fikihbermazhab Syafi’i, salah satu unsurpenting akad nikah adalah adanya wali,selain kedua calon suami-istri, dua or-ang saksi dan ijab kabul. Wali terdekat(wali aqrab) didahulukan dari wali darikerabat yang terjauh (wali ab’ad).54 Wali

nikah yang menolak menikahkan anakgadisnya dengan pria yang disukainyadisebut ‘adhal.55

Wali menurut mazhab syafi’iseorang wali yang seharusnya bertindak,tetapi tempat tinggalnya jauh, tidakdapat digantikan kedudukannya olehwali lain yang tidak sederajat dengannya,melainkan harus digantikan oleh walihakim.56 Menurut Pasal 23 KompilasiHukum Islam disebutkan (1) Walihakim baru dapat bertindak sebagai walinikah apabila wali nasab tidak ada atautidak ,ungkin menghadirkannya atautidak diketahui tempat tinggalnya ataugaib atau ‘adhal atau enggan, (2) Dalamhal wali ‘adhal atau enggan, maka walihakim baru dapat bertindak sebagai walinikah setelah ada putusan PengadilanAgama tentang wali tersebut(Abdurrahman 1992 h. 119).

Menurut penjelasan informan diKabupaten Banjar bahwa beberapatahun yang lalu salah seorang yang inginmenikah terpaksa harus membawapergi calon istrinya sejauh perjalananqashar salat (masafah al-qashar) semata-mata agar dapat menikah dengan walihakim. Hal ini dilakukan setelahkeluarga berkonsultasi dengan salahseorang ulama di Martapura.57 Cara ini

5 4 Yang bertindak sebagai wali menurut tingkatannya,yaitu wali nikah yang tingkatannya di bawah tidak bolehmenikahkan selama masih ada wali yang tingkatannyalebih tinggi yang memenuhi syarat menjadi wali. Tetapi,kalau wali yang di atasnya tidak ada atau ada namuntidak memenuhi syarat, maka yang berikutnya berhakmenjadi wali. Asywadie Syukur, Intisari Hukum

Perkawinan dan Kekeluargaan dalam Fikih Islam, Cet.I, (Surabaya: Pt. Bina Ilmu, 1985), h. 16..

5 5 Menurut Muhammad Arsyad al-Banjari, jika waliterdekat ‘adhal atau enggan menikahkan setelah dimintalebih dari tiga kali menyebabkan wali tersebut fasik,sehingga wali berpindah ke urutan wali berikutnya.Muhammad Arsyad al-Banjari, Kitab al-Nikah,(Martapura: Yayasan Dalam Pagar, 2002), h. 23.

5 6 Menurut Muhammad Arsyad al-Banjari wali terdekatberalih ke wali hakim, antara lain karena ketiadaan walidari kerabatnya, tempat kepergian/perjalanan walisejauh jarak qashar, yakni perjalanan sehari semalamatau dua hari dua malam. Muhammad Arsyad al-Banjari,Kitab al-Nikah, h. 21-23.

5 7 Menurut penjelasan informan, Masran Musjiono, S.Agdan Ustadz Sailillah, Lc (Martapura), bahwa menurutsepengetahuan mereka praktik ini beberapa kali terjadiuntuk menyiasati tentang wali ‘adhal. MenurutSalilillah, Lc, beberapa guru di Martapura dan HuluSungai Utara ada yang membolehkan praktik hilah

Praktik Hiyal

Page 22: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014124

menurutnya lebih mudah daripadaharus berurusan dengan PengadilanAgama, baik dari segi biaya maupunwaktu. Calon istri yang berasal darisebuah kabupaten di KalimantanTengah dibawa lari ke Martapura danmenggunakan kartu identitas dengandomisili baru. Dengan alasan orang tuajauh dan sulit dihubungi akhirnyamereka menikah dengan wali hakim.

b. Hilah Waris Hidup/HibahPewarisan adalah beralihnya harta

benda suatu generasi kepada generasilain. Untuk memelihara tertibmasyarakat dan mempertahankaneksistensi masyarakat geneologispewarisan diatur melalui hukum waris.Dalam Islam aturan-aturan mengenaiwaris disebut dengan istilah ilmu faraidhatau fikih waris. Menurut Hukumkewarisan Islam, peralihan harta dapatterjadi jika telah memenuhi unsur dansyaratnya, yaitu adanya kematianpewaris, hidupnya ahli waris dan tidakada penghalang, dan adanya harta yangdiwarisi. Unsur-unsur pewarisantersebut merupakan suatu sistematika,artinya ketiga unsur tersebut harus adauntuk menimbulkan akibat pewarisan.Salah satu saja dari unsur pewarisantersebut tidak, maka tidak akan adapewarisan.58

Di Kalimantan Selatan, terutama diKabupaten Banjar dan Hulu SungaiUtara, yang masyarakatnya masih kuatmemegang teguh ajaran Islam, biasanyaharta segera dibagikan setelah kematian

pewaris.59 Dalam beberapa kasus bisasaja terjadi penundaan pembagian hartawarisan, biasanya jika ada salah seorangpasangan suami meninggal duniameninggalkan janda dan anak-anakyang masih kecil di bawah tanggungan,harta warisan akan dibagikan setelahjanda yang ditinggalkan meninggaldunia atau kawin lagi dengan laki-lakilain. Pembagian harta warisan biasanyaberdasarkan hukum fara’idh atauhukum kewarisan Islam. Prosespembagian umumnya melibatkan tuanguru yang dipercaya untuk menentukansiapa saja ahli waris yang berhakmendapat bagian dan berapa perolehanmasing-masing ahli waris setelahmemperhatikan biaya penyelenggaraanjenazah, utang, dan wasiat. Setelah tuanguru menetapkan siapa saja ahli warisyang berhak mendapat bagian danberapa perolehan masing-masing, ahliwaris menyatakan menerimanya. Tetapi,bisa saja pembagian warisan tidakberhenti sampai di sini melainkandilanjutkan dengan pembagian warisansecara islah atau suluh, yakni adanyamusyawarah dan kesepakatan ahli warismengenai bagian perolehan masing-masing ahli waris, dengan pertimba-ngan-pertimbangan kondisi objektifkeadaan ahli waris dan penerimawarisan lainnnya, sehingga perolehanyang didapat sangat variatif, tidakdengan prosentasi tertentu. Tetapi, padakebanyakan kasus, harta warisancenderung dibagi sama rata antara ahliwaris tanpa mempertimbangkanperbedaan jenis kelamin. Penggabungancara pembagian warisan antara faraidhdan islah ini dikenal dengan istilahfaraidh islah. Di dalam Kompilasi Hu-kum Islam pada pasal 183 disebutkan,“Para ahli waris dapat bersepakat mela-kukan perdamaian dalam pembagian

semacam ini. Dasar rujukannya adalah kitab Bugyahal-Mustarsyidin. Dalam Bugyah al-Mustarsyidindisebutkan bahwa ketidakhadiran wali (ghaib) sejauhjarak perjalanan dibolehkannya salat qasharmenyebabkan beralihnya wali terdekat kepada walihakim. Lihat Abdurrahman Ba’alawi, Bugyah al-Mustarsyidin, (Beirut: Dar al-Fikr,1994), 332.

5 8 Uraian lebih lanjut tentang waris Islam dapat dibaca,Fatchur Rahman, Ilmu Waris, Cet. II, (Bandung: al-Ma’arif, 1981).

5 9 Umumnya pembagian warisan dilaksanakan setelahma’ampatpuluh ‘empat puluh’ atau manyaratus ‘seratus‘ hari sejak kematian pewaris.

Praktik Hiyal

Page 23: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014 125

harta warisan, setelah masing-masingmenyadari bagiannya” (Abdurrahman,h. 185).

Umumnya pembagian menurutfaraidh islah lebih disukai karena ahliwaris dapat membagi warisan sesuaikeinginan mereka, tanpa rasa khawatirmeninggalkan syariat Islam atau ajaranagama. Tetapi, dijumpai juga kasus, inijarang terjadi, di mana ahli waris,biasanya atas dasar wasiat almarhumatau pewaris, langsung melaksanakanpembagian warisan secara mupakat ataubagi rata tanta memperhatikan hukumfaraidh. Ini merupakan gambaranpembagian warisan yang dilaksanakantanpa ada persengketaan di dalamnya.

Pelaksanaan pembagian waris jugaternyata tidak luput dari praktik hilah.Ada kesan yang kuat pewaris mencobamenghindari pewarisan secara faraidh.Di kecamatan Gambut KabupatenBanjar dan Kecamatan Amuntai TengahHulu Sungau Utara, misalnya, Tim Peneliti, mendapat informasi bahwa beberapaorang kaya membagikan harta warisanketika masih hidup, yang mereka sebutdengan istilah waris hidup, pembagianyang tidak dikenal dalam pembagianwaris Islam maupun hukum Barat.Menurut pasal 830 BW “Pewarisanhanya berlangsung karena kematian”.60

Proses pembagian dilakukan dengancara pewaris mengumpulkan semua ahliwaris, dan setelah semuanya berkumpulpewaris mengemukakan keinginannyamembagi-bagi harta kepada ahliwarisnya.61 Dalam kondisi seperti ini ahliwaris umumnya menyetujui pembagianyang dilakukan orang tuanya sebagaiwujud penghormatan dan baktinya

kepada orang tua. Biasanya harta yangakan diterima ahli waris masing-masingsudah ditentukan pewaris lengkapdengan bukti tertulis, seperti aktakepemilikan dan sebagainya. Misalnyaahli waris A menerima sawah di suatutempat, ahli waris menerima kebun ditempat lainnya, atau ahli waris Cmenerima warisan berupa perhiasan,dan ahli waris D menerima rumah.Meskipun harta warisan sudah dibagisemasa hidup pewaris, namunsebagaimana Tim Peneliti temukan dilapangan harta yang sudah dibagi-bagiitu pada kenyataannya tetap di bawahpenguasaan pewaris.

Ada berbagai motif dilaksanakan-nya waris hidup. Salah seoranginforman, Salahuddin, S.Ag. (diKecamatan Gambut Kabupaten Banjar)mengatakan bahwa pembagian warishidup sering terjadi pada pasangansuami istri yang tidak mempunyai anaklaki-laki. Karena khawatir harta warisandikuasai paman anak-anaknya, ataumemang hartanya tidak ingin diwarisioleh saudaranya, pewaris membagikanseluruh hartanya kepada janda dan anak-anak perempuannya selagi ia masihhidup. Salahuddin, mengaku dalamkeluarganya pembagian warisandilakukan ketika sang nenek masihhidup. Alasan neneknya melaksanakanwaris hidup karena khawatir kalau cucu-cucunya, di mana orang tuanyameninggal lebih dahulu dari pewaris,sampai terlantar akibat tidakmendapatkan warisan. Oleh sebab itu,sebelum pewaris meningga dunia, iamembagi harta warisan kepada anak-anaknya, termasuk cucu-cucunyatersebut. Tetapi, pembagian waris hidupbukan semata-mata agar bagian ahliwaris laki-laki dan perempuanmendapat porsi yang sama, tetapi adajuga karena pertimbangan lain.Informan lainnya, Masran Musjiono,S.Ag, menjelaskan bahwa pembagianwaris hidup dilakukan agar tidak terjadi

6 0 Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-undangHukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), (Jakarta: PT.Pradnya Paramita, t.th), h. 185.

6 1 Menurut Kompilasi Hukum Islam di Indonesia Pasal 211,“Hibah dari orang tua kepada anaknya dapatdiperhitungkan sebagai warisan”. Abdurrahman,Kompilasi Hukum Islam, h. 164.

Praktik Hiyal

Page 24: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014126

sengketa antara ahli waris di kemudianhari ba’abutan atau barabut hartawarisan. Informan ini jua pernahmenemukan pewaris membagi hartawarisan semasa hidupnya semata-mataagar ahli waris yang secara finansial lebihsusah atau terdapat ahli waris yangmasih banyak memerlukan biaya,seperti masih studi atau masih kecildiberikan bagian atau porsi yang lebihbesar.

Hilah lainnya yang sering dilakukanagar bagian anak perempuan tidakterlalu berbeda dengan bagian anak laki-laki adalah dengan jalan menghibahkansejumlah bagian tertentu dari hartakepada anak perempuan agar dapatmengimbangi bagian anak laki-lakimelalui wasiat, atau yang disebut denganwasiat hibah, yakni pemberian harta(warisan) yang pelaksanaannya akan

dilakukan setelah pewaris meninggaldunia.

Wasiat umumnya dilakukan secaralisan atau ba’amanah di hadapan paraahli waris atau sebagian ahli waris yangdisaksikan oleh orang-orang tertentuseperti kerabat atau tokoh masyarakatseperti kepala desa atau ketua RT,dengan ucapan, “Kalau aku habis umur,maka si A akan kubari’i harta X, danseterusnya”. Tetapi, terkadang wasiat inihanya disampaikan kepada orangtertentu saja atau sebagian ahli waris,tanpa diketahui ahli waris lainnya, dikemudian hari kasus terakhir ini tidakjarang berakibat sengketa antara ahliwaris. Beberapa pewaris berinisiatifmenuangkannya di sebuah kertas tertulisyang dibubuhi tandatangan pewaris danpara saksi dan biasanya menggunakanmaterai.

Praktik Hiyal

Page 25: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014 127

LampiranTabel 1.

Praktik Hiyal

Page 26: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014128

Tabel 2.

Praktik Hiyal

Page 27: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014 129

Tabel 3

Praktik Hiyal

Page 28: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014130

Praktik Hiyal

Page 29: Praktik Hiyal di Bidang Fikih Ibadah, Muamalah dan Hukum ...

Tashwir Vol. 2 No. 3, Januari – Juni 2014 131

ReferensiAbd al-‘Aziz Syarbayni. 1996. Dhiya al-Din

al-Islami, Kandangan: Sahabat. t.th.

Abdul, Aziz Dahlan et al. Eksiklopedi HukumIslam. Vol. II. Jakarta : PT. Ichtiar BaruVan Hoeve.

Abdurrahman bin Muhammad Ali. RisalahRasam Parukunan. Amuntai:Maktabah al-Rahmaniyah. t.th.

Abdurrahman. 1992. Kompilasi Hukum Is-lam di Indonesia. Cet. I. Jakarta:Akademika Pressindo.

Abu Bakar bin Muhammad al-Husaini.Kifayah al-Akhyar fi Hall Ghayah al-Ikhtishar. Vol. II. Pekalongan: RajaMurah. t.th.

Abu Bakar Syata. Hasyiyah I’anah al-Thalibin. Vol. II. Beirut: Dar al-Fikri.t.th.

Abu Ishaq, asy-Syatibi. Al-Muwafaqat fiUshul al-Ahkam. Vol. II. Penyunting:Abdullah Darraz. Kairo: Dar al-Kutubal-Ilmiyyah.

Alfani, Daud. 1997. Islam dan MasyarakatBanjar: Diskripsi dan AnalisaKebudayaan Banjar. Jakarta: PTRajaGrafindo.

Ardani, Muhammad dan Sarni,Muhammad. 1978. I’anah al-Mawta.Cet. II. t.tp. tp.

Arsyad al-Banjari, Muhammad. 2002. Kitabal-Nikah. Martapura: Yayasan DalamPagar.

Asywadie, Syukur. 1985. Intisari HukumPerkawinan dan Kekeluargaan dalamFikih Islam. Cet. I. Surabaya: PT. BinaIlmu.

Ba’alawi, Abdurrahman. 1994. Bugyah al-Mustarsyidin. Beirut: Dar al-Fikr.

Hasyim Kamali, Muhammad. 1991. Hiyaldalam Perspektif Sejarah SosialHukum Islam”, Pesantren. No.2. Vol.VIII.

Ibn Abidin. Radd al-Mukhtar ‘ala Durr al-Mukhtar. Vol. V. Beirut: Dar al-Fikrit.th.

Kementerian Wakaf dan Islam Kuwait. Al-Mawsuah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah. Vol. IX. h. 260.

Khalid, Muhammad. 1935. Al-Fa’idhah al-Ilahiyyah bagi Isqath al-Shalah. Cet.I. Singapura: Al-Ahmadiyah.

Konferensi Majma al-Fiqh al-Islami.Majallat Majma al-Fiqh al-Islami. Vol.VII.

Mukhtar, Muhammad bin Atharid al-Jawial-Betawi. 1330 H. Al-Risalah al-Wahbah al-Ilahiyyah. Mekkah: Al-Taraqi al-Majidiyah al-Utsmaniyah.

Ronny, Hanitijo Soemitro. 1994. MetodologiPenelitian Hukum dan Jurimetri.Jakarta: Ghalia Indonesia.

Soerjono, Soekanto dan Sri Mamudji. 2001.Penelitian Hukum Normatif (SuatuTinjauan Singkat). Jakarta: RajawaliPers.

Soerjono, Soekanto. 2008. PengantarPenelitian Hukum. Jakarta: UI Press.

Subekti dan Tjitrosudibio. 1994. KitabUndang-undang Hukum Perdata(Burgerlijk Wetboek). Cet. Kedua puluhenam. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Wahbah, al-Zuhayli. 1989. Al-Fiqh al-Islamiwa Adillatuh. Cet. III. Vol. VI. Beirut:Dar al-Fikr.

Praktik Hiyal