PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR...

110
PRAKTIK GADAI SAWAH PETANI DESA SIMPAR KECAMATAN CIPUNAGARA KABUPATEN SUBANG DALAM PERSPEKTIF FIKIH MUAMALAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh : FITRIA NURSYARIFAH NIM. 1110046100168 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M./1436 H.

Transcript of PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR...

Page 1: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

PRAKTIK GADAI SAWAH PETANI DESA SIMPAR KECAMATAN

CIPUNAGARA KABUPATEN SUBANG DALAM

PERSPEKTIF FIKIH MUAMALAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

FITRIA NURSYARIFAH

NIM. 1110046100168

K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

2015 M./1436 H.

Page 2: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini
Page 3: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini
Page 4: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Fitria NursyarifahNIM : 1110046100168Prodi : Muamalat (Perbankan Syariah)Fakultas : Syariah dan Hukum

Dengan ini saya menyatakan bahwa:1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas IslamNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam skripsi ini telah saya cantumkansesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan danmempertanggung jawabkannya.

4. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atautanpa izin pemilik karya.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karyaini.

Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telahmelalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memangditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan ini, maka saya bersediamenerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 13 Maret 2015

Penulis

Page 5: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini
Page 6: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

ABSTRAK

Fitria Nursyarifah. 1110046100168. Praktik Gadai Sawah Petani DesaSimpar Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang dalam Perspektif FikihMuamalah. Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, FakultasSyariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015M./1436 H. xiii + 86 halaman + 15 lampiran.

Masalah utama skripsi ini adalah bagaimana pemahaman para petani desaSimpar mengenai gadai dalam Islam dan bagaimana praktik gadai sawah yangpara petani lakukan dalam perspektif fikih muamalah. Tujuan penelitiannyaadalah mengetahui pemahaman para petani desa Simpar mengenai gadai dalamIslam dan mengetahui praktik gadai sawah yang para petani lakukan dalamperspektif fikih muamalah.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan normatif danempiris, jenis penelitiannya adalah deskriptif-studi kasus, sumber dan kriteria datayang digunakan adalah primer dan sekunder, pengumpulan data dilakukan dengancara interviu, observasi dan teknik dokumenter, serta teknik analisis yangdigunakan adalah analisis kualitatif.

Kesimpulan skripsi ini adalah mayoritas petani desa Simpar tidakmemahami gadai dalam Islam dan praktik gadai sawah yang biasa terjadi dikalangan petani desa Simpar ada 2 jenis yaitu gadai biasa dan gadai gantung.Ditinjau dari perspektif fikih muamalah kedua akad ini hukumnya tidak sahkarena syarat yang berkaitan dengan sighat (ijab kabul) tidak terpenuhi. Selain itu,praktik gadai sawah tersebut termasuk kegiatan eksploratif karena sangatmenguntungkan penerima gadai dan sangat merugikan penggadai.

Kata kunci : Gadai, sawah, fikih muamalah

Pembimbing : Dr. Hasanuddin, M.AgDaftar pustaka : Tahun 1994 s.d. tahun 2014

Page 7: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT

atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda mulia

Nabi besar Muhammad SAW atas perjuangan beliaulah kita dapat saling kenal-

mengenal menjalin ukhuwah Islamiyyah.

Selanjutnya, berkaitan dengan penyelesaian skripsi ini, secara pribadi

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA.

2. Ketua Program Studi Muamalat, Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag.,

MH. dan sekretaris Program Studi Muamalat, Bapak Abdurrauf, Lc., MA.

3. Bapak Dr. Hasanuddin, M.Ag. selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing penulis sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.

4. Bapak Jaeni, S.E. selaku sekretaris desa Simpar, yang telah meluangkan

waktunya dan memberikan data-data yang penulis butuhkan.

5. Pengurus perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan

bantuannya berupa pinjaman buku-buku baik selama penulisan skripsi

maupun selama penulis menjalankan perkuliahan.

Page 8: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

vii

6. Bapak Humaedi, M.A. dan Bapak Drs. Mursyid Shobandiselaku tokoh

agama yang telah meluangkan waktunya dan memberikan pandangan

mengenai gadai.

7. Bapak Suhendi, Bapak Saepuddin, Ibu Tati, Bapak Winata dan Bapak

Ugan selaku pelaku gadai yang bersedia memberikan penjelasan tentang

transaksi gadainya.

8. Orang tua tercinta Ibu Nuraisyah. S, S.Pd.I. dan Bapak Saripudin atas

kasih sayang dan do’a yang tak pernah usai untuk penulis.

9. Aa Supandi, S.S.atas bantuan material maupun spiritualnya.

10. Dan keluarga besar Perbankan Syariah 2010 dan 2011 atas

kebersamaannya dalam perjuangan menuntut ilmu dan menyelesaikan

tugas akhir, serta pihak-pihak terkait lainnya yang telah mendukung

penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya, hanya kepada Allah SWT jualah penulis berdoa semoga mereka

mendapat balasan yang mulia. Dengan segala kelemahan dan kelebihan semoga

skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada

umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridai setiap langkah kita. Aamiin Ya

Rabbal ‘Aalamiin.

Jakarta, 22 Jumadil Awal 1436 H.13 Maret 2015 M.

Penulis

Page 9: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

viii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................vi

DAFTAR ISI.............................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.................................................1

B. Identifikasi Masalah.......................................................3

C. Pembatasan Masalah......................................................4

D. Perumusan Masalah.......................................................4

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian......................................4

F. Metode Penelitian...........................................................5

1. Pendekatan Penelitian..............................................5

2. Jenis Penelitian.........................................................5

3. Sumber dan Kriteria Data Penelitian........................6

4. Teknik Pengumpulan Data ......................................7

5. Subjek dan Objek Penelitian....................................8

6. Teknik Pengolahan Data..........................................9

7. Metode Analisis Data.............................................10

G. Sistematika Penulisan...................................................10

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Akad………………………………………………….12

B. Gadai dalam KUH Perdata…………………………...14

C. Gadai dalam Perspektif Fikih Muamalah…………….15

Page 10: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

ix

1. Pengertian...............................................................15

2. Dasar Hukum.........................................................17

3. Rukun dan Syarat...................................................18

4. Hukum Akad..........................................................21

5. Hak dan Kewajiban dalam Gadai...........................23

6. Penambahan Utang dan Penambahan Barang

Gadai......................................................................24

7. Bertambahnya Barang Gadai.................................25

8. Resiko Kerusakan Barang Gadai...........................26

9. Penjualan Barang Gadai.........................................26

10. Pengambilan Manfaat atas Barang Gadai..............27

11. Riba dalam Gadai...................................................34

12. Pembiayaan Barang Gadai.....................................34

13. Pengambilalihan Barang Gadai..............................34

14. Perselisihan Penggadai dan Penerima Gadai.........35

15. Pembatalan Akad Gadai.........................................37

16. Berakhirnya Akad Gadai........................................38

D. Kerangka Konsep.........................................................39

E. Tinjauan (review) Studi Terdahulu..............................39

BAB III GAMBARAN UMUM DESA SIMPAR

A. Letak Geografis............................................................45

B. Keadaan Topografis.....................................................46

Page 11: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

x

C. Keadaan Demografis....................................................47

1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin.............47

2. Jumlah Penduduk Menurut Usia............................47

3. Jumlah Penduduk Menurut Agama........................48

4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian.......48

5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan....50

D. Sarana dan Prasarana....................................................51

1. Sarana.....................................................................51

2. Prasarana Kesehatan...............................................51

3. Prasarana Pendidikan.............................................52

4. Prasarana Ibadah....................................................52

5. Prasarana Umum....................................................53

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Identitas Sumber Data..................................................55

B. Pemahaman Petani terhadap Gadai dalam Hukum

Islam.............................................................................56

C. Tata Cara Gadai Sawah Petani Desa Simpar...............56

D. Pendapat Tokoh Agama...............................................63

E. Analisis Fikih Muamalah terhadap Praktik Gadai Sawah

Petani Desa Simpar......................................................65

1. Tujuan Akad...........................................................65

2. Lama Waktu Perjanjian..........................................65

Page 12: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

xi

3. Rukun dan Syarat...................................................66

4. Hak dan Kewajiban dalam Gadai...........................68

5. Penambahan Utang dan Penambahan Barang

Gadai......................................................................68

6. Bertambahnya Barang Gadai.................................70

7. Resiko Kerusakan Barang Gadai...........................70

8. Penjualan Barang Gadai.........................................70

9. Pengambilan Manfaat atas Barang Gadai..............71

10. Riba dalam Gadai...................................................73

11. Pembiayaan Barang Gadai.....................................73

12. Pengambilalihan Barang Gadai..............................74

13. Perselisihan Penggadai dan Penerima Gadai.........74

14. Pembatalan Akad Gadai.........................................74

15. Berakhirnya Akad Gadai........................................75

16. Aspek Keadilan dalam Akad..................................75

17. Analisis Ekonomi terhadap praktik gadai sawah

petani desa Simpar……………………………….75

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................81

B. Saran.............................................................................82

DAFTAR PUSTAKA................................................................................84

Page 13: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin.................................47

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Usia................................................47

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama............................................48

Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian...........................49

Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan........................50

Tabel 3.6 Sarana.........................................................................................51

Tabel 3.7 Prasarana Kesehatan .................................................................51

Tabel 3.8 Prasarana Pendidikan.................................................................52

Tabel 3.9 Prasarana Ibadah........................................................................53

Tabel 3.10 Prasarana Umum......................................................................53

Tabel 4.1 Identitas Sumber Data................................................................52

Page 14: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

xiii

DAFTAR ILUSTRASI

Ilustrasi 2.1 Kerangka Konsep...................................................................39

Ilustrasi 4.1 Gadai Sawah Biasa.................................................................58

Ilustrasi 4.2 Gadai Sawah Gantung............................................................61

Page 15: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gadai (rahn) merupakan salah satu bentuk muamalat yang diperbolehkan

dalam Islam, ia merupakan salah satu cara manusia untuk memenuhi

kebutuhan sehari-harinya manakala dalam keadaan susah dengan cara

meminjam uang dan menyerahkan jaminan, karena manusia sebagai makhluk

sosial tidak akan mampu berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Bahkan

menurut pakar fikih kasus gadai pertama dalam Islam dilakukan sendiri oleh

Rasulullah SAW yaitu ketika beliau menggadaikan baju besinya untuk

membeli gandum kepada seorang Yahudi di Madinah. Di sisi lain gadai juga

bisa menjadi sarana beribadah yaitu tolong menolong dalam kebaikan

manakala ada orang lain yang sedang kesusahan, dengan cara meminjamkan

uang dan menerima barang jaminannya.

Islam sebagai agama yang sempurna telah memberi pedoman bagi

umatnya baik dari segi akidah, akhlak, maupun syariah. Termasuk masalah

gadai telah diatur di mana dalam pelaksanaannya diharamkan adanya unsur

riba dan kezaliman.

Dalam Islam, gadai telah diatur mulai dari syarat dan rukunnya, tata

caranya, hak dan kewajiban para pihak yang bergadai hingga hukum

pengambilan manfaat atas barang gadai.

Page 16: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

2

Para petani dan buruh tani desa Simpar yang jumlahnya mencapai 25

persen dari total penduduk desa Simpar 1 sering melakukan transaksi gadai

sawah. Penulis telah mengamati ada beberapa penerima gadai (murtahin) yang

melakukan pemanfaatan/penggarapan sawah gadai secara berlebihan yaitu

tanpa mengenal batas waktu hingga penggadai (rahin) mampu membayar

pinjamannya. Dalam hukum Islam hal ini dapat dianggap sebagai riba dan

kezaliman. Pemanfaatan sawah gadai secara berlebihan tersebut bisa terjadi

karena kurangnya pemahaman para pelaku gadai mengenai hukum Islam, atau

mereka telah mengetahui dan memahami hukum Islam namun eggan

melaksanakannya, kendati masyarakat desa Simpar seluruhnya beragama

Islam dan 0,3 persennya merupakan tokoh agama.2

Umat Islam berkewajiban mempelajari ilmu tentang segala sesuatu yang

akan dilakukannya agar terhindar dari hal-hal yang haram. Sebagaimana

disebutkan dalam kitab Taʻlimul Mutaʻallim:

ل كان ما یقع لھ في حالھ فى أي حاعلم یفترض على المسلم طلب

Artinya: “Orang muslim wajib mempelajari ilmu yang diperlukan untukmenghadapi tugas/kondisi dirinya, apapun wujud tugas/kondisiitu”.3

Namun hal ini cenderung diabaikan oleh orang muslim terutama masyarakat

awam, termasuk oleh masyarakat desa Simpar khususnya dalam transaksi

gadai sawah.

1 Data Lapangan 2015.2 Ibid.3 Syekh Zarnuji, Taʻlimul Mutaʻallim (t.t., Pustaka Islamiyah, t.th.), h.4.

Page 17: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

3

Melihat kondisi tersebut, nampaknya ada permasalahan mendasar yang

membutuhkan perhatian dan penelitian serta dibuatkan pemecahan

masalahnya, oleh karena itu penulis tertarik untuk menulis Skripsi dengan

judul “PRAKTIK GADAI SAWAH PETANI DESA SIMPAR

KECAMATAN CIPUNAGARA KABUPATEN SUBANG DALAM

PERSPEKTIF FIKIH MUAMALAH”

B. Identifikasi Masalah

Bertolak dari latar belakang di atas, masalah yang dapat diidentifikasi

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pemahaman para petani tentang gadai?

2. Apa tujuan para petani melakukan gadai sawah?

3. Apakah para petani memahami hukum Islam mengenai gadai?

4. Apakah praktik gadai para petani sudah memenuhi syarat dan

rukunnya?

5. Apakah praktik gadai para petani mengandung riba dan kezaliman?

6. Kepada siapa para petani menggadaikan sawahnya?

7. Digunakan untuk apa hasil gadai sawahnya?

8. Apakah gadai sawah memberikan keuntungan atau kerugian bagi

mereka?

Page 18: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

4

C. Pembatasan Masalah

Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam

penelitian ini pembahasannya dibatasi dengan hal-hal berikut ini:

1. Praktik gadai sawah dibatasi pada kegiatan praktik gadai sawah yang

dilakukan petani desa Simpar kecamatan Cipunagara kabupaten

Subang.

2. Hukum gadai sawah dibatasi pada hukum gadai sawah dalam fikih

muamalah.

3. Waktu penelitian dilakukan pada Januari-Februari 2015.

D. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pemahaman para petani tentang gadai dalam Islam?

2. Bagaimana praktik gadai sawah para petani dalam perspektif fikih

muamalah?

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman para petani mengenai gadai

dalam Islam.

2. Untuk mengetahui praktik gadai sawah para petani dalam perspektif

fikih muamalah.

Page 19: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

5

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi perkembangan ilmu fikih

muamalah khususnya tentang gadai di kalangan masyarakat.

2. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi para akademisi dalam

rangka pemikiran dan khazanah ekonomi syariah khususnya dalam

bidang fikih muamalah.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini termasuk pendekatan normatif dan empiris,

dimana praktik gadai sawah petani desa Simpar dianalisis berdasar norma-

norma Islam tentang gadai.

2. Jenis Penelitian

Dilihat dari segi level analisis, penelitian ini termasuk penelitian

deskriptif, yakni penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-

gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat,

mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian

deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling

hubungan dan menguji hipotesis.4

Selain itu ditinjau dari masalah penelitian yang diselidiki, teknik dan

alat yang digunakan dalam meneliti, serta tempat dan waktu penelitian

dilakukan, penelitian ini termasuk penelitian studi kasus. Menurut

4 Nurul Zuriah, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan, cet. II (Jakarta: PT BumiAksara, 2007), h. 47.

Page 20: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

6

Maxfield penelitian studi kasus adalah penelitian tentang status subjek

penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari

keseluruhan personalitas.5 Dalam hal ini penulis menyelidiki pemahaman

dan praktik gadai sawah para petani secara sistematis dan akurat di desa

Simpar.

3. Sumber dan Kriteria Data Penelitian

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Sumber data primer yang terdiri dari :

(1) Narasumber, yakni orang yang dijadikan subjek penelitian,

dalam hal ini adalah para petani yang melakukan gadai sawah dan

tokoh agama.

(2) Informan, yakni orang yang memberikan informasi

mengenai situasi dan kondisi objektif daerah yang diteliti, dalam

hal ini adalah perangkat desa.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yang digunakan yaitu dokumen-dokumen

yang ada di kantor desa yang menggambarkan keadaan wilayah dan

masyarakat desa Simpar.

Adapun kriteria data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kualitatif yang berupa:

5 E.N. Maxfield, “The Case Study”, dalam Moh. Nazir, ed., Metode Penelitian, cet. VII(Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 57.

Page 21: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

7

a. Data primer

Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh dari hasil

wawancara dan observasi yang penulis lakukan terhadap penggadai,

penerima gadai, tokoh agama dan perangkat desa.

b. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan adalah data hasil dari penelusuran

penulis terhadap dokumen-dokumen yang memuat informasi tentang

keadaan wilayah dan masyarakat desa Simpar.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan berikut :

a. Wawancara/interviu

Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data)

kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau

direkam dengan alat perekam (tape recorder). 6 Penulis melakukan

wawancara terhadap penggadai, penerima gadai, tokoh agama dan

perangkat desa dengan mengacu pada pedoman wawancara yang telah

dibuat dan menggunakan alat bantu perekam (recorder).

b. Observasi

Menurut Arikunto observasi merupakan suatu teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti

6 Irawan Soehartono, ed., Metode Penelitian Sosial, cet. VII (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2008), h. 68.

Page 22: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

8

serta pencatatan secara sistematis. 7 Penulis melakukan pengamatan

terhadap penggadai dan penerima gadai yang melakukan penggarapan

sawah dengan menggunakan metode observasi non partisipan dimana

penulis tidak terlibat dalam aktivitas penggarapan sawah, hanya

sebagai pengamat independen. Instrumen yang digunakan adalah

daftar pengecekan pragmen perilaku orang yang diobservasi.

c. Teknik Dokumenter

Teknik dokumenter yaitu cara mengumpulkan data melalui

peninggalan tertulis, seperti arsip, termasuk juga buku tentang teori,

pendapat, dalil atau hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan

masalah penelitian.8 Dalam hal ini penulis melakukan pengumpulan

data yang bersumber dari arsip Pendataan Profil Desa Simpar dan

buku-buku serta kitab-kitab fikih yang membahas tentang gadai.

5. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah para pihak yang melakukan akad

gadai sawah seperti penggadai dan penerima gadai, juga pihak terkait

seperti perangkat desa dan tokoh agama. Adapun objek dalam penelitian

ini adalah praktik gadai sawah yang dilakukan petani desa Simpar.

Data penelitian dalam Skripsi ini didasarkan pada hasil wawancara

dengan 8 orang narasumber yang terdiri dari 2 orang penggadai, 3 orang

7 Imam Gunawan, ed., Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h.143.

8 Nurul Zuriah, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan, h. 191.

Page 23: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

9

penerima gadai, 2 orang tokoh agama dan 1 orang perangkat desa. Sampel

pelaku gadai dipilih dengan cara purposive sampling, yaitu dipilih

berdasar pertimbangan tertentu.9 Hal yang penulis pertimbangkan adalah

seringnya melakukan akad gadai sawah sehingga penulis memilih petani

yang sering melakukan gadai sawah di dusunnya masing-masing. Sampel

dipilih 5 orang (1 orang setiap dusun), diharapkan 1 orang tersebut dapat

merepresentasikan dusunnya masing-masing, karena pada umumnya para

petani melakukan gadai sawah dengan cara yang sama sebab sudah

menjadi budaya yang turun temurun.

6. Teknik Pengolahan Data

Data diolah dengan tahapan-tahapan siklus dan interaktif berikut ini :

a. Reduksi Data

Menurut Sugiyono reduksi data adalah kegiatan merangkum,

memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan

mencari tema dan polanya. 10 Pada tahap ini penulis melakukan

penyederhanaan terhadap hasil wawancara (transkrip), observasi dan

teknik dokumenter sebelum dilakukan paparan data.

b. Paparan Data

Pada tahap ini penulis memaparkan data yang telah disederhanakan

hingga menjadi sekumpulan informasi yang tersusun.

9 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, cet. IV (Jakarta:LP3ES, 2011), h. 169

10 Imam Gunawan, Metode Peneltian Kualitatif, h. 211.

Page 24: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

10

c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Pada tahap akhir ini, penulis menyampaikan keputusan terakhir

dari sekumpulan informasi yang tersusun untuk menjawab fokus

penelitian.

7. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif,

menurut Bogdan & Biklen analisis kualitatif adalah proses pelacakan dan

pengaturan secara sistematis transkip wawancara, catatan lapangan dan

bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman

terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat diinterpretasikan temuannya

kepada orang lain.11 Dalam hal ini setelah penulis melakukan penelitian,

maka hasil temuannya dianalisis berdasarkan hukum gadai dalam Islam

dalam bentuk kalimat (tidak dengan cara menghitung).

G. Sistematika Penulisan

Penulisan Skripsi terdiri dari lima bab. Tiap-tiap bab terdiri dari sub bab.

Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

11 Nurul Zuriah, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan, h. 217.

Page 25: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

11

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

Sub bab pertama pada bab ini membahas tentang gadai dalam

perspektif fikih muamalah, Sub bab kedua membahas kerangka konsep,

dan sub bab ketiga membahas tinjauan (review) studi terdahulu.

BAB III GAMBARAN UMUM DESA SIMPAR

Bab ini membahas letak geografis, keadaan topografis, keadaan

demografis, sarana dan prasarana desa Simpar.

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

Bab ini menggambarkan identitas sumber data, pemahaman petani

terhadap gadai sawah dalam hukum Islam, tata cara gadai sawah petani

desa Simpar, pendapat tokoh agama dan analisis fikih muamalah

terhadap praktik gadai sawah petani desa Simpar.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran.

Adapun teknik penulisan Skripsi ini mengacu pada “Pedoman Penulisan

Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta” tahun 2012.

Page 26: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

12

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Akad

Lafal akad, berasal dari lafal Arab al-‘aqd yang secara etimologi berarti

perikatan, perjanjian, dan permufakatan. Secara terminologi, akad memiliki

arti umum (al-ma’na al-am) dan khusus (al-ma’na al-khas). Adapun arti

umum dari akad adalah segala sesuatu yang dikehendaki sendiri, seperti

kehendak wakaf, membebaskan hutang, talak, dan sumpah, maupun yang

membutuhkan pada kehendak dan pihak yang melakukannya seperti jual beli,

sewa menyewa, perwakilan, dan gadai/jaminan. Sedangkan arti khusus akad

adalah pertalian atau keterikatan antara ijab dan kabul sesuai dengan kehendak

syariah (Allah dan Rasulnya) yang menimbulkan akibat hukum pada objek

akad.1

Akad adalah kontrak antara dua belah pihak, akad mengikat kedua belah

pihak yang saling bersepakat, yakni masing-masing pihak terikat untuk

melaksanakan kewajiban mereka masing-masing yang telah disepakati

terlebih dahulu. Dalam akad, term dan condition-nya sudah ditentukan secara

rinci dan spesifik (sudah well-defined). Bila salah satu atau kedua belah pihak

yang terikat dalam kontrak itu tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka

ia/mereka menerima sanksi seperti yang sudah disepakati dalam akad.

1 Wahbah al-Zuhaili “Fiqih Islam Wa Adillatuhu”, dalam Saepuddin Arif dan Ah.Azharuddin Lathif, Kontrak Bisnis Syariah (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta,2011), h. 26.

Page 27: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

13

Akad ada 2 macam yaitu:

1. Akad Tabarru’

Akad tabarru’ (gratuitous contract) adalah segala macam perjanjian

yang menyangkut not-for profit transaction (transaksi nirlaba). Transaksi

ini pada hakikatnya bukan transaksi bisnis untuk mencari keuntungan

komersil. Akad tabarru’ dilakukan dengan tujuan tolong menolong dalam

rangka berbuat kebaikan (tabarru’ berasal dari kata birr dalam Bahasa

Arab, yang artinya kebaikan). Dalam akad tabarru’, pihak yang berbuat

kebaikan tersebut tidak berhak mensyaratkan imbalan apapun kepada

pihak lainnya. Imbalan dari akad tabarru’ adalah dari Allah SWT bukan

dari manusia. Namun demikian, pihak yang berbuat kebaikan tersebut

boleh meminta kepada counter-part-nya untuk sekedar menutupi biaya

(cover the cost) yang dikeluarkannya untuk dapat melakukan akad

tabarru’ tersebut. Namun ia tidak boleh sedikitpun mengambil laba dari

akad tabarru’ itu. Contoh akad-akad tabarru’ adalah qard, rahn, hiwalah,

wakalah, kafalah, wadi’ah, hibah, waqf, shadaqah, hadiah, dan lain-lain.

2. Akad Tijarah

Akad tijarah/mu’awadah (compensational contract) adalah segala

macam perjanjian menyangkut for profit transaction. Akad-akad ini

dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan, karena itu bersifat komersil.

Page 28: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

14

Contoh akad tijarah adalah akad-akad investasi, jual beli, dan sewa-

menyewa.2

B. Gadai dalam KUH Perdata

Dalam Pasal 1150 KUH Perdata, Gadai merupakan suatu hak yang

diperoleh seseorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan

kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lainnya atas namanya, dan

yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil

pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang

berpiutang lainnya; dengan pengecualian biaya untuk melelang barang

tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah

barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.3 Diserahkannya

jaminan atas pinjaman uang tersebut. Jaminan tersebut akan dikuasai oleh

pemegang gadai selama pelaksanaan gadai sampai ditebusnya jaminan

tersebut oleh penggadai.

Gadai dalam KUH Perdata ialah penguasaan atas barang gadai tanpa

adanya pemanfaatan dari benda jaminan tersebut. Pelaksanaan gadai yang

disebutkan dalam KUH Perdata, pemegang gadai hanya berkuasa dan

berkewajiban untuk menyimpan serta menjaga benda yang dijaminkan tanpa

adanya hak untuk memanfaatkan barang jaminan tersebut.

2 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Edisi IV (Jakarta:Rajawali Pers, 2011), h. 70.

3 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Page 29: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

15

Dalam KUH Perdata, pemegang gadai tidak berhak memanfaatkan barang

gadai apalagi sampai melakukan hubungan hukum dengan pihak lain. 4

pemegang gadai hanya berhak menyimpan dan berkewajiban menjaga barang

yang digadaikan itu.

Ketika penggadai tidak mampu membayar tebusan barang gadai dalam

waktu yang telah disepakati maka pemegang gadai akan melakukan lelang,

hasil dari lelang akan digunakan untuk membayar uang yang dipinjam

penggadai dari pemegang gadai.

Waktu lamanya penggadaian telah ditentukan maksimal 7 tahun. Jika telah

lebih dari 7 tahun, maka tanah pertanian yang digadaikan harus dikembalikan

kepada pemilik tanah pertanian tersebut (penggadai) tanpa menuntut uang

tebusan. Hal ini dikarenakan selama 7 tahun penerima gadai telah mengelola

dan menikmati hasil panen dari sawah tersebut.5

C. Gadai dalam Perspektif Fikih Muamalah

1. Pengertian

Gadai (rahn) secara bahasa artinya bisa al-tsubût dan al-dawâm yang

artinya tetap, atau ada kalanya berarti al-habsu dan al-luzûm yang artinya

menahan. 6 Sedangkan menurut istilah, para ulama fikih mendefinisikan

gadai sebagai berikut :

4 Ibid.5 Undang-Undang No. 56 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agrarian.6 Wahbah al-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid VI, cet. I, Penerjemah Abdul

Hayyie al-Kattani, dkk (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 106.

Page 30: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

16

a. Ulama Malikiyyah mendefinisikan dengan “harta yang dijadikan

pemiliknya sebagai jaminan utang yang bersifat mengikat”.

Menurut mereka, harta yang dapat dijadikan barang jaminan

(agunan) bukan saja harta yang bersifat materi, tetapi juga harta

yang bersifat manfaat tertentu. Harta yang dijadikan barang

jaminan tidak harus diserahkan secara aktual, tetapi boleh juga

penyerahannya secara hukum, seperti menjadikan sawah sebagai

jaminan, maka yang diserahkan itu adalah surat jaminannya

(setifikat sawah).7

b. Ulama Hanafiyyah mendefinisikan dengan “menjadikan sesuatu

(barang) sebagai jaminan terhadap hak (piutang) yang mungkin

dijadikan sebagai pembayar hak (piutang itu), baik seluruhnya

maupun sebagiannya”.8

c. Ulama Hanabilah mendefinisikan dengan “menjadikan materi

(barang) sebagai jaminan utang yang dapat dijadikan pembayar

utang apabila orang yang berutang tidak bisa membayar utangnya

itu”.9

7Al-Dardir, “Al-Syarh al-Saghir bi Syarh al-Sawi”, dalam Nasrun Haroen, FiqihMuamalat (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 252.

8Ibnu ʻAbidin, “Radd al-Muhtar ‘ala al-Durr al-Mukhtar”, dalam Nasrun Haroen, FiqihMuamalat (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 252.

9Syamsuddin Muhammad Ibn Muhammad al-Khatib al-Syarbaini, ed., Mughni al-Muhtajilâ maʻrifah maʻânî alfadz al-minhaj, juz II, cet. II (Beirut: Dar al-Khatab al-Ilmiyah, 2009), h.151.

Page 31: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

17

d. Ulama Syafiʻiyyah mendefinisikan dengan “menjadikan suatu

benda sebagai jaminan utang yang dapat dijadikan pembayar ketika

berhalangan dalam membayar utang”.10

Definisi yang diungkapkan ulama Hanafiyyah, Hanabilah dan

Syafiʻiyyah mengandung pengertian bahwa harta yang boleh dijadikan

jaminan utang hanyalah harta yang bersifat materi; tidak termasuk manfaat

sebagaimana dikemukakan ulama Malikiyyah, sekalipun sebenarnya

manfaat menurut mereka termasuk dalam pengertian harta.11

2. Dasar Hukum

Hukum gadai adalah mubah, berdasarkan:

a. Alquran

...صلىوإن كنتم على سفر ولم تجدوا كاتبا فرھان مقبوضة

Artinya:“Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidakmendapatkan seorang penulis, maka hendaklah adabarang jaminan yang dipegang”...(QS. al-Baqarah /2:283)

b. Hadits

د ثنا مسد ثنا عبد الواحد : حد ثنا الأعمش قال : حد ھن والقبیل : حد تذاكرنا عند إبراھیم الر

لف، فقال إبراھیم ثنا الأسود عن عائشة رضي الله عنھا: في الس الله ىل ص أن النبي : حد

.علیھ وسلم اشترى من یھودي طعاما إلى أجل ورھنھ درعھ

10Ibid.11Nasrun Haroen, Fiqih Muamalat (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 252.

Page 32: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

18

Artinya: “Musaddad menyampaikan kepada kami dari AbdulWahid bahwa al-Aʻmasy berkata:“kami dan Ibrahimpernah membahas tentang hukum gadai dan jaminandalam akad pemesanan”. Lalu Ibrahim berkata: “al-Aswad menyampaikan kepada kami dari Aisyah bahwaNabi SAWpernah membeli makanan dari orang Yahudisecara tangguh dan menggadaikan baju besinya kepadaorang tersebut”. (HR. Bukhari)12

c. Ijmak ulama ahli fikih sepakat akan diperbolehkannya akad gadai,

baik dalam keadaan hâdir (berada di tempat) maupun safar (dalam

perjalanan).13

d. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)

dalam Fatwa Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 telah menetapkan

bahwapinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan

utang dalam bentuk rahn dibolehkan.14

3. Rukun dan Syarat

Rukun-rukun gadai yaitu :

a. Orang yang berakad (penggadai [rahin] dan penerima gadai

[murtahin])

b. Ijab dan kabul (sighat)

c. Utang (marhun bih)

d. Harta yang dijadikan jaminan (marhun)

Ulama Hanafiyyah berpendapat bahwa rukun gadai hanyalah ijab dan

12Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, ed., Shahih Bukhari, jilid I, cet. I,Penerjemah Masyhar dan Muhammad Suhadi (Jakarta: Almahira, 2011), h. 566.

13Ibnu Qudamah, Ed., al-Mughni, Jilid VI, penerjemah Misbah (Jakarta: Pustaka Azzam,2009), h. 26.

14Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, ed., Himpunan Fatwa KeuanganSyariah (Jakarta: Erlangga, 2014), h.738.

Page 33: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

19

kabul. Di samping itu, menurut mereka untuk sempurna dan mengikatnya

akad gadai ini, maka diperlukan adanya penguasaan barang oleh penerima

gadai. Adapun kedua orang yang melakukan akad, harta yang dijadikan

jaminan, dan utang, menurut ulama Hanafiyyah hanya termasuk syarat-

syarat gadai bukan rukunnya.15

Adapun syarat-syarat gadai para ulama fikih menyusunnya sesuai

dengan rukun gadai itu sendiri. Dengan demikian syarat-syarat gadai

adalah sebagai berikut :

a. Syarat yang terkait dengan orang yang berakad adalah cakap

bertindak hukum. Kecakapan bertindak hukum menurut jumhur

ulama adalah orang yang telah balig dan berakal. Sedangkan

menurut ulama Hanafiyyah kedua belah pihak yang berakad tidak

disyaratkan balig, tetapi cukup berakal saja. Oleh sebab itu

menurut mereka anak kecil yang mumayyiz boleh melakukan akad

gadai asal mendapat persetujuan dari walinya.

b. Syarat terkait dengan ijab dan kabul, ulama Hanafiyyah

berpendapat bahwa akad gadai sama dengan akad jual beli. Apabila

akad itu dibarengi dengan syarat tertentu maka syaratnya batal

sedangkan akadnya sah. Misalnya, penggadai mensyaratkan

apabila tenggang waktu utang telah habis dan utang belum dibayar,

maka jaminan itu diperpanjang 1 bulan. Sementara, jumhur ulama

mengatakan bahwa apabila syarat itu ialah syarat yang mendukung

15Imam ‘Alauddin Abu Bakar bin Masʻud al-Kasani al-Hanafi, Badâ’iussanâiʻ fî tartîbisyarâiʻ, juz VI, cet. I (Beirut: Dar al-Fikr, 1996), h. 204.

Page 34: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

20

kelancaran akad, maka dibolehkan, tetapi apabila syarat itu

bertentangan dengan tabiat akad gadai, maka syaratnya batal.

Perpanjangan gadai 1 bulan dalam contoh syarat di atas termasuk

syarat yang tidak sesuai dengan tabiat gadai. Karenanya syarat

tersebut dinyatakan batal. Syarat yang dibolehkan misalnya, demi

sahnya akad gadai, pihak penerima gadai meminta agar akad itu

disaksikan oleh 2 orang saksi.

c. Syarat yang terkait dengan utang yaitu (1) merupakan hak yang

wajib dikembalikan kepada penerima gadai, (2) utang itu boleh

dilunasi dengan jaminan, dan (3) utang itu jelas dan tertentu.

d. Syarat yang terkait dengan barang yang dijadikan jaminan,

menurut ulama fikih syarat-syaratnya adalah (1) barang jaminan itu

boleh dijual dan nilainya seimbang dengan utang, (2) berharga dan

boleh dimanfaatkan, (3) jelas dan tertentu, (4) milik sah penggadai,

(5) tidak terkait dengan hak orang lain, (6) merupakan harta utuh,

dan (7) bisa diserahkan baik materinya maupun manfaatnya .16

Disamping syarat-syarat di atas, para ulama fikih sepakat bahwa

akad gadai baru dianggap sempurna apabila barang yang digadaikan secara

hukum telah berada di tangan penerima gadaidan uang yang dibutuhkan

telah diterima penggadai. Apabila jaminan itu berupa benda tidak bergerak

seperti rumah dan tanah, maka tidak harus rumah dan tanah itu yang

diberikan kepada penerima gadai, cukup sertifikatnya saja. Syarat ini oleh

16Ibnu Rusyd, ed., Bidayatul Mujtahid, jilid II, cet. I, Penerjemah Abu Usamah FakhturRokhman (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h.539.

Page 35: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

21

para ulama disebut qabd al-marhun bi al-hukm (barang jaminan dikuasai

secara hukum oleh penerima gadai). Syarat ini menjadi penting karena

dalam surat al-Baqarah ayat 283 Allah menyatakan “fa rihânun

maqbûdah” (barang jaminan itu dipegang/dikuasai [secara hukum]).

Apabila jaminan itu telah dikuasai oleh penerima gadai, maka akad

gadaibersifat mengikat bagi kedua belah pihak. Oleh sebab itu utang

terkait dengan barang jaminan, sehingga apabila utang tidak dapat

dilunasi, barang jaminan dapat dijual untuk membayar utang. Apabila

dalam penjualan barang jaminan itu ada kelebihan uang, maka wajib

dikembalikan kepada penggadai. 17 Untuk al-qabd ini para ulama juga

mengemukakan beberapa syarat yaitu :

a. Al-qabd harus atas seizin penggadai.

b. Kedua pihak yang melakukan akad gadai cakap bertindak hukum

ketika terjadinya al-qabd.

c. Barang itu tetap di bawah penguasaan penerima gadai. Syarat

ketiga ini dikemukakan oleh Ulama Hanafiyyah, Malikiyyah, dan

Hanabilah, sesuai dengan tuntutan al-Baqarah ayat 283 (fa rihânun

maqbûdah).18

4. Hukum Akad

Hukum akad gadai ada 2 yaitu akad yang sah dan akad yang tidak sah.

Akad gadai yang sah adalah akad yang memenuhi syarat-syaratnya.

17Syamsuddin Muhammad bin Muhammad al-Khatib al-Syarbaini, Mughni al-Muhtaj, h.159.

18Imam ‘Alauddin Abu Bakar bin Masʻud al-Kasani al-Hanafi, Badâ’iussanâiʻ fî tartîbisyarâiʻ, h. 208.

Page 36: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

22

Sedangkan akad gadai yang tidak sah adalah akad yang tidak memenuhi

syarat-syaratnya.

Menurut Ulama Hanafiyyah akad gadai yang tidak sah ada 2 yaitu

akad yang bâtil (batal) dan akad yang fâsid (rusak). Akad yang batal

adalah akad yang tidak memenuhi salah satu syarat yang berkaitan dengan

asal akad, seperti pihak yang menggadaikan tidak memiliki kelayakan dan

kompetensi melakukan akad contohnya orang gila dan dungu. Sedangkan

akad yang rusak adalah akad yang tidak memenuhi salah satu syarat yang

berkaitan dengan sifat akad, contohnya barang gadai tertempeli oleh selain

barang gadai. Seperti menggadaikan rumah yang di dalamnya terdapat

barang-barang milik penggadai, namun barang-barang itu tidak termasuk

barang gadaian.

Menurut ulama selain Hanafiyyah akad gadai yang tidak sah hanya ada

1 macam yaitu akad yang batal/rusak, yakni akad yang tidak memenuhi

syarat-syarat sah gadai yang mereka tetapkan dengan perbedaan pendapat

diantara mereka dalam sebagian syarat-syarat tersebut.

Akad gadai yang sah hanya mengikat 1pihak, yaitu hanya bagi

penggadai saja, oleh karena itu penggadai tidak memiliki hak untuk

membatalkan dan menganulirnya, karena baginya akad gadai adalah akad

jaminan utang. Adapun penerima gadai memiliki hak untuk

membatalkannya kapan saja, karena akad gadai baginya adalah untuk

kemaslahatan dan kepentingan dirinya. Akad gadai menurut seluruh

fukaha belum memiliki konsekuensi hukum apa-apa kecuali dengan

Page 37: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

23

adanya al-qabd.19

5. Hak dan Kewajiban dalam Gadai

a. Hak Penerima Gadai

(1) Penerima gadai berhak menjual barang gadai apabila penggadai

tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo.

(2) Penerima gadai berhak mendapatkan penggantian biaya yang

telah dikeluarkan untuk menjaga keselamatan barang gadai.

(3) Selama pinjaman belum dilunasi, penerima gadai berhak

menahan barang gadai yang diserahkan oleh penggadai.

b. Kewajiban Penerima Gadai

(1) Penerima gadai bertanggung jawab atas hilangnya atau

merosotnya barang gadai yang diakibatkan oleh kelalaiannya.

(2) Penerima gadai tidak boleh menggunakan barang gadai untuk

kepentingan sendiri.

(3) Penerima gadai wajib memberitahukan kepada penggadai

sebelum diadakan pelelangan barang gadai.

c. Hak penggadai :

(1) Penggadai berhak mendapatkan barang gadainya kembali

setelah ia mampu melunasi semua pinjamannya.

(2) Penggadai berhak menuntut ganti rugi atasrusaknya atau

hilangnya barang gadai, apabila itu disebabkan kelalaian

penerima gadai.

19Wahbah al-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h. 206.

Page 38: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

24

(3) Penggadai berhak menerima sisa dari hasil penjualan barang

gadai setelah dikurangi biaya pinjaman dan biaya-biaya

lainnya.

d. Kewajiban penggadai :

(1) Penggadai wajib melunasi pinjaman yang telah diterimannya

dalam waktu yang telah ditentukan.

(2) Penggadai wajib merelakan penjualan atas barang gadai

miliknya, apabila dalam waktu yang telah ditentukan penggadai

tidak dapat melunasinya.20

6. Penambahan Utang dan Penambahan Barang Gadai

a. Penambahan Utang

Penambahan utang berartipenggadai meminjam uang lagi kepada

penerima gadai dengan jaminan yang sama. Ada 2 pendapat tentang

hal ini, pertama, menurut Imam Abu Hanifah, Muhammad, Ulama

Hanabilah dan salah satu versi pendapat Imam Syafiʻi adalah tidak

boleh karena tambahan tersebut merupakan akad gadai baru, atau

karena hal ini berarti menggadaikan barang yang telah digadaikan,

padahal menggadaikan barang yang telah digadaikan hukumnya tidak

boleh, karena barang yang telah digadaikan keseluruhannya telah

terikat dengan utang yang pertama.Kedua, pendapat Imam Malik, Abu

Yusuf, Abu Tsaur, al-Muzani dan Ibnul Mundzir yang

menyatakanboleh. Karena seandainya penggadai memberi tambahan

20 Buchari Alma, Manajemen Bisnis Syariah, cet. I(Bandung: Alfabeta, 2009) h. 33-34.

Page 39: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

25

jaminan lagi, maka itu boleh, begitu juga jika penggadai meminta

tambahan utang lagi, makaboleh. Karena tambahan di dalam utang

berarti menghapuskan akad gadai yang pertama dan mengadakan akad

gadai yang baru lagi dengan utang kedua tersebut, dan hal ini adalah

boleh berdasar kesepakatan para ulama.

b. Penambahan Barang Gadai

Penambahan barang gadai adalah memberikan jaminan lagi

disamping jaminan yang telah ada dengan utang yang sama, hal ini

menurut jumhur ulama diperbolehkan karena itu merupakan bentuk

tambahan penguat jaminan yang merupakan tujuan inti dari akad

gadai.21

7. Bertambahnya Barang Gadai

Ada 2 ketentuan untuk barang gadai yang bertambah:

a. Tambahan yang terpisah seperti buah, telur, atau anak binatang

yang jadi dan lahir sesudah barang digadaikan tidak termasuk

barang gadaian, tetapi tetap menjadi milikpenggadai. Maka jika

barang gadaihendak dijual oleh penerima gadai, tambahannya tidak

boleh ikut dijual, sebab tambahan itu tidak ikut digadaikan.

b. Tambahan yang tidak dapat dipisahkan seperti tambahan gemuk,

tambahan besar, dan anak-anak yang ada di dalam kandungan

adalah termasuk barang gadai. Begitu juga dengan bulu binatang

yang jika di waktu menggadaikan sudah waktunya dipotong tetapi

21Wahbah al-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h. 228.

Page 40: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

26

tidak dipotongnya; hal itu menjadi tanda bahwa bulu itu termasuk

barang gadai. Tetapi jika diwaktu menggadaikan belum waktunya

dipotong, maka ia seperti tambahan yang terpisah, tidak termasuk

barang gadai; penggadai berhak memotong dan mengambil bulu itu

apabila tiba waktu memotongnya22.

8. Resiko Kerusakan Barang Gadai

Menurut ulama Hanafiyyah penerima gadai harus menanggung resiko

kerusakan atau kehilangan barang gadai yang dipegangnya, baik barang

gadai hilang karena disia-siakan maupun dengan sendirinya. Sedangkan

menurut Ulama Syafiʻiyyah penerima gadai menanggung resiko

kehilangan atau kerusakan barang gadaibilabarang gadaiitu rusak atau

hilang karena disia-siakan olehnya.23

9. Penjualan Barang Gadai

Apabila disyaratkan barang gadai dijual ketika batas waktunya tiba,

maka syarat ini sah dan penerima gadai berhak menjualnya. Pendapat ini

berbeda dengan pendapat Imam Syafiʻi yang menetapkan atas tidak

sahnya syarat ini. Dan jika barang gadai kembali ke tangan penggadai

dengan kehendak penerima gadai, maka akad gadainya batal.24

Jika di dalam akad gadai disyaratkan bahwa barang gadai harus dijual

kepada penerima gadai ketika tiba waktu pelunasan utang, maka akad

22Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, cet. XXVII (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994),h.311.

23Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat, edisi pertama (Jakarta: Predana MediaGrup, 2010), h. 271.

24Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, jilid V, cet. I, Penerjemah Abdurrahim dan Masrukhin(Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009), h. 248.

Page 41: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

27

gadai tersebut tidak sah, karena adanya tempo waktu. Akad jual belinya

juga tidak sah karena digantungkan pada masa (ada taʻliqnya)25.

10. Pengambilan Manfaat atas Barang Gadai

a. Pengambilan manfaat oleh penggadai

Berikut pendapat beberapa ulama mengenai pengambilan manfaat

barang gadai oleh penggadai:

(1) Ulama Hanafiyyah

Ulama Hanafiyyah berpendapat bahwa penggadai tidak

boleh memanfaatkan barang gadai kecuali atas izin penerima gadai.

Karena al-habsu adalah tertetapkan untuk penerima gadai secara

terus menerus yang berarti peggadai dilarang mengambil kembali

barang gadai. Namun jika pemanfaatan terhadap barang gadai tidak

sampai melepaskan pemegangan penerima gadai terhadap barang

gadai, maka diperbolehkan.

(2) Ulama Malikiyyah

Ulama Malikiyyah menetapkantidak boleh bagi penggadai

memanfaatkan barang gadai.Mereka juga menetapkan bahwa

apabila penerima gadai memberikan izin kepada penggadai maka

akad gadai menjadi batal. Karena pemberian izin tersebut dalam hal

ini dianggap sebagai bentuk pelepasan hak penerima gadai terhadap

barang gadai.

25Imam Taqiyuddin Abu Bakar al-Husaini, Kifâyatul Akhyâr fî Halli Ghâyatil Ikhtishâr,jilid II, cet. I, Penerjemah Achmad Zaidun dan A. Maʻruf Asrori (Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset,1997), h. 64.

Page 42: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

28

Namun dikarenakan kemanfaatan-kemanfaatan barang

gadai adalah milik penggadai, maka ia boleh menjadikan penerima

gadai sebagai wakilnya dalam memanfaatkan barang gadai untuk

dirinya, agar kemanfaatan-kemanfaatan barang gadai tidak tersia-

siakan. Oleh karena itu, menurut sebagian ulama Malikiyyah

apabila penerima gadai ternyata menyia-nyiakan kemanfaatan

barang gadai, maka ia menanggung denda biaya sewa standar

selama penyia-nyiaan tersebut. Karena berarti dia telah merugikan

penggadai. Namun sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa

penerima gadai tidak menanggung denda, karena ia memang tidak

berkewajiban memanfaatkan barang gadai untuk kepentingan

penggadai. Sedangkan sebagian ulama lainnya lagi mengatakan

bahwa penerima gadai menanggung denda kecuali jika penggadai

mengetahui bahwa dirinya diperbolehkan memanfaatkan barang

gadai dengan cara seperti di atas, namun ia tidak mengingkari

penyia-nyiaan yang dilakukan penerima gadai tersebut.

(3) Ulama Syafiʻiyyah

Ulama Syafiʻiyyah mengatakan bahwa penggadai boleh

memanfaatkan barang gadai dengan semua bentuk pemanfaatan

yang tidak menyebabkan berkurangnya barang gadai. Karena

kemanfaatan barang gadai, perkembangan, dan apa-apa yang

dihasilkan oleh barang gadai adalah milik penggadai dan statusnya

tidak ikut terikat dengan utang.Hal tersebut didasarkanpada hadits:

Page 43: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

29

د بن مقاتل ثنا محم ، عن : أخبرنا عبدالله بن المبارك: حد عبي أخبرنا زكریاعن الش

الظھر یركب بنفقتھ : ((الله علیھ وسلم ىصل قال رسول الله : نھ قال أبیھریرة رضي الله ع

وعلى الذي یركب ویشرب قتھ إذا كان مرھوناإذا كان مرھونا، ولبن الدر یشرب بنف

))النفقة

Artinya:“Muhammad bin Muqatil menyampaikan kepada kamidari Abdullah bin al-Mubarak yang mengabarkan dariZakaria, dari al-Syaʻbi dari Abu Hurairah bahwaRasulullah SAW bersabda: “Hewan yang sedangdigadaikan boleh ditunggangi sebagai imbalan atas biayapemeliharaan (yang dikeluarkan). Hewan yang sedangdigadaikan boleh diminum susunya sebagai imbalan atasbiaya pemeliharaan (yang dikeluarkan). Setiap yangmenunggangi hewan gadaian dan meminum susunyaharus mengeluarkan biaya pemeliharaan.” (HR.Bukhari)26

(4) Ulama Hanabilah

Ulama Hanabilah berpendapat seperti ulama Hanafiyyah,

yaitu tidak boleh bagi penggadai memanfaatkan barang gadai

kecuali dengan izin atau persetujuan penerima gadai.Kemanfaatan

barang gadai dibiarkan dan tidak diambil-meskipun itu dibenci oleh

agama-apabila penggadai dan penerima gadai tidak bersepakat atas

diizinkannya penggadai memanfaatkan barang gadai.Pendapat ini

juga didasarkan atas kaidah bahwa semua kemanfaatan,

perkembangan, dan hal-hal yang dihasilkan oleh barang gadai ikut

tergadaikan.27

b. Pengambilan manfaat oleh penerima gadai

Berikut pendapat beberapa ulama mengenai pengambilan manfaat

26Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, h.567.27Wahbah al-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h.192.

Page 44: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

30

barang gadai oleh penerima gadai:

(1) Ulama Hanafiyyah

Menurut Ulama Hanafiyyah penerima gadai tidak boleh

memanfaatkan barang gadai kecuali dengan izin penggadai.Karena

penerima gadai hanya memiliki hak al-habsu saja bukan

memanfaatkan.Dan apabila penggadai memberi izin kepada

penerima gadai, sebagian ulama Hanafiyyah berpendapat bahwa

penerima gadai boleh memanfaatkan barang gadai secara mutlak.

Sebagian lagi melarangnya secara mutlak, karena hal itu sama

dengan riba atau mengandung kesyubhatan riba, sedangkan izin

atau persetujuan tidak bisa menghalalkan riba dan sesuatu yang

mengandung syubhat riba. Dan sebagiannya lagi mengklasifikasi

apabila di dalam akad disyaratkan penerima gadai boleh

memanfaatkan barang gadai, maka tidak bolehkarena itu adalah

riba. Namun jika tidak disyaratkan di dalam akad, maka boleh

karena hal itu berarti adalah tabarru` (derma) dari penggadai untuk

penerima gadai.

(2) Ulama Malikiyyah

Ulama Malikiyyah mengklasifikasi apabila utang

dikarenakan akad jual beli atau sejenisnya (akad pertukaran) dan

penggadai mengizinkan kepada penerima gadai untuk

memanfaatkan barang gadai atau penerima gadai mensyaratkan ia

boleh memanfaatkan barang gadai, maka hal itu diperbolehkan

Page 45: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

31

dan pemanfaatan tersebut harus ditentukan batas waktunya dengan

jelas agar tidak mengandung unsur jahalah (ketidakjelasan) yang

bisa merusak akad sewa. Karena ini adalah bentuk jual beli dan

sewa, dan ini diperbolehkan. Namun apabila utangdalam bentuk

pinjaman (qard), maka tidak diperbolehkan karena termasuk

kategori pinjaman utang yang menarik kemanfaatan.Begitu pula

jika penggadai mengizinkan penerima gadai untuk memanfaatkan

barang gadai secara cuma-cuma (tanpa disyaratkan oleh penerima

gadai) maka tidak diperbolehkan karena termasuk kategori hadiah

midyân yang dilarang oleh Rasulullah SAW.

(3) Ulama Syafiʻiyyah

Ulama Syafiʻiyyah secara garis besar berpendapat seperti

Ulama Malikiyyah, yaitu penerima gadai tidak boleh

memanfaatkan barang gadai berdasarkan hadits yang menyatakan

bahwa barang gadaian tidak boleh menjadi milik orang yang

memberi pinjaman.

Apabila utang berupa qard dan penerima gadai

mensyaratkan sesuatu yang merugikan pihak penggadai, misalnya

apa-apa yang dihasilkan oleh barang gadai atau pemanfaatan

barang gadai adalah untuk penerima gadai, maka syarat tersebut

tidak sah dan menurut pendapat yang lebih kuat akad gadai

tersebut juga tidak sah. Hal ini didasarkan pada haditsyang

menyatakan bahwa setiap syarat yang tidak terdapat di dalam

Page 46: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

32

Kitabullah, maka syarat tersebut batal dan tidak sah.Alasan lain

atas tidak sahnya syarat tersebut adalah karena bertentangan

dengan apa yang dikehendaki oleh akad gadai, sama seperti

mensyaratkan sesuatu yang merugikan penggadai.

Adapun jika utangdikarenakan akad jual beli secara tidak

tunai dan kemanfaatan tersebut ditentukan atau diketahui, maka

sah mensyaratkan kemanfaatan barang gadai untuk penerima gadai.

Karena itu adalah suatu bentuk penggabungan antara akad jual beli

dengan akad sewa, dan hal itu diperbolehkan.

(4) Ulama Hanabilah

Ulama Hanabilah mengklasifikasi apabila barang gadai

berupa hewan kendaraan atau hewan perah, maka penerima gadai

boleh memanfaatkannya dengan syarat menaikinya atau memerah

susunya disesuaikan dengan kadar nafkah dan biaya kebutuhan

barang gadai yang dikeluarkan oleh penerima gadai. Meskipun

penggadai tidak mengizinkan hal tersebut.

Namun untuk barang gadai selain hewan dansesuatu yang

tidak butuh pembiayaan untuk memberi makan, maka penerima

gadai sama sekali tidak boleh memanfaatkan barang gadai tanpa

seizin penggadai. Karena barang gadai, kemanfaatan-

kemanfaatannya, dan apa yang dihasilkannya adalah milik

penggadai. Oleh karena itu, tidak ada seorangpun yang boleh

mengambilnya tanpa seizin penggadai.

Page 47: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

33

Apabila penggadai mengizinkan penerima gadai untuk

memanfaatkan barang gadai, ulama Hanabilah mengklasifikasi:

pertama, jika pemanfaatan tersebut tanpa imbalan (cuma-cuma)

sedangkan utang berupa qard (pinjaman), maka tidak boleh karena

termasuk pinjaman utang yang menarik kemanfaatan dan hal itu

diharamkan. Dan jika penerima gadai memanfaatkannya, maka

harus dihitung sebagai bagian dari pembayaran utang penggadai.

Namun apabila penggadaian dikarenakan utang selain qard, maka

boleh. Meskipun disertai unsur al-muhâbâh dalam biaya sewa

(maksudnya, hal itu dilakukan dengan tujuan tersembunyi untuk

membujuk dan mengambil hati orang yang bersangkutan).

Kedua, Jika pemanfaatan tersebutdengan imbalanajrul

mitsli (biaya sewa standar)maka boleh baik utang berupa qard

maupun yang lainnya. Karena di sini berarti penerima gadai tidak

memanfaatkan atas dasar qard, akan tetapi atas dasar ijarah (sewa).

Namun jika ada unsur al-muhâbâh di dalamnya, maka tidak boleh

jika utang berupa qard, dan jika utang bukan qard, maka boleh.

Hadits yang dijadikan dasar oleh Ulama Hanabilah sama

dengan hadits yang dijadikan dalil oleh Ulama Syafiʻiyyah di atas.

Menurut mereka, susunan kata “al-zahru yurkabu” dan “laban al-

darriyusyrabu” memang dalam bentuk berita, namun mengandung

arti kalimat insyâ`seperti pada ayat :

قلى...ة اع ض الر م ت ی ن أ اد ر أ ن م ل صلى ن ی ل ام ك ن ی ل و ح ن ھ د لا و أ ن ع ض ر ی ات د ال و ال و

Page 48: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

34

Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama 2tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakanpenyusuan”.(QS. al-Baqarah/2 : 233)28

11. Riba dalam Gadai

Perjanjian gadai pada dasarnya adalah perjanjian utang piutang, hanya

saja dalam gadai ada jaminannya, riba akan terjadi dalam gadai apabila :

a. Dalam akad gadai ditentukan bahwa penggadaiharus memberikan

tambahan kepada penerima gadaiketika membayar utangnya.

b. Ketika akad ditentukan syarat-syarat, kemudian syarat tersebut

dilaksanakan.

c. Bila penggadai tidak mampu membayar utang hingga waktunya

tiba, kemudian penerima gadai menjual barang gadaidan tidak

memberikan kelebihan harga barang gadai kepada penggadai.29

12. Pembiayaan Barang Gadai

Biaya barang gadai, baik biaya pemeliharaannya maupun biaya

pengembaliannya menjadi tanggungan penggadai. Apabila penerima gadai

mengeluarkan biaya untuk barang gadai dengan izin hakim ketika

penggadai tidak ada di tempat atau enggan mengeluarkan biaya, maka itu

menjadi utang yang harus dibayar oleh penggadai kepada penerima

gadai.30

13. Pengambilalihan Barang Gadai

Islam menghapus tradisi orang-orang Arab yang apabila penggadai

28Syaikh Mahmoud Syaltout dan Syaikh M. Ali al-Sayis, Perbandingan Madzhab dalamMasalah Fiqih, Penerjemah Ismuha (Jakarta: Bulan Bintang, t.th.), h. 315.

29Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.111.30Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, h.246.

Page 49: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

35

tidak mampu membayar utangnya, maka barang gadai lepas dari

kepemilikannya dan menjadi hak milik penerima gadai.31 Dalam Hadits

Muawiyah bin Abdullah bin Jaʻfar disebutkan bahwa seorang laki-laki

menggadaikan sebuah rumah di Madinah sampai batas waktu yang

ditentukan, ketika batas waktunya habis dan penerima gadai berkata

“rumah ini menjadi milikku”, maka Rasulullah SAWbersabda:

ثنا د بن حمید حد ثنا إبراھیم بن المختار : محم ، عن : حد ھري عن إسحاق بن راشد، عن الز

ھن : ((الله علیھ وسلم قال ىسعید بن المسیب، عن أبي ھریرة أن رسول الله صل ))لا یغلق الر

Artinya:“Muhammad bin Humaid menyampaikan kepada kami dariIbrahim bin al-Mukhtar, dari Ishaq bin Rasyid, dari al-Zuhri,dari Saʻid bin al-Musayyib, dari Abu Hurairah bahwa RasulullahSAW bersabda: “barang gadaian tidak boleh menjadi milik(orang yang memberi pinjaman).” (HR. Ibnu Majah) 32

14. Perselisihan Penggadai dan Penerima Gadai

Jika terjadi perselisihan antara penggadai dan penerima gadai, maka

ketentuannya adalah sebagai berikut:

a. Jika penggadai dan penerima gadai berselisih tentang pokok utang

atau tentang jumlah barang gadai, maka yang dibenarkan adalah

pihak penggadai.

b. Jika penggadai dan penerima gadai berselisih tentang penerimaan

barang gadai dan barang tersebut berada di tangan penggadai, maka

yang dibenarkan adalah penggadai. Namun, jika barang tersebut

berada di tangan penerima gadai, maka yang dibenarkan adalah

31Ibid., h. 247.32Abu Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qazwini Ibnu Majah, ed., Sunan Ibnu Majah,

cet. I, Penerjemah Saifuddin Zuhri(Jakarta: Almahira, 2013), h. 436.

Page 50: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

36

penerima gadai.

c. Jika penggadai menuduh penerima gadai telah menggasab barang

gadai dan penggadai mengaku bahwa ia tidak memberikan izin

kepada penerima gadai dalam penerimaan barang tersebut, maka

menurut qaul sahihyang dibenarkan adalah ucapan penggadai.

Sebab, pada asalnya izin penerimaan barang tersebut tidak ada, dan

pada asalnya ketetapan akad gadai juga tidak ada.

d. Seandainya penggadai mengaku “saya menyerahkan barang gadai

itu untuk sewa menyewa, untuk pinjam meminjam, untuk titipan”.

Maka yang dibenarkan adalah pengakuan penggadai, menurut qaul

asah yang telah disahkan oleh Imam Syafiʻi.

e. Jika penggadai menyatakan kepada penerima gadai: “Ya, saya

memberi izin kepadamu untuk menerima barang gadaian ini, tetapi

sebelum kamu menerima barang itu saya menarik kembali izin

saya”. Maka menurut qaul sahih, yang dibenarkan adalah penerima

gadai.

f. Jika penggadai menyatakan bahwa penerima gadaimengakui

dirinya telah menerima barang gadai itu, kemudian penerima gadai

menyanggah kepada penggadai: “pengakuan saya itu tidak

sebenarnya”. Maka penggadai berhak menuntut sumpah dari

penerima gadai tentang pengakuan tersebut.

g. Jika penerima gadai memberi izin terhadap penjualan barang gadai,

ternyata kemudian barang itu dijual, lalu penerima gadai mencabut

Page 51: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

37

kembali izinnya dengan menyatakan “saya mencabut kembali izin

saya sebelum barang itu dijual”. Di pihak lain, penggadai

menyatakan “kau mencabut izinmu setelah barang ini terjual”.

Maka menurut qaul asahyang dibenarkan adalah pengakuan

penerima gadai.

h. Jika penggadai mengingkari sama sekali pencabutan kembali oleh

penerima gadai, maka yang dibenarkan adalah pihak penggadai.

i. Barang siapa mempunyai tanggungan 2 utang, salah satu utang

tersebut berstatus gadaian, lalu ia membayar salah satu utangnya

dengan mengatakan ”saya membayar kepada pihak yang

berpiutang untuk utang saya yang berstatus gadaian”. Menurut

qaulsahih ucapan orang tersebut dibenarkan dengan bersumpah

terlebih dahulu, sebab dia sendiri yang lebih tahu tentang niatnya.33

15. Pembatalan Akad Gadai

Penarikan kembali/pembatalan akad gadai bisadilakukan dengan

ucapan ataupuntindakan. Tindakan yang menyebabkan batalnya akad

gadai adalah menggunakan barang gadaidalam bentuk perbuatan yang

dapat menghilangkan status kepemilikan, seperti memerdekakan budak

gadaian, menjual barang gadai, menjadikannya sebagai maskawin atau

upah kerja, meggadaikannya lagi kepada pihak lain atau menghibahkannya

kepada pihak lain.34

33Imam Taqiyuddin Abu Bakar al-Husaini, Kifâyatul Akhyâr Fii Halli Ghâyatil Ikhtishâr,h. 66.

34Ibid., h.61.

Page 52: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

38

16. Berakhirnya Akad Gadai

Akad gadai selesai/berakhir karena beberapa hal berikut ini:

a. Diserahkannya barang gadai kepada penggadai.

b. Terlunasinya seluruh utang yang ada.

c. Penjualan barang gadai secara paksa yang dilakukan oleh

penggadai atas perintah hakim atau yang dilakukan oleh hakim

ketika penggadai menolak untuk menjual barang gadai.

d. Terbebaskannya penggadai dari utang dengan cara apapun,

misalnya dengan akad hiwalah, dimana penggadai sebagai muhil

dan penerima gadai sebagai muhal.

e. Pembatalan akad gadai dari pihak penerima gadai atau dengan kata

lain, penerima gadai membatalkan akad gadai yang ada, walaupun

pembatalan tersebut hanya sepihak.

f. Menurut ulama Malikiyyah, akad gadaibatal apabila sebelum

terjadi al-qabd, penggadai meninggal dunia atau jatuh pailit, atau

para pihak yang berpiutang lainnya selain penerima gadai menagih

penggadai.

g. Hancurnya barang gadai.

h. Para pihak melakukan pentasarufan terhadap barang gadai dengan

meminjamkannya, menghibahkanya atau mensedekahkannya.35

35Wahbah al-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h. 231.

Page 53: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

39

D. Kerangka Konsep

Berikut beberapa hal yang dijadikan landasan peneliti dalam memecahkan

masalah yang telah diuraikan sebelumnya:

Ilustrasi 2.1

Kerangka Konsep

E. Tinjauan (review) Studi Terdahulu

Sepanjang pengamatan penulis, berikut penelitian terdahulu yang

membahas gadai di kalangan masyarakat :

1. Pada tahun 2011 telah ditulis skripsi atas nama Sarki (Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dengan judul “Praktik

Gadai diperbolehkan dalam Islam

Praktik gadai sawahpara petani

Pemahaman parapetani tentang gadai

Hasil Penelitian

Pendapat Tokoh Agama

Analisis Fikih Muamalah

Kesimpulan

Page 54: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

40

Gadai di Kalangan Masyarakat Desa Argapura Kecamatan Cigudeg

Kabupaten Bogor dalam Perspektif Hukum Islam”.Penelitian ini

bertujuan menganalisis praktik gadai yang dilakukan masyarakat desa

Argapura dalam kerangka hukum Islam. Penelitian ini menggunakan

penelitian pustaka dan lapangan, teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah wawancara, observasi, studi dokumenter dan studi

pustaka. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa ada 3 jenis gadai yang

sering dilaksanakan masyarakat desa Argapura yaitu gadai kendaraan,

pepohonan, dan tanah (sawah dan kebun), namun tidak ada data yang

valid mengenai barang dan jumlah gadai di desa tersebut. Dan hasil

analisisnya menyatakan bahwa praktik gadai di desa Argapura

mengandung riba dan haram untuk diteruskan karena beberapa hal,

yakni para penerima gadai di desa Argapura bermaksud mencari

keuntungan, tidak terdapat ketentuan waktu kecuali penggadaidapat

melunasi pinjamannya, dan penerima gadai dapat mengambil manfaat

dari barang gadai dengan sepuas-puasnya walaupun tidak

mengeluarkan biaya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang

penulis lakukan adalah meneliti praktik gadai dan dianalisis

berdasarkan hukum Islam, perbedaannya praktik gadai yang diteliti

oleh Sarki adalah seluruh praktik gadai yang dilakukan masyarakat

desa Argapura, sedangkan penulis fokus pada praktik gadai sawah

yang dilakukan para petani desa Simpar.

Page 55: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

41

2. Pada tahun 2012 telah ditulis pula skripsi atas nama Kuroh (Fakultas

Syariah IAIN Walisongo Semarang) dengan judul“Analisis Hukum

Islam terhadap Pemanfaatan Sawah Gadai (Persepsi Ulama Salem

terhadap Praktik Gadai Sawah di Desa Banjaran, Salem, Brebes)”.

Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menganalisis persepsi ulama

kecamatan Salemterhadap pemanfaatan sawah gadai yang

dilaksanakan di desa Banjaran, kecamatan Salem, kabupaten Brebes.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah field research, menggunakan

teknik pengumpulan data dokumentasi dan wawancara.Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Data primerberupa hasil wawancara dengan para ulama, penggadaidan

penerima gadai. Sementara sumber data sekunder berupa dokumen,

buku, catatan dan sebagainya. Metode analisis data yang digunakan

adalah metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa ada 2 kelompok ulama Salemyang

memiliki persepsi berbeda tentang pemanfaatan sawah gadai. Pertama,

kelompok yang memiliki persepsi bahwa pemanfaatan sawah gadai

oleh penerima gadai yang dilaksanakan di desa Banjaran tersebut

diperbolehkan dan tidak termasuk ke dalam kegiatan eksploratif.

Kedua, kelompok yang memiliki persepsi bahwa pemanfaatan sawah

gadai oleh penerima gadai di desa Banjaran tersebut tidak

diperbolehkan meskipun hasil yang diperoleh hanya sedikit saja,

karena kegiatan pinjam-meminjam yang mensyaratkan adanya

Page 56: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

42

pengambilan manfaat dapat dikategorikan sebagai riba. Persamaan

penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan adalah meneliti

praktik gadai dan dianalisis berdasarkan hukum Islam, perbedaannya

adalah Kuroh hanya memfokuskan pada pemanfaatan sawah gadai di

desa Banjaran, sedangkan penulis meneliti seluruh aspek yang

berhubungan dengan praktik gadai sawah di desa Simpar.

3. Pada tahun 2013 juga telah ditulis skripsi atas nama Nurhabibah

(Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta) dengan judul “Analisis

Dampak Perekonomian dalam Gadai Sawah di Kalangan Petani

Muslim (Studi di Desa Karang Patri Kecamatan Pebayuran Kabupaten

Bekasi)”.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan

menganalisisdampak perekonomian di kalangan petani muslim yang

menggadaikan sawahnya. Variabel yang menjadi fokusnyaadalah

pendapatan petani sebelum menggadaikan sawah (X1) dan pendapatan

petani sesudah menggadaikan sawah (X2). Data yang digunakan dalam

penelitian ini diperoleh dari hasilpenyebaran kuesioner dan wawancara

dengan pihak terkait. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan

uji validitas dan uji reliabilitas yang menggunakan aplikasi SPSS 17,

juga menggunakan uji wilcoxon untuk mengetahui besar perbedaan

suatu data sebelum dan sesudah menggadaikan sawah yang kemudian

diberi ranking. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada dampak

penurunan perekonomian pada petani muslim yang menggadaikan

sawahnya. Uji wilcoxonmenunjukkan bahwa nilai z hitung ≥ z tabel

Page 57: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

43

yaitu 5,510 ≥ 1,645 sehingga hipotesis nol ditolak, hal ini terjadi

karena ketika petani menggadaikan sawahnya, mereka umumnya

mengalami penurunan perekonomian. Tidak hanya dilihat dari

pendapatan yang turun secara finansial, tetapi juga perpindahan

pekerjaan petani yang menggadaikan sawahnya menjadi buruh tani,

TKI, dan sebagainya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang

penulis lakukan adalah meneliti para petani muslim yang melakukan

gadai sawah. Adapun perbedaannya adalah Nurhabibah menganalisis

dampak perekonomian yang timbul di kalangan para petani desa

Karang Patri setelah menggadaikan sawahnya dengan metode

kuantitatif, sedangkan penulis menganalisis kesesuaian praktik gadai

sawah para petani desa Simpar dengan fikih muamalah menggunakan

metode kualitatif.

4. Terakhir, pada tahun 2014 telah ditulis skripsi atas nama Syahrul

Munir Abdul Hakim (Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta)

dengan judul“Aplikasi Gadai Masyarakat Muslim (Studi pada

Masyarakat RW. 03 Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat

Timur)”.Skripsi ini bertujuan untuk mengidentifikasi aplikasi gadai di

kalangan masyarakat muslim RW. 03 kelurahan Cirendeu kecamatan

CiputatTimur kota Tangerang Selatan, disertai dengan analisis

kesesuaian aplikasi gadai tersebut dengansyariat Islam. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kombinasi antara kualitatif dan kuantitatif.

Metodeanalisis yang digunakan adalah analisis statistik desktriptif dan

Page 58: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

44

deskriptif analisis. Dengan statistik deskriptif, data disajikan dalam

bentuk tabel dan uraian mengenai hal-hal yang terdapat dalam aplikasi

gadai. Deskriptif analisis memberikan gambarandan informasi

terhadap fakta aplikasi gadai, juga memberikan penilaian berdasarkan

pendapat ulama fikih. Hasil penelitian inimenunjukkan bahwa dalam

transaksi gadai masyarakat muslim kelurahan Cirendeu terdapat hal-

hal yang sejalan dengan pendapat ulama fikih seperti rukun dan syarat-

syarat gadai, penyerahan barang gadai, tanggung jawab rusaknya

barang gadai dan berakhirnya gadai. Adapula yang bertentangan

dengan pendapat ulama fikih seperti imbalan dan pemanfaatan barang

gadai. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis

lakukan adalah meneliti praktik gadai dan dianalisis berdasarkan

hukum Islam, perbedaannya praktik gadai yang diteliti oleh Syahrul

Munir Abdul Hakim adalah seluruh praktik gadai yang dilakukan

masyarakat RW. 03 kelurahan Cirendeu, sedangkan penulis fokus pada

praktik gadai sawah yang dilakukan para petani desa Simpar.

Page 59: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

46

BAB III

GAMBARAN UMUM DESA SIMPAR

A. Letak Geografis

Secara geografis desa Simpar merupakan bagian dari kecamatan

Cipunagara kabupaten Subang provinsi Jawa Barat dengan batas-batas

wilayah:

1. Sebelah utara : desa Sukadana, kecamatan Compreng

2. Sebelah selatan : desa Jati, kecamatan Cipunagara

3. Sebelah barat : desa Kamarung, kecamatan Pagaden

4. Sebelah timur : desa Kosambi, kecamatan Cipunagara

Luas wilayah desa Simpar adalah 835,415 ha yang terdiri dari:

1. Luas pemukiman : 145,716 ha

2. Luas persawahan : 614,800 ha

3. Luas kuburan : 2,474 ha

4. Luas pekarangan : 68,483 ha

5. Luas taman : 2,526 ha

Adapun jarak desa Simpar dari pusat pemerintahan adalah:

1. Jarak dari kantor desa ke dusun terjauh : 3 km

2. Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan: 7 km

3. Jarak dari ibukota kabupaten : 18 km

4. Jarak dari ibukota provinsi : 80 km

5. Jarak dari ibukota : 170 km

Page 60: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

47

Desa Simpar terdiri dari 5 dusun yaitu dusun Simpar, Kacepet, Babakan,

Kunir, dan Lampegan yang terbagi ke dalam 12 RW dan 31 RT dengan

pembagian sebagai berikut:

1. Dusun Simpar terdiri dari 3 RW yaitu RW 01 s/d RW 03, dan terdiri

dari 8 RT yaitu RT 01 s/d RT 08.

2. Dusun Kacepet terdiri dari 2 RW yaitu RW 04 s/d RW 05, dan terdiri

dari 14 RT yaitu RT 09 s/d RT 13.

3. Dusun Babakan terdiri dari 1 RW yaitu RW 06 dan terdiri dari 4 RT

yaitu RT 14 s/d RT 17.

4. Dusun Kunir terdiri dari 3 RW yaitu RW 07 s/d RW 10 dan terdiri dari

9 RT yaitu RT 18 s/d RT 27.

5. Dusun Lampegan terdiri dari 2 RW yaitu RW 11 s/d RW 12 dan terdiri

dari 4 RT yaitu RT 28 s/d RT 31.

B. Keadaan Topografis

Keadaan topografis desa Simpar adalah sebagai berikut:

1. Ketinggian dari permukaan laut : 24 m

2. Banyaknya curah hujan : 2000 mm/th

3. Jumlah bulan hujan : 6 bulan

4. Kelembapan : 3%

5. Suhu rata-rata harian : 28-33 celcius

6. Tinggi tempat dari permukaan laut : 24 mdl

Page 61: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

48

C. Keadaan Demografis

Desa Simpar memiliki penduduk sebanyak 4.668 jiwa per-tahun 2014

dengan perincian sebagai berikut:

1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Berikut adalah tabel data mengenai jumlah penduduk menurut jenis

kelamin:

Tabel 3.1

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Sumber: Pendataan Profil Desa Simpar 2014

2. Jumlah Penduduk Menurut Usia

Berikut adalah tabel data mengenai jumlah penduduk menurut usia:

Tabel 3.2

Jumlah Penduduk Menurut Usia

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 2.254

2 Perempuan 2.414

Jumlah 4.668

No Usia Jumlah

1 0-9 751

2 10-19 695

3 20-29 721

4 30-39 659

Page 62: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

49

Sumber: Data Lapangan 2015

3. Jumlah Penduduk Menurut Agama

Berikut adalah tabel data mengenai jumlah penduduk menurut agama:

Tabel 3.3

Jumlah Penduduk Menurut Agama

Sumber: Pendataan Profil Desa Simpar 2014

4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Berikut adalah tabel data mengenai jumlah penduduk menurut

mata pencaharian:

5 40-49 659

6 50-59 523

7 60-69 364

8 70 + 296

Jumlah 4.668

No Agama Jumlah

1 Islam 4.668

2 Kristen -

3 Hindu -

4 Budha -

5 Aliran kepercayaan lain -

Jumlah 4.668

Page 63: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

50

Tabel 3.4

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah

1 Petani 700

2 Buruh tani 484

3 Buruh migran 172

4 PNS 59

5 Pengrajin industri rumah tangga 5

6 Pedagang keliling 34

7 Peternak 20

8 Montir 5

9 Perawat 2

10 Pembantu rumah tangga 5

11 Pensiunan TNI/POLRI 8

12 Pengusaha kecil dan menengah 4

13 Dukun kampung terlatih 2

14 Jasa pengobatan alternatif 6

15 Karyawan perusahaan swasta 197

16 Karyawan BUMN 10

17 LSM 4

18 Tidak/belum bekerja 2.951

Jumlah 4.668

Page 64: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

51

Sumber: Pendataan Profil Desa Simpar 2014

5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Berikut adalah tabel data mengenai jumlah penduduk menurut tingkat

pendidikan:

Tabel 3.5

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Usia 3-6 tahun belum masuk TK 98

2 Usia 3-6 tahun sedang TK 192

3 Usia 7-18 tidak pernah sekolah 13

4 Usia 7-18 sedang sekolah 765

5 Usia 18-56 tidak pernah sekolah 55

6 Usia 18-56 pernah SD tetapi tidak tamat 234

7 Tamat SD sederajat 835

8 Usia 12-56 tahun tidak tamat SMP 316

9 Usia 18-56 tahun tidak tamat SMA 487

10 Tamat SMP/sederajat 827

11 Tamat SMA/sederajat 523

12 Tamat D1/sederajat 109

13 Tamat D2/sederajat 65

14 Tamat D3/sederajat 72

15 Tamat S1 77

Page 65: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

52

Sumber: Pendataan Profil Desa Simpar 2014

D. Sarana dan Prasarana

1. Sarana

Berikut adalah tabel data mengenai sarana yang ada di desa Simpar:

Tabel 3.6

Sarana

Sumber: Pendataan Profil Desa Simpar 2014

2. Prasarana Kesehatan

Berikut adalah tabel data mengenai prasarana kesehatan yang ada di

desa Simpar:

Tabel 3.7

Prasarana Kesehatan

Jumlah 4.668

No Sarana Jumlah

1 Kantor desa 1

2 Jalan desa 6,1 km

3 Jalan kabupaten 2,3 km

No Prasarana Jumlah

1 Pustu (Puskesmas pembantu) 1

Page 66: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

53

Sumber: Pendataan Profil Desa Simpar 2014

3. Prasarana Pendidikan

Berikut adalah tabel data mengenai prasarana pendidikan yang ada di

desa Simpar:

Tabel 3.8

Prasarana Pendidikan

Sumber: Pendataan Profil Desa Simpar 2014

4. Prasarana Ibadah

Berikut adalah tabel data mengenai prasarana ibadah yang ada di desa

Simpar:

2 Posyandu 6

3 Polindes (Poliklinik desa) 1

No Prasarana Jumlah

1 Perpustakaan desa -

2 Gedung PAUD 2

3 Gedung TK 2

4 Gedung SD 4

5 Gedung SMP 3

6 Gedung SMA 2

7 Gedung perguruan tinggi -

Page 67: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

54

Tabel 3.9

Prasarana Ibadah

Sumber: Pendataan Profil Desa Simpar 2014

5. Prasarana Umum

Berikut adalah tabel data mengenai prasarana umum yang ada di desa

Simpar:

Tabel 3.10

Prasarana Umum

No Prasarana Jumlah

1 Masjid 4

2 Musala 43

3 Gereja -

4 Pura -

5 Vihara -

6 Prasarana ibadah lainnya -

No Prasarana Jumlah

1 Olahraga 5

2 Sanggar -

3 Balai pertemuan 3

4 Sumur desa -

5 Pasar desa -

6 Prasarana umum lainnya -

Page 68: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

55

Sumber: Pendataan Profil Desa Simpar 2014

Page 69: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

55

BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Identitas Sumber Data

Identitas sumber data berdasar peran, alamat, usia, dan pendidikan terakhir

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Identitas Sumber Data

No Nama Peran Alamat UsiaPendidikan

Terakhir

1 Saepudin Penggadai Simpar 44 SMA

2 Tati Penggadai Kacepet 40 SD

3 Suhendi Penerima gadai Babakan 62 PGA

4 Winata Penerima gadai Kunir 51 SD

5 Ugan

Suganda

Penerima gadai Lampegan 45 SMA

6 Mursyid

Shobandi

Tokoh agama Babakan 58 S1

7 Humaedi Tokoh agama Kunir 39 S2

8 Jaeni Perangkat desa Simpar 43 S1

Sumber : Data Lapangan 2015

Page 70: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

56

B. Pemahaman Petani terhadap Gadai dalam Hukum Islam

Pemahaman para petani mengenai aturan gadai dalam Islam masih sangat

minim, mereka hanya memahami bahwa gadai adalah transaksi meminjam

uang dengan jaminan dimana 1 pihak membutuhkan uang dan 1 pihak lagi

membutuhkan jaminan,1 dan gadai yang sesuai dengan ajaran Islam adalah

gadai yang barang jaminannya jelas/ada,juga tidak ada bunga ketika

mengembalikan pinjaman.2Jadi transaksi gadai sudah dianggap sebagai suatu

transaksi yang bertujuan mencari keuntungan, bukan lagi tolong menolong

seperti tujuan gadai dalam Islam.

Pemahaman yang minim tersebut muncul selain karena mayoritas para

petani berlatar belakang pendidikan SD dan SMP 3 dan hanya mendapat

pendidikan agama dari pengajian di masjid, hal tersebut juga timbul karena

kurangnya dakwahpara tokoh agama mengenai tata cara bermuamalah yang

sesuai dengan ajaranIslam, khususnya mengenai gadai. Hal yang sering

disampaikan dalam khutbah/ceramah merekahanya seputar ibadah dan akidah

saja.

C. Tata Cara Gadai Sawah Petani Desa Simpar

Akad gadai sawah yang sering terjadi di kalangan petani desa Simparpada

umumnya dilaksanakan antar individu, jarang sekali dilaksanakandi lembaga

keuangan. Desa Simpar sendiri belum memiliki lembaga keuangan, adapun

1Wawacara Pribadi dengan Winata. Subang, 3 Februari 2015.2Wawancara Pribadi dengan Tati. Subang, 2 Februari 2015.3Pendataan Profil Desa Simpar menunjukkan bahwa 17,8 % masyarakat berlatar

belakang pendidikan SD, dan 17,7 % berlatar belakang SMP.

Page 71: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

57

lembaga keuangan yang sering memberikan pembiayaan UMKMkepada

masyarakat yaitu Koperasi Galih Artha milik swasta yang berlokasi di dusun

Kunir, dan UPK (Unit Pengelola Kecamatan) yang berlokasi di kecamatan

Cipunagara.

Tata cara gadai sawah yang sering dilakukan para petani tidak merujuk

pada aturan tertentu, baik itu Undang-Undang ataupun fikih Islam. Tata cara

yang diperlihara adalah budaya yang berlaku di kalangan masyarakat yang

sejak lama dilaksanakan secara turun temurun.

Biasanya akad gadai diawali dengan calon penggadai (pihak yang

membutuhkan uang) atau orang kepercayaannya datang kepada calon

penerima gadai dan menyampaikan maksudnya untuk meminjam uang dengan

menggadaikan sawahnya, jika penerima gadai mempunyai cukup uang untuk

dipinjamkan dan telah mengetahui kualitas sawah yang akan digadaikan, maka

terjadilah kesepakatan. Biasanya akad ini disepakati dengan tulisan

(menggunakan kwitansi dan materai).4

Ada 2 jenis praktik gadai sawah yang sering dilakukan petani desa Simpar,

yaitu:

1. Gadai biasa

Gadai biasa adalah akad gadai dimana penggadai (pemilik sawah)

meminjam uang kepada penerima gadai dengan perjanjian sawah

digarap oleh penerima gadai, dan hasilnya dinikmatioleh penerima

gadai sepenuhnya. Umumnya perjanjian disepakati 1tahun, namun jika

4Wawancara Pribadi dengan Jaeni. Subang, 27 Januari 2015.

Page 72: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

58

dalam tempo 1 tahun penggadai belum bisa mengembalikan

pinjamannya, maka penerima gadai melanjutkan penggarapan sawah

sampai penggadai bisa membayar pinjamannya, atau

dipindahtangankan kepada orang lain atas izin penggadai. Mekanisme

gadai biasa dapat dilihat pada ilustrasi berikut ini:

Ilustrasi 4.1

Gadai sawah biasa

b. Memberi pinjaman uang

e. Membayar utang

a. Meminjam uang

d.Menggarap sawah

f. Mengembalikan sawah

c. Menyerahkan sawah

Keterangan:

a. Penggadai/orang kepercayaanya dating kepada calon penerima

gadai menyampaikan maksudnya untuk meminjam uang

dengan jaminan sawah (gadai sawah).

Utang

PenerimaGadai

Sawah

Penggadai

Page 73: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

59

b. Setelah luas sawah, besar pinjaman, dan lama perjanjian

disepakati, maka penerima gadai menyerahkan pinjaman uang

kepada penggadai.

c. Penggadai secara otomatis mengizinkan penerima gadai untuk

menggarap sawahnya sesuai dengan waktu yang disepakati.

d. Penerima gadai menggarap sawah hingga penggadai bisa

mengembalikan pinjamannya.

e. Penggadai membayar seluruh utangnya kepada penerima gadai

jika telah mampu.

f. Penerima gadai menyerahkan sawah untuk digarap kembali

oleh penggadai.

Contoh penggadai sawah biasa adalah ibuTati, ia menggadaikan

sawahnya kepada bapak Dimyati seluas 1 ha dan menerima pinjaman

sebesar Rp.70.000.000,- dengan perjanjian selama2 tahun. Akad ini

baru berjalan selama 7 bulan dan sawah digarap oleh bapak Dimyati

serta seluruh hasilnyadinikmati olehnya.5

Contoh penerima gadai biasa adalah bapak Suhendi, ia menggarap

sawah seluas 350 bata (4900 m2)6, dan meminjamkan uang kepada

bapak Sanusi sebesar Rp. 44.000.000,-akad ini sudah berjalan selama 7

tahun,karena bapak Sanusi belum bisa membayar utangnya.7

5Wawancara Pribadi dengan Tati. Subang, 2 Februari 2015.6Observasi dilakukan pada 4 Februari 2015, Pukul 10.007Wawancara Pribadi dengan Suhendi. Subang, 3 Februari 2015.

Page 74: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

60

Contoh penerima gadai biasa lain adalah bapak Winata, ia

menggarap sawah seluas 150 bata (2100 m2)8, dan meminjamkan uang

kepada bapak Atang sebesar Rp. 31.000.000,- akad ini sudah berjalan

selama 6 bulan.9

2. Gadai gantung

Gadai gantung adalah akad gadai dimana penggadai (pemilik

sawah) meminjam uang kepada penerima gadai dengan perjanjian

sawah tetap digarap oleh penggadai dan setiap tahun penggadai harus

membayar uang sewa kepada penerima gadai (atas dasar asumsi bahwa

penerima gadai menyewakan sawah kepada penggadai) yang nilainya

telah disepakati sebelumnya sampai penggadai bisa membayar pokok

pinjamannya. Jika penggadai tidak mampu membayar uang sewa

kepada penerima gadai, maka sawah diambil alih (digarap) oleh

penerima gadai sampai penggadai bisa membayar uang sewa.

Perjanjian awal umumnya disepakati 1tahun.10Berikut adalah ilustrasi

mekanisme gadai gantung :

8Observasi dilakukan pada 4 Februari 2015, Pukul 14.009Wawancara Pribadi dengan Winata. Subang, 3 Februari 2015.10Wawancara Pribadi dengan Jaeni. Subang, 27 Januari 2015

Page 75: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

61

Ilustrasi 4.2

Gadai sawah gantung

b. Memberi pinjaman uang

f. Membayar utang

g. Menerima pembayaran a. Meminjam uang

e. Menerima uang sewa

c. Menggarap sawah

d. Membayar uang sewa

Keterangan :

a. Penggadai/orang kepercayaanya dating kepada calon penerima

gadai menyampaikan maksudnya untuk meminjam uang

dengan jaminan sawah (gadai sawah).

b. Setelah luas sawah, besar pinjaman, dan lama perjanjian

disepakati, maka penerima gadai menyerahkan pinjaman uang

kepada penggadai.

c. Penggadai tetap menggarap sawah miliknya.

Utang

PenerimaGadai

Sawah Penggadai

Uang Sewa

Page 76: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

62

d. Penggadai menyerahkan uang sewa tahun pertama kepada

penerima gadai (dipotong dari pinjaman) dan selanjutnya

membayar uang sewa setiap tahun hingga ia bisa

mengembalikan pinjamannya.

e. Penerima gadai menerima pembayaran uang sewa.

f. Penggadai membayar seluruh utangnya kepada penerima gadai

jika telah mampu.

g. Penerima gadai menerima pembayaran utang tersebut dan

secara otomatis hilanglah kewajiban penggadai untuk

membayar uang sewa setiap tahun.

Contoh penerima gadai gantung adalah bapak Ugan Suganda, ia

meminjamkan uang kepada bapak Cecep sebesar Rp. 350.000.000,-

dengan jaminan sawah seluas 3,5 bau (2,45 ha)tetapi hanya

menyerahkan pinjaman sebesar Rp. 280.000.000,- karena Rp.

70.000.000,-nya dianggap sebagai uang sewa tahun pertama yang

harus dibayar tunai oleh bapak Cecep kepadanya. Maka selamabapak

Cecep belum bisa membayar pokok hutangnya, setiap tahun ia harus

membayar uang sewa sebesar Rp. 70.000.000,-. Jika bapak Ceceptidak

bisa membayar uang sewa, maka sawah digarap oleh bapak Ugan

Suganda sampai ia bisa membayar uang sewa. Akad gadai berakhir

Page 77: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

63

jika bapak Cecep bisa membayarseluruh pinjamannya yaitu Rp.

350.000.000,-.11

D. Pendapat Tokoh Agama

Berikut hasil wawancara penulis dengan tokoh agama mengenai

pandangannya terhadap praktik gadai sawah yang sering dilaksanakan para

petani desa Simpar:

1. Gadai biasa

Ketua MUI Desa Simpar menyatakan kurang setuju terhadap praktik

gadai ini, karena jika mengacu pada hukum Islam pada prinsipnya barang

yang digadaikan tidak boleh dimanfaatkan oleh penerima gadai, adapun

barang gadai tertentu boleh dimanfaatkan dengan syarat ada izin dari

penggadai. Walaupun dalam akad gadai biasa ini rukunnya terpenuhi dan

penggadai mengizinkan penerima gadai untuk menggarap sawahnya tanpa

batasan waktu, akan tetapi izin tersebut dinilai sebagai izin terpaksa/

tuntutan, karena jika ia tidak mengizinkan penerima gadai menggarap

sawahnya maka ia tidak akan mendapat pinjaman.

2. Gadai gantung

Menurut ketua MUI Desa Simpar akad ini jelas tidak diperbolehkan.

Karena barang yang ada dalam gadaian disewakan lagi kepada pemiliknya,

hal ini bertentangan dengan tabiat akad gadai itu sendiri. Bahkan kadang

ada masyarakat yang melakukan akad gadai ini sawahnya tidak ada/samar,

11Wawancara Pribadi dengan Ugan Suganda. Subang, 4 Februari 2015.

Page 78: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

64

ia hanya ingin meminjam uang dengan hillah gadai dan rela membayar

uang sewa setiap tahun.

Akad gadai sawah yang sering dilakukanpetani desa Simpar memang

menjadi permasalahan karena ketidaksesuaiannya dengan hukum Islam dan

cenderung merugikan penggadai. Hal ini juga pernah di-bahtsul masa`il-kan di

MUI tingkat Kabupaten Subang, namun mayoritas ulama masih membolehkan

akad gadai biasa, karena jika dilihat secara syarʻi masih ada izin dari

penggadai.12

Adapun saran tokoh agama terhadap praktik gadai sawah yang sering

dilakukan petani desa Simpar adalah:

1. Perjanjian sebaiknya dilakukan secara tertulis.

2. Barang yang sudah digadaikan hendaknya tidak digadaikan/disewakan

kembali.

3. Perjanjian yang telah dibuat oleh penggadai dan penerima gadai

hendaknya tidak dilanggar.

4. Barang gadaian hendaknya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

5. Barang gadaian hendaknya milik sah penggadai.

6. Untuk barang jaminan sawah, lebih baik menggunakan akad sewa.13

12Wawancara Pribadi dengan Humaedi. Subang, 2 Februari 2015.13Wawancara Pribadi dengan Mursyid Shobandi. Subang, 2 Februari 2015.

Page 79: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

65

E. Analisis Fikih Muamalah terhadap Praktik Gadai Sawah Petani Desa

Simpar

1. Tujuan Akad

Gadai sawah di kalangan petani desa Simpar biasanya dilakukan dalam

hal qard (pinjaman uang). Tujuannya ada yang bersifat produktif misalnya

untuk membeli sawah seperti yang dilakukan oleh ibu Tati, ada pula yang

bersifat konsumtif misalnya untuk biaya kebutuhan sehari-hari, biaya

sekolah anak, hingga renovasi rumah seperti yang dilakukan oleh bapak

Saepudin.Tujuan-tujuan tersebut dibenarkan dalam perspektif fikih

muamalah, karena tidak terdapat hal-hal yang diharamakan oleh Allah

SWT.

2. Lama Waktu Perjanjian

Kesepakatan waktu akad gadai sawah yang menjadi budaya di desa

Simpar adalah 1 tahun. Dalam akad gadai biasa, selama 1 tahun tersebut

penerima gadai bisa menggarap sawah dan setelah itu penggadai harus

membayar utangnya. Namun jika penggadai belum bisa membayar utang,

maka penerima gadai melanjutkan penggarapan sawah hingga penggadai

bisa membayar utangnya. Begitu pula dalamakad gadai gantung, jika

dalam tempo 1 tahun penggadai belum bisa membayar utangnya, maka

penggadai harus terus membayar uang sewa kepada penerimagadai

hinggaia bisa mengembalikan pokok pinjamannya kepada penerima gadai.

Hal ini tidak dibenarkan dalam perspektif fikih muamalah karena terdapat

Page 80: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

66

ketidakjelasan (gharar) dalam waktu yang disepakati untuk penggarapan

sawah dan pembayaran uang sewa.

3. Rukun dan Syarat

Dari segi rukun, praktik gadai sawah petani desa Simpar sudah sesuai

dengan konsep fikih muamalahbaik dalam akad gadai biasa maupun gadai

gantung. Karenaada penggadai, penerima gadai, ijab kabul, utang, dan

harta yang dijadikan jaminan.

Adapun dari segi syarat, kesesuaiannya dapat diuraikan sebagai

berikut:

a. Syarat terkait orang yang berakad sudah terpenuhikarena para

pelaku gadaimemiliki kecakapan hukum (balig dan berakal).

b. Syarat yang berkaitan dengan sighat tidak terpenuhi karena dalam

perjanjian gadai biasa disyaratkan penerima gadai harusmenggarap

sawah dan menikmati seluruh hasilnya. Begitu pula dalam gadai

gantung, disyaratkan penggadai harus membayar uang sewa

kepada penerima gadai. Hal ini bertentangan dengan tabiat akad

gadai karena hak kepemilikan sawahtetap ada pada penggadai, dan

penerima gadai tidak berhak menggarapnya sebab sawah bukanlah

sejenis kendaraan/hewan tunggangan yang membutuhkan biaya

pemeliharaan. Penerima gadai juga tidak berhak menyewakannya

karena bukan milik sahnya mengingatsalah satu syarat barang yang

Page 81: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

67

disewakan adalah dimiliki oleh orang yang menyewakan (mu`jir)

atau orang yang memiliki kekuasaan penuh untuk akadsewa.14

c. Syarat yang berkaitan dengan utang sudah terpenuhi baik dalam

gadai biasa maupun gadai gantung karena merupakan utang yang

jelas dan wajib dikembalikan kepada penerima gadai,

walaupuntidak disepakati utang tersebut boleh dilunasi dengan

jaminan (sawah).

d. Syarat yang terkait dengan jaminan sudah terpenuhi baik dalam

akad gadai biasa maupun gadai gantung, karena barang jaminan itu

boleh dijual dan nilainya seimbang dengan utang, berharga dan

boleh dimanfaatkan, jelas dan tertentu, milik sah orang yang

berutang, tidak terkait dengan hak orang lain, merupakan harta

utuh dan bisa diserahkan baik materinya maupun manfaatnya.

e. Dalam hal syarat sempurna akad gadai yang dilakukan petani desa

Simpar tidak memenuhi syarat sempurna baik gadai biasa maupun

gadai gantung, karena dalam gadai biasa ketika penggadai

menerima pinjaman, sawah tidak dikuasai secara hukum oleh

penerima gadai, yang terjadi adalah penguasaan secara penuh

untuk menggarap dan menuai hasilnya. Begitu pula dalam gadai

gantung, dimana ketika penggadai menerima pinjaman, sawah

tidak hanya dikuasai secara hukum oleh penerima gadai, yang

14Ibnu Rusyd, “Bidayatul Mujtahid”, dalam Isnawati Rais dan Hasanuddin, FiqihMuamalah, cet. I (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 161.

Page 82: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

68

terjadi adalah penerima gadai menyewakan sawah tersebut kepada

penggadai.

4. Hak dan Kewajiban dalam Gadai

Kedua akad gadai sawah yang sering dilakukan petani desa Simpar

tidak memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak karena beberapa

hal berikut ini:

a. Penerima gadai tidak diperkenankan menjual sawah ketika

penggadai belum mampu membayar pinjamannya dalam tempo

yang disepakati, dan tidak berhak mendapat penggantian biaya

yang telah dikeluarkan untuk menjaga keselamatan sawah.

b. Dalam gadai biasa, penerima gadai menggunakan barang gadaian

untuk kepentingan sendiri yaitu menggarap sawah danseluruh

hasilnya dinikmati olehnya.

c. Penggadai tidak berhak menuntut ganti rugi atas kerusakan atau

kehilangan barang gadai (sawah) apabila hal itu disebabkan

kelalaian penerima gadai. Penggadai juga tidak menerima hasil

penjualan barang gadai karena memang tidak disepakati adanya

penjualan sawah.

d. Penggadai tidak merelakan penjualan sawahapabila dalam waktu

yang telah ditentukania tidak dapat melunasi utangnya.

5. Penambahan Utang dan Penambahan Barang Gadai

Penambahan utang biasanya terjadi dalam akad gadai biasa

ketikapenerima gadai membutuhkan uang sementara penggadai belum

Page 83: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

69

mampu membayar utangnya. Dalam keadaan seperti ini, biasanya

dilakukan oper gadai yaitu penerima gadai menyerahkan sawah kepada

penerima gadai kedua untuk digarap atas izin penggadai, utang penggadai

kepada penerima gadai pertama dibayar oleh penerima gadai kedua,

danpenerima gadai kedua memberi tambahan pinjaman kepada penggadai.

Seperti yang dilakukan oleh bapak Saepudin yang meminjam uang Rp.

10.000.000,- kepada bapak Dedeng dan dalam tempo 1 tahun ia belum

bisa membayar utangnyasementara bapak Dedeng membutuhkan uang,

akhirnya bapak Ujang membayarkan utangnya kepada bapak Dedeng

sebesar Rp. 10.000.000,- dan meminjamkan uang kepada bapak Saepudin

sebesar Rp. 10.000.000,- total utang bapak Saepudin menjadi Rp.

20.000.000,- 15 Jika mengacu kepada pendapat Imam Abu Hanifah,

Muhammad, Ulama Hanabilah dan salah satu versi pendapat Imam

Syafiʻi hal ini tidak diperbolehkan karena berarti merupakan akad gadai

baru atau karena berarti menggadaikan barang yang telah digadaikan

padahal barang yang telah digadaikan keseluruhannya telah terikat dengan

utang pertama. Sedangkan jika mengacu pada pendapat Imam Malik, Abu

Yusuf, Abu Tsaur, al-Muzani dan Ibnul Mundzir hal tersebut

diperbolehkan karena menambah jaminan itu boleh, maka menambah

utang juga boleh.

Adapun penambahan sawah untuk utang yang sama sangat jarang

terjadi di kalangan petani desa Simpar karena untuk menebus sawah yang

15Wawancara Pribadi dengan Saepudin. Subang, 2 Februari 2015.

Page 84: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

70

telah digadaikanpun terasa berat, apalagi menambah sawah gadaian untuk

utang yang sama.

6. Bertambahnya Barang Gadai

Tambahan padi dari sawahnya termasuk tambahan terpisah yang

seharusnyamenjadi milik penggadai. Dalam akad gadai biasa padi menjadi

milik penerima gadai, hal ini tidak sejalan dengan konsep fikih muamalah.

Sedangkan dalam akad gadai gantung, padi menjadi milik penggadai, hal

ini sejalan dengan konsep fikih muamalah.

7. Resiko Kerusakan Barang Gadai

Dalam akad gadaibiasa resiko kerusakan sawah seperti kekeringan,

kebanjiran, dan terkena hama ditanggung oleh penerima gadai, hal ini

sejalan dengan konsep fikih muamalah. Sebaliknya, pada akad gadai

gantungresiko kerusakan sawah ditanggung oleh penggadai, hal ini tidak

sesuai dengan konsep fikih muamalah.

8. Penjualan Barang Gadai

Penjualan sawah gadaian jarang sekali terjadi di kalangan petani desa

Simpar karena dalam akad gadai biasapara penerima gadai sudah merasa

diuntungkan dengan hasil sawah yang mereka garap, hal itu menyebabkan

mereka tidak menuntut penggadai untuk membayar utangnya dengan

segera kecuali dalam keadaan terdesak. Begitu pula dalam akad gadai

gantung, penerima gadai sudah merasa diuntungkan dengan uang sewa

yang ia terima setiap tahun.

Page 85: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

71

9. Pengambilan Manfaat atas Barang Gadai

Dalam akad gadai biasa pengambilan manfaat/penggarapan sawah

dilakukan oleh penerima gadai atas izin penggadaidan disyaratkan di awal

akad, hal ini dapat dianalisis berdasarkan pendapat beberapa ulama

berikut:

a. Ulama Hanafiyyah

Menurut sebagian ulama Hanafiyyah praktik tersebut

diperbolehkan secara mutlak. Sebagian lagi berpendapat tidak

boleh secara mutlak, karena hal itu sama dengan riba atau

mengandung kesyubhatan riba, sedangkan izin atau persetujuan

tidak bisa menghalalkan riba dan sesuatu yang mengandung

syubhat riba. Dan sebagiannya lagi mengatakan tidak boleh karena

pemanfaatan tersebut disyaratkan di awal akad, dan itu termasuk

riba.

b. Ulama Malikiyyah

Ulama Malikiyyah berpendapat tidak boleh karena utang

dalam bentuk pinjaman (qard), maka termasuk kategori pinjaman

utang yang menarik kemanfaatan.

c. Ulama Syafiʻiyyah

Ulama Syafiʻiyyah berpendapat tidak boleh karena utang

berupaqard dan penerima gadai mensyaratkan pemanfaatan

tersebut yang berarti merugikan pihak penggadai. Selain itu,

menurut Ulama Syafiʻiyyah syarat ini tidak sah karena

Page 86: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

72

bertentangan dengan apa yang dikehendaki oleh akad gadai dan

menurut pendapat yang lebih kuat, akad gadai tersebut juga

menjadi tidak sah.

d. Ulama Hanabilah

Ulama Hanabilah berpendapat tidak boleh karena:(1)

barang gadaian bukan hewan dan merupakan sesuatu yang tidak

butuh pembiayaan untuk memberi makan (2) pemanfaatan tersebut

tanpa imbalan (cuma-cuma) (3) utang berupa qard. Selain itu,

menurut Ulama Hanabilah pemanfaatan tersebut seharusnya

dihitung sebagai bagian dari pembayaran utang yang ada.

Dalam akad gadai gantung pengambilan manfaat/penggarapan sawah

dilakukan oleh penggadai atas izin penerima gadai dan disyaratkan di awal

akad, berikut analisis berdasar pendapat beberapa ulama :

a. Ulama Hanafiyyah

Ulama Hanafiyyah berpendapat bahwa hal ini

diperbolehkan karena ada izin dari penerima gadai.

b. Ulama Malikiyyah

Ulama Malikiyyah menetapkan tidak boleh. Mereka juga

menetapkan bahwa izin yang diberikan penerima gadai kepada

penggadai menyebabkan akad gadai menjadi batal, karena

pemberian izin tersebut dalam hal ini dianggap sebagai bentuk

pelepasan hak penerima gadai terhadap barang gadai.

Page 87: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

73

c. Ulama Syafiʻiyyah

Ulama Syafiʻiyyah berpendapat boleh karena kemanfaatan

barang gadai, perkembangan, dan apa-apa yang dihasilkan oleh

barang gadai adalah milik penggadai dan statusnya tidak ikut

terikat dengan utang.

d. Ulama Hanabilah

Ulama Hanabilah berpendapat seperti Ulama Hanafiyyah

yaitu boleh karena ada izin dari penerima gadai. Pendapat ini juga

didasarkan kaidah bahwa semuakemanfaatan, perkembangan,

danhal-hal yang dihasilkan oleh barang gadai ikut tergadaikan.

10. Riba dalam Gadai

Dalam praktik gadai biasa syarat yang disepakati adalah penerima

gadai menggarap sawah milik penggadai hingga penggadai bisa membayar

pinjamannya. Sedangkan dalam praktik gadai gantung disepakati bahwa

penggadai harus membayar uang sewa kepada penerima gadai setiap tahun

hingga penggadai bisa mengembalikan pokok pinjamannya. Kedua hal ini

sama dengan pinjaman yang mensyaratkan manfaat (walaupun dalam akad

gadai gantung dianggap sebagai uang sewa), dan pinjaman yang

mendatangkan manfaat adalah riba.

11. Pembiayaan Barang Gadai

Dalam akad gadai biasa, biaya penggarapan sawah menjadi tanggung

jawab penerima gadai karena sawah digarap oleh penerima gadai, hal ini

Page 88: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

74

tidak sesuai dengan konsep fikih muamalah karena seharusnya

penggadailah yang bertanggung jawab terhadap pembiayaan barang gadai.

Dalam akad gadai gantung biaya penggarapan sawah ditanggung oleh

penggadai karena sawah digarap oleh penggadai. Hal ini sesuai dengan

konsep fikih muamalah.

12. Pengambilalihan Barang Gadai

Praktik gadai sawah yang terjadi di kalangan petani desa simpar tidak

mensyaratkan pengambilalihan sawah oleh penerima gadai manakala

penggadai tidak mampu membayar utangnya. Oleh karena itu tidak pernah

terjadi pengambilalihan sawah oleh penerima gadai. Hal ini sudah sejalan

dengan konsep fikih muamalah.

13. Perselisihan Penggadai dan Penerima Gadai

Para petani desa Simpar yang melakukan akad gadai sawah jarang

sekali berselisihan karena mereka sudah bersepakat, saling rida dan

mengadakan perjanjian tertulis dengan jelas.

14. Pembatalan Akad Gadai

Pembatalan akad gadai sawah di kalangan petani desa Simpar biasanya

terjadi karena penggadai terlebih dahulu menggadaikan sawahnya kepada

pihak lain atau karena penerima gadai melihat sawah yang akan

digarapnya kualitasnya dinilai kurang bagus. Seperti yang dialami oleh

bapak Saepudin yang batal menggadaikan sawahnya karena calon

penerima gadai membatalkan akad gadai ketika melihat sawahnya yang

Page 89: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

75

kualitasnya dinilai kurang bagus. 16Hal ini dibenarkan dalam perspektif

fikih muamalah.

15. Berakhirnya Akad Gadai

Akad gadai sawah biasa maupun gadai gantung berakhir ketika

penggadai bisa membayar utangnya, hal ini dibenarkan dalam perspektif

fikih muamalah.

16. Aspek Keadilan dalam Akad

Praktik gadai sawah yang dilakukan petani desa Simpar baikakad

gadai biasa maupun akad gadai gantung keduanya merugikan salah satu

pihak yaitupenggadai. Terdapat kezaliman terhadapnya, karena ia

dirugikan baik dalam akad gadai biasa yang harus kehilangan haknya

untuk menggarap sawah miliknya, juga dalam akad gantung yang harus

membayar uang sewa sawahnya sendiri. Hal ini tidak dibenarkan dalam

perspektif fikih muamalah meskipun kedua belah pihak saling rida. Karena

kerelaan para pihak tidak dapat menghalalkan sesuatu yang dilarang oleh

Agama.

17. Analisis Ekonomi terhadap Praktik Gadai Sawah Petani Desa

Simpar

Analisis ekonomi terhadap praktik gadai sawah yang sering dilakukan

para petani desa Simpar dapat dilihat dalam tabel berikut ini:17

16Wawancara Pribadi dengan Saepudin. Subang, 2 Februari 2015.17 Asumsi harga padi perkilogram Rp. 4000, per-Februari 2015 di desa Simpar.

Page 90: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

77

1Biaya dari awal menanam sampai panen meliputi sewa traktor, benih, pupuk, upah buruh tani, dan sewa alat penggiling untuk memisahkan padi dengan daunnya(panen).

2 Dua kali panen dalam 1 tahun.3 Khusus akad gadai gantung, dan besarnya ditentukan berdasarkan kesepakatan para pelaku gadai.

NoNama

penggadai

Nama

penerima

gadai

Sawah yang

digadaikan

Uang

pinjaman

(Rp)

Hasil

panen

Hasil panen

dalam Rupiah

(Rp)

Biaya

pra-panen1

(Rp)

Hasil bersih

per-panen

(Rp)

Hasil bersih

per-tahun

(Rp)2

Uang

sewa per-

tahun (Rp)3

1 Saepudin Dedeng100 bata

(1.400 m2)10.000.000 1 ton 4.000.000 1.274.000 2.726.000 5.452.000

2 Tati Dimyati1 hektare

(10.000 m2)70.000.000 7 ton 28.000.000 8.918.000 19.082.000 38.164.000

3 Sanusi Suhendi350 bata

(4.900 m2)44.000.000 3,5 ton 14.000.000 4.459.000 9.541.000 19.082.000

4 Atang Winata150 bata

(2.100 m2)31.000.000 1,5 ton 6.000.000 1.911.000 4.089.000 8.178.000

5 Cecep Ugan. S3,5 bau

(24.500 m2)350.000.000 17,5 ton 70.000.000 22.295.000 47.705.000 95.410.000 70.000.000

Page 91: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

78

Page 92: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

78

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa:

1. Bapak Dedeng yang meminjamkan uang Rp. 10.000.000 kepada Bapak

Saepudin dengan jaminan sawah 100 bata (1.400 m2) mendapat tambahan

uang Rp. 5.452.000 atau 55% setiap tahun dari hasil panen sawah milik

bapak Saepudin.

2. Bapak Dimyati yang meminjamkan uang Rp. 70.000.000 kepada Ibu Tati

dengan jaminan sawah 1 hektare (10.000 m2) mendapat tambahan uang

Rp. 5.452.000 atau 55% setiap tahun dari hasil panen sawah milik ibu Tati.

3. Bapak Suhendi yang meminjamkan uang Rp. 44.000.000 kepada Bapak

Sanusi dengan jaminan sawah 350 Bata (4.900 m2) mendapat tambahan

uang Rp. 19.082.000 atau 43% setiap tahun dari hasil panen sawah milik

ibu Tati.

4. Bapak Winata yang meminjamkan uang Rp. 31.000.000 kepada Bapak

Atang dengan jaminan sawah 150 Bata (2.100 m2) mendapat tambahan

uang Rp. 8.178.000 atau 26% setiap tahun dari hasil panen sawah milik

Bapak Atang.

5. Bapak Ugan Suganda yang meminjamkan uang Rp. 350.000.000 kepada

Bapak Cecep dengan jaminan sawah 3,5 Bau (24.500 m2) mendapat

tambahan (uang sewa) Rp. 70.000.000 atau 20% setiap tahun dari hasil

panen sawah milik Bapak Cecep.

Jika dibandingkan dengan kredit mikro di bank konvensional yang suku

bunganya rata-rata sebesar 18,7 % per-tahun maka perbandingannya dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Page 93: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

79

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jika para penggadai mengambil kredit

di bank konvensional maka:

1. Bapak Saepudin yang meminjam uang Rp. 10.000.000 harus membayar

bunga Rp. 1.870.000 per tahun.

2. Ibu Tati yang meminjam uang Rp. 70.000.000 harus membayar bunga Rp.

13.090.000 per tahun.

3. Bapak Sanusi yang meminjam uang Rp. 44.000.000 harus membayar

bunga Rp. 8.228.000 per tahun.

4. Bapak Atang yang meminjam uang Rp. 31.000.000 harus membayar

bunga Rp. 5.797.000 per tahun.

5. Bapak Cecep yang meminjam uang Rp. 350.000.000 harus membayar

bunga Rp. 65.450.000 per tahun.

No Nama penggadaiUang pinjaman

(Rp)

Suku bunga per-

tahun18,7% (Rp)

1 Saepudin 10.000.000 1.870.000

2 Tati 70.000.000 13.090.000

3 Sanusi 44.000.000 8.228.000

4 Atang 31.000.000 5.797.000

5 Cecep 350.000.000 65.450.000

Page 94: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

80

Sementara dari sisi penerima gadai dapat dibandingkan dengan deposito 1

tahun, pada bank konvensional rata-rata suku bunga deposito adalah 7% maka

pendapatan para penerima gadai jika mengivestasikan uang mereka dalam bentuk

deposito adalah sebagai berikut:

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jika para penerima gadai

mendepositokan uangnya di bank konvensional maka:

1. Bapak Dedeng yang mendepositokan uang Rp. 10.000.000 akan menerima

bunga Rp. 700.000 per tahun.

2. Bapak Dimyati yang mendepositokan uang Rp. 70.000.000 akan

menerima bunga Rp. 4.900.000 per tahun.

3. Bapak Suhendi yang mendepositokan uang Rp. 44.000.000 akan

menerima bunga Rp. 3.080.000 per tahun.

No Nama penerima gadaiUang yang

didepositokan (Rp)

Suku bunga per-

tahun 7% (Rp)

1 Dedeng 10.000.000 700.000

2 Dimyati 70.000.000 4.900.000

3 Suhendi 44.000.000 3.080.000

4 Winata 31.000.000 2.170.000

5 Ugan. S 350.000.000 24.500.000

Page 95: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

81

4. Bapak Winata yang mendepositokan uang Rp. 31.000.000 akan menerima

bunga Rp. 2.170.000 per tahun.

5. Bapak Ugan Suganda yang mendepositokan uang Rp. 350.000.000 akan

menerima bunga Rp. 24.500.000 per tahun.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa praktik gadai sawah yang sering dilakukan

petani desa Simpar dapat dikategorikan sebagai kegiatan eksploratif, karena

penerima gadai meraup untung yang banyak dari hasil penggarapan sawah gadai

bahkan lebih tinggi dari pada suku bunga deposito yang berlaku di bank

konvensional. Sebaliknya, penggadai sangat dirugikan bahkan lebih rugi

dibandingkain jika mengambil kredit di bank konvensional. Bunga dalam bank

kovensional dan hasil garapan sawah gadai keduanya sama dengan tambahan dari

pinjaman uang, dan setiap tambahan dari pinjaman uang adalah riba, sedangkan

riba diharamkan oleh Allah SWT sesuai dengan kaidah fikih:

كل قرض جر نفعا فھو ربا

Artinya: “Setiap qard yang mendatangkan manfaat adalah riba”

Page 96: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

81

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan pembahasan dan analisis pada bab sebelumnya terhadap

permasalahan yang diteliti, maka dapat diambil beberapa kesimpulan berikut

ini:

1. Petani desa Simpar memiliki pemahaman yang sama tentang gadai

yaitu meminjam uang dengan jaminan. Namun, mayoritas dari mereka

tidak memahami aturan gadai dalam Islam, mereka melaksanakan akad

gadai hanya berdasar budaya yang berlaku secara turun temurun.

Faktor utamanya adalah latar belakang pendidikan dan pendidikan

agama yang rendah, kurangnya dakwah tokoh agamapun menjadi

faktor pendukung yang mempengaruhi hal ini. Selain itu gadai di

kalangan para petani ini tidak dipahami sebagai akad tabarru`, tetapi

sebaliknya yaitu akad tijâri yang memang bertujuan untuk mengambil

keuntungan.

2. Praktik gadai sawah yang biasa terjadi di kalangan petani desa Simpar

ada 2 jenis yaitu gadai biasa dan gadai gantung. Jika ditinjau dari

perspektif fikih muamalah, maka dalam kedua akad ini ada hal-hal

yang sesuai dan ada pula hal-hal yang tidak sesuai dengan konsep fikih

muamalah. Dalam akad gadai biasa hal-hal yang sesuai adalah tujuan

akad, rukun, syarat orang yang berakad, syarat utang, syarat barang

Page 97: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

82

jaminan, penambahan utang, resiko kerusakan barang gadai,

pembatalan akad, dan berakhirnya akad. Adapun hal-hal yang tidak

sesuai diantaranya yaitu lama waktu perjanjian, syarat sighat, syarat

sempurna, hak dan kewajiban pihak yang bergadai, pemanfaatan

barang gadai, pembiayaan barang gadai, dan aspek keadilan dalam

akad. Dalam akad gadai gantung hal-hal yang sesuai yaitu tujuan akad,

rukun, syarat, syarat utang, syarat barang jaminan, bertambahnya

barang gadai, pembiayaan barang gadai, pembatalan akad, dan

berakhirnya akad. Sedangkan hal-hal yang tidak sejalan adalah lama

perjanjian akad, syarat sighat, syarat sempurna, hak dan kewajiban

pihak yang bergadai, resiko kerusakan barang gadai, pemanfaatan

barang gadai, dan aspek keadilan dalam akad. Secara keseluruhan

kedua akad ini hukumnya tidak sah karena ada salah satu syarat yang

tidak terpenuhi yaitu syarat yang berkaitan dengan sighat (ijab kabul).

3. Praktik gadai sawah di kalangan petani desa Simpar dapat

dikategorikan sebagai kegiatan eksploratif karena sangat merugikan

penggadai dan sangat menguntungkan para penerima gadai.

B. Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan yang tercantum di atas, maka ada

beberapa saran yang perlu penulis sampaikan yaitu:

Page 98: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

83

1. Kepada para petani, untuk lebih memahami hukum Islam mengenai

gadai dan mengaplikasikannya dalam akad gadai sawah yang biasa

dilaksanakannya.

2. Jika para petani bermaksud mengambil keuntungan dari hasil

penggarapan sawah yang bukan miliknya, hendaknya akad yang

dipakai adalah akad sewa.

3. Kepada tokoh Agama, untuk menyampaikan pembahasan mengenai

muamalat khususnya gadai secara mendetail yang sesuai dengan

syariat Islam.

Page 99: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

84

DAFTAR PUSTAKA

ʻAbidin, Ibnu “Radd al-Muhtar ‘ala al-Durr al-Mukhtar”. Dalam Nasroen Haroen.Fiqih Muamalat. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.

Al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail, Ed. Shahih Bukhari, jilid I,cet. I. Penerjemah Masyhar dan Muhammad Suhadi. Jakarta: Almahira,2011.

Al-Dardir “Al-Syarh al-Saghir bi Syarh al-Sawi”. Dalam Nasroen Haroen. FiqihMuamalat. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.

Al-Hanafi, Imam ‘Alauddin Abu Bakar bin Mas’ud al-Kasani. Badâ’iussanâiʻ fîtartîbi syarâiʻ, juz VI, cet. I. Beirut: Dar al-Fikr, 1996.

Al-Husaini, Imam Taqiyuddin Abu Bakar. Kifâyatul Akhyâr Fî Jalli GhâyatilIkhtishâr, jilid II, cet. I. Penerjemah Achmad Zaidun dan A. Ma’rufAsrori. Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset, 1997.

Alma, Buchari. Manajemen Bisnis Syariah, cet. I. Bandung: Alfabeta, 2009.

Al-Quran.

Al-Syarbaini, Syamsuddin Muhammad Ibn Muhammad al-Khatib, Ed. Mughni al-Muhtaj ilâ maʻrifah maʻânî alfadz al-minhaj, juz II, cet. II. Beirut: Dar al-Khatab al-Ilmiyah, 2009.

Al-Zuhaili, Wahbah. Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid VI, cet. I. PenerjemahAbdul Hayyie al-Kattani, dkk. Jakarta: Gema Insani, 2011.

_________ “Fiqih Islam Wa Adillatuhu”. Dalam Saepuddin Arif dan Ah.Azharuddin Lathif. Kontrak Bisnis Syariah. Jakarta: Fakultas Syariah danHukum UIN Jakarta, 2011.

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Ed. Himpunan FatwaKeuangan Syariah. Jakarta: Erlangga, 2014.

Ghazaly, Abdul Rahman, dkk. Fiqh Muamalat, Edisi Pertama. Jakarta: PredanaMedia Grup, 2010.

Gunawan, Imam, Ed. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

Haroen, Nasrun. Fiqih Muamalat. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.

Page 100: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

85

Karim, Adiwarman. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Edisi IV. Jakarta:Rajawali Pers, 2011.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Majah, Abu Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qazwini Ibnu, Ed. Sunan IbnuMajah, cet. I. Penerjemah Saifuddin Zuhri. Jakarta: Almahira, 2013.

Maxfield, E.N. “The Case Study”. Dalam Moh. Nazir, ed. Metode Penelitian, cet.VII. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.

Observasi dilakukan pada 4 Februari 2015. Pukul 10.00.

Observasi dilakukan pada 4 Februari 2015. Pukul 14.00.

Pendataan Profil Desa Simpar 2014.

Qudamah, Ibnu, Ed. Al-Mughni, jilid VI. Penerjemah Misbah. Jakarta: PustakaAzzam, 2009.

Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam, cet. XXVII. Bandung: Sinar Baru Algensindo,1994.

Rusyd, Ibnu “Bidayatul Mujtahid”. Dalam Isnawati Rais dan Hasanuddin. FiqihMuamalah, cet. I. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif HidayatullahJakarta, 2011.

__________, Ed. Bidayatul Mujtahid, jilid II, cet. I. Penerjemah Abu UsamahFakhtur Rokhman. Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.

Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah, jilid V, cet. I. Penerjemah Abdurrahim danMasrukhin. Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai, cet. IV.Jakarta: LP3ES, 2011.

Soehartono, Irawan, Ed. Metode Penelitian Sosial, cet. VII. Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2008.

Suhendi, Hendi. Fiqih Muamalah. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

Syaltout, Syaikh Mahmoud dan Syaikh M. Ali al-Sayis. Perbandingan Madzhabdalam Masalah Fiqih. Penerjemah Ismuha. Jakarta: Bulan Bintang, t.th.

Undang-Undang No. 56 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-PokokAgrarian.

Page 101: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

86

Wawancara Pribadi dengan Humaedi. Subang. 2 Februari 2015.

Wawancara Pribadi dengan Jaeni. Subang. 27 Januari 2015.

Wawancara Pribadi dengan Mursyid Shobandi. Subang. 2 Februari 2015.

Wawancara Pribadi dengan Saepudin. Subang. 2 Februari 2015.

Wawancara Pribadi dengan Suhendi. Subang. 3 Februari 2015.

Wawancara Pribadi dengan Tati. Subang. 2 Februari 2015.

Wawancara Pribadi dengan Ugan Suganda. Subang. 4 Februari 2015.

Wawacara Pribadi dengan Winata. Subang. 3 Februari 2015.

Zarnuji, Syekh. Taʻlimul Mutaʻallim. t.t., Pustaka Islamiyah, t.th.

Zuriah, Nurul. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan, cet. II. Jakarta: PTBumi Aksara, 2007.

Page 102: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 103: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini
Page 104: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini
Page 105: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

PEDOMAN WAWANCARA KEPADA PETANI

1. Siapa nama anda?

2. Berapa usia anda?

3. Apa pendidikan terakhir anda?

4. Dari mana anda mendapat pendidikan agama?

5. Dalam transaksi pinjam meminjam dengan jaminan sawah, anda bertindak sebagai

apa? Penggadai/Penerima gadai?

6. Gadai sawah biasanya dilakukan dalam hal apa? Pinjaman uang / jual beli?

7. Biasanya siapa yang terlebih dahulu menawarkan?

8. Kepada siapa biasanya anda menggadaikan sawah? Tetangga/kerabat?

9. Gadai sawah dilakukan secara individu atau kelompok?

10. Apakah pernah melakukan gadai sawah kepada lembaga keuangan? Dimana?

11. Apa yang anda pahami mengenai gadai?

12. Apakah anda memahami aturan gadai dalam islam? Bagaimana?

13. Berapa luas sawah yang anda gadaikan? / Berapa uang yang anda pinjam?

14. Untuk keperluan apa anda meminjam uang?

15. Bagaimana akadgadai tersebut disepakati? secara lisan/tulisan?

16. Adakah syarat-syarat yang disepakati ketika akad? Sebutkan!

17. Berapa lama waktu yang disepakati dalam akad gadai sawah ini?

18. Apa yang dikuasai oleh penerima gadai? Sertifikat sawah atau sawahnya?

19. Apakah pernah terjadi penambahan pinjaman? / Apakah pernah terjadi penambahan

sawah yang digadaikan?

20. Apakah pernah terjadi kebakaran / bencana alam yang menyebabkan sawah rusak?

Siapa yang bertanggung jawab?

21. Apakah pernah sawah gadaian tersebut dijual? Kepada siapa? Mengapa dijual?

22. Digunakan untuk apa hasil penjualan sawah itu?

23. Jika digunakan untuk membayar utang kepada murtahin, apakah hasil penjualannya

lebih/kurang untuk membayar utang? Bagaimana jika lebih/kurang?

24. Sawah yang digadaikan digarap/dimanfaatkan oleh siapa?apa alasan menggarap

sawah tersebut? Hasil penen padi menjadi milik siapa? Apakah bagi hasil? Bagaimana

Jika gagal panen?

25. Adakah batas waktu maksimal menggarap sawah?

Page 106: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

26. Berdasarkan pengetahuan anda, apakah pemanfaatan sawah gadaian oleh

rahin/murtahin itu dibenarkan oleh agama Islam?

27. Dan menurut anda apakah gadai yang anda lakukan sudah sesuai aturan islam?

28. Apakah ketika mengembalikan utang kepada murtahin ada kelebihan yang

disyaratkan (Bunga)?

29. Selama sawah digadaikan siapa yang bertanggung jawab atas biaya pemeliharaannya?

30. Bagaimana cara pelunasan hutang? Diangsur/cash? Bagaimana jika telat angsuran?

31. Jika jatuh tempo telah tiba dan rahin belum mampu membayar utangnya, apa yang

dilakukan?

32. Apakah pernah terjadi perselisihan antara rahin dan murtahin? Bagaimana

penyelesaiannya?

33. Apakah pernah terjadi akad gadai sawah ini dibatalkan? Bagaimana prosesnya?

34. Bagaimana proses berakhirnya akad pinjam meminjam dengan jaminan sawah ini?

35. Apakah anda pernah mendegar seorang kiyai atau khotib menyampaikan tausiyah

mengenai gadai?

Page 107: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

PEDOMAN WAWANCARA KEPADA PERANGKAT DESA

1. Bagaimana Kondisi agama masyarakat Desa Simpar? Menurut anda, apakah merekamemahami hukum islam tentang gadai?

2. Bagaimana praktik gadai yang dilakukan oleh masyarakat Desa Simpar?3. Bagaimana mekanisme terjadinya gadai sawah?4. Apakah ada lembaga yang menyediakan layanan gadai di Desa Simpar?

Page 108: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

PEDOMAN WAWANCARA KEPADA TOKOH AGAMA

1. Siapa nama anda?2. Berapa usia anda?3. Apa yang anda pahami tentang hukum gadai dalam Islam?4. Apa pendapat anda mengenai kalimat “rihân maqbûdah” dalam QS. al-Baqarah ayat

283?5. Apakah anda pernah membahas tentang gadai dalam khutbah jumat atau ceramah

agama?6. Menurut pengetahuan anda, bagaimana hukum pemanfaatan sawah gadaian oleh

rahin/murtahin?7. Apa pendapat anda mengenai praktik gadai sawah yang terjadi di kalangan

masyarakat desa Simpar? Sah/tidak? Sesuai hukum islam/tidak?8. Apa saran anda terhadap masyarakat desa Simpar dalam melakukan transaksi gadai

sawah?9. Apa pendapat anda mengenai bunga dalam gadai?10. Menurut anda, apakah masyarakat memahami hukum gadai dalam Islam?

Page 109: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini

LEMBAR PENGAMATAN (OBSERVASI)

PENGGARAPAN SAWAH OLEH PELAKU GADAI

Nama :

Peran :

Hari/tanggal :

No Aspek yang dinilai Ya Tidak1 Melakukan penggarapan sawah

Page 110: PRAKTIK GADAI SAW AH PETANI DESA SIMPAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30041...Pembahasan gadai sawah mempunyai cakupan yang luas, tetapi dalam penelitian ini