pra penuntutan

24
Halaman 1 Makalah Hukum Acara Pidana “Pra Penuntutan” BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Harus kita akui, hingga kini masih banyak orang yang tak paham proses hukum dan tatacara penanganan suatu perkara di tiap jenjang peradilan kita. Mungkin, sosialisasi dan pendidikan hukum untuk publik masih belum sepenuhnya menjangkau seluruh lapisan masyarakat kita. Peristiwa hukum dalam kehidupan sehari-hari kita, tentu banyak sekali yang dapat berujung ke perkara pidana dan atau berproses secara hukum di pengadilan. Hukum merupakan kumpulan kaidah-kaidah dan norma yang berlaku di masyarakat, yang keberadaannya sengaja dibuat oleh masyarakat dan diakui oleh masyarakat sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupannya. Tujuannya untuk menciptakan ketenteraman di masyarakat. Hukum sebagai instrumen dasar yang sangat penting dalam pembentukan suatu negara, berpengaruh dalam segala segi kehidupan masyarakat, karena hukum merupakan alat pengendalian sosial, agar tercipta suasana yang aman, tenteram dan damai.

description

pidana pra penutuntan

Transcript of pra penuntutan

Page 1: pra penuntutan

Halaman 1Makalah Hukum Acara Pidana

“Pra Penuntutan”

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Harus kita akui, hingga kini masih banyak orang yang tak paham proses hukum

dan tatacara penanganan suatu perkara di tiap jenjang peradilan kita. Mungkin,

sosialisasi dan pendidikan hukum untuk publik masih belum sepenuhnya menjangkau

seluruh lapisan masyarakat kita. Peristiwa hukum dalam kehidupan sehari-hari kita,

tentu banyak sekali yang dapat berujung ke perkara pidana dan atau berproses secara

hukum di pengadilan.

Hukum merupakan kumpulan kaidah-kaidah dan norma yang berlaku di

masyarakat, yang keberadaannya sengaja dibuat oleh masyarakat dan diakui oleh

masyarakat sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupannya. Tujuannya untuk

menciptakan ketenteraman di masyarakat. Hukum sebagai instrumen dasar yang

sangat penting dalam pembentukan suatu negara, berpengaruh dalam segala segi

kehidupan masyarakat, karena hukum merupakan alat pengendalian sosial, agar

tercipta suasana yang aman, tenteram dan damai.

Dari segi proses penanganan suatu perkara dalam proses hukum kita, ihwal

penuntutan memang diatur dalam Bab tersendiri terdapat di dalam Bab tentang

Penuntutan (pasal 138 KUHAP).

Dalam sebuah pelaksanaan penuntutan, proses penuntutan selain dapat memacu

terhindarinya rekayasa penyidikan juga dapat mempercepat penyelesaian penyidikan

juga menghindari terjadinya arus bolak-balik perkara. Proses prapenuntutan selain

dapat menghilangkan kewenangan penyidikan oleh penuntut umum dalam perkara

tindak pidana umum juga dalam melakukan pemeriksaan tambahan bilamana

penyidik Polri menyatakan telah melaksanakan petunjuk penuntut umum secara

optimal namun penuntut umum tidak dapat melakukan penyidikan tambahan secara

Page 2: pra penuntutan

Halaman 2Makalah Hukum Acara Pidana

“Pra Penuntutan”

menyeluruh artinya penuntut umum hanya dapat melakukan pemeriksaan tambahan

terhadap saksi-saksi tanpa dapat melakukan pemeriksaan terhadap tersangka.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasakan uraian dari latar belakang di atas, maka dalam makalah ini yang

akan penulis bahas adalah apa yang dimaksud dengan prapenuntutan dan apa saja hal-

hal yang berkaitan dengan prapenuntutan.

Page 3: pra penuntutan

Halaman 3Makalah Hukum Acara Pidana

“Pra Penuntutan”

BAB II

PEMBAHASAN

A. LEMBAGA PENUNTUT UMUM

Pada Pasal 1 butir 7 KUHAP tercantum definisi penuntutan. Penuntutan

adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan

negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-

undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputuskan oleh hakim disidang

pengadilan.”

Dalam hal-hal untuk memperoleh putusan hakim agar terhadap seseorang

dijatuhi pidana (tuntutan pidana) inisiatifnya adalah pada perseorangan, yaitu pada

pihak yang dirugikan.

Lama kelamaan system ini ini menunjukan kekurangan-kekurangan yang

menyolok. Penuntutan secara terbuka (accusatory murni), dengan sendirinya telah

menyebabkan penunututan kesalahan seseorang menjadi lebih sulit, sebab yang

bersangkutan segera akan mengetahui dalam keseluruhannya, semua hal yan g

memberatkan dirinya, sehingga demikian ia akan memperoleh kesempatan untuk

menghilangakan sebanyak mungkin bukti-bukti atas kesalahannya.

Sifat perdata dari penuntutan tersebut menyebabkan pula bahwa kerap kali

sesuatu tuntutan pidana tidak dilakukan oleh orang yang dirugikan, karena ia takut

terhadap pembalan dendam atau ia tidak mampu untuk mengungkapkan kebenaran

dari tuntutan nya, sebab kekurangan alat-alat pembuktian yang diperlukan. Atas alas

an inilah maka pemerintah yang bertanggung jawab terhadap pembinaan peradilan

yang baik telahdan menyerahkan kepada suatu badan Negara. Yang khusus diadakan

untuk itu adalah openbaar ministrie atau openbaar aanklager, yang kita kenal

sebagai penuntut umum.

Page 4: pra penuntutan

Halaman 4Makalah Hukum Acara Pidana

“Pra Penuntutan”

B. TUGAS DAN WEWENANG PENUNTUT UMUM

Di dalam pasal 13 KUHAP dinyatakan bahwa penuntut umum adalah Jaksa

yang diberi wewenang untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan

hakim. Selain itu, dalam Pasal 1 Undang-Undang Pokok Kejaksaan (UU No. 15

tahun 1961) menyatakan, kejaksaan RI selanjutnya disebut kejaksaan adalah alat

Negara penegak hokum yang terutama bertugas sebagai Penuntut Umum. Menurut

Pasal 14 KUHAP, Penuntut Umum mempunyai wewenang:

a. Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik atau

pembantu penyidik;

b. Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan

memperhatikan ketentuan pasal 110 ayat 3 dan ayat 4 dengan memberi

petunjukdalam rangka menyempurnakan penyidikan dan penyidik.

c. Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan lanjutan atau

mengubah status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik;

d. Membuat surat dakwan;

e. Melimpahkan perkara kepengadilan;

f. Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan dan waktu

perkara disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada terdakwa

maupun kepada saksi, untuk dating pada sidang yang telah ditentukan;

g. Melakukan penuntutan;

h. Menutup perkara demi kepentingan hokum;

i. Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai

penuntut umum menurut undang-undang;

j. Melaksanakan penetapan hakim.

Di dalam penjelasan pasal tersebut dikatakan, bahwa yang dimaksud dengan

tindakan lain adalah antara lain meneliti identitas tersangka, barang bukti dengan

Page 5: pra penuntutan

Halaman 5Makalah Hukum Acara Pidana

“Pra Penuntutan”

memperhatikan secara tegas batas wewenang dan fungsi antara penyidik, penuntut

umum dan pengadilan.

Setelah Penuntut Umum hasil penyidikan dari penyidik, ia segera

mempelajarinya dan menelitinya dan dalam waktu 7 hari wajib memberitahuakan

kepada penyidik apakah hasil penyidikan itu sudah lengkap atau belum. Dalam hal

hasil penyidikan ini ternyata belum lengkap, penuntut umum mengebalikan berkas

perkara kepada penyidik disertai petunjuk tentang hal yang harus dilakukan untuk

melengkapi dan dalam waktu 14 hari sejak tanggal penerimaan berkas, penyidik

sudah harus menyampaikan kembali berkas yang perkara kepada penuntut umum

(pasal 138 KUHAP).

Setelah Penuntut Umum menerima kembali hasil penyidikan yang lengkap

dari penyidik, ia segera menentukan apakah berkas perkara sudah memenuhi

persyaratan untuk dapat atau tidak diadakan penuntutan.

C. SURAT DAKWAAN

Menurut pasal 140 KUHAP, apabila Penuntut Umum berpendapat bahwa

hasil penyidikan dari penyidik dapat dilakukan penuntutan, maka ia dalam waktu

secepatnya membuat surat atau akte yang membuat perumusan dari tindak pidana

yang didakwakan, yang sementara dapat disimpulkan dari hasil penyidikan dari

penyidik yang merupakan dasar bagi hakim untuk melakukan pemeriksaan disidang

pengadilan.

Surat dakwaan ini adalah sangat penting dalam pemeriksaan perkara pidana ,

sebab dialah yang merupakan dasarnya, dan menentukan batas-batas bagi

pemeriksaan hakim.memang pemeriksan itu tidak batal, jika batas tersebut dilampaui,

tetapi putusan hakim hanya boleh mengenai fakta-fakta yang terletak dalam batas-

batas itu, dan tidak boleh kurang atau lebih.

Page 6: pra penuntutan

Halaman 6Makalah Hukum Acara Pidana

“Pra Penuntutan”

Tujuan utama surat dakwaan adalah bahwa undang-undang ingin melihat

ditetapkannya alas an-alasan yang menjadi dasar penuntutan suatu peristiwa pidana,

untuk itu sifat-sifat khusus dari suatu tindak pidana yang telah dilakukan itu harus

dicantumkan dengan sebaik-baiknya.

Dari pada itu kepentingan surat dakwaan bagi terdakwa adalah bahwa ia

mengetahui setepat-tepatnya dan seteliti-litinya yang didakwakan kepadanya

sehingga ia sampai pada hal yang sekecil-kecilnya untuk dapat mempersiapkan

pembalasannya terhadap dakwaan tersebut.

Mengenai pembatalan surat dakwaan menurut Nederburgh ada dua macam

yaitu:

a. Pembatalan yang formal (formele nietigheid)

b. Pembatalan yang hakiki (wezcnlijke nietigheid).

Tentang cara merumuskan Dakwaan ada dua syarat yang harus dipenuhi,

yaitu:

a. Harus mengandung lukisan dari apa yang senyatanya terjadi

b. Dalam lukisan itu harus ternyatakan pula unsur-unsur yuridis dari tindak

pidana yang didakwakan.

Membuat dakwaan tidaklah mudah, jika pada waktu membuatnya perhatian

ditujukan pada lukisan yang senyatanya terjadi, ada bahayanya bahwa yang

dirumuskan itu kurang konkrit yaitu hanya dengan kata-kata yang bersifat uridis

belaka. Oleh karena itu, sewaktu melukiskan perbuatannya itu sebaiknya mengambil

undang-undangnya, dan diteliti lagi apakah dalam lukisan tersebut sudah tidak ada

unsur delik yang ketinggalan. Unsur delik adalah bagian uraian delik sesuatu tindak

pidana. Kejahatan pencurian misalnya, yang dapat dipidana menurut pasal 362

KUHP, memuat unsur-unsur yaitu:

mengambil sebagai perbuatan delik yang sebenarnya

Page 7: pra penuntutan

Halaman 7Makalah Hukum Acara Pidana

“Pra Penuntutan”

pengambilan harus mengenai sesuatu barang

barang tersebut harus seluruhnya atau sebagian merupakan milik orang lain

pengambilan itu harus dilakukan dengan maksud untuk memiliki dengan

melawan hukum.

Di sidang pengadilan, hakim harus melakukan pemeriksaan apakah unsure-

unsur dari perbuatan tersebut seperti dinyatakan dalam surat dakwaan itu dapat

dibuktikan atau tidak.

Dalam menguraikan suatu tindak pidana umumnya harus dinyatakan:

perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa

bagaimana cara ia melakukannya

upaya-upaya apakah yang telah dipergunakan dalam pelaksanaannya

terhadap siapakah tindak pidana itu ditujukan secara langsung atau tidak

langsung

bagaimana sifat dan keadaan orang yang telah menjadi korban

bagaimana sifat dari terdakwa sendiri

apakah objek dari delik yang bersangkutan.

Pemuatan waktu untuk kepentingan beberapa persoalan yang berhubungan

dengan hokum pidana adalah:

a. Berlakunya pasal 1 ayat 1 atau ayat 2 KUHAP

b. Semua hal dalam mana unsur terdakwa atau korban sewaktu

melakukan kejahatan tersebut memegang peranan penting.

c. Semua hal dimana untuk dapat dipidananya suatu perbuatan

disyaratkan bahwa hal tersebut dilakukan dalam waktu

perang ,misalnya pasal 124, 126, 127 KUHP

d. Penentuan adanya recidive (pasal 486 s.d. 488 KUHP)

e. Penentuan apakah pencurian itu dilakukan pada waktu malam menurut

pasal 363.

Page 8: pra penuntutan

Halaman 8Makalah Hukum Acara Pidana

“Pra Penuntutan”

Adapun penyusunan dakwaan teknis dapat dilakukan sebagai berikut:

a. dakwaan tunggal

b. dakwaan alternative

c. dakwaan subsider

d. dakwaan kumulatif

e. dakwaan campuran

D. PERUBAHAN SURAT DAKWAAN

Surat dakwaan diubah baik atas inisiatif penuntut umum maupun atas saran

hakim. Dalam ketentuan pasal 12 Undang-Undnag Pokok Kejaksaan (Undang-

Undang No. 15 Tahun 1961) ditentukan bahwa “ dalam halsurat tuduhan (dakwaan)

kurang memenuhi syarat-syarat, jaksa wajib memperhatikan saran-saran yang

diberikan oleh hakim sebelum persidangan pengadilan dimulai”.

Dapat disimpulakan bahwa perubahan surat dakwaan tersebut hanya dapat

dilakukan sebelum pemeriksaan dipersidangan dimulai. Selain ketentuan diatas dalam

KUHAP juga mengatur tentang jangka waktu yang diperbolehkan untuk melakukan

perubahan.

Mengenai apa yang boleh diubah atau tidak, tidak ditentukan secara tegas. Hal

ini menimbulkan kesenjangan. Untuk mengatasi ini sementara sambil menuggu

perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu, kita dapat saja menggunakan

atau meniru juresprudensi sebelum berlakunya KUHAP asalkan saja tidak

bertentangan. Dengan jiwa KUHAP.

Menurut peraturan lama (HIR) yurisprudensi dan pendapat ahli hokum

terkenal atau doktrin), dapat perubahan ini yang meliputi:

1. perubahan menentukan waktu dan tempat terjadinya dalam surat dakwaan.

2. perbaikan kata-kata atau redaksi surat dakwaan sehingga mudah dimengerti

dan disesuaikan dengan perumusan delik dalam undang-undang pidana.

Page 9: pra penuntutan

Halaman 9Makalah Hukum Acara Pidana

“Pra Penuntutan”

3. perubahan dakwaan yang tunggal menjadi dakwaan alternative asal mengenai

perbuatan yang sama.

Karena KUHAP tiak mengatur hal ini dan yurisprudensi serta doktrin telah

menerimanya, maka perubahannya seperti tersebut dapat ssaja dilakukan dan

bertentangan dengan jiwa KUHAP.

Hal yang pertama, yaitu mengenai perubahan waktu dan tempat terjadinya

delik, dapat dibandingkan misalnya dengan putusan HIR tanggal 12 juni 1939 (NJ

1939 hal. 1601) yang mengatakan: Jika dakwaan tetap menurut perbuatan yang sama

hanya ada perbedaan mengenai waktu terjadinya delik, maka dapat diadakan

perubahan dakwaan.

Begitu pula perubahan kata-kata atau redaksi diperbolehkan asal tidak

mengubah macam perbuatan yang didakwakan. Begitu pula perubahan surat dakwaan

yang tunggal menjadi alternative diperbolehkan asal mengenai perbuatan yang sama,

yang biasa disebut delik berkualifikasi dalam hokum pidana.

Delik berkualifikasi misalnya delik pembunuhan (pasal 338 KUHP);

penganiayaan (pasal 351 ayat (1) KUHP) menjadi penganiayaan berencana (pasal 353

ayat (!) KUHP); pegawai negri menerima suap yang berhubungan dengan jabatannya

(pasal 418 KUHP) menjadi pegawai negri menerima suap yang berhubungan dengan

jabatannya berlawanan dengan kewajibannya (pasal 419 KUHP), dan lain-lain.

Dengan ketentuan pasal 143 dan 144 KUHAP, penuntut umum dalam

menyusun dakwaan harus cermat dan teliti sekali. Andaikata dipersidangan terdakwa

memberi keterangan yang berbeda dengan di pemeriksaan pendahuluan yang

dilakukan oleh polisi, sedang surat dakwaan yang disusun penuntut umum didasarkan

pada pemeriksaan pendahuluan tersebut, maka terdakwa dapat bebas dari

pemidanaan.

Page 10: pra penuntutan

Halaman 10Makalah Hukum Acara Pidana

“Pra Penuntutan”

E. PENGGABUNGAN PERKARA

Umumnya tiap-tiap perkara diajukan sendiri-sendiri di persidangan. Akan

tetapi, ada kalanya penuntut umum melakukan pengabungan perkara dalam satu surat

dakwaan. Hal ini dimungkinkan dalam hal yang diatur dalam pasal 141 KUHAP yang

berbunyi:

Pasal 141 KUHAP:

“ Penuntut umum dapat melakukan penggabungan perkara dan membuatnya

dalam satu surat dakwaan, apabila alam waktu yang sama atau hampir

bersamaan ia menerima beberapa bekas perkara.”

Suatu tindak pidana dianggap mempunyai sangkut paut satu dengan yang lain

apabila tindak pidana tersebut dilakukan:

a. oleh lebih dari seorang yang bekerja sama dan dilakukan pada saat yang

bersamaan;

b. oleh lebih dari seorang pada saat dan tempat yang berbeda, akan tetapi

merupakan pelaksanaan dari pemufakatan jahat yang dinuat oleh mereka

sebelumnya;

c. oleh seorang atau lebih dengan maksud mendapatka alat yang akan

dipergunakan untuk melakukan tindak pidana lain atau menghindarkan diri

dari pemidanaan karena tindak pidana lain.

Sebagai kebalikan dari penggabungan perkara (voeging) adalah pemisahan

perkara (splitsing). Menurut pasal 142 KUHAP dalam hal penuntut umum menerima

satu berkas perkara yang memuat beberapa tindak pidan ayang dilakukan oleh

beberapa tersangka yang tidak termasuk dalam ketentuan pasal 141 KUHAP, ia dapat

melakukan penuntutan terhadap masing-masing tersangka secara terpisah.

Apabila pihak yang dirugikan minta penggabungan perkara gugatanya dalam

perkara pidana tersebut, maka pengadilan negeri menimbang:

1. tentang kewenangannya untuk mengadili gugatan tersebut

Page 11: pra penuntutan

Halaman 11Makalah Hukum Acara Pidana

“Pra Penuntutan”

2. tentang kebenaran dasar gugatan

3. tentang hukuman penggantian biaya telah dikeluarkan oleh pihak yang

dirugikan tersebut.

Dalam gugatan tersebut dapat diterima, putusan hakim memuattentang

penetapan hukuman engantian biaya yag telah dikeluarkan oleh pihak yang dirugikan.

F. PENGHENTIAN PENUNTUTAN, PENYAMPINGAN, DAN

PENUTUPAN PERKARA

Dalam pasal 14 huruf h KUHAP menentukan bahwa salah satu wewenang

penutut umum adalah perbuatan untuk menutup perkara demi kepentingan hokum.

Dalam ketentuan lain yaitu di dalam pasal 140 ayat 2 huruf a KUHAP menyebutkan

pula perbuatan lain yang dapat dilakukan oleh penuntut umum, yaitu berupa

penghentian penuntutan, sedang dalam pasal 46 ayat 1 huruf c KUHAP menentukan

pula wewenang lain, yaitu tentang mengesampingkan lperkara untuk kepentingan

umum.

Dasar-dasar yang meniadakan penuntutan antara lain dalam buku 1 KUHP:

a. Bab v, yaitu dalam pasal-pasal 61 dan 62 KUHP

b. Bab VII, yaitu pada pasal 72 KUHP dan selanjutnya

c. Bab VIII, yaitu:

1. Dalam pasal 82 KUHP

2. Dalam pasal 76 KUHP

3. Dalam pasal 77 KUHP

4. Dalam pasal 78 KUHP

Dalam kitab undang-undang hokum pidana juga masih dapat dijumpai

beberapa ketentua pidana yang secara logis haurs dipandang sebagai dasar-dasar yang

meniadakan penuntutan dan bukan sebagai dasar-dasar yang meniadakan pidana,

yaitu misalnya ketentuan pidana yang diatur dalam:

Page 12: pra penuntutan

Halaman 12Makalah Hukum Acara Pidana

“Pra Penuntutan”

a. Pasal 166 KUHP yang berbunyi antara lain:

“…..Ketentuan-ketentuan pidana dalam pasal 164 dan 165 KUHP itu tidak

diberlakukan bagi mereka yang dengan pemberitahuan tersebut dapat

mendatangkan bahwa penuntutan pidana bagi dirinya….”

b. Pasal 221 ayat 2 KUHP yang berbunyi antara lain:

“….Ketentuan-ketentuan ini tidak dapat diberlakukan bagi mereka yang

telah melakukan tindakan-tindakan sperti yang dimaksudkan di dalamnya

dngan maksud untuk mencegah atau menghindarkan bahaya penuntutan

bagi salah seorang saudaranya yang sedarah….”

c. Pasal 284 ayat 2 KUHP yang berbunyi:

“….tidak ada suatu penuntutan pun akan dilakukan kecuali ada pengaduan

dari suami yang terhina…”

Menurut ketentuan pasal 8 dari undang-undang No. 15 tahun 1961 tentang

ketentuan pokok kejaksaan republic Indonesia, lembaga Negara tahun 1961 No. 254,

yang berwenang mengesampingkansuatu perkara berdasarkan kepentingan umum itu

adalah Jaksa Agung.

Wewenang untuk mengesampingkan perkara berdasarkan kepentingan umum

seperti itu,dalam ilmu pengetahuan hkum pidan juga dikenal sebagai wewenang

untuk mengesampingkan perkara berdasarkan asas oportunitis (opportuniteits

beginsel), yakni salah sebuah asas yang semata-mata terdapat dalam hokum acara

pidana dan tidak terdapat dalam hokum penitensier.

Menurut Franken wewenang untuk mengesampingakan perkara berdasarkan

asa oprtunitas itu meliputi wewenang:

a. tidak menuntut atau tidak melanjutkan penuntutan

Page 13: pra penuntutan

Halaman 13Makalah Hukum Acara Pidana

“Pra Penuntutan”

b. membatasi penuntutan atau penuntutan lebih lanjut lebih lanjut

tersebut

c. tidak menuntut atau tidak melanjutkan penuntutan secara bersyarat.

G. CARA MENGAJUKAN PERKARA OLEH PENUNTUT UMUM

Ada 3 cara mengajukannya ke pengadilan yaitu:

1. Perkara Rol, terdiri atas: a. Rol tindak pidana ringan dan

b. Rol lalu lintas

2. Perkara Sumair

3. Perkara Biasa

1 .a. Perkara rol tindak pidana ringan

Menurut pasal 205 KUHAP, yang diperiksa menurut acara pemeriksaan

tindak pidan ringan adalah perkara yang diancam dengan pidana penjara atau

kurungan.

b. perkara rol lalu lintas

Menurut pasal 211 KUHAP, yang diperikasa dengan acara cepat ini adalah

perkara pelanggaran lalu lintas tertentu, jadi tidak semua pelangggaran

terhadap peraturan undang-undang lalu lintas. Untuk perkara pelanggaran lalu

lintas ini tidak perlu berita acara pemeriksaan.

2. Perkara Sumair

Yang diperiksa menurut cara pemeriksaan sumair adalah perkara pidana yang

menurut penuntut umum pembuktiannya mudah, penerapan hukumnya mudah

dan sifatnya sederhana.

3. Perkara Biasa

Page 14: pra penuntutan

Halaman 14Makalah Hukum Acara Pidana

“Pra Penuntutan”

Perkara Biasa adalah perkara yang sulit pembuktiannya, demikian pula

penerapan hukumnya dan merupakan perkara besar diajukan oleh penuntut

umum dengan surat pelimpahan perkara (acte van overwijzing) Pasal 143

KUHAP.

Page 15: pra penuntutan

Halaman 15Makalah Hukum Acara Pidana

“Pra Penuntutan”

BAB II

PEMBAHASAN

KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah diatas dapat penulis simpulkan, penuntut adalah

tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri

yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang di atur dalam undang-undang ini

dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan.

Sebelum dilakukan penuntutan dilaksanakan dipengadilan dilakukan terlebih

dahulu prapenuntutan supaya sebelum dilaksanakannya penuntutan tidak terdapat

kekeliruan atau kesalahan karena telah diselidiki dengan benar.

Makalah ini juga membahas apa-apa yang dilakukan setelah penuntutan,

sebagaimana telah dijelaskan diatas. Apabila dalam makalah dan pemaparan penulis

ada kekurangan dan kesalahan baik dari segi penulisan ataupun materi penulis minta

maaf dan kepada Allah penulis mohon ampun.

Page 16: pra penuntutan

Halaman 16Makalah Hukum Acara Pidana

“Pra Penuntutan”

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, Andi, 1987, Pengantar Hokum Acara Pidana Indonesia, Ghalio Indonesia:

Jakarta

Hamzah, Andi, 2004, Hokum Acara Pidana Indonesia,Sinar Grafika: Jakarta

Petranase, Syarifuddin, 2000, Hokum Acara Pidana, Universitas Sriwijaya

Browsing Internet.