PR Radiologi

13
1. Sebutkan diagnosis banding dari gambaran radiologi opaque dan semiopaque pada foto thorax! (15) 2. Sebutkan diagnosis banding dari gambaran radiologi lusen pada foto thorax! (10) 3. Sebutkan klasifikasi tuberculosis internasional dan Indonesia! 4. Sebutkan persiapan, indikasi, dan kontraindikasi dari pemeriksaan: a. BNO-IVP b. Colon in loop 5. Sebutkan organ-organ intraabdominal (intraperitoneal dan retroperitoneal) 6. Dimana saja letak udara normal pada foto polos? 1. Kelainan parenkim paru dengan densitas yang meninggi a. Kelainan parenkim paru dengan densitas homogen, berbatas tegas, yang mempunyai gambaran lobar atau segmental dan berbentuk poligonal atau segitiga. - Atelektasis - Pneumonia lobaris - Infark paru - Lung sequestration - Epituberkulosa b. Kelainan parenkim paru dengan batas tidak tegas dan tersebar irreguler - Kelainan yang tersebar dimana saja tuberkulosis anak-anak bronkopneumoni tengah dan bawah - Kelainan dengan kecenderungan untuk distribusi di bagian basal paru

description

fnmklrfln

Transcript of PR Radiologi

Page 1: PR Radiologi

1. Sebutkan diagnosis banding dari gambaran radiologi opaque dan semiopaque pada

foto thorax! (15)

2. Sebutkan diagnosis banding dari gambaran radiologi lusen pada foto thorax! (10)

3. Sebutkan klasifikasi tuberculosis internasional dan Indonesia!

4. Sebutkan persiapan, indikasi, dan kontraindikasi dari pemeriksaan:

a. BNO-IVP

b. Colon in loop

5. Sebutkan organ-organ intraabdominal (intraperitoneal dan retroperitoneal)

6. Dimana saja letak udara normal pada foto polos?

1. Kelainan parenkim paru dengan densitas yang meninggi

a. Kelainan parenkim paru dengan densitas homogen, berbatas tegas, yang mempunyai gambaran lobar atau segmental dan berbentuk poligonal atau segitiga.- Atelektasis

- Pneumonia lobaris

- Infark paru

- Lung sequestration

- Epituberkulosa

b. Kelainan parenkim paru dengan batas tidak tegas dan tersebar irreguler- Kelainan yang tersebar dimana saja

tuberkulosis anak-anak bronkopneumoni tengah dan bawah

- Kelainan dengan kecenderungan untuk distribusi di bagian basal paru bronkiektasi aspirasi pneumoni hypostatic pneumoni

- Kelainan dengan tendesi untuk berlokalisasi di bagian 2/3 medial dari lapangan paru Edema paru Uremic lung Pulmonary alveolar proteinosis Penyakit-penyakit kolagen

- Kelainan dengan kecenderungan untuk distribusi di apeks atau daerah subapikal TB dewasa infeksi mikotik pada paru chronic hypereosinophilia

- Kelainan yang bertendendensi migrasi dari satu tempat ke tempat lain Loeffler's syndrome

Page 2: PR Radiologi

c. Kelainan paru dengan lesi noduler dengan batas yang tegas- Lesi noduler yang soliter

0,5-3 cm : coin lesion > 3 cm

- Multipel nodule metastasis tumor ganas Pneumoconiosis Caplan's syndrome (rheumatoid pneumoconiosis) Silo-filler's disease

- Multipel granul/miliar miliar tuberculosis histoplasmosis sarcoidosis pulmonary amyloidosis Alveolar carcinoma dari paru Metastasis

d. Kelainan paru dengan densitas bergaris (linear density)- arteri-arteri paru mengalami dilatasi

- vena-vena paru mengalami dilatasi

- lymphatic paru mengalami dilatasi

- Fibrosis peribronkial yang bertambah

- Plate-like / Linear atelektasis (Fleischner)

2. Kelainan dari parenkim paru dengan densitas menurun / radioluscent yang bertambah

a. Generatized- Pneumothoraks

- Empisema

- Idiopathic hyperluscent

- Pulmonary stenosis

- Emboli paru

b. Circumscribe- Soliter

Bleb Kavitas Bula Kista Pnematocele Hernia

- Multipel

Page 3: PR Radiologi

Kista Kavitas Honey comb Pneumatocele

3. Klasifikasi Tuberkulosis

Indonesia

TB paru dibagi atas:

Berdasarkan Hasil BTA

a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:

- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif.

- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan

radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.

- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan juga

positif.

b. Tuberkulosis paru BTA (-)

- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis dan

kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif.

- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan Mikobakterium

tuberkulosis.

Berdasarkankan golongan pasien

a. Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah pernah

menelan OAT kurang dari satu bulan.

b. Kasus kambuh (relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis

dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat

dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+) atau biakan positif. Bila BTA negatif atau

biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi aktif / perburukan dan terdapat

gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan:

- Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan dll).

Page 4: PR Radiologi

- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang berkompeten menangani

kasus tuberkulosis.

c. Kasus defaulted atau drop out (lalai)

Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan tidak mengambil obat 2

bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.

d. Kasus gagal

Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada

akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan.

e. Kasus kronik

Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai pengobatan

ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik.

f. Kasus bekas

TB Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran radiologi

paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran yang

menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung. Pada kasus dengan

gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat pengobatan OAT selama 2 bulan serta

pada foto toraks ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi.

Pembagian Tuberkulosis menurut WHO didasarkan pada terapi yang terbagi menjadi 4

kategori yaitu:

- Kategori I, ditujukan terhadap:

• Kasus baru dengan dahak positif

• Kasus baru dengan bentuk TB berat

- Kategori II, ditujukan terhadap:

• Kasus kambuh

• Kasus gagal dengan dahak BTA positif

- Kategori III, ditujukan terhadap:

• Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

• Kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I

- Kategori IV, ditujukan terhadap: TB kronik

4. IVP

Page 5: PR Radiologi

IVP (Intravenous Pyelography) adalah jenis pemeriksaan dengan menggunakan kontras.

Tujuan dari adalah untuk mendapatkan gambaran radiologi dari letak anatomi dan fisiologi

serta mendeteksi kelainan patologis dari ginjal, ureter, dan vesika urinaria. Selain itu,

BNO-IVP dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak yang tidak

dapat terlihat oleh foto polos abdomen.

a. Persiapan

Persiapan Pasien 

- Pasien makan bubur kecap saja sejak 2 hari (48 jam) sebelum pemeriksaan BNO-

IVP dilakukan.

- Pasien tidak boleh minum susu, makan telur serta sayur-sayuran yang berserat.

- Jam 20.00 pasien minum garam inggris (magnesium sulfat), dicampur 1 gelas air

matang untuk urus-urus, disertai minum air putih 1-2 gelas, terus puasa.

- Selama puasa pasien dianjurkan untuk tidak merokok dan banyak bicara guna

meminimalisir udara dalam usus. 

- Jam 08.00 pasien datang ke unit radiologi untuk dilakukan pemeriksaan, dan

sebelum pemeriksaan dimulai pasien diminta buang air kecil untuk mengosongkan

blass.

- Yang terakhir adalah penjelasan kepada keluarga pasien mengenai prosedur yang

akan dilakukan dan penandatanganan informed consent.

Persiapan Media Kontras

- Media kontras yang digunakan adalah yang berbahan iodium, dimana jumlahnya

disesuaikan dengan berat badan pasien, yakni 1-2 cc/kg berat badan.

Persiapan Alat dan Bahan

- Peralatan Steril

Wings needle No. 21 G (1 buah)

Spuit 20 cc (2 buah)

Kapas alcohol atau wipes

- Peralatan Un-Steril

Plester

Marker R/L dan marker waktu

Page 6: PR Radiologi

Media kontras Iopamiro (± 40 – 50 cc)

Obat-obatan emergency (antisipasi alergi media kontras)

Baju pasien

Tourniquet

b. Indikasi

- Renal agenesis

- Polyuria 

- BPH (benign prostatic hyperplasia)

- Congenital anomali : 

Duplication of ureter n renal pelvis

Ectopia kidney

Horseshoe kidney 

Malroration

- Hydroneprosis 

- Pyelonepritis 

- Renal hypertention

c. Kontraindikasi

- Alergi terhadap media kontras

- Pasien yang mempunyai kelainan atau penyakit jantung

- Pasien dengan riwayat atau dalam serangan jantung 

- Multi myeloma

- Neonatus 

- Diabetes mellitus tidak terkontrol/parah

- Pasien yang sedang dalam keadaan kolik

- Hasil ureum dan creatinin tidak normal

Colon in Loop

Colon in loop adalah teknik pemeriksaan secara radiologi usus besar dengan

menggunakan media kontras secara retrograde. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk

mendapatkan gambaran anatomis kolon untuk membantu menegakkan diagnosa suatu

penyakit/kelainan-kelainan pada kolon.

Page 7: PR Radiologi

a. Persiapan

- Colitis

- Diverticulum 

- Neoplasma 

- Polip 

- Volvulus

- Invaginasi

- Atresia

- Stenosis

b. Kontraindikasi

- Perforasi

- Obstruksi 

- Refleks fagal

c. Persiapan

Persiapan Pasien

- 48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah serat

- 18 jam sebelum pemeriksaan ( jam 3 sore ) minum tablet dulcolax

- 4 jam sebelum pemeriksaan ( jam 5 pagi ) pasien diberi dulkolak kapsul per anus

selanjutnya dilavement

- Seterusnya puasa sampai pemeriksaan

- 30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25 – 1 mg / oral

untuk mengurangi pembentukan lendir 

- 15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi suntikan buscopan untuk mengurangi

peristaltic usus.

 Persiapan Alat

- Pesawat sinar – x yang dilengkapi fluoroscopy

- Kaset dan film sesuai kebutuhan

- Marker

- Standart irigator dan irigator set lengkap dengan kanula dan rectal tube

Page 8: PR Radiologi

- Sarung tangan 

- Penjepit atau klem

- Spuit

- Kain pembersih

- Apron 

- Tempat mengaduk media kontras 

- Kantong barium disposible

Page 9: PR Radiologi

5.

a. Organ Intraperitoneal

S: Stomach

A: Appendix

L: Liver

T: Transverse colon

D: duodenum (pars superior)

S: Small intestines

P: Pancreas (only the tail though)

R: Rectum (satu pertiga proksimal)

S: Sigmoid colon

S: Spleen

b. Organ Retroperitoneal

S: Suprarenal gland

A: Aorta

D: Duodenum (bagian kedua dan ketiga)

P: Pankreas

U: Ureter

C: Colon (pars ascendens dan descendens)

K: Kidneys

E: Esophagus

R: Rectum

Page 10: PR Radiologi

6. Udara akan terlihat hitam karena meneruskan sinar-X yang dipancarkan dan

menyebabkan kehitaman pada film sedangkan tulang dengan elemen kalsium yang

dominan akan menyerap seluruh sinar yang dipancarkan sehingga pada film akan tampak

putih. Diantara udara dengan tulang misalnya jaringan lunak akan menyerap sebagian

besar sinar X yang dipancarkan sehingga menyebabkan keabu-abuan yang cerah

bergantung dari ketebalan jaringan yang dilalui sinar X.

Udara akan terlihat relatif banyak mengisi lumen lambung dan usus besar sedangkan

dalam jumlah sedikit akan mengisi sebagian dari usus kecil. Sedikit udara dan cairan

juga mengisi lumen usus halus dan air fluid level yang minimal bukan merupakan

gambaran patologis. Air fluid level juga dapat djumpai pada lumen usus besar, dan tiga

sampai lima fluid levels dengan panjang kurang dari 2,5 cm masih dalam batas normal

serta sering dijumpai di daerah kuadran kanan bawah. Dua air fluid level atau lebih

dengan diameter lebih dari 2,5 cm panjang atau kaliber merupakan kondisi abnormal dan

selalu dihubungkan dengan pertanda adanya ileus baik obstruktif atau paralitik.

Banyaknya udara mengisi lumen usus baik usus halus dan besar tergantung banyaknya

udara yang tertelan seperti pada keadaan banyak bicara, tertawa, merokok dan lain

sebagainya.