PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN...

85
Studi Kritis Hadis-Hadis yang Mempunyai Sebab Secara Khusus pada Buku Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual: Tela’ah Ma’ani al-Hadits tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal, dan Lokal Karya M. Syuhudi Ismail SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Peryaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.) Oleh Nurzaeni NIM: 104034001222 PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432/2011

Transcript of PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN...

Page 1: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

1

Studi Kritis Hadis-Hadis yang Mempunyai Sebab Secara Khusus

pada Buku Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual: Tela’ah

Ma’ani al-Hadits tentang Ajaran Islam yang Universal,

Temporal, dan Lokal Karya M. Syuhudi Ismail

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Peryaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)

Oleh

Nurzaeni

NIM: 104034001222

PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432/2011

Page 2: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

2

Studi Kritis Hadis-Hadis yang Mempunyai Sebab Secara Khusus

pada Buku Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual: Tela’ah

Ma’ani al-Hadits tentang Ajaran Islam yang Universal,

Temporal, dan Lokal Karya M. Syuhudi Ismail

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Peryaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)

Oleh

Nurzaeni

NIM: 104034001222

Pembimbng

Dr. Bustamin, M.Si.

NIP: 196307011998031003

PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432/2011

Page 3: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

3

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Studi Kritis Hadis-Hadis yang Mempunyai Sebab

Secara Khusus pada Buku Hadis Nabi yang Tekstual dan

Kontekstual: Tela’ah Ma’ani al-Hadits tentang Ajaran Islam yang

Universal, Temporal dan Lokal Karya M. Syuhudi Ismail telah diujikan

dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta pada 21 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.) pada Program Studi Tafsir

Hadis.

Jakarta, 21 Juni 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. Bustamin, M.Si. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M.A.

NIP: 196307011998031003 NIP: 197110031999032001

Anggota

Drs. Harun Rasyid, M.A. Rifqi Muhammad Fatkhi, M.A.

NIP: 196009021987031001 NIP: 197701202003121003

Page 4: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

i

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang tak terhingga, penulis panjatkan kehadirat Allah swt.

Karena dengan segala ke-Mahaan-Nya, penulis dapat merampungkan skripsi yang

berjudul “Studi Kritis Hadis-Hadis yang Mempunyai Sebab Secara Khusus pada

Buku Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual : Tela‟ah Ma‟ani al-Hadits tentang

Ajaran Islam yang Universal, Temporal, dan Lokal Karya M. Syuhudi Ismail.”

Shalawat beriring salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw.

beserta keluarganya, para shahabatnya, dan siapa saja yang mengikuti sunahnya

hingga akhir zaman.

Dalam penulisan skripsi ini, banyak hal yang telah dilewati, baik suka

maupun duka. Semuanya terangkum dalam setiap jejak langkah yang menjadi bagian

sejarah hidup penulis. Hal lain yang penulis sadari, bahwa proses pembuatan skripsi

ini merupakan rekaman sejarah kebaikan berbagai pihak dengan perannya masing-

masing. Karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak

yang telah memberikan bantuan, baik dalam bentuk bahan-bahan materi skripsi

maupun motivasi untuk terus bersemangat sehingga penulis dapat menyelesaikan

skrpsi ini. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zainun Kamal Fakih, M.A. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Dr. Bustamin, M.Si. selaku ketua jurusan

Tafsir Hadis, dan Ibu Dr. Lilik Umi Kultsum selaku sekertaris Jurusan Tafsir

Hadis.

Page 5: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

ii

2. Bapak Dr. Bustamin M.Si. sebagai dosen pembingbing skripsi. Penulis haturkan

terima kasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan dan saran-sarannya serta

dukungannya untuk terus berjuang menyelasaikan skripsi ini.

3. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah menyalurkan ilmunya untuk penulis kembangkan sehingga

menjadi ilmu yang bermanfaat.

4. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, Perpustakaan Utama

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan perpustakaan Iman Jama‟.

5. Kedua orang tua penulis dan adik-adik penulis yang dapat mengerti, memahami

dan selalu mendukung segala aktifitas penulis.

6. Ahmad Zaeni, S.Th.I. beserta keluarga yang sangat membantu dan sudi direpotkan

dalam penulisan skripsi ini.

7. Teman-teman di Kelapa Dua yang terlalu banyak jika disebutkan satu-persatu,

baik nama maupun bantuannya.

Sekali lagi penulis sampaikan terima kasih kepada siapapun yang tidak bisa

disebutkan namanya. Berkat dukungan dan doa mereka semua, penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Harapan penulis, skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

pribadi dan setiap orang yang membacanya.

Jakarta, 06 Juni 2011

Page 6: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

iii

Penulis

PEDOMAN TRANSLITERASI

a. Padanan Aksara

Huruf

Arab

Huruf

Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j je ج

h ha dengan garis di bawah ح

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r er ر

z zet ز

s es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis di bawah ص

d de dengan garis di bawah ض

t te dengan garis di bawah ط

z zet dengan garis di bawah ظ

koma terbalik diatas hadap kanan „ ع

gh ge dan ha غ

f ef ف

q ki ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha هـ

apostrof ` ء

y ye ي

b. Vokal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

a fathah

Page 7: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

iv

i kasra

u dammah

Adapun Vokal Rangkap

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ai a dan i ي

au a dan u و

c. Vokal Panjang

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

â a dengan topi di atas ــا

î i dengan topi di atas ــــــي

û u dengan topi di atas ـــــــو

d. Kata Sandang

Kata sandang yang dalam Bahasa Arab dilambangkan dengan huruf ال),

dialih-aksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf

qamariyyah. Contoh الشمسية = al-syamsiyyah, القمرية = al-qamariyyah.

e. Tasydîd

Dalam alih-aksara, tasydîd dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan

menggandakan huruf yang diberi tanda tasydîd itu. Tetapi hal ini tidak berlaku jika

huruf yang menerima tasydîd itu terletak setelah kata sandang yang diikuti huruf-

huruf samsiyyah.

f. Ta Marbûtah

Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf /h/. begitu juga jika ta marbûtah tersebut diikuti kata

sifat (na„t). Namun jika ta marbûtah diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf /t/.

g. Huruf Kapital

Huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Ejaan

Yang Disempurnakan (EYD). Jika nama didahulukan oleh kata sandang, maka yang

ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal

atau kata sandangnya . Contoh البخار = al-Bukhâri.

Page 8: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

v

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i

Pedoman Transliterasi ................................................................................... iii

Daftar Isi........................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah. ....................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................... 4

C. Kajian Pustaka ....................................................................... 5

D. Tujuan Penelitian. ................................................................. 6

E. Metodologi Penelitian. .......................................................... 6

F. Sistematika Penulisan. .......................................................... 7

BAB II SEKILAS TENTANG M. SYUHUDI ISMAIL ......................... 9

A. Riwayat Hidup M. Syuhudi Ismail ...................................... 9

B. Karir M. Syuhudi Ismail ....................................................... 12

C. Karya-Karya M. Syuhudi Ismail ........................................... 14

D. Gambaran Umum Buku Hadis Nabi yang Tekstual dan

Kontekstual : Telaah Ma‟ani al-Hadist tentang Ajaran

Islam yang Universal, Temporal dan Lokal .......................... 16

BAB III METODOLOGI M. SYUHUDI ISMAIL DALAM MELACAK

SANAD DAN MATAN HADIS SERTA PEMIKIRANNYA

PADA DISIPLIN ILMU HADIS ................................................ 22

A. Kaidah Kesahihan Sanad dan Matan Hadis .......................... 22

Page 9: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

vi

B. Metodologi Penelitian Hadis Nabi ....................................... 27

C. Pemikiran M. Syuhudi Ismail Pada Suatu Hadis .................. 36

BAB IV STUDY KRITIS SANAD, MATAN, DAN PEMIKIRAN

M. SYUHUDI ISMAIL .............................................................. 38

A. Hadis Tentang Yang Tidak Menyayangi Tidak Disayangi .. 38

B. Hadis Tentang Urusan Dunia ................................................ 43

C. Hadis Tentang Mandi Pada Hari Jumat ................................ 48

D. Hadis Tentang Kewajiban Mandi Pada Hari Jumat .............. 55

E. Hadis Tentang Syair (Puisi) dan Nanah ................................ 60

F. Hadis Tentang Syair dan Hikmah ......................................... 65

BAB V PENUTUP.................................................................................... 72

A. Kesimpulan. .......................................................................... 72

B. Saran-Saran. .......................................................................... 73

Daftar Pustaka.......................................................................................... 75

Page 10: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu hadis melewati beberapa fase, salah satunya adalah fase

pembukuan. Hadis-hadis Nabi saw. mulai dibukukan secara resmi pada masa

pemerintahan „Umar bin „Abd al-„Azîz (99-101 H). Akan tetapi, ada beberapa dari

kalangan sahabat Nabi yang secara pribadi mengumpulkan dan menulis hadis-hadis

sebelum masa pemerintahan „Umar bin „Abd al-„Azîz. Mengenai hadis-hadis

tersebut, para ulama membagi hadis-hadis yang memiliki kedudukan terbaik pada

masa itu menjadi beberapa bagian:

1. Al-Sahîfah al-Sâlihah. Naskah yang berisi hadis-hadis yang diriwayatkan

oleh Abû Hurairah ra. dan ditulis langsung oleh muridnya, Humâm bin

Munabbih. Naskah ini disebut juga dengan Sahîfah Humâm.

2. Al-Sahîfah Sadîqah. Naskah ini ditulis langsung oleh „Abdullâh bin „Amr

bin „As. Ia dinilai oleh Abû Hurairah ra. memiliki pengetahuan yang lebih

mengenai hadis-hadis Nabi Muhammad saw. Ia juga merupakan sahabat

yang telah mendapat restu langsung dari Nabi untuk menulis hadis-

hadisnya, walaupun dalam kondisi Nabi yang tidak memungkinkan.

3. Sahîfah Samurah bin Jundub. Naskah ini tersebar dikalangan para ulama,

isinya banyak mengandung sains.

Page 11: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

2

4. Sahîfah Jabir bin „Abdullâh. Ia adalah sahabat yang banyak mencatat

hadis-hadis Nabi Muhammad saw. mengenai ibadah haji dan khutbah

Nabi pada haji Wada„.

Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa sebelumnya telah ada upaya

penulisan hadis yang didasarkan atas kepentingan sahabat tersendiri, jauh dari

legalitas yang diperintahkan oleh „Umar bin „Abd al-„Azîz.1 Hal ini tentunya

mempersempit dugaan adanya peluang terkontaminasinya hadis-hadis tersebut.

Mengenai suatu hadis, jika ada keterangan dari Nabi Muhammad saw. yang

(tampak) berseberangan dengan ayat-ayat al-Qur‟an, maka di situlah sering terjadi

perbedaan pemahaman maknanya. Di sisi lain, sebagaimana disinyalir dalam al-

Qur‟an, Nabi Muhammad saw. selain dinyatakan sebagai Rasûlullâh, beliau juga

merupakan seorang manusia dengan segala sifat dan fungsinya yang begitu kompleks.

Seperti, menjadi kepala negara, pemimpin masyarakat, panglima perang, hakim dan

lain sebagainya, sehingga ketika memahami ucapan, perbuatan, dan taqrîr-nya2 perlu

diketahui perannya saat itu.3

Dalam memahami hadis, seseorang harus mengetahui kondisi sanad dan

matannya. Selain itu, harus mengetahui situasi dan kondisi yang terjadi ketika Nabi

mengeluarkan hadis, misalnya dengan mengetahui asbâb al-wurûd hadîts. Kemudian,

perlu juga mengetahui tentang sifat-sifat hadis tersebut, apakah bersifat umum

ataukah kejadiannya memang bersifat khusus. Hal itu semua sangat diperlukan guna

mendapatkan pemahaman yang tepat mengenai suatu hadis.

1 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

(Mizan: Bandung, 1992) h. 129. 2 Pembenaran yang dilakukan dengan cara diamnya Nabi Muhammad saw. terhadap

perbuatan yang dilakukan seseorang. 3 M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual: Tela‟ah Ma‟ani al-Hadits

Tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal. (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1994) h. 5.

Page 12: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

3

Banyak ulama dengan berbagai karyanya berusaha menyajikan metode untuk

memahami hadis. Tetapi, kebanyakan dari mereka bukan berasal dari Indonesia, yang

tentunya karya-karyanya pun bukan berbahasa Indonesia. Hal ini berdampak pada

minimnya literatur-literatur maupun bahan bacaan yang memudahkan dalam

memahami ilmu hadis. Meskipun begitu, ada beberapa ulama Indonesia yang

menaruh perhatian terhadap perkembangan ilmu hadis di Indonesia. Salah satunya

adalah M. Syuhudi Ismail, melalui pemikiran serta karya-karya inovatifnya dalam

bidang hadis, ia memberikan wacana pemahaman yang amat baik dan menguraikan

teori yang memudahkan dalam memahami hadis. Di antara karya beliau yang sangat

membantu dalam memahami hadis adalah buku Hadis Nabi yang Tekstual dan

Kontekstual: Tela‟ah Ma‟ani al-Hadits tentang Ajaran Islam yang Universal,

Temporal dan Lokal. Untuk lebih memahami karya beliau, penulis beusaha

mengkritisi hadis yang terdapat pada buku tersebut.

Setelah menguraikan latar belakang pemikiran di atas, penulis berusaha

merumuskannya dalam sebuah judul skripsi, yaitu “Studi Kritis Hadis-Hadis yang

Mempunyai Sebab Secara Khusus pada Buku Hadis Nabi yang Tekstual dan

Kontekstual: Tela’ah Ma’ani al-Hadits tentang Ajaran Islam yang Universal,

Temporal dan Lokal Karya M. Syuhudi Ismail.”

Beberapa hal yang membuat penulis memilih studi kritis hadis pada buku M.

Syuhudi Ismail ini antara lain karena karya-karya beliau yang begitu penting terhadap

perkembangan hadis di Indonesia, juga karena beliau tidak menerangkan silsilah

sanad hadis dan tidak pula menjabarkan kualitas hadis pada bukunya. Karena itu,

penulis ingin menguraikan hadis-hadis yang terdapat pada buku tersebut untuk lebih

Page 13: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

4

mengetahui kondisi sanad dan matannya, serta lebih memahami pemikiran M.

Syuhudi Ismail mengenai hadis-hadis tersebut.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Seperti telah diuraikan dalam latar belakang masalah, bahwa M. Syuhudi

Ismail pada buku Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual: Tela‟ah Ma‟ani al-

Hadits tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal tidak

mencantumkan silsilah sanad. Ia hanya mengatakan bahwa hadis-hadis tersebut

keadaannya sahih, demikian juga dengan keotentikan matannya.

Pada buku tersebut, terdapat banyak tema hadis yang menjadi pembahasan.

Sehingga, ketika penulis membahasnya akan menjadi pembahasan yang terlalu luas.

Seperti pembahasan hadis yang berkaitan dengan Jawami‟ al-Kalim, Bahasa Tamsil,

Ungkapan Simbolik, Bahasa Percakapan, Ungkapan Analogi, dan lain-lain. Dari

sekian tema yang ada pada buku itu, penulis membatasi dengan membahas dan

mengkritisi sanad dan matan serta pemikiran M. Syuhudi Ismail dalam hadis-hadis

yang terdapat pada bab Hadis yang Mempunyai Sebab Secara Khusus yang terdiri

dari enam hadis yang menjadi pokok pembahasan penulis. Selain itu, karena hadis-

hadis tersebut memiliki asbâb al-wurûd yang menjadi salah satu landasan dalam

memahami hadis.

Setelah membatasi masalah, maka perumusan masalahnya adalah Bagaimana

kondisi sanad dan matan hadis-hadis yang menjadi bahan kajian penulis? Bagaimana

pola pemikiran M. Syuhudi Ismail terhadap hadis-hadis tersebut?

Page 14: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

5

C. Kajian Pustaka

Kajian mengenai hadis dan pemikiran M. Syuhudi Ismail memang telah

beberapa kali dibahas. Di antaranya, penulis menemukan disertasi yang berjudul

Pembaharuan Pemikiran tentang Hadits Nabi Muhammad saw. di Indonesia (Studi

atas Pemikiran M. Syuhudi Ismail).4 Pada disertasi ini, penulisnya hanya

mengkonsentrasikan pemikiran M. Syuhudi Ismail saja tanpa menganalisa hadis-

hadisnya, baik sanad maupun matannya.

Selain itu, penulis menemukan skripsi yang berjudul Kontribusi M. Syuhudi

Ismail dalam Perkembangan Ilmu Hadis di Indonesia.5 Pada Skripsi ini, ia lebih

fokus pada pemikiran karya-karya M. Syuhudi Ismail dalam mengembangkan

pemahaman mengenai hadis-hadis. Dengan demikian, skripsi ini tidak membahas

mengenai sanad dan matan hadis. Ia juga tidak membahas mengenai orientasi dan

latar belakang M. Syuhudi Ismail mengembangkan pemikirannya berkaitan dengan

hadis-hadis.

Di antara kajian mengenai M. Syuhudi Ismail tersebut, tidak ada satupun yang

mengkaji dan menyinggung secara khusus tentang sanad dan matan hadis-hadis yang

mempunyai sebab secara khusus pada buku Hadis Nabi yang Tekstual dan

Kontekstual: Tela‟ah Ma‟ani al-Hadits tentang Ajaran Islam yang Universal,

Temporal dan Lokal. Oleh karena itu, penulis menemukan ruang kosong dalam

khazanah kepustakaan Islam yang dibahas secara khusus. Dengan ini, penulis

berharap bisa mendeskripikannya menjadi pembahasan tentang “Studi Kritis Hadis-

4 Arifudin Ahmad, “Pembaharuan Pemikiran tentang Hadis Nabi Muhammad saw. di

Indonesia (Studi atas Pemikiran M. Syuhudi Ismail).” (Disertasi S3 Pasca Sarjana IAIN Jakarta, 1999). 5 Lili Rusli. “Kontribusi M. Syuhudi Ismail dalam Perkembangan Ilmu Hadis Di Indonesia.”

(Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004)

Page 15: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

6

hadis yang Mempunyai Sebab Secara Khusus pada Buku Hadis Nabi yang Tekstual

dan Kontekstual: Tela‟ah Ma‟ani al-Hadits tentang Ajaran Islam yang Universal,

Temporal dan Lokal. Karya M. Syuhudi Ismail.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk lebih mengetahui kualitas sanad dan matan hadis yang menjadi

bahan kajian penulis.

2. Memahami pemikiran M. Syuhudi Ismail terhadap hadis-hadis tersebut.

3. Guna melengkapi salah satu persyaratan pada akhir program S1 Fakultas

Ushuludin dan Filsafat Jurusan Tafsir Hadis, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, dalam meraih gelar S.Ud.

E. Metodologi Penelitian

Pada penelitian ini, metode yang penulis gunakan adalah metode kepustakaan

(Library Research). Penulis mencoba mengumpulkan data, lalu dielaborasi dan

dianalisa sesuai dengan kajian yang hendak penulis kritisi. Dengan langkah inilah

penulis mendapatkan sumber data. Adapun sumber data primer yang menjadi rujukan

penulis adalah Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual: Tela‟ah Ma‟ani al-Hadits

tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal. Kaidah Kesahihan Sanad

Hadis (Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah) dan Metodologi

Penelitian Hadis Nabi, semuanya karya M. Syuhudi Ismail. Untuk metode pencarian

dan penelitian kualitas hadis, penulis menggunakan metode yang umum dipakai oleh

ulama hadis. Di antaranya Syu„aib al-Arna‟ût dan Al-Albânî. Selanjutnya, penulis

Page 16: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

7

merujuk penilaian kedua ulama tersebut, karena sesuai dengan metode yang penulis

tempuh.

Sedangkan sumber skundernya adalah al-Mu„jam al-Mufahrâs Li Alfâz al-

Hadîst al-Nabawî. Karya A.J. Weinsinck, serta buku, artikel dan sumber lainnya yang

berkaitan dengan judul yang penulis bahas.

Dalam pembahasan skripsi ini, penulis menggunakan metode “Deskriptif

Analitif”, yaitu memberi gambaran pemikiran M. Syuhudi Ismail dan menganalisa

secara kritis hadis-hadis yang menjadi kajian penulis melalui data dan sumber yang

penulis peroleh.

Di samping itu, dalam mencapai penulisan yang baik dan benar sebagaimana

layaknya sebuah karya tulis. Maka penulis berpedoman pada buku “Pedoman

Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007”.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini penulis susun dalam lima bab, yaitu:

Bab pertama adalah pendahuluan. Pada bab ini, penulis mengemukakan

gambaran secara umum mengenai skripsi yang akan penuulis bahas, di antaranya

mengenai latar belakang masalah yang merupakan uraian singkat landasan pemilihan

bahan kajian, pembatasan dan perumusan masalah yang memperjelas topik

pembahasan, kajian pustaka sebagai bahan perbandingan dengan kajian lainnya,

tujuan penulisan, metodologi penelitian sebagai langkah-langkah proses penelitian

dalam kajian ini, dan sistematika penulisan.

Bab kedua mengenai sekilas tentang M. Syuhudi Ismail, dalam hal ini biografi

dan karya-karya M. Syuhudi Ismail penulis tampilkan. Yaitu mengenai riwayat hidup

Page 17: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

8

M. Syuhudi Ismail, karir intelektual M. Syuhudi Ismail, dan sekilas tentang karya-

karya M. Syuhudi Ismail. Tujuannya adalah untuk lebih mengenal tokoh yang

pemikirannya menjadi pembahasan dalam skripsi ini. Pada bab ini penelitian terhadap

buku Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual: Tela‟ah Ma‟ani al-Hadits tentang

Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal lebih diutamakan.

Bab ketiga, mengenai metodologi M. Syuhudi Ismail dalam melacak sanad

dan matan hadis serta pemikirannya pada disiplin ilmu hadis. Pada bab ini, sebelum

penulis mengemukakan metodologi yang disampaikan oleh M. Syuhudi Ismail,

terlebih dahulu penulis akan mengemukakan kaidah kesahihan sanad dan matan hadis

sebagai prapemahaman penelitaian hadis. Setelah itu, penulis mengemukakan tentang

metodologi yang menjadi acuannya dalam menyelesiakan dan memberikan

pemahaman mengenai sebuah hadis. Kemudian dibahas mengenai pemikiran M.

Syuhudi Ismail pada suatu hadis berlandaskan teori-teori yang telah dikemukakan

sebelumya.

Bab keempat adalah tentang studi kritis sanad, matan, dan pemikiran M.

Syuhudi Ismail. Pada bab ini penulis akan membahas hadis-hadis yang akan dikritisi

sanad dan matannya dengan metode yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.

Selanjutnya, penulis juga akan menelusuri pemikiran M. Syuhudi Ismail mengenai

hadis-hadis tersebut.

Bab kelima adalah penutup. Dalam bab ini penulis akan memberikan

kesimpulan yang diikuti dengan saran-saran.

Page 18: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

9

BAB II

SEKILAS TENTANG M. SYUHUDI ISMAIL

A. Riwayat Hidup M. Syuhudi Ismail

Muhammad Syuhudi Ismail bin H. Ismail bin Mistin bin Soemohardjo

dilahirkan di Rowo Kangkung, Lumajang, Jawa Timur pada tanggal 23 April

1943 M, sebuah desa yang terletak kurang lebih 20 KM dari Kabupaten

Lumajang, atau sekitar 170 KM dari timur kota Surabaya.1 Ayahnya, H. Ismail,

yang berasal dari suku Madura adalah seorang saudagar yang taat beragama.

Sedangkan ibunya, Sufiyatun, berasal dari keturunan suku Jawa yang sangat

perhatian dan penuh motivasi terhadap pendidikan anaknya.

Pendidikan awal M. Syuhudi Ismail dimulai dari Sekolah Rakyat Negeri

(SRN), tepatnya ketika ia berusia enam tahun, yaitu tahun 1949 M. Selama enam

tahun ia menempuh pendidikan dasar di Sidorejo, yang tidak lain masih di

Kabupaten Lumajang, hingga tahun 1955 M. dan mendapatkan ijazah di sekolah

tersebut.2

Di samping itu, M. Syuhudi Ismail juga mendalami ilmu-ilmu keagamaan

di waktu pagi dan sore dengan bimbingan orang tuanya. Selain dengan orang

tuanya, ia juga mendalami ilmu keagamaannya pada seorang ulama dari salah satu

pesantren di Jember, Jawa Timur, yang bernama Kiyai Mansur. Pada kiyai itu, ia

1 A. Arifudin, Pembaharuan Pemikiran tentang Hadis Nabi Muhammad saw. di

Indonesia: Study atas Pemikiran M. Syuhudi Ismail (Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

1999), h. 35. 2 M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits (Bandung : Angkasa, 1987) cet. 10. h. iii.

Page 19: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

10

amat tekun dalam mempelajari ilmu-ilmu keagamaan sehingga dapat menguasai

beberapa ilmu keagamaan.3

Setelah menamatkan pendidikannya di Sekolah Rakyat Negeri, selanjutnya

pada usia dua belas tahun, tepatnya tahun 1955 M, ia melanjutkan pendidikan

formalnya pada Sekolah Pendidikan Agama Negeri di daerah Malang. Selama tiga

tahun ia bergelut dengan pendidikan keguruan dalam bidang agama, hingga

akhirnya ia menamatkan studinya pada tahun 1959 M. dan mendapatkan ijazah.

Pasca memperoleh Ijazah Keguruan Agama, ia diminta ayahnya untuk

mengabdikan diri menjadi guru pada sebuah madrasah di daerahnya, Rowo

Kangkung. Namun permintaan orang tuanya tersebut ditolak dengan alasan ia

masih ingin mendalami pendidikan formalnya. Oleh karena itu, ia melanjutkan

studi formalnya di Sekolah Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN) pada tahun

1959 M. di Yogyakarta.4 Setelah tiga tahun lamanya menempuh pendidikan

hakim, akhirnya M. Syuhudi Ismail mendapatkan Ijazah di instansi pendidikan

tersebut. Kemudian ia diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di

lingkungan Pengadilan Agama di daerah Ujung Pandang, Sulawesi Selatan. Di

sana, M. Syuhudi Ismail tidak hanya mengabdikan diri kepada negara, ia juga

menyempatkan waktu untuk melanjutkan studinya di Institut Agama Islam Negeri

Ujung Pandang. Sebuah Perguruan Tinggi yang bernama IAIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta cabang Makasar dan kemudian perguruan itu lebih populer dengan

sebutan IAIN Alaudin.

Sesuai dengan latar belakang pendidikan dan keinginannya yang kuat

untuk memperdalam pendidikan hakim, ia memutuskan untuk memperdalam

3 Arifudin, Pembaharuan Pemikiran, h. 36.

4 Ismail, Pengantar Ilmu Hadits, cet. 10. h. iii.

Page 20: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

11

ilmunya pada Fakultas Syariah di institut tersebut. Akhirnya pada tahun 1969 M.

ia lulus dan mendapatkan gelar Sarjana Muda IAIN dengan mengajukan karya

ilmiah yang berjudul “Tempus Delictus Dalam Hukum Pidana Islam”.5

Selama masa tugas dan pendidikannya di Ujung Pandang, M. Syuhudi

Ismail yang telah berusia 22 tahun berjumpa dengan Habiba binti H. Sanusi yang

kemudian dipersuntingnya pada tanggal 26 Oktober tahun 1965 M. Dengan gadis

berdarah Bugis kelahiran Pare-Pare tersebut, ia dikaruniai lima orang buah hati.

Mereka adalah Yunida Indriani, Khairul Muttaqien, Muhammad Fuad Fathany,

Muhammad Ahsan dan Muhammad Irfan.6

Setelah lulus dari IAIN dengan gelar Sarjana Muda, ia melanjutkan

pendidikan formalnya ke tingkat sarjana lengkap pada Fakultas Syariah di tempat

yang sama dan tamat pada tahun 1973 M., dengan skripsi yang berjudul

“Pelaksanaan Syariat Islam di Indonesia”. Setelah menyelesaikan studinya di

IAIN Alaudin dengan mendapatkan gelar sarjana lengkap, ia melanjutkan

pendidikannya pada Studi Purna Sarjana (SPS) di Yogyakarta hingga lulus pada

tahun 1979 M.7 Tidak sampai disitu, ia pun melanjutkan studinya ke jenjang yang

lebih tinggi dengan mengikuti program pascasarjana di IAIN Syarif Hidayatullah

Jakarta (sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dan tamat pada tahun1985 M.8

Beberapa selang waktu setelah menamatkan pendidikan S2 di Pascasarja

IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ia melanjutkan studi doktoralnya di insitut yang

sama. Pada masa itu, disertasinya yang berjudul “Kaidah Kesahihan Sanad

Hadis: Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah”

5 Ismail, Pengantar Ilmu Hadits,cet. 10. h. iii.

6 M. Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis: Telaah Kritis dan Tinjauan

dengan Pendekatan Ilmu Sejarah (Jakarta: Bulan Bintang, 1995). Cet. III. h. vii. 7 Ismail, Pengantar Ilmu Hadits,cet. 10. h. iii.

8 Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis, Cet. III. h. 269.

Page 21: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

12

mendapatkan tanggapan baik dari berbagai pihak, sehingga beberapa penerbit

berkeinginan untuk menerbitkan karyanya tersebut. Di sisi lain, M. Quraish

Shihab, salah seorang dosen promotor karya M. Syuhudi Ismail memberikan

komentar bahwa M. Syuhudi Ismail adalah peraih gelar doktoral Ilmu Hadis

pertama yang dihasilkan oleh IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan memperoleh

yudisium “Amat Baik”. Ia juga memperoleh piagam sebagai “Doktor Terbaik”

dari Rektor dalam acara wisuda IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lebih jauh, M.

Syuhudi Ismail merupakan satu-satunya mahasiswa yang memperoleh dua

predikat kehormatan akademik sepanjang IAIN Syarif Hidaytullah Jakarta

melaksanakan program doktornya.9

B. Karir M. Syuhudi Ismail

Sejauh pengamatan penulis, karir M. Syuhudi Ismail diawali dengan

menjadi pegawai Pengadilan Agama Tinggi (Mahkamah Syar„iyyah) di Ujung

Pandang, Sulawesi Selatan dari tahun 1962 hingga tahun 1970 M. Lalu pada tahun

1967 M., ia diangkat sebagai dosen luar biasa di Institut Agama Islam Negeri

Ujung Pandang, dan pada tahun 1970 M. ia diangkat sebagai dosen tetap pada

institut tersebut. Saat itu, ia lebih berkonsentrasi pada karirnya di bidang

pendidikan sehingga ia meninggalkan pekerjaannya sebagai pegawai Pengadilan

Agama Tinggi.10

Integritasnya dalam bidang pendidikan dapat terlihat dari kegiatannya

memberikan kuliah di berbagai Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta dari tahun

9 Muhammad Quraish Shihab dalam Sekapur Sirih, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis:

Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah karya M. Syuhudi Ismail (Jakarta:

Bulan Bintang, 1995). Cet. III. h. xvi-xvii. 10

Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis, Cet. III. h. v.

Page 22: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

13

1973 M. hingga tahun 1985 M. Di antaranya, ia memberikan kuliah di Fakultas

Syariah IAIN Alaudin, Makasar (sejak tahun 1967 M.), di Fakultas Tarbiyah

UNISMUH Makasar di Ujung Pandang dan Enkrekang (sejak tahun 1974-1979

M.), di Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Syariah Universitas Muslim Indonesia

(sejak tahun 1976-1982 M.). Selain itu, M. Syuhudi Ismail juga aktif dalam

memberikan pendidikan agamanya di pesanteran IMMIM Tamalenrea Ujung

pandang, sejak tahun 1973 M. hingga tahun 1978 M.11

Selain mengajar, ia juga

bertugas sebagai Kepala Bagian Mahasiswa dan Alumni IAIN Alaudin Ujung

Pandang hingga tahun 1978 M. Di samping itu, ia sempat menjabat sebagai

sekretaris KOPERTAIS Wilayah VIII Provinsi Sulawesi dari tahun 1974 M.

samapai tahun 1983 M. Selanjutnya, pada priode ini pula, tepatnya dari tahun

1979 M. hingga tahun 1982 M., ia menjabat sebagai sekretaris al-Jam„iyyah IAIN

Alaudin.

Selain aktif dalam berbagai macam bidang keilmuan, M. Syuhudi Ismail

juga aktif dalam berbagai macam kegiatan sosial kemasyarakatan. Hal itu terbukti

dari kemampuannya dalam berafiliasi dan bergabung membesarkan organisasi-

organisasi kemasyarakatan. Misalnya ia aktif di Majlis Tarjih Dewan Wilayah

Sulawesi Selatan. Pada organisasi tersebut ia diangkat menjadi Tim Penentuan

Arah Kiblat Masjid al-Markaz al-Islami. Di tempat lain, keaktifannya dalam

organisasi juga dibuktikan dengan membuat wadah untuk kalangan intelektual. Di

organisasi ini, M. Syuhudi Ismail membuat forum diskusi dalam rangka

menampung aspirasi kalangan masyarakat menengah ke atas yang mencintai dan

haus akan ilmu keagamaan. Dalam wadah ini, ia dipercaya sebagai ketua

11

Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis, Cet. III. h. iv.

Page 23: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

14

umumnya. Lebih jauh, pada tanggal 7 Desember 1990 M., M. Syuhudi Ismail juga

pernah menjadi Sekretaris Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI)

untuk Korwil Sulawesi Selatan.12

Kegigihan dan keuletan M. Syuhudi Ismail dibuktikan lewat

keintegrasiannya baik di dunia pendidikan maupun organisasi sehingga hasil

karya dan sepak terjangnya mendapatkan tanggapan positif dari berbagai

kalangan. Namun ketika berada dalam puncak karirnya, ia dipanggil oleh Yang

Maha Kuasa. M. Syuhudi Smail wafat setelah dirawat di Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo, tepatnya pada hari Ahad, 19 Nopember 1995 M. dan

dikebumikan di pekuburan Islam (Arab), Bontoala, Ujung Pandang.

C. Karya-Karya M. Syuhudi Ismail

M. Syuhudi Ismail merupakan sosok intelektual yang banyak

menghasilkan karya. Di tengah kesibukannya, ia masih sempat menulis berbagai

macam karya ilmiah, mulai dari permasalahan agama hingga permasalahan

umum. Namun di antara karya-karyanya, M. Syuhudi Ismail lebih fokus pada

bidang hadis.

M. Syuhudi Ismail banyak menghasilkan tulisan yang dicetak dalam

bentuk buku, di antara buku-bukunya adalah:

1. Kaidah Kesahihan Sanad Hadis: Telaah Kritis dan Tinjauan dengan

Pendekatan Ilmu Sejarah (Bulan Bintang, Jakarta, 1988 M.).

2. Pengantar Ilmu Hadits (Angkasa, Bandung, 1988 M.)

3. Dampak Penyebaran Hadis Palsu (Berkah, Makasar, 1989 M.)

12

M. Syafi‟i Anwar, Pemikiran Aksi Islam Indonesia: Sebuah Kajian Politik Tentang

Cendikiawan Muslim Orde Baru (Jakarta: Paramadina, 1995) h. 251.

Page 24: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

15

4. Cara Praktis Mencari Hadis (Bulan Bintang, Jakarta, 1991 M.)

5. Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Bulan Bintang, Jakarta, 1993 M.)

6. Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual: Tela‟ah Ma‟ani al-Hadits

tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal (Bulan

Bintang, Jakarta, 1994) .13

Selain itu, banyak juga tulisan beliau yang berupa makalah, artikel,

ensiklopedi, dan lain-lain. Antaralain adalah:

1. Beberapa Hadits Populer dalam Masyarakat (Makalah, Ujung Pandang,

1982 M.).

2. Sistem Pemahaman dan Pendalaman al-Hadits (Makalah Fakultas Syriah

IAIN Alaudin Ujung Pandang, 1982 M.).14

3. Imam Bukhari dan Beberapa Keistimewaannya (Artikel, surat kabar

terbitan Jakarta, 1975 M.).

4. Metode Penelitian Hadis Ditinjau dari Metode Penelitian Sejarah (Pidato

Ilmiah, IAIN, 1980 M.).15

5. Penelaahan Hadits dalam Usaha Pemecahan Masalah Hukum Sebelum

Penggunaan Metode Ijtihad, (Paper, Kelompok Studi dan Riset Ilmu-

Ilmu Keislaman, Ujung Pandang, 1981 M.).

6. Pembahagian Hadits Nabi dan Tingkatannya (Pascasarjana, 1984 M.).

7. Hadits-Hadits Nabi Tentang Hukum dan Peradilan (Pascasarjana, 1985

M.).

13

M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual: Tela‟ah Ma‟ani al-

Hadits tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal (Buku, Bulan Bintang, Jakarta,

1994). M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Buku, Bulan Bintang, Jakarta,

2007) 14

Ismail, Pengantar Ilmu Hadits, cet. 10. h. iii. dan h. 191. 15

Ismail, Pengantar Ilmu Hadits, cet. 10. h. iii-v. dan h. 191

Page 25: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

16

8. Pembahasan Kitab-kitab Hadits (Diktat, Ujung Pandang, 1986 M.).16

9. Hadits Shahih (Ensiklopedi Islam, Depag, 1985 M.).

10. Hadits Hasan (Ensiklopedi Islam, Depag, 1985 M.).

11. Hadits Dha‟if (Ensiklopedi Islam, Depag, 1985 M.).

12. Abu Hurairah (Ensiklopedi Islam, Depag, 1985 M.).

13. Ibnu Majah (Ensiklopedi Islam, Depag, 1985 M.).

14. Al-Turmudzi (Ensiklopedi Islam, Depag, 1985 M.).17

D. Gambaran Umum Buku Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual:

Tela’ah Ma’ani al-Hadits tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal

dan Lokal

Buku Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual: Tela‟ah Ma‟ani al-

Hadits tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal adalah salah

satu karya terbaik M. Syuhudi Ismail yang berisi kumpulan hadis-hadis nabi yang

sahih. Buku ini berisi enam bab. Pada setiap bab dilengkapi hadis-hadis yang

sesuai dengan judul babnya, kecuali bab enam yang berisi penutup dan merupakan

jawaban dari semua hadis yang telah disampaikan.

Buku ini merupakan naskah pidato yang disampaikan oleh M. Syuhudi

Ismail dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar (berdasarkan Keputusan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan RI, tanggal 30 juni 1993) di hadapan Rapat Senat

Terbuka Luar Biasa IAIN Alaudin Ujung Pandang Makasar pada tanggal 26

Maret 1994 M. Sebagian yang hadir menyarankan kepada M. Syuhudi Ismail,

agar pidato tersebut segera diterbitkan. Bahkan, salah satu lembaga penerbitan di

16

Ismail, Pengantar Ilmu Hadits, cet. 10. h. iii-iv. 17

Ismail, Pengantar Ilmu Hadits, cet. 10. h. iii-iv. M. Syuhudi Ismail, Cara Praktis

Mencari Hadis (Bulan Bintang: Jakarta, 1999) cet ke-2. h. 96

Page 26: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

17

Ujung Pandang sempat mengemukakan kesediannya untuk menerbitkan naskah

pidato tersebut. Setelah pidato, M. Syuhudi terlibat dalam beberapa diskusi ilmiah

tentang pemahaman hadis Nabi, sehingga ia menyimpulkan bahwa penerbitan

naskah pidato tersebut tampaknya bermanfaat.18

Pada dasarnya, judul buku ini sesuai dengan judul naskah pidatonya, yaitu

“Pemahaman Hadis Nabi Secara Tekstual dan Kontekstual (Telaah Ma„ani al-

Hadits tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal, dan Lokal). Namun untuk

penerbitan, maka judul tersebut direvisi menjadi Hadis Nabi yang Tekstual dan

Kontekstual: Tela‟ah Ma‟ani al-Hadits tentang Ajaran Islam yang Universal,

Temporal dan Lokal.19

Buku ini diterbitkan kurang lebih satu tahun sebelum M. Syuhudi Ismail

meninggal, yaitu pada tanggal 1 Muharram 1415 H./11 Juni 1994 M. Penerbitnya

adalah PT. Bulan Bintang, Jalan Kramat Kwitang I No. 8 Jakarta 10420.20

Buku

yang berisi 96 halaman ini berusaha memaparkan makna beberapa hadis ditinjau

dari berbagai aspek, sehingga menghasilkan pemahaman yang sesuai dengan teks

maupun konteksnya. Untuk lebih jelasnya, penulis akan menguraikan secara

singkat setiap bab dari buku ini sebagai berikut :

1. Bab I

Bab yang berisi pendahuluan ini adalah gambaran umum tentang

pemahaman hadis dari sudut pandang peran Nabi yang begitu kompleks

sehingga menghasilkan berbagai kemungkinan makna. Perihal sebab yang

menyertai hadis juga dijadikan acuan untuk lebih memahami makna yang

dikandungnya. Selain itu, mengenai hadis yang mempunyai kedudukan

18

Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual, h. v. 19

Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual, h. vi 20

Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual, h. vi.

Page 27: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

18

sahih tetapi tampak saling bertentangan, dimungkinkan pemahamannya

secara tekstual maupun kontekstual. Pada akhirnya dalam berbagai hadis

Nabi, terkandung ajaran Islam yang bersifat universal, temporal, dan atau

lokal.21

2. Bab II

Bab kedua membahas sekitar bentuk matan hadis Nabi dan cakupan

petunjuknya. Pada bab ini, M. Syuhudi Ismail membaginya menjadi lima

klasifikasi. Pertama, Jawami‟ al-Kalim (ungkapan singkat namun padat

makna) yang berisi hadis-hadis tentang Kemampuan Nabi mengemukakan

jawami‟ al-kalim, Perang itu siasat, Minuman khamar, dan Mahram karena

susuan. Kedua, Bahasa Tamsil (perumpamaan) yang berisi hadis-hadis

tentang Persaudaraan atas dasar iman (1), Persaudaraan atas dasar iman (2),

Kembali dari haji seperti bayi, dan Dunia sebagai penjara. Ketiga, Ungkapan

Simbolik (ramzi) yang berisi hadis-hadis tentang Dajjal, Tuhan “turun” ke

langit dunia, dan Ususnya orang mukmin dan orang kafir. Keempat, Bahasa

Percakapan (dialog) yang berisi hadis-hadis tentang Amalan yang utama (1),

Amalan yang utama (2), Amalan yang utama (3) Amalan yang utama (4),

Kata kunci tentang iman, dan Berbuat adil kepada anak. Kelima, Ungkapan

Analogi (qiyasi) yang berisi hadis-hadis tentang Warna kulit anak dan

ayahnya, Penyaluran hasrat seksual yang bermakna sedekah.22

3. Bab III

Pada bab ketiga dibahas mengenai kandungan sembilan hadis yang

dihubungkan dengan fungsi Nabi Muhammad saw. Di antaranya Lima

21

Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual, h. 3-7. 22

Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual, h. 9.

Page 28: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

19

keutamaan Nabi Muhammad, Para pelukis yang disiksa, Kepala negara

dari suku Quraisy (1), Kepala negara dari suku Quraisy (2), Pemimpin dari

suku Habsyi, Keharaman keledai kampung, Keterbatasan pengetahuan

hakim, Hakim berijtihad, dan Cara Nabi berbaring.23

4. Bab IV

Kali ini, M. Syuhudi Ismail menerangkan tentang petunjuk hadis

Nabi yang dihubungkan dengan latar belakang terjadinya. Pembahasan

dalam bab keempat ini dibagi menjadi tiga kategori. Pertama, Hadis yang

tidak Mempunyai Sebab Secara Khusus. Berisi hadis-hadis tentang

Keimanan pezina, pencuri, dan peminum khamar, Kewajiban menunaikan

zakat al-fitri, Rukyah dan hisab, dan Berpuasa karena melihat bulan.

Kedua, Hadis yang Mempunyai Sebab Secara Khusus. Berisi hadis-hadis

tentang Yang tidak menyayangi tidak disayangi, Urusan dunia, Mandi

pada hari jum‟at, Kewajiban mandi pada hari jum‟at, Syair (puisi) dan

nanah, dan Syair dan hikmah. Ketiga, Hadis yang Berkaitan dengan

Keadaan yang Sedang Terjadi. Berisi hadis-hadis tentang Setan dibelenggu

dalam bulan Ramadhan, Wanita menjadi pemimpin, Mematikan lampu

tatkala hendak tidur, Memlihara jenggot dan kumis.24

5. Bab V

Pembahasan terakhir adalah tentang petunjuk hadis Nabi yang

tampak saling bertentangan. Dalam bab ini, hadis-hadis yang tampak

saling bertentangan dimungkinkan untuk dicari penyelesaiannya melalui

beberapa metode yang umum dipakai oleh beberapa ulama. Itupun dengan

23

Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual, h. 33. 24

Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual, h. 49.

Page 29: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

20

catatan bahwa hadis-hadis tersebut kedudukan sanadnya sahih. Dengan

demikian, sebelum kandungan matan hadis yang tampak bertentangan

dibahas, maka terlebih dahulu sanad-sanad hadis yang bersangkutan

diteliti. Di antara metode yang umum dipakai adalah:

a. al-Tarjih, yaitu meneliti dan menentukan petunjuk hadis yang

memiliki argumen yang lebih kuat.

b. al-Jam‟u (al-taufiq atau al-talfiq), yaitu mengkompromikan kedua

hadis yang tampak bertentangan, atau diamalkan keduanya sesuai

konteksnya.

c. al-Nasikh wa al-Mansukh, yaitu menjadikan salah satunya sebagai

“penghapus” atau “yang dihapus”.

d. al-Tauqif, yaitu “menunggu” sampai ada petunjuk atau dalil lain

yang dapat menjernihkan dan menyelesaikan pertentangan.25

Beberapa hadis yang menjadi pembahasan dalam bab ini adalah

Larangan dan kebolehan buang hajat menghadap kiblat, Wajib dan tidak

wajibnya mandi janabah karena senggama tanpa mengeluarkan sperma,

Larangan dan kebolehan menulis hadis, dan Larangan dan kebolehan

kawin kontrak (nikah mut‟ah).

6. Bab VI

Bab terakhir dari buku ini adalah kesimpulan dari semua hadis yang

telah dibahas pada bab sebelumnya. Penjelasan yang dikemukakan M.

Syuhudi Ismail mengisyaratkan bahwa ada beberapa hadis yang

kandungannya dapat dipahami secara tekstual dan atau kontekstual. Dalam

25

Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual, h. 71-73.

Page 30: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

21

memahami kandungan hadis (setelah diketahui kesahihan sanadnya)

diperlukan kegiatan pencarian qarinah-qarinah atau indikasi-indikasi yang

relevan dan berhubungan dengan matan hadis tersebut. Dalam melakukan

ijtihad, sangat disayangkan untuk mengabaikan teori dari berbagai disiplin

pengetahuan, termasuk ilmu-ilmu sosial, misalnya sosiologi, antropologi,

psikologi, dan sejarah. Dengan demikian akan semakin jelas pemahaman

ajaran Islam yang universal, temporal, dan lokal.26

26

Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual, h. 89-91.

Page 31: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

22

BAB III

METODOLOGI M. SYUHUDI ISMAIL DALAM MELACAK

SANAD DAN MATAN HADIS SERTA PEMIKIRANNYA

PADA DISIPLIN ILMU HADIS

A. Kaidah Kesahihan Sanad dan Matan Hadis

Pengertian hadis secara umum adalah segala sesuatu yang disandarkan

kepada Nabi Muhammad saw. baik dari ucapan, perbuatan, ketetapan, maupun

sifat. Walaupun, banyak ulama dalam menguraikan istilah hadis berbeda-beda

penjabarannya, namun dari penjelasan ulama yang berbeda-beda tersebut dapat

dipahami maknanya secara umum sebagaimana pengertian hadis di atas. Oleh

karena itu, dalam hal ini penulis menyampaikan makna hadis sebagaimana

umumnya dipahami.

Kajian mengenai hadis menjadi kajian yang membuka ruang perdebatan

cukup luas. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor. Pertama, hadis sebagai

salah satu sumber ajaran Islam. Kedua, tidak seluruh hadis ditulis pada zaman

Nabi. Ketiga, munculnya berbagai macam pemalsuan hadis. Keempat, adanya

proses penghimpunan (tadwin) hadis yang memakan waktu lama. Kelima, karena

jumlah hadis yang begitu banyak dengan metode penyusunan yang beragam dan

telah terjadi periwayatan hadis secara makna.1

1 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Buku, Bulan Bintang, Jakarta,

2007) cet ke-2 h. 7-20. M. Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis: Telaah Kritis dan

Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah (Jakarta: Bulan Bintang, 1995). Cet. III. h. 87-123.

Page 32: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

23

Pada perkembangannya, hadis terbagi menjadi beberapa jenis, salah

satunya adalah hadis sahih. Jenis hadis ini menurut para ulama memiliki kriteria

tersendiri, diantaranya:

Pertama, sanadnya tersambung. Yaitu, tiap-tiap periwayat dalam sanad

hadis menerima riwayat hadis dari perawi terdekat sebelumnya. Hal itu terjadi

dari periwayat hadis pertama hingga akhir sanad dari hadis itu. Ketersambungan

sanad hadis ini biasanya terjadi karena hubungan antara guru dan murid. Lebih

rinci lagi, para ulama menguraikan beberapa hal mengenai periwayatan hadis. Di

antaranya, semua nama perawi hadis harus tercatat pada sanad yang diteliti.

Selanjutnya, mempelajari sejarah hidup masing-masing periwayat dan meneliti

kata-kata antara perawi dengan periwayat terdekat dalam sanad, seperti kata

haddatsanî, haddatsâ, akhbaranâ, „an, anna, dan lain sebagainya. Lebih jauh,

untuk meneliti kesahihan sanad hadis, perawinya harus dinyatakan tsiqqat („âdil

dan dâbit). Dengan demikian, ketersambungan sanad bisa dikatakan sahih ketika

ia dalam keadaan muttasil dan marfû„.

Kedua, periwayatnya bersifat „âdil. Dalam hal ini, para ulama menyatakan

bahwa perawi tersebut bisa dikatakan „âdil jika memenuhi kriteria sebagai

berikut: Beragama Islam, baligh, berakal, taqwa, murû„ah, teguh dalam beragama,

tidak berbuat dosa besar seperti syirik, menghindari dosa kecil, tidak berbuat

bid„ah, tidak berbuat maksiat, tidak berbuat fasik, menjauhi hal-hal yang

dibolehkan yang dapat merusak murû„ah, baik akhlaqnya, dapat dipercaya dan

selalu berlaku benar. Dari kelima belas kategori yang dikemukakan tersebut,

berdasarkan penelitian para ulama, terdapat satu sifat yang harus dimiliki oleh

perawi yang dianggap dâbit, yaitu murû„ah.

Page 33: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

24

Ketiga, periwayatnya bersifat dâbit. Pengertian dâbit dapat dipahami

sebagai orang yang terjaga hafalannya tentang apa yang didengarnya dan ia

mampu untuk menyampaikan hafalannya itu kapan saja ia menghendakinya.

Dalam hal ini, para ulama memberikan ciri dan sifat perawi yang dâbit. Anatara

lain adalah:

1. Perawi itu memahami dengan baik riwayat yang telah didengarnya.

2. Perawi itu hafal dengan baik riwayat yang telah didengarnya.

3. Perawi itu mampu menyampaikan dengan baik riwayat yang telah

didengar dan dihafalnya.

Selanjutnya, para ulama mempersempit batasan bagi orang yang

dikategorikan sebagai orang yang dâbit. Para ulama dapat mengatakan dâbit

ketika periwayatnya dapat diketahui berdasarkan kesaksian para ulama dan

berdasarkan kesesuaian riwayat yang disampaikan dengan apa yang disampaikan

oleh periwayat lain yang telah dikenal ke-dâbit-annya. Sehingga, jika perawi itu

mengalami kekeliruan maka ia masih dapat dinyatakan oleh para ulama sebagai

perawi yang dâbit.

Keempat, perawi hadis tersebut terhindar dari ke-syaz-an. Yakni, apabila

seorang perawi hadis yang tsiqqat meriwayatkan hadis sedangkan perawi lain

yang juga tsiqqat tersebut tidak meriwayatkannya. Hal ini, menurut al-Syâfi„î

sebagaimana dikutip oleh M. Syuhudi Ismail, bisa disebabkan karena kesendirian

individu periwayat dalam sanad hadis yang lebih dikenal dengan istilah fard

mutlaq (kesendirian absolut) atau memang karena terdapat perawi yang tidak

tsiqqat.

Page 34: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

25

Kelima, hadis itu terhindar dari „illat. Istilah ini menurut Ibn Salâh dan al-

Nawawî sebagaimana dikutip oleh M. Syuhudi Ismail adalah sebab yang

tersembunyi yang dapat merusak kualitas hadis. Keberadaannya mempengaruhi

kedudukan hadis yang memiliki kualitas sahih menjadi tidak sahih. Para ulama

hadis umunya menyatakan ke-„illat-an suatu hadis dengan menunjukkan ciri

bahwa sanad hadis tersebut tampak muttasil dan marfû„, tetapi setelah diadakan

penelitian ternyata hadis tersebut muttasil tetapi mauquf. Bisa juga, sanadnya yang

tampaknya muttasil dan marfû„, tetapi setelah diadakan penelitian ternyata

muttasil tetapi mursal (hanya sampai pada tingkat tabi„î). Hal itu dimungkinkan

karena terjadinya percampuran dengan hadis lain atau terjadinya kesalahan dalam

penyebutan riwayat.

Hal senada mengenai kaidah kesahihan sanad hadis juga disampaikan oleh

Bustamin dan M. Isa H. A. Salam dalam karyanya Metodologi Kritik Hadis. Buku

yang amat ringkas ini mengawali kajiannya mengenai sanad hadis dengan

mengemukakan kajian kitab-kitab Rijâl al-Hadîts. Disusul dengan

mengemukakan penentuan hadis yang diteliti dan penelitian kualitas periwayat

hadis. Lalu mereka mengemukakan mengenai kriteria kebersambungan sanad

hadis dan meneliti syuzûz dan „illat.2

Mengenai kriteria kesahihan matan hadis, bebrapa ulama mengatakan

bahwa penelitian mengenai matan hadis tidak mudah dilakukan. Hal itu

dikarenakan masih minimnya kitab-kitab yang mengkritik matan secara khusus.

Beberapa faktor yang menyebabkan sulitnya penelitian matan, yaitu :

1. Adanya periwayatan secara makna.

2 Bustamin dan M. Isa H. A. Salam Metodologi Kritik Hadis (PT. Raja Garfindo Persada:

Jakarta, 2004) h. 22-58.

Page 35: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

26

2. Acuan yang digunakan sebagai pendekatan tidak satu macam saja.

3. Latar belakang timbulnya petunjuk hadis tidak selalu mudah dapat

diketahui.

4. Adanya kandungan petunjuk hadis yang berkaitan dengan hal-hal yang

berdimensi “suprarasional”.

5. Masih langkanya kitab-kitab yang membahas secara khusus penelitian

matan.

Walau bagaimanapun, para ulama telah berusaha melakukan penelitian

matan hadis dengan berbagai pendekatan, salah satunya dengan menggunakan

pendekatan bahasa Arab, karena bahasa tersebut merupakan bahasa yang

digunakan oleh Nabi Muhammad saw. dalam menyampaikan hadisnya. Selain

pendekatan bahasa, para ulama juga melakukan pendekatan lainnya. Seperti

pendekatan rasio, sejarah, dan prinsip-prinsip pokok ajaran Islam. Hal tersebut

menunjukkan bahwa kritik matan hadis tidak hanya menggunakan pendekatan

bahasa.

Melalui berbagai pendekatan tersebut, penelitian mengenai matan hadis

dapat dimungkinkan untuk menentukan kualitas hadis. Menurut al-Khatîb al-

Baghdadî, sebagaimana dikutip oleh Bustamin dan M. Isa H. A. Salam bahwa

matan hadis bisa diterima jika memenuhi keriteria sebagai berikut:

1. Tidak bertentangan dengan akal sehat.

2. Tidak bertentangan dengan hukum al-Qur‟an yang telah muhkam

(ketentuan yang telah tetap)

3. Tidak bertentangan dengan hadis mutawatir.

Page 36: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

27

4. Telah bertentangan dengan amalan yang telah menjadi kesepakatan

ulama terdahulu.

5. Tidak bertentangan dengan dalil yang telah pasti.

6. Tidak bertentangan dengan hadis ahad yang kualitas kesahihannya

lebih kuat.

Jika salah satu di antara kriteria tersebut tidak ditemukan pada sebuah

penelitian hadis, maka hadis tersebut dikategorikan memiliki matan yang tidak

sahih. Ibn al-Jauzî secara singkat menyampaikan mengenai kriteria kesahihan

matan hadis dengan mengatakan bahwa, jika hadis tersebut bertentangan dengan

akal atau bertolak belakang dengan ketentuan pokok agama, maka ia digolongkan

sebagai hadis maudû„.3

Di sisi lain, ada ulama yang menempuh jalan tengah dalam memberikan

rambu-rambu kasahihan matan hadis. Salâh al-Dîn al-Adabî mengemukakan

bahwa matan hadis dikatakan sahih jika :

1. Tidak bertentangan dengan petunjuk al-Qur‟an.

2. Tidak bertentangan dengan hadis yang lebih kuat.

3. Tidak bertentangan dengan akal sehat, indera, dan sejarah

4. Susunan pernyataannya menunjukkan ciri-ciri sabda kenabian.4

B. Metodologi Penelitian Hadis Nabi

1. Penelitian Sanad

Salah satu kegiatan para ulama hadis dalam mengetahui sanad-sanad

hadis adalah dengan cara men-takhrîj hadis. Kegiatan ini amat perlu

disebabkan beberapa faktor, di antaranya :

3 Bustamin dan M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadis, h. 62-63

4 Bustamin dan M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadis, h. 63-64.

Page 37: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

28

a. Untuk mengetahui asal-usul riwayat yang akan diteliti.

b. Untuk mengetahui seluruh riwayat hadis yang akan diteliti.

c. Untuk mengetahui ada dan tidaknya syâhid atau muttabi„ pada sanad

yang diteliti.

Lebih jauh, untuk mengetahui seluruh sanad yang terdapat pada hadis

yang akan di- takhrîj, perlu diadakan sebuah penelitian yang terpadu. Untuk

menempuhnya, dapat digunakan dua pendekatan, yaitu Takhrîj al-Hadîts Bi

al-Lafz dan Takhrîj al-Hadîts Bi al-Maudu„.

Metode Takhrîj al-Hadîts Bi al-Lafz digunakan oleh ulama hadis

dengan cara mengutip kata dari matan hadis yang akan diteliti. Para ulama

dalam hal ini biasanya menggunakan kamus hadis. Salah satu kamus hadis

yang sering digunakan untuk penelitian hadis adalah karya A.J. Weinsinck

yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Muhammad Fu‟ad „Abd

al-Bâqî, dengan judul al-Mu„jam al-Mufahrâs Li Alfâz al-Hadîst al-Nabawî.

Kamus ini setidaknya merujuk kepada sembilan perawi hadis yang lebih

dikenal dengan sebutan Kutub al-Tis„ah. Kitab-kitab tersebut adalah :

a. Abû „Abdullâh Muhammad bin Ismâîl bin Ibrâhîm bin Mugîrah

Bardazbah al-Bukhârî, dengan karyanya Jami „al-Sahîh, Sahîh al-

Bukhârî.

b. Abû Husain Muslim bin al-Hujâj al-Qusairi al-Naisâiburi, dengan

karyanya Jami „al-Sahîh, Sahîh Muslim.

c. Abû Dâwud Sulaimân bin al-Asy‟ast al-Sijistânî, dengan karyanya

Sunan Abî Dâwud.

Page 38: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

29

d. Abû „Isâ Muhammad bin „Isâ bin Sawrah al-Tirmidzî, dengan

karyanya Sunan al-Tirmidzî.

e. Abû „Abd al-Rahmân Ahmad bin Syu‟aib al-Nasâ‟î, dengan karyanya

Sunan al-Nasâ‟î.

f. Abû „Abdullâh Muhammad bin Yazîd al- Quzwînî, dengan karyanya

Sunan Ibn Mâjah.

g. Abû Muhammad „Abdullâh bin „Abd al-Rahmân al-Dârimî, dengan

karyanya Sunan al-Dârimî.

h. Mâlik bin Anas, dengan karyanya al-Muwattâ‟.

i. Abû „Abdullâh bin Ahmad bin Hanbal, dengan karyanya Musnad al-

Imam Ahmad bin Hanbal.

Kamus hadis yang serupa, terdapat pada kitab al-Jâmi„ al-Saghîr Min

Ahâdîts al-Basyîr al-Nadzîr karangan al-Imam al-Jalâl al-Dîn „Abd al-Rahmân

al-Suyûtî. Di dalam kamus hadis ini, al-Suyûtî mengklasifikasi hadis-hadis

berdasarkan urutan abjad dari awal matan. Di sisi lain hampir setiap hadis

yang dikutip selalu dikaitkan dengan sahabat yang meriwayatkannya. Lebih

jauh, ia juga mengomentari kualitas sanad hadis tersebut.

Kekurangan kitab ini adalah terkadang hadisnya ditulis tidak lengkap.

Di sisi lain, kualitas yang diberikan al-Suyûtî amat longgar (tasahul) dan tidak

dijelaskan pada hadis tersebut mengenai juz dan bagian-bagian kitab yang

dikutip. Ketika peneliti menggunakan kitab ini, setidaknya untuk mengetahui

lebih jauh, penulis perlu menggunakan bantuan kitab lain. Salah satunya kitab

syarah al-Jâmi„ al-Saghîr ini, yaitu Faid al-Qadîr karya „Abd al-Raûf al-

Mannâwî.

Page 39: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

30

Adapun kitab-kitab yang menjadi rujukan kitab al-Jâmi„ al-Saghîr Min

Ahâdîts al-Basyîr al-Nadzîr adalah:

a. Kitab Sunan al-Tirmidzî karya Imam al-Tirmidzî, kodenya (ت).

b. Kitab Tarîkh karya al-Bukhârî, kodenya (تخ).

c. Kitab Sahîh Ibn Hibban karya Ibn Hibban, kodenya (حب).

d. Kitab Hilyât al-Awliyâ‟ Wa Tabaqât al-„Asfiyâ‟ susunan Abû Nu„aim

al-Asbahânî, kodenya (حل),

e. Kitab Musnad Ahmad bin Hanbal karya Imam Ahmad, kodenya (حن),

f. Kitab Sahîh al-Bukhârî karya Imam al-Bukhârî, kodenya (خ),

g. Kitab al-Adab karya Imam al-Bukhârî, kodenya (خذ),

h. Kitab Tarîkh Baghdad karya Abû Bakr Ahmad bin „Alî bin Sabit bin

Ahmad al-Baghdâdî yang lebih dikenal dengan sebutan al-Khatîb al-

Baghdâdî, kodenya (خط),

i. Kitab Sunan Abû Dâwud karya Imam Abû Dâwud, kodenya (د),

j. Kitab hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Abî Syaibah, kodenya (ش),

k. Kitab al-Sunan karya Sa„d bin Mansur, kodenya (ص),

l. Kitab al-Mu„jam al-Kabîr karya Imam al-Tabarani, kodenya (طب),

m. Kitab al-Mu„jam al-Wasit karya Imam al-Tabarani, kodenya (طس),

n. Kitab al-Mu„jam al-Saghîr karya Imam al-Tabarani, kodenya (طص),

o. Kitab Musnad Abû Ya„lâ karya Abû Ya„lâ, kodenya (ع),

p. Kitab al-Jâmi„ karya „Abd al-Razâq bin Hammâm, kodenya (عب),

q. Kitab al-Kâmil Fi al-Du„âfa‟ karya Ibn „Adî, kodenya (عذ),

r. Kitab al-Du„afâ‟ karya „Uqailî, kodenya (عق),

Page 40: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

31

s. Kitab al-Zawâ‟id Musnad Ahmad bin Hanbal atau lebih masyhur

dengan nama al-Zawâ‟id karya „Abdullâh bin Ahmad bin Hanbal,

kodenya (عن),

t. Kitab al-Firdaus atau Ma„tsur al-Khitab al-Mukhrâj „Alâ Khitâb al-

Syihâb karya Imam al-Dailamî, kodenya (فر),

u. Kitab yang termuat dalam kitab Sahîh al-Bukhârî dan Sahîh Muslim

yang diriwayatkan oleh Mutafaq „Alaih (Imam al-Bukhârî dan Imam

Muslim), kodenya (ق),

v. Kitab Sunan al-Dâr al-Qutnî karya Imam al-Dâr al-Qutnî, kodenya

Seandainya terdapat pada kitab lain, namun dengan penulis yang .(قط)

sama. Maka dalam kitab al-Jâmi„ al-Saghîr akan diberi keterangan.

w. Kitab al-Mustadrâk karya Imam al-Hâkim, kodenya (ك). Seandainya

terdapat pada kitab lain, namun dengan penulis yang sama. Maka

dalam kitab al-Jâmi„ al-Saghîr akan diberi keterangan.

x. Kitab Sahîh Muslim karya Imam Muslim, kodenya (م),

y. Kitab Sunan al-Nasâ‟î karya Imam al-Nasâ‟î, kodenya (ن),

z. Kitab Sunan Ibn Mâjah karya Imam Ibn Mâjah, kodenya (هـ).

aa. Kitab Syu„âb al-Imân karya Imam al-Baihaqî, kodenya (هب).

bb. Kitab al-Sunan al-Kubrâ karya Imam al-Baihaqî, kodenya (هق).

cc. Kitab yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi hadis, yaitu Abû

Dâwud, al-Tirmidzî dan al-Nasâ‟î. Dikutip oleh al-Suyûtî dari kitab

Sunan mereka masing-masing.

Page 41: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

32

dd. Kitab yang diriwayatkan oleh empat orang perawi hadis, yaitu Abû

Dâwud, al-Tirmidzî, al-Nasâ‟î dan Ibn Mâjah. Dikutip oleh al-Suyûtî

dari kitab Sunan mereka masing-masing.

Adapun lambang-lambang yang digunakan untuk menilai kualitas

sanad hadis dalam kitab Jâmi„ al-Saghîr adalah sahîh (صح), hasan (ح), dan

da„îf (ض).

Cara mencari hadis Nabi melalui pendekatan kata dapat juga dilakukan

dengan menggunakan kamus hadis berupa kitab Hidâyat al-Bârî Ilâ Tartîb

Ahâdits al-Bukhârî yang disusun oleh „Abd al-Rahîm Ambar al-Misrî al-

Tahtawî. Kamus Hadis ini hanya dapat digunakan untuk mencari hadis-hadis

yang terdapat dalam kitab Jâmi „al-Sahîh, Sahîh al-Bukhârî karya Imam al-

Bukhârî. Ada pula kamus hadis untuk mencari hadis-hadis yang terdapat pada

kitab Jâmi„ al-Sahîh, Sahîh Muslim, yaitu kitab Fihris Li Tartîb Ahâdîts Sahîh

Muslim karya Muhammad Fu‟ad „Abd al-Bâqî„. Selain itu, Muhammad Fu‟ad

„Abd al-Bâqî„ juga menyusun kitab-kitab yang digunakan untuk mencari

hadis-hadis riwayat Ibnu Mâjah dan hadis-hadis riwayat Imam Mâlik.5

Lain daripada itu, Muhammad al-Syarîf bin Mustafâ al-Tauqidî

menyusun sebuah kitab yang dapat dipakai untuk mencari secara khusus

hadis-hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhârî dan Muslim. Kamus hadis ini

diberi nama kitab Miftah al- Sahîhain. Selain memuat hadis-hadis dari kitab

Sahîh al-Bukhârî dan Sahîh Muslim, kitab ini juga memuat Sayrh kedua kitab

tersebut. Adapun kitab-kitab yang dirujuk oleh kamus hadis ini adalah:

a. Sahîh al-Bukhârî, terbitan tahun 1296 H, dengan kode بخاري

5 Ismail, Cara Praktis Mencari Hadis, cet ke-2 h. 19-29.

Page 42: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

33

b. Sahîh Muslim, terbitan tahun 1290 H, dengan kode هسلن

c. Fath al-Bârî Syarh Sahîh al-Bukhârî karya Ibnu Hajar al-„Asqalânî,

terbitan tahun 1301 H, dengan kode عسقالني

d. „Umdat al-Qârî Syarh Sahîh al-Bukhârî susunan Abû Muhammad

Mahmûd bin Ahmad al-„Ainî, terbitan tahun 1309 H, dengan kode عيني

e. Irsyâd al-Sarî karya Muhammad Qastalânî terbitan mesir 1293 H,

terbitan tahun 1293 H. dengan kode قسطالني

f. al-Minhâju Fî Syarh Sahîh Muslim bin al-Hajjâj atau dikenal dengan

Sahîh Muslim Bi Syarh al-Nawawî terbitan tahun 1293 H. dengan kode

6.نووي

Selain itu, ada juga kamus hadis yang menerangkan berbagai hadis

yang termuat dalam kitab yang bukan merupakan kitab hadis. Kamus hadis

tersebut adalah al-Bughyât Fi Tartîbi Ahâdîts al-Hilyât buah karya al-Sayyid

„Abd al-„Azîz bin al-Sayyid Muhammad bin al-Sayyid Siddîq al-Camarî.

Kamus hadis ini memuat dan menerangkan hadis-hadis yang tercantum dalam

kitab Hilyât al-Awliyâ‟ Wa aTbaqât al-„Asfiyâ‟ susunan Abû Nu„aim al-

„Asbahânî. Kitab ini memuat dua bagian, yaitu hadis yang berbicara mengenai

hadis-hadis Fi„liyyah dan hadis-hadis Qauliyyah. Dalam Kamus Hadis ini

termuat kurang lebih 5000 hadis. Ada juga ulama yang mengarang karya yang

serupa dengan Hilyât, yaitu Abû Bakr Ahmad bin „Alî bin Sabit bin Ahmad

al-Baghdadî yang lebih dikenal dengan sebutan al-Khatîb al-Baghdadî, ia

menyusun kitab Tarîkh Baghdâd. Serupa dengan kitab al-Hilyât, Tarîkh

Baghdâd juga memuat dua bagian, yaitu hadis yang berbicara mengenai hadis-

6 Ismail, Cara Praktis Mencari Hadis, cet ke-2 h. 30-32.

Page 43: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

34

hadis Fi„liyyah dan hadis-hadis Qauliyyah. Tarîkh Baghdâd memuat sekitar

4500 hadis.7

Metode Takhrîj al-Hadîts Bi al-Maudu„ dilakukan dengan cara

mencari hadis sesuai temanya, dengan bantuan kamus hadis seperti Miftah al-

Kunûz al-Sunnah krya A.J. Weinsinck. Kitab Miftah al-Kunûz al-Sunnah ini

memuat empat belas kitab, selain Kutub al-Tis„ah ditambah dengan kitab

Musnad Zaid bin „Alî, Musnad Abî Dâwud al-Tayâlisi, Tabâqat Ibn Sa„d,

Sîrah Ibn Hisyâm dan al-Maghazî al-Wâqidî.

Kitab yang disampaikan di dalam kitab Miftah al-Kunûz al-Sunnah

tidak semuanya lengkap, oleh karena itu perlu ditambah dengan kitab yang

serupa, yaitu kitab yang membahas berdasarkan topik hadis yang serupa, kitab

tersebut antara lain misalnya Muntaqâb Kanz al-„Umâl yang disusun oleh „Alî

bin Hisyâm al-Dîn al-Mutaqî yang merujuk kurang lebih dua puluh kitab.

Setelah mendapatkan sanad yang telah diteliti, maka harus dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Melakukan i„tibar. Menurut Mahmûd al-Tahhân adalah

Menyertakan sanad-sanad hadis tertentu dengan sebuah

riwayatnya yang pada bagian sanadnya tampak terdapat hanya

seorang perawi saja agar dapat diketahui apakah ada periwayat lain

atau tidak bagi sanad-sanad hadis yang dimaksud.8

Dalam hal ini, setelah dilakukan i„tibar maka dibuatlah skema sanad

hadis.

b. Meneliti pribadi periwayat dan metode periwayatannya. Pada langkah

kedua ini mengacu kepada kaidah kesahihan sanad hadis. Segi-segi

7 Ismail, Cara Praktis Mencari Hadis, cet ke-2 h. 37-39.

8 al-Tahhân, Taisîr al-Mustalah al-Hadîts, juz I h. 75.

Page 44: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

35

pribadi periwayat diterangkan dengan meneliti kualitas pribadi

periwayat dan kapasitas intelektual periwayat. Melakukan jarh wa al-

ta„dil, meneliti persambungan sanad hadis yang diteliti, dan meneliti

syuzuz dan „illat.

c. Menyimpulkan hasil penelitian sanad.

2. Penelitian Matan

Setelah peneliti mengetahui seluruh sanad-sanad hadis serta

mengetahui kualitas perawi tersebut dan menyimpulkan kualitas hadis dari

segi sanad hadis, maka peneliti harus meneliti keberadaan kualitas matan hadis

tersebut. Adapun langkah-langkah yang akan diupayakan oleh seorang peneliti

matan hadis adalah:

a. Meneneliti matan hadis dengan melihat kualitas sanadnya. Dalam hal

ini peneliti harus memahami bahwa kualitas matan tidak selalu sejalan

dengan kualias sanadnya dan peneliti benar-benar telah menguasai

kaidah kesahihan sanad hadis sebagaimana telah diterangkan

sebelumnya.

b. Meneliti susunan lafaz yang semakna. Yang perlu diperhatikan adalah

kemungkinan terjadinya perbedaan lafaz pada setiap hadis Nabi.

Ketika terjadi hal tersebut, peneliti melakukan langkah metode

muqaranah9, ziyâdah

10 dan idrâj

11.

9 Metode ini adalah metode perbandingan. Metode ini tidak hanya digunakan pada matan

saja tetapi juga pada sanad-sanad hadis. 10

Menurut bahasa, ziyadah adalah tambahan, hal ini bisa terjadi pada lafaz atau kalimat

yang terdapat pada matan itu. Ulama hadis biasanya menekankan bahwa ziyadah itu dilakukan

oleh seorang perawi.

Page 45: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

36

c. Meneliti kandungan matan. Dalam hal ini peneliti membandingkan

kandungan matan yang sejalan atau tidak bertentangan dengan

kandungan matan yang tidak sejalan atau bertentangan.

d. Menyimpulkan hasil penelitian matan hadis.

C. Pemikiran M. Syuhudi Ismail Pada Suatu Hadis

Pemikiran berasal dari kata pikir. Menurut bahasa, maknanya adalah akal

budi, ingatan, dan angan-angan. Dalam makna lainnya, pikir bisa juga berarti kata

dalam hati atau pendapat. Sedangkan menurut istilah, pemikiran adalah proses,

cara, perbuatan memikir seseorang atau problem yang memerlukan pemecahan.12

Selain itu, dapat juga dikemukakan bahwa pemikiran adalah cara pandang

seseorang yang hasil dari pemikirannya dapat dimanfaatkan oleh orang lain.

Dalam hal ini penulis akan menelusuri pemikiran M. Syuhudi Ismail dalam

memahami hadis Nabi.

Pemikiran M. Syuhudi Ismail dalam kaitannya dengan hadis-hadis yang

penulis bahas, dapat dipahami sebagai berikut:

1. Dalam memahami hadis, terlebih dahulu ia mendudukan hadis tersebut

pada porsinya. Yaitu dengan mengemukakan perbedaan dan kekhususan

yang disebabkan oleh perbedaan waktu dan tempat. Dengan cara ini, maka

tampaklah hadis yang menunjukkan bahwa ajaran Islam bersifat universal,

temporal dan lokal.

11

Idraj menurut bahasa adalah memasukan atau menghimpun. Kaitannya dengan matan

hadis adalah memasukan pernyataan yang berasal dari periwayat ke dalam suatu matan hadis yang

diriwayatkannya sehingga menimbulkan dugaan bahwa pernyataan itu berasal dari Nabi karena

tidak adanya penjelasan dalam matan hadis tersebut. 12

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005) cet. 4. h. 872-873.

Page 46: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

37

2. Setelah itu, ia mengemukakan segi-segi yang berkaitan erat dengan diri

Nabi Muhammad saw. dan memahami situasi dan kondisi yang melatar

belakangi atau yang menyebabkan terjadinya hadis tersebut. Dalam hal ini,

ia menggunakan asbâb al-wurûd. Dengan pendekatan tersebut, bisa jadi

suatu hadis dipahami secara tersurat (tekstual) dan dipahami secara tersirat

(kontekstual).13

3. Selanjutnya ia akan menjelaskan makna hadis dengan merujuk pada

kitab-kitab syarah hadis. Setelah itu, menyimpulkan makna hadis

sebenarnya dan menjelaskan kemungkinan hadis tersebut untuk dipahami

secara universal, temporal atau lokal.

Setelah penulis pahami, ternyata metode yang digunakan M. Syuhudi

Ismail untuk meneliti suatu hadis, tidak jauh berbeda dengan para ulama hadis

terdahulu. Hanya saja, ia berusaha mengemasnya dengan susunan yang dibuat

semenarik mungkin dan berusaha mengaitkannya dengan berbagai disiplin ilmu

yang terus berkembang.

13

M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual: Tela‟ah Ma‟ani al-

Hadits tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal (Buku, Bulan Bintang, Jakarta,

1994). M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Buku, Bulan Bintang, Jakarta,

2007) h. 3-7.

Page 47: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

38

BAB IV

STUDI KRITIS SANAD, MATAN, DAN

PEMIKIRAN M. SYUHUDI ISMAIL

Sebelum membahas lebih jauh, terlebih dahulu penulis menggaris bawahi

bahwa pada bab IV ini penulis hanya mengkritisi sanad dan matan hadis yang

terdapat dalam kitab hadis selain Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Karena

kedua perawi tersebut telah disepakati oleh para ulama akan kesahihan hadisnya.

A. Hadis Tentang Yang Tidak Menyayangi Tidak Disayangi

1. Kritik Sanad

Di dalam buku Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual: Tela‟ah

Ma‟ani al-Hadits tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal pada

bab Hadis yang Mempunyai Sebab Secara Khusus karya M. Syuhudi Ismail,

tercantum potongan hadis:

Barangsiapa yang tidak menyayangi, maka tidak disayangi (HR.

al-Bukhârî, Muslim, dan lain-lain. Dari Abû Hurairah)

M. Syuhudi Ismail dalam bukunya menyatakan bahwa hadis tersebut

berstatus sahih, namun pada buku itu tidak disebutkan rangkaian sanad yang

menunjukkan bahwa hadis tersebut sahih. Di sisi lain, ia juga tidak

menyampaikan secara sempurna terdapat di kitab mana saja ia berada. Setelah

penulis lacak, hadis tersebut memiliki banyak perawi yang meriwayatkannya. Di

dalam kitab al-Mu„jam al-Mufahrâs Li Alfâz al-Hadîst al-Nabawî karya Arnold

Page 48: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

39

Jhon Weinsinck, terdapat petunjuk yang menyatakan bahwa hadis tersebut

terdapat dalam kitab-kitab hadis. Di antaranya Kha (kitab Sahîh al-Bukhârî) adab

18 dan 28. Mim (Sahîh Muslim) Fada‟il 65. Dal (Sunan Abî Dâwud) adab 145. Ta

(Sunan al-Tirmidzî) birru 12. Ham (Musnad Ahmad bin Hanbal) II, 229, 241,

369 dan 514.1

Di dalam kitab Sunan Abî Dâwud.

Sanad-sanad hadis yang diriwayatkan oleh Abû Dâwud adalah Musadad,

Sofyân, al-Zuhrî, Abû Salama dari Abû Hurairah. Hampir terjadi persamaan

antara sanad-sanad yang diriwayatkan oleh al-Bukhârî, Muslim dan Abû Dâwud

mengenai hadis yang tidak menyayangi tidak disayangi. Pada hadis Abû Dâwud

sanad pertama diriwayatkan oleh Musadad.

Kitab Sunan al-Tirmidzî

1 Arnold Jhon Weinsinck, Mu‟jam al-Mufahras li alfâz al-Hadîs al-Nabawiyah. EJ. Brill,

Leiden. Jilid II h. 236. 2 Abû Dâwud Sulaimân bin al-Asy„ats al-Sijistanî, Sunan Abî Dâwud (Dar al-Fikr:

Beirut) bab fi qablati al-rajuli waladahu Juz 4 h. 24.

Page 49: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

40

Rangkaian sanad hadis dari Al-Tirmidzî adalah Ibn Abî „Amru dan Sa„îd

bin „Abd al-Rahmân, Sufyân, al-Zuhrî, Abû Salamah dari Abû Hurairah ra.

Menurut al-Tirmidzî (Abû „Îsâ) bahwa hadis ini berstatus hasan sahîh. 3

Kitab Musnad Ahmad bin Hanbal

Sanad-sanad hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad bin Hanbal di dalam

kitabnya, Musnad Ahmad bin Hanbal mengemukakan sanad-sanad hadis yang

diriwayatkannya amat banyak, namun dalam hal ini penulis mengambil sebuah

hadis yang sanad-sanadnya adalah „Abdullâh, Abî (Ahmad bin Hanbal), Husyaim,

al-Zuhrî, Abî Salamah dari Abû Hurairah ra. Menurut penulis, hadis yang

diriwayatkan Ahmad bin Hanbal ini berkualitas sahih karena memenuhi syarat al-

Syaikhâni (al-Bukhârî dan Muslim) .

Hemat penulis semua hadis di atas berkualitas sahih. Hal itu disebabkan

karena hadis di atas memenuhi kriteria kesahihan sanad hadis. Di antaranya

terdapatnya ketersambungan sanad, periwayat-periwayatnya bersifat „âdil dan

dâbit. Perawi hadisnya juga harus terhindar dari ke-syaz-an dan terhindar dari

„illat.. Dengan demikian penulis berkesimpulan bahwa hadis mengenai yang tidak

menyayangi tidak disayangi sanad-sanadnya sahih.

3 Abû „Îsâ Muhammad bin „Îsâ bin Sawrah al-Tirmidzî , Sunan al-Tirmidzî (Daar al-Fikr:

Libanon) Bab Rahmat al-Walad juz 4 h. 318. 4 Abû „Abdullâh bin Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal. (Dar al-

Kutub al-Islamî: Beirut) juz II h. 228, 241, 269, dan 514. 152. juz IV h. 365.

Page 50: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

41

2. Kritik Matan

Kriteria kesahihan matan hadis menurut para ulama di antaranya adalah

meneliti sisi bahasa yang sesuai dengan bahasa kenabian, mengemukakan

pendapat ulama, meneliti sejarah, dan melihat kesesuaian dengan prinsip-prinsip

pokok ajaran Islam. Untuk mengetahui kualitas matan hadis yang menjadi objek

penelitian penulis, maka penulis menggunakan pendekatan tersebut. Hadis di atas

secara umum menerangkan tentang kasih sayang harus diberikan kepada semua

manusia, berlaku tanpa batasan waktu dan tempat.

Dalam hal ini, penulis akan menguraikannya sebagai berikut. Pertama,

mengemukakan melalui pendekatan bahasa. Dengan mengambil sebuah kata yang

dianggap penting, yaitu yarhamu, asal kata dari rahima-yarhamu yang berarti

menyayangi, dan kata tersebut biasa digunakan oleh Rasulallah saw.

Kedua, penulis mengemukakan melalui pendekatan pendapat para ulama.

Di antaranya penulis mengemukakan pendapat al-„Ainî.5 Ia mengutarakan bahwa

hadis di atas serupa dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Barang siapa yang tidak menyayangi manusia, maka ia tidak

disayangi oleh Allah swt.6

Selanjutnya, al-„Ainî mengemukakan hadis yang diriwayatkan oleh al-Tabarânî,

yaitu,

Barang siapa yang tidak menyayangi orang yang ada di bumi,

maka ia tidak disayangi oleh siapa yang ada di langit.7

5 Badru al-Dîn al-„Ainî al-Hanafî, „Umdat al-Qâri Syarh Sahîh al-Bukhârî (Mulifat

Wurud Min Multaqi Ahl al-Hadis) Juz XXXII h. 194. 6 Abû al-Husain Muslim bin al-Hujjaj bin Muslim al-Qusyairî al-Nîsâbûrî, al-Jâmi„ al-

Sahîh al-Musammâ Sahîh Muslim (Dar al-Jail Beirut + Dar al-Afaq al-Jadidah-Beirut) bab

Rahmatu al-Sibyan wa al-„Iyal wa Tawadi„uhu. Jilid 7 h. 77.

Page 51: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

42

Selanjutnya, ia mengutarakan pendapat al-Tabarânî yang dikutip dari kitab

Mu„jam al-Ausat,

Barang siapa yang tidak menyayangi kaum muslimin, maka ia

tidak disayangi oleh Allah swt. 8

Ketiga, penulis mengemukakan dengan pendekatan sejarah. Dalam hal ini,

penulis merujuk ke asbâb al-wurûd hadis. Setelah dilacak bahwa hadis tersebut

memiliki kisah tentang al-Aqra‟ yang melihat Rasulullah saw. mencium cucunya,

sedangkan ia tidak pernah mencium kesepuluh anaknya. Mananggapi hal tersebut,

Rasulullah saw. bersabda dengan hadis yang menjadi pembahasan ini. Dengan

demikian, melalui pedekatan sejarah, hadis di atas pernah terjadi di masa

Rasulallah saw.9

Keempat, kesesuaian hadis dengan prinsip agama. Ajaran mengenai kasih

sayang merupakan syariat yang ditujukkan kepada seluruh manusia. Bahkan

Rasulullah saw. diturunkan ke muka bumi ini sebagai rahmatan li al-„âlamîn. Jadi

hadis ini sesuai dengan syariat agama. Dengan demikian melalui keempat

pendekatan tersebut penulis berkesimpulan bahwa matan hadis yang tidak

menyayangi tidak disayangi sahih.

3. Pemikiran M. Syuhudi Ismail Tentang Hadis Yang Tidak Menyayangi

Tidak Disayangi

7 Sulaimân bin Ahmad bin Ayûb Abû al-Qâsim al-Tabarânî, al-Mu„jam al-Kabîr

(Maktabah al-„Ulûm wa al-Hukm-al-Mausul) Juz. II h. 355. 8 al-Tabarânî, al-Mu„jam al-Awsat (Dar al-Haramain-al-Qahirah 1415) Juz. IX h. 23.

9 Lihat Hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhârî.

Page 52: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

43

Pemikiran M. Syuhudi Ismail tentang hadis pertama ini diawali dengan

menyampaikan sebuah hadis dan mendudukan hadis tersebut pada porsinya, yang

di dalam hadis tersebut mengandung asbâb al-wurûd hadis itu. Setelah itu, ia

memberikan kesimpulan bahwa hadis itu merupakan Jawami„ al-Kalim, yaitu

ungkapan yang singkat namun padat dengan makna. Lebih jauh, jika hadis ini

difahami secara tekstual, maka hadis ini mengandung petunjuk yang bersifat

universal. Pemikiran M. Syuhudi Ismail dipengaruhi oleh asbâb al-wurûd hadis

ini dan pendapat al-Nawawî yang menyatakan bahwa hadis ini bersifat umum,

berlaku tanpa batas waktu dan tempat.10

Menurut penulis, pemikiran M. Syuhudi Ismail dalam memahami hadis ini

adalah menitikberatkan pada keterangan dari asbâb al-wurûd. Selain itu, metode

yang digunakannya dalam meneliti hadis diatas juga tidak jauh berbeda dengan

ulama hadis kebanyakan.

B. Hadis Tentang Urusan Dunia

1. Kritik Sanad

Hadis tentang urusan dunia

Kamu sekalian lebih mengetahui tentang urusan duniamu (HR Muslim)

Hadis tentang urusan dunia hanya terdapat dalam kitab Shahih Muslim,

yaitu al-Jami„ al-Sahîh al-Musamma Sahîh Muslim karya Abû al-Husain Muslim

10

M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual: Tela‟ah Ma‟ani al-

Hadits tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal (Buku, Bulan Bintang, Jakarta,

1994). h. 54-55.

Page 53: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

44

bin al-Hujjaj bin Muslim al-Qusyairî al-Nîsâburî. Informasi tersebut penulis

kutip dari kitab Kanzu al-„Umâl Fî Sunan al-Aqwâl wa al-Af„âl karya „Alî bin

Hisyâm al-Dîn al-Mutaqî al-Hindî, di dalam bukunya terdapat keterangan Mim

„An Anas Wa „Aisyah.12

Perlu diketahui, mengenai hadis tentang urusan dunia. Ada beberapa hadis

dengan tema yang sama, tetapi berbeda dari sisi sanad dan matan. Di antara hadis

tersebut adalah:

Kitab Sunan Ibn Mâjah

Rangkaian sanad-sanadnya adalah Muhammad bin Yahyâ, „Affân,

Himmâd, Tsâbit, Anas bin Mâlik dan Hisyâm bin „Urwah, dari bapaknya dari

„Âisyah. Rangkaian sanad hadis dengan tema yang sama ini hampir serupa

dengan sanad-sanad hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Hemat penulis

hadis di atas sesuai dengan kriteria kesahihan sanad hadis. Jadi penulis,

berkesimpulan bahwa hadis ini berkualitas sahih.

11

al-Nîsâbûrî, al-Jâmi„ al-Sahîh al-Musammâ Sahîh Muslim, bab Wujub al-Imtitsal ma

qalahu Syar „an Duna. Jilid VII h. 95. 12

„Alî bin Hisyâm al-Dîn al-Mutaqî al-Hindî, Kanzu al-„Umal Fî Sunan al-Aqwâl wa al-

Af„âl (Tarqîm al-Kitâb Muwâfiq Li al-Matbu„) juz XI h. 465. 13

Muhammad bin Yazîd Abû „Abdullâh al-Quzwînî, Sunan Ibn Mâjah (Dar al-Fikr:

Beirut). Juz II. h. 825.

Page 54: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

45

Kitab Musnad Ahmad bin Hanbal

Dalam kitabnya, Ahmad bin Hanbal mengemukakan sanad-sanad hadis

dari berbagai jalur. Namun, penulis mengambil sebuah hadis yang sanad-sanadnya

adalah „Abdullâh, Abî (Ahmad bin Hanbal), „Abd al-Samad, Hammad, Tsâbit,

dari Anas.14

Seperti halnya kualitas hadis di atas, penulis berkesimpulan bahwa

status hadis tersebut berkualitas sahih karena sesuai dengan kriteria kesahihan

sanad hadis.

Hadis-hadis di atas memiliki rangkaian sanad yang sahih. Baik itu melalui

penelitian yang telah dilakukan oleh perawi hadis maupun para pengkritik hadis.

Dengan demikian, penulis berkesimpulan bahwa hadis mengenai urusan dunia

sanad-sanadnya sahih.

2. Kritik Matan

Sebagaimana kriteria kesahihan matan, hal-hal yang ditempuh adalah:

Pertama, penulis meneliti dari sisi bahasa Arab untuk mencari kesesuaian dengan

bahasa Nabi. Namun perlu diketahui bahwa hadis di atas secara umum mengenai

14

Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, juz III h. 152.

Page 55: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

46

urusan dunia, yaitu tentang petani yang hendak mengawinkan tanamannya agar

mendapatkan hasil terbaik. Dengan pendekatan bahasa, penulis mengambil sebuah

kata yang dianggap penting, yaitu A„lamu, asal kata dari „Alima-ya„lamu yang

berarti mengetahui. Kata tersebut merupakan ism tafdîl (kata kerja yang bermakna

memiliki keunggulan dari yang lainnya) kata a„lamu pada hadis tersebut

digunakan oleh Rasulallah saw. karena petani tersebut lebih mengetahui masalah

pertnian.

Kedua, penulis mengemukakan melalui pendekatan pendapat para ulama.

Dalam hal ini penulis mengemukakan pendapat al-Nawawî. Menurutnya, ucapan

Nabi tersebut tidak berdasarkan syariat tetapi menurut pendapat dan ijtihadnya

sendiri tentang urusan dunia sebagaimana layaknya kehidupan kesehariannya. Di

sisi lain, para sahabat seperti „Ikrimah mengatakan bahwa lafaz tersebut tidak

bersumber dari Nabi saw. secara hakiki. Di tempat lain, para ulama mengatakan

bahwa bidang pertanian bukanlah keahliannya, Nabi lebih memahami soal

perdagangan, perang, dan menggembala kambing. Oleh karena itu, masalah

pertanian bukanlah bidangnya.15

Ketiga, penulis menjelaskan dengan pendekatan sejarah, di dalam kitab

Sahîh Muslim dikemukakan pada suatu hari Rasulullah saw. lewat dan bertemu

petani yang mengawinkan serbuk (kurma pejantan) ke putik (kurma betina). Ia

bersabda, “Sekiranya kamu tidak melakukan hal itu niscaya kurma itu akan baik.”

Mendengar komentar dari Nabi saw. petani tersebut tidak lagi melakukan hal itu.

Setelah beberapa lama, Nabi saw. lewat dan menegur para petani itu, “Mengapa

pohon kurma itu?” lalu para petani mengatakan sesuai dengan apa yang telah

15

Abû Zakaria Yahyâ bin Syarafuddîn al-Nawawî, Sahîh Muslim bi Syarh al-Nawawî

(Dar al-Ihya al-Turats al-„Arabi: Beirut) Juz XV h. 116.

Page 56: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

47

disampaikan oleh Nabi saw. Mendengar keluhan seperti itu, Nabi bersabda,

“Kamu sekalian lebih mengetahui tentang urusan duniamu”.16

Hadis beserta

asbâb al-wurûd yang terdapat di dalam kitab Sahîh Muslim merupakan bukti

pendekatan sejarah hadis di atas pernah dialami oleh Rasulallah saw.

Keempat, kesesuaian hadis dengan prinsip agama. Ajaran mengenai ikhtiar

dalam kehidupan duniawi amat ditekankan, terutama inovasi dalam berbagai hal

agar mendapatkan hasil terbaik. Allah swt. berfirman dalam surah al-Qasas [28]:

77,

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan

bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.

Bahkan, setelah melakukan shalat ditekankan untuk bertebaran mencari karunia

Allah swt. Di dalam firman-Nya dikemukakan,

Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di

muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak

supaya kamu beruntung. (QS. Al-Jumu„ah [62]: 10)

Ikhtiar dalam kehidupan duniawi, inovasi dalam berkerja dan mencari

karunia Allah swt. merupakan sesuatu yang amat dianjurkan syariat Islam. Oleh

karena itu, hadis ini tidak bertentangan dengan agama. Dengan demikian setelah

dikemukakan empat macam pendekatan kesahihan matan hadis, dapat penulis

simpulkan bahwa matan hadis tersebut sahih.

16

al-Nîsâbûrî, al-Jâmi„ al-Sahîh al-Musammâ Sahih Muslim, bab Wujub al-Imtitsal ma

qalahu Syar „an Duna. Jilid VII h. 95.

Page 57: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

48

3. Pemikiran M. Syuhudi Ismail Tentang Hadis Urusan Dunia

Dalam hadis kedua tentang urusan dunia, M. Syuhudi Ismail

mengemukakan hadis dan mendudukan hadis tersebut pada porsinya lalu

mengemukakan asbâb al-wurûd hadis itu dengan mengutip kitab Sahîh Muslim bi

Syarh al-Nawawî karya Abû Zakaria Yahyâ bin Syarafuddîn al-Nawawî, setelah

dikemukakan asbâb al-wurûd hadis itu. Ia menyimpulkan bahwa hadis tersebut

tidak dapat difahami secara tekstual, karena masalah pertanian bukanlah bidang

Nabi saw. Tetapi ia lebih mengedepankan kehidupan akhirat, walaupun di sisi lain

ia juga ahli dalam beberapa hal urusan dunia. Hadis ini harus difahami secara

kontekstual, karena menunjukkan penghargaan kepada petani yang melakukan

pekerjaannya secara profesional, yaitu sesuai dengan bidangnya.17

Seperti hadis sebelumnya, pemikiran M. Syuhudi Ismail terhadap hadis ini

bertolak dari pemahamannya terhadap asbâb al-wurûd yang mengiringi hadis

tersebut. Begitu juga dengan metodologi penelitiannya, tidak berbeda dengan

hadis sebelumnya.

C. Hadis Tentang Mandi Pada Hari Jumat

1. Kritik Sanad

Hadisnya adalah,

.

Apabila kamu sekalian hendak datang (menunaikan shalat) jumat,

maka hendaklah (terlebih dahulu) mandi (HR. al-Bukhârî, Muslim, dan

lain-lain)

17

Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual: Tela‟ah Ma‟ani al-Hadits tentang

Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal, h. 56-58.

Page 58: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

49

Di dalam kitab al-Mu„jam al-Mufahrâs Li Alfâz al-Hadîst al-Nabawî

terdapat isyarat yang menyatakan bahwa hadis tersebut terdapat dalam kitab-kitab

hadis. Di antaranya Kha, jum„ah (di dalam kitab Sahîh al-Bukhârî kitab Jumat) 2,

3, 5, 6, 12, dan 26, adzan 161, dan syahadah 185. Mim (Sahîh Muslim) Musafirin

26 dan 27, Jum„ah 1, 2, 3, dan 6-8. Dal (Sunan Abî Dâwud) Taharah 127 dan 128.

Ta (Sunan al-Tirmidzî) Jum„ah 29. Nun (Sunan al-Nasâ‟î) Jum„ah 7, 8, 11, dan

25, dan Siyam 81. Jah (Sunan Ibn Mâjah) Iqamah 78, 80, dan 83. Di (Sunan al-

Dârimî) Salat 190. T (al-Muwatta) Jum„ah 2 dan 4. Hamim (Musnad Ahmad bin

Hanbal) 1, 51, 46 dan 365.18

Kitab Sunan al-Dârimî

Selain al-Dârimî, terdapat pula matan hadis yang serupa dengan sanad

yang juga hampir serupa, adapun rangkaian sanad-sanadnya adalah Khalid bin

Mukhallid, Mâlik, Nâfi„ dari Ibn „Umar ra. Pada hadis yang diriwayatkan oleh

al-Dârimî ini memiliki sanad-sanad yang kuat, terhindar dari syaz dan illat, di sisi

lain sanad-sanadnya juga memiliki ketersabungan hubungan antara guru dan

murid dengan demikian penulis simpulkan bahwa kualitas hadis al-Dârimî sahih.

Kitab Sunan al-Nasâ‟î

18

Weinsinck, Mu‟jam al-Mufahras li alfâz al-Hadîs al-Nabawiyah. Jilid I h. 370. 19

al-Dârimî, Sunan al-Dârimî, bab al-Ghuslu Yaum al-Jumu„ah juz I h. 423. 20

Ahmad bin Syu„aib Abû „Abd al-Rahmân al-Nasâ‟î, Sunan al-Nasâ‟î al-Kubrâ (Dar al-

Kutub Ilmiyyah: Beirut) bab Ijab al-Ghusli Yaum al-Jum„ah juz I h. 521.

Page 59: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

50

Adapun al-Nasâ‟î dalam kitabnya mengeluaran hadis mengenai mandi

pada hari jumat dengan sanad-sanad sebagai berikut, Qutaibah bin Sa„îd, Mâlik,

Nâfi„ dari Ibn „Umar ra. Rangkaian sanad al-Nasâ‟î hampir serupa dengan

rangkaian sanad yang diriwayatkan oleh al-Dârimî.

Kitab Musnad Ahmad bin Hanbal

Hadis pada kitab Musnad Imam Ahamd bin Hanbal, rangkaian sanadnya

adalah „Abdullâh, Abî (Ahmad bin Hanbal), Yahyâ, „Ubaidillâh, Nâfi„ dari Ibn

„Umar ra.21

Pada hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad ini, penulis menyimpulkan

bahwa hadis ini berkualitas sahih, karena sesuai dengan kriteria kesahihan sanad

hadis.

Sejauh penelusuran penulis, mengenai hadis mandi pada hari jumat

terdapat sanad dan matan yang berbeda, hadis-hadis tersebut adalah:

Kitab Sunan Abî Dâwud

21

Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, juz II h. 55.

Page 60: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

51

Sanad-sanadnya adalah Abû Taubah al-Rabî„ bin Nâfi„, Mu„âwiyah,

Yahyâ, Abû Salamah bin „Abd al-Rahmân dari Abû Hurairah ra. dan bersumber

dari Ibn „Umar ra.

Kitab Sunan Ibn Mâjah

Hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Mâjah, rangkaian sanadnya adalah

Muhammad bin „Abdullâh bin Namir, „Umar bin „Ubaid, Abî Ishaq, Nâfi„ dari

Ibn „Umar ra.

Kitab Sunan al-Tirmidzî

Rangkaian sanadnya adalah Ahmad bin Munî„, Sufyân bin „Uyainah, al-

Zuhrî, Salîm dari bapaknya, Abî al-Ja„d.

Kitab Sunan al-Nasâ‟î

22

al-Sijistanî, Sunan Abî Dâwud, bab Fi Ghusli Yaum al-Jum„ah juz I h. 134. 23

al-Quzwini, Sunan Ibn Mâjah, Bab Ma Ja‟a Fi al-Ghusli Yaum al-Jum„ah Juz I. h. 346.

Pada bab lain terdapat tema yang sama yaitu pada bab Ma Ja‟a Fi Zinati Yaum al-Jum„ah juz I h.

349. 24

al-Tirmidzî, Sunan al-Tirmidzî, Bab al-Ightisalu yaum al-Jum„ah juz 2 h. 364.

Page 61: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

52

Rangkaian sanadnya adalah Katsîr bin „Ubaid al-Huasî, Muhammad bin

Harb Humasî, al-Zubaidî, al-Zuhrî, Salîm dari „Abdullâh bin „Umar bin al-

Khattab.

Kitab Musnad Ahmad bin Hanbal

Dan yang ketujuh yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin

Hanbal. „Abdullâh, Abî (Ahmad bin Hanbal), Sufyân, al-Zuhrî, dari Salîm dari

bapaknya, Abî al-Ja„d. Yahyâ, „Ubaidillâh, Nâfi„ dari Ibn „Umar ra.

Rangkaian sanad-sanad hadis yang berbeda matan tetapi temanya sama,

menurut sebagian pakar dan pengkritik sanad hadis semuanya berkualitas sahih,

dengan demikian penulis berkesimpulan bahwa sanad-sanad dari matan hadis

yang berbeda tetapi temanya sama berkualitas sahih karena sesuai dengan kriteria

kesahihan sanad hadis.

2. Kritik Matan

Mengacu pada kriteria kesahihan matan, penulis melakukan langkah-

langkah sebagai berikut. Pertama, penulis akan meneliti dari sisi bahasa Arab

yang sesuai dengan bahasa kenabian. Melalui pendekatan bahasa, penulis

mengambil sebuah kata yang dianggap penting, yaitu al-Jumu„ah. Kata al-

Jumu„ah merupakan isim „alam yang berarti kumpul, kata tersebut merupakan

25

al-Nasâ‟î, Sunan al-Nasâ‟î al-Kubrâ, bab Ijab al-Ghusli Yaum al-Jum„ah juz I h. 520

dan 521. Pada bab Hasu al-Imam Fi Khutbatihi „Ala Ghusli Yaum al-Jum„ah, Juz III h. 93, 105,

106. 26

Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal. juz II h. 9, 35, 37, 41, 42, 48, 53, 55, dll.

Page 62: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

53

sebutan hari suci pada hari keenam, yaitu hari berkumpulnya umat Islam di

Masjid untuk mendirikan shalat berjama‟ah di siang hari. Kata tersebut sering

digunakan terutama ketika membicarakan keutamaan-keutamaan maupun

kegiatan yang ada pada hari jumat.27

Kedua, penulis mengemukakan melalui pendekatan pendapat para ulama.

Menurut al-„Ainî, hadis ini menunjukkan kewajiban terhadap laki-laki dewasa

agar melakukan mandi tatkala mendatangi masjid, terutama pada hari jumat.28

Selain itu, ia mengatakan bahwa hadis ini menunjukkan anjuran mensucikan

badannya dengan mandi ketika berpergian dan tidak dianjurkan bagi yang tidak.29

Kebersihan, keindahan, dan kerapihan bagi seorang muslim sangat dianjurkan,

terlebih ketika hendak shalat jumat.

Ketiga, penulis mengemukakan dengan pendekatan sejarah. al-Husainî di

dalam bukunya, al-Bayân wa al-Ta„rîf mengatakan bahwa ia mengutip hadis dari

Imam Mâlik, al-Syaikhânî, Ashâb al-Sunan selain Abî Dâwud riwayat yang

bersumber dari Ibn „Umar mengatakan bahwa hadis ini berkaitan dengan prilaku

sahabat yang memakai baju wol yang jarang dicuci sehingga menyebabkan bau

yang sangat menyengat ketika Rasulullah saw. khutbah jumat. Nabi merasakan

seusana yang kurang meyenangkan sehingga bau tak sedap itu mengganggu

keberlangsungan aktivitas shalat jumat. Ketika itulah Rasulullah saw. bersabda

perihal mandi sebelum shalat jumat.30

27

Jamâl al-Dîn Muhammad Min Mukrâm Ibn Manzûr, Lisân al-‟Arab (Dâr al-Fikr:

Libanon). Juz II h. 36. 28

al-„Ainî al-Hanafî, „Umdat al-Qâri Syarh Sahîh al-Bukhârî, Juz IX h. 497. 29

al-„Ainî al-Hanafî, „Umdat al-Qâri Syarh Sahîh al-Bukhârî, Juz X h. 65. 30

al-Sayyid al-Syarîf Ibrâhîm bin Muhammad ibn Hamzah al-Husainî, al-Bâyan al-Ta„rîf

Fî Asbâb al-Wurûd al-Hadîts al-Syarîf (Dar al-Turats al-„Arabi: Kairo) h. 50.

Page 63: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

54

Keempat, kesesuaian dengan prinsip agama. Kesucian, kebersihan, dan

keindahan merupakan salah satu hal yang disenangi dan sesuai dengan fitrah

manusia juga sejalan dengan syariat Islam. Oleh karena itu, hadis ini tidak

bertentangan dengan prinsip-prinsip agama. Dengan demikian setelah

dikemukakan empat macam pendekatan kesahihan matan hadis, dapat penulis

simpulkan bahwa matan hadis tersebut sahih.

3. Pemikiran M. Syuhudi Ismail tentang Hadis : Mandi Pada Hari Jumat

Pada hadis ketiga, tentang mandi di hari jumat. M. Syuhudi Ismail

mengemukakan terlebih dahulu pendapat Dâwud al-Zahiri yang memahaminya

secara tekstual. Setelah itu M. Syuhudi ismail mengemukakan asbâb al-wWurûd

dengan merujuk kitab al-Bayân al-Ta„rîf Fî Asbâb al-Wurûd al-Hadîts al-Syarîf

karya Al-Sayyid al-Syarîf Ibrâhîm bin Muhammad ibn Hamzah al-Husainî. Pada

kitab ini dikemukakan bahwa ada sahabat Nabi yang bekerja sebagai tukang

kebun. Ketika shalat jumat, ia pergi ke masjid masih mengenakan baju wol kasar

yang jarang dicuci dan memang biasa dipakai bekerja, sehingga bau keringatnya

menyengat. Sedangkan ketika itu nabi sedang menyampaikan khutbah jumat dan

cuaca pun dalam keadaan panas. Tidak bisa dielakkan lagi, bau badan yang

menyengat itu membuat resah Nabi dan para sahabat. Maka keluarlah hadis nabi

yang mengisyaratkan agar orang yang menghadiri shalat jumat hendaknya mandi

terlebih dahulu. Dalam hal ini M. Syuhudi Ismail menyimpulkan bahwa hadis ini

difahami sebagai hadis yang mempunyai sabab khusus, dan difahami secara

kontekstual.31

31

Ismail, Hadis Nabi Yang Tekstual dan Kontekstual: Tela‟ah Ma‟ani al-Hadits Tentang

Ajaran Islam Yang Universal, Temporal dan Lokal, h. 58-59.

Page 64: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

55

Hemat penulis dengan gambaran yeng telah dikemukakan dan rujukan

yang digunakan pemikiran M. Syuhudi Ismail dipengaruhi oleh asbâb al-wurûd

yang dikemukakan oleh Al-Sayyid al-Syarîf Ibrâhîm bin Muhammad ibn Hamzah

di dalam karyanya al-Bayân al-Ta„rîf Fî Asbâb al-Wurûd al-Hadîts al-Syarîf.

Metode yang digunakannya pun sama dengan yang sebelumnya.

D. Hadis Tentang Kewajiban Mandi Pada Hari Jumat

1. Kritik Sanad

Hadisnya adalah

Mandi pada hari jumat adalah wajib atas setiap orang yang telah

bermimpi (HR. al-Bukhârî, Muslim, dan lain-lain)

Hadis ini berhubungan dengan hadis sebelumnya. Jika sebelumnya

berbicara tentang keharusan mandi jum‟at karena kondisi badan dan pakaian yang

jarang dibersihkan. Maka dalam hadis ini keharusannya lebih dikarenakan telah

bermimpi baligh.

Mengenai sanad hadis keempat ini senada dengan informasi yang tedapat

dalam hadis ketiga, yaitu terdapat dalam kitab kitab al-Mu„jam al-Mufahrâs Li

Alfâz al-Hadîst al-Nabawî terdapat isyarat yang menyatakan bahwa hadis tersebut

terdapat dalam kitab-kitab hadis, yaitu Kha, jum„ah (di dalam kitab Sahîh al-

Bukhârî kitab Jumat) 2, 3, 5, 6, 12, dan 26. Adzan 161, syahadah 185. Mim (Sahîh

Muslim) Musafirin 26 dan 27 dan Jum„ah 1, 2, 3, dan 6-8. Dal (Sunan Abî

Dâwud) Taharah 127 dan 128. Ta (Sunan al-Tirmidzî) Jum„ah 29. Nun (Sunan al-

Nasâ‟î) Jum„ah 7, 8, 11 dan 25 dan Siyam 81. Jah (Sunan Ibn Mâjah) Iqamah 78,

Page 65: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

56

80, dan 83. Di (Sunan al-Dârimî) Salat 190. T (al-Muwatta) Jum„ah 2 dan 4.

Hamim (Musnad Ahmad bin Hanbal) 1, 51, 46, dan 365.32

Kitab Sunan al-Nasâ‟î

Dalam riwayat al-Nasâ‟î, sanad-sanadnya adalah Muhammad bin Salamah

Abû al-Harits al-Misri, Ibn Wahb, „Amr bin al-Harist, Sa „id bin Abî Hilâl dan

Bakir bin al-Asyjâ, Abî Bakr bin al-Munkadir, „Amr bin Salîm, „Abd al-Rahmân

bin Abî Sa„îd al-Khudrî dari Abî Sa„îd al-Khudrî.

Hadis yang diriwayatkan oleh al-Nasâ‟î ini memenuhi kriteria kesahihan

sanad hadis, yaitu terdapatnya ketersambungan sanad, periwayat-periwayatnya

bersifat „âdil dan dâbit. Perawi hadisnya juga harus terhindar dari ke-syaz-an dan

terhindar dari „illat.

Kitab Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal

32

Weinsinck, Mu‟jam al-Mufahras li alfâz al-Hadîs al-Nabawiyah. Jilid I h. 370. 33

al-Nasâ‟î, Sunan al-Nasâ‟î al-Kubrâ, bab Ijab al-Ghusli Yaum al-Jum„ah juz I h. 520

dan 521. Pada bab al-Siwak Yaum al-Jum„ah, Juz I h. 519.

Page 66: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

57

Begitu pula sanad-sanad yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Hemat

penulis seuruhnya berkualitas sahih karena sanadnya tersambung, periwayat-

periwayatnya bersifat „âdil dan dâbit, dan terhindar dari ke-syaz-an serta

terhindar dari „illat. Sanad-sanad adalah „Abdullâh, Abî (Ahmad bin Hanbal),

Sofyân, Sofwân bin Salîm, „Ata bin Yasâr dari Abî Sa„îd al-Khudrî.

Sedangkan hadis yang awal matannya tidak diawali kata (al) yaitu:

Kitab Sunan Abî Dâwud

Sanad-sanadnya adalah „Abdullâh bin Musalamah bin Qa„nab, Mâlik,

Safwân bin Salîm, „Ata bin Yasâr dari Abî Sa„îd al-Khudrî.

Kitab Sunan Ibn Mâjah

34

Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, juz III h. 6, 30, 60, 65, dan 69. 35

al-Sijistanî, Sunan Abî Dawud, bab Fi al-Ghusli Yaum al-Jum„ah juz I h. 134. Pada 135

dan 136 pun terdapat tema yang sama dengan sanad yang berbeda.

Page 67: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

58

Rangkaian sanad sebagai berikut: Sahl bin Abî Sahl, Sufyân bin „Uyainah,

Safwân bin Salîm, „Ata bin Yasâr dari Abî Sa„îd al-Khudrî.

Kitab Sunan al-Nasâ‟î

Rangkaian sanad-sanadnya adalah Qutaibah bin Sa„îd, Mâlik, Safwân bin

Salîm, „Ata bin Yasâr dari Abî Sa„îd al-Khudrî. Dari seluruh rangkaian sanad-

sanad hadis mengenai kewajiban shalat jumat bagi yang telah bermimpi baligh,

baik yang diawalai dengan kata (al) maupun tidak, hemat penulis bahwa sanad-

sanadnya berkualitas sahih. Karena sesuai dengan kesahihan sanad hadis seperti

sanad-sandnya bersambung, periwayat-periwayatnya bersifat „âdil dan dâbit.

Perawi hadisnya juga harus terhindar dari ke-syaz-an dan terhindar dari „illat.

2. Kritik Matan

Sebagaimana kriteria kesahihan matan, langkah-langkah yang dilakukan

penulis. Pertama, penulis akan meneliti dari sisi bahasa Arab untuk kesesuaian

dengan bahasa kenabian. Sebelumnya, perlu diketahui bahwa hadis ini secara

umum mengenai anjuran mandi pada hari jumat, dan dikhususkan bagi mereka

yang telah bermimpi. Melalui pendekatan bahasa, penulis mengambil sebuah kata

yang dianggap penting, yaitu Muhtalimun. Kata Muhtalimun merupakan asal kata

36

al-Quzwînî, Sunan Ibn Mâjah, Bab Ma Ja‟a Fi al-Ghusli Yaum al-Jum„ah Juz I. h. 346.

Pada bab lain terdapat tema yang sama yaitu pada bab Ma Ja‟a Fi Zinati Yaum al-Jum„ah juz I h.

346. 37

al-Nasâ‟î, Sunan al-Nasâ‟î al-Kubrâ, bab Ijab al-Ghusli Yaum al-Jum„ah juz I h. 520.

Pada tema yang sama juga dikemukakan oleh al-Nasâ‟î pada bab al-Hai‟atu Li al-Jum„ah, Juz I h.

523.

Page 68: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

59

dari ihtalama-yahtalimu, kata tersebut merupakan isim fâ„il yang berarti orang

yang bermimpi atau baligh. Kata tersebut sering digunakan oleh Rasulullah saw.

ketika menunjukkan bahwa seseorang tersebut telah dewasa, dan amat banyak

hadis yang menunjukkan hal itu.

Kedua, penulis mengemukakan melalui pendekatan pendapat para ulama.

Hadis ini hampir serupa dengan hadis kajian penulis sebelumnya. Namun pada

hadis ini lebih dikhususkan kepada orang-orang yang telah bermimpi baligh.

Menurut al-„Ainî, hadis mengenai kewajiban mandi tersebut tidak dianjurkan

kepada yang belum bermimpi baligh, dan amat dianjurkan bagi yang telah

bermimpi baligh untuk mandi pada shalat jumat.38

Ketiga, penulis mengemukakan dengan pendekatan sejarah, hadis ini

mempunyai sabab yang sama, tetapi berbeda dalam hal pengkhususan. Hadis

sebelumnya menunjukan sebab bau badan salah seorang sahabat yang sangat

menyengat dari pakaian yang jarang dicuci. Pada hadis ini kewajiban mandi

dikhususkan bagi mereka yang telah bermimpi, terlebih bagi orang yang jarang

mandi lalu hendak melakukan shalat jumat, maka hal itu diwajibkan.

Keempat, kesesuaian dengan prinsip agama. Sebagaimana halnya hadis

sebelumnya yang mengindikasikan kesucian, kebersihan, dan keindahan adalah

sejalan dengan syariat Islam. Oleh karena itu, hadis ini tidak bertentangan dengan

agama. Dengan demikian, setelah dikemukakan empat macam pendekatan

kesahihan matan hadis, dapat penulis simpulkan bahwa matan hadis tersebut

sahih.

38

al-„Ainî al-Hanafî, „Umdat al-Qâri Syarh Sahîh al-Bukhârî, Juz 10 h. 66. Hal senada

juga diungkapkan oleh Ibn Rajab, namun ia mengemukakan bahwa hadis ini menunjukkan

kewajiban khusus bagi orang-orang yang telah bermimpi, karena mereka hendak mendirian shalat

jumat. Zainudîn Abî al-Farâj Abd al-Rahmân Ibn Syihâb al-Dîn al-Baghdadî al-Dimasyqî al-

Syahîr bi Ibn Razab, Fath al-Bârî Li Ibn Rajab (Dar Ibn al-Jauzi) juz 5 h. 340.

Page 69: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

60

3. Pemikiran M. Syuhudi Ismail Tentang Hadis Kewajiban Mandi Pada

Hari Jumat

M. Syuhudi Ismail mengemukakan pendapatnya mengenai hadis tentang

kewajiban mandi pada hari jumat dengan mengutip pendapat hadis sebelumnya

(Mandi pada hari Jumat). Dapat dikatakan bahwa pemikiran M. Syuhudi Ismail

pada hadis ini, pemahamannya adalah secara kontekstual. Ia menyatakan bahwa

masyarakat yang terbiasa mandi dua kali sehari dan bau tubuhnya tidak

mengganggu masyarakat lainnya maka ia tidak diwajibkan mandi.

Adapaun bagi mereka yang jarang mandi dan jarang mengganti pakaian

diwajibkan mandi sebelum melaksanakan shalat jumat.39

Pada hadis ini, M.

Syuhudi Ismail menyatakan bahwa hadis ini difahami secara kontekstual dan

pemikirannya mengacu kepada hadis sebelumnya yang membicarakan tema yang

sama. Namun hemat penulis, pada hadis ini M. Syuhudi Ismail tidak

menyinggung bahwa hadis ini diwajibkan bagi mereka yang telah bermimpi

baligh.

Dalam hadis ini terlihat bagaimana Syuhudi mengaitkan pemahamannya

dengan hadis sebelumnya. Karena dalam hadis diatas tiadak terdapat asbâb al-

wurûd. Maka ia menganalogikan keharusan mandi jumat karena telah bermimpi

baligh dengan keharusan yang disebabkan kotornya pakaian dan badan, lebih lagi

jika dua hal tersebut terjadi secara bersamaan.

E. Hadis Tentang Syair (Puisi) dan Nanah

1. Kritik Sanad

39

Ismail, Hadis Nabi Yang Tekstual dan Kontekstual: Tela‟ah Ma‟ani al-Hadits Tentang

Ajaran Islam Yang Universal, Temporal dan Lokal, h. 59-60.

Page 70: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

61

Hadisnya adalah

Lebih baik perutmu diisi nanah daripada diisi syair (puisi) (HR. al-

Bukhârî dan lain-lain)

Di dalam kitab al-Mu„jam al-Mufahrâs Li Alfâz al-Hadîst al-Nabawî

terdapat isyarat yang menyatakan bahwa hadis tersebut terdapat dalam kitab-kitab

hadis, yaitu Kha, (di dalam kitab Sahîh al-Bukhârî kitab Adab) Adab 92 dan 4.

Mim (Sahîh Muslim) Syi„ir 907. Dal (Sunan Abî Dâwud) Adab 87. Ta (Sunan al-

Tirmidzî) Adab 71. Nun (Sunan al-Nasâ‟î) 69. Jah (Sunan Ibn Mâjah) Adab 42.

Di (Sunan al-Dârimî) Isti‟djan 69. Hamim (Musnad Ahmad bin Hanbal) 1, 175,

dan 177.40

Kitab Sunan Abî Dâwud

Sanad-sanadnya adalah Abû Walîd al-Tayâlîsî, Syu„bah, al-A„Masy, Abî

Sâlih dari Abû Hurairah ra.

Kitab Sunan Ibn Mâjah

40

Weinsinck, Mu‟jam al-Mufahras li alfâz al-Hadîs al-Nabawiyah, Bab Min Ayamtaliya

Syi„ran Jilid III h. 140. 41

al-Sijistanî, Sunan Abî Dâwud, bab Adab Ma Ja‟a Fi Syi„r juz IV h. 460.

Page 71: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

62

Hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Mâjah, rangkaian sanadnya sebagai

berikut: Abû Bakar, Hafs, Mu„âwiyah, Wakî„, al-A„masy, Abî Sâlih dari Abû

Hurairah ra.

Kitab Sunan al-Tirmidzî

Hadis yang diriwayatkan oleh al-Tirmidzî, sanad-sanadnya adalah „Îsâ bin

„Utsmân bin „Îsâ al-Ramlî, „Ammi Yahyâ bin „Îsâ, al-A„masy, Abî Sâlih dari Abû

Hurairah ra.

Kitab Sunan al-Dârimî

Hadis yang diriwayatkan oleh al-Dârimî, sanad-sanadnya adalah

„Ubaidillâh bin Mûsâ, Hanzalah, Salîm dari Ibn „Umar ra.

Kitab Musnad Ahmad bin Hanbal

42

al-Quzwini, Sunan Ibn Mâjah, Bab Ma Karahu Min al-Syi„r Juz II. h. 1236. Pada

halaman 1237 di bab yang sama terdapat tema yang sama, namun berbeda sanad. 43

al-Tirmidzî, Sunan al-Tirmidzî, Bab Li Ayyamtalia Jaufa Ahadakum Qaihan Min al-

Syi„r. juz V h. 140. Pada halaman 141 terdapat pula tema yang sama dengan sanad yang berbeda. 44

al-Dârimî, Sunan al-Dârimî, bab Li Ayyamtalia Jaufa Ahadakum juz II h. 384.

Page 72: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

63

Rangkaian sanad-sanadyna adalah „Abdullâh, Abî (Ahmad bin Hanbal),

Muhammad bin Ja„far, Syu„bah dan Hujjâj, Syu „bah, Qatâdah, Yunus bin Jubair,

Muhammad bin Jubair bin Sa„d dari Sa„d.

Menurut penulis, secara keseluruhan sanad hadis mengenai syair (puisi)

dan nanah berkualitas sahih. Hal itu disebabkan karena hadis di atas memenuhi

kriteria kesahihan sanad hadis. Di antaranya terdapatnya ketersambungan sanad,

periwayat-periwayatnya bersifat „âdil dan dâbit. Perawi hadisnya juga harus

terhindar dari ke-syaz-an dan terhindar dari „illat.

2. Kritik Matan

Untuk mengetahui kualitas matan hadis ini, penulis melakukan langkah-

langkah sebagai berikut: Pertama, penulis meneliti melalui pendekatan bahasa.

Dalam hal ini, penulis mengambil contoh sebuah kata yang dianggap penting,

yaitu Syi„ran. Kata Syi„ran merupakan asal kata dari sya„ara yasy„uru fahuwa

syi„ran, kata tersebut merupakan masdar yang berarti syair (puisi). Kata tersebut

sering digunakan oleh Rasulullah saw. ketika menunjukkan kebolehan maupun

larangan bersyair (puisi). Pada masa jahiliyah, salah satu kegiatan orang-orang

Arab adalah membuat syair. Namun dalam hal ini, Nabi amat melarang

penggunaan syair dengan kata-kata yang tidak baik. Dengan demikian kata

tersebut bukanlah kata asing, amat banyak hadis yang menunjukkan hal itu.

Kedua, penulis mengemukakan melalui pendekatan pendapat ulama. Hadis

mengenai syair (puisi) ini merupakan larangan bagi mereka yang

mendendangkannya, namun dalam hal ini terdapat batasan yang menyebabkan

larangan untuk bersyair. Ulama melarang orang-orang mendendangkan syair

45

Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, juz I h.175, 181, II, 39, 288, 331, 355,

391, 478, 480, III, 41.

Page 73: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

64

karena ada suatu yang bersifat ejekan. Hal ini dapat menyebabkan rusaknya

kerukunan. Di tempat lain, ada pula ulama yang memubahkan bersyair, karena di

dalamnya tidak terindikasi kata-kata kotor yang tidak diinginkan.46

Ketiga, penulis menggunakan pendekatan sejarah. Hadis ini dikemukakan

oleh Rasulullah saw. tatkala beliau mengadakan perjalanan ke kota al-„Araj. Kota

tersebut merupakan pertemuan berbagai macam kafilah dan budaya. Tiba-tiba

terdapat salah seorang dari mereka (ada yang mengatakan bahwa ia adalah orang

kafir) yang mendendangkan syair yang berisi ejekkan terhadap Nabi saw. Sebab

itu, Rasulullah saw. mengeluarkan pernyataan sebagaimana hadis di atas. Dengan

asbâb al-wurûd demikian, peristiwa itu pernah dialami oleh Rasulallah saw.

Keempat, kesesuaian dengan prinsip agama. Agama melarang kepada

siapa saja yang menggunakan kata-kata kotor, apalagi bentuknya penghinaan.

Allah swt. berfirman,

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-

laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu

lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan

merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih

baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil

dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan

adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak

bertobat, Maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. Al-Hujarat

[49] : 11)

Sebagaimana firman Allah swt. di atas, dapat dipahami bahwa perkataan

maupun syair yang baik dan benar merupakan anjuran agama. Oleh karena itu,

46

al-Nawawî, Sahîh Muslim bi Syarh al-Nawawî, Juz 15 h. 14.

Page 74: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

65

hadis ini tidak bertentangan dengan agama. Dengan demikian setelah

dikemukakan empat macam pendekatan kesahihan matan hadis, dapat penulis

simpulkan bahwa matan hadis tersebut sahih.

3. Pemikiran M. Syuhudi Ismail Tentang Hadis Syair (puisi) dan Nanah

Hadis yang berbicara tentang syair dan nanah ini, terlebih dahulu

didudukan oleh M. Syuhudi Ismail sesuai pada porsinya, lalu ia mengatakan jika

difahami secara tekstual, maka Rasulullah saw. melarang para sahabat dan umat

Islam umumnya untuk mendendangkan syair. Akan tetapi, pengertian mengenai

perut diisi nanah lebih baik daripada bersyair menunjukkan bahwa syair tersebut

berbentuk ejekan kepada Nabi. Dengan demikian hadis tersebut tidak bisa

dipahami secara tekstual, tetapi dipahami secara kontekstual.47

Lebih dari itu, M. Syuhudi Ismail mengemukakan asbâb al-wurûd yang

menunjukkan hal ihwal Rasulullah saw. bersabda demikian. Menurut al-Nawawî

peristiwa itu terjadi ketika Rasulullah saw. berada di kota al-„Araj. Di sana

terdapat seseorang yang bersyair yang isinya mengejek Rasulullah saw. sehingga

beliau bersabda demikian.48

Dengan gambaran yang telah M. Syuhudi Ismail kemukakan, hemat

penulis, ia memahami hadis ini secara kontekstual dan temporal berlandaskan

asbâb al-wurûd. Hal ini mengindikasikan pemikirannya dipengaruhi oleh al-

Nawawî dengan mengutip dari kitab Sahîh Muslim bi Syarh al-Nawawî.

47

Ismail, Hadis Nabi Yang Tekstual dan Kontekstual: Tela‟ah Ma‟ani al-Hadits Tentang

Ajaran Islam Yang Universal, Temporal dan Lokal, h. 60-61. 48

al-Nawawî, Sahîh Muslim bi Syarh al-Nawawî, Juz 15 h. 14.

Page 75: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

66

F. Hadis Tentang Syair dan Hikmah

1. Kritik Sanad

Hadisnya adalah,

Sesungguhnya sebagian dari syair itu hikmah (HR. al-Bukhârî dan

lain-lain)

Di dalam kitab al-Mu„jam al-Mufahrâs Li Alfâz al-Hadîst al-Nabawî

terdapat isyarat yang menyatakan bahwa hadis tersebut terdapat dalam kitab-kitab

hadis, yaitu Kha, (di dalam kitab Sahîh al-Bukhârî kitab Adab) Adab 90. Ta

(Sunan al-Tirmidzî) Adab 69. Jah (Sunan Ibn Mâjah) Adab 41. Di (Sunan al-

Dârimî) Isti‟djan 68. Hamim (Musnad Ahmad bin Hanbal) 1, 269, 273, dan 303.49

Kitab Sunan Abî Dâwud

Hadis yang diriwayatkan oleh Abû Dâwud, sanad-sanadnya adalah : Abû

Bakar bin Abî Syaibah, Ibn al-Mubârak, Yûnus, al-Zuhrî, Abû Bakar bin „Abd al-

Rahmân bin al-Harits bin Hisyâm, Marwân bin al-Hakam, „Abd al-Rahmân bin al-

Aswâd bin „Abd Yaghûts dari Ubai bin Ka„b.64

Kitab Sunan Ibn Mâjah

49

Weinsinck, Mu‟jam al-Mufahrâs li Alfâz al-Hadîst al-Nabawiyah.. Bab Inna Min al-

Syi„r Hikmah Jilid III h. 140.

Page 76: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

67

Hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Mâjah, sanad-sanadnya sebagai berikut:

Abû Bakar, Abû Usamah, al-Zuhrî, Abû Bakar bin „Abd al-Rahmân, Marwân bin

Hakam, „Abd al-Rahmân bin al-Aswâd bin „Abd Yaghûts dari Ubai bin Ka„b.

Kitab Sunan al-Tirmidzî

Hadis yang diriwayatkan oleh al-Tirmidzî, sanad-sanadnya adalah Abû

Sa„îd al-Asyja, Yahyâ bin „Abd al-Mâlik bin Abî Ghuinah, Abî Ghuinah, „Asim,

Zar, „Abdullâh. Menurut Abû „Îsâ, hadis ini jika diriwayatkan melalui sanad

tersebut berkualitas gharîb, hadis ini marfu karena riwayat Abû Sa„îd al-Asyja

dari Ibn Abî Ghuniah. Sedangkan jika perawinya selain dari jalan Ibn Abî

Ghuniah adalah mauquf.

Kitab Sunan al-Dârimî

50

al-Quzwînî, Sunan Ibn Mâjah, Bab al-Syi„r Juz II. h. 1235.

Page 77: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

68

Hadis yang diriwayatkan oleh al-Dârimî. sanad-sanadnya adalah Abû

„Asim, Ibn Juraij, Ziyad atau Sa„d, Ibn Syihâb, Abû Bakar bin „Abd al-Rahmân

bin Hisyâm, Marwan bin al-Hakam, „Abd al-Rahmân bin al-Aswâd bin „Abd

Yaghûts dari Ubai bin Ka„b. Menurut Husain bin Salîm, sanad-sanad hadis ini

da„if karena ada perawi yang bernama Ibn Juraij. Akan tetapi kedudukan hadis ini

menjadi baik menurut hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal.

Kitab Musnad Ahmad bin Hanbal

Hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal, sanad-sanadnya adalah

„Abdullâh, Abî (Ahmad bin Hanbal), Yazîd bin Harun, Ibrâhîm bin Sa„d, al-Zuhrî,

Abû Bakar bin „Abd al-Rahmân bin al-Hârits bin Hisyâm, Marwân bin Hakam,

„Abd al-Rahmân bin al-Aswâd bin „Abd Yaghûts dari Ubai bin Ka„b. Hadis ini

berkualitas shahih karena memenuhi syarat al-Bukhârî .

Dari enam hadis yang penulis kemukakan, lima hadis sanad-sanadnya

berkualitas sahih, sedangkan sanad yang diriwayatkan oleh al-Tirmidzî sanadnya

berkualitas da„îf, namun hadis tersebut terangkat menjadi sahih karena terbantu

51

al-Dârimî, Sunan al-Dârimî, bab Inna Min al-Syi„r Hikmah juz II h. 383. 52

Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, juz V h.125. pada juz dan halaman yang

sama terdapat pula hadis serupa dengan sanad yang berbeda.

Page 78: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

69

dengan hadis-hadis sahih yang terdapat dalam kitab-kitab sunan lainnya, oleh

karena itu hadis yang berkualitas da„îf tersebut bersatatus sahîh li ghairihi.

Dengan demikian secara umum penulis kemukakan bahwa hadis mengenai syair

(puisi) dan hikmah kualitas sanadnya sahih.

2. Kritik Matan

Sebagaimana kriteria kesahihan matan, penulis menguraikan langkah-

langkah sebagai berikut. Pertama, penulis akan meneliti dari sisi bahasa Arab

yang sesuai dengan bahasa kenabian. Sebelumnya, perlu diketahui bahwa hadis di

atas secara umum mengenai anjuran bersyair. Sekilas, tampaknya hadis ini dengan

hadis sebelumnya bertentangan. Namun setelah diadakan berbagai macam

pendekatan maka hadis tersebut akan bermakna sejalan dan dapat dikhususkan

kepada siapa hadis tersebut berlaku. Melalui pendekatan bahasa, penulis

mengambil contoh sebuah kata yang dianggap penting, yaitu hikmah. Kata hikmah

merupakan asal kata dari hakama-yahkumu hikmatan. Kata tersebut merupakan

masdar yang berarti hikmah, rahasia, atau mengetahui hal yang benar. Kata

tersebut sering digunakan oleh Rasulullah saw. ketika menunjukkan sebuah

kalimat, perbuatan serta ucapan yang mengandung hikmah.

Kedua, penulis mengemukakan melalui pendekatan pendapat ulama.

Dalam hal ini, penulis telah mengemukakan pada hadis sebelumnya. Yaitu, syair

yang baik diperbolehkan menurut para ulama. Sedangkan yang dilarang adalah

syair yang bertujuan menghina, mengejek dan berimplikasi negatif.

Ketiga, penulis mengemukakan dengan pendekatan sejarah. Sebab turunya

sebuah hadis adakalanya diawali dengan berbagai peristiwa dan ada pula yang

Page 79: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

70

tanpa diawali dengan peristiwa yang melatar belakanginya. Mengenai hadis ini

tidak ditemukan peristiwa yang melatar belakangi sebab musabab turunya hadis

tersebut.

Keempat, kesesuaian hadis dengan prinsip agama. Kriteria keempat ini

telah penulis kemukakan di atas, namun untuk memperkuat pandangan agama

maka penulis kemukakan pendapat al-Sindî, menurutnya bahwa syair (puisi)

boleh dilakukan dengan tujuan kebaikan. Akan tetapi jika syair dilakukan untuk

hal-hal yang buruk maka syair itu diserupakan dengan nanah. Pada umumnya

syair merupakan hawa nafsu yang dikemukakan oleh penyair, namun untuk

membatasi hal itu penyair haruslah dilandasi dengan keimanan dan amal saleh.53

Dari tiga pendekatan, nampaknya secara matan hadis ini dapat

dikategorikan berkualitas sahih walaupun tanpa pendekatan asbâb al-wurûd,

karena tidak semua hadis terdapat asbâb al-wurûdnya.

3. Pemikiran M. Syuhudi Ismail Tentang Hadis Syair dan Hikmah

Pembahasan hadis keenam ini menegaskan bahwa di dalam syair terdapat

hikmah. Pada hadis kelima di atas hadis itu bersifat temporal dan tidak difahami

secara tekstual. Pada kali ini jika mendendangkan syair sesuai dengan syariat

Islam, maka mendendangkan syair diperbolehkan. Oleh karena itu, hadis keenam

ini menurut M. Syuhudi Ismail dipahami secara tekstual.54

Lebih jauh penulis kemukakan, bahwa hadis sayir dan nanah serta hadis

syair dan hikmah bertentangan secara tekstual. Dalam hal ini Syuhudi

53

Muhammad bin „Abd al-Hâdî al-Sindî, Hâsyiyah al-Sindî „Alâ Sunan Ibn Mâjah

(Mauwqi„ al-Islam) juz VII h. 153. 54

Ismail, Hadis Nabi Yang Tekstual dan Kontekstual: Tela‟ah Ma‟ani al-Hadits Tentang

Ajaran Islam Yang Universal, Temporal dan Lokal, h. 61-62.

Page 80: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

71

menyikapinya dengan menggunakan kaidah dalam ilmu hadis, yaitu dengan

pendekatan ilmu mukhtalif hadis, yaitu bagaimana menyikapi hadis-hadis yang

terlihat bertentangan padahal kedua hadis tersebut keduanya berstatus sahih. Oleh

karena itu ia berkesimpulan bahwa hadis tersebut tidak dihapus, tetapi diterapkan

sesuai dengan situasi dan kondisinya, atau hadis tersebut tidak difahami secara

tekstual tetapi kontekstual.

Page 81: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan penulis pada skripsi ini, dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Sanad-sanad hadis dalam buku Hadis Nabi Yang Tekstual dan

Kontekstual: Tela‟ah Ma‟ani al-Hadits Tentang Ajaran Islam Yang

Universal, Temporal dan Lokal pada bab Hadis-Hadis Yang Mempunyai

Sebab Secara Khusus yang terdiri dari enam buah hadis, secara umum

berkualitas sahih, karena hadis-hadis tersebut memenuhi kriteria kesahihan

sanad hadis. Di antaranya : Terdapatnya ketersambungan sanad,

periwayatnya bersifat „âdil dan dâbit, dan terhindar dari syaz dan „illat.

Tetapi, ada sanad lain dari al-Turmuzi tentang hadis yang tidak

menyayangi tidak disayangi dengan kualitas hasan-sahih

2. Sedangkan dari segi matan, hadis-hadis tersebut juga berkualitas sahih

karena sesuai dengan kriteria kesahihan matan. Antara lain dengan

meneliti melalui pendekatan bahasa, melalui pendekatan pendapat ulama,

melalui pendekatan sejarah dengan pemahaman asbâb al-wurûd, dan

sesuai dengan prinsip agama. Tetapi ada satu matan hadis dari al-Darimi

tentang hadis syair dan hikmah dengan kualitas dha‟if.

3. Pemikiran M. Syuhudi Ismail dalam kaitannya dengan hadis-hadis yang

penulis bahas, dapat dipahami sebagai berikut:

Page 82: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

73

a. Dalam memahami hadis, terlebih dahulu ia mendudukan hadis

tersebut pada porsinya. Yaitu dengan mengemukakan perbedaan

dan kekhususan yang disebabkan oleh perbedaan waktu dan

tempat. Dengan cara ini, maka tampaklah hadis yang menunjukkan

bahwa ajaran Islam bersifat universal, temporal dan lokal.

b. Setelah itu, ia mengemukakan segi-segi yang berkaitan erat dengan

diri Nabi Muhammad saw. dan memahami situasi dan kondisi yang

melatar belakangi atau yang menyebabkan terjadinya hadis

tersebut. Dalam hal ini, ia menggunakan asbâb al-wurûd. Dengan

pendekatan tersebut, bisa jadi suatu hadis dipahami secara tersurat

(tekstual) dan dipahami secara tersirat (kontekstual).

c. Selanjutnya ia akan menjelaskan makna hadis dengan merujuk

pada kitab-kitab syarah hadis. Setelah itu, menyimpulkan makna

hadis sebenarnya dan menjelaskan kemungkinan hadis tersebut

untuk dipahami secara universal, temporal atau lokal.

Setelah penulis pahami, ternyata metode yang digunakan M. Syuhudi

Ismail untuk meneliti suatu hadis, tidak jauh berbeda dengan para ulama

hadis terdahulu. Hanya saja, ia berusaha mengemasnya dengan susunan

yang dibuat semenarik mungkin dan berusaha mengaitkannya dengan

berbagai disiplin ilmu yang terus berkembang.

B. Saran-Saran

1. Sebaiknya para peneliti hadis lebih teliti dalam memberi perhatian

mengenai pemikiran pensyarah hadis.

Page 83: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

74

2. Bagi peneliti sanad maupun matan hadis, kategori dan kriteria yang

ditawarkan oleh M. Syuhudi Ismail dapat dijadikan acuan.

3. Selain sanad dan matan hadis, peneliti selanjutnya juga harus menekankan

pengembangan pemahaman hadis agar tidak salah dalam mensyarahkan

maksud dan tujuan hadis.

Page 84: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

75

DAFTAR PUSTAKA

al-„Ainî, Badru al-Dîn Abû Muhammad Mahmud bin Ahmad. „Umdat al-Qâri

Syarh Sahîh al-Bukhârî. Beirut: Muhammad Amin Damaj, t.t.

Anwar, M. Syafi‟i. Pemikiran Aksi Islam Indonesia: Sebuah Kajian Politik

tentang Cendikiawan Muslim Orde Baru. Jakarta: Paramadina, 1995.

Arifudin, Ahmad. “Pembaharuan Pemikiran tentang Hadis Nabi Muhammad saw.

di Indonesia: Study Pemikiran M. Syuhudi Ismail.” Disertasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1999.

al-„Asqalânî, Ahmad bin „Alî bin Hajar Abû Fâdil. Fath al-Bârî Syarh Ibn Hajar

al-„Asqalânî. T.tp: Dâr al-Fikr wa al-Maktabah as-Salâfiyyah, t.t.

al-Bukhârî, Abû „Abdullâh Muhammad bin Ismâîl bin Ibrâhîm bin Mugirah

Bardazbah. al-Jâmi„ al- Sahîh al-Musammâ Sahîh al-Bukhârî. Beirut: Dâr

al-Fikr, t.t.

Bustamin dan Salam, M Isa H. A. Metodologi Kritik Hadis. Jakarta: PT. Raja

Garfindo Persada, 2004.

al-Husaini, H.M.H. al-Hamid. Riwayat Hidup Nabi Besar Muhamad saw. Jakarta:

Yayasan al-Hamidi, 1992.

al-Husainî, al-Sayyid al-Syarîf Ibrâhîm bin Muhammad ibn Hamzah. al-Bâyan al-

Ta„rîf Fî Asbâb al-Wurûd al-Hadîts al-Syarîf. Kairo: Dâr al-Turâts al-

„Arabi, t.t.

Ibn Hanbal, Abû „Abdullâh Ahmad. Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal. Beirut:

Dâr al-Kutub al-Islamî, t.t.

Ismail, M. Syuhudi. Pengantar Ilmu Hadits Bandung: Angkasa, 1987

--------. Kaedah Kesahihan Sanad Hadis (Telaah Kritis dengan Pendekatan Ilmu

Sejarah) Bulan Bintang, Jakarta, 1988.

--------. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Bulan Bintang, Jakarta, 1993.

--------. Hadis Nabi Yang Tekstual dan Kontekstual: Tela‟ah Ma‟ani al-Hadits

Tentang Ajaran Islam Yang Universal, Temporal dan Lokal. Bulan

Bintang, Jakarta, 1994

--------. Cara Praktis Mencari Hadis. Bulan Bintang, Jakarta, 1999.

Page 85: PPROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5147/1/NURZAENI... · Nabi pada haji Wada„. Naskah-naskah ini menunjukkan bahwa

76

al-Misrî, Jamal al-Dîn Muhammad Min Mukram Ibn Manzûr al-Afriqî. Lisân al-

„Arab. Libanon: Dâr al-Fikr, t.t.

al-Mutqî, „Alî bin Hisyâm al-Dîn. Kanzu al-„Umal Fî Sunan al-Aqwâl wa al-

Af„âl. Beirut: al-Maktabah al-Islamî, 1398 H/1978 M.

al-Nasâ‟î, Ahmad bin Syu„aib Abû „Abd al-Rahmân. Sunan al-Nasâ‟î al-Kubrâ.

Beirut: Dâr al-Fikr, 1400 H/1980 M.

al-Nawawî, Abû Zakariâ Yahyâ bin Syarafuddîn. Sahîh Muslim bi Syarh al-

Nawawî. Mesir: al-Matba‟ah al-Misriyyah, 1924 M.

al-Nîsâbûrî, Abû al-Husain Muslim bin al-Hujjaj bin Muslim al-Qusyairî al-Jâmi„

al-Sahîh al-Musammâ Sahîh Muslim. Beirut: Dâr al-Jail wa Dâr al-Afaq

al-Jadîdah, t.t.

al-Quzwînî, Muhammad bin Yazîd Abû „Abdullâh. Sunan Ibn Mâjah. Dar al-Fikr:

Beirut, t.t.

al-Sijistanî, Abû Dâwud Sulaimân bin al-Asy„ats. Sunan Abî Dâwud. Dar al-Fikr:

Beirut, t.t.

al-Sindî, Muhammad bin „Abd al-Hâdî. Hâsyiyah al-Sindî „Alâ Sunan Ibn Mâjah.

Beirut: Dâr al-Fikr, t.t.

Tim Penyusun. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Jakarta: Yayasan Penyelenggara

Penerjemah, 1983.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka, 2005

al-Tirmidzî, Abû „Îsâ Muhammad bin „Îsâ bin Sawrah. Sunan al-Tirmidzî.

Libanon: Daar al-Fikr, t.t.

Umar, Nasarudin. “Sosok Ilmuan Murni Yang Penuh Percaya Diri.” Harian

Pedoman Rakyat. Jumat 24 Nopember, 1995.

Weinsinck, A.J. al-Mu„jam al-Mufahrâs Li Alfâz al-Hadîst al-Nabawî. Leiden:

EJ. Brill, 1936.

Zakariâ, Abû al-Husyain Ahmad ibn Faris ibn. Mu‟jam al-Maqâyis fi al-Lughah.

Beirut: Daar al-Fikr, 1994.