Ppklh Sampling Perpipaan
-
Upload
firmansyahrachmand -
Category
Documents
-
view
222 -
download
1
description
Transcript of Ppklh Sampling Perpipaan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hidup orang banyak, bahkan
oleh semua makhluk hidup. Karena itu sumber daya air harus dilindungi agar tetap
dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain.
Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan
memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek
penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna
air.
Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air
mendefinisikan beberapa peristilahan sebagai berikut. Air, meliputi semua air yang
terdapat di dalam dan atau berasal dari sumber air yang terdapat di atas permukaan
tanah. Air yang terdapat di bawah permukaan tanah dan air laut tidak temasuk dalam
pengertian ini. Baku mutu air, yaitu batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi dan
atau komponen lain yang ada atau harus ada dan atau ada unsur pencemar yang dapat
ditenggang dalam sumber air tertentu, sesuai dengan peruntukkannya. Dsb.
Untuk memperhatikan hal-hal tersebut sebelum melakukan penelitian kualitas air perlu
pangambilan sampel air untuk menilai apakah air tersebut masih layak pakai untuk
kebutuhan sehari-hari seperti air minum, mencuci, air untuk kakus dan lain-lain.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui tipe atau jenis-jenis sampel air
2. Mengatahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan sampel
3. Mengetahui metode-metode pengambilan air sampel
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Jenis - jenis Sampel Air
Jenis - jenis sampel air dapat dikelompokkan menjadi tiga sebagai berikut:
1. Sampel sesaat (grab sample), yaitu sampel yang diambil secara langsung dari badan
air yang sedang dipantau. Sampel ini hanya menggambarkan karakteristik air pada
saat pengambilan sampel.
2. Sampel komposit (composite sample), yaitu sampel campuran dari beberapa waktu
pengamatan. Pengambilan sampel komposit dapat dilakukan secara manual ataupun
secara otomatis dengan menggunakan peralatan yang dapat mengambil air pada
waktu-waktu tertentu dan sekaligus dapat mengukur debit air. Pengambilan sampel
secara otomatis hanya dilakukan jika ingin mengetahui gambaran tentang
karakteristik kualitas air secara terus-menerus.
3. Sampel gabungan tempat (integrated sample), yaitu sampel gabungan yang diambil
secara terpisah dari beberapa tempat, dengan volume yang sama.
Beberapa hal yang menyangkut teknik pengambilan sampel air dikemukakan dalam
Kumpulan Standar Nasional Indonesia Bidan Pekerjaan Umum Mengenai Kualitas Air
(Rozaini, 2003).
Pada dasarnya, pengambilan sampel air dapat dilakukan terhadap air permukaan
maupun air tanah.
1. Air permukaan
Air permukaan meliputi air sungai, danau, waduk, rawa, dan genangan air lainnya.
Pengambilan sampel di sungai yang dekat dengan muara atau laut yang dipengaruhi
oleh air pasang harus dilakukan jauh dari muara. Adapun pengambilan sampel air
sungai dapat dilakukan di lokasi-lokasi sebagai berikut.
a. Sumber alamiah, yaitu lokasi yang belum pernah atau masih sedikit mengalami
pencemaran.
b. Sumber air tercemar, yaitu lokasi yang telah mengalami perubahan atau di bagian
hilir dari sumber pencemar.
c. Sumber air yang dimanfaatkan, yaitu lokasi penyadapan/pemanfaatan sumber air.
Hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Sampel air yang diambil harus dalam keadaan steril. Hal ini dimaksudkan agar air
yang diambil mengandung bakteri yang murni berasal dari air tersebut, sehingga
diperlukan teknik- teknik pengambilan air sampel yang benar.
2. Selang waktu untuk pemeriksaaan bakteriologis minimal 1 jam dari pengambilan
harus sudah dilakukan pemeriksaan. Namun dapat dipertahankan lebih lama lagi
asal disimpan dalam lemari pendingin ± 30 jam.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel bakteriologis.
Dalam pengambilan air yang digunakan untuk pemeriksaan bakteriologis berbeda
dengan keperluan untuk pemeriksaan fisika dan kimia, terutama mengenai sterilisasi,
yaitu :
1. Botol untuk tempat contoh air harus bersih dan steril. Sterilisasi dilakukan pada
suhu 180o C selama 20 menit dalam oven atau sesuai dengan tabel suhu dan waktu
sterilisasi pada oven.
2. Botol harus mempunyai tutup yang masuk kedalam leher dengan diberi kertas
pelindung yang dikaitkan pada sekeliling botol sebelum disterilkan.Volume botol
yang digunakan minimal 150 ml dan diisi dengan air paling sedikit 100 ml,
sehingga masih ada sisa ruangan diatas contoh air untuk mencampur contoh air
sebelum diperiksa.
3. Untuk pemeriksaan air yang telah diolah seperti air PDAM harus dipakai botol yang
diberi natrium thio sulfat untuk menetralisasi sisa chlor. Tutup botol dan kertas
pelindung diambil sebagai satu kesatuan dan dipegang antara jari-jari tangan.
4. Untuk pengambilan dipegang di bagian bawah botol, diisi dengan contoh air, dan
secepatnya ditutup kembali.
5. Pengambilan harus dilakukan secara hati-hati dan aseptis (Rozaini, 2003).
2.2. Mikroba Dalam Air
Parameter mikrobiologis untuk air minum adalah dengan menggunakan bakteri E coli.
Apabila dalam pemeriksaan air minum dan ditemukan adanya bakteri tersebut, maka
dapat dipastikan bahwa air tersebut telah terkontaminasi oleh tinja manusia dan hewan
berdarah panas (Syamsunir, 1992).
Menurut National Academy of Sciences USA bahwa bakteri indikator adalah bakteri
yang memenuhi persyaratan berikut (Syamsunir, 1992):
1. Dapat diterapkan untuk semua jenis perairan
2. Selalu ditemukan bila di dalam perairan tersebut terdapat bakteri patogen
3. Jumlahnya sebanding dengan tingkat pencemaran perairan tersebut
4. Jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan bakteri patogen
5. Tidak mengalami pertumbuhan selama berada di perairan
6. Daya tahan hidupnya lebih lama daripada bakteri patogen
7. Tidak ditemukan di dalam perairan yang tidak mengalami pencemaran
8. Relatif mudah dideteksi di laboratorium
9. Mempunyai ciri-ciri yang tetap
10. Tidak berbahaya atau menyebabkan penyakit pada manusia atau hewan.
Berdasarkan kriteria - kriteria tersebut, bakteri yang memenuhi syarat sebagian besar
persyaratan adalah kelompok bakteri koli (Coliform). Kelompok bakteri koli termasuk
famili Enterobacteriaceae. Bakteri Enterobacteriaceae mempunyai 4 marga yaitu
marga Excherichia, Citrobacter, Enterobacter/Aerobacter dan Klebsiell (Syamsunir,
1992).
Ciri-ciri utama mikroba yang termasuk dalam kelompok Enterobacteriaceae, yaitu
bersifat gram negatif, anaerobik fakultatif, berbentuk batang, oksidase negatif, tidak
membentuk spora, fermentatif dan biasanya bergerak. Kelompok bakteri ini terdiri dari
bakteri yang bersifat patogen dan non patogen dan merupakan flora normal dalam usus.
Penyebaran kelompok bakteri koli (Coliform) di alam sangat luas, diantaranya adalah
hidup dan berkembang di dalam usus manusia dan binatang berdarah panas. Bakteri
yang terdapat dalam suatu perairan dapat dibedakan menurut tempat asalnya, yaitu ada
yang berasal dari usus manusia dan binatang (yang keluar bersama tinja) dan yang
bukan berasal dari usus manusia (Syamsunir, 1992).
Perbedaannya terletak pada usus manusia dan binatang (yang keluar bersama tinja) dan
yang bukan berasal dari usus manusia. Selain itu suhu inkubasi pada saat analisis
sampel air, bakteri yang berasal dari usus manusia memerlukan suhu inkubasi 44,50oC
selama 24 - 48 jam, sedangkan yang bukan berasal dari usus manusia suhu inkubasinya
35oC selama 24 - 48 jam. Kelompok bakteri yang berasal dari usus manusia dan
binatang disebut bakteri Fecal coli atau E. coli. Selain bakteri Fecal coli, didalam usus
hewan berdarah panas juga terdapat Fecal streptococcus yang termasuk dalam famili
Streptococcaceae, namun jumlahnya lebih sedikit dibanding bakteri Fecal coli.
Walaupun demikian, daya tahan hidup bakteri Fecal streptococcus dalam suatu perairan
lebih kuat bila dibandingkan dengan kelompok bakteri coli (Syamsunir, 1992).
Sumber air mempunyai kualitas yang berbeda, tergantung pada sifat fisik, kimiawi dan
bakteriologis serta dipengaruhi oleh kondisi lingkungan serta kegiatan manusia di
sekitarnya, misalnya kegiatan pemukiman, pertanian dan industri. Pencemaran terhadap
sumber air umumnya menyebabkan turunnya kualitas air. Untuk kualitas air dari suatu
sumber yang tidak dapat memenuhi persyaratan fisik, kimiawi dan bakteriologi,
kemudian disyaratkan untuk dilakukan pengolahan air bersih. Pengolahan air bersih
tersedia rancangan yang berbeda - beda, sangat tergantung keadaan setempat, baik
potensi kualitas airnya maupun kandungan lainnya yang dapat ikut mempengaruhi
(Syamsunir, 1992).
Untuk mengetahui lebih lanjut kualitas air bersih, perlu ditempuh uji air tersebut ke
laboratorium yang bersangkutan. Walaupun air yang dibagikan atau dipergunakan
memenuhi persyaratan kualitas air bersih, namun tetap saja untuk dapat siap diminum
atau untuk masak - memasak, air bersih yang tersedia haruslah tetap diseduh hingga
mendidih (Syamsunir, 1992).
Dalam rangka memenuhi persyaratan kualitas air minum, maka perlu dilaksanakan
kegiatan pengawasan kualitas air minum yang diselenggarakan secara terus - menerus
dan berkesinambungan agar air yang digunakan oleh penduduk dari penyediaan air
minum yang ada terjamin kualitasnya, termasuk didalamnya air minum yang diproduksi
oleh suatu perusahaan, baik pemerintah maupun swasta, didistribusikan kepada
masyarakat dengan kemasan dan atau isi ulang (Syamsunir, 1992).
2.3. Prinsip Dasar Instalasi Plumbing
Dalam perencanaan dan pemasangan instalasi plumbing ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan. Hal-hal ini tidak dapat diabaikan keberadaannya, karena mampu
mengurangi (menurunkan) kemanfaatan dari sistem dan dapat mengganggu konstruksi
gedung.
Prinsip-prinsip dasar tersebut adalah :
1) Konsep denah alat plumbing
Konsep denah alat plumbing selain mempertimbangkan pemakaian energi secara
keseluruhan yang perlu dijadikan dasar peletakan alat plumbing adalah segi
arsitektual bangunan atau dapat disebut sebagai aspek estetika tata ruang bangunan.
2) Perlindungan konstruksi gedung
Perlindungan konstruksi gedung dilakukan karena adanya pembebanan akibat
pemasangan pipa dan perlengkapannya. Untuk keperluan tersebut pipa tidak boleh
langsung dipasang menembus bagian konstruksi, seperti pondasi, balok atau
dinding, karena itu harus dibuat suatu selubung (sleeve) yang terpasang pada tempat
dimana pipa menembus.
3) Perlindungan pipa dari kerusakan
Perlindungan pipa dari kerusakan, penting diperhatikan karena dapat mempengaruhi
kualitas air yang didistribusikan. Beberapa kerusakan yang dapat terjadi adalah
korositas, yang menyebabkan perkaratan, biasanya terjadi pada pipa besi. Hal ini
dapat diatasi dengan pemberian lapisan aspal atau cat untuk menahan karat.
4) Perancangan sistem plumbing yang baik
Perancangan sistem plumbing yang baik adalah dengan memperhatikan pemasangan
katup untuk pengeluaran udara, sehingga tidak menimbulkan penyumbatan. Pipa
mendatar pada sistem pengaliran keatas sebaiknya dibuat agak miring keatas (searah
aliran), sedangkan pada sistem pengaliran ke bawah sekitar 1/300. Perpipaan yang
tidak merata, misalnya melengkung, hendaknya dipasang katup pelepas udara.
Selain itu juga harus dihindarkan membaliknya arah aliran.
5) Perencanaan sistem pembuangan
Perencanaan sistem pembuangan untuk mencegah tersumbatnya pipa dan kerusakan
pipa akibat turbulensi aliran, maka kemiringan pipa dibuat sama atau lebih dari
diameter pipa. Kecepatan paling baik adalah dalam range 0,6 - 1,2 m/s.
BAB III
METODOLOGI PRATIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
3.1.1 Waktu Pelaksanaan
Praktikum Sampling Perpipaan dilaksanakan pada hari Senin, 6 April 2015 pada pukul
15.00 WITA – 16.00 WITA.
3.1.2 Tempat Pelaksanaan
Pada praktikum Sampling Perpipaan, metode sampling pada air kran dilakukan di
samping Gedung Kesekretariatan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman, metode
sampling air permukaan langsung dilakukan di selokan / drainase depan Fakultas
Teknik Universitas Mulawarman dan metode sampling air permukaan tidak langsung
dilakukan di danau depan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. buah botol sampel steril dengan volume > 100ml
2. Bunsen
3. Korek Api
4. Batu (pemberat)
5. Kamera
6. Alat Tulis
3.2.2 Bahan
1. Air sampel
2. Alumunium foil
3. Kapas
4. Kertas Label
5. Tali rafia
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Sampling Air Kran
a. Dipilih kran-kran yang berhubungan langsung dengan dengan sambungan utama
b. Dipastikan bahwa kran dalam keadaan baik dan tidak ada kebocoran
c. Dilepaskan alat-alat tambahan pada kran
d. Dibuka kran dan dibiarkan air keluar selama 1 - 2 menit sebelum pengukuran dan
pengambilan sampel dilaksanakan
e. Ditutup kran dan dipanaskan/dibakar permukaannya secara menyeluruh, buka lagi
kran kira-kira 1 - 2 menit
f. Diambil sampel mikrobiologi dengan hati-hati, hindarkan dari kontaminasi, isilah
botol sampel (sudah disterilisasi) tanpa menyentuh permukaannya sebanyak ¾
bagian
g. Disterilkan mulut botol dengan pembakaran sebelum disumbat dengan kapas dan
ditutup dengan alumunium foil.
3.3.2 Sampling Air Permukaan Langsung
a. Disiapkan botol sampel yang telah disterilkan
b. Dilepaskan tutup botol dan pegang botol steril pada bagian bawah botol dan
dimasukan botol pada air permukaan sedalam ±20 cm dengan posisi mulut botol
berlawanan dengan arah aliran
c. Dibuang isi botol sehingga terisi ¾ bagian saja
d. Disterilkan mulut botol dengan pembakaran
e. Ditutup botol steril dengan kapas dan alumunium foil
3.3.3 Sampling Air Permukaan Tidak Langsung
a. Disiapkan botol sampel yang telah disterilkan dan diberi pemberat pada bagian
bawahnya
b. Dilepaskan tutup botol dan di turunkan tali perlahan-lahan
c. Dibuang isi botol sehingga terisi ¾ bagian saja
d. Disterilkan mulut botol dengan pembakaran
e. Ditutup botol steril dengan kapas dan alumunium foil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
REKAM DATA PENGAMBILAN
SAMPEL LINGKUNGAN
1. Nama Pengambilan Sampel : Pengambilan sampling perpipaan
2. Tanggal Pengambilan Sampel : 6 April 2015
3. Jam Pengambilan Sampel : a. 16.33 WITA (sampling kran)
b. 16.47 WITA (sampling air permukaan
langsung
c. 16.57 WITA (sampling air permukaan
tidak langsung)
4. Lokasi Pengambilan Sampel : a. Kran air utama Gedung Sekretariat
Fakultas Teknik Universitas Mulawarman
(sampling pada kran)
b. Kolam di samping jogging track
(sampling air permukaan tidak langsung)
c. Kolam di depan Fakultas Teknik
(sampling air permukaan tidak langsung)
5. Uraian Sampel : Air kran dan air kolam
6. Tipe Sampel :
Gabungan Waktu Gabungan Tempat Sesaat
1) Interval waktu : ± 10 menit
2) Volume sub sampel : 75 ml
3) Total waktu yang dibutuhkan : ±1 jam
4) Sampel tidak diambil pada jam :
7. Acuan Metode Pengambilan Sampel : a. Metode sampling pada kran,
b. Metode sampling air permukaan langsung,
c. Metode sampling air permukaan tidak
langsung
No.
Urut
Titik Pengambilan
SampelFoto Lokasi Pengambilan Sampel
1.
Pengambilan sampel
pada kran, dilakukan
pada kran Gedung
Sekretariat Fakultas
Teknik untuk teknik
pengambilan sampel air
kran
2.
Pengambilan sampel
pada kolam jogging
track samping Fakultas
Teknik, untuk teknik
pengambilan sampel air
permukaan langsung
3.
Pengambilan sampel
pada kolam depan
Fakultas Teknik untuk
teknik pengambilan
sampel air permukaan
tidak langsung
Rincian kondisi lingkungan
selama pengambilan sampel yang
dapat mempengaruhi interpretasi
hasil pengujian:
1. Metode Sampling Kran
Kran yang digunakan berada
di samping Gedung
Sekretariat Fakultas Teknik.
Letak kran berada di samping
kantin yang ada di gedung
kesekretariatan Fakultas
Teknik. Kondisi kran sangat
baik. Kran berada tepat diatas
tanah dan disekeliling kran
terdapat cover crop dan tanah
lapang.
2. Metode Sampling Air Tidak
Langsung
Percobaan ini dilakukan di
kolam depan Fakultas Teknik.
Disekitar kolam juga terdapat
Asrama mahasiswa, lapangan
voli dan berhubungan
langsung dengan saluran
drainase.
3. Metode Sampling Air
Langsung
Kondisi lingkungan pada
sampling air permukaan
langsung berada di saluran
Hasil pengukuran parameter lapangan:
drainase yang berhubungan
dengan jalur pembuangan air
Fakultas Teknik dan berada
pada jalan utama menuju
Fakultas Teknik, Universitas
Mulawarman.
4.2 Pembahasan
Metode sampling yang digunakan pada praktikum sampling perpipaan kali ini adalah
sampling kran, sampling permukaan air secara langsung dan sampling permukaan
secara tidak langsung. Sampling kran bertujuan untuk melakukan pengambilan sampel
di aliran air yang melalui instrumen kran. Untuk skala perumahan atau rumah tangga
sampling ini menjadi poin penting, karena kita dapat mengetahui kualitas air yang ada
di suatu kawasan. Sampling secara langsung bertujuan jika kita mengambil sampel air
di sungai yang memiliki arus, dan lokasi sampling mudah untuk dijangkau sehingga
hasil yang didapat akurat. Sampling tidak langsung bertujuan jika kita mengambil
sampel di lokasi yang sulit untuk dijangkau misalnya di aliran sungai yang deras atau
sungai yang dilewati oleh jembatan sehingga kita melakukan pengambilan sampling
secara tidak langsung dari atas jembatan.
Pada praktikum ini, dilakukan pengambilan sampel air di lingkungan Fakultas Teknik
Universitas Mulawarman. Botol sampel yang digunakan harus disterilkan terlebih
dahulu dan tangan tidak boleh menyentuh bagian bibir botol, hal ini dilakukan agar
didapatkan bakteri yang murni ada di sampel air tersebut atau sampel air yang diambil
tidak terkontaminasi oleh bakteri yang dari lingkungan sekitar lokasi pengambilan
sampel. Hal ini juga sangat berpengaruh pada hasil pengamatan. Jika sampel air yang di
ambil terkontaminasi oleh bakteri lain, maka hasil atau data yang di dapatkan tidak akan
sesuai dan tidak akurat.
Pengambilan sampel yang pertama dilakukan di kran air yang berhubungan langsung
dengan sambungan utama. Sebelum digunakan kran dibersihkan terlebih dahulu,
kemudian alat-alat tambahan yang terdapat di kran seperti karet dilepaskan. Air
dibiarkan keluar selama 1 - 2 menit sebelum pengambilan sampel, agar bakteri atau
kotoran-kotoran yang terdapat di instrumen kran ikut terbuang bersama air. Kran
ditutup dan dipanaskan permukaannya secara menyeluruh dengan menggunakan
bunsen, ini dilakukan untuk sterilisasi instrumen kran. Kemudian kran dibuka lagi
selama 1 - 2 menit. Setelah itu dilakukan pengambilan sampel air, dimasukkan ke dalam
botol sebanyak ¾ bagian botol saja, sebagai ruang untuk oksigen agar bakteri yang ada
di air sampel tetap bisa hidup, dan analisa yang dilakukan di Laboratorium bisa
mendapatkan hasil yang akurat. Botol sampel yang telah terisi kembali disterilkan
dengan cara dipanaskan bagian mulut botol dengan menggunakan bunsen agar bakteri
yang lain tidak masuk sehingga menyebabkan kontaminasi. Botol sampel disumbat
dengan kapas dan ditutup dengan aluminium foil untuk disimpan sebelum dianalisa.
Pengambilan sampel yang kedua menggunakan sistem langsung, jadi botol sampel yang
telah disterilkan, tutup botolnya dilepas terlebih dahulu. Celupkan dengan memegang
bagian bawah botol dan bagian mulut botol menghadap ke permukaan air sedalam ± 20
cm dengan posisi mulut botol berlawanan dengan arah air, agar air yang ada di lokasi
dapat masuk dengan baik kedalam botol sampel. Dan botol sampel juga hanya diisi
sampai ¾ bagian botol saja, sebagai tempat untuk oksigen agar bakteri yang ada
didalam air tetap bisa hidup. Botol sampel yang telah terisi disterilkan dengan cara
dipanaskan bagian mulut botol dengan menggunakan bunsen. Botol sampel disumbat
dengan kapas dan ditutup dengan aluminium foil untuk disimpan sebelum dianalisa.
Pengambilan sampel yang ketiga menggunakan sistem tidak langsung. Botol yang telah
disterilkan diberi pemberat pada bagian bawahnya dan diberikan tali, agar botol sampel
bisa terendam didalam air, dan tali itu berfungsi sebagai pengontrolnya sama seperti
pada timba di sumur. Dilepaskan tutup botol dan diturunkan tali perlahan-lahan. Setelah
botol sampel terisi, kemudian diangkat dan dibuang isinya sampai ¾ bagian botol saja
sebagai tempat untuk oksigen. Botol sampel disterilkan dengan memanaskan mulut
botol dengan bunsen agar tidak ada bakteri lain yang masuk sehingga menyebabkan
kontaminasi.
Faktor yang mempengaruhi kualitas air sampel adalahadalahkesterilan alat dan bahan
yang digunakan. Kesterilan alat dan bahan yang digunakan sangat penting pada
pelaksanaannya, guna untuk menghindari terjadinya kontaminasi air sampel dengan
mikroba lainnya.
Kendala yang dihadapi selama praktikum adalah pertama pada saat melakukan
sterilisasi botol sampel, ujung mulut botol terlalu jauh dengan api bunsen, sehingga
sterilisasi tidak efektif. Kedua saat melakukan pengambilan sampel tidak langsung,
mengalami kesulitan pada botol sampel yang susah masuk ke dalam air kolam, karena
pemberat yang diikatkan di botol sampel tidak diletakkan di bawah botol sampel
sehingga pengambilan sampel dilakukan berulang - ulang, hal tersebut juga
mengakibatkan botol sampel cepat terkontaminasi dengan udara luar, karena air tidak
cepat masuk ke dalam botol sampel. Ketiga pengambilan sampel air kurang memadai
untuk dilakukan pengukuran air permukaan langsung karena yang dibutuhkan adalah
badan air yang memiliki arus namun saat pengambilan sampel arus tidak terlalu terlihat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Terdapat tiga macam teknik pengambilan sampel, yaitu pengambilan air dari kran,
teknik pengambilan air permukaan secara langsung, dan teknik pengambilan air
permukaan secara tidak langsung.
2. Faktor yang mempengaruhi pengambilan sampel adalahkesterilan alat dan bahan
yang digunakan. Kesterilan alat dan bahan yang digunakan sangat penting pada
pelaksanaannya, gunanya untuk menghindari terjadinya kontaminasi air sampel
dengan mikroba lainnya.
3. Jenis-jenis sampel air dapat dikelompokkan menjadi tiga sebagai berikut:
a. Sampel sesaat (Grab Sample)
Yaitu sampel yang diambil secara langsung dari bahan air yang sedang dipantau.
Sampel ini hanya menggambarkan karakteristik air pada saat pengambilan
sampel.
b. Sampel Komposit (Composite Sample)
Yaitu sampel campuran dari beberapa waktu pengamatan. Pengambilan sampel
komposit dapat dilakukan secara manual ataupun secara otomatis dengan
menggunakan peralatan yang dapat mengambil air pada waktu-waktu tertentu
dan sekaligus dapat mengukur debit air. Pengambilan sampel secara otomatis
hanya dilakukan jika ingin mengetahui gambaran tentang karakteristik kualitas
air secara terus-menerus.
c. Sampel gabungan tempat (Integrated Sample)
Yaitu sampel gabungan yang diambil secara terpisah dari beberapa tempat,
dengan volume yang sama.
5.2 Saran
Untuk melengkapi praktikum ini lebih baik jika semua alat mulai dari sterilisasi hingga
analisis mikrobiologi ada, agar praktikan lebih menguasai materi praktikum kali ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam, Syamsunir. 1992. Dasar-Dasar Mikrobiologi dan Parasitologi untuk
Perawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Nasution, Rozaini. 2003. Teknik Sampling. USU Digital Library: Medan.
3. Sutrisno, Totok. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Gramedia: Jakarta