pph-ps-21-22-23-261

13
22/06/2013 1 Pajak Penghasilan pasal 21, 22, 23, 24, 25, dan 26 Undang-undang No. 36 Tahun 2008 Pajak Penghasilan Pasal 21 • Pasal 21 Undang-undang PPh mengatur tentang pembayaran pajak dalam tahun berjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan. PPh pasal 21

Transcript of pph-ps-21-22-23-261

  • 22/06/2013

    1

    Pajak Penghasilan pasal21, 22, 23, 24, 25, dan 26

    Undang-undang No. 36 Tahun 2008

    Pajak PenghasilanPasal 21

    Pasal 21 Undang-undang PPh mengaturtentang pembayaran pajak dalam tahunberjalan melalui pemotongan pajak ataspenghasilan yang diterima atau diperolehdari Wajib Pajak orang pribadi dalamnegeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa,dan kegiatan.

    PPh pasal 21

  • 22/06/2013

    2

    Orang pribadi dalam negeri yang menerimapenghasilan sehubungan denganpekerjaan, jasa, dan kegiatan yangdikenakan pajak

    Wajib Pajak PPh pasal 21

    pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium,tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apapun;

    bendaharawan pemerintah dan Kedutaan Besar RepublikIndonesia di luar negeri yang membayarkan gaji, upah,honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengannama apapun;

    Dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan SosialTenaga Kerja, dan badan-badan lain yang membayar uangpensiun dan Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua;

    yayasan, lembaga, kepanitiaan, asosiasi, perkumpulan,organisasi massa, organisasi sosial politik, dan organisasilainnya dalam bentuk apapun dalam segala bidangkegiatan;

    Pemotong PPh pasal 21

    perusahaan, badan, dan bentuk usaha tetap, yang membayarhonorarium atau pembayaran lain sebagai imbalansehubungan dengan kegiatan, jasa, termasuk jasa tenaga ahlidengan status Wajib Pajak dalam negeri yang melakukanpekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanyasendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya ;

    perusahaan, badan, dan bentuk usaha tetap, yangmembayarkan honorarium atau imbalan lain kepada pesertapendidikan, pelatihan, dan pemagangan;

    penyelenggara kegiatan yang membayar honorarium, hadiahatau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajakorang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.

    Pemotong PPh pasal 21

  • 22/06/2013

    3

    Penerima penghasilan yangdipotong PPh Pasal 21

    Pegawai tetap; Tenaga lepas (seniman, olahragawan, penceramah, pemberi

    jasa, pengelola proyek, peserta lomba, petugas dinas luarasuransi), distributor MLM/direct selling dan kegiatan sejenis;

    Penerima pensiun, mantan pegawai, termasuk orang pribadiatau ahli warisnya yang menerima Tabungan Hari Tua atauJaminan Hari Tua;

    Penerima honorarium; Penerima upah; Tenaga ahli (Pengacara, Akuntan, Arsitek, Dokter, Konsultan,

    Notaris, Penilai, dan Aktuaris).

    Objek PPh pasal 21 penghasilan yang teratur , misal: gaji, upah, honorarium,

    premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, premiasuransi yang dibayar pemberi kerja dan penghasilanteratur lainnya dengan nama apa pun;

    penghasilan yang tidak teratur misal: jasa produksi,tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahunbaru, bonus, dan penghasilan sejenis lainnya yangsifatnya tidak tetap ;

    upah harian, upah mingguan, upah satuan, danborongan;

    uang tebusan pensiun, pesangon, uang Tabungan HariTua atau Jaminan Hari Tua, dan pembayaran lain sejenis;

    honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan, komisi,bea siswa, dan pembayaran lain sebagai imbalansehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yangdilakukan oleh Wajib Pajak dalam negeri;

    Gaji, gaji kehormatan, tunjangan lainnya yang terkait gaji,uang pensiun dan tunjangan lainnya yang terkait denganuang pensiun;

    penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnyadengan nama apa pun yang diberikan oleh bukan WajibPajak atau wajib pajak yang dikenakan PPh final dandikenakan PPh berdasarkan norma penghitungan khusus.

    Objek PPh pasal 21

  • 22/06/2013

    4

    Pengecualian Objek PPh 21 pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi; penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dengan

    nama apa pun yang diberikan oleh Pemerintah dan WP,kecuali penerimaan dalam bentuk natura yang termasukobjek PPh;

    iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yangpendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan dan iuranJaminan Hari Tua kepada badan penyelenggara Jamsostekyang dibayar oleh pemberi kerja;

    pajak yang ditanggung oleh pemberi kerja. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari

    badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkanoleh Pemerintah.

    Pajak PenghasilanPasal 22

    PPh pasal 22

    Pasal 22 Undang-undang PPh mengaturmengenai pemungutan pajak sehubungandengan pembayaran atas penyerahanbarang dan adanya kegiatan di bidangimpor atau kegiatan usaha lainnya.

  • 22/06/2013

    5

    Pemungut PPh pasal 22 Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atas

    impor barang; Direktorat Jenderal Anggaran, Bendaharawan Pemerintah

    yang melakukan pembayaran atas pembelian barang; BUMN/BUMD yang melakukan pembelian barang dengan

    dana yang bersumber dari APBN/APBD; Bank Indonesia (BI), BPPN, BULOG, PT Telkom, PT PLN, PT

    Garuda Indonesia, PT Indosat, PT Krakatau Steel,Pertamina dan bank-bank BUMN yang melakukanpembelian barang yang dananya bersumber baik dari APBNmaupun non-APBN;

    Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industrisemen, industri rokok, industri kertas, industri baja, danindustri otomotif, yang ditunjuk oleh kepala KPP ataspenjualan hasil produksinya di dalam negeri;

    Pertamina serta badan usaha lainnya yang bergerak dalambidang bahan bakar minyak jenis premix, super TT dan gasatas penjualan hasil produksinya;

    Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektorperhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan, yangditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, atas pembelianbahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor merekadari pedagang pengumpul.

    Pemungut PPh pasal 22

    Objek PPh pasal 22 Penghasilan dari kegiatan impor; Penghasilan dari penjualan barang kepada Pemerintah; Penghasilan dari penjualan barang yang bersumber dari

    APBN/APBD; Penghasilan dari penjualan barang kepada BI, BPPN, BULOG, PT

    Telkom, PT PLN, PT Garuda Indonesia, PT Indosat, PT KrakatauSteel, Pertamina dan bank-bank BUMN;

    Penghasilan dari penjualan bahan bakar minyak jenis premix,super TT, dan gas;

    Penghasilan dari penjualan hasil produksi industri semen, rokok,kertas, baja, dan otomotif;

    Penghasilan dari penjualan hasil industri dan eksportir yangbergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, perikanan danpertanian.

  • 22/06/2013

    6

    Pengecualian Objek PPh 221. Impor yang dibebaskan PPh pasal 22:

    Barang perwakilan negara asing dan pejabatnya yangbertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik.

    Barang untuk keperluan badan internasional dan pejabatnyayang bertugas di Indonesia yang dinyatakan sebagai bukansubyek pajak.

    Barang untuk musium, kebun binatang, dan tempat sejenisuntuk kepentingan umum

    Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum,agama, sosial, dan kebudayaan.

    Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmupengetahuan

    Barang untuk keperluan tuna netra dan penyandang cacatlainnya

    1. Impor yang dibebaskan PPh pasal 22 (lanjutan): Persenjataan, amunisi, perlengkapan militer, suku cadang

    untuk keperluan pertahanan dan keamanan negara Barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah

    Daerah untuk kepentingan umum Peti mati atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu

    jenazah; Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku

    pelajaran agama. Barang pindahan Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkutan,

    pelintas batas, barang kiriman (sampai nilai pabean tertentu);

    Pengecualian Objek PPh 22

    1. Impor yang dibebaskan PPh pasal 22 (lanjutan): Barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan

    barang bagi keperluan pertahanan dan dan keamanannegara;

    Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan program PekanImunisasi Nasional (PIN);

    Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau,dan kapal angkutan penyeberangan, kapal pandu, kapaltunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan sukucadang serta alat keselamatan pelayaran atau alatkeselamatan manusia yang diimpor dan digunakan olehPerusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau perusahaanpenangkapan ikan nasional;

    Pengecualian Objek PPh 22

  • 22/06/2013

    7

    1. Impor yang dibebaskan PPh pasal 22 (lanjutan): Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan

    penerbangan atau alat keselamatan manusia, peralatanuntuk perbaikan atau pemeliharaan yang diimpor dandigunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional;

    Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikanatau pemeliharaan serta prasarana yang diimpor dandigunakan oleh PT Kereta Api Indonesia;

    Peralatan yang digunakan untuk Penyediaan data batas danphoto udara wilayah Negara Republik Indonesia yangdilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia.

    Pengecualian Objek PPh 22

    2. Impor sementara yang semata-mata untuk diekspor kembali3. Pembayaran yang menjadi beban APBN/APBD atas pembelian

    barang/jasa yang nilainya paling banyak Rp 1.000.000;4. Pembayaran yang menjadi beban APBN/APBD atas pembelian

    bahan bakar minyak, listrik, telepon, gas, air PAM, benda-bendapos;

    5. Emas batangan yang diproses untuk menghasilkan barangperhiasan emas untuk tujuan ekspor;

    6. Pembayaran/pencairan dana JPS oleh Kantor Perbendaharaan danKas Negara;

    7. Impor kembali (re-impor) atas barang yang telah diekspor ataubarang yang diimpor kembali untuk perbaikan, pengerjaan danpengujian;

    8. Pembayaran untuk pembelian gabah dan/atau beras oleh BULOG

    Pengecualian Objek PPh 22

    Pajak PenghasilanPasal 23

  • 22/06/2013

    8

    PPh pasal 23Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan PajakPenghasilan yang dipotong atas penghasilan yangditerima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri danBentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal,penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selainyang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21, yangdibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atausubjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan,Bentuk Usaha Tetap atau perwakilan perusahaan luarnegeri lainnya.

    Wajib Pajak PPh pasal 23

    Subjek Pajak atau penerima penghasilan yangdipotong Pajak Penghasilan Pasal 23 adalahWajib Pajak dalam negeri dan Bentuk UsahaTetap.

    Pemotong PPh pasal 23 badan pemerintah; subjek pajak badan dalam negeri; penyelenggara kegiatan; Bentuk Usaha Tetap; perwakilan perusahaan luar negeri lainnya. orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri tertentu, yang

    ditunjuk oleh Kepala KPP sebagai Pemotong Pajak PenghasilanPasal 23, yaitu : a. akuntan, arsitek, dokter, notaris, PejabatPembuat Akta Tanah (PPAT) kecuali Pejabat Pembuat AktaTanah tersebut adalah camat, pengacara, dan konsultan yangmelakukan pekerjaan bebas; atau b. orang pribadi yangmenjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan ataspembayaran berupa sewa.

  • 22/06/2013

    9

    Objek PPh pasal 23 Dividen, bunga, royalti, dan hadiah, penghargaan,

    bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotongPajak Penghasilan Pasal 21;

    sewa dan penghasilan lain sehubungan denganpenggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilanlain sehubungan dengan penggunaan harta yangtelah dikenai PPh Pasal 4 ayat (2); dan

    imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasamanajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasalain selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21.

    Pengecualian Objek PPh 23 penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank; sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa

    guna usaha dengan hak opsi; dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f

    dan dividen yang diterima oleh orang pribadi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 17 ayat (2c)

    bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf i sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada

    anggotanya penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha

    atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjamandan/atau pembiayaan yang diatur dengan Peraturan MenteriKeuangan

    Pajak PenghasilanPasal 24

  • 22/06/2013

    10

    PPh pasal 24 PPh pasal 24 mengatur tentang kredit pajak

    luar negeri

    Pajak yang dibayar di luar negeri ataspenghasilan dari luar negeri yang diterima

    Wajib Pajak dalam negeri boleh dikreditkan(dikurangkan)

    Ketentuan Kredit Pajak Besarnya pajak yang boleh dikurangkan

    adalah sebesar pajak penghasilan yangdibayar di luar negeri tetapi tidak bolehmelebihi kredit pajak maksimum.

    Besarnya Kredit Pajak Maksimum:

    Pajak PenghasilanPasal 25

  • 22/06/2013

    11

    PPh pasal 25 PPh pasal 25 mengatur tentang besarnya

    angsuran pajak yang dibayar sendiri olehwajib pajak pada tahun berjalan.

    Asumsi: Penghasilan periode berjalan samadengan penghasilan periode sebelumnya.

    Pajak PenghasilanPasal 26

    PPh pasal 26

    PPh pasal 26 mengatur tentang besarnyapajak penghasilan yang dikenakan kepadawajib pajak luar negeri

  • 22/06/2013

    12

    Wajib Pajak PPh 26

    Wajib pajak luar negeri yang memperolehpenghasilan dari Indonesia, baikmenjalankan usaha melalui BUT maupunyang tidak melalui BUT

    Pemotong PPh pasal 26

    Badan Pemerintah Subjek Pajak Dalam Negeri Penyelenggara Kegiatan Bentuk Usaha Tetap

    Objek PPh 261. 20% dari jumlah bruto berupa:

    - Dividen- Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan

    sehubungan dengan jaminan pengembalian utang- Royalti, sewa, dan imbalan lain sehubungan

    dengan penggunaan harta- Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan

    kegiatan- Hadiah dan penghargaan dengan nama dan dalam

    bentuk apapun- Pensiun dan pembayaran berkala lainnya.

  • 22/06/2013

    13

    2. 20% dari Perkiraan Penghasilan Neto berupa : Penghasilan dari penjualan harta di Indonesia Penghasilan berupa premi asuransi yang dibayarkan

    kepada perusahaan asuransi di luar negeri, yaitu: 20% x 50% x Premi yang dibayarkan kepada perusahaan

    asuransi di Luar Negeri. 20% x 10% x Premi yang dibayarkan kepada perusahaan

    asuransi LN oleh perusahaan asuransi yangberkedudukan di Indonesia.

    20% x 5% x Premi yang dibayarkan kepada perusahaanreasuransi LN oleh perusahaan asuransi yangberkedudukan di Indonesia.

    Objek PPh 26

    3. 20% dari Laba Neto setelah pajak dari suatu BUTdi Indonesia kecuali jika ditanamkan kembali diIndonesia.

    4. Apabila telah dilakukan Perjanjian PenghindaranPajak Berganda maka penghitungan besarnya PPhPasal 26 didasarkan pada Tax Treaty tersebut(dibebaskan dari pengenaan PPh Pasal 26 ataudikenakan PPh Pasal 26 dengan tarif yang lebihrendah).

    Objek PPh 26