POTENSI vdc Pleuro tus sp. UNTUK PENGENDALIAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT … · 2017-05-08 ·...
Transcript of POTENSI vdc Pleuro tus sp. UNTUK PENGENDALIAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT … · 2017-05-08 ·...
vdc POTENSI Pleurotus sp. UNTUK PENGENDALIAN Ganoderma sp.
PENYEBAB PENYAKIT BUSUK AKAR PADA POHON
KEHUTANAN
NAZURATUL ASWAD
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Potensi Pleurotus sp.
untuk Pengendalian Ganoderma sp.. Penyebab Penyakit Busuk Akar Merah pada
Pohon Kehutanan” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2016
Nazuratul Aswad
NIM E44120100
ABSTRAK
NAZURATUL ASWAD. Potensi Pleurotus sp. untuk Pengendalian
Ganoderma sp. Penyebab Penyakit Busuk Akar Merah pada Pohon Kehutanan.
Dibimbing oleh ELIS NINA HERLIYANA.
Hutan adalah kawasan yang ditumbuhi tumbuhan-tumbuhan yang berfungsi
sebagai sistem penyangga kehidupan. Keberadaan hutan sangat penting, maka
diperlukan perlindungan hutan, salah satunya dari penyakit hutan. Hutan Tanaman
Industri (HTI) adalah hutan yang rentan terhadap timbulnya penyakit hutan. Salah
satu penyakit hutan adalah penyakit busuk akar merah. Penyakit busuk akar merah
disebabkan oleh jamur Ganoderma sp.. Salah satu pengendalian penyakit busuk
akar merah adalah dengan pengendalian secara hayati. Pengendalian secara hayati
dapat dilakukan dengan jamur pelapuk kayu yaitu Pleurotus sp.. Tujuan penelitian
adalah untuk 1) mengetahui uji antagonis Pleurotus sp. terhadap Ganoderma sp.
pada media PDA, 2) untuk mengetahui uji antagonis Pleurotus sp. terhadap
Ganoderma sp. pada media serbuk gergaji kayu sengon dan 3) untuk mengetahui
pertumbuhan Ganoderma sp. dan Pleurotus sp. pada fase vegetatif dan fase
generatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pleurotus sp. dapat
mengendalikan Ganoderma sp. dengan persen penghambatan sebesar 34.6%. Uji
antagonis Pleurotus sp. terhadap Ganoderma sp. pada media serbuk gergaji kayu
sengon menunjukkan interaksi kompetisi dan pertumbuhan miselium
Ganoderma sp. menurun, terlihat dari zona batas yang terbentuk. Persen
penghambatan tertinggi dari ke tiga perlakuan adalah perlakuan III sebesar 86%.
Kompetisi yang terjadi antara Ganoderma sp. dan Pleurotus sp. menyebabkan
pertumbuhan tubuh buah Ganoderma sp. yang lambat.
Kata kunci : Ganoderma sp., hutan, Pleurotus sp., pengendalian, dan uji
antagonis
ABSTRACT
NAZURATUL ASWAD. The Potential of Pleurotus sp. for biological Control of
Ganoderma sp. Causes Red Root Rot Disease in Trees Forestry. Supervised by
ELIS NINA HERLIYANA.
Forests are areas overgrown with vegetation that serve as buffer zone area.
The existance of forest is very important, it need to protect the forests from forest
diseases. Industrial Plantation Forest (HTI) is a forest that is susceptible to disease.
One of forest disease is red root rot disease. Red root rot caused by the fungus
Ganoderma sp.. one of red root rot disease control by doing control biological.
Biological control is to do with wood-rot fungus that Pleurotus sp.. The purpose
of research is to find out the test antagonist Pleurotus sp. against Ganoderma sp.
on PDA, to determine antagonist test Pleurotus sp. against Ganoderma sp. on
wood sawdust sengon media and to determine the growth of Ganoderma sp. and
Pleurotus sp. the phase of vegetative and generative phase. The results of this
study showed that Pleurotus sp. can control the Ganoderma sp. the percent
inhibition of 34.6%. Test antagonists Pleurotus sp. against Ganoderma sp. the
media sawdust sengon shows the interaction of competition and growth of the
mycelium of Ganoderma sp. decline, seen from the zone boundary has formed.
Percent inhibition highest of all three treatments was the third treatment by 86%.
Competition from the Ganoderma sp. and Pleurotus sp. causes the growth of
fruiting bodies of Ganoderma sp. slow
Keywords: Control, forest, Ganoderma sp., Pleurotus sp., , and test
antagonist
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur
POTENSI Pleurotus sp. UNTUK PENGENDALIAN Ganoderma sp.
PENYEBAB PENYAKIT BUSUK AKAR MERAH PADA POHON
KEHUTANAN
NAZURATUL ASWAD
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Alhamdulillahirrobil’alamin puji dan syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT atas segala limpahan nikmat, karunia dan kehendak-Nya sehingga
karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul dalam penelitian adalah Potensi
Pleurotus sp. untuk Pengendalikan Ganoderma sp. Penyebab Penyakit Busuk
Akar Merah pada Pohon Kehutanan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret
sampai bulan Agustus 2016.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Elis Nina Herliyana, M.Si
selaku dosen pembimbing atas kesabarannya dalam membimbing, membantu,
mengarahkan, dan memberikan saran kepada penulis hingga saat ini. Terima kasih
penulis ucapkan kepada kedua orang tua H Syaiful Tanjung dan Hj Yarni atas
doa, dukungan dan kasih sayangnya. Kepada kakak dan adik kandung Taftazany,
Syuhratul Hanaun dan Luay Topan Tabari atas kasih sayang, doa dan
dukungannya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada teman satu bimbingan Abdul Muhyi,
Sheni Setyaningsih dan Anisa Kartika atas bantuan dan dukungannya selama
proses penelitian. Terima kasih kepada keluarga besar Laboratorium Penyakit
Hutan Fakultas Kehutanan IPB dan tim S.Hut In Progress atas Pembelajaran dan
dukungannya selama proses penelitian. Terima kasih kepada keluarga Bawang
Putih yaitu Rizal, Fadel, Robbi, Alvian, Uung, Nisa, Rani, Fajar, dan Eka atas
motivasi dan dukungannya. Kepada Kementerian Komunikasi dan Informasi
BEM KM IPB Ayo Gerak atas dukungan dan pengertiannya selama proses
penelitian. Kepada organisasi BEM KM IPB Ayo Gerak, BEM Fahutan IPB
Kabinet Mikoriza, TGC IPB dan Komunitas Peduli Autis Bogor atas pengalaman
berharganya. Terima kasih penulis ucapkan kepada teman-teman seperjuangan
Silvikultur 49 atas kebersamaan dan pengalaman berharga selama perkuliahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2016
Nazuratul Aswad
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Tempat 2
Alat dan bahan 3
Prosedur Penelitan 3
Analisis Data 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Uji Antagonis Pleurotus sp. terhadap Ganoderma sp. Secara In Vitro pada
Media PDA 6
Uji antagonis Pleurotus sp. terhadap Ganoderma sp. pada Media Serbuk
Gergaji Kayu Sengon 7
Fase vegetatif pertumbuhan miselium Pleurotus sp. dan
Ganoderma sp. dengan perlakuan perbedaan waktu inokulasi 10
Potensi Pleurotus sp. terhadap Ganoderma sp. pada media
serbuk gergaji kayu sengon 10
Fase generatif pertumbuhan Pleurotus sp. dan Ganoderma sp. 11
SIMPULAN DAN SARAN 13
Simpulan 13
Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 13
RIWAYAT HIDUP 16
DAFTAR TABEL
1 Analisis sidik ragam pertumbuhan panjang miselium pada uji
antagonis Pleurotus sp. terhadap Ganoderma sp. 9
2 Uji Duncan rata-rata pertumbuhan panjang miselium pada uji antagonis
Ganoderma sp. terhadap Pleurotus sp. 9
3 Lama waktu panen tubuh buah pertumbuhan Ganoderma sp.
dan Pleurotus sp. 11
4 Rata-rata pertumbuhan morfologi tubuh buah Pleurotus sp. dan 12
Ganoderma sp. pada perbedaan waktu inokulasi
DAFTAR GAMBAR
1 Pola penempatan koloni Ganoderma sp. dan Pleurotus sp. pada
cawan konfrontasi 4
2 Pola penempatan isolat Ganoderma sp. uji antagonis pada 6
media serbuk gergaju kayu sengon
3 Pertumbuhan koloni Ganoderma sp., Pleurotus sp. dan pertumbuhan
biakan ganda Pleurotus sp. dan Ganoderma sp. 7
4 Rata-rata pertumbuhan panjang miselium Pleurotus sp. pada perlakuan
perbedaan waktu inokulasi 8
5 Rata-rata pertumbuhan panjang miselium Ganoderma sp. pada
perlakuan perbedaan waktu inokulasi 8
6 Uji antagonis Pleurotus sp. terhadap Ganoderma sp. pada media serbuk
gergaji kayu sengon 10
7 Pengamatan mikroskopik bentuk hifa. Pleurotus sp., bentuk hifa
Ganoderma sp., dan bentuk hifa zona batas pada uji antagonis
Pleurotus sp. terhadap Ganoderma sp. berupa lisis 10
8 Bentuk morfologi tubuh buah Pleurotus sp. dan Ganoderma sp. 12
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan merupakan suatu kawasan yang ditumbuhi pepohonan dan
tumbuhan lainnya yang dapat berperan sebagai sumber ekonomi, habitat bagi
flora dan fauna, dan pengendalian air. Keberadaan hutan sangat penting maka
diperlukan perlindungan hutan. Salah satu gangguan hutan adalah penyakit hutan,
ciri-ciri hutan yang rentan terkena penyakit ialah hutan monokultur atau hutan
tanaman industri (HTI), luas hutan tanaman industri saat ini sekitar 21 154 016 Ha
(Badan Pusat Statistik 2014).
Salah satu kendala budi daya pohon kehutanan yang telah banyak
dilaporkan adalah serangan penyakit akar busuk yang disebabkan oleh jamur
Ganoderma sp. (Solomon et al. 1993) Penyakit paling rentan di hutan tanaman
industri Acasia mangium dan Eucaliptus sp. di Sumatera disebabkan oleh
penyakit akar busuk penyebab jamur Ganoderma philippii. Kejadian serangan
Ganoderma sp. dari tahun ke tahun dikhawatirkan akan terus meningkat. Generasi
ke dua hutan tanaman industri A. mangium di Sumatera dan Kalimantan, kejadian
serangan Ganoderma pada tegakan berumur 3-5 tahun sebanyak 3-28%. (Irianto et
al. 2006). Menurut pendapat Herliyana et al. (2012) Ganoderma merupakan patogen
untuk pohon sengon karena dapat menyebabkan nekrosis dan akar busuk sehingga
menyebabkan pohon sengon menjadi mati. Ganoderma sp. adalah jamur polyporus yang mempunyai daerah
penyebaran tempat tumbuh yang cukup luas dan dikenal sebagai penyebab
penyakit akar busuk pada banyak jenis tanaman berkayu. Di hutan alam jamur ini
cenderung menyerang pohon-pohon tua atau yang telah mengalami penurunan
pertumbuhan, dan juga dapat menyebabkan pembusukan kayu yang sudah mati.
Di Hutan Tanaman Industri (HTI) dan perkebunan, jamur ini telah dilaporkan
menjadi patogen akar yang potensial dan telah banyak menyerang beberapa jenis
tanaman (Semangun 2000). Ganoderma sp. penyebab penyakit akar busuk di
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi, ditemukan menyerang jenis
Agathis dan Pinus, di sepanjang blok A1, A2, B3 dan B4 HPGW. Serangan
Ganoderma tersebut menyebabkan produksi getah di HPGW menurun. ( Achmad
et al. 2016)
Infeksi Ganoderma sp. lebih mudah terjadi melalui luka dan lentisel,
jamur tersebut sering ditemukan pada bagian leher akar, tempat tersebut
merupakan tempat yang baik bagi infeksi jamur. Serangan akan mudah terjadi
pada tanaman okulasi dibandingkan dengan tanaman biji. Hal ini disebabkan pada
tanaman okulasi terdapat bagian-bagian luka, sehingga memudahkan
Ganoderma sp. untuk melakukan infeksi (Sinulingga 1989). Infeksi atau
penularan penyakit ini terjadi melalui kontak akar tanaman sehat dengan sumber
infeksi di dalam tanah seperti sumber inokulum dari akar dan batang yang
mengandung koloni patogen (Widyastuti et al. 2001).
Hennessy dan Daly (2007) mengemukakan bahwa belum ada pendekatan
kimiawi yang efektif untuk mengendalikan penyakit busuk akar di lapangan, yang
dapat dilakukan adalah mengurangi inokulum patogennya. Oleh karena itu
pengendalian hayati cocok diterapkan dalam pengendalian penyakit
Ganoderma sp.. Baker dan Cook (1974) mengemukakan konsep pengendalian
2
hayati yaitu pengurangan kepadatan inokulum atau aktivitas patogen dalam
menimbulkan penyakit, baik dalam stadia aktif atau dorman, dengan
menggunakan satu atau lebih organisme. Hal tersebut dapat terjadi secara alami
atau melalui manipulasi lingkungan, inang atau antagonis, atau melalui introduksi
masa satu jenis antagonis atau lebih.
Pleurotus sp. merupakan salah satu jamur yang tumbuh dengan baik di
wilayah tropika Indonesia. Manfaat Pleurotus sp. untuk pencegahan penyakit pada
manusia mendorong para peneliti mempelajari potensi antimikroba jamur tersebut.
Akyuz et al. (2010) dan Rahman et al. (2009) melaporkan aktivitas antimikrobial
Pleurotus sp. terhadap bakteri patogenik. Satou et al. (2007) melaporkan bahwa
Pleurotus sp. dapat menurunkan ukuran kepala nematoda. Thorn dan Barron
(1984) melaporkan bahwa sejumlah jamur agaricus termasuk Pleurotus sp.
menyerang nematoda hidup bebas yang terdapat pada permukaan agar air. Thorin
dan Tsuneda (1992) melaporkan potensi Pleurotus sp. menghambat pertumbuhan
koloni bakteri.
Menurut Setyaningsih (2016) senyawan kimia yang terkandung dalam
jamur tiram adalah asam pentodekanoat, asam palmitat, metil palmitat, metil
linoleat, FAME 18:1, asam linoleat, asam stearat, asam-11,13- eikosadienoat, 1,4-
naftakuion, asam-9 oktadesennoat, dan ergosterol. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui potensi Pleurotus sp. sebagai antagonis terhadap
patogen Ganoderma sp..
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi antagonis
Pleurotus sp. terhadap Ganoderma sp. secara in vitro pada media PDA.
Mengetahui potensi antagonis Pleurotus sp. terhadap Ganoderma sp. pada media
serbuk gergaji kayu sengon. Mengetahui pertumbuhan fase vegetatif dan fase
generatif Ganoderma sp. dan Pleurotus sp. pada media serbuk gergaji kayu
sengon.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dengan cara diaplikasikan
untuk pengendalian penyakit busuk akar akibat Ganoderma sp. menggunakan
Pleurotus sp..
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan yaitu mulai bulan Maret
sampai dengan bulan Agustus 2016. Uji in vitro dilakukan di Laboratorium
Patology Hutan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. Pembuatan
3
media serbuk gergaji kayu sengon dilaksanakan di Rumah Kumbung Jamur di
Gunung Batu Bogor. Pengamatan mikroskopik dilakukan di Laboratorium Hama
Hutan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan Petri diameter 9 cm,
tabung erlenmeyer ukuran 250 ml, spirtus, sudip, cork borer diameter 0.5 cm,
tabung ukur ukuran 1000 ml, Laminar Air Flow (LAF), saringan, autoclave, sil,
alumunium foil, kapas, botol selai, plastik anti panas ukuran 15 x 5 cm, karet,
drum, elpiji ukuran 3 kg, timbangan, penggaris, alat tulis, mikroskop preparat dan
kamera.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah isolat Ganoderma sp.
dari koleksi Laboratoium IPBCC, isolat Pleurotus sp. dari koleksi Laboratorium
Patology Hutan Fakultas Kehutanan IPB. kentang 200 gram, gula 20 gram, agar-
agar 17 gram, kloromfenicol 10 mg, aquades 1 liter , jagung 1000 gram, gula 100
gram dan aquades 100 ml, alkohol 70%, serbuk gergaji kayu sengon 5 kg, dedak
800 gram, gips 100 gram dan kapur 100 gram.
Prosedur Penelitan
Prosedur penelitan dilakukan melalui 2 tahapan, yaitu uji antagonis
Pleurotus sp. terhadap Ganoderma sp. secara in vitro pada media PDA dan uji
antagonis Pleurotus sp. terhadap Ganoderma sp. pada media serbuk gergaji kayu
sengon.
Uji antagonis secara in vitro pada media PDA
Media PDA dibuat dari 200 gram kentang yang telah dikupas dan dicuci
bersih. Kentang direbus dengan 1 liter aquades sampai mendidih, kemudian
rebusan kentang disaring menggunakan saringan dan diambil sarinya (aquades
bekas rebusan). Setelah itu ditambahkan lagi aquades hingga mencapai volume
akhir 1 liter, gula 200 gram dan agar-agar 17 gram dimasukkan dan dicampur rata.
Setelah mendidih dan tercampur rata, larutan didinginkan dan ditambahkan
antibiotik, lalu ditempatkan kedalam tabung Erlenmeyer yang ditutup dengan
kapas dan aluminium foil. Larutan media tersebut kemudian dimasukan ke dalam
autoklaf selama 15 menit dengan suhu 121 ºC.
Penanaman inokulum Ganoderma sp. dan Pleurotus sp. pada uji antagonis
dilakukan menggunakkan metode dua biakan (dual culture method) ( Benhamou
dan Chet 1993). Uji antagonis dilakukan dengan metode oposisi langsung dalam
cawan Petri berdiameter 9 cm. Inokulum Pleurotus sp. dan Ganoderma sp.
berupa potongan agar bermiselia diameter 0.5 cm diambil dari bagian tepi koloni
biakan yang berumur 2 minggu. Inokulum ditanam berdampingan pada media
dalam cawan petri masing-masing berjarak 2 cm dari tepi cawan, sehingga jarak
antar inokulum sekitar 4 cm dapat dilihat pada Gambar 1 dan menggunakan
media PDA.
4
Selain itu dilakukan penanaman masing-masing isolat pada cawan Petri
terpisah sebagai kontrol. Biakan selanjutnya diinkubasi dalam suhu ruangan
selama 14 hari. Pengamatan dilakukan setiap hari dari saat inokulum ditanam
dengan mengukur pertumbuhan jari-jari miselia koloni patogen ke arah koloni
antagonis dalam satuan cm. Selain itu diamati terbentuknya zona penghambatan
antara koloni antagonis dan koloni patogen selanjutnya dihitung persen
penghambat.
Persen penghambat dihitung dengan rumus Rohana (1998) :
Keterangan :
PP : persen penghambat
r1 : jari-jari isolat 1
r2 : jari-jari isolat 2
Gambar 1. Pola penempatan koloni Ganoderma sp. dan Pleurotus sp. pada cawan
konfrontasi.
Uji antagonis melalui media serbuk gergaji kayu sengon
Pembuatan isolat F1 Ganoderma sp. dan F1 Pleurotus sp. dibuat
menggunakan media jagung pecah. 1000 gram jagung direbus dengan100 ml
aquades dan 100 gram gula untuk pembuatan 6 botol selai. Setelah itu media
tersebut disimpan dibotol selai lalu disterilisasi menggunakan autoklaf sampai
suhu 121 0C selama 15 menit. Media jagung ditunggu sampai dingin, setelah
dingin media jagung diinokulasikan isolat Ganoderma sp. dan Pleurotus sp..
Setelah itu media yang telah diisokasi disimpan dalam suhu ruangan ditunggu
sampai miselium tumbuh.
Persiapan media serbuk gergaji kayu sengon, media yang digunakan
menggunakan perbandingan dari Herliyana (2007) yaitu dengan perbandingan
82,5% serbuk gergaji kayu sengon, 15% dedak, 15% gipsum dan 1,0% kapur.
Kemudian media tersebut dikomposkan terlebih dahulu selama 1 hari, setelah
proses pengomposan selesai, media dimasukan ke dalam plastik anti panas sesuai
dengan perlakuan yang sudah ditentukkan dengan panjang 10 cm dan setiap ujung
plastik dilubangi dan diikat dengan karet gelang.
2 cm 4 cm
2 cm
5
Sterilisasi dilakukan dengan uap panas atau pengukusan menggunakan
drum sebagai pengganti autoklaf. Media serbuk gergaji kayu sengon dimasukkan
dan disusun di dalam drum kemudian ditutup rapat. Pengapian diberikan di bawah
drum menggunakan tabung gas elpiji berukuran 3 kg. Sterilisasi dilakukan hingga
suhu 90–100 0C selama 6-8 jam sampai gas ukuran 3 kg tersebut habis. Setelah
proses sterilisasi selesai baglog dipindahkan ke ruang inokulasi.
Inokulasi dilakukan dalam ruangan khusus yang steril dan menggunakan
lamina air flow. Bibit Ganoderma sp. dimasukan ke bagian ujung kiri baglog
sekitar 2 gram dan bibit Pleurotus sp. ke bagian ujung kanan baglog sekitar 2
gram. Setelah itu bagian ujung atau mulut baglog ditutup menggunakan kapas
atau kertas dan diikat dengan karet.
Perlakuan waktu inokulasi sebagai berikut :
K1 : Ganoderma sp.
K2 : Pleurotus sp.
I : Inokulasi Ganoderma sp. dan Pleurotus sp. bersamaan
II : Inokulasi terlebih dahulu 1 minggu Ganoderma sp. setelah itu, inokulasi
Pleurotus sp.
III : Inokulasi terlebih dahulu 1 minggu Pleurotus sp. setelah itu, inokulasi
Ganoderma sp.
Setelah proses inokulasi selesai, baglog dipindahkan ke rumah jamur atau
kumbung untuk proses inkubasi yang bertujuan agar miselium jamur tumbuh
menyebar ke seluruh bagian baglog dan diambil data panjang miselium setiap
harinya, dan dihitung persen pengambatannya.
Persen penghambatan dihitung berdasarkan rumus dibawah ini :
PP baglog = 𝑅1−𝑅2
𝑅1 x 100
Keterangan :
PP baglog : persen penghambatan pada media balog (serbuk gergaji kayu
sengon)
R1 : Panjang miselium K1 pada media baglog
R2 : Panjang miselium pada perlakuan I,II,dan III pada media baglog
6
K1
R1
Perlakuan
I, II, dan III
R2
Gambar 2 Pola penempatan isolat Ganoderma sp. pada uji antagonis dimedia
serbuk gergaji kayu sengon
Setelah miselium memenuhi media baglog sekitar 2 minggu karet pada
ujung baglog dibuka dan baglog jamur disimpan pada ruangan yang bersuhu 16-
28 0C dan kelembaban 80-85%. Penyiraman dilakukan setiap hari dan dilakukan
pengamatan serta pengambilan data tubuh buah meliputi panjang tangkai,
diameter tubuh buah, jumlah tudung dan lama panen.
Pengamatan mikroskopik miselium Pleurotus sp. dan miselium
Ganoderma sp. dilakukan di Laboratorium Hama Departemen Silvikultur
Fakultas Kehutanan IPB. Biakan Pleurotus sp. dan Ganoderma sp. pada media
serbuk gergaji kayu sengon diamati miseliumnya dengan menggunakan
mikroskop preparat dengan perbesaran 10x40.
Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam Penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) non faktorial. Model persamaan umum pada penelitian ini
sebagai berikut :
Yijk = μ + δi + εij
Keterangan :
Yijk : pertumbuhan miselium pada isolat taraf ke -i dan ulangan ke –j
μ = rataan umum
δi= pengaruh inokulasi taraf ke –i
εij : Pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i pada ulangan ke-j
Keterangan :
: Isolat Ganoderma sp.
RI : Panjang miselium (cm) K1
R2 : Panjang miselium (cm) pada perlakuan
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Antagonis Pleurotus sp. dengan Ganoderma sp. Secara In Vitro pada
Media PDA
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kontrol isolat Ganoderma sp.
dan Pleurotus sp. tumbuh pada hari ke tiga inkubasi. Pada kontrol koloni
Ganoderma sp. dapat memenuhi cawan Petri pada hari ke 16. Sedangkan koloni
Pleurotus sp. memenuhi cawan Petri pada hari ke 14. Pertumbuhan menjari yang
lambat dari kedua jamur tersebut dikarenakan Ganoderma sp. maupun
Pleurotus sp. keduanya termasuk jamur kelas Basidiomycetes. (Alexopoulus dan
Mims 1979) mengemukakan bahwa kelas Basidiomycetes memiliki pertumbuhan
menjari yang lebih lambat, dibandingkan jamur kelas Deuteromycetes seperti
Trichoderma, yang mampu memenuhi cawan Petri berdiameter 9 cm pada hari ke
3 inkubasi.
Gambar 3 Pertumbuhan koloni (A) Ganoderma sp. (kontrol) (B) biakan
ganda Pleurotus sp. terhadap Ganoderma sp. tanda panah
menunjukkan zona batas (C) Pleurotus sp. (kontrol) pada media PDA.
Biakan ganda jari-jari koloni Ganoderma sp. mampu mencapai cawan
Petri sebesar 3.07 cm sedangkan jari-jari isolat Pleurotus sp. sebesar 1.55 cm.
Menurut penelitan yang dilakukan oleh Ahmad dan Yulisman (2011) jari-jari
koloni Ganoderma sp. mampu mencapai cawan Petri sebesar 1.7 cm, sedangkan
jari-jari koloni Pleurotus sp.1 dan Pleurotus sp.4 berturut-turut sebesar 0.35 dan
0.45 cm. Persen penghambat uji antagonis Pleurotus sp. dengan Ganoderma sp.
sebesar 34.8%.
Hasil penelitian ini menunjukkan potensi isolat Pleurotus sp. sebagai
agensia untuk pengendalian hayati (Baker dan Cook 1974). Hal tersebut karena
keberadaan isolat Pleurotus sp. mampu menghambat pertumbuhan isolat
Ganoderma sp. (Gambar 3). Interaksi jamur antagonis dengan jamur patogen
dalam pengendalian hayati terjadi dalam bentuk antibiosis, kompetisi, dan
mikoparasitisme (Baker dan Cook 1974). Terbentuknya zona penghambatan
antara koloni patogen dan koloni antagonis pada pengujian antagonis in vitro
merupakan indikasi bekerjanya mekanisme antibiosis. Beberapa zat yang diduga
terlibat dalam antibiosis Pleurotus sp. dengan Ganoderma sp. pada penelitian ini
antara lain adalah toksin dan enzim.
8
Uji Antagonis Pleurotus sp. terhadap Ganoderma sp. pada Media
Serbuk Gergaji Kayu Sengon
Fase vegetatif pertumbuhan miselium Ganoderma sp. terhadap Pleurotus sp.
dengan perlakuan perbedaan waktu inkubasi
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pertumbuhan panjang
miselium Pleurotus sp. memenuhi media serbuk gergaji kayu sengon pada hari ke
14 inokulasi. Pertumbuhan panjang miselium Pleurotus sp. tersebut dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Rata-rata pertumbuhan panjang miselium Pleurotus sp. pada perlakuan
perbedaan waktu inokulasi
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pertumbuhan panjang
miselium Ganoderma sp. memenuhi media serbuk gergaji kayu sengon pada hari
ke 14 inokulasi. Pertumbuhan panjang miselium Ganoderma sp. tersebut dapat
dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Rata-rata pertumbuhan panjang miselium Ganoderma sp. perlakuan
perbedaan waktu inokulasi
Berdasarkan Gambar 4 dan 5, pertumbuhan panjang miselium
Pleurotus sp. mengalami peningkatan, sedangkan pertumbuhan panjang miselium
Ganoderma sp. mengalami penurunan. Perlakuan I, panjang miselium
Pleurotus sp. mengalami peningkatan sebesar 3.7 cm, sedangkan panjang
miselium Ganoderma sp. mengalami penurunan sebesar 1.3 cm, dapat dilihat
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1
PA
NJA
NG
MIS
ELIU
M (
CM
)
HARI KE
K2 I II III
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1PA
NJA
NG
MIS
EL
IUM
(C
M)
HARI KE K1 I II III
9
pada hari ke 14 sampai hari ke 21. Perlakuan II, panjang miselium Pleurotus sp.
mengalami peningkatan sebesar 1 cm, sedangkan panjang miselium
Ganoderma sp. mengalami penurunan sebesar 0.9 cm, dapat dilihat pada hari ke
14 sampai hari ke 21. Perlakuan III, panjang miselium Pleurotus sp. mengalami
peningkatan sebesar 0.4 cm, sedangkan panjang miselium Ganoderma sp.
mengalami penurunan sebesar 1.5 cm, dapat dilihat pada hari ke 14 sampai hari ke
21.
Hal tersebut membuktikan bahwa Pleurotus sp. berpotensi dapat menekan
pertumbuhan panjang miselium Ganoderma sp.. Menurut Cook dan Baker (1983)
bahwa jasad renik yang mengganggu keberlangsungan hidup atau aktivitas
patogen dalam menimbulkan penyakit adalah antagonis dari patogen tersebut.
Tabel 1 Hasil analisis sidik ragam pada uji antagonis Pleuortus sp. terhadap
Ganoderma sp. pada media serbuk gergaji kayu sengon.
Parameter Hasil analisis sidik ragam
Pertumbuhan panjang miselium 0.00067*
Diameter tudung 0.0016*
Panjang tangkai 0.001*
Jumlah tudung 0.0193* Keterangan :
* : Perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% (0.01-0.05)
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan
waktu inokulasi memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang
miselium, diameter tudung tubuh buah, panjang tangkai tubuh buah dan jumlah
tudung.
Tabel 2 Hasil uji Duncan rata-rata pertumbuhan panjang miselium uji antagonis
Pleurotus sp. terhadap Ganoderma sp. hari ke 21 masa inkubasi
Perlakuan
Pertumbuhan panjang miselium (cm)
Pleurotus sp. Ganoderma sp. Persen pengambatan
(%)
I 8bac 6.1bac 39
II 4b 7.6ab 24
III 9ab 1.5b 85 Keterangan : Huruf yang sama dibelakang angka menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata
pada tingkat kepercayaan 95%.
Berdasarkan uji Duncan yang dilakukan pertumbuhan panjang miselium
Pleurotus sp. pada perlakuan I dan III menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda
nyata dengan perlakuan II. Pertumbuhan panjang miselium Ganoderma sp.
perlakuan I dan II menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata dengan
perlakuan III. Perlakuan III memiliki persen penghambat paling besar dari ke 3
perlakuan yaitu sebesar 85%. Perlakuan II memiliki persen penghambat paling
kecil diantara ke 3 perlakuan yang dilakukan yaitu sebesar 24%.
10
Potensi Pleurotus sp. untuk Pengendalian Ganoderma sp. pada media serbuk
gergaji kayu sengon
Hasil Pengamatan uji antagonis pada media serbuk gergaji kayu sengon,
Ganoderma sp. dengan Pleurotus sp. menunjukkan kedua jamur tersebut dapat
berkompetisi dan membentuk zona batas, pertumbuhan panjang miselium
Ganoderma sp. dapat ditekan dan pertumbuhan panjang miselium Ganoderma sp.
mengalami penurunan pertumbuhan.
Gambar 6 Uji antagonis Pleurotus sp. terhadap Ganoderma sp. pada media serbuk
gergaji kayu sengon tanda panah menunjukkan zona batas.
Uji antagonis yang terjadi antara Pleurotus sp. dengan Ganoderma sp.
adalah interaksi kompetisi, hal tersebut dibuktikan dengan pertumbuhan panjang
miselium Pleurotus sp. yang dapat menekan dan menurunkan pertumbuhan
panjang miselium Ganoderma sp. terlihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.
(Djafaruddin 2004) menyatakan bahwa berkurang atau bertambahnya diameter
koloni jamur disebabkan adanya mekanisme kompetisi antara jamur patogen dan
antagonis akibat persaingan dan perebutan ruang tumbuh. Kompetisi ruang
tumbuh terjadi untuk memanfaatkan media tumbuh sebagai sumber makanan
karena jamur antagonis dan patogen sama-sama membutuhkan nutrisi untuk
tumbuh.
Gambar 7 Pengamatan mikroskopik (A) bentuk hifa Pleurotus sp. tanda panah
Menunjukkan adanya clamp connection (B) bentuk hifa
Ganoderma sp. tanda panah menunjukkan adanya clamp connection
(C) dan bentuk hifa uji antagonis Pleurotus sp. terhadap
Ganoderma sp. berupa lisis yang ditunjukkan oleh tanda panah
11
Berdasarkan pengamatan mikroskopik yang dilakukan menunjukkan
hifa Pleurotus sp. dan hifa Ganoderma sp. tanda panah menunjukkan clamp
connection (Alexopolous et al. 1979) salah satu ciri hifa jamur Basidiomycetes.
Bentuk hifa pada zona batas uji antagonis Pleurotus sp. terhadap Ganoderma sp.
diduga terjadi lisis (Gambat 7). (Menawati et al. 2015) menyatakan bahwa cara
lain agen hayati dalam menghambat patogen adalah dengan lisis yaitu miselium
agen hayati mampu menghancurkan atau memotong-motong miselium patogen
dan mengakibatkan kematian. Menurut (Freixo et al. 2008) bahwa Pleurotus sp.
dilaporkan menghasilkan enzim poligalakturonase yang bersifat mendegradasi
jaringan dengan menghancurkan lamella tengah.
Fase generatif pertumbuhan Pleurotus sp. dan Ganoderma sp.
Berdasarkan hasil pengamatan lama waktu panen pertumbuhan tubuh buah
Pleurotus sp. dan Ganoderma sp. dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Lama waktu panen pertumbuhan tubuh buah jamur Ganoderma sp. dan
Pleurotus sp..
Perlakuan
Lama panen (Hari)
Panen 1 Panen 2
Pleurotus sp. Ganoderma sp. Pleurotus sp. Ganoderma sp
Kontrol 40 60 20 30
I 40 70 30 32
II 40 60 20 30
III 40 50 20 40
Pertumbuhan tubuh buah Pleurotus sp. menunjukkan pertumbuhan yang
normal, sedangkan Ganoderma sp. menunjukkan pertumbuhan yang lambat.
(Tabel 3). Panen ke 1 pertumbuhan tubuh buah Pleurotus sp. tumbuh pada hari ke
40 setelah miselium memenuhi media baglog sedangkan, pertumbuhan tubuh
buah Ganoderma sp. tumbuh pada hari ke 50 sampai hari ke 70 setelah miselium
memenuhi media baglog. Panen ke 2 pertumbuhan tubuh buah Pleurotus sp.
tumbuh pada hari ke 20 sampai hari ke 30 sedangkan, pertumbuhan tubuh buah
Ganoderma sp. tumbuh pada hari ke 30 sampai hari ke 40.
Pertumbuhan tubuh buah Ganoderma sp. tumbuh pada 1 bulan setelah
miselium memenuhi media baglog, sedangkan pertumbuhan tubuh buah
Pleurotus sp. tumbuh pada hari ke 34 setelah miselium memenuhi media baglog
(Ahmad 2012). Uji antagonis antara Pleurotus sp. dengan Ganoderma sp.
menunjukkan bahwa pembentukan morfologi tubuh buah Ganoderma sp.
memiliki pertumbuhan yang lambat, sedangkan Pleurotus sp. menunjukkan
pertumbuhan yang normal. Pertumbuhan tubuh buah Ganoderma sp. lebih lambat
dikarenakan kompetisi nutrisi antara Ganoderma sp. dengan Pleurotus sp..
12
Gambar 9 Bentuk morfologi tubuh buah Ganoderma sp. dan Pleurotus sp.
(A) isolasi bersamaan, (B) isolasi Ganoderma sp. terlebih dahulu , dan
(C) isolasi Pleurotus sp. terlebih dahulu
Tabel 4 Rata-rata pertumbuhan morfologi tubuh buah Pleurotus sp. dan
Ganoderma sp. pada perbedaan waktu inokulasi
Perlakuan
Pleurotus sp. Ganoderma sp.
Diameter
tudung
Panjang
tangkai
Jumlah
tudung
Diameter
tudung
Panjang
tangkai
Jumlah
tudung
K 6b 6.2b 4ab 4b 7.1a 2b
I 6b 6b 4ab 4.3b 7a 2b
II 7.06a 6.1b 3.6ab 4.5b 7.3a 2b
III 6b 6.2b 3.2ab 4.2b 7.1a 2b
Keterangan: Angka-angka dalam tabel adalah hasil perhitungan uji Duncan dari nilai rataan
diameter tudung, panjang tangkai dan jumlah tudung. Taraf yang berbeda huruf
artinya berbeda nyata pada taraf 5%.
Berdasarkan Tabel 4 perlakuan perbedaan waktu pertumbuhan morfologi
tubuh buah Pleurotus sp., pembentukan diameter tudung perlakuan I dan III tidak
berbeda nyata dengan perlakuan II. Pertumbuhan morfologi tubuh buah
Pleurotus sp. pembentukkan panjang tangkai dan jumlah tudung perlakuan I,II
dan III tidak berbeda nyata. Pertumbuhan morfologi tubuh buah Ganoderma sp.
pada pembentukkan diameter tudung, panjang tangkai dan jumlah tudung
perlakuan I,II dan III tidak berbeda nyata.
Karakteristik tubuh buah yang diamati dan diukur berupa diameter tudung,
panjang tangkai dan jumlah tudung. Morfologi tubuh buah jamur yang normal
adalah dicirikan dengan ukuran tangkai yang pendek dan diameter tudung yang
lebar (Steviani 2011). Bentuk morfologi dari kedua jamur Ganoderma sp. dan
Pleurotus sp. dari ke tiga perlakuan menunjukkan bentuk morfologi panjang
tangkai yang lebih panjang dan diameter tudung yang lebih kecil.
A B
C
13
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pertumbuhan diameter koloni miselium Ganoderma sp. dan Pleurotus sp.
pada media PDA memiliki pertumbuhan yang lambat. Uji antagonis pada media
PDA Pleurotus sp. terhadap Ganoderma sp. adalah pembentukan zona hambat.
Interaksi uji antagonis antara Ganoderma sp. dan Pleurotus sp. pada media serbuk
gergaji kayu sengon adalah kompetisi yaitu perebutan nutrisi. Kompetisi tersebut
membuat pertumbuhan Ganoderma sp. menurun sehingga menyebabkan
pertumbuhan tubuh buah yang lambat. Perlakuan inokulasi sebelum dan sesudah
Pleurotus sp. menunjukan pengurangan atau penurunan pertumbuhan inokulum
Ganoderma sp.. Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi Pluerotus sp. terhadap
Ganoderma sp. cocok diterapkan di lapangan.
Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut pengenai potensi Pleurotus sp. terhadap
Ganoderma sp. seperti mengunakan baglog dengan ukuran baglog yang lebih
besar .
DAFTAR PUSTAKA
Achmad. 2012. Jamur : Info Lengkap dan Kiat Sukses Agribisnis. Jakarta
(ID): Agriflo.
Achmad, Herliyana EN, Permatasari DP. 2016. Luas serangan dan sebaran
penyakit akar merah di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi.
Jurnal Silvikultur Tropika. 07(01): 24-31.
Achmad, Yulisman D. 2011. Potensi dua isolat lokal Pleurotus sp.
sebagai antagonis terhadap Ganoderma sp. Littri Jurnal. 17(4):174-178.
Alexopoulos CJ, Mims CW. 1979. Introductory Mycology 3rd ed. New York
(US): John Wiley and Sons.
Akyuz MAN, Onganer P, Erecevit, S. Kirbag. 2010. Antimicrobial activity
of some edible mushrooms in the eastern and southeast anatolia region of
turkey. Gazi University Journal of Science. 23(2): 125-130.
BPS [Badan Pusat Statistik]. 2014. Luas hutan tanaman industri (HTI) di
Indonesia update terakhir 8 september 2014. [Internet] [diunduh 2016 Ags
25] tersedia pada https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1101
Baker KF, Cook RJ. 1974. Biological Control of Plant Pathogens. San
Fransisco (US): W H Freeman and Co.
Benhamou N, Chet I. 1993. Hyphal interactions between Trichoderma
harzianum and rhizoctonia solani: ultrastructure and gold cytochemistry of
the mycoparasitic process. Phytopathology. 83(03): 1062- 1071.
Cook RJ, Baker KF. 1983. The Nature and Practice of Biological Control of
Plant Pathogens The Amer Phytopatological Soc. St. Paul (US):
Minnesota.
14
Djafaruddin. 2004. Dasar-Dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Jakarta (ID):
Bumi Aksara.
Freixo MD, Karmali A, Arteiro JM. 2008. Production and chromatographic
behaviour of polygalacturonase from Pleurotus ostreatus on immobilized
metal chelates. Process Biochemistry. 43(5):531-539.
Hennessy C, Daly A. 2007. Ganoderma diseases Agnote no. 167. [Internet]
[diakses pada 24 Juli 2016] . Tersedia pada
http://www.nt.gov.au/d/Content/File/p/Plant_Pest/834.pdf
Herliyana EN, Putra IK, Taniwiryono D. 2012. Uji patogenitas Ganoderma
terhadap bibit tanaman sengon (Paraserienthes falcataria (L) Nielsen).
Jurnal Silvikultur Tropika. 03(01): 37-43.
Herliyana EN. 2007. Potensi ligninolitik jamur pelapuk kayu kelompok Pleurotus.
[disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pacsarjana IPB.
Irianto RSB, Barry KN, Hidayati, Ito S, Fiani A, Rimbawanto A, Mohammed C.
2006. Incidence and spatial analysis of root rot of Acacia mangium in
Indonesia. Journal of Tropical Forest Science. 18(3): 157-165.
Menawati H, Pinem MI, Oemry S. 2015. Uji antagonisme beberapa jamur saprofit
dan endofit dari tanaman pisang terhadap Fusarium oxysporum f.sp.
cubens di laboratorium. Jurnal Online Agroekoteknologi. 3(02): 687-695.
Rahman A, Hossan T, Ruhul SM, Amin, KA, Rahman, Khan MA, Khalil I.
2009. Antimicrobial activity of Pleurotus ostreatus (jacquin ex fr.)
kummer upon human pathogenic bacteria. Bangladesh J. Mushroom. 3(1):
9-13.
Rohana I. 1998. Efektifitas penggunaan Trichoderma harzianum dan fungisida
mankozeb untuk pengendalian Rhizoctonia solani penyebab enyakit lodoh
pada Acacia mangium [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Satou T, Kaneko KWL, Koike K. 2008. The toxin produced by Pleurotus
ostreatus reduces the head size of nematodes. Biological &
Pharmaceutical Bulletin 31(4):574.
Semangun H. 2000. Penyakit-penyakit tanaman perkebunan di Indonesia.
Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Sinulingga W. 1989. Pengendalian Biologi Penyakit Cendawan Akar Putih pada
Tanaman Karet. Jakarta (ID): Pusat Penelitian Perkebunan Sei Putih.
Setyaningsih S. 2016. Aktivitas antimikroba ekstrak etanol jamur tiram putih
(Pleurotus osteatus Jacq. Fr.) dan daun kepeteng cina (Senna alata L.
Roxb.) terhadap Aspergilus niger. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Solomon J D, Leininger TD, Wilson AD, Anderson RL, Thompson LC,
Mc Cracken FI. 1993. Ash Pests: A Guide to Major Insect, Diseases, Air
Pollution Injury and Chemical Injury. Gen. Tech. Rep. SO-96. New
Orleans, LA (US): Department of Agriculture, Forest Service , Southern
Forest Experiment Station.
Stevani S. 2011. Penambahan molase dalam berbagai media pada jamur tiram
putih Pleurotus ostreatus. [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Negeri
Sebelas Maret.
Thorn RG, Barron GL. 1984. Carnivorous mushrooms. Science 224:76-78.
Thorn RG, Tsuneda A. 1992. Interaction between various wood-decay fungi
15
and bacteria antibiosis attack lysis or inhibition. Rept. Tottori
Mycol. Inst.30:13-20. Widodo AT, Wijayanti N. 2002. Penentuan Struktur Molekul. Semarang (ID):
Unnes Press.
Widyastuti SM, Sumardi, Sumantoro P. 2001. Efektivitas Trichoderma
spp. sebagai pengendali hayati terhadap tiga patogen tular tanah pada
beberapa jenis tanaman kehutanan. Jurnal Perlindungan Hutan Tanaman.
Indonesia. 7(2):98-107.
16
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 28 Desember 1993
dari pasangan Bapak H. Syaiful Tanjung dan Ibu Hj. Yarni, anak ke 3 dari 4
bersaudara. Penulis menempuh pendidikan di SMA Kosgoro Kota Bogor pada
tahun 2009-2012. Kemudian melanjutkan ke Institut Pertanian Bogor,
Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui
jalur Ujian Masuk Mandiri (UTM) pada tahun 2012.
Selama perkuliahan penulis aktif dalam kepanitian dan organisasi di dalam
maupun di luar kampus. Kepanitian yang pernah diikuti antara lain Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) 50, Bina Corps Rimbawan
(BCR) 2015 , Belantara 50, Forcup 2015, Semarak Kehutanan 2014, TGC in
Action 2015, Peringatan Hari Autis Se-dunia 2016 dan Eksflorasi 2015.
Sedangkan Organisasi yang pernah di ikuti antara lain Sekretaris Division
Business Development TGC IPB (2014), anggota Departemen Fokustik BEM
Fahutan IPB (2015), anggota Division Business Development TGC IPB (2015),
Sekretaris Kementerian Komunikasi dan Informasi BEM KM IPB (2016) dan
ketua Divisi Media Komunitas Peduli Autis Bogor (2016).
Penulis juga pernah mengikuti study ekspedisi di Taman Nasional Lore
Lindu, Sulawesi Tengah (2015), Pelatihan manajemen kebakaran hutan dan lahan
di Taman Nasional Gunung Ciremai Kuningan Jawa Barat dalam acara Tree
Grower Community In Action 2015, Kegiatan magang mandiri Fakultas
Kehutanan IPB di Departemen Pengembangan Masyarakat PT Indocement
Cirebon Jawa Barat (2013) dan magang mandiri di Gunung Walat Sukabumi Jawa
Barat. Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di
jalur Sancang Barat dan Kamojang (2014), Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi (2015), dan bulan Januari
sampai dengan bulan Maret 2016 penulis melaksanakan Praktek Kerja Profesi
(PKP) di IUPHHK-HA PT Bina Ovivipari Semesta Kalimantan Barat.
Penulis menyelesaikan skripsi untuk memperolah gelar Sarjana Kehutanan
IPB dengan judul skripsi “Potensi Pleurotus sp. untuk Pengendalian Ganoderma
sp. Penyebab Penyakit Busuk Akar Merah Pohon Kehutanan” di bawah
bimbingan Dr Ir Elis Nina Herliyanan, M.Si.