potensi budaya.pdf

63
Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository © 2009 POTENSI RUMAH ADAT NIAS UTARA SEBAGAI OBJEK WISATA BUDAYA DI KABUPATEN NIAS KERTAS KARYA DISUSUN O L E H TRI SELAMAT ZEBUA NIM : 062204046 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN 2009

Transcript of potensi budaya.pdf

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    POTENSI RUMAH ADAT NIAS UTARA

    SEBAGAI OBJEK WISATA BUDAYA

    DI KABUPATEN NIAS

    KERTAS KARYA

    DISUSUN

    O

    L

    E

    H

    TRI SELAMAT ZEBUA

    NIM : 062204046

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    FAKULTAS SASTRA

    PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR

    PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

    BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA

    MEDAN

    2009

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    POTENSI RUMAH ADAT NIAS UTARA

    SEBAGAI OBJEK WISATA BUDAYA

    DI KABUPATEN NIAS

    KERTAS KARYA

    Dikerjakan

    O

    L

    E

    H

    TRI SELAMAT ZEBUA NIM : 062204046

    Pembimbing

    ( Haris Sutan Lubis, MSP )

    Kertas Karya ini diajukan kepada panitia ujian Program Pendidikan non Gelar Fakultas Sastra USU Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Dalam Program Studi pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PENDIDIKAN NONGELAR DALAM PROGRAM DIII BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN 2009

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    Disetujui oleh : PROGRAM STUDI PARIWISATA

    FAKULTAS SASTRA

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN

    KETUA JURUSAN

    PROGRAM STUDI

    PARIWISATA

    Drs. Ridwan Azhar.M.Hum

    NIP : 131124058

    Medan, Maret 2009

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    PENGESAHAN

    Diterima oleh :

    Panitia Ujian Program Pendidikan Non Gelar Sastra Dan Budaya Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan, Untuk Melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Bidang Keahlian Usaha Wisata Pada : Tanggal : Hari : PROGRAM DIPLOMA III SASTRA DAN BUDAYA

    FAKULTAS SASTRA

    UNIVERSITAS SUMATERA

    DEKAN

    Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D

    NIP : 132098531

    Panitia Ujian

    No Nama Tanda Tangan

    1. Haris Sutan Lubis, M.HUM Dosen Pembimbing ( )

    2. Drs. Parlaungan Ritonga, M.Hum Dosen Pembaca ( )

    3. Drs. Ridwan Azhar, M.Hum Ketua Program Studi ( )

    4. Drs. Muchtar Madjid, S.Sos Sek Program Studi ( )

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    KATA PENGANTAR

    Tiga tahun lamanya penulis bergumul dan berjuang dalam

    menyelesaikan perkuliahan di Program studi D3 Pariwisata Fakultas Sastra

    Universitas Sumatera Utara Bidang Keahlian Usaha Wisata. Begitu banyak hal

    yang penulis rasakan baik itu suka maupun duka yang dating silih berganti

    mewarnai perjungan dan perjalanan hidup penulis selama ini. Apa yang penulis

    rasakan dan lewati bukan semata-mata karena kekuatan penulis, tetapi di balik itu

    semua ada kekuatan dan kuasa yang selalu menolong, membimbing, menopang

    penulis, itulah kasih dan anugrah Tuhan yang mengatasi dan tidak pernah

    berkesudahan hingga proses perkuliahan penulis dapat terselesaikan. Segala puji

    dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang maha esa atas kasih dan

    pertolongannya yang memampukan penulis untuk menyelesaikan perkuliahan di

    Program Studi D3 Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Bidang

    Keahlian Usaha Wisata

    Pada kesempatan ini juga penulis ucapkan terima kasih kepada orang-

    orang yang terlibat dalam pembuatan Kertas Karya ini. Penulis menyadari tanpa

    keterlibatan mereka Kertas Karya ini tidak dapat terselesaikan. Tidak ada satu hal

    pun yang dapat penulis sampaikan selain ucapan terimakasih kepada :

    1. Bapak Drs. Syaifuddin,M.A, Ph.D, selaku dekan Fakultas Sastra Universitas

    Sumatera Utara

    2. Bapak Drs Ridwan Azhar, M.Hum selaku ketua Program studi D3 Pariwisata

    Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan

    meluangkan waktunya dalam proses penyelesaian Kertas Karya ini

    3. Bapak Mukhtar Madjid, S.sos selaku Sekretaris Program Studi D3 Pariwisata

    Fakultas sastra Universitas Sumatera Utara

    4. Bapak Haris Sutan Lubis, MSP sebagai dosen pembimbing yang telah

    membimbing penulis dengan sabar serta memberikan banyak masukan

    sehingga Kertas karya ini dapat terselesaikan dengan baik

    5. Bapak Drs Parlaungan Ritonga, M.Hum selaku dosen pembaca yang telah

    banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Kertas karya ini

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    6. Seluruh dosen Program Studi D3 Pariwisata fakultas Sastra Universitas

    Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama mengenyam pendidikan

    di Program Studi D3 Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

    sehingga penulis mendapatkan suatu ilmu yang dapat penulis bawa kemana

    pun penulis melangkah

    7 Buat Orang Tua ku tercinta Yasokhi zebua, Ba (alm) dan atinia Telaumbanua,

    terimakasih sebanyak-banyaknya buat dukungan doa, kasih sayang,

    semangat, jerih payah, untuk memenuhi kebutuhan penulis selama dalam

    pendidikan. Tiada yang dapat penulis berikan kepada papa dan mama selain

    doa yang tulus moga mama di beri umur yang panjang untuk terus

    membimbing kami anak-anaknya

    8 Terima kasih juga buat saudara-saudaraku, kakak dan adekku tercinta,

    K.Rina, K.Linda, dan adekku Syuarman Zebua atas dukungan doa dan

    support selama penulis menyelesaikan Kertas Karya ini sehingga penulis

    tidak merasa sendiri

    Thanks so Much brother and sister..

    9. Terima kasih kepada kakek ama bedali yang telah meluangkan waktu untuk

    memberikan informasi tentang rumah adat Nias sebagai narasumber atau

    informan dalam penulisan kertas karya ini

    10. Terima kasih buat twin brother mei&tian yang telah menopang dan membri

    semangat juga dukungan doa kepada penulis

    Thanks broo!!!

    11. Terima kasih buat kawan kompak yang selalu bersama dan berbagi dalam

    setiap masalah yang dihadapi dalam kuliah ini buat faisal, rando, era, erda,

    aprina, viqi, yogi, pacak, vera, ilen, lulu thanks bro buat persahabatan dan

    kebersamaan kita selama ini. Ntar klo da tamat ingat-ingta kite ye

    12. Terima kasih special buat kawan-kawan UW06 tanpa terkecuali .

    I love you all Guys

    Thanks bro and keep being here in the unity

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    13. Buat teman-teman alumni SMA Swasta Pembda 1 Gusit baik yang di medan

    maupun yang di Nias ataupun dimana aje thanks buat supportnya selama ini

    14. Special thanks juga buat K Jelita gea yang telah mensupport penulis dalam

    setiap masalah, keluh kesah yang penulis rasakan

    15. Buat kawan-kawan geng narako, paman Elman, banas, wilman, titus, aris,

    velix buat kebersamaan selama ini

    16. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu

    secara rinci thanks so much.

    Penulis menyadari bahwa tuisan ini masih banyak kekurangannya baik

    dari segi penulisan maupun isi. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan

    kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca agar tulisan ini

    semakin baik. Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua

    Medan, April 2009

    Penulis

    TRI SELAMAT ZEBUA

    NIM : 062204046

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR i

    DAFTAR ISI ii

    ABSTRAKSI ... iii

    BAB I : PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang .. 1

    1.2 Batasan Masalah. 2

    1.3 Tujuan Penelitian 3

    1.4 Metode Penelitian... 3

    1.5 Sistematika Penulisan. 4

    BAB II : URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN

    DAN KEBUDAYAAN

    2.1 Pengertian Pariwisata, Kepariwisataan, Wisatawan,

    Dan daya Tarik Wisata 5

    2.1.1 Pengertian Pariwisata. 5

    2.1.2 Kepariwisataan.. 7

    2.1.3 Wisatawan. 9

    2.1.4 Objek dan Daya Tarik Wisata 11

    2.2 Motifasi Perjalanan Wisata dan Bentuk Pariwisata. 13

    2.2.1 Motifasi Perjalanan Wisata 13

    2.2.2 Bentuk Pariwisata.. 14

    2.3 Pengertian pariwisata dan Produk Industri Pariwisata 15

    2.3.1 Pengertian Pariwisata 15

    2.3.2 Produk Industri Pariwisata... 17

    2.4 Pengertian Pariwisata dan Hubungan Kebudayaan

    Dengan Pariwisata. 18

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    BAB II : GAMBARAN UMUM PULAU NIAS

    3.1 Kondisi Umum Pulau Nias 20

    3.2 Administrasi dan Pemerintahan. 22

    3.5 Sistem Adat dan Kebudayaan... 24

    3.4 Kependudukan.. 27

    BAB IV : POTENSI RUMAH ADAT NIAS UTARA SEBAGAI

    WISATA BUDAYA DI KABUPATEN NIAS

    4.1 Gambaran Umum Rumah Adat Nias Utara. 30

    4.2 Proses Pembangunan Rumah Adat Nias Utara 32

    4.3 Pembagian Ruangan dalam Rumah Adat 36

    4.4 Ukiran-Ukiran Dalam Rumah Adat 37

    4.5 Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek

    Wisata Budaya di Kabupaten Nias.. 40

    4.6 Hambatan Yang di Hadapi. 41

    BAB V : PENUTUP

    5.1 Kesimpulan. 42

    5.2 Saran 43

    DAFTAR PUSTAKA 44

    LAMPIRAN

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    ABSTRAKSI

    Industri pariwisata merupakan salah satu industri terbesar di seluruh

    dunia. Mengutip pernyataan DR. Seuss, yang menyebutkan The more people read, the more they know. The more they learn, then the more people would go everywhere. Secara harfiah, pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa semakin banyak orang-orang membaca, maka semakin banyak mereka mengetahui segala sesuatu. Semakin banyak mereka belajar, maka semakin besar keinginan untuk berkunjung ke segala tempat. Seiring dengan terjadinya demam globalisasi serta teknologi yang mendukung kemudahan orang untuk melakukan perjalanan, maka terdapat peluang yang sangat besar bagi pertumbuhan industri pariwisata. Inilah yang menyebabkan industri pariwisata tetap dapat menjadi sektor yang menjanjikan di masa yang akan datang, meskipun industri pariwisata sangat rentan terhadap berbagai isu, terutama isu politik dan keamanan. Selain itu, industri pariwisata dapat menghasilkan pendapatan yang sangat besar, baik bagi Pemerintah (Pusat dan Daerah) maupun penduduk setempat.

    Selancar, surfing, atau sekedar bertelanjang dada menikmati sinar mentari di pantai-pantai menjadi gambaran yang lekat begitu kata "Nias". Bayangan indahnya pulau yang termasuk wilayah Provinsi Sumatera Utara ini pun menyeruak. Lautnya yang jernih, berlapis warna hijau bening dan biru memukau, pasir putih, dan nyiur pepohonan kelapa. Terselip tetapi tak kalah menarik, yaitu pesona tinggalan budaya megalitik dan juga rumah-rumah adat ramah lingkungan serta berbagai hasil karya masyarakat Nias yang telah berumur ratusan tahun.

    Demikian juga halnya dengan Rumah Adat Nias Utara, dulu rumah adat (Omo Hada) oleh masyarakat Nias digunakan sebagai lambang kekayaan pemiliknya. Selain sebagai tempat tinggal, di dalam rumah ini bangsawan pemiliknya berhak melakukan pertemuan dan acara adat. Acara adat dimaksud dapat berupa upacara pengukuhan raja (owasa famaho bawi soya), upacara menguji kekuatan rumah raja (famoro omo), dan pesta pembuatan rumah baru (famaluaya tuha nomo). Dengan demikian, omo hada merupakan titik sentral setiap kegiatan yang melibatkan adat istiadat. Peralihan zaman membuat fungsi Omo Hada berubah menjadi rumah pertemuan biasa, dan sebagai gantinya balai desa menjadi titik pertemuan.

    Nilai penting Omo Hada dapat disimpulkan menjadi tiga hal, yakni aspek sejarah, aspek budaya, dan aspek ekonomi. Dari aspek sejarah, kekayaan warisan sejarah dan budaya di Nias tampaknya lambat laun mengalami ancaman kepunahan jika tidak ditangani segera. Hal ini selain disebabkan oleh gangguan alam, juga disebabkan masih kurangnya perhatian dan kesadaran kita akan arti penting bangunan ini.

    Key words : Rumah Adat, Kabupaten Nias, Wisata Budaya

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BALAKANG

    Kehidupan manusia merupakan suatu proses sosial dan budaya yang

    selalu berubah seirirng berjalannya waktu. Perubahan itu seakan menyebabkan

    adanya unsur nilai sosial budaya yang sangat berubah atau hilang ditinggalkan oleh

    manusia. Apabila nilai sosial budaya yang ditinggalkan tersebut dibenarkan saja

    tanpa adanya suatu usaha untuk untuk mengembalikannya maka hilanglah suatu

    nilai atau sejarah kehidupan manusia pada suatu periode masa lampau.

    Hal ini merupakan tanggung jawab kita bersama untuk menjaga dan

    melestarikan warisan-warisan budaya luhur ini agar tidak hilang dan menjadi

    kenangan saja dan tidak dapat dinikmati dan disaksikan oleh generasi berikutnya

    Pulau Nias sebagai Paradise of Surfing bagi para peselencar dunia

    merupakan tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi serta memiliki potensi

    yang sangat tepat untuk pengembangan pariwisata. Selain kehidupan masyarakat

    yang sangat unik, kebudayaan yang masih terjaga seperti lompat batu, berbagai

    jenis tarian daerah serta , rumah adat nias sebagai sa;ah satu wujud kebersamaan

    dan rasa gotong-royong dimasa lampau serta adat istiadatnya yang masih asli

    merupakan daya tarik tersendiri yang mampu menarik jumlah wisatawan ysng

    datang berkunjung tiap tahunnya

    Pulau Nias dalam bahasa Niasnya sering disebut Tan Niha yang

    artinya tanah manusia sedangkan orang Niasnya sering disebut Ono Niha yang

    artinya anak manusia. Salah satu ciri khas dari pulau Nias yang masih bisa kita

    lihat hingga sampai saat ini adalah Rumah Adat Nias yang sering disebut dalam

    bahasa Nias sebagai Omo Hada. Ada dua jenis rumah adat Nias yaitu berbentuk

    oval yang terdapat di Nias bagian Utara dan berbentuk persegi empat yang terdapat

    di Nias bagian Selatan.

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    Kebudayaan Nias seperti yang kita kenal pada masa ini, rupanya belum

    begitu tua, sekitar 500 tahun. Dinilai baru, bukan dalam arti baru diciptakan,

    melainkan dalam arti baru diterima di Pulau Nias sebagai pemasukan dan

    kemudian merupakan faktor terpenting dalam proses kemajuan. Besar

    kemungkinan pemasukan budaya yang baru itu, yang kemudian dijadikan

    kebudayaan Nias, berasal dari China. Budaya China itu mulai memasuki Nias sejak

    lima ratusan tahun yang lalu oleh imigrasi sekelompok orang keturunan China di

    wilayah Kecamatan Lahusa dan Kecamatan Gomo, Nias Tengah

    Kelompok pendatang yang baru itu memiliki pengetahuan dan

    keterampilan di berbagai bidang, maka kedatangan mereka membawa perubahan

    dan kemajuan bagi masyarakat Nias. Lama-kelamaan budaya mereka menjadi

    dominan di Pulau Nias. Secara singkat saya menyebutkan beberapa bidang

    kemajuan diantaranya, arsitektur, pertukangan, pertanian, peternakan dan tenunan,

    juga kemajuan dalam hal kebudayaan megalitik, patung, silsilah dan kasta

    Berdasarkan uraian diatas maka penulis berkeinginan untuk membuat

    kertas karya untuk melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program

    Studi D3 Pariwisata dan meraih gelar Ahli Madya Pariwisata Bidang Keahlian

    Usaha Wisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang berjudul Potensi

    Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya di Kabupaten Nias

    1.2 Batasan Masalah

    Berdasarkan uraian di atas, dalam penulisan kertas karya ini maka penulis

    membatasi ruang lingkup permasalahan yaitu hanya pada bangunan rumah adat

    Nias utara yang berbentuk oval, ukiran-ukiran dalam rumah adat, pembagian

    ruangan dalam rumah adat serta fungsinya, tatacara pendiriannya dan potensinya

    dalam menunjang aspek wisata budaya di Kabupaten Nias. Namun demikian

    penulis akan berusaha untuk menggali informasi sedalam mungkin untuk

    membahas setiap masalah yang berhubungsan dengan pembuatan kertas karya ini

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    1.3 Tujuan Penulisan

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

    1. Sebagai salah satu syarat kelengkapan akademik untuk meraih gelar Ahli

    Madya Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata Fakultas Sastra

    Universitas Sumatera Utara

    2. Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan intelektualitas pribadi penulis

    dalam pendalaman ilmu Pariwisata maupun memberikan manfaat bagi

    masyarakat luas

    3. Untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang Rumah Adat Nias Utara

    Sebagai potensi objek wisata Budaya di Kabupaten Nias

    4. Untuk memberikan informasi kepada khalayak banyak, bahwa Rumah Adat

    Nias Utara merupakan wujud kebudayaan etnis Nias yang dapat dijadikan

    potensi besar dalam pengembangan dunia Pariwisata

    1.4 Metode Penelitian

    Untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian ini maka,

    penulis menggunakan beberapa Metode penelitian antara lain :

    1. Penelitian Kepustakaan ( Library Research )

    Yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggali masalah yang ada

    dengan menggunakan data-data dari buku dan tulisan lainnya yang

    mendukung pembahasan topik

    2. Penelitian Lapangan ( Field Research )

    Yaitu penelitian yang dilakukan dengan datang langsung kelapangan

    atau daerah penelitian yang telah ditentukan sebelumnya untuk

    mendapatkan data yang lebih akurat dan juga melakukan wawancara

    kepada pihak yang terkait, tokoh-tokoh adat serta orang-orang tertentu yang

    mengerti dengan baik tentang seluk-beluk Rumah Adat Nias Utara

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    1.5 Sistematika Penulisan

    Adapun sistematika penulisan laporan Penelitian ini adalah :

    BAB I : PENDAHULUAN

    Yaitu latar belakang, pembatasan masalah, tujuan penelitian,

    metode penelitian, sistematika penulisan

    BAB II : URAIAN TEOROTIS TENTANG KEPARIWISATAAN

    Dalam bab ini penulis menguraikan beberapa hal mengenai

    pengertian Pariwisata, Kepariwisataan, objek wisata, dan daya

    tarik wisata, motivasi perjalanan wisata, dan bentuk-bentuk

    pariwisata, pengertian industri pariwisata dan produk pariwisata,

    pengertian kebudayaan, dan hubungan antara kebudayaan

    dengan pariwisata

    BAB III : GAMBARAN UMUM KABUPATEN NIAS

    Dalam bab ini penulis menguraikan kondisi umum pulau Nias,

    administrasi dan pemerintahan, kependudukan dan sistem adat

    dan budaya

    BAB IV : POTENSI RUMAH ADAT NIAS UTARA SEBAGAI OBJEK

    WISATA BUDAYA DI KABUPATEN NIAS

    Dalam bab ini penulis menguraikan gambaran umum Rumah

    Adat Nias Utara, proses pendiriannya, ruang-ruang dalam rumah

    adat, beserta ukiran-ukirannya dan uraian tentang potensi

    Rumah Adat Nias Utara itu sendiri dalam pengembangan

    kepariwisataan di Kabupaten Nias

    BAB V : PENUTUP

    Dalam bab ini penulis menguraikan kesimpulan dan saran dari

    kertas karya ini

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    BAB II

    URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

    DAN KEBUDAYAAN

    2.1 Pengertian Pariwisata, Kepariwisaataan, Wisatawan, dan Daya Tarik

    Wisata

    2.1.1 Pengertian Pariwisata

    Prof. Hunziger dan Krapf dari Swiss dalam bukunya Grundriss Der

    Algemeinen Fremdenverkehrslehre mendefenisikan Pariwisata sebagai,

    keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang

    asing di suatu tempat, dengan syarat bahwa mereka tidak tinggal disitu untuk

    melakukan suatu pekerjaan yang penting (a.Major Activity) yang memberi

    keuntungan yang bersifat permanen maupun sementara.

    Menurut A.J Burkart dan S.Medlik Pariwisata adalah perpindahan orang

    untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ketujuan-tujuan diluar tempat

    dimana mereka biasanya hidup bekerja dan kegiatan-kegiatan mereka selama

    berada di daerah tujuan tersebut

    E.Guyer Freuler ( Soekadijo, 1997) , merumuskan pengertian pariwisata

    dengan memberi batasan sebagai berikut :

    "Pariwisata dalam pengertian modern adalah merupakan penomena dari

    jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesahatan dan pergantian

    hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan

    pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan

    kelas masyarakat manusia sebagai hasil dari pada perkembangan perniagaan,

    industri, perdagangan serta penyempurnaan dari pada alat-alat pengangkutan".

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    Menurut Richard Sihite menjelaskan definisi pariwisata sebagai berikut

    : Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu,

    yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya

    semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau

    mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati

    kegiatan pertamsyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka

    ragam.

    Menurut Salah Wahab mengemukakan definisi pariwisata yaitu

    pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat

    pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan,

    standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya,

    sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik

    seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi.

    Menurut Undang-undang No 9 tahun 1990 Pariwisata adalah segala

    sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya

    tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut

    Robert Mc. Intosh bersama Shashi Kant Cupta, memberikan batasan

    bahwa pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul

    dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah serta masyarakat tuan

    rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan serta penunjang

    lainnya.

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    2.1.2 kepariwisataan

    Pengertian Kepariwisataan menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun

    1990 pada bab I pasal 1, bahwa Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang

    berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Artinya semua kegiatan dan

    urusan yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pelaksanaan,

    pengawasan, pariwisata baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta dan

    masyarakat disebut Kepariwisataan.

    Lebih jauh Nyoman S. Pendit menjelaskan tentang kepariwisataan

    sebagai berkut :

    Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap

    kemajuan kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan pelabuhan (laut atau

    udara), jalan-jalan raya, pengangkutan setempat,program program kebersihan atau

    kesehatan, pilot proyek sasana budaya dan kelestarian lingkungan dan sebagainya.

    Yang kesemuanya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi

    masyarakat dalam lingkungan daerah wilayah yang bersangkutan maupun bagi

    wisatawan pengunjung dari luar. Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan

    dan sumbangan terhadap pelaksanaan pembangunan proyek-proyek berbagai sektor

    bagi negara-negara yang telah berkembang atau maju ekonominya, dimana pada

    gilirannya industri pariwisata merupakan suatu kenyataan ditengah-tengah industri

    lainnya.

    Menurut Prof. Partier( Yoeti,1982 ), Kepariwisataan adalah : tidak lebih

    dari suatu industri balaka. Ia merupakan suatu gejala atau fenomena ekonomi,

    sosiologi dan psikologiyang satu sama lainnya saling berkaitan dan banyak sangkut

    pautnya dalam hidupdan kehidupn masyarakat, baik secara regional, nasional,

    maupun internasional

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    Kepariwisataan menurut Tap MPRS tahun 1960 ( I Nyoman, 1999 )

    adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam memberikan

    hiburan

    rohani dan jasmani, setelah beberapa waktu bekerja serta mempunyai

    modal untuk melihat-lihat daerah lain (wisatawan nusantara) atau

    negara- negara lain (wisatawan mancanegara).

    Dalam arti yang luas, pariwtsata dapat di definisikan sebagai perjalanan

    darat satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan, maupun

    kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan

    dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial budaya, alam, dan ilmu ( Yoeti,

    1982 ).

    Batasan yang lebih bersifat teknis dikemukakan oleh Prof. Hunzieker

    dan Prof. K. Krapf( Yoeti,1996 ) dua guru besar Swiss, yang merupakan bapaknya

    ilmu pariwisata yang terkenal. dimana batasan yang diberikannnya berbunyi

    sebagai berikut :

    "Kepariwisataan adalah keseluruhan daripada gejala-gejala yang

    ditimbulkan oleh perjalanan dan pendalaman orang-orang asing serta

    penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendalaman itu tidak tinggal

    menetap dan tldak memperoleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat

    sementara itu.

    Kepariwisataan adalah pengertian daripada perjalanan untuk maksud-

    maksud liburan, kesenangan ,urusan dagang atau dinas atau alasan-alasan

    lainnya.Dalam banyak hal, karena alasan urusan-urusan atau peristiwa-peristiwa

    penting dan kepergian seseorang dari tempat tinggalnya yang tetap hanyalah untuk

    sementara waktu saja perjalanan dinas dikecualikan dari perjalanan yang teratur ke

    tempat pekerjaan sehari-hari.

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    Undang-undang Republik Indonesia No. 9/1990(www.google.com)

    berisi beberapa pengertian tentang kepariwisataan, yaitu :

    Wisata adalah suatu kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk

    menikmati suatu tujuan tersebut.

    Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,

    termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha

    yang terkait di bidang tersebut.

    Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.

    Seorang ahli ekonomi bangsa Austria, Herman V. Schulalard,

    (Soekadijo;1997) dalam tahun 1910 telah memberikan batasan pariwisata sebagai

    berikut :

    "Kepariwisataan adalah sejumlah kegiatan, terutama yang ada kaitannya

    dengan kegiatan perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan

    masuknya, adanya pendalaman dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk

    suatu kota, daerah atau negara.

    2.1.3 Wisatawan

    Menurut the Comitee of Statisticsl Expert of the Language of Nation

    pada tahun 1937 menyatakan bahwa Wisatawan adalah adalah setiap orang yang

    mengunjungi suatu negara selain negara dimana Dia biasa tinggal, dan dengan

    periode setidak-tidaknya 24 jam. Adapun yang biasa disebut sebagai wisatawan

    adalah :

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    1. Orang-orang yang berpergian dengan tujuan untuk bersenang-senang,

    alasan keluarga, untuk tujuan kesehatan dll

    2. orang-orang yang berpergian dengan tujuan untuk melakukan pertemuan

    atau mewakili kedudukan sebagai diplomat,misi keagamaan, orang-orang

    yang berpergian dengan tujuan untuk berdagang

    3. Orang-orang yang singgah dalam pelayaran laut sekalipun mereka tidak

    tinggal 24 jam

    Berikut ini yang tidak bisa disebut sebagai wisatawan adalah :

    2. Orang-orang yang datang baik atas dasar kontrak, maupun tidak untuk

    mencari pekerjaan atau yang bekerja pada suatu aktifitas usaha di negara

    tersebut

    3. Orang-orang lain yang datang untruk menetap menjadi penduduk di negara

    tersebut

    4. Pelajar dan orang-orang muda yang menginap disuatu pemondokan/ asrama

    Uraian diatas dapat didefenisikan dalam dua aspek antara lain :

    1. Pelancong (Exercursionist) adalah orang yang tinggal kurang dari 24 jam di

    negara yang dikunjungi

    2. Wisatawan (tourist) adalah pengunjung yang tinggal lebih dari 24 jam di

    daerah tujuan wisata dan tujuan perjalanannya itu dikalsifikasikan sebagai

    berikut :

    a. Menggunakan waktu luang untuk berekreasi, hiburan, kesehatan,

    studi, olahraga dan keagamaan

    b. Dagang, keluarga, misi dan pertemuan (Michel Peters 1969 h.14-15)

    Menurut undang-undang No 9 tahun 1969 yang berasal dari instruksi

    presiden disebutkan bahwa wisatawan adalah : setiap orang yang berpergian dari

    tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan

    dari kunjungan tersebut

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    Seorang ahli ekonomi Inggris, norval (Toety herarti;1998) juga

    memberikan defenisi tentang arti dari wisatawan ini yakni setiap orang yang datang

    dari suatu negara asing yang alasannya bukan untuk bekerja atau menetap atau

    bekerja di negara tersebut secara teratur dan di negara dia tinggal sementara untuk

    membelanjakan uang yang di dapatnya dari tempat lain

    Menurut Undang-undang no 9 tahun 1990 wisatawan adalah orang yang

    melakukan kegiatan wisata

    2.1.4 Objek dan Daya Tarik Wisata

    Objek wisata atau dengan istilah "Tourist Attraction yaitu segala sesuatu

    yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah

    tertentu.(Arwina;www.google.com) Hal-hal yang dapat menarik orang untuk

    berkunjung ke suatu tempat daerah tujuan wisata, diantaranya ialah :

    1. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang

    dalam istilah Natural Amenities. Yang termasuk dalam kelompok ini

    adalah :

    a. lklim, misalnya cuaca cerah banyak cahaya matahari,

    sejuk, panas, hujan, dan sebagainya.

    b. Fauna dan flora seperti tanaman-tanaman yang aneh

    (uncommon vegetation), burung-burung, ikan, binatang

    buas (wild life), taman nasional (national park), daerah

    perburuan dan sebagainya.

    c. Pusat-pusat kesehatan (health center), sumber air mineral

    (natural spring of mineral water), sumber air panas (hot

    spring).

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    2. Hasil ciptaan manusia (man-made suppty) yaitu benda-benda yang

    bersejarah, kebudayaan dan keagamaan, misalnya :

    a. monumen bersejarah, dan sisa peradaban masa lampau

    b. museum, art gallery, perpustakaan, kesenian rakyat, handi

    craft.

    c. Acara tradisional, pameran, festival, upacara perkawinan

    dan lain-lain.

    d. Rumah-rumah beribadah, seperti mesjid, gereja, kuil atau

    candi maupun pura.

    3. Tata Cara Hidup Masyarakat (The way of life)

    - Tata tara hidup tradisional dari suatu masyarakat merupakan salah

    satu sumber yang amat panting untuk ditawarkan kepada para

    masyarakat. Hal semacam ini sudah terbukti, betapa besar

    pengaruhnya dalam bidang ekonomi sehingga dapat dijadikan

    events yang dljual. Contoh yang terkenal diantarannya lalah :

    - pembakaran mayat (ngaben) di Bali

    - upacara pemakaman mayat di Tanah Toraja

    - upacara Batagak penghulu di Minangkabau I

    - upacara khitanan di daerah Parahyangan

    - upacara Sekaten di Yogyakarta

    - upacara Waysyak di Candi mendut dan Borobudur..

    Menurut Prof. Mariotti (Arwina;www.google.com) ketiga hal tersebut diatas yang

    dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah. Suatu daerah tujuan

    wisawa mempunyai banyak hat yang dapat ditawarkan dalam pengembangan suatu

    daerah untuk menjadi suatu daerah tujuan wisata, agar ia dapat menarik untuk

    dikunjungi oleh wisatawan potensial, harus memenuhi tiga syarat, yaitu :

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    1) Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut dengan "Something

    to see". Maksudnya, daerah tersebut harus mempunyai daya tarik

    khusus, disamping itu juga harus mempunyal atraksi wisata yang

    dapat dijadikan sebagai" entertaiments" bila orang datang ke sana.

    2) Selanjutnya daerah tersebut harus mempunyai "something to do".

    Selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus pula

    disediakan fasilitas rekreasi atau amusements yang dapat membuat

    mereka betah tinggal lebih lama.

    3) Kemudian yang harus ada ialah "something to buy". Di tempat

    tersebut harus tersedia fasilitas untuk berbelanja

    (shopping),terutama barang-barang souvenir dan kerajinan rakyat

    sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal masing-

    masing. Selain itu fasilitas lain yang harus tersedia adalah money

    changer, bank, kantor pos, telepon dan lain-lain.

    2.2 Motifasi Perjalanan Wisata dan Bentuk Pariwisata

    2.2.1 Motifasi Perjalanan Wisata

    Dari defenisi wisatawan yang telah dijelaskan oleh penulis diatas jelas

    bahwa maksud perjalanan itu bukan untuk urusan yang berhubungan dengan

    pekerjaan sehari-hari dan dilakukan untuk sementara waktu. Salah satu sifat alami

    manusia adalah melakukan pergerakan. Manusia itu sendiri tidak dapat berdiam

    hanya di suatu tempat saja tetapi slalu ingin mengetahui suatu yang baru dan tak

    pernah dilihatnya sebelumnya

    Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya keadaan

    sosial ekonomi yang didukung oleh kemajuan teknologi , mendorong manusia

    untuk selalu bergerak. Pergerakan ini timbul dari berbagai macam dorongan

    kebutuhan dan kepentingan yang sering dikenal dengan istilah motifasi yang

    dijabarkan sebagai berikut:

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    Dorongan kebutuhan kepentingan keagamaan, pendidikan.

    2. Dorongan keamanan

    3. Dorongan kesehatan dan pemukiman

    4. Dorongan kepentingan politik

    5. Dorongan kepentingan ekonomi/perdagangan

    6 Dorongan kebutuhan minat kebudayaan, hubungan keluarga, olahraga dan

    rekreasi (Yoeti;1982)

    Menurut H. Peter gray (Nyoman;1999) faktor motifasi ini dibedakan

    menjadi faktor haus akan sinar matahari (sunlust) dimana menyebabkan manusia

    ingin meninggalkan sesuatu yang sudah biasa dilihat dan dirasakan untuk melihat

    sesuatu daerah dan kebudayaan yang baru. Faktor kedua adalah dianggap

    menimbulkan bentuk perjalanan khusus yang etrgantung pada adanya hal-hal yang

    menyenagkan (amenities) yang ebrbeda dan lebih baik untuk tujuan tertentu

    dibandingkan dengan yang ada ditempat sendiri

    Menurut M.Intosh (Nyoman;1999) motif-motif wisata dapat

    diklasifikasikan menjadi :

    a. Motif Fisik, yaitu berhubungan dengan kebutuhan badaniah seperti

    olahraga, istirahat dan kesehatan

    b. Motif Budaya, yaitu motif ingin mempelajari atau sekedar mengenal

    kebudayaan bangsa lain

    c. Motif Interpersonal, yaitu berhubungan dengan keinginan untuk bertemu

    dengan keluarga, kenalan, teman atau tetangga

    d. Motif status atau Motif Prestise, yaitu orang-orang yang pernah berpergian

    kedaerah lain dianggap atau merasa dengan sendirinya lebih naik gengsinya

    serta status dalam masyrakat

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    Schmidhauser (Yoeti;1982) lebih jauh menjelaskan bahwa terdapat

    empat fungsi pokok dalam fungsi psikologis yang terkait dengan motif wiasata

    antara lain :

    a. Kompensasi berbagai kekurangan yang dirasakan dalam kehidupan/kerja

    sehari hari

    b. Pemulihan fisik dari stres

    c. Perluasan cakrawala

    d. Pemuasan diri

    2.2.2 Bentuk Pariwisata

    Secara umum bentuk pariwisata adalah segala sesuatu yang

    berhubungan dengan objek wisata yang dapat disaksikan oleh pengunjung menurut

    situasi tertentu dan waktu yang tepat, serta kemauan untuk mendatangi,

    mengunjungi, dengan menggunakan alat pengangkutan yang dapat menjangkau

    objek yang dimaksud.

    Bentuk pariwisata dapat di bagi atas :

    1. Menurut letak geografisnya

    2. Menurut alsan dan tujuan perjalanan

    3. Menurut objeknya

    4. Menurut jumlah orang yang melakukan perjalanan

    5. Menurut jenis kelamin

    6. menurut alat pengangkutan

    7. Menurut umur wisatawan (dalam yoeti, 1996)

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    2.3 Pengertian Industri Pariwisata dan Produk Industri Pariwisata

    2.3.1 Pengertian Industri pariwisata

    Menurut Hunzieker (Yoeti;1996) dari bern university memberikan

    rumusan tentang industri pariwisata sebagai berikut : tourism enterprise are all

    business entities, which combining various means of production, provide goods,

    and srvice of a specilly tourist nature yang berarti : industri Priwisata adalah

    keseluruhan kegiatan bisnis hasil produksi, keuntungan dari barang dan jasa serta

    pembawaan yang khusus pada wisatawan.

    Batasan lain diberikan oleh L.J Lickorish dan a.c.Kershaw (dalam

    Yoeti 1996) dari British Travel Association(BTA) yang merumuskan industri

    pariwisata dengan aspek terperinci sebagai berikut:

    Industri pariwisata adalah keseluruhan para penjual produk wisata yang mana

    bersama-sama memberikan kepuasan terhadap wisatawan

    Industri pokok, melayani dalam hal transportasi, penginapan dan

    makanan serta persiapan perjalanan (Travel Agent, Tour Operator, dan

    lainnya)

    Industri tambahan, industri pariwisata yang menyediakan sovenir serta

    kebutuhan lainnya, hiburan asuransi, pelayanan bank dan lainnya

    Juga tenasuk dalam kelompok penyedia pada industri pokok pariwisata,

    keperluan masysrakat dan industri yang menangani promosi pariwisata,

    agen periklanan, konsultan jasa pelayanan pada industri pariwisata

    lainnya

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    R.S. Darmaji (dalam Yoeti, 1996:153) mengatakan bahwa Industri

    Pariwisata merupakan rangkuman dari berbagai macam bidang usaha yang secara

    bersama-sama menghasilkan produk maupun jasa atau pelayanan yang nantinya

    baik secara langsung ataupun secara tidak langsung akan di butuhkan oleh para

    wisatawab selama perjalanan

    G. A Schmool dalam memberikan batasan terhadap industri pariwisata

    sebagai berikut

    Tourism is a hightly decentralized indusryconsisiting of enterprises

    different in size, location, function, type of organization, range of service provide,

    and methode use to marke and sell them

    Artinya adalah industri pariwisata adalah pemusatan industri yang

    terdiri dari perusahaan-perusahaan yang berbeda, baik dalam ukuran, lokasi, jenis

    organisasi, pemberian pelayanan dan cara yang digunakan dalam memasarkannya

    Pengertian terakhir yang kita bahas adalah menurut Berneker dalam

    bukunya yang berjudul diestellung des fremdenverkehr im leiustungsystem der

    wirtscahft yang diterbitkan di wina tahun 1956 mengatakan bahwa Industri

    pariwisata adalah suatu kesatuan ekonomi yang dapat menyediakan jasa-jasa

    service untuk memuaskan kebutuhan wisatawan di samping kebutuhannya yng lain

    yang berhubungan dengan perjalanan

    Pengertian Industri pariwisata akan semakin lebih jelas bila kita

    mempelajarinya dari jasa atau produk yang dihasilkannya atau pelayanan yang

    diharapkan oleh wisatawan bilamana dia sedang berada dalam perjalanannya.

    Dengan tujuan ini akan terlihat tahap-tahap dimana konsumen atau wisatawan

    memerlukan pelayanan tertentu.

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    2.3.2 Produk Industri Pariwisata

    Pariwisata sebagai sebuah industri menghasilkan jasa-jasa atau service

    sebagai product yang dibutuhkan oleh para wisatwan padsa khususnya atau

    traveller pada umumnya. Menurut Medlik dan Medliton dalam tulisannya The

    Formulation in Tourism mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan hasil

    (product) industri pariwisata adalah semua jasa atau service yang dibutuhkan

    wisatawan semenjak ia berangkat meninggalkan tempat kediamannya sampai Ia

    kembali kerumah dimana Ia tinggal

    Pada dasarnya ada tiga golongan pokok produk industri pariwisata

    tersebut yaitu :

    Torist Object atau objek pariwisata yang terdapat pada daerah-daerah tujuan

    wisata yang menjadi daya tarik orang-orang untuk datang berkunjung

    kedaerah tujuan wisata tersebut

    Fasilitas yang diperlukan di daerah tujuan wisata tersebut seperti

    akomodasi, bar, restourant, entertiment, rekreasi, souvenir shop, money

    changer, bank, penjual post card, perangko dan lain sebagainya

    Transportasi yang menghubungkan negara asal wisatawan dengan daerah

    tujuan wisata serta transportasi kedaerah tujuan ke objek-objek pariwisata

    Secara terperinci dapat kita gambarkan jasa-jasa yang merupakan

    produk industri pariwisata yang dibutuhkan oleh wisatawan semenjak dia

    meninggalkan kediamannya hingga dia kembali kerumahnya. Secara berurutan

    adalah sebagai berikut:

    1) Jasa Travel Agent untuk mengurus dokumen perjalanan seperti passport,

    exit-permit, visa ataupun tiket pesawat udara

    2) Jasa Taxi untuk transfer dari rumah ke bandara waktu berangkat (departure)

    3) Jasa Maskapai Penerbangan yang akan membawa ketempat tujuan yang di

    kehendaki

    4) Jasa Taxi/Coach-Bus dari bandara ke hotel waktu datang di daerah tujuan

    (arrival)

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    5) Jasa Akoomodasi Perhotelan ditempat yang dituju selama berkunjung

    disana

    6) Jasa Tour Operator untuk kegiatan sightseeing tour ke objek-objek wisata

    7) Jasa yang diberikan pada objek pariwisata, atraksi, wisatawan, entertaiment

    ditempat yang dikunjungi

    8) Jasa Sovenir Shop dan Handicraft Center dan lain-lain

    9) Jasa souvenir shop dan handicraft center

    Sebaliknya apabila dia kembali ketempat tinggalnya maka ia

    memerlukan beberapa jasa yang jauh lebuh sedikit dibandingkan dengan waktu

    berangkat

    a. Jasa taxi untuk transfer dari hotel ke airport

    b. Jasa maskapai penerbangan dari tempat yang telah dikunjungi kembali

    ketempat asalnya

    c. Jasa taxi dari airport kerumah

    d. Mailing service bagi wisatawan yang hanya membeli souvenir kemudian

    menggunakan jasa pengiriman untuk meringankan bawaan

    2.4 Pengartian Kebudayaan dan hubungan kebudayaan dengan pariwisata

    2.4.1 Pengertian Kebudayaan

    Menurut E. B Tailor mengatakan bahwa kebudayaan adalah :

    keseluruhan yang kompleks yang ada didalamnya terkandung ilmu pengetahuan,

    kepercayaan, kesenian moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan lain serta

    kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat

    Menurut koentjaraninggrat kebudayaan adalah : keseluruhan kelakuan

    dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya

    dengan belajar dan yang kesemuanya itu tersusun dalam kehidupan masyarakat

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    2.4.2 Hubungan Kebudayaan Dengan Pariwisata

    Secara ekonomi, hubungan kebudayaan dengan pariwisata dinyatakan

    dalam bentuk penggunaan kekayaan kebudayaan untuk membentuk atraksi-atraksi

    baik living attraction (seni tari, ritual adat, dll) maupun non-living attraction

    (arsitektur bangunan, peninggalan historis dll) yang disuguhkan ke dalam suatu

    pameran, festival, event, yang dapat memberikan kesempatan kerja bagi seniman,

    penyelenggara, serta masyarakat Nias yang bekerja dalam industri pendukung

    pariwisata (hotel, homestay, restoran, transportasi, dll).

    Implikasi sosial yang ditimbulkan oleh hubungan kebudayaan dengan

    pariwisata adalah keuntungan yang positif dari hasil pendekatan masyarakat dunia

    dengan berbagai peradaban yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerjasama.

    Yang tidak kalah pentingnya dalam hubungan antara kebudayaan

    dengan pariwisata adalah nilai dan pemeliharaan, termasuk pengawasan serta

    bimbingan kekayaan kebudayaan. Restorasi dan proyek konservasi terhadap benda-

    benda, monumen sejarah dan segala warisan peninggalan bersejarah harus

    dirancang dan dijaga. Pembentukan disain produk pariwisata hendaknya tidak

    hanya to please the tourist tanpa menjaga keaslian dan keindahan kebudayaan.

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    BAB III

    GAMBARAN UMUM PULAU NIAS

    3.1 Kondisi Umum Pulau Nias

    Pulau Nias terletak di antara 0 12-1 32 Lintang Utara dan 97-98

    Bujur Timur, Kepulauan Nias yang terdiri dari empat kabupaten ini terdiri dari

    sebuah pulau yang cukup besar, yaitu Pulau Nias dan 131 pulau kecil. Sebanyak

    17.779 penduduk Nias mendiami 37 pulau dan 95 pulau lainnya belum dihuni

    manusia. Luas total Pulau Nias 5.625 kilometer persegi atau sekitar 7,82 persen

    luas Sumatera Utara secara keseluruhan Berada di bagian barat daya wilayah

    Provinsi Sumatera Utara, Pulau Nias berjarak sekitar 85 mil laut dari Pelabuhan

    Sibolga di daratan Pulau Sumatera.

    Adapun batasan-batsan pulau nias adalah sebagai berikut :

    - Sebelah Utara : Berbatasan dengan pulau-pulau banyak, Propinsi Daerah

    Istimewa Aceh.

    - Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kepulauan Mentawai, Propinsi Daerah

    Tingkat I Sumatera Barat

    - Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kepulauan Mursala, Kabupaten Daerah

    Tingkat II Tapanuli Tengah.

    - Sebelah Barat : Berbatasan dengan Samudra Indonesia

    Di kabupaten Nias jenis tanah ada 5 jenis yaitu :

    1. Tanah Podsolid berwarna coklat kekuningan.

    2. Tanah Meditran berwarna coklat tua.

    3. Tanah Kombisol berwarna coklat tua dan coklat kekuningan.

    4. Tanah Gleisol berwarna coklat tua kekuningan.

    5. Tanah Latosol berwarna coklat kekelabuan

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    Topografi Pulau Nias berupa bukit-bukit sempit dan terjal serta

    pegunungan yang memiliki ketinggian hingga 800 meter di atas permukaan laut.

    Bagian wilayahnya yang berupa dataran rendah sampai bergelombang mencapai

    jumlahan 24%, tanah bergelombang sampai berbukit 28,8 %, sedangkan tanah

    berbukit sampai pegunungan mencapai 51,2% dari seluruh luas dataran. Dataran

    rendah terdapat di bagian tepi pulau, dan sebagian tepi Pulau Nias tersebut

    merupakan tebing karang yang menyulitkan pencapaiannya dari arah laut. Daerah

    perbukitan berada di bagian tengah pulau.

    Keadaan iklim Pulau Nias dipengaruhi Samudra Indonesia. Suhu udara

    berkisar antara 80 - 90 % dan kecepatan angin antara 5 - 6 knot. Curah hujan tinggi

    dan relatif turun sepanjang tahun, hujan 248 hari dalam setahun dan sering kali

    disertai badai besar. Musim badai biasanya berkisar antara bulan April - Oktober,

    tetapi kadang - kadang terjadinya badai pada bulan - bulan lainnya. Sering kali

    terjadi perubahan cuaca secara mendadak.

    Mengikut pencacahan yang dilakukan Badan Pusat Statistik Kabupaten

    Nias (1977) diketahui bahwa wilayah di Samudera Indonesia ini memiliki curah

    hujan yang tinggi, rata-rata mencapai 3,145,1 milimeter per tahun, dan dengan

    banyak hujan mencapai 273 hari per tahun ini berarti rata-rata 23 hari per bulan,

    Besarnya curah hujan ini menyebabkan kondisi alamnya lembab dan basah, Suhu

    udara beridsar antara 14,3 - 30,4 Celcius dengan kelembaban sekitar 80-90%, dan

    kecepatan angin antara 5-6 km/jam, Struktur geologis yang labil, dengan curah

    hujan yang demikian tinggi sering menyebabkan terjadinya banjir bandang yang

    diikuti dengan berpindah-pindahnya aliran sungai.

    Pencapaian Pulau Nias dapat dilakukan melalui dua cara, yakni

    menggunakan sarana transportasi udara dan laut. Untuk mencapai Pulau Nias, dari

    bandara Polonia, Medan ke bandara Gunung Sitoli ditempuh dalam waktu 45

    menit, selanjutnya dari Gunung Sitoli ke Teluk Dalam yang berjarak 120 km

    ditempuh dalam waktu 3jam dengan menggunakan kendaraan umum melalui jalan

    beraspal yang cukup baik, Adapun untuk transportasi laut, dari pelabuhan Sibolga

    ke Gunung Sitoli ditempuh dalam waktu 9 jam. Dapat pula menggunakan

    transportasi laut langsung dari Sibolga ke Teluk Dalam, di wilayah Kabupaten Nias

    Selatan dengan waktu tempuh selama12 jam.

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    Perilaku sosial masyarakat Nias cukup kompleks. Hal ini disebabkan

    oleh berbaurnya adat dan norma-norma yang berlaku. Pada masyarakat Nias

    prinsip kegotong-royongan masih diutamakan. Sistem kekerabatan dan kerjasama

    cukup menonjol walaupun terpolarisasi dalam paham keagamaan yang saling

    berbeda. Mayoritas penduduk kabupaten Nias adalah pemeluk agama Kristen

    Protestan, disusul Islam, dan kemudian Kristen Katolik.

    Dalam kehidupan sehari-hari di Nias orang menggunakan bahasa Nias

    namun dengan dialek yang berbeda di setiap bagian wilayahnya. Sesuatu yang

    sangat mencirikan bahasa Nias adalah penggunaan huruf vokal yang dominan

    dalam setiap kata atau kalimat, dan itu selalu ditandai dengan akhiran vokal pula.

    3.2 Administrasi dan Pemerintahan

    Berikut ini yang kecamatan yang termasuk dalam wilayah pemerintahan

    kabupaten nias adalah :

    1. Idanogawo 6. Lolofitu moi 11. Mandrehe

    2. Bawolato 7. Mau 12. Mandrehe barat

    3. Ulugawo 8. Somolo-molo 13. Moroo

    4. G i d o 9. Sirombu 14. Mandrehe utara

    5. Gunungsitoli Idanoi 10. Lahomi 15. Ulu moroo

    16. Hiliduho 21. Gunungsitoli utara 26. Sawo

    17. Hili Serangkai 22. Tuhemberua 27. Alasa

    18. Botomuzoi 23. Lotu 28. Namohalu esiwa

    19. Gunungsitoli Alo'oa 24. Sitolu ori 29. Alasa talu muzoi

    20. Gunungsitoli 25. Gunungsitoli utara 30. Lahewa

    31. Afulu 32 Lahewa timur 32. Gunungsitoli

    barat

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    Berikut ini beberapa lembaga daerah yang turut membantu pemerintah

    dalam menjalankan pengabdian kepada masyarakat adalah :

    Dinas Daerah :

    1. Dinas Pendapatan

    2. Dinas Kesehatan

    3. Dinas Pertanian dan Kehutanan

    4. Dinas Perhubungan

    5. Dinas Pendidikan

    6. Dinas Pariwisata

    7. Dinas Perindustrian,Perdagangan, Pertambangan dan Energi

    8. Dinas Koperasi, PKM dan Penanaman Modal

    9. Dinas Kelautan dan Perikanan

    10. Dinas Kependudukan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    11. Dinas Kimpraswil

    12. Dinas Pertanahan

    Lembaga Teknis Daerah :

    1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

    2. Badan Pengawasan Daerah

    3. Badan Pemberdayaan Masyarakat

    4. Badan Kepegawaian Daerah

    5. Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat

    6. Kantor Ketahanan Pangan dan Informasi Penyuluhan Pertanian

    7. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

    8. Rumah Sakit Umum Gunungsitoli

    9. Kantor Pertanahan Kabupaten Nias

    10. Komisi Pemilihan Umum Daerah

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    Sekretariat Daerah :

    1. Asisten Tata Praja dan Kesejahteraan Sosial

    2. Asisten Administrasi Ekonomi dan Pembangunan

    3. Bagian Hukum

    4. Bagian Pemerintahan

    5. Bagian Sosial

    6. Bagian Humas

    7. Bagian Keuangan

    8. Bagian Kepegawaian

    9. Bagian Organisasi

    10. Bagian Ekonomi Pembangunan

    11. Bagian Umum dan Perlengkapan

    3.3 Sistem adat dan Kebudayaan

    Kebudayaan Nias seperti kita kenal pada masa ini, rupanya belum

    begitu tua, sekitar 500 tahun. Dinilai baru, bukan dalam arti baru diciptakan,

    melainkan dalam arti baru diterima di pulau Nias sebagai pemasukan dan kemudian

    merupakan faktor terpenting dalam proses kemajuan. Besar kemungkinan

    pemasukan budaya yang baru itu, yang kemudian dijadikan kebudayaan Nias,

    berasal dari Cina. Budaya Cina itu mulai memasuki pulau Nias sejak limaratusan

    tahun yang lalu oleh imigrasi sekelompok orang keturunan Cina di wilayah

    kecamatan Lahusa dan kecamatan Gomo, Nias Tengah.

    Kelompok pendatang yang baru itu memiliki pengetahuan dan

    ketrampilan di berbagai bidang, maka kedatangan mereka membawa perubahan

    dan kemajuan bagi masyarakat Nias. Lama-kelamaan budaya mereka menjadi

    dominan di pulau Nias. Secara singkat saya menyebut beberapa bidang

    kemajuan,misalnya: arsitektur, pertukangan, pertanian, peternakan dan tenunan.

    Juga kemajuan dalam hal kultur megalitik, patung, silsilah dan kasta.

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    Berhadapan dengan pantai timur Nias di kecamatan Lahusa, 110 km

    lurus ke sebelah timur, terletak pelabuhan dan kota Cina Singkuang di pantai barat

    Sumatra. Lima ratusan tahun yang lalu, di Singkuang sudah terdapat sebuah

    galangan kapal. Orang yang mahir dalam pertukangan kapal juga mampu

    membangun rumah adat sebagaimana kita kagumi di Nias.

    Secara hipotetis kita simpulkan: Pada suatu ketika sekelompok kecil,

    pendatang dari Cina atau dari Singkuang, mendarat di pantai timur Nias, kini

    termasuk kecamatan Lahusa dan Bawlato. Mereka ini merupakan golongan

    minoritas di antara penghuni Nias yang sudah lama (telah kian ada), sehingga

    bahasa Cina tidak dapat dipertahankan dan makin hilang. Tinggal beberapa kata

    atau nama saja yang mungkin masih merupakan warisan dari bahasa Cina dulu,

    seperti nama-nama leluhur Hia dan Ho atau nama sungai Ho dan sungai Gomo.

    Barangkali nama leluhur Sihai berasal juga dari istilah Gehai yang sampai sekarang

    dipakai di Nias untuk orang Cina.

    Seandainya hipotesa ini benar, bahwa ada keturunan atau pengaruh Cina

    di Nias, maka perkembangan di Nias dapat dilihat sama seperti perkembangan di

    seluruh Indocina, yang kini meliputi keempat negara: Vietnam dengan Teluk

    Tonkin, Laos, Thailand dan Kamboja. Diketahui bahwa kebudayaan suku-suku asli

    di Indocina pada suatu ketika mulai dipengaruhi oleh kebudayaan kedua bangsa

    besar dari luar yaitu India dan Cina, sampai kebudayaan setempat makin tersingkir

    dan kebudayaan Cina menjadi dominan di sebelah utara di wilayah Tonkin, dan

    kebudayaan India menjadi dominan di sebelah selatan Indocina. Karena itu, pilihan

    nama Indocina sangatlah tepat, artinya wilayah yang dipengaruhi oleh India dan

    Cina.

    Nias memiliki berbagai macam kebudayaan yang unik dan tidak

    terdapat di derah lain seperti kebudayaan megalith yang masih kental dan masih

    terjaga serta masih dapat kita lihat sampai sekarang. Dalam mendirikan batu

    megalith diadakan sebuah pesta besar yang sering disebut owasa yaitu dengan

    menyembelih sampai seratus ekor babi. Pelaksanaan owasa ini dilakukan untuk

    membuktikan status seseorang didalam masyarakat

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    Nias memiliki hukum tradisional yang terdiri dari lima pilar yaitu :

    1. Hukuman : Bagaimana menghukum seorang pembunuh, pezinah, dan pencuri.

    Seorang yang telah melakukan perzinahan akan dihukum mati,

    tapi dapat ditebus dengan membayar denda seratus ekor babi atau

    seratus unit emas batangan

    2. Jujuran : Pembayarannya dilakukan oleh pihak laki-laki dengan membiayai

    seluruh acara pesta pernikahan hingga usai

    3. Afore : Sistem pengukuran babi

    4. Kutak : Sistem pengukuran beras

    5. Nilai Emas

    Adapun jenis tari-tarian yang ada di nias adalah sebagai berikut :

    1. Tari Maluaya 6. Tari Mondrau Lume-lume

    2. Tari Baluse 7. Tari Manaho

    3. Tarena 8. Tari Tuwa

    4. Tari Fogaile 9. Tari Yaahowu

    5. Tari Faore 10. Tari Moyo

    Berikut ini beberapa jenis upacara adat yang sering diaakan oleh orang

    Nias Sendiri :

    1. Famataro Mbanua

    2. Fangotomeo

    3. fatabo

    4. famadaya hasi zimate

    5. fanano bunga

    6. fadabu

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    selain jenis tari dan upacara adat Nias juga mempunyai alat musik

    tradisional yaitu :

    Doli-doli atau sejenis gamelan Garamba atau berupa gendang besar yang sangat berperan penting

    dalam setiap pesta adat di nias

    Faritia atau gong dalam ukuran kecil Fondrahi atau gendang yang berukuran kecil yang salah satu

    ujungnya terbuka

    Gondra atau gong dalam ukuran besar

    3.4 Kependudukan

    Garis-garis besar haluan negara menyatakan bahwa jumlah penduduk

    yang besar dan berkualitas akan menjadi modal dasar yang efektif bagi

    pembangunan nasional. Namun dengan pertumbuhan yang pesat sangat sulit untuk

    meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan secara layak dan merata. Hal ini

    berarti bahwa penduduk dengan jumlah yang besar dengan kualitas yang tinggi

    tidak akan mudah dicapai.

    Komponen kependudukan umumnya menggambarkan berbagai

    dinamika sosial yang terjadi di masyrakat baik secara sosial maupun secara

    kultural. Menurunnya tingkat kelahiran , meningkatnya arus perpindahan suatu

    daerah dan proses urbanisasi akan mempengaruhi kebijakan kependudukan yang

    diterapkan.

    Berdasarkan sensus terakhir yang dilakukan tahun 2007 kabupaten nias

    memiliki jumlah penduduk sebanyak 430.276 jiwa terdiri atas 32 (tiga puluh dua)

    Kecamatan. Kabupaten ini memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk

    mendukung peningkatan penyelenggaraan pemerintahan. Kabupaten nias memiliki

    luas wilayah 2.526,93 km2

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    Secara geografis Kabupaten Nias berada di Samudera Hindia, dan

    perairan kepulauan ini mempunyai system arus dan sifat massa air yang sangat

    dipengaruhi oleh system yang berkembang di Samudera Hindia. Topografi

    perairannya landai sampai sekitar 25-50 m dari pantai, kemudian menjadi curam

    baik di sisi Samudera Hindia maupun di sisi yang menghadap daratan Pulau

    Sumatera.

    Mata pencaharian penduduk umumnya adalah bertani dan berkebun.

    Hasil aktivitas itu antara lain; padi, jagung, ketela, rambat, nilam, pisang, nenas,

    jeruk durian langsat, mangga, karet, kelapa, kopi, cengkeh, coklat, dan lainnya.

    Tanaman padi diusahakan pada sawah atau lading / huma, yang

    umumnya menempati bagian tanah yang rendah, seperti bagian-bagian lembah

    yang dialiri sungai-sungai kecil. Adapun tanaman keras seperti karet dan cengkeh

    banyak diusahakan pada daerah-daerah perbukitan, sehingga sebagian hutan-hutan

    di pulau ini dimanfaatkan sebagai perkebunan rakyat.

    Adapun tabel pertumbuhan jumlah penduduk kabupaten Nias dari tahun

    2002 sampai dengan tahun 2007 adalah sebagai berikut :

    Tahun Jumlah Penduduk

    2002 432.110 jiwa

    2003 422.170 jiwa

    2004 441.807 jiwa

    2005 442.019 jiwa

    2006 442.019 jiwa

    2007 430.276 jiwa

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa dari tahun ketahun

    jumlah penduduk nias mengalami peningkatan dan juga penurunan. Pada tahun

    2003 penduduk kabupaten nias mengalami penurunan sebanyak 9940 jiwa.ini

    mungkin disebabkan bahwa pada akhir tahun 2002 telah terjadi banjir bandang di

    kecamatan lahusa yang banyak menelan korban. Pada tahun 2004 mengalami

    peningkatan sebanyak 19.637 jiwa. Pada tahun 2005 penduduk nias mulai

    mengalami peningkatan yaitu sekitar 212 jiwa. Pada tahun 2006 jumlah penduduk

    kab.nias tidak mengalami perubahan , ini disebabkan karena jumlah yang lahir dan

    meninggal dunia seimbang. Dimana pada pertengahan tahun 2005 telah terjadi

    gempa bumi yang meluluhlantahkan pulau nias. Tapi pada tahun 2007 jumlah

    penduduk nias kembali mengalami peningkatan yang cukup drastis yaitu sekitar

    11.743 jiwa

    Peningkatan laju pertumbuhan penduduk ini dipengaruhi oleh

    meningkatnya derajat kehidupan sosial masyarakat khususnya di bidang

    pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Faktor lain yang juga turut mempengaruhi

    jumlah pertumbuhan penduduk adalah meningkatnya arus urbanisasi dari desa

    kekota serta kaum pencari kerja ke kota gunungsitoli karena mulai pertengahan

    tahun2005 lapangan pekerjaan di kota gunugnsitoli pasca gempa bumi cukup

    banyak dan menjanjikan upah yang besar. Hal ini disebabkan dengan munculnya

    NGO dan badan bantuan internasional untuk pemulihan Nias yang telah dilanda

    gempa pada tanggal 28 maret 2005

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    BAB IV

    POTENSI RUMAH ADAT NIAS UTARA

    SEBAGAI OBJEK WISATA BUDAYA

    DI KABUPATEN NIAS

    4.1 Gambaran Umum Rumah Adat Nias Utara

    Beberapa keunikan omo hada antara lain tiang penyangga rumah

    setinggi empat meter terbuat dari kayu bulat yang cukup keras. Tiang penyangga

    (ehomo) yang cukup tinggi ini adalah berdasarkan pengalaman sejarah suku Nias.

    Rumah yang terletak di bukit, pelindung terbaik adalah memakai tiang tinggi.

    Selain itu, ada tiang penyangga (diwa) menyilang sebagai penyangga rumah dari

    serangan angin yang kuat di dataran tingi. Tiang-tiang ini tidak ditancapkan ke

    tanah, tetapi ditumpukkan di atas batu keras.

    Di dalam rumah terdapat ruangan besar sebagai tempat pertemuan dan

    berkumpulnya para tetua adat tokoh adat Nias pada masa-masa lalu. Beberapa

    ornamen menunjukkan jabatan bangsawan, seperti hiasan berbentuk piring, bentuk

    gama, dan bentuk sisir, merupakan perlambang bahwa yang memiliki rumah

    merupakan pusat tempat pertemuan (pesta besar) dan tempat di mana hukum adat

    ditentukan.

    Karena harus memuat banyak orang, maka rumah adat dibuat dengan

    ukuran serba besar, baik tiang penyangga maupun ruangan yang dibangun. Ukuran

    besar di sini memiliki dua fungsi, yaitu dapat memuat banyak orang dan

    menunjukkan kekayaan dan kebesaran pemiliknya. Alasan lain adalah hanya orang

    yang layaklah yang berhak membangun rumah besar. Hanya orang-orang tertentu

    pula yang dapat melakukan pesta besar (owasa) sebagai wujud dari kekayaan.

    Dulu rumah adat (Omo Hada) oleh masyarakat Nias digunakan sebagai

    lambang kekayaan pemiliknya. Selain sebagai tempat tinggal, di dalam rumah ini

    bangsawan pemiliknya berhak melakukan pertemuan dan acara adat. Acara adat

    dimaksud dapat berupa upacara pengukuhan raja (owasa famaho bawi soya),

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    upacara menguji kekuatan rumah raja (famoro omo), dan pesta pembuatan rumah

    baru (famaluaya tuha nomo). Dengan demikian, omo hada merupakan titik sentral

    setiap kegiatan yang melibatkan adat istiadat. Peralihan zaman membuat fungsi

    Omo Hada berubah menjadi rumah pertemuan biasa, dan sebagai gantinya balai

    desa menjadi titik pertemuan.

    Ruangan pertama adalah Tawalo yaitu berfungsi sebagai ruang tamu,

    tempat bermusyawarah, dan tempat tidur para jejaka. Seperti diketahui pada

    masyarakat Nias mengenal adanya perbedaan derajat atau kasta dikalangan

    penduduknya, yaitu golongan bangsawan atau si ulu golongan pemuka agama atau

    Ere, golongan rakyat biasa atau ono mbanua dan golongan Sawuyu yaitu budak.

    Di bagian ruang Tawalo sebelah depan dilihat jendela terdapat lantai

    bertingkat 5 yaitu lantai untuk tempat duduk rakyat biasa, lantai ke 2 bule tempat

    duduk tamu, lantai ketiga dane-dane tempat duduk tamu agung, lantai keempat

    Salohate yaitu tempat sandaran tangan bagi tamu agung dan lantai ke 5 harefa

    yakni untuk menyimpan barang-barang tamu. Di belakang ruang Tawalo adalah

    ruang Forema yaitu ruang untuk keluarga dan tempat untuk menerima tamu wanita

    serta ruang makan tamu agung. Di ruang ini juga terdapat dapur dan disampingnya

    adalah ruang tidur.

    Rumah adat Nias biasanya diberi hiasan berupa ukiran-ukiran kayu

    yang sangat halus dan diukirkan pada balok-balok utuh. Seperti dalam ruangan

    Tawalo yang luas itu interinya dihiasi ukiran kera lambang kejantanan, ukiran

    perahu-perahu perang melambangkan kekasaran. Dahulu, di ruangan ini juga

    digantungkan tulang-tulang rahang babi yang berasal dari babi-babi yang dipotong

    pada waktu pesta adat dalam pembuatan rumah tersebut.

    Menurut cerita, di ruangan ini dahulu digantungkan tengkorak kepala

    manusia yang dipancumg untuk tumbal pendirian rumah. Tapi setelah Belanda

    datang, kebiasaan tersebut disingkirkan. Untuk melengkapi ciri khas adat istiadat

    Nias adalah adanya batu loncat yang disebut zawo-zawo. Bangunan batu ini dibuat

    sedemikian rupa untuk upacara lompat batu bagi laki-laki yang telah dewasa dalam

    mencoba ketangkasannya.

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    Untuk memasuki rumah adat ini terlebih dahulu menaiki tangga dengan

    anak tangga yang selalu ganjil 5 - 7 buah, kemudian memasuki pintu rumah yang

    ada dua macam yaitu seperti pintu rumah biasa dan pintu horizontal yang terletak

    di pintu rumah dengan daun pintu membuka ke atas. Pintu masuk seperti ini

    mempunyai maksud untuk menghormati pemilik rumah juga agar musuh sukar

    menyerang ke dalam rumah bila terjadi peperangan.

    4.2 Proses Pembangunan Rumah Adat Nias Utara

    Salah satu bukti material kejayaan kultur para leluhur masyarakat Nias

    adalah rumah adat Omo hada atau Omo Niha dengan berbagai tipe yang masih

    bisa kita lihat sampai sekarang ini. Keindahan dan keagungan arsitektur rumah adat

    Nias telah menarik minat para peneliti luar negeri untuk mengetahui lebih dalam

    bagaimana konstruksi rumah-rumah tersebut. Rumah adat Nias memiliki filosofi

    dan merupakan simbol untuk menya-mpaikan berbagai pesan moral kepada

    generasi ke generasi.

    Konstruksi rumah adat Nias yang ramah lingkungan semakin indah dan

    mengagumkan dengan batu-batu megalit yang disusun di depannya dalam satu pola

    desa yang tertata rapi. Itulah yang menambah pesona rumah adat Nias.

    Keagungan dan keindahan tersebut semakin hari semakin meluntur dan

    menghilang, berhubung karena jumlahnya yang dari tahun ke tahun semakin

    berkurang dengan berbagai penyebab.

    Rumah adat Nias utara didirikan atas dasar kesatuan seluruh warga

    kampung dalam menyatukan pendapat bersama secara kekeluargaan untuk

    membangun sebuah rumah.Untuk membicarakan hal tersebut dibuatlah satu

    musyawarah besar yang dinamakan dengan istilah Famagl . Tujuannya

    adalah untuk membicarakan tentang pembangunan sebuah rumah.

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    Dalam musyawarah itu dihadiri oleh para penatua adat ( Satua

    Mbanua) dan juga warga kampung dan tak terkecuali juga para tukang turut hadir

    bersama sama dalam musyawarah dimaksud. Adapun tujuan diadakannya

    musyawarah tersebut adalah untuk membicarakan besarnya upah yang harus

    dibayarkan kepada para tukang untuk menyelesaikan bangunan tersebut. Besarnya

    upah yang harus dibayarkan kepada mereka adalah disesuaikan dengan besarnya

    ukuran rumah yang harus di bangun. Untuk mengukurnya digunakan alat ukur

    yang dinamakan Balika seumpama meter. Ukuran Balika ini diperkirakan 1

    meter 20 atau sepanjang helai atap dari daun rumbia.

    Ada 2 kewajiban yang harus dipenuhi oleh orang yang mendirikan

    rumah diantaranya adalah :

    Famat artinya : Penentuan besarnya upah yang harus dibayrkan dan

    diterima oleh seorang tukang. Penentuan ini disesuaikan dengan

    ukuran rumah yang diukur dengan menggunakan ukuran balika.

    Biasanya besarnya diperkirakan 5 rupiah perak ( Mata Uang Belanda

    ).

    Fanua artinya adalah : Mengukur ukuran rumah yang akan di

    bangun kedepan. Untuk mengukurnya maka diberikan wewenang

    kepada para tukang untuk mengukurnya disesuaikan dengan ukuran

    yang diberikan oleh orang yang empunya rumah. Besarnya biaya

    yang harus dibayarkan adalah diperkirakan juga sebesar 5 rupiah

    perak.

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    Setelah kewajiban itu dipenuhi oleh orang yang membangun rumah

    maka uang tersebut dibayarkan atau diserahkan kepada para penatua adat untuk

    dibicarakan dalam musyawarah kembali. Uang yang telah dibayarkan itu tidak

    tinggal begitu saja kepada para tua- tua adat tersebut melainkan masing masing

    dari mereka menyumbangkan bahan bahan bangunan menurut kesanggupan masing

    masing. Misalnya ada yang menyumbangkan sebatang kayu yang sering

    dinamakan Manawa yaitu sebuah kayu yang sangat kokoh jika dijadikan

    sebagai bahan bangunan rumah dan masih banyak lagi kayu yang bisa dijadikan

    sebagai bahan bangunan.

    Setelah semuanya masingmasing memberikan sumbangannya maka

    ditentukan waktu untuk dikerjakan secara bersamasama mulai dari penebangan,

    pengupasan kulit kayu, pengergajian hingga pada akhirnya bisa digunakan sebagai

    bahan bangunan. Misalnya ada yang dijadikan sebagai papan, tonggak dan masih

    banyak lagi. Kemudian setelah semua bahan telah siap dikerjakan maka orang yang

    empunya rumah kembali mengadakan musyawarah untuk membicarakan bahwa

    bahan bangunan telah siap maka kegiatan selanjutnya adalah mengangkat bahan

    tersebut yang diambil dari kebun atau hutan urntuk dibawa ketempat bangunan

    tersebut . Untuk mengerjakannya maka diundanglah semua warga kampung untuk

    bergotong royong tanpa kecuali tua muda anak anak yang bisa bekerja diharuskan

    untuk ikut bersama sama mengangkat bahan tersebut. Dari kegiatan inilah nampak

    semangat kekeluargaan dan kegotong royongan diantara sesama warga kampung.

    Akan tetapi kegiatan ini dilakukan tanpa ada upah atau gaji yang harus diterima

    oleh masing masing melainkan mereka hanya dibayar dengan gaji sepiring nasi

    saja.

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    Orang yang punya bangunan memberikan makanan dan memotong

    beberapa ekor babi sebagai lauk mereka. Dari sinilah kita bisa melihat bahwa

    masyarakat Nias telah benar benar memiliki semangat kebersamaan. Oleh sebab itu

    mereka punya semboyan dalam bahasa Nias Yaitu : Aoha Noro Nilului Wahea

    Aoha noro nilului waoso alisi khoda tafadaya daya hulu tafaewolo wolo. Artinya.

    Sesulit dan seberat apapun suatu pekerjaan akan terasa mudah jika dikerjakan

    secara bersama sama.

    Semua beban jadi tanggungan bersama tidak hanya dipikirkan oleh satu

    orang. Satu hal bukti kebersamaan ini adalah orang yang membangun rumah tidak

    susah memikirkan pengadaan bahan bangunannya melainkan ditanggung bersama

    oleh warga kampung. Itulah ciri khas masyarakat Nias pada zaman dulu

    Adapun bahan dasar untuk pembangunan sebuah rumah adat nias

    adalah :

    1 Ehomo adalah penopang kaki rumah supaya kuat. Ukurnnya disesuaikan

    menurut selera yang punya rumah.

    2 Diwa adalah bagian bahan rumah yang gunanya untuk menyambung semua

    bahan bahan.

    3 Silt adalah : Yang menyatukan Ehomo rumah supaya bisa satu. Di Siloto

    inilah ndriwa tadi disambungkan kemudian dililitkan masing masing. Bahan

    bahan itu tidak menggunakan paku melainkan dibor (dilubangi) dan kemudian

    pada kayu yang telah dibor itu masing masing dirangkai sehingga menyatu

    4 Bagol yaitu papan yang digunakan untuk tembok rumah

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    Pada saat peresmian mereka melakukan suatu atraksi di ruang tamu

    rumah adat nias yang baru selesai dibangun tersebut yaitu molaya yang mana

    tujuannya adalah untuk menguji ketahanan dari rumah adat yang baru dibangun

    tersebut. bentuk dari atraksi tersebut adalah dengan menari yang gerakannya

    dilakukan dengan melompat-lompat

    Setelah pesta siap dan rumah adat pun siap maka semua rahang babi

    yang telah disembelih sejak awal pendirian rumah adat dipajang didinding sebagai

    lambang kejayaan dan kenang-kenangan untuk anak cucu yang bersangkutan

    4.3 Pembagian Ruangan Dalam Rumah Adat

    1) Silalo Yawa yaitu sebuah tonggak yang terdapat dalam rumah yang

    gunanya untuk menggantung Pakaian kebesaran atau bisa juga dijadikan

    sebagai hiasan.

    2) Sinata artinya : Lantai rumah. Lantai ini terdiri dari 2 tingkat yaitu

    Bagian lantai tertinggi digunakan sebagai tempat tamu ( Naha Dome ) jika

    ada acara adat berupa pesta pernikahan dsb. Sementara Bagian lantai

    terendah digunakan untuk tempat tuan rumah ( Sowat)

    3) Jendela Rumah (Sandrela nomo) dibuat panjang dan berjarak jarak.

    Bentuknya panjang tidak bisa ditutup tetapi dibiarkan begitu saja.

    4) Kamar (Batee) terdiri 3 buah yang tempatnya disamping samping bagian

    rumah

    5) Dapur (Naha nawu) dibuat dibelakang bagian isi rumah yang bentuknya

    agak rendah dari ketinggian ukuran isi rumah . untuk pergi di dapur maka

    digunakan tangga.

    6) Tangga (Nora) dibuat dibagian bawah rumah karena konon kabarnya zaman

    dulu banyak pengayau ( Emali) yang sering mengambil kepala orang. Dan

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    tidak hanya kaum pengaya saja melainkan juga sering terjadi perkelahian

    antar kampung sehingga banyak korban berjatuhan.Tujuan tangga ini

    diletakkan dibagian bawah rumah supaya jika ada musuh maka ketika pintu

    rumah dibuka maka musuh tersebut langsung di bunuh tanpa ada komentar

    Rumah adat nias dibuat berbentuk oval memiliki makna penting yaitu

    melambangkan kesatuan atau kebersamaan para warga kampung untuk menyatukan

    pendapat bersama atau intinya adalah Lambang Kebersamaan. Karena dari

    awal perencanaan pembangunan dilakukan secara musyawarah.

    4.4 Ukiran-Ukiran dalam Rumah Adat

    Dalam kehidupan di rumah adat Nias kerap kita jumpai karya-karya

    budaya yang juga menyiratkan cita rasa seni yang tinggi. Misalnya saja nahanadu,

    yakni singgasana yang dibuat pada dinding rumah adat Nias dan digunakan sebagai

    tempat patung nenek moyang, atau saita, sangkutan pakaian dan alat-alat khusus

    pada rumah adat Nias yang biasanya dihias penuh dengan ukiran. Motif hias yang

    digunakan cukup beragam bentuknya seperti burung, monyet, buah-buahan, dan

    sebagainya. Saita dipasang senyawa dengan dinding rumah bagian dalam di rumah

    siulu atau salawa (raja). Saita juga banyak dipasang pada cholo-cholo atau tuwu

    (tiang penyangga di dalam rumah).

    Berbicara tentang kreativitas seni dan lingkungan di Nias itu berarti kita

    masuk dalam aspek sora-sora, yakni ragam hias dalam bahasa Nias. Ragam hias

    tradisonal Nias umumnya berbentuk manusia/raksasa, hewan, tumbuhan, dan garis-

    garis geometris. Bentuk-bentuk ini memiliki maksud dan makna tertentu

    merupakan lambang yang telah mereka sepakati dan percayai, sehingga tidak

    mengherankan walaupun di Nias dapat dikenali adanya dua jenis rumah adat yang

    merupakan wadah visualisasi ragam hias itu namun pada kenyataannya tidak ada

    perbedaan bentuk yang menyolok.

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    Adapun bentuk ragam hias tersebut adalah :

    1. Ni'o'asu, atau anjing. Bentuk hewan ini melambangkan pelindung raja dan

    pencari

    makanan. Selain sebagai teman perjalanan, anjing juga berguna untuk melacak

    keberadaan musuh/hewan buruan, sehingga hal itu pula yang menyebabkan

    ragam hias ini biasa digunakan di bagian belakang dapur omo hada.

    2. Bae, yakni monyet yang merupakan lambang manusia yang nakal, jahat.

    Ragam hias ini menghiasi dinding rumah, juga gagang keris atau pedang.

    3. Bawi, babi. Dalam kehidupan sehari-hari di Nias babi mempakan jenis binatang

    utama yang harus ada dalam setiap upacara/pesta adat Pemanfaatan babi

    sebagai makanan dalam berbagai pesta menyebabkan orang mengukur besar-

    kecilnya orang lain dari jumlah babi yang dikorbankan/disembelih.Ragam hias

    bawi juga banyak ditempatkan pada bagian dapur omo hada.

    4. Cia-cia, yakni binatang cecak. Penggambarannya banyak dijumpai pada

    dinding dalam dan palang pintu, yang melambangkan tukang tenung/peramal

    5, Fofo, burung. Ini bentuk motif hias yang melambangkan keterbukaan orang

    Nias dalam menerima tamu.

    6. Gogowaya, atau burung enggang, Enggang adalah jenis burung yang paling

    besar dan kuat serta mulia dl Nias sehingga penggambarannya merupakan

    lambang dari keperkasaan. Tidak mengherankan motif hias ini ditempatkan

    juga pada topi perang, atau sebagai tiang/sangkutan pakaian pada tiang dan

    dinding rumah.

    7. Ni'o'i'a, atau ikan yang dikaitkan dengan kecerdikan dan kecekatan. Ragam

    hias ini dipahat pada dinding dalam omo hada.

    8. Lazara. Ragam hias ini menggambarkan bentuk kepala raksasa dengan mulut

    terbuka lebar, taring panjang, menyeramkan, Biasa diletakkan menonjol di

    bagian depan dinding rumah menghadap ke pekarangan, Sebagai lambang dewa

    yang jantan, pembina, dan kekuasaan, motif ini digunakan pada rumah yang

    pemiliknya adalah orang besar dan berkuasa. Motif ini juga digunakan sebagai

    hiasan pada gari tologu (gagang keris) maupun patung kuburan siulu.

    9. Ni'oafi-afi. Bentuk omamen geometris ini banyak juga digunakan, pada kain

    yang digunakan oleh perempuan bangsawan. Ragam hias berupa gambar

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    lingkaran kecil dikelilingi melingkar oleh daun-daun berbentuk lonjong ini

    memang melambangkan kebangsawanan.

    10. Ni'obuaya, yang berarti menyerupai buaya. Bentuk ini melambangkan

    kekuasaan raja siulu yang bersifat adil dan melindungi, pengayom rakyatnya.

    Dalam alam fikir tradisional Nias buaya adalah raja di dalam air, Seekor raja

    buaya menerima hantaran makanan yang dibawakan oleh rakyatnya. Ragam

    hias buaya biasa digunakan pada baluse ( perisai/tameng perang ), bahkan kulit

    buaya juga dibuat menjadi baju perang, Begitupun dalam bangunan rumah

    (seperti di Helinawalofau, Teluk Dalam), atau pada daro-daro (batu tempat

    duduk) di pelataran Omo Hada Nias.

    11, Ni'obutelai, yang artinya menyerupai pucuk/lancipan. Bentuknya yang

    sederhana, hanya berupa segitiga yang membulat di bagian bawah (jantan) atau

    segitiga yang melancip begitu saja (betina) melambangkan keagungan,

    kebesaran, dan kebangsawanan. Motif ini banyak digunakan pada hiasan kepala

    berbahan emas.

    12. Ni'ogama. Bentuk ini mempakan lambang persatuan dan kebulatan hati.

    13. Niohaluyo. Kata niohaluyo sendiri berarti menyerupai bentuk ujung tombak,

    Ragam hias geometris ini melambangkan sifat atau jiwa kepahlawanan, Di

    rumah adat terdapat pada hiasan tepi, takaran beras (lauru), keris/pedang, dan

    pada pakaian yang dikenakan perempuan maupun laki-laki.

    14. Ni'omeme Roto. Bentuknya menyempai payudara (karena dibuat berpasangan)

    yang

    melambangkan kesuburan, sekaligus pengharapan akan berianjutnya gnerasi

    15. Ni'otalinga Woli-woli. Bentuknya menyerupai tumbuhan pakis yang

    melambangkan kesuburan. Dahulu orang menggunakan ragam hias ini untuk

    melambangkan kesuburan..

    16. Ni'osolafiga. Ragam hias yang melambangkan persatuan dan sifat gotong

    royong ini adalah omamen berijentuk sulur-suluran.

    17. Ni'oiozasai, atau yang menyempai bulu ekor burung, Bentuk ini melambangkan

    kepahlawanan, dan digambarkan dengan wama merah.

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    4.5 Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Wisata Budaya di Kabupaten

    Nias

    Berikut ini di uraikan hal-hal yang menjadi potensi dari Rumah adat

    Nias Utara sebagai wisata Budaya Di kabupaten Nias adalah sebagai berikut :

    1. Bentuk serta keunikan dari Rumah Adat itu sendiri yang memiliki nilai

    budaya yang tinggi dan layak untuk dipasarkan sebagai salah satu daya tarik

    wisata di Kabupaten Nias

    2. Rumah Adat Nias yang tahan gempa walaupun pada pembangunan rumah

    adat Nias uatara tidak menggunakan paku sebagai perekat melainkan kayu

    bulat dalam ukuran kecil yang mana terlebih dahulu di buat lubang untuk

    menyambung antara papan yang satu dengan yang lain

    3. Ornamen-ornamen dalam rumah adat berupa ragam hias dan ukiran yang

    sangat menarik dan tidak terdapat didaerah lain serta memiliki makna

    tersendiri yang cukup bermakna dalam kehidupan masyarakat nias itu

    sendiri serta memiliki nilai budaya yang sangat tinggi

    4. Batu Megalith yang terdapat di depan rumah adat itu sendiri menambah

    keunikan dari Rumah Adat Nias Utara untuk dikunjungi dimana

    berdasarkan hasil survey mengatakan bahwa Nias merupakan salah satu

    situs megalith tertua di indonesia

    5. letaknya yang berada di atas bukit menambah keindahan rumah adat itu

    sendiri. Kita bukan saja menikmati keindahan rumah adat itu tetapi juga

    bisa sekaligus menikmati keindahan alam yang mempesona

    6. proses pembangunan rumah adat nias utara yang begitu unik serta di penuhi

    oleh rasa gotong royong dan kerelaan memberikan tenaga bahkan harta

    untuk membantu saudaranya yang punya keinginan untuk membangun

    rumah adat

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    4.6 Hambatan Yang di Hadapi

    Adapun hambatan yang dihadapi dalam pengembangan rumah adat nias

    utara adalah sebagai berikut :

    1. Semakin berkurangnya jumlah Rumah Adat karena kurangnya kesadaran

    penduduk untuk mmpertahankannya

    2. Kebanyakan Rumah Adat sekarang ini sudah di pugar oleh pemiliknya

    sehingga tidak nampak lagi ke asliannya misalnya dengan mengubah

    atapnya dari daun rumbia menjadi seng, tangga yang seharusnya terbuat

    dari kayu kini di buat dari semen

    3. Tidak adanya pembangunan kembali Rumah Adat Nias (rebuilding).

    Dewasa ini, pembangunan kembali rumah-rumah adat sudah jarang

    ditemukan dengan berbagai alasan, misalnya kesulitan memperoleh bahan

    kayu atau ada kayu tetapi harganya cukup mahal. Kayu menjadi sulit

    didapat karena hutan-hutan di Nias telah menjadi gundul karena

    penebangan liar tanpa penanaman kembali. Selain itu, sistim pertanian

    tradisional yang selalu membakar lahan dan berpindah-pindah, juga

    mempercepat hancurnya hutan.

    4. Sengaja diruntuhkan oleh pemiliknya karena dianggap tidak modern atau

    sesuai dengan perkembangan zaman. Masyarakat cenderung membangun

    dan tinggal dalam rumah modern yang bahannya sebagian besar diimport

    dari luar. Produk luar merupakan simbol gengsi dan produk lokal menjadi

    simbol ketertinggalan jaman. Pandangan inilah yang mempercepat laju

    kehancuran rumah-rumah tradisional Nias yang sangat unik dan menarik

    bagi masyarakat luar, tetapi asing di negeri sendiri.

  • Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository 2009

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Segala sesuatu yang terdapat di daerah