pos

7
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas, dimana pelaksanaannya dilakuka tiap kelurahan/RW.Kegiatannyaberupa KIA, KB, P2M (Imunisasi dan Penanggulangan Diare), dan Gizi (Penimbangan balita). Sasarannya adalah ibu h ibu menyusui, wanita usia subur (WUS), balita (Mubarak, 2000). Posyandu diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu o petugas kesehatan setempat, dimana dalam satu unit posyandu, idealny sekitar 100 balita (120 kepala keluarga) yang di sesuaikan dengan kemampuan p dan keadaan setempat yang dibuka sebulan sekali, dilaksanakan oleh kader Posy terlatih di bidang KB, yang bertujuan mempercepat penurunan angka kematian ba anak balita dan angka kelahiran (Depkes RI, 2010). Posyandu diselenggarakan untuk kepentinganmasyarakat sehingga pembentukan, penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran serta masyarakat dalam bentuk partisipasi penimbangan balita setiap bulannya dapat meningkatkan status gizi balita. Kegiatan ini membutuhkan partisipasi a ibu yang memiliki anak balita untuk membawa balita-balita mereka ke sehingga mereka dapat memantau tumbuh kembang balita melalui berat b setiap bulan (Depkes RI, 2008).

Transcript of pos

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas, dimana pelaksanaannya dilakukan di tiap kelurahan/RW. Kegiatannya berupa KIA, KB, P2M (Imunisasi dan

Penanggulangan Diare), dan Gizi (Penimbangan balita). Sasarannya adalah ibu hamil, ibu menyusui, wanita usia subur (WUS), balita (Mubarak, 2000). Posyandu diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan setempat, dimana dalam satu unit posyandu, idealnya melayani sekitar 100 balita (120 kepala keluarga) yang di sesuaikan dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat yang dibuka sebulan sekali, dilaksanakan oleh kader Posyandu terlatih di bidang KB, yang bertujuan mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran (Depkes RI, 2010). Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

pembentukan, penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran serta aktif masyarakat dalam bentuk partisipasi penimbangan balita setiap bulannya, sehingga dapat meningkatkan status gizi balita. Kegiatan ini membutuhkan partisipasi aktif ibuibu yang memiliki anak balita untuk membawa balita-balita mereka ke posyandu sehingga mereka dapat memantau tumbuh kembang balita melalui berat badannya setiap bulan (Depkes RI, 2008).

Posyandu dibentuk oleh masyarakat desa/kelurahan dengan tujuan untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare kepada masyarakat setempat. Satu posyandu melayani sekitar 80-100 balita. Dalam keadaan tertentu, seperti lokasi geografis, perumahan penduduk yang terlalu berjauhan, dan atau jumlah balita lebih dari 100 orang, dapat dibentuk posyandu baru (Depkes RI, 2006). Secara kuantitas, perkembangan jumlah posyandu sangat menggembirakan, karena di setiap desa ditemukan sekitar 3-4 posyandu. Pada saat posyandu dicanangkan pada Tahun 1986 jumlah posyandu tercatat sebanyak 25.000 posyandu, pada Tahun 2005 meningkat menjadi 238.699 posyandu (Depkes RI, 2007), dan pada Tahun 2008 menjadi 269.202 posyandu (Depkes RI, 2009). Ditinjau dari aspek kualitas masih ditemukan banyak masalah, antara lain kelengkapan sarana dan keterampilan kader yang belum memadai (Depkes RI, 2006). Menurut Depkes RI (2010) meningkatkan kualitas pelayanan posyandu merupakan tujuan khusus dari revitalisasi posyandu yang salah satunya yaitu meningkatkan pengelolaan dalam pelayanan posyandu. Tujuan dari revitalisasi posyandu tersebut yaitu meningkatkan kemampuan/pengetahuan dan keterampilan teknis serta dedikasi kader di posyandu, memperluas sistem posyandu dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan di hari buka dan kunjungan rumah, menciptakan iklim kondusif untuk pelayanan dengan pemenuhan sarana dan prasarana kerja posyandu, meningkatkan peran serta masyarakat dan kemitraan dalam penyelenggaraan dan pembiayaan kegiatan posyandu dan memperkuat dukungan

pembinaan dan pendampingan teknis dari tenaga profesional dan tokoh masyarakat, termasuk unsur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Kualitas merupakan inti kelangsungan hidup sebuah lembaga. Gerakan revolusi mutu melalui pendekatan manajemen mutu terpadu menjadi tuntutan yang tidak boleh diabaikan jika suatu lembaga ingin hidup dan berkembang (Assauri, 2007). Peningkatan kualitas pelayanan merupakan indikator kinerja bagi pelayanan posyandu yang mencakup pelayanan kesehatan ibu dan anak, KB, pemberantasan penyakit menular dengan imunisasi, penanggulangan diare dan gizi serta adanya penimbangan balita. Sasaran penduduk posyandu adalah ibu hamil, ibu menyusui, pasangan usia subur dan balita. Kegiatan rutin posyandu diselenggarakan dan dimotori oleh kader posyandu dengan bimbingan teknis dari petugas kesehatan. Jumlah minimal kader untuk setiap posyandu sebanyak 5 orang sesuai dengan jumlah kegiatan utama yang dilaksanakan oleh posyandu dengan sistem layanan 5 meja atau 5 langkah kegiatan, yaitu: (1) Pendaftaran; (2) Penimbangan; (3) Pencatatan/pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS); (4) Penyuluhan; dan (5) Pelayanan kesehatan sesuai kewenangannya (Depkes RI, 2008). Peningkatan kualitas pelayanan posyandu dapat dilakukan dari berbagai aspek pelayanan seperti peningkatan fasilitas sarana dan prasarana, sumber daya manusia, dan kegiatan pelaksanaan posyandu. Pelayanan posyandu yang berkualitas harus diikuti oleh tugas dan fungsi institusi pembina posyandu secara keseluruhan yaitu kelangsungan posyandu sebagai unit pelayanan kesehatan dasar masyarakat, khususnya

dari kelompok paling rentan ibu dan anak. Meskipun posyandu merupakan unit pelayanan kesehatan dasar berbasis masyarakat yang berada di desa/kelurahan, namun karena peran posyandu sangat menentukan terhadap gambaran kondisi ibu dan anak secara nasional, maka disetiap daerah perlu dilakukan pemantauan kegiatan melalui Revitalisasi Posyandu. Frekuensi dan jenis kegiatan Revitalisasi Posyandu yang dipantau ditetapkan atas kebutuhan masing-masing daerah. Pada tingkat operasional (desa/kelurahan, kecamatan), pemantauan dilakukan secara bulanan, dengan

melaksanakan kunjungan lapangan atau dengan mempelajari laporan yang disampaikan oleh posyandu di wilayah kerjanya (Depkes RI, 2011). Pembinaan posyandu dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, antara lain: 1. Rapat koordinasi berkala pokja posyandu, yang bertujuan untuk membahas kemajuan dan kendala penyelenggaraan posyandu; 2. Kunjungan bimbingan dan fasilitas yang bertujuan untuk melihat

operasionalisasi kegiatan posyandu, mengetahui kendala yang dihadapi dan memberikan saran penyelesaian dan perbaikannya, baik dalam aspek administratif maupun teknis medis; 3. Menghadiri rapat/pertemuan yang diselenggarakan masyarakat, khususnya yang membahas masalah posyandu dengan tujuan untuk memberikan dukungan moril dalam penyelenggaraan posyandu; 4. Memberikan penghargaan kepada pengurus dan kader posyandu yang berpartisipasi dalam bentuk pemberian tanda penghargaan, bantuan pelatihan,

studi banding ke posyandu lain atau pemberian seragam posyandu (Depkes RI, 2006). Pembinaan posyandu di Kabupaten Kecamatan Tanoh Alas dilakukan oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan. Puskesmas melakukan kunjungan ke posyandu setiap bulannya dan melakukan pertemuan lintas sektor sekecamatan dan lintas program secara kesinambungan. Sedangkan ditingkat kabupaten Dinas Kesehatan melakukan pelatihan kader secara berkala. Keberhasilan suatu organisasi untuk mencapai tujuannya memerlukan mekanisme kerja yang terarah (Depkes, 2004). Pencapaian tujuan organisasi sebagaimana dikemukakan oleh Fayol (dalam Saydam, 2000) dilakukan melalui fungsi manajemen yaitu proses perencanaan, pengorganisasian, pengkomandoan,

pengkoordinasian dan pengendalian untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis berminat untuk mengadakan penelitian Tentang Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Kegiatan

Posyandu di Puskesmas Tanoh Alas Kecamatan Tanoh Alas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2012.

1.2. Perumusan Masalah Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Kegiatan Posyandu di Puskesmas

Tanoh Alas Kecamatan Tanoh Alas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2012. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengatahui Gambaran Pengetahuan Bidan

Tentang Kegiatan Posyandu di

Puskesmas Tanoh Alas Kecamatan Tanoh Alas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2012. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk Mengetahui Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Posyandu Di Puskesmas Kecamatan Tanoh Alas Kabupaten Aceh Tenggara Berdasarkan Umur Tahun 2012 2. Untuk Mengetahui Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Posyandu Di Puskesmas Kecamatan Tanoh Alas Kabupaten Aceh Tenggara Berdasarkan Pendidikan Tahun 2012 3. Untuk Mengetahui Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Posyandu Di Puskesmas Kecamatan Tanoh Alas Kabupaten Aceh Tenggara Berdasarkan Paritas Tahun 2012 4. Untuk Mengetahui Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Posyandu Di Puskesmas Kecamatan Tanoh Alas Kabupaten Aceh Tenggara Berdasarkan Sumber Informasi Tahun 2012

1.4. Manfaat Penelitian a. Bagi Bidan

Sebagai bahan masukan informasi kepada bidan agar lebih memahami dan lebih mengetahui tentang Posyandu Puskesmas Tanoh Alas Kecamatan Tanoh Alas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2012 b. Bagi Peneliti Sebagai penambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti dan juga sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Akademi

Kebidanan Medica Alas Leuser Kutacane khususnya dalam masalah Pengetahuan bidan tentang posyandu di Puskesmas Kecamatan Tanoh Alas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2012. c. Bagi Institusi Pendidikan Bagi Institusi pendidikan Akbid dapat digunakan sebagai bahan diperpustakaan yang mana dapat dimanfaatkan oleh semua bacaan

mahasiswa/i Akbid

Medica Alas Leuser Kutacane yang akan melakukan penelitian selanjutnya.