PoPulasi meningkat, Peternak sejahtera dengan sikomandan...

44
MEDIA INFORMASI PERBIBITAN DAN PRODUKSI TERNAK ISSN 1979-7990 Volume XIV, No.1. Tahun 2020 S I K O M A N D A N S I K O M A N D A N SIKOMANDAN GERAK CEPAT MENUJU SWASEMBADA DAGING SAPI KEGIATAN PENGEMBANGAN ITIK DI LOKASI FOOD ESTATE KALIMANTAN TENGAH PROFESI INSINYUR PETERNAKAN POPULASI MENINGKAT, PETERNAK SEJAHTERA DENGAN SIKOMANDAN, MENUJU LUMBUNG PANGAN 2045

Transcript of PoPulasi meningkat, Peternak sejahtera dengan sikomandan...

  • MEDIA INFORMASI PERBIBITAN DAN PRODUKSI TERNAK

    ISSN 1979-7990

    Volume XIV, No.1. Tahun 2020

    SIKOMANDANSIKOMANDAN

    SIKOMANDAN GERAK CEPAT MENUJU SWASEMBADA DAGING SAPI

    KEGIATAN PENGEMBANGAN ITIK DI lOKASI fOOD ESTATE KAlIMANTAN TENGAh

    PROfESI INSINyUR PETERNAKAN

    PoPulasi meningkat, Peternak sejahtera dengan sikomandan,

    menuju lumbung Pangan 2045

  • 44 Vol XIV No. 1 Tahun 2020

    Alamat RedaksiDirektorat Perbibitan dan Produksi Ternak, Direktorat Jenderal Peternanakan dan Kesehatan HewanKanpus Kementerian Pertanian Gd. C Lt. 8 Jl. RM. Harsono No.3 Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta 12550Telp. +62.21.7815781-Fax: +62.21.7811385 Alamat email : [email protected]

    Redaksi menerima berbagai artikel berkaitan dengan aspek perbibitan dan produksi ternak yang dikirimkan ke alamat redaksi. Redaksi berhak menyunting artikel yang akan dimuat untuk disesuaikan dengan warna Majalah Bibit. Syarat artikel yang dimuat adalah karya asli, bukan salinan, dan belum dimuat oleh media massa lain. Artikel diketik dalam format *.doc (words file) maksimal 6.000 karakter disertai file foto format *.jpeg (image) yang relevan dengan keterangan fotonya.

    Assalamualaikum Wr. Wb. Puji Syukur, Majalah Bibit edisi ke satu ditahun 2020 ini hadir sesuai target, menemani para pembaca. Kehadiran Majalah Bibit Volume Keempat belas Nomor 1 di tahun 2020, kami optimis akan selalu mendapat tempat dihati bagi para pembaca. Memancing ikan di danau Toba, Pulang sore membawa udang lobster dan ikan, Siapa yang rajin dan suka membaca, Jadi orang sukses dan kaya kemudian.

    Pembaca yang bahagia, Pada edisi ini, kami ingin menampilkan tema “Populasi Meningkat, Peternak Sejahtera Dengan SIKOMANDAN, Menuju Lumbung Pangan 2045”, melalui artikel dalam Laporan Utama. Selain itu, tentu artikel-artikel yang mendukung tema edisi kali ini dalam rubrik laporan yang berisi Sikomandan gerak cepat menuju swasembada daging, setengah perjalanan Sikomandan, Kegiatan pengembangan Itik dilokasi Food Estate; dan Catatan akhir Bekerja. Artikel ini memberikan informasi terkait kegiatan Perbibitan dan Produksi Ternak di tahun 2019.

    Kebijakan yang harus dilaksanakan terkait dengan Sinergi Pengawasan dan Sertifikasi Produk dan SNI sarana penjamin mutu

    produk, kemudian untuk potensi dan pengembangan perbibitan terkait dengan Potensi rumpun/galur ternak, Gemilang itik magelang, SApi peranakan ongol Kebumen, Performa produksi susu sebagai kriteria bibit, dan Geliat ternak kerbau di Minangkabau, untuk liputan terkait Mentan tinjau produksi embrio di BET Cipelang. Hal ini tentunya untuk memajukan dunia perbibitan.

    Artikel yang menarik lainnya dapat ditemui dalam rubrik Sains dan Teknologi, Itik Mojosari Metode Pemeliharaannya, terkait dengan SDM, Profesi Insinyur peternakan. Masih ada rubrik lain yang tak kalah menarik di Bitoinia, serba serbit, dan renungan. Sementara informasi yang bersifat ringan berupa flash news dapat anda jumpai di sekilas info.

    Marilah kita insan perbibitan dan produksi ternak khususnya penulis dan pembaca budiman, bersama sama bahu membahu, membangun perbibitan di Indonesia dengan menjadi seorang yang profesional dibidangnya. Berlari cepat mengejar waktu, Terlambat absen rugilah kita, Profesional bekerja itu harus nomor satu, Bagi kemajuan bangsa kita.

    Jayalah Perbibitan Indonesia

    Susunan Redaksi

    PelindungDirektur Jenderal Peternakan

    dan Kesehatan Hewan

    Penanggung JawabDirektur Perbibitan dan

    Produksi Ternak

    Pemimpin RedaksiRani Istriani, S.Pt

    Redaktur PelaksanaDani Kusworo, S.Pt, M.Si

    EditorFF. Bayu Ruikana, S.Pt, M.Sc

    Ir. Marta Wirawandrh. Novi Suprihatin, M.Si

    Yude Maulana Y, S.PtHarry Chakra M, S.Pt, M.Si

    Anggraeni Efrika C, S.Pt, M.SiGunawan Sitanggang, S.Pt, M.Si

    ReporterIan Sopian, S.Pt, M.Agr

    Sumiarti, S.PtIrma, S.Pt

    Desain GrafisIman Trisman, S.Pt

    Fotografer/Dokumentasi Sutaryono, S.ST

    Hari Purnomo Ibnu S, S.Pt

    Sekretariat RedaksiTitien Widi Rustanti, S.Pt, MP

    Rini Endah Wahyuni, A.MdRetno Nugraheni W, S.Pt

    Yunarto

    KontributorPara KasubditKasubbag TU

    WasbitnakWastukan

    Manajer Puncak LSProUPT Perbibitan dan

    Produksi Ternak

    Konsultan MediaTristar Kreasi

    Sapaan RedaksiVolume XIV. NO.1 Tahun 2020

    Sampul Depan:Dirjen PKH masa bakti 2020

    Sampul Belakang:Pesan Direktur

    Perbibitan dan Produksi Ternak

    MEDIA INFORMASI PERBIBITAN DAN PRODUKSI TERNAK

    ISSN 1979-7990

    Volume XIV, No.1. Tahun 2020

    SIKOMANDANSIKOMANDAN

    HAMBATAN PENGEMBANGAN KERBAU LUMPUR DI KABUPATEN SIJUNJUNG RANAH LANSEK MANIH

    KEGIATAN PENGEMBANGAN ITIK DI LOKASI FOOD ESTATE KALIMANTAN TENGAH

    PROFESI INSINYUR PETERNAKAN

    POPULASI MENINGKAT, PETERNAK SEJAHTERA DENGAN SIKOMANDAN,

    MENUJU LUMBUNG PANGAN 2045

    42 Vol XIV No. 1 Tahun 2020

    LINDUNGIKELUARGAMUDARI TERPAPARCOVID19

    C O R O N A V I R U S :

    ISSN 1979-7990

    DIRekTORAT PeRbIbITAN DAN PRODUkSI TeRNAkdIREKTORAT JENdERAL PETERNAKAN dAN KESEhATAN hEwAN

    KEMENTERIAN PERTANIAN

  • TOPIK MAJALAH BIBIT

    Produksi Benih dan Bibit Ternak Program Pemuliaan Ternak Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Ternak Pengendalian Mutu Bibit Kelembagaan Perbibitan Ternak Peningkatan SDM Perbibitan Sertifikasi Benih dan Bibit Ternak

    Fungsional Pengawas Bibit Ternak Fungsional Pengawas Mutu Pakan

    Liputan Utama

    Oleh: IrmaPengawas Bibit Ternak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

    Bogor, 19 September 2020. Dalam rangka pemenuhan protein hewani khususnya kebutuhan daging sapi yang terus meningkat, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo melakukan kunjungan kerja

    untuk meninjau proses produksi dan transfer embrio serta Inseminasi Buatan (IB) sapi di

    laboratorium dan kandang utama Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang, Bogor

    sekaligus memantau perkembangan sapi Belgian Blue yang akan dipakai

    dalam pemenuhan produksi daging. Dalam kunjungan kerja tersebut Mentan menyampaikan

    harapan dan keinginannya untuk memperbanyak dan memperkuat balai

    balai pembibitan agar setara dengan cipelang. “BET Cipelang ini masih terlalu

    kecil untuk seluruh Indonesia, jadi kita harus perbanyak balai balai pembibitan seperti BET

    ini” ungkapnya.

    Dalam kunjungan kerja tersebut di damping pula Dirjen PKH Nasrullah yang menyampaikan

    bahwa Ditjen Peternakan dan Keswan mempunyai 22 UPT dengan keunggulannya masing masing.

    Beberapa UPT seperti BBIB Singosari dan BIB Lembang sudah banyak menghasilkan bibit unggul yang tersebar

    di seluruh Indonesia.

    Sedangkan, Kepala Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang Oloan P Lubis lebih jauh menyampaikan bahwa BET adalah salah satu-nya produsen embrio di Indonesia yang telah memenuhi standar nasional Indonesia (SNI). Kepala Balai Embrio Ternak Cipelang, Oloan menjelaskan embrio yang diproduksi BET Cipelang merupakan sapi ternak berkualitas yang dihasilkan melalui donor dan pejantan berkualitas dengan ditunjang SDM berkompeten dan didukung perlengkapan modern. Seluruh embrio sapi yang hasilkan atau ditransferkan atau bahasanya bayi tabung langsung didistribusikan ke seluruh Indonesia untuk meningkatkan mutu genetik ternak Indonesia

    MENTAN TINJAU PRODUKSI EMBRIO DI BET CIPELANG BOGOR

    6 Vol XIV No. 1 Tahun 2020

    28 Vol XIII No. 3 Tahun 2019

    Potensi Perbibitan

    POTENSI RUMPUN/GALUR TERNAK INDONESIA

    Oleh : ZuljismanPengawas Bibit Ternak di Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak

    Sampai saat ini sudah 83 rumpun atau galur yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pertanian. Besarnya potensi sumber daya genetik hewan (SDGH) lokal dan ternak silangan dari introduksi telah memberikan kontribusi positif terhadap penyediaan protein hewani. Seiring dengan peningkatan konsumsi protein hewani, pertambahan jumlah penduduk serta semakin membaiknya pertumbuhan ekonomi yang secara tidak langsung semakin membuat sadar bagi masyarakat kita terkait kebutuhan akan protein hewani tersebut.

    Berdasarkan data penetapan/pelepasan rumpun atau galur saat ini terdapat rumpun ternak lokal yang terdiri 15 rumpun sapi (sapi bali, sapi Madura, sapi Aceh, sapi Pesisir, sapi Sumbawa, sapi Peranakan Ongole, sapi Jabres, sapi Sumba Ongole, sapi Donggala, sapi Pasundan, sapi Kuantan, sapi PO Kebumen, sapi Rote, sapi Simmental Indonesia dan sapi Pogasi Agrinak), 9 rumpun kerbau ( kerbau Sumbawa, kerbau Moa, kerbau Kalimantan Timur, kerbau Kalimantan Selatan, kerbau Toraya, kerbau Pampangan, kerbau Simeuleu, kerbau Kuntu dan kerbau Gayo), 11 rumpun kambing (kambing Kaligesing, kambing Lakor, kambing Kacang, kambing Peranakan Etawah, kambing Gembrong, kambing Marica, kambing Senduro,

    28 Vol XIII No. 3 Tahun 2019

    Potensi Perbibitan

    SAPI PERANAKAN ONGOLE KEBUMEN DAN PELUANG PENGEMBANGANNYA

    Oleh: Harry Chakra MPengawas Bibit Ternak di Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak

    Sapi Ongole (Bos indicus) memberikan peran yang penting dalam sejarah sapi di Indonesia. Tanpa adanya sapi Ongole tersebut, maka perkembangan sapi Peranakan Ongole (PO) yang tersebar di Indonesia tidak akan ada. Awal cerita terbentuknya sapi PO berasal dari pemasukan sapi jantan Ongole dibawa dari daerah Madras dan Zebu di India ke pulau Jawa, Madura dan Sumba. Menurut laporan Atmidilaga, persilangan sapi Ongole tersebut dengan sapi Jawa (lokal) telah terjadi sejak tahun 1900-an. Kemudian dilakukan perbaikan genetic melalui program upgrading pada tahun 1930. Sehingga sampai saat ini terkenal sebagai sapi PO, yang memiliki sebutan lain sebagai sapi putih, sapi lokal atau sapi jawa. Penyebaran di Jawa Tengah di kabupaten Kebumen, Pati, Rembang, Blora, Grobogan, Wonogiri, dan Boyolali.

    Sejarah munculnya sapi PO Kebumen

    Perkembangan sapi PO di masing-masing kabupaten tersebut berbeda-beda, namun yang paling menonjol adalah di wilayah kabupaten Kebumen. Nilai tradisi pemeliharaan dan budidaya sapi secara turun temurun di masyarakat Kebumen yang kuat menghasilkan rumpun sapi PO Kebumen yang dikenal saat ini.

    Perjalanan panjang sapi PO Kebumen dimulai di tahun

    1900-an ketika Residen Bagelen Burnaby Lautier (Belanda) mendatangkan sapi Ongole dari Zebu India yang kemudian dikawinkan dengan sapi Jawa yang ada saat itu. Hasil perkawinan tersebut menghasilkan sapi Benggala Jawa yang menjadi populer di daerah Mirit dan Kutoarjo, sampai akhirnya menyebar ke daerah di Yogyakarta. Perbaikan genetic secara “tidak sadar” dilakukan dengan pemasukkan kembali sapi Ongole India oleh Belanda di tahun 1935 untuk menyuplai kegiatan pemurnian sapi Ongole di Pulau Sumba. Sebagian sapi Ongole tersebut akhirnya masuk kewilayah Mirit (Kebumen) sehingga sapi dikawinkan dengan sapi Benggala Jawa.

    Pengenalan teknologi inseminasi buatan di tahun 1957, juga mempengaruhi jalannya sapi PO Kebumen ini. Antusias peternak ditunjukkan dengan banyaknya penyelenggaraan kontes-kontes ternak sapi termasuk sapi Benggala Jawa pada level kabupaten, provinsi maupun nasional.

    Padatahun 1976, wilayah Mirit kedatangan 4 ekor Pejantan Ongole dan Brahman dari India. Sapi tersebut kemudian berkembang dengan menggunakan sapi-sapi betina Benggala Jawa secara acak. Keturunan sapi Ongole, Brahman dan Jawa tersebut terus dibudidayakan secara turun menurun sampai terbentuk sapi Madras di Kebumen. Madras ini merupakan

    38 Vol XIV No. 1 Tahun 2020

    Kilas Info

    Bitopinia

    Laporan Utama

    Pengembangan Perbibitan

    Laporan

    2

    SIKOMANDAN Gerak Cepat Menuju Swasembada Daging Sapi

    Kerbau Diambang Kepunahan ?

    Catatan Akhir Bekerja 2019

    Mentan Tinjau Produksi Embrio di BET Cipelang Bogor

    Setengah Perjalanan SIKOMANDANDaerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2020

    Kegiatan Pengembangan Itik di Lokasi Food Estate Kalimantan Tengah

    Program UPPO Dan Korelasinya Dengan Peningkatan Populasi Kerbau Di Kota Serang

    Hambatan Pengembangan Kerbau Lumpur Di Kabupaten Sijunjung Ranah Lansek Manih

    4

    3

    10

    6

    28

    38

    15

    12

    14

    16

    Potensi Perbibitan

    Potensi Perbibitan

    18

    8

    20

    22

    24

    30

    26

    Itik MojosariStandar Pertumbuhan

    Konsumsi Protein Hewani, Tingkatkan Imun Di Masa Pandemi

    Profesi Insinyur Peternakan

    Rakornas Wasbitnak 2020

    Geliat Ternak Kerbau Di Minang Kabau

    Upaya Pengembangan Populasi Sapi Potong Indonesia Dengan SIKOMANDAN Menuju Lumbung Pangan Tahun 2045

    Performa Produksi Lemak Susu Sebagai Kriteria Seleksi Bibit

    32

    34

    35

    36

    40

    41

    Sinergi Pengawasan Dan Sertifikasi SNI Pada Unit Usaha Perunggasan Ayam Ras Dan Ayam Lokal

    SNI Sarana Menjamin Mutu Benih Dan Bibit Ternak Indonesia

    Kuda Sandal. Permata Dari Timur

    Potensi Besar Si Itik Magelang

    Islam Memandang Covid-19

    Kebijakan PerbibitanSains Dan Teknologi

    Renungan

    Bitpro in Action

    Profil

    SDM Perbibitan

    1 Vol XIV No. 1 Tahun 2020

  • 2 Vol XIV No. 1 Tahun 2020

    Kilas InfoGERAK CEPAT DITJEN PKH ATASI COVID-19

    Oleh: Rini Endah WArsiparis di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

    Agustus 2020, Ditjen PKH mengkonfirmasi sejumlah pegawai telah terpapar virus Covid-19. Konfirmasi tersebut setelah semua pegawai melaksanakan swab guna di uji Polymerase Chain Reaction (PCR).

    Awal mula nya adalah ketika ada salah satu pegawai merasakan gejala terinfeksi covid dan melakukan rapid test dengan hasil reaktif. Kemudian, sesuai prosedur jika hasil rapid menunjukkan reaktif maka selanjutnya adalah uji swab dan kemudian dinyatakan positif terinfeksi. Tracking pegawai pun dilakukan, dan keputusannya adalah seluruh pegawai diwajibkan uji swab tanpa terkecuali seperti PNS, Pegawai TidakTetap/Honorer (security, pramubakti, THL, maupun cleaning service).

    Langkah-langkah cepat pun di ambil Ditjen PKH diantaranya menonaktifkan kegiatan perkantoran dengan Work From Home (WFH) selama 2 (dua) minggu guna disterilisasi seluruh ruangan yang ada di Gedung C lantai 6-9 tepatnya. Selain itu, bagi pegawai yang positif terinfeksi wajib melakukan isolasi mandiri dan penanganan lainnya sesuai tingkat keparahan penyakit serta melaporkan perkembangan penyakitnya setiap hari hingga dinyatakan sembuh.

    Selanjutnya antisipasi agar tidak terjadi kejadian berulang pun dilakukan seperti mewajibkan semua pegawai yang masuk gedung untuk cuci tangan di wastafel yang telah disediakan, memasang layar deteksi suhu tubuh otomatis di pintu masuk gedung, mewajibkan memakai masker, menutup pintu belakang gedung agar satu pintu untuk keluar masuk, melakukan pembersihan meja dan ruangan kerja setiap hari dengan disinfektan, membatasi jumlah pegawai yang masuk yakni hanya 25% dari total pegawai, serta melarang orang yang tidak berkepentingan masuk.

    Berbagai antisipasi dan penerapan protokol kesehatan telah dilakukan, mari kita ikhtiar agar rantai pandemi ini segera berakhir...

    TETAP KOBARKAN SEMANGAT DAN ENERGI POSITIF GUNA MEMBERIKAN YANG TERBAIK UNTUK INSAN PETERNAKAN INDONESIA!!

    PERINGATAN HUT RI KE-75 DI KEmENTAN: TETAP SEmARAK DITENGAH PANDEmI

    Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) RI di Kementan tahun ini terasa berbeda. Upacara bendera dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan yang biasanya diselenggarakan secara semarak di lapangan kantor pusat Kementan, kali ini digelar secara virtual akibat pandemi Covid-19 yang masih melanda Tanah Air, bahkan hampir di seluruh negara.

    Peringatan detik-detik kemerdekaan dan penurunan bendera merah putih hanya dihadiri oleh Menteri Pertanian dan perwakilan pejabat eslon 1 dan 2 secara virtual di Auditorium Gedung F Kementan. Meski demikian, pelaksanaan upacara peringatan HUT RI ke-75 secara virtual ini tetap semarak. Dengan mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia, Mentan beserta jajarannya secara hikmat mengikuti jalannya upacara. Sedangkan untuk pegawai Kementan yang tidak hadir di auditorium diwajibkan untuk mengikuti jalannya upacara detik-detik kemerdekaan secara virtual melalui siaran televisi dengan mengenakan pakaian korpri lengkap.

    Dalam momentum peringatan Hari Kemerdekaan ini Mentan Syahrul Yasin Limpo mengamanatkan kepada seluruh jajaran bahwa ini adalah saatnya menjadikan sektor pertanian sebagai garda terdepan pertahanan suatu negara dengan memastikan ketersediaan pangan yang cukup dan berkualitas bagi 267 juta rakyat Indonesia. Mentan juga menyerukan agar semua pihak, baik dari unsur pemerintahan hingga petani dan stakeholder agar menunjukan semangat gotong royong Bhineka Tunggal Ika dengan cara terlibat langsung pada proses pembangunan sektor pertanian. Keterlibatan ini, menurut Mentan akan sangat dibutuhkan dalam memperkuat ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan. Mengakhiri sambutan, Mentan mengungkapkan rasa terimakasih kepada seluruh jajaran Kementerian Pertanian atas kerja keras dan semangat yang telah dilakukan.

    Tetap semangat hadapi pandemi ini. Jayalah pertanian peternakan, Jayalah Indonesiaku, kita mampu!!!. nMD

    Oleh: Retno Nugraheni WWasbitnak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

  • Bitopinia

    KERbAU DIAmbANG KEPUNAHAN ?Oleh : M. Chairul Arifin

    Wasbitnak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

    Ditengah-tengah maraknya isu timbulnya ledakan virus Korona yg diduga asalnya dari hewan ular dan kelelawar di Cina dan berpotensi jadi pandemi, muncul pula pemberitaan kecil di Kompas 29 Januari 2020 tentang menurunnya populasi kerbau Moa di Maluku akibat kubangan dan irigasi berkurang. Tiadanya sarana ini berakibat terjadinya kematian kerbau. Diberitakan pula bahwa kematian kerbau terjadi hampir 1.500 ekor pertahunnya dari populasi 11.323 ekor kata Kepala Desa Toumawan Loumasterd H Tetrapoik, Kabupaten Maluku Barat Daya. Desa itu berpenduduk 2.684 jiwa merupakan penghasil utama kerbau Moa, hewan endemik yang merupakan tumpuan hajat hidup warganya

    Pemerintah pusat dalam hal ini Kementan telah menerbitkan aturan dengan menjadikan Kerbau Moa sebagai salah satu dari 72 bangsa ternak Rumpun/Galur Murni Ternak Asli Indonesia. Tentunya pemerintah akan membangun wilayah pembibitannya utk berusaha melestarikan plasma Nutfah dan sumberdaya genetik tersebut sebagai tindak lanjutnya. Dilakukan atau tidak kita menunggu respon dari pemerintah

    Namun perlu disadari bahwa gejala penurunan populasi terjadi tidak saja menimpa kerbau Moa tapi telah menjadi fenomena umum ternak kerbau diseluruh republik ini. Penurunan populasinya dari tahun ke tahun sudah dapat dikatakan menjadi alarm, mencemaskan. Coba kita lihat sejarah tren perkembangan populasinya.Menurun Terus

    Pada abad ke 19, tepatnya tahun 1841kerbau di p Jawa populasinya masih lebih tinggi dari sapi. Tercatat kerbau 1,476 juta ekor dan sapi 476 ribu ekor, sehingga ternak kerbau disebut de parrrel Van oost Indie, sang mutiara dari Hindia Timur karena fungsi pentingnya dalam usaha tani.90 tahun kemudian populainya meningkat 2,146 juta ekor tetapi sapi sudah mulai melampauinya jadi 2,647 juta ekor. 150 tahun kemudiaan (1991) kerbau meningkat jadi 3,282 juta ekor tetapi populasi sapi sudah melejit 10,520 juta ekor

    Selama dasawarsa terakhir mulailah terjadi penurunan populasinya. Tahun 2000 populainya sudah berada pada angka 1,999 juta ekor dan pada tahun 2010 menurun jadi 1,3 juta ekor. Sampai tahun 2014- 2018 populasi masih bertahan dikisaran 1,3 juta ekor dan bukan tidak mungkin pada tahun² mendatang jumlahnya dapat menyusut terus jadi dibawah 1 juta ekor. Akhirnya dapat diramalkan kerbau hanya akan berjumlah ribuan ekor di tahun 2045 kelak, dibeberapa tempat di Indonesia untuk menuju kepunahan kalau tidak ada tindakan yg tepat

    Kerbau ( Bubalis Bubalis) di Indonesia ada 2 type yaitu kerbau lumpur (swamp buffalo) yg banyak dijumpai di Indonesia dan kerbau sungai (river buffalo) endemik yang hanya terdapat di beberapa tempat di tanah air khususnya Sumatera Utara di Bah Bolon dan sekitar perkebunan yg mempekerjakan WNI asal suku Sikh. Populasi kerbau Indonesia porsinya 6% dari populasi kerbau dunia. Hampir 47% bermukim di Sumatera, 21% di Jawa, 8% di Nusa Tenggara, 7% Sulawesi, dan kira² 3% di Kalimantan. Propinsi Aceh memiliki kerbau tertinggi, diikuti Sumatera Barat, NTB, Banten, Sumatera Utara, NTT ,Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah dan Jawa Timur

    Pendekatan baruAturan FAO menyebutkan kalau jumlah ternak betina

    produktifnya sudah 100 ribu, alarm sudah terjadi kearah terancamnya.species tersebut. Semoga saja tidak terjadi kelak yang menyebabkan anak cucu kita mungkin hanya dapat menyaksikannya diberbagai kebun binatang sebagai benteng terakhir konservasi

    Dari lesson learned penurunan populasi kerbau tersebut kita mulai dapat bertanya pada diri kita sendiri ; sudah tepatkah penanganan terhadap saudara²nya kerbau kyai Slamet tersebut ? Berkelanjutankah berbagai upaya kepada si Munding ini ? Yang namanya ternak Tedong tersebut ternyata harus dekat dengan air dan lumpur sebagai habitatnya. Kulitnya yg tipis dan tubuhnya yg hanya memiliki sedikit kelenjar keringat menyebabkan kerbau senang bermain di habitat perairan tersebut. Di jaman keemasannya sering nampak ternak ini bermain disungai dinaiki oleh anak² belia sambil berkecipratan air. Sungguh senang kerbau kalau begitu. Sebagai tenaga kerja disawah dia sebenarnya tidak kuat sengatan panas matahari. Karenanya para petani sadar pada setiap jam 11 siang, kerbau harus diistirahatkan untuk berkubang di lumpur persawahan, baru dipekerjakan lagi.

    Solusi yg diberikan oleh Pemda Maluku Barat Daya sungguh tepat. Dibangunlah ekosistem kerbau dengan menciptakan tempat kubangan dan irigasi agar kerbau dapat menikmati habitat aslinya yg sempat hilang itu. Tidak itu saja tetapi juga menggalakkan kerbau sebagai bagian penting dari event pariwisata yang setiap tahun digelar di Maluku

    Tiadanya ternak kerbau kelak menjadikan punahnya salah satu peradaban di Maluku. Oleh karena itu kepedulian Universitas Pattimura yg meneliti hewan endemik kerbau Moa ini agar tidak menuju kepunahan patut diapresiasi. Begitu juga kepedulian Balai Wilayah Sungai setempat untuk membangun irigasi tempat kubangan kerbau Moa perlu didukung agar ternak khas Maluku satu²nya ini bisa selamat dari ancaman kepunahan

    Sudah waktunya mulai kita pertimbangkan bahwa dengan hanya pendekatan tehnis saja tidak cukup.

    Pelaksanaan IB, kawin alam, perbaikan pakan atau penanganan penyakitnya itu penting, tetapi akan lebih bermakna lagi kalau lebih berpikiran integral dengan mengkaitkannya dengan upaya untuk melestarikan dengan membuat ekosistem habitat alaminya, Menghubungkannya dengan aspek sosial ekonomi berupa pariwisata, kuliner, adat istiadat dan kepercayaan setempat merupakan langkah yg tepat Contoh pada ritual Sumba Opu di yg hidup subur di Tana Toraja yg menggunakan kerbau (Tedong bonga) waktu upacara mengantarkan arwah mereka yg wafat. Dengan kuliner seperti rendang, dadih di Sumbar , dangke di Sulsel, permen susu di NTB, kebiasan meugang di Aceh, Belis di NTT, dan kebo haji di NTB dan Kalsel, balapan kebo di daerah Nusa Tenggara dan Bali (mekepung). Banyak sekali list kerbau dikaitkan dengan aspek sosial budaya dan ekonomi di tanah Nusantara ini. Kita tidak boleh berpaling dari aspek ini, sehingga kegiatan tehnis semata akan menjadi lebih baik kalau berkolaborasi dengan aspek sosbud dan ekonomi setempat semacam membuat zona ekonomi yang inklusif. Pengembangan kerbau jadi kepedulian bersama bukan urusan orang peternakan dan kesehatan hewan saja. (FBR)

    Vol XIV No. 1 Tahun 2020 3

  • Usaha untuk mewujudkan swasembada protein hewani tidak sebatas hanya pada kemampuan penyediaan pangan asal hewan yang cukup bagi masyarakat, tetapi juga harus disertai dengan peningkatan kualitas konsumsi pangan masyarakat yang berbasis sumberdaya lokal. Untuk mencapai tujuan tersebut kiranya perlu kita menggerakkan seluruh sumberdaya yang dimiliki untuk pembangunan peternakan dalam mewujudkan Indonesia sebagai sumber pangan dunia. Kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani menjadi pendorong semangat bagi kita semua untuk berupaya mewujudkan swasembada protein hewani.

    Momentum yang tepat untuk menggerakkan seluruh potensi yang dimiliki sehingga pembangunan peternakan nasional menjadi lebih efektif dan berdampak pada upaya peningkatan kesejahteraan peternak dan petugas lapangan, karena Program peningkatan populasi ini banyak membantu aktivitas para inseminator dan petugas pemeriksa kebuntingan di lapangan yang jumlahnya mencapai 13.575 orang (Laporan Upsus Siwab 2019). upaya peningkatan populasi sapi

    dan kerbau lokal melalui SIKOMANDAN merupakan salah satu bagian komitmen pemerintah untuk mengurangi

    dominasi impor daging sapi dan kerbau di Indonesia.

    Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri (SIKOMANDAN) merupakan salah satu kegiatan

    utama dalam rangka meningkatkan penyediaan produksi daging sapi dalam negeri bagi

    masyarakat sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pertanian

    Nomor 17 Tahun 2020 tentang Peningkatan Produksi Sapi dan

    Kerbau Komoditas Andalan Negeri. SIKOMANDAN dikemas dalam serangkaian kegiatan yang terintegrasi dan saling bersinergi

    dari hulu sampai hilir, dimulai dari upaya peningkatan kelahiran

    diikuti upaya penurunan angka kematian dan upaya pengendalian

    penyakit lainnya, serta melakukan upaya peningkatan produktivitas ternak dengan

    penyediaan pakan secara cukup yang selanjutnya dilakukan pemotongan dengan

    baik sehingga menghasilkan daging yang baik dan berkualitas serta ASUH (Aman Sehat Utuh

    dan Halal), yang pada akhirnya produksi daging tersebut mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

    Kegiatan SIKOMANDAN Sebagai kegiatan utama ini telah dilaunching oleh Menteri Pertanian pada tanggal

    20 Februari 2020 di Provinsi Sumatera Utara tepatnya di Kabupaten Serdang

    Laporan Utama

    SIKOMANDAN GERAK CEPAT MENUJU SWASEMBADA DAGING SAPIOleh: Dani KusworoPengawas Bibit Ternak di Dit. Perbibitan

    dan Produksi Ternak

    4 Vol XIV No. 1 Tahun 2020

  • Laporan Utama

    Berdagai. Provinsi Sumatera Utara khususnya Kabupaten Serdang ditunjuk sebagai lokasi laundhing dikarenakan potensi dan antusiasme peternak di Berdagai cukup besar. Populasi sapi potong di Provinsi Sumatera Utara menduduki urutan ke-6 di Indonesia dengan jumlah mencapai 1 (satu) juta ekor, dengan struktur populasi ternak betina mencapai 65,13% (BPS 2019).

    SIKOMANDAN merupakan salah satu fokus kegiatan utama bagi jajaran Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, merupakan rangkaian kegiatan yang tidak terpisahkan dari kegiatan tahun sebelumnya dan dirancang dengan pendekatan yang lebih melibatkan peran aktif para petugas teknis dan masyarakat sebagai pelaku pembangunan. Dan didukung oleh asuransi usaha ternak sapi dan kerbau serta fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga yang terjangkau (6%) serta ada fasilitasi dibayar setelah panen. SIKOMANDAN sebagai langkah nyata pemerintah bersama masyarakat untuk mengakselerasi pertumbuhan populasi dan peningkatan produksi ternak sapi dan kerbau di dalam negeri.

    Belajar dari kegiatan SIWAB tahun sebelumnya, selama tiga tahun yang lalu (2017 – 2019) melalui kegiatan Sapi Indukan Wajin Bunting (Siwab) telah berhasil kita lakukan perkawinan buatan (IB) pada ternak sapi dan kerbau sebanyak 11.524.268 ekor dari target 10.000.000 ekor dan telah menghasilkan kebuntingan sapi dan kerbau yang telah di-IB sebanyak 6.249.303 ekor dari target 7.200.000 ekor, serta telah menghasilkan anak dari hasil perkawinan IB sebanyak 4.741.764 ekor dari target 5.760.000 ekor (Lapran Upsus Siwab 2017-2019).

    Pelaksanaan kegiatan Sikomandan pada tahun 2020 mengalami beberapa perubahan baik dalam kegiatan maupun jumlah fasilitasi input yang berkurang, dikarenakan adanya pandemi covid-19, dimana sebagian besar anggaran dialokasikan untuk penanggulangan pandemi berserta dampaknya. Dalam pelaksanaannya, seluruh aktivitas Sikomandan akan dilaporkan melalui system iSIKHNAS yang terintegrasi dengan Agriculture War Room (AWR).

    Program Sikomandan telah menunjukan hasil yang cukup menggembirakan bagi Indonesia. Tercatat hingga 17 Mei 2020, program tersebut telah mencapai realisasi akseptor sebanyak 1.579.158 ekor atau 63,29% dari target 2.495.007 ekor. Jumlah kebuntingan sapi betina juga mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 884.661 ekor atau 50,35% dari target 1.757.130 ekor serta jumlah kelahiran kumulatif sapi dan kerbau sebanyak 834.213 ekor atau 33,82% dari target 2.466.522 ekor (laporan sementara Sikomandan Ditbitpro).

    Walaupun di masa pandemik saat ini, para petugas inseminasi buatan (inseminator), pemeriksa kebuntingan (PKb), asisten teknis reproduksi (ATR), dan petugas lapangan lain tetap bekerja keras mensukseskan program Sikomandan ini untuk itu Kementan sangat mengapresiasi. Kementan juga akan terus berkoordinasi agar kendala di lapangan dapat terselesaikan, termasuk ketersediaan dan pendistribusian semen beku dan N2 cair, serta kontainer untuk para petugas IB di lapangan.

    Harapannya kedepan, jumlah kebuntingan dan kelahiran sapi dan kerbau dalam negeri akan terus meningkat hingga akhir tahun dan dapat memenuhi target 2020 sehingga dengan meningkatnya populasi sapi dan kerbau maka percepatan swasembada daging dapat segera terwujud. Tentu saja diimbangi dengan mengoptimalkan pelaksanaan IB sebagai bagian dari program Sikomandan, semoga . SEMANGAT PARA PETUGAS SIKOMANDAN. nYMY

    SIKOMANDAN merupakan salah satu fokus kegiatan utama bagi jajaran Direktorat Jenderal Peternakan

    dan Kesehatan Hewan, merupakan rangkaian kegiatan

    yang tidak terpisahkan dari kegiatan tahun

    sebelumnya dan dirancang dengan

    pendekatan yang lebih melibatkan peran aktif para petugas

    teknis dan masyarakat sebagai pelaku pembangunan

    Vol XIV No. 1 Tahun 2020 5

  • Liputan Utama

    Oleh: IrmaPengawas Bibit Ternak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

    Bogor, 19 September 2020. Dalam rangka pemenuhan protein hewani khususnya kebutuhan daging sapi yang terus meningkat, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo melakukan kunjungan kerja

    untuk meninjau proses produksi dan transfer embrio serta Inseminasi Buatan (IB) sapi di

    laboratorium dan kandang utama Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang, Bogor

    sekaligus memantau perkembangan sapi Belgian Blue yang akan dipakai

    dalam pemenuhan produksi daging. Dalam kunjungan kerja tersebut Mentan menyampaikan

    harapan dan keinginannya untuk memperbanyak dan memperkuat balai

    balai pembibitan agar setara dengan cipelang. “BET Cipelang ini masih terlalu

    kecil untuk seluruh Indonesia, jadi kita harus perbanyak balai balai pembibitan seperti BET

    ini” ungkapnya.

    Dalam kunjungan kerja tersebut di damping pula Dirjen PKH Nasrullah yang menyampaikan

    bahwa Ditjen Peternakan dan Keswan mempunyai 22 UPT dengan keunggulannya masing masing.

    Beberapa UPT seperti BBIB Singosari dan BIB Lembang sudah banyak menghasilkan bibit unggul yang tersebar

    di seluruh Indonesia.

    Sedangkan, Kepala Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang Oloan P Lubis lebih jauh menyampaikan bahwa BET adalah salah satu-nya produsen embrio di Indonesia yang telah memenuhi standar nasional Indonesia (SNI). Kepala Balai Embrio Ternak Cipelang, Oloan menjelaskan embrio yang diproduksi BET Cipelang merupakan sapi ternak berkualitas yang dihasilkan melalui donor dan pejantan berkualitas dengan ditunjang SDM berkompeten dan didukung perlengkapan modern. Seluruh embrio sapi yang hasilkan atau ditransferkan atau bahasanya bayi tabung langsung didistribusikan ke seluruh Indonesia untuk meningkatkan mutu genetik ternak Indonesia

    MENTAN TINJAU PRODUKSI EMBRIO DI BET CIPElANG BOGOR

    6 Vol XIV No. 1 Tahun 2020

  • Liputan Utama

    BET Cipelang adalah salah satu-nya produsen

    embrio di Indonesia yang telah memenuhi

    standar nasional Indonesia (SNI). Embrio

    yang diproduksi BET Cipelang merupakan sapi

    ternak berkualitas yang dihasilkan melalui donor dan pejantan berkualitas dengan ditunjang SDM

    berkompeten dan didukung perlengkapan

    modern.

    BET telah mampu menghasilkan bibit unggul dengan proses pengembangan modern melalui sentuhan teknologi transfer embrio dan sebagai informasi juga bahwa populasi ternak di BET Cipelang saat ini mencapai 627 ekor (Tabel 1) yang dipakai sebagai donor dan resipian serta pedet atau sapi-sapi muda baik jantan ataupun betina jika sudah besar untuk pejantan hasil TE dipakai sebagai replacement pejantan di balai inseminasi buatan baik nasional ataupun daerah sedangka untuk betina dipakai sebagai pengganti donor dan respien yang sudah tua, adapun jumlah populasinya sebagamana dalam tabel.

    Lebih jauh, Oloan menjelaskan bahwa sapi donor bibit merupakan sapi yang berasal dari berbagai rumpun sapi seperti sapi simmental, FH, Limousin, PO/SO, belgian blue, Wagyu dan Angus. BET selalu berbenah diri bahkan di September 2020 ini, UPT BET mendapatkan Peringkat I Unit Kerja Informatif, Kategori Eselon III. Medio bulan Juli sebelumnya, Kementan Berikan Sertifikat Kesesuaian SNI Embrio Ternak kepada BET Cipelang. BET Cipelang sudah mampu menjadi sumber benih dan bibit unggul nasional. Saat ini embrio yang dihasilkan BET Cipelang sudah memenuhi SNI 7880.1:2013 Embrio ternak-Bagian 1: Sapi. Sampai dengan bulan Juni BET Cipelang sudah memproduksi 786. Rata-rata per tahun BET Cipelang bisa menghasilkan 800 embrio ternak.

    Menutup kunjungan kerjanya di BET Cipelang, Mentan berpesan agar balai yang sudah berstandar internasional ini layak untuk dijadikan percontohan bagi balai yang lain. nYMY

    Jenis Sapi Volume (Ekor)

    Sapi Donor 211 ekor

    Sapi Resipien 211 ekor

    Sapi Muda 139 ekor

    Pedet 56 ekor

    Jumlah 627 Ekor

    Vol XIV No. 1 Tahun 2020 7

  • 8 Vol XIV No. 1 Tahun 2020

    Sains dan Teknologi

    ITIK mOJOSARISTANDAR PERTUmbUHAN

    Oleh : I.M. Unggul AbriantoWasbitnak Muda BPTU-HPT Pelaihari

    Itik mempunyai peran penting sebagai penghasil daging dan telur yang murah dan mudah diperoleh di masyarakat. Itik lokal Indonesia dengan variasi kemampuan pertumbuhan dan produksi telur dinamai menurut daerah asalnya, sebagai contoh: Itik Alabio dari kecamatan Alabio Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan, Itik Magelang dari daerah Magelang Jawa Tengah, Itik Talang Benih dari daerah Talang Benih Bengkulu, begitu juga dengan itik Mojosari yang akan kita bahas disini yang berasal dari kecamatan Mojosari Mojokerto Jawa Timur.

    Itik Mojosari sudah ditetapkan sebagai rumpun itik lokal dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 2837 tahun 2012 dengan ciri-ciri produksi telur 200-220 butir/tahun dan umur dewasa kelamin 22-24 minggu. Nilai positif lain dari Itik Mojosari yaitu sudah memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 7558-2009 Bibit Induk Itik Mojosari Meri dan SNI 7559 -2009 Bibit Induk Itik Mojosari Muda, yang didalamnya memuat persyaratan kualitatif seperti warna bulu, postur dan persyaratan kuantitatif seperti bobot badan minimal 1.400 gram, rataan produksi telur minimal 60% selama masa produksi, daya tetas minimal 60 % dari telur yang fertile, bobot telur tetas minimal 58 g, dan bobot Day Old Duck (DOD) minimal 38 gram.

    BPTU-HPT Pelaihari sebagai salah satu UPT Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan memiliki tugas dan fungsi diantaranya melaksanakan pemuliaan, produksi, pemeliharaan dan distribusi bibit itik. Rumpun itik yang dipelihara berupa Itik Alabio, Itik Mojosari dan Itik Peking

    Mojosari Putih (PMP). BPTU-HPT Pelaihari mulai membibitkan itik Mojosari sejak tahun 2000, waktu itu bibitnya berasal dari Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor.

    Kegiatan pembibitan Itik Mojosari selama kurang lebih 20 tahun atau hampir 20 generasi yang meliputi pemurnian fenotipik, pengaturan perkawinan, seleksi sifat kualitatif dan kuantitatif, dan pemeliharaan secara tertutup tanpa ada darah baru ataupun bercampur darah rumpun itik lain telah menghasilkan Itik Mojosari murni yang memiliki karakteristik sendiri yang mungkin berbeda dari daerah asalnya. Kualitas bibit Itik Mojosari yang dihasilkan dari proses pembibitan yang sudah berlangsung lama dibuktikan dengan Sertifikat Kesesuaian SNI 7558-2009 Bibit Induk Itik Mojosari Meri dari Lembaga Sertifikasi Produk Benih dan Bibit Ternak pada tanggal 2 Agustus 2019.

    Sebagai produsen bibit Itik Mojosari, BPTU-HPT Pelaihari telah memiliki standar pertumbuhan yang akan dibahas lebih lanjut di tulisan ini dan standar produksi telur yang akan dibahas di tulisan lain. Adapun standar pertumbuhan itik Mojosari yang dimiliki BPTU-HPT Pelaihari sebagai berikut:

    JENIS KELAMIN JANTAN

    UMUR (minggu) 0 2 4 6 8 10 12 14 16

    BOBOT (gr) 38 200 600 950 1.200 1.350 1.400 1.450 1.480

    Bagian 1.

  • Sains dan Teknologi

    JENIS KELAMIN BETINA

    UMUR (minggu) 0 2 4 6 8 10 12 14 16

    BOBOT (gr) 38 200 550 900 1.150 1.300 1.340 1.350 1.400

    Sebagai catatan standar pertumbuhan diatas,hanya ditujukan untuk itik Mojosari petelur atau indukan penghasil bibit, bukan sebagai itik potong.

    Bibit itik yang memenuhi standar SNI, dipelihara dengan manajemen pemeliharaan dan pakan yang baik menjadi syarat untuk bisa menghasilkan pertumbuhan itik Mojosari yang sesuai standar. Itik starter umur 0-2 minggu dipelihara di kandang starter yang dilengkapi fasilitas brooding/ pemanas untuk memastikan kondisi kandang terjaga pada suhu sekitar 34 °C dan kelembaban berkisar 60-65% dengan sirkulasi udara yang lancar, pemeliharaan itik starter setelah umur 2 minggu sampai 8 minggu bisa dilaksanakan kandang starter biasa tanpa brooding. Itik starter umur 0-8 minggu adalah fase kritis untuk pertumbuhan kerangka dan organ tubuh sehingga diperlukan pakan berkualitas dengan kandungan protein kasar berkisar 18-20 %. Pemeliharaan selanjutnya yaitu fase grower umur 9-20 minggu yang perlu diperhatikan adalah itik memiliki kesempatan yang cukup untuk exercise yang bertujuan melatih perototan sebagai persiapan untuk fase bertelur dan dan mencegah itik kegemukan yang berpengaruh terhadap kemampuan reproduksi. Kebutuhan protein kasar fase grower lebih rendah dibandingkan fase starter, berkisar 15-16% untuk mencegah dewasa kelamin dini (itik bertelur di umur 4 bulan atau lebih muda lagi)

    Banyak manfaat yang bisa diperoleh ketika kita sudah memiliki standar acuan yang menjadi indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan di lapangan. Itik Mojosari yang digunakan sebagai ternak pengganti atau replasemen dievaluasi pertumbuhannya secara berkala. Setiap 2 minggu, itik Mojosari ditimbang secara sampling 10 % untuk dibandingkan pencapaian pertumbuhan dengan standarnya, apabila dibawah atau diatas standar yang ditetapkan, segera dianalisa penyebabnya dan langkah-langkah perbaikannya. Salah satu contoh evaluasi pertumbuhan dari salah satu replasemen itik Mojosari di BPTU-HPT Pelaihari:

    Dari grafik diatas, itik replasemen Mojosari jantan memiliki bobot badan umur 10 minggu jauh diatas standar. Bobot badan yang terlalu tinggi/ kegemukan memiliki dampak buruk terhadap kemampuan reproduksi ternak tersebut, sehingga diambil langkah-langkah untuk menurunkan bobot badan di minggu berikutnya. Hal sebaliknya pada itik replasemen Mojosari betina, bobot badan umur 14 minggu dibawah standar, sehingga dilakukan perbaikan manajemen pemeliharaan dan pakan di minggu berikutnya,untuk mengejar ketertinggalan pencapaian bobot badan.

    Itik Mojosari yang sudah ditetapkan sebagai rumpun itik lokal Indonesia dan memiliki standar SNI, tetap kita jaga kelestarian dan kemurniannya sehingga di masa mendatang dapat kita tingkatkan produktifitasnya sebagai penghasil daging dan telur untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia.

    NO RUMPUN RINCIAN UMUR 0 2 4 6 8 10 12 14 16STANDAR 38 200 600 950 1.200 1.350 1.400 1.450 1.480 REPLES FLOK 1 40 270 577 926 1.368 1.660 1.545 1.567 1.592 KOEF RAGAM 5% 24% 12% 15% 12% 9% 9% 6% 6%STANDAR 38 200 550 900 1.150 1.300 1.340 1.350 1.400 REPLES FLOK 1 39 278 639 926 1.274 1.420 1.403 1.270 1.382 KOEF RAGAM 4% 21% 26% 18% 11% 9% 9% 6% 7%

    2MOJOSARI

    BETINA

    1MOJOSARI

    JANTAN

    Vol XIV No. 1 Tahun 2020 9

  • 10 Vol XIV No. 1 Tahun 2020

    Laporan

    Oleh: Abdul Fatah dan Novia Dimar DwitarizkiPengawas Bibit Ternak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

    CATATAN AKHIR bEKERJA 2019

    Program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (Bekerja) yang selanjutnya disebut Program Bekerja adalah upaya untuk pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat miskin guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan melalui kegiatan pertanian yang terintegrasi.

    Pelaksanaan bantuan pemerintah untuk Program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera Berbasis Pertanian (Bekerja) Tahun Anggaran 2019 sebagai upaya untuk mendukung program padat karya tunai di desa (cash for work), penanganan stunting, pengentasan daerah rentan rawan pangan melalui tahapan: penetapan calon penerima bantuan, pengadaan, penyaluran, penyerahan dan pendampingan. Melalui kegiatan bekerja diharapkan dapat meningkatkan produksi ternak ayam/itik, dan pemenuhan konsumsi protein hewani.

    Untuk lokasi kegiatan Bekerja Ditjen PKH 2019 mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian tentang Pedoman Program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera Berbasis Pertanian Tahun Anggaran 2019, yang selama pelaksanaannya mengalami perubahan sebanyak 4 (empat) kali, yaitu Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/PERMENTAN/RC.110/11/2018 tanggal 8 November 2018, PERMENTAN NO. 14 TAHUN 2019 (Perubahan Batang tubuh dan Lampiran) tanggalU 13 Februari 2019, PERMENTAN NO. 26 TAHUN 2019 (Perubahan Lampiran Lokasi Bekerja Balitbangtan) tanggal 27 Mei 2019 dan PERMENTAN NO. 31 TAHUN 2019 (Perubahan Lampiran Lokasi Bekerja PKH (Kab. Kep. Selayar) tanggal 19 Juli 2019. Berdasarkan peraturan diatas maka ditetapkan lokasi kegiatan Bekerja Ditjen PKH Tahun 2019 yaitu di 12 provinsi, 57 kabupaten, 206 kecamatan dan 2.366 desa.

    Realisasi fisik

    Total realisasi RTM penerima bantuan sebanyak 195.855 RTMP (93,65%) dari target 209.127 RTMP, dengan realisasi fisik paket bantuan kegiatan Bekerja yang terdiri dari bantuan pembuatan kandang 206.914 unit (98,94%) dari target 209.127 unit, ayam/itik 9.792.750 ekor (93,65%) dari target 10.456.350 ekor, pakan 29.378.250 kg (93,65%) dari target 31.369.050 kg, dan obat dan vitamin 196.245 paket (93,84%) dari target 209.127 paket.

    Total realisasi anggaran dari 14 UPT Pelaksana Kegiatan Bekerja Tahun 2019 untuk paket bantuan berupa ayam/itik, pakan, obat-obatan dan vitamin sebesar Rp 578.804.051.469,00 (92,60%) dari total alokasi anggaran sebesar Rp 625.070.367.250,00 .

    Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan antara lain:

    1. pelaksanaan verifikasi RTMP baik secara on desk mau-pun di lapangan, ternyata data RTMP yang diperoleh oleh Satker bukan data RTMP yang terbaru sehingga terdapat perbedaan data dengan Dinas Sosial dan Dinas Peternakan setempat.

    2. Pelaksanaan pengadaan terjadi lelang ulang dikare-nakan menunggu revisi DIPA

    3. Keterbatasan commersial flight untuk ke 3 provinsi (Provinsi Sumatera Barat, Gorontalo dan Sulawesi Teng-gara) sehingga menghambat distribusi paket bantuan, terutama ayam.

  • Laporan

    4. Keterlambatan Pendistribusian Karena keterbatasan waktu pelaksanaan kegiatan, penyedia yang mendistri-busikan paket bantuan di beberapa lokasi kesulitan da-lam mengatur jadwal distribusi, sehingga kinerja penye-dia dalam mendistribusikan paket bantuan menjadi lambat dan tidak sesuai dengan jadwal distribusi yang telah disepakati.

    Beberapa hal yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang timbul selama proses kegiatan bekerja diatasi dengan beberapa cara anatara lain:

    1. Untuk data RTM merupakan data yang terbaru dari Ke-mensos sehingga tidak terdapat perbedaan data den-gan data yang terdapat di desa. Selain itu tetap harus dilaksanakan verifikasi di lapangan, karena terdapat be-berapa RTMP yang telah mengalami peningkatan taraf ekonomi, pindah domisili dan meninggal dunia

    2. Untuk lelang yang gagal segera dilakuakan lelang ulang pada 9 satker pelaksana

    3. Mengupayakan carter pesawat cargo atau menggu-nakan pesawat Hercules TNI AU.

    4. Koordinasi lebih lanjut dengan penyedia dan pemberian Surat Peringatan dari PPK ke penyedia.

    Permasalahan lain yang menjadi perhatian banyak pihak adalah terdapatnya angka kematian yang tinggi di beberapa desa yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman RTMP mengenai teknis pemeliharaan ayam dan kurangnya koordinasi dengan petugas poskeswan. Selain itu ditemui beberapa RTMP masih kurang antusias dalam memelihara ayam sehingga perlunya pembinaan dan pendampingan yang berkelanjutan dari pemerintah daerah. Terdapat pula permasalahan dimana

    pakan yang diberikan sebanyak 150 kg untuk 2 (dua) bulan. Pada bulan ke-3 pakan sudah habis dan RTMP kesulitan untuk membeli pakan lagi. Solusinya adalah perlunya pemanfaatan pakan lokal yang tersedia dan menjual ayuam jantan yang sudah berumur 3 (tiga) bulan untuk pembelian pakan dan replacement ayam sehingga populasi ayam yang dipelihara dapat berkembang dan menjadi prospek bisnis.

    Berdasarkan hasil pelaksanaan Kegiatan Bekerja Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2019 dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan distribusi bantuan ayam/itik belum dapat menggambarkan pendapatan pada RTM karena akhir tahun 2019 ayam/itik belum mencapai umur produksi. Permasalahan, utamanya ketersediaan sumber ayam dan distribusi dalam pelaksanaan kegiatan Bekerja PKH tahun 2019 banyak terjadi di lokasi Bekerja luar Pulau Jawa karena sumber ayam sebagian besar berasal dari Pulau Jawa, sedangkan pelaksanaan di Pulau Jawa dapat berjalan dengan baik dan terealisasi 100%.

    Untuk perbaikan kegiatan Bekerja pada tahun berikutnya, demi kelancaran dan keberhasilan kegiatan perlu koordinasi dan keterlibatan unsur-unsur pemerintah daerah (Bupati, Camat, Aparatur Desa) dan Dinas Terkait. Perlu pula adanya anggaran khusus untuk pendampingan dan pembinaan melalui APBN dan APBD. Sementara untuk kelancaran penyampaian laporan bekerja lebih tertib diharapkan untuk menunjuk petugas pelaporan khusus yang ditunjuk oleh Kepala Dinas terkait, dan dilakukan monitoring dan evaluasi perkembangan ternak bantuan terhadap produksi telur dan penjualan/pemanfaatan dagingnya.

    No Uraian Target Realisasi %

    1 RTM 209.127 195.855 93,65

    2 Kandang (unit) 209.127 206.914 98,94

    3 Ayam (ekor) 9.802.300 9.154.200 93,39

    4 Itik (ekor) 654.050 638.550 97,63

    5 Pakan (kg) 31.369.050 29.378.250 93,65

    6 Obat/vitamin (pkt) 209.127 196.245 93,84

    Vol XIV No. 1 Tahun 2020 11

  • 12 Vol XIV No. 1 Tahun 2020

    Laporan

    KEGIATAN PENGEmbANGAN ITIK DI LOKASI FOOD ESTATE KALImANTAN TENGAH

    Oleh: Dani KusworoPengawas Bibit Ternak di Dit.Perbibitan dan Produksi Ternak

    Pengembangan lahan rawa sebagai lahan pangan masa kini dan masa depan dinilai sangat strategis dan prospektif dalam menopang ketahanan pangan, apalagi saat ini kontribusi lahan rawa pada pangsa produksi pangan nasional masih rendah. Pengembangan kawasan tanaman pangan skala luas (food estate) di lahan rawa Kalimantan Tengah merupakan program terobosan peningkatan produksi pangan, mengingat meluasnya dampak COVID-19, bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan pangan serta perubahan iklim. Pengembangan kawasan food estate berbasis korporasi petani di lahan rawa Kalimantan Tengah juga memiliki keunggulan komparatif, seperti potensi sumberdaya lahan yang sesuai cukup luas, sumberdaya air dan iklim yang

    sesuai, serta modal sosial budaya yang mendukung. Food Estate di Kalimantan Tengah difokuskan di wilayah irigasi intensif. Fokus utamanya adalah komoditi padi, namun pelaksanaan di lapangan harus didukung oleh komoditi sektor yang lain termasuk bidang peternakan. Dari area seluas itu telah ditetapkan Kawasan utama seluas 1.000 ha sebagai wilayah percobaan yang cocok untuk dikembangkan oleh komoditas yang diusulkan.

    Program Food estate ini melibatkan semua stakeholder mulai dari gubernur sampai dengan tingkat kepala desa dan tim konstratani di daerah. Untuk itu semua sektor di dalam pertanian menyiapkan data-data usulan komoditi, wilayah pengembangan, jumlah dan anggaran.

    Pada bulan Juli 2020, Menteri

    Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mendampingi Presiden Joko Widodo saat meninjau langsung titik-titik lokasi lahan rawa pengembangan food estate atau lumbung pangan dan saluran primer induk UPT A5 di Desa Bentuk Jaya, Kecamatan Dadahup, Kabupaten Kapuas. Turut hadir juga menteri yang mendampingi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono.

    Dalam peninjauan ini, Presiden Jokowi juga secara langsung mendapat penjelasan dari Mentan SYL dan Menteri PUPR Basuki terkait lahan yang akan dikerjakan sebagai proyek pangan nasional itu. Peninjauan sebagai langkah awal dalam proses pengembangan lahan rawa ini dilakukan pemerintah dalam rangka mempercepat upaya

  • Laporan

    untuk mengantisipasi Indonesia dari ancaman krisis pangan, seperti diperingatkan Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO).

    Program pengembangan  food estate seluas 165 ribu hektare (ha) akan melibatkan beberapa Kementerian mulai dari Kementerian Pertanian, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian BUMN, Kementerian Pertahanan dan Kementerian Desa PDTT.

    Sebelumnya, Mentan SYL mengatakan optimalisasi pengembangan lahan rawa ini menjadi salah satu terobosan yang tengah fokus dilakukan untuk meningkatkan atau mengamankan ketersediaan beras dalam negeri sehingga kebutuhan dapat dipenuhi secara mandiri. Presiden Jokowi menginstruksikan kepada Mentan untuk mempersiapkan Provinsi Kalimantan Tengah menjadi lumbung pangan. Dengan potensi lahan rawa yang kini dapat menjadi lahan pertanian produktif, kita yakin membangun lumbung pangan di Kalimantan Tengah ini.

    Proyek  Food Estate  kawasan aluvial pada lahan eks lahan gambut ini memiliki lahan potensial seluas 165 ribu hektar. Dari lahan potensial tersebut, seluas 85.500 hektare merupakan lahan fungsional yang sudah digunakan untuk berproduksi setiap tahunnya. Sementara 79.500 hektar sisanya sudah berupa semak belukar sehingga perlu dilakukan pembersihan  (land clearing)  saja, tanpa perlu dilakukan cetak sawah kembali dan peningkatan irigasi. Targetnya proyek lumbung pangan ini dapat ditanami pada musim kedua, yakni mulai Oktober 2020 sampai Maret 2021.

    Pemerintah memprioritaskan agar dapat mengejar musim tanam tahun ini dengan tahap awal seluas 28.321 ha. 8.747 ha di kawasan eks PLG dan 19.574 ha di luar kawasan eks PLG. Terdiri dari 19.103 ha lahan yang sudah memiliki irigasi yang baik sedangkan 9.218 ha perlu perbaikan irigasi. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono juga membenarkan bahwa dari total luas 165 ribu hektare lahan yang akan digarap, Pemerintah memprioritaskan agar dapat mengejar musim tanam tahun ini untuk tahap awal.

    Petani di Kabupaten Pulang Pisau dan Kapuas Kalimantan Tengah berharap program Food Estate ini menjadi penyemangat kami untuk mengembalikan minat petani lain ke sawah. Semoga program pemerintah ini sukses. Selain itu, Pengembangan Food Estate yang sedang digarap oleh pemerintah ini merupakan Food Estate  modern sehingga tidak hanya manual tetapi juga harus dengan skilled labour. Dengan tenaga kerja yang terlatih karena bukan hanya menyangkut produksi tetapi juga sampai ke pasca produksi. Pengembangan ini dilakukan di kabupaten Kapuas seluas 20 ribu hektar dan di kabupaten Pulang Pisau seluas 10 ribu ha.

    Tahun 2020 pemerintah telah merancang pilot projek pengembangan kawasan Food Estate berbasis korporasi petani di lahan rawa Kalimantan Tengah, dan komoditas yang dikembangkan oleh Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah ternak itik. Berdasarkan Grand Design Pengembangan Kawasan Food Estate Berbasis Korporasi di lahan rawa Kalimantan Tengah telah disusun sebagai arahan dan acuan teknis dalam

    pengelolaan kawasan food estate yang berlokasi di lahan eks PLG Kabupaten Pulang Pisau seluas 10.000 ha.

    Itik merupakan salah satu komoditas unggas lokal yang mempunyai potensi untuk dikembangkan secara komersial. Usaha budidaya ternak itik lokal umumnya masih dikelola secara tradisional dengan skala usaha kecil. Untuk itu perlu upaya khusus agar usaha budidaya itik lokal dapt menjadi usaha pokok yang memberikan nilai tambah bagi peternak. Upaya yang perlu dilakukan adalah megintegrasikan usaha mulai dari hulu sampai hilir (pembibitan, budidaya, pasca panen dan pemasaran), sehingga terbentuk kawasan korporasi.

    Kegiatan Pengembangan Itik di Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Kapuas di Kalimantan Tengah Tahun 2020 bertujuan untuk: 1) meningkatkan populasi itik di lokasi lahan rawa (padi); 2) menyediakan sumber pangan hewani; 3) meningkatkan jumlah rumah tangga peternak dan 4) memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya genetik itik lokal dan/atau persilangan. Pengembangan cluster usaha ternak itik pada Kawasan Food Estate di Kalimantan Tengah merupakan kegiatan yang saling terintegrasi dengan kegiatan usahatani lainnya. Kegiatan budidaya itik ini untuk mendukung kegiaan Food Estate yang dilaksanakan secara korporasi. Pada tahun 2020 Food Estate bidang peternakan komoditas itik dilaksanakan di 3 cluster, yaitu 2 cluster di Kabupaten Pulang Pisau dan 1 cluster di Kabupaten Kapuas. Masing-masing cluster terdiri dari 5 kelompok tani/ternak. Tiap kelompok akan difasilitasi 510 ekor itik petelur umur 4 bulan (500 ekor itik betina dan 10 ekor itik jantan), bantuan pakan, kandang, bimtek serta pendampingan/pembinaan.

    Semoga kegiatan Pengembangan itik di lokasi rawa dalam mendukung Food Estate ini bisa berkembang dengan baik, dan menjadi contoh untuk wilayah-wilayah lahan rawa di lokasi lainnya. nAEC

    Vol XIV No. 1 Tahun 2020 13

  • Laporan

    PROGRAm UPPO DAN KORELASINYA DENGAN PENINGKATAN POPULASI KERbAU DI KOTA SERANG

    Tiga kelompok tani di Kota Serang menerima bantuan program Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) dari Kementerian Pertanian. Ketiga kelompok tani tersebut tersebar di masing-masing tiga kecamatan berbeda, yaitu: (1) Kelompok Tani Mekar Baru di Kecamatan Curug; (2) Kelompok Tani Karya Muda Bangsa di Kecamatan Taktakan; dan (3) Kelompok Tani Mulyatani di Kecamatan Kasemen. Program UPPO merupakan salah satu program dari Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian yang bertujuan meningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil pupuk organik, sehingga memberikan nilai tambah dan peningkatan pendapatan petani. Program ini tertuang dalam Keputusan Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Nomor 22/KPTS/SR.310/B/12/2019 tentang Petunjuk Teknis Kegiatan Pupuk Menuju Pertanian Organik Tahun Anggaran 2020.

    Komponen bantuan yang diterima tertuang dalam petunjuk teknis, meliputi: (1) Pembangunan rumah kompos; (2) Pembangunan kandang komunal; (3) Pengadaan ternak; (4) Pengadaan alat pengolah pupuk organik; dan (5) Pengadaan alat angkut roda tiga. Jenis ternak dalam bantuan program UPPO untuk Kota Serang ditetapkan kerbau, selain atas preferensi kelompok, juga didasarkan pengembangan kerbau di Kota Serang yang lebih unggul dibandingkan dengan sapi pedaging. Hal ini tercermin dalam jumlah populasi kerbau di Kota Serang tahun 2019 sebanyak 4.314 ekor, sedangkan populasi sapi potongnya hanya 66 ekor di tahun yang sama (BPS Provinsi Banten,

    2020).

    Ketiga kelompok tani yang menerima bantuan program UPPO di Kota Serang ini memiliki pengalaman dalam memelihara ternak. Merujuk kepada syarat penerima bantuan dalam juknis yang ada, bahwa penerima bantuan bersedia memelihara ternak dengan sistem komunal, menjamin pakan dan kesehatannya dengan baik, serta mengembangkan populasi ternak. Hal ini yang mendasari agar penerima bantuan sudah terbiasa dalam memelihara ternak, mengingat sumber bahan utama program UPPO adalah feses dari ternak yang dipelihara. Semakin berkembang ternak yang dipelihara akan menambah jumlah feses yang diolah, sehingga pupuk organik yang diproduksi akan bertambah. Kondisi seperti ini diharapkan mampu memberikan nilai tambah dan peningkatan pendapatan bagi petani. Apabila ternak tidak berkembang bahkan sampai terjadi kematian, program UPPO tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.

    Sebanyak 24 ekor kerbau diberikan dalam bantuan UPPO ini, masing-masing kelompok mendapatkan delapan ekor yang terdiri atas tujuh ekor betina dan satu pejantan. Semua kerbau betina sebanyak 21 ekor didaftarkan dalam program Asuransi Usaha Ternak Sapi/Kerbau (AUTSK) sebagai upaya mendukung program pemerintah. Selain itu, program AUTS/K ini juga bertujuan untuk mengalihkan risiko kerugian usaha akibat ternak mengalami kematian dan/atau kehilangan agar dapat melanjutkan usahanya. Sebelum didaftarkan program AUTS/K, semua kerbau dipastikan sehat dan tidak membawa penyakit menular kepada manusia (zoonosis). Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Kota Serang bekerja

    sama dengan bagian Seksi Bina Usaha

    Peternakan, Dinas Pertanian Kota Serang dalam mengurus pendaftaran dan pengecekan penyakit. Dilakukan pengecekan dua penyakit oleh tim Puskeswan Kota Serang. Pengecekan ulas darah untuk mengidentifikasi penyakit Surra dan uji rose bengal test (RBT) untuk mengidentifikasi penyakit Brucellosis. Selain sebagai salah satu syarat pendaftaran AUTS/K (memperoleh surat keterangan kesehatan hewan (SKKH)), pengujian ini dilakukan mengingat Provinsi Banten sudah terbebas dari Brucellosis, sedangkan Surra masih belum bebas sehingga perlu diwaspadai.

    Bermodalkan tujuh betina sebagai bibit dan seekor pejantan sebagai pemacek, memungkinkan kerbau dapat berkembang biak dengan baik. Diketahui umur kerbau yang diterima ≥1 tahun, tidak bisa dilakukan perkawinan karena belum memasuki dewasa kelamin (kondisi mulai berfungsinya kelamin untuk menghasilkan spermatozoa dan sel telur). dimanaberdasarkan Secara umum, dewasa kelamin kerbau jantan maupun betina di umur 2,5 tahun. Dengan demikian, di tahun 2022 kerbau-kerbau tersebut dapat dikawinkan dan diharapkan semua kerbau betina bunting, sehingga pada tahun 2023 terjadi kelahiran anak pertama sebanyak 21 ekor. Umumnya, jarak beranak kerbau di Kota Serang 16-18 bulan. Dengan menganggap performa reproduksi kerbau indukan baik, sehingga dapat diprediksikan selama 11 tahun ke depan kerbau akan melahirkan sebanyak lima kali. Lima kali kelahiran dari indukan awal, diprediksikan akan menghasilkan jumlah anakan sebanyak 105 ekor. Dengan semakin bertambahnya jumlah kerbau, diharapkan akan mempertahankan bahkan meningkatkan jumlah populasi kerbau di Kota Serang. nHCM

    Oleh : Irfan Rifai Hidayat Calon Pengawas Bibit Ternak – Dinas Pertanian Kota Serang

    14 Vol XIV No. 1 Tahun 2020

  • Laporan

    Oleh : Ersa Yuni NoviasariCalon Pengawas Bibit Ternak di Dinas

    Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY

    SIKOMANDAN untuk sebagian orang masih asing dengan istilah tersebut. SIKOMANDAN merupakan kependekan dari Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri. Program SIKOMANDAN adalah program andalan dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam Langkah meningkatkan populasi sapi di Indonesia. Berdasarkan Permentan Nomor 17 Tahun 2020 tentang Peningkatan Produksi Sapi dan Kerbau Komoditas Andalan Negeri, SIKOMANDAN dilaksanakan secara terintegrasi dan berkelanjutan mulai dari hulu sampai hilir untuk pemenuhan kecukupan protein hewani meliputi: peningkatan kelahiran, peningkatan produktifitas, pengendalian penyakit hewan dan reproduksi, penjaminan keamanan dan mutu pangan, dan distribusi serta pemasaran.

    Dalam perjalanannya, SIKOMANDAN menjadi salah satu wujud komitmen pemerintah dalam mencapai tujuan swasembada sapi. Di samping itu kesejahteraan rakyat dapat diukur salah satunya dari pemenuhan dan konsumsi protein hewani. Berdasarkan data statistik peternakan dan Kesehatan hewan tahun 2019, konsumsi daging sapi baik itu daging segar, daging diawetkan maupun dari makanan jadi masih sangat rendah. Konsumsi perkapita pertahun daging sapi segar hanya sebanyak 0,469 kg, meskipun trend populasi ternak sapi potong cenderung naik, namun populasi penduduk Indonesia senantiasa semakin bertambah setiap tahunnya hingga tahun 2019 mencapai 267 juta jiwa.

    Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan wilayah provinsi yang memiliki luas wilayah yang kecil di Indonesia. Luas wilayah administrasi DIY mencapai kurang lebih 3.185,80 km2 atau sekitar 0,17 % dari seluruh wilayah daratan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Daerah Istimewa Yogyakarta terbagi menjadi empat kabupaten dan satu kota, yakni Kabupaten Kulonprogo, Bantul, Gunungkidul, Sleman dan Kota Yogyakarta. Kabupaten Sleman memiliki keadaan tanah relatif datar pada bagian

    selatan kecuali daerah perbukitan dibagian tenggara. Hampir setengah dari luas wilayah merupakan tanah pertanian yang subur dengan didukung irigasi teknis di bagian barat dan selatan. DIY bagian utara tanah lereng gunung Merapi tanah yang subur kaya akan mata air yaitu Kabupaten Sleman.

    Pelaksanaan program SIKOMANDAN melalui optimalisasi reproduksi didukung oleh system aplikasi Isikhnas sehingga kegiatan pendukungnya (IB, PKB, dan Pelaporan Kelahiran) dapat dengan mudah di input dan dilaporkan oleh petugas lapangan, dan juga mudah dipantau oleh petugas yang memiliki ijin untuk akses. Pelaksanaan SIKOMANDAN di Daerah Istimewa Yogyakarta sudah berjalan 6 bulan hingga bulan Juni ini. Dalam praktiknya di DIY, target aseptor semula di DIY sebanyak 117.000 aseptor. Namun pada bulan Mei mengalami perubahan target aseptor sebanyak 52.300 aseptor. Hal tersebut terjadi karena adanya efisiensi anggaran dari dampak pandemi covid-19 yang terjadi di Indonesia.

    Kegiatan SIKOMANDAN mencakup 4 kabupaten yaitu Kabupaten Bantul, Gunung Kidul, Kulonprogo dan Sleman, hingga bulan Juni tercapai hampir 100%. Target tahunan aseptor untuk DIY sebanyak 52.300 ekor, terbagi 15.645 aseptor untuk kabupaten Bantul, 15.645 asseptor untuk kabupaten Gunung Kidul, 11.176 aseptor untuk kabupaten Kulonprogo, dan 9.834 aseptor untuk kabupaten Sleman. Hingga bulan Juni, realisasi kumulatif sebanyak 56.327 aseptor atau tercapai 110,70% dari target tahunan, terdiri dari 15.154 aseptor tercapai di kabupaten Bantul, 19.263 aseptor di kabupaten Gunung Kidul, 13.085 aseptor tercapai di kabupaten Kulonprogo, dan 8.825 aseptor tercapai di kabupaten Sleman. Pelayanan IB kumulatif hingga bulan Juni tercapai 73.876 ekor, terdiri dari 20.663 ekor dari kabupaten Bantul, 23.497 ekor di kabupaten Gunung Kidul, 17.215 ekor di kabupaten Kulonprogo, dan 12.501 ekor di kabupaten Sleman.

    Target kebuntingan sebanyak 36.710 ekor, terdiri dari target kabupaten Bantul sebanyak 10.951 ekor, kabupaten

    Gunung Kidul sebanyak 10.951 ekor, kabupaten Kulonprogo targetnya sebanyak 7.824 ekor, dan kabupaten Sleman target kebuntingan sebanyak 6.984 ekor. Realisasi kumulatif kebuntingan hingga bulan Juni sebanyak 28.774 ekor atau tercapai 77,13 % dari target tahunan, terdiri dari 9.192 ekor tercapai di kabupaten Bantul, 8.647 ekor tercapai di Kabupaten Gunung Kidul, 7.118 ekor tercapai di kabupaten Kulonprogo, dan 3.817 ekor tercapai di kabupaten Sleman. Pelayanan PKB kumulatif yang telah dilakukan di DIY hingga bulan Juni sebanyak 41.504 ekor, yang terdiri dari 12.934 ekor dilakukan di kabupaten Bantul, 12.991 ekor dilakukan dii kabupaten Gunung Kidul, 10.598 ekor dilakukan di kabupaten Kulonprogo, dan sebanyak 4.981 ekor dilakukan di kabupaten Sleman.

    Target kelahiran sebanyak 29.288 ekor, terdiri dari 8.761 ekor untuk target kabupaten Bantul, 3.132 ekor untuk target kabupaten Gunung Kidul, 4.380 ekor untuk target kabupaten Kulonprogo, dan 2.754 ekor untuk target kabupaten Sleman. Realisasi kumulatif kelahiran hingga bulan Juni sebanyak 33.601 ekor atau 113 % dari target tahunan, terdiri 11.142 aseptor tercapai di kabupaten Bantul, 8.852 ekor tercapai di kabupaten Gunung Kidul, 8.899 ekor tercapai di kabupaten Kulonprogo, dan 4.708 ekor. Realisasi kelahiran di DIY mencapai 5.626 ekor yang terdiri dari 2.776 ekor berjenis kelamin jantan, 2.849 ekor berjenis kelamin betina dan sisanya tidak diketahui.

    Kegiatan SIKOMANDAN di Daerah Istimewa Yogyakarta berjalan dengan baik. Program ini mampu meningkatkan semangat dalam kalangan masyarakat peternak untuk teratur dan tertib memperhatikan reproduksi dan perbibitan ternak dalam rangka meningkatkan populasi ternak khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Semoga kegiatan SIKOMANDAN dapat senantiasa menjadi salah satu jembatan untuk masyarakat dan pemerintah dalam mencapai satu tujuan besar yaitu kecukupan dan swasembada daging. nMD

    SETENGAH PERJALANAN SIKOmANDANDAERAH ISTImEWA YOGYAKARTA TAHUN 2020

    Vol XIV No. 1 Tahun 2020 15

  • 16 Vol XIV No. 1 Tahun 2020

    Salah satu usaha dibidang peternakan yang belum memperoleh penanganan secara intensif dan masih perlu didorong serta dikembangkan adalah usaha peternakan kerbau. Usaha peternakan kerbau merupakan usaha sambilan untuk menambah pendapatan bagi peternak yang memeliharanya serta sebagai sumber ekonomi yang sangat berarti bagi petani peternak pedesaan. Ternak kerbau, selain mudah untuk dipelihara juga sanggup untuk memanfaatkan rumput berkualitas rendah, toleran terhadap parasit dan keberadaannya telah menyatu sedemikian rupa dengan kehidupan sosial dan budaya petani (Ibrahim, 2008).

    Selain sebagai penghasil daging, peluang lain kerbau yang juga berperan adalah fungsi sosial-budaya ternak kerbau di daerah Kabupaten Sijunjung sangat menonjol, dimana ternak kerbau banyak digunakan dalam upacara ritual Adat seperti Batagak Gala (Pengukuhan Gelar Datuk Adat) dan Menyembelih Kerbau sebelum puasa dan menjelang hari raya Idul Fitri serta Bakaua Adat (Berkaul adat) yang sering dilakukan setelah panen dan menjelang turun ke sawah yang merupakan salah satu bentuk rasa syukur terhadap Nikmat

    yang telah dilimpahkan Allah SWT. Dalam kondisi seperti ini harga kerbau dapat beberapa kali lebih mahal dibandingkan dengan kondisi biasanya. Hal ini dapat dipergunakan sebagai pemicu pengembangan kegiatan budidaya untuk menghasilkan bakalan (cow calf operation) sekaligus sebagai upaya pelestarian plasma nutfah ternak kerbau. Peluang ini akan semakin bertambah dengan besarnya potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dapat diarahkan untuk pengembangan ternak kerbau di Indonesia (Priyanti dan Saptati, 2007).

    Menurut Badan Pusat Statistik Hasil SUTAS (Survey Tani Antar Sensu) tahun 2018 di Provinsi Sumatera Barat populasi ternak kerbau sebanyak 78.038 ekor, dari populasi tersebut salah satu sebaran ada di Kabupaten Sijunjung Populasi pada tahun 2017 sebanyak 14.813 ekor bila dibandingkan dengan tahun 2018 sebanyak 10.347 ekor. Dari data tersebut nampak bahwa telah terjadi penurunan populasi sebesar 30%. Hal ini perlu ada upaya pelestarian terhadap kerbau hal ini senada dengan data Populasi kerbau secara nasional ada kecendrungan terjadi penurunan. Selama ini sesuai tradisi di beberapa daerah kerbau digunakan untuk membajak sawah dengan adanya

    mekanisasi pertanian maka dalam membajak sawah kerbau tergantikan dengan hand traktor. Petani selama ini memelihara kerbau disamping sebagai tenaga kerja juga sebagai tabungan yg sewaktu waktu dapat dijual dalam masa paceklik atau kegagalan panen atau juga bila ada kebutuhan yang mendesak untuk pendidikan anak.

    Hambatan Pengembangan Kerbau Lumpur di Kabupaten Sijunjung ditinjau dari segi hulu-hilir adalah sebagai berikut :

    A. Subsistem Hulu

    Hambatan peternak dalam pemeliharaan ternak kerbau di Kabupaten Sijunjung pada subsistem hulu sebagai berikut :

    1) Pakan

    Hambatan yang ada di subsistem hulu menunjukkan 51% terjadi pada dukungan ketersediaan pakan. Ketersediaan pakan menjadi hambatan dalam pemeliharaan ternak kerbau karena di Sijunjung disebabkan karena produksi hijauan yang tidak mencukupi sepanjang tahun walaupun setiap peternak memiliki lahan rumput/padang pengembalaan tersendiri.

    Laporan

    HAmbATAN PENGEmbANGAN KERbAU LUmPUR DI KAbUPATEN SIJUNJUNG RANAH LANSEK mANIH

    Oleh: AprisalPengawas Bibit Ternak di Dinas Peternakan dan

    Kesehatan Hewan ProvinsiSumatera Barat

  • bwLaporan

    Produksi rumput akan melimpah pada musim hujan sedangkan pada musim kemarau produksi rumput menurun drastis dikarenakan kurangnya air. Hal ini sesuai dengan pendapat Hasnudi dkk (2004) yang menyatakan bahwa pada musim kemarau pertumbuhan rumput menjadi lambat bahkan sampai sebagian rumput mati pada waktu kemarau yang sangat kering dan menyebabkan sukar untuk memperoleh jumlah sesuai kebutuhan, belum lagi mutunya pun rendah.

    2) Bibit

    Hambatan peternak dalam memelihara kerbau yaitu pada ketersediaan bibit yang baru mencapai sebesar 42%. Ketersediaan bibit menjadi hambatan dalam pemeliharaan ternak kerbau di Kabupaten Sijunjung karena sulitnya mendapatkan induk kerbau untuk dipelihara agar menghasilkan bibit yang disebabkan kerbau betina dapat dengan mudah dijual tidak seperti kerbau jantan yang penjualannya diatur serta kepemilikan ternak kerbau masih sedikit sehingga tenaga kerja anggota keluarga masih cukup dalam pemeliharaannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar dan Dwiyanto (1995) dalam Priyanti dan Saptati (2010) yang menyatakan bahwa pola usaha ternak kerbau sebagian besar masih berskala relatif kecil dan merupakan bagian dari usahatani lain berbasis tanaman pangan. Pada umumnya peternak hanya mampu memelihara kerbau secara terbatas (2 – 3 ekor).

    B. Subsistem On-Farm

    1) Reproduksi

    Hambatan peternak dalam pemeliharaan ternak kerbau di Kabupaten Sijunjung pada subsistem on-farm menunjukkan

    bahwa hambatan dalam pemeliharaan ternak kerbau 29% ada pada reproduksi ternak kerbau. Perkawinan ternak di Kabupaten Sijunjung masih perkawinan alami dengan cara mengkandangkan ataupun menggembalakan ternak kerbau jantan dengan ternak kerbau betina secara bersamaan. Perkawinan alami masih menjadi pilihan utama disebabkan karena kurang maksimalnya IB ternak kerbau di Kabupaten Sijunjung yang berhasil bunting. Hal ini menyebabkan peternak harus menunggu waktu yang lama agar ternak kerbau bisa bunting. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwi dkk (2012) yang menyatakan bahwa dalam satu tahun dibutuhkan waktu kira-kira selama 1-2 bulan untuk proses perkawinan secara alami agar terjadi kebuntingan.

    2) Pemeliharaan dan Perkandangan

    Hambatan peternak kerbau dalam pemeliharaan dan perkandangan sebesar 36%. Peternak kerbau yang ada di Kabupaten Sijunjung sebenarnya mengakui bahwa pemeliharan ternak kerbau yang dikandangkan lebih mudah namun pada kenyataannya sebagian besar peternak tidak mengandangkan ternaknya. Peternak lebih memilih mempertahankan pemeliharaan dengan cara menggembalakan ternaknya yang telah dilakukan penanganan penyakit pemeliharaan dan perkandangan manajemen pakan reproduksi keterampilan peternak secara turun-temurun dan menurut peternak butuh biaya lebih apabila akan membangun kandang untuk ternaknya padahal fungsi kandang selain memudahkan pemeliharaan juga sebagai pelindung ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Sosroamidjojo (1985) dalam Aritonang dkk (2010) perkandangan penting artinya bagi usaha peternakan, yaitu untuk menghindari pengaruh buruk dari lingkungan luar.

    3) Penanganan Penyakit

    Hambatan peternak dalam penanganan penyakit sebesar 26%. Peternak kerbau yang ada di Kabupaten Sijunjung sebagian besar tidak mampu menangani penyakit yang menyerang ternak kerbau, penyakit yang sering menyerang ternak kerbau di Kabupaten Sijunjung yaitu kelumpuhan, kembung dan mencret. Penyakit yang sering ditangani secara tradisional oleh peternak adalah kelumpuhan namun tidak semua berhasil disembuhkan. Apabila peternak sudah tidak mampu menangani maka peternak baru memanggil petugas teknis setempat sehingga pengetahuan peternak dalam penanganan dini pada penyakit ternak kerbau perlu ditingkatkan Hal ini sesuai dengan pendapat Aritonang dkk (2010) penyuluhan diperlukan agar peternak mengerti akan penyebab, pencegahan,dan pengobatan yang tepat jika ternak sudah terjangkit penyakit.

    Masalah dalam pengembangan ternak kerbau secara umum adalah sebagai berikut :

    1. Semakin berkurangnya padang penggembalaan ternak kerbau akibat alih fungsi lahan sehingga produksi hijauan menurun drastis.

    2. Mutu Genetik yang rendah akibat semakin menurunya kualitas performan kerbau baik secara kuantitatif maupun kualitatif

    3. Bergesernya pola mata pencaraian penduduk

    4. Semakin menurunnya animo generasi muda untuk berternak kerbau

    5. Pemotongan Kerbau Betina Produktif yang tinggi

    6. Peliharaan ternak kerbau lebih tradisional dari pada ternak sapi, sehingga produktivitasnya menjadi lebih rendah. nMW

    Vol XIV No. 1 Tahun 2020 17

  • 18 Vol XIV No. 1 Tahun 2020

    Pengembangan Perbibitan

    Oleh : IrmaPengawas Bibit Ternak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

    UPAYA PENGEMBANGAN POPUlASI SAPI POTONG INDONESIA DENGAN SIKOMANDAN MENUJU lUMBUNG PANGAN TAHUN 2045

    Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Republik Indonesia berupaya meningkatkan populasi sapi betina produktif yang ada di Indonesia dengan berbagai cara. Upaya yang telah dilakukan yaitu melalui kegiatan Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (SIWAB) sejak tahun 2017-2019 kemudian program tersebut di tahun 2020 dilanjutkan dengan nama SIKOMANDAN kependekan dari Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri, upaya lain dilakukan diantaranya mendatangkan sapi betina produktif dari Australia.

    Sapi indukan tersebut disebarkan kepada kelompok ternak dan UPTD milik pemerintah daerah. Berbeda dengan stakeholder swasta yang meng-impor sapi bakalan Brahman Cross untuk dilakukan penggemukan (fattening) yang mensyaratkan sapi indukan sesuai

    Permentan 41 Tahun 2019, Pemerintah memfokuskan penambahan sapi indukan dalam rangka meningkatkan populasi ternak sapi betina produktif. Hingga saat ini, negara yang menduduki populasi sapi terbesar berada di India dan Brazil. Hampir separuh populasi sapi di dunia yaitu 53.63% di kedua negara tersebut. Namun produksi daging sapi dunia terbesar berasal dari Amerika

    Berdasarkan data Survei Struktur Ongkos Usaha Peternakan (SOUT) BPS Tahun 2017, sekitar 63.14% sapi di Indonesia merupakan sapi betina. Komposisi sapi betina tersebut terdiri dari 41.61% sapi betina dewasa (> 2 tahun), 11.79% sapi betina muda (1-2 tahun), dan 9.74% sapi pedet betina (< 1 tahun). BPS merinci lebih detail data 41.61% sapi betina dewasa tersebut berdasarkan kelompok usia yaitu sebanyak 15.55% umur 2-4 tahun, sebanyak 14.27% umur 4-6 tahun, sebanyak 8.14% umur 6-8 tahun, dan

    3.65% di atas umur 8 tahun. Jika pada tahun 2018m, sekitar 17 juta populasi sapi potong ada di Indonesia, maka hampir 11 juta populasinya adalah betina. Bagaimana dengan populasi sapi di Negara Kangguru? Berdasarkan data Australia Bureau Statistic (ABS)1, pada tahun yang sama, populasi sapi potong disana sekitar 24 juta ekor yang terdiri dari 12 juta sapi betina (induk dan dara), 5 juta pedet, dan sisanya jenis lain-lain.

    Melihat populasi data sapi betina antara dua negara tersebut ternyata hanya beda-beda tipis. Namun secara keseluruhan data populasi sapi keduanya, tentu jauh berbeda. Indonesia 17 juta vs Australia 24 juta. Dengan potensi tersebut, Indonesia patut diacungi jempol dapat memproduksi daging sapi sekitar 496.302 ton dibandingkan negara Australia yang hanya memproduksi 200.600 ton2. Tantangan terletak pada jumlah

     

    Populasi Sapi Terbesar dan Produksi Daging Sapi di Dunia

  • Pengembangan Perbibitan

    penduduk kedua negara tersebut dimana saat ini Indonesia berpenduduk 250 juta, sedangkan Australia hanya berpenduduk hanya 25 juta3. Tantangan lain berada pada luas lahan Indonesia yang didominasi perairan. Dengan luas Indonesia 1,905 juta Km2 tentu sangat kecil dibandingkan negara Australia yang mencapai 7,692 juta Km2. Menurut laporan yang dirilis Meat and Livestock Australia (MLA), pada tahun 2017 Indonesia menjadi destinasi tujuan strategis untuk konsumen daging sapi (4.9%) dan sapi hidup (59.2%) dari Australia.

    Gambar 3. Posisi Indonesia dan Australia dalam Perdagangan Daging dan Sapi

    Tantangan pemenuhan kebutuhan daging domestik di tengah keterbatasan lahan menuntut banyak kreativitas. Pemerintah berupaya terus menerus untuk meningkatkan populasi ternak baik dengan Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri (SIKOMANDAN), penambahan sapi betina produktif dari luar, para pengusaha (feedloter) yang diwajibkan menyertakan indukan 5% dari setiap rekomendasi permohonan pemasukan ruminansia besar bakalan sesuai Permentan 41 Tahun 2019, integrasi sawit-sapi yang saat ini tercatat 6 perusahaan telah berjalan, hingga upaya pembenahan perbibitan. Di sektor perbibitan, Pemerintah berupaya melaksanakan penetapan rumpun/galur sebagai bentuk pengakuan keanekaragaman ternak, penetapan wilayah sumber bibit, uji performan dan uji zuriat untuk produksi bibit, peningkatan keragaman genetik dengan mendatangkan benih dan bibit dari luar, revitalisasi Balai

    Perbibitan Ternak Unggul (BPTU) dan Balai Inseminasi Buatan (BIB) hingga kegiatan sertifikasi benih dan bibit oleh Lembaga Sertifikasi Produk (LS-PRO).

    Masih menurut data SOUT BPS, tantangan pengembangan populasi sapi potong di Indonesia yaitu rendahnya skala kepemilikan. Sekitar 63.74% Rumah Tangga Usaha Peternakan memelihara sapi potong sebanyak 1-2 ekor, sebanyak 29.12% memelihara 3-9 ekor, dan hanya 7.14% yang memelihara di atas 10 ekor. Profil

    peternakpun masih di dominasi yaitu 56.48% dari kalangan tua dengan usia 50 tahun ke atas. Pendidikan yang masih rendah (SD ke bawah) hampir 78.33% mendominasi peternak sapi potong. Pemerintah berupaya mendorong aspek pemberdayaan petani dalam suatu Kelembagaan Ekonomi Petani di daerah yang ditetapkan sebagai Kawasan Pertanian agar menjadi suatu kesatuan yang utuh dalam perspektif sistem Usaha Tani. Pemerintah telah menetapkan 113 lokasi kawasan pertanian komoditas strategis sapi potong di 33 Provinsi.

    Dasar penetapan lokasi tersebut yaitu Peraturan Menteri Pertanian Nomor 18 Tahun 2018 Tentang Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani. Harapannya dengan adanya lokasi tersebut maka rangkaian rencana dan implementasi kebijakan, program, kegiatan dan anggaran pembangunan Kawasan Pertanian dapat dilaksanakan secara terpadu dan Kegiatan SIKOMANDAN dapat berjalan lancer, semoga. nMW

     

    Komposisi dan Fertilitas Sapi Potong

    Vol XIV No. 1 Tahun 2020 19

  • 20 Vol XIV No. 1 Tahun 2020

    ProfilProfil

    Oleh: Irma dan Ian Sopian Wasbitnak di Direktorat Perbibitan Dan Produksi Ternak

    Selasa, 29 September 2020. Tim Reporter Majalah Bibit berkesempatan mewawancarai Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI, Dr Ir Nasrullah, MSc. Beliau dilahirkan di Ujung Pandang, 23 Februari 1966 dan memulai Pendidikan S1 Peternakan di Universitas Hasanuddin, S2 di University Miyazaki (1998-2000), dan S3 di Graduated School of Agriculture, Kagoshima University (2000-2003).

    Perjalanan karir beliau berawal dengan menjadi Petugas Operasional Proyek Intensifikasi Ayam Buras (INTAB) Provinsi Sulawesi Selatan tahun 1989-1990. Karirnya pun berlanjut menjadi pegawai swasta di Kawi Agung (group PT. CPI) selama 2 tahun (1990-1992). Pada tahun 1993, dari pegawai swasta karirnya berubah menjadi pegawai negeri sipil pada instansi Sub-Balai Penelitian Ternak Litbang Kementan, Gowa Sulawesi Selatan. Karirnya mulai menanjak Ketika pada tahun 1995 memperoleh penghargaan sebagai ‘Peneliti Muda Berprestasi’ dari Presiden Soeharto di Istana Negara.

    Kecintaannya pada dunia penelitian berlanjut saat bertindak sebagai Koordinator Kerjasama Penelitian antara BPTP Sulawesi Selatan dengan Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR). Tugas ini diemban sejak kembali dari Jepang hingga diangkat sebagai Kepala BPTP Sulawesi Selatan pada tahun 2009. Kemudian pada tahun 2012-2015 beliau menjadi Kepala Balai Penelitian Ternak (Balitnak). Setelah sekian lama meniti karir pada beberapa instansi, pada tahun 2015 beliaupun menjajaki kantor pusat Ditjen PKH dengan menjadi Direktur Pakan, kemudian Sekretaris Ditjen PKH hingga tahun 2020. Dan menjelang akhir tahun 2020, beliau diberikan amanat menjadi menjadi orang Nomor 1 sebagai Direktur Jenderal Peternakan PKH.

    Di sela-sela kesibukannya, Bapak yang telah dikaruniai tiga orang putra yaitu : M. Alif Fajrian Nasrullah, Achmad Itsnanda Miyazaki Nasrullah dan Mikhail Raziq Hanan Nasrullah dari pernikahannya dengan Ibu Hasnawi Tahir, aktif berorganisasi seperti Muhammadiyah, Persatuan Alumni Jepang (Persada), Indonesia Agriculture Science Association (IASA), Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI), dan Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS). Dalam kunjungan singkat di ruang kerja beliau, berikut hasil wawancara yang berhasil dihimpun untuk para pembaca setia Majalah BIBITMenurut Bapak, konsep peternakan yang maju, mandiri dan modern itu bagaimana?

    Konsep peternakan yang maju, mandiri dan modern merupakan konsep pertanian yang digagas oleh Bapak Menteri Pertanian. Dalam arti luas, peternakan yang maju mengandung makna bahwa hari ini harus lebih baik dari kemarin. Hal ini dapat terlihat dari berkurangnya impor, tingkat kesejahteraan peternak yang meningkat, dan kegiatan ekspor peternakan yang terus dilaksanakan.

    Peternakan yang mandiri mengandung makna bahwa kita sebagai bangsa harus mampu memenuhi kebutuhan sendiri. Hal ini dapat terlihat dari berkurangnya ketergantungan kita terhadap negara lain. Peternakan merupakan salah satu sektor penyumbang urusan pangan. Dalam Undang Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, Kemandirian Pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan Pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.

    Adapun makna peternakan yang modern mengandung makna bahwa seluruh kegiatan hulu-hilir peternakan sudah mengadopsi penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Modernitas ini

    menjadi kunci dari efisiensi dari sistem usaha dalam rangka persaingan yang kompetitif. Dahulu, peternakan kita masih mengandalkan kawin alam, kini peternakan kita sudah menerapkan kegiatan inseminasi buatan dan transfer embrio. Dahulu peternakan ayam masih dibudidaya secara open house, kini peternakan ayam sudah banyak menerapkan system close housed. Modernitas mencakup semua hal dalam produksi obat, vaksinasi, dan industrialisasi sektor peternakan.

    Sebagai salah satu contoh yaitu unit Balai Besai Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, merupakan satker BLU yang sudah menjalankan fungsi kerja dalam mencetak semen beku nasional, produk dari BBIB Singosari telah disebar ke seluruh Indonesia bahkan telah merambah ekspor ke berbagai negara. Kemudian BET Cipelang sebagai penghasil embrio unggulan satu-satunya di Indonesia, Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) Surabaya memproduksi dan mengembangkan vaksin serta beberapa unit lain lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan yang turut berkontribusi dan berinovasi dalam mewujudkan ketahanan pangan untuk negeri tercinta, Indonesia.Dalam suasana pandemi covid seperti ini, bagaimana sektor peternakan memandangnya?

    Sebagaimana kita ketahui, pandemi covid-19 ini tidak hanya menimpa Indonesia. Pandemi terjadi secara global di seluruh dunia. Semua sektor terkena dampak pandemic seperti sektor industri, penerbangan, pariwisata, perdagangan, bahka tidak terkecuali sektor peternakan. Pandemi covid dapat dilihat dari dua sisi yang berbeda. Tentu saja pandemi ini menyebabkan resesi ekonomi yang menyebabkan daya beli masyarakat menurun. Di lain sisi, pandemi ini menyadarkan kita tentang pentingnya konsumsi protein hewani sebagai sumber imunitas tubuh untuk melindungi dari serangan virus. Protein merupakan salah satu komponen penting skor Pola Pangan Harapan (PPH). Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG 2012), tingkat ketersediaan protein sebesar 63 gram sedangkan tingkat konsumsi protein sebesar 57 gram. Disepakati juga bahwa untuk konsumsi protein hewani paling tidak terpenuhi sebesar 40% dari total asupan yang diperlukan.

    Selain sebagai sumber energi dan berperan dalam pembentukan sel tubuh, protein juga mempengaruhi kerja enzim, hormon, kekebalan tubuh dan keseimbangan cairan dalam organ tubuh. Berdasarkan hasil Susenas Maret 2019, konsumsi protein nasional penduduk Indonesia yaitu 62.13 gram/kapita/hari, dan sudah berada di atas rekomendasi Widayakarya Pangan dan Gizi (WNPG) ke-11 tahun 2018 sebesar 57 gram/kapita/hari. Angka tersebut terus meningkat sejak tahun 2013 yaitu 51.33 gram/kapita/hari. Proporsi konsumsi protein per kapita sehari dirinci sebagaimana Tabel berikut :

    Berdasarkan Tabel di atas, dapat dilihat bahwa kelompok makanan padi-padian merupakan kelompok makanan yang kandungan proteinnya paling besar dikonsumsi oleh masyarakat sebagai protein nabati. Pemenuhan protein hewani ke kondisi ideal (40% dari total asupan protein keseluruhan) mengharuskan adanya upaya-upaya peningkatan kapasitas produksi, ketersediaan, keterjangkauan, serta peningkatan kesadaran untuk peningkatan konsumsi produk pangan asal hewan di masa mendatang.

    Pangan sumber protein hewani umumnya dapat disediakan dari ikan, telur, daging, dan susu. Berdasarkan jenis pangan tersebut, konsumsi pangan sumber protein hewani masih rendah dibandingkan protein nabati. Berdasarkan Tabel 1 di atas, tren konsumsi pangan

    KONSUmSI PROTEIN HEWANI, TINGKATKAN ImUN DI mASA PANDEmI

  • ProfilProfil

    21

    hewani asal ternak cenderung mengalami peningkatan. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang terjangkau dari harga maupun ketersediaannya. Baik di desa maupun di

    kota, ketersediaan dan akses untuk memperoleh telur sangat mudah. Menurut Grand Desain

    Pemenuhan Protein Hewani Tahun 2045, harga protein hewani (Rp/gram) dari telur

    ayam ras petelur merupakan harga paling terjangkau yaitu Rp 156/

    gram, dibandingkan dengan sumber protein hewani

    lainnya. Mengkonsumsi telur menjadi solusi alternatif pangan sehat selama

    pandemi covid, selain harga terjangkau juga

    menjadi makanan sehat dalam m e n i n g k a t k a n

    imunitas. Telur mengandung banyak nutrisi sehat seperti air, karbohidrat, lemak,

    vitamin dan protein sehingga mengkonsumsi

    telur akan memberikan peran positif bagi kesehatan

    dan dapat mensinergikan fungsi organ dalam menjaga

    kekuatan sistem imun tubuh.Begitupula susu dan daging,

    manfaat mengkonsumsi susu bagi tubuh ditengah pandemi covid adalah vitamin D yang berfungsi menjaga imunitas tubuh. Kandungan susu berupa magnesium yang membuat sistem saraf berfungsi optimal dan membantu mengurangi rasa lelah serta meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuh. Selain itu mengkonsumsi daging dapat membantu meningkatkan stabilitas mental kita, maka tidak heran produk peternakan baik telur, susu, daging menjadi solusi untuk pemenuhan gizi di saat pandemi. Menurut Bapak, bagaimana konsep kolaborasi Akademisi-Businessman-Government (ABG) dalam memajukan sektor peternakan?

    Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas; Urusan pangan merupakan urusan Bersama-sama lintas Kementerian dan lintas sektor. Diperlukan keterlibatan semua pihak untuk memajukan peternakan di Indonesia. Peran swasta misalnya, sangat diperlukan dalam rangka investasi ditengah-tengah keterbatasan APBN. Peran lainnya seperti lembaga pembiayaan berupa perbankan. Dengan adanya Permentan Nomor 16 Tahun 2018 tentang Fasilitasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) Sektor Peternakan, maka Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga 6% telah membantu pelaku usaha utamanya UMKM yang memiliki keterbatasan dalam mengakses permodalan. Saat ini bahkan telah ada KUR untuk sektor budidaya ternak. Keterlibatan lainnya yaitu BUMN yang saat ini turut berperan serta dalam kegiatan Asuransi Ternak. Program Dir