Pondasi

34
PONDASI A. Teknik Pondasi Adalah suatu upaya teknis untuk mendapatkan jenis dan dimensi pondasi bangunan yang efisien, sehingga dapat menyangga beban yang bekerja dengan baik. Merupakan bagian dari ilmu Geoteknik. B. Pengertian Pondasi Pondasi merupakan bagian bangunan yang berada di bawah permukaan tanah, disebut juga sebagai Struktur Bawah atau Sub Struktur dari suatu bangunan. Pondasi merupakan bagian dari suatu sistem struktur yang berfungsi untuk meneruskan beban dari struktur bagian atas ke lapisan tanah bagian bawah, tanpa mengakibatkan keruntuhan geser tanah dan penurunan tanah (settlement) yang berlebihan. Sebagaimana kita ketahui bahwa gedung akan mengalami penurunan sedikit karena barat sendiri maupun karena beban yang ada padanya, hanya pondasi yang baik yang mampu mengakibatkan penurunan yang merata pada setiap bagian bangunan. Penurunan yang tidak merata akan mengakibatkan kerusakan pada struktur atas. 1

Transcript of Pondasi

Page 1: Pondasi

PONDASI

A. Teknik Pondasi

Adalah suatu upaya teknis untuk mendapatkan jenis dan dimensi pondasi

bangunan yang efisien, sehingga dapat menyangga beban yang bekerja dengan

baik. Merupakan bagian dari ilmu Geoteknik.

B. Pengertian Pondasi

Pondasi merupakan bagian bangunan yang berada di bawah permukaan

tanah, disebut juga sebagai Struktur Bawah atau Sub Struktur dari suatu

bangunan.

Pondasi merupakan bagian dari suatu sistem struktur yang berfungsi untuk

meneruskan beban dari struktur bagian atas ke lapisan tanah bagian bawah, tanpa

mengakibatkan keruntuhan geser tanah dan penurunan tanah (settlement) yang

berlebihan.

Sebagaimana kita ketahui bahwa gedung akan mengalami penurunan

sedikit karena barat sendiri maupun karena beban yang ada padanya, hanya

pondasi yang baik yang mampu mengakibatkan penurunan yang merata pada

setiap bagian bangunan. Penurunan yang tidak merata akan mengakibatkan

kerusakan pada struktur atas.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis pondasi

antara lain:

1. Jenis Struktur di Atasnya (Beban-Beban yang Bekerja)

Jika jenis struktur ringan dan lapisan permukaan tanah baik, pemilihan

jenis pondasi dangkal telah cukup memadai. Namun, jika jenis strukturnya

berat (high rise building), maka lebih baik digunakan jenis pondasi dalam.

Permasalahan jenis pondasi dalam jauh lebih kompleks di-bandingkan dengan

pondasi dangkal.

1

Page 2: Pondasi

2. Jenis Tanah (Daya Dukung Tanahnya)

Daya dukung tanah merupakan salah satu faktor penting dalam

perencanaan pondasi beserta struktur di atasnya. Daya dukung tanah yang

diharapkan untuk mendukung pondasi adalah daya dukung yang mampu

memikul beban struktur sehingga pondasi mengalami penurunan yang masih

berada dalam batas toleransi.

Berikut ini adalah beberapa syarat untuk pekerjaan pondasi yang harus

diperhatikan:

1. dasar pondasi harus mempunyai lebar yang cukup dan harus diletakkan pada

lapisan tanah asli yang keras;

2. harus dihindarkan memasang pondasi pada tanah keras dan sebagian lagi pada

tanah lemek;

3. pondasi harus dipasang menerus di bawah seluruh dinding angunan dan di

bawah kolom-kolom pendukung yang berdiri bebas;

4. apabila digunakan pondasi setempat, pondasi tersebut harus dirangkaikan satu

dan lainnya dengan balok pengikat (sloof);

5. pondasi harus dibuat dari bahan yang awet berada di dalam tanah dan kuat

menahan gaya-gaya yang berkerja padaya, terutama gaya desak dan gaya

tekan;

6. apabila lapisan tanah keras tidak sama dalamnya, tapi untuk seluruh panjang

pondasi dasarnya harus tetap diletakkan pada kedalaman yang sama.

Gambar:

2

Page 3: Pondasi

C. Macam-Macam Kemungkinan Pondasi

1. Keadaan Tanah yang Kering

Keadaan tanah kering berarti tanah yang tidak dapat diperngaruhi air

hujan dan sebagainya dengan air di dalam tanah sedikit atau dalam sekali. Hal

ini bisa terjadi di gunung dan tanah tidak liat seperti pasir, kerikil dan

sebagainya. Jika kekokohan tanah bagus maka dapat digunakan pondasi jalur

atau umpak. Apabila kekokohan tanah tidak memungkinkan akan dapat

digunakan pondasi pelat beton.

2. Keadaan Tanah yang Basah

Tanah basah berarti tanah yang mungkin terjadi longsor akibat terkena

air hujan atau air di bawah permukaan tanah. Pada tanah yang basah biasanya

digunakan dinding bendungan. Sesuai dengan kekokohan landasan dapat

digunakan pondasi pelat beton bertulang, salain paku bumi dari kayu atau

paku bumi dari beton bertulang.

Paku bumi dari kayu hanya boleh digunakan di bawah permukaan air

tanah permukaan terendah karena bahaya pembusukan.

3. Pondasi di Dalam Air

Pada prinsipnya dapat digunakan cara seperti pada pondasi pada tanah

basah yaitu menggunakan dinding bendungan dan pondasi paku bumi kayu

atau beton bertulang. Kemudian juga dengan menimbun batu kali selebar

mungkin dengan ketinggian di atas permukaan air.

D. Kekokohan Landasan

Dalam pembangunan pondasi dikenal tiga golongan kekokohan landasan:

1. Kekokohan Landasan Baik

Maksudnya adalah tanah tidak dapat atau hampir tidak dapat dipres.

Tebal lapisan tanah ini harusnya 2 -3 meter, misalnya: batu gunung, pasir

yang sudah dipres dan kering dan lain sebagainya.

3

Page 4: Pondasi

2. Kekokohan Landasan Sedang

Maksudnya adalah tanah yang dapat dipres misalnya kerikil dengan

pasir yang masih basah, tanah liat, lempung, dan lain sebagainya. Ketebalan

lapisan ini seharusnya paling sedikit 3-4 meter.

3. Kekokohan Landasan Jelek

Maksudnya adalah tanah yang menyingkir kalau dipres, misalnya

pasir atau tanah liat yang masih basah, humus, rawa-rawa, atau timbunan

tanah yang masih baru.

E. Jenis-Jenis Pondasi

Pondasi dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Pondasi Dangkal (Shallow Foundation/Flach- und Flächengründungen)

Merupakan pondasi yang kedalamannya masih dekat dengan

permukaan tanah. Pondasi jenis ini terdiri dari beberapa macam, antara lain:

a. Pondasi menerus (Continuous footing/ Streifenfundament )

Disebut juga dengan Pondasi Langsung. Pondasi menerus dapat

digunakan pada keadaan tanah bangunan yang seragam. Ciri-ciri dari

pondasi menerus ini adalah:

1). ukuran sama besar dan terletak pada kedalaman yang sama;

2). dipasang di bawah seluruh dinding penyekat dan kolom;

3). biasanya digunakan sebagai pondasi bangunan tidak bertingkat;

4). untuk tanah lembek, dibuat dari sloof memanjang yang bagian

bawahnya diperlebar menjadi pelat.

Gambar:

4

Page 5: Pondasi

b. Pondasi setempat (Single footing/Einzelfundament)

Pondasi ini umumnya dibuat pada bagian yang terpisah seperti misalnya

di bawah kolom-kolom pendukung (kolom struktur), tiang, dan

sebagainya. Kemudian juga biasa digunakan pada konstruksi bangunan

kayu di daerah rawa-rawa.

Pada bangunan sementara sering juga digunakan penumpu batu alam

massif yang bertarah atau balok beton bertulang yang pre-fabrikasi dan

diletakkan di atas permukaan tanah yang diratakan saja.

Ciri-ciri dari pondasi setempat ini adalah:

1). jika tanahnya keras, mempunyai kedalaman > 1,5 meter ;

2). pondasi dibuat hanya di bawah kolom;

3). masih menggunakan pondasi menerus sebagai tumpuan men-cor sloof,

tidak digunakan untuk mendukung beban.

Adapun bentuk-bentuk dari pondasi setempat antara lain:

1). pondasi pilar, dibuat dari pasangan batu kali berbentuk kerucut

terpancung.

2). pondasi sumuran, dibuat dengan cara menggali tanah berbentuk ulat

sampai kedalaman tanah keras, kemudian diisi adukan beton tanpa

tulangan dan batu-batu besar.

3). pondasi umpak, dipakai untuk bangunan sederhana yang umumnya

dibuat dari rangka kayu dengan dinding dari papan atau anyaman

bamboo. Pondasi umpak dipasang di bawah setiap tiang penyangga.

Tiang ini satu sama lain dihubungkan dengan balok kayu yang

dipasang di bagian bawah tiang yang juga untuk menumpu papan-

papan lainnya, di bagian atas tiang menyatu dengan atapnya. Untuk

memelihara pondasi, kayu dibuat keluar permukaan tanah sampai

ketinggian ± 1 meter.

Pondasi umpak dapat dibuat dari bahan-bahan sebagai berikut:

a) pasangan bata yang disusun bertangga;

b) pasangan batu kali

5

Page 6: Pondasi

c) cor beton tidak bertulang;

d) batu alam yang dibentuk menjadi lunak.

4). pondasi telapak, dibuat dari konstruksi beton bertulang berbentuk plat

persegi, disebut juga “voetplat”.

Gambar:

c. Pondasi pelat (Plate foundation/Plattenfundament)

Pondasi pelat beton bertulang biasanya seluas ukuran gedung yang

direncanakan. Pondasi ini membagi beban secara merata ke tanah

bangunan. Pondasi pelat ini biasa digunakan dalam hal:

1). daya dukung tanah jelek atau beban bangunan yang tinggi;

2). raster atau jarak-jarak tiang/dinding kurang dari 8 meter;

3). beban bangunan yang tinggi sudah dibagi merata oleh konstruksi atas;

4). pada daerah rawan banjir, pondasi ini akan mencegah meresapnya air

dari bawah (tanah).

Gambar:

6

Page 7: Pondasi

2. Pondasi Dalam (Deep Foundation/Tiefgründungen)

Merupakan pondasi yang kedalamannya jauh dari permukaan tanah.

Adapun perbedaan antara pondasi dalam dan pondasi dangkal adalah pada

tingkat kedalaman pondasi tersebut di dalam tanah. Biasanya, pondasi ini

digunakan untuk daerah yang mempunyai struktur tanah yang jelek, untuk

bangunan yang membawa beban berat (high rise building), lepas pantai, dll..

Pondasi dalam terdiri dari beberapa macam, antara lain:

a. Pondasi tiang pancang (Pile/ Pfahlgründungen)

Pondasi paku bumi diterapkan pada bangunan/gedung yang harus

didirikan pada suatu tanah yang tidak mempunyai landasan yang sangat

kokoh. Gaya-gaya yang diperkenankan pada paku bumi dapat diterima

dengan dua cara, yaitu: paku bumi beralih yaitu mengalihkan beban

bangunan ke suatu lapisan tanah dengan kekokohan landasan yang cukup

tinggi terletak jauh di bawah lapisan permukaan tanah. Secara konstruktif

paku bumi beralih dapat diperlakukan sebagi paku bumi pelantak atau

juga paku bumi pemboran.

Jika lapisan tanah yang mempunyai kekokohan landasan cukup tinggi

berada jauh di bawah permukaan tanah atau sama sekali tidak ada maka

digunakan paku bumi pergesekan. Secara konstruktif paku bumi

pergesekan dibuat sebagai paku bumi pemboran.

1). paku bumi pelantak

Paku bumi pelantak dapat dibagi atas paku bumi pelantak siap jadi

atau paku bumi pelantak dibuat dari beton berisi. Paku bumi pelantak

siap-jadi terdiri dari kayu, baja atau beon bertulang dan akan

dilantakkan ke dalam tanah. Sebelum menggunakan paku bumi maka

perlu dilakukan penyelidikan kedalaman tanah yang mempunyai

kekokohan landasan pada seluruh luas luas tanah banguna. Jika tidak,

maka gedung yang didirikan bisa saja mengalami penurunan pondasi

yang tidak seragam. Sistem paku bumi palantak tidak dapat digunakan

7

Page 8: Pondasi

pada tanah berisi batu-batuan yang esar dan sebagainya.

Pemasangan/pelantakan dilakukan dengan alat pengentak:

a) pengentak tangan

Pengentak ini mempunyai bobot kepala abi yang besar dengan

jumlah pukulan per menit kecil (sedikit). Seperti tesirat dari

namanya, pengentak ini dikerjakan manual dengan tangan.

b) pengentak diesel

Beda dari pengentak tangan, pengentak diesel mempunyai berat

kepala babi lebih kecil namun jumlah pukulannya lebih banya per

menitnya. Pengentak ini nekerja dengan injeksi solar yang

terbakar oleh pukulan kepala bai. Kemudian eksplosi kepala babi

terangkat dan seterusnya.

c) paku bumi pelantak kayu

Paku bumi pelantak kayu hanya dapat digunakan jika selalu

berada dalam air sehingga kayu tidak busuk karena tidak ada

oksigen.

d) paku bumi pelantak profil baja

Paku bumi profil baja agak jarang digunakan karena mahal.

Apabila digunakan maka harus disiapkan perlindungan anti karat.

e) paku bumi palantak beton bertulang

Paku bumi ini cukup sering digunakan karena tidak perlu

memperhatikan keadaan air aeperti pada paku bumi pelantak kayu

maupun masalah karat pada paku bumi pelantak profil baja.

Panjangnya dapat dibuat sesuai kebutuhan. Paku bumi pelantak

beton bertulang yang dicor dahulu harus cukup kuat untuk

diangkut dalam perjalanan dan untuk dikerjakan. Panjangnya tidak

boleh melebihi 45 kali garid tengahnya.

2). paku bumi pemboran

Paku bumi pemboran lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan

paku bumi pelantak. Paku bumi pemboran tidak memerlukan

8

Page 9: Pondasi

pengentak tapi hanya steling kaki tiga yang sederhana. Terlebih

apabila digunakan di dekat bangunan lama, karena tidak menggunakan

pelantak maka tidak menimbulkan getaran. Karena pemasangan

pondasi ini dilakukan dengan cara pemboran maka dapat diambil

contoh tanah lapisan masing-masing sehingga diketahui kedalaman

tanah keras pada semua luas bangunan.

Gambar:

b. Salaian paku bumi

Apapun jenis paku bumi yang digunakan, harus diadakan salaian paku

bumi. Salaian paku bumi dapat dibentuk sebagai pondasi tulang, pondasi

jalur atau pondasi pelat, akan tetapi slalu menggunakan beton bertulang.

Tulagan besi dari paku bumi dihubungkan dengan besi tulangan pondasi.

Pada pondasi lajur, paku bumi dilatak dalam satu atau dua barisan dan

pada pondasi pelat beton di bawah dinding bangunan.

c. Drilled shaft

Biasa digunakan untuk gedung bertingkat tinggi, jembatan, maupun off-

shore construction.

Gambar:

9

Page 10: Pondasi

d. Diaphragm wall

Pondasi tipe ini digunakan bila:

1). saturasi cukup tinggi;

2). kondisi tanah tidak stabil;

3). untuk meminimalkan pergerakan tanah karena getaran pada saat

pengeboran.

Gambar:

F. Bahan-Bahan Pondasi

Di bawah ini yang termasuk bahan-bahan yang digunakan dalam

pembuatan pondasi yang sering digunakan pada pekerjaan pondasi, antara lain:

1. Pondasi Batu Kali

Pondasi batu kali dapat dibuat dari pecahan yang cukup besar celah-

celah antara batu kali diisi dengan adukan kapur (1 bagian), semen merah (1

bagian), pasir (3 bagian) bias juga menggunakan komposisi yang lainnya.

Semua batu kali harus dipasang rata dan tepat pada pempatnya. Lebar pondasi

sekurang-kurangnya 5 cm lebih tebal dari dinding pada sisi masing-masing.

2. Pondasi Batu Buatan

Pondasi juga bisa dibuat dari batu buatan, yaitu batu semen, batu

merah berkualitas tinggi sehingga tahan air atau batu batako yang

mengandung semen Portland cukup tinggi. Tingginya pondasi itu paling

sedikit lima lapisan batu dengan pengaturan batu yang betul dan adukan

se[erti yang ditunjukkan pada pondasi batu kali.

10

Page 11: Pondasi

3. Pondasi Beton

Pondasi beton tanpa tulangan biasanya digunakan pada rumah tinggal

satu atau dua tingkat dan pada bangunan-bangunan lain yang sederhana.

Karena beton ini tidak bertulang, maka pondasi ini hanya dapat menerima

gaya tekan. Beton yang biada digunakan adalah beton K 150 sampai dengan K

175. Bisa juga digunaka beton dengan komposisi campuran 1 (bagian) semen

portlad : 5 (bagian) semen merah : 8 (bagian) kerikil/pasir halus.

4. Pondasi Beton Bertulang

Pondasi ini biasa digunakan pada tanah dengan daya dukung yang

jelek. Yang perlu diperhatikan dalam teknis pemasangan pondasi beton

bertulang ini adalah setelah taah digali untuk pondasi, diletakkan 5 cm beton

K 100 sampai dengan K 150 sebagai dasar agar besi tidak kotor oleh tanah.

Kemudaian setelah besi beton dipasangkan, parit untuk pondasi diisi dengan

beton minimal K 250 atau lebih baik menggunakan K275 – K 300.

5. Bebatuan (Batu Kali, Batu Belah, Batu Gunung)

Batu adalah sejenis bahan yang terdiri dari mineral dan

dikelompokkan menurut komposisi mineral yang dikandungnya.

Pengelompokan ini dibuat berdasarkan :

a. kandungan mineral;

b. tekstur batuan;

c. struktur batuan.

6. Batu Gamping

Batu gamping ini berwarna putih sampai putih abu-abu, bagian luar

biasanya berwarna coklat kemerahan sampai hitam karena mengalami

pelapukan. Banyak mengandung fosil foraminifera dan di beberapa tempat

mengandung kalsit. Berstruktur massif, kompak ( solid ) dan sering kali

terdapat rongga-rongga karena prosses pelarutan. Proses pelarutan yang

intensif akan menghasilkan sungai bawah tanah dan gua kapur. Kandungan

kimia yang terkandung di dalamnya, antara lain :

CaO : 61%- 64%

11

Page 12: Pondasi

MgO : 0.20%

Fe2O3 : 0,2%-0,6%

P2O5 : 0,02%-0,03%

Batu gamping saat ini sudah dimanfaatkan sebagai bahan baku

pembuatan kapur tohor dan digunakan sebagai batu pecah untuk pondasi

bangunan atau jalan.

7. Beton

Dalam suatu konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan

komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat semen. Bentuk

paling umum dari beton adalah beton semen Portland, yang terdiri dari agregat

mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan air.

Biasanya dipercayai bahwa beton mengering setelah pencampuran dan

peletakan. Sebenarnya, beton tidak menjadi padat karena karena air menguap,

tapi karena semen berhidrasi, mengelem komponen lainnya bersama dan

akhirnya membentuk material seperti batu. Beton digunakan untuk membuat

perkerasan jalan, jembatan penyeberangan, struktur parkiran, dasar untuk

pagar/gerbang, dan semen dalam batu bata atau tembok blok. Nama lama

untuk beton adalah batu cair.

Dalam perkembangannya, banyak ditemukan beton baru hasil

modifikasi, seperti beton ringan, beton semprot, beton fiber, beton

berkekuatan tinggi, beton berkekuatan sangat tinggi, dan beton mampat

sendiri.

8. Semen

Semen adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu

kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan

pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk / bulk,

tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada

pencampuran dengan air. Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut

dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang

12

Page 13: Pondasi

kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips / gypsum dalam jumlah

yang sesuai.

Jenis semen menurut BPS antara lain:

a. semen Portland

Bubuk berwarna abu kebiru-biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur

atau gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang

bersuhu tinggi sekaligus bertekanan tinggi.semen ini biasa digunakan

sebagai perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase

kandungan penyusunannya terdiri dari 5 tipe, yaitu tipe I s/d tipe V.

b. semen putih

Semen yang lebih murni daripada semen abu dan digunakan untuk

pekerjaan penyelesaian, seperti sebagai filter atau pengisi. Semen jenis ini

dibuat dari bahan utama kalsit murni.

c. oil well cement

Semen khusus yang digunakan dalam proses pengeboran minyakk nbumi

atau gas alam baik didarat ataupun lepas pantai.

d. mixed and fly ash

Campuran semen abu dengan pozolan buatan ( fly ash ). Pozolan buatan

merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung

amorphous silica, aluminium oksida, besi oksida, dan oksida lainnya

dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran

untuk membuat beton, sehinnga menjadi lebih keras. Semakin baik mutu

semen, maka semakin lama mengeras atau membatunya jika dicampur

dengan air.

9. Tanah Liat

Tanah liat terdiri dari partikel-partikel hidro silikat dan aluminia

yang halus. Kedua partikel tersebut yang bercampur dengan oksigen adalah

yang paling banyak terdapat di kerak bumi. Tanah liat terbentuk dari proses

peleburan batuan silica oleh asam karbonat, dan sebagian lagi terjadi karena

proses hydrothermal.

13

Page 14: Pondasi

G. Permasalahan pada Pondasi dan Solusinya

1. Pergerakan Akibat Pembebanan

Beban bangunan dapat mengakibatkan terjadinya pergerakan pada

bagian pondasi, baik berupa pergerakan horizontal maupun vertikal

(penurunan).

2. Pergerakan Akibat Penyebab Lainnya

Pergerakan pondasi dapat juga disebabkan karena perubahan cuaca,

pertumbuhan pohon di sekitar bangunan, dan penyebab eksternal lainnya.

Permasalahan ini berkaitan dengan komposisi partikel tanah di bawah

bangunan, dan setiap kondisi tanah tertentu memiliki pengaruh yang berbeda.

a. Tanah liat

Tanah liat dapat menyusut pada kondisi kering dan mengembang pada

saat basah. Kondisi ini berpengaruh pada pergerakan pondasi yang

dangkal. Tanah liat yang kering pada permukaannya akan banyak terjadi

retakan. Melalui retakan ini air bisa masuk ke bagian bawah pondasi dan

melemahkan tanah di bawah pondasi tersebut sehingga pondasi

mengalami penurunan.

Cara mengatasi: menggunakan pondasi yang dalam atau melakukan

underpinning.

b. Tanah berpasir

Apabila air bawah tanah menyapu partikel pasir tanah, maka akan

menyebabkan tanah menjadi tidak stabil.

c. Tanah organik dan tanah urugan

Jenis tanah ini biasanya sangat lembut sehingga bila dibangun pondasi

bisa menjadi tidak stabil. Demikian halnya dengan tanah urugan, bila tidak

ditempatkan dan dipadatkan secara benar, kondisinya juga tidak stabil.

Perlu penyesuaian-penyesuaian tertentu sebelum dibangun pondasi.

3. Pergerakan Dalam Skala Besar

Beberapa pergerakan pondasi terjadi karena fenomena alam,

geological atau kombinasinya. Misal, pada kemiringan tertentu tanah liat

14

Page 15: Pondasi

dapat mengalami longsor secara perlahan, tanah berkapur pada lapisan

dasarnya dapat berlubang-lubang akibat aliran air bawah tanah.

4. Desain Pondasi

Kedalaman suatu pondasi harus digali, tergantung beberapa faktor,

antara lain:

a. kapasitas yang cukup aman untuk mendukung beban bangunan;

b. untuk daerah yang jenis tanahnya tanah liat, kedalaman pondasi harus di

bawah zone dimana penyusutan dan pengembangan akibat keadaan cuaca

dapat menyebabkan pergerakan pondasi yang cukup besar.

5. Beton Pondasi

Kekuatan beton dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. proporsi dan tipe semen;

b. tipe proporsi dan kualitas campuran;

6. Modifikasi Terhadap Pondasi yang Sudah Ada

Bangunan yang sudah ada terkadang dilakukan renovasi yang

kemungkinan daapt menimbulkan penambahan beban pada bangunan tersebut

sehingga perlu dilakukan pengecekan pada pondasinya apakah masih cukup

mampu untuk menanggung penambahan beban. Misal, perluasan bangunan

terkadang melebihi batas pondasi yang sudah ada. Oleh karena itu, solusi

untuk mengatasinya adalah dengan membuat pondasi tambahan untuk

mendukung dinding perluasan bangunan tersebut.

7. Pondasi Batu Kali Turun

Penyebabnya antara lain:

a. Lapisan tanah di bawah pondasi kurang padat/kurang keras sehingga tidak

mampu menopang beban di atasnya.

b. Ukuran pondasi kurang besar, tidak sesuai dengan beban bangunan di

atasnya.

c. Posisi/letak pondasi berada dalam sudut longsor tanah.

d. Tanah mengalami perubahan karakteristik akibat kejadian alam seperti

banjir, gempa bumi.

15

Page 16: Pondasi

Adapun cara mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada pondasi

batu kali ini antara lain:

a. Membuat pondasi baru yang berada dekat dengan pondasi yang turun.

Tujuannya untuk membagi beban yang berlebih.

b. Memadatkan permukaan tanah di bawah pondasi yang baru dengan cara

manual atau dengan bantuan mesin stamper sehingga daya dukung tanah

meningkat.

c. Memperbaiki ketinggian balok dan dinding yang rusak akibat penurunan

pondasi.

d. Membuat tiang di atas pondasi baru untuk menghentikan penurunan.

8. Pondasi Tiang pada Tanah Lempung/Tanah Lunak

Permasalahan yang sering dihadapi pada konstruksi yang didirikan

pada tanah lunak adalah rendahnya daya dukung tanah pada saat pembebanan

pada konstruksi tersebut. Kandungan air yang tinggi pada tanah lempung

dapat merenggangkan ikatan antar butir tanah sehingga daya dukung terhadap

konstruksi yang didirikan di atasnya menjadi rendah. Selain itu, penurunan

yang berlebihan dapat terjadi pada saat struktur yang dibebani.

Alternatif solusi untuk mengatasi masalah tersebut antara lain dengan

memperbesar ukuran pondasi atau memperbaiki kondisi tanah lunak tersebut,

yaitu dengan menggunakan proses elektrokinetik yang berfungsi untuk

menurunkan kadar air tanah sehingga meningkatkan daya dukung tanahnya.

Oleh karena itu, daya dukung pondasi tiang juga menjadi meningkat.

9. Bangunan yang Terletak di Tepian Sungai

Kondisi bangunan yang didirikan di tepian sungai, biasanya sebagian

tiang pondasinya sudah tidak tegak posisinya sehingga posisi bangunan agak

miring.

Maka, solusi untuk mengatasinya adalah dengan menambah tiang

pendukung pondasi yang baru sehingga posisi bangunan kembali ke posisi

semula (tegak).

16

Page 17: Pondasi

10. Permasalahan pada Pondasi Dalam

Permasalahan utama yang selalu menjadi kendala pada konstruksi

pondasi dalam dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:

a. tidak tercapainya daya dukung yang diinginkan khususnya pada proporsi

daya dukung ujung tiang (end-bearing);

b. penurunan jangka panjang tiang (long-term settlement).

Sangat rendahnya proporsi daya dukung ujung tiang dan penurunan

pada pondasi dalam (bored pile) dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah, metode

konstruksi dan beban-beban yang bekerja serta hal-hal lainnya yang

menentukan. Proses pengeboran lubang bor pondasi biasanya dilakukan pada

elevasi di bawah permukaan air dimana kestabilan dinding lubang bor

merupakan issue yang perlu diperhatikan. Hal ini dapat dicegah dengan

penggunaan lumpur atau campuran lainnya. Namun, selama masa proses

pengeboran akan selalu terjadi keruntuhan lokal dari dinding lubang bor

akibat dari lapisan-lapisan tanah yang berbeda. Peristiwa tersebut yang

kemudian dikombinasikan dengan pengendapan lumpur dan proses

pembersihan dasar ujung tiang yang sulit akan mengakibatkan terjadinya

penumpukan runtuhan-runtuhan tanah pada dasar lubang bor, dan pada

akhirnya akan menyebabkan tiang pondasi akan bertumpu pada tanah dasar

yang lunak dengan kapasitas tahanan yang hanya berkisar 150 -- 250 kPa.

Potensi pergerakan ke arah bawah akan menjadi hal yang sangat

memungkinkan terjadi pada saat beban-beban bekerja, dan menyebabkan

penurunan (settlement) yang relatif besar dari pondasi tiang.

Adapun solusi untuk dapat menyelesaikan permasalahan ini adalah

dengan menggunakan teknologi pressure grouting yang telah banyak

diaplikasikan pada elevasi dasar atau sisi-sisi lateral dari tiang untuk

meningkatkan performa pondasi tiang. Teknik grouting secara garis besar

berfungsi:

a. memperkeras sedimen pada dasar tiang dan tanah yang mengelilingi tiang;

17

Page 18: Pondasi

b. memperbaiki kekurangan yang terdapat pada penggunaan teknologi

konstruksi tradisional dari cast-in-situ pile;

c. meningkatkan kapasitas tahanan single pile;

d. menurunkan/memperbaiki settlement pada pondasi bored pile;

e. mengisi celah antara rongga dan plat bearing pada lokasi sekeliling load

cell untuk menyambungkan kembali segmen atas dan bawah bored pile

dengan mix grouting Didalam setelah melakukan pengujian beban dengan

metoda Load Cell.

Proses grouting atau post grouting ini dilaksanakan pada saat beton

telah mencapai kekuatan tertentu yang telah ditetapkan di dalam perencanaan

dan program pengujian beban. Grouting mix atau cement slurry yang

mempunyai komposisi semen dan air kemudian di-injeksi ke dalam rongga-

rongga tersebut dengan menggunakan pompa bertekanan tinggi melalui pipa

grouting. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap grouting secara umum

termasuk: jenis tanah pada dasar tanah, tekanan grouting, kuantitas grouting,

diameter dan panjang tiang, dll.

Mekanisme peningkatan kapasitas cast-in-place bored-pile dari

pelaksanaan grouting dapat dirangkum dibawah ini:

Grouting dengan tekanan tinggi akan memecah, mengisi, menembus,

memadatkan dan memperkeras endapan dan tanah di sekeliling dasar tiang

dan akhirnya dapat membentuk campuran tanah baru dengan kekuatan yang

lebih tinggi dan mampu memberikan perlawanan yang lebih besar terhadap

beban yang disalurkan dari kepala tiang. Tanah di sekeliling dasar tiang

dianggap mengalami deformasi dan tekanan oleh tekanan tinggi dari grouting

untuk membentuk pengembangan pada dasar tiang dan juga luas efektif dari

dasar tiang akan meningkat. Dengan adanya tekanan tinggi dari grouting maka

kekuatan dari penampang dasar tiang yang terdiri dari bahan beton dan

campuran endapan akan meningkat dan deformasi tekan (compression

deformation) akan tercapai lebih awal. Deformasi vertikal dari tiang akibat

18

Page 19: Pondasi

beban rencana akan berkurang dan penggunaan secara maksimal dari

kapasitas tahanan tiang pondasi dapat tercapai.

Sebagian dari grouting akan menembus rongga-rongga sepanjang pile-soil

interface di atas elevasi dasar tiang untuk membentuk suatu kumpulan massa

tanah yang terintegrasi pada bagian bawah tiang dengan lapisan lumpur dan

batasan tanah sehingga tahanan lateral dari tanah yang mendekati dasar tiang

akan meningkat. Sedimen pada dasar tiang diperkeras dan dikunci dengan

campuran jacked cement paste untuk membentuk sebuah kristal berkekuatan

tinggi dan stable chemical performance, dan pada akhirnya akan

meningkatkan tahanan dasar tiang.

11. Untuk menghindari kenaikan kelembaban dari tanah lewat pondasi ke dinding

batu buatan, maka sebaiknya pada pondasi batu kali dan pondasi batu buatan

dibuat suatu balok balok beton bertulang (rollag, trasram) setebal dinding

setinggi ± 30 cm. balok beton bertulang itu juga membantu untuk membagi

gaya-gaya dan beban seragam ke pondasi dan ke tanah bangunan.

12. Pencegahan Terhadap Rayap

Pencegahan terhadap rayap lebih baik dilakukan daripada

pembasmian. Pencegahan ini dilakukan sebelum pendirian bangunan. Adapun

macam-macam tindakan pencegahan terhadap rayap ini antara lain:

a. memperhatikan bahaya rayap dalam perencanaan dan perincian bangunan;

b. pengawetan dengan obat-obatan;

c. pencegahan selama pendirian pembangunan;

d. menggunakan bahan-bahan yang tahan terhadap rayap: beton, baja, dsb.

13. Pencegahan pada Lapangan Berawa

Karena pada daerah rawa-rawa biasanya hanya dibangun gedung yang

sederhana dan berkostruksi kayu maka yang perlu diperhatikan adalah

pencegahan terhadap rayap pada kostruksi kayu. Pemasangan gedung di atas

tiang-tiang dalam air. Apabila perlu di bawah bangunan yang direncanakan itu

diadakan galian. Yang perlu diperhatikan adalah air harus selalu barganti

(mengalir). Air yang tergenang dapat menjadi tempat nyamuk. Selain itu hatus

19

Page 20: Pondasi

direncanakn perlindungan terhadap kayu agar tahan terhadap rayap dan tidak

mudah lapuk.

14. Pencegahan pada Lapangan Kering

a. Pada bangunan berkonstruksi kayu

Pemasangan bangunan berkonstruksi kayu di atas pondasi umpak atau

jalur dari beton yang ditutup seng di atas alas. Seng tersebut harus tahan

karat dan bisa dilakukan serta tahan terhadap kerusakan mekanis.

Ketentuan ini besar artinya terutama pada bangunan istimewa yang

menggunakan seng tembaga atau kuningan. Pada bangunan lain

digunakan seng yang digalvanisasi dengan tebal sekurang-kurangnya

BWG 24. Sambungan-sambungan yang dilipat harus juga disolder seperti

juga semua tembusan yang terjadi pada strip seng seperti baut, paku dan

sebagainya. Pada jarak 2 cm sebelah luar pondasi seng dilekukkan dengan

sudut 45° ke bawah selebar 5 cm.

b. Pada bangunan berkonstruksi batu

Karena pada bangunan berkonstruksi batu, batu bata merah misalnya, sulit

mengadakan strip seng seperti pada bangunan berkonstruksi kayu, maka

pada bangunan batu dipasang stip seng lurus dan yang keluar hanya 1.5

cm dari sisi dinding masing-masing. Agar seng ini tidak mengganggu,

sebaiknya seng ini dipasang pas diantara pangkalan batu dan sebagainya.

Maksud pembuatan ini adalah agar rayap tidak mungkin naik tanpa

sepengetahuan penghuni gedung karena rayap harus meelewati seng yang

terbuka sekeliling semua dinding dan dengan begitu rayap mudah

dibasmi.

20

Page 21: Pondasi

21

Page 22: Pondasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Frick, Heinz. Ilmu Konstruksi Bangunan I. Semarang: 1980.

2. Puspantoro, Ign. Benny. Konstruksi Bangunan Gedung Tidak Bertingkat.

Jogjakarta: Universitas Atmajaya, 1985.

3. http://www.suramadu.com .

4. http://fportfolio.petra.ac.id/user_files/03-010/EK-Konferensi%20Nasional

%20TGRTS.doc.

22