Polihidramion
description
Transcript of Polihidramion
Polihidramion
1. Definisi
Polihidramnion (hidramnion) adalah kondisi medis pada kehamilan berupa kelebihan
cairan ketuban dalam kantung ketuban. Hal ini biasanya didiagnosis jika indeks cairan amnion
(AFI) dari pemeriksaan USG lebih besar dari 20 cm (≥ 20 cm). Di mana volume dari air ketuban
> 2000 ml.
2. Patofisiologi
Integrasi dari aliran cairan yang masuk dan keluar dari kantung ketuban menentukan
volume cairan ketuban. Urine janin, produksi cairan paru-paru, proses menelan, penyerapan
intramembranous (ke dalam kompartemen vaskuler janin) memberikan kontribusi penting
terhadap pergerakan cairan di akhir kehamilan, faktor lain (misalnya, produksi air liur)
memberikan kontribusi minimal. Kontribusi relatif dari setiap rute pertukaran cairan bervariasi
pada setiap kehamilan. Variasi dalam cairan tubuh janin atau homeostasis endokrin juga
mempengaruhi volume produksi urin janin, menelan, dan sekresi paru-paru. Selama trimester
terakhir, output urin setara sekitar 30 persen dari berat badan janin, proses menelan sekitar 20
sampai 25 persen, sekresi paru-paru 10 persen (satu-setengah dari sekresi paru-paru tertelan oleh
dan setengah lainnya diekskresikan ke dalam cairan ketuban), sedangkan sekresi oral-nasal dan
aliran transmembranous (langsung ke dalam kompartemen ibu) mewakili sekitar <1 persen dari
berat badan janin. Janin yang hampir cukup bulan mengeluarkan 500-1200 mL urin dan menelan
210 - 760 ml cairan ketuban setiap hari. Jadi, perubahan harian yang relatif kecil dalam produksi
urin janin atau proses menelan dapat menyebabkan perubahan volume cairan amnion. Akumulasi
cairan amnion yang berlebihan biasanya berhubungan dengan penurunan proses menelan janin
atau meningkatnya urine janin.
3. Etiologi
Pada polihidramnion, penyebab yang mendasari volume cairan amnion berlebihan bisa diketahui
dalam beberapa kondisi klinis dan tidak sepenuhnya dapat diketahui pada beberapa kondisi klinis
lainnya. Penyebabnya dapat meliputi:
- Kehamilan kembar dengan sindrom transfusi antar janin kembar (peningkatan cairan
ketuban pada janin kembar penerima dan penurunan cairan ketuban pada janin kembar
pendonor) atau kehamilan multipel.
- Anomali janin, termasuk atresia esofagus (biasanya berhubungan dengan fistula
trakeoesofageal), atresia duodenum, dan atresia usus lainnya.
- Kelainan SSP dan penyakit neuromuskuler yang menyebabkan disfungsi menelan
- Anomali irama jantung kongenital terkait dengan hidrops, perdarahan janin-ke-ibu, dan
infeksi parvovirus
- Diabetes mellitus tidak terkontrol pada ibu
- Kelainan kromosom, trisomi 21 yang paling umum, diikuti dengan trisomi 18 dan trisomi
13.
- Sindrom akinesia janin dengan tidak adanya proses menelan pada janin.
4. Gejala Klinis
Tanda-tanda dan gejala polihidramnion merupakan hasil dari tekanan yang diberikan
dalam uterus dan pada organ terdekat.
Tanda-tanda yang didapatkan dapat berupa :
Ukuran uterus lebih besar dibanding yang seharusnya
Identifikasi janin dan bagian janin melalui pemeriksaan palpasi sulit dilakukan
Denyut Jantung Janin (DJJ) sulit terdengar
Balotemen janin jelas
Polihidramnion ringan menujukkan sedikit tanda atau gejala. Polihidramnion berat dapat
menyebabkan:
- Sesak napas atau ketidakmampuan untuk bernapas, kecuali ketika berdiri
- Pembengkakan pada ekstremitas bawah, vulva dan dinding perut
- Penurunan produksi urin
- Gangguan pencernaan
- Edema
- Bila polihidramnion terjadi antara minggu ke 24 – 30 maka keadaan ini sering
berangsung secara akut dengan gejala nyeri abdomen akut dan rasa seperti “meledak”
serta rasa mual.
- Kulit abdomen mengkilat dan edematous disertai striae yang masih baru
5. Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
- Pada inspeksi dapat memperlihatkan rahim yang cepat membesar pada ibu hamil.
- Kehamilan multipel yang berhubungan dengan polihidramnion.
- Kelainan janin yang berhubungan dengan polihidramnion meliputi makrosomia neonatal,
hidrops janin atau neonatus dengan anasarca, asites, efusi pleura atau perikardial, dan
obstruksi saluran gastrointestinal (misalnya, atresia duodenum, fistula trakeoesofageal).
- Malformasi skeletal juga dapat terjadi, termasuk dislokasi pinggul kongenital dan cacat
tungkai.
- Kelainan pada gerakan janin menandakan kelainan neurologis primer atau dalam
hubungannya dengan sindrom genetik.
Pemeriksaan Laboratorium
- Tes toleransi glukosa untuk ibu yang dengan diabetes mellitus tipe 2
- Tes hidrops janin: Jika adanya hidrops janin, imunologi dan infeksi janin harus diselidiki.
Termasuk skrining untuk antibodi ibu ke antigen D, C, Kell, Duffy, dan Kidd untuk
menentukan produksi antibodi ibu terhadap sel darah merah janin. Infeksi janin dapat
meliputi cytomegalovirus (CMV), toksoplasmosis, sifilis, dan Parvovirus B19.
Pemeriksaan harus mencakup sebagai berikut:
Tes Venereal Disease Research Laboratories (VDRL) untuk tes sifilis
Titer Imunoglobulin G (IgG) dan imunoglobulin M (IgM) untuk mengevaluasi
paparan terhadap rubella, CMV, toksoplasmosis dan parvovirus
Tes untuk virus bawaan dalam cairan ketuban dengan menggunakan polymerase
chain reaction (PCR)
- Tes Kleihauer-Betke untuk mengevaluasi perdarahan janin-ibu
- Hemoglobin Bart pada pasien keturunan Asia (yang mungkin didapatkanheterozigot pada
alfa-thalassemia)
- Karyotyping Janin untuk trisomi 21, 13 dan 18
Pemeriksaan Ultrasonografi
Operator berpengalaman dapat mendeteksi polihidramnion secara subyektif. Suatu
pendekatan kuantitatif dapat dilakukan dengan membagi rongga rahim menjadi empat kuadran
atau kantong. Kantong vertikal terbesar diukur dalam sentimeter dan volume total dihitung
dengan mengalikan tingkat ini dengan 4. Hal ini dikenal sebagai Amnion Fluid Index (AFI).
Polihidramnion didefinisikan sebagai AFI lebih dari 24 cm atau kabtong tunggal cairan minimal
8 cm yang menghasilkan volume cairan total lebih dari 2.000 mL.
AFI adalah salah satu dari lima cara untuk menilai komponen dari profil biofisik (tes non-
invasif yang dapat mendeteksi ada atau tidak adanya asfiksia janin). Komponen lainnya adalah
gerakan pernapasan janin, gerakan tubuh, nada janin dan monitoring jantung janin.
Prenatal ultrasonografi pada polihidramnion dapat berupa:
- Evaluasi proses menelan janin. Penurunantingkat menelan janin terjadi pada
anencephaly, trisomi 18, trisomi 21, distrofi otot, dan displasia tulang.
- Evaluasi anatomi janin; menilai hernia diafragma, massa paru-paru, dan tidak adanya
gelembung perut (yang berhubungan dengan atresia esofagus). Tanda gelembung ganda
atau duodenum melebar menunjukkan kemungkinan atresia duodenum.
- Test untuk aritmia dan malformasi janin yang menyebabkan kegagalan jantung dan
hidrops.
- Lingkar perut besar yang abnormal dapat diamati dengan ascites dan hidrop janin.
- Janin makrosomia diamati dalam kaitannya dengan diabetes ibu yang tidak terkontrol.
- Menilai kecepatan aliran darah pada arteri serebral anterior janin untuk melihat adanya
anemia janin.
6. Penatalaksanaan
- Langkah pertama adalah untuk mengidentifikasi apakah penyebab yang mendasari.
- Polihidramnion ringan dapat cukup dipantau dan diobati secara konservatif.
- Persalinan prematur biasa dilakukan karena overdistensi dari rahim, dan langkah-langkah
harus diambil untuk meminimalkan komplikasi ini. Termasuk pemeriksaan antenatal
yang teratur dan pemeriksaan rahim dan bedrest sampai cukup bulan.
- Steroid intramuskular harus diberikan kepada ibu pada antenatal jika dipertimbangkan
untuk dilakukannya persalinan prematur. Hal ini membantu untuk meningkatkan
kematangan paru-paru.
- Scan ultrasound serial harus dilakukan untuk memantau AFI dan monitor pertumbuhan
janin.
- Anemia hidrops janin diobati dengan transfusi eritrosit, baik intravaskular atau melalui
perut janin. Hal ini mengurangi kemungkinan kegagalan kongestif janin, sehingga
memungkinkan perpanjangan kehamilan dan meningkatkan kelangsungan hidup.
- Jika didiagnosis adanya diabetes kehamilan, kontrol glikemik yang ketat harus
dipertahankan. Hal ini biasanya dilakukan dengan manipulasi diet dan insulin jarang
dibutuhkan.
- Indometacin adalah obat pilihan untuk pengobatan medis polihidramnion. Hal ini sangat
efektif, terutama dalam kasus dimana kondisi ini terkait dengan peningkatan produksi
urin janin. Mekanisme aksi menjadi efek pada produksi urin oleh ginjal janin, mungkin
dengan meningkatkan efek dari vasopresin. Hal ini tidak efektif dalam kasus di mana
penyebab yang mendasari adalah penyakit neuromuskuler yang mempengaruhi proses
menelan janin, atau hidrosefalus. Tapi hal ini merupakan kontraindikasi pada sindrom
kembar-ke-kembar atau setelah 35 minggu, karena efek samping yang ditimbulkan lebih
besar daripada manfaat dalam kasus ini.
- Amniosentesis direkomendasikan dalam kasus di mana indometacin menjadi suatu
kontraindikasi, pada polihidramnion berat, atau pada pasien yang simptomatik. Ini
menjadi kontraindikasi pada ketuban pecah dini atau pelepasan plasenta, atau
korioamnionitis (peradangan selaput chorioamniotic dan cairan - biasanya infektif).
- Induksi persalinan harus dipertimbangkan jika gawat janin berkembang. Di atas 35
minggu mungkin lebih aman untuk dilahirkan. Induksi dengan ruptur buatan pada
membran (ARM) harus dikontrol, dilakukan oleh dokter kandungan dan dengan
persetujuan untuk melanjutkan dengan sectio caesar jika diperlukan.
7. Komplikasi
- Risiko dan komplikasi amnioinfusi, termasuk emboli cairan amnion, gangguan
pernapasan ibu, peningkatan tekanan rahim ibu, dan gangguan pernapasan sementara
janin.
- Risiko amniosentesis termasuk kehilangan janin (1-2%). Komplikasi lainnya adalah
terlepasnya plasenta, persalinan prematur, perdarahan janin-ibu, sensitisasi Rh ibu, dan
pneumotoraks pada janin. Risiko infeksi janin dapat sedikit meningkat.
8. Prognosis
- Jika kondisi ini tidak terkait dengan temuan lain, prognosis biasanya baik.
- Menurut Desmedt dkk, PMR pada polihidramnion yang berhubungan dengan malformasi
janin atau plasenta adalahj sekitar 61%.
- Seperti disebutkan sebelumnya, 20% dari bayi dengan polihidramnion memiliki beberapa
anomali. Dalam hal ini, prognosis tergantung pada beratnya anomali.
- Penelitian menunjukkan bahwa, jika keparahan polihidramnion meningkat, kemungkinan
untuk menentukan etiologi akan meningkat.
- Dalam kasus polihidramnion ringan, kemungkinan adanya masalah yang signifikan hanya
sekitar 16,5%; hal ini harus dikomunikasikan kepada orang tua.