Polidaktili
-
Upload
aldo-lando -
Category
Documents
-
view
56 -
download
1
description
Transcript of Polidaktili
Kelainan Genetik Polidaktili Pada Autosom Dominan
Augustinus Yohanes K.
102013341 / B4
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510
e-mail : [email protected]
Abstrak
Setiap manusia pasti memiliki gen. Gen tersebut mempunyai informasi tentang suatu
karakter yang terkandung didalamnya. Pewarisan sifat (gen) pada tiap manusia diturunkan
melalui orangtua terhadap anaknya. Teori pewarisan sifat pertama kali dikemukakan oleh
seorang ahli bernama Gregor Mendel, melalui 2 hukum yang telah dibuatnya yaitu Hukum
Mendel I dan Hukum Mendel II. Setiap pewarisan sifat tidak selamanya berjalan dengan
baik, pastinya terdapat kelainan dari pewarisan tersebut. Kelainan pewarisan sifat tersebut
dapat dijelaskan dengan pola pewarisan menurut Mendel yaitu pewarisan kelainan autosomal
dominan dan resesif. Salah satu kelainan pewarisan sifat ini adalah polidaktili, yang berarti
adalah seseorang memiliki jumlah jari tangan atau kaki yang berlebih dari batas normal.
Polidaktili tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin dan dapat terjadi pada semua lapisan generasi
dengan presentase 50% - 100% penderita, karena sifatnya yang autosomal dominan.
Kata kunci: pewarisan sifat, gen, hukum Mendel, kelainan pewarisan sifat, polidaktili
Abstract
Every human being must have the gene. The gene has information about a character that
is contained therein. Heredity (genes) in each human being revealed through parents to their
children. Inheritance theory was first put forward by an expert named Gregor Mendel,
through two laws that have made that Mendel's Law I and Law II Mendel. Any inheritance
does not always go well, certainly there are abnormalities of the inheritance. Abnormalities
of inheritance can be explained by Mendelian inheritance pattern of inheritance is autosomal
dominant and recessive disorders. One of the inheritance of this disorder is polidaktili, which
means is someone has a number of fingers or toes excess of normal limits. Polidaktili not
influenced by sex and can occur at all levels of generation with a percentage of 50% - 100%
of patients, because it is autosomal dominant.
Keywords: heredity, genes, Mendel's laws, heredity disorders, polidaktili.
Pendahuluan
Pewarisan sifat merupakan salah satu fakta yang terjadi pada manusia dan diturunkan
dari generasi ke generasi dan begitu seterusnya. Misalnya seorang ibu yang berambut keriting
dan menurunkan karakter kepada anaknya berambut keriting dan seorang ayah yang
menurunkan karakter mata coklat kepada anaknya. Pewarisan sifat yang terjadi pada manusia
dikarenakan “orangtua” melengkapi anaknya dengan informasi yang terkode dalam gen.1
Tetapi dalam pewarisan sifat juga akan muncul variasi-variasi tertentu yang akan
menciptakan keanekaragaman.
Tokoh yang mengembangkan teori pewarisan sifat adalah Gregor Mendel yang
dikenal dua hukum mendel (Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II). Polidaktili merupakan
salah satu kelainan pewarisan sifat atau kelainan gen autosomal dominan, yaitu orang yang
mempunyai tambahan jari pada satu atau dua tangan atau pada kakinya. Melalui makalah ini,
mahasiswa dapat mengerti serta memahami kelainan - kelainan dalam pewarisan sifat yang
salah satunya dapat menyebabkan kelebihan jumlah tangan atau jumlah kaki pada manusia
(polidaktili).
Pembahasan
Gen
Gen adalah unit instruksi untuk menghasikan atau mempengaruhi suatu sifat herediter
tertentu. 2. Sebagai bahan genetik tentu saja gen diwariskan dari satu individu ke individu
lainnya. Gen terletak pada suatu ruang yang secara fisik ada pada kromosom, yang disebut
dengan lokus.3 Lokus pada kromosom dianalogikan seperti manik-manik yang berjejer lurus
pada seuntai benang. Konsep mengenai gen sendiri selalu berikatan dengan alel. Alel disebut
juga sebagai versi alternatif gen yang menjelaskan adanya variasi pada pewarisan suatu sifat.
Misalnya, gen A berperan dalam menimbulkan karakter pigmentasi kulit secara normal.
Pewarisan Gen
Genetika merupakan ilmu yang mempelajari tentang hereditas (gen). Genetika merupakan
salah satu kunci komponen dalam pengobatan. Diperkirakan sekurangnya 30% penderita
pediatri di RS berhubungan langsung dengan komponen genetis. Orang yang disebut “Bapak
Genetika” adalah Gregor Mendel. Kromosom tersusun dari DNA dan protein. DNA sendiri
merupakan molekul panjang yang menyimpan informasi genetik.Sedangkan total informasi
genetik yang disimpan dalam DNA suatu sel disebut genom. Genom DNA tersusun atas gen-
gen. Pewarisan sifat yang terjadi pada manusia dikarenakan orangtua melengkapi anaknya
dengan informasi yang terkode dalam gen. Gen terletak pada suatu ruang yang secara fisik
ada pada kromosom.
Hukum Mendel
Dalam sejarah perkembangan ilmu genetika, Gregor Mendel dikenal sebagai orang
pertama yang memperkenalkan sistem sederhana untuk menganalisis sifat genetik suatu jasad
hidup.Gregor Mendel lahir di Australia tahun 1822, dan kemudian menjadi seorang pastor.
Mendel diberi sebuah kebun kecil dimana dia mengadakan percobaan kacang ercis (Pisum
sativum) yang pada eksperimen tersebut, Mendel kemudian mengajukan konsep mengenai
segregasi (hukum segregasi) yang juga dikenal dengan hukum Mendel I (the law of
segregation) dan Hukum Mendel II (hukum pengelompokan bebas Mendel).4
Hukum Mendel I (Hukum Segregasi)
Hukum Mendel I (Hukum Segregasi) menyatakan bahwa anggota pasangan alel akan
bersegregasi (terpisah) selama proses pembentukan gamet dan akan menyatu lagi secara acak
(distribusi acak) pada saat fertilisasi, sehingga sebagian gamet akan berisi gen ibu asli –
lainnya berisi gen ayah asli.3,5 Hukum Mendel I ini sebenarnya merupakan refleksi dari
perilaku kromosom saat pembelahan meiosis pada tahap anafase I.3 Hubungan antara hukum
tersebut dan perilaku kromosom tersebut baru dapat dipahami 35 tahun setelah Mendel
mempresentasikan hasil-hasil yang diperolehnya.5 Kesimpulan yang terakhir dari
percobaannya bahwa: dengan rekombinasi antara gamet-gamet secara rambang, populasi F2
menampilkan sifat-sifat dominan dan resesif dengan perbandingan (nisbah) fenotip 3
dominan (AA atau Aa) : 1 resesif (aa). Sementara perbenadingan genotip yaitu 1 dominan
lengkap (AA) : 2 hibrida (Aa) : 1 resesif lengkap (aa).4
Gambar 1. Prinsip Segregasi (Hukum Mendel I)4
Hukum Mendel II (Hukum Pengelompokan Bebas)
Hukum Mendel II menyatakan bahwa gen pada berbagai lokus akan bersegresi dengan
bebas satu sama lain, yaitu jika dua pasang gen atau lebih saling berhadapan, maka setiap
pasangan akan berpisah dan bergerak ke dalam gamet dengan bebas, sehingga di dalam
gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen secara bebas.
Syaratnya, gen tersebut tidak berada dalam kromosom yang sama.3 Pertama, alel yang
mengatur karakter yang berbeda (dua atau lebih sifat) memisah secara bebas ketika terbentuk
gamet. Kedua, apabila dua pasang gen yang tidak bertaut terdapat dalam hibrida,
perbandingan fenotip pada F2 adalah 9:3:3:1.4 Kesimpulan yang ketiga mengatakan bahwa uji
silang dihibrid menghasilnya perbandingan 1:1:1:1. Keempat, makin banyak jumlah gen
(pasangan alel) makin banyak jumlah kelas fenotip dan genotip pada F2. Terakhir, metode
garis cabang dalam analisis genetik menyederhanakan penentuan kelas-kelas fenotip dan
genotip.4
Gambar 2. Prinsip Hukum Mendel II4
Kelainan Pewarisan Sifat (Kelainan Genetik)
Kelainan pewarisan sifat atau kelainan genetik (genetic abnormality) merupakan
penyimpangan dari sifat umum atau sifat rata-rata manusia. Kelainan genetik ini disebabkan
oleh mutasi gen. Mutasi gen merupakan perubahan susunan gen yang umumnya tidak
sempurna atau cacat.2 Secara umum gangguan ini dikelompokkan menjadi tiga kategori,
gangguan gen tunggal (disebabkan perubahan DNA untuk satu alel), ganguan multifaktorial
(perubahan gen dan faktor lingkungan), serta abnormalitas kromosom.6 Pada pembahasan kali
ini, akan lebih dititik beratkan pada gangguan gen tunggal yang disebabkan perubahan DNA
untuk satu alel.
Gangguan gen tunggal (single gene disorders) disebut juga dengan istilah Mendelian,
sebagai penghargaan terhadap Gregor Mendel yang pertama kali mengetahui prinsip-prinsip
yang mendasari pewarisan gen tunggal. Ironisnya kemaknaan pekerjaan Mendel baru
diketahui lama setelah kematiannya, sehingga ia tidak pernah membayangkan bahwa
pengamatannya akhirnya terbukti memiliki peran Gangguan pewarisan ini dapat dijelaskan
dengan pola pewarisan menurut Mendel (misal, autosomal dominan, autosomal resesif,
terkait seks, atau terbatas seks).
Dalam pembahasan kali ini akan lebih menitik beratkan pada pewarisan kelainan
autosomal dominan dan resesif. Pada pewarisan autosomal dominan, mutasi satu gen dari
satu pasang alel menghasilkan gambaran fenotip atau ciri yang berbeda. Sementara itu, pada
pewarisan autosomal resesif, suatu gen yang terkena dari satu pasang alel tidak cukup untuk
menimbulkan gambaran fenotip ciri tertentu (yakni berbeda dari normal), namun pada
heterozigot ciri-ciri ini dapat muncul.7
Pewarisan Autosom Dominan
Pewarisan autosomal dominan, mutasi satu gen dari satu pasang alel menghasilkan
gambaran fenotip atau ciri yang berbeda.7 Singkatnya gen dominan dalam genotip
menyebabkan penampakan sifat. Penurunan autosom dominan meliputi phenylcarbamida
(PTC), yaitu semua makanan dan minuman terasa pahit. Dentinogenesis imperfekta, yaitu
suatu kelainan pada gigi manusia, dentin berwarna putih seperti air susu. Achondroplasia,
yaitu ditandai dengan kelaian epifisis yaitu adanya penulangan pada kartilago sehingga
menyebabkan anggota badan menjadi pendek. Polidaktili, yaitu suatu kelainan yang
diwariskan oleh gen autosomal dominan P, yaitu orang yang mempunyai tambahan jari pada
satu atau dua tangan atau pada kakinya. Dan warna rambut yang disebabkan oleh adanya
pigmen melanin. Salah satu gangguan autosomal dominan yang ringan adalah polidaktili.8
Penurunan autosom dominan memiliki beberapa kriteria. Untuk memudahkan melihat
serta mengerti kriteria yang dimaksud, maka mari kita melihat contoh perislangan yang
melibatkan gen autosomal dominan dibawah ini :
P : DD X dd P: Dd
X dd
(homozigot – penderita) (normal) (heterozigot – penderita) (normal)
F1 : Dd=penderita (100%) F1: Dd = penderita (50%); dd = normal
(50%)
(heterozigot) (heterozigot) (heterozigot)
Dari contoh persilangan diatas, maka kita bisa menyimpulkan kriteria dari pewarisan
autosomal dominan antara lain paling sedikit satu orangtua harus mempunyai ciri ini (kecuali
mutasi baru), perkawinan homozigot-normal menghasilkan semua keturunan yang memiliki
ciri tersebut, perkawinan heterozigot-normal mengahasilkan 50% keturunan dengan ciri
tersebut, dan sebagain besar individu yang menunjukkan ciri ini akan merupakan heterozigot.
Untuk menemukan kriteria lainnya mari kita melihat contoh berikut ini:
Gambar 3. Silsilah Autosom Dominan
Melalui pedigree chart di atas, maka dapat diketahui bahwa dalam pewarisan autosomal
dominan, ditemuka kriteria lainnya, yaitu frekuensi munculnya penderita akan sama banyak
pada kedua jenis kelamin (laki-laki maupun perempuan) dan diketahui bahwa penurunan
autosom dominan akan muncul pada setiap generasi.8
Polidaktili
Polidaktili adalah kelainan pada manusia berupa bertambahnya jari tangan atau kaki dari
jumlah normal. Kelainan ini disebabkan oleh gen dominan pada autosom. Jika gen dominan
polidaktili dilambangkan P maka individu dengan gen homozigot dominan (PP) dan
heterozigot (Pp) akan menderita polidaktili. Sementara itu, individu dengan gen homozigot
resesif (pp) akan bersifat normal9.
Gambar 4. Polidaktili, Salah Satu Kelainan Autosom Dominan
Kelainan yang menyebabkan jumlah jari tangan berlebih seperti pada kasus disebut
dengan polidaktili. Bedasarkan pada materi yang telah dibahas diatas, polidaktili merupakan
kelainan pewarisan sifat (kelainan gen) yang disebabkan oleh gen dominan pada autosom
(autosomal dominan).
Penurunan autosom dominan memiliki beberapa kriteria. Beberapa kriteria yang ada
untuk membuktikan bahwa polidaktili yang diderita merupakan kelainan yang diturunkan
dari generasi sebelumnya. Kriteria yang pertama mengatakan bahwa paling sedikit satu
orangtua harus mempunyai ciri ini (polidaktili). Kriteria berikutnya dapat dibuktikan melalui
persilangan berikut ini: Jika gen dominan polidaktili dilambangkan P maka individu dengan
gen homozigot dominan (PP) dan heterozigot (Pp) akan menderita polidaktili. Sementara itu,
individu dengan gen homozigot resesif (pp) akan bersifat normal.
Contoh persilangan pada autosom dominan polidaktili :
Pemisalan pertama (ayah memiliki gen homozigot – ibu normal)
P : PP X pp
(polidaktili) (normal)
F1 : Pp
(100% polidaktili)
Bayi yang dilahirkan semuanya akan menderita polidaktili
Pemisalan kedua (ayah memiliki gen heterozigot – ibu normal)
P : Pp X pp
(polidaktili) (normal)
F1 : Pp ; pp
(50% polidaktili) (50% normal)
Bayi yang dilahirkan memiliki peluang 50% untuk menderita polidaktili, dan bayi
yang dilahirkan oleh si ibu ternyata menderita polidaktili. Terakhir, kriteria penurunan
autosom dominan adalah: bahwa ciri tersebut akan muncul pada setiap generasi. Karena
itulah, tidak menutup kemungkinan bahwa bayi yang dilahirkan ibu akan menderita
polidaktili. Jadi, kelebihan jari tangan (polidaktili) yang diderita bayi merupakan kelainan
yang diturunkan oleh ayahnya.
Pewarisan Autosom Resesif
Pada pewarisan autosomal resesif, suatu gen yang terkena dari satu pasang alel tidak
cukup untuk menimbulkan gambaran fenotip ciri tertentu (yakni berbeda dari normal), namun
pada heterozigot ciri-ciri ini dapat muncul.7 Telah diketahui lebih dari 1500 kelainan
autosomal resesif.8 Berbagai kelaiaan autosom resesif yaitu, albinisme tidak ada pigmentasi.
Phenylketonuria (PKU), yaitu mengalami kelainan metabolism asam amino phenylalanine,
karena tidak adanya enzim phenylalanine hidroksilase yang merubah phenylalanine menjadi
tyrosine. PKU dapat menyebabkan keterbelakangan mental dan hiperaktif. Bisu tuli
disebabkan adanya gen resesif dd dan ee. Alkaptonurio yaitu tidak mempunyai enzim
homogentisin menjadi asam maleyl asetoasetat sampai menjadi H2O dan CO2. Alkapton
keluar bersama urin berwarna coklat tua sampai hitam. Kretinisme, yaitu kelainan yang
mengakibatkan pertumbuhan kerdil karena kekurangan hormone tirosin atau tidak adanya
hormone tirosin. Berikut ini beberapa kriteria pewarisan autosom resesif: frekuensi munculnya ciri ini
sama besar pada kedua jenis kelamin dan supaya ciri muncul maka kedua orangtua harus
merupakan pembawa (carrier). Apabila dilakuakn proses persilangan, maka akan didapatkan
hasil sebagai berikut: jika kedua orangtuanya homozigot resesif, semua ketrunannya akan
mempunyai ciri tersebut. Sementara itu, jika kedua orangtua heterozigot kemungkinan
keturunan memiliki ciri tersebut mengikuti pola: 25% tidak terpengaruh, 50% sebagai karier
(heterozigot), 25% mempunyai ciri tersebut (homozigot).7
Gangguan autosomal resesif khusunya yang jarang, menunjukkan peningkatan insiden
pada keturunan dari orangtua yang mempunyai pertalian keluarga (ayah dan ibu ada pertalian
keluarga). Diperkirakan hampir semua manusia membawa sekurang-kurangnya satu gen
autosomal resesif yang rusak, karena itu jika antara keluarga menikah maka ada resiko
keduanya membawa satu gen abnormal dari leluhurnya yang sama dan meneruskannya dalam
dosis ganda kepada seorang anak.8
Kesimpulan
Dalam kasus kelainan yang menyebabkan jumlah jari tangan berlebih disebut dengan
polidaktili. Polidaktili merupakan kelainan pewarisan sifat (kelainan gen) yang disebabkan
oleh gen dominan pada autosom (autosomal dominan). Pewarisan autosomal dominan
memiliki kriteria bahwa paling sedikit satu orangtua harus mempunyai ciri ini (kecuali mutasi
baru). Bedasarkan kasus dan kariteria dalam pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa kelebihan jari tangan (polidaktili) yang diderita anak merupakan suatu kelainan
autosom dominan. Dengan demikian maka hipotesis yang ada dapat dibenarkan.
Daftar Pustaka
1. Saefudin. Genetika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. 2007
2. Aryulina D, Muslim C, Manaf S, Winarni EW. Biologi SMA dan MA untuk kelas XII. Jakarta: Esis; 2009
3. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.h.58-61
4. Yunus R, Haryanto B, Abdi C. Teori Darwin dalam pandangan sains dan Islam. Jakarta: Penerbit Prestasi; 2006.h.71-3
5. Fried GH, Hademenos GJ. Schaum’s outlines: Biologi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2011.h.105-8
6. James J, Baker C, Swain H. Prinsip-prinsip sains untuk keperawatan. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2011.h.95-7
7. Benson RC, Pernoll ML. Buku saku obstetri & ginekologi. Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.64-5
8. Hull D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.h.19-21
9. Firmansyah R, Hendrawan AM, Riandi MU. Mudah dan aktif belajar biologi. Bandung: PT Setia Purna Inves;2007.h.108