PolicyBrief KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN...

2
PolicyBrief No.01/2013 STRATEGI PENYALURAN BBM BERSUBSIDI BERBASIS PENDARATAN IKAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN Jl. K.S. Tubun Petamburan VI Jakrta Pusat 10260 Telp. (021) 5365012 Fax 53650159 E-mail: [email protected] Inpres No. 15 tahun 2011 tentang perlindungan nelayan terkait kenaikan harga BBM dan Perpres No. 15 tahun 2012 tentang harga jual eceran dan konsumen pengguna jenis bahan bakar minyak tertentu perlu mendapatkan kawalan agar subsidi yang diberikan tepat sasaran. Terdapat dua fokus kebijakan yang dapat dilakukan, untuk mendorong kinerja yang lebih baik pada usaha perikanan: (1) Kebijakan memberikan keringanan mekanisme pembayaran pembelian BBM ( nelayan kecil), dan (2) Kebijakan subsidi BBM kepada kapal nelayan dengan prioritas yang melakukan pendaratan di landing base dan melakukan penjualan ikan dengan cara di lelang melalui TPI, berdasarkan nilai dan kuantas ikan yang di lelang. Apabila dimaksudkan untuk mendorong nelayan memindahkan tempat pendaratan dari yang dak seharusnya ke tempat yang telah ditentukan, untuk kasus-kasus tertentu subsidi BBM cukup realiss (sebesar Rp 8.000 – 42.000 per liter, yaitu untuk kapal berukuran < 10 GT), namun untuk kapal besar subsidi seper itu dak realiss karena nilainya terlalu besar. Untuk itu, kebijakan pemberian subsidi dengan skema ini harus digabungkan dengan kebijakan lain. Mekanisme penyaluran subsidi BBM yang diusulkan untuk dilaksanakan adalah melalui : 1) lembaga kredit (off-taker), 2) SPDN ++, 3) asuransi. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jl. KS. Tubun, Petamburan VI Jakarta 10260 Telp: (021) 53650162, Fax: (021) 53650159, E-mail: [email protected] 1 I. Latar Belakang Usaha perikanan khususnya perikanan tangkap sangat tergantung dengan BBM. Demikian halnya yang dirasakan oleh nelayan, rencana kenaikan BBM tahun 2012 dinilai meresahkan masyarakat. Untuk mengansipasinya pemerintah sudah mengeluarkan Inpres No. 15 tahun 2011 tentang perlindungan nelayan terkait rencana kenaikan harga BBM. Dalam Inpres ini pemerintah telah melakukan langkah- langkah yang terkoordinasi dan terintegrasi untuk memberikan jaminan kesejahteraan, kepasan dan perlindungan hokum bagi nelayan yang mengoperasikan kapal perikanan sampai dengan 60 Gross Tonnage (GT). Sesuai dengan Inpres No. 15 Tahun 2011, langkah – langkah perlindungan nelayan yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) antara lain: (1) mengopmalkan pengelolaan sumberdaya ikan; (2) menjamin ketersediaan bahan baku industri pengolahan ikan; (3) meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan; (4) mendorong perluasan kesempatan kerja di bidang perikanan; (5) mengutamakan upaya prevenf dalam melakukan pengawasan sumberdaya perikanan; dan (6) menindak tegas seap pelaku penangkapan ikan secara ilegal, dak dilaporkan dan dak diatur (Illegal, Unreported, Unregulated Fishing) dan penangkapan ikan yang merusak (destrucve fishing) di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jl. KS. Tubun, Petamburan VI Jakarta 10260 Telp: (021) 53650162, Fax: (021) 53650159, E-mail: [email protected] 4 III. Rekomendasi Kebijakan Mekanisme penyaluran subsidi BBM yang diusulkan untuk dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1. Lembaga kredit (off-taker) 2. SPDN ++ 3. asuransi Sehubungan dengan hal-hal tersebut, perlunya dilakukan uji coba penerapan subsidi BBM yang dikaitkan dengan pendaratan ikan, baik melalui kebijakan tunggal maupun melalui pemaduan dengan kebijakan lain. Uji coba tersebut juga menyangkut berbagai mekanisme, untuk melihat kinerjanya dari berbagai aspek. IV. Implikasi Kebijakan Implikasi kebijakan yang dapat diberikan diantaranya adalah: 1. Mempermudah akses terhadap BBM bersubsidi sehingga nelayan dapat mengaksesnya. 2. Pasokan bahan baku ikan akan lebih mudah didapatkan bagi usaha pengolahan. 3. Kehidupan nelayan meningkat. DAFTAR ACUAN Instruksi Presiden (INPRES) No. 15 Tahun 2011 tentang Perlindungan Nelayan. Peraturan Menteri (PERMEN) Keuangan Nomor 03/ Pmk.02/ 2009 Tentang Tata Cara Penyediaan, Penghitungan Dan Pembayaran Subsidi Bahan Bakar Minyak Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu. Peraturan Presiden (PERPRES) No. 15 Tahun 2012 tentang Harga Jual Eceran dan Pengguna Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu. Tim Penyusun Disusun oleh : Siti Hajar Suryawati, Rizky Muhartono dan Estu Sri Luhur Evaluator : Viktor Nikijuluw Editor : Siti Hajar Suryawati, Mira dan Rizky Aprilian Wijaya Desain grafis : Ilham Ferbiansyah Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jl. KS Tubun Petamburan VI Slipi Jakarta 10260 ©2013 BBPSEKP http://www.bbrse.kkp.go.id/ Pesan Utama sumber foto: google

Transcript of PolicyBrief KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN...

Policy�BriefNo.01/2013

STRATEGI PENYALURAN BBM BERSUBSIDI BERBASIS PENDARATAN IKAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANANBALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANANJl. K.S. Tubun Petamburan VI Jakrta Pusat 10260Telp. (021) 5365012 Fax 53650159 E-mail: [email protected]

Inpres No. 15 tahun 2011 tentang perlindungan nelayan terkait kenaikan harga BBM dan Perpres No. 15 tahun 2012 tentang harga jual eceran dan konsumen pengguna jenis bahan bakar minyak tertentu perlu mendapatkan kawalan agar subsidi yang diberikan tepat sasaran.

Terdapat dua fokus kebijakan yang dapat dilakukan, untuk mendorong kinerja yang lebih baik pada usaha perikanan: (1) Kebijakan memberikan keringanan mekanisme pembayaran pembelian BBM ( nelayan kecil), dan (2) Kebijakan subsidi BBM kepada kapal nelayan dengan prioritas yang melakukan pendaratan di landing base dan melakukan penjualan ikan dengan cara di lelang melalui TPI, berdasarkan nilai dan kuan�tas ikan yang di lelang.

Apabila dimaksudkan untuk mendorong nelayan memindahkan tempat pendaratan dari yang �dak seharusnya ke tempat yang telah ditentukan, untuk kasus-kasus tertentu subsidi BBM cukup realis�s (sebesar Rp 8.000 – 42.000 per liter, yaitu untuk kapal berukuran < 10 GT), namun untuk kapal besar subsidi seper� itu �dak realis�s karena nilainya terlalu besar. Untuk itu, kebijakan pemberian subsidi dengan skema ini harus digabungkan dengan kebijakan lain.

Mekanisme penyaluran subsidi BBM yang diusulkan untuk dilaksanakan adalah melalui : 1) lembaga kredit (off-taker), 2) SPDN ++, 3) asuransi.

Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jl. KS. Tubun, Petamburan VI Jakarta 10260

Telp: (021) 53650162, Fax: (021) 53650159, E-mail: [email protected] 1

I. Latar BelakangUsaha perikanan khususnya perikanan tangkap sangat tergantung dengan BBM. Demikian halnya yang dirasakan oleh nelayan,

rencana kenaikan BBM tahun 2012 dinilai meresahkan masyarakat. Untuk mengan�sipasinya pemerintah sudah mengeluarkan Inpres No. 15 tahun 2011 tentang perlindungan nelayan terkait rencana kenaikan harga BBM. Dalam Inpres ini pemerintah telah melakukan langkah-langkah yang terkoordinasi dan terintegrasi untuk memberikan jaminan kesejahteraan, kepas�an dan perlindungan hokum bagi nelayan yang mengoperasikan kapal perikanan sampai dengan 60 Gross Tonnage (GT).

Sesuai dengan Inpres No. 15 Tahun 2011, langkah – langkah perlindungan nelayan yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) antara lain: (1) mengop�malkan pengelolaan sumberdaya ikan; (2) menjamin ketersediaan bahan baku industri pengolahan ikan; (3) meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan; (4) mendorong perluasan kesempatan kerja di bidang perikanan; (5) mengutamakan upaya preven�f dalam melakukan pengawasan sumberdaya perikanan; dan (6) menindak tegas se�ap pelaku penangkapan ikan secara ilegal, �dak dilaporkan dan �dak diatur (Illegal, Unreported, Unregulated Fishing) dan penangkapan ikan yang merusak (destruc�ve fishing) di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia.

Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jl. KS. Tubun, Petamburan VI Jakarta 10260Telp: (021) 53650162, Fax: (021) 53650159, E-mail: [email protected] 4

III. Rekomendasi KebijakanMekanisme penyaluran subsidi BBM yang diusulkan untuk dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Lembaga kredit (off-taker)

2. SPDN ++

3. asuransi

Sehubungan dengan hal-hal tersebut, perlunya dilakukan uji coba penerapan subsidi BBM yang dikaitkan dengan

pendaratan ikan, baik melalui kebijakan tunggal maupun melalui pemaduan dengan kebijakan lain. Uji coba tersebut juga

menyangkut berbagai mekanisme, untuk melihat kinerjanya dari berbagai aspek.

IV. Implikasi Kebijakan Implikasi kebijakan yang dapat diberikan diantaranya adalah:

1. Mempermudah akses terhadap BBM bersubsidi sehingga nelayan dapat mengaksesnya.

2. Pasokan bahan baku ikan akan lebih mudah didapatkan bagi usaha pengolahan.

3. Kehidupan nelayan meningkat.

DAFTAR ACUANInstruksi Presiden (INPRES) No. 15 Tahun 2011 tentang Perlindungan Nelayan.

Peraturan Menteri (PERMEN) Keuangan Nomor 03/ Pmk.02/ 2009 Tentang Tata Cara Penyediaan, Penghitungan Dan

Pembayaran Subsidi Bahan Bakar Minyak Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu.

Peraturan Presiden (PERPRES) No. 15 Tahun 2012 tentang Harga Jual Eceran dan Pengguna Jenis Bahan Bakar Minyak

Tertentu.

Tim PenyusunDisusun oleh : Siti Hajar Suryawati, Rizky Muhartono dan Estu Sri Luhur

Evaluator : Viktor Nikijuluw

Editor : Siti Hajar Suryawati, Mira dan Rizky Aprilian Wijaya

Desain grafis : Ilham Ferbiansyah

Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Jl. KS Tubun Petamburan VI Slipi Jakarta 10260

©2013 BBPSEKP

http://www.bbrse.kkp.go.id/

Pesan Utama

sumber foto: google

II. Temuan UtamaAkses Nelayan Terhadap BBM Bersubsidi

Penyaluran BBM bersubsidi dilakukan melalui Solar Packed Dealer untuk Nelayan (SPDN) merupakan wadah bagi nelayan dalam memperoleh solar bersubsidi seper� yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 03/PMK.02/2009. Program pemerintah ini bertujuan untuk membantu masyarakat perikanan, khususnya nelayan, terkait kebutuhan BBM/solar dengan harga khusus sebesar Rp. 4.500,- per liter. BBM bersubsidi ini dapat diperoleh melalui SPDN, stasiun pengisian bahan bakar nelayan (SPBN) dan Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBB) yang tersedia di pelabuhan dan tempat pendaratan ikan yang memiliki fasilitas tersebut. Kuota yang diberikan pemerintah untuk se�ap kapal ikan adalah sebanyak 25 kiloliter per bulan dengan sistem pembayaran secara tunai (cash).

Permasalahan yang ditemui di lapangan adalah ke�dakmampuan nelayan dengan kapal kecil (< 30 GT) membeli solar secara tunai (cash) sehingga mereka �dak dapat mengisi solar di SPDN. Akibatnya, beberapa di antara mereka membeli solar dan bensin secara eceran di warung dengan harga lebih mahal (Rp.5.000,- —5.500,- per liter) karena solar/bensin yang dibeli di warung bisa dibayar setelah nelayan melaut atau dengan kata lain dibeli dengan cara utang. Fenomena ini menunjukkan akses BBM bersubsidi bagi nelayan kecil terkendala oleh modal/uang tunai sehingga kebijakan subsidi BBM �dak bisa mencapai sasaran.

Permasalahan ini telah coba diatasi oleh pengelola Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Karangsong di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Nelayan di TPI Karangsong memiliki kemudahan dalam mengakses solar bersubsidi karena TPI Karangsong memiliki SPBN yang dikelola oleh KPL Mina Sumitra. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, koperasi ini cukup berjalan sesuai dengan fungsinya sehingga nelayan yang terda�ar sebagai anggota koperasi dapat memperoleh solar (dan perbekalan melaut lainnya) tanpa harus membayar tunai karena pembelian solar dibayarkan koperasi terlebih dahulu.

Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jl. KS. Tubun, Petamburan VI Jakarta 10260

Telp: (021) 53650162, Fax: (021) 53650159, E-mail: [email protected] 3Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jl. KS. Tubun, Petamburan VI Jakarta 10260Telp: (021) 53650162, Fax: (021) 53650159, E-mail: [email protected] 2

Dalam tahap implementasi, langkah-langkah tersebut dapat didorong melalui memaksimalkan para nelayan untuk mendaratkan hasil tangkapannya pada tempat pendaratan ikan (landing base) yang telah ditetapkan dalam SIPI/SIKPI. Secara langsung, kebijakan mendaratkan ikan di landing base ini diharapkan dapat: 1) memberikan jaminan keberlanjutan penyediaan bahan baku untuk unit pengolahan ikan (UPI) terkait dengan program industrialisasi yang dicanangkan oleh KKP, 2) mengurangi atau mencegah terjadinya penjualan di atas kapal di laut (transhipment), 3) memperluas kesempatan kerja bidang perikanan di Landing Base.

Mo�f Pemilihan Lokasi Pendaratan dan Implikasinya terhadap Gagasan Pemberian Subsidi Terkait dengan Pendaratan Ikan

Gambar 1. Mo�vasi Pemilihan Lokasi Pendaratan IkanSumber: Data Primer Diolah, 2012

Besarnya Subsidi yang Diperlukan untuk Mendorong Penjualan di Tempat yang Ditentukan

Berdasarkan analisis finansial usaha penangkapan (berbagai ukuran kapal dan jenis alat tangkap), diperoleh angka-angka besaran subsidi BBM berdasarkan selisih keuntungan yang diperoleh nelayan jika mendaratkan kapal �dak sesuai landing base-nya pada Tabel 1.

Strategi Penyaluran BBM Bersubsidi Berbasis Pendaratan Ikan Strategi Penyaluran BBM Bersubsidi Berbasis Pendaratan Ikan Strategi Penyaluran BBM Bersubsidi Berbasis Pendaratan Ikan Strategi Penyaluran BBM Bersubsidi Berbasis Pendaratan Ikan Strategi Penyaluran BBM Bersubsidi Berbasis Pendaratan Ikan

Keuntungan (Rp. 000)

Ukurankapal

Jikamendaratkan di

landing base

Jika mendaratkan di tempat lain

Selisihkeuntungan

(Rp. 000)

BBM yang diperlukanjika mendaratkan di landing base (liter)

Besarnya subsidi (Rp/liter)

2.400a

1.150 27 42.6001.200

1.200b

(1,100) 27 (42)

2.400a

225 27 8.300

< 10*

2.150

1.200b

(950) 27 (34.300)

5.400 a

7,750 132 59 10 – 20*

5. 400

6.000 a

700 132 5.100

> 60**

188.000

2.288.500

2.100.855 30.000 70.000

Tabel 1. S� ubsidi BBM yang Dikeluarkan Terkait Pengeluaran Untuk Pembelian BBM Pada Se�ap Trip.

Keterangan : *) harga pembelian BBM sebesar Rp 5.000,00**) harga pembelian BBM sebesarRp 4.500,00a = penjualan dilakukan di Kabupaten terdekatb = penjualan langsung ke bakul

Sumber : Data Primer Diolah, 2012

Iden�fikasi Mekanisme Penyaluran Subsidi

Dari hasil survei kepada responden, teriden�fikasi sejumlah bentuk mekanisme penyaluran subsidi yang dapat diper�mbangkan lebih lanjut. Mekanisme tersebut adalah:

(1) Lembaga kredit (off-taker)

L e m b a g a i n i d i m a k s u d k a n u n t u k meningkatkan modal usaha melalui lembaga keuangan yang sudah terbentuk d i masyarakat, seper� koperasi nelayan. Mekanisme ini dapat dipadukan dengan upaya pengembangan atau penguatan lembaga keuangan yang selama ini pada umumnya bermasalah. Dalam tataran o p e r a s i o n a l n y a , s u b s i d i i n d i v i d u dikumpulkan sebagai penyertaan modal dalam lembaga keuangan. Upaya ini merupakan langkah tepat jika dibandingkan membentuk lembaga keuangan baru yang memerlukan pembinaan dan pengawasan dari nol lagi. Sasaran dari program ini adalah kapal berukuran 10 – 20 GT.

Program ini dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a) Sosialisasi program untuk menjamin keberlanjutan program; sesuai subsidi yang seharusnya diterima, individu nelayan akan mendapatkan hak ertentu, misalnya prioritas peminjaman dan besarnya jumlah pinjaman.

b) Skema dan persyaratan simpan pinjam yang �dak memberatkan anggota.

c) Alokasi dana dirancang fleksibel sesuai dengan kondisi kemampuan lembaga dan kebutuhan anggota dan prioritasi sebagaimana disebutkan pada Poin b.

d) Pembayaran bunga dari kelompok atau lembaga keuangan ke bank pelaksana dilakukan se�ap bulan dengan alokasi pemanfaatan yang jelas.

e) Pemerintah dan nelayan anggota pembentuk lembaga keuangan secara bersama-sama melakukan pengawasan secara terus menerus dan mandiri.

f) Dana yang disalurkan kepada anggota merupakan program kredit dengan bunga ringan yang harus dikembalikan sehingga menjamin perguliran dana yang berkelanjutan.

(2) SPDN ++

Program ini dimaksudkan untuk menambah dan meningkatkan layanan pada SPDN/SPBN/SPBB karena pada prak�knya nelayan �dak hanya terkendala dalam memperoleh BBM/solar, tetapi juga kesulitan memenuhi kebutuhan perbekalan untuk kegiatan penangkapan. Bersinergi dengan lembaga kredit (off-taker) pada poin (1), nelayan dapat memperoleh kedua modal tersebut secara kredit yang selama ini dipenuhi dari warung (langgan) dan bakul (tengkulak). Dengan demikian, penerimaan nelayan �dak terdistorsi oleh pihak-pihak lain yang bersinggungan dengan usaha kelautan dan perikanan.

(3) Asuransi

Program ini merupakan pemberian jaminan bagi keluarga nelayan karena �ngginya risiko yang dihadapi nelayan saat melakukan kegiatan penangkapan. Mekanismenya dilakukan melalui lembaga penjamin dengan menarik iuran dari nelayan dengan jumlah yang �dak memberatkan nelayan.

Ke�ga mekanisme penyaluran subsidi BBM tersebut perlu dilakukan uji coba mekanisme sebelum diterapkan secara konkrit di lapangan. Hasil uji coba ini akan menjadi dasar perumusan mekanisme subsidi BBM kepada nelayan pada tahun-tahun mendatang. Dalam pelaksanaan uji coba dimaksud, beberapa hal yang perlu diperha�kan adalah: data nelayan dan kelompok nelayan dengan lebih akurat dan peran kelembagaan nelayan (Kelompok Nelayan atau Kelompok Usaha Bersama) dan organisasi nelayan serta pendampingan dan pengawasan berbagai komponen.

sumber foto : BBPSEKP dan google