POLICY BRIEF - ireyogya.orgireyogya.org/uploads/PB IREYogya-2.pdfPOLICY BRIEF Maret 2015 Institute...

4
POLICY BRIEF Maret 2015 Institute for Research and Empowerment 1 Instute for Research and Empowerment (IRE) adalah sebuah lembaga independen, non parsan, dan non profit, yang berbasis pada komunitas akademik di Yogyakarta Konteks Kebijakan S alah satu program Nawakerja Kementrian Desa, Transmigrasi dan Pembangunan Daerah ternggal adalah upaya untuk membentuk dan mengembangkan BUMDes. Kebijakan ini tentu perlu disambut dengan baik karena berpotensi untuk lebih mema- jukan perekonomian warga sehingga desa menjadi lebih mandiri. Tetapi masalahnya, pendirian dan pengembangan BUMDes ini sebenarnya kewenangan pemerintah pusat, pemerintah daerah atau desa. Desa mandiri berpeluang dibangun dan dikembangkan melalui UU No 6/2014 ten- tang Desa (UU Desa). Pasal 87 UU Desa dan pasal 132 PP 43 sama-sama memakai frasa “desa dapat” mendirikan BUMDes. Arnya, seap desa dberi peluang yang sama untuk mendirikan BUMDes, meski bukanlah sesuatu yang bersifat kewajiban yang memaksa. Dengan demikian BUMDes merupakan kelembagaan desa berbasis kebutuhan desa, bukan bentukan dari atas yang targeted (imposion organizaon). Pendirian BUMDes harus diletakkan se- bagai strategi jitu dalam mengelola asset desa. Gagasan pendiriannya harus dior- Membangun Kemandirian Desa Melalui BUMDes ganisir melalui mekanisme musyawarah desa, yakni sebuah forum demokras yang mempertemukan BPD, Pemerintah Desa dan Kelompok warga. Musyawarah desa ini sendiri merupakan mandatory UU Desa yang hendak melembagakan demokrasi lokal melalui perbincangan isu-isu strategis, salah satunya soal pendirian BUMDes. Disamping mekanisme musyawarah desa, dalam mendirikan BUMDes ini seharusnya desa telah memiliki daſtar inventarisasi as- set. Karena itu, mendirikan BUMDes pada dasarnya membangun tradisi berdemokrasi di desa untuk mencapai derajat ekonomi masyarakat desa yang lebih nggi. Dengan berbekal daſtar inventarisasi dan peta aset desa, forum musyawarah desa melakukan prakk deliberave democracy untuk me- nyepaka gagasan pengelolaan dan peman- faatan aset-aset desa melalui BUMDes. Tulisan ini membahas penngnya pengelolaan asset desa melalui BUMDes yang didirikan berdasarkan kebutuhan obyekf desa. Hal ini penng disampaikan agar pemerintah pusat dak menjadikan BUMDes sebagai program pembentukan organisasi ekonomi desa yang berasal dari atas (imposion). Sebaliknya bagi desa, BUMDes ini jangan sampai hanya mengiku tren semata.

Transcript of POLICY BRIEF - ireyogya.orgireyogya.org/uploads/PB IREYogya-2.pdfPOLICY BRIEF Maret 2015 Institute...

Page 1: POLICY BRIEF - ireyogya.orgireyogya.org/uploads/PB IREYogya-2.pdfPOLICY BRIEF Maret 2015 Institute for Research and Empowerment 1 Institute for Research and Empowerment (IRE) adalah

POLICY BRIEFMaret 2015

Institute for Research and Empowerment

1

Institute for Research and Empowerment (IRE) adalah sebuah lembaga independen, non partisan, dan non profit, yang berbasis pada komunitas akademik di Yogyakarta

Konteks Kebijakan

Salah satu program Nawakerja Kementrian Desa, Transmigrasi dan Pembangunan Daerah tertinggal adalah upaya untuk

membentuk dan mengembangkan BUMDes. Kebijakan ini tentu perlu disambut dengan baik karena berpotensi untuk lebih mema-jukan perekonomian warga sehingga desa menjadi lebih mandiri. Tetapi masalahnya, pendirian dan pengembangan BUMDes ini sebenarnya kewenangan pemerintah pusat, pemerintah daerah atau desa.

Desa mandiri berpeluang dibangun dan dikembangkan melalui UU No 6/2014 ten-tang Desa (UU Desa). Pasal 87 UU Desa dan pasal 132 PP 43 sama-sama memakai frasa “desa dapat” mendirikan BUMDes. Artinya, setiap desa dberi peluang yang sama untuk mendirikan BUMDes, meski bukanlah sesuatu yang bersifat kewajiban yang memaksa. Dengan demikian BUMDes merupakan kelembagaan desa berbasis kebutuhan desa, bukan bentukan dari atas yang targeted (imposition organization).

Pendirian BUMDes harus diletakkan se-bagai strategi jitu dalam mengelola asset desa. Gagasan pendiriannya harus dior-

Membangun Kemandirian Desa Melalui BUMDes

ganisir melalui mekanisme musyawarah desa, yakni sebuah forum demokratis yang mempertemukan BPD, Pemerintah Desa dan Kelompok warga. Musyawarah desa ini sendiri merupakan mandatory UU Desa yang hendak melembagakan demokrasi lokal melalui perbincangan isu-isu strategis, salah satunya soal pendirian BUMDes.

Disamping mekanisme musyawarah desa, dalam mendirikan BUMDes ini seharusnya desa telah memiliki daftar inventarisasi as-set. Karena itu, mendirikan BUMDes pada dasarnya membangun tradisi berdemokrasi di desa untuk mencapai derajat ekonomi masyarakat desa yang lebih tinggi. Dengan berbekal daftar inventarisasi dan peta aset desa, forum musyawarah desa melakukan praktik deliberative democracy untuk me-nyepakati gagasan pengelolaan dan peman-faatan aset-aset desa melalui BUMDes.

Tulisan ini membahas pentingnya pengelolaan asset desa melalui BUMDes yang didirikan berdasarkan kebutuhan obyektif desa. Hal ini penting disampaikan agar pemerintah pusat tidak menjadikan BUMDes sebagai program pembentukan organisasi ekonomi desa yang berasal dari atas (imposition). Sebaliknya bagi desa, BUMDes ini jangan sampai hanya mengikuti tren semata.

Page 2: POLICY BRIEF - ireyogya.orgireyogya.org/uploads/PB IREYogya-2.pdfPOLICY BRIEF Maret 2015 Institute for Research and Empowerment 1 Institute for Research and Empowerment (IRE) adalah

2

IRE POLICY BRIEF /MARET 2015

UU Desa mengakui bahwa desa mampu mengatur dan mengurus perbaikan pereko-nomian masyarakat desa. Karena itu desa diberi kewenangan lokal berskala desa bidang pengembangan ekonomi lokal desa, salah satunya melalui pendirian dan pengelolaan BUMDes. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi No 1/2015 secara tegas

memandu jenis-jenis kewenangan desa untuk pegembangan ekonomi lokal desa ini. Berdasarkan peraturan teknis inilah seharusnya ada sinergi antara kebijakan Kementrian Desa, Pemda dan pemerintahan desa dalam mengembangkan peta jalan ekonomi lokal desa melalui BUMDes. Alur berikut ini dapat digunakan sebagai peta jalan pendirian BUMDes.

Melahirkan BUMDes

Sumber : UU No 6/2014 tentang Desa dan PP 43/2014

Page 3: POLICY BRIEF - ireyogya.orgireyogya.org/uploads/PB IREYogya-2.pdfPOLICY BRIEF Maret 2015 Institute for Research and Empowerment 1 Institute for Research and Empowerment (IRE) adalah

3

IRE POLICY BRIEF /MARET 2015

POLI

CY

BRIE

FBerdasarkan alur di atas bisa diketahui bahwa Musdes yang diselenggarakan BPD menjadi pintu utama bagi desa untuk mendirikan BUMDes. Artinya, boleh saja Pemerintah Pusat mendorong pembentukan BUMDes. Dalam konteks ini pernyataan Menteri Desa soal BUMDes (Kompas, 2/2/2015), sebaik-nya diposisikan sebagai kampanye untuk mendirikan BUMDes. Tetapi yang penting diperhatikan bahwa desa butuh atau tidak butuh BUMDes harus disepakati melalui Musdes.

Dengan mekanisme musdes, maka pengem-bangan ekonomi lokal desa diharapkan tidak terjebak pada proyekisasi BUMDes atau sekedar mengikuti tren di desa-desa yang lain. Dengan demikian bisa dikatakan, bahwa kesepakatan untuk mendirikan BUMDes merupakan keputusan dan pilihan politik strategis desa dalam menentukan arah maupun bentuk pengmbangan ekonomi lokal di desa.

dasar air bersih masyarakat Desa Labbo di Kabupaten Bantaeng dan Desa Karangrejek Kabupaten Gunungkidul DIY, dilayani secara lebih baik melalui BUMDes yang menjalan-kan unit usaha air bersih. Dengan biaya yang terjangkau, warga merasakan manfaat dan kemudahaan mengakses air bersih untuk memenuhi kebutuhan kesehariannya. Begitu juga dengan Desa Bleberan di Gunungkidul yang mendirikan BUMDes untuk mengem-bangkan desa wisata minat khusus, yaitu air terjun “Sri Gethuk”, situs purbakala Mataram, dan pemancingan ikan. Desa wisata yang dikembangkan oleh BUMDes Bleberan ini pada tahun 2012 mampu meraup omzet sekitar Rp 1,2 milyar. Dari omzet tersebut, BUMDes memperoleh pendapatan bersih sekitar Rp 361 juta, dimana 20 persen (Rp 72,2 juta) dikontribusikan sebagai PADes Desa Bleberan. Tidak hanya PADes, kegiatan wisata desa juga memberikan pekerjaan bagi warga desa dan menambah pendapatan warga desa.

Dengan adanya potensi aset desa yang dikembangkan dan tidak bertabrakan dengan jenis usaha yang dikembangkan warga, maka perekonomian desa menjadi berkembang. Terlebih lagi ditopang oleh kompetensi dan komitmen para pengurus BUMDes dalam menjalankannnya, telah terbukti mampu membuat BUMDes berjalan secara kokoh dan berkembang secara berkelanjutan. BUMDes terbukti mampu menjalankan fungsi pengembangan ekonomi lokal di desa, yaitu menggairahkan sumber-sumber pendapatan baru yang mendokrak kesejahteraan warga di desa. Potret BUMDes di Kabupaten Bantaeng dan Gunungkidul sebagaimana disebutkan di atas, juga tidak terlepas dari adanya fasili-tasi, dukungan program dan penganggaran dari tingkat pemerintah daerah. Jadi, kuasa mendirikan BUMDes adalah desa. Tetapi, dukungan pengembangan BUMDes agar menjadi penggerak perekonomian local di desa bisa diperankan oleh pemerintah daerah, pemerintah pusat maupun pihak swasta.

BUMDes dan Aset Desa

Pendirian BUMDes harus memperhatikan aset desa. Para stakeholders desa harus memperhatikan aset – aset desa yang se-lama ini belum dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal. Misalnya, jika dilihat dari sisi kewilayahan, desa-desa pesisir dapat mengembangkan potensi laut yang dapat membantu untuk memperbaiki kesejahteraan para kaum nelayan. Untuk daerah pendala-man, yakni membantu mengembangkan unit usaha sarana dan prasarana pertanian.

Selain memperhatikan potensi aset, unit usaha BUMDes jangan sampai mengambil alih peran dan fungsi jenis usaha yang selama ini sudah menjadi sumber penghidupan warga. BUMDes harus mengambil peran dan fungsi untuk memilih jenis unit usaha yang berbasis pada asset yang dimiliki desa atau kebutuhan dasar warga yang lebih tepat jika dilayani oleh desa. Misalnya, kebutuhan

Page 4: POLICY BRIEF - ireyogya.orgireyogya.org/uploads/PB IREYogya-2.pdfPOLICY BRIEF Maret 2015 Institute for Research and Empowerment 1 Institute for Research and Empowerment (IRE) adalah

4

IRE POLICY BRIEF /MARET 2015

POLI

CY

BRIE

F

Policy Brief ini dipublikasikan olehInstitute for Research and Empowerment

www.ireyogya.org

JL. Palagan Tentara Pelajar Km. 9,5 Dsn. Tegalrejo RT 01 /RW 09

Desa. Sariharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman, Yogyakarta 55581

Telp : 0274-867686 Email : [email protected]

Website: www.ireyogya.org

Berdasarkan uraian di atas, kami mengajukan beberapa rekomendasi kepada pemerintah pusat dan pemerintahan daerah.

Pertama, program Nawakerja Kementrian desa untuk membentuk dan mengembangkan BUMDes harus berbasis kebutuhan desa. Dalam konteks ini, Kemendesa seharusnya berkoordinasi dengan pemerintah daerah, guna menginventarisasi karakter dan po-tensi asset desa di masing-masing wilayah. Pemahaman terhadap kondisi wilayah, karakter dan potensi asset desa akan mem-bantu Kemendesa dalam menyusun program dukungan pengembangan BUMDes di masa depan. Pendirian BUMDes menjadi kuasa desa, Kemendesa hanya berperan mem-bantu pengembangan lebih lanjut setelah desa mendirikan BUMDes.

Kedua, pelembagaan Musdes untuk pendirian BUMDes. Siapan pun harus memperhatikan dan menghormati proses demokratisasi desa, terutama ketika desa sedang mempertim-bangkan pengembangan ekonomi lokal di desa melalui BUMDes. Musyawarah desa

harus dilembagakan sebagai forum deli-berative dan partisipatoris semua kelompok masyarakat desa dalam pendirian BUMDes. Dengan pelembagaan demokrasi ini, BUM-Des diharapkan bisa benar-benar menjadi jalan kesejahteraan bagi masyarakat desa.

Ketiga, penguatan kapasitas pengelola BUMDes. Dalam rangka pengembangan BUMDes, pemerintah pusat dan daerah seharusnya memfasilitasi pengembangan kapasitas pengelola BUMDes, baik dari sisi manajemen keuangan, manajemen produksi dan manajemen pemasaran. Bahkan pemerintah dan pemerintah daerah bisa menyusun program “sister villages” guna membangun keterkaitan antar potensi atau pemasaran jenis usaha yang dikembangkan oleh masing-masing BUMDes. Desa-desa di Bantul, misalnya, bisa didorong untuk menjalin kerjasama saling menguntungkan (sister villages) dengan desa-desa yang ada di sekitar obyek wisata Bali dan Lombok.

Tim Penulis (Peneliti IRE)

Abdur Rozaki, Titok Hariyanto, Sunaji Zamroni, M. Zainal Anwar

Rekomendasi Kebijakan

@ireyogya

IRE-Yogyakarta