POLARIMETRI
-
Upload
aprilliana-indah -
Category
Documents
-
view
88 -
download
45
description
Transcript of POLARIMETRI
POLARIMETRI
I. TUJUAN
1. Mengukur besar sudut putar (putaran spesifik) jenis larutan optik aktif.
2. Membandingkan sifat optis aktif antara dua larutan yang berbeda berdasarkan sudut
putar jenis larutan tersebut
3. Mengetahui faktor yang mempengruhi besar sudut putar larutan optik aktif
4. Untuk mengetahui prinsip kerja polarimeter
5. Mengetahui hubungan antara putaran spesifik dengan konsentrasi suatu zat serta
panjang sel alat polarimeter dan juga sudut optiknya.
II. DASAR TEORI
Cahaya merupakan gelombang elektromagnit yang terdiri dari getaran medan listrik dan
getaran medan magnit yang saling tegak lurus. Bidang getar kedua medan ini tegak lurus terhadap
arah rambatnya. Sinar biasa secara umum dapat dikatakan gelombang elektromagnit yang vektor-
vektor medan listrik dan medan magnitnya bergetar kesemua arah pada bidang tegak lurus arah
rambatnya dan disebut sinar tak terpolarisasi. Apabila sinar ini melalui suatu polarisator maka
sinar yang diteruskan mempunyai getaran listrik yang terletak pada satu bidang saja dan dikatakan
sinar terpolarisasi bidang (linear).
Gambar 1. Skema Polarisasi
Bila arah transmisi polarisator sejajar dengan arah transmisi analisator, maka sinar yang
mempunyai arah getaran yang sama dengan arah polarisator diteruskan seluruhnya. Tetapi
apabila arah transmisi polarisator tegak lurus terhadap arah analisator maka tak ada sinar
yang diteruskan. Dan bila arahnya membentuk suatu sudut maka sinar yang diteruskan
hanya sebagian. Sinar terpolarisasi linear yang melalui suatu larutan optik aktif akan
mengalami pemutaran bidang polarisasi.
Gambar 2. Penyimpangan cahaya (pemutaran)
Apabila bidang polarisasi tersebut terputar kearah kiri (levo) dilihat dari pihak
pengamat, peristiwa ini kita sebut polarisasi putar kiri. Demikian juga untuk peristiwa
sebaliknya (dextro). Besar sudut pemutaran bidang polarisasi (teta) dapat dinyatakan
sebagai :
Dengan :
Polarimeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besarnya putaran optik
yang dihasilkan oleh suatu zat yang bersifat optis aktif yang terdapat dalam larutan. Jadi
polarimeter ini merupakan alat yang didesain khusus untuk mempolarisasi cahaya oleh
suatu senyawa optis aktif. Senyawa optis aktif adalah senyawa yang dpat memutar bidang
polarisasi, sedangkan yang dimaksud dengan polarisasi adalah pembatasan arah getaran
(vibrasi) dalam sinar atau radiasi elektromagnetik yang lain. Untuk mengetahui besarnya
polarisasi cahaya oleh suatu senyawa optis aktif, maka beesarnya perputaran itu bergantung
pada beberapa faktor yakni : struktur molekul, temperatur, panjang gelombang, banyaknya
molekul pada jalan cahaya, jenis zat, ketebalan, konsentrasi dan juga pelarut. Polarisasi
bidang dilakukan dengan melewatkan cahaya biasa menembus sepasang kristal kalsit atau
menembus suatu lensa polarisasi. Jika cahaya terpolarisasi-bidang dilewatkan suatu larutan
yang mengandung suatu enantiomer tunggal maka bidang polarisasi itu diputar kekanan
atau kekiri. Perputaran cahaya terpolarisasi-bidang ini disebut rotasi optis. Suatu senyawa
yang memutar bidang polarisasi suatu senyawa terpolarisasi-bidang dikatakan bersifat aktif
optis. Karena inilah maka enantimer-enantiomer kadang-kadang disebut isomer optis.
Prinsip kerja alat polarimeter adalah sebagai berikut, sinar yang datang dari sumber cahaya
(misalnya lampu natrium) akan dilewatkan melalui prisma terpolarisasi (polarizer),
kemudian diteruskan ke sel yang berisi larutan. Dan akhirnya menuju prisma terpolarisasi
kedua (analizer). Polarizer tidak dapat diputar-putar sedangkan analizer dapat diatur atau di
putar sesuai keinginan. Bila polarizer dan analizer saling tegak lurus (bidang polarisasinya
juga tega lurus), maka sinar tidak ada yang ditransmisikan melalui medium diantara prisma
polarisasi. Pristiwa ini disebut tidak optis aktif. Jika zat yang bersifat optis aktif
ditempatkan pada sel dan ditempatkan diantara prisma terpolarisasi maka sinar akan
ditransmisikan. Putaran optik adalah sudut yang dilalui analizer ketika diputar dari posisi
silang ke posisi baru yang intensitasnya semakin berkurang hingga nol. Untuk menentukan
posisi yang tepat sulit dilakukan, karena itu digunakan apa yang disebut “setengah
bayangan” (bayangan redup). Untuk mancapai kondisi ini, polarizer diatur sedemikian
rupa, sehingga setengah bidang polarisasi membentuk sudut sekecil mungkin dengan
setengah bidang polarisasi lainnya. Akibatnya memberikan pemadaman pada kedua sisi
lain, sedangkan ditengah terang. Bila analyzer diputar terus setengah dari medan menjadi
lebih terang dan yang lainnya redup. Posisi putaran diantara terjadinya pemadaman dan
terang tersebut, adalah posisi yang tepat dimana pada saat itu intensitas kedua medan sama.
Jika zat yang bersifat optis aktif ditempatkan diantara polarizer dan analizer maka bidang
polarisasi akan berputar sehingga posisi menjadi berubah. Macam macam polarisasi antara
lain, polarisasi dengan absorpsi selektif, polarisasi akibat pemantulan, dan polarisasi akibat
pembiasan ganda.
1. Polarisasi dengan absorpsi selektif, dengan menggunakan bahan yang akan melewatkan
(meneruskan) gelombang yang vektor medan listriknya sejajar dengan arah tertentu dan
menyerap hampir semua arah polarisasi yang lain.
2. Polarisasi akibat pemantulan, yaitu jika berkas cahaya tak terpolarisasi dipantulkan oleh
suatu permukaan, berkas cahya terpanyul dapat berupa cahaya tak terpolarisasi,
terpolarisasi sebagian, atau bahkan terpolarisasi sempurna.
3. Polarisasi akibat pembiasan ganda, yaitu dimana cahaya yang melintasi medium
isotropik (misalnya air). Mempunyai kecepatan rambat sama kesegala arah. Sifat bahan
isotropik yang demikian dinyatakan oleh indeks biasnya yang berharga tunggal untuk
panjang gelombang tertentu. Pada kristal – kristal tertentu misalnya kalsit dan kuartz,
kecepatan cahaya didalamnya tidak sama kesegala arah. Bahan yang demikian
disebut bahan anisotropik ( tidak isotropik). Sifat anisotropik ini dinyatakan dengan
indeks bias ganda untuk panjang gelombang tertentu. Sehingga bahan anisotropik juga
disebut bahan pembias ganda.
Rotasi optis yang diamati/diukur dari suatu larutan bergantung kepada jumlah senyawa
dalam tabung sampel, panjang jalan/larutan yang dilalui cahaya, temperatur pengukuran,
dan panjang gelombang cahaya yang digunakan. Untuk mengukur rotasi optik, diperlukan
suatu besaran yang disebut rotasi spesifik yang diartikan suatu rotasi optik yang terjadi bila
cahaya terpolarisasi melewati larutan dengan konsentrasi 1 gram per mililiter sepanjang 1
desimeter. Rotasi spesifik dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
Dimana : α = putaran yang diukur tanpa perputaran peralata
λ = panjang sel = 1 dm
c = konsentrasi( W/V )
t = temperature (oC)
Rotasi optik yang termati dapat berupa rotasi yang searah jarum jam, rotasi ini disebut
putar kanan dan diberi tanda (+), sedangkan senyawa yang diukurnya disebut senyawa
dekstro (d). Rotasi yang berlawanan dengan arah jarum jam disebut putar kiri dan diberi
tanda (-), senyawanya disebut senyawa levo (l). Beberapa hal yang harus diperhatikan pada
penggunaan polarimeter, yaitu:
1. Larutan sampel harus jernih atau tidak mengandung partikel yang tersuspensi di
dalamnya. Partikel tersebut akan menghamburkan cahaya yang melewati larutan.
2. Tidak terdapat gelembung udara pada tabung sampel saat diisi larutan.
3. Selalu dimulai dengan menentukan keadaan nol untuk mengkoreksi pembacaan.
4. Pembacaan rotasi optik dilakukan beberapa kali, sampai didapat data yang dapat
dihitung rata-ratanya.
III. ALAT DAN BAHAN
1. Alat:
Polarimeter
Botol semprot
2. Bahan
Aquades
Glukosa 2,5 %
Glukosa 5 %
IV. CARA KERJA
Sel polarimeter dibilas beeberapa kali dengan menggunakan botol semprot yang
berisi aquades. Sel tersebut diisi dengan aquades dan tidak boleh ada gelembung dalam sel
tersebut. Sel diletakkan dalam polarimeter, kemudian diatur pembacaannya hingga 0 ᵒC
melalui lensa mata bagian kanan. Selanjutnya “ setengah bayangan “ ( bayangan redup
ditetapkan sebagai bayangan kerja dengan mengatur pusat lensa mata maju atau mundur.
Pembacaan pertama pada aquades sebagai titik nol. Harga titik nol ini harus diperhitungkan
pada setiap pengukuran selanjutnya sel dikosongkan dan di bilas dengan larutan sampel
(glukosa 2,5 % dan glukosa 5% ) kemudian diisi sampel selanjutnya putaran optik untuk
larutan dihitung.dengan rumus
dimana : = putaran spesifik
α = putaran yang diukur tanpa perputaran peralatan
λ = panjang sel = 1 dm
c = konsentrasi( W/V )
V. DATA PENGAMATAN
Blanko : Aquadest α = 0,7o (Titik nol)
Zat A : Glukosa 2,5 %
Pengulangan Α
I +2,3o
II +0,3o
III +2,4o
Zat B : Glukosa 5 %
Pengulangan Α
I +1,6o
II +2,7o
III +2,7o
λ = 1 dm
VI. PERHITUNGAN1. Zat A : Glukosa 2,5 %
Diketahui : α1 = +2,3o
α2 = +0,3o
α3 = +2,4o
c =
λ = 1 dm
Ditanya : = . . . ?
Jawab :
=
=
= +92o
Dengan cara yang sama, diperoleh data sebagai berikut :
Percobaan Α
I +0,7o +92o +66,66o +25,34o +642,1156o
II +1,7o +12o +66,66o -54,66o +2987,7156o
III +0,7o +96o +66,66o +29,34o +860,8356o
+200o +4490,66
Standar deviasi (SD) =
=
=
=
= 47,38o
Simpangan baku =
= (66,66o±47,38o)
Persentase kesalahan =
= 71,07%
Kebenaran praktikum = 100%-71,07%
= 28,93%
2. Zat B : Glukosa 5 %
Diketahui : α1 = +1,6o
α2 = +2,7o
α3 = +2,7o
c =
λ = 1 dm
Ditanya : = . . . ?
Jawab :
=
=
= +32o
Dengan cara yang sama, diperoleh data sebagai berikut :
Percobaan Α
I +1,6o +32o +46,66o -14,66o 214,9156o
II +2,7o +54o +46,66o 7,34o 53,8756o
III +2,7o +54o +46,66o 7,34o 53,8756o
+140o 322,666o
Standar deviasi (SD) =
=
=
=
=
Simpangan baku =
= (+46,66o±12,70o)
Persentase kesalahan =
=
Kebenaran praktikum =
=
VII. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini yaitu tentang polarimetri yang bertujuan untuk mengukur
putaran optik yang dihasilkan oleh zat yang diujikan yaitu aquades, glukosa 2,5 % dan
glukosa 5 %. Pada percobaan ini, hal pertama yang dilakukan yaitu mengukur sudut putar
dari air (aquades) yang dijadikan sebagai larutan blanko. Air digunakan sebagai larutan
blanko karena air tidak dapat memutar bidang polarisasi. Selanjutnya dilakukan
pengukuran sudut putar dari larutan sampel berupa glukosa dengan konsentrasi2,5% dan
5%. Pengukuran putaran optik glukosa masing – masing dilakukan 3 kali agar dapat
diketahui kebenaran praktikum yang telah dilakukan. Bila cahaya dilewatkan ke dalam
larutan glukosa maka cahaya akan dibelokkan dengan sudut putar tertentu. Dari hasil
percobaan, diketahui bahwa larutan glukosa dengan konsentrasi berbeda-beda mampu
memutar cahaya terpolarisasi. Hal ini menandakan bahwa larutan glukosa memiliki atom C
asimetri (atom C yang mengikat empat gugus yang berbeda-beda), sehingga dapat
dikatakan kedua larutan tersebut mempunyai sifat optis aktif (aktivitas optik).
Hal penting yang harus diperhatikan pada percobaan ini yaitu pada
pengisian tabung (kuvet) tidak boleh menghasilkan gelembung udara, sebab
gelembung udara tersebut membentuk cekungan pada larutan sehingga dapat
mempengaruhi intensitas cahaya yang terpolarisasi, akibatnya berpengaruh pada
besarnya sudut putar suatu sampel. Besarnya sudut putar suatu sampel bergantung
pada jenis senyawa, suhu panjang gelombang cahaya terpolarisasi dan
konsentrasi. Akan tetapi pada percobaan ini hanya ingin diketahui pengaruh
konsentrasi terhadap besarnya sudut putar dari larutan glukosa.
Dari percobaan yang dilakukan diperoleh hasil putaran optik untuk
aquades, glukosa 2,5 % dan glukosa 5% sebagai berikut :
Aquades = 0,7o
Glukosa 2,5 % = 2,3o ; 0,3o ; 2,4o
Glukosa 5 % =1,6o ; 2,7o; 2,7o
Zat –zat tersebut diisikan ke dalam tabung yang ada dalam polarimeter
yang disebut sel polarimeter, tanpa ada gelembung udara agar tak mengaburkan
dan menggangu pembacaan. Baru kemudian dibaca setengah bayangan atau
bayangan redup yang dihasilkan oleh zat tersebut dengan mengatur skala calibrasi
pada polarimeter. Dari hasil perhitungan menggunakan rumus putaran optik
spesifik diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Putaran spesifik larutan glukosa 2,5% = +66,66o,dengan kebenaran praktikum
28,93 %
b. Putaran spesifik larutan glukosa 5% = + 46,66o ,dengan kebenaran praktikum
72,78 %
Dari hasil percobaan dan perhitungan ini menunjukkan bahwa putaran
spesifik glukosa 5% lebih kecil daripada glukosa 2,5%. Hal ini menandakan
glukosa 2,5% memiliki sifat optik aktif yang lebih besar dari glukosa 5%,
sehingga glukosa 2,5% lebih mudah dan lebih banyak memutar bidang polarisasi
dan putaran optik spesifik dibandingkan glukosa 5%. Maka dapat disimpulkan
bahwa glukosa 2,5% dengan konsentrasi lebih encer menghasilkan putaran optik
yang lebih besar dibandingkan dengan glukosa 5% yang lebih pekat, dalam hal ini
konsentrasi keduanya adalah sama. Persentase kebenaran tidak mencapai 100%
karena disebabkan kesalahan-kesalahan seperti kurang telitinya dan kurang
pemahaman praktikan dalam membaca skala pada polarimetri.
VIII.KESIMPULAN
1. Polarimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur putaran optic spesifik dari
suatu zat yang bersifat optik aktif.
2. Didapatkan bahwa besar sudut putar (putaran spesifik) dari larutan optik aktif adalah :
Glukosa 2,5% : 2,3o ; 0,3o ; 2,4o
Glukosa 5% : 1,6o ; 2,7o; 2,7o
3. Besar kesalahan praktikum pada penentuan sudut putar larutan glukosa 2,5% adalah
71,07% dengan kebenaran praktikum sebesar 28,93%.
4. Besar kesalahan praktikum pada penentuan sudut putar larutan glukosa 5% adalah
27,22% dengan kebenaran praktikum sebesar 72,78%.
5. Larutan glukosa merupakan larutan yang bersifat optik aktif.
6. Glukosa 2,5 % memiliki putaran optic spesifik yang lebih besar dari glukosa 5 %
7. Besar kecilnya putaran spesifik suatu larutan optik aktif dipengaruhi oleh konsentrasi
larutan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Dogra, S.K dan S. Dogra.1990. Kimia Fisika dan Soal-Soal.Cetaka – 1 : Jakarta.
Sukardjo.1987.Kimia Fisik Untuk Universitas.Jakarta : PT.Gramedia.
Tim Laboratorium Kimia Fisika. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Fisika II. Jurusan Kimia
F.MIPA Universitas Udayana: Bukit Jimbaran.
http://ofidfisika.blogspot.com/2011/01/percobaan-polarimeter.html
http://id.articlestreet.com/science/how-a-polarimeter-works.html