Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

75
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Kota Malang mengalami perkembangan pesat pada masa pendudukan Belanda di Indonesia. Ia menyimpan perbendaharaan arsitektur yang sangat beragam, terutama pada masa pendudukan ini. Hal ini disebabkan pada masa tersebut budaya asli dari tiap etnis masih original salah satunya dikarenakan oleh adanya klasifikasi pemukiman berdasarkan etnis. Pengelompokan rumah tinggal kolonial pada beberapa daerah di Malang diakibatkan oleh Pembangunan daerah perumahan berdasarkan kelompok etnis (sekitar tahun 1914), yaitu sebagai berikut: Daerah permukiman Pribumi (kurang lebih 40.000 jiwa) di sebelah selatan alun-alun; Kebalen, Temanggungan, Talun, Klojen Lor, dan Jodipan. Daerah permukiman bangsa Eropa (kurang lebih 2.500 jiwa) di sebelah barat daya alun-alun; Kayutangan Oro-oro Dowo, Celaket, Klojen Lor, dan Rampal. Hampir semua bangunan kolonial yang tersisa di Malang sekarang dibangun setelah tahun 1900 (sebagian besar dibangun setelah tahun 1920 an selaras dengan perkembangan kotanya) yang diistilahkan sebagai arsitektur kolonial modern. Secara garis besar perkembangan arsitektur kolonial di Malang yang dibangun setelah th. 1914 bisa dibagi menjadi 2 bagian yaitu yang dibangun antara th. 1914-1920 dan yang dibangun sesudah th. 1920 an sampai th. 1940 an.

Transcript of Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

Page 1: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang penelitian

Kota Malang mengalami perkembangan pesat pada masa pendudukan Belanda

di Indonesia. Ia menyimpan perbendaharaan arsitektur yang sangat beragam, terutama

pada masa pendudukan ini. Hal ini disebabkan pada masa tersebut budaya asli dari tiap

etnis masih original salah satunya dikarenakan oleh adanya klasifikasi pemukiman

berdasarkan etnis.

Pengelompokan rumah tinggal kolonial pada beberapa daerah di Malang

diakibatkan oleh Pembangunan daerah perumahan berdasarkan kelompok etnis (sekitar

tahun 1914), yaitu sebagai berikut: Daerah permukiman Pribumi (kurang lebih 40.000

jiwa) di sebelah selatan alun-alun; Kebalen, Temanggungan, Talun, Klojen Lor, dan

Jodipan.

Daerah permukiman bangsa Eropa (kurang lebih 2.500 jiwa) di sebelah barat

daya alun-alun; Kayutangan Oro-oro Dowo, Celaket, Klojen Lor, dan Rampal. Hampir

semua bangunan kolonial yang tersisa di Malang sekarang dibangun setelah tahun 1900

(sebagian besar dibangun setelah tahun 1920 an selaras dengan perkembangan kotanya)

yang diistilahkan sebagai arsitektur kolonial modern. Secara garis besar perkembangan

arsitektur kolonial di Malang yang dibangun setelah th. 1914 bisa dibagi menjadi 2

bagian yaitu yang dibangun antara th. 1914-1920 dan yang dibangun sesudah th. 1920

an sampai th. 1940 an.

Daerah permukiman Cina di sebelah timur alun-alun, dikenal sebagai daerah

“Pecinan”. (Handinoto & Soehargo, 1996:24-25). Kawasan Pecinan-Malang ditandai

oleh bangunan rumah-toko yang berjajar di sepanjang Jl. Pasar Besar (Jl. Petjinan) yang

kemudian disebut sebagai kawasan Pecinan.

Peninggalan masa kolonial yang banyak ditemui di kota Malang adalah rumah

tinggal. Rumah tinggal kolonial di Malang memang banyak yang didominasi oleh

kalangan Eropa, namun tidak sedikit pula penduduk pribumi yang memiliki bangunan

rumah tinggal kolonial. Dalam bukunya “Can Asians Think ?” , Kishore Mahbubani

(2000) menyatakan bahwa orang Asia itu tidak dapat berpikir karena pengaruh

kolonialisme. Pengaruh atau dampak yang amat menyakitkan bukanlah pengaruh fisik

melainkan pengaruh mental dari kolonialisasi tersebut. Banyak negara di Asia,

Page 2: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

2

termasuk beberapa negara di kawasan Asia Tenggara yang menganggap bahwa orang

Eropa lebih unggul daripada orang Asia. Inilah dampak yang sampai saat ini sangat

melekat di hati orang Asia. Hal inilah yang menyebabkan penduduk pribumi banyak

meniru arsitektur Eropa pada saat itu.

Arsitektur di Malang mulai berkembang seiring dengan perkembangan kota

Malang yang mulai pesat pada masa kolonialisme. Terutama setelah direncanakannya

tahapan pengembangan kota yang dituangkan dalam rencana Bouwplan.

Penelitian ini mengambil tata ruang dalam rumah tinggal sebagai objek

penelitian karena pola tata ruang dalam terbentuk sesuai dengan latar belakang

penghuninya. Latar belakang penghuni seperti latar belakang pendidikan, budaya, gaya

hidup, mata pencaharian, maupun lingkungan dapat mempengaruhi kebiasaan serta

kebutuhan ruang dalam rumah tinggal. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai

kasus bangunan rumah tinggal pada masa kolonial yang banyak mendapatkan pengaruh

dari budaya bangsa-bangsa asing, terutama bangsa Belanda yang sedang menduduki

Indonesia pada saat itu.

Untuk mengetahui hal tersebut, perlu diketahui penelitian mengenai pola tata

ruang dalam rumah tinggal pada masa kolonial dengan mengambil kasus pada kawasan

Kidul Dalem, Malang.

Pola sendiri merupakan perulangan dari tata ruang dalam tersebut. Oleh karena

itu, diharapkan dalam penelitian mengenai pola tata ruang dalam ini dapat terhindar

dari suatu hasil yang bersifat kasuistik dan dapat diperoleh hasil yang menyeluruh pada

rumah tinggal pada masa kolonial.

Menurut Kartono (1999) Pada hakekatnya ruang-ruang pada arsitektur rumah

tinggal baik pada masyarakat Barat maupun Timur pada awalnya mempunyai pola yang

sama yaitu mempunyai konsep mitologi dan kosmologi pada penataan ruangnya. Dalam

perjalanan sejarah kemudian masyarakat Barat mulai meninggalkan tahapan mistis dan

mulai memasuki tahapan ontologis. Sedangkan masyarakat Timur cenderung masih

mempertahankan kebudayaan mistisnya walaupun saat ini juga terlihat adanya

perkembangan akibat proses akulturasi.

Pemahaman tentang makna ruang yang terjadi sebenarnya tidak dapat

dibedakan secara “hitam-putih” dengan klasifikasi dikotomis Timur-Barat: Rasionalis-

Romantis sebab dalam realitanya pada masyarakat barat maupun masyarakat timur

sendiri di masing-masing keudayaan juga memiliki perbedaan wujud dan makna ruang

yang dijadikan wadah aktivitasnya.

Page 3: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

3

Secara umum, terdapat beberapa alasan perlunya dilakukan penelitian mengenai

pola tata ruang dalam rumah tinggal pada masa kolonialisme. Alasan tersebut antara

lain:

Pada masa kolonialisme arsitektur di kota Malang mulai berkembang dengan

pesat, sehingga dengan penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap

kajian perkembangan arsitektur pada masa kolonial di kota Malang;

Penelitian mengenai bangunan kolonial yang sudah ada, umumnya hanya

meneliti bangunan milik kalangan Eropa saja, padahal arsitektur yang

kerkembang pada masa itu tidak hanya arsitektur Belanda saja;

Kekayaan arsitektural ini dapat dibagi sehingga dapat diarahkan pada pelestarian

arsitektur; serta

Keberadaan bangunan rumah tinggal pada masa kolonialisme dalam beberapa

dekade ini rawan mengalami perkembangan karakteristik.

Penelitian dilakukan pada daerah Kidul Dalem Kota Malang dengan

pertimbangan bahwa:

Letak kawasan Kidul Dalem yang dekat dengan persebaran beberapa budaya,

seperti pasar besar yang banyak ditemui budaya Cina, sebelah barat Alun-alun

banyak ditemukan buadaya arab, pusat pemerintahan di Alun-Alun ditemukan

budaya Eropa, serta budaya local di kampung-kampung sekitar Kidul Dalem

seperti Jodipan dan Kebalen;

Daerah Kidul Dalem Malang merupakan daerah yang dekat dengan pusat kota.

Kota Malang pada masa itu masih berupa kota kabupaten kecil di bawah

Karesidenan Pasuruan, sehingga perkembangan arsitektur pada masa kolonial di

Kota Malang masa itu terpusat pada alun-alun/pusat kota; dan

Umumnya pemilik bangunan rumah tinggal kolonial adalah orang-orang

pribumi yang bekerja pada pemerintahan Belanda pada saat itu, sehingga dapat

dilihat pengaruh langsung arsitektur bangsa Eropa pada rumah tinggal yang ada

pada kawasan ini.

Selain beberapa alasan tersebut di atas, menurut hasil penelitian mengenai

rumah tinggal pada masa kolonial yang telah dilakukan sebelumnya diperoleh hasil:

Pada masa kolonialisme, pembangunan rumah pada tingkat pejabat atau orang-

orang terpandang diawasi langsung oleh Belanda. Penentuan skala, struktur dan

konstruksi, ketinggian, penggunaan bahan dan ornament dan sebagainya didikte oleh

Page 4: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

4

Belanda. Invasi langsung Belanda dalam pembangunan rumah kelompok elit pribumi

mempertegas perbedaan status sosial dalam masyarakat. Rumah-rumah kelompok ini

jadi menonjol di lingkungannya (disebut juga omah gedhong);

Rumah-rumah rakyat yang bergaya Belanda ternyata masih menggunakan pola

ruang yang sama dengan rumah gaya “tradisional”. Pola dan susunan ruang rumah

Belanda diadopsi pada tahap berikutnya, yaitu rumah-rumah yang dibangun pada tahun

1940-an. Pada pola dan susunan ruang yang baru, terlihat bahwa hirarki ruang tidak lagi

bergradasi dari publik ke privat, tetapi ada ‘pencampuran’ ruang publik dan ruang

privat. Jumlah rumah dengan gaya ini lebih sedikit dibandingkan dengan rumah yang

mempertahankan struktur dan pola ruang yang sama.

Gaya arsitektur kolonial ternyata banyak ditiru pada bentuk fisik rumah. Pola

ruang yang mengandung konsep publik-privat yang menunjukan konsep hubungan

sosial dalam masyarakat di lingkungan rumah tinggal berubah dalam waktu lebih lama,

atau dengan kata lain lebih mampu bertahan dibandingkan bentuk fisiknya.

1.2 Identifikasi masalah

Dari pembahasan sebelumnya, masalah yang diidentifikasi pada studi

mengenai pola tata ruang dalam rumah tinggal pada masa kolonial di Kidul Dalem

Malang ini adalah sebagai berikut:

a. Pada masa kolonialisme arsitektur di kota Malang mulai berkembang dengan

pesat, sehingga dengan penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap

kajian perkembangan arsitektur pada masa kolonial di kota Malang;

b. Penghuni rumah mengalami perkembangan aktivitas maupun kebutuhan

diakibatkan pesatnya pertumbuhan kota Malang setelah berganti status menjadi

kotamadya

c. Peninggalan masa kolonialisasi di Malang perlahan-lahan mengalami

perkembangan sesuai dengan perkembangan aktivitas, kebutuhan penghuni,

maupun perkembangan zaman.

d. Kawasan Kidul Dalem merupakan kawasan yang dekat dengan pusat kota,

sehingga diharapkan rumah tinggal yang ada di kawasan ini dapat menjadi

represetasi arsitektur pada masa kolonial.

1.3  Rumusan masalah

Page 5: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

5

Berdasarkan latar belakang yang ada, permasalahan yang diungkapkan pada

studi mengenai pola tata ruang dalam bangunan rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem

Malang ini adalah:

1. Bagaimana pola tata ruang dalam pada rumah tinggal masa kolonial di kawasan

Kidul Dalem, Klojen?

2. Perubahan ruang apa saja yang terjadi pada rumah tinggal kolonial di kawasan

Klojen terkait dengan Pola tata ruang dalamnya?

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pola tata ruang dalam

tersebut?

1.4 Pembatasan masalah

Mengingat terlalu luasnya cakupan studi mengenai pola tata ruang dalam rumah

tinggal pada masa kolonial di Kidul Dalem Malang ini, maka studi yang dilaksanakan

ini dibatasi pada beberapa aspek yang nantinya akan dianalisia. Aspek-aspek yang akan

dianalisa serta pertimbangan pengambilan pembatasan masalah adalah sebagai berikut:

Pola tata ruang dalam, dengan pertimbangan bahwa pola tata ruang dalam

mewadahi prilaku serta aktivitas penggunanya. perkembangan kota Malang yang

pesat pada masa kolonialisme pastilah berdampak pada pola aktivitas maupun

kebutuhan masyarakat pada masa tersebut.

Rumah tinggal, dengan pertimbangan dalam rumah tinggal merupakan bangunan

yang paling privat dan memerlukan kesesuaian dengan aktivitas penghuninya,

perkembangan pola aktivitas maupun kebutuhan masyarakat pada masa kolonial

akan berdampak langsung pada bangunan yang paling privat, yaitu rumah

tinggal.

pada masa kolonial, dengan pertimbangan bahwa perkembangan arsitektur di

Kota Malang sangat pesat pada masa kolonial.

Batasan lokasi penelitian adalah pada daerah Kidul Dalem kota Malang.

Pembatasan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan bahwa perkembangan

arsitektur pada kolonial yang pesat pada masa tersebut adalah pada kawasan

yang berada di dekat alun-alun.

Perubahan pola tata ruang dalam yang pernah terjadi pada bangunan, dengan

pertimbangan bahwa selama masa kolonialisasi hingga saat ini merupakan

waktu yang cukup panjang dan memungkinkan adanya perkembangan pola tata

ruang dalam pada rumah tinggal.

Page 6: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

6

Faktor penyebab perubahan pola tata ruang dalam, dengan pertimbangan untuk

mengetahui perilaku penghuni rumah yang kemungkinan telah mengalami

berbagai perkembangan kebutuhan maupun aktivitas.

1.5 Tujuan dan kegunaan

1.5.1 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang pada studi mengenai

pola tata ruang dalam bangunan rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem Malang ini

adalah:

1. Mengidentifikasi dan menganalisis pola tata ruang dalam pada rumah tinggal

masa kolonial kolonial di kawasan kidul Dalem Klojen

2. Mengidentifikasi dan menganalisis perubahan ruang yang terjadi pada rumah

tinggal kolonial di kawasan Klojen terkait dengan Pola tata ruang dalamnya

3. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

perubahan pola tata ruang dalam tersebut

1.5.2 Kegunaan penelitian

a. Bagi akademisi

Memberikan masukan, informasi dalam hal studi pola tata ruang dalam

rumah tinggal pada masa kolonial. Penelitian mengenai bangunan kolonial yang

sudah ada, umumnya hanya meneliti bangunan milik kalangan Eropa saja,

padahal arsitektur yang kerkembang pada masa itu tidak hanya arsitektur

Belanda saja. Diharapkan hasil penelitian ini nantinya akan menjadi pelengkap

kajian teoritis terhadap perkembangan ilmu tentang pola tata ruang dalam pada

rumah tinggal pada masa kolonial.

b. Bagi masyarakat

Penelitian ini bertujuan agar masyarakat umum mengerti mengenai

bangunan dengan nilai sejarah bangunan kolonial dan melestarikan peninggalan

sejarah tersebut.

c. Bagi Lingkungan

Page 7: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

7

Menambah citra kawasan dan membangun kesadaran masyarakat akan

berharganya nilai historis dari sebuah bangunan peninggalan masa kolonialisasi

yang ada, sehingga muncullah keinginan untuk menjaga dan melestarikannya.

d. Bagi pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai catatan, dokumentasi

tertulis dan arsip yang memberi sedikit masukan informasi bagi usaha

konservasi bangunan bersejarah, khususnya bangunan-bangunan bersejarah

mengalami kerusakan dan dibongkar tanpa mengindahkan nilai historisnya.

I.6 Sistematika pembahasan

Bagian utama dari penelitian ini terdiri atas lima bab yang berurutaan

pembahasannya, sehingga menghasilkan kesimpulan pada bab terakhir. Sistematika

pembahasannya adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Latar belakang yang akan dikemukakan lebih mengarah pada penting dan

menariknya penelitian, fenomena-fenomena yang ada, semua kutipan-

kutipan yang terkait dengan penelitian, sampai munculnya anggapan dasar,

sehingga munculnya rumusan masalah menjadi lebih terarah.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Kajian-kajian teori yang dikutip berasal dari berbagai pustaka yang relevan

dengan permasalahan, sehingga dapat mendukung untuk menjawab rumusan

masalah. Sesuai dengan judul penelitian, kepustakaan yang dijadikan

tingauan adalah yang berkaitan dengan arsitektur kolonial, rumah tinggal,

maupun pola tata ruang dalam ruang.

BAB III : Metode Penelitian

Penjelasaan mengenai metode yang akan digunakan pada penelitian. Metode

ini akan digunakan dalam upaya mencara jawaban atas permasalahan, mulai

dari penggalian data sampai pada tahap analisis hasil data, serta variabel-

variabel yang akan digunakan.

BAB IV : Hasil dan Pembahasan

Page 8: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

8

Pada bab ini, akan dijelaskan kawasan studi yang berlokasi di Kidul Dalem

Klojen, serta menjelaskan data primer maupun data sekunder. Setelah itu,

akan dilakukan analisis tinjauan kasus riset yang berkaitan dengan pola tata

ruang dalam ruang pada rumah tinggal kolonial di kawasan Kidul Dalem

Klojen, sehingga akan didapatkan hasil akhir yaitu berupa pola tata ruang

dalam ruang pada rumah tinggal kolonial Belanda Masyarakat Pribumi

Klojen, Malang.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Hasil analisis dari tinjauan kasus riset kemudian diambil kesimpulan, serta

memberikan saran untuk keilmuan dan implementatif. Pada bab ini juga

disertakan saran mengenai kelemahan/kekurangan dalam penulisan

penelitian ini dan masukan untuk penelitian mendatang.

Daftar Pustaka

I.7 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan landasan awal yang digunakan dalam

penelitian sebagaimana yang tersusun dalam bagan di bawah ini (Gambar 1.1).

Page 9: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

9

Page 10: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

10

Page 11: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

11

Gambar 1.1 Kerangka pemikiran

Page 12: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pola tata ruang dalam

2.1.1 Pengertian pola tata ruang dalam

Tata ruang dalam merupakan unsur pokok dalam memahami arsitektur, tata

ruang dalam berfungsi sebagai wadah aktivitas manusia baik secara fisik maupun psikis.

Seluruh aktivitas manusia baik secara fisik maupun psikis. Seluruh aktivitas manusia

sangat ditentukan oleh pengetahuan sosial-budaya yang dimilikinya, aktivitas yang

dilakukan tersebut akan membentuk sebuah keteraturan yang secara sadar atau tidak

dilakukan oleh pelaku aktivitasnya.

Hal tersebut juga mengakibatkan pola tata ruang dalam dapat terlihat sebagai

hubungan antara arsitektur, lingkungan dan budaya tempat tata ruang dalam berada.

Menurut Altman (1975) privasi merupakan kontrol selektif terhadap diri individu.

Batas-batas dari privat tersebut berupa norma-norma yang telah disepakati kelompok

dan selanjutnya diwujudkan dalam batas fisik tata ruang dalam.

Pola adalah suatu bentuk dasar yang dijadikan model dan ditiru untuk membuat

bentuk yang sama atau serupa. Pola mempunyai sifat-sifat yang cenderung serasi

dengan kebudayaan pada umumnya. Sifat-sifat tersebut antara lain:

a. Suatu  pola   dapat  dilihat  dan  dapat  diukur. 

Dapat dilihat artinya tampak dalam bentuk dan wujud tertentu. Dapat  diukur 

artinya  setiap  pola yang tampak  atau  terlihat  mempunyai  makna  tertentu. 

Pola  dipengaruhi  oleh  beberapa aspek,  seperti:  waktu,  kondisi,  alasan,  cara, 

dan/atau  tujuan. 

b. Dilakukan  berulang-ulang

suatu  pola  cenderung dilakukan  secara  berulang-ulang,  sehingga  menjadi 

suatu  tradisi. 

c. Dilakukan oleh banyak orang 

Dalam hal ini berarti pola cenderung ditemukan pada banyak bangunan pada

suatu lingkungan dengan kebudayaan yang sama.

d. Mempunyai arti dan makna yang bersifat sosial;

Setiap pola mengandung arti dan makna yang bersifat sosial. Maksudnya adalah

bahwa suatu pola disepakati dan diterima bersama.

Page 13: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

13

e. Diwariskan dan bersifat memaksa; 

Pola yang telah diketahui, dipahami, dan disepakati bersama oleh suatu generasi 

pada umumnya merupakan warisan dari generasi sebelumnya. 

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1996 mengenai Pelaksanaan

Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam

Penataan Ruang, yang dimaksud dengan Tata Ruang adalah wujud dari struktur dan

pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak direncanakan. Penataan

Ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian

pemanfaatan ruang.

Menurut Ching, 1996 Pola tata ruang dalam adalah susunan dari ruang-ruang yang

berkaitan satu sama lain menurut fungsi, kedekatan, atau alur sirkulasi sehingga

terorganisir menjadi pola-pola bentuk ruang yang “koheren” (saling berkaitan erat).

2.1.2 Prinsip-prinsip penyusunan pola tata ruang dalam

Menurut Ching (1996) terdapat beberapa prinsip-prinsip organisasi yang dapat

dipakai untuk menciptakan susunan di dalam suatu komposisi arsitektur.

1. Sumbu

Sebuah garis yang terbentuk oleh dua buah titik di dalam ruang di mana

terhadapnya bentuk-bentuk dan ruang-ruang dapat disusun.

2. Simetri

Distribusi bentuk-bentuk dan ruang-ruang yang sama dan seimbang terhadap

suatu garis bersama (sumbu) atau titik (pusat).

3. Hierarkhi

Penekakan suatu hal yang penting atau mencolok dari suatu bentuk atau ruang

menurut besarnya, potongan atau penempatan secara relative terhadap bentuk-

bentuk dan ruang-ruang lain dari suatu organisasi.

4. Irama

Penggunaan pola-pola yang sama dan resultante dari irama-irama untuk

mengorganisisr satu seri bentuk-bentuk atau ruang-ruang yang serupa.

5. Datum

Sebuah garis, bidang, atau ruang yang oleh karena kesinambungan dan

keteraturannya berguna untuk mengumpulkan, mengelompokan, dan

mengorganisir suatu pola bentuk-bentuk dan ruang-ruang.

Page 14: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

14

6. Transformasi

Prinsip-prinsip tentang konsep-konsep arsitektur atau organisasi yang dapat

dipertahankan, diperkuat, dan dibangun melalui serentetan manipulasi dan

transformasi.

Menurut Paul Lesau (1980), ruang dalam rumah tinggal terbagi dalam 4 zona

besar ruang, yaitu:

1. Zona Publik

Secara umum adalah ruang dengan fungsi manfaat yang digunakan untuk

kepentingan publik atau umum. Pada zona ini ini penggunaka dapat melakukan

aktifitas di dalam zona tersebut tanpa harus meminta izin pemilik rumah.

2. Zona Semi Publik

Ruang semi publik merupakan ruang dengan fungsi dan manfaat untuk

kepentingan privat dan publik, jika ingin menggunakan zona ini harus seizin

pemilik.

3. Zona Privat

Zona privat adalah ruang dengan fungsi dan manfaat hanya untuk kepentingan

privat (pemilik). Orang luar tidak diperkenankan masuk ke zona privat karena

pada zona ini pemilik melakukan aktivitas pribadi mereka.

4. Most Privat/Servis

Zona most privat adalah ruang dengan fungsi dan manfaat untuk aktivitas servis

(pelayanan).

2.1.3 Aspek yang mempengaruhi pola tata ruang dalam

Menurut Rapoport (1969), ada lima aspek yang mempengaruhi bentuk rumah

tinggal, sebagai berikut:

1. Kebutuhan dasar manusia

Manusia memiliki kebutuhan yang berbeda untuk standar kenyamanan

hidupnya. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh ukuran tubuh, perilaku, budaya

dan lingkungan sekitar.

2. Keluarga

Masyarakat mempunyai struktur keluarga yang berbeda, baik keluarga besar

(extended family) atau keluarga kecil/inti (nuclear family), akan mempengaruhi

bentuk rumah.

Page 15: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

15

3. Posisi Wanita

Sejauh mana peranan wanita dalam sistem keluarga sebagai penghuni rumah.

4. Privacy

Kebutuhan akan privacy pada tiap masyarakat pun berbeda sesuai dengan

budaya yang ada.

5. Hubungan sosial

Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan ruang-ruang yang

memungkinkan mereka dapat bertemu dan berinteraksi sosial.

Oliver (1987), menjelaskan bahwa perwujudan suatu bangunan rumah didasari

oleh kepentingan-kepentingan yang berkaitan antara lain dengan organisasi

permukiman, hubungan kebutuhan teori dengan tapak, struktur sosial, ekonomi,

keadaan pasar dan sistem komunikasi, dan bagaimana tipe bangunan hunian tersebut

dipengaruhi oleh tersedianya yang memungkinkan, kecakapan membangun dan

teknologi.

Menurut Abraham Maslow (1943) manusia mempunyai kebutuhan yang

membentuk tingkatan-tingkatan atau disebut juga hirarki dari yang paling penting

hingga yang tidak penting dan dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau

didapat. Motivasi manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar yang perlu

dipenuhi (Gambar 2.1).

Kebutuhan maslow

harus memenuhi

kebutuhan yang paling

penting dahulu

kemudian meningkat ke

yang tidak terlalu

penting. Untuk dapat

merasakan nikmat suatu

tingkat kebutuhan perlu

dipuaskan dahulu

kebutuhan yang berada

pada tingkat di

bawahnya.

Gambar 2.1 Hierarkhi kebutuhan Marslow(Sumber: www.stationarypilgrim.wordpress.com)

Page 16: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

16

Menurut Triyanto (2001), menyataan bahwa dengan melalui elemen-elemen

pembentuknya, sebuah ruang dapat dianilisis. Caranya yakni dengan

mempertimbangkan berdasarkan material, teknik, fungsi sosial yang timbul serta gaya

yang terkandung di dalamnya seperti penjelasan di bawah ini:

1) Material, objek, warna, teknik, yaitu dengan memperhatikan hal tersebut maka

akan diketahui makna implisit yang terkandung di dalamnya.

2) Fungsi sosial, yaitu menjelaskan seberapa jauh kehadirannya mampu

memberikan sumbangan terhadap kegiatan manusia yang berinteraksi di

dalamnya.

3) Gaya, yaitu dengan memperhatikan hal tersebut maka akan diketahui pula jenis

budayanya.

2.2 Perubahan tata ruang dalam

2.2.1 Pengertian perubahan

Menurut pendapat Habraken (2004) bahwa perubahan merupakan hasil

intervensi dari manusia, individu kelompok atau organisasi dan institusi dalam kontrol

suatu bagian tempat terjadinya perubahan kemampuan untuk merubah realita fisik

adalah suatu kekuasaan, dikatakan kekuasaan karena semua orang mempunyai

kemampuan untuk memutuskan perletakan, pemindahan atau pergeseran suatu elemen.

Menurut Gerth & Mills (1946), menguraikan tentang enam hal yang

menyangkut perubahan. Dikatakan bahwa dalam perubahan, akan tergambarkan tentang

hal-hal sebagai berikut:

a. Apa yang berubah;

b. Bagaimana hal tersebut berubah;

c. Arah perubahan;

d. Kecepatan perubahan;

e. Sebab-sebab perubahan;

f. Faktor-faktor penting yang ada dalam perubahan.

Beberapa poin dari enam hal tersebut akan digunakan sebagai bahan analisis

guna mendeskripsikan perubahan pola tata ruang dalam pada rumah tinggal kolonial di

kawasan Klojen Malang. Poin-poin yang dipilih berdasarkan rumusan masalah serta

kelengkapan data yang didapat.

Page 17: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

17

2.2.2 Kategori perubahan

Terdapat beberapa kategori perubahan menurut Lesau (1980), adalah sebagai

berikut:

1. Transformasi bersifat Topologikal (geometri)

Bentuk geometri yang berubah dengan komponen pembentuk dan fungsi ruang

yg sama.

2. Transformasi bersifat Gramatika hiasan (ornamental)

Dilakukan dengan menggeser, memutar, mencerminkan, menjungkir-balikan,

melipat, dll.

3. Transformasi bersifat Reversal (kebalikan)

Pembalikan citra pada figur objek yang akan ditransformasi dimana citra objek

dirubah menjadi citra sebaliknya.

4. Transformasi bersifat Distortion (merancukan)

Kebebasan perancang dlm beraktifitas.

2.2.3 Proses perubahan

Perubahan terjadi melalui proses. Proses tersebut menurut Alexander (1987),

adalah sebagai berikut:

1. Perubahan terjadi secara perlahan-lahan atau sedikit demi sedikit

2. Tidak dapat diduga kapan dimulainya dan sampai kapan proses tersebut akan

berakhir, tergantung dari faktor yg mempengaruhinya

3. Komprehensif dan berkesinambungan

4. Perubahan yang terjadi mempunyai keterkaitan erat dengan emosional (sistem

nilai) yang ada dalam masyarakat.

Proses perubahan mengandung dimensi waktu dan perubahan sosial budaya

masyarakat yang menempatinya yang muncul melalui proses panjang yang selalu terkait

dengan aktifitas- aktifitas yg terjadi pada saat itu.

2.3 Faktor penyebab perubahan pola tata ruang dalam

Seiring dengan kemajuan zaman, gaya hidup manusia akan terus mengalami

perkembangan, termasuk di dalamnya aspek sosial budaya, aspek ekonomi, aspek

pendidikan, aspek politik dan sebagainya. Betapapun sederhananya, hunian adalah hasil

kebudayaan manusia dalam bentuk bangunan fisik dan memiliki fungsi serta nilai-nilai

tertentu. Hunian disusun dari berbagai komponen material yang diperoleh manusia dari

Page 18: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

18

lingkungan alam. Melalui rumah, manusia membentuk, melestarikan, dan

mengembangkan keluarga. Dengan demikian manusia menjadikan dirinya sebagai

satuan ekonomi, sosial, budaya, bahkan politik, yang mencerminkan pranata-pranata

sosial dan kebidayaan yang berlaku dalam masyarakat (Triyanto, 2001).

Menurut Habraken (1976), faktor-faktor yang menyebabkan perubahan adalah:

1. Kebutuhan identitas diri (identification)

Pada dasarnya orang ingin dikenal dan ingin memperkenalkan diri terhadap

lingkungan.

2. Perubahan gaya hidup (life style)

Perubahan struktur dalam masyarakat, pengaruh kontak dengan budaya lain dan

munculnya penemuan-penemuan baru mengenai manusia dan lingkungannya.

3. Penggunaan teknologi baru

Timbulnya perasaan ikut mode, dimana bagian yang masih dapat dipakai secara

teknis (belum mencapai umur teknis dipaksa untuk diganti demi mengikuti

mode).

Menurut Rapoport (1969), faktor yang melandasi terjadinya perubahan rumah

yang relative bagi penghuni berkaitan dengan adanya perkembangan pengetahuan dan

kemampuan manusia dalam mengendalikan alam. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh

adanya faktor-faktor, yaitu kemajuan secara dasar (hasrat), sikap (motivasi), pengaruh

eksternal, pribadi yang menonjol, peristiwa dan tujian bersama.

Rapoport (1969) merincikan bahwa hubungan antara perubahan rumah dan

lingkungan binaan dengan perubahan cara pandang, dalam suatu kelompok masyarakat,

secara berjenjang seperti:

Perubahan rumah dan lingkungan binaan mencerminkan adanya perubahan

aktivitas penghuni dan pengguna;

Perubahan aktivitas ini dapat dibaca sebagai konsekuensi dari terjadinya

perubahan gaya hidup (life style) dari penghuni atau pengguna dari suatu rumah

atau suatu lingkungan binaan; dan

Perubahan gaya hidup (life style) yang merupakan akibat dari adanya perubahan

rujukan terhadap nilai-nilai baru merupakan konsekuansi dari perubahan cara

pandang dari sekelompok masyarakat terhadap nilai-nilai.

Teori ini menjadi referensi proses pengumpulan data. Dibutuhkan data seakurat

mungkin tentang bagaimana tata ruang rumah tinggal kolonial di kawasan Klojen pada

Page 19: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

19

awal dibangun. Hal ini berguna untuk mendeskripsikan kondiai awal pola ruang, dan

sebagai parameter perubahan spasial ruang.

Hersey dan Blanchard (1977), Nampak bahwa masyarakat kota cenderung selalu

melakukan perubahan berdasarkan perkembangan sosialnya, baik dengan proses

akumudasi, adaptasi, dan asimilasi. Selanjutnya perubahan tersebut berlangsung secara

bertahap mulai dari pengetahuan, sikap, dan perilaku.

Menurut Sari (2007), terdapat beberapa faktor yang menyebabkan perubahan.

Faktor-faktor tersebut adalah:

1. Perubahan sosial

Faktor lingkungan fisik, perubahan penduduk, isolasi dan kontak, struktur

masyarakat, sikap dan nilai-nilai, kebutuhan yang dianggap perlu dan dasar

budaya masyarakat.

2. Perubahan budaya

Budaya sebagai sistem nilai terlihat dalam gaya hidup masyarakat yang

mencerminkan status, peranan kekuasaan, kekayaan, keterampilan.

3. Perubahan ekonomi

Kekuatan yang paling dominan dalam menentukan perubahan lingkungan fisik

adalah kekuatan ekonomi (Rossi, 1982).

4. Perubahan politik

Peran aspek politis melalui bentuk intervensi non fisik melalui kebijakan

pengembangan kawasan (Rossi, 1982).

2.4 Tinjauan rumah tinggal

Newmark mengenai istilah tentang rumah sebagai tempat tinggal antara lain:

1. Shelter, sebagai tempat berlindung secara fisik;

2. House, sebagai tempat bagi manusia untuk melakukan kegiatan sehari-hari;

3. Home, Sebagai tempat tinggal atau hunian bagi seseorang atau keluarga yang

merupakan sebuah lingkungan psiko-sosial.

Gaya bangunan kolonial Belanda yang tampak megah dan mewah pada masa itu

menimbulkan kekaguman pada rakyat pribumi. Bagi masyarakat pribumi saat itu, dapat

membangun rumah seperti layaknya rumah para koloni Belanda merupakan suatu

kebanggan tersendiri. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan arsitektur

kolonial Belanda masuk pada permukiman masyarakat pribumi dalam berbagai

Page 20: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

20

kalangan. Mereka tidak hanya sekedar meniru fasade luar bangunan, namun juga

bentuk dan tata ruang dalam bangunan.

Menurut Junianto (2002: 98), bentuk rumah bergaya Indis sepintas tampak

seperti bangunan tradisional dengan atap berbentuk joglo limasan dengan bagian depan

berupa selasar terbuka. Pengaruh budaya barat terlintas pada pilar-pilar bbesar, seperti

pada gaya bangunan Yunani dan Romawi.

Arsitektur merupakan wujud aktivitas ”desain” yang cukup tua sejalan dengan

peradaban manusia itu sendiri. Sejak surutnya masa kejayaan kebudayaan Hindu dan

Islam di Indonesia, pada masa kolonial awal pembangunan perumahan dan kawasan

hunian memiliki kecenderungan mengadopsi kebudayaan arsitektur yang ada di Eropa.

(Sachari, 2002:57).

Rumah tipe ini, kemudian menjadi ciri rumah-rumah (toko) orang-orang Cina,

setelah orang-orang Belanda sendiri mengganti tradisi, untuk tidak hidup padat

berdesak-desak di rumah-rumah sempit, tetapi membangun rumah dengan halaman luas

sekelilingnya. Rumah-rumah tersebut di atas dikenal sebagai ”Landhuizen”. Bentuknya

mula-mula tanpa serambi tetapi lama kelamaan berdasarkan kebutuhan dan

penyesuaian terhadap iklim, maka terciptalah tipe-tipe rumah dengan serambi mukka

yang lebar seakan-akan pendopo, sebuah gang dengan kanan-kirinya kamar tidur,

serambi belakang dan bangunan-bangunan samping untuk dapur, akmar mandi, kamar-

kamar pelayan dan sebagainya (Sumintardja, 1978).

2.4.1 Pola tata ruang dalam pada rumah tinggal kolonial

Handinoto (1996) menyatakan sebenarnya gaya arsitektur Indische Empire Style

juga dipengaruhi oleh tipe arsitektur landhuis yang banyak terdapat di pinggiran kota

Batavia pada abad 18 dan 19. Karakteristik arsitekturnya dapat digambarkan sebagai

berikut:

Denahnya simetri penuh. Temboknya tebal, langit-langitnya tinggi, lantainya

dari marmer. Di tengah ruangnya terdapat central room yang besar yang berhubungan

langsung dengan beranda depan dan beranda belakang. Beranda depan dan belakang

tersebut biasanya sangat luas dan terbuka. Di ujung beranda tersebut terdapat barisan

kolom Yunani (Doric, Ionic, atau Korinthia), berfungsi sebagai pendukung atap yang

menjulang ke atas. Di sebelah kiri dan kanan dari central room tersebut terdapat kamar-

kamar tidur. Dapur, kamar mandi serta fasilitas servis lainnya, seperti gudang dan

sebagainya, merupakan bagian tersendiri yang letaknya di bagian belakang, yang

Page 21: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

21

dihubungkan dengan rumah induk dan galeri. Keseluruhan bangunan biasanya terletak

pada sebidang tanah yang cukup luas dengan kebun di depan, samping, dan belakang.

Gaya Indische Empire tersebut tidak saja diterapkan pada rumah-rumah tinggal,

tetapi juga pada bangunan umum yang lain seperti gudang pengadilan, gedung societeit

dan sebagainya. Bahkan gaya Indische Empire ini kemudian meluas pada semua

lapisan masyarakat di kurun waktu tahun 1850-1900-am.

Menurut Handinoto (1996) Rumah-rumah yang dibangun mayoritas memiliki

gaya kolonial dengan ciri khas sebagai berikut (Gambar 2.2):

Denah simetri,

Tembok tebal,

Langit-langit tinggi;

Beranda depan dan belakang yang luas dan terbuka;

Di tengah ruang, terdapat central room besar yang berhubungan langsung

dengan beranda depan dan beranda belakang;

Kamar-kamar tidur di sebelah kanan-kiri central room; dan

Fasilitas servis lain terletak di bagian belakang terpisah dengan bangunan induk.

Gambar 2.2 Ciri khas pada rumah tinggal kolonialSumber: Redraw, Handinoto (1996)

Page 22: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

22

2.4.2 Perkembangan Tata Ruang Dalam pada Rumah Tinggal Kolonial

Menurut Handinoto (1996) perkembangan arsitektur kolonial Belanda

digolongkan menurut waktu, yaitu pada abad ke-19 (tahun 1850-1900), awal abad ke-

20 (tahun 1900-1915), dan tahun 1916-1940.

Arsitektur Kolonial abad ke-19 (1850-1900)

Arsitektur kolonial dalam kurun waktu ini dikenal sebagai gaya Indische

Empire Style. Gaya ini mengadopsi dari gaya arsitektur Prancis, Empire Style, yang

disesuaikan dengan lingkungan, iklim serta tersedianya material pada saat itu.

Karakteristik arsitektur Indische Empire Style (Gambar 2.3):

Denah simetri penuh;

Tembok tebal

Langit-langit tinggi

Terdapat central room yang berhubungan langsung dengan beranda depan dan

belakang;

Kamar tidur disebelah kanan-kiri central room; dan

dapur, kamar mandi, gudang dan fasilitas servis diletakkan di bagian belakang,

terpisah dari rumah induk.

Gambar 2.3 Ciri khas pada rumah tinggal kolonial abad ke-19 (1850-1900)Sumber: Redraw, Handinoto (2007)

Page 23: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

23

Perkembangan Arsitektur 1900-1915.

Arsitektur yang berkembang pada tahun ini merupakan arsitektur awal modern

yang berkarakteristik (Gambar 2.4):

Denah bangunan masih ada yang berpola simetri;

Terdapat unsur tower pada pintu masuk utama;

Penyelesaian detail yang sangat rinci.

Gambar 2.4 Ciri khas pada rumah tinggal kolonial pada 1900-1915dengan gaya arsitektur awal modern

Perkembangan Arsitektur 1916-1940.

Arsitektur Kolonial yang berkembang antara tahun 1916-1940 sering disebut

sebagai arsitektur yang lebih mengutamakan fungsional. Di Eropa dikenal dengan gaya

International Style. Kemudian gaya tersebut diadaptasikan dengan iklim setempat,

bahan yang tersedia, dan teknologi yang ada. Di Malang, pada zaman itu aliran ini

dikenal dengan nama Nieuwe Bouwen (Gambar 2.5) dengan ciri-ciri sebagai berikut:

Ruangan (dengan tata letak yang efisien lantai rencana, fasilitas yang memadai

dan optimal sinar matahari) adalah yang paling penting.

Menekankan pentingnya site plan yang fungsional dengan tata ruang yang

terbuka dan lebih fleksibel.

Terdapat atap datar;

Page 24: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

24

Gevel horizontal;

Volume bangunan yang berbentuk kubus;

Didominasi warna putih.

Gambar 2.5 Ciri khas pada rumah tinggal kolonial abad ke-19 (1916-1940) dengan gaya International Style atau Nieuwe Bouwen

2.5 Arsitektur Kolonial

Salah satu tinggalan budaya masa lalu di suatu kota adalah bangunan. Bangunan

merupakan salah satu gubahan arsitektur atau karya seni manusia yang mencerminkan

gaya pada suatu masanya. Hal itu  dipengaruhi oleh keadaan geografis, geologis, iklim

dan budaya (Sumintardja, 1978: 4).

Bangunan dan kawasan bersejarah dapat menambah citra dan identitas bagi

suatu kota. Keeksistensian bangunan bersejarah mampu membentuk nilai-nilai lokalitas

dalam wujud arsitektural yang memberikan citra tersendiri bagi suatu kota (Johana

2004:1). Citra dan identitas kawasan seringkali menjadi tolok ukur bagi kualitas suatu

lingkungan, khususnya menyangkut cara pandang orang terhadap nilai lingkungan

tersebut. Dengan kuatnya citra kawasan, identitas pun akan muncul sebagai suatu

pembedaan terhadap kawasan-kawasan lainnya. Identitas ini menjadi ciri tersendiri bagi

suatu kawasan (Muharam 2002:1).

Bangunan kolonial adalah bangunan bercorak arsitektur kolonial yang

dimanfaatkan untuk kegiatan fungsional di zaman kolonial (Radjiman, 1997:4). Ciri-

Page 25: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

25

ciri umum bangunan yang bersifat kolonial adalah bangunan tinggi, kokoh, dan beratap

datar untuk gedung serta atap miring untuk perumahan biasa dan memiliki detail-detail

tertentu (Gambar 2.6).

Gambar 2.6 Arsitektur Peninggalan Kolonialisme di Malang Sumber: Handinoto (2007)

Kejayaan pemerintahan Belanda pada masa itu menjadi suatu kebanggan bagi

orang-orang yang terlihat di dalamnya. Termasuk pula orang-orang pribumi yang

bekerja di pemerintahan. Dijelaskan oleh Hasibuan (2002: 102), keunggulan mereka

telah membuat rakyat pribumi bertekuk lutut dan tidak dapat berkutik selain

memandang mereka sebagai bangsa yang layak dikagumi. Dan jeleknya kekaguman ini,

setelah sekian lama, menjadi rasa rendah diri, rasa tidak percaya diri yang membuat

bangsa ini tidak ingin berfikir dan tidak dapat mandiri.

Kekuasaan seakan menggusur nilai budaya dan jati diri bangsa Indonesia. Rasa

rendah diri dan ketidakpercayaan diri inilah yang mengakibatkan Belanda dapat dengan

leluasa maasuk ke dalam segala aspek, terutama aspek pembangunan. Ditegaskan oleh

pernyataan Tutuko (2003), bahwa pemerintah Belanda mengukuhkan bangunan

kolonial sebagai gaya bangunan yang harus ditaati, sebagai simbol kekuasaan, status

sosial, dan kebanggaan penguasa saat itu.

Page 26: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

26

2.5.1 Masuknya arsitektur kolonial ke Malang

Belanda mulai menguasai Malang pada tahun 1767. Pada masa pemerintahan

kolonial Belanda, kota Malang masih merupakan salah satu kota yang kecil dibawah

kerasidenan Pasuruan. Kota malang termasuk salah satu kota yang banyak dipilih oleh

para pembesar pemerintah Belanda sebagai tempat peristirahatan, mengingat letaknya

yang berada pada ketinggian ± 450 m dpl, sehingga dengan kondisi demikian udara di

kota ini terasa sejuk dan nyaman. (Handinoto et al., 1996)

Keberadaan kolonial Belanda di Malang membawa pengaruh besar pada

perkembangan kota. Bangunan-bangunan publik dan fasilitas kota mulai bermunculan,

dan semakin banyak pula warga Belanda yang datang dan menetap di Malang.

Karakteristik bangsa-bangsa penjajah yang mencintai dan mengagungkan bangsanya

terlihat dalam bangunan-bangunan yang dibangun pada masa pemerintahan belanda

baik bangunan pemerintahan, bangunan umum maupun rumah tinggal. Warga Belanda

yang datang ke Malang membangun ruumah tinggal mereka menyerupai bangunan

yang ada di negara Belanda untuk menciptakan suasana nyaman seperti berada di

negeri sendiri.

2.5.2 Pendirian Gemeente

Pada awal perkembangannya, Kota Malang masih berupa kota kabupaten kecil

di bawah Karesidenan Pasuruan. Seiring dengan dikeluarkannya kebijakan pemerintah

Hindia-Belanda berupa Undang-undang Desentralisasi, Malang memperoleh status

Gemeente (Kotamadya) pada tanggal 1 April 1914 berdasarkan Staadsblad No. 297.

Pemisahan pemerintahan kota dan kabupaten tersebut mendasari munculnya Bouwplan-

II, yaitu membentuk daerah pusat pemerintahan baru.

Setelah Kota Malang menjadi Gemeente, kota ini menjadi kota terbesar kedua

di Jawa Timur dan terkenal sebagai kota yang indah dan terencana secara baik,

sehingga sering dijuluki sebagai kota terindah. Pembentukan Gemeente ini pulalah

yang membuat arsitektur kolonial di Malang berkembang pesat (Gambar 2.7).

Terutama di pusat pemerintahan, yaitu di sekitar alun-alun.

Page 27: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

27

Gambar 2.7 Perkembangan kota Malang sangat pesat pasca pendirian gemeenteSumber: Handinoto (1996)

2.6 Studi-studi yang Pernah Dilakukan

Berdasarkan studi mengenai penelitian yang pernah dilakukan dengan tema

yang sama dengan studi ini, didapatkan beberapa hasil yang dapat menunjang

penelitian ini. Hasil dari studi-studi sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Mengenai pola tata ruang dalam

Menurut Tirtisari (2006), Pola dan susunan ruang rumah Belanda

diadopsi setelah perubahan eksterior, seperti atap. Pada pola dan susunan ruang

yang baru, terlihat bahwa hirarki ruang tidak lagi bergradasi dari publik ke

privat, tetapi ada ‘pencampuran’ ruang publik dan ruang privat.

Menurut Nilam (2008) pola simetris ruang pada rumah tinggal kolonial

rakyat adalah:

1) Pola simetris pada rumah tinggal kolonial di permukiman kayu tangan

malang, tidak ada yang memiliki pola simetris murni secara integral atau

menyeluruh berdasarkan bentuk yang berkaitan dengan ruang di dalamnya.

2) Pola simetris pada rumah tinggal kolonial di permukiman kayu tangan

malang, dilihat secara total atau berdasarkan pola ruang keseluruhan

bangunan tidak ada yang memiliki pola simetris murni. Pola simetris yang

terbentuk mayoritas adalah pola simetris seimbang berdasarkan grid ruang.

3) Pola simetris pada rumah tinggal kolonial di permukiman kayu tangan

malang, dilihat secara parsial atau berdasarkan masing-masing ruang, ruang

Page 28: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

28

yang paling banyak ditemukan berpola simetris adalah ruang pada bagian

depan rumah, yaitu teras rumah.

4) Pergeseran pola simetris yang terjadi adalah pola simetris murni yang

banyak ditetapkan pada seluruh ruang pada bangunan-bangunan kolonial,

tidak terjadi pada kasus rumah tinggal kolonial di permukiman kayutangan

malang. Simetris murni hanya ditemukan pada bagian teras. Konon, fasade

rumah dibuat se-simetris mungkin sesuai tren yang ada pada masa itu,

namun karena keterbatasan biaya dan lahan maka ruang bagian dalam

menyesuaikan dengan kebutuhan sang penghuni rumah.

5) Mayoritas perubahan ruang yang terjadi pada kasus rumah tinggal kolonial

di permukiman kayutangan malang dikarenakan adanya kebutuhan akan

ruang usaha, kebutuhan kamar tidur, kenyamanan area servis, serta faktor

keamanan.

6) Perubahan ruang yang dilakukan tidak dengan pertimbangan faktor pola

simetris pada ruang. Perubahan tersebut dilakukan selama masih tersedia

ruang yang fleksibel dan biaya memadai.

7) Pola simetris pada ruang rumah tinggal tidak cocok dengan pola aktivitas

pemakaian yang dinamis

2. Mengenai Rumah Tinggal

Menurut Kartono (1999), Ruang-ruang pada arsitektur Timur dan Barat

awalnya sama-sama memiliki konsep mitologi dan kosmologi. Namun, dalam

perjalannya bangsa Barat mulai meninggalkan tahapan mistis dan mulai

memasuki tahapan ontologis. Sedangkan masyarakat Timur cenderung

mempertahankan kebudayaan mistisnya, walaupun saat ini saat ini mulai

memudar.

Pemahaman tentang makna ruanga yang terjadisebenarnya tidak dapat

dibedakan secara hitam-putih antara msayarakat Timur dan Barat, karena

memiliki perbedaan wujud dan makna ruang yang dijadikan wadah aktifitasnya.

Menurut Nurjanah (2007), Karakteristik ruang rumah rakyat era kolonial

Belanda adalah sebagai berikut:

1) Pembagian ruang-ruangnya yang masih sangat sederhana. Ini terjadi karena

pengetahuan dan gaya hidup rakyat dipengaruhi faktor ekonomi keluarga

Page 29: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

29

dan status social pada saat itu sangat mempengaruhi pembagian ruang

rumah mereka.

2) Ruang-ruang depannya mencerminkan keterbukaan dan kekeluargaannya

karena fleksibilitasnya.

3) Pembagian ruang sangat sederhana, namun tetap memperhatian keberadaan

ruang publik dan privat.

4) Fungsi tiap ruang sangat fleksibel.

5) Umumnya organisasi ruang atau pola hubungan ruang dapat dibedakan

antara area depan cenderung untuk aktifitas pria dan area belakang

cenderung untuk aktivitas wanita

6) Hierarkhi dan zoning ruang tidak dapat ditentukan dengan pasti dikarenakan

sifat ruang yang fleksibel

3. Mengenai Arsitektur Kolonial

Menurut Titisari (2006), dalam mengadopsi gaya Kolonial, yang

pertama kali diubah oleh pemilik rumah adalah mengganti bentuk atap. Bentuk

yang ditiru adalah perisai atau limasan yang memanjang kebelakang. Pola dan

susunan ruang rumah Belanda diadopsi pada tahap berikutnya.

Gaya arsitektur kolonial ternyata banyak ditiru pada bentuk fisik rumah.

Sedangkan Pola ruangnya berubah dalam waktu yang lebih lama, hal ini

menunjukan bahwa pola ruang lebih mampu bertahan dibandingkan bentuk

fisiknya.

4. Mengenai Kawasan Kidul Dalem atau sekitarnya

Menurut Handinoto (1996), sebagian besar bangunan umum sebelum th.

1920 an kebanyakan dibangun disekitar alon-alon, karena pusat kotanya masih

terletak disana. Jumlahnya tidak terlalu banyak karena kota Malang masih

belum mengalami perkembangan yang pesat.

Pola permukimannya terbentuk disekeliling alon-alon menurut

pengelompokan dari masyarakat majemuk yang menjadi penghuni kotanya.

Orang Belanda tinggal di dekat pusat pemerintahan serta jalan-jalan yang

mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Orang Cina yang sebagian besar

merupakan pedagang perantara tinggal disekitar pasar, yang disebut sebagai

Page 30: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

30

daerah Pecinan, sedangkan orang Pribumi setempat tinggal di gang-gang

disekitar daerah alon-alon.

Sampai tahun 1914, Malang masih merupakan sebuah kota Kabupaten

yang kecil di pedalaman. Oleh sebab itu peninggalan arsitektur kolonial

sebelum th. 1900an, boleh dikatakan sangat minim sekali. Sebagian besar

bangunan kolonial yang sekarang masih ada di Malang pada umumnya

dibangun setelah tahun 1920 an,yang digolongkan sebagai arsitektur kolonal

modern.

Studi mengenai penelitian sejenis dimaksudkan untuk mengetahui dan

mempelajari bagaimana peneliti lain melakukan analisa. Penelitian sejenis yang

dianggap memiliki kesamaan mengenai Pola tata ruang dalam, rumah tinggal, maupun

Arsitektur Kolonial Belanda adalah sebagai berikut (Tabel 2.1):

Page 31: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

31

Tabel 2.1 Penelitian Terkait yang Pernah Dilakukan

No.Peneliti dan Objek

PenelitianMetode

PenelitianTujuan Hasil Penelitian

Temuan Terkait Tema Penelitian yang akan

DilakukanPembeda

1. Ema Yunita Titisari (2006) Gaya Arsitektur kolonial Belanda pada Rumah Rakyat di Sekitar PG Kebon Agung Malang

Metode Deskriptif Empirik

Mengetahui bentuk rumah rakyat periode 1900-1945 di sekitar PG Kebon Agung

Menumukan gaya kolonial Belanda dan mengetahui penerapannya pada rumah tersebut.

Dalam mengadopsi gaya Kolonial, yang pertama kali diubah oleh pemilik rumah adalah mengganti bentuk atap. Bentuk yang ditiru adalah perisai atau limas an yang memanjang kebelakang.

Pola dan susunan ruang rumah Belanda diadopsi pada tahap berikutnya. Pada pola dan susunan ruang yang baru, terlihat bahwa hirarki ruang tidak lagi bergradasi dari publik ke privat, tetapi ada ‘pencampuran’ ruang publik dan ruang privat.

Gaya arsitektur kolonial ternyata banyak ditiru pada bentuk fisik rumah. Sedangkan Pola ruangnya berubah dalam waktu yang lebih lama, hal ini menunjukan bahwa pola ruang lebih mampu bertahan dibandingkan bentuk fisiknya.

Merupakan kajian yang memberikan wacana mengenai arsitektur kolonial yang diterapkan pada rumah rakyat.

Kajian yang akan dilakukan lebih difokuskan pada pola tata ruang dalam.

2. Chairil Budiarto Amiuza (2006)Tipologi Rumah Tinggal Administratur PG Kebon Agung di Kabupaten Malang

Metode penelitian survey deskriptif dengan metode penelitian historis. Pendekatan diagnostik, deskriptif, dan teoritis

Mengidentifikasi tipologi arsitektur bangunan rumah tinggal pimpinan (administratur) pabrik gula PG Kebon Agung Malang

Menemukan Faktor-faktor penyebab dan proses terbentuknya karakteristik bangunan tersebut

Karakteristik bangunan ditunjukan oleh fungsi hunian dengan tingkat pelayanan yang komplek. Sesuai dengan strata pimpinan pabrik, dan alih fungsi dari tempat kediaman pemilik perkebunan.

Pola tatanan spasial bangunan hunian yang ada tersebut terdapat pola yang cukup spasifik dan unik, hierarkhi publik-privat eksternal (muka-belakang) dan internal (samping-

Merupakan kajian yang memberikan wacana mengenai faktor terbentuknya karekteristik bangunan kolonial.

Kajian yang akan dilakukan lebih fokus pada tata ruang dalam.

Page 32: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

32

No.Peneliti dan Objek

PenelitianMetode

PenelitianTujuan Hasil Penelitian

Temuan Terkait Tema Penelitian yang akan

DilakukanPembeda

tengah) menunjukan masih adanya pola tatanan spasial langgam Indische sebelumnya.

Faktor-faktor penyebab dan proses terbentuknya karakteristik tersebut, bisa jadi adanya perkembangan, perubahan dan pergeseran budaya mencakup status social-ekonomi, seni-teknologi dalam rentang waktu masa kolonial Belanda ke masa Republik Indonesia.

3. Asmarani Februandari (2005)Pola Spasial Rumah Tinggal Orang Arab. Studi Kasus; Rumah tinggal orang Arab pedagang di Ampel-Surabaya

Metode kualitatif dan kuantitatif.Menggunakan uji chi-square, uji Hierarchical Cluster analysis, serta uju tabulasi silang.

Mengidentifikasi pola spasial rumah tinggal orang Arab kawasan Ampel di Surabaya

Mengidentifikasi Faktor-faktor yang mempengaruhi pola spasial rumah tinggal orang Arab pada kawasan Ampel di Surabaya

Terdapat tiga pola spasial rumh tinggal orang Arab apabila ditinjau dari pengelompokan jenis ruang, pola berhuni, hierarkhi ruang, dan pembagian daerah wanita-pria. Berdasarkan besaran lahan dan pola sirkulasi terdapat dua pola spasial rumah tinggal orang Arab di kawasan Ampel.

Faktor jenis pekerjaan tidak mempunyai pengaruh terhadap terbentuknya pola spasial rumah tinggal orang Arab. Faktor luas lahan dan konsep ikhtilat mempunyai pengaruh terhadap terbentuknya pola spasial rumah tinggal orang Arab.

Merupakan kajian yang memberikan wacana mengenai pola tata ruang dalam.

Kajian yang dilakukan mengambil rumah tinggal orang Arab sebagai objek penelitian.

4. J. Lukito Kartono(1999)Ruang, Manusia, dan Rumah Tinggal: Suatu Tinjauan Perspektif kebudayaan “Timur” dan

Metode kualitatif Menggunakan pendekatan studi literatur dan teoritis

Mengidentifikasi makna ruang dalam rumah tinggal dengan kaitannya dengan manusia dalam perspektif kebudayaan Timur maupun kebudayaan

Ruang-ruang pada arsitektur Timur dan Barat awalnya sama-sama memiliki konsep mitologi dan kosmologi. Namun, dalam perjalannya bangsa Barat mulai meninggalkan tahapan mistis dan mulai memasuki tahapan ontologis. Sedangkan masyarakat Timur cenderung

Merupakan kajian yang memberikan wacana mengenai rumah tinggal serta perbedayaan kebudayaan antara masyarakat timur (yang

Kajian yang dilakukan sebatas teori yang berasal dari literatur.

Page 33: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

33

No.Peneliti dan Objek

PenelitianMetode

PenelitianTujuan Hasil Penelitian

Temuan Terkait Tema Penelitian yang akan

DilakukanPembeda

Barat” Barat. mempertahankan kebudayaan mistisnya, walaupun saat ini saat ini mulai memudar.

Pemahamman tentang makna ruanga yang terjadisebenarnyatidak dapat dibedakan secara hitam-putih antara msayarakat Timur dan Barat, karena memiliki perbedaan wujud dan makna ruang yang dijadikan wadah aktifitasnya.

dalam penelitian ini direpresentasikan dalam kelompok masyarakat pribumi) serta masyarakat Barat (yang dalam penelitian ini direpresentasikan dalam kelompok masyarakat Belanda/koloni)

5. Galih Widjil Pangarsa (2006)Ambachtsschool di Malang membentuk kelas pekerja agen perubahan Arsitektur Barat

Metode kualitatif Menggunakan pendekatan studi literatur dan teoritis

Menjelaskan bagaimana dan mengapa arsitektur di tingkat rakyat terpengaruh oleh karakteristik arsitektur dari bangunan dan kota-kota buatan Belanda yang dibangun pada masa kolonial Belanda.

Perkembangan Arsitektur rakyat di perkampungan pusat kota Malang pada masa kolonial Belanda, terjadi karena:1) “Agen pekerja” pembaharuan yaitu para

tukang tamatan Ambachtsschool dilatih dengan detail-detail dan standar-standar bangunan lalu menyiarkan pada masyarakat.

2) Mahalnya harga konstruksi bangunan dan jasa annemer (pemborong) bangunan bagi rakyat, maka:

3) Masyarakat perkampungan kota Malang memilih mempercayakan pembangunan rumah pada siapa saja yang “mengerti soal bangunan”.

4) Mereka yang “mengerti bangunan” tersedia cukup banyak di masyarakat.

5) Munculnya kreatifitas lokal yang spontan dengan tujuan menekan biaya dan memaksimalkan gotong royong.

6) “Kearifan lokal” berupa partisipasi sosial muncul dengan pragmatisme yang kemudian mendasari desain dan metoda

Merupakan kajian yang memberikan wacana mengenai arsitektur kalangan pribumi di kota Malang

Bahasan ini lebih luas dalam konteks arsitektur, tidak hanya mengenai rumah tinggal

Page 34: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

34

No.Peneliti dan Objek

PenelitianMetode

PenelitianTujuan Hasil Penelitian

Temuan Terkait Tema Penelitian yang akan

DilakukanPembeda

konstruksinya.

6. Nilam Nirmalasari (2008)Pergeseran Pola simetri ruang rumah tinggal kolonial di Kawasan Kayutangan Malang

Metode kualitatif-deskriptif-eksploratif

Mengidentifikasi, menganalisis, dan mendeskripsikan pergeseran yang terjadi pada pola ruang simetri rumah tinggal kolonial.

Mengidentifikasi faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya pergeseran pola ruang simetri

1) Tidak ada rumah tinggal kolonial di Kayutangan yang memiliki pola simetris murni secara integral atau menyeluruh berdasarkan bentuk yang berkaitan dengan ruang di dalamnya.

2) Tidak ada rumah tinggal kolonial di Kayutangan yang memiliki pola simetris murni. Pola simetris yang terbentuk mayoritas adalah pola simetris seimbang berdasarkan grid ruang.

3) Ruang yang paling banyak ditemukan berpola simetris adalah ruang pada bagian depan rumah, yaitu teras rumah

4) Fasade rumah dibuat se-simetris mungkin sesuai tren yang ada pada masa itu, namun karena keterbatasan biaya dan lahan maka ruang bagian dalam menyesuaikan dengan kebutuhan sang penghuni rumah.

Merupakan kajian yang membahas mengenai pola tata ruang dalam pada rumah tinggal polonial pada permukiman pribumi

Lebih spesifik meneliti mengenai pola simetris pada rumah tinggal kolonial.

7. Nunung Nurjanah (2007)Karakteristik ruang rumah rakyat era kolonial Belanda di sekitar P.G. Kedawung Pasuruan

Metode kualitatif serta content analysis

Menemukan karakteristik ruang pada rumah rakyat yang dibangun pada era kolonial di sekitar P.G. Kedawung Pasuruan

1) Pembagian ruang-ruangnya yang masih sangat sederhana. Ini terjadi karena pengetahuan dan gaya hidup rakyat dipengaruhi faktor ekonomi keluarga dan status social pada saat itu sangat mempengaruhi pembagian ruang rumah mereka.

2) Ruang-ruang depannya mencerminkan keterbukaan dan kekeluargaannya karena fleksibilitasnya.

Merupakan kajian yang membahas mengenai pola tata ruang dalam pada rumah tinggal polonial pada permukiman pribumi

Variabel yang digunakan adalah organisasi, hierarkhi, serta bentuk dasar.

Page 35: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

35

No.Peneliti dan Objek

PenelitianMetode

PenelitianTujuan Hasil Penelitian

Temuan Terkait Tema Penelitian yang akan

DilakukanPembeda

3) Pembagian ruang sangat sederhana, namun tetap memperhatian keberadaan ruang publik dan privat.

4) Fungsi tiap ruang sangat fleksibel.5) Umumnya organisasi ruang atau pola

hubungan ruang dapat dibedakan antara area depan cenderung untuk aktifitas pria dan area belakang cenderung untuk aktivitas wanita

6) Hierarkhi dan zoning ruang tidak dapat ditentukan dengan pasti dikarenakan sifat ruang yang fleksibel

8. Handinoto (1996)Perkembangan Kota Malang pada Jaman Kolonial(1914-1940)

Metode penyelidikan historis dokumenter dengan metode diskriptif dengan teknik survey

Memberikan gambaran yang jelas tentang proses perkembangannya sebagai pertimbangan untuk perkembangan kota tersebut dimasa datang

Sebagian besar bangunan umum sebelum th. 1920 an kebanyakan dibangun disekitar alon-alon, karena pusat kotanya masih terletak disana. Jumlahnya tidak terlalu banyak karena kota Malang masih belum mengalami perkembangan yang pesat.Pola permukimannya terbentuk disekeliling alon-alon menurut pengelompokan dari masyarakat majemuk yang menjadi penghuni kotanya.

Sampai tahun 1914, Malang masih merupakan sebuah kota Kabupaten yang kecil di pedalaman. Oleh sebab itu peninggalan arsitektur kolonial sebelum th. 1900 an (Indische Empire Style), boleh dikatakan sangat minim sekali. Sebagian besar bangnan kolonial yang sekarang masih ada di Malang pada umumnya dibangun setelah tahun 1920 an,yang digolongkan sebagai arsitektur

Penelitian ini mendeskripsikan Kawasan yang akan dijadikan tempat penelitian

Daerah yang dideskripsikan dalam penelitian ini lebih laus, yaitu dalam cakupan kota

Page 36: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

36

No.Peneliti dan Objek

PenelitianMetode

PenelitianTujuan Hasil Penelitian

Temuan Terkait Tema Penelitian yang akan

DilakukanPembeda

kolonal modern.

Page 37: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

37

2.7 Kerangka pemikiran teoritis

Kerangka pemsikiran teoritis merupakan landasan yang digunakan dalam melakukan

analisa dan pembahasan pada penelitian sebagaimana yang tersusun dalam bagan di bawah

ini (Gambar 2.7).

Gambar 2.7 Kerangka Pemikiran Teoritis

Page 38: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

38

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode penelitian

Penelitian tentang pola ruang dalam pada bangunan rumah tinggal kolonial ini,

dilakukan dengan mengamati pola tata ruang dalam bangunan lewat gambar denah atau

pengamatan langsung dan interview dengan penghuni untuk menggali data dokumenter, yaitu

dengan metode penelitian survey deskriptif.

Pola tata ruang ini diidentifikasi dengan menganalisa gambar denah dari segi pola tata

ruang dalam dalamnya, sehingga akan seperti apa pola tata ruang dalam yang terbentuk pada

bangunan tersebut. Setelah diketahui pola tata ruangan dalamnya, kemudian diteliti apakah

pterjadi perubahan pola tata ruang dalam rumah tinggal tersebut, sejak dibangun hingga saat

ini. Jika terjadi perubahan pola tata ruang, dicari faktor apakah yang memnyebabkan

perubahan tersebut.

Jika semua variabel penelitian telah ditemukan, maka selanjytkan dibuat tabulasi untuk

mencari kesimpulan dari kasus-kasus bangunan kolonial yang ada di Kidul Dalem Malang ini.

Dalam pengamatan ini, nantinya akan digunakan gambar denah yang telah terkumpul

dari kasus yang diambil. Tidak semua perubahan pada kasus akan dibahas, namun akan

terwakili oleh kasus-kasus kecil, dengan pertimbangan bahwa pola tata ruang dalam pada

bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan Klojen Malang dinilai homogen.

3.2 Lokasi penelitian

Menurut Handinoto (1996), orang pribumi tinggal di gang-gang di daerah Djodipan,

kebalen, Tumenggungan, kampong KlojenLor, dan sebagainya (Gambar 3.1). Fokus

penelitian ini adalah pada bangunan kolonial yang dimiliki oleh masyarakat pribumi. Oleh

karena itu, dipilih salah satu daerah tempat tinggal masyarakat pribumi pada saat itu, yaitu

pada daerah Kidul Dalem.

Page 39: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

39

Gambar 3.1. Persebaran penduduk pada masa kolonialisme Sumber: Redraw, Handinoto (1996)

Penentuan lokasi penelitian ini didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai

berikut:

1. Kawasan ini terletak dekat dengan alun-alun yang menjadi pusat kota.

Page 40: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

40

2. Kawasan ini terletak dekat dengan pusat perdagangan.

3. Pada kawasan ini terdapat rumah-rumah kolonial.

3.3 Persiapan dan pelaksanaan penelitian

3.3.1 Tahap persiapan

Tahap persiapan merupakan langkah awal dalam penelitian ini. Oleh karena itu,

diperlukan adanya persiapan sebelum melakukan proses penelitian yang meliputi kegiatan

sebagai berikut:

1. Observasi berupa mencari tahu kawasan mana saja di kota Malang yang memiliki

rumah tinggal kolonial.

2. Mengadakan observasi awal terhadap sejumlah rumah tinggal kolonial yang kawasan

Kidul Dalem Klojen. Pengamatan terhadap rumah-rumah tersebut dilakukan untuk

mendapatkan gambaran awal mengenai kondisi fisik rumah yang akan dijadikan

objek penelitian.

3. Mendeskripsikan latar belakang penelitian, merumuskan permaslaahan, memaparkan

tujuan dan manfaat penelitian, serta menjamin keaslian penelitian yang tercantum

dalam bab I mengenai rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem Malang ini.

4. Mencari teori dan lireatur maupun jurnal terkait dengan fokus penelitian, baik yang

berkaitan dengan pola tata ruang, rumah tinggal pada masa kolonial, meupun

mengenai kawasan Kidul Dalem malang sendiri. Jurnal yang menjadi rujukan ini

dapat berkaitan secara langsung maupun tidak langsung namun masih relevan,

maupun yang berkaitan secara selintas.

Tinjauan pustaka yang telah disusun berfungsi sebagai landasan teori dan informasi

awal yang berguna pada saat melaksanakan penelitian. Teori-teori tersebut juga

digunakan sebagai alat analisa yang nantinya digunakan untuk menentukan variabel

penelitian.

5. Memilih pendekatan metode penelitian yang sesuai dengan fokus permasalahan,

yaitu mengenai pola tata ruang dalam rumah tinggal kolobial pada kawasan Kidul

Dalem. Karena penelitian ini mengenai tata ruang dalam pada masing-masing rumah,

maka digunakan metode penelitian survey deskriptif. Serta hasil yang ingin dicapai

dalam penelitian yaitu berupa tata ruang dalam rumah tinggal sesuai dengan variabel

yang telah ditentukan, perubahan yang terjadi, serta penyebab terjadinya perubahan

tersebut.

Page 41: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

41

6. Merencanakan metode pengumpulan data dan pencatatannya, yaitu mempersiapkan

instrument penelitian, yang dalam hal ini berupa pedoman wawancara dan kebutuhan

data yang berisi nama pemilik, alamat, fungsi, perubahan ruang, serta tahun

pembangunan. Maupun gambar denah serta fungsi masing-masing ruang.

7. Merencanakan analisa data yang akan dilakukan sepanjang penelitian hingga pada

masa penyusunan laporan penelitian. Analisa yang akan digunakan pada penelitian

ini dilakukan pertama-tama dengan menetapkan variabel-variabel penelitian untuk

mempermudah pembahasan.

Variabel penelitian ini diambil dari hasil olah pustaka yang disesuaikan dengan objek

penelitian, yaitu tata ruang dalam rumah tinggal kolonial. Yaitu dengan mengkroscek

satu teori dengan teori yang lain, dalam hal ini teori mengenai karakteristik tata ruang

dalam rumah tinggal kolonial yang ada dengan teori mengenai unsur-unsur yang

mempengaruhi atau membentuk tata ruang dalam pada rumah tinggal pada

umumnya.

Setelah didapatkan variabel penelitian, setiap kasus bangunan akan dianalisa

berdasarkan variabel yang telah ditetapkan. Hasil analisa tersebut kemudian akan

ditabulasikan untuk mendapatkan pola tata ruang dalam yang terdapat pada rumah

tinggal kolonial di Kidul Dalem Malang.

3.3.2 Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian terbagi menjadi beberapa kegiatan, antara lain sebagai

berikut:

1. Pengambilan data primer dengan cara: observasi langsung di kasus-kasus rumah

tinggal kolonial yang ada di Kidul Dalem, dan observasi langsung pada tiap kasus

rumah tinggal kolonial yang ada dengan menggunakan instrument kebutuhan data

seperti poin enam pada tahap persiapan. Data yang diambil dalam bentuk gambar

berupa data dokumentasi foto maupun gambar denah, namun jika rumah telah

mengalami perubahan, maka gambar denah asli sebelum mengalami perubahan juga

ikut diambil datanya. Selain data tersebut, juga dilakukan wawancara untuk

memperdalam informasi dengan responden dan narasumber yang berkompeten

mengenai sejarah rumah serta penggunaan ruang-ruang yang ada di dalam rumah.

Page 42: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

42

2. Pengambilan data sekunder berupa peta kawasan maupun foto kawasan. Data

tersebut digunakan untuk menunjang penelitian, serta memberikan gambaran umum

mengenai kawasan Kidul Dalem Malang.

3.3.3 Tahap evaluasi dan penyempurnaan data

Tahap evaluasi dan penyempurnaan data penelitian terbagi menjadi beberapa

kegiatan, antara lain sebagai berikut:

1. Tahap Evaluasi

Tahap ini merupakan tahap mengkoreksi ulang data-data yang telah didapatkan, dan

melakukan pengecekan informasi tidak hanya kepada satu responden tetapi juga

kepada responden lainnya yang berkompeten mengecek kevalidan data. Hal ini

penting dilakukan agar apabila ada data yang salah dapat segera dikoreksi, sehiingga

hasil penelitian dapat dipercaya validitasnya.

2. Tahap penyempurnaan data

Tahap ini merupakan tahap untuk menyempurnakan data yang telah didapatkan.

Seperti data gambar denah yang masih berupa sketsa digambar kembali agar

memudahkan pembaca saat ditampilkan dalam laporan penelitian.

3.3.4 Tahap pengkajian dan pelaporan

Data-data dari pengumpulan hasil survei primer dan sekunder yang telah didapatkan

kemudian dideskripsikan dan dianalisa berdasarkan variabel yang telah ditetapkan. Hasil

analisa tersebut kemudian akan ditabulasikan untuk mendapatkan pola tata ruang dalam yang

terdapat pada rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem Malang. Setelah didapatkan pola tata

ruang dalam pada Kidul Dalem, maka hasil tersebut dikroscek dengan kajian teoritis yang

ada.

Tahap selanjutnya adalah mengolah data yang ada serta memberikan kesimpulan

terhadap temuan di lapangan. Data-data tersebut kemudian dituangkan pada hasil laporan

penelitian, yaitu berupa produk penelitian tugas akhir (skripsi).

3.4 Variabel

Variabel digunakan untuk mempermudah mengkaji pola tata ruang dalam ruang

rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem. Pemilihan variabel ini bertujuan untuk

Page 43: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

43

mempermudah proses analisa kasus rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem. Variabel ini

diambil dari tinjauan teori yang sudah dirumuskan pada bab II. Variabel yang digunakan

merupakan substansi dari teori menganai ciri khas rumah tinggal kolonial yang dikroscek

dengan teori menganai tata ruang dalam yang ada.

Untuk menjawab rumusan masalah pertama, pengambilan variabel dilakukan dengan

mengkroscek ciri-ciri atau karakteristik tata ruang dalam yang dimiliki oleh rumah tinggal

kolonial dengan teori-teori mengenai tata ruang dalam (Gambar 3.2). Dari proses kroscek ini,

didapatkan poin-poin yang beririsan. Poin-poin itulah yang kemudian dijadikan variabel

untuk mengidentifikasi pola tata ruang dalam pada kasus-kasus rumah tinggal masa kolonial

di Kidul Dalem.

Gambar 3.2 Pengambilan variabel untuk menganalisa pola tata ruang dalam(Sumber: Handinoto (1996), Ching (1996), Triyanto (2001), Lesau (1980))

Page 44: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

44

Setelah didapatkan variabel untuk menganalisa pola tata ruang dalam pada rumah

tinggal masa kolonial. Selanjutnya diperlukan variabel penelitian untuk meneliti rumusan

masalah selanjutnya, yaitu perubahan ruang.

Pengambilan variabel dilakukan dengan mengkroscek beberapa teori mengenai

perubahan tata ruang dalam (Gambar 3.3). Dari proses kroscek ini, dapat dilihat bahwa satu

teori dapat menjelaskan teori lainnya. Dari teori perubahan menurut Gerth and Miles, ada

dua poin yang sesuai dengan rumusan masalah. Untuk menjawab rumusan masalah kedua,

yaitu Perubahan ruang apa saja yang terjadi pada rumah tinggal kolonial di kawasan Klojen

terkait dengan Pola tata ruang dalamnya, maka dipermudah dengan menggunakan variabel

penambahan, perluasan, pembagian, perubahan fungsi, maupun perubahan tata ruang dalam

yang mengacu pada variabel untuk menyelesaikan rumusan masalah pertama, yaitu

perubahan fungsi, sumbu, simetrisitas, maupun zona ruang.

Page 45: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

45

Gambar 3.3 Pengambilan varibel untuk menganalisa perubahan pada pola tata ruang dalam serta penyebabnya

(Sumber: Gerth & Mills (1946), Lesau (1980, Habraken (1976), Sari (2007))

Poin kedua pada teori perubahan menurut Gerth and Miles adalah bagaimana tata

ruang berubah. Namun, poin ini tidak masuk ke dalam rumusan masalah, sehingga teori

Page 46: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

46

Lesau (1980) tidak digunakan sebagai salah satu alat analisa yang berupa variabel.

Kemudian untuk menjawab rumusan masalah ketiga, yaitu mengenai apa saja faktor-

faktor yang mempengaruhi perubahan pola tata ruang dalam, ada dua teori mengenai

penyebab perubahan pola tata ruang kolonial di Kidul Dalem. Namun, kedua teori ini tidak

dapat digunakan sebagai alat analisa pola tata ruang dalam yang berupa variable. Sehingga

keberadaan kedua teori ini adalah untuk keterkaitan teori mengenai pola tata ruang dalam di

Kidul Dalem.

Setelah mengalami proses kroscek teori dengan rumusan masalah, maka ditemukan

variable analisa untuk penelitian adalah:

1. Pola tata ruang dalam, meliputi:

Fungsi ruang

Digunakan sebagai wadah bagi aktivitas apa sajakah ruangan yang ada pada

bangunan kolonial tersebut.

Sumbu ruang

Pada umumnya, bangunan kolonial memiliki sumbu simetri berupa salasar di tengah

rumah sebagai penghubung antara koridor dengan halaman belakang. Di sisi kanan

dan kiri selasar terdapat kamar tidur.

Simetrisitas ruang

Pada umumnya denah pada rumah tinggal kolonial memiliki kesimetrisan ruang.

Zona ruang

Zona ruang pada rumah tinggal umumnya dibagi menjadi 4, yaitu publik, semi

publik, privat dan servis. Zona ruang digunakan untuk mengelompokan aktivitas

penghuni rumah.

2. Perubahan tata ruang dalam, meliputi

a. Penambahan ruang

b. Perluasan ruang

c. Pembagian ruang

d. Perubahan fungsi ruang

e. Perubahan tata ruang dalam

3. Faktor penyebab perubahan tata ruang dalam

3.5 Metode pengumpulan data

Page 47: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

47

Metode pengumpulan data kualitatif dalam penelitian tentang pola tata ruang dalam

rumah tinggal kolonial di Kodul Dalem, dilakukan dengan cara pengumpulan dua tipe data

yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder seperti tertera pada

Tabel 3.1.

3.5.1 Data primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melakukan observasi lapangan baik

secara langsung maupun tidak langsung. Teknik observasi langsung merupakan cara

pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan pada kasus-kasus

bangunan rumah Tinggal kolonial yang ada di Kidul Dalem. Pelaksanaannya langsung

dilakukan di Kawasan Kidul Dalem pada umumnya dan pada kasus-kasus rumah tinggal

pada masa kolonial khususnya. Survei primer yang dilakukan meliputi:

1. Observasi

Dilakukan dengan mengamati secara langsung maupun tidak langsung pada

lokasi kawasan Kidul Dalem pada umumnya, maupun pada kasus bangunan rumah

tinggal pada masa kolonial pada khususnya sebagai objek penelitian. Observasi

dilakukan untuk mengetahui kondisi rumah tinggal masa kolonial yang ada di Kidul

Dalem sebenarnya. Tahap observasi ini meliputi:

a. Pengamatan kondisi fisik maupun sosial Kidul Dalem

b. Pengamatan mengenai pola tata ruang dalam pada rumah tinggal kolonial di Kidul

Dalem. Data yang didapat berupa data fisik seperti, denah rumah.

Data-data yang diperoleh dalam tahap observasi ini berupa sketsa dan foto. Alat

yang digunakan adalah kamera, metaran, dan alat tulis.

2. Wawancara

Merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan mewawancarai pihak-

pihak yang terkait dengan penelitian mengenai pola tata ruang rumah tinggal masa

kolonial yang dapat dijadikan sebagai narasumber yang terpercaya. Wawanca dilakukan

dengan membuat beberapa daftar pertanyaan. Wawancara dilakukan kepada pihak-pihak

yang terkait:

a. Pemilik rumah tinggal kolonial, wawancara ini diharapkan dapat memberikan data

yang akurat mengenai kasus rumah tinggal msa kolonial dalam penelitian ini. Data

yang diperoleh merupakan data penghuni rumah, maupun data fisik rumah

responden, meliputi denah dan tampak.

Page 48: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

48

b. Masyarakat setempat, wawancara ini diharapkan dapat memberikan data-data yang

mendukung dalam pengkajian terhadap pola tata ruang dalam rumah tinggal kolonial,

terutama menganai kondisi sosial masyarakat setempat.

3. Dokumentasi

Untuk melengkapi perolehan data, maka dilakukan dokumentasi hasil observasi

di Kidul Dalem dalam bentuk foto. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dan menggali

lebih dalam tentang pola tata ruang dalam rumah tinggal kolonial sebagai upaya

penggambaran kondisi eksisting wilayah studi yang akan mendukung. Media yang

digunakan dalam dokumentasi adalah kamera.

3.5.2 Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang tidak berhubungan langsung tetapi dapat

mendukung penelitian yang dilakukan. Data yang didapatkan dari studi literatur. Studi

literatur digunakan sebagai penunjang tinjauan teori serta memperkaya wawasan yang dapat

menunjang mengenai pola tata ruang dalam rumah tinggal masa kolonial di kawasan Kidul

Dalem. Hal ini dilakukan dengan mempelajari beberapa pustaka, laporan ilmiah, dan buku-

buku yang mendukung. Data yang diperoleh meliputi:

1. Data tentang arsitektur kolonial Belanda untuk melihat hal-hal apa yang menjadi

karakteristik arsitektur kolonial Belanda.

2. Data tentang landasan berarsitektur terutama dalam hal tata ruang dalam ruang, serta

unsur-unsur pembentuknya.

3. Data tentang kawasan penelitian, yaitu Kidul Dalem Malang

Data-data pustaka di atas diharapkan dapat memperkuat analisa dalam penelitian.

Data pustaka yang diambil hanya yang relevan dengan bidang kajian.

Tabel 3.1 Data yang dipelukan

Jenis Data Sumber Data Data Kegunaan

Primer Observasi Struktur Kawasan Menganalisa kawasanDenah Rumah Menganalisa pola tata ruang dalam

Wawancara Data Rumah(Alamat, Penghuni, Fungsi)

Mendeskripsikan profil kasus rumah tinggal

Sejarah Rumah(Apakah ada perubahan ruang, jika ada

Menetapkan kasus berdasarkan kriteria serta mendapatkan alat analisis berupa denah bangunan asli

Page 49: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

49

bagaimana denah aslinya.)Latar Belakang penghuni rumah(latar belakang sosial dan kepemilikannya)

Menganalisa tata ruang dalam serta faktor yang mempengaruhinya, apakah latar belakang sosialnya mempengaruhi tata ruang dalam rumah tinggal kolonial

Budaya Masyarakat Manganalisa faktor yang mempengaruhi tata ruang dalam, apakah latar belakang sosialnya (Budaya masyarakat, kondisi ekonomi, tingkat pendidikan, serta agama) mempengaruhi tata ruang dalam rumah tinggal kolonial

Kondisi Ekonomi

Tingkat Pendidikan

AgamaDokumentasi Foto Kawasan Mendekripsikan kondisi kawasan dan

populasiFoto Rumah Mendekripsikan kondisi rumah dan

kasusSekunder Literatur Teori mengenai Pola

tata ruang, rumah tinggal, Kolonial.

Tinjauan pusataka dan alat analisa Mengkategorikan kasus

Karya ilmiah Penelitian terdahulu mengenai Pola tata ruang, rumah tinggal, Kolonial.

Membantu dalam menganalisa data

3.6 Kasus rumah tinggal masa kolonial di Kidul Dalem

Penelitian ini mengambil kawasan Kidul Dalem (Gambar 3.4) sebagai kawasan

penelitian. Pada kawasan Kidul Dalem ini, terdapat 14 kasus rumah tinggal yang dibangun

pada masa kolonialisme. Dari keempatbelas kasus tersebut, 11 diantaranya dijadikan studi

kasus pada penelitian ini (Gambar 3.5).

Page 50: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

50

Gambar 3.4. Lokasi Penelitian di Kidul Dalem, Klojen

Page 51: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

51

Bangunan Rumah Tinggal KolonialGambar 3.5. Lokasi penelitian di Kidul Dalem, Klojen serta kasus bangunan

rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem, Klojen

Kasus bangunan yang diambil berdasarkan ciri bangunan yang terkait dengan

rumusan masalah. Kriteria penentuan kasus bangunan, antara lain sebagai berikut:

a. Kasus bangunan yang diteliti berfungsi sebagai rumah tinggal yang terletak di

permukiman Kidul Dalem, klojen. Pemilihan ini didasarkan pada rumusan

masalah pada penelitian ini, sehingga bangunan yang dipilih adalah bangunan

rumah tinggal yang berada di daerah Kidul Dalem.

b. Rumah Tinggal memiliki corak arsitektur kolonial Belanda yang dibangun pada

periode masa penjajahan Belanda (1900-1945).

c. Bangunan masih terawat, jika terdapat perubahan, perubahan yang terjadi masih

dapat dilacak serta tidak dilakukan secara drastis merenovasi keseluruhan rumah

sehingga kehilangan karakter kolonial yang ada.

Page 52: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

52

d. Bangunan masih dihuni atau ditempati oleh pemiliknya sehingga bisa

mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan untuk keperluan penelitian.

Jika kasus bangunan yang ditempati berupa rumah kontrakan maka ditelusuri

pencarian informasinya kepada pemilik rumah, agar mendapatkan data yang

akurat dan mengetahui perkembangan sejarah rumah yang terkait pada fokus

penelitian. Informasi tersebut dapat memberikan perubahan apa saja yang terjadi

pada kasus bangunan.

e. Penghuni atau pemilik rumah mengizinkan peneliti untuk masuk melakukan

pengamatan, sehingga data yang didapatkan dapat lebih akurat. Namun, bila

pemilik bangunan tidak mengizinkan peneliti masuk karena alasan privasi, maka

pemilik rumah diminta kesediaannya menggambarkan denah rumah beserta

perubahan ruang yang pernah terjadi di dalamnya.

Setelah diadakan survei berdasarkan panduan kriteria di atas, didapatkan 11

kasus rumah tinggal kolonial dapat dilihat pada Tabel 3.2. 3 kasus rumah tinggal

kolonial tidak dijadikan studi kasus karena pemiliknya kurang berkenan.

Tabel 3.2. Kasus bangunan rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem

No. Nama Alamat

1. Ny. Uswatun Hasanah Jl. K.H. Zainul Arifin Gang Kabupaten no. 32. Bp. Zainal Abidin Jl. K.H. Zainul Arifin gang IV no.10103. Bp. Wibowo Jl K.H. Zainul Arifin gang VI no. 4274. Ny. Nurul Azizah Jl. K.H. Zainul Arifin gang IV no. 9555. Bp. R. Indra Purnama Jl. K.H. Zainul Arifin gang IV no. 396. Bp. Abdul Hamid Jl. RTL No. 9947. Ny. Maria ulfa Jl. K.H. Zainul Arifin gang IV no. 9668. Bp. Diki Jl Aris Munandar gang 1 No. 10089. Bp. Munawi Jl Aris Munandar gang 1/83 10. Ny Lili Aminah Jl Zainul Arifin Gang 6/981 11. Pondok Darul Hadist Jl Aris Munandar Gang 1

3.7 Metode analisis data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

metode survey deskriptif. Dalam pendekatan diagnostik, deskriptif, dan teoritis ini,

yang menjadi sasaran kajian/penelitian adalah bagaimana pola tata ruang dalam pada

bangunan rumah tinggal kolonial. Analisis ini dilakukan berdasarkan pengamatan

visual terhadap objek pengamatan yang dilandasi teori-teori yang berkaitan.

Analisis data menggunakan pendekatan deskriptif dengan langkah-langkah

sebagaimana dianjurrkan Miles & Huberman (1987) terdiri dari empat alur kegiatan

yaitu pemilihan data, penyajian data, analisa dan penarikan kesimpulan.

Page 53: Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kolonial Di Kidul Dalem Malang-Kirim Rifqi

53

Pemilihan data diartikan sebagai proses pemilihan atau mengeliminasi data

yang kurang relevan, pengabstrakan, dan transformasi data yang muncul dari hasil

wawancara, observasi langsung, foto dan peta yang dikaji satu per satu kemudian

dikumpulkan sesuai golongannya. Pada penelitian ini eliminasi data dilakukan pada

data-data yang tidak berhubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan rumusan

masalah.

Setelah dilakukan pemilihan data, langkah selanjutnya adalah penyajian data.

Penyajian data disini berupa variabel-variabel yang digunakan untuk menjawab

rumusan masalah. Pelaksanaan pemilihan dan penyajian data, dilakukan pada saat

kegiatan penelitian berlangsung.

Dalam penelitian ini, analisa data dan penarikan kesimpulan berdasarkan pada

kecurigaan awal dan identifikasi masalah. Adapun parameter yang dijadikan penelitian

yaitu kesesuaian antara teori yang ada dengan objek yang ada di lapangan. Langkah

pertama yaitu mengamati kasus sesuai dengan variabel yang telah ditetapkan. Analisis

dilakukan dengan menggunakan bantuan/alat berupa foto-foto, sketsa, tabel dan

diagram.

Langkah kedua, hasil analisa tersebut kemudian akan ditabulasikan untuk

mendapatkan pola tata ruang dalam yang terdapat pada rumah tinggal kolonial di

Kidul Dalem Malang. Setelah didapatkan pola tata ruang dalam pada Kidul Dalem,

maka hasil tersebut dikroscek dengan kajian teoritis yang ada.

Dari kedua langkah tersebut didapatkan kesimpulan mengenai bagaimana pola

tata ruang dalam ruang pada rumah tinggal kolonial.

3.8 Tahap akhir

Setelah melalui proses analisis serta mendapatkan hasil dari penelitian tersebut,

diperlukan adanya kesimpulan yang dapat memberikan kontribusi untuk kemajuan ilmu

pengetahuan bidang arsitektur, terutama di bidang arsitektur kolonial.

Penelitian ini diharapkan juga dapat menghasilkan saran yang dapat digunakan

bagi peneliti yang akan meneliti bidang yang sama selanjutnya.