POLA TANAM MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN BUNDER...

15
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 16 POLA TANAM MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN BUNDER GUNUNG KIDUL Warsiyah 1 Basuki Abstak Pada umumnya masyarakat mempunyai pola tanam yang berbeda-beda, pola tanam adalah merupakan suatu urutan tanam pada sebidang tanah lahan dalam satu tahun termasuk di dalamnya masa pengolahan tanah. Pada penelitian ini tujuannya untuk mengetahui pola tanam masyarakat di sekitar hutan Bunder yang berkaitan dengan hasil (keuntungan) yang tertinggi yang didapat per tahun. Penelitian ini menggunakan metode wawancara (kuestioner) dan hasil tersebut dianalisis secara diskriptif kualitatif. Hasil penelitian berdasarkan yang didapat adalah masyarakat di sekitar hutan Bunder pola tanam yang diterapkan ada beberapa pola tanam. Ada yang menggunakan sistem pola tanam polikultur dan sistem pola tanam monokultur. Dengan pola tanam tersebutdi atas hasil produksinya yang paling bagus (tinggi) adalah dengan sistem polikultur, dalam penelitian ini pola polikultur dengan jenis tanaman jati, mahoni, sengon bisa menghasilkan produksi paling besar (tinggi) yaitu Rp. 130.166.667 perhektar, hal ini bisa dilihat pada grafik di atas. Jadi pada dasarnya sistem pola tanam yang paling menguntungkan adalah dengan sistem pola tanam polkultur. Kata Kunci : Pola tanam, masyarakat CROPPING PATTERN OF FOREST COMMUNITIES IN BUNDER GUNUNG KIDUL Abstract Generally, farmers have different planting patterns, a planting pattern is a planting sequence in a field in one year including the process of ground processing . The purpose of this research is to find the farmer’s planting pattern in Bunder wood that obtained the highest yield (profits) annually. This research used interview method (questionnaire) and its result will be qualitatively analyzed descriptively. The result of the research based on what farmers in Bunder wood produced show that there are many planting patterns used by the farmers, for example : polyculture planting pattern system. With these planting patterns the highest yield will be obtained with the polyculture system. Based on the research, the polyculture pattern with jati, mahoni, and sengon trees can be harvest edwith 1 Tulisan ini sudah diseminarkan dalam di Forum Bulanan STTL 2 Abstract telah di periksa oleh ICEE (International Center For English Excellence)

Transcript of POLA TANAM MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN BUNDER...

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 16

POLA TANAM MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN BUNDER

GUNUNG KIDUL

Warsiyah1

Basuki

Abstak

Pada umumnya masyarakat mempunyai pola tanam yang berbeda-beda,

pola tanam adalah merupakan suatu urutan tanam pada sebidang tanah lahan

dalam satu tahun termasuk di dalamnya masa pengolahan tanah. Pada penelitian

ini tujuannya untuk mengetahui pola tanam masyarakat di sekitar hutan Bunder

yang berkaitan dengan hasil (keuntungan) yang tertinggi yang didapat per tahun.

Penelitian ini menggunakan metode wawancara (kuestioner) dan hasil

tersebut dianalisis secara diskriptif kualitatif.

Hasil penelitian berdasarkan yang didapat adalah masyarakat di sekitar

hutan Bunder pola tanam yang diterapkan ada beberapa pola tanam. Ada yang

menggunakan sistem pola tanam polikultur dan sistem pola tanam monokultur.

Dengan pola tanam tersebutdi atas hasil produksinya yang paling bagus (tinggi)

adalah dengan sistem polikultur, dalam penelitian ini pola polikultur dengan jenis

tanaman jati, mahoni, sengon bisa menghasilkan produksi paling besar (tinggi)

yaitu Rp. 130.166.667 perhektar, hal ini bisa dilihat pada grafik di atas. Jadi pada

dasarnya sistem pola tanam yang paling menguntungkan adalah dengan sistem

pola tanam polkultur.

Kata Kunci : Pola tanam, masyarakat

CROPPING PATTERN OF FOREST COMMUNITIES IN BUNDER

GUNUNG KIDUL

Abstract

Generally, farmers have different planting patterns, a planting pattern is a

planting sequence in a field in one year including the process of ground

processing . The purpose of this research is to find the farmer’s planting pattern

in Bunder wood that obtained the highest yield (profits) annually.

This research used interview method (questionnaire) and its result will be

qualitatively analyzed descriptively.

The result of the research based on what farmers in Bunder wood

produced show that there are many planting patterns used by the farmers, for

example : polyculture planting pattern system. With these planting patterns the

highest yield will be obtained with the polyculture system. Based on the research,

the polyculture pattern with jati, mahoni, and sengon trees can be harvest edwith

1 Tulisan ini sudah diseminarkan dalam di Forum Bulanan STTL 2 Abstract telah di periksa oleh ICEE (International Center For English Excellence)

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 17

the highest profit IDR 130.166.667 (at least USD 11.125) per hectare. It can be

seen on the graphic above. Finally, the polyculture planting pattern system is the

most profitable system.

Keywords : Planting pattern. Harvest yield.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tahun 2004, fungsi Hutan

Bunder seluas 617 hektar sebagai

hutan produktif diubah menjadi

kawasan Taman Hutan Raya

(Tahura) untuk tujuan penelitian,

budidaya, pariwisata, budaya, dan

rekreasi. Kini hamparan hijau pohon

rimba tumbuh rindang dan

memberikan kesejukan udara di

Tahura Bunder. Aroma khas tanaman

kayu putih (“Melaleuca

leucadendra”) dan kepodang

(“Oriolus chinensis”) menjadikan

lokasi ini nyaman ketika berkendara

melintasi Jalan Raya Wonosari-

Yogya.

Pada umumnya masyarakat

mempunyai pola tanam yang

berbeda-beda. Pola tanam adalah

merupakan suatu urutan tanam pada

sebidang lahan dalam satu tahun,

termasuk didalamnya masa

pengolahan tanah. Pola tanam

merupakan bagian atau sub sistem

dari sistem budidaya tanaman, maka

dari sistem budidaya tanaman ini

dapat dikembangkan satu atau lebih

sistem pola tanam. Pola tanam ni

diterapkan dengan tujuan

memanfaatkan sumber daya secara

optimal dan untuk menghindari

resiko kegagalan. Namun yang

penting persyaratan tumbuh antara

kedua tanman atau lebih terhadap

lahan hendaklah mendekati

kesamaan.

Pola tanam di daerah tropis,

biasanya disusun selama satu tahun

dengan memperhatikan curah hujan,

terutama pada daerah atau lahan

yang sepernuhnya tergantung dari

hujan. Makan pemilihan

jenis/varietas yang ditamanpun perlu

disesuaikan dengan keadaan air yang

tersedia ataupun curah hujan.

Pola tanam terbagi dua yaitu

pola tanam monokultur dan pola

tanam polikultur. Pertanian

monokultur adalah pertanian dengan

menanam tanaman sejenis. Misalnya

sawah ditanami padi saja, jagung

saja, atau kedelai saja. Tujuan

menanam secara monokultur adalah

meningkatkan hasil pertanian.

Sedangkan pola tanam polikultur

ialah pola pertanian dengan banyak

jenis tanaman pada satu bidang

lahan yang terusun dan terencana

dengan menerapkan aspek

lingkungan yang lebih baik.

Permasalahan yang dihadapi

di sekitar hutan bunder adalah air

yang ketergantungan dengan musim

hujan dan sangat menentukan jenis,

pola tanaman dan hasil produksi,

penelitian ini akan dicoba untuk

mengetahui tentang pengetahuan

mengenai jenis dan pola tanaman

yang sangat diperlukan bagi petani

terutama di dusun sekitar hutan

bunder. Sebab dari usaha tani yang

dilakukan, diharapkan dapat

mendatangkan hasil yang maksimal.

Hasil penelitian diharapkan tidak

hanya mengetahui jenis tanamn,

mengetahui macam pola tanam

masyarakat di sekitar Hutan Bunder

bahkan keuntungan maksimum dapat

didapat dengan tidak mengabaikan

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 18

pengawetan tanah dan menjaga

kestabilan kesuburan tanah,

http://sepedasembada.wordpress.com

/2009/04/04/bunder-taman-hutan-

raya-di-tepi-jalan-wonosari/senin ,

7.09

B. Rumusan Masalah

Setelah melihat uraian latar

belakang yang telah dikemukakan di

atas maka dapat dirumuskan

masalahnya sebagai berikut:

1. Jenis tanman apa saja yang

ditanama di sekitar hutan

buender Gunung Kidul?

2. Macam pola tanam yang

digunakan masyarakat di

sekitar hutan bunder

Gungung Kidul?

C. Batasan Masalah

1. Jenis tanaman yang ada atau

yang ditanam dan pola

tanaman masyarakat di

sekitar hutan bunder Gunung

Kidul.

2. Dusun yang dipilih adalah

dusun yang terdekat dengan

hutan bunder.

D. Tujuan Penelitian :

1. Mengetahui jenis tanaman.

2. Mengetahui macam pola

tanaman masyarakat di

sekitar Hutan Bunder.

3. Mengetahui jumlah hasil

produksi persatuan hektar

II. TINJAUAN PUSTAKA

Hutan merupakan suatu

asosiasi masyarakat tumbuh-

tumbuhan dan binatang yang

didominasi oleh pohon atau vegetasi

berkayu, yang mempunyai luasan

tertentu sehingga dapat membentuk

iklim mikro dan kondisi ekologi

yang spesifik. Hutan pada

hakekatnya adalah salah satu faktor

ekologi di dalam sistem pendukung

kehidupan makhluk hidup termasuk

pendukung kehidupan manusia.

Dalam rangka memanfaatkan hutan

secara optimal, pemerintah RI telah

membagi kawasan hutan menjadi

beberapa kategori atau status, yaitu

dari 120 ha kawasan hutan di

Indonesia, 58 juta ha atau 48%

adalah kawasan hutan Produksi, 33,5

juta ha atau 28% merupakan

kawasan Hutan Lindung, 20,5 juta ha

/ 17% : kawasan Hutan Konservasi,

dan 8 juta ha / 7% : kawasan hutan

yang dapat dikonversi (Paduserasi

TGHK dan RTRWP, 1999). Tapi

dalam kenyataannya pembagian

tersebut sulit diimplementasikan

dengan baik. Berbagai pelanggaran

dan perusakan hutan terjadi di mana-

mana, sehingga pembagian tersebut

hanya tertera dalam kertas.

Hutan produksi adalah

kawasan hutan yang diperuntukkan

guna produksi hasil hutan untuk

memenuhi keperluan masyarakat

pada umumnya serta pembangunan,

industri, dan ekspor pada khususnya.

Hutan produksi dibagi menjadi tiga,

yaitu hutan produksi terbatas (HPT),

hutan produksi tetap (HP), dan hutan

produksi yang dapat dikonversikan

(HPK).

Permasalahan yang biasa

dihadapi dalam hutan ini adalah

masyarakat yang dengan sadar

menebang, mengambil hasil dari

hutan tersebut tidak sesuai dengan

kaidah. Masyarakat sering

mengambil hasil yang ada di hutan

untuk kepentingan sendiri tanpa

memikirkan dampak akibat yang

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 19

akan disebabkannya. Masyarakat

merasa hutan adalah milik dari

masyarakat dan semua isinya harus

diambil dengan seenaknya saja.

Misalnya menebang pohon untuk

diambil kayunya tanpa mengganti

dengan pohon baru, memotong

ranting-ranting pohon, dan lain

sebagainya. Padahal hutan itu

memiliki fungsi konservatif yang

sebenarnya mempunyai manfaat

sebagai pengendali erosi, paru-paru

dunia dan penghasil oksigen,

sebagainya. Selain itu, kurang rasa

memiliki terhadap hutan itu sendiri

juga merupakan faktor yang menjadi

kendala dalam rangka pengelolaan

hutan.

http://m.serambinews.com/news/vie

w/10605/pengaturan-pola-tanam-

dan-pengolahan-tanah.

A. Macam Jenis Pola Tanam

1. Monokultur

Pertanian monokultur adalah

pertanian dengan menanam tanaman

sejenis. Misalnya sawah ditanami

padi saja, jagung saja, atau kedelai

saja. Tujuan menanam secara

monokultur adalah meningkatkan

hasil pertanian.

Penanaman monokultur

menyebabkan terbentuknya

lingkungan pertanian yang

tidakmantap. Buktinya tanah

pertanian harus diolah, dipupuk dan

disemprot dengan insektisida. Jika

tidak, tanaman pertanian mudah

terserang hama dan penyakit. Jika

tanaman pertanian terserang hama,

maka dalam waktu cepat hama itu

akan menyerang wilayah yang luas.

Petani tidak dapat panen karena

tanamannya terserang hama.

Kelebihan sistem ini yaitu teknis

budidayanya relatif mudah karena

tanaman yang ditanam maupun yang

dipelihara hanya satu jenis. Di sisi

lain, kelemahan sistem ini adalah

tanaman relative mudah terserang

hama maupun penyakit.

2. Polikultur

Polikultur berasal dari kata

poli yang artinya banyak dan kultur

artinya budaya. Polikultur ialah pola

pertanian dengan banyak jenis

tanaman pada satu bidang lahan

yang terusun dan terencana dengan

menerapkan aspek lingkungan yang

lebih baik.

Dengan pemilihan tanaman

yang tepat, sistem ini dapat

memberikan beberapa keuntungan,

antara lain sebagai berikut :

a) Mengurangi serangan OPT

(pemantauan populasi hama),

karena tanaman yang satu dapat

mengurangi serangan OPT

lainnya. Misalnya bawang daun

dapat mengusir hama aphids dan

ulat pada tanaman kubis karena

mengeluarkan bau allicin,

b) Menambah kesuburan tanah.

Dengan menanam kacang-

kacangan- kandungan unsur N

dalam tanah bertambah karena

adanya bakteri Rhizobium yang

terdapat dalam bintil akar.

Dengan menanam yang

mempunyai perakaran berbeda,

misalnya tanaman berakar

dangkal ditanam berdampingan

dengan tanaman berakardalam,

tanah disekitarnya akan lebih

gembur.

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 20

c) Siklus hidup hama atau penyakit

dapat terputus, karena sistem ini

dibarengi dengan rotasi tanaman

dapat memutus siklus OPT.

d) Memperoleh hasil panen yang

beragam. Penanaman lebih dari

satu jenis tanaman akan

menghasilkan panen yang

beragam. Ini menguntungkan

karena bila harga salah satu

komoditas rendah, dapat ditutup

oleh harga komoditas lainnya.

Kekurangan sistem polikultur adalah:

a. Terjadi persaingan unsur hara

antar tanaman,

b. OPT banyak sehingga sulit

dalam pengendaliannya.

Polikultur terbagi menjadi :

Tumpang sari (Intercropping).

Tumpangsari adalah

penanaman lebih dari satu tanaman

pada waktu yang bersamaan atau

selama periode tanam pada satu

tempat yang sama. Beberapa

keuntungan dari sistem tumpangsari

antara lain pemanfaatan lahan

kosong disela-sela tanaman pokok,

peningkatan produksi total persatuan

luas karena lebih efektif dalam

penggunaan cahaya, air serta unsur

hara, disamping dapat mengurangi

resiko kegagalan panen dan menekan

pertumbuhan gulma, (Herliana,

1996).

Pertanaman tunggal atau

monokultur adalah salah satu cara

budidaya di lahan pertanian dengan

menanam satu jenis tanaman pada

satu areal. Cara budidaya ini meluas

praktiknya sejak paruh kedua abad

ke-20 di dunia serta menjadi penciri

pertanian intensif dan pertanian

industrial. Monokultur menjadikan

penggunaan lahan efisien karena

memungkinkan perawatan dan

pemanenan secara cepat dengan

bantuan mesin pertanian dan

menekan biaya tenaga kerja karena

wajah lahan menjadi seragam.

Kelemahan utamanya adalah

keseragaman kultivar mempercepat

penyebaran organisme pengganggu

tanaman (OPT, seperti hama dan

penyakit tanaman).

Cara budidaya ini biasanya

dipertentangkan dengan pertanaman

campuran atau polikultur. Dalam

polikultur, berbagai jenis tanaman

ditanam pada satu lahan, baik secara

temporal (pada waktu berbeda)

maupun spasial (pada bagian lahan

yang berbeda).

Pertanaman padi, jagung, atau

gandum sejak dulu bersifat

monokultur karena memudahkan

perawatan. Dalam setahun, misalnya,

satu lahan sawah ditanami hanya

padi, tanpa variasi apa pun.

Akibatnya hama atau penyakit dapat

bersintas dan menyerang tanaman

pada periode penanaman berikutnya.

Pertanian pada masa kini biasanya

menerapkan monokultur spasial

tetapi lahan ditanami oleh tanaman

lain untuk musim tanam berikutnya

untuk memutus siklus hidup OPT

sekaligus menjaga kesehatan tanah.

Istilah "monokultur"

sekarang juga dipinjam oleh bidang-

bidang lainnya, seperti peternakan,

kebudayaan (mengenai dominasi

jenis aliran musik tertentu), atau ilmu

komputer (mengenai sekelompok

komputer yang menjalankan

perangkat lunak yang sama).

Monokultur (pada saat tanaman

mulai produktif, pada saat tanaman

muda < 2 tahun dilakukan tumpang

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 21

sari dengan sayuran) jarak tanam

yang dgunakan bervariasi dari satu

lokasi yang lainnya. Kebun jeruk di

dataran rendah (lahan basah) jarak

tanamnya relatif lebih jarang

dibanding kebun jeruk di dataran

tinggi, karena 40% dari lahan basah

terpakai untuk keperluan pembuatan

drainase dan pembuatan jalan. Di

awal biasa digunakan jarak tanam 3

x 3 meter atau 3,5 x 3,5 meter. Tetapi

jarak tanam yang dianjurkan untuk

jeruk manis adalah 4 x 4 meter.

Jarak tanam yang lebih besar

umumnya tidak memberi pengaruh

terhadap tanaman kecuali rendahnya

populasi tanaman per hektarnya. jika

usaha perkebunan jeruk dirancang

untuk periode 10 tahun maka cukup

menggunakan jarak tanam yang

pendek misalnya 5 x 5meter. jika

umur lebih dari 10 tahun produksi

masih baik dan jika kebun masih

dipertahankan sebaiknya dilakukan

penjarangan dengan menebang

pohon pohonyang kurang produktif.

Dengan jarak tanam 4,5 x 4,5 meter

maka dalam 1 hektar akan terdapat

800 pohon. Sebelum penanaman,

lubang tanam yang sudah dibuat diisi

dengan pupuk kandang/kompos yang

dicampur tanah lapisan atas. Dalam

hal ini diasumsi jarak tanam jeruk

dataran tinggi 5,2 x5,2 m atau 364

batang pohon per hektar. Sedangkan

di dataran tinggi 4 x4 m atau 800

pohon per hektar.

Pola tanam monokultur

memiliki pertumbuhan dan hasil

yang lebih besar daripada pola tanam

lainnya. Hal ini disebabkan karena

tidak adanya persaingan antar

tanaman dalam memperebutkan

unsur hara maupun sinar matahari,

akan tetapi pola tanam lainnya lebih

efisien dalam penggunaan lahan

karena nilai lebih dari 1. Kelebihan

sistem ini yaitu teknis budidayanya

relatif mudah karena tanaman yang

ditanam maupun yang dipelihara

hanya satu jenis. Namun, di sisi lain,

Kelemahan sistem ini adalah

tanaman relatif mudah terserang

hama maupun penyakit.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pertana

man_tunggal

Polikultur adalah menanam

lebih dari satu jenis tanaman pada

lahan dan waktu yang sama. Dengan

pemilihan tanaman yang tepat,

sistem ini dapat memberikan

beberapa keuntungan, antara lain

sebagai berikut :

B. Kelebihan Dan Kekurangan

1. Mengurangi serangan OPT

(pemantauan populasi hama),

karena tanaman yang satu

dapat mengurangi serangan

OPT lainnya. Misalnya bawang

daun dapat mengusir hama

aphids dan ulat pada tanaman

kubis karena mengeluarkan

bau allicin.

2. Menambah kesuburan tanah.

Dengan menanam kacang-

kacangan- kandungan unsur N

dalam tanah bertambah karena

adanya bakteri Rhizobium

yang terdapat dalam bintil

akar. Dengan menanam yang

mempunyai perakaran berbeda,

misalnya tanaman berakar

dangkal ditanam berdampingan

dengan tanaman berakar

dalam, tanah disekitarnya akan

lebih gembur.

3. Siklus hidup hama atau

penyakit dapat terputus, karena

sistem ini dibarengi dengan

rotasi tanaman dapat memutus

siklus OPT.

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 22

4. Memperoleh hasil panen yang

beragam. Penanaman lebih dari

satu jenis tanaman akan

menghasilkan panen yang

beragam. Ini menguntungkan

karena bila harga salah satu

komoditas rendah, dapat

ditutup oleh harga komoditas

lainnya.

5. Dapat menambah kesuburan

tanah Menanam tanaman

kacang-kacangan

berdampingan dengan tanaman

jenis lainnya dapat menambah

kandungan unsur Nitrogen

dalam tanah karena pada bintil

akar kacang-kacangan

menempel bakteri Rhizobium

yang dapat mengikat Nitrogen

dari udara. Dan menanam

secara berdampingan tanaman

yang perakarannya berbeda

dapat membuat tanah menjadi

gembur.

6. Meminimalkan hama dan

penyakit tanaman Sistem

polikultur dibarengi

denganrotasi tanaman dapat

memutuskan siklus hidup hama

dan penyakit tanaman.

Menanamtanaman secara

berdampingan dapat

mengurangi hama penyakit

tanaman salah satu

pendampingnya, misalnya :

bawang daun yang

mengeluarkan baunya dapat

mengusir hama ulat pada

tanaman kol atau kubis.

7. Mendapat hasil panen beragam

yang menguntungkan

Menanam dengan lebih dari

satu tanaman tentu

menghasilkan panen lebih dari

satu atau beragam tanaman.

Pemilihan ragam tanaman yang

tepat dapat menguntungkan

karena jika satu jenis tanaman

memiliki nilai harga rendah

dapat ditutupi oleh nilai harga

tanaman pendamping lainnya

Kekurangan sistem polikultur

adalah Apabila pemilihan jenis

tanaman tidak sesuai, sistem

polikultur dapat memberi dampak

negatif, misalnya :

1. Terjadi persaingan unsur hara

antar tanaman,

2. OPT banyak sehingga sulit

dalam pengendaliannya.

3. Pertumbuhan tanaman akan

saling menghambat

C. Tanaman Jati

Pohon Jati adalah Sebuah

Pohon sangat bermutu tinggi.

Mempunyai pohon dan daun yang

besar dan bisa mencapai ketinggian

30-40 meter. Pohon Jati bisa tumbuh

di daerah dengan curah hujan 1 500 –

2 000 mm/tahun dan pada suhu 27 –

36 ° pada Dataran tinggi maupun

dataran rendah. Tetapi Tanaman Jati

bisa tumbuh dengan baik pada tanah

yang tidak banyak dibanjiri oleh air.

D. Tanaman Mahoni

Tanaman mahoni merupakan

tanaman tahunan, dengan tinggi rata-

rata 5 - 25 m (bahkan ada yang

mencapai lebih dari 30 m), berakar

tunggang dengan batang bulat,

percabangan banyak, dan kayunya

bergetah. Daunnya berupa daun

majemuk, menyirip genap, helaian

daun berbentuk bulat telur, ujung dan

pangkal daun runcing, tepi daun rata,

tulang menyirip dengan panjang

daun 3 - 15 cm. Daun yang masih

muda berwarna merah dan setelah

tua berubah menjadi hijau. Bunga

tanaman mahoni adalah bunga

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 23

majemuk, tersusun dalam karangan

yang keluar dari ketiak daun. Ibu

tangkai bunga silindris, berwarna

coklat muda. Kelopak bunganya

lepas satu sama lain dengan bentuk

menyerupai sendok, berwarna hijau.

Mahkota bunga silindris, berwarna

kuning kecoklatan. Benang sari

melekat pada mahkota. Kepala sari

berwarna putih/kuning kecoklatan.

Tanaman mahoni ini baru akan

berbunga setelah usia 7 atau 8 tahun.

Setelah berbunga, tahap selanjutnya

adalah berbuah. Buah mahoni

merupakan buah kotak dengan

bentuk bulat telur berlekuk lima.

Ketika buah masih berwarna hijau,

dan setelah besar berwarna coklat. Di

dalam buah terdapat biji berbentuk

pipih dengan ujung agak tebal dan

warnanya coklat kehitaman. Buah

yang sudah tua kulit buahnya akan

pecah dengan sendirinya.

E. Tanaman Bambu

Bambu, merupakan hasil

hutan non kayu yang potensial untuk

dikembangkan menjadi sumber

bahan baku industri. Di bidang

kehutanan tanaman bambu dapat

meningkatkan kualitas hutan yang

selama ini menjadi bahan baku

industri perkayuan nasional melalui

substitusi atau keanekaragaman

bahan baku, mengingat potensi hutan

kayu semakin langka sedangkan

industri sudah telanjur ada dengan

kapasitas besar, maka tuntutan

pemenuhan bahan baku industri

kehutanan menjadi agenda prioritas

penyelamat aset kehutanan nasional.

Sebetulnya perhatian pemerintah

terhadap tanaman bambu muncul

setelah kebakaran hutan besar tahun

1997 di Kalimantan yang meluluh

lantakkan lebih dari 1 juta ha.

Di masa yang akan datang

tanaman bambu dapat mendukung

selain sebagai bahan baku sarana

tradisional (bangunan, alat rumah

tangga, kerajinan, kesenian dll.)

dapat pula mendukung kapasitas dan

kualitas hutan alam/hutan tanaman

yang selama ini menjadi sumber

bahan baku industri perkayuan

nasional. Bentuk dukungan tersebut

melalui substitusi produk atau

keseragaman sumber bahan baku

industri, mengingat potensi kayu

semakin langka, memerlukan waktu

yang relatif panjang rehabilitasinya,

sedangkan bambu pada umur 4-5

tahun sudah memenuhi persyaratan

yang layak.

F. Tanaman Mangga

Tanaman mangga pada

umumnya diusahakan di lahan

pekarangan secara sambilan.

Estimasi tentang persentase luas

pengusahaan mangga berdasarkan

sistim pengusahaannya.

Tanaman mangga di lahan

pekarangan penduduk tidak menda-

patkan perawatan secara memadai,

pemupukan dilakukan ala kadarnya,

pemangkasan tajuk tidak dilakukan.

Sebagian besar tanaman berumur tua

dan ditanam dari biji.

Telah banyak varietas

mangga yang dilepas oleh

pemerintah sebagai varietas unggul.

Diantara yang dikenal masyarakat

adalah mangga Gadung, Manalagi,

Lali Jiwo, Arummanis, Golek.

Tanaman ini dapat diperbanyak

melalui perbanyakan secara generatif

maupun secara vegetataif. Untuk

menjaga agar mutu bibit yang

dihasilkan tetap baik seharusnya

menggunakan perbanyakan vegetatif.

Perbanyakan ini dapat dialakukan

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 24

dengan cara okulasi, grafting,

cangkok, merunduk atau

menyusukan. Namun umumnya

masyarakat lebih banyak

menggunakan sistem okulasi atau

grafting.

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian di sini

yaitu metode deskriptif, menurut

Nasir ( 2005 ), metode deskriptif

merupakan suatu metode dalam

meneliti status kelompok manusia,

suatu obyek, suatu kondisi, suatu

system pemikiran ataupun suatu

peristiwa pada masa sekarang.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian diskriptif

ini adalah untuk membuat deskriptif,

gambaran atau lukisan secara

sistematik, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antara fenomena yang

diselidiki. Disamping itu metode

deskriptif adalah pencarian fakta

dengan interpretasi yang tepat..

penelitian deskriptif mempelajari

masalah-masalah dalam masyarakat,

serta tata cara yang berlaku dalam

masyarakat, serta situasi-situasi

tertentu, termasuk tentang hubungan,

kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,

pandangan-pandangan dari suatu

fenomena.

Cara yang diguanakan dalam

pengumpulan data dengan metode

deskriptif diantaranya, menggunakan

kuesioner atau wawancara terhadap

responden serta opservasi atau

pengamatan langsung.

C. Tempat Penelitian

Desa Bunder Dusun Bunder

sekitar hutan Bunder, Playen,

Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi

Daerah Yogyakarta.

1) Obyek Penelitian

Pada penelitian ini yang

menjadi obyek atau fokus

penelitian adalah jenis, dan

pola tanaman masyarakat di

Desa Bunder Dusun Bunder

sekitar hutan Bunder, Playen

Gunung Kidul.

2) Variabel penelitian

Agar dapat memperjelas yang

diteliti, maka variabel yang

digunakan dalam penelitian

yaitu :

a. Variabel bebas (variabel

yang mempengaruhi) terdiri

atas jenis tanaman, pola

tanaman.

b. Variabel terikat (variabel

yang dipengaruhi) yaitu

jumlah produksi.

3) Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan di

dalam penelitian ini adalah

jenis dan pola tanaman di

sekitar hutan Bunder.

Sementara alat-alat yang

digunakan dalam penelitian

antara lain : alat tulis dan

kuestioner.

4) Analisis Data

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 25

Data yang diperoleh dari hasil

wawancara dianalisis secara

deskriptif kualitatif dengan

menggunakan tabulasi untuk

mengetahui jenis tanaman

dan pola tanam monokultur

dan pola tanam polikultur

masyarakat di sekitar hutan

bunder yang dikaitkan

dengan hasil produksi.

Kemudian data dari hasil

tabulasi akan dapat ditarik

hubungan antara jenis tanam,

pola tanam, dan hasil

produksi sehingga dapat

diambil kesimpulan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Lokasi

Penelitian

Letak Geografis

Kabupaten Gunung Kidul

adalah salah satu kabupaten yang ada

di Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta, dengan Ibu kotanya

Wonosari. Luas wilayah Kabupaten

Gunung Kidul 1.485,36 km2 atau

sekitar 46,63 % dari luas wilayah

Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta. Kota Wonosari terletak

di sebelah tenggara kota Yogyakarta

(Ibukota Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta), dengan jarak ± 39 km.

Wilayah Kabupaten Gunung Kidul

dibagi menjadi 18 Kecamatan dan

144 desa.

Letak geografi :

1100 21'sampai 1100 50' BUJUR

TIMUR

70 46'sampai 80 09' LINTANG

SELATAN

Batas Wilayah Kabupaten

Gunung Kidul :

Sebelah Barat : Kabupaten

Bantul dan Sleman (Propinsi DIY).

Sebelah Utara : Kabupaten

Klaten dan Sukoharjo (Propinsi Jawa

Tengah).

Sebelah Timur : Kabupaten

Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah).

Sebelah Selatan : Samudera

Hindia.

B. Topografi Dan Keadaan Fisik

Lapangan

Kabupaten Gunung Kidul

memiliki topografi karst yang

terbentuk oleh proses pelarutan

batuan kapur. Bentang alam ini

dikenal sebagai Kawasan Karst

Pegunungan Sewu yang bentangnya

meliputi wilayah kabupaten Gunung

Kidul, Wonogiri dan Pacitan.

Kabupaten Gunung Kidul memiliki

luas kawasan karst 13.000 km².

Bentang alam kawasan karst Gunung

Kidul sangat unik, hal tersebut

dicirikan dengan adanya fenomena di

permukaan (eksokarst) dan bawah

permukaan (endokarst). Fenomena

permukaan meliputi bentukan positif,

seperti perbukitan karst yang

jumlahnya ± 40.000 bukit yang

berbentuk kerucut. Bentukan

negatifnya berupa lembah-lembah

karst dan telaga karst.

Berdasarkan kondisi

topografi, Kabupaten Gunung Kidul

dibagi dalam tiga (3) zona

pengembangan, yaitu: Zone Utara

disebut wilayah Batur Agung dengan

ketinggian 200 – 700 m di atas

permukaan air laut. Keadaannya

berbukit-bukit dan terdapat sungai di

atas tanah dan sumber-sumber air

tanah serta dapat digali sumur

dengan kedalaman 6-12 m. Jenis

tanah vulkanik lateristik dengan

bantuan induk dasiet dan andesiet.

Wilayah ini meliputi Kecamatan

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 26

Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen,

Semin, dan Ponjong bagian utara.

Zone Tengah, disebut wilayah

pengembangan Ledok Wonosari

dengan ketinggian150 – 200 m di

atas permukaan air laut. Apabila

kemarau panjang masih terdapat

sumber mata air. Jenis tanahnya

berupa margaliet. Di zona ini

terdapat air tanah dengan kedalaman

60 – 120 m di bawah permukaan

tanah. Wilayah ini meliputi

Kecamatan Playen, Wonosari,

Karangmojo, Ponjong bagian tengah,

dan Semanu bagian utara. Zona

Selatan, disebut wilayah

pengembangan Gunung Seribu

dengan ketinggian 100 - 300 m di

atas permukaan air laut. Batuan dasar

pembentuknya adalah batu kapur

dengan ciri khas berbukit-bukit

kerucut (conical limestone) dan

merupakan kawasan karst. Pada

wilayah ini banyak dijumpai sungai

bawah tanah. Zona selatan meliputi

Kecamatan Saptosari, Paliyan,

Girisubo, Tanjungsari, Tepus,

Rongkop, Purwosari,Panggang,

Ponjong bagian selatan, dan Semanu

bagian selatan.

Lahan di Kabupaten Gunung

Kidul mempunyai tingkat

kemiringan yang bervariasi, 18, 19

persen diantaranya merupakan

daerah datar dengan kemiringan

(0%-2%), sementara daerah dengan

kemiringan (15%-40%) sebesar

39,54 persen dan daerah yang

memiliki kemiringan (> 40%)

meliputi 15,95 persen dari luas

wilayah di Gunung Kidul. Tekstur

tanah di Kabupaten Gunung Kidul

dibedakan atas dasar komposisi

pasir, debu,dan lempung, sehingga

secara garis besar dipilahkan menjadi

tekstur kasar, sedang, dan halus.

Topografi wilayah Kabupaten

Gunung Kidul didominasi oleh

daerah kawasan perbukitan. Pada

kawasan perbukitan tersebut banyak

terdapat goa-goa alam dan sungai

bawah tanah yang mengalir. Dengan

kondisi struktur lahan yang demikian

maka sebagian besar kawasan

Kabupaten Gunung Kidul merupakan

kawasan karst.

C. Kondisi Hidrologi di Kabupaten

Gunung Kidul

Di Kabupaten Gunung Kidul

terdapat dua daerah aliran sungai

(DAS) permukaan,yaitu DAS Opak-

Oyo dan DAS Dengkeng. Masing-

masing DAS tersebut terdiri dari

beberapa Sub DAS yang berfungsi

untuk mengairi areal pertanian.

Selain itu juga terdapat DAS bawah

permukaan, yaitu DAS Bribin. Air

pemukaan (sungai dan mata air)

banyak dijumpai di Gunung Kidul

wilayah utara dan tengah. Di wilayah

tengah beberapa tempat memiliki air

tanah yang cukup dangkal dan

dimanfaatkan untuk sumur ladang.

Wilayah selatan Gunung Kidul

merupakan kawasan karst yang

jarang ditemukan air permukaan. Di

wilayah ini dijumpai sungai bawah

tanah seperti Bribin, Ngobaran,dan

Seropan, serta ditemukan telaga

musiman yang multiguna bagi

penduduk sekitar. Kondisi Iklim di

Kabupaten Gunung Kidul.

Berdasarkan letak

astronomisnya, Kabupaten Gunung

Kidul berada di daerah sekitar

equator, sehingga secara klimatologi

beriklim tropis dengan suhu harian

rata-rata27,7°C, rentang suhu

terendah 23,2°C dan tertinggi 32,4°C

memiliki 10 dua musim, yaitu musim

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 27

hujan dan musim kemarau. Curah

hujan agak basah dan mempunyai

karakter 3 bulan kering dan 7 bulan

basah. Wilayah Kabupaten Gunung

Kidul bagian utara merupakan

wilayah curah hujan yang paling

tinggi dibanding wilayah tengah dan

selatan, sedangkan wilayah Gunung

Kidul bagian selatan mempunyai

awal hujan paling akhir. Kelembaban

nisbi berkisar antara 80%-85% yang

dipengaruhi oleh musim.

Kelembaban tertinggi terjadi pada

bulan Januari hingga Maret, dan

kelembaban terendah terjadi pada

bulan September.

Curah hujan rata-rata

Kabupaten Gunung Kidul pada tahun

2007 sebesar 1720,86 mm/tahun

dengan jumlah hari hujan rata-rata

115 hari per tahun. Bulan basah 4 – 6

bulan, sedangkan bulan kering

berkisar antara 4 – 5 bulan. Musim

hujan dimulai pada bulan Oktober –

Nopember dan berakhir pada bulan

Mei-Juni setiap tahunnya. Puncak

curah hujan dicapai pada bulan

Desember – Pebruari. Wilayah

Kabupaten Gunung Kidul Utara

merupakan wilayah yang memiliki

curah hujan paling tinggi dibanding

wilayah tengah dan selatan,

sedangkan wilayah Gunung Kidul

selatan mempunyai awal hujan

paling akhir.

Suhu udara Kabupaten

Gunung Kidul untuk suhu rata-rata

harian 27,7° C, Suhu minimum

23,2°C dan suhu maksimum 32,4° C.

Kelembaban nisbi di Kabupaten

Gunung Kidul berkisar antara 80 % -

85 %. Kelembaban nisbi ini bagi

wilayah Kabupaten Gunung Kidul

tidak terlalu dipengaruhi oleh tinggi

tempat, tetapi lebih dipengaruhi oleh

musim. Kelembaban tertinggi terjadi

pada bulan Januari – Maret,

sedangkan terendah pada bulan

September.

Hasil penelitian

Desa Bunder, Dusun Bunder

yang terletak di sekitar hutan Bunder

terdiri dari 4 (empat RT ) antara lain

RT. 13, RT. 14, RT. 15, dan RT. 16,

yang diketui Bapak kadus Mugiono.

Pada tahun 2003 berdiri kelompok

Tani Maju Makmur yang diketuai

Bapak Marsudi Mulyo kemudian

pada tahun 2008 kelompok tani

diketuai oleh Bapak Karimo sampai

sekarang Dalam penelitian ini

peneliti mengambil tempat penelitian

Dusun Bunder RT. 14 yang terdiri 70

KK, RT. 15 yang terdiri dari kurang

26 KK, RT. 16 yang terdiri 24 KK,

masing–masing RT diambil sampel

kuesioner sebanyak 20 KK yang

keseluruhan sampel yang diambil

sebanyak 60 KK ( kuesioner ).

Sedangkan sistem ( pola tanam )

masyarakat Desa Bunder Dusun

Bunder sekitar hutan Bunder

menggunakan pola tanam yang

bervareasi antara lain : pola tanam

monokultur dan polikultur. Hasil

penelitian dapat dilihat pada grafik di

bawah ini:

Grafik : Jenis Tanaman dan Penghasilan per Ha

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 28

Sumber Data : Data Primer, 2013

Pembahasan

Berdasarkan data hasil

penelitian tersebut di atas, bahwa

masyarakat di sekitar Bunder pola

tanam yang diterapkan ada beberapa

macam ada yang dengan sistim pola

tanam polikultur, dan monokultur.

Pertanaman tunggal atau monokultur

adalah salah satu cara budidaya di

lahan pertanian dengan menanam

satu jenis tanaman pada satu areal,

sedangkan polikultur adalah

menanam lebih dari satu jenis

tanaman pada lahan dan dengan

waktu yang sama.

Berdasarkan tabel tersebut di atas

hasil yang didapat dengan sistim pola

tanam monokultur dengan jenis

tanaman jati satu hektar

menghasilkan sekitar Rp. 64.666.667

, jenis tanaman sengon perhektar

menghasilkan Rp. 63.333.333, jenis

tanaman mahoni perhektar

menghasilkan Rp. 69.333.333, jenis

tanaman kayu putih perhektar

menghsilkan Rp. 68.666.667.

Sedangkan dengan sistim

pola tanam polikultur seperti

tanaman jati dan sengon perhektar

menghsilkan sekitar Rp.

110.600.000, jenis tanaman jati dan

mahoni perhektar menghasilkan Rp.

112.166.667, jenis tanaman jati dan

kayu putih perhektar menghasilkan

Rp. 96.500.000, jenis tanaman jati,

mahoni dan sengon perhektar

menghsilkan Rp. 130.166.667 hasil

ini yang paling besar dibandingkan

dengan sistim polikultur lainnya.

Dengan sistim pola monokultur jenis

tanaman yang lain seperti jenis

tanaman cokelat perhektar

menghasilkan Rp. 1.666.667, jenis

tanaman akasia perhektar mampu

menghasilkan Rp. 58.166.667, jenis

tanaman bambu perhektar

menghasilkan Rp. 3.666.667, jenis

tanakan mangga perhektar

menghasilkan Rp. 4.666.667, jenis

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 29

tanman kemiri perhektar

menghasilkan Rp. 5.666.667,

sedangkan jenis tanaman nangka satu

hektar menghasilkan Rp. 1.000.000.

Jadi berdasarkan babel

tersebut jenis pola tanaman yang

paling bagus atau bisa mengahsilkan

hasil yang tinggi diantara jenis

tanaman yang lain yaitu jenis sistim

pola tanam polikultur dengan jenis

tanaman jati, mahoni dan tanman

sengon bisa menghasilkan sekitar

Rp. 130.166.667. dengan demikian

dengan adanya sistem berbagai pola

tanam yang paling menguntungkan

adalah dengan sistem pola tanam

polikultur.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.

Kesimpulan yang dapat

diambil berdasarkan hasil penelitian

adalah dengan sistim pola polikultur

lebih menguntungkan dari pada

dengan sistim monokultur. Di dalam

penelitian ini terbukti angka yang

dihasilkan paling tinggi yaitu Rp.

130.166.667 perhektar dibandingkan

dengan yang lainnya. sedangkan

dengan pola tanamn monokultur

setelah dirata-rata perhetktar yang

paling tinggi dengan jenis tanaman

mahoni yaitu Rp Rp. 69.333.333, dan

rata-rata dengan pola tanam

polikultur yang menghasilkan paling

tinggi dengan jenis tanaman jati,

mahoni, dan sengon yaitu bisa

menghasilkan Rp. 130.166.667

Sistim polikultur dengan pemilihan

tanaman yang tepat, sistem ini dapat

memberikan beberapa keuntungan :

1. Mengurangi serangan OPT

(pemantauan populasi hama),

karena tanaman yang satu dapat

mengurangi serangan OPT

lainnya.

2. Menambah kesuburan tanah.

Dengan menanam kacang-

kacangan- kandungan unsur N

dalam tanah bertambah karena

adanya bakteri Rhizobium yang

terdapat dalam bintil akar.

Dengan menanam yang

mempunyai perakaran berbeda,

misalnya tanaman berakar

dangkal ditanam berdampingan

dengan tanaman berakardalam,

tanah disekitarnya akan lebih

gembur.

3. Siklus hidup hama atau penyakit

dapat terputus, karena sistem ini

dibarengi dengan rotasi tanaman

dapat memutus siklus OPT.

4. Memperoleh hasil panen yang

beragam. Penanaman lebih dari

satu jenis tanaman akan

menghasilkan panen yang

beragam. Ini menguntungkan

karena bila harga salah satu

komoditas rendah, dapat ditutup

oleh harga komoditas lainnya.

B. Saran.

Dalam sistim menanam

dengan pola tanam polikultur perlu

dilestarikan, yang penting

diperhatika dalam penanaman sistim

polikultur yaitu pemilihan tanaman

yang tepat, sistem ini dapat

memberikan beberapa keuntungan.

Perlu adanya kerjasama dengan

masyarakat sekitar hutan bunder

mengenai pola tanam untuk

pengelolaan tanaman, sehingga

masyarakat bisa melakukan tindakan

konservasi, kerjasama bisa dilakukan

dengan penyuluhan-penyuluhan

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 30

tentang pentingnya jenis dan pola

tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

http://sepedasembada.wordpress.com

/2009/04/04/bunder-taman-

hutan-raya-di-tepi-jalan-

wonosari/senin , 7.09

Anymomousa. 2010. Pola Tanam.

http://bahtera.org/kateglo/?m

od=dictionary&action=view

&phrase=pola%20tanam

Anonymousb. 2010. POLA TANAM

PADI 2009/2010 DAN

RENCANA KENAIKAN

HET PUPUK.

http://www.setneg.go.id/inde

x.php?option=com_content&t

ask=view&id=4052&Itemid=

29

Anonymousc.2010. Dampak dari

Penanaman Monokultur.

http://akilam.host22.com/pag

e15.html

Anonymousd.2010.

http://www.ditlin.hortikultura

.deptan.go…

Anonymouse.2010. Pengaruh Pola

Tanam Dan Penggunaan

Pupuk Organik Terhadap

Pertumbuhan Serta Hasil

Tumpangsari Jagung Sayur (

Zea Mays L.) Dan Kedelai

(Glycine Max L.)

http://svong.com

http://m.serambinews.com/news/vie

w/10605/pengaturan-pola-tanam-

dan-pengolahan-tanah

http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanam

an_tunggal

disbun.jabarprov.go.id/.../Budidaya

%20Tan.%20Kopi

http://budidaya-

petani.blogspot.com/2013/03/nangka

.html

http://www.pikiran-rakyat.com

/cetak / 2006/092006/02/10wacana.

htm).

http://blogerbugis.blogspot.com/2013

/08/petunjuk-budidaya-tanaman

kakaocoklat.html#ixzz2iXIX0TBS

www.academia.edu/.../KEMIRI_SU

NAN_sebagai_t