POLA PENDIDIKAN ANAK USIA 6-12 TAHUN YANG …ii ABSTRAK Neza Irma Nurbahria Rizqi. 2013. Pola...

169
POLA PENDIDIKAN ANAK USIA 6-12 TAHUN YANG DITINGGAL MERANTAU ORANG TUA (Kasus di Dukuh Ketengahan Desa Lebaksiu Kidul Kec. Lebaksiu Kab. Tegal) SKRIPSI Disusun untuk memenuhi kelengkapan syarat menjadi Sarjana Pendidikan Luar Sekolah Oleh: Neza Irma Nurbahria Rizqi 1201408036 PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

Transcript of POLA PENDIDIKAN ANAK USIA 6-12 TAHUN YANG …ii ABSTRAK Neza Irma Nurbahria Rizqi. 2013. Pola...

  • POLA PENDIDIKAN ANAK USIA 6-12 TAHUN YANG

    DITINGGAL MERANTAU ORANG TUA

    (Kasus di Dukuh Ketengahan Desa Lebaksiu Kidul

    Kec. Lebaksiu Kab. Tegal)

    SKRIPSI

    Disusun untuk memenuhi kelengkapan syarat menjadi

    Sarjana Pendidikan Luar Sekolah

    Oleh:

    Neza Irma Nurbahria Rizqi

    1201408036

    PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

    FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2013

  • ii

    ABSTRAK

    Neza Irma Nurbahria Rizqi. 2013. Pola Pendidikan Anak Usia 6-12 Tahun yang

    Ditinggal Merantau Orang Tua (Kasus di Dukuh Ketengahan Desa Lebaksiu

    Kidul Kec. Lebaksiu Kab.Tegal). Pembimbing Dr. Fakhruddin, M.Pd dan Prof.

    Dr. Joko Sutarto, M.Pd.

    Kata Kunci: Pola Pendidikan, Perkembangan Sosial Emosional Anak.

    Orang tua menjadi pelaku utama dan pertama dalam mendidik dan

    mengasuh anak dalam lembaga pendidikan informal yaitu keluarga, tapi

    bagaimana jika orang tua pergi bekerja merantau ke luar kota. Maka dari itu

    tujuan dari penelitian ini adalah: (a) mendeskripsikan pola pendidikan anak usia 6-

    12 tahun yang ditinggal merantau orang tua di Dukuh Ketengahan Desa Lebaksiu

    Kidul Kec. Lebaksiu Kab. Tegal, (b) Mendeskripsikan perkembangan sosial

    emosional anak usia 6-12 tahun dari orang tua yang merantau.

    Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif

    dengan lokasi penelitian di Dukuh Ketengahan Desa Lebaksiu Kidul Kec.

    Lebaksiu Kab. Tegal. Subjek penelitian ini terdiri dari enam subjek yaitu tiga

    orang ibu yang ditinggal suami merantau dan tiga orang wali yang dipercaya

    untuk mengasuh anak. Teknik pengumpulan data penelitian ini yaitu wawancara,

    observasi, dan dokumentasi. Keabsahan data penelitian ini yaitu melalui

    triangulasi. Teknik analisis data penelitian ini mencakup reduksi data, penyajian

    data, dan verivikasi atau penarikan kesimpulan.

    Hasil penelitian menunjukan bahwa subjek menggunakan tiga pola

    pendidikan atau asuh yaitu (a) pola permisif, (b) pola otoriter, dan (c) pola

    demokrasi. Namun baik pengasuh maupun ibu kandung cenderung menggunakan

    pola asuh permisif. Pemilihan pola asuh tersebut disebabkan oleh faktor

    pendidikan ibu asuh, ekonomi keluarga, dan pekerjaan orang tua. Anak berpola

    asuh permisif kurang bisa bersosialisasi baik cenderung mempunyai sifat

    mendominasi tidak mau kalah sedangkan pola otoriter cenderung pendiam hanya

    mengikuti saja, keduanya terbukti mempunyai dampak yang kurang baik terhadap

    sosial emosional anak. Berbeda dengan pola asuh demokrasi yang mempunyai

    dampak baik untuk perkembangan sosial emosional, anak menjadi mempunyai

    teman banyak karena pintar menempatkan diri di lingkungan sosial.

    Berdasarkan hasil penelitian, saran diberikan sebagai berikut: (a)

    diharapkan orang tua meskipun bekerja jauh harus tetap mempunyai waktu yang

    cukup untuk anak, minimal mampu membagi waktu dengan baik untuk memantau

    kegiatan anak setiap harinya meskipun dengan jarak yang jauh. Dengan seperti itu

    anak merasa disayang, diperhatikan, dan merasa berarti, dan (b) bagi peneliti

    selanjutnya diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk landasan atau bahkan

    pertimbangan bagi peneliti selanjutnya.

  • iii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang

    panitia ujian skripsi jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan

    Universitas Negeri Semarang pada:

    Hari :

    Tanggal :

    Mengetahui,

    Pembimbing 1 Pembimbing II

    Dr. Fakhruddin, M.Pd Prof. Dr. Joko Sutarto M.Pd

    NIP. 195604271986031001 NIP. 195609081983031003

    Ketua Jurusan PLS

    Dr. Sungkowo Edy Mulyono, M.Si

    NIP. 196807042005011001

  • iv

    PENGESAHAN KELULUSAN

    Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan

    Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

    Semarang, pada:

    hari:

    tanggal:

    Panitia Ujian Skripsi

    Ketua, Sekretaris,

    Drs. Hardjono, M.Pd Dr. Daman, M.Pd

    NIP. 195108011979031007 NIP. 196505121998021001

    Penguji I,

    Dr. Khomsun Nurhalim, M.Pd

    NIP. 195305281980031002

    Penguji II, Penguji III,

    Prof. Dr. Joko Sutarto, M.Pd Dr. Fakhruddin, M.Pd

    NIP. 195609081983031003 NIP. 195604271986031001

  • v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO

    Maka sebetulnya, kemudahan itu selalu disertai kesukaran. Sebetulnya,

    kemudahan itu selalu disertai kesukaran. (Q.S Al- Insyiraah: 5-6)

    Janganlah hidup dalam idealisme-idealisme, tapi hiduplah dengan realita,

    dengan hidup dalam ideal-ideal anda menginginkan dari orang lain apa

    yang tidak dapat anda lakukan. Karena itu, jadilah orang yang obyektif

    dalam melihat kenyataan (La’ Tahzan: 487)

    Ikhlas dan sabar adalah kunci dari segala jenis keberhasilan

    PERSEMBAHAN

    Bapak dan Ibu tercinta atas segala pengorbanannya

    Kakakku Neris dan Adikku Zaqi atas dukungan dan bantuannya.

    Khamdan Khaeroni yang selalu memberi semangat

    Sahabatku Pituk, Siska, Myta, Lynna, Melly, Pibib, Annys, Apipi, Anjar,

    dan Vanni yang selalu menemaniku dalam suka dan duka

    Teman-teman PLS 2008

  • vi

    PERNYATAAN

    Skripsi yang berjudul “Pola pendidikan Anak Yang Ditinggal Merantau Orang tua

    (Studi kasus di Dukuh Ketengahan Desa Lebaksiu kidul Kec. Lebaksiu Kab.

    Tegal) “ seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri, dan tidak melakukan

    tindakan yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Pendapat atau temuan orang

    lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik

    ilmiah.

    Semarang, Februari 2013

    Neza Irma Nurbahria Rizqi

    NIM: 1201408036

  • vii

    PRAKATA

    Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan rahmat, taufik, dan hidayahnya sehingga penulis akhirnya dapat

    menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pola Pendidikan Anak Yang Dotinggal

    Merantau Orang Tua (Kasus di Dukuh Ketengahan Desa Lebaksiu Kidul

    Kec. Lebaksiu Kab.Tegal)” penelitian ini dilaksanakan untuk melengkapi syarat-

    syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Luar Sekolah pada Fakultas Ilmu

    Pendidikan di Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa skripsi ini

    tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari

    berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

    1. Drs. Hardjono, M.Pd, Dekan FIP Universitas Negeri Semarang

    2. Dr. Sungkowo Edy Mulyono, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Luar

    Sekolah

    3. Dr. Fakhruddin, M.Pd, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan

    pengarahan dan bimbingan dalam skripsi ini

    4. Prof. Dr. Joko Sutarto, M.Pd, Dosen pembimbing II yang telah

    memberikan pengarahan dan bimbingan dalam skripsi ini

    5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Sekolah yang telah banyak

    memberikan ilmu bermanfaat

    6. Perangkat Desa Lebaksiu Kidul yang telah memberikan ijin untuk

    penelitian

  • viii

    7. Masyarakat Desa Lebaksiu Kidul yang telah membantu dalam penyusunan

    skripsi ini

    Berbagai Pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

    memberi bantuan dan motivasi dlam penulisan skripsi ini.

    Dengan segala keterbatasan kemampuan dan pengetahuan, penulis yakin

    bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat

    penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi

    ini bermanfaat bagi pembaca.

    Semarang, Februari 2013

    Penulis,

    Neza Irma Nurbahria Rizqi

    NIM: 1201408036

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

    ABSTRAK ...................................................................................................... ii

    PERESETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. iii

    PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iv

    PERNYATAAN .............................................................................................. v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi

    PRAKATA ...................................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5

    1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5

    1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5

    1.5 Penegasan Istilah ........................................................................................ 6

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Pendidikan .................................................................................................. 8

    2.2 Pola Asuh Anak ......................................................................................... 14

    2.3 Anak Usia 6-12 Tahun ............................................................................... 22

    2.4 Merantau .................................................................................................... 33

    2.5 Kerangka Berfikir....................................................................................... 41

    BAB III METODE PENELITIAN

    3.1 Pendekatan Penelitian ................................................................................ 43

    3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................................ 44

    3.3 Fokus Penelitian ......................................................................................... 44

    3.4 Subjek Penelitian ........................................................................................ 44

  • x

    3.5 Sumber Data ............................................................................................... 45

    3.6 Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 46

    3.7 Keabsahan Data .......................................................................................... 50

    3.8 Teknik Analisis Data .................................................................................. 50

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Gambaran Umum ....................................................................................... 53

    4.2 Hasil Penelitian .......................................................................................... 58

    4.3 Pembahasan ................................................................................................ 70

    BAB V KESIMPULAN

    5.1 Simpulan .................................................................................................... 81

    5.2 Saran ........................................................................................................... 82

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 83

    LAMPIRAN .................................................................................................... 85

  • xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1.Surat ijin penelitian ..........................................................................85

    Lampiran 2. Surat Bukti Telah melakukan Penelitian ........................................86

    Lampiran 3. Kisi-kisi instrumen .........................................................................87

    Lampiran 4. Pedoman Wawancara .....................................................................89

    Lampiran 5. Pedoman Wawancara Informan......................................................94

    Lampiran 6. Hasil Wawancara ............................................................................95

    Lampiran 7. Hasil Wawancara Informan ............................................................149

    Lampiran 8 . Formulir Pembimbingan Skripsi ...................................................156

    Lampiran 9. Dokumentasi Observasi ..................................................................158

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Jumlah Penduduk Dukuh Ketengahan Berdasarkan kelompok Umur .... 55

    Tabel 2. Jenis Mata Pencaharian Penduduk Dukuh Ketengahan .......................... 55

    Tabel 3. Tingkat Pendidikan Penduduk Dukuh Ketengahan ................................ 56

    Tabel 4. Identitas Responden Berdasarkan Usia, Pekerjaan, Pendidikan,

    Status Dalam Keuarga, Anak Asuh ........................................................ 57

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Kerangka Berfikir ..............................................................................42

    Gambar 2. Tahapan Analisis Penelitian Kualitatif ..............................................51

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Undang-undang Nasional nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

    Pendidikan menyebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan

    formal, nonformal, dan informal. Jalur pendidikan sekolah atau formal

    merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan

    belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan. Selanjutnya

    pendidikan nonformal adalah berbagai usaha khusus yang diselenggarakan

    secara terorganisasi dengan sasaran generasi muda terutama yang dewasa

    yang tidak sepenuhnya atau sama sekali tidak berkesempatan mengikuti

    pendidikan sekolah sehingga memiliki pengetahuan praktis dan ketrampilan

    dasar yang mereka perlukan sebagai warga masyarakat yang produktif.

    Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan

    berbentuk kegiatan belajar secara mandiri dijalani oleh manusia dengan

    durasi selama hidupnya. Hal ini berarti pengaruhnya akan terus dirasakan

    oleh pendidikan formal maupun nonformal. Demikian juga sebaliknya,

    kualitas pendidikan informal juga mendapat pengaruh dari pendidikan formal

    maupun nonformal, baik secara langsung maupun tidak langsung.

    Keluarga dan pendidikan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan

    sebab jika ada keluarga pasti ada pendidikan. Keluarga adalah pendidikan

    terkecil, cikal bakal sebuah kehidupan dimulai, pendidikan paling pertama

    dan utama. Ketika ada orang tua yang ingin mendidik anaknya, maka pada

  • 2

    waktu yang sama ada anak yang mendapatkan pendidikan dari orang tua.

    Disini munculah pendidikan keluarga atau yang sering disebut dengan

    pendidikan informal, artinya pendidikan yang berlangsung dalam keluarga

    dan dilaksanakan sebagai tugas dan tanggung jawabnya dalam mendidik anak

    dan keluarga. Setiap keluarga mempunyai cara dalam mendidik anak masing-

    masing. Interaksi sosial yang terjadi dalam keluarga tidak terjadi sendirinya

    tetapi karena ada tujuan tertentu yang ingin dicapai antara ayah, ibu, dan

    anak, adanya kebutuhan yang ingin dicapai atau kebutuhan yang berbeda

    menyebabkan mereka saling berhubungan dan berinteraksi satu sama lain,

    kegiatan berhubungan dan berinteraksi tidak terlepas dari kegiatan interaksi

    orang tua dengan anak.

    Orang tua menjadi pelaku utama yang mendidik anak pada

    pendidikan informal tersebut, orang tua juga sosok teladan yang akan

    diidentifikasi dan internalisasi menjadi peran dan sikap oleh anak, sebab

    orang tua merupakan hal yang penting dalam keluarga. Perilaku ataupun

    perlakuan orang tua terhadap anak merupakan faktor yang berpengaruh

    terhadap anak, berhubungan dengan cara bagaimana orang tua mendidik dan

    membesarkan anak karena disadari atau tidak, anak akan meniru orang tua,

    baik tingkah laku, sifat maupun kebiasaan orang tua. Namun pada

    kenyataannya bahwa pendidikan keluarga yang seperti disebutkan di atas

    tidaklah sesuai dengan apa yang ingin dicapai pada saat ini.

    Anak yang ditinggal merantau oleh orang tua merupakan suatu hal

    yang biasa dialami oleh masayarakat di Dukuh Ketengahan, Kelurahan

    Lebaksiu Kidul, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal. Merantau

  • 3

    merupakan pekerjaan yang sangat diminati oleh para masyarakat Dukuh

    Ketengahan, sebagian besar dari masyarakatnya, terutama para laki-laki

    memilih merantau dibanding bekerja di tempat kelahirannya karena mereka

    beranggapan bahwa dengan merantau akan mendapatkan hasil atau uang

    yang banyak sehingga mampu mencukupi kebutuhan keluarga. Pada

    umumnya, mereka merantau di luar kota dengan profesi sebagai penjual

    maratabak karena martabak merupakan makanan khas dari Lebaksiu yang

    terkenal enak rasanya. Adapula istri yang ikut merantau keluar kota ikut

    dengan suami mereka, dengan alasan para suami membutuhkan istri untuk

    mengelola usaha bersama.

    Di Kelurahan Lebaksiu Kidul, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal

    memiliki penduduk berjumlah 7764 orang dengan jumlah kepala keluarga

    atau KK 1996. Secara atministratif Kelurahan Lebaksiu Kidul memiliki VI

    RW yang terbagi menjadi 43 RT dan 4 pedukuhan. Dari empat pedukuhan

    tersebut Dukuh Ketengahan yang terdapat di RW I yang tebagi menjadi 9 RT.

    Kebanyakan dari kepala keluarga yang merantau di luar kota mendapatkan

    hasil yang memuaskan, bisa dikatakan berhasil dan sukses ditunjukkan dari

    kepemilikan materi yang mencukupi seperti rumah yang bagus, kendaraan

    bermotor lebih dari satu, barang elektronik yang lengkap, dan bahkan

    sebagian memiliki sawah atau ladang yang cukup luas.

    Untuk berwiraswasta sebagai penjual martabak, tidak diperlukan

    tingkat pendidikan yang tinggi. Dengan modal bisa membaca, menulis, dan

    menghitung, serta keuletan mereka bisa langsung berwiraswasta sebagai

  • 4

    penjual martabak. Sebagian besar kepala keluarga yang berwiraswasta

    sebagai penjual martabak hanya lulusan SD dan SMP saja. Maka dari itu,

    mereka para kepala keluarga yang merantau dan berhasil kurang

    menghiraukan pendidikan anaknya.

    Terkait dengan keterbatasan waktu untuk mendidik anak karena para

    orang tua pulang kerumah dua tahun sekali, yaitu pada saat idul fitri dan idul

    adha selama tujuh s.d. sepuluh hari. Kurangnya perhatian dan motivasi dari

    orang tua juga menyebabkan prestasi anak menurun sehingga muncullah rasa

    malas pada diri anak tersebut. Hal itu lah yang menyebabkan anak-anak di

    Dukuh Ketengahan putus sekolah atau tidak melanjutkan ke jenjang

    berikutnya, padahal dilihat dari segi ekonomi mereka tergolong masyarakat

    yang mampu. Para orang tua membebaskan anak-anaknya untuk memilih

    masa depannya sendiri. Mereka membolehkan jika anaknya tersebut memilih

    untuk berjualan martabak bersamanya, namun mereka juga tetap

    membolehkan anaknya jika lebih memilih untuk bersekolah agar mempunyai

    pekejaan yang lebih baik dari orang tua mereka, yaitu pekerjaan yang tidak

    harus pergi keluar kota, berpisah dengan keluarga.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka yang

    menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :

  • 5

    1.2.1 Bagaimana pola pendidikan anak usia 6 - 12 tahun yang ditinggal

    merantau orang tua di Dukuh Ketengahan, Kelurahan Lebaksiu Kidul,

    Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal?

    1.2.2 Bagaimanakah perkembangan sosial emosional anak usia 6-12 tahun

    yang ditinggal merantau orang tua dari pola pendidikan orang tua

    masing-masing?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan didakan penelitian ini adalah :

    1.3.1 Mendeskripsikan pola pendidikan anak usia 6 - 12 tahun yang

    ditinggal merantau orang tua di Dukuh Ketengahan, Kelurahan

    Lebaksiu Kidul, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal.

    1.3.2 Mendeskripsikan perkembangan sosial emosional anak usia 6-12

    tahun dari orang tua yang merantau.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat Praktis

    Dapat mengetahui secara nyata pendidikan keluarga dan

    perkembangan sosial anak yang ditinggal merantau orang tuanya.

    1.4.2 Manfaat Teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi fakultas

    ilmu pendidikan, khususnya Pendidikan Luar Sekolah guna

    menambah referensi karya ilmiah atau wawasan teoritis yang telah

  • 6

    ada guna pertimbangan dalam melakukan penelitian yang akan

    datang.

    1.5 Penegasan Istilah

    1.5.1 Pola Pendidikan

    Pola pendidikan yang dimaksud peneliti adalah bentuk

    pendidikan yang dilakukan orang tua perantau dengan menitipkan

    anak-anaknya kepada anggota keluarga atau kerabat yang sudah

    dipercaya di daerahnya.

    1.5.2 Anak Usia 6-12 Tahun

    Anak usia 6-12 tahun yang peneliti maksud adalah anak yang

    masih dalam masasekolah dasar yang masih membutuhkan rasa aman

    dan kasih sayang, namun tidak mendapatkan rasa aman dan kasih

    sayang itu secara maksimal karena para orang tua bekerja merantau

    diluar kota.

    1.5.3 Merantau

    Merantau yang peneliti maksud adalah perginya seseorang dari

    tempat ia tumbuh besar ke daerah lain untuk mencari pekerjaan atau

    pengalaman. Seseorang tersebut adalah para orang tua atau salah satu

    orang tua di Dukuh Ketengahan Desa Lebaksiu kidul Kecamatan

    Lebaksiu Kabupaten Tegal.

  • 7

    1.5.4 Orang Tua

    Orang tua yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini adalah

    Orang tua (ayah dan ibu atau ayah saja) yang pergi merantau untuk

    bekerja memeneuhi kebutuhan keluarga.

    1.5.5 Perkembangan Sosial Emosional

    Perkembangan sosial emosional yang dimaksud peneliti adalah

    bentuk emosi atau perasaan yang terjadi saat anak berinteraksi sosial,

    baik dengan teman sebaya maupun dengan masyarakat, Karena pada

    dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri

    hingga perlu sekali membina hubungan yang baik dengan orang lain.

  • 8

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Pendidikan

    Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam

    pembentukan pribadi seseorang. Melalui pendidikan seseorang dapat

    mengembangkan kemampuan yang dimilikinya untuk menjadi pribadi yang

    lebih baik dalam menghadapi masa yang akan dating. Kegiatan pendidikan

    pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang sejalan usianya dengan

    umur umur manusia. Artinya, sejak lahirnya manusia, telah ada usaha-usaha

    pendidikan dalam rangka member kemampuan kepada manusia untuk dapat

    hidup secara mandiri dilingkungan masyarakat kelak.

    2.1.1 Definisi Pendidikan

    M.J. Langeveld mendefinisikan bahwa, pendidikan adalah

    kegiatan membimbing anak manusia menuju pada kedewasaan dan

    kemandirian (Supriyoko, 2007:36).

    Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk

    kehidupan manusia. Melalui pendidikan kita bisa secara aktif

    meningkatkan dan mengembangkan potensi yang ada pada diri kita

    sehingga kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Pendidikan

    merupakan proses yang dimulai dari sejak lahir hingga usia yang

    tidak terbatas. Pendidikan yang paling utama didapatkan dari

    lingkungan keluarga melalui kebiasaan sehari-hari keluarganya.

  • 2

    Pendidikan merupakan proses dengan metode-metode tertentu

    sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara

    bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibbin 2010 :

    10).

    Daoed Joesoef menegaskan, bahwa pengertian pendidikan

    mengandung dua aspek yakni sebagai proses dan sebagai hasil/

    produk. Yang dimaksud dengan proses adalah : proses bantuan,

    pertolongan, bimbingan, pengajaran, pelatihan. Sedangkan yang

    dimaksud dengan hasil/ produk adalah: manusia dewasa, susila,

    bertanggung jawab, dan mandiri (Achmad Munib, 2011: 33).

    Berdasarkan dari pemaparan pendapat diatas, maka dapat

    disimpulkan bahwa yang dimaksud pendidikan adalah proses

    pembentukan pribadi anak dimulai dari sejak lahir hingga usia tidak

    terbatas hingga menjadi manusia dewasa yang bersusila, mandiri,

    dan bertanggung jawab.

    2.1.2 Fungsi Pendidikan

    Dalam membahas fungsi pendidikan ini akan difokuskan

    pada tiga fungsi pokok dari pendidikan, yakni :

    a. Pendidikan sebagai penegak nilai

    Pendidikan mempunyai peran yang amat penting dalam

    kaitan dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Pendidikan

    merupakan penegak nilai dalam masyarakat. Hal tersebut berarti

    bahwa pendidikan memelihara serta menjaga tetap lestarinya

  • 3

    nilai-nilai tersebut dalam masyarrakat. Untuk memelihara dan

    menjaga nilai-nilai ini dengan sendirinya dunia pendidikan harus

    selektif sehingga tidak menimbulkan gejolak dalam masyarakat.

    Masyarakat dapa melaksanakan kehidupannya secara tenang

    sesuai dengan keyakinan masing-masing. Dengan demikian nilai-

    nilai yang ada dalam masyarakat tetap menjadi landasan bagi

    setiap anggota masyarakat.

    b. Pendidikan sebagai sarana pengembang masyarakat

    Pendidikan dalam suatu masyarakat akan sangat besar

    pengaruhnya terhadap perkembangan masyarakat yang

    bersangkutan. Kiprah pendidikan tersebut sangat tergantung pada

    seberapa aktif dan kreatif para pendidik dalam masyarakat

    tersebut. Dalam hal ini biasanya para tokoh masyarakat, para guru

    dan para pendidik lain merupakan motor penggerak serta

    kemajuan masyarakat yang bersangkutan.

    c. Pendidikan sebagai upaya pengembangan potensi manusia

    Melalui pendidikan, diharapkan dalam potensi dalam diri

    individu akan lebih berkembang. Sehingga dengan hal ini

    perkembangan dalam masyarakat akan terus mengarah yang lebih

    baik dan tercipta generasi-generasi penerus yang lebih handal.

    Pengembangan kemampuan anggota masyarakat dalam

    menyiapkan generasi penerus merupakan tugas dan fungsi

    pendidikan yang paling menonjol (Abdul Latif, 2009 : 12).

  • 4

    Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa

    pemenuhan kebutuhan pendidikan adalah usaha yang dilakukan

    secara sengaja dan terencana guna menjadi pribadi yang

    berpotensi, memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri,

    kepribadian yang cerdas, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

    diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara melalui

    proses pembelajaran.

    2.1.3 Ruang Lingkup pendidikan

    Undang-undang no 23 tahun 2003, tentang Sistem

    pendidikan Nasional menyatakan bahwa jenis pendidikan dibagi

    menjadi tiga yaitu pendidikan informasl, pendidikan formal, dan

    pendidikan nonformal. Ketiga jenis pendidikan ini mempunyai

    tujuan yang sama tetapi hanya berbeda sifat, ciri, dan proses

    penyelenggaraan. Proses pendidikan akan berlangsung seumur

    hidup dan terjadi secara bersamaan. Ketiga jenis pendidikan ini

    mempunyai keterkaitan satu sama lain, sehingga sudah

    seharusnya bila pendidikan menjadi tanggung jawab bersama

    antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

    2.1.3.1 Pendidikan informal

    Lingkungan pendidikan informal atau pendidikan keluarga

    merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama,

    karena didalam keluargalah setiap orang sejak pertama kali dan

    untuk seterusnya belajar memperoleh pengembangan pribadi,

    sikap dan tingkah laku, nilai-nilai dan pengalaman hidup,

  • 5

    pengetahuan dan ketrampilan melalui interaksi social yang

    berlangsung setiap hari diantara sesama anggota keluarga

    (Sutarto, 2007 : 2-3). Pendidikan informal merupakan pendidikan

    yang diperoleh seseorang dalam lingkungan keluarga. Pendidikan

    ini berlangsung tanpa organisasi, yakni tanpa orang yang ditunjuk

    sebagi pendidik, tanpa program yang harus diselesaikan dalam

    jangka waktu tertentu dan tanpa evaluasi yang formal.

    Suprijanto (2005 : 5) mengemukakan bahwa pendidikan

    informal mempunyai cirri-ciri antara lain sama sekali tidak

    terorganisasi, tidak berjenjang kronologis, tidak ada ijazah, tidak

    diadakan dengan maksud menyelenggarakan pendidikan, dan

    lebih merupakan hasil pengalaman belajar individual mandiri.

    Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

    yang dimaksud dengan pendidikan informal atau pendidikan

    keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang penting dan

    utama yang terjadi setiap waktu berlangsung secara alamiah yang

    mempunyai dampak pada pembentukan pribadi anak.

    2.1.3.2 Pendidikan Formal

    Suprijanto (2005 : 06) menjelaskan bahwa pendidikan

    formal merupakan jalur prndidikan yang terstruktur dan

    berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan

    menengah, dan pendidikan tinggi yang mempunyai ciri-ciri antara

    lain merupakan system sekolah, berstruktur, berjenjang, dan

    penyelenggaraannya disengaja.

  • 6

    Pendidikan formal merupakan sistem pendidikan yang

    diselenggarakan oleh lembaga persekolahan yang dalam tindak

    operasionalnya memiliki legalitas dan formalitas serta beberapa

    persyaratan yang harus dipenuhi. Pendidikan formal juga

    merupakan program kegiatan pendidikan yang terorganisasi serta

    dirancang untuk melayani kebutuhan belajar yang tidak dapat

    dipenuhi oleh kegiatan pendidikan pendidikan informaldan

    nonformal (Sutarto, 2007 : 08)

    Dari bebrapa pengertian diatas, disimpulkan bahwa

    pendidikan formal adalah pendidikan yang dilakukan secara

    terstruktur, berjenjang, yang terdiri atas pendidikan dasar,

    menengah, dan pendidikan tinggi yang penyelenggaraannya guna

    melayani masyarakat.

    2.1.3.3 Pendidikan Nonformal

    Pendidikan nonformal merupakan jenjang pendidikan

    yang diselenggarakan diluar pendidikan pendidikan formal yang

    bertujuan untuk pelayanan pendidikan diluar sekolah yang

    berlangsung seumur hidup, tidak memandang usia, yang

    dijalankan secara sengaja, teratur, berencana dan bertujuan untuk

    mengaktualisasikan potensi manusia berupa sikap dan tingkah

    laku untuk menciptakan pribadi yang lebih baik.

    Menurut Joko Sutarto (2007 : 09) pendidikan nonformal

    merupakan pendidikan yang diselenggarakan diluar sistem

    pendidikan persekolahan yang berorientasipada pemberian

  • 7

    layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang karena

    sesuatu hal tidak dapat mengikuti pendidikan formal disekolah.

    Pendidikan nonformal dalam Undang-Undang nomor 23 tahun

    2003 menyatakan bahwa pendidikan nonformal diselenggarakan

    bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan

    yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap

    pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan

    sepanjang hayat.

    Dari beberapa pemaparan pengertian diatas dapat

    disimpulkan, bahwa pendidikan nonformal adalah pendidikan

    yang dilakukan dikuar pendidikan informal, yang berfungsi untuk

    melayani pendidikan bagi masyarakat yang tidak sempat

    mengikuti pendidikan formal.

    2.2 Pola Asuh anak

    2.2.1 Pengertian Pola Asuh anak

    Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1999:778) pola

    asuh berasal dari dua kata yaitu pola dan asuh. Pola artinya model,

    sedangkan asuh berarti membimbing, membantu dan melatih

    supaya yang dibimbing dapat berdiri sendiri.

    Baumrind dalam Mualifah (2008:42) berpendapat bahwa

    “pola asuh pada prinsipnya merupakan parental control, yaitu

    bagaimana orang tua mengontrol, membimbing dan mendampingi

  • 8

    anak-anaknya untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan

    menuju pada proses pendewasaan”.

    Sedangkan menurut Khairudin (2008:35) adalah bila

    ditinjau secara teoritis dalam pengertian asuhan terkandung

    hubungan interaksi antara orang tua dengan anak dan hubungan

    tersebut adalah memberikan pengarahan dari satu pihak ke pihak

    lain, pengertian diatas pada dasarnya merupakan proses sosialisasi

    yang diberikan orang tua kepada anaknya.

    Dari pengertian diatas dijelaskan bahwa hubungan interaksi

    orangtua dengan anak secara umum tercakup oleh adanya

    perlakuan orang tua terhadap sikap, nilai-nilai minatnya mengasuh

    anak, hal ini memperlihatkan bahwa setiap orang tua memiliki

    individualitas dalam cara mengasuh anak mereka dan tentunya hal

    ini memberikan pengaruh yang berbeda-beda bagi perkembangan

    anak.

    Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik sebuah

    kesimpulan bahwa pola asuh orang tua yaitu suatu cara atau upaya

    perlakuan orang tua dalam membimbing, mendidik, merawat dan

    berinteraksi dengan anaknya, serta mengasuh anak-anknya dapat

    berkembang dengan baik.

    2.2.2 Jenis Pola asuh

    Keluarga merupakan wahana pertama dan utama bagi

    pendidikan pola asuh anak, jenis pola asuh yang diterapkan orang

    tua kepada anaknya juga menentukan keberhasilan perkembangan

  • 9

    anak. Kesalahan dalam pengasuhan anak dikeluarga dan berakibat

    pada kegagalan dalam perkembangan anak yang baik. Kegagalan

    keluarga dalam membentuk perkembangan anak yang baik akan

    berakibat buruknya masa depan anak. Oleh karena itu, setiap

    keluarga harus memiliki kesadaran bahwa pola asuh sangat

    tergantung pada pendidikan pola asuh anak-anak mereka dalam

    keluarga.

    Menurut Baumrind dalam santrock (2007:167), psikologi

    pada umumnya setuju membagi pola asuh orang tua ini kedalam

    jenis pola asuh ini, yaitu:

    a. Authoritarian Parenthing adalah gaya yang membatasi dan

    menghukum dimana orang tua ini mendesak anak untuk

    mengikuti arahan mereka dan menghormati pekerjaan dan

    upaya mereka. Orang tua yang otoriter menerapkan batas dan

    kendali yang tegas pada anak dan meminimalisir perdebatan

    verbal. Orang tua yang otoriter mungkin juga sering memukul

    anak, memaksakan aturan secara kaku tanpa menjelaskannya,

    dan menunjukan amarah pada anak. Anak dari orang tua yang

    otoriter sering kali tidak bahagia, ketakutan, minder ketika

    membandingkan diri dengan orang lain, tidak mampumemulai

    aktivitas, dan memiliki kemampuan komunikasi yang lemah.

    b. Authoritative Parenthing adalah gaya orang tua mendorong

    anak untuk mandiri namun masih menerapkan batas dan

    kendali pada tindakan mereka. Tindakan verbal member dan

  • 10

    menerima dimungkinkan, dan orang tua bersikap hangat dan

    penyayang terhadap anak. Orang tua otoritatif menunjukan

    kesenangan dan dukungan sebagai respons terhadap perilaku

    konstruktif anak. Mereka juga mengharapkan perilaku anak

    yang dewasa, mandiri, dan sesuai dengan usia mereka. Anak

    yang memiliki orang tua otoritatif sering kali ceria, bias

    mengendalikan diri dan mandiri, dan berorientrasi pada

    prestasi, mereka cenderung untuk mempertahankan hubungan

    yang ramahdengan teman sebaya, bekerja sama dengan orang

    dewasa dan bias mengatasi stress dengan baik.

    c. Permissive Indifferent atau pengasuhan yang mengabaikan

    adalah gaya dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam

    kehidupan anak. Anak memiliki orang tua yang mengabaikan

    merasa bahwa aspek lain kehidupan orang tua lebih penting

    daripada diri mereka. Anak-anak ini cenderung tidak memiliki

    kemampuan social. Banyak dintaranya memiliki pengendalian

    diri yang buruk dan tidak mandiri. Mereka sering memiliki

    harga diri yang rendah, tidak dewasa, dan mungkin terasing

    dari keluarga. Dalam masa remaja, mereka mungkin menun

    jukan sikap membolos dan nakal.

    d. Permissive Indulgent atau pengasuhan yang menuruti adalah

    gaya pengasuhan di mana orang tua sangat terlibat dengan

    anak, namun tidak terlalu menuntut atau mengontrol mereka.

    Orang tua macam ini membiarkan anak melakukan apa yang

  • 11

    diinginkan. Hasilnya, anak tidak pernah belajar mengendalikan

    perilakunya sendiri dan selalu berharap mendapatkan

    keinginannya. Beberapa orang tua sengaja membesarkan anak

    mereka dengan cara ini karena mereka percaya bahwa

    kombinasi antara keterlibatan yang hangat dan sedikit batasan

    akan menghasilkan anak yang kreatif dan percaya diri. Namun,

    anak yang memiliki orang tua yang selalu menurutinya jarang

    belajar menghormati orang lain dan mengalami kesulitan untuk

    mengendalikan perilakunya. Mereka mungkin mendominasi,

    egosentris, tidak menuruti aturan, dan kesuilitan-kesulitan

    dalam pola hubungan dengan teman sebayanya.

    Menurut Godam64 (2008) menyampaikan bahwa terdapat

    tiga pola asuh yaitu persimif,otoriter dan otoritatif.

    a. Pola Asuh Permisif

    Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang

    cuek terhadap anak. Jadi apapun yang mau dilakukan anak

    diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel,melakukan

    banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas negative,

    matrialis, dan sebagainya.

    Biasanya pola pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini

    diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan

    pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa

    untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik, dengan

  • 12

    begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan terserah

    anak itu mau tumbuh dan berkembang menjadi apa.

    Anak yang diasuh orang tuanya dengan metode semacam

    ini nantinya bias berkembang menjadi anak yang kurang

    perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki

    kemampuan sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk,

    salah bergaul, kurang menghargai orang lain, dan lain

    sebagainya baik ketika kecil maupun sudah dewasa.

    b. Pola Asuh Otoriter

    Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang

    bersifat pemaksaan, keras dan kaku dimana orang tua akan

    membuat berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi oleh

    anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang

    tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang

    tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya.

    Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-

    anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin

    serta menghormati orang tua yang telah membesarkannya.

    Anak yang besar dengan teknik asuhan anak seperti ini

    biasanya tidak bahagia, paranoid / selalu berada dalam

    ketakuatan, mudah sedih, dan tertekan, senang berada

    diluar rumah, benci orang tua, dan lain-lain.

  • 13

    c. Pola Asuh Otoritatif / Demokratis

    Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orang tua pada anak

    yang member kebebasan pada anak untuk berkreasi dan

    mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan

    anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari

    orang tua. Pola asuh ini adalah pola asuh yang cocok dan

    baik untuk diterapkan para orang tua kepada anak-anaknya.

    Anak yang diasuh dengan tehnik asuhan otoritatip akan

    hidup ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri,

    terbuka pada orang tua, tidak mudah stress dan depresi,

    berpretasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat.

    2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola asuh

    Pola asuh yang diterapkan orang tua dipengaruhi oleh beberapa

    faktor, yaitu: budaya,agama, pekerjaan orang tua, usia orang tua,

    jumlah anggota keluarga, latar belakang pendidikan orang tua, dan

    lain sebagainya. Sesuai dengan yang diungkapkan Maccoby

    (1980:76) bahwa faktor yang mempengaruhi pola asuh yaitu:

    a. Status sosial ekonomi keluarga

    Keluarga yang memiliki status sosial menengah kebawah

    cenderung memiliki tingkat stress yang tinggi sehingga orang

    tua biasanya menitikberatkan pada kepatuhan. Mereka hanya

    menerapakan hukuman fisik tanpa memberikan pengertian

    kepada anak. Pola asuh yang diterapkan cenderung bersifat

    authoritarian. Sedangkan keluarga yang memiliki status social

  • 14

    lebih tinggi cenderung bersifat authoritative. Orang tua

    cenderung menunjukan kehangatan dan kasih sayang yang

    lebih.

    b. Pekerjaan orang tua

    Jenis pekerjaan tidak langsung mempengaruhi bentuk pola asuh

    orang tua. Jenis pekerjaan biasanya sangat berhubungan dengan

    tingkat pendidikan. Orang tua yang memiliki pendidikan tinggi

    umumnya mengetahui bagaimana pekembangan anak dan

    pengasuhan yang baik dalam perkembangan tersebut.

    Sedangkan orang tua yang mempunyai latar belakang

    pendidikan rendah, orang tua kurang memperhatikan

    perkembangan anak karena orang tua masih awam dan kurang

    mengetahui perkembangan anak.

    Keluarga yang berasal dari status sosial yang lebih sering

    berdiskusi dengan anaknya daripada memberikan hukuman

    fisik.

    c. Ukuran keluarga

    Keluarga besar yang terdiri dari banyak anggota keluarga

    cenderung kurang memperhatikan kesejahteraan anaknya.

    Mereka lebih bersifat membebaskan anaknya dalam

    berperilaku. Namun tidak jarang pula mereka memberikan

    hukuman fisik tanpa aalasan kepada anak.

  • 15

    d. Pendidikan ibu

    Peran ibu sangat penting dalam pengasuhan anak. Ibu dibekali

    pendidikan yang rendah cenderung memiliki ketegangaan yang

    lebih tinggi. Ia kurang dibekali dengan ilmu pengetahuan dan

    kurang memiliki kesempatan untuk mendapat informasi-

    informasi penting mengenai kehidupan. Ini sangat berpengaruh

    terhadap harga dirinya, cara-cara ibu berkomunikasi dan

    berpikir, dan cara ibu dalam mengatasi masalah. Ibu biasanya

    membebaskan anak untuk memutuskan sesuatu.

    2.3 Anak Usia 6-12 Tahun

    2.3.1 Definisi Anak Usia 6-12 Tahun

    Para ahli menyebut masa usia ini dengan bermacam-

    macam istilah, Sumadi Suryabrata (1984) memeberi istilah Masa

    Intelektual, Masa Keserasian Bersekolah. Abdul Azis El-Quussy

    (1974) menyebut dengan istilah: Masa pemantapan pengalaman,

    Kemampuan dan gerakan yang didapatnya dulu, yang berarti

    pindah dari tahap memantapkan, pada tahap ini anak stabil, tidak

    banyak persoalan emosional dan banyak kegiatan (Sutoyo,

    1996:89).

    Pada masa ini anak memasuki masa belajar didalam dan

    diluar sekolah. Anak belajar disekolah, tetapi membuat latihan

    pekerjaan rumah yang mendukung hasil belajar disekolah. Banyak

  • 16

    aspek perilaku dibentuk melalui penguatan (reinforcement) verbal,

    keteladanan, dan identifikasi (Gunarsa, 2008:12).

    Anak usia 6-12 tahun adalah generasi penerus bangsa yang

    diharapkan mampu mendapatkan pendidikan yang selayaknya.

    Pendidikan sebagai bekal yang berguna bagi masa depannya,

    disamping itu anak dapat menikmati masa kecilnya secara wajar

    dalam lingkungan pergaulan yang baik.

    Lingkungan yang dihadapi anak, pada pokoknya dapat

    dibedakan atau dikelompokan sebagi berikut:

    a. Lingkungan Budaya

    Lingkungan yang berwujud kesenian, ilmu pengetahuan,

    adat istiadat, dan lain-lain. Dalam keluarga, akan kita temukan

    buku-buku bacaan, buku ilmu pengetahuan. Juga dapat kita

    temukan benda-benda seni berupa hiasan dinding,

    kruistik,anyaman,yang semuanya dapat mempengaruhi jiwa anak,

    baik karena dari melihat orang-orang dewasa sekitarnya

    memanfaatkan benda-benda itu sendiri, maka pengaruh itu diterima

    anak

    b. Lingkungan Fisik

    Lingkungan alam sekitar anak, meliputi benda cair, udara,

    keadaan tanah, jenis makanan, rumah.

    c. Lingkungan Sosial

    Lingkungan ini meliputi bentuk hubungan antara manusia

    satu dengan yang lainnya, dan sering disebut lingkungan yang

  • 17

    berwujud manusia dan hubungannya dengan antara manusia

    disekitar anak. Didalamnya termasuk: sikap atau tingkah laku

    antara manusia, tingkah laku ayah dan ibu/ keluarga, anggota

    keluarga yang lain, tetangga, dan teman.

    Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama

    dan utama. Disebut sebagai lingkungan atau lembaga pendidikan

    yang lain, lembaga pendidikan inilah yang pertama ada. Selain itu

    manusia mengalami proses pendidikan sejak lahir bahkan sejak

    dalam kandungan pertama kali adalah keluarga (Munib, 2011:77).

    Pengaruh rumah dalam pembentukan pribadi anak,

    merupakan hal yang diketahui dan diakui secara universal. Pada

    aliran psikologi analisis transaksional disebut injungsi orang tua

    (parental injuctions). Dalam pandangan psikologis demikian, anak

    menyerap semua pengalaman dan memindahan kedalam

    pengalaman pribadinya tanpa evaluasi kritis dan seleksi ketat.

    Semua diterima sebagai sesuatu yang wajar tanpa keraguan, maka

    dari itu peran ayah dan ibu atau keluarga sebagai pembimbing

    sangat diperlukan.

    2.3.2 Pemenuhan Kebutuhan Anak

    Secara umum diketahui bahwa dalam perkembanga anak

    perlu dipenuhi berbagai kebutuhan, yaitu kebutuhan primer,

    pangan, sandang, dan perumahan serta kasih sayang, perhatian,

  • 18

    penghargaan terhadap dirinyadan peluang mengaktualisasikan

    dirinya.

    Semiawan (2002: 45-46) kebutuhan tersebut secara

    universal berturut-turut pada umumnya dapat dilukiskan sebagai

    berikut:

    a. Kebutuhan jasmaniah – biologis

    Organisme perlu makan, minum dan pakaian yang cukup

    agar ia merasa bahwa “yang pokok” dalam hidup ini telah

    terpenuhi. Bila seseorang tidak terpenuhi dalam hal ini, maka ia

    akan mengalami kecewa (frustasi).

    b. Rasa aman terjamin

    Manusia hidup ialah dengan berusaha. Usaha merupakan

    penjelajahan (eksplorasi) dunia sekitarnya. Ia ingin memberi arti

    pada dunia yang seakan-akan mengundangnya untuk bergerak.

    Maka ia menyelidiki, memilih, mencipta, mengubah dan

    menemukan. Dunia rasanya terbuka baginya, tetapi untuk

    kesemuanya itu, untuk menjelajahi daerah yang tidak dikenalnya,

    ia harus merasa dirinya aman dan terjamin.

    c. Rasa kasih sayang dan dihargai (Love and esteem)

    Upaya memperoleh status dan kedudukan dalam bidang

    tertentu tidak dapat tercapai bila dari lingkungan tidak ada

    dorongan dan bimbingan yang didasarkan pada kasih sayang dan

    penghargaan. Kasih sayang ini harus merupakan komunikasi

  • 19

    seseorang yang ditandai oleh suasana, sehingga terjadi pertemuan

    batin orang tua dengan anak.

    d. Penjelmaan diri (self actualizing)

    Pada pembahasan pemenuhan kebutuhan anak ini telah

    dipaparkan bahwa perilaku manusia merupakan perpaduan antara

    bakat yang dibawa sejak lahir berupa kemungkinan yang laten,

    (disposisi) dengan pengaruh lingkungan. Pengaruh lingkungan ini

    akan diterimanya ibarat sehelai kertas penghisap noda tinta, tapi

    seseorang akan memilih pengaruh yang sesuai dengan

    kebutuhanya, menolak yang tidak dikehendaki, dan hasilnya ialah

    ia akan berkembang memenuhi kemampuan, sfat dan sikap sendiri.

    Inilah yang disebut self actualization (perwujudan diri).

    Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan perkembangan

    anak perlu dipenuhi berbagai kebutuhan yaitu kebutuhan primer

    (pangan, sandang dan perumahan), kasih sayang, perhatian,

    penghargaan terhadap dirinya dan peluang mengaktualisasikan diri.

    Pemenuhan kebutuhan dalam perkembangan ini banyak tergantung

    dari cara lingkungan berinteraksi dengan dirinya. Sebagaimana

    organisme ditentukan secara alamiah oleh sifat-sifat keturunan dari

    cirri-ciri unik yang dibawasejak lahir, perkembangan oraganisme

    itu ditentukan oleh cara-cara interaksi dengan lingkungan, yaitu

    melalui pendekatan yang sifatnya memberikan perhatian, kasih

    sayang dan peluang mengaktualisasikan diri.

  • 20

    2.3.3 Perkembangan Sosial Emosional anak

    Perkembangan merupakan istilah umum yang mencakup

    pada kemajuan dan kemunduran yang terjadi hingga akhir hayat.

    Pertumbuhan merupakan aspek struktural dari perkembangan.

    Sedangkan kematangan berkaitan dengan perubahan fungsi pada

    perkembangan. Perkembangan meliputi aspek dari perilaku

    manusia, dan sebagai hasil hanya dapat dipisahkan kedalam

    periode usia. Dukungan pertumbuhan terhadap perkembangan

    sepanjang hayat merupakan sesuatu yang berarti, oleh karena it

    perkembangan sosial emosional perlu dikembangkan sejak masa

    anak sekolah.

    1. Perkembangan sosial

    Sosial dapat diartikan sebagai suatu kondisi individu

    dalam berirentraksi dengan orang lain. Interaksi yang dilakukan

    meliputi lingkup yang luas seperti dengan teman, orang

    dewasa, komunitas masyarakat dan sebagaina. Interaksi sosial

    membutuhkan upaya penyesuaian diri individu dengan

    lingkungan atau masyarakat yang digaulinya. Individu yang

    bertolak atau terisolasi biasanya disebabkan adanya

    ketidaksesuaian norma atau perilaku yang ditampakkan oleh

    individu tersebut.

    Fatimah (2006:26) mengatakan bahwa dalam proses

    pertumbuhan dan perkembangannya, setiap individu tidak

  • 21

    dapat berdiri sendiri, tetapi memerlukan bantuan invidu

    lainnya. Bayi yang baru lahir tidak akan dapat mempertahankan

    kehidupannya tanpa bantuan orangtuanya. Sejalan dengan

    pertumbuhan badannya, bayi yang telah menjadi anak dan

    seterusnya menjadi dewasa, akan mengenal lingkungan yang

    lebih luas. Perkenalan dengan orang lain dimulai dengan

    mengenal ibunya, kemudian ayah dan saudara-saudaranya,

    akhirnya ia mengenal orang lain diluar lingkungan

    keluarganya. Selanjutnya, orang yang dikenalnya semakin

    banyak dan semakin heterogen.

    Soeparwoto (2007:114) berkata memasuki masa kanak-

    kanak akhir, yaitu setelah anak memasuki sekolah, anak mulai

    melakukan hubungan yang lebih banyak dengan anak lain

    dibandingkan dengan ketika prasekolah. Pada saat ini, anak-

    anak memasuki “usia gang” yaitu usia pesatnya perkembangan

    kesadaran sosial anak. Menjadi pribadi yang sosial merupakan

    tugas perkembangan yang utama dalam periode ini. Anak

    menjadi anggota suatu kelompok teman sebaya yang secara

    bertahap menggantikan keluarga dalam mempengaruhi

    perilaku.

    Dalam perkembangan ini anak tetap memerlukan

    penambahan pengetahuan melalui belajar. Belajar secara

    sistematis disekolah dan mengembangkan sikap, kebiasaan

  • 22

    dalam keluarga. Anak perlu memperoleh perhatian dan pujian

    perilaku bila prestasi-prestasinya yang baik, baik dirumah

    maupun disekolah. Anak tetap memerlukan pengarahan dan

    pengawasan dari guru dan orangtua untuk memunculkan

    kebiasan-kebiasaan baik dan ketrampilan-ketrampilan baru

    (Gunarsa, 2008:12).

    Dari penjelasan diatas sudah jelas sekali bahwa anak

    usia 6-12 tahun atau masa anak-anak akhir adalah usia

    pesatnya perkembangan kesadaran sosial. Pada usia ini, anak-

    anak cenderung ingin selalu berkelompok dengan teman

    dibanding dengan keluarganya. Pada masa ini jelas peran orang

    tua atau keluarga sangat diperlukan sekali guna mengontrol

    pergaulan anak agar tidak melenceng dari norma dan nilai

    susila yang berlaku dimasyarakat.

    2. Perkembangan Emosional

    Emosi menggambarkan tentang bagaimana perasaan

    individu tentang dirinya sendiri, orang lain dan dunia

    sekitarnya. Perasaan yang muncul biasanya disertai dengan

    perubahan fisik seperti tubuh menegang, gemetar, mengigil,

    aliran darah yang cepat, begitu jua dengan raut muka yang juga

    turut mengalami perubahan.

    Menurut Yusuf (2005: 115), emosi merupakan warna

    afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu,

  • 23

    yang dimaksud warna afektif adalah perasaan-perasaan tertentu

    yang dialami pada saat menghadapi suatu situasi tertentu,

    seperti gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci (tidak

    senang), dan perasaan yang lainnya.

    Dapat ditarik kesimpulan perkembangan emosional itu

    perkembangan berupa perubahan perasaan anak seperti

    gembira, menangis, putus asa, terkejut, dan benci terhadap

    situasi tertentu yang sedang dialaminya.

    Perkembangan emosi sangat erat hubungannya dengan

    perkembangan sosial walaupun masing-masing ada kekhususannya,

    yang berkaitan dengan emosi adalah perhatian, pujian, kasih saying, dan

    lain-lain. Sedangkan aspek sosial adalah interaksi yang lancar antara

    guru dan anak. Sudono, Anggani, MA (1999: 54).

    Yusuf (2005: 122) mengemukakan bahwa, perkembangan sosial

    emosional merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.

    Dapat juga diartikan sebagai proses untuk menyesuaikan diri terhadap

    norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi

    satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.

    Dari pemaparan dapat disimpulkan perkembangan sosial

    emosional adalah luapan perasaan ketika anak berinteraksi dengan

    orang lain. Semua emosi, baik yang menyenangkan maupun yang tidak

  • 24

    menyenangkan, mendorong interaksi sosial. Melalui emosi anak belajar

    cara mengubah perilaku agar dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan

    dan ukuran sosial. Dengan demikian dapat dipahami bahwa

    perkembangan sosial emosial tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain

    membahas perkembangan sosial harus melibatkan emosional. Sebagai

    contoh, anak menangis saat dilahirkan, atau anak tersenyum saat disapa.

    Hal ini membuktikan adanya interaksi sosial antara anak dengan

    lingkungannya.

    2.3.3.1 Tujuan Perkembangan Sosial Emosional anak

    Menurut Anggani Sudono, Ma (1999: 55), faktor sosial dan

    emosi merupakan kepribadian dan pembiasaan yang dapat

    membentuk:

    a. Kemandirian, yaitu mengurus diri sendiri, seperti: mandi,

    berpakaian, menyikat gigi, mengurus barang-barang milik sendiri

    b. Kebiasan menghargai orang lain, milikorang lain dan pendapat

    orang lain

    c. Rasa tanggung jawab, yaitu mampu menyelesaikan tugas yang

    harus diselesaikan

    d. Kemampuan bekerjasama

    e. Kemampuan mengungkapkan diri

    Dari pemaparan tersebut sudah jelas bahwa tujuan dari

    perkembangan sosial anak dirasa sangat baik dampaknya yaitu

  • 25

    membentuk anak menjadi pirbadi yang baik guna bekal hidupnya di

    masa depan nanti.

    2.3.3.2 Ciri-ciri Perkembangan Sosial emosional

    Perkembangan anak dari hari ke hari sangat menakjubkan.

    Dari bayi lemah yang menggantungkan seluruh hidupnya kepada

    orang tua, menjadi anak kecil yang pintar berbicara, senang bergelut

    dan pandai menghitung. Tetapi itu semua tidak terlepas dari

    pembelajaran orang-orang yang ada disekitarnya, seperti orang tua

    yang sangat berperan dalam membantu perkembangan sosial

    emosional anak. Sejak dini, anak perlu diberikan arahan dan

    bimbingan oleh orang dewasa, salah satunya belajar melakukan

    kegiatan yang berhubungan denga sosial emosional anak. Karena

    dengan kegiatan itu anak lebih mandiri dan percaya diri.

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 58

    tahun 2009 tentang standar pendidikan anak, disebutkan ciri-ciri

    perkembangan sosial emosional anak sebagai berikut:

    a. Menunjukan sikap mandiri dan memilih kegiatan

    b. Mau berbagi, menolong dan membantu teman

    c. Menunjukan antusiame dalam melakukan permainan kompetitif

    secara positif

    d. Mengendalikan perasaan

    e. Menaati peraturan yang berlaku dalam suatu permainan

    f. Menunjukan rasa percaya diri

  • 26

    g. Menjaga diri sendiri dari lingkungannya

    h. Menghargai orang lain

    Jika anak sudah menunjukan ciri-ciri seperti yang disebutkan

    diatas maka proses perkembangan sosial yang dilakukan sudah baik,

    dan akan menghasilkan anak yang mempunyai perkembangan sosial

    emosional yang baik pula.

    2.4 Merantau

    2.4.1 Definisi Merantau

    Bila diperhatikan arti kata merantau mempunyai berbagai

    pengertian seperti berlayar, mencari penghidupan di sepanjang

    rantau (dari sungai kesungai). Merantau juga berarti pergi ke pantai

    atau pesisir, pergi ke negeri lain untuk mencari penghidupan. Dari

    sekian arti kata merantau maka yang dimaksud dalam tulisan ini

    adalah pergi ke negeri lain untuk mencari penghidupan yang lebih

    baik.

    Pada saat sekarang pengertian merantau sudah menjadi luas.

    Keluar dari kampung halaman sendiri dan pergi ke kota lain sudah

    dikatakan pergi merantau, apalagi pergi keluar dari suatu provinsi

    ke provinsi lain. Pada permulaan merantau bertujuan untuk mencari

    penghidupan dengan bekerja, sedangkan sekarang untuk

    melanjutkan pendidikan ke negeri lain juga dikatakan pergi

  • 27

    merantau. (http://dikido.blogspot.com/2010/02/rantau-perantau-

    merantau -dan-tujuan.html@ copyright 7 Maret 2012)

    2.3.2 Faktor Penyebab Merantau

    Merantau merupakan fenomena yang sudah lazim terjadi di

    Indonesia, terutama di Dukuh Ketengahan Desa Lebaksiu Kidul

    Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal. Adapun faktor penyebab

    masyarakat merantau adalah sebagai berikut:

    a. Faktor Budaya

    Faktor budaya ini terjadi karena kebanyakan dari

    masyarakat Dukuh Ketengahan Desa Lebaksiu Kidul Kecamatan

    Lebaksiu Kabupaten Tegal memilih merantau sebagai

    alternative utama dalam mencari mata pencaharian. Sehingga

    merantau menjadi membudaya dan budaya merantau menjadi

    turun menurun.

    b. Faktor Ekonomi

    Penjelasan lain adalah pertumbuhan penduduk yang

    tidak diiringi dengan bertambahnya sumber daya alam yang

    dapat diolah. Jika dulu hasil pertanian dan perkebunan,

    sumber utama tempat mereka hidup dapat menghidupi

    keluarga, maka kini hasil sumber daya alam yang menjadi

    penghasilan utama mereka itu tak cukup lagi memberi hasil

    untuk memenuhi kebutuhan bersama, karena harus dibagi

    dengan beberapa keluarga.

  • 28

    2.4 Peran Orang Tua Dalam Pendidikan

    Orang tua adalah komponen keluarga kecil yang berada dimasyarakat

    yang terdiri dari ayah dan ibu yang, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan

    perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua

    memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan

    membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang

    menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan

    pengertian orang tua yang telah disebutkan di atas, tidak terlepas dari

    pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang

    sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu

    dan anak-anak (http://www.pengertiandefinisi.com/2011/11/pengertian-

    orang-tua.html@copyright 7 Maret 2012).

    Menurut Chatib (xx:2012) orang tua adalah konsumen pendidikan

    yang penting di sebuah sekolah, selain para siwa. Jika paradigma orangtua

    tidak sama dengan paradigma sekolah, biasanya banyak konflik yang terjadi

    diantara keduanya dan anak menjadi korban.

    Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan.

    Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu adalah orang yang

    telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Ibu dan bapak selain telah

    melahirkan kita ke dunia ini, ibu dan bapak juga yang mengasuh dan yang

    telah membimbing anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam

    menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu orang tua juga telah

    memperkenalkan anaknya kedalam hal-hal yang terdapat di dunia ini dan

  • 29

    menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Maka

    pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dari orang tuanya.

    Karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai

    penyebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan

    pemikirannya dikemudian hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang

    tuanya di permulaan hidupnya dahulu.

    Jadi, orangtua atau ibu dan bapak memegang peranan yang penting

    dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anak. Sejak seorang anak lahir,

    ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai

    ibunya dan biasanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu

    menjalankan tugasnya dengan baik dan penuh kasih sayang. Ibu merupakan

    orang yang mula-mula dikenal anak yang menjadi temanya dan yang pertama

    untuk dipercayainya.

    2.4.1 Fungsi Orang Tua

    Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah

    dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah

    yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki

    tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-

    anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak

    untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.

    Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari

    pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga

  • 30

    besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang

    terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.

    Menurut Arifin (dalam Suhendi, Wahyu, 2000:41) keluarga

    diartikan sebagai suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau

    lebih yang dihubungkan dengan pertalian darah,perkawinan atau

    adopsi (hukum) yang memiliki tempat tinggal bersama.Selanjutnya,

    Abu Ahmadi (dalam Suhendi, Wahyu, 2000: 44 -52), mengenai

    fungsi keluarga adalah sebagai suatu pekerjaan atau tugas yang harus

    dilakukan di dalam atau diluar keluarga. Adapun fungsi keluarga

    terdiri dari:

    a. Fungsi Sosialisasi Anak.

    Fungsi sosialisasi menunjuk pada peranan keluarga dalam

    membentuk kepribadian anak. Melalui fungsi ini, keluarga

    berusaha mempersiapkan bekal selengkap-lengkapnya kepada

    anak dengan memperkenalkan pola tingkah laku, sikap keyakinan,

    cita-cita, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat serta

    mempelajari peranan yang diharapkan akan dijalankan oleh

    mereka. Dengan demikian, sosialisasi berarti melakukan proses

    pembelajaran terhadap seorang anak.

    c. Fungsi Afeksi

    Salah satu kebutuhan dasar manusia ialah kebutuhan

    kasih sayang atau rasa cinta. Pandangan psikiatrik mengatakan

    bahwa penyebab utama gangguan emosional, perilaku dan

  • 31

    bahkan kesehatan fisik adalah ketiadaan cinta, yakni tidak

    adanya kehangatan dan hubungan kasih syang dalam suatu

    lingkungan yang intim. Banyak fakta menunjukan bahwa

    kebutuhan persahabatan dan keintiman sangat penting bagi

    anak. Data-data menunjukan bahwa kenakalan anak serius

    adalah salah satu ciri khas dari anak yang tidak mendapatkan

    perhatian atau merasakan kasih sayang.

    d. Fungsi Edukatif

    Keluarga merupakan guru pertama dalam mendidik

    anak. Hal itu dapat dilihat dari pertumbuhan sorang anak mulai

    dari bayi, belajar jalan, hingga mampu berjalan.

    e. Fungsi Religius

    Dalam masyarakat Indonesia dewasa ini fungsi di

    keluarga semakin berkembang, diantaranya fungsi keagamaan

    yang mendorong dikembangkannya keluarga dan seluruh

    anggotanya menjadi insan-insan agama yang penuh keimanan

    dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Model

    pendidikan agama dalam keluarga dapat dilakukan dengan

    berbagai cara, yaitu:

    1. Cara hidup yang sungguh-sungguh dengan menampilkan

    penghayatan dan perilaku keagamaan dalam keluarga.

    2. Menampilkan aspek fisik berupa sarana ibadah dalam

    keluarga.

  • 32

    3. Aspek sosial berupa hubungan sosial antara anggota

    keluarga dan lembaga-lembaga keagamaan. Pendidikan

    agama dalam keluarga, tidak saja bisa dijalankan dalam

    keluarga, menawarkan pendidikan agama, seperti

    pesantren, tempat pengajian, majelis taklim, dan

    sebagainya.

    f. Fungsi Protektif

    Keluarga merupakan tempat yang nyaman bagi para

    anggotanya. Fungsi ini bertujuan agar para anggota keluarga

    dapat terhindar dari hal-hal yang negatif. Dalam setiap

    masyarakat, keluarga memberikan perlindungan fisik,

    ekonomis, dan psikologis bagi seluruh anggotanya.

    g. Fungsi Rekreatif

    Fungsi ini bertujuan untuk memberikan suasana yang

    sangat gembira dalam lingkungan. Fungsi rekreatif dijalankan

    untuk mencari hiburan. Dewasa ini, tempat hiburan banyak

    berkembang diluar rumah karena berbagai fasilitas dan aktivitas

    rekreasi berkembang dengan pesatnya. Media TV termasuk

    dalam keluarga sebagai sarana hiburan bagi anggota keluarga.

    h. Fungsi Ekonomis

    Pada masa lalu keluarga di Amerika berusaha

    memproduksi beberapa unit kebutuhan rumah tangga dan

    menjualnya sendiri. Keperluan rumah tangga itu, seperti seni

  • 33

    membuat kursi, makanan, dan pakaian dikerjakan sendiri oleh

    ayah, ibu, anak dan sanak saudara yang lain untuk menjalankan

    fungsi ekonominya sehingga mereka mampu mempertahankan

    hidupnya.

    i. Fungsi Penemuan Status

    Dalam sebuah keluarga, seseorang menerima

    serangkaian status berdasarkan umur, urutan kelahiran, dan

    sebagainya. Status/kedudukan ialah suatu peringkat atau posisi

    seseorang dalam suatu kelompok atau posisi kelompok dalam

    hubungannya dengan kelompok lainnya. Status tidak bisa

    dipisahkan dari peran. Peran adalah perilaku yang diharapkan

    dari seseorang yang mempunyai status.

    Pola Bimbingan Orang Tua Pada Anak Selain bimbingan

    disekolah, bimbingan dirumah sangat penting, karena anak lebih

    banyak menghabiskan waktunya dilingkungan keluarga. Untuk itu

    keluarga dituntut untuk dapat menerapkan pendidikan keimanan

    guna sebagai pegangan anak di masa depan.

    Namun kondisi masyarakat saat ini, fungsi dari keluarga

    sudah mulai tergeser keberadaannya. Semua anggota keluarga

    khususnya orang tua menjadi sibuk dengan aktifitas pekerjaannya

    dengan alasan menafkahi keluarga. Kesadaran akan tanggung

    jawab mendidik dan membina anak menjadi kurang karena semua

    waktu sudah tersita oleh pekerjaan orangtua, dan keberadaannya

  • 34

    orangtua yang jauh karena bekerja merantau mengakibatkan

    kurangnya perhatian untuk anak.

    2.5 Kerangka Berfikir

    Perkembangan Ekonomi global saat ini mendorong masyarakat

    untuk dapat lebih berkualitas dalam memperoleh kehidupan yang layak.

    Hal ini menuntut masyarakat yang hidup dalam keterbelakangan ekonomi

    global untuk bekerja lebih keras dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

    Sama seperti kehidupan di Dukuh Ketengahan Desa Lebaksiu Kidul yang

    lebih memilih meninggalkan kampung halaman untuk bekerja diluar kota

    atau merantau dengan alasan memperoleh penghasilan yang cukup.

    Namun pada kenyatannya, kesibukan orang tua yang merantau

    hanya mementingkan apa yang akan mereka peroleh dari hasil

    pekerjaannya, dan justru lalai dengan apa yang menjadi tanggung

    jawabnya mengurus dan mendidik anak. Seperti kodrat anak sebagai

    anggota keluarga yang mempunyai hak memperoleh perhatian dan

    pendidikan dari orang tua, karena tersitanya waktu hanya untuk bekerja

    sehingga mempengaruhi tingkah laku, kecerdasan emosional anak dalam

    berirentraksi sosial dengan teman sebaya ataupun orang yang berada

    disekitarnya. Adapun gambaran kerangka berpikir penelitian dapat dilihat

    pada gambar 1 dibawah ini:

  • 35

    Gambar 1. Kerangka Berpikir Penilitian

    Orang Tua Merantau:

    1. Faktor Ekonomi 2. Faktor Budaya

    Pola pendidikan anak dan

    perkembangan sosial emosional

    anak yang di tinggal merantau

    Pemenuhan pola pendidikan dan

    perkembangan sosial anak:

    1. Pemenuhan dan Pemantauan dilakukan oleh ibu (yang

    ditinggal suaminya merantau)

    2. Pemenuhan dan pemantauan dilakukan oleh wali (orang

    yang sudah dipercaya untuk

    mengasuh anak biasanya

    saudara atau kerabat)

    Masalah yang terjadi dalam

    pemenuhan pola pendidikan anak

    dan perkembangan sosial anak:

    1. Pemilihan gaya pola asuh/ pendidikan yang salah

    2. Perkembangan sosial emosional yang kurang.

  • 43

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Pendekatan Penelitian

    Pendekatan yang dilakukan peneliti adalah pendekatan deskriptif,

    sehingga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif

    dan akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

    orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati, artinya data yang dianalisis

    didalamnya berbentuk deskriptif, serta tidak berupa angka-angka seperti

    halnya pada penelitian kualitatif.

    Penelitian kualitatif dilakukan guna mendapat pemahaman tentang apa

    yang dialami oleh peneliti yang bermaksud untuk memahami fenomena

    tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya: perilaku, persepsi,

    motivasi, tindakan, secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-

    kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

    memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2010:06)

    Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan dan

    menganalisis secara jelas dan terperinci pola pendidikan anak pada keluarga

    yang orang tuanya bekerja diluar kota, sehingga peneliti membutuhkan

    metode pengumpulan data secara mendalam, terbuka dan terstruktur.

    36

  • 37

    3.2 Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian dilaksanakan di Dukuh Ketengahan Desa Lebaksiu

    kidul Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal.

    3.3 Fokus Penelitian

    Fokus penelitian pada dasarnya adalah masalah yang bersumber pada

    pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui

    keputusan ilmiah maupun keputusan lainnya (Moleong, 2010:65)

    Fokus penelitian ini adalah mengetahui bagaimana pola pendidikan

    anak yang ditinggal merantau dan mendeskripsikan perkembangan sosial

    emosional anak yang ditinggal merantau orang tua.

    3.4 Subjek Penelitian

    Adapun subjek yang diteliti adalah:

    1. Pada tiga orang ibu yang ditinggal suami merantau dan tiga orang wali

    yang dipercaya untuk mengasuh anak.

    2. Informan atau nara sumber didapat dari perangkat kelurahan dan tetangga

    subjek.

    3.5 Sumber Data

    Sumber data penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh

    (Arikunto, 2010:172). Sumber data dalam penelitian ini berupa data premier

    dan data sekunder. Sumber data premier adalah data yang diperoleh melalui

    penelitian lapangan. Pencatatan sumber data primer melalui pengamatan atau

    observasi langsung dan wawancara merupakan hasil usaha gabungan dari

  • 38

    kegiatan melihat, mendengarkan, bertanya yang dilakukan secara sadar,

    terarah, dan senantiasa bertujuan memperoleh informasi yang diperlukan.

    Lebih jelasnya dirincikan sebagai berikut:

    a. Data Primer

    Data primer yaitu data yang didapatkan secara langsung dari subjek

    dan orang-orang yang menjadi informan yang mengetahui pokok

    permasalahan atau objek penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah

    ibu/ istri yang ditinggal suaminya merantau dan wali yang sudah

    dipercaya untuk mengasuh sedangkan informan yaitu tokoh masayarakat

    di Dukuh ketengahan Desa Lebaksiu Kidul. Untuk mendukung kegiatan

    penelitian, maka dilakukan pengumpulan data primer melalui wawancara

    dengan subjek penelitian dan informan.

    b. Data Sekunder

    Data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber utama.

    Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari pihak lain yang

    berhubungan dengan penelitian, yang digunakan untuk membantu

    menyelesaikan data primer. Data diperoleh dari kantor kelurahan

    Lebaksiu Kidul berupa arsip mengenai profil desa, hasil catatan observasi

    di lingkungan tempat tinggal subjek, mengenai kondisi desa dan kondisi

    lingkungan tempat tinggal subjek.

  • 39

    3.6 Metode Pengumpulan Data

    Dalam mengumpulkan data, peneliti merupakan instrument penelitian

    utama. Interaksi antara peneliti dengan informan diharapkan dapat

    memperoleh informasi yang mampu mengungkapkan permasalahan

    dilapangan secara lengkap dan tuntas. Metode pengumpulan data yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah:

    1. Wawancara

    Menurut esterbreg (Sugiyono, 2009:231) wawancara merupakan

    pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

    jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

    Wawancara digunakan sebagai tekhnik pengumpulan data apabila peneliti

    ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

    harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

    responden yang mendalam.

    Macam-macam wawancara menurut esterbreg (Sugiyono,

    2009:319) yaitu sebagai berikut:

    a. Wawacara terstruktur (structured interview)

    Wawancara terstruktur digunakan sebagai tekhnik pengumpulan

    data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti

    tentang informasi apa yang akan diperoleh.

  • 40

    b. Wawancara semiterstruktur (semisturcture Interview)

    Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori indepht

    interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan

    dengan wawancara terstruktur.

    c. Wawancara tak terstruktur (instructured interview)

    Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas

    dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah

    tersusun secara sistematis dal lengkap untuk pengumpulan datanya.

    Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

    terstruktur, dimana untuk menggali informasi dari responden peneliti

    mengacu pada pedoman wawancara yang telah dibuat sebelumnya akan tetapi

    kegiatan wawancara dilakukan sedemikian rupa agar dapat diperoleh

    informasi yang luas dan mendalam terkait dengan pola pendidikan anak dan

    perkembangan sosial anak yang ditinggal merantau orangan tua yang hendak

    dikaji.

    Pelaksanaan wawancara dalam penelitian ini dilakukan terjadwal

    secara pasti, akan tetapi peneliti juga tetap menyesuaikan dengan waktu yang

    dimliki oleh subjek yaitu tujuh orang anak yang ditinggal orang tuanya atau

    salah satu orang tuanya bekerja merantau di Dukuh Ketengahan Desa

    Lebaksiu Kidul Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal dan informan atau

    nara sumber berjumlah tujuh orang yaitu dua orang wali (pengasuh anak

    selama ditinggal pergi merantau orang tua) dan lima orang ibu (yang ditinggal

    suami/ kepala keluarga merantau).

  • 41

    2. Observasi

    Observasi yang dilakukan adalah untuk mengamati secara

    langsung di lapangan yaitu di Dukuh Ketengahan Desa Lebaksiu Kidul

    Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal beserta probematika atau kasus

    yang sedang diteliti terjadi. Teknik ini merupakan pengamatan atau

    mendengarkan perilaku individu dalam situasi atau selang waktu tanpa

    manipulasi atau mengontrol, dimana perilaku itu ditampilkan dalam

    teknik observasi yang tidak mengabaikan kemungkinan menggunakan

    sumber-sumber non manusia seperti dokumen dan catatn-catatan

    observasi.

    Sugiyono (2009:274) menjelaskan bahwa dari segi

    instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi

    dua, yaitu:

    a. Observasi terstruktur

    Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang

    secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana

    tempatnya. Jadi observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah

    tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan diamati.

    b. Observasi tidak terstruktur

    Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak

    dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.

    Hal ini dilakukan karena peneliti tidak menggunakan instrument

    yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.

  • 42

    Dalam penelitian ini observasi yang digunakan adalah jenis

    observasi terstruktur karena peneliti telah membuat instrumen

    penelitian sebelumnya. Serta peneliti sudah tahu pasti variabel apa saja

    yang akan diamati di lapangan yaitu di Dukuh Ketengahan Desa

    Lebaksiu Kidul Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal.

    3. Dokumentasi

    Dokumentasi merupakan setiap pernyataan tertulis yang disusun

    oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa

    atau menyajikan akunting definisi ini menurut Guba dan Lincoln

    (Moleong, 2010:216). Metode pengumpulan data melalui dokumentasi

    digunakan untuk memperoleh data dan informasi resmi yang terkait.

    Pertimbangan peneliti menggunakan teknik dokumentasi karena

    dokumentasi itu merupakan sumber data yang stabil, menunjukan suatu

    fakta yang telah berlangsung dan mudah didapatkan. Data dari

    dokumentasi memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi akan kebenaran

    atau keabsahan data dan dokumentasi juga sebagai sumber data yang

    kaya untuk memperjelas indentitas subjek penelitian, sehingga dapat

    mempercepat proses penelitian.

    Dalam penelitian ini dokumentasi yaitu berupa hasil foto yang

    diambil peneliti disaat berlangsungnya wawancara terhadap subjek

    penelitian, dann data potensi desa dai kelurahan Lebaksiu Kidul.

  • 43

    3.7 Keabsahan Data

    Pada penelitian ini digunakan umtuk menjamin validitas dan data

    temuan yang diperoleh,peneliti melakuakan beberapa upaya sampingan

    menanyakan langsung kepada subjek, peneliti juga berupaya mencari jawaban

    dari sumber lain, yaitu dari petugas kelurahan dan para tetangga subjek di

    Dukuh Ketengahan.

    Denzim ( dalam Moleong, 2010: 330) membedakan empat macam

    triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan

    sumber, metode, penyidik, dan teori. Peneliti mengumpulkan data yang

    sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan

    berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

    Dalam penelitian ini teknik keabsahan data yang digunakan ini adalah

    triangulasi sumber. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan

    mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

    waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.

    3.8 Teknik Analisis Data

    Teknik analisis data bukan hanya merupakan tidak lanjut logis dari

    pengumpulan data tetapi juga merupakan proses yang tidak terpisahkan

    dengan pengumpulan data dimulai dengan menelaah seluruh data tersedia dari

    berbagai sumber, yaitu informan kunci dari hasil wawancara, dari hasil

    pengamatan di lapangan atau observasi dan dari hasil studi dokumentasi.

  • 44

    Gambar 2. Tahapan analisis penelitian kualitatif

    Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berlangsung dengan

    proses pengumpulan data. Analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang

    bersamaan yaitu: reduksi data, penarikan kesimpulan/ verivikasi. Langkah-

    langkah yang ditempuh yaitu:

    1. Pengumpulan data

    Pada penelitian ini dilakukan proses pengumpulan data, bahkan dari

    sebelum dilaksanakan penelitisn yaitu pada saat pra peneltian penulis

    sudah mengumpulkan data. Data yang diperoleh dari berbagai sumber

    dikumpulkan secara berurutan dan sistematis agar mempermudah penulis

    dalam menyususn hasil penelitiannya.

    2. Reduksi

    Reduksi data adalah proses pemilihan, perumusan perhatian pada

    penyederhanaan atau menyangkut data dalam bentuk uraian (laporan)

    yang terinci dan sistematis, menonjolkan poko-pokok yang penting agar

    lebih mudah dikendalikan.

    Pengumpulan Data

    Reduksi Data

    Penyajian Data

    Kesimpulan / Verivikasi

  • 45

    3. Penyajian data

    Penyajian data merupakan upaya untuk menyajikan data untuk

    melihat gambaran secara keseluruhan data atau bagian-bagian tertentu

    pada penelitian. Prinsip penyajian data adalah membagi pemahaman kita

    tentang suatu hal pada orang lain. Oleh karena ada data yang diperoleh

    dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata dan tidak dalam bentuk

    angka, penyajian biasanya berbentuk uraian kata-kata dan tidak berupa

    tabel-tabel dengan uraian-uraian statistik

    4. Simpulan dan verifikasi

    Simpulan dan verifikasi adalah upaya untuk mencari makna

    terhadap data yang dikumpulkan dengan mencari pola, tema, hubungan,

    persamaan, hal-hal yang sering timbul dan sebagainya.

  • 53

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Gambaran Umum

    4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Dalam melaksanakan penelitiandi wilayah Dukuh Ketengahan

    penelitian mengangkat data monografi yang ada di Dukuh Ketengahan.

    a. Letak Geografis

    Dukuh ketengahan merupakan salah satu pedukuhan di Kelurahan

    Lebaksiu Kidul, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal, Propinsi Jawa

    Tengah. Di Desa Lebaksiu Kidul sendiri yang luasnya 186.446,9 Ha

    terbagi menjadi 4 Pedukuhan, yaitu :

    1) Dukuh Ketengahan

    2) Dukuh Winong

    3) Dukuh Krajan

    4) Dukuh Pesawahan

    Luas wilayah Dukuh Ketengahan 56.609 Ha terdiri dari 1 RW dan

    9 RT. Sedangkan batas wilayah dari Dukuh ketengahan sendiri adalah:

    1) Sebelah utara berbatasan dengan Lebaksiu Lor

    2) Sebelah timur berbatasan dengan Kaliwadas

    46

  • 47

    3) Sebelah selatan berbatasan dengan Dukuh Winong

    4) Sebelah barat berbatasan dengan Dukuh Krajan

    Dilihat dari letak geografisnya, Dukuh Ketengahan merupakan

    pedukuhan yang cukup berkembang. Letak Dukuh Ketengahan pun

    sangat terjangkau tidak jauh dari jalan raya dan transportasi memadai.

    Begitu pula dengan pembangunan di Dukuh Ketengahan yang sudah

    mendapatkan perhatian dari pemerintahan desa setempat, ini terbukti dari

    jalan di Dukuh Ketengahan yang sudah rapi dan bagus, begitu juga

    pembangunan fasilitas umum seperti sekolah, madrasah, lapangan dan

    tempat beribadah yang bagus dan makin memadai.

    b. Kependudukan, Mata Pencaharian, dan Tingkat Pendidikan

    1) Kependudukan

    Dukuh Ketengahan termasuk pedukuhan yang gemuk,

    maksudnya jumlah penduduk di Dukuh Ketengahan termasuk padat.

    Kepadatan tersebut terbukti dari jumlah penduduk yang ada di Dukuh

    Ketengahan Desa lebaksiu Kidul Sebanyak 1921 jiwa, sedangkan

    jumlah kepala keluarga ada 293 kepala keluarga. Tabel 1 menunjukan

    data tentang penduduk dalam kelompok umur.

  • 48

    Tabel 1. Jumlah Penduduk Dukuh Ketengahan

    Umur dalam tahun Jumlah

    00-05

    06-12

    13-15

    16-18

    19-22

    23-30

    31-40

    41-50

    51-60

    61-keatas

    189

    225

    199

    178

    168

    172

    217

    197

    198

    202

    Jumlah 1921

    2) Mata Pencaharian

    Mata pencaharian ada penduduk dukuh ketengahan ada 7

    macam yaitu : petani sendiri, buruh tani, pedagang, peternak, buruh

    bangunan, buruh industri, dan PNS.

    Penduduk yang bermata pencaharian tersebut diatas dapat

    dilihat pada tabel 2 yang menunjukan tentang mata pencaharian

    penduduk dukuh ketengahan untuk usia produktif 12 tahun keatas.

    Tabel.2 Mata Pencaharian Penduduk Dukuh Ketengahan

    No Mata Pencaharian Jumlah Keterangan

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    Petani sendiri

    Buruh tani

    Pedagang

    Peternak

    Buruh bangunan

    Buruh industri

    PNS

    197

    272

    586

    3

    292

    52

    106

    Kerbau dan ayam

    Jumlah 1506

  • 49

    3) Tingkat Pendidikan Penduduk

    Tingkat pendidikan penduduk di Dukuh Ketengahan antara

    lain : Perguruan tinggi, SMA, SMP, SD, tidak tamat SD, dan tidak

    sekolah. Adapun jumlah penduduk Dukuh Ketengahan dapat dilihat

    pada tabel 3 yang menunjukan data tentang tingkat pendidikan

    penduduk Dukuh Ketengahan.

    Tabel 3. Tingkat pendidikan penduduk Dukuh Ketengahan

    No Tingkat Pendidikan Jumlah

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    Tamat Peguruan Tinggi

    Tamat SMA

    Tamat SMP

    Tamat SD

    Tidak Tamat SD

    Tidak sekolah / belum sekolah

    Lain-lain

    69

    324

    593

    635

    96

    204

    -

    Jumlah 1921