POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola...

82

Transcript of POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola...

Page 1: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………
Page 2: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

BANDENG TANPA DURI

BANK INDONESIA

Page 3: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

iBANK INDONESIA

KATA PENGANTAR

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional

memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian, UMKM masih memiliki

kendala, baik untuk mendapatkan pembiayaan maupun untuk mengembangkan

usahanya. Dari sisi pembiayaan, masih banyak pelaku UMKM yang mengalami

kesulitan untuk mendapatkan akses kredit dari bank, baik karena kendala teknis,

misalnya tidak mempunyai/tidak cukup agunan, maupun kendala non teknis, misalnya

keterbatasan akses informasi ke perbankan. Dari sisi pengembangan usaha, pelaku

UMKM masih memiliki keterbatasan informasi mengenai pola pembiayaan untuk

komoditas tertentu. Di sisi lain, ternyata perbankan juga membutuhkan informasi

tentang komoditas yang potensial untuk dibiayai.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka menyediakan rujukan bagi

perbankan untuk meningkatkan pembiayaan terhadap UMKM serta menyediakan

informasi dan pengetahuan bagi UMKM yang bermaksud mengembangkan

usahanya, maka menjadi kebutuhan untuk penyediaan informasi pola pembiayaan

untuk komoditi potensial tersebut dalam bentuk model/pola pembiayaan komoditas

(lending model). Sampai saat ini, Bank Indonesia telah menghasilkan 88 judul buku pola

pembiayaan komoditi pertanian, industri dan perdagangan dengan sistem pembiayaan

konvensional dan 21 judul dengan sistem syariah. Dalam upaya menyebarluaskan

lending model tersebut kepada masyarakat maka buku pola pembiayaan ini telah

dimasukkan dalam website Sistem Informasi Terpadu Pengembangan UKM (SI-PUK)

yang terintegrasi dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (DIBI) dan dapat diakses

melalui internet di alamat www.bi.go.id.

Dalam penyusunan buku pola pembiayaan ini, Bank Indonesia bekerjasama

dengan Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (DKP) dan

memperoleh masukan dari banyak pihak antara lain dari perbankan, lembaga/instansi

Page 4: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

ii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

terkait lainnya, asosiasi dan UMKM. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih atas

segala bantuan dan kerjasamanya selama ini.

Bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukan bagi

kesempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini

dapat menghubungi:

Direktorat Kredit, BPR dan UMKMBiro Pengembangan UMKMTim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKMJl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta PusatTelp. (021) 381.8922 atau 381.7794Fax. (021) 351.8951

Besar harapan kami bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang pola

pembiayaan komoditi potensial bagi perbankan dan sekaligus memperluas replikasi

pembiayaan oleh UMKM pada komoditi tersebut.

Jakarta, Desember 2008

Page 5: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

iiiBANK INDONESIA

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI ………….………………………………………………………...… iii

DAFTAR TABEL ………….…………………………………………………..... v

DAFTAR GAMBAR ......…………................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ……………….............................................................. vi

RINGKASAN EKSEKUTIF PENGOLAHAN BANDENG TANPA DURI…….. vii

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1 Profil Usaha …………………………………......................... 52.2 Pola Pembiayaan ……..……………………........................... 6

BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 3.1 Aspek Pasar …………………………………......................... 11

3.1.1 Permintaan ……………………………........................ 113.1.2 Penawaran ……………………………......................... 123.1.3 Analisis Persaingan dan Peluang Pasar ........................ 15

3.2 Aspek Pemasaran …………………………........................... 173.2.1 Harga …………………………………......................... 173.2.2 Jalur Pemasaran ..…………….................................... 173.2.3 Kendala Pemasaran ………………….......................... 18

BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI 4.1 Lokasi Usaha ………………………………........................... 214.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan ………................................ 214.3 Bahan Baku ………………………………........................... 244.4. Tenaga Kerja …………………………………………………. 254.5 Teknologi ………………….......................................... 26

Page 6: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

iv POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

4.6 Proses Produksi .......................................................... 274.7 Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi ............................... 314.8 Produksi Optimum …………………............................ 324.9 Kendala Produksi ………………….............................. 32

BAB V ASPEK KEUANGAN5.1 Pemilihan Pola Usaha.................................................. 335.2 Asumsi Parameter dan Perhitungan ............................ 33

5.3 Komponen Biaya Investasi dan Modal Kerja ................ 35

5.3.1 Biaya Investasi ................................................... 35

5.3.2 Modal Kerja....................................................... 37

5.4 Kebutuhan Dana Investasi, Modal Kerja dan Kredit .... 385.5 Produksi dan Pendapatan........................................... 415.6 Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point .................... 425.7 Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek..................... 455.8 Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha........................... 47

BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN 6.1 Aspek Ekonomi dan Sosial.......................................... 49

6.1.1 Aspek Ekonomi ............................................... 496.1.2 Aspek Sosial .................................................... 50

6.2 Dampak Lingkungan.................................................. 51

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN7.1 Kesimpulan............................................................... 537.2 Saran…..................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 55

Page 7: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

vBANK INDONESIA

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1.1 Komposisi Kimia Bandeng............................................................. 1

3.1 Perkembangan Tingkat Konsumsi Ikan Jawa Tengah 2002-2006 .. 11

3.2 Perkembangan Jumlah Penduduk Jawa Tengah 2002-2006 ......... 123.3 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Bandeng Hasil Budidaya

Tambak Jawa Tengah Tahun 2002-2006 ....................................... 15

4.1 Peralatan Produksi Bandeng Tanpa Duri......................................... 22

4.2 Peralatan Produksi Berdasarkan Tahapan Produksi Bandeng Tanpa Duri ............................................................................................. 23

5.1 Asumsi dan Parameter Analisis Keuangan..................................... 34

5.2 Biaya Investasi Harta Tetap............................................................ 36

5.3 Daftar Peralatan Kantor ............................................................... 36

5.4 Biaya Depresiasi Harta Tetap.......................................................... 37

5.5 Kebutuhan Modal Kerja ............................................................... 38

5.6 Kebutuhan Modal Kerja untuk Peralatan Produksi ........................ 38

5.7 Rincian Biaya Proyek...................................................................... 39

5.8 Angsuran Pokok dan Bunga Kredit Investasi .......………............... 40

5.9 Angsuran Pokok dan Bunga Kredit Modal Kerja............................ 41

5.10 Produksi dan Pendapatan.............................................................. 41

5.11 Proyeksi Laba Rugi ....................................................................... 42

5.12 Harga Pokok Penjualan ................................................................ 43

5.13 Perhitungan Break Even Point ...................................................... 45

5.14 Kelayakan Usaha Pengolahan Bandeng Tanpa Duri ...................... 46

5.15 Analisis Sensitivitas....................................................................... 48

Page 8: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

vi POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1.1 Struktur Duri Pada Bandeng......................................................... 22.1 Prosedur Permohonan Kredit ....................................................... 93.1 Produk Bandeng Tanpa Duri ......................................................... 133.2 Jalur Pemasaran Bandeng Tanpa Duri ........................................... 184.1 Bahan Baku Bandeng Segar ......................................................... 254.2 Tahapan Proses Produksi Bandeng Tanpa Duri............................... 30

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

1 Hasil Perhitungan Aspek Keuangan............................................... 58Proyeksi Cash Flow……………………………………...............A. 58Proyeksi Neraca.......................................................................B. 59

Rasio Keuangan……………………..............................…….....C. 60

2 Rumus Perhitungan Dalam Aspek Keuangan……….………………. 61

Page 9: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

viiBANK INDONESIA

RINGKASAN EKSEKUTIFPENGOLAHAN BANDENG TANPA DURI

No. Unsur Pembiayaan Uraian

1. Jenis UsahaUsaha Pengolahan Bandeng Tanpa Duri

2. Lokasi Usaha Semarang

3. Dana yang DiperlukanInvestasi Rp 105.800.000Modal Kerja Tahun Rp 25.754.600

4. Sumber Dana

Investasi Kredit: Rp 31.185.000o Modal Sendiri: Rp o 74.615.000

Modal Kerja Kredit: Rp 18.028.220o Modal Sendiri: Rp o 7.726.380

5. Jangka Waktu KreditKredit Investasi = 3 tahunKredit Modal Kerja = 1 tahun

6. Suku Bunga 16% per tahun

7. Periode Pembayaran KreditAngsuran pokok dan bunga dibayarkan setiap bulan

8. Kelayakan Usaha:Periode ProyekProduk yang Dihasilkan

Luas ArealSiklus UsahaTingkat TeknologiPemasaran Hasil

3 tahunBandeng Segar Tanpa Duri untuk diolah kembali35 m2

Produksi setiap hari (300 hari/tahun)SederhanaHarga rata-rata Rp 34.000,- per kg dijual melalui agen dan konsumen langsung

Page 10: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

viii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

9. Kriteria Kelayakan UsahaNPVIRRNet B/C RatioPenilaian

Rp 119.920.24266,96%1,98LAYAK

10. Analisis SensitivitasSensitivitas harga jual

Harga bahan baku

Kesimpulan

Dapat turun maksimal hingga Rp 32.404/kg (4,7%)Dapat naik maksimal hingga Rp 22.163/kg (5,5%)Sangat sensitif terhadap perubahan harga jual produk dan harga bahan baku

Page 11: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

1BANK INDONESIA

BAB IPENDAHULUAN

Ikan Bandeng (Latin: Chanos chanos atau Inggris: Milkfish) merupakan salah

satu jenis ikan yang memiliki rasa yang spesifik, dan telah dikenal di Indonesia bahkan

di luar negeri. Menurut penelitian Balai Pengembangan dan Penelitian Mutu Perikanan

(1996), kandungan omega-3 Bandeng sebesar 14.2% melebihi kandungan omega-3

pada ikan salmon (2.6%), ikan tuna (0.2%) dan ikan sardines/ mackerel (3.9%).

Kandungan gizi Bandeng secara lebih lengkap dapat dilihat pada komposisi kimia

yang terdapat pada Bandeng.

Tabel 1.1 Komposisi Kimia Bandeng

Jenis JumlahFat 0.06%

Protein 20.38 %

Phosphorus 53 mg %

Manganese 19.19 mg %

Sodium 12.0 mg %Calcium 4.89 mg %Pottassium 0.38 mg %

Omega-3 14.2 %

Lioleic Acid 1.25 %

Eicosapentanoic Acid (EPA) 3.39 %

Decosahexanoic Acid (DHA) 9.48 %

Energy 820.60 cal

Sumber: Balai Pengembangan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan, 1996

Page 12: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

2 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Dengan kandungan protein yang tinggi (20.38%), Bandeng merupakan

salah satu sumber pangan yang sangat bergizi. Adanya diversifikasi olahan produk

Bandeng merupakan salah satu upaya untuk memenuhi selera masyarakat dalam

mengkonsumsi ikan sebagai sumber protein, yang juga merangsang berkembangnya

budidaya Bandeng. Akan tetapi, kelemahan dari Bandeng ini yaitu adanya tulang

dan duri yang cukup banyak di dalam tubuh Bandeng sehingga berisiko tinggi bila

dikonsumsi oleh manusia terutama anak-anak. Hal ini mengurangi minat masyarakat

untuk mengkonsumsi Bandeng. Jumlah duri yang terdapat pada Bandeng adalah

sebagai berikut; pada bagian punggung ada 42 pasang duri bercabang yang

menempel di dalam daging dekat permukaan kulit luar, bagian tengah ada 12 pasang

duri pendek, pada rongga perut ada 16 duri pendek dan bagian perut dekat ekor ada

12 pasang duri.

Gambar 1.1 Struktur Duri Pada Bandeng

Di Semarang Jawa Tengah yang menjadi lokasi penelitian, pengolahan Bandeng

yang selama ini telah dilakukan agar aman dikonsumsi yaitu dengan mengolahnya

menjadi Bandeng Presto atau terkenal dengan Bandeng Duri Lunak. Bandeng Presto

adalah menghilangkan duri dengan cara memasak Bandeng pada suhu tinggi

dalam jangka waktu yang lama. Tetapi terdapat kelemahan dari Bandeng Presto

PENDAHULUAN

Page 13: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

3BANK INDONESIA

ini, yaitu adanya kemungkinan berkurangnya gizi makanan yang terkandung pada

Bandeng akibat pengolahan yang dilakukan pada suhu tinggi, serta dapat berpotensi

menimbulkan rasa bosan jika mengkonsumsi Bandeng Presto ini dalam jangka waktu

yang lama. Oleh karena itu, sebagai salah satu variasi makanan dengan menggunakan

Bandeng ini dan juga memperhatikan kendala banyaknya duri pada Bandeng, maka

dikembangkan usaha penghilangan tulang/ duri Bandeng yang menghasilkan produk

yang disebut Bandeng Tanpa Duri.

Bandeng Tanpa Duri merupakan produk perikanan setengah jadi berupa

Bandeng mentah segar yang telah dibuang tulang dan durinya. Bandeng mentah

segar ini diperoleh pengusaha Bandeng Tanpa Duri melalui pedagang Bandeng skala

kecil maupun skala mikro yang mengumpulkan dari petani tambak Bandeng, atau

produsen ini langsung membeli dari petani tambak. Kelebihan dari Bandeng Tanpa

Duri ini yaitu tidak mengurangi atau menghilangkan kandungan gizi yang terdapat

pada Bandeng mentah, karena pengolahannya hanya menghilangkan duri yang

ada pada Bandeng, bukan memasaknya. Bandeng Tanpa Duri ini selanjutnya dapat

dimanfaatkan menjadi berbagai variasi makanan sesuai dengan selera. Beberapa

produk olahan dari Bandeng Tanpa Duri ini antara lain Bandeng Pepes, Bandeng

Asap, Bandeng Nugget, Bandeng Fillet dan sebagainya. Hasil produksi Bandeng

Tanpa Duri kemudian dijual kepada konsumen, dimana konsumen ini setengahnya

adalah konsumen pengguna (end user) dan sisanya adalah pedagang yang menjual

kembali produk ini dalam keadaan mentah (fresh frozen) atau menjualnya setelah

diolah menjadi produk makanan olahan.

Bandeng Tanpa Duri ini memang belum dikenal banyak oleh masyarakat,

banyak yang mengira Bandeng Tanpa Duri ini sama dengan Bandeng Presto yang

memang lebih dulu telah dikenal oleh masyarakat, sehingga produksi Bandeng

Tanpa Duri ini masih sangat kecil bila dibandingkan dengan Bandeng Presto. Alasan

sedikitnya produksi Bandeng Tanpa Duri ini yaitu proses produksi yang relatif sulit bagi

pemula (meskipun setelah mahir, proses ini menjadi sederhana) serta membutuhkan

ketekunan serta ketelitian tinggi, khususnya pada saat mencabut duri Bandeng

Page 14: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

4 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

tersebut. Seseorang yang telah mahir membutuhkan waktu 3-4 menit untuk

melakukan pencabutan tulang dan duri Bandeng. Tetapi bila belum mahir maka bisa

mengerjakannya dalam waktu 15-20 menit untuk setiap ekor Bandeng.

Menurut Dinas Perikanan & Kelautan Propinsi Jawa Tengah, di Semarang

tidak terdapat sentra industri Bandeng Tanpa Duri. Penghasil Bandeng Tanpa Duri ini

menyebar dan jumlahnya juga tidak lebih dari 20 pelaku usaha. Dari sekitar 20 pelaku

usaha ini hanya kurang dari 5 pelaku usaha dengan skala produksi kecil dengan

produksi 100-200 kg per hari, selebihnya pelaku usaha skala mikro dengan produksi

sekitar 10-15 kg per hari.

Pemasaran Bandeng Tanpa Duri di Semarang ini telah menjangkau kota-kota

besar seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Solo. Untuk saat ini belum ada

produk yang diekspor, meskipun ada salah seorang pelaku usaha yang termasuk skala

produksi kecil yang dulu pernah melakukan ekspor ke Amerika, namun ekspor ini

terhenti karena memiliki kendala dalam kontinuitas ketersediaan bahan bakunya yaitu

Bandeng Mentah. Omset Bandeng Tanpa Duri di Semarang belum dapat diperoleh

angka pastinya, tetapi dapat diperkirakan dengan pendekatan jumlah pelaku usaha

yang ada, maka total produksi minimal sekitar 650 kg per hari.

PENDAHULUAN

Page 15: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

5BANK INDONESIA

BAB IIPROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

2.1. Profil Usaha

Di wilayah Semarang yang menjadi lokasi penelitian, Pemilik dari usaha

Bandeng Tanpa Duri ini adalah sekaligus sebagai Pimpinan Usaha yang memang

menjalankan bisnis ini sebagai pekerjaan utama. Alasan mendirikan usaha produksi

Bandeng Tanpa Duri yaitu karena melihat prospek yang bagus dari usaha ini, dimana

minat masyarakat untuk mengkonsumsi Bandeng masih tinggi tetapi kendala

banyaknya duri pada Bandeng yang menyebabkan orang enggan mengkonsumsi

Bandeng. Alasan lainnya yaitu belum adanya atau masih sedikitnya pengusaha yang

bergerak di produksi Bandeng Tanpa Duri ini, sehingga persaingan nyaris tidak ada.

Pengusaha ini memperoleh keahlian produksi dengan mencoba-coba atau belajar

sendiri, karena memang saat mereka memulai usahanya (sekitar tahun 2001) belum

ada pelatihan proses cabut duri pada Bandeng.

Pengusaha yang bergerak di produksi Bandeng Tanpa Duri di Semarang Jawa

Tengah dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok bila dilihat dari hasil penjualannya.

Pengelompokan ini mengacu pada UU RI No.20/2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil &

Menengah, sehingga dibedakan menjadi:

Kelompok pengusaha kecil (hasil penjualan tahunan lebih besar dari Rp 300 juta 1.

hingga mencapai Rp 2,5 Milyar)

Kelompok pengusaha mikro (hasil penjualan tahunan maksimal sebesar Rp 300 2.

juta)

Penelitian ini mengambil sampel produsen Bandeng Tanpa Duri kecil. Jumlah

produksi untuk pengusaha kecil yaitu berkisar 100-200 kg per hari. Dari total produksi

ini, 70-80% atau berkisar 70-160 kg merupakan produk Bandeng Tanpa Duri segar

yang dibekukan (Fresh Frozen) dan sisanya merupakan produk Bandeng Tanpa Duri

Page 16: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

6 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Olahan seperti Bandeng Asap Tanpa Duri, Bandeng Goreng Tanpa Duri, Bandeng

Pepes Tanpa Duri. Untuk produk Bandeng Tanpa Duri segar, produksi dipicu untuk

pengadaan stok (make to stock), disamping adanya pesanan dari konsumen (make

to order). Sedangkan untuk produk olahan, hanya diproduksi pada saat ada pesanan.

Bentuk badan hukum yang dimiliki pengusaha kecil ini adalah CV. Jumlah pengusaha

kecil di Semarang kurang lebih adalah 5 orang.

Untuk kelompok pengusaha mikro, jumlah produksi Bandeng Tanpa Duri

segar dan olahannya hanya sekitar 10-15 kg per hari, dan seluruhnya diproduksi

berdasarkan pesanan yang ada. Usaha ini umumnya tidak menggunakan badan

hukum, karena memang hasil produksi hanya untuk memenuhi masyarakat sekitar

tempat dan jumlahnya masih terbatas. Jumlah pengusaha skala mikro ini di Semarang

sekitar 15 orang.

Kontinuitas produksi Bandeng Tanpa Duri ini sangat tergantung dari

ketersediaan bahan bakunya yaitu Bandeng Segar. Menurut informasi yang diperoleh

dari Pengusaha Bandeng Tanpa Duri, produksi Bandeng bersifat musiman dimana

pasokan akan lebih kecil saat musim kemarau. Bila pasokan Bandeng terbatas, maka

akan sulit memperoleh produk Bandeng dengan ukuran yang dipersyaratkan untuk

diolah menjadi Bandeng Tanpa Duri. Kalaupun ada, maka harga Bandeng ini menjadi

lebih mahal dan hal ini akan mengakibatkan keuntungan pengusaha Bandeng Tanpa

Duri menjadi berkurang atau bahkan dapat mengakibatkan kenaikan harga jual

Bandeng Tanpa Duri.

2.2. Pola pembiayaan

Dalam rangka memperoleh informasi mengenai pola pembiayaan Bank bagi

usaha Bandeng Tanpa Duri ini, maka dilakukan survey ke beberapa Bank di Semarang,

yaitu BRI Patimura serta BPD Jateng Kago. Berdasarkan diskusi dengan Bank,

disimpulkan bahwa tidak terdapat skema pinjaman yang ditujukan khusus untuk

pembiayaan usaha produksi Bandeng Tanpa Duri. Bila pengusaha Bandeng Tanpa

Duri ingin memperoleh kredit, maka harus mengajukan kredit untuk sektor retail.

PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

Page 17: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

7BANK INDONESIA

1. BRI

Selama ini BRI Patimura paling banyak menyalurkan kredit untuk usaha

perdagangan barang konsumsi dan jasa angkutan. Sementara untuk usaha pengolahan

ikan, belum pernah menyalurkan kredit karena usaha ini dianggap musiman dan

biasanya pengusaha mengajukan kredit pada koperasi yang khusus menangani kredit

di usaha pengolahan ikan.

Pengusaha yang ingin memperoleh kredit minimal 2 tahun telah menjalani

usaha ini dan usaha tersebut menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari laporan

keuangan yang nantinya akan diminta oleh pihak Bank untuk menentukan kelayakan

usaha. Laporan Keuangan ini berisi antara lain mengenai omset usaha, perhitungan

harga pokok penjualan, keuntungan operasi hingga keuntungan bersih yang

diperoleh dari usaha tersebut. Untuk mengantisipasi terjadinya permasalahan, maka

permohonan kredit harus dilengkapi juga dengan SIUP, TDP, NPWP (khusus untuk

kredit diatas Rp 100 juta).

Mengenai besarnya nilai kredit, bila pengajuannya dicabang BRI, maka

minimal Rp 100 juta. Tetapi bila di Kantor Cabang Pembantu (KCP) BRI, maka nilai

kredit sebesar kurang dari Rp 100 juta. Dan untuk pengajuan kredit di Unit BRI, nilai

kredit kurang dari Rp 50 juta. Plafon kredit ini merupakan kebijakan BRI untuk wilayah

Semarang dan mungkin saja berbeda di wilayah lain. BRI juga menyalurkan dana

Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk Usaha Mikro Kecil Menengah. Skema KUR ini yaitu

maksimum pinjaman Rp 500 juta, jangka waktu maksimal 3 tahun, dengan bunga

14% per tahun tanpa provisi. Persyaratannya hampir sama dengan persyaratan kredit

umum, tetapi telah menjalankan usaha minimal 6 bulan.

Bank meminta agunan berupa sertifikat tanah/ bangunan tempat usaha

atau kendaraan. Bila tempat usaha sewa, maka agunan bisa berupa sertifikat rumah

tinggal/ bangunan lainnya milik pengusaha yang mengajukan kredit.

Alur pengajuan kredit pada BRI dimulai dari pengajuan kredit oleh calon debitur

dengan mengisi formulir dan melengkapi dokumen-dokumen yang dipersyaratkan.

Page 18: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

8 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Setelah dilakukan seleksi administrasi kemudian dilanjutkan dengan analisis teknis

dan keuangan terhadap usaha tersebut. Apabila hasil analisis menunjukkan bahwa

usaha tersebut layak untuk dibiayai maka kredit akan disetujui. Adapun kriteria suatu

usaha layak untuk dibiayai adalah sebagai berikut :

1. Tidak pernah memiliki kredit macet

2. Menghasilkan laba, dengan parameter Nilai Omset, Beban Operasional serta Harga

Pokok Penjualan

Sampai saat ini BRI terus berusaha meningkatkan penyaluran kreditnya

terutama terhadap usaha mikro, kecil dan menengah, karena selama ini kredit macet

relatif sedikit dari usaha mikro, kecil dan menengah bila dibandingkan dengan usaha

besar. Apalagi dengan adanya program KUR, maka BRI semakin agresif dalam

menyalurkan kredit.

2. BPD Jateng

Berbeda dengan BRI, BPD Jateng sudah pernah menyalurkan kredit pada

usaha pengolahan ikan yaitu bandeng presto. BPD Jateng memliki persepsi bahwa

penyaluran kredit tidak terbatas pada jenis usaha tertentu saja. Selama usaha tersebut

memenuhi syarat yang ditetapkan BRI dan dianggap layak serta prospek di masa

depannya bagus maka kredit dapat disalurkan. Namun kredit yang disalurkan tidak

bisa langsung dalam nominal yang besar. Debitur pada saat awal bisa mengajukan

kredit mulai sekitar Rp 20 sampai 30 juta kemudian secara bertahap jumlahnya bisa

ditingkatkan hingga maksimal Rp 500 juta. Tingkat bunga yang dikenakan adalah

16% per tahun dan bersifat anuitas. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi

adalah :

1. Usaha sudah berjalan, tanpa ada batas minimal waktu berjalannya usaha.

2. Memiliki izin usaha

3. Memiliki agunan tetap ( tanah dan bangunan )

Untuk skema pemberian kredit sama dengan yang diterapkan BRI yaitu dimulai

dari pengajuan kredit oleh calon debitur dengan mengisi formulir dan melengkapi

PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

Page 19: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

9BANK INDONESIA

dokumen-dokumen yang dipersyaratkan. Selanjutnya Bank akan melakukan konfirmasi

data kepada calon debitur guna memastikan bahwa dokumen administrasi yang

diserahkan sesuai dengan keadaan sebenarnya. Setelah dilakukan seleksi administrasi

kemudian dilanjutkan dengan analisis kelayakan kredit dengan 5C (Character,

Condition, Collateral, Capacity, Capital). Apabila hasil analisis menunjukkan bahwa

usaha tersebut layak untuk dibiayai maka kredit akan disetujui.

Gambar 2.1 Prosedur Permohonan Kredit

Calon Debitur mengajukan

permohonan kredit

Seleksi Administrasi

Analisis Kelayakan Kredit

Mengisi formulir dan melengkapi

syarat administrasi Persetujuan

Kredit oleh Bank

Sumber: Wawancara BRI dan BPD Jateng, 2008

Page 20: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

10 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 21: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

11BANK INDONESIA

BAB IIIASPEK PASAR DAN PEMASARAN

3.1. Aspek Pasar

3.1.1. Permintaan

Menurut Direktorat Penjualan Dalam Negeri Departemen Kelautan dan

Perikanan (2008), permintaan pasar dalam negeri terhadap produk perikanan budidaya

(salah satunya Bandeng) mengalami peningkatan. Tren kenaikan tersebut diduga

dipengaruhi turunnya produksi ikan hasil tangkapan nelayan akibat cuaca buruk serta

mahalnya harga bahan bakar minyak. Peningkatan konsumsi ikan hasil budidaya ini

juga akibat bergesernya pola konsumsi masyarakat, yaitu mencari alternatif pangan

pengganti daging. Permintaan produk perikanan budidaya di sejumlah daerah saat ini

rata-rata naik 10 persen. Dengan demikian, maka permintaaan Bandeng Tanpa Duri

akan berbanding lurus dengan peningkatan permintaan Bandeng itu sendiri dengan

alasan banyaknya duri pada Bandeng penyebab utama orang enggan mengkonsumsi

Bandeng dan ini bisa diatasi dengan mengkonsumsi Bandeng Tanpa Duri.

Khususnya di Jawa Tengah, tingkat konsumsi ikan masyarakat belum dapat

dikatakan menggembirakan karena baru mencapai 13,76 kg/kapita/tahun atau baru

mencapai 76,4% dari sasaran tingkat konsumsi ikan Jawa Tengah 18 kg/kapita/

tahun.

Tabel 3.1

Perkembangan Tingkat Konsumsi Ikan Jawa Tengah 2002-2006

TahunTingkat Konsumsi Ikan

(kg/kapita/tahun)

Kenaikan/

Penurunan

(%)2002 12,092003 10,18 -15,82004 9,88 -2,92005 9,47 -4,12006 13,76 45.3

Sumber: Neraca Bahan Makanan Perikanan Jateng Tahun 2006

Page 22: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

12 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Dalam periode 2002-2006, tingkat konsumsi ikan bagi rata-rata penduduk

Jawa Tengah mengalami peningkatan rata-rata sebesar 5,6% per tahun, khusus

tahun 2005 ke tahun 2006 sebesar 45,3%. Menurut Dinas Perikanan & Kelautan

Propinsi Jawa Tengah, hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah ikan yang masuk

dari daerah di luar Jawa Tengah serta adanya upaya dari Dinas Perikanan & Kelautan

Propinsi untuk meningkatkan kesadaran makan ikan bagi penduduk Jawa Tengah

yaitu melalui bantuan paket budidaya ikan, promosi makan ikan dan pemasyarakatan

makan ikan baik melalui media cetak maupun elektronik. Jumlah penduduk Jawa

Tengah yang meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 1,1% juga mempengaruhi

kebutuhan pangan asal ikan yang dikonsumsi.

Tabel 3.2

Perkembangan Jumlah Penduduk Jawa Tengah 2002-2006

TahunJumlah Penduduk

(Jiwa)

Kenaikan

(%)2002 31.691.8662003 32.052.866 1,12004 32.397.431 1,12005 32.908.850 1,62006 33.118.692 0,6

Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, 2007

3.1.2. Penawaran

Khususnya untuk produksi Bandeng Tanpa Duri, tidak diperoleh angka pasti

mengenai jumlah produksinya. Tetapi dengan menggunakan asumsi bahwa Bandeng

Tanpa Duri sangat bergantung pada bahan baku Bandeng, dengan adanya kenaikan

produksi Bandeng maka akan berdampak pada peningkatan produksi Bandeng Tanpa

Duri. Perkiraan mengenai produksi Bandeng Tanpa Duri untuk wilayah Semarang

dapat digunakan perkiraan kasar dari wawancara dengan Dinas Perikanan & Kelautan

Propinsi Jawa Tengah yaitu sekitar 300.000 kg per tahun.

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Page 23: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

13BANK INDONESIA

Untuk Produksi Bandeng Tanpa Duri diperkirakan memiliki prospek yang

cukup baik dan dapat terus berkembang, hal ini sangat didukung dengan beberapa

aspek seperti berikut:

Potensi bahan baku Bandeng segar cukup besar dan tersedia hampir di seluruh 1.

wilayah Indonesia

Bandeng umumnya sudah dikenal dan disukai oleh masyarakat baik di 2.

perkotaan maupun di pedesaan

Teknologi dan peralatan pengolahan Bandeng Tanpa Duri relatif sederhana 3.

sehingga tidak membutuhkan investasi yang besar

Memiliki nilai tambah yang cukup besar jika dibandingkan dengan nilai jual 4.

hanya dalam bentuk Bandeng segar dengan duri

Gambar 3.1 Produk Bandeng Tanpa Duri

Sumber: Data Primer, 2008

Menurut Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP)

Departemen Kelautan dan Perikanan bandeng olahan yang dipasarkan di 6 kota besar

seperti Bandung, Yogjakarta, Surabaya, Semarang, Karawang dan Bekasi, jumlahnya

mencapai 30.809 ton/tahun (Trobos, Juli 2007).

Page 24: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

14 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Budidaya Bandeng sendiri diperkirakan mengalami peningkatan, hal ini

disebabkan budidaya Bandeng memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan

dengan komoditas budidaya lainnya dalam hal:

Teknologi perbenihannya telah dikuasai dengan baik sehingga pasokan benih 1.

tidak lagi tergantung pada musim dan benih dari alam

Teknologi budidayanya baik di tambak maupun dalam Keramba Jaring Apung 2.

telah dikuasai dengan baik, secara teknis mudah diaplikasikan dan secara

ekonomis menguntungkan

Mampu mentolerir perubahan salinitas mulai 0-33 ppt sehingga areal 3.

budidayanya cukup luas mulai dari perairan tawar hingga ke perairan laut

Mampu hidup dalam kondisi yang padat di Keramba Jaring Apung (100-300 4.

ekor/m3)

Pertumbuhannya cepat (1,6%/hari)5.

Pakan komersial untuk ikan ini sudah tersedia dalam jumlah cukup hingga ke 6.

pelosok desa

Produksi Bandeng di Jawa Tengah mengalami peningkatan dalam 5 tahun

terakhir. Hal ini dapat dilihat dari data Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya

Tambak tahun 2002-2006 baik dalam kuantitas produksi maupun dalam nilai produksi.

Rata-rata kenaikan per tahun jumlah produksi Bandeng sebesar 4,27% dan untuk

nilai produksi sebesar 4,24%. Produksi tahun 2006 bila dibandingkan dengan tahun

2005 mengalami peningkatan signifikan setelah di tahun sebelumnya mengalami

penurunan.

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Page 25: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

15BANK INDONESIA

Tabel 3.3

Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Bandeng Hasil Budidaya Tambak

Jawa Tengah Tahun 2002-2006

Tahun P roduks i (ton)P ertumbuhan P roduks i (% )

Nilai (R p)P ertumbuhan

Nilai (% )

2002 29,952.60 - 259,753,829.00 -

2003 36,569.80 18.09 261,789,472.00 0.78

2004 35,777.80 -2.21 277,151,136.00 5.54

2005 33,649.00 -6.33 233,872,681.00 -18.51

2006 36,385.50 7.52 330,008,379.00 29.13

R ata-rata 34,466.94 4.27 272,515,099.40 4.24

Sumber: Statistik Perikanan Budidaya Jawa Tengah 2007

3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar

Khususnya di wilayah Semarang, jumlah pelaku usaha yang masih terbatas

menyebabkan persaingan belum tampak pada usaha produksi Bandeng Tanpa Duri

ini. Setiap pelaku usaha memiliki pasar masing-masing, yaitu konsumen di sekitar

wilayah produsen tersebut serta agen/ distributor masing-masing yang berbeda antar

produsen dengan skala yang relatif besar.

Kunci keberhasilan usaha produksi Bandeng Tanpa Duri ini adalah bagaimana

pengusaha menjaga kontinuitas produksinya. Karena kendala utama pengusaha

yaitu ketersediaan bahan baku Bandeng segar yang sifatnya musiman tergantung

dari perkembangan cuaca dan musim pemanenan, pengusaha sebaiknya memiliki

pengetahuan mengenai musim panen Bandeng dalam menentukan kapasitas

produksi sehingga mampu mengantisipasi kekurangan pasokan bahan baku dengan

pengadaan stok Bandeng Tanpa Duri.

Page 26: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

16 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Peluang pasar untuk produk Bandeng Tanpa Duri ini sangat besar, karena

didukung adanya peningkatan permintaan yang cukup besar untuk produk Bandeng

sendiri untuk memenuhi kebutuhan dalam kota Semarang dan juga luar kota

Semarang bahkan di luar Jawa Tengah. Kesadaran masyarakat akan pentingnya

mengkonsumsi ikan juga menjadi mendorong peningkatan permintaan ikan. Potensi

pasar yang relatif besar menjadi daya tarik masuknya produsen baru dalam industri

produksi Bandeng Tanpa Duri ini. Dinas Perikanan & Kelautan Kota Semarang juga

memberikan dukungan dalam program pelatihan produksi dan kelayakan usaha serta

sosialisasi keunggulan produk Bandeng Tanpa Duri dibandingkan dengan Bandeng

Presto. Dikatakan Bandeng Tanpa Duri tidak memiliki risiko hilangnya kandungan gizi

yang terdapat pada Bandeng tersebut dan lebih bervariasi dalam penyajiannya karena

dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan.

Jumlah pelaku usaha yang relatif terbatas, sedangkan jumlah permintaan

cukup besar memberikan tanda bahwa terdapat hambatan untuk masuk ke

industri ini. Hambatan awal yaitu penguasaan teknik mencabut duri, yang memang

membutuhkan teknik khusus. Tetapi hambatan ini lama kelamaan bukan menjadi

masalah lagi, sebab saat ini Dinas Perikanan & Kelautan Kota Semarang bekerjasama

dengan salah seorang produsen mengadakan pelatihan mengenai proses produksi

Bandeng Tanpa Duri. Tujuannya tentu saja memperbanyak jumlah produsen yang

diharapkan dapat meningkatkan produksi Bandeng Tanpa Duri.

Kemampuan memperoleh bahan baku yang sesuai secara kontinu juga menjadi

kunci keberhasilan pada industri ini. Seringkali produksi bisa berkurang bahkan terhenti

karena memang tidak adanya bahan baku ikan Bandeng yang memenuhi persyaratan

produksi, khususnya mengenai ukuran ikan, karena ikan yang dipersyaratkan untuk

bisa diolah yaitu ikan Bandeng segar dengan ukuran minimal 330 gram, bila ikan

Bandeng terlalu kecil, maka akan menyulitkan dalam pencabutan durinya.

Produk substitusi dari Bandeng Tanpa Duri ini yaitu dari produk olahan

Bandeng atau dari jenis ikan selain Bandeng. Bahkan untuk jenis ikan selain Bandeng,

menjadi pesaing yang cukup signifikan bagi konsumsi Bandeng Tanpa Duri, karena

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Page 27: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

17BANK INDONESIA

harga yang jauh lebih murah. Substitusi utama Bandeng Tanpa Duri yaitu Bandeng

Duri Lunak atau dikenal dengan Bandeng Presto, yang memang telah dikenal lebih

dahulu dan menjadi makanan khas Semarang saat ini menguasai produk olahan

Bandeng di Semarang.

3.2. Aspek Pemasaran

3.2.1. Harga

Harga Bandeng Tanpa Duri berkisar antara Rp 33.000-Rp 36.000 per kg.

Harga ini berfluktuasi, tergantung dari harga Bandeng sebagai bahan bakunya. Bila

pasokan Bandeng terbatas, maka harga menjadi tinggi, kenaikan Bandeng Tanpa Duri

juga akan mengalami kenaikan. Sebaliknya, bila pasokan Bandeng berlimpah, maka

harga Bandeng pun akan turun, sehingga produsen Bandeng Tanpa Duri juga akan

menurunkan harganya. Untuk agen/ distributor, memperoleh potongan harga Rp

1.000 - Rp 2.500 per kg, karena volume pembelian yang banyak dan kontinu.

Cara penetapan harga yang dilakukan oleh produsen yaitu dengan

mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:

Harga Bandeng segar•Penyusutan produk (pengurangan berat produk akhir sekitar 25%)•Biaya produksi, seperti upah, listrik, air.•Biaya pengemasan (• packaging)

Biaya transportasi (transportasi bahan baku dan pengiriman produk jadi)•Biaya promosi •

3.2.2. Jalur Pemasaran

Jalur pemasaran produk Bandeng Tanpa Duri melalui dua cara, yaitu penjualan

langsung kepada pemakai langsung/ end user (30-50%) dan penjualan kepada agen/

distributor (50% - 70%). Kategori agen ini adalah pihak yang membeli Bandeng

Tanpa Duri untuk dijual kembali dalam bentuk Bandeng mentah (fresh frozen) atau

yang telah diolah. Rumah makan termasuk dalam kategori agen ini.

Page 28: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

18 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Agen tersebar di berbagai kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung,

Surabaya, Malang, Bogor, Yogyakarta, Solo. Tidak ada kontrak antara produsen

dengan agen untuk melakukan pengiriman dalam jumlah dan periode tertentu.

Untuk agen baru, dilakukan kebijakan pembayaran di awal saat mereka melakukan

pemesanan. Sedangkan agen lama (telah melakukan pembelian selama periode 6

bulan) membayar setelah pesanan mereka terima.

Gambar 3.2

Jalur Pemasaran Bandeng Tanpa Duri

Petani Tambak

Pasar Ikan Higienis/ nelayan/ Pedagang Kecil

Pedagang Bandeng Partai Besar

Produsen Bandeng Tanpa Duri

Konsumen Akhir (end user)

Agen/ Distributor

Konsumen Akhir (end user)

Sumber: Data Primer, 2008

Bila konsumen masih berada di kota Semarang, maka biaya pengiriman

gratis, dengan kata lain harga produk sudah termasuk pengiriman. Tetapi untuk luar

kota, biaya pengiriman ditanggung oleh konsumen/ agen. Pengiriman dalam kota

menggunakan sepeda motor, sedangkan pengiriman luar kota menggunakan travel.

3.2.3 Kendala Pemasaran

Kendala dalam pemasaran yang dirasakan yaitu pasokan Bandeng segar

yang bersifat musiman, sehingga mengakibatkan adanya kemungkinan tidak dapat

memenuhi permintaan yang ada (stock out). Untuk mengantisipasi hal ini maka

pengusaha memiliki sejumlah persediaan Bandeng Tanpa Duri berupa fresh frozen.

Tetapi tentu saja persediaan ini terbatas jumlahnya, karena keterbatasan kapasitas

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Page 29: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

19BANK INDONESIA

penyimpanan yaitu kapasitas freezer. Ketidakpastian pasokan bahan baku ini juga

menyebabkan pengusaha tidak membuat kontrak penjualan dengan pembelinya.

Padahal bila menggunakan kontrak penjualan akan menguntungkan bagi pengusaha

dari sisi kemudahan perencanaan produksi serta penentuan kapasitas produksi.

Pasokan Bandeng yang musiman mengakibatkan harga Bandeng segar yang

bervariasi. Variasi harga Bandeng segar ini menyulitkan pengusaha Bandeng Tanpa Duri

dalam menetapkan harga jualnya, karena kenaikan harga Bandeng segar berdampak

pada kenaikan biaya produksi secara signifikan. Meskipun demikian, pengusaha tidak

mengubah harga jual Bandeng Tanpa Duri secara langsung, tetapi melihat trend

kenaikan ini. Untuk mengantisipasi kenaikan bahan baku maka umumnya pengusaha

menetapkan harga jual dengan jangka waktu berlakunya harga minimal untuk 3

bulan ke depan.

Kendala lainnya adalah daya tahan Bandeng Tanpa Duri yang terbatas akibat

penggunaan teknologi pengemasan yang masih manual, yaitu tanpa menggunakan

mesin vakum. Karena Bandeng Tanpa Duri ini 100% tanpa bahan pengawet, maka

hanya bertahan 2 hari dalam kondisi dingin (bukan beku), dan 6 bulan dalam kondisi

beku. Dengan teknik pengemasan menggunakan mesin vakum dapat memperpanjang

ketahanan produk menjadi 1 bulan pada kondisi dingin.

Page 30: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

20 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 31: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

21BANK INDONESIA

BAB IVASPEK TEKNIK PRODUKSI

4.1. Lokasi usaha

Dalam menjalankan usaha Bandeng Tanpa Duri ini, sebaiknya memang pada

wilayah penghasil Bandeng, karena bahan baku dari usaha ini haruslah Bandeng yang

masih segar, dengan persyaratan Bandeng tersebut sudah mati maksimal dalam waktu

8 jam. Jika lokasi produksi berada jauh dari lokasi penangkapan Bandeng (tambak/

pantai), maka konsekuensinya harus melakukan penanganan ikan dengan baik.

Misalnya dengan cara memasukkan es dalam kemasan untuk menjaga kesegaran

Bandeng. Bila Bandeng yang diolah tidak segar, maka akan sulit memisahkan duri

dari daging Bandeng, karena duri akan lengket yang menyebabkan bila duri diangkat

akan merusak daging Bandeng dan merusak fisik Bandeng tersebut.

Selain kedekatan dengan bahan baku, syarat lainnya yaitu memiliki kecukupan

air bersih yang digunakan untuk mencuci Bandeng sebelum dimasukkan dalam

kemasan. Pada umumnya di Semarang, usaha Bandeng Tanpa Duri ini berada pada

satu area dengan rumah Pemilik, meskipun dengan bangunan yang berbeda (berada

di belakang atau di samping rumah utama).

4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam produksi Bandeng Tanpa Duri masih tergolong

tradisional, karena menggunakan peralatan yang sederhana. Selain peralatan produksi,

juga dibutuhkan fasilitas, sarana dan prasarana yang memperlancar proses produksi.

Jumlah peralatan yang dibutuhkan tergantung pada kapasitas produksi atau dalam

hal ini jumlah tenaga kerja produksi. Dengan asumsi jumlah tenaga kerja produksi

sebanyak 8 orang atau kapasitas produksi 144 kg per hari, maka kebutuhan peralatan

produksi dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.

Page 32: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

22 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Tabel 4.1

Peralatan Produksi Bandeng Tanpa Duri

No. JenisJumlah(Unit)

1 Freezer 2

2 Pinset 16

3 Pisau 16

4 Talenan 16

5 Pembuang sisik 8

6 Nampan Plastik 16

7 Gunting 8

8 Timbangan Digital 1

9 Ember Plastik 6

10 Wadah Plastik Kecil 16

11 Sealer 2

Sumber: Data Primer, 2008

Peralatan produksi ini digunakan untuk proses produksi Bandeng Tanpa Duri,

melalui beberapa tahap produksi. Tahap produksi ini dapat dibagi menjadi beberapa

tahap pekerjaa yaitu:

Pembuangan sisik

Pembelahan ikan

Pembuangan duri utama dan isi perut

Pencucian

Pembuangan duri halus

Pengemasan

Penyimpanan

ASPEK TEKNIK PRODUKSI

Page 33: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

23BANK INDONESIA

Tabel 4.2

Peralatan Produksi Berdasarkan Tahapan Produksi Bandeng Tanpa Duri

Tahap Alat/ Bahan Fungsi

Pembuangan Sisik

Talenan Alas ikan yang akan dibuang sisiknyaAlat Pembuang Sisik Membuang sisik ikan

Ember PlastikWadah pengumpulan ikan yang belum

dibuang sisiknya

Wadah persegi plastikWadah pengumpulan ikan yang telah dibuang

sisiknya

Pembelahan

Talenan Alas ikan yang akan dibelah

Pisau Membelah ikanWadah persegi plastik Wadah pengumpulan ikan yang telah dibelah

Pembuangan Duri

Utama & Isi Perut

TalenanAlas ikan yang akan dibuang duri utamanya

serta dibuang isi perutnya

Pisau Menyayat ikan untuk melepaskan duri utama

Wadah persegi plastik Untuk menampung isi perut ikan

PencucianAir bersih (yang

mengalir)Mencuci ikan

Pembuangan Duri

Wadah persegi plastik Alas ikan yang akan dibuang durinyaPinset Mencabut duri

PisauMembantu mencari duri dengan cara menekan

daging ikan

GuntingMenghilangkan bagian ikan yang harus

dibuang (sisa duri, kotoran dsb)

Wadah plastik kecil isi airUntuk membersihkan pinset setelah mencabut

duri, untuk digunakan mencabut duri lainnya

Wadah persegi plastikWadah pengumpulan ikan yang telah dibuang

durinya

PengemasanPlastik kemasan Untuk mengemas ikan satu persatuSealer Menutup kemasan

Penyimpanan Freezer Penyimpanan Bandeng Tanpa Duri

Sumber: Data Primer, 2008

Page 34: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

24 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

4.3. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam produksi Bandeng Tanpa Duri ini yaitu

Bandeng segar dengan ukuran minimal 330 gram atau 1 kg terdiri dari 3 ekor.

Semakin besar ukuran Bandeng, maka akan mempermudah serta mempercepat proses

pencabutan duri. Suplier Bandeng segar ini yaitu nelayan/ petani ikan yang menjual

ikannya di beberapa Pasar Ikan Higienis atau di lokasi tambak/ penangkapan ikan.

Untuk pengusaha Bandeng Tanpa Duri skala kecil, suplier utamanya yaitu pedagang

Bandeng partai besar (yang membeli dan mengumpulkan ikan dari nelayan/ petani

ikan). Sistem pembelian pengusaha Bandeng Tanpa Duri dengan supliernya adalah

beli putus, tidak menggunakan kontrak/ kerjasama tertentu.

Volume pembelian sangat tergantung pada kapasitas produksi produsen

Bandeng Tanpa Duri. Pengusaha besar dapat mengatur volume pembelian ini,

dimana pada musim panen membeli dalam jumlah lebih banyak untuk dijadikan stok

sehingga akan mengurangi risiko stock out pada saat kesulitan memperoleh bahan

baku Bandeng segar. Harga akan mengikuti jumlah produksi Bandeng segar, dimana

bila produksi sedikit, maka harga akan mahal dan sebaliknya. Kisaran harga Bandeng

segar saat ini yaitu Rp 20.000 – Rp 22.000 per kg. Pengusaha membawa sendiri

bahan baku ini dari lokasi pembelian dengan menempatkannya dalam box yang berisi

es untuk menjaga kesegaran Bandeng.

Cara pembayaran bahan baku yaitu dengan cara cash and carry, dimana

pengusaha membayar secara tunai bahan baku yang dibelinya.

ASPEK TEKNIK PRODUKSI

Page 35: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

25BANK INDONESIA

Gambar 4.1 Bahan Baku Bandeng Segar

Sumber: Data Primer, 2008

4.4. Tenaga Kerja

Persyaratan tenaga kerja dalam industri Bandeng Tanpa Duri ini adalah orang

yang memiliki ketekunan dan ketelitian, khususnya untuk proses pencabutan duri.

Tenaga kerja ini kemudian harus mengikuti pelatihan mengenai teknik pencabutan

duri sehingga mampu melakukannya dengan tepat. Pengusaha mengklaim produk

Bandeng Tanpa Duri hasil produksinya mampu mengangkat duri yang ada pada

Bandeng hingga 99%, dan ini bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah, sehingga

tenaga kerja perlu dibekali dengan teknik yang tepat. Tenaga kerja relatif mudah

diperoleh, umumnya adalah masyarakat di sekitar lokasi usaha. Pemilik berusaha

untuk belajar terlebih dahulu sehingga mampu menguasai teknik pencabutan duri

dengan benar, kemudian pemilik melatih tenaga kerjanya agar menguasai hal yang

serupa. Lama pelatihan sekitar 1-2 minggu, setelah mengikuti pelatihan umumnya

mereka mampu melakukan pekerjaan ini dengan baik.

Secara umum, terdapat dua tipe tenaga kerja, yaitu tenaga kerja tetap dan

tenaga kerja tidak tetap. Tenaga kerja tetap dibayar dalam Rupiah yang tetap per

bulan, dan tenaga kerja tidak tetap dibayar secara variabel berrdasarkan jumlah

Bandeng Tanpa Duri yang mereka hasilkan. pelaku usaha dapat memilih kebijakan

tenaga kerja ini sesuai dengan karakteristik usahanya dan juga kemampuannya

memperoleh bahan baku. Dari pengamatan di lapangan terdapat pelaku usaha kecil

Page 36: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

26 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

dimana seluruh tenaga kerjanya tidak tetap. Alasan menggunakan tenaga kerja

yang tidak tetap ini adalah untuk mengantisipasi kelangkaan bahan baku Bandeng,

sehingga jika bahan baku ini tidak tersedia, maka pengusaha tidak berproduksi dan

tidak harus membayar gaji pegawai. Tetapi dalam model penelitian ini mengambil

sampel salah satu pelaku usaha kecil yang menggunakan tenaga kerja tetap.

Gaji tenaga tetap sekitar Rp 600.000 – Rp 850.000 per bulan (memperoleh

makan siang), dengan lama kerja 6 hari dalam seminggu dengan waktu kerja per hari

sekitar 8 jam. Bila lembur, maka upah lembur dihitung sebesar 2 kali upah normal.

Untuk tenaga kerja tidak tetap, dibayar Rp 3.000 per kg Bandeng Tanpa Duri. Dimana

pada umumnya, 1 orang tenaga kerja mampu menghasilkan 15-20 kg per hari. Seluruh

tenaga kerja ini mampu melakukan proses produksi dari awal hingga akhir. Tunjangan

yang diterima tenaga kerja tetap yaitu tunjangan Hari Raya dan Tunjangan Kesehatan.

Disamping tenaga produksi, terdapat 1 orang tenaga penunjang, yaitu yang bertugas

mengantar pesanan atau membeli bahan baku. Tenaga penunjang ini dibayar Rp

500.000 per bulan. Sedangkan untuk administrasi seperti pencatatan keuangan,

penerimaan pesanan, ditangani oleh pemilik yang berlaku sebagai Manager, dengan

upah Rp 2.500.000 per bulan.

Tenaga kerja yang terlibat dalam produksi Bandeng Tanpa Duri ini bervariasi,

terdiri dari tenaga tetap sebanyak 8 orang dan tenaga tidak tetap sebanyak 8-10

orang. Seluruh tenaga kerja merupakan masyarakat di sekitar tempat usaha. Tingkat

pendidikan juga bervariasi, mulai dari SD hingga D3. Usia berkisar 15-45 tahun,

umumnya perempuan karena perempuan lebih sabar dan teliti saat melakukan proses

pencabutan duri Bandeng.

4.5. Teknologi

Dalam proses produksi Bandeng Tanpa Duri ini tidak membutuhkan teknologi

yang canggih, karena peralatan dan fasilitas yang digunakan relatif sederhana. Tidak

ada mesin yang digunakan dalam proses produksi (pencabutan duri), semuanya

mengandalkan tenaga manusia, karena memang proses pencabutan duri Bandeng

ini tidak memungkinkan dengan menggunakan bantuan mesin.

ASPEK TEKNIK PRODUKSI

Page 37: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

27BANK INDONESIA

Meskipun dalam proses pencabutan duri tidak membutuhkan bantuan

teknologi, tetapi teknologi dibutuhkan dalam proses penunjang produksi khususnya

proses pengemasan. Pengemasan yang selama ini dilakukan pengusaha Bandeng

Tanpa Duri yaitu pengemasan manual dimana setiap ekor Bandeng Tanpa Duri

dimasukkan dalam kantong kemasan yang terbuat dari plastik polyethylene (PE)

kemudian diseal. Idealnya dalam pengemasan ini dibutuhkan teknologi vakum dengan

menggunakan mesin vakum (hampa udara) yang bertujuan membuat produk dalam

kemasan menjadi lebih awet.

4.6. Proses Produksi

Proses produksi Bandeng Tanpa Duri adalah sebagai berikut:

Tahap1.

Pembuangan Sisik

Apabila pengolahan Bandeng Tanpa Duri ini digunakan untuk keperluan •pengolahan lebih lanjut yang masih memerlukan adanya sisik, maka

pembuangan sisik tidak dilakukan, misalnya saja untuk diolah menjadi

Bandeng Asap. Sebab sisik diperlukan untuk memberikan kilau pada produk

akhir Bandeng Asap tersebut.

Apabila dalam pengolahan lebih lanjut tidak memerlukan adanya sisik, maka •sisik dibuang dengan cara dikerok mulai dari pangkal ekor menuju ke bagian

kepala menggunakan alat pembuang sisik sampai bersih.

Tahap 2

Pembelahan (filleting)

Pembelahan sebaiknya dilakukan dengan ekstra hati-hati karena hal ini akan •sangat berpengaruh dalam proses selanjutnya.

Jangan sampai terlalu banyak membuang daging dengan melakukan •pembelahan yang ceroboh.

Page 38: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

28 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Ikan dibelah dengan menyayat bagian punggungnya dengan pisau. Penyayatan •dimulai dari bagian ekor menyusur tepat pada tengah bagian punggung ikan

sampai membelah bagian kepala.

Tahap 3

Pembuangan Duri Punggung/ Duri Utama

Pembuangan duri punggung atau duri utama ini dimulai dari pangkal ekor •maju lebih kurang 2 cm dengan memotong secara hati-hati, terlebih saat

memotong pangkal duri utama sehingga ekor tidak sampai terputus.

Duri utama disayat secara perlahan dengan sedikit mengangkat pisau agak •ke atas agar daging tidak terlalu banyak yang terangkat.

Demi kesempurnaan sirip atas yang menjadi pangkal duri bagian atas •dibuang.

Tahap 4

Pembuangan Isi Perut

Setelah duri utama kita angkat, semua isi perut sampai dengan insang •dikeluarkan hingga selaput yang menempel pada dinding perut terkelupas

secara bersih.

Tahap 5

Pencucian

Ikan yang telah dibelah dan diambil tulang utama kemudian dicuci dengan air •bersih untuk menghilangkan sisa darah, lemak maupun kotoran yang masih

menempel pada dinding perut ikan.

Tahap 6

Pembuangan Duri

Duri dicabut dengan cara memasukkan ujung pinset pada bagian irisan daging,

selanjutnya duri dicabut satu persatu.

ASPEK TEKNIK PRODUKSI

Page 39: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

29BANK INDONESIA

Pada bagian perut terdapat 16 pasang duri, bentuknya agak melengkung, •kasar dan eras. Pencabutan dilakukan hati-hati agar tidak merusak daging.

Pada bagian punggung terdapat 42 pasang duri bercabang dan halus yang •berada di dalam daging dekat kulit luar. Pada guratan daging punggung bagian

tengah dan bagian perut dibuat irisan memanjang dengan menggunakan

ujung pisau, kemudian duri dicabut satu persatu.

Sepanjang • lateral line (antara punggung dan perut) terdapat 12 pasang duri

bercabang dan halus. Duri dicabut mulai dari arah kepala menuju ekor dengan

cara ditarik ke belakang sampai pertengahan daging ikan.

Di bagian sirip belakang (anal) terdapat 12 pasang duri berbentuk lurus dan •agak keras, sedangkan bagian agak ke tengah bercabang dan halus. Pada

bagian tersebut dibuat irisan dan dilakukan pencabutan dimulai dari arah ekor

menuju kepala dengan cara ditarik ke belakang sampai pertengahan daging

ikan. Pencabutan duri dilakukan pada kedua belahan daging.

Tahap 7

Pengemasan

Produk dapat langsung diolah sesuai selera dan jika tidak langsung diolah •maka dimasukkan ke dalam kantong plastik polyethylene (PE) dengan divakum

atau tanpa vakum (hampa udara). Ikan dalam plastik dibentuk dengan rapi

menggunakan tangan, kemudian ditutup dengan sealer.

Bandeng Tanpa Duri dalam kemasan ini selanjutnya dimasukkan ke dalam •freezer untuk dibekukan sambil menunggu proses selanjutnya.

Untuk memperjelas penjelasan proses produksi Bandeng Tanpa Duri, dapat dilihat

pada gambar setiap proses produksi berikut ini:

Page 40: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

30 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Gambar 4.2 Tahapan Proses Produksi Bandeng Tanpa Duri

Sumber: Data Primer, 2008

ASPEK TEKNIK PRODUKSI

Pembuangan Sisik

Pembelahan

Pembuangan DuriUtama/ Isi Perut

Persiapan ProsesPengangkatan Duri

Pembuangan Duri

Pengemasan

Page 41: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

31BANK INDONESIA

4.7. Jumlah, Jenis, Mutu Produksi

Jumlah produksi Bandeng Tanpa Duri sangat ditentukan oleh jumlah

permintaan atau pesanan, disamping itu juga untuk memenuhi stok, dimana stok ini

hanya dilakukan oleh pelaku usaha skala kecil dengan jumlah stok sekitar 150 – 250

kg. Tidak ada perbedaan jenis produk Bandeng Tanpa Duri, yang membedakannya

hanyalah ukuran Bandeng per ekor. Ukuran Bandeng ini bervariasi antara 330 gram

hingga 2.5 kg per ekornya. Tetapi ukuran yang besar ini sulit diperoleh jika bukan

pada musim panen Bandeng.

Produk Bandeng Tanpa Duri yang dihasilkan harus memenuhi berbagai kriteria

atau standar kualitas produk. Di wilayah Semarang hanya ada satu pengusaha yang

telah memperoleh pengakuan mutu produknya dari Departemen Kesehatan, dimana

sertifikat mutu ini menjamin bahwa produk Bandeng Tanpa Duri produksinya telah

memenuhi standar & pengawasan produk dari Departemen Kesehatan.

Menurut pelaku usaha, standar kualitas Bandeng Tanpa Duri secara umum

ditentukan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:

Jumlah duri pada Bandeng•Produk Bandeng Tanpa Duri yang dihasilkan dapat memenuhi kriteria

jumlah duri yang dibuang mencapai standar yang sudah ditetapkan.

Standar yang ditetapkan dari Dinas Perikanan & Kelautan Jawa Tengah

yaitu mampu menghilangkan duri sebanyak 70-80%. Meskipun pelaku

usaha kecil mengklaim produknya memiliki sisa duri hanya 1%.

Bentuk fisik Bandeng•Setelah Bandeng dibelah dan dilakukan proses pencabutan duri, maka

Bandeng ini memiliki kemungkinan rusak secara fisik, karena dagingnya

ikut tercabut atau bentuk Bandeng yang mengalami perubahan karena

proses pembelahan dan pencabutan yang kurang tepat. Maka bentuk

secara fisik juga menjadi kriteria dalam mutu produk.

Page 42: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

32 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Rasa Bandeng•Orang sering mengeluhkan rasa lumpur yang ada pada Bandeng. Rasa

lumpur ini juga menjadi salah satu faktor kualitas Bandeng Tanpa Duri.

Produsen harus memastikan bahwa bahan baku yang digunakan adalan

Bandeng tanpa rasa lumpur. Menurut berbagai literatur, bau lumpur

pada Bandeng banyak dialami pada Bandeng yang diambil dari tambak.

Bandeng yang dipelihara di Karamba hampir tidak berbau.

4.8. Produksi Optimum

Penentuan produksi optimum sangat dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja

yang digunakan. Dengan asumsi lama proses cabut duri per ekor (330 gram) Bandeng

membutuhkan waktu 5 menit, ditambah dengan proses lainnya dibutuhkan total

waktu 8-10 menit, dengan asumsi 1 kg terdiri dari 3 ekor, maka dibutuhkan waktu

24-30 menit per kg Bandeng. Sehingga dengan waktu kerja 8 jam, maka 1 orang

tenaga kerja dapat mengerjakan sekitar 16-20 kg per hari. Jika terdiri dari 8 orang

tenaga kerja tetap, maka produksi optimal sebesar 128-160 kg per hari.

4.9. Kendala Produksi

Kendala yang mungkin terjadi pada proses produksi yaitu kontinuitas mutu

hasil produksi, terutama saat proses pencabutan duri. Karena pencabutan duri

ini dilakukan manual, maka hasilnya sangat bergantung pada tenaga kerja yang

melakukan proses pencabutan duri tersebut. Perlu adanya pemeriksaan produk jadi

yang intensif untuk memastikan kontinuitas produksi ini.

Kendala lainnya adalah ketiadaan mesin vakum yang akan digunakan untuk

proses pengemasan, karena harga mesin vakum ini yang relatif mahal. Pengusaha

berharap ada bantuan dari Dinas Perikanan & Kelautan untuk pengadaan mesin

vakum ini.

ASPEK TEKNIK PRODUKSI

Page 43: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

33BANK INDONESIA

BAB VASPEK KEUANGAN

5.1. Pemilihan pola usaha

Dalam analisis keuangan dipilih usaha pengolahan Bandeng Tanpa Duri dengan

kategori pelaku usaha kecil di Semarang. Kapasitas produksi yang dipilih merupakan

kapasitas produksi rata-rata yang disesuaikan dengan jumlah pekerja tetap yang

dimiliki usaha ini. Asumsi tenaga kerja tetap yang digunakan sebanyak 8 orang,

dimana 1 orang mampu menghasilkan 18 kg, maka kapasitas produksi sebanyak 144

kg setiap hari.

5.2. Asumsi Parameter dan Perhitungan

Periode proyek diasumsikan selama 3 tahun, sehingga perhitungan proyeksi

pendapatan dan komponen biaya dilakukan untuk periode usaha selama 3 tahun.

Dalam usaha ini, seluruh lahan yang digunakan untuk kegiatan usaha, baik berupa

tanah dan bangunan diasumsikan dibeli oleh pemilik (bukan sewa). Mesin dan

peralatan yang diperhitungkan dalam komponen biaya diasumsikan dengan nilai

mesin/ peralatan tersebut pada saat ini.

Untuk melakukan analisis usaha ini dari aspek keuangan maka digunakan

asumsi-asumsi dan parameter yang ditetapkan berdasarkan hasil pengamatan di

lapangan. Asumsi dan parameter ini dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Luas tanah dan bangunan untuk usaha pengolahan Bandeng Tanpa Duri ini

adalah 35 m2 berupa bangunan permanen. Produksi dilakukan setiap hari (kecuali

Minggu), sehingga jumlah hari kerja dalam setahun adalah 300 hari. Kapasitas

produksi yang digunakan adalah dengan memperhitungkan kapasitas tenaga kerja

tetap, dimana jumlah tenaga kerja tetap 8 orang dengan production rate sebesar 18

kg per orang per hari, sehingga akan menghasilkan kapasitas produksi sebesar 144

kg per hari. Harga beli ikan Bandeng segar sebesar Rp 21.000/kg, sedangkan harga

jual ikan Bandeng Tanpa Duri adalah Rp 34.000/kg.

Page 44: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

34 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Tabel 5.1

Asumsi dan Parameter Analisis Keuangan

Asumsi Satuan Jumlah/Nilai Keterangan

Periode Proyek Tahun 3

Luas tanah m2 35Harga tanah tergantung lokasi

Harga tanah Rp/ m2 1.000.000

Luas bangunan m2 35

Harga bangunan Rp/ m2 750.000 Bangunan permanen

Mesin dan peralatan

Freezer Unit 2

Pinset Unit 16

Pisau Unit 16

Talenan Unit 16

Pembuang sisik Unit 8

Nampan plastik Unit 16

Gunting Unit 8

Ember plastik Unit 6

Wadah plastik kecil Unit 16

Timbangan digital Unit 1

Sealer Unit 2

Produksi dan harga

Produksi per tahun Kg 43.200

Produksi per hari Kg 144

Harga jual Rp/kg 34.000

Jumlah hari kerja dalam 1 tahun

Hari 300

Penyerapan tenaga kerja

Tenaga kerja tetap Orang 8

Tenaga transportasi Orang 1

ASPEK KEUANGAN

Page 45: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

35BANK INDONESIA

Tenaga manajemen Orang 1

Upah tenaga kerja tetapRp/orang/bulan

750.000

Upah tenaga kerja transportasiRp/orang/bulan

500.000

Upah tenaga manajemenRp/orang/bulan

2.500.000

Penggunaan bahan baku

Harga ikan Rp/kg 21.000

Penggunaan ikan 1 tahun Kg 57.456Kebutuhan per kg produksi

=1,33 kg

Penggunaan ikan 1 hari Kg 191,52

Kemasan Rp/unit 100 1 kg rata-rata 3 unit

Overhead produksi

Biaya perawatan Rp/bulan 500.000

Biaya transportasi Rp/bulan 900.000

Biaya listrik Rp/bulan 400.000

Biaya air Rp/bulan 200.000

Kredit Bank

Bunga Pinjaman %/tahun 16

Sumber: Data Primer, diolah, 2008

5.3. Komponen Biaya Investasi dan Modal Kerja

5.3.1. Biaya Investasi

Investasi barang modal terdiri dari tanah, bangunan, mesin, peralatan kantor

& furniture serta kendaraan. Peralatan produksi tidak merupakan komponen biaya

investasi melainkan dialokasikan pada biaya operasi. Jumlah biaya investasi usaha

pengolahan Bandeng Tanpa Duri adalah Rp 109.470.000,- dengan perincian

Page 46: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

36 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

komponen biaya investasi disajikan pada Tabel 5.2. Lebih dari 50% dari total biaya

investasi digunakan untuk pembelian tanah dan bangunan, karena pada penelitian ini

diasumsikan pelaku usaha tidak menyewa tempat usahanya. Alasan menggunakan

asumsi ini karena pelaku usaha skala kecil (yang digunakan pada penelitian ini)

cenderung untuk menggunakan tempat usaha milik sendiri.

Tabel 5.2

Biaya Investasi Harta Tetap

No. H a rta T e ta p Nila i P eroleha n1 Tanah 35, 000 ,0 002 B angunan 26, 250 ,0 003 Me s in 15, 000 ,0 004 K endaraan 24, 000 ,0 005 P eralatan k antor 5, 550 ,0 00

T ota l 105, 800 ,0 00 .

Sumber: Data Primer, diolah, 2008

Rincian mengenai peralatan kantor dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut ini.

Tabel 5.3

Daftar Peralatan Kantor

No. Jenis P eralatan Jumlah (Unit) Harga/Unit (R p) Nilai (R p)

1 Meja 1 400,000 400,000 2 K urs i 1 150,000 150,000 3 B rankas 1 300,000 300,000 4 Mes in Tik Lis trik 1 2,000,000 2,000,000 5 Telepon + F ax 1 900,000 900,000 6 Meja K erja 1 1,000,000 1,000,000 7 K urs i K erja 8 100,000 800,000

T ota l 5,550,000

Sumber: Data Primer, diolah, 2008

ASPEK KEUANGAN

Page 47: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

37BANK INDONESIA

Sedangkan mengenai asumsi yang digunakan untuk depresiasi harta tetap

dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut ini.Tabel 5.4

Biaya Depresiasi Harta Tetap J e nis Ha rta T e ta p Nila i Umur B ia ya

P e role ha n E konomis De pre sia si/T hnB angunan 26,250,000 15 1,750,000Mes in (F reez er ) 15,000,000 5 3,000,000K endaraan 24,000,000 5 4,800,000P eralatan kantor 5,550,000 5 1,110,000Total 70,800,000 14,330,000

Sumber: Data Primer, diolah, 2008

5.3.2. Modal Kerja

Modal Kerja merupakan kebutuhan dana yang digunakan untuk membiayai

produksi awal sebelum diperoleh uang hasil penjualan Bandeng Tanpa Duri. Modal

Kerja ini diasumsikan terdiri dari:

Biaya pembelian alat produksi, karena diasumsikan bahwa peralatan

produksi bukan merupakan komponen biaya investasi melainkan masuk

ke dalam biaya operasi selama 1 tahun

Biaya pembelian bahan baku untuk kebutuhan produksi selama 5 hari,

karena asumsi bahwa untuk hari ke-5 dan seterusnya sudah diperoleh

uang hasil penjualan Bandeng Tanpa Duri

Biaya tenaga kerja, untuk kebutuhan 5 hari produksi

Biaya transportasi, untuk kebutuhan 5 hari produksi

Biaya pemasaran, untuk kebutuhan 1 bulan

Page 48: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

38 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Kebutuhan Modal Kerja selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut ini.

Tabel 5.5 Kebutuhan Modal Kerja

No. K omponen Modal K erja Nilai (R p) K eterangan1 P eralatan produks i 3,670,000 R incian peralatan pada Tabel 5.52 P embelian bahan baku 20,109,600 Untuk 5 hari produks i3 B iaya tenaga kerja 1,500,000 Untuk 5 hari produks i4 B iaya transportas i 225,000 Untuk 5 hari produks i5 B iaya pemasaran 250,000 Untuk 1 bulan

K ebutuhan Modal K erja 25,754,600

Sumber: Data Primer, diolah, 2008

Sedangkan untuk rincian kebutuhan Modal Kerja berupa Peralatan Produksi

dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6Kebutuhan Modal Kerja Untuk Peralatan Produksi

No. J e nis J umla h Ha rga /Unit Nila i(Unit) (R p) (R p)

1 P ins et 16 70,000 1,120,0002 P is au 16 15,000 240,0003 Talenan 16 45,000 720,0004 P embuang S is ik 8 20,000 160,0005 Nampan P las tik 16 15,000 240,0006 G unting 8 25,000 200,0007 Timbangan Digital 1 300,000 300,0008 E mber P las tik 6 35,000 210,0009 W adah P las tik K ecil 16 5,000 80,000

10 S ealer 2 200,000 400,000T ota l 3,670,000 .

Sumber: Data Primer, diolah, 2008

5.4. Kebutuhan Dana Investasi, Modal Kerja dan Kredit

Dalam penelitian ini digunakan asumsi bahwa dana investasi dan modal kerja

70% berasal dari kredit Bank dan sisanya merupakan modal sendiri. Untuk dana

ASPEK KEUANGAN

Page 49: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

39BANK INDONESIA

investasi, kredit Bank senilai 70% dihitung dari total nilai investasi setelah dikurangi

dengan biaya tanah dan bangunan. Perhitungan selengkapnya mengenai kebutuhan

dana investasi dan modal kerja dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7Rincian Biaya Proyek

No. R incian B iaya P royek Total B iaya (R p)

1 Dana inves tas i yang bers umber dari

a. K redit 31,185,000

b. Dana s endiri 74,615,000

J umla h da na inve sta si 105,800,000

2 Dana modal kerja yang bers umber dari

a. K redit 18,028,220

b. Dana s endiri 7,726,380

J umla h da na moda l ke rja 25,754,600

3 Total dana proyek yang bers umber dari

a. K redit 49,213,220

b. Dana s endiri 82,341,380

J umla h da na proye k 131,554,600

Sumber: Data Primer, diolah, 2008

Dana kredit investasi dan modal kerja menggunakan asumsi tingkat bunga

pinjaman sebesar 16% per tahun. Jangka waktu kredit untuk investasi adalah 3 tahun

sedangkan untuk kredit modal kerja selama 1 tahun. Perhitungan pengembalian

biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 5.8 sedangkan untuk pengembalian modal

kerja dapat dilihat pada Tabel 5.9.

Page 50: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

40 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Tabel 5.8

Angsuran Pokok dan Bunga Kredit Investasi

K omponen 0 1 2 3P okok pinjaman (R p) 31,185,000 22,289,233 11,970,144 - P okok dan bunga 13,885,367 13,885,367 13,885,367 B iaya bunga (% /tahun) 4,989,600 3,566,277 1,915,223 Angs uran P okok (tahun) 8,895,767 10,319,089 11,970,144

P R OG R AM P E MB AY AR AN B IAY A B UNG A DAN P OK OK P INJAMANT AHUN B UL AN B IAYA B UNG A P OK OK T OT AL

1 Januari 415,800 741,314 1,157,114 F ebruari 415,800 741,314 1,157,114 Maret 415,800 741,314 1,157,114 April 415,800 741,314 1,157,114 Mei 415,800 741,314 1,157,114 Juni 415,800 741,314 1,157,114 Juli 415,800 741,314 1,157,114 Agus tus 415,800 741,314 1,157,114 S eptember 415,800 741,314 1,157,114 Oktober 415,800 741,314 1,157,114 November 415,800 741,314 1,157,114 Des ember 415,800 741,314 1,157,114 T OT AL 4,989,600 8,895,767 13,885,367

2 Januari 297,190 859,924 1,157,114 F ebruari 297,190 859,924 1,157,114 Maret 297,190 859,924 1,157,114 April 297,190 859,924 1,157,114 Mei 297,190 859,924 1,157,114 Juni 297,190 859,924 1,157,114 Juli 297,190 859,924 1,157,114 Agus tus 297,190 859,924 1,157,114 S eptember 297,190 859,924 1,157,114 Oktober 297,190 859,924 1,157,114 November 297,190 859,924 1,157,114 Des ember 297,190 859,924 1,157,114 T OT AL 3,566,277 10,319,089 13,885,367

3 Januari 159,602 997,512 1,157,114 F ebruari 159,602 997,512 1,157,114 Maret 159,602 997,512 1,157,114 April 159,602 997,512 1,157,114 Mei 159,602 997,512 1,157,114 Juni 159,602 997,512 1,157,114 Juli 159,602 997,512 1,157,114 Agus tus 159,602 997,512 1,157,114 S eptember 159,602 997,512 1,157,114 Oktober 159,602 997,512 1,157,114 November 159,602 997,512 1,157,114 Des ember 159,602 997,512 1,157,114 T OT AL 1,915,223 11,970,144 13,885,367

Sumber: Data Primer, diolah, 2008

ASPEK KEUANGAN

1 2 3Komponen 0

Page 51: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

41BANK INDONESIA

Tabel 5.9

Angsuran Pokok dan Bunga Kredit Modal Kerja

B UL AN B IAYA B UNG A P OK OK T OT ALJanuari 240,376 1,502,352 1,157,114 F ebruari 240,376 1,502,352 1,157,114 Maret 240,376 1,502,352 1,157,114 April 240,376 1,502,352 1,157,114 Mei 240,376 1,502,352 1,157,114 Juni 240,376 1,502,352 1,157,114 Juli 240,376 1,502,352 1,157,114 Agus tus 240,376 1,502,352 1,157,114 S eptember 240,376 1,502,352 1,157,114 Oktober 240,376 1,502,352 1,157,114 November 240,376 1,502,352 1,157,114 Des ember 240,376 1,502,352 1,157,114 T OT AL 2,884,515 18,028,220 20,912,735

Sumber: Data Primer, diolah, 2008

5.5. Produksi dan Pendapatan

Output dari usaha pengolahan Bandeng Tanpa Duri adalah ikan Bandeng

Tanpa Duri segar yang siap untuk diolah. Ikan Bandeng Tanpa Duri yang diproduksi

setiap tahun dengan asumsi sebanyak 300 hari kerja adalah 43.200 kg (144 kg per

hari) dengan harga jual Rp 34.000/kg. Hal ini akan menghasilkan aliran pendapatan

sebesar Rp 1.468.800.000 per tahun, dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10

Produksi dan Pendapatan

1 2 3

Harga Jual (R p/Unit) 34,000 34,000 34,000

P roduks i (Unit) 43,200 43,200 43,200

Nilai penjualan (R p) 1,468,800,000 1,468,800,000 1,468,800,000

Sumber: Data Primer, diolah, 2008

1 2 3

Page 52: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

42 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

5.6. Proyeksi Rugi Laba Usaha dan Break Even Point

Hasil proyeksi rugi laba menunjukkan bahwa usaha pengolahan Bandeng

Tanpa Duri ini mampu menghasilkan keuntungan setiap tahunnya.

Tabel 5.11 Proyeksi Laba Rugi

Uraian 0 1 2 3P enjualan 0 1,468,800,000 1,468,800,000 1,468,800,000Harga pokok penjualan 0 1,313,952,000 1,313,952,000 1,313,952,000Laba kotor 0 154,848,000 154,848,000 154,848,000B iaya operas ionalUpah/gaji operas ional 0 30,000,000 30,000,000 30,000,000B iaya peralatan produks i 3,670,000 3,670,000 3,670,000B iaya administras i dan umum 7,400,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000B iaya penyusutan 0 10,660,000 10,660,000 10,660,000B iaya pemasaran 3,000,000 3,000,000 3,000,000Total biaya operas ional 7,400,000 53,330,000 53,330,000 53,330,000Laba operas i (7,400,000) 101,518,000 101,518,000 101,518,000B iaya bunga 1,199,552 4,989,600 3,566,277 1,915,223P endapatan (biaya) lain-lain (311,850) (257,820) (257,820) (257,820)Laba sebelum pajak (8,911,402) 96,270,580 97,693,902 99,344,957P ajak perusahaan 0 14,440,587 14,654,085 14,901,744Laba bers ih (8,911,402) 81,829,993 83,039,817 84,443,213

Sumber: Data Primer, diolah, 2008

Perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP) yang menyatakan biaya produksi

per unit produk atau dalam hal ini adalah biaya produksi per kg Bandeng Tanpa Duri

menghasilkan nilai sebesar Rp 30.416.

ASPEK KEUANGAN

Page 53: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

43BANK INDONESIA

Tabel 5.12 Harga Pokok Penjualan

Uraian 1 2 3B AHAN B AK UP ersediaan awal bahan baku 4,021,920 4,021,920 4,021,920P embelian bahan baku 1,206,576,000 1,206,576,000 1,206,576,000P ersediaan akhir bahan baku 4,021,920 4,021,920 4,021,920P emakaian bahan baku 1,206,576,000 1,206,576,000 1,206,576,000UP AH LANGS UNG 72,000,000 72,000,000 72,000,000F AC TOR Y OV E R HE ADUpah tak langsung 6,000,000 6,000,000 6,000,000B iaya overhead pabrik lain-lain 29,376,000 29,376,000 29,376,000Total factory overhead 35,376,000 35,376,000 35,376,000TOTAL B IAYA P AB R IK AS I 1,313,952,000 1,313,952,000 1,313,952,000P ersediaan awal bahan dalam proses 3,649,867 3,649,867 3,649,867P ersediaan akhir bahan dalam proses 3,649,867 3,649,867 3,649,867TOTAL B IAYA P R ODUK S I 1,313,952,000 1,313,952,000 1,313,952,000P ersediaan awal barang jadi 8,759,680 8,759,680 8,759,680P ersediaan akhir barang jadi 8,759,680 8,759,680 8,759,680HAR GA P OK OK P E NJ UALAN 1,313,952,000 1,313,952,000 1,313,952,000B iaya produks i/unit 30,416 30,416 30,416Harga pokok penjualan/unit 30,416 30,416 30,416

Sumber: Data Primer, diolah, 2008

Penjelasan mengenai perhitungan Harga Pokok Penjualan adalah sebagai

berikut:

Persediaan awal bahan baku1.

Persediaan bahan baku = untuk 1 hari

Kebutuhan bahan baku per kg produksi = 1,33 kg

Kapasitas produksi 1 hari (asumsi 8 orang tenaga kerja, menghasilkan @ 18

kg) = 144 kg

Kebutuhan bahan baku 1 hari = 1,33 x 144 kg = 191,52 kg

Harga bahan baku = Rp 21.000

Persediaan awal bahan baku = 191,52 kg x Rp 21.000 = Rp 4.021.920

Pembelian bahan baku2.

Bahan baku yang digunakan = 1,33 kg x 144 kg x 300 hari = 57.456 kg

Pembelian bahan baku = 57.456 x Rp 21.000 = Rp 1.206.576.000

Page 54: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

44 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Persediaan akhir bahan baku = 191,52 kg x Rp 21.000 = Rp 4.021.9203.

Upah langsung4.

Tenaga kerja langsung = 8 orang

Upah = Rp 750.000 per orang per bulan

Upah per tahun = 8 x Rp 750.000 x 12 = Rp 72.000.000

Upah tak langsung5.

Tenaga kerja tak langsung = 1 orang

Upah = Rp 500.000 per orang per bulan

Upah per tahun = Rp 500.000 x 12 = Rp 6.000.000

Biaya 6. overhead pabrik lain-lain

Asumsi = 1% dari total nilai penjualan

Penjualan = Rp 1.468.800.000

Total biaya pabrikasi7.

Total biaya pabrikasi = pembelian bahan baku + upah langsung + total factory

overhead

Sedangkan mengenai perhitungan Break Even Point (BEP) atau dalam hal

ini disebut Break Even Sales (BES) diawali dengan mengklasifikasikan biaya menjadi

biaya variabel (V) dan biaya tetap (T). Perhitungan pada tahun ke-1 menghasilkan BES

(Rp) sebesar Rp 756.997.143 serta BES (Unit) sebesar 22.265 kg dari total produksi

sebesar 43.200 kg per tahun. Klasifikasi biaya serta hasil perhitungan BES dapat

dilihat pada Tabel 5.13.

ASPEK KEUANGAN

Page 55: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

45BANK INDONESIA

Tabel 5.13 Perhitungan Break Even PointK las ifikas i

UR AIAN B iaya 1 2 3P emakaian bahan baku V 1,206,576,000 1,206,576,000 1,206,576,000UP AH LANGS UNG V 72,000,000 72,000,000 72,000,000Upah tak langsung T 6,000,000 6,000,000 6,000,000 B iaya overhead pabrik lain-lain T 29,376,000 29,376,000 29,376,000 Upah/gaji operas ional T 30,000,000 30,000,000 30,000,000 B iaya peralatan produks i V 3,670,000 3,670,000 3,670,000 B iaya administras i dan umum T 6,000,000 6,000,000 6,000,000 B iaya penyusutan T 10,660,000 10,660,000 10,660,000 B iaya pemasaran V 3,000,000 3,000,000 3,000,000 B iaya bunga T 4,989,600 3,566,277 1,915,223 P endapatan (biaya) lain-lain V 257,820 257,820 257,820 P ajak perusahaan V 14,440,587 14,654,085 14,901,744 T otal B iaya 1,386,970,007 1,385,760,183 1,384,356,787 B iaya V ariabel 1,299,944,407 1,300,157,906 1,300,405,564 B iaya Tetap 87,025,600 85,602,277 83,951,223 P enjualan 1,468,800,000 1,468,800,000 1,468,800,000 B E S (R p) 756,997,143 745,558,963 732,254,338 Harga J ual 34,000 34,000 34,000 B E S (Unit) 22,265 21,928 21,537

Sumber: Data Primer, diolah, 2008

5.7. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek

Penilaian terhadap status usaha dapat dilakukan dengan baik apabila arus kas

dari usaha tersebut diketahui dengan jelas. Arus kas tersebut terdiri dari 2, yaitu arus

kas masuk (cash inflow) dan arus kas keluar (cash outflow). Dalam analisis arus kas

dan kelayakan usaha Bandeng Tanpa Duri ini digunakan beberapa metode penilaian

kelayakan keuangan, antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR)

dan Net B/C Ratio.

NPV digunakan untuk menghitung nilai sekarang dari pendapatan yang

diharapkan pada discount rate tertentu. NPV ini adalah selisih antara present value

benefit dan present value cost. Apabila NPV>0, maka investasi pada proyek dapat

diterima dan usaha layak untuk dilaksanakan. Dari hasil analisis kelayakan keuangan

diperoleh NPV > 0 yaitu Rp 119.920.242, disimpulkan bahwa usaha pengolahan

Bandeng Tanpa Duri layak untuk dijalankan.

Page 56: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

46 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Metode penilaian investasi lain yang digunakan adalah Internal Rate of Return

(IRR). IRR merupakan discount rate i yang membuat NPV dari proyek = 0. Suatu proyek

dikatakan layak apabila IRR yang dihasilkan lebih besar daripada tingkat keuntungan

yang disyaratkan, yang dalam hal ini discount rate = 16% (tingkat bunga kredit

modal kerja). Dari hasil analisis diperoleh IRR = 66,96%, sehingga proyek pengolahan

Bandeng Tanpa Duri ini layak dilaksanakan.

Selanjutnya dengan metode Net B/C Ratio yang merupakan perbandingan

antara manfaat benefit bersih (B) dengan biaya bersih (C) dari tahun-tahun yang

bersangkutan yang telah dihitung dalam nilai sekarang (Present Value). Suatu proyek

diterima jika Net B/C Ratio > 1, sebaliknya jika B/C Ratio < 1 maka proyek ditolak. Hasil

perhitungan menunjukkan Net B/C Ratio = 1,98, sehingga dapat dikatakan usaha

Bandeng Tanpa Duri ini dapat diterima.

Tabel 5.14

Kelayakan Usaha Pengolahan Bandeng Tanpa Duri

Uraian 0 1 2 3C AS H INF LOWE B IT (1-T) 0 86,290,300 86,290,300 86,290,300B iaya P enyusutan 0 10,660,000 10,660,000 10,660,000Nilai S isa Harta Tetap 0 0 0 73,820,000Modal K erja Akhir P riode 0 0 0 22,854,440Total C ash Inflow 0 96,950,300 96,950,300 193,624,740

C AS H OUTF LOWHarga Tetap 105,800,000 0 0 0Incremental Working C apital 16,431,467 20,400,000 0 0Total C ash Outflow 122,231,467 20,400,000 0 0

Net C ash F low (122,231,467) 76,550,300 96,950,300 193,624,740P V IF 20.2% 1.0000 0.8317 0.6918 0.5754P V (122,231,467) 63,670,248 67,070,022 111,411,439NP V 119,920,242 LAYAKIR R 66.96%P aybac k P eriod 1.9 tahunB C R atio 1.98

Sumber: Data Primer, diolah, 2008

ASPEK KEUANGAN

LAYAK

Page 57: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

47BANK INDONESIA

5.8. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha

Pengujian sensitivitas ditujukan untuk melihat besarnya pengaruh perubahan

setiap asumsi terhadap NPV. Pengujian dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan

besaran suatu asumsi sehingga NPV menjadi nol. Pengujian dilakukan terhadap asumsi

satu per satu. Ketika dilakukan pengujian sensitivitas NPV terhadap satu asumsi, maka

asumsi yang lain tetap seperti semula. Jika perubahan sedikit saja dari besaran suatu

asumsi menyebabkan NPV menjadi negatif, maka dapat dikatakan bahwa usaha ini

sensitif terhadap asumsi tersebut. Pada NPV sama dengan nol, IRR akan sama besar

dengan cost of capitalnya, dan B-C ratio akan sama dengan 1.

Pengujian sensitivitas penting dilakukan karena memberikan indikasi kepada

calon investor dan kreditur untuk memperhatikan variabel asumsi yang sangat

berpengaruh terhadap kelayakan suatu usaha dan mengambil langkah-langkah

strategik untuk mengatasi kelemahan usaha yang mungkin dihadapi di masa yang

akan datang. Misalnya, suatu usaha sensitif terhadap harga bahan bakunya, maka

untuk mengatasi fluktuasi harga bahan baku yang mengancam kelangsungan hidup

usaha tersebut dilakukan kontrak pengadaan bahan baku dalam jangka panjang

pada tingkat harga tertentu yang menjamin NPV positif dan arus kas operasionalnya

tidak mengalami shortage.

Pengujian sensitivitas dilakukan terhadap beberapa faktor antara lain kenaikan

investasi barang modal, produksi, utilisasi kapasitas, harga jual, harga bahan baku

dan biaya pemasaran. Dari uji sensitivitas ini diperoleh dua parameter yang paling

sensitif pada kelayakan proyek yaitu:

Harga bahan baku Bandeng segar1.

Harga jual Bandeng Tanpa Duri2.

Page 58: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

48 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Hasil uji sensitivitas ini dapat dilihat pada Tabel 5.15 berikut ini.

Tabel 5.15 Analisis Sensitivitas

Faktor Asumsi UjiStandar Sensitivitas Perubahan

Kenaikan investasi barang modal 0% 123% 201.5%Produksi 43,200 29,882 -30.8%Utilisasi kapasitas 1 69% -30.8%Harga jual 34,000 32,404 -4.7%Harga bahan baku 21,000 22,163 5.5%Biaya Pemasaran 250,000 5,851,343 2240.5%

Sumber: Data Primer, diolah, 2008

Simulasi Kenaikan Bahan Baku Bandeng Segar

Asumsi: Harga Bandeng segar = Rp 21.000

Bila harga Bandeng segar mengalami kenaikan, akan membuat nilai NPV yang

menurun. Dalam simulasi terlihat, bila NPV = 0, maka hal ini disebabkan oleh harga

Bandeng segar sebesar Rp 22.163 per kg (kenaikan sebesar 5,5%). Dengan kata lain,

bila harga beli Bandeng Segar lebih dari Rp 22.163, maka akan menyebabkan NPV

negatif. Ini menunjukkan meskipun saat ini menunjukkan NPV yang positif, tetapi usaha

ini sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga bahan bakunya. Dan kenyataannya di

lapangan, harga Bandeng segar ini sangat berfluktuasi, dan mungkin saja mengalami

kenaikan lebih dari Rp 22.163 per kg. Namun demikian risiko dapat dimitigasi dengan

meningkatkan harga jual produk Bandeng Tanpa Duri.

Simulasi Penurunan Penjualan Bandeng Tanpa Duri

Asumsi: Harga Jual Bandeng Tanpa Duri = Rp 34.000

Harga jual Bandeng Tanpa Duri mungkin saja mengalami penurunan, jika memang

permintaannya menurun. Penurunan ini akan memperkecil nilai NPV, dengan simulasi

terlihat bahwa batas penurunan harga yaitu menjadi sebesar Rp 32.404 per kg

(penurunan sebesar 4,7%) dimana pada harga ini nilai NPV = 0. Harga jual ternyata

juga sensitif terhadap perubahan nilai NPV usaha ini, sehingga harus diwaspadai

penurunan harga jual produk tersebut.

ASPEK KEUANGAN

Page 59: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

49BANK INDONESIA

BAB VIASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN

DAMPAK LINGKUNGAN

6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial

6.1.1. Aspek Ekonomi

Usaha produksi Bandeng Tanpa Duri di wilayah Semarang khususnya dan

wilayah lain umumnya merupakan salah satu kegiatan usaha yang memiliki manfaat

ekonomi berupa penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat daerah setempat yang

akan memberikan pendapatan bagi tenaga kerja tersebut. Terlebih lagi karakteristik

industri ini yang mengandalkan tenaga manusia dalam proses produksinya. Sehingga

perkembangan usaha ini akan berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga

kerja. Tetapi tentu saja tenaga kerja yang telah memiliki keahlian dalam proses proses

produksi Bandeng Tanpa Duri, terutama saat proses pencabutan duri. Penghasilan

yang bisa diterima oleh tenaga kerja produksi Bandeng Tanpa Duri yaitu sekitar

Rp 600.000 – Rp 850.000 per bulan. Meskipun upahnya tidak terlalu besar, tetapi

karena usaha ini dekat dengan tempat tinggal, sehingga tidak membutuhkan biaya

transportasi.

Responden penelitian ini adalah pengusaha yang memang mengandalkan

usaha Bandeng Tanpa Duri sebagai sumber penghasilan satu-satunya bagi mereka.

Namun untuk kelompok pengusaha kategori kecil masih menjadikan usaha ini

sebagai usaha sampingan karena berproduksi hanya bila ada pesanan. Bila tidak ada

pesanan, maka mereka melakukan pekerjaan lainnya untuk memperoleh pendapatan.

Keuntungan yang diperoleh oleh pengusaha Bandeng Tanpa Duri adalah keuntungan

dari produksi Bandeng Tanpa Duri segar dan juga keuntungan dari pengolahan

lanjutan menjadi makanan Bandeng siap saji.

Keuntungan ini juga bukan saja dirasakan oleh produsen, tetapi juga dinikmati

oleh agen. Dimana agen ini memperoleh keuntungan dari selisih harga beli dan harga

Page 60: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

50 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

jual produk Bandeng Tanpa Duri dalam bentuk fresh frozen maupun produk olahannya.

Menurut informasi dari produsen Bandeng Tanpa Duri, terdapat agen yang menjual

produk olahan Bandeng Asap Tanpa Duri dengan harga mencapai Rp 76.000 per kg,

padahal harga beli dari produsennya hanya Rp 54.000 per kg.

6.1.2. Aspek Sosial

Produk Bandeng Tanpa Duri merupakan salah satu upaya untuk melakukan

diversifikasi olahan hasil perikanan. Bandeng Tanpa Duri ini secara khusus diproduksi

untuk mengatasi banyaknya duri pada Bandeng yang menjadi alasan utama

enggannya masyarakat mengkonsumsi Bandeng. Sebelum ada Bandeng Tanpa Duri,

cara mengatasi duri yang banyak pada Bandeng yaitu dengan mengolahnya menjadi

Bandeng Duri Lunak atau lebih dikenal dengan Bandeng Presto. Tetapi Bandeng Presto

ini dirasakan memiliki kelemahan yaitu rasa bosan yang timbul bila mengkonsumsi

secara terus menerus (kurang variasi) serta dugaan adanya kandungan gizi yang

hilang dari Bandeng akibat diproses dengan suhu yang tinggi melalui teknik presto

ini. Untuk mengatasi kelemahan pada Bandeng Presto, maka Bandeng Tanpa Duri

merupakan solusi yang tepat. Bandeng Tanpa Duri dapat diolah menjadi berbagai

variasi makanan sesuai dengan selera. Seperti yang dilakukan oleh salah satu

pengusaha Bandeng Tanpa Duri yang mempromosikan produk Bandeng Tanpa Duri

dengan informasi berbagai resep makanan yang dapat dibuat dengan menggunakan

Bandeng Tanpa Duri ini. Contoh variasi makanan yang dapat dibuat dengan Bandeng

Tanpa Duri antara lain Bandeng Bakar, Bandeng Goreng Tepung, Bandeng Goreng

Mentega, Nugget, Bandeng Teriyaki, Bandeng Asem Manis, Bandeng Bumbu Bali dan

sebagainya. Bahkan saat ini sedang dipromosikan bubur bayi dengan menggunakan

Bandeng Tanpa Duri.

Dengan sosialisasi variasi makanan dengan Bandeng Tanpa Duri diharapkan

akan meningkatkan konsumsi ikan oleh masyarakat. Tentu saja hal ini menggembirakan,

karena semakin banyak masyarakat yang menikmati kandungan gizi yang ada pada

ikan.

ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN

Page 61: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

51BANK INDONESIA

6.2. Dampak Lingkungan

Kegiatan usaha yang terkait dengan perikanan mulai dari penangkapan,

penanganan sampai pengolahan ikan umumnya selalu menghasilkan limbah, limbah

cair dan limbah padat. Disamping itu juga pencemaran udara dari aspek bau yang

ditimbulkan dari ikan, apalagi bila ikan tersebut dalam kondisi tidak segar. Hal ini juga

terjadi pada produksi Bandeng Tanpa Duri. Tempat produksi menyatu dengan rumah

tinggal, sehingga air bekas pencucian ikan akan mengalir ke saluran air perumahan

dan berpotensi mencemari air tanah yang menjadi sumber air bagi penduduk sekitar

lokasi.

Selain limbah cair ini, maka terdapat limbah padat berupa isi perut, sisik,

tulang/ duri ikan serta kotoran ikan lainnya. Pengusaha membuang limbah padat ini

ke Tempat Pembuangan Akhir sampah, meskipun limbah padat ini dapat digunakan

untuk pakan ikan seperti lele. Tetapi untuk kepraktisan pengusaha, limbah padat

ini dikumpulkan dan dibuang, yang tentu saja memberikan dampak pencemaran

lingkungan.

Untuk mengatasi dampak lingkungan yang terjadi idealnya tempat usaha

tidak menyatu dengan tempat tinggal, memiliki saluran pembuangan air yang tidak

mencemari lingkungan. Selain itu pengusaha dapat menjalin kerjasama dengan

peternak lele untuk mengambil limbah padat Bandeng.

Page 62: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

52 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 63: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

53BANK INDONESIA

BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Bandeng Tanpa Duri merupakan produk perikanan setengah jadi berupa 1.

Bandeng mentah segar yang telah dibuang tulang/ durinya. Sehingga

diharapkan Bandeng Tanpa Duri ini akan menambah minat orang untuk

mengkonsumsi Bandeng, karena selama ini kelemahan Bandeng adalah

durinya yang sangat banyak.

Meskipun belum berkembang pesat bila dibandingkan dengan pesaing 2.

terdekatnya yaitu Bandeng Presto, usaha Produksi Bandeng Tanpa Duri

memiliki peluang dan potensi pengembangan mengingat produksi

Bandeng yang diperkirakan meningkat dan juga dibarengi dengan

peningkatan konsumsi Bandeng.

Tidak diperoleh angka pasti mengenai permintaan Bandeng Tanpa Duri, 3.

akan tetapi permintaan produk ini diperkirakan meningkat khususnya di

Jawa Tengah karena adanya peningkatan konsumsi ikan secara umum

dan juga adanya upaya dari Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi untuk

meningkatkan kesadaran makan ikan.

Tingkat persaingan relatif kecil karena jumlah pelaku usaha yang masih 4.

terbatas dengan skala produksi yang juga masih relatif kecil sehingga

setiap pelaku usaha memiliki pasar/ konsumen masing-masing.

Kendala pemasaran usaha Bandeng Tanpa Duri adalah kontinuitas 5.

ketersediaan bahan baku yang sifatnya musiman yang nantinya akan

menyulitkan dalam penetapan harga jual produk. Kendala pemasaran

lainnya adalah daya tahan produk jadi yang terbatas akibat penggunaan

teknologi pengemasan yang masih manual.

Proses produksi pengolahan Bandeng Tanpa Duri menggunakan teknologi 6.

yang sederhana karena sangat bergantung pada proses produksi yang

memang harus dikerjakan secara manual, yaitu saat proses pencabutan

Page 64: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

54 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

duri Bandeng. Produktivitas usaha ini tergantung pada kemampuan

tenaga kerja melakukan cabut duri, dimana semakin berpengalaman

maka proses cabut duri Bandeng akan semakin cepat.

Kualitas Bandeng Tanpa Duri sangat ditentukan oleh banyaknya duri 7.

Bandeng yang tersisa setelah pencabutan, dimana standar yang ditetapkan

untuk proses cabut duri mampu menghilangkan duri Bandeng sebanyak

70-80%.

Dari analisis kelayakan, usaha pengolahan Bandeng Tanpa Duri ini layak 8.

dilakukan, karena memberikan keuntungan. Hal ini didukung oleh

indikator penilaian kelayakan proyek yaitu NPV, IRR dan Net B/C Ratio.

Perhitungan memberikan hasil NPV sebesar Rp 119.920.242, IRR sebesar

66,96% dan Net B/C Ratio 1,98.

Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha ini sensitif terhadap 9.

kenaikan bahan baku yaitu Bandeng segar (5,5%) dan juga penurunan

harga jual produk Bandeng Tanpa Duri (4,7%).

7.2. Saran

Perlu bantuan dari Dinas Perikanan & Kelautan setempat untuk mengatasi 1.

berbagai kendala usaha Bandeng Tanpa Duri, yaitu kontinuitas pasokan

bahan baku serta pemenuhan standar kualitas bagi produk Bandeng

Tanpa Duri yang meliputi kualitas bahan baku, teknik pencabutan duri,

teknik pengemasan produk serta standar penggunaan fasilitas & peralatan

produksi.

Untuk lebih mensosialisasikan usaha ini maka Dinas Perikanan & Kelautan 2.

setempat perlu mengadakan pelatihan proses cabut duri sehingga

diharapkan akan menarik minat masyarakat untuk menjalankan usaha

produksi Bandeng Tanpa Duri.

Dari sisi perbankan, usaha Bandeng Tanpa Duri ini layak untuk dibiayai 3.

karena potensi konsumen yang masih sangat besar dibandingkan dengan

kapasitas produksi yang ada saat ini.

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 65: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

55BANK INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA

Jawa Tengah Dalam Angka, 2007

Statistik Perikanan Budidaya Jawa Tengah 2007

Pola Pembiayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Bandeng Asap, Bank

Indonesia, 2007

Majalah Trobos, Juli 2007

Neraca Bahan Makanan Perikanan Jateng Tahun 2006

Pola Pembiayaan Usaha Kecil, Budidaya Bandeng, Bank Indonesia, 2005

Ikan Bandeng dan Produk Diversifikasinya, Balai Pengembangan dan Pengujian

Mutu Hasil Perikanan, 1996

Page 66: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

56 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 67: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

57BANK INDONESIA

LAMPIRAN

Page 68: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

58 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

LAMPIRAN 1HASIL PERHITUNGAN ASPEK KEUANGAN

Proyeksi Cash FlowA.

Uraian 0 1 2 3C OLLE C TIONP enerimaan dari penjualan 1,448,400,000 1,448,400,000 1,448,400,000P enerimaan piutang usaha 0 20,400,000 20,400,000P endapatan lain-lain 0 0 0Total penerimaan 0 1,448,400,000 1,468,800,000 1,468,800,000P E MB AYAR ANP embayaran pembelian bahan baku 1,206,576,000 1,206,576,000 1,206,576,000P embayaran utang usaha 0 0 0Upah langsung 72,000,000 72,000,000 72,000,000Upah tak langsung 6,000,000 6,000,000 6,000,000B iaya asurans i 0 0 0B iaya overhead pabrik lain-lain 29,376,000 29,376,000 29,376,000Upah/gaji operas ional 30,000,000 30,000,000 30,000,000B iaya administras i dan umum 7,400,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000B iaya asurans i 0 0 0B iaya sewa 0 0 0 0B iaya pemasaran 0 3,000,000 3,000,000 3,000,000P ajak perusahaan 0 0 14,440,587 14,654,085P embayaran cicilan utang bank 0 8,895,767 10,319,089 11,970,144P embayaran bunga 1,199,552 4,989,600 3,566,277 1,915,223B iaya provis i bank 311,850 257,820 257,820 257,820Deviden 0 0 81,829,993 83,039,817P embelian harta tetap baru 105,800,000 0 0 0Total pembayaran 131,142,868 1,367,095,187 1,463,365,767 1,464,789,089S elis ih penerimaan dan pembayaran (131,142,868) 81,304,813 5,434,233 4,010,911K as awal 0 0 101,704,813 107,139,046K as sebelum financing (131,142,868) 81,304,813 107,139,046 111,149,957F INANC INGInvestas i Harta TetapModal S endiri 83,526,402 0 0 0P injaman B ank 31,185,000 0 0 0Modal K erjaModal S endiri 4,929,440 6,120,000 0 0P injaman B ank 11,502,027 14,280,000 0 0P injaman B aru 0 0 0 0Total financing 131,142,868 20,400,000 0 0K as akhir 0 101,704,813 107,139,046 111,149,957

LAMPIRAN 1

Page 69: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

59BANK INDONESIA

Poyeksi NeracaB.

Uraian 0 1 2 3HAR TAHAR TA LANC ARK as dan bank 0 101,704,813 107,139,046 111,149,957P iutang usaha 0 20,400,000 20,400,000 20,400,000P ersediaan- B ahan baku 4,021,920 4,021,920 4,021,920 4,021,920- B ahan dalam proses 3,649,867 3,649,867 3,649,867 3,649,867- B arang jadi 8,759,680 8,759,680 8,759,680 8,759,680S ewa dibayar di muka 0 0 0 0Total harta lancar 16,431,467 138,536,280 143,970,513 147,981,423HAR TA TE TAPNilai perolehan 105,800,000 105,800,000 105,800,000 105,800,000Akumulas i penyusutan 0 (10,660,000) (21,320,000) (31,980,000)Harta tetap (net) 105,800,000 95,140,000 84,480,000 73,820,000TOTAL HAR TA 122,231,467 233,676,280 228,450,513 221,801,423UTANGUtang usaha 0 0 0 0Utang bunga 0 0 0 0Utang pajak 0 14,440,587 14,654,085 14,901,744Utang deviden 0 81,829,993 83,039,817 84,443,213Utang bank jangka pendek 11,502,027 25,782,027 25,782,027 25,782,027Utang bank jangka panjang 31,185,000 22,289,233 11,970,144 0P injaman B aru 0 0 0 0Total Utang 42,687,027 144,341,840 135,446,073 125,126,983MODAL S E NDIR IModal disetor 88,455,842 94,575,842 94,575,842 94,575,842S isa laba (rugi) tahun lalu 0 (8,911,402) (8,911,402) (8,911,402)Laba (rugi) ditahan (8,911,402) 0 0 0Total ekuitas 79,544,440 85,664,440 85,664,440 85,664,440TOTAL UTANG DAN MODAL S E NDIR I 122,231,467 230,006,280 221,110,513 210,791,423

Page 70: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

60 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Rasio KeuanganC.

R as io K euangan 1 2 3C urrent ratio 1.14 1.17 1.18Quick ratio 1.00 1.03 1.05Inventory turnover 89.39 89.39 89.39Average collection period 5.00 5.00 5.00W orking capital turnover 10.60 10.20 9.93F ixed as s et turnover 15.44 17.39 19.90Total as s et turnover 6.29 6.43 6.62Debt to equity ratio 168.5% 158.1% 146.1%B ebt ratio 61.8% 59.3% 56.4%R eturn on as s ets 35.0% 36.3% 38.1%R eturn on equity 95.5% 96.9% 98.6%P rofit margin 5.6% 5.7% 5.7%

LAMPIRAN 1

Page 71: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

61BANK INDONESIA

LAMPIRAN 2

RUMUS PERHITUNGAN DALAM ASPEK KEUANGAN

Menghitung 1. Net Present Value (NPV)

NPV adalah nilai sekarang dari arus yang dihasilkan usaha di masa yang akan

datang dikurangi nilai investasi pada awal periode. NPV dirumuskan sebagai berikut:

n CFn

NPV = ∑ ------------------ - I0 t=1 (1+WACC)n

Keterangan:

CFn = arus kas pada periode ke n

WACC = rata-rata tertimbang biaya modal (weighted average cost of capital)

I0 = investasi pada awal periode.

Arus kas (CFn) terdiri dari arus kas masuk dan arus kas keluar. Selisih kedua

arus kas tersebut disebut sebagai arus kas bersih. Dengan mendiskontokan arus kas

bersih tersebut dengan biaya modal (WACC), maka diperoleh nilai sekarang (present

value) dari arus kas tersebut. Arus kas bisa positif bisa pula negatif. Investasi awal

tentu merupakan arus kas negatif. Total seluruh arus kas tersebut akan menghasilkan

nilai bersih arus kas (net present value).

Jika NPV positif berarti usaha layak untuk dijalankan. Jika NPV negatif

berarti usaha tersebut tidak layak dijalankan. Jika NPV sama dengan nol berarti

imbal hasil (return) investasi tersebut sama persis dengan biaya modalnya. Investasi

di sektor ril mempunyai resiko yang lebih besar daripada deposito misalnya. Untuk

mengkompensasi resiko yang besar tersebut, investor meminta imbal hasil yang

besar pula. Jika imbal hasil usaha yang akan dianalisis ini tidak lebih baik daripada

investasi lain yang resikonya lebih kecil, investor tidak akan menjalankan usaha ini.

Cara menghitung NPV adalah seperti pada Tabel L1.1.

Page 72: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

62 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

LAMPIRAN 2

Tabel L1.1

Contoh Perhitungan NPVTahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

Uraian 0 1 2 3 4 5ARUS KAS MASUKLaba Operasi x (1 - Tarif Pajak) 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500Biaya Penyusutan 200 200 200 200 200Nilai Sisa Harta Tetap 500Nilai Sisa Modal Kerja Bersih 750Total Arus Kas Masuk 2.700 2.700 2.700 2.700 3.950

ARUS KAS KELUARHarta Tetap 6.000Perubahan Modal Kerja Bersih 370 300 0 0 0 0Total Arus Kas Keluar 6.370 300 0 0 0 0Arus Kas Bersih -6.370 2.400 2.700 2.700 2.700 3.950Discount Rate = WACC 15,5% 1,0000 0,8657 0,7494 0,6487 0,5615 0,4861PV -6.370 2.078 2.023 1.751 1.516 1.920NPV 2.918

Cara mendapatkan angka-angka pada Tabel L1.1 di atas adalah sebagai berikut:

Laba operasi diperoleh dari proyeksi laba rugi.1.

Biaya penyusutan dan nilai sisa harta tetap didapatkan dari nilai perolehan harta 2.

tetap dibagi dengan nilai ekonomisnya (metode penyusutan garis lurus). Nilai sisa

harta tetap adalah selisih antara nilai perolehan dan akumulasi penyusutannya

pada akhir tahun proyeksi (dalam contoh ini akhir tahun kelima).

Nilai sisa modal kerja diperoleh dari selisih harta lancar dan utang lancar pada 3.

akhir tahun proyeksi (dalam contoh ini akhir tahun kelima.

Harta tetap pada awal periode adalah total kebutuhan harta tetap yang 4.

dibutuhkan.

Perubahan modal kerja bersih diperoleh dengan cara sebagai berikut:5.

Hitung kebutuhan modal kerja yaitu untuk mendanai harta lancar yang terdiri •dari kas untuk berjaga-jaga, piutang usaha, persediaan bahan baku, barang

dalam proses, barang jadi, dan biaya sewa. Dana tersebut sebagian sudah

dibutuhkan sejak awal periode, misalnya untuk biaya sewa, membeli bahan

baku dan biaya pengolahannya.

Hitung utang lancar yang dapat digunakan untuk menalangi sebagian •

Uraian

Page 73: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

63BANK INDONESIA

kebutuhan dana untuk harta lancar di atas, khususnya utang yang diberikan

oleh pemasok bahan baku.

Hitung selisih harta lancar dan utang lancar, sehingga diperoleh modal kerja •bersih. Jadi, kebutuhan dana yang masih harus dicarikan adalah sebesar

modal kerja bersih tersebut. Sumber dananya bisa berasal dari modal sendiri

atau pinjaman. Pada Tabel L1.2 tampak bahwa modal kerja bersih pada awal

periode sebesar Rp370 dan tahun pertama dan seterusnya adalah Rp670.

Hitung perubahan modal kerja bersih dari waktu ke waktu. Modal kerja bersih •pada awal periode adalah Rp370. Sedangkan pada tahun kedua dibutuhkan

sebesar Rp670. Jadi, tambahan modal kerja yang dibutuhkan pada tahun

pertama adalah Rp300. Dengan cara yang sama diperoleh tambahan modal

kerja untuk tahun-tahun berikutnya sebesar Rp0. Angka-angka perubahan

modal kerja inilah yang dimasukkan kedalam Tabel L1.1

Perubahan modal kerja bersih dapat didanai dengan modal sendiri dan •pinjaman. Jika 30% didanai dengan modal sendiri dan sisanya dengan

pinjaman, maka besarnya dana yang harus disediakan oleh pemilik pada awal

periode adalah Rp111 dan pinjaman Rp259. Pada tahun pertama tambahan

dana untuk modal kerja dari pemilik adalah Rp90 dan pinjaman Rp210.

Bunga pinjaman dihitung atas pinjaman yang sudah ditarik. Karena pinjaman •modal kerja bisa diperpanjang (roll over), maka baki kredit modal kerja usaha

ini adalah Rp259 + Rp210 = Rp469. Biaya bunga dihitung atas pinjaman yang

sudah ditarik tersebut (outstanding loan).

Untuk menghitung biaya modal (WACC) digunakan formula berikut:•

E DWACC = ------- Ke + ------- Kd (1-t) E + D E + D

Keterangan:E = modal sendiriD = pinjamanKe = biaya modal sendiriKd = biaya modal pinjaman t = tarif pajak

Page 74: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

64 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Tabel L1.2

Perhitungan Modal KerjaTahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

Uraian 0 1 2 3 4 5Kas 20 20 20 20 20 20Piutang Usaha 0 250 250 250 250 250Persediaan Bahan Baku 200 200 200 200 200 200Persediaan Barang Dalam Proses 300 300 300 300 300 300Persesiaan Barang Jadi 0 50 50 50 50 50Biaya Sewa 150 150 150 150 150 150Total 670 970 970 970 970 970Utang Usaha 300 300 300 300 300 300Modal Kerja Bersih 370 670 670 670 670 670Perubahan Modal Kerja Bersih 370 300 0 0 0 0PendanaanModal Sendiri 30% 111 90 0 0 0 0Pinjaman Bank 70% 259 210 0 0 0 0Total 100% 370 300 0 0 0 0

Langkah-langkah untuk menghitung biaya modal usaha tersebut adalah sebagai

berikut:

Hitung porsi pendanaan harta tetap yang berasal dari modal sendiri dan pinjaman. 1.

Misalnya 30% dari modal sendiri dan sisanya pinjaman bank. Buat perhitungan

seperti pada Tabel L1.3.

Tentukan biaya modal pinjaman, misalnya 16% per tahun (biasanya disamakan 2.

dengan tingkat bunga pinjaman). Kemudian tentukan biaya modal sendiri, yaitu

dengan menambahkan tingkat bunga pinjaman dengan persentase tertentu

(spread) untuk menutupi resiko usaha, misalnya 4% di atas tingkat bunga

pinjaman, berarti biaya modal sendiri adalah 20%.

Hitung biaya modal pinjaman setelah pajak, sementasa biaya modal sendiri tidak 3.

dikenakan pajak. Mengapa biaya modal sendiri tidak dikenakan pajak? Proses

penurunan rumusnya adalah sebagai berikut:

Perhatikan bagian bawah dari laporan laba rugi (mulai dari laba operasi sampai a.

dengan laba bersih) yang terdiri dari:

Laba Operasi (EBIT)

- Biaya Bunga (I)

= Laba sebelum pajak (EBT)

LAMPIRAN 2

Uraian

Page 75: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

65BANK INDONESIA

- Pajak (T)

= Laba Bersih (NI)

Keterangan:

NI = laba bersih (net income = NI)

EBT = laba setelah pajak (earning before tax = EBT)

T = Pajak, t = tarif pajak

EBIT = laba sebelum biaya bunga bunga dan pajak (eaning before interest and

taxes = EBIT)

Dalam bentuk persamaan bagian laba rugi di atas dapat dibuat sebagai b.

berikut:

NI = EBT – T

NI = EBT–EBT x t

NI = EBT (1–t)

Sementara EBT = EBIT – I

Substitusikan (EBIT–I) ke dalam persamaan di atas, sehingga diperoleh:

NI = (EBIT – I)(1–t)

NI = EBIT(1–t) – I(1–t)

EBIT (1–t)=I(1–t)+NI

Jadi, EBIT dibagikan kepada kreditur dalam bentuk biaya bunga (I) yang

besarnya sama dengan pinjaman (debt = D) dikalikan dengan tingkat bunganya

(kd). Sedangkan laba bersih (net income = NI) diberikan kepada pemilik yang

besarnya minimal sama dengan modal yang ditanam (equity = E) dikalikan

dengan biaya modalnya (Ke), shingga diperoleh: EBIT (1-t) = D kd (1–t) + E ke

Bagi persamaan di atas dengan total pendanaan (E+D), maka diperoleh: c.

EBIT (1-t) E D ------------ = -------- Ke + -------- Kd (1-t) (E+D) (E+D) (E+D

Page 76: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

66 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

E DWACC = ------- Ke + ------- Kd (1-t)

E + D E + D

EBIT(1-t)/(E+D) adalah biaya modal dari usaha (WACC). Jadi, usaha tersebut

harus menghasilkan return minimum sebesar WACC, Jika tidak NPV akan

negatif.

Kalikan porsi pendanaan dengan biaya modal setelah pajak. Jumlah dari hasil d.

perkalian tersebut adalah rata-rata terimbang biaya modal usaha (WACC).

Dalam contoh ini adalah 15,5%.

Tabel L1.3

Menghitung Biaya Modal UsahaPorsi Biaya Biaya Modal

Sumber Pendanaan Pendanaan Modal Setelah Pajak Perkalian(1) (2) (3) (4) = (1)x(3)

Modal Sendiri 30% 20% 20,0% 6,0%Pinjaman 70% 16% 13,6% 9,5%Total 100% WACC = 15,5%

Menghitung 2. Internal Rate of Return

Internal rate of return (IRR) adalah tingkat pengembalian investasi yang

menyamakan arus kas masuk dan arus kas keluar. Jadi, pada posisi tersebut NPV

sama dengan nol. Untuk menghitung IRR dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

manual dan formula komputer (program Excel). Penggunaan formula komputer

dapat dilakukan bila perhitungan dibuat dalam spreadsheet Excel. Cara menghitung

IRR adalah sebagai berikut:

LAMPIRAN 2

SumberPendanaan

Page 77: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

67BANK INDONESIA

Formula Komputer (Excel)A.

Formula Excel untuk berbagai perhitungan dapat dilihat dengan meng-klik fx

yang ada pada Toolbars komputer anda. Formula IRR adalah =IRR(arus kas bersih,%

sembarangan). Untuk lebih jelasnya lihat contoh perhitungan pada Tabel L1.4. Pada

sel C42 kita rumuskan: =IRR(C41:H41;10%). Tanda pemisah dalam rumus-rumus

Excel ada yang menggunakan koma (,) atau titik-koma (;), tergantung pada setting

yang dilakukan. Bila komputer menolak ketika digunakan separator koma, coba ganti

dengan titik-koma dan sebaliknya.

Tabel L1.4

Contoh Data Untuk Menghitung IRR dengan Formula ExcelA B C D E F G H

0 1 2 3 4 541 Arus Kas Bersih -6.370 2.400 2.700 2.700 2.700 3.95042 IRR 32,4%43

Cara ManualB.

Perhitungan IRR dengan cara manual menggunakan formula interpolasi

sebagai berikut: NPV1

IRR = r1 + (r2-r1) x --------------------- NPV1 – NPV2

Keterangan:

r1 = tingkat diskonto yang menghasilkan NPV1 bernilai positif

r2 = tingkat diskonto yang menghasilkan NPV2 bernilai negatif

Untuk menghitung IRR secara manual kita harus mempunyai dua NPV, satu

bernilai positif dan satu lagi negatif. Kita sudah mendapatkan NPV yang bernilai positif

seperti pada Tabel L1.1. Untuk mendapatkan NPV yang negatif, gunakan discount

rate yang besar. Jika kita sudah mendapatkan IRR dengan formula Excel, maka untuk

mendapatkan NPV negatif, gunakan discount rate yang lebih besar dari IRR komputer

tersebut. Contoh perhitungan dapat adalah seperti pada Tabel L1.5.

Page 78: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

68 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Dalam menggunakan rumus IRR di atas perlu diperhatikan bahwa NPV2 bernilai

negatif, bila dikurangkan terhadap NPV1 akan menghasilkan penjumlahan. Misalnya,

seperti pada Tabel L1.4 tampak bahwa NPV1 = 2.918 dan NPV2 = -320, maka (NPV1

– NPV2) = 3.238. Jika perbedaan antara r1 dan r2 kecil, maka hasil perhitungan IRR

manual akan sama dengan hasil perhitungan dengan formula Excel. Semakin besar

perbedaan r1 dan r2, maka perbedaan hasil perhitungan IRR manual dan formula Excel

akan semakin besar pula. Oleh rena itu, disarankan untuk menghitung IRR dengan

formula Excel lebih dahulu, kemudian bandingkan dengan cara manual.

Tabel L1.5

Contoh Perhitungan IRR Cara ManualTahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

No. Uraian 0 1 2 3 4 51 NPV POSITIF

Arus Kas Bersih -6.370 2.400 2.700 2.700 2.700 3.950Discount Rate (1) 15,5% 1,0000 0,8657 0,7494 0,6487 0,5615 0,4861PV -6.370 2.078 2.023 1.751 1.516 1.920NPV (1) 2.918

2 NPV NEGATIFArus Kas Bersih -6.370 2.400 2.700 2.700 2.700 3.950Discount Rate (2) 35,0% 1,0000 0,7407 0,5487 0,4064 0,3011 0,2230PV -6.370 1.778 1.481 1.097 813 881NPV (2) -320r1 0,16r2 0,35NPV1 2.918NPV2 -320IRR 33,1%

Menghitung 3. Payback Period

Contoh perhitungan jangka waktu pengembalian investasi (payback period) adalah

seperti pada Tabel L1.6. Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:

LAMPIRAN 2

UraianNo.

Page 79: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

69BANK INDONESIA

Ambil arus kas bersih dari Tabel L1.1.a. Buat akumulasi arus kas bersih tersebut, sehingga akan tampak perubahan b. akumuasi kas tersebut dari negatif ke positif. Sampai dengan akhir tahun kedua

akumulasi kas masih negatif dan pada akhir tahun ketiga sudah positif.

Untuk akumulasi kas yang negatif kita tuliskan angka 1 di bawahnya (tidak c. termasuk tahun 0).

Jumlahkan angka-angka pada baris tahun tersebut. Diperlukan lebih dari 2 tahun d. untuk membuat supaya akumulasi arus kas tersebut positif.

Untuk menghitung waktu di atas tahun kedua sampai akumulasi arus kas tersebut e. sama dengan nol, kita asumsikan bahwa arus kas sama besarnya tiap bulan. Jika

arus kas pada tahun ketiga sebesar Rp2.700, maka rata-rata arus kas sebulan

adalah Rp225. Jadi, untuk menutupi arus kas negatif sebesar Rp1.270 pada akhir

tahun kedua dibutuhkan waktu selama 5,6 bulan (1.270/225) atau 0,47 tahun.

Jadi, total waktu untuk mengembalikan investasi tersebut adalah 2,47 tahun.

Tabel L1.6

Contoh Menghitung Payback Period

Uraian Total 0 1 2 3 4 5Arus Kas Bersih -6.370 2.400 2.700 2.700 2.700 3.950Akumulasi Arus Kas Bersih -6.370 -3.970 -1.270 1.430 4.130 8.080Tahun 2 1 1 0 0 0Bulan 0,47 0,00 0,00 0,47 0,00 0,00

Menghitung4. Benefit-Cost Ratio

Untuk menghitung B-C ratio lakukan langkah-langkah berikut:

Ambil a. present value (PV) pada Tabel L1.1 dan tempatkan seperti pada Tabel L1.7

Tempatkan PV arus kas yang positif pada baris kedua Tabel L1.7 dan PV arus kas b.

yang negarif pada baris berikutnya.

Hitung jumlah PV yang positif dan yang negatif pada baris yang bersangkutan.c.

Bagi jumlah PV positif dan jumlah PV negatif. Hasilnya adalah d. B-C Ratio yang

dicari, yaitu 1,37.

Page 80: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

70 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Tabel L1.7

Contoh Menghitung Benefit-Cost RatioUraian Total 0 1 2 3 4 5

PV -6.370 2.078 2.023 1.751 1.516 1.920PV Positif 9.288 0 2078 2023 1751 1516 1920PV Negatif -6.370 -6370 0 0 0 0 0B-C Ratio 1,46

Menghitung Titik Penjualan Pulang Pokok5.

Titik penjualan pulang pokok (break even sales) adalah nilai atau volume

penjualan yang memberikan laba sama dengan nol. Jadi, pada posisi pulang pokok,

nilai penjualan sama dengan biaya-biayanya. Perlu disadari bahwa titik penjualan

pulang pokok bukanlah ukuran untuk menilai kelayakan usaha. Indikator ini hanya

sebagai pedoman bagi pengusaha untuk melihat batas penjualan minimum yang

harus dicapai supaya memperoleh keuntungan. Secara matematis kondisi pulang

pokok dinyakan sebagai berikut:

Laba = Penjualan – Biaya-biaya

Pada titik pulang pokok laba = 0, maka

Penjualan – Biaya-biaya = 0

Biaya-biaya dapat dikelompokan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya

tetap adalah biaya-biaya yang tidak terpengaruh atau tidak berubah bila terjadi

perubahan dalam volume atau nilai penjualan, misanya biaya penyusutan, biaya sewa,

biaya bunga, dan gaji karyawan tetap. Sedangkan biaya variabel adalah biaya-biaya

yang berubah-ubah mengikuti perubahan penjualan, misalnya biaya bahan baku,

biaya upah tenaga tidak tetap, dan biaya pemasaran.

Bila kita uraikan komponen penjualan dan biaya-biaya diperoleh bahwa

penjualan (sales = S) adalah hasil perkalian antara volume penjualan (quantity =Q)

dengan harga jual per unit (price = p) atau Qp. Sedangkan biaya terdiri dari biaya

LAMPIRAN 2

Page 81: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………

BANDENG TANPA DURI

71BANK INDONESIA

tetap (fixed cost = F) dan biaya variabel (variable cost = V). Karena biaya variabel

berfluktuasi mengikuti penjualan, kita dapat menyatakan total biaya variabel tersebut

sebagai volume penjualan dikalikan dengan biaya variabel per unit (v), sehingga biaya

variabel sama dengan (Qv). Jadi, pada titik pulang pokok:

Penjualan – Biaya-biaya = 0

Qp = F + V

Qp = F + Qv

Qp - Qv = F

Q(p-v) = F

Q = F/(p-v)

Faktor (p-v) disebut juga sebagai contribution margin. Jika ruas kanan pada persamaan

Q = F/(p-v) dibagi dengan p, maka diperoleh: Q = (F/p)/(1-v/p)

Kalikan kedua ruas persamaan di atas dengan p, maka diperoleh: Qp = F/(1-v/p). Jika

biaya variabel per unit dan harga per unit pada pembagi persamaan di atas dikalikan

dengan volume penjualan (Q), maka diperoleh rumus penjualan pada titik pokok

(break even sales =BES) sebagai berikut:

FBES = ------------------ V 1 – ---------- S

Page 82: POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL - bi.go.id filebab i pendahuluan 1 bab ii profil usaha dan pola pembiayaan ... bab iii aspek pasar dan pemasaran 3.1 aspek pasar …………………………………