POLA KOMUNIKASI RELAWAN DENGAN ANAK PEMULUNG DALAM...
Transcript of POLA KOMUNIKASI RELAWAN DENGAN ANAK PEMULUNG DALAM...
POLA KOMUNIKASI RELAWAN DENGAN ANAK PEMULUNG
DALAM PEMBINAAN KEAGAMAAN PADA KOMUNITAS
SEKOLAH BERSAMA LAPAK PEMULUNG PEJATEN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun oleh :
AHMAD ZULFIKAR
NIM 1111051000070
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017 M
i
ABSTRAK
Ahmad Zulfikar
“Pola Komunikasi Relawan dan Anak Pemulung dalam Pembinaan
Keagamaan Pada Komunitas Sekolah Bersama Lapak Pemulung Pejaten”.
Komunitas Sekolah Bersama adalah ruang belajar gratis di kawasan
pemulung yang memberikan pembinaan keagamaan kepada anak-anak pemulung.
Dalam pembinaan keagamaan tersebut terjadi proses komunikasi yang diharapkan
bisa merubah sikap dan perilaku mereka. Diperlukan pola dan metode dalam
penyampaian komunikasi yang tepat bagi relawan dalam membina anak
pemulung. Bagaimana pola komunikasi yang dilakukan relawan terhadap anak-
anak pemulung ini menarik untuk dikaji.
Berdasarkan latar belakang di atas, pertanyaan penelitian adalah
Bagaimana proses pembinaan keagamaan anak pemulung di Komunitas Sekolah
Bersama Pejaten? dan Bagaimana pola komunikasi yang diterapkan para relawan
terhadap anak-anak pemulung dalam pembinaan keagamaan di Komunitas
Sekolah Bersama Pejaten?
Agar penelitian ini dapat terarah dan reliable maka teori yang menjadi
acuan peneliti ialah teori pola komunikasi yang digagas oleh Onong Uchjana
Efendi yang menjelaskan bahwa terdapat tiga jenis pola komunikasi yakni pola
komunikasi pribadi terdiri dari komunikasi intrapribadi dan antarpribadi, pola
komunikasi kelompok, dan pola komunikasi massa.
Adapun pendekatan penelitian yang digunakan ialah pendekatan penelitian
kualitatif, dengan paradigma konstruktivis, jenis metode penelitian field research
(studi lapangan) dan menggunakan descriptive qualitatif case study methode. Dan
data didapat dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, studi
kepustakaan, dan studi rekaman arsip.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan proses pembinaan di Komunitas
Sekolah Bersama dilakukan dalam bentuk kelas belajar, materi yang diajarkan
adalah Akidah, Fiqih, Hadist, Doa-doa harian, Praktek Wudhu, Praktek Sholat,
dan Belajar Mengaji. Sedangkan pola komunikasi yang diterapkan dalam
pembinaan keagamaan di Komunitas Sekolah Bersama adalah pola komunikasi
intrapribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok. Relawan dalam
melakukan proses pembinaan keagamaan menggunakan ketiga pola tersebut
secara bergantian dan saling mendukung. Dengan menggunakan ketiga pola
tersebut relawan dapat berinteraksi secara langsung (face to face) dengan anak-
anak pemulung.
Dengan demikian pola komunikasi sangat penting untuk relawan dalam
pembinaan kegamaan karena relawan dapat memperhatikan anak-anak pemulung
dengan baik. Dapat mengontrol dan mengetahui pemahaman anak-anak
pemulung. Dan pola komunikasi ini juga penting diterapkan agar rasa percaya diri
anak pemulung jhm7semakin meningkat sehingga ia termotivasi untuk belajar
lebih giat.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan
semesta alam. Sebab hanya dengan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pola Komunikasi Relawan dan Anak Pemulung dalam
Pembinaan Keagamaan Pada Komunitas Sekolah Bersama Lapak Pemulung
Pejaten”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, juga kepada keluarganya, para sahabatnya, dan kepada seluruh
para pengikutnya. Amiin
Dalam menyelesaikan skripsi ini tentu saja tidak lepas dari berbagi pihak
yang telah memberikan dukungan dan bimbingannya, juga bantuan dan masukkan
yang diberikan kepada penulis. Pada kesempatan kali ini penulis dengan tulus
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
jajarannya.
2. Drs. Masran, MA dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Ketua dan
Sekretaris jurusan komunikasi penyiaran islam.
3. Kalsum Minangsih, MA selaku dosen Pembimbing Akademik KPI C 2011
yang telah membantu mengarahkan penulis untuk mengikuti proses
kegiatan akademik.
iii
4. Ade Masturi, MA selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan
waktunya untuk membantu, mengarahkan dan mendukung penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman
yang sangat bermanfaat bagi penulis.
6. Segenap karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi dan juga Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan kemudahan penulis untuk mendapatkan
berbagai refrensi dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Segenap Relawan Komunitas Sekolah Bersama Jakarta yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian dan wawancara serta banyak
membantu dalam penulisan skripsi ini.
8. Kepada ayahanda tercinta Saepul Rahman, dan ibunda tersayang Sopiah,
selalu memberikan kepercayaan anakmu ini untuk memilih. Hampir setiap
nafas yang kau hembuskan hanya untuk berdoa agar semua putra-putramu
kelak bahagia, dan ini persembahan awalku bahwa memenuhi harapanmu
adalah tujuan utamaku, semoga pintu rahmah dan rahimNya senantiasa
menemani setiap derap langkahmu Amiin.
9. Adik-adikku tercinta si kembar Basrul Hafi, Makhlul Syami, dan si
Bungsu Fajrin Rahman. Terima kasih atas dukungan dan motivasinya yang
kerap diberikan kepada penulis.
iv
10. Al-Ghina Aghniya yang selalu memberi semangat dan motivasi dalam
hidupku ini.
11. Teman-teman seperjuangan KPI angkatan 2011, khususnya KPI C yang
saling membantu dan memberikan dukungan agar kita bisa sukses sama-
sama.
12. Sahabat-sahabat terbaiku, Akhdan, Satria, Sharon, Robi, dan Ariesian
terima kasih telah banyak meramaikan sepinya duniaku. Semoga
persahabatan kita tidak berhenti sampai disini. Dan terima kasih pula atas
dukungan, motivasi dan doanya hingga akhirnya penulis terpacu untuk
menyelesaikan karya ilmiah ini.
13. Sahabat-sahabat KKN LENTERA Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal,
Bogor 2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah mendukung serta
memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan penulis miliki dalam
menyajikan skripsi ini, mudah-mudahan dapat memberikan nilai manfaat
khususnya bagi penulis maupun bagi pembaca sekalian, sehingga apa yang
penulis lakukan ini dapat menjadi suatu amalan kebaikan dalam bidang dakwah di
kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maupun sebagai amalan di sisi Allah
SWT. Amiin.
Jakarta, 12 Januari 2017
Ahmad Zulfikar
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK........................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR...................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..............................................5
C. Tujuan Penelitian.............................................................................5
D. Signifikansi Penelitian.....................................................................6
E. Metodologi Penelitian......................................................................7
1. Paradigma Penelitian..................................................................7
2. Pendekatan Penelitian................................................................7
3. Metode Penelitian......................................................................8
4. Subjek dan Objek Penelitian......................................................9
5. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................9
6. Teknik Pengumpulan Data.........................................................9
7. Teknik Analisis Data................................................................12
F. Tinjauan Pustaka.............................................................................13
G. Sistematika Penulisan......................................................................14
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pola Komunikasi............................................................................16
1. Pengertian Pola Komunikasi....................................................16
vi
2. Macam-macam Pola Komunikasi............................................19
1. Komunikasi Pribadi............................................................19
2. Komunikasi Kelompok.......................................................21
3. Komunikasi Massa..............................................................24
B. Analisis Proses Interaksi Kelompok Kecil.....................................26
C. Pembinaan Keagamaan...................................................................29
1. Pengertian Pembinaan Keagamaan...........................................29
2. Tujuan dan Fungsi Pembinaan Keagamaan..............................31
3. Metode Pembinaan Keagamaan................................................33
4. Materi Pembinaan Keagamaan.................................................36
D. Relawan..........................................................................................37
E. Pemulung........................................................................................39
BAB III GAMBARAN UMUM KOMUNITAS SEKOLAH BERSAMA
A. Profil Sekolah Bersama...................................................................42
1. Latar Belakang Sekolah Bersama.............................................42
2. Visi dan Misi Komunitas Sekolah Bersama.............................43
B. Lokasi Sekolah Bersama................................................................44
C. Keagamaan Komunitas Sekolah Bersama......................................45
D. Materi Pembinaan Keagamaan.......................................................46
E. Metode Pembinaan Keagamaan.....................................................46
F. Relawan Sekolah Bersama.............................................................47
G. Waktu Belajar Komunitas Sekolah Bersama.................................48
H. Anak Didik Sekolah Bersama........................................................48
vii
I. Struktur Komunitas Sekolah Bersama Ragunan............................49
J. Program-program Sekolah Bersama.............................................50
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Pembinaan Keagamaan Anak Pemulung di Komunitas
Sekolah Bersama...........................................................................51
B. Pola Komunikasi Komunitas Sekolah Bersama............................59
1. Komunikasi Intrapribadi.........................................................59
2. Komunikasi Antarpribadi.......................................................60
3. Komunikasi Kelompok...........................................................65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................74
B. Saran.............................................................................................75
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................76
LAMPIRAN..................................................................................................79
viii
Daftar Gambar
Gambar 2.1. Kategori Analisis Proses Interaksi.................................................. 27
Gambar 3.1. Struktur Komunitas Sekolah Bersama Ragunan............................. 49
Gambar 4.1. Proses Pembinaan Keagamaan........................................................ 55
Gambar 4.2. Praktek Wudhu................................................................................ 57
Gambar 4.3. Praktek Sholat.................................................................................. 58
Gambar 4.4. Proses Belajar Mengaji.....................................................................62
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan seorang pemulung di Jakarta sangat memprihatinkan,
kelompok masyarakat yang satu ini umumnya hidup dan tinggal dalam
tumpukan gubuk kertas, plastik atau papan-papan rombeng namun memiliki
kegiatan. Di sini ada usaha mengumpulkan barang bekas. Tertimbun berbagai
macam barang yang sudah dibuang dan tidak terpakai lagi. Logam dari segala
jenis plastik, pecahan kaca (beling), alumunium, potongan-potongan kayu dan
aneka macam kertas. Oleh kelompok mereka, tempat pengumpulan barang
bekas sering dikenal dengan sebutan lapak.
Sebagai pemulung kehidupan mereka seolah termajinalkan, tidak
sedikit masyarakat yang menganggap keberadaan pemulung mengganggu
kebersihan, keindahan, ketertiban, kenyamanan dan keamanan masyarakat.
Pemulung juga dianggap sebagai golongan sosial rendah, seringkali pemulung
dicacimaki, dipukuli atau diusir dari tempat mereka mencari nafkah tanpa
memberikan solusi yang terbaik bagi mereka.
Pendapatan yang hanya cukup untuk makan sehari-hari membuat
sebagian pemulung tidak dapat menyekolahkan anaknya. Anak-anak pemulung
harus rela meninggalkan sekolah dan kehilangan masa kecilnya. Mereka layak
mendapatkan pendidikan yang setara dengan anak-anak lainnya agar dapat
mewujudkan apa yang mereka impikan. Di antara anak pemulung ada yang
2
mengikuti pendidikan formal, baik di tingkat SD maupun SMP. Namun ada
juga yang tidak punya kesempatan untuk belajar di sekolah formal.
Anak-anak pemulung yang tidak sekolah formal bahkan yang mengikuti
sekolah formal pada saat masa pertumbuhan kerap mencontoh perilaku kurang
baik yang dilakukan orang dewasa seperti berbicara kasar, melakukan
kekerasan, mencuri, meninggalkan perintah agama dan tindakan tidak terpuji
lainnya. Maka dari itu penting bagi anak pemulung untuk mendapatkan
pendidikan. Baik pendidikan umum terlebih lagi pendidikan agama, karena
dengan pendidikan agama yang kuat akan menciptakan akhlak yang mulia dan
membimbing anak kepada jalan yang benar.1
Melihat keberadaan anak pemulung yang demikian mendorong
Komunitas Sekolah Bersama dibawah naungan Green Indonesia Foundation2,
mempunyai komitmen membantu secara suka rela kepada anak-anak pemulung
dalam memberikan pendidikan umum dan pendidikan agama. Sekolah
Bersama adalah ruang belajar gratis di kawasan pemulung yang dibangun
dengan tujuan memberi fasilitas belajar bagi masyarakat sekitar khususnya
masyarakat pemulung. Relawan Sekolah bersama berasal dari berbagai
kalangan yang bersedia untuk memberi pengajaran gratis kepada masyarakat
pemulung.3
1Wawancara pribadi dengan kak Mintarsih dilapak pemulung Ragunan, hari minggu 11
September 2016 2Green Indonesia Foundation atau Yayasan Indonesia Hijau adalah lembaga yang
menjadi wadah utama bagi komunitas CCE Community & Sekolah Bersama. Kedua sekolah
tersebut memiliki fokus utama di bidang sosial, pendidikan, dan lingkungan. diakses dari
http://greenindonesiafoundation.com/i . 3http://blogsekolahbersama.blogspot.co.id/?m=1, artikel diakses pada 16 November 2016.
3
Munculnya Komunitas Sekolah Bersama membuat anak pemulung
mendapatkan perhatian dan pendidikan yang layak dan juga mendapatkan
bimbingan dan pembinaan keagamaan. Terutama dalam masalah ibadah agar
kelak menjadi kader muslim berbudi pekerti yang luhur sesuai dengan aturan-
aturan Islam.
Dalam memberikan pengarahan dan pembinaan kepada anak pemulung
agar mereka mau menerima dan menjalankan apa yang para relawan berikan
tidaklah mudah, karakteristik anak pemulung yang biasa hidup bebas dijalanan
tanpa adanya aturan, membuat mereka sukar untuk mengendalikan diri dan
tidak memiliki kepedulian terhadap kepentingan atau kebutuhan
lingkungannya. Untuk itulah diperlukan adanya komunikasi yang tepat dan
efektif untuk melakukan sebuah pembinaan terhadap anak pemulung.
Dalam hal ini komunikasi yang baik berperan sangat penting, karena
komunikasi merupakan keharusan bagi manusia untuk membangun sebuah
hubungan. Komunikasi akan semakin efektif jika didasari dengan rasa
pengertian, keterbukaan, empati dan kepercayaan antara sesama peserta
komunikasi. Dan jika setiap individu memahami betul unsur-unsur yang
terkandung di dalamnya.
Sebagaimana diungkapkan oleh Widjaja, komunikasi adalah “hubungan
kontak langsung maupun tidak langsung antar manusia, baik itu individu
maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak,
4
komunikasi adalah bagian dari kehidupan itu sendiri. Karena manusia
melakukan komunikasi dalam pergaulan dan kehidupannya.4
Jika dalam pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif, maka dapat
dipastikan bahwa pembelajaran tersebut berhasil. Sebab fungsi komunikasi
tidak hanya sebagai pertukaran informasi dan pesan, tetapi sebagai kegiatan
individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta, dan ide. Agar
komunikasi berlangsung efektif dan informasi yang disampaikan oleh seorang
pendidik dapat diterima dan dipahami oleh peserta didik dengan baik, maka
seorang pendidik perlu menerapkan pola komunikasi yang baik pula. 5
Pola komunikasi ikut menetukan berlangsungnya keberhasilan dalam
kegiatan pembinaan keagamaan yang mana karena di dalam kegiatan
pembinaan keagamaan terdapat pola komunikasi, maksudnya penerapan pola
komunikai yang tepat akan menghasilkan keberhasilan seseorang dalam
berkomunikasi sehingga setiap pesan dapat diterima dan dipahami dengan baik.
Melihat peran Komunitas Sekolah Bersama dalam melakukan
pembinaan terhadap anak-anak pemulung, maka peneliti tertarik untuk meneliti
seperti apa pola komunikasi yang dilakukan oleh relawan di Komunitas
Sekolah Bersama dalam melakukan pembinaan keagamaan. Oleh karena itu
peneliti sangat tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam skripsi
dengan judul: “Pola Komunikasi Relawan dengan Anak Pemulung dalam
4H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000),
Cet ke-2. H. 26. 5H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, h. 11.
5
Pembinaan Keagamaan Pada Komunitas Sekolah Bersama Lapak
Pemulung Pejaten”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini, penulis memberikan batasan masalah hanya
pada pola komunikasi relawan dengan anak-anak pemulung dalam proses
pembinaan keagamaan. Pembatasan ini dilakukan agar penelitian
menjadi lebih fokus, terarah dan mempermudah dalam proses pencarian
data, selain itu pembatasan masalah ini berguna untuk menghindari
perluasan pembahasan yang tidak ada hubungannya dengan masalah
yang akan di teliti.
2. Perumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan,
sebagai berikut:
a. Bagaimana pembinaan keagamaan anak pemulung di Komunitas
Sekolah Bersama Pejaten ?
b. Bagaimana pola komunikasi yang Intrapersonal, Interpersonal, dan
Kelompok yang diterapkan para relawan terhadap anak-anak
pemulung dalam pembinaan keagamaan di Komunitas Sekolah
Bersama Pejaten ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah:
6
a. Untuk mengetahui pola komunikasi apa yang diterapkan oleh relawan
dalam membina agama anak pemulung di Komunitas Sekolah Bersama
lapak pemulung pejaten.
b. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi oleh relawan
komunitas Sekolah Bersama dalam membina agama anak pemulung
D. Signifikansi Penelitian
Adapun signifikansi penelitian ini untuk:
a. Manfaat Akademis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
sumber informasi dan dokumentasi serta dapat turut serta
mengembangkan bidang ilmu komunikasi. Selain itu, diharapkan juga
dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian lainnya yang hendak
melakukan penelitian di bidang yang sama, serta dapat pula dijadikan
buku pegangan bagi masyarakat yang memiliki permasalahan yang
diangkat dalam skripsi.
b. Manfaat Praktis
Selesainya penelitian ini dapat diharapkan adanya penemuan
bagaimana mempersiapkan tahapan pola komunikasi yang baik dan benar
hingga menghasilkan prospek keberhasilan yang nyata baik untuk
komunitas Sekolah Bersama, organisasi, maupun instansi formal atau
non formal lainnya.
7
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan paradigma
konsruktivis, paradigma konstruktivis meneguhkan asumsi bahwa
individu-individu selalu berusaha memahami dunia dimana mereka hidup
dan bekerja. Mereka mengembangkan makna-makna subjektif atas
pengalaman-pengalaman mereka, makna-makna yang diarahkan pada
objek-objek atau benda-benda tertentu. Makna-makna ini pun cukup
banyak dan beragam sehingga peneliti dituntut untuk lebih mencari
kompleksitas pandangan-pandangan ketimbang mempersempit makna-
makna menjadi sejumlah kategori dan gagasan. Peneliti berusaha
mengandalkan sebanyak mungkin pandangan partisipan tentang situasi
yang tengah diteliti.6
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian kualitatif ini adalah penedektan yang
datanya tidak menggunakan data statistik, namun lebih dalam bentuk
narasi atau gambar-gambar.7 Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif, pada penelitian ini digambarkan sebuah fenomena
lapangan melalui pengamatan langsung dan dilakukan wawancara pada
subjek yang telah ditentukan. Kemudian dianalisis untuk mendapatkan
hasil untuk mendapatkan tujuan penelitian.
6 John W. Creswell, Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 11. 7 Ronny Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta: CV.
Teruna Grafica, 2005), cet. Ke-3 h.16.
8
Sedangkan menurut Bogdan dan Guba yang dikutip oleh uhar,
penelitian kualitatif atau naturalistic inquiry adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.8
Alasan mengapa peneliti menggunakan pendekatan ini karena
hasil penelitian ingin diketahui secara menyeluruh, mendalam, faktual,
sistematis, dan akurat agar tujuan dapat tercapai dan rumusan masalah
dapat terpecahkan.
3. Metode Penelitian
Metode ialah prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang
mempunyai langkah-langkah sistematis.9 Pada penelitian ini, penelitian
kualitatif menggunakan metode penelitian riset lapangan (field research).
Salah satu jenis penelitian riset lapangan ini, peneliti menggunakan
metode studi kasus (case study). Penggunaan metode studi kasus ini
dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif, tentang latar belakang
masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat
ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa
adanya (given). Adapun subjek penelitian dapat berupa individu,
kelompok, institusi atau masyarakat.10
8 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, (Bandung:
PT Refika Aditama, 2014), h. 181.
9 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2009), h. 41.
10 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta: Bumi Askara,
2013), h. 112.
9
Studi kasus lebih dikehendaki untuk melacak peristiwa-peristiwa
kontemporer, bila peristiwa yang bersangkutan tak dapat dimanipulasi.
Kekuatan yang unik dalam studi kasus adalah kemampuannya untuk
berhubungan sepenuhnya dengan berbagai jenis bukti-dokumentasi,
peralatan, wawancara, dan observasi. Lebih dari itu, dalam beberapa
situasi seperti observasi partisipan, manipulasi informal juga dapat
terjadi.11
4. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian ini ialah para relawan dan anak-anak
pemulung di Sekolah Bersama.
b. Objek Penelitian
Objek penelitian ini ialah pola komunikasi relawan dalam
pembinaan keagamaan anak didik di komunitas Sekolah Bersama.
5. Tempat dan Waktu Penelitian
Terkait dengan subjek penelitian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa penelitian ini akan dilaksanakan di Komunitas Sekolah Bersama
Lapak Pemulung Pejaten. Adapun waktu penelitian terhitung mulai
tanggal 10 Oktober 2016 hingga tanggal 04 Desember 2016.
6. Teknik Pengumpulan Data
Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah:
11 Robert K. Yin, Studi Kasus Desain & Metode (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2012) h. 12.
10
a. Observasi
Observasi yaitu pengamatan secara sistematis dan analisa yang
memegang peranan penting untuk meramalkan tingkah laku sosial,
sehingga hubungan antara satu peristiwa dengan yang lainnya menjadi
jelas.12
Observasi atau pengamatan yang dilakukan penulis adalah
dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian.
Dalam hal ini penulis mengamati bagaimana proses pola komunikasi
yang dilakukan relawan dengan anak pemulung dalam pembinaan
keagamaan yang dilakukan di Komunitas Sekolah Bersama Pejaten.
Observasi dilakukan pada saat relawan memberikan materi
pembinaan keagamaan, dan juga ketika relawan berkomunikasi
kepada anak-anak pemulung. Pengamatan berupa bagaimana cara
relawan mengatasi permasalahan agama anak-anak pemulung, strategi
apa yang relawan gunakan dan bagaimana pola komunikasi antara
relawan dan anak pemulung.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Berbentuk tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung. Pewawancara disebut interviewer yaitu yang mengajukan
12 Syamsir Salam, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: UIN Press, 2006), h. 31.
11
pertanyaan, sedangkan orang yang diwawancarai disebut interviewe
yang memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.13
Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara agar setiap pertanyaan terarah. Adapun pertanyaan dalam
wawancara yang dilakukan yaitu terkait dengan pola komunikasi
yang dilakukan dalam pembinaan keagamaan. Bagaimana komunikasi
imterpersonal, komunikasi antarpribadi, dan komunikasi kelompok
terjadi
Adapun informan yang diwawancarai ialah:
1) Mintarsih (ketua Komunitas Sekolah bersama)
2) Reny Nur Aini (Humas Sekolah Bersama)
3) Lutful Hakim (Penanggung Jawab Kelas Ragunan)
4) Hadi Irfani (Relawan Sekolah Bersama Bidang Agama)
5) Jihan (Relawan Sekolah Bersama)
6) Anggi (Relawan Sekolah Bersama)
7) Terry Kinanti (Anak Binaan Sekolah Bersama)
8) Zahra Aulia Putri (Anak Binaan Sekolah Bersama)
9) Bunga Ilyasandra (Anak Binaan Sekolah Bersama)
10) Dea Maharani (Anak Binaan Sekolah Bersama)
11) Sutriyah (Anak Binaan Sekolah Bersama)
13 Lexy J. Moleong , Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007), h. 186.
12
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh
melalui dokumen-dokumen. Ini dilakukan untuk memperoleh data-
data mengenai hal yang akan diteliti, dan juga yang berhubungan
dengan objek penelitian. Terkait dengan masalah yang diteliti, maka
dokumen yang dikumpulkan adalah bahan-bahan tertulis yang berasal
dari buku-buku, surat keputusan, laporan kerja, web-site dan media
massa.
7. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses pencarian dan pengaturan secara
sistematik hasil wawancara, catatan-catatan, dan bahan-bahan yang
dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang
dikumpulkan dan memungkinkan menyajikan apa yang ditemukan.14
Pertama adalah reduksi data, peneliti mencoba memilah data yang
relevan dengan pola komunikasi relawan dalam membina keagamaan
anak pemulung.kedua adalah penyajian data setelah data mengenai pola
komunikasi relawan dalam membina keagamaan anak pemulung
diperoleh, maka data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk narasi,
visual gambar, tabel dan sebagainya. Ketiga adalah penyimpulan atas apa
yang disajikan.
14 Robert K Yin, Studi Kasus Desain & Metode, h. 210.
13
F. Tinjauan Pustaka
Pada penelitian ini, peneliti mengadakan adanya tinjauan pustaka
terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan sebagai rujukan
pengerjaan skripsi yang akan membantu penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini. Adanya tinjauan pustaka ini juga guna menghindari adanya
bentuk kesamaan penelitian ataupun plagiat. Adapun tinjauan pustaka sebagai
berikut:
1. Pola Komunikasi Volunteer dan Anak Didik dalam Membina Akhlak di
Komunitas Kandank Jurank Doank Ciputat, oleh: Abdul Hamid
108051000045 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2013. Pada skripsi ini penulis menggunakan metode
penelitian kualitatif deskriptif. Penulis membahas pola komunikasi
Volunteer dalam membina akhlak di Komunitas Kandank Jurank Doank
Ciputat dengan menggunakan pola roda dan bintang serta menerpkan
komunikasi dua arah yang bersifat informatif dan persuasif.
2. Pola Komunikasi Tutor terhadap Anak Jalanan dalam Pembinaan Ibadah
di Yayasan Bina Insani Mandiri Depok, oleh: Indah Dwi Fujiani
1110051000085. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2014. Pada penelitian ini penulis membahas pola
komunikasi tutor dengan anak jalanan dalam pembinaan ibadah. Bentuk
14
komunikasi yang digunakan dalam pembinaan ibadah adalah komunikasi
antarpribadi dan komunikasi kelompok.
3. Analisis Pola Komunikasi Anak Pemulung dengan Pembimbing dalam
Upaya Pembinaan Keagamaan di Yayasan Media Amal Islami (YMAI)
Lebak Bulus Jakarta Selatan, oleh: Finti Fatimah Nur Saidah
109051000201. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2014. Fokus pada penelitian ini untuk mengetahui
bentuk pembinaan keagamaan yang dilakukan dan bentuk pola komunikasi
yang terjadi antara pembimbing dan anak-anak pemulung.
Perbedaan dari ketiga penelitian di atas dengan yang akan peneliti
lakukan adalah dapat dilihat dari subjek, objek dan lokasi penelitian. Subjek
yang diambil oleh peneliti sendiri adalah Relawan, subjek pendukungnya
adalah Anak Pemulung dan Objeknya adalah pola komunikasi dalam
pembinaan keagamaan, dan yang akan menjadi sasaran penelitian adalah
Komunitas Sekolah Bersama Lapak Pemulung Pejaten.
G. Sistematika Penulisan
Teknik dari penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan
pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi) yang telah di
susun oleh tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta press, 2011.
Bab I yaitu Pendahuluan merupakan penjelasan dari latar belakang
masalah penelitian skripsi ini. Didalamnya juga dijelaskan batasan dan
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
15
metodologi penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan
sistematika penelitian.
Bab II berisi tentang: pertama ruang lingkup komunikasi yang terdiri
dari pengertian pola komunikasi, unsur-unsur komunikasi, bentuk-bentuk dan
media komunikasi, teknik komunikasi, dan jenis-jenis pola komunikasi.
Kedua pengertian relawan, ketiga pembinaan ibadah.
Bab III gambaran umum Komunitas Sekolah Bersama, memuat
tentang profil Komunitas Sekolah Bersama yang terdiri dari latar belakang,
Visi Misi, struktur Organisasi dan Program-program Komunitas Sekolah
Bersama.
Bab IV temuan lapangan dan analisis data, berisi tentang pola
komunikasi relawan dalam membina ibadah, bentuk dan media komunikasi
yang digunakan dalam membina ibadah, program-program yang dilaksanakan
dalam membina akhlak, faktor pendukung, penghambat, dan solusi dalam
membina ibadah.
Bab V penutup, berisi kesimpulan dan saran-saran berkaitan dengan
pola komunikasi relawan dalam membina ibadah anak pemulung di
komunitas Sekolah Bersama
16
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pola Komunikasi
1. Pengertian Pola Komunikasi
Pola komunikasi merupakan penggabungan dua suku kata pola dan
komunikasi keduanya memiliki pengertian yang berbeda. Kita harus
memahami terlebih dahulu, arti dari kedua suku kata ini apa itu pola dan apa
itu komunikasi ini menjadi penting agar kita dapat lebih mudah memahami
pengertian dari pola komunikasi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pola
memiliki arti bentuk atau sistem, cara atau bentuk (struktur) yang tetap
dimana pola itu sendiri bisa dikatakan sebagai contoh atau cetakan.1
Sedangkan kata pola yang terdapat dalam Kamus Ilmiah Populer memiliki
arti model, contoh atau pedoman (rancangan).2
Pola dapat dikatakan juga dengan model, yaitu cara untuk
menunjukan sebuah objek yang mengandung kompleksitas proses di
dalamnya dan hubungan antara unsur-unsur pendukungnya.3
Sedangkan pengertian komunikasi secara etimologis atau menurut asal
katanya, berasal dari bahasa latin communicatio, kata ini berasal dari
1Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1996), h. 885. 2Puis A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,
1994), h. 605. 3Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Gramedia Widiasavina, 2004). h. 9.
17
katacommunis yang berarti “sama”. Dalam arti kata sama makna, yaitu sama
makna mengenai suatu hal.4
Sedangkan secara terminologis berarti “proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa
komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan
sesuatu kepada orang lain”.5
Menurut Onong Uchjana Effendy dalam Kamus Komunikasi,
komunikasi berarti “proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang
bermakna sebagai panduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi,
kepercayaan, harapan, himbauan, dan sebagainya, yang dilakukan seseorang
kepada orang lain, baik secara tatap muka maupun tak langsung melalui
media, dengan tujuan mengubah sikap pandangan atau perilaku”.6
Menurut Everett M. Rogers yang dikutip oleh Roudhonah
mengemukakan bahwa komunikasi adalah “proses dimana suatu ide dialihkan
dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk
mengubah tingkah laku mereka”.7
Menurut James Komunikasi ialah “perbuatan atau proses
penyampaian suatu gagasan dan informasi dari seseorang kepada orang
lain”.8 Menurut Gunadi komunikasi adalah “proses kegiatan manusia yang di
ungkapkan melalui bahasa lisan dan tulisan, gambar-gambar, isyarat, bunyi-
4Onong Uchajana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
cet Ke-6, h. 3. 5 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 4. 6 Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 1989), cet. Ke-
1, h. 60. 7 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press), h. 21. 8 James G. Robbin, Komunikasi Yang Efektif, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995), h. 1.
18
bunyian, dan bentuk kode lain yang mengandung arti dan dimengerti oleh
orang lain”.9
Menurut Widjaja komunikasi adalah “hubungan kontak antara
manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari
disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu
sendiri. Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan
lingkungannya. Selain itu komunikasi diartikan sebagai hubungan atau dapat
diartikan bahwa komunikasi adalah saling tukar menukar pikiran atau
pendapat”.10
Komunikasi yang baik dan efektif tentunya memiliki ciri-ciri
tersendiri. Menurut Stewart L. Tubbs dan Silvia Mass, yang dikutip oleh
Jalaludin rakhmat, dalam bukunya ‘psikolog komunikasi’ ia menguraikan
ciri-ciri komunikasi yang baik dan efektif dapat dilihat dari beberapa hal
diantaranya:
a. Pengertian yaitu komunikator dapat memahami mengenai pesan-pesan
yang disampaikan kepada komunikan.
b. Kesenangan yaitu menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta
menyenangkan.
c. Mempengaruhi sikap yaitu dapat mengubah sikap orang lain sehingga
bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa.
d. Hubungan sosial yang baik yaitu menumbuhkan dan mempertahankan
hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi.
9 Gunadi, Himpunan IstilahKomunikasi, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia,
1998), cet. Ke-1, h. 69. 10 Widjaja, Ilmu Komunikasi PengantarStudi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000). H. 26.
19
e. Tindakan yaitu membuat komunikasi melakukan suatu tindakan yang
sesuai dengan pesan yang diinginkan.11
Berdasarkan pengertian pola dan komunikasi di atas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa pola dan komunikasi memiliki keterkaitan yang
kuat, serangkaian dua kata yang memiliki keterkaitan makna yang mana dari
keduanya saling mendukung.
Pola komunikasi yaitu bentuk, rancangan atau gambaran dari proses
komunikasi antara satu orang dengan orang lainnya agar dapat berjalan lancar
dan efektif dengan tujuan mengubah sikap,pendapat dan prilaku komunikan
atau seseorang yang diajak berkomunikasi. Baik secara langsung (face to
face) atau melalui media, atau antar individu maupun kelompok.
2. Macam-macam Pola Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Efendi dalam bukunya “Ilmu Teori dan
Filsafat Komunikasi”, menjelaskan bahwa pola komunikasi terbagi menjadi
tiga pola komunikasi yakni komunikasi pribadi, komunikasi kelompok dan
komunikasi massa.12
1. Komunikasi Pribadi
Komunikasi pribadi atau personal communication adalah
komunikasi seputar diri seseorang, baik dalam fungsinya sebagai
11 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000),
cet. Ke-15, h. 13-15. 12Onong Uchjana Efendi, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT Citra Aditya
Bakti), h. 53.
20
komunikator maupun sebagai komunikan. Komunikasi pribadi terdiri dari
dua jenis, yakni:
a. Komunikasi Intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri)
Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dalam diri sendiri,
yaitu proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa
proses pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem saraf.13
Bahwa manusia apabila dihadapi dengan suatu pesan untuk mengambil
keputusan menerima ataupun menolaknya akan mengadakan terlebih
dahulu suatu komunikasi dengan dirinya (proses berpikir). Dalam
proses berpikir ini seseorang menimbang untung rugi usul yang
diajukan oleh komunikator.14
Menurut Ronald L. Applbaum dikutip oleh Onong Uchjana
Efendy mendefinisikan bahwa “komunikasi intrapribadi sebagai
komunikasi yang berlangsung di dalam diri kita sendiri dan kegiatan-
kegiatan mengamati dan memberi makna (intelektual dan emosional)
kepada lingkungan kita.15 Jika seseorang mampu melakukan
komunikasi ini dengan baik itu berarti seseorang tersebut telah mampu
mengenal dirinya sendiri maka dapat dikatakan ia telah menjadi
manusia yang seutuhnya.
13 Sasa Djurasa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1998), h.
39. 14 Phil, Astrid Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Mandar Maju,
1992), cet. Ke-1, h. 4. 15Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, 2003), h. 58.
21
b. Komunikasi Interpersonal (komunikasi antarpribadi)
Komunikasi antarpribadi merupakan proses sosial di mana
orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi.
Sebagaimana diungkapkan oleh Devito yang dikutip oleh Alo Liliweri
dalam bukunya “komunikasi antarpribadi”, bahwa komunikasi
antarpribadi merupakan “pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan
diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan
umpan balik yang langsung”.16
Komunikasi antarpersonal adalah “komunikasi yang proses
terjadinya melibatkan dua belah pihak atau lebih yaitu komunikator dan
komunikan. Dibandingkan dengan komunikasi lain ini dianggap yang
paling efektif karena komunikasi terjadi secara langsung atau bertatap
muka sehingga pesan yang disampaikan dapat langsung
didiskusikan”.17
2. Komunikasi Kelompok
Pada dasarnya kelompok adalah bagian yang tidak dapat
terpisahkan dari kehidupan manusia, karena melalui kelompok manusia
dapat berbagi dan bertukar informasi, pengalaman dan pengetahuan antara
anggota kelompok satu dengan yang lainnya. Kelompok merupakan suatu
unit sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu setelah mengadakan
interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur sehingga di antara individu
16 Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi (Bandung: Citar Aditya Bakti, 1991), h. 12. 17 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 60.
22
sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu yang
khas bagi kelompok itu.18
Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang
(komunikator) dengan sejumlah orang (komunikasi) yang berkumpul
bersama-sama dalam bentuk kelompok.19 Komunikasi kelompok ini
mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, proses komunikasi terhadap
pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang pembicara kepada khalayak
yang lebih besar dan tatap muka. Kedua, komunikasi berlangsung kontinue
dan bisa dibedakan mana sumber dan mana penerima. Ketiga, pesan yang
disampaikan terencana dan bukan spontanitas untuk segmen khalayak
tertentu.20
Menurut Homans seperti yang dikutip oleh Stewart L kelompok
adalah “sejumlah orang yang berkomunikasi satu sama lainnya, seringkali
melewati jangka waktu dan dengan jumlah orang yang cukup kecil
sehingga setiap orang dapat berkomunikasi tanpa melewati orang ketiga,
melainkan secara tatap muka”.21
Menurut Alvin A. Goldberg-Carl E.Larson komunikasi kelompok
adalah suatu studi tentang segala sesuatu yang terjadi pada saat individu-
individu berinteraksi dalam kelompok kecil dan bukan deskripsi mengenai
18 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta: 2002), cet. Ke-2, h. 24. 19 Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Alumni 1986), cet.
Ke-2, h. 5.
30 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005),cet.
Ke-2, h. 33. 21 Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss, Human Communication Konteks-Konteks Komunikasi,
Editor Penerjemah Dedy Mulyana, (Bandung: Rosdakarya, 2001), cet. Ke-3, h 69.
23
bagaimana seharusnya komunikasi terjadi, serta bukan pula sejumlah
nasehat tentang cara-cara bagaimana yang harus ditempuh.22
Menurut Shaw seperti yang dikutip oleh Arni Muhammad,
komunikasi kelompok adalah sekumpulan individu yang dapat
mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama
lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu
sama lain dan berkomunikasi tatap muka.23
Sedangkan menurut Michel Burgon dan Michel Ruffiner seperti
yang dikutip oleh Sasa Djurasa, Komunikasi kelompok adalah interaksi
tatap muka dari tiga individu atau lebih, guna memperoleh maksud atau
tujuan yang diinginkan seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau
pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan
karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.24 Komunikasi
Kelompok dapat diklasifikasi kedalam dua macam, yaitu:
a. Kelompok kecil
Kelompok kecil (small group) adalah “kelompok komunikan
yang dalam situasi komunikasi terdapat kesempatan untuk memberikan
tanggapan verbal, dengan kata lain komunikator dapat melakukan
komunikasi antarpribadi dengan salah satu anggota”.25
22 Alvin A. Goldberg-Carl E.Larson, Komunikasi Kelompok Proses Diskusi dan
Penerapannya, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2006), h. 8. 23 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 182 24 Sasa Djuarsa Sendjaja, Modul Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004),
cet. Ke-8, h. 3.3. 25 Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi (Bandung: PT. Rosdakarya,
2007), h.55.
24
Umpan balik yang diterima dalam komunikasi kelompok kecil
ini biasanya bersifat rasional, serta diantara anggota yang terkait dapat
menjaga perasaan masing-masing dan norma-norma yang ada.26
b. Kelompok Besar
Kelompok besar (large group) situasi yang ada sangat berbeda
dengan situasi yang terjadi didalam kelompok kecil. Dalam hal ini
komunikasi antarpribadi yang terjadi sangat kecil kemungkinannya. Hal
ini terjadi karena begitu banyaknya individu yang berkumpul, seperti
halnya yang terjadi pada tabligh akbar, kampanye, sehingga pertukaran
informasi tersebut sulit berjalan. Dalam hal memberikan tanggapan
kepada komunikator, maka tanggapannya bersifat emosional.27
Dari kedua bagian komunikasi kelompok dapat disimpulkan
bahwa komunikasi kelompok kecil, memungkinkan terjadinya
komunikasi antarpribadi karena dalam komunikasi kelompok kecil
jumlah anggota kelompoknya sedikit dan cenderung terjadi komunikasi
langsung (face to face). Sedangkan komunikasi kelompok besar,
komunikasi antarpribadi yang terjadi sangat kecil kemungkinannya
karena begitu banyaknya individu yang berkumpul.
3. Komunikasi Massa
Komunikasi Massa adalah Komunikasi yang ditujukan kepada
sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media
26 Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h. 128. 27 Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi (Bandung: PT. Rosdakarya,
2007), h.55-56.
25
cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara
serentak dan sesaat.28 Media yang digunakan dalam komunikasi massa
antara lain adalah media cetak yakni koran dan majalah, dan media
elektronik yakni radio, televisi, film dan yang terbaru adalah internet.
Sedangkan karakteristik komunikasi massa menurut Riswandi dalam
bukunya Ilmu Komunikasi terdiri dari 11 karakteristik29, yaitu:
1) Komunikator Terlembaga, seperti media cetak dan elektronik. Pesam
yang disampaikan oleh media cetak dan elektronik membutuhkan
proses yang panjang dan juga peralatan-peralatan yang canggih.
2) Pesan yang disampaikan ditujukan untuk khalayak luas dan bersifat
umum.
3) Komunikannya bersifat heterogen, anonim, tersebar dan tidak
mengenal batas geografis dan kultural.
4) Pola penyampaian pesan media massa berjalan secara cepat dan
mampu menjangkau khalayak luas.
5) Penyampaian pesan cenderung satu arah.
6) Kegiatan komunikasi massa dilakukan secara terencana, terjadwal dan
terorganisir.
7) Pesan yang disampaikan berlangsung secara berkala.
8) Isi pesan yang disampaikan melalui media massa mencakup berbagai
aspek kehidupan seperti ekonomi, politik, sosial budaya dan
keamanan baik yang bersifat informatif, edukatif maupun hiburan.
28Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004),
h.188 29Riswandi, Ilmu Komunikasi (Yogyakarta: PT Graha Ilmu, 2009), h.105-108.
26
9) Media mengutamakan unsur ini daripada hubungan.
10) Media massa menimbulkan keserempakan, komunikan menerima
pesan yang sama di waktu yang bersamaan.
11) Kemampuan alat indra yang terbatas, apabila ada komunikanÇ yang
memiliki pendengaran atau penglihatan kurang baik maka pesan tidak
dapat diterima.
B. Analisis Proses Interaksi Kelompok Kecil
Sebagian besar karya asli yang membahas komunikasi kelompok kecil
berasal dari ilmu psikologi sosial. Teori klasik yang dinamakan “analisis
proses interaksi” yang memberikan pengaruh besar pada teori komunikasi
kelompok. Teori ini membahas jenis-jenis pesan yang disampaikan orang
dalam kelompok dan bagaimana pesan itu mempengaruhi peran dan
kepribadian kelompok.
Menurut Robert F. Bales mengenai analisis proses interaksi yang
dikutip oleh Raudhonah, bahwa kelompok kecil adalah
Sejumlah orang yang terlibat antara satu dengan yang lain dalam suatu
pertemuan yang bersifat tatap muka, di mana setiap peserta mendapat kesan
atau penglihatan antara satu dengan yang lainnya yang cukup kentara,
sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat
memberikan tanggapan kepada masing-masing sesuai perorangan.30
Robert Bales menyusun teori mengenai analisis proses interaksi
(Interaction process analysis) yang saat ini sudah menjadi karya klasik.
30Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta : UIN Jakarta Press 2007) cet. I, h. 128.
27
Dengan menggunakan hasil risetnya selama bertahun-tahun sebagai fondasi,
Bales menyusun teori mengenai komunikasi kelompok kecil untuk
menjelaskan jenis-jenis pesan yang saling dipertukarkan orang dalam
kelompok, bagaimana pesan-pesan itu membentuk peran dan kepribadian
anggota kelompok, dan bagaimana pesan tersebut mempengaruhi karakter
atau sifat kelompok secara keseluruhan.
Gambar 2.1.Kategori Analisis Proses Interaksi
Sumber: Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss (2005).
Theories of Human Communication.
a = masalah komunikasi.
b = masalah evaluasi.
a = masalah komunikasi.
b = masalah evaluasi.
c = masalah pengawasan.
d = masalah keputusan.
e = masalah pengurangan ketegangan.
1. Tampak bersahabat
2. Dramatisasi
3. Kesepakatan
4. Memberikan saran
5. Memberikan pendapat
6. Memberikan informasi
7. Meminta informasi
8. Meminta pendapat
9. Meminta saran
10. pertentangan
11. Menunjukkan ketegangan
12. Tampak tidak bersahabat
Tindakan
Positif
Jawaban
Pertanyaan
Tindakan
Negatif
a b c d e f
28
f = masalah reintegrasi.31
Menurut Bales, analisis proses interaksi terdiri atas enam kategori yaitu:
1. Jika masing-masing anggota kelompok tidak saling memberikan cukup
informasi, maka kelompok bersangkutan akan mengalami “masalah
komunikasi”.
2. Jika masing-masing anggota kelompok tidak saling memberikan
pendapat maka kelompok bersangkutan akan mengalami “masalah
evaluasi”.
3. Jika masing-masing anggota kelompok tidak saling bertanya dan
memberikan saran, maka kelompok akan mengalami “masalah
pengawasan”.
4. Jika masing-masing kelompok tidak bisa mencapai kesepakatan maka
mereka akan mendapatkan “masalah keputusan”.
5. Jika tidak terdapat cukup dramatisasi maka akan muncul “masalah
ketegangan”.
6. Jika anggota kelompok tidak ramah dan bersahabat maka akan terdapat
“masalah reintegrasi”, yang berarti kelompok itu tidak mampu
membangun kembali suatu “perasaan kita” atau kesatuan (cohesiveness)
dalam kelompok bersangkutan.32
Kategori "dramatisasi" (dramatizing) berperan penting dalam teori ini.
Dramatisasi berarti melepaskan ketegangan dengan cara menyampaikan cerita
31 Morissan, Teori Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), cet. Ke-
1, h. 335.
32 Morissan, Teori Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), cet. Ke-
1, h. 336.
29
dan membagi pengalaman dengan orang lain. Cerita dan pengalaman tidak
perlu selalu berhubungan secara langsung dengan tugas kelompok
bersangkutan. Borman, yang mendapatkan idenya dari Bales, percaya bahwa
bentuk komunikasi ini penting tidak hanya untuk mengurangi ketegangan
tetapi juga untuk memengaruhi kualitas diskusi dalam kelompok secara
umum.33
C. Pembinaan Keagamaan
1. Pengertian Pembinaan Keagamaan
Pembinaan Keagamaan terdiri dari dua unsur suku kata yaitu
“pembinaan” dan “keagamaan”. Yang pertama adalah pembinaan, kata
pembinaan setelah ditambah awalan pem dan akhiran an mempunyai arti
proses, cara penyempurnaan, pembahuruan, usaha, tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih
baik dari sebelumnya.34
Sedangkan kata kedua yakni “keagamaan” memiliki awalan ke dan
akhiran an, kata agama sendiri berasal dari bahasa sansakerta yang terdiri dari
dua unsur suku kata yaitu a dan gam, a diartikan dengan tidak dan gam
diartikan dengan pergi yang berarti agama itu menurut bahasa sansekerta
adalah tidak pergi atau tetap ditempat, di warisi turun temurun.35
33 Morissan, Teori Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), cet. Ke-
1, h. 337. 34Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Cet. 3:
Jakarta : PT Balai Pustaka, 2005), h.152 35Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya (Cet. 5: Jakarta : UI Press,
1985), h. 9.
30
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia agama memiliki
makna ajaran, sistem yang mengatur tata keinginan (kepercayaan) dan
keperibadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.36
Pengertian lain mengenai agama menurut Ali Negoro yang dikutip
oleh Aflatun Muchtar dalam bukunya Tunduk Kepada Allah – Fungsi dan
Peran Agama dalam Kehidupan Manusia bahwa “Agama itu adalah suatu
keyakinan pada Yang Maha Kuasa, yang dirasa oleh manusia sebagai
kekuatan gaib yang mempengaruhi segala yang ada, serta mula jadi segala-
galanya dalam alam ini”.37
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa pembinaan
keagamaan adalah usaha yang dilakukan untuk memberikan pemahaman
mengenai tata keimanan (kepercayaan) dan keperibadatan kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dan manusia serta lingkungannya.
Kata keagamaan mengandung arti segala hal baik berupa kegiatan-
kegiatan pendidikan, pembinaan ataupun bimbingan yang berhubungan
dengan agama. Sehingga dapat dipahami bahwa pembinaan keagamaan
merupakan suatu proses kegiatan untuk mempelajari hal-hal yang baru atau
memperkaya hal-hal yang dimiliki dengan tujuan untuk mengembangkan
pengetahuan dan kecakapan hidup yang berhubungan dengan agama.
36Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Cet. 4:
Jakarta : PT Balai Pustaka, 2007), h. 12. 37Aflatun Muchtar, Tunduk Kepada Allah Fungsi dan Peran Agama dalam Kehidupan
Manusia (Jakarta : Khazanah Baru, 2001), h. 10.
31
2. Tujuan dan Fungsi Pembinaan Keagamaan
Pada dasarnya setiap agama memiliki ajaran dan cara membahasakan
diri yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian secara
umum dapat dikatakan bahwa setiap agama pada dasarnya ingin menciptakan
kebahagiaan bagi pengikutnya. Karena itulah agama sering disebut sebagai
“jalan” (the way).
Tujuan pembinaan keagamaan menurut Hasan Langulung yang
dikutip oleh Abuddin Nata dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam bahwa
tujuan pembinaan agama harus mengakomodasikan tiga fungsi utama dari
agama, yaitu fungsi spiritual yang berkaitan dengan aqidah dan iman,
kemudian fungsi psikologis yang berkaitan dengan tingkah laku individual
termasuk nilai-nilai akhlak yang mengangkat derajat manusia ke derajat yang
lebih sempurna, dan terakhir fungsi sosial yang berkaitan dengan aturan-
aturan yang menhubungkan manusia dengan manusia lain atau masyarakat.38
Menurut Abdul Mujib dkk, tujuan pembinaan keagamaan antara lain
adalah :
1. Mengembangkan wawasan spiritual yang semakin mendalam
2. Membekali anak muda dengan berbagai pengetahuan dan kebaikan
3. Membantu peserta didik yang sedang tumbuh untuk belajar berpikir
secara logis dan membimbing proses pemikirannya
38Abidin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 46.
32
4. Mengembangkan wawasan relasional dan lingkungan sebagaimana
yang dicita-citakan dalam Islam, dengan melatih kebiasaan dengan
baik39
Armai Arief mengutip pendapat Atoumy Al Syaibani tentang
pembinaan keagamaan mencakup tiga hal yaitu :
1) Tujuan Individual
Tujuan ini berkaitan dengan masing-masing individu dalam
mewujudkan perubahan yang dicapai pada tingkah laku dan
aktifitasnya.
2) Tujuan Sosial
Tujuan ini berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai
keseluruhan dan tingkah laku mereka secara umum.
3) Tujuan Profesional
Tujuan ini berkaitan dengan pembinaan dan pengajaran sebagai
sebuah ilmu.40
Menurut Zakiyah Drajat, ada beberapa fungsi agama dalam kehidupan
manusia41 :
1) Memberikan bimbingan dalam hidup. Ajaran agama memberi
bimbingan mulai dari kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat,
39 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: kencana, 2006), cet. Ke-1 h. 82. 40 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres,
2002), cet. Ke-1 h. 25-26. 41Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta : Bulan Bintang, 1976), cet. Ke-5 h. 36.
33
ataupun berhubungan dengan Tuhan. Bagi orang yang tingkah
lakunya sesuai dengan apa yang diajarkan dalam agama, maka dalam
menjalankan hidupnya ia bersikap wajar, tenang, tidak melanggar
hukum dan peraturan masyarakat dimana ia tinggal. Tidak akan mau
mengambil hak orang lain yang jelas-jelas bukan haknya.
2) Penolong dalam menghadapi segala kesukaran. Jika orang yang
beragama mengalami kesukaran, maka dia akan menghadapinya
dengan tabah dan tenang serta tidak merasa putus asa. Karena ia
berkeyakinan bahwa kesukaran yang dihadapi sebagai cobaan Tuhan
kepada hambanya yang beriman. Tetapi, jika ia orang yang tidak
beragama, maka ia akan menghadapi masalah itu dengan panik dan
bingung bahkan putus asa.
3) Menentramkan batin. Banyak orang yang tidak menjalankan perintah
agama, selalu merasa gelisah dalam hidupnya. Tetapi setalah
menjalankan perintah agama ia mendapatkan ketenangan hati bahkan
agama dapat meberi jalan penenang hati bagi jiwa yang sedang
gelisah.
3. Metode Pembinaan Keagamaan
Berbagai cara ditempuh oleh seorang pembina dalam menyampaikan
pembinaan keagamaan. Agar proses pembinaan berjalan dengan lancar, maka
perlu dipilih cara yang tepat dalam menyampaikan materi pembinaan.
Pembinaan keagamaan dalam Islam sangat erat kaitannya dengan Pendidikan
Agama Islam. Oleh sebab itu, metode yang dipakai dalam pembinaan
34
keagamaan tidak jauh berbeda dengan metode Pendidikan Agama Islam. Di
antara metode-metode yang dipakai ialah sebagai berikut:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan oleh
guru terhadap kelas.42 Guru menerangkan atau menjelaskan apa yang
akan disampaikan dengan lisan di depan murid. Metode ceramah
merupakan metode yang sudah lama dipakai dalam proses pembelajaran.
Oleh sebab itu metode ini digolongkan sebagai metode tradisional.
Dalam prakteknya, metode ini sering dibarengi dengan metode tanya
jawab.
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah salah satu teknik mengajar yang dapat
membantu kekurangan-kekurangan pada metode ceramah.43 Cara yang
ditempuh biasanya guru mengajukan pertanyaan kepada murid tentang
bahan pelajaran yang telah diajarkan. Guru mengahrapkan jawaban yang
diberikan siswa tepat berdasarkan fakta. Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan biasanya bukan hanya sebatas dari guru dan murid menjawab,
akan tetapi pertanyaan itu biasa muncul dari murid kemudian guru
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh murid tersebut. Ada kalanya
jawaban itu juga bisa bersal dari murid yang lain dalam proses
pembelajaran yang sedang berlangsung tersebut.
42 Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), cet.
Ke-1 h. 233. 43 Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Islam, h. 307.
35
3. Metode Demosntrasi
Yang dimaksud dengan metode demonstrasi yaitu metode
mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu
pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana suatu proses
pembentukan tertentu kepada siswa.44 Pada metode demontrasi, titik
tekannya adalah memperagakan tentang jalannya suatu proses tertentu.
Biasanya guru memperagakan terlebih dahulu, kemudian siswa
mengikutinya.
4. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara mengajar atau menyajikan materi
melalui pengajuan masalah yang pemecahannya dilakukan secara
terbuka.45 Dalam sebuah diskusi semua anggota ikut terlibat. Di antara
prinsip-prinsip diskusi antara lain; adanya pemimpin dan anggota, topik
yang diangkat jelas dan menarik, peserta saling memberi dan menerima
serta suasana berjalan tanpa tekanan.
5. Metode mengajar beregu (team teaching)
Metode mengajar beregu (team teaching) ialah sistem mengajar
yang dilakukan oleh dua orang guru atau lebih dalam mengajar sejumlah
peserta didik yang memiliki minat, kemampuan atau tingkat kelas yang
44 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat
Pres, 2002), h. 190. 45 Qodri A. Azizy, Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Madrasah Diniyah,
(Jakarta : Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, Dirjen Kelembagaan Agama
Islam Departemen Agama RI, 2003), h. 11.
36
berbeda.46 Guru dan team teaching menyajikan bahan pelajaran yang
sama, waktu dan tujuan yang sama. Akan tetapi biasanya keterampilan-
keterampilan yang disajikan adakalanya yang berbeda satu dengan yang
lainnya.
6. Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok ditempuh oleh guru apabila dalam
mengahadapi anak didik di kelas dirasa perlu untuk dibagi-bagi dalam
kelompok untuk memecahkan masalah atau untuk menyerahkan suatu
pekerjaan yang perlu diselesaikan secara bersama-sama.47 Pembagian
kelompok dapat dilakukan oleh guru atau anak didik sendiri.
4. Materi Pembinaan Keagamaan
Materi pembinaan keagamaan meliputi berbagai aspek. Namun secara
garis besar dapat dibedakan dalam tiga aspek utama, akidah, syari’ah dan
akhlak. Adapun uraian dari ketiga aspek tersebut secara umum adalah sebagi
berikut:
1. Akidah
Secara etimologi (bahasa) akidah adalah ikatan, sangkutan.
Sedangkan menurut terminologi (istilah) makna akidah adalah iman,
keyakinan.48 Oleh karena itu, akidah ditautkan dengan rukun iman yang
merupakan asas dari seluruh ajaran Islam, yaitu terdiri dari : a) Iman
46 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2005), cet.
Ke-4 h. 285. 47Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Islam, h. 304. 48 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2000), cet. Ke-3 h. 134.
37
Kepada Allah Swt, b) Iman Kepada Malaikat, c) Iman kepada kitab suci,
d) Iman kepada Nabi dan Rasul, e) Iman kepada hari akhir, dan f) Iman
kepada qadha’ dan qadar.
2. Syari’ah
Secara bahasa syari’ah adalah jalan (ke sumber mata air) yang
harus ditempuh (oleh setiap umat Islam). Sedangkan menurut istilah
makna syari’ah adalah sistem norma (kaidah) yang mengatur hubungan
manusia dengan Allah Swt, hubungan manusia dengan manusia dalam
kehidupan sosial dan hubungan manusia dengan benda dan alam
lingkungan hidupnya.49
3. Akhlak
Akhlak berasal dari kata khuluk yang berarti perangai, sikap
perilaku, watak, budi pekerti. Akhlak ialah sikap yang menimbulkan
kelakuan baik dan buruk.50 Akhlak manusia terhadap Allah Swt dibahas
dalam ilmu tasawuf sedangkan ilmu yang membahas tentang akhlak
manusia terhadap sesama ciptaan Allah (makhluk) disebut ilmu akhlak
D. Relawan
Kata relawan atau volunteer adalah “orang yang tanpa dibayar
menyediakan waktunya untuk mencapai tujuan organisasi, dengan tanggung
jawab yang besar atau terbatas, tanpa atau dengan sedikit latihan khusus,
49 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, h. 135. 50 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, h. 135.
38
tetapi dapat pula dengan latihan yang sangat intensif dalam bidang tertentu,
untuk bekerja sukarela membantu tenaga profesional”.51
Ciri-ciri relawan menurut Omoto & Snynder, yang dikutip oleh
Abidah yaitu :
a. Selalu mencari kesempatan untuk membantu.
b. Komitmen diberikan dalam waktu yang relatif lama.
c. Memerlukan personal cost yang tinggi (waktu, tenaga, dsb)
d. Mereka tidak mengenal orang yang mereka bantu, sehingga orang yang
mereka bantu diatur oleh organisasi dimana mereka aktif didalamnya.
e. Tingkah laku menolong yang dilakukannya bukanlah suatu keharusan.
Relawan dapat dikategorikan kedalam beberapa jenis52, diantaranya :
1. Relawan Kebijakan
Relawan yang menjadi pengurus organisasi, merumuskan kebijakan-
kebijakan umum organisasi. Untuk ini biasanya dipilih dari dan oleh
anggota organisasi.
2. Relawan Lapangan
Relawan yang langsung melaksanakan kegiatan-kegiatan organisasi di
lapangan tanpa mengharapkan imbalan material.
51Margonoipb.files.wordpress.com/2009/../8volunteerism.pp.ttps://www.google.com/sear
ch?q=pengertian+sukarelawan&ie=utf8&oe=utf8&aq=t&rls=org.mozilla:enUS:official&client=fir
efox-a, artikel diakses pada 20 september 2016. 52http://komunitasrelawan.blogspot.co.id/2011/05/jenis-dan-peran-relawan.html?m=1,
artikel diakses pada 16 November 2016.
39
3. Relawan Sesaat
Relawan yang hanya memberikan kontribusi pada saat – saat tertentu saja,
tidak mengikatkan dirinya pada organisasi. Biasanya memberikan
kontribusi sebagai narasumber dalam kegiatan tertentu saja.
4. Relawan Ahli
Relawan yang memberikan keahlian pada organisasi, baik melalui
pemberian informasi maupun konsultasi. Memberi masukan dalam arah
kebijakan program dan organisasi sebagai bahan pertimbangan pengurus
menetapkan kebijakan.
Tenaga pendidik di sekolah ini adalah orang-orang yang secara
sukarela mau dan ikhlas membagikan ilmu kepada anak-anak. Orang-orang
ini disebut sukarelawan atau volunteer yang peduli terhadap pendidikan anak-
anak di Indonesia. Dari awal berdiri sejak 12 April 2012 sekolah bersama
mendukung pendidikan anak-anak indonesia khususnya anak-anak jalanan.
Kegiatan yang selama ini sudah berlangsung diantaranya adalah kegiatan
pengajaran yang ada di lapak pemulung berbasiskan pendidikan karakter.
E. Pemulung
Kata “pemulung” secara bahasa diartikan sebagai orang yang mencari
nafkah dengan jalan mencari dan memungut serta memanfaatkan barang
bekas dan menjualnya kepada pengusaha yang akan mengolahnya kembali
menjadi barang komuditas.53 Pemulung adalah oarng-orang yang
pekerjaannya memilih, memungut, dan mengumpulkan sampah atau barang
53Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Cet. 4:
Jakarta : PT Balai Pustaka, 2007), h. 196.
40
bekas yang masih dapat di manfaatkan atau barang yang dapat di olah
kembali untuk di jual.
Barang bekas yang dikumpulkan diantaranya adalah botol plastik,
botol kaca, besi, kardus, almunium, kaleng dan lain-lain, untuk selanjutnya
barang-barang yang telah di kumpulkan tersebut di jual pada pengepul untuk
di daur ulang menjadi barang-barang yang dapat dimanfaatkan dan bernilai
ekonomis. Mereka mengumpulkan barng-barang bekas itu biasanya
bermodalkan karung goni atau gerobak untuk digunakan sebagai wadah
barang-barang bekas yang telah dikumpulkan.
Beberapa ahli mengemukakan tentang tiga faktor penyebab terjadinya
kemiskinan Faktor-faktor tersebut adalah ;
a. Kemiskinan alami yang disebabkan keterbatasan kualitas sumber daya
alam maupun sumber daya manusia.
b. Kemiskinan struktural yang diakibatkan oleh berbagai kebijakan,
peraturan dan keputusan dalam pembangunan.
c. Kemiskinan kultural yang lebih banyak disebabkan oleh sikap
individu dalam masyarakat yang mencerminkan gaya hidup, prilaku
atau budaya yang menjebak dirinya dalam kemisikinan.54
Kebanyakan pemukiman para pemulung berada tidak jauh dengan
TPA (tempat pembuangan akhir) dimana mereka mencari barang-barang
bekas. Mereka membangun gubuk-gubuk yang terbuat dari bahan bekas,
seperti kardus bekas, triplek, bambu, seng dan lain-lainnya. Mereka
54Iwan Nugroho dan Rochmin Dahuri. Pembangun Wilayah, Perspektif Ekonomi Sosial
dan Lingkungan (Jakarta : LP3ES, 2004), h. 168.
41
mengandalkan barang bekas apa saja, untuk dijadikan tempat berteduh.
Pemukiman para pemulung tersebut tentu sangat jauh dari kata aman dan
nyaman, keadaan lingkungan yang telah tercemar dengan sampah tentu saja
menjadikan lingkungan pemukiman pemulung tersebut rawan akan banjir,
bau yang menyengat, dan sudah tentu masalah kesehatan, penyakit umum
yang sering terjadi pada para pemulng adalah infeksi saluran pencernaan,
kolera dan demam berdarah
.
42
BAB III
GAMBARAN UMUM KOMUNITAS
SEKOLAH BERSAMA
A. Profil Sekolah Bersama
1. Latar Belakang Sekolah Bersama
Pendidikan adalah senjata dalam suatu negara dalam meraih cita-cita
negara. Cita-cita tersebut ialah kesejahteraan yang merata bagi seluruh warga
negara. Namun jika kita melihat lagi kedalam lingkungan pendidikan di
Indonesia masih terdapat banyak hambatan untuk maju diantaranya yaitu
tidak meratanya pelayanan pendidikan kepada seluruh lapisan masyarakat
Indonesia terutama kepada generasi muda yaitu anak-anak Indonesia.
Pendidikan anak Indonesia sering dikesampingkan oleh negara
dikarenakan permasalahan ekonomi yang mengakibatkan bakat dan potensi
mereka tidak tergali secara maksimal. Hal tersebut juga mengakibatkan
pendidikan yang tidak merata dikalangan masyarakat marjinal. Melihat hal
tersebut para fasilitator tergerak untuk mewujudkan langkah kepedulian
terhadap pendidikan dalam negeri dengan mendirikan SEKOLAH
BERSAMA1.
Pendidikan disini adalah upaya untuk mengeluarkan api potensi
disetiap manusia, tanpa harus memaksakan kedalam sistem pendidikan yang
hanya bisa membelenggu potensi manusia. Pendidikan yang dapat mengajak
jiwa membangun sistem masyarakat yang berkualitas.
1 Dokumen Pribadi Sekolah Bersama, diakses pada tanggal 10 Oktober 2016.
43
Sekolah Bersama adalah komunitas non-profit yang berdiri sejak 12
April 2012. Digawangi oleh pemuda yang bergerak pada landasan
kepedulian, Sekolah Bersama mendukung pendidikan anak-anak Indonesia,
khususnya anak-anak jalanan. Kegiatan yang selama ini sudah berlangsung
diantaranya adalah kegiatan pengajaran yang ada di lapak pemulung
berbasiskan pendidikan karakter. Selain itu, kami juga rutin mengadakan
event bakti sosial untuk lingkungan. Terakhir, komunitas kami juga telah
legal berada di bawah bimbingan Yayasan Indonesia Hijau atau Green
Indonesia Foundation pada 12 Agustus 2014.2
Pendidikan bagi masyarakat pemulung adalah suatu hal yang masih
dianggap mahal. Itulah mengapa relawan yang ada dalam lingkup Sekolah
Bersama (SB) mengadakan kelas pembelajaran di lapak-lapak pemulung
Jakarta Selatan, khususnya yang ada di wilayah Pejaten. Kelas ini dimulai
sejak bulan September 2014 dengan jumlah murid sebanyak 30 anak. Selama
ini, kami menjalankan berbagai macam kegiatan seperti pembelajaran rutin
seminggu 3x, kelas wirausaha, hingga event bakti sosial.
2. Visi dan Misi Komunitas Sekolah Bersama
Visi
Menyalakan api potensi peserta didik guna menciptakan manusia yang
mampu berkarya myata dan bermanfaat bagi semua pihak menuju hidup
yang berkualitas.
2Dokumen Pribadi Sekolah Bersama, diakses pada tanggal 10 Oktober 2016.
44
Misi
1. Mewujudkan pendidikan bertumpu pada imtak dan iptek
2. Mewujudkan sistem pendidikan fun education system
3. Melaksankan sistem social entrepreneur
4. Mengenalkan dunia teknologi dan seni
5. Melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung
6. Menjalin kekeluargaan antara keluarga besar sekolah bersama dengan
masyarakat luas
Motto
Sekolah Bersama Sekolah Kita Semua
B. Lokasi Sekolah Bersamna
Sekolah Bersama terdapat di tiga wilayah jakarta selatan, Lapak
Pemulung Pejaten, Lapak Pemulung Jati Padang dan Lapak Pemulung
Ragunan. Ketiga lokasi tersebut menjadi sasaran Sekolah Bersama dalam
memberikan pendidikan kepada anak-anak pemulung dan bakti sosial di
lingkungan tersebut.3
Dari ketiga Lokasi Tersebut yang menjadi fokus penelitian penulis
adalah Sekolah Bersama yang terdapat di Lapak Pemulung Pejaten. Lokasi
Kelas belajar Pejaten beralamat di Jalan Siaga Raya, RT 03/04 Pejaten,
Pasarminggu, Jakarta Selatan. Lokasi ini menjadi fokus penelitian penulis
karena minat belajar para anak pemulung yang begitu besar dan sebagian dari
mereka tidak sekolah di sekolah formal.
3 Dokumen Pribadi Sekolah Bersama, diakses pada tanggal 10 Oktober 2016.
45
Namun bulan Agustus 2016 kemarin tepatnya Setalah Lebaran Idul
Fitri, Lapak Pemulung Pejaten di gusur oleh Pemprov Dki Jakarta. Sebelum
dilakukan penggusuran Pemprov Dki memberi tenggang waktu kepada para
penghuni lapak untuk membereskan barang-barang yang mereka miliki. Hal
ini menyebabkan penulis berganti lokasi penelitian.
Setalah lapak Pemulung Pejaten digusur oleh Pemprov Dki, maka
otomatis kegiatan belajar dan mengajar Sekolah Bersama Terhenti. Oleh
karena itu peneliti berpindah tempat penelitian ke Lokasi Lapak Pemulung
Ragunan, untuk melengkapi data penelitian. Sekolah Bersama Lapak
Pemulung Ragunan beralamat di kampung Utan Rt 01 Rw 05 Ragunan Pasar
Minggu Jakarta Selatan. Berbeda dari Lokasi Sebelumnya Lapak Pemulung
Ragunan dimiliki oleh Bos Pengepul barang bekas. Jumlah anak yang ikut
kegiatan Sekolah Bersama di Lapak ini berjumlah 30 anak dan semangat
mereka akan belajarpun sangat tinggi.
C. Keagamaan Komunitas Sekolah Bersama
Agama itu adalah suatu keyakinan pada yang maha kuasa, yang dirasa
oleh manusia sebagai kekuatan gaib yang mempengaruhi segala yang ada,
serta mula jadi segala-galanya dalam alam ini.4 Keagamaan yang di ajarkan
relawan kepada anak-anak pemulung yaitu memberikan pemahaman
mengenai tata keimanan (keperayaan) dan keperibadatan kepada Allah SWT
serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan
manusia serta lingkungannya.
4Aflatun Muchtar, Tunduk Kepada Allah Fungsi dan Peran Agama dalam Kehidupan
Manusia (Jakarta : Khazanah Baru, 2001), h. 10.
46
Memberi bimbingan mulai dari kehidupan pribadi, keluarga,
masyarakat, ataupun berhubungan dengan Tuhan. Bagi orang yang tingkah
lakunya sesuai dengan apa yang diajarkan dalam agama, maka dalam
menjalankan hidupnya ia bersikap wajar, tenang, tidak melanggar hukum dan
peraturan masyarakat dimana ia tinggal. Tidak akan mau mengambil hak
orang lain yang jelas-jelas bukan haknya5.
D. Materi Pembinaan Keagamaan
Materi pembinaan keagamaan meliputi Akidah, Fiqih, Hadist, Doa-
doa harian, dan Membaca Al-Quran. Akidah mencakup Iman Kepada Allah
SWT, Iman kepada malaikat, Iman kepada kitab suci, Iman kepada Nabi dan
Rasul, Iman kepada hari akhir, dan Iman kepada qadha’ dan qadar. Fiqih
disini praktek berwudhu dan praktek sholat.
E. Metode Pembinaan Keagamaan
Di antara metode-metode yang dipakai ialah sebagai berikut:
a. Metode Ceramah
Relawan menerangkan atau menjelaskan apa yang akan disampaikan
dengan lisan di depan kelas.
b. Bercerita
Relawan menceritakan kisah-kisah nabi dan sejarah islam lainnya
kepada anak-anak pemulung.
5Dokumen Pribadi Sekolah Bersama, diakses pada tanggal 10 Oktober 2016.
47
c. Metode Diskusi
Relawan mengajak anak-anak pemulung bersama-sama mebahas
sebuah permasalahan.
d. Praktek
Disini Relawan mempraktekan secara langsung tata cara berwudhu
dan juga Sholat.
e. Mengaji
Relawan mengajarkan anak-anak pemulung mulai dari mengenal
huruf-huruf hijaiyah hingga sampai hukum Tajwid.
F. Relawan Sekolah Bersama
Tenaga pendidik di sekolah ini adalah orang-orang yang secara
sukarela mau dan ikhlas membagikan ilmu kepada anak-anak. Orang-orang
ini disebut sukarelawan atau volunteer yang peduli terhadap pendidikan anak-
anak di Indonesia. Sukarelawan yang tergabung di Sekolah Bersama adalah
anak anak muda mayoritas para mahasiswa yang dengan sengaja meluangkan
waktunya untuk memberikan ilmu pengetahuan yang mereka miliki kepada
anak-anak pemulung. Mereka tidak mendapatkan honor selayaknya pengajar
di sekolah lain, namun mereka mendapatkan kepuasan karena telah dapat
memberi dan berbagi kepada anak-anak pemulung yang membutuhkan
pendidikan terutama pendidikan agama.6
6 Dokumen Pribadi Sekolah Bersama, diakses pada tanggal 10 Oktober 2016.
48
G. Waktu Belajar Komunitas Sekolah Bersama
Dalam satu minggu disekolah bersama ada tiga kali pertemuan, yaitu
hari Selasa Jam 16.00 s/d 17.30 WIB, Sabtu Jam 09.30 s/d 12.00, Minggu
Jam 09.30 s/d 12.00. pada ketiga hari tersebut hanya pada hari Minggu saja
terdapat Pembinaan Keagamaan. Dihari Selasa dan Sabtu, materi yang
diajarkan adalah pelajaran umum7.
H. Anak Didik Sekolah Bersama
Anak-anak didik di Sekolah Bersama Ragunan secara keseluruhan
berjumlah 35 anak didik. Dari 35 anak didik tersebut dibagi menjadi 3 level
kelas sesuai dengan tingkat kemampuan dan usia, kelas PAUD terdiri dari 14
anak didik mulai dari usia 3,5 – 7 tahun, kelas 1-3 terdiri dari 13 anak didik
mulai dari usia 8 – 15 tahun, dan kelas 4-6 terdiri dari 8 anak didik mulai dari
usia 10 – 13 tahun.8
7Dokumentasi Pribadi di Sekolah Bersama, diakses pada tanggal 10 Oktober 2016.
8 Dokumen Pribadi Sekolah Bersama, diakses pada tanggal 10 Oktober 2016.
49
I. Struktur Komunitas Sekolah Bersama Ragunan
Struktur kepengurusan Komunitas Sekolah Bersama Lapak Pemulung
Ragunan9 :
Gambar 3.1.
Struktur Organisasi Komunitas Sekolah Bersama Ragunan
9 Wawancara Pribadi dengan Hakim, Relawan Komunitas Sekolah Bersama, Jakarta 10
Oktober 2016.
KETUA
MINTARSIH
HUMAS
RIKA DAN RENI
TIM AKADEMIK
INTAN DAN NANDA
SDM
OLIV
PJ KELAS RAGUNAN
HAKIM
VOLUNTEER
SEDU
VOLUNTEER
AMEL
VOLUNTEER
BIRA
VOLUNTEER
JIHAN
VOLUNTEER
HADI
VOLUNTEER
PUTRI
VOLUNTEER
ZIZA
VOLUNTEER
TIARA
VOLUNTEER
ANGGI
50
J. Program-program Sekolah Bersama
Sekolah Bersama adalah Komunitas non-profit yang digawangi oleh
para pemuda dengan berlandaskan kepedulian terhadap pendidikan di
Indonesia, khususnya anak-anak pemulung. Pendidikan bagi masyarakat
pemulung adalah suatu hal yang masih dianggag mahal, itulah mengapa
relawan yang ada dalam lingkup Sekolah Bersama (SB) mengadakan kelas
pembelajaran di lapak-lapak pemulung di kawasan Jakarta Selatan. Program-
program yang ada di Sekolah Bersama terbagi menjadi dua bagian, program
pengajaran 3 kali seminggu dan program kegiatan hari-hari besar10.
1. Program pengajaran 3 kali seminggu
Program ini merupakan kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh para
relawan kepada anak-anak pemulung. Kegiatan pembelajaran ini terbagi
menjadi dua yaitu pembelajaran yang berisi materi umum dan
pembelajaran yang berisi materi agama.
2. Program kegiatan hari-hari Besar
Hampir disetiap peringatan hari-hari besar Sekolah Bersama selalu
mengadakan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperingatinya.
Diantaranya kegiatan Ramadhan Berkarakter, 17 Agustusan, Qurban Idul
Adha dan peringatan tahun baru Islam 1 Muharam. Semua kegiatan
tersebut telah menjadi agenda rutin Sekolah Bersama.
10 Dokumen Pribadi Sekolah Bersama, diakses pada tanggal 10 Oktober 2016.
51
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Pembinaan Keagamaan Anak Pemulung di Komunitas Sekolah Bersama
Pembinaan keagamaan anak-anak pemulung di Sekolah Bersama
bertujuan agar mereka bisa menerapkan apa yang diajarkan dalam agama
Islam dalam pergaulan sehari-hari. Menjadi anak-anak yang memahami dan
mengamalkan dengan baik ketentuan-ketentuan agama Islam.1
Anak-anak pemulung sangat membutuhkan pembinaan keagamaan
karena mereka kurang mendapatkan ajaran-ajaran agama Islam. Lingkungan
tempat mereka tinggal tidak memperlihatkan adanya aktivitas keagamaan.
Anak-anak pemulung yang masih dalam masa pertumbuhan kerap mencontoh
perilaku kurang baik yang dilakukan orang dewasa seperti berbicara kasar,
melakukan kekerasan, mencuri, meninggalkan perintah agama dan tindakan
tidak terpuji lainnya. Maka dari itu penting bagi anak pemulung untuk
mendapatkan pendidikan. Baik pendidikan umum terlebih lagi pendidikan
agama, karena dengan pendidikan agama yang kuat akan menciptakan akhlak
yang mulia dan membimbing anak kepada jalan yang benar.2
Dalam mengatasi permasalahan keagamaan anak-anak pemulung para
relawan Sekolah Bersama memberikan program pembinaan Keagamaan.
Program ini diterapkan dengan membagi anak-anak pemulung kedalam tiga
kelas dengan jumlah keseluruhan 34 anak binaan. Pertama Kelas Melati,
1 Wawancara pribadi dengan kak Reny di kampus UIN Jakarta, hari kamis 24 November
2016, pukul 14.30 WIB. 2 Wawancara pribadi dengan kak Mintarsih dilapak pemulung Ragunan, hari minggu 11
September 2016, pukul 09.00 WIB.
52
anak-anak yang belajar dikelas ini berusia mulai dari 4-6 tahun. Materi yang
diberikan relawan dalam kelas melati ini lebih berfokus kepada pengenalan
huruf-huruf hijaiyah, bersholawat, dan mendengarkan cerita-cerita nabi.
Kedua Kelas Lion anak-anak yang masuk kategori kelas ini adalah anak-anak
yang berusia mulai dari 6-9 tahun. Materi yang di berikan relawan mulai dari,
membaca iqra, surat-surat pendek, pengenalan rukun islam dan rukun iman,
belajar tata cara berwudhu dan baca-bacaan sholat. Ketiga Kelas Tiger pada
kelas ini adalah anak-anak yang berusia mulai dari 9-12 tahun, materi yang
diberikan relawan sudah mulai banyak. Anak-anak pemulung di usia ini
sudah banyak yang membaca Al-Quran pada tahap ini mulai pengenalan
hukum-hukum Tajwid,.3
Materi-materi pembinaan keagamaan yang relawan berikan kepada
anak-anak pemulung seperti Aqidah, Fiqih, Hadist, Doa-doa Harian, Praktek
Sholat, dan Belajar Mengaji. Materi-materi tersebut diberikan kepada anak-
anak pemulung sesuai dengan tingkat kemampuan mereka.
Melakukan pembinaan keagamaan kepada anak-anak pemulung tidak
bisa seperti seorang guru memberikan pelajaran kepada muridnya di sekolah
formal. Maka relawan Sekolah Bersama mempunyai cara tersendiri dalam
memberikan ilmu-ilmu agama Islam kepada anak-anak pemulung.Dalam
metode pembinaan kegamaan para relawan menyetarakan diri dengan para
adik-adik, mereka melepaskan identitas mereka sebagai pembina namun
mereka memposisikan diri sebagai teman. Sehingga pesan yang teman
3 Dokumen Pribadi Sekolah Bersama, diakses pada tanggal 10 Oktober 2016.
53
relawan sampaikan kepada adik-adik dapat dengan mudah mereka terima dan
adik-adik tidak segan untuk bertanya serta bertukar pikiran. Seperti apa yang
dikemukakan Echi relawan Sekolah Bersama kepada penulis pada saat
wawancara bahwa “komunikasi yang dilakukan oleh relawan dengan anak-
anak pemulung tidak ada tingkatan yang berbeda. Relawan menyetarakan diri
dengan adik-adik, setara dalam artian bahasa dan body languagenya. Pada
saat mengajar relawan melepaskan identitas mereka sebagai pembina namun
memposisikan diri sebagai teman”.4
Selain menyetarakan diri dengan para adik-adik, relawan sekolah
bersama juga mempunyai beberapa cara untuk menarik minat dan
meningkatkan semangat belajar anak-anak pemulung. Diantaranya bercerita
tentang kisah-kisah nabi, menonton film yang bernilai edukasi agama,
mengadakan cerdas cermat dengan soal-soal agama Islam, dan mengubah
materi pelajaran menjadi sebuah lagu.5
Sebelum memulai kelas biasanya para teman relawan mengulang
materi yang telah diberikan, ini merupakan salah satu metode agar anak-anak
pemulung mengingat kembali materi pelajaran yang telah dipelajari. Setelah
mereview materi, teman relawan menjelaskan materi pembinaan keagamaan
dengan menggunakan bahasa yang santai agar mudah dimengerti oleh anak-
4 Wawancara pribadi dengan Mintarsih ketua relawan Sekolah Bersama di restoran cepat
saji, hari Rabu 23 November 2016, pukul 17.00 nWIB 5Hasil wawancara dengan anak binaan Sekolah Bersama, mengatakan bahwa “pada saat
pembinaan kakak relawan mempunyai banyak cara dalam memberikan materi jadi saya dan
teman-teman tidak bosan. Terkadang kakak relawan bercerita, mengajak kita nonton film, sama
cerdas cermat. (Zahra anak binaan Sekolah Bersama, Sabtu 26 November 2016 pukul 09.15 WIB)
54
anak pemulung. Saat proses pemberian materi berlangsung tidak sedikit anak-
anak bertanya kepada pembimbing mengenai materi yang dipelajari.
Adapun pada saat pengajaran materi agama yang disampaikan oleh
Hadi, sebelum memulai pengajaran dia memberikan tausyiah terlebih dahulu.
Khususnya untuk anak-anak yang telah beranjak remaja, hadi memberikan
tausyiah terlebih dahulu agar anak-anak pemulung terfokus kepada materi
yang akan disampaikan. Seperti yang dikemukakan oleh Hadi relawan
sekolah bersama, selaku informan dalam penelitian ini, yang mengemukakan
bahwa :
“Saya memberikan Tausyiah terlebih dahulu agar anak-anak pemulung
selalu ingat dengan apa yang diperbolehkan dan apa yang dilarang dalam
agama Islam. Khususnya bagi anak-anak pemulung yang beranjak remaja,
jika tidak dibekali dengan pengetahuan agama Islam bukan tidak mungkin
mereka akan salah pergaulan apalagi jika dilihat dari lingkungan mereka.
Selain itu kelas menjadi lebih kondusif dan siap untuk memulai
pelajaran”.6
Pada saat Hadi memberikan Tausyiah, anak-anak pemulung
menyimak dengan baik apa yang Hadi samapikan. Anak-anak pemulung ini
sangat penasaran dengan hal-hal kecil dan baru bagi mereka. Tak jarang
mereka bertanya kepada Hadi saat mendengarkan tausyiah. Setelah Hadi
selesai menyampaikan Tausyiah, mulailah masuk kemateri pelajaran agama
Islam seperti Aqidah Akhlaq, Fiqih, Hadis, Doa-doa Harian, dan Belajar
Mengaji . Pada tahap ini anak-anak pemulung mendengarkan penjelasan dari
Hadi dan menulis point-point dari materi pelajaran tersebut. Hal ini seperti
6Wawancara pribadi dengan Hadi Relawan Sekolah Bersama di Lapak Pemulung
Ragunan, hari Minggu 20 November 2016, pukil 11.00 WIB
55
yang dikemukakan oleh Bunga Ilyasandra Anak Binaan Sekolah Bersama,
yang mengatakan bahwa:
“Ketika kita diajarin sama kakak relawan, kita mendengarkan dengan baik
kemudian kita juga bertanya kalau ada yang kita tidak paham. Kadang
juga kakak relawan bertanya secara langsung tentang materi yang baru
diberikan”7.
Gambar 4.1.
Proses Pembinaan Keagamaan
Hadi Relawan Sekolah Bersama sedang memberi materi pelajaran Aqdah
Akhlak kepada anak-anak pemulung, 20 November 2016 di lapak pemulung
Ragunan.
Hadi sangat bersemangat dalam membina anak-anak pemulung
khususnya dalam pembinaan keagamaan. Anak-anak pemulung sangat
membutuhkan pembinaan agama Islam, agar mereka tidak mudah
terpengaruh oleh perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama. Hadi sangat
menekankan kepada mereka pentingnya bekal agama untuk kehidupan di
dunia dan di akhirat. Seperti apa yang dikemukakan pada saat wawancara:
7 Wawancara pribadi dengan Bunga Ilyasandra Anak Binaan Sekolah Bersama di Lapak
Pemulung Ragunan, hari sabtu 26 November 2016, Pukul 09.30 WIB
56
“Sangatlah penting karena yang menjadi dasar dalam agama Islam ini
adalah Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad SAW. Allah berfirman
dalam surat Ali Imran ayat 104 yang artinya “Dan hendaklah diantara
kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
(berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka
itulah orang-orang yang beruntung.”
Di saat Hadi memberikan tausyiah dan materi agama Islam, Jihan dan
Anggi yang juga relawan Sekolah Bersama mengajarkan anak-anak
pemulung mengaji. Anggi mengajarkan adik-adik yang masih membaca Iqra
dan belum mengenal huruf hijaiyah, sedangkan kak Jihan mengajarkan adik-
adik membaca Al-quran dan juga pengenalan hukum-hukum tajwid.
Ketika Jihan dan Anggi mengajarkan mereka membaca Iqra dan Al-
Quran, tampak terlihat mereka begitu sabar dalam mengajarkan. Tak jarang
anak-anak pemulung yang bercanda dan mengganggu temannya pada saat
belajar. Pada kondisi seperti itu teman-teman relawan mempringati adik-adik
dengan cara menegurnya dengan lembut dan penuh perhatian sampai situasi
dan kondisinya kembali kondisif. Seperti pengakuan Dea anak binaan
Sekolah Bersama pada saat wawancara, dia mengatakan bahwa:
“Iya kadang saya suka bercanda kalau lagi belajar ngaji, dan ganggu temen
saya. Terus saya nanti dimarahin sama kakak relawan, marahinnya tidak
galak paling cuma ditegur dan dinasehati dengan baik biar tidak bercanda
lagi”.8
Perkembangan mereka dalam mengaji sangat baik dari yang awalnya
belum mengenal huruf Hijaiyah sekarang sudah mengenal dan hafal.
8 Wawancara Pribadi dengan Dea Anak Binaan Sekolah Bersama di Lapak Pemulung
Ragunan, hari Minggu 4 Desember 2016, pukul 09.00 WIB
57
Alhamdulillah apa yang Jihan dan Anggi ajarkan membuat mereka jadi lebih
lancar dalam mengaji. Seperti yang Jihan kemukakan pada saat wawancara:
“Alhamdulillah kalau mengajinya yang awalnya belum mengenal huruf
hijaiyah sekarang uda pada kenal dan yang belum lancar membaca Al-
Qurannya sekarang sedikit lebih lancar. Pokoknya terlihat banget
kemajuannya pada saat awal kita ngajarin dan sekarang”.9
Pembinaan keagamaan ini berlangsung mulai dari jam 09.30-11.30
WIB. Setelah selesai anak-anak pemulung dan para relawan sholat bersama-
sama. Disinilah para teman relawan mengajarkan kemereka tata cara
berwudhu dan praktek sholat. Pada saat praktek berwudhu banyak para anak
pemulung yang bertanya tentang anggota badan yang mana dahulu yang
harus dibasuh. Mereka membaca doa wudhu dan doa setelah wudhu bersama-
sama.
Gambar 4.2.
Praktek Wudhu
Hadi relawan Sekolah Bersama sedang mengajarkan anak-anak
pemulung cara berwudhu. Mulai dari urutan anggota-anggota badan
yang akan dibasuh dan membaca doa berwudhu dan doa setelah wudhu.
9Wawancara pribadi dengan Jihan Relawan Sekolah Bersama di Lapak Pemulung
Ragunan, hari Minggu 4 Desember 2016, pukul 11.00 WIB
58
Ketika praktek sholat para adik-adik mengikuti gerakan imam dengan
sangat khusyu, dan tidak ada yang bercanda. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Hadi relawan Sekolah Bersama:
“Saya membiasakan kepada adik-adik untuk sholat zuhur setelah pelajaran
selesai. Tujuannya agar adik-adik bisa langsung mempraktekan apa yang
telah dipelajari dan terbiasa untuk melaksanakan sholat. Jadi untuk sholat
dan berwudhu kita langsung prakrtekkan”.10
Gambar 4.3.
Praktek Sholat
praktek sholat para adik-adik mengikuti gerakan imam dengan
sangat khusyu, dan tidak ada yang bercanda.
Selain pembinaan keagamaan yang rutin dilakukan, komunitas
Sekolah Bersama Juga kerap ikut menyuarakan mempringati hari-hari besar
yang ada di Agama Islam. Seperti pada saat bulan Ramadhan Sekolah
Bersama mengadakan pesantren kilat dan buka bersama dengan para donatur,
kemudian pada saat hari raya Idul Adha Sekolah Bersama melaksankan
10Wawancara pribadi dengan Hadi Relawan Sekolah Bersama di Lapak Pemulung
Ragunan, hari Minggu 20 November 2016, pukil 11.00 WIB
59
Ibadah Qurban, memperingati Tahun baru Islam dengan cara parade bersama
ank-anak binaan, mengadakan perlombaan pada saat 17 agustus, dan aktif
mengikuti kegiatan diluar seperti lomba antar komunitas, Seminar Motivasi
dan sebagainya.
B. Pola Komunikasi Komunitas Sekolah Bersama
Pola komunikasi merupakan poin penting dalam proses pembinaan
keagamaan, pola komunikasi adalah bentuk-bentuk penyampaian pesan yang
dilakukan pengirim pesan (komunikator) kepada penerima pesan
(komunikan). Komunikator (relawan) adalah seseorang yang memberikan
informasi/pesan kepada komunikan (anak-anak pemulung).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap pembinaan
keagamaan yang dilakukan di Komunitas Sekolah Bersama lapak pemulung
Ragunan peneliti melihat bahwa pola komunikasi yang diterapkan selama
pembinaan keagamaan berlangsung adalah pola komunikasi yang dijelaskan
oleh Onong Uchjana dalam bukunya Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi
yakni pola komunikasi intrapersonal, pola komunikasi antarpribadi, dan pola
komunikasi kelompok. Setiap proses pembinaan keagamaan pembimbing
menggunakan ketiga pola komunikasi tersebut secara bergantian.
1. Komunikasi Intrapribadi
Dalam hal ini seseorang berperan menjadi komunikator dan juga
komunikan. Jadi orang tersebut berdialog dengan dirinya sendiri, dia
bertanya pada dirinya dan dirinya pula yang menjawab pertanyaan
tersebut. Menurut Ronald L. Applbaum dikutip oleh Onong Uchjana
60
Efendy mendefinisikan bahwa “komunikasi intrapribadi sebagai
komunikasi yang berlangsung di dalam diri kita sendiri dan kegiatan-
kegiatan mengamati dan memberi makna (intelektual dan emosional)
kepada lingkungan kita.11 Jika seseorang mampu melakukan komunikasi
ini dengan baik itu berarti seseorang tersebut telah mampu mengenal
dirinya sendiri maka dapat dikatakan ia telah menjadi manusia yang
seutuhnya.
Pola komunikasi ini tidak banyak terjadi dalam pembinaan
keagamaan anak-anak pemulung karena dalam proses pembinaan
keagamaan lebih banyak terjadi komunikasi antarpribadi dan komunikasi
kelompok. Pola komunikasi intrapersonal terjadi ketika anak-anak
pemulung mengerjakan tugas-tugas yang diberikan relawan sekolah
bersama.
Pada saat anak-anak pemulung mengerjakan pekerjaan rumah yang
diberikan oleh relawan maka komunikasi intrapersonal terjadi karena
terdapat proses komunikasi dengan diri sendiri (proses berpikir). Dalam
proses berpikir ini seseorang menimbang untung rugi usul yang diajukan
oleh komunikator.
2. Komunikasi Antarpribadi
Salah satu pola komunikasi yang digunakan oleh pembimbing
dalam proses pembinaan keagamaan adalah menggunakan pola
komunikasi antarpribadi. komunikasi antarpribadi adalah pengiriman
11Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, 2003), h. 58.
61
pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok
kecil orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.12 Dialog adalah
bentuk komunikasi antarpribadi yang menunjukkan terjadinya interaksi.
Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda,
masing-masing menjadi pembicara dan mendengar secara bergantian.
Akan tetapi komunikasi antar pribadi biasanya dikaitkan dengan
pertemuan antara dua, tiga atau mungkin empat orang yang terjadi secara
sangat spontan dan tidak berstruktur.13
Pola komunikasi antarpribadi diterapkan disetiap kelas di
komunitas sekolah bersama, pada prosesnya peneliti melihat komunikasi
antarpribadi diterapkan saat pembimbing memberikan materi mengenai
belajar membaca Al-Qur’an dengan baik, baik itu secara pelafalan dan
juga tajwid, anak-anak pemulung yang sama sekali belum bisa membaca
Al-Quran anak-anak tersebut diajarkan mengenal huruf-huruf hijaiyah.
Proses pembinaan keagamaannya relawan memberikan contoh bunyi
huruf-huruf yang akan diajarkan, kemudian anak-anak pemulung
mengikuti apa yang relawan ajarkan. Apabila anak tersbut salah dalam
pelafalan maka relawan langsung membenarkan pelafalan huruf tersebut.14
12 Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h. 107 13 Alvin A. Golberg, Carl E. Larson, Komunikasi Kelompok, (Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press), 1985), h. 9. 14Hasil Observasi penulis pada saat relawan mengajarkan anak pemulung mengenal huruf
Hijaiyah, Minggu 23 Oktober 2016, pukul 09.30 WIB.
62
Gambar 4.4.
Proses Belajar Mengaji
Anggi relawan Sekolah Bersama sedang mengajarkan Celo membaca
Iqra di Lapak Pemulung Ragunan, 4 Desember 2016.
Sedangkan untuk anak-anak pemulung yang telah sampai kepada
tahapan membaca Al-Quran memiliki sedikit perbedaan relawan tidak lagi
memberikan contoh bunyi huruf, melainkan relawan langsung
mendengarkan anak tersebut membaca Al-Quran. Kemudian apabila
terjadi kesalahan mengenai pelafalan huruf dan tajwid, relawan
menjelaskan letak kesalahannya dan baru memberikan contoh bacaan yang
benar.15
Perkembangan mereka dalam mengaji sangat baik dari yang
awalnya belum mengenal huruf hijaiyah sekarang sudah mengenal dan
hafal. Alhamdulillah apa yang jihan dan Anggi ajarkan membuat mereka
15Hasil Observasi penulis pada saat relawan mengajarkan anak pemulung membaca Al-
Quran, Minggu 23 Oktober 2016, pukul 10.00 WIB.
63
jadi lebih lancar dalam mengaji. Terlihat perbedaan kemajuan mereka
dalam mengaji pada saat awal belajar dan saat ini.16
Proses pembinaan yang dilakukan di Komunitas Sekolah Bersama
yang telah dijelaskan merupakan pola komunikasi antarpribadi.
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang proses terjadinya
melibatkan dua belah pihak atau lebih yaitu komunikator (relawan) dan
komunikan (pemulung). Dibandingkan dengan komunikasi lain
komunikasi ini dianggap yang paling efektif karena komunikasi terjadi
secara langsung atau bertatap muka sehingga pesan yang disampaikan
dapat langsung didiskusikan.17Pelaku-pelaku yang terlibat dalam
komunikasi berfungsi ganda masing-masing dari mereka bisa bertukar
peran baik sebagai pembicara maupun menjadi pendengar secara
bergantian.
Oleh karena itu komunikasi anatarpribadi ini merupakan
komunikasi yang efektif dalam proses pembinaan keagamaan terutama
dalam materi membaca Al-Qur’an karena dengan menggunakan
komunikasi ini pembimbing dapat mengetahui secara langsung respon
yang diberikan oleh anak-anak dan mencari solusi untuk anak-anak
pemulung tersebut.
Bentuk pembinaan yang telah dilakukan di komunitas Sekolah
Bersama menunjukan bahwa komunikasi antarpribadi terjadi dengan baik
16Wawancara pribadi dengan Jihan Relawan Sekolah Bersama di Lapak Pemulung
Ragunan, hari Minggu 4 Desember 2016, pukul 11.00 WIB. 17Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 60.
64
karena pembibing dapat memahami betul seperti apa kondisi anak-anak
pemulung dan mencari solusi untuk pemecahan masalah yang terjadi.
Selain terjadi dalam kegiatan pembinaan keagamaan komunikasi
antarpribadi juga banyak terjadi di luar jam belajar. Komunikasi ini terjadi
ketika pembimbing menemukan anak-anak pemulung yang kurang aktif
ketika berada di kelas, maka pembimbing biasanya menanyakan keadaan
mereka setelah kelas selesai. Seperti yang dijelaskan Reny:
“Saya sering berbicara kepada anak-anak diluar jam pelajaran yang
ketika pada saat belajar mereka malas dan tidak fokus dalam mengikuti
pelajaran. Saya mendekatkan diri secara pribadi agar tau apa yang
menyebabkan mereka tidak bersemangat”.18
Komunikasi antarpribadi tidak hanya terjadi di lingkungan Sekolah
Bersama saja. Jika pada saat belajar terdapat anak pemulung yang tidak
masuk kelas maka relawan mendatangi rumah mereka menyanyakan
langsung kepada yang bersangkurtan kenapa tidak bisa hadir pada saat jam
pelajaran.19Komunikasi antarpribadi lebih menekankan pada pendekatan
secara psikologis, karena metode ini sangat relevan, dimana relawan dapat
mengetahui gangguan batin dan tekanan-tekanan yang dialami dan
dirasakan oleh setiap anak-anak pemulung. Mereka dapat dengan terbuka
menceritakan kepada para relawan, dengan demikian para relawan dapat
memahami konflik yang sedang mereka rasakan.
Pada Komunitas Sekolah Bersama komunikasi antarpribadi yang
terjalin antara relawan dan anak pemulung untuk mendapatkan emosional
18Wawancara pribadi dengan kak Reny di kampus UIN Jakarta, hari kamis 24 November
2016, pukul 14.30 WIB. 19Wawancara pribadi dengan Mintarsih ketua relawan Sekolah Bersama di restoran cepat
saji, hari Rabu 23 November 2016, pukul 17.00 WIB.
65
mereka, respon baik terhadap para relawan, dan meningkatkan motivasi
dalam diri anak-anak pemulung dalam belajar. Seperti yang di kemukakan
oleh Jihan pada saat wawancara:
“Kita sangat membutuhkan komunikasi langsung dengan anak-anak
pemulung. Maka diluar jam pengajaran biasanya saya dan teman
relawan lainnya sering berbicara secara pribadi dengan mereka, hal itu
membuat saya dan anak-anak pemulung semakin dekat. Dengan
komunikasi antarpribadi yang saya lakukan dapat meningkatkan
semangat anak-anak dalam belajar”.20
Para relawan memiliki peran yang sangat penting dalam
komunikasi antarpribadi, karena tujuan dari pembinaan keagamaan adalah
untuk menanamkan nilai-nilai agama pada anak-anak pemulung agar
mereka dapat tumbuh dengan agama yang kuat. Faktor penentu
keberhasilan hubungan komunikasi antarpribadi tergantung dari keahlian
relawan dalam proses pendekatan terhadap anak-anak pemulung dalam
menghadapi karakter dan masalah yang berbeda dari setiap anak.
3. Komunikasi Kelompok
Selain pola komunikasi intrapersonal dan interpersonal, dalam
proses pembinaan keagamaan di Sekolah Bersama juga menggunakan pola
komunikasi kelompok terutama pola komunikasi kelompok kecil. Pola
komunikasi kelompok kecil ini merupakan pola yang umum digunakan
oleh relawan Sekolah Bersama dalam melakukan proses pembinaan
keagamaan.
20 Wawancara pribadi dengan Jihan Relawan Sekolah Bersama di Lapak Pemulung
Ragunan, hari Minggu 04 November 2016, pukul 10.30 WIB.
66
Komunikasi kelompok kecil (small group communication)
merupakan komunikasi yang dilakukan dengan jumlah komunikan yang
sedikit (lebih dari dua orang) dan komunikasi ini ditujukan untuk
mempengaruhi kognisi komunikan, komunikasi ini terjadi secara dialogis,
tidak linear melainkan sirkular, umpan balik terjadi secara verbal dan juga
komunikan dapat menanggapi uraian komunikator secara langsung seperti
bertanya, menyanggah dan lain sebagainya.21
Dalam penerapannya pola komunikasi ini digunakan untuk
menyampaikan materi-materi pembinaan keagamaan seperti Aqidah,
Fiqih, Hadist, Doa-doa Harian, Praktek Wudhu, dan Praktek Sholat.
Dalam melakukan proses pola komunikasi para relawan biasanya
menyaring terlebih dahulu materi yang akan diberikan kepada adik-adik
agar bahasanya lebih ringan. Dalam melakukan proses pola komunikasi
kelompok relawan mencatat materi yang akan diberikan terlebih dahulu di
papan tulis dan kemudian disalin oleh anak-anak pemulung agar dapat
dipelajari berulang-ulang.
Setelah itu relawan mengulang kembali materi yang telah diberikan
sebelumnya, ini merupakan salah satu cara agar anak-anak pemulung tidak
lupa dengan materi yang sudah disampaikan sebelumnya. Setelah
mengulang materi, relawan mulai masuk kepada materi baru yang akan
diberikan dengan menggunakan bahasa yang santai agar mudah dimengerti
oleh anak-anak pemulung. Saat proses pembinaan keagamaan anak-anak
21Onong Uchjana Efendi, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT Citra Aditya
Bakti), cet. Ke-3, h. 76.
67
pemulung sangat interaktif mengikuti pelajaran, beberapa dari mereka
tidak sungkan untuk bertanya jika ada yang tidak mereka pahami.Hal ini
seperti yang dikemukakan oleh Bunga Ilyasandra Anak Binaan Sekolah
Bersama, yang mengatakan bahwa:
“Ketika kita diajarin sama kakak relawan, kita mendengarkan dengan
baik kemudian kita juga bertanya kalau ada yang kita tidak paham.
Kadang juga kakak relawan bertanya secara langsung tentang materi
yang baru diberikan”22.
Melihat itu semua sangat jelas kaitannya dengan teori analisis yang
dikemukakan oleh Robert Bales. Menurut Robert Bales mengenai analisis
proses interaksi yang dikutip oleh Raudhonah, bahwa kelompok kecil
adalah: “Sejumlah orang yang terlibat antara satu dengan yang lain dalam
suatu pertemuan yang bersifat tatap muka, dimana setiap peserta mendapat
kesan atau penglihatan antara satu dengan yang lainnya yang cukup
kentara, sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya
dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sesuai perorangan.”23
Teori ini mencoba merepresentasikan jenis-jenis pesan yang saling
di pertukarkan orang dalam kelompok, bagaimana pesan-pesan itu
membentuk peran dan kepribadian anggota kelompok, dan bagaimana
pesan tersebut mempengaruhi karakter atau sifat kelompok secara
22 Wawancara pribadi dengan Bunga Ilyasandra Anak Binaan Sekolah Bersama di Lapak
Pemulung Ragunan, hari sabtu 26 November 2016, Pukul 09.30 WIB. 23Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta : UIN Jakarta Press 2007) cet. I, h. 128.
68
keseluruhan.24 Begitu halnya dengan hubungan antara relawan dan anak
pemulung dalam pembinaan keagamaan yang menjadi objek penelitian ini.
Dalam teori analisis proses interaksi dari Robert Bales, penulis
menemukan kecocokan atau kesamaan hubungan antara relawan dengan
anak pemulung, dimana terjadi komunikasi di dalamnya. Terdapat pesan-
pesan yang membentuk peran dan kepribadian anggota kelompok serta
mempengaruhi karakter atau sifat kelompok secara keseluruhan.
Menurut Bales, analisis proses interaksi terdiri atas enam kategori yaitu:
1. Jika masing-masing anggota kelompok tidak saling memberikan cukup
informasi, maka kelompok bersangkutan akan mengalami “masalah
komunikasi”.
Dalam hal ini proses belajar yang berlangsung di komuinitas
Sekolah Bersama lebih mnedekatkan diri kepada para anak didik,
sehingga pada saat memberikan materi pembinaan kegamaan banyak
yang berani bertanya kepada teman-teman relawan dan berdiskusi kepada
sesama anak-anak pemulung tentang materi yang diberikan. Disini lah
terjadi petukaran informasi dan para teman-teman relawan juga dapat
mengukur semana kemampuan dari setiap anak. Hal ini seperti yang di
kemukakan kak Reny relawan Seklolah Bersama, selaku informan dalam
penelitian ini, yang mangatakan bahwa:
“Tapi kalau lagi pengajarannya itu kita kelompokan anak-anaknya,
lebih ke komunikasi kelompok kecil. Kita melakukan interaksi
24 Morissan, Teori Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), cet. Ke-
1, h. 335.
69
saat pas pengajaran jadi ya saling tanya jawab sama anak-anak
pemulung”.25
2. Jika masing-masing anggota kelompok tidak saling memberikan
pendapat maka kelompok bersangkutan akan mengalami “masalah
evaluasi”.
Yang dimaksud masalah evaluasi disini adalah masalah dalam
memperbaiki atau mengkoreksi metode belajar agar menjadi lebih baik.
Dalam hal ini teman-teman relawan mengamati dan melihat respon anak-
anak pemulung dalam kagiatan pembinaan keagamaan. Setalah itu
teman-teman relawan berdiskusi bersama, dan membahas apa saja yang
harus di perbaiki dan apa saja yang harus dipertahankan dalam metode
pengajaran. Seperti yang dijelaskan dalam wawancara pribadi dengan
Reny relawan Sekolah Bersama :
“per 6 bulan sekali kita biasanya rapat ngebahas soal kegiatan
pengajaran, dalam rapat itu kita melakukan evaluasi tentang
metode pengajaran, materi pengajaran, dan program yang belum
terlaksanakan. Pada rapat itu semua teman-teman relawan bebas
berpendapat supaya ketawan apa saja yang harus kita evaluasi”26
3. Jika masing-masing anggota kelompok tidak saling bertanya dan
memberikan saran, maka kelompok akan mengalami “masalah
pengawasan”.
Maksud tidak saling bertanya dan memberikan saran disini
bagaimana para relawan Sekolah Bersama menjalin kedekatan dengan
anak-anak pemulung, karena dengan kedekatan yang mereka jalin
25 Wawancara pribadi dengan kak Reny di kampus UIN Jakarta, hari kamis 24 November
2016, pukul 14.30 WIB 26 Wawancara pribadi dengan kak Reny di kampus UIN Jakarta, hari kamis 24 November
2016. Pukul 14.30 WIB
70
intensitas saling bertanyapun lebih sering terjadi. Dari pertanyaan anak-
anak pemulung maka relawan Sekolah Bersama meberikan saran kepada
mereka. Jika hal tersbut tidak terlaksana maka akan terjadi “masalah
pengawasan”. Sedangkan anak-anak pemulung sangat butuh yang
namanya pengawasan, karena mereka tinggal di lingkungan yang keras.
Apalagi mereka masih dalam masa pertumbuhan, masih mudah
terpengaruh dengan perilaku orang dewasa dilingkungannya. Seperti apa
yang di kemukakakn oleh kak hadi relawan Sekolah Bersama:
“diluar jam pelajaran saya sering ngobrol dan bercanda dengan
anak-anak pemulung. Saya jadi mengetahui bimbingan dan
pengawasan benar-benar sangat mereka butuhkan. Terutama dari
unsur agama, jangan sampai anak-anak pemulung tuumbuh hingga
dewasa tanpa mengenal agamanya”27
4. Jika masing-masing kelompok tidak bisa mencapai kesepakatan maka
mereka akan mendapatkan “masalah keputusan”.
Dalam suatu kelompok sering terjadi masalah dalam mencapai
kesepakatan, untuk mencairkan suasana seperti itu relawan menjadi
penengah atau pemberi keputusan yang adil sampai menjadi suatu
keputusan yang dapat diterima oleh anak-anak pemulung tanpa memihak
atau merugikan salah satu dari mereka. Hal ini seperti yang dikemukakan
oleh Hakim relawan Sekolah Bersama, selaku informan dalam penelitian
ini, yang mengemukakan bahwa:
“Pada saat ada tugas kelompok, sering terjadi perselisihan diantara
anak-anak pemulung. Maka saya menengahkan mereka yang pada
berselisih. Dalam contoh pembagian kelompok pada suatu tugas,
27Wawancara pribadi dengan Hadi relawan Sekolah Bersaama, hari Minggu 20 November
2016, pukul 11.00 WIB
71
adik-adik selalu sulit dalam menentukan akan sekelompok dengan
siapa. Maka relawan yang menjadi penengah dan pemberi
keputusan yang adil”.28
5. Jika tidak terdapat cukup dramatisasi maka akan muncul “masalah
ketegangan”.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, disaat terjadinya
pembinaan keagamaan para relawan melepaskan ketegangan dengan cara
menyampaikan cerita dan membagi pengalaman dengan anak-anak
pemulung. Cerita dan pengalaman tidak selalu berkaitan secara langsung
dengan materi yang sedang di ajarkan. Hal ini seperti yang dikemukakan
oleh kak echi ketua relawan sekolah bersama, selaku informan dalam
penelitian ini, yang mengemukakan bahwa :
“Disaat kita melakukan pembinaan kepada anak-anak pemulung
kita sering berbagi cerita kemereka dan berbagi pengalaman, biar
kita bisa lebih deket sama mereka dan mereka juga ngerasa deket
sama kita. Kita membangkitkan semangat dan kepercayaan diri
mereka deh lebih tepatnya dengan berbagi cerita dan
pengalaman.”29
6. Jika anggota kelompok tidak ramah dan bersahabat maka akan terdapat
“masalah reintegrasi”, yang berarti kelompok itu tidak mampu
membangun kembali suatu “perasaan kita” atau kesatuan (cohesiveness)
dalam kelompok bersangkutan.30
Pada Sekolah Bersama lapak pemulung pejaten anak-anak sangat
bersahabat dan akrab itu karena mereka tinggal di satu lingkungan yang
28 Wawancara pribadi dengan Hakim relawan Sekolah Bersama, hari Minggu 20
November 2016, pukul 10.30 WIB 29 Wawancara pribadi dengan Mintarsih ketua relawan Sekolah Bersama di restoran cepat
saji, hari Rabu 23 November 2016, pukil 17.00 WIB 30 Morissan, Teori Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), cet. Ke-
1, h. 336.
72
sama. Hubungan anak-anak pemulung dan para relawanpun sangat dekat,
respon yang begitu baik dari para anak-anak pemulung disambur dengan
sikap yang ramah dari para relawan Sekolah Bersama,. Jadi pada
komunitas Sekolah bersama baik diantara anak-anak pemulung dan anak
pemulung dengan relawan mereka sangatlah bersahabat, maka terhindar
dari “masalah reintegrasi”. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Anggi
relawan Sekolah Bersama, selaku informan dalam penelitian ini, yang
mengemukakan bahwa :
“Anak-anak di Sekolah Bersama memang pada awalnya itu sudah
saling mengenal. Mereka teman bermain dan tinggal di lingkungan
yang sama, jadi tidak heran kalau mereka sudah begitu akrab. Kita
relawan juga akrab dan bersahabat dengan mereka, respon mereka
baik dan antusias sekali jika bertemu. Saya dan teman relawan lainnya
juga tidak sungkan untuk datang kerumah mereka jika diantara
mereka ada yang tidak masuk kelas. Anak-anak pemulung sangat
senang jika kita kerumah mereka, karena mereka merasa dihargai
dengan kehadiran kita”.31
Dari penjelasan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa teori Robert
Bales sangat erat kaitannya dengan proses komunikasi dalam pembinaan
keagamaan di Sekolah Bersama Lapak Pemulung Ragunan. Dalam
Teorinya Bales Analisis Proses Interaksi menjelaskan jenis-jenis pesan
yang saling dipertukarkan orang dalam kelompok, bagaimana pesan itu
membentuk peran dan kepribadian anggota kelompok. Begitu pula yang
terjadi dalam proses pembinaan keagamaan di Sekolah Bersama, dalam hal
ini anak-anak pemulung bebas mengutarakan pendapat, memberikan
informasi-informasi yang mereka ketahui diluar dari materi yang pernah
31 Wawancara pribadi dengan Anggi Relawan Sekolah Bersama di Lapak Pemulung
Ragunan, hari Minggu 04 November 2016, Pukul 10.00 WIB
73
disampaikan, yang mana artinya mereka menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari serta dapat membentuk pola pikir dan perilaku yang lebih baik
agar dapat kembali hidup bermasyarakat.
Pada proses inilah yang dikatakan dengan saling bertukar atau
membagikan informasi, bagaimana informasi-informasi yang disampaikan
dalam kelompok dapat membentuk peran dan kepribadian para anggota
dalam kelompok, dan bagaimana infromasi tersebut mempengaruhi
karakter atau sifat anggota kelompok menjadi lebih baik sehingga anak-
anak binaan Sekolah Bersama dapat memahami kondisi dan situasi satu
sama laim. Agar dapat hidup bermasyarakat menjadi lebih baik dengan
tuntunan agama yang mereka telah pelajari.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan hasil penelitian yang telah dilakukan
mengenai pola komunikasi antara relawan dan anak-anak pemulung di
Komunitas Sekolah Bersama Lapak Pemulung Ragunan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembinaan keagamaan yang dilakukan oleh relawan komunitas Sekolah
Bersama berbentuk kelas belajar, dimana terbagi menjadi tiga tingkatan
kelas yakni kelas Melati, kelas Lion, dan kelas Tiger. Materi pelajaran
yang diajarkan ke anak-anak pemulung pada proses pembinaan
keagamaan adalah Aqidah Akhlak, Fiqih, Hadist, Doa-doa Harian,
Praktek Wudhu, Praktek Sholat, dan Belajar Mengaji. Materi yang
diberikan pada setiap tingkatan kelas berbeda-beda sesuai dengan tingkat
pemahaman dan tingkat kebutuhan dari anak-anak pemulung.
2. Pola komunikasi yang telah diterapkan dalam pembinaan keagamaan di
Komunitas Sekolah Bersama adalah Komunikasi Intrapersonal,
Komunikasi Kelompok Kecil dan komunikasi antarpribadi. Pada saat
penyampaian materi relawan berinteraksi secara langsung dengan anak-
anak pemulung. Relawan tidak terlalu mendominasi penyampaian materi
sehingga memberikan kesempatan kepada anak-anak pemulung untuk
bertanya dan mengemukakan pendapat.
Komunikasi yang terjadi di Sekolah Bersama tidak hanya
komunikasi kelompok kecil saja melainkan juga terdapat komunikasi
75
antarpribadi di dalamnya. Komunikasi antarpribadi lebih menekankan
pada pendekatan secara psikologis, karena metode ini sangat relevan,
dimana relawan dapat mengetahui gangguan batin dan tekan-tekanan
yang dialami dan dirasakan oleh setiap anak-anak pemulung. Komunikasi
antarpribadi yang terjalin antara relawan dan anak pemulung untuk
mendapatkan emosional mereka, respon baik terhadap para relawan, dan
meningkatkan motivasi dalam diri anak-anak pemulung dalam belajar.
B. Saran
1. Perlunya mempelajari berbagai macam metode mengenai penyampaian
materi pembinaan keagamaan terutama kepada para relawan. Agar tidak
menimbulkan kejenuhan terhadap relawan dan juga anak-anak pemulung.
2. Menambah tenaga relawan untuk membina anak-anak pemulung, karena
jumlah relawan yang ada tidak sebanding dengan jumlah anak binaan.
Bagi relawan disarankan memliki loyalitas dan rasa tanggung jawab yang
tinggi terhadap pertumbuhan dan perkembangan moral anak-anak
pemulung. Serta senantiasa memberikan teladan yang baik kepada para
anak-anak pemulung, sehingga dapat dicontoh dan diteladani oleh para
anak-anak pemulung.
3. Dalam penelitian selanjutnya perlu memperluas kajian dengan
menambahkan variabel lain seperti efektivitas/tingkat keberhasilan dalam
suatu proses pembinaan keagamaan dan perlu melakukan seleksi
mengenai teori agar teori yang digunakan dalam penelitian pola
komunikasi lebih beraga.
76
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial, Cetakan ke-2. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Press, 2002.
Astrid Susanto, Phill. Komunikasi Dalam Teori dan Praktek. Bandung: Mandar
Maju, 1992.
Azizy, Qodri A. Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Madrasah Diniyah.
Jakarta: Direktorat Pemdidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, Dirjen
Agama Islam Departemen Agama RI, 2003.
Creswell, John W. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010.
Darajat, Zakiyah. Ilmu Jiwa Agama, Cetakan ke-5. Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
_ _ _ _ _ _ _ _ _. Metode Khusus Pengajaran Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Daud Ali, Muhammad. Pendidikan Agama Islam, Cetakan ke-3. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2000.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 1996.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga.
Jakarta: PT Balai Pustaka, 2005.
Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ . Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju, 1989.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, 2003.
_ _ _ _ _ _ _ . Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung: PT Rosdakarya, 2007.
Goldberg, Alvin A. Dan Larson, Carl E. Komunikasi Kelompok. Jakarta: UI-Press,
2006.
Gunadi. Himpunan Istilah Komunikasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia,
1998.
77
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Kountur, Ronny. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta:
CV. Taruna Grafica, 2005.
Liliweri, Alo. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007.
Morissan. Teori Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013.
Muchtar, Aflatun. Tunduk Kepada Allah Fungsi dan Peran Agama dalam
Kehidupan Manusia. Jakarta: Khazanah Baru, 2001.
Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara,2002.
Mujib, Abdul. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2006.
Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Cetakan ke-5. Jakarta:
UI Press, 1985.
Nata, Abidin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Nugroho, Iwan dan Dahuri, Rochmin. Pengembangan Wilayah, Perspektif
Ekonomi Sosial dan Lingkungan. Jakarta: LP3ES, 2004.
Nurudin. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.
Partanto, Puis A dan al-Barry M. Dahlan. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:
Arkola,1994.
Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam, Cetakan ke-4. Jakrta: Kalam
Mulia, 2005.
Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi, Cetakan ke-15. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000.
Robbin, James G. Komunikasi Yang Efektif. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995.
Roudhonah. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007.
Salam, Syamsir. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: UIN Press, 2006.
78
Sendjaja, Sasa Djurasa. Pengantar Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka,
1998.
Sendjaja, Sasa Djurasa. Teori Komunikasi, Cetakan ke-8. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2004.
Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.
Bandung: PT Refika Aditama, 2014.
Tubbs, Stewart L, Moss, Sylvia. Human Communication Konteks-Konteks
Komunikasi, Editor Penerjemah Dedy Mulyana, Cetakan ke-3. Bandung:
Rosdakarya, 2001.
Usman, Husaini dan Setiady Akbar, Purnomo. Metode Penelitian Sosial. Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2009.
Widjaja, H.A.W.Ilmu Komunikasi Pengantar Studi.Jakarta: PT Rineka Cipta,
2000.
Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Gramedia Widiasavina, 2004.
Yin, Robert K. Studi Kasus Desain & Metode. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012.
Website
http://blogsekolahbersama.blogspot.co.id/?m=1, artikel diakses pada 16
November 2016.
http://greenindonesiafoundation.com/i .
Margonoipb.files.wordpress.com/2009/../8volunteerism.pp.ttps://www.google.co
m/search?q=pengertian+sukarelawan&ie=utf8&oe=utf8&aq=t&rls=org.
mozilla:enUS:official&client=firefox-a, artikeldiaksespada 20 september
2016.
http://komunitasrelawan.blogspot.co.id/2011/05/jenis-dan-peran
relawan.html?m=1, artikel diakses pada 16 November 2016.
Tabel
Profil Anak Didik Sekolah Bersama Ragunan
Kelas Melati
No Nama Lengkap Sapaan JK TTL Level
1 Wahyudin Wahyu L Jakarta, 7 Feb 2010 PAUD
2 Nadia Saputri Nadia P Jakarta 1 Mei 2011 PAUD
3 Warmin Maming L Indramayu 14 April
2010
PAUD
4 Ayu Ayu P Indramayu PAUD
5 Seisha Ilbiya
Putri
Seisha P Indramayu 7 Mei 2014 PAUD
6 Muhammad
Sobar
Baim L Bogor 19 Maret 2009 PAUD
7 Indah Rizki
Lestari
Indah P Bekasi 29 Jan 2012 PAUD
8 Wiwi Wiwi P PAUD
9 Adinda Silvia Dinda P Indramayu 6 Juli 2010 PAUD
10 Reni Silvi
Kinanti
Silvi P Jakarta 16 Juli 2012 PAUD
11 Raisa Nabila
Putri
Raisa P Bogor 8 Juni 2011 PAUD
12 Adel Adel P PAUD
13 Nengsih Nengsih P Bogor Maret 2006 PAUD
14 Putri Sukma
Wardanih
Sukma P Jakarta 28 Juni 2009 PAUD
Kelas pengajaran untuk anak-anak berusia 4-6 tahun lebih berfokus
kepada pengenalan sekolah dan kreatifitas.
Sumber : Wawancara Pribadi dengan Hakim, Relawan Komunitas Sekolah
Bersama, Jakarta 10 Oktober 2016.
Tabel
Profil Anak Didik Sekolah Bersama Ragunan
Kelas Lion
No Nama
Lengkap
Sapaan JK TTL Level
1 Fitri Arum Fitri P Jakarta 3 Sept 2006 1-3
2 Novita Amelia Vita P Jakarta 29 Nov 2007 1-3
3 Teri Kinanti Teri P Jakarta 15 Mar 2007 1-3
4 Zahra Aulia
Putri
Rara P Jakarta 10 Sept 2006 1-3
5 Agus
Gunawan
Agus L Indramayu 14 Agt
2006
1-3
6 M Akbar
Ilham
Akbar L Jakarta 24 Okt 2006 1-3
7 Siti Kholillah Olil P Jakarta 17 Sept 2008 1-3
8 Savira
Oktaviani
Vira P Jakarta 28 Okt 2008 1-3
9 Putri Rahayu Ayu P Jakarta 2 Des 2005 1-3
10 Dela Julianti Dela P Indramayu 22 Juni
2007
1-3
11 Saskia Zahra Saskia P Jakarta 6 Sept 2008 1-3
12 Almansyah
Ramadhan
Rama L Jakarta 16 Okt 2001 1-3
Kelas pengajaran yang materinya setara dengan kelas 1-3
Sumber : Wawancara Pribadi dengan Hakim, Relawan Komunitas Sekolah
Bersama, Jakarta 10 Oktober 2016.
Tabel
Profil Anak Didik Sekolah Bersama Ragunan
Kelas Tiger
No Nama
Lengkap
Sapaan JK TTL Level
1 Narmitha
Nuraini
Mitha P Jakarta 30 April 2006 4-6
2 Sutriyah Sutriyah P Indramayu 15 Juni
2006
4-6
3 Bunga llya
Sandra
Bunga P Jakarta 7 april 2005 4-6
4 Satria Dwi
Bintang
Bintang L Jakarta 22 Mei 2005 4-6
5 Nabila
Anggraini
Nabila P Jakarta 2 Agt 2003 4-6
6 Iin Iin P Jakarta 1 April 2004 4-6
7 Zaenudin Udin L Indramayu 4-6
8 Taryana Nana L Indramayu 4-6
Kelas pengajaran yang materinya setara dengan kelas 4-6Sumber :
Wawancara Pribadi dengan Hakim, Relawan Komunitas Sekolah
Bersama, Jakarta 10 Oktober 2016.
TRANSKIP WAWANCARA
KOMUNITAS SEKOLAH BERSAMA
Profil Narasumber
a. Nama Lengkap : Mintarsih
b. TTL : 22 September 1986
c. Pendidikan Terakhir : SMK (Semester 7 di UNINDRA)
d. Pekerjaan : Konsultan Pendidikan
e. Jabatan di SB : Ketua Sekolah Bersama
Waktu & Tempat Wawancara “17.00, 26 November 2016, Restoran Cepat
Saji daerah Ranco”
1. Kapan berdirinya Komunitas sekolah bersama ?
Berdirinya Sekoah Bersama itu dari 12 april 2012, jadi sampe sekarang sudah
empat tahun.
2. Selaku pendiri apa yang melatar belakangi kakak dalam mendirikan
Komunitas Sekolah Bersama ?
Sejarahnya itu yang pertama ada ide inisiatornya mba Wiwin, pas makan
siang di mall daerah cilandak ketemu anak pemulung di ajak makan siang
ngobrol nah ternyata dia ga seokloah. Setelah ngobrol makan siang dan
belanja juga kemudian diantar kerumahnya ke lapak pemulung. Dilapak
pemulung itu ternyata banyak yang pada ga sekolah terus mba wiwin cerita
ketemen-temen sama ke aku juga. Terus ngajak bikin kelas belajar buat
belajar disitu. Kemudian mba wiwin dapet suami orang luar orang Amerika
akhirnya dia pergi ke Amerika. Karena ngajar sendirian muali deh ajak
temen-temen. Awal mula berbentuk komutias ya karena disitu kerepotan
sendirian akhirnya yaudah ngajak temen-temen. Semenjak itu sering ngadain
open recquitmen setahun sekali.
3. Materi apa saja yang diberikan relawan sekolah bersama kepada anak-
anak pemulung ?
Untuk materinya target kita si pendidikan karakter dasar jadi karna memang
sebenernya target yang diproritaskan untuk anak-anak pemulung. Kaya
misalnya cara dia bersosialisai cara mereka bersopan santun sperti itu.
Kelanjutannya itu pendidikan tentang calistung (baca, tulis, hitung). Untuk
anak-anak yang tidak sekolah pada intinya kita memang tekankan PD dulu
dengan dia bisa membaca dan menghitung selain karakter dasar. Karna kan
kalau mereka uda bisa membaca dan menghitung ingin mengikuti ujian kejar
paket itu bisa karna itu modal dasarkan. Nah untuk anak-anak yang sekolah
mereka itu di tambahin program skill kayak misalnya drama keterampilan
biar si anak ini ga bosen juga. Selain itu kita juga memberikan pembinaan
keagamaan.
4. Seberapa penting pembinaan keagamaan pada anak-anak pemulung di
sekolah bersama ?
Kalau misalnya penting itu sangat penting sering juga diskusi kepada relawan
kepada anak-anak yang namanya agama itu ya kayak nafas lah. Mau dia
belajar matematika mau dia belajar pengetahuan umum sebisa mungkin di
kaitkan dengan yang namanya agama. Karna memang 100% anak-anak itu
agamanya muslim itu dikaitkan dengan agama. Karrnakan dulu pas awal-
awalnya itu pas open recquitmen itu kita mengawalinya cari guru ngaji di
2012 akhir. Setiap kita buka lapak baru, pasti kita memulainya dengan kelas
agama, karna kelas agama itu kayak jadi magnet juga buat orangtua.
5. Seperti apa kak bentuk pembinaan keagamaannya ?
Kalau keagamaanya ini lebih kayak dibikin asiklah, kayak belajar wudhu di
lagukan terus kayak misalnya iqra, baca al-quran praktek berwudhu, praktek
sholat. Jadi yaa anak-anak pas waktu sholatpun sebisa mungkin kakaknya
juga ngajak. Walaupun kadang ada yang entar dulu kak tapi tetep kita
usahakan. Bener-bener sfiatnya ngajak tapi nyontohin. Dan target kita itu
ketika anak-anak ini bisa ilmu agama katakanlah sholat dia akan jadi agen.
Kita selalu bilang “ayo coba di rumahnya berani ga ingetin bapak ibunya
untuk sholat” tapi dengan bahasa mereka aja. Jadi ibaratnya kita ngajak
mereka buat jadi agen untuk orang dirumahnya.
6. Pola komunikasi seperti apa yang kakak gunakan dalam pembinaan
keagamaan ?
Komunikasinya itu kita kan ngajar anak-anak, kita sebisa mungkin setara.
Setara dalam artian bahasanya dan body languagenya disesuaikan dengan
mereka, pokoknya disaat kita mau ngajar kita bener-bener uda ga jadi sosok
sebagai kakak relawan tetapi jadi sosok seorang guru yang bisa jadi teman
disama ratakan dengan mereka. Kita juga ga segan-segan nanya kemereka
soal kegiatan mulung mereka. Jadi ya komunikasi yang dilakukan dengan
mereka itu lebih ke komunikasi antar pribadi agar kita dapat emosional
mereka. Namun komunikasi kelompok kecil berperan lebih banyak ketika
kita melakukan pembinaan kegamaan.
7. Selanjutnya hambatan/kesulitan apa saja yang sering terjadi saat kakak
berkomunikasi dengan anak pemulung ketika melakukan proses
pembinaan keagamaan ? kemudian apa solusi yang dilakukan ketika
kakak mengalami hambatan atau kesulitan tersebut ?
Sebenrnya hambatanya itu pertama, intensitas waktu ketemunya yang kurang.
Kedua, pola komunikasi antara orangtua ke anak dan para relawan keanak itu
berbeda. Misalnya kita ngasih tau ke adik-adik itu pelan-pelan lembut lebih
kayak temen. Nah sedangkan orangtua kadang itu banyak yang ngasih taunya
keras jadi antara kita dan orangtua ga dapet goalnya. Ketiga lingkungan ga
sejalan dengan pola ngajar temen-temen relawan. Ke empat hambatan materi
akademik, kita kan dapet materinya itu browsing dari internet dan buku-buku
yang ada di sekolah formal nah terkadang bahasanya itu terlalu berat terutama
yang dari buku. makanya kita olah lagi bahasanya biar menjadi lebih ringan.
Solusinya : Soal beda pendapat dengan orangtua kita sering mengajak para
orangtua mengobrol soal anak-anak mereka. Biar orangtua mengerti maksud
kita itu seperti apa begitupun kita sebaliknya. Terus kalau yang soal intensitas
waktu kita sering dateng ke lapak diluar jam pengajaran dan juga sering
ngajak adik-adik dateng keseminar seminar atau film-film tentang motivasi
kita ajak. Intinya biar mereka bisa bersosialisasi dan adik-adik menjadi lebih
deket sama kita. Kadang kita juga dateng kerumah mereka itu nyentuh banget
apalagi mereka yang mulung kita dateng kerumah mereka, itu ngebuat
mereka ngerasa dihargain banget mereka seneng orangtuanya juga welcome
banget kalau kita dateng kerumahnya.
8. Program-program apa saja yang ada di Sekolah bersama ?
Seminar-seminar diluar, sering ikut lomba-lomba biar mereka bersosialisasi
memperkenalkan dunia luar kemereka. Dan juga kalau ada kakak dateng mau
shareing ilmu atau kenalan kita apresiasi sekali soalnya disitu waktunya anak
anak kenal dengan orang-orang luar. Ada juga event-event tahunan kaya idul
adhah kita melaksanakan qurban, pesantren kilat saat bulan ramadhan,
silaturahmi setelah lebaran, 17 agustus. Selain itu juga pada saat tahun baru
islam dan menyambut ramadhan kita bikin parade ikut pawai tujuannya biar
anak anak bisa menyuarakan ini loh sekolah bersama biar merasa bangga aja
kalau mereka beljar bareng-bareng disitu.
9. Dari mana saja sumber dana agar sekolah bersama tetap dan terus
berkembang ?
Biasanya kita menjual kayak semacam merchendise entah itu stiker, kupon
donasi, kaos, macem-macem barang. Terus kita ada danus (dana usaha)
biasanya kakak relawannya mau mengadakan kegiatan menjual makanan
menjual barang nah itu biasanya keuntungannya buat operasional. Ada juga
open donasi yang uda kenal sekolah bersama biasanya memberi donasi ada
yang perbulan dan ada yg sifatnya ga perbulan namun pasti ngasih.
10. Menurut kakak sejauh mana tingkat keberhasilan pembinaan
keagamaan yang telah dilakukan ?
Kalau misalnya tingkat keberhasilan masih banyak pr banget, karna sekarang
siafatnya anak-anak dateng belajar. Tapi tingkat anak mempraktekan tanpa di
ingatkan itu belum ada. Namun beberapa anak wanita memutuskan ingin
memakai jilbab terus tanpa di ingetin setiap ketemu mereka pakai jilbab terus
pas ingin sholat mereka ikut tanpa kita ajakin. Jadi sebenernya sejauh ini si
anak dateng belajar tapi mempraktekannya belum maksimal.
11. Apa harapan kakak kepada anak-anak lapak dan juga komunitas ini ?
Harapan umumnya untuk adik-adik disini itu yang sekolah lebih menggali
shoft skillnya ibaratnya pinter itu kan ga harus rengking satu namun punya
keahlian. Terus yang segi keagamaannya segi akademiknya, intinya mereka
bisa menerapkan yg namanya ilmu yang di dapet itu jadi satu praktek dan
ketika praktek dia jadi agen of changenya itu harapan besar banget ke adik-
adik seperti itu. Kalau untuk komunitasnya sendiri lebih kuat di pondasi
sdmnya karena ga menutup kemungkinan di komunitas non provit satu sdm
itu punya kesibukan lain jadi pasti ada aja yang mental-mental. Ibaratnya
katakan lah dari sepuluh orang ada tiga orang yang jadi pioner berikutnya.
Karenakan satu komunitas kalau ga ada regenerasi ga mungkinkan makanya
butuh penguatan di sdm biar generasi berikutnya ada terus. Sekolah bersama
jadi kegiatan positif anak-anak mudalah. Sebenernya sekarang program yang
diharapkan banget kita ingin punya semacam katakanlah basecamp tempat
yang bisa dijangkau beberapa lapak yang kita bina. Harapannya ada satu
tempat belajar khusus buat anak-anak lapak.
Pewawancara Narasumber
(Ahmad Zulfikar) (Mintarsih)
TRANSKIP WAWANCARA
KOMUNITAS SEKOLAH BERSAMA
Profil Narasumber
a. Nama Lengkap : Reny Nur Aini
b. TTL : Nganjuk, 31 Januari 1994
c. Pendidikan Terakhir : MAN (Semester 7 di UIN
Jakarta)
d. Pekerjaan : Mahasiswa
e. Jabatan di SB : Humas Sekolah Bersama
Waktu & Tempat Wawancara “14.30, 24 November 2016, Kampus UIN
Jakarta”
1. Sejak kapan kakak menjadi relawan sekolah bersama ?
Menjadi relawan Sekolah Bersama waktu itu ketika open recquitmen pertama
itu sekitar maret 2014.
2. Seperti apa latar belakang beridirinya sekolah bersama ?
Awalnya iseng namanya mba wiwin pas itu mba wiwin lagi jalan di mall
daerah cilandak nah ketemulah sama dua orang anak namanya udin sama
nana dia ngobrol sama dua orang anak itu. Ditanya kenapa mulung sekolah ga
? ternyata dia ga sekolah. Di anterlah sama mba wiwin kerumahnya di lapak
pemulung ragunan. Dan ternyata temennya juga banyak yang ga sekolah nah
dari situ mulai ada tuh belajar bersama gitu ngajarin anak-anak yang ga
sekolah itu. Mulai dari nulis dan baca, terus mba wiwin ke amerika karna
nikah sama orang amerika. Lalu sekolah bersama diserah amanahkan ke kak
echi itu sekitar tahun 2013 kalau ga salah. Nah dari kak echi ini lah baru
terkonsep komunitas sekolah bersama mulai dari open recquitmen pertama.
3. Program-program apa saja yang ada di sekolah bersama ?
Kalau programnya lebih ke ilmu terapan itu kalau keagamaanya seperti
belajar doa sehari-hari terus sholat, wudhu, belajar mengaji, terus
mengajarkan kasih sayang ke sesama orangtau ke sesama temen,
mengajarkan sopan santun. Kalau yang akademiknya paling bahasa inggris,
matematika, bahasa indonesia, ipa. Ada juga program-program tahunannya,
feel trip (rekreasi edukasi) biasanya satu tahun dua kal ulang tahun Sekolah
Bersama, terus getring relawan, terus ramadhan ada bersyukur bersama sama
pesantren kilat. Paling event-event luar dari kmunitas lain si kak kita sering
ikut sertain anak-anak.
4. Apa tujuan dari tiap-tiap program yang di adakan ?
Kalau keagamaan agar anak-anak itu bisa menerapkan apa yang telah kita
ajarkan. Kayak misalnya belajar ngaji baca iqra nah itu biar dia bisa
membaca Al-quran terus belajar sholat biar mereka bisa mempraktekan
sholat.terus biar bisa bersikap baik dan sopan kepada orangtua dan
masyarakat sekitar. Kalau yang akademik biar bisa membaca biar bisa
menghitung seenggaknya biar punya dasarnya biar ga di tipu orang.
5. Apakah ada rencana program untuk anak-anak didik disini yang belum
terlaksanakan atau tertunda ?
Kalau yang belum terlaksana dari evaluasi si ada beberapa program Cuma
saya lupa itu apa kak. Yang saya inget si kita ingin mengadakan tempat
ngumpul buat kita dan anak-anak binaan. Kayak semacam basecamp gitu kak,
jadi antara kita dan anak-anak binaan punya waktu betemu lebih lama selain
di lapak.
6. Apakah ada evaluasi dalam pembahasan materi dan pengajaran ?
per 6 bulan sekali kita biasanya rapat ngebahas soal kegiatan pengajaran,
dalam rapat itu kita melakukan evaluasi tentang metode pengajaran, materi
pengajaran, dan program yang belum terlaksanakan. Pada rapat itu semua
teman-teman relawan bebas berpendapat supaya ketawan apa saja yang harus
kita evaluasi.
7. Apa semua anak didik yang ada di komunitas sekolah bersama ini
berasal dari lapak pemulung ragunan ?
Iya mereka berasal dari lapak pemulung tersebut, mereka tinggal disana satu
petak satu keluarga banyak keluarganya disitu. Nah sama bos lapaknya kita
dikasih satu petak tempat buat belajar anak-anak kak.
8. Bagaimana prosedur agar anak-anak lapak menjadi anak didik sekolah
bersama ?
Kalau awalnya kita masuk kesitu kita data semua anak yang belum sekolah
dan yang mau belajar di sekolah bersama. Paling si cuma pendataan aja kayak
nama usia terus kalau sekolah kelas berapa sekolahnya. Kalau prosedur
pendaftaran si ga ada kak.
9. Apakah setiap anak didik disini dikenakan biaya bulanan ?
Jika iya : selain dari biaya bulanan anak didik darimana lagi sumber
dana agar sekolah bersama tetap dan terus berkembang ?
Jika tidak : dari mana saja sumber dana agar sekolah bersama tetap dan
terus berkembang ?
Ga ada, sama sekali ga ada biaya. Sumber dananya itu dari donatur terus
selain itu kita juga kayak bikin barang-barang terus jualan buat galang dana.
10. Pola komunikasi seperti apa yang kakak gunakan dalam pembinaan
keagamaannya ?
Lebih ke komunikasi antarpribadi kalau sedang ngobrol biasa biar kita dapet
emosional dari mereka. Tapi kalau lagi pengajarannya itu kita kelompokan
anak-anaknya, lebih ke komunikasi kelompok kecil kak. Kita melakukan
interaksi saat pas pengajaran jadi yaa saling tanya jawab sama anak-anak
pemulung.
11. Bagaimana cara kakak mendekatkan diri kepada anak-anak pemulung ?
Disaat kita melakukan pembinaan kepada anak-anak pemulung kita sering
berbagi cerita kemereka dan berbagi pengalaman, biar kita bisa lebih deket
sama mereka dan mereka juga ngerasa deket sama kita. Kita membangkitkan
semangat dan kepercayaan diri mereka lebih tepatnya dengan berbagi cerita
dan pengalaman.
12. Menurut kakak seberapa penting pembinaan keagamaan untuk anak-
anak lapak ?
Yaa penting banget soalnya kan anak lapak keras-keras dan mereka bebas
banget gitu loh. Orangtuanya juga kurang peduli mereka butuh banget agama
buat landasan hidup mereka. Sempet ada kasus pas aku ngajar terus aku suruh
pada buat gambar ada yang gambarnya itu orang pacaran lagi ciuman, terus
pas aku tanya ternyata dia abis diajak sama bapaknya nonton video seperti itu.
13. Metode-metode yang dilakukan dalam pembinaan ini seperti apa ?
Kalau metode pembinaannya pembelajarannya itu lebih kecerita lebih ke
praktek sehari-hari kita ga melulu nulis di papan kita ngejelasin. Pokoknya
kita ngasih cerita yang real aja kayak misal “kalau kita makan ga pakai doa
nanti makanannya di makan setan loh, ga berkah” lebih ke situ.
14. Apa saja kendala atau hambatan yang kakak alami ?
Kendalanya ya pasti kejutan dari anak itu sendiri si kayak misal ada yang
nangislah ada yang berantem, ngomong kasar, pokoknya kelas heboh deh.
Kalau dari eksternalnya paling ada beberapa orangtua yang berfikiran
“ngapain si belajar mending mulung aja dapet duit”. Kadang lagi belajar ada
yang di panggil orangtuanya disuruh bantu ngupas bekas gelas aqua.
15. Apa harapan kakak terhadap yayasan ini dan anak-anak lapak ?
Harapannya ya pasti mereka dapet pendidikan yang layak ya, tapi si ada
program sekolah kejar paket buat yang pada ga sekolah. Alhamdulillah uda
ada 4 anak yang sekarang sekolah smp berkat sekolah kejar paket. Harapan
untuk sekolah bersama ya bisa menjadi wadah untuk para anak bangsa yang
tidak mendapatkan kesempatan bersekolah di sekolah formal. Dan juga ingin
nambah lokasi si kak di beberapa lapak pemulung lagi.
Pewawancara Narasumber
(Ahmad Zulfikar) (Reny Nur Aini)
TRANSKIP WAWANCARA
KOMUNITAS SEKOLAH BERSAMA
Profil Narasumber
a. Nama Lengkap : Lutful Hakim
b. TTL : Tegal, 20 Desember 1993
c. Pendidikan Terakhir : SMK
d. Pekerjaan : Mahasiswa
e. Jabatan di SB : Penanggung Jawab Kelas
Waktu & Tempat Wawancara “10.30, 20 November 2016, Lapak Pemulung
Ragunan”
1. Sejak kapan kakak mengajar di sekolah bersama ?
Untuk pertama kali di sekolah bersama itu kurang lebih bulan september
2015, kurang lebih uda satu tahun di sekolah bersama.
2. Apa tugas kakak selaku penanggung jawab kelas ragunan ?
Sebenernya bukan penanggung jawab si ya, lebih ke kordinator jadi yaa
tugasnya menginformasikan kepada kakak relawan lain kayak pengajaran.
Terus mengatur jadwal pengajarannya, biar setiap waktunya ada yang isi
ga ada yang kosong.
3. Menurut kakak apa itu pembinaan keagamaan ?
Untuk keagamaan itu lebih tentang apa si itu agama, apa aja yg harus kita
pelajari. Kita si lebih mengedepankan ke akhlak seperti caranya bertututr
kata yang baik gimana untuk menghargai oranglain, sayang dan berbakti
kepada kedua orangtua. Disini juga kita mengajar ngaji agar anak-anak
bisa membaca Al-Quran
4. Seberapa penting pembinaan keagamaan pada anak-anak pemulung
di sekolah bersama ?
Sangat penting yaa karenakan keagamaan itukan menurut saya jadi apapun
yang dilakukan itu bisa dilihat dari akhlaknya kalau akhlaknya baik
mereka melakukan hal-hal yang positif ga bakalan yang namanya ya
mudah-mudahan si ga bertindak yang buruk gitukan.
5. Materi-materi apa saja yang diberikan dalam proses pembinaan
keagamaan ?
Lebih ke praktek, kayak msialnya kalau baru dateng kita ajarin ke adiknya
untuk salam dulu, kalau mulai pembelajarankita mualainya dengan doa
kalau diakhir pelajaran juga kita akhirinya dengan doa. Jadi pembinaan
keagamaan itu pembiasaan, jadi menanamkan kepada anak-anak kebiasaan
yang baik.
6. Seperti apa pola komunikasi yang dilakukan dalam proses pembinaan
keagamaan ?
Komunikasinya itu yaa namanya anak-anakan pasti agak sulit ya, kalau
diatur banyak komentarnya. Cuma disini kita ngajarinnya pelan-pelan
sabar bicara kemerekanya juga lembut biar mereka jadi terbiasa dan dekat
sama kita.
7. Bagaimana respon adik-adik saat kakak menerapkan pola
komunikasi yang digunakan ?
Ya seperti yang saya bilang tadi kalau awal-awal itu agak sedikit sulit
mereka masih kadang suka ga mendengarkan kalau kita bicara saat
mengajar. Cuma ya seiring waktu respon mereka itu membaik komunikasi
pada saat pengajaranpun juga mendapatkan perhatian dari mereka. Mereka
sering bertanya kalau tidak mengerti.
8. Selanjutnya hambatan / kesulitan apa saja yang sering terjadi saat
kakak berkomunikasi dengan adik-adik ketika melakukan proses
pembinaan keagamaan ?
Untuk kesulitannya itu ya di motivasi belajar mereka, jadi kalau anak-anak
itukan ada rasa jenuh ada rasa males jadi ya pinter kita aja bicara
kemerakanya ngerayu mereka biar pada ga males lagi. Pada saat ada tugas
kelompok, sering terjadi perselisihan diantara anak-anak pemulung. Maka
saya menengahkan mereka yang pada berselisih. Dalam contoh pembagian
kelompok pada suatu tugas, adik-adik selalu sulit dalam menentukan akan
sekelompok dengan siapa. Maka relawan yang menjadi penengah dan
pemberi keputusan yang adil. Terkadang juga ada hambatan yang datang
dari relawan, ada saja relawan yang berhalangan hadir dan tidak
memberikan informasi kepada penanggung jawab kelas.
9. Seperti apa solusi yang dilakukan ketika kakak mengalami hambatan
/ kesulitan tersebut ?
Yaa dengan omongan yang baik merayu mereka, soalnya kan yang
namanya anak-anak itukan ga bisa dipaksa. Kalau dipaksa yang ada
mereka semakin ga mau belajar.
10. Menurut kakak sejauh mana tingkat keberhasilan pola komunikasi
yang kakak lakukan dalam pembinaan keagamaan ?
Tingkat keberhasilannya ya Alhamdulillah komunikasi yang kita lakukan
saat pelajaran berjalan baik, walaupun pada awalnya sulit. Tapi sekarag
kalau kita lagi mengajar adik-adik pada aktif juga. Jadi komunikasi yang
kita lakukan berlangsung dua arah. Dan juga Alhamdulillah sekarang ada
beberapa yang bisa mengaji, yang semakin baik juga tatakramanya.
11. Apa harapan kakak kepada anak-anak pemulung ini setelah
mengikuti kegiatan keagamaan ?
Ya yang jelas mereka bisa menerapkan pelajaran-pelajaran yang sudah kita
berikan dan di terapkan di kehidupan sehari-hari. Jadi jangan Cuma pas
disekolahnya aja, tapi di kehidupan sehari-hari mereka gunaka, gimana
menghormati orangtua, gimana menghormati yang lebih dewasa.
Pewawancara Narasumber
(Ahmad Zulfikar) (Lutful Hakim)
TRANSKIP WAWANCARA
KOMUNITAS SEKOLAH BERSAMA
Profil Narasumber
a. Nama Lengkap : Hadi Irfani
b. TTL : Padang
c. Pendidikan Terakhir : Sedang kuliah jenajng S1 di
UMJ Jakarta
d. Pekerjaan : Mahasiswa
e. Jabatan di SB : Relawan
Waktu & Tempat Wawancara “11.00, 20 November 2016, Lapak Pemulung
Ragunan”
1. Sejak Kapan kakak mengajar di sekolah bersama ?
Sejak bulan Ramadhan tahun ini kalah itu ada perlombaan da’i dan saya
diamanahkan untuk menjadi pelatih perlombaan da’i.
2. Menurut kakak apa itu pembinaan keagamaan ?
Menurt saya pembinaan keagamaan itu adalah mengajarjan kepada mereka
yang sesuai dengan tuntunan nabi Muhammad SAW. Untuk menjadikan
mereka yang berbudi pekerti luhur.
3. Seberapa penting pembinaan keagamaan pada anak-anak pemulung
di sekolah bersama ?
Sangatlah penting karena yang menjadi dasar dalam agama Islam ini
adalah Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad SAW. Allah berfirman
dalam surat Ali Imran ayat 104 yang artinya “Dan hendaklah diantara
kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
(berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka
itulah orang-orang yang beruntung.
4. Materi-materi apa saja yang diberikan dalam proses pembinaan
keagamaan ?
Materi yang kami berikan yang pertama itu siroh nabawiyah disini adik-
adik itu akan dikenalkan oleh kehidupan para nabi dari beliau kecil hingga
dewasa dan bagai mana beliau menerima wahyu. Kedua kisah sahabat-
sahabat nabi, ketiga tentang kisah istri nabi Muhammad SAW serta
sahabiat-sahabiatnya ini sangat lah penting karena di sekolah bersama ini
kebanyakan perempuan disini kita sangat menekankan ke mereka atau
mengajarkan mereka tentang baiknya mencontoh dari istri nabi yang baik
dan bagus untuk menjadikan surih teladan yang baik.
5. Kenapa Kak Hadi memberikan tausyiah terlebih dahulu pada saat
akan melakukan pembinaan keagamaan ?
Saya memberikan Tausyiah terlebih dahulu agar anak-anak pemulung
selalu ingat dengan apa yang diperbolehkan dan apa yang dilarang dalam
agama Islam. Khususnya bagi anak-anak pemulung yang beranjak remaja,
jika tidak dibekali dengan pengetahuan agama Islam bukan tidak mungkin
mereka akan salah pergaulan apalagi jika dilihat dari lingkungan mereka.
Selain itu kelas menjadi lebih kondusif dan siap untuk memulai pelajaran.
6. Apa alasan Kak Hadi untuk membiasakan Praktek Sholat zuhur
setelah kelas selesai ?
Saya membiasakan kepada adik-adik untuk sholat zuhur setelah pelajaran
selesai. Tujuannya agar adik-adik bisa langsung mempraktekan apa yang
telah dipelajari dan terbiasa untuk melaksanakan sholat. Jadi untuk sholat
dan berwudhu kita langsung prakrtekkan.
7. Apakah Kak Hadi melakukan komunikasi dengan anak-anak
pemulung diluar jam pelajaran ?
Diluar jam pelajaran saya sering ngobrol dan bercanda dengan anak-anak
pemulung. Saya jadi mengetahui bimbingan dan pengawasan benar-benar
sangat mereka butuhkan. Terutama dari unsur agama, jangan sampai anak-
anak pemulung tuumbuh hingga dewasa tanpa mengenal agamanya.
8. Seperti apa pola komunikasi yang dilakukan dalam proses pembinaan
keagamaan ?
Komunikasi yang Kami sering gunakan seperti simbol dan media. Simbol
kami sering gunakan gambar-gambar ka’bah dan peta-peta di timur tengah
peradaban islam. Kedua media, kami sering gunakan media elekronik
berupa hendphone melihatkan video tentang masa lampau. Ketiga kita
sering melakukan ceramah sebelum memulai pelajaran seperti tausiah-
tausiah yang baik yang dapat mereka pahami
9. Bagaimana respon yang diberikan murid-murid saat kakak
menerapkan pola komnikasi yang di gunakan ?
Respon mereka bermacam-macam ada yang bilang “wah kok bisa begitu
kak emang begitu yaa kak” banyak lagi respon mereka terhadap materi
materi yang baru dan mereka sangat senang melakukan pola belajar seperti
ini.
10. Selanjutnya hambatan / kesulitan apa saja yang sering terjadi saat
kakak berkomunikasi dengan anak pemulung ketika melakukan
proses pembinaan keagamaan ?
Hambatan yang sering terjadi mereka cepat bosan cepat mengeluh,
mengeluhnya seperti ngantuk, lapar, haus, dan kadang nereka membawa
adik-adiknya kelapak kita sangat terganggu karena ada yang berisik dan
juga pada proses belajar ada yang mengurusi adiknya itu sangat
mengganggu kegiatan mengajar.
11. Seperti apa solusi yang dilakukan ketika kakak mengalami hambatan
/ kesulitan tersebut ?
Solusinya kita selalu mengingatkan mereka kalau kalian ga mau
mendengar kalian akan rugi dan kalian akan ketinggalan pelajaran.
12. Menurut kakak sejauh mana tingkat keberhasilan pola komunikasi
yang kakak lakukan dalam pembinaan keagamaan ?
Keberhasilan membuat mereka penasaran akan pelajaran apa yang akan di
ajarkan di hari esoknya. Itu sangat bagus untuk mereka karena dengan itu
semangat mereka meningkat. Dan juga mereka sangat antusias dalam
mengikuti pelajaran agama ini.
13. Apa harapan kakak kepada anak-anak pemulung ini setelah
mengikuti kegiatan keagamaan ?
Harapan kami yang pertama agar mereka dapat menjalankan syariat agama
dan tuntunan nabi Muhammad SAW. Kedua semoga mereka menjadi
orang yang berguna bagi orangtua dan masyarakat. Ketiga kita berharap
mereka menjadi seorang penceramah dan selalu menyebarkan kebaikan
dan mencegah kepada yang buruk-buruk.
Pewawancara Narasumber
(Ahmad Zulfikar) (Hadi Irfani)
TRANSKIP WAWANCARA
KOMUNITAS SEKOLAH BERSAMA
Profil Narasumber
a. Nama Lengkap : Anggi
b. TTL : Jakarta
c. Pendidikan Terakhir : SMA (Semester 3 di UIN
Jakarta
d. Pekerjaan : Mahasiswa
e. Jabatan di SB : Relawan
Waktu & Tempat Wawancara “11.00, 4 Desember 2016, Lapak Pemulung
Ragunan”
1. Sejak Kapan Mengajar di Sekolah Bersama ?
Bulan Maret 2016, baru Tahun ini
2. Menurut kakak apa itu pembinaan keagamaan ?
Gimana menjadikan manusia percaya, setelah percaya kemudian
menjalankan ajaran agama Islam sepenuhnya sesuai perintah Allah SWT.
3. Materi apa saja yang diberikan relawan sekolah bersama kepada
anak-anak pemulung ?
Yang kita berikan satu pelajaran yang mereka lihatnya sepele tapi menurut
kita itu hal besar. Misalnya tata cara berwudhu, doa-doa harian, sikap
menghormati orangtua , praktek sholat, dan belajar mengaji.
4. Seberapa penting pembinaan keagamaan pada anak-anak pemulung
di Sekolah Bersama ?
Penting banget apalagi anak-anak Sekolah Bersama itu bermacam-macam
latar belakngnya. Ada yang mereka seharian ga ngapa-ngapain terus ada
juga yang mereka keluar rumah untuk bekerja mohon maaf “mulung”.
Penting banget karna pendidikan agama islam itu bukan saja mengajarkan
ilmu-ilmu sebagai materi atau keterampilan sebagai kegiatan jasmani
semata tapi melainkan meningkatkan semuanya itu dengan praktek yang
bermuatan dengan nilai dan moral. Nah dari situ kemudian munculah
kegiatan keagamaan di Sekolah Bersama.
5. Seperti apa bentuk pembinaan keagamaannya ?
Biasanya kita bercerita tentang kisah-kisah rosul, terus mengajarkan
mengaji, membiasakan hal-hal yang baik, praktek berwudhu dan peraktek
sholat.
6. Pola komunikasi seperti apa yang kakak gunakan dalam pembinaan
keagamaan ?
Saya ga tau deh namanya itu pola komunikasi apa, tapi setiap pengajaran,
saya berbicara kepada adik-adik mereka juga pada aktif dalam bertanya
ketika ada yang mereka ga ngerti. Jadi yaa komunikasi saya dengan adik-
adik saat pembinaan berjalan dengan baik, ga cuma saya aja yang
berbicara sendiri.
7. Bagaimana respon yang diberikan murid-murid saat kakak
menerapkan pola komunikasi yang digunakan ?
Sejauh ini yang saya pantau mereka cukup baik meresponnya, mereka
mendengarkan ketika saya sedang menjelaskan atau bercerita. Dan dengan
mereak aktif bertanya itu si menurut saya uda respon yang sangat baik.
Jadi yaa biarpun belajarnya bareng-bareng mereka tetep berani nanya dan
komunikasinya juga jadi lebih hidup. Mereka sangat antusias dengan hal
kecil yang mereka ga tau.
8. Selanjutnya hambatan / kesulitan apa saja yang sering terjadi saat
kakak berkomunikasi dengan anak pemulung ketika melakukan
proses pembinaan keagamaan ?
Kadang si pemilihan materi pembelajaran atau cerita untuk anak-anaknya,
soalnya kadangkan ada yang sudah ngerti dan ada yang belum. Nah pas
saya mengulang untuk yang belum ngerti, sebagiamn yang sduah ngerti
malah jadi pada bercanda. Sama terkadang tenaga relawan pada saat
pengajaran juga terbatas. Dan juga suasana kelas yang tidak kondusif
banyak anak-anak pemulung yang membawa adiknya pada saat belajar.
9. Bagaimana hubungan para anak-anak pemulung di Sekolah Bersama
dan juga bagaimana hubungan relawan dengan anak-anak pemulung
?
Anak-anak di Sekolah Bersama memang pada awalnya itu sudah saling
mengenal. Mereka teman bermain dan tinggal di lingkungan yang sama,
jadi tidak heran kalau mereka sudah begitu akrab. Kita relawan juga akrab
dan bersahabat dengan mereka, respon mereka baik dan antusias sekali
jika bertemu. Saya dan teman relawan lainnya juga tidak sungkan untuk
datang kerumah mereka jika diantara mereka ada yang tidak masuk kelas.
Anak-anak pemulung sangat senang jika kita kerumah mereka, karena
mereka merasa dihargai dengan kehadiran kita
10. Menurut kakak sejauh mana tingkat keberhasilan pola komunikasi
yang kakak lakukan dalam pembinaan keagamaan ?
Tingkat keberhasilan 80% lah, 10% ke saya, 10% ke Allah, apakah anak
itu sejauh ini paham atau tidak atau malah mereka sanagat sanagat paham
dengan apa yang saya ajarkan.
11. Apa harapan kakak kepada anak-anak pemulung ini setelah
mengikuti kegiatan keagamaan ?
Mudah-mudahan apa yang saya sampaikan mereka paham. Kemudian
salah satu kesulitan manusia itu mereka hanya menerima ilmu tapi susah
untuk mempraktekan. Dari hal itu saya mau anak-anak Sekolah Bersama
nanti ga cuma menerima ilmu saja tetapi juga mempraktekannya.
12. Apa harapan Kakak untuk Komunitas Sekolah Bersama ?
Semakin memberi fasilitas yang baik buat anak-anak disini. Kalau bukan
kita para relawan siapa lagi.
Pewawancara Narasumber
(Ahmad Zulfikar) (Anggi)
TRANSKIP WAWANCARA
KOMUNITAS SEKOLAH BERSAMA
Profil Narasumber
a. Nama Lengkap : Jihan
b. TTL : Jakarta
c. Pendidikan Terakhir : SMA (Semester 3 di UIN
Jakarta
d. Pekerjaan : Mahasiswa
e. Jabatan di SB : Relawan
Waktu & Tempat Wawancara “10.30, 4 Desember 2016, Lapak Pemulung
Ragunan”
1. Sejak kapan kakak mengajar di Sekolah Bersama ?
Awal tahun 2016
2. Menurut kakak apa itu pembinaan keagamaan ?
Memberikan ajaran-ajaran agama agar anak-anak bisa terkontrol dari hal-
hal berkonten dewasa.
3. Seberapa penting pembinaan keagamaaan pada anak-anak pemulung
di Sekolah Bersama ?
Penting banget, karena mereka dirumah kurang diperhatiin sama orangtua
soal agama jadi kita binanya disini.
4. Materi-materi apa saja yang diberikan dalam proses pembinaan
keagamaan ?
Ngaji, cerita-cerita keagamaan dan kadang juga cerdas cermat soal-soal
agama.
5. Seperti apa pola komunikasi yang dilakukan dalam proses pembinaan
keagamaan ?
Dilihat keindividunya, kadang kalau yang sulit mengikuti pembinaan
keagamaan. Kita ngajar terus ada beberapa anak yang tidak bisa fokus
maka kita melakukan komunikasi antarpribadi dengan mereka.
6. Seperti apa pola komunikasi yang dilakukan dalam proses pembinaan
keagamaan ?
Sulit untuk mengikuti kita, kadang mereka masih mau main-main.
7. Apa solusi yang kakak lakukan jika dihadapi masalah seperti itu ?
Ya kita mengikuti kemauan mereka, biar ga bosen. Cuma tetep nanti balik
lagi ke materi.
8. Bagaimana respon adik-adik saat kakak menerapkan pola
komunikasi yang digunakan ?
Menyimak ada beberapa yang benar-benar fokus sampe nanya-nanya
detail, tapi ada juga yang bercanda.
9. Apakah Kak Jihan melakukan komunikasi dengan anak pemulung di
luar jam pelajaran ?
Kita sangat membutuhkan komunikasi langsung dengan anak-anak
pemulung. Maka diluar jam pengajaran biasanya saya dan teman relawan
lainnya sering berbicara secara pribadi dengan mereka, hal itu membuat
saya dan anak-anak pemulung semakin dekat. Dengan komunikasi
antarpribadi yang saya lakukan dapat meningkatkan semangat anak-anak
dalam belajar
10. Adakah faktor penghambat dalam proses pembinaan keagamaan ?
Faktor penghambat salah satunya kurangnya intensitas waktu soalnya
dalam seminggu itu ada 3 kali pertemuan dan hanya ada satu kali
pertemuan saja untuk pembinaan keagamaan. Jadi anak-anak banyak yang
pada lupa saat materinya diulang kembali.
11. Sejauh mana perkembangan anak-anak pemulung dalam mengaji ?
Alhamdulillah kalau mengajinya yang awalnya belum mengenal huruf
hijaiyah sekarang uda pada kenal dan yang belum lancar membaca Al-
Qurannya sekarang sedikit lebih lancar. Pokoknya terlihat banget
kemajuannya pada saat awal kita ngajarin dan sekarang.
12. Apa harapan kakak kepada anak-anak pemulung setelah mengikuti
kegiatan keagamaan ?
Harapannya semoga anak-anak bisa sukses nanti kedepannya. Kebanyakan
disini tingkat Tk dan SD jadi semoga nanti naik kejenjang berikutnya bisa
lebih baik dan menjadi kebanggaan orangtuanya.
13. Apa harapan kakak untuk komunitas Sekolah Bersama ?
Harapannya semoga sekolah bersama bisa maju lagi. Bisa nambah lagi di
beberapa lapak.
Pewawancara Narasumber
(Ahmad Zulfikar) (Jihan)
TRANSKIP WAWANCARA
KOMUNITAS SEKOLAH BERSAMA
Profil Narasumber
a. Nama Lengkap : Terry Kinanti
b. Umur : 8 Tahun
c. Jabatan di SB : Anak Binaan
Waktu & Tempat Wawancara “09.00, 26 November 2016, Lapak Pemulung
Ragunan”
1. Dimana tempat tinggal kamu sekarng ?
Disitu kak di bawah deket lapak
2. Apa cita-cita kamu ?
Aku kepengen jadi dokter kak
3. Kalau sekarang kamu sekolah ?
Sekolah di sdn 012 pagi kelas tiga
4. Sejak kapan kamu belajar di Sekolah Bersama ?
Uda lama kak pas SB ada disini dulu malah bukan disini kak di deket sanah
deket rsud pasar minggu. Cuma sekarang digusur jadi pindah deh kesini
jadinya. Aku belajar di sekolah bersama pas belajar bahsa inggris.
5. Apa yang kamu lakukan sebelum belajar di sekolah bersama ?
Baca do’a, oh kalau selain belajar di sekolah bersama aku bantu-bantu
mamah dirumah nyuci piring beres rumah kak.
6. Apa saja yang kamu pelajari di Sekolah Bersama ?
Agama, IPA, matematika. Aku ngajinya uda mau Al-quran kak
7. Seperti apa kakak relawan berkomunikasi kepada kamu saat
memberikan materi ?
Baik, kakak relawannya kalau ngajarin pelan pelan terus juga ramah sama
kita ga pernah marahin kita kalau nakal.
8. Bagaimana cara kakak relawan menjelaskan kepada kamu tentang
materi yang diberikan ?
Kakak relawan biasanya bercerita ke kita, terus kita diajak menggambar,
sama diajarin praktek-praktek kayak wudhu, sholat.
9. Bagaimana cara kamu mengatasi materi yang belum kamu pahami ?
Aku tanya ke kakak relawan kalau ada yang ga aku ngerti
10. Bagaimana perasaan kamu belajar di sekolah bersama ?
Seneng
11. Bagaimana pendapat kamu tentang kakak-kakak relawan di sekolah
bersama ?
Baik-baik semuanya
12. Apa perbedaan yang kamu rasakan setelah kamu belajar di sekolah
bersama ?
Aku jadi dapet rangking kak di sekolah aku peringkat 4
13. Apa harapan kamu setelah selesai belajar di sekolah bersama ?
Jadi pinter
Pewawancara Narasumber
(Ahmad Zulfikar) (Terry Kinanti)
TRANSKIP WAWANCARA
KOMUNITAS SEKOLAH BERSAMA
Profil Narasumber
a. Nama Lengkap : Zahra Aulia Putri
b. Umur : 10 Tahun
c. Jabatan di SB : Anak Binaan
Waktu & Tempat Wawancara “09.15, 26 November 2016, Lapak Pemulung
Ragunan”
1. Dimana tempat tinggal kamu sekarang ?
Di deket mushola diluar lapak
2. Apa cita-cita kamu ?
Insya Allah ingin jadi insinyur
3. Kalau sekarang kamu sekolah ?
Sekolah kelas empat di sdn ragunan 012 pagi
4. Sejak kapan kamu belajar di sekolah bersama ?
uda lama dari tempat yang dulu sebelum di gususr
5. Apa yang kamu lakukan sebelum belajar di sekolah bersama ?
Jagain adik
6. Apa saja yang kamu pelajari di sekolah bersama ?
Matematika, ipa, ips sama agama. Agamanya belajar ngaji, sholat, wudhu
terus aku uda Al-quran sekarang kak
7. Seperti apa kakak relawan berkomunikasi kepada kamu saat
memberikan materi ?
Ramah si, baik juga. aku mudah ngerti kalau kakak ajarin terus juga kakak itu
pelan-pelan kalau bicara ke kita. Kita juga tanya jawab saat kakak lagi
ngajarin.
pada saat pembinaan kakak relawan mempunyai banyak cara dalam memberikan
materi jadi saya dan teman-teman tidak bosan. Terkadang kakak relawan bercerita,
mengajak kita nonton film, sama cerdas cermat.
8. Apa yang kamu lakukan setelah kakak relawan menjelaskan materi ?
Biasanya aku mengulangi sebagian pelajaran yang diajarin di sekolah
bersama
9. Bagaimana cara kamu mengatasi materi yang belum kamu pahami ?
Aku tanya kalau ada yang ga aku ngerti
10. Bagaimana pendapat kamu tentang kakak-kakak relawan di sekolah
bersama ?
Semuanya baik-baik uda kayak kakak sendiri
11. Bagaimana perasaan kamu belajar di sekolah bersama ?
Seneng, bahagia sekali
12. Apa harapan kamu setelah belajar di sekolah bersama ?
Jadi lebih baik dalam belajar
Pewawancara Narasumber
(Ahmad Zulfikar) (Zahra Aulia Putri)
TRANSKIP WAWANCARA
KOMUNITAS SEKOLAH BERSAMA
Profil Narasumber
a. Nama Lengkap : Bunga Ilyasandra
b. Umur : 11 Tahun
c. Jabatan di SB : Anak Binaan
Waktu & Tempat Wawancara “09.30, 26 November 2016, Lapak Pemulung
Ragunan”
1. Dimana tempat tinggal kamu sekarang ?
Di sana deket mushola
2. Apa cita-cita kamu ?
Mau jadi guru
3. Kalau sekarang kamu sekolah ?
Iyaa aku sekolah di Sdn 012 pagi kelas 6
4. Sejak kapan kamu belajar di sekolah bersama ?
Dari kelas empat, sekarang saya kelas 6
5. Apa saja yang kamu pelajari di sekolah bersama ?
Matematika, ipa, ips, bahasa indonesia, bahasa inggris sama agama. Kalau
sekarang aku uda al-quran. Lomba muharam kemarin aku menang lomba
da’i.
6. Seperti apa kakak relawan berkomunikasi kepada kamu saat
memberikan materi ?
Tidak kasar, pelan pelan ngomongnya. Kita juga sering tanya jawab kalau
lagi belajar
7. Bagaimana respon kamu saat kakak relawan memberikan materi
pembinaan keagamaan ?
Ketika kita diajarin sama kakak relawan, kita mendengarkan dengan baik
kemudian kita juga bertanya kalau ada yang kita tidak paham. Kadang juga
kakak relawan bertanya secara langsung tentang materi yang baru diberikan
8. Bagaimana cara kamu mengatasi materi yang belum kamu pahami ?
Biasanya aku nanya, lumayan susah ngerti kadang kak
9. Bagaimana pendapat kamu tentang kakak-kakak relawan di sekolah
bersama ?
Baik, sopan, ramah
10. Bagaimana perasaan kamu belajar di sekolah bersama ?
Seneng, bisa nambah nambah ilmu terus kadang yang kita pelajarin keluar
disekolah. Juga ketemu temen temen banyak disini aku seneng.
11. Apa harapan kamu setelah selesai belajar disekolah bersama ?
Ilmu aku bertambah terus juga biar akunya bisa ngaji dan sholat
Pewawancara Narasumber
(Ahmad Zulfikar) (Bunga Ilyasandra)
TRANSKIP WAWANCARA
KOMUNITAS SEKOLAH BERSAMA
Profil Narasumber
a. Nama Lengkap : Dea Maharani
b. Umur : 9 Tahun
c. Jabatan di SB : Anak Binaan
Waktu & Tempat Wawancara “09.45, 26 November 2016, Lapak Pemulung
Ragunan”
1. Dimana tempat tinggal kamu sekarang ?
Dibawah di lapak
2. Apa cita-cita kamu ?
Mau jadi bidan
3. Kalau sekarang kamu sekolah ?
Iya aku sekolah kak, di sdn 012 pagi kelas empat
4. Sejak kapan kamu belajar di sekolah bersama ?
Uda lama dari pas ada sekolah bersama
5. Apa yang kamu lakukan sebelum belajar di sekolah bersama ?
Bantu keluarga ngupas aqua
6. Apa saja yang kamu pelajari di sekolah bersama ?
Banyak matemtika, agama, ipa, bahasa indoensia
7. Seperti apa kakak relawan berkomunikasi kepada kamu saat
memberikan materi ?
Baik ramah kalau ngomong pelan pelan ga pernah kersa sama kasar, kalau
kita ga paham di tering sampe paham sabar deh pokoknya
8. Bagaimana cara kamu mengatasi materi yang belum kamu pahami ?
Aku nanya kak sampe aku ngerti
9. Bagaimana perasaan kamu belajar di sekolah bersama ?
Seneng, ngebantu banget buat di sekolah. Kadang kalau yang ga kita ngerti di
sekolah bisa tanya ke kakak relawan.
10. Kamu pernah bercanda pada saat pembinaan keagamaan ?
Iya kadang saya suka bercanda kalau lagi belajar ngaji, dan ganggu temen
saya. Terus saya nanti dimarahin sama kakak relawan, marahinnya tidak
galak paling cuma ditegur dan dinasehati dengan baik biar tidak bercanda
lagi.
11. Bagaimana pendapat kamu tentang kakak-kakak relawan di sekolah
bersama ?
Baik, ramah, asik-asik orangnya dan juga kakaknya ga ada yg jahat
12. Apa harapan kamu stelah selesai belajar di sekolah bersama ?
Bisa jadi lebih pinter
Pewawancara Narasumber
(Ahmad Zulfikar) (Dea Maharani)
TRANSKIP WAWANCARA
KOMUNITAS SEKOLAH BERSAMA
Profil Narasumber
a. Nama Lengkap : Sutriyah
b. Umur : 15 Tahun
c. Jabatan di SB : Anak Binaan
Waktu & Tempat Wawancara “10.00, 26 November 2016, Lapak Pemulung
Ragunan”
1. Dimana tempat tinggal kamu sekarang ?
Dibawah di lapak
2. Apa cita-cita kamu ?
Mau jadi dokter
3. Kalau sekarang kamu sekolah ?
Engga kak aku ga sekolah, makanya aku seneng banget ada sekolah bersama
4. Sejak kapan kamu belajar di sekolah bersama ?
Uda lama dari pas ada sekolah bersama
5. Apa yang kamu lakukan sebelum belajar di sekolah bersama ?
Bantu keluarga ngupas aqua
6. Apa saja yang kamu pelajari di sekolah bersama ?
Banyak matemtika, agama, ipa, bahasa indoensia
7. Seperti apa kakak relawan berkomunikasi kepada kamu saat
memberikan materi ?
Baik ramah kalau ngomongga pernah kersa sama kasar, kalau kita ga paham
di terangin sampe paham sabar deh pokoknya. materi yang diberikan oleh
kakak relawan mudah dipahami karena menggunkan bahasa sehari-hari dan
saya jadi mudah paham
8. Bagaimana cara kamu mengatasi materi yang belum kamu pahami ?
Aku nanya kak sampe aku ngerti
9. Bagaimana perasaan kamu belajar di sekolah bersama ?
Seneng, ngebantu banget buat aku apalagi aku kan ga sekolah
10. Bagaimana pendapat kamu tentang kakak-kakak relawan di sekolah
bersama ?
Baik, ramah, asik-asik orangnya dan juga kakaknya ga ada yg jahat
11. Apa harapan kamu stelah selesai belajar di sekolah bersama ?
Bisa jadi lebih pinter
Pewawancara Narasumber
(Ahmad Zulfikar) (Sutriyah)