POLA KOMUNIKASI MASYARAKAT MISKIN - digilib.uns.ac.id/Pola... · Himpitan ekonomi menyebabkan...
Transcript of POLA KOMUNIKASI MASYARAKAT MISKIN - digilib.uns.ac.id/Pola... · Himpitan ekonomi menyebabkan...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
POLA KOMUNIKASI MASYARAKAT MISKIN
(Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Masyarakat Miskin yang Tinggal di
Pinggir Rel Kereta Api dan di Sekitar Tempat Pembuangan Sampah dalam Hal
Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi di Kelurahan Kalianyar Jakarta Barat)
Oleh:
Nikky Fardhani
D 0206123
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN
Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Hari :
Tanggal :
Pembimbing,
Dr. H. Sutopo, MS NIP. 19570505 198303 1 004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah Diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Hari :
Tanggal :
Panitia Penguji :
1 Ketua Panitia Dra. Hj. Sofiah, M.Si NIP. 19530726 197903 2 001
2 Sekretaris Tanti Hermawati, S.Sos, M.Si NIP. 19690207 199512 2 001
3 Anggota Dr. H. Sutopo, MS NIP. 19570505 198303 1 004
Mengetahui,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta,
Dekan
Prof. Drs. H. Pawito, Ph. D
NIP. 19540805 198503 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul:
POLA KOMUNIKASI MASYARAKAT MISKIN
(Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Masyarakat Miskin yang tinggal
dipinggir rel kereta api dan disekitar Tempat Pembuangan Sampah dalam hal
meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi di Kelurahan Kalianyar Jakarta Barat)
Adalah karya asli saya dan bukan plagiat baik secara utuh atau sebagian serta
belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di institusi lain.
Apabila ada footnote atau kutipan dari buku atau pendapat lain, sudah dikutip
menurut tata cara penulisan ilmiah. Saya bersedia menerima akibat dari
dicabutnya gelar sarjana apabila ternyata di kemudian hari terdapat bukti-bukti
yang kuat, bahwa karya saya tersebut ternyata bukan karya saya yang asli atau
sebenarnya.
Surakarta, 25 September 2011
Nikky Fardhani
NIM. D 0206123
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, Maka apabila engkau
telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras
(untuk urusan yang lain)”
(QS. Al-Insyirah: 6 – 7)
***
Hidup adalah Perjalanan dan Pelajaran bagi setiap manusia Maka, bersyukurlah akan setiap nikmatNYA, dalam hidupmu.
-Fardhani-
***
“I think, Experience is a Very Precious Lesson!”
-Fardhani-
***
“Kesabaranmu adalah tanda keikhlasan... Maka, terapkanlah di kehidupan kita dalam hal apapun.”
(MT - NQ)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk:
Allah SWT, pemberi segalanya dalam kehidupanku
Bapak dan Mamah, this is my little present
Kota Solo, kota yang telah banyak memberi pengalaman, pendidikan, juga
cinta dalam hidupku
Seluruh teman dan sahabatku, thanks for u’r support, i love u all!
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melmpahkan rahmat dan Hidayah-Nya, karena hanya atas kehendak-Nya, skripsi
dengan judul Pola Komunikasi Masyarakat Miskin (Studi Deskriptif Kualitatif
Pola Komunikasi Masyarakat Miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api dan
disekitar Tempat Pembuangan Sampah dalam hal meningkatkan Kesejahteraan
Ekonomi di Kelurahan Kalianyar Jakarta Barat) dapat diselesaikan dengan baik.
Penelitian untuk skripsi ini bermula dari ketertarikan penulis untuk
mengetahui lebih banyak mengenai pola komunikasi masyarakat miskin yang
tinggal dipinggir rel kereta api dengan masyarakat miskin yang tinggal disekitar
TPS. Permasalahan dilihat dari karakteristik kedua masyarakat tersebut dilihat
dari berbagai aspek. Mulai dari status sosial, pekerjaan, asal daerah dan
sebagainya. Kemudian tentunya masalah yang juga disoroti adalah mengenai pola
komunikasi yang terjadi pada kedua masyarakat tersebut. Dilihat dari komunikasi
yang dilakukan secara interpersonal, kelompok dan juga media eksposure.
Kecenderungan dari kedua masyarakat tersebut dalam menggunakan dan memilih
media massa sebagai sarana informasi dan media komunikasi.
Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh sebab itu pada kesempatan kali ini penulis hendak menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret (FISIP UNS) Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
2. Dra. Prahastiwi Utari, Msi Ph. D selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
FISIP UNS.
3. Drs. H. Sutopo, MS selaku Dosen Pembimbing skripsi, yang telah bersedia
memberikan ilmu, arahan, dan masukan pada pembuatan sekripsi saya.
4. Semua staf pengajar dan karyawan di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS.
Terima kasih telah memberikan ilmu, semoga semua ilmu yang diberikan
dapat bermanfaat untuk hal yang positif. Terima kasih atas segala bantuannya.
5. Untuk Bapak Lurah beserta Wakil Lurah kelurahan Kalianyar Jakarta Barat,
staf, karyawan dan warga Kelurahan Kalianyar Jakarta Barat, terima kasih
untuk kesediaan waktu, tempat dan bantuannya untuk penelitian ini.
6. Untuk kedua Orang Tua saya Tercinta, Bapak dan Mamah terima kasih atas
doa yang tulus, dukungan, dan motivasinya selama ini, semoga doa kalian
selalui menyertai langkah hidupku. Echa, kudhot thank’s for being my sist n
bro take care and all my big family thank you very much.
7. Untuk best friend’s Kost : Tiwuk, pit, mpuz, Tedybear, Niar, Vina, Bu Dok,
Na2, Gen2 dan semua teman-teman se-kost matur nuwun sanget atas
kehangatannya selama 4 tahun lebih, menjadi keluarga kecilku selama di Solo.
8. Untuk best friend’s kampus : Rhe2, Bue, Too, Riska, Hasan-05 keep best
friend bro! Indah Lho lee, Mel, and all you guys thank you so much and keep
best friend forever!!
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
9. Special buat mas JeLek, thank’s full for spending time with me anytime,
everytime...this is more than words. And everyting’s about, is precious!
10. Untuk semua anak ‘Markas’ dari A-Z tanpa terkecuali matur nuwun mas-mas
sekalian. Temen-temen FIESTA-FM Family-keep stay Tune! Teman-teman
FFC big Family salam cekikrek! Dan kepada Seluruh teman-teman
seperjuangan Komunikasi 2006 juga tanpa terkecuali, kalian tak akan
terlupakan teman-temanku, selamat berjuang untuk selanjutnya!!
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Untuk
itu, kritik dan saran selalu diharapkan untuk perbaikan ke depan. Semoga karya
sederhana ini bermanfaat bagi banyak pihak.
Surakarta, 25 September 2011
Nikky
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
ABSTRAK
Nikky Fardhani. D 0206123. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNS Jurusan Ilmu Komunikasi. POLA KOMUNIKASI MASYARAKAT MISKIN (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Masyarakat Miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api dan disekitar Tempat Pembuangan Sampah dalam hal meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi di Kelurahan Kalianyar Jakarta Barat), Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, September 2011.
Indonesia memiliki struktur masyarakat yang beraneka ragam. Kemajuan ekonomi memberikan dampak berbeda pada setiap tingkatan masyarakat. Mulai dari tingkat ekonomi tinggi hingga ke yang tingkat ekonomi rendah. Setiap orang ingin bekerja yang layak agar bisa mencukupi hidupnya dan tidak hidup dalam kemiskinan. Himpitan ekonomi menyebabkan masyarakat terus bersaing dalam mencari pendapatan untuk memperoleh kehidupan yang layak. Begitupula dengan pola komunikasi yang berbeda pada setiap masyarakat, baik antar individu maupun antar kelompok pada. Kehidupan disetiap masyarakat selalu disertai dengan berbagai karakteristik masyarakat yang hidup di dalamnya. Salah satunya adalah masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api dan masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS dalam hal meningkatkan kesejahteraan ekonomi, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat. Penelitian ini meneliti tentang karakteristik, cara berkomunikasi antar individu dan kelompok, juga media exposure yang mereka gunakan.
Objek penelitian ini adalah Pola Komunikasi yang terjadi pada masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api dengan masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tipe deskriptif kualitatif. Deskripsi dibuat secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan-hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan pola komunikasi pada masyarakat miskin yang tinggal di sekitar tempat pembuangan sampah dengan masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api di Kelurahan Kalianyar Jakarta Barat.
Setelah dilakukan analisa, diperoleh kesimpulan bahwa karakteristik masyarakat miskin yang tingal dipinggir rel kereta dengan masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS adalah dilihat dari jumlah penduduknya yang padat, tempat tinggal yang padat dan kumuh, juga dilihat dari pekerjaan, kepercayaan dan status sosial mereka. Kemudian komunikasi yang dilakukan ternyata berbeda, masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api lebih cenderung melakukan komunikasi kelompok, daripada komunikasi Interpersonal. Media exposure yang mereka gunakan lebih cenderung pada media Televisi dan Handphone untuk berkomuniaksi dan mendapat informasi. Dan untuk masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS, lebih cenderung melakukan komunikasi Interpersonal daripada komunikasi kelompok. Kemudian media exposure yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
mereka gunakan lebih cenderung pada media Televisi dan Handphone untuk berkomuniaksi dan mendapat informasi. Kedua masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api dan disekitar TPS dikategorikan sebagai masyarakat miskin yang dipandang miskin materi, namun tidak berarti mereka miskin akan informasi. Meskipun memiliki cukup materi, namun mereka masih tetap bisa mendapatkan kebutuhan akan informasi dengan banyak cara, diantaranya adalah dengan bersosialisasi, berkomunikasi dan memiliki alat-lat komunikasi agar dapat mengakses informasi-informasi terbaru mengenai berbagai macam hal.
Adapun beberapa saran untuk lembaga-lembaga terkait, untuk dapat menanggulangi permasalahan tersebut. Misalnya saja lembaga kepemerintahan ataupun LSM yang memperhatikan mengenai permasalahan sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
ABSTRACT
Nikky Fardhani. D 0206123. Faculty of Social and Political Sciences Department of Communication UNS. POOR COMMUNICATION PATTERNS (Descriptive Study of Communication Patterns of the Poor who live just off Railway and around polling stations on problem , Kalianyar Village, West Jakarta), Thesis, Department of Communication Studies, Faculty of Social and Political Sciences, University Eleven March, Surakarta, September 2011.
Indonesia has a diverse community structure. Economic progress gives a different impact on every level of society. Starting from a high economic level down to a low economic level. Everyone wants to work in order to meet a decent life and not live in poverty. Economic crush cause people to continue to compete in the search for revenue to obtain a decent life. Similarly with how to communicate in any society, both among individuals and between groups on. The life of every society is always accompanied by various characteristics of people living in it. One is the poor who live just off the rail and the poor who live around the polling station, Village Kalianyar, West Jakarta. This study examines the characteristics, how to communicate between individuals and groups, as well as media exposure that they use.
The object of this study is the pattern of communication that occurs in poor communities who live alongside a railway line with the poor who live around the polling station, Village Kalianyar, West Jakarta. This study used a qualitative descriptive type of research method. Descriptions are made in a systematic, factual and accurate information about facts, properties and relationships between the phenomena under investigation.
The purpose of this study was to determine the characteristics and patterns of communication on the poor who live around the garbage dump with the communities living alongside a railway line in the Village Kalianyar West Jakarta.
After analysis, the conclusion that the characteristics of poor people who tingal lane railroad with poor communities living around the polling station is seen from a dense population, crowded housing and slums, also seen from the work, confidence and their social status. Then the communications made it different, the poor who live alongside the railway is more likely to perform group communication, rather than interpersonal communication. Media exposure is more likely that they use the media on TV and Mobile for berkomuniaksi and get information. And for the poor who live around the polling stations, more than likely do the group communication Interpersonal communication. Then they use the media exposure is more likely in the medium of Television and Mobile to berkomuniaksi and get information. Both people who live alongside a railway line and around polling stations categorized as poor are considered poor material, but does not mean they are poor in information. Despite having enough material, but
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
they can still get the need for information in many ways, such as to socialize, communicate and have tool-lat communications in order to access the latest information about various things.
As for some suggestions for relevant agencies, to be able to overcome these problems. For example, government agencies or NGOs that are concerned about social issues.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL................................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN. ..................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... x
ABSTRAC ......................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xix
DAFTAR ISTILAH.......................................................................................... xxi
DAFTAR FOTO ............................................................................................... 206
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................ 8
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 8
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 8
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 9
1.5. Kajian Teori ................................................................................ 9
1.6. Asumsi Dasar ............................................................................ 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
1.7. Kerangka Berfikir....................................................................... 42
1.8. Definisi Konseptual.................................................................... 43
1.9. Definisi Operasional ................................................................. 45
1.10.1. Metode Penelitian ................................................................ 52
1.10.1. Jenis Penelitian ............................................................. 52
1.10.2. Strategi Penelitian ......................................................... 53
1.10.3. Obyek dan Lokasi Penelitian ....................................... 53
1.10.6. Teknik Pengambilan Data ............................................ 55
1.10.7. Teknik Pengambilan Sample ....................................... 58
1.10.8. Validitas Data ............................................................... 59
1.10.9. Studi Pustaka ................................................................ 62
1.10.10. Teknik Analisis Data .................................................. 63
BAB II. DESKRIPSI LOKASI KELURAHAN KALIANYAR
JAKARTA BARAT
2.1 Sejarah Kelurahan Kalianyar ..................................................... 65
2.2 Organisasi Kelurahan ................................................................. 68
2.3 Kondisi Fisik dan Geografi ....................................................... 72
2.4 Kondisi Demografi ..................................................................... 77
2.5 Kondisi Ekonomi ....................................................................... 84
2.6 Kehidupan Masyarakat yang tinggal Dipinggir Rel K.A ........ 88
2.7 Kehidupan Masyarakat yang tinggal disekitar TPS .................. 89
2.8 Rangkuman .................................................................................. 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
BAB III. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
3.1 Data Responden ........................................................................ 92
3.2 Karakteristik masyarakat Miskin ............................................. 94
3.2.1 Karakteristik Masyarakat Miskin Menurut Usia ............... 97
3.2.2 Karakteristik masyarakat Miskin Menurut Pekerjaan ...... 99
3.2.3 Karakteristik Masyarakat Miskin Menurut Asal Daerah.. 103
3.2.4 Karakteristik masyarakat Miskin Menurut Agama ........... 108
3.2.5 Karakteristik masyarakat Miskin Menurut Status Sosial . 110
3.3 Komunikasi Interpersonal Pada Masyarakat ........................... 113
3.3.1 Komunikasi interpersonal pada masyarakat yang tinggal
dipinggir rel kereta api ....................................................... 113
3.3.2 Komunikasi interpersonal pada masyarakat yang tinggal
disekitar TPS ....................................................................... 121
3.4 Komunikasi Kelompok Pada Masyarakat Miskin ................... 128
3.4.1 Komunikasi Kelompok Pada Masyarakat yang tinggal
dipinggir rel kereta api ................................................... 128
3.4.2 Komunikasi Kelompok Pada Masyarakat yang tinggal
disekitar TPS ................................................................... 133
3.5 Komunikasi Massa (Media Eksposure) Pada Masyarakat
Miskin ....................................................................................... 136
3.5.1 Komunikasi Massa (Media Exsposure) Pada
Masyarakat Miskin yang tinggal dipinggir rel kereta
api dilihat dari jenis media massa yang digunakan ...... 138
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
3.5.1.1 Televisi ......................................................................... 138
3.5.1.2 Radio ............................................................................ 152
3.5.1.3 Surat Kabar .................................................................. 156
3.5.1.4 Handphone ................................................................... 161
3.5.2 Komunikasi Massa (Media Exsposure) Pada
Masyarakat Miskin yang tinggal dipinggir rel kereta
api dilihat dari jenis media massa yang digunakan ...... 167
3.5.2.1 Televisi ......................................................................... 167
3.5.2.2 Radio ............................................................................ 175
3.5.2.3 Surat Kabar .................................................................. 177
3.5.2.4 Handphone ................................................................... 180
3.6 Analisis Konferhensif ....................……............................... 183
3.7 Matrix Data............................................................................. 185
BAB IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan ................................................................................ 190
4.2 Saran .......................................................................................... 198
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Rumah Padat Penduduk di salah satu gang Kelurahan
Kalianyar ..................................................................................... 95
Gambar 3.2 Kegiatan Membersihkan Sampah .............................................. 103
Gambar 3.3 Interaksi Sosial Pada Masyarakat Pinggir Rel Kereta Api ....... 114
Gambar 3.4 Model Komunikasi Konvergensi ................................................ 120
Gambar 3.5 Masyarakat yang tinggal disekitar TPS ...................................... 122
Gambar 3.6 Salah Satu Bentuk Komunikasi Kelompok yang dijalankan
Masyarakat pinggir Rel Kereta Api ............................................ 129
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta ..................................... 4
Tabel II.1 Rekapitulasi Luas Lingkungan RW Kelurahan Kalianyar ........ 76
Tabel II.2 Jumlah Penduduk Kelurahan Kalianyar disetiap RW ............... 76
Tabel II.3 Rekapitulasi Penduduk Datang, Lahir, Mati, di Bulan January
2011........................................................................................... 78
Tabel II.4 Data Mobilitas Penduduk Kelurahan Kalianyar....................... 79
Tabel II.5 Jumlah Penduduk Kelurahan Kalianyar Menurut Umur dan
Jenis Kelemin............................................................................ 81
Tabel II.6 Jumlah Penduduk Menurut Penduduk Menurut Peganut
Agama Keluruhan Kalianyar..................................................... 82
Tebel II.7 Data Mata Pencaharian Pendudukan Kelurahan Kalianyar...... 84
Tabel II.8 Data Sasaran KB Kelurahan Kalianyar..................................... 86
Tabel II.9 Data Pelaksanaaan Kerja Bakti................................................. 87
Tabel III.1 Data Responden........................................................................ 93
Tabel III.2 Data Responden Menurut Usia dan Jenis
Kelamin..................................................................................... 98
Tabel III.3 Jenis Pekerjaan Responden ......................................................... 99
Tabel III.4 Asal Daerah Responden .............................................................. 104
Tabel III.5 Data Agama Penduduk ............................................................... 108
Tabel III.6 Data Stasiun Televisi Favorit dan Acara Tv Favorit
Masyarakat yang tinggal dipinggir Rel Kereta Api ................... 146
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
Tabel III.7 Sifat Informasi Tercetak-Audio-Visual ...................................... 153
Tabel III.8 Data Stasiun Televisi Favorit dan Acara Tv Favorit
Masyarakat yang tinggal disekitar TPS ...................................... 173
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
Daftar beberapa Istilah dan singkatan pada skripsi ini, adalah sebagai
berikut :
1. Etnis Thionghoa : istilah dari orang-orang keturunan cina, yang mendiami beberapa tempat diwilayah-wilayah di indonesia
2. Feed Back : Timbal balik dari apa yang sudah kita lakukan terhadap sesuatu hal
3. HD TV : Singkatan dari High Devinition Television, yaitu resolusi tertinggi yang dihasilkan dari sebuah gambar video.
4. Melarat : Suatu keadaan dimana seseorang sudah tidak lagi memiliki harta benda.
5. Membership : Suatu istilah untuk kelompok keanggotaan pada suatu masyarakat
6. Miss Communication : Dalam istilah ilmu komunikasi diartikan sebagai suatu kesalah pahaman dalam berkomunikasi.
7. Miss Interpretasi : Dalam istilah ilmu komunikasi diartikan salah mengintepretasikan/menangkap sesuatu hal.
8. Miss Understanding : Dalam istilah ilmu komunikasi diartikan sebagai keadaan dimana seseorang salah pengertian dalam berkomunikasi dengan orang lain.
9. Outsiders : Istilah untuk sebutan orang asing, dalam masyarakat
10. Provety Lin : Kelompok masyarakat berpenghasilan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada dibawah garis kemiskinan
11. Reference group : Istilah untuk kelompok rujukan yang ada pada suatu lingkungan masyarakat.
12. Sosial Control : Istilah untuk suatu sistem pengendalian sosial pada masyarakat
13. TPS : Tempat Pembuangan Sampah 14. UMR : Upah Minimun Regional 15. Kaum urban :
Disebut juga sebagai masyarakat pendatang, dari suatu kota ke kota lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dinegara kita tercinta Indonesia ini, memiliki struktur masyarakat yang
beraneka ragam. Mulai dari tingkat ekonomi tinggi hingga ke yang tingkat
ekonomi rendah. Setiap orang ingin bekerja yang layak agar bisa mencukupi
hidupnya dan tidak hidup dalam kemiskinan. Banyak pekerjaan yang dilakukan
oleh masyarakat Indonesia, seperti petani, neleyan, pengusahan, polisi, pebisnis,
manager, OB, Artis, dan sebaginya. Alur pekerjaan di Indonesia biasanya
mengikuti wilayah atau lingkungan yang mereka tempati. Misalnya saja di
daerah sepanjang pantai utara Jawa penduduk disana sebagian besar berprofesi
sebagai nelayan. Berbeda dengan di kota besar seperti Jakarta, yang kebenyakan
penduduknya berprofesi sebagai karyawan/pegawai di suatu perusahaan atau PT.
Himpitan ekonomi mendesak setiap orang untuk melakukan suatu atau mencari
pekerjaan agar bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Namun di dalam krisis ekonomi yang sedang dirasakan di hampir seluruh
penjuru dunia, Indonesia tetap berdiri sebagai negara berkembang yang tetap
memajukan sektor ekonominya. Kemajuan pesat dalam bidang ekonomi
memberikan dampak yang luar biasa disemua sektor kehidupan. Indonesia
merupakan salah satu negara berkembang dan sedang memajukan
perekonomianya. Banyak pebisnis Indonesia yang sudah mengeluarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
kemampuan dan mengharumkan bangsa dikancah Internasional dalam bidang
ekonomi. Dunia luar pun sudah tidak memangdang Indonesia sebelah mata.
Salah satu yang mengalami kemajuan pesat di Indonesia adalah
pembangunan. Pembangunan secara besar terjadi tentu saja di ibu kota negara.
Jakarta merupakan Ibu Kota negara Indonesia sekaligus kota besar yang sudah
dikenal saat ini dengan sebutan kota Metropolitan. Pembangunan secara pesat
dilakukan di Jakarta. Untuk menjadikan wujud kota ini terus lebih modern dan
tetap mengikuti trend, maka Jakrta terus dipoles untuk performa terbaiknya.
Pembangunan dilakukan tak hanya oleh pihak negeri tapi juga oleh swasta.
Contohnya saja pembangunan apartement yang saat ini sedang marak di
berbagai wilayah di ibu kota, kemudian pembangunan gedung-gedung
bertingkat dengan biaya yang tinggi, hingga berjamurnya pembangunan mall
yang hingga saat ini terus dilakukan.
Pesatnya pembangunan di Jakarta tentu saja tak selalu memberikan
dampak positif. Banyak pula dampak negatif yang ditumbuklan karena terus
menerus dilakukannya pembangunan. Misalnya tata ruang kota yang semakin
terlihat tidak teratur, hilangnya banyak lahan untu resapan air sehingga
meyebabkan banjir. Hal tersebut dikarenakan lahan untuk resapan air yang tidak
diperhatikan dalam pembangunan yang dilakukan.
Berdampak bagi masalah kepadatan penduduk dan kemiskinaan di
perkotaan. Banyak penduduk baik warga asli Jakarta maupun dari luar daerah,
datang berbondong-bondong untuk mencari peruntungan yang lebih di Ibu Kota.
Semakin banyaknya manusia otomatis semakin banyak pula keperluan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
kehidupan mereka masing-masing. Masyarakat miskin, dengan keperluan
hidupnya sehari-hari namun dengan biaya seadanya. Sedangkan orang kaya,
terus menerus ingin memuaskan kebutuhannya yang semakin bertambah banyak.
Hal tersebut memicu kesenjangan sosial di dalam kehidupan bermasyarakat.
Potret itulah yang terjadi di kota besar seperti Jakarta. Jumlah populasi di
Jakarta mencapai 8.522.741 juta jiwa. Lonjakan jumlah penduduk di Jakarta
perlu diantisipasi dengan sejumlah strategi, antara lain penataan ulang
permukiman warga. Rumah horizontal terutama di daerah padat penduduk
sebaiknya ditata ulang menjadi permukiman vertikal yang lebih sehat bagi
penghuni dan lingkungan. Saat ini Jakarta dihuni oleh sekitar 9,5 juta penduduk,
dengan pertambahan penduduk 135.000 jiwa per tahun. Badan Pusat Statistik
(BPS) Jakarta memperkirakan jumlah penduduk tahun 2020 mencapai 11 juta
jiwa. Di beberapa wilayah, kepadatan penduduk sangat terasa. Di Kecamatan
Johar Baru, rata-rata 48.952 jiwa tinggal setiap satu kilometer persegi. Padahal,
kepadatan penduduk rata-rata di Jakarta adalah 14.476 jiwa per kilometer
persegi. Hal serupa terjadi di Kec8amatan Tambora yang dihuni rata-rata 43.789
jiwa tiap satu kilometer persegi1. Bisa kita lihat lagi jumlah yang detail yang
akan disajikan pada tabel di bawah ini.
1http://www.kependudukancapil.go.id/index.php/statistik/penduduk-dki-jakarta/42-statistik/4-jumlah-penduduk-provinsi-dki-jakarta/22/10/2010/14.30.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta
Bulan : Juli 2010
Sumber : Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi
Tabel diatas menerangkan detail jumlah penduduk WNI di tiap-tiap
wilayah di Jakarta. Jumlahnya di setiap wilayah sampai ke puluhan ribu jiba
bahkan jutaan. Namun mirisnya tak terhitung pula jumlah masyarakat miskin
dan kaya di Jakarta. Sering orang berasumsi bahwa hidup di Jakarta, yang
miskin akan terus miskin dan yang kaya akan terus kaya. Ironis memenag
melihat ketidak seimbangan ini. Masyarakat miskin begitu mudahnya kita di
jumpai di ibu kota. Mereka ada yang tinggal dibantaran sungai, di tempat-tempat
umum, disekitar TPS (tempat pembuangan sampah), di tempat-tempat hiburan,
dan lain-lain.
Kelebihan Kota Jakarta dibandingkan dengan kota-kota lainnya di tanah
air telah menjadi daya tarik yang besar bagi penduduk yang berada diluar Kota
Wilayah WNI WNA TOTAL
LK PR Jumlah LK PR Jumlah
Jakarta Pusat 502.464 418.170 920.634 189 144 333 920.97
Jakarta Utara 776.656 645.203 1.421.859 296 240 509 1.422.368
Jakarta Barat 868.853 765.385 1.634.238 334 302 636 1.634.874
Jakarta Selatan 1.061.953 831.480 1.893.433 407 250 657 1.894.090
Jakarta Timur 1.428.590 1.202.013 2.630.603 124 109 233 2.630.836
Kep. Seribu 11.478 10.496 21.974 0 0 0 21.974
TOTAL 4.649.994 3.872.747 8.522.741 1.323 1.045 2.368 8.525.109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Jakarta untuk datang dan menetap atapun hanya sekedar berkunjung. Hal
tersebut dipertegas oleh pendapat Soerdjono Soekamto dalam bukunya
mengatakan bahwa :
“penduduk desa kebayakan mempunyai suatu anggapan, bahwa dikota banyak pekerjaan serta banyak penghasilan pengahasilan (uang), oleh karena sirkulasi uang di kota jauh lebih cepat, lebih besar dan lebih banyak, maka secara relatif lebih mudah untuk mendapatkan uang daripada di desa”.
Himpitan ekonomi menyebabkan masyarakat terus bersaing dalam
mencari pendapatan untuk memperoleh kehidupan yang layak. Kehidupan
diberbagai negara dipeneuhi dengan berbagai macam karakteristik masyarakat
yang hidup di dalamnya. Salah satunya adalah masyarakat miskin yang tinggal
di sekitar TPS dengan masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api. Ironis
memang namun inilah potret kehidupan yang terjadi. Keterbatasan ekonomi
membuat mereka hidup seadanya. Dengan latarbelakang orang asli atau warga
pendatang, menjadi satu dan tinggal menetap disuatu wilayah.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, dan tetap
membutuhkan bantuan orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dalam
lingkup masyarakat tentunya sudah lazim menjalankan proses interaksi sosial.
Interaksi sosial lingkup kecil seperti tetangga, RT dan RW maupun dalam
lingkup bersar yaitu kehidupan berbangsa dan bernegara. Dari interaksi soaial
yang terjadi, biasanya akan timbul masalah-masalah sosial dan pemecahannya di
masyarakat. Interaksi sosial akan menjadikan lingkungan yang selaras dan
seimbang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Permasalahan pada penelitian ini dilihat dari segi komunikasi. Di lokasi
peneilitian ini didalamnya terdapat jenis masyarakat yang beraneka ragam.
Penelitian ini akan meneliti masyarakat miskin yang tinggal di sekitar TPS
(tempat pembuangan sampah) dengan masyarakat yang tinggal dipinggir rel
kereta api. Letak geografis yang tepat ditengah kota, gambaran umum lokasi
yang kumuh, rumah berhimpitan, kehidupan yang seadanya serta pola
komunikasi yang berbeda menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Sedikit
gambaran mengenai lokasi penelitian, lokasinya berada di wilayah Kelurahan
Kalianyar, Jakarta Barat. Luas wilayah Kelurahan Kalianyar berkisar 31,8 ha,
yang terdiri dari 101 RT dan 9 RW, penduduknya berjumlah + 24.511.
Masyarakat disini terdiri dari pribumi dan pendatang. Mata pencaharian mereka
bermacam-macam, ada yang bekerja sebagai buruh, pedagang, wiraswasta, dan
lain-lain. Keseharian mereka hidup secara sederhana namun tetap menjaga
keseimbangan satu dengan lainnya.
Perbedaan dari pola komunikasi yang terjadi diantara kedua masyarakat
yaitu masyarakat miskin yang tinggal di sekitar TPS (tempat pembuangan
sampah) dengan masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api menjadi
menarik untuk diteliti. Interaksi sosial yang terjadi membuat individu maupun
kelompok satu sama lain memiliki kebiasaan tingkah laku dan perbedaan
berkomunikasi. Kecenderungan komunikasi masyarakat pinggir rel lebih kepada
komunikasi interpersonal. Sebagai contoh, rumah mereka yang berhimpit-
himpitan memenjang mengikuti rel kereta api. Kemudian kecenderungan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
masyarakat yang tinggal di sekitar TPS (tempat pembuanagn sampah) lebih pada
komunikasi kelompok.
Dari gambaran umun diatas mengenai keadaan kota yang diwarnai
dengan berbagai masalah di masyarakat, disisi lain peneliti melihat tentang
gambaran masyarakat pinggiran kota yang hidup kurang layak namun tetap
bertahan. Kelurahan Kalianyar merupakan salah satu potret kelurahan terpadat di
Jakarta. Adanya masyarakat yang tinggal di satu wilayah yang sama namun
berbeda tempat tinggal menjadi objek menarik untuk diteliti lebih dalam.
Lebih lanjutnya penelitian ini akan mengkaji pola komunikasi meliputi,
komunikasi interpersonal yakni bagaimana masyarakat tersebut melakukan
komunikasi sehari-hari baik secara verbal maupun non verbal. Kemudian dilihat
dari komunikais kelompok, bagaimana masyarakat tersebut menjalin
komunikasi dengan berbagai informasi yang masuk, namun tetap tersampaikan
dan tersalurkan pada kelompoknya. Dan yang terakhir adalah komunikasi massa
atau dengan istilah lain yaitu media exposure. Disini dilihat dari gambaran
warga masyarakat pinggiran, bagaimana mereka mendapatkan informasi dengan
media-media yang ada, kemudian kecenderungan mereka dalam mendapatkan
informasi tersebut.
Penelitian ini menitik beratkan pada bagaimana pola komunikasi diantara
masyarakat miskin yang hidup di dua tempat yang berbeda dalam hal
meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Walaupun jika dilihat secara langsung,
tak jauh berbeda namun peneliti menemukan banyak hal-hal menarik di
dalamnya, dan bisa dijadikan sebagai suatu penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, permasalahan
penelitian yang dapat dirumuskan, adalah :
1. Bagaimana karakteristik masyarakat miskin yang tinggal di sekitar TPS
(Tempat Pembuangan Sampah) dengan masyarakat yang tinggal
dipinggir rel kereta api di Kelurahan Kalianyar dalam hal meningkatkan
kesejahteraan ekonomi, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat ?
2. Bagaimana pola komunikasi antara masyarakat miskin yang tinggal
dipinggir rel kereta api dengan masyarakat miskin yang disekitar tempat
pembuangan sampah (TPS) Kelurahan Kalianyar dalam hal
meningkatkan kesejahteraan ekonomi, Kecamatan Tambora, Jakarta
Barat ?
1.3 Tujuan Penalitian
1. Untuk mengetahui Pola Komunikasi yang terjalin pada masyarakat
miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api dan disekitar TPS dalam hal
meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi di Kelurahan Kalianyar Jakarta
Barat.
2. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat miskin yang tinggal
dipinggir rel kereta api dan disekitar TPS dalam hal meningkatkan
Kesejahteraan Ekonomi di Kelurahan Kalianyar Jakarta Barat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
1.4 Manfaat Penelitian
1. Akademis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah dan melengkapi kajian
mengenai pola komunikasi terkait dengan Pola Komunikasi Masyarakat
Miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api dan disekitar Tempat
Pembuangan Sampah dalam hal meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi
di Kelurahan Kalianyar Jakarta Barat.
2. Praktis
Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi masyarakat bahwa pola
komunikasi yang berlangsung dan terkonsep dengan baik, dapat menjalin
satu komunikasi yang baik antar kelompok.
1.5 Kajian Teori
1.5.1 Komunikasi
Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa tidak bisa lepas dari
proses komunikasi, baik secara verbal maupun non verbal, disadari
maupun tidak disadari. Komunikasi secara terminologis merujuk pada
adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada
orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat komunikasi adalah
manusia. Komunikasi merupakan suatu proses yang terus menerus
seperti sebuah lingkaran. Wiryanto2 mengatakan “sebagai suatu proses,
2 Wiryanto. 2002. Teori Komunikasi Massa. PT. Grasindo, Jakarta, hal-19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
komunikasi merupakan suatu bentuk kegiatan yang berkelanjutan tidak
mempunyai titik awal, dan titik akhir”. Hal ini juga menunjukan
komunikasi bersifat dinamis dan transaksional, dimana kemudian akan
terjadi perubahan dalam setiap diri peserta komunikasi tersebut. Karena
dalam proses komunikasi para peserta komunikasi saling
mempengaruhi, seberapa kecil pun pengaruh itu, baik lewat komunikasi
verbal, maupun lewat komunikasi nonverbal.3
Dengan struktur dan fungsi yang sangat sempurna manusia
sebagai makhluk sosial bila dibandingkan makhluk lainnya, merupakan
makhluk multidimensional. Karenanya manusia memiliki akal pikiran
dan kemampuan berinteraksi secara personal maupun sosial. Sebagai
makhluk sosial, manusia tidak mampu hidup berdiri sendiri di dunia ini,
baik dalam konteks fisik maupun dalam konteks sosial budaya.
Terutama dalam hal konteks sosial budaya, manusia membutuhkan
manusia lain untuk saling berkolaborasi dalam pemenuhan fungsi-
fungsi sosial satu dengan lainnya. Kolaborasi hanya dapat diwujudkan
dalam interaksi sosial. Komunikasi, selanjutnya yang menjadi unsur
penting dalam berinteraksi sosial.
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya
mengiasyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun
konsep diri kita, aktualisasi-diri, untuk kelangsungan hidup, untuk
memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan,
3 Deddy Mulyana. 2005. Ilmu Komunikasi Suat Pengantar. Rosdya Karya, Bandung, hal.4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
antara lain komunikasi yang bersifat menghibur dan memupuk
hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama
dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan
tinggi, RT, RW, desa, kota, dan negara secara keseluruhan) untuk
mencapai tujuan bersama.
Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi
terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk
membangun kontak sosial dengan orang disekitar kita dan untuk
mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku
seperti yang kita inginkan4. Secara tidak langsung berarti manusia harus
memiliki komunikasi yang baik dengan lawan bicaranya untuk
membangun interaksi sosial di masyarakat. Ketika berkomunikasi kita
pasti memiliki persepsi tertentu pada pendengar begitu pula sebaliknya.
Namun sering pula tedapat kekeliuran yang terjadi dalam
berkomunikasi. Kekeliruan yang sering terjadi dalam berkomuniksi
adalah ketika seseorang menyampaikan pesan atau informasi dengan
ukurannya sendiri. Ini harus dihindari karena komunikasi senantiasa
melibatkan orang lain.
Pada dasarnya komunikasi memiliki banyak pengertian.
Komunikasi menurut Berelson dan Steiner (1984) ialah penyampaian
informasi, ide, emosi, keterampilan, dan seterusnya, melalui simbol
4Ibid., halaman.110
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
kata, gambar, angka, grafik, dan lain- lain5. Sedangkan, Harold
Lasswell dalam karyanya The Structure and Function of
Communication in Society, seperti bahwa komunikasi meliputi lima
unsure yakni : sumber/komunikator (communicator, source, sender),
pesan (message), media (channel, media), penerima (reciver,
communicate, decoder, listener), efek (effect, impact, influence).6
Source / sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai
kebutuhan untuk berkomunikasi. Sebelum mengoperasikan ide-idenya
maka terlebih dahulu sumber mengubah pesan yang akan disampaikan
kedalam simbol-simbol. Kemudian simbol-simbol inilah yang akan
disampaikan kepada penerima. Pesan / massage yang diterima tersebut
kemudian di decod dahulu, yang berarti mengubah simbol-simbol
bahasa tadi kedalam makna pesan atau pernyataan pesan. Sehingga
terjadi suatu kesamaan pendapat atas pesan yang dikirim sumber dan
pada akhirnya tujuan yang diharapkan oleh sumber pesan dapat
tercapai.
Suatu pemaknaan yang mengisi komunikasi sebagai alat
penyampaian maksud, menitikberatkan pada identitas diri dan
pemahaman masing-masing individu. Begitu pula yang terjadi pada
komunikasi di masyarakat miskin yang tinggal di sekitar TPS dengan
masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api. Pola komunikasi yang
mereka jalankan tak jauh berbeda dengan masyarakat pada umumnya.
5 BM, Mursito, op.cit., hal. 6 6 Deddy Mulyana. 2005. Ilmu Komunikasi Suat Pengantar. Rosdya Karya, Bandung, hal.62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Namun saluran yang mereka terima itu berbeda. Jadi, berdasarkan
paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu7.
Komunikasi terdiri dari beberapa jenis. Dibawah ini adalah
beberapa jenis komunikasi8, antara lain:
1. Komunikasi Intrapersonal
Proses komunikasi intrapersonal terjadi apabila individu menerima
rangsangan dari luar pusat saraf, dan selanjutnya pusat saraf akan
memberi reaksi yaitu proses berpikir, berdoa, bermeditasi, melamun
dan sebagainya.
2. Komunikasi Interpersonal ( komunikasi tatap muka)
Proses komunikasi interpersonal merupakan model dasar proses
komunikasi antar manusia. Dalam komunikasi interpersonal dapat
dirasakan bahwa proses komunikasi adalah proses yang dinamis
dalam tukar informasi antara dua individu.
3. Komunikasi kelompok
Ialah proses komunikasi antara seseorang dengan kelompoknya.
Jenis komunikasi ini bisa berlangsung antara satu orang
kelompoknya, satu orang dan kelompok, atau atar kelompok dengan
individu.
7 Onong Uchjana Effendy. 1990. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.. PT Remaja Rosdakarya.
Bandung, hal.10 8 Wahyudi, JB. 1992. Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak. Gramedia Pustaka, Jakarta, hal.
4-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Adapun tujuan dari komunikasi itu sendiri adalah membangun
dan menciptakan pemahaman atau pengertian bersama. Saling
memahami atau mengerti bukan berarti harus menyetujui tetapi
mungkin dengan komunikasi akan terjadi suatu perubahan sikap,
pendapat perilaku ataupun perubahan secara sosial. Perubahan yang
akan terjadi adalah sebagai berikut9 :
1. Perubahan Sikap (attiude change)
Seorang komunikasi setelah menerima pesan kemudian
sikapnya berubah, baik positif maupun negatif. Dalam berbagai
situasi kita berusaha mempengaruhi sikap orang lain dan
berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai dengan keinginan
kita.
2. Perubahan pendapat (opinion change)
Dalam komunikasi berusaha menciptakan pemahaman.
Pemahaman mamahami pesan secara cermat sebagaimana yang
dimaksudkan oleh komunikator. Setelah memehami apa yang
dimaksudkan oleh komunikator maka akan tercipta pendapat
yang berbeda-beda bagi komunikan.
3. Perubahan perilaku (behavior change)
Komunikasi juga bertujuan untuk mengubah perilaku maupun
tindakan seseorang.
9 Marhaeni Fajar, 2009. Ilmu Komunikasi Teori & Praktik. Graha Ilmu, Jakarta, Hal.60-61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
4. Perubahan sosial (sosial change)
Membangun dan memelihara ikatan hubungan denga
orang lain sehingga menjadikan hubungan yang makin membaik.
Dalam proses komunikasi yang efektif secara tidak sengaja
meningkatkan kadar hubungan interpersoanal.
Begitu juga yang terjadi pada pola komunikasi pada masyarakat
miskin yang tinggal di sekitar TPS dengan masyarakat yang tinggal
dipinggir rel kereta api. Mereka pun mengalami masalah sosial,
perubahan perilaku, sikap, juga dalam menyampaikan pendapat. Dalam
penelitian ini akan digambarkan oleh peneliti bagaimana perubahan
tersebut terjadi dalam masyarakat miskin yang tinggal di sekitar TPS
dengan masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api.
Kecenderungan komunikasi apa yang lebih dominan dan perubahan
sosial seperti apa yang akan terjadi dalam kedua masyarakat tersebut
dalam berkomuniksi.
1.5.2 Pola Komunikasi
Dalam proses komunikasi masing-masing individu memiliki
karakteristik yang berbeda. Abd. Syukur Ibrahim dalam bukunya
menjelaskan bahwa bahasa menciptakan batasan, menyatukan para
penuturnya sebagai anggota masyarakat tutur dan mengesampingkan
outsiders (orang asing) dari komunikasi intra kelompok. Fungsi-fungsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
bahasa, menurut Syukur Ibrahim10 memberikan dimensi primer untuk
mengkarakteristikan dan mengorganisasikan proses komunikatif dan
produk dalam masyarakat. Karakteristik tersebut akhirnya
memunculkan suatu pola komunikasi yang berbeda antara masyarakat
sosial satu dengan lainnya.
Pola adalah model, system, cara kerja (Kamus Besar Bahasa
Indonesia). Jika dikaitkan dengan komunikasi maka pengertiannya
merupakan penyampaian informasi yang dilakukan oleh seseorang
dengan memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud
pembicaraan, gerak, sikap, bahas tubuh), perasaan-perasaan tentang apa
yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Pola komunikasi dapat
juga dipandang sebagai bentuk (cara-cara) yang dipakai untuk
berkomunikasi.
Pemolaan (patterning) terjadi pada semua tingkat komunikasi :
masyarakat, kelompok, dan individu.11 Pada tingkat masyarakat,
komunikasi biasanya berpola dalam bentuk-bentuk fungsi, kategori
ujaran (categories of talk), dan sikap konsepsi tentang bahasa dan
penutur. Komunikasi juga berpola menurut peran tertentu dan
kelompok tertentu dalam suatu masyarakat, tingkat pendidikan, wilayah
geografis dan ciri-ciri organisasi sosial yang lain. Kemudian
komunikasi juga berpola pada tingkat individu, pada tingkat ekspresi
dan interpretasi kepribadian. Komunikasi yang terjadi pada tingkat 10 Abd. Syukur Ibrahim, 1994. Panduan Penelitian Etnografi Komunikasi.Surabaya: Usaha Nasional, Hal. 12-13 11 Ibid., Hal. 12-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
kelopok juga melibatkan komunikasi antar pribadi. Karena itu
kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi
komunikasi kelompok.
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara komunikator
dengan seorang komunikan. Joseph A. Devito12 dalam bukunya “The
Interpersonal Communication Book” (Devito, 1989:4) mendefinisikan
komunikasi antarpribadi sebagai :
“The proces of sending and receiving message between two person or among a small group of persons,with some effect and some immadiate feedback”
(proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika).
Charles Cooley memberikan definisi komunikasi sebagai
mekanisme dimana hubungan manusia tercipta dan berkembang.
Definisi ini lebih menekankan hubungan antara manusia dan betapa
penting peran komunikasi dalam hubungan manusia.
Komunikasi termasuk dalam interaksi sosial manusia. Setiap
manusia pada hakekatnya memerlukan komunikasi. Hal ini dikarenakan
manusia memiliki sifat untuk saling berhubungan dengan orang lain.
Pada teori interaksional simbolik, proses komunikatif dipengaruhi akan
ketergantungan yang besar pada konsep-konsep internal, seperti
“empati”, “identifikasi”, dan “pengertian”, yang artinya tergantung pada
faktor-faktor yang berada dalam individu, Fishier Aubrey (1986: 358).
12 Onong Uchjana Effendy. 1993. Ilmu Komunikasi Teori dan Filsafat Komunikasi. PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, hal.10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Konsep pemaknaan dengan prinsip holistik menempatkan
komunikasi sebagai suatu proses menuju kondisi-kondisi interaksional
yang bersifat kovergensi untuk mencapai pengertian yang sama (mutual
understanding) diantara para partisipasi komunikasi. Informasi dan
pengertian bersama menjadi konsep kunci dalam pandangan
konvergensif terhadap komunikasi.
Abraham Maslow menyebutkan bahwa manusia memiliki 5
kebutuhan dasar yaitu : kebutuhan fisiologis, keamanan, kebutuhan
sosial, penghargaan diri, dan akulturasi diri.13 Kebutuhan yang lebih
dasar harus dipenuhi sebelum kebutuhan yang lebih tinggi diupayakan.
Manusia mungkin sudah mampu memenuhi kebutuhan fisiologis dan
keamanan untuk bertahan hidup. Lalu memenuhi kebutuhan sosial,
penghargaan diri, dan akulturasi diri. Kebutuhan ketiga dan keempat
khususnya meliputi keinginan untuk memperoleh rasa aman lewat rasa
memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima
persahabatan.
Oleh karena itu diantara orang-orang yang terlibat dalam
komunikasi harus ada kesamaan arti, jika tidak komunikasi akan
tampak semakin rumit. Rumitnya jaringan dan ketidaksingkronan jalur-
jalur komunikasi dapat menyebabkan sering timbulnya “salah
komunikasi” (miss communication) dan menyababkan salah pengertian
(miss understanding) kemudian menjadi salah interpretasi (miss
13 Mary Forrest dan Margot A. Olson. Exploring Speech Communication: An Introduction. St. Paul:
West, 1981, Ed, Deddy Mulyana, Bandung: Rosda, 1998
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
interpretation). Karena itu perlunya memiliki pegangan apa yang
menjadi dasar dari suatu proses komunikasi.
Bila dikaitkan dengan penelitian ini adalah bagaimana pola
komunikasi yang terjadi pada masyarakat miskin yang hidup di dalam
suatu wilayah yang sama namun berbeda kebiasaan dan tempat tempat.
Maksud dari perbedaan tempat disini adalah melihat pola komunikasi
yang terjadi antara masyarakat miskin yang tinggal di sekitar TPS
dengan masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api. Tentunya
banyak hal menarik yang dapat diteliti dalam kasus ini. Dari mulai
bagaimana mereka hidup sehari-hari dengan kelompoknya ataupun
individu, bagaimana mereka mendapatkan informasi, menyelasaikan
konflik, bagaimana mereka mempertahankan diri ditengah himpitan
ekonomi dengan kondisi ruang dan lingkungan yang seadanya. Hal
tersebut sangat menarik untuk diteliti karena pola komunikasi dan pola
hidup orang berbeda-beda. Terlebih lagi kebiasaan-kebiasaan yang
meraka jalankan setiap harinya demi untuk bertahan hiudup.
Pencapaian makna komunikasi dan penyampaian pesan dengan
benar merupakan faktor penting. Bagaimana proses penyampaian pesan
satu sama lain dalam komunikasi personal maupun kelompok.
Karakteristik dari warga setempat yang umumnya adalah warga miskin
yang kurang mampu, tempat tinggal seadanya, kumuh, berhimpit-
himpitan. Maka dibutuhkan kerja keras yang ekstra maupun dari aparat
atau pemerintah setempat untuk menyampaikan pesan-pesan. Psikologis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
mereka pun berbeda dengan orang-orang yang tinggal diperumahan
pada umumnya.
Dalam pencapaian makna dari suatu komunikasi, dalam teori
interaksionalisme simbolik, dikemukakan oleh Bumer (1962: 2), bahwa
ada tiga buah “premis sederhana” yang menjadi dasar : Pertama,
“manusia bertindak terhadap hal atas dasar makna yang dimiliki oleh
hal-hal tersebut”. Kedua, makna itu berkaitan langsung dengan
“interaksi sosial yang dilakukan seseorang dengan teman-temannya”.
Dan ketiga, makna itu diciptakan, dipertahankan oleh orang tersebut
dalam berhubung dengan hal-hal yang ia hadapi”, Fishier Aubrey
(1978).
Dalam keseluruhan, manusia juga mengguna komunikasi dalam
mengisi waktu senggangnya, bekerja maupun bersantai. Tidak
mengherankan bahwa karena manusia selalu berkomunikasi dan
mengalami komunikasi, ia selalu berada dalam hubungan dengan
lingkungannya, lingkungan yang mana sekaligus menjelaskan padanya
hak dan kewajiban serta batas-batas kebebasannya.
1.5.3 Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok merupakan proses komunikasi antara
seseorang dengan kelompoknya. Jenis komunikasi ini bisa berlangsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
antara satu orang dan kelompok, antar kelompok, atau kelompok
dengan individu14.
Dalam proses komunikasi masing-masing individu, tempat,
lingkungan, memiliki gaya yang berbeda, satu dengan lainnya tidak
sama. Oleh karena itu, komunikasi yang baik diperlukan dalam hidup
bermasyarakat dan berkelompok. Jika antara komunikator dan
komunikan terdapat persamaan dalam penegrtian, sikap, dan bahasa,
komunikasi antara mereka akan lebih efektif. Kesamaan antara
komunikator dan komunikan itu menimbulkan kemungkinan bagi
mereka untuk berkomunikasi.
Implisit dalam fungsi komunikasi sosial ini adalah fungsi
komunikasi kultural. Ada hubungannya dengan komunikasi kultural
karena komunikasi juga merupakan mekanisme untuk
mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara
horisontal, dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun
secara vertikal dari suatu generasi kegenerasi berikutnya.
1.5.3.1 Klasifikasi kelompok
Klasifikasi kelompok menurut para ahli psikologi15
diantaranya :
14 Wahyudi, JB. 1992. Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak. Gramedia Pustaka, Jakarta, hal. 4-8 15 Wahyudi, JB. 1992. Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak. Gramedia Pustaka, Jakarta, hal. 4-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
a. Kelompok Primer
Walaupun kita menjadi anggota banyak kelompok, kita
terikat secara emosional pada beberapa kelompok saja.
Hubungan kita dengan teman dekat, kerabat, tetangga-tetangga
yang dekat, terasa lebih akrab, lebih personal, lebih menyentuh
hati kita. Kelompok seperti ini disebut oleh Charles Horton
Cooley (1909) sebagai kelompok primer. Pada kelompok
primer kita ungkapkan hal-hal yang bersifat pribadi dengan
menggunakan berbagai lambang verbal maupun non verbal.
Dalam kelompok primer yang penting buat kita ialah siapa dia,
bukan apakah dia. Dalam kelompok ini mengkomunikasikan
seluruh pribadi kita.
b. Kelompok Sekunder
Kelompok Sekunder secara sederhana adalah lawan dari
kelompok primer. Hubungan kita dengannya tidak akrab, tidak
personal, dan tidak menyentuh hati kita. Yang termasuk
kedalam kelompok sekunder adalah organisasi massa, fakultas,
serikat buruh dan sebagainya. Komunikasi bersifat dangkal
(hanya menembus bagian luar dari kepribadian kita) dan
terbatas (hanya berkenaan dengan hal-hal dari kepribadian
kita). Dalam kelompok ini, komunikasi lebih menekankan
aspek hubngan daripada aspek isi. Komunikasi dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
untuk memelihara hubungan baik dan isi komunikasi bukan
merupakan hal yang sangat penting.
c. Ingroup dan Outgroup
Ingroup adalah kelompok-kita dan Outgroup adalah
kelompok-mereka. Ingroup dapat berupa kelompok primer
maupun sekunder. Keluarga kita adalah ingroup yang
kelompok primer. Untuk membedakan ingroup dan outgroup
kita membuat batas (boundaries), yang menentukan siapa
masuk orang dalam dan siapa orang luar. Batas-batas ini
berupa lokasi geografis, suku bangsa, ideologi, pekerjaan,
bahasa, status sosial dan kekerabatan.
d. Kelompok Keanggotaan dan Kelompok Rujukan
Theodor Newcomb pada tahun 1930-an melahirkan istilah
kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok
rujukan (reference group). Kelompok rujukan sebagai
kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standar) untuk
menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Dalam
kelompok ini ada yang bersifat positif dan negatif. Kemudian
kelompok yang terikat dengan kita secara nominal adalah
kelompok rujukan kita. Sedangkan yang memberikan kepada
kita identifikasi psikologi adalah kelompok rujukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
e. Kelompok Deskriptif dan Kelompok Prespektif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980:45) dari
Illinois State University, membagi kelompok pada dua
kategori, deskriptif dan prespektif. Kategori deskriptif
menunjukan klasifikasi kelompok dengan melihat proses
pembuntukannya secara alamiah. Sedangkan pada kelompok
perspektif adanya pengaruh kelompok pada ingkungan
komunikasi. Perubahan perilaku individu terjadi karena
pengaruh soaisl (sosial influence).
Ada 3 macam pengaruh kelompok pada perilaku
komunikasi16, yaitu :
Pertama Konformitas, pada pengaruh ini bila sejumlah
orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada
kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan
hal yang sama. Faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas
adalah faktor situasional dan faktor personal, contohnya, situasi,
konteks situasi, cara menyampaikan penilaian, karakteristik
sumber pengaruh, ukuran kelompok, dan tingkat kesepakatan
kelompok.
Kedua, Fasilitas Sosial, Robert Razonz (1965) menjelaskan
bahwa kehadiranorang lain dianggap menimbulkan efek
16 Marhaeni Fajar, 2009, Ilmu Komunikasi Teori & Praktik, Graha Ilmu, Jakarta hal. 70-71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada
berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang
menggairahkan kita.
Ketiga, Polaritas, adalah kecenderungan ke arah posisi yang
eksterem. Ada anggapan kuat bahwa kelompok, individu menjadi
kurang berani, kurang kreatif, dan kurang inovatif. Kelompok
cenderrung untuk menghindari resiko. Namun polarisasi
terkadang menyebabkan beberapa implikasi negatif. Pertama
kecenderungan ke arah ekstremisme menyebabkan peserta
komunikasi menjadi lebih jauh dari dunia nyata. Dan karena itu
makin besar untuk mereka berbuat kesalahan. Yang Kedua
polarisasi akan mendorong ektremisme dalam kelompok gerakan
sosial atau politik. Kelompok seperti ini biasanya menarik
anggota-anggota yang memiliki pandangan yang sama.
1.5.4 Komunikasi Massa dan Media Exposure
Selain komunikasi intrapersonal dan komunikasi kelompok,
jenis lain dari komunikasi adalah komunikasi massa. Pengertian
komunikasi massa menurut Defleur dan Dennis McQuail (1985) adalah
suatu proses dalam mana komunikator-komunikator menggunakan
media untuk menyebarkan pesan- pesan secara luas, dan secara terus-
menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
mempengaruhi khalayak-khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan
melalui beberapa cara17.
Komunikasi massa menurut Mursito BM dalam bukunya
“Memahami Institusi Media”, menjelaskan bahwa kata “komunikasi
massa” diadopsi dari istilah bahasa inggris “mass communication” atau
komunikasi media massa (mass media communication), yang berarti
komunikasi dengan menggunakan media massa atau “mass mediated”,
komunikator tak dapat bertatap langsung dengan khalayak. Misalnya,
penyiar radio atau televisi yang sedang siaran, tidak dapat menatap
audiens dalam perbincangannya, sedangkan istilah “mass media” atau
“media massa” adalah dari “media of mass communication” – media
yang digunakan dalam komunikasi massa. Istilah lain yang paling
banyak digunakan adalah pers.18
Media massa terdiri dari media cetak dan media elektronik.
Perkembangan media cetak ditandai dengan munculnya media cetak
jarak jauh, sedangkan media elektronik antara lain ditandai dengan
adanya produksi high definition television video yang mampu
menyuguhkan gambar-gambar yang sangat tajam sesuai dengan aslinya.
Di samping itu, revolusi layar monitor telah melahirkan televisi
berlayar datar, tipis dan dapat dipampang di dinding.
17 Riswandi, Ilmu Komunikasi, Graha Ilmu, Jakarta, 2008, hal. 109 18 Mursito, BM. 2006. Memahami Institusi Media (Sebuah Pengantar). Surakarta: SPIKOM Hal. 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Salah satu karakteristik yang bisa menjelaskan tentang
komunikasi massa adalah sumber, bentuk pesan dan hubungan antara si
pengirim pesan (komunikator) dan penerima pesan (komunikan).
Sedangkan menurut Kurt Lang dan Gladis Engel Lang :
“Mass communication” came to denote characteristi that today most everyone takes for granted. When people speak of the media, they usually have in mind corporate bodies or government agencies whose access to modern technology enables them to disseminate the same uniform content to a geographically dispersed multitude.
(“Komunikasi massa” datang untuk menunjukkan karakteristik bahwa sebagian besar orang saat ini menerima untuk di beri. Ketika orang berbicara tentang media, mereka biasanya ada dalam pikiran badan usaha atau lembaga pemerintah yang mudah memasuki teknologi modern yang memungkinkan mereka untuk menyebarkan isi seragam yang sama ke sejumlah besar orang yang tersebar secara geografis).19
Menurut Bittner (1980), komunikasi massa adalah pesan-pesan
yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar
orang20. Adapun karakteristik komunikasi massa ialah21:
a) Komunikator terlembagakan artinya sebelum pesan itu
akan disampaikan melalui media maka terdapat proses
dimana dapat beberapa orang yang terlibat dalam proses
komunikasi massa tersebut dan beberapa macam
peralatan yang digunakan serta berapa banyak biaya
yang digunakan.
19 Lang, Kurt. And Engel Lang, Gladis, Mass Society, Mass Culture, and Mass Communication: The
Meaning Of Mass, Int Journal of Communication. Hal. 3, 2009 20 Ibid,. Hal. 3 21 Ibid. hal. 105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
b) Komunikasi melalui media massa pada dasarnya
ditujukan kepada khalayak yang luas, heterogen,
anonym, tersebar, dan tidak mengenal batas geografis
dan cultural.
c) Bentuk kegiatan melalui media massa bersifat umum,
dalam arti perorangan atau pribadi.
d) Pola penyampaian pesan media massa berjalan secara
cepat dan mampu menjangkau khalayak luas, bahkan
mungkin tidak terbatas baik secara geografis dan
cultural.
e) Penyampaian pesan melalui media massa cenderung
berjalan satu arah. Umpan balik atau feed back dari
khalayak berlangsung secara tertunda atau delayed
feedback. Kegiatan komunikasi melalui media massa
dilakukan secara terencana, terjadwal, dan terorganisir.
f) Penyampaian pesan melalui media massa dilakukan
secara berkala.
g) Isi pesan yang disampaikan melalui media massa
mencakup berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi,
politik, social budaya, dan keamanan, baik yang bersifat
informative, edukatif, maupun hiburan.
h) Media massa mengutamakan unsur isi daripada
hubungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
i) Media massa menimbulkan keserempakan.
j) Kemampuan respon alat indera terbatas.
Menurut Dennis McQuail dalam bukunya mengungkapkan, ada
5 fungsi utama dari media massa dalam masyarakat, yaitu22 :
1. Informasi
a) Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam
masyarakat
b) Menunjukkan hubungan kekuasaan.
c) Memudahkan inovasi, adaptasi dan kemajuan.
2. Korelasi
a) Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dari
informasi.
b) Meminjam otoritas dan norma- norma yang mapan.
c) Melakukan sosialisasi.
d) Mengkoordinasi beberapa kegiatan.
e) Membentuk kesepakatan.
f) Menentukan urutan prioritas dan memberikan status relatif.
3. Kesinambungan
a) Mengekspresikan budaya dominan dan mengakui keberadaan
kebudayaan baru khusus (subculture) serta perkembangan budaya
baru.
22 Mcquail, Dennis, 1996, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta, hal. 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
b) Meningkatkan dan melestarikan nilai- nilai.
4. Hiburan
a) Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian, dan sarana relaksasi.
b) Meredakan ketegangan sosial.
5. Mobilisasi
Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang,
pembangunan ekonomi, pekerjaan dan kadangkala juga dalam bidang
agama.
Sedangkan dampak dari media massa antara lain23 :
a. Dampak kognitif
Dampak ini terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui,
dipahami, atau dipersepsi oleh khalayak. Dengan perkataan lain,
dampak ini berkaitan dengan penyampain informasi,
pengetahuan, dan kepercayaan yang diberikan oleh media massa.
b. Dampak afektif
Dampak pesan media massa sampai pada tahap afektif bila pesan
yang disebarkan media massa mengubah apa yang dirasakan,
disenangi, atau dibenci oleh khalayak. Dampak ini berkaitan
dengan perasaan, rangsangan emosional, sikap atau nilai.
c. Dampak konatif\ Behavioral
23 Riswandi, op.cit., hal. 113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Dampak pesan media massa sampai pada tahap konatif bila
pesan- pesan yang disebarkan media massa mendorong seseorang
untuk melakukan tindakan- tindakan tertentu.
Perkembangan media massa mengalami perkembangan pesat.
Media internet dan telephone menjadi primadona saat ini. Media
internet misalnya, yang memiliki beberapa program situs jejaring sosial
yang saat ini sedang marak diminati masyarakat di seluruh dunia. Dan
kemajuan media telephone ditandai dengan munculnya smart phone
yang memudahkan penggunanya untuk mobile beraktivitas, mudah
mengakses internet dimana saja. Blackberry dan I-phone adalah 2
perusahaan besar yang sedang merajai pasaran handphone dunia saat
ini.
Kemajuannya sangat luar biasa cepat di seluruh penjuru dunia.
Dibandingkan dengan televisi, radio, dan media cetak yang juga
berkembang namun taraf perkembangannya masih dibawah internet dan
telephone. Dalam penelitian ini peneliti akan melihat bagaimana pola
komunikasi masyarakat miskin yang tinggal pinggir rel kereta api dan
disekitar TPS dalam menjalankan aktivitas komunikasinya. Media-
media apa saja yang biasa digunakan dalam komunikasi dilingkungan
masing-masing. Seperti salah satunya media Televisi, yang pada
umumnya masyarakat lebih menyukai menonton televisi daripada
menikmati media massa lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Nicholas G. Petryszak mengungkapkan, perlu untuk
mempelajari karakteristik masyarakat dalam menonton televisi :
“Many theorists of the mass media argue, that in order to understand the nature of the television audience in terms of its programming preferences, prejudicesand overallviewing behaviour it is necessary to recognize the complex relationships whichexist betweenthe members of the audience and the mass society in wkich they live. Conversely, a second theory deals with effects which television and the information obtained from it, might have on the behaviour of television viewers. It points out that in examining the effects of television, one must consider the relationship between the audience members and the various social groups to which they might belong.”
(Banyak ahli teori media massa berpendapat, bahwa untuk memahami sifat dari penonton televisi dari segi pemrogramannya, perilaku menonton, perlu mengakui hubungan yang kompleks dari penonton dan masyarakat massa di mana mereka tinggal. Sebaliknya, teori kedua berhubungan dengan efek yang televisi dan informasi diperoleh dari perilaku pemirsa televisi. Ini menunjukkan bahwa dalam memeriksa efek dari televisi, seseorang harus mempertimbangkan hubungan antara penonton dan berbagai kelompok sosial dimana mereka berada.)24 Selain melihat media apa saja yang banyak digunakan untuk
berkomunikasi pada masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel
kereta api dan disekitar TPS, penelitian ini juga melihat bagaimana
pesan-pesan berkomunikasi dapat tersampaikan dengan baik antara satu
dengan lainnya. Tak hanya antar personal dan kelompok masyarakat,
namun juga mengikut sertakan peran pemerintah (kelurahan setempat)
dalam penyampaian komunikasi kepada masyarakat.
24 Nicholas G. Petryszak, The Nature of the Canadian Television Audience - Case Study, Journal
Internasional: University of British Columbia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
1.5.5 Masyarakat Miskin
Devinisi umum kemiskinan adalah dimana seseorang atau
sekelompok orang, tidak mampu untuk memenuhi hak-hak dasarnya
untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang
bermartabat. Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar. Sedangkan penduduk
miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita
perbulan dibawah garis kemiskinan. Menurut Suparlan (1995: xi)
kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup
yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada
sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan
yang rendah. Ini secara langsung pengaruhnya berdampak pada tingkat
kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang
tergolong orang miskin. Bank Dunia (world bank) membagi aspek
kemiskinan dalam tiga bagian antara lain :
1. Jika 40% jumlah penduduk berpendapatan rendah menerima
kurang dari 12% pendapatan nasionalnya maka pembagian
pembangunan sangat timpang.
2. Apabila 40% lapisan penduduk berpendapatan rendah
menikmati antara 12–17% pendapatan nasional dianggap
sedang.
3. Jika 40% dari penduduk berpendapatan menengah menikmati
lebih dari 17% pendapatan nasional maka dianggap rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Menurut Sunyoto Usman, ada tiga macam konsep kemiskinan,
yaitu25 :
a) Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut dirumuskan dengan membuat
tolak ukur tertentu yang konkrit. Ukuran itu berorientasi
kepada kebutuhan hidup dasar minimum anggota
masyarakat (sandang, pangan dan papan). Masing-masing
negara mempunyai batasan "kemiskinan" absolut yang
berlainan, karena kebutuhan hidup dasar masyarakat yan
dipergunakan sebagai acuan memang berbeda. Konsep ini
mengenal garis batas "kemiskinan". Ada juga gagasan
yang ingin memasukkan tidak hanya kebutuhan fisik
(sandang, pangan dan papan), melainkan juga basic
cultural needs (seperti pendidikan, keamanan, rekreasi dan
sebagainya). Konsep "kemiskinan" yang pertama ini telah
banyak memperoleh banyak kritik, antara lain adalah
hampir tidak mungkin membuat satu ukuran untuk semua
anggota masyarakat. Kebutuhan sandang, pangan dan
papan masyarakat pada masing-masing daerah berbeda-
beda (pedesaan berbeda dengan perkotaan, desa pertanian
berbeda dengan desa nelayan). Namun demikian konsep
ini sangat populer terutama dianggap strategis bagi
program-program pengentasan "kemiskinan". 25 http://laely-widjajati.blogspot.com/2009/10/k-e-m-i-s-k-i-n-n.html
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
b) Kemiskinan Relative
Konsep "kemiskinan" yang kedua adalah
"kemiskinan" relatif yang dirumuskan dengan
memperhatikan dimensi tempat dan waktu. Dasar
asumsinya adalah "kemiskinan" pada suatu daerah tertentu
berbeda dengan daerah lainnya dan "kemiskinan" pada
waktu tertentu berbeda pula dengan waktu yang lain.
Konsep ini diukur berdasarkan pertimbangan dari anggota
masyarakat tertentu, dengan berorientasi pada derajat
kelayakan hidup. Konsep ini juga telah banyak
memperoleh kritik, terutama karena sangat sulit sekali
menentukan bagaimana hidup yang layak itu. Ukuran
layak ternyata juga terus berubah-ubah.
c) Kemiskinan Subyektif
Konsep yang ketiga yaitu "kemiskinan" subyektif,
dirumuskan berdasarkan perasaan kelompok miskin itu
sendiri. Konsep ini tidak mengenal ukuran tertentu yang
konkrit, juga tidak memperhitungkan dimensi tempat dan
waktu. Kelompok yang menurut kita di bawah garis
"kemiskinan" berdasarkan ukuran kita, boleh jadi tidak
menganggap dirinya sendiri miskin (dan demikian pula
sebaliknya). Kemudian, kelompok yang menurut kita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
mereka hidup dalam kondisi tidak layak, boleh jadi tidak
menganggap dirinya sendiri tidak layak (dan demikian
pula sebaliknya).
Kemiskinan juga diartikan sebagai kesenjangan ekonomi atau
ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat
berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah
serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada dibawah garis
kemiskinan (poverty lin ) merupakan dus masalah besar di banyak
negara berkembang, tidak terkecuali Indanesia. Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (BPPN-1993: 3) menjelaskan kemiskinan
adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki
oleh si miskin melainkan karena tidak dapat dihindari dengan kekuatan
yang ada padanya.
Kemiskinan menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan /
BKKBN (1996: 10) adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak
sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan yang
dimiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun
fisiknya untuk memenuhi kebutuhannya. Miskin atau kurang sejahtera
dalam pengertian Pembangunan Keluarga Sejahtera diidentikkan
dengan kondisi keluarga sebagai berikut:
1. Pra Sejahtera, adalah keluarga-keluarga yang belum dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan
spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan, dan keluarga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
berencana. Secara operasional mereka tampak dalam
ketidakmampuan untuk memenuhi salah satu indikator sebagai
berikut:
a) Menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya
b) Makan minimal 2 kali per hari
c) Pakaian lebih dari satu pasang
d) Sebagian besar lantai rumahnya bukan dari tanah
e) Jika sakit dibawa ke sarana kesehatan
2. Keluarga Sejahtera I, adalah keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum
dapat memenuhi kebutuhan sosial dan psikologis, seperti
kebutuhan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan
lingkungan tempat tinggal dan transportasi. Secara operasional
mereka tidak mampu memenuhi salah satu indikator sebagai
berikut :
a) Menjalankan ibadah secara teratur
b) Minimal seminggu sekali makan daging / telur / ikan
c) Minimal memiliki baju baru sekali dalam setahun
d) Luas lantai rumah rata-rata 8 m2 per-anggota keluarga
e) Tidak ada anggota keluarga yang berusia 10-60 tahun yang
buta huruf latin
f) Semua anak berusia 7 sampai dengan 15 tahun bersekolah
g) Salah satu anggota keluarga memiliki penghasilan tetap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
h) Dalam 3 bulan terakhir tidak sakit dan masih dapat
melaksanaka fungsinya dengan baik.
Diketahui pula bahwa keadaan yang serba kekurangan ini terjadi
bukan seluruhnya karena kehendak keluarga yang bersangkutan tetapi
karena keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh keluarga sehingga
telah membuat mereka termasuk keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I.
Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I itu dibagi atas dua kelompok,
yaitu :
1. Karena alasan ekonomi/keluarga miskin yaitu keluarga yang
menurut kemampuan ekonominya lemah dan miskin. Keluarga-
keluarga semacam ini mempunyai sifat seperti yang dalam
indikator yang dikembangkan oleh BPS dan Bappenas, yaitu
keluarga yang secara ekonomis memang miskin atau sangat
miskin dan belum bisa menyediakan keperluan pokoknya
dengan baik.
2. Karena alasan non ekonomi yaitu keluarga yang kemiskinannya
bukan karena pada harta/uang atau kemampuan untuk
mendukung ekonomi keluarganya tetapi miskin kepeduliannya
untuk mengubah hidupnya menjadi lebih sejahtera misalnya
dalam hal partisipasi pembangunan dan kesehatan dengan
membiarkan rumahnya masih berlantai tanah padahal
sebenarnya ia mampu untuk memplester lantai rumahnya atau
kalau anaknya sakit tidak dibawa/diperiksa ke puskesmas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Menurut Chambers dalam ALI (1996: 18), ada lima
keberuntungan yang melingkari kehidupan orang atau keluarga miskin
yaitu :
a) Kemiskinan (poverty)
b) Fisik yang lemah (physical weakness)
c) Kerentanan (vurnerability)
d) Keterisolasian (isolation)
e) Ketidakberdayaan (powerlessness)
Kelima hal tersebut merupakan kondisi nyata yang ada pada
masyarakat miskin di negara berkembang. Menurut Andre Bayo Ala,
1981 kemiskinan itu bersifat multi dimensional. Artinya kebutuhan
manusia itu bermacam – macam.
1.5.6 Masyarakat miskin yang tinggal dipinggir Rel Kereta Api dan di
sekitar TPS (Tempat Pembuangan Sampah)
Himpitan ekonomi menyebabkan masyarakat terus bersaing
dalam mencari pendapatan untuk memperoleh kehidupan yang layak.
Kehidupan diberbagai negara dipenuhi dengan berbagai macam
karakteristik masyarakat yang hidup di dalamnya. Salah satunya adalah
masyarakat miskin yang tinggal di sekitar TPS dengan masyarakat yang
tinggal dipinggir rel kereta api. Ironis memang namun inilah potret
kehidupan yang terjadi. Keterbatasan ekonomi membuat mereka hidup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
seadanya. Dengan latar belakang berbeda, orang asli maupun warga
pendatang menjadi dan menetap disuatu wilayah.
Objek dalam penelitian ini adalah masyarakat miskin yang
tinggal di sekitar TPS dengan masyarakat yang tinggal dipinggir rel
kereta api. Lokasinya berada di wilayah Kelurahan Kalianyar, Jakarta
Barat. Penduduk disana kebanyakan adalah bekerja sebagai buruh,
pedagang biasa dan juga sebagai ibu rumah tangga.
Kelurahan Kalianyar dan sekitarnya yang termasuk dalam
Kecamatan Tambora Jakarta Barat adalah merupakan kawasan padat
penduduk. Penduduk yang tinggal sudah melebihi kapasitas normal.
Oleh karena itu banyak masalah sosial yang sering terjadi diwilayah
tersebut. Salah satu fenomena yang sering terjadi adalah kebakaran.
Masyarakat yang tinggal disini tak hanya berasal dari masyarakat
pribumi, melainkan banyak para pendatang yang menetap, diantaranya
dari pemalang, garut, wonogiri, dan sebagainya. Letaknya tepat berada
dipinggir rel kereta api jurusan Jakarta kota–Tanggerang. Transportasi
disini lebih mudah menggunakan kereta api, karena lokasinya yang
benar-benar berada dipinggir sisi jalur rel perlintasan kereta api.
Kemudian yang kedua adalah masyarakat miskin yang tinggal di
sekitar TPS (Tempat Pembuangan Sampah). Bertempat di lokasi yang
sama yaitu Kelurahan Kalianyar Jakarta Barat tak jauh dari lokasi pertama
yaitu pinggir rel kereta api. Keadaan di lokasi ini adalah kumuh dan
memperihatinkan. Namun banyak penduduk sekitar yang tetap bertahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dengan keadaan mereka yang serba pas-pasan. Mereka pun tetap hidup
rukun berdampingan satu sama lain.
1.6 Asumsi Dasar
Dari uraian diatas, peneliti mengambil asumsi dasar bahwa setiap
manusia memiliki karakteristik masing-masing. Manusia sebagai makhluk
sosial, hidup bermasyarakat dan tak lepas dari interaksi sosial. Dalam
berinteraksi sosial manusia harus pula mahir dalam berkomunikasi dengan
baik. Sehingga pesan dapat tersampaikan dengan baik dan mengurangi
terjadinya miss communication yang menyebabkan terjadinya miss
understanding dalam berkomunikasi. Miss communication dimasyarakat
biasanya terjadi karena adanya kesalahpahaman maksud dari suatu bentuk
penyampaian komunikasi. Seperti pada masyarakat miskin yang tinggal di
sekitar TPS (tempat pembuangan sampah) dengan masyarakat yang tinggal
dipinggir rel kereta api. Kelompok masyarakat yang hidup berdampingan
namun berbeda tempat tinggal memberikan ciri khas tersendiri. Bagaimana
Pola Komunikasi Masyarakat Miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api
dan disekitar Tempat Pembuangan Sampah dalam hal meningkatkan
Kesejahteraan Ekonomi di Kelurahan Kalianyar Jakarta Barat. Diihat secara
interpersonal, antar kelompok dan juga komunikasi massa. Dalam penelitian
ini, peneliti akan melihat dan membandingankan secara deskriptif,
kecenderungan berkomunikasi dari kedua objek masyarakat miskin yang
tinggal di sekitar dengan masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api
Kelurahan Kalianyar Jakarta Barat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
1.7 Kerangka Berpikir
Adapun konsepsi kerangka berfikir penulis rangkum dalam skema
berikut ini :
Skema Kerangka Berpikir
Dampak Pembangunan di Jakarta
Adanya kelompok / masyarakat misikin
Komunikasi tatap muka (komunikasi verbal, komunikasi non verbal)
Masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api dan sekitar TPS
Permasalahan dilihat dari :
1. segi komunikasi / pola komunikasi masyarakat miskin dalam hal meningkatkan kesejahteraan ekonomi
2. Profil / karakteristik masyarakat miskin (pendapatan,tempat tinggal, usia, jenis kelamin,dll)
Komunikasi kelompok (komunikasi kelompok primer, komunikasi kelompok sekunder)
Komunikasi massa / Media Exposure (kecenderungan memakai media massa,elektronik,cetak)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
1.8 Definisi Konseptual
Definisi konseptual adalah definisi yang menjelaskan konsep dengan
kata/istilah/sinonimnya yang dianggap sudah dipahami pembaca. Definisi ini
tampak seperti definisi pada kamus sehingga orang menyebutnya sebagi
definisi kamus (Soehartyono, 1998: 29). Berikut adalah definisi konseptual
dalam penelitian ini :
1. Masyarakat, adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul,
atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi, suatau kesatuan
manusia dapat mempunyai prasarana melalui apa warga-
warganya dapat saling berinteraksi.
2. Masyarakat Miskin, Devinisi umum kemiskinan adalah dimana
seseorang atau sekelompok orang, tidak mampu untuk memenuhi
hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupan yang bermartabat. Kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
dasar. Sedangkan penduduk miskin adalah penduduk yang
memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis
kemiskinan.
3. Masyarakat sekitar TPS (tempat pembuangan sampah) dan
masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api, dalam
penelitian ini objek utama adalah dikhususkan pada masyarakat
miskin yang tinggal di sekitar TPS (tempat pembuangan sampah)
dengan masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api. Lokasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
wilayah di Kelurahan Kalianyar Jakarta Barat. Wilayah ini
berpenduduk 24.489 jiwa dengan luas 3,1 ha, terdiri dari 9 RW,
111 RT. Peneliti akan mengkhususkan penelitian pada warga
yang tinggalnya tepat di sekitar TPS (tempat pembuangan
sampah) dengan masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api
dengan mengambi jumlah total 15 responden.
4. Pola Komunikasi, pada tingkat masyarakat komunikasi biasanya
berpola dalam bentuk-bentuk fungsi, kategori ujaran (categories
of talk), dan sikap konsepsi tentang bahasa dan penutur.
Komunikasi juga berpola menurut peran tertentu dan kelompok
tertentu dalam suatu masyarakat, tingkat pendidikan, wilayah
geografis dan ciri-ciri organisasi sosial yang lain. Kemudian
komunikasi juga berpola pada tingkat individu, pada tingkat
ekspresi dan interpretasi kepribadian. Komunikasi yang terjadi
pada tingkat kelopok juga melibatkan komunikasi antar pribadi.
Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku
juga bagi komunikasi kelompok.
5. Komunikasi interpersonal (tatap muka), Proses komunikasi
interpersonal merupakan model dasar proses komunikasi antar
manusia. Dalam komunikasi interpersonal dapat dirasakan bahwa
proses komunikasi adalah proses yang dinamis dalam tukar
informasi antara dua individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
6. Komunikasi kelompok, ialah proses komunikasi antara seseorang
dengan kelompoknya. Jenis komunikasi ini bisa berlangsung
antara satu orang dan kelompok, antar kelompok, atau kelompok
dengan individu.
7. Komunikasi massa, Pengertian komunikasi massa menurut
Defleur dan Dennis McQuail (1985) adalah suatu proses dalam
mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk
menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus- menerus
menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat
mempengaruhi khalayak- khalayak yang besar dan berbeda- beda
dengan melalui beberapa cara.
1.9 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan
bagaimana caranya mengukur variabel (Singarimbun dan Effendi, 1991:
216). Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pola komunikasi yang terjadi pada masyarakat miskin pinggir rel
kereta api dan yang tinggal disekitar TPS (tempat pembuangan sampah),
dapat dilihat dari beberapa aspek, dan 3 jenis komunikasi, yaitu :
1. Komunikasi Interpersonal (Tatap Muka)
Pengukuran akan dilihat dari kebiasaan tatap muka yang
dijalankan masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api dan sekitar
TPS (tempat pembuangan sampah) adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
a) Frekuensi, yaitu waktu yang digunakan informan dalam
melakukan komunikasi tatap muka dihitung per-harinya.
Dengan kategori dalam 5 tingkatan yakni :
Sangat tinggi : Lebih dari 5 kali sehari
Tinggi : 4 kali sehari
Sedang : 3 kali sehari
Rendah : 2 kali sehari
Sangat rendah : kurang dari 1 kali dalam melakukan
komunikasi tatap muka.
b) Curahan waktu, yaitu waktu rata-rata informan dalam
melakukan komunikasi tatap muka. Dengan kategori sebagai
berikut:
Sangat tinggi : 2 jam dalam sehari
Tinggi : 1,5 jam dalam sehari
Sedang : setengah jam dalam sehari
Rendah : 15 menit dalam sehari
Sangat rendah : kurang dari 15 menit dalam sehari
c) Cara, yaitu cara informan melakukan komunikasi tatap muka
diantaranya, berbahasa, membicarakan sesuatu hal, tanya
jawab, bercerita, curhat, berselisih paham.
d) Content (isi), yaitu hal-hal apa saja yang biasanya dibicarakan
oleh informan terhadap lawan bicaranya secara personal,
tentang informasi atau hal-hal yang sering mereka bicarakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
2. Komunikasi Kelompok
Dilihat dari komunikasi kelompok, dalam penelitian ini
kelompok komunikasi tersebut bisa berupa kelompok formal atau non
formal (seperti pada Teori Jaringan Komunikasi) yang terdiri lebih dari 3
individu. Dan aspek yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
a) Jumlah, yaitu jumlah partisipan yang ikut dalam melakukan
komunikasi kelompok.
b) Kelompok kecil atau Besar, yitu termasuk dalam kategori
kecil atau besar kelompok tersebut dalam melakukan
komunikasi
c) Cara, yaitu cara partisipan melakukan komunikasi kelompok,
dengan cara, sambil bekerja, lomba-lomba, rapat, kumpul-
kumpul, berdoa bersama (pengajian), kegiatan-kegiatan.
d) Content (isi), yaitu hal-hal apa saja yang biasanya dibicarakan
oleh informan terhadap lawan bicaranya (kelompoknya),
tentang informasi atau hal-hal yang sering mereka bicarakan.
3. Komunikasi massaa (Media Exposure) Media dalam penelitian ini yang
paling sering dan paling banyak digunakan oleh informan, dapat dilihat
dari aspek sebagai berikut :
a) Jenis Media, yaitu media yang cenderung digunakan oleh
informan : Televisi, Radio, Surat Kabar, Handphone.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Televisi
Frekuensi, yaitu waktu yang digunakan informan dalam
menggunakan media Televisi dalam mendapatkan informasi.
Dengan kategori dalam 5 tingkatan yakni:
Sangat tinggi : Lebih dari 6 kali dalam sehari
Tinggi : 5 kali dalam sehari
Sedang : 4 kali dalam sehari
Rendah : 3 kali dalam sehari
Sangat rendah : kurang dari 2 kali dalam sehari.
Intensitas, yaitu waktu rata-rata informan dalam menggunakan
media Televisi dalam mendapatkan informasi. Dilihat dan
dijabarkan secara deskriptif, yaitu seperti : keseriusan menonton
televisi dalam waktu-waktu sibuk bekerja, waktu senggang
ataupun waktu santai, dll.
Cara, mendapatkan media tersebut. Bagaimana cara informan
mendapatkan informasi melai media tersebut.
Content (isi), yaitu acara favorit informan, stasiun televisi yang
biasa dilihat dan hal-hal apa saja (isi) dari informasi yang
ditangkap oleh informan.
Radio
Frekuensi, yaitu waktu yang digunakan informan dalam
menggunakan media Radio dalam mendapatkan informasi.
Dengan kategori dalam 5 tingkatan yakni:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Sangat tinggi : Lebih dari 4 kali dalam sehari
Tinggi : 3 kali dalam sehari
Sedang : 2 kali dalam sehari
Rendah : 1 kali dalam sehari
Sangat rendah : kurang dari 1 jam dalam sehari.
Intensitas, yaitu waktu rata-rata informan dalam menggunakan
media Radio dalam mendapatkan informasi. Dilihat dan
dijabarkan secara deskriptif, yaitu seperti : keseriusan
mendengarkan Radio dalam waktu-waktu sibuk bekerja, waktu
senggang ataupun waktu santai, dll.
Cara, mendapatkan media tersebut. Bagaimana cara informan
mendapatkan informasi melai media tersebut.
Content (isi), yaitu acara favorit informan, stasiun (channel) radio
yang biasa didengarkan dan hal-hal apa saja (isi) dari informasi
yang ditangkap oleh informan.
Surat Kabar
Frekuensi, yaitu waktu yang digunakan informan dalam
menggunakan media Surat Kabar dalam mendapatkan informasi.
Dengan kategori dalam 4 tingkatan yakni:
Sangat tinggi : Lebih dari 5 kali dalam seminggu
Tinggi : 4 kali seminggu
Sedang : 3 kali seminggu
Rendah : 2 kali seminggu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Sangat rendah : kurang dari 1 kali dalam mengakses
media massa.
Intensitas, yaitu waktu rata-rata informan dalam menggunakan
media Surat Kabar dalam mendapatkan informasi. Dilihat dan
dijabarkan secara deskriptif, yaitu seperti : keseriusan
mendengarkan Radio dalam waktu-waktu sibuk bekerja, waktu
senggang ataupun waktu santai, dll.
Cara, mendapatkan media tersebut. Bagaimana cara informan
mendapatkan informasi melalui media tersebut.
Content (isi), yaitu segment favorit informan, dan hal-hal apa saja
(isi) dari informasi yang ditangkap oleh informan.
Handphone
Frekuensi, yaitu waktu yang digunakan informan dalam
menggunakan media Handphone dalam mendapatkan informasi.
Dengan kategori dalam 5 tingkatan yakni:
Sangat tinggi : Lebih dari 10 kali dalam sehari
Tinggi : 7 kali sehari
Sedang : 5 kali sehari
Rendah : 3 kali sehari
Sangat rendah : kurang dari 2 kali dalam sehari
Intensitas, yaitu waktu rata-rata informan dalam menggunakan
media Handphone dalam mendapatkan informasi. Dilihat dan
dijabarkan secara deskriptif, yaitu seperti : keseriusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
menggunakan handphone dalam waktu-waktu sibuk bekerja,
waktu senggang ataupun waktu santai, dll.
Cara, mendapatkan media tersebut. Bagaimana cara informan
mendapatkan informasi melalui media tersebut.
Content (isi), yaitu segment favorit informan, dan hal-hal apa saja
(isi) dari informasi yang ditangkap oleh informan.
Faktor kondisional merupakan faktor internal dan ekternal dari diri
masyarakat yang tinggal dipinggir rel dan sekitar TPS, yang sedikit banyak
berpengaruh pada pemilihan media yang digunakannya. Hal tersebut akan dilihat
kategori sosial nayng dimiliki masyarakat atau individu tersebut. Dan berikut
adalah beberapa faktor yang akan dilihat dari kategori sosial :
1) Jenis Kelamin
Untuk pertanyaan ini diberikan dua alternatif jawaban yang
sudah umum untuk digunakan.
2) Keyakinan yang dianut oleh responden
Diberikan lima alternatif jawaban sesuai dengan lima agama
yang dianut oleh masyarakat Indonesia.
3) Status ekonomi
Status ekonomi dari responden dapat diketahui dari
banyaknya pengeluaran bulanan dari responden. Kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
diberikan alternatif jawaban yang sebelumnya sudah lazim
digunakan untuk mengetahui status ekonomi.
4) Asal daerah
Informan diminta menyebutkan daerah asal mereka tinggal
sebelumnya.
5) Agama
Informan diminta menyebutkan agamanya.
6) Status Sosial Pernikahan
Informan diminta menyebutkan status sosial pernikahannya.
Apakah sudah menikah atau belum.
1.10 Metodologi Penelitian
1.10.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu
sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati
(Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 1998 :3). Pendekatan ini
diarahkan pada latar belakang dan individu secara holistik (utuh).
Penelitian kualitatif tradisi tertentu dalam Ilmu Pengetahuan
Sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan
pada manusia dan dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan orang tersebut dalam bahsanya dan dalam peristilahannya
(Krik dan Miller dan Moleong 1998 : 3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
1.10.2 Strategi Penelitian
Startegi penelitian studi kasus adalah suatu inkuiris
empiris yang menyelidiki fenomena kontemporer didalam
konteks kehidupan yang nyata (bagaimana dan mengapa),
bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak
dengan tegas, dan dimana multisumber bukti dimanfaatkan (K.
Yin, 2004: 18). Studi kasus memungkinkan peneliti untuk
mengadakan penelitian secara mendetail dengan
mempertahankan karakteristik holistik dan bermakna dari
peristiwa-peristiwa dikehidupan nyata yang diteliti.
1.10.3 Obyek dan Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, obyek yang akan diteliti adalah
masyarakat miskin yang tinggal di sekitar TPS (tempat
pembuangan sampah) dengan masyarakat yang tinggal dipinggir
rel kereta api. Lokasinya bertempat di Kelurahan Kalianyar
Jakarta Barat. Objek yang akan diteliti adalah warga masyarakat
yang memenuhi kriteria untuk diwawancara. Selain warga
setempat, perangkat RT dan RW sampai pihak Kelurahan juga
akan dimintai komentar tentang penelitian ini. Lokasi dan obyek
penelitian diambil dan dipilih oleh peneliti berdasarkan
permasalah komunikasi yang ada di tempat tersebut dan akan
diteliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
1.10.4 Informasi dan Narasumber
Warga yang menjadi informan dalam penelitian ini
memiliki beberapa kualifikasi, antara lain : tinggal disalah satu
tempat tersebut (sudah tercatat sebagai warga), jenis kelamin
lelaki atau perempuan, pengeluaran warga rata-rata perbulan,
warga kurang mampu (dilihat dari kondisi tempat tinggal dan
petunjuk RT), usia termasuk golongan usia produktif 25-50
tahun. Kemudian dilihat dari kecenderungan menggunakan media
(cetak maupun elektronik).
1.10.5 Populasi
Lokasi penelitian berada di Kelurahan Kalianyar, Jakarta
Barat. Populasi penduduk 24.489 jiwa dengan luas wilayah 3,1
ha, terdiri dari 9 RW, 111 RT. Peneliti akan mengkhususkan
penelitian pada warga yang tinggalnya tepat dipinggir rel kereta
api yakni warga RT/RW : 01/07, 04/07, 05/08, 06/08, 07/08
berjumlah 5 RT. Dan di sekitar TPS (tempat pembuangan sampah
bejumlah) 1 RT, yaitu RT 06/09. Peneliti mengambil sample 7
warga yang tinggal dipinggir rel kereta api, dan 8 sample warga
pada masyarakat yang tinggal disekitar TPS. Jumlah seluruh
responden adalah 15 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
1.10.6 Tekhnik Pengambilan Data
Data yang akan digunakan terdiri dari dua jenis data,
yaitu:
1. Data Primer, merupakan data yang diperoleh secara
langsung dari informan dan observasi yang telah
dilakukan.
2. Data Sekunder, data yang diperoleh dari dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Studi
dokumen yaitu peneliti menggunakan bahan-bahan tertulis
yang mendukung penelitian. Data-data tersebut biasanya
berupa data tertulis dari kelurahan / pemerintah setempat
seperti arsip kelurahan, data-data keterangan warga, data-
data kegiatan, peta lokasi, dan lain-lain.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :
1. Wawancara Mendalam (in – Depth Interview)
Wawancara merupakan sebuah kegiatan
komunikasi verbal antara peneliti dengan narasumber
yang dinilai kompeten, melalui percakapan dengan
tatap muka langsung, guna memperoleh informasi
yang dibutuhkan. Dalam hal ini meraka akan diberikan
pertanyaan seputar aktivitas berkomunikasi,
bagaimana menyelesaikan konflik yang terjadi,
darimana mereka mendapatkan informasi, pesan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
kecenderungan berkomunikasi, dan sebaginya.
Wawancara yang dilakukan bukanlah wawancara
formal, yang biasanya dilakukan dengan menggunakan
kuesioner, tetapi sebuah wawancara yang terwujud
secara dialog yang spontan berkenaan dengan suatu
masalah atau topik yang kebetulan sedang dihadapi
oleh pelaku. Justru yang spontan inilah yang objektif
dan sahih karena tidak direkayasa terlebih dahulu oleh
para pelaku26.
2. Observasi
Observasi dilakukan sebelum dan selama
penelitian ini berlangsung yang meliputi gambaran
umum berupa peristiwa, tempat dan lokasi serta benda-
benda dan rekaman audio. Dilakukan secara langsung
dan menggunakan komunikasi interpersonal.
Dikatakan secara langsung karena memiliki pengertian
bahwa peneliti hadir dan mengamati kejadian-kejadian
di lokasi.27
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode
observasi nonparticipant dimana peneliti hanya
melakukan pengamatan selama penelitian pada objek
yang dikaji. Selama pengamatan berlangsung, peneliti 26 Agus Salim, 2001, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, hal. 161 –
162 27 Pawito, 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, hal. 114
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
hanya seolah-olah seperti penonton atau audience
tanpa melakukan feedback atau berperan aktif di
dalamnya. Dalam konteks observasi nonparticipant,
tidak ada hal yang dilakukan peneliti kecuali
mendengar, melihat, dan kemudian mencatat hal-hal
yang terjadi selama penelitian.
Observasi yang dilakukan menghasilkan catatan-
catatan lapangan yang kemudian akan menjadi arsip
dan dokumen tertulis dari setiap perilaku yang teramati
selama masa observasi, serta menjadi sumber data
yang cukup penting. Observasi dilakukan dengan
mengamati aktivitas massyarakat/warga yang sudah
menjadi target dan memenuhi kriteria untuk di
wawancarai. Melihat perilaku dan kegiatan
berkomunikasi mereka sehari-hari kemudian peneliti
datang untuk mengamati, mendengar dan mencatat
hal-hal yang terjadi di lapangan.
3. Dokumentasi
Dokumen tertulis dan arsip merupakan sumber data
yang sering memiliki posisi penting dalam penelitian
kualitatif. Terutama bila sasaran dan kajian mengarah
pada latar belakang atau berbagai peristiwa yang
terjadi dimasa lampau yang sangat berkaitan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
kondisi atau peristiwa masa kini yang sedang diteliti.28
Teknik dokumentasi disini adalah peneliti mencari,
mengumpulkan, dan mempelajari dokumen yang
mendukung penelitian seperti arsip, laporan atau
literature lain. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
informasi yang mendukung analisis dan interpretasi
data.
Dokumen yang membantu dalam penelitian ini adalah
arsip yang dimiliki Kelurahan Kalianyar, seperti
monografi daerah, laporan, keterangan tentang
setempat, peta daerah, serta beberapa literature yang
mendukung.
1.10.7 Tekhnik Pengambilan Sample
Sampling dalam penelitian kualitatif dimaksudkan untuk
menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber,
dan bukan dimaksudkan untuk mencapai generalisasi. Lindolf
sebagaimana dikutip oleh Pawito29 menyarankan beberapa teknik
pengambilan sampel penelitian seperti, maximum variation
sampling, snowball sampling, theoretical construct sampling,
typical case sampling, critical case sampling dan convenience
sampling.
28 H.B Sutopo, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Penerapannya dalam Penelitian,
Surakarta: Sebelas Maret University Press, hal. 69 29 Pawito, 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, hal. 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Peneliti menerapkan strategi snowball sampling untuk
mendapatlkan informasi awal tentang siapa saja personael yang
sekiranya kompeten untuk dijadikan informan, sebelum
menentukan siapa saja informan yang akan dijadikan sebagai
sampel. Sesuai dengan namanya snowball sampling bagaikan
bola salju yang turun menggelinding dari puncak gunung ke
lembah, semakin lama semakin membesar ukurannya.30
Peneliti berangkat dari seorang informan untuk
mengawali pengumpulan data. Kepada informan ini peneliti
menanyakan siapa lagi berikutnya (atau siapa saja) orang yang
selayaknya diwawancarai sesuai dengan kriteria, kemudian
peneliti beralih menemui informan berikutnya sesuai disarankan
oleh informan pertama, dan begini seterusnya hingga peneliti
merasa yakin bahwa data yang dibutuhkan sudah didapatkan
secara memadai.
1.10.8 Validasi Data
Dalam penelitian kualitatif, ada beberapa cara yang dapat
dipilih untuk pengembangan validitas (kesahihan) data penelitian.
Triangulasi adalah cara yang paling umum digunakan bagi
peningkatan validitas dalam penelitian kualitatif.31
30 Rachmat Kriyantono, 2006, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
hal. 156 – 157 31 H. B. Sutopo. 2002. Metode Penelitian Kualitatif: Dasar Toeri dan Terapannya dalam Penelitian.
Surakarta, hal 78.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Untuk menjamin keabsahan dan validitas data maka
penelitian ini menggunakan teknik triangulasi, dimana data yang
satu akan dikontrol oleh data yang sama dari sumber data yang
berbeda. Artinya data atau informasi yang diperoleh selalu
dikomparasikan dan selalu diuji dengan data atau informasi yang
lain, baik dari koherensi sumber yang sama maupun yang
berbeda. Sehingga data yang satu dengan data yang lain akan
saling melengkapi dan saling menguji, serta dapat diperoleh data
yang dapat dipertanggung jawabkan.
Triangulasi merupakan cara yang paling umum digunakan
bagi peningkatan validitas dalam penelitian kualitatif. Dikutip
oleh H.B. Sutopo32, menurut Patton, seperti yang dikutip dari
Maleong (2005), teknik triangulasi dibedakan menjadi empat
macam, yaitu :
a) Triangulasi Data (Sumber)
Teknik yang mengarah pada penggunaan beragam
sumber data yang tersedia. Data yang sama atau sejenis
akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa
sumber data yang berbeda.
b) Triangulasi Metode
Mengumpulkan data yang sejenis dengan
menggunakan teknik atau metode pengumpulan data
32 Ibid,.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
yang berbeda. Ditekankan pada penggunaan metode
pengumpulan data yang berbeda untuk menguji
kemantapan informasinya pada sumber data yang sama.
Dalam penelitian ini, data hasil wawancara dibandingkan
dengan data yang diperoleh dari observasi dan
dokumentasi.
c) Triangulasi Peneliti
Hasil penelitian, baik data ataupun simpulan bisa
diuji validitasnya dari beberapa peneliti. Dari pandangan
dan tafsir yang dilakukan oleh beberapa peneliti
diharapkan bisa terjadi pertemuan pendapat yang pada
akhirnya bisa lebih memantapkan hasil penelitian.
d) Triangulasi Teori
Triangulasi ini dilakukan dengan menggunakan
perspektif lebih dari satu teori dalam membahas
permasalahan yang dikaji. Dari beberapa perspektif teori
tersebut akan diperoleh pandangan yang lebih lengkap,
tidak hanya sepihak sehingga bisa dianalisa dan ditarik
simpulan yang lebih utuh dan menyeluruh. Setiap
pandangan teori selalu memiliki kekhususan cara
pandang, maka dengan menggunakan beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
perspektif teori akan menghasilkan simpulan yang
multidimensi.
Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik triangulasi data (sumber) dan triangulasi metode, dimana peneliti
menggunakan beragam sumber data yang tersedia serta beragam metode
pengumpulan data yang memungkinkan peneliti memperoleh
kemantapan informasi dari berbagai sumber.
Triangulasi Sumber Data
Sumber : H. B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Hal.80
1.10.9 Studi Pustaka
Untuk mengumpulkan data dan teori dalam penelitian ini,
maka penelitian memanfaatkan berbagai macam data dan teori
yang diperoleh melalui buku-buku, majalah, surat kabar, dan
Data
Aktivitas
Teks Berita
Informan
Observasi
Content Analysis
Wawancara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
sumber informasi non manusia lainnya yang menunjang
penelitian.
1.10.10 Tekhnik Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka penganalisaan data
dilakukan dengan menggunakan metode analisa kualitatif.
Metode penelitian kualitatif yang digunakan adalah dengan teori
fenomenologi yaitu fenomena-fenomena yang ada dan nampak
dideskripsikan sedemikian rupa sehingga tercapailah suatu
kesimpulan yang menyeluruh. Analisa dilakukan sejak data awal
penelusuran dan dilakukan secara terus menerus sampai
menemukan data yang sesuai dengan batasan penelitian33.
Menurut Mathew & Huberman (1992: 16-21) analisis data
terdiri dari tiga alur, yaitu :
1. Reduksi data
Merupakan proses seleksi, pemfokusan,
penyederhanaan dan abstraksi data (kasar) yang ada di
lapangan berupa hasil wawancara, observasi, artikel
dan surat kabar, serta dokumen pendukung lainnya.
Proses ini berlangsung sepanjang pelaksanaan
penelitian, yang dimulai sebelum proses pengumpulan
data, yaitu sejak pengambilan keputusan tentang
kerangka kerja konsepsional pemilihan kasus,
33 Pawito, op.cit., hal 64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan cara
pengumpulan data yang dipakai.
2. Penyajian data
Suatu rakitan organisasi informasi yang
memungkinkan kumpulan riset dapat dilakukan.
Penyajian data berupa hasil wawancara dan observasi
yang kesemuanya dirancang guna merakit informasi
secara teratur supaya mudah dilihat dan diambil
pengertiannya dengan bentuk yang kompak.
3. Kesimpulan dan verifikasi
Kesimpulan merupakan hasil akhir dari suatu
penelitian kualitatif. Peneliti berusaha untuk
memberikan makna yang penuh dari data yang
terkumpul. Beranjak dari reduksi data, dapat
disimpulkan berbagai masalah yang dihadapi dalam
penelitian. Apabila kesimpulan yang dihasilkan
kurang meyakinkan, memadai, atau kurang
memuaskan, maka cara yang harus ditempuh
kemudian adalah mengulang proses dari awal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
2.1 Sejarah Kelurahan Kalianyar
Kelurahan Kalianyar pun memiliki sejarah tersendiri dalam pendirian nama
Kalianyar itu sendiri. Berawal dari sebutan Kelurahan Kalibaru, yang juga
sebelumnya bernama Kelurahan Persima. Merupakan pecahan dari Kelurahan
Jembatan Besi, dengan seiring meningkatnya kepadatan penduduk diwilayah
tersebut hingga harus dipecah menjadi 2 Kelurahan. Sebelum dinamakan
Kelurahan Kalianyar, kelurahan ini bernama Kelurahan Kalibaru, tetapi karena
nama Kelurahan Kalibaru di DKI Jakarta telah dipakai di dua wilayah yaitu
wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Utara maka Kelurahan Kalibaru di Jakarta
Barat dengan Keputusan Gubernur DKI Jakarta ditetapkan menjadi Kelurahan
Kalianyar.
Dinamakan Kelurahan Kalianyar karena dahulu diwilayah tersebut dibuat
Kali Banjir Kanal Barat yang membentang dari Wilayah Jakarta Timur, Jakarta
Selatan, Jakarta Pusat dan bermuara di Laut Jawa termasuk diwilayah Jakarta
Utara. Banjir Kanal tersebut dimaksudkan untuk mengendalikan banjir di
wilayah DKI Jakarta.
Pada awal tahun 1970 an Kelurahan Kalianyar merupakan daerah yang
sangat sepi dari keramaian,terdiri dari rawa-rawa, tanah pertanian, ladang
penduduk yang ditanami dengan berbagai tanaman berupa pohon pisang sayur
mayur kangkung, bayam, sawi, tomat cabe dan lain-lain yang digarap oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
penduduk asli Betawi yang relatif sedikit. Kalianyar dan tanah-tanah lain
disekitarnya dimiliki oleh Kong Koan (Chineesche Read) dan tuan tanah
keturunan arab bernama Abdurrahman Al Habsy. Kong Koan atau dewa
masyarakat cina, menggunakan tanah untuk pemakaman. Oleh warga setempat
batu nisan kuburan Tionghoa masih tersimpan dengan baik. Nmaun kina sudah
berubah fungsi menjadi balai pertemuan. Namun tidak ada bukti kepemilikan
tuan tanah arab.
Sampai awal 1950-an, tak banyak orang datang ke Kalianyar. Penduduk
asli betawi sedikit sekali dan seluruhnya menggarap tanah Kong Koan yang
belum dijadikan pemekaman. Segalanya berubah ketika Majelis Kong Koan
dibubarkan tahun 1950-an. Kepemilikan tanah di Kalianyar menjadi tak jelas.
Warga banyak yang mematok tanah dan berebut. Bahkan ada yang menggarap
tanah dengan luas sesuka hati. Penggarapan tanah dimanfaatkan kebenyakan
untuk lahan sayuran dan berkebun. Sampai 1960-an, sawah masih ada. Namun
memasuki 1970-an, rumah mulai tumbuh. Pemukim awal terutama orang
Betawi, yang membagi tanahnya kepada anak-anak mereka. Setiap anak
mendirikan rumah dan menyisakan sedikit untuk berkebun.
Kemudian ketika arus pendatang membeludak, permintaan akan ruang
bermukim semakin tinggi. Keluarga pemilik tanah cukup luas mengubah
kebunnya menjadi rumah petak kontrakan. Memasuki tahun 1980-an, terjadi
booming rumah kontrakan yang dipicu munculnya home industry konveksi.
Rumah kontrakan diserbu buruh urban dan pendatang lainnya. Awalnya
pendatang pontianak menyewa rumah-rumah warga. Setelah sekian lama mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
membelinya. Ada praktik bisnnis Ali Baba berlangsung. Orang-orang pribumi
membeli rumah-rumah warga. Dan belakangan diketahui si Ali membeli atas
nama Tiong Hoa (sebut saja si babah).
Hingga saat ini, siapapun penghuni Kalianyar, tak kenal sertifikat. Bukti
kepemilikan atas tanah yang mereka punya adalah selembar surat akta jual beli
(AJB) dan surat pajak bumi dan bangunan (PBB). AJB dibuat secara massal
tahun 1980-an, ketika Kalianyar dipimpin Lurah Tb Saki Misja. Mereka yang
mendapat tanah dari waris, harus membuat pernyataan riwayat tanah. Di tahun
1980-an pula nama kelurahan ini menjadi kalianyar. Saat itu Lurah Saki Misja
diminta mengunah nama kelurahan. Pembagian tanah wirisan terakhir.
Dengan makin meningkatnya jumlah penduduk karena urbanisasi dari
daerah maka dari tahun ketahun pertambahan penduduk makin banyak yang
kemudian menjadikan lahan pertanian dan rawa rawa tersebut menjadi bangunan
pemukiman. Kaum urban yang datang dari berbagai daerah antara lain
didominasi dari Banten, Bogor, Rangkasbitung, Jawa Barat, Kebumen,
Wonogiri, Jepara, Jawa Tengah, Bima, Dompu NTB dan Pontianak, Pemangkat
Singkawang, Kalimantan Barat bagi WNI keturunan yang kemudian mendirikan
berbagai usaha antara lain konfeksi, sablon, jasa jahit dll, yang pada akhirnya
menarik para pencari kerja sehingga makin menambah jumlah penduduk.
Pertambahan penduduk yang sangat pesat mengakibatkan Kelurahan
Kalianyar tercatat sebagai Kelurahan yang terpadat se-Asia Tenggara dengan
jumlah penduduk yang sangat padat menimbulkan berbagai permasalahan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
antara lain bidang ketertiban, keamanan, penedidikan, lingkungan hidup,
penyediaan infrastruktur, pemukiman dan lain lain.
2.2 Organisasi Kelurahan
2.2.1 Susunan Organisasi Kelurahan
Peraturan yang digunakan dalam melaksanakan tugas di wilayah
Kelurahan telah menggunakan Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta
Nomor 147 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah
Kelurahan di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dalam rangka
meningkatkan kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan dan peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat secara
berdayaguna dan berhasilguna. Di bawah ini akan dipaparkan tugas pokok
dan fungsi masing-masing sebagai berikut :
a) Lurah
Sesuai dengan Pergub DKI Jakarta Nomor 147 Tahun 2009,
Lurah mempunyai tugas sebagai berikut diantaranya :
1. Memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas dan
fungsi Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3
2. Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan
Sekretariat Kelurahan dan seksi
3. Melaksanakan koordinasi dengan Puskesmas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
4. Melaksanakan koordinasi dan kerja sama dengan SKPD
dan UKPD dan/atau instansi pemerintah pusat/swasta
terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi
Kelurahan, dll.
b) Wakil Lurah
Sesuai dengan Pergub DKI Jakarta Nomor 147 Tahun 2009,
maka tugas Wakil Lurah adalah diantaranya :
1. Membantu Lurah dalam memimpin, dan
mengoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi
Kelurahan sebagaimana dimaksud pasal 3
2. Membantu Lurah dalam pelaksanaan tugas seksi
3. Membantu Lurah dalam melaksanakan koordinasi dan
kerja sama dengan SKPD, UKPD dan/atau instansi
pemerintah pusat/swasta terkait, dalam rangka
pelaksanaan tugas dan fungsi Kelurahan
4. Membantu Lurah dalam melaksanakan pengendalian
pemeliharaan ketertiban, ketentraman, penegakan
Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur bersama Satuan
Tugas Satpol PP Kelurahan, dll.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
c) Sekretaris Kelurahan
Sekretariat Kelurahan dipimpin oleh seorang Sekretaris
Kelurahan (Sekel) yang dalam melaksanakan tugasnya berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Lurah.
Tugas Sekretaris Kelurahan mempunyai tugas
membantu Lurah di bidang administrasi dan memberikan
pelayanan teknis administrasi kepada seluruh perangkat
Pemerintah Kelurahan.
d) Kepala Seksi
Kepala Seksi Kelurahan dalam susunan organisasi
yang baru sesuai dengan Peraturan Gubernur DKI Jakarta
Nomor 147 Tahun 2009 terdiri dari :
- Kepala Seksi Pemerintahan dan Tramtib
- Kepala Seksi Perekonomian
- Kepala Seksi Prasarana dan Sarana
- Kepala Seksi Kesejahteraan Masyarakat
- Kepala Seksi Kebersihan dan Lingkungan Hidup
- Kepala Seksi Pelayanan Umum
Masing-masing Seksi dipimpin seorang Kepala Seksi
yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Lurah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
2.3 Kondisi Fisik dan Geografi
2.3.1 Letak Wilayah
Kelurahan Kalianyar terletak di Kecamatan Tambora Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Merupakan daerah
yang padat penduduk dengan luas wilayah seluas 30,06 Ha, jumlah
penduduk sebanyak 24.511. Karena terletak ditengah kota hanya 3 Km
dari Pusat Pemerintahan Republik Indonesia dan kantor Gubernur DKI
Jakarta maka Kelurahan Kalianyar merupakan lokasi yang sangat
strategis.
Lokasinya terlihat semrawut dan tidak tertata dengan baik dan
rapih. Rumah warga berhimpit-himpitan antara satu dengan lainnya.
Disamping tidak tertata dengan baik, kawasan ini juga dikenal kumuh dan
padat penduduk. Bayak warga pendatang rela tinggal berdesak-desakan
dirumah-rumah kontrakan yang banyak disewakan.
Warga rela berdesak-desakan tinggal diwilayah itu menempati
lahan yang sempit, padat dan kumuh, karena dengan tinggal di Kelurahan
Kalianyar segalanya akan lebih mudah akan serta dapat. Karena letaknya
ditengah kota jakarta memudahkan warga untuk bepergian dari satu tempat
ketempat lainnya. Menekan ongkos transportasi, mudah mendapatkan
kebutuhan sehari-hari dekat dengan pusat perbelanjaan, komunikasi akan
sangat mudah karena tersedianya berbagai sarana media, televisi, Radio,
koran, wartel, warnet dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Mudah mencari kerja terutama bagi pekerja dibidang home
industri. Dengan tinggal dilokasi tersebut akan lebih menghemat waktu
biaya transportasi karena apabila tinggal terlebih di tempat lain akan
menghadapi kemacetan lalu lintas yang semakin hari semakin parah.
Untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal bagi warga yang ekonominya
mampu bahkan bagi pengusaha banyak yang mendirikan bangunan
permanen, sudah banyak gedung gedung bertingkat sekaligus untuk
membuka usaha. Namun yang tidak mampu mendirikan rumah semi
permanen yang terletak di gang-gang sempit sedangkan warga yang benar
benar tidak memiliki lahan, kebanyakan mendirikan gubug-gubug
dibantaran kali, pinggir rel dan diatas selokan sehingga sangat terlihat
kumuh. Ditambah lagi dengan lalu lintas yang semrawut jalan yang sudah
sempit dipadati oleh kendaraan pribadi, serta angkutan umum seperti
Mikrolet, gerobag, beca, sepeda motor, serta parkir liar dipinggir jalan .
Bangunan pemukiman tidak tertata sanitasi kurang memadai
kurang tersedianya jamban Keluarga atau MCK serta kurang tersedianya
air bersih tidak tersedianya pasar yang legal sehingga warga terpaksa
pasar liar diperempatan jalan dan ditengah rel kereta api yang tentu saja
sangat membahayakan pengunjung pasar manakala terdapat kereta yang
lewat. Bangunan pemukiman bercampur dengan usaha home industri
terdiri dari konfeksi, jahit sablon, warnet, wartel, bengkel-bengkel,warung,
toko, serta usaha non formal, pedagang kaki lima terlihat tidak tertata,
serta kebersihan lingkungan masih kurang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Bagi masyarakat WNI keturunan China, beranggapan bahwa
Kelurahan Kalianyar merupakan daerah yang sangat baik untuk berusaha.
Konon lokasi tersebut menyerupai “Kepala Naga” yang menurut
masyarakat tersebut sangat hokki untuk berusaha itulah sebabnya di
Kelurahan tersebut sangat pengusaha home industri. Disamping letaknya
dengan pasar Tanah Abang untuk memasarkan dagangannya sangat dekat.
Dengan banyaknya home industri tentu saja mengundang para
penganggur, ibu runah tangga banyak yang bekerja disektor tersebut
sebagai pekerja sambilan. Dengan keahlian seadanya, bisa menjahit,
bordir, mencabut benang, memasang kancing, sudah dapat digunakan
untuk menghasilkan uang. Untuk menambah kebutuhan keluarga, biasanya
para pekerja mengontrak rumah petak disekitar tempat usaha tersebut.
Wilayah Kelurahan Kalianyar termasuk dalam Kecamatan
Tambora Kota Administrasi Jakarta Barat yang berada + 2 km dari
Kecamatan Tambora dan berbatasan langsung dengan :
1. Sebelah Utara : Jl. Kalianyar I Kelurahan Jembatan Besi
2. Sebelah Barat : Kali Banjir Kanal Kelurahan Grogol
3. Sebelah Selatan : Rel Kereta Api Kelurahan Duri Pulo
4. Sebelah Timur : Rel Kereta Api Kelurahan Duri Utara
Posisi wilayah ini berada di tengah–tengah pusat perniagaan
bertaraf Nasional dan Internasional sehingga menarik pengusaha untuk
menjadikan wilayah Kelurahan Kalianyar sebagai lokasi berproduksi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
berusaha di bidang sandang (usaha konveksi) mengingat letak Pasar Pagi,
Mangga Dua, Pasar Tanah Abang sangat dekat dengan wilayah Kalianyar.
Akses jalan menuju dan keluar wilayah Kelurahan Kalianyar
terbilang mudah. Yaitu sarana utama munuju kawasan ini adalah
menggunakan Kereta api. Karena letaknya yang sangat berdekatan dengan
Rel Kereta. Rel kereta Jurusan Jakarta kota-Tanggerang. Stasiun terdekat
adalah Angke dan Duri. Letak rel yang berdekatan dengan pemukiman
warga juga mempermudah transportasi walapun terlihat kurang teratur.
Kemudian selain menngunakan kereta api, transportasi lain yang bias
digunakan menuju wilayah ini adalah menggunakan angkutan kota jurusan
Kota-Grogol bernomor 46.
2.3.2 Luas Wilayah
Adapun luas wilayah berkisar 31,8 ha yang terdiri dari 9 (Sembilan)
RW dan 101 (Seratus Satu) RT. Sedangkan peruntukan tanah terdiri dari :
1. Pemukiman baik pribadi maupun kontrakan : 65 %
2. Perniagaan / usaha : 35 %
3. Pekarangan dan pertanian : 0 %
2.3.3 RT / RW
Dengan luas wilayah yang + 31,8 Ha, wilayah Kalianyar memiliki 9
(Sembilan) RW dan 101 (Seratus Satu) RT. Berikut adalah data luas
wilayah tiap RW di Kelurahan Kalianyar dan jumlah RT di Kelurahan
Kalianyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Tabel 2.1 Rekalpitulasi Luas Lingkungan RW Kelurahan Kalianyar
RW Luas / Ha
01 4,68
02 3,20
03 3,34
04 3,85
05 3,09
06 2,91
07 2,88
08 4,95
09 2,87
Jumlah 31,8
Sumber data : Laporan Statistik Kelurahan Kalianyar Bulan Januari Tahun 2011
Berikut ini adalah beberapa table yang menjelaskan tentang
kependudukan di wilayah Kelurahan Kalianyar.
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Kelurahan Kalianyar di Setiap RW
No. RW RT KK WNI WNA Jumlah
LK PR JML LK PR JML
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
01
02
03
04
05
06
07
14
11
11
12
11
10
9
793
676
554
325
440
230
226
1829
1903
1628
1256
1826
1126
986
1630
1451
1438
1168
1051
1030
826
3.459
3.354
3.066
2.424
2.877
2.156
1.812
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3.459
3.354
3.066
2.424
2.877
2.156
1.812
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
8.
9.
08
09
15
8
659
179
1975
992
1352
1044
3.327
2.036
-
-
-
-
-
-
3.327
2.036
Jumlah 101 4.082 13.521 10.990 24.511 - - - 24.511
Sumber : Laporan Statistik Kelurahan Kalianyar Bulan Januari 2011
Keterangan :
Jumlah penduduk ditiap RW dicatat sesuai laporan dari Kasi Kependudukan dan
Catatan Sipil Kelurahan Kalianyar.
2.4 Kondisi Demografi
2.4.1 Kependudukan
Pada Bulan Januari Tahun 2011 wilayah Kelurahan Kalianyar
berpenduduk + 24.511 jiwa yang terdiri dari :
Kepala Keluarga (KK) : 4.082 Jiwa
Laki-laki : 13.521 Jiwa
Perempuan : 10.990 Jiwa
Melihat perbandingan Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk dapat
dimasukan dalam criteria padat penduduk, yaitu 770 jiwa / km2.
2.4.2 Mutasi Penduduk
Dalam wilayah yang padat penduduk maka mobilitas penduduk alam
satu tahun ini berupa mutasi penduduk antara yang lahir,datang dari luar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
dibanding dengan yang pindah dan mati memperlihatkan cukup banyak
mutasi penduduk di kelurahan Kalaianyar adalah sebagai berikut :
Tabel 2.3
Rekapitulasi Penduduk Datang, Lahir, Mati Bulan Januari 2011
Bulan
Pindah Datang Lahir Mati Jumlah Jumlah
L P L P L P L P L P
JANUARI 14 19 13 14 4 1 6 1 -3 -5 -8
FEBRUARI - - - - - - - - - - -
MARET - - - - - - - - - - -
APRIL - - - - - - - - - - -
MEI - - - - - - - - - - -
JUNI - - - - - - - - - - -
JULI - - - - - - - - - - -
AGUSTUS - - - - - - - - - - -
SEPTEMBER - - - - - - - - - - -
OKTOBER - - - - - - - - - - -
NOVEMBER - - - - - - - - - - -
DESEMBER - - - - - - - - - - -
JUMLAH
Sumber : Laporan Statistik Kelurahan Kalianyar Bulan Januari Tahun 2009
Keterangan :
Dari data di atas dapat terlihat bahwa penduduk Kelurahan Kalianyar pada bulan
Januari berkurang 8 orang dari tahun sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Tabel 2.4
Data Mobilitas Penduduk Kelurahan Kalianyar
No. Uraian WNI WNA Jumlah LK. PR. JML. LK. PR. JML
1. Jumlah penduduk akhir bulan lalu
13.524 10.995 24.519 - - - 24.519
2. Banyaknya kelahiran dalam bulan ini
4 1 5 - - - 2
3. Banyaknya kematian dalam bulan ini
6 1 7 - - - 12
4. Banyaknya kelahiran dikurangi kematian (lajur no. 2 – 3)
-2 - -2 - - - -10
5.a. Banyaknya orang masuk kelurahan dari kelurahan lain dalam satu kecamatan
10 9 19 - - - 7
5.b. Banyaknya orang masuk ke wilayah kelurahan berasal dari kecamatan lain dalam satu wilayah kota
1 4 5 - - - 1
5.c. Banyaknya orang masuk kelurahan antar wilayah kota - Jakarta Pusat - Jakarta Utara - Jakarta Timur - Jakarta Selatan
2 - - -
- 1 - -
- - - -
- - - -
5.d. Banyaknya orang masuk kelurahan dari luar DKI Jakarta
1 1 2 2
6.a. Banyaknya orang keluar dari kelurahan ke kelurahan dalam satu kecamatan
7 6 13 13
6.b. Banyaknya orang keluar dari kelurahan ke kelurahan lain dalam satu kota
10 13 23 23
6.c. Banyaknya orang keluar kelurahan antar wilayah kota - Jakarta Pusat - Jakarta Utara - Jakarta Timur - Jakarta Selatan
3 1 1 1
1 - 1 1
4 1 2 2
4 1 2 2
6.d. Banyaknya orang keluar wilayah DKI Jakarta
15 21 36 36
7. Banyaknya orang masuk -1 -39 -71 -71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Sumber : Laporan Statistik Kelurahan Kalianyar Bulan Januari 2011
Keterangan :
1. Luas Wilayah : 31,8 Ha
2. Jumlah RT : 101 RT
3. Jumlah RW : 9 RW
4. Jumlah KK : 4.811 KK
5. Jumlah KK Laki-laki : 4.094 KK
6. Jumlah KK Perempuan : 717 KK
7. Jumlah Wajib KTP : 14.842 orang
8. Jumlah Penduduk WNI Keturunan Cina : 7.672 orang
9. Jumlah Penduduk pindah ke – Bogor : 4
- Tangerang : 17
- Bekasi : 8
- Depok : -
2.4.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Dibawah ini adalah Tabel jumlah penduduk menurut jenis kelamin :
dikurangi orang keluar (5a+5b5c+5d) – (6a+6b+6c+6d)
8. Perubahan status kewarganegaraan
- - - -
9. Jumlah penduduk akhir bulan laporan ini (1+4+7+8)
13521 11000 24572 24.572
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Tabel 2.5
Jumlah Penduduk Kelurahan Kalianyar Menurut Umur dan Jenis Kelamin
No. Umur WNI WNA Jumlah
Lk. Pr. Jml Lk. Pr. Jml
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
0 – 4
5 – 9
10 – 14
15 – 19
20 – 24
25 – 29
30 – 34
35 – 39
40 – 44
45 – 49
50 – 54
55 – 59
60 – 64
65 – 69
70 – 74
75 >
1.379
1.626
1.613
1.620
957
877
866
808
965
778
726
746
398
82
48
32
1.362
1.127
1.347
1.347
1.120
735
633
680
537
617
582
514
254
84
20
28
2.744
2.753
2.960
2.967
2.077
1.612
1.499
1.488
1.502
1.395
1.308
1.260
652
166
68
60
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2.744
2.753
2.960
2.967
2.077
1.612
1.499
1.488
1.502
1.395
1.308
1.260
652
166
68
60
Jumlah 13.521 10.990 24.511 - - - 24.511
Sumber : Laporan Statistik Kelurahan Kalianyar Bulan Januari 2011
Dari data table diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk laki-
laki lebih banyak dbandingkan jumlah penduduk perempuan. Karena data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
yang didapat yaitu tahun 2011, maka tidak ada perbandingan jumlah
penduduk ditahun sebelumnya.
2.4.4 Jumlah Penduduk Menurut Agama dan Budaya
Tabel dibawah ini akan menjelaskan jumlah penduduk menurut
agama.
Tabel 2.6
Jumlah Penduduk Menurut Penganut Agama Kelurahan Kalianyar
Sumber : Laporan Statistik Kelurahan Kalianyar Bulan Januari 2011
Agama terbanyak yang didominasi di wilayah ini adalah sebagian
besar agama islam. Seperti angka yang terlihat di table, jumlah pemeluk
agama islam mencapai 81,86 %, Kristen 8,79 %, Katolik 6,79 %, Budha
4,21 % dan Hindu 1 %.
Selain terdapat bermacam-macam agama, wilayah ini juga memiliki
keanekaragaman suku. Keanekaragaman suku menjadi salah satu
keuntungan dari segi usaha perekonomian karena telah terjadi hubungan
simbiosis mutualisme dan terus menerus. Mayoritas masyarakat Kelurahan
No. Jenis Agama Jumlah (orang) Keterangan
1. Islam 19.733 81,86 %
2. Kristen 2.119 8,79 %
3. Katolik 1.636 6,79 %
4. Budha 1.039 4,21 %
5. Hindu 24 1 %
Jumlah 24.511
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Kalianyar bekerja dan berusaha di bidang konveksi pakaian dari pakaian
anak-anak sampai dewasa. Namun mayoritas pengusahanya dikelola oleh
warga yang mampu (kebanyakan masyarakat etnis Melayu - Cina)
sedangkan tenaga kerja berasal dari warga dan tenaga kerja musiman dari
berbagai suku : Jawa, Sunda, dan Melayu.
Masyarakat Kelurahan Kalianyar merupakan masyarakat majemuk
yang berbeda dalam agama, budaya, suku/etnis, mata pencaharian,
pendidikan sehingga interaksi yang terjadi menjadi saling ketergantungan
satu dengan yang lain. Pemilik modal memerlukan tenaga kerja murah
begitupun sebaliknya tenaga kerja memerlukan pekerjaan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Kondisi sosial budaya masyarakat perkotaan
menunjukkan egoisme sebagai salah satu ciri masyarakat perkotaan.
Namun masih ditemukan adanya rasa kekeluargaan seperti : saat salah satu
warga yang tertimpa kesusahan seperti meninggal dunia, bencana
kebakaran, bencana banjir, maka rasa gotong royong masih kental
sehingga bertolak belakang dengan ciri masyarakat perkotaan pada
umumnya. Dilihat dari budaya dan asal usulnya, masyarakat Kalianyar
terdiri dari berbagai suku/etnis antara lain :
1) Suku Sunda
2) Suku Betawi
3) Suku Jawa
4) Suku Melayu – Kalimantan
5) Etnis Keturunan Tionghoa/Cina
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Sesuai keadaan di wilayah di bawah ini data masyarakat penganut
agama di Kelurahan Kalianyar. Dari segi keagamaan warga Kelurahan
Kalianyar, sebagian besar memeluk agama Islam, Kristen dan Budha.
2.5 Kondisi Ekonomi
Masyarakat Kelurahan Kalianyar bervariasi dalam mencari mata
pencaharian, namun sebagian besar pekerjaan yang digeluti berpusat pada usaha
swasta / mandiri. Hal ini berhubungan dengan banyaknya peluang usaha
perniagaan di sekitar wilayah Kelurahan Kalianyar.
Di sisi lain ada masyarakat umumnya banyak yang bekerja di sektor
informal yaitu para pekerja jasa seperti : pengangkut kain-kain fusui, kuli angkut
barang, pembuat mebel, jasa kebersihan, jasa pembersihan WC dan lain-lain.
Mereka berupah rendah sehingga tinggal dalam pemukiman yang padat, dan
kumuhpun tidak terelakkan lagi.
Tabel 2.7
Data Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Kalianyar
Mata Pencaharian Jumlah Keterangan
Petani - Nelayan - Buruh 3.234 jiwa Pedagang 3.098 jiwa Karyawan 1.465 jiwa PNS 52 jiwa ABRI 15 jiwa Pensiun 32 jiwa Swasta 978 jiwa Lain-lain 1.118
Sumber : Laporan Statistik Kelurahan Kalianyar Bulan Januari 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Dari table di atas dapat kita lihat bahwa jumlah matapencaharian terbanyak
penduduk setempat adalah sebagai Buruh, kemudian pedagang dan juga sebagai
karyawan. Pekerja sebagai buruh mendominasi dikarenakan banyak usaha salah
satunya konveksi yang dibuka pengusaha setempat. Usaha konveksi menjamur
keberadaannya sejak lama. Dan semakin banyak bertumbuh dari tahun ke tahun.
Jumlah pengusaha konveksi yang ada membuka peluang kerja bagi penduduk
setempat untuk bekerja menjadi buruh.
2.5.1 Kegiatan, Sarana dan Prasarana Penduduk Kelurahan Kaliayar
Kelurahan Kalianyar memiliki bagian dari seksi kesejahteraan
masyarakat. Tugasnya diantara lain adalah sebagai berikut :
1. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Kelurahan sesuai dengan
lingkup tugasnya
2. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Kelurahan
sesuai dengan lingkup tugasnya
3. Melaksanakan fasilitasi bimbingan, dan konsultasi serta koordinasi
pelaksanaan kegiatan peningkatan dan pengembangan kesehatan
masyarakat dan lingkungan Kelurahan, seperti pos pelayanan
terpadu, Rukun Warga siaga, pos kesehatan warga, gerakan
kesehatan warga, gerakan peduli lingkungan, gerakan saying ibu
dan balita, gerakan anti narkoba dan pengembangan tanaman obat,
dll.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Diantara kegiatan-kegiatan yang ada, diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Kegiatan amal ZIS
2. K
B
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2. Keluarga Berencana
Tabel 2.8
Data Sasaran KB Kelurahan Kalianyar
No. Sasaran KB Jumlah Keterangan
1.
2.
3.
4.
Pasangan Usia Subur (PUS)
Akseptor
Petugas Lapangan KB
Pembantu Pembina KB
Posyandu
4.962
2.960
1
7
Sumber : Laporan Kegiatan Kelurahan Kalianyar tahun 2010
No Rencana Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Keterangan 1.
Pengajian Rutin Bulanan Tk Kelurahan
Kegiatan dilaksanakan setiap 1 bulan 2 kali
2. Kalianyar Upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah di lingkungan RW Kelurahan Kalianyar
Telah dilaksanakan secara rutin setiap hari Jumat
3. Sosialisasi Penyampaian ZIS
Kupon ZIS telah disebarkan kepada setiap RT di Kelurahan Kalianyar
4. Pendataan Masjid dan Mushalla yang ada di Wilayah Kelurahan Kalianyar
Dilaksanakan pada awal bulan Pebruari 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Keterangan :
Pelaksanaan kegiatan adalah kerja sama antara Petugas Lapangan
KB Tingkat Kelurahan bersama para Kader di Tingkat RW/RT.
Selain itu setiap pelaksanaan posyandu, selalu diberikan makanan
dan suplemen tambahan dalam rangka peningkatan gizi.
3. Kerja Bakti
Pelaksanaan kerja bakti selama bulan Januari 2011,
berdasarkan jadwal dari Kelurahan Kalianyar kepada warga
melalui RT/RW dilaksanakan setiap hari minggu dengan diikuti
warga masyarakat.
Tabel 2.9
Data Pelaksanaan Kegiatan Kerja Bakti
No. Minggu Ke-
Volume Sampah
Jumlah Partisipan
Sarana yang Dipakai
Keterangan
1. Pertama 3 m3 79 Gerobak sampah Sesuai Jadwal yang
Telah di tentukan
dari Kelurahan
Dilaksanakan setiap
Hari Minggu
2. Kedua 4 m3 82 Truk sampah
3. Ketiga 6 m3 99
4. Keempat 3 m3 102
5. Kelima 3 m3
94
Jumlah 19 456
Sumber : Laporan Kegiatan Kelurahan Kalianyar tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Keterangan :
Kegiatan kerja bakti ini dilaksanakan setiap hari minggu dengan jadwal
yang telah dibuat. Tiap 1 minggu kegiatan kerja bakti ini terfokus pada
satu RW di Kelurahan Kalianyar. Ke depannya kegiatan ini akan lebih di
efisiensikan dengan fokus kegiatan pada satu RW namun setiap RW juga
dihimbau untuk melaksanakan kegiatan kerja bakti tersebut.
2.6 Kehidupan Masyarakat Pinggir Rel Kereta
Masyarakat pinggir rel kereta api Kelurahan Kalianyar Kecamatan
Tambora Jakarta Barat. Terletak tepat dipinggir rel kereta api Jurusan Jakarta
Kota – Tanggerang. Masyarakat setempat bekerja tak tentu matapencahariannya.
Ada yang sebagai tukang bengkel, buka warung kecil, tukang nasi goreng, dll.
Kehidupan masyarakat disini seraba pas-pasan. Penduduk berasal dari pendatang
maupun asli. Penduduk pendatang biasanya berasal dari Tegal, Pemalang,
Banten, Cianjur, Tasikmalaya, dll. Penghasilan mereka sehari-hari kebanyakan
tak menentu seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Himpitan ekonomi membuat mereka harus tetap menjalankan hidup keras
ditengah kota. Berada di tengah kota Jakarta dengan keadaan rumah yang serba
pas-pasan membuat mereka harus tetap menjalani kehidupan seperti biasa. Jika
diperhatikan dan diteliti secara seksama dengan mengobservasi lokasi,
masyarakat tersebut tidak terlalu tergolong miskin
Dilihat dari segi komunikasi, mereka termasuk golongan yang sering
menjalankan komunikasi baik secara individu maupun kelompok. Media massa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
yang mereka gunakan sebagian besar terdiri dari televisi, handphone dan surat
kabar. Namun topik yang sering mereka bicarakan biasanya seputar kondisi
ekonomi dan masalah keluarga. Adapun konflik yang mereka selesaikan di
masyarakat, biasanya diselesaikan secara damai.
2.7 Kehidupan Masyarakat yang tinggal di sekitar TPS
Kehidupan masyarakat Kelurahan Kalianyar yang hidup disekitar TPS
(tempat pembuanagn sampah) tak jauh dari kehidupan masyarakat Kelurahan
Kalianyar yang hidup di pinggir rel kereta api. Kehidupan masyarakat ini pun
berjalan seperti biasa setiap harinya.
Kaum muda dan mudi mencari kerja untuk membiayai himpitan ekonomi
yang terbebankan. Hidup untuk mempertahankan diri dan keluarganya.
Kehidupan mereka sangat sederhana dan cukup. Cukup disini dalam arti cukup
untuk kehidupan sehari-hari karena mendapatkan penghasilan, namun esok hari
harus membanting tulang kembali.
Lokas rumah berdekat-dekatan dan berhimpit-himpatan antara satu rumah
dengan rumah lainnya. Banyak rumah kontrakan yang disewakan dengan harga
miring, namun sangat sederhana hanya terhitung berapa petak saja. Bahkan dari
mereka ada yang rumahnya digunakan untuk persewaan MCK umum. Satu
rumah petak didalamnya terdapat beberapa orang. Dari mulai ayah, ibu, anak-
anak, mertua.
Cara mereka berkomunikasi terbilang intens. Baik dengan kelurga
maupuun dengan tetangga. Namun ada pula yang sibuk bekerja sehingga tak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
menyempatkan diri untuk berkomunkasi dengan tetangga. Bisa dikatakan
sesempatnya saja ketika bertemu, untuk melakukan komunikasi.
2.8 Rangkuman
Wilayah Kelurahan Kalianyar termasuk dalam Kecamatan Tambora Kota
Administrasi Jakarta Barat yang berada + 7 km dari Kecamatan Tambora.
Kelurahan Kalianyar berbatasan langsung dengan :
1. Sebelah Utara : Jl. Kalianyar I Kelurahan Jembatan Besi
2. Sebelah Barat : Kali Banjir Kanal Kelurahan Grogol
3. Sebelah Selatan : Rel Kereta Api Kelurahan Duri Pulo
4. Sebelah Timur : Rel Kereta Api Kelurahan Duri Utara dan Duri
Selatan.
Posisi wilayah ini berada di tengah–tengah pusat perniagaan bertaraf
Nasional dan Internasional sehingga menarik pengusaha untuk menjadikan
wilayah Kelurahan Kalianyar sebagai lokasi berproduksi dan berusaha di bidang
sandang (usaha konveksi) mengingat letak Pasar Pagi, Mangga Dua, Pasar
Tanah Abang sangat dekat dengan wilayah Kalianyar. Sedikit gambaran
mengenai Kelurahan Kalianyar, kelurahan ini termasuk salah satu pemukiman
padat penduduk. Hal tersebut bisa dilihat dari keterangan jumlah penduduk dan
jumlah RT/RW.
Luas wilayah Kelurahan Kalianyar berkisar 31,8 ha yang terdiri dari 9
(Sembilan) RW dan 101 (Seratus Satu) RT. Pada Bulan Januari Tahun 2011
wilayah Kelurahan Kalianyar didiami + 24.511 jiwa yang terdiri dari :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
1. KK (Kepala Keluarga) : 4.082 Jiwa
2. Laki-Laki : 13.521 Jiwa
3. Perempuan : 10.990 Jiwa
Melihat perbandingan luas wilayah dan jumlah penduduk dapat dimasukkan
dalam kriteria padat penduduk, yaitu 770 jiwa / km 2.
Dalam penelitian ini terdapat 2 lingkungan masyarakat di Kelurahan
Kalianyar yang dijadikan sebagai objek penelitian oleh peneliti, yaitu
masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api dan di sekitar TPS
Kelurahan Kalianyar. Kedua masyarakat tersebut hidup di dalam lingkungan
Kelurahan Kalianyar. Peneliti menjadikan masing-masing warga mayarakat
yang tinggal dipinggir rel kereta api dan disekitar TPS Kleurahan Kalianyar
untuk dijadikan sebagai sample penelitian (responden). Peneliti telah melakukan
wawancara dan observasi pada kedua masyarakat tersebut. Penelitian ini
mengangkat tema “Pola Komunikasi Masyarakat Miskin yang tinggal dipinggir
rel kereta api dan disekitar Tempat Pembuangan Sampah dalam hal
meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi di Kelurahan Kalianyar Jakarta Barat”,
dan Kelurahan Kalianyar pun menjadi tempat yang tepat jika dilihat dari kondisi
masyarakat yang bertempat tinggal disana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
BAB III
PENYAJIAN DAN ANALYSIS DATA
Berdasar pada hal-hal yang telah disebutkan dalam pendahuluan, tujuan
penelitian ini adalah mengetahui Pola Komunikasi yang terjalin pada masyarakat
miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api dan disekitar TPS, untuk kemudian akan
dibandingkan. Kemudian berangkat dari hal tersbut akan diketahui pulakarakteristik
masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api dan disekitar TPS,
Kelurahan Kalianyar, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Peneliti mendapatkan
kenyataan bahwa pola komunikasi masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel
kereta api dan disekitar TPS adalah secara interpersonal, komunikasi kelompok, dan
juga dengan menggunakan media massa yaitu Televisi. Untuk mendapatkan
informasi mengenai pola komunikasi yang dijalankan tersebut, dilakukan
pengumpulan data dengan wawancara mendalam sebagai data primer, observasi dan
dokumentasi sebagai data sekunder. Data yang berhasil dikumpulkan kemudian
diolah dan disajikan dalam bentuk analisis secara kualitatif, lalu ditarik kesimpulan.
3.1 Data Responden
Pada penelitian ini terdapat 15 responden yang terbagi dalam 2 kategori
masyarakat, yaitu 8 responden pada masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta
api dan 7 responden pada masyarakat yang tinggal disekitar TPS. Berikut adalah
data-data dari para responden :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Tabel. 3.1
Data Responden
Sumber : Data hasil wawancara dan observasi peneliti Maret 2011
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa responden terdiri 7 laki-laki dan
8 perempuan, yang berusia rata-rata masih produktif yaitu 25-50 tahun keatas.
Mereka bertempat tinggal di Kelurahan Kalianyar, Kecamatan Tambora Jakarta
Barat. Kemudian selanjutnya akan dijelaskan mengenai hasil-hasil dan analisa
dari penelitian yang telah dilaksanakan.
No. Nama Responden
Jenis kelamin
Usia Tempat tinggal
1. Pak Tugiono L 35 thn Dipinggir Rel kereta
2. Mas Selamet L 30 thn Dipinggir Rel kereta
3. Ibu Romdayanih P 35 thn Dipinggir Rel kereta
4. Siti P 28 thn Dipinggir Rel kereta
5. Ibu Ruminingsih P 46 thn Dipinggir Rel kereta
6. Ibu Eci P 33 thn Dipinggir Rel kereta
7. Ibu Suminem P 55 thn Dipinggir Rel kereta
8. Ibu Saoni P 59 thn Dipinggir Rel kereta
9. Pak Udin L 50 thn Disekitar TPS
10. Pak Otang L 45 thn Disekitar TPS
11. Pak Asep L 50 thn Disekitar TPS
12. Pak Dul L 49 thn Disekitar TPS
13. Pak Tarjo L 35 thn Disekitar TPS
14. Ibu Supriyati P 45 thn Disekitar TPS
15. Feni Astuti P 29 thn Disekitar TPS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
3.2 Karakteristik Masyarakat Miskin Kelurahan Kalianyar
Terdapat beberapa kalangan pada masyarakat kita, diantaranya kalangan
menengah ke atas dan menengah kebawah. Pada penelitian kali ini, peneliti
mengangkat 2 dari kehidupan masyarakat yang tinggal di wilayah yang sama
namun berbeda tempat. Dalam arti masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta
api dan disekitar TPS, Kelurahan Kalianyar, Kecamatan Tambora Jakarta Barat.
Permasalahan dilihat dari segi komunikasi yang dilakukan. Dalam bab ini, akan
menganalisis tentang pola komunikasi yang mereka jalankan dan juga mengenai
karakteristik masyarakat itu sendiri.
Pada penelitian ini, kategori kemiskinan yang masuk kriteria penelitian
oleh peneliti adalah Kemiskinan menurut Kantor Menteri Negara
Kependudukan/ BKKBN (1996: 10) adalah suatu keadaan di mana seseorang
tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan yang dimiliki
dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya untuk
memenuhi kebutuhannya34. Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya,
kategori keluarga miskin (kurang mampu) terbagi menjadi 2 bagian yaitu, Pra
Sejahtera dan adalah keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan spiritual, pangan, sandang, papan,
kesehatan, dan keluarga berencana. Dan Keluarga Sejahtera I, adalah keluarga-
keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi
belum dapat memenuhi kebutuhan sosial dan psikologis, seperti kebutuhan
34 http://laely-widjajati.blogspot.com/2009/10/k-e-m-i-s-k-i-n-n.html
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat
tinggal dan transportasi.
Karakteristik masyarakat miskin yang tinggal dipiggir rel kereta api dan
disekitar TPS yangpaling mencolokadalah mengenai papan. Papan merupakan
istilah lain dari tempat tinggal atau rumah.Rumah-rumah penduduk di Kelurahan
Kalianyar tergolong padat penduduk. Bisa dilihat dari rumah yang berjejer dan
tersusun dan menumpuk hampir disetiap gang-gang wilayah Kelurahan
Kalianyar.
Gambar 3.1
Rumah padat penduduk di salah satu gang Kelurahan Kalianyar
Dapat digambarkan seperti bangunan satu dengan bangunan lainnya
bertumpuk dalam satu ruang. Misalnya saja tempat MCK umum, itu terdapat
pada satu rumah sempit berukuran 3x4 meter hingga 3x6 meter, yang terdiri dari
beberapa pintu kamar mandi dan masih juga ditempati sebagai bangunan utama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
keluarga. Ada pula satu bangunan rumah, terdiri dari beberapa keluarga yang
mendiaminya.Kemudian tak hanya itu, banyak pula bangunan kontrakan yang
didirikan warga untuk disewakan kepada warga atau masyarakat sekitar.
Rata-rata rumah rumah kontrakan dihuni oleh warga masyarakat
pendatang maupun asli, yang berpenghasilan bisa dibilang pas-pasan. Menurut
mereka lebih murah untuk tinggal mengontrak daripada membeli rumah yang
harganya relatif mahal. Masyarakat miskin yang tinggal dipiggir rel kereta api
dan disekitar TPS sebenarnya dikatakan miskin bukan dalam kategori miskin
yang sampai “melarat”. Karena mereka masih hidup berkecukupan, namun
karena kebutuhan mereka bisa dikatakan sangat terbatas dan tidak sebanding
dengan pendapatan materi mereka, maka masyarakat tersebut bisa dikatakan
sebagai masyarakat menengah kebawah. Dan berikut ini adalah ulasan dari
penelitian yang telah dilakukan pada masyarakat miskin yang tinggal dipiggir rel
kereta api dan disekitar TPS, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat.
Karakteristik masyarakat miskin pada masyarakat Kelurahan Kalianyar
secara umum meliputi masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rek kerta api
dan disekitar TPS, jika dilihat dari sosial ekonomi mereka terbilang rendah.
Namun tidak termasuk terbilang sangat miskin. Kehidupan sosial berjalan baik
dan sebagaimana masyarakat pada umumnya. Begitu pula dengan keadaan
ekonomi, dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, peneliti melihat
bahwa kehidupan ekonomi masyarakat ini juga terlihat sebagaimana mestinya,
namun perbedaannya pemasukan ekonomi mereka sangat terbatas kebanyakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
pendapatan mereka berasal dari kerja pokok mereka masing-masing, diantaranya
sebagai buruh, pedagang, supir, petugas kebersihan dan lain sebagainnya.
3.2.1 Karakteristik masyarakat miskin menurut usia
Penduduk Kalianyar terdiri dari berbagai usia, mulai dari balita,
remaja, dewasa, hingga lansia. Namun jika dilihat dari segi usia, responden
dari masyarakat miskin di daerah Kelurahan Kalianyar yang tinggal
dipinggir rel kereta api dan disekitar TPS adalah rata-rata usia produktif
antara 25-60 tahun keatas.
Pada observasi yang telah dilakukan peneliti, masyakat yang tinggal
disekitar TPS dan dipinggir rel kereta api terdiri dari berbagai usia mulai
dari anak balita umur 0-4 tahun, anak-anak usia sekolah, remaja, dewasa
hingga pekerja usia produktif. Pada satu keluarga misalnya, terdapat
beberapa anggota keluarga yang menjadi satu dalam satu rumah yang
didalamnya terdiri dari berbagai usia. Ada yang dalam satu rumah terdapat
bapak, Ibu, adik, anak, menantu, dan juga cucu yang masih bersekolah,
ada pula yang di dalam satu rumah hanya banyak terdapat orang
dewasanya saja yaitu, Bapak, Ibu, anak, adik, dan sebagainya. Penjelasan
diatas, seperti yang tertera pada tabel data responden menurut usia dan
jenis kelamin, dibawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Tabel 3.2
Data Responden Menurut Usia dan Jenis Kelamin
No. Umur Penduduk Sekitar Rel
Penduduk Sekitar TPS
Jumlah
Lk. Pr. Lk. Pr.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
0 – 4
5 – 9
10 – 14
15 – 19
20 – 24
25 – 29
30 – 34
35 – 39
40 – 44
45 – 49
50 – 54
55 – 59
60 – 64
65 – 69
70 – 74
75 >
-
-
-
-
-
-
1
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
1
1
-
1
-
2
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
2
2
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
0
0
0
0
0
2
2
3
0
4
2
2
0
0
0
0
jumlah 2 6 5 2 15
Sumber : Data hasil wawancara dan observasi peneliti Maret 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
3.2.2 Karakteristik Masyarakat Miskin menurut Pekerjaan
Masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta dan sekitar TPS
dilihat dari pekerjaan tergolong masyarakat yang ulet bekerja. Karena
mereka harus bertahan untuk memenuhi kebutuhan hidup, sehingga
dituntut untuk memiliki pekerjaan. Karena jika tidak, mereka tidak akan
bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Mata pencaharian sangat
penting untukkarena berkaitan dengan kelangsungan hidup mereka. Untuk
membayar kontrakan rumah saja, seorang supir bajai harus menyisihkan
sebagian penghasilannya perhari untuk kemudian ditabung dan dijumlah
ketika akhir bulan. Tujuannya untuk membayar sewa kontrakan yang
harganya terbilang sedikit besar untuk mereka.
Tabel 3.3 Jenis Pekerjaan Responden
Sumber : Data hasil wawancara dan observasi peneliti Maret 2011
No. Nama Responden Jenis Pekerjaan Tempat tinggal 1. Pak Tugiono Pedagang Dipinggir Rel kereta 2. Mas Selamet Penjual Nasi Goreng Dipinggir Rel kereta 3. Ibu Romdayanih Ibu Rumah Tangga Dipinggir Rel kereta 4. Siti Ibu Rumah Tangga Dipinggir Rel kereta 5. Ibu Ruminingsih Ibu Rumah Tangga Dipinggir Rel kereta 6. Ibu Eci Ibu Rumah Tangga Dipinggir Rel kereta 7. Ibu Suminem Ibu Rumah Tangga Dipinggir Rel kereta 8. Ibu Saoni Ibu Rumah Tangga Dipinggir Rel kereta 9. Pak Udin Petugas Kebersihan Disekitar TPS 10. Pak Otang Petugas Kebersihan Disekitar TPS 11. Pak Asep Petugas Kebersihan Disekitar TPS 12. Pak Dul Effendi Buruh Konveksi Disekitar TPS 13. Pak Sutarjo Supir Bajaj Disekitar TPS 14. Ibu Supriyati Pedagang kue keliling Disekitar TPS 15. Feni Astuti Ibu Rumah Tangga Disekitar TPS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Keterangan :
Pedagang : 3 orang Ibu Rumah Tangga : 7 orang Petugas Kebersihan : 3 orang Buruh : 1 orang Supir : 1 orang
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa, pada masyarakat yang tinggal
dipinggir rel kereta api, sebagaian besar adalah terdiri dari ibu rumah
tangga, kemudian profesi lain adalah pedagang. Dan pada masyarakat
yang tinggal disekitar TPS, sebagian besar bekerja sebagai petugas
kebersihan, kemudian ada pula yang berprofesi sebagai buruh konveksi,
supir bajaj, dan pedagang. Kebutuhan hidup mereka harus tercukupi
dengan penghasilan mereka selama bekerja dalam sehari. Misalnya saja
penghasilan Mas Selamet (penjual nasi goreng keliling) dihitung perbulan
yaitu Rp. 950.000. Hasil tersebut diputar untuk kebutuhan pokok sehari-
hari, uang belanja, sewa kontrakan, kebutuhan sekolah anak, dan lain-lain.
Penghasilan mereka rata-rata Rp. 900.000 – Rp. 1.200.000, dibawah
UMR (Upah Minimum Regional) yaitu Rp.1.200.000. Ironis memang
berada ditengah kota besar dengan pekerjaan seadanya masyarakat miskin
yang tinggal di pinggir rel dan di sekitar TPS harus tetap betahan hidup
dengan penghasilan pas-pasan. Penghasilan itu pun tak cukup sebenarnya
untuk menutupi kekurangan dari kebutuhan lain. Seorang warga yang
memiliki anak misalnya, harus menyisihkan penghasilannya juga untuk
kebutuhan sekolah anak. Mulai dari seragam sekolah, buku pelajaran, buku
tulis, hingga kebutuhan kecil lainnya. Walaupun terlihat kecil, namun hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
kecil seperti alat tulis sekolah anak, jika tidak memiliki pun akan menjadi
kendala dalam kehidupan sekolah anak.
Kemudian ada pula yang sudah lama sekali berprofesi menjadi
petugas kebersihan setempat, menjadi warga yang tinggal disekitar TPS
dan juga sebagai petugas kebersihan setempat. Rata-rata warga masyarakat
berprofesi sebagai petugas kebersihan,mereka mengaku bekerja hingga 24
jam mengurusi sampah.Bagaimana penanggulanagnnya dan merapihkan
tempat akhir pembuangan sampah tersebut hingga sedemikian rupa.
Terlihat mudah memang, namun tidak seperti itu karena yang mereka
lakukan pun semata-mata untuk kebersihan warga setempat dan tentunya
untuk mencari nafkah keluarga.
Selain itu pekerjaan yang dilakukan warga masyarakat yang tinggal
dipinggir rel kereta api dan di sekitar TPS tak hanya pekerjaan laki-laki
saja. Namun ada pula perempuan terutama ibu-ibu rumah tangga yang
profesinya beragam. Mulai dari penjual kue keliling, sebagai pedagang
warung makan, hingga yang hanya menjadi ibu rumah tangga saja. Kaum
perempuan pun tak kalah ulet dan gigih dalam menjalankan pekerjannya.
Misalnya saja sebagai Ibu Supriyati (45), yang berprofesi sebagai penjual
kue. Ia menjajakan dagangannya berkeliling sekitar gang-gang tak jauh
dari rumahnya. Selain itu juga ia menerima pesanan untuk acara-acara
tertentu. Itu dilakukan semata-mata untuk menambah penghasilan
keluarga, membantu suami agar ada penghasilan tambahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Tak mau kalah dengan ibu-ibu yang berprofesi sebagai pedagang,
ibu-ibu rumah tangga pun tetap menjalankan pekerjaannya sebagaimana
mestinya. Ibu rumah tangga biasanya bertugas mengurus anak, menjaga
rumah, membersihkan rumah, memasak, dan mengurusi suami mereka
masing-masing,pekerjaan tersebut terlihat sepele, namun sebenarnya harus
dilakukan dengan penuh cekatan.
Ada pula potret kehidupan sisi lain dari masyarakat yang tinggal
dipinggir rel kereta api dan di sekitar TPS. Kehidupan masyarakat miskin
yang tinggal dipinggir rel kereta api dan di sekitar TPS tak jauh berbeda.
Yang terlihat berbeda hanya dari segi lokasinya saja, namun sepintas tak
terlihat berbeda. Namun mata pencaharian mereka bisa dibilang tak jauh
berbeda.Mereka sehari menghabiskan waktu untuk bekerja dari pagi
hingga sore hari. Mata pencahariannya beragam dari mulai yang
menjajakan kue dagangan, petugas kebersihan sampah, buruh konveksi,
dan sebagainya. Penghasilan mereka rata-rata di bawah UMR (Upah
Minimum Regional) Jakarta. Salah satunya adalah Pak Otang yang bekerja
sebagai petugas kebersihan sampah lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Gambar 3.2
Kegiatan membersihkan sampah
Kehidupan mereka harus tercukupi sehari-harinya, ada yang bekerja
hingga tak kenal waktu hampir 24 jam harus selalu berada dilapangan dan
hanya dengan bekerja maka mereka bisa mendapatkan penghsilan rata-rata
Rp. 1.000.000 per bulannya. Namun itupun termasuk dalam kategori pas-
pasan dan sebenarnya kurang, untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-
hari yang semakin bertambah.
3.2.3 Karakteristik Masyarakat Miskin menurut Asal Daerah
Keberagaman budaya biasanya dapat kita jumpai di daerah-daerah
tertentunya saja. Tetapi sekarang, keragaman budaya pun dapat kita
temukan pada daerah padat penduduk di kota besar. Seperti pada
penelitian ini, peneliti menemukan banyak sekali warga masyarakat yang
bukan asli dari daerah itu sendiri. Dari data wawancara yang telah
dilakukan, hampir dari 60% responden yang dihadirkan adalah bukan
warga asli Jakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Tabel 3.4 Asal Daerah Responden
Sumber : Data hasil Wawancara dan Observasi paneliti Maret 2011 Berdasarkan data diatas, masyarakat miskin yang tinggal dipinggir
rel kereta api dan yang tinggal disekitar TPS jika digabungkan, bisa dilihat
bahwa masyarakat dari luar jakarta sangat mendominasi jumlahnya.
Hal ini menjadi menarik karena para pendatangpun tak kalah banyak
jumlahnya dengan warga asli. Para pendatang sebagian besar berasal dari
daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Tetapi ada pula perantau jauh dari
pulau sebarang. Keaneka ragaman masyarakat menjadi satu dalam suatu
kerukunan antar tetangga dan kerukunan antar warga.
Salah satu responden yang berasal dari luar Jakarta (pendatang)
adalah Ibu Suminen. Ibu Suminem berasal dari Wonogiri, Jawa Tengah.Ia
disana hidup menjanda dengan kedua anaknya. Untuk mempertahankan
hidup, ia bekerja dengan membuka warung (warteg) dan menjual
No. Nama Responden Asal Daerah Tempat tinggal 1. Pak Tugiono Pemalang Dipinggir Rel kereta 2. Mas Selamet Pemalang Dipinggir Rel kereta 3. Ibu Romdayanih Pandeglang – Banten Dipinggir Rel kereta 4. Siti Jakarta Dipinggir Rel kereta 5. Ibu Ruminingsih Jakarta Dipinggir Rel kereta 6. Ibu Eci Rangkas – Banten Dipinggir Rel kereta 7. Ibu Suminem Wonogiri Dipinggir Rel kereta 8. Ibu Saoni Garut Dipinggir Rel kereta 9. Pak Udin Banten Disekitar TPS 10. Pak Otang Tasikmalaya Disekitar TPS 11. Pak Asep Garut Disekitar TPS 12. Pak Dul Effendi Jakarta Disekitar TPS 13. Pak Sutarjo Tegal Disekitar TPS 14. Ibu Supriyati Kebumen Disekitar TPS 15. Feni Astuti Jakarta Disekitar TPS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
makanan. Tidaklah mudah bagi para pendatang untuk bisa bertahan di
tengan kota Jakarta tanpa menghasilkan sesuatu. Oleh karena itu Ibu
Suminen membuka usaha warung makan sederhana. Kebutuhan hidup
semakin bertambah dan ia harus menafkahi kedua anaknya. Dengan cara
berdagang dan berjualan, ia pun mendapat keuntungan. Begitu pula Ibu
Suminem lain lagi dengan mas Slamet. Ia berasal dari Pemalang, Jawa
Tengah. Ia bekerja sebagai pedagang nasi goreng keliling. Ia menjajakan
dagangannya biasanya malam hari ke sekitar wilayah tempat tinggal.
Biasanya perbedaan tradisi dan kebiasaan terkadang menjadi satu
halangan, namun dengan berbaur dan mengerti antara satu dengan yang
lain, mereka pun dapat hidup berdampingan dengan baik.
Beberapa contoh cerita diatas adalah salah satu penemuan dari
penelitian yang telah dilakukan.Bahwa, para pendatang yang tinggal di
Jakarta jumlahnya pun tak kalah banyak dengan warga asli. Biasanya
alasan utama pendatang untuk melakukan hijrah ke Jakarta adalah untuk
mencari kerja, merubah nasib, dan mendapatkan hidup yang layak. Namun
tidak disadari bahwa, tidak mudah untuk bertahan hidup di kota besar
seperti Jakarta. Mereka bahkan sebagai pendatang, kerap menimbulkan
masalah baru, yaitu pertambahan penduduk.
Dampak negatif dari adanya para pendatang adalah masalah
kepadatan penduduk. Gambaran umum, berdasarkan sensus
penduduktahun 2010, jumlah penduduk Jakarta mencapai anagka
9.588.198 jiwa. Tercatat bahwa setidaknya terdapat tujuh etnis besar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
mendiami Jakarta. Suku Jawa merupakan etnis terbesar dengan populasi
35,16% penduduk kota. Populasi orang Jawa melebihi suku Betawi yang
terhitung sebagai penduduk asli Jakarta. Orang Jawa banyak yang
berprofesi sebagai pegawai negeri, buruh pabrik, atau pembantu rumah
tangga. Etnis Betawi berjumlah 27,65% dari penduduk kota35. Mereka
pada umumnya berprofesi di sektor informal, seperti pengendara ojek, calo
tanah, atau pedagang asongan. Pembangunan Jakarta yang cukup pesat
sejak awal tahun 1970-an, telah banyak menggusur etnis Betawi ke
pinggiran kota. Tanah-tanah milik orang Betawi di daerah Kemayoran,
Senayan, Kuningan, dan Tanah Abang, kini telah terjual untuk
pembangunan sentral-sentral bisnis.
Disamping orang Jawa dan Betawi, orang Tionghoa yang telah hadir
sejak abad ke-17, juga menjadi salah satu etnis besar di Jakarta. Mereka
biasa tinggal mengelompok di daerah-daerah pemukiman mereka sendiri,
yang biasa dikenal dengan istilah Pecinan. Pecinan atau kampung Cina
dapat dijumpai di Glodok, Pinangsia, dan Jatinegara. Namun kini banyak
perumahan-perumahan baru yang mayoritas dihuni oleh orang Tionghoa,
seperti perumahan di wilayah Kelapa Gading, Pluit, dan Sunter. Orang
Tionghoa umumnya berprofesi sebagai pengusaha. Banyak di antara
mereka yang menjadi pengusaha terkemuka, menjadi pemilik perusahaan
manufaktur, perbankan, dan perdagangan ekspor-impor.
35(http://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Khusus_Ibukota_Jakarta)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Dari data yang diperoleh diatas, peneliti juga menjumpai etnsi
Thiong Hoa yang berdiam dan bermukim di Kelurahan Kalianyar.
Memang sudah tak mengherankan lagi, warga masyarakat disana pun juga
banyak yang berasal dari keturunan etnsi cina. Mereka merupakan
kelompok minoritas namun tetap berbaur seprti biasa dengan masyarakat
sekitar. Daerah Jakarta Barat memang merupakan salah satu tempat
bermukimnya warga keturunan Cina.
Diketahui bahwa pendatang di kota Jakarta pada tahun 2009
jumlahnya menurun dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 88.473
orang menjadi 69.000 orang. Data tersebut diperolah dari pencatatan di 29
titik seperti terminal, stasiun, bandara, hal tersebut diungkap oleh Kepala
Bidanag Penertiban dan Kerjasama Dinas Dukcapil DKI Jakarta Edison
sianturi (5/10).36
Dampak dari urbanisasi yang terlihat jelas pada daerah ini adalah
kepadatan jumlah penduduk, pemukiman padat, dan pengangguran. Dapat
dilihat dari jumlah angka pendatang pada masyarakat Kelurahan
Kalianyar, baik yang tinggal di pinggir rel maupun disekitar TPS
jumlahnya tidak sedikit, dibandingkan warga keturunan ataupun warga asli
Jakarta. Daerah ini menjadi padat penduduk akibat dari banyaknya urban
yang datang, begitu juga dengan warga asli. Mereka para urban, memiliki
keterampilan seadanya.
36www.forum.inilah.com/showthread.phandphone?11148-jumlah-Pendatang-di-Jakarta-Turun-21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Meskipun begitu, para urban atau pendatang tetap memanfaatkan
tenaga dan keterampilan mereka bersaing untuk betahan hidup di Ibu Kota.
Pekerjaan yang mereka lakukan biasanya seputar berdagang, menjadi
buruh pabrik ataupun usaha angkutan umum. Meskipun berbeda
kebudayaan, asal daerah dan kebiasaan, mereka tetap hidup berdampingan
dengan damai sebagai mana mestinya.
3.2.4 Karakteristik Masyarakat Miskin menurut Agama
Agama terbanyak yang didominasi di wilayah ini adalah sebagian
besar islam. Seperti angka yang terlihat pada table berikut, jumlah
penduduk Islam mencapai 81,86 %.
Tabel 3.5
Data Agama Penduduk Kelurahan Kalianyar
Sumber : Laporan Statistik Kelurahan Kalianyar Bulan Januari 2011
Dari data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa agama terbesar yang
mendominasi Kelurahan Kalianyar adalah agama islam.Banyaknya jumlah
pemeluk agamaislam juga disebabkan salah satunya adalah keturunan.
Sebagian masyarakat adalah masyarakat Jakarta asli (betawi) dan sebagian
No. Jenis Agama Jumlah (orang) Keterangan 1. Islam 19.697 81,86 % 2. Kristen 2.119 8,79 % 3. Katolik 1.636 6,79 % 4. Budha 1.039 4,21 % 5. Hindu 20 1 % Jumlah 24.511
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
besar dari mereka adalah keturunan memeluk agama islam.Terlihat dari
banyaknya masjid yang dapat dijumpai di jalan-jalan dan juga banyaknya
acara keagamaan yang diadakan warga setempat.Menurut Bapak Sumarto,
tokoh agama setempat yang ditemui diwaktu senggang berbicara mengenai
kerukunan antar umat beragama di wilayah Kelurahan Kalianyar,
“..biasanya disini banyak kegiatan yang diadakan, apalagi kalau hari besar keagamaan islam, misalnya maulid nabi, takbiran, shalat Idul fitri, Idul Adha, itu masyarakat saling bantu untuk mengadakan suatu acara. Dana juga diperoleh dari urunan warga, kita saling bahu membahu, gotong royong dan saling menjaga kerukunan disini..”paparnya.
Baik warga masyarakat yang tinggal dipinggir rel maupun di sekitar
TPS,agama islam tetap mendominasi jumlahnya.
Kemudian selain itu ada pula agama lain yang mendominasi kedua
yaitu, Kristen. Namun terkadang pemaluk agama Kristen disana adalah
juga seorang khong hucu (keturunan cina).Hal tersebut tak mengherankan,
karena sudah terjadi sejak lama dan biasa.
Ada fenomena unik yang terjadi baik di pada warga masyarakat yang
tinggal dipinggir rel kereta api maupun disekitar TPS Kelurahan
Kalianyar, yaitu adanya minoritas orang-orang keturunan cina. Mereka
rata-rata memeluk agama budha dan Kong Huchu.Kuil-kuil mereka
nampak berada dipinggir-pinggir jalan sekitar jalan raya masuk dan keluar
Kelurahan ini. Etnis cina yang banyak didaerah Jakarta Barat dan tersebar
diberbagai wilayah Kelurahan memang sudah tak mengherankan lagi.
Meskipun demikian, kerukunan umat beragama tetap terjaga diwilayah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Bahkan selama bertahun-tahun mereka hidup berdampingan, namun tetap
saling menjaga, menghargai dan menghormati antar umat beragama.
3.2.5 Karakteristik Masyarakat Miskin menurut Status Sosial
Status sosial yang ada didalam masyarakat dapat dikategorikan
dengan jenis dan macam-macam status sosial yang ada. Bisa dilihat dari
jenis kelamin, agama, ras, suku, dan usia. Namun ada pula yang dilihat
dari pekerjaan ataupun pendidikan. Status sosial sesorang terkadang
menjadi sangat penting untuk berbagai keperluan, misalnya saja membuat
KTP, akte kelahiran, mengurus surat kerja dan masih banyak lagi.
Kehidupan pribadi dan internet pun dapat dilihat sekilas dari status soasial
sesorang. Meskipun begitu status sosial terkadang kerap menjadi bahan
pembicaraan negatif. Apabila sebuah status disalah gunakan, misalnya saja
dalam hal perkawinan. Di kota-kota besar, hal tersebut menjadi bagian
terpenting dalam berbagai aspek kehidupan. Begitu pula dengan menjalani
kehidupan bermasyarakat. Satu sama lain hendaknya mengetahui status
sosial dari oarang-orang atau tetangga terdekat. Karena bila tidak, akan
menimbulkan fitnah. Dan dampak dari hal tersebut langsung berhubungan
dengan diri sendiri.
Menurut Dedy salah satu staff Kelurahan Kalianyar yang ditemui di
Kelurahan menyatakan bahwa,
“sudah ada perda yang mengatur mengenai kependudukan seseorang. Maka warga pun diajak dan dibiasakan untuk menertibkan diri. Misalnya saja untuk indentitas yang paling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
penting, dan segala keperluan lainnya seperti akte kelahiran dan kepengurusan lainnya bisa langsung ditanyakan ke Kelurahan atau petugas pemerintahan setempat agar lebih jelas dan mudah..” ujarnya. Pada penelitian ini, yang dilakukan di Kelurahan Kalianyar, Jakarta
Barat, pada masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api dan
disekitar TPS, warga masyarakat yang telah di data oleh peneliti, semua
memiliki status sosial dalam hal ini status sosial perkawinan yang jelas.
Dan rata-rata adalah sudah menikah dengan status sosial memiliki anak
atau pun cucu. Hal tersebut menjadi penting karena terkadang, di dalam
masyarakat entah itu kalangan atas ataupun kalangan bawah, status sosial
kerap dijadikan bahan pertimbangan bahkan kerap disalah gunakan. Oleh
karena itu, keabsahan dan kepemilikan identitas seseorang di suatu
wilayah sangat penting adanya.
Seperti yang terjadi pada studi kasus yang telah dilakukan di
Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sumba Timur37, melihat kaitan antara
kepemilikan KTP d an akses masyarakat miskin terhadap layanan dasar
yang disediakan oleh pemerintah. Selain sebagai identitas diri, KTP kerap
dijadikan sebagai prasyarat bagi akses warga kepada layanan dasar (basic
services) yang disediakan oleh pemerintah, antara lain, layanan kesehatan
dan bantuan khusus untuk masyarakat miskin. Studi kasus ini berfokus
pada berbagai bentuk ketidakadilan yang dialami oleh masyarakat
sehubungan dengan pembuatan dan kepemilikan KTP. Beberapa kasus 37Kartu Tanda Penduduk dan Akses terhadap Layanan Dasar, 200, Studi Kasus, KabupatenBogor dan Kabupaten Sumba Timur Lidwina Inge, Stepanus Makambombu and Dewi Novirianti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
menunjukkan, tanpa KTP masyarakat tidak dapat mengakses layanan
kesehatan di rumah sakit dan tidak dapat menerima BLT (Bantuan
Langsung Tunai) serta beras untuk rakyat miskin (Raskin).
Penelitian pada kedua wilayah di Sumba Timur menemukan
beberapa hal yaitu :
1. Birokrasi pembuatan KTP semakin ke kota semakin rumit karena setiap tingkat otoritas memiliki persyaratan yang berbeda-beda.
2. Biaya pembuatan KTP semakin ke kota semakin bermacam-macam karena masing-masing pemegang otoritas membebani warga dengan berbagai bentuk pungutan liar (Pungli). Di Kelurahan Matawai, untuk mengurus KTP selain harus memenuhi beberapa persyaratan tambahan yang sudah ditetapkan masih ada biaya-biaya tambahan lainnya.
3. Tidak adanya batasan waktu pembuatan KTP telah menimbulkan ketidakpastian pada warga. Hal ini khususnya terjadi pada warga desa, sebab jika mereka datang ke Dispenduk & Capil ternyata KTP belum selesai dibuat maka biaya transportasi yang dikeluarkan menjadi sia-sia. Faktor-faktor yang dapat memberikan kepastian waktu pembuatan KTP adalah faktor relasi dan kekuasaan yang akan didiskusikan lebih lanjut di bawah dan faktor uang. Bagi warga yang terdesak oleh masalah-masalah mendesak tidak ada pilihan lain selain menempuh cara ini.
Masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta dan tinggal disekitar
TPS Kelurahan Kalianyar Jakarta Barat, memiliki jumlah penduduk yang
sangat padat. Dengan jumlah penduduk yang bisa dikatakan sangat padat,
pentingnya bagi perangkat pemerintah setempat dalam mengetahui status
sosial dari para penduduknya sangatlah diperlukan. Mulai dari tingkat
pendidikan, status perkawinan, asal daerah, dan sebagainya. Meskipun
begitu, tak jarang pula ditemui warga nakal yang sering mengabaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
status sosial mereka. Padahal itu sangat diperlukan untuk kelangsungan
hidup seseorang disuatu tempat.
3.3 Komunikasi Interpersonal (Tatap Muka) pada Masyarakat
3.3.1 Komunikasi Interpersonal (Tatap Muka) pada Masyarakat yang
tinggal dipinggir rel kereta api
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara komunikator
dengan seorang komunikan. Joseph A. Devito38 dalam bukunya “The
Interpersonal Communication Book” (Devito, 1989:4) mendefinisikan
komunikasi antarpribadi sebagai :
“The proces of sending and receiving message between two person or among a small group of person, with some effect and some immadiate feedback”
(proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika).
Kemudian, Charles Cooley memberikan definisi komunikasi sebagai
mekanisme dimana hubungan manusia tercipta dan berkembang. Definisi
ini lebih menekankan hubungan antara manusia dan betapa penting peran
komunikasi dalam hubungan manusia.
38Onong Uchjana Effendy. 1993. Ilmu Komunikasi Teori dan Filsafat Komunikasi. PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, hal.10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Gambar 3.3 Interaksi sosial pada masyarakat pinggir rel kereta api
Kelurahan Kalianyar
Komunikasi interpesonal terjadi pada berbagai lapisan masyarakat.
Umumnya komunikasi interpersonal dalam bentuk cara berkomunikasi
antar pribadi atau dari satu orang ke satu orang lainnya. Contohnya pada
lingkungan masyarakat adalah pada anggota keluarga, antara bapak
dengan ibu, adik dengan kakak, ataupun antar tetangga namun secara
personal. Begitu pula yang terjadi pada masyarakat miskin yang tinggal
dipinggir rel kereta api, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat. Untuk
mengetahui pola komunikasi yang terjadi pada masyarakat miskin yang
tinggal dipinggir rel kereta api, maka peneliti pun menanyakan kepada
responden tentang bagaimana komunikasi interpersonal yang terjadi pada
masyarakat tersebut, untuk selanjutnya akan dibandingkan dengan pola
komunikasi pada masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS,
Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat.
Untuk menggali bagaimana komunikasi interpersonal terjadi di
masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api, Kelurahan
Kalianyar, Jakarta Barat, maka peneliti mengajukan beberapa pertanyaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
seperti dengan cara apa mereka melekukan komunikasi interpersonal, lalu
content atau isi atau hal-hal apa saja yang biasanya diperbincangkan satu
sama lain, dan pertanyaan lainnya.
Dilihat dari keseringan melakukan komunikasi interpersonal,
masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api hampir
melakukannya setiap hari, baik dengan keluarga maupun tetangga disekitar
rumah. Hal tersebut tersaji pada jawaban-jawaban dari para responden
tentang mengenai keseringan waktu mereka melakukan komunikasi
interpersonal dengan keluarganya maupun dengan tetangga.
Terdapat 8 responden pada masyarakat miskin yang tinggal dipinggir
rel kereta api, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat. Berikut ulasan dari
kutipan jawaban-jawaban mereka. Seperti Pak Tugiono (35), yang bekerja
sebagai pedagang. Ia sering melakukan komunikasi interpersonal dengan
keluarga dan tetangganya, ia mengaku :
“Saya sering melakukan komunikasi dengan keluarga, setiap hari. Dan komunikasi berjalan dengan baik. Setiap pagi ketika sebelum beraktivitas, sepulang kerja dan sebelum tidur, ketika makan bersama. Ya begitu saja”.
Karena pekerjaannya sebagai penjual warung sembako dirumahnya,
maka ia mudah menjalankan aktivitas sembari melakukan komuniaksi
interpersonal dengan keluarganya, baik itu obrolan ringan maupun yang
serius. Kemudian jika dengan tetangga, ia pun juga melakukan
komunikasi. Berikut kutipan wawancaranya :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
“Dengan tetangga saya juga sering melakukan komunikasi. Waktunya biasanya pagi hari dan sore, atau ketika ada pembeli. Mereka membeli sekaligus mengobrol biasanya. Ketika buka warung atau sesekali pada nongkrong di warung saya”.
Begitupula dengan tetangga, ia banyak berkomunikasi dikarenakan
perkerjaannya sebagai penjual warung, menjadikannya secara sengaja
ataupun tidak sengaja berkomunikasi dengan si pembeli, baik itu tetangga
ataupun orang lain yang datang ke warungnya untuk membeli.
Tak hanya itu, peneliti pun mengajukan pertanyaan lain seputar
komunikasi interpersonal mengenai dengan cara apa biasanya masyarakat
tersebut melakukan komunikasi interpersonal. Masih dengan responden
yang sama yaitu Pak Tugionan, ia mengaku melakukan komunikasi tatap
muka dengan keluarga maupun dengan tetangga.
“Dengan cara mengobrol langsung tanpa janjian, bercerita, memperbincangkan sesuatu, ketemu langsung, berbicara. Biasanya dalam suasana santai sambil duduk-duduk, kalau ada yang lagi nongkrong saya nimbrung...”.
Komunikasi tatap muka dilakukannya langsung kepada lawan bicara
dengan cara seperti yang ia sebutkan tadi yaitu, mengobrol langsung tanpa
janjian, bercerita, memperbincangkan sesuatu, ketemu langsung, berbicara.
Kemudian tak hanya itu, dari sebuah komunikasi yang dilakukan, biasanya
yang paling terpenting adalah siapa lawan bicara dan apa saja yang
dibicarakan. Hal tersebut juga masuk kedalam pertanyaan dari peneliti,
yaitu tentang content atau isi dari apa yang biasanya dibicarakan pada
komunikasi tatap muka, yang dilakukan oleh masyarakat miskin yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
tinggal dipinggir rel kereta api, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat. Masih
dengan Pak Tugiono, ketika ditanya mengenai content atau isi
pembicaraan yang biasanya dibicarakan ketika ia melakukan komunikasi
tatap muka, ia menjawab :
“...kalau dengan keluarga membicarakan tentang masalah kehidupan rumah tangga, sekolah anak. Seperti itu saja...”
“...kalau dengan tetangga macam-macam, masalah pemerintah, issue yang sedang marak dibicarakan, politik, pemda, sembako, tentang dagangan, seputar itu....”
Lain halnya dengan Siti (28) yang pekerjaannya adalah sebagai ibu
rumah tangga. Ia mengaku sering setiap hari sering sekali melakukan
komunikasi tatap muka dengan keluarga dan tetangga. Seperti
pengakuannya berikut ini :
“...sering berkomunikasi, dengan anak, ibu, dan suami. Karena tinggal 1 rumah juga dengan mertua. Biasanya pagi hari paling sering. Begitu pula dengan tetangga, “....Suka ngobrol juga sering. Kalau lagi ada orangnya dirumah, karena rumahnya dempet-dempet jadi tinggal jalan aja kalau mau ngobrol biasanya.. Dengan tetangga biasanya pagi juga dan sore hari..” ujarnya.
Kemudian ketika ditanya dengan cara apa biasanya anda melakukan
komunikasi tatap muka, ia menjawab :
“Kalau dengan keluarga biasanya ya hampir setiap saat, lagi melakukan apa saja, bisa sambil ngobrol. Atau menelfon jika ada yang sedang pergi (suami). Kalau dengan tetangga ngobrol saja klo pas lagi ketemu, pas lagi santai suapin anak makan sore..” jelasnya.
Pertanyaan diteruskan dengn content atau isi yang biasanya
dibicarakan pada saat malakukan komunikasi tatap muka, ia menjawab :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
“kalau dengan keluarga apa saja bisa jadi topik pembicaraan, tapi kalau sehari-hari ngomongin kehidupan sehari-hari saja.Kalau dengan tetangga biasanya ngomongin tentang anak, keluarga, gitu aja sih”, tutupnya.
Secara keseluruhan dari responden, umumnya sering melakukan
komunikasi tatap muka, baik dengan keluarga maupun dengan tetangga
mereka. Hal itu dilakukan dengan cara berbeda-beda diantaranya, jika
dengan keluarga biasanya langsung bertemu dirumah, menyampaikan apa
yang ingin disampaikan, sepulang sekolah anak, sepulang kerja suami,
dengan menelfon, ataupun mencari waktu santai kemudian baru
memperbincangkan sesuatu.
Kemudian jika dilingkungan bertetangga, masyarakat miskin yang
tinggal dipinggir rel kereta api, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat,
biasanya melakukan komunikasi tatap muka dengan cara bertegur sapa,
saling bercerita, bertemu tanpa sengaja dan tidak direncanakan, sambil
melakukan aktivitas lain seperti menemani anak makan diluar rumah,
bahkan ada yang sepulang sekolah ketika menjemput anak sekolah, hingga
ngerumpidan lain-lain. Tetapi ada pula yang melakukan komunikasi tatap
muka dengan tetangga jika sedang bertemu saja, pas sedang keluar rumah,
misalnya hanya berpapasan dijalan atau dipasar, dan jika tidak, ia jarang
melakukan komunikasi terlebih dahulu dengan tetangga. Ternyata banyak
hal dan cara yang dilakukan untuk melakukan suatu komunikasi tatap
muka, baik dengan orang terdekat, keluarga maupun tetangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Selanjutnya adalah mengenai content atau isi dari apa yang
dibicarakan saat mereka melakukan komunikasi tatap muka. Masyarakat
miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api, Kelurahan Kalianyar, Jakarta
Barat, memeliki topik-topik yang biasanya dibicarakan pada saat
melakukan komunikasi tatap muka, baik dengan keluarga maupun dengan
tetangga. Dari hasil wawancara yang didapat, biasanya hal-hal yang
biasanya dibicarakan jika melakukan komunikasi dengan keluarga mereka
masing-masing adalah, seputar politik, masalah rumah tangga, dapur,
sekolah anak, pekerjaan si suami atau pekerjaan si istri, dan terkadang apa
saja bisa menjadi topik pembicaraan.
Kemudian pada komunikasi tatap muka yang dilakukan antar
tetangga pada Masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api,
Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat, yaitu mengenai berbagai macam hal
diantaranya, tentang issue atau berita yang sedang hangat dibicarakan,
politik, sembako, kehidupan sehari-hari, masaah keluarga, hingga masalah
kiat-kiat atau masukan dari tetangga untuk bagaimana memajukan
dagangan agar lebih laris.
Pada teori konvergensi, Rogers kincaid mendefinisikan komunikasi
sebagai proses dimana partisipan menciptakann dan membagi informasi
satu dan lainnya dengan tujuan untuk menciptakan pemahaman bersama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Dengan kata lain, komunikasi selalu mengacu pada hubungan
(relationship). Pemaparan diatas mengantarkan pada teori konvergensi.39
Gambar 3.4 Model Komunikasi Konvergensi40
Lingkaran proses ini meliputi pemberian makna informasi yang
dipertukarkan diantara dua atau lebih individu sebagai pergerakan kearah
pemusatan. Pemusatan (convergence) adalah kencederungan dua orang
atau lebih individu untuk bergerak kearah satu titik atau untuk satu
individu untuk bergerak ke arah yang lain, dan untuk mempersatukan
fokus ketertarikan secara bersama.
Teori tersebut tak jauh berbeda dari apa yang terjadi pada hasil
penelitian ini. Individu satu dengan lainnya pastinya memiliki karakter
yang berbeda. Kemudian satu dengan lainnya pastinya memiliki
39L.Kincaid & W.Schram, Asas-asas Komunikasi Antar Manusia, LP3ES, Jakarta, 1977. Hal. 7
40Ibid., Hal. 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
pengalaman hidup berbeda. Dan ketika mereka berada pada satu kelompok
masyarakat dan juga hidup sebagai individu, mereka akan saling
mempengaruhi terhadap banyak hal, dan saling melengkapi. Baik itu
informasi ataupun hal-hal yang menyangkut kepribadian. Hal tersebut
sudah lumrah terjadi pada setiap individu dan kelompok masyarakat
dimanapun berdada.
3.3.2 Komunikasi Interpersonal (Tatap Muka) pada Masyarakat yang
tinggal disekitar TPS
Komunikasi interpersonal (tatap muka) juga terjadi pada masyarakat
miskin yang tinggal disekitar TPS, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat.
Pada umumnya tak jauh berbeda dengan masyarakat sebelumnya, yaitu
yang tinggal dipinggir rel kereta api. Pertanyaan yang diajukan sama, yaitu
seputar komunikasi yang mereka lakukan sehari-hari dengan keluarga
maupun dengna tetangga.
Dimulai dengan pertanyaan awal yaitu tentang intensitas atau
keseringan melakukan komunikasi interpersonal. Masyarakat ini pun juga
setiap harinya melakukan komunikasi sehari-harinya, dengan keluarga
maupun dengan tetangga, yang dapat kita lihat dari pernyataan-pernyataan
para responden. Dari ke-7 responden yang ada, ketika ditanyakan
mengenai komunikasi interpersonal atau tatap muka, secara keseluruhan
dilihat dari jawaban mereka adalah sering sekali mereka melakukan
komunikasi tatap muka dengan keluarga maupun dengan tetangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Gambar 3.5 Masyarakat yang tinggal disekitar TPS (Tempat pembuangan sampah)
Kelurahan Kalianyar
Pada umumnya mereka mulai melakukan komunkikasi tatap muka
dengan keluarga adalah dimulai pada pagi hari. Pagi hari ketika semua
baru akan memulai beraktivitas, baik anak sekolah, suami yang hendak
berangkat bekerja, maupun ibu-ibu rumah tangga yang mulai berbenah
menyiapkan keperluan keluarga. Seperti yang diungkapkan Ibu Supriyati
yang biasanya melakukan komunikasi tatap muka di pagi hari :
“saya biasanya kalau pagi hari itu menyiapkan keperluan untuk anaksekolah, keperluan suami bekerja, dan tentunya saya sendiri untuk berjualan nanti. Nah biasanya ya disela-sela itu kita pada ngobrol, saling bicara sambil menyiapkan keperluan apa saja. Saya dengan anak dan suami juga.”
Letak Kelurahan Kalianyar beserta penduduknya, berada tepat
ditengah kota. Oleh karena itu, keseringan berkomunikasi sering sekali
terjadi, apalagi di waktu pagi hari, dimana hampir semua orang biasanya
melakukan hal tersebut. Sama seperti Ibu Supriyati, responden lain yaitu
Pak Udin pun demikian, ia mengungkapkan jika setiap harinya melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
komunikasi tatap muka dengan keluarganya, khususnya pada pagi hari,
berikut kutipannya, :
“setiap hari saya sering banget lah komunikasi sama keluarga, anak, istri, cucu saya. Apalagi kita semua tinggal satu rumah, jadikan rame. Nah kalau pas pagi-pagi ya biasanya rame pada mau berangkat aktivitas, jadi ya kita saling berkomunikasi satu sama lain...”
Rata-rata mereka melakukan aktivitas di pagi hari sambil
berkomunikasi dengan anggota keluarga. Selain dipagi hari, menurut
penelitian ini yang telah dilakukan pada masyarakat miskin yang tinggal
disekitar TPS, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat, komunikasi
interpersonal dengan keluarga juga dilakukan pada sore dan malam hari.
Mengapa sore hari, karena pada sore hari biasanya banyak aktivitas
dilakukan seperti menemani anak makan di luar rumah, atau bagi pekerja
buruh seperti Pak Dul Effendi. Ia bekerja sebagai konveksi, dan menurut
pengakuannya ia sering melakukan komunikasi tak hanya di pagi hari,
tetapi sore dan malam hari. Kemudian ia menuturkan alasannya,
“..karena jika sore harisepulang kerja sore hari, biasanya saya langsung pulang kerumah, dan bertemu anak, istri, dan sampai rumah langsung ngobrol-ngobrol ringan aja sama anak, istri..” ujarnya.Malam hari pun menjadi waktu favorit dimana keluarga berkumpul satu sama lain saling bercerita menceritakan tentabg apa yang terjadi pada hari itu..”
Kemudian selain dengan keluarga, masyarakat miskin yang tinggal
disekitar TPS, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat pun melakukan
komunikasi interpersonal dengan tetangga mereka. Rata-rata dari mereka
sebagian ada yang menjawab sering melakukan komunikasi tatap muka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
dengan tetangga, namun ada pula yang jarang melakukan komunikasi tatap
muka. Seperti halnya Pak Otang yang bekerja sebagai petugas kebersihan
sampah disekitar lingkungan tempat tinggalnya. Ia bekerja dilapangan
mengawasi pekerjaannya hampir 24 jam dalam sehari, oleh karena itu ia
jarang pulang kerumah, hanya waktu-waktu istirahat dan waktu-waktu
tertentu saja. Ia mengaku, berkomunikasi dengan tetangga jika ada waktu
senggang saja.
Pendapat yang sama disampaikan juga oleh Pak Otang, ia pun
bekerja sebagai petugas kebersihan sampah dilingkungannya. Ia mengaku,
“saya berkomunikasi dengan tetangga biasanya kalau ada yang lagi datang saja saya ngobrol, kalau tidak ya tidak. Karena saya sibuk mengurusi pekerjaan 24 jam”, tuturnya. Sama halnya dengan yang diungkapkan Mas Sutarjo yang bekerja sebagai supir bajaj, ia mengaku “dengan tetangga jarang seketemunya saja. Tegur sapa biasa saja, atau kalau sedang kumpul-kumpul..”jelasnya.
Namun ada pula yang jarang berkomunikasi dengan tetangga mereka
maasing-masing, dikarenakan banyak faktor dan sebab terjadinya hal
tersebut. Pada penelitian ini, di dalam masyarakat miskin yang tinggal
disekitar TPS Kelurahan Kalianyar, beberapa dari responden pun
menyatakan bahwa sering melakukan komunikasi dengan tetangga meraka
masing-masing. Beberapa responden mengungkapkan hal serupa, yaitu
sering melakukan komunikasi tatap muka dengan tetangga. Seperti
pendapat dari Feni Astuti (29) berikut ini :
“sebagai ibu rumah tangga, tentunya saya sering banget lah ya komnuikasi sama tetangga. Bisanya pas siang-siang tetangga lagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
pada ngumpul bareng di depan rumah. Kalau siang hari tu sering pada makan bareng gitu depan rumah saya, ya kita komunikasi ngobrol satu sama lain..”
Kemudian ada pula yang mengungkapkan hal serupa, yaitu Pak Asep
Sutaya (50),
“berkomunikasi sama tetangga biasanya kadang kalau lagi ngumpul-ngumpul di pos atau langsung saja jika sedang berpapasan dengan tetangga”.
Dan hal serupa pula diungkapkan oleh Ibu Supriyati,
“saya tentunya sering berkomunikasi dengan tetangga, karena saya kan juga mejual jajanan saya ke tetangga, nawarin beli, jadi ya pasti hampir setiap hari melakukan komunikasi dengan tetangga..” tuturnya.
Sedikit kesimpulan adalah cara mereka berkomunikasi dengan tetangga
dilakukan tergantung daripada kebiasaan individu juga adanya kesempatan
untuk berkomunikasi satu sama lain.
Kemudian setelah membahas mengenai keseringan dan kebiasaan
melakukan komunikasi interpersonal, kita beralih pada cara mereka
melakukan komunikasi. Jika dilihat secara keseluruhan cara masyarakat
miskin yang tinggal disekitar TPS, Kleurahan Kalianyar, Jakarta Barat,
melakukan komunikasi tatap muka itu tidak jauh berbeda dengan
masyarakat pada umumnya. Namun ketika ditanyakan mengenai
bagaimana cara mereka melakukan komunikasi tatap muka, jawaban
mereka sacara detail satu sam lain tetap beragam. Ada yang sambil
ngumpul-ngumpul, kemudian bertegur sapa langsung dijalan, bahkan ada
pula yang langsung datang ke lokasi kerja mereka. Seperti yang dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
oleh Pak Otang (45), ia mengaku cara melakukan komunikasi dengan
tetangga ataupun siapa yang perlu dengannya adalah dengan cara datang
ke lokasi kerja, karena notabennya lokasi kerja Pak Otang memang tak
jauh dari rumahnya melainkan masih disekitar lingkungan tempat
tingganya. Jadi jika siapa pun ada perlu dengannya untun berkomuniaksi
langsung tatap muka, terkadang bisa langsung datang ke tempat kerjanya.
Masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS Kelurahan Kalianyar
Jakarta Barat melakukan komunikasi tatap muka dengan sederhana dan
dengan cara yang hampir memang dilakukan masyarakat pada umumnya,
baik dengan tetangga maupun dengan keluarga mereka masing-masing.
Meskipun demikian, content atau isi yang mereka perbincangkan
berbeda-beda. Namun jika dilihat secara keseluruhan, apa yang mereka
perbincangkan adalah layaknya perbincangan yang dibicarakan pada
umumnya. Seperti yang di ungkapkan oleh beberapa responden berikut ini.
Mas Sutarjo yang bekerja sebagai supir bajaj mengaku,
“jika dengan keluarga ya saya biasanya bahas masalah dapur sehari-hari aja sih sam istri gimana, cari pendapatan tambahan..kaya gitu. Terus kalau dengan tetangga saya biasanya ngomongin masalah sembako, atau seputar masalah hari itu..gitu-gitu saja sih..”.
Selanjutnya ada Pak Udin, ia mengaku,
“biasanya kalau kumpul atau ngobrol bareng keluarga dirumah ya paling masalah rumah tangga saja..sehari-hari. Dan kalau dengan tetangga ya saya paling sering membicarakan tentang kebersihan, keamanan sekitar lingkungan, agar lebih aman dan bersih itu gimana..”tuturnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Rata-rata dari pernyataan responden pada penelitian ini, masyarakat
miskin yang tinggal disekitar TPS ini jika sedang berkumpul dengan
tetangganya dan melakukan komunikasi tatap muka, yang mereka
bicarakan adalah seputar kehidupan sehari-hari dan seputar kebersihan
lingkungan. Karena memang tempat tinggal mereka ada yang sangat
berdekatan dengan lokasi TPS, jadi sekitar tempat tinggal mereka pun
banyak yang bertugas sebagai petugas kebersihan sampah untuk
lingkungan sekitar tempat tinggal mereka dan Kelurahan Kalianyar.
Seperti pada penelitian yang telah dilakukan41, yaitu peran
masyarakat dan swasta dalam pengolahan sampah. Pada dasarnya,
masyarakat bisa lebih memanfaatkan lahan yang ada disekitar mereka
walaupun itu adalah tempat pembuangan sampah. Dan pada penelitian itu,
pengolahan sampah dilakukan dengan cara :
a) Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan
b) Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat
c) menumbuhkan ketanggap sergaan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial
d) Menyampaikan informasi dan/atau menyampaikan laporan.
Terdapat perbedaan pada kedua penelitian ini, yaitu mengenai
pemenfaatan lahan. Dari penelitian bandingan tersebut, dapat memberi
41http://www.penataanruang.net/taru/upload/nspk/pedoman/TPA_sampah.pdf
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
masukan pada kelompok masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS,
Kelurahaan Kalianyar, Jakarta Barat, agar lahan disekitar wilayah tersebut
bisa lebih dimanfaatkan dengan pengelolaan lahan secara baik dan benar.
3.4 Komunikasi Kelompok pada Masyarakat Miskin
3.4.1 Komunikasi Kelompok pada Masyarakat yang tinggal di pinggir rel
kereta api
Komunikasi kelompok merupakan proses komunikasi antara
seseorang dengan kelompoknya. Jenis komunikasi ini bisa berlangsung
antara satu orang dan kelompok, antar kelompok, atau kelompok dengan
individu42. Dalam proses komunikasi masing-masing individu ditempat
lingkungan mereka memiliki gaya yang berbeda satu dengan lainnya. Oleh
karena itu, komunikasi yang baik diperlukan dalam hidup bermasyarakat
dan berkelompok. Komunikasi kelompok juga terjadi diberbagai lapisan
masyarakat, sama halnya dengan yang terjadi pada masyarakat miskin
yang tinggal dipinggir rel kereta api, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat.
Kamunikasi kelompok pada masyarakat tersebut terbagi dalam 2 hal, yaitu
kelompok formal dan non formal. Meskipun masyarakat miskin yang
tinggal dipinggir rel kereta api tersebut termasuk dalam golongan
masyarakat menengah kebawah, namun mereka tetap memiliki komunitas
tertentu untuk melaksanakan komunikasi kelompok baik secara langsung
maupun tidak langsung, formal maupun non formal.
42Wahyudi, JB. 1992. Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak. Gramedia Pustaka, Jakarta, hal. 4-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Gambar 3.6
Salah satu bentuk Komunikasi kelompok yang dijalankan masyarakat pinggir rel kereta api Kelurahan Kalianyar
Dari penelitian yang telah dilaksanakan, sebagian besar dari
responden yang ada pada masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api,
menjalankan komunikasi kelompoknya masing-masing, secara formal
maupun non formal. Data hasil wawancara yang telah dilakukan oleh
peneliti, dari 8 responden rata-rata komunikasi kelompok yang dijalankan
pada masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api adalah
mereka mengikuti komunikasi kelompok formal, yaitu contoh yang paling
banyak dilakukan adalah mengikuti kegiatan PKK untuk kaum perempuan.
diikuti oleh ibu-ibu yang menjadi warga masyarakat wilayah tersebut.
Kembali ke pembahasan awal yaitu mengenai komunikasi kelompok
yang dijalankan oleh masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta
api. Secara keseluruhan, hanya 2 responden yang tidak menjalankan
komunikasi secara kelompok diwilayahnya, yaitu Siti dan Ibu Suminem,
alasannya adalah dikarenakan profesinya sebagai pedagang, membuatnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
tak memiliki cukup waktu untuk berkumpul melaksanakan satu kegiatan di
luar pekerjaannya.
Seperti komunikasi kelompok yang dijalankan oleh Pak Tugiono
salah satu responden, yang mengaku menjalankan komunikasi kelompok
secara formal maupun non formal dengan bentuk kegiatan.
“kegiatan yang saya jalankan di luar pekerjaan saya itu, saya yang formal itu mengikuti organisasi dari salah satu partai. Terus kalauyang ngga formal ya paling kerjabakti, atau ngerumpi sama tetangga..” ujarnya.
Tetapi kegiatan dari organisasi yang diikutinya sekarang sudah
jarang lagi berkumpul,
“jika sedang berkumpul itu pun tempatnya ya di sekre partai”, tutupnya.
Namun untuk kegiatan kerja bakti, biasanya dilakukan sebulan sekali
dengan jumlah peserta 5 orang dan untuk kumpul-kumpul dengan tetangga
(ngerumpi), itu dilaukakan 4-6 orang, bertempat dilingkungan tempat
tinggal mereka masing-masing. Berbagai macam kegiatan yang mengikut
sertakannya baik secara formal maupun non formal secara tidak langsung
membuatnya juga ikut dalam melakukan komunikasi kelompok yang ada.
Kemudian untuk kaum ibu-ibu masyarakat miskin yang tinggal
dipinggir rel kereta api Kelurahan Kalianyar, Jakarat Barat banyak yang
mengikuti kegiatan berkelompok salah satunya yaitu PKK. Seperti yang
dilakukan Ibu Romdayani, Ibu Ruminingsih dan Ibu Saoni. Mereka adalah
responden peneliti, yang menjalankan komunikasi kelompok yaitu dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
mengikuti kegiatan PKK. Ibu Romdayani misalnya, mengikuti kegiatan
secara berkelompok formal yaitu PKK dan yang non formal adalah
sekedar kumpul-kumpul tetangga ibu-ibu (ngerumpi). Kegiatan formal
yaitu PKK yang dijalankannya sebulan 2 kali dengan jumlah partisipan 4-5
orang, bertempat di Pos RW atau di Kelurahan.Tetapi ia juga suka
mengikuti salah satu bentuk dari komunikasi kelompok,kegiatan non
formal, yaitu ngumpul-ngumpul atau sekedar hanya ngerumpi dikalangan
tetangga.
Selajutnya adalah Ibu Ruminingsih. Ia menjalankan komunikasi
kelompok dengan cara mengikuti kegiatan formal yaitu PKK, arisan dan
Posyandu. Kegiatan PKK dan Posyandu dilakukannya sebulan sekali
dengan jumlah partisipan ± 12 orang. Kemudian sama halnya pula dengan
Ibu Saoni yang juga menjalankan komunikasi kelompok dengan mengikuti
kegiatan PKK, ia adalah salah satu anggota pengurus PKK aktif. Kegiatan
tersebut dijalankan sebulan sekali dengan partisipan 30 orang gabungan
dari beberapa RT. Selain itu ada pula Ibu Eci yang menjalankan salah satu
bentuk komunikasi kelompok, yaitu dengan cara melakukan kegiatan non
formal namun tetap menyertakan suatau kelompok, adalah ngerumpi atau
ngobrol dengan tetangga. Menurut pengakuannya,
“saya suka ikut nimbrung kalau lagi ada yang ngerumpi di luar rumah.. biasanya sih 3-5 orang. Biasanya seminggu 2-3 kali...” tambahnya.
Kemudian dari menggali komunikasi kelompok seperti apa yang
mereka jalankan, penelitipun menanyakan salah satu hal terpenting dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
menjalankan komunikasi kelompok, yang diwujudkan dalam masyarakat
dengan mengikuti kegiatan atau suatu organisasi, yaitu content atau isi dari
pembahasan yang biasanya dibicarakan dalam mereka melakukan
komunikasi kelompok dengan kelompoknya. Dalam wawancara yang telah
dilakukan terhadap para ibu-ibu responden tadi, didapatkan bahwa
kegiatan PKK, arisan dan Posyandu yang mereka lakukan biasanya banyak
membicarakan tentang kesehatan dan perkembangan anak khususnya
balita. Selain itu juga pembicaraan seputar pencanangan atau tentang suatu
kegiatan yang akan diadakan oleh Kelurahan setempat. Sebagai opinion
leader dalam kegiatan tersebut mereka menyebutkan Ibu Lurah dan para
pengurus PKK sebagai orang yang menjadi pemimpin dan bertanggung
jawab pada kegiatan tersebut. Hal ini diperkuat oleh pengakuan dari Ibu
Ruminingsih, ia mengaku :
“biasanya ya ngomongin masalah Penyuluhan kesehatan, pembinaan ibu dan anak. Ada sebagai pembicara biasanya dari kelurahan, bagaimana menjaga kesehatan anak dari penyakit, seperti itu..”.
Selanjutnya adalah organisasi yang diikuti oleh Pak Tugiono, ia
menjelaskan biasanya disana membicarakan tentang kemajuan dari partai
itu sendiri dan juga mengenai agenda-agenda partai setiap minggu, bulan
dan tahunan. Namun untuk kegiatan komunikasi kelompok non formal,
seperti yang dilakukan pula oleh Pak Tugiono dan Ibu Eci, content atau isi
dari pembicaraan mereka adalah seputar kehidupan masing-masing
individu. Misalnya, kehidupan rumah tangga mereka, tentang sekolah anak
dan seputar masalah sehari-hari. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
spontan yang biasanya tidak terjadawal. Namun karena partisipan biasanya
lebih dari dua, jadi bisa juga dikategorikan sebagai komunikasi kelompok.
Jika Ibu Eci mengaku hal tersebut dilakukannya biasanya di depan rumah,
beda halnya dengan Pak Tugiono yang melakukan kegiatan ngumpul-
ngumpul dengan tetangga bisana di pos RW. Dengan opinion leader
mereka biasanya adalah pak RT atau RW, bahkan terkadang salah satu
dari partisipan yang mengikuti kegiatan tersebut.
3.4.2 Komunikasi Kelompok pada Masyarakat yang tinggal di sekitar TPS
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan
bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama,
mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari
kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah
keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu
komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam
komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena
itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi
komunikasi kelompok.
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara
beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat,
pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael
Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok
sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri,
pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat
karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua
definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya
komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk
mencapai tujuan43.
Komunikasi kelompok pun terjadi pada masyarakat yang tinggal
disekitar TPS, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat. Pada masyarakat
tersebut, terjadi pola komunikasi kelompok pada sektor non formal.
Artinya, banyak dari warga masyarakat atau sebagian dari responden yang
ada melakukan komunikasi kelompok kategori non formal, yaitu
berkumpul dengan tetangga satu sama lain dalam jumlah lebih dari 2
orang. Hal tersebut terjadi karena faktor-faktor yang ada, yaitu misalnya,
responden banyak terdiri dari kaum laki-laki, lokasi tempat tinggal mereka
menyababkan sering terjadinya komunikasi kelompok.
Dari wawancara yang telah dilakukan pada 7 responden pada
masyarakat yang tinggal disekitar TPS, 6 responden menyatakan bahwa
melakukann komunikasi kelompok baik formal maupun non formal dan
hanya ada 1 responden yang tindak menjalankan komunikasi kelompok.
Kemudian dari 6 responden yang menjalankan komunikasi kelompok, 5
diantaranya menjalankan komunikasi melalui kegiatan non formal, dan 1
responden melaukan komunikasi non formal.
43http://kuliahkomunikasi.blogspot.com/2009/01/komunikasi-kelompok.html
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Berikut ini adalah beberapa data dari petikan wawancara dan
pernyataan-pernyataan dari para responden. Komunikasi kelompok bisa
dilakukan secara non formal seperti yang dilakukan pada bapak-bapak
para responden dari masyarakat yang tinggal disekitar TPS. Pak Udin (50)
mengaku,
“saya tidak mengikuti kegiatan formal di masyarakat, tapi kalau sekedar kumpul-kumpul bareng tetangga sih sering..” jelasnya.
Hal tersebut diikuti 2-3 partisipan dan dilakukan biasanya seminggu
2-3 kali. Kemudian content atau isi dari pembicaraan pada kegiatan
mereka adalah seputar kebersihan lingkungan dan keamanan. Kegiatan
kumpul-kumpul tersebut biasanya dilakukan di Pos RT atau RW bersama
warga lain. Ini bukan termasuk kegiatan rutin, melainkan hanya kegiatan
yang dilakukan secara spontan oleh masyarakat setempat. Begitu pula
dengan Pak Asep. Ia mengaku kegiatan non formal yang biasa ia lakukan
bersama-sama warga yang lain adalah kerja bakti. Kegiatan tersebut
dilakukan biasanya sebulan sekali. Content atau isi yang sering menjadi
topik pembicaraan adalah kebersihan lingkungan, karena jika dilihat dari
lokasi tempat tinggal mereka, sangat berdekatan dengan TPS. Yang
menjadi opinion leader dalam kegiatan yang mereka jalankan biasanya
adalah ketua RT atau orang yang di tuakan.
Selanjutnya, ada Ibu Feni Astuti. Ia menjalankan komunikasi
kelompok dengan mengikuti kegiatan Posyandu dan Arisan. Kegiatan
diikuti oleh ± 50 orang dan diadakan seminggu sekali. Content atau isi dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
pembicaraan yang dibahas dalam melakukan kegiatan tersebut adalah
seputar kesehatan. Yang menjadi opinion leader adalah Ibu Lurah selaku
pemimpin PKK.
Jika dibandingkan dengan komunikasi kelompok pada masyarakat
miskin yang tinggal di rel kereta api, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat,
masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS lebih banyak mengikuti
komunikasi kelompok non-formal, yaitu kegiatan kerja bakti dan
ngumpul-ngumpul. Dan untuk masyarakat miskin yang tinggal dipinggir
rel kereta, cenderung mengikuti komunikasi kelompok Formal, yaitu PKK
dan kegiatan Partai.
3.5 Komunikasi Massa (Media Exposure) pada Masyarakat Miskin
Memahami komunikasi manusia berarti memahami apa yang terjadi
selama komunikasi berlangsung, mengapa itu terjadi, apa yang dapat terjadi,
akibat-akibat dari apa yang terjadi dan akhirnya apa yang kita perbuat untuk
mempengaruhi dan memaksimalkan hasil-hasil dari kejadian tersebut. Mulai dari
asumsi dasar bahwa komunikasi berhubungan dengan perilaku manusia dan
kepuasan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainnya.
Hampir setiap individu membutuhkan hubungan sosial, dan kebutuhan ini
terpenuhi melalui pertukaran pesan, yang berfungsi sebagai jembatan untuk
mempersatukan manusia, yang tanpanya akan terjadi isolasi. Sedangkan Bittner
(1980) merumuskan komunikasi massa sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
“Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people”
(Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang)44.
Charles Wreight (1985) mendefinisikan komunikasi massa sebagai satu
bentuk khusus dari komunikasi sosial yang melibatkan berbagai kondisi
pengoperasian, terutama sifat khalayak, sifat bentuk komunikasi dan sifat
komunikatornya.45
Berdasarkan pengertian tersebut, maka untuk dapat disebut sebagai
komunikasi massa harus memiliki persyaratan yaitu terdapat pesan dan sejumlah
besar massa sebagai sasaran dari pesan yang hendak disampaikan. Karakteristik
lain yang bisa menjelaskan tentang komunikasi massa adalah sumber, bentuk
pesan dan hubungan antara si pengirim pesan (komunikator) dan penerima pesan
(komunikan).
Begitu pula yang terjadi pada masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel
kereta api dan sekitar TPS, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat. Mereka pun
membutuhkan komunikasi massa melalui media-media yang ada. Dari hasil
penelitian, media yang paling banyak digunakan pada masyarakat miskin yang
tinggal dipinggir rel kereta api dan sekitar TPS adalah Televisi. Walaupun
tergolong masyarakat kalangan menengah kebawah dan terdapat dikawasan
padat penduduk, media elektronik seperti Televisi bukan lagi menjadi barang
mewah, namun sudah biasa. Hampir disetiap rumah memiliki Televisi.
44Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1985, hal. 188 45Mursito BM, Memahami Institusi Media, Sebuah Pengantar, Surakarta: Lindu Pustaka, 2006, hal. 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
3.5.1 Komunikasi Massa (Media Exposure) pada Masyarakat yang tinggal
di pinggir rel kereta api dilihat dari Jenis Media Massa yang
digunakan :
3.5.1.1 Televisi
Media elektronik yang banyak dimiliki penduduk hampir di
seluruh dunia saat ini untuk berbagi dan mendapatkan informasi
adalah Televisi. Televisi sudah menjadi konsumsi masyarakat luas,
baik di kalangan atas, menengah, hingga bawah
sekalipun.Kemudahan mendapatkan informasi, hiburan, dan
kemudahan-kemudahan lain yang ditawarkan oleh Televisi dapat
membantu kita untuk membuka wawasan dan mengenal dunia lebuh
luas lagi.
Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian
pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan
menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film,
radio, Televisi (Cangara, 2002). Media massa adalah faktor
lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses
pelaziman klasik, pelaziman operan atau proses imitasi (belajar
sosial). Dua fungsi dari media massa adalah media massa memenuhi
kebutuhan akan fantasi dan informasi46.
46http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2060385-pengertian-media-massa/#ixzz1P8KMOEhD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
Benjamin Olken, ekonom dari MIT, beberapa tahun lalu pernah
meneliti pengaruh Televisi di kalangan rumah tangga Indonesia. Kita
tahu bahwa pulau Jawa adalah daratan yang terdiri dari sejumlah
gunung dan dataran tinggi. Akibatnya ada wilayah yang
mendapatkan sinyal Televisi bagus namun ada juga yang
terperangkap bayangan dataran tinggi sehingga penerimaan
sinyalnya terbatas.47
Olken mensurvei lebih dari 600 desa di Jawa Timur dan Jawa
Tengah serta membandingkan antara desa yang bisa menjangkau
sedikit dengan desa yang bisa menerima banyak saluran Televisi.
Hasilnya cukup menarik. Setiap bertambah satu channel Televisi
yang bisa dilihat, maka rata-rata mereka menonton Televisi lebih
tujuh menit lebih lama. Ketika survei ini dilakukan, hanya ada 7
stasiun Televisi nasional. Kalau survei tersebut dilakukan saat ini,
bisa jadi waktunya akan bertambah besar.
Temuan lain yang tak kalah menarik adalah di pedesaan
dengan penerimaan sinyal Televisi yang lebih bagus menunjukkan
adanya tingkat partisipasi kegiatan sosial yang lebih rendah. Artinya,
orang lebih suka menonton Televisi daripada terlibat dalam
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan. Lebih dari itu, di pedesaan
tersebut juga terlihat adanya tingkat ketidakpercayaan yang lebih
47Mursito BM, Memahami Institusi Media, Sebuah Pengantar, Surakarta: Lindu Pustaka, 2006, hal. 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
tinggi di antara penduduk yang berakibat pada lesunya kerjasama
perekonomian dan perdagangan.
Kemajuan teknologi Televisi dan program-programnya tidak
dapat dipungkiri juga membawa dampak yang cukup besar dalam
kehidupan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari besarnya jumlah
masyarakat yang mengkonsumsi Televisi sebagai media yang
terbilang sangat besar. Televisi menyajikan segala sesuatu yang
menarik perhatian pemirsanya. Segala jenis program dengan
berbagai segmen terdapat di dalamnya. Dari tayangan berbau
mistik/takhayul dan kekerasan, tayangan religi, berita, program anak,
hingga tayangan dewasa, termuat dalam siaran Televisi.
Akan tetapi, jika masyarakat (pemirsa) tidak memiliki filter
yang kuat dalam menerima terpaan media Televisi ini maka tidak
tertutup kemungkinan bahwa nilai-nilai negatif juga dapat terserap
dan dampak yang paling memprihatinkan adalah terjadinya
degradasi moral. Banyaknya tayangan yang mengarah pada upaya
persuasif pada masyarakat juga mempengaruhi masyarakat untuk
semakin konsumtif.
Satu catatan terpenting adalah Televisi bukan lagi menjadi
barang mewah dikalangan masyarakat bawah. Televisi bahkan sudah
menjadi kebutuhan yang keberadaannya bisa dibilang penting.
Televisi merupakan salah satu hiburan utama yang bisa dinikmati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
hampir setiap saat, setiap setiap waktu. Tua muda berbaur menjadi
satu dalam satu rumah menikmati sajian Televisi. Selain sebagai
hiburan, Televisi pun dijadikan salah satu saranan pengetahuan
berbagai macam informasi. Informasi yang mereka dapat biasanya
melalui sajian acara-acara Televisi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hampir setiap
hari warga masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api
menonton Televisi. Pada umumnya mereka menonton Televisi pada
pagi dan malam hari. Bagi para pekerja, biasanya mereka menonton
Televisi di pagi hari antara pukul 6 hingga 8 pagi. Karena jam-jam
tersebut adalah jam dimana hampir sebagian orang akan
menjalankan aktivitasnya dipagi hari, dan menonton Televisi pun
menjadi salah satu yang meraka lakukan disela-sela mempersiapkan
segala sesuatunya. Pukul 05.30 hingga 07.00 pagi merupakan
saatnya warga bersiap untuk beraktivitas bekerja.
Apapun pekerjaannya, biasanya waktu untuk bersiap-siap
adalah pukul 6 pagi, hingga kemudian berangkat kerja. Mereka
menyempatkan meonoton Televisi pada pagi hari dilakukan disela-
sela waktu, sambil mempersiapkan segala sesuatunya sebelum
berangkat bekerja. Dan itu adalah waktu singkat untuk menonton
Televisi namun cukup efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
Sajian acara dipagi hari membuat mereka terkadang
meluangkan waktunya untuk menonton Televisi sejenak. Ada yang
sebelum berangkat bekerja, menyempatkan diri menonton Televisi
acara kajian agama islam dipagi harim bahkan ada pula yang
menyempatkan diri menonton acara berita pagi yang disajikan
hampir seluruh stasiun Televisi pada jam-jam tersebut. Televisi tak
hanya digunakan untuk sarana hiburan, tetapi juga sebagai sarana
religius dan informasi.
Kemudian, tak hanya dipagi hari mereka pun memiliki jam
favorit lagi untuk menonton Televisi, yaitu pada malam hari. Sehabis
pulang bekerja, biasanya mereka menyempatkan diri berkumpul
dengan keluarga, bersendau gurau sambil menonton, menikmati
acara Televisi. Malam hari adalah waktu Prime Time bagi istilah
advertising, waktu tersebut merupakan waktu atau jam dimana
penayangan utama acara-acara di stasiun Televisi disiarkan dan
waktu yang banyak ditonton oleh penonton Televisi.
Jika dibandingkan, tingkat menonton Televisi pada masyarakat
yang miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api dengan disekitar
TPS adalah sama, yaitu sangat rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
Gambar Grafik 3.6
Frekuensi Menonton Televisi
Masyarakat yang tinggal dipinggir Rel Kreta Api
Sumber : Data hasil wawancara dan observasi peneliti Maret 2011
Keterangan :
Frekuensi menonton televisi sangat rendah
Frekuensi menonton televisi rendah
Sangat tinggi : > 6 kali sehari Tinggi : 5 kali sehari Sedang : 4 kali sehari
Rendah : 3 kali sehari Sangat rendah : < 2 kali sehari.
. Kemudian dari pembahasan frekuensi menonton Televisi,
berlanjut kepada intensitas menonton Televisi. Intensitas disini dapat
diartikan sebagai tingkat keseriusan masyarakat miskin yang tinggal
dipinggir rel kereta api, dalam menonton Televisi. Dari perkerjaan
0123456
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
mereka yang beragam, masyarakat ini banyak yang menghabiskan
waktunya dengan menonton Televisi dengan tingkat keseriusan
berbeda. Intensitas atau tingkat keseriusan mereka beragam, ada
yang hanya serius menonton Televisi jika hanya acara yang
disenangi saja, kemudian ada pula yang menonton sambil melakukan
aktivitas seperti memasak, sampai pada yang hanya serius menonton
jika menyimak program berita. Keberagaman kebiasaan tingkat
keseriusan dalam menonton Televisi menjadi salah satu hal yang
menarik untuk diteliti dan digali. Karena dari situ kita dapat melihat
kebiasaan sehari-hari warga masyarakat miskin yang tinggal di
pinggir rel kereta api Kelurahan Kalianyar, dalam menonton
Televisi.
Salah satu kutipan wawancara mengenai intensitas atau
keseriusan mereka dalam menonton Televisi adalah Pak Tugiono
(35),
“serius lagi ada berita bagus, berita aktual seperti yang sekarang lagi hangat diperbincangkan”.
Namun ada pula yang tidak serius dalam menonton Televisi.
Seperti Siti (28), ia menonton Televisi sehari sampai 3 kali sehari
tetapi jika ditanya seberapa serius intensitas menonton Televisi, siti
menjawab :
“tidak serius, karena sambil mengurusi anak. Jadi hanya menonton Televisi hanya sekedar melihat saja” tuturnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
Cara masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api
mendapatkan Televisi adalah dengan langsung membeli dengan
kontan. Hal tersebut dipengaruhi salah satunya oleh faktor kondisi
tempat tinggal. Tempat tinggal mereka berada dekat sekali dengan
pusat elektronik terbesar di Jakarta, yaitu glodog. Oleh karena itu tak
mengherankan bila hampir setiap warga masyarakat baik miskin
ataupun yang mampu, memiliki Televisi. Disamping mudah
mendapatkannya dengan cara langsung membeli dengan harga
terjangkau, Televisi juga bukan lagi menjadi satu barang yang
tergolong mewah.
Televisi menjadi primadona karena mudah didapat dan juga
informasi yang disajikan mudah untuk dicerna. Namun ada pula
yang unik, yaitu jika Televisi dirumah mereka sedang rusak, mereka
menonton menumpang dirumah tetangga. Televisi merupakan salah
satu media massa yang banyak digunakan oleh warga masyarakat
yang tinggal di pinggir rel kereta api. Walaupun terbilang
masyarakat menengah kebawah jika dilihat dari keadaan tempat
tinggal yang serba pas-pasan, namun hampir setiap rumah warga
memiliki minimal 1 buah Televisi.
Televisi selalu menarik untuk ditonton salah satunya karena
acaranya yang menarik. Pemilihan acara yang menarik biasanya
disertai dengan pilihan stasiun Televisi favorit atau yang paling
sering mereka tonotn. Stasiun Televisi menyajikan beregama acara,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
dari mulai hiburan, berita, olah raga, komedi, sinetron, infotaiment,
dan masih banyak lagi. Masyarakat biasanya memiliki acara dan
stasiun Televisi favorit sendiri-sendiri. Seperti pada masyarakat
miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api Kelurahan Kalianyar,
mereka memiliki acara Televisi dan stasiun Televisi favorit. Berikut
adalah tabel pemilihan stasiun Televisi dan Acara Favorit pada
masyarakat miskin Kelurahan Kalianyar.
Tabel 3.6 Data Stasiun Televisi favorit dan Acara Favorit Televisi
Sumber : Data hasil wawancara dan observasi peneliti Maret 2011
Dari data diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa masyarakat
miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api Kelurahan Kalianyar
rata-rata memilih stasiun Televisi RCTI dan SCTV sebagai stasiun
Televisi yang saring mereka tonton. Dan mereka rata-rata suka
menonton berita, sinetron, dan olah raga (sepak bola). Disamping itu
ada pula yang suka menonton acara berita kriminal, agama, dan juga
infotaiment. Mereka ternyata lebih antusias menonton berita
ketimbang acara lainnya.
Nama Stasiun Televisi Favorit Acara Televisi Favorit
Pak Tugiono TvOne, SCTV,Metro Televisi
Bola dan Berita
Mas Slamet RCTI, ANTV, TvOne Bola dan Berita Ibu Romdayani SCTV, Trans Tv, Trans 7 Berita, Sinetron Siti RCTI, SCTV Sinetron, Infotaiment Ibu Rumuningsih SCTV, RCTI Kriminal, sinetron, infotaiment Ibu Eci SCTV, RCTI Sinetron, infotaiment, berita Ibu Suminem RCTI, ANTV Bola, Sinetron Ibu Saoni RCTI, SCTV, MNC Tv Berita, Agama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
Tetapi ada pula yang sangat menyukai acara olah raga (sepak
bola). Seperti pernyataan dari salah satu responden dalam penelitian
ini, yaitu Slamet Pabriono (30) asal Pemalang. Stasiun Televisi
favorit yang paling ia sering tonton adalah RCTI dan ANTV. Karena
di kedua stasiun televis tersebut biasanya menayangkan acara
favoritnya yaitu, olah raga khususnya sepak bola.
“Saya suka sekali nonton bola, karena seru, apalagi kalau tim jagoan yang sedang bermain, saya pasti dukung!” tuturnya.
Disamping itu jam penayangannya pun kebanyakan larut
malam. Jadi sepulang berdagang, biasanya ia menyempatkan diri
untuk menontonTelevisi, acara bola.
Selain acara dan stasiun Televisi favorit yang paling sering
mereka tonton, content atau isi dari acara tersebut juga merupakan
satu hal yang terpenting. Informasi apa yang mereka dapat dari
acara-acara Televisi favorit mereka. Misalnya saja, kebanyakan dari
acara berita yang sering mereka tonton, informasi yang didapat
adalah seputar informasi dari berita itu sendiri.
Masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kerta api ini
memilki karakteristik salah satunya adalah, pekerjaan, kehidupan
sehari-hari dan ekonomi. Itu semua memerlukan banyak informasi
dan pengetahuan. Mereka menggali dan mendapatkan informasi
terbaru, salah satunya adalah melalui media Televisi. Dari menonton
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
berita, mereka bisa menjadi tahu lebih banyak mengenai hal-hal
yang sedang hangat menjadi issue. Kemudian mereka juga
membutuhkan berita melaului Televisi untuk pengetahuannya
masing-masing. Hal ini terkait dengan content atau isi dari informasi
itu sendiri yang mereka dapatkan dari acara-acara Televisi yang
sering mereka tonton.
Dari acara Televisi favoritnya yaitu sinetron, Ibu Eci
mendapatkan sesuatu, yang bisa dibilang hal ini adalah yang
membuatnya selalu ingin menonton acara tersebut. Ia berpendapat
bahwa,
“pemeran di senetron ganteng-ganteng sih, seru juga ceritanya jadi saya sering mengikuti acaranta hampir setiap hari”. Kemudian juga untuk acara gossip juga saya sering mengikuti, karena ya seru juga bisa tau kehidupan si artis, semua sebagai hiburan saja sih”.
Dari Ibu Eci penggemar acara sinetron dan infotaiment, kita
beralih pada responden lain, yaitu Ibu Saoni (59) yang bekerja
sebagai ibu rumah tangga. Setiap harinya ia mempersiapkan segala
sesuatu untuk kebutuhan keluarganya di mulai dari pagi hari. Dan
disitulah ia pun menyempatkan diri untuk menonton acara Televisi
di tengah kesibukannya. Acara favoritnya adalah acara agama islam
(acara religius) di pagi hari sebelum adzan subuh. Menurutnya,
“acara religius banyak manfaatnya untuk saya. Disana ada ceramah singkat dari ustad-ustad ternama, dan kita bisa melihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
sambil mempelajari isi dari ceramah tersebut. Untuk menambah pengetahuan agama juga” katanya.
Ia menyerap isi dari apa yang ia tonton yaitu acara keagamaan
di Televisi, untuk kemudian dijadikan pengetahuan khususnya untuk
dirinya sendiri.
Selain itu ada pula yang Ibu Romdayani (35) warga pendatang,
yang berasal dari Pandeglang-Banten. Acara Televisi favoritnya
adalah berita dan sinetron. Stasiun Televisi favoritnya adalah SCTV,
Trans Televisi dan Trans7. Content atau isi dari informasi yang ia
dapat dari acara yang sering ia tonton, yaitu berita adalah
menurutnya,
“karena kalau menonton berita kan banyak berita baru yang kita warga awam kurang mengerti dan sebelumnya belum tahu, sepeti bencana, misalnya Tsunami atau gempa dimana begitu, saya sendiri mudah untuk mengetahuinya biasanya melalui Televisi”.
Dari beberapa pernyataan diatas dapat kita tarik kesimpulan
bahwa, content atau isi dan informasi dari suatu acara yang mereka
dapatkan, berasal dari jenis acara Televisi itu sendiri. Misalnya saja,
acara berita menyajikan content hal-hal baru untuk dijadikan sebagai
pengetahuan dan informsi terbaru untuk mereka. Kamudian
kebanyakan berbagai acara entertainment itu dijadikan sebagai
hiburan yang menarik yang tersaji di Televisi. tetapi hal itu semua
tak luput dari masing-masing pendapat pribadi yang menjelaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
mengenai content atau isi dan informasi itu sendiri, dari suatu acara
berita yang menjadi favorit dan sering mereka tonton.
Penelitian ini, jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu48,
mengenai Pola Penggunaan Televisi di Kalangan Masyarakat
Nelayan Kutawaru, Cilacap adalah tidak jauh berbeda. Yaitu adalah
televisi sebgaia media massa yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat nelayan, selain televisi masih jarang terdapat media
massa lainnya.
Meskipun demikian, terpaan media Televisi terhadap
masyarakatnya tidak mempengaruhi sosialisasi yang ada pada
masyarakat setempat. Tidak karena seseorang lebih tau mengenai
satu berita, lantas menjadi tertutup dan tidak berbagi, tidak seperti
itu. Pada masyarakat ini yang terjadi justru televisi terkadang
mempengaruhi individu satu sama lain. Misalnya, terhadap suatu
berita yang sedang menjadi topik terhangat. Masyarakat sering pula
membicarakan antar individu satu sama lain mengenai issue atau
berita yang sedang hangat menjadi perbincangan di Televisi.
Terpaan media tak menjadikan sosialisasi diantara mereka
merenggang, namun sebaliknya dikarenakan adanya berita-berita dan
informasi terbaru, hubungan sosialisasi mereka tetap berjalan dengan
baik.
48Rahajeng Ria, Pola penggunaan televisi di kalangan nelayan di Kelurahan Kutawaru, Kecamatan
Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah,2010,Skripsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
Kesimpulan dari penggunaan media massa Televisi yang
digunakan oleh masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta
api, Kelurahan Kalianyar adalah pertama, dilihat dari frekuensi
mereka menonton Televisi adalah termasuk kedalam golongan
sangat rendah, yaitu dengan rata-rata menonton Televisi 1-2 kali
sehari. Hal tersebut dikarenakan lebih karena faktor perkerjaan yang
mengharusnya mereka untuk beraktifitas. Kemudian yang kedua,
dilihat dari intensitas mereka menonton Televisi. intensitas disini
adalah keseringan menonton Televisi dilihat dari keseriusan mereka
menonton Televisi. Tingkat keseriusan mereka tergantung dari acara
yang mereka simak. Jika acara berita, biasanya waktu mereka
tercurah lebih serius dibandingkan dengan melihat acara hiburan.
Namun adapula yang serius untuk melihat acara favorit mereka,
misalnya saja sinetron dan acara olah raga (sepak bola).
Ketiga, adalah mengenai cara mendapatkan media massa
Televisi. Masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api Kelurahan
Kalianyar, memilih cara membeli langsung Televisi kepunyaan
mereka. Rata-rata masyarakat tersebut membeli langsung di toko.
Salah satu faktornya adalah tempat tinggal mereka yang berdekatan
dengan pusat elektronik terbesar di Jakarta. Karena itu, mereka
mudah untuk langsung membeli.
Kemudian yang keempat, adalah stasiun dan acara Televisi
favorit. Stasiun Televisi favorit mereka adalah SCTV dan RCTI. Dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
untuk acara favorit yang sering mereka tonton adalah berita dan
sinetron. Dan yang kelima atau yang terakhir adalah content atau dan
informasi yang mereka dapatkan dari acara-acara favorit yang sering
mereka tonton, yaitu berasal dari jenis acara televisi itu sendiri.
3.5.1.2 Radio
Radio adalah media elektronik yang bersifat khas sebagai
media audio. Oleh karenaitu, ketika khalayak menerima pesan dari
pesawat radio, khalayak sebagai pendengar pasif dan bergantung
pada jelas tidaknya kata-kata yang diucapkan oleh penyiar. Radio
merupakan media massa rakyat yang relatif murah namun tetap
efisien dalam menjangkau pendengarnya adalah radio. Dibandingkan
dengan media lain, biaya yang rendah sama artinya dengan akses
kepada pendengar yang lebih besar dan jangkauan lebih luas kepada
pendengar dengan tingkat ekonomi rendah.
Dalam dunia jurnalistik, radio merupakan salah satu media
komunikasi massa yang memegang peranan penting. Radio
menyampaikan pesan dengan cepat dan akurat. Selain itu radio
bersifat personal sehingga setiap pesan dapat dimaknai secara unik,
pribadi. Dunia radio sendiri begitu dinamis. Walaupun banyak pihak
sempat meramalkan ‘matinya radio’ karena tergantikan oleh
Televisi, dalam perkembangannya, radio membuktikan diri telah
berhasil bertahan. Radio bahkan terus eksis, bertransformasi menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
menjadi media yang semakin personal. Dan ini membuktikan
kekuatan radio untuk mengikat khalayaknya dengan sentuhan
emosional.
Informasi bersumber dari manusia (ide\ gagasan dan pendapat)
dan peristiwa. Untuk menjadi informasi, idea tau gagasan harus
dinyatakan baik dalam bentuk isyarat, bentuk lisan, tercetak, audio,
maupun audio visual gerak yang masing-masing memiliki ciri khas,
kelebihan dan kelemahan. Informasi tercetak informasi audio,
informasi seperti dalam tabel berikut49 :
Tabel 3.7 Sifat Informasi
Tercetak-Audio-Audiovisual
Tercetak Audio Audio Visual dapat dibaca, dimana dan kapan saja
dapat didengar bila siaran
dapat didengar dan dilihat bila siaran
dapat dibaca berulang- ulang
dapat didengar kembali bila diputar kembali
dapat dilihat dan didengar kembali bila diputar kembali
daya rangsang rendah
daya rangsang rendah daya rangsang sangat tinggi
pengolahan bisa mekanik, bisa elektris
Elektris Elektris
biaya relative rendah
relative murah sangat mahal
daya jangkau terbatas
daya jangkau besar daya jangkau besar kecuali bioskop
Pilihan mendengarkan radio tak hanya jatuh pada masyarakat
menengah kebawah. Banyak pula masyarakat mengah ke atas,
49Wahyudi, JB, op.cit., hal.13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
memiliki kegemaran mendengarkan radio. Biasanya mereka
membentuk komunitas tertentu dan bisa dibilang kelompok
minoritas. Hanya yang sering mendengarkan radio tersebut yang
akan benar-benar mengetahui dan merasakan makna dari komunitas
mereka sendiri. Di Jakarta, banyak komunitas-komunitas radio yang
sudah terbentuk dari beberapa stasiun radio itu sendiri yang masih
menunjukan eksistensinya.
Namun pada masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel
kereta api, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat, keberadaan radio pun
sudah bisa dikatakan menjadi barang yang hampir langka. Peminat
atau pendengar radio bisa terhitung jumlahnya. Kemunduran ini
ditenggarai oleh semakin pesatnya informasi dan teknologi yang
lebih memfokuskan masyarakat pada media yang menyajikan audio
visual. Keberadaan radio di masyarakat miskin yang tinggal
dipinggir rel kereta api, Kelurahan Kalianyar sangatlah
memprihatinkan.
Dari data yang di dapat dari 8 orang responden hanya ada 1
orang yang salah satu dari media massa yang ia gunakan untuk
mendapatkan informasi adalah radio. Responden lain ketika
dilakukan wawancara mengenai kepemilikan dan kesukaannya
dalam mendengarkan radio, sebagian besar menjawab tidak memiliki
alat komunikasi radio dan juga tidak suka mendengarkan radio.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
Mereka memang tidak menjadikan radio sebagai sala satu media
informasi.
Mas Selamet (30), ia adalah satu-satunya dari 8 responden
peneliti, yang gemar mendengarkan radio. Frekuensi mendengarkan
radionya perhari adalah pukul 08.00 hingga 10.00 pagi. Namun
waktu tersebut termasuk ke dalam tingkatan frekuensi rendah.
Caranya mendapatkan radio adalah dengan menggunakan
handphone. Dengan membeli handphone sekaligus yang berisikan
content radio, maka ia praktis dan mudah mendengarkan dimana
saja. Intensitas yang ia curahkan untuk mendengarkan radio masih
rendah, dan keseriusannya mendengarkan radio pun terpilih. Maksud
dari terpilih disini adalah ia hanya sekedar mendengarkan apa yang
ia suka dari yang biasanya ia dengarkan. Jadi bisa disimpulkan yang
ia dengarkan hanya acara yang ia sukai saja.
Tak berbeda dengan penikmat Televisi, pendengar radio pun
memiliki acara dan stasiun radio favorit. Stasiun radio favorit dari
Mas Slamet adalah I-radio, dan acara favorit adalah pagi-pagi.
Menurutnya, mendengarkan radio, acara musik di pagi hari menjadi
hiburan tersendiri untuknya.
“Biasanya saya sambil menyiapkan dagangan untuk malam hari, misalnya menanak nasi, itu sambil mendengarkan radio.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
Potret inilah yang terjadi di kalangan masyarakat menegah
kebawah, khususnya masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel
kereta api, Kelurahan Kalianyar. Warga disana kurang peka terhadap
keberadaan radio. Mereka lebih memilih media massa yang praktis
dan bisa dibilang lebih memilih media massa yang lebih modern
ketimbang hanya yang mengandalkan audia saja seperti radio.
Jika dibandingkan dengan televisi, radio memang sangat
kurang peminatnya. Bisa dilihat dari jumlah peminat yang angkanya
jauh berbeda dibandingkan dengan televisi. Namun meskipun
demikian, keberadaan radio tetap diminati oleh pendengar setianya,
meskipun pada masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta
api, pendengar radio bisa terhitung jari. Hal tersebut tidak
mempengaruhi sosialisasi antar individu, sosialisasi tetap terjain
dengan baik dan seimbang. Perubahan sosial terjadi justru pada
pendengar radio yang terkadang lebih banyak mengetahui mengenai
info terbaru seputar perkembangan berita, melalui radio itu sendiri,
yang terkadang lebih update ketimbang media lain.
3.5.1.3 Surat Kabar
Surat kabar merupakan salah satu media massa yang berperan
penting dalam pendistribusian informasi kepada khalayak. Selain
karena kontennya yang faktual, penerbitan surat kabar juga terjadi
secara periodik sehingga masyarakat akan lebih mudah untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
mengakses. Seiring perkembangan teknologi, surat kabar mulai
melakukan berbagai perkembangan baik dari sisi konten maupun
teknologi. Sebagai media pemenuhan kebutuhan informasi, Surat
kabar mengalami zaman keemasannya sekitar tahun 1690 hingga era
kemunculan radio sekitar tahun 1920. Perkembangan surat kabar
secara teknologi dimulai dari penemuan mesin cetak oleh Johannes
Gutenberg di Jerman pada era revolusi industri. Sehingga muncullah
surat kabar dengan format yang seperti yang masih dapat dilihat
sekarang ini, dicetak dalam beberapa helai kertas. Dibandingkan
dengan fenomena saat ini, hampir semua surat kabar berlari untuk
membuat website dan banyak surat kabar telah menciptakan media
baru untuk memperkenalkan kekuatan grafis, dan elemen-elemen
video untuk edisi Internet mereka50.
Keberadaan surat kabar tak dipungkiri masih menjadi suatu
kebutuhan untuk para peminat setianya. Meskipun sudah memiliki
banyak saingan, surat kabar Pada masyarakat miskin yang tinggal
dipinggir rel kereta api, Kelurahan Kalianyar, keberadaan media
cetak khususnya surat kabar, atau yang biasa disebut “koran”, masih
pula digemari oleh sebagian warga. Dari 8 responden, hanya terdapat
2 orang responden yang menggunakan koran sebagai salah satu
media, untuk mendapatkan informasi. Walaupun bukan yang utama,
namun keberadannya masih banyak dicari oleh sebagian masyarakat.
50http://luTelevisiiah.net/2011/01/14/media-massa-surat-kabar/
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
Adanya 2 responden yang masih menggunakan surat kabar
sebagai media untuk mendapatkan informasi adalah Ibu Romdayani
(35), dan Pak Tugiono (35). Penggunaan surat kabar bagi mereka
pun terbatas, bila ada uang lebih, maka mereka akan bisa
membelinya. Ibu Romdayani (35), mengaku ia sering membaca
media cetak seminggu sekali, tetapi bukan koran atau surat kabar,
melainkan Majalah. Ia gemar membaca majalah, namun karena
faktor ekonomi, jadi penghambat kegemarannya.
Frekuensi membaca majalah Ibu Romdayani terbilang sangat
rendah, sebulan sekali. Namun hal tersebut tak mengurangi
kegemarannya membaca majalah. Intensitasnya membaca majalah
juga terbilang rendah. Untuk keseriusannya membaca majalah, ia
biasa santai dalam membaca suatu majalah.
“kalau sedang baca majalah, saya santai saja sih. biasanya saya lakukan siang hari ketika menemani anak saya tidur siang” tuturnya.
Cara mendapatkan koran dan majalah tersebut adalah dengan
membelinya sebulan sekali, tetapi itu pun jika ada uang belanja
lebih. Karena pemasukan keuangan yang tak seberapa, membuat ibu
romdayani berfikir kembali untuk membeli majalah. Karena
memang pada lingkungan tersebut di Kelurahan Kalianyar tidak
terdapat media membaca seperti mading (majalan dinding) untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
warga, maka biasanya mereka langsung membeli jika ingin
membaca koran atau majalah.
Kemudian kegemarannya membaca majalah disertai dengan
segment favorit yang ia sukai, yaitu rubruk masak. Content dari
rubrik tersebut memberikan inspirasi tersendiri baginya, untuk
menambah daftar jenis masakan untuk dimasak, dan disajikan.
Menurutnya,
“saya suka membaca Majalah NOVA. Dan segmentfaforit saya adalah segment masak. Karena manambah pengetahuan saya dibidang masak-memasak. Banyak resep-resep masakan baru”.
Berbeda halnya dengan Pak Tugiono. Ia pun menggunakan
media cetak yaitu majalah dan surat kabar, untuk mendapatkan
informasi. Media cetak yang ia gunakan adalah majalah dan surat
kabar. Jika dilihat dari frekuensi ia membaca koran dan majalah,
terbilang rendah. Frekuansinya adalah, ia membaca koran dalam
seminggu 3 kali, dan membaca majalah sebulan 2 kali. Itu pun jika
sedang ada uang lebih. Intensitas membacanya juga terbilang rendah,
begitu pula dengan tingkat keseriusannya membaca majalah dan
koran,
“biasanya saya tidak terlalu serius, hanya membaca judul-judul besarnya saja. Sambil melayani dan menunggu pembeli di warung dagangan saya”.
Surat Kabar yang sering ia baca tidak menentu, terkadang ia
membaca poskota, lampu merah, atau pun sekali-sekali membeli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
media Indonesia. Kemudian content atau isi dari surat kabar dan
majalah yang sering ia baca adalah suara pembaca.
“karena menurut saya dari segment itu kita bisa mengetahui keluhan orang tentang media itu sendiri”.
Dari penjelasan diatas, maka bisa kita tarik kesimpulan bahwa
media massa khususnya media cetak, baik surat kabar maupun
majalah, masih mendapatkan tempat tersendiri di hati masyarakat.
Namun hanya beberapa yang sampai benar-benar masih
membutuhkan kehadirannya. Masalah materi pun masih menjadi
persoalan untuk sebagian kecil masyarakat kalangan bawah, untuk
membeli koran atau majalah. Oleh karena itu, mereka hanya dapat
membelinya jika ada rejeki lebih. Dan media cetak untuk mereka
masih dijadikan salah satu media untuk menambah pengetahuan.
Jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu51, televisi dan
surat kabar, yaitu mengenai “Pengaruh Televisi Terhadap Minat
Baca dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi”, menyebutkan bahwa
era informasi dan komunikasi yang semakin meningkat
menyebabkan seseorang tidak dapat mengelak dari sentuhan media.
Salah satunya adalah televisi. Program-programnya terus mengalami
perubahan sejalan dengan tuntutan masyarakat agar pemirsa dapat
terpuaskan dan akan mudah menerima pesan. Karena televisi tidak
membutuhkan tingkat melek huruf yang tinggi. Kehadiran stasiun-
51www.ratswd.de/download/RatSWD_WP_2009/RatSWD_WP_111.pdf
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
stasiun televisi swasta memungkinkan adanya pengaruh terhadap
minat baca surat kabar. Karena dengan beragam stasiun televisi
swasta dengan berita aktualnya mungkin akan menggeser posisi
surat kabar. Dengan beragamnya stasiun televisi swasta dengan
berita aktualnya mungkin akan menggeser posisi surat kabar dimata
pembacanya. Disamping itu dalam menggunakan media, khalayak
juga dipengaruhi oleh tingkat ekonomi dan kebutuhan informasi.
Dari penelitian diatas jika dibandingkan dengan penelitian
yang dilakukan oleh penulis, dapat dilihat bahwa adanya media
televisi telah menggeser posisi surat kabar (media cetak) sebagai
media infromasi. Dikarenakan karena televisi tidak membutuhkan
tingkat melek huruf yang tinggi. Kehadiran stasiun-stasiun televisi
memungkinkan adanya pengaruh terhadap minat baca surat kabar.
Itulah sebebnya pembaca surat kabar banyak yang beralih menjadi
penikmat televisi. Sedikitnya jumlah pembaca surat kabar tidak
mempengaruhi rasa kesetiakawanan sosial satu sama lain. Pembaca
surat kabar biasanya tetap berbagi informasi mengenai hal atau berita
yang ia dapatkan dari surat kabar tersebut.
3.5.1.4 Handphone
Terdapat alat komunikasi lain dalam berkomunikasi saat ini
seperti penggunaan handphone yang digunakan dalam memenuhi
kebutuhan informasi. Saat ini handphone sebagai alat komunikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
yang sudah menjadi kebutuhan hidup bagi kebanyakan orang di
Indonesia. Tidak hanya kota besar yang membutuhkan handphone
sebagai alat penunjang aktivitasnya. Masyarakat kota kecil pun
merasakan pentingnya handphone sebagai alat komunikasi. Dengan
adanya handphone jarak sudah bukan lagi masalah untuk melakukan
komunikasi. Dimanapun kita berada, selama sinyal hanphone masih
dapat tertangkap kita bisa menghubungi siapapun.
Media handphone, sudah banyak digunakan oleh berbagai jenis
kalangan masyarakat. Tak hanya masyarakat menengah ke atas,
namun masyarakat biasa pun sudah memilik hanphone masing-
masing. Begitupula yang terjadipada masyarakat yang tinggal
dipinggir rel kereta api. Kehidupan masyarakatnya yang bisa
dikatakan pas-pasan, namun hampir dari mereka masing-masing
memiliki handphone. Handphone merupakan salah satu alat
komunikasi yang bisa dibilang termasuk pada golongan komunikasi
antar personal. Karena di dalamnya terdapat penyampaian informasi
antar individu.
Berbagai jenis merek serta ragam jenis handphone yang masuk
ke pasar Indonesia membuat masyarakat harus cermat memilih. Ada
yang harganya fantastis namun dengan kecanggihan fiturenya, tetapi
adapula yang biasa saja, namun inti utama dari media tersebut adalah
sebagai media komunikasi. Pada masyarakat miskin yang tinggal
dipinggir rel kereta api, pengguna handphone hampir 75%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
Dari data 8 responden, ada 6 responden yang menggunakan
handphone dan 2 orang responden yang tidak menggunakan
handphone. Dari data yang di dapat, frekuensi mengakses handphone
masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api dalam sehari,
ada 2 responden menjawab 2 kali dalam sehari, kemudian 3
responden menjawab 2-3 kali, dan 1 responden menjawab 5 kali
dalam sehari. Hal ini dikarenakan kebutuhan mereka yang terbatas
dan berbeda-beda. Pemakaian handphone pada masyarakat miskin
yang tinggal dipinggir rel kereta api rata-rata 3 kali dalam sehari.
Rata-rata pemakaian handphone pada ibu rumah tangga kurang
efektif. Mereka hanya menggunakan handphoneuntuk seperlunya
saja.
Frekuensinya pemakaian handphone terbanyak, didapat dari
Pak Tugiono. Profesinya sebagai pedagang warung menyebabkan ia
sering menggunakan handphone. Frekuensinya menggunakan
handphone bisa sampai 5 kali dalam sehari. Hal tersebut
dikarenakan, handphone miliknya tak hanya digunakan untuk
berkomunikasi seperti biasa, namun digunakan pula untuk
berkomunikasi dalam berdagang dan melayani pembeli. Jika
tetangganya ada yang membutuhkan barang dagangannya, maka bisa
langsung pesan dengan cara menghubunginya melalui handphone.
Hal tersebut juga dilakukan oleh Mas Slamet, yang menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
handphone untuk media berdagang dengan cara bisa pesan antar
dagangannya yaitu nasi goreng.
Kemudian untuk intensitas penggunaannya, termasuk kedalam
golongan jarang menggunakan handphone. Maksud dari penggunaan
handphone yang jarang disini adalah masyarakat miskin yang tinggal
dipinggir rel kereta api hanya menggunakan handphone seperlunya
saja. Misalnya, hanya untuk telephone sesekali dan sms. Itupun
untuk mereka yang sudah mengtahui benar-benar cara menggunakan
handphone. Selanjutnya, untuk tingkat keseriusan, mereka tergolong
tidak terlalu serius, hanya saja mengikuti situasi dan kondisi.
Maksudnya adalah jika sedang ada telephone, mereka serius untuk
menggunakan dan menerima telephone tersebut, namun jika tidak,
mereka lebih memilih tidak menggunakannya.
Handphone juga ditenggarai sebagai sarana berbagi kabar.
Kebanyakan warga pendatang, sering berbagi kabar dengan sanak
keluarga di desa melalui handphone. Tak hanya itu, handphone juga
berfungsi untuk berbagi kabar dan kegiatan yang mereka lakukan
dilingkungan tempat tinggal.
Untuk cara mendpatkannya, rata-rata mereka mendapatkannya
dengan cara membeli. Namun ada pula yang membeli dengan kredit,
dan ada pula yang pemakaiannya bersama dengan anak mereka.
Seperti yang terjadi pada Ibu Saoni dan Ibu Suminem. Kedua ibu-ibu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
tersebut tidak memiliki handphone melainkan pemakaiannya
bersamaan dengan anak mereka. Ibu Saoni misalnya, ia mengaku
memakai handphone berdua dengan anaknya yang terakhir,
“saya tidak punya handphone, ada sih tapi itu juga berdua dengan anak saya” ungkapnya.
Tak jauh berbeda halnya dengan Ibu Saoni, Ibu Suminen pun
demikian. Ia menggunakan handphone berdua pemakaiannya dengan
anaknya.
Pada media handphone, juga terdapat menu favorit. Namun
kebanyakan dari responden, tidak memiliki menu favorit. Karena
kebisaaan mereka yang terbatas untuk penggunaan handphone yaitu
hanya untuk menelfon dan berkirim pesan singkat saja. Tetapi ada
pula seperti Mas Slamet, yang memiliki menu favorit yaitu menu
radio. Ia menggunakan radio di handphone untuk mendengarkan
musik lewat acara radio.
Pada umumnya, media Handphone yang digunakan pada
masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api adalah untuk
berbagi informasi. Namun tidak seperti kebanyakan muda-mudi,
para responden yang notabennya kebanyakan usia produktif, hanya
menggunakan handphone untuk berkomunikasi penting satu sama
lain. Untuk juga bertukan kabar dan informasi.
Namun hal tersebut diatas berbeda dengan salah satu penelitian
mengenai dampak penggunaan hanphone, menurut penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
terdahulu yang telah dilakukan52, menurut data Kompas, (4/04/03)
yang melakukan street polling yangdilakukan pada 100 remaja SMU
di Jakarta, Bogor, Bandung, dan Semarangmenunjukkan bahwa 51%
mereka mengirim SMS 11-20 kali, 35% 2-10kali dan 14% lebih dari
20 kali sehari. Fenomena itu jelas menjadi salah satu potretdampak
perkembangan komunikasimelalui handphone. Bahkan sebesar 73%
dari merekamengeluarkan biaya untuk membeli voucher
perbulannya sekitar 100-200 ribu, 9% antara 201-300 ribu dan 8%
lebih dari 300 ribu/bulan. Ini berarti bahwa di samping menurunkan
minat baca, handphone juga mengarahkan masyarakatuntuk hidup
konsumtif. Bahkan menurut data dari penelitian “Survei
SiemensMobile Phone”, 58% orang indonesia lebih memilih
mengirim SMS daripada membaca buku, (Nurudin, Sistem
Komunikasi Indonesia, 191-192, 2005). Di atas adalah dampak dari
segi sosial budaya masyarakat atas penggunaan Handphone telepon
seluler.
Hal tersebut berkaitan dengan Teori DeFleur dan Ball-
Rokeach53, yang menjelaskan tentang pertemuan dengan media
melihat, bahwa pertemuan khalayak dengan media berdasarkan tiga
kerangka teoretis yaitu, persapektif perbedaan individual, perspektif
kategori sosial, dan perspektif hubungan social. Dan penelitian
tersebut termasuk dalam perspektif kategori sosial.
52http://ayuprima.student.umm.ac.id/2010/02/12/dampak-penggunaan-handphone/ 53Jalaluddin Rakhmat, 2002, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hal. 203 – 204
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
Perspektif kategori sosial berasumsi bahwa, dalam masyarakat
terdapat kelompok-kelompok sosial, yang reaksinya pada stimulun
tertetu cenderung sama. Golongan sosial berdasarkan usia, jenis
kelamin, tingkat pendapatan, pendidikan, tempat tinggal dan
kayakinan beragama menempilkan kategori respons. Anggota-
anggota kategori tertentu akan cenderung memilih isi komunikasi
yang sama dan akan memberi respons kepadanya dengan cara yang
hampir sama pula.
3.5.2 Komunikasi Massa (Media Exposure) pada Masyarakat yang tinggal
disekitar TPS dilihat dari Jenis Media Massa yang digunakan :
3.5.2.1 Televisi
Komunikasi melalui Televisi berkembang ke seluruh dunia.
Negara-negara yang baru merdeka pada waktu itu pun
mengoperasikan Televisi siaran sebagai teknologi mutakhir. Hingga
saat ini, terdapat begitu banyak stasiun Televisi komersial di
Indonesia, baik yang berskala nasional maupun lokal. Media massa
yang paling banyak dimiliki oleh responden dan mendominasi pada
penelitian iniadalah Televisi. Hasilnya tak jauh berbeda dari
penelitian yang dilakukan pada masyarakat miskin yang tinggal
dipinggir rel kereta api, masyarakat miskin yang tinggal disekitar
TPS pun demikian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
Effendy (2000), media massa digunakan dalam komunikasi
apabila komunikasi berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh.
Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari
umumnya adalah surat kabar, radio, Televisi, dan film bioskop, yang
beroperasi dalam bidang informasi, edukasi dan rekreasi, atau dalam
istilah lain penerangan, pendidikan, dan hiburan. Keuntungan
komunikasi dengan menggunkan media massa adalah bahwa media
massa menimbulkan keserempakan artinya suatu pesan dapat
diterima oleh komunikan yang jumlah relatif banyak. Jadi untuk
menyebarkan informasi, media massa sangat efektif yang dapat
mengubah sikap, pendapat dan prilaku komunikasi54. Media massa
adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan
secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen.
Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain
adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media
massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang
tak terbatas (Nurudin, 2007).
Perbedaan masyarakat ini dengan sebelumnya hanyalah tempat
tinggal. Jika masyarakat miskin sebelumnya, tinggal dipinggir rel
kereta api, tetapi masyarakat ini adalah yang tinggal disekitar TPS.
Pada masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS, terdapat total 7
54http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2060385-pengertian-mediamassa/#ixzz1P8KMOEhD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
responden yang telah diwawancarai. Dari hasil wawancara yang
didapat, semua responden yang berjumlah 7 orang memiliki masing-
masing 1 Televisi dirumahnya. Hal tersebut tak jauh berbeda pada
masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api. Dari data
yang di dapat, frekuansi menonton Televisi masyarakat miskin yang
tinggal disekitar TPS adalah sangat rendah. Hasil pengumpulan data
tersebut adalah sebagai berikut :
Gambar Grafik 3.9
Frekuensi Menonton Televisi
Masyarakat yang tinggal disekitar TPS
Sumber : Data wawancara dan Observasi oeneliti Maret 2011
Keterangan :
Frekuensi menonton televisi sangat rendah
Frekuensi menonton televisi sedang
0123456
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
Sangat tinggi : > 6 kali sehari Tinggi : 5 kali sehari Sedang : 4 kali sehari
Rendah : 3 kali sehari Sangat rendah : < 2 kali sehari.
Bisa kita lihat dari data diatas, rata-rata responden menonton
Televisi adalah 2 kali setiap harinya, dan hal tersebut termasuk
dalam golongan sangat rendah. Dari hasil wawancara, beragam
pendapat tersaji dari para responden. Mereka mengemukakan hal-hal
yang menyebabkan minimnya waktu mereka menonton Televisi.
Seperti yang dikemukakan oleh Pak Otang (45) :
“saya nonton Televisi itu biasanya selagi sempat, kira-kira 1 samapai 2 kali sehari. Karena, pulang kerumah pun jarang apalagi untuk menonton Televisi. Saya bekerja sebagai petugas kebersihan, jadi setiap hari harus selalu ada di lapangan, hampir 24 jam. Tapi lokasi bekerja tidak jauh dari rumah” tuturnya. Ia jarang sekali menonton Televisi dikerenakan pekerjaan yang menuntutnya untuk selalu berada dilapangan”.
Lain halnya dengan Feni Astuti (29) yang bekerja sebagai ibu
rumah tangga. Ia bisa menghabiskan 4 kali sehari untuk menonton
Televisi.
“saya hanya ibu rumah tangga biasa, makanya sering banget nonton Televisi, karena kalau habis beres-beres rumah ya ga ada kerjaan lagi, jadi ya paling nonton Televisi”, jelasnya.
Rata-rata waktu yang digunakan untuk menonton Televisi bagi
para responden ini adalah malam hari. Karena di malam harilah
biasanya mereka bertemu keluarga masing-masing satu sama lain,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
berkumpul, meluangkan waktu bersama keluarga sehabis pulang
kerja.
Kemudian intensitas menonton Televisi pada masyarakat
miskin yang tinggal disekitar TPS ini adalah terbilang sangat rendah.
Dilihat dari waktu keseringan menonton Televisi. Namun jika dilihat
dari keseriusan menonton Televisi, cenderung tidak serius dalam
menonton Televisi. Tingkat keseriusan mereka dilihat dari acara
yang mereka tonton. Seperti pendapat dari salah satu responden,
yaitu Pak Asep Sutaya (50),
“kalau menonton Televisi saya ga serius, tapi biasanya tergantung acaranya. Kalau berita ya, saya serius mengikutinya tapi kalau hiburan ya biasa saja” tuturnya.Tingkat keseriusan mereka juga diukur dari kebiasaan mereka menonton Televisi.
Kebiasaan masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS
dalam menonton Televisi bervariasi. Ada yang menonton Televisi
sambil santai, tidur-tiduran dan menikmati waktu bersama keluaraga,
ada juga yang yang sambil menonton, sambil melakukan pekerjaan
lain seperti makan, atau sambil merokok, bahkan ada pula yang
menyempatkan menonton Televisi sambil istirahat di malam hari.
Kebiasaan menonton Televisi yang beragam, disebabkan karena
masing-masing dari pekerjaan mereka yang berbeda pula.
Untuk mendapatkan Televisi, pada masyarakat ini, yaitu
masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS termasuk mudah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
Biasanya mereka membeli di pusat elektronik yang tak jauh dari
tempat tinggal mereka. Sama seperti yang terjadi pada masyarakat
miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api. Lokasi tempat tinggal
mereka yang memudahkan mereka untuk mencari barang-barang
elektronik apapun dengan harga miring, selalu tersaji di sana. Oleh
karena itu, masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS masing-
masing memiliki Televisi dirumah mereka.
Televisi memiliki sisi menarik untuk selalu ditunggu-tunggu
penayangannya oleh penonton atau pemirsa Televisi. salah satunya
yang menarik adalah bagian dari content atau isi dari acara Televisi
itu sendiri. Masing-masing stasiun Televisi menyajikan beragam
acara menarik utuk nantinya disajikan kepada penikmat Televisi.
Content atau isi dari acara Televisi yang diserap oleh penonton
Televisi, biasanya akan membuat pengaruh terhadap individu atau si
penonton itu sendiri. Begitu pula yang terjadi pada masyarakat
miskin yang tinggal disekitar TPS. Content atau isi dari acara
Televisi yang diserap oleh mereka berbeda-beda setiap individunya.
Namun sebelum itu, tentunya mereka memiliki acara Televisi favorit
dan stasiun Televisi favorit, sehingga nantinya mereka akan
menyerap content atau isi dari acara tersebut. Berikut adalah daftar
stasiun Televisi dan acara Televisi favorit pada masyarakat miskin
yang tinggal disekitar TPS :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
Tabel 3.8
Daftar Stasiun Televisi dan Acara Televisi Favorit
Masyarakat yang Tinggal disekitar TPS
Nama Stasiun Televisi Favorit Acara Televisi Favorit
Pak Udin Trans Televisi dan TvOne Hiburan Lawak dan Berita Pak Otang Trans 7 dan ANTV Hiburan lawak dan Berita Feni Astuti SCTV danRCTI Sinetron dan Berita Pak Asep Sutaya Metro Televisi dan RCTI Berita dan Hiburan Lawak Dul Effendi Trans Televisi dan TvOne Hiburan Lawak dan Berita Sutarjo MNC Televisi Musik Dangdut Ibu Supriyati RCTI danSCTELEVISI Sinetron
Sumber : Data wawancara dan Observasi oeneliti Maret 2011
Dari data diatas, hasil yang didapat untuk stasiun Televisi
favorit atau stasiun Televisi yang paling sering ditonton oleh
masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS, Kelurahan Kalianyar
adalah RCTI, kemudian yang kedua adalah Trans Televisi, TvOne
dan SCTV. Dan untuk acara Televisi yang paling sering ditonton
oleh masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS, Kelurahan
Kalianyar adalah Hiburan Reality Show, kemudian yang kedua
adalah berita dan yang ketiga adalah sinetron.
Kemudian, setelah mendapat hasil yang didapat untuk stasiun
Televisi dan acara yang paling sering ditonton oleh masyarakat
miskin yang tinggal disekitar TPS, Kelurahan Kalianyar, maka akan
didapatkan jawaban dari responden tentang contens atau isi dari
acara Televisi yang paling sering mereka tonoton. Dan apakah hal
tersebut berpengaruh atau tidak pada masing-masing individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
Beberapa responden menjawab beragam, seperti Ibu Supriyati
(45) yang bekerja sebagai pedagang kue keliling. Acara Televisi
yang paling sering ia tonton adalah sinetron, ketika ditanya apa
content atau isi yang ia ambil dari acara yang ia sering tonton
tersebut ia menjawab :
“Namanya juga ibu-ibu, biasanya suka banget nonton sinetron. Seru ceritanya tayangnya juga kan setiap hari, jadi saya ngikutin bangaet, ngga ketinggalan. Biasanya ya kalau nonton sinetron di ambil yang baik-baiknya saja. Kalau ada tindakan atau contoh kurang baik di sinetron, jangan ditiru. Apalagi anak saya juga kadang ikut nonton juga. Jadi saya tetep menjaga mereka agar tidak ikut-ikutan kaya di senetron itu, misalnya begitu”.
Lain lagi halnya denga Mas Sutarjo (35), yang bekerja sebagai
supir bajaj. Acara favoritnya yang paling sering ia tonton adalah
Tarung Dangdut di stasiun Televisi, MNC Televisi. Ia
mengemukakan alasanya menyukai acara tersebut dan content atau
isi dari acara tersebut yang ia serap selama ini.
“Acara favorit saya itu tarung dangdut, di MNC Televisi. Acaranya hampir setiap malam ada. Saya kan suka musik dangdut, jadi tentu saja kalau di Televisi jarang ada penayangan acara dangdut, dan yang ada hanya di Televisi itu saja. Terus juga kadang bintang tamunya artis favorit dangdut saya, jadi saya suka nontonnya. Dari acara dangdut biasanya ya saya dapet hiburan aja sih buat diri sendiri, abis seharian narik, malemnya nonton dangdut sambil bareng kumpul keluarga..” tuturnya.
Selain itu ada juga Pak Udian (50), yang bekerja sebagai
petugas kebersihan sampah di lingkungan Kelurahan Kalianyar. Ia
menuturkan bahwa, :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
“Biasanya saya nonton Televisi itu malam hari. Dan acara yang sering saya tonton itu ya hiburan, seperti OVJ (Opera Van Java). Karena acaranya sangat menghibur sekali. Lawakannya juga lucu, modern. Dari acara itu, saya dapet hiburan, bisa ketawa-ketawa bareng kuluarga, karena kan acaranya memang lucu”.
Dari beberapa wawancara yang di dapat, kebanyakan dari
responden menjawab mengenai content atau isi dari acara yang
mereka dapatkan itu tergantung dari jenis acara yang mereka tonton.
Dari apa yang mereka saksikan, misalnya hiburan, mereka
mendapatkan hiburan baru di luar rutinitas pekerjaan mereka.
Kemudian jika acara berita, yang mereka dapatkan adalah informasi
dari acara berita itu sendiri, dan sebagainya.
Lingkungan tempat tinggal mereka yang berada di sekitar TPS
tidak mengurangi penerimaan mereka terhadap informasi. Media
televisi sangat membantu mereka menambah informasi serta
pengetahuan terhadap sesuatu yang baru. Lingkungan sosial, baik
secara individu ataupun kelompok, informasi baru dari televisi justru
menjadi bahan perbincangan diantara mereka satu sama lain.
3.5.2.2 Radio
Kemajuan tekhnologi dari media elektronik juga ditandai
dengan kemunculan radio. Di Indonesia, pada masa penjajahan
Belanda, saat Indonesia merdeka, radio merupakan salah satu media
yang menyiarkan dan menyebarkan tentang kemerdekaan indonesia.
Begitu kuatnya fungsi radio dahulu sebagai salah satu media yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
sangat berpengaruh terhadap masyarakat. Namun sekarang, seiring
kemajuan tekhnologi dan zaman, banyak media-media elektronik
lain yang lebih dominan lebih dugunakan dan lebih mendominasi di
masyarakat.
Berbeda halnya dengan yang terjadi pada masyarakat yang
tinggal disekitar TPS, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat. Pamor
radio sudah mengalami penurunan ketimbang dengan media
elektronik lainnya. Terbukti dengan hasil wawancara dari 7
responden, hanya ada 1 responden yang masih menggunakan radio
sebagai media hiburan juga untuk mendapatkan informasi. Dan 6
responden lainnya tidak menggunakan radio sebagai mendapatkan
informasi ataupun berbagi.
Responden tersebut adalah Feni Astuti (29), warga asli Jakarta
ini masih suka mendengarkan radio untuk sekedar mencari hiburan
lain dan mendapatkan informasi. Frekuensi atau waktu yang ia pakai
seharinya untuk mendengarkan radio adalah 1-2 jam. Kemudian
untuk intensitas setiap harinya ia cukup sering mendengarkan radio.
Untuk tingkat keseriusannya ia mengaku lumayan serius
mendengarkan radio dan sangat menikmati. Radio yang ia miliki
adalah radio elektronik, melainkan bukan radio yang terdapat pada
media lain (seperti di handphone). Program acara di radio yang
paling sering ia dengarkan adalah Musik dan hiburan. Untuk stasiun
radio paling sering ia dengarkan adalah 98,7-GEN FM, Bens Radio
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
dan Kamajaya FM. Pilihan radio-radio tersebut dikerenakan acara
musiknya yang beragam. Karena titik beratnya mengapa ia masih
menyukai radio sebagai media hiburan adalah radio menurutnya
adalah media hiburan, dan acara yang disenanginya pun adalah
musik. Dari berbagai stasiun radio yang berbeda, jenis musik yang
ditawarkan semakain beragam. Dan hal tersebut yang membuat
pengetahuan tentang musikna semakin bertambah, yaitu lewat
mendengarkan radio.
Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan yang kita temukan
pada penelitian di masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel
kereta api. Radio masih menjadi sesuatu yang “minoritas”
dibandingkan dengan media lainnya terlebih lagi jika dibandingkan
dengan telavisi.
3.5.2.3 Surat Kabar
Media massa yang masih banyak dipilih sebagaian warga
Jakarta untuk mendapatkan informasi adalah media cetak koran atau
surat kabar. Bahkan pada jaman sekarang ini tak hanya kemajuan
pada media cetak koran tetapi juga majalah dan sejenisnya. Majalah
untuk saat ini, banyak merebut hati masyarakat dalam peredarannya,
mulai dari majalah remaja, dewasa, bahkan anak-anak. Namun itu
semua tak luput dari kemajuan industri percetakan yang sudah maju
hingga saat ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
Pada masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS Kelurahan
Kalianyar Jakarta Barat, masih cukup terlihat antusiasme warga
masyararakat terhadap ketertaikannya pada membaca koran. Dari
data yang di dapat, dari 7 responden, terdapat 3 orang responden
yang masih menggunakan surat kabar, untuk mendapatkan
informasi, berikut adalah ulasan dari ketiga responden tersebut.
Responden pertama adalah Pak Asep Sutaya (50) yang masih
sering membaca koran. Dalam seminggu, waktunya membaca koran
tidak banyak, yaitu 2 kali dalam seminggu. Hal itu termasuk
kedalam intensitas rendah dalam seseorang membaca surat kabar.
Membaca koran dilakukannya ketika malam hari di waktu santai,
waktu yang dibutuhkan biasanya setengah jam untutk membaca
koran.Jika ditanya keseriusannya ia menjawab,
“kalau beritanya lagi bagus ya saya serius membacanya”, tuturnya. Kemudian untuk cara mendpatkannya ia mengaku mendapatkan koran yang dibacanya dengan cara membeli, jika sedang ada uang lebih.
Untuk segment yang paling sering ia baca, ia menjawab,
“saya paling sering kalau lagi baca koran ya mencarai news-nya atau berita utama. Biasanya ada dihalaman depan. Habis itu baru lanjut ke halaman-halaman selanjutnya..” jelasnya.
Koran yang sering ia baca adalah poskota, salah satu koran
harian dijakarta. Dan dari membaca koran tersebut, ia mendapatkan
manfaat yaitu, mendapatkan berita-berita aktual terbaru dengan
konteks yang berbeda. Seperti yang diungkapkannya berikut ini,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
“ya kalau dikoran itu kan biasnya sajian beritanya beda dengan yang ditonton di Televisi. Dari bahasa yang dibaca sih menurut saya lebih jelas ceritanya. Saya jadi tambah wawasan aja. Apalagi kalau lagi ga sempat nonton Televisi karena capek, ya saya baca koran, jadi tetep tahu perkembangan berita”, tuturnya.
Kemudian responden yang kedua ada Pak Otang (45). Ia
bekerja setiap harinya sebagai ketua dari petugas kebersihan sampah
lingkungan setempat. Frekuensi pak otang dalam membaca koran
adalah 3 kali dalam seminggu, intensitasnya bisa dikatakan cukup
rendah. Pak otang yang notabennya jarang menonton Televisi,
memanfaatkan koran, untuk pengganti sarana informasi yang tidak
didapatnya dari Televisi. Dalam membaca koran, tingkat
keseriusannya adalah,
“serius tidak serius, tergantung beritanya” tuturnya.
Ia mendapatkan koran tersebut dengan cara membeli. Koran yang
paling sering ia baca adalah sama dengan Pak Asep sebelumnya,
yaitu Poskota.
“saya biasanya baca poskota karena harganya terjangkau ketimbang koran lain”.
Ketika ditanya tentang segment favorit yang paling sering dibaca,
pak otang menjawab,
“saya baca berita dari halaman depan, karena isinya berita terbaru semua. Dan memang itu yang saya cari, berita-berita terbaru...” jelasnya.
Surat kabar memberikan informasi untuknya tentang berita-berita terbaru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
Hal tersebut hampir sama dengan apa yang telah ditemukan
pada penelitian terdahulu55 mengenai, Bagaiaman Hubungan Rubrik
“Pendidikan” Harian Umum Pikiran Rakyat dengan Minta Baca
Mahasiswa. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa kurangnya
minat mahasiswa dalam membaca surat kabar. Jika penelitian
tersebut dikaitkan dengan penelitian penulis adalah pada masyarakat
miskin yang tinggal disekitar TPS minat membaca surat kabar
(media cetak) pun sudah sangat menurun tetapi masih tetap diminati
oleh pembaca setianya.
3.5.2.4 Handphone
Media komunikasi saat ini yang bermacam-macam ragam,
bentuk dan variasi, membuat masyarakat harus pintar-pintar memilih
sesuai kebutuhan dan harus menjadi konsumen yang cerdas. Saperti
halnya Handphone, yang hampir disetiap tahun dari beberapa
produsen ternama menelurkan keluaran-keluaran terbaru untuk
produknya di pasar dunia. Namun hal tersebut tetap diimbangi
dengan harga dari apa yang ditawarkan. Tetapi handphone saat ini
bukan lagi menjadi barang mahal dan langka, dengan harga
terjangkau dan kemiripan dengan barang yang sama dengan harga
miring, membuat masyarakat tergiur untuk membelinya.
55www.ratswd.de/download/RatSWD_WP_2009/RatSWD_WP_111.pdf
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
Tetapi fungsi handphone sebagai alat komunikasi atar
inidividu satu dengan lainnya, masih melekat dihati masyarakat.
Seperti yang terjadi pada masyarakat miskin yang tinggal disekitar
TPS, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat. Dari 7 responden, terdapat
4 responden yang masih menggunakan handphone sebagai alat
komunikasi dan 3 responden lagi, tidak menggunakan handphone
sebagai alat komunikasi.
Namun secara garis besar, penggunaan handphone pada
masyarakat yang tinggal disekitar TPS, Kelurahan Kalianyar Jakarta
Barat, bisa dibilang sangat minim. Maksudnya adalah penggunaan
handphone pada masyarakat ini rata-rata murni hanya untuk saling
menghubungi dan berhubungan saling telfon dan berbagi kabar lewat
media handphone. Dan penggunaannya tak lain, dan hanya sebatas
itu. Mungkin terkadang kita sering mendengar penggunaan
handphone saat ini tak hanya digunakan untuk berbagi kabar saling
menelepon atau mengirim pesan singkat, tetapi juga digunakan untuk
internetan, online, membuka email, bermain game, memotret, men-
shoot video, dan lain-lain. Tetapi tidak untuk masyarakat miskin
yang tinggal disekitar TPS, Kelurahan Kalianyar Jakarat Barat.
Seperti pendapat dari beberapa responden berikut ini.
Frekuensi mereka mereka menggunakan handphone rata-rata 1-2 kali
perharinya. Intensitas tersebut bisa dikatakan sangat rendah. Dari 4
responden yaneg memakai handphone, 3 orang menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
handphone rata-rata 1-2 kali sehari dan 1 orang menggunakan
handphone 3-4 kali sehari. salah satu responden yang menggunakan
handphone 1-2 kali perharinya adalah Pak Udin. Di usianya yang
tidak muda lagi, ia memang masih memiliki handphone sendiri.
Handphonenya setiap hari digunakan untuk berkomunikasi dengan
keluaraga. Dan karena memang pengetahuannya untuk memakai
handphone terbatas, jadi ia pun hanya bisa menggunakan handphone
sekedar utuk sms dan telfon, tidak lebih dari itu.
Tetapi lain halnya dengan Pak Dul Effendi, yang mengaku
menggunakan handphone 3-4 kali dalam sehari. Intensitasnya lebih
banyak memnag jika dibandingkan responden lainnya, yang hanya 1-
2 kali sehari. Menurutnya,
“saya pakai handphone kalau lagi sebelum berangkat kerja biasanya ngecek-ngecek handphone siapa tahu ada panggilan dari teman kerja, terus juga kalau lagi istirahat kerja biasanya suka liat-liat handphone siapa tahu ada panggilan dari keluarga dirumah atau kalau pulang kerja dan ketika sedang santai dirumah, saya biasanya smsan sama teman, ya begitu saja sih..” jelasnya.
Rata–rata dari mereka, tidak begitu serius menggunakan
handphone, dikarenakan keterbatasan pengetahuan dalam
menggunakan handphone. Kecuali ada kabar penting atau berita
penting dari sanak saudara atau kerabat Biasanya mereka hanya
menggunakan handphone sekedar untuk sms ataupun telfon saja,
selebihnya tidak. Kemudian, rata-rata mereka memiliki handphone
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
sendiri-sendiri, tidak ada yang berdua pemakaiannya dengan anggota
keluaraga lain. Tak ada content atau menu favorit dalam
menggunakan handphone pada masyarakat miskin yang tinggal
disekitar TPS Kelurahan Kalianyar. Meskipun begitu, fungsi
handphone untuk mereka adalah untuk berbagi kabar dan
menginformasikan juga berbagi berita satu sama lain.
3.6 Analisis Konferhensif
Terpaan media exposure yang ada pada masyarakat miskin yang tinggal
dipinggir rel kereta api dan disekitar TPS menjadikan kedua masyarakat tersebut
menjadi melek terhadap media. Meskipun mereka tinggal ditengah kota Jakarta
sekalipun, jika tanpa keberadaan media, mereka akan kekurangan infromasi atau
terbatas akan suatu informasi. Oleh karena itu, mereka tetap menggunakan
media massa, sesuai dengan kondisi masing-masing. Walaupun terbilang
masyarakat menengah kebawah, kebutuhan akan informasi mereka sangat tinggi,
walupun terkadang media yang mereka miliki terbatas.
Secara Individual, mereka tetap memilih media mana yang masih
dibutuhkan oleh mereka untuk mendapatkan informasi terkini tentang apaun itu.
Perbedaan individual secara meteri, ekonomi, sosial dan budaya membuat
mereka memilih akan kebutuhan media mereka masing-masing, dan perbedaan
tersebut menyebabkan pengaruh media massa yang berbeda pula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
Teori DeFleur dan Ball-Rockeach56 mengungkapkan tentang pertemuan
khalayak dengan media berdasarkan salah satunya perspektif hubungan sosial,
mereka akan saling bertukar infromasi bahkan sampai mempengaruhi satu sama
lain terhadap suatu infromasi yang mereka ketahui. Cotohnya saja acara televisi
berita ataupun sinetron. Pertama, informasi bergerak pada sekelompok individu
yang relatif lebih tahu dan sering memperhatikan media massa. Kedua,
informasi bergerak dari orang-orang itu – disebut :pemuka pendapat” – dan
kemudian melalui saluran-salauran interpersonal disampaikan kepada individu
yang bergantung kepada mereka dalam informasi. Sebagai contoh dalam
penggunaan media, diduga orang yang berpendidikan rendah jarang membaca
surat kabar, tetapi sering menonton Televisi.
Pada penelitian ini, hasilnya tidak jauh berbeda dengan teori tersebut.
Kedua masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api dan disekitar TPS
dikategorikan sebagai masyarakat miskin yang terkadang dipandang miskin
materi, namun tidak berarti mereka miskin informasi. Hal tersebut dilihat dari
banyak faktor yang mendukung mereka untuk selalu mendapatkan informasi.
Dari mulai adanya terpaan media, alat komunikasi hingga bersosialisasi antar
individu maunpun kelompok. Mengenai pilihan media yang digunakan, hal itu
kembali pada kebutuhan informasi dan oleh individu masing-masing.
56Jalaluddin Rakhmat, 2002, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hal. 203 – 204
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
3.7 Matrik Data
3.7.1 Matrik Data Komunikasi Interpersonal dan Komunikasi Kelompok
Masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api
Masyarakat yang tinggal di sekitar TPS
1. Komunikasi Interpersonal
Pada masyarakat ini, komunikasi interpersonal dengan keluarga dan tetangga, dilakukan setiap harinya.
Pada Masyarakat ini komunikasi interpersonal juga dijalankan di lingkungan keluarga dan tetangga.
Cara · Dengan keluarga : dengan cara bertegur sapa dirumah setiap harinya, sebelum beraktifitas, memperbincangkan sesuatu dll. · Dengan tetangga : dengan
cara bertegur sapa ketika bertemu dijalan, saling berbagi cerita, berbincang, dll.
· Dengan Keluarga : dengan cara berbincang, ngobrol, bertukar pendapat, dll.
· Dengan tetangga : dengan cara mengunjungi rumah salah satu tetangga, bertegur sapa, saling bercerita, dll.
Waktu · Dengan keluarga : Pagi, Sore, Malam. · Dengan tetangga : Pagi, Sore
· Dengan keluarga : Pagi, sore, malam
· Dengan tetangga : pagi, sore dan malam.
Content/Isi · Dengan Keluarga : yang sering dibicarakan adalah masalah rumah tangga, dapur, kebutuhan sehari-har, anak dan bagaimana mensejahterakan kehidupan ekonomi. · Dengan Tetangga : yang
paling sering dibicarakan adalah mengenai politik, sembako, masalah pekerjaan, dan isu-isu yang sedang hangat.
· Dengan keluarga : membicarakan mengenai, sekolah anak, maslah rumah, dapur, dan masalah sehari, dan kesejahteraan ekonomi satu sama lain. dll.
· Dengan tetangga : masalah kebersihan dan keamanan, juga masalah sehari-hari, dan kesejahterakan kehidupan ekonomi mereka masing-masing.
2. Komunikasi Kelompok
Pada masyarakat ini lebih cenderung mengikuti Komunikasi kelompok Formal, yaitu PKK dan kegiatan Partai.
Pada masyarakat ini, lebih banyak mengikuti komunikasi non-formal, yaitu kegiatan kerja bakti dan ngumpul-ngumpul.
Cara Dilakukan dengan cara mengumpulkan masa di pos RT/RW untuk melaksanakan kegiatan (PKK).
Kerja bakti dilakukan setiap sebulan sekali. Disamping itu memang sudah merupakan kegiatan rutin warga kelurahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
186
Dilakukan oleh ± 30 partisipan. kalianyar.
Waktu Dilakukan 1 bulan 2 kali. Sebulan sekali Content/Isi Membicarakan seputar
kesehatan, posyandu balita, dan arisan. Opinion leader dari kelompok ini adalah pengurus dari PKK itu sendiri. Kegiatannya berupa penyuluhan dan kegiatan kesehatan.
Pembicaraan seputar kebersihan dan keamanan lingkungan. Yang bertindak sebagai opinion leader adalah ketua RT/RW atau perangkat Kelurahan setempat.
3.7.2 Matrik Data Media Exposure (Media Massa)
Masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api
Masyarakat yang tinggal di sekitar TPS
3. Media Exposure a) Televisi Dari 8 responden, rata-rata
semua memiliki Televisi Dari 8 responden, rata-rata semua memiliki 1 Televisi.
Frekuensi 1-2 kali sehari termasuk kategori sangat rendah.
2 kali sehari, termasuk kategori rendah.
Waktu Rata-rata menonton Televisi diwaktu senggang atau santai. Tingkat kesriusan tergantung dari acara apa yang sedang disimak. Misalnya acara berita, atau olah raga yang digemari, menyaksikannya dengan serius.
Rata-rata malam hari. Karena biasanya mereka berkumpul dan bertemu setelah sehari beraktivitas. Sambil menikmati acara Televisi mereka berkumpul.
Cara Cara mendapatkan Televisi dengan membeli atau ada juga yang kredit.
Cara mendapatkan Televisi adalah dengan membeli langsung.
Content/Isi Isi dari acara Televisi diserap oleh masyarakat dengan baik, tergantung dari acara yang disaksikan. Selain itu juga memberikan wawasan lebih kepada mereka seputar hal atau berita baru.
Isi dari acara Televisi yang diserap oleh masyarakat berdasarkan pada apa yang disaksikan. Televisi juga memberikan informasi terbaru untuk mereka, khusunya para pekerja.
Perubahan Sosial Pada penggunaan televisi, masyarakat ini cenderung mengkomunikasikan informasi secara individu. Namun ada kalanya pula mereka akan
Pada penggunaan televisi, masyarakat ini cenderung mengkomunikasikan informasi secara kelompok. Terlihat pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
187
berbagai tentang apa yang mereka serap dan ketahui dari acara televisi misalnya, kepada individu lainnya.
saat mereka berkumpul satu sama lain, mereka saling berbagi informasi.
b) Radio Dari 8 responden, hanya 1 yang masih menggunakan Radio sebagai alat penerima informasi.
Dari 7 responden, hanya 1 yang masih menggunakan radio sebagai salah satu media informasi.
Frekuensi 2 jam sehari, termasuk kategori Rendah
1-2 jam, termasuk kategori rendah.
Waktu Pagi dan malam. Atau diwaktu senggang ia menyiapkan dagangannya. Tingkat keseriusan terbatas dengan acara yang disukainya saja.
Pagi dan Siang hari. Ketika sedang santai dirumah, ia sering mendengarkan radio.
Cara Cara mendapatkan radio, dengan membeli handphone yang sekaligus didalamnya terdapat menu radio.
Radio didapatkan adalah membeli. Radio yang dimiliki berjenis elektronik.
Content/Isi Content yang paling digemari pada radio adalah acara musik, karena memberikan banyak hal baru seputar dunia musik.
Radio memberikan hiburan dan informasi lain untuknya. Namun musik masih menjadi suguhan favorit untuk selalu dinanti.
Perubahan Sosial
Pada masyarakat ini, yang masih menggunakan radio, lebih cenderung menikmati informasi tersebut untuk kepuasan pribadi. Karena memang sudah jarang yang menngunakan radio sebagai salah satu alat untuk mendapatkan informasi.
Pada masyarakat pun ini, yang masih menggunakan radio, lebih cenderung menikmati informasi tersebut untuk kepuasan pribadi. Karena memang peminat radio sudah jarang.
c) Surat Kabar Dari 7 responden terdapat 3 orang yang masih menggunakan surat kabar sebagai salah satu media untuk mendapatkan informasi.
Dari 8 responden hanya 2 yang masih menggunakan surat kabar sebagai salah satu media (koran dan majalah) untuk mendapatkan informasi.
Frekuensi 3 kali seminggu, termasuk kategori rendah.
Seminggu 2-3 kali, termasuk dalam kategori sangat rendah.
Waktu Membaca surat kabar dan majalah dilakukan pada pagi dan siang hari. Ada yang
Membaca surat kabar, ketika ada waktu senggang dan santai, juga disela-sela
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
188
melakukannya sambil memasak, dan melakukannya dipagi hari sebelum membuka toko dagangan.
kesibukan.
Cara Dengan cara membeli, walaupun tidak setiap hari. Tergantung dari kondisi keuangan.
Membeli, ada yang seminggu 3 kali, ada pula yang sebulan 2 kali.
Content/Isi Untuk para pekerja yang memakan waktu lama, koran menjadi alternatif lain untuk mendapatkan informasi selain Televisi. Isi yang paling disering dicarai adalah issue terkini dan juga berita terbaru.
Rubrik yang paling diminati ketika membaca koran adalah news, suara pembaca. Untuk majalah adalah resep masakan.
Perubahan Sosial
Adanya surat kabar, menambah pengetahuan plus tentunya untuk si pembaca. Biasanya, mereka akan berbagi tentang infor tertentu mengenai sesuatu yang jarang diketahui orang lain.
Pada masyarakat ini, surat kabar cenderung dinikmati masing-masing individu. hal tersebut dikarenakan sulitnya waktu untuk bersosialisasi karena waktu kerja, maka infromasi tambahan didapat melalui surat kabar.
d) Handphone Dari 8 responden, ada 6 orang yang masih menggunakan handphone dan 2 orang tidak menggunakannya.
Dari 7 responden, terdapat 4 orang yang menggunakan handphone dan yang 3 lainnya tidak.
Frekuensi 2-3 kali sehari, termasuk kategori sedang.
1-2 kali sehari, termasuk dalam kategori sangat rendah.
Waktu Waktu menggunakan handphone tidak tentu, namun handphone pada masyarakat ini lebih digunakan untuk hanya sekedar menelfon dan mengirim pesan singkat (sms).
Handphone digunakan pada waktu dan jam-jam tak tentu. Bisa kapan saja, selagi diperlukan.
Cara Handphone didapat dengan cara membeli dan ada juga yang kredit.
Kepemilikan handphone pada masyarakat ini ada yang milik pribadi, namun ada pula yang pemakaiannya berdua dengan anak.
Content/Isi Penggunaan handphone pada Karena responden rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
189
masyarakat ini berfungsi untuk bertukar kabar dan informasi.
usia produktif, maka pemakaian handphone sangat terbatas pada telfon, dan sms (itu pun jarang). Karena keterbatasan pengetahuan mereka menggunakan handphone. Namun fungsinya pun untuk bertukar informasi.
Perubahan Sosial
Handphone menjadi salah satu alat perekat atara satu individu dengan individu lainnya begitu pula antar kelompok. Karena keberadaannya memang cukup dibutuhkan.
Sama halnya yang terjadi pada masyarakt pinggir rel kerata, Handphone menjadi salah satu alat perekat atara satu individu dengan individu lainnya begitu pula antar kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
190
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada bab ini akan dikemukakan mengenai kesimpulan dari penelitian ini
secara menyeluruh untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan pada bab
terdahulu. Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
4.1.1 Karakteristik Masyarakat Miskin
Pada penelitian kali ini, peneliti mengangkat 2 dari kehidupan
masyarakat yang tinggal di wilayah yang sama namun berbeda tempat
yaitu, masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api dan disekitar
TPS, Kelurahan Kalianyar, Kecamatan Tambora Jakarta Barat.
Permasalahan dilihat dari kecenderungan pola komunikasi yang mereka
lakukan dan juga bagaimana karakteristik masyarakat tersebut.
Karakteristik masyarakat miskin yang tinggal dipiggir rel kereta api
dan disekitar TPS yang bisa terlihat kasat mata dan paling mencolok
adalah jumlah penduduknya yang sangat padat dan masalah tempat
tinggal, kawasan pemukiman padat. Rumah-rumah penduduk di Kelurahan
Kalianyar tergolong padat penduduk. Bisa dilihat dari rumah yang berjejer
dan tersusun dan menumpuk hampir disetiap gang-gang wilayah
Kelurahan Kalianyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
191
Kemudian dilihat dari beberapa aspek kehidupan salah satunya
karakteristik masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api dan
disekitar TPS yaitu :
1. Dilihat dari pekerjaannya. Pekerjaan yang dilakukan beregam mulai
dari sebagai pedagang, supir bajaj, buruh, Ibu Rumah Tangga, hingga
petugas kebersihan sampah harian. Mereka mempertahankan
hidupnya dengan cara mencari kerja dan penghasilan sampingan.
2. Dilihat dari kapercayaan, masyarakat miskin yang tinggal dipinggir
rel kereta api dan disekitar TPS Kelurahan Kalianyar sebagian besar
menganut agama islam. Ada pula agama minoritas seperti konghuchu
ketrunan cina, hidup berdampingan dengan baik. Masyarakat berbaur
saling menghormati satu sama lain dan hidup berdampingan.
3. Dilihat dari asal daerah, warga pendatang lebih banyak daripada
warga asli (Jakarta). Hal tersebut dikarenakan para pendatang dari
luar jakarta memilih tinggal di Jakarta sebagai pendatang dan mencari
pekerjaan di kota daripada di kota asal mereka. Kebanyakan para
pendatang berasal dari kota-kota disekitar Jawa Barat seperit Garut,
Banten, Tasikmalaya dan juga kota-kota di Jawa Tengah seperti
Tegal, Pemalang dan Wonogiri.
4. Kemudian dilihat dari status sosial, walaupun jika dilihat dari
padatnya jumlah penduduk, status sosial masyarakat miskin yang
tinggal dipinggir rel kereta api dan sekitar TPS tetap terkontrol.
Mereka rata-rata harus memiliki KTP, berstatus jelas sebagai warga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
192
masyarakat setempat. Sosialisasi dari pihak kelurahan pun membantu
warga agar tidak menjadi penduduk gelap, atau tidak taat peraturan.
Namun sering kali masih ada warga yang kurang mempedulikan
status sosial mereka.
4.1.2 Pola Komunikasi pada Masyarakat Miskin yang tinggal dipinggir rel
kereta api
Jika dilihat secara keseluruhan, masyarakat miskin yang tinggal
dipinggir rel kereta api lebih cenderung melakukan komunikasi kelompok
daripada komunikasi Interpersonal. Kemudian untuk komunikasi massa,
mereka lebih cenderung menggunakan media Televisi dan Handphone
untuk berkomuniaksi.
Secara keseluruhan dari responden, umumnya sering melakukan
komunikasi tatap muka, baik dengan keluarga maupun dengan tetangga
mereka. Hal itu dilakukan dengan cara berbeda-beda diantaranya, jika
dengan keluarga biasanya langsung bertemu dirumah, menyampaikan apa
yang ingin disampaikan, sepulang sekolah anak, sepulang kerja suami,
dengan menelepon, ataupun mencari waktu santai kemudian baru
memperbincangkan sesuatu.
Hal tersebut sama seperti yang ada pada teori konvergensi, Rogers
kincaid, dimana komunikasi sebagai proses dimana partisipan
menciptakann dan membagi informasi satu dan lainnya dengan tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
193
untuk menciptakan pemahaman bersama. Dengan kata lain, komunikasi
selalu mengacu pada hubungan (relationship).57
Kemudian jika dilingkungan bertetangga, masyarakat miskin yang
tinggal dipinggir rel kereta api Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat,
biasanya melakukan komunikasi tatap muka dengan cara bertegur sapa,
saling bercerita, bertemu tanpa sengaja dan tidak direncanakan, sambil
melakukan aktivitas lain seperti menemani anak makan diluar rumah,
bahkan ada yang sepulang sekolah ketika menjemput anak sekolah, hingga
ngerumpi dan lain-lain. Tetapi ada pula yang melakukan komunikasi tatap
muka dengan tetangga jika sedang bertemu saja, pas sedang keluar rumah,
misalnya hanya berpapasan dijalan atau dipasar, dan jika tidak, ia jarang
melakukan komunikasi terlebih dahulu dengan tetangga.
Selanjutnya adalah mengenai content atau isi dari apa yang
dibicarakan saat mereka melakukan komunikasi tatap muka. Masyarakat
miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api, Kelurahan Kalianyar, Jakarta
Barat, memiliki topik-topik yang biasanya dibicarakan pada saat
melakukan komunikasi tatap muka, baik dengan keluarga maupun dengan
tetangga. Dari hasil wawancara yang didapat, biasanya hal-hal yang
biasanya dibicarakan jika melakukan komunikasi dengan keluarga mereka
masing-masing adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan ekonomi
diantara mereka. Dan diantara hal-hal yang menyangkut kesejahteraan
57L.Kincaid & W.Schram, Asas-asas Komunikasi Antar Manusia, LP3ES, Jakarta, 1977. Hal. 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
194
yang mereka bicarakan adalahm seputar politik, masalah rumah tangga,
dapur, sekolah anak, pekerjaan suami atau istri, dan lain-lain.
Komunikasi tatap muka yang dilakukan antar tetangga pada
Masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api, Kelurahan
Kalianyar, Jakarta Barat, yaitu mengenai berbagai macam hal diantaranya
yang paling sering dibicarakan adalah mengenai kesejahteraan ekonomi
mereka, dari sembako, kehidupan sehari-hari, masalah keluarga, hingga
kiat-kiat untuk bagaimana memajukan dagangan agar lebih laris sampai
pada issue politik.
Media massa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat miskin
yang tinggal dipinggir rel kereta api, Kelurahan Kalianyar adalah televisi.
Penggunaan televisi dilihat dari beberapa hal yaitu sebagai berikut :
1. Dilihat dari frekuensi mereka menonton televisi adalah termasuk
kedalam golongan sangat rendah, yaitu dengan rata-rata menonton
televisi 1-2 kali sehari. Hal tersebut dikarenakan lebih karena faktor
perkerjaan yang mengharusnya mereka untuk beraktifitas.
2. Dilihat dari intensitas mereka menonton televisi. intensitas disini
adalah keseringan menonton televisi dilihat dari keseriusan mereka
menonton televisi. Tingkat keseriusan mereka tergantung dari acara
yang mereka simak.
3. Masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api Kelurahan
Kalianyar, memilih cara membeli Rata-rata masyarakat tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
195
membeli langsung di toko. Salah satu faktornya adalah tempat
tinggal mereka yang berdekatan dengan pusat elektronik terbesar di
Jakarta.
4. Stasiun dan acara televisi favorit. Stasiun televisi favorit mereka
adalah SCTV dan RCTI. Dan untuk acara favorit yang sering mereka
tonton adalah berita dan sinetron.
5. Content atau dan informasi yang mereka dapatkan dari acara-acara
favorit yang sering mereka tonton, yaitu berasal dari jenis acara
televisi itu sendiri.
Media handphone juga merupakan salah satu alat dan media
komunikasi yang banyak digunakan oleh masyarakat miskin yang tinggal
dipinggir rel kereta api. Pada umumnya, media Handphone yang
digunakan pada masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api
adalah untuk berbagi informasi, mengirim pesan singkat atau yang biasa
disebut sms (Short Message Service). Tak hanya itu, hanphone juga
digunakan sebagai media untuk mendengarkan radio.
4.1.3 Pola Komunikasi pada Masyarakat Miskin yang tinggal disekitar TPS
Jika dilihat secara keseluruhan, masyarakat miskin yang tinggal
disekitar TPS, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat lebih cenderung
melakukan komunikasi Interpersonal daripada komunikasi kelompok.
Kemudian untuk komunikasi massa, mereka lebih cenderung
menggunakan media Televisi dan Hanphone untuk berkomuniaksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
196
Komunikasi Interpersonal yang dijalankan oleh masyarakat
masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS, Kelurahan Kalianyar,
biasanya masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS, Kelurahan
Kalianyar, jika sedang berkumpul dengan tetangganya dan melakukan
komunikasi tatap muka, yang mereka bicarakan adalah seputar kehidupan
sehari-hari tetapi lebih cenderung pada masalah kebersihan. Hal tersebut
disebabkan oleh faktor lingkungan tempat tinggal mereka yang sangat
berdekatan dengan lokasi Tempat Pembuangan Sampah (TPS).
Kemudian untuk media massa yang paling bayak oleh masyarakat
miskin yang tinggal disekitar TPS, Kelurahan Kalianyar, adalah televisi.
Dan berikut adalah keterangan dari penggunaan media televisi pada
masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api, Kelurahan Kalianyar :
1. Dilihat dari rata-rata waktu yang digunakan untuk menonton televisi
bagi para responden ini adalah malam hari. Karena di malam harilah
biasanya mereka bertemu keluarga masing-masing satu sama lain,
berkumpul, meluangkan waktu bersama keluarga sehabis pulang
kerja.
2. Kemudian intensitas menonton televisi pada masyarakat miskin yang
tinggal disekitar TPS ini adalah terbilang sangat rendah. Dilihat dari
waktu keseringan menonton televisi. Namun jika dilihat dari
keseriusan menonton televisi, cenderung tidak serius dalam
menonton televisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
197
3. Dilihat dari kebiasaan masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS
dalam menonton televisi bervariasi. Ada yang menonton televisi
santai sambil tidur-tiduran dan menikmati waktu bersama keluaraga,
ada juga yang yang sambil menonton, sambil melakukan pekerjaan
lain seperti makan, atau sambil merokok, bahkan ada pula yang
menyempatkan menonton televisi sambil istirahat di malam hari.
Kebiasaan menonton televisi yang beragam, disebabkan karena
masing-masing dari pekerjaan mereka yang berbeda pula.
4. Dilihat dari content atau isi dari acara televisi itu sendiri. Untuk
stasiun televisi favorit atau stasiun televisi yang paling sering
ditonton oleh masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS,
Kelurahan Kalianyar adalah RCTI. Dan untuk acara televisi yang
paling sering ditonton adalah Reality Show, kemudian yang kedua
adalah berita dan yang ketiga adalah sinetron.
Untuk komunikasi alat komunikasi Handphone, dari fakta-fakat
yang diperoleht dilapangan adalah penggunaan handphone lebih banyak
digunkan oleh masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api
dibandingkan pada masyarakat yang tinggal disekitar TPS. Hal tersebut
bisa dibandingkan dari jumlah responden pemakai handphone.
Kedua masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api dan disekitar
TPS dikategorikan sebagai masyarakat miskin yang dipandang miskin
materi, namun tidak berarti mereka miskin akan informasi. Hal tersebut
dilihat dari banyak faktor yang mendukung mereka untuk selalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
198
mendapatkan informasi. Dari mulai adanya terpaan media, alat
komunikasi, hingga bersosialisasi antar individu maupun kelompok.
Mengenai pilihan media yang digunakan, hal tersebut kembali pada
kebutuhan informasi pada masing-masing individu.
Dengan demikian, penelitian ini tidak sesuai dengan Teori DeFleur
dan Ball-Rockeach58 mengungkapkan tentang pertemuan khalayak dengan
media berdasarkan salah satunya perspektif hubungan sosial, mereka akan
saling bertukar informasi bahkan sampai mempengaruhi satu sama lain
terhadap suatu informasi yang mereka ketahui. Hal ini disebabkan karena
komunikasi dibutuhkan oleh siapa saja, tidak memandang usia, jabatan,
pangkat ataupun golongan tertentu. Begitupun dengan masyarakat miskin
yang tinggal dipinggir rel kereta api dan disekitar TPS, mereka tetap
membutuhkan informasi walaupun tergolong sebagai masyarakat yang
bisa dikatakan berkecukupan materi. Dan kebutuhan informasipun bisa
didapat dengan berbagai macam cara diantaranya, dengan bersosialisasi,
berkomunikasi dan juga memiliki alat-alat komunikasi.
4.2 Saran
Dari kesimpulan diatas maka peneliti memiliki beberapa saran yang bisa
dijadikan pertimbangan untuk melakukan Penelitian pada masyarakat miskin
pinggir yang tinggal dipinggir rel kereta api dan disekitar TPS di masa yang
akan datang dan sebagai saran untuk peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian serupa. Saran tersebut yaitu :
58 Jalaluddin Rakhmat, 2002, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hal. 203 – 204
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
199
1. Kepada Masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api
dan disekitar TPS
Untuk masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api
sebaiknya untuk lebih memperhatikan keberadaan tempat tinggal
mereka dilingkungan setempat, karena tak selamanya mereka bisa
tinggal diwilayah itu. Untuk masyarakat yang tinggal disekitar TPS,
sebaiknya lebih bisa memanfaatkan lahan mereka agar kehidupannya
lebih layak dan sejahtera. Dari segi komunikasi, sebaiknya mereka
mengoptimalkan informasi dari berita-berita terbaru atau pun media
massa yang ada, agar mereka tidak dipandang sebagai masyarakat
yang miskin akan informasi.
2. Kepada Pemerintah Setempat (Kelurahan Kalianyar)
Agar lebih memperhatikan kesejahteraan masyarakatnya, baik
dari segi sosial maupun dari segala macam aspek. Kemudian agar
dapat memfasilitasi warganya akan kebutuhan informasi. Contohnya
membangun sarana dan prasarana, seperti majalah dinding ataupun
kegiatan kelompok lainnya yang dapat mempererat hubungan sosial
satu sama lain.
3. Kepada Lembaga Sosial
Untuk lebih memperhatikan masyarakat yang kurang mampu,
akan kebutuhan informasi, sosial dan kependudukan. Seperti
membantu program-program sosial pemerintah, dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
200
4. Kepada Penelitian Lanjutan
Diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan karena penelitian ini
belum mampu menggali lebih dalam mengenai pola komunikasi
masyarakat miskin, baik secara interpersonal, kelompok, maupun media
massa, mengingat penelitian ini masih jauh dari sempurna. Penelitian
tersebut bisa seperti, Penelitian kepuasan masyarakat miskin dalam
mengakses media massa, dan lain-lain.