POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA...

139
POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi (S. Kom. I) Oleh : M. Syaghilul Khoir NIM : 106051001851 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH 1435 H / 2014

Transcript of POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA...

Page 1: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B

(SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR

Skripsi

Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi (S. Kom. I)

Oleh :

M. Syaghilul Khoir

NIM : 106051001851

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

1435 H / 2014

Page 2: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

POLA KOMUNIKASI GURU AGAMA DAN MURID

DI SDLB FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Satjana Komunikasi Islam ( S. Kom. I )

Oleh

M. Syaghilul Khoir

NIM : 106051001851

Pembimbing

NITP : 196012021995031001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF IDDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014

Page 3: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B

FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR telah diajukan dalam sidang munaqasah Fakultas

Dakwah dan Komunikasi U1N SyarifHidayatullah Jakarta pada Tanggal5 Desember 2014. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Komunikasi ( S. Kom. I ) pada program

studi Komunikasi Penyiaran Islam.

Sidang Munaqasah

Ketua Merangkap Anggota

Penguji I

l';lJP : 19760917 200112 2002

Jakarta, 5 Desember 2014

Sekretaris Merangkap Anggota

llo.TTn l'U . .C

thurokhmah, M.Si : 19830610 200912 2001

Penguji ll

Page 4: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan

hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta,……….

M. Syaghilul Khoir

Page 5: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

ABSTRAK

M. Syaghilul Khoir

Pola Komunikasi Guru Agama Dan Murid Di SLB Frobel Montessori Condet

Balekambang Kramat Jati Jakarta Timur

Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia.

Komunikasi guru dan murid memiliki peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang baik dan efektif. Komunikasi antara guru dengan peserta didik yang normal dalam

proses pembelajaran sudah biasa dilakukan akan tetapi bagaimana dengan komunikasi antara

guru dengan murid yang mengalami gangguan pendengaran (Tuna Rungu) dalam proses

pembelajaran. SDLB Frobel Montessori merupakan salah satu lembaga pendidikan luar biasa

yang ada di daerah Condet Balekambang yang mengajarkan peserta didik yang mengalami

gangguan pendengaran (Tuna Rungu). Bagi masyarakat yang ada di lingkungan Condet

Balekambang adanya SLB Frobel Montessori sangat membantu terutama bagi orang tua yang

mempuyai anak berkebutuhan khusus terutama anak yang mengalami gangguan pendengaran

(Tuna Rungu) karena SLB tersebut mengupayakan pemakaian alat bantu mendengar agar

komunikasi yang dilakukan antara murid dengan guru dalam proses pembelajaran dapat berjalan

secara efektif.

Dari pemaparan diatas tersebut ditemukan rumusan masalah: Bagaimana pola

komunikasi interpersonal (komunikasi antar pribadi), komunikasi kelompok antara guru

Agama dengan siswa SDLB tuna rungu?

Teori yang digunakan adalah pola komunikasi guru dan siswa. Teori Husaini Usman

dalam karyanya “ Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan” ada lima pola

komunikasi yaitu pola komunikasi sebagai aksi, pola komunikasi sebagai interaksi, pola

komunikasi multi arah dengan interaksi, pola komunikasi multi arah, pola komunikasi

melingkar.

Metode penelitian ini adalah menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan

metode deskriptif yaitu berdasarkan data-data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis

mengenai pokok permasalahan yang akan dikaji. Teknik pengumpulan data melalui

wawancara, observasi dan dokumentasi.

Berdasarkan analisa data- data hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pola

komunikasi yang diterapkan guru dengan murid di SDLB Frobel Montessori adalah

Komunikasi Interpersonal (komunikasi antar pribadi) dan Komunikasi Kelompok.

Komunikasi Interpersonal dengan pola komunikasi sebagai interaksi yang diterapkan di

SDLB Frobel Montessori berjalan efektif dalam proses pembelajaran Agama Islam karena

langsung dipraktekkan melalui gerakan dan gambar-gambar sehingga anak-anak mudah

paham. Tetapi ada sedikit hambatan jika murid bertanya dan guru kurang jelas dengan apa

yang ditanyakan murid maka murid disuruh untuk menulis apa yang ingin ditanyakan kepada

gurunya. Dan komunikasi kelompok dengan pola komunikasi multi arah dan dengan pola

komunikasi melingkar yang dilakukan antara guru dan murid SDLB kurang efektif jika

diterapkan di dalam Proses belajar Agama di dalam kelas karena anak-anak tidak fokus

belajarnya dan lebih banyak bercanda dan ngobrol, jadi jika ingin menggunakan komunikasi

kelompok guru harus aktif memperhatikan setiap murid dan di bimbing terus untuk fokus

belajar dan di ingatkan supaya tidak bercanda.

Page 6: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirabbil alamin, hanyalah ucapan rasa syukur sebesar-besarnya yang mampu

terucap atas segala nikmat, karunia dan rahmatnya berkat izin dan ridhonya akhirnya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Pola Komunikasi Guru dan Murid di Sekolah

Luar Biasa Frobel Montessori Jakarta Timur ”. sholawat serta salam tak lupa penulis haturkan

kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini merupakan salah satu tugas akhir sebagai syarat kelulusan Strata Satu (s1) Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dari penulis ini, banyak pihak yang membantu dan memberikan do’a, bimbingan, dorongan dan

motivasi yang begitu banyak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis haturkan

terima kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya terutama kepada

kedua orang tua tercinta, tersayang Ibunda Hj. Siti Zahroh (Alm) dan Ayahanda H. Rojak yang

selalu sabar membantu serta memberikan dukungan moril, materi, dan spiritual kepada saya. Dan

penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta Pembantu Dekan I Bapak Suparto,

M. Ed, Ph.D dan pembantu dekan III Bapak Drs. Sunandar M.Ag .

3. Bapak Rachmat Baihaky, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

(KPI) yang selalu memberikan motivasi kepada mahasiswanya agar tetap semangat

menyelesaikan kuliahnya.

4. Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam, terima kasih telah memberikan masukan agar penulis dapat segera menyelesaikan

skripsi ini.

Page 7: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

5. Bapak Drs. Masran, MA selaku dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

sekaligus menjadi dosen pembimbing skripsi saya. Terima kasih banyak bapak tanpa

bantuan dan motivasi bapak skripsi ini tidak akan terselesaikan.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah mendidik

dan memberikan ilmunya serta membimbing mahasiswanya tanpa lelah, mudah-mudahan

setiap tetes keringat yang mengalir dari tubuhnya menjadi motivasi kami untuk lebih giat

lagi belajar serta mengamalkan ilmu yang telah diberikan.

7. Staf dan Karyawan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan

Perpustakaan Utama, yang telah membantu penulis dalam pemenuhan referensi buku.

8. Kepala Sekolah , Staf Guru dan Pengurus yang ada di SLB Frobel Montessori Condet

Jakarta Timur yang selalu membantu dlam memberikan data dan informasi.

9. Keluarga yang ada dirumah k Fahmi, Ade Ghozali, dan Ade Muji yang selalu mensuport

saya dalam mengerjakan skripsi ini.

10. Teman- teman KPI C 2006 yang selalu sabar dalam memberikan semangat dan motivasi.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis

berharap semoga tulisan yang serba sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Demikianlah ucapan terimakasih penulis mudah-mudahan Allah SWT membalas

semua amal perbuatan Bapak, Ibu, Saudar dan teman-teman berikan kepada penulis.

Wassalamualaikum. Wr. Wb

Penulis

M. Syaghilul Khoir

Page 8: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ......................................................................................................

KATA PENGANTAR ....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................ 11

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ........................................ 12

D. Metodologi Penelitian ....................................................................... 13

E. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 16

F. Tekhnik Penulisan ............................................................................. 17

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pola Komunikasi .......................................................... 19

B. Macam-macam Pola Komunikasi .................................................. 22

C. Pola Komunikasi Guru dan Murid……………………………….. 24

D. Tinjauan Tentang Siswa Tunarungu .............................................. 36

BAB III. GAMBARAN UMUM SDLB FROBEL MONTESSORI

A. Sejarah terbentuknya SLB Frobel Montessori............................... 60

B. Profil SDLB Frobel Montessori..................................................... 61

C. Visi dan Misi SDLB Frobel Montessori ........................................ 64

D. Sarana dan Prasarana SDLB Frobel Montessori ………………… 65

E. Keadaan Guru dan Siswa SDLB Frobel Montessori...................... 66

Page 9: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

BAB IV. HASIL PENERAPAN POLA KOMUNIKASI GURU DAN

MURID

A. Penerapan Pola Komunikasi Intrapersonal Dalam Pembelajaran

Agama Islam Di SDLB-B Frobel Montessori .............................. 71

B. Penerapan Pola Komunikasi Kelompok Dalam Pembelajaran Agama

Islam Di SDLB-B Frobel Montessori …………………………… 74

C. Hasil Observasi Pola Komunikasi Pada Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam Di SDLB-B Frobel Montessori .............................. 81

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 104

B. Saran .............................................................................................. 105

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 107

LAMPIRAN

Page 10: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi menjadi aktivitas yang tidak terelakkan dalam

kehidupan sehari-hari. Komunikasi memainkan peranan penting dalam

kehidupan manusia. Hampir setiap saat kita bertindak dan belajar dengan dan

melalui komunikasi. Komunikasi merupakan medium penting bagi

pembentukan atau pengembangan pribadi dan untuk kontak sosial. Melalui

komunikasi seseorang tumbuh dan belajar, menemukan diri sendiri dan orang

lain, bergaul, bersahabat, mencintai atau mengasihi orang lain dan

sebagainya. Komunikasi merupakan penyampaian informasi dan pengertian

dari seorang kepada orang lain. Komunikasi akan berhasil jika adanya

pengertian serta kedua belah pihak saling memahaminya. Dengan kata lain,

komunikasi sangat penting, seperti halnya dengan bernafas. Tanpa

komunikasi tidak akan ada hubungan dan kesepian dalam menjalani aktivitas.

Ada beberapa bentuk komunikasi yang kita kenal, yaitu:

a. Komunikasi Personal (personal communication)

b. Komunikasi Kelompok

c. Komunikasi Organisasi (organization communication)

d. Komunikasi Massa (mass communication)

Komunikasi personal (antarpribadi) bersifat transaksional, sebuah

hubungan manusia yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain.

Biasanya komunikasi itu bertujuan untuk mengelola hubungan bahkan sampai

pada pembentukan konsep diri. Hubungan antar pribadi yang berkelanjutan

dan terus menerus akan memberikan semangat, saling merespon tanpa adanya

manipulasi, tidak hanya tentang menang atau kalah dalam berargumentasi

melainkan tentang pengertian dan penerimaan1.

1 Beebe, S.A., Beebe, S.J., & Redmond M.V.,”Interpersonal Communication : Relating

to Others (5th ed.)”, Boston : Pearson Education 2008, pp. 3-5

1

Page 11: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

2

Dalam komunikasi antarpribadi tidak hanya tertuju pada pengertian

melainkan ada fungsi dari komunikasi antarpribadi itu sendiri. Fungsi

komunikasi adalah berusaha meningkatkan hubungan insani, menghindari

dan mengatasi konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta

berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain2. Dalam kegiatan

apapun komunikasi antarpribadi tidak hanya memiliki ciri maupun karakter

tertentu, tetapi juga memiliki tujuan agar komunikasi antarpribadi tetap

berjalan dengan baik. Adapun tujuan dari komunikasi antarpribadi adalah

sebagai berikut:

a. Untuk memahami dan menemukan diri sendiri.

b. Menemukan dunia luar sehingga dapat dengan mudah menyesuaikan

diri dengan lingkungan.

c. Membentuk dan memelihara hubungan yang bermakna dengan orang

lain,

d. Melalui komunikasi antarpribadi, individu dapat mengubah sikap dan

perilaku sendiri dan orang lain,

e. Komunikasi antarpribadi merupakan proses belajar

f. Mempengaruhi orang lain

g. Mengubah pendapat orang lain

h. Membantu orang lain3

Dalam kaitannya untuk mengenali diri sendiri dan orang lain,

komunikasi antarpribadi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

konsep diri seseorang. Terkait dengan pembentuknya, konsep diri mulai

berkembang sejak masa bayi dan akan terus berkembang sejalan dengan

perkembangan individu itu sendiri. Konsep diri individu terbentuk melalui

imajinasi individu tentang respon yang diberikan oleh orang lain melalui

proses komunikasi. Bila konsep diri seseorang positif, maka individu akan

cenderung mengembangkan sikap-sikap positif mengenai dirinya sendiri,

2 Cangara, Hafied H, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta 2006, hal. 56 3 Sugiyo. “Komunikasi Antar Pribadi”,Semarang Unnes Press 2005, hal. 9

Page 12: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

3

seperti rasa percaya diri yang baik serta kemampuan untuk melihat dan

menilai diri sendiri secara positif. Individu dengan konsep diri positif

cenderung akan menimbulkan tingkah laku yang baik terhadap lingkungan

sosialnya. Sebaliknya bila seseorang memiliki konsep diri yang negatif, maka

individu tersebut cenderung akan mengembangkan perasaan tidak mampu

dan rendah diri, merasa ragu, dan kurang percaya diri. Individu dengan

konsep diri yang negatif akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri

dengan lingkungan sosial.

Konsep diri sangat erat kaitannya dengan diri individu. Konsep diri

adalah keyakinan yang dimiliki individu tentang atribut (ciri-ciri/sifat) yang

dimilikinya4. Hal ini termasuk persepsi individu akan sifat dan

kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang

berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Di era

yang modern ini sangatlah penting bagi setiap individu untuk memahami

maupun mengenal konsep diri. Namun bagaimana dengan mereka yang lahir

dengan keterbatasan fisik. Padahal hidup mestilah dihormati bagaimanapun

wujud nya bagi setiap orang, pada dasar nya tidak ada seorang pun di dunia

ini yang menginginkan dirinya dilahirkan dalam keadaan cacat. Keadaan

cacat tersebut dapat menjadikan manusia merasa rendah diri, bahkan merasa

tidak berguna, dan selalu bergantung pada bantuan dan belas kasihan orang

lain. Manusia penyandang cacat pada umumnya memiliki keterbatasan

tertentu sesuai dengan jenis cacatnya. Begitu juga dengan penyandang

tunarungu, stigma yang diberikan masyarakat normal sering kali digambarkan

sebagai seseorang yang tidak berdaya, tidak mandiri dan menyedihkan,

sehingga terbentuk persepsi dan prasangka bahwa penyandang tunarungu itu

patut dikasihani, selalu butuh perlindungan dan bantuan. Hal ini juga sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (UUSPN) pada Pasal 5 Ayat (2) dan pasal 32 ayat (1) menyatakan

bahwa:

4 Dayakisni, Tri dan Hudaniah, “Psikologi Sosial”, Malang: UMM Press 2003, hal. 65

Page 13: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

4

warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,

intelektual dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.

Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki

tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,

emosional, mental, sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan

bakatistimewa. Secara yuridis formal anak luar biasa memiliki hak yang sama

untuk mendapatkan pendidikan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikannya

diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif

dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural

dan kemajemukan bangsa5 [UUSPN Pasal 4 ayat (1)].

Anak dengan gangguan pendengaran (tunarungu) sering kali

menimbulkan masalah tersendiri. Menurut Mangunsong, yang dimaksud

dengan “anak tunarungu adalah mereka yang pendengarannya tidak berfungsi

sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan luar biasa6. Menurut Moores,

“tunarungu adalah kondisi dimana individu tidak mampu mendengar dan hal

ini tampak dalam wicara atau bunyi-bunyian, baik dengan derajat frekuensi

dan intensitas7 (dalam Mangunsong)”. Karena memiliki hambatan dalam

pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara

sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan

individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan

secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap

negara. Saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total

yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal dan non verbal.

Menurut Purba, komunikasi verbal (verbal communication) meliputi:

komunikasi lisan (oral communication) & komunikasi tulisan (written

communication). Sementara yang termasuk dalam komunikasi non verbal

5 Undang-undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas. Citra Umbara. Bandung:

2006. Hal : 77 6 Mangunsong, F & dkk. “Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa”, Jakarta :

Lembaga Pengembangan Saranan Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia

1998, hal. 66. 7 ibid

Page 14: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

5

(non verbal communication) terdiri dari: komunikasi kial (gestural

communication) dan komunikasi gambar (pictorial communication) 8.

Dalam Undang-undang Pokok Pendidikan dan Pengajaran tahun

1954 No. 12 Bab V pasal 7 ayat 5 dikatakan bahwa:

Pendidikan dan pengajaran luar biasa bermaksud memberikan

pendidikan dan pengajaran kepada orang-orang yang dalam keadaan

kekurangan, baik jasmani maupun rohaninya supaya mereka dapat memiliki

kehidupan lahir batin yang layak.

Bertitik tolak dari alasan di atas, maka Yayasan Frobel Montessori

menyediakan guru konselor yang bertugas untuk membantu para siswa/i

tunarungu. Adapun tugas dari guru konselor tersebut adalah:

1. Membina hubungan baik antara konselor dengan siswa/i tunarungu

2. Menolong siswa/i tunarungu untuk dapat menerima dirinya sendiri

dan membantu untuk membentuk konsep dirinya.

3. Membimbing siswa/i tunarungu dalam proses pendidikan nya.

Semua siswa yang ada di SLB-B Karya Murni ini adalah manusia

yang berpotensi yang layak dikembangkan untuk dapat mencapai

kemandirian, kreativitas dan produktivitas. Seorang siswa tunarungu yang

dalam kesehariannya mengalami banyak kelemahan karena keterbatasan

pendengaran, membutuhkan layanan konseling untuk membantunya

memecahkan masalah dan membentuk konsep diri yang baik agar dia tumbuh

menjadi pribadi yang mandiri dan berperilaku positif.

Pembentukan konsep diri seorang siswa/i tunarungu akan dapat

berjalan dengan efektif apabila dalam prosesnya menggunakan komunikasi

antarpribadi yang meliputi komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi

antarpribadi akan sangat mempengaruhi hubungan antarpribadi antara

konselor dengan siswa/i tunarungu. Apabila seorang konselor dapat menjalin

komunikasi antarpribadi yang baik terhadap siswa/i tunarungu dan terdapat

kesepahaman makna maka akan terdapat hubungan timbal balik diantara

8 Purba. Amir, dkk., “Pengantar Ilmu Komunikasi”, Medan 2006, Pustaka Bangsa

Press, hal. 36

Page 15: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

6

keduanya. Sehingga siswa/i tunarungu dapat mengungkapkan isi hatinya yang

dapat memudahkan konselor dalam membantu pembentukan konsep diri

siswa/i tunarungu tersebut.

Potensi-potensi dasar atau fitrah manusia tersebut harus

diaktualisasikan dan ditumbuh kembangkan secara optimal dan terpadu dalam

kehidupan nyata melalui proses pendidikan sepanjang hayat9. Sehingga kelak

dapat dipertanggungjawabkan dihadapan Allah. Hal tersebut tidak terkecuali

bagi anak-anak yang memiliki kekurangan fisik berupa cacat sebagian atau

beberapa bagian anggota tubuh (abnormal) seperti tunarungu yang memiliki

kekurangan berupa cacat pendengaran, karena kekurangan itulah sehingga

anak-anak yang tunarungu memerlukan perhatian khusus. Sebagaimana yang

tercantum dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No. 20 tahun

2003 tentang sistem pendidikan nasional pada Bab IIII pasal 5 ayat 2 yang

berbunyi: Warga yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,

dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus10

. Ketetapan dalam

undang-undang No.20 tahun 2003 tersebut bagi anak penyandang kelainan

sangat berarti karena memberi landasan yang kuat bahwa anak berkelainan

perlu memperoleh kesempatan yang sama sebagaimana yang diberikan

kepada anak normal lainnya dalam hal pendidikan dan pengajaran11

.

Bagi mereka yang tunarungu, pemerintah telah menyediakan

Sekolah Luar Biasa (SDLB). Lembaga ini diharapkan dapat memberikan

layanan pendidikan yang sama seperti lembaga pendidikan pada umumnya,

sehingga anak-anak yang tunarungu dapat memperoleh pendidikan dan

keterampilan yang dapat dijadikan sebagai bekal kehidupannya kelak agar

tidak menjadi beban bagi orang lain khususnya orang tua dan keluarganya,

sebagaimana firman Allah dalam Q.S. An- Nisa’ ayat 9.

9 Muhaimin, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam”, PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta 2005, hal. 152 10

Undang-undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas. Citra Umbara. Bandung:

2006. Hal.77 11

Dr. Mohammad Efendi, M.Pd., M.Kes, “Pengantar Psikopedagogik Anak

Berkelainan”,(Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2006, Hal.1

Page 16: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

7

Artinya :

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka

khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka

bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang

benar”( Q.S. An- Nisa’ ayat 9).

Oleh karena itu, Bagi anak-anak yang mengandung cacat

fisik/mental mendapatkan perlakuan yang sama bahkan mereka juga berhak

mendapatkan pendidikan yang sama seperti anak-anak yang lainnya.

Dalam beberapa hal, kehilangan pendengaran dapat mengakibatkan

ketidak mampuan belajar yang lebih serius dibanding kehilangan penglihatan.

Kemahiran dan kemampuan menggunakan bahasa simbol biasanya lebih sulit

bagi seorang anak dengan gangguan pendengaran (hearing impairment)

disbanding seorang anak yang mengalami gangguan penglihatan (IIIisual

impairment). Anak yang tidak dapat mendengar atau tidak dapat mendengar

dengan baik akan memiliki kesulitan dalam proses ini dan tugas-tugas

perkembangan lainnya. Pada dasarnya, anak dengan gangguan pendengaran

kemungkinan menghadapi rintangan-rintangan yang besar dalam bidang-

bidang pembentukan personal, sosial, dan akademis. Penting untuk dipahami

semua guru mengenai rintangan-rintangan ini sehingga mereka

mempersiapkan diri untuk membantu siswa dengan gangguan pendengaran

dalam mengatasi rintangan tersebut12

.

12

J. David Smith,”Inklusi Sekolah Ramah untuk Semua”, Penerbit Nuansa, Bandung.

2006, Hal. 267

Page 17: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

8

Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus (student with special

needs) membutuhkan suatu pola tersendiri sesuai dengan kebutuhannya

masing-masing, yang berbeda antara satu dan lainnya. Dalam penyusunan

program pembelajaran untuk setiap bidang studi, hendaknya guru kelas sudah

memiliki data pribadi setiap peserta didiknya. Data pribadi yakni berkaitan

dengan karakteristik spesifik, kemampuan dan kelemahannya, kompetensi

yang dimiliki, dan tingkat perkembangannya.

Kurikulum di Sekolah Dasar Luar Biasa (SD-LB) ini tidak jauh

berbeda dengan kurikulum di SD pada umumnya. Untuk membekali mereka

agar dapat hidup mandiri dan tidak bergantung pada orang lain, maka di SD-

LB ini diajarkan berbagai ketrampilan dan pendidikan agama. Pendidikan

agama sangat penting dalam membina rohani mereka. Walaupun fungsi

pendengaran mereka mengalami gangguan, tetapi jiwa mereka tidak minder

dan pesimis karena ketidaksempurnaan yang ada pada tubuh mereka. Guru

yang “mumpuni” adalah guru yang mampu mengorganisir kegiatan belajar-

mengajar di kelas melalui program pembelajaran individual dengan

memperhatikan kemampuan dan kelemahan setiap individu siswa. Pola

kegiatan pembelajaran ini kita kenal dengan nama lain sebagai individualized

educational program (IEP). Selama proses kegiatan pembelajaran, guru kelas

ditantang untuk dapat memberikan intervensi khusus guna mengatasi bentuk

kelainan-kelainan perilaku yang muncul, agar pembelajaran dapat berjalan

dengan lancar13

.

Pelaksanaan pendidikan di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) ini di

bimbing oleh guru atau di sebut dengan instruktor. Seorang guru harus

mempunyai kompetensi yang tinggi, sebab dengan kompetensi tersebut

seorang pendidik dapat menguasai dan mengolah bahan pelajaran, mampu

mengelola proses belajar-mengajar mampu memilih dan memakai metode

yang sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik, mengingat kondisi

peserta didik di SDLB ini adalah anak yang tidak bisa bicara dan mendengar

13

Prof. Dr. Bandi Delphie, M.A., S.E, “Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus,”PT.

Refika Aditama, Bandung 2006, Hal. 1-2

Page 18: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

9

(Tunarungu Wicara), sehingga perlu adanya keprofesionalan dari seorang

pendidik dalam kegiatan belajar-mengajar.

Tugas Guru adalah menyampaikan materi pelajaran kepada siswa

melalui interaksi komunikasi dalam proses belajar-mengajar yang

dilakukannya. Keberhasilan Guru dalam menyampaikan materi sangat

tergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antara Guru dengan

siswanya. Ketidaklancaran komunikasi membawa akibat terhadap pesan yang

diberikan Guru.

Guru dalam suatu sekolah merupakan elemen yang paling esensial.

Ia merupakan pendiri sekolah, sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu

sekolah semata-mata bergantung kepada kemampuan pribadi Gurunya.

Di sebuah sekolah Guru merupakan salah satu pemicu minat murid

untuk menuntut ilmu. Dalam hal pembelajaran, Guru mempunyai peranan

yang sangat penting dalam membentuk kepribadian para murid baik dalam

tata cara bergaul dan bermasyarakat dengan sesama murid lainnya. Untuk

terciptanya hal tersebut, maka dibutuhkan sebuah sistem komunikasi yang

baik dengan menggunakan metode-metode pengajaran di dalamnya.

Metode pengajaran dan materi pelajaran yang diajarkan seorang

Guru khususnya Guru agama kepada murid ditentukan oleh seberapa jauh

kedalaman ilmu pengetahuan sang Guru dan yang dipraktekkan dalam

kehidupan sehari-hari yang tidak terlepas dalam norma-norma agama.

Sedangkan tujuan dari metode pengajaran Guru agama lebih mengutamakan

niat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Guru agama

disini tidak hanya sekedar Guru tetapi menjadi seorang da’i, di dalam metode

penyampaiannya adalah tentang agama.

Proses komunikasi tersebut selalu mengalami perubahan sesuai

dengan perkembangan zaman dan majunya ilmu pengetahuan. Pada awalnya

manusia hanya mengenal komunikasi melalui suara. Komunikasi semacam ini

terbatas pada jarak dekat dan face to face saja.

Komunikasi adalah hubungan kontak antara manusia baik individu

maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak,

Page 19: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

10

komunikasi adalah bagian dari kehidupan itu sendiri, karena manusia

melakukan komunikasi dalam pergaulan dan kehidupannya.14

Dan pada

umumnya komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia, dengan

berkomunikasi melakukan sesuatu hubungan, karena manusia adalah

makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri-sendiri melainkan satu sama lain

saling membutuhkan. Hubungan individu yang satu dengan yang lainnya

dapat dilakukan dengan berkomunikasi. Dengan komunikasi, manusia

mencoba pula manusia melaksanakan kewajibannya.15

Dalam perspektif agama, bahwa komunikasi sangat penting

peranannya bagi kehidupan manusia dalam bersosialisasi. Manusia dituntut

agar pandai dalam berkomunikasi. Hal ini dijelaskan dalam Al-qur’an surat

Ar-Rahman ayat 1-4 yang berbunyi:

Artinya :

(Tuhan) yang Maha pemurah, Yang Telah mengajarkan Al Quran. Dia

menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara (Ar-Rahman ayat 1-4).

Komunikasi dalam istilah pendidikan dikenal sebagai komunikasi

instruksional, dan komunikasi ini merupakan salah satu aspek fungsi

komunikasi untuk meningkatkan kualitas berfikir pada pelajar sebagai

komunikan dalam situasi instruksional yang terkondisi. Misalnya Guru

disamping sanggup mengajar untuk memberikan instruksi kepada pelajar.

Komunikasi instruksional ini lebih mengarah kepada pendidikan dan

pengajaran, bagaimana seorang pengajar memiliki kerja sama dengan

muridnya, sehingga pesan atau materi yang disampaikan dapat diterima

dengan baik. Komunikasi instruksional merupakan satu bentuk atau pola

14

H.A.W. Widjaja, “Ilmu Komunikasi Pengantar Studi”, Jakarta, 2000, PT. Rineka

Cipta, Cet, ke-2, hal.26 15

Toto Tasmara, “Komunikasi Dakwah”,Jakarta, 1997, Gaga Media Pratama, Cet ke-2,

hal.6

Page 20: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

11

komunikasi dalam dunia pendidikan dan pengajaran dapat terjadi dimana

saja.

Berangkat dari keprihatinan yang dialami siswa/i tunarungu ini,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang dilakukan di SLB-B Frobel

Montessori Condet Jakarta Timur karena peneliti melihat bahwa ada beberapa

siswa/i tunarungu seperti kehilangan interaksi dikarenakan keterbatasan fisik

yang mereka miliki, kurangnya kasih sayang dari orang disekitarnya begitu

juga dengan kurangnya konsep diri.

Dengan latar belakang tersebut penulis terdorong untuk menelesuri

kembali pola komunikasi antara Guru dan murid di SDLB Frobel Montessori

Condet Balekambang Jakarta Timur. Melihat fenomena diatas cukup penting

sekali pola komunikasi Guru dalam suatu kegiatan belajar mengajar, karena

itu menggugah penulis untuk mengangkat permasalahan judul “Pola

Komunikasi Guru dan Murid Di SDLB Frobel Montessori Jakarta

Timur”.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

SDLB Frobel Montessori mempuyai ada 2 kelas SDLB B dan

SDLB C maka penulis membatasi penelitian hanya pada pola komunikasi

Guru dan murid tingkat Sekolah Dasar Luar Biasa B Tuna Rungu dan

Tuna Wicara dan bentuk komunikasi pola komunikasi Verbal dan Non

Verbal pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Frobel

Montessori Condet Balekambang Jakarta Timur.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang akan dibahas, maka penulis

merumuskan masalah tersebut yaitu:

a. Bagaimana implementasi pola komunikasi yang digunakan Guru

terhadap murid di SDLB Frobel Montessori?

Page 21: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

12

b. Faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendukung antara

Guru dan murid?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan pembatasan dan perumusan masalah diatas, maka tujuan

penelitian yang hendak dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui implementasi pola komunikasi antara Guru dan murid

dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di SDLB Frobel Montessori.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ditemui Guru dalam

penyampaian materi pendidikan, yang berkaitan dengan masalah pola

komunikasi yang digunakannya dan faktor yang mendukung pola

komunikasinya.

Manfaat Penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan konstribusi khazanah kepustakaan

atau ilmu pengetahuan kepada mahasiswa/i terutama Fakultas Dakwah Dan

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tentang

pola komunikasi Guru dan murid yang dilakukan di SDLB.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dan memberikan

sumbangan atau masukan bagi para Guru yang menyampaikan materi atau

dalam praktek.

Page 22: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

13

D. Metodologi Penelitian

Untuk memperoleh data sesuai dengan apa yang diperlukan maka

metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif untuk

mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai pola komunikasi

guru dan murid di SDLB Frobel Montessori Jakarta Timur.

2. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan representatif dalam

penelitian ini, maka penulis menggunakan metode deskriptif analisis

melalui pendekatan kualitatif. Dimana pendekatan kualitatif ini

bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara

sistematis faktual dan akurat mengenai faktor-faktor sifat serta

hubungan antara fenomena yang diteliti.

Adapun secara deskriptif adalah bahwa data yang dikumpulkan

berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan

oleh penerapan metode kualitatif 16

.

Menurut Jalaluddin Rakhmat metode penelitian deskriptif

analisis bertujuan mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang

melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau

memberikan kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, membuat

perbandingan atau evaluasi, menentukan apa yang dilakukan orang lain

dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman

mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang

akan datang17

.

3. Subjek dan objek penelitian

Subjek peneliti adalah orang yang dapat memberikan informasi.

Adapun yang dijadikan sumber informasi dalam penelitian ini adalah

16

Lexy, J Moleong, “Metode Penelitian Kualitatif”, Bandung, 2007, PT. Rosdakarya,

Cet. Ke-23, hal.9-10 17

Jalaluddin Rakhmat, “Metode Penelitian deskriptif”, Bandung, 2002, Remaja

Rosdakarya, h.25.

Page 23: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

14

beberapa orang yang berkaitan dengan program belajar mengajar di

SDLB Frobel Montessori.

4. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) B

Frobel Montessori yang berlokasi di Jl. Gang Masjid Al- Mabruk

Condet Balekambang No.63 Kramat Jati Jakarta Timur 13530 Telp:

(021) 8001637.

5. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, sedangkan sampel

adalah wakil populasi yang akan diteliti.18

Populasi pada penelitian ini

adalah siswa-siswi dan Tenaga Guru serta non Guru SDLB B Frobel

Montessori tahun ajaran 2012-2013 sejumlah 24 orang. Sedangkan

sampel pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas III dan Guru SDLB

B Frobel Montessori tahun ajaran 2012-2013 sejumlah 5 orang.

6. Tahapan Penelitian

a. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah:

1) Interview (wawancara)

Yaitu percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh

kedua belah pihak, yaitu penulis sebagai pewawancara dengan

mengajukan beberapa pertanyaan kepada individu yang

bersangkutan.19

Peneliti melakukan tanya jawab secara

langsung dengan orang-orang yang terlibat sebagai Guru di

SDLB Frobel Montessori dengan tujuan untuk mendapatkan

keterangan secara jelas berupa pola komunikasi dalam proses

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tujuan

dalam peneliti ini. Tanya jawab tidak hanya dilibatkan kepada

18

Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek”, Jakarta

1996, Rineka Cipta,cet. Ke-10, edisi revisi, hal. 117 19

Lexy, J Moleong, “Metode Penelitian Kualitatif”, Bandung, 2007, PT. Rosdakarya,

Cet. Ke-23, hal.18.

Page 24: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

15

Guru saja, tetapi kepada siswa guna sebagai cross check.

Sedangkan teknik wawancara yang digunakan adalah

wawancara semistruktur yakni campuran antara wawancara

struktur dan tidak berstruktur.

2) Observasi (pengamatan)

Penulis melakukan pengamatan secara langsung untuk

memperoleh data yang diperlukan.20

Observasi atau

pengamatan secara langsung merupakan metode pertama yang

digunakan dalam melakukan penelitian ini. Teknik Observasi

atau pengamatan yang peneliti gunakan adalah bersifat

langsung dengan mengamati objek yang diteliti, yakni

bagaimana pola komunikasi Guru dan murid yang dilaksanakan

di SDLB Frobel Montessori. Dan mengenai kegiatan belajar

mengajar dalam pelajaran agama.

3) Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data melalui pengumpulan

dokumen-dokumen untuk memperkuat informasi. Dokumentasi

dapat dilakukan untuk mencari data mengenai permasalahan

yang diteliti dari berbagai macam dokumen seperti: arsip-arsip

milik SDLB Frobel Montessori ataupun tulisan-tulisan lain

yang memiliki keterkaitan dengan bahasan penelitian ini.

b. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dapat dilakukan dengan cara: (a) persiapan, (b)

penyeleksian. Persiapan dilakukan dengan menyiapkan seluruh

data lapangan, baik yang berupa rekaman, catatan lapangan,

maupun foto. Data yang berupa rekaman suara ditranskrip atau

disalin dalam bentuk tulisan, sedangkan data yang berupa foto

dideskripsikan sesuai gambar. Setelah semua terkumpul, peneliti

memulai menyeleksi data sesuai dengan objek .

20

Winayno Suyakhmad, “Pengantar Penelitian Ilmiah”, Bandung 1986, Penerbit

Tarsifi, Cet.ke-7, hal.162.

Page 25: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

16

c. Analisis Data

Pada fase ini merupakan proses penyederhanaan data kedalam

bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam

penelitian ini, peneliti mengambil kesimpulan-kesimpulan yang

benar melalui proses pengumpulan, penyusunan, penyajian, dan

penganalisaan data hasil peneliti yang berwujud kata-kata. Setelah

itu peneliti berusaha untuk menganalisa data dengan menyusun

kata-kata kedalam tulisan yang lebih luas.

E. Penelitian Terdahulu

Setelah penulis melakukan tinjauan kepustakaan baik di Perpustakaan

Fakultas Dakwah dan Komunikasi dan di Perpustakaan utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penulis menemukan judul yang sejenis yaitu:

1. Pola Komunikasi Guru Agama dan Murid di SMP An-Nurmaniyah

Ciledug Tanggerang. Karya Laily Syahidah tahun 2009. Ia menggunakan

pendekatan metode penelitian kuantitatif. Skripsi ini membahas tentang

bagaimana pola komunikasi guru dalam belajar mengajar di SMP An-

Nurmaniyah sebatas pada guru agama dan murid dikelas III.

2. Pola Komunikasi Guru dan Murid Pada Lembaga Bimbingan Belajar

Bintang Pelajar. Karya Rosalina tahun 2009. Ia menggunakan metode

kualitatif deskriptif. Skripsi ini membahas tentang pola komunikasi antara

guru dan murid yang terjadi di dalam kelas pada lembaga bimbingan

belajar Bintang Pelajar. Dan pola komunikasi yang digunakan adalah pola

komunikasi guru-murid, murid-guru, murid-murid.

3. Pola Komunikasi Guru Agama Terhadap Siswa Dalam Pembinaan Ibadah

Di SMP Islam Al- Syukro Ciputat. Karya Eka Irwati tahun 2011. Ia

menggunakan metode kualitatif deskriptif. Skripsinya membahas tentang

pola komunikasi agama terhadap siswa dalam pembinaan ibadah yang

menggunakan dua pola komunikasi yaitu komunikasi antar pribadi dan

komunikasi kelompok.

Page 26: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

17

4. Pola Komunikasi Guru dan Murid Dalam Mengenalkan Kalimat

Thayyibah Pada PAUD AMANAH Di Benda Tanggerang. Karya Rizki

Amelia2011. Ia menggunakan metode penelitan kualitatif deskriptif.

Skripsinya membahas tentang pola komunikasi guru dan murid dalam

mengenalkan kalimat thayyibah menggunakan pola komunikasi kelompok

kecil dalam memberi pengetahuan tentang kalimat thayyibah, dan pola

komunikasi antar pribadi untuk menilai pengucapan dan pemahaman

murid terhadap kalimat thoyyibah, dan proses penyampaiannya

menggunakan komunikasi verbal dan non verbal.

Adapun perbedaan skripsi yang penulis skripsi lebih kepada:

1. Pola Komunikasi Guru Agama dan Murid di SDLB B Frobel Montessori

Condet Balekambang Jakarta Timur pada tahun ajaran 2012/2013.

2. Menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif. Skripsi ini

membahas tentang bagaimana pola komunikasi guru terhadap siswa kelas

III dalam belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di SDLB Tunarungu

Frobel Montessori.

3. Strategi Pola Komunikasi yang dilakukan Guru untuk menyampaikan

materi kepada siswa tunarungu dengan menggunakan komunikasi verbal

dan non verbal.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan penelitian ini, secara sistematis

penulisan laporan hasil penelitian di bagi kedalam lima bab yang terdiri dari

sub-sub. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Terdiri dari Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan, Tujuan dan

Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, Sistematika

Penulisan.

Page 27: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

18

BAB II Tinjauan Teori

Terdiri dari Konsep Pola Komunikasi, Pengertian dan Bentuk Pola

Komunikasi, Macam-macam Pola Komunikasi, Penerapan Komunikasi di

Sekolah, Pengertian Komunikasi.

BAB III Metodologi Penelitian

Terdiri dari Profil SDLB Frobel Montessori, Sejarah SDLB Frobel

Montessori, visi dan Misi SDLB Frobel Montessori, Fasilitas SDLB Frobel

Montessori, dan Jumlah Guru yang mengajar di SDLB Frobel Montessori.

BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Terdiri dari Analisa Pola Komunikasi Guru dan Murid di SDLB Frobel

Montessori Condet Balekambang Jakarta Timur, Pola Komunikasi yang

digunakan Guru Terhadap Murid di SDLB Frobel Montessori, Pola

Komunikasi Guru yang paling dominan terhadap murid di lingkungan

sekolah.

BAB V Penutup

Berisikan tentang kesimpulan dan saran bagian terakhir memuat Daftar

Pustaka dan Lampiran-lampiran.

Page 28: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

19

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pola Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Wilbur Schramm mengatakan bahwa kata komunikasi itu berasal

dari bahasa Latin: Communicatio dan bersumber dari kata communis yang

berarti common (sama). Dengan demikian apabila kita akan mengadakan

komunikasi, maka kita harus mewujudkan persamaan antara kita dengan

orang lain. Sama di sini maksudnya adalah sama makna1. Menurut

Cherrey, komunikasi adalah menekankan pada proses hubungan,

sedangkan Gode berpendapat bahwa komunikasi merupakan proses yang

menekankan pada sharing atau pemilikan2. Jadi, jika mengadakan suatu

komunikasi dengan satu pihak lain, maka kita menyatakan gagasan kita

untuk mendapatkan komentar dari pihak lain mengenai suatu objek

tertentu. Theodorson (dalam Liliweri) mengatakan bahwa komunikasi

adalah pengalihan informasi dari satu kelompok kepada kelompok lain

terutama dengan menggunakan simbol3. Sedangkan Panji Anogoro dan

Ninik Widiyanti (dalam Liliweri) memberi definisi komunikasi sebagai

berikut4: komunikasi merupakan kapasitas individu dan kelompok lain.

2. Pengertian Pola Komunikasi

Pola komunikasi merupakan serangkaian dua kata, karena

keduanya mempunyai keterkaitan makna. Sehingga mendukung dengan

makna lainnya, maka lebih jelasnya dua kata tersebut akan diuraikan

tentang penjelasannya masing-masing.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola berarti bentuk atau

sistem, cara atau bentuk (struktur) yang tetap yang mana pola dapat

1 Effendy, Onong Uchjana, “Ilmu Teori & Filsafat Komunikasi”, Bandung 2003,

PT.Citra Aditya Bakti, hal. 9 2 Liliweri, Alo, “Memahami Peran Komunikasi Massa Dalam Masyarakat”, Bandung

1997, PT.Citra Aditya Bakti, hal. 5 3 Op.cit, hal. 11

4 Op. Cit, jal. 104

19

Page 29: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

20

dikatakan contoh atau cetakan.5 Dalam Kamus Ilmiah Populer “pola”

diartikan sebagai model, contoh, pedoman (rancangan).6 Pola pada

dasarnya adalah sebuah gambaran tentang sebuah proses yang terjadi

dalam sebuah kejadian sehingga memudahkan seseorang dalam

menganalisa kejadian tersebut, dengan tujuan agar dapat

meminimalisasikan segala bentuk kekurangan sehingga dapat diperbaiki.

Secara etimologis, kata komunikasi berasal dari bahasa latin

“communication” dan bersumber dari kata communis yang berarti “sama”,

maksudnya orang yang menyampaikan dan yang menerima mempunyai

persepsi yang sama tentang apa yang disampaikan.7

Sedangkan pola komunikasi itu sendiri merupakan gabungan dua

kata antara pola dan komunikasi, sehingga dapat dikatakan sebagai sebuah

bentuk penyampaian suatu pesan yang sistematis oleh seseorang dengan

melibatkan orang lain8.

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori dan

Filsafat Komunikasi mengemukakan bahwa ada 3 (tiga) pola komunikasi

(atau yang disebut dengan model komunikasi) yakni9:

1) Proses Komunikasi Secara Linear

Istilah linear mengandung makna lurus. Jadi proses linear berarti

perjalanan dari satu titik lain secara lurus. Dalam konteks

komunikasi proses secara linear adalah proses penyampaian pesan

oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal.

Komunikasi linear ini berlangsung baik dalam situasi komunikasi

tatap muka (face to face communication) maupun dalam situasi

komunikasi bermedia (mediated communication).

5 Departemen Pendidikan nasional, “Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3”,

Jakarta 2002, Balai Pustaka, hal.885. 6 Puis A. Partanto dan M. dahlan al-Barrry, “Kamus Ilmiah Populer”, Surabaya 1994,

Penerbit Arkola,hal.605. 7 Djamalul Abidin Ass, “Komunikasi dan bahasa Dakwah”, Jakarta 1996, Penerbit

Gema Insani Press , hal. 16 8 Onong Uchjana Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, Bandung 1986, Alumni, cet.

ke-2, hal.4 9 ibid

Page 30: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

21

2) Proses Komunikasi Secara Sirkular

Sirkular sebagai terjemahan dari perkataan “circular” secara harfiah

berarti bulat, bundar atau keliling sebagai lawan dari perkataan linear

tadi yang bermakna lurus. Dalam konteks komunikasi yang

dimaksudkan dengan proses secara sirkular itu adalah terjadinya

feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus dari komunikan ke

komunikator, oleh karen itu ada kalanya feedback tersebut mengalir

dari komunikan ke komunikator itu adalah “ respon“ atau tanggapan

komunikasi terhadap pesan yang ia terima dari komunikator.

3) Proses Komunikasi Secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian

pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan

alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang

sebagai media pertama. Komunikasi dalam proses secara sekunder

ini semakin lama semakin efektif dan efisien karena didukung oleh

teknologi komunikasi yang semakin canggih yang didukung pula

oleh teknologi-teknologi lainnya yang bukan teknologi komunikasi.

Komunikasi merupakan salah satu alat utama penunjang terjadinya

interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis yang

menyangkut antara orang perorangan, antara kelompok manusia, maupun

antara orang-perorangan dengan kelompok manusia dan tidak akan terjadi

tanpa adanya syarat-syarat sebagai berikut10

:

1) Adanya kontak sosial (social contact) yang dapat diartikan secara

harafiah bersama-sama menyentuh, dengan istilah lain kontak fisik

(face to face) ditekankan dalam pengertian ini. Namun, seiring

perkembangan jaman, maka kontak sosial tidak selalu harus diawali

dengan kontak fisik (face to face) karena dengan keberadaan teknologi

seperti telepon maupun surat kabar memungkinkan seseorang mampu

10

Soerjono Soekanto, “Sosiologi Suatu Pengantar”, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2003, hal. 61

Page 31: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

22

melakukan kontak sosial melalui media perantara yang lain. Kontak

sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu:

a. Antara orang perorangan yang terjadi melalui sosialisasi, yaitu

suatu proses di mana anggota masyarakat yang baru,

mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana

dia menjadi anggota.

b. Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau

sebaliknya.

c. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia

lainnya.

2) Adanya komunikasi ini berarti bahwa seseorang memberikan tafsiran

pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak

badaniah atau sikap), perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang

tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi

terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut.

Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam

penafsiran terhadap tingkah laku orang lain.

3. Macam-macam Pola Komunikasi

Pada dasarnya ada beberapa pola komunikasi, yakni komunikasi

intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri), komunikasi interpersonal

(komunikasi antar pribadi), komunikasi kelompok, dan komunikasi massa.

1) Komunikasi Intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri).

Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dalam diri sendiri yaitu

proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa proses

pengolahan informasi melalui panca indra dan sistem saraf.11

Bahwa

manusia apabila dihadapi dengan suatu pesan untuk mengambil

keputusan menerima ataupun menolaknya akan mengadakan terlebih

11

Sasa Djuarsa Sendjaja, “Pengantar Komunikasi”, Jakarta 1998, Universitas Terbuka,

hal.39

Page 32: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

23

dahulu suatu komunikasi dengan dirinya (proses berfikir). Dalam proses

berfikir ini seseorang menimbang untung rugi usul yang diajukan oleh

komunikator.12

2) Komunikasi Interpersonal (komunikasi antar pribadi)

Komunikasi antar pribadi adalah proses paduan penyampaian pikiran dan

perasaan oleh seseorang kepada orang lain agar mengetahui, mengerti, dan

melakukan kegiatan tertentu.13

Secara umum komunikasi interpersonal

dapat diartikan sebagai proses pertukaran informasi diantara komunikator

dengan komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam

hal mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya

dialogis berupa percakapan. Komunikasi interpersonal dampaknya dapat

dirasakan pada waktu itu juga oleh pihak yang terlibat.14

3) Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang (komunikator)

dengan sejumlah orang (komunikasi) yang berkumpul bersama-sama

dalam satu kelompok.15

Komunikasi kelompok ini mempunyai beberapa

karakteristik. Pertama, proses komunikasi terhadap pesan-pesan yang

disampaikan oleh seorang pembicara kepada khalayak yang lebih besar

dan tatap muka. Kedua, komunikasi berlangsung secara kontinue dan bisa

dibedakan sumber dan penerima. Ketiga, pesan yang disampaikan

terencana dan bukan spontanitas untuk segmen khalayak tertentu.16

12

Phil, Astrid Susanto, “Komunikasi Dalam Teori dan Praktek”, Bandung: Mandar

Maju, 1992. Cet. Ke-1, h.4 13

Onong Uchjana Efendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1990, cet. Ke-5, h. 126 14

Sr. Maria Assumpte Rumanti OSF, Dasar-dasar Public Relation Teori dan Praktis,

Jakarta: Grasindo, 2002, cet. Ke-1, h.88 15

Onong Uchjana Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, Bandung: Alumni, 1986, cet.

ke-2, h.5 16

Nuruddin, Sistem Komunikasi Indonesia, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2005, cet.

Ke-2, h.33

Page 33: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

24

4. Pola Komunikasi Guru dan Murid

Komunikasi merupakan peristiwa sosial yaitu peristiwa yang

terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Hovland,

Janis, dan Kelly dalam Jalaluddin mendefinisikan komunikasi sebagai “the

process by which an individual (the communicator) transmits stimuli

(ussualy verbal) to modify the behavior of other individuals (the

audience)”. Komunikasi yang dilakukan melalui lambang verbal (kata-

kata) hendaknya memberikan stimulus kepada audiens dalam interaksi

yang dilakukannya. Bila individu-individu berinteraksi dan saling

mempengaruhi, maka terjadilah : 1) proses belajar yang meliputi aspek

kognitif (berfikir) dan afektif (merasa), 2) proses penyampaian dan

penerimaan lambang-lambang atau disebut komunikasi, dan 3) mekanisme

penyesuaian diri seperti sosialisasi, bermain peran, identifikasi, proyeksi,

agresi, dan lain-lain17

.

Proses pembelajaran di kelas merupakan suatu interaksi antara

Guru dengan siswa dan suatu komunikasi timbal balik yang berlangsung

dalam suasana eduakatif untuk pencapaian tujuan belajar18

. Dalam proses

pembelajaran ini, kedua komponen tersebut yaitu interaksi dan komunikasi

harus saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara

optimal.

Menurut Husaini Usman pola-pola komunikasi di kelas antara G

(Guru) dan S (siswa) dapat berlangsung sebagai berikut19

:

1. Pola Guru – Siswa

G (komunikasi sebagai aksi, hanya berlangsung

satu arah. Siswa tidak berperan aktif dan

Guru lebih aktif)

S S S

17

Rakhmat Jalaluddin, 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya,

hal. 3 18

Pujiastuti Shintya. 2009. Pentingnya Pertanyaan dalam Proses Pembelajaran. Diambil

dari : http://www.sd-binatalenta.com/arsipartikel/artikel_tya.pdf. Diakses tanggal : 18 Mei 2013. 19

http: //www.uns.ac.id/data/sp5.pdf

Page 34: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

25

2. Pola Guru – siswa – Guru

G (ada balikan atau feedback bagi Guru,

komunikasi sebagai interaksi kedua belah

pihak. Guru dan siswa sama aktif)

S S S

3. Pola Guru – siswa – siswa – Guru

G

(komunikasi multi arah dengan interaksi

yang optimal)

S S S

4. Pola Guru – siswa – siswa – Guru, siswa – siswa

G (komunikasi multi arah, kelas lebih hidup.

Semua terlibat dalam menciptakan suasana

belajar yang memotivasi)

S S

S S

5. Pola melingkar

G (setiap siswa mendapat giliran untuk

mengemukakan sambutan, tidak

diperkenankan mengemukakan pendapat 2

kali apabila siswa lain belum mendapat

giliran)

S S

S S

S

Situasi dalam pembelajaran terjadi dalam beberapa pola komunikasi

diatas. Adanya berbagai bentuk atau pola ini dapat mengembangkan potensi

siswa tetapi pemilihan jenis komunikasi yang akan digunakan Guru sangat

bergantung pada kondisi siswa di kelas serta kebutuhan pembelajaran. Bisa

Page 35: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

26

juga Guru memadukan pola-pola yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan

pembelajaran. Misalnya : pada tahap apersepsi Guru cenderung menggunakan

pola kedua. Setelah dirasa pembelajaran membosankan, beralih pada pola

keempat, dan seterusnya.

Belajar – mengajar sebagai suatu proses komunikasi yang

menekankan aspek kognitif mengandung makna bahwa Guru sebagai pemberi

informasi akan menyampaikan gagasan atau konsep kepada siswanya. Setelah

siswa mendapatkan gagasan dari Guru, siswa akan mengubahnya menjadi

kode – kode di dalam pikirannya sehingga pengetahuan yang ada menjadi

milik siswa. Pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sama dengan gagasan

yang dimiliki oleh Guru saat menyampaikan materi (tidak miskonsepsi).

Pengetahuan yang ada pada tiap siswa dapat ditularkan kepada siswa yang

lain. Jadi, dalam hal ini Guru harus memberikan stimulus pada siswa secara

tepat agar komunikasi Guru dapat menggerakkan siswa untuk

mengkomunikasinkannya kembali dengan yang lain.

Menurut Shintya, proses komunikasi edukatif selain untuk transfer

pengetahuan (kognitif) juga merupakan suatu proses yang mentransfer

sejumlah norma (afektif). Norma-norma ini harus ditransfer oleh Guru kepada

peserta didiknya. Oleh karena itu, wajar jika komunikasi ini tidak hanya

berproses pada tingkat pemahaman siswa pada materi saja tetapi juga

mengandung muatan norma-norma yang patut dan tidak patut dilakukan oleh

siswa. Adanya komunikasi edukatif ini dapat dijadikan sebagai jembatan

yang mendukung pengetahuan yang diterima siswa dan perbuatan yang

dilakukannya sehingga tingkah laku siswa sesuai dengan pengetahuan yang

diterimanya20

.

Menurut Hasibuan dalam Shintya, pola komunikasi Guru yang efektif

dalam pembelajaran adalah pola pembelajaran yang didalamnya terjadi

interaksi dua arah antara Guru dan siswa. Artinya, Guru tidak harus selalu

menjadi pihak yang dominan yang berperan sebagai pemberi informasi saja

20

Pujiastuti Shintya. 2009. Pentingnya Pertanyaan dalam Proses Pembelajaran. Diambil

dari : http://www.sd-binatalenta.com/arsipartikel/artikel_tya.pdf. Diakses tanggal : 18 Mei 2013,

hal. 3

Page 36: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

27

tetapi Guru juga harus memberikan stimulus bagi siswa agar tergerak lebih

aktif. Komunikasi yang dilakukan Guru harus mampu menggugah motivasi

siswa untuk terlibat mengisi dan menemukan makna pembelajaran21

.

Siswa akan menjadi lebih aktif ketika mereka memiliki rasa

kebersamaan di kelas tersebut (sense of kolektive). Rasa kebersamaan ini

dapat dibina dari komunikasi yang dilakukan Guru ataupun siswa yang lain

agar dirinya merasa di terima (Sense of membershif). Perasaan diterima inilah

sebagai salah satu komponen yang dapat menumbuhkembangkan siswa.

Ketika seseorang diterima, dihormati, dan disenangi orang lain dengan segala

bentuk keadaan dirinya, maka mereka akan cenderung untuk meningkatkan

penerimaan dirinya.

Keadaan dimana siswa merasa diterma dapat menjadi modal untuk

menumbuhkan motivasi diri yang dapat meningkatkan prestasi belajar. Salah

satu komunikasi Guru yang dapat memberikan motivasi pada siswa adalah

Guru peduli dan paham terhadap apa yang sedang mereka ajarkan serta

mengkomunikasikannya dengan siswa bahwa apa yang sedang mereka

pelajari adalah sesuatu yang penting dan bermanfaat. Dalam hal ini

komunikasi yang dilakukan oleh Guru akan menimbulkan inspirasi baru bagi

siswanya dan lebih meningkatkan perhatian siswa pada materi.

Kenyataan di sekolah sering menunjukkan bahwa komunikasi antara

Guru dan siswa masih relatif kurang. Siswa dalam mempelajari materi yang

diberikan Guru, kebanyakan masih sulit menerima dan memahami sehingga

prestasi yang dimiliki siswa masih rendah. Guru dalam memberikan materi

kepada siswa tidak selalu memperhatikan tingkat pemahaman siswa, apakah

siswa sudah paham, bagian manakah yang masih sulit, apakah perlu diulangi,

dan lain-lain. Sehingga dari adanya balikan (feedback) dari Guru siswa

merasa diterima dan tergerak lebih aktif mengikuti pembelajaran.

21

Pujiastuti Shintya. 2009. Pentingnya Pertanyaan dalam Proses Pembelajaran. Diambil

dari : http://www.sd-binatalenta.com/arsipartikel/artikel_tya.pdf. Diakses tanggal : 18 Mei 2013.,

hal. 1

Page 37: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

28

Salah satu komunikasi yang membuat siwa tergerak untuk lebih

aktif adalah dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya

langsung dijawab oleh siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Piaget bahwa

perumusan pertanyaan merupakan salah satu bagian yang penting dan paling

kreatif dalam pendidikan. Guru harus memberikan apresiasi terhadap segala

bentuk komentar ataupun jawaban siswa dan tidak diperkenankan

memberikan umpan balik yang negatif22

. Melihat pada pola kelima bahwa

siswa tidak diperkenankan untuk mengemukakan jawaban dua kali apabila

siswa lain belum mendapat giliran, maka hal ini menjadi sesuatu yang dapat

dipahami bersama ketika peraturan ini dikomunikasikan di awal yaitu

sebelum pertanyaan-pertanyaan diberikan. Pola semacam ini terkadang

dibutuhkan agar semua siswa mendapat kesempatan yang sama.

Ketika Guru mendapatkan jawaban ataupun komentar siswa, maka

Guru harus memberikan apresiasi dengan mengatakan bahwa jawaban atau

komentar yang mereka kemukakan adalah benar atau jawaban mereka bagus

namun belum tepat. Jika tidak dilakukan balikan dan Guru cenderung tidak

peduli dengan jawaban siswa, maka siswa merasa bahwa jawaban yang

mereka kemukakan adalah jawaban yang tidak bermutu. Sedangkan, Guru

sendiri akan kehilangan hubungannya dengan siswa. Hal ini sejalan dengan

pendapat yang dikemukan oleh Kennedy (2004) dalam Affiral dan Rafidah

(2009) yang mengemukakan23

:

“teachers with dismissing (avoidant) attachments style may have difficulty

recognizing their own lack of warmth, trust, and sensitivity in their

relationship with their students’.

Persepsi Guru terhadap siswanya akan mempengaruhi komunikasi

yang mereka lakukan. Sebisa mungkin Guru tetap menjaga komunikasi yang

positif dikelas dan tidak memberikan suatu penghakiman (judgement) bahwa

siswa ini cantik, pintar, bodoh, malas, suka membuat gaduh di kelas, dll.

22

dalam Dahar, 1996 23

Affizal dan Rafidah. “Teacher – Student Attachment and Teachers’s Attitudes

Towards Work”. Diambil dari : Jurnal Pendidik dan Pendidikan, Jil. 24, 2009. Diakses tanggal :

18 Mei 2013

Page 38: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

29

Pandangan semacam ini akan membuat Guru kurang diperhatikan oleh siswa

dan menimbulkan kondisi pembelajaran yang kurang kondusif untuk

peningkatan prestasi belajar siswa. Maka, Guru harus memandang semua

siswa dengan pandangan yang positif agar dari komunikasi yang dibina ini

dapat membantu dan memberikan dukungan untuk mengembangkan potensi

siswa.

Komunikasi efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang

baik. Setiap kali Guru melakukan komunikasi, sebenarnya bukan hanya

sekedar menyampaikan isi pesan tetapi juga membangun sebuah hubungan

interpersonal. Menurut Jalaluddin, komunikasi yang efektif ditandai dengan

adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap,

meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan

suatu tidakan24

.

Pengertian. Komunikasi yang dilakukan Guru pada siswa harus

menimbulkan pengertian. Pengertian disini menyangkut penerimaan yang

cermat pada isi pesan, ide, atau gagasan seperti yang dikemukankan oleh

Guru. Kegagalan dalam menerima isi pesan secara cermat dapat

menimbulkan kesalah pahaman. Maka, ketika Guru mengkomunikasikan

materi, gagasan, ataupun penanaman konsep, Guru harus memberikannya

sejelas mungkin dan sebisa mungkin peduli pada pemahaman siswa.

Kesenangan. Tidak semua komunikasi yang dilakukan Guru ditujukan

untuk penyampaian materi atau gagasan agar membentuk pengertian dari

siswa. Tetapi juga digunakan untuk membentuk kesenangan pada siswa

dalam mengikuti pembelajaran yang nantinya dapat menumbuhkan motivasi

siswa untuk belajar. Sebuah survey nasional terhadap 1.000 siswa berusia 13

– 17 tahun menyebutkan bahwa beberapa karakter penting yang harus

dimiliki Guru adalah selera humor yang baik yang mampu membuat siswa

24

Rakhmat Jalaluddin, “Psikologi Komunikasi”. Bandung 2008,Remaja Rosdakarya,

hal. 13

Page 39: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

30

tertarik dan menyukai pelajaran yang diajarkan25

. Guru yang berkomunikasi

secara menyenangkan ini mampu memotivasi siswa dalam belajar, maka

sebaiknya Guru harus bersikap humoris dan luwes kepada siswa. Guru juga

harus memilih kata-kata yang sekiranya sesuai dengan siswa, tidak

menyindir, tidak terlalu memaksa siswa untuk melakukan hal seperti yang

Guru inginkan. Motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran lebih mudah

terbentuk pada Guru yang mengadakan komunikasi dengan menambahkan

kelucuan-kelucuan yang wajar dalam kegiatan pembelajarannya.

Mempengaruhi sikap. Guru melalui komunikasi persuasif dapat

mempengaruhi siswa untuk melakukan hal-hal yang positif. Misalnya :

mengajak untuk berkonsentrasi selama pembelajaran, mengajak untuk

mencintai materi yang dibahas. Telah dikatakan diatas bahwa komunikasi

tidak hanya untuk aspek kognitif saja tetapi juga aspek afektif. Guru yang

dapat mempengaruhi sikap siswa selama pembelajaran dapat meningkatkan

perhatian dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Hubungan yang makin baik. Komunikasi interpersonal yang

dilakukan dapat mempengaruhi hubungan interpersonal Guru dan siswa.

Dalam menumbuhkan siswa, Guru harus mengadakan relasi yang lebih dekat

dengan siswa. Relasi yang dekat ini dapat didukung dengan adanya

komunikasi yang baik. Misalnya : Guru tidak memberikan judgement bahwa

siswa ini cantik, pintar, bodoh, dll. Guru harus memberikan apresiasi pada

siswa ketika mereka memberikan jawaban atas pertanyaan dan tidak menolak

jawaban yang dikemukakan siswa, Dengan mengetahui kebutuhan siswa

bahwa mereka ingin diterima di kelas, maka Guru harus menciptakan iklim

yang kondusif di kelas dimana siswa yang satu harus berhubungan baik

dengan siswa yang lainnya. Komunikasi inilah yang dapat menimbulkan

relasi Guru dan siswa menjadi lebih hangat, dekat, dan menyenangkan.

25

Kristiandi, 2009. Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru Dengan

Motivasi Belajar di Kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan. Diambil

dari http://respository.usu.ac.id/ hal. 15

Page 40: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

31

Disini, komunikasi interpersonal menjadi kunci terbentuknya hubungan yang

lebih baik.

Tindakan. Efektivitas komunikasi Guru diukur dari tindakan nyata

yang dilakukan oleh siswa. Untuk menciptakan tindakan nyata pada siswa,

Guru harus lebih dulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah

sikap, serta menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik. Jadi,

terbentuknya tindakan nyata pada siswa adalah titik akhir dari jaringan

komunikasi yang dilakukan untuk menumbuhkembangkan siswa. Norma-

norma yang ditanamkan pada siswa akan diaktualisasikan siswa secara nyata

jika dikomunikasikan Guru dengan baik. Misalnya : mengajak untuk rajin

belajar, lebih rajin membaca, dan bersikap aktif saat pembelajaran. Maka,

dalam hal ini siswa harus ditanamkan dulu 4 komponen diatas.

Jadi, komunikasi yang dilakukan Guru di kelas dapat

menumbuhkembangkan siswa jika komunikasi tersebut dilakukan secara

efektif dan menyenangkan, dengan memperhatikan unsur-unsur diatas, yaitu :

terbentuk pengertian yang cermat, terciptanya kesenangan, mempengaruhi

sikap, tercipta hubungan interpersonal yang makin baik, dan terbentuknya

tindakan positif pada siswa. Dengan kelima unsur ini, maka Guru dapat

menumbuhkembangkan siswa baik menumbuhkan motivasi belajar,

penerimaan diri, dan prestasi yang lebih baik.

5. Pola Komunikasi Guru dan Siswa Tuna rungu

Kebutuhan setiap manusia tanpa terkecuali untuk berkomunikasi

merupakan hal yang tidak dapat ditunda lagi keberadaannya. Kemampuan

dalam berkomunikasi yang dibutuhkan oleh manusia ini didukung dengan

keberadaan frame of reference agar komunikasi berjalan dengan lancar.

Selain itu, kelengkapan panca indera yang layaknya dimiliki oleh setiap

manusia juga menjadi salah satu modal yang cukup penting demi terjalinnya

komunikasi yang efektif. Idealnya, keberadaan frame of reference dan panca

indera yang lengkap merupakan salah satu pendukung utama dari terjalinnya

komunikasi yang efektif.

Page 41: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

32

Namun, tidak semua manusia terlahir dalam keadaan fisik yang

sempurna. Ketidaksempurnaan itu adalah keberadaan anak-anak yang

terlahir dengan cacat fisik atau biasa disebut dengan ketunaan. Salah satu

ketunaan yang menghambat kemampuan anak-anak dalam berkomunikasi

adalah tunarungu. Tunarungu merupakan salah satu kelemahan yang

menjadikan seseorang sulit berkomunikasi seperti orang normal pada

umumnya. Hal ini disebabkan kekurangan mereka dalam hal pendengaran

dan kemampuan berkomunikasi baik secara verbal dan nonverbal layaknya

orang biasa. Tidak berlebihan rasanya jika kebutuhan dalam hal

berkomunikasi pada anak tunarungu harus segera dipenuhi, karena

kemampuan dalam hal berkomunikasi merupakan salah satu penunjang

dalam kehidupan sosial di masyarakat.

a. Pola komunikasi Interpersonal

Menurut Rogers bersama D. Lawrence Kincaid dalam Cangara26

,

komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk

atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang

pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.

Dengan komunikasi maka terbentuk interaksi antara orang satu dengan

yang lain yang dapat dipahami bersama-sama. Anak tunarungu karena

mengalami gangguan dalam pendengaran maka dalam komunikasinya

kebanyakan menggunakan bahasa isyarat dan yang mengerti hanyalah

sesama anak tunarungu serta guru yang mengajarnya.

Menurut Sadjaah bina bicara merupakan suatu upaya untuk

tindakan baik perbaikan upaya koreksi maupun upaya pelurusan dalam

mengucapkan bunyi-bunyi bahasa dalam rangkaian kata-kata agar

dimengerti oleh orang yang diajak bicara27

. Dalam latihan bina bicara

anak tunarungu dilatih untuk bicara dengan pengucapan yang baik

dan benar ejaannya maupun penggunaan bahasa yang tepat.

26

Cangara, Hafied H, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta 2006, hal. 56 27

Sadjaah (1995:

Page 42: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

33

Bina bicara diberikan kepada individu agar anak dapat

mengfungsikan alat bicaranya secara terampil dan berani bicara sehingga

anak dapat berkomunikasi secara wajar seperti masyarakat pada

umumnya. Pemberian bina bicara ini diberikan kepada anak tunarungu

yang lebih ditetaknkan pada komunikasi antar teman yang ada di kelas.

Apabila anak tunarungu dalam satu kelas

dibiasakan berkomunikasi dengan baik dan benar maka anak setiap

hari akan terbiasa berkomunikasi dengan baik dan benar.

Interaksi sosial ini erat kaitannya dengan keberadaan komunikasi

interpersonal sebagai bentuk dasar dari komunikasi antarmanusia. Ini

berarti bahwa setiap manusia tanpa terkecuali membutuhkan kemampuan

komunikasi, baik dalam bentuk komunikasi verbal maupun nonverbal,

sebagai kemampuan dasar mereka yang paling dibutuhkan agar mampu

berkomunikasi dan mampu mengkomunikasikan secara timbal balik

kepada orang lain.

Komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua

atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara

langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi pesan

secara langsung pula. Komunikasi interpersonal sendiri sangat sarat

dengan berbagai bentuk komunikasi verbal dan nonverbal yang terbentuk

didalamnya. Komunikasi verbal menekankan keberadaan interaksi

bahasa sebagai alat utama dalam melakukan komunikasi dengan persona

lain. Bahasa dapat dibayangkan sebagai kode, atau sistem simbol, yang

digunakan untuk membentuk pesan-pesan verbal kita28

.

Komunikasi nonverbal menekankan aspek komunikasi pada

setiap gerakan tubuh, gerakan mata, ekspresi wajah, sosok tubuh,

penggunaan jarak (ruang), kecepatan dan volume bicara bahkan juga

keheningan29

.

.

28

Joseph A. Devito, “Komunikasi Antar Manusia”, Jakarta 1997,Professional Book,

hal. 119 29

Ibid, hal. 177

Page 43: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

34

Kemampuan komunikasi verbal dan nonverbal, secara mendasar

telah dimiliki oleh manusia normal yang memiliki panca indera yang

lengkap. Namun sayangnya, kelengkapan panca indera ini tidak dimiliki

oleh anak berkebutuhan khusus. Sehingga, dibutuhkan bimbingan khusus

bagi mereka yang memiliki kekurangan panca indera agar mereka juga

dapat melakukan interaksi dan komunikasi dengan orang lain dalam

kehidupannya.

Bimbingan khusus ini diwujudkan dalam bentuk institusi formal

yaitu sekolah luar biasa. Menjawab kebutuhan ini, maka salah satu

sekolah luar biasa yang ada di Condet Jakarta Timur, yaitu SDLB-B

YPFM (Yayasan Pendidikan Frobel Montessori) mencoba memberikan

fasilitas khusus bagi anak tunarungu dalam memberikan bekal dasar

kemampuan agar mereka mampu hidup mandiri dalam kehidupan

bermasyarakat dengan memiliki kemampuan berkomunikasi.

Hal utama yang menjadi dasar perhatian dan penting dalam

penelitian ini adalah keberadaan guru dan murid tunarungu itu sendiri.

Anak dengan kebutuhan khusus tunarungu memiliki kebutuhan spesial

dalam pendidikan yang tidak bisa dipenuhi oleh sekolah normal pada

umumnya. Keberadaan guru di sekolah luar biasa menjadi sebuah

panasea tersendiri bagi anak berkebutuhan khusus pada umumnya dan

anak tunarungu pada khususnya. Hak terhadap pengetahuan, ilmu, dan

informasi tentang dunia luar tidak akan dapat mereka penuhi tanpa

adanya arahan dan bimbingan dari sekolah formal yang memberikan guru

dengan kemampuan khusus membimbing anak-anak yang memiliki

kebutuhan khusus. Maka pendidikan di bangku sekolah menjadi sebuah

tuntutan yang harus dipenuhi agar anak tunarungu dapat memperoleh

pendidikan yang setara dengan anak normal lainnya, utamanya dalam

berkomunikasi. Pendidikan bagi anak tunarungu sendiri juga bukan

merupakan hal yang mudah untuk dilakukan bagi para guru tunarungu,

karena seringkali mereka harus memikirkan cara-cara tersendiri di luar

pemikiran guru sekolah normal, terutama yang berhubungan dengan

Page 44: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

35

peningkatan kemampuan komunikasi murid tunarungu yang mereka

bimbing sehari-hari.

b. Pola komunikasi kelompok

Dasar teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

komunikasi kelompok dan 3 (tiga) teori utama lain yaitu strategi

komunikasi, komunikasi verbal dan nonverbal, dan kemampuan

komunikasi yang digunakan sebagai alat penguat munculnya penelitian

ini sekaligus sebagai alat untuk melakukan analisis dari hasil penelitian.

Komunikasi kelompok adalah proses dalam menghasilkan pesan

antara beberapa orang dalam situasi yang memungkinkan untuk

melakukan timbal balik baik dari pembicara dan pendengar30

.

Komunikasi interpersonal merupakan bentuk dasar dari komunikasi yang

dilakukan oleh manusia tiap waktu, sehingga disadari atau tidak

komunikasi interpersonal telah menjadi kebutuhan dalam kehidupan

masayarakat.

Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan

komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi

(communication management) untuk mencapai suatu tujuan31

. Untuk

mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan

bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan. Strategi

komunikasi ini digunakan oleh komunikator kepada komunikan agar

pesan dari komunikator dapat tersampaikan pada komunikan. Jika

strategi komunikasi yang diterapkan oleh komunikator berhasil, maka

tidak hanya sekedar pesan dari komunikator kepada komunikan saja yang

tersampaikan, tetapi juga akan mampu melakukan perubahan pada diri

komunikan dengan mudah dan cepat.

30

Judy Pearson, et.al. “Human Communication Second Edition”, New York: McGraw-

Hill, 2006, hal: 19 31

Onong Uchjana Effendy , “Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi”, Bandung:PT Citra

Aditya Bakti, 2003, hal: 301

Page 45: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

36

Komunikasi verbal atau pesan verbal adalah semua jenis simbol

yang menggunakan satu kata atau lebih dalam kegiatan komunikasi,

sedangkan bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol,

dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut yang

digunakan dan dipahami suatu komunitas32

.

Sedangkan komunikasi nonverbal identik dengan penggunaan

lambang-lambang yang pemaknaannya dibentuk secara bersama maupun

lambang-lambang yang berhubungan dengan panca indera (body

movement, facial communication, eye communication, touch

communication).

Menurut Judy Pearson kemampuan komunikasi dapat dipelajari

oleh semua orang dengan memahami pentingnya perbedaan persepsi tiap

orang, peraturan self-concept dalam komunikasi, bahasa verbal, dan

aturan komunikasi nonverbal33

. Lebih lanjut, Pearson mengungkapkan

bahwa anda harus mau membuka diri anda dengan kehadiran orang lain,

anda harus memahami orang lain dengan mendengarkan secara hati-hati

dan teliti, anda harus menerima walau memahami kondisi dan bertindak

sesuai dengan kebiasaan seringkali interaksi tersebut tidak berjalan lancar

atau sukses34

.

B. Tinjauan Tentang Siswa Tunarungu

1. Pengertian Tunarungu

Dalam mendefinisikan gangguan pendengaran (hearing

disorders) dari sudut pandang kebutuhan pembelajaran, sangat penting

untuk mempertimbangkan tingkat beratnya kehilangan pendengaran

(hearing loss) dan usia seseorang ketika kehilangan pendengarannya mulai

terjadi. Tingkat berat-ringannya hearing loss sangat penting diketahui agar

fungsi pendengaran yang mungkin masih tersisa (residual hearing) bias

32

Deddy Mulyana,Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2005) hal:237 33

Judy Pearson, et al. Op.cit., hal: 157 34

Loc.cit., hal: 157

Page 46: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

37

digunakan secara optimal. Usia pada saat kehilangan pendengaran

merupakan pertimbangan yang penting, disebabkan hubungannya dengan

pertumbuhan bahasa. Jika gangguan pendengaran terjadi pada masa

sebelum anak mengenal bahasa lisan (prelingual), efek gangguan ini akan

lebih besar dibanding jika terjadi setelah bahasa lisan anak berkembang

(postlingual).

Semakin dewasa usia anak saat mengalami gangguan

pendengaran, akan lebih besar kesempatan bagi si anak untuk menguasai

konsep bahasa yang signifikan dan kemampuan konseptual (conceptual

skills).

Istilah gangguan pendengaran (hearing impairment) dipakai

dalam menjelaskan baik orang yang benar-benar “tuli” maupun yang

hanya “sulit mendengar”. Sulit mendengar merupakan gangguan

pendengaran (hearing impairment) yang bisa bersifat permanent maupun

sementara, yang jelas berpengaruh pada prestasi pembelajaran anak.

Sedangkan Tuli adalah suatu gangguan pendengaran (hearing impairment)

yang sangat berat sehingga si anak tidak bisa melakukan proses informasi

bahasa melalui pendengaran, dengan ataupun tanpa alat pengeras suara,

yang dengan jelas mempengaruhi prestasi pembelajaran akademis

(Federal Register).35

2. Faktor-faktor penyebab Tunarungu

Banyak informasi tentang sebab-sebab terjadinya kerusakan organ

pendengaran yang mengakibatkan penderitanya mengalami kelainan

pendengaran (Tunarungu). Kondisi ketunarunguan yang dialami anak,

dihubungkan dengan kurun waktu terjadinya, yaitu sebelum anak lahir

(prenatal), saat anak lahir (neonatal), atau sesudah anak lahir (posnatal).

Secara terinci determinan ketunarunguan yang terjadi sebelum, saat, dan

sesudah anak dilahirkan dapat diuraikan sebagai berikut:

35

J. David Smith. Inklusi Sekolah Ramah untuk Semua. Bandung: Nuansa Cetakan I

2006 Hal: 270

Page 47: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

38

1) Ketunarunguan sebelum lahir (prenatal), yaitu ketunarunguan yang

terjadi ketika anak masih berada dalam kandungan ibunya. Ada

beberapa kondisi yang menyebabkan ketunarunguan yang terjadi pada

saat anak dalam kandungan antara lain sebagai berikut:

a) Hereditas atau keturunan

Banyak informasi yang mengindikasikan terjadinya keadaan

genetis yang berbeda dapat mengarah terjadinya sebuah

ketunarunguan36

. Secara genetic, gangguan pendengaran dapat

ditularkan oleh orangtua kepada anak-anaknya, baik itu gen-gen

resesif (orangtua mempunyai pendengaran normal) maupun gen-

gen dominan (salah satu atau keduanya mempunyai dasar

gangguan pendengaran secara genetik)37

.Factor itu erat kaitannya

dengan anggota keluarga terutama ayah dan ibu. Anak yang

mengalami ketunarunguan karena di antara anggota keluarganya

ada yang mengalami ketunarunguan.

b) Maternal Rubella

Maternal rubella yang dikenal sebagai penyakit cacar air

jerman, atau campak. Virus penyakit tersebut berbahaya jika

menyerang seseorang wanita ketika tiga bulan pertama waktu

kehamilan sebab dapat memengaruhi atau berakibat buruk terhadap

anak atau bayi yang dikandungnya38

.

c) Pemakaian Antibiotika Over Dosis

Ada beberapa obat-obatan antibiotika yang jika diberikan

dalam jumlah besar akan mengakibatkan ketunarunguan atau

kecacatan yang lain. Adapun obat-obatan yang besar pengaruhnya

terhadap gangguan pendengaran atau tunarungu pada anak semasa

dalam kandungan antara lain: dihydrostreptomicyn, neomicin,

36

Dr. Mohammad Efendi, M.Pd., M.Kes. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.

Jakarta: PT Bumi Aksara. 2006 Hal: 64 37

J. David Smith. Op.cit. Hal: 279 38

Ibid Hal: 66

Page 48: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

39

kanamicin, dan strepromycin. Pengaruh buruk obat tersebut dapat

menimbulkan tunarungu sensoniural (tunarungu saraf).

d) Toxoemia

Ketika sang ibu sedang mengandung, karena suatu sebab

tertentu sang ibu menderita keracunan pada darahnya (toxoemia).

Kondisi ini dapat berpengaruh pada rusaknya placenta atau janin

yang dikandungnya, akibatnya ada kemungkinan sesudah bayi itu

lahir akan menderita tunarungu.

2) Keturunan saat lahir (neonatal), yaitu ketunarunguan yang terjadi saat

anak dilahirkan. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan

ketunarunguan yang terjadi pada saat anak dilahirkan antara lain

sebagai berikut:

a) Lahir Prematur

Prematur adalah proses bayi yang terlalu dini sehingga berat

badannya atau panjang badannya relative sering di bawah normal,

dan jaringan-jaringan tubuhnya sangat lemah, akibatnya anak lebih

mudah terkena anoxia (kekurangan oxigen). Bayi yang lahir

prematur sebagai salah satu penyebab anak menjadi tunarungu.

b) Rhesus Factors

Setiap manusia sebenarnya mempunyai jenis darah yang biasa

disebut rhesus, disingkat Rh. Jenis darah yang ada pada manusia

adalah jenis darah A-B-AB-O. Pada jenis darah tersebut ada rhesus

yang positif dan ada rhesus yang negative, kedua rhesus tersebut

dapat dilihat pada pemeriksaan sel-sel darah merah. Jika dalam

pemeriksaan sel-sel darah seseorang pada permukaan sel-sel

darahnya mengandung rhesus disebut rhesus positif. Sebaliknya

jika dalam pemeriksaan darah bersangkutan tidak menampakkan

tanda-tanda tersebut dapat digolongkan pada orang-orang yang

punya rhesus negatif.

Jika jenis rhesus darah anak tidak sesuai dengan rhesus ibu yang

mengandungnya, selama itu pula anak yang dilahirkan akan

Page 49: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

40

mengalami abnormalitas (kelainan), dan sebaliknya jika rhesus

darah sesuai maka anak yang dilahirkan akan normal.

3) Ketunarunguan setelah lahir (posnatal), yaitu ketunarunguan yang

terjadi setelah anak dilahirkan oleh ibunya. Ada beberapa kondisi yang

menyebabkan ketunarunguan yang terjadi setelah dilahirkan antara lain

sebagai berikut.

a) Penyakit meningitis cerebralis

Meningitis cerebralis adalah peradangan yang terjadi pada selaput

otak. Terjadinya ketunarunguan ini karena pada pusat susunan

saraf pendengaran mengalami kelainan akibat dari peradangan

tersebut. Jenis ketunarunguan akibat peradangan pada selaput otak

ini biasanya jenis ketunarunguan perseptif. Oleh karena itu untuk

menghindari terjadinya peradangan yang fatal harus berhati-hati

dalam menjaga bagian-bagian yang vital di daerah kepala, agar

tidak mengalami kecelakaan yang berakibat fatal.

b) Infeksi

Ada kemungkinan sesudah anak lahir kemudian terserang penyakit

campak (meales), stuip, thypus, influenza, dan lain-lain.

Keberadaan anak yang terkena infeksi akut akan menyebabkan

anak mengalami tunarungu perspektif karena virus-virus akan

menyerang bagian-bagian penting dalam rumah siput (cochlea)

sehingga mengakibatkan peradangan.

c) Otitis media kronis

Keadaan ini menunjukkan di mana cairan otitis media

(kopoken=jawa) yang berwarna kekuning-kuningan tertimbun di

dalam telinga bagian tengah. Kalau keadaannya sudah kronis atau

tidak terobati dapat menimbulkan gangguan pendengaran, karena

hantaran suara yang melalui telinga bagian tengah terganggu. Pada

penderita secretory otitis akan menderita ketunarunguan konduktif.

Bedanya cairan mengental dan menyumbat rongga telinga bagian

tengah, dan terjadi pembesaran adenoid, sinusitis dan seterusnya

Page 50: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

41

sehingga terjadilah alergi pada alat pendengaran. Penyakit ini

sering terjadi pada masa anak-anak39

. Kondisi ini seringkali

dibarengi oleh rasa sakit di telinga, namun tidak selalu40

.

3. Ciri-ciri Anak Tunarungu

Berikut ini ada beberapa ciri khas tunarungu menurut Sumadi dan

Talkah.

1) Fisik.

Secara fisik, anak tunarungu ditandai dengan sebagai berikut:

a) Cara berjalan yang biasanya cepat dan agak membungkuk yang

disebabkan adanya kemungkinan kerusakan pada alat pendengaran

bagian keseimbangan,

b) Gerakan matanya cepat, agak beringas; menunjukkan bahwa ia

ingin menangkap keadaan yang ada di sekitarnya,

c) Gerakan anggota badannya cepat dan lincah yang terlihat pada saat

mereka sedang berkomunikasi menggunakan gerakan isyarat

dengan orang di sekelilingnya,

d) Pada waktu bicara pernafasannya pendek dan agak terganggu,

e) Dalam keadaan biasa (bermain, tidur, tidak bicara) pernafasannya

biasa.

2) Intelegensi.

Intelegensi anak tunarungu tidak banyak berbeda dengan anak normal

pada umumnya, namun mereka sukar untuk menangkap pengertian-

pengertian yang abstrak, sebab dalam hal ini memerlukan pemahaman

yang baik akan bahasa lisan maupun tulisan, sehingga dapat dikatakan

bahwa dalam hal intelegensi potensial tidak berbeda dengan anak

normal, tetapi dalam hal intelegensi fungsional rata-rata lebih rendah.

3) Emosi.

39

Dr. Mohammad Efendi, M.Pd., M.Kes. Op.cit. Hal: 69 40

J. David Smith. Op.cit. Hal: 279

Page 51: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

42

Kurangnya pemahaman akan bahasa lisan dalam berkomunikasi

seringkali menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti

terjadinya kesalahpahaman, karena selain tidak mengerti oleh orang

lain, anak tunarungu pun sukar untuk memahami orang lain. Bila

pengalaman demikian terus berlanjut akan menimbulkan tekanan pada

emosinya dan dapat menghambat perkembangan kepribadiannya

dengan menampilkan sikap-sikap negative, seperti menutup diri,

bertindak secara agresif atau sebaliknya, menampakkan kebimbangan

dan keragu-raguan.

4) Sosial.

Dalam kehidupan social, anak tunarungu mempunyai kebutuhan yang

sama dengan anak normal lainnya, yaitu kebutuhan untuk berinteraksi

dengan lingkungan sekitarnya, baik interaksi antar individu, individu

dengan kelompok atau keluarga dan dengan lingkungan masyarakat

yang lebih luas.

5) Bahasa.

Ciri anak tunarungu dalam hal bahasa ialah sebagai berikut:

a) Miskin dalam perbendaharaan kata,

b) Sulit mengartikan ungkapan bahasa yang mengandung arti kiasan,

c) Sulit mengartikan kata-kata abstrak,

d) Kurang menguasai irama dan gaya bahasa41

.

4. Klasifikasi Anak Tunarungu

Deci-Bell (disingkat dB) merupakan suatu unit yang digunakan

dalam mengukur tingkat kekerasan atau intensitas suara. Ukuran deci-Bell

digunakan sebagai indicator rentang intensitas suara yang dapat diterima

seseorang42

.

Menurut kaidah hasil yang diberlakukan dalam tes pendengaran,

“Seorang dikategorikan normal pendengarannya apabila hasil tes

pendengarannya dinyatakan angka 0 dB”. Kondisi hasil tes pendengaran

41

Anneke Sumampouw dan Setiasih. “Profil Kebutuhan Remaja Tunarungu”. Anima,

Indonesia Psychological Journal, Vol. 18, No, 4, Juli 2003, Hal: 380 42

J. David Smith. Op.cit. Hal: 271

Page 52: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

43

yang menunjukkan angka “0” mutlak tersebut jarang atau hampir tidak

ada, sebab derajat minimum setiap orang masih ditemui kehilangan

ketajaman pendengarannya. Seseorang yang kehilangan ketajaman

pendengaran sampai 0-20 dB masih dianggap normal. Sebab pada

kenyataannya orang kehilangan pendengaran pada gradasi sampai 20 dB

tidak menunjukkan kekurangan yang berarti. Orang yang kehilangan

ketajaman pendengaran sampai batas tersebut masih dapat merespons

macam peristiwa bunyi atau percakapan secara normal.

Ditinjau dari kepentingan tujuan pendidikannya, secara terinci

anak tunarungu dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut43

:

1) Gangguan Pendengaran Sangat Ringan

Siswa yang mengalami gangguan pendengaran sangat ringan slight

hearing lost) mengalami kehilangan pendengaran antara 27- 40 deci-

Bell. Mereka hanya mengalami kesulitan dalam mendengar suara yang

sayup-sayup atau dari jarak yang jauh. Meskipun mereka tidak

mengalami kesulitan disekolah, akan lebih baik jika mereka

mendapatkan tempat duduk yang cukup nyaman bagi rentang

pendengaran mereka.

2) Gangguan Pendengaran Taraf Ringan

Siswa yang mengalami gangguan pendengaran taraf ringan (mild

hearing loss) telah kehilangan pendengaran antara 41-55 deci-Bell.

Mereka mengalami kesulitan dalam mendengar percakapan kecuali

dalam jarak 3 samapi 5 kaki dan saling berhadapan. Mereka akan

kehilangan sebanyak 50% diskusi kelas jika tidak diobati44

.

Ciri-ciri anak kehilangan pendengaran pada rentangan tersebut

antara lain:

a) Dapat mengerti percakapan biasa pada jarak sangat dekat.

b) Tidak dapat menangkap suatu percakapan yang lemah.

43

Dr. Mohammad Efendi, M.Pd., M.Kes. Op.cit. Hal: 58 44

J. David Smith. Op.cit. Hal: 272

Page 53: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

44

c) Kesulitan menangkap isi pembicaraan dari lawan bicaranya, jika

berada pada posisi tidak searah dengan pandangannya

(berhadapan).

d) Untuk menghindari kesulitan bicara perlu mendapatkan

bimbingan yang baik dan intensif.

e) Ada kemungkinan dapat mengikuti sekolah biasa, namun untuk

kelas-kelas permulaan sebaiknya dimasukkan dalam kels khusus,

dan Disarankan menggunakan alat bantu dengar (hearing aid)

untuk menambah ketajaman daya pendengarannya. Kebutuhan

layanan pendidikan untuk anak tunarungu kelompok ini yaitu

membaca bibir, latihan pendengaran, latihan bicara, serta latihan

kosakata.

3) Gangguan Pendengaran Taraf Sedang

Siswa dengan gangguan pendengaran taraf sedang (moderate

hearing loss) telah kehilangan pendengaran antara 56-70 deci-Bell.

Adapun ciri-ciri anak kehilangan pendengaran pada rentangan tersebut

adalah:

a) Dapat mengerti percakapan keras pada jarak dekat, kira-kira

satu meter, sebab ia kesulitan menangkap percakapan pada

jarak normal.

b) Sering terjadi mis-understanding terhadap lawan bicaranya, jika

ia diajak bicara.

c) Penyandang tunarungu kelompok ini mengalami kelainan

bicara, terutama pada huruf konsonan.

d) Kesulitan menggunakan bahasa dengan benar dalam

percakapan.

e) Perbendaharaan kosakatanya sangat terbatas.

Kebutuhan layanan pendidikan untuk anak tunarungu

kelompok ini meliputi latihan artikulasi, latihan membaca bibir,

latihan kosakata, serta perlu menggunakan alat bnatu dengar untuk

membantu ketajaman pendengarannya.

Page 54: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

45

4) Gangguan Pendengaran Taraf Berat

Siswa yang mengalami kesulitan berat dalam mendengar

(severe hearing loss) telah kehilangan pendengaran antara 71-90 deci-

Bell. Mereka hanya dapat mendengar suara yang keras jika suara itu

dekat dengan telinga. Bahkan dengan pengeras suara sekalipun yang

ada dalam alat bantu dengar, mereka mempunyai kesulitan dalam

mendengar bunyi-bunyi ucapan dengan baik atau dengan tepat.

Kebutuhan layanan pendidikannya, perlu layanan khusus

dalam belajar bicara maupun bahasa, menggunakan alat bantu dengar

sebab anak yang tergolong kategori ini tidak mampu berbicara

spontan. Oleh sebab itu, tunarungu ini disebut juga tunarungu

pendidikan, artinya mereka benar-benar dididik sesuai dengan kondisi

tunarungu. Pada intensitas suara tertentu mereka terkadang dapat

mendengar suara keras dari jarak dekat, seperti gemuruh pesawat

terbang, teter mobil, dan sejenisnya. Kebutuhan pendidikan anak

tunarungu kelompok ini perlu latihan pendengaran intensif, membaca

bibir, latihan pembentukan kosakata.

5) Gangguan Pendengaran Taraf Sangat Berat

Siswa dengan kesulitan sangat berat (profound hearing loss)

dalam mendengar telah kehilangan pendengara antara 91 deci-Bell

lebih. Mereka mungkin mendengar suara yang sangat keras tertentu

namun umumnya mereka hanya mengetahui getarannya saja. Pada

umumnya, mereka mengandalkan penglihatan daripada pendengaran

sebagai alat utama dalam berkomunikasi45

. Kebutuhan layanan

pendidikan untuk anak tunarungu dalam kelompok ini meliputi

membaca bibir, latihan mendengar untuk kesadaran bunyi, latihan

membentuk dan membaca ujaran dengan .menggunakan metode-

metode pengajaran yang khusus, seperti visualisasi yang dibantu

dengan segenap kemampuan indranya yang tersisa.

45

J. David Smith. Op.cit. Hal: 273

Page 55: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

46

Ditinjau dari lokasi terjadinya ketunarunguan, klasifikasi anak

tunarungu dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut:

2) Tunarungu Konduktif

Ketunarunguan tipe konduktif ini terjadi karena beberapa organ yang

berfungsi sebagai penghantar suara di telinga bagian luar, seperti liang

telinga, selaput gendang, serta ketiga tulang pendengaran (malleus,

incus, dan stapes) yang terdapat di telinga bagian dalam dan dinding-

dinding labirin mengalami gangguan. Ada beberapa kondisi yang

menghalangi masuknya getaran suara atau bunyi ke organ yang

berfungsi sebagai penghantar, yaitu tersumbatnya liang telinga oleh

kotoran telinga (cerumen) atau kemasukan benda-benda asing lainnya

dan ketiga tulang pendengaran (malleus, incus, dan stapes) sehingga

efeknya dapat menyebabkan hilangnya daya hantaran organ tersebut.

3) Tunarungu Perseptif

Ketunarunguan tipe perseptif disebabkan terganggunya organorgan

pendengaran yang terdapat dibelahan telinga bagian dalam.

Sebagaimana diketahui organ telinga di bagian dalam memiliki fungsi

sebagai alat persepsi dari getaran suara yang dihantarkan oleh organ-

organ pendengaran di belahan telinga bagian luar dan tengah. Oleh

karena itu, tunarungu tipe ini disebut juga tunarungu saraf (saraf yang

berfungsi untuk mempersepsi bunyi atau suara).

4) Tunarungu Campuran

Ketunarunguan tipe campuran ini sebenarnya untuk menjelaskan

bahwa pada telinga yang sama rangkaian organ-organ telinga yang

berfungsi sebagai penghantar dan menerima rangsangan suara

mengalami gangguan, sehingga yang tampak pada telinga tersebut

telah terjadi campuran antara ketunarunguan konduktif dan

ketunarunguan perspektif.

5. Karakteristik Kecerdasan Anak Tunarungu

Distribusi kecerdasan yang dimiliki anak tunarungu sebenarnya

tidak berbeda denagn anak normal umumnya. Hal ini disebabkan anak

Page 56: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

47

tunarungu ada yang memiliki tingkat kecerdasan diatas rata-rata (superior),

rata-rata (average), maupun di bawah rata-rata (subnormal). Namun untuk

menggambarkan secara riil keragaman kecerdasan anak tunarungu

seringkali mengalami kesulitan. Untuk mengetahui kondisi kecerdasan

anak tunarungu memerlukan cara yang agak berbeda dibandingkan dengan

anak normal umumnya.

Kehilangan pendengaran yang dialami anak tunarungu berdampak

pada kemiskinan kosakata, kesulitan berbahasa dan berkomunikasi,

efeknya dapat menyebabkan sangat signifikan tentang apa yang tidak

dapat dan apa yang dapat dilakukan oleh anak tunarungu maupun anak

normal. Atas dasar itulah dalam menyajikan perangkat tes apapun terhadap

anak tunarungu, hendaknya mempergunakan perintah-perintah yang akurat

dan mudah dipahami anak tunarungu.

Cruickshank mengemukakan bahwa anak tunarungu seringkali

memperlihatkan keterlambatan dalam belajar dan kadang-kadang tampak

terbelakang. Kondisi ini tidak hanya disebabkan oleh derajat gangguan

pendengaran yang dialami oleh anak, melainkan juga tergantung kepada

potensi kecerdasan yang dimilikinya. Rangsangan mental serta dorongan

dan lingkungan sekitar dapat memberikan kesempatan bagi anak

tunarungu untuk mengembangkan kecerdasannya.

6. Penyesuaian Sosial Anak Tunarungu

Salah satu modal yang utama dalam proses penyesuaian adalah

kepribadian. Kepribadian pada dasarnya merupakan sifat dan sikap

seseorang yang akan menentukan cara-cara yang unik dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungannya.. oleh karena itu, untuk dapat

mengetahui kepribadian seseorang, yang perlu diperhatikan adalah

bagaimana penyesuaian diri yang dilakukan terhadap lingkungannya,

demikian juga pada anak tunarungu. Kepribadian seseorang seperti yang

banyak dibicarakan para ahli, bahwa dalam perkembangannya banyak

ditetntukan oleh lingkungannya, terutama lingkungan keluarga. Pada

tahun-tahun pertama perkembangan anak, intervensi orang tua atau

Page 57: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

48

keluarga dapat memberikan kontribusi yang cukup besarterhadap

pembentukan kerangka kepribadian anak. Oleh karena itu, harmonis

tidaknya perkembangan social dan kepribadian seseorang anak, tergantung

pada proses komunikasi yang terjalin antara anak dengan lingkungannya

(keluarga dan masyarakat sekitar), demikian pula yang terjadi pada anak

tunarungu.

Salah satu perangkat pengukuran berupa skala, yang dapat

digunakan untuk mengukur perkembangan kematangan social anak

tunarungu yaitu The Veneland Social Maturity Test. Dari beberapa peneliti

yang menggunakan skala ini menunjukkan bahwa:

1) Anak tunarungu tingkatan kematangan sosialnya berada di bawah

tingkatan kematangan social anak normal.

2) Anak tunarungu dari orang tua yang tunarungu juga menunjukkan

elative matang daripada anak tunarungu yang dari orang tua normal.

3) Anak tunarungu yang bersal dari residential school (sekolah

berasrama) menunjukkan social immaturity.

Sebagai bagian yang integral dari masyarakat yang mendengar,

anak tunarungu tidak dapat lepas dari nilai social yang berlaku dan harus

dilaksanakan. Oleh karena itu , penerimaan nilai-nilai social bagi anak

tunarungu merupakan jembatan dalam pengembangan kematangan social

sebab kematangan social merupakan salah satu ayarat yang harus dimiliki

oleh setiap individu dalam penyesuaian social di masyarakat.

Siregar berpendapat untuk mencapai kematangan social, anak

tunarungu setidaknya memiliki:

a) Pengetahuan yang cukup mengenai nilai-nilai social dan kebiasaan-

kebiasaan di masyarakat;

b) Mempunyai kesempatan yang banyak untuk menerapkan

pengetahuan-pengetahuan tersebut;

c) Mempunyai dorongan untuk mencari pengalaman diatas;

d) Struktur kejiwaan yang sehat dapat mendorong motivasi yang baik;

Page 58: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

49

Hal-hal yang dipersyaratkan dia atas, selain berlaku pada anak

tunarungu sebenarnya pula pada orang-orang yang normal

pendengarannya, bedanya akibat kehilangan pendengaran menyebabkan

anak tunarungu sulit dalam mencapai kondisi tersebut sehingga

kematangan sosialnya sukar dicapai dengan sempurna. Derajat

kematangan yang dicapai seseorang memang sangat dipengaruhi oleh

berbagai factor, salah satu diantaranya adalah pengalaman hidup pada

tahun-tahun pertama kehidupannya, yakni hubungan antara anak dengan

orang tua. Jadi, sifat hubungan yang terjadi antara anak dengan orang tua

pada tahun-tahun pertama kehidupannya akan menentukan corak

hubungan antara anak dengan lingkungan social sekitar dikemudian hari.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan secara kontinu, Van

Uden berhasil mencatat beberapa sifat kepribadian anak tunarungu yang

berbeda dengan anak normal, antara lain:

a) Anak tunarungu lebih egosentris.

b) Anak tunarungu lebih tergantung pada orang lain dan apa-apa yang

sudah dikenal.

c) Perhatian anak tunarungu sukar dialihkan.

d) Anak tunarungu lebih memerhatikan yang konkret.

e) Anak tunarungu lebih miskin dalam fantasi.

f) Anak tunarungu umumnya mempunyai sifat polos, sederhana,

tanpa banyak masalah.

g) Perasaan anak tunarungu cenderung dalam keadaan ekstrem tanpa

banyak nuansa.

h) Anak tunarungu lebih mudah marah dan lekas tersinggung.

i) Anak tunarungu kurang mempunyai konsep tetntang hubungan.

j) Anak tunarungu mempunyai perasaan takut akan hidup yang lebih

besar.

k) Dengan memahami karakteristik kepribadian anak tunarungu

secara spesifik dalam kaitannya dengan proses penyesuaian social,

maka harus diupayakan langkah-langkah untuk mengeliminasi

Page 59: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

50

masalah-masalah yang akan menghambat anak tunarungu dalam

melakukan penyesuaian social secara akurat. Semakin dini

diketahui letak kelainan dan karakteristiknya, maka akan semakin

baik pelaksanaan intervensi habilitasinya.

Habilitasi anak berkelainan pendengaran atau tunarungu yang

diketahui sejak lahir, dimaksudkan untuk mengembangkan strategi apa

yang diperlukan bagi pola anak dalam belajar, komunikasi, maupun

penyesuaian secara psikologis46

.

C. Bahasa Isyarat untuk Siswa Tunarungu

Penguasaan bahasa sangat penting bagi seorang individu untuk dapat

menguasai ilmu pengetahuan yang ingin diperolehnya selain sebagai alat

utama dalam berkomunikasi. Namun hingga saat ini pengertian teori

mengenai bahasa belum ada yang baku, banyak pendapat mengenai teori

bahasa yang berbeda-beda bergantung pada latar belakang keilmuan yang

dirumuskan oleh para ilmuwan. Menuru ilmu linguistik, sebagai ibunya

bahasa, definisi bahasa adalah “ a system of communication by symbols, i.e.,

through the organs of speech and hearing, among human beings of certain

group or community, using vocal symbols processing arbitrary conventional

meanings.”47

Sedang menurut pada ahli antropologi, “Sandi konseptual sistem

pengetahuan, yang memberikan kesanggupan kepada penutur-penuturnya

guna menghasilkan dan memahami ujaran48

. Jika kita merujuk pada definisi

bahasa di atas, maka penggunaan bahasa hanya dapat dilakukan jika organ

pendengaran dan berbicara kita berfungsi, sehingga informasi yang berupa

simbol sandi konseptual secara vokal dapat tersampaikan kepada penerima

pesan. Bahasa juga terbatas penggunaan pada suatu komunitas dimana bahasa

46

Dr. Mohammad Efendi, M.Pd., M.Kes. Pengantar Psikopedagogik Anak

Berkelainan.Jakarta: PT Bumi Aksara. 2006. Hal: 85 47

Alwasilah, A.Chaedar.1990. Linguistik. Suatu Pengantar. Bandung : Angkasa .Hlm.

82 48

Keesing, Roger M. 1992. Antropologi Budaya. Suatu Perspektif Kontemporer Edisi

Kedua.Jakarta. Erlangga.Hlm. 79.

Page 60: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

51

tersebut diangkat untuk disetujui dan dipahami bersama pengertiannya.

Karena itulah kita mengenal perbedaan bahasa bergantung pada tiap

kebudayaan atau kelompok manusia yang menggunakannya. Bahasa dapat

bersifat arbitrer atau mana suka, asalkan makna kata tersebut dapat diterima

secara komunitas dan disetujui sebagai bentuk bahasa.

Namun syarat bahasa ternyata tidak hanya terbatas pada penggunaan

organ pendengaran dan bicara saja, jauh sebelum bahasa lisan terbentuk

manusia telah mengenal bentuk bahasa lain, yakni bahasa tubuh dimana

komunikasi menggunakan alat gerak tubuh untuk membentuk simbol tertentu

yang membentuk makna tertentu. Penggunaan bahasa tubuh tersebut

diaplikasikan ke dalam bentuk bahasa isyarat sebagai bentuk komunikasi

kaum tuna rungu. Kaum tuna rungu tidak mampu memanfaatkan alat bicara

mereka sehingga mereka akan menggunakan alat gerak tubuh yang lain untuk

mengekspresikan maksud mereka, dan penerima akan menerima simbol-

simbol tubuh tersebut sebagai sebuah pesan. Bahasa isyarat merupakan alat

komunikasi utama pada kaum tuna rungu dimana ciri bahasa tersebut

memanfaatkan indra penglihatan dan alat gerak tubuh.

Page 61: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

52

Gambar 1. Bahasa Isyarat huruf. Sumber : Kamus SIBI

Gambar 2. Bahasa Isyarat angka. Sumber : Kamus SIBI

Bahasa isyarat berkembang dan memiliki karakteristik yang berlainan

pada tiap negara. Di Indonesia, bahasa isyarat yang telah diberlakukan secara

nasional adalah SIBI atau Sistem Isyarat Bahasa Indonesia. Sistem Isyarat

Bahasa Indonesia dikembangkan menurut kaidah-kaidah pengembangan

Page 62: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

53

sistem yang isyarat yang merupakan salah satu kriteria untuk membuat sistem

isyarat yang tepat guna bagi pelajar tuna rungu, yaitu49

:

1) Sistem isyarat harus secara akurat dan konsisten mewakili tata bahasa/

sintaksis bahasa indonesia yang paling banyak digunakan oleh

masyarakat indonesia.

2) Tiap isyarat dalam sistem yang disusun harus mewakili satu kata dasar

yang berdiri sendiri atau tanpa imbuhan, tanpa menutup kemungkinan

adanya beberapa perkecualian bagi dikembangkannya isyarat yang

mewakili satu makna.

3) Sistem isyarat yang disusun harus mencerminkan situasi sosial,

budaya, dan ekologi bangsa indonesia.

4) Sistem isyarat harus disesuaikan dengan perkembangan kemampuan

dan kejiwaan siswa.

5) Sistem isyarat harus disesuaikan dengan perkembangan bahasa siswa,

termasuk metodologi pengajaran.

6) Sistem isyarat harus memperhatikan isyarat yang sudah ada dan

banyak dipergunakan oleh kaum tuna rungu.

7) Sistem isyarat harus mudah dipelajari dan digunakan oleh siswa, guru,

orang tua siswa, dan masyarakat.

8) Isyarat dirancang harus memiliki kelayakan dalam wujud dan

maknanya. Artinya wujud isyarat harus secara visual memilliki unsur

pembeda makna yang jelas, tetapi sederhana dan indah/ menunjukkan

sifat yang luwes (memiliki kemungkinan untuk dikembangkan), jelas

dan mantap (tidak berubah-ubah artinya).

Berdasar pada ciri-ciri kaum tuna rungu dalam berkomunikasi, yakni

menggunakan bahasa isyarat. Maka dapat kita simpulkan bahwa cara utama

kaum tuna rungu dalam memahami makna bahasa adalah dengan memahami

hal-hal yang mereka lihat. Seringnya mereka terbiasa melihat bentuk simbol

isyarat secara berulang akan membentuk makna bahasa dalam diri mereka

dan jika simbol tersebut digunakan dalam satu komunitas kaum tuna rungu

49

Kamus SIBI

Page 63: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

54

yang sama maka hal itu sudah menjadi bentuk bahasa. Perbedaan bentuk

makna bahasa pada orang normal ternyata juga terjadi pada kaum tuna rungu.

Antara komunitas kaum tuna rungu satu dengan kaum tuna rungu lainnya

juga terjadi perbedaan istilah dalam penggunaan bahasa isyarat, hal ini terjadi

karena adanya perbedaan budaya dimana tuna rungu tersebut tinggal.

Minimnya pengetahuan orang tua terhadap kondisi tuna rungu

mengakibatkan tuna rungu terlambat dalam mendalami bahasa. Simbol-

simbol visual yang akan dijadikan referensi untuk diajarkan pada anak tuna

rungu harus disesuaikan dengan ciri budaya dimana anak tuna rungu tersebut

tinggal. Penggunaan gambar yang akan digunakan untuk menjelaskan makna

kata juga harus disesuaikan dengan karakteristik budaya anak tuna rungu

tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan identifikasi anak tuna

rungu dengan hal-hal yang dilihatnya dan mereka alami di lingkungan tempat

tinggalnya.

Secara garis besar unsur-unsur yang terdapat pada media visual terdiri

atas garis, bentuk, warna, dan tekstur (Azhar Arsyad, 1997:109-110). Garis,

adalah kumpulan dari titik-titik. Dengan demikian terdapat banyak jenis garis,

diantaranya adalah :

Gambar 3. Macam-macam garis. Sumber visualiasi penulis

Bentukan sebuah garis juga dapat menimbulkan persepsi tertentu pada

penglihatnya. Bentukan garis yang hitam tebal akan menimbulkan sifat keras

dan kuat bentukan garis yang tipis akan menimbulkan sifat lembut dan halus.

Garis putus-putus akan menimbulkan kesan bayangan atau menandakan

Page 64: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

55

adanya sebuah pergerakan dari tempat semula. Garis dapat dibentuk untuk

menunjukan ekspresi wajah manusia yang digunakan untuk menunjukan

sifatsifat manusia.

Gambar 4. Bentukan garis dapat membentuk ekspresi

Page 65: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

56

Bentuk, adalah sebuah konsep simbol yang dibangun atas garis-garis

atau gabungan garis dengan konsep-konsep lainnya. Seperti pada contoh di

bawah ini : Hubungan garis-garis yang tampak pada gambar tersebut tampak

menjadi sebuah bentuk yakni “mobil”.

Gambar 5. Gabungan garis membentuk simbol “mobil”. sumber

visualisasi penulis

Warna, digunakan untuk memberi kesan pemisahan atau penekanan,

juga untuk membangun keterpaduan, bahkan dapat mempertinggi tingkat

realisme dan menciptakan respon emosional tertentu

Gambar 6. Warna dapat menciptakan kesan emosional. Sumber

visualisasi penulis

Page 66: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

57

Gambar 7. Kombinasi warna playful

Bentuk pembelajaran bahasa yang digambarkan juga harus

disesuaikan dengan level usia anak dalam menangkap makna sebuah gambar.

Level pembelajaran ini sama halnya dengan level pembelajaran bahasa pada

anak normal dimana tahapantahapannya terjadi secara berurutan. Sehingga

jika diperlihatkan dalam diagram level usia tersebut dapat digambarkan

seperti berikut.

Page 67: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

58

Gambar 8. Level Pola Bahasa Manusia

Level ini digunakan untuk membentuk pola bahasa pada anak tuna rungu.

Level usia tersebut adalah :

Untuk anak tuna rungu usia 0-6 tahun dapat dikenalkan terlebih

dahulu terhadap bentukan huruf dan angka sebelum beranjak kepada

pengenalan kata-kata. Bahasa isyarat huruf dan angka dapat

dikenalkan pada tahap usia ini.

Selanjutnya menginjak usia 6-10 tahun pengenalan kata-kata dasar

dengan penjelasan gambar dengan ciri single picture atau gambar-

gambar tunggal yang mewakili satu kata

Menginjak usia 10-12 tahun, anak tuna rungu sudah dianggap mampu

untuk memahami bentukan gambar bercerita dengan penjelasan kata

dalam bentuk kalimat sederhana. Pola kalimatnya mengikuti struktur

pola kalimat dalam bahasa Indonesia. Yakni dengan struktur Subjek-

Predikat-Objek-Keterangan (SPOK)

Pada usia 12 – 16 tahun, memasuki masa remaja, anak tuna rungu

sudah mampu untuk memahami kalimat dalam sebuah paragraf

bercerita. Penggunaan gambar penjelas sudah semakin minim karena

Page 68: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

59

perbendaharaan kata sudah dianggap cukup. Dan anak tuna rungu

sudah mulai belajar berbahasa melalui pengalaman langsung dengan

dunia sekitarnya.

Usia 16 tahun ke atas perkembangan bahasa sudah cukup pesat dan

hanya perlu penambahan istilah-istilah kiasan dalam bahasa Indonesia

yang dapat mereka peroleh dengan berinteraksi dengan orang-orang

normal. Kecakapan berbahasa akan bertambah seiring denga

seringnya aktivitas komunikasi.

Page 69: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

60

BAB III

GAMBARAN UMUM SEKOLAH LUAR BIASA

FROBEL MONTESSORI

1. Sejarah singkat SDLB Frobel Montessori

Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan Nasional

seperti yang tersurat dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

Untuk mewujudkan cita-cita tersebut ditempuh dengan berbagai usaha, agar

mutu pendidikan dan kesempatan belajar terlaksana dengan baik. Usaha tsb.

Termasuk pula bagi anak berkebutuhan khusus (cacat). Pendidikan

berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam rumah tangga, sekolah

dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama

antara Pemerintah, orang tua dan Masyarakat.

Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Tunarungu Frobel Montessori

adalah salah satu unit di Yayasan Frobel Montessori yang memberikan

pelayanan pada jenjang pendidikan Taman Kanak - kanak Luar Biasa

(TKLB).

Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Tunarungu Frobel Montessori

adalah salah satu unit di Yayasan Frobel Montessori yang memberikan

pelayanan pada jenjang pendidikan Taman Kanak - kanak Luar Biasa

(TKLB).

Sejak berdirinya sampai saat ini sudah meNazeylaskan siswa

sebanyak 57 orang peserta didik. Dari jumlah peserta didik melanjutkan ke

Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) di Frobel Montessori. Pada

saat ini Sekolah Luar Biasa Frobel Montessori menangani 50 peserta didik,

terdiri dari 7 rombongan dari kelas I sampai IX. Domisili siswa tersebar

diwilayah Jabodetabek.

SDLB Frobel Montessori memiliki seorang Kepala Sekolah, 1 orang

Wakil Kepala Sekolah yang diberikan tugas mengajar Bina Wicara. Tenaga

Pendidik Berjumlah 8 orang guru yang diberi tugas sebagai guru kelas 5

orang, guru ketrampilan 1 orang, Guru Bina Wicara 1 orang, Guru Bina

60

Page 70: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

61

Komunikasi Persepsi Bunyi 1 orang. Dalam melaksanakan kegiatan sehari –

hari SDLB Frobel Montessori dinabtu 1 orang tenaga Tata Usaha.

Untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran SDLB Frobel

Montessori menggunakan sarana 10 ruang kelas, 1 ruang Bina Wicara, 1

ruang Ketrampilan, 1 ruang BKPBI, 1 ruang Guru, 1 Ruang Kepala Sekolah,

1 ruang TU, 1 ruang Dapur, 1 ruang Audiologi, 1 ruang Pelatihan, 1 ruang

Aula, toilet untuk Guru / Karyawan, peserta didik putra/putri, 1 ruang Komite

Sekolah. Komite Sekolah berfungsi membantu proses berlangsungnya

pendidikan di SDLB Frobel Montessori. SDLD Frobel Montessori memiliki

program yang mengacu pada program SDLB dan Reguler, berlangsung

selama 8 tahun dari kelas I – IV. SDLB Frobel Montessori juga memberikan

kesempatan bagi peserta didik yang mampu menyelesaikan program SDLB

kurang dari 8 tahun.

2. Profil Sekolah SDLB Frobel Montessori Condet Jakarta Timur.

1. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : SLB – B Frobel Montessori

Satuan Pendidikan : SDLB

NIS : 100780

Status Sekolah : Swasta

Alamat Sekolah : Jl. Masjid Al – Mabruq, No.18

Condet Balekambang, Kramat Jati,

Jakarta Timur.

Telepon Sekolah : ( 021) 8001637

Tahun Berdiri : 1983

Kepemilikan Tanah : Yayasan

Status Banguan : Yayasan

Luas Tanah : 500

Page 71: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

62

2. Sumber Daya Sekolah

a. Keadaan Peserta Didik

1) Jumlah Peserta Didik : 40 orang

b. Keadaan Guru

1) PNS : 7 orang

2) Guru Bantu : 7 orang

3) GTY : 2 orang

Latar belakang Pendidikan Guru

S1 PLB : 5 orang

SGPLB : 3 orang

SMA : 3 orang

Gambar 10. SLB Frobel Montessori

Page 72: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

63

3. Analisis, Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan

Analisis SWOT sebagai impletansi dari Permen 22, 23, dan 24 tahun 2006

pada SDLB SLB – B Frobel Montessori.

No. Fungsi dan

Faktor Kondisi Ideal Kondisi Nyata

Persiapan

Siap Tidak

1 Faktor Internal

1.1.Komite

Sekolah Mendukung Mendukung V

1.2.Pendidikan

- Mengajar

sesuai

dengan

latra

belakang

pendidikan

- Jenjang S1

- Belum

semua guru

mengajar

sesuai

dengan latar

belakang

pendidikan

dan

keterampilan

- 40 % S1

PLB

V

1.3.Tenaga

kependidikan

- Minimal

berijazah

SMA

- 15 % V

1.4.Sarana

Prasarana

Lengkap

memedai

Aksebilitas

memadai

Belum

lengkap dan

memadai

Belum

memadai

V

1.5.Biaya Terpenuhi Masih belum

terpenuhi V

1.6.Pengawas

Sekolah Mendukung Mendukung V

2 Faktor Eksternal

2.1.Dinas

Pendidikan

Kota

Mendukung Mendukung V

Page 73: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

64

2.2. Lingkungan

Masyarakat Mendukung

Kurang

Mendukung

V

4. Tujuan, Visi dan Misi SLB Frobel Montessori

a. Tujuan Sekolah

Tujuan pendidikan SLB-B Frobel Montessori adalah :

1) Terwujudnya pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang telah

menyelesaikan pendidikan di tingkat TKLB.

2) Terwujudnya program kurikulum dan ekstra kulikuler siswa SDLB

yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan,

dan sikap setaraf / sama dengan SD.

3) Terwujudnya pelayanan pendidikan di tingkat SDLB untuk

dipersiapkan melanjutkan pendidikan peserta didik ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi.

4) Memberikan kesempatan pada peserta didik yang pandai untuk

menyelesaikan pendidikan di SDLB lebih cepat dari yang sudah

ditentukan (akselerasi).

b. Visi Sekolah

”Terwujudnya pemberdayaan Tuna Rungu seoptimal mungkin sehingga

berkembang menjadi manusia seutuhnya, bertaqwa kepada Tuhan YME,

berguna bagi diri sendiri, masyarakat, nuasa dan bangsa.”

c. Misi Sekolah

1) Mencegah, mengurangi dampak keTunarunguan melalui kegiatan

assesment psikologis dan audiometris serta mengupayakan peakaian

alat bantu mendengar serta mengupayakan pemakaian alat bantu

mendengar serta efektif.

Page 74: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

65

2) Membuka kesempatan pendidik bagi anak tuna rungu pada satuan

pendidikan di TKLB, TK reguler atau pindahan dari SDLB lain dan SD

reguler.

3) Menyediakan berbagai jalur dan program pendidikan pendidikan sesuai

perkembangan kemampuan siswa.

4) Mengupayakan tamatan SDLB yang mempunyai pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih

tinggi (SMPLB atau SMP reguler).

5) Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SDLB.

6) Memberikan pembinaan agama sesuai dengan agama/kepercayaan yang

dianut peserta didik.

7) Berupaya menyediakan berbagai fasilitas dan sarana penunjang untuk

berbagai macam mata pelajaran.

8) Menyediakan berbagai kegiatan ekstrakulikuler yang sesuai.

9) Membimbing orang tua agar memiliki pengetahuan seperti sikap yang

tepat dan efektif bagi anak Tunarungu usia sekolah.

10) Mengupayakan sosialisasi tentang hakekat keTunarunguan.

11) Mengupayakan sumber daya manusia yang berdedikasi dan profesional.

5. Fasilitas SLB Frobel Montessori Condet Jakarta Timur

1) Bangunan Utama Terdiri dari :

Ruang Perkantoran

Ruang Belajar

Ruang Ketrampilan

Runag Perpustakaan

Ruang Asesmen

Ruang Tamu

Ruang UKS

Ruang Praktik Salon

Kamar Kecil

Halaman Upacara Bender

Page 75: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

66

2) Unit gedung olahraga dan latihan orientasi mobilitas / AULA

3) Unit Asrama Siswa

4) Unit Dapur dan tempat makan

5) Tempat Ibadah/ Mushola

6) Tempat Parkir

6. Keadaan Guru dan Tenaga Non Guru di SLB B Frobel Montessori

Sekolah Luar Biasa-B Frobel Montessori memiliki 10 Guru yang

kompeten dalam bidang pengajaran anak luar biasa, khususnya anak-anak

yang memiliki kelainan/tunarungu. Dari 10 Guru yang di miliki Sekolah

Luar Biasa-B Frobel Montessori ini terdapat enam Guru yang mempunyai

kualifikasi mengajar di sekolah luar biasa. Akan tetapi hal ini bukanlah

penghambat bagi Guru-Guru yang lain yang tidak mempunyai kualifikasi

mengajar di sekolah luar biasa untuk meningkatkan profesionalitas

mengajarnya di SDLB-B Frobel Montessori ini.

Untuk Guru agama Islam maupun agama Katholik atau Kristen

diatasi dengan cara memanfaatkan Guru bidang studi yang beragama Islam

maupun Katholik atau Kristen. Dan Guru bidang studi ini merangkap-

rangkap mata pelajaran yang lain.

Tugas administrasi dilakukan oleh kepala sekolah dan Guru.

Tenaga pesuruh merangkap sebagai pengemudi kendaraan untuk antar

jemput siswa dengan.

Adapun banyak Guru SDLB-B Frobel Montessori berjumlah 11

orang. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat tabel di bawah ini.

Page 76: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

67

Tabel 2. Data Guru dan Tenaga Non Guru

di SDLB-B Frobel Montessori

No Nama Jabatan Pendidikan Guru Kelas Status

Pegawai

1 Nunung Nurjanah Kep Sek SGPLB Artikulasi PNS

2 Suprihatin S.Pd. Guru S1 Guru Kelas PNS

3 Nur Enny

Setyawati S.Pd. Guru S1 Guru Kelas PNS

4 Dra. Sri Wahyuni Guru S1 Guru Kelas PNS

5 Hartoyo S.Pd. Guru S1 Guru Kelas PNS

6 Nani Rustiatin Guru SGPLB Guru Kelas PNS

7 Ngadiyo Guru SGPLB Guru Kelas PNS

8 Undarwati S.Pd. Guru S1 Guru Kelas Guru

Bantu

9 Yudi Kristiyanto Guru / TU SMA Guru

Ketrampilan GTY

10 Nurma Setyawati Guru SMA Guru

Ketrampilan GTY

11 MI. Sri Hartati Guru SMA Guru

Ketrampilan GTY

7. Keadaan Siswa SDLB-B Frobel Montessori

Siswa merupakan salah satu dari beberapa faktor pendidikan. Siswa

dan Guru sangat erat kaitannya dalam proses belajar mengajar. Sebagaimana

observasi yang dilakukan penulis, bahwa keadaan siswa di sekolah

menengah pertama luar biasa tunarungu ini memiliki keterbatasan berbicara

dan mendengar. Disini, Guru di tuntut untuk berperan aktif dalam

menyampaikan materi pelajaran. Berdasarkan data yang diperoleh, siswa

tingkat Sekolah Dasar di SDLB-B Frobel Montessori berjumlah 46 siswa.

Page 77: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

68

Siswa tingkat Sekolah Dasar di SDLB-B Frobel Montessori ini

mayoritas beragama islam sedangkan yang beragama Kristen berjumlah 7

siswa. Gambaran mengenai keadaan siswa SDLB-B Frobel Montessori

dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3. Data Siswa di SDLB-B Frobel Montessori

Tahun Ajaran 2013-2014

No Nama Kelas Jenis

Kelamin

Agama

1 Alya Humairoh I P Islam

2 Muhammad Raihan I L Islam

3 Aprilia Dwi Zahra I P Islam

4 Dwi Yunanda Oktaviera I P Islam

5 Rizka Aprilia Hasanah I P Islam

6 Dezan Ilyas Rozi I L Islam

7 M. Alfarizi Afena I L Islam

8 Muhammad Ali I L Islam

9 Bhagas Zuhalda I L Islam

10 Bhagus Zuhaldy II L Islam

11 Risnawati II P Islam

12 Winda Safitri II P Islam

13 Kornelius Yogi Wiryanto II L Kristen

14 Ika Wulandari II P Islam

15 Dewi Nurmala Sari II P Islam

16 Dwianto Candra Putra II L Islam

17 Nani Aliya II P Islam

18 Arrayan Bagus Novranda II L Islam

19 Zahwa Assabila II P Islam

20 Umar Adzan Bahri III L Islam

21 Muslim Haris III L Islam

22 Sella Sekar Dianti III P Islam

23 Nazeyla Afrilia Putri III P Islam

24 Rusman Hadi Nul Islam III L Islam

Page 78: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

69

Tabel 2. Jumlah Siswa tiap kelas berdasarkan Jenis Kelamin di SDLB-B

Frobel Montessori Tahun Ajaran 2013-2014

No Jenis kelamin Kelas Jumlah

I II III

1 Laki-laki 5 3 3 11

2 Perempuan 4 7 2 13

Jumlah 9 10 5 24

Gambar 4. Jumlah Siswa berdasarkan Jenis Kelamin di SDLB-B

Frobel Montessori Tahun Ajaran 2013-2014

8. Kurikulum Sekolah Luar Biasa

Kurikulum yang berlaku di SDLB sebagian besar telah

menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Secara

proporsional kurikulum pada SDLB menitikberatkan pada program

keterampilan 42% dan SMPLB menitikberatkan pada program

keterampilan 62% .

KTSP adalah kurikulum operasional yang di susun oleh dan

dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan . KTSP terdiri dari

Series1; laki-laki; 11; 46%

Series1; perempuan ;

13; 54%

Page 79: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

70

tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, strukrur dan muatan

kurikulum tingkat satuan pendidikan ,kalendar pendidikan dan silabus .

KTSP terdiri kelompok mata pelajaran muatan lokal dan

Pengembangan diri . pada satuan pendidikan SDCB dan SMPCB terdapat

program khusus , di mana setiap satuan Pendidikan disesuaikan dengan

jenis kegunaan perserta didik .

KTSP mencakup satuan pendidikan TKLB, SDLB, SLTPLB,

Dan SMLB memberikan kesempatan bagi anak-anak berkebutuhan khusus

untuk mengembangkan kompetensinya seoptimal dan setinggi mungkin

dan untuk mendapatkan perkerjaan yang berguna agar dapat hidup mandiri

di masyarakat dan dapat bersaing di era global . kurikulum ini

memungkinkan siswa dapat belajar atau Mempelajari sesuai dengan bakat

dan minat serta program keterampilan yang ditawarkan pada SDLB ,

dengan komposisi perbandingan antara teori dan praktek cukup

proposional .

Page 80: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

71

BAB IV

HASIL PENERAPAN POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID

A. Penerapan Pola Komunikasi Intrapersonal Dalam Pembelajaran Agama

Islam Bagi Anak Tunarungu Di SDLB-B Frobel Montessori

Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang

terjadi di dalam diri komunikator sendiri antara self dengan God. Komunikasi

intrapersonal dalam pembelajaran Agama Islam bagi anak Tunarungu Di

SDLB-B Frobel Montessori terjadi melalui aktivitas berdo'a, bersyukur dan

instrospeksi diri.

Penerapan pola komunikasi dalam pembelajaran Agama Islam bagi

Anak Tunarungu Di SDLB-B Frobel Montessori dalam dilihat dari cara Guru

dalam memberikan nasehat melalui pesan nonverbal yang ditampakkan. Guru

Agama Islam tidak hanya memerintah tanpa melakukan tetapi selalu

memberikan contoh kepada muridnya melalui kedisiplinan Guru dalam

kehidupan sehari-hari, seperti memberikan contoh dalam sholat berjamaah.

Di sini Guru tidak pernah meninggalkan sholat berjamaah. Dengan sikap

Guru seperti itu, maka dengan sendirinya murid akan mengikuti Guru dalam

berjamaah. Selain itu, dalam semua disiplin Guru selalu menunjukkan bahwa

dia adalah contoh yang baik bagi muridnya karena murid akan menitu semua

yang dilakukan Gurunya. Disini terlihat bahwa transformasi nilai akhlak yang

baik dapat dilakukan dengan member nasehat pada semua kegiatan.

Dalam proses belajar pembelajaran anak tunarungu yaitu memakai

bahasa bibir dan bahasa isyarat. Bahasa isyarat ada dua macam yang pertama

bahasa isyarat per-abjad dan yang kedua bahasa isyarat bentuk per-kalimat.

Biasanya bahasa isyarat seperti ini sebagai pelengkap bahasa bibir saja. Hal

tersebut sebagaimana yang di ungkapkan oleh Nur Eni Setiawati, S.Pd selaku

Guru Pendidikan Agama Islam di SD Luar Biasa B Frobel Montessori,

sebagai berikut:

71

Page 81: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

72

“dalam pembelajaran anak tunarungu, kita harus tahu kebutuhan

tentang pembelajaran anak tunarungu, anak tunarungu dalam pembelajaran

harus memakai bahasa isyarat atau bahasa bibir sebisa mungkin dengan

memakai bahasa bibir bagaimana caranya kita, yaitu antara Guru dan siswa

harus berhadapan dan pelan pelan dan pelan sebisa mungkin anak itu bisa

membaca gerak bibir kita dan tidak boleh terhalangi dari pandangan anak1.”

Sedangkan dalam proses belajar mengajar di haruskan memakai media

atau alat bantu supaya siswa mudah untuk menerima pelajaran. Karena siswa

yang berkebutuhan khusus khususnya tunarungu tidak bisa menerima atau

lambat untuk menerima pelajaran secara langsung tanpa adanya media. Hal

tersebut sebagaimana yang di ungkapkan oleh Nur Eni Setiawati, S.Pd selaku

Guru Pendidikan Agama Islam di SD Luar Biasa B Frobel Montessori,

sebagai berikut:

“pembelajaran di usahakan dengan menggunakan media gambar,

benda karena anak tunarungu sangat sulit untuk menggambarkan bentuk-

bentuk abstrak, contohnya pembelajaran IPA kita menerangkan tentang ikan

itu sebaiknya ada bendanya, anak bisa melihat bisa mengeksplorasi benda itu,

pembelajaran IPS menggunakan peta/globe anak bisa melihat benda itu

bahwa globe seperti itu seperti ini. Kalau kita menerangkan biasa tanpa ada

gambar atau benda itu sulit di bayangkan untuk anak tunarangu, jadi lebih

bagus ada media, kalau pembelajaran PAI kita menerangkan tentang sholat,

tata cara sholat yang benar sebaiknya dalam bentuk praktek, Guru memberi

contohnya dulu kemudian murid menirukan. Kalau ada yang salah Guru

membetulkan2.

memberikan nasehatnya dalam kegiatan Adapun untuk mengetahui

seberapa efektif proses dalam kegiatan belajar pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di dalam kelas sebagaimana yang dikemukakan oleh Nur Eni

Setiawati, S.Pd selaku Guru Pendidikan Agama Islam di SD Luar Biasa B

Frobel Montessori, sebagai berikut:

1 Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada

tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-1100 2 Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada

tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11-00

Page 82: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

73

“……….Jadi ketika saya menerangkan satu pokok bahasan anak itu

tidak bertanya atau diam Guru yang bertanya, jadi ilmu yang saya sampaikan

atau ditranferkan sudah dimengerti apa belum kalau tetap diam saya pakai

umpan balik, kalau siswanya tidak bertanya jadi saya yang bertanya atau

menanyai siswa, jadi saya bisa mengevaluasi berapa persen materi yang di

serap oleh siswa itu3

Sedangkan untuk mengetahui kemampuan dan pemahaman yang

dimiliki oleh para siswa tunarungu dalam menerima pelajaran Pendidikan

Agama Islam sebagaimana yang dikemukakan oleh Nur Eni Setiawati, S.Pd

selaku Guru Pendidikan Agama Islam di SD Luar Biasa B Frobel Montessori,

sebagai berikut:

“Kalau menurut pengamatan saya kemampuan dan pemahaman

yang dimiliki oleh siswa tunarungu itu berbeda-beda. Yang pertama

tergantung pada tingkat kecerdasannya anak, dan yang kedua minat siswa itu

untuk belajar dan mengulang-ulang materi materi yang sudah di sampaikan

oleh Guru di sekolah, dan yang ketiga tergantung dari tingkat ketulian siswa

tersebut biasanya anak yang masih mempunyai sisa pendengaran itu lebih

bagus penyerapan materi daripada anak yang total tingkat ketuliannya, kalau

pencapaian ketuntasan minimal semuanya hampir bisa mencapai tingkat

ketuntasan yang ditetapkan oleh sekolah ini4.”

Tentunya dalam proses belajar pembelajaran Pendidikan Agama

Islam pada siswa tunarungu ini tidaklah mudah pasti terdapat kendala atau

problematika yang menghambat jalannya proses pembelajaran ini. Adapun

kendala atau problematika dalam pembelajaran agama islam pada siswa

tunarungu. Sebagaimana yang di kemukakan oleh Nur Eni Setiawati, S.Pd

sebagai Guru Pendidikan Agama Islam yaitu sebagai berikut:

“Hambatan pertama adalah komunikasi sebab apa untuk proses

kegiatan belajar pembelajaran, transfer ilmu yang penting adalah pertama

melihat, pendengaran dan pengalaman anak dan anak tunarungu dia

kekurangan pendengaran sehingga hambatannya itu komunikasi kalau

komunikasinya sudah sulit untuk transfer ilmu juga sulit untuk

pembelajarannya kita sulit5.”

3 Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada

tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11-00 4 Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada

tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11-00 5 Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada

tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11-00

Page 83: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

74

Sama halnya dengan jawaban kepala sekolah yang sependapat

dengan Guru Pendidikan Agama Islam tentang hambatan-hambatan yang di

hadapi oleh Guru Pendidikan Agama Islam selama proses belajar

pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas beliau mengatakan:

“Hambatan pada anak tunarungu pada umumnya terletak pada

gangguan pendengaran sehingga hubungannya dengan ilmu pengetahuan

untuk pemahamannya sulit karena kurangnya pembendaharaan kata sangat

terbatas6.”

Untuk mengatasi atau solusi dari problematika Pendidikan Agama

Islam hal ini di kemukakan oleh Nur Eni Setiawati, S.Pd sebagai Guru

Pendidikan Agama Islam yaitu sebagai berikut:

“untuk mengatasi hal seperti ini dia tidak bisa mendengar selama ini

kita pakai adalah 1. bahasa bibir, jadi kita menerangkan materi secara

pelan,pelan dan pelan anak bisa melihat dan membaca mimik kita sehingga

anak sudah bisa mengartikan apa yang saya ucapkan atau Guru apa yang

diucapkan. 2. kalau bahasa bibir belum sempurna kita selingi dengan bahasa

isyarat, anak itu akan lebih mengerti pakai bahasa isyarat. Terus 3. ada juga

pakai media penglihatan anak kan normal tidak ada kecacatan materi juga

saya tulis juga biasanya rangakuman atau apa-apa. Dengan media gambar-

gambar jadi anak bisa mengeksplorasi bias mengartikan bisa menjelaskan dari

gambar-gambar tersebut yang ke 4 dengan audiovisual yaitu lihat film jadi

anak tahu dari cerita-cerita itu dan melihat gerakan-gerakan cerita tersebut7.

B. Penerapan Pola Komunikasi Kelompok Dalam Pembelajaran Agama

Islam Bagi Anak Tunarungu Di SDLB-B Frobel Montessori

Penerapan Pola Komunikasi Kelompok Dalam Pembelajaran Agama

Islam Bagi Anak Tunarungu Di SDLB-B Frobel Montessori adalah dengan 1.

bahasa bibir, jadi kita menerangkan materi secara pelan,pelan dan pelan anak

bisa melihat dan membaca mimik kita sehingga anak sudah bisa mengartikan

6 Wawancara dengan Nunung Nurjanah, S.Pd (Kepala Sekolah) pada tanggal 28 Mei

2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11.00 7 Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada

tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11-00

Page 84: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

75

apa yang saya ucapkan atau Guru apa yang diucapkan. 2. kalau bahasa bibir

belum sempurna kita selingi dengan bahasa isyarat, anak itu akan lebih

mengerti pakai bahasa isyarat. 3. ada juga pakai media penglihatan anak kan

normal tidak ada kecacatan materi juga saya tulis juga biasanya rangakuman

atau apa-apa. Dengan media gambar-gambar jadi anak bisa mengeksplorasi

bias mengartikan bisa menjelaskan dari gambar-gambar tersebut yang ke 4

dengan audiovisual yaitu lihat film jadi anak tahu dari cerita-cerita itu dan

melihat gerakan-gerakan cerita tersebut.

Sebagaimana implementasi atau pelaksanaan pendidikan pada

umumnya. Pendidikan siswa tuna rungu dsn tuna wicara juga memerlukan

sarana pendidikan seperti yang dikatakan oleh salah satu Guru SDLB-B

Frobel Montessori.

“Pelaksanaan PAI di sini hampir sama dengan anak normal

kurikulumnya juga hampir sama tapi ada modifikasinya jadi mungkin lebih

sedikit pencapaian materi di banding anak normal dan juga seandainya, 1 sub

pokok pembahasan di anak normal 1 minggu sudah selesai, tapi kalau di anak

berkebutuhan khusus khususnya tunarungu mungkin 1 bulan atau 2 minggu

baru selesai jadi di sesuaikan dengan kebutuhan siswa.8”

Sama halnya dengan jawaban Nunung Nurjanah, S.Pd yang sependapat

dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd tentang implementasi strategi Pendidikan

Agama Islam beliau mengomentari:

"Biasanya pembelajaran anak normal 1X harus selesai supaya anak

memperhatikan kalau anak berkebutuhan khusus khususnya anak tunarungu

itu harus berulang-ulang agar mengerti, dan pencapaian materi disesuaikan

dengan siswanya walaupun kita sudah memakai kurikulum9.

Dari hasil wawancara tersebut dapat di ketahui bahwa pelaksanaan

strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam hampir sama atau tidak jauh

berbeda dengan sekolahan pada umumnya. Dan juga kurikulumnya hampir

sama dengan kurikulum yang ada di sekolah yang lain. Akan tetapi kurikulum

8 Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada

tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11-00 9 Wawancara dengan Nunung Nurjanah, S.Pd (Kepala Sekolah) pada tanggal 28 Mei

2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11.00

Page 85: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

76

yang ada di tingkat SD Luar Biasa B Frobel Montessori ini dimodifikasi

karena di SDLB-B Frobel Montessori ini merupakan sekolah untuk anak yang

mengalami keterbatasan pendengaran dan keterbatasan berbicara atau disebut

dengan tunarungu-wicara dan kurikulumnya di sesuaikan dengan keadaan

siswa jadi untuk pencapaian materi lebih sedikit di banding dengan anak

normal.

Tentunya dalam proses belajar pembelajaran Pendidikan Agama

Islam pada siswa tunarungu ini tidaklah mudah pasti terdapat kendala atau

problematika yang menghambat jalannya proses pembelajaran ini. Adapun

kendala atau problematika dalam pembelajaran agama islam pada siswa

tunarungu. Sebagaimana yang di kemukakan oleh Nur Eni Setiawati, S.Pd

sebagai Guru Pendidikan Agama Islam yaitu sebagai berikut:

“Hambatan pertama adalah komunikasi sebab apa untuk proses

kegiatan belajar pembelajaran, transfer ilmu yang penting adalah pertama

melihat, pendengaran dan pengalaman anak dan anak tunarungu dia

kekurangan pendengaran sehingga hambatannya itu komunikasi kalau

komunikasinya sudah sulit untuk transfer ilmu juga sulit untuk

pembelajarannya kita sulit10

.”

Sama halnya dengan jawaban kepala sekolah yang sependapat

dengan Guru Pendidikan Agama Islam tentang hambatan-hambatan yang di

hadapi oleh Guru Pendidikan Agama Islam selama proses belajar

pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas beliau mengatakan:

“Hambatan pada anak tunarungu pada umumnya terletak pada

gangguan pendengaran sehingga hubungannya dengan ilmu pengetahuan

untuk pemahamannya sulit karena kurangnya pembendaharaan kata sangat

terbatas11

.”

Dalam kegiatan pembelajaran agama islam pada siswa tunarungu

seorang guru memaparkan bentuk sajian materi yang mudah dicerna dengan

10

Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada

tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11-00 11

Wawancara dengan Nunung Nurjanah, S.Pd (Kepala Sekolah) pada tanggal 28 Mei

2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11.00

Page 86: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

77

bahasa pemahaman mereka sehingga para siswa tunarungu faham tanpa

mengurangi isi yang ada pada materi tersebut. Adapun materi untuk anak

tunarungu adalah sebagai berikut:

a. Materi

Materi Pendidikan Agama Islam untuk tunarungu yang di gunakan adalah

mengacu Kurikulum Pendidikan Luar Biasa SD-LB. Pembelajaran

pendidikan agama islam di sesuaikan dengan kondisi peserta didik yang

berkebutuhan khusus tunarungu.

Kelas III SD Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Al-Qur’an

Menerapkan hukum bacaan “

Al-Syamsiyah dan “Al-

Qamariyah

Menjelaskan hukum bacaan “Al-

Syamsiyah dan “Al- Qamariyah

Membedakan hukum bacaan “Al-

Syamsiyah dan “Al- Qamariyah

Menerapkan bacaan “Al-

Syamsiyah dan “Al-Qamariyah

2. Aqidah

Meningkatkan keimanan

kepada Allah SWT melalui

pemahaman sifat-sifatnya

Menunjukkan tanda-tanda adanya

Allah SWT

Membaca ayat-ayat Al-Qur‟an

yang berkaitan dengan sifat-sifat

Allah SWT

Menyebutkan arti ayat-ayat Al-

Qur‟an yang berkaitan dengan

sifat-sifat Allah SWT

Menampilkan prilaku sebagai

cerminan keyakinan akan sifat-

sifat Allah SWT

3. Memahami Asmaul Husna Sebutkan arti ayat-ayat Al-Qur‟an

yang berkaitan dengan 10 Asmaul

Husna

mengamalkan isi kandungan 10

Asmaul Husna

4. Akhlak

Membiasakan perilaku terpuji jelaskan pengertian tawadhu, taat,

qana‟ah, dan sabar

Menampilkan contoh-contoh

perilaku tawadhu, taat, qana‟ah,

dan sabar

Membiasakan perilaku tawadhu,

taat, qana‟ah, dan sabar

Page 87: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

78

Kelas III SD Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

5. Fiqih

Memahami ketentuan-

ketentuan thaharah (bersuci)

Menjelaskan ketentuan-ketentuan

shalat wajib

Mempraktikkan sholat wajib

6. Memahami tata cara Shalat Menjelaskan ketentuan-ketentuan

sholat wajib

Mempraktikkan sholat wajib

7. Memahami Tata Cara Shalat

Jamaah dan munfarid (sendiri) Menjelaskan pengertian shalat

jamaah dan shalat munfarid

Mempraktikkan shalat jamaah dan

shalat munfarid

8. Tarikh dan Hadlarah

Memahami Sejarah Nabi

Muhammad SAW

Menjelaskan sejarah Nabi

Nuhammad SAW pada masa

periode Mekkah

Menjelaskan misi Nabi

Muhammad SAW untuk manusia

dan agama

b. Metode

“Biasanya untuk PAI medianya pakai buku teks, gambar, jus amma

untuk baca tulis al-qur‟an, memakai media, audiovisual ada film yang

menerangkan tentang akidah, akhlak dan sholat, anak melihat contoh-

contoh film tersebut, film tersebut ada pendidikannya itu sudah beberapa

kali saya putarkan di situ anak-anak saya suruh member tanggapan12

”.

Dari pernyataan di atas, dapat kita ketahui bahwa metode media

ini bagi siswa atau anak tunarungu sangat penting sekali. Karena dengan

melihat dan menyaksikan lebih mudah untuk menerima pelajaran. Baik

secara langsung maupun tidak langsung

c. Metode

Berkaitan dengan metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam

yang di pakai memang sangat banyak seperti metode ceramah, metode

Tanya jawab, metode diskusi, dan metode praktek.

12

Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada

tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11-00

Page 88: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

79

Metode pada dasarnya memberi petunjuk kepada apa yang akan

diajarkan oleh guru atau kegiatan guru, yaitu menerapkan apa yang harus

dilakukan oleh guru. Metode mengajar yang di gunakan oleh guru sangat

menentukan kegiatan pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas

mengingat kondisi siswa di SD-LB Frobel Montessori ini adalah anak

tunarungu yang memiliki keterbatasan pendengaran dan keterbatasan

bicara (tunarungu-wicara), maka guru harus bisa memilih metode yang

tepat agar tujuan dari pembelajaran tersebut bisa tercapai. Dari hasil

pengamatan dan observasi dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd di ketahui

bahwa metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa

tunarungu adalah sebagai berikut :

1) Metode demonstrasi

Metode demonstrasi (praktek) sengaja di pilih untuk

dipergunakan terlebih dulu dari pada metode ceramah, hal ini di

lakukan agar siswa lebih siap dan lebih bisa memahami pelajaran

dalam menggunakan metode demonstrasi, guru mempraktikkan atau

memperlihatkan suatu cara melakukan sesuatu untuk menunjukkan

suatu benda atau cara kerja misalnya praktik shalat, membagikan

daging qurban waktu idul adha yang berhubungan dengan pelajaran.

Dengan metode demonstrasi (praktik) ini siswa lebih mengerti.

Sesuai dengan yang di katakana oleh Nur Eni Setiawati, S.Pd

sebagai berikut:

“……..guru memberi contoh sholat, memberi contoh gerakan

yang benar, memberi contoh bacaan yang benar baru siswa

mempraktekkan atau menirukan kalau ada yang salah gurunya

membenarkan terus untuk ada acara-acara hari besar Islam mungkin

romadhan setiap siang diusahakan sholat dhuhur bersama atau

berjama‟ah. Setelah sholat dhuhur bersama ada kultum (kuliah 7

menit) tentang pendalaman PAI itu di sesuaikan dengan kamampuan

anak. Pada bulan ramadhan juga ada pondok ramadhan sekitar empat

hari sampai 1 minggu kita gunakan atau pakai kegiatan program

Islam seperti ada mengaji, ceramah, sholat tarawih bersama terus

acara yang lain, pada idul adha kita juga mempelajari anak untuk

berqurban, kita umumkan kepada anak atau orang tua siapa yang

mau berkorban dan dalam kegiatan tersebut yang menyembelih,

Page 89: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

80

membagikan ke masyarakat dan yang menjadi panitia itu melibatkan

siswa dengan dikoordinasi oleh guru agama islam di situ kita juga

mempelajari siswa nanti kalau sudah masuk ke masyarakat dia sudah

faham atau terampil dan tidak canggung13

.

Dari pernyataan di atas bahwa pembelajaran kepada siswa

tunarungu lebih di tekankan kepada praktik. Karena dengan metode

demonstrasi siswa lebih cepat mengerti atau faham. Kalau proses

pembelajaran hanya dengan menerangkan saja siswa tunarungu ini

sulit untuk menerima pelajaran. Karena siswa seperti ini tidak bias

untuk membayangkan sesuatu yang abstrak. Jadi untuk proses

pembelajarannya harus nyata yaitu dengan cara di praktikkan atau

dengan menggunakan media.

2) Metode ceramah

Metode ceramah merupakan cara menyajikan pelajaran

melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada

siswasiswanya. Sebagaimana yang di katakan oleh Nur Eni

Setiawati, S.Pd sebagai berikut:

“Selain dengan metode demonstrasi metode caramah tetep

saya gunakan untuk memperjelas tentang suatu hal kepada siswa.

Karena bagaimanapun metode ceramah biasanya saya gunakan untuk

menjelaskan materi-materi yang memang perlu penjelasan lebih

lanjut dengan tetep menggunakan bahasa isyarat14

.”

3) Metode Tanya jawab

“Terkait dengan penggunaan metode saya juga mengadakan metode

Tanya jawab dengan siswa saya pada awal pelajaran dimana agar

mengetahui kesiapan siswa dan juga untuk melatih kecakapan dalam

berkomunikasi selain itu saya juga mengadakan Tanya jawab pada

akhir pelajaran juga sebagai evaluasi pembelajaran saya selama di

kelas15

”.

13

Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada

tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11-00 14

Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada

tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11-00 15

Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada

tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11-00

Page 90: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

81

Dengan adanya metode Tanya jawab guru bisa mengetahui

seberapa persen materi yang di serap oleh siswa tersebut dan juga

bisa efektif dalam proses belajar pembelajaran

4) Metode Problem Solving (pemecahan masalah)

“ada juga saya menggunakan pendekatan metode Problem Solving

(pemecahan masalah), jadi saya bentuk kerja kelompok dan kalau

ada masalah saya terangkan bagaimana cara pemecahannya seperti

ini setelah itu kita diskusikan bersama yang terbaik pakai

pemecahannya bagaimana16

.”

Dari hasil wawancara di atas bahwa dengan penggunaan

metode Problem Solving dan metode kelompok ini siswa di bentuk

menjadi beberapa kelompok setelah itu siswa di beri suatu

permasalahan atau materi dari suatu permasalahan tersebut siswa di

beritahu bagaimana cara pemecahannya yang tepat.

C. Hasil Observasi Pola Komunikasi Pada Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam Bagi Anak Tunarungu Di SDLB-B Frobel Montessori

Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 19 Mei 2013 di

ketahui bahwa pola komunikasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam

dapat dikatagorikan lancar, hal ini dapat di tunjukkan dengan adanya

proses kegiatan belajar mengajar, adanya interaksi yang aktif antara Guru

dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan juga adanya hubungan

yang erat antara Guru dan siswa waktu di dalam kelas maupun di luar

kelas.

Dalam pelaksanaan strategi Pembelajaran, Aktif, Kreatif, Efektif, dan

menyenangkan (PAKEM) dan Contextual Teaching and Learning (CTL)

guru melakukan langkah-langkah pembelajaran Pendidikan Agama Islam.:

16

Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada

tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11-00

Page 91: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

82

Berdasarkan observasi yang peneliti temui dilapangan pada tanggal 23

Mei, hari senin, jam 11.00-12.30 yang dibimbing oleh Nur Eni Setiawati,

S.Pd (guru Pendidikan Agama Islam) terlihat bahwa siswa tunarungu kelas

III sedang melaksanakan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada bab

sholat wajib dengan penggunaan strategi CTL (Contextual Teaching and

Learning) yang mana pada waktu itu proses pembelajarannya siswa

dibawa ke musholah untuk melaksanakan praktek sholat mahgrib dan

subuh serta siswa laki-laki praktek sholat untuk menjadi imam.

Peneliti mengamati dengan adanya penggunaan strategi tersebut

bahwa siswa-siswi tunarungu tampak senang karena dengan strategi CTL

dan PAKEM anak tunarungu dapat melakukan secara langsung atau secara

nyata dengan penggunaan strategi PAKEM dan CTL siswa tunarungu

dapat memahami bagaimana tata cara sholat yang benar dan dapat

dilakukan 5 waktu setiap harinya.

Observasi dilakukan selama kurang lebih satu bulan. Observasi

pertama adalah observasi terhadap kondisi obyektif kemampuan bahasa

reseptif dan ekspresif siswa kelas III SDLB B Fobel Montessori. Peneliti

mengadakan observasi terhadap 5 orang siswa dan upaya yang dilakukan

guru Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan bahasa reseptif dan

ekspresif siswa kelas III SDLB B Fobel Montessori.

a. Deskripsi Siswa kelas III SDLB B Fobel Montessori.

Hasil observasi yang terhadap lima siswa beragama Islam dapat

direkam atau dihimpun adalah sebagai berikut:

1) Subjek penelitian kesatu

Subjek penelitian kesatu bernama Muslim Haris, usia 10 tahun,

laki-laki jenis ketunarunguan berat dan kemampuan bahasa

reseptifnya sebagai berikut:

a) Mampu memahami perintah-perintah guru. Hal ini dapat dilihat

pada kalimat-kalimat perintah yang diucapkan guru. Subjek dapat

Page 92: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

83

melakukan, misalnya pada kalimat : (1) tolong ambilkan buku di

lemari ,minum; (2) simpan tasmu di meja, dan lain-lain.

b) Mampu memahami pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh

guru. Kemampuan ini dapat dilihat dari kalimat-kalimat pertanyaan

yang diberikan oleh guru,misalnya pada kalimat : (1) siapa yang

membawa spidol?; (2) apakah kamu sudah sarapan? Dan lain-lain.

Subjek dapat menjawab dengan benar setiap kalimat pertanyaan

yang dikemukakan guru.

c) Mampu mengoreksi setiap kesalahan yang diucakan oleh urunya,

contoh: (1) guru mengatakan, selamat sore anak-anak, subyek

langsung mengatakan bahwa bukan “sore” tetapi “pagi”; (2) guru

mengatakan hari ini adalah “Rabu”, subjek mengatakan salah,hari

ini “kamis”; (3) guru mengatakan bahwa baju ini warnanya

“merah”, subjek mengatakan bukan, itu warna “hijau”, dan lain-

lain.

d) Mampu membaca kata atau kalimat sederhana . contoh : (1) guru

menunjukkan tulisan arab kata “Bismillahirrahmanirrahim”, lalu

menyuruh subjek membaca; (2) guru menunjukkan tulisan kata

“Muslim sholat maghrib berjamaah”, lalu menyuruh subjek

membaca; (3) guru menunjukkan tulisan arab kata

“Alhamdulillahirrobbil „alamin”, lalu menyuruh subjek membaca;

dan lain-lain.

e) Mampu menulis kata dan kalimat sederhana. Kemampuan ini dapat

dilihat dari akta dan kalimat yang dituliskan subjek,misalnya : (1)

subjek dapat menulis hari, tanggal, bulan dan tahun; (2) subjek

dapat menulis apa yang didiktekan guru; (4) subjek dapat menulis

namanya sendiri, teman, guru dan keluarganya.

Dalam penelitian ini peneliti melihat perkembangan bahasa

reseptif Muslim cukup baik/positif. Ada banyak pertanyaan yang

diajukan kepada subjek dan subjek dapat menjawab pertanyaan

tersebut. Misalnya : “ Muslim siapa yang menulis di buku ini?” Ia

Page 93: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

84

menjawab,”Muslim”; guru bertanya, “dimana Nazeyla?” Muslim

menjawab, “Nazeyla belum dating,mungkin Nazeyla sakit”.

Kemudian guru menyuruh untuk mengambil beberapa bola berwarna

merah dari keranjang bola, Muslim dapat melakukannya. Demikian

juga, ketika guru menyuruh mengambilkan beberapa warna bola

lainnya. Setelah itu guru meminta tolong Muslim memberikan tiga

bola yang berwarna hijau kepada Rusman, dan Muslim melakukan.

2) Subjek penelitian kedua

Subjek penelitian kesatu bernama Rusman Kamil, usia 10

tahun, laki-laki jenis ketunarunguan berat dan kemampuan bahasa

reseptifnya sebagai berikut:

a) Mamahami setiap sapaan dan pertanyaan sederhana. Kemampuan

ini dapat dilihat dari sapaan dan klaimat-kalimat pertanyaan yang

di lontarkan guru.misalnya pada kalimat: (1) Selamat pagi Rusman,

selamat pagi ibu, jawab Rusman; (2) Rusman dimana Ibu Nani?

Rusman menunjukkan kearah pintu, yang mau mengatakan bahwa

ibu Nani ke luar; (3) Rusman hari ini kamu membawa apa?

Rusman menunjukkan mainannya; (4) Rusman mainan kamu

berbentuk apa? Rusman menjawab, berbentuk robot. Anak dapat

menjawab pertanyaan sederhana yang diajukan kepadanya.

b) Mampu memahami perintah-perintah sederhana. Hal ini dapat

dilihat dalam kalimat perintah berikut ini : (1) Rusman silakan

duduk; (2) Rusman ambil bukumu; (3) ayo berdoa, ayo makan,

ayominum, ayo berdiri, ayo pulang,ayo pergi.

c) Mampu menulis kata dan kalimat sederhana. Kemampuan ini dapat

dilihat dari dan kalimat yang dituliskan subyek, misalnya : (1)

Rusman dapat menulis hari, tanggal, bulan dan tahun; (2) Rusman

dapat menulis namanya sendiri, orang tua, teman dan guru; (3)

Rusman dapat menulis percakapan dari papan tulis dan lain-lain.

d) Mampu memahami pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh

guru. Kemampuna ini dapat dilihat dari kalimat-kalimat pertanyaan

Page 94: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

85

yang diberikan oleh guru,misalnya pada kalimat : (1) siapa yang

membawa spidol?; (2) apakah kamu sudah sarapan? Dan lain-lain.

Subjek dapat menjawab dengan benar setiap kalimat pertanyaan

yang dikemukakan guru.

e) Mampu mengoreksi setiap kesalahan yang diucakan leh urunya,

contoh: (1) guru mengatakan, selamat sore anak-anak, subyek

langsung mengatakan bahwa bukan “sore” tetapi “pagi”; (2) guru

mengatakan hari ini adalah “Rabu”, subjek mengatakan salah,hari

ini “kamis”; (3) guru mengatakan bahwa baju ini warnanya

“merah”, subjek mengatakan bukan, itu warna “hijau”, dan lain-

lain.

Dalam penelitian ini peneliti melihat perkembangan bahasa

reseptif Rusman cukup baik/positif. Ada banyak pertanyaan yang

diajukan kepada subjek dan subjek dapat menjawab pertanyaan

tersebut. Misalnya : “ Rusman siapa yang menulis di buku ini?” Ia

menjawab,”Rusman”; guru bertanya, “dimana Nazeyla?” Rusman

menjawab, “Nazeyla ada dikelas”. Kemudian guru menyuruh untuk

mengambil beberapa bola berwarna merah dari keranjang bola,

Rusman dapat melakukannya. Demikian juga, ketika guru menyuruh

mengambilkan beberapa warna bola lainnya. Setelah itu guru meminta

tolong Rusman memberikan tiga bola yang berwarna hijau kepada

Rusman, dan Rusman melakukan.

3) Subjek penelitian ketiga

Subjek penelitian kesatu bernama Umar Kamil, usia 10 tahun,

laki-laki jenis ketunarunguan berat dan kemampuan bahasa

reseptifnya sebagai berikut:

a) Mampu memahami perintah-perintah guru. Hal ini dapat dilihat

pada kalimat-kalimat perintah yang diucapkan guru. Subjek dapat

melakukan,misalnya pada kalimat : (1) tolong ambilkan buku di

lemari ,minum; (2) simpan tasmu di meja, dan lain-lain.

Page 95: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

86

b) Mampu memahami pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh

guru. Kemampuan ini dapat dilihat dari kalimat-kalimat pertanyaan

yang diberikan oleh guru,misalnya pada kalimat : (1) siapa yang

membawa spidol?; (2) apakah kamu sudah sarapan? Dan lain-lain.

Subjek dapat menjawab dengan benar setiap kalimat pertanyaan

yang dikemukakan guru.

c) Mampu mengoreksi setiap kesalahan yang diucakan leh urunya,

contoh: (1) guru mengatakan, selamat sore anak-anak, subyek

langsung mengatakan bahwa bukan “sore” tetapi “pagi”; (2) guru

mengatakan hari ini adalah “Rabu”, subjek mengatakan salah,hari

ini “kamis”; (3) guru mengatakan bahwa baju ini warnanya

“merah”, subjek mengatakan bukan, itu warna “hijau”, dan lain-

lain.

d) Mampu membaca kata atau kalimat sederhana . contoh : (1) guru

menunjukkan tulisan arab kata “Bismillahirrahmanirrahim”, lalu

menyuruh subjek membaca; (2) guru menunjukkan tulisan kata

“Muslim sholat maghrib berjamaah”, lalu menyuruh subjek

membaca; (3) guru menunjukkan tulisan arab kata

“Alhamdulillahirrobbil „alamin”, lalu menyuruh subjek membaca;

dan lain-lain.

e) Mampu menulis kata dan kalimat sederhana. Kemampuan ini dapat

dilihat dari akta dan kalimat yang dituliskan seubjek,misalnya : (1)

subjek dapat menulis hari, tanggal, bulan dan tahun; (2) subjek

dapat menulis apa yang didiktekan guru; (4) subjek dapat menulis

namanya sendiri, teman, guru dan keluarganya.

4) Subjek penelitian keempat

Subjek penelitian kesatu bernama Sella Refis, usia 10 tahun,

perempuan jenis ketunarunguan sedang dan kemampuan bahasa

reseptifnya sebagai berikut:

Page 96: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

87

a) Mampu memahami perintah-perintah guru. Hal ini dapat dilihat

pada kalimat-kalimat perintah yang diucapkan guru. Subjek dapat

melakukan,misalnya pada kalimat : (1) tolong ambilkan buku di

lemari ,minum; (2) simpan tasmu di meja, dan lain-lain.

b) Mampu memahami pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh

guru. Kemampua ini dapat dilihat dari kalimat-kalimat pertanyaan

yang diberikan oleh guru,misalnya pada kalimat : (1) siapa yang

membawa spidol?; (2) apakah kamu sudah sarapan? Dan lain-lain.

Subjek dapat menjawab dengan benar setiap kalimat pertanyaan

yang dikemukakan guru.

c) Mampu mengoreksi setiap kesalahan yang diucakan leh urunya,

contoh: (1) guru mengatakan, selamat sore anak-anak, subyek

langsung mengatakan bahwa bukan “sore” tetapi “pagi”; (2) guru

mengatakan hari ini adalah “Rabu”, subjek mengatakan salah,hari

ini “kamis”; (3) guru mengatakan bahwa baju ini warnanya

“merah”, subjek mengatakan bukan, itu warna “hijau”, dan lain-

lain.

d) Mampu membaca kata atau kalimat sederhana . contoh : (1) guru

menunjukkan tulisan arab kata “Bismillahirrahmanirrahim”, lalu

menyuruh subjek membaca; (2) guru menunjukkan tulisan kata

“Muslim sholat maghrib berjamaah”, lalu menyuruh subjek

membaca; (3) guru menunjukkan tulisan arab kata

“Alhamdulillahirrobbil „alamin”, lalu menyuruh subjek membaca;

dan lain-lain.

e) Mampu menulis kata dan kalimat sederhana. Kemampuan ini dapat

dilihat dari akta dan kalimat yang dituliskan seubjek,misalnya : (1)

subjek dapat menulis hari, tanggal, bulan dan tahun; (2) subjek

dapat menulis apa yang didiktekan guru; (4) subjek dapat menulis

namanya sendiri, teman, guru dan keluarganya.

Page 97: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

88

5) Subjek penelitian kelima

Subjek penelitian kesatu bernama Nazeyla Qotrunnada, usia 11

tahun, perempuan jenis ketunarunguan sedang dan kemampuan bahasa

reseptifnya sebagai berikut:

a) Mampu memahami perintah-perintah guru. Hal ini dapat dilihat

pada kalimat-kalimat perintah yang diucapkan guru. Subjek dapat

melakukan,misalnya pada kalimat : (1) tolong ambilkan buku di

lemari ,minum; (2) simpan tasmu di meja, dan lain-lain.

b) Mampu memahami pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh

guru. Kemampua ini dapat dilihat dari kalimat-kalimat pertanyaan

yang diberikan oleh guru,misalnya pada kalimat : (1) siapa yang

membawa spidol?; (2) apakah kamu sudah sarapan? Dan lain-lain.

Subjek dapat menjawab dengan benar setiap kalimat pertanyaan

yang dikemukakan guru.

c) Mampu mengoreksi setiap kesalahan yang diucakan leh urunya,

contoh: (1) guru mengatakan, selamat sore anak-anak, subyek

langsung mengatakan bahwa bukan “sore” tetapi “pagi”; (2) guru

mengatakan hari ini adalah “Rabu”, subjek mengatakan salah,hari

ini “kamis”; (3) guru mengatakan bahwa baju ini warnanya

“merah”, subjek mengatakan bukan, itu warna “hijau”, dan lain-

lain.

d) Mampu membaca kata atau kalimat sederhana . contoh : (1) guru

menunjukkan tulisan arab kata “Bismillahirrahmanirrahim”, lalu

menyuruh subjek membaca; (2) guru menunjukkan tulisan kata

“Muslim sholat maghrib berjamaah”, lalu menyuruh subjek

membaca; (3) guru menunjukkan tulisan arab kata

“Alhamdulillahirrobbil „alamin”, lalu menyuruh subjek membaca;

dan lain-lain.

Page 98: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

89

e) Mampu menulis kata dan kalimat sederhana. Kemampuan ini dapat

dilihat dari akta dan kalimat yang dituliskan seubjek,misalnya : (1)

subjek dapat menulis hari, tanggal, bulan dan tahun; (2) subjek

dapat menulis apa yang didiktekan guru; (4) subjek dapat menulis

namanya sendiri, teman, guru dan keluarganya.

Observasi terhadap pola komunikasi pada pembelajaran Pendidikan

Agama Islam Guru dan siswa kelas III SDLB B Fobel Montessori

dilakukan di dua tempat yaitu di kelas, selama berlangsungnya proses

belajar mengajar dan di luar kelas, yaitu pada saat siswa istirahat.

Selama kurang lebih satu bulan, peneliti mengadakan observasi

terhadap upaya guru dalam mengembangkan pola komunikasi

pembelajaran terhadap siswa kelas III SDLB B Fobel Montessori. Guru

yang mengajar siswa kelas III ini sebanyak lima orang. Semua guru

berperan dalam setiap pemberian materi pembelajaran. Mereka secara

bergantian memberi atau membahas materi yang ditentukan.ketika

seorang guru mengajar, maka dua orang guru lainnya mendampingi anak,

supaya anak sungguh-sungguh member perhatian terhadap pembelajaran

yang dipelajari, dan satu orang guru menulis percakapan hari ini yang

bersangkutan pada buku harian,menulis PR siswa di buku tugas

siswa,menulis soal latihan yang harus dikerjakan siswa, dan memeriksa

pekerjaan rumah siswa serta member catatan kepada orang tua.

Dari ketiga guru yang ada, peneliti hanya mengamati seorang guru

yang telah ditunjuk oleh kepala sekolah yang menjadi sumber informasi

bagi peneliti. Hasil pengamatan terhadap upaya yang dilakukan oleh Nur

Eni Setiawati, SPd dapat dideskripsikan sebagai berikut.

Proses belajar dimulai pukul 08.00 dan berakhir pukul 11.00.

pembelajaran yang diberikan terdiri dari beberapa kegiatan yaitu,

kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Kegiatan awal meliputi :

memberi salam dan menyapa siswa, berdoa dan latihan suara kegiatan

inti meliputi : percakapan, pengolahan balon percakapan, membaca,

Page 99: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

90

Tanya jawab, latihan artikulasi dan menulis. Kegiatan akhir meliputi :

perbaikan dan bimbingan, pemberian PR dan berdoa.

Materi pembelajaran tidak dipersiapkan oleh Ibu Nur sebelumnya,

karena materi berasal dari anak. Materi tersebut diangkat berdasarkan

media yang dibawa anak dari rumah. Media yang dibawa berupa sajadah,

peci, mukenah, sarung dan tasbih.

Anak-anak umumnya sudah datang sebelum pukul 08.00. maka

sebelum pembelajaran dimulai anak-anak mengumpulkan PR mereka

terlebih dahulu. Setelah itu anak menyimpan tasnya di sudut kelas.

Ketika pembelajaran dimulai, masing-masing anak mengambil kursi dan

diatur dalam bentuk setengah lingkaran, tanpa dilengkapi meja tulis.

Kemudian Ibu Nur mulai mengajar dan duduk sejajar dengan siswa.

Posisi ini sangat ideal, karena sesuai dengan prinsip keterarah wajahan.

Dengan demikian, siswa dapat mengamati gerak bibir dan mimik muka

Ibu Nur selama pelajaran berlangsung. Sedangkan guru pendamping,

duduk disamping siswa atau di belakang siswa tugas guru pendamping

ini adalah mendampingi siswa selama proses pembelajaran berlangsung

dan senantiasa mengajak siswa untuk memperhatikan guru yang sedang

memberikan materi. Ketika semua siswa sudah dikondisikan untuk

belajar, maka Ibu Nur pun memulai pembelajarannya dengan kegiatan

awal yakni memberi salam kepada sesama guru dan siswa, lalu

dilanjutkan dengan menyapa siswa melalui pertanyaan-pertanyaan

sederhana seputar kegiatan yang telah dilakukan siswa dirumah.

Contohnya sebagai berikut : siswa disuruh memperhatikan ujaran guru,

lalu Ibu Nur mulai menyapa guru satu per satu dengan mengucapkan

“Assalamu‟alaikum, selamat pagi Ibu Nani”, dan sebelum ibu Nani

membalas sapaan tersebut, anak-anak mengarahkan tangannya kepada

ibu Nani. Setelah anak-anak mengarahkan tangannya kearah ibu Nani,

maka ibu Nani mengatakan “Waalaikumsalam, selamat pagi semua,”

anak-anak menjawab ” Assalamu‟alaikum, selamat pagi ibu Nani” begitu

seterusnya sampai semua guru mendapat giliran. Ini merupakan bagian

Page 100: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

91

dari proses latihan bagi anak untuk membaca ujaran. Setelah semua guru

disapa barulah menyapa siswa. Siswa disapa satu persatu. Contoh:

“Assalamu‟alaikum, selamat pagi Muslim”. Anak yang disebut namanya

harus menunjukkan dirinya, dan teman-temannya juga harus

mengarahkan tangannya ke arah anak yang namanya disebutkan. Anak

yang disebut namanya harus membalas sapaan guru dengan mengatakan

“Waalaikumsalam, selamat pagi ibu dan selamat pagi teman-teman.”

Pagi itu Ibu Nur mengelabui anak-anak dengan mengatakan “selamat

malam anak-anak” dan anak-anak dengan spontan mengatakan “ibu

salah” dan serempak mengatakan “selamat pagi”. Setelah memberi salam

selesai Ibu Nur menanyakan anak-anak satu persatu. Contoh : “Rusman

apakah kamu sudah sarapan?” Rusman menjawab sudah ! tadi pagi

sarapan apa? Rusman menjawab sesuai dengan apa yang mereka makan.

Kegiatan awal yang kedua adalah berdoa. Ibu Nur mengajak siswa

mengatakan marilah berdoa. Setelah Ibu Nur mengajak mereka, anak-

anak langsung mengambil sikap berdoa dan mengucapkan doa secara

bersama-sama antara siswa dan guru. Ada yang bisa mengucapkan dan

ada juga yang masih sebatas meniru.

Kegiatan awal yang ketiga adalah Ibu Nur mengajak siswa untuk

latihan suara. Latihan suara dilakukan dengan meraba huruf vokal seperti

“aaaaaaa…iiiiiiii…uuuuuu….eeeeee…ooooo…” dan dilanjutkan dengan

meraba huruf konsonan, seperti

“la…la…la…lo…lo…lo…ba…ba…ba….dst biasanya mereka melafal

ini diikuti dengan gerakan. Contoh saat melafal huruf vocal

“aaaaa……iiiiii…..dst” anak bersama guru melakukan gerakan seperti

pesawat sedang terbang. Ketika melafal huruf “ba…ba…ba…” guru dan

anak melakukan gerakan seperti bermain ciluba, atau menghentakan kaki

ke lantai dan pada saat melafal huruf “ta…ta…ta…” tangan dipukul-

pukulkan dipaha dan seterusnya.

Ibu Nur selalu memberikan penghargaan kepada setiap siswa yang

mampu mengeluarkan suara. Tujuannya adalah untuk memotivasi siswa.

Page 101: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

92

Motivasi yang diberikan berupa kata-kata pujian misalnya: Ibu Nur

mengatakan bagus, hebat, atau sekedar menggambar bintang atau bunga

ditangannya. Ibu Nur pandai mengajak siswa sehingga pada saat Ibu Nur

mengajar anak-anak begitu antusias.

Setelah kegiatan awal usai maka dilanjutkan dengan kegiatan inti

terdiri dari beberapa tahap antara lain:

a) Percakapan

Percakapan terjadi berdasarkan ungkapan spontan siswa. Materi

percakapan diangkat berdasarkan pengalaman yang dialami dan dilihat

oleh siswa, juga berdasarkan media atau benda yang dibawakan dari

rumah. Pada saat memulai percakapan, Ibu Nur selaku pengajar selalu

bertanya sekarang kita mau bicara tentang apa? biasanya siswa akan

memberikan tanggapan dengan menceritakan pengalaman yang

dialaminya atau menunjukkan benda atau media yang dibawakan. Ibu

Nur menangkap dan membahas ungkapan siswa dan menuliskan dalam

balon percakapan. Gambaran kegiatan tersebut dapat dilihat dalam

kutipan berikut:

Ibu Nur : hari ini kita mau bicara tentang apa?

Anak-anak : menunjukkan peci, sajadah, mukenah dan tasbih

yang bawa mereka.

Ibu Nur : oh….Nazeyla mempunyai mukenah baru

Sella : ada 2 mukenah (dengan menunjukkan jarinya

yang mau mengatakan bahwa mukenah ada 2,

termasuk mukenah miliknya)

Ibu Nur : ya……betul mukenahnya ada 2

Umar : ada warna putih dan biru

Rusman : mama Rusman mempunyai mukena.

Ibu Nur : ya…..perempuan kalau sholat memakai mukenah

Muslim : saya sholat

Umar : sholat sholat

Ibu Nur : sholat itu penting

Page 102: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

93

Nazeyla : penting

Sella : penting ya

Ibu Nur : ya…ibadah kepada Allah

Muslim : ibadah…… Allah…..

Ibu Nur : siapa yang menciptakan kita?

Umar : Allah

Ibu Nur : siapa yang menciptakan pohon?

Sella : Allah

Ibu Nur : siapa yang menciptakan ayah ibu?

Rusman : Allah

Ibu Nur : perlu tidak berterima kasih kepada Allah?

Nazeyla : perlu

Ibu Nur : berterima kasih kepada Allah dengan sholat.

Nazeyla : sholat…..ya……sholat

Dalam proses percakapan, Ibu Nur berupaya agar seluruh siswa

terlibat dalam percakapan. Setiap siswa mengungkapkan pengalaman, dan

pikirannya secara lisan maupun isyarat kemudian menuliskannya dengan

kalimat langsung. Ibu Nur membahaskan ungkapan pengalaman siswa

dengan bahasa yang sederhana. Ibu Nur membahaskan juga setiap benda

atau media yang dibawakan siswa, dengan mengolahnya dalam bentuk

percakapan. Kemudian Ibu Nur meluaskan percakapan itu melalui balon

percakapan, sehingga dalam sehari maksimal anak mempelajari dua

sampai tiga kalimat. Selama percakapan berlangsung, guru memberikan

penguatan bagi siswa yang aktif, dan siswa yang kurang aktif diberikan

penguatan juga, tapi penguatan negatif. Demikian juga, bagi siswa yang

memberikan respon yang kurang tepat. Selama melakukan percakapan

siswa dikondisikan untuk benar-benar memperhatikan guru, karena tidak

terjadi proses menulis di papan tulis. Jadi percakapan dilakukkan dengan

lisan. Setelah proses percakapan selesai barulah ditulis dalam bentuk balon

percakapan.

Page 103: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

94

b) Balon Percakapan

Setelah proses percakapan lisan selesai maka Ibu Nur membuat balon

percakapan. Balon percakapan dibuat untuk mengetahui apa saja yang

dibicarakan dan siapa saja yang berperan dalam percakapan itu sehingga

memudahkan siswa untuk memahami apa saja dan siapa saja yang

menyampaikan pengalamannya.

Gambar pembuatan balon percakapan seperti dalam contoh berikut:

Muslim …….. berkata

Umar….. menambah

Setelah selesai maka balon percakapan dibahas dalam bentuk

percakapan misalnya : Muslim berkata “Nazeyla membawa mukenah”.

Umar menambah “ada warna putih dan biru”.

Setiap pembuatan balon percakapan Ibu Nur menggambarkan juga siswa

yang telah ikut bagian dalam percakapan tersebut. Setelah itu Ibu Nur

juga menggaris bawahi kosa kata baru yang telah dibahas bersama.

Untuk menguatkan pemahaman siswa dengan kata-kata baru tersebut,

maka dilakukan dramatisasi. Dramatisasi yang dilakukan dengan

memeragakan, menunjukkan ataupun mengisyaratkan. Misalnya

Muslim

Nazeyla membawa mukenah

Umar

Ada warna putih

dan biru

Page 104: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

95

memperagakan untuk kata kerja seperti, “Sella sholat”, kata “sholat”

didramatisasikan.

Balon percakapan yang dibuat biasanya belum ditulis secara

lengkap, dan yang melengkapi adalah siswa sendiri melalui proses Tanya

jawab yang dilakukan antara Ibu Nur dan siswa. Setelah balon

percakapan diolah dan sudah ditulis dengan lengkap barulah dilanjutkan

dengan kegiatan membaca balon percakapan.

c) Kegiatan membaca

Ibu Nur dan siswa membaca bersama-sama percakapan yang telah

divisualisasikan. Pada saat kegiatan membaca Ibu Nur dan siswa

melakukan gerakan dengan memukulkan tangan di atas paha dengan

tujuan siswa tahu jedanya saat membaca saat membaca dalam arti tidak

menonton. Mula-mula Ibu Nur yang membaca, dan pada saat Ibu Nur

membaca siswa dikondisikan untuk memperhatikan ujaran Ibu Nur . Ibu

Nur membaca sebanyak dua kali. Setelah itu Ibu Nur dan siswa

membaca bersama-sama, kemudian semua siswa dan terakhir individu

per-individu.

Kegiatan terakhir dari kegiatan membaca ini adalah Ibu Nur

membacakan kosa kata baru dan siswa menunjukkan kata yang diajarkan

guru. Lalu digaris bawahi oleh siswa dengan spidol. Kemudian dibacakan

secara berulang-ulang oleh siswa, sampai siswa dapat menyebutkannya

dengan benar.

d) Kegiatan Tanya Jawab

Kegiatan berikutnya adalah kegiatan Tanya jawab. Ibu Nur melakukan

Tanya jawab kepada siswa. Tanya jawab dilakukan untuk mengetahui

apakah siswa sudah atau belum memahami percakapan yang telah

dibahas bersama-sama. Contohnya sebagai berikut:

Ibu Nur : siapa membawa mukena?

Anak -anak : Nazeyla

Ibu Nur : siapa membawa mukena?

Anak-anak : Sella

Page 105: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

96

Ibu Nur : untuk apa mukena?

Anak -anak : untuk sholat

Ibu Nur : siapa yang menciptakan kita?

Anak-anak : Allah

Ibu Nur : siapa yang menciptakan ayah ibu?

Anak-anak : Allah

Ibu Nur : siapa yang menciptakan gunung…..pohon…?

Anak-anak : Allah

Ibu Nur : siapa yang menciptakan awan…..matahari…?

Anak-anak : Allah

Ibu Nur : perlukah kita bersyukur?

Anak-anak : perlu

Ibu Nur : bagaimana cara kita bersyukur?

Anak-anak : sholat

Jika siswa belum mengerti maka guru membantunya dengan

menggunakan bahasa isyarat. Bahasa isyarat dipakai kalau siswa benar-

benar kurang memahami. Jadi isyarat hanya untuk menjelaskan, bagian

yang kurang jelas bila menggunakan oral atau ujaran.

e) Latihan artikulasi

Setelah kegiatan Tanya jawab, dilanjutkan dengan kegiatan latihan

artikulasi. Latihan artikulasi ini dilakukan Ibu Nur oleh semua guru

pendamping. Kegiatan ini dilakukan agar siswa dapat mengucapkan

kata-kata yang baru muncul dalam percakapan. Kegiatan ini dilakukan

beberapa kali dan sebisa mungkin sampai siswa dapat mengucapkannya.

Setelah itu Ibu Nur bertanya kepada siswa apa yang telah mereka

ucapkan. Jika mereka mengucapkan suatu nama benda, maka mereka

akan menunjukkan jenis bendanya, dan jika mereka mengucapkan kata

kerja maka siswa disuruh untuk mengucapkan kata-kata tersebut

beberapa kali sampai mereka bisa mengucapkan dan memahami arti

kata yang mereka ucapkan itu.

f) Kegiatan menulis

Page 106: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

97

setelah kegiatan artikulasi selesai, Ibu Nur melanjutkan pembelajaran

dengan kegiatan menulis. Kegiatan menulis dibagi dalam tiga kegiatan

yakni: pertama, menulis di udara, yang dilakukan Ibu Nur dan siswa,

kedua kegiatan menulis di papan tulis dan yang ketiga, adalah kegiatan

menulis di buku latihan. Kegiatan menulis di udara dilakukan guru dan

siswa secara bersamaan, lalu siswa sendiri. Kegiatan ini dilakukan

beberapa kali sampai gerakan tangan siswa membentuk tulisan yang

dimaksud.

Kedua, adalah kegiatan menulis di papan tulis. Siswa disuruh

memperhatikan ujaran guru, lalu siswa meniru, kemudian ditulis

dipapan tulis. Kata-kata yang ditulis adalah kata-kata yang baru muncul

dan yang merupakan inti dari percakapan dari hari yang bersangkutan.

Ibu Nur mengajari siswa menulis dan menggunakan huruf tegak

bersambung dan semua pendapat giliran. Dalam kegiatan menulis ini,

siswa berada dalam tahap meniru, karena yang ditulis adalah kata-kata

baru. Selesai menulis, Ibu Nur menyuruh siswa membaca apa yang

dituliskan sekaligus memperbaiki artikulasi yang kurang tepat yang

diucapkan siswa. Ibu Nur selalu berusaha agar siswa dapat memahami

apa yang dituliskan sekaligus memperbaiki artikulasi yang kurang tepat

yang diucapkan siswa. Ibu Nur selalu berusaha agar siswa dapat

memahami apa yang mereka tulis, dengan bertanya beberapa kali dan

sebisa mungkin siswa mendramatisasikan. Setelah siswa benar-benar

memahani kata-kata yang telah mereka tulis, siswa disuruh duduk.

Sebelum guru memanggil siswa untuk menulis di papan tulis, guru

pendamping, terlebih dahulu mengajari siswa di kursinya masing-

masing, sementara guru pengajar mendampingi anak yang sedang

menulis dipapan tulis.

Ketiga, adalah kegiatan menulis di buku latihan. Dalam buku

latihan tersebut guru pendamping telah menulis sebagian percakapan

yang telah dibahas bersama, tetapi belum lengkap dan siswalah yang

melengkapi, sehingga menjadi sebuah percakapan yang sempurna.

Page 107: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

98

Kemudian dalam buku latihan siswa tersebut, guru menulis satu kalimat

yang masih berkaitan dengan percakapan dari hari yang bersangkutan

lalu siswa diberi kesempatan untuk meniru tulisan yang telah ditulis

guru dibuku tugasnya. Kalimat yang telah ditulis siswa sebanyak lima

kalimat atau lebih. Selama siswa menulis Ibu Nur dan guru pendamping

lainnya mendampingi siswa sehingga selesai tepat waktu, memperbaiki

atau membetulkan tulisan siswa. Ibu Nur tidak memaksa siswa untuk

menulis dengan rapid an bagus. Pada tahap ini siswa diarahkan untuk

mengenal huruf dan melatih motorik halusnya. Tuntutan untuk menulis

yang rapi akan dilakukan pada kelas lanjutan yakni kelas persiapan.

Setelah selesai menulis, buku latihan dikumpulkan kembali kepada guru

untuk dikoreksi. Melakukan

Kegiatan akhir adalah Ibu Nur melakukan bimbingan dan

perbaikan. Bimbingan dilakukan terhadap siswa yang masih sulit

memahami pembelajaran pada hari tersebut dan perbaikan dilakukan

bagi mereka yang belum dapat menyelesaikan tugasnya. Setelah itu

menyerahkan PR untuk dikerjakan di rumah.

Perjalanan jika siswa bertanya tentang apa yang mereka lihat, guru bias

menjelaskan secara rinci. Peneliti melihat Ibu Nur aktif bertanya, kepada

siswa tentang apa saja yangt mereka lihat selama dalam perjalanan.

Contoh: ketika melewati daerah bukit banyak pohon dan perkebunan teh

yang dapat dilihat. Ada siswa yang langsung berteriak “ooahh…..pohon

banyak”, tetapi ada juga siswa yang kurang spontan, sehingga Ibu Nur

yang harus memberikan pertanyaan, misalnya itu apa? Siswa akan

menjawab sesuai dengan apa yang mereka lihat atau apa yang mereka

ketahui. Kalau tidak bisa dijawab secara oral siswa akan menjawab

dengan menggunakan isyarat.

Ibu Nur dalam kegiatan inti selalu memperkenalkan hal-hal baru

kepada siswa, baik berupa benda maupun peristiwa atau pengalaman

yang dialami dan yang dilihat. Contoh: pada tanggal 16 Mei peneliti

bersama guru ikut mendampingi siswa dalam kegiatan ini. Kami pergi

Page 108: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

99

ke daerah peternakan kambing. Sesampai di sana, semua siswa diberi

kebebasan untuk berbuat apa saja termasuk memberi makan kambing

atau sekedar mengelus-elus. Pada umumnya siswa sudah mengetahui

nama hewan ini yakni “kambing” begitu masuk ke daerah itu semua

berteriak “kambing….kambing….”. Kemudian Ibu Nur bertanya,

kambing suka makan apa? Semua siswa diam lalu Ibu Nur menjelaskan

bahwa, kambing suka makan rumput. Siswa meniru ucapan Ibu Nur

sambil memegang rumput. Ibu Nur menjelaskan juga bagian-bagian

dari kambing, misalnya bulu, jenggot, tanduk, dan ekor.

Ibu Nur menjelaskan peristiwa-peristiwa yang dialami siswa pada

saat itu juga, san akan lebih detail dijelaskan kalau siswa sudah masuk

kelas. Ibu Nur menanyakan apa yang mereka lihat selama dalam

perjalanan. Setiap siswa mengungkapkan isi pikiran mereka melalui

pengalaman yang mereka lihat atau yang mereka alami. Siswa

mengungkapkan melalui bahas oral dan dibantu juga dengan

menggunakan bahasa isyarat. Ibu Nur membahaskan pengalaman siswa

secara sempurna, sehingga terbentuklah sebuah percakapan.

Selain kegiatan eksplorasi, kegiatan yang dilakukan di luar kelas

adalah kegiatan menari, senam mulut dan olahraga. Peneliti melihat

bahwa selama kegiatan menari ini, Ibu Nur menjelaskan terlebih dahulu

jenis gerakan dan arah gerakan. Apakah maju atau mundur, kiri atau

kanan, melompat, bertepuk tangan, pinggul digoyang dan lain-lain.

Contoh: anak-anak disuruh berbaris, lalu Ibu Nur memberikan instruksi,

anak-anak gerakan pertama kedua kaki digoyangkan. Mana kaki?

Semua anak akan menunjukkan kakinya. Lalu kata “goyang” di jelaskan

dengan mempraktekkannya. Setelah siswa paham Ibu Nur , guru

pendamping dan siswa melakukan gerakan tersebut bersama-sama.

Gerakan kedua dan seterusnyapun selalu dijelaskan seperti pada gerakan

pertama. Cotoh: kalau maju, Ibu Nur menjelaskan majun itu seperti apa,

mundur seperti apa, melompat dan seterusnya. Ibu Nur mengajak siswa

untuk meniru ucapannya. Contoh: guru dan murid bersamaan

Page 109: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

100

mengatakan ayo maju…ayo mundur…ayo ke kanan….ayo kekiri dan

seterusnya.

Demikian juga halnya saat melakukan senam mulut, Ibu Nur

menjelaskan gerakan apa saja yang dilakukan. Contoh: pada waktu Ibu

Nur mengajari anak untuk menjulurkan lidah maka Ibu Nur

mempraktekkan bagaimana lidah dijulurkan, demikian juga ketika

mengajari gerakan melipat lidah, memoncongkan bibir dan lain-lain.

Peneliti melihat Ibu Nur akan menjelaskan secara detail sampai anak

memahami “menjulur itu bagaimana, melipat bagaimana”.

Ketika berolahraga, Ibu Nur menjelaskan semua gerakan yang

mau dilakukan siswa, seperti pada kedua kegiatan diatas. Contoh:

sekarang kita menggerakan tangan ke kiri dan ke kana. Ini adalah

“tangan”. Kemudian siswa meniru ucapan guru. Gerakan ke kiri dan ke

kanan juga diperagakan, sampai anak mengetahui konsep kiri dan

kanan. Kemudian untuk mengetahui bahwa siswa sudah memahaminya,

Ibu Nur bertanya, hal-hal yang sudah dijelaskan sebelumnya misalnya:

mana tangan? Mana kiri? Mana kanan? Kalau anak sudah paham maka

dilanjutkan dengan gerakan baru. Dan begitulah selanjutnya, sampai

siswa memahami gerakan tersebut.

Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 19 Mei 2013

di ketahui bahwa materi pembelajaran umumnya berasal dari ungkapan

siswa dalam sebuah percakapan. Guru menangkap dan menuliskan

percakapan tersebut dalam sebuah balon percakapan. Setelah diolah

dalam balon percakapan, guru mengajak siswa untuk membaca

percakapan tersebut secara bersama-sama. Dalam proses membaca

mula-mula yang membaca adalah guru. Kemudian guru dan siswa dan

yang terakhir adalah siswa sendiri, dan semua mendapat

giliran.berikutnya guru menyebutkan kata-kata baru dari percakapan

yang baru saja dibahas yang juga merupakan kata-kata inti dalam

percakapan tersebut. Ketika guru menyebutkan kata-kata baru tersebut,

siswa memperhatikan apa yang diucapkan guru. Setelah itu, guru

Page 110: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

101

menyuruh siswa untuk mengulanginya dan jika siswa bisa, maka guru

menyuruh siswa untuk menggaris bawahi kata itu dengan spido. Semua

siswa mendapat giliran untuk itu. Untuk menambah pemahaman siswa

akan benda yang mereka bawa juga peristiwa yang mereka alami, maka

guru mendramatisasikan sesuai dengan peristiwa tersebut.

Kegiatan berikut adalah artikulasi. Latihan artikulasi dilakukan

pada saat pembelajaran berlangsung yang difokuskan pada kata-kata

yang baru muncul dalam percakapan. Tujuannya agar siswa bisa

menyebutkan kata-kata baru tersebut dengan baik.

Kegiatan selanjutnya adalah Tanya jawab. Tujuan kegiatan ini

adalah untuk mengetahui apakah siswa sudah benar-benar memahami

percakapan yang baru saja dibahas. Kegiatan terakhir sesudah Tanya

jawab adalah kegiatan menulis. Baik menulis di papan tulis maupun di

buku tugas. Jadi secara detailnya telah diungkapkan dalam hasil

observasi di atas. Hasil observasi dan wawancara memiliki banyak

kesamaan.

Visualisasi merupakan salah satu hal yang penting dalam

pembelajaran siswa tuna rungu, karena salah satu cirri anak tunarungu

adalah pemata. Dengan visualisasi, siswa akan lebih cepat memahami

maksud tulisan tersebut. Untuk visualisasi biasanya guru menempelkan

gambar atau foto di atas tulisan. Akan tetapi jika tidak ada media yang

sesuai dengan percakapan, guru akan menggambarkannya di papan tulis.

Gambar yang ditunjukkan sebisa mungkin yang sederhana, dan mudah

dipahami siswa.

Penggunaan media dalam satuan pembelajaran sangatlah

penting. Apalagi berhadapan dengan anak-anak tunarungu. Karena itu

guru bekerja sama dengan orang tua, menyediakan media yang

diperlukan.media yang digunakan berupa benda, foto,gambar atau benda

aslinya. Media pembelajaran sebagian besar dibawakan siswa, juga

yanga da disekita lingkungan sekolah. Selebihnya akan disediakan

sekolah jika dipandang perlu. Media-media tersebut misalnya, foto yaitu

Page 111: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

102

untuk memperkenalkan anggota keluarga, gambar-gambar misalnya:

gambar binatang, gambar pakaian, gambar alat-alat makan, gambar alat

transportasi, gambar buah-buahan, kartu kata, kartu gambar dan

kalender untuk memperkanalkan hari, tanggal,bulan dan tahun. Selain

itu digunakan juga benda aslinya apakah yang dibawa siswa atau yang

ada di lingkungan sekitar sekolah.

Perkembangan bahasa anak tunarungu merupakan awal dari

keberhasilan seseorang siswa untuk dapat memahai dan mengungkapkan

sesuatu. Sebenarnya, teknik dalam pemebelajaran yang diberikan para

guru ini tidak jauh berbeda dengan guru-guru yang ada di SLB B

lainnya, namun soal tanggung jawab moral yang sering dimaknai

berbeda oleh setiap orang. Menurut Ibu Nur bahwa para guru, berusaha

menanggung kelelahan. Dikatakan demikan karena tugas guru dalam

kelas ini lumayan berat. Mereka harus selalu siap untuk membahas

semua peristiwa yang dialami siswa, baik waktu berada di kelas maupun

berada diluar kelas entah itu pada waktu istirahat,beroleharaga,menari

ataupun pada waktu senam mulut. Contoh : ketika ada teman jatuh,

siswa akan langsung memberitahu kepada salah seorang guru bahwa

temannya terjatug. Guru datang ketempat kejadian. Sbelum guru

menolong siswa, guru memanggil semua siswa dan mengatakan

“aduh……Umar terjatuh”. Kemudian anak disuruh masuk kelas untuk

membahas kejadian yang dialami. Dikelas guru langsung menulis kata

“terjatuh” kemudian guru akan bertanya siapa yang terjatuh? Anak-anak

akan menjawab Umar. Guru akan mengulang kata tersebut beberapa kali

dan sebisa mungkin siswa mapu mengucapkannya hingga pada

pembuatan kalimat yakni “Umar terjatuh di halaman”. Demikaan juga

kalau siswa melihat teman sedang jajan, sedang menangis, dan lain-lain.

Intinya adalah guru membahasakan semua apa yang dialami siswa

selama mereka masih berada di sekolah.

Upaya lain yang dilakukan guru adalah menjalin kerja sama

dengan orangtua. Kerja sana yang dilakukan guru adalah dengan

Page 112: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

103

memberi tahu perkembangan dan keadaaan siswa dan apa yang mesti

dilakukan orang tua selama anak berada dirumah. Pertama, guru selalu

mengingatikan bahwa saat anak ingin berbicara jangan dihentikan,

biarkanlah dia bicara apa saja dan orangtua harus mendengarkan. Pada

saat bicara harus diperhatikan keterarahwajahan dan diharapkan untuk

menggunakan oral dan bicaralah secara perlahan-lahan. Orangtua juga

harus mendampingi anak saat mengerjakan tugas atau PR .orangtua atau

anggota keluarga lain sebisa mungkin memberi penjelasan saat anak

kurang paham dengan apa yang dilakukannya. Selain itu, orangtua wajib

melanjutkan kegiatan yang dilakukan dari sekolah dengan alasan bahwa

siswa banyak menghabiskan waktunya dirumah dari pada disekolah.

Jadi peran orangtua sangat besar untuk perkembangan bahasa anak. Hal

yang harus dilakukan adalah orangtua harus selalu mengajak anak untuk

berbicara.

Page 113: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

104

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pola komunikasi belajar mengajar PAI di SDLB-B Frobel Montessori dapat

disimpulkan bahwa komponen dalam pola komunikasi pembelajaran di SDLB-

B Frobel Montessori yaitu,:

1. Tujuan, yang hendak dicapai sebagaimana tujuan pendidikan pada

umumnya yaitu mencapai tujuan pendidikan nasional. Hanya saja pada

siswa Tunarungu dalam segi ketrampilan, baik ketrampilan baca tulis,

bahasa maupun ketrampilan tangan, begitu juga pada pendidikan agama,

tujuannya pada segi ketrampilan, baik fisik maupun psikis. Sedangkan

untuk komponen Materi yang diajarkan berdasarkan kurikulum dari

KTSP. Adapun dalam menyajikan lebih diturunkan bobotnya. Selain itu

ditunjang dengan materi tambahan yaitu bacaan surat-surat pendek.

2. Metode yang digunakan dalam interaksi belajar mengajar yaitu, satu

materi dengan delapan metode diantaranya: metode ceramah, tanya jawab,

demonstrasi, Pemberian tugas, drill, karya wisata dan ditambah dengan

metode pembiasaan dan bernyanyi .Alat yang digunakan berupa alat

materi yaitu buku-buku PAI sesuai dengan masing-masing kelas, dan alat

non materi berupa kata-kata yaitu nasihat, perintah dan larangan dengan

menggunakan bahasa pengantar bahasa nasional. Evaluasi yang digunakan

evaluasi harian dan semesteran. Struktur Peristiwa Belajar mengajar,

sebagaimana sekolah pada umumnya, sistem tatap muka, berdasarkan tata

jenjang SDLB yang berkapasitas tiap kelasnya 1-7 siswa. Struktur

pencapaiannya bersifat terbuka dari mulai tujuan yang telah tersusun rapi,

sedangkan prosedur pencapaiannya dikembangkan pada saat KBM

berlangsung.

3. Penerapan pola komunikasi dalam pembelajaran Agama Islam bagi Anak

Tunarungu Di SDLB-B Frobel Montessori dalam dilihat dari cara Guru

104

Page 114: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

105

dalam memberikan nasehat melalui pesan nonverbal yang ditampakkan.

Guru Agama Islam tidak hanya memerintah tanpa melakukan tetapi selalu

memberikan contoh kepada muridnya melalui kedisiplinan Guru dalam

kehidupan sehari-hari, seperti memberikan contoh dalam sholat berjamaah.

Di sini Guru tidak pernah meninggalkan sholat berjamaah. Dengan sikap

Guru seperti itu, maka dengan sendirinya murid akan mengikuti Guru

dalam berjamaah.

4. Penerapan Pola Komunikasi Interpersonal Dalam Pembelajaran Agama

Islam Bagi Anak Tunarungu Di SDLB-B Frobel Montessori yaitu

memakai bahasa bibir dan bahasa isyarat. Bahasa isyarat ada dua macam

yang pertama bahasa isyarat per-abjad dan yang kedua bahasa isyarat

bentuk per-kalimat. Biasanya bahasa isyarat seperti ini sebagai pelengkap

bahasa bibir saja.

5. Penerapan Pola Komunikasi Kelompok Dalam Pembelajaran Agama Islam

Bagi Anak Tunarungu Di SDLB-B Frobel Montessori adalah dengan 1.

bahasa bibir, jadi kita menerangkan materi secara pelan,pelan dan pelan

anak bisa melihat dan membaca mimik kita sehingga anak sudah bisa

mengartikan apa yang saya ucapkan atau Guru apa yang diucapkan. 2.

kalau bahasa bibir belum sempurna kita selingi dengan bahasa isyarat,

anak itu akan lebih mengerti pakai bahasa isyarat. 3. ada juga pakai media

penglihatan anak kan normal tidak ada kecacatan materi juga saya tulis

juga biasanya rangakuman atau apa-apa. Dengan media gambar-gambar

jadi anak bisa mengeksplorasi bias mengartikan bisa menjelaskan dari

gambar-gambar tersebut yang ke 4 dengan audiovisual yaitu lihat film jadi

anak tahu dari cerita-cerita itu dan melihat gerakan-gerakan cerita tersebut.

B. Saran

1. Kepada guru Pendidikan Agama Islam agar dalam proses kegiatan belajar

mengajar hendaknya memakai dan memadukan metode yang lebih banyak

agar dapat membantu pemahaman siswa. Artinya disesuaikan dengan

Page 115: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

106

materi, karena metode yang dipakai pada SDLB B Frobel Montessori

dalam satu materi harus sampai enam atau delapan metode.

2. Kerjasama antara pihak pengelola yayasan kepala sekolah dan staf yang

lainnya lebih dieratkan, dalam meningkatkan mutu pengajaran siswa

SDLB B Frobel Montessori.

3. Kerjasama dengan orang tua siswa harus terjalin lebih meningkat demi

tercapainya proses belajar mengajar yang baik.

4. Adakanlah proses belajar mengajar secara kompetitif/kompetisi antara

siswa secara sehat, baik antar individu maupun kelompok.

5. Tambahkan kegiatan ekstra keagamaan lebih ditekankan pada praktek

baca tulis Al-Qur’an.

6. Kepada Pemerintah khususnya Pemerintahan Agama hendaknya

memberikan skala prioritas pada Pendidikan Agama Islam bagi SDLB-B

Frobel Montessori penyandang tuna rungu dan tuna wicara..

7. Pengadaan buku-buku agama yang disesuaikan dengan kurikulum lebih-

lebih buku bagi siswa untuk bisa dipelajari di rumah lebih diupayakan.

Page 116: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

107

DAFTAR PUSTAKA

Affizal dan Rafidah. “Teacher – Student Attachment and Teachers’s Attitudes

Towards Work”. Diambil dari : Jurnal Pendidik dan Pendidikan, Jil. 24,

2009. Diakses tanggal : 18 Mei 2013

Alwasilah, A.Chaedar.1990. Linguistik. Suatu Pengantar. Bandung : Angkasa

.Hlm. 82

Anneke Sumampouw dan Setiasih. “Profil Kebutuhan Remaja Tunarungu”.

Anima, Indonesia Psychological Journal, Vol. 18, No, 4, Juli 2003, Hal:

380

Beebe, S.A., Beebe, S.J., & Redmond M.V.,”Interpersonal Communication

Relating to Others (5th ed.)”, Boston : Pearson Education 2008, pp. 3-5

Cangara, Hafied H, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta 2006, hal. 56

Dayakisni, Tri dan Hudaniah, “Psikologi Sosial”, Malang: UMM Press 2003,

hal. 65

Deddy Mulyana,Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2005, hal:237

Departemen Pendidikan nasional, “Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3”,

Jakarta 2002, Balai Pustaka, hal.885.

Djamalul Abidin Ass, “Komunikasi dan bahasa Dakwah”, Jakarta 1996, Penerbit

Gema Insani Press , hal. 16

Dr. Mohammad Efendi, M.Pd., M.Kes. Pengantar Psikopedagogik Anak

Berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2006 Hal: 64

Effendy, Onong Uchjana, “Ilmu Teori & Filsafat Komunikasi”, Bandung 2003,

PT.Citra Aditya Bakti, hal. 9

_____________________, Dimensi-dimensi Komunikasi, Bandung: Alumni,

1986, cet. ke-2, h.5

H.A.W. Widjaja, “Ilmu Komunikasi Pengantar Studi”, Jakarta, 2000, PT. Rineka

Cipta, Cet, ke-2, hal.26

107

Page 117: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

108

Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada Press,

Yogyakarta, 2005: 31

http: //www.uns.ac.id/data/sp5.pdf

J. David Smith,”Inklusi Sekolah Ramah untuk Semua”, Penerbit Nuansa,

Bandung. 2006, Hal. 267

Jalaluddin Rakhmat, “Metode Penelitian deskriptif”, Bandung, 2002, Remaja

Rosdakarya, h.25.

Joseph A. Devito, “Komunikasi Antar Manusia”, Jakarta 1997,Professional Book,

hal. 119

Judy Pearson, et.al. “Human Communication Second Edition”, New York:

McGraw-Hill, 2006, hal: 19

Keesing, Roger M. 1992. Antropologi Budaya. Suatu Perspektif Kontemporer

Edisi Kedua.Jakarta. Erlangga.Hlm. 79.

Kristiandi, 2009. Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru

Dengan Motivasi Belajar di Kelas 7 Internasional Sekolah Menengah

Pertama Negeri 1 Medan. Diambil dari http://respository.usu.ac.id/ hal. 15

Lexy, J Moleong, “Metode Penelitian Kualitatif”, Bandung, 2007, PT.

Rosdakarya, Cet. Ke-23, hal.9-10

Liliweri, Alo, “Memahami Peran Komunikasi Massa Dalam Masyarakat”,

Bandung 1997, PT.Citra Aditya Bakti, hal. 5

Mangunsong, F & dkk. “Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa”, Jakarta :

Lembaga Pengembangan Saranan Pengukuran dan Pendidikan Psikologi

Universitas Indonesia 1998, hal. 66.

Muhaimin, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam”, PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta 2005, hal. 152

Nuruddin, Sistem Komunikasi Indonesia, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2005,

cet. Ke-2, h.33

Phil, Astrid Susanto, “Komunikasi Dalam Teori dan Praktek”, Bandung: Mandar

Maju, 1992. Cet. Ke-1, h.4

Prof. Dr. Bandi Delphie, M.A., S.E, “Pembelajaran Anak Berkebutuhan

Khusus,”PT. Refika Aditama, Bandung 2006, Hal. 1-2

Page 118: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

109

Puis A. Partanto dan M. dahlan al-Barrry, “Kamus Ilmiah Populer”, Surabaya

1994, Penerbit Arkola,hal.605.

Pujiastuti Shintya. 2009. Pentingnya Pertanyaan dalam Proses Pembelajaran.

Diambil dari : http://www.sd-binatalenta.com/arsipartikel/artikel_tya.pdf.

Diakses tanggal : 18 Mei 2013.

Pujiastuti Shintya. 2009. Pentingnya Pertanyaan dalam Proses Pembelajaran.

Diambil dari : http://www.sd-binatalenta.com/arsipartikel/artikel_tya.pdf.

Diakses tanggal : 18 Mei 2013, hal. 3

Purba. Amir, dkk., “Pengantar Ilmu Komunikasi”, Medan 2006, Pustaka Bangsa

Press, hal. 36

Rakhmat Jalaluddin, “Psikologi Komunikasi”. Bandung 2008,Remaja

Rosdakarya, hal. 13

Sasa Djuarsa Sendjaja, “Pengantar Komunikasi”, Jakarta 1998, Universitas

Terbuka, hal.39

Soerjono Soekanto, “Sosiologi Suatu Pengantar”, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2003, hal. 61

Sr. Maria Assumpte Rumanti OSF, Dasar-dasar Public Relation Teori dan Praktis,

Jakarta: Grasindo, 2002, cet. Ke-1, h.88

Sugiyo. “Komunikasi Antar Pribadi”,Semarang Unnes Press 2005, hal. 9

Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek”, Jakarta

1996, Rineka Cipta,cet. Ke-10, edisi revisi, hal. 117

Toto Tasmara, “Komunikasi Dakwah”,Jakarta, 1997, Gaga Media Pratama, Cet

ke-2, hal.6

Undang-undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

serta Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang

sisdiknas. Citra Umbara. Bandung: 2006. Hal : 77

Winayno S uyakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: tarsifi,1986),

Cet.ke-7, h.162.

Winayno Suyakhmad, “Pengantar Penelitian Ilmiah”, Bandung 1986, Penerbit

Tarsifi, Cet.ke-7, hal.162.

Page 119: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

.. J · -r-~mor

Lamp

. Hal

: Istimewa

: 1·b~rkas

: PERMOHONAN PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

Yang terhormat,

Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Di

Tempat

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Salam silaturrahim saya sampaikan, semoga· Bapak/Ibu selalu dalam lindungan Allah SWT, serta selalu sukses dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Amin.

Sehubungan, untuk mendapatkan gelar sarjana (S-1 ), maka salah satu syaratnya yaitu menyelesaikan tugas akhir penulisan skripsi. Oleh karena itu saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

Nim

Semester

Jurusan

Fakultas

: M. Syaghilul Khoir

: 106051001851

: X (Sembilan)

: Komunikasi dan Penyiaran Islam

: Dakwah dan Komunikasi

Bermaksud mengajukanjudul proposal yaitu "POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SLB

FROBEL MONTESSORI CONDET BALEKAMBANG KRAMAT JATI JAKARTA TIMUR"

Sebagai bahan pertimbangan, bersama ini saya lampirkan:

1. Abstraksi Outline

2. Proposal Penelitian Skripsi

3. Daftar Pustaka Sementara

Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas perhatian Bapak/lbu, saya ucapkan termakasih.

Wassalamu'alaikum WR. Wb.

Jakarta, 20 Januari 2011

Mengetahui,

" ~~enasihat Akademik

Dra. Hj. Asriyati Jamil \ 1\..TT'll.f" t/'\rf\~11\A'10~1

Page 120: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIOAYATUtLAH JAKARTA

FAKULTAS ILMU DAI<WAH DAN ILMU KOMUNIKASI Telepon/Fax: (021) 7432728 I 74703580

Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia Website: www.fdkuinjalcarta.ac.ld. E-mail: [email protected]

Nomor : Un.01/F5/KM.01.3/ ~rfj /2011 Lamp : 1 (Satu) bundel Hal : Penelitian!Wawancara

Kepada Yth. Kepala Sekolah SLB-B Frobel Montessori Condet Bale Kambang Kramat Jati Jakarta Timur

Assalamu 'alai/cum Wr. Wb.

Jakarta,1 Peb.ruari 2011

Dengan hormat bersama ini kami sampaikan bahwa mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi DIN SyarifHidayatullah Jakarta di bawah ini,

Nama : M. Syaghilul Khoir Nomor Pokok 106051001851 Jurusan /Semester : Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) I X

bermaksud melaksanakan penelitian/wawancara untuk bahan penulisan skripsi yang berjudul Pola Komunikasi Guru dan Murid di SLB-B Frobel Montessori Condet Bale Kambang Kramat Jati Jakarta Timur.

Sehubungan dengan itu, kami memohon kepada Bapak kiranya berkenan menerima mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan penelitian/wawancara dimaksud.

Atas perhatian dan perkenan Bapak kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu 'alaikum Wr. Wb.

Tembusan: I. Pembantu Dekan Bidang Akademik 2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Dekan,

Page 121: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

YAYASAN PEMBINAAN SEKOLAH LUAR BIAS.A FROBEL MONTESSORI

Gg. Masjid AI-Mabruq, Condet Balekambang Rt. 011/ 03 Kramat Jati- Jakarta Timur 13530 Telp. ( 021 ) 8001637

SURAT KETERANGAN NO : 58/ YPSLB/ U /2013

Yang. bertanda· tangano di bawtili- ini-· kepala.· SLH R· Frobel Montessori- Condet ·

Balekambang,. Jakarta Timur menerangkan :

Nama

NIM:

Juru8an.

c: M. Sy.agbilul Khoir

: 106051001851

: .Komunikas.i-Pen}iaran- Islam

U1N Syarif Hidayatullab· J·akart11-

Adalah benar nama tersebut di atas telab mengadakan penelitian dan pengambilim·

data di SLB B Frobel Montessori g~ menyelesaikan tugas akhir (skrpsi ).

Demikian Surat Keterangan ini kami· buat untuk dipergunakan sebagai mana mestinya.

Jakarta, 19 Mei 2013

Kepala

Page 122: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

Lampiran 1

FOTO-FOTO KEGIATAN DI SDLB B FROBEL MONTESSORI

Gambar 1

Papan nama Yayasan Pembinaan Sekolah Luar Biasa SLB B / C Frobel Montessori yang

berada di dalam lingkungan sekolah.

Gambar 2

Guru sedang mengajarkan murid-murid berhitung dengan menggunakan jari tangan di dalam

kelas, anak-anak mengikuti semua gerakan yang diperagakan oleh gurunya.

Page 123: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

Lampiran 2

Gambar 3

Tiga siswa dan dua siswi yang memiliki keterbatasan tuna rungu mengikuti ujian nasional

(UN) tingkat SD di Sekolah Luar Biasa (SLB) Frobel Montessori di Condet Balekambang,

Jakarta Timur, meskipun dalam murid dalam kondisi keterbatasan yaitu tuna rungu

pemerintah tetap memperhatikan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus.

Gambar 4

Guru mengajarkan siswa dan siswi tuna rungu untuk belajar mandiri meskipun dalam kondisi

berkebutuhan khusus seperti mengajarkan para murid-murid belajar menggosok pakaian

mereka masing-masing.

Page 124: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

Lampiran 3

Gambar 5

Guru sedang mengajarkan murid satu persatu membaca di dalam kelas, murid- murid sangat

serius melihat apa yang di ajarkan dan di sampaikan oleh guru.

Gambar 6

Guru sedang mengajarkan seorang siswi belajar tentang daerah atau wilayah-wilayah dengan

menggunakan media bantuan yaitu Globe dan senter untuk lebih jelas melihat daerah yang di

tunjukkan. Seorang siswa sangat serius mengikuti pelajran yang disampaikan oleh gurunya.

Page 125: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

Lampiran 4

Gambar 7

Guru mengajarkan materi tentang matahari di dalam kelas kemudian murid-murid diajak

langsung keluar untuk melihat matahari diluar kelas secara langsung agar murid dapat paham

sebab klo dijelaskan secara abstrak murid kurang paham jadi harus disesuaikan dengan materi

yang bersifat nyata dan mempraktek kannya secara langsung.

Page 126: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

Lampiran 5

Gambar 8

Guru mengajarkan anak- anak tentang sholat dengan cara langsung mempraktekkan gerakan

sholat secara bersamaan kemudian satu persatu anak memperaktekkan gerakan sholat

tersebut.

Gambar 9

Poster-poster atau gambar tentang gerakan-gerakan sholat merupakan sarana pendukung agar

anak-anak dapat mudah memahami dan mencerna apa yang disampaikan oleh guru terutama

materi pendidikan sholat.

Page 127: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

Lampiran 6

Gambar 10

Poster-poster atau gambar tentang gerakan-gerakan sholat merupakan sarana pendukung agar

anak-anak dapat mudah memahami dan mencerna apa yang disampaikan oleh guru terutama

materi pendidikan sholat.

Page 128: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

Lampiran 7

Form Wawancara

Kepada : Nunung Nurjanah S.P.d

Jabatan : Kepala Sekolah SDLB Frobel Montessori

Tempat : SDLB Frobel Montessori

Pukul : 11. 00 Wib.

1. Bagaimana komunikasi antara sesama guru di dalam lingkungan SLB Frobel

Montessori?

Jawab :

Al-hamdulillah baik- baik saja.

2. Bagaimana komunikasi yang dilakukan antara kepala sekolah dengan guru-

guru di lingkungan SLB Frobel Montessori?

Jawab :

Alhamdulillah baik-baik saja, jika ada permasalahan dislingkungan SLB

Frobel Montessori diselesaikan dengan cara musyawarah.

3. Bagaimana komunikasi yang dilakukan antara guru dengan murid?

Jawab :

Bagus dengan menggunakan bahasa oral (bibir) dan menggunakan bahasa

isyarat.

4. Apa komunikasi yang digunakan di lingkungan SLB Frobel Montessori?

Jawab :

Dengan menggunakan Komunikasi Interpersonal (Antar Pribadi) dan

menggunakan Komunikasi Kelompok.

5. Bagaimana sejarah terbentuknya SLB Frobel Montessori?

Jawab :

Awalnya ada sebuah keluarga besar mempunyai 7 anak dan 3 diantaranya

mengalami tuna rungu, kemudian mereka bersepakat mendirikan sekolah luar

biasa tuna rungu tujuan nya selain untuk mendidik anaknya juga membantu

orang-orang dilingkungan sekitar yang memiliki anak berkebutuhan khusus.

Awalnya mereka menggunakan dana sendiri dan berjuang hingga sampai saat

ini dapat bantuan dari pemerintah.

Page 129: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

Lampiran 8

6. Apa tujuan didirikannya SLB Frobel Montessori?

Jawab :

Mendorong peserta didik yang memiliki kelainan fisik dan mental agar

mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan ketarampilan sebagai pribadi

maupun anggota masyarakat, dalam mengadakan hubungan timbal balik

dengan lingkungan sosial budaya dan alam sekitar serta dapat

mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja datau mengikuti pendidikan

dan pelatihan selanjutnya. Agar peserta didik memiliki kemampuan dasar Bina

Diri , pengetahuanmKepribadian serta keterampilan dasar yang memadai dan

bermanfaat b agi peserta didik untu hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

lanjutannya ( SMPLB-C1 )

7. Apa Visi dan Misi SLB Frobel Montessori?

Jawab :

Visi :

Terwujudnya pemberdayaan Tuna Rungu seoptimal mungkin sehingga

berkembang menjadi manusia seutuhnya, bertaqwa kepada Tuhan YME,

berguna bagi diri sendiri, masyarakat, nuasa dan bangsa.”

Misi :

a. Mencegah, mengurangi dampak keTunarunguan melalui kegiatan

assesment psikologis dan audiometris serta mengupayakan pemakaian alat

bantu mendengar secara efektif.

b. Membuka kesempatan pendidik bagi anak tuna rungu pada satuan

pendidikan di TKLB, TK reguler atau pindahan dari SDLB lain dan SD

reguler.

c. Menyediakan berbagai jalur dan program pendidikan pendidikan sesuai

perkembangan kemampuan siswa.

Page 130: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

Lampiran 9

d. Mengupayakan tamatan SDLB yang mempunyai pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih

tinggi (SMPLB atau SMP reguler).

e. Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SDLB.

f. Memberikan pembinaan agama sesuai dengan agama/kepercayaan yang

dianut peserta didik.

g. Berupaya menyediakan berbagai fasilitas dan sarana penunjang untuk

berbagai macam mata pelajaran.

h. Menyediakan berbagai kegiatan ekstrakulikuler yang sesuai.

i. Membimbing orang tua agar memiliki pengetahuan seperti sikap yang

tepat dan efektif bagi anak Tunarungu usia sekolah.

j. Mengupayakan sosialisasi tentang hakekat keTunarunguan.

k. Mengupayakan sumber daya manusia yang berdedikasi dan profesional.

8. Apa program yang ada di lingkungan SLB Frobel Montessori?

Jawab :

Program belajar akademis sesuai dengan kurikulum sama seperti program

belajar anak-anak pada umumnya yang meliputi bidang studi : IPA, IPS,

Matematika, dan Bahasa Indonesia. Program Khusus : Bina Persepsi Bunyi

Irama dan Bina Wicara (Pembetulan pengucapan atau artikulasi). Ekskul :

Melukis, pramuka, menari, komputer dan olahraga.

Page 131: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

Lampiran 10

9. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat komunikasi di SLB Frobel

Montessori?

Jawab :

Alat bantu mendengar sehingga anak dapat mudah menerima apa yang

disampaikan oleh guru, peran guru yang senantiasa terus bersabar mendidik

dan membimbing murid sampai bisa. Dan yang menghambat komunikasi yaitu

sulitnya murid memahami apa yang disampaikan oleh guru dan mengalami

keterlambatan berpikir.

10. Bagimana penerapan Komunikasi Interpersonal (Antar Pribadi) di lingkungan

SLB Frobel Montessori?

Jawab :

Berjalan efektif walaupun ada sedikit hambatan jika guru kurang jelas dengan

apa yang dibicarakan murid maka murid disuruh untuk menulis apa yang ingin

disampaikan kepada gurunya.

11. Bagaimana penerapan Komunikasi Kelompok di lingkungan SLB Frobel

Montessori?

Jawab :

Kurang efektif jika diterapkan di dalam kelas karena anak-anak tidak fokus

belajarnya dan lebih banyak bercanda dan ngobrol, jadi jika ingin

menggunakan komunikasi kelompok guru harus aktif memperhatikan setiap

murid dan di bimbing terus untuk fokus belajar dan di ingatkan supaya tidak

bercanda.

Page 132: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

12. Fasilitas apa saja yang dapat mendukung program di lingkungan SLB Frobel

Montessori?

Jawab :

Alat bantu dengar (ABM), Gambar-gambar, tulisan, kumpulan nama benda

yang ada dilingkungan sekitar. Untuk fasilitas Olahraga dilingkungan SLB

Frobel Montessori yaitu Lapangan luas yang digunakan untuk senam,

badminton, dan atletik yaitu lari matras.

Responden Pewawancara

Nunung Nurjanah S.P.d M. Syaghilul Khoir

Page 133: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

Lampiran 12

Form Wawancara

Kepada : Undarwati S.P.d

Jabatan : Guru Kelas SDLB Frobel Montessori

Tempat : SLB Frobel Montessori

Pukul : 11. 00 Wib.

1. Sudah berapa tahun ibu mengajar di lingkungan SLB Frobel Montessori

khusus nya dikelas tuna rungu?

Jawab :

Saya sudah mengajar disini selama 21 Tahun.

2. Mengapa ibu tertarik untuk mengajar anak- anak tuna rungu?

Jawab :

Ini panggilan dari hati saya.

3. Apa kendala yang ibu hadapi di dalam mengajar siswa tuna rungu di kelas?

Jawab :

Jika membahas materi yang bersifat abstrak seperti cerita Nabi anak-anak

kurang mengerti. Anak- anak hanya mengerti materi yang bersifat nyata yang

ada disekitar lingkungan sekolah seperti Kursi dan lain sebagainya.

4. Apa faktor yang mendukung ibu dalam mengajar siswa tuna rungu di kelas?

Jawab :

Dengan menggunakan Alat bantu dengar (ABM), gambar-gambar benda yang

ada disekitar lingkungan sekolah, tulisan-tulisan benda-benda yang ada di

sekitar lingkungan sekolah.

5. Bagaimana pelaksanaan proses belajar pendidikan Agama Islam?

Jawab : Alhamdulillah sudah efektif.

Page 134: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

Lampiran 13

6. Bagaimana cara mengetahui kemampuan dan pemahaman anak tuna rungu

dalam menerima pelajaran pendidikan Agama Islam?

Jawab :

Anak-anak dapat mengetahui waktu sholat misalkan sekarang waktunya jam

12 siang kemudian anak-anak ditanya sudah waktunya sholat apa sekarang?

Kemudian anak-anak menjawab sholat dzuhur bu.

7. Apa kendala yang ibu hadapi dalam proses pembelajaran pendidikan Agama

Islam di kelas dan apa solusinya?

Jawab :

Anak-anak tidak dapat mengerti bacaan-bacaan sholat, tidak mengerti Bahasa

Arab sehingga guru harus mengganti Bahasa Arab dengan Bahasa Indonesia

agar dapat dimengerti.

8. Materi apa saja yang dipelajari oleh anak dalam pembelajaran pendidikan

Agama Islam?

Jawab :

Materi tentang sholat lima waktu, dan materi tentang wudhu.

9. Media apa yang digunakan oleh guru untuk pengajaran pendidikan Agama

Islam?

Jawab:

Gambar gerakan-gerakan orang sedang sholat, boneka-boneka gerakan sholat,

dan gambar-gambar orang sedang berwudhu.

10. Bagaimana penerapan metode pengajaran yang digunakan guru dalam proses

pembelajaran pendidikan Agama Islam?

Jawab :

Dengan menggunakan metode demonstrasi atau praktek secara langsung dan

dengan diskusi interaktif.

11. Bagaiman komunikasi Interpersonal (Antar pribadi) yang diterapkan di dalam

proses belajar di kelas dan apa hambatannya?

Jawab :

Berjalan efektif walaupun ada sedikit hambatan jika guru kurang jelas dengan

apa yang dibicarakan murid maka murid disuruh untuk menulis apa yang ingin

disampaikan kepada gurunya.

Page 135: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

Lampiran 14

12. Bagaiman komunikasi Kelompok yang diterapkan di dalam proses belajar di

kelas dan apa hambatannya?

Jawab :

Kurang efektif jika diterapkan di dalam kelas karena anak-anak tidak fokus

belajarnya dan lebih banyak bercanda dan ngobrol, jadi jika ingin

menggunakan komunikasi kelompok guru harus aktif memperhatikan setiap

murid dan di bimbing terus untuk fokus belajar dan di ingatkan supaya tidak

bercanda.

Page 136: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

Lampiran 15

Form Wawancara

Nama : Ibu Eni

Kepada : Orang tua murid

Tempat : Di halaman SLB Frobel Montessori

Pukul : 10. 00 Wib.

1. Apa pendapat anda tentang SLB Frobel Montessori yang ada di lingkungan

Condet Balekambang?

Jawab :

SLB Frobel Montessori sangat baik pendidikannya sesuai dengan yang

dibutuhkan anak-anak berkebutuhan khusus seperti anak saya.

2. Apa pendapat anda tentang guru yang ada di SLB Frobel Montessori?

Jawab :

Gurunya sangat baik-baik dan sabar dalam mengajarkan murid nya sampai

mereka bisa paham materi pelajaran yang disampaikan oleh gurunya.

3. Bagaimana komunikasi anda dengan guru-guru SLB Frobel Montessori?

Jawab :

Komunikasi nya berjalan dengan baik sama orang tua murid, guru selalu

memberitahukan sama orang tua jika anaknya mengalami banyak

perkembangan selama proses belajar sehingga orang tua mengetahui sudah

seberapa banyak pemahaman yang di dapat anaknya di kelas.

4. Bagaimana pandangan anda terhadap kinerja guru-guru yang ada di SLB

Frobel Montessori?

Jawab :

Kinerja guru yang saya lihat di SLB Frobel Montessori sudah baik. Guru-guru

mampu mengajarkan anak-anak dengan baik.

5. Bagaimana dengan fasilitas yang ada di SLB Frobel Montessori?

Jawab :

Menurut saya fasilitas yang ada dilingkungan SLB Frobel Montessori sudah

lengkap seperti: Alat bantu dengar (ABM), Gambar-gambar, tulisan,

kumpulan nama benda yang ada dilingkungan sekitar. Untuk fasilitas Olahraga

Page 137: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

Lampiran 16

dilingkungan SLB Frobel Montessori yaitu Lapangan luas yang digunakan

untuk senam, badminton, dan atletik yaitu lari matras.

6. Program apa saja yang anda ketahui yang ada di SLB Frobel Montessori?

Jawab :

Program: Melukis, pramuka, menari, komputer dan olahraga.

7. Apa tanggapan anda terhadap program yang ada di SLB Frobel Montessori?

Jawab :

Programnya bagus selama dapat mendukung perkembangan anak didik.

8. Apakah harapan anda terhadap program- program yang sudah di jalankan oleh

SLB Frobel Montessori?

Jawab :

Harapan saya dengan adanya program-program tersebut mampu mengasah

bakat yang dimiliki anak berkebutuhan khusus untuk terus kreatif dan aktif.

9. Apakah yang anda harapkan dengan adanya SLB Frobel Montessori di

lingkungan Condet Balekambang?

Jawab :

Saya berharap dengan adanya SLB Frobel Montessori mampu menampung

dan mendidik anak-anak didik yang memiliki kebutuhan khusus karena di

lingkungan daerah Condet masih minim sekali sekolah-sekolah untuk anak-

anak berkebutuhan khusus.

Responden Pewawancara

Ibu Eni M. Syaghilul Khoir

Page 138: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

Lampiran 17

Form Wawancara

Nama : Bapak Ghani

Kepada : Orang tua murid

Tempat : Di halaman depan SLB Frobel Montessori

Pukul : 12. 00 Wib.

1. Apa pendapat anda tentang SLB Frobel Montessori yang ada di lingkungan

Condet Balekambang?

Jawab :

SLB Frobel Montessori menurut saya sudah baik dalam mengajar di kelas

sesuai dengan yang dibutuhkan anak-anak berkebutuhan khusus seperti anak

saya.

2. Apa pendapat anda tentang guru yang ada di SLB Frobel Montessori?

Jawab :

Gurunya sangat baik-baik dan sabar, teliti dalam mengajarkan murid nya

sampai mereka bisa paham materi pelajaran yang disampaikan oleh gurunya.

3. Bagaimana komunikasi anda dengan guru-guru SLB Frobel Montessori?

Jawab :

Komunikasi nya berjalan dengan baik sama orang tua murid, guru selalu

memberitahukan sama orang tua jika anaknya mengalami banyak

perkembangan selama proses belajar sehingga orang tua mengetahui sudah

seberapa banyak pemahaman yang di dapat anaknya di kelas.

4. Bagaimana pandangan anda terhadap kinerja guru-guru yang ada di SLB

Frobel Montessori?

Jawab :

Kinerja guru yang saya lihat di SLB Frobel Montessori sudah baik. Guru-guru

mampu mengajarkan anak-anak dengan baik, sabar sampai anak-anak bisa.

Page 139: POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH ......POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SEKOLAH LUAR BIASA B (SLB-B) FROBEL MONTESSORI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

Lampiran 18

5. Bagaimana dengan fasilitas yang ada di SLB Frobel Montessori?

Jawab :

Menurut saya fasilitas yang ada dilingkungan SLB Frobel Montessori sudah

lengkap seperti: Alat bantu dengar (ABM), Gambar-gambar, tulisan,

kumpulan nama benda yang ada dilingkungan sekitar. Untuk fasilitas Olahraga

dilingkungan SLB Frobel Montessori yaitu Lapangan luas yang digunakan

untuk senam, badminton, dan atletik yaitu lari matras.

6. Program apa saja yang anda ketahui yang ada di SLB Frobel Montessori?

Jawab :

Program: Melukis, pramuka, komputer dan olahraga.

7. Apa tanggapan anda terhadap program yang ada di SLB Frobel Montessori?

Jawab :

Programnya bagus selama dapat mendukung perkembangan anak didik agar

mereka tidak jenuh belajarnya formal terus.

8. Apakah harapan anda terhadap program- program yang sudah di jalankan oleh

SLB Frobel Montessori?

Jawab :

Harapan saya dengan adanya program-program tersebut mampu mengasah

bakat yang dimiliki anak berkebutuhan khusus untuk terus kreatif dan aktif.

9. Apakah yang anda harapkan dengan adanya SLB Frobel Montessori di

lingkungan Condet Balekambang?

Jawab :

Saya berharap dengan adanya SLB Frobel Montessori mampu menampung

dan mendidik anak-anak didik yang memiliki kebutuhan khusus karena di

lingkungan daerah Condet masih jarang sekali sekolah-sekolah untuk anak-

anak berkebutuhan khusus kebanyakan yang ada hanya sekolah-sekolah

formal.

Responden Pewawancara

Bapak Ghani M. Syaghilul Khoir