POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

98
i POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI DESA WATU TOA KABUPATEN SOPPENG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh : Nurul Hasanah Nim. 105381106916 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI 2021

Transcript of POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

Page 1: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

i

POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI

DESA WATU TOA KABUPATEN SOPPENG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :

Nurul Hasanah

Nim. 105381106916

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

2021

Page 2: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

ii

Page 3: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

iii

Page 4: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

iv

Page 5: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

v

Page 6: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

vi

Motto

Kegagalan akan terjadi karena terlalu banyak berharap tapi sedikit

bertindak.

Persembahan

Kupersembahkan karya ini sebagai darma baktiku untuk ayahanda tercinta

dan ibunda tercinta serta saudari dan seluruh keluarga tersayang yang tak

henti-hentinya selalu memberikan doa dan dukungan

Page 7: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Pertama dan yang paling utama tiada untaian kata yang paling indah yang

terucap dari lisan seorang hamba selain pujian syukur kehadirat Allah SWT.

Tuhan pencipta alam semesta dan segala isinya yang telah melimpahkan Taufiq

dan hidayah-Nya serta kenikmatan iman, Islam dan kesehatan jasmani

maupun rohani, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam yang penulis sanjung agungkan kepada Muhammad

SAW yang telah membawa ajaran yang paling sempurna, dan diantaranya

yaitu mengutamakan kepada manusia untuk menuntut ilmu pengetahuan agar

dapat dimanfaatkan dalam segala aspek kehidupan, dan dari Ridha Allah

SWT serta Syafa‟at Rosulullah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “Pola Kerukunan Dan Sikap Toleransi Umat Beragama Di Desa Watu

Toa Kabupaten Soppeng”

Skripsi ini ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan

terlaksana tanpa bantuan, bimbingan, petunjuk dari berbagai pihak, baik

berupa moril maupun materi.

Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua

pihak yang telah menyumbangkan tenaga, pikiran, ilmu pengetahuan,

motivasi berseta doa kepada penulis dalam penyelesain proposal ini. Keberhasilan

dalam penyelesaian skripsi ini tidak hanya terletak pada diri peneliti semata

tetapi tentunya banyak pihak yang memberikan sumbangsi khususnya kepada

orang tua, ibunda tercinta Hj.Rosdiana dan ayahanda tercinta Syamsu yang selama

ini telah memberikan dukungan dan do’a yang tidak pernah putus dan hampir

tidak mungkin bisa dibalaskan oleh apapun serta kakak ku tercinta Mas Jaya,

Harta Jaya, Ramlan, Mashur, dan Ahmad As’ad yang selalu memberikan

Page 8: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

viii

dukungan. Penulis juga ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang

terhormat:

Bapak Prof. Dr.H.Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

menimba ilmu pengetahuan di kampus tercinta ini. Erwin Akib, M.Pd., Ph.D.

selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar. Bapak Drs. H. Nurdin,M.Pd selaku pembimbing I

yang telah memberikan saran, motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis

sehingga tersusunnya skripsi ini. Bapak Sam’un Mukramin,S.Pd,.M.Pd selaku

pembimbing II yang dengan penuh ketelitian dan kesabaran membimbing

dalam menyelesaikan skripsi ini. Bagian akademik yang telah melayani kami

mahasiswa selama empat tahun menjadi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan.

Rizal sebagai seseorang yang selalu ada untuk membantu dan tak bosan-

bosannya mendengarkan keluh kesah peneliti. Riska, Kasmawati, Sry Wahyuni,

Firda Efrilia, Vivin Vitrina Asnur, Nur Annisa Sobrina sebagai sahabat yang

selalu memberikan dukungan dan semangat kepada peneliti. Semua pihak yang

tidak sempat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian

proposal ini,terima kasih atas bantuan dan dukungannya.

Demikianlah mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi

peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga Allah melimpahkan

pahala yang berlipat ganda atas bantuan yang telah diberikan kepada peneliti

dalam menyelesaian skripsi ini, Amin Yarobbal Alamin.

Makassar,07 September 2021

Peneliti

Nurul Hasanah

Page 9: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

ix

ABSTRAK

Nurul Hasanah 2021. Pola Kerukunan Dan Sikap Toleransi Umat

Beragama Di Desa Watu Toa Kabupaten Soppeng. Skripsi Program Studi

Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Nurdin, dan

Pembimbing II Sam'un Mukramin.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan cara menjaga pola kerukunan

dan sikap toleransi umat beragama di desa Watu Toa Kabupaten Soppeng .Jenis

penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif. Sumber data yang

diolah merupakan sumber data primer dan data sekunder.

Hasil penelitian ini adalah pola kerukunan dan sikap toleransi umat

beragama di Desa Watu Toa Kabupaten Soppeng sangatlah baik karena

masyarakat Desa Watu Toa Kabupaten Soppeng selalu mewujudkan kerjasama di

bidang keagamaan, bidang ekonomi, dan bidang bakti sosial. Masyarakat Desa

Watu Toa Kabupaten Soppeng dalam menjada toleransi dan sikap kerukunan

dengan mewujudkan rasa saling menghormati dan dan menghargai sesama

manusia karena masyarakat Desa Watu Toa menyadari sebagai mahkluk tuhan

yang beraga maka pentinglah mereka saling menghargai walaupun berbeda ras,

suku, bahkan keyakinan.

Kata Kunci: Kerukunan, Sikap Toleransi, Agama

Page 10: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

x

ABSTRACT

Nurul Hasanah 2020. Patterns of Harmony and Attitudes of Religious

Tolerance in Watu Toa Village, Soppeng Regency. Thesis of Sociology Education

Study Program, Teacher Training and Education Faculty, Muhammadiyah

University of Makassar. Supervised by Advisor I Nurdin, M.Pd and Advisor II

Sam'un Mukramin.

This study aims to determine and how to maintain harmony and

tolerance patterns of religious communities in the village of Watu Toa, Soppeng

Regency. The type of research used in this research is qualitative. The data

sources that are processed are primary data sources and secondary data.

The results of this study are the pattern of harmony and tolerance of religious

communities in Watu Toa Village, Soppeng Regency, which is very good because

the people of Watu Toa Village, Soppeng Regency, always create cooperation in

the fields of religion, economy, and social service. The people of Watu Toa

Village, Soppeng Regency, in maintaining tolerance and harmony by creating a

sense of mutual respect and respect for fellow humans because the people of Watu

Toa Village realize that as religious beings, it is important that they respect each

other even though they have different races, ethnicities, and even beliefs.

Keywords: Harmony, Tolerance, Religion

Page 11: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

xi

DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

ABSTRAK ..................................................................................................... iv

ABSTRAK ........................................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

DAFTAR TABEL ..........................................................................................

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………..

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 8

D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9

E. Defenisi Operasional ................................................................................. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka ..................................................................................... 11

1. Perilaku Sosial………………………………………………

2. Solidaritas ............................................................................... 12

3. Pola Kerukunan Antar Umat Beragama ................................. 18

4. Toleransi Antar Umat Beragama ........................................... 26

B. Penelitian yang Relevan ...................................................................... 35

C. Kerangka Pikir ..................................................................................... 37

D. Proposisi Penelitian ............................................................................. 40

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian .......................................................... 41

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ............................................................... 42

C. Fokus penelitian ................................................................................... 43

D. Informan Penelitian .............................................................................. 43

E. Jenis dan Sumber Data.......................................................................... 43

F. Instrumen Penelitian ............................................................................ 45

Page 12: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

xii

G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 45

H. Teknik Analisis Data ............................................................................ 47

I. Uji Keabsahan Data .............................................................................. 49

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Desa Watu Toa Kabupaten Soppeng ....................................... 50

B. Letak Geofrafi Waktu Toa .................................................................... 50

BAB V Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 53

1. Pola Kerukunan Dan Sikap Toleransi Umat Beragama

Desa Watu Toa Kecamatan Mariowawo Kabupaten

Soppeng ........................................................................................ 53

2. Upaya Masyarakat Dalam Menjaga Kerukunan Umat

Beragama Desa Watu Toa Kecamatan Mariwowao

Kabupaten SoppengKabupaten .................................................... 58

B. Kondisi Kehidupan Keagamaan di Desa Watu Toa Kabupaten

Soppeng ................................................................................................... 60

1. Pola Kerukunan Dan Sikap Toleransi Umat Beragama

Desa Watu Toa Kecamatan Mariowawo Kabuaten

Soppeng ........................................................................................ 60

2. Upaya Masyarakat Dalam Menjaga Kerukunan Umat

Beragama Desa Watu Toa Kecamatan Mariowawo

Kabupaten Soppeng ..................................................................... 63

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................................... 65

B. Saran ..................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 61

Page 13: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

xiii

DAFTAR TABEL

No Halaman

4.1 Jumlah Penduduk Desa Watu Toa Berdasarkan Jenis Kelamin.......... 51

4.2 Data Pekerjaan Penduduk Desa Watu Toa.......................................... 51

Page 14: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

xiv

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

2.1 Bagan Kerang Pikir ............................................................................ 40

Page 15: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

Lampiran 1 Teks Wawancara................................................................... 68

Lampiran 2 Foto Wawancara ................................................................... 69

Page 16: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Masyarakat Indonesia memiliki tradisi keberagamaan yang sangat

plural.Tidak hanya agama-agama besar saja yang terlembaga, tapi juga berbagai

aliran kepercayaan. Aliran-aliran kepercayaan ini jumlahnya sangat banyak.

Aliran kepercayaan dengan segala sistem ajaran dan tradisinya merupakan sesuatu

yang hidup dalam masyarakat, bahkan tidak sedikit di antaranya yang sudah eksis

jauh sebelum lahirnya negara Indonesia. Meski tidak sedikit pula yang lahir atau

muncul belakangan.

Karena pada umumnya kepercayaan-kepercayaan yang ada di Indonesia

dianut oleh komunitas yang terbatas dan lebih terfokus pada suatu tempat dalam

sebuah komunitas adat dan biasanya terkait dengan etnis tertentu sehingga

kepercayaan tersebut dikenal dengan sebutan kepercayaan lokal.

Secara ideal, agama merupakan rahmat bagi seluruh alam sebagai

bentuk cinta kasih Allah kepada makhluknya. Cinta kasih itulah yang

semestinya direfleksikan dalam kehidupan melalui hubungan sosial, agar

bisa saling mengenal.

Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 (Sekjen MPR RI, 2017:43) menyatakan

bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaan

itu. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa keanekaragaman pemeluk agama

yang ada di Indonesia diberi kebebasan untuk melaksanakan ajaran agama sesuai

1

Page 17: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

2

dengan keyakinannya masing-masing. Namun demikian kebebasan tersebut harus

dilakukan dengan tidak mengganggu dan merugikan umat beragama lain, karena

terganggunya hubungan antar pemeluk berbagai agama akan membawa akibat

yang dapat menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Menurut Peraturan Bersama Menteri Agama No. 9 dan 8 tahun 2006, Bab

1, Pasal 1, dalam (Imam Syaukani, 2008:5) kerukunan umat adalah keadaan

hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling mengerti, saling

menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan

kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam

Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar RepublikIndonesia tahun 1945. Bahkan Pemerintah mengembangkan

kebijakan trilogi kerukunan, yaitu kerukunan intern umat beragama, kerukunan

antarumat beragama,dan kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah.

Kerukunan artinya adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan antara

semua orang meskipun mereka berbeda secara suku, agama, ras dan golongan.

Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena

sebelumnya ada ketidakrukunan serta kemampuan untuk hidup bersama. Toleransi

dinamis adalah toleransi aktif melahirkan kerja sama untuk tujuan bersama, sehingga

kerukunan umat beragama, bukan dalam bentuk teoritis, melainkan sebagai refleksi dari

kebersamaan umat beragama sebagai suatu bangsa (Suhasran, 2018:66).

Pemerintah Indonesia telah berupaya memberikan perhatian terhadap

pemeliharaan kerukunan umat beragama, dimana hubungan antarumat beragama

sering menimbulkan masalah dan konflik. Klimak dari hubungan yang kurang

baik antarumat beragama ditengarai adanya konflik SARA di Ambon dan Poso

Page 18: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

3

yang dianggap sebagaian orang sebagai konflik berlatar belakang agama, antara

pemeluk Islam dan Kristen, karena masing-masing pihak menggunakan simbol-simbol

agama. Ketidakharmonisan hubungan umat beragama antara Islam dan Kristen diduga

sudah lama berlangsung. Dengan adanya hubungan baik dan saling pengertian

diantara umat beragama, terutama kesadaran para pemeluk agama untuk

membangun bangsa dan menyadari bahwa tindakan yang salah dan merugikan

dalam kaitannya dengan agama lain akan memunculkan masalah yang merugikan

bangsa. Tanpa niat yang kuat dari para penganut agama, harmoni antarumat dan

persatuan bangsa tidak akan bisa diciptakan (Turmudzi,2011:529).

Keberagaman dan perbedaan merupakan suatu hal yang wajar terjadi,

terlebih pada keberagaman agama yang didalamnya banyak perbedaan ajaran dan

kultur. Dengan adanya keberagaman dan perbedaan tersebut yang dimiliki

beberapa orang, keberadaan sikap dan cara hidup bertoleransi antar umat

beragama sangat diperlukan dalam menunjang berjalannya kehidupan sosial yang

ada di sekitar kita. Namun apabila sikap dan cara hidup bertoleransi antar umat

beragamaini tidak diterapkan, maka memungkinkan konflik-konflik sosial yang

berlatarbelakang agama akan banyak bermunculan disekitar kita. Konflik sosial

dengan berlatarbelakang agama seringkali terjadi karena sikap fanatisme yang

berlebihan dimiliki oleh suatu pemeluk agama, seperti yang pernah terjadi di

Poso. Konflik sosial ini biasa saja terjadi karena masyarakat menganggap agama

sebagai sesuatu yang sakral, sensitif dan patut untuk diperjuangkan secara

berlebihan. Sebenarnya, upaya melekatkan agama sebagai salah satu faktor

pemicu terjadinya sebuah tindak kekerasan yang terjadi disekitar kita adalah

Page 19: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

4

upaya yang salah, karena kekerasan merupakan sifat atau keadaan yang

mengandung kekuatan, dan paksaan yang dapat merugikan diri sendiri ataupun

pihak lain. Selain itu, sebuah tindak kekerasan juga dapat menimbulkan

kerusakan, kehancuran, dan bahkan kematian.

Munculnya berbagai kasus terkait dengan persoalan keagamaan, yang

dipicu oleh beberapa hal antara lain :

1. Pelecehan atau penodaan agama melalui penggunaan simbol-

simbol, maupun istilah-istilah keagamaan dari suatu agama oleh pihak lain secara

tidak bertanggung jawab.

2. Fanatisme agama yang sempit. Fanatisme yang dimaksud adalah

suatu sikap yang mau menang sendiri serta mengabaikan kehadiran umat

beragama lainnya yang memiliki cara/ritual ibadah dan paham agama yang

berbeda.

Adanya diskomunikasi dan miskomunikasi antar umat beragama. Konflik

dapat terjadi karena adanya miskomunikasi (salah paham) dan dikomunikasi

(Pembodohan yang disengaja). (Riza Sihbudi dan Moch.Nurhasim,2006:23).

Situasi konflik agama juga dialami Indonesia dalam dasawarsa terakhir.

Berbagai kerusuhan terjadi di daerah, antara lain di Tasikmalaya, Situbondo,

Kupang, Sambas, Poso dan juga di Maluku. Padahal, Indonesia selama ini

dikenal sebagai bangsa yang plural, beradab, dan memiliki semangat teloransi

antara satu dengan yang lainnya dengan semangat kerukunan. Perbedaan

agama di Indoensia bukan merupakan hal baru, akan tapi sudah terpatri sejak

nenek moyang. Sayang sekali, suasana kerukunan kehidupan di masyarakat

Page 20: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

5

itu diusik secara brutal oleh berbagai kepentingan sempit dari pihak-pihak

yang menginginkan Indonesia bercerai-berai melalui konflik sosial.

Upaya untuk membangun kerukunan agama kembali setelah terceraiberainya

masyarakat akibat dari konflik agama sangat diperlukan dalam

membangun harmoni kehidupan. Kerukunan umat beragama merupakan

bagian dari pilar pembangunan yang memberikan pengaruh besar pada

keberhasilan. Dengan semakin mantapnya kerukunan antar umat beragama

maupun intern umat beragama, akan semakin kokoh pula persatuan dan

kesatuan bangsa. Pada saat yang sama, upaya untuk memanfaatkan agama

untuk melegitimasi konflik sosial akan semakin sulit dilakukan oleh pihak-pihak

yang tidak bertanggung jawab.

Kabupaten Soppeng adalah suatu daerah yang sangat menjunjung tinggi

nilai kerukunan, walaupun mereka hidup berbeda agama, namun mampu untuk

menghormati dan menghargai satu sama lain. Di Kabupaten Soppeng bahkan

rumah ibadah berdekatan tetapi mereka merasa tidak terganggu dengan perbedaan

itu, kondisi sosial seperti itulah menjadi salah satu ketertarikan penulis untuk

melakukan penelitian ‘Pola Kerukunan dan Sikap Toleransi Umat Beragama di

Desa Watu Toa Kabupaten Soppeng’, dan salah satu yang unik di Desa tersebut

mereka yang beragama non muslim mereka satu rumpun dengan orang Muslim

yang membuat penulis untuk mengkaji dan meneliti apa faktor sehingga bisa

terjadi kerukunan umat beragama dan tidak pernah terjadi konflik di desa tersebut.

Namun yang menarik berdasarkan hasil observasi di Desa Watu Toa,

serangkian ketegangan maupun pertentangan sosial yang pernah terjadi di Desa

Page 21: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

6

tersebut tidak menjurus ke arah kekerasan, tidak berlarut-larut dan tidak

mempengaruhi kehidupan sosial yang ada di Desa Watu Toa. Hal ini bisa terjadi

karena masyarakat di Desa Watu Toa mampu hidup rukun dan menerapkan sikap

toleransi antar umat beragama di kehidupan sosial sehari-hari yang dilandasi oleh

paham pluralisme. Paham pluralisme adalah cikal bakal dari terbentuknya sikap

dan cara hidup bertoleransi antar umat beragama di Desa Watu Toa. Paham

pluralisme yang diterapkan oleh masyarakat Desa Watu Toa di kehidupan sosial

sehari-hari, memiliki peranan penting dalam membentuk pola pikir dan kesadaran

masyarakat Desa Watu Toa dalam memaknai fenomena multiagama yang ada di

Desa Watu Toa melalui kebenaran obyektif dalam hal beragama yang diusungnya.

Sehingga, kemunculan sikap fanatisme yang berlebihan terhadap salah satu agama

tertentu bisa ditekan dan dibatasi oleh masyarakat Desa Watu Toa.Sehubungan

dengan diperlukannya tindakan secara nyata dalam menunjang berjalannya

kehidupan sosial, masyarakat Desa Watu Toa menerapkan hidup rukun dan

menerapkantoleransi antar umat beragama di kehidupan sosial sehari-hari. Sikap

bertoleransi antar umat beragama yang diterapkan oleh masyarakat Desa Watu

Toa di kehidupan sosial sehari-hari, tidak hanya mampu dilakukan oleh salah satu

individu saja, akan tetapi mampu dilakukan oleh seluruh individu-individu di

Desa Watu Toa secara bersama-sama. Tujuan masyarakat Desa Watu Toa

menerapkan sikap bertoleransi antar umat beragama adalah untuk mencapai

kehidupan sosial yang harmonis. Pencapaian kehidupan sosial yang harmonis

tersebut dapat dilihat dari kemampuan masyarakat Desa Watu Toa untuk hidup

berdampingan di lingkungan sosialnya yang multiagama.

Page 22: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

7

Berdasarkan pada latar belakang yang dikemukakan diatas maka penulis

mencoba untuk meneliti pola kerukunan dan sikap toleransi umat beragama di

Desa Watu Toa Kabupaten Soppeng.

Didukung oleh peneliti yang lain, yaitu penelitian dari Henrikus Varian

Orlando Yang Berjudul Konstruksi Sosial Atas Sikap Dan Cara Hidup

Bertoleransi Antar Umat Beragama. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

Kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat Dusun Puhsarang untuk hidup

berdampingan di lingkungan sosial yang multiagama merupakan bentuk dari

realitas sosial yang ada di Dusun Puhsarang. Hal ini dikarenakan, kemampuan

tersebut sengaja diciptakan oleh masyarakat Dusun Puhsarang berdasarkan

pengalaman intersubyektif atas sikap dan cara hidup bertoleransi antar umat

beragama yang dilatarbelakngi dengan paham pluralisme dan berhasil diterapkan

secara subyektif maupun obyektif oleh masyarakat Dusun Puhsarang selama

menjalani kehidupan sosialnya.

Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan kajian ilmiah, oleh karena itu

penulis bermaksud melakukan penelitian yang berjudul “Pola Kerukunan dan

Sikap Toleransi Umat Beragama di Desa Watu Toa Kabupaten Soppeng”.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang paling penting dalam

penelitian ilmiah. Perumusan masalah berguna untuk mengatasi keracunan dalam

pelaksanaan penelitian.

Page 23: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

8

Berdasarkan masalah yang dijadikan fokus penelitian, masalah pokok

penelitian tersebut dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pola kerukunan dan sikap toleransi umat beragama di desa

Watu Toa Kab. Soppeng?

2. Upaya apa yang dilakukan masyarakat umat beragama di Desa Watu Toa

untuk menjaga kerukunan dan toleransi satu sama lain meskipun mereka beda

agama?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pola kerukunan dan sikap toleransi umat beragama di

desa Watu Toa Kab. Soppeng

2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan masyarakat umat beragama di

Desa Watu Toa menjaga kerukunan dan toleransi satu sama lain meskipun

mereka beda agama

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan tentang

pentingnya kerukunan umat beragama dan cara hidup toleransi dalam

menjalani kehidupan sosialnya.

Page 24: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

9

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Dapat menjadi suatu pengalaman praktis yang berharga sebagai

realisasi dan teori-teori yang diperoleh. Serta menambah pemahaman

tentang sikap bertoleransi dan beragama.

b. Bagi Masyarakat

Memberi masukan kepada masyarakat tentang pentingnya kerukunan

umat beragama dan sikaptoleransi di Desa Watu Toa.

c. Bagi Pembaca

Agar pembaca termotivasi dan tertarik untuk mengetahui sikap

bertoleransi terhadap umat beragama.

E. Definisi Operasional

Untuk lebih konkrit dan jelasnya pembahasan dalam penelitian ini

maka akan didefinisikan istilah-istilah atau yang disebut dengan batasan konsep,

yaitu sebagai berikut:

1. Pola Kerukunan

Pola diartikan sebagaicara kerja yang terdiri dari unsur-unsur terhadap

perilaku dan dapat dipakai untuk menggambarkan atau mendeskripsikan gejala

perilaku itu sendiri.

2. Kerukunan

Kerukukan antar umat beragama merupakan suatu kondisi dimana

semua golongan agama dapat hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar masing-

Page 25: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

10

masing untuk melakukan kewajiban agamanya.Pemeluk agama yang baik

haruslah hidup damai dan rukun.

3. Toleransi

Toleransi merupakan sikap seseorang dimana mampu menanggapi

dengan lapang dada, menghargai, mengakui, menghormati, tidak dendam,

pengertian, terbuka terhadap pendapat, memahami perbedaan, pandangan,

menjaga kepercayaan, kebiasaan, sikap dan sebagainya yang lain atau yang

bertentangan dengan pendiriannya sendiri.

4. Umat Beragama

Umat beragama adalah seseorang atau kelompok yang menganut atau

meyakini agama tertentu.

Page 26: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Menghindari terjadinya penafsiran yang keliru dalam memahami

variabel-variabel yang terkandung dalam judul pola kerukunan dan sikap

toleransi umat beragama di Desa Watu Toa Kabupaten Soppeng, maka perlu

kajian konsep dalam penelitian ini.

Penelitian ini difokuskan pada pola kerukunan dan toleransi antar umat

beragama dimana keharmonisan umat beragama akan selalu menyesuaikan

kondisi dan akan mengalami terpaan yang kurang menguntungkan ketika

berhadapan dengan iklim sosial yang kurang kondusif bagi umat beragama. Hal

ini disebabkan karena sebuah budaya selalu berhadapan dengan situasi, kondisi

dan dinamika masyarakat yang berkembang. Tantangan terhadap kerukunan

ternyata tidak semakin berkurang seiring dengan kondusifnya suasana kerukunan

itu sendiri, melainkan justru makin bertambah. Selain permasalahan seputar

rumah ibadat, penyiaran agama, penodaan agama, secara nyata masyarakat dapat

menyaksikan maraknya berbagai paham keagamaan yang berpengaruh terhadap

wajah kerukunan. Seperti adanya beberapa kasus yang disebabkan karena

kecenderungan mementingkan kelompok agamanya, dan juga kurangnya

komunikasi baik antar tokoh agama setempat maupun dengan pemerintah.

Kurangnya pengetahuan mengenai aturan-aturan pemerintah seperti misalnya

pendirian bangunan ibadah, dapat menimbulkan kesalahpahaman dan akibatnya

Page 27: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

12

umat Islam menyikapinya dengan adanya kristenisasi sehingga timbullah masalah

yang merusak kerukunan antar umat beragama.

Adanya kerusuhan atau konflik agama terjadi karena tidak ada dialog

dan komunikasi antar umat beragama atau antar tokoh agama. Sebenarnya agama

bukanlah pemicu masalah. Kerusuhan terjadi tidak berdiri sendiri karena faktor

kerukunan, tetapi karena adanya banyak faktor.

Dalam kondisi kehidupan umat beragama yang harmonis, memiliki

solidaritas yang baik, damai, rukun sejahtera dan bermartabat mewujudkan

toleransi dan kerukunan antar umat beragama yang sekaligus sebagai mitra

pemerintah dalam mewujudkan Indonesia kerukunan antar umat beragama.

1. Perilaku Sosial

Perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara

individu dan lingkungannya yang terdiri atas bermacam-macam obyek sosial dan

non sosial yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor

lingkungan yang menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku.

Teori yang tergabung adalah Teori Behavioral Sociology dan Teori

Exchange. Tokoh aliran ini antara lain: BF Skinner dan George Homans. Metode

penelitian empiris yang digunakan cenderung ke arah metode kuesioner, interview

dan observasi. Variabel penelitian lebih ke Individual. Fokus utama paradigma ini

pada hadiah atau penguatan (rewards) yang menimbulkan perilaku yang

diinginkan dan hukuman (punishment) yang mencegah perilaku yang tak

diinginkan.( Mustaqim,2020)

Page 28: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

13

Teori Perilaku Sosial biasa juga disebut Teori belajar dalam Ilmu

Psikologi. Konsep dasar dari teori ini adalah penguat/ganjaran (reward). Teori ini

lebih menitikberatkan pada tingkah laku aktor dan lingkungan.

Bagi Skinner, respons muncul karena adanya penguatan. Ketika dia

mengeluarkan respons tertentu pada kondisi tertentu, maka ketika ada penguatan

atas hal itu, dia akan cenderung mengulangi respons tersebut hingga akhirnya dia

merespons pada situasi yang lebih luas. Maksudnya adalah pengetahuan yang

terbentuk melalui ikatan stimulus respons akan semakin kuat bila diberi

penguatan.

Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan

penguatannegatif. Penguatan tersebut akan berlangsung stabil dan menghasilkan

perilaku yang menetap. Asumsi dasar teori ini adalah: 1. Behavior is lawful

(perilaku memiliki hukum tertentu); 2. Behavior can be predicted (perilaku dapat

diramalkan);dan3.Behavior can be controlled (perilaku dapat dikontrol). Menurut

Skinner,unsuryangterpenting dalam belajar adalah adanya penguatan

(reinforcement)dan hukuman(punishment). Penguatan (reinforcement) adalah

konsekuensiyang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi.

Sebaliknya,hukuman(punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan

probabilitasterjadinyasuatuperilaku.

Penguatan boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat. Skinner

membagi penguatan ini menjadi dua bagian, yakni penguatan positif dan

penguatannegatif. Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa

frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung

Page 29: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

14

(rewarding).Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen,

kado,makanan,dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui,

bertepuktangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).

Penguatannegatifadalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons

meningkatkarena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak

menyenangkan).

Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi

penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak

senang(menggeleng,kening berkerut, muka kecewa dll).

Skinner mengajukan dua klasifikasi dasar dari perilaku: operants dan

respondents. Operant adalah sesuatu yang dihasilkan, dalam arti organisme

melakukan sesuatu untuk menghilangkan stimulus yang mendorong langsung.

Contohnya, seekor tikus lari keluar dari labirin, atau seseorang yang keluar dari

pintu. Respondent adalah sesuatu yang dimunculkan, di mana organisme

menghasilkan sebuah respondent sebagai hasil langsung dari stimulus spesifik.

Contohnya, seekor anjing yang mengeluarkan air liur ketika melihat dan mencium

bau makanan, atau seseorang yang mengedip ketika udara ditiupkan ke matanya.

Hal ini didasari pada asumsi-asumsi: Belajar itu adalah tingkah laku; Perubahan

tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan

dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.

Dalam berbicara mengenai perilaku sosial, Skinner tidak membahas

mengenai personality traits atau karakteristik yang dimiliki seseorang. Bagi

Page 30: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

15

Skinner, deskripsi kepribadian direduksi dalam kelompok atau respons spesifik

yang cenderung diasosiasikan dalam situasi tertentu. Sehingga untuk

memahaminya jelas dibutuhkan kemampuan untuk menguraikan dan menjelaskan

empat tingkat mendasar analisis sosial dalam satu kesatuan, yakni makro-

subyektif seperti nilai, makro-obyektif seperti birokrasi, mikro-obyektif seperti

pola interaksi dan mikro-subyektif seperti konstruksi sosial.6

Ada dua teori yang termasuk ke dalam paradigma perilaku sosial: 1).

Behavioral Sosiologi dan 2). Teori exchange. Teori Behavioral Sosiologi

dibangun dalam rangka menerapkan prinsip psikologi perilaku ke dalam sosiologi.

Teori ini memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara akibat dari

tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan aktor dengan tingkah laku aktor.

Konsep dasar behavioral sosiologi yang menjadi pemahamannya adalah

reinforcement yang dapat diartikan sebagai ganjaran (reward). Perulangan tingkah

laku tak dapat dirumuskan terlepas dari efeknya terhadap perilaku itu sendiri.

Perulangan dirumuskan dalam pengertiannya terhadap aktor.

2. Solidaritas

a. Teori Solidaritas Ibnu Kaldhun (Ashabiyah)

“Ashabiyah secara etimologis berasal dari kata “ashabah” yang berarti

mengikat kesukuan atau kelompok solidaritas untuk menghadapi pihak luar.

Secara terminologis, menurut Oesman Raliby (Cendekiawan Muslim

Indonesia) mengartikan “Ashabiyah dengan rasa golongan, Muhsin Mahdi

(sejahrawan dan pengamat politik Islam) mengartikannya sebagai social

Page 31: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

16

Solidarity (solidaritas sosial), Frans Roshental (Orentalis/sejahrawan)

menerjemahkannya menjadi group feeling (perasaan golongan), Charles Issawi

(orentalis), mengalih bahasakannya dengan solidarity (solidaritas) dan Philip

K.Hitti (orentalis) mengartikannya sebagai tribal spirit (semangat kesukuan) atau

the spirit of the clan (semangat suku atau kaum).

Menurut Abd. al-Raziq al-Makki, dalam karyanya al-Fikr al-Falsafi

„inda Ibn Khaldun, kata “Ashabiyah erat kaitannya dengan kata “ashab yang

berarti hubungan dan kata “ishabah yang berarti ikatan. Awalnya kata “Ashabiyah

berarti ikatan mental, yang menghubungkan orang-orang yang mempunyai

hubungan kekeluargaan. Ini sesuai dengan perkataan orang Arab yang menyebut

keluarga dengan kata “ashabah. (Cyril Glase,1999:117)

Penulis menerjemahkan “Ashabiyah dengan keluarga, kelompok para

sahabat, semangat ras kelompok, patriotisme, nasionalisme, semangat nasional,

dan partai. Namun dalam pembahasan ini penulis memaknai “Ashabiyah dengan

Nasionalisme.

b. Latar Belakang Lahirnya Pemikiran (Ashabiyah).

“Ashabiyah tidak ada kecuali dikalangan orang-orang desa, sementara

bagi kalangan orang-orang kota kadar “Ashabiyah telah berkurang, sekalipun

solidaritas sosial masih kita temukan di kota. Mengapa demikian? Karena

kehidupan kota telah melemahkan “Ashabiyah, akibat terbuai dengan kemewahan

dan kelezatan hidup. Sementara di desa dengan kesederhanaannya ia akan tetap

memelihara kekuatan "Ashabiyah, dengan dan mempertahankan keluarganya serta

Page 32: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

17

orang-orang yang tergabung di dalamnya dengan sekuat mungkin. Keluarga yang

dimaksud adalah orang yang berasal dari garis keturunan ayahnya, sebab mereka

inilah yang akan membela Klannya. “Ashabiyah dalam pengertian demikian

adalah terpuji. Sedangkan “Ashabiyah yang tidak terpuji adalah “Ashabiyah atau

solidaritas orang-orang sesuku untuk melawan suku-suku yang lain tanpa

landasan agama, terlepas orang-orang tersebut termasuk penindas atau yang

tertindas. yakni seseorang membenci seseorang yang lain karena orang tersebut

masuk dalam suku X atau suku Y. Perbuatan seperti ini sangat diharamkan,

sejalan dengan ini Nabi SAW bersabda: “Barang siapa yang menyeru pada

(Ashabiyah) tidak termasuk kita”. Oleh karena itu perbuatan ini tidak dibenarkan

dan persaksian pelakunya tidak dapat diterima. (Zainab al-Khudairi, 1995:147)

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa “Ashabiyah yang baik

adalah „Ashabiyah yang meliputi satu keluarga dengan perasaan solidaritas yang

berlandaskan agama. Atau dengan kata lain agamalah yang menjadi motivasi satu-

satunya yang mendorong suatu suku memerangi suku Sudah merupakan kodrat

setiap manusia untuk membenci penindasan dan menolak penderitaan yang

mungkin menimpa kaumnya. Adanya hubungan kekeluargaan antara dua orang

yang saling bantu membantu, lebih disebabkan karena adanya hubungan nashab

mengikat pada manusia setiap ummat manusia, yang membuat mereka ikut

merasakan akan setiap penderitaan yang menimpa kaumnya.

c. Peran ‘Ashabiyah Dalam Sosial Politik.

“Ashabiyah merupakan kekuatan politik yang mendorong pembentukan

negara atau dinasti. “Ashabiyah mensyaratkan adanya pemimpin, yakni seorang

Page 33: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

18

tokoh yang mendapat dukungan dari keluarganya dan pengikutnya. “Ashabiyah

merupakan kekuatan politik yang mendorong pembentukan negara atau dinasti.

“Ashabiyah mensyaratkan adanya pemimpin, yakni seorang tokoh yang mendapat

dukungan dari keluarga dan pengikutnya. Dalam konsep “Ashabiyah tidak semua

orang bisa menjadi pemimpin, sebab pimpinan diperoleh dengan kemenangan,

oleh karena itu “Ashabiyah pimpinan harus lebih kuat daripada “Ashabiyah

ashabiyah lain agar kemenangan tersebut dapat tewujud.

Menurut Ibnu Khaldun kepemimpinan bukan merupakan kekuasaan

“dejure” tetapi merupakan kekuasaan “de facto” dan kepemimpinan diperoleh

dengan kemenangan, yakni dengan penggunaan kekuatan.

d. Peranan ‘Ashabiyah Dalam Agama

Dalam kehidupan manusia, agama mempunyai pengaruh yang sangat

signifikan. Hal tersebut dapat dilihat bagaimana agama mengontrol diri manusia,

sehingga mereka dengan mudah tunduk, patuh dan berkumpul (membentuk

kesatuan sosial). Agama dapat melenyapkan sifat kasar dan bengga diri, serta

melatih untuk menghilangkan perasaan iri dan cemburu. Agama yang dimaksud

Ibn Khaldun pada pembahasan ini mempunyai pengertian al-Din, yang erat

kaitannya dengan syariat. Ini juga mempunyai konotasi hubungan vertikal antara

manusia dengan Allah SWT.

Penyebaran agama pada mulanya memberi kepada dinasti kekuatan lain

disamping solidaritas sosial yang dimiliki sebagai cermin dari jumlah

penyokongnya. Ini disebabkan karena corak agama yang menghilangkan rasa

Page 34: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

19

saling cemburu dan iri yang terjadi, sehingga dengan pertolongan Allah bisa

dihadirkan rasa kebersamaan dan mewujudkan pada konsentrasi kebenaran.

Jadi, persatuan itu bukan merupakan hasil usaha atau rekayasa manusia,

tetapi taufiq atau perkenaan dari Allah. Dalam hubungan antara “Ashabiyah dan

agama, menurut Ibnu Khaldun terdapat dampak timbal balik di antara keduanya.

Dalam sebuah pasal dengan judul “Agama memperkokoh kekuatan “Ashabiyah

yang telah dipupuk negara dan jumlah penduduknya”. Ia berkata sebagai berikut:

“semangat agama dapat meredakan pertentangan dan iri hati yang dirasakan oleh

satu anggota dari kelompok itu terhadap anggota lainnya dan menuntun mereka

kearah kebenaran”. Perhatian mereka telah terpusat pada kebenaran maka tidak

ada sesuatu yang dapat menghalangi mereka. Sebab pandangan mereka adalah

sama dan tujuan yang mereka kejar pun serupa dan satu untuk mereka, dan

mereka bersedia berjuang sampai mati.” (A.R. Zainuddin,1992:165).

Agama mempersatukan bahasa, fikiran, tujuan kehidupan mereka.

Dengan adanya unsur agama ini, seluruh perhatian ditumpukkan kepada

kebenaran saja. ”Ashabiyah menopang agama. Dan sebagian suku-suku semisal

suku arab, tidak akan meraih kekuasaan kecuali atas dasar agama. Sebab

“Ashabiyah mereka yang diwarnai kebiadaban, keliaran, dan kebebasan itu saja

tidak cukup. Ibnu Khaldun dalam sebuah pasal al-Muqaddimah dengan judul:

Bangsa Arab tidak mampu mendirikan suatu kerajaan kecuali atas dasar agama,

seperti wahyu seorang nabi atau ajaran seorang Wali. Sebabnya ialah karena

tabiatnya yang keras, sombong, kasar dan iri hati satu sama lainnya, terutama

Page 35: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

20

dalam persoalan-persoalan politik. Semua itu menyebabkan mereka menjadi

manusia yang suka diatur, karena keinginan keinginannya sukar terpenuhi.

Tetapi bila mereka memeluk agama yang dibawa seorang Nabi atau

Wali, mereka memiliki prinsip-prinsip batin untuk menguasai hawa nafsu, dan

kesombongan sehingga iri hati mereka dapat ditahan, dengan demikian mudahlah

menyatukan dan membimbing mereka. Sebab agama meniadakan kekasaran dan

kesembongan dan meredakan iri hati dan persaingan.

Menurut Ibnu Khaldun, selain “Ashabiyah, yang menjadi faktor

pendukung bagi tegaknya suatu negara adalah agama (syariat Islam). Karena

kekuasaan dan wibawa politis yang sesuai dengan syariat akan mencegah

timbulnya keburukan-keburukan serta kejahatan-kejahatan yang mudah muncul

bersamaan dengan adanya kekuasaan, misalnya perbuatan sewenang-wenang,

ketidakadilan, dan keinginan bermandikan kesenangan lepas dari kepatuhan.

Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa agama dapat mengikat hati

manusia menjadi satu, sehingga dapat mewujudkan segala sesuatu yang

dikehendaki oleh ummat atau masyarakat, termasuk untuk mendirikan sebuah

negara ataupun dalam menciptakan ketentraman dan kedamaian dan untuk

melindungi masyarakat atau ummat dari serangan-serangan yang datang dari luar.

Dari ucapan Ibnu Khaldun di atas dapat disimpulkan bahwa solidaritas

sangat penting dala membangun suatu Negara seperti yang terjadi di Kab.

Soppeng di Desa Watu Toa kurangnya solidaritas yang menganggap bahwa

agama dan suku berdiri sendiri tanpa adanya salinng membantu antar umat

Page 36: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

21

beragama padahal didalam solidaritas social terdapat suku-suku atau kelompok

yang bekerjasama untuk kepentingan bersama.

1. Pola Kerukunan Antar Umat Beragama

a. Pengertian Kerukunan

Kerukunan berasal dari kata rukun. Dalam Kamus Bahasa Indonesia,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Cetakan Ketiga tahun 1990, artinya

rukun adalah perihal keadaan hidup rukun atau perkumpulan yang

berdasarkan tolong menolong dan persahabatan. Kata kerukunan berasal dari

kata dasar rukun, berasal dari bahasa Arab ruk nun (rukun) jamaknya arkan

berarti asas atau dasar, misalnya: rukun islam, asas Islam atau dasar agama

Islam. Dalam kamus besar bahasa Indonesia arti rukun adalah sebagai

berikut: Rukun (nomina): (1) sesuatu yang harus dipenuhi untuk sahnya

pekerjaan, seperti: tidak sah sembahyang yang tidak cukup syarat dan

rukunnya; (2) asas, berarti: dasar, sendi: semuanya terlaksana dengan baik,

tidak menyimpang dari rukunnya; rukun islam: tiang utama dalam agama

islam; rukun iman: dasar kepercayaan dalam agama Islam.

Rukun (a-ajektiva) berarti: (1) baik dan damai, tidak bertentangan:

kita hendaknya hidup rukun dengan tetangga: (2) bersatu hati, bersepakat:

penduduk kampng itu rukun sekali. Merukunkan berarti: (1) mendamaikan;

(2) menjadikan bersatu hati. Kerukunan: (1) perihal hidup rukun; (2) rasa

rukun; kesepakatan: Secara etimologi kata kerukunan pada mulanya adalah

dari Bahasa Arab, yakni ruknun yang berarti tiang, dasar, atau sila. Jamak

rukun adalah arkaan. Dari kata arkaan diperoleh pengertian, bahwa kerukunan

Page 37: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

22

merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari berbagai unsur yang berlainan

dari setiap unsur tersebut saling menguatkan. Kesatuan tidak dapat terwujud

jika ada diantara unsur tersebut yang tidak berfungsi. Sedangkan yang

dimaksud kehidupan beragama ialah terjadinya hubungan yang baik antara

penganut agama yang satu dengan yang lainnya dalam satu pergaulan dan

kehidupan beragama, dengan cara saling memelihara, saling menjaga serta

saling menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan kerugian atau kerukunan

hidup bersama

Dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa kerukunan

adalah suatu sikap atau sifat dari seseorang untuk membiarkan kebebasan

kepada orang lain serta memberikan kebenaran atas perbedaan tersebut

sebagai pengakuan hak- hak asasi manusia. Kerukunan diartikan adanya

suasana persaudaraan dan kebersamaan antara semua orang meskipun mereka

berbeda secara suku, ras, budaya, agama, golongan. Kerukunan juga bisa

bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidak

rukunan serta kemampuan dan kemauan untuk hidup bersama dengan damai

dan tenteram.

b. Pola Kerukunan Umat Beragama

Departemen Agama (1997:3) menyatakan bahwa Kerukunan Antar

umat beragama adalah terciptanya suatu hubungan yang harmonis dan

dinamis serta rukun dan damai diantara sesama umat beragama di Indonesia,

yaitu hubungan harmonis antara sesama umat seagama dan umat beragama

yang berbeda agama serta antara umat beragama dengan pemerintah dalam

Page 38: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

23

usaha memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa serta meningkatkan amal

untuk bersama-sama membangun masyarakat sejahtera lahir batin. Sedangkan

Frans (2001:39) menyatakan bahwa dibutuhkan pola bentuk atau model yang

biasa dipakai sebagai dasar untuk membuat atau untuk menghasilkan pola

suatu atau bagian dari sesuatu atau bagian dari sesuatu, khususnya jika

sesuatu yang ditimbulkan cukup mempunyai suatu yang jenis untuk pola

dasar yang dapat ditunjukkan atau terlihat, yang mana sesuatu itu dikatakan

memamerkan pola.

Secara terminology, menurut Frans Magnis Suseno dalam suharsan

(2018:41) Pola Kerukunan diartikan berada dalam keadaan selaras, tenang

dan tentram tanpa perselisihan dan pertentangan, bersatu dalam maksud untuk

saling membantu dan kerjasama dalam aspek sosial, pengertian keadaan

rukun merupakan suatu keberadaan semua pihak berada dalam keaadaan

damai satu sama lain, suka bekerja sama, saling menerima, dalam suasana

tenang dan sepakat.

Dalam konteks Indonesia kerukunan umat beragama bisa di bentuk

ketika budaya masyarakat mampu menciptakan sarana pertemuan di luar

konteks agama. Pada posisi inilah dibutuhkan pelestarian arena interkasi umat

dari berbagai agama secara alami. Ruang interkasi yang benar-benar tumbuh

dari kesadaran umat beragama untuk berbaur dengan kelompok agama lain,

bukan karena interkasi yang dipaksakan, pendekatan yang memunkinkan

secara rasional dilakukan untuk memulihkan kerukunan yaitu melalui

Page 39: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

24

pendekatan budaya, lembaga dan pemerintah kerja sama tokoh agama dan

masyarakat dan kerja sama masyrakat antar umat beragama itu sendiri.

Kerukunan umat beragama yang menjadi pilar pembangunan nasional

sangat di butuhkan, akan tetapi persatuan nasional akan rentan ketika kondisi

ekonomi, politik dan keamanan tidak sehat. Oleh sebab itu dibutuhkan pola

untuk mewujudkan kerukunan dan persatuan nasional untuk memperbaiki

stimulant pada semua.

Pemerintah dalam hal Departemen agama, berusaha dengan segala dana

daya agar pengembangan dan penyiaran agama dapat memacu pelaksanaan

pembangunan semua sector sehingga pembangunan dibidang agama

merupakan bagian integral dalam Pembangunan Nasional Sesuai dengan arah

pembangunan jangka panjang, bahwa pelaksanaan Pembangunan Nasional

adalah memanfaatkan semaksimal mungkin modal dan potensi dalam negeri

maka pembangunan di bidang agama ialah memanfaatkan semaksimal

mungkin dana dan daya umat beragama Indonesia sendiri.

c. Tri Kerukunan Umat Beragama

Tri kerukunan umat beragama merupakan konsep yang digulirkan oleh

pemerintah Indonesia dalam upaya menciptakan kehidupan masyarakat antar

umat beragama nan rukun. Istilah lainnya ialah ” tri kerukunan “.

1) Kerukunan intern umat beragama.

2) Kerukunan antar umat beragama.

3) Kerukunan antar umat beragama dan pemerintah.

Page 40: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

25

Tri kerukunan umat beragama bertujuan agar masyarakat Indonesia bisa

hidup dalam kebersamaan, sekali pun banyak perbedaan. Konsep ini

dirumuskan dengan teliti dan bijak agar tidak terjadi pengekangan atau

pengurangan hak-hak manusia dalam. menjalankan kewajiban dari ajaran-

ajaran agama yang diyakininya.

d. Cara Membangun Kerukunan Umat Beragama

Cara membangun kerukunan dengan berbagai cara sebagai berikut:

1) Memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama,

serta antar umat beragama dengan pemerintah.

2) Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional dalam bentuk upaya

mendorong dan mengarahkan seluruh umat beragama untuk hidup rukun

dalam bingkai teologi dan implementasi dalam menciptakan kebersamaan

dan sikap toleransi.

3) Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif dalam rangka

memantapkan pendalaman dan penghayatan agama serta pengamalan

agama yang mendukung bagi pembinaan kerukunan hidup intern dan antar

umat beragama.

4) Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilai

kemanusiaan dari seluruh keyakinan plural umat manusia yang fungsinya

dijadikan sebagai pedoman bersama dalam melaksanakan prinsip-prinsip

berpolitik dan berinteraksi sosial satu sama lainnya dengan

memperlihatkan adanya sikap keteladanan.

Page 41: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

26

5) Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementatif bagi

kemanusiaan yang mengarahkan kepada nilai-nilai Ketuhanan, agar tidak

terjadi penyimpangan-penyimpangan nilai-nilai sosial kemasyarakatan

maupun sosial keagamaan.

6) Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama dengan

cara menghilangkan rasa saling curiga terhadap pemeluk agama

lain,sehingga akan tercipta suasana kerukunan yang manusiawi tanpa

dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.

7) Menyadari bahwa perbedaan adalah suatu realita dalam kehidupan

bermasyarakat, oleh sebab itu hendaknya hal ini dijadikan mozaik yang

dapat memperindah fenomena kehidupan beragama.

e. Strategi Memantapkan Kerukunan Hidup Umat Beragama

Ada beberapa strategi untuk memantapkan kerukunan umat beragama

yaitu sebagai berikut:

1) Para pembina formal termasuk aparatur pemerintah dan para pembina non

formal yakni tokoh agama dan tokoh masyarakat merupakan komponen

penting dalam pembinaan kerukunan antar umat beragama.

2) Masyarakat umat beragama di Indonesia yang sangat heterogen perlu

ditingkatkan sikap mental dan pemahaman terhadap ajaran agama serta

tingkat kedewasaan berfikir agar tidak menjurus ke sikap primordial.

3) Peraturan pelaksanaan yang mengatur kerukunan hidup umat beragama

perlu dijabarkan dan disosialisasikan agar bisa dimengerti oleh seluruh

lapisan masyarakat, dengan demikian diharapkan tidak terjadi

Page 42: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

27

kesalahpahaman dalam penerapan baik oleh aparat maupun oleh

masyarakat, akibat adanya kurang informasi atau saling pengertian

diantara sesama umat beragama. Perlu adanya pemantapan fungsi terhadap

wadah-wadah musyawarah antar umat beragama untuk menjembatani

kerukunan antar umat beragama.

f. Kerukunan Antar Umat Beragama Dalam Islam

Dalam kehidupan bermasyarakat tak jarang kita temu orang yang

berbeda dalam hal agama atau pun pandangan lainnya. Dan berbedaan agama

bukan menjadi alasan untuk kita terpecah belah. Dalam pandangan islam,

orang yang berbeda pandangan agama memiliki posisi yang sama dalam

kehidupan bermasyarakat. Dan islam sangat menghormati dan menghargai

perbedaan tersebut, bukan dengan menyamakan dengan keyakinan islam

sendiri.

Baginda Nabi Muhammad pernah dibujuk halus oleh pemuka Quraisy

dengan cara menawarkan toleransi beragama, yaitu dengan kaum muslim

dalam sehari menyembah tuhannya para quraisy dan penganut agama pagan,

serta hari berikutnya seluruh kaum quraisy akan menyembah Allah ta’ala

Tuhannya Rasulullah dan kaum muslim. Pada saat itu juga turun wahyu surat

Al Kafirun, dan Rasulullah membacakannya didepan para pemuka

Quraisy Katakanlah:

ـ بسم حم حي ٱلل ٱلر ن ٱلر

Page 43: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

28

فرون ) ـ أيہا ٱلڪ ـ بدون أنتم ول ( ٢) تعبدون ما أعبد ل ( ١قل ي ـ ا عابد أنا ول ( ٣ أعبد )ما ع ول ( ٤) عبدتم م

بدون أنتم ـ ( ٦) دين ولى دينكم لكم ( ٥) أعبد ما ع

Terjemahan:

“Hai orang-orang kafir, (1) Aku tidak akan menyembah apa yang kamu

sembah. (2)Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. (3)

Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, (4)

dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku

sembah. (5) Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”. (6).”(Q.S

Al- Kafirun)

Dalam konsep toleransi yang ditawarkan orang Quraisy sangat lah salah

besar, karena dalam toleransi beragama berarti memberikan kebebasan orang

untuk menjalankan agama atau ibadahnya sesuai dengan kepercayaannya

masing masing tanpa adanya gangguan atau paksaan.

2. Toleransi Antar Umat Beragama

a. Pengertian Toleransi

Kata toleransi berasal dari bahasa latin “tolerare” yang artinya bertahan,

memikul. Toleran berarti saling memikul walaupun pekerjaan itu tidak

disukai atau memberi tempat kepada orang lain, walaupun kedua belah pihak

tidak sependapat. Pihak lain tidak dipaksa, pendapat pihak lain tidak

dicampuri. Itu berarti bahwa toleransi menunjuk pada adanya suatu kerelaan

untuk menerima kenyataan adanya orang yang lain disekitar dan disamping

kita. Walaupun itu tidak berarti pula kepercayaan masing-masing harus

diserahkan. Toleransi pun harus dibedakan dari konformisme, yaitu menerima

Page 44: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

29

saja apa yang dikatakan orang lain, asal ada perdamaian dan kerukunan. Jadi

toleransi merupakan kerukunan umat beragama, yang dengan dasar dan titik

tolak yang berbeda-beda, saling memikul untuk mencapai satu tujuan

tertentu. Sikap toleransi diwujudkan dalam bentuk interaksi dan kerja sama

antara berbagai golongan. (Rina,2009:12).

Umat Islam Indonesia telah mewujudkan sikap toleransi kepada

pemeluk agama lain pada saat merumuskan piagam Jakarta yang merupakan

embrio untuk persiapan rumusan Pembukaan UUD 1945.

Jadi dapat disimpulkan toleransi adalah sikap-sikap toleran memang

ditujukan untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang lain atau kelompok

yang berbeda pendapat, agama, budaya, dan ras. Dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara, toleransi menjadi semacam sikap yang harus dimiliki oleh

setiap orang.

b. Tujuan Toleransi

Jurhanuddin dalam bukunya Amirullah Syarbini (2011:129)

berpendapat bahwa tujuan toleransi umat beragama adalah:

Pertama, meningkatkan keimanan dan ketakwaan masing- masing

agama. Masing-masing agama dengan kenyataan adanya agama lain, akan

semakin mendorong untuk menghayati dan sekaligus memperdalam ajaran

agamanya serta semakin berusaha untuk mengamalkan ajaran-ajaran

agamanya.

Page 45: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

30

Kedua, mewujudkan stabilitas nasional yang mantab. Dengan adanya

toleransi umat beragama, secara praktis ketegangan- ketegangan

yangditimbulkan karena perbedaan paham yang berpangkal pada keyakinan

keagamaan dapat dihindari. Apabila kehidupan beragama rukun dan saling

menghormati, maka stabilitas negara akan terjaga.

Ketiga, menunjung dan menyukseskan pembangunan. Usaha

pembangunan akan sukses apabila didukung dan ditopang oleh segenap

lapisan masyarakat. Sedangkan jika umat beragama selalu bertikai dan saling

menodai, tentu tidak dapat mengarahkan kegiatan untuk mendukung serta

mebangun pembangunan, bahkan dapat berakibat sebaliknya.

Keempat, memelihara dan mempererat persaudaraan. Rasa

kebersamaan dan kebangsaan akan terpelihara dan terbina dengan baik

apabila kepentingan pribadi dan golongan dapat dikurangi.

c. Jenis-jenis Toleransi

1) Toleransi terhadap sesama muslim merupakan suatu kewajiban, karena di

samping sebagai tuntutan sosial juga merupakan wujud persaudaraan yang

terikat oleh tali aqidah yang sama. Bahkan dalam hadis nabi dijelaskan

bahwa seseorang tidak sempurna imannya jika tidak memiliki rasa kasih

sayang dan tenggang rasa terhadap saudaranya yang lain.

2) Adapun toleransi terhadap non muslim mempunyai batasan tertentu

selama mereka mau menghargai kita, dan tidak mengusir kita dari

kampung halaman. Mereka pun harus kita hargai karena pada dasarnya

sama sebagai makhluk Allah.

Page 46: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

31

d. Implementasi Sikap Toleransi

Pelaksanaan sikap toleransi harus didasari sikap kelapangan dada

terhadap orang lain dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang dipegang

sendiri, yakni tanpa mengorbankan prinsip-prinsip tersebut. Jelas bahwa

toleransi terjadi dan berlaku karena terdapat perbedaan prinsip, dan

menghormati perbedaan atau prinsip orang lain tanpa mengorbankan prinsip

sendiri. Dengan kata lain, pelaksanaanya hanya pada aspek-aspek yang detail

dan teknis bukan dalam persoalan yang prinsipil. Sebenarnya toleransi lahir

dari watak Islam, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur‟an dapat dengan

mudah mendukung etika perbedaan dan toleransi. Al-Qur‟an tidak hanya

mengharapkan, tetapi juga menerima kenyataan perbedaan dan keragaman.

e. Toleransi Kehidupan Beragama

Keragaman beragama dalam segala segi kehidupan merupakan realitas

yang tidak mungkin untuk dihindari. Keragaman tersebut menyimpan potensi

yang dapat memperkaya warna hidup. Setiap pihak, baik individu maupun

komunitas dapat menunjukkan eksistensi dirinya dalam interaksi sosial yang

harmonis. Namun, dalam keragaman tersimpan juga potensi destruktif yang

meresahkan yang dapat menghilangkan kekayaan khazanah kehidupan yang

sarat keragaman. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan agar potensi

destruktif ini tidak meledak dan berkelanjutan. Salah satu cara yang banyak

dilakukan adalah memperkokoh nilai toleransi beragama.

Toleransi menurut KBBI (Alwi, et al., 2002:1478) adalah sifat atau

sikap toleran. Sikap toleran yang dimaksud adalah sikap menenggang

Page 47: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

32

(menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan,

kepercayaan, kebiasaan, kelakukan, dsb.) yang berbeda atau bertentangan

dengan pendirian sendiri. Toleransi beragama dapat diartikan sebagai sikap

menenggang terhadap ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan

(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata

kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia dan

lingkungannya.

Pada masyarakat yang multiagama, Harold Howard (Saefullah dalam

Suryana,2011:133) mengatakan bahwa ada tiga prinsip umum dalam

merespon keanekaragaman agama: pertama, logika bersama, Yang satu yang

berwujud banyak. Kedua, agama sebagai alat, karenanya wahyu dan doktrin

dari agama- agama adalah jalan atau dalam tradisi Islam disebut syariat untuk

menuju Yang Satu. Ketiga, pengenaan kriteria yang mengabsahkan,

maksudnya mengenakan kriteria sendiri pada agama-agama lain.

Toleransi kehidupan beragama di masyarakat Indonesia perlu

ditingkatkan mengingat ada lima agama yang diakui resmi oleh pemerintah,

yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, dan Budha. Suryana

(2011:133) menyatakan bahwa kerukunan beragama tidak berarti

merelatifkan agama-agama yang ada dengan melebur kepada satu totalitas

(sinkretisme agama) dengan menjadikan agama-agama yang ada itu sebagai

unsur dari agama totalitas tersebut. Urgensi dari kerukunan adalah

mewujudkan kesatuan pandangan dan sikap guna melahirkan kesatuan

perbuatan dan tindakan serta tanggung jawab bersama sehingga tidak ada

Page 48: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

33

pihak yang melepaskan diri dari tanggung jawab atau menyalahkan pihak

lain. Kerukunan beragama berkaitan dengan toleransi, yakni istilah dalam

konteks sosial, budaya, dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang

melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda

atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya

toleransi beragama, yakni penganut mayoritas dalam suatu masyarakat

mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya.

Dalam pengertian yang luas toleransi lebih terarah pada pemberian

tempat yang luas bagi keberagaman dan perbedaan yang ada pada individu

atau kelompok-kelompok lain. Oleh sebab itu, perlu ditekankan bahwa tidak

benar bilamana toleransi dimaknai sebagai pengebirian hak-hak individu atau

kelompok tertentu untuk disesuaikan dengan kondisi atau keadaan orang atau

kelompok lain, atau sebaliknya mengorbankan hak-hak orang lain untuk

dialihkan sesuai dengan keadaan atau kondisi kelompok tertentu. Toleransi

justru sangat menghargai dan menghormati perbedaan-perbedaan yang ada

pada masing-masing individu atau kelompok tersebut, namun di dalamnya

diikat dan disatukan dalam kerangka kebersamaan untuk kepentingan yang

sama. Toleransi adalah penghormatan, penerimaan dan penghargaan tentang

keragaman yang kaya akan kebudayaan dunia kita, bentuk ekspresi kita dan

tata cara sebagai manusia. Hal itu dipelihara oleh pengetahuan, keterbukaan,

komunikasi, dan kebebasan pemikiran, kata hati dan kepercayaan. Toleransi

adalah harmoni dalam perbedaan (UNESCO APNIEVE) dalam (Endang,

2013: 92)

Page 49: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

34

Toleransi terhadap keragaman mengandung pengertian bahwa setiap

orang harus mampu melihat perbedaan pada diri orang lain atau kelompok

lain sebagai sesuatu yang tidak perlu dipertentangkan. Sesuatu yang berbeda

pada orang lain hendaknya dipandang sebagai bagian yang dapat menjadi

kontribusi bagi kekayaan budaya sehingga perbedaan-perbedaan yang ada

akan memiliki nilai manfaat apabila digali dan dipahami dengan lebih arif.

Imron (2000: 95) mengatakan bahwa diperlukan keteladanan para pemimpin

agama (ulama, pastur, pendeta, dan lain sebagainya) dan pemimpin organisasi

keagamaan dalam kehidupan sosial masyarakat baik dalam berbicara,

bersikap, maupun berperilaku. Para pemimpin ini perlu menunjukkan sikap

dan tindakan yang bersahabat dengan individu maupun kelompok yang

menganut agama lain, atau agama yang sama tetapi berbeda faham. Suasana

sejuk yang jauh dari konflik perlu diusahakan oleh para pemimpin ini. Bukan

sebaliknya menjadi provokator dalam menghidupkan fanatisme buta pada

agama sehingga menganggap kelompok beragama lain sebagai musuhnya.

Selain itu, Imron (2000:95) menambahkan perlunya mengefektifkan dan

mengintensifkan forum komunikasi antar-pemimpin umat beragama secara

terprogram dan kontinyu. Dengan forum komunikasi itu, para pemimpin

agama dapat duduk semeja menjalin hubungan akrab di antara mereka

sehingga tercipta suasana psikologis dan politis yang kondusif.

f. Toleransi Beragama

Toleransi beragama memiliki arti sikap lapang dada seseorang untuk

menghormati dan membiarkan pemeluk agama untuk melaksanakan ibadah

Page 50: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

35

mereka menurut ajaran dan ketentuan agama masing-masing yang diyakini

tanpa ada yang mengganggu atau memaksakan baik dari orang lain maupun

dari keluarganya sekalipun.

Adapun kaitannya dengan agama, pengertian toleransi beragama adalah

toleransi yang mencakup masalah – masalah keyakinan pada diri manusia

yang berhubungan dengan akidah atau yang berhubungan dengan ke-Tuhanan

yang diyakininya.

Toleransi dalam pergaulan hidup antara umat beragama, yang

didasarkan kepada setiap agama menjadi tanggung jawab pemeluk agama itu

sendiri dan mempunyai bentuk ibadat (ritual) dengan system dan cara

tersendiri yang ditaklifkan (dibebankan) serta menjadi tanggung jawab orang

yang pemeluknya atas dasar itu, maka toleransi dalam pergaulan hidup antar

umat beragama bukanlah toleransi dalam masalah-masalah keagamaan,

melainkan perwujudan sikap keberagamaan pemeluk suatu agama dalam

pergaulan hidup antara orang yang seagama, dalam masalah-masalah

kemasyarakatan atau kemaslahatan umum.

g. Tindakan Intoleransi dalam Kehidupan Beragama

Tindakan intoleransi dalam kehidupan beragama sering menimbulkan

teror di masyarakat. Terorisme secara klasik diartikan sebagai kekerasan atau

ancaman kekerasan yang dilakukan untuk menciptakan rasa takut dalam

masyarakat (Hakim,2004). Dengan berdalih pada agama seseorang atau

sekelompok orang melakukan kekerasan terhadap orang lain sehingga orang

lain atau kelompok merasa takut atau terancam hidupnya.

Page 51: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

36

Tindakan intoleransi sering mengarah pada radikalisme. Alwi, et al.

(2002:919) mengartikan radikalisme adalah paham atau aliran yang

menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara

kekerasan atau drastis. Paham ini menganggap apa yang diyakini sebagai

suatu kebenaran yang harus disebarluaskan kepada masyarakat agar terjadi

perubahan dalam masyarakat sesuai dengan keyakinan yang dianut. Cara

yang dilakukan dengan memaksakan kehendak kepada orang lain atau

menimbulkan kekerasan dan teror menimbulkan konflik sosial.

Pembahasan radikalisme yang sering menimbulkan kerusuhan dan

konflik sosial sering dikaitkan dengan agama. Imron (2000: 86) menyebutkan

minimal ada dua alasan mengapa dimensi agama perlu ditekankan dalam

pembahasan mengenai kerusuhan ataupun konflik sosial. Pertama, adanya

indikasi bahwa modernisasi sosial-ekonomi di berbagai tempat yang

berpenduduk muslim, justru mendorong peningkatan religiusitas, bukan

sekularisme. Walaupun peningkatan religiusitas juga terjadi di kalangan

pemeluk agama lain, yang terjadi pada umat Islam sangat mencolok.

Persoalannya adalah bahwa proses itu ternyata memuat potensi yang dapat

mengganggu keselarasan dalam hubungan antarumat beragama. Dalam

masyarakat seperti itu, militansi cenderung meningkat, fundamentalisme

berkembang, toleransi antar pemeluk agama menurun. Kedua, adanya dugaan

bahwa proses yang sama menghasilkan pengenduran hubungan antara

sebagian pemeluk agama dengan lembaga-lembaga keagamaan yang

melayaninya.

Page 52: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

37

Tindakan radikalisme sering juga terjadi pada umat Islam. Arif (2010:

113) menyatakan bahwa radikalisme Islam sering muncul di “Islam Kota”

yang tidak berada pada rengkuhan budaya Islam. Dia menyatakan bahwa

pesantren adalah wujud “Islam desa” yang tidak terjadi radikalisme karena

Islam telah lama tumbuh dalam struktur budaya di pesantren. Berbeda dengan

itu, “Islam kota” sering terseret pada globalisasi Islam karena budaya Islam

kurang merengkuh dengan baik. Sebagian besar aktivis Islam tidak

mengenyam pendidikan kultural Islam seperti pesantren. Hal ini

menyebabkan pemahaman para aktivis terhadap agama sangat dangkal dan

tidak substansial. Aktivis yang semacam inilah yang sering bertindak secara

radikal karena mudah tersulut oleh provokasi dari lingkungannya.

B. Penelitian yang relevan

1. Suharsan. 2018.skripsi. Penelitian ini berjudul “Pola Kerukunan Umat

Beragama di Kabupaten Soppeng”. Hasil penelitian ini menunjukkan realitas

kehidupan umat beragama di Kabupaten Soppeng melihat kerja sama dan

kegiatan yang sering dilakukan bersama antar umat beragama di kabupaten

Soppeng, dan pola kerukunan umat beragama di kabupaten Soppeng bentuk

kerja sama yang sering dilakukan yaitu mengadakan pertemuan antar tokoh

umat beragama untuk membicarakan kerukunan dan meningkatkan

keharmonisan antar umat beragama, dan faktor pendukung terjadinya

kerukunan umat beragama di kabupaten Soppeng merupakan salah satu

pondasi untuk menjaga kerukunan umat beragama dan keharmonisan

masayarakat, adanya saling mengerti saling memahami satu sama lain

Page 53: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

38

sehingga terjalinya komunikasi interaksi dan kerja sama bisa berjalan dengan

baik, kerukunan umat beragama bisa berjalan dengan semestinya harus saling

memahami, adanya pemahaman tentang kerukunan merupakan jalan

terjadinya kedamaian di antara masayrakat yang berbeda

keyakinan.Kerukunan umat beragama yaitu kesediaan menerima perbedaan

dengan menumbuhkan sikap saling pengertian, saling menghormati, saling

menghargai dalam pengalaman ajaran agama dan kerjasama dalam

kehidupan bermasayrakat.

2. Umi Maftukhah 2014 dalam penelitianya “Kerukuan Antar Umat

Beragama dalam Masyarakat Plural Studi Kerukunan antar umat beragama

Islam, Kristen Protestan, Katolik dan Budha di dusun Losari, Kelurahan

Losari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang” tahun 2014 bahwa setelah

melakukan penelitian mendapatkan hasil bahwa adanya corak kerukunan

antar umat beragama dari semua umat beragama yang terlihat dari bentuk

kerukunan saat perayaan hari besar Keagamaan semua umat beragama yang

saling bertoleransi bekerja sama tanpa memandang perbedaan agama yang

ada. Adanya peran tokoh agama untuk membantu mempertahankan

kerukunan yang ada yaitu adanya rasa patuh yang diberikan masyarakat

kepada pemimpin yang berbeda agama, menetukan adanya sikap tunduk

untuk mencapai tujuan bersama (goal attainment) dengan adanya hubungan

yang satu dengan yang lainya, maka masyarakat dapat mengatasi terjadinya

konflik antar umat beragama. Dalam pergaulan dari masing-masing tetap ada

sesuatu yang dipertahankan yaitu prinsip agama dan diyakinya dan norma

Page 54: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

39

budaya.

3. Penelitian yang ditulis oleh Amantun Fakultas Ushuluddin IAIN

Walisongo Semarang yang berjudul Kerukunan Antar Umat Beragama studi

hubungan Islam dengan Kristen di Desa Losari, di Kecamatan Grabag,

Kabupaten Magelang. Skripsi ini membahas pola kerukunan umat Islam dan

Kristen di Desa Losari yaitu faktor- faktor yang mendukung dan

menghambat proses kerukunan antar umat beragama dalam umat Islam dan

Kristen, namun penelitian ini hanya membahas hubungan Islam dan Kristen

saja yang ada di Desa Losari, Bedanya dengan penelitian ini yaitu membahas

Kerukunan Antar Umat Beragama di Kecamatan Lalabata di Kabupaten

Soppeng dan penulis melihat faktor-faktor penyebab kerukunan umat

beragama dan bagaimana bentuk kerukunan umat beragama di Kecamatan

Lalabata, Kabupaten Soppeng.

Berbagai hasil studi dan penelitian terdahulu yang dikaji menurut

relevansi dengan masalah pokok yang diteliti, akan tetapi dilihat dari konteks

waktu dan tempat tidak ditemukan penelitian yang sama sebelumnya dengan

pola-pola kerukunan umat Beragama di Kabupaten Soppeng sehingga

penelitian ini belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya dan perlu

dilakukan.

C. Kerangka Pikir

Kerukunan umat beragama merupakan dambaan setiap umat, manusia.

Sebagian besar umat beragama di dunia, ingin hidup rukun, damai dan

tenteram dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta

Page 55: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

40

dalam menjalankan ibadahnya. Kerukunan umat beragama yaitu hubungan

sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian,

saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran

agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Umat

beragama dan pemerintah harus melakukan upaya bersama dalam

memelihara kerukunan umat beragama, di bidang pelayanan, pengaturan dan

pemberdayaan. Sebagai contoh yaitu dalam mendirikan rumah ibadah harus

memperhatikan pertimbangan Ormas keagamaan yang berbadan hukum dan

telah terdaftar di pemerintah daerah.

keanekaragaman pemeluk agama yang ada di Indonesia diberi

kebebasan untuk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan keyakinannya

masing-masing. Namun demikian kebebasan tersebut harus dilakukan

dengan tidak mengganggu dan merugikan umat beragama lain, karena

terganggunya hubungan antar pemeluk berbagai agama akan membawa

akibat yang dapat menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Kerukunan umat beragama sangat diperlukan, agar bisa menjalani

kehidupan beragama dan bermasyarakat di bumi Indonesia ini dengan damai,

sejahtera, dan jauh dari kecurigaan kepada kelompok-kelompok lain. Dengan

begitu, agenda- agenda kemanusiaan yang seharusnya dilakukan dengan

kerja sama antaragama, seperti memberantas kemiskinan, memerangi

kebodohan, mencegah korupsi, membentuk pemerintahan yang bersih, serta

memajukan bangsa, dapat segera dilakukan dengan sebaik-baiknya.

Page 56: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

41

Agenda-agenda tersebut, jelas tidak dapat dilaksanakan dengan

optimal, jika masalah kerukunan umat beragama belum terselesaikan. Fakta

menjelaskan meskipun setiap agama mengajarkan tentang kedamaian dan

keselarasan hidup, realitas menunjukkan pluralisme agama bisa memicu

pemeluknya saling berbenturan dan bahkan terjadi konflik. Konflik jenis ini

dapat mempunyai dampak yang amat mendalam dan cenderung meluas.

Bahkan implikasinya bisa sangat besar sehingga berisiko sosial, politik

maupun ekonomi yang besar.

Melihat di Kabupaten Soppeng ini, maka peneliti tertarik untuk

mengetahui secara mendalam, karena Kabupaten Soppeng adalah dearah

yang sangat menjunjung tinggi nilai kerukunan, walaupun mereka hidup

dalam berbeda agama, namun mereka mampu untuk menghormati satu sama

lain, saling menghargai dan menyayangi, bekerjasama dalam membangun

kerukunan di Kabupaten Soppeng, satu hal yang menarik dalam kerukunan

umat beragama di Kabupaten Soppeng yaitu semua rumah ibadah berdekatan

dan masyarakat yang berada di sekitar rumah ibadah tersebut tidak merasa

terganggu pada saat umat agama lain melaksanakan ibadahnya, masyarakat

di daerah tersebut tidak perna merasa terganggu adanya perbedahan.karena

Kerukunan dalam kehidupan akan dapat melahirkan karya-karya besar yang

bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan hidup. Sebaliknya konflik pertikaian

dapat menimbulkan kerusakan di bumi. Manusia sebagai mahkluk sosial

membutuhkan keberadaan orang lain dan hal ini akan dapat terpenuhi jika

nilai-nilai kerukunan tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat.

Page 57: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

42

Kerukunan dapat diklasifikan menjadi dua yaitu kerukunan antar umat islam

dan kerukunan antar umat baragama atau antar umat manusia pada

umumnya.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui Bagaimana pola

kerukunan dan sikap toleransi umat beragama di desa watu toa Kabupaten

Soppeng. Berdasarkan kerangka pikir maka bagan kerangka pikir

digambarkan dibawah ini

Bagan Kerangka Pikir

Gambar 2.1 kerangka pikir

D. Proposisi Penelitian

Proposisi adalah dugaan sementara dari sebuah penelitian terhadap

fenomena yang terjadi. Berdasarkan kerangka pikir tersebut, maka proposisi

penelitian adalah sebagai berikut:

Perbedaan

agama

Masyarakat

Kab.Soppeng

Kerukunan Toleransi

Pola kerukunan dan toleransi antar umat beragama

Page 58: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

43

1. Pola kerukunan terbentuk karena kerja sama antara sesama umat dan

dengan saling menjaga dan menghormati penganut agama adanya

peran penting tokoh agama, tokoh masyarakat dan masyarakat itu sendiri

yang paham dan mengerti yang namanya perbedaan dan adanya lembaga

pemerintah sebagai penunjang terciptanya kerukunan umat beragama,

karena agama itu membawa kedamaian dan keselamatan bagi

penganutnya

2. Upaya toleransi sangat berperan penting demi tercipta salin pengertian,

saling menghormati, menghargai kesataraan dalam pengamalan ajaran

agamanya dan kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara.

Page 59: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

lapangan (Field research) dengan menggunakan jenis penelitian Deskriptif

Kualitatif, berupa deskripsi tentang Pola Kerukunan Umat Beragama di,

Kabupaten Soppeng.

Penelitian kualitatif dipilih agar hasil penelitian tidak bertolak dari teori

saja, melainkan dari fakta sebagaimana adanya di lapangan sehingga

menjamin keaslian sumber data. Metode penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,

(sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen

kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan dengan teknik

pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

dari pada generalisasi (Sugiyono, 2011).

2. Pendekatan Penelitian

a. Pendekatan Fenomenologi

Pendekatan Fenomenologi berasal dari kata Yunani Phainomena

(yang berakar kata Phanein yang berarti nampak). Pendekatan ini sering di

gunakan untuk merujuk ke semua obyek yang masih dianggap eksternal

Page 60: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

42

dan secara paradigmatic harus di sebut obyektif (dalam arti belum menjadi

subyektifitas konseptual manusia). Menurut Tuffour (2017) Fenomenologi

adalah gejalah dalam situasi alamiah yang kompleks yang hanya mungkin

menjadi bagian dari alam kesadaran manusia.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi Penelitian ini di Desa Watu Toa Kecematan

Marioriwawo Kabupaten Soppeng, permasalahan yang terjadi di

Kabupaten Soppeng mereka yang beragama non Muslim mereka satu

rumpun dengan orang Muslim yang ada di desa tersebut, mereka merasa

tidak terganggu dengan perbedaan itu maka dari itu peneliti tertarik untuk

mengetahui pola kerukunan dan toleransi antar umat beragama

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan selama 2 bulan mulai bulan September

sampai dengan Oktober 2020

No. Jenis Kegiatan September 2020 Oktober 2020

I II III IV I II III IV

1 Penyusunan judul

2 Penyusunan proposal

3 Konsultasi pembimbing

4 Seminar proposal

5 Pengurusan izin penelitian

Page 61: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

43

C. Fokus Penelitian

Untuk menjawab permasalahan diatas, penulis memfokuskan pada pola

kerukunan dan toleransi antar uamat beragama dengan menjabarkan sebagai

berikut:

1. Pola kerukunan umat beragama di desa watu toa Kabupaten

Soppeng.

2. Sikap toleransi umat beragama di desa watu toa Kabupaten Soppeng.

D. Informan Penelitian

Informan penelitian merupakan informasi yang telah memberikan data

yang diperlukan oleh peneliti dengan cara melakukan wawancara dengan

beberapa orang yang di anggap dapat memberikan data atau informasi yang

benar dan akurat terhadap yang diteliti. Oleh karena itu dalam penelitian

kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu. Informan dalam penenitian ini adalah:

1. Tokoh masyarakat Soppeng 10 orang informan.

2. Tokoh agama Islam dan Kristen masing-masing 2 orang informan.

E. Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh. Apabila penelitian menggunakan lembar observasi atau wawancara

dalam pengumpulan datanya, maka sumber data tersebut disebut responden,

yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian,

baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Sumber data yang menjadi bahan baku

Page 62: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

44

penelitian, untuk diolah merupakan data yang berwujud data primer dan

sekunder.

a. Data Primer

Sumber data primer, yaitu Data Primer Yaitu data empiris yang

diperoleh dari lapangan berdasarkan hasil wawancara bersama informan

penelitian dan hasil observasi.

Teknik penentuan Informan pada penelitian ini, yakni informan

dipilih dengan cara Purposive sampling. Penggunaan pendekatan ini

diharapkan dapat memberi informasi dari orang perindividu atau

kelompok masayrakat. Peneliti akan mendapatkan fakta-fakta dari

pemikiran-pemikiran, perasaan-perasaan, ide-ide pengalaman-pengalaman

tentang implementasi Kerukunan umat Beragama di Kabupaten Soppeng

serta fenomena Sosial secara umum di Kabupaten Soppeng.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diambil tidak secara langsung

dari sumbernya, data sekunder diambil dari berbagai dokumen-dokumen

grafis (Tabel, catatan, notulen rapat, sms dan lain-lain) foto-foto, film ,

rekaman vidio, dan benda-benda yang dapat memperkaya data primer

seperti laporan,buku-buku, karya tulis atau majalah ataupun seseorang

yang mendapatkan informasi dari orang lain yang berkaitan dengan

penelitian.

Page 63: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

45

F. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah

diolah. Peneliti sendiri sebagai instrumen utama dalam Human Instrumen.

Adapun alat bantu penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Pedoman wawancara, adalah alat yang digunakan dalam melakukan

wawancara yang dijadikan dasar untuk memperoleh informasi dari

informan yang berupa daftar pertanyaan.

b. Alat tulis menulis yaitu : buku, pulpen, atau pensil sebagai alat untuk

mencatat informasi yang didapat pada saat wawancara.

c. Lembar observasi, berisi catatan-catatan yang diperoleh penelitian pada

saat melakukan pengamatan langsung di lapangan.

d. Catatan dokumentasi, adalah data pendukung yang dikumpulkan sebagai

penguatan data observasi dan wawancara yang berupa gambar, data

sesuai dengan kebutuhan penelitian.

e. Kamera ponsel, sebagai alat dokumentasi setiap kegiatan peneliti.

G. Teknik Pengumpulan Data

Metode Proses Pengumpulan data pada penelitian ini, yakni peneliti

terlibat langsung di lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang sebenarnya

dari masyarakat di desa watu toa Kabupaten Soppeng, untuk menghindari

Page 64: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

46

terjadinya kesalahan atau kekeliruan dalam hasil penelitian yang akan diperoleh

nantinya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu.

1. Observasi

Teknik observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena

yang di lakukan secara sistematis. Observasi yang dipilih pada penelitian ini

yakni observasi partisipatif. Peneliti mengikuti kegiatan keseharian yang

dilakukan informan dalam waktu tertentu, memerhatikan apa yang terjadi,

mendengarkan apa yang dikatakan, mempertanyakan kepada informan yang

menarik dan mempelajari dokumen yang dimiliki.

2. Wawancara

Teknik Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data melalui

komunikasi, yakni proses Tanya jawab antara pengumpul data (pewawancara)

dengan sumber data (Narasumber). Penelitian ini menggunakan jenis

wawancara bebas terpimpin, yakni peneliti mengunjungi lansung kerumah

atau tempat tinggal tokoh masyarakat dan tokoh agama atau orang yang akan

diwawancarai untuk menanyakan secara lansung hal-hal yang perlu

ditanyakan.

Untuk memahami pola-pola kerukunan umat beragama di Kabupaten

Soppeng maka teknik yang di gunakan adalah teknik wawancara tidak

berstruktur atau wawancara mendalam (indepth interview), wawancara tidak

terstruktur terdiri dari wawancara terarah dan wawancara tidak terarah.

Melalui wawancara terarah diharapkan dapat mengumpulkan informasi

Page 65: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

47

sebanyak mungkin dari Informan yang dipilih umtuk dijadikan pedoman

mewakili yang lain sehingga dapat diungkap berbagai persoalan yang

berkaitan dengan fokus studi yaitu Pola kerukunan umat beragama di

Kabupaten Soppeng.

3. Dokumentasi

Dalam teknik dokumentasi, Pengumpulan data pada penelitian ini yakni

penulis menggunakan kamera dan alat tulis untuk membantu mengumpulkan

data-data secara akurat untuk megnhindari kesalahan penyusunan dalam hasil

penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Melakukan Data yang diperoleh dari responden melalui teknik

observasi, wawancara, dan studi dokumentasi merupakan deskripsi tentang

pendapat, pengetahuan, pengalaman dan aspek lainnyan untuk dianalisa dan

disajikan memiliki makna.

Menurut Muhalammad Idrus (2009:147) untuk menggunakan analisis

data berdasarkan langlah-langkah berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data bertujuan untuk memudahkan membuat kesimpulan

terhadap data yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian. Reduksi

data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-

catatan yang tertulis dilapangan. Apabila data sudah terkumpul, langkah

selanjutnya adalah mereduksi yaitu menggolongkan, mengarahkan,

Page 66: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

48

membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikannya sehingga

nantinya mudah dilakukan penarikan kesimpulan. Data yang direduksi

yaitu data yang diperoleh melalui wawancara yang meliputi penanaman

nilai karakter oleh guru sejarah. Setelah data diperoleh, kemudian

digolongkan berdasarkan sub-sub kajian yang dipelajari. Hal ini

dilakukan karena data yang didapat tidak urut. Jika data kurang lengkap

maka peneliti mencari kembali data yang diperlukan di lapangan.

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Penyajian data yang sering digunakan dalam penelitian

kualitatif adalah dalam bentuk teks naratif, yang merupakan rangkaian

kalimat yang disusun secara sistematis. Penyajian data dalam penelitian

kualitatif dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun

dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga peneliti

lebih mudah dalam menarik kesimpulan.

3. Penarikan Kesimpulan

Dalam penarika kesimpulan penelitian, semua hasil observasi,

wawancara, temuan dokumentasi harus diproses dan dianalisis, setelah

data disajikan maka proses selanjutnya adalah penarikan kesimpulan

atau verifikasi. Data yang terkumpul melalui reduksi data kemudian

penyajian data sehingga menjadi data yang siap disajikan dan akhirnya

dapat ditarik menjadi suatu kesimpulan hasil penelitian.

Page 67: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

49

I. Teknik Keabsahan data

Teknik keabsahan data adalah proses mentriangulasi tiga data yang

terdiri dari data Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi. Adapun alat yang

digunakan untuk menguji keabsahan data yaitu :

1. Triangulasi Sumber Data adalah menggali kebenaran informasi tertentu

melalui berbagai metode dan sumber pengolahan data. Disini peneliti

melakukan wawancara tentang masjid dijadikan peningkatan spiritual

siswa secara mendalam dan observasi.

2. Triangulasi Metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi

atau data dengan cara yang berbeda.

3. Triangulasi Teknik, menurut Sugiyono (2011 : 330) triangulasi teknik

berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-

beda untuk mendapatkan data dari sumber data yang sama. Peneliti

menggunakan observasi, wawancara mendalam, serta dokumentasi

untuk sumber data.

Page 68: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

50

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Desa Watu Toa Kabupaten Soppeng

Desa Watu Toa merupakan salah satu desa yang dibangun pada tahun

1991 dengan jumlah penduduk sebanyak 5.291 jiwa dengan luas wilayah 4.225

ha yang terdiri dari 4 dusun. Desa Watu Toa memiliki dua musim yaitu musim

hujan dan kemarau, dimana musim hujan biasanya terjadi di bulan April dan

musim kemarau di bulan Agustus.

Desa Watu Toa salah satu desa yang penduduknya terbagi atas dua

keyakinan agama yaitu agama Islam dan Kristen, namun penduduk Desa Watu

Toa mayoritas penduduknya beragama Islam. Keadaan ekonomi yang terbesar

ada di petani, namun ada juga yang berprofesi sebagai tambak ikan dan pekebun

jagung.

B. Letak Geografi dan Topografi Desa Watu Toa

Luas Wilayah Desa Watu Toa 4.762 ha dengan ketinggian tanah 52 m

yang berada di Kecamatan Marioriwawo. Adapun batasan wilayah Desa Watu

Toa iyalah Sebelah timur berbatasan dengan Desa Congko dan di sebelah barat

berbatasan dengan Desa Gattareng Toa. Adapun jumlah penduduk yang dimiliki

oleh Desa Watu Toa yang dibagi atas jenis kelamin adalah sebagai berikut:

Page 69: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

51

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Desa Watu Toa berdasarkan Jenis Kelamin

No Jumlah Penduduk Laki-Laki Perempuan

1 5.291 2.289 3.002

Total 2.289 3.002

Sumber Data: Data Statistik Desa Watu Toa

Berdasarkan data di atas jumlah penduduk Desa Watu Toa sebanyak

5.291 jiwa yang dimana diantaranya laki-laki berjumlah 2.289 jiwa dan

perempuan berjumlah 3.002 jiwa.

Mayoritas penduduk Desa Watu Toa berprofesi sebagai petani, namun

ada juga yang berprofesi sebagai PNS, Wiraswasta dan masih banyak lagi.

Adapun rincian pekerjaan masyarakat Desa Watu Toa adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Data Pekerjaan Penduduk Desa Watu Toa

No Mata Pencaharian Jumlah

1 Petani 3.022

2 Pedagang 543

3 PNS 332

4 Buruh 187

Sumber Data: Data Statistik Desa Watu Toa

Berdasarkan data di atas mayoritas masyarakat Desa Watu Toa

bekerja sebagai petani yang berjumlah 3.022 jiwa, yang bekerja sebagai

Page 70: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

52

pedagang sebanyak 543 jiwa, untuk yang bekerja sebagai PNS sebanyak 332

jiwa, sedangkan yang bekerja sebagai buruh sebanyak 187 jiwa.

Page 71: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

53

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pola Kerukunan Dan Sikap Toleransi Umat Beragama di Desa Watu

Toa Kecamatan Mariowawo Kabupaten Soppeng

Desa Watu Toa merupakan desa yang memiliki jumlah penduduk

yang cukup banyak di Kecamatan Marioriwawo sebanyak 5291 jiwa.

Adapun rincian jumlah penduduk berdasarkan agama.

Tabel 4.

Jumlah Penduduk Desa Watu Toa Berdasarkan Agama

No Jumlah Penduduk Agama Islam Agama Kristen

1 5291 5176 115

Sumber Data: Data Pemerintahan Desa Watu Toa

Berdasarkan data penduduk Desa Watu Toa di atas perbedaan

agama di Desa Watu Toa adalah total jumlah penduduk sebanyak 5.291 jiwa

dan yang beragama Islam sebanyak 5.176 jiwa dan yang beragama Kristen

sebanyak 115 Jiwa.

Pola kerukunan merupakan suatu sikap yang toleransi, sikap saling

menghormati dan menghargai, dan melakukan kerjasama dalam kehidupan

sosial. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada

Pak Noimbidi S.Th selaku pendeta Desa Watu Toa pad tanggal 12 Oktober

2020:

Page 72: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

54

“Kerukunan merupakan suatu sikap yang saling menghargai

antara umat manusia baik itu berbeda suku, ras dan juga beda

agama karena sikap kerukunan itu bisa terjadi jika masyarakat

bisa tetap melakukan hal tersebut”.

Hasil wawancara di atas menjelaskan kerukunan merupakan suatu

sikap saling menghormti sesama umat manusia baik itu berbeda ras, suku,

dan juga agama. Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara yang

dilakukan kepada Pak Drs. Mustafa pada tanggal 22 Oktober 2020:

“kerukunan merupakan suatu sikap yang penuh dengan

toleransi, saling menghormati, saling menghargai, dan juga

melakukan kerjasama antara uamt beragama baik itu

berkeyakinan yang sama dan juga yang berbeda, karena dengan

melakukan semua sikap tersebut maka kerukunan akan dapat

terwujudkan”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas menjukkan pendapat

masyarakat terkait kerukunan, kerukunan merupakan siakp toleransi

terhadap setiap uamt manusia, sikap saling menghormati dan saling

menghasrgai serta melakukan kerjasama antara masyarakat di kehidupan

sosial.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Pak

Saenen selaku Ketua RT Desa Watu Toa Kecamatan Warioriwawo

Kabupaten Soppeng pada tanggal 12 Oktober 2020 :

“Pola atau kerukunan di Desa Watu Toa berjalan dengan baik,

masyarakat disini saling menghargai baik itu agama yang sama

dan juga yang beda, sedangkan saya juga punya keluarga yang

muslim dan kami saling menghargai wawalupun beda

keyakinan”.

Berdasarkan hasil penelitian kepada Ketua RT Desa Watu Toa

Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng kehidupan sosial di Desa

Page 73: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

55

Watu Toa penuh kerukunan dan saling menghargai antara masyarakat

walaupun berbeda keyakinan, hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara

yang telah dilakukan kepada Ibu Hj. Darma Uleng S.Pd selaku masyarakat

Desa Watu Toa pada tanggal 22 Oktober 2020:

“Kalau soal pola hidup di desa kami ini berjalan sangat baik

yaitu saling menghargai antara masyarakat yang satu dan yang

lain, bahkan jika dilihat kehidupan bermasyarakat di desa ini

seakan-akan tidak ada yang berbeda agama karena masyarakat

disini tidak pernah memilih-milih untuk bergaul entah itu beda

agama sekalipun”.

Dari hasil wawancara di atas kehidupan bermasyarakat di Desa

Watu Toa berjalan sangat baik, masyarakat setempat tidak pernah

memandang agama dalam hal bergaul sehingga masyarakat Desa Watu Toa

penuh dengan kerukunan baik itu satu keyakinan maupun beda keyakinan.

Hidup dengan penuh toleransi maka akan menciptakan kehidupan

yang tentram dan damai sehingga dalam kehidupan sosial bermasyarakat

dapat berjalan dengan saling menghargai yang akan menghidarkan dari hal

yang negatif dalam hidup bermayarakat. Kehidupan di Desa Watu Toa juga

berjalan dengan damai karena sikap toleransi yang dimiliki oleh masyarakat

Desa Watu Toa sangat baik, hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang

telah dilakukan kepada Drs. Mustafa M.Pd selaku pengurus mesjid Desa

Watu Toa pada tanggal 22 Oktober 2020:

Page 74: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

56

“Sikap toleransi masyarakat disini sangatlah baik, contohnya

pemeluk agama kristen atau nasrani melakukan ibadah di

tempat suci mereka masyarakat agama islam tidak menggangu

malahan terkadang menegur kendaraan yang lewat dengan

suara keras karena akan menggangu ibadah agama nasrani atau

kristen, begitupuun dengan agama nasrani atau kristen jika

masyarakat agama islam melakukan kegiatan ibadah msyarakat

pemeluk agama kristen juga tidak menggangu”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas sikap toleransi yang dimiliki

oleh masyarakat Desa Watu Toa Kecamatan Marioriwawo sangatlah baik

dimana jika masyarakat pemeluk agama nasrani atau kristen melakukan

ibadah di tempat suci mereka masyarakat agama Islam tidak akan

menggangu kegiatan mereka, begitupun dengan masyarakat yang beraga ma

nasrani jika masyarakat agama Islam melakukan kegiatan ibadah di mesjid

masyarakat beragama Nasrani atau Kristen tidak menggangunya pula.

Sampai saat ini kehidupan di Desa Watu Toa tidak pernah tejadi

keributan atau percekcokan antara kehidupan sosial masyarakat di Desa

Watu Toa hal ini disebabkan karena besarnya sikap toleransi yang dimiliki

oleh masyarakat setempat. Adapun hasil wawancara yang telah dilakukan

kepada Pak Ibnu Hajar S.Pd.i selaku Kepala Dusun Desa Watu Toa pada

tanggal 22 Oktober 2020:

“Dari dulu sampai sekarang di Desa ini tidak pernah terjadi

keributan atau percekcokan, ini disebabkan karena masyarakat

disini menyadari kita ini hidup serumpun yang berarti kita ini

semuanya bersaudara dan tidak akan menjadikan pembatas

hubungan jika keyakinan mereka berbeda”

Berdasarkan hasil wawancara di atas masyarakat Desa Wato Toa

Kecamatan Warioriwawo kerukunan kehidupan bermasyarakat selalu

terjalin dengan baik dan tidak pernah terjadi keributan diantara mereka, hal

Page 75: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

57

ini disebabkan karena masyarakat Desa Watu Toa tidak menjadikan

perbedaan keyakinan sebagai pembatas untuk kerukunan mereka karena

mereka telah hidup serumpun sehingga dapat dikatakan bersaudara.

Sikap toleransi di Desa Watu Toa Kecamatan Mariowawo

Kabupaten Soppeng sangatlah baik, adapun bentuk-bentuk toleransi yang

dimiliki oleh masyarakat Desa Wato Toa adalahh sebagai berikut:

a. Kerjasama Dalam Kegiatan Keagamaan

Kerja sama dalam kegiatan agama merupakan hal yang

tidak mudah jika individu tidak menanamkan rasa toleransi yang

besar dalam kehidupannya. Mengenai kerja sama dalam kegiatan

agama di Desa Watu Toa berjalan sangat baik, hal ini sesuai

dengan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Pak

Noimbidi S.Th selaku Pendeta Desa Watu Toa pada tanggal 12

Oktober 2020:

“Kalau soal kerja sama di bidang agama saya rasa di

desa ini sangat baik yah kalau masalah itu, contohnya

saja acara besar islam tahun lalu masyarakat pemeluk

agama kristen menjaga sekaligus mengatur lalulintas

di depan mesjid agar proses kegiatan dapat berjalan

dengan lancar” begitupun dengan agama islam.

Berdasarkan hasil wawancara di atas diketahui kerjasa

dalam kegiatan agama di Desa Wato Toa saling membantu dalam

hal agama contohnya tahun lalu masyarakat islam ada kegiatan

agama masyarakat pemeluk agama kristen ikut membantu di mana

mengatur lalulintas di depan mesjid agar kegiatan tersebut berjalan

dengan lancar.

Page 76: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

58

b. Kerjasama Dalam Kegiatan Ekonomi

Kehidupan ekonomi merupakan hubungan interaksi

ekonomi antara indivu dengan individu atau kelompok dengan

kelompok, kerjasama dalam bidang ekonomi di Desa Watu Toa

juga berjalan dengan baik, hal ini sesuai dengan hasil wawancara

yang telah dilakukan kepada Ibu Evi Safitri selaku wiraswasta di

Desa Watu Toa pada tanggal 22 Oktober 2020:

“Untuk kerjasama dalam bidang ekonomi di desa ini

walaupun berbeda agama interaksi ekonomi tetap

berjalan dengan baik, karena di desa ini tidak pernah

memandang masalah agama dalam hal ekonomi,

contohnya saja saya, saya bekerja sebagai penyedia

stok ikan segar dan konsumen saya ada yang agama

islam dan juga agama kristen dan itu berjalan dengan

baik”

Berdasarkan hasil wawancara hubungan kerjasama di

bidang ekonomi Desa Watu Toa berjalan baik di mana interaksi

penyedia stok ikan memiliki konsumen yang beraga islam dan juga

kristen dan itu berjalan dengan lancar tanpa adanya pembatas

karena masalah perbedaan keyakinan.

c. Kerjasama Dalam Bakti Sosial

Seorang manusia dalam menjalani kehidupan tidak

terlepas dari interaksi antara manusia yang satu dan yang lainnya.

Begitupun dengan kehidupan bermasyarakat di Desa Watu Toa

kerjasama masyarakat walaupaun berbeda agama tetap berjalan

dengan baik seperti dalam kegiatan bakti sosial, hal ini sesuai

Page 77: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

59

dengan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Pak Saenen

Selaku Ketau RT Desa Watu Toa pada tanggal 12 Oktober 2020:

“Kalau bakti sosial di desa ini sangatlah baik

contohnya saja jika ada masyarakat yang ada acara

pernikahan masyarakat akan saling membantu

walaupun itu berbeda agama, begitupun juga seperti

kegiatan ronda malam masyarakat akan saling

membantu walaupun berbeda agama”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas kerjasama

masyarakat di Desa Watu Toa sangatlah baik seperti jika ada

masyarakat yang ada kegiatan pernikahan masyarakat lain akan

membantu tanpa memandang pemeluk agama apa, begitupun

dengan kegiatan ronda malam masyarakat akan saling membantu

walalupun berbeda agama.

2. Upaya Masyarakat Dalam Menjaga Kerukunan Dan Sikap

Toleransi Antara Umat Beragama Desa Watu Toa

Kehidupan bermasyarakat pastinya membutuhkan kerukunan yang

sangat baik agar dalam kehidupan sehari-hari dapat berjalan dengan damai

dan tentram. Begitupun dengan kehidupan bermasyarakat yang berbeda

agama pastinya juga membutuhkan hidup dengan penuh kerukunan tanpa

memberikan batasan-batasan karena alasan beda agama. Hasil wawancara

yang telah di lakukan kepada Ibu Hj. Darma Uleng S.Pd selaku Masyarakat

Desa Watu Toa pada tanggal 22 Oktober 2020:

“yah sama saja baik itu di desa dan juga di tempat kerja ada

sebagian berbeda agama dan semua hidup penuh kerukunan

tanpa pernah membedakan atas dasar beda agama”

Page 78: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

60

Berdasarkan hasil wawancara di atas kerukunan di Desa Watu Toa

berjalan baim baik itu di kehidupan sehari-hari dan juga di tempat kerja,

masyarakat saling menghargai satu sama lain tanpa memandang agama

mereka. Hasil wawancara ini juga sesuai dengan hasil wawancara yang telah

dilakukan kepada Pak Drs. Mustafa M.Pd pada tanggal 22 Oktober 2020:

“kalau soal kerukunan di desa ini sangat rukun saya sebagai

pengurus mesjid di desa ini tidak pernah punya masalah

dengan pendeta di desa ini padahal kami ini berbeda agama.

Haal ini bisa terjadi karna kami sebagai umat yang beragama

harus hidup dengan penuh kerukunan agar kehidupan

bermasyarakat dapat berjalan dengan sangat baik”.

Hasil wawancara di atas bentuk kerukunan di Desa Watu Toa

sangat baik dimana pengurus mesjid dan seorang pendeta tidak pernah

terjadi keributan atau percekcokan karena masyarakat di Desa Watu Toa

menyadari sebagai mahkluk yang mempunyai agama kerukunan dalam

kehidupan bermasyarakat haruslah di jaga agar dalam kehidupan sehari0hari

dapat berjalan dengan baik.

B. Pembahasan Penelitian

1. Pola Kerukunan dan Sikap Toleransi Umat Beragama di Desa

Watu Toa Kecamatan Mariowawo Kabupaten Soppeng

Desa Watu Toa memiliki jumlah masyarakat sebesar 5.291 jiwa

dan yang beragama Islam sebanyak 5.176 jiwa sedangkan yang beragama

Kristen sebanyak 115 jiwa. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan

pendapat masyarakat Desa Watu Toa dari segi umat islam terkait pola

kerukunan terhadap umat beragama adalah suatu perilaku yang didasari

dengan saling menghormati, saling menghargai, dan saling membantu

Page 79: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

61

sesama umat beragama, dan berdasarkan pendapat dari masyarakat Desa

Watu Toa dari umat Kristen berpendapat perilaku kerukunan umat

beragama merupakan suatu sikap yang penuh dengan toleransi kepada setiap

umat manusia walaupun terdapat perbedaan keyakinan sehingga

menumbuhkan kehidupan yang penuh dengan kerukunan sesama umat

manusia.

Kerukunan dan sikap toleransi di Desa Watu Toa berjalan sangat

baik hal ini dapat dilihat dengan kehidupan sehari-hari di Desa Watu Toa

salling menghargai terhadap masyarakat yang lain tanpa melihat perbedaan

keyakinan. Begitupun dengan sikap toleransi dari yang dimiliki oleh

masyarakat Desa Watu Toa dalam kegiatan ibadah masyarakat yang berbeda

keyakinan tidak pernah saling menggagu kegiatan ibadah mereka.

Perbedaan agama di Desa Watu Toa sudah lama terjadi dan sampai

saat ini tidak pernah terjadi keributan atau percekcokan di antara masyarakat

yang berbeda keyakinan, hal ini dapat terjadi karena masyarakat Desa Watu

Toa menyadari mereka hidup dalam serumpun dan dapat dikatakan sebagai

sudara sehingga mereka dapat hidup dengan tentram dan damai.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukkan

oleh Suharsan 2018 yang berjudul “Pola Kerukunan Umat Beragama di

Kabupaten Soppeng” hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan

kerukunan umat beragama di kabupaten Soppeng merupakan salah satu

pondasi untuk menjaga kerukunan umat beragama dan keharmonisan

masayarakat, adanya saling mengerti saling memahami satu sama lain

Page 80: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

62

sehingga terjalinya komunikasi interaksi dan kerja sama bisa berjalan

dengan baik.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Umi Maftukhah 2014 yang berjudul “Kerukuan Antar Umat

Beragama dalam Masyarakat Plural Studi Kerukunan antar umat beragama

Islam, Kristen Protestan, Katolik dan Budha di dusun Losari, Kelurahan

Losari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang”, hasil penelitian yang

dilakukan menunjukkan kerukunan antar umat beragama dari semua umat

beragama yang terlihat dari bentuk kerukunan saat perayaan hari besar

Keagamaan semua umat beragama yang saling bertoleransi bekerja sama

tanpa memandang perbedaan agama yang ada.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas kondisi kehidupan

keagamaan di Desa Watu Toa Kabupaten Soppeng baik itu oleh umat islam

dan juga umat kristen didasari dengan sikap toleransi yang dibuktikan

dengan tidak adanya percekcokan yang terjadi kepaada masyarakat yang

berbeda agama, sikap menghormati dan menghargai yang dibuktikan

dengan tidak adanya perilaku untuk menggangu kegiatan ibadah masyarakat

yang berbeda agama, dan telah sesuai dengan pendapat mereka terkait pola

kerukunan umat beraga dengan melakukan sikap toleransi, menghormati

dan menghargai, maka dari itu dapat disimpulkan kondisi kehidupan umat

beragama di Desa Watu Toa Kecamatan Mariowawo Kabupaten Soppeng

sudah baik.

Page 81: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

63

Sikap toleransi di Desa Watu Toa Kecamatan Marioriwawo

Kabupaten Soppeng sangatlah baik hal ini dapat dilihat dari bentuk toleransi

dalam kegiatan keagamaan, masyarakat yang beragama islam jika

mengadakan kegiataan keagamaan di mesjid masyarakat yang berkeyakinan

berbeda akan turut membantu begitupun dengan sebaliknya. Bentuk

toleransi yang lainnya adalah kerjasama dalam kegiatan ekonomi seperti

hubungan kerjasama antara pemasok ikan dengan para penjual ikan yang

berkeyakinan berbeda merekan tetap melakukan kerjasama dalam bidang

ekonomi tanpa melihat keyakinan mereka. Begitupun dengan sikap toleransi

kerjasama dalam kegiatan bakti sosial seperti jika masyarakat mengadakan

acara pernikahan masyarakat akan saling membantu atau gotong royong

dalam kegiatan tersebut sama juga halnya dengan kegiatan ronda malam

masyarakat Desa Watu Toa juga saling membantu tanpa melihat adanya

perbedaan keyakinan atau perbedaan agama.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Amantun yang berjudul “Kerukunan Antar Umat Beragama studi

hubungan Islam dengan Kristen di Desa Losari, di Kecamatan Grabag,

Kabupaten Magelang”, hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan

hubungan sikap toleransi oleh masyarakat sangatlah baik baik itu di bidang

ekonomi, dan juga dalam kegiatan keagamaan. Hasil penelitian ini juga

sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh A. Nurhayati yang

berjudul “ Toleransi Antara Umat Beragama Di Desa Selama Kecamatan

Reok Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur”, hasil

Page 82: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

64

penelitian yang dilakukan menunjukkan bentuk toleransi yang dimiliki oleh

masyarakat Desa Selama dapat dilihat dalam bentuk kerjasama di bidang

keagamaan, bidang ekonomi , dan bidang bakti sosial.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas maka dapat

disimpulkan bentuk-bentuk sikap toleransi di Desa Watu Toa Kecamatan

Marioriwawo Kabupaten Soppeng sudah berjalan dengan baik, karena sikap

toleransi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Watu Toa dengan bentuk

saling membantu dalam hal keagamaan seperti jika umat islam melakukan

kegiatan keagamaan masyarakat umat kristen akan membantu menjaga

kelancaran kegiatan tersebut, saling membantu dalam hal ekonomi seperti

saling melakukan kerjasama dalam hal bidang ekonomi tanpa melihat

perbedaan agama, dan saling membantu dalam kegiatan sehari-hari seperti

dalam hal acara pernikahan dan ronda malam mereka melakukan kegiatan

gotong royong.

2. Upaya Menjaga Kerukunan Di Desa Watu Toa Kecamatan

Warioriwawo Kabupaten Soppeng

Hidup kerukunan masyarakat di Desa Watu Toa Kecamatan

Marioriwawo Kabupaten Soppeng sangat rukun hal ini dapat dilihat dari

kehidupan sehari-hari dan di tempat kerja mereka akan sangat hidup rukun

tanpa melihat perbedaan agama yang dimiliki. Begitupun dengan petinggi-

tinggi agama seperti ustad dan pendeta tidak pernah terjadi keributan dan

percekcokan karena mereka sadar sebagai umat yang beragama mereka

Page 83: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

65

harus hidup dengan penuh kerukunan agar kehidupan sehari-hari dapat

berjalan dengan baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh A. Nurhayati 2017 yang berjudul “ Toleransi Antara Umat

Beragama Di Desa Selama Kecamatan Reok Kabupaten Manggara Provinsi

Nusa Tenggara Timur”, hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan

hidup kerukunan di Desa Selama berjalan sangat baik hal ini di sebabkan

dengan menyadari sebagai mahkluk yang beragama yang menjunjung tinggi

rasa menghormati sebagai mahkluk tuhan. Hasil penelitin ini juga sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suharsan 2018 yang berjudul

Pola Kerukunan Umat Beragama Di Kabupaten Soppeng”, hasil penelitian

yang dilakukan menunjukkan sikap kerukunan yang dimiliki oleh

masyarakat kabuaten soppeng sangatlah baik di karenakan masyarakat

Kabupaten soppeng memiliki keyakinan jika hidup dengan penuh

kerukunan maka akan menciptakan kehidupan yang damai.

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat di simpulkan

kerukanan umat beragama agar tetap terjaga dengan didasari pengetahuan

tentang sesama umat beragama perilaku toleransi, menghormati,

menghargai sesama mahkluk tuhan sangat penting untuk dijaga sehingga

kerukunan dalam kehidupan sosial akan tetap ada dan terjaga.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh skinner mengenai perilaku

sosial yang mengemukakan bahwa Perilaku sosial memusatkan perhatiannya

kepada hubungan antara individu dan lingkungannya yang terdiri atas bermacam

Page 84: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

66

macam obyek sosial dan non sosial yang menghasilkan akibat-akibat atau

perubahan dalam faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan terhadap

tingkah laku.

Begitu pula yang terjadi di Desa tersebut dimana Desa Watu Toa dari umat

Kristen berpendapat perilaku kerukunan umat beragama merupakan suatu sikap

yang penuh dengan toleransi kepada setiap umat manusia walaupun terdapat

perbedaan keyakinan sehingga menumbuhkan kehidupan yang penuh dengan

kerukunan sesama umat manusia.

Kerukunan dan sikap toleransi di Desa Watu Toa berjalan sangat baik hal ini

dapat dilihat dengan kehidupan sehari-hari di Desa Watu Toa salling menghargai

terhadap masyarakat yang lain tanpa melihat perbedaan keyakinan. Begitupun

dengan sikap toleransi dari yang dimiliki oleh masyarakat Desa Watu Toa dalam

kegiatan ibadah masyarakat yang berbeda keyakinan tidak pernah saling

menggagu kegiatan ibadah mereka.

1. Cara Kerja Teori

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh skinner Teori ini memusatkan

perhatiannya kepada hubungan antara akibat dari tingkah laku yang terjadi di

dalam lingkungan aktor dengan tingkah laku aktor. Namun pada hakikatnya

terkadang dalam melakukan hubungan di lingkungannya, orang lain sering kali

memandang dari segi ekonomi dan status sosialnya. Hal inilah yang biasanya

memicu terjadinya perbedaan pendapat yang menyebabkan hubungan sosial

terhambat. Oleh karena itu hendaklah sikap toleransi tersebut ditanamkan dalam

Page 85: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

67

diri seseorang agar hal seperti ini tidak terjadi dan hubungan antar individu bisa

berjalan baik.

Dalam penyesuaian diri terhadap suatu tempat baru seseorang perlu

menanamkan nilai soridaritas sosial pada diri masing-masing. Toleransi sangat

berpengaruh penting dalam menyesuaikan diri dengan orang lain. Misalnya

ketika bertemu dengan seseorang yang berbeda agama, suku dan budaya, tetap

diperlukan adanya Toleransi yaitu harus saling menghormati sesama meskipun

terdapat berbagai perbedaan. Sebagai makhluk sosial kita harus saling tolong-

menolong satu sama lain tanpa membedakan apapun. Begitu pula dengan

interaksi yang terjadi tidak diperlukan adanya perbedaan suku, budaya dan

agama. Kita adalah satu.

2. Nilai Kebaruan

Berdasarkan analisis diperoleh beberapa temuan akhir yang merupakan

nilai kebaharuan dari fokus penelitian, nilai kebaharuan tersebut yaitu bentuk-

bentuk sikap toleransi di Desa Watu Toa Kecamatan Marioriwawo Kabupaten

Soppeng sudah berjalan dengan baik, karena sikap toleransi yang dilakukan oleh

masyarakat Desa Watu Toa dengan bentuk saling membantu dalam hal

keagamaan seperti jika umat islam melakukan kegiatan keagamaan masyarakat

umat kristen akan membantu menjaga kelancaran kegiatan tersebut, saling

membantu dalam hal ekonomi seperti saling melakukan kerjasama dalam hal

bidang ekonomi tanpa melihat perbedaan agama, dan saling membantu dalam

kegiatan sehari-hari seperti dalam hal acara pernikahan dan ronda malam mereka

melakukan kegiatan gotong royong.

Page 86: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

68

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terkait pola

kerukunan dan sikap toleransi umat beragama di Desa Watu Toa Kabupaten

Soppeng adalah sebagai berikut:

1. Pola kerukunan dan sikap toleransi umat beragama di Desa Watu Toa

Kabupaten Soppeng dengan mewujudkan kerjasama di bidang

keagamaan, bidang ekonomi, dan bidang bakti sosial.

2. Masyarakat Desa Watu Toa Kabupaten Soppeng dalam menjada

toleransi dan sikap kerukuan dengan mewujudkan rasa saling

menghormati dan dan menghargai sesama manusia.

B. Saran

1. Diharapkan kepada msyarakat Desa Watu Toa agar lebih menanamkan

rasa toleransi dan kerukunan kepada anak-anak mereka sehingga

kedepannya tetap terjalin dengan baik.

2. Diharapakan penelitian ini dapat dijadikan sumber ilmu bagi desa-desa

lain agar kehidupan bermasyarakat di desa lain dapat terjalin dengan

baik.

3. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan

sebagai sumber referensi yang berhubungan dalam peneltian ini.

Page 87: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

69

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Syaiful. 2010. Deradikalisasi Islam, Paradigma dan Strategi Islam Kultural.

Depok: Koekoesan bekerjasama dengan British Council.

A.R. Zainuddin, Kekuasaan dan Negara: Pemikiran Politik Ibn Khaldun (Jakarta:

P.T. Gramedia Pustaka Utama, 1992), h.165

Amirullah Syarbini, Al-Qur’an dan Kerukunan Hidup Umat Beragama,

(Bandung: Quanta, 2011).

Alwi, Hasan, et al. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Cyril Glase, Ensiklopedi Islam (ringkas), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1999), h. 117.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: CV. Penerbit

Jumanatul Ali, 1997.

Endang, Busri. 2013. Mengembangkan Sikap Toleransi dan Kebersamaan di

Kalangan Siswa.

Frans, Magnis.2001. Etika sebuah analisa falsafi kebijakan hidup

jawa.Kajarta:PT.Gramedia Pustaka Utama

Hakim, L. 2004. Terorisme di Indonesia. Surakarta: Forum Studi Islam Surakarta.

Halim, Abdillah. 2010. Telaah Politik Hukum dan Kebebasan Beragama terhadap

UU No. 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan, Penyalahgunaan dan/atau

Penodaan Agama. Tesis. UIN Sunan Kalijaga. http://digilib.uin-

suka.ac.id/id/eprint/6949. Diakses 14 April 2020. Jam 2.57 WIB.

http://warungempog.blogspot.co.id/2013/10/karya-karya-ibnu- haldun.html (Di

akses pada tanggal 10 agustus 2020).

Idrus, M. (2009). Metode penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: PT. Gelora Akasara

Pratama.

Imron, A. 2000. Budaya Kekerasan dalam Konflik Antaretnis dan Agama:

Perspektif Religius- Kultural. Jurnal Akademika, No. 01 Tahun XIX/2000.

Surakarta: MUP.

Page 88: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

70

Jurnal Visi Ilmu Pendidikan (J-VIP), vol. 10, no. 1, edisi Januari 2013, Jurusan

Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Tanjungpura.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1996. Jakarta: PN. Balai Pustaka.

Maftukhah, Umi. 2014. Kerukunan antar Umat Beragama dalam Masyarakat

Plural (Studi Kerukunan antar Umat Islam, Kristen Protestan, Katolik dan

Buddha di Dusun Losari, Kalurahan Losari, Kecamatan Grabag, Kabupaten

Magelang). http://digilib.uin-suka.ac.id/, diakses 5 juni 2020.

Moleong, L.J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Rina Rehayati, Kerukunan Horizontal ( Mengembangkan Potensi Positif dalam

Beragama), Jurnal, Vol.1, No.1, 2009.

Sekertaris jenderal MPR RI.2017.UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.cetakan keenambelas april 2017:Jakata

Suharsan. 2018. Penelitian ini berjudul “Pola Kerukunan Umat Beragama di

Kabupaten Soppeng”. skripsi. Makassar :UIN Alauddin Makassar.

http://repositiri.uin-alauddin.ac.id/, diakses 6 juni 2020.

Suryana, Toto. 2011. “Konsep dan Aktualisasi Kerukunan antarumat Beragama”

dalam Jurnal Pendidikan Agama Islam Ta’lim, vol. 9, no. 2, hlm. 127.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Shihbudi, Riza.2006. Menyandra Timur Tengah, Jakarta :Mizan,

Syaukani, Imam.2008. Kompilasi Kebijakan Dan Peraturan Perundang-

Undangan Kerukunan Umat Beragama, Jakarta:Puslitbang.

Turmudzi Endang. 2011. “Masalah Kerukunan Umat Beragama di Indonesia”

dalam Jurnal Multikultura dan Multireligius, vol. 10, no. 3, hlm. 529.

Tuffour, Isaac. 2017. A Critical Overview of Interpretative Phenomenological

Analysis: A Contemporary Qualitative Research Approach. Journal of

Healthcare Communications. Vol. 2 No. 4, Juli 2017. DOI: 10.4172/2472-

1654.100093

Mustaqim.2020.Paradigma Perilaku Sosial dengan Pendekatam Behavioristik (Telaah Atas Teori Burrhusm Frederic Skinner),diakses pada tanggal 6

januari 2021.

Page 89: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

71

Zainab al-Khudairi, Filsafat Sejarah Ibn Khaldun. Penerjemah Ahmad

Rafi(Bandung: Pustaka, 1995), h. 147

Page 90: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

72

A. Lampiran 1 Teks Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

Identifikasi Informan penelitian

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Pekerjaan :

4. Alamat :

5. No. HP :

Masalah Pertama (Pola Kerukunan dan Sikap Toleransi Umat Beragama

di Kabupaten Soppeng):

1. Bagaimana pola atau bentuk kerukunan umat beragama di Kabupaten

Soppeng?

2. Apa yang menyebabkan sehingga terjadi kerukunan umat Bergama?

3. Bagaimana sikap toleransi umat beragama di Kabupaten Soppeng?

4. Bagaimana pandangan masyarakat tentang perbedaan kepercayaan?

5. Bagaimana hubungan masyarakat antar umat beragama di Kabupaten

Soppeng?

6. Apakah ada kegiatan yang sering dilakukan bersama antar pemeluk umat

beragama?

7. Kegiatan apa yang sering dilakukan bersama?

8. Bagaimana apabila upacara kegamaan bersamaan atau hari raya?

9. Apakah ada campur tangan pemerintah sehingga terjadinya kerukunan

umat beragama.

10. Apakah masyarakat ikut campur tangan dalam

membangun kerukunan umat beragama di Kabupaten

Soppeng?

Page 91: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

73

B. Foto Wawancara

Page 92: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

74

Page 93: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

75

Page 94: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

76

Page 95: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

77

Page 96: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

78

Page 97: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

79

Page 98: POLA KERUKUNAN DAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI …

80

RIWAYAT HIDUP

Nurul Hasanah. Dilahirkan di Woddi Soppeng, Desa Watu

Toa Kabupaten Soppeng pada tanggal 12 Januari 1998. Dari

pasangan Ayahanda Syamsu dan Ibunda Hj.Rosdiana . Anak

ke 6 dari 6 bersaudara. Penulis masuk TK ,Kabuopaten

Soppeng pada tahun 2002 dan tamat 2003, tamat SDN 139

Tokebbeng tahun 2010, tamat MTsN Takalala tahun 2013,

tamat SMAN 1 MARIORIWAWO , pada tahun 2016 penulis melanjutkan

pendidikan Program Stara Satu (S1) Program Studi Pendidikan Sosiologi ,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan, Universitas Muhammadiyah Makassar.