Pola Asuh Anak

10
POLA ASUH ANAK Pengertian Pola Asuh Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak, yaitu bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak, termasuk cara penerapan aturan,mengajarkan nilai / norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi anaknya (Theresia, 2009). Secara etimologi, pola berarti bentuk, tata cara, sedangkan asuh berarti menjaga, merawat dan mendidik. Sehingga pola asuh berarti bentuk atau system dalam menjaga, merawat dan mendidik. Jika ditinjau dari terminologi, pola asuh anak adalah suatu pola atau sistem yang diterapkan dalam menjaga, merawat, dan mendidik seorang anak yang bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi negatif atau positif. Sugihartono dkk, (2007) mengatakan bahwa pola asuh adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat konsisten dari waktu kewaktu. Pola asuh yang diterapkan tiap keluarga berbeda dengan keluarga lainnya. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif dan positif. Pola asuh juga dapat memberi perlindungan, dan mendidik anak dalam kehidupan sehari- hari. Bentuk Pola Asuh Macam – macam Pola Asuh Orang Tua 1

description

POLA ASUH ANAK

Transcript of Pola Asuh Anak

Page 1: Pola Asuh Anak

POLA ASUH ANAK

Pengertian Pola Asuh

Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak, yaitu bagaimana cara sikap

atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak, termasuk cara penerapan aturan,mengajarkan

nilai / norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik

sehingga dijadikan panutan bagi anaknya (Theresia, 2009).

Secara etimologi, pola berarti bentuk, tata cara, sedangkan asuh berarti menjaga, merawat

dan mendidik. Sehingga pola asuh berarti bentuk atau system dalam menjaga, merawat dan

mendidik. Jika ditinjau dari terminologi, pola asuh anak adalah suatu pola atau sistem yang

diterapkan dalam menjaga, merawat, dan mendidik seorang anak yang bersifat relatif konsisten dari

waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi negatif atau positif.

Sugihartono dkk, (2007) mengatakan bahwa pola asuh adalah pola perilaku yang diterapkan

pada anak dan bersifat konsisten dari waktu kewaktu. Pola asuh yang diterapkan tiap keluarga

berbeda dengan keluarga lainnya. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif dan

positif. Pola asuh juga dapat memberi perlindungan, dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-

hari.

Bentuk Pola Asuh

Macam – macam Pola Asuh Orang Tua

Menurut Baumrind, (dikutip oleh Wawan Junaidi, 2010), terdapat 4 macam pola asuh orang tua :

(1). Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi

tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu

mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap

realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan

anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan

suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat. Hak dan kewajiban orang tua dan

anak adalah sama dalam arti saling melengkapi. Anak dilatih untuk bertanggung jawab, dan

menentukan perilakunya sendiri agar dapat berdisiplin.

1

Page 2: Pola Asuh Anak

(2). Pola asuh Otoriter

Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi

dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum.

Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak

segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi

biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk

mengerti mengenai anaknya. Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak

dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati orang-tua yang telah

membesarkannya. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka

orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Terlebih lagi orang tua tipe ini tidak mengenal

kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Hal ini dapat menyebabkan anak

kurang inisiatif, cenderung ragu, dan mudah gugup. Oleh karena itu, anak yang sering mendapatkan

hukuman menjadi tidak disiplin dan nakal.

(3). Pola asuh Permisif

Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada

anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak

menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit

bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga

seringkali disukai oleh anak. Biasanya pola pengasuhan anak oleh orang tua semacam ini

diakibatkan oleh orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang

akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi

materi atau harta saja. Anak yang diasuh orang tuanya dengan metode semacam ini nantinya bisa

berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki

kemampuan sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain,

dan lain sebagainya baik ketika kecil maupun sudah dewasa.

(4). Pola asuh Penelantar

Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada

anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja,

dan juga kadangkala biaya pun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah

perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya

tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.

2

Page 3: Pola Asuh Anak

Faktor – faktor yang mempengaruhi pola asuh :

Setiap orang mempunyai sejarah sendiri – sendiri dan latar belakang yang seringkali sangat jauh

berbeda. Perbedaan ini sangat memungkinkan terjadinya pola asuh yang berbeda terhadap anak.

Menurut Maccoby & Mc loby ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu:

1. Sosial ekonomi

Lingkungan sosial berkaitan dengan pola hubungan sosial atau pergaulan yang dibentuk

oleh orang tua maupun anak dengan lingkungan sekitarnya. Anak yang sosial ekonaminya

rendah cenderung tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau bahkan

tidak pernah mengenal bangku pendidikan sama sekali karena terkendala oleh status

ekonomi.

2. Pendidikan:

Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap

anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Latar belakang pendidikan orang tua

dapat mempengaruhi pola pikir orang tua baik formalmaupun non formal kemudian juga

berpengaruh pada aspirasi atau harapan orang tua kepada anaknya.

3. Nilai-nilai agama yang dianut orang tua:

Nilai – nilai agama juga menjadi salah satu hal yang penting yang ditanamkan orang tua

pada anak dalam pengasuhan yang mereka lakukan sehingga lembaga keagamaan juga turut

berperan di dalamnya.

4. Kepribadian:

Dalam mengasuh anak orang tua bukan hanya mampu mengkomunikasikan fakta, gagasan

dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuhkembangkan kepribadian anak

(Riyanto, 2002). Pendapat tersebut merujuk pada teori Humanistik yang menitikberatkan

pendidikan bertumpu pada peserta didik, artinya anak perlu mendapat perhatian dalam

membangun sistem pendidikan. Apabila anak telah menunjukkan gejala-gejala yang kurang

baik, berarti mereka sudah tidak menunjukkan niat belajar yang sesungguhnya. Kalau gejala

ini dibiarkan terus akan menjadi masalah di dalam mencapai keberhasilan belajarnya.

5. Jumlah anak:

Jumlah anak yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi pola asuh yang diterapkan orang

tua. Semakin banyak jumlah anak dalam keluarga, maka ada kecenderungan bahwa orang

tua tidak begitu menerapkan pola pengasuhan secara maksimal pada anak karena perhatian

dan waktunya terbagi antara anak yang satu dengan anak yang lainnya, (Okta Sofia, 2009).

3

Page 4: Pola Asuh Anak

Dampak atau pengaruh pola asuh orang tua terhadap anak – anak menurut Baumrind, (dikutip

oleh Ira, 2006) adalah:

Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak - anak yang mandiri, dapat

mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stres,

mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan koperatif terhadap orang-orang lain.

Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup,

tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas

dan menarik diri.

Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang agresif, tidak patuh,

manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri dan kurang matang

secara sosial.

Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang agresif, kurang

bertanggung jawab, tidak mau mengalah, harga diri yang rendah, sering bolos dan

bermasalah dengan teman.

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak

Anak prasekolah belajar dengan cara berinteraksi dengan orang lain dengan mencontoh,

berbagi dan menjadi teman baik. Mereka juga mempelajari sikap, nilai, prefensi pribadi dan

beberapa kebiasaan dengan mengikuti contoh, termasuk cara mengenali dan menangani emosi

mereka. Anak  prasekolah belajar banyak dari perilaku orang-orang disekitar mereka. Keluarga

adalah kelompok sosial pertama dengan siapa anak diidentifikasikan, anak lebih banyak

menghabiskan waktunya dengan kelompok keluarga daripada dengan kelompok sosial lainnya.

Anggota keluarga merupakan orang yang paling berarti dalam kehidupan anak.

Beberapa pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak:

a.   Pengaruh Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja dan yang Tidak Bekerja terhadap

Pembentukan Kepribadian Anak

Sikap, kebiasaan dan pola perilaku yang dibentuk selama tahun pertama, sangat menentukan

seberapa jauh individu-individu berhasil menyesuaikan diri dalam kehidupan ketika mereka

bertambah tua. Kenyataan tersebut menunjukkan pentingnya dasar-dasar yang diberikan orang tua

pada anaknya pada masa kanak-kanak. Dasar-dasar tersebutlah yang akan dibawa sampai masa tua.

4

Page 5: Pola Asuh Anak

Tidak dapat dipungkiri kesempatan pertama bagi anak untuk mengenal dunia sosialnya

adalah dalam keluarga. Di dalam keluarga untuk pertama kalinya anak mengenal aturan tentang apa

yang baik dan tidak baik. Oleh karena itu, orang tua harus bisa memberikan pendidikan dasar yang

baik kepada anak-anaknya agar nantinya bisa berkembang dengan baik.

Kenyataan yang terjadi pada masa sekarang adalah berkurangnya perhatian orang tua

terhadap anaknya karena keduanya sama-sama bekerja. Hal tersebut mengakibatkan terbatasnya

interaksi orang tua dengan anaknya. Keadaan ini biasanya terjadi pada keluarga-keluarga muda

yang semuanya bekerja.

Anak-anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua karena keduanya

sama-sama sibuk dengan pekerjaannya masing masing. Sedangkan anak pada usia ini sangat

mambutuhkan perhatian lebih dari orang tua terutama untuk perkembangan kepribadian. Anak yang

ditinggal orang tuanya dan hanya tinggal dengan seorang pengasuh yang dibayar orang tua untuk

menjaga dan mengasuh, belum tentu anak mendapatkan pengasuhan yang baik sesuai

perkembangannya dari seorang pengasuh.

Anak yang ditinggal kedua orang tuanya bekerja cenderung bersifat manja. Biasanya orang

tua akan merasa bersalah terhadap anak karena telah meninggalkan anak seharian. Sehingga orang

tua akan menuruti semua permintaan anak untuk menebus kesalahanya tersebut tanpa berfikir lebih

lanjut permintaan anak baik atau tidak untuk perkembangan kepribadiaan anak selanjutnya.

Kurangnya perhatiaan dari orang tua akan mengakibatkan anak mencari perhatian dari luar, baik

dilingkungan sekolah dengan teman sebaya ataupun dengan orang tua pada saat mereka di rumah.

Anak suka mengganggu temannya ketika bermain, membuat keributan di rumah dan melakukan

hal-hal yang terkadang membuat kesal orang lain. Semua perlakuan anak tersebut dilakukan hanya

untuk menarik perhatian orang lain karena kurangnya perhatian dari orang tua.

Sedangkan orang tua yang tidak bekerja di luar rumah akan lebih fokus pada pengasuhan

anak dan pekerjaan rumah lainnya. Anak sepenuhnya mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari

orang tua. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan anak menjadi kurang mandiri, karena terbiasa

dengan orang tua. Segala yang dilakukan anak selalu dengan pangawasan orang tua. Oleh karena

itu, orang tua yang tidak bekerja sebaiknya juga tidak terlalu over protektif. Sehingga anak mampu

untuk bersikap mandiri.

b.   Pengaruh Pola Asuh Orang Tua yang Berpendidikan Tinggi dan Berpendidikan Rendah

Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak

Latar belakang pendidikan orang tua mempunyai pengaruh yang besar terhadap

pembentukan kepribadian anak. Orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan yang tingi

akan lebih memperhatikan segala perubahan dan setiap perkembangan yang terjadi pada anaknya.

5

Page 6: Pola Asuh Anak

Orang tua yang berpendidikan tinggi umumnya mengetahui bagaimana tingkat perkembangan anak

dan bagaimana pengasuhan orang tua yang baik sesuai dengan perkembangan anak khususnya

untuk pembentukan kepribadian yang baik bagi anak. Orang tua yang berpendidikan tinggi

umumnya dapat mengajarkan sopan santun kepada orang lain, baik dalam berbicara ataupun dalam

hal lain.

Berbeda dengan orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan yang rendah. Dalam

pengasuhan anak umumnya orang tua kurang memperhatikan tingkat perkembangan anak. Hal ini

dikarenakan orang tua yang masih awam dan tidak mengetahui tingkat perkembangan anak.

Bagaimana anaknya berkembang dan dalam tahap apa anak pada saat itu. Orang tua biasanya

mengasuh anak dengan gaya dan cara mereka sendiri. Apa yang menurut mereka baik untuk

anaknya. Anak dengan pola asuh orang tua yang seperti ini akan membentuk suatu kepribadian

yang kurang baik.

c.    Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Ekonomi Menengah Keatas dan Menengah

Kebawah

Permasalahan ekonomi dalam keluarga merupakan masalah yang sering dihadapi. Tanpa

disadari bahwa permasalahan ekonomi dalam keluarga akan berdampak pada anak. Orang tua

terkadang melampiaskan kekesalan dalam menghadapi permasalahan pada anak. Anak usia

prasekolah yang belum mengerti tentang masalah perekonomian dalam keluarga hanya akan

menjadi korban dari orang tua.

Dalam pola asuh yang diberikan oleh orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah ke

atas dan orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah kebawah berbeda. Orang tua yang

tingkat perekonominnya menengah keatas dalam pengasuhannya biasanya orang tua memanjakan

anaknya. Apapun yang diinginkan oleh anak akan dipenuhi orang tua. Segala kebutuhan anak dapat

terpenuhi dengan kekayaan yang dimiliki orang tua. Pengasuhan anak sebagian besar hanya sebatas

dengan materi. Perhatian dan kasih sayang orang tua diwujudkan dalam materi atau pemenuhan

kebutuhan anak.

Anak yang terbiasa dengan pola asuh yang demikian, maka akan membentuk suatu

kepribadian yang manja, serba menilai sesuatu dengan materi dan tidak menutup kemungkinan anak

akan sombong dengan kekayaan yang dimiliki orang tua serta kurang menghormati orang yang

lebih rendah darinya.

Sedangkan pada orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah kebawah dalam cara

pengasuhannya memang kurang dapat memenuhi kebutuhan anak yang bersifat materi. Orang tua

hanya dapat memenuhi kebutuhan anak yang benar-benar penting bagi anak. Perhatian dan kasih

sayang orang tualah yang dapat diberikan.

6

Page 7: Pola Asuh Anak

Anak yang hidup dalam perekonomian menengah kebawah terbiasa hidup dengan segala

kekurangan yang dialami keluarga. Sehingga akan terbentuk kepribadian anak yang mandiri,

mampu menyelesaikan permasalahan dan tidak mudah stres dalam menghadapi suatu

permasalahan.dan anak dapat menghargai usaha orang lain.

Pada kenyataannya terdapat juga anak yang minder dengan keadaan ekonomi orang tua yang

kurang. Oleh karena itu, peran orang tua dalam hal ini sangat penting. Orang tua harus

menyeimbangkan dengan pendidikan agama pada anak. Sehingga anak mampu mensyukuri segala

yang telah diberikan oleh sang Pencipta.

7