POKOK BAHASAN: I. Pendahuluan II. Kandungan UU Jasa ... · PDF fileV. Etos Kerja I....

30
12 1 POKOK BAHASAN: I. Pendahuluan 1.1. Umum II. Kandungan UU Jasa Konstruksi III. Penjelasan 1.2. Sejarah Jasa Konstruksi 1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional 1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat Scanning Beberapa Penjelasan IV. Etika Profesi V. Etos Kerja

Transcript of POKOK BAHASAN: I. Pendahuluan II. Kandungan UU Jasa ... · PDF fileV. Etos Kerja I....

12 1

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

12 2

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

I. Pendahuluan1.1. Umum

Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan

taraf hidup masyarakat.

Strateginya: Peningkatan pertumbuhan ekonomi

Peningkatan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan bila

sistem produksi yang meliputi pengolahan/ pemanfaatan

sumber daya alam dapat digiatkan.

Agar sistem produksi dapat berjalan dengan baik, perlu

prasyarat berupa masukan (input) untuk penyediaan

prasarana dan sarana fisik.

Penyediaan prasarana dan sarana fisik tsb berupa

masukan teknologi, keahlian, keterampilan, kemampuan

tatalaksana, dan pengalaman kerja.

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

I. Pendahuluan

1.1. Umum lanjutan

Pengalaman menunjukkan masukan tsb kurang memadai

terlihat jelas pada sektor jasa konstruksi.

Sektor jasa konstruksi punya karakteristik spesifik yaitu

supply dan demand yang sangat dinamis, ia juga

melibatkan berbagai instansi pemerintah dan swasta.

Hal ini membuat sektor jasa konstruksi menjadi kegiatan

lintas sektoral.

Karena itu sektor jasa konstruksi mempunyai peranan

yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi negara

Dengan hal tsb. di atas, kehadiran UU Jasa Konstruksi

sangat dibutuhkan guna mengatur dan memberdayakan

jasa konstruksi nasional.

Pemerintah bersama asosiasi meyiapkan konsep dan 22

April 1999 disetujui DPR menjadi Undang-Undang.

12 3

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

I. Pendahuluan lanjutan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1). Periode Sebelum Kemerdekaan

Selama masa penjajahan semua teknologi dan sumber

daya manusia (ahli dan terampil), serta bahan

didatangkan dari Eropah.

Perusahaan jasa konstruksi ada 6 buah yang merupakan

anak perusahaan yang induknya ada di Nederland.

Ada babarapa perusahaan kontraktor (kecil) Indonesia

yang berfungsi sebagai sub-kontraktor/supplier.

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa PenjelasanIV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

I. Pendahuluan lanjutan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi lanjutan

2). Periode setelah Kemerdekaan sampai tahun 1965

Setelah Indonesia merebut kemerdekaannya, banyak

tenaga ahli berbagai cabang termasuk foremen „mudik,

pulang kampung‟.

Kekosongan tenaga diisi oleh tenaga Indonesia dan saat

itu banyak perusahaan Belanda dinasionalisasikan

Untuk mengisi kebutuhan tenaga tsb. Universitas diminta

mencetak tenaga ahli. Ini memerlukan waktu.

Kekurangan tenaga, dana dan teknologi membuat

menurunnya kuantitas dan kualitas dari tenaga ahli,

peralatan, pendidik, dan buku-buku.

12 4

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

I. Pendahuluan lanjutan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi lanjutan

3). Periode setelah tahun 1965 sampai 1980

Telah dilakukan pembenahan program pembangunan

karena kondisi pol-ek-keu mulai stabil.

Namun awal ‟65 masih terdapat kekurangan dana,

teknologi dan ahli. Masih perlu diimport.

Kontraktor Indonesia mendapat pengalaman untuk

menerapkan teknologi maju.

Dunia Jakons masih diwarnai peran dominan kontraktor

asing (proyek besar dan teknologi tinggi), walaupun

dengan melibatkan kontraktor Indonesia

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

I. Pendahuluan lanjutan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi lanjutan

4). Periode setelah tahun 1980

Telah dilakukan pembenahan dalam pengaturan

pelaksanaan APBN (Keppres 14/1980)

Ada booming minyak, kegiatan Jakons meningkat pesat.

Keppres 14/1980 beberapa kali disempurnakan sampai

Keppres 29/1984 yang juga mengatur dunia usaha.

Hal ini mengharuskan dilakukannya pengaturan untuk

menciptakan iklim usaha yang kondusif.

Kepmen Sesneg No. 3547/TPPBPP/XII 1985 mengatur

kualifikasi dan klasifikasi perusahaan jasa konstruksi.

12 5

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

4). Periode setelah tahun 1980 lanjutan

Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi tsb sebagai pengganti

Surat Izin Usaha Perdagangan untuk bidang Jakons.

Tahun 1989 lahirlah ketentuan Surat Izin Usaha Jasa

Konstruksi yang merupakan pelimpahan wewenang dari

Menteri Perdagangan kepada Menteri Pekerjaan Umum.

Keppres 29/1989 diganti dg Keppres 16/1994 yang

mengatur:

a) Tatacara pengadaan

b) Prakualifikasi yang menilai klasifikasi dan kualifikasi

perusahaan.

Tahun 1994 muncullah isu globalisasi dengan GATT,

GATS, WTO, APEC, dan AFTA

V. Etos Kerja

WTO/GATT/GATS

2020

TANTANGAN YANG DIHADAPI:

PASAR BEBAS

APEC

2010

AFTA

2002

BANGSA INDONESIA (2000)

MAMPUKAH KITA MENEROBOS BLOKADE INI ????

PERLU SDM BERKUALITAS!!!!

12 6

WTO/GATT/GATS

2020

ATAUKAH INI YANG AKAN TERJADI?????

APEC

2010

AFTA

2002

BANGSA INDONESIA (2000)

No way !!!!

Mari Menjadi Masyarakat Utama!

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

I. Pendahuluan lanjutan

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

Pertumbuhan jasa konstruksi yang tinggi sebelum krisis

ekonomi (1997) belum diimbangi dengan tatanan

penyelenggaraan yang maksimal.

Hal ini mengakibatkan timbulnya masalah:

3) Belum terwujudnya kesejajaran antara pengguna jasa

1) Belum terwujudnya mutu produk, waktu pelaksanaan,

2) Rendahnya kepatuhan pengguna jasa dan penyedia

jasa thd peraturan perundang-undangan yang berlaku

dengan penyedia jasa thd hak dan kewajiban.

4) Belum terwujudnya (secara optimal) kemitraansinerjis antar Badan Usaha Jasa Konstruksi (BUJK),

dan antara BUJK dengan masyarakat.

dan efisiensi pemanfaatan sumber daya.

12 7

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

I. Pendahuluan lanjutan

3) Peraturan perundang-undangan yang ada belum

1) Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan

2) Jasa konstruksi merupakan kegiatan ekonomi, sosial

dan budaya yang sangat penting dalam mencapai

tujuan pembangunan nasional.

masyarkat adil dan makmur sesuai UUD 45/Pancasila

berorientasi kepada kepentingan Jakons maupun

kepentingan masyarakat.

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha di bidang

Jasa Konstruksi

Berdasarkan kondisi tsb di atas, dilakukan evaluasi.

Evaluasi ini memunculkan berbagai pertimbangan:

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

I. Pendahuluan lanjutan

1) Tertib usaha jasa konstruksi

2) Pemberdayaan Jasa konstruksi nasional untuk:

+ mengembangkan kemampuan

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha di bidang Jasa Konstruksi

Berdasarkan pertimbangan tsb di atas, dicanangkanlah

cita-cita Jakons untuk masa datang yakni:

+ meningkatkan produktifitas

+ menumbuhkan daya saing.

+ kedudukan yang adil antara pengguna jasa dan

penyedia jasa dalam penyelenggaraan pek. konstr.

+ kemitraan sinergis dalam usaha jasa konstruksi

12 8

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

I. Pendahuluan lanjutan

1) Memberikan arah pertumbuhan usaha Jakons yang

2) Mewujudkan penyelenggaraan pek konstr yg menjamin

+ kesetaran pengguna jasa dan penyedia jasa

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha di bidang Jasa Konstruksi

Diharapkan UU Jakons dapat:

+ dipenuhinya ketentuan yang berlaku

+ mewujudkan peran masyarakat di bidang Jakons

kokoh, handal, berdaya saing tinggi, produk bermutu

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

II. Kandungan Undang-Undang Jakons

Bab I : Ketentuan Umum

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat,

Bab II : Azas dan Tujuan

Bab III : Usaha Jasa Konstruksi

Bab IV :Pengikatan Pekerjaan Konstruksi

Bab V : Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi

Bab VI: Kegagalan Bangunan

Bab VII:Peran Masyarakat

Bab VIII: Pembinaan

Bab IX :Penyelesaian Sengketa

Bab X :Sangsi

Bab XI :Ketentuan Peralihan

Bab XII:Ketentuan Penutup

12 9

Bab I : Ketentuan Umum

Ketentuan Umum : Beberapa istilah penting

1. Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi

perencanan, pelaksanaan, dan pengawasan pek konstr.

2. Pengguna Jasa: orang perseorangan atau badan

sebagai pemberi tugas/pemilik proyek

3. Penyedia Jasa: orang perseorangan atau badan yang

kegiatan usahanya menyelenggarakan layanan Jakons

4. Kegagalan bangunan: keadaan bangunan setelah

diserahkan oleh penyedia jasa kepada pengguna jasa

menjadi tidak berfungsi, baik sebagian atau keseluruhan

dan atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum

di dalam dokumen kontrak sebagai akibat kesalahan

pengguna jasa dan/atau penyedia jasa.

Bab I : Ketentuan UmumKetentuan Umum : Beberapa istilah penting lanjutan

5. Forum Jasa Konstruksi; sarana komunikasi dan

konsultasi antara masyarakat jasa konstruksi dan

pemerintah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

masalah jasa konstruksi yang bersifat nasional,

independen, dan mandiri.

6. Registrasi: Kegiatan untuk menentukan kompetensi

profesi keahlian dan keterampilan tertentu dari orang

perseorangan atau badan untuk mendapat izin usaha.

7. Pelaksana konstruksi: penyedia jasa orang perorangan

atau badan usaha yang dinyatakan ahli profesional di

bidang pelaksanaan Jakons yang dapat mewujudkan

hasil perencanan menjadi bentuk bangunan atau bentuk

fisik lain.

12 10

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

II. Kandungan Undang-Undang Jakons

Bab I : Ketentuan Umum

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat,

Bab II : Azas dan Tujuan

Bab III : Usaha Jasa Konstruksi

Bab IV :Pengikatan Pekerjaan Konstruksi

Bab V : Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi

Bab VI: Kegagalan Bangunan

Bab VII:Peran Masyarakat

Bab VIII: Pembinaan

Bab IX :Penyelesaian Sengketa

Bab X :Sangsi

Bab XI :Ketentuan Peralihan

Bab XII:Ketentuan Penutup

Bab III : Usaha Jasa Konstruksi

Pasal 4 Ayat (1): Jenis usaha jasa konstruksi terdiri dari

usaha perencanaan, pelaksanaan dan usaha pengawasan

pekerjaan konstruksi.

Pasal 4 Ayat (3): Usaha pelaksanaan konstruksi

memberikan layanan jasa pelaksanaan dalam pekerjaan

konstruksi mulai dari penyiapan lapangan sampai

penyerahan akhir pekerjaan konstruksi. *)

Pasal 8: Perencana, pelaksana, dan pengawas konstruksi

yang berbentuk badan usaha harus:

a) Memenuhi ketentuan tentang perizinan usaha di bidang

jasa konstruksi

b) Memiliki sertifikat, klasifikasi, dan kualifikasi perusahaan

jasa konstruksi. *)

12 11

Bab III : Usaha Jasa Konstruksi lanjutan

Pasal 12 Ayat (1): Usaha jasa konstruksi dikembangkan

untuk mewujudkan struktur usaha yang kokoh dan efisien

melalui kemitraan yang sinergis antara usaha besar,

menengah, dan kecil serta usaha yang bersifat umum,

spesialis, dan keterampilan tertentu.

Pasal 12 Ayat (3): Usaha pelaksanaan konstruksi

dikembangkan ke arah:

a. Usaha yang bersifat umum dan spesialis

b. Usaha orang perseorangan yang berketampilan kerja

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

II. Kandungan Undang-Undang Jakons

Bab I : Ketentuan Umum

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat,

Bab II : Azas dan Tujuan

Bab III : Usaha Jasa Konstruksi

Bab IV :Pengikatan Pekerjaan Konstruksi

Bab V : Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi

Bab VI: Kegagalan Bangunan

Bab VII:Peran Masyarakat

Bab VIII: Pembinaan

Bab IX :Penyelesaian Sengketa

Bab X :Sangsi

Bab XI :Ketentuan Peralihan

Bab XII:Ketentuan Penutup

12 12

Bab IV: Pengikatan Pekerjaan Konstruksi

Pasal 14: Para pihak dalam pekerjaan konsturksi terdiri atas

Pasal 16 Ayat (1): Penyedia jasa terdiri dari:

a. Perencana konstruksi

a. Pengguna Jasa

b. Penyedia Jasa

b. Pelaksana konstruksi

c. Pengawas (pelaksanaan) konstruksi

Pasal 17 Ayat (1): Pengikatan dalam hubungan kerja jasa

konstruksi dilakukan berdasarkan prinsip persaingan

yang sehat melalui pemilihan penyedia jasa dengan cara

pelelangan umum atau terbatas. *)

Bab IV: Pengikatan Pekerjaan Konstruksi lanjutan

Pasal 22 Ayat (2): Kontrak kerja konstruksi sekurang-

kurangnya harus memuat (13 butir, beberapa di antaranya):

d. Tenaga ahli, ketentuan tentang jumlah, klasifikasi, dan

g. Cidera janji, memuat ketentuan tentang tanggung jawab

kualifikasi tenaga ahli untuk melaksanakan pekerjaan

para pihak yang tidak melaksanakan kewajibannya

sebagaimana diperjanjikan.

k. Kegagalan bangunan, memuat ketentuan tentang

kewajiban para pihak atas kegagalan bangunan

Pasal 22 Ayat (4): Kontrak kerja konstruksi dapat memuat

kesepakatan para pihak tentang pemberian insentif. *)

12 13

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

II. Kandungan Undang-Undang Jakons

Bab I : Ketentuan Umum

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat,

Bab II : Azas dan Tujuan

Bab III : Usaha Jasa Konstruksi

Bab IV :Pengikatan Pekerjaan Konstruksi

Bab V : Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi

Bab VI: Kegagalan Bangunan

Bab VII:Peran Masyarakat

Bab VIII: Pembinaan

Bab IX :Penyelesaian Sengketa

Bab X :Sangsi

Bab XI :Ketentuan Peralihan

Bab XII:Ketentuan Penutup

Bab VI: Kegagalan Bangunan

Pasal 25 Ayat (2): Kegagalan bangunan yang menjadi

tanggung jawab penyedia jasa ditentukan sejak penyerahan

akhir dan paling lama 10 tahun

Pasal 25 Ayat (3): Kegagalan bangunan ditetapkan oleh

pihak ketiga selaku ahli. *)

Pasal 26 Ayat (2)/(3): jika terjadi kegagalan bangunan akibat

kesalahan perencana atau pengawas/pelaksana dan

terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka

perencana atau pengawas/pelaksana wajib bertanggung

jawab.

Pasal 7: Jika terjadi kegagalan bangunan karena kesalahan

pengguna jasa dalam pengelolaan bangunan dan terbuklti

menimbulkan kerugian pihak lain, maka pengguna jasa

wajib bertanggung jawab dan dikenai ganti rugi.

12 14

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

II. Kandungan Undang-Undang Jakons

Bab I : Ketentuan Umum

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat,

Bab II : Azas dan Tujuan

Bab III : Usaha Jasa Konstruksi

Bab IV :Pengikatan Pekerjaan Konstruksi

Bab V : Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi

Bab VI: Kegagalan Bangunan

Bab VII:Peran Masyarakat

Bab VIII: Pembinaan

Bab IX :Penyelesaian Sengketa

Bab X :Sangsi

Bab XI :Ketentuan Peralihan

Bab XII:Ketentuan Penutup

Bab VII: Peran Masyarakat

Pasal 29: Masyarakat berhak untuk: *)

a. Melakukan pengawasan untuk mewujudkan tertibpelaksanaan jasa konstruksi

b. Mendapat penggantian yang layak atas kerugian yang dialami secara langsung akibat penyelenggaraan

pekerjaan konstruksi

Pasal 31: Masyarakat Jasa Konstruksi

(1). Masyarakat jasa konstrksi merupakan bagian dari

masyarakat yang mempunyai kepentingan dan atau

kegiatan yang berhubungan dengan usaha Jakons

(2). Penyelenggaran peran masyarakat jasa konstruksi

dilaksanakan melalui suatu Forum Jasa Konstruksi

(3). Penyelenggaran peran masyarakat jasa konstruksi dlm pengembangan Jakons dilakukan oleh suatu lembaga

yang independen dan mandiri.

12 15

Bab VII: Peran Masyarakat lanjutan

Pasal 33 Ayat (1): Lembaga yang dimaksud pada Pasal 31

Ayat (1) beranggotakan wakil-wakil dari: *)

a. Asosiasi perusahaan jasa konstruksi

c. Pakar dan perguruan tinggi terkait

b. Asosiasi profesi jasa konstruksi

d. Instansi Pemerintah terkait

Pasal 33 Ayat (2): Tugas lembaga yang dimaksud Ayat (1) *)

a. Melakukan/mendorong litbang Jakons

c. Melakukan registrasi tenaga ahli Jakons

b. Mengadakan diklat Jakons

d. Melakukan registrasi badan usaha Jakons

e. Mendorong meningkatkan peran arbitrase, mediasi,

dan penilai ahli di bidang Jakons.

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

II. Kandungan Undang-Undang Jakons

Bab I : Ketentuan Umum

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat,

Bab II : Azas dan Tujuan

Bab III : Usaha Jasa Konstruksi

Bab IV :Pengikatan Pekerjaan Konstruksi

Bab V : Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi

Bab VI: Kegagalan Bangunan

Bab VII:Peran Masyarakat

Bab VIII: Pembinaan

Bab IX :Penyelesaian Sengketa

Bab X :Sangsi

Bab XI :Ketentuan Peralihan

Bab XII:Ketentuan Penutup

12 16

Bab VIII: Pembinaan *)

Pasal 35 Ayat (1): Pemerintah melakukan pembinaan jasa

konstruksi dalam bentuk pengaturan, pemberdayaan, dan

pengawasan.

Pasal 35 Ayat (5): Pembinaan yang dimaksud Ayat (1) dapat

dilakukan bersama-sama masyarakat jasa konstruksi

Pasal 35 Ayat (6): sebagian tugas pembinaan tersebut Ayat

(1) dapat dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah yang

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

II. Kandungan Undang-Undang Jakons

Bab I : Ketentuan Umum

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat,

Bab II : Azas dan Tujuan

Bab III : Usaha Jasa Konstruksi

Bab IV :Pengikatan Pekerjaan Konstruksi

Bab V : Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi

Bab VI: Kegagalan Bangunan

Bab VII:Peran Masyarakat

Bab VIII: Pembinaan

Bab IX :Penyelesaian Sengketa

Bab X :Sangsi

Bab XI :Ketentuan Peralihan

Bab XII:Ketentuan Penutup

12 17

Bab X: Sangsi

Pasal 41: Penyelenggara pekerjaan konstruksi dapat

dikenai sanksi administratif dan/atau pidana atas

pelanggaran Undang-undang ini.

Pasal 42: Sanksi administratif dapat dikenakan kepada

penyedia jasa berupa:

a) Peringatan tertulis

b) Penghentian sementara pekerjaan

c) Pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi

d) Pembekuan izin usaha dan/atau profesi

e) Pencabutan izin usaha dan/atau profesi

Pasal 43 Ayat (2): Barang siapa yang melakukan

pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang bertentangan

atau tidak sesuai dengan ketentuan keteknikan yang telah

ditetapkan dan mengakibatkan kegagalan pek. konstr.

atau kegagalan bangunan dikenakan pidana paling lama 5

tahun penjara atau denda paling banyak 5 % dari nilai

kontrak.

Bab X: Sangsi lanjutan

Pasal 43 Ayat (3): Barang siapa yang melakukan

pengawasan pekerjaan dengan sengaja memberikan

kesempatan kepada orang lain yang melaksanakan

pekerjaan konstruksi melakukan penyimpangan terhadap

ketentuan keteknikan dan menyebabkan kegagalan pek.

konstr. atau kegagalan bangunan dikenakan pidana paling

lama 5 tahun penjara atau denda paling banyak 10 % dari

nilai kontrak.

12 18

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

IV Penjelasan

Pasal 4 Ayat (3): Pelaksanaan pekerjaan konstruksi

dapat diadakan dalam satu paket kegiatan mulai dari

penyiapan lapangan sampai dengan hasil akhir

pekerjaan atau per bagian kegiatan.

Pasal 8 Huruf b: Standar klasifikasi dan kualifikasi

keahlian kerja adalah pengakuan tingkat keahlian kerja

setiap badan usaha baik nasional maupun asing yang

bekerja di bidang usaha jasa konstruksi.

Pengakuan tsb diperoleh melalui registrasi yang

meliputi: ………………..

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

IV Penjelasan Lanjutan

Prinsip persaingan yang sehat mengandung pengertian:

a.

Pasal 17 Ayat (1): Pengikatan merupakan proses yang

ditempuh oleh pengguna jasa dan penyedia jasa dalam

kedudukan yang sejajar dalam mencapai kesepakatan.

Diakuinya kedudukan yang sejajar antara pengguna

jasa dan penyedia jasa

b. Terpenuhinya ketentuan asas keterbukaan dalam

proses pemilihan dan penetapan.

c. Adanya peluang dalam keikutsertaan dalam setiap

tahapan persaingan yang sehat sesuai dengan

kemampuan dan ketentuan yang dipersyaratkan

d. Keseluruhan pengertian tentang prinsip persaingan

yang sehat tsb di atas, dituangkan dalam dokumen

yang jelas, lengkap, dan diketahui semua pihak serta

bersifat mengikat.

12 19

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa PenjelasanIV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

IV. Penjelasan Lanjutan

Insentif dapat berupa uang ataupun bentuk lainnya.

Pasal 22 Ayat (4): Yang dimaksud dengan insentif adalah

penghargaan yang diberikan kepada penyedia jasa atas

prestasinya, a.l. kemampuannya menyelesaikan

pekerjaan lebih awal daripada yang diperjanjikan dengan

tetap menjaga mutu sesuai yang dipersyaratkan.

Pasal 25 Ayat (3): Penetapan kegagalan hasil pekerjaan

konstruksi oleh pihak ketiga sebagai penilai ahli

dimaksudkan untuk menjaga obyektivitas dalam penilaian

dan penetapan kegagalan hasil pekerjaan konstruksi.

Penilai ahli terdiri dari orang perorangan, atau kelompok

orang, atau lembaga yang disepakati para pihak, yang

bersifat independen dan mampu memberikan penilaian

secara obyekrif dan profesional.

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

IV. Penjelasan Lanjutan

Penggantian yang layak diberikan kepada yang dirugikan

sepanjang terbukti merugikan secara langsung sebagai

akibat perencanaan, pelaksanaan, pengawasan atas

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam mewujudkan peran lembaga, pada tahap awal

Pemerintah dapat mengambil inisiatif dalam menetapkan

pembentukan lembaga serta memberikan dukungan

fasilitas termasuk pendanaan operasionlnya.

Pasal 29: Hak masyarakat dalam melakukan pengawasan

dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan

pekerjaan maupun pemanfaatan hasil-hasilnya.

Pasal 33 Ayat (1): Wakil dari Pemerintah yang duduk

dalam lembaga adalah yang ditunjuk oleh instansi yang

mempunyai tugas dan fungsi pembinaan Jakons.

12 20

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

IV. Penjelasan Lanjutan

1.

Pasal 33 Ayat (2), Huruf a: Pengembangan jasa konstruksi

yang dilakukan oleh lembaga dimaksudkan antara lain:

Agar penyedia jasa mampu memenuhi standar

nasional, regional, dan internasional.

2. Mendorong agar penyedia jasa mampu bersaing di

pasar nasional maupun internasional.

3. Mengembangkan sistem informasi jasa konstruksi

Huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e: Cukup jelas.

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

IV. Penjelasan Lanjutan

a.

Pasal 35: Semua Ayat.

Mengingat peran jakons dalam pembangunan

nasional dan mendukung perluasan kesempatan

usaha dan lapangan kerja, serta kewajiban

Pemerintah dalam melindungi kepentingan

masyarakat dan kepentingan nasional, maka

Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan

terhadap jasa konstruksi

b. Pembinaan yg meliputi pengaturan, pemberdayaan,

dan pengawasan dilakukan Pemerintah terhadap

jasa konstruksi, pengguna jasa, dan masyarakat.

12 21

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika ProfesiV. Etos Kerja

IV. Penjelasan Lanjutan

Pasal 35: Semua Ayat Lanjutan

Forum merupakan fasilitas dan/atau sarana untuk

mendorong terciptanya pemanfaatan dan pengawasan

secara optimal thd penjelenggaraan Jakons nasional

bagi masyarakat umumnya dan atau masyarakat Jasa

konstruksi khususnya.

Lembaga merupakan wadah pembinaan pelaksanaan

jasa konstruksi

Sebagian tugas pembinaan yang dilakukan oleh

Pemerintah dapat dilimpahkan kepada Pemerintah

Daerah.

12 22

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

IV. Etika Profesi

4.1. Umum.

UU No. 18/1999 Pasal 11 mengamanatkan bahwa pihak

perencana, pelaksanaan, dan pengawas konstruksi

harus bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.

Tanggung jawab tersebut dilandasi prinsip keahlian

sesuai kaidah keilmuan, kepatutan, dan kejujuran

intelektual dalam menjalankan profesinya dengan tetap

mengutamakan kepentingan umum

Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pasal 11

tersebut disebut “Tanggung Jawab Profesional”

Tanggung jawap profesional berlaku mulai dari tahap

persiapan proyek (studi, perencanaan), pelaksanaan,

sampai masa pertanggungan kegagalan bangunan.

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

4.1. Umum (lanjutan).

Tingkat keahlian sesuai kaidah keilmuan dapat diukur.

Pada dasarnya tingkat profesional diharapkan

memenuhi 3 kriteria:

1.

Tingkat keahlian sesuai kaidah kepatutan dan kejujuran

intelektual tidak mudah diukur.

Kemampuan teknis, (intelligent quotient/IQ)

2. Kemampuan emosional, (emotional quotient/EQ)

3. Kemampuan spiritual, (spiritual quotient/SQ)

Kemampuan teknis lebih mengarah pada nilai-nilai

produktivitas dan efesiensi.

Kemampuan emosional dan spiritual lebih mangarah

pada nilai kepatutan dan kejujuran, ukuran buruk-baik,

benar-tidak benar, wajar-tidak wajar.

12 23

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

4.2. Kode Etik Profesi

Etika profesi akan memagari seorang profesional agar

tidak keluar dari jalur nilai-nilai tersebut di atas.

Nilai produktivitas, efesiensi, kepatutan, dan kejujuran

tersebut dikenal sebagai etika profesi.

Etika profesi merupakan komitmen pribadi seorang

profesional untuk tetap memegang teguh nilai-nilai

kepatutan dan kejujuran intelektualnya.

Nilai-nilai keilmuan, kepatutan, dan kejujuran tersebut

merupakan unsur utama dalam etika profesi.

Etika profesi tersebut dirumuskan oleh setiap asosiasi

sebagai kode etik profesi

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

4.2. Kode Etik Profesi (lanjutan)

Setiap asosiasi, termasuk asosiasi di sektor jasa

konstruksi memiliki kode etik profesi.

Baik asosiasi perusahaan maupun asosiasi profesi

mempunyai kode etik sendiri sendiri.

Rumusan dan kata yang disusun oleh setiap organisasi

berbeda, namun semuanya menjunjung tinggi nilai-nilai

keilmuan, kepatutan, dan kejujuran.

Contoh Kode Etik HPJI:

7. Anggota HPJI wajib menjunjung tinggi martabat

profesi, bersikap terhormat, dapat dipercaya dan

bertanggung jawab secara profesional berazaskan

kaidah keilmuan, kepatutan, dan kejujuran

intelektual.

12 24

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

4.2. Kode Etik Profesi (lanjutan)

Contoh Kode Etik Ikatan Ahli Manajemen Proyek

Indonesia (IAMPI):

1. Penuh perhatian terhadap sesama

Setiap anggota IAMPI wajib selalu bersikap, bertingkah

laku, dan bertindak berdasarkan etika umum seorang

ahli profesional, yaitu:

2. Jujur terhadap diri sendiri dan lingkungannya

3. Bertanggung jawab atas semua pikiran, ucapan, dan

tindakan yang dilakukannya

4. Menepati janji

5. Bekerja dengan tujuan mendapatkan hasil yang baik

dan sempuna

6. Bersikap setia dan taat asas

Dst, dst, dst…….

12 25

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning

beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

V. Etos Kerja

1. Umum

2. Disiplin Kerja

3. Mematuhi Kaidah dan Peraturan

4. Kecenderungan orang tidak disiplin

5. Menepati

6. Mendukung

7. Permasalahan

8. Langkah-langkah menegakkan Disiplin

1. Umum

Setiap orang punya tugas dan tanggung jawab baik dalam

profesinya maupun dalam kehidupan sosialnya.

Rasa tanggung jawab dimiliki setiap orang secara alamiah.

Makin tinggi posisi seseorang makin tinggi dan luas pula

tanggung jawabnya, baik di dunia maupun di akhirat.

Katakanlah seorang pengawas lapangan suatu proyek,

tugas dan tanggung jawabnya terbatas pada proyek

bersangkutan.

Seorang Kepala Bagian Perencanaan misalnya punya

tugas dan tanggung jawab bukan hanya pada satu proyek,

namun terhadap beberapa proyek sekaligus.

12 26

1. Umum lanjutan

Setiap tugas akan dapat dilaksanakan dengan penuh

tanggung jawab bila sesorang memiliki kompetensi kerja

yang diikuti dengan motivasi yang tinggi.

Motive dalam Bahasa Inggris diartikan kemauan/

dorongan untuk melakukan sesuatu dengan suatu cara

- Dorongan yang timbul dari dalam diri (individu)

Motivasi (kata benda dari motif) adalah proses

dorongan/kemauan untuk melakukan sesuatu termasuk:

- Situasi yang memberikan dorongan

- Tingkah laku

- Tujuan melakukan sesuatu.

Kompetensi dan motivasi akan bersinergi membentuk

etos kerja yang tinggi.

Jadi untuk dapat memiliki otos kerja yang tinggi, sesorag

dituntut memiliki kompetensi dan motivasi yang kuat

untuk melakukan suatu pekerjaan

Sesorang yang memiliki etos kerja yang tinggi akan dapat

mempertanggung jawabkan hasil kerjanya baik di dunia

maupun di akhirat.

12 27

V. Etos Kerja

1. Umum

2. Disiplin Kerja

3. Mematuhi Kaidah dan Peraturan

4. Kecenderungan orang tidak disiplin

5. Menepati

6. Mendukung

7. Permasalahan

8. Langkah-langkah menegakkan Disiplin

2. Disiplin Kerja

Disiplin = suatu sikap yang menunjukkan kesediaan untuk

mematuhi, menepati, dan mendukung nilai dan kaidah

atau peraturan tertentu dalam suatu masyarakat tertentu

dan kurun waktu tertentu.

Hakekat Disiplin adalah:

a. Nilai dan kaidah/peraturan

Nilai adalah suatu konsepsi tentang sesuatu yg

dianggap baik atau buruk, salah atau betul, adail atau

tidak adil dst.

Kaidah atau peraturan adalah suatu nilai yang

dibakukan menjadi pedoman untuk berperilaku dan

bertindak thd sesama manusia dan lingkungan.

b. Sikap

Sikap adalah suatu disposisi atau keadaan mental pada

diri setiap individu untuk berreaksi thd lingkungannya.

Walaupun sikap ada dalam diri setiap individu, namun ia

dapat dipengaruhi oleh faktor di luar diri seseorang,

misalnya pengaruh (nilai) budaya, tradisi dll.

Contohnya; nilai budaya tradisional yang terlampau

banya berorientasi vertikal (orang berpangkat, orang yg

dituakan, orang yang lebih senior.

Nilai seperti ini akan mempengaruhi sikap seseorang

untuk patuh, menuruti, tidak berani membantah.

Nilai seperti ini dianggap baik pada suatu kelompok

tertentu dalam kurun waktu tertentu, namun bisa

sebalikya bagi kelompok lain dan atau kurun waktu

berbeda.

12 28

V. Etos Kerja

1. Umum

2. Disiplin Kerja

3. Mematuhi Kaidah dan Peraturan

4. Kecenderungan orang tidak disiplin

5. Menepati

6. Mendukung

7. Permasalahan

8. Langkah-langkah menegakkan Disiplin

3. Mematuhi Kaidah atau Peraturan

Apakah dipatuhinya suatu kaidah/peraturan oleh karena

dibuat oleh orang terpandang/berpengaruh? Atau

masyarakat memang merasa bahwa kaidah/peraturan

itu diperlukan dan nermanfaat?

Untuk masalah ini ada beberapa teori:

1). Teori Kedaulatan Tuhan

Kaidah dan peraturan dianggap sebagai kehendak

atau aturan dari Tuhan, manusia sebagai ciptaan

Tuhan wajib taat pada aturanNya.

2). Teori Perjanjian Masyarakat

Orang taat pada kaidah/peraturan karena ia telah berjanji.

Kaidah/peraturan dianggap sebagai kehendak bersama

dan suatu hasil konsensus dari segenap anggota

masyarakat.

3). Teori Kedaulatan Negara

Kaidah/peraturan dipatuhi karena ia merupakan produk

negara dan negara mengharuskan semua mamatuhi.

4). Teori Kedaulatan Hukum

Kaidah/peraturan dipatuhi karena kedaulatan dan

kekuatan hukum, akan terkena sangsi bagi siapa saja

yang tidak mematuhinya.

Kaidah/peraturan dipatuhi karena merupakan rumusan

dari kehendak rakyat.

12 29

V. Etos Kerja

1. Umum

2. Disiplin Kerja

3. Mematuhi Kaidah dan Peraturan

4. Kecenderungan orang tidak disiplin

5. Menepati

6. Mendukung

7. Permasalahan

8. Langkah-langkah menegakkan Disiplin

4. Kecenderungan Orang Tidak Disiplin

Bebarapa ahli berpendapat:

1). Kutjaraningrat, pakar antropologi budaya

Revolusi di negeri kita sama seperti revolusi yg terjadi

dlm sejarah manusia; telah membawa akibat berupa

kerusakanmental dan fisik pada masyarakat kita.

Revolusi di negeri kita sama seperti revolusi yg terjadi

dlm sejarah manusia; telah membawa akibat berupa

kerusakan mental dan fisik pada masyarakat kita.

2). Soedjito, sosiolog

Kedisiplinan merupakan resultante dari berbagai

faktor dalam masyarakat yg sedang mencari bentuk

dan kepribadian.

Dalam kondisi tertentu perlombaan meningkatkan

pelanggaran.

3). Soerjono Soekamto dalam bukunya Sosiologi Hukum:

Timbulnya perilaku menyimpang dalam masyarakat

dapat dipengaruhi oleh 3 aspek yaitu:

a. Kaidah sosial; haruslah rinci, tegas, dan jelas agar

dapat berfungsi sebagai pengendali

b. Sarana dan prasarana harus dapat menunjang

c. Kesadaran hukum masyarakat harus ditumbuh

kembangkan

Ketiga aspek tersebut harus mendapat perhatian

seimbang agar tidak terjadi perilaku menyimpang/

membuat orang menjadi tidak disiplin

12 30

Tidak jelas tanya

I hope no difficult

question(s), …….