PMTCT BAB 1
-
Upload
rosita-syarifah-saman -
Category
Documents
-
view
24 -
download
3
Transcript of PMTCT BAB 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Penyakit Acquired Immunity Deficiency Syndrome (AIDS) yang diakibatkan
oleh Human Immuno Deficiensy Virus (HIV), dianggap oleh seluruh lapisan
masyarakat dunia sebagai suatu malapetaka global. Semua kelompok, baik sebagai
pengidap penyakit, pihak masyarakat yang perduli kesehatan, pihak pemerintah, serta
organisasi sosial masyarakat perduli AIDS, menyadari penting adanya usaha terpadu
untuk melakukan tindakan promosi dan prevensi terhadap penyebaran penyakit HIV
AIDS (DepKes RI, 2007).
Kondisi pertumbuhan / perkembangan penyakit HIV/AIDS di Indonesia
dinilai sudah meningkat kritis. Dalam triwulan Januari hingga Maret 2009 di seluruh
Indonesia dilaporkan ada penambahan penderita AIDS (sudah menampakkan gejala
secara fisik) sebesar 854 kasus. Pengidap infeksi HIV (kasus ditemukan terinfeksi
tapi belum menampakkan gejala) ditemukan mencapai 114 sehingga sampai saat ini
total penambahan di triwulan pertama 2009, mencapai 968 kasus. Secara kumulatif
kasus pengidap HIV dan AIDS (1 Januari 1987 - 31 Maret 2009) terdiri dari HIV
sebanyak 6.668 kasus, sementara AIDS sebanyak 16.964 kasus. Jumlah keseluruhan
mencapai 23.632 kasus, dengan angka kematian 3.992 jiwa.
Dari fakta pertumbuhan jumlah kasus sedemikian signifikan, Pemerintah
melalui Depkes RI melakukan usaha-usaha penanggulangan yang lebih intensif
Universitas Sumatera Utara
dengan melakukan promosi supaya pihak masyarakat turut berpartisipasi, bahu
membahu menjaga diri dari kemungkinan infeksi HIV. Tujuan himbauan ini agar
kasus HIV dan AIDS tidak bertambah. Meningkatnya HIV dan AIDS diperkirakan
lebih banyak karena hetero seksual (gonta – ganti pasangan), homoseksual,
pemakaian jarum suntik atau IDU, dan penularan dari ibu hamil pengidap HIV dan
AIDS terhadap bayi yang dilahirkan. Statistik jumlah kumulatif kasus AIDS menurut
jenis kelamin: (1) laki – laki sebanyak 12.640 kasus dan (2) wanita sebanyak 4.239
kasus (Medan, Analisa, 23 Juli 2009).
Hal yang paling mengkhawatirkan adalah tingkat penularan HIV / AIDS pada
kelompok usia umur reproduktif tinggi, yaitu mencapai tingkat penularan HIV /
AIDS pada kelompok 90 %. Kondisi ini otomatis akan memperbesar kemungkinan
terjadinya penularan HIV AIDS dari ibu hamil kepada bayi yang dikandung. Menurut
temuan sampai saat ini sebanyak 16 anak berusia 0 – 9 tahun diketahui telah
terjangkit HIV/AIDS. Namun, jumlah 16 tersebut diperkirakan terlalu kecil
dibandingkan dengan fakta yang sesungguhnya (RSUPHAM; 2005 – 2008).
Hingga April 2009, KPA Sumut mencatat temuan sebanyak 23 orang ibu
rumah tangga dan 17 orang bayi terjangkit HIV/AIDS. Kota Medan sendiri
dilaporkan sebagai daerah yang terbanyak ditulari HIV / AIDS di Sumatera Utara.
Jumlah pengidap di daerah ini adalah : HIV / AIDS sebanyak 1181 kasus.
Berdasarkan laporan 11 klinik VCT di Medan tahun 2009, kunjungan ke klinik VCT
berjumlah 661 orang. Dari sejumlah tersebut terdapat kasus HIV sebanyak 584 orang,
Universitas Sumatera Utara
AIDS 77 orang. Jumlah kelompok menurut kelompok gender, laki-laki sebanyak 515
orang dan perempuan sebanyak 146 orang.
Tabel 1.1. Jumlah kumulatif kasus AIDS menurut tingkat resiko (2009)
Resiko Jumlah Hetero seksual 412 Homoseksual 10 Jarum suntik atau IUD 216 Transmisi perinatal atau ibu hamil menular pada bayi 14 Transfusi darah 1 Tidak diketahui penyebab 8 Sumber Dinkes Medan 2010
Tabel 1.2. Proporsi kumulatif kasus AIDS per golongan umur (2009) :
Umur Jumlah ≤ 15 tahun 18 16 – 24 tahun l 94 25 – 34 tahun 380 35 – 44 tahun 122 ≥ 55 tahun 47 Tidak diketahui penyebab 8 Sumber Dinkes Medan 2010
Berdasarkan data di atas pihak pelayanan kesehatan perlu melakukan
peningkatan pelayanan program Prevention Mother to Child Transmission (PMTCT)
untuk menghentikan penularan HIV / AIDS dari ibu hamil ke bayi yang dikandung.
Program PMTCT dimulai dari : (1) pencegahan penularan HIV / AIDS untuk
kelompok usia reproduktif tinggi hingga (2) pemberian dukungan psikologis serta
sosial pada ibu dan bayi pengidap HIV/AIDS.
Bidan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan ibu hamil, kelahiran dan
pemeliharaan kesehatan ibu dan anak, memiliki peran cukup strategis dalam upaya
menekan laju pertumbuhan penyakit HIV / AIDS di antara kelompok masyarakat
Universitas Sumatera Utara
pengunjung Puskesmas terutama pada pelayanan KIA. Para bidan di latih agar
memiliki pengetahuan tentang pencegahan transmisi HIV/AIDS dari ibu ke bayi.
Proses penularan HIV AIDS dapat berlangsung melalui proses kehamilan,
persalinan, maupun proses pemberian air susu ibu pada bayi. Kondisi beresiko ini
menuntut komitmen lintas kelembagaan, pemerintah maupun swasta untuk
menciptakan berbagai program dan aktifitas, secara optimal untuk mencegah
penularan HIV / AIDS dari ibu ke anak (Jamaludin ,2009).
Pemanfaatan Bidan dalam hal penanggulangan HIV / AIDS di khususkan
untuk program Prevention of Mother to Child Transmission (PMTCT) atau
penularan dari ibu ke bayi. Para bidan diharapkan cermat melakukan anamnese para
ibu hamil (bumil) tentang ada tidaknya faktor risiko terinfeksi HIV. Selain itu ibu
hamil diharapkan secara suka rela memeriksakan diri ke klinik VCT (Voluntary
Counceling and Testing). Tujuan kegiatan VCT adalah untuk mendeteksi apakah
seseorang (ibu dan suami) terkena HIV atau tidak, Dalam pelayanan sehari-hari
diprediksi akan ada 20 persen ibu hamil yang diperiksa di Puskesmas / RS, dirujuk ke
klinik VCT. Bila di VCT ditemukan ibu hamil, dan wanita usia produktif positif HIV
dirujuk ke program PMTCT. Secara khusus, program PMTCT memiliki 4 sasaran
yakni: (1) mencegah agar para wanita usia reproduktif tinggi tidak terinfeksi HIV. (2)
Kalau ada pasien dengan HIV positif, diharapkan pasien tidak hamil. (3) Jika
terlanjur ibu dengan HIV terlanjur hamil, maka ada program PMTCT untuk
menangani (4) secara khusus, supaya anak yang di lahirkan tidak terinfeksi HIV.
Caranya pelaksanaan secara umum mulai dari (1) pemberian profilaksis kepada ibu
Universitas Sumatera Utara
hamil, (2) proses melahirkan melalui operasi caesar, (3) pemberian ASI eksklusif tiga
bulan atau diberikan pengganti ASI. Kalau tidak ada tindakan intervensi, maka 15-30
persen bayi akan terinfeksi. (Pedoman Nasional Pencegahan HIV/AIDS, 2007).
Aspek-aspek komunikasi yang dapat diperankan oleh para bidan dalam tugas-
tugas profesi adalah peran potensil menjadi penyebar informasi, pemberi nasihat /
petunjuk pada ibu hamil bagaimana cara mencegah terjadinya transmisi virus HIV
selama masa pra kehamilan, hamil dan setelah melahirkan. Semuanya ditujukan
terutama pada ibu yang ternyata dijumpai potensil mengidap penyakit akibat virus
HIV. Perlu ditekankan bahwa proses komunikasi penanggulangan HIV AIDS selalu
berlangsung dengan tahapan: (1) perubahan nilai pengetahuan / informasi (cognitive)
pada penerima; (2) perubahan sikap (attitude) yang positif pasien dan (3) perubahan
perilaku (behaviour) menjadi lebih baik (sehat) menghindari resiko HIV AIDS.
Secara sederhana komunikasi dapat dirumuskan sebagai proses pengoperan isi
pesan berupa lambang-lambang dari komunikator kepada komunikan. Pengertian
komunikasi menurut Dale Yoder, dkk (Surakhmat, 2006:17) dikutip dari
www.wordpress.com/fag/interpersonal-communication/ - diakses 05 Mei 2008 : 22.55
WIB Communication is the interchange of information, ideas, attitudes, thoughts, and/or
opinions. Komunikasi adalah pertukaran informasi, ide, sikap, pikiran dan/atau pendapat.
Komunikasi dapat berlangsung melalui peran multi aspek yang ada di sekitar
inividu. Aspek komunikasi yang diangkat lebih difokuskan pada aspek-aspek (1)
Siapa pemberi pesan (2) materi pencegahan HIV/AIDS (3) dengan media apa, (4)
kepada siapa dan (5) bagaimana pengaruhnya terhadap kepatuhan pasien
Universitas Sumatera Utara
mengunjungi klinik VCT. Indikator yang dipakai apakah ada perubahan perilaku pada
individu penerima pesan, lalu mereka melakukan pemeriksaan secara sukarela ke
klinik VCT (Jamaludin, 2009).
Kelompok bidan dianggap penting dibuat terpisah dari kelompok pelayanan
lain adalah karena kesempatan para bidan untuk mengadakan komunikasi khusus
dengan para ibu yang potensil tertular adalah lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok lain-nya. Dapat diterima bahwa di masyarakat peran bidan sebagai tempat
mempertanyakan masalah kehamilan adalah hal yang lazim. Dapat dimengerti bahwa
pihak bidan selain memiliki keterampilan profesi, memerlukan keterampilan
melaksanakan komunikasi dengan pihak pasien yang mereka layani supaya program
promosi VCT dalam rangkaian PTMCT dapat terlaksana. (Jamaludin, 2009).
1.2. Permasalahan
Menurut Harold D. Lasswel, cara terbaik untuk menjelaskan komunikasi
adalah menjawab pertanyaan ” Who says what in which channel to whom with what
effect”. Dari definisi Harrold D. Lasswel dapat dibuat suatu rangkaian komponen
komunikasi dengan ulasan sebagai berikut: (Ruslan; 2003)
Who siapa ? Komunikator
Says what berkata apa ? Pesan
In which channel dengan media apa ? Media
To Whom kepada siapa ? Komunikan
With what effect apa yang terjadi? Effek
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian tersebut diatas dapat di buat suatu rumusan permasalahan,
bagaimana pengaruh aspek-aspek (komponen) komunikasi (komunikator, pesan,
komunikan, media) yang dilakukan oleh bidan terutama dalam pelaksanaan PMTCT
(Prevention Mother to Child Transmission) terhadap effek yaitu kunjungan
komunikan (pasien) yang kemudian secara sukarela memeriksakan diri ke pos-pos
pelayanan Voluntary Consultation and Test (VCT) yang telah dipersiapkan di
beberapa RS di Medan dan sekitarnya tahun 2010.
1.3. Tujuan penelitian
Untuk menganalisis pengaruh proses komponen komunikasi (komunikator,
pesan, komunikan, media) yang berlangsung secara bersamaan dengan kegiatan
Prevention Mother to Child Transmission (PMTCT), terhadap kunjungan pasien yang
memeriksakan diri ke pelayanan Voluntary Counselling and Test (VCT) di Medan
tahun 2010.
1.4. Hipotesis
Terdapat pengaruh komponen komunikasi (komunikator, pesan, komunikan,
media) yang dilakukan oleh bidan dalam pelaksanaan Prevention Mother to Child
Transmission (PMTCT) terhadap kunjungan pasien yang memeriksakan diri ke
pelayanan Voluntary Counselling and Test (VCT) di Medan tahun 2010.
Universitas Sumatera Utara
1.5. Manfaat penelitian
1. Memberi informasi pada masyarakat dan pemerhati kesehatan masyarakat lain
pada umumnya bagaimana pemerintah serta masayarakat telah melakukan
penanggulangan terhadap penyebaran penyakit HIV-AIDS.
2. Memberi informasi penting pada pihak pemerintah tentang deskripsi tentang
usaha prevensi (pencegahan) apa yang sudah dilakukan khusus untuk tujuan
pencegahan penyebaran HIV-AIDS melalui jalur pembinaan keluarga
berencana serta Kesehatan Ibu dan Anak di kelompok BKIA.
3. Memberi informasi tentang kekuatan komunikasi oleh pihak bidan, berpengaruh
pada perubahan perilaku komunikan (pasien) di lingkungan pelayanan PMTCT
dengan indikator partsipasi mereka memeriksakan diri ke pos pelayanan VCT.
Universitas Sumatera Utara