Plasenta Previa Sari Suddin

21
Pendarahan Antepartum et causa Plasenta Previa Sari Prasili Suddin 102010029 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana Jalan Arjuna Timur no. 6 Jakarta [email protected] Pendahuluan Angka kematian maternal masih menjadi tolok ukur untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dan salah satu indikator tingkat kesejahteraan ibu. Angka kematian maternal di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Menurut SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) tahun 1992 yaitu 421 per 100.000 kelahiran hidup, SKRT tahun 1995 yaitu 373 per 100.000 kelahiran hidup dan menurut SKRT tahun 1998 tercatat kematian maternal yaitu 295 per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan PJP II (Pembangunan Jangka Panjang ke II) (2019) menjadi 60 - 80 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan (40- 60%), infeksi (20-30%) dan keracunan kehamilan (20-30%), sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan. Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa,

description

fghjklmjj

Transcript of Plasenta Previa Sari Suddin

Page 1: Plasenta Previa Sari Suddin

Pendarahan Antepartum et causa Plasenta Previa

Sari Prasili Suddin

102010029

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana

Jalan Arjuna Timur no. 6 Jakarta

[email protected]

Pendahuluan

Angka kematian maternal masih menjadi tolok ukur untuk menilai baik buruknya keadaan

pelayanan kebidanan dan salah satu indikator tingkat kesejahteraan ibu. Angka kematian

maternal di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Menurut SKRT (Survei Kesehatan Rumah

Tangga) tahun 1992 yaitu 421 per 100.000 kelahiran hidup, SKRT tahun 1995 yaitu 373 per

100.000 kelahiran hidup dan menurut SKRT tahun 1998 tercatat kematian maternal yaitu 295 per

100.000 kelahiran hidup. Diharapkan PJP II (Pembangunan Jangka Panjang ke II) (2019)

menjadi 60 - 80 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab terpenting kematian maternal di

Indonesia adalah perdarahan (40- 60%), infeksi (20-30%) dan keracunan kehamilan (20-30%),

sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan.

Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan

postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar

3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan

perdarahan yang belum jelas. Plasenta previa adalah plasenta yang implantasinya tidak normal,

sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum; kasus ini masih menarik dipelajari

terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, karena faktor predisposisi yang masih sulit

dihindari, prevalensinya masih tinggi serta punya andil besar dalam angka kematian maternal

dan perinatal yang merupakan parameter pelayanan kesehatan.

Anamnesis

Anamnesis adalah suatu bentuk wawancara dokter dan pasien guna memperoleh informasi

sebanyak-banyaknya sehingga dapat membantu dalam penegakkan diagnosa. Beberapa hal yang

perlu ditanyakan diantaranya:1

Page 2: Plasenta Previa Sari Suddin

1. Identitas Pasien

2. Keluhan Utama

Ada perdarahan dengan rasa sakit atau tidak?

Jumlahnya sedikit atau banyak?

3. Keluhan Tambahan

4. Tentang Menstruasi

Kapan hari pertama haid terakhir

Menarche umur berapa?

Apakah haid teratur

Berapa lama

Nyeri haid

Perdarahan antara haid

5. Tentang Kehamilan

Berapa kali hamil

Adakah komplikasi pada kehamilan terdahulu

Apakah pernah keguguran, berapa kali, umur kehamilan

6. Tentang persalinan

Berapa kali bersalin?

Bagaimana persalinan terdahulu, komplikasi?

Berapa berat badan bayi waktu lahir?

Kalau persalinan dengan Sectio Caesarea apa alasannya

7. Riwayat Perkawinan

Berapa kali menikah

Pernikahan sekarang sudah berapa lama

8. Riwayat penyakit pasien

Penyakit berat yang pernah diderita pasien

Operasi didaerah perut dan alat kandungan.

9. Riwayat penyakit keluarga

Penyakit pada anggota keluarga yang berhubungan dengan penyakit herediter

Adakah keturunan kembar

Pemeriksaan

Page 3: Plasenta Previa Sari Suddin

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan umum

Pada pemeriksaan umum akan diperiksa keadaan umum, sikap,dan kesadaran pasien.

Selanjutnya dilakukan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital seperti tekanan darah, suhu tubuh,

denyut nadi, serta frekuensi pernapasan. 1

Pemeriksaan Obstetri

Pemeriksaan ini terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

1. Inspeksi

Pada tahap ini, akan diperiksa beberapa hal diantaranya bentuk perut, terdapat bekas

luka/operasi, perubahan warna kulit (linea nigra,striae gravidarum) atau tidak, serta terdapat

tumor atau tidak.1

2. Palpasi

Palpasi yang dilakukan ada Leopold 1 – 4.

1. Leopold 1

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan tinggi fundus serta menentukan bagian

tubuh anak apa yang terletak dibagian atas. Cara pemeriksaannya adalah pasien tidur

terlentang dengan lutut ditekuk dan pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien menghadap

kearah kepala pasien, dengan kedua tangan menentukan bagian apa dari anak yang

terletak dalam fundus. Apabila kepala maka akan didapatkan bentuk bulat, keras dan ada

ballottement. Sedangkan apabila bokong maka akan didapatkan bentuk yang tidak begitu

bulat, konsistensinya lunak, dan tidak ada ballottement. Pada letak lintang, fundus

kosong.

2. Leopold 2

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan letak punggung anak. Cara pemeriksaannya

adalah posisi pemeriksa sama halnya dengan Leopold 1, lalu dengan kedua belah jari-jari

uterus ditekan ketengah untuk menentukan dimana letak punggung anak : kanan atu kiri.

Punggung anak memberikan tahanan besar. Pada letak lintang dipinggir kanan kiri uterus

terdapat kepala atau bokong.

3. Leopold 3

Page 4: Plasenta Previa Sari Suddin

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan bagian terendah anak apakah sudah masuk

ke pintu atas panggul atau tidak. Cara pemeriksaannya adalah posisi pemeriksa tetap

sama seperti leopold 1, pemeriksa memakai satu tangan menentukan apa yang menjadi

bagian bawah (kepala atau bokong), bagian bawah coba digoyangkan apabila masih bisa,

berarti bagian tersebut belum terpegang oleh panggul.

4. Leopold 4

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan seberapa jauh bagian tubuh anak sudah

memasuki rongga panggul. Cara pemeriksaan adalah posisi pasien tetap, pemeriksa

menghadap kearah kaki pasien, dengan kedua belah tangan ditentukan seberapa jauh

bagian tubuh anak yang paling bawah sudah memasuki rongga panggul. Hal ini

ditentukan dengan cara, apabila posisi tangan konvergen, berarti baru sebagian kecil

kepala masuk panggul, apabila posisi tangan sejajar, berarti separuh dari kepala masuk

kedalam rongga panggul, sedangkan apabila posisi tangan divergen, berarti sebagian

besar kepala sudah masuk panggul.1

3. Auskultasi

Auskultasi bisa dilakukan dengan stetoskop kebidanan atau dengan fetal heart detector

(Doppler). Pada auskultasi bisa didengar bermacam bunyi dari anak akan terdengar bunyi

jantung, bising tali pusat, gerakan anak selain itu juga dapat didengar bermacam bunyi dari

ibu diantaranya bising arteri uterina, bising aorta, bising usus. Bunyi jantung anak dengan

Doppler dapat didengar sejak umur kehamilan 12 minggu sedang dengan stetoskop baru

didengar pada umur kehamilan 26 minggu. Frekuensi bunyi jantung anak antara 120 -140 per

menit. Karena letak janin normal dalam posisi kyphose, dan didepan dada terdapat tangan,

maka bunyi jantung janin paling jelas terdengar didaerah punggung anak dekat kepala. Pada

presentasi kepala, tempatnya ialah di kiri atau kanan sedikit dibawah pusat. Bila janin masih

kecil, bunyi jantung anak dicari dengan Doppler digaris tengah diatas symphisis . Bunyi

jantung anak dihitung frekuensinya dan keteraturannya.1

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang sangat penting untuk dapat memastikan diagnosis plasenta previa dan

menetapkan kondisi umum ibu, khususnya fetus. Pemeriksaan penunjang yang digunakan adalah

ultrasonografi.2 Tingkat akurasinya adalah sekitar 96-98%. Hasil positif palsu sering disebabkan

Page 5: Plasenta Previa Sari Suddin

oleh distensi kandung kemih. Karena itu, ultrasonografi pada kasus yang tampaknya positif harus

diulang setelah kandung kemih dikosongkan. Sumber kesalahan yang jarang adalah identifiaksi

plasenta yang sebagian besar berimplantasi di fundus tetapi tidak disadari bahwa plasenta

tersebut besar dan meluas ke bawah sampai ke os interna serviks. Pemakaian ultrasonografi

transvaginal telah secara nyata menyempurnakan tingkat ketepatan diagnosis plasenta previa.3

Pemeriksaan laboratorium juga dibutuhkan, terutama pemeriksaan darah lengkap, yang diukur

adalah Hb, Ht, trombosit, waktu tromboplastin, leukosit.2,3

Tabel 1. Pemeriksaan laboratorium pada kasus perdarahan antepartum.1

Pemeriksaan Keterangan

Darah Lengkap Untuk mendapatkan gambaran keasaan darah dan persiapan untuk

memberikan transfuse

Albumin Untuk menentukan jumlah absolute albumin yang mencerminkan

keadaan osmotic darah. Jika terlalu rendah dapat terjadi ekstravassasi

cairan darah dan menimbulkan edema

Trombosit darah

Waktu pembekuan

Waktu pendarahan

- Untuk menetapkan apakah terjadi gangguan pembekuan darah,

sekalipun hanya mungkin terjadi pada pendarahan antepartum yang

banyak

- Gangguan faktor pembekuan darah akan dapat disubstitusi sehingga

akan mengurangi perdarahan akibat gangguanfaktor pembekuan

darah

- Beberapa faktor pembekuan darah dapat diberikan, antara lain

trombosit atau fibrinogen

Urine lengkap - Perhatikan jumlah urine setiap jam karena perdarahan banyak akan

menimbulkan oligouria bahan anuria

- Hasil lainnya akan menunjukkan kemungkinan sudah terjadinya

gangguan ginjal

Diagnosis kerja

Page 6: Plasenta Previa Sari Suddin

Plasenta previa ialah plansenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen-bawah uterus

sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta

terletak di bagian atas uterus. Plasenta previa dapat mengakibatkan pendarahan pada kehamilan

di atas 22 minggu.2,3

Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan

lahir pada waktu tertentu. Pembagiannya sebagai berikut:

1. Plasenta previa totalis. Seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta

2. Plasenta previa parsialis. Sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta

3. Plasenta previa marginalis. Pinggir plasenta tepat pada pinggir pembukaan

4. Plasenta letak rendah. Plasenta yang letaknya abnormal pada segmen-segmen bawah

uterus, akan tetapi belum samapai menutupi pembukaan jalan lahir. Pinggur plasenta kira-

kira 3-4 cm di atas pinggir pmbukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan

lahir.

Adapun keadaan lain yang disebut vasa previa, yaitu keadaan dengan pembuluh-pembuluh janin

berjalan melewati selaput ketuban dan terdapat di os. Interna. Kondisi ini merupakan penyebab

penarahn antepartum yang jarang dan memiliki angka kematian janin yang tinggi.

Karena klsifikasi ini tidak didasarkan pada keadaan anatomic melainkan fisiologik, yaitu

bergantung pada pembukaan serviks saat diperiksa, maka klasifikasinya akan berubah setiap

waktu. Sebagai contoh: plasenta previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah

menjadi plasenta previa parsialis pada pembukaan 8 cm. Sebaliknya, plasenta yang letaknya

rendah pada pembukaan 2 cm dapat menjadi plasenta previa parsial pada pembukaan 8 cm

karena serviks yang berdilatasi akan memanjangkan plasenta. Pada plasenta previa totalis dan

parsial, terlepasnya plasenta secara spontan sampai tahap tertentu merupakan konsekuensi yang

tidak terhindarkan dari pembentukan segmen bawah uterus dan pembukaan serviks. Pelepasan

ini menyebabkan pendarahan akibat robeknya pembuluh darah. Tentu saja observasi seperti ini

tidak akan terjadi apabila ditangani dengan baik. Palpasi dengan jari untuk memastikan

hubungan perubahan antara tepi plasenta dan os interna sewaktu serviks membuka dapat memicu

pendarahan hebat.3

Diagnosis banding

Page 7: Plasenta Previa Sari Suddin

Selain plasenta previa, solution plasenta juga memiliki gejala pendarahan. Berikut perbedaan

plasenta previa dan solution plasenta.4

Faktor perbedaan Plasenta previa Solution plasenta

1 Timbulnya Tiba-tiba, tidak diikuti his Tiba-tiba diikuti his

2 Rasa sakit Tidak ada Hebat terutama jenis

‘concoaled’

3 Perdarahan Banyak, dimulai sedikit sedikit Banyak/sedikit

4 Fundus uteri Uterus lemas Meninggi pada jenis

‘concoaled’ dan tegang

5 Keadaan umum Sesuai dengan jumlah

pendarahan, pasien tegang

Tidak sesuai dengan jenin

perdarahan, pasien gelisah

6 Bagian terendah anak Masih tinggi/kelainan Sudah turun dalam inlet

7 Bagian-bagian anak Mudah diraba, biasa Sukar diraba

8 DJA Biasanya terdengar Biasanya tidak terdengar

9 Darah yang keluar Merah segar Merah kehitaman

Epidemiologi

Plasenta previa menjadi penyulit pada 0,5% persalinan.Plasenta previa terjadi pada kira-kira 1 di

antara 200 persalinan. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, antara tahun 1971-1975,

terjadi 37 kasus plasenta previa di antara 4781 persalinan yang tidak terdaftar, atau kira-kira di

antara 125 persalinan terdaftar.3

Etiologi

Plasenta previa merupakan salah satu penyebab serius perdarahan pada periode trimester ketiga.

Hal ini biasanya terjadi pada wanita dengan kondisi sebagai berikut :

1.   Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (28

minggu) . Kejadian plasenta previa tiga kali lebih sering pada wanita multipara daripada

primipara. Pada multipara, plasenta previa disebabkan vaskularisasi yang berkurang dan

perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan masa lampau. Aliran darah ke plasenta tidak

Page 8: Plasenta Previa Sari Suddin

cukup dan memperluas permukaannnya sehingga menutupi pembukaan jalan lahir. Pada paritas

tinggi kejadian plasenta previa makin besar karena keadaan endomentrium kurang subur.3,4

2.   Usia ibu

Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Kematian maternal pada wanita

hamil dan melahirkan pada usia < 20 dan > 35 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada

kematian maternal yang terjadi pada usia 20-35 tahun.

Prevalensi plasenta previa meningkat 3 kali pada umur ibu > 35 tahun. Plasenta previa dapat

terjadi pada umur diatas 35 tahun karena endometrium yang kurang subur, sklerosis pembuluh

darah arteri kecil dan arteriole miometrium menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak

merata sehingga plasenta tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan yang lebih besar, untuk

mendapatkan aliran darah yang adekuat. Plasenta previa terjadi pada umur muda karena

endometrium masih belum sempurna.

3.   Riwayat pembedahan rahim, termasuk seksio sesarea (risiko meningkat seiring peningkatan

jumlah seksio sesarea).

Seksio sesarea yaitu pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan

dinding uterus.3 Riwayat persalinan sesarea akan meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa

yaitu (3,9 %) lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka (1,9 %) untuk keseluruhan populasi

obstetric. Kejadian plasenta previa meningkat pada ibu dengan riwayat seksio sesarea di

sebabkan karena endometrium yang cacat akibat bekas luka sayatan.

4.   Kehamilan kembar (ukuran plasenta lebih besar).

Kehamilan kembar yaitu Kehamilan dengan 2 janin atau lebih. Pada kehamilan kembar ukuran

plasenta lebih besar dari ukuran normal dan tempat implantasinya membutuhkan ruang yang

luas, untuk mendapatkan aliran darah yang lebih kuat.3,5

Patofisiologi

Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada trimester

ketiga karena saat itu segmen bawah uterus akan semakin melebar dan serviks mulai membuka.

Perdarahan ini terjadi apabila plasenta terletak diatas ostium uteri interna atau di bagian bawah

segmen rahim. Pembentukan segmen bawah rahim dan pembukaan ostium uteri interna akan

menyebabkan robekan plasenta pada tempat perletakannya. Darah yang berwarna merah segar,

sumber perdarahan dari plasenta previa ini ialah sinus uterus yang robek karena terlepasnya

Page 9: Plasenta Previa Sari Suddin

plasenta dari dinding uterus , atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya

tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk

berkontraksi menghentikan perdarahan pada kala III pada plasenta yang letaknya normal.

Semakin rendah letak plasenta, maka semakin dini perdarahan yang terjadi. Oleh karena itu,

perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dii daripada plasenta letak rendah yang

mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai.3,4,5

Gambaran klinik

Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dari plasenta previa.

Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa. Pendarahan pertama biasanya

tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal. Akan tetapi, pendarahan berikutnya hampir

selalu lebih banyak daripada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan

dalam. Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada triwulan ketiga, akan tetapi tidak

jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen-segmen uterus telah

terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen-bawah

uterus akan melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen

bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh

plasenta yang melekat di situ tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat

itu mulailah terjadi pendarahan. Darahnya berwarna merah segar, berlainan dengan darah yang

disebabkan oleh solution plasenta yang berwarna kehitam-hitaman. Sumber pendarahan ialah

sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan

sinus marginalis dari plasenta. Pendarahannya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan

serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan pendarahan itu, tidak

sebagaimana serabut otot uterus menghentikan pedarahan pada kala III dengan plasenta yang

letaknya normal. Makin rendah plasenta, makin dini pendarahan terjadi. Oleh karena itu,

pendarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah,

yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai.3

Turunnya bagian terbawah janin ke dalam pintu atas panggul akan terhalang karena adanya

plasenta di bagian bawah uterus. Apabila janin dalam presetasi kepala, kepalanya akan

didapatkan belum masuk ke dalam pintu atas panggul yang mungkin karena plasenta previa

sentralis; mengolak ke samping karena plasenta previa parsialis; menonjol di atas simfisis karena

Page 10: Plasenta Previa Sari Suddin

plasenta previa posterior; atau bagian terbawah janin sukar ditentukan karena plasenta previa

anterior. Tidak jarang terjadi kelainan letak, seperti letak lintang atau letak sungsang.

Nasib janin tergantung dari banyaknya pendarahan, dan tuanya kehamilan pada waktu

persalinan. Pendarahan mungkin masih dapat diatasi dengan transfuse darah, akan tetapi

persalinan yang terpaksa diselesaikan dengan janin yang masih premature tidak selalu dapat

dihindarkan.

Apabila janin telah lahir, plasenta tidak selalu mudah dilahirkan karena sering mengadakan

perlekatan yang erat dengan dinding uterus. Apabila plasenta telah lahir, pendarahan post partum

sering kali terjadi karena kekurangmampuan serabut-serabut otot segmen-bawah uterus untuk

berkontraksi menghentikan pendarahan dari bekas insersio plasenta; atau, karena perlukaan

serviks dan segmen-bawah uterus yang rapuh dan mengandung banyak pembuluh darah besar,

yang dapat terjadi bila persalinan berlangsung per vaginam.5

Penatalaksanaan

1. Terapi ekspektatif (pasif)

Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat tanpa melakukan

pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif.

Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik.

Syarat-syarat terapi ekspektatif :

a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.

Penanganan pasif pada kasus kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit kemudian

berhenti di maksudkan dapat memberikan kesempatan pada janin untuk tetap tumbuh dan

berkembang dalam kandungan sampai janin matur. Dengan demikian angka kesakitan dan

kematian neonatal karena kasus preterm dapat ditekan.

b. Belum ada tanda-tanda in partu.

Menunda tindakan pengakhiran kehamilan segera pada kasus plasenta previa bila tidak

terdapat tanda-tanda inpartu ditujukkan untuk mempertahankan janin dalam kandungan. Hal

ini memberikan peluang janin untuk tetap berkembang dalam kandungan lebih lama sampai

aterm, dan dengan demikian pula kemungkinan janin hidup di luar kandungan lebih besar

lagi.

c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).

Page 11: Plasenta Previa Sari Suddin

Selama ibu tidak memiliki riwayat anemia, terapi pasif dapat dilakukan karena kemungkinan

perdarahan berkelanjutan kecil terjadi karena kadar Hb normal bila sebelumnya tidak

dilakukan pemeriksan dalam.

d. Janin masih hidup.

Bila janin masih hidup, berarti besar kemungkinan janin masih dapat bertahan dalam

kandungan sampai janin matur. Sehingga tidak perlu mengakhiri kehamilan dengan segera

karena hanya akan memperkecil kesempatan hidup janin bila sudah berada di luar

kandungan.

2. Terapi aktif

Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak, harus

segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin. Cara menyelesaikan

persalinan dengan plasenta previa :.

a. Seksio sesarea

Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu,

sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini

tetap dilakukan.

b. Melahirkan pervaginam

Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan tersebut dapat

dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

1) Amniotomi dan akselerasi

Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/ marginalis dengan pembukaan >

3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, plasenta akan mengikuti

segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada

atau masih lemah, akselerasi dengan infus oksitosin.

2) Versi Braxton Hicks

Tujuan melakukan versi Baxton Hicks ialah mengadakan tamponade plasenta dengan

bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih

hidup.

3) Traksi dengan Cunam Willet

Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri beban secukupnya

sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan plasenta dan

Page 12: Plasenta Previa Sari Suddin

seringkali menyebabkan pendarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya

dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan tidak aktif.6

Menurut Manuaba , Plasenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat

kebidanan yang memerlukan penanganan yang baik. Bentuk pertolongan pada plasenta

previa adalah :

1)     Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak untuk

mengurangi kesakitan dan kematian.

2)     Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk dapat

melakukan pertolongan lebih lanjut.

3)     Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap

melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup.6

Komplikasi

Berikut ini adalah kemungkinan komplikasi plasenta previa :

1. Pertumbuhan janin lambat karena pasokan darah yang tidak mencukupi. Adanya atrofi pada

desidua dan vaskularisasi yang berkurang menyebabkan suplai darah dari ibu ke janin

berkurang. Dalam darah terdapat oksigen dan zat-zat makanan yang dibutuhkan tubuh janin

untuk berkembang. Kekurangan suplai darah menyebabkan suplai makanan berkurang.

2. Anemia janin

Tekanan yang ditimbulkan terus menerus pada plasenta akan mengurangi sirkulasi darah

antara uterus dan plasenta sehingga suplai darah ke janin berkurang.

3. Shock dan kematian ibu jika pendarahan berlebihan.

Pada kasus yang terbengkalai, bila ibu tidak mendapatkan pertolongan transfuse darah

akibat banyak kehilangan darah akibat perdarahan hebat dapat menyebabkan shock bahkan

kematian pada ibu.

4. Infeksi dan pembentukan bekuan darah

Luka pada sisa robekan plasenta rentan menimbulkan infeksi intrauterine. Ibu dengan

anemia berat karena perdarahan dan infeksi intrauterine, baik seksio sesarea maupun

persalinan pervaginam sama-sama tidak mengamankan ibu maupun janinnya.6

Page 13: Plasenta Previa Sari Suddin

Prognosis

Dengan penanganan yang baik seharusnya kematian ibu karena plasenta previa rendah sekali,

atau tidak ada sama sekali. Sejak diperkenalkannya penangana ppasif pada tahu 1945, kematian

perinatal berangsur-angsur dapat diperbaiki. Walaupun demikian, hingga kini kematian perinatal

yang disebabkan prematuritas tetap memegang peranan utama.

Penanganan pasif maupun aktif memerlukan fasilitas tertentu, yang belum dicukupi pada banyak

tempat di tanah air kita, sehingga beberapa tindakan yang sudah lama ditinggalkan oleh dunia

kebidanan mutakhir mmasih terpaksa dipakai juga seperti pemasangan cunam Willet, dan versi

Braxton-Hicks. Tindakan-tindakan ini sekurang-kurangnya masih dianggap penting untuk

menghentikan pendarahan dimana fasilitas seksio sesarea belum ada. Dengan demikian tindakan-

tindakan itu lebih banyak ditujukan demii keselamatan ibu daripada janinnya.2,3

Kesimpulan

Berdasarkan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa perdarahan antepartum adalah perdarahan yang

terjadi pada kehamilan berumur diatas 22 minggu. Penyebabnya antara lain placenta previa, solusio

placenta, dan perdarahan yang belum jelas sumbernya. Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya

abnormal, yaitu pada segmen-bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan

jalan lahir. Gejala klinis yang khas adalah perdarahan yang terjadi tiba-tiba tanpa adanya rasa

sakit. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penyakit ini terdiri dari terapi ekspektatif dan

terapi aktif. Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya anemia, pertumbuhan janin lambat,

shock, serta infeksi. Prognosis penyakit ini tergantung dari kecepatan penanganan terhadap

penyakit ini. Oleh karena itu, dengan pemaparan makalah ini diharapkan dapat memberi

informasi seputar plasenta previa sehingga dapat membantu menurunkan prevalensi penyakit ini.

Daftar pustaka

1. Manuaba, Ida Bagus. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. 2007. Hal: 481-96

2. Cunningham FG. Obstetric Williams ed. 21. Jakarta: EGC. 2005. Hal: 685-737

3. Sumapraja S, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka. 2007. Hal: 362-85

4. Oxorn, H. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta: Yayasan Essentia

Medika. 2003. Hal: 90-5

5. Datta, Misha. Rujukan Cepat Obstetri & Ginekologi. Jakarta: EGC. 2010. Hal: 111-2

Page 14: Plasenta Previa Sari Suddin

6. Achadiat M. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC. 2003. Hal: 40-3