Plasenta Previa

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdarahan obstetrik yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan yang berat, dan jika tidak mendapat penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok yang fatal. Salah satu sebabnya adalah plasenta previa. Oleh sebab itu, perlulah keadaan ini diantisipasi seawal-awalnya selagi perdarahan belum sampai ke tahap yang membahayakan ibu dan janinnya. Antisipasi dalam perawatan prenatal adalah sangat mungkin karena pada umumnya penyakit ini berlangsung perlahan diawali gejala dini berupa perdarahan berulang yang mulanya tidak banyak tanpa disertai rasa nyeri dan terjadi pada waktu yang tidak tertentu, tanpa trauma. Sering disertai oleh kelainan letak janin atau pada kehamilan lanjut bagian bawah janin tidak masuk kedalam panggul, tetapi masih mengambang d atas pintu atas panggul. Perempuan hamil yang ditengarai menderita plasenta previa harus segera dirujuk dan diangkut ke rumah sakit terdekat tanpa melakukan periksa dalam karena perbuatan tersebut memprovokasi perdarahan berlangsung semakin deras dan cepat. 1

description

plasenta previa

Transcript of Plasenta Previa

Page 1: Plasenta Previa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perdarahan obstetrik yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang

terjadi setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan yang

berat, dan jika tidak mendapat penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok

yang fatal. Salah satu sebabnya adalah plasenta previa.

Oleh sebab itu, perlulah keadaan ini diantisipasi seawal-awalnya selagi

perdarahan belum sampai ke tahap yang membahayakan ibu dan janinnya.

Antisipasi dalam perawatan prenatal adalah sangat mungkin karena pada

umumnya penyakit ini berlangsung perlahan diawali gejala dini berupa

perdarahan berulang yang mulanya tidak banyak tanpa disertai rasa nyeri dan

terjadi pada waktu yang tidak tertentu, tanpa trauma. Sering disertai oleh kelainan

letak janin atau pada kehamilan lanjut bagian bawah janin tidak masuk kedalam

panggul, tetapi masih mengambang d atas pintu atas panggul.

Perempuan hamil yang ditengarai menderita plasenta previa harus segera

dirujuk dan diangkut ke rumah sakit terdekat tanpa melakukan periksa dalam

karena perbuatan tersebut memprovokasi perdarahan berlangsung semakin deras

dan cepat.

1.2. Tujuan

a. Tujuan Umum

- Untuk memenuhi tugas stase obstetri dan ginekologi

b. Tujuan Khusus

- Mahasiswa mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada

kasus plasenta previa.

- Mahasiswa mampu melakukan penanganan dan penatalaksanaan yang

tepat pada kasus plasenta previa

1

Page 2: Plasenta Previa

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah

rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri

internum.

Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen

bawah rahim ke arah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada

segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim

seolah plasenta tersebut ikut bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik

mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa mengubah luas permukaan

serviks yang tertutup oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau

klasifikasi dari plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam masa

antenatal maupun dalam amsa intranatal, baik dengan ultrasonografi maupun

pemeriksaan digital. Oleh karena itu, pemeriksaan ulltrasonografi perlu diulang

secara berkala dalam asuhan antenatal ataupun intranatal.

2.2. Klasifikasi

1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh

ostium uteri internum.

2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium

uteri internum.

3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta previa yang tepinya berada

pada pinggir ostium uteri internum

4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen

bawah rahim demikian rupas ehingga tepi bawahnya berada pada jarak

lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm

dianggap plasenta letak normal.

2

Page 3: Plasenta Previa

2.3. Epidemiologi

Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada

usia di atas 30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda daripada

kehamilan tunggal. Uterus bercacat ikut mempertinggi angka kejadiannya. Pada

beberapa rumah sakit umum pemerintah dilaporkan insidennya berkisar 1,7%

sampai dengan 2,9%. Di negara maju insidensinya lebih rendah yaitu kurang dari

1% mungkin disebabkan berkurangnya perempuan hamil paritas tinggi. Dengan

meluasnya penggunaan ultrasonografi dalam obstetrik yang memungkinkan

deteksi lebih dini, insiden plasenta previa bisa lebih tinggi.

2.4. Etiologi

Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belum

diketahui dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa

desidua di daerah segmen bawah rahim tanpa latar belakang lain yang mungkin.

Teori lain mengemukakan sebagai salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi

decidua yang tidak memadai, mungkin sebagai akibat dari proses radang atau

atrofi. Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim, misalnya bekas bedah sesar,

kerokan, miomektomi dan sebagainya berperan dalam proses peradangan dan

kejadian atrofi di endometrium yang semuanya dapat dipandang sebagai faktor

risiko bagi terjadinya plasenta previa. Cacat bekas bedah sesar berperan

menaikkan insiden dua sampai 3 kali lipat. Hipoksemia akibat karbon mono-

oksida hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi sebagai

3

Gambar 1 : Klasifikasi plasenta previa

Page 4: Plasenta Previa

upaya kompensasi. Plasenta yang terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan

eritroblastosis fetalis bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen

bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.

2.5. Patofisiologi

Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan

mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah

rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak

plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desisua basalis yang

bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya istmus uteri menjadi

segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak

akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta.

Demikian pula pada saat serviks mendatar dan membuka ada bagian tapak

plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perubahan yang

berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus dari plasenta. Oleh

karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada plasenta

previaberapapun pasti akan terjadi (unavoidable bleeding ). Perdarahan di tempat

itu relatif dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan

serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang

dimilikinya sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak

akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti karena terjadi

pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta

dimana perdarahan akan lebih lama dan banyak. Oleh karena pembentukan

segmen bawah rahim itu akan berlangsuing progresif dan bertahap maka laserasi

baru akan mengulang kejadian perdarahan. Demikianlah perdarahan akan

berulang tanpa suatu sebab lain (causeless). Darah yang keluar berwarna merah

segar tanpa rasa nyeri (painless). Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium

uteri internum perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan karena segmen

bawah erahim terbentulk lebih dulu pada bagian terbawah yaitu ostium uteri

internum. Sebaliknya pada plasenta previa partialis atau letak rendah, perxdarahan

baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama

biasanya sedikit tetapi cenderung l;ebih banyak pada perdarahan berikutnya.

4

Page 5: Plasenta Previa

Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan di bawah 30 minggu tetapi

lebih dari separuh kejadiannya pada usia kehamilan 34 minggu ke atas.

Berhubung tempat perdarahan terletak pada dekat dengan ostium uteri internum,

maka perdarahan lebih mudah mengalir keluar rahim dan tidak terbentuk

hematoma retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan melepaskan

tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian sangat jarang terjadi

koagulopati pada plasenta previa.

2.6. Gambaran Klinis

Ciri yang menonjol dari plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar

melaui vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir

trimester kedua ke atas. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan

berhenti sendiri. Perdarahan kembali terjadi tanpa sesuatu sebab yang jelas setetah

beberapa waktu kemudian, jadi berulang. Pada setiap pengulangan terjadi

perdarahan lebih banyak bahkan seperti mengalir. Pada plasenta letak rendah baru

terjadi pada waktu mulai persalinan; perdarahan bisa sedikit sampai banyak mirip

pada solutio plasenta. Perdarahan diperberat berhubung segmen bawah rahim

tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim. Dengan demikian,

perdarahan bisa berlangsung sampai pascapersalinan. Perdarahan juga bisa

bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta previa

lebih rapuh dan mudah mengalami robekan. Robekan lebih mudah terjadi pada

upaya pengeluaran plasenta dengan tangan misalnya pada retensio plasenta

sebagai komplikasi plasenta akreta.

Berhubung plasenta terletak pada bagian bawah, maka pada palpasi abdomen

sering ditemui bagian terendah janin masih tinggi di atas simpisis dengan letak

janin tidak dalam letak memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil

merasa nyeri dan perut tidak tegang.

5

Page 6: Plasenta Previa

2.7. Diagnosis

1) Anamnesis

Pada anamnesis dapat dinyatakan beberapa hal yang berkaitan dengan

perdarahan antepartum seperti umur kehamilan saat terjadinya perdarahan,

apakah ada rasa nyeri, warna dan kapan saja munculnya pendarahan ,

frekuensi serta banyaknya perdarahan. Perdarahan jalan lahir pada kehamilan

setelah 22 minggu berlangsung tanpa rasa nyeri, tanpa alasan, terutama pada

multigravida.

2) Pemeriksaan fisik

Inspeksi

Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit,

darah beku dan sebagainya. Jika telah berdarah banyak maka ibu kelihatan

anemis.

Palpasi

Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah,

sering dijumpai kesalahan letak janin, bagian terbawah janin belum turun,

apabila letak kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating)

atau mengolak di atas pintu atas panggul.

3) Ultrasonografi

Menegakkan diagnosa plasenta previa dapat pula dilakukkan dengan

pemeriksaan ultrasonografi. Penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata

sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya, dan tidak

rasa nyeri .

USG abdomen selama trimester kedua menunjukkan penempatan

plasenta previa. Transvaginal Ultrasonografi dengan keakuratan dapat

mencapai 100% identifikasi plasenta previa. Transabdominal ultrasonografi

dengan keakuratan berkisar 95% . Dengan USG dapat ditentukan implantasi

plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium. Bila jarak tepi kurang dari 5 cm

disebut plasenta letak rendah. Bila tidak dijumpai plasenta previa, dilakukan

pemeriksaan inspekulo untuk melihat sumber perdarahan lain.

4) Pemeriksaan inspekulo

6

Page 7: Plasenta Previa

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal

dari ostium uetri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila

perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus

dicurigai.

2.8. Komplikasi

Ada beberapa komplikasi utama yang dapat terjadi pada ibu hamil yang

menderita plasenta previa, diantaranya dapat menimbulakan perdarahan yang

cukup banyak dan fatal.

1. Oleh karena pembentukan segmen rahim yang terjadi secara ritmik, maka

pelepasan plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan

semakin banyak, dan perdarahan yang terjadi itu tidak bisa dicegah

sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok.

2. Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan

sifat segmen inbi yang tipis mudah terjadi invasi trofoblas menerobos ke

dalam miometrium bahakan sampai perineum dan menjadi sebab plasenta

inkrata dan plasenta prakerta.

3. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya akan pembuluh

darah sangat potensial untuk robek disertai perdarahan yang banyak.

4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini

memakssa lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala

konsekuensinya.

5. Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian

oleh tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam

kehamilan belum aterm.

2.9. Penanganan

Setiap perempuan hamil yang mengalami perdarahan pada trimester kedua

atau trimester ketiga harus dirawat dalam rumah sakit. Pasien diminta istirahat

baring dan dilakukan pemeriksaan darah lengkap termasuk golongan darah dan

faktor Rh. Selama rawat inap mungkin perlu diberikan transfusi darah dan

7

Page 8: Plasenta Previa

terhadap pasien dilakukan pemantauan kesehatan janin dan observasi kesehatan

maternal yang ketat. Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung kepada :

a. keadaan umum pasien, kadar hb,

b. jumlah perdarahan yang terjadi

c. umur kehamilan / taksiran BB janin

d. jenis plasenta previa

Penanganan dalam plasenta previa dibedakan menjadi:

1. Terapi ekspektatif

Tujuan terapi ini ialah supaya fetus tidak lahir prematur. Penderita dirawat

tanpa melakukan pemneriksaan dalam melalui kanalis servisis dan diawasi sebaik-

baiknya.

Syarat-syarat melakukan terapi ekspektatif adalah:

Kehamilan preterm (<37 minggu) dengan perdarahan sedikit

Belum ada tanda-tanda inpartu

Keadaan umum baik dengan kadar hemoglobin normal.

Fetus masih hidup

Rencana tindakan :

a. Istirahat baring mutlak

b. Infus D5% dan elektrolit

c. spasmolitik, tokolitik

d. pemeriksaan hb, golongan darah

e. Pemeriksaan USG

f. Awasi tanda-tanda erdarahan terus-menerus, keadaan umum dan vital sign

2. Penanganan aktif

Syarat :

umur kehamilan >37 minggu, BB >2500gr

perdarahan banyak 500 cc atau lebih

tanda-tanda persalinan

Keadaan umum pasien tidak baik, ibu anemis dengan Hb <8 gr%

8

Page 9: Plasenta Previa

Cara menyelesaikan persalinan adalah:

Seksio sesaria

Seksio sesaria dikerjakan terutama untuk keselamatan ibu, meskipun fetus

telah meninggal, atau fetus tidak mempunyai harapan hidup. Indikasi

dilakukannya sectio sesarea adalah :

1. plasenta previa totalis

2. plasenta previa pada primigravida

3. plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang

4. fetal distress

5. plasenta previa lateralis jika :

- pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak

- sebagian besar OUI ditutupi plasenta

- plasenta terletak di sebelah belakang (posterior)

6. profause bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir dengan cepat

Tujuan:

a) Melahirkan fetus dengan segera sehingga uterus berkontraksi dan

dapat menghentikan perdarahan

b) Mengurangi robekan serviks uteri, yang dapat terjadi bila fetus

dilahirkan secara pervaginam.

Pada plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi pada tempat

implantasu plasenta sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahimmudah

robek, terutama pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lateralis

Pada umumnya seksio sesaria dikerjakan pada kasus-kasusdengan

perdarahan banyak, pada plasenta previa totalis dan pada derajat plasenta

lainnya dengan pembukaan serviks yang masih kecil (kurang dari 5 cm)

Melahirkan pervaginam

Dilakukan pada plasenta previa marginalis pada multipara dan anak

sudah meninggal atau prematur. Perdarahan akan berhenti jika ada

9

Page 10: Plasenta Previa

penekanan pada plasenta. Supaya plasenta mendapat penekanan dilakukan

cara:

o Memecah ketuban

Dengan memecah ketuban plasenta akan mengikuti segmen bawah

rahim pada waktu pembukaan sehingga tidak ada bagian plasenta

yang terlepas.

Pemecahan ketuban dilakukan pada kasus plasenta previa dan

marginalis. Setelah ketuban dipecahkan kepala fetus ditekan ke bawah

supaya menekan plasenta dan segm,en bawah rahim. Jika his lemah

atau his belum ada, ibu diberikan infus pitosin

Versi Baxton Hicks

Tujuan melakukan versi Braxton hicks ialah mengadakan tamponade

plasenta dengan bokong fetus. Jika versi Braxton Hicks dilakuakn pada fetus

yang masih hidup, fetus akan meninggal.

Dengan Cunam Willet

Kulit kepala fetus dijepit dengan cunam willet, kemudian diberi beban

secukupnyasampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang mengadakan

penekanan pada plasenta da n seringkali menyebabkan perdarahan pada kulit,

karena itu tindakan ini biasanya dilakukan pada fetus yang telah meninggal

dan dengan perdarahan sedikit.

2.10. Prognosis

Prognosis ibu dan anak pada plasenta prevbia dewasa ini lebih baik jika

dibandingkan dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak

invasif dengan USG disamping ketersediaan transfusi darah dan infus cairan telah

ada hampir disemua rumah sakit kabupaten. Namun, nasib janin masih belum

terlepas dari komplikasi kelahiran prematur baik yang lahir spontan maupun

karena intervensi seksio.

10

Page 11: Plasenta Previa

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien

Nama : Ny. D

Umur : 35 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

No. RM : 110745

Nama Suami : Tn. A

Umur : 35 Tahun

Pekerjaan : Petani

3.2. Anamnesa

1. Keluhan Utama

Seorang pasien perempuan umur 35 tahun datang ke PONEK RSUD Solok

pada tanggal 10 Agustus 2015 pukul 8.00 dengan keluhan utama keluar darah

yang banyak dari kemaluan sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

- Keluar darah yang banyak dari kemaluan sejak 1 jam sebelum masuk

rumah sakit, darah berwarna merah segar, tanpa rasa sakit,

membasahai satu helai kain sarung

- Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (-)

- Keluar lendir campur darah dari kemaluan (-)

- Keluar air-air yang banyak dari kemaluan (-)

- Tidak haid sejak 8 bulan yang lalu

- Riwayat trauma (-)

- HPHT : 1 Desember 2014 TP: 8 September 2015

- Gerak janin dirasakan sejak 3 bulan yang lalu

- RHM : mual (-), muntah (-), perdarahan (-)

- ANC kontrol bidan sejak usia kehamilan 3 bulan teratur

- RHT : mual (-), muntah (-), perdarahan (+)

11

Page 12: Plasenta Previa

- Menstruasi : Menarche umur 13 tahun, siklus haid 28 hari teratur, lama

5-7 hari, banyaknya 2-3 ganti duk/hari.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

- Pasien pernah dirawat 4 kali dengan diagnosa plasenta previa pada

tanggal, 8 Mei 2015, 1 Juni 2015, 4 Juli 2015, dan 31 Juli 2015. Janin

sudah mendapatkan pematangan paru dengan dexamethason 2 x 2

ampul.

- Riwayat penyakit hipertensi, diabetes, hati, ginjal, jantung, dan alergi

(-)

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit menular, turunan, dan

kejiwaan.

5. Riwayat Sosial Ekonomi

- Menikah 1x, tahun 2002

- Kehamilan/abortus :

o 1. 2003, laki-laki, BB: 2200, cukup bulan, spontan, bidan,

meninggal

o 2. 2007, laki-laki, BB: 2900, cukup bulan, spontan, bidan,

hidup

o 3. 2010, perempuan, BB: 3100, cukup bulan, spontan, bidan,

hidup

o 4. 2013, perempuan, BB: 2900, cukup bulan, spontan, bidan,

hidup

- Riwayat kontrasepsi : tidak menggunakan kontrasepsi

6. Riwayat Kebiasaan

- Riwayat merokok selama hamil (-)

- Riwayat konsumsi alkohol selama hamil (-)

- Riwayat penggunaan obat terlarang selama hamil (-)

12

Page 13: Plasenta Previa

7. Riwayat Lingkungan tempat tinggal

- Lingkungan tempat tinggal diakui pasien cukup bersih

- Suami pasien sorang perokok, sehari-hari pasien terpapar dengan asapa

rokok.

3.3. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tinggi Badan : 150 cm

Berat badan sebelum hamil : 50 Kg

Berat bada saat hamil : 60 Kg

LILA : 28 cm

BMI : 22,3 Kg/m2

Status gizi : Baik

Vital sign :

- Tekanan darah : 120/80 mmHg

- Nadi : 82 x/i

- Nafas : 21 x/i

- Suhu : 36,7oC

Mata : Konjungtiva anemis, Sklera tidak ikterik

Leher : JVP 5-2 cmH2O, kelenjar tiroid tidak membesar

Thorak :

- Paru : Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis

Palpasi : Fremitus sama kiri dan kanan

Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi : Vesikuler (+/+)

- Jantung : Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba pada LMCS RIC V

Perkusi : Batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : Bunyi jantung murni

Ekstremitas :

Edema

13

Page 14: Plasenta Previa

- -

- -

Reflek Fisiologis

+ +

+ +

Sianosis

- -

- -

Status Obstetrikus :

- Muka : chloasma gravidarum (+) di daerah pipi kanan dan

kiri

- Mammae : Mambesar, areola dan papilla hiperpigmentasi,

colostrum (+)

- Abdomen :

Inspeksi : Perut tampak membuncit seperti kehamilan aterm, striae

gravidarum (+), sikatrik (-), hiperpigmentasi linea mediana (+)

Palpasi :

L1 : Fundus uteri teraba pertengahan procesus xypoideus

Dan umbilicus

Teraba masa besar, lunak, noduler

L2 : Teraba tahanan terbesar janin di sebelah kanan

Teraba bagian bagian kecil janin d sebelah kiri

L3 : Teraba masa bulat, keras, floating

L4 : Tidak dilakukan

TFU : 27 cm TBA : 2170 gram

His : (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi: Bising usus (+) normal , BJA: 145-150x/i dengan doppler

- Gynekologi

Vagina/uterus tenang, PPV (+)

VT : Tidak dilakukan

14

Page 15: Plasenta Previa

3.4. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

Hemoglobin : 8,9 g/dl

Hematokrit : 31,6 %

Leukosit : 8.680/uL

Trombosit : 438.000/uL

b. USG

LF : 79,0 (35w+3d)

Plasenta tertanam di korpus depan meluas ke bawah menutupi seluruh

ostium uteri internum.

Kesan : gravid 35-36 minggu + plasenta previa totalis

3.5. Diagnosa

G5P4A0H3 + Gravid preterm 35-36 minggu + Haemoragic antepartum ec

plasenta previa totalis dengan perdarahan berulang banyak + Anemia sedang

Janin hidup tunggal intra uterin presentasi kepala

15

Page 16: Plasenta Previa

3.6. Sikap

- Kontrol keadaan umum, vital sign, DJJ, HIS, dan PPV

- USG

- Terminasi perabdominam

- Informed consent

- Cek darah rutin dan cross match persiapan 2 PRC

- IVFD Ringer laktat 20 tetes/menit

- Injeksi seftriakson 2x1 gram

- Injeks gentamisin 2x1 ampul

- Pasang folley cattether

3.7. Laporan Operasi

Tanggal 10 Agustus 2015

Pukul 10.00

- Pasien tidur terlentang diatas meja operasi dalam keadaan narkose

- Dilakukan tindakan aseptik dan anti septik

- Lapangan operasi diperkecil dengan duk steril

- Dilakukan insisi secara pfannenstiel dari kulit sampai peritonium

- Tampak uterus gravid

- Uterus di insisi pada segmen bawah rahim

- Bayi dilahirkan dengan meluksir kepala

- Plasenta dilahirkan dengan sedikit tarikan pada tali pusat, bentuk dan

ukuran normal

- Uterus di jahit dua lapis

- Dilakukan tubektomi pada tuba kanan dan kiri

- Dinding abdomen di jahit lapis demi lapis

- Perdarahan selama operasi kurang lebih 250 cc

- Operasi selesai

Bayi : Perempuan, berat 1980 gram, panjang 47 cm, A/S 6/7

Hb post operasi : 8,1 gr/dl Transfusi darah 2 PRC

16

Page 17: Plasenta Previa

3.8 Follow up

11 Agustus 2015

S/ demam (-), BAK (+), BAB (-), ASI(+), PPV (-), Nyeri pada luka operasi (+)

O/ KU : sedang , Kes : CMC ,

TD ; 110/80 mmHg, nadi : 88x/i , nafas : 22x/i, suhu : 36.6 C

Abd : I : Perut tampak sedikit membuncit

Pa : FUT 3 jari dibawah umbilicus, luka bekas operasi

Tertutup perban

Per :timpani

Aus : BU (+) Normal

Gyn : V/U tenang, PPV (-), lokia rubra (+)

Hb post transfusi 2 PRC 10,2 gr/dl

A/ P5A0H4 post SCTPP a/i Haemoragic antepartum ec plasenta previa totalis

dengan perdarahan berulang banyak + Anemia sedang + post tubektomi + nifas

hari 1, anak dan ibu baik

P/ - Observasi tanda vital dan perdarahan

- IVFD RL 20 tetes/menit

- Kateter menetap 24 jam post op

- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gram

- Inj. Gentamicin 2 x 1 ampul

- Asam Mefenamat 3 x 1

- Sulfat Serous 2 x 1

- Vitamin C 3 x 1

12 Agustus 2015

S/ demam (-), BAK (+), BAB (-), ASI(+), PPV (-), Nyeri pada luka operasi (+)

O/ KU : sedang , Kes : CMC ,

TD ; 120/80 mmHg, nadi : 92x/i , nafas : 22x/i, suhu : 36.5 C

Abd : I : Perut tampak sedikit membuncit

Pa : FUT 3 jari dibawah umbilicus, luka bekas operasi

Tertutup perban

Per :timpani

17

Page 18: Plasenta Previa

Aus : BU (+) Normal

Gyn : V/U tenang, PPV (-), lokia rubra (+)

A/ P5A0H4 post SCTPP a/i Haemoragic antepartum ec plasenta previa totalis

dengan perdarahan berulang banyak + Anemia sedang + post tubektomi + nifas

hari ke 2, anak dan ibu baik

P/ - Metronidazole tablet 3 x 1

- Cefixim 3 x 1

- Asam Mefenamat 3 x 1

- Sulfat Serous 2 x 1

- Vitamin C 3 x 1

13 Agustus 2015

S/ demam (-), BAK (+), BAB (-), ASI(+), PPV (-), Nyeri pada luka operasi (+)

O/ KU : sedang , Kes : CMC ,

TD ; 110/70 mmHg, nadi : 83x/i , nafas : 20x/i, suhu : 36.6 C

Abd : I : Perut tampak sedikit membuncit

Pa : FUT 3 jari dibawah umbilicus, luka bekas operasi

kering

Per :timpani

Aus : BU (+) Normal

Gyn : V/U tenang, PPV (-), lokia rubra (+)

A/ P5A0H4 post SCTPP a/i Haemoragic antepartum ec plasenta previa totalis

dengan perdarahan berulang banyak + Anemia sedang + post tubektomi + nifas

hari ke 3, anak dan ibu baik

P/ - Metronidazole tablet 3 x 1

- Cefixim 3 x 1

- Asam Mefenamat 3 x 1

- Sulfat Serous 2 x 1

- Vitamin C 3 x 1

Pasien diizinkan pulang

18

Page 19: Plasenta Previa

BAB IV

ANALISA KASUS

Seorang wanita, 35 tahun, G5P4A0H3 datang dengan keluhan hamil kurang

bulan dengan keluar darah dari kemaluan. Darah yang keluar berwarna merah

segar sebanyak membasahi satu helai kain sarung. Sakit pinggang menjalar keari-

ari, keluar lendir campur darah, dan keluar air-air tidak ditemui. Riwayat trauma

disangkal. Pasien mengaku pernah mengalami keluhan yang sama saat usia

kehamilan 6-9 bulan, darah yang keluar lebih sedikit, pada saat itu pasien dirawat

4x dengan diagnosa plasenta previa dan dalam perawatan pasien telah

mendapatkan pematangan paru dengan dexamethason 2x2 ampul. Sebelumnya

pasien pernah melahirkan sebanyak 4 kali secara spontan dan tidak ada penyulit

pada saat melahirkan. Suami pasien merupakan seorang perokok dan sehari-hari

pasien terpapar asap rokok.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tinggi fundus uteri pada pertengahan

procesus xypoideus dan umbilicus, setinggi 27 cm, sehingga dapat diperkirakan

berat janin sebesar 2170 gram. Dari pemeriksaan leopold dapat diambil

kesimpulan bahwa letak janin memanjang dengan punggung disebelah kanan ibu,

presentasi kepala, dan bagian terbawah janin belum turun. Pada pemriksaan

genitalia, pada inspeksi tampak adanya perdarahan pervaginam. Tidak dilakukan

vaginal tuse pada pasien ini karena dapat menyebabkan perdarahan yang semakin

hebat. Pada pemeriksaan penunjang dengan USG didapatkan kesan ibu hamil 35-

36 minggu, janin hidup tunggal, presentasi kepala dengan plasenta previa totalis.

Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan Hb : 8.9 gr/dl, Ht: 31,6%,

Leukosit : 8.680/uL, Trombosit : 438.000/uL.

Salah satu penyebab perdarahan pada ibu hamil trimester kedua dan ketiga

adalah plasenta previa. Dari hasil anamnesis diatas dapat dipikirkan bahwa ibu

tersebut mengalami plasenta previa dilihat dari keluhan utama yang dirasakan

yakni keluar darah pada usia kehamilan kurang bulan. Keluar darah tidak nyeri

dan tidak adanya riwayat trauma juga mendukung diagnosa tersebut. Pada

plasenta previa, keluar darah mulai terjadi pada akhir trimester kedua dan

seterusnya dan semakin lama semakin banyak, hal ini juga yang dirasakan pada

19

Page 20: Plasenta Previa

pasien. Dari usia dapat dilihat bahwa ibu ini berusia 35 tahun yang juga

merupakan faktor resiko terjadinya plasenta previa, yakni pada ibu dengan usia

diatas 30 tahun. Ibu ini juga merupakan multipara yang juga merupakan faktor

resiko plasenta previa. Selain itu sehari-hari pasien sering terpapar asap rokok

yang mengandung karbon monoksida yang dapat menyebabkan hipertrofi

plasenta. Untuk memastikan sumber perdarahan pada pasien ini sebaiknya

dilakukan pemeriksaan inspekulo, dengan pemeriksaan tersebut dapat diketahui

apakah perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks

dan vagina. Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan penunjang dengan

menggunakan USG untuk memastikan diagnosa dan di dapatkan hasil bahwa

pasien mengalami plasenta previa totalis. Dari pmeriksaan fisik pasien tampak

konjungtiva anemis dan keadaan tersebut di konfirmasi dengan pemeriksaan

laboratorium darah rutin didapatkan Hb: 8,9 gr/dl dimana pasien mengalami

anemia sedang.

Untuk penatalaksanaan pada pasien ini dilakukan penatalaksanaan aktif

dengan terminasi perabdominam dengan sebelumnya diberikan antibiotik berupa

seftriakson dan gentamicin. Penatalaksanaan ini dapat dikatakan tepat karena

kemungkinan perdarahan semakin hebat pada pasien jika berlanjut, dan dapat

membahayakan nyawa ibu dan juga janinnya. Selain itu kondisi umum pasien

yang tidak baik, dengan pemriksaan fisik anemis dan hasil pemeriksaan Hb: 8,9

gr/dl. Tatatlaksana dipilih perabdominam karena plasenta sudah menutupi seluruh

jalan lahir sehingga resiko perdarahan lebih besar jika dilakukan secara

pervaginam.

20

Page 21: Plasenta Previa

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta :

Penerbitan PT Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo. 2008

2. Cunningham FG. 2006. Obstetri William. Vol. 1. Jakarta: EGC.

3. Llewellyn JD. 2002. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.

4. Mochtar, Rustam. 2013. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Jakarta: EGC.

21