PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - USD … · dalam kurikulum, ujian akhir, maupun kegiatan...
-
Upload
nguyenhuong -
Category
Documents
-
view
225 -
download
0
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - USD … · dalam kurikulum, ujian akhir, maupun kegiatan...
PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PENDIDIKAN
AGAMA KATOLIK TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS VI
DALAM MENGIKUTIPELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
DI SD SANG TIMUR, SD JOANNES BOSCO, DAN SD PANGUDI LUHUR
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Maria Gabriela Kale
NIM: 101124040
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Dari hati yang tulus, kupersembahkan skripsi ini kepada Hati Terkudus Tuhan
Yesus, Guru dan Sahabatku, Pendamping dan Penolong Utama dalam penulisan
skripsi ini.
Bunda Maria Penolong Abadi yang selalu setia membimbing, menuntun,
menopang dan menguatkanku dalam penulisan skripsi ini.
Kedua orangtuaku, bapak Philipus Meze dan ibu Philomena Maja pada usia
perkawinan mereka yang ke-25 tahun, 17 April 2015.
Kedua adikku, Melkior Kaju dan Kristoforus Talo atas doa dan dukungan dalam
penulisan skripsi ini.
Dominikus Duli Kalang, yang dengan cinta dan perhatiannya telah membantu dan
mendukung selama penulisan skripsi ini.
Kepada para dosenku yang selalu setia membimbing dan menuntun saya selama
studi di Universitas Sanata Dharma. Kepada kampusku, rumah keduaku tempat
aku merajut masa depan.
Kepada Tata Mia Kalang, para sahabatku Sr. Auxilia, CIJ, Fransisca Anida Dyan
Kusuma, Veronica Dwi Lestari, Bernadetha Linda K., Franciska Arindika,
Florentina Hastriyani, Anselina Mabin, Maria Vinsensia, Serviana Mea, Susana
Hoar, dan Lukas Lito Wato atas dukungan dan semangat yang mereka berikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Tuhan...
jika hidupku adalah salib, dan Salib adalah lambang kemenangan,
maka aku akan menjadikan hidupku sebagai sebuah kemenangan bagi-Mu,
hanya demi kemuliaan nama-Mu.
Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu
(Lukas 1:38)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Agung atas segala rahmat dan
kasih karunia-Nya yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA
KELAS VI DALAM MENGIKUTI PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
KATOLIK DI SD SANG TIMUR, SD JOANNES BOSCO DAN SD PANGUDI
LUHUR YOGYAKARTA.
Skripsi ini disusun sebagai bentuk keikutsertaan penulis sebagai calon
guru PAK akan perkembangan proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di
masa mendatang. Tidak dapat dipungkiri bahwa guru PAK belum maksimal
terutama dalam menguasai kompetensi pedagogik yang berakibat pada
menurunnya minat belajar siswa terhadap pelajaran PAK. Maka melalui
penguasaan kompetensi pedagogik seperti yang penulis paparkan, diharapkan
guru PAK semakin mampu meningkatkan minat belajar peserta didik terhadap
pelajaran PAK, serta tujuan PAK semakin dapat didekati dan dicapai secara
maksimal.
Penulis percaya bahwa terselesainya skripsi ini berkat kebaikan Tuhan
melalui dukungan dan perhatian banyak pihak. Maka, menyadari semua itu, pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada
semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini, terutama kepada:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
1. Bapak F.X. Dapiyanta, SFK.,M.Pd selaku dosen pembimbing akademik dan
sebagai dosen pembimbing skripsi atas kesabaran, ketelitian dan kesetiaannya
dalam membimbing penulis selama masa penulisan skripsi ini.
2. Romo, Dr. B.A. Rukiyanto, SJ, selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dan mendampingi penulis selama masa perkuliahan.
3. Bapak L. Bambang Hendarto, M.Hum., yang telah memberi dukungan kepada
penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Para dosen, petugas sekretariat dan staf perpustakaan serta seluruh karyawan
IPPAK yang telah mendampingi, memberi kemudahan dan perhatian selama
penulis belajar di IPPAK.
5. Kedua orangtuaku yang berbahagia, bapak Philipus Meze dan ibu Philomena
Maja yang dengan segala doa, cinta kasih dan pengorbanannya mengantar
penulis hingga pada jenjang pendidikan S1. Terimalah kasih dan doaku selalu.
6. Kedua adikku, Melkior Kaju dan Kristoforus Talo untuk segenap cinta dan
dukungannya yang memampukan penulis untuk terus melangkah dan berkarya.
7. Dominikus Duli Kalang yang dengan penuh kesabaran, perhatian, cinta dan doa
yang mendukung penulis untuk menyelesaikan penulisan karya agung ini.
8. Kakak suster terkasih, Auxilia, CIJ (Benedikta Boleng Kelen) yang dengan
segala kemurahan hatinya membantu dan memotivasi penulis agar tetap setia
dalam menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......... ................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv
MOTTO .............................................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xviii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xx
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................... ........... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 10
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 10
D. Manfaat Penulisan ........................................................................... 11
E. Metode Penulisan ............................................................................ 12
F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ............................................ 14
A. Guru Pendidikan Agama Katolik ................................................................. 14
1. Pendidikan Agama Katolik .................................................... 14
a. Pendidikan Agama Katolik Di Sekolah ...................... 14
b. Ruang Lingkup Materi PAK ........................................ 16
c. Proses PAK Di Sekolah................................................ 17
d. Tujuan PAK Di Sekolah .............................................. 18
2. Guru PAK Di Sekolah ............................................................ 19
a. Guru PAK sebagai Pendidik Iman ............................... 21
b. Guru PAK sebagai Pewarta Iman ................................ 23
1)Spiritualitas Guru PAK .......................................... 23
2) Kepribadian Guru PAK ........................................ 26
3) Pengetahuan Guru PAK ......................................... 27
4) Kemampuan Berkomunikasi Guru PAK .............. 28
B. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Katolik .............................. 31
1. Kompetensi Guru Secara Umum ........................................... 31
a) Kompetensi Pedagogik Guru ....................................... 33
b) Kompetensi Kepribadian .............................................. 49
c) Kompetensi Profesional ............................................... 52
d) Kompetensi Sosial ....................................................... 53
2. Kompetensi Pedagogik Guru PAK ........................................ 55
a)Kompetensi Pedagogik Guru PAK menurut
Undang-Undang .......................................................... 55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
b)Kompetensi Pedagogik Guru PAK Menurut
Dokumen Gereja ............................................................. 63
C. Makna Belajar dan Minat Belajar................................................................ 72
1. Makna Belajar ...................................................................... 72
2. Pengertian Minat ................................................................... 76
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar ............... 78
4. Peranan Minat dalam Belajar ............................................... 79
5. Minat Mengikuti PAK ........................................................... 80
D. Penelitian yang Relevan ............................................................................... 80
E. Kerangka Pikir dan Hipotesis ....................................................................... 82
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 84
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 84
B. Disain Penelitian .......................................................................................... 84
C. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 85
1. Tempat Penelitian .................................................................. 85
2. Waktu Penelitian ................................................................... 86
D. Populasi dan Sampel .................................................................................... 86
E. Variabel Penelitian........................................................................................ 87
1)Identifikasi Variabel ............................................................... 87
2) Definisi Konseptual Variabel ................................................ 88
3) Definisi Operasional Variabel ............................................... 89
F.Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ..................................................... 89
1) Teknik Pengumpulan Data .................................................... 89
2) Instrumen Penelitian............................................................. . 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
3) Kisi-Kisi Penelitian ............................................................. . 91
4) Pengembangan Instrumen ................................................... . 94
G. Uji Persyaratan Analisis ................................................................. 98
H. Uji Hipotesis .................................................................................. 100
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 101
A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 101
1. Uji Persyaratan Analisis ....................................................... 101
a. Uji Normalitas ............................................................. 102
b. Uji Linearitas............................................................... 106
c. Uji Homokedastisitas .................................................. 118
2. Deskripsi Data ...................................................................... 110
a. Kompetensi Pedagogik Guru PAK ............................. 110
b. Minat Belajar Siswa ........................................................ 121
B. Uji Hipotesis ...................................................................................... 129
C. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 136
D. Refleksi Kateketis ........................................................................ 143
1)Pengertian Katekese ................................................................. 143
2) Tujuan Katekese ................................................................... 143
3) Isi Katekese ......................................................................... 145
4) Tugas dan Peranan Katekese ................................................ 146
5) Aspek Kateketis dalam kompetensi Guru ............................ 146
6) Aspek Kateketis dalam Minat Belajar Siswa ....................... 150
E. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 153
A. Kesimpulan ......................................................................................... 153
B. Saran .................................................................................................. 156
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 158
LAMPIRAN .................................................................................................. 160
Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................ (1)
Lampiran 2 : Instrumen Penelitian .................................................................. (4)
Lampiran 3 : Contoh Instrumen Penelitian ..................................................... (8)
Lampiran 4 : Hasil Analisis Variabel Kompetensi Pedagogik Guru PAK .... (12)
Lampiran 5 : Hasil Analisis Variabel Minat Belajar Siswa ......................... (16)
Lampiran 6 : Hasil Analisis SPSS ................................................................. (20)
Lampiran 7 : Keseluruhan Data Variabel X dan Y ........................................ (22)
Lampiran 8 : Tabel nilai-nilai r Product Moment ......................................... (23)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Responden ................................................................................ 87
Tabel 2 Skor Alternatif Jawaban Variabel X dan Y .......................................... 90
Tabel 3 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Kompetensi Pedagogik Guru PAK ....... 91
Tabel 4 Kisi-kisi instrumen Variabel Minat Belajar Siswa ............................... 92
Tabel 5 Reliability Statistics............................................................................... 96
Tabel 6 Kriteria Kategori Variabel X................................................................. 97
Tabel 7 Kriteria Kategori Variabel Y................................................................. 98
Tabel 8 Test of Normality ................................................................................... 103
Tabel 9 Anova ........................................................................................... 107
Tabel 10 Rangkuman Statistik Deskripsi Kompetensi Pedagogik Guru PAK .. 110
Tabel 11 Statistik Mengelola Proses Belajar-Mengajar ..................................... 111
Tabel 12 Deskripsi Mengelola Proses Belajar-Mengajar................................... 112
Tabel 13 Statistik Memahami Perkembangan Peserta Didik ............................. 113
Tabel 14 Deskripsi Memahami Perkembangan Peserta Didik ........................... 114
Tabel 15 Statistik Memanfaatkan Strategi, model, media dan metode
pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan IPTEK ........................ 116
Tabel 16 Deskripsi Memanfaatkan Strategi, model, media dan metode
pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan IPTEK ..................... 117
Tabel 17 Statistik Mengevaluasi Proses Pembelajaran PAK ............................. 118
Tabel 18 Deskripsi Mengevaluasi Proses Pembelajaran PAK ........................... 119
Tabel 19 Rangkuman Statistik Minat Belajar Siswa pada PAK ........................ 121
Tabel 20 Statistik Rasa ingin tahu terhadap PAK .............................................. 122
Tabel 21 Deskripsi Rasa ingin tahu terhadap PAK ............................................ 123
Tabel 22 Statistik Senang Belajar PAK ............................................................. 125
Tabel 23 Deskripsi Senang Belajar PAK ........................................................... 126
Tabel 24 Statistik Mau belajar sesuatu yang baru dari PAK ............................. 127
Tabel 25 Deskripsi Mau belajar sesuatu yang baru dari PAK ........................... 128
Tabel 26 Descriptive Statistics ........................................................................... 130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
Tabel 27 Model Summary .................................................................................. 130
Tabel 28 Anovab ................................................................................................. 132
Tabel 29 Coefficientsa ........................................................................................ 133
Tabel 30 Correlations ........................................................................................ 135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENULISAN
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru
dan dosen menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Konsep ini mengandung
beberapa hal penting yaitu pertama, guru adalah tenaga pendidik yang profesional,
artinya seorang guru adalah tenaga pengajar yang sungguh-sungguh menguasai
bidang kerjanya yang diperoleh dengan menempuh berbagai jenjang pendidikan
yang menunjang keahliannya. Kedua, tugas utama seorang guru adalah
mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik lewat proses
mengajarnya. Ketiga, guru merupakan salah satu komponen penentu keberhasilan
dan peningkatan mutu pendidikan peserta didik melalui berbagai proses
pengajaran yang dilaksanakan di sekolah, sebab guru merupakan ujung tombak
yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar.
Kondisi tenaga pendidik di negeri ini, khususnya pada beberapa tahun
terakhir belum sesuai dengan ketentuan dan harapan undang-undang di atas.
Penyebab ketidaksesuaian harapan undang-undang dengan tenaga pendidik di
Indonesia, di antaranya: pertama karena asas sentralisme dan sistem kekuasaan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
penyelenggaraan pendidikan nasional selama ini cenderung menuruti garis
petunjuk dari atas atau indoktrinasi. Segala sesuatu telah disiapkan dalam bentuk
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis sehingga tidak ada tempat untuk
berpikir alternatif (Kompas, 10 Oktober 1998). Sejumlah tokoh pendidikan
mengkritik secara tajam sistem pendidikan di Indonesia yang serba seragam, baik
dalam kurikulum, ujian akhir, maupun kegiatan belajar mengajar di sekolah yang
berakibat pada kurang optimalnya peran guru dalam merealisasikan kompetensi-
kompetensi yang dimilikinya (Kompas, 26 Juni 1998).
Kedua, guru merupakan salah satu komponen penentu keberhasilan dalam
dunia pendidikan. Oleh karena itu Komarudin Hidayat berpendapat bahwa “yang
paling menentukan keberhasilan sebuah sekolah adalah kualitas guru. Guru
yangmenguasai materi bidang studi, guru masuk kelas dengan antusias dan cinta,
serta kreatif dalam menerapkan dan menggali metode yang cocok untuk kondisi
kelasnya” (Kompas, 6 Desember 2005:7). Maka dari itu kemajuan pendidikan ada
pada kualitas guru, yang kemudian akan berandil besar pada kemajuan bangsa.
Sebaliknya rendahnya kualitas guru akan mengakibatkan keterpurukan mutu
pendidikan dan akan menjadi bumerang besar bagi bangsa.
Ketiga, dalam harian Kompas, 5 September 2001, diberitakan bahwa
Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) yang pada waktu itu dijabat oleh
Abdul Malik Fajar mengaku kebenaran penilaian bahwa sistem pendidikan di
Indonesia terburuk di kawasan Asia. Penilaian tersebut merupakan hasil survei
Political and Economic Risk Consultancy (PERC). Dari 12 negara yang disurvei
oleh lembaga yang berkantor pusat di Hongkong itu, menyebutkan bahwa Korea
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Selatan memiliki sistem pendidikan terbaik, disusul Singapura, Jepang, Taiwan,
India, Cina dan Malaysia. Indonesia menduduki urutan ke-12 di bawah Vietnam.
(Suparno, 2002:9).
Masalah-masalah dalam dunia pendidikan timbul dari berbagai faktor.
Faktor pertama adalah pemerintah. Dalam menyikapi masalah kependidikan,
pemerintah telah berupaya memperbaiki mutu pendidikan yang masih rendah
dengan mengeluarkan Undang-undang No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan membentuk BSNP (Badan Standarisasi Nasional Pendidikan,
Kompas 6 Desember 2005:7). Namun upaya standarisasi ujian dan kelulusan
secara nasional justru menimbulkan masalah karena tingkat pendidikan di tanah
air amat beragam. Penetapan standarisasi ujian nasional untuk peningkatan mutu
pendidikan tersebut melahirkan berbagai pandangan dan bahkan penolakan
terhadap Ujian Nasional (UN) sendiri. Menurut Udin S.Winataputra, Dekan
FIKIP UT, pendidikan yang serba seragam itu perlu dikaji ulang karena tidak
sesuai dengan kemampuan manusia yang tidak seragam dan keadaan daerah yang
tidak sama. Sementara Abdul Hadi, seorang sastrawan, berpendapat bahwa
“pendidikan yang serba seragam itu tidak perlu. Pendidikan harus menghargai
keberagaman, termasuk kurikulum.” Selain itu keterbatasan kemampuan dan
wawasan pengajar serta perbedaan fasilitas pendidikan di pusat dan di daerah
telah menyebabkan hasil kegiatan belajar pun berbeda (Kompas, 22 Oktober
2005:12).
Banyak orang atau lembaga menilai keberhasilan peserta didik diukur
menurut hal-hal yang mudah diamati: seperti nilai rapor, STTB, dan NEM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Mereka banyak melupakan hal-hal yang mengembangkan rasa, kepekaan hati,
imajinasi, unsur sosial: solidaritas dan keterlibatan. Bila peserta didik tidak
memperoleh nilai yang tinggi dikatakan tidak akan memiliki masa depan yang
cerah. Keadaan ini semakin sulit dibenahi oleh karena suasana kreatif dan bebas
berpikir tidak dikondisikan di sekolah. Dari pihak siswa, tidak ada usaha bertanya,
atau menantang pelajaran. Prestasi peserta didik terbatas pada memproduksi
informasi yang telah didapat. Akibatnya peserta didik tidak termotivasi belajar
mandiri. Proses semacam ini bukan merupakan cara untuk membantu peserta
dalam mengembangkan diri, membebaskan diri dan menjadi dirinya sendiri
sehingga dapat berpikir secara kritis dan kreatif.
Oleh karena itu, H.Moh.Ansyar (Kompas 3/4-1998) mengatakan bahwa
“Proses belajar-mengajar di sekolah dari pendidikan dasar hingga sekolah
menengah umum di Indonesia, belum menciptakan cara belajar yang bermakna.
Kurikulum hanya dilihat sebagai substansi pengetahuan, tidak sebagai proses
untuk mengetahui, sehingga yang dihasilkan dunia pendidikan hanya jago hafal”.
Selanjutnya dikatakan: “Kurikulum kita berpusat pada deposito pengetahuan dan
mengabaikan perhatian pada upaya belajar sendiri. Proses belajar-mengajar yang
berwarna indoktrinasi dan otoriter yang mengakibatkan tertanamnya sikap bahwa
materi yang diajarkan dalam buku teks seolah-olah merupakan suatu kebenaran
tanpa syarat. Guru di sini bukan sebagai tenaga pendidik tetapi hanya sebagai
pemberi informasi.
Selain pemerintah dengan kurikulum yang diberlakukannya, keberhasilan
program peningkatan mutu pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
kemaksimalan peran dan fungsi setiap komponen pendidikan yang terlibat di
dalamnya. Salah satu komponen yang berpengaruh di antaranya adalah guru
sebagai pengelola dan pelaksana pendidikan itu sendiri. Itu berarti bahwa guru
memiliki peran dan pengaruh yang besar dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah.
Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peran yang besar dan
strategis. Hal ini disebabkan karena guru menjadi “garda depan” yang langsung
berhadapan dengan peserta didik dalam proses pelaksanaan pendidikan dalam
mentransformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, sekaligus mendidik pribadi-
pribadi manusia dengan nilai-nilai konstruktif (Janawi, 2012:10). Untuk
melaksanakan tugasnya secara baik, guru perlu menguasai berbagai kompetensi
terutama kompetensi pedagogik dan kompetensi profesionalnya di samping
kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian yang juga penting.
Guru dalam proses belajar harus memiliki kompetensi tersendiri guna
mencapai harapan yang dicita-citakan dalam melaksanakan pendidikan pada
umumnya dan proses pembelajaran pada khususnya. Untuk itu dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya, guru semestinya harus dapat membina dan
mengembangkan kemampuan peserta didik secara profesional dalam setiap proses
pembelajaran. Dalam membina kemampuan peserta didik, seorang guru harus
memiliki kompetensi tersendiri. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
guru antara lain kompetensi personal, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional. Namun dari keempat kompetensi ini yang menjadi
sorotan penulis dalam penulisan ini adalah kompetensi pedagogik karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
kompetensi ini merupakan jenis kompetensi yang sangat melekat pada diri
seorang guru dan memiliki daya pengaruh yang sangat besar terhadap
keberlangsungan proses pendidikan.
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Berdasarkan pengelompokkan kompetensi pedagogik ini, maka
seorang guru memiliki tugas yang sangat berat. Realita membuktikan bahwa
dalam menjalankan tugas itu tidak semua guru dapat menjalankan tugas
pengajaran dengan baik sehingga dapat meningkatkan minat dan daya serap siswa.
Oleh karena itu, guru dituntut untuk aktif, kreatif, inovatif, dan tidak menunggu.
Guru harus memiliki ide dan kritis dengan situasi yang ada, bergerak dinamis dan
peka terhadap perkembangan zaman (Suparno, 2004:vii) Upaya meningkatkan
kompetensi pedagogik guru dimaksud agar guru dapat mengetahui kompetensi
dirinya sehingga kemampuan yang dimiliki dapat diterapkan dalam gaya mengajar
yang mampu mempengaruhi dan mmperkembangkan siswa dalam belajar. Untuk
mencapai kemahiran dan keterampilan mengajar yang profesional, maka
diharapkan guru mampu menghasilkan siswayang berkualitas sehingga dapat
memasuki dunia kerja yang penuh kompetensi.
Tuntutan untuk meningkatkan kualitas kompetensi pedagogik guru
dimaksudkan agar guru mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman
dan perubahan kurikulum yang harus menjadi perhatian khusus para tenaga
pendidik jika menginginkan para siswa tetap menaruh minat pada mata pelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
yang diikutinya. Strategi, pendekatan, dan model pembelajaran yang lama perlu
diubah agar proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan.
Materi pelajaran yang dirasa sulit dan abstrak perlu dikemas dan disajikan dengan
menyesuaikan pada tingkat kemampuan siswa untuk menerima pelajaran. Kita
dapat melihat contoh kenyataan di dalam kelas ketika guru menjelaskan materi,
siswa ribut dan asyik ngobrol dengan temannya, atau sering keluar kelas dengan
alasan pergi ke toilet, dan lain sebagainya, kita dapat menarik kesimpulan bahwa
materi dan metode penyajian mata pelajaran atau strategi guru tidak lagi diminati
dan menarik perhatian siswa. Materi yang disajikan jauh dari pengalaman hidup
harian siswa, metode penyajian klasikal yang membuat siswa tidak tertarik dan
merasa jenuh.
Cara mengajar guru yang lebih menekankan kepenuhan keinginan dan
minat guru, kini harus diubah dengan menekankan pentingnya memperhatikan
minat dan kebutuhan siswa dalam belajar. Menjawab kebutuhan siswa dalam
belajar menjadi orientasi dasar, karena siswa bukanlah bank tempat menampung
segala macam ilmu yang ditransfer oleh guru-gurunya. Kritikan Paulo Freire,
seorang pemerhati pendidikan yang melihat kenyataan bahwa dalam proses
belajar sering terjadi konsep bankingmasih terjadi di sekolah-sekolah jaman ini.
Konsep ini menekankan bahwa guru adalah segala-galanya di dalam kelas. Proses
pembelajaran disajikan dengan mentransfer ilmu dari guru kepada siswa. Guru
lebih banyak berperan dan mengesampingkan kebutuhan siswa yang adalah
subyek dalam kelas. Di sini bukan kebutuhan siswa yang dipenuhi tetapi minat
dan kebutuhan guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Pada umumnya, proses pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah
masih berjalan secara klasikal. Seorang guru harus menghadapi sejumlah besar
siswa dalam waktu, dengan materi dan metode yang sama (Suryobroto,
1986:141). Dalam sistem klasikal tidak mudah bagi guru untuk memperhatikan
perbedaan (keunikan setiap siswa) secara lebih cermat. Oleh karena itu seorang
guru sebaiknya berusaha menemukan perbedaan siswanya seawal mungkin
sehingga dapat menindaklanjutinya dengan cepat dan tepat, sehingga dalam
proses pembelajaran siswa memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk aktif
berpartisipasi karena mereka tahu bahwa guru mereka mempertimbangkan
kebutuhan mereka sebagai individu. Patut disadari bahwa siswa adalah seorang
pribadi yang memiliki keunikan dan kekhasan baik yang berasal dari diri sendiri
maupun latar belakangnya. Peserta didik sebagai seorang individu berbeda dalam
banyak hal. Sisi ini sebenarnya yang harus mendapat perhatian dari para guru.
Pengakuan penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan individual anak ini
tentunya akan membawa konsekuensi lebih lanjut yaitu bahwa pendidikan harus
memperhatikan perbedaan-perbedaan itu dan mengembangkan sejauh mungkin
apa yang dimiliki oleh anak itu (Suryobroto, 1986:143).
Dengan memiliki kompetensi pedagogik yang memadai, peran seorang
guru diharapkan memungkinan siswa dapat menaruh minat pada proses
pembelajaran yang dilaksanakan. Demikian juga pada mata pelajaran pendidikan
agama Katolik. Guru agama Katolik harus menempatkan peserta didik sebagai
subyek bukannya obyek belajar. Thomas Groome menekankan tiga hakikat
pendidikan iman yang salah satunya adalah kegiatan yang bersifat ontologis yakni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
pendidikan harus berpusat pada pribadi manusia. Oleh karena itu, pendidikan
iman harus sungguh bersifat manusiawi dan sekaligus ilahi sehingga diharapkan
dapat memperkembangkan nilai-nilai kemanusiaan, artinya memanusiakan
manusia dan memperjuangkan budaya kehidupan (budaya pro life). Hal ini
berarti, pendidikan sedapat mungkin memberdayakan peserta didik agar dapat
mencapai kepenuhan dan kesempurnaan hidup seperti yang dikehendaki Allah
sendiri (bdk. Yoh. 10:10b). Kepenuhan hidup berarti segala kerinduan terpenuhi,
mereka bahagia karena dapat dengan bebas menumbuhkembangkan seluruh aspek
hidupnya secara utuh dan menyeluruh. Pendidikan agama di sekolah hendaknya
dilaksanakan untuk memberdayakan peserta didik agar mereka dapat
memperkembangkan head (kepala: intelek, pemikiran, akal budi, kehendak,
keyakinan, pengakuan iman), heart (hati: nilai estetis, perasaan, afeksi, kesadaran)
dan hand (tangan yang bergerak melakukan tindakan, keterampilan, komitmen,
solidaritas).Intinya adalah mendorong siswa untuk menemukan makna atas materi
yang dipelajarinya (Groome, 2003:11-14). Oleh karena itu penulis merasa perlu
mengkaji sejauh mana penguasaan kompetensi pedagogik itu dapat menarik minat
siswa dalam mengikuti PAK yang dipaparkan dalam skripsi dengan judul:
PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PENDIDIKAN
AGAMA KATOLIK TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA DALAM
MENGIKUTI PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SD
JOANNES BOSCO, SD SANG TIMUR, DAN SD PANGUDI LUHUR
YOGYAKARTA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang penulisan di atas ada beberapa permasalahan
yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Katolik kelas VI di
SD Sang Timur, SD Joannes Bosco dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta?
2. Bagaimana minat belajar siswa kelas VI SD Sang Timur, SD Joannes Bosco
dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta pada mata pelajaran pendidikan agama
Katolik?
3.Seberapa besar pengaruh kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Katolik
terhadap minat belajar siswa kelas VI dalam mengikuti pelajaran pendidikan
agama Katolik di SD Sang Timur, SD Joannes Bosco dan SD Pangudi Luhur
Yogyakarta?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Menguraikan pengertian kompetensi pedagogik guru PAK dan minat belajar
siswa kelas VI dalam mengikuti PAK di SD Sang Timur, SD Joannes Bosco
dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta.
2. Mendeskripsikan bagaimana kompetensi pedagogik guru PAK dapat menarik
minat siswa kelas VI dalam mengikuti PAK di SD Sang Timur, SD Joannes
Bosco dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
3. Mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi pedagogik guru PAK
terhadap minat belajar siswa kelas VI dalam mengikuti PAK di SD Sang
Timur, SD Joannes Bosco dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta.
D. MANFAAT PENULISAN
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Bagi Guru Pendidikan Agama Katolik
Memberikan sumbangan gagasan dan menambah pemahaman tentang
minat belajar para siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di
SD Sang Timur, SD Joannes Bosco dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta yang
dipengaruhi oleh kompetensi pedagogik guru. Penelitian ini juga diharapkan dapat
menjadi sumbangan bagi guru Pendidikan Agama Katolik di SD Sang Timur, SD
Joannes Bosco dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta untuk meningkatkan
kompetensi pedagogiknya, sehingga dapat menarik minat siswa dalam
pembelajaran PAK.
2. Bagi Lembaga Pendidikan Agama Katolik Prodi IPPAK
Menambah wawasan mahasiswa-mahasiswi IPPAK mengenai perlunya
menguasai kompetensi pedagogik dalam proses pembelajaran terutama dalam
meningkatkan minat belajar siswa terhadap pelajaran pendidikan agama Katolik,
sehingga tujuan dan fungsi pendidikan agama Katolik dapat tercapai dan dapat
memperkaya para calon guru PAK agar kompetensi pedagogik yang dimiliki
dapat diterapkan dalam proses pembelajaran PAK di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
3. Bagi Penulis
Membantu penulis untuk semakin memahami kompetensi pedagogik
sehingga dapat mengembangkan diri untuk menjadi seorang guru yang sungguh-
sungguh profesional dalam proses pembelajaran PAK.
4. Bagi Universitas Sanata Dharma
Sebagai tambahan sumber bacaan perpustakaan Universitas Sanata
Dharma, sebagai acuan bagi penelitian lebih lanjut.
E. METODE PENULISAN
Dalam menulis skripsi ini penulis menggunakan metode analisis
deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah usaha penulis menganalisis buku-
buku sebagai sumber bahan, dan membahasakan kembali gagasan secara
deskriptif dalam bentuk tulisan. Hal yang sama penulis lakukan dalam menggali
konteks pembahasan permasalahan seputar pengaruh kompetensi pedagogik guru
terhadap minat belajar PAK siswa. Untuk mengetahui proses pembelajaran PAK,
penulis melakukan penelitian sederhana dengan metode penelitian regresi
sederhana terhadap siswa kelas VI SD Joannes Bosco, SD Sang Timur, dan SD
Pangudi Luhur. Hasil penelitian akan dijadikan dasar dalam mengembangkan
profesionalitas guru di sekolah.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Skripsi ini mengambil judul PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK
GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP MINAT BELAJAR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
SISWA DALAM MENGIKUTI PELAJARAN PAK DI SD JOANNES BOSCO,
SD SANG TIMUR, DAN SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA. Judul
tersebut akan diuraikan dalam lima bab sebagai beikut:
Bab I adalah pendahuluan. Pada bab yang pertama ini penulis
menguraikan mengenai latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II penulis akan menguraikan kajian pustaka dan hipotesis tentang hal
ikhwal kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru pada umumnya,
kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Katolik, Pendidikan Agama
Katolik, dan minat belajar siswa dalam mengikuti pelajaran PAK sebagai landasan
teori dalam penulisan skripsi ini.
Bab III penulis memaparkan mengenai metodologi penelitian yang
mencakup jenis penelitian, desain penelitian tempat dan waktu penelitian,
populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian,
pengembangan instrumen, uji persyaratan analisis serta uji hipotesis.
Bab IV penulis memaparkan hasil penelitian yang mendeskripsikan hasil
penelitian, uji hipotesis, pembahasan hasil penelitian, dan refleksi kateketis serta
keterbatasan dalam penelitian.
Bab V adalah penutup. Dalam penutup ini penulis menguraikan dua hal
yaitu pertama, tentang kesimpulan yang berisikan gagasan-gagasan pokok dari
penulisan skripsi dan kedua, mengenai saran-saran yang kiranya dapat membantu
guru PAK dalam meningkatkan minat belajar siswa pada proses pembelajaran
PAK di SD Joannes Bosco, SD Sang Timur, dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Fokus pembahasan bab kedua ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama
penulis membahas mengenai kompetensi pedagogik guru PAK yang terdiri dari
Guru PAK, PAK, kompetensi guru, kompetensi pedagogik, dan kompetensi
pedagogik guru PAK. Sedangkan bagian kedua membahas mengenai minat siswa
dalam mengikuti PAK yang terdiri dari minat belajar, dan minat siswa dalam
mengikuti pembelajaran PAK.
A. Guru Pendidikan Agama Katolik
1. Pendidikan Agama Katolik
a. Pendidikan Agama Katolik Di Sekolah
Berkenaan dengan pendidikan agama Katolik, negara mengaturnya dalam
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa
negara dan pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Mahaesa serta berakhlak mulia, dan Gereja mewujudkannya dalam rangka
pewartaan Injil. Semua itu demi membantu orangtua selaku pendidik pertama dan
utama putera-puteri mereka. Muara dari semua pemikiran itu ialah peserta didik
(Dapiyanta, 2008:1).
Pendidikan agama Katolik secara operasional ialah komunikasi iman atau
tukar pengalaman beriman (penghayatan iman) sebagai bentuk dari kesaksian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
iman antara guru dan para siswa dan antar sesama siswa melalui proses
pembelajaran berdasar pendekatan tertentu dengan bantuan materi, metode, dan
media, yang bertitik tolak dari keadaan awal tertentu menuju tujuan tertentu dalam
pembelajaran pendidikan agama Katolik. Melalui kesaksian hidup yang terjadi
diharapkan baik guru maupun siswa dapat saling membantu sedemikian rupa,
sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna.
Tekanan utamanya terletak pada penghayatan iman, namun pengetahuan tidak
dilupakan. Untuk itulah pembelajaran di kelas diadakan.
Tujuan utama pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berakhlak mulia serta peningkatan potensi spiritual.
Pada akhirnya peserta didik diharapkan memiliki akhlak mulia yang
mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari
pendidikan agama, serta peningkatan potensi spiritual mencakup
pengenalan, pemahaman dan penanaman nilai-nilai keagamaan dalam
kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan
potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi
berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
b. Ruang Lingkup Materi Pendidikan Agama Katolik
Ruang lingkup materi pembelajaran pendidikan agama Katolik mencakup
empat aspek, yakni:
1) Pribadi peserta didik
Dalam aspek peserta didik, dibahas tentang bagaimana peserta didik
memahami diri mereka sebagai makhluk ciptaan Allah, sebagai pria dan wanita
yang diciptakan untuk saling mengasihi, menjaga, dan menghargai satu sama lain.
Sebagai makhluk Allah yang paling mulia, manusia diciptakan berbeda dari
makhluk lainnya yang ada di muka bumi ini. Meskipun demikian, pria dan wanita
memiliki kemampuan dan keterbatasan, kelebihan dan kekurangan dalam dirinya
sehingga peserta didik diharapkan dapat saling menghargai dalam berelasi dengan
sesama, dan ikut ambil bagian dalam merawat dan melestarikan alam sekitar.
2) Yesus Kristus
Dalam aspek Yesus Kristus dibahas tentang bagaimana meneladani pribadi
Yesus Kristus yang mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan Allah. Pokok
pewartaan kabar gembira adalah Yesus Kristus sendiri. Yesus yang adalah Tuhan
dan juga manusia adalah tokoh utama dalam cerita Kitab Suci. Ia tidak hanya
menggambarkan kepada manusia betapa besarnya kasih Allah kepada manusia,
namun Ia juga telah membuktikannya sendiri dengan memberikan diri-Nya bagi
manusia. Oleh karena itu baik guru PAK maupun peserta didik diharapkan dapat
mengenal, mencintai dan meneladani Yesus secara pribadi dan mewujudkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
3) Gereja
Dalam aspek Gereja dibahas tentang makna Gereja, bagaimana
mewujudkan kehidupan menggereja dalam realitas hidup sehari-hari. Gereja hadir
di dunia melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah kepala Gerejanya. Iman
tidak hanya dihayati ketika sedang mengikuti perayaan ekaristi atau perayaan
misa kudus, namun lebih dari itu bahwa iman yang nyata adalah ketika
diwujudkan dalam pikiran, perkataan, dan tindakan dalam hidup manusia sehari-
hari. Oleh karena itu iman diharapkan tidak hanya menjadi buah bibir, tetapi
benar-benar menjadi dasar hidup peserta didik dan guru PAK itu sendiri.
4) Kemasyarakatan
Dalam aspek kemasyarakatan dibahas secara mendalam tentang hidup
bersama dalam masyarakat sesuai dengan firman/sabda Tuhan, ajaran Yesus dan
ajaran Gereja. Perintah utama Yesus adalah kasih. Kasih yang dihayati oleh orang
Kristiani adalah kasih yang diwujudkan kepada siapapun, kapanpun dan
dimanapun, sehingga misi pewartaan Yesus yang adalah menghadirkan Kerajaan
Allah di dunia sungguh-sungguh akan terwujud.
c. Proses PAK di Sekolah
Guru PAK harus menyadari bahwa pelaksanaan pembelajaran pendidikan
agama Katolik di sekolah harus berorientasi pada proses bukan pada penyelesaian
materi. Ini berarti proses tidak dapat dipaksakan. Proses mesti menyediakan
kesempatan sedemikian rupa hingga apa yang dipelajari sungguh meresap dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
hati. Dalam memproses PAK itu sendiri, guru diharapkan dapat membangun
komunikasi, keakraban, dan keterlibatan aktif siswa sehingga apa yang menjadi
kebutuhan dalam belajar dan minat siswa dalam PAK dapat terjawab dan
terpenuhi.
Segi lain dalam proses PAK ialah bahwa pendidikan agama Katolik lebih-
lebih mengembangkan perspektifnya (iman) dari pada objek kehidupannya. Ini
berarti mengembangkan kemampuan refleksi dan relasi dengan Yesus yang adalah
tujuan dan pusat pengalaman iman yang dialami dan dihayati oleh guru maupun
peserta didik dalam kehidupan mereka sehari-hari, baik di sekolah, keluarga,
lingkungan bermain, maupun dalam hidup bermasyarakat.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru PAK harus terbuka pada aspek
proses dalam PAK yang berkaitan dengan pendekatan yang bermanfaat dalam
pembelajaran. Artinya guru tidak terpancang pada satu pendekatan saja,
melainkan mencari dan menemukan sedemikian rupa pendekatan yang
mendukung proses pembelajaran PAK. Beberapa contoh pendekatan seperti
pendekatan belajar keterampilam bersikap iman, pendekatan
mempertanggungjawaban iman dan sebagaimana, dapat menjadi acuan bagi guru
dalam mengelola pelajaran agama Katolik (Komkat KWI, 1989, 106-119).
d. Tujuan PAK di Sekolah
Pendidikan agama Katolik yang dilaksanakan di sekolah memiliki dua
arah yang dirumuskan secara luas dan sempit. Menurut Dapiyanta, secara luas
arah pendidikan agama Katolik adalah memperluas pengetahuan, memperteguh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
pergulatan iman (internalisasi), dan memperkaya penghayatan iman dalam
pelbagai bentuk serta memperkembangkan relasi dalam dialog dengan orang yang
beragama lain. Dengan pengetahuan, orang dapat menghayati imannya.
Sedangkan secara sempit arah pendidikan agama Katolik di Indonesia dirumuskan
membantu anak menggulati hidupnya dari sudut pandang Kristen. Dengan itu ia
memperkembangkan pengetahuan dan penghayatan iman dalam kehidupannya
(Dapiyanta, 2008:23).
2. Guru PAK Di Sekolah
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Berdasarkan undang-undang tersebut, guru agama Katolik adalah seorang
pribadi yang memenuhi kualifikasi sebagai tenaga pengajar dan memiliki
wewenang mengajar secara khusus mata pelajaran pendidikan agama katolik baik
di sekolah swasta maupun negeri. Memenuhi kualifikasi artinya untuk menjadi
seorang guru agama katolik, seseorang harus memiliki kemampuan khusus hasil
proses pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan keguruan agama
katolik. Dan wewenang mengajar adalah kuasa mengajar yang diperoleh karena
telah memenuhi kualifikasi sebagai guru pendidikan agama katolik. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
demikian guru agama Katolik memiliki hak dan kewajiban layaknya profesi guru
pada umumnya.
Guru PAK di sekolah adalah seorang yang memiliki pekerjaan utama
sebagai seorang pengajar/pendidik iman. Ia mengajar dan menyampaikan sesuatu
yang berhubungan dengan agama Katolik. Dalam hal ini guru agama tidak hanya
menyampaikan tentang pengetahuan agama saja tetapi juga menjadi saksi Kristus
di lingkungan sekolah (Setyakarjana, 1997:69).
Guru PAK di sekolah adalah orang beriman kristiani yang dipanggil secara
khusus dan diutus oleh Allah serta mendapat penugasan dari Gereja melalui
missio canonicadari Gereja terutama ikut ambil bagian dalam karya pewartaan
Gereja untuk memperkenalkan, menumbuhkan dan mengembangkan iman peserta
didik di sekolah dan dalam komunitas basis, baik teritorial maupun kategorial.
Dalam mengemban tugas pewartaan itu seorang guru PAK di sekolah berperan
sebagai: penafsir, pewarta, pendamping, penggerak, fasilitator, dan pemberdaya
yang profesional (Komkat KWI, 2005:133).
Guru PAK adalah pembina iman yang mengkhususkan diri untuk
pembinaan peserta didik melalui pembelajaran agama Katolik di sekolah (Marinus
Telaumbanua, 1997:4). Adapun beberapa tugas guru PAK disekolah yang uraikan
oleh Marinus (1997:164) adalah diantaranya: tugas pertama, mengajar dan
mendidik; yaitu menyampaikan ajaran agama dan tujuan pewartaan yang berkisar
pada pengetahuan, supaya peserta didik mengetahui baik ajaran Gereja Katolik
maupun Gereja reformasi. Tugas kedua, mengantar peserta didik ke alam liturgi
dan praktek hidup beragama dengan cara membimbing peserta didik untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
memahami isi perayaan liturgi. Tugas ketiga, mengisahkan sejarah suci dengan
memperkenalkan harta kekayaan iman Gereja. Tugas keempat, mengajarkan
katekismus.
Dalam menjalankan tugasnya, selain sebagai seorang tenaga pendidik,
guru PAK di sekolah adalah seorang pewarta Sabda Allah. Oleh karena itu, dalam
pribadi seorang guru PAK harus ada iman, pengharapan, dan cinta kasih. Iman
seorang guru PAK (1997:173) dapat dipupuk melalui: (a) pembiasaan diri
berkontemplasi, (b) memiliki cita rasa biblis, (c) Memiliki cita rasa liturgis, (d)
memiliki cita rasa teologis. Pengharapan seorang guru PAK dihasilkan dari; (a)
perjuangannya di hadapan Allah, (b) bergulat dengan diri sendiri. Cinta kasih
seorang guru PAK bertujuan pada mengusahakan kemuliaan Allah dengan jalan
memperkenalkan Allah yang mengutusnya. Ia mewartakan sabda Allah kepada
manusia yang merupakan hasil dari; (a) refleksi atas iman guru PAK sendiri, (b)
refleksi atas pengharapan guru PAK, (c) refleksi atas cinta kasih guru PAK.
Identitas dan kekhasan peran guru PAK di sekolah dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Guru PAK Sebagai Pendidik Iman
Seorang guru PAK di sekolah dapat dipandang sebagai seorang pendidik
iman bagi para peserta didik. Dalam menjalankan tugasnya, sebagai seorang
pendidik berarti guru PAK membentuk alam pikir dan nilai-nilai hidup,
membimbing ke arah kebebasan, serta membantu untuk memiliki kemampuan
mengambil keputusan sehingga pada akhirnya ia mampu memberikan penilaian
secara individu dan dewasa (CT, 18). Guru PAK di sekolah harus menempatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Kristus sebagai pusat dan dasar seluruh proses pembelajaran agama dan
memperkenalkan Kristus kepada para peserta didik. Selain itu, guru PAK juga
membimbing peserta didik menuju kepada pertobatan sejati yang berarti menjalin
relasi yang mendalam dengan Kristus sendiri.
Sebagai seorang pendidik iman, maka segala upaya yang dilaksanakan
dalam proses mencapai tujuan PAK haruslah bermuara pada iman, yakni
mengantar orang untuk sampai kepada iman akan Allah yang telah mewahyukan
diri kepada manusia. Jawaban atas wahyu ini secara konkret mesti terwujud dalam
bentuk penyerahan diri manusia secara menyeluruh dan bebas kepada Allah
Pewahyu: “Supaya iman ini ada, perlu uluran tangan dan bantuan rahmat Allah
serta pertolongan batin Roh Kudus, yang menggerakkan dan mengarahkan hati
kepada Allah, membuka mata budi serta memberikan kepada semua orang
kenikmatan dalam menyetujui dan mengimani kebenaran” (DV No.5).
Iman merupakan perjumpaan rahmat Allah yang tak terselami dan misteri
kebebasan manusia. Di satu sisi perlu diakui bahwa dalam kenyataan iman
terdapat tindakan atau keterlibatan manusia dalam suasana kebebasan. Di sisi lain,
pertumbuhan dan perkembangan iman merupakan anugerah cuma-cuma Allah
kepada manusia. Iman merupakan rahmat yang penuh misteri. Dalam hal ini, guru
PAK di sekolahlah yang mempunyai proses sentral untuk mendidik dan
membimbing para murid sampai kepada Allah dengan iman yang mantap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
b.Guru PAK sebagai Pewarta Iman
Sebagai pendidik iman para peserta didik, guru PAK di sekolah memiliki
tanggung jawab membina iman peserta didik di sekolah. Seorang pembina iman
harus memiliki kualifikasi atau kemampuan dengan beberapa syarat mutlak yaitu:
pengetahuan, pemahaman, pengalaman iman yang memadai serta kemampuan
untuk mengkomunikasikan iman tersebut kepada para peserta didik atau orang-
orang yang dijumpainya (Setyakarjana, 1997:69). Selain sebagai pendidik iman,
aspek lain yang lebih mendasar ialah guru PAK di sekolah adalah orang beriman
yang dipanggil secara khusus dan diutus Allah serta mendapat penugasan dari
Gereja untuk mewartakan Injil. Karena itu, guru PAK sendiri mesti memiliki
disposisi batin atau komitmen tetap sebagai seorang pewarta Injil atau saksi
Kristus. Ada empat pilar penting yang menentukan efektivitas pewartaan Injil
guru PAK di sekolah, yakni spiritualitas, kepribadian, pengetahuan, dan
kemampuan berkomunikasi.
1) Spiritualitas Guru PAK
Spiritualitas seorang katekis bersumber pada katekis ulung yakni Yesus
Kristus. Dialah Guru sejati, sang gembala agung yang mengajar dengan
sempurna baik perkataan dan perbuatan serta hidup-Nya. Sesuai dengan arti
dasarnya, spirit yang berarti roh, spiritualitas menunjuk pada kehidupan yang
berpusat pada dan digerakkan oleh Roh Kudus. Karena itu, spiritualitas
memberikan identitas religius kepada seorang guru PAK. Seorang guru PAK di
sekolah haruslah seorang beriman, menyadari dirinya dipanggil Tuhan menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
pewarta Injil-Nya. Panggilan ini dihayati dengan penuh kegembiraan bahkan
menjadi sumber kegembiraan itu sendiri. Ia juga seorang yang rela berkorban,
mencintai tugas, mau berkontemplasi dan bersaksi, memiliki daya pikat dan daya
tahan, bersemangat dalam mencari dan terus mencari pengetahuan (enrichment)
melalui proses pembelajaran tanpa henti agar menjadi pribadi yang berwawasan
luas (Komkat KWI, 2005:152). Di satu pihak hal ini merupakan konsekuensi logis
dari orientasi PAK sebagai proses pendidikan dan pembinaan sikap kristiani. Di
lain pihak pendidikan iman kristiani mengisyaratkan pentingnya sikap-sikap dasar
yang perlu dimiliki oleh guru PAK, yakni: setia kepada Allah dan setia kepada
manusia.
Dengan setia kepada Allah, guru PAK dalam tugasnya senantiasa perlu
meneladani Kristus, sang Guru Sejati dalam mengemban tugas perutusan-Nya
(Yoh 5:36; 4:34; 9:4). Di samping setia kepada Allah, guru PAK harus setia juga
pada panggilan, yakni ikut serta dalam karya Allah sebab sekarang pun Allah
masih bekerja (Yoh 5:17). Penghayatan ini akan menumbuhkan pengharapan
bahwa, daya kerja rahmat Allah akan bekerja dalam diri anak didik yang akan
mempengaruhi semua aspek kehidupannya.
Komisi Kateketik KWI (2005:134-135) dengan jelas menyebut beberapa
aspek spiritualitas, terutama menyangkut spiritualitas kenabian:
a). Memiliki relasi erat dengan Allah Tritunggal dan mampu menafsirkan
kehendak-Nya bagi Gereja dan dunia.
b). Memiliki relasi dengan umat beriman dan umat lain serta masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
c). Mencintai tugasnya sebagai panggilan khusus, memiliki kegembiraan dalam
menjalankan panggilan dan perutusan.
d). Memiliki daya pikat, keteladanan dan daya juang.
e). Mau belajar terus-menerus dan terbuka terhadap perkembangan zaman yang
cepat berubah.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa spiritualitas guru
agama Katolik adalah meneladani Yesus Kristus Sang Guru Sejati. Berkat
sakramen baptis, kita diangkat menjadi anak-anak Allah dan dirahmati sekaligus
diundang untuk mengambil bagian di dalam tugas pengutusan Yesus Kristus
membangun Kerajaan Allah. Berkat sakramen Krisma kita dimampukan dengan
bantuan Roh Kudus untuk melaksanakan tugas perutusan-Nya di dunia.
Panggilan-Nya dapat ditanggapi dengan berbagai macam bentuk pelayanan. Bagi
kita, panggilan itu kita tanggapi antara lain dengan melaksanakan proses
pembelajaran sebagai seorang guru PAK di sekolah dan sebagai katekis di
lingkungan jemaat serta pelayanan kelompok profesi di lingkup atau lingkungan
lainnya. Profesi kehidupan itu kita hayati sebagai panggilan Allah. Di samping
profesi guru PAK di sekolah kita memahami bahwa profesi guru PAK adalah
suatu jalan hidup untuk menjadi muridNya. Dengan mengaktualisasikan semua
potensi diri sehingga berdasar rahmatNya hidup para peserta didik dan jemaat
yang kita layani serta hidup kita sendiri dapat berkembang mencapai
kepenuhannya di dalam Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
2) Kepribadian Guru PAK
Menjadi guru PAK di sekolah adalah suatu panggilan yang istimewa dan
kudus. seorang guru PAK adalah perantara untuk menyampaikan firman Tuhan
kepada semua makhluk. Dengan kata lain ia harus mewartakan firman Tuhan
kepada setiap peserta didik dan membimbing mereka untuk melaksanakan
kehendak Allah. Kepribadian guru PAK di sekolah merupakan pilar yang
menentukan kredibilitas pewartaan tersebut. Allah sendiri, melalui pewahyuan-
Nya, telah menyatakan diri berpihak dan bersatu dengan manusia. Demikian juga,
guru PAK dalam pewartaannya perlu juga berpihak pada manusia (peserta didik).
Untuk itu, hidup dan kepribadian guru PAK di sekolah sendiri mesti konsisten
dengan apa yang diwartakan. Dan sebelum, meminta peserta didik untuk
melaksanakan isi pewahyuan Allah, guru PAK haruslah terlebih dahulu
memberikan teladan. Oleh karena itu guru PAK di sekolah harus memiliki
kepribadian yang matang dan peka sehingga peserta didik bisa dan lebih mudah
menerima dan menjalankan isi pewartaannya.
Dokumen-dokumen magisterium Gereja yang memuat tentang pewartaan
Injil oleh guru agama menuntut pembinaan dan pendidikan umum maupun
pembinaan dan pendidikan khusus untuk katekis termasuk guru PAK di sekolah.
Dikatakan umum, karena didalamnya ada pengertian bahwa seluruh watak
kepribadian mereka perlu dikembangkan. Dikatakan khusus, karena tugas khusus
yang dituntut dari mereka yaitu mewartakan sabda, baik kepada orang-orang
Kristen maupun bukan Kristen, memimpin umat, memimpin doa-doa liturgi.
Dengan tuntuan tersebut, tampaklah bahwa aspek manusiawi dari guru PAK di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
sekolah, terutama menyangkut kematangan pribadi amat diperlukan. Kepribadian
yang baik dan matang akan membuat pewartaan Injil lebih dipercaya, dan dengan
demikian mempermudah misi Gereja yang lebih luas (Komkat KWI, 1997:43).
Selain itu guru PAK di sekolah sebagai tenaga profesional juga dituntut
untuk memiliki kriteria kepribadian sebagaimana yang dimiliki oleh tenaga guru
profesional pada umumnya. Oleh karena itu, guru PAK perlu dipersiapkan melalui
proses pembinaan dan pendidikan secara formal. Terbentuknya kepribadian
seorang guru PAK bagaimanapun akan dipengaruhi oleh seberapa intens
pembinaan dan pendidikan yang dialami, terutama yang berkaitan dengan
kepribadian seorang guru.
3) Pengetahuan Guru PAK
Kepentingan pelayanan dalam Gereja oleh bantuan para katekis/guru
agama diketahui secara resmi semasa Konsili Vatikan II (1962-1965). Salah satu
dokumen Vatikan II yang menekankan pentingnya pelayanan katekis adalah
dekrit tentang tugas pastoral para uskup dalam Gereja “Christus Dominus”.
Dokumen ini menegaskan bahwa hendaklah para uskup mengusahakan, supaya
para katekis/guru agama disiapkan dengan baik untuk tugas mereka, sehingga
mereka mengenal ajaran Gereja dengan jelas, baik secara teoritis maupun praktis
mempelajari kaidah-kaidah psikologi dan pedagogi (CD, art.14).
Selain memiliki spiritualitas yang mantap dan kepribadian yang matang,
guru PAK di sekolah juga harus memiliki pengetahuan yang memadai.
Pengetahuan merupakan pilar penting dalam pendidikan iman. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
pengetahuan yang dimiliki diharapkan orang dapat mempertanggungjawabkan
imannya. Guru PAK di sekolah bertugas membantu siswa agar memiliki
pengetahuan tentang iman yang cukup. Oleh karena itu guru PAK dituntut
memiliki pengetahuan yang luas (Komkat KWI, 2005:134-135). Lebih dari itu
guru PAK di sekolah selayaknya belajar terus-menerus untuk menambah
pengetahuan baik pengetahuan umum maupun pengetahuan keagamaan, terutama
hal-hal yang aktual.
Pengetahuan yang memadai dan sikap peka perkembangan zaman (up to
date) yang dimiliki akan menunjang tugas panggilannya sebagai guru PAK di
sekolah. Selain bidang agama, beberapa bidang pengetahuan lain yang relevan
diantaranya, ilmu-ilmu gerejawi (Kateketik, Pastoral, Teologi, Moral, Kitab Suci,
Hukum Gereja, Liturgi) dan ilmu-ilmu manusia/human sciences (Sosiologi,
Psikologi, Pedagogi).
4) Kemampuan Berkomunikasi Guru PAK
Spiritualitas, kepribadian dan memiliki pengetahuan yang memadai
merupakan kunci dalam tugas pewartaan guru PAK di sekolah. Ketiganya
menentukkan otentisitas dan kredibilitas guru PAK di sekolah. Persoalannya
sekarang adalah bagaimana pewartaan disampaikan kepada peserta didik.
Disinilah guru PAK perlu memiliki keterampilan lain yakni, keterampilan
berkomunikasi. Keterampilan ini sangat penting mengingat PAK di sekolah
merupakan salah satu bentuk komunikasi atau interaksi iman antara guru dengan
peserta didik maupun sesama peserta didik. Kemampuan berkomunikasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
baik akan membawa dampak yang baik pula bagi perkembangan iman peserta
didik. Karena itu guru PAK harus mampu mengumpulkan, menyatukan dan
mengarahkan peserta didik sehingga sampai pada suatu tindakan nyata. Guru
PAK di sekolah sendiri harus mampu mengungkapkan diri, berbicara dan
mendengarkan. Kemampuan berkomunikasi berkaitan juga dengan kemampuan
menciptakan suasana yang akan memudahkan peserta didik mengungkapkan diri
dan mendengarkan pengalaman iman orang lain.
Selain keterampilan berkomunikasi, guru PAK di sekolah juga harus
memiliki keterampilan berefleksi. Keterampilan ini dapat ditempuh dengan
langkah-langkah sebagai berikut: (1) Mengkaji dan mencermati dinamika
pengalamannya untuk menemukan nilai-nilai manusiawi yang bermakna dari
pengalaman/peristiwa hidup sehari-hari, (2) mampu membandingkan serta
mengkonfrontasikan pengalaman hidup dengan Kitab Suci, ajaran gereja serta
tradisi Kristiani serta Tradisi iman Kristiani, (3) menggumuli atau
menginternalisasi nilai-nilai Kristiani tersebut sebagai suatu mentalitas/sikap
dasar dalam kehidupan konkrit (Kristianto, 2004).
Keterampilan berkomunikasi juga ditekankan oleh Komisi Kateketik KWI
(2005:134-135) yang menegaskan bahwa pentingnya katekis termasuk guru PAK
di sekolah memilikinya. Dengan keterampilan ini, maka diharapkan guru PAK
disekolah dapat menyajikan pelajaran agama menjadi menarik/menyenangkan,
efektif dan membuat pelajaran agama bermakna bagi hidup siswa. Beberapa hal
penting yang perlu dimiliki guru PAK di sekolah adalah sebagai berikut:
a) Keterampilan berkomunikasi dan membangun dialog
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
b) Keterampilan berefleksi
c) Keterampilan menganalisa
d) Keterampilan menggeluti tanda-tanda zaman dalam terang Kitab Suci
e) Keterampilan menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi program
katektik dan pastoral
f) Keterampilan dalam kepemimpinan dan menajemen.
Dari beberapa uraian tentang spiritualitas, kepribadian, pengetahuan, dan
komunikasi, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa guru PAK di sekolah
diharapkan:
a) Memiliki cinta berkobar untuk mewartakan Injil Yesus Kristus kepada semua
orang.
b) Memiliki cinta berkobar kepada umat beriman, khususunya jemaat yang
dilayaninya.
c) Memiliki wawasan tentang ajaran Gereja yang memadai secara sistematis, dan
setia kepada Kitab Suci, ajaran dan Tradisi Gereja.
d) Memiliki keterampilan dalam menyampaikan pewartaan iman dan
pendampingan jemaat.
e) Memiliki perikehidupan dan keteladanan iman yang mantap, terutama tampak
dalam kesaksian hidup rohani dan kehidupan pribadi/keluarga dan sosialnya.
f) Memiliki kematangan pribadi sebagai seorang Kristen dewasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
B. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Katolik
1) Kompetensi Guru secara Umum
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, menyatakan yang dimaksud dengan kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalannya. Konsep ini berarti dalam melaksanakan proses pembelajaran,
diharapkan guru nantinya tidak hanya menghasilkan lulusan siswa yang memiliki
pengetahuan sebanyak-banyaknya, tetapi juga lulusan yang memiliki serangkaian
keterampilan serta berbagai sikap dan nilai penting, yang tidak hanya berguna
untuk melanjutkan pendidikan tetapi juga (terutama) untuk hidup dan bekerja di
masyarakat.
Lefrancois (dalam Asmani, 2009:37) mengatakan bahwa kompetensi
merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu yang dihasilkan dari proses
belajar. Selama proses belajar, stimulus akan bergabung dengan isi memori dan
menyebabkan terjadinya perubahan kapasitas untuk melakukan sesuatu. Dengan
demikian dapat diartikan bahwa kompetensi adalah sesuatu yang berlangsung
lama yang menyebabkan individu mampu melakukan kinerja tertentu.
Sementara itu, Majid (2008:5) mengatakan bahwa kompetensi adalah
seperangkat tindakan penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang
sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang
pekerjaan tertentu. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan
terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam
menjalankan fungsinya sebagai guru. Selanjutnya Majid mengungkapkan bahwa
standar kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan
dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan berperilaku layaknya seorang guru
untuk menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang tugas, kualifikasi, dan
jenjang pendidikan.
Kompetensi menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional
untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas-tugas
kependidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan tujuan.
Performance merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya diamati, tetapi juga
meliputi perihal yang tidak tampak (Hamzah B. Uno, 2008: 61).
“Competence consists of one's possessing knowledge or expertise of a
particular subject. If a teacher is to be perceived as competent, he or she is
perceived to know what he or she is talking about” (Teven & Hanson, 2004: 39).
Menurut Teven & Hanson, kompetensi terdiri dari kepemilikan pengetahuan atau
keahlian dari pelajaran tertentu. Jika guru dianggap berkompeten, dia dianggap
mengetahui apa yang dia bicarakan.
Agar guru mampu mengemban dan melaksanakan tanggung jawabnya
mengajar dan mendidik, maka setiap guru harus memiliki berbagai kompetensi
yang relevan dengan tugas dan tanggung jawab tersebut. Guru harus menguasai
cara belajar yang efektif, harus mampu membuat model satuan pelajaran, mampu
memahami kurikulum secara baik, mampu mengajar di kelas, mampu menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
teladan bagi siswa, mampu memberi nasehat dan petunjuk yang berguna,
menguasai teknik-teknik memberikan bimbingan dan penyuluhan, mampu
menyusun dan melaksanakan prosedur penilaian kemajuan belajar, dan
sebagainya (Oemar Hamalik, 2008: 40).
a. Kompetensi Pedagogik Guru
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
pegagogik guru adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.
Mengelola pembelajaran mengandung arti bahwa guru yang memiliki kompetensi
pedadogik dapat melaksanakan kegiatan belajar secara interaktif, efektif,
menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik (Daryanto, 2009: 208).
Janawi (2011: 65-96) mengemukakan bahwa kompetensi pedagogik
berhubungan dengan menguasai karakteristik peserta didik, menguasai teori dan
prinsip-prinsip pembelajaran, mengembangkan kurikulum dan rancangan
pembelajaran, menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik dengan
memanfaatkan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) untuk kepentingan
pembelajaran, memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik, mampu
berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik,
menyelenggarakan evaluasi dan penilaian proses dan hasil belajar, memanfaatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
hasil evaluasi dan penilaian untuk kepentingan pembelajaran, dan melakukan
tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Secara rinci setiap
sub-kompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial, sebagai berikut:
1) Menguasai Karakteristik Peserta Didik
Menguasai karakteristik peserta didik berhubungan dengan kemampuan
guru dalam memahami kondisi anak didik. Peserta didik dalam dunia pendidikan
harus diposisikan subyek dalam proses pembelajaran. Diposisikan sebagai subyek
berarti bahwa anak merupakan sosok individu yang membutuhkan perhatian dan
sekaligus berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Setiap peserta didik memiliki
karakteristik tersendiri yang berbeda satu dengan yang lainnya baik dari segi
minat, bakat, motivasi, dayas erap mengikuti pelajaran, tingkat perkembangan,
tingkat inteligensi, dan perkembangan sosial tersendiri (Janawi, 2011: 66-67).
Menurut Conny R. Semiawan, manusia belajar, tumbuh dan berkembang
dari pengalaman yang diperolehnya. Setiap anak dilahirkan dengan perbedaan
kemampuan, bakat, minat. Faktor-faktor ini ikut mempengaruhi keberhasilan
belajar anak. Untuk itu, jika anak diberi kesempatan untuk mendapatkan apa yang
diinginkan dalam belajar, anak dapat berkembang seoptimal mungkin sesuai
dengan kemampuan, bakat, dan minatnya masing-masing. Untuk itu guru harus
memahami dan menguasai teori-teori psikologi belajar dan psikologi pendidikan.
Kedua bidang keilmuan yang saling berkaitan tersebut dapat membantu
guru untuk mengetahui dan memahami tentang anak dan tahap-tahap
perkembangannya. Pada setiap tahap perkembangan, anak memiliki karakteristik
tertentu yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan inilah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
menjadi landasan mengapa guru harus menguasai teori-teori psikologi belajar dan
psikologi pendidikan. Selain itu, dalam proses belajar mengajar, guru harus
menempatkan peserta didik sebagai fokus perhatiannya sekaligus menjadi
individu yang ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran (Janawi, 2011: 67).
2) Menguasai Teori dan Prinsip-prinsip Pembelajaran
Janawi (2011:68) menjelaskan bahwa tujuan mengajar ialah untuk
mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku anak. Dengan
pengajaran, dapat membuat seorang anak menjadi orang lain, dalam hal apa yang
ia lakukan dan yang dapat dicapainya. Perubahan ini biasanya disebabkan oleh
orang yang berada di luar dirinya, seperti seorang guru.
Oleh karena peserta didik memiliki tahap perkembangan yang berbeda-
beda, maka diharapkan guru dapat menggunakan pendekatan yang berbeda untuk
setiap peserta didik. Di satu sisi guru harus memberikan perhatian kepada seluruh
anak yang ada dalam proses pembelajaran di kelas, namun di sisi lain guru harus
memberikan perhatian khusus kepada setiap anak sesuai dengan kebutuhannya.
Oleh karena itu guru harus menguasai teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
dapat membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan baik (Janawi,
69).
Janawi menegaskan bahwa, beberapa asas yang perlu dikuasai oleh guru,
diantaranya adalah asas perhatian, asas aktivitas, asas apersepsi, asas peragaan,
asas ulangan, asas korelasi, asas konsentrasi, asas individualisasi, asas sosialisasi,
dan asas evaluasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
1) Asas Perhatian
Asas perhatian adalah asas membangkitkan perhatian peserta didik pada
pelajaran yang disampaikan guru di kelas atau di luar kelas. Asas ini digunakan
untuk membangkitkan minat belajar anak, karena tidak semua anak memiliki
perhatian yang sama terhadap materi pelajaran yang sama. Dalam asas ini dikenal
dua jenis perhatian, yakni perhatian yang dibangkitkan oleh guru disebut perhatian
sengaja, dan perhatian yang timbul dari peserta didik disebut perhatian spontan.
Dasar dilakukannya perhatian terhadap peserta didik adalah dasar
psikologis. Perhatian adalah suatu gejala kejiwaaan yang ada hubungannya
dengan dorongan minat dan aktivitas itu sendiri. Kemudian perhatian adalah suatu
keadaan, sikap untuk memusatkan kesadaran yang diarahkan pada suatu obyek
tertentu yang disertai reaksi-reaksi organis yang selanjutnya dapat memungkinkan
pengamatan secara tajam dan jelas terhadap obyek tersebut. Perhatian
memungkinkan adanya kesan, tanggapan, pengertian, dan pendapat yang semakin
tajam dan jelas (Janawi, 2011: 69-70).
2) Asas Aktivitas
Asas aktivitas adalah asas yang mengaktifkan jasmani dan rohani peserta
didik. Proses belajar dianggap baik apabila interaksi belajar terjalin antara
pendidik dan peserta didik dan antar sesama peserta didik. Oleh karena itu
pembelajaran yang dilaksanakan hendaknya tidak bersifat verbalis tetapi peserta
didik harus dilatih untuk beraktifitas baik jasmani maupun rohani. Piaget dalam
Tim Didaktik Metodik Malang (1987: 25) menjelaskan bahwa seorang anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa berbuat anak tidak berpikir, agar ia berpikir
sendiri ia harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri.
Secara psikologis, segala pengetahuan harus diperoleh siswa dari
pengamatan sendiri dan pengalamannya sendiri. Karena jiwa bersifat dinamis,
memiliki energi sendiri dan dapat menjadi aktif yang didorong oleh kebutuhan-
kebutuhan. Dalam hal ini peran guru adalah merangsang keaktifan dengan cara
menyajikan bahan pelajaran, akan tetapi yang mengolah dan mencerna adalah
peserta didik sendiri sesuai dengan minat, bakat dan latar belakang masing-
masing. Hal ini sebabkan karena belajar adalah suatu proses di mana anak-anak
harus aktif (Janawi, 2011: 70-71).
3) Asas Apersepsi
Asas apersepsi adalah asas yang digunakan guru ketika guru akan memulai
proses pembelajaran. Apersepsi adalah proses pertautan gejala jiwa yang dialami
sebagai proses kesadaran dengan kesan baru yang diterima. Dalam hal ini peran
guru adalah menghubungkan materi yang akan diajarkan dengan pengetahuan
peserta didik sebelumnnya.
Dari sudut pandang psikologis, apersepsi adalah proses pertautan gejala
jiwa lama dengan gejala jiwa baru. Kesan lama dinamakan bahan apersepsi dan
bahan apersepsi itu membangkitkan minat peserta didik. Aplikasinya, sebelum
memberi materi pelajaran yang baru, guru harus memperhatikan materi yang
menghubungkan sesuatu dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya (Janawi,
2011: 71-72).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
4) Asas Peragaan
Asas peragaan adalah asas memperagakan. Asas ini selalu dikaitkan
dengan media atau teknologi pendidikan baik dengan memanfaatkan miniatur
dengan cara mendemonstrasikan gerak tangan, tubuh dan lainnya dalam proses
pembelajaran. Agar peserta didik dapat mengerti dengan baik materi yang hendak
disampaikan, maka materi pelajaran haruslah diperagakan sekonkrit mungkin bagi
pengamatan mereka. Peragaan dapat dengan peragaan langsung maupun peragaan
tak langsung. Peragaan langsung dapat ditampilkan dengan cara memperlihatkan
sesuatu yang akan diperagakan, sedangkan peragaan tak langsung dengan cara
menunjukkan benda-benda tiruan, misalnya gambar, film, dan lainnya. Melalui
asas peragaan, pembelajaran akan berawal dari pengalaman dan pengamatan yang
membutuhkan alat-alat indera (Janawi, 2011: 72).
5) Asas Ulangan
Asas ulangan adalah asas mengadakan latihan-latihan secara periodik yang
mempermudah reproduksi tanggapan yang membutuhkan asosiasi antar
tanggapan-tanggapan yang muncul. Latihan-latihan ini dapat berupa ulangan
harian, pekerjaan rumah, atau tugas lainnya. Asas ini perlu dipertimbangkan
secara matang dan dilakukan secara teratur, agar peserta didik tidak merasa jenuh
dengan tugas-tugas yang diberikan guru. Ulangan dibagi dalam dua kategori yaitu:
ulangan okasional bersifat kebetulan dan ulangan sistematis(Janawi, 2011: 72-
73).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
6) Asas Korelasi
Asas korelasi merupakan asas mengadakan hubungan dengan pelajaran
lain. Guru dalam hal ini harus mampu menghubungkan pelajaran yang satu
dengan pelajaran yang lainnya. Misalnya pelajaran agama dengan pelajaran
kewarganegaraan, pengetahuan sosial, dan sebagainya.
Secara psikologis, asosiasi dan apersepsi menggali kesadaran anak agar
dapat membangkitkan minat belajar anak. Aplikasinya, pelajaran akan mudah
diterima bila guru menghubungkan pelajaran dengan masalah-masalah pokok
dalam kehidupan peserta didik sehari-hari.
7) Asas Konsentrasi
Asas konsentrasi adalah pemusatan pada pokok suatu permasalahan
tertentu. Fokus tertentu mendorong munculnya perhatian pemusatan pada pokok
masalah tertentu. Asas ini memiliki tiga tahap, yaitu tahap inisisasi,
pengembangan, dan kulminasi. Pada tahap inisisasi, guru berusaha menstimulasi
peserta didik melalui alat peraga untuk menarik perhatian peserta didik dan
peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok. Tahap pengembangan, masing-
masing kelompok mengumpulkan data sesuai dengan data yang ingin
dikumpulkan, dan tahap kulminasi, masing-masing kelompok menyampaikan
laporannya dan diberi kesempatan bagi setiap kelompok untuk menanggapinya
(Janawi, 2011: 73).
8) Asas Individualisasi
Asas individualisasi merupakan asas penyesuaian pada minat dan bakat
masing-masing peserta didik. Seorang guru dalam proses pembelajaran, harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
mampu memberikan perhatian khusus terhadap peserta didik, karena pesera didik
memiliki minat, bakat, dan irama perkembangan sendiri. Proses pembelajaran
hendaknya disesuaikan dengan keadaan sifat, bakat, minat, kemampuan peserta
didik masing-masing.
9) Asas Sosialisasi
Asas sosialisasi adalah asas menciptakan atau menyesuaikan pada
lingkungan sekitar. Sosialisasi dibutuhkan karena, selain peserta didik sebagai
makhluk individu, mereka juga merupakan makhluk sosial yang selalu
berinteraksi dengan sesamanya. Dalam proses pembelajaran, peserta didik
membutuhkan suasana hidup bersama, bekerja bersama, dan berinteraksi dengan
sesamanya. Dalam hal ini, guru hendaknya membantu para siswa unutk
mengembangkan sifat sosialnya melalui pembentukan kelompok sehingga suasana
soail dapat tercipta.
10) Asas Evaluasi
Asas evaluasi merupakan asas pengadaan penilaian yang obyektif.
Evaluasi dilakukan secara periodik dan menjadi feed back (umpan balik) dalam
proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan dengan cara yang bervariasi sesuai
dengan tuntutan zaman dan evaluasi yang dibutuhkan. Evaluasi dapat berguna
bagi guru, yakni sebagai dasar penilaian mengenai tingkat penguasaan peserta
didik terhadap proses pembelajaran tertentu, dan juga bagi peserta didik yakni
mereka dapat menilai kemampuannya sehingga dapat menilai dirinya.
Secara psikologis, evaluasi dan penilaian diberikan secara obyektif guna
mengetahui daya serap (penguasaan) anak terhadap pelajaran yang disampaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
oleh gurunya. Evaluasi dapat dilakukan dengan memberi tes (ujian) agar peserta
didik mengetahui hasil belajarnya. Hasil penilaian perlu didokumentasikan demi
kepentingan melihat sejauh mana tingkat perkembangan kemampuan anak
(Janawi, 2011: 74-75).
3) Mengembangkan Kurikulum
Menurut Zamroni, salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan adalah mempertimbangkan dua model, yaitu memperkuat hidden
curriculum dan mengembangkan teknik refleksi diri (self-reflection) (Zamroni,
2000: 79). Hidden curriculum adalah proses penanaman nilai-nilai dan sifat-sifat
pada diri peserta didik. Proses tersebut dilakukan melalui proses pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru. Oleh karena itu dalam hal ini guru hendaknya
melakukan proses pembelajaran yang baik, menjadi panutan bagi peserta didik,
dan rekan sejawat. Sedangkan self-reflection adalah suatu kegiatan untuk
mengevaluasi proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan untuk memperoleh
umpan balik (Janawi, 2011: 75-76).
Guru dalam melaksanakan pembelajaran, harus sungguh-sungguh
mencermati kurikulum yang berlaku dan bersiap menghadapi perubahan baik dari
segi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya. Perubahan kurikulum menuntut
guru untuk selalu menerima perubahan yang membawa perbaikan dalam berbagai
aspek pembelajaran. Oleh karena perubahan zaman lebih cepat dibandingkan
dengan proses penyesuaian dan dinamika pendidikan, maka dunia pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
harus mampu beradaptasi dengan dinamika perkembangan zaman, terutama
tuntutan dan kebutuhan zaman (Janawi, 2011: 80).
Perubahan kurikulum selalu menimbulkan rumor di masyarakat bahwa
“Ganti Menteri Pendidikan Ganti Kurikulum”. Bahkan perubahan kurikulum
kadang-kadang cenderung menjadi konsumsi politis. Sebagai konsekuensinya
perubahan kurikulum menuntut penyediaan anggaran yang cukup besar. Namun,
bila perubahan kurikulum dilihat dari sudut pandang non-politis, pergantian
kurikulum merupakan suatu hal yang biasa dan suatu kemutlakan dalam rangka
merespon perkembangan masyarakat yang cepat.
4) Menyelenggarakan Pembelajaran yang Mendidik
Buber dalam Conny R. Semiawan (2002: 5) menyatakan bahwa paham
psikologi kontemporer memahami belajar sebagai sebuah proses konstruktivisme.
Belajar adalah mengkonstruksikan pengetahuan yang terjadi from within. Belajar
dilakukan dengan proses dialog dan bercirikan pengalaman dua sisi (two sided
experiences). Belajar tidak semata-mata mentransformasikan pengetahuan ke
dalam kepala anak. Artinya, penekanan belajar tidak lagi pada kuantitas materi,
melainkan pada upaya agar anak mampu menggunakan peralatan mentalnya
(otaknya) secara efektif dan efisien sehingga tidak ditandai oleh segi kognitif
belaka, melainkan keterlibatan emosi dan kemampuan kreatif (Janawi, 2011: 85).
Goleman mengisyaratkan bahwa manusia memiliki dua segi mental:
pertama, berasal dari kepala (head) dengan ciri kognitif, dan kedua, berasal dari
hati sanubarinya (heart), dengan ciri afektif. Antara kehidupan kognitif dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
kehidupan afektif ada hubungan erat. Dalam struktur otak neuron sel otak yang
menghubungkan dua kehidupan ini disebut extended amygdala. Penggunaan
fungsi otak yang efektif dan efisien merupakan hasil dari proses interaktif yang
dinamis dengan lingkungan. Ciri-cirinya mencakup segi fisik, mental dan
emosional yang mengakibatkan integrasi yang terakselerasikan dari fungsi otak
dan berakibat terhadap pemekaran kemampuan manusia secara optimal.
Secara makro (Semiawan 2002:6), pembelajaran ditinjau dari adanya
analisis dua jalur dalam pendekatan sistemnya yang disebut analisis dua jalur (two
road analysis). Jalur pertama (front-end: muka belakang) yaitu mencakup tiga
komponen; target group analysis (siapa dan context analysis). Berkaitan dengan
bagaimana upaya menyelaraskan sasaran dan relevansinya, analisis pekerjaan
dapat dilakukan dari muka (front), ke belakang (end), atau sebalikya. Oleh karena
itu untuk menyeimbangkan proses pembelajaran perlu dilakukan rancangan
pembelajaran (instructional planning).
Faktanya menunjukkan bahwa permasalahan pendidikan dan persiapan
guru menjadi pusat yang paling penting dan tantangan permasalahan yang paling
serius. Muhammad Hamid (1980: 116) dalam tulisannya menyatakan bahwa “the
education and preparation of teachers’ is the central, most crucial and most
challengging problem involved in the reconstruction of any educational system”.
Permasalahan pembelajaran identik dengan persiapan guru dalam merekonstruksi
sistem pendidikan. Lebih khusus lagi, guru memiliki peran besar dalam proses
pembelajaran yang dimulai dari proses pembelajaran di kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Proses pembelajaran yang mendidik adalah proses yang selalu berorientasi
pada pengembangan potensi anak. Kegiatan belajar mengajar tersebut menurut
Masnur Muslich (2007: 48-50) menitikberatkan pada proses pemberdayaan
potensi anak. Prinsip-prinsip yang perlu dipertahankan seperti: Pertama, kegiatan
yang berpusat pada anak; kedua, belajar melalui berbuat; ketiga, mengembangkan
kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial; dan keempat, belajar
sepanjang hayat.
5) Memfasilitasi Pengembangan Potensi Peserta Didik
Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik berarti membantu
pengembangan diri dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Conny R.
Semiawan mengulas, bahwa manusia belajar, tumbuh dan berkembang dari
pengalaman yang diperolehnya melalui kehidupan di mana ia berada (Semiawan,
2002: 10). Namun perkembangan manusia tidak dimulai dari perkembangan
tabularasa, melainkan mengandung sumber daya yang memiliki kondisi sosial
kultural, fisik dan biologis yang berbeda-beda, yang tidak dapat dilihat terlepas
dari kondisi sosial, kultural, dan biologis dalam lingkungannya. Dengan kata lain
dalam dunia persekolahan, guru dan sekolah memiliki peran penting dalam
menumbuhkembangkan potensi anak.
Anak merupakan sentral dari seluruh proses pendidikan. pemahaman ini
dapat dilacak dari teori-teori yang telah dikembangkan oleh pendidikan Erop
Kontinental. Teori-teori yang berkembang sampai sekarang ini terdapat kesamaan
pandangan yakni pada esensinya, yitu usaha pendidikan yang berfungsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
mengantarkan anak agar tumbuh dan berkembang menuju kematangan,
kemandirian, kedewasaan (Supriadi, 2005: 40).
6) Berkomunikasi Efektif, Empatik, dan Santun dengan Peserta Didik
Dalam proses pembelajaran, komunikasi dibutuhkan ketika seorang guru
akan menyampaikan pesan (the body of materials) kepada anak didik. Levine dan
Adelman dalam Deddy Mulyana mengartikan komunikasi sebagai “proses berbagi
makna melalui perilaku verbal dan nonverbal” (Mulyana, 2005: 3). Jalaludin
Rakhmat (1991: 4-6), mengartikan komunikasi sebagai proses penyampaian
energi dari alat indera ke otak. Pesan yang diberikan menjadi stimulus yang
menimbulkan respon pada individu yang lain. komunikasi ditujukan untuk
memberikan informasi, menghibur, atau mempengaruhi. Di samping itu,
komunikasi merupakan peristiwa sosial – peristiwa yang terjadi ketika manusia
berinteraksi dengan manusia yang lain.
Defini tersebut menggambarkan bahwa komunikasi dapat bersifat
intrapersona dan ekstrapersona. Deddy Mulyana menyebutkan, komunikasi
terjadi setidaknya melalui suatu sumber yang dapat membangkitkan respon pada
penerima melalui penyampaian suatu pesan. Bentuknya berupa tanda atau simbol,
baik bentuk verbal (kata-kata) atau bentuk non-verbal (non kata-kata), tanpa harus
mamastikan terlebih dahulu bahwa kedua belah pihak yang berkomunikasi punya
suatu sistem simbol yang sama (Mulyana, 2007: 3). Dengan demikian,
komunikasi dapat terjadi antar pribadi, kelompok, masyarakat, bahkan lintas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
budaya. Komunikasi juga terjadi melalui suatu proses, berdasarkan suatu tujuan,
dan didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu.
Menurut Bobbi de Porter dkk, ada empat prinsip komunikasi ampuh, yaitu
timbulkan citra (munculkan kesan), arahkan fokus, inklusif, dan spesifik (De
Porter, 2000: 117). Komunikasi dalam proses pembelajaran perlu
mempertimbangkan bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk menimbulkan
kesan pada anak. Ketika komunikasi telah menimbulkan kesan, maka perhatian
siswa akan terfokus. Proses seperti inilah yang dimaksud dengan memindahkan
energi.
Berkomunikasi efektif, empatik dan santun terhadap anak didik merupakan
komunikasi yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran. Bahasa yang
empatik dan santun membuat suasana pembelajaran lebih harmonis. Guru tidak
diperbolehkan menggunakan bahasa yang tidak mendidik, karena guru
sebagaimana diungkapkan sebelumnya adalah sosok yang digugu dan ditiru. Oleh
karena itu guru harus menjadi teladan. Sebagai teladan, komunikasi yang
dibangun dalam proses pembelajaran adalah komunikasi simpatik dan persuasif.
Perkataan guru menimbulkan asosiasi spesifik.
Dalam proses belajar mengajar, komunikasi empatik, persuasif, dan
menarik akan berdampak pada terjadinya proses pembelajaran yang kontruktif.
Komunikasi antara pendidik dan peserta didik diharapkan berlangsung menarik.
Komunikasi dalam proses pembelajaran perlu mengadopsi lebih dari satu arah
(one way) tetapi multi ways communication. Komunikasi tersebut terjadi antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
guru dan anak didik. Siklus ini perlu dipertahankan dan disesuaikan dengan
konteks waktu dan kebutuhan.
7) Menyelenggarakan dan Memanfaatkan Evaluasi
Evaluasi atau penilaian merupakan proses menyimpulkan dan menafsirkan
fakta-fakta dan membuat pertimbangan dasar yang profesional untuk mengambil
kebijakan pada sekumpulan informasi, yaitu informasi tentang peserta didik
(Supranata dan Hatta, 2004: 3). Evaluasi dapat dijadikan sebagai proses umpan
balik (feedback process). Pertama, evaluasi menadi dasar untuk melakukan
penilaian terhadap tingkat keberhasilan anak baik pada tiap proses pembelajran,
semester, dan tahunan. Melalui evaluasi inilah, tujuan pembelajaran dapat
diketahui berhasil atau tidaknya, mencapai sasaran atau tidak. Kedua, evaluasi
menjadi umpan balik baik bagi pendidik maupun anak didik.
Howard Kingsley dalam Nana Sudjana membagi hasil belajar ke dalam
tiga kategori, yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian,
sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne menguraikan hasil belajar dalam lima
kategori yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap,
dan keterampilan motoris. Dalam proses pelaksanaannya, evaluasi tujuan
pendidikan nasional tetap berorientasi pada ranah kognitif, afektif, dan
psikomotoris (Sudjana, 2006: 22).
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang dapat
dikelompokkan menjadi enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sistesis, dan evaluasi. Dua aspek pertama disebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya digolongkan kognitif
tingkat tinggi. Ranah afektif berkaitan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek
yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
Sedangkan ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek masuk dalam raah psikomotoris yaitu
gerakan reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,
keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan
ekspresif dan imperatif.
Tabel: Ranah Penilaian dan Aspeknya
Kognitif Afektif Psikomotoris
Pengetahuan/Ingatan Penerimaan Reflek
Pemahaman Jawaban/reaksi Keterampilan gerakan
dasar
Aplikasi Penilaian Kemampuan perseptual
Analisis Organisasi Keharmonisan atau
ketepatan
Sintesis Internalisasi Gerakan keterampilan
kompleks
Evaluasi Gerakan ekspresif
Evaluasi dapat dilakukan terhadap program, proses dan hasil. Evaluasi
program bertujuan untuk menilai efektivitas program yang dilaksanakan. Evaluasi
proses bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan partisipasi peserta didik dalam
proses pembelajaran. Sedangkan evaluasi hasil belajar bertujuan untuk
mengetahui hasil belajar atau pembentukan kompetensi peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
8) Melakukan Tindakan Reflektif
Tindakan reflektif sesungguhnya adalah kelanjutan dari proses evaluasi
sebagai akhir proses pembelajaran. Reflektif dapat dipahami sebagai tindakan
introspeksi dan me-review proses belajar mengajar yang telah dilakukan dan
berakhir dengan memunculkan perubahan-perubahan baik pada tataran paradigma
pendidikan, konsep pendidikan, strategi dan pendekatan yang lebih edukatif
dilaksanakan di dunia pendidikan, perubahan paradigma kurikulum, dan lainnya.
Melalui tindakan reflektif, semua komponen harus menyadari bahwa perubahan
dan peningkatan mutu pendidikan tidak dilakukan secara parsial.
Akhir dari tindakan reflektif adalah proses evaluasi yang dilakukan secara
menyeluruh dan berpegang pada prinsip kontinuitas. Dalam makna yang
sederhana tindakan reflektif merupakan proses perenungan kegiatan belajar
mengajar. Tindakan ini sebagai akhir proses pembelajaran menjadi ciri proses
akhir belajar mengajar – selain eksplorasi, interaksi, dan komunikasi – yang
diarahkan pada proses membangun gagasan dan menciptakan suasana berpikir
(Janawi, 2012: 96).
b. Kompetensi Kepribadian
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif,
dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Ini berarti kompetensi
kepribadian ini ditandai dengan memiliki kepribadian mantap dan stabil, dewasa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
arif, berwibawa, dan akhlak mulia sehingga dapat menjadi teladan. Kepribadian
mantap dan stabil memiliki karakteristik menaati peraturan perundang-undangan
dan ketentuan lainnya, menunjukkan perilaku disiplin; bertindak sesuai dengan
norma sosial dengan ciri bertutur kata secara santun, berpenampilan (fisik) secara
sopan, dan berperilaku santun; bangga sebagai pendidik, menunjukkan komitmen
terhadap tugas sebagai pendidik, dan menjaga kode etik profesi pendidik; serta
memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma dengan ciri mentaati
tata tertib secara konsisten dan memiliki disiplin diri secara konsisten.
Kemampuan kepribadian adalah kemampuan yang stabil, dewasa, arif,
berwibawa, menjadi teladan, dan berakhlak mulia. Guru sebagai teladan akan
mengubah perilaku siswa, guru adalah panutan. Guru yang baik akan dihormati
dan disegani oleh siswa. Jadi guru harus bertekad mendidik dirinya sendiri lebih
dahulu sebelum mendidik orang lain. Pendidikan melalui keteladanan adalah
pendidikan yang paling efektif. Guru yang disenangi, otomatis mata pelajaran
yang ia ajarkan akan disenangi oleh siswa, dan siswa akan bergairah dan
termotivasi sendiri mendalami mata pelajaran tersebut. Sebaliknya guru yang
dibenci oleh murid, akan tidak senang dengan mata pelajaran yang dipegang oleh
guru, dan membentuk sikap anti pati terhadap mata pelajaran yang dipelajari
tersebut (Buchari Alma, 2008: 141).
Kepribadian dewasa memiliki karakteristik menampilkan kemandirian
dalam bertindak sebagai pendidik dengan ciri melaksanakan tugas secara mandiri,
mengambil keputusan secara mandiri, dan menilai diri sendiri (refleksi diri); serta
memiliki etos kerja sebagai pendidik dengan ciri bekerja keras, melaksanakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
tugas secara bertanggung jawab, dan mengembangkan diri secara terus menerus
sebagai pendidik.
Kepribadian yang arif memiliki karakteristik menampilkan tindakan yang
didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, bertindak atas dasar kemanfaatan
sekolah, dan bertindak atas dasar kemanfaatan masyarakat; serta menunjukkan
keterbukaan dalam berpikir dan bertindak dengan ciri menerima kritik dan saran
untuk perbaikan dan menempatkan diri secara proporsional.
Kepribadian yang berwibawa memiliki karakteristik perilaku yang
berpengaruh positif terhadap peserta didik ditandai dengan mengemukakan
pendapat yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan menunjukkan
tindakan yang berpengaruh positif terhadap peserta didik; serta memiliki perilaku
yang disegani dengan ciri berperilaku yang dihormati oleh peserta didik,
berperilaku yang dihormati oleh sejawat, dan berperilaku yang dihormati oleh
masyarakat.
Kepribadian memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki
karakteristik bertindak sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka
menolong) yang ditandai menghargai ajaran agama yang dianut maupun agama
lain, menerapkan ajaran agama yang dianut, menerapkan norma kejujuran, dan
menunjukkan keikhlasan; serta memiliki perilaku yang dapat diteladani peserta
didik dengan ciri bertutur kata sopan sehingga menjadi teladan bagi peserta didik
dan berperilaku terpuji sehingga menjadi teladan bagi peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
c. Kompetensi Profesional
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen,yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.Konsep ini
mengandung arti bahwa kompetensi profesional merupakan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam. Wina Sanjaya berpendapat bahwa,
”Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan
dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan” (Wina Sanjaya, 2006: 145).
Kompetensi profesional ini memiliki karakteristik menguasai materi ajar yang
luas dan mendalam, serta menguasai struktur dan metode keilmuan bidang studi
yang diajarkan. Materi yang dikuasai bukan hanya sekedar materi ajar yang
diajarkan di sekolah/sesuai sebaran dalam kurikulum sekolah, melainkan pula
materi yang memayunginya. Dengan menguasai materi dan memayungi, maka
diharapkan guru akan mampu menjelaskan materi ajar dengan baik, dengan
ilustrasi jelas dan landasan yang mapan, dan dapat memberikan contoh yang
kontekstual. Di samping itu, dikuasai pula struktur keilmuan dari bidang
keahliannya.
Kemampuan profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran
secara luas dan mendalam, serta metode dan teknik mengajar yang sesuai yang
dipahami oleh murid, mudah ditangkap, tidak menimbulkan kesulitan dan
keraguan (Buchari Alma, 2008: 142).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Kompetensi profesional guru ditunjukkan pula oleh kemampuan guru
dalam mengembangkan materi studi yang diajarkan dalam bentuk penelitian, dan
secara nyata menghasilkan karya-karya produktif seperti penulisan bahan ajar,
termasuk menulis buku yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.
Masalah kompetensi profesional guru merupakan salah satu dari
kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan
apapun. Kompetensi-kompetensi lainnya adalah kompetensi kepribadian dan
kompetensi kemasyarakatan. Secara teoritis ketiga jenis kompetensi tersebut dapat
dipisah-pisahkan satu sama lain, akan tetapi secara praktis sesungguhnya ketiga
jenis kompetensi tersebut tidak mungkin dapat dipisah-pisahkan. Diantara ketiga
jenis kompetensi yang saling menjalin secara terpadu dalam diri guru. Guru yang
terampil mengajar tentu harus pula memiliki pribadi yang baik dan mampu
melakukan social adjustment dalam masyarakat. Ketiga kompetensi tersebut
terpadu dalam karakteristik tingkah laku guru (Oemar Hamalik, 2008: 34).
d. Kompetensi Sosial
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen,yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah
kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien
dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar. Konsep ini hendak menjelaskan bahwa kompetensi sosial ini memiliki
karakteristik berkomunikasi secara efektif dan bergaul secara efektif dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
peserta didik, teman sejawat, dan lingkungan sekitar. Kompetensi berkomunikasi
secara efektif mencakup: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik,
sejawat, dan orang tua/wali dengan ciri: mengkomunikasikan pesan (message)
secara lisan, memaknai pesan (message) lisan, mengkomunikasikan pesan
(message) secara tertulis, dan memaknai pesan (message) tertulis; berkomunikasi
secara efektif dengan masyarakat dengan ciri: mengkomunikasikan pesan
(message) secara lisan, memaknai pesan (message) lisan, mengkomunikasikan
pesan (message) secara tertulis, dan memaknai pesan (message) tertulis.
Kemampuan sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sekolah dan di luar lingkungan
sekolah. Guru profesional berusaha untuk mengembangkan komunikasi dengan
orang tua siswa, sehingga terjalin komunikasi dua arah yang berkelanjutan antara
sekolah dan orang tua, serta masyarakat pada umumnya (Buchari Alma, 2008:
142).
Bergaul secara efektif mencakup mengembangkan hubungan secara efektif
dengan peserta didik, sejawat, orang tua/wali, dan masyarakat dengan ciri:
mengembangkan hubungan atas dasar prinsip saling menghormati,
mengembangkan hubungan atas dasar prinsip keterbukaan, dan mengembangkan
hubungan berasaskan asah, asih, asuh; serta bekerja sama secara efektif dengan
peserta didik, sejawat, orang tua/wali, dan masyarakat dengan ciri: bekerja sama
atas dasar prinsip saling menghormati, bekerja sama atas dasar prinsip
keterbukaan, dan bekerja sama atas dasar prinsip saling memberi dan menerima
(Musaheri, 2007: 23).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
2. Kompetensi Pedagogik Guru PAK
a. Kompetensi Pedagogik Guru PAK Menurut Undang-Undang
Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen (Pasal 10, ayat 1) menyatakan yang dimaksud dengan kompetensi
pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Konsep ini
mengandung beberapa hal penting yaitu pertama, guru harus mengetahui dan
memahami tahap-tahap perkembangan peserta didik sehingga mampu
menciptakan suasana yang menjadikan siswa siap mental sekaligus menimbulkan
perhatian siswa terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Kedua, guru
menguasai materi sehingga mampu menyajikan materi pembelajaran secara
terorganisir dan sistemik. Ketiga, guru dapat menciptakan suasana belajar yang
kondusif, inovatif dan kreatif. Keempat, guru berusaha untuk mengoptimalkan
kemampuan menjelaskan materi melalui pemberian pertanyaan kepada siswa.
Kelima, guru dapat memberi penguatan yakni suatu respons secara positif yang
diberikan guru kepada siswa yang melakukan perbuatan baik atau kurang baik.
Keenam, guru mampu membuat variasi, yakni guru dapat menghilangkan
kebosanan siswa dalam menerima pelajaran melalui gaya mengajar, penggunaan
media, pola interaksi kegiatan siswa dan komunikasi nonverbal (suara, mimik,
kontak mata, dan semangat). Ketujuh, guru dapat mengakhiri proses pembelajaran
dengan baik.
Sementara itu, Asmani (2009: 59-60) mengatakan bahwa kompetensi
utama yang harus dimiliki oleh seorang guru agar pembelajaran yang dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
efektif dan dinamis adalah kompetensi pedagogik. Guru harus belajar secara
maksimal untuk menguasai kompetensi pedagogik ini secara teori dan praktek.
Dari sinilah, perubahan dan kemajuan akan terjadi dengan pesat dan produktif.
Selanjutnya Asmani mengemukakan 10 indikator kompetensi pedagogik,
yang m enurut penulis dapat diterapkan dalam konteks pembelajaran PAK di
sekolah, yakni:
1. Menguasai cakupan materi pelajaran PAK dengan baik, utuh, dan
menyeluruh
Guru PAK diharapkan menguasai bidang kajian materi tentang bahan ajar
yang akan disampaikan kepada siswanya. Cakupan materi yang dimaksud adalah
tentang pengenalan secara mendalam terhadap pribadi peserta didik, Yesus
Kristus dan Gereja serta bagaimana bersikap dan bertindak dalam kehidupan
sehari-hari bersama masyarakat.
Dalam lokakarya di Malino, ditegaskan bahwa materi/bahan merupakan
sarana, bukan tujuan. Bahan ditentukan sejauh membantu pergulatan dan
penghayatan hidup beriman. Ini berarti proses pembelajaran PAK tidak
menitikberatkan pada penyelesaian bahan, melainkan pada kemendalaman
pemahaman, sehingga diharapkan bahan ditentukan sangat minimal (sangat
mungkin terselesaikan dalam waktu yang tersedia dengan proses yang mendalam)
atau bahan disediakan sedemikian rupa sehingga mewakili seluruh aspek
kehidupan peserta didik, namun tidak hanya itu, semampunya para guru agama
memilih bahan yang relevan dengan situasi kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Meskipun bahan merupakan sarana namun bukan berarti bahan itu bahan
mati, abstrak dan tidak menyentuh kehidupan peserta didik. Guru PAK harus
mengolah bahan menjadi bahan hidup yang mendukung siswa dalam pergulatan
dan penghayatan hidup beriman, maka bahan dikemukakan sebagai yang bersaksi
atas hidup beriman. Bahan yang hidup dapat menjadi partner dialog. Bahan yang
dipilih pun harus memuat dan menampilkan nilai-nilai, sehingga terjadi
pergulatan pilihan nilai dalam diri peserta didik beserta akibat-akibat pilihannya.
2. Memahami Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Memahami psikologi pendidikan misalnya tentang tahapan perkembangan
siswa, memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual,
sosial, kultural, emosional, dan intelektual, serta teori-teori belajar dan mengajar.
Selain itu guru PAK harus mengenal fungsi dan program bimbingan dan
konseling di sekolah. Seorang guru PAK tidak diharapkan menjadi seorang
konselor yang profesional, namun diharapkan dia dapat memberikan pelayanan
agar masing-masing peserta didik dapat berkembang secara optimal sesuai dengan
kemampuan, bakat, dan minat mereka. Adapun fungsi pelayanan bimbingan dan
konseling antara lain:
a. Pencegahan, yakni mencegah timbulnya masalah yang berkaitan dengan mata
pelajaran PAK.
b. Penyaluran, yakni membantu peserta didik mendapat penyaluran diri ke arah
kegiatan yang dapat menunjang perkembangan dirinya.
c. Penyesuaian, yakni membantu terciptanya penyesuian diri peserta didik dengan
mata pelajaran yang ditekuni.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
d. Perbaikan, yakni membantu peserta didikmemecahkan masalah yang berkaitan
dengan pelajaran PAK.
e. Pengembangan, yakni membantu peserta didik mengembangkan keseluruhan
pribadinya secara terarah dan berkelanjutan.
3. Mengembangkan Kurikulum yang Terkait dengan PAK
Guru PAK diharapkan memiliki keterampilan dalam merencanakan,
menyusun dan melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan tuntuan
kurikulum yang berlaku. Guru mampu menyusun dan menentukan langkah-
langkah pembelajaran yang sistematis dan mencakup keseluruhan bidang kajian
PAK sehingga para siswapun dapat menerima penyampaian bahan ajar PAK
dengan baik.
Guru PAK dalam mengembangkan kurikulum PAK, harus memperhatikan
tiga unsur pokok pendidikan iman., yaitu pengalaman hidup peserta, visi dan
kisah hidup kristiani serta komunikasi antara pengalaman hidup peserta dengan
visi dan kisah hidup kristiani. Ketiga unsur ini saling terkait dan merupakan syarat
yang bersifat konstitutif (yang harus ada) supaya suatu kegiatan dapat disebut
sebagai pendidikan iman. Selain itu, ketiga unsur ini tidak dimaksudkan untuk
menggantikan unsur-unsur yang harus ada di dalam persiapan dan proses
penyelenggaraan pendidikan iman di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
a. Pengalaman Hidup Peserta
Pengalaman hidup peserta mencakupi segala kegiatan hidup harian,
termasuk kegiatan rohani mereka seperti hidup doa, perayaan iman, dll. Di
samping itu, di dalamnya terdapat permasalahan, kesulitan, keprihatinan dan
persoalan hidup mereka, tetapi juga kegembiraan, sukses, cita-cita serta harapan
mereka. Dengan kata lain, pengalaman hidup mencakup seluruh kenyataan hidup
peserta. Kenyataan hidup yang menjadi salah satu unsur kontitutif pendidikan
iman menggarisbawahi pengertian dasar pendidikan dalam iman sebagai
komunikasi pengalaman. Kehidupan konkret peserta menjadi titik tolak dan
sekaligus medan bagi peserta didik untuk menghayati imannya. Melalui refleksi
terhadap pengalaman hidupnya, peserta didik mengenali kehadiran Allah yang
menyatakan diri dan mengundang mereka untuk menanggapinya. Melalui
interpretasi dan hermeneutik peserta didik dibantu menemukan makna dari
pergualatan hidupnya, dan dibantu juga untuk menempatkan iman di dalam
pergualatan hidup sehari-hari. Berangkat dari pengalaman hidup yang berbeda-
beda yang menjadi titik tolak dalam pergulatan hidup selama mengikuti proses
pembelajaran PAK, diharapkan pembelajaran PAK menjadi relevan dan
menyentuh kehidupan peserta.
b. Visi dan Kisah Hidup Kristiani
Visi dan kisah hidup kristiani menjadi kerangka untuk menafsirkan
pengalaman hidup konkret peserta, agar peserta menyadari makna
pengalamannya, dan mereka dihantar untuk sampai pada pengakuan iman kristiani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
yang lebih personal dan otentik. Visi dan kisah hidup kristiani dapat menjadi
peneguh, kritik, dan dapat merupakan dorongan inspiratif ke arah perkembangan
baru yang lebih baik. Visi dan kisah hidup kristiani digali dari sumber utamanya
yaitu Kitab Suci dan harta kekayaan iman Gereja (tradisi). Kedua sumber ini
karena penting, maka harus digunakan secara serentak. Tradisi dipahami sebagai
pengalaman jemaat yang menghidupi dan menghayati sabda Tuhan yang hidup.
Menjadi kerangka penafsiran, karena visi dan kisah hidup kristiani yang bersifat
normatif (di dalamnya terkandung nilai-nilai pengalaman dasar kristiani yang
bersifat kumulatif) membantu peserta untuk memantapkan identitas
kekristianiannya dan sekaligus memperteguh rasa memiliki mereka sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari jemaat kristiani.
c. Komunikasi Kehidupan Konkret Peserta dengan Visi dan Tradisi Kristiani
Pendidikan iman menjadi kegiatan yang bernilai edukatif dan transformatif
kalau pengalaman hidup konkret didialogkan dengan visi dan tradisi kristiani.
Dialog ini membantu peserta didik agar menghayati imannya di dalam
kebudayaan dan cara berpikirnya sendiri. Melalui interpretasi peserta dibantu
untuk menafsirkan pengalamannya sendiri maupun harta kekayaan iman kristiani.
Dari sini, peserta dibantu untuk sampai pada penghayatan iman yang otentik yang
membawa mereka pada kedewasaan iman. Salah satu tugas utama PAK adalah
mendialogkan, mempertemukan antara pengalaman hidup dengan harta kekayaan
iman kristiani. Di dalam fungsi ini PAK dapat dipahami sebagai proses
interpretasi pada keduanya dengan maksud supaya diketemukan maknanya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
bersifat transformatif. Menemukan makna merupakan kegiatan mendasar dari
hidup manusia.
4. Menyelenggarakan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis;
Guru PAK diharapkan mampu mengaplikasikan berbagai metodologi dan
strategi pembelajaran. Guru mampu mengelola program pembelajaran agar
pembelajaran dapat berlangsung secara “Paikem”, yakni “Pembelajaran yang
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan”. Guru PAK diharapkan terus
menemukan aneka model pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kebutuhan
peserta didiknya, sehingga peserta didik yang adalah subyek belajar dapat tumbuh
dan berkembang sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Mampu
membentuk interaksi dan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran. Seorang
guru harus memahami hakekat belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas
belajar, bagaimana proses belajar berlangsung dan ciri-ciri belajar dalam berbagai
bidang yakni pengetahuan, pemahaman, minat, sikap, nilai, dan keterampilan.
Dengan demikian ia akan mampu menentukan jenis interaksi yang bagaimana dan
pola interaksi yang seperti apa yang sekiranya dapat menarik minat anak untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
5. Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Guru PAK dapat memanfaatkan media dan sumber belajar yang
mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Media dan sumber belajar dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa dalam proses belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
termasuk pembelajaran PAK (Sadiman, 2008: 13). Media tidak hanya berfungsi
sebagai alat bantu guru dalam mengajar, tetapi lebih sebagai alat penyalur pesan
kepada siswa-siswi. Sehingga diharapkan baik guru maupun media dapat
memberikan kemudahan belajar bagi siswa guna memperoleh pengetahuan yang
luas, mendalam, jelas, sistematis, dan menarik.
6. Memfasilitasi Pengembangan Potensi Peserta Didik
Guru PAK harus menyadari bahwa peserta didik bukanlah botol kosong
yang siap menampung apa saja dari proses pembelajaran. Peserta didik adalah
pelaku belajar itu sendiri. Dalam kaitannya dengan pewartaan iman, Santo
Yakobus menuliskan kepada kita bahwa “Hendaklah kamu menjadi pelaku
firman” (Yak 1:22). Oleh karena subyek belajar adalah peserta didik itu maka
sudah sepantasnyalah proses pembelajaran PAK dikelola untuk memenuhi
kebutuhan dalam hal ini minat siswa itu sendiri, agar mereka sungguh-sungguh
tumbuh dalam iman dan penghayatan hidup beriman.
7. Menyelenggarakan Penilaian, Evaluasi Proses dan Hasil Belajar
Guru PAK diharuskan untuk mampu melaksanakan kegiatan pengukuran
dan penilaian serta evaluasi prestasi peserta didik secara bertanggung jawab,
sehingga guru dapat memperoleh umpan balik yang berharga untuk
pengembangan pengajaranya dan perkembangan peserta didiknya serta dapat
memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi demi peningkatan kualitas
pembelajaran PAK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
8. Melakukan Tindakan Reflektif untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Seorang guru PAK tidak hanya mengevaluasi proses dan hasil belajar
siswa, namun juga dapat mengevaluasi kinerjanya sendiri demi peningkatan
kualitas dan keberhasilannya dalam mengajarkan PAK. Penekanannya pada
apakah guru PAK telah berhasil melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan
rencana ataukah belum, apa saja yang perlu diperbaiki. Selain itu guru agama
dapat mengikuti kegiatan ret-ret atau rekoleksi guna menyegarkan kembali
panggilan yang dijalani dan tugas yang diembannya sehingga guru PAK tetap
bersemangat dalam menjalankan misi Gereja di dunia.
b. Kompetensi Pedagogik Guru Agama Katolik menurut Dokumen Gereja
Dokumen Gereja menggarisbawahi pentingnya pendidikan untuk siapa
saja, khususnya bagi generasi muda yang masih harus berkembang, tetapi juga
bagi orang dewasa dalam arti pendidikan seumur hidup. Ditegaskan bahwa
pedidikan merupakan hak azasi setiap orang, karena siapa saja berhak
memperkembangkan dan menyempurnakan hidup menuju kepada kepenuhannya.
Pendidikan merupakan jalannya. Pendidikan juga merupakan cara bagi manusia
untuk menemukan dan memantapkan identitas dirinya di tengah-tengah perubahan
dan perkembangan zaman. Dengan begitu manusia diharapkan dapat lebih
berperan aktif di dalam kehidupan sosial mengusahakan kesejahteraan bersama
(Gravissimum Educationis, art. 1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Gereja di dalam sejarah hidupnya berperan aktif dalam bidang pendidikan
dengan maksud untuk mengambil bagian di dalam memperkembangkan
kehidupan (memperjuangkan budaya kehidupan [budaya pro life]) untuk
mengalahkan budaya kematian. Dengan cara itu Gereja mewartakan Injil
kehidupan yaitu Kristus yang membebaskan dan menyelamatkan. Gereja
menggarisbawahi dua tujuan pendidikan yang saling berkaitan erat: pertama,
memperkembangkan pribadi manusia dan kedua, memperjuangkan kesejahteraan
umum.
Gereja sangat menyetujui arah pendidikan yaitu demi memperkembangkan
dan menyempurnakan hidup manusia di dalam segala aspeknya. Dengan
pendidikan manusia diharapkan menyadari kemandiriannya (otonomi, hak-hak
azasinya, misalnya berpikir, mempertimbangkan, memilih dan memutuskan
secara bebas nilai hidup yang diyakini). Tetapi perlu juga dipahami bahwa
kemandirian manusia bersifat relasional. Ini berarti, orang akan semakin menjadi
dirinya sendiri kalau ia secara terbuka dan tulus berkomunikasi dengan
sesamanya, semakin ia membuka diri maka jalan unutk menjadi dirinya sendiri
semakin terbuka. Setiap manusia di satu pihak, merupakan pribadi yang bersifat
otonom, tetapi di lain pihak, juga bersifat sosial. Pendidikan berusaha
mewujudkan tercapainya keseimbangan dan keterpaduan keduanya. Yang jelas,
siapapun berhak untuk hidup bahagia dan menyempurnakan kehidupannya sesuai
dengan maksud ia diciptakan.
Oleh karena itu Gereja menegaskan bahwa setiap orang Kristen berhak
menerima pelayanan kerohanian dan moral dari Gereja. Dari kacamata lain,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Gereja menyadari kewajibannya unutk menyelenggarakan reksa rohani dan moral
bagi semua warganya agar mereka dapat memperkembangkan kehidupannya
berdasar pada nilai-nilai injili (nilai-nilai yang mengacu pada hidup Yesus Kristus
sendiri).
Gereja menyadari bahwa tanggungjawab penyelenggara pendidikan
Kristen yang pertama adalah orang tua (keluarga). Peranan mereka sangat perlu
dihormati dan memang tidak tergantikan. Di samping itu, Gereja mengakui
peranan/kewajiban pemerintah (masyarakat) untuk menyelenggarakan pendidikan
bagi warga masyarakatnya demi mencerdaskan bangsa dan memperjuangkan
kesejahteraan umum (bonum commune). Pemerintah juga berkewajiban untuk
menghormati dan membantu terselenggaranya pendidikan bagi kaum muda
terutama yang telah diusahakan oleh orang tua dan lembaga-lembaga pendidikan
swasta lainnya. Ditegaskan bahwa pemerintah berkewajiban untuk menghormati
prinsip subsidiaritas. Selain itu juga ditekankan peranan Gereja sendiri. Gereja
memiliki kompetensi untuk mewartakan dan memperjuangkan
keselamatan,mengkomunikasikan hidup dalam kesatuan dengan Yesus Kristus.
Gereja bercita-cita supaya hidup setiap orang beriman Kristen diresapi oleh
semangat dan sikap Yesus Kristus sendiri (Gravissimum Educationis, art. 3).
Gereja berkeyakinan bahwa katekese dalam arti pendidikan di dalam iman
merupakan upaya yang khas untuk mewujudkan tujuan pendidikan Katolik. Di
samping itu, Gereja juga berusaha ikut aktif dalam komunikasi sosial dan di
dalam kelompok-kelompok kaum muda dan terutama sekolah-sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Dalam dokumen Gravissimum Educationis, ditegaskan bahwa salah satu
unsur pokok yang perlu ditekankan oleh sekolah-sekolah Katolik adalah dimensi
religius, tentu saja menyusut iman kristiani. Segi ini bagi sekolah menjadi cara
hidup yang perlu senantiasa diusahakan supaya mereka dapat mendidik siswa-
siswinya menurut nilai-nilai kristiani, dimensi tersebut terdapat dalam: suasana
pendidikan, perkembangan pribadi semua peserta didik (personal dan komunal),
hubungan yang terjalin erat antara kebudayaan dan Injil, serta penerangan segala
pengetahuan oleh cahaya iman.
Dimensi religius menjadi serangkaian usaha yang terus diupayakan Gereja
dalam tugas pewartaannya. Dalam hal ini, dimensi ini ingin diwujudkan dalam
proses pembelajaran, yakni pembelajaran pendidikan agama di sekolah.
Pembelajaran pendidikan agama di sekolah harus sungguh-sungguh
memperhatikan suasana belajar yang harus diciptakan, yakni suasana yang
sungguh-sungguh Katolik. Suatu suasana yang dijiwai oleh Roh cinta kasih dan
kebebasan injili, suasana belajar yang diresapi oleh semangat dan sikap hidup
Yesus sendiri (Gravissimum Educationis, art. 25). Suasana belajar semacam ini
akan membuat para peserta didik merasa martabatnya dihormati, permasalahan
hidupnya dipahami, pertanyaan dan keluhannya diperhatikan. Mereka juga
dibantu untuk menemukan identitas dan perannya di dalam kehidupan bersama.
Di samping itu, proses pembelajaran yang diharapkan tidak hanya dibatasi pada
perkembangan segi intelektual tetapi juga menyangkut perkembangan perasaan,
dan tindakan konkret. Hal ini membantu peserta didik untuk berkembang ke arah
kebijaksanaan hidup, pendidikan yang bersifat utuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Dokumen Gereja Katolik memang tidak secara ekspilisit menjelaskan
kompetensi pegagogik seorang guru agama/katekis. Namun, profesi guru agama
dapat dilihat dari sudut pandang panggilan kaum awam dalam hal ini untuk
menjadi guru agama/katekis yang muncul dalam Sakramen Permandian, dan
dikuatkan oleh Sakramen Krisma. Melalui kedua sakramen ini, kaum awam
mengambil bagian dalam “pelayanan Tri tugas Kristus sebagai imam
(menguduskan), nabi (mengajar), dan raja (menggembalakan)” dengan bantuan
Roh Kudus (Budi Kleden, 2005:49). Tri tugas Kristus ini menyatu dalam tugas
mengajar oleh Gereja yang dilaksanakan oleh para guru agama di sekolah agar
siswa yang mendapat pengajaran dapat berkembang dalam iman dan menjadi
pewarta menurut kesaksian hidupnya dan semakin mengenal Kristus serta
dimampukan untuk tumbuh dalam iman dan menjadi saksi-Nya yang hidup.
Karena ciri khas status hidup kaum awam yakni: hidup di tengah masyarakat dan
urusan-urusan duniawi, maka mereka dipanggil oleh Allah, untuk dijiwai
semangat kristiani, ibarat ragi, menunaikan kerasulan mereka di dunia
(Apostolicam Actuositatem, art. 2).
Dalam Gereja terdapat perbedaan dalam hal pelayanan tetapi satu tubuh.
Dari Kristus “seluruh Tubuh, yang ditunjang dan diikat menjadi satu oleh urat-
urat dan sendi-sendi, menerima pertumbuhan ilahinya” (Kol 2:9). Tuhan
membagi-bagikan karunia-karunia pelayanan dalam tubuhNya (Lumen Gentium
art. 7). Satu dari karunia pelayanan yang dianugerahkan dan diawali oleh Yesus
sendiri ialah katekese. Pelayanan katekese tidak boleh dipisahkan dengan Gereja
dan merupakan hati kepada semua pelayanan dalam Gereja. Dokumen Gereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
tentang katekese, “Catechesi Tradendae” menyatakan bahwa dalam semua
pelayanan Gereja, katekese mendapat tempat yang paling utama dan istimewa (CT
art. 13). Katekese merupakan kegiatan pendampingan iman yang mempersiapkan
umat Allah untuk hidup dalam komunitas dan mengambil bagian secara aktif di
dalam kehidupan misi Gereja.
Berdasarkan beberapa dokumen Gereja, didapat beberapa penjelasan
siapakah katekis dan peranannya. Pertama, Catechesi Tradendae (1977): Katekis
adalah umat awam yang telah melalui pembentukan/kursus dan hidup sesuai Injil.
Maksudnya katekis adalah seorang yang telah diutus oleh Gereja, sesuai dengan
keperluan setempat, yang tugasnya adalah untuk membawa umat untuk lebih
mengenali, mencintai dan mengikuti Yesus. Kedua, Redemptoris Missio (1990):
Menggambarkan katekis sebagai “pelayan, saksi, penginjil dan tulang punggung
Komunitas Kristiani, terutama bagi Gereja-Gereja yang masih muda”. Ketiga,
General Directory for Catechesis (1997): Katekis sebagai guru, pendidik, dan
saksi iman (Boli Kotan, 2011:17-18).
Sebagai seorang pendidik iman, guru PAK di sekolah diharapkan mampu
menempatkan peserta didik sebagai subyek dalam proses pembelajaran. Adapun
hal yang harus diperhatikan dan menjadi landasan pelaksanaan pembelajaran PAK
di sekolah adalah sebagai berikut:
a. Guru PAK Membantu Meneguhkan Pribadi dan Jati Diri Peserta Didik
Sebagai pendidik kita wajib meneguhkan sifat dasar peserta didik yang
sungguh baik. Dengan tulus guru Pak harus menghormati martabat mereka yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
mulia, menghargai segala talenta dan keunikan mereka serta mempercayai
(mengagumi) kemampuan mereka. Sikap meneguhkan dan menghormati kita
jadikan sebagai sikap dasar untuk mendorong dan memberdayakan mereka agar
mereka sendiri dapat memperkembangkan hidupnya. Kita pun sebagai guru PAK,
dapat membantu mereka agar mereka memiliki peluang yang selebar-lebarnya
untuk dapat memiliki warisan kekayaan ilmu, kebudayaan, nilai-nilai
kemanusiaan, seni, dan kebijaksanaan. Guru PAK harus mampu memadukan
antara sikap mempercayai dan menghormati dengan sikap memberdayakan dan
menantang. Di sini kita dapat memfokuskan perhatian kita kepada kemampuan
dan bakat-bakat, minat mereka, bukan kepada kekurangan, kesalahan dan
kelemahan serta kenakalan mereka. Sikap sebagai seorang guru PAK, bila
menghadapi peserta didik adalah bermurah hati, memiliki hati untuk
mendampingi dan selalu ada untuk peserta didik.
b. Tetap Yakin dan Penuh Harap pada Peserta Didik
Seorang guru PAK adalah pribadi yang tidak pernah kehilangan kesabaran dan
keyakinan bahwa peserta didiknya semua dapat berkembang sesuai dengan
bakat, minat, kemampuan, yang mereka terima dari-Nya, mereka semua dapat
sampai pada hidup di dalam kelimpahan dan kepenuhan. Tentu lebih mudah bagi
kita untuk mengelompokkan para peserta didik menurut kategori pandai dan
sangat berbakat, cukup dan dapat lulus, sisanya tidak ada harapan dan hampir
pasti gagal. Tetapi pengelompokkan ini sering berat sebelah, tidak adil dan penuh
prasangka, yang akhirnya sangat merugikan proses belajar peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
c. Mengasihi Semua Peserta Didik Tanpa Terkecuali
Meneguhkan berarti mempercayai peserta didik, yakin dan penuh harap
bahwa mereka dapat berkembang, juga yang tidak kalah pentingnya adalah
mengasihi mereka. Beriman, berharap dan mengasihi para peserta didik itulah
yang menjadi sikap, tekad, kesadaran yang wajib kita wujudkan dalam
menunaikan tugas panggilan sebagai seorang guru agama di sekolah. Dengan
kasih yang sedia berkorban, guru agama dapat menjadikan Yesus sebagai teladan
dalam mengasihi semua manusia. Kasih Yesus mendatangkan mukjizat seperti
penyembuhan, pertobatan dan pembebasan. Dengan cinta yang bersifat agapik
tersebut, guru menyatukan diri dengan hidup peserta didik; guru berada bersama
mereka dalam kesulitan, kekurangan, juga dalam pengharapan dan kegembiraan
serta cita-cita mereka. Kasih juga dapat kita wujudkan dengan jalan menuntut,
menantang dan memberdayakan mereka. Tetapi segala yang keras dan berat itu
tetap dialami sebagai ungkapan kasih guru kepada peserta didiknya.
d. Menghormati Peserta Didik Sebagai Subyek
Guru PAK harus memperlakukan peserta didik sebagai subyek, bukan
obyek dalam proses pembelajaran. Dengan memperlakukan mereka sebagai
subyek, berarti guru PAK mewujudkan relasi antara pendidik dan peserta didik,
bukan relasi subyek dengan obyek tetapi subyek dengan subyek. Relasi ini disebut
relasi intersubyektivitas, yaitu reasi antara Aku dan Engkau. Inilah relasi personal
antar pribadi, relasi mendalam yang membebaskan dan memperkembangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Sebagai seorang pendidik iman, guru PAK tidak boleh memperlakukan peserta
didik sebagai benda atau obyek yang perlu diisi melainkan sebagai pribadi yang
kita percayai dan kasihi. Dalam membangun relasi tersebut yang diharapkan oleh
peserta didik bukan semata-mata isi pelajaran, tetapi ilham, inspirasi, teladan dari
gurunya. Relasi subyek dengan subyek juga diwujudkan di antara sesama peserta
didik, sehingga mereka semua dapat menjadi pelaku pendidikan yang aktif, kreatif
serta realistis. Relasi tersebut memampukan pendidik untuk berdialog, mendorong
peserta didik untuk mencari dan menemukan sendiri serta mempercayai
kemampuan mereka. Dengan suasana belajar yang intersubyektivitas, PAK
diharapkan mampu membantu peserta didik memperkembangkan dirinya secara
utuh, bukan hanya intelektual tetapi juga perasaan, emosi, hati, dan perilaku
sehingga pembelajaran menjadi proses perkembangan diri peserta didik secara
seimbang, utuh dan menyeluruh.
e. Menghormati Kebebasan, Hak dan Tanggunjawab Peserta Didik
Pendidikan yang bersifat konatif, artinya pendidikan yang menyatukan
antara segi intelektual, afektif dan perilaku. Guru PAK dalam hal ini tidak
bersifat memaksa tetapi sebaliknya sungguh menghormati kebebasan setiap
peserta didik untuk berpikir sendiri, untuk memilih dan memutuskan yang
disadarinya sebagai yang paling baik. Namun kebebasan sejati tidak bersifat
individualistis dan semata-mata dipahami secara negatif. Kebebasan sejati
mengalir dari kesatuan manusia dengan yang Ilahi yang menolong manusia untuk
secara bebas memilih yang benar, bertanggungjawab, berbuat yang benar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
sehingga mendatangkan kebaikan bagi hidupnya sendiri dan kesejahteraan bagi
hidup sesamanya. Dengan menghormati kebebasan dan hak semua peserta
didik, diharapkan proses pembelajaran PAK yang diselenggarakan sungguh
bersifat membebaskan.
Memandang peserta didik dengan sikap dan kacamata positif, di samping
membuat guru PAK sebagai pendidik merasa bahagia, juga menjadikan para
peserta didik akan merasa diterima kehadirannya, dihargai keunikan dan
pribadinya, dijadikan pihak yang penting, dan diberdayakan kemampuan serta
bakat-bakatnya. Proses pembelajaran akan dapat mengantarkan mereka kepada
kebenaran yang telah Allah letakkan pada inti hidup mereka semua. Proses
pembelajaran PAK juga akan membantu mereka memperkembangkan diri secara
utuh sehingga mereka dapat ambil bagian di dalam mewujudkan kehadiran nilai-
nilai kerajaan Allah di tengah-tengah kehidupan mereka. Dengan demikian guru
PAK pun dimampukan untuk semakin mencintai profesi (panggilan) hidupnya
“orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cakrawala, dan yang telah
menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk
selama-lamanya” (Dan 12:3).
C. Makna Belajar dan Minat Belajar
1. Makna Belajar
Drs. Daryanto, dalam bukunya Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan
inovatif, pengertian belajar secara psikologis yaitu merupakan suatu proses
perubahan. Yakni, perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan
tersebut akan nyata dalam aspek tingkah laku.
Sedangkan pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “Belajar
ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. (Daryanto, 2009:
2).
Daryanto (2009:2) menyatakan bahwa perubahan tingkah laku banyak
sekali sifatnya maupun jenisnya. Namun tidak semua dikatakan bahwa itu
merupakan hasil dari proses belajar. Adapun perubahan tingkah laku yang
merupakan hasil dari belajar, memiliki ciri sebagai berikut:
a. Perubahan Terjadi Secara Sadar
Seseorang yang sedang dalam proses belajar akan menyadari terjadinya
perubahan atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu
perubahan dalam dirinya, misalnya pengetahuannya bertambah, keterampilannya
bertambah, dan kebiasaan baiknyapun bertambah.
b. Perubahan dalam Belajar Bersifat Kontinyu dan Fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
berlangsung secara berkesinambungan dan dinamis. Misalnya anak belajar
menulis, dari tidak tahu menulis hingga dapat menulis dengan lengkap dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
sempurna dan keterampilannya bertambah. Ia dapat menulis indah, menulis surat,
menyalin catatan, dll.
c. Perubahan dalam Belajar Bersifat Positif dan Aktif
Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi
dengan sendirinya melainkan karena usaha orang yang bersangkutan. Misalnya
perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya
karena dorongan dari dalam.
d. Perubahan dalam Belajar bukan bersifat sementara
Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat
tetap.
e. Perubahan dalam Belajar Bertujuan atau Terarah
Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.
Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar
disadari.
f. Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku
Perubahaan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu,
sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh
dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Menurut Winkel (1996: 53) bahwa belajar pada manusia dirumuskan
sebagai berikut: ”suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Namun pada
kenyataannya tidak semua perubahan yang terjadi pada seseorang merupakan
hasil dari suatu proses belajar.
Hal ini dipertegas oleh R. Gagne yang memberikan dua definisi mengenai
belajar yaitu: 1) belajar ialah proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku, 2) belajar adalah
penguasaan pengetahuan yang diperoleh dari instruksi. Sejak bayi manusia
mengadakan interaksi dengan lingkungan, tetapi dalam bentuk “sensori-motor
coordination” (Daryanto, 2009: 13-14). Gagne menyatakan pula bahwa sesuatu
yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori, yang disebut
“The danains of learning” yakni: keterampilan motoris, informasi verbal,
kemampuan intelektual, strategi kognitif dan sikap.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas yang dimaksud dengan belajar
adalah suatu proses aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan tingkah laku dari tidak tahu
menjadi tahu, dari belum bisa menulis, membaca, menjadi bisa menulis,
membaca, yang dialami seseorang baik melalui interaksi dengan sesama,
lingkungan maupun melalui pengalaman yang dialaminya dalam hidup sehari-
hari. Hal ini dapat dilihat melalui sikap dan kebiasaan rajin membaca, menulis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
berani mencoba hal yang baru, aktif dan melibatkan diri dalam berbagai kegiatan
demi perkembangan dirinya secara utuh.
2. Pengertian Minat
Keberhasilan dalam proses belajar PAK, selain ditentukan oleh guru
sebagai tenaga pendidik, pihak lain yang ikut menentukan keberhasilan dalam
belajar ialah peserta didik. Peserta didik dapat berhasil jika dalam dirinya tumbuh
minat atau ketertarikan pada mata pelajaran yang disediakan oleh pihak sekolah.
Minat dibutuhkan dalam proses belajar untuk mengukur sejauh mana siswa
mengetahui apa yang dipelajari dan memahami mengapa hal tersebut patut
dipelajari.
Hilgard merumuskan minat sebagai berikut: “Interest is persisting
tendency to pay attention to and enjoy same activity or content”. Minat adalah
kecenderungan yang tetap memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
Kegiatan yang diminati oleh seseorang diperhatikan terus-menerus yang disertai
dengan rasa senang. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat peserta didik, peserta tidak
akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.
Sedangkan bahan pelajaran yang menarik minat lebih mudah dipelajari dan
disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar (Daryanto, 2009: 53).
Slameto (2014: 180) menjelaskan bahwa minat adalah suatu rasa lebih
suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri
dan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin
besar minat untuk mengetahui dan memahami. Minat dapat diekspresikan melalui
suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal
daripada hal lainnya,dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu
aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek atau pelajaran tertentu
cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek atau
pelajaran tersebut.
Suatu “minat” telah diterangkan sebagai “sesuatu dengan apa anak
mengidentifikasikan keberadaan pribadinya” (Hurlock, 1978: 114-118). Minat
merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang
mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat sesuatu akan
menguntungkan, mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan.
Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa minat
merupakan ketertarikan akan sesuatu objek yang berasal dari hati, bukan karena
paksaan dari orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa minat yang dimiliki oleh
seseorang merupakan hasil dari proses pemikiran, emosi, serta pembelajaran
sehingga menimbulkan suatu keinginan untuk mendalami objek atau mungkin
suatu kegiatan tertentu. Oleh karena itu minat pada masing-masing orang bisa
berbeda meskipun berada dalam lingkungan yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Elizabeth Hurlock mengatakan bahwa hal-hal yang mempengaruhi minat
diantaranya: (a) kesiapan belajar; Anak-anak tidak dapat mempunyai minat
sebelum mereka siap secara fisik dan mental. Oleh karena itu, adalah tugas
seorang guru tidak hanya mempersiapkan bahan ajar, melainkan mempersiapkan
siswa juga dalam memproses pembelajaran, (b) kesempatan belajar; dalam proses
pembelajaran, guru diharapkan mampu menciptakan lingkungan kelas yang
kondusif sehingga minat peserta didik terbangun dan terealisir, (c) pengaruh
budaya: di sini dapat dilihat bahwa minat peserta didik dapat dipengaruhi oleh
budaya yang sedang berkembang. Guru yang mempunyai peran penting sebagai
pengikat pendidikan dan merupakan pelaku perubahan (agent of change) harus
benar-benar paham sungguh dan mengikuti perkembangan zaman juga
perkembangan siswa, sehingga metode, strategi, dan bahan ajar tidak ketinggalan
zaman, dan (d) Minat memiliki bobot emosional; bobot emosional – aspek afektif
– dari minat menentukan kekuatannya. Bobot emosional yang tidak
menyenangkan melemahkan minat, dan bobot emosional yang menyenangkan
memperkuatnya. Oleh karena itu guru diharapkan dapat melaksanakan
pembelajaran yang partisipatif, aktif, inovatif, kreatif, dan memotivasi peserta
didik.
Menurut Bernard (dalam Sardiman 2000:74), minat timbul tidak secara
tiba-tiba/spontan melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan
pada waktu belajar. Artinya minat belajar siswa dapat dikembangkan oleh guru
melalui proses pembelajaran (pengetahuan), partisipasi (pengalaman) dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
tindakan langsung (kebiasaan) yang dialami dan dilaksanakan peserta didik
sehari-hari di sekolah.
4. Peranan Minat dalam Belajar
Salah satu cara untuk memotivasi peserta didik selama pelajaran
berlangsung adalah menghubungkan pengalaman belajar dengan minat siswa. Ini
tidak selalu mudah: ada kalanya peserta didik menguasai mata pelajaran namun
tidak berminat pada pelajaran tersebut. Minat siswa dapat merupakan bagian dari
metode mengajar (Sri, 2006: 365). Contoh yang diberikan oleh Sylvia Ashton
Warner (1973), menggambarkan satu sistem untuk mengajar membaca dengan
menggunakan cerita-cerita yang dibuat oleh siswa sendiri dengan topik-topik yang
diminati mereka. Dalam sistem ini, peserta didik diberi kesempatan untuk
mengembangkan minat mereka sesuai dengan ketertarikan mereka akan suatu
tempat, benda, atau peristiwa.
Dalam pelajaran, minat sangat diperlukan. Belajar haruslah dengan minat.
Minat membantu peserta didik untuk menemukan diri mereka sendiri,
menemukan apa yang mereka rasa penting dan berarti tentang dunia yang
mengelilingi mereka (Sri, 2006:184). Oleh karena itu, guru haruslah tahu apa yang
diminati siswa ketika melaksanakan pembelajaran. Materi-materi mana yang
menarik minat siswa, metode dan model-model pembelajaran mana yang
merangsang keingintahuan siswa. Dengan mengetahui minat peserta didik, serta
penyajian materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa, maka tujuan pembelajaran
dari suatu mata pelajaran dapat tercapai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
5. Minat Mengikuti Pendidikan Agama Katolik
Demikian halnya dengan minat peserta didik terhadap pelajaran
pendidikan agama Katolik di sekolah. Jika guru PAK di sekolah sungguh
memiliki dan merealisasikan kompetensi pedagogik dalam proses belajar-
mengajar PAK dengan baik, maka sosok guru PAK dapat membangkitkan minat
belajar peserta didik untuk mengikuti pembelajaran agama Katolik, sehingga
tujuan pembelajaran PAK dapat tercapai. Akhirnya, setelah mengikuti PAK,
peserta didik diharapkan dapat memiliki komitmen untuk merasakan betapa
perlunya mengikuti pendidikan agama. Dan diharapkan komitmen ini akan
mempengaruhi sikap dan kepribadian peserta didik guna mewujudkan nilai-nilai
hidup dan nilai-nilai kristiani dalam kehidupan mereka sehari-hari.
D. Penelitian yang Relevan
Kompetensi guru yang memadai dan minat siswa sebagaimana telah
diuraikan di atas merupakan faktor penting yang mempengaruhi proses dan hasil
Pendidikan Agama di sekolah. Ada beberapa penelitian yang mencoba untuk
melihat hubungan antara minat dan kompetensi guru. Ada hubungan erat antara
minat belajar siswa dan kompetensi pedagogik dalam proses pembelajaran PAK.
Clark (dalam Sudjana, 1998:39) mengemukakan bahwa hasil belajar di sekolah
70% dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki siswa dan 30% merupakan
pengaruh lingkungan. Kemampuan yang dimiliki siswa seperti motivasi belajar,
minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, faktor sosial
ekonomi, faktor psikis dan fisik. Sudjana (1998:41) mengemukakan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
pengaruh dari lingkungan (30%) sebagian besar yaitu 76,6% hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh kompetensi guru dengan rincian: kemampuan guru mengajar
memberika sumbangan 32,43%, penguasaan materi pelajaran memberikan
sumbangan 32,58% dan sikap guru terhadap mata pelajaran memberi sumbangan
8,60%.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tentu kompetensi
pedagogik guru sangat relevan bagi pengembangan pendidikan PAK di sekolah.
Implikasinya adalah bahwa untuk meningkatkan minat belajar anak, para guru
harus sungguh memiliki dan menguasai kompetensi pedagogik yang dimiliki,
karena kompetensi guru memberi sumbangan yang besar terhadap minat belajar
dan hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu diharapkan para guru PAK mampu
mengembangkan dan meningkatkan kompetensinya. Ketertarikan peserta didik
dalam mengikuti pembelajaran PAK, sudah seharusnya mendapat perhatian
khusus. Oleh karena itu, penulis berusaha mencari dan menemukan faktor lain
yang mempengaruhi minat peserta didik dalam mengikuti PAK. Di sinilah penulis
melihat kemungkinan bahwa minat dan prestasi belajar siswa akan sangat
dipengaruhi oleh kompetensi pedagogik guru. Studi ilmiah tampaknya belum
sampai pada pemikiran ini. Karena itu penulis merasa tertantang untuk meneliti
seberapa besar hubungan antara kompetensi pedagogik yang dimiliki guru PAK
dengan minat belajar peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
E. Kerangka Pikir dan Hipotesis
Dari uraian mengenai kompetensi pedagogik guru PAK dan minat peserta
didik mengikuti Pendidikan Agama Katolik di atas, maka dapat digambarkan
suatu figur dari hubungan kedua faktor tersebut, sebagai berikut:
1. Gambar
X
Kompetensi Pedagogik
Guru PAK
Keterangan:
X: Kompetensi Pedagogik Guru PAK
Y: Minat Mengikuti PAK
2. Hubungan antar Variabel
Gambar di atas terbentuk dari dua variabel: satu variabel bebas yakni
kompetensi pedagogik guru PAK (X) dan satu variabel terikat yakni minat
mengikuti PAK (Y). Secara konseptual, kompetensi pedagogik dilihat sebagai
variabel bebas karena hendak diposisikan sebagai faktor yang mempengaruhi
variabel terikat. Sedangkan minat mengikuti PAK dipandang sebagai variabel
terikat karena hendak dilihat sebagai faktor yang mendapatkan pengaruh dari
faktor bebas.
Y
Minat Mengikuti PAK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Dari gambar di atas yang hendak ditunjukkan adalah hubungan searah
antara kompetensi pedagogik guru PAK terhadap Minat mengikuti PAK. Dalam
proses belajar mengajar, kompetensi pedagogik guru PAK merupakan faktor
eksternal sementara minat mengikuti PAK merupakan faktor internal. Dengan
demikian, gambar di atas menjelaskan hubungan antara faktor eksternal
(Kompetensi Pedagogik Guru PAK) yang mempengaruhi faktor internal (Minat
mengikuti PAK) dalam proses belajar mengajar.
3. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini
sebagai berikut:
a. H0: Tidak ada pengaruh kompetensi pedagogik guru PAK terhadap Minat
mengikuti PAK di sekolah
b. H1: Ada pengaruh kompetensi pedagogik guru PAK terhadap Minat mengikuti
PAK di sekolah
Hipotesis tersebut di atas diajukan pada taraf signifikan 0,05.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bagian ini menguraikan metodologi penelitian yang digunakan dalam
penulisan, metodologi penelitian meliputi disain penelitian, variabel penelitian,
pengontrolan variabel yang meliputi materi dan evaluasi yang diberikan. bab ini
membahas pula mengenai perlakuan, populasi dan sampel, tempat dan waktu
penelitian, teknik pengumpulan data, uji coba instrumen dan teknik analisis data.
Secara singkat hal-hal di atas akan diuraikan dalam penjelasan sebagai berikut.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif regresional. Penelitian
kuantitatif adalah jenis penelitian yang menggunakan kuantifikasi angka mulai
dari pengumpulan data, pengolahan data yang diperoleh, sampai pada penyajian
data, yaitu untuk menunjukkan pengaruh antara variabel x (kompetensi pedagogik
guru PAK) terhadap variabel y (minat mengikuti PAK).
B. Disain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan prinsip dasar penelitian Ex Post Fakto,
yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti suatu kejadian atau peristiwa
yang telah ada dengan melihat kembali faktor-faktor yang relevan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
mempengaruhi kejadian atau peristiwa tersebut (Sugiyono, 1997:7). Pemikiran
dasarnya sama dengan penelitian eksperimen, yaitu jika X maka Y, hanya saja
penelitian ini tidak ada menipulasi (treatment) terhadap variabel bebas
(independen). Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
X
Keterangan:
X : Kompetensi Pedagogik Guru PAK
Y : Minat mengikuti PAK
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di beberapa sekolah dasar di kota Yogyakarta.
Sekolah Dasar ini dipilih karena peneliti melihat bahwa kompetensi guru PAK
sangat berpengaruh terhadap minat peserta didik dalam mengikuti pelajaran PAK
di sekolah.
Y
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2015. Penelitian ini
menggunakan waktu yang telah disediakan oleh pihak sekolah bagi peneliti untuk
melaksanakan penelitian.
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi Sekolah Dasar Joannes
Bosco Baciro, Sekolah Dasar Sang Timur, dan Sekolah Dasar Pangudi Luhur
Yogyakarta. Dari ketiga sekolah, siswa kelas VI yang akan menjadi sampel
penelitian. Oleh karena anggota sampel dari populasi sangat banyak, maka
peneliti menentukan 90 siswa dari ketiga sekolah untuk menjadi sampel.
Penelitian ini menggunakan teknik Cluster Sampling (Sugiyono, 2011: 83).
karena obyek yang digunakan sebagai sumber data sangat banyak sehingga
peneliti hanya menentukan masing-masing 30 siswa kelas VI (enam) dari setiap
sekolah.Berdasarkan data yang diperolah dari pihak sekolah, jumlah populasi
yang diperoleh sebanyak 90 dengan perincian sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Tabel 1: Jumlah Responden dari Tiga Sekolah Katolik Di Kota Yogyakarta
Sekolah SD Joannes
Bosco
SD Pangudi
Luhur
SD Sang
Timur Jumlah
Populasi
30 siswa 30 siswa 30 siswa 90 siswa
Pada penelitian ini, siswa kelas VI dipilih sebagai sampel dalam penelitian
karena siswa kelas VI sudah cukup memiliki kemampuan untuk mengetahui dan
memahami apakah guru PAK di sekolah sungguh memiliki kompetensi pedagogik
yang memadai dan apakah dengan demikian, kompetensi pedagogik yang dimiliki
guru PAK dapat mempengaruhi minat belajar mereka dalam mengikuti proses
pembelajaran PAK.
E. Variabel Penelitian
1. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diukur. Terdiri dari
variabel bebas atau independent variabel (X) dan variabel terikat atau dependent
variabel (Y). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah “Kompetensi pedagogik
guru PAK” sedangkan variabel terikatnya adalah “minat mengikuti PAK” siswa di
sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Kedua variabel tersebut di atas dapat diukur melalui instrumen
berdasarkan masing masing variabel.Hasil data yang diperoleh dari kedua variabel
tersebut dianalisis untuk menguji hipotesis melalui penelitian kuantitatif model
regression linear atau regresi sederhana dengan bantuan program SPSS versi 16.0
for windows.
2. Definisi Konseptual Variabel
Berdasarkan kajian pustaka yang dipaparkan pada bab II, maka dapat dirumuskan
definisi konseptual dari kedua variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Kompetensi Pedagogik Guru PAK
Kompetensi pedagogik guru PAK sebagai variabel bebas (X) merupakan
kemampuan yang dimiliki oleh guru agama Katolik, meliputi pengetahuan tentang
landasan pendidikan agama Katolik, yang terintegrasi dalam sikap dan
keterampilan sehingga dapat melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru dalam
proses pembelajaran pendidikan agama Katolik di sekolah.
b. Minat Belajar Anak Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik
Minat belajar siswa-siswi sebagai variabel terikat (Y) merupakan suatu
dorongan atau semangat yang muncul dalam diri peserta didik dalam mengikuti
proses pembelajaran PAK di sekolah yang tampak pada sikap lebih tertarik pada
pembelajaran PAK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
3. Definisi Operasional Variabel
a.Kompetensi Pedagogik Guru PAK
Kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Katolik adalah aktivitas
guru dalam proses mengajar pendidikan Agama Katolik,berkemampuan
dalammengelola proses pembelajaran peserta didik guna mencapai tujuan dalam
pembelajaran PAK di sekolah.
b. Minat Mengikuti PAK
Minat belajar dalam mengikuti pendidikan agama Katolik adalah suatu
rasa lebihtertarik pada pelajaran agama Katolik yang menggerakan peserta didik
untuk menjadi lebih aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaranPAK di
sekolah.
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui
penyebaran angket dan studi dokumen. Penyebaran angket dilakukan secara cross
sectional yaitu data diperoleh pada saat yang sama. Instrumen yang
didistribusikan kepada siswa kelas VI pada tiga sekolah ini digunakan sebagai
sampel dalam penelitian. Setelah diisi angket langsung dikembalikan kepada
peneliti di hari yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan metode angket dengan bentuk skala likert. Skala likert
berisikan serangkaian karakteristik untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau kelompok tentang suatu kejadian, atau keadaan atau gejala
(Riduwan, 2009:87). Instrumen ini bersifat tertutup, artinya jawaban untuk
masing-masing pertanyaan yang ada sudah disediakan di kolom jawaban.
Responden tinggal memilih salah satu alternatif jawaban yang sesuai dengan
keadaannya.
Instrumen skala Likert meliputi pernyataan tertulis mengenai kompetensi
pedagogik guru PAK (X) dan Minat mengikuti PAK (Y). Adapun rincian
pertanyaan setiap variabel yaitu sebanyak 20 pernyataan. Terdapat satu alternatif
jawaban pada pernyataan variabel x dan y pada skala likert, yaitu: sangat setuju-
setuju dan tidak setuju-sangat tidak setuju dengan bobot nilai berjenjang 4,3,2,1
Jadi nilai maksimum yang dapat diperoleh tiap satu item pernyataan adalah 4 poin
dan terendah adalah 1 poin.
Tabel 2. Skor alternatif jawaban variabel x dan y
Alternatif Jawaban Skor
Sangat setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
3. Kisi-kisi Penelitian
Tabel 3: Kisi-kisi Instrumen Kompetensi Pedagogik Guru Agama Katolik
dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Katolik
Variabel Sub Variabel Indikator No.
Item
Jlh.
Item
Kompeten
si
Pedagogik
Guru
PAK
Mengelola proses
belajar-mengajar
pendidikan agama
Katolik
Memahami
perkembangan
peserta didik.
Memanfaatkan
strategi, media,
metode dan model
pembelajaran
PAK yang sesuai
dengan
perkembangan
IPTEK
- Guru menguasai tujuan
pembelajaran pendidikan
agama Katolik
- Guru dapat menjelaskan
materi Pendidikan
Agama Katolik kepada
peserta didik
- Guru memahami
perbedaan karakter
masing-masing peserta
didik
- Guru membangun relasi
yang baik dan suasana
belajar yang dialogis
- Guru memberi peluang
terciptanya pembelajaran
yang partisipatif.
- Guru menggunakan
koran, majalah, internet
dan media lainnya
sebagai sarana belajar
PAK.
- Guru menggunakan
metode dan model-model
pembelajaran yang
bervariasi sesuai dengan
tahap perkembangan
peserta didik.
1, 2
3, 4, 5,
6
7, 8
9, 10,
11
12, 13
14, 15,
16,
17, 18
2
4
2
3
2
3
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
- Melakukan
evaluasi terhadap
proses
pembelajaran
-Guru melakukan
evaluasi mengenai proses
pembelajaran PAK yang
telah dilaksanakan
bersama peserta didik di
dalam kelas.
19, 20 2
Jumlah 20
Tabel 4: Kisi-kisi Minat belajar siswa kelas VI SD Sang Timur, SD Joannes
Bosco dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Katolik
Variabel Sub Variabel Indikator No.
Item
Jlh
Item
Minat
Belajar
Pendidika
n Agama
Katolik
- Rasa ingin tahu
tentang
pendidikan
agama Katolik
- Senang
belajar
pendidikan
agama Katolik
- Mau belajar
sesuatu yang
baru
- Peserta didik rajin
mengikuti pembelajaran
PAK
- Peserta didik aktif
dalam belajar PAK
- Peserta ikut
berpartisipasi dalam
proses pembelajaran
PAK
- Peserta didik memiliki
semangat untuk
menambah pengetahuan
tentang PAK
- Mendengarkan
penjelasan guru
- Mengerjakan
tugas dengan tekun
- Mendapatkan
manfaat belajar PAK
21, 22,
23, 24,
25
26, 27,
28
29, 30,
31, 32
33, 34
35, 36,
37
38, 39,
40
2
3
3
4
2
3
3
Jumlah 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Setelah instrumen dalam penelitian ini mendapat persetujuan dari dosen
pembimbing untuk disebarkan kepada responden maka peneliti menyebarkan
instrumen ini kepada responden sesuai dengan jumlah populasi yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini yakni siswa-siswa kelas VI dari SD Pangudi Luhur
Yogyakarta, SD Joannes Bosco Yogyakarta, dan SD Sang Timur Yogyakarta,
kemudian instrumen tersebut diisi oleh sampel dalam penelitian ini secara
terbimbing sesuai dengan waktu yang telah diberikan oleh kepala sekolah dalam
mengisi instrumen penelitian ini.
Sebelum penelitian ini dilaksanakan peneliti terlebih dahulu melakukan
beberapa usaha yakni:
a. Menghubungi guru agama Katolik SD Sang Timur, SD Joannes Bosco dan SD
Pangudi Luhur Yogyakarta untuk membicarakan penelitian di tempat tersebut
serta memohon izin dan meminta bantuan dalam rangka mengadakan
penelitian.
b. Menentukan banyaknya angket yang digunakan untuk penelitian.
c. Mengkonsultasikan angket kepada dosen pembimbing.
d. Menentukan waktu penelitian dengan guru agama Katolik dari ketiga sekolah
dasar, yakni SD Joannes Bosco, SD Pangudi Luhur dan SD Sang Timur.
e. Menyerahkan surat permohonan izin pada gur-guru agama dari ketiga
sekolah.
Setelah instrument dalam penelitian ini mendapat persetujuan dari dosen
pembimbing untuk didistribusikan kepada responden, maka pada Senin, 26
Januari 2015 instumen penelitian ini langsung serahkan oleh peneliti kepada guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
agama Katolik SD Sang Timur dan SD Joannes Bosco Yogyakarta, sesuai dengan
jumlah populasi yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini yakni 30
siswa kelas VI SD Sang Timur, dan 30 siswa kelas VI SD Joannes Bosco
Yogyakarta. Pada hari Rabu, 28 Januari 2015 peneliti menemui kepala sekolah
dan guru agama Katolik SD Pangudi Luhur serta menyerahkan 30 angket yang
akan diisi oleh 30 siswa kelas VI SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Kemudian
instrumen tersebut diisi oleh responden, dengan memberi tanda centang ( ) pada
salah satu alternatif pilihan yang dianggap sesuai dengan pengalamannya.
Instrumen yang didistribusikan kepada responden untuk diisi berjumlah 90
dengan harapan akan dikembalikan berjumlah 90. Pada Kamis, 29 Januari 2015
peneliti mengambil instrumen yang telah diisi oleh responden. Instrumen yang
kembali sebanyak 85, sedangkan instumen yang tidak kembali sebanyak 5 karena
siswanya sakit dan ijin tidak masuk sekolah.
4. Pengembangan Instrumen
a) Uji Coba Terpakai
Pengembangan instrumen dalam penelitian ini dilaksanakan dengan uji
coba terpakai. Data dari instrumen yang diperoleh melalui angket yang telah
dikerjakan oleh responden sebelum diolah untuk uji hipotesis terlebih dahulu
digunakan untuk uji validitas dan reliabilitasnya. Dari uji validitas dan reliabilitas
dapat diketahui item-item dari angket yang valid atau tidak valid. Instrumen yang
tidak valid digunakan untuk uji hipotesis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
b) Uji Validitas
Uji validitas dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu validitas isi
dan validitas kriteria (Masidjo, 1995: 243-245). Validitas isi digunakan dengan
pengembangan instrumen berdasarkan kisi-kisi yang divalidasi oleh pembimbing
skripsi. Sedangkan vailditas kriteria dilakukan dengan cara membandingkan r
hitung dengan r tabel pada taraf signifikansi 5% dengan N 85 orang, r tabel 0,213.
Hasil validitas butir pada instrumen kompetensi pedagogik guru
Pendidikan Agama Katolik dari 20 butir semuanya layak dipakai dalam penelitian
karena memiliki koefisien korelasi lebih besar dari nilai 0,215 yakni 0,299-0,726.
Sedangkan hasil validitas butir pada instrumen minat belajar siswa pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dari 20 butir semuanya juga layak
dipakai dalam penelitian ini karena memiliki koefisien korelasi lebih besar dari
nilai 0,213 yakni 0,244-0,782. Pengolahan ini menggunakan jasa komputer
Microsoft Office Excel 2007. Hasil validitas kompetensi pedagogik guru agama
Katolik dan minat belajar siswa dalam mengikuti pendidikan agama Katolik.
c) Uji Reliabilitas
Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran
yang reliabel. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto,
2010: 213). Uji reliabilitas dalam penelitian ini mengukur konsistensi internal
yaitu apakah item-item dari skala yang dipakai berhubungan satu dengan yang
lainnya. Semakin tinggi koefisien korelasi berarti menunjukkan tingkat reliabilitas
semakin konsisten (Azwar, 2006: 8). Besar koefisien reliabilitas berkisar antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
0,00 sampai 1,00 dan tidak ada patokan yang pasti. Tetapi jika koefisien
reliabilitas semakin mendekati 1,00 itu berarti hasil ukur mendekati taraf
sempurna. Dalam penelitian ini uji reliabilitas dilakukan dengan teknik formula
Alpha Cronbach menggunakan program SPSS 16.0 for windows.
Tabel 5 : Hasil Uji Reliability Statistics
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.892 .892 2
Dari hasil analisis di atas terdapat nilai Alpha sebesar 0,892 lebih besar dari
0,213 yang merupakan nilai r kritis (uji 2 sisi) pada signifikansi 0,05 dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrumen penelitian tersebut
reliabel.
d) Deskripsi Data
Analisis deskripsi dilakukan untuk memperoleh nilai rerata variabel
dengan mengklasifikasikan data variabel 4 tingkat. Deskripsi data dalam
penelitian ini adalah data interval. Deskripsi data tersebut meliputi rata-rata
(mean), standar deviasi, rentang skor (range), skor minimum dan maksimum, nilai
tengah (median) serta nilai yang sering muncul dalam data kompetensi dan minat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
(mode), skor total (sum), frekuensi dari skala yang digunakan dalam penelitian ini.
Agar nilai-nilai itu dapat dideskripsikan, terlebih dahulu ditentukan kategori dari
setiap variabel.
1. Variabel Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Katolik
Penentuan kategori butir ini ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan : Smak : skor maksimal
Smin :skor minimal
N : rentang skala tiap item instrumen
Dari 20 butir soal dengan skala 1-4 dari instrumen yang ada diperoleh skor
tertinggi adalah 80, skor terendah adalah 20, sedangkan intervalnya adalah 4.
Maka : (80 – 20)/4 = 60/4= 15
Tabel 6 : Kriteria Kategori Variabel X
Kategori Interval
Sangat baik 66-80
Baik 51-65
Cukup baik 36-50
Kurang baik 20-35
Smak- Smin
n
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
2. Variabel Minat Belajar Siswa kelas VI pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Katolik
Dari 20 soal dengan skala 1-4 dari instrumen yang ada, diperoleh skor
tertinggi adalah 80, skor terendah 20, sedangan interval adalah 4.
Maka : (80 – 20)/4 =60/4 = 15
Tabel 7 : Kriteria Kategori Variabel Y
Kategori Interval
Sangat baik 66-80
Baik 51-65
Cukup baik 36-50
Kurang baik 20-35
G. Uji Persyaratan Analisis
Sebelum dilakukan uji hipotesis dilakukan uji prasyarat analisis yaitu
dengan uji normalitas data dari P-P Plot, uji linearitas regresi, dan
homocedastisitas.
1) Uji Normalitas Data
Uji normaliatas digunakan untuk mengetahui apakah data variabel
berdistribusi normal atau tidak. Sampel dianggap normal apabila hasil uji
menunjukkan titik-titik nilai data terletak dalam satu garis lurus (Uyanto, 2006:
35). Uji normalitas ini juga menjadi salah satu indikator untuk mengetahui bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
data yang diperoleh dari hasil penelitian benar-benar representatif, sehingga dapat
diterapkan untuk populasi.
2) Uji Liniaritas Regresi
Uji liniaritas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas dan
variabel terikat mempunyai hubungan yang linear atau tidak (Riduwan, 2010:
220). Liniaritas hubungan variabel bebas dengan variabel terikat dapat dilakukan
melalui uji F dengan taraf signifikan 0,05. Dalam analisis kali ini, uji liniritas akan
menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 16.0 for windows, dengan
kriteria jika nilai linearity di bawah atau sama dengan 0,05 maka keliniaran
terpenuhi.
3) Uji Homokedastisitas
Uji homokedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui keseimbangan
varians di antara variabel bebas. Homokedastisitas menghendaki agar distribusi
hasil pengukuran setiap variabel memiliki nilai varians yang sama antar kelompok
atas kelompok yang berada di awah garis linier. Uji homokedastisitas dalam
penelitian ini akan menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 16.0 for
windows dengan melihat tabel scatterplot. Apabila sebaran titik-titik data tidak
membentuk pola atau terakumulasi padaa satu titik tertentu dan data tersebar di
antara titik 0 pada sumbu x dan y maka homokedastisitas data terpenuhi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
H. Uji Hipotesis
Teknik dalam pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan teknik
analisis regresi sederhana dengan bantuan program SPSS versi 16.0 for windows
dengan melihat nilai signifikansi pada table Anova dan Coefficients kemudian
membandingkannya dengan taraf signifikansi ( α ) 5% (0,05). Kriteria penguji
signifikansi adalah sebagai berikut: bila signifikansi kurang dari atau sama dengan
(≤) 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Dan apabila signifikansi lebih dari
(0,05 (>) maka Ha ditolak dan Ho diterima. Analisis regresi digunakan untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh antara variabel bebas (X) yaitu kompetensi
pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik dengan variabel terikat (Y) yaitu
minat belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik di
Sekolah Dasar di kota Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat beberapa hal berkaitan dengan hasil penelitian dan
pembahasan, yang mencakup uji persyaratan yang terdiri dari uji normalitas, uji
linearitas, dan uji homokedastisitas, deskripsi data yang terdiri dari kompetensi
pedagogik guru PAK dalam proses belajar-mengajarPendidikan Agama Katolik
dan minat belajar siswa sekolah dasarkelas VI pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Katolik, pembahasan, dan keterbatasan penelitian.
A. Hasil Penelitian
1. Uji Persyaratan Analisis
Uji persyaratan analisis ini terdiri dari satu variabel independent(bebas)
yaitu kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Katolik dengan sub
variabelnya mengelola proses belajar-mengajar PAK, memahami perkembangan
peserta didik, memanfaatkan strategi, model, media, dan metode pembelajaran
yang seuai dengan perkembangan peserta didik, dan melakukan evaluasi terhadap
proses pembelajaran PAK dan satu variabel dependent (terikat) yaitu minat belajar
siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Katolik dengan sub variabel rasa
ingin tahu tentang pendidikan agama Katolik, senang belajar PAK dan mau
belajar sesuatu yang baru dari PAK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Uji persyaratan analisis mencakup tiga hal yakni uji normalitas, uji linieritas,
dan uji homokedastisitas. Uji persyaratan analisis tersebut dilakukan dengan bantuan
program komputer SPSS 16.0 for Windows untuk mengetahui hasil uji normalitas
yang mengacu pada tabel Normal P-P Plot Kompetensi Pedagogik Guru PAK dan
Normal P-P Plot Minat belajar siswa kelas VI pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Katolik, uji linieritas yang mengacu pada tabel anova, dan uji
homokedastisitas yang mengacu tabel scatterplot.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini menjadi salah satu indikator untuk mengetahui bahwa
data yang diperoleh dari sampel penelitan benar-benar representatif terhadap
populasi. Hasil pengujian normalitas data dapat dilihat dalam grafik berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Berdasarkan hasil pengujian normalitas dengan Normal Probability Plot
diperoleh data variabel kompetensipedagogik guru PAK sebagai berikut: jika
sampel data variabel kompetensi berasal dari suatu populasi yang terdistribusi
normal, maka titik-titik nilai data akan terletak kurang lebih dalam garis lurus.
Dari gambar di atas terlihat bahwa sebaran data variabel kompetensi terletak
sekitar garis lurus dan titik-titik data membentuk linear sehingga konsisten dengan
distibusi normal. Oleh karena itu diperoleh bahwa data-data yang ada pada
variabel kompetensipedagogik guru PAK dapat dikatakan berdistribusi normal.
Selain itu juga untuk mengetahui normalitas dari variabel minat belajar
siswa dalam mengikuti PAK dapat dilihat melalui tabel Test of Normalityberikut:
Tabel 8.Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Minat Belajar
Siswa .120 85 .004 .962 85 .013
a. Lilliefors Significance Correction
Dari hasil uji normalitas terlihat bahwa Minat belajar siswa memiliki P-
value = 0,004 untuk Uji Normalitas Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov) dan P-value
= 0,013 untuk uji normalitas Shapiro-Wilk. Kedua P-value lebih kecil dari α =
0,05 sehingga Ho: data yang berasal dari populasi yang terdistribusi tidak normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Dari hasil uji normalitas berdasarkan tabel di atas (teknik Kolmogorov-
Smirnov dan Shapiro -Wilk) di ketahui bahwa variabel minat belajar siswa
berdistribusi tidak normal. Oleh karena itu, untuk menganalisis normalitas data
variabel minat belajar siswa dalam analisis data dan pembahasan selanjutnya,
peneliti menggunakan teknik Bloom yang dapat dilihat dalam grafik P – P Plot
berikut ini:
Dari hasil pengujian normalitas berdasarkan Normal Probability Plot
terlihat bahwa sebaran data disekitar garis lurus dan titik-titik data membentuk
pola linear sehingga berdistribusi normal. Dengan demikian data pada variabel
minat belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik
dapat dikatakan berdistribusi normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Untuk mengetahui normalitas juga dapat diketahui melalui grafik
Detrended Normal Q-Q Plot sebagai berikut:
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa titik-titik nilai data tidak
berbentuk pola tertentu dan terkumpul di sekitar garis mendatar yang melalui titik
nol, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel minat belajar siswa kelas VI
berasal dari populasi yang terdistribusi normal.
Untuk menganalisis normalitas data variabel kompetensi pedagogik guru
pendidikan agama Katolik melalui teknik Bloom yang dapat dilihat dalam grafik
P-Plotdi bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Hasil uji coba daya dengan Normal Probability Plot didapatkan bahwa
data kompetensi pedagogik guru Agama Katolik berasal dari suatu populasi
berdistribusi normal karena titik-titik data variabel kompetensi pedagogik guru
pendidikan agama Katolik terletak di garis lurus dan membentuk pola linear
sehingga konsisten dengan distribusi normal.
b. Uji Liniaritas
Uji liniaritas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas dan
variabel terikat mempunyai hubungan yang linier atau tidak secara signifikan.
Pengujian liniaritas kompetensi dan minat dilakukan dengan analisis regresi
linear. Adapun hipotesis yang diuji adalah:
Ho: kelinieran tidak dipenuhi jika signifikan yang diperoleh > p
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Ha: kelinieran dipenuhi jika signifikansi yang diperoleh < p. Syarat kelinieran
yakni jika hasil uji signifikansi untuk taraf signifikan tertentu yakni 0,05
berarti kelinieran dipenuhi. Jika hasil uji tidak signifikansi berarti berarti
kelinieran tidak dipenuhi.
Tabel 9: Anova
ANOVA Table
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
Minat belajar
siswa*
Kompetensi
pedagogik guru
PAK
Between
Groups
(Combined) 5063.261 27 187.528 6.880 .000
Linearity 4290.922 1 4290.922 157.414 .000
Deviation
from
Linearity
772.339 26 29.705 1.090 .383
Within Groups 1553.751 57 27.259
Total 6617.012 84
Dari hasil uji liniearitas di atas, maka hasil dapat dicermati pada kolom F
pada baris Deviation fromLinearity. Jika nilai pada F-Deviation from
Linearitytidak signifikan (p>0,05), maka data dapat dikatakan berpola linier. Pada
tabel di atas menunjukkan bahwa hubungan antar variabel telah memenuhi asumsi
linier karena F-Deviation from Linearity berada pada rentang tidak signifikan
(F=1,090, p>0,05. Dari data di atas pula dapat diketahui bahwa nilai signifikansi
pada linearitas sebesar 0,000. Karena signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa variabel kompetensi pedagogik guru PAK dan minat belajar
siswa terdapat nilai signifikansi pada linearitas sebesar 0,000. Karena signifikansi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel kompetensi pedagogik
guru PAK dan minat belajar siswa terdapat hubungan yang linear.
c. Uji Homokedastisitas
Homokedastisitas adalah kondisi ketika nilai residu pada tiap nilai prediksi
bervariasi dan variasinya cenderung konstan atau tetap. Pengujian
homokedastisitas dapat dilihat pada grafik scatterplot. Apabila sebaran titik-titik
yang menunjukkan hubungan antara prediksi dan residu tidak membentuk pola,
maka homokedastisitas terpenuhi. Sebaliknya jika sebaran titik-titik membentuk
suatu pola maka data bersifat heterokedastisitas.
Di dalam menganalisis data untuk analisis regresi, heterokedastisitas perlu
dihindari karena pada prinsipnya residu adalah variabel yang bersifat acak. Jika
antara nilai prediksi dan residu memiliki keterkaitan (membentuk pola), berarti
keduanya adalah variabel yang sama, dalam hal ini sama sekali tidak masuk akal.
Ketika hal itu terjadi, maka analisis regresi tidak diterapkan. Hasil uji coba
homokedastisitas melalui program SPSS 16.0 for windows dapat dilihat pada
grafik scatterplot berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Dari scatterplot antara standardized residual *ZRESID dan standardized
predicted value *ZPRED tidak membentuk suatu pola dan tersebar di antara titik
nol (0) pada sumbu x dan y, dengan demikian bisa disimpulkan bahwa nilai residu
dan nilai prediksi bervariasi dan variasinya cenderung konstan. Dengan demikian
homokedastisitas terpenuhi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
2. Deskripsi Data
a. Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Katolik
Tabel 10: Rangkuman Statistik Deskriptif Kompetensi Pedagogik Guru
PAK
Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan
Agama Katolik
N Valid 85
∑ Instrumen 20
Mean 66.1059
Median 68.0000
Mode 68.00
Std. Deviation 8.63413
Variance 74.548
Range 36.00
Minimum 43.00
Maximum 79.00
Sum 5619.00
Dari tabel statistik dapat dilihat N valid 85 siswa dengan jumlah instrumen
20 butir diketahui bahwa rata-rata kompetensi pedagogik guru dengan harga
mean 66,1059 standar deviasi 8,63413. Untuk range adalah 36 dengan skor
minimum adalah 43 dan skor maksimum adalah 79. Sedangkan nilai tengah
(median) adalah 68 serta nilai yang sering muncul (mode) adalah 68,00 dan sum
adalah 5619.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Data kompetensi pedagogik guru PAK akan dideskripsikan berdasarkan
sub variabel seperti mengelola proses belajar-mengajar PAK, memahami
perkembangan peserta didik, memanfaatkan strategi, media, model dan metode
pembelajaran yang sesuai dengan perkembanga IPTEK, serta melakukan evaluasi
terhadap proses pembelajaran PAK.
1) Mengelola Proses Belajar-Mengajar Pendidikan Agama Katolik
Tabel 11: Statistik Mengelola Proses Belajar-Mengajar Pendidikan Agama
Katolik
Data Kompetensi pedagogik guru pada sub variabel mengelola proses
belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik dapat diketahui bahwa N valid 85
dengan jumlah instrumen 6 butir. Jumlah mean sebesar 20, 63, median sebesar 21,
Mengelola Proses Belajar-Mengajar
Pendidikan Agama Katolik
N Valid 85
∑ Instrumen 6
Mean 20.6353
Median 21.0000
Mode 22.00
Std. Deviation 2.23525
Variance 4.996
Range 10.00
Minimum 14.00
Maximum 24.00
Sum 1754.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
standar deviasi sebesar 2,23, rangesebesar 10, serta mode sebesar 22, skor
minimum 14, skor maksimum 24, dan sum sebesar 1754.
Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel frekuensi berdasarkan
kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel, maka dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 12: Deskripsi Mengelola Proses Pembelajaran Pendidikan
AgamaKatolik
Kriteria Interval Jumlah Anak Presentase
Sangat Setuju 19,8-24 67 79%
Setuju 15,1-19,5 16 19%
Tidak Setuju 10,6-15,0 2 2%
Sangat Tidak Setuju 6-10,5 0 0%
Jumlah 85 100%
Deskripsi Mengelola Proses Pembelajaran PAK
79%
19%
2% 0%
Mengelola Proses Pembelajaran PAK
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Tabel di atas menunjukkan tingkat kompetensi pedagogik guru guru pada
sub variabel mengelola proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik yang
dinilai oleh siswa kelas VI SD Joannes Bosco, SD Pangudi Luhur dan SD Sang
Timur Yogyakarta dengan frekuensi sebagai berikut. Dari 85 siswa, berjumlah 67
orang (79%) sangat setuju berpendapat bahwa guru Pendidikan Agama Katolik
dapat mengelola pembelajaran PAK dengan sangat baik, berjumlah 16 orang
(19%) berpendapat setuju bahwa guru PAK dapat mengelola pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik, yang berpendapat tidak setuju bahwa guru PAK dapat
mengelola proses pembelajaran (2%), dan yang berpendapat bahwa guru sangat
tidak dapat mengelola proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik tidak ada.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pengelolaan proses pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik oleh guru PAK dikategorikan sangat setuju.
2) Memahami Perkembangan Peserta Didik
Tabel 13: Statistik Memahami perkembangan peserta didik
Memahami Perkembangan Peserta Didik
N Valid 85
∑ Instrumen 7
Mean 23.8471
Median 25.0000
Mode 25.00
Std. Deviation 3.19786
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Variance 10.226
Range 15.00
Minimum 13.00
Maximum 28.00
Sum 2027.00
Pada tabel statistik tentang sub variabel memahami perkembangan
peserta didik dapat diketahui bahwa N valid 85 siswa dengan jumlah
instrumen 7 butir. Harga mean23,84, median 25,00, mode 25, standar
deviasi 3,19, variance 10,226, range 15, skor minimum13, skor maksimum
28 dan sum 2027. Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel frekuensi
berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel, maka dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 14: Deskripsi Memahami Perkembangan Peserta Didik
Kriteria Interval Jumlah Anak Presentase
Sangat Setuju 22,78-28,00 68 80%
Setuju 17,51-22,75 12 14%
Tidak Setuju 12,26-17,50 5 6%
Sangat Tidak Setuju 7-12,25 0 0%
Jumlah 85 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Memahami Perkembangan Peserta Didik
Tabel di atas menunjukkan tingkat kompetensi pedagogik guru PAK pada
sub variabel memahami perkembangan peserta didik yang dilakukan oleh guru
dan dinilai oleh siswa kelas VI SD Pangudi Luhur, SD Joannes Bosco dan SD
Sang Timur Yogyakarta dengan frekuensi sebagai berikut. Dari 85 siswa,
berjumlah 68 orang (80%) berpendapat bahwa guru PAK sangat memahami
perkembangan peserta didik, berjumlah 12 orang (14%) berpendapat bahwa guru
memahami perkemabangan peserta didik, berjumlah 5 orang siswa (6%),
berpendapat bahwa guru tidak memahami perkembangan peserta didik, dan tidak
ada yang berpendapat bahwa guru sangat tidak memahami perkembangan peserta
didik. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa guru PAK memahami
perkembangan peserta didik pada kategori sangat setuju.
80%
14% 6%
0%
Memahami Perkembangan Peserta
Didik
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
3. Memanfaatkan strategi, media, metode dan model pembelajaran PAK
yang sesuai dengan perkembangan IPTEK
Tabel 15: Statistik Memanfaatkan strategi, media, metode dan model
pembelajaran PAK yang sesuai dengan perkembangan IPTEK
Memanfaatkan strategi, media, metode dan model
pembelajaran PAK yang sesuai dengan Perkembangan
IPTEK
N Valid 85
∑Instrumen 5
Mean 15.0588
Median 15.0000
Mode 19.00
Std. Deviation 3.20102
Variance 10.246
Range 15.00
Minimum 5.00
Maximum 20.00
Sum 1280.00
Pada tabel statistik tentang sub variabel Memanfaatkan strategi, media,
metode dan model pembelajaran PAK yang sesuai dengan perkembangan IPTEK
dapat diketahui bahwa N valid 85 siswa dengan jumlah instrumen 5 butir. Harga
mean15,05 median 15,00, mode 19, standar deviasi3,20, variance 10,24, range
15, skor minimum5, skor maksimum20 dan sum 1280. Di bawah ini akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
dipaparkan sub variabel frekuensi berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per
sub variabel, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 16:Memanfaatkan strategi, media, metode dan modelpembelajaran
PAK yang sesuai dengan perkembangan IPTEK
Kriteria Interval Jumlah Anak Presentase
Sangat Setuju 16,26-20 32 39%
Setuju 12,51-16,25 36 42%
Tidak Setuju 8,76-12,50 14 16%
Sangat Tidak Setuju 5-8,75 3 3%
Jumlah 85 100%
Memanfaatkan strategi, media, metode dan model pembelajaran PAK yang
sesuai dengan perkembangan IPTEK
39%
42%
16%
3%
Memanfaatkan strategi, media, metode dan
model pembelajaran PAK yang sesuai
dengan perkembangan IPTEK
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Tabel di atas menunjukkan tingkat kompetensi pedagogik guru PAK pada
sub variabel Memanfaatkan strategi, media, metode dan model pembelajaran
PAK yang sesuai dengan perkembangan IPTEK yang dilakukan oleh guru dan
dinilai oleh siswa kelas VI SD Sang Timur, SD Pangudi Luhur dan SD Joannes
Bosco Yogyakarta dengan frekuensi sebagai berikut. Dari 85 siswa, berjumlah 32
orang (39%) berpendapat sangat setuju bahwa guru PAK Memanfaatkan strategi,
media, metode dan model pembelajaran PAK yang sesuai dengan perkembangan
IPTEK, berjumlah 36 orang (42%) berpendapat setuju bahwa guru PAK
Memanfaatkan strategi, media, metode dan model pembelajaran PAK yang sesuai
dengan perkembangan IPTEK, berjumlah 14 orang siswa (16%) berpendapat tidak
setuju bahwa guru Memanfaatkan strategi, media, metode dan model
pembelajaran PAK yang sesuai dengan perkembangan IPTEK, dan yang
berpendapat sangat tidak setuju bahwa guru Memanfaatkan strategi, media,
metode dan model pembelajaran PAK yang sesuai dengan perkembangan IPTEK
berjumlah 3 orang siswa (3%). Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa guru
Memanfaatkan strategi, media, metode dan model pembelajaran PAK yang sesuai
dengan perkembangan IPTEK dikategorikan setuju.
4. Melakukan Evaluasi terhadap Proses Pembelajaran
Tabel 17: Statistik Melakukan Evaluasi terhadap Proses Pembelajaran
Melakukan Evaluasi terhadap Proses
Pembelajaran
N Valid 85
∑ Instrumen 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Mean 6.5294
Median 7.0000
Mode 7.00
Std. Deviation 1.08659
Variance 1.181
Range 5.00
Minimum 3.00
Maximum 8.00
Sum 555.00
Pada tabel statistik tentang sub variabel Melakukan Evaluasi
terhadap Proses Pembelajaran dapat diketahui bahwa N valid 85 siswa
dengan jumlah instrumen 2 butir. Harga mean6,52 median 7,00, mode
7,00,standar deviasi1,08, variance 1,18, range 5, skor minimum3, skor
maksimum8 dan sum 555. Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel
frekuensi berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel,
maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 18: Melakukan Evaluasi terhadap Proses Pembelajaran
Kriteria Interval Jumlah Anak Presentase
Sangat Setuju 6,6-8 49 56%
Setuju 5,1-6,5 24 28%
Tidak Setuju 3,6-5,0 13 15%
Sangat Tidak Setuju 2-3,5 1 1%
Jumlah 85 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Melakukan Evaluasi terhadap Proses Pembelajaran
Tabel di atas menunjukkan tingkat kompetensi pedagogik guru PAK pada
sub variabel melakukan evaluasi proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dan dinilai oleh siswa kelas VI SD Sang Timur, SD Pangudi Luhur dan SD
Joannes Bosco Yogyakarta dengan frekuensi sebagai berikut. Dari 85 siswa,
berjumlah 49 orang (56%) berpendapat sangat setuju bahwa guru PAK melakukan
evaluasi proses pembelajaran, berjumlah 24 orang (28%) berpendapat setuju
bahwa guru PAK melakukan evaluasi proses pembelajaran, berjumlah 13 orang
siswa (15%) berpendapat tidak setuju bahwa guru PAK melakukan evaluasi
proses pembelajaran, dan yang berpendapat sangat tidak setuju bahwa guru
melakukan evaluasi proses pembelajaran berjumlah 1 orang siswa (1%). Dari data
tersebut dapat dikatakan bahwa guru melakukan evaluasi proses pembelajaran
dikategorikan sangat setuju.
56% 28%
15%
1%
Melakukan Evaluasi terhadap Proses
Pembelajaran
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
b. Minat Belajar SiswaKelas VI pada Mata Pelajaran PAK
Tabel 19: Rangkuman Statistik Deskriptif Minat Belajar SiswaKelas
VI pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik
Minat Belajar SiswaKelas VI pada Mata
Pelajaran PAK
N Valid 85
∑ Instrumen 20
Mean 62.1529
Median 64.0000
Mode 65.00
Std. Deviation 8.87547
Variance 78.774
Range 40.00
Minimum 37.00
Maximum 77.00
Sum 5283.00
Dari tabel statistik dapat dilihat N valid 85 siswa dengan jumlah instrumen
20 butir diketahui bahwa rata-rata minat belajar siswa kelas VI SD harga
mean62,15, standar deviasi 8,87. Untuk range adalah 40 dengan skor minimum
adalah 37 dan skor maksimum adalah 77. Sedangkan nilai tengah (median) adalah
64,00 serta nilai yang sering muncul (mode) adalah 65 dan sum adalah 5283. Dari
hasil penelitian menunjukkan nilai mean62,15, yang menunjukkan bahwa minat
belajar siswa kelas VI SD pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik masuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
dalam kategori sangat berminat. Hal ini dapat diketahui melalui sub variabel dari
minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik yang meliputi
rasa ingin tahu tentang Pendidikan Agama Katolik dengan mean6,04, yang
menunjukkan bahwa siswa sangat berminat dalam dalam belajar Pendidikan
Agama Katolik, senang belajar Pendidikan Agama Katolik dengan mean 18,64,
yang menunjukkan bahwa siswa sangat senang belajar Pendidikan Agama
Katolik, senang belajar Pendidikan Agama Katolik, mau belajar tentang sesuatu
yang baru dengan mean 37,47, yang menunjukkan bahwa siswa sangat mau
belajar tentang sesuatu yang baru dalam pembelajaran PAK.
Data minat belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Katolik akan dideskripsikan berdasarkan sub variabel seperti rasa ingin tahu
tentang PAK, senang belajar Pendidikan Agama Katolik, dan Mau belajar sesuatu
yang baru dalam PAK.
1). Rasa Ingin Tahu Tentang Pendidikan Agama Katolik
Tabel 20: Statistik Rasa ingin tahu tentang pendidikan agama Katolik
Rasa ingin tahu tentang Pendidikan Agama
Katolik
N Valid 85
∑Instrumen 2
Mean 6.0471
Median 6.0000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Mode 6.00
Std. Deviation 1.34435
Variance 1.807
Range 5.00
Minimum 3.00
Maximum 8.00
Sum 514.00
Data minat belajar siswa pada sub rasa ingin tahu tentang
Pendidikan Agama Katolik dapat diketahui bahwa N valid 85 dengan
jumlah instrumen 2 butir. Jumlah mean sebesar 6,04 , median sebesar 6,00,
standar deviasi sebesar 1,34, rangesebesar 5, serta mode sebesar 6, skor
minimum 3, skor maksimum8, dan sum sebesar 514.
Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel frekuensi berdasarkan
kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel, maka dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 21 : Deskripsi Rasa Ingin Tahu tentang Pendidikan Agama Katolik
Kriteria Interval Jumlah Anak Presentase
Sangat Setuju 6,6-8 33 40%
Setuju 5,1-6,5 23 27%
Tidak Setuju 3,6-5,0 26 30%
Sangat Tidak Setuju 2-3,5 3 3%
Jumlah 85 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Deskripsi Rasa Ingin Tahu tentang Pendidikan Agama Katolik
Tabel di atas menunjukkan tingkat minat belajar siswa kelas VI pada sub
variabel rasa ingin tahu tentang Pendidikan Agama Katolik oleh siswa dengan
frekuensi sebagai berikut. Dari 85 siswa, berjumlah 33 orang (40%) menyatakan
sangat setuju bahwa siswa ingin mengetahui lebih banyak tentang Pendidikan
Agama Katolik, 23 orang (27%) menyatakan setuju bahwa siswa ingin tahu
tentang Pendidikan Agama Katolik, 26 orang (30%) menyatakan bahwa tidak
ingin tahu tentang PAK dan ada 3 orang (3%) yang menyatakan sangat tidak ingin
tahu tentang PAK. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa siswa sangat ingin
tahu tentang Pendidikan Agama Katolik yang dikategorikan sangat setuju.
40%
27%
30%
3%
Rasa Ingin Tahu terhadap PAK
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
2). Senang Belajar Pendidikan Agama Katolik
Tabel 22: Statistik Senang Belajar Pendidikan Agama Katolik
Senang Belajar Pendidikan Agama Katolik
N Valid 85
∑ Instrumen 6
Mean 18.6471
Median 19.0000
Mode 20.00
Std. Deviation 3.20975
Variance 10.303
Range 16.00
Minimum 8.00
Maximum 24.00
Sum 1585.00
Data minat belajar siswa kelas VI SD pada sub variabel senang
dalam belajar Pendidikan Agama Katolik dapat diketahui bahwa N valid
85 dengan jumlah instrumen 6 butir. Jumlah mean sebesar 18,64, median
sebesar 19,00, standar deviasi sebesar 3,20, range sebesar 16, serta mode
sebesar 20, skor minimum8, skor maksimum24, dan sum sebesar 1585.
Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel frekuensi berdasarkan
kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel, maka dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Tabel 23: Deskripsi senang belajar Pendidikan Agama Katolik
Kriteria Interval Jumlah Anak Presentase
Sangat Setuju 19,7-24 38 45%
Setuju 15,1-19,5 28 33%
Tidak Setuju 10,6-15,0 17 20%
Sangat Tidak Setuju 6-10,5 2 2%
Jumlah 85 100%
Deskripsi Senang Belajar Pendidikan Agama Katolik
Tabel di atas menunjukkan tingkat minat belajar siswa pada sub variabel
senang dalam belajar Pendidikan Agama Katolik oleh siswa VI SD Pangudi
Luhur, SD Joannes Bosco, dan SD Sang Timur Yogyakarta dengan frekuensi
sebagai berikut. Dari 85 siswa, berjumlah 38 orang (45%) menyatakan sangat
setuju bahwa siswa sangat senang belajar Pendidikan Agama Katolik, 28 orang
(33%) menyatakan setuju belajar Pendidikan Agama Katolik menyenangkan, 17
orang (20%) tidak setuju bahwa belajar Pendidikan Agama Katolik
41%
30%
27%
2%
Senang Belajar PAK
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
menyenangkan, dan 2 orang (2%) yang menyatakan sangat tidak setuju bahwa
belajar Pendidikan Agama Katolik menyenangkan. Dari data tersebut dapat
dikatakan bahwa siswa senang dalam belajar Pendidikan Agama Katolik
dikategorikan sangat setuju.
3) Mau Belajar Tentang Sesuatu yang Baru
Tabel 24: Statistik Mau Belajar Tentang Sesuatu yang Baru
Mau Belajar Tentang Sesuatu yang Baru
N Valid 85
∑ Instrumen 12
Mean 37.4706
Median 38.0000
Mode 38.00a
Std. Deviation 5.27029
Variance 27.776
Range 24.00
Minimum 22.00
Maximum 46.00
Sum 3185.00
Data minat belajar siswa pada sub variable mau belajar sesuatu yang baru
pada pelajaran Pendidikan Agama Katolik dapat diketahui bahwa N valid 85
dengan jumlah instrumen 12 butir. Jumlah mean sebesar 37,47, median sebesar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
38,00, standar deviasi sebesar 5,27, range sebesar 24, serta mode sebesar 38, skor
minimum22, skor maksimum46, dan sum sebesar 3185.
Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel frekuensi berdasarkan kriteria
yang sudah ditentukan per sub variabel, maka dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Tabel 25: Deskripsi Mau Belajar tentang Sesuatu yang Baru Dalam PAK
Kriteria Interval
Jumlah
Anak
Presentase
Sangat Setuju 40-48 24 29%
Setuju 31-39 47 55%
Tidak Setuju 22-30 14 16%
Sangat Tidak Setuju 12-21 0 0%
Jumlah 85 100%
Mau Belajar tentang Sesuatu yang Baru dalam PAK
29%
55%
16%
0%
Mau Belajar Sesuatu yang Baru dalam
PAK
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Tabel di atas menunjukkan tingkat minat belajar siswa pada sub variabel
mau belajar tentang sesuatu yang baru dalam Pendidikan Agama Katolik oleh
siswa kelas VI SD Joannes Bosco, SD Pangudi Luhur dan SD Sang Timur
Yogyakarta dengan frekuensi sebagai berikut. Dari 85 siswa, berjumlah 24 orang
(29%) menyatakan bahwa sangat setuju bahwa siswa mau belajar sesuatu yang
baru dalam PAK, 47 orang (55%) menyatakan bahwa siswa mau belajar sesuatu
yang baru dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik, 14 orang (16%)
menyatakan tidak setuju bahwa bahwa siswa mau belajar sesuatu yang baru dalam
Pendidikan Agama Katolik, dan tidak ada yang menyatakan bahwa siswa tidak
mau belajar sesuatu yang baru dalam dalam mengikuti pelajaran Pendidikan
Agama Katolik. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa siswa mau belajar
sesuatu yang baru dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik, dikategorikan
setuju dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik.
B. Uji Hipotesis
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
antara variabel bebas (x) yaitu kompetensi pedagogik guru PAK terhadap (y)
yaitu minat belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Katolik. Hipotesis diuji dengan menggunakan taraf signifikansi (α) 5%. Kriteria
penguji signifikansi adalah sebagai berikut : jika Fhitung≥ Ftabel maka Ho ditolak
yang berarti signifikansi, jika Fhitung≤Ftabel maka Ho diterima yang berarti tidak
signifikan (Riduwan, 2010: 236). Pengujian hipotesis sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Tabel 26: Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation
Kompetensi Pedagogik 85 66.1059 8.63413
Minat Belajar Siswa 85 62.1529 8.87547
Pada tabel descriptive statistics di atas menunjukkan mean variabel minat
belajar siswa sebesar 62, 15 dan standar deviasi sebesar 8,87. Sedangkan mean
variabel kompetensi pedagogik guru PAK sebesar 66, 10 dan standar deviasi
sebesar 8,63 untuk banyaknya responden (N) adalah 85.
Tabel 27: Model Summaryb
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .805a .648 .644 5.29388
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik
b. Dependent Variable: Minat Belajar
Berdasarkan tabel model summary tersebut dapat mengetahui seberapa
kuat variabel bebas (kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
dapat mempengaruhi variabel terikat (minat belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Katolik). Jika nilai standar error of the estimate< nilai standar
deviasi variabel terikat, maka variabel bebas baik untuk dijadikan prediktor dan
sebaliknya. Dari tabel tersebut diketahui nilai standar error of the estimate=
5.29388, sementara nilai standar deviasi variabel minat belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Katolik (Tabel 17) = 8,875, berarti standar error of
the estimate< nilai standar deviasi, sehingga variabel bebas baik dijadikan sebagai
prediktor untuk variabel terikat.
Kolom R menunjukkan seberapa baik variabel bebas memprediksikan
hasil. Kisaan nilai R adalah 0-1. Semakin nilai R mendekati angka 1, maka
semakin kuat variabel bebas memprediksikan variabel terikat. Dari tabel tersebut
diketahui nilai R = 0,850 yang berarti variabel bebas kuat dalam memprediksikan
variabel terikat.
Nilai R square sebesar 0,648, jika dikalikan 100% maka akan diketahui
seberapa besar variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Dalam hal
ini, kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik berpengaruh sebesar
64,8% terhadap minat belajar siswa SD kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Katolik di SD Pangudi Luhur, SD Joannes Bosco dan SD Sang Timur
Yogyakarta. Sedangkan 35,2% (100% - 64,8%) dipengaruhi oleh variabel lain
selain variabel bebas(kompetensi pedagogik Pendidikan Agama Katolik).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Tabel 28: Anovab
ANOVAb
Model
Sum of
Squares
Df Mean Square F Sig.
1
Regression 4290.922 1 4290.922 153.109 .000a
Residual 2326.090 83 28.025
Total 6617.012 84
a. Predictors: (Constant), Kompetensi
b. Dependent Variable: Minat
Uji signifikansi berdasarkan tabel di atas dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel. Jika nilai Fhitung> Ftabel dan nilai
signifikansi lebih kecil dari nilai probabilitasnya (0,05) maka Ho ditolak.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel
bebas dan variabel terikat. Dari tabel anova dapat kita lihat bahwa nilai
signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas (X) kompetensi
pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik terhadap variabel terikat (Y) minat
belajar siswa kelas VI SD pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Tabel 29 : Coefficients
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 7.432 4.460 1.666 .099
Kompetensi .828 .067 .805 12.374 .000
a. Dependent Variable: Minat
Pada tabel coefficients di atas nilai B constant adalah 7,432 dan nilai B
kompetensi pedagogik guru sebagai prediktor adalah 0,828 maka persamaan garis
regresi antara variabel kompetensi pedagogik guru PAK (x) dan minat belajar
siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (y) adalah: Y = 7,432 + 0,
828 X.
Persamaan regresi di atas dapat digunakan untuk melakukan estimasi
bagaimana pengaruh kompetensi pedagogik guru PAK dalam proses belajar-
mengajar Pendidikan Agama Katolik terhadapminat belajar siswa kelas VI SD
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Misalnya nilai kompetensi
pedagogik guru PAK dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Katolik
yang diberikan sebesar 50, maka nilai minat belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Katolik seperti berikut:
Y = 7,432 + (0,828 × 50) = 48,832
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Dari hasil persamaan regresi di atas maka dapat diketahui bahwa estimasi
nilai minat belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik
sebesar 48,832 dengan nilai kompetensi pedagogik guru PAK dalam proses
belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik sebesar 50. Oleh karena itu, dari
persamaan regresi dapat diartikan bahwa setiap penambahan nilai kompetensi
pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik sebesar 1 poin, maka nilai minat
belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik bertambah
7,432 + 0, 828. Bila setiap nilai kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama
Katolik bertambah 10 maka nilai minat belajar siswa kelas VI SD pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Katolik akan bertambah 7,432 + 8,28.
Hasil uji hipotesis dapat diketahui dengan melihat signifikansi pada tabel
coefficients. Ketentuan penerimaan atau penolakan dengan ketentuan bila
signifikansi ≤ 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Begitu pula sebaliknya, bila
signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima. Dari tabel coefficients di
atas dapat diketahui bahwa signifikansi adalah 0,000. Oleh karena itu, Ha diterima
dan Ho ditolak. Maka kesimpulannya adalah ada pengaruh dari kompetensi
pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik terhadap minat belajar siswa kelasVI
SD pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Tabel 30: Correlations
Correlations
Kompetensi Minat
Kompetensi
Pearson Correlation 1 .805
Sig. (1-tailed) .000
N 85 85
Minat
Pearson Correlation .805 1
Sig. (1-tailed) .000
N 85 85
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Tabel correlation di atas merupakan matrik interkorelasi antara variabel
kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik dan minat belajar siswa
kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Peneliti menggunakan
korelasi Pearson (korelasi product moment). Besarnya korelasi yang terdapat pada
tabel di atas 1,000 untuk kompetensi pedagogik guru PAK dan minat belajar
siswa. Sedangkan untuk korelasi kompetensi pedagogik guru PAK dan minat
belajar siswa sebesar 0,805. Banyaknya N yang terolah program adalah 85 kasus
dengan menggunakan uji satu pihak atau one tiled.
Dalam menguji hipotesis diuji berdasarkan ketentuan bila signifikansi ≤
0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Begitu pula sebaaliknya, bila signifikansi
> 0,05 maka Ho diterima. Nilai kompetensi pedagogik guru PAK pada matrik
korelasi menunjukkan angka sebesar 0,805. Oleh karena itu Ha diterima dan Ho
ditolak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Dari hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
korelasi yang signifikan antara variabel bebas (kompetensi pedagogik guru PAK
dan minat belajar siswa Pendidikan Agama Katolik) dan variabel terikat (minat
belajar siswa kelas VI SD pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik).
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari pengujian hipotesis diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi sebesar
0,000 yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Ini berarti terdapat pengaruh yang
signifikan dari kompetensi pedagogik guru PAK terhadap minat belajar siswa
kelas VI SD Pangudi Luhur, SD Joannes Bosco, SD Sang Timur Yogyakarta,
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Pada tabel model summary
diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,648. Ini menunjukkan bahwa
pengaruh variabel kompetensi pedagogik guru PAK sebesar 64,8%, sedangkan
35,2% dipengaruhi variabel lain selain kompetensi pedagogik guru PAK seperti
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lain sebagainya.
Dari hasil penelitian, secara teoritis kompetensi pedagogik guru
Pendidikan Agama Katolik memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap minat
belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik bila
dibandingkan dengan variabel lainnya yang ditunjukkan dengan nilai sebesar
64,8%. Oleh karena itu, kajian secara ilmiah menunjukkan bahwa penelitian ini
memiliki kekuatan dari segi variabel bebas atau independen yaitu kompetensi
pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik yang memiliki pengaruh yang cukup
besar dan signifikan terhadap variabel terikat dependen yaitu minat belajar siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SD Pangudi Luhur,
SD Joannes Bocso, dan SD Sang Timur Yogyakarta.
Dari hasil deskripsi data menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik guru
Pendidikan Agama Katolik dengan jumlah mean sebesar 66,1059, median sebesar
68,00, standar deviasi sebesar 8,63413, range sebesar 36,00 serta mode sebesar
68, skor minimum 43, skor maksimum 79, dan sum sebesar 5619, memberi
pengaruh untuk minat belajar siswa. Semakin guru PAK menguasai kompetensi
pedagogik, maka siswa akan semakin berminat pada pelajaran pendidikan agama
katolik. Hal ini ditunjukkan pada tabel coefficients yang menghasilkan persamaan
regresi Y = 7, 432 + 0,828 X yang menunjukkan hubungan yang positif antara
kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik terhadap minat belajar
siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik.
Hal ini karena di dalam kompetensi pedagogik guru pendidikan agama
katolik terdapat unsur mengelola proses pembelajaran PAK, memahami
perkembangan peserta didik, memanfaatkan model, metode, strategi mengajar
yang sesuai dengan perkembangan IPTEK, dan melaksanakan evaluasi proses
pembelajaran bersama peserta didik. Salah satu tujuan dari menguasai kompetensi
pedagogik guru PAK adalah untuk meningkatkan minat belajar siswa pada
pelajaran pendidikan agama katolik.
Pernyataan ini diperkuat dengan hasil mean dari deskripsi data per sub
variabel pada mengelola proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan
mean sebesar 20,6. Dari 85 siswa, 67 orang siswa (79%) menyatakan sangat setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
bahwa guru PAK dapat mengelola proses pembelajaran PAK dengan sangat baik,
16 orang siswa (19%) menyatakan setuju bahwa guru PAK dapat mengelola
proses pembelajaran PAK dengan baik, 2 orang siswa (1%) menyatakan tidak
setuju bahwa guru PAK dapat mengelola pembelajaran PAK, dan tidak ada yang
menyatakan bahwa guru PAK sangat tidak mampu mengelola pembelajaran PAK.
Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa guru PAK dapat mengelola proses
pembelajaran PAK dengan sangat baik.
Pada sub variabel memahami perkembangan peserta didik dengan mean
23,8471. Dari 69 orang siswa (80%) menyatakan sangat setuju bahwa guru PAK
memahami perkembangan peserta didik, 12 orang siswa (14%) yang menyatakan
setuju bahwa guru PAK memahami perkembangan peserta didik, 5 orang siswa
(6%) menyatakan tidak setuju bahwa guru PAK memahami perkembangan peserta
didik, dan tidak ada yang menyatakan sangat tidak setuju bahwa guru PAK
memahami perkembangan peserta didik. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa
guru PAK sangat memahami perkembangan peserta didik.
Pada sub variabel memanfaatkan strategi, media, metode, dan model
pembelajaran PAK yang sesuai dengan perkembangan IPTEK dengan mean
sebesar 15, 0588. Dari 32 orang siswa (39%) menyatakan sangat setuju bahwa
guru PAK memanfaatkan berbagai macam strategi, media, model dan metode
pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan IPTEK,36 orang siswa (42%)
menyatakan setuju bahwa guru memanfaatkan berbagai macam strategi, media,
model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan IPTEK, 14
orang siswa (16%) menyatakan tidak setuju bahwa guru memanfaatkan berbagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
macam strategi, media, model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan
perkembangan IPTEKdan 3 orang siswa (3%) yang menyatakan sangat tidak
setuju bahwa guru memanfaatkan berbagai macam strategi, media, model dan
metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan IPTEK. Dari data
tersebut dapat dikatakan bahwa guru sering memanfaatkan berbagai macam
strategi, media, model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan
perkembangan IPTEK.
Pada sub variabel melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran
dengan mean 6,5294. Dari 49 orang siswa (56%) menyatakan sangat setuju bahwa
guru PAK melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran, 24 orang siswa
(28%) yang menyatakan setuju bahwa guru PAK melakukan evaluasi terhadap
proses pembelajaran, 13 orang siswa (15%) menyatakan tidak setuju bahwa guru
PAK melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran, dan ada 1 orang siswa
(1%) yang menyatakan sangat tidak setuju bahwa guru melakukan evaluasi
terhadap proses pembelajaran. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa guru
PAK selalumelakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran
Hasil di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik guru
Pendidikan Agama Katolik di SD Joannes Bosco, SD Pangudi Luhur, dan SD
Sang Timur Yogyakarta sudah sangat baik. Dengan pengelolaan proses
pembelajaranyang baik, pemahaman terhadap perkembangan peserta didik,
pemanfaatan media dan berbagai strategi pembelajaran yang sesuai dengan
perkembangan IPTEK dan juga melakukan evaluasi terhadap proses
pembelajaran, dapat meningkat minat belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
pendidikan agama Katolik sehingga pencapaian tujuan pembelajaran PAK dapat
tercapai.
Dalam analisis deskriptif mengenai variabel terikat yaitu minat belajar
siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dapat diukur dari 3
sub variabel yaitu rasa ingin tahu Pendidikan Agama Katolik, senang belajar
Pendidikan Agama Katolik, dan mau belajar seautu yang baru dalam PAK. Dari
sub variabel rasa ingin tahu tentang pelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan
mean sebesar 6,0471. Dari 85 siswa diperoleh 33 orang siswa (40%) menyatakan
sangat setuju bahwa para siswa memiliki rasa ingin tahu tentang pelajaran PAK,
23 orang siswa (27%) menyatakan setuju bahwa para siswa memiliki rasa ingin
tahu tentang pelajaran PAK, 26 orang siswa (30%) menyatakan tidak setuju
bahwa siswa ingin tahu tentang pelajaran PAK, dan 3 orang siswa (3%)
menyatakan sangat tidak setuju bahwa siswa memiliki rasa ingin tahu tentang
pelajaran pendidikan agama katolik. Uraian ini menunjukkan bahwa para siswa
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap pelajaran Pendidikan Agama
Katolik.
Sub variabel senang belajar Pendidikan Agama Katolik dengan mean
18,6471. Dari 85 siswa diperoleh 38 orang siswa (45%) menyatakan sangat sangat
setuju bahwa para siswa senang belajar Pendidikan Agama Katolik, 28 orang
siswa (33%) menyatakan setuju bahwa para siswa senang belajar Pendidikan
Agama Katolik, 17 orang siswa (20%) menyatakan tidak setuju bahwa para siswa
senang senang belajar Pendidikan Agama Katolik dan 2 orang siswa (2%) yang
menyatakan sangat tidak setuju bahwa para siswa senang belajar Pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
Agama Katolik. Uraian ini menunjukkan bahwa para siswa sangat senang dalam
belajar pelajaran Pendidikan Agama Katolik.
Sub variabel mau belajar sesuatu yang baru dalam pelajaran Pendidikan
Agama Katolik dengan mean 37, 4706. Dari 85 siswa diperoleh 24 orang siswa
(29%) menyatakan sangat setuju bahwa para siswa mau belajar seautu yang baru
dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik, 47 orang siswa (55%) menyatakan
setuju bahwa para siswa mau belajar sesuatu yang baru dalam pelajaran
Pendidikan Agama Katolik, 14 orang siswa (16%) menyatakan tidak setuju bahwa
para siswa mau belajar sesuatu yang baru dalam pelajaran PAK, dan tidak ada
yang menyatakan bahwa para siswa sangat tidak mau belajar sesuatu yang baru
dari pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Ini menunjukkan bahwa para siswa
yang mengikuti pembelajaran pendidikan agama Katolik memiliki keinginan
untuk mencari dan mendapatkan seautu yang baru dalam pelajaran pendidikan
agama Katolik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan variabel kompetensi
pedagogik guru PAK dengan minat belajar siswa yang dihitung dengan korelasi
cukuplah besar yakni 0,805. Hal ini berarti ada hubungan yang positif dan
signifikan antara kompetensi pedagogik guru PAK dan minat belajar siswa.
Hubungan tersebut ditunjukkan dengan hasil signifikansi 0,000 jauh dibawah
0,05. Maka korelasi antara kompetensi pedagogik guru PAK dengan minat belajar
sangatlah jelas. Dengan kata lain semakin tinggi kompetensi pedagogik guru PAK
semakin tinggi pula minat belajar siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Untuk mengetahui seberapa besar presentase pengaruh variabel
kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik terhadap minat belajar
siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik maka digunakan R
Square. Dari tabel 27 modelsummary di atas diperoleh nilai koefisien determinasi
sebesar 0,648, yang menunjukkan bahwa pengaruh variabel bebas (X):
kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Katolik terhadap variabel terikat
(Y): minat belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik
adalah 64,8% (0,648 x 100%). Sedangkan 35,2% (100% - 64,8%) dipengaruhi
oleh variabel lain selain variabel bebas : kompetensi pedagogik guruPendidikan
Agama Katolik.
Dengan demikian hasil penelitian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
antara variabel kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik dengan
variabel minat belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Katolik menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara kedua
variabel tersebut. Hal ini ditunjukkan pula dengan persamaan regresi yang
diperoleh yaitu: Y = 7,432 + 0,828 X. Persamaan ini menunjukkan hubungan
yang positif antara kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik (X)
terhadap minat belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Katolik (Y). Oleh karena itu, semakin tinggi kompetensi pedagogik guru PAK
dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik di kelas maka
minatbelajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik juga
semakin tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
D. Refleksi Kateketis
1. Pengertian Katekese
Dalam anjuran apostolik Catechesi Tradendae artikel 1, Paus Yohanes
Paulus II menegaskan bahwa: Katekese adalah usaha dalam Gereja atau suatu
bentuk pelayanan kenabian Gereja untuk memperoleh murid-murid, untuk
membantu umat mengimani bahwa Yesus itu adalah Putra Allah, supaya dengan
beriman mereka beroleh kehidupan dalam nama-Nya dan membina serta mendidik
mereka dalam perihidup itu dan dengan demikian membangun Tubuh Kristus
dalam hidup sehari-hari. Dipertegas pula pada artikel 18, katekese adalah suatu
tahap evangelisasi bagi pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-orang
dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen.
2. Tujuan Katekese
Paus Yohanes Paulus II dalam Catechesi Tradendae, menguraikantujuan
katekeseyaitu:
a. Dalam artikel 5, dikatakan bahwa melalui katekese bukan saja
menghubungkan umat dengan Yesus Kristus, melainkan mengundang mereka
untuk memasuki persekutuan hidup yang mesra dengan-Nya.
b. Dalam artikel 19, melalui katekese sebagai momen awal Injil yang mengantar
kepada pertobatan, mempunyai sasaran yakni mematangkan iman awal dan
membina murid Kristus yang sejati melalui pengertian yang lebih mendalam
dan lebih sistematis tentang pribadi maupun amanat Tuhan kita Yesus Kristus.
c. Dalam artikel 20, tujuan khas katekese adalah berkat bantuan Allah
mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan dari hari ke hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
mengembangkannya menuju kepenuhannya serta semakin memantapkan
perihidup umat beriman, muda maupun tua. Yang berarti merangsang, pada
taraf pengetahuan maupun penghayatan, pertumbuhan benih iman yang
ditaburkan melalui pewartaan awal, dan yang dikurniakan secara efektif
melalui baptis.
d. Dalam artikel 25, melalui katekese mengembangkan, mematangkan,
meneguhkan iman maupun bagi kesaksian umat Kristen di tengah masyarakat,
tujuannya adalah mendampingi umat Kristen untuk meraih kesatuan iman
serta pengertian akan Putera Allah, kedewasaan pribadi manusia dan tingkat
pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, melalui perjumpaan
dengan Yesus Kristus.
Dengan kata lain maksud dari keempat artikel yang diuraikan ini, katekese
ingin mengembangkan pemahaman orang beriman terhadap misteri Kristus, agar
lebih tekun dan serius dalam menghayati imannya di dalam kehidupan sehari-hari
sehingga mereka secara utuh dapat mengikuti Kristus.
Tujuan katekese secara khusus bertujuan untuk mendewasakan iman,
memelihara, merawat, dan mempertumbuhkan iman dalam pengetahuan dan
dalam hidup Kristen pada umumnya, serta ingin mengembangkan pemahaman
orang beriman terhadap misteri Kristus, dan sekaligus mendorong mereka agar
lebih tekun dan serius menghayati imannya di dalam kenyataan hidup sehari-hari
(Heryatno, 2013: 51). Dengan kata lain tujuan katekese adalah membantu umat
mengembangkan atau mendewasakan hidup berimannya baik secara individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
maupun persekutuan, agar umat sungguh-sungguh mengenal, mencintai, dan setia
mengikuti Yesus Kristus di dalam seluruh hidup mereka.
3. Isi Katekese
Katekese dipahami sebagai momen penting dalam pewartaan, maka isi
katekese tidak berbeda dengan isi pewartaan Injil. Isi katekese yang paling pokok
adalah kabar gembira Yesus Kristus yang mewartakan dan mewujudkan
keselamatan manusia. Katekese harus bersifat Kristosentris yaitu berpusat pada
Yesus Kristus. Di dalam katekese harus mendedikasikan dan mengabdikan diri
pada Kristus bukan pada gagasan dan pandangan sendiri. Yang dikomunikasikan
adalah Kristus, bukan dirinya sendiri. Untuk dapat mewartakan Kristus yang
diimani dan diwartakan oleh Gereja, maka para pewarta harus akrab dengan Kitab
Suci dan memahami Tradisi Gereja, karena keduanya merupakan salah satu
sumber utama dalam katekese.
Isi pokoknya adalah seluruh misteri hidup Yesus Kristus, mulai dari
peristiwa inkarnasi, seluruh karya dan sabda-Nya, terutama sampai peristiwa
Paskah-Nya: wafat dan kebangkitan-Nya (Catechesi Tradendae artikel 6). Karena
yang menjadi pusat, pelaku utama adalah Yesus Kristus sebagai pusat atau jantung
dalam katekese. Oleh karena itu para pewarta harus mengimani, mengikuti teladan
dan sikap hidup-Nya dalam kehidupan sehari-hari, agar terwujud sifatnya yang
Kristosentris dalam mempersatukan manusia secara mesra dengan-Nya. Yesus
Kristus sendirilah sabda yang menjelma dan sebagai Anak Allah, Dia yang
membimbing kita dalam Roh Kudus dan membantu kita mengambil bagian dalam
Tritunggal Mahakudus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
4. Tugas dan Peranan Katekese
Heryatno (2013:70) menegaskan bahwa tugas katekese adalah membantu
mendidik dan meneguhkan identitas umat sebagai jemaat, menghilangkan
keraguan, ketidakpastian, dan kebingungan yang muncul sebagai akibat dari
perubahan dan perkembangan zaman, serta diharapkan membantu jemaat agar
tetap bergembira dan teguh di dalam imannya.
Tugas utama katekese yakni:
a. Katekese memberitakan sabda Allah yang hadir secara penuh di dalam diri
Yesus Kristus. Katekese mewartakan Kristus agar jemaat semakin mengenal,
mencintai dan mengikuti-Nya, serta semakin peka mengenali kehadiran-Nya
di dalam hidup sehari-hari, oleh karena itu katekese harus bersifat
Kristosentris.
b. Katekese mendidik jemaat supaya semakin beriman. Peranan katekese
membantu, menyemangati, dan meneguhkan jemaat supaya makin beriman.
c. Katekese mengembangkan Gereja, tidak hanya dilakukan oleh katekese tetapi
juga oleh liturgi, pewartaan, dan pelayanan Gereja lainnya karena Gereja
merupakan tanggungjawab seluruh jemaat.
5. Aspek Kateketis dalam Kompetensi Guru
Berkat sakramen baptis, kita diangkat menjadi anak-anak Allah dan
dirahmati sekaligus dipanggil untuk mengambil bagian di dalam tugas perutusan
Yesus Kristus membangun kerajaan kasih Allah. Panggilan-Nya dapat ditanggapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
dengan berbagai macam bentuk pelayanan kemuridan. Bagi kita, panggilan-Nya
itu kita tangggapi antara lain dengan penyelenggaraan pendidikan sebagai guru
Katolik di sekolah dan sebagai katekis di lingkungan jemaat serta pelayanan
kelompok profesi di lingkup (lingkungan) lainnya (Heryatno, 2010: 80).
Menghadapi pergolakan zaman saat ini, Gereja berusaha terus-menerus
mewartakan Kristus sesuai dengan keadaan dan perkembangan hidup orang
zaman ini. Katekese harus mengangkat dan menyapa dunia dan permasalahan
yang dihadapi pada saat ini khusunya kaum muda. Maka pembaharuan katekese
suatu keharusan sesuai dengan metode dan bahasanya (Catechesi Tradendae
artikel 17), agar katekese dapat diterima oleh kaum muda, maka perlu
menggunakan metode, model, dan media yang cocok sehingga dapat
membangkitkan minat kaum muda di dalam berkatekese yang tidak lain untuk
membimbing, membantu, mengarahkan, menghayati dan memberi dasar
pendidikan iman yang sejati berupa pewahyuan Yesus Kristus sebagai sahabat dan
teladan yang dapat dikagumi dan diteladani.
Maka sebagai calon katekis harus siap membantu perkembangan iman
umat dan sebagai mercusuar yang menyinari perjalanan (memberi jalan) bagi
anak-anak, remaja, kaum muda dan orang dewasa yang penuh dengan tantangan,
masalah dalam perubahan sosial.
Sebagai pelayanan pendidikan yang dijalankan oleh para pendidik dengan
bersumber pada kasih Yesus membentuk spiritualitas sebagai guru agama Katolik
yang menghayati tugas tesebut dengan cara sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
a. Menyadari bahwa setiap peserta didik adalah pribadi yang dikasihi Tuhan,
diciptakan menurut citra dan gambarnya. Sebagai pribadi yang dikasihi, Tuhan
telah melimpahkan segala berkat dan rahmat-Nya pada mereka untuk
mengetahui, mencintai, dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Semua karya
Tuhan adalah baik, dengan kata lain tak ada dari antara para peserta didik yang
bodoh. Oleh karena itu, peranan sebagai pendidik adalah membantu mereka
untuk memperkembangkan setiap bakat (talenta) yang telah dilimpahkan oleh
Tuhan.
b. Bekerja atas dasar kasih sehingga dalam kehidupan sehari-hari di sekolah
terjalin relasi dari hati ke hati (personal), relasi yang dekat dengan sesama
khususnya dengan rekan kerja guru dan terutama dengan para peserta didik.
Pelayanan berdasar hati perlu kita tanam dalam diri kita. Karena hatilah yang
menjadi inti kehidupan sekaligus tempat di mana Allah bersemayam.
Pendidikan hati inilah yang akan memberikan segala kegiatan di sekolah
dengan buah-buah Roh yaitu kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, pengampunan dan
penguasaan diri (Gal 5: 22-23).
c. Bukan hanya hati yang dikembangkan, tetapi juga pikiran dan ketrampilan
(perilaku). Pikiran, hati, dan perilaku merupakan bagian pokok yang
membentuk pendidikan menjadi bersifat utuh. Inilah model pendidikan yang
sungguh memberi ilham yang mendorong setiap peserta didik dapat
berkembang sesuai dengan kemampuan dan bakatnya sendiri.Dengan kata lain
isi yang baik tidak dipisahkan dari proses dan suasana penyelenggaraannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
yang harus bersifat kondusif bagi semua siswa agar dapat memperkembangkan
hidupnya. Pendidik juga perlu mempercayai mereka dan berusaha
menciptakan suasana yang penuh kegembiraan dan kebebasan agar semua
peserta didik dapat menemukan cara yang sesuai dalam memperkembangkan
hidupnya sendiri.
d. Memberikan diri, melayani siapa saja yang membutuhkan terutama peserta
didik yang lemah. Karena disinilah pendidik harus peka pada mereka yang
paling membutuhkan, sehingga menghindari kompetisi yang selalu
menguntungkan, mendahulukan yang pandai dan mengabaikan yang lemah.
e. Memiliki kesediaan dan menyadari bahwa dirinya diundang untuk
berkembang menuju persatuan yang personal dengan Kristus, sehingga
mampu mendampingi peserta didik menuju perkembangannya yang utuh.
f. Melalui kesaksian hidup membawa Yesus Kristus kepada seluruh rekan kerja
dan peserta didik. Kesaksian hidup dan keteladanan menjadi cara yang utama
untuk menghayati spiritualitas sebagai pendidik (guru agama Katolik) di
sekolah.
g. Dengan penuh dedikasi dan dengan semangat cinta para pendidik menyadari
bahwa Yesus sendiri di dalam Roh Kudus-Nya menjadi guru utama dan
pertama. Pendidik mengenakan apa yanma. Pendidik mengenakan apa yang
dikatakan oleh Yohanes Pembaptis: “Ia harus makin besar, tetapi aku harus
makin kecil” (Yoh 3: 30).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
6. Aspek Kateketis dalam Minat Belajar Siswa
Sesuai dengan keprihatinan Deklarasi pendidikan Kristen, refleksi yang
dilakukan oleh konggregasi suci untuk pendidikan Kristen memiliki perhatian
khusus pada kaum muda. Dewasa ini kaum muda karena mudahnya mendapat
informasi mengetahui banyak hal. Tetapi mengetahui banyak tidak berarti kaum
muda dimampukan untuk bersifat kritis, selektif, mempertimbangkan serta
mengambil makna positif dari fenomena dan dan peristiwa-peristiwa yan sedang
berlangsung. Oleh karena itu sekolah harus merupakan lingkungan yang kondusif
bagi setiap peserta didik untuk memperkembangkan hidupnya. Pendidikan juga
harus memperkembangkan kedalaman batin, mengundang dan menyemangati
anak untuk kreatif dan berpikir sendiri.Maka dari itu kelas seharusnya
menumbuhkan suasana bebas, kepercayaan, kekeluargaan. Maksudnya supaya
mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan bakat-bakat serta minat yang
mereka miliki. Belajar seharusnya merupakan tindakan yang menyenangkan,
bukan merupakan siksaan.
Dalam kaitannya dengan Pendidikan Agama Katolik, salah satu
unsurpokok yang perlu ditekankan oleh sekolah-sekolah Katolik adalah dimensi
religius, tentu saja menurut iman kristiani. Segi ini bagi sekolah Katolik menjadi
cara yang perlu senantiasa diusahakan supaya mereka dapat disebut sebagai
sekolah Katolik yang hendak mendidik para siswa-siswinya menurut nilai-nilai
kristiani. Dimensi-dimensi tersebut terdapat dalam suasana pendidikan,
perkembangan pribadi semua peserta didik (individu dan persekutuan), hubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
yang terjalin erat antara kebudayaan dan injil, penerangan segala pengetahuan
oleh cahaya iman (Heryatno, 2010: 15)
Dalam Deklarasi Konsili Vatikan II,GEartikel 25 dikatakan bahwa sekolah
Katolik mengusahakan suatu suasana sekolah yang dijiwai oleh Roh cinta kasih dn
kebebasan injili, yang diresapi oleh semangat dan sikap hidup Yesus sendiri.
Suasana sekolah semacam ini akan membuat para peserta didik merasa
martabatnya dihormati, permasalahan hidupnya dipahami, pertanyaan dan
keluhannya diperhatikan. Sekolah juga perlu mengusahakan suasana kekeluargaan
antara guru dengan peserta didik, orang tua dengan para guru dan sekolah, lebih-
lebih antar para peserta didik sendiri sungguh tercipta. Dengan suasana sekolah
semacam ini sangat membantu para peserta didik merasa aman, krasan, diterima,
menyenangkan karena semua pihak saling memperhatikan dan membantu.
Untuk mewujudkan harapan-harapan itu sekolah-sekolah Katolik berusaha
untuk mengubah gambaran dirinya dari sekolah sebagai lembaga menjadi sekolah
sebagai komunitas. Gambaran sekolah semacam ini hendak menjauhi semangat
kompetisi yang tidak sehat, yang meyebabkan yang kuat selalu menang,
sedangkan yang bodoh selalu disingkirkan. Untuk itu, sekolah Katolik
menekankan pentingnya dibangun kerjasama antara sekolah, orang tua, Gereja,
dan kelompok-kelompok yang mengusahakan pendidikan bagi kaum muda. Di
samping itu, pendidikan tidak dibatasi pada perkembangan segi intelektual tetapi
juga menyangkut perkembangan perasaan, dan tindakan konkret. Pendidikan
Katolik mengusahakan pendidikan yang bersifat holistik, utuh dan menyeluruh ke
arah kebijksanaan hidup dan kehidupan peserta didiknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
E.Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini penulis mengalami beberapa tantangan,
kekurangan dan keterbatasan sebagai berikut:
1. Data yang diperoleh diasumsikan bahwa responden menjawab sesuai dengan
keadaan dan pengalaman yang sebenarnya sehingga kebenaran data dapat
diukur dengan baik. Bila responden dalam mengisi angket tidak sesuai dengan
realita dan pengalaman yang sebenarnya, kesimpulan dapat berbeda dan
kebenaran data tidak dapat diukur dengan baik.
2. Dalam mengisi angket tentang kompetensi pedagogik guru PAK di kelas,
responden menilai berdasarkan pengalaman, sehingga tidak sesuai dengan
indikator yang peneliti maksudkan.
3. Peneliti mempunyai keterbatasan waktu sehingga saat pengisian angket,
peneliti tidak ikut mengawasi responden. Petunjuk yang ada dalam angket bisa
kurang dimengerti oleh responden, sehingga jawaban angket bisa keliru.
4. Peneliti mengalami keterbatasan waktu untuk mengadakan penelitian di
lapangan, karena terbentur dengan agenda sekolah yakni pendalaman materi di
SD Sang Timur.
5. Sampel yang digunakan terbatas pada siswa-siswa kelas VI dari SD Sang
Timur, SD Joannes Bosco dan SD Pangudi Luhur, yang masing-masing
sekolah diambil 30 orang siswa, sehingga hasil penelitian tidak dapat
digeneralisasikan untuk siswa-siswi kelas VI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab V penulis akan memaparkan kesimpulan dan saran dari keseluruhan
permasalahan skripsi ini, kesimpulan lebih berkaitan dengan rangkuman dari hasil
penelitian dan pembahasannya, juga merupakan jawaban dari permasalahan yang
dikemukakan sebelumnya. Sedangkan saran akan mengemukakan usulan yang
berkaitan dengan pengembangan pendidikan agama Katolik di masa mendatang.
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kompetensi Pedagogik guru PAK
Kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Katolik adalah
kemampuan guru pendidikan agama Katolik yang meliputi pengetahuan, sikap
dan keterampilan dalam mengajar dan mendidik para peserta didik pada pelajaran
pendidikan agama Katolik di sekolah agar menjadi pribadi yang utuh, sungguh
kristiani, matang dalam iman. Oleh karena itu, guru agama Katolik harus memiliki
kompetensi pedagogik dalam mengajar dan mendidik para siswa guna mencapai
tujuan yang diharapkan dari suatu proses pembelajaran pendidikan agama Katolik.
2. Minat Belajar
Minat belajar merupakan suatu rasa tertarik yang lebih pada suatu hal yang
muncul dalam diri atau yang dipengaruhi oleh hal-hal di luar diri yang membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
siswa memiliki rasa ingin tahu yang lebih tentang sesuatu yang membuat tertarik,
senang belajar, dan mampu mengatasi masalah belajar dalam suatu proese
pembelajaran.
3. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai mean dari kompetensi
pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik sebesar 66,10 yang menunjukkan
bahwa guru sudah sangat berkompeten dalam mengajar dan mendidik peserta
didik dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik di SD Joannes
Bosco, SD Pangudi Luhur dan SD Sang Timur. Hal ini dapat diketahui melalui
sub variabel dari kompetensi pedagogik guru PAK yang meliputi mengelola
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik, memahami perkembangan peserta
didik, memanfaatkan strategi, media, metode, dan model pembelajaran yang
sesuai dengan perkembangan IPTEK, dan melakukan evaluasi pelajaran PAK.
Pada masing-masing sub variabel mencapai nilai rata-rata (mean) sebesar 20,6353
untuk mengelola pembelajaran Pendidikan Agama Katolik, 23,8471 untuk
memahami perkembangan peserta didik, 15,0588 untuk memanfaatkan strategi,
media, model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan
IPTEK, dan 6,5294 untuk melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran. Dari
data tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik guru Pendidikan
Agama Katolik di SD Joannes Bosco, SD Pangudi Luhur dan SD Sang Timur
Yogyakarta adalah cukup tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas VI SD Joannes Bosco,
SD Pangudi Luhur dan SD Sang Timur Yogyakarta memiliki minat belajar yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
cukup tinggi, meskipun ada beberapa siswa yang secara umum berada di bawah
standar. Dari tabel data deskriptif diperoleh bahwa minat belajar siswa kelas VI
SD Joannes Bosco, SD Pangudi Luhur dan SD Sang Timur Yogyakarta memiliki
nilai rata-rata (mean) sebesar 62,15. Minat belajar siswa ditandai dengan rasa
ingin tahu tentang Pendidikan Agama Katolik mencapai nilai rata-rata (mean)
sebesar 6,04 yang terwujud dalam sikap senang untuk belajar. Senang belajar nilai
rata-rata (mean) sebesar 18,04 yang terwujud dalam sikap rajin belajar, mau
belajar tentang sesuatu yang baru dari Pendidikan Agama Katolik nilai rata-rata
(mean) sebesar 37,47 yang terwujud dalam sikap memperhatikan dan
mendengarkan saat guru mengajar.
Dari hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000
(<0,05) yang berarti bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas yaitu kompetensi
pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik terhadap minat belajar siswa-siswi
kelas VI SD Joannes Bosco, SD Pangudi Luhur dan SD Sang Timur Yogyakarta.
Dari hasil uji regresi diperoleh bahwa kompetensi pedagogik guru Pendidikan
Agama Katolik berpengaruh terhadap minat belajar siswa-siswi. Pengaruh
tersebut dinyatakan dalam nilai sebesar 0,648 atau 64,8% yang merupakan hasil
perhitungan regresi data kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik
sebagai variabel X dan minat belajar siswa sebagai variabel Y. Rumus persamaan
regresinya yaitu Y = 7,432 + 0,828 X. Artinya setiap penambahan nilai
kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik sebesar 1 poin, maka nilai
minat belajar siswa 7,432+828.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran yang
diharapkan dapat berguna dalam meningkatkan minat belajar siswa kelas VI SD
Joannes Bosco, SD Pangudi Luhur dan SD Sang Timur Yogyakarta:
1. Bagi Sekolah SD Joannes Bosco, SD Pangudi Luhur dan SD Sang Timur
Yogyakarta
Mengingat kompetensi pedagogik guru PAK sangat penting untuk
meningkatkan minat belajar siswa, sangat diharapkan dari pihak sekolah dapat
bekerjasama dengan instansi pemerintah atau yayasan swasta yang ada di
daerah kota Yogyakarta untuk mempersiapkan tenaga pendidik yang
profesional dalam bidangnya, mengikuti kursus atau pelatihan-pelatihan bila
ada kesempatan maupun yang diselenggarakan oleh yayasan yang
bersangkutan.
2. Bagi Guru
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa minat belajar siswa kelas VI
SD Joannes Bosco, SD Pangudi Luhur dan SD Sang Timur Yogyakarta masuk
dalam kategori sangat berminat dalam belajar Pendidikan Agama Katolik,
maka dengan demikian guru mempertahankan dan meningkatkan kompetensi
pedagogiknya dengan baik sehingga semakin lebih meningkatkan minat belajar
siswa kelas VI SD Joannes Bosco, SD Pangudi Luhur dan SD Sang Timur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Setiap selesai proses belajar-mengajar guru hendaknya mengadakan
evaluasi atas seluruh proses kegiatan dalam pembelajaran sehingga dapat
mengetahui hasil belajar dan sebagai landasan peningkatan mutu pembelajaran.
3. Bagi Mahasiswa IPPAK
Sebagai calon guru Agama Pendidikan Katolik dan katekis, kompetensi
pedagogik merupakan salah satu aspek yang penting dalam mengajar dan
berkatekese. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa calon guru agama Katolik,
diharapkan terlibat aktif dalam mencari dan menemukan media kreatif,
mengikuti seminar-seminar yang berkaitan dengan profesi dan memperluas
wawasan ilmu keguruan, menjalin relasi yang baik dengan mahasiswa dari
program studi lain guna menambah pengetahuan untuk menjadi guru
profesional, dengan demikian banyak hal baik yang dapat diambil sebagai
proses mematangkan kompetensi pedagogik kita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, J. M. (2009). Tujuh Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional.
Yogyakarta: Power Books (Ihdina)
Boli Kotan, Daniel. (2009). Keterampilan Guru Agama Katolik, Praedicamus.
Volume VIII, Nomor 27, edisi Juli-September
_________. (2009). Menjadi Guru Agama/Katekis Profesional Lewat Proses
Pendidikan. Praedicamus, Volume VIII, Nomor 27, Edisi Juli-September
Budi Kleden, Paul. (2005). Identitas Katekis di Tengah Arus Perubahan Zaman.
Jakarta: KOMKAT KWI
Buchari Alma. (2008). Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil
Mengajar. Bandung: Alfabeta
Dapiyanta, F.X. (2008). Pendidikan Agama Katolik Pada Tingkat Dasar.Diktat
pada mata kuliah PAK Pendidikan Dasar.Yogyakarta: USD
Daryanto. (2009). Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta:
AV Publisher
Groome, Thomas.(2003). Horizons and Hopes. New York: Paulist Press.
Hamzah B. Uno. (2008). Profesi kependidikan (problema, solusi, dan reformasi
pendidikan di Indonesia. Cetakan ketiga. Jakarta: Bumi Aksara
Wina, Sanjaya. (2006). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
HeryatnoW.W. FX. (2010). Pengantar PAK Sekolah. Diktat pada Mata Kuliah
Pengantar PAK Sekolah.
Hurlock, Elizabeth. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Janawi.(2011). Kompetensi Guru. Bandung: Alfabeta
Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II. (R. Hardawiryana R,
Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966).
Lalu, Yosef. (2005). Katekese Umat. Jakarta: Komkat KWI
Majid, A. (2008). Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru). Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Masnur Muslich. (2007). Sertifikasi Guru menuju Profesionalisme Pendidik.
Jakarta: Bumi Aksara
Musaheri. (2007). Pengantar pendidikan. Yogyakarta: IRCiSoD
Oemar Hamalik. (2008). Pendidikan Guru berdasarkan Pendekatan Kompetensi.
Jakarta: PT Bumi Aksara
Pemerintah Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No.
20, Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: CV Eko
Jaya
________. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19, Tahun
2005, tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: CV Eko Jaya
________.(2005). Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
Paulus, Yohanes, II. (1993). Catechesi Tradendae (terjemahan R. Hardawiryana,
SJ). Jakarta: Dokpen KWI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
________.(1990). Redemptoris Missio(terjemahan Frans Borgias dan
Alfon Suhardi). Jakarta: Dokpen KWI
Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta
Setyakarjana, J.S. (1997). Kateketik Pendidikan Dasar. Yogyakarta: Pusat
Kateketik
Slameto. (2014). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta:
Rineka Cipta
Sugiyono. (1997). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Suparno, P. (2004). Guru Demokratis Di Era Reformasi. Jakarta: PT. Grasindo
Suryobroto, B. (1986). Mengenal Metode Pengajaran si Sekolah dan Pendekatan
Baru dalam Proses Beajar-Mengajar. Yogyakarta: Amarta
Telaumbanua, Marinus. (1997). Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor
Teven, J.J. & Hanson, T.L. (2004). The impact of teacher immediacy and
perceived caring on teacher competence and trustworthiness. Vol. 52, Iss.
1 ; pg. 39, 15 pgs. Diakses pada tanggal 12Agustus 2014,
Darihttp://proquest.umi.com/pqdweb?index=12&did=624344541&SrchM
ode=1&sid=29&Fmt=4&VInst=PROD&VType=PQD&RQT=309&VNam
e=PQD&TS=1245554275&clientId=68516.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
LAMPIRAN 2. INSTRUMEN PENELITIAN
KUESIONER UNTUK SISWA
Identitas Responden
Nama :..........................
Kelas/Nilai Raport :..........................
PETUNJUK:
a. Bacalah masing-masing pernyataan berikut dengan teliti. Kemudian tentukan
sejauh mana Anda mengalami dan merasakan apa yang dimaksud dari pernyataan
tersebut.
Alternatif jawaban adalah sebagai berikut:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Contoh:
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya tertarik pada pelajaran PAK √
Keterangan:
Dengan memberikan tanda √ pada kolom SS berarti responden “Sangat Setuju”
terhadap pernyataan yang ada.
b. Jawablah semua pernyataan dan periksalah kembali jawaban Anda sebelum
dikumpulkan.
SS :Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
A. Kompetensi Pedagogik Guru PAK
Guru PAK Memiliki Kompetensi sebagai Pendidik
N
O PERNYATAAN SS S TS
ST
S
1. Sebelum mulai pembelajaran, guru agama
Katolik mengadakan tanya jawab tentang
pelajaran yang sudah dipelajari
2. Guru dapat menjawab pertanyaan peserta didik
berkaitan dengan materi yang diberikan
3. Penjelasan materi dari guru dapat dimengerti
dan dipahami dengan sangat baik
4. Guru memberi contoh-contoh yang dapat
dipahami
5. Guru PAK dapat menjelaskan materi dengan
bahasa yang mudah dipahami
6. Materi pelajaran tidak jauh dari kenyataan
hidup sehari-hari
7. Guru PAK mengenal peserta didik satu per satu
8. Guru menghargai kebebasan siswa dalam
berpendapat
9.
Suasana belajar PAK sangat menyenangkan
karena komunikasi antara siswa dan guru
tercipta sangat baik
10. Guru PAK memberikan perhatian kepada
semua siswa secara adil/tidak pilih kasih
11. Semua siswa mencintai guru PAK karena guru
PAK memiliki sikap yang menyenangkan
12. Teladan baik yang diberikan oleh guru PAK
sangat mempengaruhi sikap setiap siswa di
sekolah
13. Guru PAK sangat konsekuen dengan nilai-nilai
hidup yang diajarkan kepada peserta didik di
sekolah
14. Guru selalu menggunakan media belajar yang
bervariasi sehingga memudahkan siswa untuk
memahami pelajaran PAK
15. Guru PAK memanfaatkan internet untuk
membantu siswa dalam memahami pelajaran
PAK
16. Guru PAK memanfaatkan berita televisi untuk
semakin memahami pelajaran PAK
17. Pelajaran PAK menjadi menyenangkan karena
guru menggunakan model-model belajar yang
menyenangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
18. Guru PAK meminta siswa berkunjung ke
perpustakaan untuk mencari informasi dan
menambah wawasan tentang pendidikan agama
Katolik
19. Guru PAK mengajak siswa untuk evaluasi
bersama dalam kelas mengenai pembelajaran
PAK
20. Guru PAK dan siswa secara bersama
menemukan nilai-nilai terbaik sehingga
pelajaran PAK semakin memperkembangkan
guru dan peserta didik
B. Minat Mengikuti PAK
Tertarik dan Senang Mengikuti Proses Belajar Mengajar PAK
NO PERNYATAAN
SS S TS ST
S
21. Jika pelajaran PAK saya hadir lebih awal di
dalam kelas
22. Saya merasa rugi bila tidak mengikuti PAK
23. Belajar PAK membuat saya rajin bertanya
tentang PAK
24. Meskipun materi PAK terasa sulit saya tetap
mengikuti dengan senang hati
25. PAK merupakan mata pelajaran yang
menyenangkan
26. Saya mendengarkan penjelasan guru dan tidak
sibuk sendiri
27. Saya mencatat hal-hal yang penting ketika guru
menjelaskan
28. Saya senang bila mendapat tugas dari guru
PAK dan mengerjakannya dengan seanng hati
29. Saya membawa Kitab Suci setiap kali belajar
PAK
30. Saya tertarik membaca buku-buku pengetahuan
rohani untuk menambah wawasan tentang PAK
31.
Saya rajin membuka internet, membaca
majalah rohani dan mendengarkan siaran di
televisi untuk mendapatkan informasi sebanyak
mungkin yang membantu saya memahami
pelajaran PAK
32. Materi PAK sangat menginspirasi dan
menyenangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7)
33. Saya merasa bahwa teman-teman di kelas ini
senang mengikuti pelajaran PAK
34. Saya mempraktekkan apa yang saya dapatkan
dalam pelajaran PAK
35. Tugas-tugas PAK saya kumpulkan tepat pada
waktunya
36. Saya merasa bahwa teman-teman di kelas ini
senang mengikuti pelajaran PAK
37. Saya menapat nilai tinggi pada pelajaran PAK
38. Pelajaran PAK membantu saya untuk lebih
menghargai sesama
39. Pelajaran PAK membuat saya semakin
menghormati kedua orangtua saya
40.
Dengan mengikuti PAK, saya semakin yakin
bahwa Tuhan selalu ada dalam hidup sehari-
hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(13)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(15)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(16)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(17)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(20)
LAMPIRAN 6. HASIL ANALISIS SSPS
HASIL ANALISIS SPSS
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation
Kompetensi Pedagogik 85 66.1059 8.63413
Minat Belajar Siswa 85 62.1529 8.87547
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .805a .648 .644 5.29388
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik
b. Dependent Variable: Minat Belajar
ANOVAb
Model Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 4290.922 1 4290.922 153.109 .000a
Residual 2326.090 83 28.025
Total 6617.012 84
a. Predictors: (Constant), Kompetensi
b. Dependent Variable: Minat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(21)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 7.432 4.460 1.666 .099
Kompetensi .828 .067 .805 12.374 .000
a. Dependent Variable: Minat
Correlations
Kompetensi Minat
Kompetensi
Pearson Correlation 1 .805
Sig. (1-tailed) .000
N 85 85
Minat
Pearson Correlation .805 1
Sig. (1-tailed) .000
N 85 85
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(22)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(23)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI