PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileInstrumen penelitian yang digunakan terdiri dari dua...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileInstrumen penelitian yang digunakan terdiri dari dua...
i
HUBUNGAN ANTARA ATENSI PADA TAYANGAN SINETRON
DENGAN BODY IMAGE PADA REMAJA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Agustina Hardianti
089114115
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
For beautiful eyes, look for the good in others.
For beautiful lips, speak only words of kindness.
And for poise, walk with the knowledge
that you are never alone.
- Audrey Hepburn –
Dum Spiro Spero
Pengharapan selalu ada selama kita masih bernafas
CARPE DIEM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Dengan penuh rasa syukur,
karya sederhana ini saya persembahkan untuk
keluarga tersayang atas cinta yang tak terbatas
dan semua pihak yang telah terlibat
dalam pembuatan skripsi ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
HUBUNGAN ANTARA ATENSI PADA TAYANGAN SINETRON
DENGAN BODY IMAGE PADA REMAJA
Agustina Hardianti
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara atensi pada
tayangan sinetron dengan body image pada remaja. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan
negatif yang signifikan antara atensi pada tayangan sinetron dengan body image pada remaja.
Subjek dalam penelitian ini adalah 126 remaja berusia 13 s.d. 18 tahun, terdiri dari 54 siswa SMA
Budya Wacana dan 72 siswa SMP Kanisius Kalasan. Pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari dua alat ukur, yaitu
skala atensi pada tayangan sinetron yang disusun berdasarkan metode summated ratings dan
Contour Drawing Rating Scale yang merupakan skala adaptasi dari Thompson & Gray (1995).
Reliabilitas pada skala atensi ditunjukkan dengan koefisien reliabilitas alpha cronbach sebesar
0,970. Di samping itu, pada Contour Drawing Rating Scale, reliabilitas diukur dengan pendekatan
tes ulang. Hasil menunjukkan r = 0,78 dengan taraf signifikansi yang tinggi, p<0,0005 (Thompon
& Gray, 1995:265). Penghitungan data penelitian menunjukkan bahwa sebaran data untuk salah
satu skala, yakni skala body image dinyatakan tidak normal. Data penelitian dianalisis dengan
menggunakan teknik korelasi Spearman Brown. Koefisien korelasi yang diperoleh adalah 0,138
dengan taraf signifikansi 0,062 (p>0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang
mengatakan ada hubungan negatif yang signifikan antara atensi pada tayangan sinetron dengan
body image pada remaja ditolak. Dengan demikian, tidak terdapat hubungan antara atensi pada
tayangan sinetron dengan body image pada remaja.
Kata kunci : atensi, sinetron, body image, remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
THE RELATIONSHIP BETWEEN ATTENTION
TO SINETRON PROGRAM
AND BODY IMAGE IN ADOLESCENT
Agustina Hardianti
ABSTRACT
This research aimed to determine the possibility of the relationship between attention to
sinetron program and body image in adolescent. The hypothesis suggested the negative
relationship between attention to sinetron program and body image in adolescent. The subject of
this research was 126 adolescents from 13 to 18 years old, consisted of 54 students of Budya
Wacana Senior High School and 72 students of Kanisius Kalasan Junior High School. This
research used a purposive sampling method. Research instrument consisted of two measuring
instrument, attention to sinetron program scale which was arranged base methods of summated
ratings and Contour Drawing Rating Scale which was an adaptation from Thompson & Gray
(1995). Reliability on attention scale was shown by coefficient alpha cronbach r = 0,970.
Meanwhile, on Contour Drawing Rating Scale, reliability was measured by test-retest method. The
result show r = 0,78 on the high significance level, p > 0,0005 (Thompson & Gray, 1995:265).
The result of the research showed that the distribution of body image scale was abnormal. After
analyzed by Spearman’s rank correlation method, the correlation coefficient was 0,138 (r =
0,138) on the significance level 0,062 (p > 0,05). It showed that the hypothesis indicating the
negative relationship between attention to sinetron program and body image in adolescent was not
accepted. So, there was no significant correlation between attention to sinetron program and body
image in adolescent.
Key words : attention, sinetron, body image, adolescent
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria, sumber segala cinta
kasih, harapan, dan kebahagiaan. Penelitian yang berjudul “Hubungan Antara
Atensi Pada Tayangan Sinetron Dengan Body Image Pada Remaja” ini merupakan
salah satu syarat untuk mencapai tingkat Strata Satu (S1) pada Program Studi
Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Segala proses pengerjaan penelitian ini melibatkan bantuan dan dukungan
dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Debri Pristinella, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
membimbing penulis dari awal hingga akhir penelitian ini. Terima kasih untuk
waktu dan ilmu yang telah ibu berikan. Senang rasanya bisa mengenal pribadi
yang sabar, pintar, dan cantik seperti ibu
3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan dosen
penguji. Terima kasih atas bimbingan selama masa pengerjaan skripsi ini.
4. Ibu Sylvia Carolina, M.Si selaku dosen penguji. Terima kasih untuk saran dan
koreksi agar skripsi ini menjadi sebuah karya yang lebih baik.
5. Segenap dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik, mengajar, dan
menginspirasi penulis untuk terus belajar dan mengembangkan diri.
6. Segenap karyawan Fakultas Psikologi: Mas Gandung, Ibu Nanik, Mas Muji,
Mas Doni, dan Pak Gi yang telah banyak membantu peneliti selama masa
perkuliahan.
7. Kepala sekolah SMA Budya Wacana dan SMP Kanisius Kalasan, beserta
seluruh guru, staff, dan siswa-siswi yang sudah memberikan kesempatan dan
waktu bagi penulis untuk melakukan penelitian.
8. Kedua orangtua, Ibu Asteria Tri Suharini dan Bapak Yohannes Sukardi atas
cinta dan doa terbaik. Terima kasih untuk segala bentuk didikan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
bimbingan, terutama kesabaran, semangat, dan motivasi yang sangat berarti
dan tiada henti mengalir bagi penulis.
9. Mas Michael Eko Hardianto, terima kasih sudah menjadi teladan yang baik
sebagai kakak, terutama untuk memiliki hidup yang sederhana tapi hebat.
10. Adik saya, Stefanus Ardianto, teman seru-seruan saya di rumah. Terima kasih
untuk semua cerita dan kebersamaan selama ini.
11. Keluarga besar Surodikromo dan Budiwiharjo.
12. My Mentereng : Pujo, Mengty, Icot, Sinto, Jeje. Terima kasih untuk
persahabatan dan bantuannya selama ini.
13. Lusi, teman berbagi mimpi. Terima kasih banyak sudah mau direpotkan sejak
awal proses penelitian, membantu menyebarkan skala, memecahkan
kebingungan, mengajarkan analisis data, dan super rajin kasih semangat.
Pokoknya buat semuanyaaa .. Thanks a lot, Lus !!
14. Mbak Putri, terima kasih untuk “kekuatan” luar biasa yang nggak mampu
diungkapkan dengan kata-kata. Terima kasih sudah membagikan ilmu tentang
„melepaskan dan memulai‟ supaya bisa kembali pada pilihan yang tepat.
15. Kak Cia, terima kasih untuk jurnal-jurnal yang boleh didownload lewat akun
mahasiswa kakak. Dunia terbuka lebar rasanya.
16. Rina, terima kasih untuk buku Cash & Pruzinsky-nya. Mbak Memel, terima
kasih untuk pinjaman buku Thompson-nya.
17. Samuel, terima kasih untuk waktu, cerita, dan smangat yang sudah dibagikan
di masa-masa jenuh.
18. Teman-teman terapi kelompok: Vincent, Sari, Baskoro, Wahyu. Walaupun
hanya sebentar, terima kasih untuk pertemuan yang berharga di akhir masa
kuliah ini.
19. Teman-teman Gadingan, terutama Kak Ririz, yang sama-sama smangat cari
jurnal di perpus tetangga. Fiuh .. sesi obrak-abrik akhirnya selesai juga yaa
kak. Es telerrr dulu yukkk :D
20. Teman-teman Mitra Perpustakaan. Terima kasih untuk kebersamaan dan
pengalaman bersama kalian. Semua menyenangkan untuk dikenang. Kangen
kalian semuaaa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
21. Teman-teman psikologi angkatan 2008, terutama kelas C dan D.
22. Teman-teman Greenuts: Umi, Tina, Devi, Stella, Merry, Ani, Vera.
23. Teman-teman lektor St. Maria Assumpta Babarsari, terutama Albert untuk
pinjaman bukunya dan Tika yang rajin menanyakan kabar skripsi saya.
24. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, yang tidak bisa
disebutkan satu per satu. Terima kasih semua.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian dan penyusunan skripsi ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan
khususnya bagi dunia Psikologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................................. vii
ABSTRACT ............................................................................................................... viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
KATA PENGANTAR .............................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xix
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
1. Manfaat Teoritis ................................................................................... 9
2. Manfaat Praktis .................................................................................... 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB II. KAJIAN TEORI ......................................................................................... 10
A. Atensi Pada Tayangan Sinetron ................................................................ 10
1. Definisi Atensi pada Tayangan Sinetron ............................................. 10
2. Aspek-aspek Pembentuk Atensi ........................................................... 11
3. Faktor Eksternal Penarik Perhatian (Attention Getter) ........................ 16
4. Faktor Internal Penaruh Perhatian ....................................................... 18
5. Pengaruh Sinetron pada Perkembangan Remaja ................................. 19
B. Body Image ................................................................................................ 22
1. Definisi Body Image ............................................................................. 22
2. Kategori Body Image ............................................................................ 23
3. Aspek-aspek Pembentuk Body Image ................................................. 24
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Body Image Remaja .................... 27
5. Pengukuran Body Image ...................................................................... 35
C. Remaja ...................................................................................................... 38
1. Definisi Remaja ................................................................................... 38
2. Ciri Khas Perkembangan Remaja ......................................................... 39
3. Tugas Perkembangan Remaja ............................................................. 44
D. Hubungan Atensi Pada Tayangan Sinetron Dan Body Image Remaja ..... 46
E. Hipotesis ................................................................................................... 53
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 55
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 55
B. Variabel Penelitian .................................................................................... 55
C. Definisi Operasional ................................................................................. 55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
1. Atensi Pada tayangan Sinetron ............................................................. 55
2. Body Image ........................................................................................... 56
D. Subjek Penelitian ....................................................................................... 57
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ......................................................... 59
F. Uji Coba Alat Pengumpulan Data .............................................................. 63
G. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpul Data ....................................... 63
1. Validitas Alat Ukur ............................................................................. 63
2. Reliabilitas Alat Ukur ........................................................................... 65
H. Metode Analisis Data ................................................................................ 68
BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................... 70
A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 70
B. Analisis Hasil Penelitian ............................................................................ 70
1. Deskripsi Subjek Penelitian.................................................................. 70
2. Kategorisasi Data Subjek Penelitian .................................................... 71
3. Uji Asumsi ........................................................................................... 76
a. Uji Normalitas ................................................................................. 77
b. Uji Linearitas ................................................................................... 79
c. Uji Hipotesis .................................................................................... 80
C. Pembahasan ................................................................................................ 82
BAB V. PENUTUP ..................................................................................................... 90
A. Kesimpulan ................................................................................................ 90
B. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 90
C. Saran ......................................................................................................... 91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 94
LAMPIRAN ................................................................................................................ 97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blueprint Skala Atensi Pada Tayangan Sinetron....................................... 61
Tabel 2. Deskripsi subjek penelitian berdasarkan usia dan jenis kelamin .............. 71
Tabel 3. Kriteria Kategorisasi Menurut Azwar ...................................................... 72
Tabel 4. Kategorisasi Atensi Pada Tayangan Sinetron ............................................ 73
Tabel 5. Kategorisasi Body Image .......................................................................... 73
Tabel 6. Klasifikasi Nilai IMT ................................................................................ 75
Tabel 7. Kategorisasi IMT ...................................................................................... 76
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas ................................................................................. 77
Tabel 9. Hasil Uji Normalitas (Setelah Outliers Dibuang) ...................................... 78
Tabel 10. Hasil Uji Linearitas ................................................................................... 79
Tabel 11. Hasil Uji Hipotesis .................................................................................... 81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Model tahap-tahap atensi visual .............................................................. 15
Gambar 2. Skema hubungan antara atensi pada tayangan sinetron
dengan body image pada remaja ............................................................. 54
Gambar 3. Contour Drawing Rating Scale ............................................................... 62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Penelitian (try out) ...................................................................... 98
Lampiran 2. Uji Reliabilitas ...................................................................................... 111
Lampiran 3. Skala Penelitian .................................................................................... 116
Lampiran 4. Hasil Penelitian ..................................................................................... 129
Lampiran 5. Data Indeks Massa Tubuh .................................................................... 134
Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian .............................................................................. 138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa
(Sarwono, 2012:62). Muss (dalam Sarwono, 2012:11) menyatakan bahwa kata
„remaja‟ berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh ke arah
kematangan. Kematangan pada masa remaja ditandai dengan berbagai
perubahan yang besar pada fisik, kognitif, dan sosial-emosional (Santrock,
2007:20). Di antara berbagai perubahan tersebut, perubahan fisik merupakan
gejala primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan psikologis
muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan fisik (Sarwono, 2012:62).
Salah satu aspek psikologis dari pubertas yang pasti muncul pada laki-
laki dan perempuan adalah praokupasi (perhatian) remaja terhadap tubuhnya
(McCabe & Ricciardelli dalam Santrock, 2007:91). Pada masa tersebut,
remaja mengembangkan citra individual mengenai seperti apakah tubuhnya itu
(Santrock, 2007:91). Hal ini dikenal dengan body image, yaitu suatu gambaran
internal individu terhadap penampilan fisiknya sendiri (Thompson, dkk.,
2002:4). Lebih lanjut, Cash dan Pruzinsky (dalam Grogan, 1999:2)
menyatakan bahwa body image merupakan sikap yang dimiliki seseorang
terhadap tubuhnya berupa penilaian positif maupun negatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Frazier dan Lisonbee (dalam Thornburg, 1982:67) menjelaskan bahwa
fisik yang tidak menarik, kecacatan, dan tidak adanya penerimaan fisik
individu oleh lingkungan dapat menyebabkan kecemasan dan ketakutan pada
remaja. Rice & Dolgin (2002:111) menjelaskan bahwa fisik yang menarik dan
body image memiliki hubungan yang penting dengan evaluasi diri,
popularitas, dan penerimaan teman sebaya. Fisik yang menarik mempengaruhi
perkembangan kepribadian, hubungan sosial, dan perilaku sosial. Remaja
yang menarik akan dinilai secara lebih positif sebagai orang yang hangat,
ramah, sukses, dan pintar.
Selain itu, hasil pengamatan yang dilakukan oleh Faturochman
(1988:10) menyatakan bahwa gadis-gadis yang cantik lebih sering diajak
berkencan dan pria yang tampan lebih sukses dalam mengajak kencan. Wanita
yang cantik biasanya juga lebih populer di kalangan pemuda dan pria yang
tampan lebih sering menjadi topik pembicaraan para gadis. Dengan demikian,
mereka lebih berkesempatan mengalami sosialisasi yang baik.
Menurut Schonfeld (dalam Thornburg, 1982:69), ada empat faktor
yang menentukan body image, yaitu persepsi subjektif, internal psikologis,
sosial, dan sikap. Persepsi subjektif berasal dari pengalaman sensori, termasuk
pengalaman visual yang berkembang sejak dalam kandungan. Faktor
psikologis berhubungan dengan pengalaman-pengalaman yang melibatkan
emosi individu. Faktor sosial berhubungan dengan cara orang tua dan
lingkungan bereaksi terhadap individu dan cara individu menanggapi reaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
tersebut. Faktor sikap didasarkan pada pengalaman, identifikasi, dan
perbandingan tubuh individu dengan orang lain. Secara umum, keempat faktor
tersebut berhubungan dengan pengalaman individu menerima informasi yang
berasal dari luar dirinya. Hal ini membuat faktor sosial menjadi perhatian
besar para pengamat sosial sehingga penelitian pun dilakukan untuk
mengetahui peran, efek, dan dampak yang ditimbulkan terhadap
perkembangan body image remaja.
Berkaitan dengan body image, faktor sosial menjelaskan bahwa
masyarakat menentukan bentuk tubuh yang dikatakan indah, ideal, dan tubuh
yang tidak memenuhi kriteria tersebut. Dalam hal ini, masyarakat membentuk
penilaian berdasarkan informasi yang mereka dapat.
Salah satu sumber informasi yang mudah didapat dan sering diakses
masyarakat adalah media massa. Kehadiran media semakin mendorong
individu untuk meletakkan standar ideal pada dirinya, seperti yang
dikehendaki oleh masyarakat. Bagi remaja pria, norma tentang tubuh ideal
dalam masyarakat adalah tipe tubuh mesomorfik yaitu bahu dan dada lebar,
kuat, berotot, dan tegap (Grogan, 1999:58). Tubuh mesomorfik dipersepsikan
sebagai tubuh yang penuh tenaga, kuat, dan agresif (Grogan, 1999:58).
Silverstain, dkk. (dalam Grogan, 1999:94) menemukan bahwa dalam
33 acara televisi, 69% karakter perempuan ditunjukkan dengan tubuh kurus.
Tiggeman (dalam Cash & Pruzinsky, 2002:91) mengatakan bahwa majalah-
majalah wanita terutama majalah fashion, film, dan televisi (termasuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
tayangan khusus anak-anak) menyajikan gambar model-model yang kurus
sebagai figur ideal sehingga menyebabkan banyak remaja putri merasa tidak
puas dengan dirinya dan mengalami gangguan makan.
Saat ini, media massa yang paling mendominasi kehidupan masyarakat
adalah televisi. Televisi pun mampu menyerap perhatian remaja. Le Masters
(dalam Rice & Dolgin, 2002:322) mengatakan bahwa remaja menonton TV
sekitar 3 jam per hari. Remaja menonton TV 22 jam per minggu. Pada usia 18
tahun, seorang anak menonton TV sekitar 22.000 jam. Jumlah ini lebih besar
dibanding melakukan aktivitas sekolah yang hanya membutuhkan waktu
11.000 jam hingga usia 18 tahun. Dengan demikian, aktivitas remaja
menonton TV melebihi aktivitas lain yang dilakukan sehari-hari.
Hal tersebut diperkuat dengan riset yang dilakukan oleh Astuti
(2010:19). Riset ini mengungkapkan bahwa menonton TV menghabiskan
waktu lebih banyak daripada belajar. Dalam riset ini, remaja menonton TV
sekitar 4-5 jam per hari, sementara untuk belajar, mereka hanya meluangkan
waktu 1-2 jam saja. Di antara waktu tersebut, maghrib hingga pukul 22.00
adalah waktu yang paling banyak diisi untuk menonton televisi.
Lembaga Survei Nielsen memaparkan hasil riset penonton terhadap
tayangan televisi di Indonesia sepanjang kuartal I 2011 untuk semua stasiun
televisi di 10 kota besar. Survei ini memaparkan bahwa sinetron menjadi salah
satu program televisi terbanyak yang ditonton pemirsa televisi, yakni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
sebanyak 1, 4 juta orang dari total 6,8 juta penonton. Survei juga menyebutkan
bahwa rata-rata program sinetron ditonton oleh remaja hingga orang dewasa.
Meskipun demikian, Turnomo Rahardjo (dalam Astuti, 2010:23)
mengatakan bahwa perlindungan terhadap penonton yang belum memiliki
daya kritis masih kurang. Sinetron dinilai tidak peka dengan latar khalayaknya
dan hanya mengutamakan bagaimana menyentuh sensasi emosi penonton
tanpa memikirkan dampaknya bagi remaja yang menyaksikan. Berkaitan
dengan hal tersebut, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) telah melakukan
penelitian pada tahun 2008 dan menetapkan sepuluh tayangan TV bermasalah
yang didominasi oleh sinetron serial, variety show, dan tayangan anak.
Terkait dengan body image pada remaja, sinetron memiliki peranan
yang cukup penting. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harumindari
(2012:60) diketahui bahwa diantara banyaknya jenis tayangan televisi,
sinetron adalah tayangan yang memiliki keterkaitan paling besar dengan
ketidakpuasan citra tubuh (body image) pada remaja. Hal ini dikarenakan
tayangan sinetron dianggap memberikan pesan bahwa memiliki tubuh ideal
seperti karakter-karakter dalam sinetron adalah hal yang penting. Sinetron bisa
melekat dalam kehidupan remaja karena sinetron dianggap sesuai dengan
dunia remaja, terkait dengan tokoh dan cerita yang ditampilkan. Hal ini
membuat remaja merasa bahwa apa yang ditampilkan dalam sinetron sangat
cocok dijadikan objek pembanding.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Pengaruh menonton sinetron akan berbeda-beda bagi pembentukan
body image masing-masing remaja. Hal tersebut ditentukan dari atensi yang
diberikan terhadap tayangan sinetron. Andersen (dalam Rakhmat, 2008:52)
mengemukakan bahwa atensi adalah proses mental ketika stimuli atau
rangkaian stimulus menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya
melemah. Menurut Weerd (dalam Sternberg, 2008:58), atensi adalah cara-cara
aktif dalam memproses sejumlah informasi yang terbatas dari sejumlah
informasi yang disediakan oleh indera, memori yang tersimpan, dan proses-
proses kognitif yang lain.
Atensi berperan sangat penting dalam proses pembentukan persepsi.
Sebelum individu menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan, individu
akan melibatkan atensi (Desiderato dalam Rakhmat, 2008:51). Andersen
(dalam Rakhmat, 2008:55) mengemukakan bahwa individu menaruh atensi
terhadap suatu hal untuk memperkokoh kepercayaan, sikap, nilai, kebiasaan,
dan kepentingan. Penelitian yang dilakukan oleh Thornton & Maurice (dalam
Rice & Dolgin, 2002:112) menjelaskan bahwa penayangan yang sering
terhadap sebuah gambaran fisik dapat menimbulkan efek yang kuat dan
mendalam bagi penonton.
Lebih lanjut, Mulyana dan Ibrahim (dalam Frisnawati, 2012:53)
menjelaskan bahwa daya tarik sinetron terletak pada kata-kata, musik, dan
sound effect juga unsur visual pada gambar. Pengaruh yang ditimbulkan lebih
tinggi dibanding media cetak karena gambar bersifat moving (adegan hidup)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
sehingga dapat tertanam dalam waktu yang lama di dalam diri individu.
Semakin besar daya pikat suatu tayangan, maka akan lebih sering teringat dan
terbayang apa yang telah dilihat, sehingga akan ada kecenderungan penonton
menirukan hal-hal yang ditampilkan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa body image dan
atensi terhadap tayangan sinetron adalah dua topik yang berperan penting dan
dekat dengan keseharian remaja. Dalam masa perkembangannya, remaja
selalu dihadapkan pada permasalahan yang berkaitan dengan body image. Di
lain sisi, sinetron sebagai tayangan yang memiliki keterkaitan dengan
ketidakpuasan body image pada remaja tentu memiliki pengaruh besar dalam
kehidupan remaja.
Dalam penelitian ini, diindikasikan bahwa semakin tinggi atensi pada
tayangan sinetron, remaja akan membentuk body image sesuai dengan idola
mereka. Semakin besar jarak antara body image yang dianggap ideal dengan
body image dirinya, disertai dengan upaya berlebih untuk menjadi seperti
idola, maka remaja tersebut memiliki body image negatif. Demikian
sebaliknya, semakin rendah atensi pada tayangan sinetron, disertai dengan
upaya yang tidak berlebihan untuk menjadi ideal seperti idola, maka remaja
tersebut memiliki body image positif.
Penelitian tentang keterkaitan antara tayangan televisi dengan body
image pernah dilakukan oleh Harumindari (2012:60). Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui adanya hubungan menonton jenis-jenis tayangan televisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
dengan citra tubuh (body image) pada remaja awal. Penelitian tersebut
mengungkapkan bahwa tidak semua tayangan televisi memiliki keterkaitan
dengan ketidakpuasan citra tubuh. Jenis tayangan yang berkaitan dengan citra
tubuh remaja awal putri adalah sinetron, infotainment, dan talk show.
Sedangkan jenis tayangan yang memiliki keterkaitan dengan ketidakpuasan
citra tubuh pada remaja awal putra hanya sinetron.
Peneliti tertarik untuk mendalami penelitian tentang sinetron karena
berdasarkan hasil penelitian tersebut, hanya sinetron yang memiliki pengaruh
paling besar dan muncul pada kedua golongan subjek, yakni remaja awal putra
dan putri. Subjek dalam penelitian Harumindari (2012:33) hanya terbatas pada
remaja awal dengan rentang usia 12-15 tahun. Oleh karena itu, peneliti masih
merasa perlu memperluas subjek penelitian untuk melihat hubungan atensi
pada tayangan sinetron dengan body image secara keseluruhan, baik pada
remaja putri maupun remaja putra.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan
atensi pada tayangan sinetron dengan body image pada remaja.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
hubungan atensi pada tayangan sinetron dengan body image pada remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan kontribusi dan menambah pengetahuan, wawasan, dan
informasi dalam bidang ilmu psikologi perkembangan, komunikasi,
dan sosial.
b. Memperluas pandangan mengenai atensi pada tayangan sinetron dan
body image pada remaja sehingga dapat menjadi bahan informasi dan
pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi subjek penelitian, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman dan pembelajaran untuk menyadari
pentingnya memiliki body image positif sehingga dapat semakin kritis
dan bijaksana menentukan sikap terhadap tayangan sinetron.
b. Bagi orangtua dan pendidik, hasil penelitian ini dapat berguna sebagai
sumber informasi untuk lebih memahami, mendampingi, dan
membimbing remaja dalam menghadapi berbagai informasi yang
disampaikan melalui tayangan televisi, khususnya sinetron.
c. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang atensi pada tayangan sinetron dalam membentuk
body image pada remaja sehingga dapat mengupayakan pemilihan
tayangan televisi yang berdampak positif bagi perkembangan remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Atensi Pada Tayangan Sinetron
1. Definisi Atensi Pada Tayangan Sinetron
Dalam kamus bahasa Inggris (Echols & Shadily, 1987:44), atensi
atau attention berarti perhatian. James (dalam Sternberg, 2008:58)
mengartikan atensi sebagai pengambilalihan pikiran dalam bentuknya
yang jelas dan terpilah-pilah terhadap sesuatu yang berasal secara
serentak. Menurut Weerd (dalam Sternberg, 2008:58), atensi adalah cara-
cara aktif dalam memproses sejumlah informasi yang terbatas dari
sejumlah informasi yang disediakan oleh indera, memori yang tersimpan,
dan proses-proses kognitif yang lain.
Sinetron merupakan akronim dari sinema elektronik. Sinetron
adalah sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi
(Saefudin, 2010:22). Dalam bahasa Inggris, istilah sinetron disebut soap
opera (opera sabun). Dalam bahasa Spanyol, sinetron disebut telenovela.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
atensi pada tayangan sinetron adalah proses mental, cara-cara aktif dalam
pengambilalihan pikiran, ataupun penarikan diri dari hal-hal lain agar
dapat berkonsentrasi pada tayangan sinetron dan memproses sejumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
informasi yang terbatas dari banyaknya informasi yang disediakan
mengenai tayangan sinetron.
2. Aspek-aspek Pembentuk Atensi
Atensi adalah sumber daya berharga dalam mekanisme kognitif
manusia (Solso, dkk., 2007:91). Solso, dkk. (2007:91) mengemukakan
lima aspek utama dari atensi. Kelima aspek kognitif dalam pembahasan ini
merupakan perkembangan dari gagasan-gagasan kontemporer mengenai
atensi yang berlandaskan pemikiran para ahli psikologi kognitif masa kini.
Gagasan tersebut kemudian menjadi dasar penelitian yang berkaitan
dengan isu-isu atensi di era modern, memasuki tahun 1950-an hingga saat
ini. Kelima aspek itu adalah :
1. Kapasitas pemrosesan dan selektivitas
Broadbent (dalam Solso, dkk., 2007:92) mengatakan bahwa dunia
tersusun dari sensasi-sensasi dalam jumlah yang jauh melebihi jumlah
sensasi yang dapat diolah oleh kemampuan perseptual dan kognitif
seorang pengamat (manusia). Dengan demikian, agar dapat mengolah
informasi yang sangat banyak, manusia secara selektif hanya memilih
sejumlah isyarat dan mengabaikan stimuli yang lain karena sistem
sensorik manusia berfungsi dengan baik apabila jumlah informasi yang
diproses berada dalam rentang kemampuan sistem.
Broadbent menekankan adanya pengaruh memori tentang
peristiwa-peristiwa masa lalu. Treisman menjelaskan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
penyaringan tingkat pertama akan mengevaluasi sinyal berdasarkan
karakteristik fisik kasar (lokasi dan kualitas suara). Selanjutnya,
penyaring-penyaring yang lebih canggih akan mengevaluasi sinyal
berdasarkan makna. Penyaringan awal dilaksanakan oleh atenuator,
yakni penyaring perseptual, sebuah bagian otak yang mengendalikan
kuantitas pesan dan menghubungkan sinyal dengan pemrosesannya
secara verbal.
2. Pengendalian atensi
Individu memiliki kendali terhadap pilihan stimuli yang
diperhatikan. Dalam hal ini, individu hanya dapat memperhatikan satu
stimuli dengan mengorbankan stimuli yang lain. Jika individu
mencoba memahami beberapa pesan secara bersamaan, beberapa
pengorbanan perlu dilakukan untuk menjaga keakuratan, terutama
apabila pesan tersebut berasal dari modalitas sensorik yang sama.
Individu cenderung memperhatikan sejumlah isyarat yang sering
ditampilkan dalam lingkungan. Isyarat yang diperhatikan diproses
lebih lanjut oleh sistem kognitif, sedangkan isyarat yang diabaikan
tidak mengalami proses tersebut. Isyarat diperhatikan dan diabaikan
dipengaruhi oleh kendali individu terhadap situasi yang dihadapi dan
sesuatu yang berhubungan dengan pengalaman jangka panjang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
3. Pemrosesan otomatis
Sejumlah besar proses rutin telah menjadi proses yang amat
familiar sehingga memerlukan hanya sedikit atensi sadar dan
dilakukan secara otomatis. Aktivitas-aktivitas yang telah dilatih
dengan baik atau sering dilakukan dapat menjadi proses otomatis. Hal
ini menunjukkan bahwa persepsi individu tentang suatu peristiwa
berhubungan dengan pemrosesan otomatis yang dilakukan sistem
kognitif terhadap stimuli yang bersangkutan.
Agar pemrosesan otomatis dapat terjadi, informasi harus dapat
mengalir bebas dari memori ke kendali seseorang atas tindakan-
tindakannya. Latihan dapat memudahkan hal tersebut. Posner dan
Synder (dalam Solso, dkk., 2007:109) menyebutkan tiga karakteristik
pemrosesan otomatis, yakni: pemrosesan otomatis terjadi tanpa ada
niat sadar, tersembunyi dari kesadaran, dan menggunakan hanya
sedikit sumber daya sadar atau bahkan tidak menggunakan sumber
daya sadar sedikitpun.
Keterampilan seperti mengetik, menyelam, menonton,
mengemudikan mobil, bermain tenis, menggunakan bahasa dengan
tepat, dan membuat penilaian sosial tentang orang lain adalah
aktivitas-aktivitas yang dapat terlatih dengan baik sehingga dapat
berlangsung secara otomatis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
4. Neurosains kognitif
Otak dan sistem saraf pusat (CNS; central nervous system) adalah
pendukung anatomis bagi atensi. Perhatian para peneliti tentang
neurosains kognitif pada atensi seringkali diarahkan pada atensi visual.
Treisman dan Julesz (dalam Solso, dkk., 2007:106)
mengungkapkan proses-proses dalam atensi visual. Proses pertama
adalah proses praatentif. Dalam proses ini, indera penglihatan
mendeteksi ciri-ciri utama objek, seperti ukuran, warna, orientasi
(arah), dan gerakan. Proses selanjutnya adalah pembentukan peta fitur
(feature map) berdasarkan ciri yang didapat pada proses pertama.
Pada proses awal, sejumlah ciri dasar dari suatu tampilan visual
(warna, orientasi, ukuran, dan jarak) disandikan dalam jalur-jalur
paralel yang terpisah dan menghasilkan peta fitur. Peta-peta tersebut
diintegrasikan ke dalam sebuah peta induk (master map). Atensi
kemudian dipusatkan pada informasi dalam peta induk untuk
menganalisis ciri-ciri bagian tertentu pada kesan visual secara detail.
Treisman menggambarkan model tahap-tahap atensi visual tersebut
dalam gambar berikut ini :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Gambar 1. Model tahap-tahap atensi visual
5. Kesadaran
Pemusatan (focalization) kesadaran adalah intisari dari atensi. Hal-
hal yang diperhatikan adalah bagian dari pengalaman sadar individu.
Atensi membawa peristiwa-peristiwa ke kesadaran dan menyebabkan
adanya pengabaian objek-objek lain agar individu sanggup menangani
objek-objek tertentu secara efektif.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa atensi
terbentuk dari adanya kapasitas pemrosesan dan selektivitas, pengendalian
warna jarak ukuran orientasi
Kesan/ citra
visual
Peta induk
Peta-peta fitur
Atensi
terpusat
Analisis
detail
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
atensi, pemrosesan otomatis, neurosains kognitif, dan kesadaran. Kapasitas
neurologis yang terbatas akan mendeteksi jutaan stimuli eksternal. Isyarat
atau stimuli tersebut dapat berasal dari aktivitas yang telah dilatih dengan
baik atau sering dilakukan. Dalam hal ini, melakukan aktivitas otomatis
memerlukan lebih sedikit atensi dibandingkan melakukan aktivitas yang
baru atau belum dikuasai.
Di sisi lain, kesan atau citra visual dibentuk dengan mengarahkan
perhatian pada warna, orientasi, ukuran, dan jarak objek. Hal-hal yang
diperhatikan termasuk dalam pengalaman sadar individu. Dengan
demikian, atensi membawa peristiwa-peristiwa ke kesadaran dan
menyebabkan adanya pengabaian objek-objek lain agar individu sanggup
menangani objek-objek tertentu secara efektif.
3. Faktor Eksternal Penarik Perhatian (Attention Getter)
Rakhmat (2008:52) mengemukakan bahwa faktor-faktor
situasional dan personal sangat berperan ketika seseorang memperhatikan
sesuatu. Faktor situasional disebut sebagai determinan perhatian yang
bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention getter). Stimuli
diperhatikan karena memiliki sifat-sifat yang menonjol, antara lain:
a. Gerakan
Secara visual, manusia tertarik pada objek yang bergerak, misalnya
tertarik pada hewan atau tumbuhan yang bergerak di suatu tempat.
b. Intensitas stimuli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Individu akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari
stimuli yang lain. Contoh intensitas stimuli dapat dilihat dari
pemusatan perhatian pada suara keras di malam sepi.
c. Kebaruan (novelty)
Hal-hal baru, luar biasa, dan berbeda akan menarik perhatian
individu. Beberapa eksperimen juga membuktikan bahwa stimuli yang
luar biasa lebih mudah dipelajari atau diingat.
d. Perulangan
Hal-hal yang disajikan berkali-kali dan disertai dengan sedikit
variasi akan menarik perhatian. Dalam hal ini, unsur familiarity (yang
sudah dikenal) berpadu dengan unsur novelty (yang baru dikenal).
Dofivat menyebutkan tiga prinsip dalam menggerakkan media
massa (die Grundgesetze der Massenfuhrung):
1. Die Geistige Vereinfachung : tema-tema yang disampaikan harus
disajikan dengan bahasa yang sederhana dan jelas.
2. Die hammernde Wiederholung : gagasan yang sama diulang terus-
menerus dengan cara penyajian yang mungkin beraneka ragam.
3. Die gefuhlmassige Steigerung : penggunaan emosi secara intensif.
Emosi itu antara lain kebencian, rasa belas kasihan, perasaan
bersalah, dan keinginan untuk menonjol.
Berdasarkan faktor-faktor di atas, dapat disimpulkan bahwa sifat-
sifat menonjol dalam sinetron dapat mendorong seseorang untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
memberikan atensi. Objek-objek yang bergerak, intensitas stimuli,
kebaruan, dan perulangan yang terkandung dalam sinetron juga dapat
menimbulkan keinginan untuk menonton sinetron hingga episode akhir.
Selain itu, tiga prinsip utama dalam menggerakkan massa juga dapat
menjelaskan bahwa sinetron mempunyai kemampuan untuk menarik
perhatian. Hal ini dapat dilihat dari tema cerita yang disampaikan dengan
bahasa sederhana, melibatkan tokoh atau cerita yang beraneka ragam, dan
menyampaikan emosi secara intensif dalam setiap episodenya.
4. Faktor Internal Penaruh Perhatian
Setiap individu mempunyai atensi yang berbeda terhadap suatu hal.
Perbedaan ini muncul dari faktor-faktor internal dalam diri individu.
Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Faktor biologis
Adanya dorongan yang tinggi terhadap hal-hal biologis dapat
menyebabkan individu memusatkan perhatian pada hal tersebut;
misalnya ketika individu berada dalam keadaan lapar, seluruh pikiran
akan didominasi oleh makanan.
b. Faktor sosiopsikologis
Motif sosiogenesis, sikap, kebiasaan, dan kemauan dapat
mempengaruhi atensi. Lefrancois (dalam Rakhmat, 2008:54)
mencontohkan hal tersebut dalam sebuah perjalanan mendaki gunung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Dalam perjalanan tersebut, seorang geolog lebih memperhatikan batu-
batuan dan ahli botani lebih memperhatikan bunga-bungaan.
Berdasarkan faktor-faktor di atas, dapat disimpulkan bahwa
individu cenderung melihat hal-hal yang ingin dilihat, dan mendengar hal-
hal yang memang ingin didengar. Keadaan ini mengakibatkan perbedaan
atensi pada setiap individu meskipun berada dalam suatu kondisi yang
sama. Perbedaan atensi tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
internal, yakni faktor biologis dan faktor sosiopsikologis.
5. Pengaruh Sinetron pada Perkembangan Remaja
1. Sinetron menjadi sarana pembelajaran
Salomon (dalam Thornburg, 1982:268) menjelaskan bahwa efek
dari simbol-simbol media dalam proses belajar berhubungan dengan
dasar kemampuan kognitif individu. Hubungan tersebut dipengaruhi
oleh tiga faktor, yakni lingkungan (sistem simbol media, informasi yang
dibawa, tugas-tugas belajar yang diperhatikan), individu (kemampuan
penonton, skema mental, pilihan informasi), dan perilaku (perilaku
spesifik yang dilakukan ketika menerima informasi).
Pada dasarnya, media berada dalam lingkungan sosial dan berperan
dalam proses belajar. Kemampuan, ketertarikan, dan atensi yang
diberikan untuk menonton dapat mempengaruhi pembentukan perilaku
individu. Salomon (dalam Thornburg, 1982:268) menjelaskan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
hal-hal yang dilihat dari sebuah tayangan repetitif akan menempatkan
hal tersebut dalam komponen kognitif individu. Lebih lanjut, efek
interaktif antara televisi dan penonton itu akan masuk dalam sebuah
proses mental yang mengakibatkan munculnya perilaku yang
dianjurkan oleh tayangan tersebut.
2. Sinetron menjadi sumber realita
Greenberg & Reeves (dalam Thornburg, 1982:273)
mengemukakan bahwa kebutuhan akan hiburan sebagai alasan individu
menonton televisi termasuk dalam konten non-real. Pada tahap pra
konseptual, anak tidak mempunyai dasar kognitif untuk memisahkan
kenyataan dan fantasi. Mereka mempercayai hal-hal yang dilihat dalam
sinetron sebagai sebuah kenyataan, kejujuran, dan kebenaran.
Selanjutnya, mereka menjadikan karakter-karakter yang ada di
dalamnya sebagai model dalam berperilaku.
Penelitian menjelaskan bahwa remaja usia 12-13 tahun
menginterpretasi banyak program televisi sebagai karakter dari realita.
Hal ini dapat dilihat dari sikap menyamakan kehidupan sehari-hari
dengan tayangan yang ditonton (Gutman dalam Thornburg, 1982:274).
Remaja sulit memisahkan realita dan non-realita jika mereka merasa
bahwa informasi yang didapat dari tayangan televisi berguna dalam
kehidupan sosial dan berpadu dengan informasi dari sumber lain di luar
televisi. Namun demikian, kemampuan remaja untuk memisahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
realita dan non-realita akan berkembang seiring dengan perkembangan
dalam kemampuan melogika dan memberi alasan. Hal ini dapat dicapai
ketika remaja mengurangi waktu menonton.
3. Sinetron mempengaruhi kehidupan sosial
Jeffries-Fox (dalam Thornburg, 1982:266) mengatakan bahwa
sinetron dapat mengolah sistem-sistem keyakinan dan pengetahuan
individu sehingga diterima sebagai pandangan dasar untuk melihat dan
menilai lingkungan sekitar. Greenberg & Reeves (dalam Thornburg,
1982:277) mengemukakan bahwa sinetron memberikan pesan yang
sangat kuat untuk mempengaruhi proses kognitif dan afektif. Hal ini
membuat anak dan remaja sulit memisahkan pesan-pesan yang sesuai
dan tidak sesuai dengan tugas perkembangan mereka.
Hartman (dalam Thornburg, 1982:277) menjelaskan bahwa
menonton tayangan televisi adalah sebuah proses pasif. Dalam hal ini,
penonton tidak berpartisipasi secara aktif dalam mengolah pesan.
Individu hanya menerima pesan. Dengan demikian, proses kreatif tidak
terjadi sehingga lingkungan diciptakan dan dikontrol oleh televisi.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
sinetron memberikan efek terhadap proses kognitif, afektif, dan perilaku
remaja. Hal ini terkait dengan pengaruh tayangan sinetron sebagai sarana
pembelajaran, sumber realita, dan media sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Remaja dapat mempercayai hal-hal yang dilihat dalam sinetron
sebagai sebuah kenyataan dan kebenaran. Kemampuan, ketertarikan, dan
atensi yang diberikan terhadap tayangan sinetron akan menempatkan hal
tersebut dalam komponen kognitif dan afektif. Dalam hal ini, sinetron
dapat mengolah keyakinan dan pengetahuan remaja sehingga diterima
sebagai pandangan dasar untuk melakukan pengamatan, penilaian, dan
perbandingan diri dengan lingkungan. Sebagai tayangan yang repetitif,
sinetron pun mampu menciptakan dan mengontrol perilaku remaja melalui
karakter-karakter yang ditampilkan.
B. Body Image
1. Definisi Body Image
Istilah body image pertama kali dikenalkan oleh Paul Schilder pada
tahun 1920. Definisi body image menurut Schilder (dalam Grogan,
1999:1) adalah gambaran mental yang dimiliki setiap individu tentang
penampilan tubuhnya yang dibentuk dalam kerangka pikir dan merupakan
refleksi atas sikap dan interaksi dengan orang lain. Pada tahun 1950,
peneliti-peneliti lain tentang body image memberikan suatu arti yang
berbeda, yakni persepsi tentang tubuh, distorsi ukuran tubuh, dan persepsi
sensasi badaniah (Fisher dalam Grogan, 1999:1).
Thompson, dkk. (2002:4) menyatakan bahwa body image adalah
suatu gambaran internal individu terhadap penampilan fisiknya sendiri,
sebuah persepsi unik individu terhadap tubuhnya. Cash dan Pruzinsky
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
(dalam Grogan, 1999:2) menyatakan bahwa body image adalah sikap yang
dimiliki seseorang terhadap tubuhnya berupa penilaian positif maupun
negatif. Definisi ini menjelaskan bahwa body image dipahami sebagai
suatu evaluasi terhadap ukuran tubuh, berat badan, maupun aspek lain
yang mengarah pada penampilan fisik seseorang.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa body image adalah gambaran mental, representasi internal,
persepsi, pikiran, perasaan, dan emosi individu terhadap penampilan
fisiknya yang dibentuk dalam kerangka berpikir, dan merupakan refleksi
atas sikap dan interaksi dengan orang lain. Gambaran mental tersebut
mengarah pada penampilan fisik, seperti keakuratan dalam mempersepsi
ukuran tubuh, evaluasi terhadap ukuran dan berat tubuh, serta kepuasan
atau ketidakpuasan individu berupa penilaian positif atau negatif terhadap
tubuh.
2. Kategori Body Image
Berdasarkan National Eating Disorders Association (2012:1), body
image dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu positif dan negatif. Body
image positif memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Persepsi yang benar mengenai bentuk tubuh, segala macam bagian
tubuh yang dilihat adalah benar adanya
b. Merasa nyaman dan percaya diri akan tubuhnya sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
c. Merasa bangga dan menerima tubuhnya yang unik serta menolak
beberapa alasan yang tidak masuk akal mengenai ketakutan terhadap
makanan, berat badan, dan kalori
d. Menghargai dan bangga pada bentuk alami tubuh dan mengerti bahwa
penampilan fisik seseorang menunjukkan karakter serta berharganya
orang tersebut
Body image negatif memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Distorsi persepsi mengenai bentuk, merasa tidak menyukai bagian dari
keseluruhan tubuh yang sebenarnya
b. Merasa tidak nyaman dengan kondisi tubuhnya sendiri
c. Merasa bahwa tubuh orang lain menarik, sedangkan tubuhnya sendiri
tidak menarik dan memiliki kesalahan bentuk fisik
d. Merasa cemas dan malu dengan tubuhnya
3. Aspek-aspek Pembentuk Body Image
Menurut Schilder (dalam Grogan, 1999:1), body image terdiri dari
tiga elemen, yaitu perkiraan ukuran tubuh (persepsi), evaluasi penampilan
tubuh (pikiran), dan emosi yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk
tubuh (perasaan). Dimensi persepsi merupakan estimasi individu terhadap
ukuran atau bentuk tubuh. Dimensi pikiran merupakan penilaian individu
terhadap penampilan tubuhnya. Sedangkan, dimensi emosi merupakan
perasaan individu terhadap tubuh, berkaitan dengan bentuk dan ukuran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Menurut Schonfeld (dalam Thornburg, 1982:69), ada empat aspek
yang membentuk body image, yaitu persepsi subjektif, internal psikologis,
sosial, dan sikap. Persepsi subjektif berasal dari pengalaman sensori,
termasuk pengalaman visual yang berkembang sejak dalam kandungan.
Aspek psikologis berhubungan dengan pengalaman-pengalaman yang
melibatkan emosi individu. Aspek sosial berhubungan dengan cara orang
tua dan lingkungan bereaksi terhadap individu dan cara individu
menanggapi reaksi tersebut. Aspek sikap didasarkan pada pengalaman,
identifikasi, dan perbandingan tubuh individu dengan orang lain.
Thompson & Altabe (dalam Henggaryadi, 2008:9) mengemukakan
bahwa body image memiliki keterkaitan dengan komponen persepsi, sikap,
dan tingkah laku. Komponen persepsi memperlihatkan sejauh mana
ketepatan individu dalam memperkirakan keseluruhan ukuran dan bentuk
tubuhnya. Komponen sikap berhubungan dengan kepuasan individu
terhadap tubuh, perhatian individu terhadap tubuh, kognisi, evaluasi, dan
kecemasan individu terhadap penampilan tubuhnya. Komponen tingkah
laku menitikberatkan pada penghindaran individu dari situasi yang
menyebabkan individu mengalami ketidaknyamanan yang berhubungan
dengan penampilan fisiknya.
Cash, dkk. (dalam Carraca, dkk., 2011:2) menyatakan bahwa body
image terdiri dari dimensi sikap dan perseptual. Dimensi sikap terdiri dari
(a) penilaian penampilan diri dan (b) investasi citra diri, yakni sikap
menonjolkan, memperluas, serta memusatkan penekannya pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
penampilan. Dimensi perseptual dari body image adalah bagaimana
seseorang menerima kondisi tubuhnya, seperti bentuk tubuh, berat badan,
kecantikan atau keindahan tubuh, dan warna kulit.
Dari berbagai penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembentukan body image dalam diri individu melibatkan beberapa aspek,
yakni :
1. Persepsi
Aspek ini berasal dari pengalaman-pengalaman sensori, misalnya
pengalaman visual, auditori, dan lainnya. Aspek persepsi menjelaskan
ketepatan individu dalam memperkirakan keseluruhan ukuran dan
bentuk tubuhnya, serta bagaimana individu menerima kondisi
tubuhnya (berat badan, kecantikan tubuh, dan warna kulit).
2. Perasaan
Aspek perasaan terdiri dari pengalaman-pengalaman yang melibatkan
emosi individu. Pengalaman emosi ini berhubungan dengan perasaan
individu tentang tubuh, berkaitan dengan bentuk dan ukuran tubuhnya.
Misalnya merasa senang dan tidak senang terhadap bentuk bagian
tubuh tertentu.
3. Sikap
Aspek sikap terdiri dari penilaian penampilan diri dan investasi citra
diri. Penilaian penampilan meliputi evaluasi individu terhadap
tubuhnya, yakni berupa kepuasan, perhatian, maupun kecemasan
individu terhadap penampilan tubuhnya. Evaluasi ini melibatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
kognisi, pengalaman, identifikasi, dan perbandingan tubuh individu
dengan orang lain. Selanjutnya, investasi citra diri terdiri dari
keinginan atau usaha individu untuk menonjolkan, memperluas, dan
memusatkan perhatian pada penampilan fisiknya.
4. Sosial
Aspek ini terdiri dari cara orang tua dan lingkungan bereaksi terhadap
penampilan fisik individu dan cara individu menanggapi reaksi
tersebut.
5. Tingkah laku
Aspek ini menjelaskan penghindaran individu dari situasi yang
menyebabkan individu mengalami ketidaknyamanan terhadap
penampilan fisiknya.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Body Image Remaja
Body image adalah aspek yang sangat penting dalam
perkembangan psikologis dan hubungan interpersonal remaja. Levine &
Smolak (dalam Cash & Pruzinsky, 2002:74) mengemukakan faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan body image pada remaja, yakni:
a. Budaya
Amerika Serikat dan negara patriarki dengan budaya industri
lainnya menggambarkan karakteristik ideal dari kecantikan wanita
adalah berkulit putih, muda, tinggi, kuat tapi tidak terlalu berotot, dan
langsing dengan dada yang penuh. Pada remaja dan wanita dewasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
muda, gambaran mental terhadap tubuh dan representasi dari konsep
ideal ini berhubungan dengan ketidakpuasan tubuh, yaitu sebuah
kecenderungan untuk menilai lebih ukuran tubuh hingga menimbulkan
depresi dan perilaku bulimia. Stice (dalam Cash & Pruzinsky,
2002:78) menemukan bahwa internalisasi budaya tentang kecantikan
ideal dengan tubuh yang langsing dan tekanan untuk menjadi kurus
dari keluarga, teman, kekasih, dan media dapat menimbulkan ingatan
jangka pendek yang signifikan terhadap ketidakpuasan tubuh pada
remaja berusia 14-17 tahun. Faktor-faktor tersebut juga berhubungan
dengan meningkatnya perilaku diet negatif.
Pada pria, maskulinitas lebih sulit didefinisikan. Hal ini
menunjukkan bahwa tipe tubuh dan penampilan pada dasarnya tidak
terlalu penting untuk mendefinisikan diri. Hal tersebut disebabkan oleh
tekanan lingkungan terhadap penampilan pria yang tidak begitu besar
seperti pada wanita. Namun demikian, tubuh yang pendek dan gemuk
merupakan karakteristik fisik remaja putra yang sulit diterima
lingkungan. Levine & Smolak (dalam Cash & Pruzinsky, 2002:79)
menjelaskan bahwa internalisasi budaya tentang tubuh berotot yang
ideal berkorelasi rendah terhadap body image negatif pada remaja pria.
Di masyarakat, para pria dengan tubuh mesomorfik lebih
berpeluang mendapatkan penerimaan sosial yang baik karena sering
digambarkan sebagai individu yang mempunyai kepribadian positif
sebagai orang yang kuat, bahagia, suka menolong, dan berani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
(Kirkpatrick dan Sanders dalam Grogan, 1999:58). Bentuk tubuh
mesomorfik mempunyai karakteristik bahu dan dada lebar, kuat,
kokoh, tegap, dan berotot.
b. Media massa
Media massa mempengaruhi perkembangan citra tubuh melalui
berbagai cara yang dikaitkan dengan adanya perbandingan sosial.
Seseorang cenderung membandingkan diri mereka dengan model-
model yang mempunyai penampilan fisik menarik dan sering
ditampilkan melalui media cetak maupun elektronik. Namun demikian,
pemilihan model pembanding tidak dilakukan secara acak. Dalam hal
ini, individu cenderung memilih model yang diterima atau dipandang
baik oleh masyarakat atau kelompok terdekat. Selain itu, pemilihan
model pembanding juga dipengaruhi oleh perkembangan kognisi,
persepsi, dan perilaku individu (Thompson, dkk., 2002:126).
Beberapa macam media massa dan tayangan televisi yang
mempengaruhi terbentuknya body image, antara lain:
1. Majalah
Grogan (1999:96) mengemukakan bahwa majalah memiliki
pengaruh yang lebih besar pada wanita dibandingkan pria.
Fergusson (dalam Grogan, 1999:96) menyatakan bahwa majalah
wanita mempengaruhi perubahan pandangan seorang wanita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
tentang dirinya sendiri dengan mengemukakan cara-cara yang
dapat diterima oleh sosial.
2. Iklan
Marc Mishkind (dalam Grogan, 1999:96) menyatakan bahwa iklan
yang menampilkan bentuk tubuh ideal dan menarik dapat
mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk memperhatikan
penampilan fisiknya. Iklan menggambarkan bahwa pria yang
disukai masyarakat adalah pria yang muda dan berotot sebagai
representasi dari perubahan gambaran sosial tentang tubuh saat ini.
Sedangkan gambaran ideal bagi para wanita adalah bentuk tubuh
langsing dan berkulit putih seperti yang umumnya ditampilkan
para bintang iklan.
3. Film
Grogan (1999:97) mengemukakan bahwa film memiliki pengaruh
yang lebih besar pada pria dibandingkan wanita dalam
pembentukan body image. Peter Baker (dalam Grogan, 1999:97)
menyatakan bahwa film yang menampilkan pria menarik (muda,
tampan, dan berotot) akan meningkatkan kesadaran para pria untuk
mengubah penampilannya.
4. Sinetron
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harumindari
(2012:60) diketahui bahwa diantara banyaknya jenis tayangan
televisi, sinetron adalah tayangan yang memiliki keterkaitan paling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
besar dengan ketidakpuasan citra tubuh (body image) pada remaja
awal putra dan putri. Sinetron dianggap memberikan pesan bahwa
memiliki tubuh ideal seperti karakter-karakter dalam sinetron
adalah hal yang penting. Sinetron bisa melekat dalam kehidupan
remaja karena sinetron dianggap sesuai dengan dunia remaja,
terkait dengan tokoh dan cerita yang ditampilkan. Hal ini membuat
remaja merasa bahwa apa yang ditampilkan dalam sinetron sangat
cocok dijadikan objek pembanding (Harumindari, 2012:62).
c. Aktivitas atletik dan tari
Levine & Smolak (dalam Cash & Pruzinsky, 2002:79) mengatakan
bahwa pada dasarnya, keterlibatan dalam olahraga dan tari dapat
meningkatkan harga diri. Bagi remaja putri, tidak ada perbedaan dalam
kepuasan tubuh dan gangguan makan antara atlet dan bukan atlet.
Namun demikian, beberapa macam olahraga dan tari menuntut remaja
untuk memiliki bentuk tubuh langsing dan menjaga berat badan dalam
berkompetisi. Penari dan atlet remaja putri yang berada pada tingkat
persaingan tinggi mempunyai resiko signifikan terhadap body image
negatif dan gangguan makan. Sedangkan remaja putri yang
berkompetisi dalam tingkat persaingan rendah (bukan olahraga populer
dan jumlah pesaing sedikit) cenderung mempunyai body image positif.
Laki-laki yang berkompetisi dalam olahraga sangat memperhatikan
tenaga, dan pembentukkan otot. Hal ini menimbulkan kecenderungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
munculnya body image negatif akibat perbedaan antara bentuk tubuh
sebenarnya dan tuntutan untuk memiliki otot yang ideal seperti yang
digambarkan dalam film aksi dan program pembentukkan tubuh. Hal
tersebut dapat memunculkan upaya tidak sehat, seperti ketergantungan
pada produk pembakar lemak, produk penahan nafsu makan, suplemen
makanan, disertai dengan latihan berlebih dan ketakutan akan
gangguan bentuk tubuh.
d. Keluarga
Menurut teori belajar sosial, orang tua dalam keluarga merupakan
model yang paling penting dalam proses sosialisasi sehingga
mempengaruhi body image anak-anaknya melalui pemodelan, umpan
balik, dan instruksi. Orang tua merupakan model bagi individu untuk
membangun penilaian terhadap tubuh. Selain itu, penilaian individu
akan tubuhnya dipengaruhi oleh penilaian orang tua terhadap tubuh
individu tersebut. Sikap orang tua yang menilai tubuh anak secara
negatif akan diikuti oleh anak, sehingga anak akan cenderung menilai
tubuhnya secara negatif pula (Levine & Smolak dalam Cash &
Pruzinsky, 2002 : 80).
Komentar yang dibuat orang tua dan anggota keluarga memiliki
pengaruh besar terhadap body image individu. Orang tua yang secara
konstan melakukan diet dan berbicara tentang berat tubuh mereka dari
sisi negatif akan memberikan pesan pada anak bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
mengkhawatirkan berat badan adalah sesuatu yang normal (Thompson,
dkk., 2002:179).
e. Teman sebaya
Dalam relasi interpersonal, individu cenderung membandingkan
dirinya dengan orang lain. Umpan balik yang diterima mempengaruhi
konsep diri individu termasuk penilaian terhadap penampilan fisik.
Selain itu, penilaian dari orang lain terhadap penampilan individu
mempengaruhi pikiran dan perasaan individu terhadap tubuhnya. Hal
ini membuat individu cenderung merasa cemas terhadap
penampilannya dan gugup ketika orang lain melakukan evaluasi
padanya (Thompson dkk., 2002:183).
Bagi remaja, teman sebaya memainkan peran penting dalam
perkembangan body image. Remaja yang memiliki riwayat pernah
diganggu dan diejek oleh teman sebaya tentang tubuh dan penampilan
mereka cenderung memiliki gangguan makan (Levine & Smolak
dalam Cash & Pruzinsky, 2002:80). Komentar negatif tentang tubuh
dan penampilan dari teman sebaya diidentifikasi sebagai penyebab
munculnya keinginan untuk melakukan penurunan berat badan yang
dapat mengarah pada gangguan makan seperti Anorexia dan Bulimia
Nervosa. Remaja putri yang kelebihan berat badan sering mengalami
interaksi psikososial yang negatif dengan teman-temannya, seperti
mendapat komentar menyakitkan yang sengaja diarahkan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
penampilan fisik mereka dan mengalami penghindaran sosial (Levine
& Smolak dalam Cash & Pruzinsky, 2002:81).
Dengan demikian, dapat dilihat bahwa pikiran-pikiran positif dari
penampilan individu dapat membangkitkan semangat, harga diri, dan
kesuksesan dalam relasi interpersonal. Sedangkan pikiran-pikiran
negatif dari penampilan individu akan dapat melemahkan kepercayaan
diri (Thompson, 2002:272).
Dari berbagai faktor di atas, dapat disimpulkan bahwa body image
pada remaja dipengaruhi oleh banyak faktor di luar diri individu,
berkembang dari lingkup yang paling kecil hingga paling besar, yakni
aktivitas atletik dan tari, keluarga, teman sebaya, media massa, dan sosial
budaya. Berbagai aktivitas dan media sosial tersebut mendorong individu
untuk memahami, membentuk suatu penilaian, dan merasakan kepuasan
atau ketidakpuasan terhadap body image dirinya.
Bagi mereka yang puas akan body image dirinya, mereka akan
merasa bangga dan menerima tubuhnya yang unik serta menolak beberapa
alasan yang tidak masuk akal mengenai ketakutan terhadap makanan, berat
badan, dan kalori. Sedangkan bagi mereka yang mengalami ketidakpuasan
yang besar terhadap kondisi fisiknya, tahap ini akan berlanjut pada
melakukan berbagai upaya untuk mencapai konsep ideal yang diyakini
sesuai dengan keinginan masyarakat pada umumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
5. Pengukuran Body Image
Dalam beberapa tahun terakhir, prosedur penelitian dan cara
pengukuran body image semakin berkembang. Misalnya, subjek penelitian
diminta untuk mengukur tingkat kenyamanan terhadap berbagai bagian
tubuh dari skala 0 hingga 100 setelah bercermin selama 30 detik (Butter &
Cash dalam Thompson & Gray, 1995:258), mengisi kuisioner Body Parts
Satisfaction Scale (Berscheid, Walster, & Bohrnstedt dalam Thompson &
Gray, 1995:258) dan Eating Disorders Inventory yang mengukur elemen
kepuasan individu terhadap ukuran tubuh (Garner, Olmstead, & Polivy
dalam Thompson & Gray, 1995:258).
Namun demikian, para peneliti menemukan jenis alat ukur yang
lebih efektif untuk menganalisis body image dengan melihat indikator
tingkat kepuasan dan ketidakpuasan individu terhadap tubuhnya. Contour
drawings and silhouettes of incremental sizes adalah jenis alat ukur paling
populer untuk meneliti elemen-elemen body image (Thompson dalam
Thompson & Gray, 1995:258). Dalam pengukuran ini, subjek penelitian
diminta untuk memilih figur yang paling sesuai dengan bentuk tubuh
mereka dan figur yang menurut mereka ideal. Semakin besar selisih antara
figur ideal dan figur yang menurut mereka sesuai dengan tubuh mereka,
maka semakin besar tingkat ketidakpuasannya.
Alat ukur tersebut digunakan untuk memperlihatkan indeks
ketepatan persepsi ukuran tubuh. Sekarang ini, paling tidak ada 21 macam
jenis contour drawing and silhouettes of incremental sizes. Namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
demikian, banyak dari jenis alat tersebut tidak realistis mempresentasikan
bentuk figur manusia karena ketiadaan ciri wajah atau definisi tubuh.
Misalnya, tangan dan kaki tidak proporsional, perbedaan ketebalan antara
tangan kanan dan tangan kiri. Selain itu, banyak dari jenis alat tersebut
yang tidak mendemonstrasikan pengukuran yang valid dan reliabel
(Thompson dalam Thompson & Gray, 1995:259).
Salah satu alat yang sering disarankan dan dipergunakan dalam
penelitian tentang body image karena telah memenuhi standar validitas
dan reliabilitas adalah Contour Drawing Rating Scale (Thompson & Gray,
1995:259). Contour Drawing Rating Scale merupakan salah satu jenis
Contour Drawing and Silhouettes of Incremental Sizes yang menampilkan
figur manusia secara detail dengan perbedaan jenis kelamin. Alat tes ini
berupa skema bentuk tubuh 9 pria dan 9 wanita yang diurutkan dari kurus
hingga gemuk.
Contour Drawing Rating Scale merupakan salah satu alat dari
Contour Drawing and Silhouettes of Incremental Sizes yang
pengukurannya mudah untuk dilakukan, terbukti valid dan reliabel
(Thompson & Gray, 1995:259). Reliabilitas diukur menggunakan test-
retest pada 32 subjek penelitian dengan periode waktu 1 minggu.
Korelasinya diukur menggunakan Pearson product-moment sehingga
dapat diketahui bahwa koefisien reliabilitasnya (r) = 0,78, dan nilai
tersebut tergolong signifikan tinggi karena p<0,0005 (Thompson & Gray,
1995:265).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Alat ukur tersebut telah diuji oleh Thompson & Gray
menggunakan validitas konkruen yaitu suatu validitas yang merujuk pada
hubungan antara suatu alat ukur dengan perangkat ukur yang sudah ada
dan dianggap valid. Validitas contour drawing rating scale dikorelasikan
dengan alat ukur lain, yaitu current self ratings and quetelet’s body mass
index (BMI) dengan subjek penelitian yang terdiri dari 250 pria dan
wanita. Contour drawing rating scale berkorelasi kuat dengan BMI pada
subjek wanita (r = 0,76; p = 0,0001) dan pada subjek pria (r = 0,72; p
=0,0001).
Meskipun pengukuran ini sangat mudah dilakukan, tetapi salah
satu hal yang dapat berpotensi sebagai masalah adalah apabila subjek
penelitian merasa bahwa tidak ada satupun figur yang sesuai dengan
dirinya. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, maka peneliti akan
menyampaikan bahwa jika tidak ada satupun gambar yang sesuai, pilihlah
gambar yang paling mendekati kondisi subjek saat ini.
Pada penelitian ini, remaja putra diminta untuk mengisi skema
tubuh pria sedangkan remaja putri mengisi skema tubuh wanita. Kemudian
mereka diminta untuk memilih figur yang sesuai dengan bentuk tubuh
mereka dan figur yang menurut mereka ideal. Figur yang sesuai dengan
bentuk tubuh mereka diberi tanda lingkaran, sedangkan figur yang
menurut mereka ideal diberi tanda silang. Semakin besar selisih antara
figur ideal dan figur yang menurut mereka sesuai dengan tubuh mereka,
maka semakin besar tingkat ketidakpuasan tubuhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
C. Remaja
1. Definisi Remaja
Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke
dewasa (Sarwono, 2012:62). Menurut Muss (dalam Sarwono, 2012:11),
kata „remaja‟ berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh ke
arah kematangan. Kematangan di sini tidak hanya berarti kematangan
fisik, tetapi juga kematangan sosial-psikologis.
Hall (dalam Santrock, 2007:6) menyatakan bahwa remaja adalah
mereka yang berada pada usia 12-23 tahun. WHO (World Health
Organization) membagi usia remaja dalam dua bagian, yaitu remaja awal
10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun (Sarwono, 2012:12). Di
samping itu, Hurlock (dalam Sarwono, 2012:17) membagi masa remaja
menjadi masa remaja awal, yakni 13-16 atau 17 tahun; dan masa remaja
akhir, yakni 16 atau 17-18 tahun. Di Amerika Serikat dan sebagian besar
budaya lainnya, masa remaja dimulai sekitar usia 10-13 tahun dan berakhir
pada sekitar usia 18-22 tahun (Santrock, 2007:20). Berdasarkan batasan-
batasan yang diberikan para ahli, dapat dilihat bahwa rentang usia remaja
sangat bervariasi karena perbedaan lingkungan budaya dan historis.
Pada tahun 1974, WHO (World Health Organization) memberikan
definisi tentang remaja yang bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut
dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial-ekonomi.
Menurut WHO (dalam Sarwono, 2012:12), remaja adalah suatu masa
dimana :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
a. individu berkembang sejak pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual,
b. individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi
kanak-kanak menjadi dewasa,
c. terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
2. Ciri Khas Perkembangan Remaja
Masa remaja merupakan bagian dari rangkaian kehidupan dan
bukan merupakan suatu periode perkembangan yang tidak berkaitan
dengan periode-periode lainnya. Meskipun masa remaja memiliki
karakteristik yang unik, hal-hal yang terjadi selama masa remaja berkaitan
dengan perkembangan dan pengalaman di masa kanak-kanak maupun
dewasa (Santrock, 2007:21).
Masa remaja ditandai dengan emosi yang meledak-ledak dan sulit
dikendalikan. Perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional yang
dialami remaja dapat berkisar mulai dari perkembangan fungsi seksual
hingga proses berpikir abstrak dan kemandirian (Santrock, 2007:20).
Proses kognitif meliputi perubahan dalam pikiran, intelegensi, dan bahasa
individu (Santrock, 2007:119). Piaget (dalam Sarwono, 2012:53), seorang
filsuf dan psikolog, melihat kesadaran manusia sebagai suatu hal yang
berdiri sendiri, terpisah dari rangsangan luar, tetapi terus-menerus
berinteraksi dengan dunia luar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Piaget menggolongkan remaja dalam tahap perkembangan kognitif
formal-operasional. Tahap ini adalah tahap puncak (11 tahun – dewasa)
dimana anak mencapai kemampuan berpikir sistematis dan hipotesis
terhadap hal-hal abstrak (Sarwono, 2012:54). Proses sosial-emosional
meliputi perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain,
berkaitan dengan emosi, kepribadian, dan peran dari konteks sosial dalam
perkembangan. Proses biologis, kognitif, dan sosial saling terjalin secara
erat. Proses sosial membentuk proses kognitif, proses kognitif dapat
mengembangkan atau menghambat proses sosial, dan proses biologis
mempengaruhi proses kognitif.
Menurut Hall (dalam Sarwono, 2012:29), masa remaja diwarnai
oleh beragam pergolakan. Hal ini disebut sebagai masa topan-badai (strum
and drang) yang mencerminkan kebudayaan modern yang penuh gejolak
akibat pertentangan nilai-nilai. Hal ini diperkuat oleh pendapat Allison
Davis (dalam Sarwono, 2012:44) yang mengemukakan gagasannya
tentang “kecemasan yang disosialisasikan” (socialized anxiety).
Dalam teorinya, Davis mengatakan bahwa remaja berkembang
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan budayanya.
Kepribadian tersebut dibentuk oleh gagasan, kepercayaan, nilai, dan
norma yang diajarkan atau diterima remaja dari lingkungan budayanya.
Proses pembentukan kepribadian oleh lingkungan budaya ini disebut
sebagai proses sosialisasi. Dorongan yang menyebabkan remaja mau
mengikuti tuntutan lingkungan adalah kecemasan terhadap hukuman,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
ancaman, dan tidak adanya kasih sayang dari orang lain. Oleh karena itu,
teori Davis dinamakan kecemasan yang disosialisasikan (socialized
anxiety).
Jika kecemasan ini terlalu berat, akibat yang ditimbulkan adalah
hambatan tingkah laku. Remaja yang bersangkutan akan menjadi ragu-
ragu, serba takut, dan tidak berani melakukan sesuatu. Akan tetapi, dengan
cara penyampaian yang tepat, kecemasan ini mendorong remaja untuk
lebih bertanggung jawab, hati-hati, dan menjaga tingkah laku agar selalu
sesuai dengan norma-norma. Remaja tersebut dapat bertingkah laku sesuai
dengan yang diharapkan oleh masyarakat.
Csikszentimihalyi & Larson (dalam Sarwono, 2012:13)
menyatakan bahwa remaja adalah “restrukturisasi kesadaran”. Dalam hal
ini, remaja dilihat sebagai masa penyempurnaan dari perkembangan pada
tahap-tahap sebelumnya. Csikszentimihalyi & Larson menyatakan bahwa
puncak perkembangan jiwa itu ditandai dengan adanya proses perubahan
dari kondisi entropy ke kondisi negentropy. Entropy adalah keadaan
dimana kesadaran manusia masih belum tersusun rapi. Walaupun isinya
sudah banyak (pengetahuan, perasaan, dan sebagainya), tetapi isi-isi
tersebut belum saling terkait dengan baik, sehingga belum bisa berfungsi
secara maksimal.
Istilah entropy diambil dari ilmu alam (fisika) dan ilmu komunikasi
(khususnya teori informasi). Dalam ilmu alam, entropy berarti keadaan
dimana tidak ada sistem tertentu dari suatu sumber energi sehingga sumber
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
tersebut kehilangan energinya. Dalam teori informasi, entropy berarti
keadaan dimana tidak ada pola tertentu dari rangsangan atau stimulus yang
diterima seseorang sehingga stimulus tersebut kehilangan artinya. Secara
psikologis, entropy diartikan sebagai sebuah kondisi dimana isi kesadaran
saling bertentangan, saling tidak berhubungan sehingga mengurangi
kapasitas kerja dan menimbulkan pengalaman yang kurang menyenangkan
bagi yang bersangkutan.
Kondisi entropy selama masa remaja, secara bertahap disusun,
diarahkan, distrukturkan kembali sehingga lambat laun terjadi kondisi
negative entropy atau negentropy. Kondisi negentropy adalah keadaan
dimana isi kesadaran tersusun dengan baik, pengetahuan yang satu terkait
dengan pengetahuan yang lain, dan memiliki hubungan dengan perasaan
atau sikap. Orang yang berada dalam keadaan negentropy ini merasakan
kesatuan diri utuh dan bisa bertindak dengan tujuan jelas, tidak bimbang
sehingga mempunyai tanggung jawab dan semangat kerja yang tinggi.
Berdasarkan beberapa teori di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa remaja mengalami perkembangan biologis, kognitif, dan sosio-
emosional yang saling mempengaruhi satu sama lain. Perkembangan yang
rumit dalam ketiga hal tersebut membawa remaja memasuki masa topan
badai (strum and drang). Keadaan ini dapat menciptakan kecemasan yang
disosialisasikan (socialized anxiety) dan mempengaruhi dinamika
kepribadian remaja melalui restrukturisasi kesadaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Berkaitan dengan pembentukan body image melalui atensi
terhadap tayangan sinetron, teori-teori tersebut dapat menjelaskan bahwa
perkembangan biologis, kognitif, dan sosio-emosional yang dialami
remaja sangat erat dipengaruhi oleh proses belajar sosial. Dalam hal ini,
remaja berkembang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan
budayanya. Sebagai tayangan hiburan yang digemari masyarakat, sinetron
mampu membentuk gagasan, kepercayaan, nilai, dan norma yang ada
dalam masyarakat. Hal ini memberikan efek pada restrukturisasi
kesadaran.
Restrukturisasi kesadaran pada remaja dilihat sebagai masa
penyempurnaan dari perkembangan pada tahap-tahap sebelumnya
(Sarwono, 2012:14). Puncak perkembangan jiwa itu ditandai dengan
adanya proses perubahan dari kondisi entropy ke kondisi negentropy
(Sarwono, 2012:14). Jangka waktu remaja berada dalam dua kondisi
tersebut berbeda-beda. Kondisi entropy dapat berlangsung hingga usia
akhir remaja. Namun ada pula individu yang hingga usia remaja berakhir
atau sudah memasuki usia dewasa belum mengalami perubahan dari
kondisi entropy ke kondisi negentropy. Kondisi entropy dapat berlangsung
dalam jangka waktu lama karena pengalaman yang kurang menyenangkan
mendominasi perkembangan diri.
Berkaitan dengan body image, proses pembelajaran yang didukung
oleh lingkungan menyebabkan remaja mau mengikuti berbagai harapan
atau tuntutan yang muncul, termasuk berusaha sekuat tenaga untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
mencapai kriteria tubuh ideal yang terbentuk dalam masyarakat melalui
tayangan yang mereka tonton. Dalam kondisi entropy, pengalaman yang
tidak menyenangkan dan berasal dari lingkungan terdekat dapat
mendorong remaja memiliki body image negatif. Mereka dapat
mendistorsi persepsi tentang bagian-bagian tubuh, merasa tidak nyaman,
cemas, malu, merasa tubuh tidak menarik, dan memiliki kesalahan bentuk
fisik diri.
Kondisi tersebut bisa berubah menjadi kondisi negentropy ketika
individu memiliki kesatuan diri utuh dan bisa bertindak dengan jelas serta
bertanggung jawab. Berkaitan dengan body image, remaja dalam kondisi
negentropy akan terdorong untuk memiliki body image positif. Mereka
dapat mempersepsi tubuhnya dengan benar, menghargai bentuk tubuh,
mengerti bahwa penampilan fisik seseorang menunjukkan karakter diri,
nyaman, percaya diri, dan menolak beberapa alasan yang tidak masuk
masuk akal mengenai berat badan.
3. Tugas Perkembangan Remaja
Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri memasuki masa
dewasa (Santrock, 2007:20). Havighurst (dalam Sarwono, 2012:48)
mengemukakan teori tugas perkembangan (development task). Dalam teori
ini, dikatakan bahwa setiap individu, pada tahapan usia tertentu
mempunyai tujuan untuk mencapai suatu kepandaian, keterampilan,
pengetahuan, sikap, dan fungsi tertentu sesuai dengan kebutuhan pribadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
yang timbul dari dalam dirinya (faktor nativisme) dan tuntutan yang
datang dari masyarakat (faktor empirisme). Tercapai atau tidaknya tugas
perkembangan tersebut ditentukan oleh tiga faktor, yaitu kematangan fisik,
desakan dari masyarakat, dan motivasi dari individu yang bersangkutan.
Pada remaja, tugas perkembangan itu adalah :
a. Menerima kondisi fisiknya dan memanfaatkan tubuh secara efektif
b. Menerima hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dari
semua jenis kelamin
c. Menerima peran jenis kelamin masing-masing (laki-laki atau
perempuan)
d. Berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap orang
tua dan orang dewasa lainnya
e. Mempersiapkan karier ekonomi
f. Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga
g. Merencanakan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab
h. Mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah
lakunya.
Sarwono (2012:19) mengemukakan enam penyesuaian diri yang
harus dilakukan remaja, yaitu :
a. Menerima dan mengintegrasikan pertumbuhan badan dalam
kepribadiannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
b. Menentukan peran dan fungsi seksualnya yang adekuat (memenuhi
syarat) dalam kebudayaan dimana ia berada
c. Mencapai kedewasaan dengan kemandirian, kepercayaan diri, dan
kemampuan untuk menghadapi kehidupan
d. Mencapai posisi yang diterima masyarakat
e. Mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas, dan nilai-
nilai yang sesuai dengan lingkungan dan kebudayaan
f. Memecahkan problem-problem nyata dalam pengalaman sendiri dan
dalam kaitannya dengan lingkungan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tugas
perkembangan remaja adalah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa.
Dalam menjalani proses tersebut, remaja diharapkan mampu memenuhi
tugas-tugas perkembangan dan melakukan penyesuaian diri untuk
mencapai kepandaian, keterampilan, pengetahuan, sikap, dan fungsi-fungsi
yang baik berdasarkan kebutuhan pribadi dan tuntutan masyarakat.
Dengan demikian, kematangan fisik, desakan dari masyarakat, dan
motivasi individu menjadi faktor tercapai tidaknya tugas perkembangan
tersebut.
D. Hubungan atensi pada tayangan sinetron dan body image pada remaja
Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-
kanak dengan masa dewasa. Perkembangan pada masa remaja ditandai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
berbagai perubahan yang besar pada fisik, kognitif, dan sosial-emosional
(Santrock, 2007:20). Di antara berbagai perubahan tersebut, perubahan fisik
merupakan perubahan yang sangat cepat dan paling dapat dilihat secara nyata.
Perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja,
sedangkan perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari
perubahan fisik (Sarwono, 2012:62).
Dampak psikologis dari perubahan fisik pada diri remaja adalah
praokupasi (perhatian) remaja terhadap tubuhnya (McCabe & Ricciardelli
dalam Santrock, 2007:91). Dalam memperhatikan tubuhnya, remaja
mengembangkan citra individual mengenai seperti apakah tubuhnya itu
(Santrock, 2007:91). Hal ini dikenal dengan body image, yaitu gambaran
mental, representasi internal, persepsi, pikiran, perasaan, dan emosi individu
terhadap penampilan fisiknya yang dibentuk dalam kerangka berpikir, dan
merupakan refleksi atas sikap dan interaksi dengan orang lain. Gambaran
mental tersebut mengarah pada penampilan fisik, seperti keakuratan dalam
mempersepsi ukuran tubuh, evaluasi terhadap ukuran dan berat tubuh, serta
kepuasan atau ketidakpuasan individu berupa penilaian positif atau negatif
terhadap tubuh.
Body image dibentuk oleh beberapa aspek, yaitu persepsi, perasaan,
sikap, sosial, dan tingkah laku. Body image pada remaja juga dipengaruhi oleh
banyak faktor di luar diri remaja, yaitu aktivitas atletik dan tari, keluarga,
teman sebaya, media massa, dan sosial budaya. Berbagai aktivitas dan media
sosial tersebut mendorong remaja untuk memahami, membentuk suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
penilaian, dan merasakan kepuasan atau ketidakpuasan terhadap body image
dirinya. Namun demikian, di antara berbagai faktor tersebut, media massa
memiliki peran sangat kuat dalam membentuk standar tubuh ideal dan secara
spesifik sangat berperan dalam mengkomunikasikan hal tersebut pada
masyarakat (Thompson, dkk., 2002:85). Para kritikus sosial juga menyetujui
bahwa norma-norma sosial sangat erat dipengaruhi oleh media massa
(Grogan, 1999:8).
Di antara beragam media yang ada, remaja mengatakan bahwa televisi
adalah media yang paling menghibur untuk mengisi waktu luang (Astuti,
2012:20). Di antara beragam tayangan televisi, sinetron adalah tayangan yang
memiliki keterkaitan paling besar dengan ketidakpuasan citra tubuh (body
image) pada remaja (Harumindari, 2012:60). Kedalaman hubungan sinetron
terhadap body image remaja dapat ditentukan dari atensi remaja pada sinetron
yang ditonton.
Menurut James (dalam Solso, dkk., 2007:90), atensi adalah pemusatan
pikiran dalam bentuk yang jernih dan gamblang terhadap sejumlah objek
simultan atau sekelompok pikiran. Atensi mengakibatkan adanya pengabaian
objek-objek lain agar individu sanggup menangani objek-objek tertentu secara
efektif. Atensi adalah berkonsentrasi dan upaya mental yang terfokus
(Santrock, 2007:137). Menurut Weerd (dalam Sternberg, 2008:58), atensi
adalah cara-cara aktif dalam memproses sejumlah informasi yang terbatas dari
sejumlah informasi yang disediakan oleh indera, memori yang tersimpan, dan
proses-proses kognitif yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Atensi terbentuk dari adanya kapasitas pemrosesan dan selektivitas,
pengendalian atensi, pemrosesan otomatis, neurosains kognitif, dan kesadaran.
Dalam hal ini, kapasitas neurologis yang terbatas akan mendeteksi jutaan
stimuli eksternal dan karena informasi yang diperoleh sangat banyak, manusia
secara selektif hanya memilih sejumlah stimuli dan mengabaikan stimuli yang
lain. Stimuli yang diperhatikan akan diproses menuju kesadaran oleh sistem
kognitif.
Pada dasarnya, media berada dalam lingkungan sosial dan berperan
dalam proses belajar. Sinetron memberikan efek terhadap proses kognitif,
afektif, dan perilaku remaja. Hal ini terkait dengan dampak menonton sinetron
sebagai sarana pembelajaran, sumber realita, dan media sosial. Remaja dapat
mempercayai hal-hal yang dilihat dalam sinetron sebagai sebuah kenyataan
dan kebenaran. Kemampuan, ketertarikan, dan atensi yang diberikan terhadap
tayangan sinetron akan menempatkan hal tersebut dalam komponen kognitif
dan afektif (Salomon dalam Thornburg, 1982:268). Dalam hal ini, sinetron
dapat mengolah keyakinan dan pengetahuan remaja sehingga diterima sebagai
pandangan dasar untuk melakukan pengamatan, penilaian, dan perbandingan
diri dengan lingkungan. Sebagai tayangan yang repetitif, sinetron pun mampu
menciptakan dan mengontrol perilaku remaja melalui karakter-karakter yang
ditampilkan.
Pengalaman-pengalaman sensori, misalnya pengalaman visual dan
auditori melalui tayangan sinetron akan mengarahkan remaja untuk
mengembangkan spekulasi mengenai karakteristik ideal, yakni kualitas yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
mereka inginkan terdapat pada dirinya maupun orang lain (Santrock,
2007:53). Atensi remaja yang diarahkan pada tema, pemeran, adegan, dan
materi mengarahkan remaja untuk membandingkan kehidupan sehari-hari
dengan kehidupan dalam cerita sinetron. Rice & Dolgin (2002:111)
menjelaskan bahwa fisik yang ideal dan body image memiliki hubungan yang
penting dengan evaluasi diri, popularitas, dan penerimaan teman sebaya. Fisik
yang menarik mempengaruhi perkembangan kepribadian, hubungan sosial,
dan perilaku sosial. Remaja yang menarik akan dinilai secara lebih positif
sebagai orang yang hangat, ramah, sukses, dan pintar. Keadaan tersebut
seringkali digambarkan dalam tayangan sinetron.
Kehadiran public figure menjadi model yang sangat menarik untuk
dijadikan target komparasi oleh remaja karena dianggap sebagai representasi
figur ideal yang sesuai dengan standar nilai-nilai sosiokultural (Thompson,
dkk., 2002:85). Dalam sinetron yang memfokuskan cerita pada kecantikan
atau ketampanan para pemeran, diungkapkan bahwa bentuk tubuh ideal dan
kecantikan atau ketampanan wajah adalah hal yang sangat penting dimiliki
untuk mendapat kesempatan bersosialisasi dengan lingkungan yang lebih luas.
Isi tayangan media sering menggambarkan bahwa standar kecantikan
perempuan adalah tubuh yang kurus. Sedangkan gambaran ideal bagi laki-laki
adalah memiliki tubuh yang ramping dan berotot. Hal ini menyebabkan
remaja membandingkan diri dengan orang lain menurut standar ideal itu.
Berdasarkan teori perbandingan sosial (Festinger dalam Grogan,
1999:100), individu memiliki keinginan untuk mengevaluasi kemampuan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
sikap diri secara cermat. Ketika individu tidak mampu mengevaluasi dirinya
secara tepat, ia memenuhi kebutuhan evaluasi diri ini dengan melakukan
perbandingan dengan orang lain. Perbandingan yang tidak baik (unfavourable
comparisons) terjadi ketika sifat-sifat target pembanding dinilai lebih tinggi
daripada diri sendiri. Hal ini dikenal dengan perbandingan ke atas (menaik).
Sedangkan perbandingan yang baik (favourable comparisons) terjadi ketika
sifat-sifat target pembanding dinilai lebih rendah daripada diri sendiri. Hal ini
dikenal dengan perbandingan ke bawah (menurun).
Adanya perbandingan sosial menjelaskan bahwa individu
menggunakan gambaran (images) yang ditampilkan oleh media sebagai
standar pembanding. Perbandingan ke atas dinilai sebagai evaluasi diri yang
tidak baik karena individu cenderung melihat model-model bertubuh kurus
dan dibentuk indah dengan pose-pose menarik sebagai sebuah dimensi body
image ideal yang harus dimiliki individu.
Pandangan lain tentang efek media pada proses penerimaan pesan oleh
individu dapat dijelaskan dengan teori skema diri (self schema theory). Teori
skema diri memfokuskan pada pesan-pesan yang terkandung dalam tayangan-
tayangan televisi dan pengaruhnya pada perkembangan konsep diri individu.
Myers & Biocca (dalam Grogan, 1999:101) mengatakan bahwa skema diri
adalah representasi mental individu yang membuat individu berbeda dengan
orang lain dan membentuk sebuah pemahaman tentang dirinya. Myers &
Biocca (dalam Grogan, 1999:101) melihat body image sebagai sebuah aspek
dari representasi mental yang turut membentuk pemahaman individu tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
dirinya. Body image bersifat elastis, tidak stabil, dan responsif pada isyarat-
isyarat sosial. Oleh karena itu, body image dapat berubah dengan adanya
informasi-informasi baru yang diterima.
Markus (dalam Grogan, 1999:101) mengatakan bahwa individu
mengembangkan pemahaman dengan melihat reaksi orang lain pada dirinya
dan berdasarkan proses penerimaan informasi sosial tentang aspek-aspek diri
yang paling umum dinilai. Berkaitan dengan sinetron, keberadaan artis-artis
muda dengan bentuk tubuh menarik telah membentuk sebuah pemahaman
akan tubuh ideal melalui representasi dan internalisasi bentuk tubuh. Artis
tersebut merepresentasikan tubuh ideal melalui tayangan sinetron. Kemudian,
bentuk tubuh ini digambarkan pula melalui sumber lain, seperti teman sebaya
dan keluarga. Selanjutnya, representasi bentuk tubuh ideal secara sosial itu
diinternalisasikan ke dalam diri individu.
Dalam keadaan tersebut, muncul kompromi antara bentuk tubuh diri
secara objektif dengan bentuk tubuh artis yang sudah direpresentasikan secara
sosial. Karena body image bersifat elastis, maka penilaiannya seringkali
berubah berdasarkan mood, konteks evaluasi, dan kehadiran isyarat-isyarat
sosial. Hal ini dimanfaatkan oleh media massa, termasuk tayangan sinetron
untuk mengatur atau mengubah keseimbangan antara bentuk tubuh yang
direpresentasi dan diinternalisasi. Jika tubuh ideal seringkali direpresentasikan
dengan bentuk tubuh yang sangat kurus, maka penonton akan
menginternalisasi bentuk tubuh ideal sebagai tubuh yang juga sangat kurus,
bahkan hingga tingkat kekurusan yang tidak realistis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Remaja yang memiliki atensi pada tayangan sinetron cenderung
melakukan penilaian atau evaluasi terhadap penampilan fisiknya dan
kemudian membandingkan bentuk tubuh diri dengan standar tubuh ideal yang
direpresentasikan melalui tayangan sinetron. Kesenjangan tubuh diri dengan
tubuh ideal yang diharapkan menunjukkan ketidakpuasan remaja terhadap
tubuh dan kondisi fisiknya. Dengan demikian, atensi pada tayangan sinetron
sangat berperan dalam pembentukan body image remaja. Hal tersebut
tergantung pada seberapa tinggi atau rendah atensi yang diarahkan pada
tayangan sinetron yang kemudian menentukan body image dirinya, positif atau
negatif.
Remaja yang memiliki atensi tinggi akan semakin mengembangkan
keinginan untuk memiliki tubuh sesuai dengan konsep tubuh ideal yang sering
ditampilkan pada tayangan sinetron. Hal ini menunjukkan bahwa remaja
memiliki ketidakpuasan bentuk fisik diri dan mengembangkan body image
negatif. Sebaliknya, remaja yang memiliki atensi rendah cenderung tidak
terlalu terpengaruh dengan bentuk fisik yang ditampilkan pada tayangan
sinetron. Hal ini menunjukkan adanya penerimaan akan bentuk fisik diri
sebagai ciri memiliki body image positif.
E. Hipotesis
Ada hubungan negatif antara atensi menonton sinetron dengan body image
pada remaja. Semakin tinggi atensi menonton sinetron, remaja akan semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
memiliki body image negatif. Sebaliknya, semakin rendah atensi menonton
sinetron, remaja akan semakin memiliki body image positif.
Gambar 2. Skema Hubungan Antara Atensi Pada Tayangan Sinetron dengan
Body Image Pada Remaja
1. Social comparison theory
kebutuhan untuk mengevaluasi
diri
2. Self schema theory
menerima informasi dan melihat
reaksi
orang lain :
bentuk tubuh direpresentasi secara
sosial
diinternalisasi ke dalam diri
individu sebagai tubuh ideal yang
harus dimiliki.
ATENSI PADA TAYANGAN SINETRON
Kapasitas pemrosesan dan selektivitas
Pengendalian stimuli
Pemrosesan otomatis
Neurosains kognitif
Kesadaran
TINGGI RENDAH
KONSEP TENTANG TUBUH IDEAL
unfavourable
comparisons
favourable
comparison
s
KEPUASAN TERHADAP TUBUH
perbandingan bentuk tubuh sebenarnya
dengan bentuk tubuh ideal yang diinginkan
RENDAH TINGGI
B O D Y
I M A G E
NEGATIF POSITIF
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif
adalah suatu metode untuk menguji teori tertentu dengan cara meneliti
hubungan antarvariabel (Creswell, 2010:352). Pada umumnya, variabel-
variabel ini diukur dengan instrumen penelitian sehingga data yang terdiri dari
angka-angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur statistik
(Creswell, 2010:352). Peneliti memilih jenis penelitian ini karena penelitian
ini bertujuan untuk meneliti hubungan antarvariabel, yakni atensi pada
tayangan sinetron dan body image pada remaja.
B. Variabel Penelitian
Variabel bebas : Atensi pada tayangan sinetron
Variabel tergantung : Body Image
C. Definisi Operasional
1. Atensi pada tayangan sinetron
Atensi pada tayangan sinetron adalah proses mental, cara-cara aktif
dalam pengambilalihan pikiran, ataupun penarikan diri dari hal-hal lain
agar dapat berkonsentrasi pada tayangan sinetron dan memproses sejumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
informasi yang terbatas dari banyaknya informasi yang disediakan
mengenai tayangan sinetron. Variabel ini diwakili oleh skor skala atensi
yang terdiri dari lima aspek, yakni kapasitas pemrosesan dan selektivitas,
pengendalian atensi, pemrosesan otomatis, neurosains kognitif, dan
kesadaran.
Semakin tinggi skor pada skala atensi menunjukkan bahwa atensi
remaja pada tayangan sinetron semakin tinggi. Sebaliknya, semakin
rendah skor pada skala atensi menunjukkan bahwa atensi remaja pada
tayangan sinetron semakin rendah.
2. Body Image
Body image adalah gambaran mental, representasi internal,
persepsi, pikiran, perasaan, dan emosi individu terhadap penampilan
fisiknya yang dibentuk dalam kerangka berpikir, dan merupakan refleksi
atas sikap dan interaksi dengan orang lain. Gambaran mental tersebut
mengarah pada penampilan fisik, seperti keakuratan dalam mempersepsi
ukuran tubuh, evaluasi terhadap ukuran dan berat tubuh, serta kepuasan
atau ketidakpuasan individu berupa penilaian positif atau negatif terhadap
tubuh.
Dalam penelitian ini, variabel body image diukur dengan
menggunakan Contour Drawing Rating Scale (Thompson & Gray,
1995:258). Body image positif atau negatif dinilai dari kesenjangan antara
bentuk tubuh ideal yang didasarkan pada budaya aktual dengan keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
tubuh yang dimiliki. Semakin tinggi skor dalam skala ini menunjukkan
semakin negatif body image yang dimiliki subjek. Sebaliknya, semakin
rendah skor dalam skala ini menunjukkan semakin positif body image
yang dimiliki subjek.
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah remaja dengan karakteristik sebagai
berikut :
1. Berusia 13 hingga 18 tahun, sesuai dengan batasan usia remaja menurut
Hurlock (dalam Sarwono, 2012:17)
2. Berstatus sebagai siswa SMP dan SMA
3. Berdomisili di Yogyakarta
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yakni
teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan memilih subjek
berdasarkan kriteria atau karakteristik yang sudah dibuat (Basuki, 2006:203).
Purposive sampling digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dan digunakan
ketika peneliti menginginkan penelitiannya dilakukan pada suatu sampel yang
terdefinisi dengan jelas. Purposive sampling didasarkan pada ciri atau sifat
tertentu yang mempunyai keterkaitan erat dengan ciri atau sifat populasi yang
sudah diketahui sebelumnya.
Pada penelitian ini, peneliti memilih penggolongan usia remaja menurut
Hurlock, yakni 13 hingga 18 tahun. Pada umumnya, remaja dengan rentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
usia tersebut duduk di bangku SMP dan SMA. Peneliti memilih subjek dengan
usia 13-18 tahun karena sesuai dengan kondisi fisik, psikologis, dan sosial
remaja di Indonesia. Usia 13 tahun adalah usia ketika pada umumnya tanda-
tanda seksual mulai tampak (kriteria fisik). Menurut Sarwono (2012:18),
perkembangan fisik yang terjadi mengartikan bahwa remaja memasuki masa
akil balig, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi
memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial).
Peneliti memilih batasan usia 18 tahun karena pada usia tersebut, mulai
ada tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas
diri, tercapainya fase genital dari perkembangan psikoseksual, dan tercapainya
puncak perkembangan kognitif maupun moral (kriteria psikologis). Selain itu,
remaja yang telah menyelesaikan pendidikan di bangku SMA (umumnya di
atas 18 tahun) dianggap sudah memasuki masa transisi perkembangan yang
lebih mendekati masa dewasa, bukan sepenuhnya sebagai remaja. Dalam usia
ini, masa remaja secara perlahan mulai diakhiri seiring dengan kebebasan
yang diperoleh dari orang tua untuk mengambil keputusan dan menentukan
jalan hidupnya sendiri.
Pengambilan sampel dilakukan di salah satu SMP dan SMA. Dalam
penelitian ini, peneliti hendak mengambil sampel subjek minimal 100 orang
sesuai dengan karakteristik yang sudah dibuat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan suatu cara yang dipakai oleh
peneliti untuk memperoleh data yang akan diselidiki. Metode pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode skala yang
disebarkan kepada subjek secara langsung. Skala yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari dua macam, yaitu :
1. Skala Atensi Pada Tayangan Sinetron
Atensi pada tayangan sinetron diukur dengan menggunakan
metode summated rating dengan skala Likert yang berisi pernyataan sikap
dengan menggunakan respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya
(Azwar, 2014:64). Skala Likert tentang atensi pada tayangan sinetron
berisi item-item pernyataan yang masing-masing itemnya mengandung
empat macam pilihan respon, yakni SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS
(Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Skala atensi pada tayangan
sinetron terdiri dari 45 item favorable dan 45 item unfavorable. Seluruh
item disusun berdasarkan aspek-aspek atensi yang dikemukakan oleh
Solso, dkk (2007:99), yaitu :
a. Kapasitas pemrosesan dan selektivitas
Aspek kapasitas pemrosesan dan selektivitas menjelaskan bahwa
individu secara selektif memilih sejumlah stimulus berdasarkan
karakter stimulus yang bersifat sensorik dan makna pesan yang
terkandung di dalamnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
b. Pengendalian stimuli
Aspek pengendalian atensi menjelaskan bahwa individu memiliki
kendali terhadap pilihan stimulus yang diperhatikan dan cenderung
memperhatikan sejumlah isyarat stimulus yang sering ditampilkan
dalam lingkungan.
c. Pemrosesan otomatis
Aspek pemrosesan otomatis menjelaskan bahwa informasi mengalir
dari memori ke kendali seseorang atas tindakannya. Sejumlah besar
proses rutin yang didukung dengan latihan yang baik dapat menjadi
proses yang familiar sehingga hanya memerlukan sedikit atensi sadar
dan dilakukan secara otomatis.
d. Neurosains kognitif
Aspek kognitif mengungkapkan proses terjadinya atensi visual, yakni
proses pra atentif, pembentukan peta fitur (feature map), peta induk
(master map), atensi terpusat, dan analisis detail.
e. Kesadaran
Aspek kesadaran menjelaskan bahwa atensi dibentuk ketika individu
membawa hal-hal yang dilihatnya (meskipun itu adalah bagian dari
hal-hal yang tidak nyata) ke dalam kesadaran atau menjadikan yang
tidak nyata sebagai bagian dari pengalaman sadar individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Tabel 1.
Blue print Skala Atensi Pada Tayangan Sinetron
No. Aspek Nomor Aitem Jumlah
soal
Bobot
(%) Favorable Unfavorable
1
Kapasitas
pemrosesan
dan
selektivitas
1, 11, 25, 45, 56,
66, 87, 88, 90
10, 20, 30, 31, 44, 50,
61, 75*, 83 18 20
2 Pengendalian
atensi
2, 12, 24, 46, 62,
67, 76, 84, 89
9, 19, 29*, 32*, 36*,
43, 51*, 57*, 74* 18 20
3 Pemrosesan
otomatis
3, 13, 23, 33, 37,
52, 58, 63, 68
8, 18, 28*, 42, 47,
73*, 77, 85*, 82 18 20
4 Neurosains
kognitif
4, 14, 22, 34, 54,
59, 69, 78, 81
7*, 17, 27, 38*, 41,
48*, 53*, 64, 72 18 20
5 Kesadaran 5, 15, 21, 35, 39,
49*, 65, 70, 86
6, 16, 26, 40, 55, 60,
71*, 79, 80 18 20
Jumlah 45 45 90 100 %
Keterangan :
* : aitem yang gugur
2. Skala Body Image
Body image diukur dengan menggunakan Contour Drawing Rating
Scale (Thompson & Gray, 1995:258). Contour Drawing Rating Scale
merupakan alat yang populer untuk menilai aspek-aspek body image.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Selain itu, alat tersebut juga dapat digunakan untuk memperlihatkan
indeks ketepatan persepsi ukuran tubuh. Peneliti menggunakan skala ini
karena Contour Drawing Rating Scale merupakan salah satu set dari
contour drawing and silhouettes of incremental sizes yang sudah terbukti
validitas dan reliabilitasnya (Thompson & Gray, 1995:266).
Isi alat tes ini berupa skema bentuk tubuh 9 pria dan 9 wanita yang
diurutkan dari kurus hingga gemuk. Remaja putra diminta untuk mengisi
skema tubuh pria, sedangkan remaja putri mengisi skema tubuh wanita.
Kemudian, mereka diminta untuk memilih figur yang sesuai dengan
bentuk tubuh mereka dan figur yang menurut mereka ideal. Figur yang
sesuai dengan bentuk tubuh mereka diberi tanda lingkaran, sedangkan
figur yang menurut mereka ideal diberi tanda silang. Semakin besar selisih
antara figur ideal dan figur yang menurut mereka sesuai dengan tubuh
mereka, maka semakin besar tingkat ketidakpuasan tubuhnya. Dengan
demikian, semakin tinggi skor dalam skala ini menunjukkan semakin
negatif body image yang dimiliki subjek. Sebaliknya, semakin rendah skor
dalam skala ini menunjukkan semakin positif body image yang dimiliki
subjek.
Gambar 3. Contour Drawing Rating Scale
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
F. Uji Coba Alat Pengumpulan Data
Uji coba skala atensi dilakukan kepada siswa-siswi SMP dan SMA di kota
Yogyakarta yang sesuai dengan karakter subjek penelitian, yakni remaja
berusia 13 hingga 18 tahun. Pengambilan sampel pada uji coba ini dilakukan
dengan metode purposive sampling. Oleh karena itu, uji coba dilakukan dengan
menyebarkan alat pengumpulan data pada subjek yang sesuai dengan
karakteristik subjek penelitian yang telah dibuat. Alat ukur tersebut
diujicobakan kepada 101 remaja, yakni 55 remaja SMP Kanisius Kalasan dan
46 remaja SMA Budya Wacana.
G. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpul Data
1. Validitas Alat Ukur
Uji validitas digunakan untuk mengetahui seberapa cermat suatu
instrumen atau item-item dalam mengukur apa yang ingin diukur (Priyatno,
2012:95). Suatu alat ukur disebut memiliki validitas jika alat tersebut
mampu mengukur apa yang dikehendaki dengan tepat (Supratiknya,
1998:140). Azwar (2014:131) mengatakan bahwa substansi terpenting
dalam validasi skala psikologi adalah membuktikan bahwa seluruh aspek
keperilakuan, indikator keperilakuan, dan aitem-aitemnya memang
membentuk suatu konstrak yang akurat bagi atribut yang diukur.
a. Contour Drawing Rating Scale
Validitas pada skala ini telah ditetapkan dengan menggunakan
validitas konkruen. Validitas ini merupakan salah satu jenis validitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
kriteria. Dengan demikian, untuk memperoleh koefisien validitas
pengukuran, peneliti menghitung korelasi antara distribusi skor skala
dengan ukuran lain sebagai kriteria. Sifat penting yang harus dimiliki
oleh ukuran yang dijadikan kriteria adalah relevan dan reliabel (Azwar,
2014:141). Relevan artinya angka kriteria merupakan indikasi dari
konsep mengenai atribut yang sama dengan yang diukur oleh skala.
Reliabel artinya pengukuran kriteria memiliki kecermatan dan
konsistensi yang tinggi.
Validitas Contour Drawing Rating Scale diperoleh dengan alat
ukur lain (Thompson & Gray, 1995:266), yaitu :
1. Individual‟s reported weight, diperoleh hasil r = 0,71, p < 0,0005.
2. Self ratings and quetelet‟s body mass index (BMI), diperoleh hasil r
= 0,59, p < 0,0005.
b. Skala Atensi Pada Tayangan Sinetron
Validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas dalam skala
ini dapat dilihat berdasarkan isi item-itemnya. Item-item pada skala ini
menunjukkan kesesuaian dengan teori mengenai atensi. Item yang dibuat
memuat isi yang relevan dengan teori yang digunakan dan tidak keluar
dari batasan tujuan ukurnya. Misalnya, item pada nomor 1 yang
berbunyi “saya menonton sinetron karena menampilkan para pemeran
yang memiliki fisik menarik”. Item tersebut sesuai dengan teori atensi
yang mengatakan bahwa individu secara selektif memilih sejumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
stimulus berdasarkan karakter stimulus yang bersifat sensorik dan makna
pesan yang terkandung di dalamnya (Solso, dkk., 2007:103).
Item-item pada skala ini berisi beberapa respon individu yang
dapat muncul ketika memberikan atensi pada tayangan sinetron. Dengan
demikian, skala ini mempunyai validitas yang baik karena item-itemnya
memiliki kesesuaian dengan apa yang ingin diukur. Selain itu, uji
validitas juga dilakukan oleh professional judgement, yakni dosen
pembimbing.
2. Reliabilitas Alat Ukur
Salah satu ciri instrumen ukur yang berkualitas baik adalah reliabel,
yaitu mampu menghasilkan skor yang cermat dengan eror pengukuran kecil
(Azwar, 2014:111). Pengukuran reliabilitas mengacu pada keterpercayaan
atau konsistensi hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi
kecermatan pengukuran (Azwar, 2014:111). Uji reliabilitas digunakan
untuk menguji konsistensi alat ukur, apakah hasilnya tetap konsisten atau
tidak jika pengukuran diulang (Priyatno, 2012:105).
Suatu tes disebut reliabel atau konsisten bila sejumlah orang
memperoleh skor yang relatif sama ketika mereka : a) dites pada dua
kesempatan berbeda dengan tes yang sama, b) dites dengan dua versi
berbeda dari tes yang sama, c) dites dengan kelompok-kelompok item
berlainan dari tes yang sama (Supratiknya, 1998:30).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Dalam mengukur reliabilitas, koefisien reliabilitas (rxx) berada dalam
rentang angka dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin koefisien reliabilitas
mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya,
koefisien reliabilitas yang mendekati 0 berarti semakin rendah
reliabilitasnya (Azwar, 2014:112). Kriteria pengujian instrumen dikatakan
reliabel apabila r hitung lebih besar dari r tabel pada taraf signifikansi 5%.
a. Contour Drawing Rating Scale
Reliabilitas pada skala ini dilakukan dengan pendekatan tes ulang.
Pendekatan tes ulang dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada
satu kelompok subjek dengan jarak waktu di antara kedua penyajian
tersebut (Azwar, 2014:112). Hasilnya dihitung dengan menggunakan
korelasi Product Moment dari Pearson. Bila korelasinya signifikan,
maka alat ukur tersebut memiliki reliabilitas yang memadai dan bisa
digunakan untuk pengukuran selanjutnya.
Tes ulang Contour Drawing Rating Scale dilakukan oleh
Thompson & Gray, diberikan kepada 32 subjek penelitian dengan
periode waktu satu minggu. Penghitungan reliabilitas menunjukkan r =
0,78 dengan taraf signifikansi yang tinggi, p < 0,0005 (Thompson &
Gray, 1995:265).
b. Skala Atensi Pada Tayangan Sinetron
Pengujian reliabilitas skala diawali dengan uji kesahihan item
(seleksi item). Peneliti menetapkan korelasi item total sebagai standar
yang umum digunakan untuk pengguguran item. Pada skala ini, terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
16 item yang mempunyai korelasi aitem total di bawah 0,3 dari
keseluruhan aitem yang berjumlah 90.
Item tersebut adalah item nomor 7 dengan korelasi item total
sebesar -0.347, item nomor 28 dengan korelasi item total sebesar -0.367,
item nomor 29 dengan korelasi item total sebesar -0.206, item nomor 32
dengan korelasi item total sebesar 0.293, item nomor 36 dengan korelasi
item total sebesar 0.147, item nomor 38 dengan korelasi item total 0.277,
item nomor 48 dengan korelasi item total sebesar 0.209, item nomor 49
dengan korelasi item total sebesar 0.190, item nomor 51 dengan korelasi
item total sebesar 0.256, item nomor 53 dengan korelasi item total
sebesar -0.225, item nomor 57 dengan korelasi item total sebesar 0.029,
item nomor 71 dengan korelasi item total sebesar 0.251, item nomor 73
dengan korelasi item total sebesar 0.202, item nomor 74 dengan korelasi
item total sebesar -0.228, item nomor 75 dengan korelasi item total
sebesar 0.278, dan item nomor 85 dengan korelasi item total sebesar
0.163.
Setelah dilakukan seleksi terhadap 16 item, maka 74 item yang
tersisa adalah item yang memiliki kriteria layak untuk digunakan dalam
penelitian selanjutnya. Secara lebih jelas, item yang gugur dapat dilihat
pada tabel 1. Item gugur mempunyai tanda *.
Analisis reliabilitas dilakukan dengan teknik Alpha Cronbach yang
dibantu dengan menggunakan program SPSS versi 16. Penghitungan
pertama, yakni sebelum dilakukan seleksi item menunjukkan koefisien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Alpha sebesar 0.962. Setelah seleksi item, diperoleh koefisien Alpha
meningkat menjadi 0.970. Hasil ini menunjukkan bahwa skala atensi
pada tayangan sinetron reliabel karena koefisien Alpha yang dihasilkan
mendekati 1.00.
H. Metode Analisis Data
Peneliti akan melakukan analisis data dengan menggunakan teknik
korelasi Pearson Product Moment. Analisis ini digunakan apabila penelitian
menunjukkan dua hubungan antar variabel dengan distribusi skor normal
(Creswell, 2010:228). Analisis dilakukan dengan bantuan program Statistical
Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0. Namun demikian, untuk
memperoleh kesimpulan yang tidak menyimpang dari tujuan penelitian, maka
sebelum dilakukan uji hipotesis, peneliti akan melakukan uji asumsi data
penelitian.
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah distribusi atau
sebaran data pada variabel bebas (atensi pada tayangan sinetron) dan
variabel tergantung (body image) bersifat normal atau tidak. Uji
normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov
Goodness of Fit Test dengan bantuan SPSS for windows versi 16.0. Tes
normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov memiliki kriteria
pengujian, yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
- signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal
- signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi secara normal
(Priyatno, 2012 : 57).
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk melihat pola hubungan antara
variabel bebas (atensi pada tayangan sinetron) dan variabel tergantung
(body image) membentuk garis linear atau tidak. Uji linearitas dilakukan
dengan menggunakan test for linearity dalam program SPSS for windows
versi 16. Kedua variabel dikatakan berhubungan secara linear jika nilai
signifikansi atau nilai probabilitas kurang dari 0,05 (p < 0,05).
2. Uji hipotesis
Pengujian hipotesis menggunakan teknik korelasi Product Moment
dari Karl Pearson. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana variasi
pada suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel
lain. Uji korelasi dilakukan dengan menggunakan SPSS for windows versi
16.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian hubungan antara atensi terhadap tayangan sinetron dengan body
image pada remaja dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 2014 kepada 54 siswa-
siswi SMA Budya Wacana Yogyakarta dan 22 Juli 2014 kepada 72 siswa-
siswi SMP Kanisius Kalasan. Penelitian ini dilakukan dengan cara
membagikan dan meminta kembali skala yang telah diisi subjek secara
langsung. Hal ini dilakukan untuk menghindari tidak kembali atau hilangnya
skala penelitian.
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Dekripsi Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 126 orang. Keseluruhan data
yang terkumpul dapat diproses dan dianalisis lebih lanjut karena sesuai
dengan karakteristik subjek yang diminta. Selain itu, para responden
mengisi angket tersebut dengan lengkap sehingga tidak ada angket yang
digugurkan.
Subjek dalam penelitian ini adalah 126 remaja yang berusia 13-18
tahun, sesuai dengan rentang usia remaja menurut Hurlock (dalam
Sarwono, 2012:17). Berdasarkan usia, karakteristik subjek dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
dijelaskan sebagai berikut : subjek dengan usia 13 tahun berjumlah 30
orang, usia 14 tahun berjumlah 23 orang, usia 15 tahun berjumlah 25
orang, usia 16 tahun berjumlah 23 orang, usia 17 tahun berjumlah 13
orang, dan usia 18 tahun berjumlah 12 orang. Berdasarkan data tersebut,
dapat dihitung rerata usia subjek penelitian ini adalah 15,016 tahun.
Tabel 2.
Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Usia
(tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah %
13 16 14 30 23,8 %
14 16 7 23 18,3 %
15 14 11 25 19,8 %
16 11 12 23 18,3 %
17 8 5 13 10,3 %
18 5 7 12 9,5 %
Total 70 56 126 100 %
2. Kategorisasi Data Subjek Penelitian
a. Kategori Atensi Pada Tayangan Sinetron dan Body Image
Kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kategorisasi jenjang (ordinal). Tujuan kategorisasi ini adalah
menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang posisinya
berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur
(Azwar, 2014:147). Banyaknya jenjang kategori diagnosis yang akan
dibuat biasanya tidak lebih dari lima jenjang, tapi juga tidak kurang
dari tiga. Mengelompokkan individu ke dalam dua jenjang diagnosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
selain kurang efisien juga akan menghadapi resiko kesalahan yang
cukup besar bagi skor-skor yang terletak di sekitar mean kelompok.
Tabel 3.
Kriteria Kategorisasi Menurut Azwar (2014:147)
Norma Kategori Jenis Kategori
X < [ μ - 1,0 ( σ
) ] Rendah
[ μ - 1,0 ( σ ) ] ≤ X < [ μ + 1,0
( σ ) ] Sedang
[ μ + 1,0 ( σ ) ] ≤ X Tinggi
Pada skala Atensi Terhadap Tayangan Sinetron, jumlah item
adalah 74. Masing-masing item diberi skor yang berkisar antara 1, 2, 3,
dan 4. Dengan demikian skor terkecil yang mungkin diperoleh subjek
adalah 74 (diperoleh dari 74 x 1) dan skor terbesar yang mungkin
diperoleh subjek adalah 296 (diperoleh dari 74 x 4). Maka rentangan
skor skala sebesar 222 (diperoleh dari 296-74). Skor skala tersebut
kemudian dibagi dalam enam satuan deviasi standar sehingga
diperoleh σ = 222:6 = 37 dan mean teoritisnya (μ) adalah 74 x 3 = 222.
Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Tabel 4.
Kategorisasi Atensi Pada Tayangan Sinetron
Kategorisasi Norma Kategorisasi Norma Skor Frekuensi Prosentase
Rendah X < [ μ - 1,0 (
σ ) ] X < 185 87 69,05 %
Sedang [ μ - 1,0 ( σ ) ] ≤ X < [ μ +
1,0 ( σ ) ] 185 ≤ X < 259 37 29,36 %
Tinggi [ μ + 1,0 ( σ ) ] ≤ X 259 ≤ X 2 1,59 %
Total 126 100 %
Tabel di atas menunjukkan besarnya frekuensi dan prosentase
tingkat atensi pada subjek penelitian. Dari subjek penelitian sebanyak
126 siswa, terdapat 87 subjek (69,05%) berada dalam kategori rendah,
37 subjek (29,36%) berada dalam kategori sedang, dan 2 (1,59%)
subjek berada dalam kategori tinggi.
Tabel 5.
Kategorisasi Body Image
Kategorisasi Norma Kategorisasi Norma
Skor
Frekuensi Persentase
(%)
L P L P
Positif X < [ μ - 1,0 (
σ ) ] X < 2 43 31 34,13 24,60
Sedang [ μ - 1,0 ( σ ) ] ≤ X < [ μ +
1,0 ( σ ) ] 2 ≤ X < 4 26 20 20,64 15,87
Negatif [ μ + 1,0 ( σ ) ] ≤ X 4 ≤ X 1 5 0,79 3,97
Total Masing-masing Jenis Kelamin 70 56 55,56 44,44
Total Keseluruhan 126 100 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Skala body image yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala adaptasi. Oleh karena itu, penamaan kategori disesuaikan dengan
maksud dan tujuan dari skala yang digunakan, yaitu menggolongkan
body image ke dalam kategori positif, sedang, dan negatif.
Pada skala Body Image, jumlah item adalah 1 dan diberi skor
antara 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8. Dengan demikian skor terkecil yang
mungkin diperoleh subjek adalah 0 (diperoleh dari 1 x 0) dan skor
terbesar yang mungkin diperoleh subjek adalah 8 (diperoleh dari 1 x
8). Maka rentangan skor skala sebesar 8 (diperoleh dari 8-0). Skor
skala tersebut kemudian dibagi dalam enam satuan deviasi standar
sehingga diperoleh σ = 8:6 = 1 (dibulatkan) dan mean teoritisnya (μ)
adalah 1 x 3 = 3.
Tabel di atas menunjukkan besarnya frekuensi dan prosentase
tingkat body image pada subjek penelitian laki-laki (L) dan perempuan
(P). Dari subjek penelitian sebanyak 68 remaja laki-laki, terdapat 43
subjek (34,13%) memiliki body image positif, 24 subjek (19,05%)
memiliki body image kategori sedang, dan 1 subjek (0,79%) memiliki
body image negatif. Dari subjek penelitian sebanyak 58 remaja
perempuan, terdapat 31 subjek (24,60%) memiliki body image positif,
22 subjek (17,46%) memiliki body image sedang, dan 5 subjek
(3,97%) memiliki body image negatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
b. Kategori Indeks Massa Tubuh
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan indikator sederhana
dari korelasi antara tinggi dan berat badan (Media Informasi
Kesehatan, 2013:1). IMT digunakan untuk mengukur ideal atau
tidaknya berat badan dan merupakan cara pengukuran yang baik untuk
menilai resiko penyakit yang dapat terjadi akibat berat badan berlebih.
Rumus IMT = Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (m)2
Tabel 6.
Klasifikasi nilai IMT
IMT Klasifikasi
< 17 Sangat kurus
17,0 – 18,4 Kurus
18,5 – 24,9 Normal
25,0 – 29,9 Gemuk
30,0 – 34,9 Obesitas level I
35,0 – 39,9 Obesitas level II
> 40 Obesitas level III
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Tabel 7.
Kategorisasi IMT
3. Uji Asumsi
Uji asumsi yang dilakukan terhadap data pada penelitian ini terdiri
dari uji normalitas dan uji linearitas. Hasil pengujian asumsi akan menjadi
dasar untuk memutuskan apakah pengujian hipotesis menggunakan
analisis parametrik atau nonparametrik. Pelaksanaan kedua uji tersebut
dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 for Windows.
Kategorisasi Norma Skor
Frekuensi Persentase
(%)
L P L P
Sangat kurus < 17 18 11 14,29 8,73
Kurus 17,0 – 18,4 16 11 12,70 8,73
Normal 18,5 – 24,9 30 32 23,81 25,39
Gemuk 25,0 – 29,9 5 2 3,97 1,59
Obesitas level I 30,0 – 34,9 1 0 0,79 0
Obesitas level II 35,0 – 39,9 0 0 0 0
Obesitas level III > 40 0 0 0 0
Total masing-masing jenis kelamin 70 56 55,56 44,44
Total keseluruhan 126 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan
dengan menggunakan metode analisis Kolmogorov-Smirnov. Hasil
pengujian normalitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 8.
Hasil Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnova
Keterangan Statistic Df Sig.
Atensi .071 126 .189 Normal
body image .280 126 .000 Tidak normal
a. Lilliefors Significance Correction
Tabel di atas menunjukkan hasil penghitungan variabel atensi
dan body image dengan menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov.
Variabel atensi terhadap tayangan sinetron menunjukkan nilai sebesar
0,071 dengan signifikansi 0,189. Nilai signifikansi tersebut lebih besar
dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa distribusi skor normal.
Selain itu, variabel body image menunjukkan nilai sebesar
0,280 dengan signifikansi 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05
sehingga dapat dikatakan bahwa distribusi skor tidak normal.
Berdasarkan hasil penghitungan yang telah didapat, peneliti
kemudian membuang nilai-nilai ekstrem (outliers) dengan asumsi nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
ini muncul akibat situasi yang tidak biasanya. Misalnya, responden
mengisi skala dengan sembarangan sehingga membuat nilainya
menjadi sangat tinggi atau sangat rendah. Nilai-nilai ekstrem (outliers)
yang dibuang didasarkan pada kurva plot kedua variabel yang dapat
dilihat pada halaman Lampiran. Outliers pada data ini adalah nilai
pada subjek nomor 4, 36, 43, 45, 59, 77, 94, 115, 119. Namun
demikian, hasil tetap menunjukkan distribusi skor tidak normal.
Tabel 9.
Hasil Uji Normalitas (Setelah Outliers Dibuang)
Variabel Kolmogorov-Smirnov
a
Keterangan Statistic Df Sig.
atensi menonton .071 117 .200* Normal
body image .294 117 .000 Tidak normal
a. Lilliefors Significance Correction
Dari kedua variabel tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
sebaran data pada penelitian ini tidak normal. Menurut Santoso
(2010:27), bila pengujian asumsi normalitas atas data sampel tidak
dapat dipenuhi, maka pengolahan data tidak menggunakan analisis
parametrik, tetapi menggunakan analisis nonparametrik. Oleh karena
itu, pengujian hipotesis pada penelitian ini akan menggunakan teknik
korelasi Spearman yang termasuk dalam analisis nonparametrik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
apakah kedua variabel dalam penelitian ini memiliki hubungan yang
linear atau tidak, mengikuti garis lurus atau tidak. Dengan kata lain,
apakah peningkatan atau penurunan kuantitas pada suatu variabel akan
diikuti secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas di
variabel lainnya (Santoso, 2010:65). Jika hubungan antara dua variabel
menunjukkan garis lurus, maka dapat dikatakan terdapat hubungan
linear antara kedua variabel. Kuatnya hubungan antar variabel
dinyatakan dengan signifikansi linearitas (p) < 0,05. Uji linearitas
dilakukan dengan menggunakan SPSS for Windows versi 16.0. Hasil
pengujian linearitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10.
Hasil Uji Linearitas
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
body image *
atensi
Between Groups (Combined) 73.325 82 .894 .710 .908
Linearity 3.417 1 3.417 2.713 .107
Deviation from
Linearity 69.908 81 .863 .685 .928
Within Groups 54.167 43 1.260
Total 127.492 125
Tabel hasil pengolahan data di atas menunjukkan bahwa nilai
signifikansi linearitas sebesar 0,107. Hal ini menunjukkan bahwa
antara variabel atensi terhadap tayangan sinetron dengan body image
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
memiliki hubungan yang tidak linear karena nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05 (0,107 > 0,05).
c. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian ini akan dilakukan dengan
menggunakan analisis nonparametrik. Hal ini disebabkan uji
normalitas data menghasilkan kesimpulan bahwa data tidak
berdistribusi normal. Menurut Priyatno (2012:189), analisis
nonparametrik merupakan analisis yang tidak menggunakan
parameter-parameter seperti mean, standar deviasi, varian, dan tidak
mensyaratkan data berdistribusi normal. Selain itu, analisis ini juga
dapat mengukur data berjenis ordinal, interval, dan ratio (Priyatno,
2012:189). Analisis ini dapat digunakan sebagai alternatif pengganti
untuk analisis parametrik ketika didapatkan data berdistribusi tidak
normal (Priyatno, 2012:189).
Priyatno (2012:111) mengemukakan berbagai contoh analisis
nonparametrik, yakni chi square, uji binominal, uji runs, two
independent test (sebagai alternatif pengganti independent samples T
test), two related samples test (sebagai alternatif paired samples T
Test), K Independent Samples Test (sebagai alternatif One Way
ANOVA), dan analisis korelasi Spearman dan Kendall Tau (sebagai
alternatif analisis korelasi Pearson). Penelitian ini menggunakan uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
hipotesis dengan korelasi Spearman. Hasil uji hipotesis dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 11.
Hasil Uji Hipotesis
atensi
menonton body image
Spearman's rho atensi Correlation
Coefficient 1.000 .138
Sig. (1-tailed) . .062
N 126 126
body image Correlation
Coefficient .138 1.000
Sig. (1-tailed) .062 .
N 126 126
Pada tabel di atas terlihat bahwa angka koefisien korelasi
adalah 0,138 dan nilai signifikansi korelasi 0,062. Nilai tersebut lebih
besar daripada nilai signifikansi yang telah ditetapkan pada penelitian
ini, yakni 0,05 (0,062 > 0,05). Hal ini berarti hipotesis penelitian
ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan signifikan antara atensi terhadap tayangan sinetron dengan
body image. Koefisien korelasi sebesar 0,138 berada diantara 0 - 0,25.
Menurut Sarwono dalam Yamin, dkk. (2011:216), hal ini
menunjukkan korelasi yang sangat lemah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
C. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan
negatif antara atensi pada tayangan sinetron dengan body image pada remaja.
Hasil pengolahan statistik dengan menggunakan analisis korelasi spearman
menunjukkan tidak ada hubungan negatif yang signifikan antara atensi pada
tayangan sinetron dengan body image pada remaja. Hasil ini ditunjukkan
dengan koefisien korelasi sebesar 0,138 dan taraf signifikansi 0,062 (p>0,05).
Dengan demikian, hipotesis penelitian ini, yaitu ada hubungan negatif antara
atensi pada tayangan sinetron dengan body image pada remaja ditolak.
Selain itu, berdasarkan penghitungan kategorisasi, diperoleh hasil yang
menunjukkan bahwa atensi subjek penelitian pada tayangan sinetron tergolong
rendah dan body image tergolong positif. Oleh karena itu, hasil penelitian
yang diperoleh dapat dijelaskan melalui tiga hal. Tidak adanya hubungan
diantara kedua variabel, yakni atensi pada tayangan sinetron dengan body
image pada remaja dapat dijelaskan dengan melihat faktor-faktor yang
mempengaruhi keduanya. Body image yang tergolong positif dapat dijelaskan
dengan melihat tugas dan ciri khas perkembangan remaja, termasuk proses
identifikasi dalam pembentukan makna diri (identitas) pada remaja.
Sedangkan atensi subjek penelitian terhadap tayangan sinetron yang tergolong
rendah dapat dijelaskan dengan melihat ketertarikan dan kebermaknaan
televisi sebagai media penyiaran sinetron pada diri remaja.
Pembahasan pertama mengenai hubungan yang tidak signifikan antara
atensi pada tayangan sinetron dan body image pada remaja dapat dijelaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
melalui faktor-faktor yang mempengaruhi keduanya. Body image pada remaja
dipengaruhi oleh banyak faktor di luar diri individu, berkembang dari lingkup
yang paling kecil hingga paling besar, yakni aktivitas atletik dan tari, keluarga,
teman sebaya, media massa, dan sosial budaya (Levine & Smolak dalam Cash
& Pruzinsky, 2002:78).
Berkaitan dengan hasil penelitian, dikatakan bahwa atensi pada
tayangan sinetron tidak secara signifikan mempengaruhi body image pada
remaja. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya kepercayaan, sikap, nilai,
kebiasaan, dan kepentingan yang dimiliki subjek penelitian. Andersen (dalam
Rakhmat, 2008:55) mengatakan bahwa individu menaruh atensi kepada hal-
hal tertentu untuk memperkokoh kepercayaan, sikap, nilai, kebiasaan, dan
kepentingan diri. Hal ini menyebabkan hal-hal yang terkandung dalam
tayangan sinetron akan disesuaikan dengan sikap, nilai, dan kepentingan yang
didapat dari faktor-faktor lain di luar diri individu.
Csikszentimihalyi & Larson (dalam Sarwono, 2012:13) menyatakan
bahwa remaja adalah “restrukturisasi kesadaran”. Dalam hal ini, masa remaja
dilihat sebagai masa penyempurnaan dari perkembangan pada tahap-tahap
sebelumnya. Csikszentimihalyi & Larson menyatakan bahwa puncak
perkembangan jiwa itu ditandai dengan adanya proses perubahan dari kondisi
entropy ke kondisi negentropy. Entropy adalah keadaan dimana kesadaran
manusia masih belum tersusun rapi. Walaupun isinya sudah banyak
(pengetahuan, perasaan, dan sebagainya), tetapi isi-isi tersebut belum saling
terkait dengan baik, sehingga belum bisa berfungsi secara maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Dalam ilmu komunikasi, khususnya teori informasi, entropy berarti
keadaan dimana tidak ada sistem tertentu dari suatu sumber energi sehingga
sumber tersebut kehilangan energinya. Dalam teori informasi, entropy berarti
keadaan dimana tidak ada pola tertentu dari rangsangan atau stimulus yang
diterima seseorang sehingga stimulus tersebut kehilangan artinya (Sarwono,
2012:14). Secara psikologis, entropy diartikan sebagai sebuah kondisi dimana
isi kesadaran saling bertentangan, saling tidak berhubungan sehingga
mengurangi kapasitas kerja dan dapat menimbulkan pengalaman yang kurang
menyenangkan bagi yang bersangkutan (Sarwono, 2012:14).
Dengan demikian, pada kondisi entropy, atensi yang tergolong rendah
dapat diartikan sebagai hilangnya atau berkurangnya energi dan makna yang
kuat dari tayangan sinetron terhadap subjek penelitian. Berkurangnya energi
dan makna tayangan tersebut turut melemahkan pengaruh sinetron terhadap
body image pada remaja.
Melemahnya pengaruh sinetron mengakibatkan adanya penguatan
pengaruh faktor-faktor lain yang dekat dengan keseharian remaja. Salah
satunya adalah peran sekolah dan berbagai aktivitas yang dilakukan remaja.
Davis (dalam Grogan, 1999:184) menjelaskan bahwa aktivitas fisik turut
mendorong kepuasan terhadap tubuh. Pada penelitian yang dilakukan, ia
menemukan bahwa laki-laki yang lebih aktif secara fisik akan lebih puas
terhadap tubuhnya. Begitu pula dengan wanita. Kegiatan-kegiatan
pengembangan diri menimbulkan efek positif pada kesehatan mental dan
kesejahteraan, terutama pada kepuasan tubuh, seperti membentuk tubuh yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
lebih kuat, menciptakan kompetensi, dan lebih fokus pada penampilan tubuh.
Bovey (dalam Grogan, 1999:188) mengatakan bahwa kegiatan olahraga untuk
mengisi waktu luang dapat mengurangi stres dan meningkatkan kegembiraan
dibanding menciptakan rasa berkompetisi, baik pada mereka yang mengalami
obesitas ataupun tidak.
Berkaitan dengan peran sekolah pada pengembangan diri siswa yang
menjadi subjek penelitian, diketahui bahwa dalam enam hari belajar, sekolah
memberikan satu hari khusus untuk pengembangan diri, yakni setiap hari
Sabtu. Pengembangan diri diisi dengan aktivitas ekstra kurikuler yang dapat
dipilih sesuai minat dan bakat siswa, seperti kegiatan olahraga (futsal,
badminton, voli, dan basket), kegiatan alam (pecinta alam dan selam),
kegiatan kreatif (mural, band, batik, fotografi), kegiatan ilmiah (science club),
dan kegiatan rohani (ministry).
Thornburg (1982:220) mengatakan bahwa sekolah harus memainkan
tiga peran dasar, yakni: 1) mengajarkan kemampuan akademis, 2) membantu
remaja mulai menyadari identitas diri, 3) mengintegrasikan dan
menginterpretasi kehidupan sosial saat ini. Dalam hal ini, beragam aktivitas
yang dilakukan di sekolah, seperti aktivitas formal (belajar-mengajar) dan
aktivitas non formal (ekstra kurikuler) harus dapat memenuhi kebutuhan
remaja dalam berbagai hal (intelektual, afeksi, dan sosial). Dengan
terpenuhinya kebutuhan remaja, kualitas diri pun dapat berkembang baik,
termasuk untuk memanfaatkan kualitas tubuh pada aktivitas yang dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Dengan demikian, hubungan yang tidak signifikan antara kedua
variabel dapat terjadi karena melemahnya pengaruh sinetron yang kemudian
diiringi dengan menguatnya faktor-faktor lain, terutama peran sekolah dan
berbagai aktivitas yang dilakukan remaja. Dukungan pihak sekolah pada
aktivitas remaja akan memunculkan perasaan nyaman, bahagia, percaya diri,
dan meningkatkan kemampuan bersosialisasi. Selain itu, beragam aktivitas
positif juga dapat membentuk sebuah persepsi yang benar terhadap tubuh dan
keyakinan untuk memiliki bentuk tubuh ideal dengan cara-cara yang tepat
tanpa menyakiti diri.
Pembahasan kedua mengenai body image pada subjek penelitian yang
tergolong positif dapat diawali dengan menjelaskan tugas dan ciri khas
perkembangan remaja, termasuk proses identifikasi dalam pembentukan
makna diri (identitas) pada remaja.
Masa remaja adalah sebuah fase dimana anak mulai membentuk rasa
yang kuat tentang identitas, kesadaran diri, dan kepercayaan diri (Bukatko,
2008:530). Maslow (dalam Thornburg, 1982:222) mengatakan bahwa remaja
mengembangkan keterampilan berpikir tinggi dan keinginan intrinsik untuk
menghubungkan berbagai pengetahuan supaya bisa memahami diri dengan
lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari cara remaja mengatasi kecemasan
terhadap perubahan fisik yang terjadi.
Thornburg (1982:67) mengatakan bahwa perhatian remaja terhadap
perubahan fisik berasal dari perbandingan diri dengan orang lain, terutama
teman sebaya dan stereotype media. Ciri fisik yang dikeluhkan diantaranya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
adalah bekas luka, bentuk dagu, telinga, gigi, hidung, kaki, dan wajah. Pada
kenyataannya, ciri fisik ini tidak selalu menjadi masalah bagi semua orang.
Hal ini dapat menyebabkan masalah hanya jika seseorang tidak memiliki rasa
penerimaan diri. Namun demikian, hal ini pun hanya terjadi beberapa waktu.
Seiring dengan kematangan emosi dan pikiran, hal itu dapat diatasi.
Berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil
penghitungan yang menunjukkan bahwa body image subjek tergolong tinggi.
Dari 126 subjek penelitian, 74 subjek (58,73%) memiliki body image positif,
46 subjek (36,51%) memiliki body image kategori sedang, dan 6 subjek
(4,76%) memiliki body image negatif.
Hasil yang menunjukkan sebagian besar subjek penelitian memiliki
body image positif diperkuat dengan nilai Indeks Massa Tubuh yang juga
menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki indeks massa tubuh ideal
atau normal. Dari 126 subjek penelitian, 62 subjek (49,2%) memiliki massa
tubuh normal, diikuti dengan 29 subjek (23,02%) memiliki massa tubuh
sangat kurus, 27 subjek (21,43%) memiliki massa tubuh kurus, 7 subjek
(5,56%) memiliki massa tubuh gemuk, dan 1 subjek (0,79%) termasuk dalam
obesitas level I.
Body image yang positif dan indeks massa tubuh yang tergolong
normal pada sebagian besar subjek penelitian dapat menunjukkan cara mereka
membentuk identitas diri dengan mengolah informasi yang didapat dari
berbagai macam sumber, termasuk tayangan sinetron.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Cara remaja mencapai identitas diri bermacam-macam. Identitas
dibentuk oleh lingkungan sosial teman sebaya dan cara pengasuhan, serta
penanaman nilai dari orang tua (Thornburg, 1982:540). Mereka melihat
kesamaan antara nilai-nilai yang telah ditanamkan dengan pengalaman-
pengalaman yang dialami sebagai remaja. Ketika mereka menemukan
kesamaan tersebut, ketetapan identitas diri terbentuk. Semakin mereka bisa
menemukan kesesuaian antara pengalaman dan nilai yang baik, maka semakin
positif diri mereka (Thornburg, 1982:540).
Dengan demikian, dalam mengolah informasi yang ditampilkan
melalui tayangan sinetron, terutama berkaitan dengan hal-hal yang mengarah
pada pembahasan mengenai fisik, seperti bentuk tubuh dan cara
berpenampilan, mereka menyesuaikannya dengan pemahaman akan identitas
diri yang harus dibentuk berdasarkan aturan, nilai, dan batasan yang
ditetapkan oleh lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Pembahasan ketiga mengenai atensi subjek penelitian terhadap
tayangan sinetron yang tergolong rendah dapat dijelaskan dengan melihat
ketertarikan dan kebermaknaan televisi pada remaja sebagai media penyiaran
sinetron. Pada penelitian ini, diperoleh hasil penghitungan yang menunjukkan
bahwa atensi remaja terhadap tayangan sinetron bergerak dari rendah ke
sedang. Dari 126 subjek penelitian, 87 orang (69,05%) memiliki atensi rendah,
37 orang (29, 36%) memiliki atensi sedang, dan hanya 2 orang (1,59%)
memiliki atensi tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Sebuah studi ekstensif yang dilakukan oleh Nielsen Company (dalam
Thornburg, 1982:273) menunjukkan adanya penurunan waktu menonton TV
pada anak. Dalam satu minggu, pada usia 2-5 tahun, anak menonton TV
hingga 32 jam, 47 menit. Waktu menonton berkurang menjadi 29 jam, 3 menit
pada usia 6-11 tahun. Pengurangan waktu menonton terus terjadi hingga anak
memasuki usia remaja. Remaja perempuan menggunakan waktu menonton
sebanyak 24 jam, 11 menit. Sedangkan remaja laki-laki menggunakan waktu
24 jam, 3 menit per minggu untuk menonton TV.
Di samping itu, Fox (dalam Thornburg, 1982:270) menjelaskan bahwa
meskipun televisi adalah hiburan yang paling sederhana untuk dinikmati,
remaja mengatakan bahwa mereka melakukan aktivitas lain ketika menonton
tayangan TV, seperti makan, membaca, mengerjakan tugas sekolah,
berbincang-bincang, dan mengerjakan tugas rumah. Andersen (dalam
Rakhmat, 2008:55) mengatakan bahwa individu mampu menaruh atensi pada
berbagai stimuli secara serentak. Namun, semakin besar keragaman stimuli
yang mendapat atensi, maka semakin kurang tajam persepsi individu pada
stimuli tertentu. Dengan demikian, ketika remaja melakukan banyak aktivitas
dalam satu waktu, maka atensi yang diberikan pada masing-masing aktivitas
menjadi rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan koefisien korelasi antara kedua variabel
sebesar 0,138 dengan taraf signifikansi 0,062. Dengan demikian, hipotesis
dalam penelitian yang mengatakan bahwa ada hubungan negatif antara atensi
pada tayangan sinetron dengan body image pada remaja ditolak. Hal ini
menunjukkan tidak terdapat hubungan antara atensi pada tayangan sinetron
dengan body image pada remaja.
Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subjek
penelitian memiliki atensi pada tayangan sinetron yang tergolong rendah dan
body image yang tergolong positif. Dari 126 subjek penelitian, sebesar
69,05% (87 orang) memiliki atensi rendah dan sebesar 58,73% (74 orang)
memiliki body image positif.
B. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menyadari adanya beberapa keterbatasan, yaitu :
1. Sinetron yang saat ini ditayangkan jumlahnya banyak dan terdiri dari
beragam tema cerita, pemeran, adegan, dan materi. Peneliti hanya
membahas sinetron secara umum tanpa melihat jenis sinetron seperti apa
yang paling disukai remaja. Dalam hal ini, pembahasan mengenai sinetron
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
secara umum dapat menimbulkan definisi yang terlalu luas dan bias bagi
subjek penelitian.
2. Instrumen penelitian untuk mengukur variabel body image, yakni Contour
Drawing Rating Scale merupakan skala adaptasi. Pada penelitian ini dan
penelitian lain, penggunaan Contour Drawing Rating Scale menunjukkan
hasil sebaran data tidak normal. Meskipun telah dilakukan penyesuaian,
skala ini membutuhkan pengujian lebih lanjut supaya terbukti bisa
digunakan sebagai alat ukur yang sesuai dengan kondisi remaja di
Indonesia.
3. Aspek-aspek atensi yang digunakan sebagai teori dasar penyusunan skala
atensi pada penelitian ini dinilai kurang tepat menggambarkan fungsinya
sebagai aspek sehingga diduga tidak dapat mengukur atensi dengan baik.
Selain itu, skala atensi yang digunakan dinilai kurang dapat mencerminkan
proses kognitif yang terjadi ketika remaja memberikan atensi pada
tayangan sinetron.
C. Saran
1. Bagi peneliti lain
Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa atensi terhadap
tayangan sinetron tidak secara signifikan mempengaruhi body image pada
remaja. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya diharapkan dapat melihat
variabel lain yang mungkin mempengaruhi body image pada remaja.
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih mengkhususkan penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
hanya pada jenis-jenis sinetron yang disukai remaja dan mungkin dapat
mempengaruhi body image remaja.
Peneliti lain perlu mempertimbangkan penggunaan Contour
Drawing Rating Scale untuk mengukur body image pada remaja. Peneliti
lain perlu menyadari kemungkinan terjadinya sebaran data tidak normal
sehingga dapat melakukan penyesuaian yang lebih tepat dalam
penggunaan skala ini atau menggunakan skala berbeda yang lebih sesuai
untuk mengukur variabel body image pada remaja di Indonesia.
Selain itu, pada penelitian ini, ada perbedaan karakteristik antara
kedua sekolah yang menjadi subjek penelitian. Subjek penelitian berasal
dari sekolah inklusi dan non inklusi. Berbeda dengan sekolah non inklusi,
sekolah inklusi adalah sekolah yang menerima anak berkebutuhan khusus,
termasuk dalam hal fisik sebagai peserta didik. Oleh karena itu, dalam
mengukur body image remaja, peneliti selanjutnya disarankan untuk
memilih subjek yang berasal dari sekolah non inklusi supaya data
penelitian bisa digeneralisasikan secara luas sesuai dengan ciri khas
perkembangan remaja pada lingkungan masyarakat umum.
Peneliti lain juga dapat mempertimbangkan penggunaan metode
eksperimen untuk mengukur atensi sehingga dapat memperoleh hasil yang
lebih tepat dan akurat dalam penelitian tentang atensi remaja pada
tayangan sinetron.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
2. Bagi subjek penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, body image yang dimiliki sebagian
besar subjek penelitian tergolong positif. Dengan demikian, bagi subjek
penelitian, diharapkan dapat mengembangkan body image positif untuk
memenuhi tugas perkembangan diri sebagai remaja, baik di lingkungan
keluarga, teman sepermainan, maupun masyarakat.
3. Bagi orangtua, pendidik, dan masyarakat
Orangtua, pendidik, dan masyarakat diharapkan dapat secara aktif
mengupayakan pemilihan tayangan televisi yang berdampak positif bagi
perkembangan remaja. Hal ini dapat dilakukan dengan mendampingi dan
membimbing remaja dalam menghadapi berbagai informasi yang
disampaikan melalui tayangan sinetron.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, S. I. (2010). Sinetron Remaja dan Penonton Belia : Riset Audiens
Terhadap Penonton Sinetron Remaja. Mimbar vol. XXVI, No.1 (Januari-
Juni 2010), 17-29.
Azwar, Saifuddin. (2014). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Basuki, Sulistyo. (2006). Metode Penelitian. Jakarta : Wedatama Widya Sastra.
Bukatko, Danuta. (2008). Child and Adolescent Development: A Chronological
Approach. New York : Houghton Mifflin Company.
Carraca, E. V., et al. (2011). Body image change and improved eating self-
regulation in a weight management intervention in women. International
Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity 2011, 1-10.
Cash & Pruzinsky. (2002). Body Image : A Handbook of Theory, Research, and
Clinical Practice. New York : Guilford Press.
Creswell, John W. (2010) Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed (ed. ke-3). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Echols, J. M., & Shadily, Hassan. (1975). Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta :
Gramedia.
Faturochman. (1988). Studi tentang daya tarik fisik pria dan wanita. Yogyakarta :
Universitas Gajah Mada.
Frisnawati, Awaliya. (2012). Hubungan Antara Intensitas Menonton Reality Show
Dengan Kecenderungan Perilaku Prososial Pada Remaja. Empathy vol.I,
No.1 (Desember 2012), 48-58.
Grogan, Sarah. (1999). Body Image : Understanding Body Dissatisfaction in Men,
Women, and Children. London : Routledge.
Harumindari, M. C. (2012). Hubungan Menonton Jenis-jenis Tayangan TV
Dengan Citra Tubuh Pada Remaja Awal. Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta. Diunduh 26 April 2013, dari http://library.usd.ac.id
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Henggaryadi, Galuh. (2008). Hubungan Antara Body Image Dengan Harga Diri
Pada Remaja Pria Yang Mengikuti Latihan Fitness/Kebugaran.
Universitas Gunadarma. Diunduh 7 Maret 2014, dari
http://gunadarma.ac.id
Media Informasi Kesehatan. (2013). Kalkulator IMT, Ukur Berat Badan Ideal
Anda. Diunduh 8 Januari 2015, dari http://medkes.com
National Eating Disorders Association. (2012). Body Image. Diunduh 28
November 2013, dari http://NationalEatingDisorders.org
Priyatno, Duwi. (2012). Belajar Praktis Analisis Parametrik dan Non Parametrik
dengan SPSS. Yogyakarta : Gava Media.
Priyatno, Duwi. (2012). Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20.
Yogyakarta : Andi.
Rakhmat, Jalaluddin. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Rice, F. P., & Dolgin, K. G. (2002). The adolescent : development, relationship,
and culture (10th
ed). Boston : Allyn & Bacon.
Saefudin, A. (2010). Republik Sinetron. Yogyakarta : Leutika.
Santoso, Agung. (2010). Statistik Untuk Psikologi. Yogyakarta : Universitas
Sanata Dharma.
Santrock, J. W. (2007). Remaja (ed. ke-11). Jakarta : Erlangga.
Sarwono, S. W. (2012). Psikologi Remaja (ed. ke-15). Jakarta : Rajawali Pers.
Solso, R. L., Maclin, O. H., Maclin, M. K. (2007). Psikologi Kognitif (ed. ke-8).
Jakarta : Erlangga.
Sternberg, R. J. (2008). Psikologi Kognitif (ed.ke-4). Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Supratiknya, A. (1998). Psikometri. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
Thompson, Marjorie A., & Gray, James J. (1995). Development and Validation of
A New Body Image Assessment Scale. Journal of Personality Assessment
1995, 258-269.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Thompson, J. K., Heinberg, L. J., Altabe, M., Dunn, S. T. (2002). Exacting Beauty
: Theory, Assesment, and Treatment of Body Image Disturbance.
Washington : American Psychological Association.
Thornburg, Hershel D. (1982). Development in Adolescence. California :
Brooks/Cole.
Yamin, Sofyan., Rachmach, Lien A., Kurniawan, Heri. (2011). Regresi dan
Korelasi dalam Genggaman Anda. Jakarta : Salemba Empat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
LAMPIRAN 1
Skala Penelitian (try out)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
SKALA PENELITIAN
(try out)
Disusun oleh :
Agustina Hardianti
089114115
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
KATA PENGANTAR
Saya selaku mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma
sedang melakukan penelitian tentang sikap remaja terhadap kondisi fisik dan
sosial. Saya mohon kesediaan Anda untuk meluangkan waktu guna berpartisipasi
dalam mengisi skala ini. Pengisian skala ditujukan untuk kepentingan ilmiah yang
pada akhirnya diharapkan dapat bermanfaat bagi kehidupan remaja pada
umumnya.
Semua jawaban adalah benar apabila hal tersebut sesuai dengan
kondisi Anda saat ini. Saya sangat mengharapkan jawaban yang jujur, apa
adanya, dan tidak dipengaruhi orang lain. Saya menjamin bahwa identitas yang
Anda berikan akan dirahasiakan sesuai dengan kode etik penelitian ilmiah.
Atas kesediaan dan kerjasama Anda, saya mengucapkan banyak
terimakasih.
Hormat saya,
Peneliti
Agustina Hardianti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
PERNYATAAN KESEDIAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
Dalam mengisi skala ini, saya tidak berada di bawah paksaan atau tekanan
pihak tertentu. Saya dengan sukarela membantu terlaksananya penelitian ilmiah
ini.
Semua jawaban yang saya berikan merupakan jawaban murni berdasarkan
apa yang saya alami, bukan berdasarkan penilaian atau pengaruh orang lain. Saya
juga mengijinkan jawaban-jawaban yang saya berikan dapat dipergunakan sebagai
data untuk penelitian ilmiah ini.
Yogyakarta, … … 2014
Menyetujui,
( ______________________ )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
IDENTITAS DIRI
Nama :
Usia : … tahun … bulan
Jenis kelamin : laki-laki / perempuan (lingkari yang sesuai)
Kelas : … SMP / SMA (lingkari yang sesuai)
Berat badan : … kg
Tinggi badan : … cm
Domisili : kos / rumah / asrama (lingkari yang sesuai)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
PETUNJUK PENGISIAN
Skala ini bersifat sangat pribadi dan dijaga kerahasiaannya. Oleh sebab itu,
Anda dimohon mengisi sesuai dengan keadaan Anda yang sebenar-benarnya.
Semua orang memiliki jawaban yang berbeda, tetapi semua jawaban dianggap
BENAR dan tidak akan ada jawaban yang dianggap SALAH. Jawaban yang
paling benar adalah jawaban yang sesuai dengan diri Anda.
Skala ini terdiri dari pernyataan tentang atensi yang Anda berikan pada tayangan
sinetron. Pilihan jawaban dari setiap penyataan adalah :
Sangat Setuju (SS)
Jika Anda sangat setuju dengan pernyataan.
Setuju (S)
Jika Anda setuju dengan pernyataan.
Tidak Setuju (TS)
Jika Anda tidak setuju dengan pernyataan.
Sangat Tidak Setuju (STS)
Jika Anda sangat tidak setuju dengan pernyataan.
Bacalah setiap penyataan dengan seksama, kemudian pilihlah salah satu
jawaban dengan memberikan tanda silang ( X ) pada jawaban yang menurut
Anda paling sesuai.
Contoh pengisian :
No. Pernyataan
PILIHAN
SS S TS STS
1. Daya tarik sinetron terletak pada ceritanya X
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Jika Anda ingin mengganti jawaban, berilah tanda sama dengan ( = ) pada
jawaban yang tidak sesuai, lalu berilah tanda silang ( X ) pada jawaban yang lebih
sesuai dengan diri Anda.
Contoh koreksi :
No. Pernyataan
PILIHAN
SS S TS STS
1. Daya tarik sinetron terletak pada ceritanya X X
Perhatian :
Perhatikan semua pernyataan yang ada. Pastikan semua jawaban terisi dan tidak
ada yang terlewati.
SELAMAT MENGERJAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
SKALA PENELITIAN
No. Pernyataan
PILIHAN
SS S TS STS
1.
Saya menonton sinetron karena
menampilkan para pemeran yang memiliki
fisik menarik
2.
Banyaknya pembicaraan teman tentang
sinetron tertentu membuat saya tertarik
untuk menonton sinetron tersebut
3.
Saya merasa emosi jika pemeran yang saya
sukai diperlakukan tidak baik dalam cerita
yang ditampilkan
4. Daya tarik sinetron terletak pada pemeran-
pemerannya
5.
Saya merasa senang menonton sinetron
karena kehidupan yang ditampilkan hampir
mirip dengan kehidupan saya
6. Saya seringkali tidak tertarik dengan
obrolan mengenai sinetron
7.
Ketika menonton sinetron, saya
memperhatikan iklan yang ditayangkan
dengan sungguh-sungguh
8. Saya tidak memiliki keingintahuan untuk
mengetahui berbagai cerita sinetron
9. Menonton sinetron hanya akan membuang-
buang waktu saya
10.
Menurut saya, jumlah sinetron berkualitas
lebih sedikit dibanding sinetron tidak
berkualitas
11. Saya lebih suka menonton sinetron daripada
tayangan lain di televisi
12. Saya tidak akan mengganti channel TV
ketika menonton sinetron yang saya suka
13. Saya menantikan penayangan sinetron-
sinetron terbaru di televisi
14. Daya tarik sinetron terletak pada ceritanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
No. Pernyataan
PILIHAN
SS S TS STS
15.
Saya seringkali memperagakan adegan-
adegan sinetron dalam kehidupan sehari-
hari
16.
Saya tidak ingin terlibat sebagai pemberi
masukan untuk menentukan cerita dalam
sinetron meskipun kesempatan itu ada
17. Tidak penting bagi saya mengetahui
berbagai informasi tentang sinetron
18.
Ketika menonton sinetron, adegan-adegan
yang ditampilkan tidak mempengaruhi
perasaan saya
19.
Saya tidak tertarik dengan sinetron,
meskipun seringkali dipromosikan melalui
iklan
20. Saya jarang memperhatikan lagu soundtrack
sinetron
21. Saya sering membicarakan sinetron yang
saya tonton kepada teman-teman
22. Saya ingin mengetahui informasi lebih
banyak mengenai sinetron yang saya suka
23. Ketika menonton adegan-adegan sedih
dalam sinetron, saya bisa tiba-tiba menangis
24.
Ketika saya menonton sinetron dengan
judul yang sama setiap hari, saya bisa
menghafal lagu soundtrack sinetron tersebut
25. Saya mendapat manfaat positif dari
tayangan sinetron
26.
Saya tidak ingin mengetahui informasi
tentang artis-artis sinetron yang sedang
terkenal di masyarakat
27.
Saya tidak suka menonton sinetron karena
seringkali menampilkan cara bergaul yang
materialistis
28. Saya lebih senang menonton sinetron
bersama orang lain
29. Saya menonton sinetron hanya ketika semua
tugas sudah saya selesaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
No. Pernyataan
PILIHAN
SS S TS STS
30.
Meskipun jumlah sinetron semakin banyak,
saya tetap tidak tertarik untuk menjadikan
sinetron sebagai tayangan favorit
31. Saya memilih tayangan lain selain sinetron
untuk ditonton
32.
Saya menonton sinetron dalam waktu
singkat hanya untuk mengetahui hal-hal
yang ditampilkan di dalamnya
33. Ketika menonton sinetron favorit, saya
mengingat cerita episode sebelumnya
34. Saya membutuhkan tayangan sinetron untuk
menambah wawasan tentang kehidupan
35.
Saya pernah berandai-andai bisa menjadi
pengatur alur cerita sinetron yang saya
tonton
36.
Saya tidak menjadikan lagu soundtrack
sebagai prioritas perhatian ketika menonton
sinetron
37.
Saya tiba-tiba merasa kesal apabila ada
yang mengganggu ketika saya sedang
menonton sinetron
38. Sinetron seringkali menampilkan konflik
dengan penyelesaian yang tidak realistis
39.
Cerita sinetron yang sesuai dengan
kehidupan saya sebagai remaja membuat
saya ingin mengikuti setiap episodenya
40. Saya tidak ingin membayangkan diri saya
sebagai salah satu pemeran sinetron
41.
Jumlah sinetron yang semakin banyak
membuat saya prihatin dengan
perkembangan tayangan televisi saat ini
42.
Saya seringkali tidak mengikuti sinetron
hingga episode terakhir (hingga „tamat/the
end‟)
43.
Saya tetap tidak ingin menonton sinetron,
meskipun banyak teman membicarakan
sinetron itu di sekolah
44.
Saya tidak menyukai sinetron yang hanya
menonjolkan kecantikan ragawi para
pemeran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
No. Pernyataan
PILIHAN
SS S TS STS
45. Sinetron memiliki keunikan tersendiri
dibanding tayangan lain di televisi
46.
Ketika menonton sinetron yang saya suka,
saya mengkonsentrasikan diri pada cerita
yang ditampilkan
47. Saya kurang mempedulikan adanya
penayangan sinetron-sinetron terbaru
48.
Menurut saya, seharusnya sinetron
menampilkan cerita yang lebih mendidik
agar semakin menarik perhatian
49.
Saya seringkali membayangkan memiliki
kehidupan serba mudah seperti yang sering
ditampilkan dalam sinetron
50.
Saya kurang tertarik menonton sinetron
karena tidak ada keunikan yang dapat
memikat hati
51.
Saya akan langsung mengganti channel TV
ketika saya tidak menyukai suatu adegan
yang ditampilkan dalam sinetron
52. Adegan-adegan lucu dalam sinetron bisa
membuat saya tertawa
53.
Sinetron dapat mengambil alih peran orang
tua sebagai agen utama pemberi
pengetahuan bagi remaja
54.
Saya berharap tidak ada iklan supaya saya
bisa menonton sinetron dalam waktu tayang
yang maksimal
55.
Meskipun terkadang saya menonton
sinetron, saya tidak ingin mengikuti adegan-
adegan yang ditampilkan
56. Menurut saya, banyak sinetron yang
memiliki kualitas bagus
57. Saya tidak pernah mengomentari gaya
berpenampilan para pemeran sinetron
58. Saya merasa tidak ingin melewatkan jadwal
tayang sinetron yang gemar saya tonton
59. Sinetron mengajari saya cara menghadapi
masalah sehari-hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
No. Pernyataan
PILIHAN
SS S TS STS
60.
Akting pemeran sinetron seringkali tidak
menyentuh hati sehingga tidak menarik
perhatian saya untuk menonton
61. Sinetron adalah tayangan yang kurang
bermanfaat bagi saya
62. Saya sering meluangkan waktu untuk
menunggu sinetron favorit saya ditayangkan
63.
Ketika saya menyukai suatu sinetron, saya
bisa menonton sinetron tersebut hingga
episode terakhir (hingga „tamat/the end‟)
64. Bagi saya, sinetron hanya menciptakan
wawasan yang buruk tentang kehidupan
65.
Di dalam sinetron yang saya tonton, ada
kepribadian artis yang hampir mirip dengan
saya
66.
Kata-kata gaul yang ditampilkan dalam
sinetron memunculkan ketertarikan saya
untuk menonton
67.
Ketika berada di rumah, waktu untuk
menonton sinetron dalam sehari lebih besar
daripada waktu untuk belajar
68.
Saya merasa penasaran untuk mengetahui
kelanjutan cerita sinetron yang sering saya
tonton
69. Tayangan sinetron menambah pengetahuan
saya
70.
Ketika menonton sinetron, saya
membayangkan diri saya sebagai salah satu
pemerannya
71.
Saya seringkali heran dengan
penggambaran kehidupan yang tidak masuk
akal dalam sinetron
72. Saya tidak ingin memperhatikan sinetron
meskipun pemerannya adalah artis terkenal
73. Seringkali saya tidak mengingat cerita
sinetron episode sebelumnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
No. Pernyataan PILIHAN
SS S TS STS
74. Saya menonton sinetron di televisi jika ada
waktu luang
75. Bagi saya, kata-kata gaul yang ditampilkan
dalam sinetron tidak baik untuk dicontoh
76.
Saya memperhatikan gaya berpenampilan
para pemeran dalam sinetron yang saya
tonton
77. Saya merasa malas untuk memperhatikan
tiap adegan dalam sinetron
78. Sinetron membantu saya untuk mengetahui
cara-cara bergaul
79.
Saya tidak suka menonton sinetron karena
ceritanya tidak sesuai dengan kehidupan
nyata
80.
Meskipun sinetron tertentu menampilkan
remaja sebagai pemeran utama, saya tetap
tidak tertarik menonton sinetron itu
81. Sinetron membuat saya terhibur
82. Saya tidak pernah menangis karena
menonton adegan sedih dalam sinetron
83. Saya merasa cepat bosan ketika menonton
suatu judul sinetron
84. Ketika melihat iklan sinetron terbaru, timbul
keinginan untuk menonton sinetron tersebut
85. Saya tidak memiliki jadwal teratur untuk
menonton sinetron
86.
Saya memiliki keinginan untuk menjadikan
artis sinetron yang saya suka sebagai teman
dekat
87.
Saya menonton sinetron karena sinetron
menampilkan cerita sehari-hari dengan
bahasa yang mudah dipahami
88. Saya memiliki sinetron favorit
89. Saya pernah menunda waktu mengerjakan
tugas untuk menonton sinetron
90.
Saya semakin bersemangat menonton
sinetron jika lagu soundtracknya enak
didengar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
LAMPIRAN 2
Reliabilitas Skala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
ATENSI PADA TAYANGAN SINETRON
Pengujian Pertama
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 101 100.0
Excludeda 0 .0
Total 101 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.962 90
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
VAR00001 194.06 1391.896 .573 .961
VAR00002 194.18 1392.248 .622 .961
VAR00003 194.27 1398.898 .450 .961
VAR00004 193.85 1398.328 .462 .961
VAR00005 194.54 1397.510 .558 .961
VAR00006 194.46 1388.250 .608 .961
VAR00007 193.56 1449.928 -.347 .963
VAR00008 194.41 1389.664 .611 .961
VAR00009 194.66 1400.206 .515 .961
VAR00010 194.47 1407.511 .338 .962
VAR00011 194.70 1396.871 .541 .961
VAR00012 194.25 1375.548 .722 .961
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
VAR00013 194.34 1388.706 .651 .961
VAR00014 193.70 1405.951 .372 .962
VAR00015 194.87 1403.313 .492 .961
VAR00016 194.19 1409.634 .328 .962
VAR00017 194.40 1396.002 .541 .961
VAR00018 194.35 1406.229 .377 .961
VAR00019 194.39 1377.479 .745 .961
VAR00020 194.14 1398.681 .472 .961
VAR00021 194.43 1381.867 .700 .961
VAR00022 194.31 1378.375 .722 .961
VAR00023 194.62 1388.997 .557 .961
VAR00024 194.05 1390.808 .537 .961
VAR00025 194.12 1388.566 .581 .961
VAR00026 194.10 1406.830 .359 .962
VAR00027 194.62 1402.297 .442 .961
VAR00028 193.82 1454.108 -.367 .963
VAR00029 194.60 1444.542 -.206 .963
VAR00030 194.63 1383.574 .715 .961
VAR00031 194.79 1396.506 .565 .961
VAR00032 194.41 1411.824 .293 .962
VAR00033 194.20 1393.240 .573 .961
VAR00034 194.33 1396.982 .518 .961
VAR00035 194.51 1403.292 .386 .961
VAR00036 194.19 1421.134 .147 .962
VAR00037 194.45 1390.150 .545 .961
VAR00038 194.54 1411.690 .277 .962
VAR00039 194.46 1390.390 .576 .961
VAR00040 194.48 1410.032 .306 .962
VAR00041 194.65 1407.849 .348 .962
VAR00042 194.58 1406.805 .387 .961
VAR00043 194.50 1376.792 .750 .961
VAR00044 194.77 1401.538 .432 .961
VAR00045 194.36 1394.092 .533 .961
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
VAR00046 194.33 1394.782 .586 .961
VAR00047 194.68 1402.259 .499 .961
VAR00048 195.12 1420.206 .209 .962
VAR00049 194.11 1418.098 .190 .962
VAR00050 194.54 1385.090 .705 .961
VAR00051 194.85 1415.708 .256 .962
VAR00052 193.52 1390.832 .556 .961
VAR00053 194.22 1446.032 -.225 .963
VAR00054 194.31 1392.315 .509 .961
VAR00055 194.84 1411.835 .357 .962
VAR00056 194.24 1388.943 .612 .961
VAR00057 194.30 1428.391 .029 .962
VAR00058 194.32 1386.579 .595 .961
VAR00059 194.39 1402.819 .444 .961
VAR00060 194.50 1406.732 .387 .961
VAR00061 194.74 1392.693 .634 .961
VAR00062 194.45 1389.310 .664 .961
VAR00063 194.29 1379.247 .671 .961
VAR00064 194.44 1392.508 .561 .961
VAR00065 194.36 1406.332 .429 .961
VAR00066 194.32 1393.839 .619 .961
VAR00067 194.78 1406.992 .348 .962
VAR00068 194.25 1375.628 .759 .961
VAR00069 194.37 1399.874 .511 .961
VAR00070 194.44 1397.108 .600 .961
VAR00071 194.65 1415.309 .251 .962
VAR00072 194.40 1391.042 .580 .961
VAR00073 194.37 1417.754 .202 .962
VAR00074 194.40 1445.662 -.228 .963
VAR00075 194.63 1413.674 .278 .962
VAR00076 194.38 1398.077 .535 .961
VAR00077 194.34 1396.326 .503 .961
VAR00078 194.35 1402.169 .484 .961
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
VAR00079 194.45 1395.130 .499 .961
VAR00080 194.53 1383.251 .710 .961
VAR00081 194.05 1383.088 .689 .961
VAR00082 194.58 1394.305 .531 .961
VAR00083 194.52 1394.592 .609 .961
VAR00084 194.41 1385.444 .675 .961
VAR00085 194.37 1419.074 .163 .962
VAR00086 194.38 1397.297 .483 .961
VAR00087 194.26 1393.413 .578 .961
VAR00088 194.26 1372.333 .724 .961
VAR00089 194.58 1403.745 .368 .962
VAR00090 194.25 1388.848 .538 .961
Scale Statistics
Mean Variance
Std.
Deviation N of Items
196.57 1.431E3 37.832 90
Pengujian Kedua
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 101 100.0
Excludeda 0 .0
Total 101 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.970 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
LAMPIRAN 3
Skala Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
SKALA PENELITIAN
Disusun oleh :
Agustina Hardianti
NIM : 089114115
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
KATA PENGANTAR
Saya selaku mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma
sedang melakukan penelitian tentang sikap remaja terhadap kondisi fisik dan
sosial. Saya mohon kesediaan Anda untuk meluangkan waktu guna berpartisipasi
dalam mengisi skala ini. Pengisian skala ditujukan untuk kepentingan ilmiah yang
pada akhirnya diharapkan dapat bermanfaat bagi kehidupan remaja pada
umumnya.
Semua jawaban adalah benar apabila hal tersebut sesuai dengan
kondisi Anda saat ini. Saya sangat mengharapkan jawaban yang jujur, apa
adanya, dan tidak dipengaruhi orang lain. Saya menjamin bahwa identitas yang
Anda berikan akan dirahasiakan sesuai dengan kode etik penelitian ilmiah.
Atas kesediaan dan kerjasama Anda, saya mengucapkan banyak
terimakasih.
Hormat saya,
Peneliti
Agustina Hardianti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
PERNYATAAN KESEDIAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
Dalam mengisi skala ini, saya tidak berada di bawah paksaan atau tekanan
pihak tertentu. Saya dengan sukarela membantu terlaksananya penelitian ilmiah
ini.
Semua jawaban yang saya berikan merupakan jawaban murni berdasarkan
apa yang saya alami, bukan berdasarkan penilaian atau pengaruh orang lain. Saya
juga mengijinkan jawaban-jawaban yang saya berikan dapat dipergunakan sebagai
data untuk penelitian ilmiah ini.
Yogyakarta, … … 2014
Menyetujui,
( ______________________ )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
IDENTITAS DIRI
Nama :
Usia : … tahun … bulan
Jenis kelamin : laki-laki / perempuan (lingkari yang sesuai)
Kelas : … SMP / SMA (lingkari yang sesuai)
Berat badan : … kg
Tinggi badan : … cm
Domisili : kos / rumah / asrama (lingkari yang sesuai)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
PETUNJUK PENGISIAN
Skala ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian A dan bagian B.
Skala ini bersifat sangat pribadi dan dijaga kerahasiaannya. Oleh sebab itu,
Anda dimohon mengisi sesuai dengan keadaan Anda yang sebenar-benarnya.
Semua orang memiliki jawaban yang berbeda, tetapi semua jawaban dianggap
BENAR dan tidak akan ada jawaban yang dianggap SALAH. Jawaban yang
paling benar adalah jawaban yang sesuai dengan diri Anda.
Bagian A :
Skala ini terdiri dari pernyataan tentang atensi yang Anda berikan pada tayangan
sinetron. Pilihan jawaban dari setiap penyataan adalah :
Sangat Setuju (SS)
Jika Anda sangat setuju dengan pernyataan.
Setuju (S)
Jika Anda setuju dengan pernyataan.
Tidak Setuju (TS)
Jika Anda tidak setuju dengan pernyataan.
Sangat Tidak Setuju (STS)
Jika Anda sangat tidak setuju dengan pernyataan.
Bacalah setiap penyataan dengan seksama, kemudian pilihlah salah satu
jawaban dengan memberikan tanda silang ( X ) pada jawaban yang menurut
Anda paling sesuai.
Contoh pengisian :
No. Pernyataan
PILIHAN
SS S TS STS
1. Daya tarik sinetron terletak pada ceritanya X
Jika Anda ingin mengganti jawaban, berilah tanda sama dengan ( = ) pada
jawaban yang tidak sesuai, lalu berilah tanda silang ( X ) pada jawaban yang lebih
sesuai dengan diri Anda.
Perhatian :
Perhatikan semua pernyataan yang ada. Pastikan semua jawaban terisi dan tidak
ada yang terlewati. Pengerjaan soal dimulai dari halaman 8 sampai halaman
18.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Bagian B :
Bagian ini terdiri dari gambar tubuh 9 wanita dan 9 pria. Apabila Anda
adalah seorang wanita, maka Anda hanya perlu memberikan tanda pada gambar
wanita saja (baris atas) dan jika Anda adalah seorang pria, maka Anda hanya
perlu memberikan tanda pada gambar pria saja (baris bawah).
Berilah tanda LINGKARAN pada nomor yang menurut Anda paling
sesuai dengan bentuk tubuh Anda saat ini dan berilah tanda SILANG pada nomor
gambar tubuh yang ingin Anda miliki.
Contoh :
Apabila Anda adalah seorang wanita, maka berikan tanda lingkaran dan silang
hanya pada gambar wanita (baris atas)
Artinya, figur no.7 adalah figur yang paling sesuai dengan tubuh Anda saat ini.
Sedangkan, figur no.2 adalah figur yang Anda inginkan.
1 2 3 4 5 6 8 9 7
1 2 3 4 5 6 7 8 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
SKALA PENELITIAN
BAGIAN A
No. Pernyataan
PILIHAN
SS S TS STS
1. Saya menonton sinetron karena menampilkan
para pemeran yang memiliki fisik menarik
2.
Banyaknya pembicaraan teman tentang sinetron
tertentu membuat saya tertarik untuk menonton
sinetron tersebut
3.
Saya merasa emosi jika pemeran yang saya
sukai diperlakukan tidak baik dalam cerita yang
ditampilkan
4. Daya tarik sinetron terletak pada pemeran-
pemerannya
5.
Saya merasa senang menonton sinetron karena
kehidupan yang ditampilkan hampir mirip
dengan kehidupan saya
6. Saya seringkali tidak tertarik dengan obrolan
mengenai sinetron
7. Saya tidak memiliki keingintahuan untuk
mengetahui berbagai cerita sinetron
8. Menonton sinetron hanya akan membuang-
buang waktu saya
9. Menurut saya, jumlah sinetron berkualitas lebih
sedikit dibanding sinetron tidak berkualitas
10. Saya lebih suka menonton sinetron daripada
tayangan lain di televisi
11. Saya tidak akan mengganti channel TV
ketika menonton sinetron yang saya suka
12. Saya menantikan penayangan sinetron-
sinetron terbaru di televisi
13. Daya tarik sinetron terletak pada ceritanya
14.
Saya seringkali memperagakan adegan-
adegan sinetron dalam kehidupan sehari-
hari
15.
Saya tidak ingin terlibat sebagai pemberi
masukan untuk menentukan cerita dalam
sinetron meskipun kesempatan itu ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
No. Pernyataan
PILIHAN
SS S TS STS
16. Tidak penting bagi saya mengetahui
berbagai informasi tentang sinetron
17.
Ketika menonton sinetron, adegan-adegan
yang ditampilkan tidak mempengaruhi
perasaan saya
18.
Saya tidak tertarik dengan sinetron,
meskipun seringkali dipromosikan melalui
iklan
19. Saya jarang memperhatikan lagu soundtrack
sinetron
20. Saya sering membicarakan sinetron yang
saya tonton kepada teman-teman
21. Saya ingin mengetahui informasi lebih
banyak mengenai sinetron yang saya suka
22. Ketika menonton adegan-adegan sedih
dalam sinetron, saya bisa tiba-tiba menangis
23.
Ketika saya menonton sinetron dengan
judul yang sama setiap hari, saya bisa
menghafal lagu soundtrack sinetron tersebut
24. Saya mendapat manfaat positif dari
tayangan sinetron
25.
Saya tidak ingin mengetahui informasi
tentang artis-artis sinetron yang sedang
terkenal di masyarakat
26.
Saya tidak suka menonton sinetron karena
seringkali menampilkan cara bergaul yang
materialistis
27.
Meskipun jumlah sinetron semakin banyak,
saya tetap tidak tertarik untuk menjadikan
sinetron sebagai tayangan favorit
28. Saya memilih tayangan lain selain sinetron
untuk ditonton
29. Ketika menonton sinetron favorit, saya
mengingat cerita episode sebelumnya
30. Saya membutuhkan tayangan sinetron untuk
menambah wawasan tentang kehidupan
31.
Saya pernah berandai-andai bisa menjadi
pengatur alur cerita sinetron yang saya
tonton
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
No. Pernyataan
PILIHAN
SS S TS STS
32.
Saya tiba-tiba merasa kesal apabila ada
yang mengganggu ketika saya sedang
menonton sinetron
33.
Cerita sinetron yang sesuai dengan kehidupan
saya sebagai remaja membuat saya ingin
mengikuti setiap episodenya
34. Saya tidak ingin membayangkan diri saya
sebagai salah satu pemeran sinetron
35.
Jumlah sinetron yang semakin banyak membuat
saya prihatin dengan perkembangan tayangan
televisi saat ini
36. Saya seringkali tidak mengikuti sinetron hingga
episode terakhir (hingga „tamat/the end‟)
37.
Saya tetap tidak ingin menonton sinetron,
meskipun banyak teman membicarakan sinetron
itu di sekolah
38. Saya tidak menyukai sinetron yang hanya
menonjolkan kecantikan ragawi para pemeran
39. Sinetron memiliki keunikan tersendiri dibanding
tayangan lain di televisi
40.
Ketika menonton sinetron yang saya suka, saya
mengkonsentrasikan diri pada cerita yang
ditampilkan
41. Saya kurang mempedulikan adanya penayangan
sinetron-sinetron terbaru
42. Saya kurang tertarik menonton sinetron karena
tidak ada keunikan yang dapat memikat hati
43. Adegan-adegan lucu dalam sinetron bisa
membuat saya tertawa
44.
Saya berharap tidak ada iklan supaya saya
bisa menonton sinetron dalam waktu tayang
yang maksimal
45.
Meskipun terkadang saya menonton
sinetron, saya tidak ingin mengikuti adegan-
adegan yang ditampilkan
46. Menurut saya, banyak sinetron yang
memiliki kualitas bagus
47. Saya merasa tidak ingin melewatkan jadwal
tayang sinetron yang gemar saya tonton
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
No. Pernyataan
PILIHAN
SS S TS STS
48. Sinetron mengajari saya cara menghadapi
masalah sehari-hari
49.
Akting pemeran sinetron seringkali tidak
menyentuh hati sehingga tidak menarik
perhatian saya untuk menonton
50. Sinetron adalah tayangan yang kurang
bermanfaat bagi saya
51. Saya sering meluangkan waktu untuk
menunggu sinetron favorit saya ditayangkan
52.
Ketika saya menyukai suatu sinetron, saya
bisa menonton sinetron tersebut hingga
episode terakhir (hingga „tamat/the end‟)
53. Bagi saya, sinetron hanya menciptakan
wawasan yang buruk tentang kehidupan
54.
Di dalam sinetron yang saya tonton, ada
kepribadian artis yang hampir mirip dengan
saya
55.
Kata-kata gaul yang ditampilkan dalam
sinetron memunculkan ketertarikan saya
untuk menonton
56.
Ketika berada di rumah, waktu untuk
menonton sinetron dalam sehari lebih besar
daripada waktu untuk belajar
57.
Saya merasa penasaran untuk mengetahui
kelanjutan cerita sinetron yang sering saya
tonton
58. Tayangan sinetron menambah pengetahuan
saya
59.
Ketika menonton sinetron, saya
membayangkan diri saya sebagai salah satu
pemerannya
60. Saya tidak ingin memperhatikan sinetron
meskipun pemerannya adalah artis terkenal
61.
Saya memperhatikan gaya berpenampilan
para pemeran dalam sinetron yang saya
tonton
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
No. Pernyataan
PILIHAN
SS S TS STS
62. Saya merasa malas untuk memperhatikan
tiap adegan dalam sinetron
63. Sinetron membantu saya untuk mengetahui
cara-cara bergaul
64.
Saya tidak suka menonton sinetron karena
ceritanya tidak sesuai dengan kehidupan
nyata
65.
Meskipun sinetron tertentu menampilkan
remaja sebagai pemeran utama, saya tetap
tidak tertarik menonton sinetron itu
66. Sinetron membuat saya terhibur
67. Saya tidak pernah menangis karena
menonton adegan sedih dalam sinetron
68. Saya merasa cepat bosan ketika menonton
suatu judul sinetron
69. Ketika melihat iklan sinetron terbaru, timbul
keinginan untuk menonton sinetron tersebut
70.
Saya memiliki keinginan untuk menjadikan
artis sinetron yang saya suka sebagai teman
dekat
71.
Saya menonton sinetron karena sinetron
menampilkan cerita sehari-hari dengan
bahasa yang mudah dipahami
72. Saya memiliki sinetron favorit
73. Saya pernah menunda waktu mengerjakan
tugas untuk menonton sinetron
74.
Saya semakin bersemangat menonton
sinetron jika lagu soundtracknya enak
didengar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
BAGIAN B
Berilah tanda LINGKARAN pada nomor figur yang menurut Anda paling
sesuai atau paling mendekati bentuk tubuh Anda saat ini dan berilah tanda
SILANG pada nomor figur tubuh yang ingin Anda miliki.
Jika Anda adalah seorang wanita, berikan tanda pada gambar wanita
saja (baris atas). Jika Anda adalah seorang pria, berikan tanda pada gambar
pria saja (baris bawah).
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9
TERIMA KASIH
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
LAMPIRAN 4
Hasil Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
A. UJI ASUMSI
1. Uji Normalitas
Sebelum outliers dibuang
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
atensi menonton .071 126 .189 .986 126 .245
body image .280 126 .000 .863 126 .000
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Setelah outliers dibuang
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
atensi menonton .071 117 .200* .986 117 .266
body image .294 117 .000 .855 117 .000
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true
significance.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
2. Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
body image
* atensi
menonton
Between
Groups
(Combined) 73.325 82 .894 .710 .908
Linearity 3.417 1 3.417 2.713 .107
Deviation from
Linearity 69.908 81 .863 .685 .928
Within Groups 54.167 43 1.260
Total 127.492 125
B. HASIL PENEITIAN
1. Uji Hipotesis
Correlations
atensi
menonton body image
Spearman's rho atensi menonton Correlation
Coefficient 1.000 .138
Sig. (1-tailed) . .062
N 126 126
body image Correlation
Coefficient .138 1.000
Sig. (1-tailed) .062 .
N 126 126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
2. Deskripsi
Descriptives
Statistic Std. Error
atensi menonton
Mean 169.10 3.396
95% Confidence
Interval for Mean
Lower
Bound 162.37
Upper
Bound 175.82
5% Trimmed Mean 169.10
Median 171.00
Variance 1.453E3
Std. Deviation 38.122
Minimum 74
Maximum 278
Range 204
Interquartile Range 46
Skewness -.105 .216
Kurtosis .392 .428
body image
Mean 1.51 .090
95% Confidence
Interval for Mean
Lower
Bound 1.33
Upper
Bound 1.69
5% Trimmed Mean 1.45
Median 1.00
Variance 1.020
Std. Deviation 1.010
Minimum 0
Maximum 5
Range 5
Interquartile Range 1
Skewness .878 .216
Kurtosis .834 .428
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
LAMPIRAN 5
Data Indeks Massa Tubuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Subjek Jenis
Kelamin*
Berat Badan
(kg)
Tinggi Badan
(m)
Indeks Massa
Tubuh
1 1 40 1.67 14.34
2 1 44 1.6 17.19
3 2 50 1.61 19.29
4 2 64 1.75 20.90
5 2 56 1.57 22.72
6 2 42 1.56 17.26
7 2 55 1.68 19.49
8 2 42 1.65 15.43
9 2 45 1.55 18.73
10 2 47 1.55 19.56
11 2 44 1.45 20.93
12 1 60 1.68 21.26
13 1 54 1.68 19.13
14 2 49 1.56 20.13
15 1 48 1.5 21.33
16 1 60 1.75 19.59
17 1 44 1.69 15.41
18 1 55 1.8 16.98
19 1 62 1.75 20.24
20 1 40 1.6 15.63
21 1 50 1.62 19.05
22 1 50 1.68 17.72
23 1 71 1.79 22.16
24 1 50 1.75 16.33
25 1 52 1.84 15.36
26 1 45 1.65 16.53
27 1 55 1.61 21.22
28 1 80 1.68 28.34
29 2 50 1.59 19.78
30 2 50 1.6 19.53
31 1 56 1.74 18.50
32 1 52 1.71 17.78
33 1 50 1.65 18.37
34 2 52 1.63 19.57
35 2 70 1.56 28.76
36 1 40 1.69 14.01
37 2 48 1.55 19.98
38 2 53 1.62 20.20
39 1 60 1.7 20.76
40 1 75 1.7 25.95
41 1 74 1.79 23.10
42 1 51 1.7 17.65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
43 1 90 1.75 29.39
44 2 51 1.65 18.73
45 2 65 1.68 23.03
46 2 45 1.65 16.53
47 2 57 1.65 20.94
48 2 47 1.56 19.31
49 2 42 1.7 14.53
50 1 49 1.65 18.00
51 2 37 1.49 16.67
52 2 51 1.55 21.23
53 2 48 1.67 17.21
54 2 45 1.53 19.22
55 2 40 1.52 17.31
56 1 49 1.57 19.88
57 2 50 1.63 18.82
58 1 40 1.35 21.95
59 1 35 1.35 19.20
60 2 30 1.47 13.88
61 2 40 1.45 19.02
62 2 28 1.21 19.12
63 1 45 1.45 21.40
64 1 35 1.47 16.20
65 1 40 1.35 21.95
66 1 38 1.45 18.07
67 1 29 1.4 14.80
68 1 30 1.5 13.33
69 1 36 1.45 17.12
70 2 35 1.56 14.38
71 1 57 1.5 25.33
72 1 60 1.6 23.44
73 1 28 1.45 13.32
74 1 42 1.5 18.67
75 1 38 1.35 20.85
76 1 55 1.6 21.48
77 2 38 1.37 20.25
78 2 50 1.68 17.72
79 1 50 1.5 22.22
80 1 46 1.65 16.90
81 2 35 1.45 16.65
82 1 39 1.45 18.55
83 1 60 1.69 21.01
84 1 45 1.62 17.15
85 2 50 1.61 19.29
86 1 49 1.42 24.30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
87 1 21 1.26 13.23
88 1 42 1.55 17.48
89 1 60 1.49 27.03
90 2 30 1.38 15.75
91 2 46 1.58 18.43
92 2 49 1.6 19.14
93 2 45 1.49 20.27
94 2 53 1.5 23.56
95 1 55 1.67 19.72
96 2 38 1.49 17.12
97 2 35 1.48 15.98
98 1 75 1.51 32.89
99 2 32 1.38 16.80
100 1 56 1.54 23.61
101 2 95 1.79 29.65
102 2 46 1.56 18.90
103 1 45 1.54 18.97
104 1 38 1.47 17.59
105 2 34 1.38 17.85
106 1 53 1.56 21.78
107 1 55 1.7 19.03
108 1 50 1.69 17.51
109 1 50 1.7 17.30
110 2 40 1.55 16.65
111 1 55 1.75 17.96
112 1 35 1.45 16.65
113 1 45 1.7 15.57
114 2 41 1.54 17.29
115 1 69 1.85 20.16
116 2 40 1.51 17.54
117 2 58 1.65 21.30
118 2 59 1.68 20.90
119 2 42 1.55 17.48
120 1 50 1.76 16.14
121 1 46 1.6 17.97
122 2 46 1.58 18.43
123 1 45 1.6 17.58
124 2 47 1.59 18.59
125 1 30 1.55 12.49
126 2 50 1.6 19.53
*Jenis Kelamin
1 = laki-laki
2 = perempuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
LAMPIRAN 6
Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI